EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

25
EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK Oleh: Adhi Tri Atmojo / 082134034 Pembimbing. 1. Autar Abdillah S.Sn, M.Si 2. Arif Hidajad S.Sn, M.Pd Abstrak Orkes Melayu Sagita merupakan grup dangdut yang relatif masih muda usianya, baru berdiri mulai tahun 2008. O.M Sagita bermarkas di Dusun Tanjung R.T. 03 R.W. 05 no 23, Desa Pace Kulon, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Dalam usianya yang kurang lebih lima tahun ini O.M. Sagita telah memproduksi album rekaman mencapai duabelas album VCD (Visual Compact Disc) mulai dari lagu bertema untuk anak- anak hingga dewasa. Seluruh album tersebut direkam dengan gaya outdoor atau direkam pada saat O.M. Sagita sedang manggung. Secara musikal, O.M. Sagita memiliki sajian bentuk aransemen musik yang unik dan sangat khas, baik secara struktural maupun dari sisi instrumentalnya. Pola permainan instrumen ketipung dan kendang serta ciri khas instrumen gamelan (kethuk) menjadi ciri khas utama dalam gaya musiknya. Berbagai ciri khas dan keunikan yang dimiliki oleh O.M. Sagita tersebut yang menarik perhatian peneliti. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap O.M Sagita yang sudah di kenal masyarakat khususnya kota Nganjuk. Sehingga judul penilitian ini yaitu “Eksistensi Orkes Melayu Sagita di Kota Nganjuk” Rumusan masalah penelitian (1) Bagaimana latar belakang keberadaan OM. Sagita?; (2) Bagaimana bentuk penyajian OM. Sagita?; (3) Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap eksistensi OM. Sagita? Tujuan Penelitian adalah (1) Untuk mengetahui latar belakang keberadaan OM. Sagita; (2) Untuk mengetahui bentuk penyajian OM. Sagita; (3) Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap eksistensi OM. Sagita. Manfaat Penelitian adalah (1) Bagi peneliti, penelitian ini merupakan wahana untuk menambah atau memperdalam ilmu pengetahuan khususnya mengenai konsep-konsep musik, dan menambah wawasan; (2) Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan apresiasi, wawasan, insformasi serta pengetahuan mengenai OM. Sagita; (3) Bagi OM. Sagita dapat dijadikan acuan intropeksi atau

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : ADHI TRI ATMOJO, http://ejournal.unesa.ac.id

Transcript of EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

Page 1: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

Oleh: Adhi Tri Atmojo / 082134034

Pembimbing. 1. Autar Abdillah S.Sn, M.Si

2. Arif Hidajad S.Sn, M.Pd

Abstrak

Orkes Melayu Sagita merupakan grup dangdut yang relatif masih muda usianya, baru berdiri mulai tahun 2008. O.M Sagita bermarkas di Dusun Tanjung R.T. 03 R.W. 05 no 23, Desa Pace Kulon, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk. Dalam usianya yang kurang lebih lima tahun ini O.M. Sagita telah memproduksi album rekaman mencapai duabelas album VCD (Visual Compact Disc) mulai dari lagu bertema untuk anak-anak hingga dewasa. Seluruh album tersebut direkam dengan gaya outdoor atau direkam pada saat O.M. Sagita sedang manggung. Secara musikal, O.M. Sagita memiliki sajian bentuk aransemen musik yang unik dan sangat khas, baik secara struktural maupun dari sisi instrumentalnya. Pola permainan instrumen ketipung dan kendang serta ciri khas instrumen gamelan (kethuk) menjadi ciri khas utama dalam gaya musiknya. Berbagai ciri khas dan keunikan yang dimiliki oleh O.M. Sagita tersebut yang menarik perhatian peneliti. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap O.M Sagita yang sudah di kenal masyarakat khususnya kota Nganjuk. Sehingga judul penilitian ini yaitu “Eksistensi Orkes Melayu Sagita di Kota Nganjuk”

