FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

13
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO Tri Anasari 1) , Sumarni 2) ABSTRAK Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Banyak faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya mastitis antara lain: umur, paritas, riwayat mastitis sebelumnya, melahirkan, gizi, faktor kekebalan dalam asi, stres dan kelelahan, pekerjaan diluar rumah, faktor lokal dalam payudara, dan trauma. Menganalisispengaruh secara bersama-sama antara umur, paritas, pekerjaan dan riwayat mastitis dengan kejadian mastitis di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah observasionaldengan pendekatan case control. Sampelnya adalah ibu nifas yang mengalami mastitis sebanyak 45 orang dan yang tidak mengalami mastitis sebanyak 45 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakansimple random sampling. Analisis bivariate menggunakan uji chi square dananalisis multivariate menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar usia ibu nifas berisiko sebanyak 87,7% , paritas berisiko sebanyak 57,8% , pekerjaan tidak berisiko sebanyak54,4% dan riwayat mastitis berisiko sebanyak 55,6%. Ada hubungan antara usia, paritas dan riwayat mastitis dengan kejadian mastitis dan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian mastitis di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Ada pengaruh secara bersama-sama antara usia, paritas dan riwayat mastitis dengan kejadian mastitis di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto. Kata Kunci : usia, paritas, pekerjaan, riwayat mastitis sebelumnya, mastitis

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Tri Anasari 1), Sumarni 2)

ABSTRAK

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai

infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis

laktasional atau mastitis puerperalis. Banyak faktor predisposisi yang

mempengaruhi terjadinya mastitis antara lain: umur, paritas, riwayat mastitis

sebelumnya, melahirkan, gizi, faktor kekebalan dalam asi, stres dan kelelahan,

pekerjaan diluar rumah, faktor lokal dalam payudara, dan trauma.

Menganalisispengaruh secara bersama-sama antara umur, paritas, pekerjaan

dan riwayat mastitis dengan kejadian mastitis di RSUD Margono Soekarjo

Purwokerto

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah observasionaldengan pendekatan

case control. Sampelnya adalah ibu nifas yang mengalami mastitis sebanyak 45

orang dan yang tidak mengalami mastitis sebanyak 45 orang. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakansimple random sampling.

Analisis bivariate menggunakan uji chi square dananalisis multivariate

menggunakan regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar usia ibu nifas berisiko

sebanyak 87,7% , paritas berisiko sebanyak 57,8% , pekerjaan tidak berisiko

sebanyak54,4% dan riwayat mastitis berisiko sebanyak 55,6%. Ada hubungan

antara usia, paritas dan riwayat mastitis dengan kejadian mastitis dan tidak ada

hubungan antara pekerjaan dengan kejadian mastitis di RSUD Margono Soekarjo

Purwokerto. Ada pengaruh secara bersama-sama antara usia, paritas dan riwayat

mastitis dengan kejadian mastitis di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.

Kata Kunci : usia, paritas, pekerjaan, riwayat mastitis sebelumnya, mastitis

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

FACTORS INFLUENCE THE MASTITIS’S INSIDENCE IN RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Tri Anasari 1), Sumarni 2)

ABSTRACT

Mastitis is an inflammation of the breast that can be accompanied or not

accompanied by infection. The disease is usually associated with lactation, so it is

also called lactational mastitis or puerperal mastitis. Many predisposing factors

that influence the occurrence of mastitis include: age, parity, previous mastitis,

childbirth, nutrition, immune factors in breast milk, stress and fatigue, work

outside the home, local factors in the breast, and trauma.

Analyzing the jointly effect between age, parity, occupation and previous

mastitis with mastitis incidence in RSUD Margono Soekarjo Purwokerto.

This type of research in this study was an observational case-control

approach. The sample was maternal postpartum mastitis as many as 45 people

and who did not have mastitis as many as 45 people. The sampling technique was

done by using simple random sampling. Bivariate analysis used chi square test

and multivariate analysis used logistic regression.

