EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

26
1 EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA PERNIKAHAN MASYARAKAT MELAYU DI DESA RESUN PESISIR KABUPATEN LINGGA Naskah Publikasi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Oleh: HULUL AMRI NIM : 100569201010 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

Transcript of EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

Page 1: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

1

EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA PERNIKAHAN

MASYARAKAT MELAYU DI DESA RESUN PESISIR

KABUPATEN LINGGA

Naskah Publikasi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Strata I

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

Oleh:

HULUL AMRI

NIM : 100569201010

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

Page 2: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

2

EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA PERNIKAHAN

MASYARAKAT MELAYU DI DESA RESUN PESISIR KABUPATEN

LINGGA

Hulul Amri: [email protected]

Siti Arieta,M.A: [email protected]

Rahma Syafitri,M.Sos: [email protected]

ABSTRAK

Adat tradisi Tepuk tepung tawar merupakan suatu rutinitas dalam upacara

adat perkawinan budaya melayu khususnya Desa resun pesisir Dusun 1 Tanjung

Bungsu oleh peninggalan para nenek moyang terdahulu. Adat Tradisi Tepuk Tepung

Tawar bagi masyarakat Melayu Lingga Utara merupakan simbol budaya dan akan

tetap terpelihara jika semua unsur pendukung budaya itu selalu berupaya dan

menjunjung tinggi keberadaan Tepuk Tepung Tawar tersebut. Perumusan masalah dri

penelitian ini adalah Mengapa Eksistensi Tepuk Tepung Tawar dalam Upacara

pernikahan masyarakat Melayu di Desa Resun Pesisir Kabupaten lingga. Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui Eksistensi Tepuk tepung tawar dalam upacara

pernikahan melayu di Desa resun pesisir kabupaten lingga.Adapun hal-hal yang di

operasionalkan adalah:1) Eksistensi yaitu suatu keberadaan, kehadiran Tepuk tepung

tawar.2) Tepuk tepung tawar adalah suatu rutinitas dalam upacara adat Pernikahan

budaya melayu.3) Kehidupan bermasyarakat itu terbentuk melalui proses komunikasi

dan interaksi antarindividu dan antarkelompok dengan menggunakan simbol-

simbol.4) Nilai budaya merupakan sesuatu yang dianggap berharga dan dianggap

penting bagi masyarakat.5). Mitos adalah suatu upacara yang dipercayai masyarakat

memiliki makna tertentu, dimana upacara tersebut menjadi suatu kebiasaan yang

lazim dilaksanakan secara turun temurun. Jenis penelitian ini adalah deskriptip

kualitatif. Lokasi di Desa Resun Pesisir dusun 1 Tanjung bungsu, Kecamatan Lingga

utara, Kabupaten Lingga, Provinsi kepulaun Riau.Penelitian ini menggunakan

proposive sampling sehingga informan dalam penelitian ini berjumlah 7

orang.Penelitian ini menggunakan teori Interaksionisme simbolik Herbert Blumer

mengenai Kehasanya bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling

mendefenisikan tindakanya melalui simbol dan memiliki 3(Tiga) premis penting

yaitu mengenai manusia bertindak sesuatu atas dasar makna yang dimiliki benda

tersebut kemudian makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan

dengan orang lain dan makna-makna tersebut dirubah dan di sempurnakan melalui

proses interaksi.Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Makna simbol yang

terkadung pada kegiatan budaya dan praktek adat tradisi upacara tepuk tepung tawar

pada adat melayu. Yakni meliputi adat muhakamah adat yang baik ialah hukum adat

yang menjamin kerukunan, ketentraman, dan keharmonisan di dalam berkehidupan

selama tidak bertentangan dengan hukum syariat (agama Islam).Nilai budayanya

yang masih begitu kental terhadap adat-adat melayu yang telah ada yang tetap

dipertahankan, Masyarakat Desa resun pesisir dusun 1 Tanjung Bungsu yang

didominasi oleh nilai-nilai keagamaan, sehingga keberadaanya masih tetap di jaga

dan di lestarikan hingga saat ini masih membudaya di masyarakat Desa resun pesisir.

Kata Kunci :Tepuk Tepung Tawar, Masyarakat melayu

Page 3: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

3

EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA PERNIKAHAN

MASYARAKAT MELAYU DI DESA RESUN PESISIR KABUPATEN

LINGGA

Hulul Amri: [email protected]

Siti Arieta.M.A: [email protected]

Rahma Syafitri.M.Sos: [email protected]

ABSTRACT

Tap the indigenous tradition of Tepuk tepung tawar is a routine in a

traditional wedding ceremony, especially the Malay culture Resun coastal village of

Dusun 1 Tanjung youngest by relics of earlier ancestors. Indigenous Tradition Fresh

Tepuk tepung Tawar for Lingga utara Malay community is a symbol of culture and

will be maintained if all the supporting elements of the culture of always working and

uphold the existence Tepuk tepung tawar. The formulation of the problem is the

research dri Why Existence Tepuk tepung tawar in Malay society wedding ceremony

in the village of Resun Coastal District phallus. The purpose of this study to

determine the existence Tepuk tepung tawar in a Malay wedding ceremony in the

village of the coastal districts Resun lingga.Which is things in operational are: 1) the

existence of which is a presence, the presence of flour Tap tawar.2) Tap the fresh

flour is a routine in Wedding ceremonies culture melayu.3) Life of the society was

formed through a process of communication and interaction between individuals and

groups by using the symbol-simbol.4) Value culture is something that is considered

valuable and important to the masyarakat.5). Myth is a ceremony that is believed

people have a specific meaning, where the ceremony became a common practice

carried out for generations. This type of research is descriptive qualitative. The

location in the village of Resun Coastal hamlet 1 Tanjung Bungsu, District of

northern Lingga, Lingga Regency, Province Riau. Research maritime uses proposive

sampling so that the informants in this study amounted to 7 people.Research using

symbolic interactionism theory Herbert Blumer regarding human typical that

translate each other and each define action through symbols and has 3 (three)

important premise that the human act something on the basis of meaning possessed

the object is then the meaning was obtained from the social interaction that is done

by others and these meanings changed and perfected through a process of interaction

.Conclusion in this study is the meaning of the symbol be contained on cultural

activities and practices of indigenous traditions pat ceremony fresh flour on Malay

customs. Which includes indigenous customary good muhakamah is customary law

that ensure harmony, tranquility, and harmony in the livers do not conflict with

Shari'a law (Islamic religious).Value culture is still so strong against Malay customs

that have nothing retained, Resun Village Community 1 Tanjung Bungsu coastal

hamlet dominated by values religious, so that its existence is still guarded and

preserved to this day still entrenched in society Resun coast.

Keywords:Tepuk tepung tawar, Malay society

Page 4: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

4

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya merupakan seluruh

sistem gagasan, rasa dan tindakan

serta karya yang dihasilkan

manusia dalam kehidupan

masyarakat. Budaya adalah

setruktur normatif yang berfungsi

sebagai garis-garis pokok atas

pedoman prilaku yang disertai

peraturan mengenai apa yang

harus dilakukan dan apa yang

dilarang. Budaya dapat

menggambarkan arah dalam

berfikir dan pada masyarakat

tradisional pola pikir dapat dilihat

dari mitos yang berkembang.

Kabupaten Lingga terdapat

berbagai sejarah budaya melayu

yang masih sangat kental, salah

satunya adat istiadat perkawinan

yaitu tepuk tepung tawar tepatnya

berada di Kecamatan Lingga utara,

adat istiadat ini masih sangat

dijunjung tinggi khususnya

masyarakat Desa resun pesisir

khususnya etnis melayu. Tepuk

tepung tawar ini juga tidak hanya

di Resun pesisir saja yang masih

melakukan adat ini tetapi ditempat

lain juga masih melaksanakan adat

ini, salah satunya di dabo singkep,

daik lingga, senayang, lingga timur

dan sekitarnya selagi daerahnya

yang bernuansa melayu.

Salah satu upacara adat

melayu khususnya dalam

perkawinan yaitu adat tradisi

Tepuk Tepung Tawar. Upacara

Tepuk tepung tawar artinya suatu

kebiasaan yang sakral dan tidak

dapat dipisahkan dari budaya

melayu, hal ini juga mengandung

makna simbolis untuk

keselamatan, kebahagiaan, dan

kesejahteraan yang terwujud dari

orang-orang yang menepung

tawari pasangan pengantin.Tepung

tawar dilakukan sebagai

perlambang mencurahkan rasa

kegembiraan dan sebagai rasa

syukur atas keberhasilan, hajat,

acara atau niat yang akan

dilaksanakan baik terhadap benda

yang bergerak (manusia) maupun

benda mati yang tidak bergerak.

