EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

119
EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% SEBAGAI ALTERNATIF PASTA GIGI TERHADAP JUMLAH BAKTERI BIOFILM PERMUKAAN GIGI (IN VIVO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi PAUL SAHAKHOTODO HIA NIM: 140600101 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Page 1: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus

rarak DC) 7,5% SEBAGAI ALTERNATIF PASTA GIGI

TERHADAP JUMLAH BAKTERI BIOFILM

PERMUKAAN GIGI

(IN VIVO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

PAUL SAHAKHOTODO HIA

NIM: 140600101

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Tahun 2019

Paul Sahakhotodo Hia

Efek Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% Sebagai

Alternatif Pasta Gigi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Biofilm Permukaan Gigi (In

Vivo)

Vii + 72

Faktor utama pencegahan terjadinya penyakit karies yaitu dengan

menghilangkan faktor-faktor resiko karies. Salah satu cara pencegahan karies

adalah pembersihan biofilm permukaan gigi secara teratur dengan pembersihan

secara mekanis dan penggunaan bahan antikuman yaitu pasta gigi. Buah lerak

dikenal sebagai alternatif pasta gigi karena mengandung senyawa aktif.

Sebanyak 20 subjek penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok

perlakuan berupa menyikat gigi. Kelompok I merupakan kelompok yang

diberikan perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak

(Sapindus rarak DC) 7,5%. Kelompok II merupakan kelompok perlakuan

menyikat gigi dengan pasta gigi sodium lauryl sulfat (SLS). Pengambilan dan

pengamatan sampel dilakukan dengan hapusan biofilm permukaan gigi 26

menggunakan cotton swab sebelum dan sesudah perlakuan. Dalam penelitian ini

yang diamati adalah jumlah koloni bakteri biofilm dengan membandingkan koloni

sebelum dan sesudah perlakuan dengan colony counter secara komputerisasi. Data

yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan uji t dependent untuk kelompok I

dan II, untuk melihat perbandingan antara sebelum dan sesudah perlakuan pada

kedua kelompok tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan rata-rata jumlah koloni

dari kedua kelompok perlakuan. Dari hasil uji t dependent pada kelompok I dan II

ditemukan terdapat perbedaan bermakna setelah perlakuan (p < 0,05). Hasil uji t

independent, menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

kelompok perlakuan (p = 0,600). Nilai p tersebut lebih besar dari nilai batas akhir

0,05.

Kesimpulan, pasta gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC)

7,5% memiliki efek antibakteri terhadap jumlah koloni bakteri biofilm permukaan

gigi, akan tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara efek antibakteri pasta

gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% dengan pasta gigi

sodium lauryl sulfat terhadap jumlah koloni bakteri biofilm permukaan gigi.

Kata kunci: Lerak, koloni bakteri, biofilm, pasta gigi, efek antibakteri.

Daftar Rujukan: 38 (1990-2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 25 Januari 2019

TIM PENGUJI

KETUA : Nevi Yanti, drg., M. Kes., Sp. KG

ANGGOTA : 1. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG (K)

2. Fitri Yunita Batubara, drg., MDSc

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebab

berkat, rahmat, dan kasih karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang

tua penulis, Yamonaha Hia dan Basilisa Sarumaha yang senantiasa memberikan

kasih, doa, motivasi dan dukungan baik moral maupun materil kepada penulis

selama proses penyelesaian skripsi ini.

Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak

mendapatkan bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Cut Nurliza, drg., Sp.KG., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu

Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Nevi Yanti, drg., Sp. KG., M.Kes selaku dosen pembimbing penulis

yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan dan masukan yang

sangat menolong penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis

dengan memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi.

5. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp. PD., Sp. JP(K) Ketua Komisi Etik

Penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

yang telah memberikan waktu untuk membahas dan memberi penilaian usulan

penelitian ini.

6. Drs. Awaluddin Saragih M.Si., Apt Kepala Laboratorium Obat

Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

vi

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI ........................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

1.4.1 Manfaat Teoritis............................................................................. 5

1.4.2 Manfaat Praktis .............................................................................. 6

1.4.3 Manfaat Klinis................................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKAN

2.1 Peran Bakteri Rongga Mulut Dalam Penyebab Karies Gigi ........... 7

2.1.1 Konsep Keseimbangan Karies (Caries Balance) ......................... 7

2.1.1.1 Faktor Protektif .......................................................................... 8

2.1.1.2 Faktor Patologis ......................................................................... 9

2.2 Biofilm dan Bakteri Biofilm ............................................................. 10

2.2.1 Biofilm........................................................................................... 10

2.2.1.1 Perlekatan Bakteri dan Pembentukan Biofilm .......................... 12

2.2.2 Bakteri Biofilm .............................................................................. 13

2.2.2.1 Streptococcus Mutans ................................................................. 14

2.2.2.2 Lactobacillus............................................................................... 15

2.2.2.3 Actinomyces ................................................................................ 15

2.2.2.4 Veillonella ................................................................................... 16

2.3 Pasta Gigi (Dentrifices) .................................................................. 16

2.3.1 Bahan Deterjen ............................................................................. 20

2.4 Buah Lerak (Sapindus rarak DC) ................................................... 21

2.4.1 Taksonomi dan Komposisi Tumbuhan Lerak

(Sapindus rarak DC) .................................................................... 22

2.4.2 Kandungan Senyawa Buah Lerak ................................................. 23

2.5 Kerangka Teori................................................................................. 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep............................................................................. 25

3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 26

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

vii

4.2.1 Tempat Penelitian ......................................................................... 26

4.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................... 26

4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel ................................................ 26

4.3.1 Populasi ........................................................................................ 26

4.3.2 Sampel .......................................................................................... 27

4.3.3 Besar Sampel ................................................................................ 27

4.4 Variabel Penelitian........................................................................... 29

4.4.1 Variabel Bebas .............................................................................. 30

4.4.2 Variabel Tergantung ..................................................................... 30

4.4.3 Variabel Terkendali ...................................................................... 30

4.4.4 Variabel Tak Terkendali ............................................................... 31

4.5. Definisi Operasional ........................................................................ 31

4.6 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................... 32

4.6.1 Bahan Penelitian ........................................................................... 32

4.6.2 Alat Penelitian .............................................................................. 33

4.7 Prosedur Penelitian .......................................................................... 37

4.7.1 Ekstraksi Buah Lerak .................................................................... 37

4.7.2 Pembuatan Pasta Gigi ................................................................... 39

4.7.3 Prosedur Pengambilan Sampel ..................................................... 42

4.7.3.1 Tahap Persiapan .......................................................................... 42

4.7.3.2 Tahap Pelaksanaan....................................................................... 44

4.7.4 Pengamatan Jumlah Bakteri ......................................................... 49

4.8 Analisa Data .................................................................................... 51

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5. 1 Ekstrak Etanol Buah Lerak .............................................................. 52

5.2 Pasta Gigi Ekstrak Etanol Buah Lerak 7,5% .................................... 52

5.3 Hasil Uji Efek Antibakteri ................................................................ 53

5.4 Hasil Uji Statistik............................................................................... 56

BAB 6 PEMBAHASAN .................................................................................. 58

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 67

7.2 Saran .................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Syarat Mutu Pasta Gigi Berdasarkan SNI ................................................. 19

2. Data Jumlah Koloni Bakteri Biofilm ......................................................... 53

3. Uji Normalitas ........................................................................................... 54

4. Uji Homogenitas ........................................................................................ 55

5. Nilai Rata-rata Jumlah Koloni Bakteri ...................................................... 56

6. Uji Statistik t Independent ......................................................................... 57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram skematik keseimbangan karies

(Caries Balance) ....................................................................................... 8

2. Biofilm pada permukaan gigi .................................................................... 11

3. Gambar ilustrasi interaksi mikroba pembentukan biofilm ........................ 13

4. Buah lerak ................................................................................................. 22

5. A. Buah lerak ((Jetisdonolayan, Kelurahan Donoharjo, Kecamatan

Nganglik, Yogyakarta); B. Media agar dalam sebuah petri; C. Kalsium

karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, gom arab,

asam sitrat, sakarin, nipagin, sodium lauryl sulfat, dan glyserin................ 33

6. Perkolator .................................................................................................. 35

7. Alat destilasi pelarut .................................................................................. 35

8. Blender ...................................................................................................... 35

9. Vortex ........................................................................................................ 35

10. Pipet mikro .............................................................................................. 35

11. Autoklaf ................................................................................................. 35

12. Gelas ukur ............................................................................................... 36

13. Pengukur ph............................................................................................. 36

14. Colony counter ........................................................................................ 36

15. Inkubator ................................................................................................. 36

16. Pengeringan buah lerak .......................................................................... 37

17. Buah lerak kering yang dipotong-potong ............................................... 37

18. Buah lerak dihaluskan dengan blender .................................................. 38

19. Proses maserasi serbuk simplisia ........................................................... 38

20. Hasil maserasi dalam wadah tertutup ..................................................... 38

21. Penyaringan maserat dengan perkolator ................................................ 38

22. Ekstrak cair buah lerak ........................................................................... 38

23. Penguapan ekstrak dengan rotavapor .................................................... 38

24. Ekstrak kental buah lerak ....................................................................... 39

25. Campuran massa I ................................................................................... 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

x

26. Massa I digerus halus dan ditambahkan gliserin .................................... 39

27. Campuran massa II ................................................................................. 40

28. Massa II digerus hingga seperti gel ........................................................ 40

29. Campuran massa I, II, dan III ................................................................. 40

30. Penambahan ekstrak etanol buah lerak .................................................. 41

31. Pasta gigi buah lerak yang sudah homogen ........................................... 41

32. Pasta gigi dimasukkan ke dalam tube .................................................... 41

33. Pengukuran sekresi saliva....................................................... ................ 42

34. Pengukuran buffer saliva ......................................................................... 43

35. Aplikasi kariogram .................................................................................. 43

36. Pengambilan sampel pre test.................................................................... 44

37. Menyikat gigi teknik bass......................................................................... 45

38. Menyikat gigi teknik bass......................................................................... 45

39. Menyikat gigi teknik bass ........................................................................ 46

40. Menyikat gigi teknik bass ........................................................................ 46

41. Penyikatan gigi dengan pasta gigi ........................................................... 47

42. Pengambilan sampel post test .................................................................. 47

43. Sampel pre test ........................................................................................ 48

44. Sampel post test ....................................................................................... 48

45. Sampel yang sudah diencerkan ............................................................... 49

46. Media agar dalam piring petri ................................................................. 49

47. Tabung di-vortex dalam pengenceran ..................................................... 49

48. Penanaman bakteri ke dalam piring petri ................................................ 49

49. Bakteri diinkubasi dalam inkubator ........................................................ 50

50. Piring petri di bawah colony counter ...................................................... 50

51. Contoh hasil pre test ............................................................................... 50

52. Contoh hasil post test .............................................................................. 50

53. Bentuk koloni pre test ............................................................................. 51

54. Bentuk koloni post test ............................................................................ 51

55. Bentuk koloni pre test ekstrak etanol buah lerak 7,5% ........................... 51

56. Bentuk koloni post test ekstrak etanol buah lerak 7,5% .......................... 51

57. Ekstrak etanol buah lerak ......................................................................... 52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

xi

58. Pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% ............................................... 52

59. Grafik rata-rata koloni bakteri biofilm ..................................................... 54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Alur Pikiran

2. Skema Alur Penelitian

3. Data Uji Statistik

4. Surat Keterangan Bebas Biaya Administrasi Penelitian Di Lingkungan

Laboratorium Fakultas Farmasi USU

5. Surat Keterangan Hasil Identifikasi/Determinasi Tanaman

6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Di Lingkungan

Laboratorium Fakultas Farmasi USU

7. Surat Ethical Clearance

8. Keterangan Sudah Melakukan Penelitian di Laboratorium Obat Tradisional,

Fakultas Farmasi USU

9. Hasil Colony Counter

10. Lembar Informed Consent

11. Aplikasi Kariogram

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian penting dari kesehatan secara

keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Prevalensi karies

gigi merupakan prevalensi penyakit yang tinggi di masyarakat dunia, khususnya

Indonesia1,2

. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007,

prevalensi karies gigi penduduk umur 12 tahun ke atas di Indonesia sebesar

46,5 % dan yang mempunyai pengalaman karies sebesar 72,1% dengan skor

DMF-T sebesar 4,77.3 Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi

yaitu email, dentin, dan sementum; disebabkan aktivitas jasad renik yang ada

dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya

demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organik.

Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan

pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri.

Secara singkat bisa dikatakan bahwa karies adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh adanya interaksi antara bakteri biofilm, diet, dan gigi.1,2,4

Menurut WHO, karies telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang

terjadi secara global dan merupakan penyakit paling luas yang didiamkan atau

tidak mendapatkan perawatan oleh masyarakat. Hampir setengah populasi dunia

menderita penyakit karies, hal ini membuat karies menjadi penyakit dengan

prevalensi yang tinggi di semua kondisi kesehatan. Tingkat karies gigi yang tinggi

terjadi di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah, hal ini

disebabkan konsumsi gula yang tinggi. Di beberapa negara, sistem kesehatan

ditantang untuk menyediakan rencana pencegahan pada populasi yang luas dan

pelayanan kesehatan mulut primer yang jarang tersedia.2

Tidak diragukan lagi bahwa tanpa adanya biofilm, maka tidak akan timbul

karies.5-7

Perkembangan penyakit ini ditentukan oleh faktor patologis dan faktor

protektif yang merupakan faktor kunci konsep pembentukan karies yaitu

keseimbangan karies. Faktor protektif terdiri atas aliran saliva dan komponennya,

tingkat pembersihan rongga mulut, tindakan oral hygiene dan penanganan agen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

2

antibakteri serta kalsium, fosfat dan fluor, manakala faktor patologis terdiri atas

diet karbohidrat yang dapat difermentasi, jumlah bakteri yang tinggi, dan fungsi

saliva berkurang. Jika faktor patologis lebih berperan, proses karies akan terjadi,

sedangkan jika faktor protektif lebih berperan, proses karies tidak akan terjadi.8

Proses terjadinya karies diawali adanya proses demineralisasi pada email,

bagian terkeras gigi. Sisa makanan (termasuk karbohidrat) akan menempel pada

permukaan email dan berakumulasi membentuk biofilm, yaitu media pertumbuhan

yang menguntungkan bagi mikroorganisme. Mikroorganisme yang menempel

pada permukaan tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan

email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi mengakibatkan

proses awal karies pada email, yang ditandai dengan bercak putih (white spot).1,5,6

Pencegahan karies dapat dilakukan jika faktor-faktor resiko karies dapat

dihilangkan. Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada

individu atau terjadinya perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya

karies pada suatu periode tertentu dan penghambat terjadinya karies. Risiko karies

bervariasi pada setiap individu tergantung pada keseimbangan faktor pencetus.1

Salah satu cara pencegahan karies adalah mengusahakan agar pembentukan

biofilm pada permukaan gigi dapat dibatasi baik dengan cara mencegah

pembentukannya atau dengan pembersihan biofilm permukaan gigi secara teratur.

Pengendalian biofilm permukaan gigi dapat dilakukan dengan cara pembersihan

secara mekanis dan penggunaan bahan antibakteri. Saat ini kontrol biofilm

dilengkapi dengan penambahan jenis bahan aktif yang mengandung bahan dasar

alami ataupun bahan sintetik sebagai bahan antibakteri. Salah satu bahan

antibakteri tersebut tersedia dalam bentuk larutan pasta gigi.1,4,8,9

Pasta gigi diartikan sebagai campuran yang digunakan bersama sikat gigi

untuk membersihkan gigi. Umumnya pasta gigi mengandung bahan seperti

pembersih dan pemoles, bahan pelembab, bahan pewarna, bahan pemanis buatan,

bahan perasa, bahan detejen, bahan pengawet, bahan pengikat, dan buffer. Untuk

deterjen, pasta gigi di pasaran menggunakan sodium lauryl sulfat (SLS). SLS

adalah salah satu zat aktif dalam pasta gigi. Fungsi SLS ini adalah bekerja

menurunkan tegangan permukaan dengan menghasilkan busa serta mikroemulsi.

