Emulsifikasi

28
Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi FIKES UIN Alauddin Makassar “EMULSIFIKASI” OLEH: OLEH: KELOMPOK I (SATU) GELOMBANG I (SATU) ABULKHAIR ABDULLAH (70100111001) AGUS SALIM (70100111003) AHMAD ZAKIR (70100111004) ASWAR NASHIR AS(70100111017) FADLI DZULHIDAYAT (70100111024) Asisten Pembimbing MUH. AGUS SAFAR H.

description

Laporan Lengkap

Transcript of Emulsifikasi

Page 1: Emulsifikasi

Laboratorium Farmasetika

Jurusan Farmasi FIKES

UIN Alauddin Makassar

“EMULSIFIKASI”

OLEH:

OLEH:

KELOMPOK I (SATU)GELOMBANG I (SATU)

ABULKHAIR ABDULLAH (70100111001)

AGUS SALIM (70100111003)

AHMAD ZAKIR (70100111004)

ASWAR NASHIR AS(70100111017)

FADLI DZULHIDAYAT (70100111024)

Asisten Pembimbing

MUH. AGUS SAFAR H.

GOWA

2013

Page 2: Emulsifikasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Emulsi adalah sistem dispersi kasar dari dua atau lebih cairan yang

tidak larut satu sama lain. Sistem emulsi banyak dijumpai penggunaannya

dalam farmasi. Dibedakan antara emulsi cairan, yang ditentukan untuk

kebutuhan dalam dan emulsi untuk penggunaan luar.

Ahli fisika menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak

stabil secara termodinamis dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling

bercampur.

Pada percobaan ini kita akan mempelajari cara pembuatan emulsi

dengan menggunakan emulgator dari golongan surfaktan yaitu tween 80 dan

span 80. Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor

yang paling penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu

emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan.

Penerapannya dalam bidang farmasi banyak yang digunakan dalam

pengamatan tentang beberapa senyawa yang larut lemak seperti vitamin dan

diabsorbsi sempurna jika diemulsikan dibandingkan pemberian peroral. Juga

digunakan pada produk farmasi dan kosmetik untuk pemakaian luar terutama

untuk lotion dermatologik dan lotion kosmetik serta krim. Digunakan pula

dalam produk aerosol untuk menghasilkan busa.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara pembuatan emulsi dan pengaruh

nilai HLB terhadap kestabilan emulsi.

2. Tujuan Percobaan

a. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan

dalam pembuatan emulsi.

Page 3: Emulsifikasi

b. Membuat emulsi menggunakan emulgator golongan surfaktan.

c. Mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.

d. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan

emulsi.

C. Prinsip Percobaan

Pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator golongan

surfaktan dengan variasi HLB butuh yang kemudian dibandingkan

kestabilannya dengan mengamati volume emulsi, volume sedimentasi, warna,

dan pemisahan fase selama 3 hari.

Page 4: Emulsifikasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika

tidak stabil, terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-

globul dalam fasa cair lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan

dengan emulgator (Tim Asisten, 2008 : 30).

Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang

mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi. Sediaan emulsi

merupakan golongan penting dalam sediaan farmasetik karena memberikan

pengaturan yang dapat diterima dan bentuk yang cocok untuk beberapa bahan

berminyak yang tidak diinginkan oleh pasien (Jenkins, 1957 : 314).

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.

Berdasarkan masa terdispersinya, dikenal dua jenis emulsi, yaitu : (Ansel,

1989 : 77)

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi dalam fase

air.

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi dalam fase

minyak.

Menurut teori umum emulsi klasik bahwa zat aktif

permukaan mampu menampilkan kedua tujuan yaitu zat-zat

tersebut mengurangi tegangan permukaan (antar

permukaan) dan bertindak sebagai penghalang

bergabungnya tetesan karena zat-zat tersebut diabsorbsi

pada antarmuka atau lebih tepat pada permukaan tetesan-

tetesan yang tersuspensi. Zat pengemulsi memudahkan

pembentukan emulsi dengan 3 mekanisme : (Ansel, 1989 :

385).

1. Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis.

Page 5: Emulsifikasi

2. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang halus-

pembatas mekanik untuk penggabungan.

3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik

untuk mendekati partikel.

HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. Daftar di

bawah ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe

sistem.

Nilai HLB Tipe sistem

3-6 A/M emulgator

7-9 Zat pembasah

8-18 M/A emulgator

13-15 Zat pembersih

15-18 Zat penambah kelarutan

Makin rendah nilai HLB maka makin lipofil surfaktan tersebut, makin tinggi

nilai HLB maka makin hidrofil (Anief, 2005 : 143).