Dalam perkawinan melayu, Tepuk

tepung tawar adalah simbol

pemberian dan do'a restu bagi

kesejahteraan kedua pengantin,

disamping sebagai penolak bala

dan gangguan (Ishak Thaib,

2009:63)

Tepuk tepung tawar adalah

suatu rutinitas dalam upacara adat

perkawinan budaya melayu

khususnya Desa resun pesisir

Dusun 1 Tanjung Bungsu oleh

peninggalan para nenek moyang

terdahulu. Adat Tradisi Tepuk

Tepung Tawar bagi masyarakat

Melayu Lingga Utara merupakan

simbol budaya dan akan tetap

terpelihara jika semua unsur

pendukung budaya itu selalu

berupaya dan menjunjung tinggi

keberadaan Tepuk Tepung Tawar

Page 5: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

5

tersebut. Dengan demikian juga

akan melanggengkan keberadaan

Tepuk Tepung Tawar dalam

kehidupan masyarakat. Menurut

Vardiansyah, Makna pada

dasarnya terbentuk berdasarkan

hubungan antara lambang

komunikasi (simbol), akal budi

manusia penggunanya (dalam

suwira putra, 2014:3)

Makna Simbol yang

terkadung pada alat kegiatan

budaya adat Tradisi Tepuk tepung

tawar. Beras kunyit, basuh dan

bertih yang dihamburkan dibagian

bahu kanan dan kiri, maksudnya

ucapan selamat dan gembira.

Merenjis dibagian kening atau dahi

maksudnya berpikirlah sebelum

bertindak, merenjis pada bahu

kanan dan kiri maksudnya

memikul beban dan rasa tanggung

jawab, merenjis pada punggung

tangan dan kiri maknanya dalam

mencari rezeki hendaklah

berikhtiar (berusaha) dalam

menjalankan bahtera kehidupan.

Mengalin telur atau menggolekkan

telur di bibir maksudnya

meneruskan keturunan dan

ketulusan hati yang sakinah,

mawadah, warrahmah.

Mencecahkan sedikit inai atau

mengoles ke telapak tangan kanan

dan kiri maksudnya menandakan

mempelai sudah berakad nikah.

Do’a selamat sebagai penutup

acara tepung tawar bertujuan untuk

mendapatkan berkah dari Allah

SWT. (Ishak Thaib dkk, 2009:71-

72)

Selain itu, Tepuk Tepung

Tawar juga bermakna memohon

do’a restu dari hadirin serta

bermakna menghindarkan diri dan

keluarga dari marabahaya,

menghadirkan kegembiraan atau

kesenangan, serta membuang

penyakit. Seiring perkembangan

zaman salah satunya tradisi

melayu ini masih dapat kita lihat

hingga saat ini. Karena adanya

peranan dari masyarakat untuk

pelaksanaan Tradisi Tepuk Tepung

Tawar yang masih belum punah

dalam adat Melayu resun pesisir.

Sehingga masih di tradisikan oleh

masyarakat melayu dari zaman

terdahulu hingga zaman sekarang.

Ini menunjukkan bahwa tradisi ini

tidak dapat ditinggalkan dalam

Upacara Pernikahan melayu yang

jika tidak dilakukan menjadi hal

yang aneh dalam pandangan

masyarakat setempat. Dari uraian

diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang

masalah tersebut dengan

mengambil judul: EKSISTENSI

TEPUK TEPUNG TAWAR

DALAM UPACARA

PERNIKAHAN MASYARAKAT

MELAYU DI DESA RESUN

PESISIR KABUPATEN LINGGA

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

masalah di atas, maka dapat ditetapkan

Page 6: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

6

rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Mengapa Eksistensi Tepuk

Tepung Tawar dalam Upacara

pernikahan masyarakat Melayu di

Desa Resun Pesisir Kabupaten lingga?

C. Tujuan dan Kegunaan

penelitian

1. Tujuan

Untuk mengetahui Eksistensi

Tepuk Tepung Tawar dalam Upacara

pernikahan Masyarakat melayu di

Desa Resun Pesisir Kabupaten Lingga.

2. Kegunaan

Adapun kegunaan dari penelitian

secara teoritis dan praktis adalah

sebagai berikut:

1) Secara teoritis

Penelitian ini juga diharapkan

dapat menjadi acuan informasi dalam

penelitian-penelitian berikutnya

dengan permasalahan penelitian yang

sama serta menjadi referensi pustaka

bagi pemenuhuan kebutuhan penelitian

lanjutan.

2) Secara praktis

Dilihat dari kegunaan penelitian

secara praktis penelitian ini

diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmu pengetahuan dan

pemikiran serta dapat membantu

sebagai bahan informasi mengenai

permasalahan yang berkaitan dengan

budaya tepuk tepung tawar pada

prosesi pernikahan adat melayu di

desa Resun Pesisir Kabupaten Lingga.

D. Konsep Operasional

Dalam sebuah penelitian,

konsep operasional sangat diperlukan

untuk mempermudah dan

memfokuskan penelitian. Konsep

operasional juga berfungsi sebagai

panduan bagi peneliti untuk menindak

lanjuti kasus tersebut serta

menghindari timbulnya kekacauan

akibat kesalahan penafsiran dalam

penelitian. Untuk melihat bagaimana

budaya Tepuk tepung tawar pada

prosesi pernikahan adat melayu Desa

Resun Pesisir Kabupaten Lingga maka

digunakan konsep operasional yaitu

sebagai berikut:

1. Eksistensi

Eksistensi yaitu suatu

keberadaan, kehadiran yang

mengandung unsur bertahan,

jika dilihat dari Tepuk Tepung

Tawar disini berarti masyarakat

Desa Resun pesisir

melestarikan dan menjaga

suatu adat budaya tersebut.

2. Tepuk Tepung Tawar

Tepuk tepung tawar

adalah suatu rutinitas dalam

upacara adat Pernikahan

budaya melayu, Tepuk tepung

tawar ini merupakan upacara

adat dan rasa terima kasih

bersyukur kepada Yang Maha

Esa. Juga bermakna memohon

do’a restu dari hadirin dan

menghadirkan kegembiraan

Page 7: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

7

atau kesenangan untuk kedua

mempelai.

3. Interaksionisme Simbolik

Kehidupan

bermasyarakat itu terbentuk

melalui proses komunikasi dan

interaksi antarindividu dan

antarkelompok dengan

menggunakan simbol-simbol

yang dipahami maknanya

melalui proses belajar seperti

dalam adat pernikahan melayu

salah satunya Tradisi Tepuk

tepung tawar yang peneliti lihat

disini.

4. Nilai dan Budaya

Nilai budaya

merupakan sesuatu yang

dianggap berharga dan

dianggap penting bagi

masyarakat. suatu adat istiadat

yang harus dilestarikan oleh

setiap masyarakat terutama

pada masyarakat melayu Desa

Resun pesisir.

5. Mitos

Mitos adalah suatu upacara

yang dipercayai masyarakat

memiliki makna tertentu,

dimana upacara tersebut

menjadi suatu kebiasaan yang

lazim dilaksanakan secara

turun temurun.

E.Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berupa

Deskriptip kualitatif yaitu berusaha

memahami dan menafsirkan makna

suatu peristiwa interaksi tingkah laku

manusia dalam situasi tertentu.

Diuraikan dengan kata-kata menurut

pendapat informan, apa adanya sesuai

dengan pertanyaan penelitian.(Usman

dan akbar, 2009: 130).

