Etika Kedokteran

72
BIOETIKA Nizar Zainal Abidin

description

Etika kedokteran, bahan kuliah

Transcript of Etika Kedokteran

Page 1: Etika Kedokteran

BIOETIKABIOETIKA

Nizar Zainal AbidinNizar Zainal Abidin

Page 2: Etika Kedokteran

BIOETIKA

BIOETIKA

PendahuluanPengertian & pemahaman mengenai bioetika adalah penting

sebab :

Bioetika dapat dipandang sebagai dasarnya moral dari

etika praktek kedokteran dewasa ini

Apabila bioetika ini difahami dengan baik, maka sudah

dapat diperoleh pemahaman yang mendasar tentang

etika praktek kedokteran dlm era kini.

Page 3: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Ada beberapa faktor penting yg mendorong lahirnya bioetika, a.l.:

● Penelitian dan pengembangan luar biasa dlm ilmu dan teknologi medis dan penerapannya pd manusia sejak tahun 1950 ( revolusi biomedis)

Revolusi biomedis adalah intervensi thd hidup dan kehidupan manusia

● Para dokter sering menghadapi dilema moral dlm mengambil keputusan klinis secepat mungkin sebagai akibat revolusi biomedis tsb. diatas, terutama yg menyangkut penyelamatan hidup, penelitian & eksperimen medis

Page 4: Etika Kedokteran

BIOETIKA

● Tergoncangnya dasar2 moral di banyak negara Barat sejak tahun 1960-an sebagai akibat gerakan2 masal yg menuntut :

liberalism hak2 azasi manusia otonomi emansipasi anti kemapanan dan anti otoritas ( ingat hippies)

Gerakan2 sosial tsb. menyebakan lembaga2 seperti negara, gereja dan militer kehilangan otoritas moral mereka

Page 5: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Konsep dan Prinsip BioetikaKonsep Bioetika

Martabat manusia sebagai konsep dasar dalam

Bioetika

Martabat manusia merupakan pengakuan bahwa makhluk

manusia adalah berguna bagi suatu derajat penghargaan

atau penghormatan (human beings are worthy of a particular level

of esteem or respect simply because they are human beings), adalah

suatu cara untuk menyatakan nilai dari manusia, ia adalah

aspek yang inheren dalam keberadaannya sebagai

manusia, sebuah hasil ciptaan Tuhan.

Konsep dan Prinsip BioetikaKonsep Bioetika

Martabat manusia sebagai konsep dasar dalam

Bioetika

Martabat manusia merupakan pengakuan bahwa makhluk

manusia adalah berguna bagi suatu derajat penghargaan

atau penghormatan (human beings are worthy of a particular level

of esteem or respect simply because they are human beings), adalah

suatu cara untuk menyatakan nilai dari manusia, ia adalah

aspek yang inheren dalam keberadaannya sebagai

manusia, sebuah hasil ciptaan Tuhan.

Page 6: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Prinsip Bioetika

Prinsip2 utama dlm etika pelayanan kesehatan yg

umum diterima seperti yg dikemukakan dimuka,

berlaku pula disini dan mencakup :

1.prinsip menghargai otonomi

2.prinsip tanpa kekerasan

3.prinsip kemanfaatan

4.prinsip keadilan martabat

Prinsip Bioetika

Prinsip2 utama dlm etika pelayanan kesehatan yg

umum diterima seperti yg dikemukakan dimuka,

berlaku pula disini dan mencakup :

1.prinsip menghargai otonomi

2.prinsip tanpa kekerasan

3.prinsip kemanfaatan

4.prinsip keadilan martabat

Page 7: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Tempat dari prinsip-prinsip dalam Bioetika

Di bidang kesehatan adalah sulit untuk berpegang pada

aturan atau prinsip yang mutlak, sebab terdapat banyak

variabel dalam konteks kasus klinik maupun kenyataan

dalam pelayanaan kesehatan, dimana terdapat berbagai

prinsip yang dapat diterapkan dalam banyak situasi

Page 8: Etika Kedokteran

BIOETIKA

How do principles "apply" to a certain case?Principles in current usage in health care ethics seem to be of self-evident value. For example, the notion that the physician "ought not to harm" any patient appears to be convincing to rational persons. Or, the idea that the physician should develop a care plan designed to provide the most "benefit" to the patient in terms of other competing alternatives, seems self-evident. Further, before implementing the medical care plan, it is now commonly accepted that the patient must indicate a willingness to accept the proposed treatment, if the patient is cognitively capable of doing so. Finally, medical benefits should be dispensed fairly, so that people with similar needs and in similar circumstances will be treated with fairness.

How do principles "apply" to a certain case?Principles in current usage in health care ethics seem to be of self-evident value. For example, the notion that the physician "ought not to harm" any patient appears to be convincing to rational persons. Or, the idea that the physician should develop a care plan designed to provide the most "benefit" to the patient in terms of other competing alternatives, seems self-evident. Further, before implementing the medical care plan, it is now commonly accepted that the patient must indicate a willingness to accept the proposed treatment, if the patient is cognitively capable of doing so. Finally, medical benefits should be dispensed fairly, so that people with similar needs and in similar circumstances will be treated with fairness.

Page 9: Etika Kedokteran

BIOETIKA

One might argue that we are required to take all of the above principles into account when they are applicable to the clinical case under consideration. Yet, when two or more principles apply, we may find that they are in conflict. For example, consider a patient diagnosed with an acutely infected appendix. Our medical goal should be to provide the greatest benefit to the patient, an indication for immediate surgery. On the other hand, surgery and general anesthesia carry some small degree of risk to an otherwise healthy patient, and we are under an obligation "not to harm" the patient. Our rational calculus holds that the patient is in far greater danger from harm from a ruptured appendix if we do not act, than from the surgical procedure and anesthesia if we proceed quickly to surgery.

One might argue that we are required to take all of the above principles into account when they are applicable to the clinical case under consideration. Yet, when two or more principles apply, we may find that they are in conflict. For example, consider a patient diagnosed with an acutely infected appendix. Our medical goal should be to provide the greatest benefit to the patient, an indication for immediate surgery. On the other hand, surgery and general anesthesia carry some small degree of risk to an otherwise healthy patient, and we are under an obligation "not to harm" the patient. Our rational calculus holds that the patient is in far greater danger from harm from a ruptured appendix if we do not act, than from the surgical procedure and anesthesia if we proceed quickly to surgery.

Page 10: Etika Kedokteran

BIOETIKA

In other words, we have a "prima facie" duty to both benefit the patient and to "avoid harming" the patient. However, in the actual situation, we must balance the demands of these principles by determining which carries more weight in the particular case. Moral philosopher W.D. Ross claims that prima facie duties are always binding unless they are in conflict with stronger or more stringent duties. A moral person's actual duty is determined by weighing and balancing all competing prima facie duties in any particular case

In other words, we have a "prima facie" duty to both benefit the patient and to "avoid harming" the patient. However, in the actual situation, we must balance the demands of these principles by determining which carries more weight in the particular case. Moral philosopher W.D. Ross claims that prima facie duties are always binding unless they are in conflict with stronger or more stringent duties. A moral person's actual duty is determined by weighing and balancing all competing prima facie duties in any particular case

Page 11: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Pengertian dan PemahamanBioetika dapat dinyatakan sebagai etika dari sains biologik (biological science) dan ilmu kedokteran (medicine)

● Bioethics is the study of value judgments pertaining to human conduct in the area of biology and includes those related to the practice of medicine.

● A branch of applied ethics that studies the philosophical, social, and legal issues arising in medicine and the life sciences.

● It is chiefly concerned with human life and well-being, though it sometimes also treats ethical questions relating to the nonhuman biological environmen

(Encyclopaedia Britanica).

Page 12: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Beberapa definisi tentang Bioetika :

Shannon :

Bioetika menyelidiki dimensi etis dari:

● teknologi ilmu kedokteran

● biologi

sejauh diterapkan pada kehidupan

Page 13: Etika Kedokteran

BIOETIKA

FJE. Basterra :

● Bioetika bukan hanya berurusan dg hubungan dokter – pasien dari sudut pandangan moral, tetapi ikut juga peduli dg profesi2 terkait, seperti kesehatan mental.

● Bioetika juga mencakup perhatian pd riset2 biomedis dan perilaku manusia, baik berhubungan dg tujuan terapi maupun tidak.

● Studi bioetika juga mencakup secara luas isyu2 sosial seperti kesehatan masyarakat, lingkungan kerja dan demografi.

Ada kalanya bioetika tidak hanya melibatkan diri dengan kehidupan manusia, tetapi juga dg kehidupan hewan dan tumbuh- tumbuhan

Page 14: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Perbedaan antara etika medis tradisional dg bioetika : Etika medis tradisional Bioetika

A.Azas2 Hippokrates dg tam- A.Sejak tahun 1960-an ( era biomedis)

bahannya kmd pd th 1948 diawali dengan revolusi biomedis

Sumpah Dokter Internasional (SDI) Banyak dilema yang harus dihadapi

SDI:Sekular / non religis,dokter dokter

berjanji pada diri sendiri dan tak

pd Tuhan, Indonesia juga meng-

acu pd SDI, tapi tetap bersumpah/

berjanji sesuai pancasila

B.Mempunyai obligasi & otoritas B.Menyebabkan goncangan moral moral yang tinggi dasar kehilangan / lemah otoritas moral

Page 15: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Bioetika dalam Profesi KedokteranBioetika dalam Profesi Kedokteran

Page 16: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Ranah pengetahuan mengenai kesehatan manusia (areas of human health sciences) cukup luas yg terlibat dlm bioetika sbb: Abortion Gene therapy

Artificial insemination Genetically modified food

Artificial life Genetically modified organism

Artificial womb Genomics

Assisted suicide Human cloning

Blood/blood plasma(Trading) Human genetic engineering

Body modification Brain-computer interface

Circumcision Infertility (Treatment)

Cloning Life extension

Confidentiality (medrec) Life support

Consent Lobotomy

Contraception(birth control) Medical malpractice

Cryonics Medical research

Euthanasia (human) Organ donation

Feeding tube Pain management

Page 17: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Dlm kuliah ini diketengahkan sebagian dari ranah tsb.diatassesuai dg bobot masalahnya di Indonesia sbb.:

● Etika dan Reproduksi Abortus provocatus Infertilitas Birth control● Etika dan seksualitas Revolusi seksual● Etika dan Euthanasia (human)● Etika dan Medical malpractice● Etika dan Life support & Life extension● Etika dan Assisted suicide● Etika dan Confidentiality (medrec)● Etika dan Consent● Etika dan Organ donation ● Etika dan Medical research

Page 18: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Etika dan Reproduksi

Pendahuluan

Eksistensi manusia secara alamiah tak mungkin tanpa

adanya hubungan antara manusia manusia lainnya.

Oleh sebab itu rasio kita mengatakan bahwa tak perlu ada

kekhawatiran bahwa eksistensi alamiah tsb akan terancam

oleh hasil penelitian biokimiawi / biomolekuler dan

bioseluler tentang pembiakan jaringan secara in vitro

Page 19: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Ada beberapa topik disini yang perlu dikaji sebab tak jarang dijumpai serta menimbulkan dilemma dalam etika kedokteran sebagai berikut :

● Abortus Abortus provocatus

● Reproduksi yang dibantu Infertilitas (Artificial insemination)

● Contraception Birth control

Ada beberapa topik disini yang perlu dikaji sebab tak jarang dijumpai serta menimbulkan dilemma dalam etika kedokteran sebagai berikut :

● Abortus Abortus provocatus

● Reproduksi yang dibantu Infertilitas (Artificial insemination)

● Contraception Birth control

Page 20: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Abortus provocatusAbortus: adalah suatu anomali dari suatu proses alamiah

Abortus provocatus: Nonalamiah, merupakan suatu tindakan yg disengajaTelah dilakukan dibanyak negara sejak zaman dahulu

sp kiniMasalah yg selainnya kedokteran mempunyai banyak

segi (etik, sosial, hukum, agama dsb.)

Page 21: Etika Kedokteran

BIOETIKA

●Abortus provocatus dianggap sebagai tindakan melang-

gar etik / pidana:

Sumpah dokter, KODEKI ps 9 dan KUHP ps 346 sd 349

Tindakan kriminal/tindakan pidana sesuai KUHP

ps 299,38 dan 350

● Dapat dikenakan sanksi etik / hukum pidana (abortus provocatus criminalis).

●Abortus provocatus dianggap sebagai tindakan melang-

gar etik / pidana:

Sumpah dokter, KODEKI ps 9 dan KUHP ps 346 sd 349

Tindakan kriminal/tindakan pidana sesuai KUHP

ps 299,38 dan 350

● Dapat dikenakan sanksi etik / hukum pidana (abortus provocatus criminalis).

Page 22: Etika Kedokteran

BIOETIKA

● Abortus provocatus diluar indikasi medis sukar dituntut oleh hukum, sebab :

- dokter yg menangani terikat oleh rahasia jabatan - wanita yg menggugurkan / menyuruh menggugurkan kandungannya enggan berbicara - kesulitan untuk membuktikan bahwa kandungannya hidup ketika digugurkan - kesulitan untuk membuktikan bhw gugurnya kandungan betul disebabkan oleh tindakan tsb

● Abortus provocatus diluar indikasi medis sukar dituntut oleh hukum, sebab :

- dokter yg menangani terikat oleh rahasia jabatan - wanita yg menggugurkan / menyuruh menggugurkan kandungannya enggan berbicara - kesulitan untuk membuktikan bahwa kandungannya hidup ketika digugurkan - kesulitan untuk membuktikan bhw gugurnya kandungan betul disebabkan oleh tindakan tsb

Page 23: Etika Kedokteran

BIOETIKA

● INDIKASI ABORTUS PROVOCATUS

- Di dunia kedokteran dikenal apa yang disebut abortus provocatus therapeuticus / medicinalis,ialah tindakan medik (pengobatan) untuk menolong jiwa ibu ( indikasi medik) dari bahaya maut dan hal ini dpt dibenarkan secara etik dan hukum, walau hal ini berarti pula euthanasia bagi si janin.

- Ada sejumlah indikasi medik yang dianut, tetapi indikasi

iniberubah dg perkembangan ilmu dan teknologi

kedokteran, misalnya hipertensi & TBC tak lagi menjadi

indikasi untuk melakukan abortus provocatus

therapeuticus

● INDIKASI ABORTUS PROVOCATUS

- Di dunia kedokteran dikenal apa yang disebut abortus provocatus therapeuticus / medicinalis,ialah tindakan medik (pengobatan) untuk menolong jiwa ibu ( indikasi medik) dari bahaya maut dan hal ini dpt dibenarkan secara etik dan hukum, walau hal ini berarti pula euthanasia bagi si janin.

- Ada sejumlah indikasi medik yang dianut, tetapi indikasi

iniberubah dg perkembangan ilmu dan teknologi

kedokteran, misalnya hipertensi & TBC tak lagi menjadi

indikasi untuk melakukan abortus provocatus

therapeuticus

Page 24: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Di Swedia dan Swis misalnya ada pembenaran indikasi

nonmedik yg biasanya diminta oleh orang tua janin

misalnya sosial, humanistik dan eugenetik, dimana

pertimbangannya tidak terbatas pada keselamatan atau

kepentingan ibu saja. Contoh: ketidaksanggupan untuk

membesarkan janin yang cacat fisik / mental, tetapi juga

pada keselamatan / kepentingan janinnya, baik raga

(indikasi fisik) maupun jiwanya (indikasi mental)

Di Swedia dan Swis misalnya ada pembenaran indikasi

nonmedik yg biasanya diminta oleh orang tua janin

misalnya sosial, humanistik dan eugenetik, dimana

pertimbangannya tidak terbatas pada keselamatan atau

kepentingan ibu saja. Contoh: ketidaksanggupan untuk

membesarkan janin yang cacat fisik / mental, tetapi juga

pada keselamatan / kepentingan janinnya, baik raga

(indikasi fisik) maupun jiwanya (indikasi mental)

Page 25: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Di Indonesia abortus diindikasikan atas kesehatan fisik

maupun mental & harus memenuhi beberapa persyaratan :

- ada indikasi medik yang kuat minimal dipertimbangkan oleh 2 orang dokter

- seorang diantaranya adalah akhli kebidanan

- persetujuan tertulis dari yg hamil dan suaminya / keluarga terdekat

- adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.

Di Indonesia abortus diindikasikan atas kesehatan fisik

maupun mental & harus memenuhi beberapa persyaratan :

- ada indikasi medik yang kuat minimal dipertimbangkan oleh 2 orang dokter

- seorang diantaranya adalah akhli kebidanan

- persetujuan tertulis dari yg hamil dan suaminya / keluarga terdekat

- adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.

Page 26: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Nilai2 dlm agama2 yg besar dan sosio-budaya yg terdapat dibanyak negara memandang abortus sebagai perbuatan yg melanggar keimanan dan kemanusiaan

Oleh sebab itu ia merupakan perbuatan dosa seperti:Dlm agama Islam (pd dasarnya melarang pengguguran bilajaninnya dianggap sudah bernyawa - hamilnya sudah lebihdari 4 bulan -, memperbolehkan apabila ada alasan yg kuatseperti untuk menolong jiwa ibu sedang janinnya belumbernyawa)

Dlm agama Nasrani Katolik (melarang abortus dg alasanapapun juga).

Nilai2 dlm agama2 yg besar dan sosio-budaya yg terdapat dibanyak negara memandang abortus sebagai perbuatan yg melanggar keimanan dan kemanusiaan

Oleh sebab itu ia merupakan perbuatan dosa seperti:Dlm agama Islam (pd dasarnya melarang pengguguran bilajaninnya dianggap sudah bernyawa - hamilnya sudah lebihdari 4 bulan -, memperbolehkan apabila ada alasan yg kuatseperti untuk menolong jiwa ibu sedang janinnya belumbernyawa)

Dlm agama Nasrani Katolik (melarang abortus dg alasanapapun juga).

Page 27: Etika Kedokteran

BIOETIKA

● Hak untuk hidup

Aspek2 etik dari fertilitas in vitro (vivo)

Konsep yg datang dari fihak agama bahwa

kehidupan manusia dimulai saat fertilitasi/pem-

buahan, kehidupan manusia hrs dilindungi thd

eksperimentasi dan intervensi klinik yg dpt lang-

sung / tak langsung membahayakan kelangsung-

an hidup.

● Hak untuk hidup

Aspek2 etik dari fertilitas in vitro (vivo)

Konsep yg datang dari fihak agama bahwa

kehidupan manusia dimulai saat fertilitasi/pem-

buahan, kehidupan manusia hrs dilindungi thd

eksperimentasi dan intervensi klinik yg dpt lang-

sung / tak langsung membahayakan kelangsung-

an hidup.

Page 28: Etika Kedokteran

BIOETIKA

● Beberapa masalah dijumpai disini:

1.Apakah status secara moral dari seorang manusia yg sedang berkembang pesat pada awal fertilitas ini dan status secara moral / etik dari embrio seperti dalam peristiwa abortus dan “foetal surgery”?

2.Siapa yang bertanggungjawab secara moral thd nasib embrio dan fetus dan dlm hal ini apakah ia mempunyai status sebagai manusia atau pasien?

● Beberapa masalah dijumpai disini:

1.Apakah status secara moral dari seorang manusia yg sedang berkembang pesat pada awal fertilitas ini dan status secara moral / etik dari embrio seperti dalam peristiwa abortus dan “foetal surgery”?

2.Siapa yang bertanggungjawab secara moral thd nasib embrio dan fetus dan dlm hal ini apakah ia mempunyai status sebagai manusia atau pasien?

Page 29: Etika Kedokteran

BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN

Reproduksi yang dibantuReproduksi adalah fenomena alamiah tapi manusia melakukan intervensi / rekayasa genetik dg teknik tertentu thd proses alamiah tsb, untuk:

mengontrol pendudukmendapatkan jenis dan bibit unggul tertentuuntuk bank organ dsb,

Akibatnya:

- Menghasilkan hal2 yg dapat merupakan solusi thd masalah tentang fenomena reproduksi tsb - Dpt pula menimbulkan masalah baru yg pelik, (inseminasi buatan, pemilihan seks anak, keluarga berencana, kloning dsb.)

Reproduksi yang dibantuReproduksi adalah fenomena alamiah tapi manusia melakukan intervensi / rekayasa genetik dg teknik tertentu thd proses alamiah tsb, untuk:

mengontrol pendudukmendapatkan jenis dan bibit unggul tertentuuntuk bank organ dsb,

Akibatnya:

- Menghasilkan hal2 yg dapat merupakan solusi thd masalah tentang fenomena reproduksi tsb - Dpt pula menimbulkan masalah baru yg pelik, (inseminasi buatan, pemilihan seks anak, keluarga berencana, kloning dsb.)

Page 30: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Jadi perlu dipasang rambu2 agar perkembangan dan penerapan intervensi tsb tetap berjalan secara etis, sesuai dg hukum yg berlaku serta nilai2 yg dianut agama / keyakinan / budaya ybs.

Belakangan terkesan bahwa masalah reproduksi makin dilepaskan dari pembuahan alamiah, jadi prokreasi dpt pula terjadi secara buatan

Page 31: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Pertanyaan: Bagaimana sikap dan pandangan yg etis thd hasil konsepsi in vitro?

Apakah ia sudah dpt dipandang sbg manusia hidup / makhluk hidup semata?

Apakah hasil konsepsi in vitro tsb punya potensi menjadi seorang manusia ataukah sesuatu yg tak mempunyai potensi untuk berakhir / entelechy ?

Pertanyaan: Bagaimana sikap dan pandangan yg etis thd hasil konsepsi in vitro?

Apakah ia sudah dpt dipandang sbg manusia hidup / makhluk hidup semata?

Apakah hasil konsepsi in vitro tsb punya potensi menjadi seorang manusia ataukah sesuatu yg tak mempunyai potensi untuk berakhir / entelechy ?

Page 32: Etika Kedokteran

BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN

Infertilitas

Infertility primarily refers to the biological inability of a man

or a woman to contribute to conception. Infertility may also

refer to the state of a woman who is unable to carry a

pregnancy to full term. There are many biological causes of

infertility, some which may be bypassed with medical

intervention

Infertilitas

Infertility primarily refers to the biological inability of a man

or a woman to contribute to conception. Infertility may also

refer to the state of a woman who is unable to carry a

pregnancy to full term. There are many biological causes of

infertility, some which may be bypassed with medical

intervention

Page 33: Etika Kedokteran

BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN

Ethics

There are several ethical issues associated with infertility and its treatment.•High-cost treatments are out of financial reach for some couples.•Debate over whether health insurance companies should be forced to cover infertility treatment.•Allocation of medical resources that could be used elsewhere•Anti-abortion opposition to the destruction of embryos not transferred in vivo.•The legal status of embryos fertilized in vitro and not transferred in vivo. (See also Beginning of pregnancy controversy.

Page 34: Etika Kedokteran

BIOETIKA

•IVF and other fertility treatments have resulted in an increase in multiple births, provoking ethical analysis because of the link between multiple pregnancies, premature birth, and a host of health problems.•Religious leaders' opinions on fertility treatments.•Infertility caused by DNA defects on the Y chromosome is passed on from father to son. If natural selection is the primary error correction mechanism that prevents random mutations on the Y chromosome, then fertility treatments for men with abnormal sperm (in particular ICSI only defer the underlying problem to the next male generation.

Page 35: Etika Kedokteran

BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN

Contraception (Birth control)

Birth control, sometimes synonymous with contraception, is a regimen of one or more actions, devices, or medications followed in order to deliberately prevent or reduce the likelihood of pregnancy or childbirth. "Contraception" may refer specifically to mechanisms that are intended to reduce the likelihood of a sperm cell fertilizing the egg. Birth control is commonly used as part of family planning.

Page 36: Etika Kedokteran

BIOETIKA

● Pengendalian penduduk

Pengendalian jumlah penduduk di Indonesia dilaksanakan melalui program keluarga berencana (KB)

● Definisi dari KB : Upaya merencanakan & mengatur semua aspek kehidupan berkeluarga supaya tercapai keluarga bahagia atau upaya manusia demi untuk kesejahteraan keluarga, dg sengaja mengatur kehamilan dlm keluarga dg tak melawan hukum.

● Pengendalian penduduk

Pengendalian jumlah penduduk di Indonesia dilaksanakan melalui program keluarga berencana (KB)

● Definisi dari KB : Upaya merencanakan & mengatur semua aspek kehidupan berkeluarga supaya tercapai keluarga bahagia atau upaya manusia demi untuk kesejahteraan keluarga, dg sengaja mengatur kehamilan dlm keluarga dg tak melawan hukum.

Page 37: Etika Kedokteran

BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN

Religions vary widely in their views of the ethics of birth

control. In Christianity, the Roman Catholic Church accepts

only Natural Family Planning, while Protestants maintain a

wide range of views from allowing none to very lenient.

Views in Judaism range from the stricter Orthodox sect to

the more relaxed Reform sect. In Islam, contraceptives are

allowed if they do not threaten health or lead to sterility,

although their use is discouraged.[ Hindus may use both

natural and artificial contraceptives. A common Buddhist

view of birth control is that preventing conception is

ethically acceptable, while intervening after conception has

occurred or may have occurred is not.

Religions vary widely in their views of the ethics of birth

control. In Christianity, the Roman Catholic Church accepts

only Natural Family Planning, while Protestants maintain a

wide range of views from allowing none to very lenient.

Views in Judaism range from the stricter Orthodox sect to

the more relaxed Reform sect. In Islam, contraceptives are

allowed if they do not threaten health or lead to sterility,

although their use is discouraged.[ Hindus may use both

natural and artificial contraceptives. A common Buddhist

view of birth control is that preventing conception is

ethically acceptable, while intervening after conception has

occurred or may have occurred is not.

Page 38: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Revolusi seksual

Seksualisasi punya beberapa pola dasar

Pd makhluk non seksual tak ada partner

Pd tingkat bakteri, reproduksi terjadi via prinsip identitas,

hanya ada 1 progr. genetik diteruskan, ad random, indivdu

membagi diri ( duplikasi), 1 2, sepanjang masa repro-

duksi merupakan lanjutan hal yg sama

Revolusi seksual

Seksualisasi punya beberapa pola dasar

Pd makhluk non seksual tak ada partner

Pd tingkat bakteri, reproduksi terjadi via prinsip identitas,

hanya ada 1 progr. genetik diteruskan, ad random, indivdu

membagi diri ( duplikasi), 1 2, sepanjang masa repro-

duksi merupakan lanjutan hal yg sama

Page 39: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Dlm bentuk yg sangat maju:

Reproduksi seksual (prokreasi) berbeda dg reproduksi

duplikatif, disini bukan 2 dari 1, tapi 1 dari 2, terjadi

kombinasi dari 2 program genetik dg variasi2 “tak

terhingga”, sebab itu perbedaan dlm identitas jadi prinsip

yg pokok & mendasar, jadi indiv. dapat melangsungkan

kehidupannya dg mengikutsertakan individu lain (partner-

nya) dan seksualisasi membuat kehidupan berjalan terus

menerus, via revolusi menuju kesempurnaan kemudian

mengalami polarisasi.

Dlm bentuk yg sangat maju:

Reproduksi seksual (prokreasi) berbeda dg reproduksi

duplikatif, disini bukan 2 dari 1, tapi 1 dari 2, terjadi

kombinasi dari 2 program genetik dg variasi2 “tak

terhingga”, sebab itu perbedaan dlm identitas jadi prinsip

yg pokok & mendasar, jadi indiv. dapat melangsungkan

kehidupannya dg mengikutsertakan individu lain (partner-

nya) dan seksualisasi membuat kehidupan berjalan terus

menerus, via revolusi menuju kesempurnaan kemudian

mengalami polarisasi.