The results showed that most of the risk of postpartum maternal age as much

as 87.7%, 57.8% as much risk parity, occupation does not at risk as much as

54.4% and the risk of mastitis history as much as 55.6%. There is a correlation

between age, parity and previous mastitis with the incidence of mastitis and there

is no correlation between occupation with the incidence of mastitis in RSUD

Margono Soekarjo Purwokerto. There is effect jointly between age, parity and

previous mastitis with mastitis incidence in RSUD Margono Soekarjo

Purwokerto.

Keywords : age, parity, occupation, previous mastitis, mastitis.

Tri Anasari, Sumarni, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis … 41

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

PENDAHULUAN

Mastitis merupakan suatu proses

peradangan pada satu atau lebih

segmen payudara yang mungkin

disertai infeksi atau tanpa infeksi.

Mastitis diperkirakan dapat terjadi

pada 3-20% ibu menyusui. Dua hal

yang perlu diperhatikan pada kasus

mastitis adalah pertama, karena

mastitis biasanya menurunkan

produksi ASI dan menjadi alasan ibu

untuk berhenti menyusui. Kedua,

mastitis berpotensi meningkatkan

transmisi vertikal pada beberapa

penyakit. Sebagian besar mastitis

terjadi dalam 6 minggu pertama setelah

bayi lahir (paling sering pada minggu

ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis

dapat terjadi sepanjang masa menyusui

bahkan pada wanita yang sementara

tidak menyusui (Alasiry, 2012).

Tahun 2005 Word Health

Organisation (WHO) menyebutkan

bahwa jumlah kasus infeksi payudara

yang terjadi pada wanita seperti

kanker, tumor, mastitis, penyakit

fibrocustik terus meningkat dimana

12% diantaranya merupakan infeksi

payudara berupa mastitis pada wanita

pasca post partum. Sedangkan di

Indonesia hanya 0,001/100.000 angka

kesakitan akibat infeksi berupa mastitis

(Depkes RI, 2008).Menurut Organisasi

kesehatan dunia (2008),

memperkirakan lebih dari 1,4 juta

orang terdiagnosis menderita mastitis.

The American Society memperkirakan

241.240 wanita Amerika Serikat

terdiagnosis mastitis. Sedangkan di

Kanada jumlah wanita yang

terdiagnosis mastitis sebanyak 24.600

orang dan di Australia sebanyak

14.791 orang. Di Indonesia

diperkirakan wanita yang terdiagnosis

mastitis adalah berjumlah 876.665

orang dan di Sumatra Utara berkisar

40-60% wanita terdiagnosis mastitis

(Sally, 2003).

Studi terbaru menunjukkan kasus

mastitis meningkat hingga 12-35%

pada ibu yang puting susunya pecah-

pecah dan tidak diobati dengan

antibiotik. Namun, bila minum obat

antibiotik pada saat puting susunya

bermasalah kemungkinan untuk

terkena mastitis hanya sekitar 5%

(Setyaningrum, 2008).

Penyebab utama mastitis adalah

stasis ASI dan infeksi. Adapun faktor

predisposisi yang menyebabkan

mastitis diantaranya adalah umur,

paritas, serangan sebelumnya,

42 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 40-52

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

melahirkan, gizi, faktor kekebalan

dalam ASI, stress dan kelelahan,

pekerjaan di luar rumah serta trauma

(Inch dan Xylander, 2012).

Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di RSUD Margono Soekarjo

menunjukkan bahwa jumlah ibu nifas

pada tahun 2012-2013 sebanyak 5.148

orang, jumlah tersebut terdiri dari ibu

nifas normal sebanyak 4561 orang dan

ibu nifas patologi sebanyak 542 orang.

Jumlah ibu nifas dengan infeksi nifas

pada tahun 2012-2013 sebanyak 108

orang dari 542 ibu nifas patologi,

jumlah tersebut terdiri dari ibu nifas

dengan mastitis sebanyak 45 orang,

peritonitis 31 orang, endometritis 31

orang dan tromboflebitis sebanyak 1

orang.