2. Lokasi Penelitian

Masyarakat yang dikaji dalam

penelitian ini mengenai Eksistensi

Upacara Tepuk Tepung Tawar pada

Pernikahan adalah masyarakat yang

Lokasi di Desa Resun Pesisir dusun 1

Tanjung bungsu, Kecamatan Lingga

utara, Kabupaten Lingga, Provinsi

kepulaun Riau. Penelitian ini

dilakukan dengan pertimbangan bahwa

masih banyaknya masyarakat yang

melakukan Tepuk Tepung Tawar pada

pernikahan Melayu seperti yang sering

dilakukan masyarakat Desa Resun

pesisir dan juga desa-desa tetangga

salah satunya Desa Pancur yang masih

menggunakan Tepuk tepung tawar

juga tetapi jika dilihat

perbandingannya dalam upacara tepuk

tepung tawar tersebut masih kuat dan

dijaga oleh Desa resun pesisir karena

masyarakatnya mayoritas beragama

islam sedangkan kalau di Desa pancur

masyarakatnya masih bercampur baur

dengan masyarakat Teonghua dan

suku lainya. Kehidupan masyarakatnya

Page 8: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

8

memiliki karaktristik yang mendukung

topik penelitian.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam

melakukan penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer

merupakan data yang

diperoleh lansung dari

informan, Yang di

proleh dari lapangan

dengan diperoleh dari

wawancara dan

dokumentasi, dalam hal

ini adalah data yang

bertempat tinggal di

Desa Resun Pesisir

dusun 1 Tanjung

Bungsu Kecamatan

Lingga Utara,

Kabupaten Lingga yang

telah ditetapkan sebagai

sampel penelitian.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang

diperoleh secara tidak

langsung dari obyek

penelitian.

Pengumpulan data

sekunder dalam

penelitian ini dengan

cara penelitian tentang

jumlah masyarakat

Desa Resun Pesisir

dusun 1 tanjung bungsu

yang melakukan

pernikahan yang

diperoleh dari kantor

KUA kecamatan lingga

utara. Dan jumlah

masyarakat yang ikut

berpartisipasi dalam

upacara pernikahan

dengan adat tradisi

Tepuk tepung tawar.

4. Populasi dan sampel

Sesuai dengan jenis

penelitian bahwa penelitian

kualitatif tidak menggunakan

pendekatan populasi dan

sampel tetapi yang digunakan

dengan pendekatan secara

intensif ke informan yang akan

dijadikan sebagai jenis data

dalam penelitian ini. Teknik

penentuan informan yang

digunakan dalam penelitian ini

menggunakan Purposive

sampling yaitu sampel yang

“secara sengaja” dipilih oleh

peneliti, karena sampel ini

dianggap memiliki ciri-ciri

tertentu, yang dapat

memperkaya data penelitian

Prasetya Irawan, (2006:15).

Karakteristik dalam

penelitian ini adalah

Masyarakat asli yang sudah

cukup lama mendiami Desa

tersebut dan Tokoh adat yang

digolongkan pada karakteristik

usia, karena yang melakukan

upacara adat tradisi Tepuk

tepung tawar itu hanya

orangtua yang berpengalaman

dalam adat tersebut kecuali

Page 9: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

9

selesainya acara tersebut dan

sudah berlangsungnya acara

itu tidak dibatasi dengan umur,

bahkan anak-anak kecilpun

ikut serta dalam menyaksikan

acara tersebut. Tokoh

masyarakat dalam hal ini yaitu

orang tua yang lebih

berpengalaman dalam bidang

agama maupun dalam adat

tradisi Tepuk Tepung Tawar

dan yang mengerti dengan tata

cara tersebut.

Informan dalam penelitian

ini adalah masyarakat Lingga

khususnya Desa Resun pesisir

dusun 1 Tanjung bungsu yang

berjumlah 7 orang untuk

menjadi sumber peneliti dalam

mendapatkan informasi

sebagai data yang diperlukan

sesuai dengan permasalahan

serta yang menjadi informan

adalah KUA Kecamatan

Lingga Utara untuk kebutuhan

peneliti yaitu latar belakang

Tradisi Tepuk Tepung Tawar.

Peneliti juga menggunakan

inisial pada data informan

dikarenakan untuk menjaga

kenyamanan agar informan

untuk leluasa menjawab

pertanyaan yang diberi pada

mereka sebagai wawancara.

5.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data

merupakan suatu bentuk cara

mencari data utama dengan

menggunakan keterlibatan

langsung penulis untuk

memperoleh data Adapun

teknik dan alat pengumpulan

data dalam meneliti sebagai

berikut:

a. Observasi

Observasi langsung

adalah cara pengambilan data

dengan menggunakan mata

tanpa ada pertolongan alat

standar lain untuk keperluan

tersebut. Dalam kegiatan

sehari-hari, kita selalu

menggunakan mata untuk

mengamati sesuatu. Observasi

ini digunakan untuk penelitian

secara sistematik tentang

bagimana mengetahui tentang

gambaran situasi lokasi

penelitian yaitu di Desa resun

pesisir kecamatan Lingga utara

serta gambaran apakah

informan yang diteliti cukup

tepat untuk mengetahui makna

dari taradisi Tepuk tepung

tawar pada prosesi pernikahan

masyarakat melayu di Desa

Resun Pesisir Kabupaten

Lingga.

b. Wawancara

Wawancara adalah

proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab, sambil

bertatap muka antara si

penanya dengan si penjawab

dengan menggunakan alat yang

dinamakan interview guide

Page 10: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

10

(panduan wawancara). Dalam

hal ini peneliti menggunakan

pedoman wawancara yaitu

daftar pertanyaan agar fokus

penelitian lebih terarah yang

berguna untuk menjawab

masalah penelitian.

Disini peneliti

mewawancarai para informan

dengan pertanyaan-pertanyaan

yang mengarah kepada hal-hal

yang berkaitan dengan Tepuk

tepung tawar diantaranya

seperti mempertahankan

Tradisi tepuk tepung tawar

dalam pernikahan, dan tata

cara Tepuk tepung tawar

seperti apa yang patut ditiru.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah

setiap bahan tertulis baik

berupa buku-buku, memo,

pengumuman, instruksi,

majalah, buletin, pernyataan,

aturan suatu lembaga

masyarakat, dan berita yang

disiarkan kepada media massa.

Dokumentasi dalam penelitian

ini adalah untuk memperoleh

data tertulis dan nyata yang

dibuthkan serta berkaitan

dengan penelitian Tepuk

tepung tawar. Dimana data

tertulis didapatkan dari Tokoh

masyarakat dan KUA.

6. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan

pengumpulan data, seluruh

data yang terkumpul kemudian

diolah oleh peneliti. Data

dianalisis menggunakan

metode deskriptif kualitatif

yaitu dengan mendeskripsikan

secara menyeluruh data yang

didapat selama proses

penelitian. Miles dan

Huberman (Sugiyono,

2012:246) mengungkapkan

bahwa dalam mengolah data

kualitatif dilakukan meliputi

reduksi data, penyajian data,

Verifikasi, dan diakhiri dengan

sebuah kesimpulan yang

mengacu pada penganalisaan

data tersebut.

1. Reduksi

Mereduksi berarti

merangkum, memilih hal-

hal pokok dan penting

kemudian dicari tema dan

polanya (Sugiyono,

2012:247).Pada tahap ini

peneliti memilah informasi

mana yang relevan dan

mana yang tidak relevan

dengan penelitian. Setelah

direduksi data akan

mengerucut, semakin

sedikit dan mengarah ke

inti permasalahan sehingga

mampu memberikan

gambaran yang lebih jelas

mengenai objek penelitian.

2. Penyajian Data

Setelah dilakukan direduksi

data, langkah selanjutnya

adalah menyajikan data.

Data disajikan dalam

Page 11: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

11

bentuk tabel dan uraian

penjelasan yang bersifat

deskriptif.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir pengolahan

data adalah penarikan

kesimpulan. Setelah semua

data tersaji permasalahan

yang menjadi objek

penelitian dapat dipahami

dan kemudian ditarik

kesimpulan yang

merupakan hasil dari

penelitian ini.

F. KERANGKA TEORITIS

A. Teori Intraksionisme Simbolik

Interaksi Simbolik yaitu

“proses pengambilan peran”

menduduki tempat penting. Interaksi

berarti bahwa para peserta masing-

masing memindahkan diri mereka

secara mental kedalam posisi orang

lain. Dengan berbuat demikian,

mereka mencoba mencari arti maksud

yang oleh pihak lain diberikan kepada

aksinya, sehingga komunikasi dan

interaksi dimungkinkan. Jadi interaksi

tidak hanya berlangsung melalui

gerak-gerak saja, melainkan terutama

melalui simbol-simbol yang perlu

dipahami dan dimengerti maknanya.

