FIQIH solat.doc
-
Upload
asep-rohman -
Category
Documents
-
view
152 -
download
6
Transcript of FIQIH solat.doc
Tugas Kelompok 02
FIQH
SHOLAT
Makalah ini disusun sebagai syarat terpenuhinya
Mata Kuliah : Fiqh
Dosen Pembimbing : Ujang Effendi,S.Pd.I
Di Susun Oleh :
Asep Rohman : 1111050114
Bagus Mandala : 1111050158
Dwi Nurhayati : 1111050111
TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt. Atas limpahan
Rahmat Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ FIQH SHALAT “.
Shalawat berserta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW.
Penting untuk diketahui bahwasanya shalat memiliki banyak hal yang perlu
dikaji , sebagai umat muslim yang baik selain diwajibkan untuk mendirikannya, kita
juga harus mengetahui hal-hal pokok yang menjadi bagian dari shalat itu sendiri.
Pengetahuan dan pemahaman yang baik akan melandasi kita untuk senantiasa
mengamalkannya dengan baik pula.
Tak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini juga tidak lepas
dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu perlu adanya penyempurnaan demi
mencapai suatu kajian yang lebih baik lagi.
Semoga makalah yang telah dibuat ini dapat mendongkrak semangat kita
untuk senantiasa menjalankan ibadah shalat dengan mengharapkan Ridha-Nya.
Bandar Lampung, Nopember 2011
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................3
A. Shalat.............................................................................................3
1. Pengertian dan Sejarah Shalat.............................................3
2. Sejarah Singkat Shalat.........................................................4
3. Dasar Perintah Shalat..........................................................5
B. Mawakitu Sholat............................................................................7
1. Waktu-waktu shalat fardhu.................................................8
2. Waktu-waktu terlarang.......................................................11
3. Tidur atau lupa melakukan shalat.......................................11
C. Adzan dan Iqamah..........................................................................12
1. Pengertian Adzan dan Iqamah............................................12
2. Sejarah Adzan dan Iqamah.................................................12
3. Bacaan dan Tata Cara Adzan..............................................15
D. Masjid.............................................................................................16
1. Pengertian Masjid...............................................................16
2. Sejarah Masjid....................................................................16
3. Fungsi dan Peranan Masjid................................................17
E. Shalat Fardhu..................................................................................18
1. Pengertian Shalat Fardhu....................................................18
2. Tata Cara Melaksanakan Shalat.........................................19
iii
3. Shalat Berjamaah................................................................20
F. Shalat Tathawwu’...........................................................................22
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Shalat Tathawwu’............22
2. Shalat-shalat Tathawwu’.....................................................22
III KESIMPULAN.................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................28
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Kaum muslim sebagai umat Nabi Muhammad SAW adalah yang senentiasa
menegakkan shalat. Tapi sempurnakah shalat anda? Seringkah anda melalaikan
shalat? Tanpa kita sadari seringkali kita masih menganggap sepele akan shalat,
padahal sebetulnya shalat adalah yang utama dari agama Islam.
Shalat adalah ibadah yang di wajibkan Allah swt dimana perintah itu di sampaikan
secara langsung dalam peristiwa isra’ mi’raj. Shalat dalam agama Islam menempati
kedudukan yang tidak dapat di tandingi oleh ibadat manapun juga, karena shalat
merupakan tiang agama. Shalat juga merupakan amalan hamba yang pertama dihisab
pada hari kiamat. Dan shalat adalah wasiat terakhir yang diamanatkan oleh
Rasulullah saw. kepada umatnya sewaktu hendak berpisah meninggalkan dunia,
karena dengan meninggalnya umat maka hilanglah pula agama secara
keseluruhannya.
Karena shalat merupakan saat hamba memujat kepada Allah swt. Maka kita sebelum
melaksanakan shalat diwajibkan untuk bersuci (thaharah) terlebih dahulu, baik suci
dari hadast(hadast besar dan hadast kecil) maupun najis. Bersuci dari hadast besar dan
hadast kecil dengan mandi, mengerjakan wudhu dan tayammum. Najis adalah
kotoran yang bagi setiap Muslim wajib mensucikan diri dari padanya dan mensucikan
apa yang dikenainya.Bersuci dari najis dengan menghilangkan najis yang ada di
badan, tempat dan pakaian.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah mukallaf dan
harus dikerjakan baik bagi mukimin maupun dalam perjalanan.
Shalat merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat.
1
Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang
siapa mendirikan shalat. Maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa
meninggalkan shalat,maka ia meruntuhkan agama (Islam). Shalat harus didirikan
dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah 17 rakaat. Shalat tersebut
merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi muslim mukallaf baik
sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat-shalat sunah.
Kedudukan thaharah itu sangat penting karena merupakan pangkal pokok dari ibadat
yang menjadi penyongsong bagi manusia dalam menghubungkan diri dengan Tuhan.