Page 40: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Sebagian akhli menyimpulkan hal-hal berikut

1.Kualitas hidup menjadi lebih penting dari kuantitasnya. Dilihat dari segi reproduksi, bentuk yg paling baik adalah individu yg paling kuat & mempunyai sifat paling luhur dan yg tua memberi jalan pd yg muda

2.Program genetik tak hanya merupakan kesenangan dan nafsu, tapi juga kemampuan membentuk & menerima rangsangan2 olfaktorik, auditorik & visual, hingga dg dmk ada akhli yg menyatakan bahwa seksualisasi membawa kita ke suatu keadaan yg sebenarnya tak ada hubungannya dg hidup

Sebagian akhli menyimpulkan hal-hal berikut

1.Kualitas hidup menjadi lebih penting dari kuantitasnya. Dilihat dari segi reproduksi, bentuk yg paling baik adalah individu yg paling kuat & mempunyai sifat paling luhur dan yg tua memberi jalan pd yg muda

2.Program genetik tak hanya merupakan kesenangan dan nafsu, tapi juga kemampuan membentuk & menerima rangsangan2 olfaktorik, auditorik & visual, hingga dg dmk ada akhli yg menyatakan bahwa seksualisasi membawa kita ke suatu keadaan yg sebenarnya tak ada hubungannya dg hidup

Page 41: Etika Kedokteran

BIOETIKA

3.Boleh dikatakan sifat khas seksualisasi “berhubungan” untuk tujuan yg lebih luas dp reproduksi saja, misalnya hubungan dari kualitas2 tertentu,

Dapat pula diketengahkan bahwa bukanlah disebabkan oleh seksualisasi manusia yg satu tertarik pd yg lainnya, tapi tertariknya manusia yg satu thd yg lain menyebabkan terjadinya seksualisasi

Page 42: Etika Kedokteran

BIOETIKA

4.Apabila seksualisasi dilihat dari segi nafsu semata, maka

hal ini merupakan keinginan untuk mendapat kesenangan

yg berlangsung sejenak tanpa rasa bahagia, bagaikan

rasa nikmat sebentar pd waktu makan makanan yg

disukai.

Seksualitas hendaknya dilihat berdasarkan pengertian

tercapainya partnership dari dua orang yang berbeda

jenis

5.Dari segi sosial, perkawinan jauh lebih penting dari

seksualisasi semata dan dari segi agama perkawinan

dan seksualisasi dikaitkan dg hal yg sakral

4.Apabila seksualisasi dilihat dari segi nafsu semata, maka

hal ini merupakan keinginan untuk mendapat kesenangan

yg berlangsung sejenak tanpa rasa bahagia, bagaikan

rasa nikmat sebentar pd waktu makan makanan yg

disukai.

Seksualitas hendaknya dilihat berdasarkan pengertian

tercapainya partnership dari dua orang yang berbeda

jenis

5.Dari segi sosial, perkawinan jauh lebih penting dari

seksualisasi semata dan dari segi agama perkawinan

dan seksualisasi dikaitkan dg hal yg sakral

Page 43: Etika Kedokteran

BIOETIKA

● Ketentuan etik kedokteran yg harus diperhatikan adalah:

1.Butir17 bab I KODEKI (menekankan pd segi etik) menyatakan bahwa “dokter hendaklah berupaya pula menjadi pendidik rakyat yg sebenarnya”, sebab ketidaktahuan mengenai program KB masih merupakan faktor kendala bagi suksesnya program ini, dlm hal ini banyak peran yg dapat dilakukan dokter sep. penyuluh kesehatan (tentang manfaat KB), penggerak pola hidup sehat, konsultan keluarga dlm masalah ybs, penyelenggara kontrasepsi dsb.

● Ketentuan etik kedokteran yg harus diperhatikan adalah:

1.Butir17 bab I KODEKI (menekankan pd segi etik) menyatakan bahwa “dokter hendaklah berupaya pula menjadi pendidik rakyat yg sebenarnya”, sebab ketidaktahuan mengenai program KB masih merupakan faktor kendala bagi suksesnya program ini, dlm hal ini banyak peran yg dapat dilakukan dokter sep. penyuluh kesehatan (tentang manfaat KB), penggerak pola hidup sehat, konsultan keluarga dlm masalah ybs, penyelenggara kontrasepsi dsb.

Page 44: Etika Kedokteran

BIOETIKA

2.Bekerjasama dg semua fihak yg berkaitan erat dg program

KB dg mem-perhatikan butir 8 bab I KODEKI yg menyatakan

bahwa “dalam kerjasama dg para pejabat dibidang kesehatan

lainnya, hendaklah dipelihara pengertian sebaik-baiknya” dan

ini berarti bahwa sikap dan perilaku etik sangat diperlukan bagi

seorang dokter yg berinteraksi dg fihak2 terkait tsb.

3.Masalah tindakan kontrasepsi berkaitan dg kehamilan yg tak diinginkan, yg berlanjut dg abortus provocatus yg pd galibnya berhubungan pula dg hak untuk hidup janin (ingat lafal sumpah dokter), jadi aborsi tak termasuk dlm program KB

2.Bekerjasama dg semua fihak yg berkaitan erat dg program

KB dg mem-perhatikan butir 8 bab I KODEKI yg menyatakan

bahwa “dalam kerjasama dg para pejabat dibidang kesehatan

lainnya, hendaklah dipelihara pengertian sebaik-baiknya” dan

ini berarti bahwa sikap dan perilaku etik sangat diperlukan bagi

seorang dokter yg berinteraksi dg fihak2 terkait tsb.

3.Masalah tindakan kontrasepsi berkaitan dg kehamilan yg tak diinginkan, yg berlanjut dg abortus provocatus yg pd galibnya berhubungan pula dg hak untuk hidup janin (ingat lafal sumpah dokter), jadi aborsi tak termasuk dlm program KB

Page 45: Etika Kedokteran

BIOETIKA

● Beberapa masalah yang dijumpai disini :

a.Adakah hak moral unt. berprokreasi?

Benarkah bahwa keinginan sepasang suami-istri yg

infertil harus dipenuhi? Apakah dari yg semula ingin

mendapatkan keturunan dpt berakibat antikeluarga,

sebab hub. ayah-ibu jadi tak jelas?

b.Bagaimana aspek moral / etik pada tindakan2 donasi

ovum / embrio,pembekuan embrio, amniocentesis,

amnioskopi dan monitoring fetus?

c.Bagaimana apabila fihak ketiga ikut serta?

d.Bagaimana aspek moral / etik pada tindakan sterilisasi?

● Beberapa masalah yang dijumpai disini :

a.Adakah hak moral unt. berprokreasi?

Benarkah bahwa keinginan sepasang suami-istri yg

infertil harus dipenuhi? Apakah dari yg semula ingin

mendapatkan keturunan dpt berakibat antikeluarga,

sebab hub. ayah-ibu jadi tak jelas?

b.Bagaimana aspek moral / etik pada tindakan2 donasi

ovum / embrio,pembekuan embrio, amniocentesis,

amnioskopi dan monitoring fetus?

c.Bagaimana apabila fihak ketiga ikut serta?

d.Bagaimana aspek moral / etik pada tindakan sterilisasi?

Page 46: Etika Kedokteran

BIOETIKA

● Bayi lahir dg hendaya berat, dll

1. Bagaimana aspek moral / etik membiarkan bayi lahir dg hendaya berat?

2. Bagaimana aspek moral / etik menterminasi bayi lahir

dg hendaya berat?

Dlm menelaah permasalah etik faktor2 yg relevan dibahas

a.l.: - pemahaman / tuntutan masyarakat (kebinekaan

sosialbudaya, religi)

- kepribadian dokter

- perkembangan teknologi kedokteran / kesehatan

● Bayi lahir dg hendaya berat, dll

1. Bagaimana aspek moral / etik membiarkan bayi lahir dg hendaya berat?

2. Bagaimana aspek moral / etik menterminasi bayi lahir

dg hendaya berat?