Rumusan masalah penelitian (1) Bagaimana latar belakang keberadaan OM. Sagita?; (2) Bagaimana bentuk penyajian OM. Sagita?; (3) Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap eksistensi OM. Sagita? Tujuan Penelitian adalah (1) Untuk mengetahui latar belakang keberadaan OM. Sagita; (2) Untuk mengetahui bentuk penyajian OM. Sagita; (3) Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap eksistensi OM. Sagita. Manfaat Penelitian adalah (1) Bagi peneliti, penelitian ini merupakan wahana untuk menambah atau memperdalam ilmu pengetahuan khususnya mengenai konsep-konsep musik, dan menambah wawasan; (2) Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan apresiasi, wawasan, insformasi serta pengetahuan mengenai OM. Sagita; (3) Bagi OM. Sagita dapat dijadikan acuan intropeksi atau pengembangan ke arah lebih maju; (4) Bagi Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya, hasil penelitian ini dapat menambah wacana bagi mahasiswa sehingga dapat dijadikan sebagai sumber acuan dan menjadi sebuah awal untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, OM. Sagita berdiri secara resmi pada tanggal 17 Oktober 2008 dibawah pimpinan Eny Setyaningsih, sekaligus sebagai penyanyi dan manager OM. Sagita. Nama Sagita diambil dari nama zodiak sagitarius yang merupakan zodiak dari Eny Setyaningsih. sehingga menjadi sebuah nama OM. Sagita. Pada awal tahun 2010 O.M. Sagita berhasil

Page 2: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

mengeluarkan album edisi “Ngamen 1”, dan sampai sekarang O.M. Sagita sudah mengeluarkan album edisi “Ngamen 12”. Dalam musikal OM. Sagita mempunyai keunikkan tersendiri, di dalam aransemen musik OM. Sagita ditambahkan musik-musik bernuansa jaranan, bisa disebut “Djandhut”, dan menjadi salah satu musik “Djandhut” pertama di Jawa Timur. Untuk tanggapan masyarakat terhadap O.M. Sagita tidak mendapatkan masalah atau dengan kata lain mendapatkan tanggapan yang positif, ini terbukti dari setiap pementasan O.M. Sagita, selalu dibanjiri penonton, dan penonton sangat berantusias

Adapun saran yang dapat disampaikan untuk eksistensi O.M. Sagita adalah pertama, upaya O.M. Sagita untuk dapat menciptakan album ciptaan sendiri, bukan dari lagu-lagu yang sudah ada, namun tetap dengan irama musik jaranan dan dangdut koplo. Kedua, Perlunya pengembangan potensi para pemusik dan vokalis untuk ikut berperan serta membangun dan menciptakan aktifitas dengan motivasi dirinya sendiri.

Kata Kunci: Orkes Melayu Sagita

Page 3: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

A. Latar Belakang Berdirinya OM. Sagita dan Perkembanganya

OM. Sagita berdiri secara resmi pada tanggal 17 Oktober 2008

dibawah pimpinan Eny Setyaningsih, sekaligus sebagai penyanyi dan

manager OM. Sagita. Nama Sagita diambil dari nama zodiak sagitarius yang

merupakan zodiak dari Eny Setyaningsih. sehingga menjadi sebuah nama

OM. Sagita

Seiring berjalannya waktu dan dengan tekad, semangat dan

optimisme yang tinggi, OM. Sagita terus melakukan perbaikan baik secara

tehnis dan managemen, hingga pada akhirnya pada tahun 2010, OM. Sagita

telah memiliki peralatan musik secara lengkap, maka penawaran manggung

semakin banyak yang tidak terbatas pada acara hajatan saja tetapi tawaran

manggung datang pula dari pihak sponsor yang mengadakan promo atas

sebuah produknya dan masih banyak lagi tawaran untuk mengisi sebuah

acara.