Batas pemakaian SLS yang dibenarkan dalam pasta gigi adalah 1-2%, karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

3

pemakaian yang melebihi dari batas tersebut dapat menyebabkan terjadinya efek-

efek samping.1,9

Beberapa penelitian menyatakan bahwa penggunaan SLS dalam jangka

panjang dapat menyebabkan efek buruk pada rongga mulut berupa iritasi,

denaturasi rantai polipeptida protein saliva sehingga menyebabkan menurunnya

kelarutan saliva, perubahan sensitivitas rasa pada lidah, dan ulserasi. Oleh karena

itu, beberapa peneliti melakukan penelitian untuk menggantikan penggunaan SLS

dalam pasta gigi. Dibutuhkan alternatif pencegahan penyebab karies gigi yang

biokompatibel dan efektif serta ekonomis. Hal ini sesuai dengan dengan prioritas

dan fokus penelitian untuk pembangunan nasional (JAKSTRANAS IPTEK 2015-

2019) tentang pengembangan dan penemuan bahan baru dari tanaman tradisional

dalam bidang kesehatan.10

Selain itu, Universitas Sumatera Utara juga telah

menetapkan bidang-bidang penelitian unggulan yang dikemas dalam suatu

program yang disebut TALENTA salah satunya mencakup bidang pemanfaatan

bahan-bahan alami.11

Mengingat kekurangan dari bahan SLS, terdapat bahan alami yang

diharapkan dapat mengganti bahan deterjen sintetik ini serta mudah didapat, yaitu

buah lerak (Sapindus rarak DC). Kandungan buah lerak yang sangat berguna

dalam pasta gigi yaitu saponin yang dapat menghasilkan busa (foaming agent)

yang sama dengan SLS. Saponin memiliki kemampuan untuk membersihkan

dengan cara menurunkan tegangan permukaan.12,13

Selain saponin, buah lerak juga

mengandung senyawa aktif lain yang memiliki efek antibakteri yaitu senyawa

metabolit sekunder alkaloid, saponin, tannin, kuinon, steroid/terpenoid dan fenol.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manfaat dari tanaman lerak

terutama untuk meningkatkan pelayanan kesehatan rongga mulut. Hasil penelitian

menemukan bahwa fungsi tanaman lerak sebagai deterjen terbagi 2 fungsi yaitu

pembersih dan antibakteri. Dalam fungsinya sebagai pembersih, penelitian

menunjukkan bahwa air rebusan buah lerak 5% dalam pasta gigi dapat berfungsi

sebagai foaming agent yang setara dengan 1,5% SLS, ekstrak buah lerak 0,01%

efektif sebagai dentin conditioner dalam membersihkan smear layer dan sama

efektifnya dengan asam poliakrilat 10%, dan ekstrak etanol buah lerak 25% sudah

dapat mengangkat smear layer pada sepertiga apikal saluran akar dan lebih efektif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

4

dibandingkan dengan NaOCl 2,5% dan EDTA 17%.12,14,15

Dalam fungsi sebagai

antibakteri, tanaman lerak memiliki efek antibakteri yaitu ekstrak etanol lerak

alternatif bahan irigasi saluran akar memiliki efek antibakteri terhadap

P.gingivalis dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05) dengan KBM 25%,

KBM terhadap F.nucleatum yaitu 0,25%, KBM terhadap E. faecialis, larutan

irigasi ekstrak lerak komersil dan ekstrak lerak 0,01% memiliki efek antibakteri

yang kuat (11,6 ± 1,4 dan 8,5 ± 0,6) terhadap Streptococcus mutans, dan rebusan

lerak dengan konsentrasi 75% memiliki nilai KBM terhadap Enteropathogenic

escherichia coli (EPEC).16-19

Penelitian lain juga menyatakan bahwa ekstrak lerak 0,01% dan saponin

buah lerak dapat mengurangi kekuatan perlekatan resin komposit dengan dentin

karena dapat menyingkirkan smear layer dan merusak kolagen, sitoktositas dari

ekstrak lerak yaitu LC50 berada pada konsentrasi 1,25% terhadap sel fibroblast

(BHK-21), dan ekstrak etanol lerak 6,25%, 12,5%, dan 25% masing-masing

memiliki efek untuk melarutkan jaringan pulpa pada waktu kontak 2 menit, 5

menit, dan 10 menit serta lebih baik dibandingkan NaOCl 2,5% dari segi

konsentrasi dan waktu kontak.20-23

Akan tetapi di antara berbagai banyak penelitian mengenai buah lerak

secara in vitro, masih belum ada penelitian tentang pengaruh pasta gigi

mengandung ekstrak buah lerak terhadap jumlah koloni bakteri biofilm pada

permukaan gigi yang diuji ke manusia secara langsung (in vivo) sehingga

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap buah lerak.

Oleh karena itu dilakukan penelitian perhitungan jumlah koloni bakteri biofilm

pada permukaan gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung ekstrak buah

lerak. Dalam penelitian ini, konsentrasi pasta gigi mengandung ekstrak etanol

buah lerak yang digunakan adalah 7,5%. Pemilihan konsentrasi tersebut

didasarkan pada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa konsentrasi

rebusan buah lerak 5% (0,2% dalam ekstrak etanol) dalam pasta gigi dapat

menimbulkan efek foaming agent yang setara dengan 1,5% SLS. Penelitian ini

dilakukan dengan mengamati jumlah koloni bakteri biofilm menggunakan media

tanaman bakteri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Apakah pasta gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC)

7,5% mempunyai efek antibakteri terhadap koloni bakteri biofilm pada permukaan

gigi?

2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara pasta gigi ekstrak etanol

buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% dan pasta gigi SLS terhadap pertumbuhan

koloni bakteri biofilm pada permukaan gigi?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adanya efek antibakteri pasta gigi ekstrak etanol

buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% terhadap pertumbuhan bakteri biofilm pada

permukaan gigi.

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pasta gigi ekstrak

etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% dan pasta gigi SLS terhadap

pertumbuhan koloni bakteri biofilm pada permukaan gigi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian

selanjutnya tentang pemanfaatan ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC)

sebagai bahan pasta gigi.

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang adanya

efek antibakteri pasta gigi yang mengandung ekstrak etanol buah lerak terhadap

bakteri biofilm pada permukaan gigi sehingga dapat digunakan sebagai dasar

dalam melakukan penelitian selanjutnya.

3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan ekstrak

etanol buah lerak untuk digunakan dalam bidang kedokteran gigi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

6

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini merupakan informasi baru bagi dokter gigi untuk

menggunakan bahan alami dalam melakukan pelayanan kesehatan gigi yang

mudah didapat dengan harga terjangkau.

2. Penelitian ini merupakan sumber informasi bagi masyarakat bahwa

ekstrak etanol buah lerak dalam pasta gigi dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pencegahan karies sehingga diharapkan pencegahan karies menjadi lebih efektif

dan terjadi penurunan prevalensi karies di Indonesia

3. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat

mengembangkan pembudayaan tanaman tradisional lerak.

1.4.2 Manfaat Klinis

1. Penelitian ini merupakan pengembangan ilmu material kedokteran

gigi yang menggunakan bahan alami sehingga pengolahan limbahnya lebih mudah

terurai dan bersifat biokompatibel.

2. Hasil penelitian ini berupa pasta gigi buah lerak dapat

dimanfaatkan oleh dokter gigi sebagai salah satu alternatif bahan pasta gigi untuk

menurunkan prevalensi karies di masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Karies gigi merupakan proses penyakit yang menyebabkan demineralisasi

dari jaringan keras gigi oleh aktivitas bakteri. Hal itu dapat dicegah atau

dipulihkan pada tahap awal penyakit. Etiologi karies gigi merupakan

multifaktorial, dimana diketahui ada empat prinsip penyebab karies yaitu bakteri

plak, diet karbohidrat, host, dan waktu. Mengeliminasi salah satu atau lebih faktor

tersebut dapat mencegah terjadinya proses karies pada gigi. Seseorang dapat

digolongkan berdasarkan risiko kejadian karies yaitu resiko karies tinggi,

menengah dan rendah. Penilaian risiko ini didasarkan pada pengalaman karies,

penggunaan fluor, oral hygiene, diet, aktivitas bakteri, saliva, dan status

ekonomi.24

2.1 Peran Bakteri Rongga Mulut Dalam Penyebab Karies Gigi

2.1.1 Konsep Keseimbangan Karies (Caries Balance)

Karies merupakan proses patologis kerusakan gigi yang progresif

disebabkan oleh kombinasi dari faktor langsung seperti diet, host, bakteri dan

waktu yang saling mempengaruhi. Proses terjadinya karies ditandai dengan

terjadinya demineralisasi pada jaringan karies gigi, diikuti dengan kerusakan

bahan organik. Karies dihasilkan dari proses pengrusakan kimiawi secara

terlokalisir yang disebabkan oleh proses metabolisme yang berlangsung di biofilm

pada daerah yang telah terinfeksi. Proses metabolisme ini disebut juga dengan

proses karies.1,5

Pada tahun 1999, Featherstone mempublikasikan konsep keseimbangan

karies (The Caries Balance). Konsep keseimbangan karies ini oleh Featherstone

bertujuan untuk menyederhanakan faktor-faktor utama proses karies gigi dan

membuatnya mudah dibaca oleh klinisi dan dimengerti oleh pasien. Konsep

keseimbangan karies dapat dengan mudah divisualisasikan sebagai keseimbangan

antara faktor patologis dan faktor protektif. Jika faktor patologis lebih menonjol

dibanding faktor protektif maka proses karies akan terjadi. Sebaliknya, jika faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

8

protektif lebih menonjol dibanding faktor patologis maka proses karies tidak akan

terjadi.8

Gambar 1. Diagram skematik keseimbangan antara faktor protektif

dan faktor patologis pada proses karies berdasarkan

Sachin Gunda dan Narendra Varma.33

2.1.1.1 Faktor Protektif

Dalam konsep keseimbangan karies dikenal 4 faktor protektif kunci yang

dapat menghambat terjadinya proses pembentukan karies. Faktor-faktor ini

mendorong terjadinya proses remineralisasi pada gigi, yaitu:

1. Komponen dan aliran saliva

Saliva adalah istilah yang digunakan untuk sebutan campuran cairan

yang ada dalam mulut yang berkontak dengan jaringan gigi dan mukosa mulut.

Aliran saliva membantu terjadinya pembersihan karbohidrat dari biofilm, pada

saat yang bersamaan memberikan efek buffer terhadap asam yang dihasilkan oleh

biofilm. Saliva tersusun dari 99% air dan kurang dari 1% padat, banyak

mengandung elektrolit dan protein yang memberikan karakteristik terhadap

viskositas saliva. Saliva memiliki komponen protein dan lipid yang dapat

menghasilkan pelikel protektif, protein untuk mengatur kalsium dan fosfat sebuah

saturasi, dan protein antibakteri. Saliva juga berfungsi sebagai sebuah pengakut

fluor. 1,8,25

2. Fluor ekstrinsik, dan kalsium dan fosfat dari saliva

Fluor yang bersumber dari luar, seperti fluor yang terkandung dalam

produk dental dapat menghambat demineralisasi. Efektifitas fluor yang dikandung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

9

oleh produk dental bergantung pada konsentrasi fluor itu sendiri. Saat ini, agent

fluor yang banyak dipakai pasta gigi yaitu sodium fluoride atau sodium

monofluorophosphate. Fluor, kalsium, dan fosfat bersama merupakan gabungan

utama untuk terjadinya proses remineralisasi, yang merupakan proses perbaikan

alami pada awal lesi karies.8

3. Terapi antibakteri dan oral hygiene

Efek antibakteri yang diberikan oleh saliva tidak akan cukup jika

faktor patologis lebih dominan dibanding faktor protektif. Hal ini menyebabkan

diperlukan antibakteri tambahan dari luar terutama pada individu dengan bakteri

rongga mulut dan risiko tinggi sehingga suplai fluor dan remineralisasi tetap

seimbang. Tindakan oral hygiene yang paling mudah dan disarankan untuk

mengontrol perkembangan proses karies yaitu dengan tindakan menyikat gigi

yang baik ditambah dengan penggunaan pasta gigi. Klorheksidin dapat dengan

efektif mengurangi streptococcus mutan pada biofilm, meskipun kurang efektif

pada spesies lactobacillus. Xylitol merupakan pemanis nonkariogenik yang dapat

memutus perlekatan dan transmisi bakteri.8

4. Tingkat pembersihan rongga mulut (oral clearance)

Fungsi saliva untuk menjaga tingkat pembersihan rongga mulut

dengan mengeliminasi dan melarutkan zat-zat yang berperan dalam proses karies.

Proses fisiologis disebut dengan salivary clearance atau umumnya disebut oral

clearance. 25

2.1.1.2 Faktor Patologis

Terdapat 3 faktor patologis utama yang dikenal secara umum. Faktor-

faktor ini mengarahkan untuk terjadinya proses demineralisasi, yaitu:

1. Diet karbohidrat yang dapat difermentasi

Konsumsi karbohidrat terfermentasi yang sering diketahui sebagai

sebuah faktor penting pada permulaan dan proses karies. Karbohidrat yang

dimaksudkan yaitu sukrosa, glukosa, fruktosa, dan karbohidrat lainnya yang

memiliki potensi untuk dimetabolisme oleh bakteri. Karbohidrat tersebut

berfungsi sebagai sumber utama nutrien dan mendukung pertumbuhan bakteri

asidogenik. Produksi ekstraseluler polisakarida menjembatani perlekatan bakteri,

sedangkan intraseluler polisakarida berguna untuk sumber makanan.4,8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

10

2. Bakteri kariogenik

Bakteri kariogenik merupakan golongan bakteri yang menghasilkan

asam pada biofilm yang disebut juga dengan bakteri asidogenik. Banyak penelitian

menyatakan bahwa kombinasi asam asetat dan asam laktat lebih merusak

dibandingkan asam laktat sendiri. Hal ini berarti kombinasi beberapa bakteri

seperti streptococcus mutans, streptococcus sobrinus (golongan streptococcus

mutans), dan lactobacillus sp. semuanya berkontribusi dalam proses karies.

Spesies penghasil asam lainnya juga sudah ditemukan dan ikut membantu

menghasilkan asam. Beberapa spesies bakteri merupakan bakteri aciduric, yaitu

bakteri yang dapat hidup di tempat asam yang mana dapat meningkatkan

virulensinya. Sehingga usaha untuk melawan bakteri kariogenik harus menyasar

pada lebih dari satu spesies bakteri saja. Hal ini sangat perting dengan kita

memberikan tambahan antibakterial treatment sebagai bagian dari perawatan

untuk individu risiko karies tinggi.8

3. Disfungsi saliva

Saliva dan komponennya sangat penting untuk menjaga kesehatan

rongga mulut. Terbukti dengan penurunan laju aliran saliva, dan berakibat pada

penurunan penyebaran seluruh komponen pada saliva yang menguntungkan,

seketika dapat menempatkan seseorang pada risiko proses karies yang tinggi.8

Disfungsi saliva bisa disebabkan oleh penyakit sistemik, terapi sinar dan obat-

obatan yang dikonsumsi.25

2.2 Biofilm dan Bakteri Biofilm

2.2.1 Biofilm

Mikroorganisme tidak mengkolonisasi secara langsung permukaan gigi

yang termineralisasi. Mikroorganisme mulut harus melekat pada sebuah

permukaan gigi dan bertumbuh, jika tidak maka mikroorganisme akan terlepas

dari habitatnya. Gigi selalu ditutupi oleh sebuah lapisan aselular yaitu pelikel yang

terbentuk pada permukaan gigi dalam kurun waktu menit ke jam. Pada pelikel

yang belum terkolonisasi tebalnya mencapai 0,01-1μm. Pelikel berperan penting

dalam proses karies disebabkan sifat permeabelnya terhadap keluar masuknya ion-

ion jaringan keras gigi. Pada pelikel terdapat reseptor untuk mengenali bakteri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

11

tertentu pada awal kolonisasi bakteri. Hal ini menyebabkan pada tahap awal

kolonisasi beberapa bakteri saja ditemukan seperti S. sanguinis, S. oralis, dan S.

mitis. Pelikel ini yang terus dikolonisasi oleh bakteri pada permukaan gigi sampai

terbentuknya biofilm yang matang.

Istilah biofilm telah digunakan sebagai sebutan umum antara biofilm-

biofilm pada permukaan gigi dan lingkungan alami lainnya. Namun, dalam

beberapa literatur istilah dental plak dan dental biofilm sering digunakan secara

bergantian. Untuk diingat bahwa dental plak adalah biofilm, tetapi tidak semua

biofilm adalah dental plak.5 Sebuah penemuan baru yang relatif penting

menemukan bahwa kandungan dari sel-sel mikroba pembentuk sebuah biofilm

(sebuah komunitas dari mikroorganisme yang tumbuh pada sebuah permukaan)

berbeda dengan mikroorganisme ketika tumbuh sebagai sel individu dalam sebuah

media tumbuh.

Gambar 2. Biofilm pada gigi. (a) Mikroba biofilm yang terlihat setelah

penggunaan disclosing solution; (b) deposit mikroba

biofilm pada permukaan gigi (Marsh dan Nyvad, 2008).5

Dental plak sebagai biofilm telah ditetapkan sebagai komunitas dari

bakteri yang berbeda pada permukaan gigi yang tertutupi matriks polimer-polimer

dari bakteri dan saliva. Mikroflora yang menghuni biofilm terdiri dari beragam

bakteri gram positif dan gram negatif, termasuk spesies fakultatif anaerob dan

obligat anaerob. Nutrien-nutrien utama untuk bakteri pada biofilm berasal dari

katabolisme nutrient-nutrien endogen (protein, glikoprotein) dalam saliva.4,6,7,8

Diperkirakan 80-90% dari berat biofilm adalah air, sekitar 70% berat

kering dari biofilm adalah bakteri, dan sisanya adalah matriks polisakarida dan

protein saliva dan glikoprotein. Polimer ekstraseluler dari glukosa dan fruktosa

a b

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

12

dibentuk dari diet sukrosa oleh enzim bakteri. Beberapa unsur tersebut berperan

dalam perlekatan bakteri pada permukaan gigi.4,7

2.2.1.1 Perlekatan Bakteri dan Pembentukan Biofilm

Perlekatan bakteri pada sebuah permukaan rongga mulut dalam hal ini gigi

merupakan prasyarat untuk kolonisasi, dan merupakan tahap awal yang

mendorong terjadinya infeksi atau invasi jaringan. Pembentukan dari biofilm

dapat dibagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:4,5,7,25

1. Pembentukan pelikel

Pelikel saliva berperan dalam penyerapan molekul bakteri dan host pada

permukaan gigi. Selapis tipis dari glikoprotein saliva yang melekat pada

permukaan gigi terjadi dalam hitungan menit berkontak dengan lingkungan

rongga mulut. Awal perlekatan bakteri rongga mulut pada pelikel dan bukan

secara langsung pada enamel gigi.

2. Pengangkutan

Bakteri mulai mendekati permukaan gigi pada tahap ini untuk dapat

melekat dengan memanfaatkan aliran saliva.

3. Long-range interaction

Tahap ini melibatkan interaksi fisikokimia antara bakteri dan pelikel

yang melapisi permukaan gigi.