Dlm menelaah permasalah etik faktor2 yg relevan dibahas

a.l.: - pemahaman / tuntutan masyarakat (kebinekaan

sosialbudaya, religi)

- kepribadian dokter

- perkembangan teknologi kedokteran / kesehatan

Page 47: Etika Kedokteran

BIOETIKA

EuthanasiaDari bahasa Yunani : eu = baik dan thanatos = mati / mayat , jadi mati yang baik / tenang

Pengertian: Mengakhiri kehidupan tanpa penderitaanSering diartikan sebagai pengakhiran kehidupan sebab kasihan / membiarkan seseorang mati.

Pengertian yg timbul menurut R.H.Williams disebabkan olehdua hal :

1. Manusia diberi kemampuan oleh Tuhan untuk berfikir2.Manusia mempunyai kemampuan mental dan emosi untuk membuat keputusan dan menggunakannya seefektif mgk.

Definisi : Euthanasia ialah perbuatan mengakhiri kehidupan seorang untuk menghentikan penderitaannya.

EuthanasiaDari bahasa Yunani : eu = baik dan thanatos = mati / mayat , jadi mati yang baik / tenang

Pengertian: Mengakhiri kehidupan tanpa penderitaanSering diartikan sebagai pengakhiran kehidupan sebab kasihan / membiarkan seseorang mati.

Pengertian yg timbul menurut R.H.Williams disebabkan olehdua hal :

1. Manusia diberi kemampuan oleh Tuhan untuk berfikir2.Manusia mempunyai kemampuan mental dan emosi untuk membuat keputusan dan menggunakannya seefektif mgk.

Definisi : Euthanasia ialah perbuatan mengakhiri kehidupan seorang untuk menghentikan penderitaannya.

Page 48: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Masih banyak tdp pertentangan mengenai euthanasia, berikut ini beberapa hal :

1.voluntary euthanasia,disini permohonan diajukan pasien disebabkan gangg. atau penyakit jasmaniah yg dpt mengakibatkan kematian segera, dimana kondisinya diperburuk oleh keadaan fisik yg tak menunjang

2.involuntary euthanasia, dimana keinginan untuk mati yg diajukan pasien tak dpt dikerjakan, contoh pd sindroma Tay Sachs, keputusan / keinginan untuk mati ada pd orang tua / yg bertanggung jawab

3.assisted suicide, suatu tindakan bersifat individual, yg pd keadaan & alasan tertentu menghilangkan rasa putus asa dg bunuh diri

4.tindakan yg langsung menginduksi kematian dg alasan meringankan derita tanpa izin individu bersangkutan dan fihak yg berhak untuk mewakilinya. Hal ini sebenarnya merupakan pembunuhan, tapi agak beda pengertiannya sebab tindakan ini dilakukan atas belas kasihan.

Masih banyak tdp pertentangan mengenai euthanasia, berikut ini beberapa hal :

1.voluntary euthanasia,disini permohonan diajukan pasien disebabkan gangg. atau penyakit jasmaniah yg dpt mengakibatkan kematian segera, dimana kondisinya diperburuk oleh keadaan fisik yg tak menunjang

2.involuntary euthanasia, dimana keinginan untuk mati yg diajukan pasien tak dpt dikerjakan, contoh pd sindroma Tay Sachs, keputusan / keinginan untuk mati ada pd orang tua / yg bertanggung jawab

3.assisted suicide, suatu tindakan bersifat individual, yg pd keadaan & alasan tertentu menghilangkan rasa putus asa dg bunuh diri

4.tindakan yg langsung menginduksi kematian dg alasan meringankan derita tanpa izin individu bersangkutan dan fihak yg berhak untuk mewakilinya. Hal ini sebenarnya merupakan pembunuhan, tapi agak beda pengertiannya sebab tindakan ini dilakukan atas belas kasihan.

Page 49: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Dilihat dari sudut pandang lainnya euthanasia dibedakan kedalam :a.Euthanasia aktif, disini tindakan dilakukan oleh dokter / tenaga kesehatan lainnya untuk memperpendek / mengakhiri hidup pasien

b.Euthanasia pasif, disini dokter / tenaga kesehatan lainnya secara sengaja tak (lagi) memberi bantuan medis yg dapat memperpanjang hidup pasien

c.Auto-euthanasia, dimana seorang pasien menolak secara tegas dg sadar untuk menerima perawatan medik dan ia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek / mengakhiri hidupnya, dari penolakan tsb ia membuat codicil (pernyataan tertulis dengan tangan sendiri), jadi auto-euthanasia adalah juga euthanasia pasif

Dilihat dari sudut pandang lainnya euthanasia dibedakan kedalam :a.Euthanasia aktif, disini tindakan dilakukan oleh dokter / tenaga kesehatan lainnya untuk memperpendek / mengakhiri hidup pasien

b.Euthanasia pasif, disini dokter / tenaga kesehatan lainnya secara sengaja tak (lagi) memberi bantuan medis yg dapat memperpanjang hidup pasien

c.Auto-euthanasia, dimana seorang pasien menolak secara tegas dg sadar untuk menerima perawatan medik dan ia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek / mengakhiri hidupnya, dari penolakan tsb ia membuat codicil (pernyataan tertulis dengan tangan sendiri), jadi auto-euthanasia adalah juga euthanasia pasif

Page 50: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Di indonesia menurut Kodeki, euthanasia dipergunakan dalam 3 arti :

1.Berpindah ke alam baka dg tenang dan aman, tanpa penderitaan, untuk yg beriman dg nama Allah di bibir

2.Ketika hidup akan berakhir penderitaan si sakit diringankan dg memberi obat penenang

3.Mengakhiri dg sengaja penderitaan dan kehidupan seseorang yg sakit, atas permintaan pasien dan keluarganya

Di indonesia menurut Kodeki, euthanasia dipergunakan dalam 3 arti :

1.Berpindah ke alam baka dg tenang dan aman, tanpa penderitaan, untuk yg beriman dg nama Allah di bibir

2.Ketika hidup akan berakhir penderitaan si sakit diringankan dg memberi obat penenang

3.Mengakhiri dg sengaja penderitaan dan kehidupan seseorang yg sakit, atas permintaan pasien dan keluarganya

Page 51: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Pseudo-euthanasia adalah konsep belakangan ini yg dikatakan suatu bentuk pengakhiran kehidupan yg bukan euthanasia tetapi mirip dengannya.

Menurut Prof Leenen terdiri atas :

Tipe 1 : pengakhiran hidup pasien sebab mati batang otak (brainstem death)

Tipe 2 : pengakhiran hidup seseorang disebabkan keadaan darurat yg terjadi oleh kuasa yg tak terlawan (force mayeure)

Tipe 3 : penghentian perawatan medik yg tak berguna lagi

Tipe 4 : penolakan perawatan medik, sering disebut sebagai auto-euthanasia

Pseudo-euthanasia adalah konsep belakangan ini yg dikatakan suatu bentuk pengakhiran kehidupan yg bukan euthanasia tetapi mirip dengannya.

