e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

48
USULAN TEKNIS 1 PENDEKATAN TEKNIS, METODOLOGI, PROGRAM KERJA DAN ORGANISASI PERSONIL PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI 1. LATAR BELAKANG Proyek Perencanaan Bangunan, adalah bagian dari perencanaan Master Plan sistematis yang telah ada, merupakan kelanjutan dari perencanaan pembangunan gedung-gedung yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran – tahun anggaran sebelumnya. Tujuan khusus dari Perencanaan Pembangunan Gedung BALITBANGDA adalah untuk : Meningkatkan daya tampung dan angka partisipasi masyarakat dalam sistem kesehatan. Menghasilkan Sumber Daya Manusia terampil dan profesional yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Meningkatkan peran kebutuhan Gedung BALITBANGDA dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan penelitian dan pelatihan baik intra maupun ekstra yang ada di makassar khususnya dan Provinsi Umumnya.

description

Perencanaan Gedung Balitbangda

Transcript of e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

Page 1: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

1

PENDEKATAN TEKNIS, METODOLOGI, PROGRAM KERJA DAN

ORGANISASI PERSONIL

� PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI

1. LATAR BELAKANG

Proyek Perencanaan Bangunan, adalah bagian dari perencanaan Master Plan sistematis yang telah

ada, merupakan kelanjutan dari perencanaan pembangunan gedung-gedung yang telah dilaksanakan

pada tahun anggaran – tahun anggaran sebelumnya.

Tujuan khusus dari Perencanaan Pembangunan Gedung BALITBANGDA adalah untuk :

• Meningkatkan daya tampung dan angka partisipasi masyarakat dalam sistem kesehatan.

• Menghasilkan Sumber Daya Manusia terampil dan profesional yang sesuai dengan kebutuhan

pembangunan.

• Meningkatkan peran kebutuhan Gedung BALITBANGDA dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan

penelitian dan pelatihan baik intra maupun ekstra yang ada di makassar khususnya dan Provinsi

Umumnya.

Page 2: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

2

2. METHODE PENDEKATAN PERANCANGAN

Sejalan dengan Kerangka Acuan Kerja Perencanaan Pembangunan Gedung BALITBANGDA, tahap

sebelumnya, kegiatan perencanaan dan perancangan tersebut diselenggarakan dalam tahapan-tahapan

yang bersifat metodis, disesuaikan dengan sistem pendekatan perencanaan dan perancangan arsitektur

yang bersifat rasional.

Dasar proses pendekatan Arsitektural (Architectural Approaches System) adalah upaya

memperpadukan kaidah-kaidah fungsi bangunan, struktur dan bentuk, biaya pembangunan, waktu

pembangunan dan teknologi membangun serta Faktor Eksternal (Peraturan-peraturan dan Lingkungan

yang berlaku di lokasi).

Secara diagramatik model integrasi pemikiran Metode Pendekatan dapat digambarkan sebagai

berikut :

Page 3: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

3

● BUILDING DESIGN (ARCHITECTURAL)

● STRUCTURE

● MECHANICAL ELECTRICAL & UTILITIES

● LANDSCAPE & INFRA STRUCTURE

● INTERIOR DESIGN

FUNGSI

BANGUNAN

STRUKTUR, BENTUK

dan TEKNOLOGI

MEMBANGUN serta

IT

EKSTERNAL

(PERATURAN-

PERATURAN DAN

LINGKUNGAN

PEMBIAYAAN

BANGUNAN

WAKTU

MEMBANGUN

INTEGRATED OVERLAPPING

ARCHITECTURAL APPROACHES SYSTEM

Page 4: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

4

Setiap Keputusan perancangan merupakan out-put (keluaran) suatu proses. Proses yang dimaksud

adalah :

Melalui proses tersebut diharapkan semua out-put merupakan hasil yang optimal dari integrasi pemikiran

yang bersifat comprehensif.

Out-put awal dari pekerjaan ini adalah suatu gambaran rancangan skematik berikut gagasan

perancangan yang memperlihatkan :

- Konsepsi gambaran pola pembagian ruang sebagai manifestasi dari fungsi yang diwadahinya.

- Konsepsi pemecahan fisik struktural dari bangunan dan perekayasaan sehingga memenuhi semua

persyaratan statika dan dinamika (mekanika) bangunan.

- Konsepsi pemecahan perekayasaan penunjangan kenyamanan bangunan seperti mekanikal,

elektrikal dan sanitasi bangunan.

- Gubahan-gubahan estetika bangunan yang harus mampu mengekspresikan fungsi yang

disandangnya dan dapat dirasakan sentuhan-sentuhan rancangan seni arsitektural yang bernilai.

Dalam upaya untuk mencapai objective tersebut, tim perancang mensistematiskan tahapan-tahapan

kegiatannya dalam metodologi perencanaan dan perancangan seperti terlampir pada halaman berikut.

INPUT OUTPUT

INPUT PROSES OUTPUT

Dan Seterusnya

PROSES

Page 5: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

5

3. METODOLOGI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Metodologi perencanaan dan perancangan bangunan dibagi pada tahap - tahap sebagai berikut :

A. Lingkup Pekerjaan Tahap Programming Skematik Design

1) Mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja maka berpengaruh pada :

- Perancangan Arsitektur/Interior.

- Perancangan Struktur.

- Perancangan Mekanikal / Elektrikal.

- Dan Lain – lain.

2) Melakukan Survey dan investigasi untuk Pengumpulan data existing site / lahan dan

Bangunan

- Keberadaan lahan.

- Keberadaan bangunan lama.

- Faktor lingkungan dan fasilitas sarana prasarana.

- Topography dan (Boring hand) Struktur Tanah.

- Jaringan Infrastruktur.

- Pencapaian.

- Dan lain–lain

3) Survey dan kajian terhadap peraturan-peraturan setempat dalam kaitannya terhadap

perijinan.

- Master plan kota

- Koefisien dasar bangunan

- Koefisien luas bangunan

- Ketinggian bangunan.

- Bentuk bangunan, (Ciri Arsitektur setempat)

- Dan lain- lain

4) Pendataan data literatur dan Studi Banding. Pengenalan Teknologi dan studi banding

terhadap bangunan bangunan sejenis.

1 2 3 4 5

P ro gra m m ing C o nc e p tua l D e fe nitive D e s ign F ina l D e s ign

S k e m a tik D e s ign P ro gra m m ing D e s ign D e s ign D e ve lo p m e nt (T e nd e r D o c um e nt)

Page 6: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

6

B. Lingkup Pekerjaan Tahap Conceptual Programming Design

1) Penetapan program ruang berdasarkan arahan dari struktur organisasi yang berlaku dan data

investigasi.

2) Pengelompokan fungsi - fungsi ruang dan studi konfigurasi hubungan ruang.

3) Alokasi ruang pada struktur bangunan baik alokasi ruang secara horizontal maupun alokasi

ruang secara vertikal.

4) Penetapan sirkulasi dalam ruang bangunan dan pada halaman (site) baik sirkulasi untuk

manusia maupun sirkulasi untuk kendaraan. Sirkulasi dipelajari terhadap bangunan secara

vertikal maupun horizontal.

5) Penetapan persyaratan - persyaratan khusus ruang - ruang tertentu sesuai dengan tuntutan

fungsi ruang sebagai gedung kesenian yang ditentukan dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat

Perancangan.

6) Pengkondisian fisik ruang dan non fisik yang mencakup

- Penghawaan bangunan dan Air Conditioning System

- Pencahayaan bangunan

- Akustik pada bangunan khususnya Ruang Serbaguna

- Sistem Komunikasi dan IT pada bangunan

- Ekspresi estetika untuk ruang-ruang eksterior

- Ekspresi estetika untuk ruang-ruang interior

- Manejemen Jaringan dalam gedung dan luar gedung

7) Konsep penggunaan bahan struktur / konstruksi bangunan dan bahan untuk instalasi

mekanikal dan elektrikal bangunan beserta perhitungannya.

8) Konsep terhadap sistem struktur dan sistem ME yang digunakan dengan mempertimbangkan

waktu, biaya dan mutu.

C. Lingkup Pekerjaan Tahap Definitive Design

1) Rencana tapak yang telah pasti (pada master plan terlampir)

2) Denah - denah bangunan

3) Potongan site / lahan

4) Potongan bangunan

5) Tampak-tampak bangunan

6) Gambar situasi

7) Out-line sistem utilitas bangunan

a) Out-line sistem utilitas pengadaan dan distribusi air bersih.

Page 7: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

7

b) Out-line sistem penyaluran air kotor dan drainage.

c) Out-line sistem penyaluran air hujan dan drainage pada site.

d) Out-line sistem elektrikal dan pengadaan daya listrik.

e) Out-line sistem elektronik (listrik arus lemah).

f) Out-line sistem air conditioning bangunan dan penghawaan lainnya.

g) Out-line sistem proteksi bangunan;

1. Proteksi bahaya kebakaran (fire fighting)

2. Proteksi petir.

8) Pra Estimasi proyek untuk komponen-komponen biaya sebagai berikut:

a) Komponen biaya persiapan lahan / site.

b) Komponen biaya pondasi.

c) Komponen biaya pekerjaan struktur atas.

d) Komponen biaya pekerjaan Arsitektur

e) Komponen biaya pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

f) Komponen biaya pekerjaan Tata Ruang Dalam (Interior).

g) Komponen biaya pekerjaan Tata Ruang Luar (Landscape).

D. Lingkup Pekerjaan Dalam Tahap Design Development

1) Site structure (struktur lahan)

a) Perletakan koordinat masa bangunan dan peil-peil bangunan

b) Kejelasan struktur jalan, paving area, parking space

c) Out-line design saluran-saluran drainage pada site

d) Out-line design saluran air bersih pada site

e) Out-line feeders pada halaman serta lay-out sistem elektrikal pada site.

f) Out-line sistem paging pada site

g) Perletakan sistem septictank, rembesan, dan lain -lain

2) Pertamanan

a) Rancangan pola pertamanan pada halaman dan sekitar bangunan

b) Jenis-jenis tanaman yang akan ditanam

c) Proses pemeliharaan tanaman dan masa garansi

3) Struktur Bangunan

a) Denah bangunan setiap lantai

b) Denah partisi dan perletakan perabot untuk tiap lantai

Page 8: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

8

c) Denah bahan penutup setiap lantai (floor covering oleh karpet, keramik, marmer, atau

jenis bahan lainnya

d) Denah plafond (rangka plafond, out-let elektrikal dan perlengkapan pada plafond

misalnya : titik armatur, diffusser AC, fire detector, speaker dan sebagainya) setiap

lantai.

e) Potongan-potongan struktur bangunan yang terdiri dari

(1) Pondasi

(2) Kolom

(3) Balok-balok

(4) Plat lantai

(5) Dinding

(6) Partisi

(7) Garis plafond

(8) Tangga bangunan

f) Tampak-tampak bangunan

(1) Tampak keseluruhan site

(2) Tampak untuk tiap-tiap masa bangunan

(3) Tampak prinsip dari fasade bangunan

4) Utilitas Bangunan

4.1) Sistem Mekanikal

a) Sistem Plumbing

a.1) Sistem Distribusi Air Bersih :

(1) Perhitungan kebutuhan air bersih

(2) Kasitas Ground Water Tank

(3) Perancangan Pemipaan Plumbing dan accessories

(4) Penentuan kapasitas Pompa Transfer

(5) Perhitungan kapasitas Elevated Water Tank dan Booster Pump

a.2) Pembuangan air kotor pada bangunan :

(1) Perhitungan jumlah air kotor dan air buangan

(2) Perhitungan kapasitas Sewage Treatment Plant

(3) Perancangan pemipaan air kotor, air buangan dan vent pipe di dalam

dan di luar bangunan.

(4) Recycling system dan pemanfaatan air buangan.

Page 9: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

9

a.3) Penyaluran air hujan pada bangunan :

(1) Perhitungan debit air hujan

(2) Perancangan pemipaan air hujan di dalam dan di luar bangunan

(3) Penyediaan sumur-sumur resapan.

b) Sistem Pemadam Kebakaran

(1) Perhitungan kebutuhan debit air untuk hydrant gedung, hydrant halaman dan

sprinkler.

(2) Penentuan kapasitas unit-unit pompa kebakaran.

(3) Penentuan jumlah hydrant unit dan sprinkler head.

(4) Perancangan pemipaan hydrant dan sprinkler dan kelegkapannya.

c) Sistem Tata Udara dan Ventilasi Mekanis

(1) Perhitungan Beban Pendinginan (Cooling Load) dan perhitungan ventilasi

mekanis

(2) Penentuan dan pertimbangan sistem tata udara

(3) Perancangan pemipaan sistem distribusi air-dingin dan atau sistem distribusi

refrigerant.

(4) Perancangan ducting untuk distribusi udara AC dan vntilasi mekanis berikut

perlengkapaannya.

4.2) Sistem Elektrikal

a) Sistem Listrik Arus Kuat

(1) Perhitungan Beban Daya Listrik

(2) Penentuan jumlah dan kapasitas Transformator

(3) Penentuan jumlah dan kapasitas Diesel Generating Set (Genset).

(4) Perhitungan tingkat penerangan dan kebutuhan power outlet

(5) Perhitungan dan perancangan panel utama tegangan menengah dan panel

utama tegangan rendah.

(6) Perhitungan dan perancangan kabel daya, panel-panel daya dan panel-panel

penerangan.

(7) Perhitungan drop-voltage, short circuit dan pentanahan.

(8) Perancangan wiring panel, layout armature lampu, grouping lampu, sakelar

dan stop kontak, sistem kontrol dan interlocking genset, pentanahan,

penangkal petir.

b) Sistem Listrik Arus Lemah (Elektronika)

b.1) Sistem Fire Alarm

Page 10: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

10

(1) Penentuan jenis detektor dan perhitungan jumlah detektor

(2) Penentuan jenis Fire Control (Convensional atau adressible) dan

kapasitas Panel Kontrol Fire Alarm.

(3) Perancangan sistem, wiring dan layout fire alarm.

b.2) Sistem Telepon dan Data

(1) Penentuan dan perhitungan jumlah pemakai telepon dan data outlet.

(2) Penentuan kapasitas PABX dan Patch Panel

(3) Perancangan sistem, wiring dan layout telepon dan data.

b.3) Sistem Tata Suara (Sound System)

(1) Penentuan tipe dan perhitungan jumlah unit speaker gedung dan car

call.

(2) Perhitungan kuat suara masing-masing speaker dan total daya input

speaker.

(3) Penentuan daya power amplifier dan peralatan utama sound system

(mixer, CD player/recorder, tape player/recorder, tuner, power

amplifier)

(4) Perancangan sistem, wiring dan layout tata suara di dalam

gedung dan di luar gedung.

5) Spesifikasi Teknis

a) Pekerjaan Struktur

b) Pekerjaan Arsitektur

c) Pekerjaan Tata Ruang Luar (Landscape)

d) Pekerjaan Tata Ruang Dalam (Interior)

e) Pekerjaan Mekanikal

f) Pekerjaan Elektrikal

g) Pekerjaan Elektronik dan IT / Manejemen Jaringan

6) Rencana Anggaran Biaya Bangunan secara keseluruhan.

a) Pekerjaan Persiapan

b) Pekerjaan Struktur

c) Pekerjaan Arsitektur

d) Pekerjaan Tata Ruang Luar (Landscape)

e) Pekerjaan Tata Ruang Dalam (Interior)

f) Pekerjaan Mekanikal

g) Pekerjaan Elektrikal

Page 11: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

11

h) Pekerjaan Elektronik dan IT / Manejemen Jaringan.

4. KONSEPSI PERANCANGAN

A. KONSEP PERUNTUKAN & INTENSITAS.

• Menjamin Proyek Perencanaan Pembangunan Gedung BALITBANGDA dan infrastruktur

didirikan berdasarkan ketentuan yang ada pada Master Plan BALITBANGDA dan Rencana

Tata Ruang dan Tata Bangunan yang berlaku pada lokasi tersebut yang dikeluarkan oleh

pemerintah setempat.

• Menjamin Bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.

• Rencana Teknis yang ada agar terintegrasi sehingga terjadinya aksesibilitas antar blok

massa bangunan yang ada dalam Kompleks.

B. ARSITEKTUR

Konsep yang digunakan dalam pekerjaan ini selalu mengacu pada ketentuan dan syarat

yang telah ditentukan dalam KAK. Bangunan akan berfungsi sebagai wadah kegiatan Gedung

BALITBANGDA maupun Aparatur Negara yang menyelenggarakan kajian / penelitian dan

pengembangan di bidang administrasi, teknis, pendidikan elektris. Sehingga Secara umum

harus mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.29/PRT/M/2006, tentang Pedoman

Persyaratan Teknis Bangunan Gedung beserta lampirannya. Dan / atau Peraturan

Pemerintah lain yang berlaku.

B.1. KONSEP RUANG

• Secara komprehensif & terpadu konsep Perencanaan Gedung BALITBANGDA

tahap sebelumnya dipertimbangkan terhadap aspek-aspek sebagai berikut :

a) Tuntutan program ruang arsitektur.

b) Pola sirkulasi dan aktivitas yang telah terencana dan mengacu pada tata

ruang arsitektural bangunan sesuai dengan Organisasi dan Kebutuhan ruang.

c) Pemenuhan kebutuhan fisik dan personil dalam hal pemanfaatan ruang

sirkulasi serta pengaruh visual dalam ruang baik secara vertikal (tegak)

maupun secara horizontal (mendatar).

Page 12: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

12

d) Pemilihan bahan konstruksi furniture (perabot) dan komponen ruang yang

ekonomis dengan rancangan yang sederhana dan serasi baik dari segi

komposisi tata letak maupun komposisi warna.

e) Tuntutan suasana ruang yang diinginkan.

f) Pemenuhan akan tuntutan design reference standard.

• Penerapan rancangan tata ruang dalam merupakan perpaduan antara rancangan

arsitektur, sipil, struktur, mekanikal, elektrikal, interior dan lansekap yang secara

keseluruhan serasi, estetis, dan fungsional serta memenuhi kenyamanan dan

persyaratan keamanan serta keselamatan.

• Perancangan Tata Ruang Dalam / Interior yang optimal dan terpadu berkaitan erat

dengan terciptanya kelompok-kelompok fungsi dan interaksi kegiatan dalam

bangunan, yang didasarkan atas :

1. Hubungan antar ruang dengan kualitas kenyamanan / comfortable yang tinggi

bagi pemakai bangunan.

2. Kebutuhan ruang-ruang yang menuntut kontrol / monitoring khusus.

3. Keserasian dan hirarki ruang.

4. Terciptanya sistem sirkulasi dalam bangunan yang optimal.

• Bentuk Ruang, adalah segi-empat sebagai bentuk yang paling efisien dan fleksibel

terutama untuk ruang kerja yang menerapkan konsep yang sederhana, transparan

dan bersih.

• Sirkulasi Ruang, sirkulasi ruang terdiri dari bentuk ruang dan sirkulasi yaitu : Ruang

Ruang di Banguna Kantor beserta (sirkulasi ruang terbuka sebagai ruang penerima

untuk awal sirkulasi), Koridor (sirkulasi yang menghubungkan antara ruang),

Selasar (sirkulasi yang menghubungkan ruang dalam dengan ruang luar) dan

Sirkulasi Vertikal (pencapaian ruang antar lantai).

B.2. LAY OUT FURNITURE

Penataan layout funiture Gedung BALITBANGDA disesuaikan dengan fungsi

kegiatan pada bangunan yang direncanakan agar tercapai suasana nyaman, efektif dan

efisien dengan mempertimbangkan jumlah pemakai ruangan dan kebutuhan aktifitas

yang akan diwadahi.

Page 13: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

13

• Penerapan modul rancangan untuk penentuan besaran / ukuran kebutuhan ruang

yang bebas kolom, efisiensi struktur, material standar di Indonesia serta perabot

dan ruang gerak.

• Lay Out Furniture

B.3. BAHAN / MATERIAL

1. Pemakaian bahan dan material finishing pada interior memperhatikan hal-hal

sebagai berikut :

a. Material lokal, kecuali untuk ruang-ruang khusus yang harus menggunakan

material impor.

b. Kemudahan untuk pembersihan dan pemeliharaan.

c. Ketahanan terhadap iklim, dan api.

d. Tuntutan khusus yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan.

e. Kriteria-kriteria lain yang dianggap perlu.

2. Konsep bahan / material finishing pada ruang-ruang khusus

a. Ruang-ruang khusus seperti Ruang Praktek Listrik, ruang rapat, ruang tamu

dan ruang-ruang khusus lainnya menggunakan bahan finishing tertentu

dengan, pemilihan warna yang elegan dan dengan menonjolkan elemen-

elemen estetika sehingga dapat menambah keanggunan kenyamanan dari

ruang-ruang tersebut.

b. Ruang-ruang non operasional dan penunjang digunakan bahan-bahan

finishing yang effisien dan efektif tanpa meninggalkan segi-segi kenyamanan

dan memudahkan perawatannya.

3. Penggunaan material/ bahan finishing dalam ruang tetap mengikuti ketentuan

material finishing yang akan digunakan, namun diusahakan pemakaian material

produksi dalam negeri.

C. STRUKTUR

C.1. Konsep Struktur

• Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang

timbul akibat perilaku alam dan manusia.

Page 14: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

14

• Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka yang

disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.

• Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang

disebabkan oleh perlaku struktur.

• Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh

kegagalan struktur.

C.2. Arahan Perencanaan Struktur

• Memperhatikan aspek-aspek teknis perancangan struktur dari segi keamanan,

kekuatan, kestabilan, ekonomis, kemudahan pelaksanaan dan perawatan

berdasarkan kriteria perencanaan yang ditentukan dan peraturan-peraturan yang

berlaku.

• Memberikan pengarahan dalam rangka pencapaian perencanaan pondasi yang baik

dan ekonomis berdasarkan penyelidikan tanah yang ada.

• Memberikan pengarahan dalam rangka pencapaian perencanaan dalam sistem

struktur yang terpadu dalam hubungannya dengan perencanaan Arsitektur,

Mekanikal dan Elektrikal, serta disiplin disiplin lain yang terkait.

C.3. Kriteria Perencanaan Struktur

Pada dasarnya, kriteria perencanaan yang akan dilakukan adalah didasarkan pada

peraturan -peraturan dan standar - standar sebagai berikut :

Peraturan-peraturan yang dipergunakan;

� Secara umum harus mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.29/PRT/M/2006, tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

beserta lampirannya. Dan / atau Peraturan Pemerintah lain yang berlaku.

� Pedoman Perencanaan Pembangunan untuk Rumah dan Gedung, SKBI-1.3.53

1987, UDC 624.042.

� Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung SKBI-1.3.53.1987,

UDC: 624.042.

� Tata Cara Perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SK SNI T-15-

1991/03.

� Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung SKBI -

1.3.53. 1987, UDC : 699.84 1.

Page 15: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

15

� Pedoman perencanaan bangunan baja untuk gedung, SKBI - 1.3.55 1987, UDC:

693.814.

� Peraturan Beton Bertulang di Indonesia 1971, NI - 2, 1977. UDC 35 (910): 693.55.

� Persyaratan Umum bahan bangunan di Indonesia (PUBI - 1982) UDC : 389.6: 691.

C.4. Daftar Checklist Perencanaan Struktur

Dalam melakukan analisa dan perhitungan struktur, maka disusun suatu daftar

check list yang harus dipenuhi guna terpenuhinya perancangan struktur yang lengkap.

a. Umum

• Outline Bangunan

• Filosofi Desain

• Sistem Struktur

• Lay out Struktur

• Lay out Frame

b. Material

Penentuan kekuatan dan tegangan ultimated untuk beton, baja tulangan dan

struktur baja yang dipakai didasarkan pada kriteria perencanaan, aspek ekonomis

dan kemudahan pelaksanaan.

c. Pembebanan

• Kondisi Pembebanan

- Beban mati

- Beban hidup

- Beban gempa

- Beban angin

- Tekanan hidrostatis

- Tekanan tanah

- Beban yang lain.

• Spesifikasi Pembebanan Kombinasi pembebanan (Biaxial)

• Beban tetap

• Beban sementara

d. Analisa Tegangan

• Model analisis

• Pembebanan pada model

Page 16: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

16

• Data input dan output

e. Pondasi dan Penggalian

• Hasil soil test

• Dewatering analisis

• Stabilitas galian tanah

• Gambar-gambar penggalian

• Desain struktur plat basement dan retaning wall

• Foundation design (Biaxial) 100% + 30%

- Tipe pondasi

- Kapasitas vertikal pondasi dan kapasitas lateral

- Analisa settlement dan diferential settlement

- Tie beam, pile cap design

- Gambar-gambar pondasi

- Loading test

f. Desain Struktur

• Sistim struktur dan model 3D

• Analisa beban vertical,

• Analisa beban lateral

- Beban statik ekivalen

- Analisa dinamis

- I, K, C factors R =faktor reduksi gempa.

- Pusat masa dan pusat kekakuan (tiap lantai)

- Exentrisitas tambahan akibat momen torsi (tiap lantai)

- Inter-story drift

- Pemisahan bangunan (dilatasi)

g. Disain Penampang

• Desain pelat

• Desain balok

• Disain kolom

• Desain shear wall

h. Gambar - gambar struktur atas

C.5. Hasil Akhir Perencanaan Struktur

Page 17: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

17

Dari rangkaian proses dan tahapan perencanaan yang dilakukan, maka

perencanaan yang dihasilkan adalah yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Struktur bangunan yang memiliki daya tahan yang tinggi baik dalam penggunaan

rutin, maupun pada saat dilanda gempa.

b. Bangunan dapat dibangun sekaligus atau berdasarkan tahapan (fleksibilitas

pelaksanaan).

c. Suatu sistim struktur yang terpadu yang memenuhi persyaratan batas layan dan

batas ultimate dimana bangunan tidak hanya aman konstruksinya ,namun juga

nyaman bagi pengunanya.

D. KONSEP SISTEM MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

D.1. KONSEP SISTEM MEKANIKAL

I. SISTEM PLUMBING

I.1. Standard dan Referensi Perancangan

1. SNI 03-6481-200 : Sistem Plumbing

2. SNI 03-2453-2002 : Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan

untuk lahan pekarangan.

3. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan M

Noerbambang & Morimura.

4. Kepmen Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 : Syarat-syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Minum.

5. National Plumbing Code Handbook, R. Dodge Woodson 1993.

6. Peaturan Daerah setempat yang berkaitan dengan penyediaan air bersih

dan sistem pembuangan air kotor.

I.2. Kriteria Perancangan

1. Air Bersih Bangunan Gedung

a. Sistem Air Bersih

Sumber air : dari jaringan PDAM dan Deep Well sebagai cadangan.

b. Kualitas air bersih mengacu pada Kepmen Kesehatan No.

907/Menkes/SK/VII/2002

c. Tekanan di alat plambing : 1 – 3,5 Bar

Pemakaian air rata-rata per-orang setiap hari ditunjukkan pada tabel berikut :

Page 18: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

18

Fungsi Bangunan Pemakaian air rata-rata

per hari (Liter/orang )

Waktu pemakaian

air rata-rata sehari

( jam )

Kantor 100 8

R. Pertemuan 30 5

R. Perkulihaan/Praktek 80 6

Kantin/restaurant 30 5

2. Air Kotor dan Air Bekas

Air limbah dari tiap-tiap bangunan merupakan limbah domestik dimana

volume air limbah dari alat-alat plambing yang berasal dari tiap-tiap

bangunan diasumsikan sebesar 80% dari kebutuhan harian rata-rata air

bersih.

a. Beban biologis masuk ke Sewage Treatment

- BOD : 250 mg/ltr

- COD : 300 mg/ltr

- SS : 300 mg/ltr

b. Beban Biologis keluar dari Sewage Treatment

- BOD : 20 mg/ltr

- COD : 120 mg/ltr

- SS : 100 mg/ltr

Air kotor & buangan domestik diolah langsung oleh Sewage Treatment

Plant.

I.3. Konsep Perancangan Sistem Plumbing

1. Estimasi Kebutuhan Air Bersih dan Pembuangan Air Kotor

a. Kebutuhan Air Bersih

- Estimasi kebutuhan air bersih perhari : 135 m³

- Sumber Air : dari jaringan PDAM, jaringan kawasan dan atau

sumur dalam (deep well).

b. Jumlah pembuangan air kotor/bekas

Estimasi jumlah air kotor/buangan = 70% x 135 m³ = ±95 m³/hari

Page 19: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

19

2. Ground Water Tank (GWT)

Ground Water Tank berada di lantai basement atau pada tempat lain

yang direncanakan dan direncanakan untuk penampungan kebutuhan

cadangan air bersih dan cadangan air untuk pemadam kebakaran.

GWT dibagi 2 bagian, yaitu bagian Air Bersih (clean water) dan

bagian Air Baku (raw water).

Air dari jaringan PDAM masuk ke bagian (bak penampung) Air Bersih

dan juga ke bagian Air Baku sedangkan air dari Deep Well masuk ke

bagian (bak penampung) Air Baku.

Kapasitas GWT

- Untuk penampungan air bersih = 135 m³

- Untuk cadangan air pemadam kebakaran = 170 m³

-------------------------------------------------------------------------------

Total kapasitas GWT = ± 205 m³

3. Sistem distribusi air bersih

Dari Ground Reservoir, air bersih dipompakan ke Reservoir Atas

(Elevated Water Tank, EWT) dengan menggunakan Transfer/Delivery

Pump dan dari EWT, untuk Basement s/d lantai 15 distribusikan secara

gravitasi, sedangkan untuk lantai 16 dan 17 memakai Booster Pump.

4. Sistem Pengolahan Air (Water Treatment Plant, WTP)

Jika kwalitas air di lingkungan pryek kurang memadai, untuk

menjamin kualitas air tetap bersih dan memenuhi standard air minum,

terutama catu air yang berasal Deep Well, air yang masuk ke GWT

ditampung terlebih dulu di bak penampung Air Baku. Dengan

menggunakan instalasi WTP, air baku tersebut diproses/filtering dan

kemudian di simpan di bak penampung Air Bersih.

5. Sistem Pengolahan Limbah

Sumber air limbah domestik berasal dari air kotor (wc, urinoir) dan air

bekas (floor drain, wash basin/lavatory dan kitchen sink). Sistem

pemipaan untuk kedua air limbah tersebut dipisah. Khusus untuk air

buangan dari kitchen, sebelum dibuang ke peralatan pengolah limbah

Page 20: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

20

atau ke saluran drainase, terlebih dulu dilewatkan ke alat perangkap

lemak (grease trap).

Sistem pengolahan limbah diusulkan menggunakan unit pengolah

limbah tipe Packaged Biocell atau tipe Extended Aeration.