4. Short-range interaction

Interaksi terdiri dari reaksi stereokimia antara kolonisasi bakteri pertama

pada permukaan gigi dan molekul reseptor pada pelikel. Tahap ini merupakan fase

irreversibel yang menjembatani antara bakteri dan permukaan gigi. Hal ini

membantu bakteri berkembang biak pada permukaan yang masih bebas biofilm.

5. Coaggregasi atau coadhesi

Bakteri yang baru sekarang mulai melekat pada kolonisasi bakteri

pertama, dalam hal ini bakteri yang terlibat dapat dari bakteri genus yang sama

atau berbeda.

6. Pembentukan biofilm

Proses di atas terus berlangsung menghasilkan sebuah pertumbuhan dan

pembentukan dari biofilm yang matang dari proses kompleks. Biofilm disebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

13

sebagai komunitas sebuah spesies bakteri atau lebih yang kompleks atau disebut

juga komunitas klimaks.

Gambar 3. Gambar skematik yang mengilustrasikan berbagai interaksi mikroba

rongga mulut yang menyebabkan terjadinya pembentukan biofilm (Samaranayake,

2012).4

2.2.2 Bakteri Biofilm

Mikroorganisme dalam bentuk dental plak atau biofilm merupakan

prasyarat untuk perkembangan karies gigi. Pembentukan biofilm merupakan

proses kolonisasi yang kompleks, kompetitif, sekuensial, dan dinamis serta

kompleksitas dalam biofilm disebabkan keterlibatan bakteri dari kelompok yang

berbeda. Komposisi bakteri dalam biofilm berbeda-beda, meliputi bakteri gram

positif dan gram negatif, paling banyak yaitu bakteri golongan fakultatif atau

obligat anaerob. 4,5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

14

Dalam keterkaitan biofilm dengan karies gigi terdapat dalam jumlah yang

tinggi bakteri gram positif cocci penghasil asam, seperti mutans streptococci

(S.mutans, S. sobrinus) dan streptococci lainnya (non-mutans streptococci) serta

Gram-positif rods (Lactobacilli dan beberapa actinomyces spp.). Meskipun,

potensi asidogenik dari bakteri-bakteri ini dapat dikurangi oleh bakteri lainnya

dalam plak, seperti bakteri anaerob gram negatif coccus, veillonella spp., yang

mengubah asam laktat menjadi asam yang lebih lemah sebagai rantai makanan.4,5

2.2.2.1 Streptococcus mutans

Terdapat banyak literatur yang menyatakan peran streptococcus mutans

dalam terjadinya karies gigi. Streptococcus mutans secara luas digunakan sebagai

nama kelompok dari tujuh spesies bakteri berbeda (S. mutans, S. sobrinus, S.

criceti, S. ferus, S. ratti, S. macacae, dan S. downei) dan delapan serotipe (a-h).

Serotipe S. mutans yaitu c,e,f dan serotipe S. sobrinus d, g merupakan spesies

yang paling umum ditemukan pada manusia, dengan prevalensi tertinggi serotipe

c diikuti d dan e. Spesies lainnya jarang ditemukan. Bukti peran Streptococcus

mutans dalam karies dijelaskan sebagai berikut:4

1. Keterkaitan jumlah Streptococcus mutans dalam saliva dan biofilm

dengan prevalensi dan insidensi karies gigi.

2. S. mutans dapat diisolasi dari permukaan gigi segera sebelum

perkembangan karies gigi.

3. Hubungan positif antara perkembangan lesi karies dan jumlah S.

mutans.

4. Menghasilkan polisakarida ekstraseluler dari sukrosa (yang membantu

merekatkan organisme-organisme biofilm dan permukaan gigi).

5. Memiliki kemampuan untuk memulai dan mengatur pertumbuhan

bakteri serta terus menghasilkan asam sampai pada derajat pH yang rendah.

6. Metabolisme yang cepat terhadap gula menjadi laktat dan asam

organik lainnya.

7. Kemampuan untuk mencapai pH kritis untuk demineralisasi enamel

lebih cepat dibandingkan bakteri biofilm lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

15

8. Memiliki kemampuan untuk menghasilkan polisakarida intraseluler

(IPSs) sebagai glikogen yang berfungsi sebagai penyimpanan makanan saat diet

karbohidrat berkurang.

9. Pada penelitian terhadap hewan ditemukan S. mutans sangat efektif

menyebabkan karies.

10. Imunisasi hewan secara spesifik pada serotipe S. mutans signifikan

mengurangi insidensi karies gigi.

2.2.2.2 Lactobacillus

Lactobacillus sebelumnya dipercaya menjadi agen-agen penyebab

terjadinya karies gigi. Mereka dianggap sebagai organisme penyebab karies

karena:4

1. Jumlahnya yang banyak pada seluruh lesi karies yang menyerang

enamel (penelitian menemukan juga prevalensi tinggi pada karies permukaan akar

gigi).

2. Hubungan positif antara jumlahnya pada biofilm dan saliva serta

aktivitas karies.

3. Memiliki kemampuan untuk hidup pada lingkungan dengan pH rendah

(< pH 5) dan menghasilkan asam laktat.

4. Memiliki kemampuan mengsintesis ekstraseluler dan IPSs dari sukrosa.

5. Memiliki kemampuan menyebabkan karies pada tikus gnotobiotik

(germ-free).

6. Fakta jumlahnya pada plak yang diambil dari bagian gigi yang sehat

biasanya rendah.

Pada sisi sebaliknya, Lactobacillus jarang diisolasi dari biofilm sebelum

proses karies dan sering tidak ditemukan pada lesi baru.

2.2.2.3 Actinomyces spp.

Actinomyces spp. dihubungkan dengan perkembangan karies pada

permukaan akar gigi (lesi akar berbeda dengan karies enamel dimana tanpa

kavitas yang jelas). Bukti keterlibatan Actinomyces viscosus pada karies

permukaan akar gigi berdasarkan: 4

1. Penelitian secara in vivo.

2. Penelitian in vitro bekerja dengan kultur alami.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

16

3. Penelitian bekerja pada hewan pengerat gnotobiotik.

Meskipun mayoritas sampel yang diambil pada lesi akar gigi menunjukkan

Actinomyces spp. (khususnya A. Viscosus), tetapi beberapa penelitian melaporkan

peranan S. mutans dan Lactobacillus sp. pada lesi ini.

2.2.2.4 Veillonella

Veillonella merupakan anaerob gram negatif coccus yang terdapat dalam

jumlah yang signifikan pada kebanyakan sampel biofilm supragingival.

Veillonella spp. mengharuskan asam laktat untuk hidup, tetapi tidak mampu untuk

memetabolime diet karbohidrat, mereka menggunakan laktat yang dihasilkan

bakteri lain dan mengubahnya menjadi asam lebih lemah serta asam organik yang

kurang kariogenik, asam propionik. Efek protektif ini telah didemonstrasikan

secara in vitro dan penelitian pada hewan.4

2.3 Pasta gigi (Dentifrices)

Pasta gigi secara sederhana dapat diartikan sebagai campuran yang

digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan gigi.1 Pengunaan pasta gigi

pada waktu menggosok gigi merupakan penunjang yang penting walaupun

menggosok gigi tidak selalu harus menggunakan pasta gigi. Fungsi pasta gigi

yang digunakan pada saat menggosok gigi adalah untuk membantu

menghilangkan biofilm, memoles permukaan gigi, memperkuat gigi,

menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut,

memperindah kosmetik gigi serta memelihara kesehatan gusi.9,25

Pada masa lalu,

pasta gigi yang digunakan bersama sikat gigi hanya bersifat sebagai alat kosmetik.

Tetapi dalam tahun terakhir ini banyak dibuat pasta gigi yang mempunyai efek

untuk mengobati penyakit mulut dan mencegah karies gigi.1,25

Pasta gigi memiliki tujuh persyaratan utama, yaitu mampu membersihkan

gigi (menghilangkan sisa makanan, plak dan noda), meninggalkan sensasi bersih

dan segar pada mulut setelah berkumur, harga terjangkau sehingga mudah didapat

oleh berbagai kalangan, tidak boleh membahayakan pengguna (aman dalam

penggunaan), stabil selama penyimpanan, bahan abrasif yang digunakan sesuai

dengan enamel dan dentin dan telah teruji secara klinis.37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

17

Hampir seluruh pasta gigi diproduksi dalam bentuk pasta dan dengan

formulasi yang sama. Beberapa bubuk pasta gigi mengandung bahan abrasif,

deterjen, flavour, pewarna, dan pemanis. Pasta gigi mengandung semua bahan

sama seperti bahan pengikat, pelembab, pengawet, dan air. Banyak pasta gigi di

Inggris dan Amerika mengandung fluor dan bahan teraupetik serta pencegah

lainnya. Komposisi dan kegunaan dari pasta gigi adalah:1,25

1. Bahan pembersih dan pemoles (30-40%)

Bahan abrasif ini merupakan unsur utama pada pasta gigi dan terdiri

dari silika, kalsium karbonat, dikalsium fosfat, sodium metafosfat, hidrat alumina,

zirkonium silikat, atau kalsium pyrofosfat. Pada prakteknya, pasta gigi berperan

untuk menghilangkan biofilm dan stein serta memoles permukaan gigi tanpa

mengikis enamel secara signifikan.

2. Deterjen (1-2%)

Tujuan dari penggunaan bahan deterjen ini yaitu untuk membantu

pengaliran pasta gigi di dalam rongga mulut dengan mengurangi tegangan

permukaan. Deterjen membantu pembuangan biofilm dan debris lainnya pada

permukaan gigi. Bahan ini juga berperan sebagai foaming agent pada pasta gigi.

Bahan deterjen yang secara umum digunakan yaitu sodium lauryl sulfat dan N-

lauryl sarcosinat.

3. Bahan pengikat (1-5%)

Alginate, gum, atau derivat selulosa seperti karboximetil selulosa dan

hidroxietil selulosa yang digunakan untuk terjadinya pemisahan bahan cair dan

padat di pasta gigi.

4. Bahan pelembab (10-30%)

Bahan ini berfungsi untuk menjaga tingkat kelembaban dan mencegah

pasta gigi dari terjadinya pengerasan apabila berkontak dengan udara. Gliserol,

sorbitol, dan propilen glikol adalah bahan-bahan yang pada umumnya digunakan

sebagai bahan pelembab pasta gigi.

5. Bahan pemanis dan penambah rasa (1-5%)

Rasa yang dihasilkan merupakan hal penting dalam nilai jual produk.

Hal ini bertujuan untuk menghilangkan atau menutupi rasa yang kurang

menyenangkan dari bahan lain yang terkandung dalam pasta gigi. Bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

18

penambah rasa yang ditambahkan seperti minyak-minyak aromatik (peppermint,

spearmint, kayu manis, madu) dan mentol. Gliserol, sakarin dan sorbitol yang

merupakan bahan non kariogenik juga digunakan sebagai pelembab, pemanis

dalam pasta gigi.

6. Bahan pengawet (0.05-0,5%)

Bahan pengawet seperti alkohol, benzoat, formaldehyd, dan

dichlorinated phenols ditambahkan ke dalam pasta gigi untuk mencegah

terjadinya pertumbuhan bakteri pada unsur organik dan bahan pelembab.

7. Bahan pewarna

Bahan pewarna ditambahkan ke dalam pasta gigi untuk membuat

tampil menjadi lebih menarik dan atraktif.

8. Bahan teraupetik dan pencegahan

Pada saat ini banyak pasta gigi mengandung bahan teraupetik dan/atau

bahan pencegahan untuk masalah khusus pada rongga mulut. Dengan harapan

menjadi efektif bahan tersebut tidak bereaksi dengan lainnya yang sudah

terkandung dalam pasta gigi. Bahan teraupetik yang terdapat dalam pasta gigi

yaitu:

a. Fluor

Fluor ditambahkan ke dalam pasta gigi guna memperlambat

perkembangan lesi karies dan meningkatkan remineralisasi. Di Eropa, pasta gigi

mengandung konsentrasi maksimum yaitu 1500 ppm untuk penggunaan kosmetik.

Formulasi tinggi hanya tersedia untuk sediaan pengobatan. Penggunaan fluor

rendah kurang dari 600 ppm tersedia hanya pada pasta gigi anak-anak di Inggris.

Meskipun demikian penggunaan fluor rendah lebih lemah dalam melindungi

dibanding fluor dengan konsentrasi tinggi.

b. Bahan desentisasi

Bahan ini digunakan untuk mengurangi sensitivitas terutama pada gigi

yang sudah terbuka dentinnya, dengan menggunakan bahan seperti strontium

chloride, strontium acetate, formaldehyde, potassium nitrat, dan chloride atau

sodium citrat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

19

c. Bahan anti-biofilm

Beberapa pasta gigi mengandung triklosan, merupakan antibakteri non

ionik. Tidak seperti golongan kationik pencegah biofilm lainnya seperti

khlorheksidin, triklosan tidak bereaksi dengan deterjen dalam pasta gigi. Pasta

gigi yang mengandung triklosan terbukti mampu mengurangi pembentukan

biofilm dan gingivitis.

d. Bahan antikalkulus

Beberapa pasta gigi telah diberikan bahan antikalkulus untuk

mengurangi pembentukan kalkulus supragingival. Bahan yang digunakan seperti

pyrophosphates, diphosphonates, zinc salts, and gantrez acid (kopolimer methil

eter and maleic anhydride. Kalkulus dilaporkan berkurang sekitar 10% dan 50%.

e. Bikarbonat

Bikarbonat sudah ditambahkan pada pasta gigi. Bahan ini digunakan

untuk mengurangi tingkat keasaman pada biofilm. Hal ini menyebabkan

lingkungan tidak mendukung untuk pertumbuhan bakteri seperti Streptoccus dan

Lactobacillus. Belum ada laporan klinis tentang penggunaan bahan ini terhadap

karies.

f. Xilitol

Bahan gula alkohol ini, merupakan bahan yang tidak dapat

difermentasi oleh mikroorganisme di dalam rongga mulut. Bahan ini memiliki

efek antikaries dengan meningkatkan remineralisasi dan menurunkan tingkat

streptococcus mutans.

Tabel 1. Syarat mutu pasta gigi (SNI 12-3524-1995)

No. Jenis Uji Satuan Syarat

1. Sukrosa atau karbohidrat lain

yang dapat terfermentasi

- Negatif

2. pH - 4,5-10,5

3.

Cemaran logam terhadap Pb, Hg,

dan As

ppm Pb maksimal 5,0, Hg

maksimal 0,02, As maksimal

2,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

20

4. Cemaran

Angka lempeng total

E. coli

-

-

< 10,5

Negatif

5. Zat pengawet - Sesuai dengan yang diizinkan

Departemen Kesehatan

6. Formaldehida maksimal sebagai

formaldehida bebas

% 0,1

7. Bebas fluor ppm 800-1500

8. Zat warna - Sesuai dengan yang diizinkan

Departemen Kesehatan

9.

Organoleptik

Keadaan

Benda asing

Harus lembut serba sama

(homogen) tidak terlihat

adanya gelembung udara,

gumpalan, dan partikel yang

terpisah

Tidak tampak

2.3.1 Bahan Deterjen

Pasta gigi tersedia dalam berbagai macam jenis dengan kandungan yang

membedakannya. Salah satu kandungan yang penting dalam pasta gigi yaitu

bahan deterjen. Bahan deterjen berfungsi sebagai foaming agent yaitu pemberi

efek busa untuk memberi kesan bersih dan segar setelah penggunaan pasta gigi.

Saat ini bahan deterjen yang banyak digunakan oleh pasta gigi di pasaran yaitu

Sodium Lauryl Sulphate (SLS).9,25

Larutan SLS memiliki struktur kimia

CH3(CH2)10CH2OSO3Na dengan nama sulfuric acid mono deodecyl ester sodium

salt.26

Garam kimia ini adalah organosulfur anion yang mengandung 12-ekor

karbon terikat ke gugus sulfat, membuat zat kimia ini mempunyai sifat ambifilik

yang merupakan syarat sebagai deterjen.27

Fungsi SLS sebenarnya adalah untuk menurunkan tegangan permukaan

larutan sehingga dapat melarutkan minyak serta membentuk mikro emulsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

21

menyebabkan busa terbentuk.1,9,26

Sodium lauryl sulfate (SLS), adalah suatu

bahan yang bersifat surfaktan anion yang biasa terdapat dalam produk-produk

pembersih. SLS umum digunakan dalam produk-produk pembersih noda minyak

dan kotoran. Sebagai contoh, SLS ini banyak ditemukan dalam konsentrasi tinggi

pada produk-produk industri seperti pembersih mesin (engine degreaser),

pembersih lantai, dan shampo mobil. SLS digunakan dalam kadar rendah di dalam

pasta gigi, shampo dan busa pencukur.27

Keuntungan penggunaan deterjen ini

dalam pencegahan karies gigi yaitu dapat meningkatkan penyerapan fluoride.9

SLS yang digunakan melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan

efek samping. Penelitian menunjukkan bahwa SLS dengan interval dosis 0,25-1%

memicu terjadinya iritasi pada kulit. Masyarakat di desa Walantaka, Kabupaten

Minahasa ditemukan bahwa menggunakan pasta gigi mengandung SLS dapat

menyebabkan perubahan struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan

saliva berkurang.29

Penelitian lain yang dilakukan terhadap sensitivitas rasa manis

akibat pemakaian pasta gigi yang mengandung SLS 5% ditemukan taste buds

yang terdapat pada lidah akan terpapar karena taste buds mengandung protein-

protein transmembran dan tegangan permukaan saliva sehingga kelarutan saliva

berkurang dan sensitivitas rasa manis.30

2.4 Buah Lerak (Sapindus rarak DC)

Tanaman lerak (Sapindus rarak DC) merupakan tanaman industri yang

cukup baik untuk dikembangkan, termasuk tumbuhan yang tumbuh dengan baik

pada ketinggian 450 sampai 1.500 m dpl. Tanaman lerak paling sesuai pada iklim

tropik dengan kelembaban tinggi, berdrainase baik, subur dan mengandung

banyak humus. Di Jawa tanaman ini tumbuh liar, tinggi tanaman dapat mencapai

42 m dan mempunyai diameter batang 1 m.13

Tanaman ini mempunyai nama yang berbeda pada setiap daerah, seperti di

Palembang disebut lamuran, di Jawa lerak dan di Jawa Barat sering disebut rerek.