Kewajiban dan syi’ar yang paling utama adalah shalat, ia merupakan tiang Islam dan
ibadah harian yang berulang kali. Ia merupakan ibadah yang pertama kali dihisab atas
setiap mukmin pada hari kiamat. Shalat merupakan garis pemisah antara iman dan
kufur, antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir, Kewajiban dan syi’ar yang
paling utama adalah shalat, ia merupakan tiang Islam dan ibadah harian yang
berulang kali. Ia merupakan ibadah yang pertama kali dihisab atas setiap mukmin
pada hari kiamat. Shalat merupakan garis pemisah antara iman dan kufur, antara
orang-orang beriman dan orang-orang kafir.
Dengan melaksanakan ibadah shalat kita menghidupkan kesadaran tauhid dan
memantapkannya didalam hati, menghapus kepercayaan dan ketergantungan kepada
berbagai kuasa gaib yang disembah dan diseru oleh orang muslim, untuk meminta
pertolongan. Kesadaran seorang Muslim akan keagungan Allah akan menimbulkan
kesadaran betapa hina dan rendahnya semua makhluk-Nya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Shalat
1. Pengertian Shalat
Shalat (Bahasa Arab: ,(صالة merujuk kepada ritual ibadah pemeluk agama Islam.
Menurut syariat Islam, praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara
Rasulullah SAW sebagai figur dalam melaksanakan perintah Allah.
Secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Kata Salat itu
sendiri dalam bahasa Arab, berasal dari kata "tselota" dalam bahasa Aram (Suriah)
yaitu induk dari bahasa di Timur Tengah. Sedangkan, menurut istilah, salat bermakna
serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul
ihram dan diakhiri dengan salam. Kewajiban shalat termasuk rukun islam, di
wajibkan ketika Rasulullah saw mi’raj.
Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca kalimah kebesaran Allah. Yaitu
musholi bertakbir dengan mengucapkan Allahu Akbar maka, serempak jiwanya
bergerak menghadap ke Hadirat Allah Yang Mahatinggi-Mahamulia. Sementara
musholi meninggalakan seluruh urusan dunianya dan memusatkan pikirannya untuk
menghadap Allah SWT. Sehingga, sudah barang tentu ia putus hubungan dengan
(makhluk) di bumi, meskipun jasadiahnya ada di atas hamparan bumi.Selesai memuji,
memohon ampun dan pertolongan-Nya, kembali turun ke Shalat, sebagaimana
disyariatkan oleh Islam, bukanlah sekedar hubungan ruhani dalam kehidupan seorang
Muslim.
Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah dengan
keteraturannya, dengan dilakukan di rumah-rumah Allah, dengan kebersihan dan
kesucian, dengan penampilan yang rapi, menghadap ke kiblat’ ketentuan waktunya
3
dan kewajiban-kewajiban lainnya’ seperti gerakan, tilawah, bacaan-bacaan dan
perbuatan-perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan
ini semuanya maka shalat punya nilai lebih dari sekedar ibadah bumi, seraya berdoa
selamat (mengucap salam) kepada makhluk bumi, keselamatan dan kesejahteraan
yang diperuntukkan bagi sesama makhluk-Nya. Sebab itulah shalat berawal dengan
takbir ihram, Allahu Akbar dan berakhir dengan salam
Kebanyakan ulama termasuk Maliki dan Syafi’I mengatakan bahwa shalat yang wajib
itu hanyalah lima, yaitu subuh, dzuhur, ashar, maaghrib dan isya’1. Pembatasan ini di
dasarkan pada hadits yang mengatakan bahwa seorang a’rabi datang kepada Nabi dan
bertanya tentang islam, Beliau bersabda yang artinya “lima shalat sehari semalam”,
kemudian orang itu bertanya lagi “apakah ada yang wajib atasku selain itu?” . Dan
Rasulpun menjawab “tidak, kecuali engkau hendak bertathawu”.
Akan tetapi Abu Hanifah dan sahabatnya berpendapat bahwa shalat witir juga
termasuk shalat wajib. Mereka mengemukakan dalil, yang verupa hadits yang
menekankan pentingnya shalat witir seperti yang berasal dari Amr Ibn Syuaib2.
2. Sejarah Singkat Shalat
Shalat lima waktu diwajibkan bagi umat Islam pada 27 Rajab tahun ke-11 diutusnya
Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul.Bagi umat Islam, shalat adalah perintah
Allah yang wajib dilaksanakan dalam keadaan dan kondisi apa pun. Bagi yang tidak
melaksanakannya, dia berdosa. Sebab, shalat lima waktu itu hukumnya fardhu 'ain
(diwajibkan atas setiap Muslim laki-laki maupun perempuan)
1Lahmuddin nasution.Fiqih 1.Hal.55 2 Ibid. Hal 56
4
Ibnu Manzhur dalam kitabnya, Lisanul 'Arab, menjelaskan, shalat dari Allah adalah
pujian, sedangkan dari makhluk (malaikat, manusia, dan jin) adalah berdiri, rukuk,
sujud, berdoa, istighfar, dan tasbih. Sedangkan shalat dari burung dan serangga serta
tumbuhan dan benda-benda adalah tasbih. Adapun menurut istilah syara, shalat
adalah ibadah yang dikerjakan umat Islam dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri
dengan salam, sesuai dengan syarat dan rukunnya. Pendapat ini dikemukakan oleh
Imam Taqiyuddin Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hishni ad-Dimasqy as-
Syafii dalam kitabnya.
