Exchange Tf
-
Upload
airlanggazaky -
Category
Documents
-
view
54 -
download
0
description
Transcript of Exchange Tf
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................i
Abstraksi......................................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................1
B. TUJUAN STUDI .......................................................................2
C. METODE STUDI ......................................................................2
D. RUANG LINGKUP STUDI .......................................................3
E. OBYEK STUDI ........................................................................3
F. STRUKTUR TIM STUDI ..........................................................4
G. WAKTU STUDI ........................................................................4
BAB II STUDI PUSTAKA ..........................................................................5
A. DEFINISI DAN JENIS EXCHANGE TRADED FUND...............5
B. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN EXCHANGE TRADED
FUND DI NEGARA-NEGARA LAIN .........................................7
C. PERBANDINGAN EXCHANGE TRADED FUND DENGAN
REKSA DANA OPEN-ENDED ...............................................12
D. KEUNGGULAN EXCHANGE TRADED FUND
DIBANDINGKAN DENGAN REKSA DANA............................14
E. MEKANISME PENERBITAN DAN PERDAGANGAN
EXCHANGE TRADED FUND DI BURSA EFEK ....................19
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN ...................................................25
A. ASPEK HUKUM EXCHANGE TRADED FUND .....................25
1. Pengaturan Exhange Traded Funds di Beberapa
Negara .............................................................................25
2. Kajian Exchange Traded Fund dalam Kerangka Peraturan
Perundang-undangan di Bidang Pasar Modal ..................30
3. Kemungkinan Penerapan Exchange Traded Fund di
Indonesia...........................................................................36
iii
B. PEMBAHASAN HASIL KUISIONER ………………………..…39
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................56
A. KESIMPULAN ........................................................................56
B. SARAN ..................................................................................57
Daftar Kepustakaan...................................................................................58
Lampiran – lampiran..................................................................................59
iv
K A T A P E N G A N T A R
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan anugerah-Nya sehingga Tim dapat menyelesaikan
penulisan laporan hasil studi tentang Exchange Traded Funds di Pasar
Modal Indonesia. Kami menyadari bahwa studi yang dilakukan masih bersifat
global dan kurang mendalam mengingat adanya keterbatasan pengetahuan
dan dana yang ada. Namun, berkat kerja keras dan dukungan penuh yang
diberikan oleh seluruh anggota Tim dan responden maka penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Sesuai dengan sasaran pengembangan pasar modal Indonesia yang
tertuang dalam Cetak Biru Pasar Modal Indonesia Tahun 2000-2004, untuk
mengembangkan pasar modal Indonesia diperlukan strategi pengembangan
umum pasar modal Indonesia dan Masterplan Pasar Modal Indonesia 2005-
2009 pada sasaran 4 untuk memperluas alternatif investasi dan pembiayaan
di pasar modal, khususnya strategi 4.2. untuk mengembangkan produk-
produk berbasis investasi kolektif, maka dilakukan studi tentang
kemungkinan penerapan Exchange Traded Fund di Indonesia.
Dalam melaksanakan studi ini telah dilakukan melalui studi pustaka,
perolehan informasi dari nara sumber dengan mengundang nara sumber
untuk menyampaikan pemikirannya, dan penyebaran kuisioner ke beberapa
responden. Untuk memperluas pemahaman mengenai Exchange Traded
Fund juga telah dilakukan perbandingan peraturan dan penerapan Exchange
Traded Fund di negara Kanada, Amerika, Hong Kong, Australia dan
Malaysia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pelaku
pasar modal Indonesia maupun masyarakat luas mengenai produk
Exchange Traded Fund dan sebagai masukan dalam menetapkan kebijakan
dan peraturan mengenai Exchange Traded Fund di pasar modal Indonesia.
Jakarta, Desember 2005
Tim Exchange Traded Fund
i
ABSTRAKSI
Exchange Traded Funds (ETF) adalah produk yang relatif baru di dunia
pasar modal. ETF pertama kali dikembangkan di Kanada di sekitar tahun
1990-an. Instrumen ini merupakan instrumen yang murah yang dapat
mengakses eksposur pasar secara luas (atau juga sempit bila memang
dibutuhkan).
ETF pada dasarnya adalah penggabungan karakteristik dari dua produk
yakni reksa dana berbentuk terbuka dan saham. Namun tidak seperti reksa
dana, investor tidak membeli atau menjual kembali unit penyertaannya
kepada manajer investasi. Investor justru membeli unit penyertaan atau
saham ETF di suatu bursa. Meskipun ETF diperdagangkan sama halnya
seperti saham, namun ETF memiliki struktur yang sama dengan reksa dana
yang merepresentasikan kepemilikan atas efek-efek dalam portofolio.
Faktor utama yang mendorong perkembangan ETF secara pesat adalah
efisiensi harga. Harga ETF sangat mendekati nilai aktiva bersihnya sebagai
akibat investor mengetahui nilai aktiva bersih portofolio ETF yang
diumumkan manajer investasi secara harian dan investor mengetahui secara
lengkap portofolio dari ETF itu sendiri. Di samping itu, ETF juga memiliki
struktur biaya yang relatif lebih rendah dari reksa dana.
Produk ETF yang berkembang demikian pesat di sejumlah negara ini
akan juga dikembangkan di pasar modal Indonesia. Untuk itu perlu kajian
mendalam berkaitan dengan peraturan yang dibutuhkan guna penerapan
ETF. Selain itu diperlukan kesiapan pelaku pasar modal dalam penciptaan
dan perdagangan ETF.
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sebagaimana tertuang dalam Cetak Biru Pasar Modal
Indonesia Tahun 2000-2004, untuk mengembangkan pasar
modal Indonesia diperlukan strategi pengembangan umum pasar
modal Indonesia. Strategi tersebut dapat dicapai dengan
melakukan pengembangan pasar dan instrumen pasar modal.
Upaya yang akan dilakukan untuk pengembangan pasar adalah
dengan memperkuat serta memperluas basis investor domestik,
disamping itu perlu dilakukan pengembangan produk-produk
investasi baru sebagai alternatif investasi dipasar modal.
Pasar modal Indonesia sejak tahun 1996 telah
mengembangkan Reksa Dana sebagai salah satu instrumen
yang didesain untuk menjangkau investor ritel. Industri reksa
dana ini diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam
memperkuat serta memperluas basis investor. Sepanjang kurun
waktu tahun 2000-2003 perkembangan reksa dana menujukkan
peningkatan yang siginifikan, namun pada tahun 2004
peningkatan NAB reksa dana menunjukkan perkembangan yang
melambat atau mengalami titik kejenuhan. Hal ini memerlukan
inovasi-inovasi baru dalam pengembangan reksa dana. Salah
satu inovasi yang dapat dilakukan adalah dengan
mengembangkan reksa dana yang dapat diperdagangkan di
bursa (exchange traded funds).
Di Amerika Serikat, sejak diperkenalkan tahun 1993
perkembangan nilai dana kelolaan ETF menunjukkan tingkat
pertumbuhan yang signifikan dan sampai dengan akhir Juni 2005 jumlah ETF yang sudah tercatat dan diperdagangkan sebanyak 171
1
buah dengan total dana kelolaan sebanyak US$242,6 milliar.
Peningkatan nilai asset yang luar biasa tersebut dikerenakan ETF
memiliki karakteristik yang lebih menarik dibandingkan dengan
reksa dana konvesional. Mempertimbangkan kedua hal tersebut,
perlu dilakukan studi tentang kemungkinan penerapan
perdagangan Exchange Traded Funds di Pasar Modal Indonesia.
B. TUJUAN STUDI Tujuan dari dilaksanakannya studi tentang Exchange
Traded Funds di Pasar Modal Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari karakteristik dari Exchange Traded Funds dan
mekanisme perdagangannya di Bursa Efek.
2. Meneliti kemungkinan penerapan perdagangan Exchange
Traded Funds di pasar modal Indonesia.
3. Mempelajari seberapa besar minat para pelaku pasar modal
Indonesia baik penyelenggara Bursa Efek, Perusahaan Efek
maupun investor potensial terhadap penerapan perdagangan
Exchange Traded Funds.
4. Merumuskan hal-hal yang harus dipersiapkan oleh Bapepam
selaku regulator pasar modal dalam rangka penerapan
perdagangan ETF dari sisi perangkat hukum dan
pengawasan.
C. METODE STUDI Dalam pelaksanaanya, studi ini menggunakan metode
sebagai berikut :
1. Studi Perpustakaan, yaitu dengan melakukan pengumpulan
informasi dan data, berupa buku, artikel dan makalah yang
menjelaskan mengenai teori berkaitan dengan ETF,
peraturan-peraturan pasar modal yang berlaku, aspek
2
perlindungan investor dan keterbukaan informasi berkaitan
dengan dalam penerbitan ETF, baik dari sumber Indonesia
maupun luar negeri.
2. Studi Lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara dan
diskusi dengan Bursa Efek dan nara sumber yang ahli dalam
masalah perdagangan ETF serta melakukan penyebaran
daftar pertanyaan kepada Perusahaan Efek dan investor
potensial.
D. RUANG LINGKUP STUDI
Ruang lingkup studi ini mencakup pangkajian terhadap
perkembangan Exchange Traded Funds di beberapa negara
yang telah mempunyai instrumen serupa termasuk mengenai
aspek hukum dan pengaturannya kemudian membandingkannya
dengan peraturan perundang-undangan mengenai Reksa Dana
di Pasar Modal Indonesia. Di samping itu, studi ini juga
melakukan pengkajian terhadap pendapat atau masukan dari
para pelaku pasar modal, khususnya yang berhubungan dengan
kemungkinan penerapan Exchange Traded Funds di Pasar
Modal Indonesia.
E. OBYEK STUDI Yang menjadi Obyek Studi adalah Perusahaan Efek
yang melakukan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek
(broker), Manajer Investasi dan investor potensial yang terdiri dari
investor institusional (asuransi, dana pensiun) dan nasabah
perusahaan Perantara Pedagang Efek.
3
F. STRUKTUR TIM STUDI Adapun struktur organisasi Tim Studi Exchange Traded
Funds di Pasar Modal Indonesia adalah sebagai berikut :
1. 1 orang Ketua Tim Studi
2. 1 orang Wakil Ketua Tim Studi
3. 1 orang Sekretaris Tim Studi
4. 9 orang Pelaksana Peneliti
5. 4 orang Pembantu Pelaksana Peneliti
6. 2 orang Staf Sekretariat
G. WAKTU STUDI Studi tentang Exchange Traded Funds di Pasar Modal
Indonesia dilaksanakan selama satu tahun anggaran dari Januari
– Desember 2005.
4
BAB II STUDI PUSTAKA
A. Definisi dan Jenis Exchage Traded Funds (ETF) Beberapa definisi Exchange Traded Funds (ETF) yang diambil dari
berbagai sumber adalah sebagai berikut :
1. Securities Exchange Commission dalam situsnya1 mendefinisikan
Exchange Traded Funds (ETFs) sebagai berikut :
“An Exchange Traded Funds, or ETFs is a type of investment company whose investment objective is to achieve the same return as particular market index”.
2. Suruhanjaya Sekuriti (Malaysian Securities Commission) dalam
pedoman mengenai ETFs (Guidelines on Exchange Traded Funds)
yang diterbitkan pada tanggal 21 Juni 2005 mendefinisikan ETFs
sebagai berikut :
“ETFs means exchange-traded fund, wich is a listed index-tracking fund structured as a unit trust scheme whose primary objective is to achieve the same whose investment objective is to achieve the same return as particular market index by investing all (full replication) or substantially all (strategic sampling) of its assets in the constituent securities of the index”.
3. Bursa Efek Hong Kong (Hong Kong Exchanges and Clearing Ltd.)
dalam situsnya2 mendefinisikan ETFs sebagai berikut :
“Exchange Traded Funds (ETFs) are investment product that represent a portfolio of securities desigened to track the performance of an index, offering investor an innovative way to get cost-effective exposure to specific markets or sectors”.
1 http://www.sec.gov 2 http://www.hkex.com.hk
5
4. Dalam materi presentasi yang disampaikan oleh Mr. Kee Shee Wong
(AmInvestment Group, Malaysia) ETFs didefinisikan sebagai berikut :
“ETFs are essentially unit trust funds which are listed on an exchange, open-ended with the unique In-Kind Creation/Redemption mechanism maintained by a system of Participating Dealers and Market Makers”.
Berdasarkan beberapa definisi yang diuraikan di atas dapat
disimpulkan bahwa Exchange Trade Funds (ETFs) adalah reksa dana
yang unit penyertaan/sahamnya tercatat dan diperdagangkan di Bursa
Efek yang tujuan utama investasinya (investment objective) adalah untuk
memperoleh tingkat pendapatan yang sama dengan indeks yang
ditargetkan atau indeks yang menjadi acuan.
Secara garis besar Exchange Trade Funds dapat dikategorikan
menjadi dua jenis yaitu ETF Indeks (Index ETFs) dan Closed-end ETFs.
ETF Indeks adalah ETF yang menginvestasikan dana kelolaanya dalam
sekumpulan portofolio efek yang terdapat pada suatu indeks tertentu
dengan proporsi yang sama dengan bobot dalam indeks yang ditargetkan
dengan tujuan untuk mencerminkan gambaran kinerja indeks di bursa
atau dengan kata lain untuk menciptakan tingkat pendapatan (level of
returns) yang sama dengan indeks acuan.