Tujuan dari prnrlitian ini adalah

1) Mendeskripsikan umur, paritas,

pekerjaan dan riwayat mastitis

sebelumnya pada ibu nifas, 2)

Menganalisis hubungan umur dengan

kejadian mastitis, 3) Menganalisis

hubungan paritas dengan kejadian

mastitis, 4) Menganalisis hubungan

pekerjaan dengan kejadian mastitis, 5)

Menganalisis hubungan riwayat

mastitis sebelumnya dengan kejadian

mastitis, 6) Menganalisis pengaruh

secara bersama-sama umur, paritas,

pekerjaan, riwayat mastitis sebelumnya

terhadap kejadian mastitis.

METODOLOGI PENELITIAN Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah usia, paritas, pekerjaan dan

riwayat mastitis sebelumnya. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah

kejadian mastitis. Hipotesis adalah

suatu jawaban sementara dari

pertanyaan penelitian (Notoatmodjo,

2012).

Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

observasional. Observasional

merupakan metode penelitian yang

tidak memberikan intervensi kepada

objek dan hanya mengamati kejadian

yang sudah ada. Penelitian ini

menggunakan pendekatan case control

atau kasus kontrol yaitu suatu

penelitian (survei) analitik yang

menyangkut bagaimana faktor risiko

dipelajari dengan menggunakan

pendekatan retrospektive

(Notoatmodjo, 2012).

Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas subjek

atau objek dengan kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan

Tri Anasari, Sumarni, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis … 43

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

kemudian ditarik kesimpulan akan

diteliti (Sugiyono, 2010). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

nifas dengan mastitis tahun 2012-2013

sebanyak 45 orang dan ibu nifas

normal tahun 2012-2013 sebanyak

5.148 orang.

Sampel adalah bagian dari

populasi yang diambil dimana

pengukuran dilakukan oleh peneliti

atau bagian dari populasi dimana fakta-

fakta diukur dan akan dijadikan dasar

untuk penarikan kesimpulan (Santjaka,

2009). Besar sampel pada penelitian ini

dengan perbandingan 1:1 yaitu besar

sampel pada kelompok kasus adalah 45

orang dan kelompok kontrol 45 orang.

Prosedur dan teknik pengambilan

sampel yang dilakukan untuk

kelompok kasus dan kelompok kontrol

adalah dengan menggunakansimple

random sampling yaitu prosedur

peneliti mengambil sampel secara acak

sampai didapatkan jumlah sampel yang

diinginkan (Notoatmodjo, 2010).

Instrumen pengumpulan data

pada penelitian ini menggunakan check

list yaitu suatu daftar variabel yang

akan dikumpulkan datanya (Arikunto,

2010). Check list yang digunakan

berisi kolom usia, paritas dan kejadian

mastitis yang akan diberikan

simbol/tanda √ (centang) pada setiap

gejala yang muncul.

Analisa univariat dilakukan

untuk mendeskripsikan pengetahuan,

dukungan keluarga, dukungan tenaga

kesehatan dan pemberian kolostrum

menggunakan distribusi frekuensi.

Analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan pengetahuan,

dukungan keluarga, dukungan tenaga

kesehatan dengan pemberian

kolostrum menggunakan uji Chi

Square (Santjaka, 2009). Analisis

pengaruh variabel independent

terhadap variabel dependent

menggunakan regresi logistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis univariat

didapatkan ibu nifas sebagian besar

pada kategori usia berisiko sebanyak

87,8%, paritas ibu nifas sebagian besar

pada kategori berisiko sebanyak

57,8%, pekerjaan ibu nifas yang

paling banyak yaitu tidak berisiko

sebanyak 54,4% dan ibu nifas paling

banyak memiliki riwayat mastitis

sebelumnya yaitu 55,6%.