Perintah tentang diwajibkannya mendirikan shalat tidak seperti Allah mewajibkan
zakat dan lainnya. Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar
biasa yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj, dimana
proses ini tidak dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus secara keimanan
sehingga dalam sejarah digambarkan setelahnya Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj,
umat Islam ketika itu terbagi tiga golongan yaitu, yang secara terang-terangan
menolak kebenarannya itu, yang setengah-tengahnya dan yang yakin sekali
kebenarannya. Dilihat dari prosesnya yang luar biasa maka shalat merupakan
kewajiban yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat menentukan amal-amal yang
lainnya, dan mendirikan sholat berarti mendirikan agama dan banyak lagi yang
lainnya.
3. Dasar Tentang Kewajiban Shalat
Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka dalam hal itu Allah SWT
memerintahkan makhluk-Nya untuk melaksanakan shalat tersebut sesuai dengan
firman-firman-Nya dalam Al-Qur’an
1. Surat Al Baqarah ayat 43
�ن� عي اك الر� �ع�و�ام�ع� ك �وة�و�ار� ك الز� �و� و�آت �ىة� الص�ل �م�و� �قي و�ا
5
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang –
orang yang ruku”.
2. Surat Al Baqarah ayat 110
Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan apa – apa yang kamu
usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi
Allah sesungguhnya Allah maha melihat apa – apa yang kamu kerjakan”.
3. Surat Al Ankabut ayat 45
Artinya: “Kerjakanlah shalat sesungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan keji
dan munkar”.
4. Surat An Nuur ayat 54
�م� �ك �ع�ل ل و�ل� س� االر� �ع�و� �طي و�ا �وة� ك الز� �و� و�آت �ة� الص�ال �م�و� �قي و�ا
ح�م�و�ن� �ر� تArtinya : Dan kerjakanlah shalat, berikanlah zakat, dan taat kepada Rasul, agar
supaya kalian semua diberi rahmat. Dari dalil – dalil Al-Qur'an di atas tidak ada
kata – kata perintah shalat dengan perkataan “laksanakanlah” tetapi semuanya
dengan perkataan “dirikanlah”.
Dari unsur kata – kata melaksanakan itu tidak mengandung unsur batiniah sehingga
banyak mereka yang Islam dan melaksanakan shalat tetapi mereka masih berbuat keji
6
dan munkar. Sementara kata mendirikan selain mengandung unsur lahir juga
mengandung unsur batiniah sehingga apabila shalat telah mereka dirikan, maka
mereka tidak akan berbuat jahat
B. Mawakitu Shalat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وت�ا و�ق� م� ك�ت�اب�ا ن�ين� ؤ�م� ال�م� ع�ل�ى ك�ان�ت� ال�ة� �الص �إ�ن
“Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban yang ditetapkan waktunya bagi
kaum mukminin.” (An-Nisa`: 103)
Shalat dianggap sah dikerjakan apabila telah masuk waktunya. Dan shalat yang
dikerjakan pada waktunya ini memiliki keutamaan sebagaimana ditunjukkan dalam
hadits Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Sebaliknya, bila shalat telah disia-
siakan untuk dikerjakan pada waktunya maka ini merupakan musibah karena
menyelisihi petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:
7
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang waktu shalat (yang lima),
beliau pun menjawab, “Waktu shalat fajar adalah selama belum terbit sisi matahari
yang awal. Waktu shalat zhuhur apabila matahari telah tergelincir dari perut
(bagian tengah) langit selama belum datang waktu Ashar. Waktu shalat ashar selama
matahari belum menguning dan sebelum jatuh (tenggelam) sisinya yang awal. Waktu
shalat maghrib adalah bila matahari telah tenggelam selama belum jatuh syafaq1.
Dan waktu shalat isya adalah sampai tengah malam.” (HR. Muslim no. 1388)
1. Waktu-Waktu Shalat Fardhu
Waktu-waktu shalat fardhu terbagi atas :
a. Shalat Isya’
waktu shalat isya’ bermula dengan hilangnya syafah merah dan berlangsung
hingga seperdua malam3 . Dari Aisyah, katanya:
Artinya: “Para sahabat melakukan shalat isya’ diantara terbenamnya mega
merah sampai sepertiga malam yang pertama. Telah bersabda Rasulullah
saw; kalau tidaklah aku memberatkan umatku tentu ku suruh mereka
mengundurkan isya sampai sepertiga atau seperdua malam.(HR Ahmad, Ibnu
Majah Turmidi yang menyatakan syahnya).
3 Sayyid Sabiq.Fiqih Sunah 1. Hal 208
8
b. Shalat Shubuh
Shalat subuh ini memiliki dua nama yaitu fajar dan subuh. Al-Qur`an
menyebutkan dengan nama shalat fajar sedangkan As-Sunnah kadang
menyebutnya dengan nama fajar dan di tempat lain disebutkan dengan nama
subuh. Waktu shalat shubuh bermula dari saat terbitnya fajar shiddiq dan
berlangsung sampai terbitnya matahari
Awal waktu shalat fajar adalah saat terbitnya fajar kedua atau fajar shadiq
sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di
atas. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengerjakan shalat ini di waktu
ghalas, bahkan terkadang beliau selesai dari shalat fajar dalam keadaan alam
sekitar masih gelap (waktu ghalas), sebagaimana ditunjukkan dalam hadits
Aisyah radhiyallahu ‘anha:
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata menyampaikan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Siapa yang lupa dari mengerjakan shalat, maka hendaklah ia
mengerjakannya ketika ingat, karena Allah berfirman: ‘Tegakkanlah shalat
untuk mengingat-Ku”.
c. Salat Dzuhur
Waktu shalat dzuhur bermula dari tergelincirnya matahari dari tengah-tengah
langit dan berlangsung sampai bayangan sesuatu itu sama panjang dengan
selain bayangan sewaktu tergelincir.
Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu berkata:
9
ر� الظ"ه� ل%ي ي�ص� وسلم عليه الله صلى الن�ب�ي" ك�ان�
م�س� �الش ت� د�ح�ض� �ذ�ا إ
“Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat zhuhur ketika matahari
tergelincir.” (HR. Muslim no. 1403)
Hadits ini menunjukkan disenanginya menyegerakan shalat zhuhur, demikian
pendapat Asy-Syafi’i rahimahullahu dan jumhur ulama.
d. Shalat ashar
Waktu shalat ashar bermula bila bayang-bayang suatu benda itu telah sama
panjang dengan benda itu sendiri, yakni setelah bayangan waktu tergelincir
dan berlangsung hingga terbenam matahari .
Waktu shalat ashar itu ada 5 macam4:
1. Waktu fadhilah atau utama ialah pada awal waktunya
2. Waktu ikhtiar atau waktu biasa berlangsung sampai bayang-bayang
sesuatu itu ada 2 kali panjangnya
3. Waktu diperbolehkan tanpa makruh yakni dari waktu ikhtiar sampai
kuningnya matahari
4. Waktu diperbolehkan tapi makruh yakni pada saat kuning hingga
terbenamnya matahari
5. Waktu uzur ialah waktu dzuhur bagi orang yang diberi kesempatan untuk
menjamak waktu shalat ashar dengan dzuhur disebabkan dalam perjalanan
atau waktu yang uzur ini dinamakan ada’I yakni mengerjakan pada
waktunya dan jika telah luput pada kesemuanya disebabkan terbenamnya
matahari maka disebut qada.
4 Dari Nawawi.Syarah Muslim
10
e. Shalat Maghrib
Waktu shalat maghrib mulai masuk bila matahari mulai terbenam dan
tersembunyi dibalik tirai dan berlangsung sampai terbenam syafaq atau awan
merah 5.
2. Waktu-Waktu Terlarang
Waktu-waktu yang dilarang untuk mengerjakan shalat adalah sebagai berikut6,
1. sesudah shalat shubuh sampai terbit matahari .
2. Sesudah shalat ashar sampai matahari terbenam.
3. Ketika terbitnya matahari sampai naik kira-kira sepenggalahan.
4. Ketika istiwa’( tengah hari) tepatnya ditengah langit sampai tergelincir.
5. Ketika matahari mulai terbenam sampai benar-benar terbenam .
3. Tertidur Atau Lupa Waktu Shalat
Barang siapa yang tertidur atau lupa melakukan shalat maka waktunya ialah
ketika ia sadar dan ingat pada-Nya. Berdasarkan hadist Abu Qatadah7:
Artinya: “ Mereka menceritakan pada Nabi SAW perihal mereka sewaktu
tertidur hingga lupa waktu shalat. Maka sabdanya : ‘ tidaklah tertidur itu
dianggap lalai. Yang dikatakan lalai ialah disaat bangun; maka bila salah 5 Berdasarkan Hadits dari Abdullah bin Umar6 Sayyid Sabiq.Fiqih Sunah 1. hal,2277 HR Bukhari Muslim
11
seorang diantaramu lupa mengerjakan suatu shalat atau tertidur hendaklah
ia melakukannya disaat ia ingat, dan tak ada kafarat atau denda atasnya
selain demikian”.
B. Adzan Dan Iqomah
1. Pengertian Adzan dan Iqamah
Adzan berasal dari bahasa arab yang artinya pemberitahuan, sedangkan
menurut istilah adalah ucapan yang telah di tentukan untuk memberitahukan
masuknya waktu shalat fardu.
Allah swt berfirman;
Artinya;”Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang telah di tentukan
waktunya bagi orang-orang yang beriman”(QS An Nisa : 103)
Iqomah adalah pemberituhuan bahwa shalat akan segera di mulai, dengan
menggunakan bacaan yang telah di tentukan. Mengenai syarat, sunah, makruh, dan
yang membatalkannya sama dengan adzan8.
2. Sejarah Adzan dan Iqomah
Adzan mulai disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Mulanya, pada suatu hari Nabi
Muhammad SAW mengumpulkan para sahabat untuk memusyawarahkan bagaimana
cara memberitahu masuknya waktu salat dam mengajak orang ramai agar berkumpul
ke masjid untuk melakukan salat berjamaah.
8 H M Masykuri Abdurrahman. Kupas Tuntas Shalat1.2007
12
Di dalam musyawarah itu ada beberapa usulan. Ada yang mengusulkan supaya
dikibarkan bendera sebagai tanda waktu salat telah masuk. Apabila benderanya telah
berkibar, hendaklah orang yang melihatnya memberitahu kepada umum. Ada juga
yang mengusulkan supaya ditiup trompet seperti yang biasa dilakukan oleh pemeluk
agama Yahudi. Ada lagi yang mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti yang
biasa dilakukan oleh orang Nasrani. ada seorang sahabat yang menyarankan bahwa
manakala waktu salat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi
dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ketempat itu, atau setidak-tidaknya
asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada ditempat yang jauh. Yang melihat api
itu dinyalakan hendaklah datang menghadiri salat berjamaah.
Semua usulan yang diajukan itu ditolak oleh Nabi, tetapi beliau menukar lafal itu
dengan assalatu jami’ah (marilah salat berjamaah). Lantas, ada usul dari Umar bin
Khattab jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim
untuk salat pada setiap masuknya waktu salat. Kemudian saran ini agaknya bisa
diterima oleh semua orang dan Nabi Muhammad SAW juga menyetujuinya.
Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid berkata sebagai berikut: "Ketika
cara memanggil kaum muslimin untuk salat dimusyawarahkan, suatu malam dalam
tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng.
Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual
lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja.
Orang tersebut malah bertanya," Untuk apa? Aku menjawabnya, "Bahwa dengan
membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan
salat." Orang itu berkata lagi, "Maukah kau kuajari cara yang lebih baik?" Dan aku
menjawab "Ya!" Lalu dia berkata lagi dan kali ini dengan suara yang amat lantang.
13
Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Nabi Muhammad.SAW, dan menceritakan
perihal mimpi itu kepadanya, kemudian Nabi Muhammad. SAW, berkata, "Itu mimpi
yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana
mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia
memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal."
Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar ia juga menceritakannya kepada
Nabi Muhammad, SAW.
Setelah lelaki yang membawa lonceng itu melafalkan adzan, dia diam sejenak, lalu
berkata: "Kau katakan jika salat akan didirikan ( )
Begitu subuh, aku mendatangi Rasulullah SAW kemudian kuberitahu beliau apa yang
kumimpikan. Beliaupun bersabda: "Sesungguhnya itu adalah mimpi yang benar,
insya Allah. Bangkitlah bersama Bilal dan ajarkanlah kepadanya apa yang kau
mimpikan agar diadzankannya (diserukannya), karena sesungguhnya suaranya lebih
lantang darimu." Ia berkata: Maka aku bangkit bersama Bilal, lalu aku ajarkan
kepadanya dan dia yang berazan. Ia berkata: Hal tersebut terdengar oleh Umar bin al-
Khaththab ketika dia berada di rumahnya. Kemudian dia keluar dengan selendangnya
yang menjuntai. Dia berkata: "Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan benar,
sungguh aku telah memimpikan apa yang dimimpikannya." Kemudian Rasulullah
SAW bersabda: "Maka bagi Allah-lah segala puji.
14
3. Bacaan dan Tata Cara Adzan dan Iqomah
Bacaan adzan
Bacaan iqomah
Syarat adzan dan iqomah
1. Islam.
2. Tamyiz(berakal dan baligh) jadi tidak sah adzan dan iqamah anak
kecil,orang gila dan orang mabuk.
15
3. Laki-laki .
4. Masuk waktu
5. Berurutan (tertib)
Sunah adzan dan iqomah
1. Memghadap kiblat
2. memalingkan wajah ke arah kanan ketika mengucap lafal
dan lafal
3. meletakkan dua jari telunjuk di kedua telinga ketika adzan
4. melafalkan bacaan secara perlahan-lahan
5. mambaca ketika adzan subuh
6. mengeraskan suara dalam adzan
7. mambaca doa setelah adzan
Yang membatalkan adzan dan iqomah
1. Murtad
2. Mabuk
3. Pingsan
4. Gila
5. Memutus adzan atau iqomah dengan diam atau bicara yang lama
6. Meninggalkan kalimat yang telah di tentukan
D. Masjid
1. Pengertian Masjid
Masjid menurut bahasa berasal dari bahasa arab yaitu sajada yag berarti tempat
sujud.Sedangkan menurut istilah ialah tempat dimana kita menjalankan ibadah seperti
shalat dan melakukan kegiatan-kegiatan agama lainnya9.
9 Drs.Sidi gazalba,Mesjid.hal.117
16
Setiap muslim juga boleh melakukan shalat diwilayah manapun terkecuali kuburan
dan tempat yang bernajis, dan juga tempat dimana syariat islam tidak
memperblehkan.
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad SAW, ialah masjid Quba
yang terletak diMadinah. Dan dimasjid ini pula Nabi melaksanakan shalat jum’at
yang pertama kali, selanjutnya nabi pun membangun masjid yang kedua yang
letaknya diMekkah ialah masjid Nabawi.
2. Fungsi dan peranan Masjid
Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah swt. Tempat shalat, dan
tempat beribadah kepada-Nya. Selain itu fungsi masjid ialah10 :
1. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan diri
kepada Allah swt.
2. Masjid adalah tempat bermusyawarah,berkonsultasi, mengajukan kesulitan-
kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan kaum muslimin, dan berguna
memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat.
3. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan bergotong-
royongan didalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
Selain mempunyai fungsi masjid juga memiliki peran sebagai berikut11 :
1. Kalender islam yaitu tahun hijriah dimulai dengan pendirian masjid yang
pertama, yaitu pada tanggal 12 rabiul awwal, permulaan tahun hijriah
selanjutnya jatuh pada tanggal 1 muharram.
2. Masjid menghubungkan ikatan yang terdiri dari kelompok kaum Muhajirin
dan Anshar dengan satu landsaan keimanan kepada Allah swt.
10 Abdul Baqir Zien,Masjid-masji bersejarah di Indonesia. Hal 711 Drs.Sidi Gazalba.Mesjid. Hal 10
17
3. Masjid didirikan oleh orang-orang takwa secara bergotong-royong untuk
kemaslahatan bersama.
Dalam masyarakat yang selalu berpacu dengan kemajuan zaman, dinamika masjid-
masjid sekarang ini banyak yang menyesuaikan diri dengan ilmu dan teknologi.
Artinya masjid tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah shalat tetapi juga sebagai
wadah beraneka kegiatan berjamaah / umat islam karena masjid merupakan integritas
dan identitas umat islam yang mencerminkan tata nilai keislamannya dan peranan
masjid tidak hanya menitikberatkan pada pola aktivitas yang bersifat akhirat tetapi
memperpadukan antara aktivitas ukhrawi dan aktivitas duniawi.
Memasuki zaman keemasan islam masjid mengalami penyusuaian dan
penyempurnaan. Corak penyesuaian dengan tuntutan zama yang terjadi itu tidak
kalah fungsionalnya dibanding optimalisasi nilai dan makna masjid dizaman
Rasulullah SAW. dalam perkembangan yang terakhir masjid mulai memperhatikan
kiprah operasional yang menyangkut bangunan, tujuan dan segala kegiatan.
E. Shalat Fardhu
1. Pengertian Shalat Fardhu
Shalat fardhu adalah shalat yang diwajibkan kepada umat muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Hukumnya adalah wajib yaitu apabila di laksanakan
mendapatkan pahala dan apabila di timggalkan mendapat dosa. Terbagi atas lima
waktu dalam satu hari semalam yaitu:12
1. Shalat Isya’
2. Shalat Subuh
3. Shalat Dzuhur
4. Shalat Ashar
12 Sayyid Sabiq.Fiqh sunah 1.Hal 191
18
5. Shalat Maghrib
2. Tata Cara Mengerjakan Shalat
Berikut ini merupakan kajian-kajian mengenai tata cara mengerjakan shalat13
Syarat wajib shalat lima waktu :
1. Islam
2. Suci dari kotoran(najis)
3. Berakal
4. Baligh
5. Merdeka(bukan budak)
6. Terjaga
Syarat sah shalat :
1. Suci dari hadast besar dan kecil
2. Suci badan, Fikiran, dan tempat ibadah dari najis
3. Menutup aurat
4. Mengetahui masuknya waktu shalat
5. Menghadap kiblat
Rukun-rukun shalat :
1. Niat
2. Berdiri bagi yang kuasa
3. Takhbiratul ihram
4. Membaca surat Al-fatihah
5. Ruku’
6. I’tidal
7. Sujud dua kali
13 Lahmuddin nasution.Fiqih 1. Hal.66
19
8. Duduk antara dua sujud
9. Duduk akhir
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat
12. Memberi salam yang pertama
13. Tertib
Hal-hal yang membatalkan shalat
1. Meninggalkan salah satu rukun dengan disengaja
2. Meninggalkan salah satu syarat dengan disengaja
3. Sengaja berbicara dengan kata-kata
4. Banyak bergerak
5. Makan atau minum
2. Shalat Berjamaah
Shalat jamaah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-sana yang terdiri atas
seorang imam dan makmum. Dan hakikat jamaah ialah mengadakan perikatan
antara imam dengan makmum.
Syarat-syarat shalat jamaah, diantaranya :
1. Dengan sengaja (berniat) mengikuti imam.
2. Mengetahui semua yang dikerjakan imam baik langsung maupun tidak
langsung.
3. Jangan berada lebih depan dari imam.
4. Jangan ada dinding yang memisahkan antara imam dan makmumnya, kecuali
makmum wanita.
5. Jangan mendahului gerakan imam.
Dari keterangan-keterangan diatas di ketahui bahwasanya mendirikan shalat adalah
fardhu,dan mengerjakannya cesara berjamaah adalah fardu pula.karena itu apabila
20
seseorang melaksanakan shalat secara sendirian shalat nya adalah sah walaupun ia
berdosa karena tidak berjamaah.
Hadits yang menyatakan; bahwa shalat jamaah di lebihkan atas shalat sendirian 27
derajat, hanya memberikan pengertian bahwa shalat sendirian itu sah, bukan member
pengertian bahwa berjamaah itu tidak wajib.
Kemudian hendaklah di ketahui, bahwa sebagian ulama berpendat akan sahnya shalat
sendirian tertentu bagi orang yang uzur menghadiri jamaah. Dan bahwa derajat yang
di dapati oleh orang yang melaksanakan sendirian hanya satu derajat.
Orang-orang Yang Diwajibkan Menghadiri Jamaah
Orang-orang yang diwajibkan menghadiri jamaah ialah tiap-tiap orang lelaki yang
mukalaf dari penduduk kampung yang sampai suara adzan ke tempatnya dan tidak
berhalangan menghadirinya.
Yang dibolehkan tidak mengadiri jamaah ialah:
1. Orang-orang sakit.
2. Orang-orang yang sangat perlu melaksanakan hajatnya.
3. Orang-orang yang takut kehilangan hartamya.
4. Orang-orang yang takut akan gangguan hujan yang deras.
Jamaah Orang-orang Perempuan
Orang-orang perempuan menghadiri jamaah bersama-sama orang lelaki dengan di
imami oleh ogang lelaki adalah kebajikan. Karena sejarah dan riwayat membuktikan
bahwa orang-orang perempuan di masa Nabi Muhammad saw turut melaksanakan
shalat bersama-sama dengan Nabi Muhammad saw, baik di siang maupun malam
hari. Dan hal itu di ketahui oleh Nabi Muhammad saw sendiri.
Bahkan Nabi Muhammad saw mencegah para sahabat melarang isrti-istrinya pergi
melaksanakan shalat jamaah di malam hari ke masjid.
21
Nabi Muhammad saw bersabda:
Artinya: “Janganlah kamu melarang istri-istrimu pergi ke masjid di malam hari”
F. Shalat Tathawwu’
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Shalat Tathawwu’
Ibadah shalat dalam garis besarnya di bagi kepada dua bagian:
Pertama- Shalat yang di fardukan, dinamakan shalat Maktubah
Kedua- Shalat yang tidak di fardukan, dinamakan shalat Nafilah (Tathawwu’)
Shalat Tathawwu’ adalah shalat-shalat yang tidak keras dituntut kita mengerjakannya.
Shalat tathawwu terbagi menjadi dua bagian14,yaitu :
a. Sunnat, yaitu yang banyak dikerjakan oleh Rasulullah SAW, seperti shalat
rawatib, shalat malam, dan shalat tahajjud.
b. Mustahab, yaitu yang diterima keterangan tentang keutamaannya, tetapi
tidak lebih banyak dikerjai oleh Rasulullah SAW, seperti shalat di kala keluar
rumah dan shaalat untuk bersyafar.
2. Shalat-shalat Sunah
a. Shalat Sunat Tahajud
Shalat sunat tahajud adalah shalat yang dikerjakan pada waktu tengah malam di
antara shalat isya dan Shalat shubuh setelah bangun tidur. Jumlah rokaat shalat
tahajud minimal dua rokaat hingga tidak terbatas. Saat hendak kembali tidur
sebaiknya membaca ayat kursi, surat Al Ikhlas, surat Al Falaq dan surat An Naas.
Niat Shalat Sunah tahajud:
14 Menurut imam al-gazali.
22
Artinya: “Saya niat shalat sunah tahajud dua rokaat karena Allah SWT”
2.Shalat Sunat Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunat yang dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00
hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka'at shalat dhuha minimal dua rokaat
dan maksimal dua belas roka'at dengan satu salam setiap dua roka'at. Manfaat dari
shalat dhuha adalah supaya dilapangkan dada dalam segala hal, terutama rejeki. Saat
melakukan sholat dhuha sebaiknya membaca ayat-ayat surat al-waqi'ah, adh-dhuha,
al-quraisy, asy-syamsi, al-kafirun dan al-ikhlas.
Niat Shalat Sunah Dhuha:
Artinya: “Saya niat shalat sunah Dhuha dua rokaat karena Allah SWT”
3. Shalat Sunat Istikhoroh
Shalat istikhoroh adalah shalat yang tujuannya adalah untuk mendapatkan petunjuk
dari Allah SWT dalam menentukan pilihan hidup baik yang terdiri dari dua
hal/perkara maupun lebih dari dua. Hasil dari petunjuk Allah SWT akan
menghilangkan kebimbangan dan kekecewaan di kemudian hari. Setiap kegagalan
akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang kelak akan berguna di masa yang
akan datang.
Contoh kasus penentuan pilihan memilih jodoh suami/istri, memilih pekerjaan,
memutuskan suatu perkara, memilih tempat tinggal, dan lain sebagainya
Dalam melakukan shalat istikharah sebaiknya juga melakukan, puasa sunat, sodakoh,
zikir, dan amalan baik lainnya.
23
Niat Shalat Sunah Istikharoh:
Artinya: “Saya niat shalat sunah Istikharoh dua rokaat karena Allah SWT”
4. Shalat Sunat Tasbih
Shalat tasbih adalah solat yang bertujuan untuk memperbanyak memahasucikan Allah
SWT. Waktu pengerjaan shalat bebas. Setiap rokaat dibarengi dengan 75 kali bacaan
tasbih. Jika shalat dilakukan siang hari, jumlah rokaatnya adalah empat rokaat salam
salam, sedangkan jika malam hari dengan dua salam.
Niat Shalat Sunah Tasbih:
Artinya: “Saya niat shalat sunah Tasbih dua rokaat karena Allah SWT”
5. Shalat Sunat Taubat
Shalat taubat adalah shalat dua roka'at yang dikerjakan bagi orang yang ingin
bertaubat, insyaf atau menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukannya dengan
bersumpah tidak akan melakukan serta mengulangi perbuatan dosanya tersebut.
Sebaiknya shalat sunah taubat dibarengi dengan puasa, sodaqoh dan sholat.
Niat Shalat Sunah Taubat:
Artinya: “Saya niat shalat sunah taubat dua rokaat karena Allah SWT”
6. Shalat Sunat Hajat
24
Shalat Hajat adalah shalat agar hajat atau cita-citanya dikabulkan oleh Allah SWT.
Shalat hajat dikerjakan bersamaan dengan ikhtiar atau usaha untuk mencapai hajat
atau cita-cita. Shalat sunah hajat dilakukan minimal dua rokaat dan maksimal
duabelas bisa kapan sajadengan satu salam setiap dua roka'at, namun lebih baik
dilakukan pada sepertiga terakhir waktu malam.
Niat Shalat Sunah Hajat:
Artinya: “Saya niat shalat sunah hajat dua rokaat karena Allah SWT”
7. Shalat Sunat Safar
Shalat safar adalah solat yang dilakukan oleh orang yang sebelum bepergian atau
melakukan perjalanan selama tidak bertujuan untuk maksiat seperti pergi haji,
mencari ilmu, mencari kerja, berdagang, dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah
supaya mendapat keridhoan, keselamatan dan perlindungan dari Allah SWT.
Niat Shalat Sunah Safar:
Artinya: “Saya niat shalat sunah safar dua rokaat karena Allah SWT”
8. Shalat Sunah Rawatib
Shalat Rawatib adalah salat sunah yang mengiringi shalat fardhu.
25
Terdiri atas shalat sunah di awal (qobliyah) dan shalat sunah di akhir (ba’diyah).
Berikut adalah pembagian waktu shalat sunah rawatib dalam mengiringi shalat
fardhu:
Sepuluh rakaat yang muakkadah yaitu :
1) Dua rakaat sebelum subuh
2) Dua rakaat sebelum dzuhur
3) Dua rakaat sesudah dzuhur
4) Dua rakaat sesudah magrib
5) Dua rakaat sesudah isya
Duabelas rakaat yang ghairu muakkadah yaitu :
1) Dua rakaat sebelum dzuhur
2) Dua rakaat setelah dzuhur
3) Empat rakaat sebelum ashar
4) Dua rakaat sebelum maghrib
5) Dua rakaat sebelum isya’
BAB III
KESIMPULAN
26
Kewajiban bagi seluruh umat muslim yang harus dikerjakan dengan memperhatikan
syarat, rukun, dan hal-hal lainnya yang menjadi bagian dari shalat adalah suatu
kewajiban kepada Allah swt. Pembagian waktu shalat yang efesien akan mendidik
pribadi muslim yang senantiasa disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
Perlu digaris bawahi bahwa kedudukan shalat begitu tinggi sebagai tiang agama
adalah sebagai pedoman dasar. Apabila tidak dilaksanakan maka agama islam akan
runtuh sesuai dengan firman-Nya dalam Al-qur’an al-karim.
Nabi Muhammad SAW, menerima wahyu untuk menjalankan ibadah shalat yang
diturunkan secara langsung membuktikan betapa penting dan utamanya perintah
mendirikan shalat bagi setiap umat muslim. Sujud-sujud yang terlaksana dihadapan
Allah yang menjadi pembuktian seorang hamba kepada sang khalik.
Tentunya syarat dan rukun serta ketentuan yang berlaku penting untuk dipahami demi
terlaksananya ibadah shalat yang sempurna dengan memperhatikan thaharah sebagai
dasar utama untuk melakukan ibadah shalat. Dengan demikian adalah suatu
kewajiban bagi setiap muslim untuk senantiasa mengkaji, mempelajari dan mengulas
hal-hal yang berkaitan dengan ibadah shalat yang kesemuanya bertujuan demi meraih
ridha-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Sabiq,sayyid.1996.Fiqih Sunah 1.Bandung:PT Al-Ma’arif
27
Muhammad Hasbi Ash Shidiqi,Teungku.1997.Pedoman Shalat.Semarang:PT Pustaka Rizki Putra
MOH.E.Ayub.1996.Manajemen Masjid.Jakarta:Gema Insani Press
H.M.Abdurrahman,Maskuri.2007.Kupas Tuntas Shalat.Jakarta:Erlangga
T.M.Hasbi Assidiqie.1951.Pedoman Shalat.Jakarta:Bulan Bintang
Baqir Zien,Abdul.1999.Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia.Jakarta:Gema Insani
A Hasan.1997.Soal Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama 1-2.Bandung:CV Diponegoro
Drs.Gazalba,Sidi.1994.Mesjid.Jakarta:Pustaka Al-Husna
Rukaiyah.2003.Sholat.Jakarta:Inovasi
Drs.Nasution,Lahmuddin M.Ag.2006.Fiqh1.Jakarta:Logos
28