Seiring berjalanya waktu OM. Sagita mulai mengaransemen ulang

lagu-lagu pengamen bus kota. Dalam aransemen lagu OM. Sagita selalu

menambahkan unsur musik jaranan. Dengan lagu-lagu dari pengamen bus

kota tersebut OM. Sagita semakin dikenal di masyarakat di Jawa Timur.

Hingga akhirnya OM. Sagita mendapat tawaran dari sebuah perusahan

rekaman untuk bekerja sama. Kesempatan itu langsung diambil oleh OM.

Sagita. Setelah sepakat untuk bekerja sama OM. Sagita mulai mempersiapkan

materi-materi lagu untuk direkam.

Pada awal tahun 2010 O.M. Sagita berhasil mengeluarkan album

edisi “Ngamen 1”. Istilah “Ngamen” dijadikan judul album karena lagu-lagu

Page 4: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

yang dibawakan dari para pengamen bus kota. Album Edisi “Ngamen 1” ini

masih membuat masyarakat memandang sebelah mata tentang OM. Sagita,

tetapi dengan semangat yang tinggi O.M. Sagita masih berusaha dalam

persaingan industri musik dangdut.

Dalam perjalanan O.M. Sagita yang panjang juga berhasil

membuahkan album edisi “Ngamen 2” pada akhir tahun 2010. Disini di

album edisi “Ngamen 2” O.M. Sagita mulai dikenal dan sangat populer di

masyarakar dari anak-anak, remaja dan dewasa. Hingga saat ini OM. Sagita

berhasil mengeluarkan album edisi “Ngamen 11”

B. Bentuk Penyajian Orkes Melayu Sagita

1. Bentuk penyajian (Pemanggungan/Pementasan)

Bentuk pentas OM. Sagita sangat beraneka ragam. Dalam

penelitian ini, peneliti mengambil salah satu bentuk penyajian pada saat

OM. Sagita pentas di lapangan Bungkus kecamatan Mejayan kota

Caruban pada tanggal 6 April 2013, yang bertemakan “Tarung Djanduth”.

Pertunjukan “Tarung Djanduth” ini adalah suatu acara promosi suatu

produk rokok “Apache” di mana dalam mempromosikan produknya

mendatamgkan O.M Sagita dalam pertunjukan puncaknya.

a. Tata pentas

Tata dan bentuk pentas pada acara “Tarung Djanduth” sudah disusun

oleh pihak Event Organizer, dengan panggung setinggi 1,5 meter.

Jarak antara panggung dengan penonton kurang lebih 2 meter, dengan

ukuran panggung 8 x 6 meter. back drop pada “Tarung Djanduth” ini

Page 5: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

adalah tirai yang bertuliskan apache dan gambar berlogo apache.

memang rokok apache pada saat itu merupakan sponsor utama.

Kapasitas sound yang dipakai 4000 watt. Untuk settingan pangung

bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Tata pentas

Keterangan

1. Lingkaran 1 adalah pemain suling

2. Lingkaran 2 adalah pemain keyboard

3. Lingkaran 3 adalah pemain drum dan kendang

4. Lingkaran 4 adalah pemain gitar 1

5. Lingkaran 5 adalah pemain gitar 2

6. Lingkaran 6 adalah backing vocal

7. Pembatas penonton

Bentuk panggung O.M. Sagita merupakan bentuk campuran yang

berarti pentas yang memiliki bentuk percampuran dari bentuk arena

dan bentuk prosenium dengan menggabungkan dan meniadakan

beberapa sifatnya. Yang digabungkan adalah sifat kesederhanaan

1

2

4 5

Page 6: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

pentas arena dan sifat adanya jarak yang jauh pada pentas prosenium.

Yang ditiadakan adalah sifat keakraban pentas arena dan sifat

ketertutupan pentas prosenium. Pada dasarnya pentas seperti ini

merupakan campuran atau kombinasi dari dua atau lebih tipe pentas.

