Download (2402Kb)

71
OPTIMASI KOMPOSISI MEDIUM PEMBIBITAN KAWISTA (Limonia acidissima L.) DENGAN PENAMBAHAN MIKORIZA VESIKULAR ARBUSKULAR (MVA) DAN KOMPOS SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Biologi Disusun oleh: Khusniyyatul Muna 4411410014 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Transcript of Download (2402Kb)

Page 1: Download (2402Kb)

OPTIMASI KOMPOSISI MEDIUM PEMBIBITAN KAWISTA

(Limonia acidissima L.) DENGAN PENAMBAHAN MIKORIZA

VESIKULAR ARBUSKULAR (MVA) DAN KOMPOS

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Sains Biologi

Disusun oleh:

Khusniyyatul Muna

4411410014

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Download (2402Kb)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa isi skripsi yang

berjudul “Optimasi Komposisi Medium Pembibitan Kawista (Limonia acidissima

L.) dengan Penambahan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dan Kompos ”

ini disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing.

Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Semarang,Oktober 2014

Page 3: Download (2402Kb)

iii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul:

“Optimasi Komposisi Medium Pembibitan Kawista (Limonia acidissima L.)

dengan Penambahan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dan Kompos”

Nama : Khusniyyatul Muna

NIM : 4411410014

Telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada tanggal 3 Oktober

2014

Panitia Ujian

Penguji Utama

Drs. Krispinus Kedati Pukan, M.Si

NIP. 195507311985031002

Anggota Penguji/

Penguji Pendamping

Dra. Lina Herlina, M.Si

NIP. 196009161986012001

Anggota Penguji /

Pembimbing Utama

Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si

NIP. 196009161986012001

Sekretaris

Andin Irsadi, S.Pd.,M.Si

NIP. 19743102000031001

Page 4: Download (2402Kb)

iv

ABSTRAK

Muna K. 2014. Optimasi Komposisi Medium Pembibitan Kawista (Limonia

acidissima L.) dengan Penambahan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

dan Kompos. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Dr. Enni Suwarsi R, M.Si

Kawista (Limonia acidissima L. syn Feronia limonia Swingle.)

bermanfaat sebagai obat tumor, asma, sembelit, lemah jantung, hepatitis,sakit

perut, penurun panas, gigitan dan sengatan binatang, mual-mual danmengobati

menstruasi yang berlebihan, selain itu daging buahnya diolah menjadi makanan

dan minuman khas kota Rembang. Sebaran tanaman kawista di pulau Jawa

terbanyak terdapat di kota Rembang. Jumlah tanaman kawista tahun 2011-2014 di

Rembang ±1400 pohon. Populasi kawista yang tidak bertambah di kota Rembang

antara lain karena pertumbuhan bibit yang lambat, sehingga hanya sedikit yang

tertarik dalam membibitkan kawista. Ketersediaan bibit yang semakin berkurang

akan berpengaruh dalam ketersediaan buah sebagai bahan baku produksi dan

berimbas dalam bidang perekonomian daerah. Berdasarkan hasil observasi, media

pembibitan yang diterapkan pembibit dan masyarakat setempat belum optimal.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui media yang optimal

untuk pertumbuhan bibit kawista dengan menambahkan Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) dan kompos.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan

rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor yaituMVA dankompos. MVA

terdiri atas empat taraf perlakuan yaitu MVA 0 gram, 5 gram, 10 gram dan 15

gram sedangkan kompos 0 gram, 30 gram, 60 gram dan 90 gram, terdapat 16

kombinasi perlakuan dengan empat kali ulangan. Unit percobaan adalah satu

polybag yang ditanam satu bibit kawista dengan tinggi ±30-33 cm. Parameter

pertumbuhan yang diamati adalahpertambahan tinggi bibit, jumlah daun, diameter

batang, panjang akar, dan berat segar bibit; serta derajat infeksi MVA pada akar

kawista. Data dianalisis menggunakanAnalysis of Variance (Anova) dua jalur,

jika hasilnya signifikan dilakukan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test

(DMRT).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa MVA, kompos dan interaksi antara

keduanya berpengaruh signifikan terhadap pertambahan tinggi bibit, jumlah daun

dan derajat infeksi MVA pada akar kawista. MVA 15 gram paling optimal untuk

pertambahan tinggi bibit, jumlah daun dan berat segar bibit; serta derajat infeksi

MVA pada akar. Kompos 60 gram dan 90 gram paling optimal untuk

pertambahan jumlah daun. Interaksi antara MVA 15 gram dengan kompos 60

gramatauMVA 15 gramdan kompos 90 gram paling optimal untukpertambahan

tinggi bibit dan jumlah daun, serta derajat infeksi MVA pada akar.

Penambahan MVA 15 gram dengan kompos 60 gramatau MVA 15 gram

dan kompos 90 gram disarankan dalam media pembibitan kawista untuk

mendapatkan pertumbuhan bibit yang optimal

Kata Kunci: pertumbuhan, bibit kawista, media pembibitan,MVA, kompos.

Page 5: Download (2402Kb)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul “Optimasi Komposisi Medium Pembibitan

Kawista (Limonia acidissima L.) dengan Penambahan Mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA) dan Kompos”.

Dalam menyusun skripsi penulis menyadari masih banyak kekurangan

mengingat keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Namun dengan segala

upaya, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi berbagai fasilitas dan

kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri

Semarang.

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Semarang yang membantu kelancaran administrasi dalam penyelesaian skripsi.

3. Ketua Jurusan Biologi UNNES yang telah memberi motivasi.

4. Dr. Enni Suwarsi R, M.Si, dosen pembimbing atas bimbingan, pengarahan dan

dorongannya selama ini.

5. Dra. Lina Herlina, M.Si dan Drs. Krispinus Kedati Pukan, M.Si, dosen penguji

untuk waktu dan kesabaran yang sangat berarti, tanpanya penulisan skripsi ini

tidak menjadi lebih baik.

6. Dosen wali dan segenap dosen Jurusan Biologi yang telah menyampaikan

ilmunya kepada penulis.

7. Bapak dan ibu yang telah melakukan pengorbanan dengan penuh keikhlasan

untuk saya dan selalu mengingat saya dalam setiap doa.

8. Kepada saudara dan nenek yang telah memberikan motivasi dan doanya

sehingga skripsi bisa selesai.

9. Teman-teman Botani dan Jurusan Biologi 2010 seperjuangan.

Page 6: Download (2402Kb)

10. Teman-teman Sakura Kos yang selalu mendukungku dengan berbagi canda

tawa.

11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini.

12. Almamaterku tercinta, UNNES.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari kesempurnaan. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca.

Semarang, Oktober 2014

Penulis

Page 7: Download (2402Kb)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... ii

PENGESAHAN .......................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Penegasan Istilah ........................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5

E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 6

1. ..................................................................................... Deskrips

i kawista (Limonia acidissima L.) .......................................... 6

2. ..................................................................................... Mikoriza

Vesikular Arbuskular (MVA) ................................................ 7

3. ..................................................................................... Kompos 9

4. ..................................................................................... Pertumb

uhan bibit ............................................................................... 9

B. Hipotesis ..................................................................................... 13

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 14

B. Variabel Penelitian ..................................................................... 14

C. Rancangan Penelitian ................................................................. 14

Page 8: Download (2402Kb)

D. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................... 16

E. Prosedur Penelitian ..................................................................... 17

F. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 19

Page 9: Download (2402Kb)

ix

G. Tabel Penyajian Data .................................................................. 20

H. Analisis Data .............................................................................. 20

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 21

B. Pembahasan ................................................................................ 26

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ..................................................................................... 32

B. Saran ........................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 33

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 38

Page 10: Download (2402Kb)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kombinasi dosis perlakuan MVA dan kompos....................................... 15

2. Pertambahan tinggi bibit kawista (cm) umur 12 minggu setelah tanam

pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta masing-

masing reratanya..................................................................................... 20

3. Respon berbagai dosis MVA dan kompos terhadap pertumbuhan bibit

kawista..................................................................................................... 21

4. Ringkasan hasil Anovadua jalur pengaruh dosis MVA, kompos, dan

interaksinya terhadap pertumbuhan bibit kawista.................................. 22

5. Ringkasan hasil uji DMRT pengaruh dosis MVA terhadap

pertumbuhan bibit kawista......................................................................

23

6. Ringkasan hasil uji DMRT pengaruh dosis kompos terhadap

pertumbuhan bibit kawista.....................................................................

23

7. Ringkasan hasil uji DMRT pengaruh interaksi dosis MVA dan

kompos terhadap berbagai respon pertumbuhan bibit kawista...............

24

Page 11: Download (2402Kb)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Habitus dan bagian-bagian tanaman kawista......................................... 7

2. Penampang longitudinal akar yang terinfeksi MVA.............................. 8

3. Kerangka berfikir................................................................................... 12

4. Denah peletakan setiap unit percobaan.................................................. 16

5. Keragaman morfologi akar bibit kawista umur 12 minggu setelah

tanam pada berbagai kombinasi taraf dosis MVA dan

kompos...................................................................................................

25

Page 12: Download (2402Kb)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Pertambahan tinggi bibit kawista (cm) umur 12 minggu setelah

tanam pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta

masing-masing reratanya.......................................................................

39

2. Pertambahan tinggi bibit kawista (cm) umur 12 minggu setelah

tanam pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta

masing-masing reratanya......................................................................

39

3. Pertambahan diameter batang kawista (mm) umur 12 minggu setelah

tanam pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta masing-

masing reratanya.......................................................................................

40

4. Pertambahan panjang akar kawista (cm) umur 12 minggu setelah

tanam pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta

masing-masing reratanya......................................................................

40

5. Pertambahan berat segar bibit kawista (gram) umur 12 minggu

setelah tanam pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos

serta masing-masing reratanya..............................................................

41

6. Derajat infeksi MVA pada akar kawista (%) umur 12 minggu setelah

tanam pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta

masing-masing reratanya......................................................................

41

7. Perhitungan hasil Anovadua jalur untuk kombinasi MVA dan kompos serta

interaksi antar keduanya pada parameter pertambahan tinggi

bibit..................................................................................................

42

8. Perhitungan hasilAnova dua jalur untuk kombinasi MVA dan

kompos serta interaksi antar keduanya pada parameter pertambahan

jumlah daun...........................................................................................

42

9. Perhitungan hasil Anova dua jalur untuk kombinasi MVA dan

kompos serta interaksi antar keduanya pada parameter pertambahan

diameter batang kawista........................................................................

43

10. Perhitungan hasil Anova dua jalur untuk kombinasi MVA dan

kompos serta interaksi antar keduanya pada parameter pertambahan

panjang akar kawista.............................................................................

43

11. Perhitungan hasil Anova dua jalur untuk kombinasi MVA dan

kompos serta interaksi antar keduanya pada parameter pertambahan

berat segar bibit kawista.................................................................

44

Page 13: Download (2402Kb)

xiii

12. Perhitungan hasil Anova dua jalur untuk kombinasi MVA dan

kompos serta interaksi antar keduanya pada parameter derajat infeksi

MVA pada akar kawista........................................................................

44

13. Perhitungan hasil uji DMRT dosis MVA pada parameter

pertambahan tinggi bibit.................................................................

45

14. Perhitungan hasil uji DMRT interaksi dosis MVA dan kompos pada

parameter pertambahan tinggi bibit................................................

45

15. Perhitungan hasil uji DMRT dosis MVA pada parameter

pertambahan jumlah daun.....................................................................

46

16. Perhitungan hasil uji DMRT dosis kompos pada parameter

pertambahan jumlah daun.....................................................................

46

17. Perhitungan hasil uji DMRT interaksi dosis MVA dan kompos pada

parameter pertambahan jumlah daun....................................................

47

18. Perhitungan hasil ujiDMRT dosis MVA pada parameter

pertambahan berat segar bibit.........................................................

47

19. Perhitungan hasil uji DMRT dosis MVA pada parameter derajat

infeksi MVA pada akar kawista............

48

20. Perhitungan hasil uji DMRT dosis kompos pada parameter derajat

infeksi MVA pada akar kawista.........

48

21. Perhitungan hasil uji DMRT interaksi dosis MVA dan kompos pada

parameter derajat infeksi MVA pada akar kawista...............................

48

22. Faktor lingkungan bibit kawista selama penelitian............................... 50

23. Wilayah nyata student pada taraf 5% dan 1% uji DMRT..................... 51

24. Daftar nilai baku F pada taraf kritis 5% dan 1% untuk analisis sidik

ragam (analysis of variance).................................................................

53

25. Surat ijin penelitian............................................................................... 56

26. Dokumentasi penelitian........................................................................ 57

Page 14: Download (2402Kb)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawista (Limonia acidissima L. syn Feronia limonia Swingle.)

merupakan tanaman yang tergolong dalam famili Rutaceae (jeruk-jerukan).

Tanaman ini tumbuh alami di daerah kering di India, Sri Lanka, Myanmar,

Indocina, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia, tanaman ini tumbuh di daerah

pantai di Sumatra, Jawa, Madura, Bali dan Nusa Tenggara Barat (Nugroho

2012). Karena penyebarannya yang luas kawista memiliki nama yang berbeda

tergantung asal daerah masing-masing. Nama-nama tersebut antara lain wood

apple (Inggris), elephant apple (Belanda), belada hannu (Kanada), kaitha

(India), kothu (Gujarat), maja (Jakarta), kawista (Sunda), kawis, kawista, kinca

(Jawa), bila, kabista, karabista (Madura) (Monika et al. 2012).