Kayunya sangat ringan dan biasa digunakan sebagai papan cor, batang korek api

dan kerajinan dari kayu. Kulit batang dapat digunakan sebagai pembersih rambut,

buahnya yang bulat dapat dimanfaatkan sebagai pengganti sabun untuk mencuci

berbagai macam kain, biasa digunakan dalam industri batik. Buah lerak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

22

merupakan buah tunggal berbentuk bulat dengan diameter 2 cm, biji dilindungi

oleh kulit biji dengan warna kulit biji berwarna hijau, bila telah masak berwarna

cokelat bila dikeringkan berwarna hitam. Komponen yang terdapat dalam buah

lerak antara lain yaitu saponin 28%, senyawa alkaloid, polifenol, senyawa

antioksidan, dan golongan flavonoid, juga tanin.13

Akan tetapi penelitian lain

menemukan bahwa ekstraksi buah lerak menghasilkan saponin 48,87%.31

Gambar 4. Buah Lerak. (a) Buah lerak yang masih utuh bersama biji di dalam

buahnya; (b) Buah lerak yang sudah dibelah dan biji dipisahkan dari buahnya

2.4.1 Taksonomi dan Komposisi Tumbuhan Lerak (Sapindus rarak

DC)

Klasifikasi tumbuhan lerak adalah sebagai berikut:13

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledons

Sub kelas : Rosidae

Bangsa : Sapindales

Suku : Sapindaceae

Marga : Sapindus

Jenis : Sapindus mukorossi

Tanaman lerak memiliki bentuk daun bulat telur/oval, perbungaan

majemuk, malai, terdapat di ujung batang warna putih kekuningan. Bentuk buah

seperti kelereng jika sudah tua atau masak, berwarna coklat kehitaman,

permukaan buah licin atau mengkilat, bijinya bundar berwarna hitam. Daging

buah sedikit berlendir dan aromanya wangi. Kandungan kimiawi tanaman lerak

antara lain sebagai berikut : daging buah mengandung triterpen, alkaloid, steroid,

a b

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

23

antrakinon, tanin, fenol, flavonoid, dan minyak atsiri. Selain itu kulit buah, biji,

kulit batang dan daun lerak mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan kulit

buah juga mengandung alkaloida dan polifenol. Kulit batang dan daun tanaman

lerak mengandung tanin. Senyawa aktif yang telah diketahui dari buah lerak

adalah senyawa–senyawa dari golongan saponin dan sesquiterpen.32

2.4.2 Kandungan Senyawa Buah Lerak

Buah lerak memiliki potensi menjadi bahan alternatif karena mengandung

senyawa-senyawa aktif seperti, saponin, alkaloid, tannin, kuinon, steroid dan

fenol.34

Saponin merupakan senyawa glikosida triterpenoida ataupun glikosida

steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun

serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan

menghemolisa sel darah merah. Saponin banyak ditemukan dalam tumbuhan.

Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan

air dan dikocok, akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama.32

Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter. Saponin

memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput

lendir. Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau

hemolisis pada darah. Saponin bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan

banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan.32

Saponin yang bersifat keras

atau racun biasa disebut sebagai Sapotoksin. Sapotoksin pada biji lerak berpotensi

sebagai insektisida, mengurangi jerawat dan kudis.13

Selain saponin yang dapat memberikan efek foaming agent, buah lerak

juga memilki senyawa aktif lainnya yang memiliki kemampuan antibakteri

sebagai alternatif bahan pasta gigi. Flavonoid merupakan senyawa dapat merusak

membran sel karena sifatnya yang lipofilik dan kemampuannya membentuk

komplek dengan protein ekstraseluler. Senyawa fenol bersifat toksik terhadap

mikroorganisme karena dapat menginhibisi enzim penting mikroorganisme

sehingga mengganggu fungsi sel serta perusakan senyawa protein yang dapat

mengganggu semipermeabilitas membran sel. Alkaloid dapat berikatan dengan

DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel diikuti kematian sel.17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

24

2.5 Kerangka Teori

Konsep Keseimbangan Karies

Jumlah koloni bakteri biofilm

pada permukaan gigi yang tinggi Tindakan oral hygiene dan

penggunaan agen antibakteri

Pasta gigi

Bahan

pengikat

Bahan

pembersih

dan pemoles

Bahan

pengawet Bahan

pewarna

Bahan

pemanis

dan

penambah

rasa

Bahan

deterjen

Bahan pelembab

Bahan

kosmetik dan

teraupetik

Bahan alami Bahan sintetik

Sodium Lauryl Sulphate (SLS) Lerak (Sapindus rarak DC)

Inhibisi enzim

bakteri dan plak

Saponin, flavonoid,

alkaloid, polifenol

?

Diet

karbohidrat

yang dapat

difermentasi

Disfungsi

saliva

Faktor

Patologis

Faktor Protektif

Aliran saliva

dan

komponennya

Kalsium,

fosfat,

fluor

Tingkat

kebersihan

rongga mulut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

25

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan dengan menguji efek ekstrak etanol buah lerak

(Sapindus rarak DC) dengan konsentrasi 7,5% sebagai alternatif pasta gigi

terhadap pertumbuhan jumlah koloni bakteri biofilm pada permukaan gigi dengan

pengkulturan pada media tumbuh.

3.2 Hipotesis Penelitian

1. Pasta gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan

konsentrasi 7,5% mempunyai efek antibakteri dalam menurunkan jumlah koloni

bakteri biofilm pada permukaan gigi.

2. Terdapat perbedaan pengaruh pasta gigi ekstrak etanol buah lerak

(Sapindus rarak DC) dengan konsentrasi 7,5% dengan pasta gigi yang

mengandung sodium lauryl sulfat (SLS) terhadap jumlah koloni bakteri biofilm

pada permukaan gigi.

Pasta gigi yang mengandung

Sodium lauryl sulfat (SLS)

Jumlah koloni bakteri

biofilm pada permukaan

gigi

Pasta gigi ekstrak etanol buah lerak

(Sapindus rarak DC) dengan

konsentrasi 7,5%

Variabel Bebas Variabel Tergantung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

26

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental quasi dengan rancangan

pre and post test control group design dan teknik pengambilan sampel dengan

teknik simple random sampling.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

1. Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara untuk tempat pembuatan ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC)

7,5% dan pasta gigi sodium lauryl sulfat (SLS).

2. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara untuk tempat pengkulturan dan penghitungan jumlah koloni bakteri biofilm

pada permukaan gigi.

3. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara untuk tempat

pengambilan sampel penelitian.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2018.

4.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara angkatan 2017 yang masih aktif. Pemilihan sampel

berdasarkan subjek yang memenuhi kriteria sebagai sampel, dengan kriteria

inklusi dan eksklusi sebagai berikut.

Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi yang bersedia menjadi sampel

penelitian dengan menandatangani informed consent.

2. Mempunyai risiko karies sedang.

Kriteria Eksklusi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

27

1. Memakai piranti ortodonti cekat atau lepasan.

2. Memakai protesa.

3. Menderita penyakit sistemik.

4. Mengkonsumsi atau terapi obat-obatan.

4.3.2 Sample

Koloni bakteri rongga mulut yang telah diisolasi dan dibiakkan dengan

media agar.

4.3.3 Besar sample

Besar sampel penelitian dihitung dengan menggunakan rumus yaitu:

n =

Keterangan:

n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing kelompok

S = Perkiraan standard deviasi populasi dari penelitian sebelumnya

(0,07408)

Zα = Nilai standar dari alpha yaitu kesalahan tipe 1 (0,05)

Zβ = Nilai standar dari beta yaitu kesalahan tipe 2 (0,1)

X1- X2 = Perkiraan selisih harga mean populasi yang diduga (8% = 0,08)

Dalam penelitian ini didapatkan besar sampel minimum adalah 9 untuk

tiap kelompok. Selanjutnya besar sampel ini dilakukan pembulatan ke atas

menjadi 10.

Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yang masing-masing kelompok

terdiri dari 10 sampel, ketiga kelompok ini yaitu:

Kelompok 1: Kelompok yang mendapatkan perlakuan berupa pasta

gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% (10 sampel)

9

08,0

24016736,0

08,0

07408,0282,196,1

)(

2

2

2

12 xx

SZZ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

28

Kelompok 2: Kelompok kontrol positif yang diberikan pasta gigi yang

mengandung sodium lauryl sulfat, sebagai kontrol positif dianggap

persentase antibakteri terhadap koloni bakteri biofilm permukaan gigi

100% (10 sampel)

Dari masing-masing kelompok dilakukan penghitungan jumlah koloni

bakteri biofilm pada permukaan gigi sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan

jumlah keseluruhan sampel adalah 20 sampel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

29

4.4 Variabel penelitian

Variabel tergantung

Pertumbuhan koloni bakteri

biofilm pada permukaan gigi

Variabel Terkendali

a. Jenis dan asal tumbuhan lerak (Desa

Jetisdonolayan, Kelurahan Donoharjo,

Kecamatan Ngaglik, Yogyakarta).

b. Berat buah lerak

c. Lama waktu pengeringan (±7 hari)

d. Suhu lemari pengeringan (± 40oC)

e. Kecepatan mesin penghalusan (22.000 ppm)

f. Waktu penghalusan (± 30 detik)

g. Waktu maserasi (3 jam)

h. Jenis etanol yang digunakan (etanol 70%)

i. Nomor kertas penyaring (Whatmann no. 42)

j. Kecepatan aliran perkolator (20 tetes/menit)

k. Suhu penguapan rotavapor (40oC)

l. Berat pasta gigi pada setiap perlakuan (1 gram)

m. Sikat gigi dengan permukaan bulu sikat rata

n. Lama menyikat gigi (2 menit)

o. Skor resiko karies (sedang)

p. Teknik menyikat gigi (teknik bass)

q. Media pertumbuhan (PCA)

r. Suhu inkubasi (37oC)

s. Waktu pembiakan (24 jam)

t. Teknik pengkulturan

Variabel bebas

- Pasta gigi dengan bahan deterjen

ekstrak etanol buah lerak

(Sapindus rarak DC) 7,5%.

- Pasta gigi dengan bahan deterjen

sodium lauryl sulfat (SLS).

Variabel Tidak Terkendali

a. Geografis tempat tumbuh lerak

(kondisi tanah, iklim, curah hujan

dan lingkungan sekitar tanaman)

b. Umur buah lerak

c. Perlakuan buah lerak selama

pertumbuhan

d. Kekuatan menyikat gigi dari setiap

subjek penelitian

e.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

30

4.4.1 Variabel bebas

- Pasta gigi dengan bahan deterjen ekstrak etanol buah lerak (Sapindus

rarak DC) 7,5%.

- Pasta gigi dengan bahan deterjen sodium lauryl sulfat (SLS).

4.4.2 Variabel Tergantung

Pertumbuhan koloni bakteri biofilm pada permukaan gigi dengan

mengamati sampel yang diambil dari media tanam dengan menghitung jumlah

koloni bakteri biofilm menggunakan colony counter.

4.4.3 Variabel Terkendali

a. Jenis dan asal tumbuhan lerak (Desa Jetisdonolayan, Kelurahan

Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Yogyakarta).

b. Berat buah lerak.

c. Lama waktu pengeringan (±7 hari).

d. Suhu lemari pengeringan (± 40oC).

e. Kecepatan mesin penghalusan (22.000 ppm).

f. Waktu penghalusan (± 30 detik).

g. Waktu maserasi (3 jam).

h. Jenis etanol yang digunakan (etanol 70%).

i. Nomor kertas penyaring (Whatmann no. 42).

j. Kecepatan aliran perkolator (20 tetes/menit).

k. Suhu penguapan rotavapor (40oC).

l. Berat pasta gigi pada setiap perlakuan (1 gram).

m. Sikat gigi dengan permukaan bulu sika rata.

n. Lama menyikat gigi (2 menit).

o. Skor resiko karies (sedang)

p. Teknik menyikat gigi (teknik bass).

q. Media pertumbuhan (PCA).

r. Suhu inkubasi (37oC).

s. Waktu pembiakan (24 jam).

t. Teknik pengkulturan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

31

4.4.4 Variabel Tidak Terkendali

a. Geografis tempat tumbuh lerak (kondisi tanah, iklim, curah hujan dan

lingkungan sekitar tanaman).

b. Umur buah lerak.

c. Perlakuan buah lerak selama pertumbuhan

d. Kekuatan menyikat gigi dari setiap subjek penelitian

4.5 Definisi Operasional

No. Variabel Bebas Definisi Operasional Alat Ukur Satuan

Ukur

Skala

Ukur

1. Pasta gigi

ekstrak etanol

buah lerak

7,5%

Ekstrak yang diperoleh

dengan melakukan

ekstraksi lerak dengan

pelarut etanol dalam

perkolator dan diuapkan

sehingga diperoleh

ekstrak kental lerak.

Kemudian 7,5 mg

ekstrak kental lerak

dicampurkan dengan

dengan bahan pasta gigi.

Timbangan Gram dan

mililiter

Nominal

2.

Pasta gigi

mengandung

SLS (kontrol

positif)

Pasta gigi yang diperoleh

dari pencampuran bahan

berupa kalsium karbonat,

kalsium hidroksida,

magnesium karbonat,

gliserin, gom arab,

natrium lauril sulfat,

asam sitrat, sakarin,

nipagin dan aquades.

Timbangan Gram dan

mililiter

Nominal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

32

No Variabel

Tergantung

Definisi Operasional Alat ukur Satuan

ukur

Skala

ukur

1. Pertumbuhan

bakteri biofilm

pada permukaan

gigi dengan

mengamati

sampel yang

diambil dari

media tanam.

Menghitung jumlah

pertumbuhan koloni

bakteri biofilm

dengan mengamati

sampel yang diambil

dari media tanam

setelah diinkubasi

selama 24 jam pada

suhu 37oC

Colony

counter

CFU/ml Rasio

4.6 Bahan dan Alat Penelitian

4.6.1 Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah:

1. Buah lerak 1 Kg (Jetisdonolayan, Kelurahan Donoharjo, Kecamatan

Nganglik, Yogyakarta) (Gambar 5A)

2. Akuades (Kimia Farma, Indonesia)

3. Etanol 70% (Kimia Farma, Indonesia)

4. Media agar (Gambar 5B)

5. Bakteri biofilm

6. Kalsium Hidroksida (Gambar 5C)

7. Kalsium Karbonat (Gambar 5C)

8. Glyserin (Gambar 5C)

9. Gom Arab (Gambar 5C)

10. Asam Sitrat (Gambar 5C)

11. Sakarin (Gambar 5C)

12. Nipagin (Gambar 5C)

13. Magnesium Karbonat (Gambar 5C)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

33

14. Sodium Lauryl Sulfat (Gambar 5C)

Gambar 5. A. Buah lerak (Jetisdonolayan, Kelurahan Donoharjo, Kecamatan

Nganglik, Yogyakarta); B. Media agar dalam sebuah petri; C.

Kalsium karbonat, kalsium hidroksida, magnesium karbonat, gom

arab, asam sitrat, sakarin, nipagin, sodium lauryl sulfat, dan glyserin

4.6.2 Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan adalah:

1. Alat timbang elektronik

2. Timbangan

3. Alat destilasi pelarut (Gambar 7)

4. Pisau

5. Blender (Gambar 8)

6. Erlenmeyer

7. Vacuum rotavapour

8. Kertas saring

( A ) ( B )

( C )

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

34

9. Perkolator (Gambar 6)

10. Tungku pemanas

11. Ose

12. Pipet mikro (Gambar 10)

13. Vortex (Gambar 9)

14. Tabung reaksi

15. Corong kaca

16. Gelas ukur (Gambar 12)

17. Kulkas

18. Inkubator (Gambar 15)

19. Autoklaf (Gambar 11)

20. Batang pengaduk kaca

21. Piring petri

22. Coreborer

23. Kapas lidi steril

24. Kaliper

25. Masker

26. Sarung tangan

27. Mortar

28. Tabung saliva

29. Pengukur pH (Gambar 13)

30. Colony counter (Gambar 14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

35

Gambar 6. Perkolator Gambar 7. Alat destilasi pelarut

Gambar 8. Blender Gambar 9. Vortex

Gambar 10. Pipet mikro Gambar 11. Autoklaf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

36

Gambar 12. Gelas ukur Gambar 13. Pengukur ph

Gambar 14. Alat colony counter Gambar 15. Inkubator

secara komputerisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

37

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Ekstraksi Buah Lerak

Ekstraksi dilakukan berdasarkan ekstraksi yang telah dilakukan penelitian

terdahulu yaitu sebanyak 1 kg buah lerak dicuci dengan air mengalir lalu

ditimbang sebanyak 940 gram setelah diambil bijinya dan daging buah dipotong

kecil ± lebar 3 mm (Gambar 17), lalu dikeringkan dalam lemari pengeringan pada

temperatur ± 40oC selama seminggu (Gambar 16). Potongan daging buah yang

telah kering ditimbang sebanyak 550 gram, kemudian dihaluskan dengan blender

(Gambar 18), diayak dan didapat serbuk seberat 500 gram lalu disimpan dalam

wadah plastik tertutup. Tambahkan etanol 70% sebanyak 800 ml untuk maserasi

lalu disimpan dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 3 jam (Gambar 19).

Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator dengan hati-

hati sambail sesekali ditekan, kemudian tuangkan etanol destilasi sebanyak 200 ml

dan disaring dengan selapis kertas saring. Biarkan sampai cairan mulai menetes,

perkolator, ditutup dan dibiarkan selama 24 jam (Gambar 21). Cairan dibiarkan

menetes dengan kecepatan ± 20 tetes/menit, etanol ditambahkan berulang-ulang

secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyair dan simplisia. Perkolat

diuapkan dengan alat vacuum rotavapor pada suhu tidak lebih dari 50oC selama 5

jam hingga diperoleh ekstrak kental dengan konsentrasi seperti madu berwarna

coklat kekuningan (Gambar 23). Ekstrak etanol buah lerak dimasukkan ke dalam

tabung bening (Gambar 24), lalu disimpan selama satu hari di tempat yang sejuk.

Gambar 16. Sebanyak 1 kg buah lerak Gambar 17. Buah lerak yang sudah kering

dikeringkan dalam lemari pengering dipotong-potong dan dipisahkan dari

dengan temperatur 40oC selama bijinya

seminggu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

38

Gambar 18. Buah lerak kering kemudian Gambar 19. Serbuk simplisia dimaserasi

dihaluskan dengan blender sehingga dengan memasukkan ke wadah tertutup,

dihasilkan serbuk simplisia ditambahkan etanol 70%. Diaduk-aduk

kemudian didiam selama 24 jam

Gambar 20. Hasil maserasi kemudian Gambar 21. Maserat kemudian disaring

disimpan dalam sebuah wadah menggunakan perkolator dan hasilnya

ditampung dalam botol plastik

Gambar 22. Hasil penyaringan berupa Gambar 23. Hasil ekstrak diuapkan

ekstrak cair buah lerak dengan rotavapor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

39

Gambar 24. Hasil penguapan berupa

ekstrak kental buah lerak

4.7.2 Pembuatan Pasta Gigi

1. Pencampuran massa I

Masukkan kalsium karbonat 44 gram, kalsium hidroksida 1 gram dan

magnesium karbonat 2 gram ke dalam mortar (Gambar 25) dan gerus hingga halus,

kemudian tambahkan gliserin 30 gram dan campur hingga homogen (Gambar 26).

Gambar 25. Campurkan kalsium karbonat, Gambar 26. Campuran digerus

kalsium hidroksida, dan magnesium halus, tambahkan gliserin

karbonat ke dalam mortar campur hingga homogen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

40

2. Pencampuran massa II

Masukkan gom arab 2 gram dan akuades (lima kali lipat jumlah gom arab)

ke dalam mortar, gerus hingga massa seperti gel (Gambar 28), kemudian

tambahkan asam sitrat 5 gram (Gambar 27).

Gambar 27. Campurkan gom arab, Gambar 28. Gerus campuran dalam

dan akuades, kemudian gerus hingga mortar hingga seperti gel

menjadi gel, tambahkan asam sitrat

3. Pencampuran massa III

Masukkan sakarin 0,2 gram dan nipagin 0,1 gram ke dalam mortar dan

haluskan, lalu tambahkan massa I dan II sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga

homogen (Gambar 29).

Gambar 29. Masukkan sakarin,

nipagin ke dalam mortar serta

tambahkan massa I dan II perlahan

4. Campurkan pada massa I, II, dan III yang telah homogen dengan bahan

deterjen yaitu:

- Untuk pasta gigi dengan bahan deterjen ekstrak etanol buah lerak 7,5%,

tambahkan ekstrak etanol buah lerak 7,5 gram (Gambar 30).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

41

- Untuk pasta gigi dengan bahan deterjen SLS (kelompok kontrol),

tambahkan SLS 2 gram.

Gambar 30. Tambahkan ekstrak Gambar 31. Massa pasta gigi lerak

etanol buah lerak yang sudah homogen

5. Kemudian tambahkan akuades sampai komposisi massa pasta gigi

mencapai 100 gram.

6 Masukkan pasta ke dalam tube pasta gigi (Gambar 32).

Gambar 32. Pasta gigi

dalam tube pasta gigi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

42

4.7.3 Prosedur Perlakuan Sampel

4.7.3.1 Tahap Persiapan

Kunjungan I

Dilakukan pendataan terhadap populasi penelitian yaitu Mahasiswa FKG

USU angkatan 2017. Kemudian subjek penelitian dipilih sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan.

Kunjungan II

Pemeriksaan resiko karies dengan metode kariogram yang dilakukan

secara langsung:

- Tahap pertama, pemeriksaan pengalaman karies dengan mengukur skor

DMFT sampel. Skor DMFT (decay, missing, filling) ditentukan dari nilai total

akhir yaitu, skor 0 = ≤1, skor 1 = 2-3, skor 2 = 4-5, dan skor 3 ≥6.

- Tahap kedua, pemeriksaan asupan makanan yang sering dikonsumsi di

antara jam makan yaitu, skor 0 = rendah, skor 1 = sedang, skor 2 = tinggi, skor 3

= sangat tinggi.

- Tahap ketiga, pemeriksaan frekuensi makan dalam 1 hari yaitu, skor 0 =

tiga kali, skor 1 = lima kali, skor 2 = tujuh kali, skor 3 = lebih dari tujuh kali.

- Tahap keempat, banyaknya plak dengan metode Loe & Silness.

Penentuan krieterianya dengan kriteria oral hygiene yaitu, skor 0 = sangat baik,

skor 1 = baik, skor 2 = kurang baik, skor 3 = buruk.

- Tahap kelima, pengalaman aplikasi fluor yaitu, skor 0 = rutin, skor 1 =

kadang-kadang, skor 2 = hanya dari pasta gigi, skor 3 = tidak pernah.

- Tahap keenam, pemeriksaan sekresi saliva (Gambar 33) yaitu, skor 0 =

0,25-0,35 ml/menit, skor 1 = 0,1-0,25 ml/menit, skor 2 = < 0,1 ml/menit.

Gambar 33. Pengukuran sekresi saliva

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

43

- Tahap ketujuh, pemeriksaan buffer saliva (Gambar 34) yaitu, skor 0 =

>6,8, skor 1 = 6,6-6,5, skor 2 = <6.

Gambar 34. Pengukuran buffer saliva

- Tahap kedelapan, penilaian klinis oleh peneliti dengan melihat secara

keseluruhan kebersihan rongga mulut yaitu, skor 0 = lebih positif dari kariogram,

skor 1 = normal atau sama dengan hasil kariogram, skor 2 = lebih buruk dari

kariogram, skor 3 = jauh lebih buruk dari hasil kariogram.

Selanjutnya keseluruhan tahap skor di atas direkapitulasi secara

komputerisasi dengan aplikasi kariogram. Pada aplikasi tersebut terdapat diagram

pie yang terdiri beberapa kriteria dan dibedakan dengan warna. Penentuan resiko

karies dengan memperhatikan sektor hijau yaitu peluang untuk menghindari karies.

Kriteria resiko karies terbagi atas tiga yaitu, resiko rendah = sektor hijau >75%,

resiko sedang = sektor hijau 25-75%, resiko tinggi = sektor hijau < 25% (Gambar

35).

Gambar 35. Aplikasi kariogram dengan diagram pie pada bagian tengahnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

44

Kunjungan III

1. Subjek penelitian terpilih kemudian diberi penjelasan mengenai

prosedur penelitian dan diminta untuk mengisi lembar informed consent.

2. Subjek penelitian dibagi ke dalam dua kelompok

- Kelompok 1: Perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi buah lerak 7,5%

- Kelompok 2: Perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi SLS

3. Instruksi sehari sebelum pengambilan sampel biofilm berupa instruksi

menyikat gigi pada malam hari dan setelah sarapan pagi.

4.7.3.2 Tahap Pelaksanaan

Kunjungan IV

Pengambilan sampel pre test

1. Pada pagi hari, dilakukan pengambilan sampel biofilm permukaan gigi

dengan cotton swab steril pada permukaan bukal gigi molar satu kiri rahang atas

(Gambar 36)

2. Hapusan biofilm pada cotton swab dimasukkan ke dalam tabung reaksi

berisi 9 ml larutan NaCl 0,9% yang telah disterilkan sebelumnya di dalam

autoclaf selama 15 menit. Tabung reaksi ditutup dan diberi label sampel pre test

(Gambar 43).

Gambar 36. Pengambilan sampel

pre test

3. Sampel pre test dibawa ke laboratorium untuk diinkubasi selama 24 jam.

4. Pemberian instruksi kepada sampel penelitian untuk menghindari diet

karbohidrat tinggi sebelum perlakuan menyikat gigi dan pengambilan sampel post

test.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

45

5. Perlakuan menyikat gigi

Untuk memperkecil angka kesalahan pada penelitian, maka dilakukan

persamaan persepsi antara subjek dengan mengajarkan cara menyikat gigi dengan

teknik bass, yaitu:

- Bulu sikat ditempatkan pada tepi gingiva membentuk sudut 45°

terhadap poros panjang gigi (Gambar 37A). Dengan tekanan disertai getaran,

ujung bulu sikat ditekankan ke sulkus gingiva dan embrasur interproksimal, bila

benar gingiva terlihat pucat.

- Sikat digerakkan maju mundur pendek-pendek 20 kali (Gambar 37B)

dengan ujung sikat tidak boleh keluar dari sulkus atau daerah interproksimal.

Gambar 37. A. Ujung bulu sikat ditempatkan pada tepi gingiva membentuk sudut

45o; B. Sikat maju mundur pendek-pendek

- Penyikatan permukaan vestibular gigi kaninus dilakukan dalam dua tahap

untuk mencegah tercakupnya prominensia yakni setengah bagian distal disikat

bersama gigi sebelah distalnya (Gambar 38A) dan setengah bagian mesial disikat

bersama gigi sebelah mesialnya (Gambar 38B).

Gambar 38. Penyikatan gigi kaninus A. Setengah bagian distal;

B. Setengah bagian mesial

A B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

46

- Penyikatan permukaan oral gigi anterior maksila dan mandibula

dilakukan dengan dua cara. Bila lengkung gigi cukup besar bulu sikat ditempatkan

secara horizontal (Gambar 39A) diantara gigi kaninus kiri dan kanan. Bila

lengkung gigi tidak cukup lebar, bulu sikat ditempatkan secara vertikal (Gambar

39B).

Gambar 39. A. Bulu sikat ditempatkan secara horizontal; B. Bulu sikat

ditempatkan secara vertikal

- Penyikatan pada permukaan oklusal (Gambar 40), bulu sikat ditekankan

kuat-kuat ke permukaan oklusi gigi sampai ujung bulu sikat tertekan sedalam

mungkin ke pit dan fisur, sikat digerakkan maju mundur pendek-pendek sebanyak

20 kali pada setiap segmen.

Gambar 40. Penyikatan pada permukaan oklusal

- Penyikatan dilakukan secara sistematis dimulai dari permukaan lingual

kiri rahang bawah ke lingual kanan. Kemudian permukaan palatal kanan rahang

atas ke palatal kiri. Lalu menyikat permukaan bukal kiri rahang atas ke bukal

kanan. Dilanjutkan ke permukaan bukal kanan rahang bawah ke bukal kiri.

Kemudian penyikatan permukaan oklusal gigi posterior rahang bawah kiri dan

kanan, serta rahang atas kanan dan kiri.

A B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

47

Subjek penelitian kelompok I perlakuan diberi pasta gigi mengandung

ekstrak etanol buah lerak 7,5% seberat 1 gram yang diratakan pada bulu sikat gigi

dan lakukan penyikatan selama 2 menit. Subjek kelompok kontrol positif diberi

pasta gigi mengandung SLS sebesar 1 gram yang diratakan pada bulu sikat gigi

dan dilakukan penyikatan selama 2 menit (Gambar 41).

Gambar 41. Penyikatan gigi

dengan pasta gigi

7. Selanjutnya biofilm pada permukaan gigi posterior bagian bukal (molar

pertama kiri) diambil menggunakan cotton swab untuk penghitungan jumlah

bakteri sesudah perlakuan (post test) (Gambar 42).

Gambar 42. Pengambilan sampel post test

8. Dengan bantuan ekskavator sampel post test dimasukkan ke dalam

tabung reaksi berisi larutan NaCl steril sebanyak 5 ml (Gambar 44), lalu

diinkubasi selama 24 jam untuk nantinya dilakukan pengenceran 1/10 sebanyak

tiga kali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

48

9. Kemudian dari pengenceran tersebut diambil 5 ml dengan mikropipet,

dilakukan penanaman pada media Nutrient Agar (NA) dan disimpan dalam

inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.

10. Jumlah bakteri pada setiap piring petri yang tumbuh dihitung

menggunakan colony counter dengan CFU.

Gambar 43. Sampel pre test Gambal 44. Sampel post test

dalam tabung larutan NaCl dalam tabung larutan NaCl

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

49

4.7.4 Pengamatan Jumlah Bakteri

Pengamatan dilakukan setalah dilakukan inkubasi selama 24 jam pada

suhu 37oC, sampel ditanamkan dalam media agar. Pengamatan dilakukan dengan

menghitung jumlah koloni bakteri pada permukaan agar menggunakan colony

counter.

1. Sampel biofilm gigi 26 diencerkan (Gambar 45) dan media agar tempat

tumbuh bakteri dimasukkan ke dalam piring petri (Gambar 46).

Gambar 45. Sampel yang sudah Gambar 46. Media agar dimasukkan ke

diencerkan dalam piring petri

2. Penanaman bakteri ke dalam piring petri dengan micropipet (Gambar

48), sebelumnya tabung di-vortex (Gambar 47).

Gambar 47. Tabung di-vortex Gambar 48. Penanaman bakteri ke

dalam proses pengenceran dalam piring petri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

50

3. Bakteri yang sudah ditanam, kemudian diinkubasi selama 24 jam

dengan suhu 37oC (Gambar 49). Setelahnya dilakukan penghitungan koloni

bakteri dengan colony counter (Gambar 50).

Gambar 49. Bakteri diinkubasi ke Gambar 50. Piring petri diletakkan

dalam inkubator di bawah colony counter

4. Hasil inkubasi koloni bakteri biofilm (Gambar 51 dan 52).

Gambar 51. Contoh hasil pre test Gambar 52. Contoh hasil post test

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

51

5. Hasil penghitungan jumlah koloni bakteri biofilm dengan colony

counter (Gambar 53, 54, 55, dan 56).

Gambar 53. Bentuk koloni pre test SLS Gambar 54. Bentuk koloni post test SLS

Gambar 55. Bentuk koloni pre test Gambar 56. Bentuk koloni post test ekstrak

ekstrak etanol buah lerak 7,5% etanol buah lerak 7,5%

4.8 Analisa Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dan dianalisis secara

statistik dengan tingkat kemaknaan (a = 0,05) dengan uji statistik yaitu uji t

dependent dan t independent.

Koloni

Koloni

Koloni

Koloni

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

52

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Ekstrak Etanol Buah Lerak

Ekstrak etanol buah lerak dihasilkan dari 1 kg buah lerak yang dikeringkan

setelahnya dihaluskan untuk mendapatkan serbuk simplisia. Serbuk ini kemudian

dimaserasi dengan etanol 70%, disaring dengan perkolator. Setelahnya diuapkan

dengan vaccum rotavapor menghasilkan ekstrak kental buah lerak dan berwarna

kecoklatan. Ekstrak ini kemudian disimpan dalam wadah tertutup (Gambar 57).

Gambar 57. Ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC)

5.2 Pasta Gigi Ekstrak Etanol Buah Lerak 7,5%

Pasta gigi ini merupakan campuran dari massa I yaitu kalsium karbonat,

kalsium hidroksida dan magnesium karbonat ditambah gliserin. Massa II yaitu

gom arab, aquades, dan asam sitrat. Massa III yaitu sakarin dan nipagin.

Kemudian tambahkan ekstrak etanol buah lerak sebanyak 7,5 gram untuk

mendapatkan konsentrasi 7,5% (Gambar 58) dan dikemas dalam tube pasta gigi.

Gambar 58. Pasta gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

53

5.3 Data Jumlah Koloni Bakteri Biofilm

Penelitian ini dilakukan terhadap 20 orang sampel yang dibagi secara acak

ke dalam 2 kelompok. Kelompok I adalah 10 orang sampel yang diberikan

perlakuan berupa menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5%,

kelompok II adalah 10 orang sampel yang diberikan perlakuan berupa menyikat

gigi dengan pasta gigi SLS. Sebelumnya kedua kelompok sampel tersebut diukur

tingkat resiko kariesnya menggunakan aplikasi kariogram. Tingkat resiko karies

yang masuk dalam kriteria inklusi adalah sampel dengan resiko karies sedang.

Data penghitungan jumlah koloni bakteri biofilm pada masing-masing kelompok

yang diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data jumlah koloni bakteri biofilm kelompok I yaitu pasta gigi ekstrak

etanol buah lerak 7,5% dan kelompok II yaitu pasta gigi SLS, sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan.

No. Nama

Sampel

Pasta Gigi Ekstrak Etanol

Buah Lerak 7,5 (CFU/ml)

Pasta Gigi SLS

(CFU/ml)

Pre Test Post Test Pre Test Post Test

1. 001 962 x 103 311 x 10

3 388 x 10

3 79 x 10

3

2. 002 549 x 103 30 x 10

3 156 x 10

3 18 x 10

3

3. 003 169 x 103 42 x 10

3 167 x 10

3 6 x 10

3

4. 004 593 x 103 211 x 10

3 11 x 10

3 4 x 10

3

5. 005 702 x 103 63 x 10

3 256 x 10

3 39 x 10

3

6. 006 288 x 103 117 x 10

3 212 x 10

3 22 x 10

3

7. 007 55 x 103 11 x 10

3 562 x 10

3 23 x 10

3

8. 008 472 x 103 200 x 10

3 95 x 10

3 45 x 10

3

9. 009 280 x 103

167 x 103

744 x 103

2 x 103

10. 010 48 x 103

19 x 103

33 x 103

7 x 103

Rata-rata

(X ± SD)

411.600 ±

297.205,95179

117.000 ±

101.657,37662

262.400 ±

236.719,80624

24.500 ±

24.098,17882

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

54

Rata-rata Koloni Bakteri

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

Pre Test

Pasta Gigi

Buah Lerak

Post Test

Pasta Gigi

Buah Lerak

Pre Test

Pasta Gigi

SLS

Post Test

Pasta Gigi

SLS

Rata-rata Koloni Bakteri

Gambar 59. Grafik rata-rata koloni bakteri biofilm kelompok pasta gigi buah lerak

7,5% dan pasta gigi SLS terhadap, sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

Dari tabel 1 dan gambar 59, pada kelompok I yaitu kelompok sampel yang

diberikan perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak

7,5% dan kelompok II yaitu kelompok sampel yang diberikan perlakuan menyikat

gigi dengan pasta gigi SLS dapat dilihat terjadi penurunan jumlah koloni bakteri

biofilm dari sebelum diberi perlakuan menjadi turun setelah diberi perlakuan.