Sedangkan Closed-end ETFs (CEF) atau dibeberapa negara
disebut dengan Actively Managed ETFs adalah fund yang
diperdagangkan di bursa efek berbentuk perusahaan investasi
(investment company), bersifat tertutup dan dikelola secara aktif oleh
manajer investasi. Close-end ETFs menawarkan sahamnya kepada
publik melalui mekanisme penawaran umum perdana (IPO), kemudian
dana yang terkumpul akan diinvestasikan dalam berbagai jenis efek
sesuai dengan kebijakan investasi. Closed-end ETFs memiliki dewan
direksi yang dipilih oleh pemegang saham, dewan direksi kemudian
menunjuk komite investasi dan manajer portofolio yang bertugas
6
melakukan pengelolaan reksa dana secara aktif. Close-end ETF tercatat
di Bursa Efek, sehingga sahamnya diperjualbelikan antar investor di
Bursa Efek dan tidak melalui Reksa Dana itu sendiri.
Dari dua jenis ETF ini yang akan dibahas dalam selanjutnya adalah
ETF dari jenis ETF Indeks (Index ETFs) mengingat jenis ETF inilah yang
paling banyak tercatat dan diperdagangkan di berbagai bursa efek dunia
dan paling diminati oleh investor karena sifat dan karakteristiknya yang
unik dan menarik. Disamping itu produk ETF yang akan dikembangkan di
pasar modal Indonesia adalah ETF yang berbasis indeks.
B. Sejarah dan Perkembangan Exchange Traded Funds
Exchange Traded Fund merupakan salah satu inovasi
produk terbaru di Industri Pasar Modal, karena Exchange Traded Fund
baru diperkenalkan pada awal tahun 1990-an di Kanada ketika Toronto
Stock Exchange menerbitkan Toronto Index Participation Fund (TIPs)
yang terdiri dari 35 saham teraktif di Kanada. Sedangkan di Amerika
Serikat, Exchange Traded Fund pertama kali pertama kali dicatatkan di
American Stock Exchange (AMEX) pada tahun 1993. Sejak saat itu,
Exchange Traded Fund mengalami perkembangan yang sangat pesat
khususnya di Amerika dan selanjutnya berkembang ke Negara-negara
Eropa, Asia dan Australia. Berdasarkan data Morgan Stanley Equity
Research pada tanggal 29 Januari 2003 terdapat 280 ETF di seluruh
dunia dengan total asset 141,62 miliar dollar. Tabel 1 menyediakan
informasi tentang perkembangan pasar ETF di beberapa negara per
tanggal 31 Desember 2002.
Tabel 1
Perkembangan ETF di Berbagai Negara
Negara (Jumlah MI)
Jumlah Pencatatan Awal ETF
Jumlah ETF Tercatat
Total Dana Kelolaan
(US$ miliar)
7
US (6)
Europe (14)
Japan (4)
Canada (3)
Korea (4)
Australia (1)
South Africa (1)
Hong Kong (2)
India (1)
Israel (1)
Singapore (1)
113
118
18
16
4
3
3
2
1
1
1
113
192
18
16
4
3
3
4
1
1
6
102.28
10.69
21.00
2.88
0.314
0.226
0.554
3.09
0.002
0.342
0.184
Source: Morgan Stanley Equity Research
Perkembangan ETF dilihat dari total asset dan jumlah produk
sangat dinominasi di Amerika, untuk lebih mengetahui perkembangan
ETF di beberapa negara seperti Amerika, Kanada, Hong Kong, dan
Australia akan dipaparkan lebih lanjut.
1. Amerika Serikat
Di Amerika perkembangan ETF dimulai sejak diperkenalkannya
ETF pada tahun 1993, dengan total asset sebesar US$464 juta pada
satu fund. Pada akhir tahun 2000 jumlah ETF bertambah menjadi 80
dengan total Asset yang dikelola sebesar 65,6 miliar dollar, dengan
rincian 55 ETF bersifat domistik dengan total asset 63,6 milliar dolar dan
25 ETF bersifat Global/Internasional dengan total asset 2 milliar dollar.
Diagram 1
Perkembangan Jumlah dan Total Aset ETF di Amerika
8
0 50
100 150 200
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Juni2005
Periode
Jum
lah
ETF
050100 150 200 250 300
Jum
lah
Ass
et
(Bill
ions
of d
olla
rs)
ETF Asset
Sumber data: Investment Company Institute
Perkembangan ETF di Amerika terus mengalami pertumbuhan,
dilihat dari data per Juni 2005 jumlah fund yang sudah ditransaksikan
sebanyak 171 dengan total asset yang dikelola sebanyak 242,6 milliar
dollar, dengan rincian 119 ETF bersifat domestik, 46 International, dan 6
merupakan Bond Index, dengan masing-masing total asset sebesar
189,5 miliar dollar untuk domestic, 40,7 miliar dollar untuk internasional,
dan 12,42 miliar dollar untuk Bond Index.
Diagram 2
Perkembangan ETF berdasarkan jenis
0
50 100 150 200
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Juni2005
Periode
Jum
lah
ETF
Domestik International Bond Index
9
sumber data: Investment Company Institute
2. Kanada
Di Kanada Exchange Traded Fund diterbitkan pertama kali pada
tahun 2001 oleh Barclays Global Investors dengan total Asset sebesar
4,7 milliar dollars. Pada tahun 2002 total asset dari Barclays Global
Investors mengalami kenaikan menjadi US$5,14 milliar. Di tahun 2003
jumlah ETF bertambah menjadi 2 yang diterbitkan oleh 2 perusahaan
yaitu Barclays Global Investors dan TD Asset Management Inc dengan
total dana kelolaan sebesar US$7,1 milliar.
Tabel 2
Perkembangan ETF di Kanada
Tahun Jumlah Perusahaan Total Dana Kelolaan
(US$ miliar)
2001
2002
2003
2004
Juni 2005
1
1
2
2
1
4,70
5,14
7,10
8,90
0.340
Sumber data: The Investment Funds Institute of Canada
Berdasarkan data dari The Investment Funds Institute of Canada,
pada bulan Juni 2005 hanya terdapat satu Fund yang masih bertahan
yaitu TD Asset Management Inc dengan total dana kelolaan sebesar US$
340 juta.
3. Hong Kong
Exchange Treded Fund pertama kali diperdagangkan di Hongkong
pada tanggal 12 November 1999 dengan nama Tracker Fund of Hong
Kong dengan underlying Hang Seng Index. Hampir keseluruhan
10
Exchange Traded Fund di Hong Kong merupakan Fund yang memiliki
underlying berupa indeks. Sampai dengan tahun 2004 jumlah fund yang
berdiri sebanyak 7 (tujuh) fund yang di perdagangkan di Hong Kong
Exchange.
Tabel 3
Perkembangan ETF di Hong Kong
NO Kode Nama ETF Tanggal Listing 1
2
3
4
5
6
7
2800
4362
4363
2801
2828
2833
2832
Tracker Fund of Hong Kong
iShares MSCI South Korean Index
Fund
iShares MSCI Taiwan Index Fun
iShares MSCI China Tracker
Hang Seng H-Share Index ETF
Hang Seng Index ETF
iShares FTSE/Xinhua A50 China
Tracker
12/11/1999
02/05/2001
02/05/2001
28/11/2001
10/12/2003
21/09/2004
18/11/2004
Sumber data: HKEx Fact Book 2004
4. Australia
Data per tanggal 30 Juli 2005 di Australian Stock Exchange telah
memperdagangkan 7 produk Exchange Traded Fund dengan total asset
yang dimiliki sebesar 487 milliar dollar. Dari ketujuh fund tersebut, tiga
memiliki underlying berupa indeks dan sisanya merupakan ekuitas baik
domestik maupun internasional.
11
Tabel 4
Perkembangan ETF di Australia
NO. Kode Nama ETF Total Dana Kelolaan (AUS$ Juta)
1
2
3
4
5
6
7
GCA
GCH
GCE
GGU
STW
SFY
SLF
GEC Asian Value Fund
GEC Australian Healthcare
GEC Eurogrowth Fund
GEC Global Fund
StreetTracks 200 Fund
StreetTracks 50 Fund
StreetTracks 200 Property
7
4
6
12
373
17
68
Sumber data: www.asx.com.au/LMI
C. Perbandingan ETF dengan Reksa Dana Open-Ended.
Terdapat beberapa karakteristik yang membedakan ETF dengan
reksa dana open-ended antara lain sebagai berikut:
1. Unit penyertaan/saham ETF diterbitkan melalui proses yang disebut
“Creation Unit”. Proses tersebut dilakukan apabila terdapat suatu
investor kelembagaan (institutional investor) dalam hal ini bertindak
sebagai sponsor, mendepositkan sekumpulan efek (basket of
securities) kedalam fund dan sebagai gantinya investor tersebut
akan menerima unit penyertaan/saham ETF dalam satuan jumlah
yang besar (blocks). Sebagian atau seluruh unit penyertaan/saham
tersebut dicatatkan di Bursa Efek untuk diperdagangkan antar
investor retail.
2. Harga unit penyertaan/saham ETF di Bursa akan mengalami
pergerakan secara terus menerus sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran (demand and supply), dan dapat
ditransaksikan setiap saat sepanjang jam perdagangan bursa.
12
3. Investor retail yang ingin melakukan pembelian atau penjualan
kembali unit penyertaan/saham ETF tidak dapat melakukan
pembelian dan penjualan kembali saham ETF secara langsung
melalui Manajer Investasi, namun melalui mekanisme selayaknya
perdagangan saham di Bursa Efek yaitu dengan membuka rekening
efek di perusahaan pialang saham (Perantara Pedagang Efek) dan
kemudian melakukan transaksi pembelian atau penjualan melalui
perusahaan pialang tersebut. Sama halnya ketika investor
melakukan transaksi saham, transaksi pembelian atau penjualan unit
penyertaan/saham penyertaan ETF ini akan dikenakan biaya komisi
oleh perusahaan pialang tersebut.
4. Khusus bagi investor institusi yang memiliki unit penyertaan/saham
ETF dalam jumlah besar (blocks) dapat melakukan pelunasan
(redemption) secara langsung dari reksa dana dalam jumlah yang
telah ditentukan sebelumnya secara in-kind, yaitu dengan menerima
efek yang mendasarinya (underlying) sebagai hasil pelunasan dan
bukan menerima uang tunai.
5. Ketika melakukan pembelian unit penyertaan/saham ETF di pasar
sekunder (bursa), tidak terdapat batasan minimum pembelian. Hal ini
berbeda apabila investor ingin membeli unit penyertaan reksa dana
biasa dimana biasanya terdapat batasan minimum pembelian.
6. Karena ETF tercatat dan diperdagangkan di bursa efek, maka
investor dapat melakukan variasi transaksi terhadap saham ETF
sama halnya dengan transaksi saham biasa (misalnya short sale,
margin trading) dan bahkan di beberapa bursa efek di luar negeri
terdapat efek derivatif (option, futures) dari saham ETF ini.
Secara ringkas, perbedaan antara ETF dengan reksa dana open-
end biasa dapat dilihat dalam uraian tabel berikut :
13
Tabel 5
Perbedaan ETF dengan Reksa Dana open-ended.
Fitur ETF RD open-ended
Perdagangan Diperdagangkan di Bursa Efek sepanjang jam bursa
Melalui MI atau Agen Penjual
Minimum Investasi
Tidak ada Bervariasi masing-masing RD
Harga Ditentukan oleh permintaan dan penawaran di pasar
Ditentukan oleh NAB reksa dana
Pengumuman Harga
Ditampilkan secara berkesinambungan oleh Bursa sepanjang jam perdagangan
Diumumkan satu kali setiap hari oleh MI berdasarkan perhitungan NAB
Variasi transaksi Dapat dilakukan short sale atau margin
Tidak
Efek Derivatif Beberapa ETF memiliki option dan atau futures atas underlying berupa indeks atau ETF itu sendiri
Tidak
Market Making Hampir semua ETF memliliki market maker untuk meningkatkan likuiditas
Tidak ada
D. Keunggulan ETF dibandingkan dengan Reksa Dana
Karena karekterisitiknya yang unik, berinvestasi dalam ETF
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan berinvestasi dalam
Reksa Dana antara lain :
1. Diversifikasi Penuh (Full diversification)
ETF memiliki keunggulan dari sisi penyebaran resiko investasi
(diversifikasi) karena satu unit penyertaan/saham ETF mewakili
sekumpulan saham yang ada dalam indeks acuan, dengan demikian
maka dengan memiliki 1 unit penyertaan/saham ETF, maka pemodal
14
dapat memperoleh gain atau loss yang sama dengan indeks acuan
(underlying indeks) tanpa membeli seluruh saham yang ada dalam
indeks yang menjadi acuan.
2. Likuiditas (liquidity)
Karena ETF diperdagangkan di Bursa Efek seperti halnya saham,
maka ETF memiliki keunggulan dalam hal likuiditas, artinya pemodal
dapat melakukan penjualan unit penyertaan/saham ETF setiap saat
sepanjang jam perdagangan bursa. Disamping itu karena terdapat
mekanisme penyediaan likuiditas yang dilakukan oleh market maker
dalam perdagangann ETF di bursa, maka investor tidak perlu
khawatir akan terjadinya kekurangan likuiditas.
3. Transparansi (transparency)
Karena ETF merupakan efek yang tercatat dan diperdagangkan di
Bursa Efek, maka jenis reksa dana ini memiliki tingkat transparansi
yang tinggi. Hal ini tercermin dengan tersedianya informasi
mengenai pergerakan dari indeks acuan serta pergerakan harga dari
saham konstituen yang membentuk indeks bagi publik sepanjang
hari, dan informasi tersebut dapat diakses dengan mudah melalui
media cetak maupun elektronik, bahkan dapat diakses setiap saat
(real time) melalui internet atau fasilitas yang disediakan oleh
penyedia infomasi bursa seperti Bloomberg, RTI dan lain-lain.
Disamping itu informasi mengenai perdagangan dan pergerakan
harga unit/saham ETF serta kuotasi harga dari pembeli dan penjual
tersedia sepanjang hari secara real time.
