Dilematis Hakim

8
1 DILEMATIS ANTARA PRINSIP INDEPENDENSI HAKIM DAN RASA KEADILAN OLEH : LA SURIADI PTA. AMBON PENGANTAR Hakim adalah figure sentral dalam proses peradilan, senantiasa dituntut untuk membangun kecerdasan intelektual, terutama kecerdasan emosional, kecerdasan moral dan spiritual. Jika kecerdasan intelektual, emosional dan moral spiritual terbangun dan terpelihara dengan cerdas pula, bukan hanya akan memberikan manfaat kepada diri sendiri, tetapi juga akan memberikan manfaat bagi masyarakat dalam konteks penegakkan hukum. Putusan hakim yang adil, akan menjadi puncak kearifan bagi penyelesaikan permasalahan hukum yang terjadi dalam kehidupan bernegara. Karena putusan hakim yang diawali dengan kalimat “ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA “ hakekatnya adalah kewajiban penegakkan hukum dan keadilan itu harus dipertanggung jawabkan oleh hakim secara utuh terlebih kepada Tuhan , Allah SWT . Prilaku hakim yang sesuai dengan agama masing-masing, dan moral adalah realisasi ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang mendorong hakim untuk berprilaku simpatik dan penuh tanggung jawab.Seiring dengan keluhuran tugas dan luasnya kewenangan dalam menegakkan hukum dan keadilan sering muncul tantangan dan godaan bagi hakim. Untuk itu prilaku hakim merupakan konsekwensi yang melekat pada jabatan sebagai hakim yang berbeda dengan warga masyarakat biasa. 1 SOROTAN PUBLIK TERHADAP PUTUSAN HAKIM Dewasa ini rakyat semakin menyoroti perkembangantentang pelaksanaan proses pengadilan terkait dengan begitu banyak masalah hukum yang kontroversi. __________________________ 1. Pedoman prilaku hakim, pada bagian pembukaan alinea kedua dan ketiga

description

good

Transcript of Dilematis Hakim

  • 1

    DILEMATIS ANTARA PRINSIP INDEPENDENSI HAKIM DAN RASA KEADILAN

    OLEH : LA SURIADI

    PTA. AMBON

    PENGANTAR

    Hakim adalah figure sentral dalam proses peradilan, senantiasa dituntut untuk membangun

    kecerdasan intelektual, terutama kecerdasan emosional, kecerdasan moral dan spiritual. Jika

    kecerdasan intelektual, emosional dan moral spiritual terbangun dan terpelihara dengan cerdas

    pula, bukan hanya akan memberikan manfaat kepada diri sendiri, tetapi juga akan memberikan

    manfaat bagi masyarakat dalam konteks penegakkan hukum.

    Putusan hakim yang adil, akan menjadi puncak kearifan bagi penyelesaikan permasalahan

    hukum yang terjadi dalam kehidupan bernegara. Karena putusan hakim yang diawali dengan

    kalimat DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

    hakekatnya adalah kewajiban penegakkan hukum dan keadilan itu harus dipertanggung jawabkan

    oleh hakim secara utuh terlebih kepada Tuhan , Allah SWT .

    Prilaku hakim yang sesuai dengan agama masing-masing, dan moral adalah realisasi ketaqwaan

    terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang mendorong hakim untuk berprilaku simpatik dan penuh

    tanggung jawab.Seiring dengan keluhuran tugas dan luasnya kewenangan dalam menegakkan

    hukum dan keadilan sering muncul tantangan dan godaan bagi hakim. Untuk itu prilaku hakim

    merupakan konsekwensi yang melekat pada jabatan sebagai hakim yang berbeda dengan warga

    masyarakat biasa.1

    SOROTAN PUBLIK TERHADAP PUTUSAN HAKIM

    Dewasa ini rakyat semakin menyoroti perkembangantentang pelaksanaan proses pengadilan

    terkait dengan begitu banyak masalah hukum yang kontroversi.

    __________________________

    1.Pedoman prilaku hakim, pada bagian pembukaan alinea kedua dan ketiga

  • 2

    Keadilan dan kebenaran seolah-olah hanya slogan belaka tanpa mempertimbangkan dengan adil

    suatu masalah dalam hal tindak pidana yang sedang ditangani oleh Hakim. Memang benar apa

    kata pepatah gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang pulau terlihat

    Dalam kesempatan ini saya mencoba mengangkat beberapa contoh kasus :

    1. Kasus pencurian merica seberat 0,5 ons dengan terdakwa Rawi ( 66 ) tahun, pengadilan

    Negeri Sinjai Sulawesi Selatan, diancam hukuman lima tahun penjara

    2. Kasus nene Minah ( 55 ) tahun yang mencuri tiga buah kakao seharga Rp.2000.- hakim

    memutus dengan hukuman 1 bulan 15 hari penjara, dengan menerapkan pasal 362

    KUHP

    3. Kasus Hamdani ( mantan buruh pabrik sandal PT. Asoga Mas Utama, Tangerang)

    mencuri sandal bolong, Hakim memutus dengan lima bulan penjara potong masa

    tahanan.