Sudah barang tentu membuat pentas semacam ini dimaksud untuk

melayani pertunjukan sebaik mungkin dalam hubunganya dengan

penonton. Pertunjukan dengan jumlah pemain yang besar dan

penonton yang besar memerlukan pentas yang besar pula.(Pramana,

1988:95)

b. Urutan Pementasan

Pada acara “Tarung Djanduth” ini dimulai pukul 19.00

sampai 23.00. di dalam pelaksanaan pertunjukan ini di bagi atas dua

bagian penampilan, yang pertama pukul 19.00 sampai 21.00

penampilan OM. Scorpio, sedangkan penampilan atau bagian kedua

pukul 21.00 sampai 23.00 yang diisi oleh penampilan OM. Sagita.

Sebelum semua penyanyi OM. Sagita menyapa penonton ada

musik pembuka, musik pembuka dalam setiap penampilan OM. Sagita

selalu memainkan musik jaranan kurang lebih selama 1 menit. Setalah

itu penyanyi yang berjumlah 5 orang keluar semua untuk menyapa

penonton sekaligus menyanyikan satu buah lagu. Setelah itu penyanyi

satu persatu membawakan kurang lebih 4 buah lagu. Sampai acara

selesai.

Page 7: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

c. Rias dan Busana

Tata rias dan busana merupakan hal yang sangat penting bagi

penyanyi, karena tata rias dan tata busana dapat memperkuat ekspresi

dan menambah daya tarik penyanyi dari penampilan yang

ditampilkannya. Tata rias untuk pemusik dan penyanyi sudah diatur

oleh pihak OM. Sagita sendiri. Bentuk tata rias dan tata busana bagi

penyanyi OM. Sagita dilakukan oleh masing-masih penyanyi sendiri.

Kostum yang selalu dipakai merupakan kostum milik pribadi dari

semua penyanyi OM. Sagita. Berikut ini adalah foto dari semua

penyanyi OM. Sagita pada acara “Tarung Djanduth”

Gambar 2 : tata rias dan busana penyanyi OM. Sagita (foto : dokumentasi pribadi, 2013)

Untuk tata rias dan tata busana yang dipakai semua pemusik

OM. Sagita merupakan milik dari OM. Sagita sendiri, berikut ini

adalah gambar dari tata rias dan tata busana pemusik OM. Sagita pada

acara “Tarung Djanduth”.

Page 8: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

Gambar 3. Tata rias dan busana pemain musik OM. Sagita (dokumentasi pribadi, 2013)

d. Tata Lampu atau Cahaya

Tata lampu atau cahaya dalam acara “Tarung Djanduth” adalah

General Illumination atau General Light ditambah lampu warna-

warni yang dapat mendukung ekspresi para pemain. Lighting man

sudah disediakan oleh pihak Event Organizer. Berbagai macam

lampu sudah di atas pentas harus dapat diatur pencahayaanya

berdasarkan keinginan pihak dari OM. Sagita yang telah dijabarkan

dalam bentuk rencana tata cahaya oleh perancang panggung. Seorang

Lighting man harus memahami atau menguasai tentang pengaturan

lampu. Untuk itu tidak saja diperlukan pengetahuan tetapi juga

pengalaman. Untuk mengendalaikan cahaya lampu dari terang ke

gelap atau sebaliknya diperlukan alat yang di sebut Dimmer. Dengan

Dimmer ini masing-masing sauan lampu yang dipasang diatas pentas

Page 9: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

dapat dikendalikan mulai dari pencahayaan penuh, perlahan-lahan

redup, sampai mati sama sekali dan sebaliknya. Dalam acara “Tarung

Djanduth” lampu tidak sampai mati karena sebagian besar

menggunakan General Light. Berdasarkan teori Tata lampu atau

cahaya O.M. Sagita mengunakan teori (Graha, 1979:109-111) yang

fungsinya untuk “menerangi” yang berarti memberi terang atau

melenyapkan gelanggang dari kegelapan (general illumination atau

general lighat). Penggunaan lampu pada masa kini hanya menerangi

secara merata saja atau belum untuk mendukung dan mempertegas

gambaran suasana dalam tiap-tiap adegan sehingga menjadi kuat dan

jelas.

