Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

29
MEI-JUNI 2009 HALAMAN 1 dolanan jadul M A G A Z I N E INDONESIA FREE MAGAZINE MEI-JUNI 2009 NO. 2 TAHUN I GATHENGAN PICENG PASARAN JARANAN ANGKREK MEMEDI

description

Dolanan Jadul magazine adalah sebuah situs budaya masa lalu yang muncul tersingkap oleh kesadaran akan pentingnya mengabadikan puing-puing kebudayaan yang mulai terkubur oleh waktu. Serpihan-serpihan ingatan tersebut kami kumpulkan, diracik dalam adonan kata-kata dan disajikan dalam bentuk eMagazine agar enak dinikmati. Dijamin akan menyegarkan kembali dahaga ingatan akan lupa masa lalu anda.

Transcript of Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

Page 1: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 1

dolananjadulM A G A Z I N E

IND

ON

ESIA

FREE MA

GA

ZINE

MEI-JUNI 2009NO. 2 TAHUN I

GATHENGANPICENG

PASARANJARANANA N G K R E K

M EM E D I

Page 2: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 2

4 GATHENGAN BY NELLA A.P.

Lempar ke atas kerikil diraup

dolananjadul M A G A Z I N E

6 ANGKREK MEMEDI BY KELIK SUPRIYANTO

Muncul hanya malam hari

9 PICENG BY AYU SARTIKA HIANSYAH

Kumpulin tutupnya jual botolnya

DAFTAR ISI

11 MALINGAN BY AT TACHRIIROTUL MUYASSAROH

Asal jangan salah ambil

IDOLA JAMAN DULU BY KELIK SUPRIYANTO 24Dari celana cut bray sampai rambut blow out

PASARAN BY MONIKA 23Bawang kothong atawa magang

KATJANG TJAP KUTJING BY KELIK SUPRIYANTO 19Makan kacangnya koleksi gambarnya

GALERI DOLANAN 27Koleksi mainan jadul

13 JARANAN PELEPAH PISANG BY YUWONO RAHMAN

Lepas baju main jaranan

JAMBAL-JAMBALAN BY MUHAMMAD R ABDI 15Teriak-teriak dilempar sandal

Page 3: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 3

CATATAN EDITOR

Bicara mengena permainan tradisional

tidak terlepas dari persoalan sejauh mana

permainan itu telah diwariskan oleh nenek

moyang kita dari generasi ke generasi.

Kalau sebuah permainan itu ternyata

hanya temporal atau musiman dan tidak

diwariskan, sukar rasanya dimasukkan

dalam kategori permainan tradisional.

Sebagaimana Majalah Dolanan Jadul

ini, apakah permainan yang ada di sini

adalah asli warisan dari nenek moyang

kita. Suatu pertanyaan yang kiranya juga

tidak simple untuk menjawabnya. Sejauh

mana sebuah permainan itu asli.

Simak saja sebuah buku berjudul

Texas Toys and Games (1997) yang disusun

oleh Francis Edward Abernethy. Disana

akan kita temui permainan semacam

sundamanda atau ingkling, egrang,

layang-layang, kelereng, ketapel, senapan

kayu, gasing, peluit bambu, lompat tali,

dan sebagainya.

Dari buku tersebut membuktikan

bahwa permainan tradisional yang

ada di Indonesia ternyata juga ada di

belahan dunia lainnya. Jadi kita tidak bisa

mengklaim bahwa sesuatu yang kuno dan

ada di bumi Nusantara ratusan tahun itu

memang hasil karya orisinal bangsa kita.

Biarpun permainan jaman dulu itu

bukan asli Indonesia dan berasal dari hasil

persentuhan bangsa kita dengan bangsa

lain, tetapi permainan tersebut telah

mengalami adaptasi dengan kondisi lokal.

Menggunakan bahan atau peralatan yang

tersedia disini. Justru pengindonesiaan

inilah yang menurut saya menarik. Sejauh

mana nilai-nilai moral atau ajaran yang

terbawa oleh suatu jenis permainan itu akan

tetap lestari atau malah sudah berubah

dari asalnya. Dan, sejauh mana sebuah

permainan itu menghibur, mendidik, atau

malah ada unsur judinya.

