Draft Makalah

download Draft Makalah

of 8

description

gakonok

Transcript of Draft Makalah

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur senantiasa kami haturkan selalu kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa yang telah memberikan kami kesempatan dalam menyusun dan menulis presentasi tentang TANAM PAKSA PADA ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA.

Presentasi ini sengaja kami susun secara terperinci dan kami jelaskan secara terurai dan mengarah dan sesuai dengan kenyataannya serta mendalam dan mengacu dan mengaitkan pada sumber-sumber pada tanam paksa di Indonesia khususnya yang terdapat pada Pulau Sumatera.

Pada setiap materi yang kami susun dan yang kami bentuk dengan dilengkapi penjelasan-penjelasan secara terperinci dan mendetail serta pemberian info kita bersama agar dapat lebih dimengerti dan dipahami oleh seluruh pendengar dan pembaca presentasi ini.

Kami sebagai penyusun dan penulis presentasi ini sangat mengharapkan agar kiranya presentasi ini dapat membantu para pendengar dan pembaca untuk lebih mengerti tentang masalah tanam paksa pada zaman penjajahan Belanda khusunya yang terdapat pada Pulau Sumatera.

Kami sebagai penulis dan penyusun presentasi ini tidak membutuhakn pujian,hinaan ataupun sanjungan dari para pembaca ataupun pendengar tetapi kami sangat mengharapkan kritik,saran,serta opini Anda sekalian yang bersifat membangun yang pastinya dapat Anda salurkan kepda kami baik melalui komunikasi ataupun tatap muka langsung , agar kiranya lain kali apabila kami berkesempatan pada edisi penyusunan berikutnya dapat mencapai sesuai yang Anda maksudkan dan mencapai hasil yang maksimal dan memuaskan.Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Latar Belakang

Pada tahun 1830, pemerintah Belanda mengangkat Gubernur Jendral yang baru untuk Indonesia, yaitu Johanes Van Der Bosch. Van Den Bosch inilah yang kemudian mengeluarkan kebijakannya yang terkenal. Yaitu cultuurstelsel atau system tanam paksa. Adapaun latar belakang dikeluarkannya atutarn tanam paksa adalah sebagai berikut

Terhentinya produksi tanaman ekspor selama sistim sewa/pajak tanah berlangsung. Kosongnya kas Negara akibat besarnya alokasi dana untuk menumpas perlawanan Pangeran Diponegoro (1825-1830) dan Perang Kemerdekaan Belgia. Besarnya hutang Belanda.

1.Penjelasan Tentang Sistem Tanam Paksa

Berdasarkan konvensi London pada tahun 1814 yang isinya bahwasanya wilayah Belnda dulunya harus dikembalikan kembali kepada Belanda termasuk Indonesia harus kembali berada pada dibawah kekuasaan Belanda.Pemerintah Belanda berkuasa berkuasa kembali atas Indonesia dan meebutnya kembali kekuasaan yang ada di Indonesia meskipun kondisi ekonomi Negara Belanda masih sangat lemah karena kas keuangannya dalam keadaan kosong.Lemahnya perekonomian Belanda pada saat itu diakibatkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:1.Adanya pengeluaran biaya perang dalam menghadapi perlawanan rakyat daerah di Indonesia seperti Perang Diponegoro (1825-1830) dan perang Paderi (1821-1837).2.Pemerintah Belanda banyak mengeluarkan biaya perang untuk menghadapi pemberontakan Belgia yang ingin melepaskan diri untuk merdeka.3.Badan Usaha Dagang Belanda (Nederlandsche Handels Maatschapipij) yang didirikan pada tahun 1824 gagal menghasilkan keuntungan bagi negara Belanda.4.Belanda terlilit hutang luar negeri sehingga banyak biaya yang harus di keluarkan untuk membayar hutang.

Pada tahun 1830,Pemerintah Belanda mengangkat Johannes Van Den Bosch sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang baru.Ia diserahi tugas meyelamatkan keuangan Belanda dengan cara menarik masukan sebanyak mungkin dari rakyat Indonesia.Van Den Bosch kemudian mengeluarkan gagasan yang terkenal dengan nama Cultuurstelsel atau sistem tanam paksa.Pemberlakuan sistem tanam paksa tersebut bertujuan untuk memperoleh pendapatan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat.Oleh karena itu, Pemerintah Kolonial mengerahkan tenaga rakyat untuk menanam berbagai jenis jenis tanaman.Sistem tanam paksa ini,diharapkan dapat mengumpulkan sejumlah tanamn yang akan didistribusikan kepasaran Eropa atau Amerika.Dalam kegiatan ini,pihak swasta juga diperlibatkan dalam kegiatan perlayaran dan perdagangan.Dalam menjalankan sistem tanam paksa,Pemerintah Belanda mengeluarkan aturan-aturan yang dimuat dalam lembaran-lembaran Negara atau Staatblad atau semacam Undang-Undang yaitu NO.22 tahun 1834.Aturan aturan ini berbunyi sebagai berikut:1.Persetujuan-persetujuan akan diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian tanahnya untuk ditanami tanaman-tanaman yang laku dijual pasaran Eropa.2.Tanah yang ditanami tidak melebihi tidak melebihi seperlima dari tanah pertanian milik penduduk.3.Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tidak boleh melebihi pekerjaan yang dibutuhkan dalam menanam padi.4.Tanah yang disediakan untuik menanam tanaman dibebaskan dari pembayaran pajak.5.Hasil tanaman harus diserahkan kepada Pemerintah Belanda sedangakan kelebihan hasil tanaman dari jumlah pajak yang terbayar,akan dibayarkan kembali kepada rakyat.6.Kegagalan panen menjadi tanggungan dari Pemerintah Belanda.7.Mereka yang tidak memiliki tanah harus menjadi pekerja diperkebunan Pemerintah lebih dari 66 hari.8.Penggarapan penanaman dibawah pengawasan langsung kepala kepala pribumi.Pegawai-pegawai Eropa mengawasi secara umum jalannya penggarapan sampai pengangkutannya.

Selain itu,Van Den Bosch juga menyusun program-program sebagai berikut:1.Menghapus sistem sewa tanah karena dianggap sulit dan tidak efisien.2.Mengganti sistem tanam bebas menjadi tanam wajib dengan jenis-jenis tanaman yang telah ditentukan oleh Pemerintah. 3.Menghidupkan kembali program kerja wajib untuk menunjang program tanam wajib.Berdasarkan peraturan-peraturan diatas,maka tanam paksa sebenarnya tidak memberatkan bagi rakyat,bahkan sebagian rakyat mendukung sistem tanam paksa ini terutama mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan sawah ataupun perkebunan karena mereka mendapatkan pekerjaan dan sekaligus dapat bekerja.Akan tetapi,tanam paksa ternyata penderitaan yang sangat luar biasa terhadap rakyat karena penyimpangan-penyimpangan tanam paksa yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda,yaitu sebagai berikut:1.Tanah yang diserahkan petani lebih dari seperlima2.Tanah petani yang diserahkan untuk tanam paksa ternyata tidak bebas pajak bahkan diberbagai daerah pajak lebih tinggi dari sebelumnya seperti di Priangan atau Jawa Barat. 3.Mereka yang tidak memiliki tanah ternyata bekerja diperkebunan Pemerintah lebih dari seperlima tahun lamanya.4.Kegagalan panen apapun penyebabnya ternyata menjadi tanggung jawab petani.5.Waktu pekerjaan tanam paksa melebihi waktu tanam padi.6.Kelebihan hasil panen tidak dikembalikan kepada rakyat.Penyimpangan-penyimpangan aturan tanam paksa diatas,terjadi karena adanya cultuur procenten yaitu hadiah atau bonus bagi pelaksana sistem tanam paksa yang dapat menyerahkan hasil tanaman melebihi ketentuan yang telah ditetapkan.Oleh karena itu,para Bupati dan kepala desa menyerahkan hasil tanaman yang sebanyak-banyaknya.Mereka memaksa penduduk desa untuk menanam melebihi ketentuan yang berlaku.Selain itu,rakyat juga dibebani pekerjaan yang lebih lama dari pada waktu yang telah ditentukan.Bagi rakyat yang dianggap tidak mematuhi kehendak para petugas akan dijatuhi hukuman.Kalaupun tidak dihukum mereka diancam akan dilaporkan kepada Pemerintah Belanda sebagai pembangkang dan pemberontak.Dengan kebijakan tanam paksa,Pemerintah Kolonial Belanda ingin melatih rakyat untuk mengenal jenis-jenis tanaman tropis yang laku dipasaran dunia,terutama kopi,gula,dan nila(indigo).Dupuhal lain,untuk menjamin bahwa para pegawai Belanda maupun Bupati dan kepala desa setempat menunaikan tugasnya dengan baik,selain mendapatkan gaji,Pemerintah Belanda juga memberikan perangsang,yaitu cultuur procenten(hadiah). Cultuur procenten merupakan suatu program yang sengaja diberikan dengan dibentuk untuk memberikan hadiah kepada para Bupati ataupun kepala desa dalam menjalankan tugasnya.Tercetusnya cultuur procenten adalah Belanda menginginkan lebih maksimal hasil dari tanam paksa sehingga diberikan perangsang(cultuur procenten) untuk memikat hati para pengawas didaerah-daerah agar dapat membuat hasil lebih dari hasil yang sudah ditetapkan.Hadiah atau cultuur procenten yang biasa diberikan adalah harta kekayaan dan jabatan.Sistem tanam paksa berlaku selama tahun 1830-1840 telah membuat volume ekspor gula,kopi,dan nila meningkat pesat rata-rata lebih dari sepuluh kali lipat.Sebagai contoh,ekspor gula tahun 1830 berjumlah 1.558.000 golden lalu pada tahun 1840 menjadi 13.782.000 golden.Antara tahun 1832 hingga 1867 saldo untung Belanda mencapai 967.000.000 golden.

Wilayah-Wilayah Indonesia yang Dipengaruhi Sistem Tanam Paksa

1.Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu target utama sistem tanam paksa karena dipulau Jawa lah terdapat sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat besar yang pastinya dapat menunjang potensi untuk mengisi kekosongan kas Negara Belanda yang sedang kososng melompong. Berikut ini beberapa daerah di Pulau Jawa yang menjadi tempat eksekusi sistem tanam paksa.A.Jawa Tengah dan Jawa Timur Salah satu potensi yang sangat besar untuk daerah ini yaitu pemanfaatan lahan untuk ditanami oleh tanaman gula,dan merupakan daerah pengekspor gula pada waktu itu.Selain itu,tanaman yang menjanjikan adalah teh dan tembakau untuk dijual dipasaran Eropa dan Belanda berhasil mengeruk dan menarik keuntungan yang sebanyak-banyaknya sehingga kas Belanda terisi bahkan berlebih sehingga dimanfaatkan untuk memperkaya diri tanpa harus memperhatikan nasib bangsa Indonesia yang semakin lama semakin terpuruk serta terlindas oleh roda tanam paksa yang ditetapkan oleh Belanda.B.Jawa Barat dan Banten Penghasilan terbesar dari daerah ini adalah kopinya yang sangat terkenal dan salah satu tambang emas bagi Belanda yang bertujuan menarik keuntungan sebesar-besarnya dari bangsa Indonesia.Selain itu,tanaman lain yang dapat menunjang kualitas dari daerah ini adalah teh dan tembakau. Kopi diperkenalkan keJawa oleh VOC pada awal abad ke-18 ,tidak diperlukan waktu lama bagi para pemimpin dan rakyat Priangan (Jawa Barat),menyadari bahwa kopi mempunyai kemungkinan baik.Dalam 20 tahun,Priangan menghasilkan kopi sebanyak Yemen,tempat asal tanaman ini.VOC tidak mengijinkan penduduk menjual kopin ini kesiapun juga,kecuali kepada VOC untuk alasan komersial VOC merusak semua tanaman kopi dibagian Jawa Tengah.Meski demikian,pada akhir abad ke-18,Jawa merupakan penghasil kopi terbesar didunia. 2.Pulau Sumatera Pulau Sumatera merupakan salah satu Pulau kdua yang sangat menjadi target utama Belanda dalam menjalankan praktek system tanam paksa.Berikut ini,merupakan daerah-daerah yang terkena dampak sistem tanam paksa:1.Sumatera Utara Keterlibatan Belanda dalam kegiatan ekonomi di Sumatera Utara diawali oleh Jacobus Nienhuys.Daerah perkebunan yaitu seperti Deli Serdang yang pada tahun 1865 merupakan daerah penghasil tembakau sebesar 189 bal.Belanda pun memperoleh keuntungan besar.Selain itu,daerah lainnya yaitu seperti Asahan atau Kisaran yang merupakan penghasil karet,sehingga merupakan pengantar ekspor Indonesia dalam hal karet yang merupakan penghasil karet yang mumpuni atau bagus pada saat itu.2.Riau Walaupun tidak terlalu terkenal namun ada daerah penghasil yang juga terlibat sistem tanam paksa yaitu seperti di Siak Sri Indrapura yang merupakan penghasil sawit dan karet walaupun tidak terlalu besar jumlahnya karena pada saat itu,Sultan Siak yaitu Sultan Syarif Khosim 1 dan Sultan Syarif Khosim 11 menolak sistem tanam paksa pada rakyatnya.

3.Reaksi Terhadap Tanam Paksa Tanam paksa mendapat reaksi yang cukup keras dari masyarakat.Reaksi ini datang dari Douwes Dekker dan Baron Van Howvel serta Frans Van De Putte .1.Erdward Douwes Dekker (1820-1887) Erward Douwes Dekker adalah residen di Lebak,Serang,Banten. Pada tahun 1860 beliau menulis buku Max Havelaar yang berisi tentang penderitaan bangsa Indonesia akibat pelaksanaan tanam paksa.Dalam menulis buku tersebut ia menggunakan nama samaran yaitu Multattuli.2.Baron Van Howvel(1812-1879) dan Frans Van De Putte Baron Van Howvel merupakan salah satu seseorang anggota parlemen negeri Belanda.Ia sempat beberapa tahun menetap di Indonesia yaitu di Batavia. Bersama dengan Frans Van De Putte ia menentang sistem tanam paksa lewat parlemen Belanda.Van De Putte menulis buku Suiker Contracten(Kontrak Gula).

4.Dampak Positif dan Negatif Tanam Paksa 1.Dampak Positif a.Pemerintah Belanda 1.Pemerintah Belanda memperoleh surplus keuangan yang dapat digunakan untuk menjalankan Pemerintahan Hindia Belanda dan memperkaya Belanda. 2.Uang kas Negara Belanda selalu penuh dan tidak pernah kosong. 3.Badab Usaha Dagang Belanda (Nederlandsche Handles Maatschapipij) memperoleh keuntungan yang sangat besar setelah mendapat hak monopoli pengangkutan hasil tanam paksa. b.Bagi rakyat Indonesia 1.Banyak rakyat Indonesia yang memperoleh pengetahuan soal tanam-menanam dan kualitas suatu tanaman. 2.Rakyat mengetahui bahan yang bisa dijual dipasaran dunia2.Dampak negatif dari sistem tanam paksa bagi bangsa Indonesia 1. Banyak rakyat Indonesia yang meninggal karena kelaparan,dan sakit hingga banyak menimbulkan korban jiwa yang sangat besar terutama diPriangan. 2. Bangsa Indonesia mengalami penderitaan lahir dan batin. 3. Munculnya demam berdarah akibat pembawaan bibit penyakit oleh Belanda untuk melenyapkan bangsa Indonesia yang menentang. 5.Penghapusan Sistem Tanam Paksa Sebagai akibat banyaknya reaksi yang muncul terhadap tanam paksa, Pemerintah Belanda mulai menghapusnya secara bertahap.Tekanan-tekanan yang dilontarkan bangsa Belanda untuk menghapus sistem tanam paksa terutama muncul dari kalangan liberal yang menganggap bahwa Belanda keterlaluan terhadap bangsa Indonesia dan dari pihak kerohanian yang menganggap Belanda tidak berperikemanusiaan. Selanjunya tanam paksa Lada dihapus pada tahun 1860,tanaman nila dan the diahpus pada tahun 1865.Secara keseluruhan tanam paksa dihapus pada tahun 1870.

6.Kesimpulan dari Tanam Paksa Tanam paksa adalah suatu aturan yang sengaja ditetapkan oleh Belanda untuk mengisi kekosongan kas Negara Belanda dari pembiayaan biaya perang melawan Belgia maupun di Indonesia,serta Karena hutang luar negeri Belanda.Namun,secara tidak langsung setelah diutusnya Van Den Bosch,maka ia menetapkan aturan-aturan tanam paksa yang ternyata adalah kebalikan dari aturan-aturan tanam paksa yang telah dibentuk sebelumnya diBelanda.Dengan dilakukannya penyimpangan-penyimpangan pada aturan-aturan tanam paksa mengakibatkan penderitaan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia karena banyak rakyat Indonesia yang meninggal dunia dan terserang penyakit pada saat tanam paksa dan membuat keuntungan yang sangat besar kepada Belanda karena dapat mengeruk kekayaan Indonesia untuk mengisi kekosongan kas Belanda bahkan Belanda mampu memperkaya dan memperindah diri. Jadi,intinya apabila bangsa Indonesia tidak melakukan perubahan pada aspek iptek , bangsa Indonesia akan tergilas bangsa lain dan dapat dibodoh-bodohi dan dimanfaatkan kelemahan Indonesia untuk keuntungan bangsa lain.Oleh karena itu,marilah kita sebagai Bangsa Indonesia bersama-sama mewujudkan Indonesia untuk tidak dapat lagi dibodoh-bodohi.

SUMBER PUSTAKA1.Undang-Undang No.22 tahun 1834(hal.1) = Buku Sejarah, kelas 2 SMP, Yudistira.2.Gambar Van Den Bosch (hal.3) = Buku IPS terpadu, kelas 2A,Erlangga3.Volume ekspor gula,nila,dan kopi (hal.4) = Buku Sejarah, kelas 2 SMP, Yudistira. 4.Info Kita Bersama,Yemen (hal.5) = Buku Sejarah, kelas 2 SMP, Yudistira. 5.Reaksi terhadap tanam paksa (hal.6) = Buku IPS Modul 1,kelas 1, SMK,Yudistira.

DAFTAR PUSTAKA1.Museum Kebangkitan Nasional.2007.Koleksi Museum Kebangkitan Nasional.Jakarta.2.Poesponegoro,Marati,dan Nugroho.n.1993.Sejarah Nasional Indonesia 111 dan IV.Jakarta :Balai Pustaka Depdikbud.3.Siboro,J.1998.Dinamika Perjuangan Kemerdekaan Indonesia.Bandung : Tarsito4.Terry L.Smart.1987.World History,A Story of Progress.New York: Holt , Rinehart and Winston Publishers