Usia ibu nifas yang dianggap

berisiko terkena mastitis adalah pada

rentang umur 20-35 tahun dimana

44 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 40-52

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

diketahui bahwa rentang usia tersebut

merupakan usia reproduksi sehat.

Sebuah studi retrospektif menunjukan

bahwa wanita berumur 20-35 tahun

lebih sering menderita mastitis

daripada wanita dibawah usia 20 tahun

dan di atas 35 tahun. Studi retrospektif

lain mengidentifikasi wanita berumur

30-34 tahun memiliki insiden mastitis

tinggi, bahkan bila paritas dan kerja

purnawaktu telah dikontrol (Inch dan

Xylander, 2012).

Hal itu sesuai dengan pendapat

Evans (1995), primipara ditemukan

sebagai faktor risiko terjadinya mastitis

karena primipara merupakan seorang

wanita yang baru pertama kali

melahirkan sehingga tubuh yang

mengalami perubahan akibat

melahirkan belum memiliki kekebalan

terhadap infeksi bakteri yang datang

dalam hal ini adalah infeksi bakteri

Staphilococcus aureus terhadap

payudara primipara (Inch dan

Xylander, 2012).

Menurut Depkes RI (2003),

pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat

mempengaruhi pengetahuan dan

kesempatan ibu dalam memberikan

ASI eksklusif dimana pemberian ASI

secara eksklusif akan mencegah

terjadinya stasis ASI yang merupakan

penyebab dari terjadinya mastitis.

Pengetahuan responden yang bekerja

lebih baik bila dibandingkan dengan

pengetahuan responden yang tidak

bekerja. Semua ini disebabkan karena

ibu yang bekerja di luar rumah (sektor

formal) memiliki akses yang lebih baik

terhadap berbagai informasi, termasuk

mendapatkan informasi tentang

pemberian ASI eksklusif yang dapat

mencegah terjadinya mastitis.

Mastitis berulang adalah mastitis

yang disebabkan karena pengobatan

terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus

benar-benar beristirahat, banyak

minum, makanan dengan gizi

berimbang, serta mengatasi stress.

Pada kasus mastitis berulang karena

infeksi bakteri diberikan antibiotik

dosis rendah (eritromisin 500 mg

sekali sehari) selama masa menyusui

(IDAI, 2011).

Sedangkan penjelasan hasil analisis

bivariat dan analisis multivariat adalah

sebagai berikut :

Tri Anasari, Sumarni, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis … 45

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

1. Hubungan usia dengan kejadian mastitis pada ibu nifas

Tabel 1. Hubungan usia dengan kejadian mastitis pada ibu nifas di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Tahun 2012-2013.

Usia

Kejadian Mastitis

Mastitis Tidak Mastitis P

f % f %

0,000 Berisiko 45 100 34 75,6

Tidak Berisiko 0 0 11 24,4

Total 45 100 45 100

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat

diketahui bahwa ibu nifas yang

mengalami mastitis semua pada usia

berisiko (100%) dan ibu nifas yang

tidak mengalami mastitis sebagian

besar juga terjadi pada usia berisiko

(75,6%). Hasil analisis bivariat dengan

menggunakan uji chi square diperoleh

nilai p = 0,000. Nilai p = 0,000 yang

lebih kecil dari = 0,05 artinya ada

hubungan antara usia ibu nifas dengan

kejadian mastitis di RSUD Prof.Dr.

Margono Soekardjo Purwokerto tahun

2012-2013.

Usia ibu nifas yang dianggap

berisiko terkena mastitis adalah pada

rentang umur 21-35 tahun dimana

diketahui bahwa rentang usia tersebut

merupakan usia reproduksi sehat.

Sebuah studi retrospektif menunjukkan

bahwa wanita berumur 21-35 tahun

lebih sering menderita mastitis

daripada wanita dibawah usia 21 tahun

dan di atas 35 tahun. Hal tersebut

terjadi karena salah satu faktor

penyebab mastitis adalah melahirkan

yang merupakan salah satu unsur

bereproduksi dan kegiatan

bereproduksi seringkali terjadi pada

usia 21-35 tahun, sehingga mastitis

sering terjadi pada usia tersebut (Inch

dan Xylander, 2012).