Prospek kawista sangat besar untuk dikembangkan karena mempunyai

banyak keunggulan. Buahnya berkhasiat sebagai obat tumor, asma, sembelit,

lemah jantung, dan hepatitis (Ilango et al. 2009). Menurut Dewi (2013) buah

kawista mengandung flavonoid, glikosida, saponin, tanin, kumarin dan turunan

tiramin yang dapat digunakan untuk pengobatan seperti menurunkan panas,

tonikum dan sakit perut. Duri dan kulit kayunya digunakan untuk mengobati

menstruasi yang berlebihan, gangguan hati, gigitan dan sengatan binatang, dan

mual-mual. Getah yang dikumpulkan dari kulit kayunya bermanfaat sebagai

pengganti gum Arab. Kawista dapat pula digunakan sebagai obat diare dan

disentri. Selain itu buahnya dapat diolah menjadi makanan dan minuman

(Qureshi et al.2010). Kawista cocok tumbuh di daerah yang beriklim monsun

atau tropika kering pada ketinggian 0-450 m dpl. Tanaman ini adaptif di

daerah pantai dan toleran terhadap kekeringan (Sukamto 2000). Salah satu

daerah penyebaran tanaman kawista di Indonesia adalah Kabupaten Rembang

Provinsi Jawa Tengah. Wilayah ini memiliki jenis iklim tropis dengan suhu

rata-rata 23-33oC dan didominasi oleh jenis tanah grumosol (Pemkab Rembang

2014).

Kawista termasuk tanaman yang tumbuhnya lambat. Tanaman yang

berasal dari biji memerlukan waktu hingga 15 tahun untuk berbuah. Kawista

Page 15: Download (2402Kb)

2

berbuah sekali dalam satu tahun, pada bulan Oktober-November (Nugrohoet

al. 2011. Pada tahun 2011-2014jumlah tanaman kawista di Kabupaten

Rembang ±1400 pohon. Populasi kawista yang semakin menurun dapat

dicegah dengan perluasan lahan tanam yang membutuhkan jumlah bibit yang

besar. Ketersediaan bibit saat ini masih kurang. Masyarakat tidak tertarik untuk

membibitkan kawista karena pertumbuhannya yang lambat (Dinas Kehutanan

2014, komunikasi langsung dengan warga di Desa Lasem, Sluke, Landoh,

Bulu, Sedan dan Sulang kabupaten Rembang pada bulan Desember 2012).

Berdasarkan wawancara langsung dengan pembibit kawista Kecamatan Bulu

Kabupaten Rembang, sampai saat ini sebagian besar masyarakat yang

membibitkan kawista menggunakan tanah dengan pupuk kimia. Untuk

mengusahakan bibit kawista yang berkualitas diperlukan perlakuan media

tanam dan dosis pemupukan.Alternatif yang dapat diusahakan untuk mengatasi

masalah tersebut yaitu menggunakan cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular

(MVA)dan kompos.

Aplikasi teknologi mikroba tanah berupa MVA merupakan salah satu

strategi yang perlu dicoba dan dikembangkan. Upaya tersebut tidak saja secara

ekonomis lebih murah, tetapi juga lebih efektif dan bersahabat dengan

lingkungan (Tirta 2006).MVA merupakan jenis fungi yang menguntungkan

pertumbuhan terutama pada tanah-tanah yang mengalami kekahatan fosfor (P).

MVA tidak hanya menguntungkan pertumbuhan tanaman, tetapi juga menekan

kebutuhan fosfat 20% sampai 30% (Sutanto 2005). Selain meningkatkan

pertumbuhan dan penyerapan P inokulasi MVA yang efektif juga dapat

meningkatkan hasil tanaman(Jawal etal. 2004).

Sinwin et al. (2006) menyatakan bahwa MVA mempunyai peranan

penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan meningkatkan

serapan hara dengan memperluas permukaan area serapan.Akar yang tidak bisa

menembus pori tanah yang diameternya lebih kecil dari ujung akar, dapat

dibantu oleh hifa eksternal MVA yang berukuran lebih kecil dari rambut akar.

Hifa tersebut mampu menjangkau area yang lebih jauh melalui pori tanah yang

kecil.MVA dapat melindungi akar tanaman dari serangan patogen dan

meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan serta mampu

Page 16: Download (2402Kb)

3

meningkatkan serapan hara N, P, K(Jayanegara 2011). Menurut Wu et

al.(2012) MVA menunjukkan hasil yang signifikan terhadap perkembangan

sistem perakaran jeruk pada konsentrasi 5 g per tanaman.

Pada fase pembibitan diperlukan penambahan unsur hara mineral yang

cukup agar bibit tumbuh lebih baik. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan

penambahan pupuk organik, karena pupuk organik selain mengandung unsur-

unsur mineral makro, juga mengandung unsur mikro yang dibutuhkan tanaman

waktu muda (Setyorini et al. 2007).

Kompos berfungsi untuk perbaikan struktur tanah, aerasi dan peningkatan

daya serap akar terhadap air. Fungsi yang lain, kompos adalah stimulan untuk

meningkatkan kesehatan dan produktifitas kinerja akar tanaman. Dengan

adanya kompos, ketersediaan makanan untuk mikroorganisme tanah sebagai

dekomposer selalu tercukupi dan dalam kondisi sehat serta seimbang

(Chairuman 2008).

Kompos sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman,

karena selain sebagai sumber unsur hara bagi tanaman, kompos juga sebagai

tempat berkembangnya mikroorganisme tanah yang bersifat membantu

pertumbuhan tanaman. Dalam penelitian Widyati dan Slamet(2005) kompos

ampas teh menunjukkan pengaruh terhadap produksi jerami jagung manis pada

dosis 20 ton per hektar, tapi penambahan MVA bersama dengan kompos pada

konsentrasi yang lebih tinggi menurunkan pertumbuhan tanaman. Kompos

berpengaruh terhadap pertumbuhan batang tanaman coklat dan tanaman sengon

pada dosis 30 gram per tanaman setara dengan 12 ton per hektar (Rosniawaty

2005, Khazali et al. 2009). Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan

penelitian untuk menentukan dosis MVA dan kompos yang optimal dalam

media pembibitan kawista.

Page 17: Download (2402Kb)

4

B. Rumusan Masalah

Beradasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

a. Apakah MVA dan kompos berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kawista

(Limonia acidissima L.)?

b. Apakah interaksi antara MVA dan kompos berpengaruh terhadap bibit

pertumbuhan kawista (Limonia acidissima L.)?

c. Berapa konsentrasiMVA dan kompos yang paling optimal untuk

pertumbuhan bibit kawista (Limonia acidissima L.)?

C. Penegasan Istilah

1. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

MVA merupakan asosiasi antara jamur tertentu dengan akar tanaman

membentuk jalinan interaksi yang komplek. Jamur MVA yang dipakai

dalam penelitian ini berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Pertanian,

Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Spesies jamur MVA termasuk

dalam famili Glomaceae, Acaulosporaceaedan

Gigasporaceaeyangdikembangkan dalam media zeolit.

2. Kompos

Kompos merupakan sisa-sisa organik yang telah mengalami

dekomposisi sehingga dapat dipakai sebagai pupuk. Kompos yang dipakai

dalam penelitian iniberasal dari pengolahan limbah padat teh PT. Sinar

Sosro Ungaran dengan kandungan 0,32 % N; 0,64 % P2O5; 0,32% K2O;

14,18% C/N;5,34% Corg; 0,13% Fe; 20% Cu; 10% Mg dan 13% Ca dalam

setiap satu kg kompos. Kompostersebut diolah melalui beberapa tahapan

antara lain proses pendinginan, penguraian, pembalikan dan kompos siap

digunakan setelah mengalami pembusukan selama satu setengah bulan.

3. Bibit Kawista

Bibit kawista yang digunakan ditumbuhkan dari biji dan diperoleh

dari CV. Harapan Tani Rembang yang menyediakan bibit tanaman

Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Holtikultura, pupuk tanaman, alat

Pertanian dan obat-obatan Pertanian. Bibit kawista yang dipakai memiliki

tinggi dengan rata-rata ±30-33cm dan umur tiga bulan.

Page 18: Download (2402Kb)

5

4. Pertumbuhan Optimal

Pertumbuhanmerupakan pertambahan ukuran tumbuhan secara

kuantitatif. Parameter pertumbuhan yang diukur adalah pertambahan tinggi

bibit, pertambahan jumlah daun, pertambahan diameter batang,

pertambahan panjang akar dan pertambahan berat segar bibit. Selain itu juga

diamati derajat infeksi MVA pada akar kawista. Pertumbuhan dinyatakan

optimal apabila parameter menunjukkan jumlah tertinggi.

D. Tujuan Penelitian

1.Mendeskripsikan pengaruh pemberian MVA dan kompos pada pertumbuhan

bibit kawista (Limonia acidissima L.)

2. Menganalisis pengaruh interaksi pemberian MVA dan kompos terhadap

pertumbuhan bibit kawista (Limonia acidissima L.)

3. MenentukankonsentrasiMVA dan kompos yang paling optimal terhadap

pertumbuhanbibit kawista (Limonia acidissima L.)

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memperkaya

ilmu pengetahuan tentang fisiologi tumbuhan dan media pembibitan. Secara

praktis digunakan untuk menentukan komposisi media tanam yang optimal

dalam pembibitan kawista sehingga dapat dijadikan acuan bagi petani untuk

mendapatkan bibit kawista yang berkualitas.

Page 19: Download (2402Kb)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Deskripisi kawista (Limonia acidissima L.)

Klasifikasi tanaman kawista:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : LimoniaL.

Spesies : Limonia acidissima L.

Kawista merupakan tanaman berupa pohon dengan tinggi 9 m yang

tergolong dalam famili Rutaceae. Kulit batangnya kasar dan ditumbuhi duri

yang tajam dan lurus. Berdaun majemuk dengan jumlah anak daun 5-7 helai

dan panjang 25-35 mm serta lebar 10-20 mm. Buahnya berdiameter 5-9 cm

dengan aroma yang khas. Kulit buahnya keras dan kasar berwarna putih

keabuan (Panda 2013).

Kawista termasuk tanaman yang tumbuhnya lambat. Tanaman yang

berasal dari biji, berbuah sekali dalam satu tahun pada bulan Oktober-

November setelah berumur 15 tahun. Tanaman ini memiliki adaptasi yang

baik pada daerah kering dan tanah yang berpasir (Dewi 2013). Berdasarkan

penelitian pendahuluan (2013) kawista di Rembang tumbuh optimal pada

suhu udara ±32oC dan pH tanah ±6. Tanaman ini mampu tumbuh pada

ketinggian 53 m dpl. Kelembapan udara di daerah tempat tumbuh kawista

±51% dengan kecepatan angin 0,5 m/s.

Page 20: Download (2402Kb)

7

Buah kawista memiliki beberapa nilai gizi yang penting bagi tubuh.

Daging buahnya mengandung 2,66% pektin; 7,1% protein; lemak 3,7%;

mineral 1,9%; serat 50%; karbohidrat 18,1%; kalsium 0,13%; fosfor 0,11%

dan besi 0,048% (Naik 2008).

2. Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

MVA termasuk salah satu kelompok jamur endomikoriza yang

membentuk asosiasi simbiotik mutualis dengan akar tanaman. Jamur

endomikoriza masuk ke dalam sel korteks dari akar serabut. Jamur ini tidak

membentuk selubung yang padat, namun membentuk miselium yang

tersusun longgar pada permukaan akar jamur juga membentuk vesikel dan

arbuskula yang besar didalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan

Vesicular Arbuscular Myccorhizal(VAM), sebagai contoh Glomus dan

Acaulospora (Sabev et al. 2006).

Vesikel merupakan suatu struktur berbentuk lonjong atau bulat,

mengandung cairan lemak, yang berfungsi sebagai organ penyimpanan

makanan atau berkembang menjadi klamidospora, yang berfungsi sebagai

organ reproduksi dan struktur ketahanan (Dewi 2007). Arbuskul adalah

struktur hifa yang bercabang-cabang seperti pohon-pohon kecil yang mirip

haustorium, berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman

inang dengan jamur. Struktur ini mulai terbentuk 2-3 hari setelah infeksi,

diawali dengan penetrasi cabang hifa lateral yang dibentuk oleh hifa

Gambar 1. Habitus dan bagian-bagian tanaman kawista, (a) Habitus kawista. Bar,

2 m (b) Ranting kawista. Bar, 2 cm (c) Bunga kawista. Bar, 1 cm (d)

Buah kawista. Bar, 2 cm.

d a b c

Page 21: Download (2402Kb)

8

ekstraseluler dan intraseluler ke dalam dinding sel inang (Jayanegara 2011).

Anatomi sederhana dari MVA dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Penampang longitudinal akar yang terinfeksi MVA (Delvian

2006)

MVA dapat membantu mengatasi masalah ketersediaan fosfat melalui

2 cara, pengaruh langsung melalui jalinan hifa eksternal yang diproduksinya

secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan

kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air (Jayanegara 2011) dan

pengaruh tidak langsung, dimana mikoriza dapat memodifikasi fisiologis

akar sehingga dapat mengekskresikan asam-asam organik dan fosfatase

asam ke dalam tanah. MVA dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman

melalui peningkatan pengambilan fosfat, dengan memindahkan unsur P dari

fungi ke akar (Read et al. 2000).