Tipe emulsi yang dihasilkan, M/A atau A/M, terutama bergantung

pada sifat zat pengemulsi. Karakteristik ini dikenal sebagai keseimbangan

hidrofil lipofil yakni sifat polar dan non polar dari pengemulsi.

Kenyataannya, apakah sutau surfaktan adalah selalu pengemulsi, zat

tambahan, detergen, atau zat penstabil keseimbangan dan zat hidrofilik dan

sifat lipofilik dari suatu pengemulsi menentukan apakah akan dihasilkan suatu

emulsi M/A atau A/M (Martin, 1990 : 1551).

Salah satu jenis emulsi dikenal sebagai produk air dalam minyak

(W/O). emulsi obat untuk pemberian oral biasanya obat dari emulsi yang

berupa O/W dan membutuhkan penggunaan suatu zat pengemulsi O/W. Salah

satu tipe fase cair dalam satu emulsi terutama bersifat polar (sebagai contoh

air) (Martin, 1990 : 1144).

Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor

yang penting untuk dipertahankan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi

banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satunya emulgator

Page 6: Emulsifikasi

yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme

kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka air dan minyak serta

membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdispersinya

(Ansel, 1989 : 79).

Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu : (Parrot, 1970 : 335).

1. Membentuk lapisan monomolekuler. Surfaktan yang dapat menstabilkan

emulsi, bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang

diabsorbsi molekul atai ion pada permukaan antara minyak atau air.

Menurut Hukum Gibbs, kehadiran kelebihan pertemuan penting

mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih

stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata

adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh lapisan tunggal yang

mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.

2. Membentuk lapisan multimolekuler. Koloid hidrofobik membentuk

lapisan multimolekuler di sekitar tetesan dan dispersi minyak. Sementara

koloid hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, merata tidak menyebabkan

penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya bergantung pada

kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang

koheren.

3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat. Mereka menunjukkan

pembiasan ganda kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi.

Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada

penandaan kristal cair.

4. Emulsi dapat digunakan dalm farmasi. Suatu sediaan yang terdiri dua

cairan tidak bercampur dimana yang satu terdispersi seluruhnya seperti

globul-globul terhadap yang lain, walaupun umumnya emulsi merupakan

bahan cair. Emulsi dapat digunakan untuk pemakaian dalam dan luar

serta dapat digunakan untuk dalam dan luar serta dapat digunakan untuk

sejumlah kepentingan yang berbeda.

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang

mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi

Page 7: Emulsifikasi

satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan

dengan cara menempati daerah antarmuka tetesan dan fase eksternal dan

dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi.

Surfaktan juga mengurangi tegangan antarmuka dua fase, juga hingga

meninggalkan proses emulsifikasi selama pencampuran (Jenkins, 1957 : 314).

B. Uraian Medium

1. Aquadest (Dirjen POM, 1979 : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : air suling, aquadest, air baterig

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02 g/mol

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : fase pendispersi

2. Tween 80 (Dirjen POM, 1979 : 509)

Nama resmi : POLYSORBATUM 80

Nama lain : polisorbatum 80, tween 80

Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir

tidak berasa

Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol 94 % P, dalam

etil asetat P, dan dalam methanol P, sukar larut dalam

parafin cair

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai emulgator

HLB : 15

3. Span 80 (Raymond, 2009; 475)

Nama resmi : SORBITAN MONOOLEAT

Nama lain : Ssorbitan, span 80

Rumus molekul : C3O6H27Cl17

Page 8: Emulsifikasi

Berat molekul : 768,5 g/mol

Pemerian : serbuk, butiran atau kepingan putih, rasa manis,

higroskopis

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol

95 % P, dalam methanol P, asetat P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai emulgator

HLB : 4,3

4. Parafin cair (Dirjen POM, 1979 : 474)

Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama lain : parafin cair

Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir

tidak berbau

Kelarutan : praktis tidak larut di dalam air dan dalam etanol 95 %

P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

Kegunaan : fase terdispersi

C. Prosedur Kerja (Fitrah, 2012 : 8)

1. Buatlah satu emulsi dengan nilai HLB butuh 8, 10, 12, dan 14.

2. Hitung jumlah tween dan span yang dibutuhkan untuk masing-masing

HLB butuh.

3. Timbang masing-masing minyak, air, tween, dan span sejumlah yang

dibutuhkan.

4. Campurkan minyak dengan span dan air dengan tween lalu panaskan di

atas penangas air sampai suhu 20 oC.

5. Tambahkan campuran minyak di dalam campuran air dan segera diaduk

dengan magnetic stirrer pada kecepatan dan waktu yang sama.

6. Masukkan ke dalam tabung sedimentasi dan beri tanda untuk masing-

masing HLB.

7. Amati kestabilan selama 5 hari.

Page 9: Emulsifikasi

8. Catat pada harga HLB berapa emulsi relatif paling stabil.

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang

pengaduk, botol semprot, cawan porselin, gelas kimia, gelas ukur, mixer,

neraca analitik, pipet tetes, dan stopwatch.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium

foil, aquadest, parafin cair, span 80, tissue, dan tween 80.

B. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang tween 80 dan span 80 dalam cawan porselin sesuai dengan

perhitungan untuk membuat emulsi dengan HLB butuh 8, HLB butuh 10

dan HLB butuh 12.

3. Ditimbang 75 g air suling dan ditimbang paraffin liquid 22 g di dalam

cawan porselin.

4. Dicampurkan terlebih dahulu span 80 dan paraffin liquid hingga

tercampur merata.

5. Dicampurkan sedikit demi sedikit fase minyak ke dalam fase air lalu

dikocok dengan mixer (yang dibagi dalam 5 kali penuangan dengan

selang waktu 15 detik) selama 45 detik.

6. Dimasukkan emulsi ke dalam gelas ukur 250 ml.

7. Dilakukan hal yang sama pada HLB butuh 10 dan HLB butuh 12.

8. Dilakukan pengamatan selama 3 hari.

9. Ditentukan kestabilan emulsi berdasarkan perubahan warna, perubahan

volume dan pemisahan fase.

Page 10: Emulsifikasi

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

Hari HLBVolume

emulsi (mL)

Volume

sedimentasi (mL)Warna

Pemisahan

warna

1

8 55 - Putih susu -

10 51 - Putih susu -

12 54 - Putih susu -

2

8 49 36Putih susu*

Putih keruh**+

10 50 43Putih susu*

Putih keruh**++

12 50 43Putih susu*

Putih keruh**++

3

8 49 38Putih susu*

Putih keruh**+

10 50 43Putih susu*

Putih keruh**++

12 50 43Putih susu*

Putih keruh**++

Ket :

* : lapisan atas

** : lapisan bawah

B. Perhitungan

R/ Parafin cair 10 %

Emulgator 5 %

Aquadest ad 50 mL

Page 11: Emulsifikasi

Diketahui :

- HLB tween 80 : 15

- HLB span 80 : 4,3

- Bobot butuh : 2,5

- Bobot tween 80 : T

- Bobot span 80 : 2,5 g - T

1. HLB butuh 8

Parafin cair = 10/100 x 50 mL = 5 mL

= 5 mL x 0,88 g/mL

= 4,4 g

Emulgator = 2,5 g

HLBB x BobotB = (HLBT x BobotT) + (HLBS x BobotS)

8 x 2,5 g = (15 x T) + {4,2 x (2,5 g – T)}

20 g = 15T + 10,5 g – 4,2T

9,5 g = 10,8T

T = 0,88 g

S = 2,5 g – 0,88 g

= 1,62 g

2. HLB butuh 10

Parafin cair = 10/100 x 50 mL = 5 mL

= 5 mL x 0,88 g/mL

= 4,4 g

Emulgator = 2,5 g

HLBB x BobotB = (HLBT x BobotT) + (HLBS x BobotS)

10 x 2,5 = (15 x T) + {4,2 x (2,5 g – T)}

25 g = 15T + 10,5 g – 4,2T

14,5 g = 10,8T

T = 1,34 g

S = 2,5 g – 1,34 g

= 1,16 g

Page 12: Emulsifikasi

3. HLB butuh 12

Parafin cair = 10/100 x 50 mL = 5 mL

= 5 mL x 0,88 g/mL

= 4,4 g

Emulgator = 2,5 g

HLBB x BobotB = (HLBT x BobotT) + (HLBS x BobotS)

12 x 2,5 g = (15 x T) + {4,2 x (2,5 g – T)}

30 g = 15T + 10,5 g – 4,2T

19,5 g = 10,8T

T = 1,80 g

S = 2,5 g – 1,80 g

= 0,70 g

Page 13: Emulsifikasi

BAB IV

PEMBAHASAN

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamik tidak stabil, terdiri

dari paling sedikit dua fase sebagai globul-globul dalam fase cair yang lainnya.

Sistem ini biasanya distabilkan dengan adanya emulsi. Dalam bidang farmasi,

emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi ke dalam air.

2. Emulasi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi ke dalam minyak.

Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal empat macam teori

yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda.

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)

Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi di bidang batas,

semakin sulit kedua zat cair tersebut untuk bercampur. Tegangan yang terjadi

pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau

senyawa elektrolik, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa

organik tertentu, antara lain sabun (sapo). Dalam teori ini dikatakan bahwa

penambahan emulgator akan menurunkan atau menghilangkan tegangan yang

terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah

bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)

Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan

adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang

bersifat suka air atau mudah larut dalam air, dan ada bagian yang suka

minyak atau mudah larut dalam minyak.

Jadi, setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.

b. Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.

3. Teori Film Plastik (Interfacial Film)

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara

air dan minyak sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus

Page 14: Emulsifikasi

partikel fase dispers atau fase internal. Dengan terbungkusnya partikel

tersebut, usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi

terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan

stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :

a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.

b. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.

c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua

partikel dengan segera.

4. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Layer)

Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung

berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan

lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang berlawanan dengan lapisan

di depannya.

Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara

di bawah ini :

a. Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel.

b. Terjadinya absorbs ion oleh partikel dari cairan di sekitarnya.

c. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya.

Apabila menggunakan surfaktan sebagai emulgator dapat pula terjadi

emulsi dengan sistem yang kompleks (multiple emulsion). Sistem ini merupakan

jenis emulsi air-minyak-air atau sebaliknya.

Dalam pembuatan emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor

yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh

emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah

zat aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerja

emulgator ini adalah menurunkan tegangan antarmuka air dan minyak serta

membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdispersinya. Tipe

emulsi dapat ditentukan dari jenis surfaktan yang digunakan. Secara kimia,

molekul surfaktan terdiri atas gugus polar dan non polar. Apabila surfaktan

dimasukkan ke dalam sistem dari air dan minyak, maka surfaktan yang

mempunyai gugus polar lebih kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak

Page 15: Emulsifikasi

dalam air sedangkan bila gugus non polar yang lebih kuat maka akan cenderung

membentuk emulsi air dalam minyak.

Pada percobaan ini, mula-mula ditentukan jumlah span 80 dan tween 80

serta bahan lain yang akan digunakan. Pencampuran bahan berdasarkan dari sifat

bahan itu. Tujuannya, bahan yang berfase air dicampur dengan air itu sendiri dan

untuk fase minyak juga pada fase minyak itu sendiri.

Jumlah tween 80 dan span 80 untuk HLB 8 adalah 0,88 g dan 1,62 g,

untuk HLB 10 adalah 1,34 g dan 1,16 g, dan untuk HLB 12 adalah 1,80 g dan

0,70 g. Pencampuran dilakukan pada suhu ruang alasannya agar kedua fase

tersebut memiliki kesetaraan suhu sehingga yang membedakan dari kedua fase

hanya nilai HLB-nya. Selain itu, kedua fase juga memiliki titik lebur yang sama

(20 oC) sehingga tidak ada salahnya memberikan perlakuan yang sama. Hal

selanjutnya adalah pengocokan campuran dengan cara intermitten menggunakan

mixer selama 5 menit dan diistirahatkan setiap 15 detik. Pengocokan intermitten

dilakukan untuk memberikan kesempatan pada minyak untuk terdispersi ke dalam

air dengan baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film pada permukaan

fase terdispersi.

Pengamatan dilakukan selama 3 hari. Tujuannya untuk melihat pemisahan

antara fase air dan fase minyak, perubahan warna dari kedua fase tersebut, dan

volume dari emulsi setelah 3 hari kemudian. Penyimpanan emulsi dilakukan pada

suhu kamar dalam keadaan tertutup aluminium foil untuk mengetahui kestabilan

emulsi dimana terjadi penurunan suhu. Kondisi ini akan menyebabkan dan

mempercepat pengamatan kita terhadap stabil atau tidaknya suhu emulsi.

Pada hari pertama HLB 8, volume emulsi 55 mL dan sudah termasuk

volume busa 8 mL. Larutan berwarna putih susu dan tidak terjadi pemisahan fase.

Pada hari kedua, terjadi pemisahan fase, fase atas berwarna putih susu dan fase

bawah putih keruh, begitu pula dengan volume pada hari ketiga, namun volume

sedimennya 38 mL.

Pada hari pertama HLB 8, volume emulsi 51 mL dan sudah termasuk

volume busa 2 mL. Larutan berwarna putih susu dan tidak terjadi pemisahan fase.

Pada hari kedua, volume emulsi menjadi 50 mL, terjadi pemisahan fase dengan

Page 16: Emulsifikasi

fase atas berwarna putih susu dan fase bawah putih keruh, serta volume

sedimennya 43 mL. Pada hari ketiga, pemisahan fase, volume emulsi, sedimen,

dan warna emulsi sama seperti hari kedua.

Pada hari pertama HLB 12, volume emulsi 54 mL dan sudah termasuk

volume busa 6 mL. Pada hari kedua, volume emulsi menjadi 50 mL, terjadi

pemisahan fase dan perubahan warna, serta terbentuk sedimen. Datanya sama

seperti pada HLB 10.

Berdasarkan pada pengamatan ketiga emulsi dengan HLB yang berbeda

tersebut, dapat disimpulkan bahwa emulsi dengan HLB 8 lebih stabil daripada

HLB 10 dan HLB 12 karena pada pengamatan hari pertama, volume sedimen

emulsi ini lebih kecil dari kedua HLB lain yaitu 36 mL sedangkan HLB 10 dan

HLB 12 adalah 43 mL.

Berdasarkan literatur, HLB butuh parafin cair untuk emulsi M/A adalah

12, namun pada percobaan terjadi kesalahan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan dari emulsi di

antaranya :

1. Suhu pemanasan tidak konstan;

2. Perbedaan intensitas pengadukan;

3. Pencampuran kurang merata;

4. Kekompakan dan elastisitas film yang melindungi zat terdispersi; dan

5. Suhu yang tidak sama dengan kedua fase ketika dicampur.

Adapun parameter ketidakstabilan suatu emulsi dalam percobaan ini

adalah :

1. Creaming

Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu

bagian mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain.

Creaming bersifat reversible, artinya jika dikocok perlahan-lahan akan

terdispersi kembali.

Page 17: Emulsifikasi

2. Koalesensi

Koalesensi adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel

rusak dan butir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase tunggal

yang memisah.

3. Infers fase

Infers fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A menjadi A/M

secara tiba-tiba atau sebaliknya. Sifatnya irreversible.

Hubungan volume sedimentasi dengan ketidakstabilan

emulsi adalah semakin besar volume sedimentasi semakin tidak

stabil suatu emulsi.

Dalam dunia farmasi, pengujian kestabilan emulsi penting untuk diketahui

pada HLB berapa emulsi stabil sehingga suatu sediaan emulsi yang akan dibuat

tidak mengalami kerusakan.

Page 18: Emulsifikasi

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan ini, diperoleh hasil bahwa HLB 8 lebih stabil daripada

HLB 10 dan HLB 12 karena volume sedimen yang lebih sedikit daripada

HLB 10 dan HLB 12, begitupun dengan pemisahan fasenya.

B. Kritik dan Saran

1. Laboratorium

Penuntunnya diperlengkap dan diperbaiki lagi karena banyak prosedur

yang tidak sesuai pada saat praktikum.

2. Asisten

Dalam menjelaskan materi mudah dimengerti. Dipertahankan, kalau bisa

lebih ditingkatkan.

Page 19: Emulsifikasi

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Muhammad. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.

Jakarta : UI Press

--------------- 2007. Teori dan Praktek Industri. Jakarta : UI Press

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES RI

Fitrah, Muh., dkk. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar :

UIN Alauddin Makassar

Jenkins. 1957. Farmasi Fisika. Yogyakarta : UGM Press

Martin, Alferd. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press

Parrot. 1970. Farmasi Fisika. UGM Yogyakarta.

Tim Asisten Kimia Fisika. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi

Fisika. Makassar : Universitas Islam Negeri Alauddin.

Page 20: Emulsifikasi

SKEMA KERJA

Disiapkan alat dan

bahan

Ditimbang tween 80 dan span 80 untuk HLB butuh

8,10 dan 12

Ditimbang 75 g aquadest

dan

Dicampur span 80dan

paraffin liquid (fase minyak)

Dicampur airdan

tween 80 (fase air)

Dimasukkan campuran fase minyak ke dalam fase air

(sedikit demi sedikit )

Dibagi dalam 5 kali penuangan (dengan intermitten waktu 15

detik) selama 45 detik

Dikocok dengan menggunakan

mixer

Dilakukan hal yang sama untuk

HLB butuh 8, 10

Dimasukkan ke dalam

gelas kimia 250 ml dan

ditutup