Menurut Prof Leenen terdiri atas :

Tipe 1 : pengakhiran hidup pasien sebab mati batang otak (brainstem death)

Tipe 2 : pengakhiran hidup seseorang disebabkan keadaan darurat yg terjadi oleh kuasa yg tak terlawan (force mayeure)

Tipe 3 : penghentian perawatan medik yg tak berguna lagi

Tipe 4 : penolakan perawatan medik, sering disebut sebagai auto-euthanasia

Page 52: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Ketentuan mati dlm dunia kedokteran (PP no 18 th 1981 bab.I ps.1):

Seseorang dinyatakan mati apabila :

a.Fungsi spontan pernafasan dan jantung sudah berhenti

b.Apabila terbukti terjadi kematian batang otak

Ketentuan mati dlm dunia kedokteran (PP no 18 th 1981 bab.I ps.1):

Seseorang dinyatakan mati apabila :

a.Fungsi spontan pernafasan dan jantung sudah berhenti

b.Apabila terbukti terjadi kematian batang otak

Page 53: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Beberapa pendapat pro dan kontra tentang euthanasia .Yang kontra: euthanasia adalah pembunuhan terselubung, jadi bertentangan dg kehendak Tuhan, manusia tak berhak mencabut kehidupan yg diberi Tuhan dan sebagai makhluk Tuhan, manusia tak berhak untuk mati pandangan kemutlakan

Yang pro: tindakan euthanasia adalah dg persetujuan, tujuan utamanya menghentikan penderitaan pasien, salah satu prinsip yg dipakai disini adalah bahwa manusia tak boleh dipaksa menderita pandangan hak azasi manusia

Beberapa pendapat pro dan kontra tentang euthanasia .Yang kontra: euthanasia adalah pembunuhan terselubung, jadi bertentangan dg kehendak Tuhan, manusia tak berhak mencabut kehidupan yg diberi Tuhan dan sebagai makhluk Tuhan, manusia tak berhak untuk mati pandangan kemutlakan

Yang pro: tindakan euthanasia adalah dg persetujuan, tujuan utamanya menghentikan penderitaan pasien, salah satu prinsip yg dipakai disini adalah bahwa manusia tak boleh dipaksa menderita pandangan hak azasi manusia

Page 54: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Pandangan etik & hukum di Indonesia tentang euthanasia

Lafal sumpah dokter Indonesia tak sejalan dengan euthanasia dan KODEKI ps 9, bab II melarangnya.

Dasar etik / moral yg dapat dipertimbangkan ialah bahwa:

Euthanasi dilihat sebagai memperpendek / mengakhiri

penderitaan pasien, bukan memperpendek / mengakhiri

kehidupan pasien.

KUHP tegas melarang euthanasia aktif dan pasif tanpa permintaan (ps 338, 340), demikian pula euthanasia aktif dengan permintaan (ps 344). Lihat juga ps 345 dan 359.

Pandangan etik & hukum di Indonesia tentang euthanasia

Lafal sumpah dokter Indonesia tak sejalan dengan euthanasia dan KODEKI ps 9, bab II melarangnya.

Dasar etik / moral yg dapat dipertimbangkan ialah bahwa:

Euthanasi dilihat sebagai memperpendek / mengakhiri

penderitaan pasien, bukan memperpendek / mengakhiri

kehidupan pasien.

KUHP tegas melarang euthanasia aktif dan pasif tanpa permintaan (ps 338, 340), demikian pula euthanasia aktif dengan permintaan (ps 344). Lihat juga ps 345 dan 359.

Page 55: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Jadi di Indonesia sebagai dokter tak jarang akan harus menghadapi euthanasia sebagai konsekuensi pesatnya kemajuan pengetahuan dan teknologi kedokteran.

Secara yuridis sampai saat ini belum ada penjelasan mengenai kematian, sehingga masalah euthanasia masih merupakan hal yang kontroversial dan dilemateus.

Jadi di Indonesia sebagai dokter tak jarang akan harus menghadapi euthanasia sebagai konsekuensi pesatnya kemajuan pengetahuan dan teknologi kedokteran.

Secara yuridis sampai saat ini belum ada penjelasan mengenai kematian, sehingga masalah euthanasia masih merupakan hal yang kontroversial dan dilemateus.

Page 56: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Secara formal tindakan euthanasia belum mempunyai dasar hukum, sehingga selalu terbuka kemungkinan terjadinya penuntutan hukum, demikian pula fatwa IDI belum memadai dalam memberi panduan bagi tindakan euthanasia.

Perlu kiranya dicari konsep baru, barangkali dalam hal ini pseudo-euthanasia dapat dipertimbangkan.

Secara formal tindakan euthanasia belum mempunyai dasar hukum, sehingga selalu terbuka kemungkinan terjadinya penuntutan hukum, demikian pula fatwa IDI belum memadai dalam memberi panduan bagi tindakan euthanasia.

Perlu kiranya dicari konsep baru, barangkali dalam hal ini pseudo-euthanasia dapat dipertimbangkan.

Page 57: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Etika dan Malpraktik medisPendahuluan Ketaktahuan masyarakat, umumnya dapat menimbulkan miskonsepsi yg menganggap bhw tiap kegagalan praktek medis (misalnya, hasil buruk atau tidak diharapkan selama diobat / dirawat, sebagai akibat malpraktek medis / kelalaian medis. 

Padahal perlu diingat bhw hasil yg tak diharapkan di bidang kedokteran dpt diakibatkan oleh bbrp kemungkinan, yaitu :

a. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri, tidak

berhubungan dg tindakan medis yg dilakukan dokter.

b.Hasil dari suatu risiko yang acceptable sebagaimana

diuraikan di atas.

c.Hasil dari suatu kelalaian (culpa).

d.Hasil dari suatu kesengajaan (dolus).

Page 58: Etika Kedokteran

BIOETIKA

MISKONSEPSI MASYARAKAT

● LAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT HARUS MENGHASILKAN KESEMBUHAN ATAU KESUKSESAN

● SETIAP DOKTER HARUS SELALU SIAP BERKORBAN MELAYANI PASIEN

● SETIAP LAYANAN MEDIS YG MENGHASILKAN AKIBAT BURUK (UNEXPECTED, UNINTENDED, OR UNDESIRED MEDICAL RESULTS) ADALAH MALPRAKTEK MEDIS

MISKONSEPSI MASYARAKAT

● LAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT HARUS MENGHASILKAN KESEMBUHAN ATAU KESUKSESAN

● SETIAP DOKTER HARUS SELALU SIAP BERKORBAN MELAYANI PASIEN

● SETIAP LAYANAN MEDIS YG MENGHASILKAN AKIBAT BURUK (UNEXPECTED, UNINTENDED, OR UNDESIRED MEDICAL RESULTS) ADALAH MALPRAKTEK MEDIS

Page 59: Etika Kedokteran

BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN

Memahami Malpraktek dan Kelalaian MedikMalpraktik medisMedical malpractice is professional negligence by act or omission by a health care provider in which care provided deviates from accepted standards of practice in the medical community and causes injury to the patient. Standards and regulations for medical malpractice vary by country and jurisdiction within countries. Medical professionals are required to maintain professional liability insurance to offset the risk and costs of lawsuits based on medical malpractice

Page 60: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Ikatan Dokter Indonesia (IDI), “Malpraktik medis meliputi kegagalan dokter mematuhi standar pelayanan medis, atau kekurang-cakapan, atau kelalaian dalam memberikan pelayanan kepada pesien, yang merupakan penyebab langsung dari cedera pada pasien".