46 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 40-52

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

2. Hubungan paritas dengan kejadian mastitis pada ibu nifas Tabel 2. Hubungan paritas dengan kejadian mastitis pada ibu nifas di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Tahun 2012-2013

Paritas

Kejadian Mastitis

P Mastitis Tidak Mastitis

F % F %

Berisiko 31 68,9 21 46,7

0,033 Tidak Berisiko 14 31,1 24 53,3

Total 45 100 45 100

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat

diketahui bahwa ibu nifas yang

mengalami mastitis sebagian besar

pada paritas berisiko (68,9 %),

sedangkan ibu nifas yang tidak

mengalami mastitis sebagian besar

pada paritas tidak berisiko (53,3%)

Hasil analisis bivariat dengan

menggunakan uji chi square diperoleh

nilai p = 0,033. Nilai p = 0,033 yang

lebih kecil dari = 0,05 artinya ada

hubungan antara paritas ibu nifas

dengan kejadian mastitis di RSUD

Prof. Dr. Margono Soekardjo tahun

2012-2013.

Hal itu sesuai dengan pendapat

Evans (1995), primipara ditemukan

sebagai faktor risiko terjadinya mastitis

karena primipara merupakan seorang

wanita yang baru pertama kali

melahirkan sehingga tubuh yang

mengalami perubahan akibat

melahirkan belum memiliki kekebalan

terhadap infeksi bakteri yang datang

dalam hal ini adalah infeksi bakteri

Staphilococcus aureus terhadap

payudara primipara (Inch dan

Xylander, 2012).

3. Hubungan pekerjaan dengan kejadian mastitis pada ibu nifas Tabel 3. Hubungan pekerjaan dengan kejadian mastitis pada ibu nifas di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Tahun 2012-2013

Pekerjaan Kejadian Mastitis

P Mastitis Tidak Mastitis F % F %

Berisiko 19 42,2 22 48,9 0,525 Tidak Berisiko 26 57,8 23 51,1

Total 45 100 45 100

Tri Anasari, Sumarni, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis … 47

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat

diketahui bahwa ibu nifas yang

mengalami mastitis sebagian besar

dengan pekerjaan tidak berisiko (57,8

%), sedangkan ibu nifas yang tidak

mengalami mastitis sebagian besar

juga dengan pekerjaan tidak berisiko

(51,1%) Hasil analisis bivariat dengan

menggunakan uji chi square diperoleh

nilai p = 0,525. Nilai p = 0,525 yang

lebih besar dari = 0,05 artinya tidak

ada hubungan antara pekerjaan ibu

nifas dengan kejadian mastitis di

RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo

tahun 2012-2013.

Tidak adanya hubungan antara

pekerjaan dengan kejadian mastitis

terjadi karena beberapa tahun

belakangan ini ibu yang bekerja

cenderung memeras ASI untuk

diberikan kepada anaknya akibat dari

informasi-informasi mengenai ASI

ekslusif, sehingga pada ibu yang

bekerja zaman sekarang ini

kemungkinan untuk mengalami

mastitis lebih kecil. Namun, bagi ibu

bekerja dapat juga mengalami mastitis

apabila ia tidak memeras ASInya

secara berkala untuk diberikan pada

bayinya. Bagi ibu yang tidak bekerja

ada juga kemungkinan mengalami

mastitis karena mungkin ia malas

untuk menyusui anaknya atau hal lain

yang dapat mempengaruhi ia tidak

menyusui anaknya. Semua ibu yang

bekerja maupun tidak bekerja memiliki

kesempatan yang sama untuk

mengalami mastitis tergantung dari

individu masing-masing untuk

berkeinginan atau cara menyusui

anaknya.