4. Minimum investasi yang kecil (low minimum investment)
Jumlah minimum dana yang dibutuhkan untuk berinvestasi dalam
ETF biasanya lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah minimum
investasi dalam reksa dana biasa karena unit penyartaan/saham
15
ETF diperdagangkan dalam satuan lot yang kecil dapat dicapai oleh
investor.
5. Biaya transaksi yang rendah (low transaction cost)
Seperti halnya transaksi saham biasa, pemodal yang melakukan
pembelian dan penjualan unit penyertaan/saham ETF harus melalui
perusahaan pialang (broker) dan akan dikenakan biaya komisi oleh
perusahaan tersebut yang apabila dibandingkan dengan biaya
pembelian (subscription) atau pelunasan (redemption) reksa dana
biasa, maka biaya transaksi unit/saham ETF jauh lebih kecil .
6. Eksposur global (Global Exposure)
Beberapa ETF menginvestasikan dana kelolaannya dalam indeks
efek yang berasal dari luar negeri, hal ini memberikan kesempatan
bagi investor retail untuk berinvestasi di pasar modal luar negeri,
dengan demikian memiliki eksposur efek yang berasal dari luar
negeri.
7. Mengakses berbagai macam sektor dan indeks (access to sectors
and indeks)
Salah satu fitur yang menjadi daya tarik dari ETF adalah
kemampuannya menyediakan variasi yang luas dari berbagai sektor
dan indeks, bahkan saat ini terdapat berbagai jenis ETF dengan
acuan (benchmark) yang berasal dari berbagai jenis kategori seperti
kapitalisasi (kecil, menengah dan besar), style (Growth, Value dan
Core), global dan internasional (sektor atau negara spesifik) serta
sektor dan industri di Amerika.
8. Kemampuan melakukan tracking keseluruhan segmen pasar (ability
to track an entire market segment)
ETF didisain untuk mengikuti (menyamai) indeks atau sektor yang
dijadikan acuan dengan tracking error sekecil mungkin. Manajer
16
Investasi pengelola ETF dapat melakukan replikasi indeks secara
keseluruhan dengan memiliki setiap efek pembentuk indeks tersebut
dengan bobot yang sama dalam indeks, atau dalam kasus tertentu
mereka dapat melakukan optimalisasi (mengkonstruksi portfolio efek
yang akan mengikuti indeks sedekat mungkin tanpa memiliki setiap
efek dalam indeks).
9. Keyakinan (convenience)
ETF ditransaksikan di bursa efek melalui perusahaan pialang
(broker) sepanjang jam perdagangan bursa (trading hours) dan
diselesaikan (settled) dengan cara dan dalam rentang waktu yang
sama dengan transaksi saham biasa (T+3)
Disamping itu, dari sisi pengelolaan reksa dana, ETF memiliki
kelebihan dibandingkan dengan reksa dana biasa antara lain :
1. Biaya pengelolaan yang efisien (cost efficiency)
Dikarenakan ETF dikelola secara pasif, maka tugas pengelolaan
yang harus dilakukan oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian
tidak terlalu banyak. Manajer Investasi memiliki peran yang penting
pada saat penentuan indeks yang akan dijadikan dasar (underlying)
bagi ETF, selebihnya tidak banyak kegiatan yang dilakukan
kemudian. Oleh karena itu biaya tahunan (annual fee) yang
dikenakan atas jasa pengelolaan ETF cenderung lebih kecil apabila
dibandingkan dengan reksa dana biasa.
Disamping itu biaya operasi (operating expense) yang dikeluarkan
oleh ETF lebih kecil jika dibandingkan dengan reksa dana biasa,
bahkan dengan reksa dana indeks (index fund) yang memiliki indeks
acuan (underlying index) yang sama dengan ETF. Hal ini disebabkan
ETF diperdagangkan di Bursa Efek, sehingga tidak terdapat biaya-
biaya untuk pelayanan kepada pemegang unit/saham (front-end
17
expense) yang dibebankan kepada reksa dana misalnya sentral
pelayanan telepon (telephone service centre), biaya pencetakan
konfirmasi pembelian dan penjualan kembali dan laporan bulanan
kepada nasabah serta biaya transfer dana. Disamping itu, karena
ETF dikelola secara pasif, tidak terdapat biaya transaksi pembelian
atau penjualan saham yang mendasari ETF.
Dalam laporan hasil riset yang dilakukan oleh James M. Poterba
dan John B. Shoven dari National Bureau of Economic Research (NBER) yang dipaparkan dalam working paper-nya yang berjudul
“Exchange Traded Funds: A New Investment Option For Taxable
Investor” disimpulkan bahwa dari tiga reksa dana yaitu SPDR Trust
(SPY), Ishares S&P 500 (IVV), dan Vanguard Index 500 Fund
(VFINX) yang memiliki indeks acuan yang sama yakni Indeks S&P
500, dua fund yang pertama yang merupakan ETF Indeks diketahui
memiliki rasio biaya operasi (operating expense ratio) yang lebih
kecil dibandingkan dengan reksa dana indeks. Dalam laporan riset
tersebut diketahui bahwa rasio biaya operasi dari SPDR Trust (SPY)
Ishares S&P 500 (IVV) adalah masing-masing sebesar 0.12% dan
0.09%, sedangkan Vanguard Index 500 Fund (VFINX) yang
merupakan reksa dana indeks terbesar memiliki rasio biaya operasi
sebesar 0,18%.
2. Biaya pajak yang lebih efisien (tax efficiency)
Dalam reksa dana biasa, apabila terjadi pelunasan kembali
(redemption), maka manajer investasi harus menjual sebagian efek
yang mendasari reksa dana untuk memenuhi kebutuhan uang tunai
untuk membayar permintaan pelunasan oleh nasabah. Apabila
terdapat capital gain dari transaksi penjualan efek tersebut maka
akan dikenakan pajak atas capital gain. Dalam ETF, apabila
18
sewaktu-waktu nasabah menjual unit/saham ETF yang dimilikinya,
maka ia dapat menjualnya melalui bursa efek, dengan demikian
ETF tidak harus menjual underlying efek jika terjadi redemption.
Jika terdapat permintaan penjualan kembali yang dilakukan investor
institusi, maka akan dilakukan dengan cara in-kind (membayar
penjualan kembali dengan efek yang mendasari ETF, yang
menyebabkan ETF terhindar dari kewajiban membayar pajak atas
capital gain. Namun demikian reksa dana ETF tetap harus
melakukan jual beli saham yang terdapat dalam indeks acuan untuk
menyesuaikan apabila terjadi perubahan dalam komposisi indeks
yang menjadi acuan, misalnya terjadi aksi korporasi (corporate
action) dari perusahaan yang menjadi pembentuk indeks misalnya
merger, right issue, stock split atau reverse stock split. Begitu pula
apabila terdapat pembagian deviden dari perusahaan yang
sahamnya berada dalam portofolio ETF. Dalam hal ini ETF dapat
melakukan pembagian (distribusi) dividen kepada para pemegang
unit penyertaan/saham ETF atau dapat melakukan investasi kembali
(reinvest) atas dana yang berasal dari pembagian dividen.
E. Mekanisme Penerbitan dan Perdagangan ETF di Bursa Efek
1. Penerbitan unit penyertaan/saham ETF (Creation Units)
Unit penyertaan/saham ETF diterbitkan melalui proses yang
disebut “Creation Unit”. Proses tersebut dilakukan pada saat
investor kelembagaan (institutional investor) dalam hal ini
bertindak sebagai sponsor, mendeposit sekumpulan efek (basket
of securities) kedalam reksa dana dan sebagai gantinya investor
tersebut akan menerima unit penyertaan/saham ETF dalam
satuan jumlah yang ditentukan.
2. Pencatatan dan perdagangan saham ETF di Bursa.
19
Sebagian atau seluruh unit penyertaan/saham dari hasil proses
kreasi tersebut kemudian dicatatkan di Bursa Efek untuk
diperdagangkan antar investor retail. Dalam proses
perdagangannya di bursa, terdapat mekanisme ”market making”
yang dilakukan oleh investor institusi (sponsor) yang memiliki unit
penyertaan/saham ETF dalam jumlah besar yang bertindak
sebagai ”market maker”. Hal ini bertujuan untuk menjaga tingkat
likuiditas perdagangan ETF di bursa. Market maker memiliki
tugas untuk memasukkan kuotasi beli dan jual setiap hari,
sehingga apabila terdapat kelebihan permintaan beli atau jual
atas saham ETF, maka market maker akan menyerap permintaan
tersebut.
Dengan adanya mekanisme market maker ini, maka pergerakan
harga unit penyertaan/saham ETF di bursa tidak bergerak terlalu
jauh dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana. Disamping itu
dengan adanya mekanisme redemption secara in-kind oleh
investor institusi, maka perbedaan kinerja antara indeks acuan
dengan harga unit penyertaan/saham ETF atau yang disebut
”tracking error” akan menjadi lebih kecil. Untuk lebih jelas
mekanisme penerbitan dan perdagangan ETF di bursa dapat
digambarkan dalam diagram berikut :
Diagram 3
Mekanisme Penerbitan dan Perdagangan ETF3
3 Mark Chamberlain, Jay Jordan; Strategists, Barclays Global Investors Services: “Introduction to Exchange-Traded Funds”
20
3. Metode Pencerminan Indeks (mirroring index)
ETF dikelola secara pasif dengan tujuan untuk mencerminkan
gambaran kinerja indeks (tracking index) di bursa atau dengan
kata lain untuk menciptakan tingkat pendapatan (level of returns)
yang sama dengan indeks acuan. Terdapat dua metode yang
digunakan untuk menyamai (mendekati) kinerja dari ETF dengan
indeks acuannya dengan yaitu :
a. Metode replikasi penuh (full replication)
Apabila metode yang digunakan adalah metode replikasi
penuh, maka ETF tersebut akan menginvestasikan dana
kelolaannya dalam saham konstituen dengan bobot yang
sama dengan bobot saham tersebut dalam indeks acuan,
sehingga kinerja reksa dana tersebut akan sama dengan
kinerja indeks acuan.
b. Metode sampel perwakilan (representative sampling).
Jika metode yang digunakanan adalah metode sampel
perwakilan, maka ETF tersebut akan menginvestasikan dana
kelolaannya dalam beberapa sampel saham yang memiliki
fitur yang sama yang dianggap mewakili indeks acuan
misalnya dalam hal kapitalisasi pasar, bobot dalam industri
21
serta likuiditas. ETF yang menggunakan metode sampel
perwakilan cenderung memiliki tingkat kesalahan (tracking
error) yang lebih besar dibandingkan dengan yang
menggunakan metode replikasi penuh.
4. Pihak-Pihak Yang Terlibat.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses penerbitan dan
perdagangan ETF di Bursa Efek adalah sebagai berikut :
a. Sponsor
Pihak sponsor berperan dalam memprakarsai rencana
penerbitan dan perdagangan ETF dan mendukung kerja
sama di tingkat manajerial dari berbagai pihak. Sponsor
dapat berasal dari Bursa Efek, Manajer Investasi, Bank
Investasi dan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab
dalam pengembangan pasar modal
b. Penasihat (advisor)
Penasihat berperan dalam memberikan arahan-arahan yang
bersifat teknis dan operasional dalam proses penerbitan
ETF. Pihak yang menjadi Advisor hendaknya berasal dari
sebuah institusi keuangan yang bergerak dalam bidang bank
investasi yang terintegrasi (integrated investment bank) yang
memiliki keahlian teknis yang menyeluruh dari berbagai area
yang berbeda termasuk jasa penasihat perbankan (bank
advisory), pengelolaan dana (fund management),
perdagangan/market maker saham (trading/market making)
serta operasional/penyelesaian (operations/settlements).
Disamping itu pihak penasihat harus memiliki pengalaman
yang aktual dalam penerapan ETF dari negara-negara lain
yang sudah menerapkan ETF.
22
c. Regulator
Regulator berperan dalam penyusunan peraturan yang
berkenaan dengan pedoman penerbitan ETF (Guidelines on
ETF)
d. Bursa Efek (Stock Exchange)
Bursa Efek berperan dalam menyiapkan infrastruktur bagi
proses pencatatan, perdagangan ETF, dan memfasilitasi
proses penerbitan (creation) dan pelunasan (redemption)
secara in kind.
e. Manajer Investasi (Fund Manager)
Manajer Investasi berperan dalam pengelolaan dana yang
terhimpun dari penerbitan ETF (manage the fund) dan
memfasilitasi proses penerbitan (creation) dan pelunasan
(redemption) secara in kind.
f. Bank Kustodian (Trustee)
Bank Kustodian mempunyai tugas untuk melindungi
kepentingan pemegang unit penyertaan ETF, mengatur
proses penerbitan (creation) dan pelunasan (redemption)
secara in kind serta memiliki kewajiban pelaporan ETF.
g. Market Maker
Market Maker berperan dalam menyediakan likuiditas
perdagangan ETF di Bursa ETF dengan menyerap apabila
terdapat permintaan dan penawaran atas saham ETF di
Bursa Efek serta membantu menjaga keseimbangan antara
harga ETF dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB).
h. Seeding Party
23
Seeding party berperan menyediakan modal awal atau
portofolio efek awal untuk membentuk ETF.
i. Pihak Lain
Pihak lain yang dimaksud adalah Konsultan Hukum yang
bertugas menyusun draft dokumen hukum (legal draft
documents), Akuntan yang ditunjuk sebagai Auditor ETF,
Konsultan Pajak yang bertugas memberikan jasa konsultasi
di bidang perpajakan bagi ETF.