(mengacu kepada pengertian malpraktik medis sebagaimana yang dianut oleh the World Medical Association)

MEDICAL MALPRACTICEMedical malpractice involves the physician’s failure to conform to the standard of care for treatment of the patient’s condition, or lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the directcause of an injury to the patient. World Medical Association, 1992

Page 61: Etika Kedokteran

BIOETIKA

MALPRAKTEK, MELIPUTI:

● SENGAJA (INTENTIONAL)

PROFESSIONAL MISCONDUCTS

● LALAI (NEGLIGENCE)

MALFEASANCE, MISFEASANCE, NONFEASANCE

● LACK OF SKILL

DI BAWAH STANDAR KOMPETENSI

DI LUAR KOMPETENSI

MALPRAKTEK, MELIPUTI:

● SENGAJA (INTENTIONAL)

PROFESSIONAL MISCONDUCTS

● LALAI (NEGLIGENCE)

MALFEASANCE, MISFEASANCE, NONFEASANCE

● LACK OF SKILL

DI BAWAH STANDAR KOMPETENSI

DI LUAR KOMPETENSI

Page 62: Etika Kedokteran

BIOETIKA

SENGAJA (MISCONDUCT) ● PRAKTEK TANPA KOMPETENSI ATAU TANPA IJIN

● MISREPRESENTASI

● KETERANGAN PALSU

● BUKA RAHASIA KEDOKTERAN TANPA HAK

● ABORSI ILEGAL

● EUTHANASIA

● PENYERANGAN SEKSUAL

● PENAHANAN PASIEN

Page 63: Etika Kedokteran

BIOETIKA

KELALAIAN MEDIK

● JENIS MALPRAKTEK TERSERING

● BUKAN KESENGAJAAN

● TIDAK MELAKUKAN YG SEHARUSNYA DILAKUKAN,

MELAKUKAN YG SEHARUSNYA TIDAK DILAKUKAN

OLEH ORANG2 YG SEKUALIFIKASI PADA SITUASI DAN

KONDISI YG IDENTIK

Page 64: Etika Kedokteran

BIOETIKA

SYARAT KELALAIAN (4D)

● DUTY (Duty of care)

KEWAJIBAN PROFESIKEWAJIBAN KONTRAK DG PASIEN

● DERELICTION / BREACH OF DUTY

PELANGGARAN KEWAJIBAN TSB

● DAMAGES

CEDERA, MATI ATAU KERUGIAN

● DIRECT CAUSALSHIP

HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT, SETIDAKNYAPROXIMATE CAUSE

Page 65: Etika Kedokteran

BIOETIKA

LACK OF SKILL

KOMPETENSI KURANG ATAU BEKERJA DI LUAR KOMPETENSI / KEWENANGAN

SERING DIKAITKAN DENGAN KOMPETENSI INSTITUSI

KADANG DAPAT DIBENARKAN PADA SITUASI-KONDISI LOKAL TERTENTU (Locality Rule)

MENJADI SALAH SATU PENYEBAB KELALAIAN MEDIK

LACK OF SKILL

KOMPETENSI KURANG ATAU BEKERJA DI LUAR KOMPETENSI / KEWENANGAN

SERING DIKAITKAN DENGAN KOMPETENSI INSTITUSI

KADANG DAPAT DIBENARKAN PADA SITUASI-KONDISI LOKAL TERTENTU (Locality Rule)

MENJADI SALAH SATU PENYEBAB KELALAIAN MEDIK

Page 66: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Perlu dibedakan antara malpraktik medis dengan

"untoward results" yang merupakan salah satu

bentuk Kejadian Tak Diharapkan (adverse events)

yang terjadi pada tindakan / pelayanan medis yang

bukan akibat kesalahan dokter

Page 67: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Penyebab dan pencegahannyaKecelakaan/hasil buruk,biasanya bukan akibat dari 1 faktor, tapi dari hasil dari banyak sebab (multiple cause).

Kesalahan manusia (human error) yang terlihat pada waktu terjadi kecelakaan, hanyalah merupakan active error, yang mungkin kita sebut sebagai faktor penyebab / pencetus / presipitasi.

Sementara itu tdp faktor2 penyebab lain yang merupakan latent errors / yg biasa kita sebut sebagai predisposisi, underlying factors, faktor kontribusi, dll.

Page 68: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Active errors terjadi pd tingkat operator garis depan dan dampaknya segera dirasakan, sedang latent errors cende-rung berada di luar kendali operator garis depan, seperti desain buruk, instalasi tak tepat, pemeliharaan yang buruk, kesalahan keputusan manajemen, dan struktur organisasi yg buruk.

Latent error merupakan sebuah ancaman besar bagi keselamatan (safety) dalam suatu sistem yang kompleks, karena sering tidak terdeteksi dan dapat mengakibatkan berbagai jenis active errors.

Page 69: Etika Kedokteran

BIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERANBIOETIKA & TEKNOLOGI KEDOKTERAN

Latent errors tidak terasa sebagai error, namun sebenarnya merupakan akar dari kesalahan manajemen yang telah banyak menimbulkan unsafe conditions dalam praktek kedokteran di lapangan. Bila satu saat unsafe conditions ini bertemu dengan suatu unsafe act (active error), maka terjadilah accident. Dengan demikian perlu kita pahami bahwa penyebab suatu accident bukanlah single factor melainkan multiple factors.

Latent errors tidak terasa sebagai error, namun sebenarnya merupakan akar dari kesalahan manajemen yang telah banyak menimbulkan unsafe conditions dalam praktek kedokteran di lapangan. Bila satu saat unsafe conditions ini bertemu dengan suatu unsafe act (active error), maka terjadilah accident. Dengan demikian perlu kita pahami bahwa penyebab suatu accident bukanlah single factor melainkan multiple factors.

Page 70: Etika Kedokteran

BIOETIKA

MEDICAL ERRORSDILIHAT DARI KONTRIBUSINYA

● LATENT ERRORS

CENDERUNG BERADA DI LUAR KENDALI OPERATOR

GARIS DEPAN; SEPERTI DESAIN BURUK, INSTALASI

TAK TEPAT, PEMELIHARAAN BURUK, KESALAHAN

KEPUTUSAN MANAJEMEN, STRUKTUR ORGANISASI

YG BURUK

● ACTIVE ERROR

KESALAHAN PD TINGKAT OPERATOR GARIS DEPAN

TAK SEMUA ERRORS MENGAKIBATKAN ADVERSE EVENTS

Page 71: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Ada beberapa akar penyebab tersebut, yaitu:

a.Pemahaman & penerapan etika kedokteran yg rendah

b.Paham materialisme yg semakin menguat

c.Belum ada peraturan perundang-undangan yg menjamin akuntabilitas profesi kedokteran yg memuaskan

d.Belum ada good clinical governance di dlm pelayanan kedokteran di Indonesia, yg terlihat dari belum ada atau kurangnya standar (kompetensi, perilaku dan pelayanan) dan pedoman (penatalaksanaan kasus), & tak tegasnya penegakan standar dan pedoman tersebut

Page 72: Etika Kedokteran

BIOETIKA

Etika dan Life support & Life extension

Etika dan Assisted suicide

Etika dan Confidentiality (medrec)

Etika dan Consent

Patient safety dan risk management

Hubungan Etika kedokteran dg sumpah dokter