4. Hubungan riwayat mastitis sebelumnya dengan kejadian mastitis pada ibu nifas

Tabel 4. Hubungan riwayat mastitis dengan kejadian mastitis pada ibu nifas di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Tahun 2012-2013

Riwayat Mastitis

Kejadian Mastitis

p Mastitis Tidak Mastitis

F % F %

Berisiko 30 66,7 20 44,4

0,034 Tidak Berisiko 15 33,3 25 55,6

Total 45 100 45 100

48 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 40-52

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat

diketahui bahwa ibu nifas yang

mengalami mastitis sebagian besar

mempunyai riwayat mastitis berisiko

(66,7 %), sedangkan ibu nifas yang

tidak mengalami mastitis sebagian

besar mempunyai riwayat mastitis

tidak berisiko (55,6%) Hasil analisis

bivariat dengan menggunakan uji chi

square diperoleh nilai p = 0,034. Nilai

p = 0,034 yang lebih kecil dari =

0,05 artinya ada hubungan antara

riwayat mastitis sebelumnya dengan

kejadian mastitis di RSUD Prof. Dr.

Margono Soekardjo tahun 2012-2013.

Adanya riwayat penyakit

sebelumnya baik pada mastitis maupun

penyakit lain memang cenderung dapat

berulang. Hal itu dikarenakan gen dari

penderita sudah terlebih dahulu

dikenali oleh penyakit tersebut dalam

hal ini adalah mastitis yang akan

menyerang lagi suatu waktu apabila

penderita melakukan hal yang dapat

menimbulkan mastitis kembali. Selain

itu, peneliti menilai adanya kejadian

mastitis berulang disebabkan oleh

kebiasaan dari penderita untuk

melakukan hal-hal yang dapat

menyebabkan mastitis.

Hasl penelitian ini sesuai dengan teori

yang dipaparkan oleh WHO (2003),

yang mengatakan serangan

sebelumnya dapat menyebabkan

mastitis pertama cenderung berulang.

Pada beberapa studi, 40-50% wanita

pernah menderita satu atau lebih

serangan sebelumnya. Ini merupakan

akibat dari teknik menyusui yang

buruk yang tidak diperbaiki.

5. Analisis Multivariate Tabel 5. Hasil Analisis Multivariate

Variabel B SE Wald Df p-

value Exp. B

Exp. B

Lower Upper

Usia 2.457 1.127 4.756 1 .029 11.667 1.283 106.139

Paritas 1.426 .584 5.951 1 .015 4.161 1.323 13.084

Riwayat

Mastitis 1.284 .509 6.367 1 .012 3.611 1.332 9.791

Tabel 5. menunjukkan bahwa

variabel yang mempunyai p-value <

0,05 dan Exp.(B) ≥ 2 adalah variabel

usia, paritas dan riwayat mastitis.

Variabel usia dengan p-value 0,029,

nilai Exp.(B) 11,667, variabel paritas

Tri Anasari, Sumarni, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis … 49

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

mempunyai p-value 0,015, nilai

Exp.(B) 4,161, dan variabel riwayat

mastitis sebelumnya dengan p-value

0,012, nilai Exp.(B) 3,611.

Kesimpulannya adalah ada

pengaruh usia, paritas dan riwayat

mastitis sebelumnya secara bersama-

sama terhadap kejadianmastitis di

RSUD Prof.dr. Margono Soekarjo

Purwokerto. Ibu nifas yang memiliki

usia berisiko11,6 kali lebih besar

dibanding ibu nifas yang memiliki usia

tidak berisiko. Ibu nifas yang memiliki

paritas berisiko 4,1 kali lebih besar

dibanding ibu nifas yang memiliki

paritas tidak berisiko. Ibu nifas yang

memiliki riwayat mastitis sebelumnya

3,6 kali lebih besar dibanding ibu nifas

yang tidak memiliki riwayat mastitis

sebelumnya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan

teori yang dipaparkan oleh WHO

(2003), yang mengatakan serangan

sebelumnya dapat menyebabkan

mastitis pertama cenderung berulang.