Sebagaimana Dolanan Jadul

Magazine edisi perdana yang berisi

permainan tradisional. Dalam edisi kali

ini ada permainan dan mainan tradisional

yang terdiri dari, Gathengan dan

Angkrek Memedi dari Yogyakarta, Piceng

dari Sulawesi Selatan, Malingan dari

Temanggung, Jaranan Pelepah Pisang dari

Lamongan, Pasaran dari Banjarnegara,

dan kartu bergambar yang ada di dalam

camilan kacang sanghai dan permen telur

cicak.

Selamat menikmati hidangan dari

masa lalu berupa dolanan yang mencoba

tetap bertahan sampai hari ini.

Kelik Supriyanto

Page 4: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 4

GATHENGANBY NELLA A.P.

Saya punya kakak sepupu dirumah yang biasa ngajak bermain sehabis sekolah. Ka-

dang dia sangat menyebalkan karena sering mengajak bermain permainan untuk

anak laki-laki semisal perang-perangan sehingga males bermain dengannya lagi.

Akhirnya saya mencari tetangga saya yang juga suka bermain gatheng. Permainan bias-

anya hanya dimainkan oleh anak perempuan saja. Anak laki-laki hanya menonton saja.

Permainan ini membutuhkan konsentrasi dan ketrampilan. Minimal pemainnya dua

Page 5: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 5

anak, semakin banyak pe-

mainnya maka semakin lama

menunggu giliran main.

Terlebih dahulu para

pemain menentukan dan

menyepakati jumlah batu

kerikil berukuran sedang

sekitar 1 cm yang akan di-

mainkan. Istilah ditempat

saya yaitu batu yang “dis-

akukan”, batu yang dijadikan

modal selama bermain. Batu

yang dikumpulkan kemu-

dian diperebutkan oleh para

pemain. Untuk menentukan

urutan pemain dilakukan un-

dian dengan hompimpah.

Pertama-tama batu dise-

bar. Pemain urutan pertama

mengambil satu batu. Batu

tersebut dilempar keatas.

Meraup sebanyak-banyakn-

ya batu, baru menangkap

lagi batu yang dilempat tadi.

Dalam meraup batu tidak

boleh menyentuh batu yang

lainnya. Bila ada yang tersen-

tuh dianggap mati dan ganti

pemain yang lain. Bila batu

yang dilempar keatas tadi

tidak bisa tertangkap tangan

juga menyebabkan pemain

mati. Atau, keburu menang-

kap batu yang jatuh tetapi

tidak sempat meraup batu

juga mati.

Pemain yang mendap-

atkan batu terbanyak dialah

yang pemenangnya. Dan,

banyaknya periode per-

mainannya tergantung kes-

epakatan.Disini juga berlaku

sistem hutang. Bagi pemain

yang kalah dan kehabisan

modal batu dapat hutang

pada pemain yang menang

dan punya banyak batu.

Pada saat menunggu gi-

liran main ini terasa dag dig

dug, berharap lawannya seg-

era melakukan kesalahan,

dan ketika kita main juga

kadang grogi sehingga jadi

sering melakukan kesala-

han apalagi sering diganggu

oleh pemain yang lain. Apal-

agi yang menonton banyak

anak laki-lakinya mereka sen-

ang sekali bila dapat meng-

ganggu yang menyebabkan

pemain mati, mereka pada

bersorak-sorak kegirangan.

Di rumah saya di Gerse-

lo, Patalan, Jetis, Bantul

Yogyakarta permainan ini

banyak dimainkan oleh anak-

anak karena batu kerikil mu-

dah didapat dan aturan per-

mainannya juga sederhana.

Page 6: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 6

Memedi berasal

dari kata wedi

yang berarti takut.

Memedi adalah sesuatu yang

medeni atau membuat takut.

M e n u r u t

G e e r t z

d a l a m

bukunya Abangan, Santri,

Priyayi, Dalam Masyarakat

Jawa, jenis memedi hanya

menakut-nakuti orang saja

dan tidak menyakiti, sedang

yang bisa menyakiti orang

dikategorikan sebagai

lelembut.

Di Yogyakarta, ada

pedagang mainan yang

menjual angkrek dari kertas

berupa bentuk memedi.

Biasanya jenis mainan ini

dibeli oleh anak laki-laki untuk

menakuti anak perempuan.

Jaman dulu mainan angkrek

ini ada

l i d a h n y a

y a n g

menjulur keluar ketika

benangnya ditarik-tarik.

Jenis mainan ini sudah susah

ditemukan.

Angkrek hantu yang

dijual oleh mbah Gunarjo dari

Minggiran Bantul ini berupa

hantu banaspati, hantu othe-

othe, dan hantu oncit-oncit.

Berbagai jenis hantu yang

sangat terkenal jaman dahulu

A N G K R E K

M E M E D I

BY KELIK SUPRIYANTO

Page 7: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 7

yaitu wewe, genderuwo, dan tuyul. Digunakan

untuk menakut-nakuti anak yang suka keluyuran

waktu magrib.

Bagi yang tinggal di pedesaan, kalau waktu

magrib masih juga bermain dihalaman maka orangtua

kita akan bilang, “Cepat masuk rumah. Nanti digondol

wewe.” Wewe adalah sejenis hantu pohon berbentuk

wanita dengan selendang di pundaknya. Sering

terlihat sedang menggendong anak kecil.

Hantu ini hobinya menculik anak kecil yang

berkeliaran pada malam hari. Dia bisa menyamar

menjadi ibu dari anak yang akan diculiknya.

Penduduk desa akan membunyikan

kentongan keras-keras sambil membawa obor

dan menjelajahi tempat-tempat yang

wingit dan gelap seperti pohon

besar di kuburan, pohon dekat

sungai dan tempat-tempat

ketinggian. Masyarakat pedesaan

percaya bahwa bunyi ribut akan

membuat wewe ketakutan dan

pergi dengan melepaskan anak

yang diculiknya. Dalam berbagai

cerita yang beredar di masyarakat,

anak tersebut akan diletakkan di

atas pohon yang tinggi dan besar

tempat wewe tersebut tinggal.

Anak yang diculik wewe selalu

Page 8: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 8

bilang kalau habis diajak oleh ibunya

berjalan-jalan ketempat yang jauh

yang tidak dikenalnya. Dan merasa

sudah pulang dan tidur nyenyak

dirumah sedangkan masih ada di atas

cabang pohon.

Wewe mempunyai hobi lain yaitu

mencuri celana dalam wanita dan baju

bayi. Malah ada cerita ketika lewat di

tempat yang ada wewenya, tiba-tiba

celdam yang sedang dipakainya tiba-

tiba lenyap.

Banaspati adalah hantu

berbentuk kepala dengan rambut

yang menyala bagaikan api. Dia

berjalan dengan kedua tangannya

yang muncul dari kepalanya.

Dipercaya bahwa banaspati suka

menghisap darah dari pembalut

wanita yang dibuang sembarangan.

Wanita yang dihisap bekas

pembalutnya akan kesurupan. Hantu

jenis ini tidak pernah minum darah

dari makluk yang masih hidup. Tidak

seperti vampire yang suka menggigit

korbannya.

Semua jenis hantu ini

tinggal di tempat gelap.

Setelah listrik masuk desa

dan lampu dipasang

ditempat-tempat gelap,

cerita hantu sudah jarang

terdengar. Kemana para

hantu itu pergi ? Sedang

shooting film, Mas......

Page 9: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 9

Piceng berasal dari

bahasa Makasar yang

berarti tutup botol. Cara

bermainnya yaitu sediakan

5 atau 7 tutup botol. Setiap

p e m a i n

bersama-sama

menentukan poin final

tertinggi, biasanya antara 20 sampai 35. Pemain

minimal 2 orang. Lebih dari 2 orang dapat

membentuk team. Urutan pemain dilakukan

dengan pingsut.

Para pemain mengambil posisi melingkar

dan menyisakan space di tengah untuk

arena piceng. Pemain pertama berhak untuk

menyebar piceng di tengah

arena. Piceng yang sudah

tersebar tidak boleh dirubah

posisinya. Satu piceng diambil dari arena. Satu

piceng membidik satu piceng yang lain sehingga

saling berbenturan, minimal saling sentuh.

Kedua piceng yang saling berbenturan disentil

agar keluar dari arena. Hal yang sama dilakukan

terhadap piceng yang tersisa.

Jika piceng yang disentil tidak bersentuhan

dengan piceng yang lain maka dianggap gagal

dan tiba giliran pemain berikutnya. Dengan

sebelumnya pemain lawan berhak untuk

menentukan piceng mana yang akan

dibidik dan piceng untuk membidiknya.

P I C E NG

BY AYU SARTIKA HIANSYAH

Page 10: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 10

J i k a

s e l u r u h

piceng dapat

d i s e l e s a i k a n ,

seluruh piceng

dikumpulkan dan dilempar ke

atas dan ditangkap dengan posisi

tangan menelungkup. Ditangkap

dengan punggung telapak tangan.

Setiap piceng yang tertangkap di

punggung telapak tangan bernilai

1 poin. Sampai mendapat poin

yang telah disepakati.

Pemain yang memperoleh

poin tertinggi paling awal,

kemudian memberikan utang

kepada pemain yang lain dengan

cara menyusun tiap piceng di

lengan satu persatu dengan jarak

sekitar 5 cm. Lengan lalu ditarik

kebelakang sehingga semua piceng

terkumpul di

genggaman tangan. Piceng

tersebut lalu dilempar ke udara dan

ditangkap lagi dengan punggung

telapak tangan. Piceng yang

terkumpul di punggung telapak

tangan akan mengurangi 1 poin

semua lawannya.

Sebenarnya dahulu kala

permainan ini menggunakan

batu kerikil, akan tetapi seiring

perkembangan jaman, batu kerikil

mulai digantikan dengan tutup

botol yang lebih pipih sehingga

l e b i h

m u d a h

dimainkan. Teknik

permainannyapun kemudian

semakin berkembang. Diantaranya

dengan teknik pantul. Menjadikan

lengan sebagai medan pantul

dalam membidik piceng sasaran.

Juga teknik melompat dengan

membuat piceng mampu

melompat menuju sasaran.

Jika saat pertama menyebar

piceng dan ternyata semua piceng

menengadah keatas atau semua

piceng dalam posisi tertelungkup

kebawah semua, maka pemain

dapat hak istimewa dengan

langsung mengambil

poin, tanpa perlu membidik

piceng.

Jika saat menyebar piceng

3 diantaranya berada dalam

posisi menengadah keatas atau

telungkup kebawah maka dapat

hukuman dengan cara meletakkan

3 piceng sebagai penghalang di

tengah yang berjarak sejengkal

dari pembidik dan berjarak 4 jari

ke arah sasaran.

Itulah permainan saya

sewaktu nyantri di PP Putri Ummul

Mukminin di Makasar, Sulawesi

Selatan.

Page 11: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 11

Mungkin, 12 tahun yang lalu

saya kerap memainkan salah

satu permainan tradisional di

daerah saya. Tepatnya di Temanggung,

salah satu daerah penghasil tembakau.

Biasanya kami menyebut permainan itu

“Malingan” . Cukup simpel, sih..hehe.

Biasanya, permainan itu terdiri dari

dua orang. Masing cukup bermodal

“lidi” kurang

lebih 7 cm dan

b e r j u m l a h

sekitar 30.

Permainan dimulai dengan membuat

gambar persegi 25cm x 25cm.

Kemudian, lidi itu “disebar” di dalam

kotak. Tapi inget, lidi yang tidak di

dalam kotak tidak termasuk ke dalam

permainan.

Nah...setelah lidi itu ada di dalam

persegi, tugas salah satu anggota adalah

mengambilnya tanpa menyentuh lidi

yang lain. Tidak boleh ada bantuan,

kecuali menggunakan lidi.

Lidi yang diluar kotak menjadi

milik lawan mainnya. Tidak boleh

diambil. Lidi

ini kemudian

d i t a r u h

di dalam

kotak untuk menjebak agar pemain

mengambilnya. Bila terambil maka

lawan akan teriak, “Maling...maling..

maling...” Dia telah mengambil lidi yang

BY AT TACHRIIROTUL MUYASSAROH

M A L I N G A N

Page 12: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 12

bukan haknya dan dinyatakan

telah mati. Sedangkan anggota

yang lain harus mengawasinya

juga agar tidak terjadi

kecurangan. He..he...

Nah. Salah satu pemain

dikatakan menang jika lidi yang

berhasil diambil lebih banyak.

Dan, permainan dikatakan

selesai saat salah satu pemain

berhasil mengambil seluruh lidi

miliknya. Cukup menyenangkan

menurut kami, karena, disitu

kecermatan mengambil lidi

sangat diperlukan...Dan,

tentunya dibutuhkan ingatan

yang kuat untuk menentukan

lidi yang boleh diambil dengan

lidi yang tidak boleh diambil.

Dulu, saat kami

memainkannya, salah satu

pemain yang menang berhak

meminta sesuatu dari pemain

yang kalah.. Misal, ditraktir ato

apalah...hehe...

Tapi, lama sekali permainan

ini invisible...dan terkalahkan

dengan permainan modern

yang mulai menjamur...

Selamat mencoba...

heheh

Page 13: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 13

Waktu kecil,

sering kali ibu

bikin lontong

atau masakan lain yang

membutuhkan daun

pisang. Bapak biasanya

memotong barang satu

atau dua daun pisang

dari pohon pisang

di belakang rumah.

Biasanya batang dari

bagian tengah daun

pisang dibuang saja.

Atau, kalo saya ikut

membantu mengambil

daun pisang, bapak

biasanya membikin

berbagai mainan dari

batang daun pisang,

salah satunya jaranan

ini.

Batang dari daun

pisang mudah di bentuk,

dengan pisau dan

bengkokan di sana-sini,

tidak membikin batang

patah. Untuk membikin

J a r a n a n ,

pertama, ambil

batang dari daun

pisang (1,2), dan

bikin dua sayatan di

kanan kiri ujung batang

(3) dengan pisau. Bikin

lekukan dengan pisau

seperti gambar (4).

Dengan hati-hati, tekuk

batang daun pisang di

JarananPelepah Pisang

BY YUWONO RAHMAN

Page 14: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 14

bagian lekukan ini. Dua sayatan samping

akan menjadi “telinga” dari kuda.

Ambil tali plastik atau tali dari pinggir

pelepah daun pisang seperti digambar.

Ikat batang daun pisang seperti gambar

(5). Lanjutkan tekukan dan tali seperti

gambar (6). Dan jadilah jaranan seperti

gambar (7). Kalau masih ada sisa batang,

bisa dijadikan cambuk untuk kuda.

Mainan ini murah, dan bisa dibikin

kapan saja. Kalau rusak, tidak perlu

pusing, karena bisa petik dan bikin lagi.

Kejelekannya cuma satu, getah pisang

sangat susah dihilangkan kalau kena baju.

Jadi biasanya anak-anak harus hati-hati

bermain jaranan ini. Pakai baju jelek, atau

kalau perlu tidak usah pake baju.

Haha..

Page 15: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 15

Page 16: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 16

Page 17: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 17

Page 18: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 18

BY MUHAMMAD R. ABDIBY MUHAMMAD R. ABDI

Page 19: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 19

KATJANG TJAP KUTJING

Bagi yang pernah jadi

anak-anak era 80-an di

Yogyakarta, barangkali

pernah menemui penjual

camilan berupa kacang

shanghai. Kacang shanghai

adalah kacang tanah yang

d i b a l u t

d e n g a n

tepung plus

bumbu garam,

gula, bawang. Dikenal dengan

sebutan kacang atom atau

tapioca flour coated peanut.

Dikemas dalam bungkus

plastik dan diselipkan kertas

bergambar didalamnya.

Gambar itulah yang dikoleksi

oleh anak-anak pada waktu

itu.

Gambar yang sempat aku

koleksi terdiri dari gambar tank

s e b a n y a k

4 buah,

mobil sport

s e b a n y a k

5 buah, motor beroda tiga

sebuah dan sebuah gambar

hiasan janur manten.

Untuk gambar mobil sport

BY KELIK SUPRIYANTO

Page 20: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 20

formatnya lebih kecil dari gambar yang

lain, berukuran 3,2 cm x 6 cm, sedang

gambar yang normal berukuran

4,5 cm x 6 cm. Mungkin untuk

menghemat biaya karena gambarnya

full color yang tentunya mahal biaya

cetaknya. Dicantumkan pula nomor

merek dagangnya, Reg MD 3012131

dan daftar syah no 59750. Menurut

database Direktorat Jenderal Industri

Agro dan Kimia, kacang shanghai Cap

Kucing beralamat di jl mangga no 37

Tulungagung Jawa Timur.

Kacang macam inilah yang

merupakan generasi awal pengemasan

camilan dari kacang yang sekarang

dikemas dengan sangat apiknya.

Pengolahan kacang yang awalnya

hanya direbus, digoreng, dibuat

kacang telor, atau kacang atom, dan

sekarang diolah dengan oven dan

diberi bermacam rasa. Dikemas secara

menarik sehingga diminati oleh anak-

anak maupun orang dewasa.

Tapi kenangan akan mainan

bergambar dari dalam bungkus

Katjang Tjap Kutjing tersebut dapat

membuktikan akan ketertarikan saya

akan gambar berwarna terutama

foto, ternyata sudah sejak kecil. Apa

yang kita impikan saat kanak-kanak

akan menjadi kenyatan saat ini.

Awalnya mengagumi karya orang

lain, selanjutnya menciptakan karya

sendiri.

Inilah jejak masa lalu saya yang

masih bisa selamat dari kerusakan akibat

kelembaban udara atau dimakan oleh

rayap yang telah mengunyah koleksi

beberapa buku bergambar saya.

Page 21: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 21

Waktu saya berumur 3

tahun saya mulai bermain

dengan teman sekampung.

Biasanya waktu sehabis dhuhur. Saya

gemar bermain pasaran. Di Kauman,

Kotabanjar, Banjarnegara, Jawa

Tengah, di rumah

budhe saya, bersama

taman-teman mulai

mencari tanaman di

kebun yang bisa digunakan untuk

pasaran. Teman perempuan yang

jadi penjualnya dan beberapa anak

perempuan atau anak laki-laki

sebagai pembelinya.

Kami memetik dedaunan,

mencari bunga-bungaan, serta

pelepah daun pisang sebagai bahan

utamanya. Kami mencari tanaman

yang bentuknya mirip dengan

makanan yang akan

kami jual. Bakmi

kami buat dari

tumbuhan inang

pohon tetehan, abon dari putik

bunga petai, paha ayam dari bonggol

bunga petai, daun yang lunak diiris

tipis-tipis sebagai sayur. Pelepah

PASARAN

BY MONIKA SAJA

Page 22: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 22

daun pisang yang diiris tipis-tipis

sebagai kerupuknya. Mie bisa juga

dibuat dari irisan daun pisang.

Mata uang menggunakan

daun yang tebal semisal daun

nangka. Daun yang agak besar

dinilai 100 rupiah dan yang kecil

senilai 50 rupiah. Jumlah uang

biasanya disepakati sesuai jumlah

jualan yang ada. Bagi yang masih

kecil belum boleh ikut memotong

dedaunan takut terluka oleh pisau.

Istilah di tempat saya bagi anak

yang membantu dalam berjualan

dan bukan sebagai pemeran utama

ini disebut “bawang kothong”. Yang

berperan sebagai bawang kothong

juga boleh berperan sebagai

pembeli.

Keasyikannya terletak pada sat

mencari bahan-bahannya. Sangat

susah mencari mie dari inang pohon

tetehan dan jumlahnya memang

tidak banyak yang bentuknya

kekunung-kuningan menjulur

panjang mirip sekali dengan bentuk

mie. Yang unik-unik dan sangat

mirip dengan aslinya biasanya cepat

lakunya.

Permainan ini akan berakhir

Page 23: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 23

bila semua dagangan sudah

laku atau waktu sudah sore. Para

pembeli akan berpura-pura

memperagakan layaknya orang

makan. “Nyam...nyam...uenak.

Inyong durung sarap kiye, siki

ngelih mbeti. Tambah maning,”

ucap teman saya. Ada yang

dipincuk dengan daun pisang

untuk dimakan ditempat atau

dibungkus seakan-akan mau

dibawa pulang.

Persoalan muncul ketika

ibu tidak membolehkan pisau

dapurnya dibawa keluar rumah

untuk bermain pasaran. Mereka

takut akan melukai tangan atau

t a k u t

p i s a u

dapurnya ilang. Jadi

kadang-kadang harus umpetan

dengan ibu untuk meminjamnya.

Permaian ini

merupakan peniruan

dari perilaku orang dewasa

yang memasak di dapur dan juga

menirukan ibu-ibu yang berjualan

dipasar. Pembeli bisa menentukan

lauk apa yang diinginkan. Bila yang

membeli anak laki-laki biasanya

suka jahil. Menggunakan mata

uang dengan daun yang belum

disepakati atau malah suka

mengambil sendiri jenis

makanan yang dijual.

Peniruan perilaku ini

ternyata menjadi permainan

yang cukup mengasyikkan juga

dan masih kukenang sampai

sekarang. .

Page 24: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 24

IDOLA

JAMAN

DULU

Lirikan matamu menarik hati

Oh senyumanmu manis sekali

Sehingga membuat…

aku tergoda

Sebenarnya aku ingin sekali

Mendekatimu memadu kasih

Namun sayang-sayang…

malu rasanya

Biar kucari nanti caranya

[Reff:]

Memang sekarang malam perpisahan

Namun awal lahirnya percintaan

Harapanku dapatlah kau rasakan

Meskipun belum aku menyatakan

Oh kiranya aku… telah jatuh cinta

Senyumlah sayang sekali lagi

Sebagai tanda aku tak sendiri

Percayalah baru… pertama kali

Pengalaman ini aku alami

Lagu Lirikan Matamu yang

dinyanyikan oleh A. Rafiq

tersebut mengingatkan

BY KELIK SUPRIYANTO

Page 25: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 25

akan lagu-lagu masa lalu. Bagi

generasi era 80-an pasti akan

mengenal artis-artis semisal R.H.

Oma Irama, Elvi Sukaesih. Untuk

artis anak-anak yang populer saat

itu Dina Mariana, Adi Bing Slamet,

Chicha Koeswoyo, Iyut Bing

Slamet, Fitria Vivi S.

Selayaknya para fans.

Mengoleksi gambar mereka

merupakan suatu kesenangan

tersendiri. Disetiap gambar yang

saya koleksi disebaliknya tertulis

lagu-lagunya. Jadi bisa sekalian

untuk menghafalkan syairnya.

Diproduksi oleh percetakan

berinisial A.B.D., T, dan M. Gambar-

gambar ini diselipkan di dalam

bungkusan kembang gula endog

cecak alias telur cicak. Permen

jaman dulu berupa bulatan kecil

berwarna-warni, manis rasanya.

Dari gambar-gambar

Page 26: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 26

tersebut terlihat trend pakaian

saat itu. Iyut Bing Slamet

tampak tomboy dengan jaket

dan celana jeans biru serta

syal merah di leher. A. Rafiq

berbaju lengan panjang yang

dimasukkan ke celana. Kancing

baju dilepas beberapa agar

terlihat dada dan kalung cakar

harimaunya. Tidak lupa sepatu

jenggel dan celana cut bray

yang memang trend saat itu.

Dina Mariana dan Fitria Vivi S

memakai baju yang marak saat

itu, kaos tanpa lengan.

Gaya rambut juga

berbeda. Kebanyakan laki-laki

dewasa berambut gondrong.

Rambutnya sampai menutup

telinganya.Istilah sekarang

gondrong dangdut. Adi Bing

Slamet dahulu rambutnya

mirip rambut perempuan,

poni. Model poni cocok untuk

perempuan yang berdahi

lebar, wajah panjang dan oval.

Terkesan childish. Dina Mariana

dan Fitria Vivi rambutnya di-

blow out. Gaya rambut tersebut

dibuat dengan memasang

roll di ujung rambut sehingga

melengkung ke dalam.

Pemanasan dilakukan dengan

merendam roll tersebut ke

air panas. Ada yang meledek,

model rambut seperti ini

sebagai model tutup panci.

Dari gambar yang remeh-

remeh seperti itu kita dapat

melacak gaya berpakaian pada

saat itu.

Page 27: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 27

Kitiran Othok-Othok dari bambu. Berasal dari Bantul

Yogyakarta. Koleksi Kelik Supriyanto.

Kitiran Terbang terbuat dari kertas dan bambu. Berasal dari Bantul Yogyakara. Bila dilempar ke atas dengan karet gelang, akan berputar-putar diudara. Koleksi Kelik Supriyanto.

Keong-keongan terbuat dari rumah keong. Berasal dari Cilacap. Sebilah bambu digerakkan keluar masuk diantara dua rumah keong sehingga saling beradu dan timbul bunyi ter...ter....ter... Koleksi Kelik Supriyanto.

Kuda-kudaan beroda terbuat dari karet. Berasal dari Yogyakarta. Kuda biru, kuda merah, kuda hijau, kelihatan sedang berlomba lari di arena pacuan kuda, padahal mereka sudah berkoalisi untuk mengusung siapa yang akan menjadi juaranya. Koleksi Kelik Supriyanto.

GALERI DOLANAN

Page 28: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 28

dolananjadulM A G A Z I N E

Wayang Kertas dari Yogyakarta. Wayang-wayang ini sudah menempatkan posisinya sesuai lakon sang dalang. Mana wayang yang merasa yakin menjadi penguasa di dunia pewayangan dan mana yang cukup menjadi oposisi saja. Ayo, cepat-cepat berkoalisi. Tidak usah harus mengadakan muslub dan terjadi percekcokan antar teman untuk menentukan dukungan. Apalagi harus saling gigit untuk memperebutkan tulang yang belum kelihatan wujudnya. Koleksi : Kelik Supriyanto.

Page 29: Dolanan Jadul Magazine Mei-Juni 2009

MEI-JUNI 2009 HALAMAN 29

Parasut-Parasutan terbuat dari plastik dan karet. Berasal dari Yogyakarta. Dua prajurit bersenjata sedang terjun dari pesawat Dakota tua, sisa perang dunia kedua. Ayo cepat-cepat lompat, pesawat akan segera melakukan pendaratan darurat. Koleksi : Kelik Supriyanto.

dolananjadulM A G A Z I N E

Kitiran kupu-kupu terbuat dari bambu, senar nilon dan seng.

Berasal dari Klaten. Bila diputar akan timbul bunyi mendengung.

Koleksi : Kelik Supriyanto

Mainan kupu-kupu, terbuat dari bilah bambu, kawat, semen, dan plastik. Berasal dari Yogyakarta. Kawat yang dipelintir membuat kupu-kupu yang naik-turun dapat bergetar seakan terbang. Koleksi : Kelik Supriyanto.

Kitiran tabung terbuta dari bambu, senar nilon, dan kertas. Berasal dari Klaten. Bila diputar akan timbul

bunyi nyaring karena adanya gesekan antara senar dan getah yang ada di ujung bilah bambu. Fibrasi dikeraskan bunyinya oleh tabung kertas. Koleksi :

Kelik Supriyanto.

Pemimpin Umum : Kelik SupriyantoDewan Redaksi : Ahmad Baiquni Ahmad Musthofa Haroen At tachriirotul Muyassaroh Eka Yulianti Wijaya Kelik Supriyanto M. Sofwan Hadi Alamat Redaksi : Bulaksumur B-21 Yogyakarta

Website : dolananjadul.blogspot.com Email : [email protected]

Kirimkan kenangan indah masa kanak-kanak anda ke redaksi Dolanan Jadul, dapat berupa tulisan maupun foto agar pembaca ikut juga merasakan kesenangan yang pernah anda rasakan.