    4. Kasus pencurian lima batang jagung seharga Rp. 10.000.- yang dilakukan oleh Parto (

    Situbondo Jawa Timur )

    5. Kasus pencurian semangka yang dilakukan oleh dua warga Bujel Basar dan Kholik (

    Kediri, Jawa Timur )

    6. Kasus pencuri kapas yang tidak lebih dari 2 kg, yang dilakukan oleh Masinih, dkk(

    Kenconenogoro, Kabupaten Batang). Mereka semua tak segan diadili ke Meja hijau dan

    dianggap telah melanggar pasal 362 KUHP dan mendapatkan ancaman 5 tahun

    penjara.htt/www.metrotvnews.com, Senin, 16 Januari 2012-22:26:10 WIB

    7. Kasus korupsi Sitti Hartati Murdaya dihukum penjara 2 tahun 8 bulan

    8. Kasus Rasyid Amarullah Rajasa, divonis hukuman penjara lima bulan dengan hukuman

    percobaan selama enam bulan, denda Rp. 12 juta subsider enam bulan kurungan.

    Terhadap kasus kecelakaan lalulintas yang dilakukan oleh Rasyid Amarullah Rajasa pada

    kecelakaan Januari 2013 yang lalu , yang menyebabkan korban meninggal dunia. Majelis

    Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang di Ketuai Suharjono, memvonis hukuman

    penjara lima bulan dengan hukuman percobaan selama enam bulan , denda Rp. 12 juta

    subsider enam bulan kurungan.Itupun yang bersangkutan tidak ditahan hanya dikenai wajib

    lapor.

  • 3

    Ironisnya putusan tersebut dimata rakyat disikapi berbeda-beda. Masing-masing punya sudut

    pandang tersendiri. Misalnya pasal 359 KUHP yang berbunyi : Barang siapa karena

    kesalahannya ( kealpaannya ) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana

    penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

    Majelis Hakim PN Jakarta Timur menggunakan pasal 310 ayat(4) tentang mengendarai

    kenderaan dengan lalai dan subsider pasal 310 ayat 2 UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu

    lintas dan angkutan jalan ( LLAJ ). Pasal 310 ayat (4) menyebutkan : dalam hal kecelakaan

    sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia,

    dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

    12 juta rupiah. Sedangkan pasal 310 ayat (2) menyebutkan : setiap orang yang

    mengemudikan kenderaan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan

    lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan kenderaan dan/atau barang

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling

    lama satu tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 2 juta rupiah. Majelis Hakim menilai ,

    salah satu hal yang meringankan Rasyid Rajasa adalah karena yang bersangkutan masih

    Mahasiswa dan selama dalam persidangan berprilaku sopan. Sedangkan yang memberatkan

    adalah perbuatan terdakwa tidak menjadi contoh yang baik dalam berkendera. Ujar Suharjono

    seperti dilansir vivanews.com.

    Sementara bila dibandingkan kasus BLBI, skandal Bank Century, kasus pajak Gayus Tambunan,

    dan kasus suap Wisma Atlet, selalu lama pengungkapannya, dan tidak segera ditangani,

    sementara orang miskin begitu gampang dimasukkan ke dalam penjara dan begitu mudah di

    vonis.

    PRINSIP NEGARA HUKUM

    Kalau kita kembali kepada prinsip negara hukum yang dianut di Indonesia semakin dipertegas

    dalam era Reformasi dengan dilakukan amandemen ke tiga UUD 1945 pada tahun 2001. Pada

    pasal 1 ayat (3) UUD 1945 ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum.

  • 4

    Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka salah satu prinsip-prinnsip negara hukum adalah

    jaminan penyelenggara kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan

    lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan2

    Dalam upaya memperkuat prinsip kekuasaan kehakiman yang merdeka itu, maka sesuai tuntutan

    reformasi dibidang hukum telah dilakukan perubahan terhadap undang-undang nomor 14 tahun

    1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman dengan undang-undang nomor

    35 tahun 1999, dan terakhir dirubah dengan undang-undang nomor 48 tahun 2009 tentang

    kekuasaan kehakiman.

    Melalui perubahan undang-undang tersebut, telah diletakan kebijakan baru bahwa segala urusan

    mengenai peradilan baik yang menyangkut teknis yudisial, maupun urusan organisasi,

    administrasi dan finansial berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agung yang saat ini populer

    disebut kebijakan satu atap dengan kebijakan satu atap inilah empat lingkungan badan

    peradilan pembinaanya di bawah Mahkamah Agung.