Tanaman yang mempunyai MVA cenderung lebih tahan terhadap

kekeringan. Jamur MVA yang dapat mempengaruhi kadar air tanaman

inang (Morte et al. 2000). Tanaman bermikoriza lebih tahan terhadap

kekeringan karena MVA menyebabkan resistensi akar terhadap gerakan air

menurun sehingga gerakan air ke akar meningkat, pertumbuhan yang lebih

baik pada tanaman ditunjang adanya hifa eksternal jamur yang dapat

menjangkau air jauh ke dalam tanah sehingga tanaman dapat bertahan pada

kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (Joner 2001).

sel korteks

hifa

intraseluler

arbuskula

vesikula

endodermis

hifa internal

epidermis

eksodermis

hifa eksternal

rambut

akar

Page 22: Download (2402Kb)

9

3. Kompos

Teh (Camellia sinensis) merupakan minuman penyegar yang sudah

dikenal dengan luas di Indonesia dan di dunia (Bambang 2006). Prospek

ekonomi dari produk teh sangat besar untuk dikembangkan karena

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil teh. Sebagai salah satu

negara produsen, banyak perkebunan dan pabrik minuman teh yang ada di

Indonesia. Di samping sebagai negara produsen teh, tentu negara ini juga

menghasilkan limbah atau ampas teh baik dari produksi dan konsumsi teh

itu sendiri. Dengan makin banyaknya produksi dan konsumsi teh di

Indonesia, maka makin banyak pula limbah atau ampas teh yang

dihasilkan(Yuwono, 2009).Kandungan kimia ampas teh antara lain

polifenol, vitamin E, vitamin C dan vitamin A. Polifenol pada teh berupa

katekin dan flafanol. Senyawa ini berfungsi sebagai antioksidan untuk

menangkap radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas yang ada dalam tubuh

Anda disebabkan karena lingkungan udara yang telah tercemar polusi dan

makanan yang Anda konsumsi. Selain itu, senyawa ini juga ampuh

mencegah berkembangnya sel kanker dalam tubuh. Dalam satu cangkir teh

terkandung vitamin E sekitar 100-200 IU merupakan kebutuhan satu hari

bagi tubuh manusia. Jumlah ini berfungsi menjaga kesehatan jantung dan

sekaligus membuat kulit Anda menjadi halus. Vitamin C berfungsi sebagai

imunitas atau daya tahan bagi tubuh manusia terhadap penyakit. Vitamin A

yang ada pada teh berbentuk betakaroten. Pemanfaatan ampas teh salah

satunya sebagai pupuk kompos (Widyawati et al. 2002).

Pupuk dapat berasal dari pupuk anorganik maupun pupuk organik.

Pupuk organik atau sering disebut kompos dapat dibuat dari limbah yang

berasal dari rumah tangga seperti sampah ataupun limbah pabrik. Ampas teh

dapat dibuat menjadi bahan dasar pembuatan kompos melalui proses

fermentasi. Ampas teh mengandung 26,67% protein kasar. Protein kasar

pada jaringan tanaman sangat mudah mengalami pelapukan yang

menghasilkan senyawa amonium (NH4+) dan nitrat (NO3

-) yang merupakan

bentuk nitrogen tersedia dan mudah diserap oleh tanaman (Agustianingrum

2009).

Page 23: Download (2402Kb)

10

Kompos merupakan sumber hara mineral makro dan mikro secara

lengkap dalam jumlah yang relatif kecil (N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Zn,

Mo, dan Si) (Setyorini et al. 2007). Kompos mengandung humus yang

sangat dibutuhkan sebagai cadangan hara makro dan mikro yang dibutuhkan

oleh tanaman (Jayanegara 2011).

Kompos mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomisetes,

bakteri, dan alga). Gas CO2yang dihasilkan mikroorganisme tanah akan

dipergunakan untuk fotosintesis tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman

akan lebih cepat. Amonifikasi, nitrifikasi, dan fiksasi nitrogen juga

meningkat karena pemberian bahan organik sebagai sumber karbon yang

terkandung didalam kompos. Aktivitas berbagai mikroorganisme di dalam

kompos menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan, misalnya auksin,

giberelin, dan sitokinin yang memacu pertumbuhan dan perkembangan

akar-akar rambut sehingga daerah pencarian makanan lebih luas (Saraswati

2007).

4. Pertumbuhan bibit

Memahami pertumbuhan dan perkembangan morfologi dari

tumbuhan sangat penting dalam proses pembibitan. Hal yang perlu

diperhatikan adalah kemampuan tumbuh yang berhubungan erat dengan

perkembangan morfologi (Brueland et al. 2003). Pertumbuhan dan

perkembangan pada tumbuhan berbiji diawali denganpertemuan antara sel

kelamin jantan dan sel kelamin betina, menjadi biji,berkecambah, tumbuh

menjadi tanaman juvenil, dan berlanjuttumbuh dan berkembang menjadi

tanaman dewasa. Tumbuhan dewasa akanberbunga dan berbuah (Srivastava

2002).

Secara umum tumbuhan dewasa terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

buah. Akar tumbuh ke dalam tanah yang berfungsi untuk memperkuat

berdirinya tumbuhan. Selain itu, akar juga berfungsi untuk mengambil air

dan garam mineral dari tanah. Pada batang terdapat daun yang berfungsi

sebagai penghasil makanan melalui fotosintesis. Batang juga berperan

dalam mentransport air dan garam mineral ke daun serta lewatnya hasil

fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Akar, batang dan daun

Page 24: Download (2402Kb)

11

merupakan organ pokok pada tumbuhan sedangkan bunga sebagai organ

hasil metamorfosis (Mulyani 2006).

Pada ujung akar dan batang tumbuhan berbiji yang sedang aktif

tumbuh,terdapat tiga daerah pertumbuhan dan perkembangan. Daerah

tersebut adalahdaerah pembelahan, daerah pemanjangan, dan daerah

diferensiasi (Srivastava 2002). Daerah pembelahan disebut pula daerah

meristematik. Daerah pemanjangan, merupakan hasil pembelahan sel-sel

meristem di daerahpembelahan. Sel-sel pada daerah ini lebih

besardibandingkan dengan sel-sel pada daerah meristem. Sel di daerah

diferensiasi telah berubah bentuk sesuai fungsinya. Sebagian selmengalami

diferensiasi menjadi epidermis, xilem dan floem.Sebagian sel lagi

mengalami diferensiasi menjadi jaringan parenkim, jaringan penunjang

seperti kolenkim dan sklerenkim. Dengan terjadinyadiferensiasi sel maka

terbentuklah berbagai jaringan tumbuhan (South 2000).

Pertumbuhan yang terjadi pada jaringan tumbuhan dibedakan

menjadi pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan

primer terjadi sebagai hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer.

Pertumbuhan ini terjadi pada jaringan meristematik seperti ujung akar dan

ujung batang. Pada tumbuhan dikotil, selain meristem primer terdapat juga

meristem sekunder. Jaringan meristem sekunder berupa kambium dan

kambium gabus yang menyebabkan bertambah besarnya volum batang dan

akar tanaman (Skinner dan Kenneth 2005).

Pertumbuhan tanaman merupakan hasil interaksi yang kompleks

antara faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor intrasel

yaitu sifat genetik dan faktor intersel yang meliputi hormon dan enzim.

Faktor eksternal meliputi air tanah dan unsur hara, kelembaban udara,

cahaya, temperatur, pH, dan CO2(Taiz dan Edurdo 2010).

Page 25: Download (2402Kb)

12

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya

diperoleh kerangka berfikir sebagai berikut:

Gambar 3. Kerangka berfikir

MVA Kompos

Meningkatkan serapan hara N, P, K.

Melindungi akar dari patogen.

Memperluas area penyerapan.

Meningkatkan resistensi terhadap

kekeringan

Hara untuk pertumbuhan tercukupi.

Akar lebih toleran terhadap patogen.

Daya serap akar meningkat.

Tanaman lebih tahan terhadap

kekeringan.

Meningkatkan bahan organik tanah.

Memperbaiki struktur tanah.

Meningkatkan daya serap terhadap

air

Metabolisme sel berjalan baik.

Pembelahan dan pembentangan

sel meningkat.

Pertumbuhan vegetatif

bibit kawista optimal.

Pertumbuhan kawista

lambat

Medium pembibitan hanya tanah dengan pupuk

kimia.

Kandungan dan intensitas hara rendah.

Daya serap akar bibit rendah.

Hara makro dan mikro tercukupi.

Aerasi lebih baik.

Kebutuhan air tercukupi.

Page 26: Download (2402Kb)

13

B. Hipotesis

1. MVA dan kompos berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit tanaman

kawista.

2. Interaksi antara MVA dan kompos berpengaruh terhadap pertumbuhan

bibit tanaman kawista.

3. Konsentrasi MVA dan kompos tertentu mengakibatkan pertumbuhan

bibit tanaman kawista paling optimal.

Page 27: Download (2402Kb)

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan lahan tanam Dinas Pertanian kota Rembang

dan dilaboratorium Mikroteknik Jurusan Biologi, Fakultas Matematikan dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pelaksanaan penelitian

dimulai pada bulan Februari - Mei 2014.

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan 3 variabel

yaitu: variabel bebas, variabel terikat dan variabel kendali.

1. Variabel bebas:

a. MVA yang ditambahkan pada media tanam kawista dengan konsentrasi 0

gram, 5 gram, 10 gram, dan 15 gram per tanaman (Wu 2012)

b. Kompos yang ditambahkan pada media tanam kawista dengan

konsentrasi 0 gram, 30 gram, 60 gram, dan 90 gram per tanaman (Morton

dan Dieter 2003, Rosniawaty 2005, Khazali 2009, Ermansyah 2012).

2. Variabel terikat berupa pertumbuhan tanaman kawista yang diukur dari:

Pertambahan tinggi bibit,pertambahan jumlah daun,pertambahan diameter

batang, pertambahan panjang akar, dan pertambahan berat segar bibit serta

derajat infeksi jamur MVA terhadap akar kawista.

3. Variabel kendali merupakan faktor yang berpengaruh terhadap variabel

terikat. Variabel ini dilakukan dengan menyamakan faktor pada semua

perlakuan. Variabel kendali pada penelitian ini adalah tinggi awal dan umur

bibit kawista, intensitas cahaya matahari, suhu udara, kelembapan udara,

penyiraman, kelembapan dan pH media tanam, jenis tanah, volume tanah,

pemupukan dan ketinggian tempat.

Page 28: Download (2402Kb)

15

C.Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

pertama adalah MVA yang terdiri dari empattaraf yaitu:

M0 : 0 gram MVA per tanaman

M5 : 5 gram MVA per tanaman

M10 : 10 gram MVA per tanaman

M15 : 15 gram MVA per tanaman

Faktor kedua adalah kompos yang terdiri dari empat taraf yaitu:

K0 : 0 gram kompos per tanaman

K30 : 30gram komposper tanaman

K60 : 60gram komposper tanaman

K90 : 90 gram komposper tanaman

Unit percobaan adalah satu polybag yang ditanam satu bibit kawista.

Terdapat 16 kombinasi perlakuan dengan empat kali ulangan setiap

kombinasisehingga jumlah seluruhnya terdapat 64 unit percobaan.

Tabel 1. Kombinasi dosis perlakuan MVA dan kompos Perlakuan Dosis MVA (gram) Dosis kompos (gram)

M0K0 0 0

M0K30 0 30

M0K60 0 60

M0K90 0 90

M5K0 5 0

M5K30 5 30

M5K60 5 60

M5K90 5 90

M10K0 10 0

M10K30 10 30

M10K60 10 60

M10K90 10 90

M15K0 15 0

M15K30 15 30

M15K60 15 60

M15K90 15 90

Menurut Hanafiah (2005) penempatan perlakuan ke dalam satuan-

satuan percobaan dilakukan secara acak lengkap, yang artinya semua satuan

percobaan ditempatkan ke dalamnya secara acak.Berdasarkan keenam belas

kombinasi taraf perlakuan tersebut maka dapat dibuat sebuah denah percobaan.