2. Bentuk Musikal

Bentuk musik OM. Sagita adalah bentuk lagu dan bentuk

musik dengan irama musik jaranan. Lagu adalah ragam suara yang

berirama dalam bernyanyi, bercakap, membaca dan sebagainya

(Poerwadarminta, 1976: 550). Dalam setiap pementasannya, lagu-lagu

yang dimainkan adalah lagu yang sudah ada, campur sari, lagu para

pengamen dan lagu populer seprti Oplosan, Layang Kapindo, Kalung

Emas, Titipan Kangen, Ratapan Anak Tiri, Perpisahan, kangen Bojo,

Gelang Alit, Ilat Tanpo balung, Joko Mlarat, Angge-angge Orong-

orong, tidak lupa lagu dari kota Nganjuk yaitu Alun-alun Nganjuk dan

lagu para pengamen bus kota. Adapun irama musik yang digunakan

untuk mengiringi lagu-lagu tersebut adalah dangdut irama koplo dan

ditambahkan irama musik jaranan atau bisa disebut juga Djandhut

Page 10: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

(jaranan dangdut). OM. Sagita mengunakan tiga jenis alat musik

pukul yaitu: drum set, kendang jaranan, dan kendang dangdut. Teknik

pemukulan kendang koplo biasanya lebih cepat dari pada kendang

dangdut biasa, sedangkan kendang jaranan sangat berbeda dengan

kendang dangdut koplo dan kndang dangdut biasa. Biasanya kendang

dangdut jaranan bertempo sedang (wawancara dengan Eny

Setyaningsih, 1 April 2013). Perbedaan kendang jaranan, kendang

koplo, dan kendang dangdut biasa bisa dapat didengar dari bunyi

kendang. Gaya permainan kendang OM. Sagitaini adalah perpaduan

atau kolaborasi kendang dangdut koplo dan kendang jaranan. Bentuk

dari perpaduan ini atau kolaborasi ini maka jadilah “Djandhut”

(Jaranan Dangdut).

Musik akan selalu berkembang mengikuti zamannya.

Salah satu perkembangan musik dangdut yang muncul akhir-akhir ini

khususnya di kota Nganjuk adalah “Djandhut” (Jaranan Dangdut),

yang bercirikan dengan permainan kendang jaranannya. Permainan

kendang bukanlah suatu yang statis, tetapi berkembang dan berubah

(wawancara dengan Eny Setyaningsih, 1 April 2013). Oleh karena itu,

dapatlah dimengerti apabila pada saat ini terdapat bermacam-macam

gaya tabuhan kendang untuk mengiringi lagu dangdut. Setiap pemain

kendang mempunyai gaya tabuhan yang khas dan berbeda satu dengan

yang lainnya. Adapun teknik memainkanya hampir sama dengan

dangdut koplo hanya saja pada “Djandhut” ini banyak variasi pukulan

dari suara kendang jaranan. Gaya tabuhan kendang OM. Sagita adalah

Page 11: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

hasil kreatifitas dari Malik, penabuh kendang OM. Sagita. Seperti

yang peneliti dengar pada VCD pada lagu-lagu ngamen tabuhan

kendang jaran yang Malik mainkan tidak selalu diterapkan pada suatu

lagu dari awal sampai akhir lagu.

Dalam setiap lagu yang dibawakan oleh OM. Sagita

mempunyai durasi waktu yang berbeda-beda. Setiap lagu mempunyai

durasi waktu antara 4-6 menit, tetapi dalam satu lagu biasanya

diulang-ulang sampai 3 kali mungkin juga bisa lebih.