24
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Aspek Hukum Exchange Traded Fund
1. Pengaturan Exchange Traded Fund di Beberapa Negara
Exchange Traded Fund merupakan salah satu inovasi produk
terbaru di Industri Pasar Modal, karena Exchange Traded Fund baru
diperkenalkan pada awal tahun 1990-an di Kanada. Sedangkan di Amerika
Serikat, Exchange Traded Fund pertama kali dicatatkan di American Stock
Exchange pada tahun 1993. Sejak saat itu, Exchange Traded Fund
mengalami perkembangan yang sangat pesat di beberapa negara.
Di Amerika Serikat, Exchange Traded Fund dapat dikelompokkan
dalam Investment Company sebagaimana diatur dalam The Investment
Company Act of 1940. Dalam the Investment Company Act diberikan
beberapa pengertian Investment Company, yaitu:
a. Section 3(a)(1)(A) defines an investment company as any issuer which
is or holds itself out as being engaged primarily, or purposes to engage
primarily, in the business of investing, reinvesting, or trading in
securities;
b. Section 3(a)(1)(C) specifies statistical test that gives rise to a
rebbutable presumption that a company with 40% or more of its assets
invested in investment securities is an investment company.
c. Section 3(b)(1) provides that, an issuer primarily engaged in a business
other than that of investing, reinvesting, owning, holding, or trading
securities is not an investment company.
Selanjutnya dalam The Investment Company Act dikenal 3 (tiga)
bentuk hukum Investment Company, yaitu Open-End fund, Closed-End
Fund dan Unit Investment Trusts (UITs). Dari ketiga jenis Investment
25
Company tersebut, Exchange Traded Fund sangat menyerupai sifat Open-
End Fund, karena Exchange Traded Fund menerbitkan Efek yang dibeli
kembali (redeemable securities) pada Net Asset Value (NAV). Namun
demikian, Exhange Traded Fund hanya menerbitkan dan melakukan
pembelian kembali (redeem) dalam jumlah yang besar yang disebut
dengan Creation Unit, misalnya 50.000 lembar. Namun demikian Exchange
Traded Fund juga memiliki kesamaan dengan Closed-End Fund, karena
Efek yang diterbitkan oleh Exchange Traded Fund diperdagangkan di
pasar sekunder pada harga pasar (negotiated price). Untuk itu, investor
Exchange Traded Fund dapat menjual Efek yang dimilikinya secara short
atau membeli Efeknya secara margin.
Pada umumnya Exchange Traded Fund di Amerika Serikat
mempunyai bentuk hukum Open-end Fund. Pemberian bentuk hukum
Open-End Fund kepada Exchange Traded Fund, pertama kali
diperkenalkan oleh US Securities Exchange Commission pada tahun 1996.
Pada tahun tersebut, di Amerika Serikat dibentuk Exchange Trade Fund
dengan menggunakan bentuk hukum Open-End Fund seperti the Country
Basket Index Fund, Inc. dan the Foreign Fund, Inc. Karena Exchange
Traded Fund tidak sepenuhnya sama dengan mutual fund, maka Exchange
Traded Fund memperoleh beberapa pengecualian dari ketentuan the
Investment Company Act of 1940. Pengecualian tersebut antara lain
ketentuan Pasal 2(a) (32) dan 5 (a) (1) sehingga Exchange Traded Fund
dapat terdaftar sebagai Open-End Fund yang melakukan penerbitan dan
pembelian kembali (redeem) Efek hanya dalam bentuk Creation Unit, Pasal
22 (d) dan 22c-1 yang memungkinkan Efek Exchange Traded Fund dapat
ditransaksikan secara individual dalam pasar sekunder pada harga
berdasarkan negosiasi dan Pasal 17 (a) (1) dan (a) (2) yang
memperbolehkan penjualan atau pembelian kembali (redemption) secara in
kind atas Creation Unit oleh pihak terafiliasi dengan Exchange Traded Fund.
26
Disamping bentuk hukum Open-End Fund, sesuai dengan ketentuan
the Investment Company Act of 1940 Exchange Traded Fund dapat pula
diterbitkan dengan bentuk hukum Unit Investment Trust (UITs). Unit
Investment Trust (UITs) menerbitkan efek yang dapat dibeli kembali
(redeemable Securities) yang disebut dengan “Unit”, seperti mutual fund,
berarti UITs akan membeli kembali unit tersebut apabila investor
menjualnya dengan harga sesuai NAV. Namun demikian, berdasarkan
pengecualian yang diberikan oleh US Securities Exchange Commission (US
SEC) Exchange Trade Fund berbentuk Unit Investment Trust (UITs) juga
hanya dapat melakukan pembelian kembali (redeem) dalam bentuk
Creation Units, misalnya sejumlah 50.000 lembar. Disamping itu, efek
Exchange Traded Fund dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Unit
Investment Trust (UITs) biasanya melakukan sekali penawaran umum pada
suatu jumlah yang telah ditetapkan (seperti closed end fund). Beberapa
sponsor Unit Investment Trust (UITs) akan menjaga pasar sekunder yang
memungkinkan investor dapat menjual unit yang dimilikinya kepada sponsor
dan investor lain membeli unit dari sponsor. Pada saat pembentukan UITs
dapat ditentukan masa berakhirnya suatu UITs, meskipun dalam praktek
terdapat beberapa UITs yang baru dibubarkan 50 (lima puluh) tahun setelah
pendiriannya. UITs tidak secara aktif memperdagangkan portofolio
investasinya, sehingga UITs akan memegang (hold) efek-efek dalam
portofolio dalam kurun waktu yang cukup lama. Unit Investment Trust juga
tidak mempunyai dewan direksi, manajer, dan penasehat investasi yang
memberikan nasihat selama berlangsungnya kontrak.
Penggunaan Unit Investment Trust (UITs) sebagai bentuk hukum
Exchange Traded Fund (ETF) di Amerika Serikat pertama kali digunakan
pada bulan Januari 1993. Pada saat itu, suatu perusahaan yang
merupakan subsidiary dari AMEX membentuk Exchange Trade Fund yang
pertama yaitu the SPDR Trust dengan menggunakan bentuk Unit
Investment Trust (UITs). Dalam menawarkan SPDR tersebut, the SPDR
27
Trust memperoleh beberapa pengecualian dari ketentuan the Investment
Company Act.of 1940, antara lain dimungkinkannya SPDR untuk
melakukan pembelian kembali (redeem) hanya pada jumlah yang besar
(Creation Unit), dapat diperdagangkannya SPDRs pada harga pasar
(negotiated price) di pasar sekunder, diperkenankannya dealer untuk
menjual SPDR kepada investor di pasar sekunder tanpa disertai
prospektus, dan diperkenankannya pihak terafiliasi dengan SPDR Trust
untuk melakukan transaksi SPDR berkaitan dengan penjualan dan
pembelian kembali (redeem) atas jumlah yang besar dari SPDRs.
Seperti perusahaan pada umumnya (operating company) atau closed
end fund, Exhange Trade Fund wajib menyampaikan pernyataan
pendaftaran kepada regulator dan mencatatkan efeknya di bursa efek, agar
Exchange Trade Fund dapat ditransaksikan di bursa efek. Seperti investor
pada perusahaan tercatat pada umumnya (Listed Company), investor juga
dapat memperdagangkan efek Exchange Traded Fund secara Over The
Counter. Namun demikian, efek Exchange Traded Fund yang dibeli melalui
pasar sekunder tidak dapat dimintakan penjualan kembali (redeem) kecuali
permintaan penjualan kembali (redeem) tersebut dalam bentuk Creation
Unit (misalnya 50.000 lembar) Exchange Traded Fund.
Keuntungan yang diperoleh dari investasi dalam Exchange Traded
Fund antara lain karena Exchange Traded Fund memungkinkan investornya
mempunyai diversfikasi efek hanya dengan memilik satu Efek Exchange
Traded Fund saja. Berbeda dengan bentuk tradisional Closed-End fund,
Exchange Traded Fund dapat menghindari terjadinya diskon atau premium
dari harga pasar yang sering diasosiasikan dengan nilai saham dari suatu
closed end fund, karena Exchange Traded Fund dapat secara terus
menerus menerbitkan dan melakukan pembelian kembali (redeem) atas
efek secara menyeluruh dalam bentuk Creation Unit.
Sedangkan di Kanada dikenal 2 (dua) bentuk hukum Exchange
Traded Fund, yaitu Open-End Fund dan Closed-End Fund. Namun
28
demikian, sebagian besar Exchange Traded Fund di Kanada menggunakan
bentuk hukum Open-End Fund. Bentuk hukum Closed-End Fund
merupakan bentuk Fund yang efeknya dapat diperdagangkan di Bursa
(Exchange Traded Securities) yang menginvestasikan dana dari para
pemegang sahamnya pada portofolio efeknya. Seperti halnya tradisional
Mutual Fund, Exchange Traded Fund berbentuk Closed-End Fund juga
memiliki Dewan Direksi yang dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham,
selanjutnya Dewan Direksi akan menunjuk Penasihat Investasi dan Manajer
Investasi. Berbeda dengan Open-End Mutual Fund, yang menerbitkan
saham baru berdasarkan permintaan investor, Closed-End Fund memulai
kegiatannya berdasarkan jumlah saham yang telah ditetapkan. Saham dari
Closed-End Fund diperdagangkan di Bursa Efek, sehingga harganya
ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran. Closed-End Fund
tidak dapat dibeli kembali berdasarkan permintaan sebagaimana mutual
fund. Ketika permintaan saham lebih besar dari penawaran, maka harga
dari Exchange Trade Fund berbentuk Closed-End Fund akan lebih tinggi
dari underlying Net Aset Valuenya. Seperti halnya tradisional Open-End
Mutual Fund, Closed-End Exchange Trade Fund mendistribusikan
pendapatannya kepada para pemegang saham dengan 2 (dua) cara yaitu
income dividend atau stock dividen serta capital gain.
Di Jepang Exchange Trade Fund juga mengalami perkembangan
yang sangat pesat dan saat ini Jepang merupakan negara yang memiliki
industri Exchange Trade Fund terbesar kedua dengan dana kelolaaan lebih
dari US$26 miliar. Pada saat ETF diperkenalkan di Jepang beberapa
lembaga keuangan yang besar dan Perusahaan Efek menyambutnya
dengan baik.
Sedangkan di Malaysia Exchange Trade Fund yang pertama kali
diterbitkan adalah ABF Malaysian Bond Index Fund. Di wilayah the East
Asia Pacific Region, the ABF Malaysian Bond Index Fund merupakan
Exchange Trade fund yang kedua setelah diterbitkannya ABF Hong Kong
29
Index Fund pada tanggal 21 Juni 2005. Bond Exchange Trade Fund pada
dasarnya merupakan instrumen investasi yang relatif terjangkau bagi
pemodal lemah, karena tidak diperlukannya dana besar dalam investasi
awalnya. Disamping itu, instrumen investasi ini juga sangat efisien,
transparan dan sangat menarik tidak hanya bagi investor kelembagaan
tetapi juga investor retail. The ABF Malaysian Bond Index melakukan
investasi pada Government dan Quasi Government securities.
2. Kajian Exchange Traded Fund dalam Kerangka Peraturan Perundang-
undangan di Bidang Pasar Modal
Dari praktik industri Exchange Trade Fund (ETF) yang berkembang
secara internasional dapat dilihat bahwa konsep dasar Exchange Trade
Fund (ETF) serta bentuk hukum yang dipergunakan dalam Exchange Trade
Fund terdapat beberapa kesamaan dengan Reksa Dana yang dikenal
dalam sistem hukum Pasar Modal Indonesia. Disamping itu, dari konsep
hukum tentang Investment Company sebagaimana didefinisikan dalam The
Investment Company Act 1940 yang menyatakan bahwa Investment
Company sebagai Emiten (Issuer) yang kegiatannya berkaitan dengan
investasi di bidang Efek. Dengan demikian Investment Company yang
terdapat pada The Investment Company Act 1940 sangat mirip dengan
Reksa Dana sebagaimana didefinisikan dalam UUPM Pasal 1 angka 27.
Namun demikian, sebelum ditemukan titik temu antara Exchange Trade
Fund dengan Reksa Dana, diperlukan penelaahan secara mendalam atas
Reksa Dana. Dalam pasal 1 angka 27 UUPM memberi batasan Reksa
Dana sebagai “Wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek
oleh Manajer Investasi”. Dengan batasan tersebut di atas, terlihat bahwa
Portofolio Reksa Dana terdiri atas Efek. Sedangkan Efek dalam pengertian
UUPM adalah hanya terbatas pada surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak
30
investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek
(pasal 1 angka 5 UUPM).
Dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal
18 ayat (1) disebutkan ada 2 (dua) bentuk hukum dari Reksa Dana, yaitu
Perseroan dan Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Selanjutnya dalam
penjelasan disebutkan bahwa Reksa Dana berbentuk Perseroan adalah
Emiten yang kegiatan usahanya menghimpun dana dengan menjual saham,
dan selanjutnya dana dari penjualan saham tersebut diinvestasikan pada
berbagai jenis Efek yang diperdagangkan di Pasar Modal dan Pasar Uang.
Adapun Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak antara Manajer Investasi
dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan dimana
Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi
kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan
penitipan kolektif.
Berkaitan dengan Reksa Dana berbentuk Perseroan, UUPM Pasal 18
(2) menyebutkan lebih lanjut bahwa Reksa Dana bebentuk Perseroan dapat
bersifat terbuka atau tertutup. Reksa Dana terbuka adalah Reksa Dana
yang dapat menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari
pemodal sampai dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan,
sedangkan Reksa Dana tertutup adalah Reksa Dana yang tidak dapat
membeli kembali saham-sahamnya yang telah dijual kepada pemodal.
Sedangkan mengenai Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif,
UUPM Pasal 20 ayat (1) menyebutkan bahwa Manajer Investasi sebagai
pengelola Reksa Dana terbuka berbentuk kontrak investasi kolektif dapat
menjual dan membeli kembali Unit Penyertaan secara terus menerus
sampai dengan jumlah Unit Penyertaan yang ditetapkan dalam kontrak.
Mengingat Reksa Dana tertutup tidak dapat membeli kembali saham-
sahamnya telah dijual kepada pemodal, maka apabila pemodal tersebut
bermaksud menjual saham yang dimilikinya maka pemodal tersebut harus
menjual sahamnya melalui mekanisme yang ada di bursa efek dimana
31
sahamnya dicatatkan. Secara lengkap perbandingan antara PT Reksa Dana
terbuka dan PT Reksa Dana Tertutup tertuang dibawah ini:
Tabel....
No. PT Reksa Dana Tertutup PT Reksa Dana Terbuka 1. Menjual sahamnya pada
penawaran umum perdana sampai
batas modal dasar, tetapi dapat
menerbitkan saham baru melalui
proses rights issue
Menjual sahamnya secara terus
menerus sepanjang ada
pemodal yang membeli
2. Saham Reksa Dana dicatatkan di
bursa Efek
Saham Reksa Dana tidak
dicatatkan di bursa efek
3. Investor tidak dapat menjual
kembali saham yang dimilikinya,
tetapi kepada investor lain melalui
bursa
Investor dapat menjual kembali
sahamnya kepada Reksa Dana
4. Harga jual/beli saham tergantung
penawaran dan permintaan antar
investor bursa
Harga jual/beli saham antara PT
Reksa Dana dengan investor
didasarkan nilai NAB per saham
yang dihitung Bank Kustodian
5. Saham dengan nilai nominal Saham tanpa nilai nominal
6. Harga saham diperdagangkan di
bursa efek sesuai harga pasar
Harga saham diperdagangkan
sesuai nilai NAB
7. NAB awal ditentukan perseroan NAB awal Rp 1000,-
8. Return on investment diperoleh
dari deviden,capital gain, dan
saham bonus
Return on investment dari
deviden, capital gain, dan
perubahan nilai NAB
9. Transaksi dalam jumlah banyak
berpengaruh, karena harga saham
ditentukan berdasarkan supply and
Transaksi dalam jumlah banyak
tidak berpengaruh karena
diperdagangkan sesuai NAB
32
demand
Selanjutnya, pasal 24 ayat 3 UUPM menjelaskan bahwa
”Pembatasan investasi Reksa Dana diatur lebih lanjut oleh Bapepam”.
Dalam penjelasan Pasal 24 ayat (3) disebutkan bahwa hal-hal yang
berkaitan dengan pembatasan investasi, antara lain jumlah investasi dalam
satu jenis Efek, batasan dalam investasi pada Efek di luar negeri dan jenis-
jenis instrumen yang dilarang dibeli oleh Reksa Dana. Pembatasan
investasi dalam pasal tersebut diatas tertuang dalam angka 9 Peraturan
Bapepam No. IV.A.3 tentang Pedoman Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk
Perseroan yang berbunyi sebagai berikut: ”Reksa Dana yang telah
memperoleh izin usaha dan yang telah dinyatakan efektif hanya dapat
melakukan pembelian dan penjualan atas:
a. Efek yang dijual dalam penawaran umum dan atau dicatatkan di bursa
efek baik di dalam maupun di luar negeri;
b. Instrumen pasar uang yang mempunyai jatuh tempo kurang dari 1 (satu)
tahun, meliputi Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang,
Surat Pengakuan Hutang, Sertifikat Deposito baik dalam rupiah maupun
dalam mata uang asing, dan obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia; dan
c. Surat Berharga Komersial yang jatuh temponya dibawah 3 (tiga) tahun
dan telah diperingkat oleh perusahaan pemeringkat Efek.
Bahwasanya penawaran umum atas Reksa Dana Perseroan baik
tertutup maupun terbuka dapat dilakukan pada periode tertentu sebelum
listing di bursa efek dilaksanakan. Penerbitan Reksa Dana Perseroan
diperlakukan sama sebagaimana saham dengan melakukan beberapa
tahap sebagai berikut: 1) sebelum emisi, yaitu persiapan-persiapan yang
dilakukan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan penawaran umum, 2)
Tahapan emisi, yaitu masa dimana dilakukan penawaran umum hingga
saham-saham yang telah ditawarkan dicatatkan di bursa efek, dan 3)
33
Tahapan sesudah emisi, yaitu berupa tahapan pelaporan sebagai
konsekuensi atas penawaran umum tersebut. Jadi dari tiga tahapan diatas
Reksa Dana Perseroan dapat melakukan penawaran umum melalui
mekanisme primary market dan secondary market.
Dibawah ini beberapa perbedaan membeli saham secara langsung
dengan membeli Reksa Dana Perseroan (saham):
Investasi Saham Secara Langsung Membeli Reksa Dana Saham
Akses utk mendapatkan saham
dalam IPO untuk penjatahan tetap
terbatas
Reksa Dana lebih mudah
memperoleh penjatahan tetap
dalam IPO
Diversifikasi portofolio tidak dapat
tercapai dengan dana kecil
Diversifikasi tercapai secara
otomatis
Tidak terkena subscription fee,
management fee, custodian fee,
redemption fee, dll
Ada subscription fee,
management fee, custodian fee,
redemption fee
Investor harus mengelola portofolio
sendiri
Pengelolaan portofolio dilakukan
oleh Manajer Investasi dan Bank
Kustodian
Modal awal investasi relatif besar,
minimal deposit awal berkisar Rp 25
Juta
Investasi awal kecil, dapat
berkisar antara Rp 250 ribu –Rp
500 ribu
Berkenaan dengan penilaian Nilai Pasar Wajar dan perhitungan
NAB/Saham, pasal 22 dan 23 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal menyebutkan bahwa : Pasal 22 UUPM:
”Manajer Investasi Reksa Dana terbuka berbentuk Perseroan dan Kontrak
Investasi Kolektif wajib menghitung nilai pasar wajar dari Efek dalam
34
portofolio setiap hari bursa berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bapepam”
Pasal 23 UUPM:
”Nilai saham Reksa Dana terbuka berbentuk Perseroan dan nilai Unit
Penyertaan kontrak investasi kolektif ditentukan berdasarkan nilai aktiva
bersih”
Dari bunyi pasal 22 dan 23 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pasal 22 dan 23 diperuntukkan bagi Reksa Dana perseroan terbuka dan Kontrak Investasi Kolektif dan bukan diperuntukkan bagi Reksa Dana
Perseroan Tertutup. Substansi pasal tersebut adalah berkenaan dengan
penghitungan nilai pasar wajar dari portofolio yang dihitung setiap hari
bursa dan penilaian Nilai Aktiva Bersih.
Sedangkan yang berkenaan dengan perhitungan Nilai Aktiva Bersih
tertuang dalam pasal 25 ayat 3 dan penjelasannya. Pasal tersebut
menyatakan bahwa”Reksa Dana wajib menghitung nilai aktiva bersih dan
mengumumkannya”. Selanjutnya penjelasan pasal tersebut menyatakan
bahwa: ”Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana terbuka dihitung dan diumumkan
setiap hari bursa, sedangkan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana tertutup
dihitung dan diumumkan sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu”. Jadi
jelas disini NAB Reksa Dana Perseroan Tertutup (yang merupakan acuan
bagi ETF) dihitung minimum tiap satu minggu sekali bukan setiap hari.
Sedangkan yang berkenaan dengan penilaian nilai pasar wajar tetap
mengacu pada Peraturan Bapepam No.IV.C.2 tentang Nilai Pasar Wajar
Dari Efek Dalam Portofolio Reksa Dana.
Selanjutnya Pasal 28 ayat menjelaskan secara tegas bahwa: “Saham
Reksa Dana terbuka berbentuk Perseroan diterbitkan tanpa nilai nominal”.
Berdasarkan ketentuan ini, penerbitan Reksa Dana tanpa nilai nominal
hanya diperuntukkan bagi Reksa Dana Perseroan terbuka, bukan Reksa
Dana Perseroan tertutup. Sedangkan untuk Reksa Dana Perseroan tertutup
mengikuti aturan yang ada di pasal 42 ayat 2 UUPT, karena UUPM tidak
35
menyebut secara jelas. Pasal 42 ayat 2 berbunyi ”saham tanpa nilai tidak
dapat dikeluarkan”. Dari bunyi pasal tersebut diatas mempertegas bahwa
Saham tanpa nilai nominal hanya ditujukan bagi Reksa Dana perseroan
terbuka, sedangkan Reksa Dana Perseroan tertutup mempunyai nilai
nominal tertentu. Hal ini sejalan dengan adagium “Lex Specialis Derogat
Legi Generalis”.
3. Kemungkinan Penerapan Exchange Trade Fund di Indonesia
Dari praktik ETF secara internasional terlihat bahwa diberbagai
negara ETF pada umumnya diterbitkan dalam bentuk Open-end Fund
maupun Unit Investment Trust. Dengan bentuk hukum tersebut, maka
Exchange Trade Fund dapat menerbitkan Efek yang dapat dibeli kembali
(redeemable securities) sesuai dengan Net Asset Value. Namun demikian,
Exchange Trade Fund juga mempunyai sifat yang mendekati Closed-end
Fund karena Efek Exchange Trade Fund tersebut diperdagangkan di pasar
sekunder pada harga pasar (negotiated price).
Ketiga bentuk hukum yang dikenal dalam The Investment Company
Act of 1940 dalam beberapa hal mempunyai kemiripan dengan bentuk
hukum Reksa Dana sebagaimana dikenal dalam UUPM, yaitu Reksa Dana
berbentuk Perseroan dan Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
serta sifat Reksa Dana yang terdiri atas Reksa Dana terbuka (Open-end)
dan Reksa Dana tertutup (closed-end). Sebagaimana telah diungkapkan
sebelumnya Reksa Dana Terbuka (Open-End Fund) adalah Reksa Dana
yang dapat menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari
pemodal sampai dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan,
sedangkan Reksa Dana tertutup (Closed-end Fund) adalah Reksa Dana
yang tidak dapat membeli kembali saham-sahamnya yang telah dijual
kepada pemodal.
Dari pendekatan secara legislasi dan praktek penerbitan Exchange
Trade Fund secara internasional, penerapan Exchange Trade Fund di
36
dalam industri Pasar Modal Indonesia memungkinan untuk dapat
dilaksanakan. Namun demikian, hal tersebut memerlukan semacam
terobosan hukum sebagaimana dilakukan oleh beberapa negara yang telah
memperkenalkan Exchange Trade Fund dalam industri pasar modalnya.
Beberapa penyesuaian di bidang regulasi tersebut diperlukan karena
sebagai inovasi baru di sektor industri keuangan pada dasarnya Exchange
Trade Fund mempunyai sifat hybrid, karena Exchange Trade Fund tidak
sepenuhnya dapat dikategorikan mempunyai sifat sebagaimana Open-end
Fund maupun Close-end Fund.
Mengingat karakteristik Exchange Trade Fund sangat dekat dengan
Reksa Dana sebagaimana dikenal industri Pasar Modal Indonesia, maka
struktur hukum Reksa Dana sebagaimana dikenal saat ini dapat diterapkan
sebagai alas hukum penerbitan Exchange Trade Fund di Indonesia
meskipun disertai dengan beberapa modifikasi.
Oleh karena dalam Reksa Dana saat ini dikenal 2 (dua) bentuk
hukum yaitu Perseroan dan Kontrak Investasi Kolektif, maka secara teori
kedua bentuk hukum tersebut dapat digunakan sebagai vehicle penerbitan
Exchange Trade Fund. Namun, sebagaimana banyak dilakukan di negara
lain, untuk dapat dipergunakan sebagai sarana penerbitan Exchange Trade
Fund, maka baik bentuk hukum Perseroan maupun Kontrak Investasi
Kolektif tersebut harus mempunyai sifat terbuka, artinya dapat membeli
kembali Efek yang telah diterbitkannya.
Sebagaimana mekanisme penerbitan Exchange Trade Fund di
negara lain yang hanya memungkinkan investor untuk melakukan penjualan
kembali (redeem) Exchange Trade Fund dalam jumlah besar (Creation Unit
yang kurang lebih berjumlah 50.000 lembar), maka perlu ditentukan pula
bahwa investor Exchange Trade Fund di Indonesia hanya dapat melakukan
redeem atas Efek yang dimilikinya kalau memenuhi persyaratan minimal
tertentu. Dalam hal investor tersebut bermaksud menjual Efek yang
dimilikinya namun tidak memenuhi persyaratan minimum permintaan
37
redeem kepada Exchange Trade Fund, maka investor tersebut dapat
mentransaksikan Efeknya di Bursa Efek.