6. Pemanfaatkan kembali air hasil olahan STP (Recycling System)

Air hasil olahan dari STP diproses lebih lanjut dengan menggunakan

sand dan karbon filter (recycling). Air Recycling ini dapat digunakan

langsung untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu yang ada diluar

bangunan, misalnya untuk siram taman.

Namun demikian, jika diinginkan air-recycling ini dimanfaatkan lebih

lanjut yaitu dalam rangka untuk konservasi air, air recycling ini

selanjutnya diproses lagi dengan sistem Water Treatment Plant, dimana

air hasil WTP dari Recycling ini dapat digunakan untuk kebutuhan di

dalam gedung yaitu sebatas pada pembilasan WC dan Unioir.

II. SISTEM PEMADAM KEBAKARAN (FIRE FIGTHING)

II.1. Standard dan Referensi Perancangan

a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000

b. National Fire Protection Association ( NFPA )

� NFPA- 13, 1999 Edition

Standard for Installation of sprinkler systems

� NFPA- 14, 2000 Edition

Standard for the installation of stand pipe, Private Hydrant and Hose System.

� NFPA- 20, 1999 Edition

Standard for the installation of stationary pump for fire pump for fire protection.

c. Standard Nasional Indonesia

� SNI 03-3989-2000

Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem sprinkler otomatis untuk

pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.

� SNI 03-1745-2000

Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk

pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.

� SNI 03-6570-2001

Page 21: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

21

Instalasi Pompa yang dipasang tetap untuk proteksi kebakaran.

� SNI 03-3987-1995

Tata cara perencanaan pemasangan pemadam api ringan untuk pencegahan

bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.

II.2. Kriteria Perancangan

1). Perlengkapan pengamanan kebakaran

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bangunan ini dilengkapi dengan peralatan

Perlawanan Kebakaran

2). Hydrant Gedung

a. Tingkat Bahaya Kebakaran dan Klasifikasi Pelayanan Hydrant

Tingkat bahaya untuk bangunan ini, sesuai dengan peraturan yang berlaku

ditentukan berdasarkan pemakaian ruangan yang memberikan tingkat bahaya yang

lebih tinggi.

b. Klasifikasi pelayanan ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku, adalah

"KELAS PELAYANAN III", ialah pelayanan dengan diameter selang 40 mm (1.5

inch) dan dilengkapi dengan katup pengeluaran (landing valve) diameter 65 mm

atau 2.5 inch. (Per.3.1.4/Hal.2).

c. Pembagian zona pemadaman

Berdasarkan ketinggian bangunan yang relatif rendah, maka diterapkan zona

pelayanan tunggal.

d. Sisa Tekanan Minimum pada Hydrant Terjauh

Sisa tekanan minimum pada titik hydrant terjauh direncanakan sebesar 4,5 Bar.

e. Jumlah Hydrant Box di dalam Gedung

• Jumlah kotak hidran per luas lantai sedikitnya 1 buah tiap 800 M² (ruangan-

ruangan tanpa sekat) dan sedikitnya 2 buah kotak hydrant tiap luas 800 – 1000

m2 luas lantai untuk ruangan yang mempunyai sekat.

• Jarak jangkauan selang (30 M) ditambah jarak pancaran air (9,4 M) harus

dapat menjangkau seluruh daerah yang dilindungi.

• Diameter pipa tegak ditentukan berdasarkan tinggi bangunan sesuai ketentuan

SKBI yaitu 150 mm atau 6 inch.

f. Kopling pengeluaran untuk landing valve, pilar hidran dan siamesse dari jenis

kopling van der heyden sesuai standard kopling PK-Pemda Setempat.

Page 22: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

22

g. Kecepatan aliran dalam pipa dibatasi sebesar 1,5 m/detik dengan debit minimum

sebesar 400 lpm.

h. Karakteristik kapasitas dan tekanan pompa yang dipasang ditentukan

berdasarkan ketentuan NFPA-20.

Disediakan kopling kembar siam (siamese connection), masing-masing instalasi

disediakan secara terpisah, untuk hubungan dengan Dinas Pemadam Kebakaran

dan ditempatkan pada lokasi di depan bangunan dan mudah dicapai oleh petugas

Pemadam Kebakaran.

3). Hydrant Halaman

a. Perletakan Hydrant Halaman

Jarak antara pilar hydrant, sesuai dengan klasifikasi bangunan, maksimum adalah

60 meter.

b. Jumlah Hydrant halaman ditentukan berdasarkan jarak maksimum antar titik

Hydrant yaitu sebesar 60 meter.

c. Ketentuan-ketentuan lainnya :

- Laju aliran air minimum : 250 gpm ( 1000 Lpm)

- Panjang selang : 30 m

- Diameter selang : 6,25 cm

- Diameter pipa cabang minimum : 100 mm

- Diameter pipa induk minimum : 150 mm

4). Sprinkler

Pemasangan sprinkler head dan ukuran kepala ditentukan sebagai berikut :

No. U r a i a n Ketentuan Referensi

1. Coverage area maksimum 16,1 m² NFPA-13

2. Jarak maksimum antar pipa cabang

4,6 m NFPA-13

3. Jarak maksimum antar sprinkler head

4,6 m NFPA-13

4. Diameter sprinkler head 15 mm SKB-87

5. Maks. Jumlah sprinkler head dalam satu riser (pipa tegak).

1.000 titik NFPA-13

5). Sumber Air dan Cadangan Air Kebakaran

Page 23: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

23

a. Sumber Air

Sumber Air berasal dari jaringan PDAM dan Deep Well (cadangan)

b. Cadangan air pada Ground Reservoir.

Cadangan air pada Ground Reservoir untuk Pemadam Kebakaran dihitung

berdasarkan waktu pemakaian selama minimal 45 menit.

6). Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

- Klasifikasi Bahaya Kebakaran

Tingkat bahaya untuk bangunan ini, sesuai dengan kefungsian dan peraturan yang

berlaku, ditentukan berdasarkan pemakaian ruang yaitu : "Bahaya Kebakaran

Menengah " dan golongan kebakaran adalah Jenis "A".

- Jumlah APAR yang harus disediakan untuk kelas bahaya ini adalah ukuran ; 2A

sebanyak 1 buah setiap maksimum luas 200 m² dengan jarak ketempat

pemadaman 20 m dan ukuran ; 4 A sebanyak 1 buah setiap maksimum luas 600 m²

dengan jarak ketempat pemadaman 15 m.

7). Sistem Pompa Kebakaran

Sistem pompa kebakaran gedung terdiri dari :

a. Jockey Fire Pump, lengkap dengan Fire Control Panel

b. Main Electric Fire Pump, lengkap dengan Fire Control Panel

c. Diesel Fire Pump, lengkap dengan Fire Control Panel

II.3. Konsep Perancangan Sistem Pemadam Kebakaran

Sesuai dengan standard/peraturan nasional maupun internasional, Bangunan Gedung Teknik

Elektronika Politeknik Negeri Ujung Pandang harus dilengkapi dengan Sistem Pemadam

kebakaran (Fire Fighting System), dimana sistem ini terdiri dari Outdoor Hydrant, Indoor

Hydrant dan sprinkler system.

a. Pada jalur pemipaan utama dari setiap sistem, dipasang 2 (dua) buah pressure switch

yang masing-masing dihubungkan ke panel kontrol pompa jockey dan panel kontrol

pompa utama.

b. Switch pertama akan mendeteksi penurunan tekanan air dalam pipa dan memberikan

signal ke panel kontrol pompa jockey bila tekanan menurun mencapai tingkat yang

lebih rendah dari batas bawah pada pressure switch, lalu panel kontrol pompa jockey

akan menghidupkan pompa jockey sampai tekanan kembali mencapai batas atas dari

Page 24: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

24

pressure switch tersebut dan secara otomatis panel kontrol akan mematikan pompa

tersebut.

c. Bila tekanan menurun terus sampai mencapai pada switch kedua, maka panel kontrol

pompa utama akan menghidupkan pompa utama secara otomatis, namun mematikan

pompa utama harus dilakukan secara manual.

d. Daya listrik untuk pompa-pompa kebakaran disediakan melalui panel khusus yang

mendapat daya listrik dari sumber PLN dan Genset.

e. Sistem yang dikontrol dalam satu koordinasi adalah sebagai berikut :

- Sistem Fire Alarm

- Sistem Lampu Darurat

f. Sistem akan beroperasi bila terjadi signal kebakaran baik yang berasal dari detektor

otomatis maupun dari manual-station/break-glass.

g. Kapasitas Pompa Utama ditentukan berdasarkan kebutuhan catu air maksimum ke

Hydrant dan Sprinkler pada saat terjadi kebakaran dengan mengacu pada jumlah pipa

tegak yang dipasang, dengan data sebagai berikut :

Sistem pemadam kebakaran untuk ruang data (Data Center) menggunakan sistem

pemadam khusus yaitu Fire Suppression System.

III. SISTEM TATA UDARA DAN VENTILASI MEKANIS

III.1. Standard dan Referensi Perancangan

a. Standard Nasional Indonesia

- SNI 03-6572-2001 : Tatacara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian

Udara pada Bangunan Gedung.

- SNI-03-1746-2000 : Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar

untuk Penyelamatan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung.

- SNI 03-0000-2001 : Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung.

b. ASHRAE Handbook

No. Pompa kebakaran Kapasitas Head

1. Electric Fire Pump 3.786 Lpm (1.000 gpm) 110 m

2. Diesel Fire Pump 3.786 Lpm (1.000 gpm) 110 m

3. Jockey Fire Pump 200 Lpm (54 gpm) 120 m

Page 25: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

25

- Fundamentals-2005 (Chapter-25, Chapter-35 dan Chapter-36)

- HVAC Systems And Equipment-2008 (Chapter-16)

- HVAC Applications-2007 (Chapter-52)

c. SMACNA : HVAC System Duct Design, 1990.

d. Ansi/Ashrae Standard 62.1-2007 : Ventilation for Acceptable Indoor Air Quality.

e. CARRIER Hand Book (Part-1, Part-2 dan Part-3).

III.3. Konsep Perancangan Sistem Tata Udara

Produktivitas dan efisiensi kerja berhubungan erat dengan lingkungan kerja yang

nyaman. Kenyamanan di dalam suatu lingkungan kerja pada umumnya terdiri dari

kenyamanan thermal, kenyamanan visual dan kenyamanan audial.