Pada lagu ngamen 2 mempunyai bentuk lagu yang terdiri

dari tiga bagian atau bisa disebut lagu tiga bagian, ini bisa dilihat dari

lirik dan melodi vokal pada lagu ngamen 2. Bagian tersebut dapat

disimbolkan A=I, B=II dan C=III, urutan lagu ngamen 2 adalah || intro

|| A B || intro || C || intro || A B || intro || C || intro ||. Dalam lagu ngamen

2 terdapat pengulangan satu kali, unsur musik jaranan hanya terdapat

pada bagian intro saja. Dan setiap pengulangan tidak ada perubahan,

baik lirik lagu maupun musik instrumennya. OM. Sagita mempunyai

ciri khas, yaitu musik jaranan, yang didukung dengan permainan

kendang dan kethuk. Di dalam lagu ngamen 2, pola kendang yang

digunakan adalah sebagai berikut dan peneliti menulisnya dalam

bentuk kepatihan:

| ---- p-t- dltpp ptdl- | -tpp –tpp –tpp –tpp | -tpp –tpp –tdl- - tdl- |

| -tpp –tpp –dlddl | -tpp –tdl- tdlp p |

Untuk kethuk juga mempunyai pola yaitu | . 2 6 2 | . 2 6 2 | . 2 6 2 | . 2

6 2 | kethuk dalam lagu ngamen 2 hanya terdapat dibagian intro saja.

Page 12: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

Untuk memudahkan dalam pemahaman dan penulisan,

peneliti sengaja merubahnya kedalam notasi balok, pola kethuk dalam

notasi balok adalah sebagai berikut:

Dalam acara “Tarung Djanduth” yang di selenggarakan di

lapangan Bungkus kecamatan Mejayan kota Caruban pada tanggal 6

April 2013, OM. Sagita mengunakan medium musik yang meliputi

medium vokal dan medium instrumental. Medium vokal yang

digunakan berupa vokal dari penyanyi dari OM. Sagita dan backing

vokal. Untuk medium instumntal yang digunakan OM. Sagita berupa

alat musik, yaitu: drum, kendang jaranan, kendang dangdut koplo,

keyboard, suling, gitar rytem, gitar melody dan suling. O.M. Sagita

sengaja tidak mengunakan alat musik gitar bass dan tamborin. Ini juga

merupakan salah satu keunikan O.M. Sagita.

C. Tanggapan Masyarakat Terhadap Eksistensi OM. Sagita

1. Tanggapan Penonton

berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa OM. Sagita

sangat disukai oleh penonton, baik anak-anak, remaja maupun orang tua.

Yang paling disukai oleh penonton adalah irama musik jaranannya

karena masyarakat ingin sesuatu yang berbeda dari dangdut koplo yang

sudah ada dan goyangan dari penyanyinya. Dibawah ini adalah salah satu

data hasil wawancara dengan penonton yang bernama Kusnawan,

mengatakan bahwa pertunjukan OM. Sagita sangat menyenangkan dan

Page 13: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

sangat menghibur karena selalu ada celotehan dari para penyanyi OM.

Sagita yang lucu sehingga mengundang tawa orang yang menonton, yang

paling difavoritkan dari celotehan para penyanyi adalah sebuah kata atau

istilah yang biasa dikatakan yaitu “assololey icik icik ehemm” dan gaya

dari pemegang suling OM. Sagita yang selalu membuat orang tertawa

(wawancara dengan Kusnawan, 6 april 2013).