Meskipun secara umum perangkat hukum Reksa Dana yang dikenal
selama ini dapat digunakan sebagai wahana penerapan ETF di Indonesia,
namun terdapat beberapa hal yang perlu diatur secara khusus dalam satu
peraturan. Hal-hal yang perlu diatur secara khusus tersebut meliputi :
a. Batasan Investasi
Batasan-batasan investasi yang sebelumnya terdapat dalam peraturan
mengenai Reksa Dana agar dapat dikecualikan dalam peraturan
mengenai ETF, misalnya :
1) pembatasan investasi pada satu Emiten melebihi 10% dari NAB;
2) tidak adanya penempatan dana awal (sponsorship);
3) Investor dapat berinvestasi pada ETF lebih dari 2%;
4) ETF bisa berinvestasi dalam efek derivatif apabila penggunaannya
untuk lindung nilai (hedging) atau efisiensi dalam manajemen
portofolio;
5) ETF dapat berinvestasi dalam Efek yang tidak tercatat di Bursa
Efek (prior to listing); dan
6) ETF dapat melakukan transaksi meminjamkan efek (securities
lending), adapun transaksi ini dapat dilakukan pembatasan
berdasarkan total dana kelolaan.
b. Penyebaran Informasi :
Berbeda dengan Reksa Dana, Portofolio dari ETF wajib diumumkan
secara publik dengan demikian pasar dapat menentukan harga yang
paling tepat atas setiap unit ETF. Manajer Investasi juga wajib
mengumumkan estimasi NAV per unit ETF. Pengumuman ini dapat
dilakukan melalui web site ETF sendiri atau melalui Bursa Efek.
c. Prospektus
Segala ketentuan dan prosedur yang berkenaan dengan struktur dari
ETF wajib secara jelas dan tepat diungkap dalam prospektus ETF
38
tersebut, misalnya ketentuan mengenai prosedur subscription dan
redemption, biaya transaksi, perubahan komposisi portofolio, dan lain-
lain.
B. PEMBAHASAN HASIL KUISIONER
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil tabulasi jawaban kuisioner
mengenai exchange traded funds (ETF) yang telah dihimpun dari tiga jenis
responden yang dijadikan obyek penelitian yaitu Perantara Pedagang Efek
(broker), Manajer Investasi, dan Investor. Daerah penyebaran kuisioner
dengan lokasi responden di Jakarta, Semarang, Solo, Bandung, dan
Surabaya. Dari jawaban kuisioner yang dikirim kembali seluruhnya
berjumlah 77 responden terdiri dari masing-masing broker sebanyak 23
responden, manajer investasi sebanyak 19, dan investor sebanyak 35
responden. Dalam tabulasi hasil jawaban dibagi atas pertanyaan-
pertanyaan yang hanya khusus ditujukan untuk masing-masing responden
dan secara menyeluruh dari jawaban ketiga jenis responden tersebut.
1. Jumlah Responden
Tabel 1
Jumlah responden
Jawaban Frekuensi Prosentase
Perantara Pedagang Efek 23 28,97 Manajer Investasi 19 24,68 Investor 35 45,45
Jumlah 77 100
39
2. Pertanyaan khusus Perantara Pedagang Efek
Tabel 2
Instrumen yang dijadikan investasi oleh nasabah broker
Jawaban Frekuensi Prosentase
Saham 22 53,66 Obligasi 8 19,51 Efek Reksa Dana 8 19,51 Surat Utang Negara 3 7,32 Lainnya, sebutkan 0 0,00
Jumlah 41 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar investor
yang menjadi nasabah broker lebih banyak yang melakukan
investasi di instrumen saham yaitu sebanyak 53,66%, sementara
di obligasi, reksa dana, dan surat utang masing-masing sebanyak
19,51%, 19,51%, dan 7,32%.
Tabel 3
Perlu tidaknya adanya perubahan peraturan mengenai PPE
bilamana ETF diterapkan
Jawaban Frekuensi Prosentase
Ya 9 39,13 Tidak 14 60,87 Jumlah 19 100
Sebagian besar responden 60,87% menyatakan tidak perlu
adanya perubahan peraturan mengenai broker, namun demikian
sebanyak 39,13% broker menyatakan perlunya perubahan
peraturan terkait penyesuaian peraturan borker berdasarkan
instrumen dan mengakomodasi kekhususan dari instrumen ETF.
40
Tabel 4
Minat perantara pedagang efek menjadi broker atas transaksi ETF
Jawaban Frekuensi Prosentase
Ya 20 86,96 Tidak 2 8,70 Tdk Menjawab 1 4,35 Jumlah 23 100
Dari sebagian besar jawaban responden yang menyatakan
minatnya menjadi broker atas produk ETF yaitu sebanyak 86,96%
dan umumnya menyatakan bahwa dengan menjadi broker ETF
akan memberikan tambahan komisi bagi perusahaan serta dapat
memberikan tawaran produk yang lebih beragam kepada investor.
Sementara hanya 8,70% responden yang menjawab tidak
berminat akan melihat perkembangan perdagangan ETF terlebih
dahulu sebelum menjadi broker ETF.
Tabel 5.
Minat dan Potensi investor nasabah broker atas instrumen ETF
Jawaban Frekuensi Prosentase
Besar 4 17,39 Cukup 10 43,48 Rendah 6 26,09 Tidak berminat 0 0 Tdk menjawab 3 13,04
Jumlah 23 100
Dari keseluruhan investor yang menjadi responden diketahui
bahwa sebagian besar atau sebanyak 44% responden dinilai oleh
broker cukup mempunyai minat dan potensi dengan pertimbangan
sudah banyak alternatif investasi di pasar modal dan instrumen
41
ETF merupakan produk baru yang belum teruji. Sementara, broker
yang menilai adanya minat dan potensi investor yang besar atas
produk ETF mendasarkan pada perkembangan efek reksa dana
yang menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik.
Tabel 6.
Perlunya tambahan investasi berupa peralatan atau teknologi
jika ETF diterapkan
Jawaban Frekuensi Prosentase
Ya 10 43,48 Tidak 9 39,13 Tidak Menjawab 4 17,39
Jumlah 23 100
Sebagian besar respoden (43,48%) yang menyatakan
membutuhkan investasi tambahan dengan mempertimbangkan
untuk efisiensi dan efektifitas pelayanan bagi investor serta untuk
meningkatkan manajemen risiko dan pemasaran. Sedangkan
39,13% responden yang tidak memerlukan tambahan investasi
peralatan dan teknologi secara umum menyatakan bahwa sistem
yang sudah ada saat ini telah memadai dan kalaupun diperlukan
tambahan kemungkinan hanya pengembangan yang sudah ada.
3. Pertanyaan khusus Manajer Investasi.
Tabel 7
Total dana nasabah reksa dana yang dikelola oleh MI
Jawaban Frekuensi Prosentase
Kurang dari Rp100 milyar 12 63,16 Rp100 milyar s.d. Rp1 triliun 4 21,05 lebih dari 1 triliun 3 15,79
Jumlah 19 100
42
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar investor
reksa dana yang menjadi nasabah manajer investasi memiliki
dana kurang dari Rp. 100 miliar. Nasabah yang memiliki dana
antara Rp 100 miliar s.d Rp 1 triliun sebanyak 21.05% dan hanya
15,79% investor yang memiliki dana lebih dari Rp 1 triliiun. Hal ini
dapat memberikan gambaran bahwa sebagian besar investor
reksa dana yang menjadi nasabah manajer investasi masih
merupakan investor kecil.
Tabel 8
Jenis reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi
Jawaban Frekuensi Prosentase
Reksa Dana Pendapatan Tetap 13 34,21 Reksa Dana Saham 7 18,42 Reksa Dana Pasar Uang 4 10,53 Reksa Dana Campuran 12 31,58 Reksa Dana Terproteksi - - Reksa Dana Dengan Penjaminan - - Reksa Dana Indeks - - Tidak menjawab 2 5,26
Jumlah 38 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar manajer
investasi atau 34,21% mengelola reksa dana pendapatan tetap
dan dan sebanyak 31,58% mengalola reksa dana campuran.
Sementara untuk reksa dana saham dan pasar uang masing-
masing dibawah 20%.
43
Tabel 9
Perlu tidaknya adanya perubahan peraturan mengenai MI
bilamana ETF diterapkan
Jawaban Frekuensi Prosentase
Ya 8 42,11 Tidak 11 57,89 Jumlah 19 100
Sebagian besar responden 57,89% menyatakan tidak perlu
adanya perubahan peraturan mengenai manajer investasi
bilamana ETF diterapkan, namun demikian sebanyak 42,11%
manajer investasi menyatakan perlunya perubahan peraturan
terkait dengan antara lain: struktur permodalan, manajemen risiko,
transparansi pengelolaan, standar pemilihan agen.
Tabel 10
Minat manajer investasi menerbitkan ETF
Jawaban Frekuensi Prosentase
Ya 12 63,16% Tidak 5 26,32% Tidak Menjawab 2 10,53%
Jumlah 19 100%
Sebagian besar responden atau 64%-nya menyatakan minatnya
untuk menjadi manajer investasi yang menerbitkan ETF dengan
pertimbangan beberapa hal seperti sebagai alternatif investasi dan
harus adanya kejelasan peraturan. Sementara yang menjawab
tidak berminat sebesar 26,32% antara lain disebabkan karena
44
sumber daya manusia yang masih terbatas dan melihat animo
investor lebih dahulu.
Tabel 11
Minat dan potensi investor nasabah manajer investasi atas
instrumen ETF
Jawaban Frekuensi Prosentase
Besar 3 15,79 Cukup 7 36,84 Rendah 7 36,84 Tidak berminat 0 0,00 Tdk menjawab 2 10,53
Jumlah 23 100
Dari tabel dapat diketahui bahwa menurut penilaian para manajer
investasi umumnya minat nasabahnya atas produk ETF tidak
besar hal ini dikarenakan antara lain: masih rendahnya
pengetahuan mengenai produk ETF, kemungkinan masih adanya
trauma atas krisis industri reksa dana, dan sosialisasi yang masih
kurang. Sementara 15,79% manajer investasi yang menilai bahwa
adanya minat investor atas produk ETF yang besar dengan alasan
karena ETF lebih transparan dibanding dengan reksa dana dan
lebih likuid.
4. Pertanyaan khusus Investor
Tabel 12
Jenis Investor
Jawaban Frekuensi Prosentase
Investor retail 24 68,57 Investor kelembagaan 11 31,43
Jumlah 35 100
45
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
atau 68,57%-nya merupakan investor retail sedangkan sebanyak
31,43% merupakan investor kelembagaan.
Tabel 13.
Jenis instrumen pasar modal yang saat ini dimiliki oleh investor
Jawaban Frekuensi Prosentase
Saham 35 47,30 Obligasi 13 17,57 Efek reksa dana 16 21,62 Surat utang negara (SUN) 8 10,81 Efek derivatif 2 2,70 Lainnya - -
Jumlah 74 100
Sebagian besar investor 47,30% yang dijadikan responden
mempunyai investasi dalam bentuk saham, sementara responden
yang berinvetasi di obligasi, efek reksa dana, SUN, dan efek
derivatif lainnya masing-masing sebanyak 17,57%, 21,62%,
10,81%, dan 2,7%.
Tabel 14.
Besarnya nilai investasi yang dimiliki investor di pasar modal
Jawaban Frekuensi Prosentase
Kurang dari Rp. 100 juta 10 28,57 Rp.100 juta- Rp. 1 Miliar 12 34,29 Rp. 1 miliar - Rp. 50 miliar 5 14,29 Lebih dari Rp. 50 miliar 7 20,00 Tidak menjawab 1 2,86
Jumlah 35 100
46
Sebagian besar investor 34,29% yang dijadikan responden
mempunyai investasi di pasar modal sebesar antara Rp.100 juta-
1 miliar, sebanyak 28,57% mempunyai investasi kurang dari Rp.
100 juta, sebanyak 14,29% mempunyai investasi antara Rp. 1
miliar - 50 miliar, yang berinvestasi lebih dari Rp. 50 miliar
sebabnyak 20%, sementara yang tidak menjawab ada 2,86%.
Tabel 15.
Minat investor berinvestasi atas instrumen ETF
Jawaban Frekuensi Prosentase
Berminat 16 45,71 Tidak ada minat 14 40,00 Tdk menjawab 5 14,29
Jumlah 35 100
Dari tabel diatas dapat diketahui meskipun sebagian besar
investor (45,71%) menyatakan minatnya untuk berinvestasi di
ETF, namun yang menyatakan tidak berminat juga relatif cukup
besar yaitu sebanyak 40%. Investor yang menyatakan minat
menganggap bahwa ETF merupakan alternatif investasi dan
memberikan kepastian transparansi dalam hal return yang akan
didapat. Investor yang tidak menyatakan minat umumnya melihat
perkembangan lebih dahulu, dan investor yang tidak menjawab
karena mereka belum tahu mengenai ETF.
47
5. Pertanyaan keseluruhan
Tabel 16.
Jangka waktu keterlibatan responden di pasar modal
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosentase
Kurang dari 5 tahun 4 7 15 26 33,77 5-10 tahun 3 7 13 23 29,87 lebih dari 10 tahun 16 5 7 28 36,36
Total 77 100
Sebagian besar responden dinilai telah memiliki pengetahuan
yang relatif baik mengenai industri pasar modal, hal ini terlihat
besarnya prosentase (43,02%) responden telah terlibat dalam
industri reksa dana lebih dari 10 tahun.
Tabel 17.
Pernah mendengar istilah ETF
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosentase
Ya 14 15 9 38 49,35 Tidak 9 4 25 38 49,35 Tidak menjawab - - 1 1 1,30
Total 77 100
Dari tabel diatas, terlihat bahwa jumlah responden yang pernah
maupun yang belum pernah mendengar istilah ETF hampir rata
yaitu masing-masing sebesar 49,35%.
48
Tabel 18.
Pengetahuan mengenai mekanisme perdagangan ETF di bursa
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosentase
Ya 7 8 5 20 25,97 Tidak 15 11 30 56 72,73 Tidak menjawab 1 - - 1 1,30
Total 77 100
Sebagian besar responden (72,73%) baik itu dari pihak broker,
manajer investasi, maupun investor tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup mengenai mekanisme perdagangan ETF
di bursa efek
Tabel 19.
Penilaian perlu tidaknya menerapkan ETF saat ini
di pasar modal Indonesia
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosentase
Ya 20 10 18 48 62,34 Tidak 3 7 12 22 28,57 Tidak menjawab - 2 5 7 9,09
Total 77 100
Sebagian besar responden (62,34%) menyatakan perlunya
penerapan ETF di pasar modal Indonesa karena beberapa
pertimbangan yaitu, sebagai alternatif investasi, dana yang
beredar di pasar modal cukup besar, dan pasar modal Indonesia
cukup dinamis menerima produk baru. Sedangkan yang
menyatakan tidak sebanyak 28,57% dengan alasan, belum
siapnya infrastruktur dan peraturan pendukung, edukasi maupun
sosialisasi yang masih kurang mengenai ETF, banyak investor
49
masih kurang memahami tentang reksa dana sehingga masih
diperlukan sosialisasi mengenai reksa dana konvensional
Tabel 20.
Kesiapan pasar modal dalam menerapkan ETF
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosentase
Ya 10 7 7 24 31,17 Belum 13 12 24 49 63,64 Tidak menjawab 4 4 5,19
Total 77 100
Dari tabel diatas terlihat sebagian besar responden (63,64%)
menilai bahwa pasar modal Indonesia belum siap menerapkan
ETF dengan pertimbangan antara lain sebagai berikut;
pengawasan pelanggaran di pasar modal masih lemah, kondisi
ekonomi yang sedang buruk, perlu dilakukan penataan lebih dulu
terhadap instrumen yang sudah ada, pemahaman pasar tentang
ETFs maupun reksa dana masih rendah, karena diperlukan
market players agar ETFs likuid dan saat ini tampaknya belum
banyak minat, jumlah saham option yg listing masih sedikit
sehingga index sangat volatile, peraturan yang mendukung dan
sosialisasi kepada investor "mind set" investor Indonesia belum
siap dengan resiko-resiko yang berhubungan dengan investor di
reksa dana
Sebanyak 31,17% menilai pasar modal Indonesia sudah siap
menerapkan ETF dengan alasan antara lain; mekanisme
perdagangan yang mirip saham sehingga hanya diperlukan
evaluasi atas peraturan yang ada, infastruktur sudah memadai,
dan pasar sudah cukup likuid
50
Tabel 21.
Kendala-kendala yang akan dihadapi dalam penerapan ETF
di pasar modal Indonesia
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosen
tase Tingkat pemahaman atas produk ETFs
21 14 30 65 23,21
Kesiapan profesi penunjang
6 8 10 24 8,57
Kesiapan manajer investasi
7 7 14 28 10,00
Kesiapan Bursa Efek 9 6 13 28 10,00 Kesiapan Regulator 14 10 21 45 16,07 Minat Investor 16 15 20 51 18,21 Perpajakan 11 11 11 33 11,79 Lain-lain 4 1 1 6 2,14
Total 280 100
Sebagian besar responden (23,21%) menilai bahwa kendala yang
mungkin akan dihadapi dalam penerapan ETF adalah tingkat
pemahaman pelaku atas produk ETF yang dinilai masih kurang.
Kendala lainnya yang kemungkinan ada berdasarkan tingkat
kepentingan yaitu; minat investor (18,21%), Kesiapan Regulator
(16,07), Kesiapan Bursa Efek (10,00%), Kesiapan manajer
investasi (10,00%), dan Kesiapan profesi penunjang (8,57%).
Tabel 22
Penilaian peraturan yang ada saat ini sudah mengakomodasi ETF
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosentase
Sudah 4 2 1 7 9,09 Belum 19 17 10 46 59,74 Tidak menjawab - 24 24 31,17
Total 77 100
51
Sebagian besar responden (59,74%) menilai peraturan yang ada
saat ini belum mengakomodasi atas penerapan ETF yang
dikarenakan beberapa hal antara lain; untuk trading short sell
masih belum cukup, aturan dan mekanisme pedagang di bursa
belum ada, masih banyak sekali aturan-aturan yang harus
dibenahi di dalam bursa efek, dan perlu ditambah yang lebih detail
karena belum ada peraturan khusus mengenai ETFs. Sementara
itu sebanyak 24 responden invetor tidak menjawab karena karena
tidak tahu
Tabel 23.
Hal-hal yang masih perlu diatur dalam penerbitan ETF
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosen
tase Tata cara penerbitan 16 11 14 41 16,87 Keterbukaan lnformasi
18 13 19 50 20,58
Pedoman pengelolaan ETFs
17 14 17 48 19,75
Tata cara penjualan dan pembelian kembali
17 14 16 47 19,34
Mekanisme perdagangan di bursa
18 12 19 49 20,16
Lain-lain 5 2 1 8 3,29 Total 243 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar reponden
(20,58%) menilai keterbukaan informasi mempunyai kepentingan
tertinggi untuk perlu diatur dalam penerapan ETF, kemudian
dilanjutkan dengan perlunya pengaturan mengenai mekanisme
perdagangan di bursa.
52
Tabel 24.
Jenis indeks yang paling mungkin menjadi dasar perdagangan
ETF di pasar modal
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosen
tase Indeks saham sektoral 8 4 5 17 13,18 Indeks LQ 45 19 13 26 58 44,96 IHSG 15 10 15 40 31,01 Jakarta Islamic Indeks 3 5 3 11 8,53 Indeks lainnya, 2 - 1 3 2,33
Total 243 100
Sebagian besar responden (44,96%) menilai bahwa indeks LQ45
merupakan indeks yang paling mungkin menjadi dasar
perdagangan ETF dipasar modal karena umumnya responden
menilai saham-saham di indeks LQ45 terdiri dari saham-saham
unggulan dan likuid. Sementara indeks saham sektoral berada
pada posisi kedua yaitu sebesar 31,18% kemudian dilanjutkan
dengan indeks saham gabungan 31,01%, Jakarta Islamic indeks
8,53%.
Tabel 25
Bentuk ETF yang akan diterapkan dipasar modal Indonesia
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosen
tase KIK 8 8 12 28 36,36 PT 5 3 11 19 24,68 Keduanya 9 8 9 26 33,77 Tidak menjawab 1 - 3 4 5,19
Total 77 100
53
Sebagian besar pemodal (36,36%) memilih bentuk KIK dalam
penerapkan ETF di Indonesia, umumnya berpendapat dengan
bentuk KIK akan lebih mudah penyebaran produk ETF ke
masyarakat dan lebih likuid. Sementara yang memilih bentuk PT
sebanyak 24,68%, para responden menganggap dengan bentuk
Perseroan Terbatas akan lebih memberikan jaminan hukum,
kinerja perusahaan akan mencerminkan NAB, dan kejelasan
pengelolaan. Sedangkan responden yang menjawab keduanya
baik KIK maupun PT sebesar 24,68% dengan alasan akan
memberikan alternatif investasi yang lebih banyak bagi investor.
Tabel 26
Penilaian atas kemungkinan keberadaan ETF
akan mempengaruhi pertumbuhan reksa dana
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosentase
Ya 14 11 23 48 62,34 Tidak 7 6 9 22 28,57 Tidak menjawab 2 2 3 7 9,09
Total 77 100
Sebagian besar responden (62,34%) menilai bahwa keberadaan
ETF akan mempengaruhi pertumbuhan reksa dana karena
beberapa pendapat yaitu: ETF akan lebih likuid, berpengaruh
terhadap reksa dana saham, lebih transparan dan harga unit
penyertaan dapat dipantau setiap saat. Sementara yang
menyatakan ETF tidak akan mempengaruhi pertumbuhan reksa
dana sebanyak 28,57% dengan pertimbangan bahwa reksa dana
dan EFT mempunyai karakteristik yang berbeda serta mempunyai
segmen pasar sendiri.
54
Tabel 27
Pengalaman berinvestasi ETF
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosen
tase Sudah 1 1 - 2 2,60 Belum 22 17 35 74 96,10 Tidak menjawab - 1 - 1 1,30 Jika sudah di negara
Australia & USA
USA -
Total 77 100
Sebagian besar responden (96,10%) menyatakan belum pernah
berinvestasi di luar negeri. Sementara terdapat 1 (satu) responden
broker dan 1 (satu) responden MI yang pernah berinventasi ETF di
negara lain seperti Australia dan USA
Tabel 28
Daya tarik dalam melakukan perdagangan atas ETF
Frekuensi Jawaban PPE MI Investor Total Prosen
tase Hedging 12 2 14 28 25,93 Spekulasi 7 - 11 18 16,67 Efisiensi Pajak 2 2 1 5 4,63 Efisiensi Biaya 4 9 5 18 16,67 Likuiditas perdagangan
12 9 18 39 36,11
Total 108 100
Sebagain besar responden (36,11%) menyatakan bahwa daya
tarik utama dengan berinvestasi pada ETF adalah likuiditas
perdagangan, kemudian untuk kepentingan hedging (25,93%),
efisiensi biaya (16,67%), spekulasi (16,67%), dan efisiensi pajak,
55
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. ETF merupakan produk inovasi di industri keuangan yang relatif
baru namun belakangan ini berkembang sangat pesat, hal ini
disebabkan ETF merupakan produk yang relatif murah bagi
pendatang baru, efisien, transparan dan mempunyai diversifikasi
risiko.
2. Meskipun ETF secara internasional telah diperkenalkan pada awal
tahun 1990, namun sebagian besar responden yang dijadikan
obyek dalam penelitian ini yaitu PPE, MI dan investor telah lama
terlibat dalam industri pasar modal dan secara umum masih belum
memahami instrumen ETF secara baik sehingga diperlukan adanya
sosialisasi kepada seluruh pelaku di pasar modal. Tingkat
pemahaman para pelaku atas instrumen ETF menjadi faktor yang
paling menentukan dalam keberhasilan penerapan ETF di pasar
modal Indonesia.
3. Para responden kebanyakan menyatakan minatnya untuk terlibat
dalam transaksi ETF dengan pertimbangan bahwa adanya ETF
akan memberikan likuiditas perdagangan yang lebih baik serta
dapat dimanfaatkan sebagai sarana hedging. Keberadaan ETF
dinilai tidak akan mempengaruhi secara signifikan atas
pertumbuhan reksa dana konvensional karena kedua instrumen
investasi tersebut mempunyai segmen pasar tersendiri.
4. Dalam praktek internasional ETF dikategorikan sebagai investment
company sehingga perangkat hukum yang dijadikan dasar
penerbitan ETF diadopsi dari ketentuan tentang investment
company dengan beberapa modifikasi.
56
5. Secara umum bentuk hukum yang digunakan sebagai landasan
ETF adalah open-end fund atau Unit Investment Trust (UITs).
Bentuk hukum open-end fund maupun UITs yang berlaku secara
internasional tersebut mempunyai beberapa kesamaan dengan
bentuk hukum reksa dana yang dikenal di UUPM, yaitu Perseroan
bersifat terbuka dan KIK, untuk itu kedua bentuk hukum reksa dana
tersebut dapat dijadikan wahana (SPV) penerbitan ETF dengan
beberapa modifikasi karena ETF secara legal merupakan produk
yang bersifat hybrid.
6. Dari sisi peraturan, secara umum responden melihat peraturan yang
ada saat ini tidak perlu dirubah hanya mungkin perlu peraturan
pendukung untuk mengakomodasi ETF seperti struktur permodalan,
manajemen risiko, serta transparansi pengelolaan. Para pemodal
juga menilai keterbukaan informasi merupakan hal yang paling
penting untuk diatur dalam penerapan ETF.
7. Indeks LQ 45 merupakan pilihan utama dari para responden
sebagai dasar ETF dipasar modal karena umumnya responden
menilai saham-saham di indeks LQ45 terdiri dari saham-saham
unggulan dan likuid. Sementara, sebagian besar responden juga
menganggap ETF dapat berbentuk KIK maupun Perseroan
Terbatas sehingga akan memberikan alternatif pilihan investasi
yang lebih banyak.
B. SARAN
1. Mengacu pada keberhasilan ETF dalam meningkatkan likuiditas
pasar di beberapa negara, kiranya perlu dipertimbangkan untuk
memperkenalkan produk ETF di pasar modal Indonesia.
2. Mengingat ETF mempunyai beberapa kesamaan dengan reksa
dana maka diperlukan edukasi kepada para pelaku pasar modal di
57
Indonesia sehingga diharapkan para pelaku lebih memahami
tentang ETF apabila akan diterapkan di pasar modal Indonesia.
3. Perlu dipersiapkan semua peraturan yang terkait dengan
perdagangan ETF dan sesuai dengan aturan internasional.
4. Perlu ditingkatkan likuiditas melalui peningkatan jumlah perusahaan
(emiten) yang berkualitas untuk listing di bursa. Dengan demikian,
instrumen ETF dapat dijadikan sarana investasi yang optimal.
5. Perlu disiapkan adanya market players agar ETFs memiliki likuiditas
yang memadai.
58
1
Petunjuk Pengisian : Manajer Investasi • Beri tanda √ atau X pada jawaban pilihan Saudara. • Jika diperlukan Saudara dapat menambahkan pada kertas lain untuk menjelaskan jawaban Saudara.
1. Berapa lama perusahaan Saudara terlibat dalam di industri pasar modal?
Kurang dari 5 Tahun 5 s/d 10 Tahun Lebih dari 10 Tahun
2. Berapa total dana nasabah reksa dana yang dikelola oleh perusahaan Saudara sampai akhir Juni 2005 ?
Kurang dari Rp100 milyar Rp100 milyar s.d. Rp1 triliun lebih dari 1 triliun
3. Apa jenis reksa dana yang saat ini dikelola oleh perusahaan Saudara (boleh lebih dari satu)?
Reksa Dana Pendapatan Tetap Reksa Dana Saham Reksa Dana Pasar Uang Reksa Dana Campuran
Reksa Dana Terproteksi Reksa Dana Dengan Penjaminan Reksa Dana Indeks Lain-lain, sebutkan ..........
4. Apakah Saudara sudah pernah mendengar istilah exchange traded funds (ETFs)?
Ya Tidak
5. Apakah Saudara mengetahui mekanisme perdagangan ETFs di Bursa efek?
Ya Tidak
6. Menurut Saudara, apakah pasar modal Indonesia perlu menerapkan ETFs?
Ya, alasan....................................................................................................... ............................................ Belum, alasan........ .......................................................................................... ..........................................
7. Menurut Saudara, apakah pasar modal Indonesia telah siap menerapkan ETFs?
Ya, alasan....................................................................................................... ............................................ Belum, alasan........ .......................................................................................... ..........................................
8. Menurut Saudara, hal-hal apa saja yang kemungkinan akan menjadi kendala dalam penerapan ETFs?
Tingkat pemahaman pelaku atas produk ETFs Kesiapan Profesi Penunjang Kesiapan Manajer Investasi Kesiapan Bursa Efek
Kesiapan Regulator Minat Investor Perpajakan Lain-lain, sebutkan............
Alasan:........................................................................................................................... ................................. …………………………………………………………………………………………..................………….
9. Dari pemahaman Saudara, apakah peraturan yang ada sudah cukup mengakomodasi perdagangan ETFs?
Sudah Belum
10. Jika belum, menurut Saudara hal-hal apa saja yang perlu diatur dalam penerbitan ETFs di pasar modal Indonesia?
Tata cara penerbitan Keterbukaan informasi Pedoman pengelolaan ETFs
Tata cara penjualan dan pembelian kembali Mekanisme perdagangan di bursa Lain-lain, sebutkan.....................................
alasan……………………………………………………………………………………............…………… …………………………………………………………………………………………….............….………
2
11. Menurut Saudara, apakah perlu adanya perubahan peraturan mengenai Manajer Investasi bilamana ETFs diterapkan di pasar modal Indonesia?
Tidak Ya, sebutkan………….…………….………………………………………..…………….……….……
………………………………….…………………….…………..……………………………….…….…..…
12. Menurut Saudara, jenis indeks apa yang paling mungkin menjadi dasar perdagangan ETFs di pasar modal Indonesia? (boleh pilih lebih dari satu)
Indeks saham sektoral Indeks LQ 45 Indeks Harga Saham Gabungan
Jakarta Islamic Indeks Indeks lainnya, sebutkan.....................
Alasan ……………………………………………………………………………………………….……...
……………………………………………………………………………………...............…….....……….
13. Menurut Saudara, sebaiknya bentuk ETFs yang akan diterapkan di pasar modal Indonesia?
Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Perseoran Terbatas (PT) Keduanya
Alasan ………………………………………………………………………………………….…………... …………………………………………………………………………………………………….………….
14. Apakah keberadaan ETFs akan mempengaruhi pertumbuhan reksa dana yang ada saat ini?
Ya, alasan………………………………..……….……………………….………..………….……… Tidak, alasan………………………………………….……………..…………………..……..………
15. Apakah Saudara/perusahaan saudara pernah berinvestasi atas ETFs di negara lain
Sudah, di negara mana…............................................................. Belum.
16. Menurut Saudara, apa keunggulan instrumen ETFs? (boleh pilih salah satu)
Hedging, Spekulasi Efisiensi pajak
Efisiensi biaya likuiditas perdagangan lainnya, sebutkan..........................................
17. Jika perdagangan ETFs telah diterapkan di salah satu Bursa Efek di Indonesia, apakah perusahaan Saudara berminat untuk menerbitkan reksa dana jenis ETFs ?
Ya Tidak
Alasan………..……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………….………………………….………………………..…
18. Menurut Saudara, bagaimana minat dan potensi investor terhadap instrumen ETFs?
Besar Cukup
Rendah Tidak ada minat
Alasan………..……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………….………………………….………………………..…
19. Saran, komentar dan masukan yang Saudara ingin tambahkan berkaitan dengan ETFs.
………………………………………………………………….………….…………………………………
………………………………………………………………….……………………………………………
3
1
Petunjuk Pengisian : Perantara Pedagang Efek (Broker) • Beri tanda √ atau X pada jawaban pilihan Saudara. • Jika diperlukan Saudara dapat menambahkan pada kertas lain untuk menjelaskan jawaban Saudara.
1. Berapa lama perusahaan Saudara terlibat dalam industri pasar modal?
Kurang dari 5 Tahun 5 s/d 10 Tahun Lebih dari 10 Tahun
2. Dalam instrumen apa, umumnya nasabah perusahaan Saudara melakukan investasi di pasar modal?
Saham Obligasi Efek Reksa Dana
Surat Utang Negara Lainnya, sebutkan........................
3. Apakah Saudara/perusahaan Saudara sudah pernah mendengar istilah exchange traded funds (ETFs)?
Ya Tidak
4. Apakah Saudara mengetahui mekanisme perdagangan ETFs di Bursa efek?
Ya Tidak
5. Menurut Saudara, apakah pasar modal Indonesia perlu menerapkan ETFs?
Ya, alasan.................................................................................................................................................. Belum, alasan........ ...................................................................................................................................
6. Menurut Saudara, apakah pasar modal Indonesia telah siap menerapkan ETFs?
Ya, alasan.............................................................................................................. ............................................... Belum, alasan........ ............................................................................................... ...............................................
7. Menurut Saudara,hal-hal apa saja yang kemungkinan akan menjadi kendala dalam penerapan ETFs di pasar modal Indonesia?
Tingkat pemahaman pelaku atas produk ETFs Kesiapan Profesi Penunjang Kesiapan Manajer Investasi Kesiapan Bursa Efek
Kesiapan Regulator Minat Investor Perpajakan Lain-lain, sebutkan............
Alasan:............................................................................................................................................................. ………………………………………………………………………………………….............….......…....
8. Dari pemahaman atau sudut pandang Saudara, apakah peraturan yang ada saat ini sudah cukup mengakomodasi perdagangan ETFs?
Sudah Belum, alasan…………………………….…………………………………………………….………
9. Jika belum, menurut Saudara hal-hal apa saja yang perlu diatur dalam penerbitan ETFs di pasar modal Indonesia?
Tata cara penerbitan Keterbukaan informasi Pedoman pengelolaan ETFs
Tata cara penjualan dan pembelian kembali Mekanisme perdagangan di bursa Lain-lain, sebutkan............................
2
10. Menurut Saudara,apakah perlu adanya perubahan peraturan mengenai perusahaan perantara pedagang efek (broker) bilamana ETFs diterapkan di pasar modal Indonesia?
Tidak Ya, sebutkan………….…………….………………………………………..……………….…….….
………………………………….…………………….…………..…………………………………...…….
11. Menurut Saudara, jenis indeks apa yang paling mungkin menjadi dasar perdagangan ETFs di pasar modal Indonesia? (boleh pilih lebih dari satu)
Indeks saham sektoral Indeks LQ 45 Indeks Harga Saham Gabungan
Jakarta Islamic Indeks Indeks lainnya, sebutkan.....................
Alasan ………………………………………………………………………………………….…..……...
……………………………………………………………………………………...............………………
12. Menurut Saudara, sebaiknya bentuk ETFs yang akan diterapkan di pasar modal Indonesia?
Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Perseoran Terbatas (PT) Keduanya
Alasan ……………………………………………………………………………………………………………... ……………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………….……………………………….…..
13. Apakah keberadaan ETFs akan mempengaruhi pertumbuhan reksa dana yang ada saat ini?
Ya, alasan………………………………..………………………………….………..………….….… ……………………………………………………….……………………..…………………………....…
Tidak, alasan……………………………………………………………………………..…………… ……………………………………………………….……………………………………..…………………
14. Apakah perusahaan saudara pernah berinvestasi atas ETFs di negara lain?
Sudah, di negara mana…....................................................... Belum.
15. Menurut Saudara, tujuan/daya tarik melakukan perdagangan atas ETFs? (boleh pilih salah satu)
Hedging, Spekulasi Efisiensi pajak
Efisiensi biaya Likuiditas perdagangan lainnya, sebutkan..........................................
16. Jika perdagangan ETFs telah diterapkan di pasar modal Indonesia, apakah perusahaan Saudara berminat untuk berinvestasi pada ETFs?
Ya. Tidak
Alasan………..………………………………………………………………………………………..…… ……………………………………………………….………………………………………….………….
3
17. Jika perdagangan ETFs telah diterapkan di pasar modal Indonesia, apakah perusahaan Saudara berminat untuk menjadi broker atas transaksi ETFs?
Ya. Tidak
Alasan………..……………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………….………………………………………….…………
18. Menurut Saudara, bagaimana minat dan potensi investor Indonesia terhadap instrumen ETFs?
Besar Cukup
Rendah Tidak ada minat
Alasan:………………………………………….
19. Jika perdagangan ETFs telah diterapkan di pasar modal Indonesia, apakah perusahaan Saudara memerlukan tambahan investasi berupa peralatan atau teknologi?
Ya. Tidak Alasan…………………………………………………..……………………..……………………..…
……………………………………………….….……………….……….………………………………...
20. Saran, komentar dan masukan yang Saudara ingin tambahkan berkaitan dengan ETFs.
……………………………………………………………….………..…….………………………………
……………………………………………………………….………..………………………………….…
……………………………………………………………….………..………………………………….…
……………………………………………………………….………..………………………………….…
……………………………………………………………….…………….…………………………………
1
Petunjuk Pengisian : Investor • Beri tanda √ atau X pada jawaban pilihan Saudara. • Jika diperlukan Saudara dapat menambahkan pada kertas lain untuk menjelaskan jawaban Saudara.
1. Dalam industri pasar modal, Saudara termasuk kelompok investor? Investor Retail/perorangan Investor kelembagaan/institusional
2. Berapa lama Saudara terlibat dalam industri pasar modal?
Kurang dari 5 Tahun 5 s/d 10 Tahun Lebih dari 10 Tahun
3. Dalam instrumen apa, Saudara melakukan investasi di pasar modal?
Saham Obligasi Efek Reksa Dana
Surat Utang Negara Efek derivatif Lainnya, sebutkan........................
4. Berapa total dana yang saudara investasikan di pasar modal? Kurang dari Rp. 100 juta Rp. 100 juta s/d Rp. 1 miliar Rp. 1 miliar s/d Rp. 50 miliar Lebih dari Rp. 50 miliar
5. Apakah Saudara sudah pernah mendengar istilah exchange traded funds (ETFs)?
Ya Tidak
6. Apakah Saudara mengetahui mekanisme perdagangan ETFs di Bursa efek?
Ya Tidak
7. Menurut Saudara, apakah pasar modal Indonesia perlu menerapkan ETFs?
Ya, alasan....................................................................................................... ............................................ Belum, alasan........ .......................................................................................... ..........................................
8. Menurut Saudara, apakah pasar modal Indonesia telah siap menerapkan ETFs?
Ya, alasan....................................................................................................... ............................................ Belum, alasan........ .......................................................................................... ..........................................
9. Menurut Saudara,hal-hal apa saja yang kemungkinan akan menjadi kendala dalam penerapan ETFs di pasar modal Indonesia?
Tingkat pemahaman pelaku atas produk ETFs Kesiapan Profesi Penunjang Kesiapan Manajer Investasi Kesiapan Bursa Efek
Kesiapan Regulator Minat Investor Perpajakan Lain-lain, sebutkan............
Alasan:....................................................................................................................................................... ………………………………………………………………………………………….............………….
10. Dari pemahaman atau sudut pandang Saudara, apakah peraturan yang ada saat ini sudah cukup mengakomodasi perdagangan ETFs?
Sudah Tidak tahu Belum
2
11. Jika belum, menurut Saudara hal-hal apa saja yang perlu diatur dalam penerbitan ETFs di pasar modal Indonesia?
Tata cara penerbitan Keterbukaan informasi Pedoman pengelolaan ETFs
Tata cara penjualan dan pembelian kembali Mekanisme perdagangan di bursa Lain-lain, sebutkan.....................................
12. Menurut Saudara, jenis indeks apa yang paling mungkin menjadi dasar perdagangan ETFs di pasar modal Indonesia? (boleh pilih lebih dari satu)
Indeks saham sektoral Indeks LQ 45 Indeks Harga Saham Gabungan
Jakarta Islamic Indeks Indeks lainnya, sebutkan.....................
Alasan ………………………………………………………………………………………………..…...
……………………………………………………………………………………...............………...…….
13. Menurut Saudara, sebaiknya bentuk ETFs yang akan diterapkan di pasar modal Indonesia?
Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Perseoran Terbatas (PT) Keduanya
Alasan ………………………………………………………………………….................……………... ……………………………………………………………………………………................…………….
14. Apakah keberadaan ETFs akan mempengaruhi pertumbuhan reksa dana yang ada saat ini?
Ya, alasan………………………………..………………………………..….………..……………… ……………………………………………………….…………………………….…….…………………
Tidak, alasan………………………………….............………………………………….…………… ……………………………………………………….…………………………………………..…………
15. Apakah Saudara pernah berinvestasi atas ETFs di negara lain?
Sudah, di negara mana…....................................................................................................................... Belum.
16. Menurut Saudara, tujuan/daya tarik melakukan investasi atas ETFs? (boleh pilih salah satu)
Hedging, Spekulasi Efisiensi pajak
Efisiensi biaya likuiditas perdagangan lainnya, sebutkan..........................................
17. Jika ETFs telah diperdagangkan, bagaimana minat Saudara untuk berinvestasi terhadap instrumen ETFs?
Berminat Tidak ada minat
Alasan………………………………………………………………………………………………………..
18. Saran, komentar dan masukan yang Saudara ingin tambahkan berkaitan dengan ETFs
…………………................…………………………………………….………….………………………
………………………………………………………………………….…………….……………………
……………………………………………………………………………..………….……………………
…………………………………………………………………………..…………….……………………
………………………………………………………………………..……..………….…………………