Sebelum dilakukan analisis data, sebaran data jumlah koloni bakteri

biofilm kedua kelompok dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Uji ini

penting sebagai prasyarat dalam menggunakan uji t (Tabel 3 dan 4).

Tabel 3. Uji Normalitas

Nama Kelompok N Sig.

Kelompok I Sebelum 10 0,684

Sesudah 10 0,227

Kelompok II Sebelum 10 0,188

Sesudah 10 0,067

Hasil uji normalitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebaran data

pada kedua kelompok baik sebelum maupun sesudah perlakuan terdistribusi

dengan normal. Hal ini diinterpretasikan dari nilai signifikannya lebih besar dari

ambang batas maksimal 0,05 (Sig. > 0,05).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

55

Tabel 4. Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

0,224 1 18 0,642

Hasil uji homogenitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa varian dari

dua kelompok di atas adalah sama. Hal ini diinterpretasikan dari nilai

signifikannya lebih besar dari 0,05 (Sig. > 0,05).

Data jumlah koloni bakteri biofilm pada masing-masing kelompok

perlakuan baik sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan menggunakan

colony counter selanjutnya dianalisis menggunakan uji t dependent untuk melihat

nilai kemaknaan dari data sebelum dan sesudah perlakuan dalam satu kelompok.

Kemudian dilakukan uji t independent untuk melihat perbandingan nilai dari

kedua kelompok.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

56

5.4 Hasil Uji Statistik T Dependent dan Independent

Pada kelompok I yaitu menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak etanol

buah lerak 7,5%, rata-rata jumlah koloni bakteri sebelum perlakuan (pre test)

adalah 411.600 ± 297.205,95179 dan setelah perlakuan (post test) adalah 117.000

± 101.657,37662. Pada kelompok II yaitu menyikat gigi dengan pasta gigi SLS,

rata-rata jumlah koloni bakteri sebelum perlakuan (pre test) adalah 262.400 ±

236.719,80624 dan setelah perlakuan (post test) adalah 24.500 ± 24.098,17882

(Tabel 5).

Tabel 5. Nilai rata-rata jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah perlakuan pada

masing-masing kelompok.

No. Kelompok N

Rata-rata Jumlah Bakteri

(X ± SD) (CFU/ml)

Hasil Uji Statistik Sebelum

Perlakuan

Sesudah

Perlakuan

1. Kelompok I 10 411.600 ±

297.205,95179

117.000 ±

101.657,37662 P = 0,004

2. Kelompok

II 10

262.400 ±

236.719,80624

24.500 ±

24.098,17882 P = 0,011

*Kelompok I: pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5%; Kelompok II: pasta gigi

SLS

Dari tabel 5 di atas, pada kelompok I dan II dapat dilihat terjadi penu

runan nilai rata-rata jumlah koloni bakteri setelah pemberian perlakuan dibanding

sebelum pemberian perlakuan.

Data hasil pengujian efek antibakteri pada masing-masing kelompok

perlakuan baik sebelum maupun setelah perlakuan yang diperoleh menggunakan

colony counter selanjutnya dianalisis menggunakan uji t dependen untuk melihat

hubungan jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah perlakuan dalam hal ini

yang dimaksudkan efek antibakteri pasta setelah perlakuan dari tiap masing-

masing kelompok.

Hasil uji statistik t dependent pada kelompok I didapatkan nilai p value =

0,004. Dari hasil perhitungan statistik nilai p value = 0,004 (p < 0,05) dapat

diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara rata-rata jumlah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

57

koloni bakteri sebelum dan sesudah perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi

buah lerak 7,5%. Pada kelompok II didapatkan nilai p value = 0,011. Dari hasil

perhitungan statistik nilai p value = 0,011 (p < 0,050) sehingga dapat

diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah koloni

bakteri sebelum dan sesudah perlakuan menyikat gigi dengan pasta gigi SLS.

Kemudian kedua data kelompok tersebut dianalisis menggunakan uji t

independent untuk melihat perbandingan kedua kelompok perlakuan antara pasta

gigi etanol buah lerak 7,5% dan pasta gigi SLS (Tabel 6).

Tabel 6. Uji Statistik t independent antara kelompok I dan II

No. Kelompok N Rata-rata dari Selisih Jumlah

Bakteri (X ± SD) (CFU/ml) Hasil Uji Statistik

1. Kelompok I 10 294.600 ± 239.062,61383

P = 0,600

2. Kelompok

II 10 237.900 ± 236.168,70147

Hasil uji t independent di atas menunjukkan bahwa meskipun rata-rata

jumlah koloni bakteri biofilm permukaan gigi terjadi penurunan tetapi

perbandingan kedua kelompok menunjukkan hasil yang tidak signifikan pasta gigi

ekstrak etanol buah lerak 7,5% dalam menurunkan jumlah koloni bakteri. Hal ini

dapat diinterpretasikan dari nilai p value yang di atas, nilai p valuev = 0,600. Nilai

ini lebih besar dari nilai batas akhir 0,05 (p value > 0,05). Dengan hasil uji

tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara pasta gigi ekstrak

etanol buah lerak 7,5% dengan pasta gigi SLS dalam menurunkan jumlah koloni

bakteri biofilm pada permukaan gigi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

58

BAB 6

PEMBAHASAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental quasi dengan

rancangan penelitian pretest and posttest control group yaitu perbandingan efek

antibakteri antara menyikat gigi dengan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5%

dan pasta gigi SLS pada 20 orang sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok

perlakuan. Jenis penelitian quasi yang dilakukan oleh peneliti ini tergolong pada

fase II pada penelitian uji klinis yaitu menguji efek farmakologi suatu obat

terhadap sekelompok kecil penderita. Akan tetapi, penelitian ini tidak termasuk

dalam penelitian uji klinis karena jumlah sampel yang digunakan sebanyak 20

sampel sedangkan uji klinis jumlah sampel minimal yang digunakan 100 sampel.

Surat izin kelayakan etik penelitian ini diperoleh dari komisi etik penelitian

kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, No: 557/TGL/KEPK-

FK USU-RSUP HAM/2018.

Pada penelitian ini, 20 orang sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi

dan eksklusi penelitian. Sampel penelitian harus memiliki tingkat resiko karies

yang sedang yang diukur menggunakan kariogram. Pengukuran ini dilakukan

dengan mempertimbangkan beberapa aspek yaitu pengalaman karies (skor

DMFT), asupan makanan, frekuensi makanan, jumlah plak, aplikasi fluor, sekresi

saliva (selama 5 menit), buffer saliva, dan penilaian klinis. Masing-masing aspek

akan diberikan skor sesuai yang sudah ditetapkan yang selanjutnya dihitung resiko

kariesnya menggunakan aplikasi kariogram secara komputerisasi. Pengukuran

risiko karies terbagi atas 5 sektor yaitu hijau (peluang untuk menghindari karies),

biru (pola makan), merah (bakteri), biru muda (kerentanan), dan biru kuning

(keadaan lain yang berpengaruh). Hasil pengukuran risiko karies ditentukan oleh

sektor hijau yang menjelaskan peluang seseorang untuk menghindari karies yaitu

risiko rendah jika sektor hijau >75%, risiko sedang jika sektor hijau 25%-75%,

dan risiko tinggi jika sektor hijau <25%.1 Kelemahan pada pemeriksaan

kariogram ini, peneliti tidak melakukan pemeriksaan bakteri s. mutans pada

biofilm dalam usaha menghomogenkan sampel penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

59

Selain itu, sampel yang memenuhi resiko karies sedang masih memiliki

gigi 26 yang baik atau utuh serta sampel tidak boleh menggunakan perangkat

ortodonti, prostodonti, dan penyakit sistemik. Hal tersebut dapat menyebabkan

jumlah koloni bakteri bertambah atau berkurang dari biasanya sehingga hasilnya

menjadi bias. Penggunaan perangkat ortodonti dan prostodonti dapat

menyebabkan meningkatnya jumlah koloni bakteri sedangkan penderita penyakit

sistemik mengindikasikan penggunaan obat-obatan yang dapat menurunkan

maupun meningkatkan jumlah koloni bakteri.

Penelitian ini mengambil hapusan biofilm permukaan gigi 26 yang

diketahui biofilm merupakan tempat melekatnya koloni bakteri penyebab karies

untuk dapat hidup. Hapusan biofilm dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan

sesudah perlakuan berupa menyikat gigi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan

perbandingan jumlah koloni bakteri sampel sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan sehingga dapat diketahui efek antibakteri dari kedua pasta tersebut.

Hapusan biofilm pertama (pre test) dilakukan pada pagi hari pada saat sampel

sampai di lokasi penelitian yaitu Fakultas Kedokteran Gigi USU dan hapusan

kedua (post test) dilakukan pada saat jam ishoma setelah melakukan penyikatan

menggunakan pasta gigi.

Pengujian efek antibakteri dilakukan dengan menggunakan colony counter

secara komputerisasi untuk menghitung jumlah koloni bakteri sebelum dan

sesudah perlakuan. Penggunaan colony counter secara komputerisasi dipilih

karena dipercaya memiliki tingkat keakuratan yang baik dan mempermudah serta

mempercepat proses penghitungan jumlah koloni bakteri. Objek penelitian untuk

menghitung jumlah koloni bakteri diperoleh dari hapusan biofilm gigi 26 (molar

pertama kiri rahang atas) yang dimasukkan ke dalam tabung berisi larutan NaCl,

selanjutnya larutan tersebut akan diecerkan untuk ditanamkan pada media PCA

(plate count agar). Media PCA tersebut akan diinkubasi selama 24 jam sebelum

dihitung jumlah koloni bakterinya.

Pada penelitian lain sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Adam, dkk

(2017) yaitu meneliti pasta gigi mengandung enzim dan protein terhadap ekologi

mikroba plak dalam rongga mulut. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian

studi klinis dengan kriteria umur 18 tahun ke atas dengan jumlah sampel sebanyak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

60

111 sampel. Penelitian ini mengharuskan (inklusi) sampel memiliki minimal 20

gigi dan tidak menggunakan antibiotik atau mendapatkan pembersihan gigi oleh

profesional dalam kurung 1 bulan terakhir. Sampel yang digunakan tidak boleh

(eksklusi) yaitu ibu hamil, ibu menyusui, penderita diabetes, pengguna gigi tiruan,

perokok dalam 6 bulan terakhir, penggunaan obat-obatan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian dan karies yang tidak terawat/penderita

periodontitis. Penelitian menggunakan randomisasi untuk menentukan perlakuan

dengan paralel kelompok studi. Pada tahap awal semua sampel penelitian

diberikan pasta gigi fluor dengan penggunaan selama 4 minggu di rumah.

Kemudian setelah 4 minggu, dilakukan pengambilan biofilm pada permukaan

rahang atas untuk pemeriksaan. Sampel penelitian kemudian dibagi kedalam 2

kelompok pasta gigi yaitu kelompok 1 merupakan kelompok perlakuan pasta gigi

dengan kandungan enzim dan protein sedangkan kelompok 2 merupakan pasta

gigi fluor tanpa enzim dan protein. Sampel diinstruksikan untuk menyikat gigi

selama 14 hari dengan frekuensi 2 kali sehari menggunakan pasta gigi tersebut

sesuai kelompok masing-masing. Setelahnya, sampel biofilm diambil dari

permukaan rahang atas dan dilakukan analisis.38

Hal ini tentu cukup berbeda

dengan penelitian ini yang membagi sampe penelitian kedalam 2 kelompok tanpa

ada perlakuan pendahaluan dengan pasta gigi fluor dan pengambilan sampel

dilakukan dalam 1 hari saja.

Proses pengambilan sampel, kelompok I diberikan perlakuan menyikat

gigi berupa pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5%. Berdasarkan hasil uji

statistik t dependent, pada kelompok ini terlihat perbedaan yang signifikan (p <

0,05) yaitu p value 0,004 (Tabel 5) dengan rata-rata penurunan sebesar 294.600

koloni bakteri (Tabel 6). Hal ini dikarenakan buah lerak memiliki kandungan

saponin yang tinggi sebesar 28%. Saponin dikenal sebagai senyawa yang dapat

menyebabkan busa sebagai foaming agent sama seperti efek yang diberikan oleh

SLS pasta gigi komersil pada umumnya. Selain itu, buah lerak juga mengandung

senyawa aktif flavonoid, polifenol, dan alkaloid yang dapat berfungsi sebagai

antibakteri.13

Hasil ini sesuai dengan pernyataan Purwayudha (2010) yang mempelajari

bahwa air rebusan buah lerak 5% dalam komposisi pasta gigi dapat berperan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

61

sebagai foaming agent yang menghasilkan busa yang bersifat stabil setelah proses

penyikatan gigi dalam waktu 2 menit.12

Pernyataan di atas didukung dengan hasil

skrining fitokimia dan analisis kromatografi oleh Fajriaty, dkk (2017) terhadap

lapisan tipis dari ekstrak etanol buah lerak mengandung senyawa golongan

senyawa metabolit sekunder alkaloid, saponin, tannin, kuinon, steroid/terpenoid,

dan fenol. Ekstrak etanol buah lerak memiliki aktivitas saponin yang tinggi

dengan nilai indeks busa 20000.

Menurut Yanti (2016), saponin bekerja sebagai surfaktan atau deterjen

akan menyerang lapisan batas sel bakteri melalui ikatan gugus polar saponin

dengan polisakarida dan peptidoglikan serta gugus non-polar saponin dengan LTA

sehingga menyebabkan terjadinya gangguan permeabilitas sel, fungsi sel, sel lisis,

dan kemudian mati. Mekanisme senyawa flavonoid diduga dengan cara merusak

membran sel karena sifatnya yang lipofilik dan kemampuannya membentuk

kompleks dengan protein ekstraseluler. Senyawa fenol bersifat toksik terhadap

mikroorganisme karena dapat menginhibisi enzim penting mikroorganisme

sehingga mengganggu fungsi sel serta perusakan senyawa protein yang dapat

mengganggu semipermeabilitas membran sel. Alkaloid dapat berikatan dengan

DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel diikuti kematian sel.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Irham (2007) yang

menunjukkan bahwa berbagai sediaan buah lerak terhadap Streptococcus mutans

secara in vitro memiliki efek antibakteri yang signifikan. Leontara (2014) juga

menemukan bahwa buah lerak dalam bentuk sediaan ekstrak murni memiliki efek

antibakteri yang signifikan dengan nilai KBM pada konsentrasi 25%. Hasil ini

menyimpulkan bahwa hipotesis pertama penelitian ini terbukti bahwa pasta gigi

ekstrak etanol buah lerak 7,5% memiliki efek antibakteri terhadap koloni bakteri.

Kelompok selanjutnya pada penelitian ini adalah kelompok II yang

diberikan pasta gigi SLS. Sebagaimana diketahui SLS atau sodium lauryl sulfate

adalah salah satu bahan yang umum didapatkan dalam pasta gigi sebagai bahan

deterjen. Senyawa ini dapat menghasilkan busa (foaming agent), menurunkan

tegangan permukaan sehingga biofilm pada permukaan terangkat.9 SLS

merupakan bahan yang bersifat surfaktan anion yang biasa terdapat dalam produk-

produk pembersih. Bahan ini mempunyai sifat ambifilik yang merupakan syarat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

62

sebagai deterjen.27

Hasil uji statistik t dependent yang digunakan pada kelompok

pasta gigi SLS menunjukkan penurunan rata-rata jumlah yang signifikan (p <

0,05) dengan p value sebesar 0,011 (Tabel 5), dengan rata-rata penurunan jumlah

koloni bakteri yaitu 237.900 koloni bakteri (Tabel 6). Hasil ini sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh peneliti tentang kemampuan SLS dalam menurunkan

jumlah koloni bakteri biofilm permukaan gigi.

Uji statistik t independent menunjukkan bahwa pasta gigi ekstrak etanol

buah lerak 7,5% merupakan kelompok yang memiliki penurunan jumlah koloni

bakteri biofilm yang paling tinggi tetapi tidak signifikan jika dibandingkan dengan

kelompok pasta gigi SLS (Tabel 6). Hal ini dapat disebabkan kedua bahan ini

memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda sebagai bahan pasta gigi untuk

menurunkan jumlah koloni bakteri biofilm.12

Hasil uji statistik menunjukkan

bahwa hipotesa penelitian yang kedua tidak diterima karena hasil nilai statistik

yang didapatkan tidak signifikan. Hal ini diduga dapat disebabkan oleh beberapa

kondisi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Beberapa hal tersebut yaitu

bentuk bahan lerak yang digunakan berbeda dari penelitian sebelumnya.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Silviani, dkk (2015) menggunakan

rebusan lerak dan Irham (2007) menggunakan ekstrak murni untuk melihat efek

antibakteri buah lerak tetapi dalam penelitian ini ekstrak buah lerak dikemas

dalam bentuk pasta gigi. Hal ini diperkirakan dapat menurunkan konsentrasi

ekstrak etanol buah lerak.