Pencapaian tingkat kenyamanan tertentu, misalnya manusia merasa nyman bila berada

di lingkungan bersuhu 22 – 25 ºC dan Relative Humidity (RH) 50 – 60 % dengan kecepatan

aliran udara ±0,1 m/s, akan sulit dicapai bilamana hanya mengandalkan sistem ventilasi, baik

menggunakan sistem ventilasi mekanis maupun (apalagi) memanfaatkan ventilasi alami.

Pemanfaatan ventilasi alami, khususnya untuk lingkungan perkantoran dan untuk

bangunan tinggi, akan banyak mengalami masalah. Masalah-masalah yang akan timbul

antara lain adalah : suhu dan RH “nyman” ruangan kerja tidak akan pernah tercapai, ruangan

akan cepat kotor, kecepatan angin yang masuk ke dalam ruangan sulit terkontrol, lingkungan

menjadi lebih bising, dan sebagainya.

Oleh sebab itu, di dalam konsep perancangan sistem tata udara gedung ini, perancang

lebih fakus pada pemakaian sistem tata udara buatan (Air Conditioning System).

Sistem Tata Udara bertujuan untuk mengkondisikan udara di dalam ruangan sesuai

dengan tingkat kenyamanan yang diinginkan penghuni ataupun untuk kondisi yang

dipersyaratkan oleh peralatan yang ada di ruang yang bersangkutan.

Sistem pengkondisian udara di dalam gedung ini meliputi usaha-usaha sebagai berikut :

a. Mengatur kondisi di dalam ruang sesuai tingkat kenyamanan penghuni yang memenuhi

standar yang berlaku umum (temperatur, relatif humidity) atau juga sesuai kebutuhan

untuk peralatan yang ada di ruang tersebut.

b. Mensirkulasi udara di dalam ruangan dalam jumlah yang memenuhi minimun pertukaran

udara yang terjadi, sesuai fungsi ruang-ruang yang bersangkutan.

Page 26: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

26

c. Mengatur pola aliran udara dalam ruang sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi aliran

udara dari ruang yang kurang bersih ke ruang yang lebih bersih (menghindari terjadinya

contaminasi ruang).

d. Menambahkan udara segar ke dalam ruangan dalam jumlah yang memenuhi standar

sesuai kebutuhan dan fungsi ruang.

e. Membuat aliran udara di dalam ruang pada kecepatan dan distribusi yang baik sehingga

tercapai kenyamanan dan kondisi lain yang diinginkan (aliran laminar).

f. Meredam noise (kebisingan) yang ditimbulkan oleh sistim tata udara terhadap

ruang/lingkungannya, baik yang berasal dari air borne transmission ataupun dari

structure air borne (vibrasi) pada batas-batas standar yang berlaku.

g. Menjaga kebersihan udara yang disirkulasikan pada tingkat kebersihan yang disyaratkan

untuk fungsi ruang ybs. melalui beberapa lapis filter udara (pre, medium filter).

h. Mengadakan sistem Ventilasi mekanis untuk ruang-ruang yang memerlukan pertukaran

udara ataupun untuk ruang-ruang yang memerlukan penurunan akumulasi panas dari

peralatan yang terpasang (ruang utility), agar temperatur ruang tidak melampaui batas

temperatur yang diinginkan. Sebagai dasar perencanaan tata udara dipakai kriteria-

kriteraia seperti yang diuraikan di bawah ini;

1). Estimasi Beban Pendinginan

Jika seluruh ruangan dan lantai yang peruntukannya untuk kegiatan perkantoran,

ruang rapat, ruang auditorium dan ruang theatre serta ruang serbaguna dan hall

seluruhnya di kondisikan, maka estimasi Beban Pendinginan (cooling load) ruangan

adalah sebesar ±750 TR (2.640 kW).

2). Pertimbangan Pemilihan Sistem

Sistem Tata Udara yang akan direncanakan untuk pengkondisian udara gedung ini

antara lain dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :

- Fungsi dan waktu pemakaian ruang-ruang yang dikondisikan

- Bangunan merupakan bangunan tinggi perkantoran dengan sistem pengelolaan

secara terpusat.

- Pengoperasian dan pemeliharaan sistem utilitas yang mudah dan rendah

- Kemudahan di dalam pengawasan terhadap operasional sistem

- Sistem yang mengkonsumsi energi yang efisien.

- Sistem yang dapat dikontrol secara individual/zoning.

- Sistem dengan usia pakai yang maksimal

3). Pemilihan Sistem Tata Udara

Page 27: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

27

Beberapa alternatif Sistem Tata Udara yang dapat diterapkan pada bangunan

perkantoran ini, paling sedikit ada 3 (tiga) pilihan, yaitu :

a. Central Chiller System (Air Cooled atau Water Cooled Chiller).

b. Water Cooled Packaged System

c. Direct Expansion System (VRV System, Split Duct, Remote Condenser,

Individual Split Unit, Window Unit, dll.).

Masing-masing sistem tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan,yang terkait

dengan aspek teknis, biaya (investasi & operasional) dan arsitektur. Namun di

dalam laporan ini tidak membahas masalah detail tentang karakteristik dan

keunggulan/kelemahan dari sistem-sistem tersebut.

Atas pertimbangan-pertimbangan diatas dan estimasi besarnya beban

pendinginan (Total beban pendinginan = ±750 TR) maka Sistem Tata Udara yang

diusulkan adalah :

1. Alternatif-1 : Central Air Cooled Chiller System

2. Alternatif-2 : Individual Direct Expansion System

D.2. KONSEP SISTEM ELEKTRIKAL

I. SISTEM LISTRIK ARUS KUAT

I.1. Standard dan Referensi Perancangan

a. SNI 04-0225-2000 : Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL-2000).

b. SNI 03-6575-2001 : Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan

pada bangunan gedung.

c. SNI 03-2396-2001 : Tata cara perancangan sistem Pencahayaan alami

pada bangunan gedung.

d. SNI 03-6574-2001 : Tata cara perencanaan pencahayaan Darurat, tanda

arah dan sistem peringatan bahaya pada bangunan gedung.

e. Standard International Electrotechnical, Standarisasi IEC.

f. Darrel Locke : Guide to the Wiring Regulation, John Wiley & Son Inc.,

2008.

g. Geoffrey Stokes : Electrical Installation Practice, Blackwell Publishing,

2003.

I.2. Kriteria Perancangan

1). Dasar Pemilihan Sistem

Page 28: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

28

Perancangan sistem listrik akan memenuhi standard/Code dan kriteria

perencanaan sebagai berikut :

- Sistem penerangan buatan sesuai kebutuhan dan standard secara

optimal dan dengan mempertimbangkan faktor-faktor bangunan,

aspek arsitektur/ interior dan faktor alamiah.

- Suplai daya listrik dan penyediaan sarana instalasi untuk melayani

beban-beban listrik keseluruhan sehingga memenuhi kebutuhan

begitu pula untuk operasionalnya.

- Penyediaan sarana instalasi listrik yang memenuhi performance listrik

dan pengamanan/proteksi baik untuk peralatan dan operasinya,

bangunan maupun pengaman terhadap manusia.

- Penyediaan sarana sumber daya listrik utama.

2). Dasar Perhitungan dan Asumsi-asumsi

a. Kondisi Lingkungan

- Temperatur : suhu rata-rata per tahun adalah 27,5 oC dengan

fluktuasi (5,5 - 7,5)°C. Temperatur maksimum untuk perencanaan

ini diambil 40°C dan temperatur minimum 18°C.

- Kelembaban : kelembaban rata-rata tiap hari adalah 60% dan

kelembaban maksimum 85%.

b. Tegangan, Variasi & Pengaturan Tegangan.

Tegangan nominal, variasi tegangan dan pengaturan tegangan

sebagai yang diuraikan di bawah ini merupakan pula dasar

perencanaan ini :

No. Kriteria Distribusi

Teg. Menengah Distribusi

Teg. Rendah

1. Tegangan nominal 20 kV 230/400V

2. Variasi tegangan

- Maksimum +5 % +5 %

- Minimum -10 % -10 %

3. Pengaturan tegangan,

maksimum 5% 5%

4. Sistem Fasa 3, 4 kawat Fasa 3, 4 kawat

c. Pembumian Netral Sistem.

Page 29: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

29

Titik netral sisi tegangan rendah transformator dibumikan tanpa

impedansi (solidly grounding). Titik netral generator emergency

supply dibumikan dengan cara yang sama.

d. Sumber Daya Listrik & Keandalan.

Sumber daya listrik utama berasal dari jaringan PLN dan disediakan

sumber cadangan Genset.

e. Sistem Distribusi

Sistem distribusi listrik Tegangan Rendah adalah secara radial

dengan menggunakan kabel.

f. Beban Listrik

Beban listrik pada bangunan Gedung Teknik Elektronika Politeknik

Negeri Ujung Pandang meliputi beban-beban untuk :

- Penerangan, stop kontak & komputer

- Sistem tata udara dan ventilasi mekanik

- Pompa air bersih & pompa air kotor

- Pompa Kebakaran

- Sistem Elevator

- Peralatan kontrol, tata suara, telepon dan lain-lain.

g. Sistem Proteksi & Selektivitas.

Pengamanan/proteksi terhadap sistem, selektivitas dan tingkat

proteksi yang tepat dengan memperhatikan kesederhanaan sistem,

kemudahan operasi dan kemudahan dalam mencari lokasi gangguan

namun dapat memenuhi pelayanan yang baik.

h. Sistem Penerangan

Acuan perhitungan kuat penerangan yang direncanakan adalah :

No. Nama Ruangan Kuat

Penerangan

1. Ruang kerja/Office 300 – 400 lux

2. Ruangan Workshop 200 – 300 lux

3. Laboratorium 150 - 200 lux

4. Kantin/food court 200 – 300 lux

5. Ruang M & E 150 – 200 lux

i. Faktor Daya

Page 30: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

30

Faktor daya dipertahankan pada 0,9 laging.

3). Sistem Penangkal Petir

Sistem penangkal petir akan dirancang dengan memakai Electro Static

dengan radius proteksi sebesar 100 meter.

Sebagai penyalur arus petir ke tanah menggunakan kawat BC Ǿ70 mm.

Tahanan grounding yang diijinkan maksimum 5 Ώ.

I.3. Konsep Perancangan Sistem Listrik

1). Penyediaan Daya Listrik

Penyediaan daya listrik untuk Gedung Teknik Elektronika Politeknik

Negeri Ujung Pandang dicatu dari:

a. Sumber Daya Listrik Utama

Sumber listrik utama dilayani oleh sumber PLN. Penyambungan daya

listrik tegangan 20 kV, 3 phasa, 3 kawat, 50 Hz. Kebutuhan total daya

listrik : ±2.000 kVA.

b. Sumber Daya Listrik Cadangan

Untuk menjamin adanya sumber daya listrik pada saat PLN

mengalami gangguan, disediakan Diesel Generator Sets. Kapasitas

Diesel Gensets adalah 2 x 750 kVA. Pelayanan sumber daya listrik

cadangan adalah 80%.

2). Sistem Pelayanan

- Pada keadaan normal beban listrik kantor dilayani oleh sumber daya

listrik utama PLN 20 kV yang diturunkan menjadi tegangan kerja

400/230 Volt, melalui transformator (2 x 1.250 kVA) yang terletak di

Power House.

- Bila PLN mengalami gangguan, maka pelayanan listrik oleh Diesel

Gensets. Penyiapan daya listrik adalah secara 80% untuk seluruh

beban. Dengan menghilangnya tegangan dari PLN maka melalui

'Automatic Main Failure' Diesel Genset dijalankan yang kemudian

disalurkan dayanya ke beban melalui Panel Utama Tegangan

Rendah LVMDP yang terletak di power house Basement.

Page 31: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

31

Sistem interlock pelayanan PLN dan Diesel Genset adalah berupa

suatu kontrol electrically interlock sistem yang mengatur posisi

masuk/switch on dan posisi keluar/switch off daripada operasi dijamin

penuh sedemikian rupa sehingga tegangan listrik dari sumber PLN

sepenuhnya terpisah/isolated terhadap sumber Diesel Genset

ataupun sebaliknya dalam setiap keadaan (mode of operation).

3). Sistem Distribusi

Sistem distribusi listrik adalah sistem radial. Dari Panel Pembagi

Tegangan Menengah (MVDP) disalurkan ke transformator. Selanjutnya

ke panel Pembagi Utama Tegangan Rendah LVMDP.

Pendistribusian dari Panel Pembagi Utama Tegangan Rendah, LVMDP

ke Panel Beban adalah dengan menggunakan kabel NYY single core.

II. SISTEM LISTRIK ARUS LEMAH (ELEKTRONIKA)

II.1. SISTEM FIRE ALARM

II.1.1. Standard dan Referensi Perancangan

a. SNI 03-3985-2000 : Tata cara perancangan sistem proteksi dan

pengindera api dalam bangunan.

b. NFPA-72, 1999 : National Fire Alarm Code

c. Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 dan No. 11/KPTS/2000, tentang

sistem pemadam kebakaran dalam dan luar bangunan.

d. SNI 04-0225-2000 : Peraturan umum instalasi listrik.

II.1.2. Kriteria Perancangan

1). Penetapan Jenis Penginderaan

Penetapan jenis penginderaan (detector) yang dipilih harus

disesuaikan dengan fungsi ruangan, seperti yang tercantum

berikut ini :

Tabel Penetapan Jenis Penginderaan

ROR Detector Smoke Detector

Kombinasi Fixed dan ROR Detector

Page 32: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

32

Ruang kantor Tangga darurat Gudang

Koridor Ruang kontrol Ruang Genset

Lobby Raung Trafo Ruang AC

Canteen Ruang Panel Ruang Pompa

2). Tingkat Bahaya Kebakaran

Tingkat bahaya kebakaran untuk Gedung Teknik Elektronika

dengan total luas ± 21.000 m2, termasuk dalam kategori area

terbatas dengan zone deteksi lebih dari 60 zone, maka

penginderaan kebakaran secara otomatis dengan sistem fully

addressible.

3). Penempatan dan Jarak antar Titik Penginderaan Kebakaran.

Penempatan dan jarak detector (penginderaan) kebakaran terdiri

dari :

• Fixed Detector (detector bertemperatur tetap), adalah suatu

detector yang bekerja pada suatu batasan temperatur tertentu,

sehingga penempatannya pada ruangan bersuhu sedang,

yakni 79 - 120 0F (daerah suhu kerja).

• ROR Detector (detector berdasarkan kecepatan naiknya

temperatur), adalah detector yang bekerja berdasarkan

kecepatan tertentu naiknya temperatur, sehingga

penempatannya pada ruangan bersuhu biasa, yakni 58 - 78

0F.

• Kombinasi ROR dan Fixed Detector adalah detector yang

bekerja berdasarkan kecepatan naiknya temperatur dan batas

temperatur maksimum yang ditetapkan sehingga

penempatannya pada ruangan bersuhu biasa dan sedang,

yakni 58-120 0F.

• Smoke Detector (Detector Asap ionisasi) adalah detector yang

bekarja dengan prinsip berkurangnya arus ionisasi oleh asap

Page 33: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

33

pada konsentrasi tertentu, sehingga penempatannya pada

ruangan bersuhu rendah, yakni 0-38 0C (suhu ruangan).

• Pemasangan pada plafond yang datar dan 30 cm dari plafond.

Jarak antar detector 12 m untuk ruangan efektif dan 28 m

untuk ruangan sirkulasi. Setiap ruangan dengan luas 92 m2

dan tinggi plafond 3 m dipasang 1 buah detector, jarak detector

dengan dinding pembatas sejauh 6 m untuk ruangan efektif

dan sejauh 12 m untuk ruangan sirkulasi serta paling dekat 30

cm.

4). Penempatan Tombol Isyarat Kebakaran (Manual Station)

Manual station yang digunakan adalah jenis break glass switch

yang diletakan pada box hidran dioperasikan secara manual.

Untuk fixture break glass switch terdapat outlet telepon emergency

sebagai instalasi komunikasi untuk personil yang bekerja pada

saat kebakaran.

Untuk flow switch yang diletakkan pada pipa cabang sprinkler

setiap lantai.

5). Penempatan Peralatan Utama dan Panel Bantu

Penempatan peralatan utama Panel Kontrol MCFA diletakkan

dalam ruang kontrol dilantai lower ground, dimana sistem

menggunakan konvensional.

Penempatan Panel Bantu (Annunciator Aktif) sebagai duplikat dari

MCFA diletakan di Lobby lantai dasar.

6). Penempatan dan Jumlah Alarm Kebakaran Audio dan Visual

Alarm kebakaran yang digunakan dari jenis Bell, Sound Speaker,

Sirine untuk audionya dan jenis lampu tanda untuk visualnya.

Penempatan Alarm Bell dan Lampu Tanda pada box hidran, untuk

sirine diletakkan pada halaman.

Alarm kebakaran mempunyai bunyi serta irama yang khas hingga

dikenal sebagai alarm kebakaran dan irama audio untuk

menimbulkan kepanikan. Bunyi alarm harus mempunyai frekuansi

kerja antara 500-1000 kHz dengan tingkat kekerasan suara

minimum 65 dB (A).

Page 34: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

34

II.1.3. Konsep Perancangan Sistem Fire Alarm

1). Pengertian tentang fire alarm

Pengertian fire alarm disini adalah system deteksi dini bila terjadi

bahaya kebakaran, dimana peralatan ini akan memberikan

Indikasi secara Audio dan Visual dari mana kebakaran itu berasal,

sehingga dapat diambil tindakan pengamanan dan pencegahan

sedini mungkin untuk memadamkan kebakaran, penyelamatan

Jiwa, Penyelamatan harta benda dan sebagainya.

2). Panel kontrol MCFA (Master Control Fire Alarm) akan dapat

menunjukkan address/ alamat asal lokasi kebakaran, dapat

melakukan tindakan me-reset (cancel) alarm tersebut bila hanya

terjadi “fault alarm” atau alarm palsu, membantu kerja detector

dan alarm kebakaran secara keseluruhan.

3). Apabila keadaan sangat membahayakan “general alarm total”,

signal dari flow switch sprinkler dapat mengoperasikan general

alarm pada MCFA dan secara serentak :

- Menghidupkan pressurization fan

- Menurunkan semua lift ke ground floor dan hanya lift

kebakaran yang dapat dioperasikan.

- Mematikan Unit-unit AC

- Menyambungkan komunikasi emergency telepon ke dinas

kebakaran.

Dan apabila petugas pemeriksa dapat mengatasi keadaan

darurat bahaya kebakaran, maka petugas jaga harus segera

me-reset system alarm kebakaran otomatis, sehingga normal

kembali dan pemberitahuan dengan paging address atas

pengamanan yang dapat diselesaikan.

II.2. SISTEM TELEPON DAN DATA

II.2.1. Standard dan Referensi Perancangan

a. SNI 04-0225-2000 : Peraturan umum instalasi listrik.

b. IEEE Standard 802.6: Averview and Achitecture Communication.

Page 35: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

35

c. Electronic International Association (EIA) Code 18.5 : Private

Automatic Branch Exchange, 1985.

d. National Electronic Code, 2007 Edition.

II.2.2. Kriteria Perancangan

1). Gedung BALITBANGDA menggunakan sentral telepon PABC

2). Instalasi Telepon

Instalasi telepon pada bangunan ini diasumsikan :

a. Infra structure (structure kabel telephone) akan

menggunakan kabel TITC (Twisted Indoor Telephone Cable)

untuk telephone, sedangkan untuk data, Instalasi dari Patch

Panel ke outlet akan menggunakan kabel UPT Cat 6, 4 pairs.

Instalasi dari Patch Panel ke Main Patch Panel (backbone)

menggunakan kabel UPT Cat 6,4 pairs.

b. Ruang kantor mendapat 1 telephone dan 1 data outlet setiap

10 – 15 m2.

c. Jumlah trunk line dari PT. Telkom sebesar 10% dari total

extension.

II.2.3. Konsep Perancangan Sistem Telepon

1). Konsep secara umum

a. Sistem telekomunikasi internal dan external di dalam / di luar

gedung akan menggunakan extension yang berasal dari

PABX.

b. Trunk line dari PT. Telkom akan diterminasi di MDF dan

didistribusikan kesetiap lantai melalui JBTP.

2). Aspek Teknis

a. Sistem PABX ini bersifat modular dan dapat dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan (perkembangan) menggunakan

tehnologi digital/time division dan PCM (Puse Code

Modulation).

b. Struktur telephone kabel sistem akan mengikuti standard EIA

/ TIA 568 A dimana kabel telepon akan menggunakan tipe

TITC (Twisted Indoor Telephone Cable) untuk voice.

Backbone telephone menggunakan TITC Multipair. Untuk

Page 36: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

36

data menggunakan kabel UPT Cat 6,4 pairs sebagai

backbone dan instalasi kabel ke outlet data menggunakan

UTP Cat 6.

3). Konfigurasi Sistem

a. Battery

Sistem dilengkapi dengan battery charger dan battery dengan

kapasitas minimum 30 menit bilamana supply listrik terputus.

b. Class of Service

PABX di disain untuk dapat menerima telephone masuk

berdasarkan groupnya.

c. Pengembangan PABX

• PABX harus dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.

• Pengembangan PABX harus meliputi CO / Trunk line dan

extension sebesar 10%.

• Kebutuhan daya listrik harus minimal dan dapat

dioperasikan dalam ruangan tanpa AC.

4). Pada system PABX dilengkapi dengan billing system sehingga

pemakaian pulsa telephone dari pesawat extension dapat

dimonitor.

5). Pada sistem PABX ini dilengkapi kemampuan untuk bekeja

dengan telephone multiline (customized keyset).

6). Pada system PABX ini mempunyai dual processor atau

redundant processor. Apabila processor yang satu rusak maka

processor yang satunya akan menggantikan yang rusak.

7). Kabel Telepon

Instalasi kabel telepon dari junction box ke outlet telepon

menggunakan Twisted Indoor Telephone Cable 2 x 2 x 0,6 mm.

Instalasi kabel telepon dari MDF-TP ke JBTP tiap lantai

menggunakan kabel Twisted Indoor Telephone Cable Multipair.

8). Kabel Data

Instalasi kabel data dari Patch Panel ke Outlet Data

menggunakan Kabel UTP Cat 6,4 pairs. Instalasi kabel data dari

Page 37: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

37

Patch Panel ke Main Patch Panel (backbone) menggunakan

kabel UTP Cat 6,4 pairs.

9). Pentanahan (Grounding)

- Agar mutu suara pembicaraan baik, diusahakan tahanan

tanah dari unit-unit Sentral telepon cukup rendah, sedangkan

isolasi kabel Instalasi terhadap tanah cukup tinggi (0,1 ohm).

- Untuk menjamin mutu Instalasi pentanahan, maka

pentanahan untuk sistem ini terpisah dengan pentanahan

listrik dan penangkal petir.

II.3. SISTEM TATA SUARA

II.3.1. Standard dan Referensi Perancangan

a. NFPA-72, 1999 : National Fire Alarm Code

b. Kepmen PU No. 10/KPTS/2000 dan No. 11/KPTS/2000, tentang

sistem pemadam kebakaran dalam dan luar bangunan.

c. SNI 04-0225-2000 : Peraturan umum instalasi listrik.

II.3.2. Kriteria Perancangan

Sistem Tata suara yang diterapkan di dalam gedung ini terdiri dari :

a). Sistem Tata Suara Umum (Public Address) dan Paging Address.

b). Sistem Pemanggil Kendaraan (Car Calling).

1. Batasan pendengaran manusia adalah antara 0-120 phon

untuk satuan pendengaran, atau 0 – 120 dB di dalam SPL

(Sound Pressure Level/ Tekenan Suara) pada frekuensi

20Hz - 20kHz.

� Untuk penyampaian suara yang termasuk musik yang

lembut, diperlukan SPL 5 – 40 dB pada frekuensi range 100

Hz - 6 kHz.

� Untuk komunikasi (panggilan, penyampaian pesan)

diperlukan SPL 40 – 60 dB pada frekuensi range 200 Hz -

6/10 kHz.

� Untuk emergency diperlukan SPL 60 – 120 dB pada

frekuensi range 10 kHz-20 kHz.

Page 38: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

38

2. Noise adalah suara yang tidak diinginkan pendengar yang

timbul bersamaan dengan suara informasi.

� Untuk penyampaian suara yang termasuk musik yang

lembut atau BGM, tekanan suara speaker harus lebih besar

3 dB dari level noise pada titik dengar.

� Untuk komunikasi (panggilan, penyampaian pesan),

tekanan suara speaker harus 6-10 dB diatas Noise level.

� Untuk emergency, takanan suara speaker harus 19 dB

diatas noise level.

3. Hubungan antara plafond (langit-langit) dan jarak speaker

serta coverage angle yang menyatakan sudut pancar dari

speaker.

� Tinggi plafond dibawah 2,5 meter, jarak antar speaker 5 – 6

meter, dengan area yang dilingkupi seluas 25 m2.

� Tinggi plafond antara 2,5-4,5 meter, jarak antar speaker 6 –

7 meter, dengan area yang dilingkupi seluas 36 m2

II.3.3. Konsep Perancangan Sistem Tata Suara

Sarana sistem Tata Suara (Sound System) gedung diperuntukkan

untuk keperluan back ground music, pengumuman, pengumunan tanda

darurat/kebakaran dan untuk pemanggilan.

a. Back Ground Music (BGM)/Public Address di tiap lantai, melalui

Ceiling Speaker. Ceiling speaker yang ada di ruangan-ruangan

kantor, ruang rapat dan ruangan-ruangan khusus lainnya memakai

volume control. Alat untuk Back Ground musik adalah cassette

player, CD / MP3, Radio.

b. Sentral sound system ditempatkan di ruang kontrol elektronik di

lantai dasar.

Paging adalah alat-alat penyampaian informasi.

Car call adalah alat pemanggilan sopir.

c. Khusus untuk paging system akan dilengkapi dengan Remote

Microphone yang diletakkan di Lobby / Recepsionis / Information

Page 39: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

39

Desk lantai dasar untuk memberi informasi kepada penghuni

bangunan atau dapat juga untuk :

- Tanda Bahaya dan Pengumuman Keadaan Darurat

Keadaan darurat / bahaya misalnya karena adanya gejala

sumber kebakaran, gangguan keamanan atau huru-hara.

Informasi yang disampaikan berupa penjelasan mengenai

situasi, pengarahan untuk penyelamatan (evakuasi) atau tanda

bahaya bila keadaan telah betul-betul gawat.

- Cara menyampaikan bisa secara selektif atau all-call. Selektif

dipilih bila untuk menghadiri kepanikan dan kemacetan pada

satu pintu atau jalan keluar. All-call dipilih bila keadaan sudah

tak terkendali lagi. Emergency call merupakan prioritas pertama

yang dapat mengoverride semua siaran.

E. TATA RUANG LUAR (LANSEKAP)

Perancangan Lansekap pada dasarnya mencakup hal-hal yang berkaitan dengan tapak di luar

bangunan, yang dapat direkayasa dengan memanfaatkan kondisi alam setempat secara

maksimal.

I. Syarat Yang Harus Diperhatikan

A. Ketentuan Umum

A.1. Persyaratan guna

Lansekap harus memenuhi persyaratan guna, sehingga dapat berfungsi secara

menerus selama 15-20 tahun dan dapat memberikan dampak sebagai berikut :

a. Kekuatan

Lansekap dirancang dengan memperhatikan keberadaannya dan dapat

bertahan hidup cukup lama. Rancangan lansekap yang bukan tanaman

hidup dapat disesuaikan lebih lanjut.

b. Estetika

Bentuk penampilan lansekap dan perlengkapannya selaras dengan citra

serta memperhatikan kondisi lingkungan.

Page 40: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

40

c. Kenyamanan

Memperhatikan aspek tata ruang yang meliputi pola hubungan ruang,

standard ruang dan persyaratan teknis penanaman yang sesuai dengan

lingkungan.

d. Keamanan

e. Kemudahan dalam pemeliharaan / perbaikan.

A.2. Persyaratan lain

a. Persyaratan fasilitas ruang luar / open space yang diperlukan.

b. Persyaratan pengaturan ruang terbuka sesuai dengan pola sirkulasi.

c. Keserasian lansekap dengan bentuk bangunan dan lingkungan yang ada.

B. Ketentuan Khusus

B.1. Tata ruang tapak atau lansekap :

a. Pola

Pola tapak lansekap dirancang sedemikian rupa, sehingga dalam pemanfaatan

ruang luar yang ada dapat dilakukan secara terarah dan dapat mencerminkan

hal-hal sebagai berikut :

- Fungsi ruang tapak / lansekap yang berbeda.

- Adanya pembagian ruang tapak yang jelas antara area public dan private.

- Aksentuasi pada area-area tertentu yang dapat mendukung nilai estetika dari

bangunannya.

- Kemudahan yang dapat dirasakan oleh setiap pemakai dalam penataan

sirkulasi ruangnya.

- Pertimbangan alam diperhitungkan terhadap matahari, angin, pemandangan

dan topografi setempat.

b. Standard Ruang

Standard kebutuhan luas ruang tapak / lansekap didasarkan pada kebutuhan

minimal dari beberapa jenis ruang tapak lansekap seperti ;

- Taman

- Parkir (diwadahi dalam gedung parkir)

- Pedestrian

- Jalan kendaraan

- Utilitas (drainase)

Page 41: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

41

c. Persyaratan Fungsi

Hal-hal yang menyangkut kepentingan fungsi dan estetika perancangan tapak /

lansekap diperlukan beberapa persyaratan khusus untuk mencapai pada suatu

hasil yang optimal, terutama pada :

- Tapak di halaman depan bangunan

- Tapak yang berhubungan dengan penanaman.

B.2. Fisik Tapak / Lansekap

Bentuk yang tercipta harus menjadi satu kesatuan dalam penataan kawasan

master plan komplek PKP2A I LAN yang ada dan sedapat mungkin telah

mempertimbang kan hal-hal sebagai berikut :

a. Bersifat abadi / permanen sehingga gaya lansekap yang dimaksud dapat

bertahan sepanjang masa.

b. Bilamana memungkinkan unsur-unsur lansekap daerah dapat dituangkan

kedalam fisik tapak / lansekap.

c. Konsep perencanaan tapak / lansekap disesuaikan untuk lansekap pada

daerah tropis dan memanfaatkan potensi alam sekitar yang optimal.

d. Konsep pola tata ruang luar / lansekap memperhatikan pola tata ruang

lingkungan disekitarnya, sehingga perbedaan lansekap dapat meningkatkan

kualitas lingkungan sekitarnya.

C. Ketentuan teknis lansekap

1. Luas area tapak / lansekap minimal 30% dari luas bangunan.

2. Perbandingan rasio antara unsur tanaman dengan pengerasan adalah 40%:

60%.

3. Disain harus memenuhi standard serta semua pedoman yang berlaku untuk

perancangan lansekap.

II. Furniture Lansekap

Pada site yang luas penataan taman tidak cukup hanya dengan menata tanaman

dalam pot saja, tetapi juga melibatkan bermacam-macam unsur tanaman yang lain. Unsur

tanaman adalah bagian dari taman yang dapat ditata membentuk lingkungan asri yang

dikehendaki.

Page 42: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

42

Biasanya berupa dua unsur pokok yaitu unsur lunak berupa tanaman hias dan unsur

keras berupa benda selain tanaman unsur lunak, yaitu :

A. Unsur Lunak, yaitu

- Pohon,

Jenis tanaman berkayu yang jelas menunjukkan batang tunggal sebagai batang

utama. Jika bercabang dimulai dari bagian atas batang.

- Perdu,

Jenis tanaman berkayu yang percabangannya dimulai dari permukaan tanah.

- Semak,

Jenis tanaman tidak berzat kayu yang percabangannya dimulai dari permukaan

tanah.

- Tanaman penutup tanah,

Tanaman penutup tanah berupa jenis-jenis tanaman berdaun dan berbunga indah.

- Rumput

Tanaman dasar sebagai penutup tanah berupa jenis-jenis rumput.

B. Unsur keras.

- Pagar dan pintu pagar,

Disain disesuaikan dengan karakter bangunan. Pagar samping dan belakang

biasanya digunakan dinding tembok. Sedangkan pagar depan dapat digunakan

bahan besi cor atau sejenisnya.

- Perkerasan,

Terdiri dari perkerasan untuk :

o Jalan kendaraan

o Pedestrian

o Parkir

Bahan untuk jalan kendaraan dapat digunakan aspal atau paving block, pedestrian

dapat digunakan paving block, parkir dapat digunakan bahan kombinasi antara

paving block, grass block dengan rumput juga dapat digunakan untuk lapangan

upacara.

- Pergola,

Berupa kerangka bangunan los yang beratap kisi-kisi kayu atau besi. Dapat

difungsikan sebagai peneduh parkir.

Page 43: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

43

- Bak tanaman,

Biasanya dibangun dekat pagar atau menyatu dengan bangunan. Dibentuk dari

dinding tembok saja atau dilapis batu-batuan alam.

- Penerangan

Penerangan atau lampu terdiri dari

o lampu jalan

o lampu taman

o lampu sorot

Lampu digunakan untuk menerangi sudut-sudut tertentu dari taman / jalan /

bangunan. Penempatan dan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan.

- Bak sampah,

Terdiri dari :

o Bak sampak eksterior

o Bak sampah besar (tempat pembuangan terakhir pada site).

Untuk bak sampah eksterior dapat digunakan bahan dari kayu atau kombinasi kayu

dengan besi. Penempatannya dapat di sisi bangunan atau jalan dan dapat terlihat.

Sedangkan bak sampah besar terbuat dari dinding tembok, dibangun dibagian yang

tidak mencolok dan dirancang sebagai bak tertutup.

- Signage,

terdiri dari :

o Signed exterior

o Traffic sign

Signed exterior yaitu papan nama bangunan yang ditempatkan pada dinding

bangunan bagian luar, dapat terlihat jelas.

Traffic sign yaitu rambu-rambu Lalu lintas yang menyatakan arah masuk, dilarang

masuk dan lain-lain.

5. PENDEKATAN PERANCANGAN

A. KONSEP SKEMATIK GAGASAN

Page 44: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

44

Konsep gagasan dilatar belakangi oleh fungsi-fungsi bangunan sebagai salah satu pusat orientasi

pelaksana kesehatan di Makassar. Untuk itu skematik gagasan dilandasi oleh latar belakang pemilik untuk

melaksanakan kegiatan kesehatan yang mandiri dan representatif untuk jangka waktu panjang.

Perencanaan Gedung BALITBANGDA, konsep skematik gagasan diajukan dengan

mempertimbangkan nilai-nilai arsitektur di masa kini yang modern, futuristik, tanggap terhadap lingkungan

dan kawasan yang secara sistematis merupakan bagian dari perencanaan pengembangan regional kota.

Nilai-nilai arsitektur Tradisional dan Modern Futuristik masa kini berpadu satu dalam unsur fasade

dan detail-detail bangunan, sebagaimana trend arsitektur yang berkembang pada bangunan-bangunan

pendidikan tinggi di masa modern kini.

Upaya ini agar Bangunan Gedung dapat menyatu dengan lingkungan sekitar dan tidak menurunkan

nilai kawasan. Namun demikian bangunan diutamakan dalam skala monumental terhadap skala manusia.

Wujud bangunan bercirikan modern atau neo-vernakuler yang fungsional.

B. KONSEP FILOSOFI RUANG MAKRO

Penerapan konsep filosofi Gedung BALITBANGDA :

1. Berwibawa, merupakan orientasi dari seluruh bangunan/fasilitas yang ada. Tata letak massa

bangunan dibagi berdasarkan program ruang dan pengembangannya. Blok-blok massa diletakkan

secara sistematis dan teratur memberi ilustrasi view yang sangat baik sehingga bentuk bangunan

harus direncanakan vertikal tetapi tidak melupakan kondisi alam yang berkembang secara

Page 45: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

45

horisontal. Kesan wibawa diperoleh dengan perencanaan vertikal bangunan yang tanggap

lingkungan untuk merepresentasikan kegiatan civitas akademika.

2. Fungsional, ruang-ruang dalam bangunan dibagi ke dalam masing-masing fungsi. Fungsi bangunan

lalu dikelompokkan dalam zoning publik, semi publik, private dan servis.

Page 46: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

46

3. Estetis, estetika bangunan dicapai melalui pengolahan bidang dinding dan unsur facade yang

mengakomodir arsitektur modern. Pengolahan bidang menciptakan kondisi dinamis arsitektur

bangunan.

4. Konsep filosofi arsitektur tradisional merupakan salah satu identitas budaya dari suatu suku bangsa.

Dalam perwujudan seni bangunannya terkandung tata nilai, tata laku dan tata kehidupan masyarakat

tradisional.

Re-interpretasi arsitektur lokal/tradisional juga diterapkan. Arsitektur tradisionalnya mewakili prinsip

rumah panggung yang mencerminkan tiga bagian alam semesta, yakni Dunia bawah, Dunia tengah

dan Dunia atas.

Dalam konsep modern maka diwujudkan sebagai bangunan memiliki Kepala sebagai penutup,

Badan sebagai ruang bangunan dan Kaki adalah Kolom-kolom bangunan sebagai bagian dari

landasan bangunan.

C. KONSEP SITE

Menganalisis site sebagaimana pada Master Plan Gedung BALITBANGDA yang telah dilaksanakan

sebelumnya terhadap kawasan sekitarnya, maka rencana lokasi dioptimalkan terhadap titik ikat sumbu

imaginer sebagai link visual akan perletakan pentingnya kawasan terhadap potensi pengembangan

keberlanjutan.

D. KONSEP GUBAHAN MASSA

Perencanaan Gedung BALITBANGDA memiliki kekhasan dimensi dan bentuk dengan mengolah

filosofi modern versus budaya lokal.

Page 47: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

47

Ada 3 (tiga) symbol utama yang diadopsi agar bangunan ini dapat menjadi ikon :

1. Arsitektur Pendidikan Tinggi, symbol arsitektur dalam membentuk karakter pendidikan yang

bersih, berwibawa dan tanggap lingkungan.

2. Tradisional lokal, simbol pandangan kosmologis tentang tiga bagian dari makrokosmos, yakni

dunia bawah, tengah dan atas. Bangunan-bangunan pada Master Plan akan mengakomodir

kosmologis ini.

3. Modern, kemajuan pengetahuan membangun dan penemuan bahan-bahan mutakhir berdampak

pada kemudahan-kemudahan dalam proses konstruksi sehingga bangunan-bangunan

mengakomodir unsur kemodern-an ini.

Ketiga simbol ini dijadikan dasar dalam mengolah bentuk bangunan Perencanaan Gedung

BALITBANGDA dan penataan pola tata massa dalam satu link visual imaginer.

Menggubah bentuk gedung pada master plan ini merupakan satu kesatuan dengan konsep

Skematik Gagasan dan Konsep Filosofi Ruang Makro, dengan improvisasi ketiga simbol di atas maka

dihasilkan gagasan bentuk sebagai berikut :

1. Bentuk Vertikal, massa-massa bangunan sebagai Pusat Teknik Lingkungan merupakan

representasi dari penyelenggaraan tata organisasi yang bersih dan berwibawa maka wujud bentuk

setiap massa bangunan dikembangkan secara vertikal. Pengembangan vertikal juga

mengekspresikan kepekaan terhadap skyline massa di sekitar lahan dengan radius hingga 1

kilometer.

2. Bentuk Horisontal, massa-massa bangunan akan mewadahi berbagai kegiatan administratif dan

penyelenggaraan kesehatan untuk pelayanan Masyarakat, dan

3. Pola Ruang Vertikal, massa-massa bangunan akan menampung sejumlah unit ruang administrasi

umum, intern dan struktural, maka Pola Ruang Mikro berarsitektur Panggung, di dalamnya

tersusun ruang-ruang menurut pola hirarki kegiatan yang sistematis dan efisien.

Modifikasi konteks visual bangunan adalah High Tech-Modern dan Neo Vernakuler-High Tech. Visualisasi

bentuk ini mampu beradaptasi terhadap terpaan waktu dalam jangka yang panjang.

E. KONSEP SIRKULASI SITE

Sirkulasi pada site dibedakan atas dua pola sirkulasi, yakni :

a. Sirkulasi Makro, merupakan jalur sirkulasi utama kendaraan. Bertujuan untuk kemudahan

aksesibilitas, efektifitas sirkulasi dan sekuensi bangunan. Luasan/besaran berdasarkan standar jalan

Page 48: e. Pendekatan Metodologi Dan Program Kerja

USULAN TEKNIS

48

utama. Sirkulasi makro menganalisa pola sirkulasi Master Plan Kompleks Kantor BTKLPP Kelas 1

Makassar di Makassar terhadap pencapaian antar Zoning bangunan.

b. Sirkulasi Mikro, merupakan jalur pencapaian antar bangunan, adalah pola sirkluasi yang berada

dalam site/lahan. Konsep sirkulasi mikro turut menentukan pola tata parkir dalam lahan terhadap site

bangunan. Bangunan dihubungkan oleh sirkulasi internal.