Artinya gerak yang menentukan dalam

interaksi simbolik, orang mengartikan

dan menafsirkan gerak-gerak orang

lain dan bertindak sesuai dengan arti

itu. Esensi dari interaksi simbolik

adalah suatu aktivitas yang merupakan

ciri khas manusia, yakni komunikasi

atau pertukaran simbol yang diberi

makna Mulyana, (Suwira putra

2014:3).

Interaksionisme Simbolik

berusaha memahami perilaku manusia

dari sudut pandang subjek, perspektif

ini menyarankan bahwa perilaku

manusia harus dilihat sebagai proses

yang memungkinkan manusia

membentuk dan mengatur perilaku

mereka dengan mempertimbangkan

keberadaan orang lain yang menjadi

mitra interaksi mereka. Menurut

Blumer (Sobur 2004:194).

Poloma (1979:259-261)

mengatakan aktor akan memilih,

memeriksa, berpikir,

mengelompokkan, dan mentransformir

makna dalam hubungannya dengan

situasi dimana dia ditempatkan dan

diarahkan. Sehingga korban dari

stereotip gender yang dilihat dari

pemaknaan realitas sosial dalam

interaksionalisme simbolik akan

merasa bersalah, apabila seorang

pribadi laki-laki atau perempuan

melakukan tindakan di luar ciri yang

dianggap seharusnya. Manusia pada

hakekatnya juga merupakan aktor yang

sadar dan refleksif, yang menyatukan

obyek-obyek yang diketahuinya

melalui apa yang disebut Blumer

sebagai self-indication. Self-indication

adalah “proses komunikasi yang

sedang berjalan dimana individu

mengetahui sesuatu, menilainya,

memberinya makna, dan memutuskan

untuk bertindak berdasarkan makna

itu.

Page 12: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

12

Simbol, makna, serta nilai-nilai

yang berhubungan dengan mereka

tidak hanya terpikirkan oleh mereka

dalam bagian-bagian yang terpisah,

tetapi dalam suatu bentuk kelompok

yang kadang-kadang luas dan

kompleks. Artinya terdapat satuan-

satuan kelompok yang mempunyai

simbol-simbol yang sama. Atau kalau

dipandang dari segi simbol, aka nada

simbol kelompok.

Menurut Blumer istilah

Interaksionisme simbolik menujukkan

kepada sifat khas dari interaksi antar

manusia. Kehasanya adalah bahwa

manusia saling menerjemahkan dan

saling mendefenisikan tindakanya.

Bukan hanya sekedar reaksi belaka

dan tindakan seseorang terhadap orang

lain. tanggapan seseorang tidak dibuat

secara lansung terhadap tindakan

orang lain, tetapi didasarkan atas”

makna” yang diberikan terhadap

tindakan oranglain itu sehingga dalam

proses interaksi manusia itu bukan

suatu proses saat adanya stimulus

secara otomatis dan lansung

menimbulkan tanggapan atau respon.

(Nasrullah nazir, 2008:32).

Blumer menyatakan bahwa

hubungan sosial tidak barangkali

terjadi, melainkan dibentuk dengan

interperetasi- interpretasi para aktor

yang mengambil makna didalamnya.

Interaksi bermakna aktor saling

mengambil catatan, saling

mengomunikasikan, dan saling

menginterpretasi sepanjang interaksi

tersebut terus berjalan. Oleh karena itu

bisa dikatakan bahwa hampir semua

bentuk interaksi sosial adalah

simbolik. Proses interaksi simbolik

berarti membuat keputusan dan

lansung berkaitan dengan aliran

tindakan yang terus menerus atau tidak

pernah berhenti. (Rachmad susilo,

2008:166).

Hebert Blumer, dalam

membahas teorinya tentang

interaksionisme simbolik (Margaret

M. Poloma, 1992: 32), merupakan

tindakan-tindakan bersama yang

mampu membentuk struktur atau

lembaga itu hanya mungkin

disebabkan oleh interaksi simbolis,

yang dalam menyampaikan makna

menggunakan isyarat dan bahasa.

Melalui simbol-simbol yang berarti,

simbol-simbol yang telah memiliki

makna, obyek-obyek yang dibatasi dan

ditafsirkan, melalui proses interaksi

makna-makna tersebut disampaikan

pada pihak lain.

Menurut Blumer (dalam

Rachmad Susilo, 2008:167-168)

interaksionisme simbolik memiliki

tiga premis utama yaitu :

1. Manusia bertindak sesuatu

atas dasar makna yang

dimiliki benda tersebut.

Dari sini dinyatakan bahwa

kesadaran merupakan

elemen kunci dari tindakan

bermakna. Apapun yang

berhubungan dengan

kesadaran merupakan

Page 13: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

13

sesuatu yang individu

sedang memberi petunjuk

untuk dirinya.

2. Makna itu diperoleh dari

hasil interaksi sosial yang

dilakukan dengan orang

lain. Makna merupakan

produk sosial, diciptakan

karena belum ada

sebelumnya, dan tidak ada

begitu saja. makna dari

sesuatu untuk seseorang

muncul dari cara orang lain

bertindak pada pihak lain

dengan memerhatikan

sesuatu.

3. Makna-makna tersebut

kemudian direvisi, diubah,

dan disempurnakan melalui

proses-proses interaksi.

Tindakan mereka berjalan

untuk mendefinisikan

sesuatu bagi orang”.

Blumer mengatakan bahwa

individu

mengomunikasikan dan

memperlakukan makna

lewat sebuah

proses”bertanya pada

dirinya”. Ini merupakan

proses membuat tanda pada

seseorang yang sedang

menafsirkan apa yang

dianggap mengganggu

dirinya.

Interaksionisme simbolik

mencoba menjelaskan bagaimana cara

partisipan membatasi, menafsirkan dan

menangkap situasi yang kemudian

memperlancar pembentukan diri dan

struktur sosial tidak boleh diabaikan.

(Nasrullah Nazsir, 2008:33). Secara

umum makna dapat diartikan sebagai

sebuah hubungan antara subjek dengan

lambangnya.

Ketiga premis interaksi

sebagaimana yang digunakan oleh

Blumer merupakan subtansi dasar

untuk penciptaan makna, menciptakan

struktur ide-ide dasar (root images).

Pertama, masyarakat terdiri dari

manusia yang berinteraksi, dimana

interaksi tersebut saling memiliki

kesesuain melalui tindakan bersama,

membentuk struktur sosial. Kedua,

interaksi terdiri dari berbagai kegiatan

manusia yang berhubungan dengan

kegiatan manusia lain. Interaksi secara

simbolis yang terjadi senantiasa

mencakup penafsiran tindakan-

tindakan. Ketiga, objek-objek (fisik,

sosial, dan abstrak) tidak mempunyai

makna intrinsik. Makna merupakan

produk interaksi simbolis. Keempat,

manusia tidak hanya mengenal objek

eksternal, melainkan juga mereka

dapat melihat dirinya sebagai objek.

Kelima, tindakan manusia adalah

tindakan interpretatif yang dibuat oleh

manusia itu sendiri. Keenam, tindakan

tersebut saling dikaitkan dan

disesuaikan oleh anggota kelompok.

Dalam hal ini, Blumer

menegaskan tentang pentingnya

penamaan dalam proses pemaknaan.

Blumer mengemukakan tiga prinsip

dasar interaksionisme simbolik. Dalam

Page 14: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

14

rangkaian upacara perkawinan adat

Melayu Kepulauan Riau, sesudah

acara akad nikah dilanjutkan pula

dengan Tepuk Tepung Tawar. Acara

ini adalah “Menepuk” dengan beras

kunyit dan bertih, yang dilanjutkan

dengan mencecah inai di telapak

tangan pengantin.Acara tepuk tepung

tawar biasanya juga disebut dengan

“bertepuk” Dalam acara ini juga

senantiasa diiringi dengan pantun-

pantun oleh sipembawa

acara.(Mochtar Zam, 2006:223)

1. Makna

Blumer mengawali teorinya

dengan premis bahwa perilaku

seseorang terhadap sebuah objek atau

orang lain ditentukan oleh makna yang

dia pahami tentang objek atau orang

tersebut. Gagasan blumer lain yang

tidak kalah penting adalah tentang 3

hal, yakni: manusia bertindak atas

sesuatu pada dasar makna yang

dimiliki benda tersebut. Dari sini di

nyatakan bahwa kesadaran merupakan

elemen kunci dari tindakan bermakna.

Makna merupakan produk

sosial; diciptakan karena belum ada

sebelumnya, dan tindakan bersifat ada

begitu saja. “Makna dari sesuatu

untuk seseorang muncul dari cara

orang lain bertindak pada pihak lain

dengan memerhatikan sesuatu.

Tindakan mereka berjalan untuk

mendefinisikan sesuatu bagi orang”.

Pemaknaan muncul dari interaksi

sosial yang dipertukarkan di antara

mereka. Makna bukan muncul atau

melekat pada sesuatu atau suatu objek

secara alamiah. Makna tidak bisa

muncul “dari sananya”. Makna berasal

dari hasil proses negosiasi melalui

penggunaan bahasa dalam perspektif

interaksionisme simbolik.

2. Berfikir

Manusia hanya

memiliki kapasitas umum

untuk berfikir. Kapasitas ini

harus dibentuk dan diperhalus

dalam proses interaksi sosial.

Pandangan ini menyebabkan

teoritisi interaksionisme

simbolik memusatkan

perhatian pada bentuk khusus

interaksi sosial yakni

sosialisasi. Kemampuan

manusia untuk berpikir

dikembangkan sejak dini dalam

sosialisasi anak-anak dan

diperhalus selama sosialisasi

dimasa dewasa. Teoritisi

interaksionisme simbolik

mempunyai pandangan

mengenai proses sosialisasi

yang berbeda dari pandangan

sebagian besar sosiolog lain.

Menurut mereka, sosiolog

konvensional mungkin melihat

sosialisasi semata-mata sebagai

proses mempelajari sesuatu

yang dibutuhkan manusia

untuk mempertahankan hidup

dalam masyarakat (contohnya,

kultur, peran yang diharapkan).

Bagi teoritisi interaksionisme

simbolik, sosialisasi adalah

Page 15: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

15

proses yang lebih dinamis yang

memungkinkan manusia

mengembangkan kemampuan

untuk berpikir, untuk

mengembangkan cara hidup

manusia tersendiri. Sosialisasi

bukanlah semata-mata proses

satu arah dimana aktor

menerima informasi, tetapi

merupakan proses dinamis

dimana aktor menyusun dan

menyesuaikan informasi itu

dengan kebutuhan mereka

sendiri Manis (Meltzer,

1978:6).

Interaksionisme simbolik

menggambarkan proses berpikir

sebagai perbincangan dengan diri

sendiri. Proses berpikir ini sendiri

bersifat refleksif. Nah, masalahnya

menurut Mead adalah sebelum

manusia bisa berpikir, kita butuh

bahasa. Kita perlu untuk dapat

berkomunikasi secara simbolik.

Bahasa pada dasarnya

ibarat software yang dapat

menggerakkan pikiran kita. Pakar

interaksionisme simbolik tak hanya

tertarik pada perspektif sosialisasi

sederhana, tetapi juga pada interaksi

pada umumnya yang”sangat penting

dalam bidang kajianya sendiri”

(Blumer, 1969b:8).

Cara bagaimana manusia

berpikir banyak ditentukan oleh

praktek bahasa. Bahasa sebenarnya

bukan sekedar dilihat sebagai ‘alat

pertukaran pesan’ semata, tapi

interaksionisme simbolik melihat

posisi bahasa lebih sebagai

seperangkat ide yang dipertukarkan

kepada pihak lain secara simbolik.

Akan tetapi walaupun

pemaknaan suatu bahasa banyak

ditentukan oleh konteks atau

konstruksi sosial, seringkali

interpretasi individu sangat berperan di

dalam modifikasi simbol yang kita

tangkap dalam proses berpikir.

Simbolisasi dalam proses interaksi

tersebut tidak secara mentah-mentah

kita terima dari dunia sosial, karena

kita pada dasarnya mencernanya

kembali dalam proses berpikir sesuai

dengan preferensi diri kita masing-

masing.

Pemaknaan merujuk kepada

bahasa. Proses berpikir merujuk

kepada bahasa. Bahasa menentukan

bagaimana proses pemaknaan dan

proses berpikir. Jadi, ketiganya saling

terkait secara erat. Interaksi ketiganya

adalah yang menjadi kajian utama

dalam perspektif interaksionisme

simbolik.

Dalam konsepsi

interaksionisme simbolik dikatakan

bahwa kita cenderung menafsirkan diri

kita lebih kepada bagaimana orang-

orang melihat atau menafsirkan diri

kita. Kita cenderung untuk menunggu,

untuk melihat bagaimana orang lain

akan memaknai diri kita, bagaimana

ekspektasi orang terhadap diri kita.

Page 16: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

16

Oleh karenanya konsep diri kita

terutama kita bentuk sebagai upaya

pemenuhan terhadap harapan atau

tafsiran orang lain tersebut kepada diri

kita.

Konsep diri adalah fungsi secara

bahasa. Tanpa pembicaraan maka

tidak akan ada konsep diri. Nah,

konsep diri ini sendiri pada nantinya

terbentuk atau dikonstruksikan melalui

konsep pembicaraan itu sendiri,

melalui bahasa (language).

3. Simbol

Simbol adalah suatu yang

“lepas” dari apa yang disimbolkan,

karena komunikasi manusia itu tidak

terbatas pada ruang, penampilan atau

sosok fisik, dan waktu dimana

pengalaman inderawi itu berlansung,

sebaliknya manusia dapat

berkomunikasi tentang objek dan

tindakan jauh diluar batas waktu dan

ruang.

Namun, perlu diingat makna dari

suatu simbol tertentu tidak selalu

bersifat universal: berlaku sama

disetiap situasi dan daerah. Nilai atu

makna sebuah simbol tergantung

kepada kesepakatan orang-orang atau

kelompok yang mempergunakan

simbol itu. Menurut Leslie White

(1968), makna suatu simbol hanya

dapat ditangkap melalui cara-cara

nonsensoris, yakni melalui proses

penafsiran. Makna dari suatu simbol

tertentu dalam proses interaksi sosial

tidak begitu saja biasa lansung

diterima dan dimengerti oleh semua

orang, melainkan harus terlebih dahulu

ditafsirkan.

Bab ini berintikan diskusi

tentang prinsip dasar Intraksionisme

simbolik. Sebenarnya tak mudah

menggolongkan pemikiran ini ke

dalam teori dalam artian umum karena

seperti dikatakan Paul rock, pemikiran

ini “sengaja dibangun secara samar”

dan merupakan “resistensi terhadap

sistematisasi” (1979:18-19). Ada

beberapa perbedaan signifikan dalam

interaksionisme simbolik, sebagian

akan dibahas sambil berjalan.

Beberapa tokoh

interaksionisme simbolik (Blumer,

1969; Manis dan Meltzer, 1978; Rose,

1962; Snow, 2001) telah mencoba

menghitung jumlah prinsip dasar teori

ini, yang meliputi:

a. Tak seperti binatang,

manusia dibekali

kemampuan untuk berfikir.

b. Kemampuan berpikir

dibentuk oleh interaksi

sosial.

c. Dalam interaksi sosial

manusia mempelajari arti

dan simbol yang

memungkinkan mereka

menggunakan kemampuan

berpikir mereka yang

khusus itu.

d. Makna dan simbol

memungkinkan manusia

Page 17: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

17

melanjutkan tindakan

khusus dan berinteraksi.

e. Manusia mampu

mengubah arti dan simbol

yang mereka gunakan

dalam tindakan dan

interaksi berdasarkan

penafsiran mereka

terhadap situasi.

f. Manusia mampu membuat

kebijakan modifikasi dan

perubahan, sebagian

karena kemampuan

mereka berinteraksi

dengan diri mereka

sendiri, yang

memungkinkan mereka

menguji serangkaian

peluang tindakan, menilai

keuntungan dan kerugian

relatif mereka, dan

kemudian memilih satu

diantara serangkaian

peluang tindakan itu.

g. Pola tindakan dan interaksi

yang saling berkaitan akan

membentuk kelompok dan

masyarakat.(George

Ritzer, 2008:289).

Kesimpulan utama yang perlu

diambil dari uraian tentang subtansi

Teori Interaksionosme Simbolik ini

adalah sebagai berikut. Kehidupan

bermasyarakat terbentuk melalui

proses interaksi dan komunikasi antar

individual dan antar kelompok

dengan menggunakan simbol-simbol

yang dipahami maknanya melalui

proses belajar. Tindakan seseorang

melalui proses interaksi itu bukan

semata-mata merupakan suatu

tanggapan yang bersifat langsung

terhadap stimulus dari lingkungannya

atau dari luar dirinya. Tetapi tindakan

itu merupakan hasil daripada proses

intepretasi terhadap stimulus. Jadi

merupakan hasil proses belajar,

dalam arti memahami simbol-simbol,

dan saling menyesuaikan makna dari

simbol-simbol itu. Meskipun norma-

norma, nilai-nilai sosial dan makna

dari simbol-simbol itu memberikan

pembatasan terhadap tindakannya,

namun dengan kemampuan berfikir

yang dimikili manusia mempunyai

kebebasan untuk menentukan

tindakan dan tujuan-tujuan yang

hendak dicapainya. (George Ritzer,

2011:59).

A. Nilai dan Budaya

Dalam suatu kebudayaan

terkandung nilai-nilai dan norma-

norma sosial yang merupakan faktor

pendorong bagi manusia untuk

bertingkah laku dan mencapai

kepuasan tertentu dalam kehidupan

sehari-hari. Nilai dan norma senantiasa

berkaitan satu sama lainya, walaupun

keduanya dapat dibedakan D.A Wila

Huky (dalam Abdulsyani, 2007:50).

Nilai merupakan kontruksi masyarakat

yang tercipta melalui interaksi diantara

para anggota masyarakat. Nilai tercipta

secara sosial bukan secara biologis

atau bawaan sejak lahir.

Page 18: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

18

Alvin L. Bertrand (dalam

Abdulsyani, 2007:51) bahwa nilai-nilai

akan kelihatan apabila sistem-sistem

sosial dipakai sebagai alat konsepsi di

dalam menganalisa tindakan sosial.

Nilai-nilai itu merupakan ciri sistem

sebagai suatu keseluruhan, dan bukan

merupakan sekedar salah satu bagian

komponennya belaka selanjutnya

dapat ditambahkan bahwa nilai-nilai

sosial itu biasanya dijunjung tinggi dan

diakui sebagai patokan bertindak oleh

orang perorangan atau setidaknya

sebagian besar anggota masyarakat.

Nilai adalah segala sesuatu

tentang yang baik atau yang buruk.

Nilai adalah segala sesuatu yang

menarik bagi manusia sebagai subyek.

Nilai adalah perasaan tentang apa yang

diinginkan, atau tentang apa yang

boleh dan tidak boleh. konsep- konsep

tentang nilai yang hidup dalam alam

pikiran sebagian besar warga

masyarakat, membentuk sistem nilai

budaya berfungsi sebagai pedoman

tertinggi bagi kelakuan manusia,

dalam tingkatan paling abstrak.

Sistem-sistem tata kelakuan yang

tingkatanya lebih konkrit, seperti

aturan-aturan khusus, hukum, norma-

norma, semuanya berpedoman pada

sistem budaya itu. Sistem nilai budaya

itu demikian kuat meresap dalam jiwa

warga masyarakatnya, sehingga sukar

diganti dengan nilai-nilai budaya lain

dalam waktu singkat. (Liyes Sudibyo

dkk, 2013: 32-33).

Dalam pandangan sosiologi,

nilai secara umum dapat berpungsi

sebagai langkah persiapan bagi

petunjuk-petunjuk penting untuk

memprediksi mengenai prilaku,

disamping juga memiliki kegunaan

peraktis lainya bagi sosiologi. Dalam

kajian sosiologi, nilai-nilai sosial

seseorang atau kelompok secara

lansungsung dapat mempengaruhi

segala aktifitasnya, terutama dalam

rangka menyesuaikan diri dengan

norma-norma yang ada dalam

masyarakat sekelilingnya. kecuali itu

nilai-nilai sosial dapat menentukan

ukuran besar kecil atau tinggi

rendahnya setatus dan peranan

seseorang ditengah-tengah kehidupan

masyarakat. (Abdulsyani, 2007:53-54).

Nilai-nilai budaya merupakan

nilai-nilai yang disepakati dan

tertanam dalam suatu masyarakat,

lingkup organisasi, lingkungan

masyarakat, yang mengakar pada suatu

kebiasaan, kepercayaan (believe),

simbol-simbol, dengan karakteristik

tertentu yang dapat dibedakan satu dan

lainnya sebagai acuan prilaku dan

tanggapan atas apa yang akan terjadi

atau sedang terjadi.Sistem nilai budaya

adalah tingkat tertinggi dan paling

abstrak dari adat istiadat. Sebabnya

ialah karena nilai budaya terdiri dari

konsep-konsep mengenai segala

Sesuatu yang dinilai berharga dan

penting oleh warga suatu masyarakat,

sehingga dapat berfungsi sebagai suatu

pedoman orientasi pada kehidupan

Page 19: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

19

para warga masyarakat yang

bersangkutan. walaupun nilai-nilai

budaya berfungsi sebagai pedoman

hidup warga suatu masyarakat, sebai

konsef sifatnya sangat umum,

memiliki ruang lingkup yang sangat

luas, dan biasanya sulit diterangkan

secara rasional dan nyata.

(Koentjaraningrat, 2005:75-76).

B. Mitos

Pengertian mitos yang

dikemukakan oleh Malinowski itu,

lebih memperjelas tentang arti mitos

sebagai “kata-kata”. Kalau mitos

diartikan sebagai “ucapan” atau ” kata

kata, berarti bukan sembarang ucapan

atau kata-kata, tetapi “ucapan suci”

atau “kata-kata suci”. Oleh karena itu,

mitos dapat diserupakan dengan ilham

atau wahyu.(Adeng muchtar ghazali,

2011:113).

Dalam pandangan masyarakat

primitif, mitos dianggap sebagai suatu

cerita yang benar dan cerita ini

menjadi milik mereka yang paling

berharga, karena merupakan sesuatu

yang suci, bermakna, dan menjadi

contoh model tindakan manusia serta

memberikan makna dan nilai pada

kehidupan ini. Mitos menceritakan

bagaimana suatu realitas mulai

bereksistensi melalui tindakan mahluk

supranatural. Mitos selalu menyangkut

suatu penciptaan. Dalam mitos,

manusia berusaha dengan sungguh-

sungguh dan dengan imajinasinya

menerangkan gejala alam yang ada,

namun belum tepat karena kurangnya

pengetahuan sehingga orang

mengaitkannya dengan seorang tokoh

ataupun dewa.

Mitos melambangkan bentuk

pengalaman manusia ia memberikan

arah dan pedoman agar bertindak lebih

bijaksana. Mitos menyadarkan

manusia tentang adanya kekuatan-

kekuatan gaib, diluar mereka.

Kemudian manusia dibantu untuk

menghayati daya-daya itu sebagai

kekuatan yang menguasai alam dan

kehidupan semuanya.(Susilo,

2009:38).

G. Gambaran Umum Lokasi

Penelitian

A. Kondisi Geografis

Desa Resun Pesisir Wilayah

daratan dan lautan mencapai 56.000

Ha. Desa Resun Pesisir terdiri dari 3

(tiga) Dusun yaitu (Dusun I, Dusun II,

Dusun III), Empat RW, Delapn RT.

Desa ini terletak di kecamatan Lingga

Utara yang terdiri dari tingkat

perkembangan Desa yaitu

Swasembada / Swadaya / Swakarya

yang batas wilayahnya terdiri dari 4

kutub yaitu di sebelah Utara, Selatan,

Barat dan Timur. Desa ini jarak dari

pusat pemerintahan Kecamatan sekitar

8 Km.

Sebagian besar wilayah Desa

Resun Pesisir terdiri dari Daratan,

Perbukitan, sungai pantai dan tanah

rawa, yang mana penduduk

kebanyakan bermukim di tepi pantai

dan daratan.Mayoritas penduduk di

Page 20: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

20

tepi pantai pekerjaannya nelayan dan

mayoritas penduduk didaratan adalah

berkebun dan bertani.

Desa Resun Pesisir ini beberapa

tahun silam sebelum dimekarkan

dikenal dengan Desa Resun yang

bertepatan dengan daratan Daik lingga

tetapi dengan adanya pemekaran

Daerah ini sehingga terpisah menjadi

Desa tersendiri Desa Resun dan Desa

Resun Pesisir yang terletak di

Kecamatan Lingga Utara Kabupaten

Lingga.

H. Hasil Peneliatan dan

Pembahasan

A. Karakteristik Informan

Sebelum penelitian lebih jauh

membahas tentang hasil dari

penelitian, maka terlebih dahulu

peneliti akan menguraikan identitas

informan. Dalam penelitian ini yang

menjadi informan yaitu masyarakat

Desa Resun pesisir dusun 1 Tanjung

Bungsu. Masyarakat Desa Resun

pesisir yang setiap adanya pernikahan

selalu menggunakan adat tradisi Tepuk

tepung tawar tidak dapat digolongkan

pada karakteristik usia, Karena

Masyarakat yang mengikuti Upacara

Tepuk tepuk tepung tawar dibatasi

dengan umur dan pengalaman orang

tertentu oleh orang yang menepuk

tepung tawari tersebut, tetapi yang ikut

sertaan menyaksikan adat tersebut

tidak dibatasi baik itu anak kecil

maupun orang tua. Tetapi di dalam

kehidupan masyarakat pasti ada

didalamnya struktur, nilai-nilai dan

adat tradisi ataupun budaya, serta

kebiasaan.

Adapun beberapa orang yang

peneliti terima dari informan, peneliti

menggunakan kerangka berfikir yang

menjelaskan kedalam Nilai budaya,

karena di dalam nilai budaya terdapat

unsur-unsur yang mewakili setiap

permasalahan untuk di teliti seperti

Pendidikan, politik, agama yang

merupakan unsur yang sangat

berkaitan lansung dalam usaha

melestarikan suatu keberadaan adat

tradisi budaya Tepuk tepung tawar.

Informan dalam penelitian kualitatip

sengaja dipilih oleh peneliti, karena

dianggap mampu memberikan

informasi seputar masalah yang sedang

diteliti. Dalam penelitian ini,

karakteristik informan yang dipilih

adalah masyarakat asli yang tinggal

disana yang lebih perpengalaman

disegani Masyarakat setempat dan

Tokoh masyarakat beserta sesepuh

kampung yang berdasarka umur

mereka kurang lebih 50 tahun ke atas

dan pengalamanya sudah banyak yang

dipercayai untuk melakukan suatu adat

Tradisi Tepuk Tepung Tawar.

Sehingga, informan mengetahui secara

jelas bagaimana Eksistensi Tepuk

tepung tawar beserta makna-makna

dari simbol yang dipraktekkan kepada

kedua mempelai sang pengantin.

Informan dalam penelitian ini adalah

tokoh masyarakat, tokoh adat,

masyarakat yang mengerti akan makna

Page 21: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

21

dari upaca tersebut dan KUA, dengan

informan yang berjumlah 7 orang.

B. Eksistensi Tepuk Tepung

Tawar Dalam Pernikahan

Melayu Di Desa Resun

Pesisir Dusun 1 Tanjung

Bungsu

Daik Lingga memang kaya dengan

adat dan tradisi, salah satunya Tepuk

tepung tawar. Tepuk tepung tawar

adalah suatu upacara adat budaya

melayu riau khususnya Desa resun

pesisir Dusun 1 Tanjung Bungsu oleh

peninggalan para nenek moyang

terdahulu. Tepuk tepung tawar

merupakan upacara adat dan juga

bentuk persembahan syukur atas

tekabulnya suatu keinginan atau

usaha,upacara ini dilakukan pada dua

ketentuan,baik pada manusia maupun

pada benda.

Tepuk tepung tawar biasa di

pergunakan dalam acara acara tertentu

misal pernikahan, menempati rumah

baru, mengendarai kendaran baru,

khitanan,serta bentuk bentuk dari

luapan rasa kegembiraan bagi orang

orang yang mempunyai hajatan,atau

semacam upacara adat yang sakral

lainnya.

Dalam perkawinan melayu yang

didalamnya ada yang dinamakan adat

tradisi Tepuk tepung tawar yaitu

simbol pemberian dan do'a restu bagi

kesejahteraan kedua pengantin,

disamping sebagai penolak bala dan

gangguan maupun marabahaya.

Pelaksanaan Tepuk tepung tawar ada

yang dilaksanakan dengan duduk satu-

satu dan ada pula kedua mempelai

duduk berdua sekaligus. Dilakukan

dengan duduk satu-satu

pertimbangannya bahwa kedua

mempelai belum melaksanakan mahar

bathin (belum bersatu) dan akan

melaksanakan tebus kipas. Sedangkan

Tepuk teung tawar duduk berdua

sekaligus dapat dilakukan dengan

pertimbangan kedua mempelai sudah

menikah dan tidak ada pelaksanaan

kegiatan tebus kipas.

Adapun tatacara menepuk tepung

tawar yaitu yang pertama dengan

mengambil sejemput beras kunyit,

beras putih dan bertih lalu ditaburkan

melewati atas kepala, ke bahu kanan

dan kiri pengantin maksudnya ucapan

selamat dan gembira. Beras kunyit

(beras kuning) warna kuning

melambangkan Raja/sultan, lambang

kebesaran dan mempunyai makna

keagungan dan kebesaran melayu.

Pada saat ini dilafazkan shalawat nabi

1 kali.(boleh menabur satu-satu bahan

atau digabung).

Yang kedua dengan mengambil

(mencecahkan daun perenjis dalam air

tepung tawar lalu ditepukkan (direnjis)

diatas dahi (kening) maksudnya

berfikirlah sebelum bertindak, bahu

kanan dan kiri maksudnya memikul

beban dan rasa tanggung jawab, lalu

belakang telapak tangan kanan dan kiri

(dengan posisi telapak tangan

Page 22: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

22

pengantin telungkup) maksudnya

dalam mencari rezeki hendaklah

berikhtiar dan berusaha dalam

menjalankan bahtera kehidupan.

Urutan merenjis digambarkan dalam

bentuk Lam alif (bermakna Allah

berkehendak)

Yang ketiga mengambil sebutir

telur lalu menggolekkan, meletakkan

sebentar dibibir penganti dan diputar

disekitar muka(wajah) pengantin dan

kemudian telur tersebut diletakkan

ditempatnya kembali maksudnya

meneruskan keturunan dan ketulusan

hati yang sakinah mawaddah

warrahmah.

Yang ke empat dengan mengambil

sejemput inaiyang berada pada

semberip kecil lalu dioleskan di

telapak tangan kanan dan kiri yang

telah di alas dengan bantal susur ari.

posisi tangan pengantin telentang

maksudnya menandakan mempelai

perempuan sudah berakad nikah dan di

akhiri dengan do’a selamat sebagai

penutup agar mendapatkan berkah dari

Allah SWT.

Tepuk tepung tawar, biasanya

dilakukan oleh 3 orang,5 orang dan 7

orang (dalam hitungan ganjil).makna

dari hitungan ganjil yaitu karena Allah

menyukai hal-hal yang bersifat

bilangan ganjil contoh Asmaul

Husna,Zikir, dan lain-lain.

C. Nilai Budaya sebagai

perwujudan nilai-nilai

dominan pada masyarakat

Desa Resun pesisir Dusun 1

Tanjung Bungsu

Struktur untuk memenuhi

berbagai keperluan manusia, yang

terlahir dengan adanya berbagai

budaya, untuk memperoleh

kesejahteraan masyarakat dan

melahirkan berbagai kegiatan tertentu.

Sehingga suatu budaya itu tetap

terjalin dengan keharmonisan

masyarakatn.

Sementara itu Sumaatmadja dalam

Marpaung (2000) mengatakan bahwa

pada perkembangan, pengembangan,

penerapan budaya dalam kehidupan,

berkembang pula nilai – nilai yang

melekat di masyarakat yang mengatur

keserasian, keselarasan, serta

keseimbangan. Nilai tersebut

dikonsepsikan sebagai nilai budaya.

Selanjutnya, bertitik tolak dari

pendapat diatas, maka dapat dikatakan

bahwa setiap individu dalam

melaksanakan aktifitas vsosialnya

selalu berdasarkan serta berpedoman

kepada nilai – nilai atau system nilai

yang ada dan hidup dalam masyarakat

itu sendiri. Artinya nilai – nilai itu

sangat banyak mempengaruhi tindakan

dan perilaku manusia, baik secara

individual, kelompok atau masyarakat

secara keseluruhan tentang baik buruk,

benar salah, patut atau tidak patut,

Suatu nilai apabila sudah membudaya

didalam diri seseorang, maka nilai itu

Page 23: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

23

akan dijadikan sebagai pedoman atau

petunjuk di dalam bertingkahlaku.

Nilai merupakan kontruksi

masyarakat yang tercipta melalui

interaksi diantara para anggota

masyarakat. Nilai tercipta secara sosial

bukan secara biologis atau bawaan

sejak lahir. Nilai dan norma senantiasa

berkaitan satu sama lainya, walaupun

keduanya dapat dibedakan D.A Wila

Huky (dalam Abdulsyani, 2007:50).

I. Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis peneliti

yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa adat tradisi Tepuk

tepung tawar yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Resun pesisir dusun

1 Tanjung Bungsu ini sangatlah tidak

bisa dilupakan atau menghilang dari

masyarakat melayu, Berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan yang

dijelaskan pada bab sebelumnya maka

dapat disimpulan bahwa Eksistensi

Tepuk tepung tawar memiliki simbol-

simbol, nilai budaya dan mitos. Di

dasarkan pada jawaban dan

pengamatan dari tujuh informan

dimana dua masyarakat empat Tokoh

masyarakat dan tokoh adat satu KUA

informan ini merupakan orang yang

disegani oleh masyarakat setempat dan

memiliki pengetahuan mengenai

tentang adat tradisi Tepuk tepung

tawar Sedangkan jika mengarah pada

Interaksionisme simbolik oleh Herbert

Blumer maka Manusia bertindak

sesuatu atas dasar makna yang dimiliki

benda tersebut seperti halnya Tentang

Makna Simbolis yang meliputi bahan-

bahan yang untuk dipergunakan

sebagai alat untuk menepuk tepung

tawar dalam upacara pernikahan

melayu yang disana terdapat dedaunan

yang digunakan sebagai alat perenjis

pada kedua mempelai. Perenjis

bermakna bersatu padu atau

kekeluargaan yang selalu disirami rasa

kesejukan didalam menempuh hidup

berumah tangga atau keberkahan kita

di dunia maupun diakhirat.disini juga

antara daun-daun itu sudah ada yang

sulit ditemukan sehingga daun itu

diganti dengan daun yang lain namun

maknanya tetap dan tidak berubah.

Dan makna itu diperoleh dari hasil

interaksi sosial yang dilakukan dengan

orang lain sehingga timbullah hasil

interaksi sosial dari sang penepuk pada

yang di tepuk tepung tawari itu melalui

simbol dan gerakan orang tersebut.adat

tradisi ini lebih mengarah pada

perilaku dan nilai yang Positif bagi

kedua mempelai maupun masyarakat.

Adapun alasan Desa resun pesisir

dusun 1 Tanjung Bungsu yaitu:

pertama: Masyarakat disana mayoritas

beragama islam yang masih sangat

kental akan adat istiadat melayu,

kedua: lokasinya satu daratan dengan

Daik lingga yang kaya akan prasejarah

di kabupaten Lingga memberikan

nuansa yang cocok dijadikan sebagai

tempat berbudaya kental akan adat

istiadat, terlebih lagi bagi insan yang

dilahirkan dari “Bunda Tanah

Melayu”dan yang terakhir dari bahan

Page 24: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

24

penepuk tepung tawar itu mengandung

makna tersendiri dari bahan itu baik itu

beras dan juga daun yang dijadikan

simbol sebagai perenjis. Dengan

adanya mitos menolak bala atau

gangguan dan untuk kesejahteraan

sang pengantin itu sendiri yang

membuat adat tradisi itu tetap terjaga

dan terus dilakukan oleh masyarakat

sehingga memperkuat dan keharusan

di dalam adat Tradisi Tepuk tepung

tawar itu.

B. Saran

Dari pernyataan

kesimpulan yang peneliti

paparkan diatas, maka dapat

disampaikan beberapa saran

yang dapat menunjang peneliti

lakukan.

1. Pelaksanaan Budaya Adat

Tradisi Upacra Tepuk

tepung tawar Oleh lembaga

adat melayu kabupaten

lingga sehingga terlahirnya

kabupaten lingga sehingga

dibuat kesepakatan dan

aturan-aturan gimana

menupuk Tepuk tepung

tawar yang benar namun

saat ini sosialisasi belum

sampai ke daerah-daerah

Lingga utara, daerah Desa,

dan perkampungan. Bukan

berarti tidak tahu dan

kurang mengerti

melakukanya tetapi untuk

yang lebih baik dan benar

hanya beberapa orang saja

yang menepuk tepung

tawar di pengantin yang

benar sehingga tidak ada

keseragaman. Sehingga

untuk lebih

mempertahankan

keberadaan budaya tersebut

perlu adanya sosialisasi

bagi Lembaga adat melayu

terhadap masyarakat umum

dan setempat.

2. Budaya yang masih tetap dijaga

hingga zaman modernisasi ini tidak

lepas dari aturan, aturan yang

mengatur agar masyarakat tetap

terjalin silaturrahim dan

kebersamaan yang kokoh. Seperti

dengan diadakanya kegiatan

pameran adat-adat tradisi lama

sehingga masyarakat berkumpul

untuk menyaksikanya sehingga

lebih mengetahui dan mempelajari

mengenai hal yang dilarang atau

yang tidak boleh dilakukan

Apapun bentuk keragaman upacara

perkawinan adat, tetapi pada

hakekatnya perkawinan merupakan

suatu upacara yang sakral, suci dan

relegius, karena perkawinan tidak

terlepas dari suatu kebutuhan

biologis manusia dan juga

merupakan suatu perintah tuhan.

Seprti yang tertera dalam surat Q.S

Ar-Rum:21 disitu sudah tertera

jelas.

Page 25: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

25

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 2007. Sosiologi Skematika,Teori, dan Terapan.Jakarta: PT. Bumi Aksara

Adeng Muchtar Ghazali, 2011. Antropologi Agama, Upaya Memahami Keragaman

Kepercayaan, Keyakinan dan Agama. Badung: ALFABETA

Herimanto, Winarno, 2008, Ilmu Social & Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Jakarta : DIA FISIP UI.

J. Dwi Narwoko, Bagong Suyanto.2007, Sosiologi Teks Pengantar dan terapan.

Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Koentjaraningrat, 2005. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT.Rineka cipta

K. Dwi Susilo, 2008. 20 Tokoh Sosioloogi modern. jogjakarta

Maran, Rafael Raga, 2000, Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu

Dasar Budaya, Jakarta: Rineka Cipta

Moleong, Lexy J.2007. metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja rosda

karya.w

Nazsir, Nasrullah M.S. 2008. Teori-Teori Sosiologi. Bandung : Widya Padjajaran.

Nazsir, Nasrullah 2008, Kajian Lengkap Konsep dan Teori Sosiologi Sebagai

Ilmu Sosial. Bandung : Widya Padjadjaran.

Ritzer, Goerge, 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:

Rajawali Press.

Ritzer, George, 2008. Teori Sosiologi Moderen. Jakarta: Kencana Rachmad

Soerjono soekanto, 1982, Sosiologi suaatu pengantar .Jakarta.PT RajaGrafindo

Persada.

Sudibyo, Lies, dkk. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta : Andi Offset

Sugiyono. 2009, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif Dan R&D. Alfabeta: Bandung

Susilo, Rachmad K, 2008. 20 Tokoh sosiologi modern. Yogjakarta: Ar-ruzz Media.

Soelaiman, Munandar, 2009. Ilmu sosial dasar Teori dan konsep Ilmu sosial.

Bandung: PT Refika Aditama

Page 26: EKSISTENSI TEPUK TEPUNG TAWAR DALAM UPACARA …

26

Thaib, Ishak dkk 2009. Tata cara adat perkawinan melayu di Daik Lingga.

Pekanbaru: Unri Press

Suseno ,Tusiaran, dkk 2006. “Butang Emas” Warisan Budaya Melayu Kepulauan

Riau.Pemerintah Kota Tanjung Pinang: cv Data makmur setia

Sumber lain :

Putra, Suwira, 2014. Makna upacara Tepuk Tepung Tawar Pada Pernikahan Adat

Melayu Riau Di Desa Pematang Sikek Kecamatan Rimba Melintang

Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1,

No. 2, (http://www.jom.unri.ac.id, diakses 15 September 2013, 17.08 Wib).

http://yasir.staff.unri.ac.id/2012/03/06/teori-interaksi-simbolik/14. 10. 15. 23:40

http://ridwanaz.com/umum/seni-budaya/pengertian-mitos-pada masyarakat/03.01.15-

11:58

http://adianlangge.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-konsep-nilai-dan-sistem.html.

15.02.15-08:30