Denah percobaan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 29: Download (2402Kb)

16

Gambar 4. Denah peletakan setiap unit percobaan

Keterangan:

M = MVA

K = Kompos

1,2,3,4 = Unit perlakuan ke-1, ke-2, ke-3, ke-4

(1), (2), (3), (4) = Unit ulangan

D. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan penelitian meliputi bibit tanaman kawista (Limonia acidissima

L.) dengan tinggi rata-rata ±30-33 cm dan umur ± tiga bulan yang diperoleh

dari CV. Harapan Tani Rembang, inokulan MVA dengan kandungan jamur

M5K60 (1) M15K30 (1) M5K90 (4) M15K60 (3)

M10K30 (1) M10K30 (3) M0K90 (3) M15K90 (4)

M15K0 (1) M5K0 (2) M10K30 (4) M10K0 (2)

M5K0 (1) M15K90 (2) M0K0 (4) M5K0 (3)

M0K0 (1) M10K60 (1) M15K60 (2) M0K60 (2)

M5K90 (1) M15K0 (3) M10K90 (2) M15K60 (4)

M0K90 (1) M15K90 (3) M10K0 (1) M5K30 (4)

M90K0 (2) M0K90 (2) M0K30 (2) M10K0 (4)

M15K60 (2) M10K60 (2) M10K60 (4) M5K60 (4)

M5K60 (2) M5K30 (2) M0K90 (4) M0K90(4)

M5K30 (1) M15K30 (2) M5K30 (3) M0K60 (3)

M5K90 (1) M5K60 (3) M10K90 (3)

M0K0 (2) M0K0 (3) M10K90 (3)

M5K90 (3) M15K30 (3) M15K30 (4)

M5K0 (4)

M0K30 (4)

M0K60 (4)

M15K90 (1) M0K30 (1) M10K60 (3) M60K0 (3)

M10K30 (2) M10K90 (1) M0K60 (1) M0K30 (3)

Page 30: Download (2402Kb)

17

didalamnya: Gigaspora sp, Glomus sp, dan Acaulospora sp yang diperoleh dari

Universitas Gadjah Mada, kompos dari ampas teh PT. Sinar Sosro dengan

kandungan 0,32 % N; 0,64 % P2O5; 0,32% K2O; 14,18% C/N;5,34% Corg;

0,13% Fe; 20% Cu; 10% Mg; dan 13% Ca dalam setiap satu kg kompos. Bahan

untuk mengamati derajat infeksi MVA yaitu KOH, HCl, methylene blue, dan

aquades.

Alat yang digunakan yaitu polybagdengan diameter 28,66 cm,

penggaris dengan ketelitian 1 mm, kertas label, selang air, timbangan analitik

dengan ketelitian 0,01 gram, ember, pisau lipat, mikroskop binokuler, kaca

preparat, kamera, pipet tetes, botol falkon, dan beker gelas untuk mengetahui

derajat infeksi MVA pada akar tanaman kawista dengan metode Clearing and

Staining dan dilanjutkan dengan perhitungan derajat infeksi MVA.

E. Prosedur Penelitian

1. Persiapan media

Media tanam yang digunakan yaitu campuran tanah grumosol di

desa Landoh yang diambil sampai kedalaman 25 cm dan kompos dengan

dosis sesuai perlakuan kemudian diisikan ke dalam polybag ukuran 45 x 45

cm dengan berat media 12 kg/polybag. Pemberian MVA diberikan pada

lubang tanam bersamaan dengan pemindahan bibit kawista ke media tanam.

2. Penanaman

Sebelum ditanam, akar bibit kawista dibersihkan dahulu dengan air

mengalir. Setelah itu, bibit dipindahkan pada media yang telah disiapkan

sebagai objek penelitian, yaitu polybag ukuran 45 x 45 cm yang sudah terisi

media sesuai dengan perlakuan dan kompos diberikan bersamaan dengan

pengisian tanah kedalam polybag. Satu polybag diisi satu bibit tanaman

kawista dengan kedalaman ±15 cm.

3. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan sehari dua kali (pagi dan sore), terutama pada

fase awal adaptasi pada media baru. Penyiraman dilakukan dengan volum

yang sama pada setiap polybag sampai kapasitas lapang. Pemupukan rutin

dilakukan 2 minggu sekali dan pengendalian gulma dilakukan setiap hari.

Page 31: Download (2402Kb)

18

4. Pengamatan dan Pengukuran

Pengukuran terhadap setiap unittanaman sampel dilakukan 2 minggu

sekali dan diakhir pengamatan.

a. Pertambahan tinggi bibit (cm)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai pangkal daun

tertinggi pada tanaman sampel. Pertambahan tinggi bibitditentukan

berdasarkan selisih dari setiap kali pengamatan dikurangi dengan tinggi

awal tanaman.

b. Pertambahanjumlah daun (helai)

Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka penuh pada

tanaman sampel. Pertambahanjumlah daun ditentukan berdasarkan selisih

dari jumlah daun setiap kali pengamatan dikurangi dengan jumlah awal

daun.

c. Pertambahandiameter batang (cm)

Diameter batang diukur 2 cm dari pangkal batang.

Pertambahandiameter batangditentukan berdasarkan selisih dari diameter

batang setiap kali pengamatan dikurangi dengan diameter batang awal.

d. Pertambahan panjang akar (cm)

Pertambahan panjang akarutama diukur dari pangkal batang hingga

ujung akar terpanjang. Pertambahan panjang akar diukur pada akhir

pengamatan dikurangi dengan panjang akar awal.

e. Pertambahan berat segar bibit (gram)

Pengukuran pertambahan berat segar bibit dilakukan dengan

menimbang seluruh tanaman sampel yang sudah dibersihkan akarnya

dari tanah pada akhir pengamatan dikurangi dengan berat segar tanaman

awal. Berat segar tanaman awal ditimbang sebelumbibit kawista

dipindahkan ke media tanam perlakuan.

f. Derajat infeksi MVA pada akar (%)

Pengamatan derajat infeksi MVA pada akar kawista dilakukan di

laboratorium Mikroteknik Biologi Universitas Negeri Semarang.

Metode identifikasi derajat infeksi MVAmenggunakan metode Clearing

and Staining, dengan cara sebagai berikut:

Page 32: Download (2402Kb)

19

1. Akar tanaman kawista diambil kemudian dicuci bersih dengan air

mengalir, dipilih akar yang muda dan dipotong dengan panjang 1 cm.

2. Potongan akar tersebut direndam dalam KOH 10 % selama ±24 jam

sampai menjadi bening atau transparan.

3. Setelah potongan akar menjadi bening atau transparan kemudian

diambil dan dicuci bersih dengan aquades dan selanjutnya direndam

dalam larutan HCl 2 % selama ±24 jam.

4.Membuat larutan pewarna dari methylene blue yang ditambah aquades

dengan konsentrasi 0,05 %.

5. Potongan akar yang telah direndam dengan larutan HCl 2 %, diambil

namun tidak dicuci dengan air. Kemudian direndam dalam larutan

pewarna methylene blue 0,05 % selama ±24 jam.

6.Akar tersebut kemudian diletakkan pada kaca preparat untuk diamati di

bawah mikroskop, dihitung derajat infeksi MVA, dan

didokumentasikan.

7. Dalam pengamatan, jumlah total potongan akar yang dipakai untuk

setiap perlakuan yaitu 50 potong.

Rumus jumlah derajat infeksi MVA adalah(Syah 2005)

% Derajat infeksi MVA = x 100 %

F. Metode Pengumpulan Data

Data awal diambil ketika bibit kawista dipindah dalam media penelitian.

Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali, setiap hasil pengukuran

diambil selisihnya dengan data awal. Hal ini dilakukan untuk untuk parameter

pertambahan tinggi tanman, pertambahan jumlah daun, dan pertambahan

diameter batang. Data untuk parameter pertambahan panjang akar dan

pertambahan berat segar bibit diambil selisih dari data awal dengan data

minggu ke-12 atau data minggu terakhir. Parameter derajat infeksi MVA pada

akar diamati dari 50 ujung akar yang diambil dari masing-masing kombinasi

percobaan, karena ada 16 kombinasi percobaan jadi total ujung akar yang

diamati dalam penelitian adalah 800 ujung akar.

Page 33: Download (2402Kb)

20

G. Tabel Penyajian Data

Contoh tabel penyajian data untuk parameter pertambahan tinggi bibit

umur 12 minggu setelah tanam dalam berbagai kombinasi taraf perlakuan dapat

digambarkan sebagai berikut.

Tabel 2. Pertambahan tinggi bibit kawista (cm) umur 12 minggu setelah tanam pada

berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta masing-masing reratanya.

Dosis MVA Ulangan Dosis kompos

rerata K0 K1 K2 K3

M0

rerata

M1

rerata

M2

rerata

M3

rerata

H. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan

Analysis of Variance (Anova) dua jaluruntuk menguji pengaruh perlakuan.

Apabila hasil uji Anovadua jalur dari setiap perlakuan berbeda signifikan,

dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat

kepercayaan 95% untuk menentukan taraf-taraf perlakuan yang menyebabkan

perbedaan signifikan.

Page 34: Download (2402Kb)

21

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Respon pertumbuhan bibit kawista terhadap pemberian MVA dan

kompos dengan berbagai taraf perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Respon berbagai dosis MVA dan kompos terhadap pertumbuhan bibit

kawista

Respon Dosis MVA

Dosis kompos Rerata

K0 K30 K60 K90

Pertambahan tinggi

bibit (cm)

M0 10,25 11,25 7,75 9,25 9,63

M5 8,50 16,00 16,50 22,00 15,75

M10 20,00 18,00 18,50 16,25 18,19

M15 22,00 18,25 33,00 24,50 24,44

Rerata 15,19 15,94 18,94 17,94 17,00

Pertambahan jumlah

daun (helai)

M0 14,00 20,00 21,80 20,30 19,00

M5 16,50 24,50 22,30 20,00 21,00

M10 23,00 19,50 19,80 23,30 21,50

M15 20,80 22,00 36,80 28,00 27,00

Rerata 21,00 22,00 37,00 28,00 27,00

Pertambahan

diameter batang

(mm)

M0 5,50 9,50 11,00 9,75 8,94

M5 9,25 9,25 11,00 9,25 9,69

M10 13,50 10,50 9,00 11,75 11,19

M15 9,00 12,50 11,25 10,00 10,69

Rerata 9,31 10,44 10,56 10,19 10,13

Pertambahan

panjang akar (cm)

M0 1,75 2,50 1,75 4,00 2,50

M5 2,75 3,75 2,50 2,25 2,81

M10 3,50 2,75 4,00 4,75 3,75

M15 3,00 5,25 3,50 1,75 3,38

Rerata 2,75 3,56 2,94 3,19 3,11

Pertambahan berat

segar bibit (gram)

M0 8,00 14,75 19,25 18,00 15,00

M5 18,25 21,50 28,25 29,00 24,25

M10 31,50 28,00 32,00 28,50 30,00

M15 33,25 33,50 57,00 43,75 41,88

Rerata 22,75 24,44 34,13 29,81 27,78

Derajat infeksi MVA

pada akar (%)

M0 9,50 14,25 10,00 11,00 11,19

M5 9,25 10,00 13,50 19,00 12,94

M10 13,50 17,00 23,00 19,00 18,13

M15 17,50 23,00 43,25 35,25 29,69

Rerata 12,44 16,06 22,44 21,00 17,98

Keterangan: K0= dosis kompos 0 gram/tanaman, K30= dosis kompos 60 gram/tanaman,

K90= dosis kompos 90 gram/tanaman, M0= dosis MVA 0 gram/tanaman,

M5= dosis MVA 5 gram/tanaman, M10= dosis MVA 10 gram/tanaman,

M15= dosis MVA 15 gram/tanaman.

Nilai parameter yang diamati bervariasai antar kombinasi taraf perlakuan

(Tabel 3). Data tersebut kemudian dianalisis dengan Anovadua jalur untuk

mengetahui apakah dosis MVA dan kompos serta interaksinya berpengaruh

signifikan terhadap masing-masing parameter pertumbuhan bibit kawista dan

Page 35: Download (2402Kb)

22

derajat infeksi MVA pada akar kawista.Hasil Anovadua jalur untuk berbagai

parameter pertumbuhan bibit kawistadisajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Ringkasan hasil Anova dua jalur pengaruh dosis MVA, kompos, dan

interaksinya terhadap pertumbuhan bibit kawista.

Sumber

variasi

F hitung untuk parameter pertumbuhan

Pertambahan

tinggi bibit Pertambahan

jumlah daun

Pertambahan

diameter

batang

Pertambahan

panjang akar

Pertambahan

berat segar

bibit

Derajat

infeksi

MVA pada

Akar

MVA 26,781**

5,915**

2,199 ts

1,191 ts

18,435**

13,597**

Kompos 2,201 ts

8,812**

0,724 ts

0,527 ts

3,929* 6,211

**

Interaksi

MVA dan

kompos 3,733

** 3,344

** 1,570

ts 0,557

ts 0,907

ts 6,607

**

Keterangan:

Data hasil perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada lampiran.

** Sangat signifikan

* Signifikan

ts Tidak signifikan

Berdasarkan ringkasan hasil Anovadosis MVA berpengaruh sangat

signifikan terhadap pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun,

pertambahan berat segar bibit, dan derajat infeksi MVA pada akar. Dosis

kompos berpengaruh sangat signifikan terhadap pertambahan jumlah daun dan

derajat infeksi MVA pada akar kawista serta berpengaruh signifikan pada

pertambahan berat segar bibit. Interaksi antara dosis MVA dan kompos

menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan pada parameter pertambahan

tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, dan derajat infeksi MVA pada akar

kawista (Tabel 4).

Parameter-parameter pertumbuhan bibit kawista yang menunjukkan

pengaruh sangat signifikan dari uji Anovadua jalur selanjutnya diuji dengan

DMRT. Tabel 5 menunjukkan ringkasan hasil uji DMRTpengaruh dosis MVA

terhadap pertumbuhan bibit kawista.

Page 36: Download (2402Kb)

23

Tabel 5. Ringkasan hasil uji DMRTpengaruh dosis MVA terhadap pertumbuhan bibit

kawista.