2. Tanggapan Masyarakat Setempat OM. Sagita

berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di Dusun Tanjung

R.T. 03 R.W. 05 no 23, Desa Pace Kulon, Kecamatan Pace, Kabupaten

Nganjuk, bahwa mayoritas masyarakat sudah tidak asing lagi dengan

keberadaan OM. Sagita dan masyarakat merasa bangga dan merasa

memiliki grup orkes tersebut. Seperti apa yang sudah dituturkan oleh

Khoirul Anwar, bahwa OM. Sagita meskipun sudah mempunyai nama,

tetapi orang-orang OM. Sagita tetap baik, ramah dan tetap mau tinggal di

sini, saya merasa bangga dengan kehadiran OM. Sagita di daerah kami,

dan sebagian masyarakat menyukai OM. Sagita dari segi musiknya yang

beriramakan dengan irama musik jaranan, dimana kesenian jaranan

adalah kesenian yang ada di daeerah Nganjuk (hasil wawancara dengan

Khoirul Anwar, 25 Maret 2013). Meskipun banyak masyarakat yang

menyukai dan bangga dengan kehadirran OM. Sagita di daerah tersebut,

tetapi ada juga yang tidak suka dengan kehadiran OM. Sagita, mereka

menganggap OM. Sagita tidak bagus, biasa saja, kampungan, dan untuk

busana para biduan OM. Sagita terlalu minim.

Page 14: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

3. Tanggapan Pengamat Musik

Menurut Isfanhari, O.M. Sagita sangat kreatif dalam Mengemas dangdut

koplo diperpadukan irama musik jaranan, di dalam syair yang ada dilagu-

lagu ngamen, O.M. Sagita banyak mengambil dari sisi sosial kehidupan

masyarakat saat ini. Pada dasarnya semua grup musik adalah sama,

mempunyai kelebihan dan kekurangan, yang terpenting adalah sebuah

grup musik bisa melihat apa yang dibutuhkan masyarakat saat ini dan

bagaimana cara pemasaran kepada masyarakat. O.M. Sagita pada

dasarnya sama pada grup orkes yang lain. Hanya saja O.M. Sagita

mempunyai bentuk musik yang berbeda, bentuk musik O.M. Sagita

sangat unik. Dari keunikan inilah O.M. Sagita bisa dikenal masyarakat.

4. Tanggapan Pengemar OM. Sagita “Sagita Mania”

Dalam kesempatan ini peneliti juga berhasil wawancara dengan salah

satu dari meraka yaitu dengan “Sagita Mania” Madiun Selatan (MadseLt)

yang bernama Yesi Elok Novita Sari, bahwa OM. Sagita salah satu grup

orkes yang berani beda dengan grup orkes yang sudah ada saat ini, OM.

Sagita berani beda dalam segi musikalitas yang memperpadukan antara

irama musik jaranan dan irama musik dangdut koplo (hasil wawanacara

dengan Yesi Elok Novita Sari, 6 April 2013).

D. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan peneliti tentang

eksistensi O.M. Sagita dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Latar belakang berdirinya O.M. Sagita didasari oleh hobi dan rasa cinta

Eny Setyaningsih terhadap musik dangdut, dan pada tanggal 17 Oktober

Page 15: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

2008 disepakati sebagai hari jadi O.M. sagita. Nama O.M. sagita sediri

diambil dari Zodiak Eny Setyaningsih yaitu “sagitarius”. OM. Sagita mulai

tampil perdana pada acara pernikahan pada tahun 2009 di kota Nganjuk

tepatnya desa Pace yang merupakan tempat OM. Sagita bermarkas. Dalam

musikal OM. Sagita mempunyai keunikkan tersendiri, di dalam aransemen

musik OM. Sagita ditambahkan musik-musik bernuansa jaranan, bisa

disebut “Djanduth”, dan menjadi salah satu musik “Djanduth” pertama di

Jawa Timur. Pada awal tahun 2010 O.M. Sagita berhasil mengeluarkan

album edisi “Ngamen 1”, dan sampai sekarang O.M. Sagita sudah

mengeluarkan album edisi “Ngamen 12”.