    HUKUM DAN ETIKA

    Menurut Meuwissen, bahwa filsafat hukum itu erat hubungannya dengan hukum dan etika3

    Ada dua teori hukum ( teori hukum kodrat, dan teori hukum positivisme) yang masih terus

    melanjutkan diskusinya hingga kini, tentang tema perlu tidaknya hukum dan etika dipisahkan

    secara total, karena hukum dan etika dua-duanya merumuskan kriteria untuk penilaian terhadap

    prilaku manusia dalam komutitas social. Namun keduanya merumuskan kriteria itu dari sudut

    pandang yang berbeda, dan hukum adalah suatu momentum dari etika4

    Etika normative, yang terdiri dari keseluruhan kriteri sebagai dasar penilaian baik dan

    buruk tingkahlaku seseorang. Kaida-kaida etika dikembangkan dan diberikan argumentasi

    logis5

    ________________________________

    2. Prinsip Kekuasaan Kehakiman dan Independensi Peradilan, Drs. H. Abd. Rasyid Asad, MH, Varia Peradilan

    No.312 Nopember 2011, hal 89

    3. Mouwessen, van Apeldororns Inleiding, 1982, hal 13

    4. Ibit

    5.Ibit

  • 5

    Etika normative merupakan suatu bagian dan cabang kajian nerungan filsafat, yang melahirkan

    sifat-sifat tertentu dalam prilaku.Kantmisalnya melahirkan filsafat etika yang bersifat formal,

    sedangkanHegel mencoba mengembangkan dan memberikan nilai argumentasi dari sudut

    pandang realisasi kebebasan di dalam masyarakat6

    Wawasan kefilsafatan pada etika menentukan hubungan antara etika dan hukum teori hukum

    kodrat dan teori hukum positivisme dapat dipertemukan dengan asumsi bahwa hukum

    merupakan momen bagi etika.Karena hukum merupakan kaidah-kaidah yang dirumuskan

    dalam bentuk aturan-aturan dan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan hubungan lahiriah

    antara manusia dalam komunitas social. Dalam konteks inilah Kantberpandangan bahwa hukum

    dapat termasuk dalam etika dan juga tidak termasuk konteks etika, karena isi hukum harus

    memenuhi kaida-kaida etika tertinggi, yakni imperative katagorik.Hal ini berarti bahwa kita

    secara etika terkait dan berkewajiban untuk memenuhi kaidah-kaidah hukum berdasarkan

    penghormatan pada kewajiban etika.Disamping itu isi dari kaidah hukum itu sendiri harus

    memenuhi syarat-syarat yang dapat diuniversalkan.

    Kekuasaan kehakiman (yudikatif) merupakan pilar ketiga dalam sistim kekuasaan negara

    modern, yang keberadaannya diorganisasikan secara tersendiri sebagai salah satu esensi kegiatan

    bernegara. Tugas dan fungsinya adalah memberikan hukuman (sangsi) kepada pihak-pihak yang

    melanggar hukum yang telah disahkan oleh legislative dalam bentuk undang-undang atau hukum

    yang telah diizinkan keberadaannya oleh legislatif7

    Sejalan dengan hal tersebut, tidak ada negara yang dapat disebut negara demokrasi tanpa praktek

    kekuasaan kehakiman yang independen8

    _______________________________________

    6.Clarence Morrie, the Great legal Philoshophers, hal, 237

    7.C.F.Strong, konstitusi-konstitusi modern (kajian tentang sejarah dan bentuk-bentuk konstitusi dunia, terjemahan

    2007, hal 113

    8.A. Mukti Arto, konsepsi idial MA, 2001, hl. 20

  • 6

    Fenomena dimasyarakat kita saat ini seringkali muncul komentar atau pandangan negative

    terhadap profesi hakim mengenai sejauh mana hakim dapat objektif dalam melaksanakan tugas

    dan fungsinya. Apakah benar seorang hakim baik secara sadar maupun tidak sadar tidak akan

    dipengaruhi oleh sikap prejudice yang disebabkan oleh latar belakang social dan politik

    kehidupannya sendiri dalam memutus setiap perkara yang diharapkan bersikap objektif dan

    imparsial9

    Dalam kunjangan kerjanya Ketua MA Dr. H. Muhammad Hatta Ali, SH, MH ketika

    memberikan pengarahan dihadapan para pimpinan dan hakim pengadilan tingkat banding se

    Sulawesi selatan dan Sulawesi Barat di Makasar, beliau menyampaikan bahwa para hakim,

    sesuai undang-undang kekuasaan kehakiman, harus terbebas dari segala bentuk intervensi ketika

    menangani sebuah perkara. Lanjut beliau bahwa realitasnya masih ada hakim yang

    terpengaruh oleh adanya intervensi,baik dari pemerintah, keluarga maupun dari pihak-pihak

    lain. Ketua MA juga menjelaskan bahwa harkat dan martabat hakim harus dijaga dengan baik.