Dosis

Respon

Pertambahan

tinggi bibit

Pertambahan jumlah

daun Pertambahan berat

segar bibit

DerajatinfeksiMVA

pada akar

M 0 38,5c 76

b 15,00

c 11,90

c

M 5 63,0b 83

b 24,25

b 12,94

c

M 10 72,7b 86

b 30,00

b 18,13

b

M 15 97,5a 107

a 41,88

a 29,75

a

Keterangan:

Data hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berarti berbeda

signifikan pada DMRT α=0,05

M = MVA

Hasil DMRT menunjukkan bahwa MVA dosis 15 gram mengakibatkan

rerata pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, pertambahan berat

segar bibit, dan derajat infeksi MVA pada akar kawista tertinggi, berbeda

signifikan dengan perlakuan MVA 10 gram, 5 gram dan 0 gram (Tabel 5).

Berbagai dosis MVAdalam penelitian menunjukkan hasil yang semakin

meningkat pada parameter pertambahan tinggi bibit, jumlah daun danberat

segar bibit; serta derajat infeksi MVA pada akar kawista sehingga masih ada

kemungkinan hasil yang lebih baik pada dosis yang lebih tinggi.

Kompos berpengaruh sangat signifikan pada parameter pertambahan

jumlah daun dan derajat infeksi MVA pada akar, untuk menentukan taraf

perlakuan yangmenyebabkan perbedaan signifikan perlu dilakukan uji DMRT.

Hasil uji DMRT pengaruh dosis kompos terhadap pertambahan jumlah daun

dan derajat infeksi MVA pada akar kawista disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Ringkasan hasil uji DMRT pengaruh dosiskompos terhadap pertumbuhan

bibit kawista.

Dosis

Respon

Pertambahan jumlah daun DerajatinfeksiMVA pada akar

K 0 74c 12,44

d

K 30 86bc

16,06c

K 60 101a 22,44

a

K 90 91ab

21,06b

Keterangan:

Page 37: Download (2402Kb)

24

Data hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berarti berbeda

signifikan pada DMRT α=0,05

K= Kompos

Uji DMRT menunjukkan bahwa perlakuan kompos 60 gram tidak

berbeda signifikan dengan kompos 90 gram dan 30 gram, tetapi berbeda

signifikandengan perlakuan kompos 0 gram pada parameter pertambahan

jumlah daun (Tabel 6). Pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun,

pertambahan diameter batang, pertambahan berat segar bibit danderajat infeksi

MVA pada akar menunjukkan hasil yang paling optimal pada perlakuan

kompos 60 gram dan 90 gram.

Hasil analisis statistik dengan DMRT menunjukkan bahwa

pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun dan derajat infeksi MVA

pada akar kawista paling tinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan MVA 15

gram dengan kompos 60 gram tidak berbeda signifikan dengan kombinasi

perlakuan MVA 15 gram dan kompos 90 gram. Kedua kombinasi tersebut

paling optimal dalam pertumbuhan vegetatif bibit kawista (Tabel

7).Keragaman morfologi akar bibit kawista umur 12 minggu setelah tanam

pada berbagai kombinasi perlakuan MVA dan kompos ditunjukkan pada

Gambar 5.

Tabel 7. Ringkasan hasil uji DMRTpengaruh interaksi dosisMVA dan kompos

terhadap berbagai respon pertumbuhan bibit kawista.

Dosis

Respon

Pertambahan tinggi

bibit (cm)

Pertambahan jumlah

daun (helai)

Derajat infeksi

MVA pada akar

(%)

M 0 + K 0 10,25i 14,0

e 9,50

f

M 0 + K 30 11,25hi 20,0

e 14,25

ef

M 0 + K 60 7,75i 21,8

d 10,00

f

M 0 + K 90 9,25i 20,3

e 11,00

f

M 5 + K 0 8,50i 16,5

e 9,25

f

M 5 + K 30 16,00h 24,5

bc 10,00

f

M 5 + K 60 16,50ef 22,3

d 13,50

f

M 5 + K 90 22,00cd

20,0e 19,00

d

M 10 + K 0 20,00d 23,0

d 13,50

f

M 10 + K 30 18,00e 19,5

e 17,00

de

M 10 + K 60 18,50de

19,8e 23,00

c

M 10 + K 90 16,25fg

23,3c 19,00

cd

M 15 + K 0 22,00bc

20,8de

17,50d

M 15 + K 30 18,25e 22,0

d 23,00

bc

M 15 + K 60 33,00a 36,8

a 43,25

a

M15+ K 90 24,50ab

27,5ab

35,25ab

Page 38: Download (2402Kb)

25

Keterangan:

Data hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama, berarti berbeda

signifikan pada uji DMRTα=0,05

M = MVA, K = Kompos

Gambar 5. Keragaman morfologi akar bibit kawista umur 12 minggu setelah tanam pada

berbagai kombinasi dosisMVA dan kompos, dari kiri (a) M0K0, M0K30,

M0K60, M0K90(b) M5K0, M5K30, M5K60, M5K60 (c) M10K0, M10K30,

M10K60, M10K90, dan (d) M15K0, M15K30, M15K60, M15K90.Bar, 10

cm.

B. Pembahasan

a

b

c

a

d

Page 39: Download (2402Kb)

26

Dosis MVA dan kompos berpengaruh terhadap beberapa parameter

pertumbuhan vegetatif bibit kawista. Dosis MVA berpengaruh sangat

signifikan terhadap pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun,

pertambahan berat segar bibit, dan derajat infeksi MVA pada akar kawista.

Dosis MVA 15 gram menyebabkan rerata pertumbuhan paling tinggi pada

parameter tersebut.Semakin tinggi dosis MVA yang diberikan pada bibit

kawista, pengaruhnya terhadap tinggi tanaman juga semakin baik pada empat

parameter pertumbuah tersebut. Kemungkinan jika dosis MVA ditambah

pertumbuhan kawista masih tetap meningkat, sehingga perlu diuji lanjut dosis

yang paling optimum untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kawista.

Dosis MVA 15 gram menunjukkan rerata paling tinggi pada parameter

pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, pertambahan berat segar

bibit, dan derajatinfeksi MVA pada akar kawista umur 12 minggu setelah

tanam (mst) dibanding dengan dosis dibawahnya. Inokulasi MVA dari

perakaran manggis asal Padang dan Sawaglunto-Sijunjung pada semaian

manggis, dapat mempercepat pertumbuhan manggis yang meliputi tinggi

tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah spora dan infeksi MVA pada

akar sekitar 50% dibandingkan dengan semaian manggis yang tidak diinokulasi

MVA (Muas et al. 2002). Menurut Morton dan Dieter (2003) mikoriza pada

akar jeruk berfungsi untuk menguraikan bahan organik, meskipun mikoriza

bersifat patogen pada spesies lain. Dibutuhkan 2-5 ton/Ha mikoriza atau setara

dengan 10-25 gram mikroriza dalam pertumbuhan bibit jeruk, khususnya

dalam peningkatan jumlah daun dan tinggi tanaman. Penelitian Hapsoh (2008)

pada tanaman kedelai, MVA membantu peningkatan penyerapan air dan unsur

hara baik makro maupun mikro pada tanaman. Selain itu akar yang mempunyai

MVA dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat yang tidak tersedia bagi

tanaman. Bibit yang diberi perlakuan MVA mengalami peningkatan dalam

kemampuannya menyerap unsur hara yang dibutuhkan, sehingga metabolisme

untuk pertumbuhan dapat berjalan dengan baik dan tanaman tidak mengalami

hambatan dalam fase pertumbuhan vegetatif. Tersedianya nutrisi untuk

metabolisme sel mengakibatkan meristem apikal pada ujung batang menjadi

aktif membelah, sehingga sel bertambah banyak diikuti pembentangan dan

Page 40: Download (2402Kb)

27

pemanjangan sel yang menyebabkan tajuk tanaman bertambah tinggi

(Suwandiet al.2006).Menurut Khairul (2001) Hifa eksternal pada MVA dapat

menyerap unsur fosfat dari dalam tanah dan segera diubah menjadi senyawa

polifosfat. Senyawa ini kemudian dipindahkan kedalam hifa dan dipecah

menjadi fosfat organik yang dapat diserap oleh sel tanaman. MVA juga

meningkatkan zat pengatur tumbuh seperti sitokinin, giberelin dan auksin.

Pertambahan jumlah daun pada bibit kawista semakin banyak seiring

meningkatnya perlakuandosis MVA. Aplikasi dosis MVA 15 gram

menghasilkan jumlah daun paling banyak (28 helai). Menurut hasil penelitian

Wu et al. (2012) dosis MVA 15 gram berpengaruh signifikan pada jumlah

daun dan area perluasan akar pada tanaman jeruk dan tidak berbeda dengan

dosis MVA 20 gram. Hal ini mungkin disebabkan dosis MVA 15 gram lebih

banyak menghasilkan spora berkecambah yang dapat mempermudah akar

tanaman dalam menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah sehingga mampu

meningkatkan pertumbuhan tanaman.Ermansyah (2012) menyebutkan bahwa

peningkatan pertumbuhan kakao dapat dibuktikan dengan terbentuknya nodus-

nodus baru pada batang. Kuncup daun baru akan terbentuk dari setiap nodus,

sehingga jumlah daun akan semakin meningkat.Bidang penyerapan yang lebih

luas akibat akar yang tumbuh lebih panjang membantu dalam penyerapan

unsur haradibanding dengan tanaman tanpa MVA.Selain itu Syah ( 2005)

menyebutkan aplikasi MVA pada beberapa tanaman komersial telah

menunjukkan hasil yang baik, seperti MVA pada bibit jeruk dan bibit apel

dapat meningkatkan jumlah daun, pertumbuhan vegetatif dan generatif serta

bobot kering tanaman

Perlakuan MVA tidak berpengaruh signifikan pada pertambahan diameter

batang dan pertambahan panjang akar. Penelitian Yao (2009) menyimpulkan

bahwa dosis MVA 20 gram tidak berpengaruh pada panjang akar dan volum

akar tanaman jeruk. Hal ini disebabkan oleh asimilat hasil dari fotosintesis

lebih cenderung banyak digunakan pada daerah kuncup apikal, dalam hal ini

daun dan pertumbuhan primer batangdibandingkan pertumbuhan sekunder

batang dan akar.Seperti dilaporkan juga oleh Suwandi et al. (2006) pada

kondisi ketersediaan air yang tinggi, tanaman jati melakukan aktivitas

Page 41: Download (2402Kb)

28

maksimal untuk menyerap hara dan air yang berperan dalam

pengakumulasiancadangan makananan dan penyimpananenergi yang

sebanyak-banyaknya untuk proses pertumbuhan.

Hasil perhitungan Anova dua jalur menunjukkan bahawa dosis MVA

berpengaruh signifikan terhadap pertambahan berat segar bibit.Menurut

penelitian Kung’u (2008) tentang hubungan antara pertumbuhantanaman

dengan peningkatan densitas inokulum MVA, dilaporkan bahwapeningkatan

kolonisasi MVA menyebabkan peningkatan berat segar akarSenna spectabilis.

Hal ini diduga inokulasi MVA dapat memacu aktivitas pertumbuhan tanaman

dengan mempermudah bulu-bulu akar tanaman menyerap hara dan air dari

dalam tanah.Menurut Kastono (2005) peningkatan bahan organik, bahan

anorganik, dan air akibat perluasan area penyerapan akar akan meningkatkan

pertumbuhan vegetatif tanamanserta berpengaruh terhadap hasil tanaman.

Semakin besar pertumbuhan organ vegetatif yang berfungsi sebagai penghasil

asimilat (source) akan meningkatkan pertumbuhan organ pemakai (sink), hal

ini nampak pada peningkatan berat segar tanamanChromolaenaodorata. Selain

itu Syah et al. (2003) melaporkan, MVA mempunyai mekanisme hubungan

dengan akar tanaman, diawali dengan spora MVA yang berkecambah dan

menginfeksi akar tanaman, kemudian di dalam jaringan akar MVA tumbuh dan

berkembang membentuk hifa yang panjang dan bercabang sehingga

mempunyai jangkauan yang luas untuk menyerap unsur hara dan air dari dalam

tanah.

Derajat infeksi MVA pada akar tanaman kawista tertinggi yaitu 39,25%.

Penelitian Sukarmin dan Dewi (2011) menyimpulkan bahwa dosis 15 gram

MVA berpengaruh paling baik pada presentase akar sirsak yang terinfeksi (3,1

%). Menurut Syah (2005) rerata presentase akar jeruk yang terinfeksi jamur A.

tuberculata sebesar 27,38% lebih tinggi daripada akar yang tidak diberi

perlakuan. Alizadeh(2011)mengatakan simbiosis cendawan mikoriza dapat

terjadi secara alami atau dengancara diinokulasikan pada tanaman inangnya

dan proses kolonisasi secaraintensif terjadi pada fase pembibitan

tanaman.Brundrett et al. (2008) juga mengatakan bibit tanaman yang telah

terkolonisasi atau terinfeksi oleh cendawan mikorizaakan membawa hifa

Page 42: Download (2402Kb)

29

ataupun spora cendawan mikoriza tersebut selama proses pertumbuhan. Dalam

penelitian Read et al. (2000) menyimpulkan bahwa infeksi oleh MVA

menyebabkan perubahan pertumbuhan dan aktivitas akar tanaman melalui

terbentuknya miselia eksternal yang menyebabkan peningkatan serapan hara

dan air. Hifa dari MVA menyebar hingga lebih dari 25 cm dari akar, sehingga

meningkatkan eksplorasi tanah untuk mendapatkan hara.