2. Bentuk penyajian O.M. Sagita dalam acara yang bertemakan “Tarung

Djanduth” yang bertempat di lapangan Bungkus kecamatan Mejayan kota

Caruban pada tanggal 6 April 2013. Pada acara “Tarung Djanduth” ini

dimulai pukul 19.00 sampai 23.00. di dalam pelaksanaan pertunjukan ini

di bagi atas dua bagian penampilan, yang pertama pukul 19.00 sampai

21.00 penampilan OM. Scorpio, sedangkan penampilan atau bagian kedua

pukul 21.00 sampai 23.00 yang diisi oleh penampilan OM. Sagita. Dalam

acara “Tarung Djanduth” ini O.M. Sagita tampil sebagai acara inti atau

acara puncak. Untuk Tata rias pemusik dan penyanyi sudah diatur oleh

pihak OM. Sagita sendiri. Bentuk tata rias dan tata busana bagi penyanyi

OM. Sagita dilakukan oleh masing-masih penyanyi sendiri. Kostum yang

yang diselalu dipakai merupakan kostum milik pribadi dari semua

penyanyi OM. Sagita dan Untuk tata rias dan tata busana yang di pakai

semua pemusik OM. Sagita merupakan milik dari OM. Sagita sendiri.

Page 16: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

Untuk tata lampu atau cahaya dalam acara “Tarung Djanduth” lampu tidak

sampai mati karena sebagian besar menggunakan General Light. Untuk

Bentuk musik OM. Sagita adalah bentuk lagu dan bentuk musik dengan

irama musik jaranan dan perpaduan musik dangdut koplo.

3. Tanggapan masyarakat terhadap O.M. Sagita tidak mendapatkan masalah

atau dengan kata lain mendapatkan tanggapan yang positif, ini terbukti

dari setiap pementasan O.M. Sagita, selalu dibanjiri penonton, dan

penonton sangat berantusias mengikuti jalannya pementasan dari awal

sampai akhir. Masyarakat disekitar O.M. Sagita juga sangat merasa bangga

dengan kehadiran O.M. Sagita yang bertempat di Dusun Tanjung R.T. 03

R.W. 05 no 23, Desa Pace Kulon, Kecamatan Pace, Kabupaten Nganjuk

dan yang paling disukai oleh Mayoritas masyarakat adalah irama musik

jaranan yang dipadukan dengan musik dangdut koplo. Oleh karena itu,

eksistensi O.M Sagita ini harus dipertahankan. Untuk itu O.M. Sagita

harus selalu menyajikan yang terbaik bagi penonton, menjaga kualitas

musik dan vokal, mengeluarkan ide-ide baru yang kreatif dengan

mengemas musik agar menjadi yang menarik dan enak didengar.

Page 17: EKSISTENSI ORKES MELAYU SAGITA DI KABUPATEN NGANJUK

DAFTAR PUSTAKA

Djelantik, A.A.M. 2004. Estetika: Sebuah Pengantar, Bandung: MSPI.

Dwidjowinoto, Wahjudhi. 1996. Metode Penelitian Seni. Surabaya: Unipress IKIP Surabaya.

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang, Yayasan A3.

M. Miller, Hugh. Tth. 1998. Pengantar Apresiasi Musik (Introduction to Music a Guide to good listening).Triyono Bramantyo PS. Penerjemah. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.

Moleong, J. Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian, Jakarta: Gahlia Indonesia.

Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Besar Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Prier, Karl. Edmund SJ. 1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Rahayu, Eko Wahyuni. 2003. “Dangdut sebuah Genre musik populer di Indonesia” dalam Padma Vol 2 no. 1 Tahun 2003. Jurnal Seni dan Budaya. Surabaya: FBS. Unesa.

Silado, Remi. 1983. Menuju Apresiasi Musik. Bandung: PT. Angkasa.

Soedarsono (Ed). 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka.

SP, Soedarsono (Ed). 1991. Perkembangan Kesenian Kita. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Suwaji, Bastomi. 1992. Wawasan seni. Semarang: IKIP Semarang Press.Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penyusun UNESA, 2006. Panduan Penulisan Dan Penilaian Skripsi, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Tim Redaksi, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke III. Jakarta: Balai Pustaka.