Hal ini didukungan dengan hasil penelitian Silviani, dkk (2015) yang

meneliti antibakteri rebusan lerak terhadap pertumbuhan Escherichia coli

menyatakan bahwa ketidakmampuan rebusan lerak membunuh bakteri dalam

konsentrasi kecil dikarenakan pelarut aquades. Dalam penelitian yang peneliti

lakukan aquades ditambahkan dalam komposisi pasta gigi. Penambahan aquades

tersebut dapat menyebabkan efek melarutkan terhadap konsentrasi ekstrak etanol

buah lerak. Pelarut aquades dapat menarik karbohidrat seperti gom dan pati

sehingga dapat menurunkan keefektivitasannya dalam menghambat pertumbuhan

bakteri.

Sehubungan dengan penggunaan pelarut yang digunakan peneliti,

penelitian ini masih memiliki kekurangan yaitu penggunaan pelarut etanol yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

63

merupakan etanol teknis 96% yang telah diencerkan dengan aquades menjadi

etanol 70%. Sebaiknya menggunakan etanol pro analis yang kadar konsentrasinya

secara kuantitatif telah dianalisa di laboratorium sehingga memiliki tingkat

kemurnian yang tinggi (>99,5%). Kekurangan ini menyebabkan ekstrak etanol

buah lerak yang dihasilkan masih memiliki kandungan air yang cukup banyak dan

zat-zat lainnya. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian terdahulu, pada

penelitian efek antibakteri terhadap S. mutans oleh Irham (2007) menggunakan

pelarut metanol. Pemilihan pelarut etanol karena pelarut ini relatif aman/tidak

toksik untuk digunakan pada produk-produk yang diaplikasikan kepada manusia.

Selain itu, penelitian ini mengambil sampel yang berbeda dengan

penelitian sebelumnya oleh Leontara (2014) dan Irham (2007) . Sampel yang

digunakan merupakan sampel bakteri tertentu (tunggal) yang dilakukan secara in

vitro sehingga bakteri yang diamati sudah ditentukan oleh peneliti. Sedangkan

pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu koloni bakteri biofilm yang

langsung diambil dari rongga mulut subjek penelitian. Hal ini menyebabkan jenis

bakteri yang diamati bermacam-macam. Peneliti menemukan bahwa efek

antibakteri ekstrak lerak dengan konsentrasi berbeda-beda tiap jenis bakteri yaitu

nilai KBM P. gingivalis adalah 25%, F. Nucleatum 0,25%, E.faecalis 25%,

Enteropathogenic Escherichia coli 75%, dan larutan irigasi ekstrak lerak 0,01%.

Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah lerak memiliki

efek antibakteri yang lebih tinggi terhadap bakteri gram positif E. Faecalis (KBM

25%) dibandingkan dengan bakteri gram negatif F. nucleatum (KBM 0,25%).

Perbedaan antara bakteri gram positif dan gram negatif terhadap bahan ekstrak

etanol buah lerak kemungkinan karena perbedaan struktur dinding sel, jumlah

peptidoglikan, komponen lemak (lipid) dan reseptor, serta aktivitas enzim

autolisis yang menyebabkan terjadinya penetrasi, pengikatan, serta aktivitas kerja

agen antimikroba.17

Hal lainnya yang dapat mempengaruhi yaitu jumlah sampel yang

tergolong sedikit ikut menyebabkan perbedaan tidak terlihat secara signifikan

karena lebih kecil jumlah sampel, lebih besar tingkat kesalahan. Tempat buah

lerak dengan geografis berbeda dapat menyebabkan hasil yang berbeda karena ada

kemungkinan kadar senyawa aktif yang terkandung dalam buah lerak tidak sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

64

Penelitian ini mengambil buah lerak yang berasal Desa Jetisdonolayan, Kelurahan

Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Yogyakarta, sedangkan penelitian terdahulu yang

dilakukan terhadap S. mutans dan C. albicans berasal dari Desa Muara Imat, Kab.

Kerinci, Jambi. Penelitian lainnya yang dilakukan terhadap E. Faecalis, P.

gingivalis, dan F. nucleatum berasal dari Desa Maga Panyabungan Sumatera

Utara. Akan tetapi, meskipun hasil uji statistik dan beberapa faktor menunjukkan

pasta gigi buah lerak 7,5% tidak memiliki perbedaan bermakna dibandingkan

pasta gigi SLS, menurut peneliti pasta gigi buah lerak 7,5% memiliki keunggulan

lebih baik dari segi jumlah rata-rata penurunan koloni bakteri. Pasta gigi buah

lerak 7,5% mampu menurunkan jumlah koloni bakteri dalam jumlah yang lebih

besar dibandingkan pasta gigi SLS. Hal ini membuat altertif kesimpulan lain

bahwa pasta gigi buah lerak 7,5% memiliki efek antibakteri yang lebih baik,

sehingga perlu penyelidikan dan penelitian lanjutan yang mendalam untuk

membuktikan hasil hipotesa pada penelitian ini.

Dalam penelitian ini, prosedur penyikatan gigi yang digunakan teknik bass

dengan tingkat ketelitian subjek dalam menyikat gigi yang berbeda-beda. Teknik

ini digunakan untuk menyamakan semua perlakuan subjek penelitian sehingga

perbandingan efek antibakteri tiap kelompok dapat mudah terlihat. Disamping

kandungan senyawa buah lerak, perlakuan menyikat gigi juga memberikan efek

mekanis terhadap biofilm. Efek mekanis ini dihasilkan dari kontak antara

permukaan gigi dan bulu sikat gigi. Wiradona, dkk. (2013) menyatakan bahwa

setelah menggosok gigi dapat mengurangi tingkat plak yang signifikan, meskipun

penghapusan plak akan meningkat secara ekstrim dengan menggosok gigi selama

180 detik dapat menghapus plak 55% lebih banyak dibandingkan menggosok gigi

selama 30 detik. Menggosok gigi selama 120 detik dapat menghapus plak 26%

lebih banyak dibandingkan menggosok gigi selama 45 detik.35

Sehingga frekuensi

dan waktu kontak penyikatan gigi yang tepat akan sangat mempengaruhi

pembersihan plak selain efek antibakteri buah lerak pada penelitian ini.

Selain dari pada efek antibakteri, pasta gigi diharapkan mampu mengatasi

penyakit gigi selain karies seperti gingivitis, pembentukan kalkulus, atau

sensitivitas gigi serta memenuhi kebutuhan kosmetik untuk menghilangkan stein

ekstrinsik akibat rokok, makanan, teh atau kopi pada permukaan gigi.1

Sebuah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

65

pasta gigi harus memenuhi syarat utama pasta gigi seperti yang terdapat pada teori

penelitian ini yaitu pasta gigi mampu membersihkan gigi (sisa makanan, plak dan

noda), meninggalkan sensasi bersih dan segar pada mulut setelah berkumur, harga

terjangkau, tidak berbahaya, stabil selama penyimpanan, bahan abrasif yang

digunakan sesuai dengan enamel dan dentin serta teruji klinis.37

Dari teori tersebut,

menurut peneliti pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% masih perlu dilakukan

penelitian lanjutan dan pengembangan, khususnya pada aspek sensasi bersih dan

segar setelah berkumur, stabil selama selama penyimpanan dan keterjangkauan

harga.

Penggunaan dari pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% perlu

ditingkatkan dari segi rasa yang dihasilkan. Berdasarkan penuturan dari subjek

penelitian dan observasi secara langsung oleh peneliti, terdapat keluhan rasa pahit

dari pasta gigi tersebut. Pasta gigi tersebut tidak dapat memberikan sensasi segar

dalam rongga mulut. Hal ini berbeda dengan pasta gigi SLS yang tidak mendapat

keluhan dari subjek penelitian. Stabilitas pasta gigi buah lerak dalam

penyimpanan juga perlu diteliti mengingat pada penelitian ini peneliti tidak

mengamati kemampuan stabilitas dari pasta gigi tersebut. Secara komersil,

menurut peneliti harus dilakukan penghitungan ongkos yang diperlukan mulai

dari produksi hingga distribusi ke pengguna untuk melihat keterjangkauan harga

pasta gigi buah lerak, jika hendak diproduksi massal untuk kebutuhan komersil.

Penggunaan pasta gigi SLS oleh peneliti sebagai kelompok kontrol dan

bukan menggunakan pasta gigi komersil, dilakukan karena pasta gigi yang beredar

secara komersil saat ini banyak mengandung bahan teraupetik lainnya di luar SLS.

Menurut peneliti, hal tersebut akan sangat mempengaruhi sehingga data penelitian

yang dihasilkan akan menjadi bias. Pernyataan ini didukung dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ezzati (2018) yang menemukan bahwa konsentrasi minimal

efek antibakteri ekstrak buah lerak yaitu 12,5%, akan tetapi efek antibakteri pasta

gigi tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pasta gigi komersil.

Selain itu, sebuah pasta gigi harus memenuhi syarat mutu pasta gigi berdasarkan

SNI 12-3524-1995 seperti pada teori pustaka penelitian ini. Suatu pasta gigi

dikatakan bermutu jika telah memenuhi syarat tersebut yaitu karbohidrat yang

dapat terfermentasi, pH, cemaran logam (Pb, Hg, dan As), cemaran mikroba, zat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

66

pengawet, formaldehida maksimal, fluor, zat warna, dan organoleptik. Sehingga

menurut peneliti pasta gigi buah lerak ini masih memerlukan penelitian lebih

lanjut tentang mutu berdasarkan SNI.

Penghitungan skor resiko karies yang dilakukan oleh peneliti juga

mempengaruhi penelitian ini. Sektor hijau yang digunakan untuk menentukan

resiko karies sedang memiliki range yang terlalu besar yaitu 25-75%. Sebaiknya

penentuan kriteria sampel yang digunakan penelitian cukup dengan mengukur pH

biofilm. Penggunaan skor karies ini juga tidak dapat menentukan tingkat maturasi

biofilm yang diambil oleh peneliti. Jarak waktu pengambilan pre test dan post test

yaitu ± 4 jam, dengan pembentukan koloni bakteri hanya sampai pada tahap mikro

koloni. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pengambilan

sampel biofilm yang sudah maturasi. Mengingat butuh biaya yang besar untuk

melakukan pengukuran pH biofilm, peneliti akhirnya memilih menggunakan

kariogram yang lebih murah dan mudah didapatkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

67

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Efek antibakteri pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% setelah diuji

ditemukan pada kelompok I yaitu kelompok pasta gigi ekstrak etanol buah lerak

7,5% terjadi penurunan rata-rata jumlah koloni bakteri. Jumlah rata-rata koloni

bakteri pada kelompok I sebelum perlakuan 411.600 sedangkan setelah perlakuan

117.000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama pada penelitian ini

terbukti bahwa pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5% mempunyai efek

antibakteri dalam menurunkan jumlah koloni bakteri biofilm pada permukaan gigi.

Pada kelompok II yaitu kelompok pasta gigi sodium lauryl sulfat juga ditemukan

penurunan rata-rata jumlah koloni bakteri. Jumlah rata-rata koloni bakteri pada

kelompok II sebelum perlakuan 262.400 sedangkan setelah perlakuan 24.500.

Uji t dependent pada kelompok I dan II menunjukkan bahwa pada

kelompok I dan II terdapat perbedaan bermakna setelah diberikan perlakuan (p <

0,05). Kemudian data dari dua kelompok tersebut diuji dengan uji t independent

untuk melihat perbandingan antara dua kelompok dan ditemukan bahwa tidak

terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok dalam menurunkan jumlah

koloni bakteri (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua pada

penelitian ini tidak terbukti bahwa terdapat perbedaan pasta gigi ekstrak etanol

buah lerak 7,5% dengan pasta gigi sodium lauryl sulfat terhadap jumlah koloni

bakteri biofilm permukaan gigi.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pasta

gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% memiliki efek antibaktei

terhadap jumlah koloni bakteri biofilm permukaan gigi, akan tetapi tidak terdapat

perbedaan bermakna antara efek antibakteri pasta gigi ekstrak etanol buah lerak

(Sapindus rarak DC) 7,5% dengan pasta gigi sodium lauryl sulfat terhadap

jumlah koloni bakteri pada biofilm permukaan gigi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

68

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi konsentrasi

ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) yang berbeda dan lebih tinggi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah

sampel yang lebih banyak sehingga hasil penelitian lebih akurat.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kemampuan dari pasta

gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) selain efek antibaktei seperti

pembentukan kalkulus, gingivitis, dan sensitivitas serta efek kosmetik untuk

menghilangkan stein ekstrinsik.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pelarut

yang berbeda dan lebih murni dibanding etanol 70% yaitu menggunakan pelarut

pro analis.

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan sampel

biofilm yang mengalami maturasi dan identifikasi jenis-jenis bakteri yang

mengalami penurunan setelah penggunaan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak

(Sapindus rarak DC).

6. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang stabilitas pasta gigi

dalam penyimpanan, zat penambah rasa dan warna ke dalam komposisi pasta gigi

ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) sehingga mengurangi keluhan

subjek penelitian tentang rasa pahit serta meningkatkan nilai estetik dari pasta gigi

buah lerak.

7. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang syarat mutu pasta gigi

ekstrak buah lerak berdasarkan SNI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

69

DAFTAR PUSTAKA

1. Pintauli S, Hamada T. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Pencegahan dan

Pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 4-11, 93.

2. World Health Organization. Sugars and Dental Caries. WHO Technical

Information Note. 2017; 1-4.

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2017. Kesehatan Gigi. Laporan

Nasional 2007; 130-44.

4. Samaranayeke L. Essential Microbiology For Dentistry. 4th

ed. Hong Kong:

Elsevier, 2012: 265-84.

5. Dental Caries. ln: Fejerskov O, Kidd E, editors. The Disease and its Clinical

Management. 2nd

ed.Oxford: Blackwell, 2008. 164-78.

6. Kidd EAM, Fejerskov O. What Contitutes of Dental Caries? Histopathology

of Carious Enamel and Dentin Related to the Action Cariogenic Biofilms. J

Dent Res 2004; 83: 35-8.

7. Marsh PD, Bradshaw DJ. Dental Plaque as a Biofilm. J of Industrial

Microbiology 1995; 15: 170.

8. Featherstone JDB. Caries Prevention and Reversal Based on the Caries

Balance. Conference Pediatric Dentistry 2006; 28(2):128-31.

9. Limeback H, editor. Comprehensive Preventive Dentistry. Oxford: Wiley-

Blackwell, 2012: 126.

10. Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi 2016. Rencana Induk

Riset Nasional 2015-2045. Bidang Pengembangan Teknologi Kesehatan dan

Obat; Versi 3.5.2: 52-5.

11. Universitas Sumatera Utara 2017. Rencana Induk Penelitian Universitas

2016-2020. TALENTA; 1-2.

12. Purwayudha IGPS. Buah Lerak (Sapindus rarak) Sebagai Foaming Agent

Dalam Pasta Gigi. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga, 2010.

13. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Perkebunan 2009. Warta Penelitian Dan Pengembangan.

Lerak (Sapindus rarak) Tanaman Industri Pengganti Sabun; 15(2): 7-8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

70

14. Yatmi RI. Efektivitas Ekstrak Daging Buah Lerak (Sapindus rarak) 0,01%

Sebagai Dentin Conditioner Dalam Membersihkan Smear Layer. Skripsi.

Jember: Universitas Jember, 2012.

15. Ramadhani A. Pengaruh Bahan Irigasi Antara Ekstrak Etanol Buah Lerak

(Sapindus rarak DC) Dengan Sodium Hipoklorit Dan EDTA Terhadap Smear

Layer Saluran Akar Gigi Studi SEM. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera

Utara, 2016.

16. Leontara V. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Lerak (Sapindus rarak DC)

Sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Terhadap Porphyromonas

gingivalis secara in vitro. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2014.

17. Yanti N. Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC)

Sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Gigi secara in vitro. Tesis.

Medan: Universitas Sumatera Utara, 2016.

18. Irham F. Efek Antibakteri Berbagai Sediaan Dari Buah Lerak Terhadap

Streptococcus mutans secara in vitro. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera

Utara, 2007.

19. Silviani Y, Puspitaningrum A. Aktivitas Antibakteri Rebusan Lerak (Sapindus

rarak) Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Phatogen. Jurnal Ilmiah

Biologi dan Kesehatan 2015. 15(1): 45.

20. Wydiavei. Pengaruh Bahan Irigasi Ekstrak Buah Lerak Terhadap Kekuatan

Tarik Sistem Resin Komposit Dengan Dentin. Skripsi. Medan: Universitas

Sumatera Utara, 2009.

21. Siregar SN. Sitotoksisitas Ekstrak Lerak (Sapindus rarak DC) Terhadap Sel

Fibroblas Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar secara in vitro. Skripsi.

Medan: Universitas Sumatera Utara, 2011.

22. Rahmadina A, Rianti D. Uji Sitotoksisitas Rebusan Buah Lerak (Sapindus

rarak DC) Terhadap Sel BHK-21 Menggunakan Esei MTT (Abstrak). Skripsi.

Surabaya: Universitas Airlangga, 2011.

23. Yan TH. Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Kontak Ekstrak Etanol Lerak

(Sapindus rarak DC) Sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Terhadap

Kelarutan Jaringan Pulpa secara in vitro. Skripsi. Medan: Universitas

Sumatera Utara, 2015.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

71

24. Qualtrough AJE, Satterthwaite JD, Morrow LA, Brunton PA. Principles of

Operative Dentistry. Oxford: Blackwell, 2005: 14-9.

25. Kidd EAM. Essential of Dental Caries. 3rd

ed. New York: Oxford University

Press. 2005: 190, 195, 202, 204, 270.