Hasil analisis Anova dua jalur menunjukkandosis kompos berpengaruh

signifikan pada parameter pertambahan jumlah daun. Perlakuan kompos 60

gram dan 90 gram memberikan pengaruh paling baik yaitu 101 dan 91 helai.

Menurut Morton dan Dieter (2003) jumlah kg N/Ha yang dibutuhkan oleh

famili Rutaceae yaitu 200 kg N/Ha yang terkandung dalam 24 ton/Ha kompos

(setara dengan 60 gram/tanaman). Hal ini disebabkan karena kompos

merupakan salah satu bahan organik yang dapat meningkatkan pertumbuhan

tanaman. Kompos akan memperbaikisifat fisik tanah yang menyebabkan tanah

lebih gembur dan kandungan airnyalebih tinggi, sehingga proses pengambilan

unsur hara dan air dari akar ke daun berlangsung lebih baik. Unsur hara yang

tersedia akan menunjuang pertumbuhan tanamankhususnya pada pertumbuhan

vegetatif. Hal ini juga didukung oleh pendapat Basuki (2000) yang menyatakan

bahwa komposdigunakan dengan maksud memperbaiki sifat-sifat fisik tanah,

yaitumemperbaiki struktur tanah, daya mengikat air, dan tata udara tanah.

Pemberian pupukkompos memberi respon yang positif terhadap pertumbuhan

tanaman.Susetya (2007) menyatakan bahwa masukan bahan organik kedalam

tanah (pupuk organik) selain memasok berbagai macam hara tanah juga

berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.Aktivitas

mikroba tanah akan meningkat dengan penambahan kompos.Pada dasarnya

aplikasi kompos memang dibutuhkan pada stadia pembibitan, tetapi pada

penelitian Widyati dan Slamet(2005) pemberian kompos ampas teh pada

jagung manis dengan konsentrasi lebih tinggi dari 20 ton/Ha akan menurunkan

pertumbuhan tanaman.

Kompos ampas teh akan memperbaiki sifat fisik tanah dan sekaligus

menambah unsur N dalam tanah, sehingga dengan penambahan kompos ampas

teh semakin tinggi N tersedia dalam tanah. Kompos sebagai penyedia hara

Page 43: Download (2402Kb)

30

mengalami amonifikasi dan nitrifikasi sebelum N nya menjadi tersedia bagi

tanaman. Dekomposisi N organik merupakan proses biokimia kompleks yang

membebaskan karbondioksida. Nitrogen yang dibebaskan dalam bentuk

amonium dioksidasi menjadi nitrit kemudian nitrat dengan proses nitrifikasi.

Semakin banyak unsur N yang diperoleh dari kompos ampas teh semakin

tinggi produksinya (Purbayanti et al. 2002). Meningkatnya konsentrasi N

dalam tanah dengan pemberian kompos ampas teh akan menyebabkan proses

metabolisme N dalam jaringan berjalan dengan baikakan meningkatkan

pembentukan klorofil yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya dari

matahari yang akan diubah menjadi menjadi energi kimia sehingga

meningkatkan proses fotosintesis (Slamet 2005). Perlakuan kompos

mengakibatkan peningkatan proses fotosintesis yang hasilnya lebih diarahkan

dalam pembentukan daun. Hal ini akan meningkatkan pertambahan jumlah

daun pada tanaman kawista.

Interaksi perlakuan MVA dengan kompos berpengaruh signifikan pada

pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun dan derajat infeksi MVA

pada akar.Hasil dari perlakuan MVA dipengaruhi oleh keragaman dosis

kompos dan sebaliknya, hasil dari perlakuan kompos dipengaruhi oleh

keragaman dosis MVA. Hal ini disebabkan infeksi MVA di pengaruhi oleh

faktor lingkungan, cahaya, kelembaban tanahdan pemupukan, sesuai dengan

pernyataan Fakuara (1988) cit., Hapsoh (2008) bahwa intensitas MVA

dipengaruhi oleh faktor pemupukan, pestisida,intensitas cahaya, musim,

kelembaban tanah dan tingkat kerentanan tanaman.Perlakuan pemberian MVA

meningkatkan derajat infeksi MVA pada akar bibit kawista, karena selain akar

sudah diinfeksimikoriza bawaan dari dalam tanah, akar juga mendapat

tambahan mikoriza dari perlakuan.Tanaman yang terinfeksi mikoriza memiliki

ketahanan pada kondisi lingkungan yang miskin air. Pupuk kompos

jugamemiliki kemampuan untuk menyimpan air yang lebih banyak. Pasokan

air yang tercukupi akan meningkatkan prosesfotosintesis tanaman. Menurut

hasil penelitian Suwandi et al. (2006) proses fotosintesis yang maksimal akan

meningkatkan bahan untuk metabolisme sel, sehingga pembentangan dan

pemanjangan sel akan menambah tinggi tajuk dan terbentuknya daun

Page 44: Download (2402Kb)

31

baru.MVA berperan dalam siklus hara, memperbaiki struktur tanah dan

menyalurkan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman (Ana 2003). Unsur fosfor,

nitrogen dan kalium dibutuhkan tanaman famili Rutaceae dalam jumlah yang

relatif besar, oleh sebab itu adanya input pupuk yang mengandung N, P, K dan

Mg dibutuhkan dalam fase pertumbuhan bibit kawista. Menurut Novizan

(2002), fosfor terdapat pada sel tanaman yang berfungsi untuk membentuk

asam nukleat (DNA dan RNA), menyimpan serta memindahkan ATP dan

ADP, merangsang pembelahan sel, dan membantu proses asimilasi serta

respirasi. Pemberian kompos yang mengandung fosfor dapat merangsang

pertumbuhan awal bibit tanaman. Sedangkan kalium berperan antara lain

dalam proses membuka dan menutupnya stomata, memperluas pertumbuhan

akar dan meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Magnesium

berperan sebagai unsur pembentuk klorofi, regulator dalam penyerapan unsur P

dan K, serta merangsang pembentukan senyawa lemak dan minyak.

Pertumbuhan bibit kawista yang optimal diperoleh dengan menggunakan

media tanah yang diberi dosis MVA 15 gram dengan kompos 60 gram

dandosis MVA 15 gram dengan kompos 90 gram. Bibit kawista dapat tumbuh

dengan optimal pada suhu udara ±32oC, pH tanah ±6, kelembaban udara ±51%

dan kecepatan angin ±0,5 m/s.Bibit kawista sebaiknya ditanam tidak pada saat

musim penghujan karena hama pada tanaman kawista akan semakin meningkat

ketika musim penghujan.

Page 45: Download (2402Kb)

32

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan dan hasil uji statistik, dapat diambil

simpulan sebagai berikut:

1. Dosis MVA berpengaruh signifikan terhadap pertambahan tinggi bibit,

pertambahan jumlah daun,pertambahan berat segar bibit dan derajat infeksi

MVA pada akar. Dosis kompos berpengaruh pada pertambahan jumlah daun

danpertambahan berat segar bibit kawista.

2. Interaksi dosis MVA dan kompos berpengaruh signifikan terhadap

pertambahan tinggi bibit, pertambahan jumlah daun, dan derajat infeksi

MVA pada akar.

3. Perlakuan yang paling optimal dalam pertumbuhan bibit kawista adalah

dosis MVA 15 gram dengan kompos 60 gram dan dosis MVA 15 gram

dengan kompos 90 gram.

B. Saran

Pertumbuhan vegetatif bibit kawista yang optimal diperoleh dengan

menggunakan media tanah yang diberi dosis MVA 15 gram dengan kompos 60

gram dandosis MVA 15 gram dengan kompos 90 gram. Bibit kawista

sebaiknya ditanam tidak pada saat musim penghujan karena hama pada

tanaman kawista akan semakin meningkat ketika musim penghujan.

Page 46: Download (2402Kb)

33

DAFTAR PUSTAKA

Agustianingrum N. 2009. Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolik Total dan

Epigalokatekin Galat pada Ampas Teh dari Industri Teh di Ungaran

(Skripsi). Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.

AlizadehO. 2011. Mycorrhizal symbiosis. Advanced Studies in Biology. 3 (6):273-

281.

Basuki BB, 2000. Pengaruh Waktu Pemupukan dan Tekstur Tanah

terhadapProduktivitas Rumput Setaria splendida Stapf. Jember: Jurusan

Peternakan Politeknik Negeri Jember.

Bambang K. 2006. Prospek Teh Indonesia Sebagai Minuman Fungsional.

http://www.ipard.com/art_perkebun/Aug02-06_kb.asp (18/9/14)

Brueland BA, KR Harmoney, Moore, R George & EC Brummer. 2003.

Developmental Morphology of Smooth Bromegrass Growth following

Spring GrazingCrop.Agron J. 43: 1789-1796.

Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell,. T. Grove, dan N. Malajczuk. 2008.Working

with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32.

Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra

Chairuman N. 2008. Efektivitas Cendawan MVA pada Beberapa Tingkat

Pemberian Kompos terhadap Ketersediaan Fosfat serta Pertumbuhan dan

Produksi Padi Gogo di Tanah Ultisol (Tesis). Medan: Universitas Sumatra

Utara.

Dewi IR. 2007. Peran, Prospek dan Kendala dalam Pemanfaatan Endomikoriza.

Jatinangor : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

DewiR. 2013. Bioaktivitas Buah Kawista (Limonia acidissima) Bima dan

Penentuan Sidik Jarinya Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis(Skripsi).

Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor.

Ermansyah. 2012. Pemanfaatan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dan

Berbagai Jenis Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Sambung Pucuk

Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) (Skripsi). Makasar : Universitas

Hasanuddin.

Hanafiah KA. 2005. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Hapsoh. 2008. Pemanfaatan Fungi MVA Arbuskula Pada Budidaya Kedelai Di

Lahan Kering. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam

Page 47: Download (2402Kb)

34

Bidang Ilmu Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas

SumateraUtara

Ilango K& Chitra V. 2009. Antidiabetic and Antioxidant Activity of Limonia

acidissima Linn. in alloxan induced rats. Der Pharma Lettre.(1):117-125.

Jati. P. L, 2009. Asupan Nitrogen dan Kompos terhadap Hasil dan Kadar

VitaminC Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Naskah

Plublikasi.Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Jawal MAS, Jumjunidang& Y Herizal. 2004. Pengaruh Beberapa Jenis Carrier

terhadap Daya Multiplikasi dan Infeksi Cendawan MVA Arbuskula yang

Dikemas ke dalam Kapsul. J. Hort, 14 (1): 49-54.

Jayanegara CM. 2011. Pengaruh Pemberian Mikoriza Vesikular Arbuskular

(MVA) dan Berbagai Dosis Kompos terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Sorgum(Shorgum bicolor (L.)Moench)(Skripsi). Yogyakarta:

Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.

Joner EJ& C Leyval. 2001. Influence of Arbuscular Mycorrhiza on Clover and

Ryegrass Grown Together in a Soil Spiked with Polycyclic Aromatic

Hydrocarbons. Mycorrhiza J. 10(4) : 155-159.

Kastono, D. 2005. Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam terhadap

Penggunaan Pupuk Organik dan Biopestisida Gulma Siam (Chromolaena

odorata). Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2, 2005 : 103 - 116

Khairul U. 2001. Pemanfaatan Bioteknologi Untuk Meningkatkan

ProduksiPertanian. Http://tumotow. Net/s_send1_012?u_khairul.htm

(diakses pada tanggal 8 Juni 2014)

Khazali W, Citra M, Ali S, Wasilah L, Mei Y, Rizqi A, Firman S, & Amy H.

2009. Pengaruh Ampas Teh Seduh Terhadap Pertumbuhan Tanaman Petai

(Parkiaspeciosa). Malang : Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam UMM.

Kung'u JB. 2008. Effect of Vesicular-Arbuscular Mycorrizha (VAM)

Innoculationon Growth Performance of Senna spectabilis. School of Pure

and AplliedSciences, Kenyatta University. http://www.ciat.cgiar.org (10

Juni 2014)

Monika S, Pathak S, & Jain SK. 2012. Review on Activities of Various Plant

Extract of Limonia acidissimaLinn. International Journal of

Pharmaceutical Research and Development (IJPRD) 4 (5) : 59-63.

Morte A, C Lovisolo, & A Schubert. 2000. Effect of Drought Stress on Growth

and Water Relations of the Mycorrhizal Association Helianthemum

almeriense - Tervesia clavery.Mycorrhiza J. 10(3) : 115-119.

Page 48: Download (2402Kb)

35

Morton & Dieter P. 2003. Organic Citrus Resource Guide. The Soil and Health

Association of NZInc. and Bio Dynamic Association in NZ Inc.

Muas I, M Jawal AS, & Y Herizal. 2002. Pengaruh Inokulasi Cendawan MVA

Arbuskula terhadap Pertumbuhan Bibit Manggis. J. Hort. 12(3): 165-171

Mulyani S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius.

Musfal. 2010. Potensi Cendawan MVA Arbuskula Untuk Meningkatkan

HasilTanaman Jagung. Jurnal Litbang Pertanian, 29(4)

Naik RV. 2008. Vegetative Propagation Studies in Woodapple (Feronia limonia

L.) (Thesis). Dharwad : University of Agriculture Sciences.

Nugroho IA. 2012. Keragaman Morfologi dan Anatomi Kawista (Limonia

acidissima L. di Kabupaten Rembang (Skripsi). Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

Nugroho IA, Dorly, & Alex H. 2011. Keragaman Kawista (Limonia acidissima

L.) di Kabupaten Rembang. Dalam: Prosiding Seminar Nasional XXI PBI.

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nusantara AD. 2011. Pengembangan Produksi Inokulan Fungi MVA Arbuskula

Berbasis Bahan Alami dan Pemanfaatannya untuk Produksi Bibit Jati

(Tectona grandis L.f) (Disertasi). Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut

Pertanian Bogor.

Panda N, V Jagannath P, Basanta KJ, & PK Panda. 2013. Evaluation of

Phytochemical and Anti-microbial Activity of Ethanolic Extract of Limonia

Acidissima L. Leaves. International Journal of Herbal Medicine.1(1) : 21-

26.

Pemerintah KabupatenRembang. 2014. Keadaan umumKabupaten Rembang.

[Terhubungberkala]. http:/rembangkab.go.id. [diakses tanggal 5 Februari

2014].

Purbayanti ED, Adriani D, & Slamet W. 2002. Pemanfaatan Limbah Rumah

Potong Hewan dan Limbah Industri Minuman Teh sebagai Pupuk Organik

untuk Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata). Artikel Ilmiah Hasil

Penelitian Dosen Muda Perguruan Tinggi Tahun 2001. Bogor: Departemen

Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat

Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat.

Qureshi AA, Kumar KE, Omar S. 2010.Feronia limonia- a Path Less Travelled.

International Journal Research Ayurveda Phar 1: 98-106.

Page 49: Download (2402Kb)

36

Read DJ, Lewis DH, Fitter AH, & Alexander IJ. 2000. Mycorrhizal in

Ecosystems. C.A.B. International. University Press. Cambridge : 261-267.

Rosniawaty S. 2005. The Effect of Cacao Pods Compost and Casting on Growth

ofCacao Seedlings (Theobroma cacao L.) Upper Amazone Hybrid (UAH)

Cultivar. Jatinagor : Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

UNPAD.

Sabev HA, Handley PS, Robson GD. 2006. Fungal Colonization of Soi-buried

Plasticized Polyvinyl Chloride (Ppvc) and the Impact of Incorporated

Biocides. Microbiology J. 152 : 1731-1739.

Saraswati R, Setyorini D, Kosman & E Anwar. 2007. Pupuk Organik dan Pupuk

Hayati.Direktorat Pupuk dan Pestisida, Direktorat Jendral Bina Sarana

Pertanian: Jakarta.

Setyorini D, Rasti S,&E Kosman A. 2007. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.

Kompos. 30.

Sinwin RM, Mulyati,& Lolita ES. 2006. Peranan Kascing dan Inokulasi Jamur

MVA terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung. Jurnal Jurusan Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Mataram.1-8.

Skinner H & Kenneth JM. 2005. Growth and Development of Forage Plants.

Agron J. 53-55.

Slamet W. 2005. Pengaruh Dosis Pemupukan Kompos Ampas Teh terhadap

Produksi Jerami Jagung Manis (Zea mays saccharata). Semarang: Fakultas

PeternakanUniversitas Diponegoro

Sokhikhudin A. 2006. Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk Organik terhadap

Pertumbuhan Tanaman Jeruk Keprok Siem Pontianak(Citrus reticulata

Blanca) (Skripsi). Malang : Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian UMM.

South DB. 2000. Planting Morphologically Improved Pine Seedlings to Increase

Survival and Growth. Forestry Wildlife Series 1 : 1-14.

Srivastava LM. 2002. Plant Growth And Development. Hong Kong : Academic

Press

Sukamto LA. 2000. Kultur Biji Kupas dan Tanpa Kupas Kawista Secara in Vitro.

Dalam:Prosiding Seminar Nasional III. Bandar Lampung : Universitas

Lampung.160-163.

Sukarmin & Dewi F. 2005. Teknik Inokulasi Cendawan Mikoriza Arbuskula pada

Benih Sirsak (Annona muricata L.). Solok: Balai Penelitian Tanaman Buah

Tropika

Page 50: Download (2402Kb)

37

Susetya D. 2007.Pupuk Organik untuk Pertanian dan Perkebunan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sutanto R. 2005. Pertanian Organik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Suwandi, Surtinah, & Kamindar Rubby. 2006. Perlakuan MVA dan NPK pada

PertumbuhanStump Jati (Tectona grandis L.f.).Forest J. 3 (2): 139-145.

Syah A, MJ Jumjunidang, D Fatria, & Riska. 2005. Pengaruh Inokulasi Cendawan

MVA Arbuskula terhadap Pertumbuhan Bibit Jeruk Varietas Japanche

Citroen. J. Hort. 15 (3) : 171-176.

Taiz L & Eduardo Z. 2010. Plant Physiology Fifth Edition. U.S.A.: Sinauer

Associates Inc.

Tirta IG. 2006. Pengaruh Kalium dan MVA terhadap Pertumbuhan Panili (Vanilla

planifolia Andrew). Biodiversitas.(2): 171-174.

Widyati& Slamet. 2005. The Dose Effect of Tea Waste Compost Fertilizer on

Straw Production of Sweet Corn. Semarang : Fakultas Peternakan

Universitas Diponegoro.

Widyawati-Slamet, Purbayanti ED, & AdrianiD. 2002. Pemanfaatan Limbah

Rumah Potong Hewan dan Limbah Industri Minuman Teh sebagai Pupuk

Organik untuk Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata). Artikel

Ilmiah Hasil Penelitian Dosen Muda Perguruan Tinggi Tahun 2001.

Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat

Cisarua. Bogor.

Wu QS, Xin HH, Ying NZ, Chun YL, Jie X, &Yan L. 2012. Arbuscular

Mycorrhizas Alter Root System Architecture of Citrus tangerine Through

Regulating Metabolism of EndogenousPolyamines. Plant Growth Regul J.

(68) :27–35

Yao Q, Wang LR, Zhu HH, & Chen JZ (2009) Effect of Arbuscular Mycorrhizal

Fungal Inoculation on Root System Architecture of Trifoliate Orange

(Poncirus trifoliata L. Raf.) Seedlings. Sci Hort121:458–461

Yuwono R. 2009. Ampas Teh pun Bisa Menjadi Kompos.

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/07/11/71948/Ampas

.Teh.pun.Bisa.Menjadi.Kompos (18/9/14)

Page 51: Download (2402Kb)

38

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 52: Download (2402Kb)

39

Lampiran 1. Pertambahan tinggi bibit kawista (cm) umur 12 minggu setelah tanam pada

berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta masing-masing

reratanya. Ulangan K0 K30 K60 K90 Rerata

M0

1 13,00 1,00 13,00 7,00 8,50

2 19,00 18,00 5,00 11,00 13,25

3 7,00 12,00 7,00 14,00 10,00

4 2,00 14,00 6,00 5,00 6,75

Rerata 10,25 11,25 7,75 9,25 9,63

M5

1 2,00 14,00 13,00 24,00 13,25

2 7,00 14,00 18,00 20,00 14,75

3 12,00 24,00 18,00 29,00 20,75

4 13,00 12,00 17,00 15,00 14,25

Rerata 8,50 16,00 16,50 22,00 15,75

M10

1 26,00 16,00 17,00 15,00 18,50

2 15,00 18,00 13,00 16,00 15,50

3 14,00 18,00 25,00 14,00 17,75

4 25,00 20,00 19,00 20,00 21,00

Rerata 20,00 18,00 18,50 16,25 18,19

M15

1 20,00 23,00 37,00 25,00 26,25

2 18,00 18,00 35,00 27,00 24,50

3 27,00 17,00 30,00 25,00 24,75

4 23,00 15,00 30,00 20,00 22,00

Rerata 22,00 18,25 33,00 24,25 24,38

Lampiran 2. Pertambahan jumlah daun kawista (helai) umur 12 minggu setelah tanam

pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta masing-masing

reratanya. Ulangan K0 K30 K60 K90 Rerata

M0

1 7,00 25,00 18,00 15,00 16,25

2 17,00 15,00 20,00 23,00 18,75

3 15,00 20,00 24,00 24,00 20,75

4 17,00 20,00 25,00 19,00 20,25

Rerata 14,00 20,00 21,75 20,25 19,00

M5

1 15,00 25,00 30,00 25,00 23,75

2 17,00 23,00 20,00 17,00 19,25

3 17,00 23,00 20,00 15,00 18,75

4 17,00 27,00 19,00 23,00 21,50

Rerata 16,50 24,50 22,25 20,00 20,81

M10

1 23,00 20,00 30,00 20,00 23,25

2 25,00 20,00 15,00 18,00 19,50

3 27,00 18,00 17,00 32,00 23,50

4 17,00 20,00 17,00 23,00 19,25

Rerata 23,00 19,50 19,75 23,25 21,38

M15

1 17,00 30,00 45,00 23,00 28,75

2 23,00 23,00 37,00 29,00 28,00

3 23,00 20,00 35,00 30,00 27,00

4 20,00 15,00 30,00 28,00 23,25

Rerata 20,75 22,00 36,75 27,50 26,75

Page 53: Download (2402Kb)

40

Lampiran 3. Pertambahan diameter batang kawista (mm) umur 12 minggu setelah tanam

pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta masing-masing

reratanya. Ulangan K0 K30 K60 K90 Rerata

M0

1 5,00 5,00 8,00 8 6,50

2 6,00 9,00 11,00 11,00 9,25

3 5,00 8,00 9,00 8,00 7,50

4 6,00 16,00 16,00 12,00 12,50

Rerata 5,50 9,50 11,00 9,75 8,94

M5

1 14,00 10,00 13,00 12,00 12,25

2 7,00 8,00 11,00 9,00 8,75

3 7,00 8,00 6,00 6,00 6,75

4 9,00 11,00 14,00 10,00 11,00

Rerata 9,25 9,25 11,00 9,25 9,69

M10

1 8,00 13,00 7,00 12,00 10

2 15,00 13,00 11,00 10,00 12,25

3 17,00 7,00 8,00 13,00 11,25

4 14,00 9,00 10,00 12,00 11,25

Rerata 13,50 10,50 9,00 11,75 11,19

M15

1 10,00 9,00 14,00 7,00 10,00

2 11,00 16,00 10,00 8,00 11,25

3 8,00 10,00 9,00 11,00 9,50

4 7,00 15,00 12,00 14,00 12,00

Rerata 9,00 12,50 11,25 10,00 10,68

Lampiran 4. Pertambahan panjang akar kawista (cm) umur 12 minggu setelah tanam pada

berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta masing-masing

reratanya. Ulangan K0 K30 K60 K90 Rerata

M0

1 1,00 4,00 0,00 4,00 2,25

2 1,00 1,00 4,00 1,00 1,75

3 3,00 3,00 1,00 7,00 3,50

4 2,00 2,00 2,00 4,00 2,50

Rerata 1,75 2,50 1,75 4,00 2,50

M5

1 3,00 5,00 0,00 1,00 2,25

2 2,00 7,00 1,00 1,00 2,75

3 3,00 1,00 0,00 6,00 2,50

4 3,00 2,00 9,00 1,00 3,75

Rerata 2,75 3,75 2,50 2,25 2,81

M10

1 3,00 4,00 3,00 2,00 3,00

2 6,00 5,00 2,00 6,00 4,75

3 5,00 0,00 5,00 4,00 3,50

4 0,00 2,00 6,00 7,00 3,75

Rerata 3,50 2,75 4,00 4,75 3,75

M15

1 5,00 9,00 5,00 2,00 5,25

2 5,00 7,00 4,00 1,00 4,25

3 2,00 0,00 3,00 4,00 2,25

4 0,00 5,00 2,00 0,00 1,75

Rerata 3,00 5,25 3,50 1,75 3,38

Page 54: Download (2402Kb)

41

Lampiran 5. Pertambahan berat segar bibit kawista (gram) umur 12 minggu setelah tanam

pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta masing-masing

reratanya. Ulangan K0 K30 K60 K90 Rerata

M0

1 12,00 14,00 24,00 6,00 14,00

2 5,00 26,00 15,00 32,00 19,50

3 4,00 9,00 25,00 14,00 13,00

4 11,00 10,00 13,00 20,00 13,50

Rerata 8,00 14,75 19,25 18,00 15,00

M5

1 15,00 2,00 44,00 27,00 22,00

2 25,00 22,00 26,00 31,00 26,00

3 20,00 26,00 26,00 31,00 25,75

4 13,00 36,00 17,00 27,00 23,25

Rerata 18,25 21,50 28,25 29,00 24,25

M10

1 16,00 38,00 26,00 33,00 28,25

2 38,00 25,00 22,00 21,00 26,50

3 43,00 22,00 42,00 15,00 30,50

4 29,00 27,00 38,00 45,00 34,75

Rerata 31,50 28,00 32,00 28,50 30,00

M15

1 16,00 25,00 68,00 33,00 35,50

2 42,00 24,00 68,00 34,00 42,00

3 38,00 44,00 58,00 63,00 50,75

4 37,00 41,00 34,00 45,00 39,25

Rerata 33,25 33,50 57,00 43,75 41,88

Lampiran 6. Derajat infeksi MVA pada akar kawista (%) umur 12 minggu setelah tanam

pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos serta masing-masing

reratanya. Ulangan K0 K30 K60 K90 Rerata

M0

1 6,00 13,00 12,00 12,00 12,00

2 10,00 14,00 10,00 8,00 9,00

3 8,00 16,00 8,00 10,00 9,00

4 14,00 14,00 10,00 14,00 12,00

Rerata 9,50 14,25 10,00 11,00 10,50

M5

1 12,00 10,00 10,00 10,00 10,00

2 10,00 12,00 12,00 18,00 15,00

3 9,00 8,00 18,00 22,00 20,00

4 6,00 10,00 14,00 26,00 20,00

Rerata 9,25 10,00 13,50 19,00 16,25

M10

1 10,00 14,00 26,00 26,00 26,00

2 12,00 16,00 20,00 22,00 21,00

3 14,00 18,00 24,00 12,00 18,00

4 18,00 20,00 22,00 16,00 19,00

Rerata 13,50 17,00 23,00 19,00 21,00

M15

1 22,00 28,00 46,00 36,00 41,00

2 18,00 25,00 36,00 34,00 35,00

3 12,00 14,00 44,00 38,00 41,00

4 18,00 25,00 47,00 33,00 40,00

Rerata 17,50 23,00 43,25 35,00 39,25

Page 55: Download (2402Kb)

42

Lampiran 7. Perhitungan hasil Anovadua jalur untuk kombinasi MVA dan kompos serta

interaksi antar keduanya pada parameter pertambahan tinggi bibit.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Pertambahan tinggi bibit

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 2682.734a 15 178.849 8.036 0.020

Intercept 18462.016 1 18462.016 829.559 0.200

MVA 1788.047 3 596.016 26.781 0.100

Kompos 146.922 3 48.974 2.201 0.100

MVA * kompos 747.766 9 83.085 3.733 0.001

Error 1068.250 48 22.255

Total 22213.000 64

Corrected Total 3750.984 63

a. R Squared = 0 ,715 (Adjusted R Squared = 0,626)

Lampiran 8. Perhitungan hasil Anovadua jalur untuk kombinasi MVA dan kompos serta

interaksi antar keduanya pada parameter pertambahan jumlah daun.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Pertambahan jumlah daun

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 1499.734a 15 99.982 4.951 0.020

Intercept 30932.016 1 30932.016 1.5323 0.100

kompos 358.297 3 119.432 5.915 0.002

MVA 533.797 3 177.932 8.812 0.001

kompos * MVA 607.641 9 67.516 3.344 0.003

Error 969.250 48 20.193

Total 33401.000 64

Corrected Total 2468.984 63

a. R Squared = 0,607 (Adjusted R Squared = 0,485)

Page 56: Download (2402Kb)

43

Lampiran 9. Perhitungan hasil Anovadua jalur untuk kombinasi MVA dan kompos serta

interaksi antar keduanya pada parameter pertambahan diameter batang

kawista.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Pertambahan diameter batang kawista

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 192.859a 15 12.857 1.527 0.133

Intercept 6621.891 1 6621.891 786.273 0.001

MVA 55.547 3 18.516 2.199 0.100

kompos 18.297 3 6.099 .724 0.543

MVA * kompos 119.016 9 13.224 1.570 0.151

Error 404.250 48 8.422

Total 7219.000 64

Corrected Total 597.109 63

a. R Squared = 0,323 (Adjusted R Squared = 0,111)

Lampiran 10. Perhitungan hasil Anovadua jalur untuk kombinasi MVA dan kompos serta

interaksi antar keduanya pada parameter pertambahan panjang akar

kawista.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Pertambahan panjang akar kawista

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 59.938a 15 3.996 0.678 0.793

Intercept 663.062 1 663.062 112.463 0.001

0MVA 21.063 3 7.021 1.191 0.323

kompos 9.313 3 3.104 0.527 0.666

MVA * kompos 29.562 9 3.285 0.557 0.825

Error 283.000 48 5.896

Total 1006.000 64

Corrected Total 342.938 63

a. R Squared = 0 ,175 (Adjusted R Squared = 0,083)

Page 57: Download (2402Kb)

44

Lampiran 11. Perhitungan hasil Anovadua jalur untuk kombinasi MVA dan kompos serta

interaksi antar keduanya pada parameter pertambahan berat segar bibit

kawista.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Pertambahan berat segar bibit

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 8260.438a 15 550.696 5.017 0.100

Intercept 49395.062 1 49395.062 450.026 0.003

MVA 6070.187 3 2023.396 18.435 0.002

kompos 1293.812 3 431.271 3.929 0.014

MVA * kompos 896.438 9 99.604 0.907 0.527

Error 5268.500 48 109.760

Total 62924.000 64

Corrected Total 13528.938 63

a. R Squared = 0,611 (Adjusted R Squared = 0,489)

Lampiran 12. Perhitungan hasil Anovadua jalur untuk kombinasi MVA dan kompos serta

interaksi antar keduanya pada parameter derajat infeksi MVA pada akar

kawista.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Derajat infeksi MVA pada akar kawista

Source Type III Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 8836.734a 15 589.116 9.926 0.020

Intercept 97266.016 1 97266.016 6.5923 0.001

MVA 5028.422 3 1676.141 13.597 0.001

kompos 1602.922 3 534.307 6.211 0.030

MVA * kompos 2205.391 9 245.043 6.607 0.200

Error 708.250 48 14.755

Total 106811.000 64

Corrected Total 9544.984 63

a. R Squared = 0,926 (Adjusted R Squared = 0,903)

Page 58: Download (2402Kb)

45

Lampiran 13. Perhitungan hasil uji DMRT dosis MVA pada parameter pertambahan

tinggi bibit.

Pertambahan tinggi bibit

Duncan

MVA N Subset

1 2 3

0 gram 16 9.62

5 gram 16 15.75

10 gram 16 18.19

15 gram 16 24.38

Sig. 1.00 0.15 1.00

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 22,255.

Lampiran 14. Perhitungan hasil uji DMRT interaksi dosis MVA dan kompos pada

parameter pertambahan tinggi bibit.

Kombinasi taraf

perlakuan Rerata rp Rp Notasi

M 0 + K 60 7,75 - - i

M 5 + K 0 8,50 2,83 6,68 i

M 0 + K 90 9,25 2,98 7,03 i

M 0 + K 0 10,25 3,08 7,23 i

M0 + K 30 11,25 3,14 7,41 hi

M 5 + K 30 16,00 3,20 7,55 h

M 10 + K 90 16,25 3,24 7,65 fg

M 5 + K 60 16,50 3,28 7,74 ef

M 10 + K 30 18,00 3,31 7,81 e

M 15 + K 30 18,25 3,33 7,86 e

M 10 + K 60 18,50 3,33 7,86 de

M 10 + K 0 20,00 3,37 7,95 d

M 5 + K 90 22,00 3,37 7,95 cd

M 15 + K 0 22,00 3,40 8,02 bc

M 15 + K 90 24,25 3,40 8,02 ab

M 15 + K 60 33,00 3,43 8,09 a

Keterangan:

Rp = Nilai wilayah beda nyata terpendek

rp = diperoleh pada tabel uji duncan 5%

Page 59: Download (2402Kb)

46

Lampiran 15. Perhitungan hasil DMRT dosis MVA pada parameter pertambahan jumlah

daun.

Pertambahan jumlah daun

Duncan

MVA N Subset

1 2

0 gram 16 19.00

5 gram 16 20.81

10 gram 16 21.38

15 gram 16 26.75

Sig. 0.17 1.00

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 20,193.

Lampiran 16. Perhitungan hasil ujiDMRT dosis kompos pada parameter pertambahan

jumlah daun.

Pertambahan jumlah daun

Duncan

Kompos N Subset

1 2 3

0 gram 16 18.56

30 gram 16 21.50 21.50

90 gram 16 22.75 22.75

60 gam 16 25.12

Sig. 0.07 0.44 0.14

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 20,193.

Page 60: Download (2402Kb)

47

Lampiran 17. Perhitungan hasil uji DMRT interaksi dosis MVA dan kompos pada

parameter pertambahan jumlah daun.

Kombinasi taraf

perlakuan Rerata rp Rp Notasi

M 0 + K 0 14,00 - - e

M 5 + K 0 16,50 2,83 6,37 e

M 10 + K 30 19,50 2,98 6,70 e

M 10 + K 60 19,80 3,08 6,93 e

M 0 + K 30 20,00 3,14 7,07 e

M 5 + K 90 20,00 3,20 7,20 e

M 0 + K 90 20,30 3,24 7,29 e

M 15 + K 0 20,80 3,28 7,38 de

M 0 +K 60 21,80 3,31 7,45 d

M 15 + K 30 22,00 3,33 7,49 d

M 5 + K 60 22,30 3,33 7,49 d

M 10 + K 0 23,00 3,37 7,58 d

M 10 +K 90 23,30 3,37 7,58 c

M 5 + K 30 24,50 3,40 7,65 bc

M 15 + K 90 27,50 3,40 7,65 ab

M 15 + K 60 36,80 3,43 7,71 a

Keterangan:

Rp = Nilai wilayah beda nyata terpendek

rp= diperoleh pada tabel uji duncan 5%

Lampiran 18. Perhitungan hasil uji DMRT dosis MVA pada parameter pertambahan berat

segar bibit.

Pertambahan berat segar bibit

Duncan

MVA N Subset

1 2 3

0 gram 16 15.00

5 gram 16 24.25

10 gram 16 30.00

15 gram 16 41.88

Sig. 1.00 0.13 1.00

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square (Error) = 19,760.

Page 61: Download (2402Kb)

48

Lampiran 19. Perhitungan hasil uji DMRT dosis MVA pada parameter derajat infeksi

MVA pada akar kawista.

Derajat infeksi mikoriza

Duncan

MVA N Subset

1 2 3

0 gram 16 31.19

5 gram 16 32.94

10 gram 16 38.12

15 gram 16 53.69

Sig. .20 1.00 1.00

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 14,755.

Lampiran 20. Perhitungan hasil uji DMRT dosis kompos pada parameter derajat infeksi

MVA pada akar kawista.

Derajat infeksi mikoriza

Duncan

Kompos N Subset

1 2 3 4

0 gram 16 32.44

30 gram 16 36.06

90 gram 16 42.31

60 gam 16 45.12

Sig. 1.00 1.00 1.00 1.00

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 14,755.

Page 62: Download (2402Kb)

49

Lampiran 21. Perhitungan hasil uji DMRT interaksi dosis MVA dan kompos pada

parameter derajat infeksi MVA pada akar kawista.

Kombinasi taraf

perlakuan Rerata rp Rp Notasi

M 5 + K 0 9,25 - - f

M 0 + K 0 9,50 2,83 5,43 f

M 0 + K 60 10,00 2,98 5,72 f

M 5 + K 30 10,00 3,08 5,91 f

M 0 + K 90 11,00 3,14 6,08 f

M 5 + K 60 13,50 3,20 6,14 f

M 10 + K 0 13,50 3,24 6,22 f

M 0 + K 30 14,25 3,28 6,30 ef

M 10 + K 30 17,00 3,31 6,36 de

M 15 + K 0 17,50 3,33 6,39 d

M 5 + K 90 19,00 3,33 6,39 d

M 10 + K 90 19,00 3,37 6,47 cd

M 10 + K 60 23,00 3,37 6,47 c

M 15 + K 30 23,00 3,40 6,53 bc

M 15 + K 90 35,25 3,40 6,53 ab

M 15 + K 60 43,25 3,43 6,59 a

Keterangan:

Rp = Nilai wilayah beda nyata terpendek

rp= diperoleh pada tabel uji duncan 5%

Page 63: Download (2402Kb)

50

Lampiran 22. Faktor lingkungan bibit kawista selama penelitian

Minggu

ke-

Suhu udara

(oC)

pH tanah Kelembapan

udara

Kecepatan angin

(m/s)

1 32 6 51 0,5

2 33 6 53 0,5

3 32 6 50 0,5

4 31 6 51 0,5

5 34 6 51 0,5

6 31 6 52 0,5

7 31 6 50 0,5

8 32 6 51 0,5

9 32 6 51 0,5

10 33 6 50 0,5

11 32 6 51 0,5

12 31 6 51 0,5

Rerata 32 6 51 0,5

Page 64: Download (2402Kb)

51

Lampiran 23. Wilayah nyata student pada taraf 5% dan 1% uji DMRT

Page 65: Download (2402Kb)

52

Page 66: Download (2402Kb)

53

Sumber : Hanafiah 2005

Lampiran 24. Daftar nilai baku F pada taraf kritis 5% dan 1% untuk analisis sidik

ragam (analysis of variance)

Page 67: Download (2402Kb)

54

Page 68: Download (2402Kb)

55

Page 69: Download (2402Kb)

56

Lampiran 25. Surat ijin penelitian

Page 70: Download (2402Kb)

57

Lampiran 26. Dokumentasi penelitian

Gambar 1. Preparat clearing and staining ujung

akar kawista yang tidak terinfeksi

MVA, perbesaran 400 X

Arbuskula

Vesikula

Gambar 2. Preparat clearing and staining ujung akar

kawista yang terinfeksi MVA, perbesaran

400 X

Page 71: Download (2402Kb)

58

Gambar 3. Keragaman pertumbuhan bibit kawista umur 12 minggu setelah tanam

pada berbagai kombinasi dosis MVA dan kompos, dari kiri (a) M0K0,

M0K30, M0K60, M0K90(b) M5K0, M5K30, M5K60, M5K60 (c)

M10K0, M10K30, M10K60, M10K90, dan (d) M15K0, M15K30,

M15K60, M15K90. Bar, 10

d

c

b

a