Sebuah studi retrospektif menunjukan

bahwa wanita berumur 20-35 tahun

lebih sering menderita mastitis

daripada wanita dibawah usia 20 tahun

dan di atas 35 tahun. Studi retrospektif

lain mengidentifikasi wanita berumur

30-34 tahun memiliki insiden mastitis

tinggi, bahkan bila paritas dan kerja

purnawaktu telah dikontrol (Inch dan

Xylander, 2012).

Hal ini sesuai dengan pendapat

Evans (1995), primipara ditemukan

sebagai faktor risiko terjadinya mastitis

karena primipara merupakan seorang

wanita yang baru pertama kali

melahirkan sehingga tubuh yang

mengalami perubahan akibat

melahirkan belum memiliki kekebalan

terhadap infeksi bakteri yang datang

dalam hal ini adalah infeksi bakteri

Staphilococcus aureus terhadap

payudara primipara (Inch dan

Xylander, 2012).

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan terhadap 90 ibu nifas di

RSUD Margono Soekarjo Purwokerto

tahun 2012-2013 dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ibu nifas di RSUD Prof. Dr.

Margono Soekardjo tahun 2012-2013

sebagian besar termasuk dalam

kategori usia berisiko, paritas berisiko,

pekerjaan tidak berisiko dan riwayat

mastitis berisiko.

50 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 40-52

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

2. Ada hubungan usiadengan

kejadian mastitis pada ibu nifas di

RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo

tahun 2012-2013.

3. Ada hubungan paritas dengan

kejadian mastitis pada ibu nifas di

RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo

tahun 2012-2013.

4. Tidak Ada hubungan pekerjaan

dengan kejadian mastitis pada ibu nifas

di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo

tahun 2012-2013.

5. Ada hubungan antara riwayat

mastitis sebelumnya dengan kejadian

mastitis pada ibu nifas di RSUD Prof.

Dr. Margono Soekardjo tahun 2012-

2013.

DAFTAR PUSTAKA Alasiry, E. (2012). Buku Indonesia

Menyusui. Terdapat pada: www.idai.or.id. diakses tanggal 4 November 2013.

Ambarwati, R,E. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: MitraCendikiaPress.

Bahiyatun. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.

BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta : BKKBN

Cuningham, F.G. (2013). Obstetri William. Jakarta : EGC.

Depkes RI. (2008). Panduan Pelayanan Antenatal. Jakarta : Depkes RI.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Buku Saku Kesehatan 2012. Semarang:Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Inch & Xylander. (2012). Mastitis Penyebab dan Penatalaksanaan. Jakarta : Widya Medika.

Jayanti, F. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. P P1A0 Dengan Mastitis Di RB Mulya Kasih Boyolali. Karya Tulis Ilmiah : STIKES Kusuma Husada Surakarta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Prawirohardjo, S. (2007). Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas 2012.Purwokerto:Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.

Santjaka, A. (2009). Biostatistik. Purwokerto Timur : Global Internusa.

Tri Anasari, Sumarni, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis … 51

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MASTITIS …

Setyaningrum. (2008). Hubungan Antara Praktik Perawatan Payudara Dengan Kejadian Mastitis Pada Ibu Nifas Tahun 2008 Di BPS Nunuk Dsa Bandengan Kabupaten Jepara. Jurnal JIKK, Vol. 2 No. 2. STIKES Muhammadiyah Kudus.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian administrasi. Bandung : Alfabeta.

Suhemi. K. (2007). Konseling Kesehatan. Terdapat pada: ksuhemi.blogspot.com/2007/10/konseling. Diakses Tanggal 25 November 2013.

Suherni. (2008). Perawatan Masa Nifas Edisi 3. Yogyakarta: Fitra Maya.

Yuyun, D. (2009). Strategi-Strategi Pembelajaran untuk Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang.

52 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 4, No. 7, Januari 2014, 40-52