26. Lee CH, Maibach HI. Contact Dermatitis Environmental And Occupational

Dermatitis. 1st ed. Wiley Online Library, 1995: 257-8.

27. Dewi TS. Lesi Erosif Mukosa Oral Sebagai Akibat Penggunaan Pasta Gigi

Mengandung Sodium Lauryl Sulfat. JMKG 2013; 2(1): 75-82.

28. Agner T, Serup J. Sodium Lauryl Sulfat for Irritant Patch Testing-A Dose-

Response Study Using Bioengineering Methods for Determination of Skin

Irritation. J of Investigative Dermatology 1990; 95(5): 543-7.

29. Wawo EB, Wowor PM, Siagian KV. Uji Pengaruh Penggunaan Pasta Gigi

Dengan Kandungan Deterjen Sodium Lauryl Sulfat Terhadap Kecepatan Alir

Saliva Pada Masyarakat Di Desa Walantakan. J Ilmiah Farmasi 2016; 5(4):

46-51.

30. Roslan ANB, Sunariani J, Irmawati A. Penurunan Sensitivitas Rasa Manis

Akibat Pemakaian Pasta Gigi Yang Mengandung Sodium Lauryl Sulphate 5%.

J PDGI 2009; 58(2): 10-3.

31. Sunaryadi. Ekstrasi Dan Isolasi Saponin Buah Lerak (Sapindus rarak) Serta

Pengujian Daya Defaunasinya. Bogor: IPB, 1990.

32. Supriyadi S. Pemanfaatan Tanaman Lerak Sebagai Zat Adiktif Pada Sabun.

33. Gunda S, Varma N. Minimal Intervention in Pediatric Dentistry. J of

Orofacial Res 2013; 3(1): 28-33.

34. Fajriaty I, dkk. Skrining Fitokimia Dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis

Dari Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak). J Pendidikan Informatika

dan Sains 2017; 6(2): 243-56.

35. Wiradona I, dkk. Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi terhadap Plak Gigi

Pada Siswa Kelas IV dan V di SDN Wilayah Kecamatan Gajahmungkur

Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia 2013; 8(1): 59-68.

36. Harun EB. Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Lerak (Sapindus rarak DC)

Sebagai Alternatif Bahan Deterjen Dalam Pasta Gigi Terhadap Pertumbuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

72

Streptococcus Mutans secara in vitro. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera

Utara, 2018.

37. Fernandes R, dkk. Differences In Effectiveness Toothpaste Gel Formulation

With Paste In Maintaining Normal Salivary PH. Andalas Dental Journal 2016:

106-15.

38. Adams SE, dkk. A Randomised Clinical Study To Determine The Effect Of A

Toothpaste Containing Enzymes And Proteins On Plaque Oral Microbiome

Ecology. Scientific Reports 2017: 1-12.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 1. Skema Alur Pikiran Penelitian

Pintauli S, Hamada T (2014)

Karies merupakan penyakit yang umum diderita oleh masyarakat. Karies

merupakan infeksi kronis pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh interaksi

antara bakteri, diet, dan gigi. Proses ini ditandai dengan terjadinya demineralisasi

dari email gigi. Hal ini dapat menyebabkan invasi bakteri dan kerusakan pada

jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan

rasa nyeri.

Gunda S, Varma N (2012)

Penyakit karies dipengaruhi oleh faktor patologis dan faktor protektif. Faktor

protektif terdiri atas aliran saliva dan komponennya, tingkat pembersihan rongga

mulut, tindakan oral hygiene dan penanganan agen antibakteri serta kalsium,

fosfat, dan fluor. Sedangkan faktor patologis terdiri atas diet karbohidrat yang

dapat difermentasi, jumlah bakteri yang tinggi dan fungsi saliva yang berkurang.

Jika faktor patologis lebih berperan, proses karies akan terjadi, sedangkan jika

faktor protektif lebih berperan, proses karies tidak akan terjadi.

Fejerskov O, Kidd E (2008)

Mikroorganisme dalam bentuk biofilm merupakan prasyarat untuk perkembangan

karies gigi. Pembentukan biofilm merupakan proses kolonisasi yang kompleks,

kompetitif, sekuensial dan dinamis. Komposisi bakteri dalam biofilm sangat

kompleks, meliputi bakteri Gram-positif dan Gram-negatif.

Kidd EAM (2005)

Usaha pencegahan penyakit karies dilakukan dengan melakukan pembersihan

biofilm dengan teratur secara mekanis dan penambahan bahan antibakteri atau

pasta gigi. Fungsi pasta gigi yang digunakan saat menggosok gigi adalah untuk

membantu menghilangkan biofilm, memoles permukaan gigi, memperkuat gigi,

menghilangkan atau mengurangai bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut,

memperindah kosmetik gigi serta memelihara kesehatan gusi. Salah satu

kandungan penting pasta gigi yaitu bahan deterjen yang berfungsi sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

foaming agent yaitu pemberi efek busa. Saat ini bahan deterjen yang banyak

digunakan oleh pasta gigi yaitu sodium lauryl sulfat (SLS).

Wawo EB, Wowor PM, Siagian KV (2016)

SLS yang digunakan melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan efek

samping. Penelitian menunjukkan bahwa SLS dengan interval dosis 0,25-1%

memicu terjadinya iritasi pada kulit. Masyarakat di desa Walantaka, Kabupaten

Minahasa ditemukan bahwa menggunakan pasta gigi mengandung SLS dapat

menyebabkan perubahan struktur rantai protein saliva berubah sehingga kelarutan

saliva berkurang.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Perkebunan (2009)

Buah Lerak dikenal sebagai pencuci kain batik di Jawa, biasa juga digunakan

untuk mencuci perhiasan yang terbuat dari logam mulia, sebagai pembersih muka

guna menghilangkan jerawat dan dapat digunakan sebagai obat penyakit kulit

terutama penyakit kudis.

Fajriaty I, Hariyanto I.H., Saputra IR, Silitonga M (2017)

Ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak) mengandung golongan senyawa

metabolit sekunder alkaloid, saponin, tannin, kuinon, steroid/terpenoid, dan fenol.

Ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak) memiliki aktivitas saponin yang tinggi

dengan nilai indeks busa 20.000, indek ikan 8.000 dan indeks hemolitik 2.500.

Purwayudha IGPS (2010)

Pasta gigi yang mengandung air rebusan buah lerak 5% menghasilkan busa yang

stabil. Selama proses penyikatan dalam waktu 2 menit, busa yang timbul

bertambah banyak dan tidak pecah. Setelah penyikatan berhenti, busa juga tidak

langsung hilang. Hal yang sama tampak pada busa yang dihasilkan oleh pasta gigi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

yang mengandung SLS. Dengan demikian, ditemukan bahwa air rebusan buah

lerak 5% dalam komposisi pasta gigi dapat berperan sebagai foaming agent yang

setara dengan SLS.

Yanti N (2016)

Nilai KBM ekstrak etanol buah lerak terhadap P. gingivalis adalah 25%, F.

nucleatum 0,25% dan E. Faecalis 25%. Hasil penelitian membuktikan semakin

besar konsentrasi maka efek antibakteri semakin tinggi.

Diketahui bahwa senyawa saponin dari ekstrak buah lerak (Sapindus rarak

DC) dapat berfungsi sebagai bahan deterjen memberikan efek busa pada pasta gigi

dan antibakteri. Namun, belum ada penelitian tentang pengaruh ekstrak buah lerak

sebagai bahan deterjen pasta gigi terhadap bakteri biofilm permukaan gigi. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efek antibakteri

ekstrak etanol buah lerak sebagai alternatif bahan deterjen pasta gigi terhadap

jumlah bakteri biofilm permukaan gigi secara langsung kepada manusia.

Permasalahan

1. Apakah pasta gigi ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan

konsentrasi 7,5% mempunyai efek antibakteri terhadap koloni bakteri biofilm

pada permukaan gigi?

2. Apakah ada perbedaan pengaruh antara pasta gigi ekstrak etanol buah

lerak 7,5% dan pasta gigi SLS terhadap pertumbuhan koloni bakteri biofilm

pada permukaan gigi?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adanya efek antibakteri pasta gigi ekstrak etanol buah

lerak (Sapindus rarak DC) dengan konsentrasi 7,5% terhadap pertumbuhan

bakteri biofilm pada permukaan gigi.

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pasta gigi ekstrak etanol buah

lerak 7,5% dan pasta gigi SLS terhadap pertumbuhan koloni bakteri biofilm

pada permukaan gigi.

Judul Penelitian

EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5%

SEBAGAI ALTERNATIF PASTA GIGI TERHADAP JUMLAH BAKTERI

BIOFILM PERMUKAAN GIGI (IN VIVO)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 2. Skema Alur Penelitian

Subyek penelitian diminta untuk mengisi inform consent

Menyamakan persepsi dengan subjek penelitian dengan

mengajarkan cara menyikat gigi teknik Bass

Biofilm pada permukaan bukal gigi molar satu kiri atas diambil menggunakan

cotton swab untuk penghitungan jumlah koloni bakteri sebelum perlakuan

(pre test)

Subjek penelitian kemudian diberikan perlakuan berupa menyikat gigi

menggunakan pasta gigi sesuai dengan masing-masing kelompok

Hitung jumlah koloni bakteri

dengan colony counter

Biofilm pada permukaan bukal gigi molar satu kiri atas diambil menggunakan

cotton swab untuk penghitungan jumlah koloni bakteri sesudah perlakuan

(post test)

Kemudian sample pre test dan post test dimasukkan ke dalam tabung

reaksi larutan NaCl steril sebanyak 5 ml

Penanaman biofilm pada media pertumbuhan diinkubasi selama

24 jam pada suhu 37oC

Sample dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang diharapkan

Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 12 orang tiap kelompok. Kelompok

pertama merupakan subjek yang diberikan pasta gigi ekstrak etanol buah lerak 7,5%

sedangkan kelompok kedua merupakan subjek yang diberikan pasta gigi SLS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 3. Data Uji Statistik

Hasil Uji Normalitas Kelompok Pasta Gigi Buah Lerak 7,5%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

prelerak 10 100,0% 0 ,0% 10 100,0%

postlera

k 10 100,0% 0 ,0% 10 100,0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

prelerak ,161 10 ,200(*) ,951 10 ,684

postlera

k ,202 10 ,200(*) ,901 10 ,227

* This is a lower bound of the true significance.

a Lilliefors Significance Correction

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Hasil Uji T Dependent Pasta Gigi Buah Lerak 7,5%

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

Pair

1

prelerak 411600,

0000 10

297205,951

79

93984,7

7418

postlera

k

117000,

0000 10

101657,376

62

32146,8

8511

Paired Samples Correlations

N

Correlatio

n Sig.

Pair

1

prelerak &

postlerak 10 ,687 ,028

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Std.

Deviatio

n

Std.

Error

Mean

95%

Confidence

Interval of the

Difference Mean

Std.

Deviatio

n

Std.

Error

Mean

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Pair

1

prelerak -

postlerak

29460

0,0000

0

239062,

61383

75598

,2363

1

12358

4,908

23

46561

5,091

77

3,897 9 ,004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Hasil Uji Normalitas Pasta Gigi SLS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

presls 10 100,0% 0 ,0% 10 100,0%

postsls 10 100,0% 0 ,0% 10 100,0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

presls ,211 10 ,200(*) ,894 10 ,188

postsls ,225 10 ,164 ,855 10 ,067

* This is a lower bound of the true significance.

a Lilliefors Significance Correction

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Hasil Uji T Dependent Pasta Gigi SLS

Paired Samples Statistics

Mean N

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

Pair

1

presls 262400,

0000 10

236719,806

24

74857,3

7550

postsls

24500,0

000 10

24098,1788

2

7620,51

325

Paired Samples Correlations

N

Correlatio

n Sig.

Pair

1

presls &

postsls 10 ,074 ,840

Paired Samples Test

Paired Differences t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

95%

Confidence

Interval of the

Difference Mean

Std.

Deviatio

n

Std.

Error

Mean

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper

Pair

1

presls -

postsls

23790

0,0000

0

236168,7

0147

74683

,1008

7

68955

,0884

3

40684

4,911

57

3,185 9 ,011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

selisih

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

,224 1 18 ,642

ANOVA

selisih

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups

1607445

0000,000 1

160744500

00,000 ,285 ,600

Within Groups 1016339

300000,0

00

18 564632944

44,444

Total 1032413

750000,0

00

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Hasil Uji T Independent Kelompok Pasta Gigi Buah Lerak 7,5%

Group Statistics

no N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

selisih 1,00 10

294600,

0000

239062,613

83

75598,2

3631

2,00 10

237900,

0000

236168,701

47

74683,1

0087

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Differe

nce

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower

selis

ih

Equal

variances

assumed ,224 ,642 ,534 18 ,600

56700

,0000

0

106266

,92284

-

16655

8,520

33

27995

8,520

33

Equal

variances

not

assumed

,534 17,99

7 ,600

56700

,0000

0

106266

,92284

-

16656

0,893

87

27996

0,893

87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 4. Surat Keterangan Bebas Biaya Administrasi Penelitian Di

Lingkungan Laboratorium Fakultas Farmasi USU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 5. Surat Keterangan Hasil Identifikasi/Determinasi Tanaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Di

Lingkungan Laboratorium Fakultas Farmasi USU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 7. Surat Ethical Clearance

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 8. Keterangan Sudah Melakukan Penelitian di Laboratorium

Obat Tradisional, Fakultas Farmasi USU

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 9. Hasil Colony Counter

Sampel Koloni Bakteri Kelompok I

No. Kode

Sampel

Sampel PreTest Sampel Post Test

1. 001

2. 002

3. 003

4. 004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

5. 005

6. 006

7. 007

8. 008

9. 009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

10 010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Sampel Koloni Bakteri Kelompok II

No. Kode

Sampel

Sampel Pre Test Sampel Post Test

1. 001

2. 002

3. 003

4. 004

5. 005

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

6. 006

7. 007

8. 008

9. 009

10. 010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 10. Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama:

Alamat :

Telepon/HP :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan, saya menyatakan bersedia untuk ikut berpartisipasi

sebagai subjek pada penelitian yang berjudul :

“Efek Ekstrak Etanol Buah Lerak (Sapindus rarak DC) 7,5% Sebagai

Alternatif Pasta Gigi Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Biofilm Permukaan

Gigi.”

Medan,………………..2018

Mahasiswa Peneliti Subjek Penelitian

Paul Sahakhotodo Hia ………………………

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 11. Aplikasi Kariogram

Kariogram Kelompok I (Pasta Gigi Ekstrak Etanol Buah Lerak 7,5%)

No. Kode Sampel Kariogram

1. 001

2. 002

3. 003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

4. 004

5. 005

6. 006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

7. 007

8. 008

9. 009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

10. 010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Kariogram Kelompok II (Pasta Gigi SLS)

No. Kode Sampel Kariogram

1. 001

2. 002

3. 003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

4. 004

5. 005

6. 006

7. 007

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

8. 008

9. 009

10. 010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Lampiran 12

ANGGARAN PENELITIAN

1. Alat-alat:

Cling Wrap 2 buah @20.000 Rp 40.000,-

Piring Petri

- Lab. Mikrobiologi FMIPA 24 buah @20.000 R 480.000,-

- Lab. Mikrobiologi Farmasi 96 buah @4.000 Rp 384.000,-

Sikat Gigi 24 buah @3.500 Rp 84.000,-

Celemek 24 lembar @1.000 Rp 24.000,-

Tube Pasta 4 buah @10.000 Rp 40.000,-

Mikropipet 48 buah @1.000 Rp 48.000,-

Sarung Tangan 1 kotak Rp 35.000,-

Masker 1 kotak Rp 20.000,-

Ph Tester Rp 200.000,-

Cotton Swap 10 bungkus Rp 40.000,-

Rak Tabung 1 buah Rp 15.000,-

Air Mineral 4 karton @17.000 Rp 68.000,-

Tabung Saliva 24 buah @2.500 Rp 60.000,-

2. Bahan:

Tanaman Lerak 1 Kg Rp 72.000,-

Kalsium Karbonat 44 gr @2.400 Rp 105.600,-

Kalsium Hidroksid 1 gr @3.000 Rp 3.000,-

Magnesium Karbonat 2 gr @625 Rp 1.250,-

Gliserin 30 ml @60 Rp 1.800,-

Gom Arab 2 gr @780 Rp 1.560,-

SLS 2 gr @625 Rp 1.250,-

Asam Sitrat 5 gr @3.000 Rp 15.000,-

Sakarin 0,2 gr @2.000 Rp 4.000,-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

Nipagin 0,1 gr @2000 Rp 200,-

Aquades 1 liter @2000 Rp 5.000,-

Larutan NaCl 0,9% 4 botol @10.000 Rp 40.000,-

3. Biaya Pembuatan Proposal:

Cetak Proposal Rp 60.000,-

Fotocopy Perbanyak Proposal Rp 120.000,-

Fotocopy Sumber Pustaka Rp 100.000,-

4. Biaya Penanaman dan Penghitungan Koloni Bakteri

Lab. Mikrobiologi Fakultas MIPA USU Rp 600.000,-

Lab. Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU

a. Biaya Administrasi Rp 250.000,-

b. Biaya Penanaman dan Penghitungan Koloni Bakteri Rp 880.000,-

5. Biaya Permohonan Ethical Clearance Rp 100.000,-

6. Biaya Pembuatan Ekstrak dan Pasta Lerak

Ekstrak Lerak Rp 300.000,-

Pasta Lerak Rp 300.000,-

7. Biaya Statistik Rp. 300.000,-

8. Biaya Seminar Proposal Rp 700.000,-

9. Biaya Sidang Hasil Rp 700.000,-

10. Biaya Ujian Skripsi Rp 700.000,-

Total Rp 6.898.660,-

Keterangan : Seluruh biaya ditanggung oleh peneliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: EFEK EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) 7,5% ...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA