Duri Dan Api

127
PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Transcript of Duri Dan Api

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

PENERBI rAN ABBAS BANDONG

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Duri dan Api

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

TOKO BUKU ABBAS BANDONG59, JALAN LAKSAMANA, MELAKA

HAKCHIPTA TERPELIHARA

Dichetak olehSHARIKAT MALAYAN PRINTERS

PETALING JAYA

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Duri dan ApiSAJAK-SAJAK PILIHAN

1961-1966

USMAN AWANG

kala penguntur olcli

DR. LLOYD FERNANDO

TOKO BUKU ABBAS BANDONG, MELAKA

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Isinya

Pemuda dan Gadis Tionghua ...

Duri dan Api

Anak-anak Terchinta Jangan Menangis

Mahasiswa ...

Kawan dan Dendam

Malam Penghabisan

A yah belum Pulang

Dato' Onn

Derita

Budi

Tulang2 Berserakan

Anak J iran Tionghua

Chinta Pulau Dewata

Orang Tak Berbaju .

Milik Yang Tinggal .

J antung Slidah Berdenyut

Kemanusiaan

Konfrontasi

Pesan

Harapan

Peri stiwa

Kelopak Rasa

Bintang Di langit Zaman

Surat

Keyakinan

Chinta Ladang Getah

1

2

3

4

57

910

11

12

13

14

15

16

17

18

19

2122

23

24

25262728

29

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Mata Ayah

Suasana

Menllnggu

Chahaya Dari Ka'bah

Doa

BALLADALangit Tua Manusia Sengketa

TABLO

Chahaya

Gema

LAMPIRANKita Tidak Berpaling LagiChinta

Wajah

Air Di Padang Tandus

Serunai Malam

Pantun

Mahkota Chinta

Dari Bintang Ke Bintang

Kesepian

Musim Bunga

Pulang

Pedih dan Senyum

Kepuasan Seorang Kekasih

Upachara Permakaman Sajak . ..

30

31

32

33

34

37

5359

6971

7678

80

81

8283

84

85

87

8991

93

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Untukmu bumi MelakaBandar Hilir dan Bukit ChinaYang memberiku sebuah nama.

Bagimu Selat Teberau terchintaDenyut nadimu ke Kota TinggiDewasalah hati seorang lelaki.

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

KATA PENGANTAR

Duri dan Api merangkum sajak2 Usman Awang yangterbaik dalam tahun2 1961 hingga 1966. Dengan demikiania menjadi kembaran kepada Gelomhang (Oxford Univer­sity Press, Kuala Lumpur, 1961) suatu kumpulan sajak2pilihannya dari tahun 1949 hingga 1960. Usman - salahseorang pemimpin ASAS 50 dan salah seorang perintissastera Mela yu moden yang paling berpengaruh - se­karang ini menulis ketika iklim sastera sedang berubah.Terutama dalam beberapa tahun yang ahir2 ini, contextbagi seseorang penulis hampir2 dapat dikatakan telah ber ­ubah samaseka li. Penggunaan bahasa kebangsaan telahberkembang den gan pesatnya di kalangan kaum2 bukanMelayu. Dengan terbitnya Sajak2 Melayu Baru (OxfordUniversity Press. Kuala Lumpur, 1963), maka puisi Mela yu,husus-nya sajak2 Usman Awang, telah diperkenalkan dalambentuk terjemahan kepada pembacha2 yang berbahasaInggeris. Hal ini merupakan suatu perkembangan yangbererti karena lingkungan pernbacha bertambah luas, se­hingga beberapa asas penilaian yang baru mungkin di­tarnbahkan. Apabila factor in diterirna dalarn hubungan­nya dengan beberapa banyak lagi sajak2 Usman Awangyang ada pada kita sekarang ini, maka akan bergunalahjika dilakukan suatu perchobaan meneliti kembali beberapasifat puisinya, bukan saja dalam hubungannya dengan AsiaTenggara tetapi juga pada tingkat antara-bangsa . Penuliskata pengantar ini tidak berdaya melakukan perchobaanserupa itu terutamanya karena kekurangan pengetahuan­nya ten tang bahasa Melayu. Tetapi beberapa persoa1anyang menarik perhatian akan dikemukakan sebagai saran2

( i )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

yang kelak boleh diteliti oleh orang2 lain dengan lebihmendalam dan lebih berwenang dari yang dapat dilakukandisini .*

Sebagai permulaan, mungkin ada baiknya jika disentuhtentang bantahan2 yang disuarakan baru2 ini tentangsajak2 Usman yang telah diperbaikinya. Dalam Ming­guan Malaysia (7 Ogos 1966), A.R. Azmi Saad menarikperhatian pembacha2 kepada perubahan2 yang agakbanyak dilakukan oleh Usman dalam beberapa sajaknya,sehingga mengakibatkan perbedaan2 penting antara edisipertama dengan edisi kedua Puisi Baharu Melayu 1942­60, yang diselenggarakan oleh sdr Ali Haji Ahmad. iaitusebuah buku pelajaran untuk ujian2 School Certificate danSijil Persekutuan Malaysia. Tulisan sdr Azmi itu harusdipuji karena jelas memperlihatkan pembachaan yang telitidan minat yang sesungguhnya terhadap sajak2 Usman.Sdr Azmi menyuarakan rasa bimbang bagi pihak para gurudan para pelajar tentang perbaikan yang dilakukan itu;kesulitan yang utama bagi mereka ialah soal edisi manayang harus dipelajari. Memanglah kita bersimpati ter­hadap golongan pembacha2 Usman ini, tetapi rnungkin .

* Dalam menulis Kata Pengantar ini, saya telah menelaah denganteliti sajak2 Usman dalam bentuk asalnya (bahasa kebangsaan).Meskipun demikian saya sangat berhutang budi kepada seorangternan pensarah yang telah menterjemah kesemua sajak2 itu kebahasa Inggeris dalam jangka masa yang pendek; terjemahannyaitu banyak membantu saya dalam memahami dan menikmatisajak2 itu. Kepadanya saya uchapkan terimakasih. Jika adaapa2 kesilapan dalam menapsirkan sajak2 itu, maka tanggung­jawabnya terletak pada saya, bukan padanya.

Juga saya sangat berterimakasih kepadanya karena menter­jemahkan kata pengantar ini ke bahasa Melayu. Pada mula­nya kebanggaan diri melarang saya meminta bantuannya, tetapisaya segera sedar bahwa lebih bijaksana jika saya mendapatbantuan dari orang yang mempunyai kemampuan dalam bahasaInggeris dan Melayu dan mempunyai pengetahuan yang men­dalam tentang sajak2 Usman. Dengan bantuannya itu maksudsaya akan dapat disampaikan dengan lebih tepat lagi.

(ii)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

pula bahwa perbedaan antara hak2 penyajak dengantanggungjawab guru (atau pemeriksa) tidak begitu jelasdipahami. Pada tingkat sekolah masaalah ini mudahdiatasi jika guru menentukan hanya satu edisi saja untukdipelajari, ataupun meminta badan pemeriksa yang ber­kenaan memutuskan demikian supaya terdapat persamaandi semua sekolah.

Yang penting ialah soal sikap yang haru s diambil ter­hadap perbaikan2 itu, dan ini bukanlah bagi anak2sekolah, tetapi bagi pembacha2 dewasa yang berminatdalam hal ini. Setiap penulis yang bemilai mengambilberat tentang pengukiran seninya. Jarang2 benar sebuahsajak ditulis sekaligus; kebanyakannya diperiksa berkali­kali , dibaiki bahasanya, malah ada juga yang diubahsamasekali beberapa lama setelah disiarkan. Disini kitadapat belajar dari teladan yang dibuat oleh penulis2 dalamsastera2 lain . Misalnya penulis2 dalam sastera Inggerisseperti Dickens. Yeat s. Hardy, George Moore dan banyaklagi yang lain telah memperbaiki karya2 mereka denganperubahan2 yang besar lebih dari sekali. Pelajar2 sasterapada tingkat lanjutan di universitiz, misalnya, menerima -,perubahan2 itu sebagai bahan yang sangat penting untuktumpuan minatnya. Soal ini tidaklah dapat dibinchangkansechara terperinchi disini. Membanding dan menelaahteks merupakan suatu bahagian penting dari latihan yangakan melahirkan seorang pelajar sastera yang baik. Se­chara singkat bolehlah dikatakan bahawa jika kita mem­bandingkan dengan teliti beberapa bentuk (version) yangberbeda dari satu karya - sebagaimana yang dilakukandengan baik sekali oleh sdr Azmi dalam tulisannya­maka kita akan dapat mengerti proses lahimya sebuahsajak (sungguh amat menarik karena senantiasa berbedaantara seorang penulis dengan yang lain), dan juga kitadapat memahami dengan lebih tepat lagi perkembangan

(iii )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

seseorang penyajak yang masing2 mempunyai chirinyayang tersendiri.

Saya menyatakan pendapat ini semata-mata dengansemangat ingin menolong menjelaskan ma s'alah ini. Se­sungguhnya menggembirakan bahawa kesulitan2 yang di­gambarkan oleh sdr Azmi itu sebenarnya merupakansuatu bukti betapa telitinya perhatian yang d iberikankepada karya2 Usman, dan hal itu bererti betapa tingginyapenghargaan terhadapnya, suatu penghargaan yang me­mang pada tempatnya.

Menurut chita2 yang diakuinya sendiri, Usman menuli suntuk masharakat. Dalam suatu karangan, 'PengalamanSaya Dalam Menulis Sajak' , yang diterbitkan pada tahun1963 (tetapi telah ditulis beberapa lama sebelum itu), iamenyatakan :

l si pulsi sekarang haruslah memupuk kesedarannasional , mengemukakan pikiran , perasaan dan hasratrakyat yang inginkan kebahagiaan , kemakmurandalam satu susunan masharakat yang baik.

(Usman Awang dan A. Samad Said, Tema danTugas Sastera Melayu M oden , Penerbitan FederalBerhad, 1963, muka 22.)

Sebenarnya, tuga s puisi bagi Usman tidaklah begituterbatas pichik sebagai yang mungkin disangkakan darikata2 ini. Malah hal itu merupakan suatu pernyataankemerdekaan kebudayaan, suatu tekad dari penuli s untukmemulai dari nilai2 yang diketahuinya dan dirasakannyapenting sebagai sharat mutlak bagi suatu masharakat yangadil. Jika tujuan ini diertikan sebagai berchorak propa­ganda, maka sesungguhnyalah propaganda dalam ertikatayang paling baik, karena dalam karangan itu juga Usmanmenjelaskan bahwa pada hakikatnya masharakat baginyaialah masharakat manusia sejagat, dan bukan hanya

(iv)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

masharakat atau golongan yang kebetulan menjadi golong­an seseorang itu :

Menurut hemat saya. seorang seniman bukan sajamemperjuangkan kemerdekaan bangsa dan tanah­airnya - iika bangsa dan tanah-airnya masili diiaiah- tetapi juga memperjuangkan persaudaraan antaramanusia dengan manusia, antara bangsa denganbangsa, dengan tidak mengira paham politiknya,keperchayaannya, bangsanya dan warna kulitnya.

(Tema dan Tugas Sastera muka 32).

Sajak2 dalam Dud dan Api menunjukkan Usman tetapberpegang teguh pada tujuan2 ini. Mungkin ia mem­perkatakan hal2 mengenai politik atau tokoh2 politik,umpamanya, tetapi simpatinya yang luas melampaui batas2itu dan senantiasa menyedari umat manusia seluruhnya.Demikianlah, dalam sajak 'Kemanusiaan', sambil bersedihmerenungkan pembunuhan President Kennedy yang menyebabkan dunia menjadi terkejut dan bingung, Usmanmenyatakan:

Iika kita menyesali kematian atas seorang,dan hati tiduk berdenyut untuk kematian yang lain,maka kemanusiaan tidak uiud di mahkota kebenaran,sebab bukanlah kemanusiaan bila ia ada perbatasan .

Rasa belas-kasih terhadap sesama manusia tidaklahboleh dibataskan hanya kepada orang2 kenamaan ataupunkepada orang2 yang sekeperchayaan (politik dan agama)dengan kita. Nilai perasaan ini dapat ditegakkan hanyajika ia meliputi seluruh man usia. Inilah kebenaran yanglebih luas, yang sukar diterima oleh orang2 yang me­mandang hidup semata-mata atas dasar sesuatu keyakinanpolitik atau agama. Tetapi mereka mesti menerima ke­benaran ini, karena jika tidak maka tiadalah sechebispunharapan untuk menghentikan kechenderungan moden kitaterhadap pembunuhan besar-besaran.

(v)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Dalam Ballada Usman, 'Langit Tua Manusia Sengketa'tema ini dihidupkan dalam drama yang mengharukandengan berlatarbelakang Darurat di Tanah Melayu. Kisahmanusia buruan yang menemui maut di tangannya sendiribersama pemburu2nya, mernberikan napas baru kepadasuatu bentuk puisi lama yang sekarang jarang dipakai. Di­tengah-tengah jantung ballada ini (bahagian 7) terdapatsuatu sumber kiasan dari sebahagian besar puisi UsmanAwang - yaitu kota kasili sayang - yang menjelmasebagai suatu impian di mata manusia yang diburu, 'SiKurus Lapar', pada saat maut mengepungnya dengantak mengenal ampun. Bahagian ini baik diturunkan di­sini dengan agak lengkap:

Sechebi s kenangan di mutanya berkisarmimpi yang nyaman datang bersinar.

O. dilihatnya wajah puteru terchintaalungkah anehn ya ia terbang bersendadengan merdu gelak perawan di dunia bunga. .

Betupa terkeiutnya ia iua bisa terbangsungai-sungai dengan air membiruburung dam di mana-mana meluyah-melayangdan damainya ia antara kibas kepak kupu-kupu.

'Inilah duniaku. dunia kasih dirindudengun ikon-ikon molek bermain di batudi mana-manu mu sik beralun merdudi mana-mana kemesraan persaudaruan berpadu',

Direnungnya kota yang tII1Wt gemilangtertatap matunya kepadu nama yang terpampang:KOTA KASIH SAYANG.

Alangkah damai manusiu berwaiali bungamelimpah indah chahaya hidup seribu warnaah, tidak tersua timah hitam membarabesi berpadu tidak dibikin untuk seniata.

( vi)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Di keiauhan tampak lambaian tungan puteraO. manisnya ia meski tanpa bicharaseekor kupu-kupu hinggap di kembang menguntumdan alangkah anehnya bunga yang tersenyummekar menjelma wajah isteri meranum.

Kedua putera dan bundatelah mereguk madu kasih kekal selama.

Dunia moden yang menyingkirkan perasaan dan mem­perlakukan segal a hal sechara praktis mungkin merasakurang senang mendengar seorang pen yajak memakaikata2 demikian untuk melagukan kasih sayang yangmeresapi dan merestui segalanya. Penyajak seperti itumemang wajar digelar 'romantis', sebagaimana Usmantelah digelar, jika dengan gelaran ini diertikan kesediaan­nya membiarkan perasaan memainkan peranan pentingdalam membentuk puisinya.

Setiap orang yang telah mendalami sajak2 Usman tidakdapat menyangkal bahwa idealismanya yang romantis itudemikian luas , dan karena itu amat berharga kepada kitadalam merenung hidup moden yang kejam ini. Sebahagianbesar daripada puisinya yang terbaik merupakan paduandua unsur ini : pengalarnan, baik pah it maupun bahagia,diuchapkan dengan suara kasih sayang.

Tetapi memang benar ada persamaannya antara sifatromantis sajak2 Usman dengan gerakan Romantic diEropa. Jika kita bataskan perbinchangan kepada gerakanitu dalam pernyataannya di England. maka minat dansimpati Usman terhadap rakyat biasa dalam hidupmoden yang bergolak dan serba rumit ini adalah samadengan minat dan simpati penyajak Word sworth (1770­1850) terhadap manusia demikian dalam zamannya .Karya kedua-dua penyajak ini sama2 disinari oleh rasapersaudaraan dengan manusia2 dari golongan rendah.Tentu saja kedua-dua penyajak ini menulis dari tempat

(vii)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

berpijak yang berlainan, dan tidaklah wajar dilanjutkanperbandingan antara mereka itu lebih jauh lagi. Bagai­manapun juga perbandingan yang paling bererti untukmenyerlahkan sebahagian sifat2 Usinan sebagai penyajakialah perbandingan dengan penyajak William Blake(1757 - 1827) yang hidup sezaman dengan Wordsworthdan mempunyai daya-hayal yang sechorak walaupunchita2 puisi mereka agak berbeda. Sajak2 Blake dalambahagian 'Songs of Innocence', terutamanya, memakaigaya penguchapan yang banyak persamaannya dengangaya penguchapan Usman dalam petikan dari 'Langit TuaManusia Sengketa' tadi. Sebagai chontohnya, inilah sajakBlake, 'Laughing Song':

When the green woods laugh with the voice of joyAnd the dimpling stream runs laughing by;When the air does laugh with our merry wit,And the green hill laughs with the noise of it;

When the meadows laugh with lively greenAnd the grasshopper laughs in the merry scene,When Mary and Susan and EmilyWith their sweet round mouths sing 'Ha, Ha, He!'

When the painted birds laugh in the shade,Where our table with cherries and nuts is spread,Come live and be merry, and join with me.To sing the sweet chorus of 'Ha, Ha, He!'

(William Blake: A Selection of Poems and Let­ters, ed. J. Bronowski, [Penguin, 1958], muka 31dan 32.)

terjemahannya:

Bila hutan menghijau tertawa dengan suara riaDan anak sungai berlari dengan tawa melesung-pipit;Bila udara tertawa dengan senda riang kita,Dan bukit menghijau tertawa dengan keriuhannya;

(viii)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Bila padung2 tertawa dengan warna hijau hidup,Dan belalang tertawa di suasana riang,Bila Mary. Susan dan EmilyDengan bibir manis terbuka berlagu 'Ha, Ha, He!'

Bila burung-burung warna-warni tertawa di tempatredup,

Di mana me ja kita penuh terhidang cherry dan kachangMarilah hidup dang bersama, serentak kita menyanyiLagu ulangan manis bersama 'Ha, Ha , He!'

Banyak orang terpedaya oleh kesederhanaan gambaranBlake tentang nikmat kasih sayang dan bahagia-ria, ke­sederhanaan yang menjadikannya seolah-olah terlalu lurusdan keanak-anakan. Hanya setelah kita membacha 'Songs.of Experience' dan juga karya2 prosanya , barulah kitamemahami nilai yang tersendiri dari pandangannya yangmenembu si ke dasar hakikat, yang meletakkannya di tern­pat yang tersendiri meski di dalam tradi si Inggeris sekali­pun. Kesederhanaan, malah kemurnian yang agak serupa,baik dalam pera saan maupun dalam gaya penguchapan­nya, merupakan sifat keperibadian puisi Usman. SepertiBlake, Usman juga sering menggambarkan kemurnianini meneru si anak2. (Jika tidak dianggap terlalu dilanjut­lanjutkan perbandingan antara kedua penyajak ini, dapat­lah dilihat persamaan yang menarik antara sajak Blake'The Little Boy Lost' dalam 'Songs of Innocence' dengansajak Usman 'Ayah Belum Pulang').

Memanglah kedua penyajak ini bukan saja berlainanzaman, tetapi juga berlainan iklim dan kebudayaan.Meskipun demikian, hal yang menarik perhatian ialahkedua-dua penulis ini, dengan menumpukan sebahagianbesar perhatiannya kepada kemanusiaan yang serupa,adalah memperlihatkan bahwa mereka tergolong dalamtradisi rasa kemanusiaan yang melampaui bata s2 warnakulit , bangsa , keyakinan dan - yang amat penting juga _ .melampaui batas2 masa (zaman).

(ix)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Tetapi lebih baiklah perbandingan demikian diketepikandulu, karena tentu akan mengelirukan jika terlalu di­titikberatkan. Usman seorang penyajak moden, menulispada suatu zaman yang telah menyaksikan betapa pen­jajahan dalam aspek politiknya telah susut dengan chepat­nya. Tetapi kita lihat bahwa teknik2 halus peperanganyang membunuh manusia tidak pula turut susut. Danmanusia sechara sinis masih menggunakan chara2 lainuntuk menaklukkan kumpulan2 man usia . Ma sih juatidak susut sumber2 perselisihan yang memechahbelahkanmanusia dimana-rnana atau menyalakan permusuhanantara mereka.

Dalam context inilah Usman menegaskan denganberaninya bahwa belas-kasih, bahagia-ria dan kasih sayangadalah mengatasi segala-galanya, Penegasan ini mern­punyai dua bentuk - gaya penguchapan dan tema. Gayapenguchapan Usman mempunyai beberapa ulangan kata2tertentu yang menggambarkan perasaan, baik secharalangsong atau sechara kiasan: kasih , chinta, hati, telaga,rasa, sayang, derita , bahagia, darah , tertawa , riang, senyum.denyut , iantung , tangis, menguntum, sedu , kolam , api.bunga. (Demikian juga sebahagian besar puis i Blakedalam 'Songs of Innocence and Experience' beredar di­keliling kumpulan kata2 yang serupa : love, mercy, pity.peace. sun, lamb , blossom, joy , laugh. sweet , birds , song(kasih, belas-kasih, belas, damai, matari, anak-kambing,menguntum, bahagia, tertawa, manis, burung, lagu dll) .

Memang benar ia kadang2 seperti terlalu ban yak me­makai beberapa daripada kata2 ini sehingga sajak-sajak­nya ditenggelamkan oleh perasaan yang dibawa oleh kata2tersebut. Jika ada orang yang hanya memaksudkan sifatini saja ketika menggelar Usman seorang penulis romantis,maka gelaran itu mungkin membawa nada mengechamyang tidak adil; mungkin dengan gelaran itu dimaksudkan-

(x)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

nya bahwa Usman bersifat sentimental, yaitu ia ter­umbang-ambing oleh perasaannya dengan tiada suatutujuan yang padu dan menyeluruh. Dalam hubungan ini,baik kita renungkan salah satu sajak terpenting dalamkumpulan Duri dan Api ini, yaitu sajak 'Kelopak Rasa'yang menggambarkan perasaan sebagai sesuatu yang mem­punyai kuasa yang hampir2 bersifat metaphysical (me­lampaui batas2 kenyataan lahir). Perasaan adalah'anugerah keramat' yang lebih besar daripada daya-rasaseseorang individu. Tema ini, yang pertama kali di­kemukakan samar2 dalam sajaknya yang terkenal'MerpatiPutih, Jelajahilah Dunia Ini' (Gelombong, muka 66),diperkembang dalam 'Kelopak Rasa.' Dalam sajak inidaya-hayalnya menggambarkan perasaan sebagai anginmalam yang bertiup meresapi segalanya:

Iika rasa ini seperti angin malambertiup dari lout dan gunungmelampaui tanah-tanah subur dan ladang menghiiauhati ini akan menghembuskan bahagia yang melimpahbergetar bagai riak di tasik hati bulan cherahkepada setiap benda supaya semua sama menchechah.

Perasaan lahir dari pengalaman man usia. Dari peng­alaman derita, lahir rasa belas-kasih terhadap orang yangmenderita; dari pengalarnan bahagia, lahir rasa gembira.Perasaan2 ini membesar meluas mengatasi pengalamanyang bermula itu, atau menjadi perasaan sejagat yangdapat memulihkan nilai hid up sechara keseluruhan, darimusim ke musim:

. . .. . .pedih-luka bahagia-riaitulah alam hati yang menumbuhkan pohon rasakelopak demi kelopak menielma meniti musimnya.

Demikianlah, Usman mengajak kita mengambil, meskisechebis, dari perasaan yang mere sapi itu supaya dapat

( xi)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

menolong kita memelihara ikatan2 belas-kasih sesamamanusia. Baris ahir sajak ini menegaskan nilai hakikirasa belas-kasih sesama manusia ini: bukan saja yangmenerima mendapat restunya, tetapi juga yang memberi,dengan megahnya mengukit (dalam diri sendiri) kehalus­an rasa.

Seorang penyajak demikian, yang dari dasar nalurinyamempunyai kekayaan rasa yang melimpah dan pengertianyang mendalam tidak-Iah terukur nilainya pada zamanpancharoba ini. Ia menunjukkan kepada kita betapa ke­yakinan dan kasih sayang dapat memberi kita kekuatanwalau ketika hidup terasa penuh pertentangan atau ke­musnahan. Dalam sajak 'Konfrontasi' Usman menggam­barkan dengan chara yang mengharukan betapa keringsepi hatinya oleh permusuhan satu bangsa yang tidakmungkin dapat dibenchi-nya.

Api dari matamuhutan rasaku terbakar tuiuli tanjungburung tak bernyanyi sungai terhenti mengalirsengketa berlangsung di ujung bulan purnama.

Tetapi bait yang ahir menunjukkan kesegaran jiwa yangdidapatnya dari telaga kasih-sayang sejagat. Dari situia mendapat kekuatan dan keyakinan untuk menunggupulihnya ikatan2 persaudaraan sesama manusia yang hakdan wajar:

Hanya zat-zat aneh yang agungberdiri di antara kekuatan seribu gunungmenatang kasih yang kita pahatkan ke iantungdenyutnya mengalir di sungai hati ke tasik senyum.

Dan demikianlah sajak yang memberi nama kepadabuku ini-c-Duri dan Api'- bergema Iebih luas dari tujuanhusus penyajaknya. 'Duri dan Api' yang ditulis untuk

(xii)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

satu peristiwa mogok, menyeru kaum buruh supaya sedarbahwa mereka itu sebahagian dari arus sejarah di Asia.Mogok itu meletakkan pekerja2 pada suatu kedudukandi belakang duri di depan api - tersepit antara duabahaya yang mengancharn, hingga seolah2 mereka tidakdapat mara dan tidak pula dapat berundur. Sajak inimenegaskan lagi chita2 suatu masharakat yang bahagiadengan kata2 yang mengingatkan kita kcpada kota kasihsayang dalam 'Langit Tua Manusia Scngketa' dan me­negaskan juga kcteguhan tekad orang2 yang sedang ber­usaha menchapainya.

Kawan-kawanku yang dikasihisemalam kita berteniu kembali memadu

Lagu kita telah mulai terpancharah , anak2 manisnya menjenguk keluardi luar udara basah dalam mutari membakarsemua antura kita lagunya seluruh sedar .

Kawan-kawanku YW I[? dikusihidi belakang duri di depan apikita tidak bisa undur lagidud dan api, taiam panasnya kita hadapi.

Semalani dan had ini kita diukir seiaraheli mana air-motu tidak akan nienitik tumpahsebab kebulatan ikrar tak akan berubahapa sa]a kita tidak akun men yerah ,

Meskipun pada asasnya sajak ini bererti demikian, tetapiperbandingan2 Usrnan dapat dipahamkan dcngan lebihlua s lagi. Wajar benarlah jika dikatakan bahwa 'Duri danApi', dengan keyakinan dan kasih yang sama, mcliputilain2 lapangan perselisihan antara manusia,

Walaupun kctika mernbicharakan pertentangan2 kitayang tertentu, puisi Usman senantiasa mcmpunyai daya

( xiii)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

istimewa yang dapat dilihat disini , yaitu menitikberatkanpersatuan man usia. bukan perpechahannya. Ramaipenuli s2 memperkatakan mas'alah2 dan sikap2 yang lebihmenarik minat lingkungan kechil mereka. Memangtidak ada sebabnya karya2 demikian tidak boleh me­rupakan seni yang bernilai. Tetapi apabila lebih ramailagi penulis2 mengemukakan tema-temanya dalamhubungan mas'alah2 kita sechara keseluruhan, barulahkita akan dapat mengerti lebih lengkap lagi hubunganantara sastera dengan masharakat. Ini memerlukan peng­gunaan tema yang lebih luas dari hanya satu golonganmasharakat dan dari hanya satu jenis golongan mashara­kat. Ini merupakan suatu tantangan yang dengan amatmudahnya dapat menyimpangkan penulis untuk menye­belahi sesuatu golongan. Karya Usman menunjukkankepada kita betapa perlunya rasa kemesraan dan ke­manusiaan yang kaya dalam tuga s yang sangat sukardan rumit ini - yaitu menjelmakan kedalam bentuk puisichorak masharakat kita yang sebenarnya dan chita2 yangmenegakkannya.

Seorang penuli s seperti Usrnan, dengan kekayaan jiwa­nya yang melimpah dan meliputi segala-galanya, tipisbenar kemun gkinannya akan pudar oleh peredaran zaman.Ragam2 puisi yang lebih baru sudah semestinya akanlebih terkemuka dari semasa kesernasa, tetapi sungguhmenyedihkan sekiranya suatu hari nanti disingkirkansamasekali tema yang dibawa oleh Usman tentang kasihsayang dan bahagia-ria kemanusiaan sebagai faktor2 yangmengatasi segala-galanya dalam penilaian kita terhadappengalaman umat Asia abad dua puluh.

Oktober, 1966.

- LLOYD FERNANDO

(xiv)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

INTRODUCTION

Duri dan Api brings together the best of UsmanAwang's poems in the period 1961 to 1966. It therebycomplements Gelombang (Oxford University Press. KualaLu mpur, 1961) which was a selection of his poetry from1949 - 1960. One of the leaders of Asa s 50, and amongthe most influenti al pioneers of modern Malay literature,Usman is now writing at a time when the literary climateis changing. Especially in the last few years. the contextfor the writer has been transformed almost beyond re­cognition . The use of the National Language has extendedrapid ly among the non-Malay communities. With thepublication of Sajak2 M elayu Baru (Oxford UniversityPress, Kuala Lumpur, 1963) Malay poetry and especiallyUsman A wang's has been introduced in translation toEn glish-speaking readers, a significant extension ofaud ience suggesting the possibility of additional criteriaof evaluation. When this factor is taken in conjunctionwith the larger body of Usman's verse now before us,it becomes a useful task to attempt to perceive afreshsome of the qu alitie s of his poetry not only in the South­East Asian context but at the international level as well.Such an attempt is beyond the powers of the presentwriter chiefly owing to his inadequate knowledge ofMalay. Some salient issues will. however, be raised as

(xv)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

suggestions which may be examined by others at greaterdepth and with greater competence than is here possible."

By way of preliminary it may be useful to touch uponobjections recently expressed regarding Usman's revisionsof his poem s. Writing in Mingguan Malaysia (7 August1966) A. R. Azmi Saad drew his readers' attention tocertain material alterations made by Usman in some of hispoems, resulting in important differences between the firstand second editions of Puisi Baham Melayu 1942 - 60 ed .Ali Haji Ahmad, the text set for the School Certificate andF.M.C. examinations. Inche Azrni's article is an admirableexample of careful reading and genuine interest in Usman'sverse. Inche Azmi expresses anxiety on behalf of teachersand students regarding the revisions carried out, theprincipal difficulty being their confusion about whichedition to study. Naturally one sympathises with thisgroup of Usman's readers but it is possible that the dis­tinction between the poet's right and the teacher's (orexaminer's) responsibil ity has not been clearly understood .At schools' level the que stion is easily solved by a decisionon the part of the teacher to use one particular edition,'or else by asking for such a deci sion from the relevantexamining authority so as to secure uniformity.

There then remains, not for school children, but for

• In wr iting this Introduction, I have closely studied Usrnan 'spoetry in the original. I am however greatly indebted to acolleague whose transl ations of all the poems into Englishat short notice materially contributed to my understandingand enjoyment of the poems. To him I offer my gratefulthanks. Any misreading of the poems must of course be blamedon me, and not him.

I am also very grateful to him for translating this introductioninto Malay. My own pr ide did not permit me to enlist hisaid at first, but I soon real ised that it was wiser to rely uponhis enviable facility in both Engli sh and Malay and his deepknowledge of Usman's poetry to convey my meaning in Malaymore accurately.

(xvi)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

serious adult readers, the question of the attitude to adoptto revisions. Any writer of worth has a geniune care forhis craft. Poems are rarely written at one go; most arethe result of much thought and constant improvements ofphrases, or even in extreme cases of completely newversion s over a period of time. Here the example ofwriters in other literatures is instructive. Writers inEnglish literature, for example, like Dickens, Yeats, Hardy,George Moore and many others frequently revised theirwork drastically, more than once. The advanced studentof literature in universities for example accepts suchrevisions as the very stuff of his concern. Thi s is not theplace to go into this question in detail. Textual com­parison and study form an important part of the trainingof any good student of literature. Briefly it may be saidthat a careful comparison of different versions of the samework, such as is excellently carried out by Inche Azmi inhis article, enables us to understand the process by whicha poem comes into being (always fascinatingl y differentfrom writer to writer) , and also to grasp more precisely theunique character of each particular poet's development.

These rema rks are offered in a spirit of helpfulness.What is heartening about the difficulties described by IncheAzmi is the evidence they offer of the care and attentionpaid to Usman 's work, and therefore of the high regard inwhich he is rightly held.

By his own avowed ideals, Usman writes for society.In an essay, "Pengalarnan Saya dalam Menulis Sajak,"publi shed in 1963 (but written much earlier) he says:

lsi puisi sekarang haruslah memupuk kesedarannasional. mengemukakan pikiran, perasaan dan hasratrakyat yang inginkan kebahagiaan, kemakmurandalam satu susu nan masharakat yang baik.

(xvii)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

(Usman Awang dan A. Samad Said . Tema danTugas Sastera Mela yu Moden . Penerbitan Federalberhad, 1963. p. 22.)

Actually. the task for poetry as Usrnan sees it is not asparochial as it may sound. It is. rather. a declaration ofcultural independence. a determination on the part of thewriter to begin with the value s he knows and feels to beimportant as pre-requisities for a just society. If this aimbe interpreted as propagandist. it is so in the best sense ofthe word. since Usman makes it clear in the same essaythat ultimately what he means by society is human societyitself, and not simply or only the society or group onehappens to belong to:

M enurut hemut saya , seorang seniman bukan saiamemperjuangkan kem erdekaan bangsa dan tunah­airnya - iika bangsa dan tanah-airn ya masih dijajah- tetupi juga memperiuangkan persaudaraan antaramanusia dengan man usia. antara bangsa denganbangsa, den gan tidak mengira paham politiknya.keperchayaannyu, bangsanya dan warna kulitnya.

(Tema dan Tugas Sastera , p. 32).

The poems in Duri dan Api show that Usman has re­ma ined true to the se aim s. He may deal with this or thatpolitical fact or personality. for example. but always hiswide-ranging sympathy extends far beyond to an awarenessof humanity as a whole. Thus in "Kemanusiaan" whileUsman sad ly contemplates the violent death of PresidentKennedy which stunned the world. he neverthelessdeclares.

Iika kita menyesali kematian atas seorang ,dan hati tidak berdenyut untuk kematian yang lain .maka kemanusiaan tidak ujud di mahkota kebenaran,sebab bukanlah kemanusiaan bila ia ada perbatasan .

(xviii)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Compassion for humanity cannot be restricted only tothose in the limelight or tho se who subscribe to the samebeliefs (political or religious) as ourselves. The worth ofthis emotion can only be justified when it embraces all.This is the larger truth which those who see life solely onthe basis of a particular political or religiou s faith willfind difficult to accept , but accept it they must or there isno hope whatever for halting our modern predilection forcarnage.

Usrnan's ballad , " Langit Tua Manu sia Sengketa",is a moving dramatisation of this theme in the context ofthe Malayan Emergency. His story of the hunted manwho eventually meet s death by his own hand together withhis pursuers gives new life to an old, and nowadays rarelyused, poetic form. En shrined in the heart of this ballad(section 7) is the figurative wellspring of most of Usman'spoetry - kota kasih sayang which appears as a vision tothe hunted man, "Si Kurus Lapar,' even as death closesin upon him inexorably. Thi s part is worth quoting atsome length:

Sechebis kenan gan di matanya berkisarmimpi yang nyamun datun g bersinar .

O. dilihatnya waiah put era terchintaaiangkah anehnya ia terban g bersendadengan merdu gelak perawan di dunia bunga.

Betapa terkeiutn ya ia iua bisa terbangsungai-sungai den gan air membiruburung dara di mana-mana melayah-melayangdan damainya ia antaru kibas kepak kupu-kupu.

'Inilah duniaku, dunia kasih dirindudengan ikan-ikan molek bermain di batudi mana-mana musik beralun merdudi mana-mana kemesraan persaudaraan berpadu':

(xix )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Dlrenun gnya kota yang amat gemilangtertatap matanya k epada nama yang terpampang:KOTA KASlH SAYANG.

Alangkalt damai manusia berwaiah bun gamelimpah indalt chahaya hidup seribu warnaah, tidak tersua timali hitam membarabesi berpadu tidak dibikin untuk seniata,

Di keiauhan tum pak lambaian tungan puteraO. manisnya ia meski tanpa bicharaseekor ku pu-kupu hinggap di kembang menguntumdan olangkah anehn ya bunga yang tersenyummekar menjelma waiah isteri meranum.

Kedua putera dan bundatelah mereguk madu kasih kekal selama.

The world to-d ay is a ha rd-headed , pra gmatic one whichmay be embarrassed by one who affirms the beneficentpervasivene ss of love in such terms. Such a poet mayfairl y be labelled " roma ntic" as Us man ha s been , if bythi s one mean s simply his readiness to allow emotion toplay the significant shaping role in his poetry.

No one who ha s read deeply into Us ma n's poet ry candeny that his romantic ideali sm has a largene ss which is ofimmense valu e to us in our contemplation of the vicious­ness of modern life. Much of his best poetry is a ma rriageof the se two elements : exper ience. whether bitter or joyful,presented with the voice of love.

But it is also true that the rom antic quality of Usman'sverse has some affinities with the European Romanticmo vement. If we restrict our di scussion simply to themovement in its manifestation s in England. Usman ha sthe same care for the common man in modern life withits attendent strife and complexity that Wordsworth(1770 - 1850) showed in his own time . A similarfeeling of kinship with the humble illuminates the

( xx)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

poetry of both. Of course the two poets write fromultimately different standpoints, and it would be foolishto take this comparison much further. The most illu­minating parallel that can be drawn, however, is withWilliam Blake, (1757 - 1827) a contemporary of Words­worth's who shares Wordsworth's quality of imaginationthough not his precise poetic ideals. Blake's "Songs ofInnocence," especially, employ a rhetoric much akin toUsman's in the extract from "Langit Tua, ManusiaSengketa" quoted above. For instance, here is Blake's"Laughing Song":

When the green woods laugh with the voice of joyAnd the dimpling stream runs laughing by;When the air does laugh with our merry wit,And the green hill laughs with the noise of it;

When the meadows laugh with lively greenAnd the grasshopper laughs in the merry scene,When Mary and Susan and EmilyWith their sweet round mouths sing 'Ha, Ha, He!'

When the painted birds laugh in the shade.Where our table with cherries and nuts is spread.Come live and be merry, and join with me,To sing the sweet chorus of 'Ha, Ha, He!'

(William Blake: A Selection of Poems and Let­ters, ed . J. Bronowski, [Penguin, 1958] , pp.31 - 32.)

Blake's depiction of the pleasures of love and joy hasdeceived many with its simplicity which seems to borderon the naive. Only when we have read his "Songs ofExperience" and also his prose works do we understandthe unique value of his vision which sets him apart even inthe English tradition. A rather similar simplicity, eveninnocence, in both emotion and rhetoric characterises

(xxi)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Usman's poetry. Frequently like Blake, Usman too re­presents this innocence through the figures of children.(If one does not push the comparison between these twopoets too far, Blake's "The little Boy Lost" in "Songs ofInnocence" shows interesting similarities with Usman's"Ayah Belum Pulang. ")

But of course the two poets belong not only to differentages, but to different climes and cultures as well. What isinteresting, however , is that both writer s, focussing mostof their attention on common humanity, show themselvesas belonging to a tradition of human feeling which trans­cends barriers of colour, race or creed , and, importantly,of time.

But it is better to leave on one side this comparison,which is bound to be confu sing if excessively relied upon .Usman is a modern poet, writing in an era which haswitnessed the rapid decline of coloniali sm in its politicalaspects, but we have seen no corresponding decline in theexercise of the murderous arts of war or the cynical useof alternative methods of subjugating groups of human

"-beings. There has been no decline either in the sourcesof misunderstanding dividing human beings everywhere,or driving them into enmity with each other.

It is in such a context that Usman boldly asserts thesupremacy of compassion, joy and love. The supremacytakes two form s, rhetorical and thematic. Usman'srhetoric consists in the repeated use of certain wordsembodying feeling literally or figuratively : kasih , chinta,hati , telaga, rasa. su yang , derita , bahagia , darah, tertawa,riang, senyu tn, denyut , iantung, tangis, menguntutn , sedu,kolam, api, bunga. (By comparison, much of Blake 'spoetry in the "Songs of Innocence and Experience" alsodevolves upon a similar constellation of words: love,

( xxii)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

mercy. pity, peace. sun. lamb , blossom, joy. laugh. sweet,birds. song. etc.)

Sometimes, it is true , he seems to use some of thesewords too frequently so that their emotional connotation soverwhelm the poem. If there are some who in des­cribing Usman as a romantic writer mean simply this,then the label may have an unfairly adverse ring aboutit; it would mean perhaps that Usman is sentimental,that is, his feeling moves him one way or another withoutan overall coherent purpose. One of the key poems inDuri dan A pi which it would be well to ponder in thisconnection is " Kelopak Rasa" which repre sents feeling ashaving an almost metaphysical power - it is " anugerahkeramat," greater than any single individual's capacity forit. Thi s theme, first suggested in his well-known poem"Merpati Puteh, Jelajahilah Dunia ini" (Gelom bang,p. 66), is developed in "Kelopak Ra sa" where he imaginesemotion like a night breeze spreading to all things:

Iika rasa ini seperti angin malambertiup dari laut dan gunungmelam paui tanah-tanah subur dan ladang menghiiauhati ini akan menghembuskan bahagia yang melimpalibergetar bagai riak di tasik hati bulan cherahkepada setiap benda su paya semua sama menchechah.

Emotion arises from human experience. From pain ar isescompassion for the sufferer, from happiness, joy. Thesefeelings become somehow greater than the originalexperience or grow into a universal feeling capable ofrestoring value to life as a whole, from season to season:

..... .pedih-luka bahagia-riaitulah alam hati yang menumbuhkan pohon rasakelopak demi kelopak menjelma meniti musimn ya.

Thus it is from such a pervas ive emotion that Usmaninvites us to take even a part so that it may help maintain

( xxiii )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

the compassionate bonds of humanity among us. Theconclusion of the poem point s to the intrinsic value of suchcompassion: it benefits not only the receiver. but the giveras well, dengan mengahnya mengukir [dalam diri sendiri]kehalusan rasa.

A poet with such an instinctive generosity and per­ception is invaluable in these difficult times. He showsus how we can be sustained by faith and love, even whenlife seems to be at its most contradictory or its mostdestructive. In the poem " Konfrontasi" Usman movinglydepicts the blight upon his heart cau sed by the hostilitiesof a people whom he cannot possibly hate:

Api dari matamuhutan rasaku terbakar tuiuli tanjungburung tak bernyanyi sun gai terhenti mengalirsengketa berlangsung di ujung bulan purnama.

The final stanza, on the other hand, shows the amount ofsustenance he obtains from his universal wellspring oflove. It gives him the power and the confidence to awaitthe restoration of the rightful bond s of human kinship :

Hanya zat-zat aneh yang agungberdiri eli antara kekuatan seribu gunungmenatan g kasih yang kita pahatkan ke jantungdenyutnya mengalir di sungai hati ke tasik senyum .

And so it is that the title poem in this volume, "Duridan Api", reverberates beyond the specific intentions ofthe poet. "Duri dan Api" was written on the occasion ofa strike. and is a call to workers to see themselves as partof the historical process in Asia. The strike has placedthe workers in a position - " di belakang duri di depanapi" - where they are hemmed in by menaces which seemto impede both progress and retreat. The poem reaffirmsthe ideal of a happy society in term s recalling the kota

(xxiv)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

kasih sayang sequence in "Langit Tua Manusia Sengketa";and reaffirms also the steadfastness of those involved inthe search for it.

Kawan-kawanku yang dikasihisemalam kita bertemu kembali memadu

Lagu kita telah mulai terpancharah, anak2 manisnya menjenguk keluardiluar udara basah dalam matari membakarsemua antara kita lagunya seluruh sedar.

Kawan-kawanku yang dikasihidi belakang duri di depan apikita tidak bisa undur lagiduri dan api, tajam panasnya kita hadapi.

Semalam dan hari ini kita diukir sejarahdi mana air-mata tidak akan menitik tumpahsebab kebulatan ikrar tak akan berubahapa saja kita tidak akan menyerah.

While this is the essential meaning of the poem. thegeneral appl icability of Usman's imagery is such that"Duri dan Api" can fairly be said to cover with the samefaith and love other spheres of misunderstanding amongmen.

Usman's poetry. even when it deals with our specificconflicts. always has this great capacity to emphasise theunity of men, not their separateness. Many writers dealwith problems and attitudes of greater interest to theirown circles. There is no reason why their work shouldnot make first rate art. But only when more writersportray their themes in the context of our problems asa whole will we begin to understand the relationshipbetween literature and society more fully. Such a taskinvolves dealing with themes concerning more than onesocial group and more than one kind of social group.

(xxv)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

This is a challenge which could turn with superlativeease into a temptation to be partisan. Usman's exampleshows us the degree of warmth and humanity we mustbring to the delicate task of tran smuting into poetry thereal nature of our society and the ideals upholding it.

A writer with Usman's comprehensive genero sity isunlikely to become dated. New poetic fashions will. ofcourse, take the limelight from time to time, but it wouldbe a pity if Usman's theme of love and human joy asoverriding factors in our evaluation of the twentiethcentury Asian experience should ever come to be whollydisregarded.

LLOYD FERNANDO

(xxvi)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Pcmuda dan Cadis Tionqrnu:(Kong Hee Fatt Choy buat Lim, Goh dan Linda)

HARIDEPAN yang manis dalam usia tanah-airrnengisi wajah para pemuda dan gadis Tionghuasederap tumbuh bersama pohon-pohon bumi suburpuchuk getah dan ladang petani disinari matari timur.

Pada tangis pertama kelahiranmu di bumi inisarnpai saat terahir napas dalam melangkah kakiteguh-teguhlah menyanyikan lagu tanah-air terchintabersama kita atas kesegaran kepedihan bumi mcrdeka.

Bukankah kechurigaan telah terbunuh ketika kita bersapahidup ini sudah terbenam pada persamaan nasib sematakaum pekerja dan petani dalam satu-sumber mcngalirsamasarna menyanyikan lagu terbagus untuk tanah-air.

Pemuda dan gadis Tionghua, disini bumi dan udara kitayang menghidupkan dan bagi kematian, 0 tanah-airdengan kepastian tidak seorangpun akan mungkirkarena kejujuran tertambat pad a kesetiaan mengalir.

Lihatlah makam nenek moyang sebagai sejarah terpahatdarahnya dalam darahmu segar di kulit kuning langsatesok, ketika tahun baru akan kukirimkan sebuah angpaudalamnya sebuah chinta dari jan tung tanah dan puJau!

Kuala Lumpur, Pebruari 1961

( 1.)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Duri dan Api

KAWAN-KAWANKU yang dikasihisemalam kita bertemu kernbali memaduketika matari tersangkut di bumbung Utusankita tidak menerima apa yang adayang dinyanyikan dari hati beranidengan tangan erat pada keyakinan terpahat.

Lagu kita telah mulai terpancharah, anak2 manisnya menjenguk keluardi luar udara basah dalam matari bersinarsemua antara kita lagunya seluruh sedar.

Apakah ini derita diri dalam mimpiatau kenyataan pahit menjepitpada lena yang membunuh kehidupan manusiasarna-sarna kita rangkul menguji diri.

' Kawan-kawanku yang dikasihidi belakang duri di depan apikita tidak bisa undur lagiduri dan api, tajam panasnya kita hadapi.

Semalam dan hari ini kita diukir sejarahdi mana airmata tidak akan menitik-tumpahsebab kebulatan ikrar tak akan berubahapa saja kita tidak akan menyerah.

Sungai Besi, Kuala Lumpur, 23 Iulai '61.

(2)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Anak-anak Terchinta, Jannon Menannis(Kisah sewaktu mogok)

KETIKA kuchupan pertama padamu, anak-anakkujernih pagi berkacha di ruang jendelasenyummu melambai menyemat kasih ke dada.

Tapi, anakku, hidup senantiasa mengembarahari ini ayah tak dapat mendakapmupanas hari ini matari mengoyak baju.

Saat ini sudah menentukansekali sudah berkata, kata itu bergemasemua kita telah terpadu di dalamnyatidak siapa yang akan berpalingtidak siapa yang bisa menggeleng.

Malam ini ayah tak pulangtidurlah, dakap kakakmu sayanganak-anak terchinta jangan menangisdapatkan ayah dalam mimpimu yang manis.

Petoling Iaya, Iulai 1961

(3)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Mahasiswa

MAHASISWA dad kota tanah-airbangunlah!angkat matamu dari bukulampaui dinding lampaui temboksemua menunggumengajakmubersama ke tengah jalan-raya kota .

Lihat berapa temanmu telah berdiri di SInI

sebaris dengan kamipara buruh dan petani di jalan sungai besisederap belajar dari hidup berani.

Lepaskan tangan halus kekasih di tasikatau bersamanya berjalan ke parlimenkarena tenagamu dengan ilmu di dadaakan merombak erti hidup sebuah negara.

Petaling Iaya, September 1961

(4)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Kawan dan Dendam

J I KA dilukiskan terjadilah iasebilah belati tertanam di hatidari tajam matanya memancharlahwama hitarn dalam denyut siksayang mata semua berpalingyang hati segala pahitdalam rasa tergetar ngeri.

Itulah suatu dendammembalut cherut melapis perasaanbila kawan sepermainan- ketika berjalan seiring­menikam dari belakang.

(betapakah keperchayaan yang dulu terchurahmenghargai segala deritaminum dari gelas yang sarnamakan dari pinggan yang satu?)

( 5,)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Wajah dari ternan-ternan, 0 senyummanakah kemanisan yang bersinar dulusampai tergoda hati menyempang keyakinankawan berpaling dengan sebuah tikaman?Kawan dan dendamhitamnya tak padam-padam.

Petaling Iaya, September 1961.

(6)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Malam Penghabisan

AKU tau besok kami berpisahkawan-kawan sedang lena ketika kemah mulai basahmalam penghabisan, esok kita ke manaarus membawa hidup dalam api yang tetap menyala.

Di sini, 0 tanah Utusan, kami telah berdirihari ini bangunanmu tegak sendiridari jejak kaki yang tak mati-matidi bawah gema ikrar keramat menyepuh diri,

Malam ini tidur dan mimpi penghabisanbalakbalak melintang para ternan berbaringanembun dan hujan sudah bersatu dengan kamiseperti terik matari tidak lagi membakar diri.

Keliling sepi. Kemah yang suram menantiPengawal keliling karni. Kereta hitam terdiri.

IIKawan,aku merenung daerah selatanlangit tenang dengan bintang dan awanah, semalam lagu dondang sayangdan kita bersapa jua di ujung malamPengawal dengan senapang dan pistolnyapara buruh menanti dengan dada terbuka.

(7)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Kita telah rnengenal hati dan wajahsiapa rnenduga begitu chepat ternan rnenyerahsebelum liur kering di. lidahhati kuman sama dichechahhati gajah sarna dilapah?

III

malarn ini tidur dan mimpi penghabisanpada rnatari esok kita bersalamano, tanah Utusan dan kawan-kawan di seberangseratus tahun kisah ini dalam kenangan.

Malam penghabisan di bawah kemah usangbisikkan selamat tinggal, bisikkan perlahankawan Tionghua dan India yang selalu menyaksikanburuh Utusan yang sedar bangun berjuang.

Tidur dan mimpi penghabisanesok hidup baru kita mulakan.

Sungai Besi, 18 Oktober, 1961.

( 8.) .

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Ayah Belurn PulanB(Kisah setelah mogok)

ANAK-ANAK menanti ayahnya kembaliah, berkochak dadanya dalam janjisekotak eskrim dari ayahmana ayah? Anak masih menanti.

Betapa ayah tak pulang-pulangpenjual eskrim lalu berkali ulangnanti nak , ayah di perjalanantapi berapa lama menantiayah masih tak tiba lagi.

Pulanglah ayah wajahnya basahtangan sianak panjang menadahtapi, anak sayang, saksikanlahayah tak punya rokok sebatangjanji jadi tangis maha pedihnantilah, anak sayang, jika pakchikmu datangmungkin dia membawakan sekotak eskrim .

Tapi berbulan pakchik tak pernah datangayah masih jua menchari pekerjaan.

Petaling Iaya, Disember 1961.

(9 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Dato Onn

KETIKA mendengar berita itu,(malam aku di muka radio)hujan merejah dinding jendelaaku tunduk mengingatimu.

Aku tau sedu di tambak Johorsuaramu bichara di ruang istanategak tanjak menyonsong anginkeris bersilang bendera kuning.

Tapi siapa akan lupa, tanyalahanak-anak yang sekarang jadi dewasagemparnya MacMichael di burni bertuahmenyebabkan namamu harurn di lembah .

Meski kita berlainan bicharadalarn kenangan namarnu terpakujasa baktirnu hidup seJarnameski keranda dirahap sepi.

Tegak tanjak ketinggaJan jejakbendera kuning kehilangan lonjak.

Kuala Lumpur, Ianuari 1962.

( 1O)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Derita

TIDAK pernah diminta, demi Tuhan begitulahtetapi betapakah kita menahan ketibaannyasebab sejak lahir telah diwariskandengan bukti air-mata yang ada pada manusia.

Demikianlah ia datang pagi-pagi kelmarindi luar sedar sebab bukan begitu dimintaia hangus dalam diri yang sedang membakardengan baranya membahang memijar.

Demikian kerap, jadilah ia suatu kehidupandan hampir kita tidak mengerti lagiapakah deritaketika ia lama di dalam diri.

Derita itu tak terasa lagiseperti api yang tak tau dirinya api.

Petaling Iaya, Januari 1962.

( 11 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Budi(Kepada Penderma Tak Bernama)

HADIRLAH sebuah nyala maha suchisinar-budi berseri dalam lagu hidupkarena diri yang menerirnasinarnya menguntum selama.

Apakah yang Iebih berertikehadirannya!ketika manusia dalam keperluantebaran rahmat yang diharapkanselamanya menundukkan hati kemanusiaan.

Budi, seluruhnya kesuchian kehidupanyang memberi merasa maha bahagiayang menerima mernikul beban rasahiduplah ia, hiduplah senantiasadalam dunia yang semakin miskin dengannya.

Petaling Iaya , Pebruari 1962.

( 12)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Tulang2 Berserakan

B U AT teman-temanku yang dikasihigelakmu hangus di hutan malamtinggallah sedu di bilik ibu(lihat tugu 'indah'mu tegak terdiriyang dipahat oleh tangan asingseperti mengalirnya darahmu untuk orang lain).

Buat mereka yang tak pernah disapaatas keberanian dan keyakinanyang tak terkalahkandengan sedar menerima segala derita.

Inilah kisah di bumi Tuhankita dan mereka bersama-samamenggali lalu menimbuni rangkadari tulang-tulang berserakan ...

Petaling Iaya, Pebruari 1962.

(13)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Anak Jiran Tionphua

BEGITU kechil ia berdiri di tepi pagarkilat matanya memanggil Iskandarsiapa lalu siapa berkachamelihat keduanya bergurau senda.

Anak Tionghua kelahirannya di sinidi bumi hijau ladang2 getah dan padiia bisa bercherita untuk siapa sajadi sini tanahnya dan ibunya bersemadi.

Lihat mereka sedang berebutan pistol mainanhe, jangan berkelahiah, anak2 dengan charanya murniberkelahi untuk nanti bermain kembali.

Lihat mereka tertawa riangAh Chew tak punya gigi sebatangIskandar mengesat hingus ke bajusekarang mereka menunggu eskrim lalu.

Bumi terchinta resapkan wahyumujantung mereka adalah langitmudarah mereka adalah sungaimunapas mereka adalah udaramu.

Petaling Iaya, Iulai 1962.

( 14)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Chinta Pulau Dewata

KUKIRA Khairil akan bersabdamembikin sajak pada batu-batu nesanKau, Kawanku! Jangan tinggalkan Pulau Dewatayang dibangunkan dari tulang2 berserakan.

Betapa panasnya udara Jakartadebunya adalah kita.

Betapa runtuhnya erti satu kehidupanwajahnya hati kita.

Kau menyaksikan jeritan Kerawang - Bekasiyang runtuh dan membangunmenyalam lalu tinggalkan tanah rebulusi.

Tidak ada yang paling menyedihkankata selamat tinggal putera terchintaPulau Dewata, mana tanda setia?

Jangan tinggalkan ...Irian Barat menggamit tuan!

Kuala Lumpur. Ogos 1962.

(15 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Grana Tak Berbaju(Pengemis di tepi pasar PJ.)

MILIKNYA selangka yang bisa dikirajanggut liar rnisai liarorang tak berbaju tertawa seorangdi tangannya puntung rokok terbuang.

Dia dari barisan rnanusia dunia(tak diterirna anggota Bangsa2 Bersatu)angkatan zaman tanpa benderasekarang milik negara merdeka.

Jika ia bichara siapa mendengaranjing liar temannya bersandarperempuan di pasar?o rnenekup hidung jauh menghindar.

Orang tak berbajumasih senyum rnasih tertawalebar hatinya besar jiwanyaluas rnengatasi demokrasi negara.

Petaling Iaya, Ogos 1963.

( 16)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Milik Yang TinSBal

MILIK yang tinggal hanyalah satusechebis chuma dari segala yang diburutidak ada yang akan mengambilnya lagitidak! sebab inilah harga diridari rongga dada menjalin denyut hatikasih yang dalam dari matanya yang hitam.

Menghijau ladang2 getah milik siapamenjulang rumah2 raksasa tuannya di manayang dibangunkan dari keringat2 basahpembina yang kini menadah putih matameski gedung parlimen kian lantang bichara?

Abdullah Munshi!apa yang kautinggalkan pada kamibila lidah api menjilat kapal tenggelamkasih yang dalam dari mata yang hitam.

Tapi apapun tidak akan berpaling lagisetia! dan kau kandungnya, sayanglahirlah satu keyakinan menjadi bintangwarisan kita, pusaka dari mahligai chintatak terpisahkan meski maut datang menyapa.

Kuala Lumpur, Ogos 1963..

( 17)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

JantunB Sudah Berderiyut

J ANTUNa sudah berdenyuttuan menggamit pandangmesra air selat kochak bertautGunung Ledang mengusap sayup ke punchak Singgalang.

Rurnah2 dan kota dilalui pintunya terbukatasik berkilau dari Kuala Lumpur ke Jakartapawai rakyat dan berkibar seluruh benderabiduk kita hampir ke muara, biduk kita bersama.

Manis-manis anak melayu belayar ke telukangin selat menyapu muka dan hati mengetuklihat pintu zaman telah terbuka dalam kasih menyapatanah ini daerah ini jantung hati kasih kita .

Sernalam mata basah kekasih tak menyapasedu kemarin menusuk hati ke mana hilangnyabila hari ini jari-jari manis bersendamerentang rindu di dada ombak Selat Melaka.

Jantung sudah berdenyutkasih sayang dalam bertaut.

Kuala Lumpur. Ogos 1963.

( 18 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Kemanusiaan(kematian Kennedy)

SEGALA daun dan angin menyapa menoleh hanyabersama kain2 yang berkibar di tengah-tengah tiangkarena mereka tidak bergetar oleh berita2 besaratas kehendak yang telah berlaku dan manusia segala tcrpaku.

Telah mereka saksikan sejak pertama chair mcrah tumpahputera Adam membunuh-terbunuh dalam pertarungan

menang-kalahdan kernatian demi kematian din yanyikan di mana-manadan dilanjutkan sehingga segala tanah jadi pusara.

Berapa titiskah air-mata untuk seorang yang pergisebelurn keranda bertolak untuk nanti ditambah lagidibandingkan dengan hebatnya air terjun di Niagaraair-mata putera2 terchinta dan gadi s2 menunggu el i muka

jcndelabersama kerutan pahit para ibu yang pernah men yusuimendengar berita kematian ngeri dari daerah pepcrangan?

Jika kita menyesali kematian atas seorangdan hati tidak berdenyut untuk kematian yang lainmaka kemanusiaan tidak ujud di mahkota kebenaransebab bukanlah kemanusiaan hila ia ada perhatasan.

( 19)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Dan sekarang tiap kota menangis dan menguchap katakarena sewajarnyalah kemanusiaan itu berdenyut dan terasatapi tak seorangpun akan menangis untuk pembunuhan

yang bakal tibaatau akan berkata: mari kita padamkan segala api

sengketa

Siapa yang merasa dan kehilangan kesayangannya,menangislah

dunia telah didandankan; kehidupan adalah kematianyang berdarah.

Kuala Lumpur, November 1963.

(20 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Korfrontasi

API dari matamuhutan rasaku terbakar tujuh tanjungburung tak bernyanyi sungai terhenti mengalirsengketa berlangsung di ujung bulan purnama.

Tapi tak menghanguskan hati dan jantungyang terbina dari zat-zat aneh teragungmaha perkasa menggonchang alam laksana topanmaha indah memanchar dari menara kasih sayang.

Sengketa tidak ujud antara dua manusiabila antara kita tiada pihak ketigadan bisiknya membara memanggang rasauntuk kita saling memusnahkan semua yang telah dibina.

Hanya zat-zat aneh yang agungberdiri di antara kekuatan seribu gunungmenatang kasih yang kita pahatkan ke jantungdenyutnya mengalir di sungai hati ke tasik senyum.

Kuala Lumpur. Disember 1963.

(21 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Pesan

J IKA kau berikan dengan kedua tanganmuyang mengalir dari bati dan kandungandari ujud rasa yang maha agungakan kutatang ia di dulang hatiku.

Telah kita tunggu sejak pertama hati menguntumtiada terusik oleh segala selisih rasasebab ia tinggi mengepak di punchak menaradengan kedamaiannya dalam jalinan setangkai senyum.

Bila ia menjelma dan suaranya memanggil nama bapabisikkan padanya segala kisah yang terchiptaantara ibu dan ayah yang mengujudkan nama Setia.

Singapura, Januari 1964.

(22 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Harapan(kepada B)

ORANG mulai tenggelam dalam kesibukan-kesibukanharapan-harapan berkacha menatap gemilang masa depandan kau di sana menunggu lagi sebagai lelakidengan masa depanmu telah berdiri jadi saksi.

Anak-anak yang tak berdo sa menatap rindu bertanyapedih wajah bunda menjawab tersenyum juakenangan menggamit sedunya menchechah ke dada langitkesayangannya telah direnggut untuk keadilan yang pahit.

Segala kesibukan untuk pertengkaran akan dimulaidengan tiba2 tiap orang jadi ramah dan baikhatisenyumlah karena saat ini datangnya sebentar chumasebelum telunjuk lurus menggores sebuah tanda .

Tapi kehidupan tidak akan berhenti sampai di sinisetiap orang yang berhati lelaki berdiri dan bekerjameski mereka tau kekua saan boleh menaklukkan segalatapi telah pasti kemenangannya ujud seketika chuma.

Dan berdirilah kau di sana, berdirilahkarena keyakinanmu itu kau tidak menyerah!

Kuala Lumpur, Pebruari 1964.

(23 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Peristiwa

RIAK di muka tasiksenyum perawan molekteruna hatinya berdetik.

Bila wajahmu menggamit hatirumput2 hijau di tanah universiti(Iqbal, berdiri engkau di antara kamidan kudengar engkau berkata:"Bangkitlah Kafilah, angkatlah mukakebesaran kembali pasti dan tentu!")

Ketika melenggang ke ujung sanapulang membawa harum setanggibertatah bintang di kelopak senjatuan chuma menchechah hati.

Lembah Pantai, Mach 1964.

(24 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Kelopok Rasa

J I KA rasa ini seperti angin malambertiup dari laut dan gunlingmelampaui tanah2 subur dan ladang menghijauhati ini akan menghernbuskan bahagia yang melimpahbergetar bagai riak di tasik hati bulan cherahkepada setiap benda supaya semua sama menchechah.

Ambillah sebahagian dari rasa ini, terimalahseperti hati yang kini mengerdip terserlahkeringkan air-matamu, setitis jangan tumpahbiar kolam derita kering dan tak seorangpunmeski pengemis di bawah jambatan dan lorongmerasa sepi dan menatap dunia serba kosong.

Dari sekuntum bibir dan sepasang mata hitambertunjang erti rasa: pedih-luka bahagia-riaItulah alam hati yang menumbuhkan pohon rasakelopak demi kelopak menjelma meniti musimnya.

Bahagia, anugerah kerarnat, alangkah manisnya pagi inidatang mendakapku dan biarlah ia selamanya menyanyipada setiap bibir dan hatidengan megahnya mengukir kehalusan rasa.

Kuala Lumpur, April 1964.

(25 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Bintang Di latiqu. Zaman(Zulkiili dalam kenangan]

HANYA semalam baru dijulang kemenangan harumdirenggut mengejut ketika ternan dan lawan merasa kagummeninggalkan terkulai dua hati yang masih mudauntuk berteriak dan memanggil-manggil nama yang telah

tiada.

Kematian! Kematian dari suatu kehidupan yang muliayang telah ditinggalkan, jadilah ia ukiran kenanganbahwa di tanah ini sea rang daripada Ielaki beraniyang berdiri menjunjung keyakinan, dan berkataIslam tidak pernah takut kepada apa sajalaksana dirinya dalam chahaya kebenaran yang dipeluknya.

Demikian maut te1ah bersabda pintu hiduppun tertutupmaka terbukalah lahad dan keranda seiring bersandingdi pelamin putih didindingi tanah-tanah yang dingindan para malaikat mengelilingi lalu merestui.

Begitu pendek napas ini berdetik dalam usia hidupsetiap manusia dalam perjalanan ke pintu mauttapi kematian searang berjasa lebih memberi ertikarena kematian itu sendiri menyebabkan ia tidak matiseperti sekarang kita menyebut-nyebut namanya, dan iatelah menjelma menjadi bintang bersinar di langit zaman.

Kuala Lumpur, 8 Mei 1964.

(26 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Surat

IN1LAH suratku tanda kata yang kaumintasekeping hati berdarah yang ditanya semalamkemunchak kita, kemunchak yang masih berbalamsenda yang pahit menggores kabut hujan malam.

Jangan kau tanya hati kemarin, sebab iadalam apapun terbuka selama di pintu setiasengketa semalam di bibir lepas, dan kata2sekedar marah yang timbul dan menghilanglaksana air selat surut dan pasang, sedang air itudalam badai apapun, terbentang merentangi pantai.

Ke punchak kita! Ke punchak sekedar rasmi nyatahakikat sebenarnya teguh terpadu darah setia kasihkurun dan keturunan mewarisi hati sedenyut jantunghilai dan senyum membelah gema seratus tahun.

Air-rnatamu adalah tangisku jugasekedar berbeda terchurahnyaapakah yang lebih kejam untuk melukai hati masing2dan apakah yang lebih agung untuk tenang di saat genting?

Kuala Lumpur, Mei 1964.

(27 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Keyakinan

BAHAWA hidup telah dipahat ke jantung kitaatas kemauan bersamaItulah kebenaran yang tidak dimintauntuk hati yang sekarang menchechah rasa.

Bahwa kita mendirikan istana kotatanpa kayu dan batu-bata, adalah keagunganyang kita bina demi keyakinanoleh apa saja tiada teruntuhkan.

Kita adalah zat-zat keyakinanyang dijadikan untuk tidak dapat dihanchurkan.

Kuala Lumpur. Ogos 1964.

(28 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Chinta Ladatip Getab

J IKA ladang-Iadang getahyang kita tumpangkan kasih initiada menerima lagi, dan terpisahkita akan membunuh ketakutan, sebab bumiadalah terbentang di mana-mana , untuk kitamenyemai benih kemanusiaan yang telah ternoda.

Tidak ada yang dapat membunuh chinta ini,tidak ada, sebab pembunuhnya telah mati.

Kuala Lumpur, Ogos 1964.

( 29)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Mata Ayah

KUJABAT mesra tangan ayahurat-urat daging-daging tua keras terasamataku tersenyum, matanya menyapaanak yang pulang disambut mesra .

Tapi matanya, mata yang menatapkukolam-kolam derita dan pudar bulan pagigaris-garis putih lesu melingkungi hitam-suramsuatu kelesuan yang tak pernah dipancharkan dulu.

Kelibat senyum matanya masih jua ramahakan menutup padaku kelesuan hidup sendiribagai dalam suratnya dengan kata-kata riangmemintaku pulang menikmati beras baru.

Anak yang pulang di sisi ayahnya, maka akulahmerasakan kepedihan yang terchermin di matameski kain pelekatnya bersih dalam kesegaran wudhu'dan ia tidak pernah merasa, sebab derita itu adalah dia .

Oktober 1964.

(30 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Suasana

SEORANG perempuan bersamfu hijaudari tingkap dapur rumahnya berteriakdan bertanya sambil membungkus Nien Kaulalu tertawa mengangkat tutup periukuap panas menjulang harum kanji nasiDan dari rumah sebelah terdengar suara lunakperempuan berbaju kurung menjawab senyumsedang jari2nya linchah mengisi ketupatdan sesekali menyudip serunding di kualisegar selera dichechah baunya yang wangi.

Dari kejauhan suara- suara muda yang riangpekikan dan tertawa di antara letupan merchundan kedua ibu saling memandang dan tersenyumtanpa seruan pura-pura dari pentas-pentas politikhati mereka bersalaman dan saling berpelukanatas kesederhanaan rasa dan nasib yang sarna.

Esoknya kuih pau dan ketupat bertukar pingganmereka saling menerima dan memberikan kepunyaandan dari kedua telaga hati berkochak mesramenguchapkan Kong Hee dan Selamat Had Raya.

Petaling Iaya, Pebruari 1965.

(31 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Menunggu

ANAKKU, kunantikan kau yang tak pulanganak2 patung terbaring sendirianpistol mainan jadi kaku di talipinggangtidak kusentuh, sebab segalanyaseperti kolam yang terpenchil sepiberkochaklah hatinya bila setangkai bungameski perlahan menyentuh dadanya.

Kulihat pakaianmu saperti bergerak-gerakdan kau kedua memakainya, berlarian riangdengan kasih mendakap kuchingmu dan berkata-katamengusap anak patungmu penuh sayang.

Alangkah jahatnya khayal dan buruknya mimpitapi, anak-anak, ayah tau kau tidak matiTidak!tidak anak-anakku, sebab terlalu kejamlah iajari-jari montok begitu chomelkaki-kaki kechil yang riang berlaridalam usia seumbut ini kau akan pergisedang kehidupan menantimu dengan chintanya mum)

Anak-anakku, setiap senja ayah berdiri di pintuMenunggu!rumah jadi bisu tanpa gelak dan tangismu.

Januari, 1965.

(32 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Chahaya Dati Ko' bah(Prolog Dan Drama Radio)

TUHAN Maim BesarDemi ujudMudan kudratMukau kirimkan seorang Pesuruhmembawa ajaran mulia dan terhormatuntuk umat man usia.

Hari keramat 12 Rabi'ul-awal tahun Gajahterpanchar sinar dari Ka 'bahsegala pohon terdiam kakubukit-bukau sejuk nyamanpadang pasir berbisik-bisikJabal Qabais menatap kasihAminah, perempuan suchi Bani Quraishmelahirkan seorang putera luarbiasaialah junjungan kita, MUHAMMAD!

Petuling Iaya, Iulai 1966

( 33)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Doa(Untuk Pelajar2 Kolej Tunku Kurshiah, Seremban)

J I KA malam ini tiada bulantanah Serembankau masih tetap berchahaya'dari sinar mata dan bening wajahpelajar-pelajar puteri dari istana ilmu Tunku Kurshiah.

Hari ini man is belajar dari bukudan suara mesra dari gurubersedialah untuk esokyang menunggu kedatanganmuuntuk belajar dari hidup:mungkin bahagia rasa kemuliaan darjatmungkin air-mata dan pedih-Iuka.

Tapi apapun arus gelombangnyaberdirilah di bawah bendera keberaniandi bumi kebenaran dan kemanusiaanlaksana permata yang mengukir kehalusan budi .

Maha wangi istana ilmu inimengisi ombak rambut dan tirai selendangdaulat seorang permaisurikeramat seorang walisemoga dalam rahmat dan lindungan Ilahi.

Seremban, 14 Julai 1966.

(34 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

BALLADA

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

BalladaLANGIT TUA MANUSIA SENGKETA

I

PVCHAT bulan dan bintang tiada pestasuram menyerak terukir di langit tuadengan kepak awan berarakan berlumbadi padang terbentang warnanya man is berbungaberibu tahun masih terus mengembara jua.

Betapa suara langit mentertawakanbumi yang kehijauan dan wajah insanmenyala bara dari unggun kemu snahandi mana-mana maut berdandan.

Dengarlah lantangnya suara dari angkasadilagu angin dari awan bersabdadibawa sinar dari bulan berhibaDi bumi ini manusia sengketatimah hitam dalam pechahannya berbaramerah darah hanyir berlangirairmata dalam regukan hati terluka.

Siapa yang pernah merasa pedihnya deritaketika daging tersayat tersiram chukasiapa yang pernah menangis tanpa suarapahitnya warna di musim hampa :Saksikan kejadian seluas pandangmaut yang manis menghayun pedang

( 37 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Saksikan! Saksikan!

He, siapa yang terbenam di bumi mewahtidurnya lena di senyum wajahyang bersenda di panas dada perempuankirimkan mata dan hati menyaksikananak Adam dengan chintanya kehilangan.

Punah, punahlah segala yang indahkebengisan beraja di lautan darah!

II

DUA bukit kembar teguh bertahtasebentuk raksasa dua bersendabulunya belukar di hitam malam .

Di lerengnya musik alam berdesirlagu anak-air lembut mengalirke punchaknya angin dingin menyisir.

Sebaris manusia kelihatan memanjangberarak beriring senjata bercheranchang.

Dengarkan derap mengendap ke dada bumi'berat beban dalam sinar mata-api menelanliar ramus anak-anak bisa ketakutandengan kasar meredah hutan jantan.

(38 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Itulah pasukan hutanseragarn wama pakaiansekawan pachat di badan.

Kacha ernbun berderai berguguranpasukan mara rnenchari sasaranMara! Mara!hutan jantan dalam kepungan.

III

DI kaki raksasa bukit dua berkernbarberjongkok si Kurus LaparDiteguknya air yang dingin jernihluka diusapnya pedih rnendidih.

Manakah ternan-ternan seperjuanganmanakah anakrnanis kasihnya terpendarn?(ternan-ternan pechah barisananakmanis rnasih tersedan).

O. si Kurus Lapar berrnuka bundarpuchatnya wajah tubuh berchalarsorot rnata tajarnnya bersinar.

(di perternpuran ketika dinihari tinggal sechebisdilihatnya rnaut datang rnenagihluka di kaki darahnya getah ditores)

Sepotong awan perlahan mengedartersangkut sepi di bukit kernbar

(39 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Ia bayangkan ketika malam pulang penghabisanmerangkak di balik semak dan dingin menggetarseketika ketokan di lantai isterinya tersedar.

Tenggelam sedan perempuan yang mengasihinyaerat dakapan pana s tera sa sampai ke hati'Kanda. lihat putera kitanapasnya jauh ke bawah dada'.

Diusapinya dahi putera terchinta'Payah sakitrnu, anakku' .Dilepaskan gugur bening di matajatuh keluhan di bawah sesak rongga.

Sebelum fajar ia sudah jauh ke bukitsejemput kuchupan tinggal mengerdipmesra basah di dahi putera yang sakit.

Ia bisikkan pada isteri yang menan gis:Simpan air-mata, sedanmu jangan mengirisdakaplah aku untuk kenangan yang mani snapasmu berdenyut dal am hayatku tinggal sechebis.

Ia mengembara lagimengembara untuk hidup dan mati

Tujuh siang tujuh malam sudah berlalumaka terchegatlah maut di bukit kembar beradu!

(40 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

IV

BETA PA hebatnya pertempuran yang memcchahtiga teman tewas dadanya terbelahberapa yang luka masih jua tiada mengalahjanji yang abadi : tiada akan menyerah.Pcrjuangan telah terbangun di dunia sekaranggerhana dunia dan hutan seluruh jadi merah.

Pertempuran sepi . Keliling sepisi Kurus Lapar terpenchil sendiripeluru penghabisan telah ditcmbakkannya tadi

Jauh, jauh sudah ia kctinggalansayu scnd u ditatapnya bulan

bulan berarak di arus awan.

(didengarnya risik jauh di depan)he, mautkah yang mcngendap di balik baniratau bayangan hantu darah menghanyir?

'Ah, datanglah maut yang dinantikanbiar kuhadapi dalam kematian jantan' .

Kctika awan di langit berlangir

melangkah si Kurus Laparmengheret kaki pedih memijar!

( 41 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

v

BARISAN seragam membujur belukardi mukanya pembawa bren bermata liar.

Ketua barisan berpangkat sarjanbulu dada peluh berderetanrebolber maut berjuntai di pinggangtelah menelan tigabelas korbanPembunuhan baginya Bintang Kepujian

Hati yang mabuk Bintang tergilapia bayangkan pada mata berharapsegala mata terpaku menatapdi rumah , isteri berkacha ke dada gemerlap'Oh, suami, dunia padaku Bintang di dadamu.'

Ketika pelurunya membunuh korbania bayangkan tepukan upachara penghormatankelilingnya mengerdip mata penuh kekaguman.

"Bintang! Bintang jasa melakukan kebaktiantersematlah ke dada meski kubunuh seluruh insan.'

Penolongnya Kopral kematian pangkathatinya bunga kesayangan malaikatIa sembahyang lima kali sehari(meski di depan maut menanti)dosa dan pahala untuk hari nanti .

(42 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

"Tidak ada yang kusembah melainkan Engkau, Tuhankukechilku sebutir pasir dibawah sinarMu! '

Siapakah si Gemuk pembawa bren bermata liar?O. anak malang dari kampung terpagarkebunnya lalang rumahnya belukar

Ia masuk bari san seragamtelah dibunuhnya manusia musuh siapatidak peduli karena ia menerima gajimaut baginya kesenangan yang dichari .

Maka berkumpul segala watak dan dendamjentera maut dalam pakaian seragam.

VI

MARA barisan ke anak-air mengalirseketika tersentak barisan chepat meminggirdarah musuh terchium hanyir.

Menchechap darah manis terasamenghambur sarjan maju ke muka'Mara! Maralah segerajejak tanda sudah tersua!'

Berhamburan barisan kehausan darahberguguran daun di ranting patah

(43 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Ketika terlihat gegaran di depanmembertih senjata diletuskanmeraung gema membelah hutan.

Cheh! Mana peluru petunang ditujukan

daun-daun perchuma berserakan

Mara! Mara lagi kemukachahaya fajar sudah menjingga!

Benet-benet putih bermata mautdarah tersadap kering berlumut.Mara mereka membawa maut di bawah fajar!

VII

S I Kurus Lapar terhenti sebentarkerut dahi garis berjajarbisa di kaki tajam menjalar(0. setitis air dimatanya mengedarseparas bulan wajahnya pudar)

Sechebis kenangan di matanya berkilaumimpi yang nyaman datang bersinar:

O. dilihatnya wajah putera terchintaalangkah anehnya ia terbang bersendadengan merdu gelak perawan di dunia bunga.

(44 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Betapa terkejutnya ia jua bisa terbangsungai-sungai dengan air membiruburung dara di mana-mana melayah-melayangdan damainya ia antara kiba s kepak kupu-kupu.

'Inilah duniaku, dunia kasih dirindudengan ikan ikan molek bermain dibatudi mana-mana musik beralun merdudi mana-mana kemesraan persaudaraan berpadu'

Direnungnya kota yang amat gemilangtertatap matanya kepada nama yang terpampang:' KOTA KASIH SAYANG'

Alangkah damai manusia berwajah bungamelimpah indah chahaya hidup seribu-warnaah, tidak tersua timah hitam mernbarabesi berpadu tidak dibikin untuk senjata

Di kejauban tampak lambaian tangan putera0, manisnya ia meski tanpa bicharaseekor kupu-kupu hinggap di kembang menguntumdan alangkah aneh bunga yang tersenyummekar menjelma wajah isteri yang meranum.

Kedua putera dan bundatelah mereguk madu kasih kekal selama.

(45 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Ah, mimpi yang manis hilang bergetartersentak si Kurus Lapar ketika belukar bergegar

'Jangan bergerak'suara jantan berteriak!

VIII

BULAN semakin pudar di wajah fajarbelukar hitam kelilingnya terpagarpasukan seragam rnenyerbu dengan mata memijar.

Bangun si Kurus Lapar menatap kelilingsebuah tendangan menyebabkan ia terguling .

Sesudah itu ia tidak bisa mengingat di kepaladan tiadalah akan terlupakan pulasegala yang dirasai timpa menimpa

Ditadahnya dada selangkayang bisa dihitung satu-dua-tigasegala pukulan nap su marah menyala .

Meski bukan besi daging manusiadengan tulang-tulang penuh deritaia tidak pernah mengeluh menyesali nasibnya.

Sesekali dengus menghembus sesenak napasbegitu kuat tinju di perutnya mengalas

(46 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Ah, alangkah jauh alam mimpi di Kota Kasihdengan merdu musik, ikan-ikan di air jernihdan burung dara serta kupu-kupu putih?

Putera terchinta?0, jari-jari montok senyum berbungamelambai ayah yang sedang terlena(itulah mimpi terahir sebelum darah mengalir) .

Alam mimpi dan kenyataanperbedaan batin dan lahir yang bertentanganlihat tangan manusia darah berlumuran :HIDUP INI IALAH PEMB UNUHAN!

Kechuali Tuhan orang tidak bisa mendengarjerit gagah si Kurus Lapar:Aku jantan!he. dada dan tulangku bisa dimusnahkanaku tidak akan ditundukkan.

sebab kematian bukan kekalahankarena keadilan tidak akan termusnahkan.

Bulan di bukit dadanya sakitsi Kurus Lapar hatinya menjerit:Keyakinanku tidak akan lumpuhmeski aku kehilangan ruh.

(Bulan pudar dilindungi awansi Kurus Lapar kehilangan kekuatan)

(47 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Sekilas peluang munchul ke mataah, kematian akan mengahir segalaia sudah tidak peduli lagidisambarnya grenet tangan di pinggang musuhnya.

Dengan kekuatan yang penghabisan(dan ia tau untuk nanti tidak bererti)direnggutnya pin changkuk grenet tanganmaka bergemalah jeritan maut di hutan jantan!

Darah! Darah yang merahDarah! Darah yang indahMenguchur ke rongga maut ketika panasnya terasa lagimatilah manusia meski Tuhan belum menghendakikarena merekapun memiliki perenggut mautnya sendiri.

rx

CHERAH sudah tanah di kaki bukit kembardalam manik-manik embun tertatah indahlima mayat tersayat terlantar terkapar.

Sarjan ketua barisan dadanya terkopakah, di manakah Bintang jasa bisa diletak?

Si Gemuk pembawa bren darah berlopak.dibayar tunai semua jiwa yang sudah ditembak

(48 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Si Kurus Lapar berwajah bundar?Merengkok kaku lehernya terkelar.

xINILAH bahagian cherita Manusia Sengketabetapa wajah sedih dunia di muka kitaterornpet maut di mana-mana senantiasa bergema,

Terpahat kisah kenangan di hati sedukarena akupun berpakaian seragam duluTapi si Kurus Lapar bukanlah musuhkul

Kuala Lumpur, Jun 1959.

(49 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

TABLO

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Chahaya(LANGI NSUARA JYMY ASMARA)

Suara :I. Prolog2. Suara I (lelaki)3. Suara II (wanita)

(Ketika tirai diangkat pentas gelap sama sekali.Kemudian perlahan-Iahan dari sudut kiri tampaksinar merupakan sebuah bintang , Chahaya darisinar itu menampakkan seorang lelaki sedangberdiri menghalu pandang ke arah sinar tersebut .Kelihatan begitu suram sehingga tubuhnya ke­lihatan berbalam-balam. Sinar itu hidup dalamsemacham permainan terang dan suram.

Mu sik latarbelakang memberikan warna suram dananeh dengan kuat dan perlahannya disesuaikandengan kata2 dan suara yang diuchapkan . Suara 1kedengaran dari arah tempat lelaki itu berdiri mana­kala Suara II kedengaran datang dari arah Sinar).

Prolog:

Chahaya demi chahayaberkilau yang kita hirup dad mataanugrah keramat demi hidup nikmatmaha-agung meresapkan segala rasamemanchar dan menyinarkan, dandipanchar dan disinarkan.

(53 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Teman kami terchinta, demi chahayayang tidak tersapa lagidengarlah gema dari tiap tingkap hatidalam kehangatan chinta persahabatanmendakapmu, bukan atas belas kasihantetapi adalah pengertian kemanusiaan mengentalyang menyedari hakikat chahaya dan gelitasumber segala erti suka dan duka.

Teman kami terchintadan tiap mereka dalam barisan gelita inikami di sisimu berdiri bersandar harapbahwa pengetahuan manusia jadi lebih agungmendekati tingkat makjizatdengan seribu kebijak sanaanmenyembuh menyempurnakan kehidupan insan .

Suara I

Duniaku hutan malam belukar-guaaku sekedar mera sa tanpa menatap chahayajauh, jauhnya sinar penyuluh hayatyang memberiku arah bekerja dan berjuang.Betapa penjara malam memisah jarak nyatadari hidup dan alam yang pernah kukenaldan aku tidak bisa menyaksikan lagi- selain dari merasa dengan hatiku -senyum dan duka dari bibir anak-anak terchintaerti pandang isteri pengasih dan teman setia.

(54 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Suara II

Suaramu gementar gema kesedihan putus-asamarilah kubachakan padamu sebuah sajakbahwa hidup ini berchahaya, siapa sajameski kenyataannya kau sukar menatap.Dengarlah sinar sajak dari temanmu sendirimembawakan SERIBU HARAPAN penyair Masuri:

"Demi chahaya memanchar dari segi harapanmembawa hati berani rasa akan menyiapkansegala chita sekarang nanti mengukir menangbergerak satu barisan gaguh di mana penuh sokongan.

"Ah, besar membawa nama, dada rela melapangmenunggu setiap yang mahu lalu, yang mahu meneriangakan ombak tenaga dari seluruh persatuanyang sejak mula bergerak penult seribu harapan.

"Siapa rela, siapa nanti pergi mara berbaktisedang kawah panas dengan air membuas ganassiapa berani, siapa nanti sanggup bermain apiyang menyambar, membakar, meniilat apa yang melintas.Lihat semua sikap tidak gentar dibuai godaandengan membawa obor seribu sinar harapan."

(55 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Suara I

Aku mengenal Masuri, dan sajak itu gelombang apiyang membakar dada seorang penyairtetapi tidak untukku, karena ia adalah tenaga rakyat

yang kita saksikan dari tulang-tulang berserakandemi keyakinannya jadi berani menchelur diridalam "kawah panas dengan air membuas ganas."Siapakah yang mengerti selain dari yang mengalamiduniaku, dunia dari ribuan manusia gelita?Pejamkanlah matarnu, pejamkanlah! Kau sekedar melihatgua malam di mana kami kini berada dan mencharisetitik sinar dari bulan dan chahaya dari matarisedang kau tak juga merasa karena tidak mengalami.

Suara II

Kau salah duga SERIBU HARAPAN seorang penyairkarena harapan adalah pada setiap yang berharapdan seribu keyakinan yang tak pudarmenjelmakan semangat hidup yang memanchar.Dan dengarlah sebuah lagi sajak Masuripenuh yakin untuk HIDUP BERCHAHAYA:

"Besok hari yang elokbila-bila pun hari besokelok berte/ukmana-mana pun hari berbelok.

(56 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

"Satu hari satu cheritalagukan suara lagukan chitaberhari-hari tak pernah pulang tibabegini bukan mesti mati yang perchuma.

..Barangkali menienguk hampahampa hampalah ,

barangkali menieruk rasa

rasa rasalah,kedatangan bagainiana bukanlali tidak berpunya

bukanlah tidak bermakna hidup sekali hidup berchahaya .

Suara I

Tapi tangkai pena yang kupegang selama inibersama dengan kesedihan rasa, terlepas sudahsebaknya dada seorang pengarang tak bermatamenambah beban yang menekan karena ia tak terchurah.

Aku mendengar segala chiptaan yang dibachameresapkan lagu dan nyanyian merdutetapi betapakah kerut derita anak -anak terchintayang tidak kusaksikan bersama pertumbuhan mereka?

Aku mengenal suara ibu dari anak-anakkukarena dia menjadi perantaraan dari dunia nyatatetapi betapakah aku menyelami sedu yang tersembunyiselamanya terpanchar dari matanya yang banyak

menyembunyi?

(57 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Suara II

Yakinlah bahwa pertanyaanrnu akan mendapat jawabandemi chahaya hidup dan ilrnu manusia yang majukau akan menatap lagi gerak bibir putera-puteramu

bersama tatap pandang sepa sang mata setiamenyegarkan! Karena chinta yang agung telah dipahatkanmenjelmakan chahaya baru untuk kekuatanmu menchipta.

Suara I

Chahaya! Chahaya kerarnat manusia datanglah padakubaru satu usia hidup untuk sastera untuk bangsaaku ingin bersama lagi dalam denyut nadi bangsakumenatap kasih langit dan bumi tanah-air terchinta.

Kuala Lumpur, Jun 1965.

( 5R)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Gema(Tabla Aminuddin Baki)

Tirai diangkat . Beduk berbunyi . Kedengaran tangisbayi yang baru lahir, diikuti dengan suara kamat .Beduk berbunyi semakin lama semakin sayup.Chahaya {ajar kelihatan mengembang,

Suara I

Dua puluh enam januariseribu sembilan ratus dua puluh enammatahari pagi memancharkan sinarangin sepoi menyampaikan kabaruntuk keluarga di daerah Chemorbahwa seorang putera telah dilahirkan.

Ah, chuma putera biasa dari keluarga takwayang nanti besar dari sejuk bumi kota timahdidakinya hidup dalam semangat melengkap diridadanya ilmu jiwanya iman hatinya budi.

Berkat keramat bumi terchintagunung langit laut dan udaranyakau anugrahkan seorang pahlawanyang membawa obor chinta ilmubangunlah di belakangnya, berdirilah di depannyaribuan suara muda dipanchar sinar sedar.

(59 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Bersama ternan-ternan, pahlawankau gabungkan suara muda dalam gema bersabdamenyerak merchik menyadap semangat bangsasebaris lalu sebaris tumbuh sebaris tiba.kau berdiri di barisan paling depanmengibarkan bendera ilmudalam paduan gelora semangat bangsa.

Dan lahirlah suatu tenaga kesatuanGabungan Pelajar2 Melayu Semenanjungtahun bersejarah empatbelas Ogosseribu sembi Ian ratus cmpat puluh lapandengan Mukadimah Perlembagaan:

(Suara Ramal Pelajar2)

Kami pelajar2 Melayu SemenaniungSEDAR:alas perlunya disatukantenaga Pelajar2 M elayu seluruh Sem enanjungakan kemunduran kami di dalam pelaiaranalas kewaiipan kamiuntuk meninggikan dariat pengetahuan bangsa

bahwa maiu mundur kaya miskindan hina mulianya bangsa itudi tangan kami,

LAGU GPM S

(Suara Raniai)

(60 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Suara II

Pelabuhan sepi, kapal sudah bertolakjauh, jauh dia dalam sayup suara ombakburung-burung laut meiayah senyappulau pandan jauh ke tengah.

Tangiskah yang terdengar?alun sedu singgah di pantaisepinya pelabuhan, pantai putih sayap terbentangabang, chepatnya kapal meninggalkan pelabuhan.

Ke mana hari ini?pejabat tutup jendela masih terbukaberapa fail masih bertimbun di mejaabang, teguklah teh kubekalkan tadi .

Ada mesuarat pulangnya lambattutuplah pintu supaya malam tak terasajika beduk berbunyi ku sambutnya di sinijangan ditunggu karena waktu chepat memburu.

Kuala Lumpur, mani snya kau berbaju malamberapa dada yang hangus dipanchar neonha, masih ada chahaya di Masjid Negara,dan di suatu tempat di ibu kotasuatu kelompok sedang khusuk membuat Penyata.

Pelabuhan sepi, kapal sudah bertolak

patah kemudi perahu dilambung ombak.

( 61 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Suara I

Keringkan air-matasedu itu jangan lagi menusukdia adalah apinyalanya tak padam-padam lagi

Dengarlah lantang suaramembelah kegelapan rasa dan ilmuapi semangatnya membakar dadamudasederap mara merebut setiap pintu.

Semalam lagi suara itu berkataketika gerakan obor dilancharkan :

"Soya menchoba mengingatkan tuan2 dan puan2kita harus melipatgandakan ikhtiar dan usahadalam segala lapangan pelaiaran ilmu pengetahuanhubayal, bangsakudalam negeri kita yang merdeka dan berdaulat inihendaknya, ianganlah pisang berbuah dull' kalikita berdagang di rumah sendiri.

Ulanglah, kalimat demi kalimatyang dilafazkan dari da sar rasaseluruh hidupnya telah dibaktikanuntuk kita bangsanya terchinta.

(62 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Tampunglah berapa sudah titis air-matayang mengalir dari telaga kasihnyadan tiap titis airmata itu adalahmutiara rasa yang tak ternilai

dichurahkannya, tidak untuk putera

tidak juga untuk keluargatetapi untuk kita, bangsanya semata.

Suara II

Abang, megahmu kujunjung di jemalakukusimpan sedu di lapis hatikusandar kudrat pada keyakinanbahawa hidup adalah perjuanganiman dan ilmu berjalan seiring.

Kuingat katamu dulu:Rebutlah pengetahuan, kejarlah kemakmuran

selama segala itu tidak mengganggu kitadalam iman beribadah kcpada Tuhanmalah dengan kemajuan serta kcmakmuranscharusnya menjadikan kita lcbih bcrimanbershukur dan takwa kepada Yang Maha Esa.

Suara I

Kebesarannya sebagai pejuang tcguhbahwa dia tidak berkata untuk tidak melakukan

tetapi berbuat tanpa menguchapkanhijaksananya gedung akal laut bichara.

( 63 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Tangis sedan buk an tanda kelemahantap i kepedihan yang pahitselalu diulangnya dalam bidal pusaka:

Berbuah pisang dua kaliAyam di kepuk mati kelaparanltik di air mati kehausanl barat Malang Pak KadukAlah sabung menang sorakAyaml/ya menang kampung tergadai.

lalu disambungnya dengan tanya :" Rakyat merdeka negara berdaulatbumiputcra rela berdagang merantau?"

Bidal pusaka nenek moyan gbukan sekedar pemanis katatapi bukti kebenaran hakikat:Bukankah kita kuat bersorakseda ng kampung telah tergadai?Bukank ah kita ra kyat merdekamasih lapar di ladang sendi ri?Bukankah kita merniliki telagatangan masih memcgang talisedang orang menchapai timba ?

Suara II

Abang, alangkah jauhnya tanah AmpangGunung Daik berchabang tigasejuk bumi tanah-airkujenguk juga tiap pagi Jumaat.

(64 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Masih muda tunas yang kausemaisetahun jagung menghirup udaraah, pohonnya akan berputikbunganya akan menguntum.

Suara 1

Pahlawan, pusaramu menjadi saksipanas semangatmu di dada inimenyarnbung zaman yang kau tinggalkanrnenchapai jarak bumi dan bulan .

Suara Bersama(I dan II)

Merebut timba di tepi telagamenumbuk padi di kepuk sendirimenang sabung menang sorakmenjadi tuan di negara merdekamenebus kembali kampung tergadai.

Kuala Lumpur. Mach 1966.

(65 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

LAMPIRAN

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Kita Tidak Berpalitu; Laqi

Suara I

S rAP A menyangka mata dan tangan bisa bersapa

O. mata seperti kolarn di bawah bulan hersinar

udara segar ketika ta sik hati bergetar

jangan berpaling sayang, sebelurn jantung kita pudar.

Hanya semalam denyut dada berrnesraturnbuh sejak sekian tahun tanpa baja

sa ma-sama kita sekedar manis tertawasedang hati ini punah ditelan samar senja.

barangkali begitu rapuh hati manusia

ah. semalam jari-jari ini menulis sebuah dosa

tapi, apakah yang melebihi degup dadabila hati yang tak kenai takut ini telah bersabda '?

kita tidak berpaling lagiterjadilah apa yang akan terjadi!

Suara If

Tngatan bukan berusia sehari duawajahmu penjelmaan hayal remaja

erat genggaman dalam mimpi pernah terasa

di mimpi jua terbenam karena suratan mernaksa

(69 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Ah, siapa bisa mentafsir retak di tanganmendadak hati berbunga tiada bertamanbetapa mungkin terdengar bichara do sa dan sesalandalarn gemuruh darah melagukan kasih tanpa harapan .

Belurn pernah kurasakan kemesraan begini mesrameski sering hati tergores peri stiwadiri serasa boneka baru bern yawakurelakan segala, walau senyurn sepedih derita.

kita tidak berpaling lagiterjadilah apa yang akan terjadi!

( 70 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Chinta

I

K ETI KA datang kulihat matanya basah .

mata kami saling menyapa dan senyum berbunga

molek bibirnya terukir menchechah indah

dan terpanchar sinar mata lembut menyerah(0. kolam di waktu malam di bawah bulan ber sinar)a nak-ana k rarnbutnya berjuntai mengirai di dahi

dan hati ini terpaut karena menjelmanya seorang bidadari!

Meski semua ini tidak demikian bagimutapi mata dan hatiku tetap terpaku jua

sebab ada yang besar di antara semua

hati dan perasaanrnu menchechah jiwaku mesra .

Ketika disapa kau tersen yum chumabukankah tangi smu sebentar hergema ?

Ombak dada dan debar jantung. ah , aku merasakeberanian yang tak pern ah ada sela ma

perlahan menjalari urat dan darah rasa

akan ku sebutkan dalam churahan simpanan jiwa ?

belurn berani , ha ri itu aku men yimpan lagiseba b saat belum tersua dan kau masih tert awa .

( 71 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Wajahmu kubawa pulangmalam indah dalam mimpi terbayang.

Bulan kulihat biru meski langit berwarna begitu

bintang-bintang di langit mengerdip di bawah angin berlagu

dan dada langit lorek-Iorek awan diam terpakuwajahrnu, wajahmu terpahat di jantungku.

O. malam indah dan bening sepi hati menantiesok akan kukatakan padarnu, esok yang pastidan dalam kenangan ini kutatap matamutanpa ingatan dalam lena kasih bertemu.

II

P E CHAH rasa ketika kita bersapaah. sama-sama melihat tan gan. dan jan-janrnu

alangkah lunaknya ketika pertama dijamah

kuu sapi sekedar dan kau menatap lemahketika itu aku seperti tiada lagikarena sentuhan rasa menj amah hati.

Retak tangan ini kaubacha dalam senyum tawabari san mutiara gigimu terkunchi di balik bibir, dan siapayang akan berpaling untuk tidak menchechapkurnia alam yang dilahirkan untuk pembinaan suatu tahtamaha besar dari kerajaan chinta yang sekarang kurasa?

Alangkah chepatnya kau pergi pulaketika hatiku akan memulakan kala ?

(12)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Esok kita akan bertemuSelat Teberau suda h menunggu.

III

KETIK A pertam a menyentuh bajumu, 0 dada 101

menggema dalarn degupnya. aku belum beranidan kau tetap agung datam kebesaranmu, tak mengindahkanaku ragu da n kenapa aku bisa mengajakmusedang kau tak menyapa lagi. dan hati yang goyangrunduk ak u merokok den gan kau tak mem andangkarena hati wajamu lak san a batukarangaku yang hanchur seperti bu ih dibawa gelombang.

Telah data ng wa ktunya, ah. tangan ini dem ikian beranisebelum hati berkata ia sudah mulai menyapabetapakah saa t yang menentukan, yang menentukantanganku mench ari jarimu dan kita berjabatan .

'Panas tan ganmu. sayang: deba r dad aku memunchak gunungdan kau tetap diam dcn gan bib ir mengukir senyumhati yang lemah aku mcn yerah antara harapbimbangsebab kau tak bergerak sela in sed ikit gamit memand ang.

Kita pulang dan kau tersenyum chumasuatu tcrt awaan karena tan ganku berclosaataukah tanda hatimu menchechap indah rasa '?dan kukatakan padamu, begitu pcrlahan suarakuka u tetap senyum dan malah ketawa pulasuatu ejekan, suatu ejek an yang sungguh menyi ksa.

( 73 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Ahirnya kau bersuara jugadan jari-jari kita berpautan bersalamansubur hatiku, subur jiwaku dalam wajah d uniaka rena hatimu telah menerirna dan aku ada di dalamnya .

Dun ia baru, dunia indah karena kelil ingnya chintasegalanya berubah karena hati ini kuntum berbungakulihat segalanya menari dan menyanyi

lagu sayang dan chinta yang abadi !

Aku pulang dan bersamanya kubawa sudahkasih sayangmu dal arn dunia serba indah .

IV

O. pantai tanah terchinta. saksikanlahdan angin Selat Teberau , juga poh on menghijausaksikanlah karena kesak sianrnu adalah keadilanyang rnenimbangkan du a hati kasih tiada sempadankami di sisimu, di bawah mara dan telingarnu mendengarkanhisik kata anta ra du a hihi r yang sejalan.

Alam memberikan hatinya, hujan yang baik(lihat nelayan menchari kepah belum naik)pohon ru meliuk dalam putaran angin selatalangkah amannya dalam dakapan kasih ker amat ?

(74 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Demikian senangnya melihat kau mengunyahdari tanganku menyuapkan anggur merahO. sayang. kutatap puas dua bibir merkahdan khayal ini menjelma sudahbetapa pelamin bersanding dalam tahta keemasandua tangan bersilang dan saling menyuapkan ·nasi pulut terchachak telur merah menyimbahberpadu dalam pancharan wajahmu indah?

Betapa pendeknya saat itu, masa yang berlaluah, berat hati akan berpisahdan kulihat matamu dalam chahaya rneniti sayugemetar tubuhmu ketika kukuchupi jarimu.

Pantai bumi tanahair, engkau menyaksikanangin Selat Teberau, kasih sayangmu membelai kaminantilah, esok atau seratus tahun lagiatau kami tidak akan datang, karena tubuh inibelum pasti sampai kernari, atau siapa mengertibahwa ketika sekali lagi kami di sinitanah-air telah merdeka dan kami bertahta.

( 75 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Wajah

S I APA pernah melihat kolam di waktu malamteratai dengan bunga permai putih berbalambulan sedang menyinar dalam riak kilau gemilangjernih dalam kehitaman chahaya menikam tajam?

Itulah matanya bintarig timur yang mendebarkanterserlah menjelma, terpahat di dadaku sekarang!

Siapakah yang mengukir maka terjadi keindahanuntuk sekuntum bibir dalam kesempurnaan seorang

perempuan?dan hati pengasih dalam chahaya kemuliaanlaksana mawar menjuntai lampai di ujung dahan.

Tiap gerak memalis manis menyonsong budibersinar menguntum mengetuk lembut pintu batidalam menapak menjejak langkah molek dipandangketika berkata melunchur merdu suaranya sayang.

Diukur tinggi tidak rendah karena ia sempurna sudabdalam bentuknya dewasa segala mengukir indahrambutnya harum antara bahu sampai menchechahberbaju biru warna sepasang di wajahnya cherah.

( 76 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

dia datang dia memandangbulan pumama disinari bintang.

itulah wajahnya, penuh sederhana dalam keagunganmenyinari hidupku, dalam kasih chinta berpanjangan .

( 77 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Air Di Padanp T andus

K ET I K A kau pulang aku tennangu seorangmatari di punchak restoren; kujenguk kebawah, sayangjalanraya yang sibuk dan teksi masih tak datangkau ma sih resah menanti clan aku clalam gelisah bimbang.

Sesuatu yang kuharapkan ketik a kau mengalih pandangdan begitu chepatnya kau dalam teksi menghilangsedang aku terpaku jua dengan salam mencloakandi mana kita akan ber sua clalam senyummu menyegarkan.

Pelan-pelan, rasa bimbang mendamba hatisebab kata dan sua ramu hari ini meminta janjiyang baru sema lam cliuchapkan suatu bahagia gemilangpacla suatu hari , suatu masa kita akan mendakap malam.Rasa bahagia yang kauberikan semalam,selamanya tersimpan karena sudah kukalungkan di jiwatak terurai lagi, meski kuhadap seribu duri.

Sudah berulang hatiku membisikkan, dan dengarlah,kau buk anlah barang yang kuberi nilaikau bukanlah intan, meski mahal ada clijualkau ad alah hati yang di mana akan digantikalau ia hilan g dan aku tak dapat menchari?Kau jiwaku dal am pcrn apasan hidupyang memberi clan menerima rasa bahagia yan g luputdi mana ketika kechilku lagi,

( 7R )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

kehilangan bersama ibunda pengasihdan aku bisu dalam menguchapkandan kering dalam merasakansebuah kasih, saperti kehausan seorang pengembaradalam perjalanannya yang maha jauh

kering dan kosong sernatal

Sekarang seteguk air kau titiskan pada akar hidupkudan jari mani smu rnengusapinya dengan kesayanganmukau bisikkan sepa tah kata. sepatah chuma.akar-akar yang subur rnemberikan puchuk segarbertunas. merchup menguntum hagai bunga di jam bangbersinar laksana chahaya rneniti menan di bawah bulanlagu baru hidup baru dal am petikan kechapisepert i tak chukup kuhirup air kasih yang mengalirdalam tenang scnyummu dan kebanggaan matamu memberi ,

( 79 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Sauna; Malam

SAA T yan g mah a pendek.

pertemuan malam doa sejak kita bertemu

datanglah ia, datang tanpa kit a dugasegalanya berl alu seperti mimpi menyapa.

Alangkah gelisahnya aku menantitiap detik berl alu seta hun telah kutunggusedang kau juga resah diburu waktusehingga lupa menchari kunchi di mana pintu.

Aku melornpat dan kubelah jal anraya malamsebenta r hanya tanganmu telah erat kugenggam

Kau di sisiku lak sana bulan selepas hujanbiru bajurnu dan semerba k harum tubuhmu,alangkah nikm atn ya keharuman napasmu menyegarkansedang hutan malam kelil ingmu terang bersinar menyilaukan .

Pechahlah dada menahan rasa bahagiajala harapan menebar men yelam laut ch intayang berpadu pada hatimu ka sihku bertahtada ka plah aku den gan tanganmu Icmbut manja .

Saa t yang pendek berlalu tanpa dcn yutscdetik chuma dan kita merasa chukupbibirmu, bibir mani smu jan gan berkat alcpaskan d ia bersalarn sesamanya .

( 80 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Pantun

PESTA semalam senja mengatup

berbaju biru bertudung lingkup

jika matamu kerling men yahuthati kasih rindu bertaut.

Lagu kasih punchak mahligaisenda gurau tawa herderaimeliuk manis Iengan membelaianak ram but jatuh berjuntai.

Gugur gerimis menjelang senjajanji kerarnat kita berdua

alangkah manis bertentang mataseribu nikmat menchechap rasa .

Istana kechil di tengah kotalangsir biru bertingkap duaabang menunggu bilakah tibaadik seorang bandingan tiada.

( 81 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Mahkota Chinta

LADANG kita air mengalir di segala likutanaman subur menghijau dan rumput-rumput balduia datang matanya bintang suaranya lagumembawa kabar mesra salam dari ibu.

Kuchintai tanah ini karena kami di sinirumah kechil tapi telah did irikan oleh lelakiteguh dan keramat seperti gunung besiladang terchinta, kubenam hati di sini.

Tumbuh segala kasih berbuah berbungaladang chomel sekarang milik kita bersamaakan lahir manu sia baru sudah bernamasetia, putera kasih mewarisi mahkota chinta!

( 82 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Dori Bintl.1n8 Ke Bintatu;

KETIKA mata saling menyapa senyum berbunga

tasik hatimu kemilau menchechah jiwaku mesrabetapa debar dada kurnia alam kasih bertahtakau datang tanpa suara, menjamahku tanpa sabda.

Subur laksana ladang petani di lereng gunungranum menguntum dalam ujud rasa maha agungmata yang memberi hati ini penuh menantikureguk kasih menghadapi hid up seluruh berani.

Kini kulihat kepalamu tersandar di jinjang pelaminrambutmu tersanggul terandam mengilau di chahaya lilin

gemersik kainmu membisikkan bahagia malam pengantinmelimpah tumpah bahagia dalam tawa teman keliling.

Ketika malam kulihat matamu pada bin tangsenyummu melambai di bawah gemilang sinar bulandari bintang ke bintang kunantikan lagumu,hanya kerdipan dalam bisu suara hatiku bimbang.

Jika aku berdiri di muka jendela hati terlukabulan sedang mengintai di balik awan kusapaangin yang datang dari pelaminmu kutanya

ia bisa mengabarkan saat adinda sedang bahagia.

( 83 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Kesepian

T I AP hati yang kasih dapat merasaatas tiap perbuatan dan ukiran katakarena ia sendiri di dalamnya dan mengertitiap kehidupan dan saat yang dilaluibahawa kesepian pada kolam chinta berIebih-lebihanketika-ketika menenggelamkan apa jua pertimbangan.

Dan ketika jiwamu berkochak kulihat riakpanas sampai ke punchak kuat ia menggelegakdan bukan air-m ata akan menyiram menyamank antidak jua kebench ian karena meskipun sadikitia akan memagut tatah intan mahkota chintadan membenamk an hat i kita ke lumpur siksa.

Obat keramat hanyalah pand angan dan usapan kasihbersama sebuah kuchupan panas dari hati bersihkarena inilah-kasih sejati- kita petaruhkan di dasar kukuhdalam perjalanan panj ang kasih yang tidak pernah berlabuh.

Sayang, kesepian ada lah musuh chinta yang utamahadapi pertentangann ya atas keyakinan kita bersama!

(84 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Musim Bun8Q

KERETA-API kita melunchur dan matari merendahtasik-tasik indah kota timah menyambutnya ramahmanisnya ketika matari menchechah tanahdi musim bunga segala mesra serba indah.

Lampu jalan telah terpasang tapi wajahnya redupsedang matamu gemilang terang bahagia merechupperlahan becha bergerak di bawah bayang menyusupbersentuhan mesra bahu kita dalam dada berdegup.

Panggung-wayang dan restoren kerling menyapamari sayang kita masuk menghirup sepuas rasalalu kita ajak penarik becha bersiar keliling kotapegang tanganku, dik , dunia ini rnilik kita.

Sernalam dan semalam lagi pesta di musim bungaman is! mani snya kau ketika berdiri di muka kachaberkain bat ik kebaya biru berselendang suteraah , dunia-malam serinya bertambah oleh adinda.

Gelas telah dikosongkan satu demi satuah, bahangnya menyirap dan mukarnu memerah-jarnbusegala setan dan malaikat rnalam ini telah bertemutidak ada antara - sebab keduanya terjalin satu.

( 85 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Adikku sayang, dakaplah aku, mari kita menarilampu suram dunia malam kita hirup sekalitiada satupun yang akan tinggal dalam hidup inisemua kita lalui, segala liku kita singgahi.

(86 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Pulanp

DAR! manakah datangnya rasa bahagiayang melimpah membanjir tasik jiwaketika tadi kulihat kaupulang mengembalikan hatiku yang kaubawa dulupulang menyampaikan pandang kasih kitayang pertama dulu terpanchar dari tiap anggota.

Bagaimanakah bahagia menyala, tanpa kesedaran rasatak pernah ditentukan saatnya, di mana dan bilahanya ketika mata bersapa, semuanya hidup semulasetelah kesepianku kautinggalkan petang duluyang memedihkan bahkan melukakan dada iniyang telah merajuk membawa hatinya yang pilu.

Alangkah jernihnya matamu tadiketika pandang pertama saat-saat pertemuan kembalidan bungkusan di tangan yang mendebarkan hatiketika kau sebutkan hatiku sudah meramalkantanda kepulanganmu selain dari mengembalikankasih sayang yang kaubawa, maka ditambah pulachahaya biru yang menghias kasih kita .

( 87)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Yang kunantikan ialah kau,tidak lain . kau chuma satu, sebab itu kutunggudan taukah kau detak hati ketika menanti tadipulangkah ia semalam atau rnasih di perjalanan?Tak sempat doa karena seluruh kenangan terpusat satuhanya satu padamu,Pulanglah ia, pulang ia di wajahnya chahayapulang ia, pulang membawa bahagia.

( 88 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Pedih dan Senyum

MATAM U jernih jadi rnesra ternpat sernayamistana kasih di bawah matari yang tak terbenamkilat tanda rnenggaris bujur laksana swamhiasan chomel malu terlindung dibawa pejarn.

Bilakah kerlingnya akan rnenyambut kasihkuselama tak retak oleh gerak dan kata raguyang manis kalau sekedar rnainan rasa rinduakan pedih bila menggunung terbuang lalu?

Suratku, churahan hati di dalam hatiditulis dari rasa yang segar di jantung seniyang satu hanya kau, yang satu hanya akutunggal kita dua dalam hati chuma satu.

Semalam pedih kemarin pedih di sudut dadake mana kasih menchari kasih yang telah adasedang bandingan tak terbandingkan selama rasasampai kemboja rnemayungi nesan sejajar dua.

Perahu kita belayar senja di tepi rnuarakolek chornel berkayuh kita menantikan setiadan meski ujudnya tiada apakah erti kechewaselarna dua-tunggal bernapas hidup satu jiwa.

( 89 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Kechewa hanya pada rasa kita berdua,aku atau engkau entah siapa nanti hilangsebab kita takkan ujud bila sekali telah tiadasedang setia menjelma senantiasa di antara kasih kita berdua.

Kalau pedihku, pedih mendengar tanda mesrayang kausebutkan ketika dingin malam aku kechewabetapa tubuhmu terlingkung tangan memakaikan bajuyang bagiku alangkah mesra dari sikap yang selama membisu,

Tapi alangkah anehnya kalau kau akan berdebardengan gerak demikian yang bagiku begitu mengejutkandan tau aku kau tersipu antara menerima dan tidakhanya budimu membiarkan berlaku di mata orang banyak.

Ah, hanya lintasan hayal hati kasihkarena kau tak bergetar oleh apa selain kitayang bersatu bertemu anugerah mulia dari alamtak terbandingkan sebab kasih ini tak terukur betapa dalam.

Senyummu semalam berikanlah lagi han iniKasihmu dulu churahkan lagi ke tasik hatisebagaimana aku melakukannya tiap saat ketikahingga subur dan hidup pada tiap ruang udara.

( 90 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Kepuasati Seoranp Kekasih

BEGITU terluka ia bila kekasihnya berkataantara ejek pahit yang menembus ke dasar hatidari alam hayal yang jauh ia dituduh dustaketika punchak rindunya tersaput benar, demikian sayuuntuk menerima dan memulangkan kembali kesedihandi dulang hatinya yang telah dinista.

Semalam, hanya bam semalam ia datangsejcmput manisan kc tangan kckasihnya mcnatangdipcrscmbahkan hatinya dalam sebuah sajakyang kasih penuh rindu sehingga datang bertemumeski tiap saat sepasang mata akan menikamnyatapi keagungan kasih telah mcnariknya tiba.

Scpanjang siang sejauh malam mcnitislahdari hatinya, air-mata yang pahitkarena ia tidak dapat berkata dan tidak pulameski digagahinya untuk berdiri mempertahankan dirikarcna erti bertahan tak pernah ada. meski dichubascbab apalah guna bertanding pedang kata-kata, yang chumamclahirkan bunyi sengketa atau kelak terjadi,sebab terdorong perasaan menyala, luka dan bisamelebar, sedang sembuhnya entah bila.

( 91 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Alangkah puasnya, betapa pula munchul keinginanjika ia terbujur kaku , tidak bergerak lagidi kaki kekasihnya supaya puas, puaslah hatidan inilah agaknya kemunchak yang diinginioleh setiap kekasih yang menchari kepuasan diri.

(92 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Upachara Permakaman Sajak

SAJAKK U. apalah ertin ya kau di hati kekasihtiada mampan mengusap mesra di wajah pedihyang tak mengenalmu, sedikitpun tidak pemahmeski berapa juta kata mesra yang kauchurahia menghilang sebelum sinar harapan mengilastak berkilau sekedar erti chahaya melapis alassernuanya tak satu yang tinggal meski untuk kenangansebab kau menchurahnya terlalu banyak, terlalu berlebihansukar ditampung orang, tak tau ia itulah hatiyang hanya satu dan satu itu seluruh diberitiada yang tinggal lagi walau untuk diri sendiri.

Apalah sedu yang tak terdengar oleh telingasebab perginya oran g tak tau entah ke manabelas kasih daun-daun menatapnya dan awan memayunginyaia mengembara tanpa tujuan sebab hatinya lukadarah-darah menitis dan jalanraya masih tertawahanyalah sajak tak berarti karena kata-katanya telah matikekasih menikamnya dan di dadanya kini ada belati.

Sajakku, ke mana duniamu bila sinar pudarmatari tak mau rnenyinarirnu karena kekasihmuyang kaubisikkan kata mesra setahun dulumenjeling memaling meninggalkan kata serba ragu ?

( 93 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Apalah air-mata yang tak pemah disaksikan matasebab jatuhnya kedalarn meladungi hati sedu dukatak kusebutkan karena di bibir kuchoba senyum juadengan sedikit mcngharap agar sajakku masih bcrchahaya.

Kcmarin kutulis dalam sajak yang belum dibachaberikanlah scnyurnmu semalam padaku, berilah lagikasihmu dulu churahkanlah tanpa gandingan raguyang kunantikan, kuharapkan sejak aku menjadi akudan telah kuberikan pada saat pertama jariku menjamahmu.

Kuminta padamu keka sih, bahagia hati bersamabukan bahagia yang nanti di belakangnya lukaatau berikan padaku luka dulu, aku menerimanyakemudian aku mengharapkan bahagia yang tak bersendi lukasebab antara dua akan kupilih derita duluuntuk menchapai bahagia yang penuh tanpa ragu .

Kemanakah sajak-sajakku sekarang, ke mana ia terbuangtak satu yang tcrdcngar pada saat yang malangtak kuat ia jadi benteng pada scgala yang bakal datangsebab orang tak mcngenaln ya apa yang terkandung di dalamtak temampak hati yang merah di antara gumpalan darahpada tiap kata tiap uchapan yang kini jadi murahkarena nilainya sekarang tak tersapa pada hati marah.

Hendak kulihat bckasnya chukuplah kalau masih adasebab kalau sudah tcrlekat di hati bagaimana tcrjadidcmikian rapuhnya ia sampai orang chepat lupasedang segala kata tcrbina dari kekuatan raga jiwayang ujud dan bemapas bukan chuma sckedar berkata.

(94 )

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

Apakah nilainya chemerlang bila nanti telah tibaapa yang menjadi pengahiran napas hayat manusiaketika jantung tak berdenyut dan luka tak lagi bisaseperti orang lain juga berteriak dan kagum memuja

karena ujud diri telah tiada dan tinggallah kata-kata

yang mendatangkan mesra karena sedikitpun tiada chela?

Jika kau datang malam ini pintu kamarku terkunchijangan kaujenguk ke dalarn, asapnya memedihkan matasetanggi sedang kubakar, bara sedang kugenggampedih hati hangat api kuganggangkan ke dadauntuk upachara pcrmakaman sajak tanpa doa tanpa bendera.

(9S)

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA

PERPUSTAKAAN NEGARA MALAYSIA