    Hakim tidak boleh dipengaruhi oleh pihak manapun dalam mengambil keputusan. Itulah

    sebabnya sehingga gaji dan kesejahteraan hakim ditingkatkan untuk menjaga harkat dan

    martabat hakim tandas beliau.---------------Rabu, 20 Maret 2013.Makasar www.pta-

    makasarkota.go.id

    Oleh karena itu hakim pada pangadilan illahi di akhirat kelak akan tampil menjadi hakim

    mengadili manusia bukanlah Majelis hakim, tetapi yang menjadi hakim pada pengadilan illahi

    adalah Allah sendiri sebagai hakim tunggal, sehingga tidak perlu adanya Musyawarah Majelis

    hakim, dialah satu satunya yang berhak menjadi hakim, karena semua urusan dan keputusan

    hanya berada ditanganNya. Hal ini ditegaskan dalam Al Quran Surah al Baqarah ayat 113 yang

    artinya : Maka Allah akan mengadili mereka pada hari kiamat, tentang apa yang mereka

    perselisihkan10

    . Dan surah An Nisaa ayat 141 yang artinya :Maka Allah akan memberi

    keputusan diantara kamu pada hari kiamat11

    _____________________________________

    9.Drs. H. Abd. Rasyid Asad, MH, Prinsip kekuasaan kahakiman dan independensi peradilan,varia peradilan no.312

    november 2011, hl.91

    10.Dep. Agama RI, Al Quran Terjemahan Per-Kata, hal.18

    11. Ibit, hal, 101

  • 7

    KESIMPULAN :

    Dari paparan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Putusan hakim yang adil, akan menjadi puncak kearifan bagi penyelesaian

    permasalahan hukum. Figur hakim sebagai sentral dalam proses peradilan, senantiasa

    dituntut membangun kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral

    dan spiritual yang akan memberikan manfaat kepada diri sendiri juga kepada

    masyarakat dalam konteks penegakkan hukum. Prilaku dan moral hakim adalah

    realisasi ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mendorong hakim untuk

    berprilaku simpatik dan penuh tanggung jawab terhadap tugas dan luasnya

    kewenangan dalam penegakkan hukum dan keadilan.

    2. Sorotan public terhadap permasalahan hukum yang diputuskan oleh hakim hendaknya

    menjadi bahan masukan agar kiranya hakim dalam memutus suatu perkara hendaknya

    tidak berpihak kepada orang perorang, pemerintah, legislative,atau pihak-pihak

    lain.Pandangan negative terhadap profesi hakim mengenai sejauh mana hakim dapat

    objektif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Apakah benar seorang hakim baik

    secara sadar maupun tidak sadar tidak akan dipengaruhi oleh sikap prejudice yang

    disebabkan oleh latar belakang social dan politik kehidupannya sendiri dalam memutus

    setiap perkara yang diharapkan bersikap objektif dan imparsial.

    3. Hakim harus menegakkan prinsip Negara hukum yang dianut di Indonesia

    sebagaimana ditegaskan bahwa Indonesia adalah Negara hukum, jaminan

    penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan

    lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

    4. Bahwa hakim selalu menjunjung tinggi hukum dan etika yang melahirkan sifat-sifat

    tertentu dalam prilaku. Kant misalnya melahirkan filsafat etika yang bersifat formal.

    Sedangkan hegel mencoba mengembangkan dan memberikan nilai argumentasi dari

    sudut pandang realisasi kebebasan di dalam masyarakat.Dalam konteks inilah kant

    berpandangan bahwa hukum dapat termasuk dalam etika dan juga tidak termasuk

    konteks etika, karena isi hukum harus memenuhi kaidah-kaidah etika tertinggi, yakni

    inperative katagorik.Hal ini berarti bahwa kita secara etika terkait dan berkewajiban

  • 8

    untuk memenuhi kaidah-kaidah hukum berdasarkan penghormatan pada kewajiban

    etika.

    5. Kekuasaan kehakiman (yudikatif) merupakan pilar ketiga dalam sistim kekuasaan

    Negara modern, dimana tugas dan fungsinya adalah memberikan hukuman (sangsi)

    kepada pihak-pihak yang melanggar hukum. Sejalan dengan hal tersebut, bahwa tidak

    ada negera yang dapat disebut Negara demokrasi tanpa praktek kekuasaan

    kehakiman yang independen.

    6. Realitasnya bahwa masih ada hakim yang terpengaruh oleh adanya intervensi, baik dari

    pemerintah, keluarga, maupun dari pihak-pihak lain.