Euro Asia Skills | Just a simple tagline · /01&234&5#"#,&6+,7#8#)#&9:;
Firsty Demy C-122010101040-4
-
Upload
firsty-demy-christanti -
Category
Documents
-
view
268 -
download
0
Transcript of Firsty Demy C-122010101040-4
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
1/108
i
PENGARUH LAMA PAPARAN DEBU TEMBAKAU TERHADAP
KADAR HEMATOKRIT DARAH PADA PEKERJA PABRIK
TEMBAKAU NON PEROKOK
SKRIPSI
Oleh
Firsty Demi C.
NIM 122010101040
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
2/108
ii
PENGARUH LAMA PAPARAN DEBU TEMBAKAU TERHADAP KADAR
HEMATOKRIT DARAH PADA PEKERJA PABRIK TEMBAKAU NON
PEROKOK
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S-1)Fakultas Kedokteran Universitas Jember
Oleh
Firsty Demi C.
NIM 122010101040
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
3/108
iii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Tuhan Yesus Kristus Yang Mahabaik, yang senantiasa setia disetiap perkara dan
langkah;
2. Bapak Dewanto Setyo Hadi, Ibu Emy Kuntarini, Mama Yudea Christyorini dan
Papa Sumarsono yang tiada henti berdoa, mencurahkan kasih sayang serta
perhatian;3. Mas terkasih Sony Kristiandi yang selalu mendampingi, menyemangati
4. Adik Destoe Christanto, Adik Michael Christanto, Adik Gabriel Christanto, Adik
Girang Marinda dan Adik Grazia Silva yang selalu memberikan semangat dan
motivasi tiada henti;
5. Guru-guruku sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi yang telah
mendidik, memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran;
6. Keluarga Besar Pabrik Tembakau Mangli Djaya Raya sebagai tempat penerapan
ilmu saya selama pengerjaan penelitian ini;
7. Almamater Fakultas Kedokteran Universitas Jember;
8. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Universitas
Jember.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
4/108
iv
MOTTO
Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari,
mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan
(Lukas 11: 9-10)*)
atau
Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudusyang diam di
dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah,dan bahwa kamu bukan
milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar:
Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
(1 Korintus 6 : 19-20)
*)
____________________________________________________________________
*) Lembaga Alkitab Indonesia. 2001.Alkitab. Jakarta: PT. LAI.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
5/108
v
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Firsty Demi C.
NIM : 122010101040
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul Pengaruh
Lama Paparan Debu Tembakau terhadap Peningkatan Hematokrit Darah pada Pekerja
Pabrik Tembakau Non Perokok adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali
kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi
mana pun, dan bukan karya plagiat. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan
kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 14 Januari 2016
Yang menyatakan,
Firsty Demi C.
NIM 122010101040
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
6/108
vi
SKRIPSI
PENGARUH LAMA PAPARAN DEBU TEMBAKAU TERHADAP KADAR
HEMATOKRIT DARAH PADA PEKERJA PABRIK TEMBAKAU NON
PEROKOK
Oleh:
Firsty Demi C.
NIM 122010101040
Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama : dr.Ancah Caesarina Novi Marchianti, Ph.D
Dosen Pembimbing Anggota : dr. Rini Riyanti, Sp. PK.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
7/108
vii
PENGESAHAN
Karya ilmiah Skripsi berjudulPengaruh Lama Paparan Debu Tembakau terhadap
Peningkatan Hematokrit Darah pada Pekerja Pabrik Tembakau Non Perokok telah
diuji dan disahkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Jember pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 14 Januari 2016
Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Jember
Tim Penguji:
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember
dr. Enny Suswati, M.Kes
NIP 197002141999032001
Penguji IV,
dr. Rini Riyanti, Sp. PK
NIP 19720328 199903 2 001
Penguji III,
dr.Ancah Caesarina Novi Marchianti, Ph.DNIP 19820309 200812 2 002
Penguji I,
dr. Ida Srisurani Wiji Astuti, M.Kes
NIP 19820901 200812 2 001
Penguji II,
dr. Septa Surya Wahyudi, Sp. U
NIP 19780922 200501 1 002
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
8/108
viii
RINGKASAN
Pengaruh Lama Paparan Debu Tembakau terhadap Kadar Hematokrit pada
Pekerja Pabrik Tembakau Non Perokok; Firsty Demi C., 122010101040; 2016;
107 halaman; Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Industri tembakau di Indonesia khususnya di Jember merupakan industri yang
disorot sebagai ikon dari Kabupaten Jember. Besarnya daya tampung peekrja industri
tembakau berdampak positif pada peningkatan taraf ekonomi masyarakat.
Keberadaan pabrik tembakau dengan kapasitas industri yang besar juga memiliki
dampak negatif terlebih pada pekerja yang secara langsung terpapar debu nikotin.
Paparan nikotin yang terus-menerus dan menyebabkan sejumlah kondisi patologis
yang secara garis besar disebut Tobakosis.
Tobakosis merupakan semua penyeakit yang terjadi akibat dari paparan nikotin
melalui merokok, mengunyah, inhalasi debu tembakau dan mensusur tembakau.
Penyakit tersebut adalah kanker mulut, kanker nasofaring, kanker laring, kanker
trakea, kanker bronkus, kanker paru dan lain sebagainya. Perubahan patologis
tersebut akan terjadi pada 15 20 tahun lamanya terpapar tembakau. Perubahan
patologis dini yang dapat menjadi suatu indikator adanya tobakosis adalah perubahan
viskositas darah yang diketahui melalui pemeriksaan hematokrit.
Pengenalan keadaan patologis dini melalui pemeriksaan hematokrit menjadi
salah satu latar belakang penelitian ini. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lama paparan debu tembakau terhadap perubahan viskositas
darah yang diketahui melalui pemeriksaan hematokrit yang dilakukan pada pekerja
pabrik tembakau. Untuk menunjang tujuan tersebut perlu juga diketahui distibusi
pekerja berdasarkan lama paparannya, karakteristik general pekerja, karakteristik
tanda-tanda vital, riwayat kesehatan serta distribusi kadar hematokrit secara
keseluruhan.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
9/108
ix
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan cross
Sectional. Subyek penelitiannya adalah 108 orang yang pilih secara acak (Simple
Random Sampling) dari 150 orang yang telah sesuai dengan kriteria inklusi.
Penelitian dilaksanakan selama 10 hari pada bulan November Desember 2015.
Instrumen yang digunakan adalah seperangkat alat pemeriksaan hematokrit, tanda-
tanda vital serta kuesioner.
Berdasarkan hasil uji statistik Somers D dengan tabel kontingensi 3x3
didapatkan nilai -0,776. Nilai korelasi menyatakan korelasi yang kuat dan bernilai
negatif. Nilai p< 0.05 mengindikasikan kemaknaan antara dua variabel yakni lama
paparan dan kadar hematokrit. Dari hasil penelitian ini disimpulkan adanya korelasi
negatif yang kuat dan bermakna dari lama paparan dan kadar hematokrit.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
10/108
x
PRAKATA
Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang hanya oleh
karena kasih karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pengaruh Lama Paparan Debu Tembakau terhadap Kadar Hematokrit Darah pada
Pekerja Pabrik Tembakau. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Kedokteran Universitas
Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dewanto Setyo Hadi, Ibu Emmy Kuntarini, Mama Yudea Christyorini dan
Papa Sumarsono yang senantiasa mencurahkan doa, kasih sayang, waktu, materi,
tenaga dan pikirannya untuk mendampingiku dalam berbagai kondisi hingga
akhirnya skripsi ini selesai. Terima kasih telah menjadi motivasi terbesar dalam
hidup;
2. Kakek Alex Wardi, Nenek Ummi, segenap keluarga di Malang, Nenek Sri Yekti,
Tante Yuli, Om Laksono dan segenap keluarga di Wringintelu. Terima kasih
untuk doa serta motivasi yang diberikan;
3. Mas terkasih Sony Kristiandi yang selalu mendampingi dan menyemangati.
Terima kasih untuk kasih sayang dan perhatian yang tiada henti;
4. Adik Destoe Christanto, Adik Michael Christanto, Adik Gabriel Christanto, Adik
Girang Marinda dan Adik Grazia Silva yang telah menjadi malaikat-malaikat
kecil penyemangat dan penghibur. Terima kasih untuk canda dan tawa penuh
semangat yang tiada pernah habis;
5. dr. Enny Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember
atas segala fasilitas dan kesempatan yang diberikan selama menempuh
pendidikan kedokteran di Universitas Jember;
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
11/108
xi
6. dr. Ancah Caesarina Novi Marchianti, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Utama
dan dr. Rini Riyanti, Sp. PK. selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah
meluangkan waktu, pikiran, tenaga serta perhatiannya dalam memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;
7. dr. Ida Srisurani Wiji Astuti, M.Kes dan dr. Septa Surya Wahyudi, Sp.U selaku
penguji, yang sudah meluangkan waktunya untuk memberi kritik dan saran yang
membangun dalam penyusunan skripsi ini;
8. dr. Almunawir, M.Kes, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
mendampingi serta memberi motivasi kepadaku agar selalu semangat
menjalankan berbagai kewajiban di Fakultas Kedokteran Universitas Jember;
9. Keluarga Bapak Giri. Terima kasih telah banyak membantu, membimbing serta
mengarahkan saya selama penelitian dan pengerjaan skripsi ini;
10. Segenap keluarga besar PT Mangli Djaya Raya. Terima kasih atas bantuan serta
bimbingan yang telah diberikan selama berjalannya penelitian ini;
11. Guru-guru tercinta sejak TK Bhayangkari Mayang, SDN Mayang 2, SMPN 3
Jember, SMAN 1 Jember sampai Almamaterku Fakultas Kedokteran Universitas
Jember yang senantiasa mendidik tanpa lelah dan selalu bersabar memberi ilmu
yang berguna untuk masa depan Saya nantinya;
12. Sahabat serta rekan kerja luar biasa, Galih Putri Wahyunaning, Dina Aprilianti,
Erdito Muro Suyono, Nugroho Priyo Utomo, Hans Kristian Owen, Fatchi,
Dzuhrotul Athiyat dan Imam Adi Nugroho yang selalu ada dalam setiap episode
penelitian dan pengerjaan skripsi. Terima kasih telah mengisi hari-hari penelitian
dengan canda tawa;
13. Pak Guru Johan Deretah serta sahabat-sahabat KTB Saya, Dwi Dutha Arie
Sampoerna, Martharia Anugrawati dan Listyani Chita Ellary. Terima kasih telah
menyemangati, berjuang, berdoa serta bertumbuh dalam iman bersama;
14. Sahabat-sahabat terkasih Saya di Blok Diagnostik Molekular, Rekan
Seperjuangan di Blok Kardiovaskular dan Blok Neurosensoris. Terima kasih atas
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
12/108
xii
jalinan persahabatan, semangat perjuangan, dan canda tawa yang senantiasa
terukir dalam kebersamaan kita;
15. Adik-adik angkatan 2014 tutorial H selama Blok Kardiovaskular dan adik-adik
angkatan 2013 tutorial B selama Blok Neurosensoris. Terima kasih untuk
motivasi, semangat serta waktu belajar yang luar biasa.
16. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan FK Angkatan 2012 Panacea
terima kasih atas tiga tahun lebih persaudaraan, kebersamaan dan kekompakan
yang luar biasa sehingga kita bisa berjuang bersama-sama demi mendapat gelar
Sarjana Kedokteran;
17.
Kakak dan adik tingkat Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang telah
memberikan semangat tiada henti;
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan
dan kerjasamanya.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat.
Jember, 14 Januari 2016 Penulis
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
13/108
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... v
HALAMAN PEMBIMBINGAN ......................................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... vii
RINGKASAN ....................................................................................... viii
PRAKATA ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xix
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................... xx
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 62.1 Pencemaran Udara .................................................................. 6
2.1.1 Jenis Pencemaran Udara ................................................. 7
2.1.2 Pencemaran Udara melalui Partikel ................................ 8
2.2 Debu Tembakau ....................................................................... 11
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
14/108
xiv
2.2.1 Kandungan Debu Tembakau ........................................... 15
2.2.2 Nikotin ............................................................................ 15
2.3 Tobakosis ............................................................................... 20
2.3.1 Definisi ............................................................................ 20
2.3.2 Epidemiologi ................................................................... 21
2.3.3 Faktor Resiko .................................................................. 22
2.3.4 Patogenesis dan Patofisiologi ......................................... 22
2.4 Darah dan Sel Darah Merah ................................................ 28
2.4.1 Sel Darah Merah ............................................................. 28
2.4.2 Bentuk dan Ukuran Sel Darah Merah ............................. 28
2.4.3 Konsentrasi Sel Darah Merah .......................................... 28
2.4.4 Jumlah Hemoglobin dalam Sel Darah Merah ................. 29
2.5 Hematopoiesis ....................................................................... 29
2.5.1 Definisi ............................................................................ 29
2.5.2 Sel Punca Hemopoietik (Hemopoietic Stem Cell) .......... 30
2.5.3 Lingkungan Mikro (Microenvirontment) Sumsum Tulang 32
2.5.4 Bahan-bahan Pembentuk Darah ...................................... 33
2.5.5 Proses Hemopoiesis ......................................................... 34
2.5.6 Tahap-tahap Diferensiasi Sel Darah Merah .................... 35
2.5.7 Mekanisme Regulasi ........................................................ 36
2.6 Erithropoiesis ......................................................................... 38
2.6.1 Definisi ............................................................................ 38
2.6.2 Proses Eritropoiesis ......................................................... 38
2.6.3 Pengaturan Produksi Sel Darah Merah melalui
Peran Eritropoietin........................................................... 40
2.7 Hematokrit Darah ................................................................. 41
2.7.1 Definisi ............................................................................ 41
2.7.2 Prinsip Hematokrit Darah ............................................... 41
2.7.3 Cara Menentukan Hematokrit Darah ............................... 42
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
15/108
xv
2.7.4 Nilai Normal Hematokrit ............................................... 42
2.7.5 Faktor yang Memengaruhi Pemeriksaan Hematokrit ...... 42
2.8 Kerangka Konseptual .......................................................... 44
2.8 Hipotesis Penelitian .............................................................. 45
BAB 3. METODE PENELITIAN ....................................................... 46
3.1 Jenis Penelitian....................................................................... 46
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 46
3.3 Sampel Penelitian ................................................................. 47
3.3.1 Besar Sampel ................................................................... 47
3.3.2 Teknik Sampling ............................................................. 48
3.4 Variabel Penelitian ............................................................... 49
3.5 Definisi Operasional ............................................................. 49
3.5.1 Pekerja Pabrik Tembakau Non Perokok .......................... 50
3.5.2 Teknik Sampling ............................................................. 50
3.5.3 Hematokrit Darah ............................................................ 50
3.6 Prosedur Penelitian .............................................................. 50
3.6.1 Permohonan Persetujuan (Informed Consent) ................. 51
3.6.2 Pengisian Kuesioner ........................................................ 51
3.6.3 Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Pekerja Pabrik Tembakau 51
3.6.4 Pengukuran Kadar Hematokrit ........................................ 51
3.7 Metode Pengumpulan Data .................................................. 53
3.7.1 Sumber Data..................................................................... 53
3.7.2 Instrumen Penelitian ........................................................ 54
3.8 Analisis Data ......................................................................... 54
3.9 Alur Penelitian ...................................................................... 55
BAB 4. HASIL PENELITIAN ............................................................. 56
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 56
4.1.1 Distribusi Pekerja Pabrik berdasarkan Lama Paparan .... 56
4.1.2 Karakteristik General Pekerja Pabrik Tembakau ............ 58
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
16/108
xvi
4.1.3 Karakteristik TTV Pekerja Pabrik Tembakau ................. 59
4.1.4 Karakteristik Riwayat Kesehatan Pekerja ....................... 60
4.1.5 Distribusi Kadar Hematokrit ............................................ 62
4.2 Analisis Data ......................................................................... 63
4.3 Pembahasan .......................................................................... 67
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 70
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 70
5.2 Saran ................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 73
LAMPIRAN ........................................................................................... 81
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
17/108
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Udara Bersih dan Udara Tercemar ............................. 7
Tabel 2.2 KlasifikasiNicotiana tobacum .................................................. 12
2.3 Komposisi Zat Kimia Debu Tembakau ......................................... 15
4.1 Distribusi Pekerja dengan Lama Paparan 05 tahun (K0) .......... 56
4.2 Distribusi Pekerja dengan Lama Paparan 619 tahun (K1) ........ 57
4.3 Distribusi Pekerja dengan Lama Paparan 20 tahun (K2)........... 57
4.4 Karakteristik General Pekerja Pabrik Tembakau .......................... 58
4.5 Karakteristik Tanda-tanda Vital Pekerja Pabrik Tembakau .......... 59
4.6 Karakteristik Riwayat Kesehatan Pekerja Pabrik Tembakau ........ 60
4.7 Distribusi Kadari Hematokrit ........................................................ 62
4.8 Tabel Silang antara Lama Paparan Pekerja Pabrik Tembakau
dengan Kadar Hematokrit ............................................................. 63
4.9 Analisis K0 dengan Tabel Silang Kelompok Usia 03 tahun
dan 45 tahun terhadap Kadar Hematokrit ................................. 64
4.10 Analisis K0 dengan Somers D..................................................... 64
4.11 Analisis K1 dengan Tabel Silang Kelompok Usia 610 tahun,
1115 tahun dan 1619 tahun terhadap Kadar Hematokrit ....... 65
4.12 Analisis K1 dengan Somers D..................................................... 65
4.13 Analisis Hasil Penelitian dengan Uji Korelasi Somers D............ 66
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
18/108
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Tanaman Tembakau ....................................................................... 13
2.2 Daun Tembakau Kering .................................................................. 14
2.3 Proses Produksi Daun Tembakau Kering ........................................ 14
2.4 Struktur Kimia Nikotin dan Metabolitnya (Cotinin) ....................... 16
2.5 Blood-Air Barrierdi Alveoli sebagai Membran Permukaan yang
Dilewati oleh Nikotin Menuju ke Sirkulasi ..................................... 17
2.6 Blood Air Barrier Components ....................................................... 17
2.7 Skematis Jaringan Kulit dan Pori-pori Kulit secara Transdermal ... 18
2.8 Rute Utama Metabolisme Nikotin ................................................... 19
2.9 Metabolisme Nikotin dengan Persentasenya Beredar di Sirkulasi
dan yang Diekskresikan .................................................................. 20
2.10 Patofisiologi Gangguan Kardiovaskular akibat Paparan
Tembakau ........................................................................................ 24
2.11 Patogenesis Kanker pada Tobakosis ............................................... 26
2.12 Sel Darah Merah Normal (under microscope) ................................ 29
2.13 Perkembangan Hemopoiesis menurut Umur ................................... 30
2.14 Diagram Sel Punca Pluripoten Sumsum Tulang dan Galur-
Galur Sel Keturunannya .................................................................. 31
2.15 Skema Lingkungan Mikro Sumsum Tulang ................................... 33
2.16 Pembentukan Sel Darah Merah ....................................................... 36
2.17 Fungsi Mekanisme Eritopoietin ...................................................... 40
2.18 Komponen Darah ............................................................................ 41
3.1 Contoh Pemeriksaan Kadar Hematokrit Metode Mikrohematokrit 53
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
19/108
xix
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
20/108
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Surat Identifikasi ................................................................... 43
Lampiran B. Ethical Clearence .................................................................. 44
Lampiran C. Uji Normalitas ....................................................................... 46
Lampiran D. Uji Normalitas Transformasi ................................................. 47
Lampiran E. Uji Korelasi ........................................................................... 48
Lampiran F. Uji Regresi .............................................................................. 49
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
21/108
1
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1.Latar Belakang
Perindustrian merupakan salah satu sarana penyedia lapangan kerja yang
potensial dan menyerap banyak tenaga kerja, terlebih industri tembakau (Likke, et
al, 2000). Pesatnya pergerakan industri tembakau di Jember terekam dalam data
Badan Pusat Statistik Kab. Jember tahun 2014, tenaga kerja pabrik pada usaha
rumahan atau pabrik dalam skala besar yang dipekerjakan sebanyak 58.879
orang.
Banyaknya tenaga kerja yang diserap oleh industri tembakau ternyata juga
menimbulkan dampak negatif, terlebih dari debu tembakau yang menjadi polutan
industri (Zarima, 2011). Debu tembakau yang merupakan residu dari proses
produksi dengan bahan baku berupa daun tembakau (Widyawati, 2004). Daripenelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa kandungan terbesar debu
tembakau adalah nikotin (Trikunakornwong, et al, 2009). Rata-rata konsentrasi
nikotin pada debu tembakau berada dalam range 0,0470,154 mg/m3. Nikotin
berupa alkaloid yang bersifat sedatif narkotik sekaligus emetik, depresan jantung
dan antispasmodik (Dorland, 2010). Semua penyakit yang terjadi akibat paparan
debu tembakau bernikotin dilingkungan kerja sering dikenal dengan istilah
Tobakosis (Ravenholt, 2008). Menurut data yang dihimpun oleh INCHEM
(International Programmer on Chemical Safety) pada tahun 2015, seorang akan
mengalami tobakosis setelah 15 20 tahun terpapar. Namun, perubahan secara
hematologi akan terjadi lebih awal pada 3 5 tahun awal terpapar nikotin (Asif,
et al., 2013)
Dalam penelitian lain, nikotin dalam tembakau terbukti dapat menginduksi
hematopoiesis ekstramedular yakni di organ limpa (spleen). Induksi yang terjadi
akan merangsang peningkatan sel pluripoten untuk membentuk BFU-E, CFU-E,
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
22/108
2
CFU- GM, CFU-Eos dan CFU-B (Pandit, et al, 2006). Keberadaan CFU E dan
BFU E akan berlanjut pada peningkatan produksi eritrosit dan peningkatan
hemoglobin. Kemudian, di lain penelitian yang membahas tentang perubahan
parameter hematologi pada paparan nikotin melalui merokok dilaporkan terdapat
anomali nilai hematologi, yakni peningkatan pada hasil RBC count, WBC count,
Hb level danPCT level. Peningkatan eritrosit akan meningkatkan viskositas darah
yang dapat dinyatakan dalam kadar hematokrit (Asif, et al., 2013).
Selain itu, pada penelitian yang mengkaji tentang relasi norepinefrin,
epinefrin, ADH dan nikotin menyatakan bahwa keberadaan nikotin dalam tubuh
akan merangsang pelepasan epinefrin, norepinefrin dan ADH yang akibatnya
adalah vasokontriksi, retensi air dan garam, hingga minimnya vaskularisasi dan
pasokan oksigen (Mendelson, et al, 2005). Minimnya pasokan oksigen akan
merangsang eritropoitin dan akan meningkatkan eritrosit dan hemoglobin
(Sherwood, 2012). Manifestasi akhirnya adalah peningkatan viskositas darah yang
dapat diketahui melalui kadar hematokrit (Guyton dan Hall, 2007).
Sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan tobakosis selalu menjadikan
perokok sebagai subyek penelitian yang terpapar nikotin. Berdasarkan data dari
Research Cancer UKdi tahun 2010,prevalensi kejadian tobakosis pada usia > 16
tahun di Inggris sebesar 23 % pada pria dan 20 % pada wanita. Di Indonesia
belum ada penelitian yang menghimpun data mengenai kejadian tobakosis di
Indonesia terlebih di lingkungan kerja sehingga pengaruh paparan debu tembakau
yang mengandung nikotin pada kesehatan pekerja belum benyak diketahui dan
diteliti. Hal ini semakin memicu peneliti untuk melakukan penelitian ini.
Berdasarkan uraian diatas serta mengingat pengaruh paparan debu tembakau
bagi kesehatan pekerja pabrik yang jika tidak diketahui dan dicegah secara dini
akan bermanifestasi sebagai bermacam gangguan patologis berupa tobakosis.
Tobakosis yang terjadi dan keadaan industri tembakau Jember dengan banyak
pekerja tentunya ingin mengurangi serta mencegah pengaruh tersebut secara dini.
Salah satu langkah mengetahuinya secara dini adalah pengukuran kadar
hematokrit yang mencerminkan dari keadaan patologis secara hematologi. Maka
dari itu, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh paparan debu tembakau pada
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
23/108
3
kadar hematokrit pekerja pabrik sebagai potret kesehatan pekerja pabrik dan untuk
mengetahui jangka waktu perubahan hematologi direkrut tiga kelompok pekerja
dengan lama kerja berbeda, yaitu 05 tahun sebagai kelompok baru terpapar dan
kemungkinan belum terjadi perubahan hematologi, 6 19 tahun dan 20tahun
kerja sebagai kelompok yang telah terjadi perubahan hematologi. Selain itu, untuk
mengurangi faktor bias peneliti hanya merekrut pekerja yang hanya terpapar
nikotin dari paparan debu tembakau atau dengan kata lain hanya pekerja dengan
status non-perokok aktif.
2.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian , maka permasalahan yang dirumuskan
adalah Bagaimana pengaruhpaparan debu tembakau terhadap perubahan kadar
hematokrit pada pekerja pabrik tembakau non perokok?
2.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini disusun dengan dua tujuan, yakni tujuan umum sebagai tujuan
utama penelitian dan tujuan khusus sebagai tujuan yang menunjang penelitian.
2.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lama
paparan debu tembakau terhadap perubahan viskositas darah yang diketahui
melalui pemeriksaan kadar hematokrit darah yang terjadi pada pekerja pabrik
tembakau non perokok.
2.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi pekerja pabrik berdasarkan lama paparan
dalam tahun.
b. Untuk mengetahui karakteristik general pekerja pabrik tembakau.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
24/108
4
c.
Untuk mengetahui karakteristik tanda-tanda vital pekerja pabrik
tembakau.
d. Untuk mengetahui karakteristik riwayat kesehatan pekerja pabrik
tembakau.
e. Untuk mengetahui distribusi kadar hematokrit yang terjadi pada
pekerja pabrik tembakau.
2.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat bagi beberapa komponen, yaitu:
Bagi pekerja pabrik (masyarakat)
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan mengenai bahaya
paparan nikotin melalui debu tembakau bagi kesehatan sehingga diperlukan
adanya kesadaran untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk
mengurangi paparan debu tembakau.
Bagi pemilik pabrik/industri
Penelitian ini dapat menjadi sebagai bahan masukan bagi perusahaan
untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam menunjang pelaksanaan
kesehatan dan keselamatan kerja para pekerjanya.
Bagi instansi, Fakultas Kedokteran Universitas Jember
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu literatur ataupun referensi pada
penelitian-penelitian selanjutnya mengenai Ilmu Kesehatan Masyarakat atau
Patologi Klinik.
Bagi pemerintah
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam menentukan
kebijakan-kebijakan tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja pekerja
pabrik terutama kebijakan mengenai penggunaan APD.
Bagi peneliti
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
25/108
5
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan
pengetahuan dan pengalaman. Selain itu, sebagai sarana penerapan ilmu yang
didapat dari proses belajar di Fakultas Kedokteran.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
26/108
6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Udara
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai
Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas
manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik. Menurut Peraturan
Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/atau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
memburuk.
Udara tidak pernah bebas dan bersih dari partikel-partikel asing yang jika
konsentrasinya terlalu tinggi akan memperburuk kualitas udara dan mengganggu
kesehatan. Hal ini tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No.1407/MENKES/SK/IX/2002, yang menyatakan bahwa pencemaran udara,
adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke
dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.
Menurut World Health Organization (WHO), pencemaran udara adalah
pencemaran udara yang terjadi lingkungan indoor atau outdoor dengan bahan
kimia, agen fisik atau biologis yang mengubah karakteristik alami dari atmosfer.
Perangkat rumah tangga pembakaran, kendaraan bermotor, fasiltas industri dan
kebakaran hutan merupakan sumber umum dari polusi udara. Polutan dari
masalah kesehatan masyarakat yang utama termasuk partikulat, karbon
monoksida, ozon, nitrogen dioksida. Polusi udara menyebabkan gangguan
pernapasan, iritasi mata, iritasi kulit dan penyakit lainnya, yang dapat berakibat
fatal.
Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan atau
zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi
udara dari susunan atau keadaan normalnya. Keberadaan bahan atau zat asing
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
27/108
7
tersebut di dalam udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan dapat
menimbulkan gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan
(Wardhana, 2004).
Tabel 2.1 Kriteria Udara Bersih dan Udara Tercemar
Sumber : World Health Organization, 1986
2.1.1 Jenis Pencemaran Udara
Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (Sunu, 2001):
1. Berdasarkan bentuk
a. Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena
dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya : CO2, CO, SOx, NOx.
b. Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari
zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan,
cairan maupun padatan-cairan. Contohnya : debu, asap, kabut dan
lain-lain.2.
Berdasarkan tempat
a.Indoor air pollution disebut juga pencemaran udara dalam ruang.
Biasanya asap rokok, asap dapur dan lain sebagainya.
b. Outdoor air pollution yang disebut juga pencemaran udara bebas
seperti asap-asap dari industri maupun kendaraan bermotor.
3. Berdasarkan efeknya terhadap kesehatan
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
28/108
8
a.
Iritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi
jaringan tubuh, seperti nikotin yang mengiritasi mata.
b. Asfiksia, adalah suatu kondisi kekurang oksigen dan tidak dapat
melepas karbon dioksida dalam tubuh. Zat penyebabnya adalah CO2,
H2S, NH3dan CH4.
c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya
merupakan pencemaran udara dalam ruang. Contohnya,
Formaldehide dan alkohol.
d. Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat
penyebabnya seperti Timbal, Cadmium, Fluor, Nikotin dan
Insektisida
4. Berdasarkan susunan kimia
a.
Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung karbon
seperti asbestos, ammonia, asam sulfat dan lain-lain.
b. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti
pestisida, herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-lain.
5.
Berdasarkan asalnya
a. Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke
udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan
membahayakan. Contohnya: CO2yang meningkat diatas konsentrasi
normal.
b.
Sekunder , adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil
reaksi antara zat polutan primet dengan komponen alamiah.
ContohnyaPeroxy Acetil Nitrat (PAN).
2.1.2 Pencemaran Udara melalui Partikel (Debu)
Pencemaran udara melalui partikel atau debu merupakan salah satu jenis
pencemaran udara yang berdasarkan bentuk bentuknya (Sunu, 2001). Debu
adalah zat kimia pada, yang dihasilkan dari kekuatan-kekuatan alami atau mekanis
seperti pengolahan industri, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
29/108
9
lain-lain dari bahan non organik maupun organik (Suma'mur, 2009). Menurut
Departemen Kesehatan RI (2005) debu ialah partikel-partikel kecil yang
dihasilkan oleh proses mekanis. Jadi, pada dasarnya pengertian debu adalah
partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun mekanik.
2.1.2.1Sifat Fisika dan Kimia
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)merupakan
campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang
terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron500
mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif
lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam tubuh
manusia melalui saluran pernapasan, mengganggu daya tembus pandang mata dan
bermanifestasi pada berbagai reaksi kimia di udara (Departemen Kesehatan,
2008).
2.1.2.2Konsentrasi Debu di Lingkungan Kerja
Konsentrasi debu pada udara ambien di Indonesia diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/MENKES/SK/XI/2002
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2002) tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Berdasarkan Surat
Keputusan tersebut, nilai baku mutu konsentrasi debu maksimal ditetapkan
10mg/m3 untuk waktu pengukuran rata-rata 8 jam. Secara internasional
konsentrasi Total Suspended Particle (TSP) ditetapkan dalam National Ambient
Air Quality (NAAQ) EPA sebesar 260 g/m3untuk waktu pengukuran satu tahun
sedangkan PM 10 ditetapkan sebesar 150 g/m3 untuk waktu pengukuran 24 jam
dan 50 g/m3 untuk waktu pengukuran satu tahun (US.EPA, 2004 dalam
Putranto, 2007).
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
30/108
10
2.1.2.3Jalan masuk Debu ke dalam Tubuh
Terdapat tiga rute masuknya debu ke dalam tubuh (Putranto, 2007),
yakni:
1. Inhalation adalah jalan masuk yang paling signifikan substansi yang
berbahaya masuk dalam tubuh melalui pernapasan dan dapat
menyebabkan penyakit baik akut maupun kronis.
2. Absorbtion adalah paparan debu masuk ke dalam tubuh melalui
absorbsi kulit dan dapat menyebabkan iritasi dan gatal.
3. Ingestion adalah jalan masuk yang melalui saluran pencernaan atau
tertelah (jarang terjadi).
Inhalasi merupakan jalan masuk debu dengan dampak yang paling besar.
Mekanisme masuk dan tertimbunnya debu di dalam paru adalah sebagai berikut
debu terinhalasi dalam partikel debu solid yang akan terdeposisi sesuai
ukurannya. Debu yang berukuran 5-10 m akan tertahan dalam saluran napas
bagian atas, debu yang berukuran 3-5 m akan tertahan dalam saluran napas
bagian tengah dan debu yang berukuran 1-3 m disebut respirable dust yang
merupakan ukuran debu yang paling berbahaya karena akan mengendap dan
tertimbun mulai dari bronchiolus terminalis hingga permukaan alveoli yang
menginduksi terjadinya inflamasi (Pudjiastuti, 2002).
Mekanisme masuknya debu ke dalam paru, menurut Putranto (2007) :
1. Kelembaman debu yang bergerak (inertia)
Pada waktu udara membelok ketika jalan pernapasan yang tidak lurus,
partikel-partikel debu yang bermassa cukup besar tidak dapat
membelok mengikuti aliran udara, tetapi terus lurus dan akhirnya
menumpuk pada lapisan mukosa dan hinggap di paru-paru.
2. Pengedapan (sedimentation)
Pada bronchioli kecepatan udara pernapasan sangat kurang, kira-kira 1
cm per detik sehingga gaya tarik bumi dapat bekerja terhadap partikel
debu dan mengendapkannya.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
31/108
11
3.
Gerak Brown terutama partikel berukuran sekitar 0,1 m, partikel-
partikel tersebut membentuk permukaan alveoli dan tertimbun di paru-
paru.
2.1.2.4Dampak Paparan Debu bagi Kesehatan
Inhalasi merupakan salah satu rute pajanan debu tembakau yang
berdampak negatif bagi kesehatan terlebih jika ada beberapa senyawa lain yang
melekat pada partikulat seperti nikotin. Selain itu, partikulat debu yang melayang
dan beterbangan menyebabkan iritasi pada mata dan mengurangi daya tembus
pandang mata (Putranto, 2007). Debu merupakan iritan yang kuat untuk
menyebabkan reflek batuk atau spasme laring. Jika debu masuk dalam paru-paru
dapat menyebabkan bronkitis, edema paru atau pneumonitis (Departemen
Kesehatan, 2012).
2.2
Debu Tembakau
Debu tembakau adalah debu yang dihasilkan selama aktifitas produksi
dengan bahan baku berupa daun tembakau. Aktifitas produksi yang menghasilkan
residu sampingan berupa debu tembakau adalah aktifitas pengeringan daun
tembakau yang mengharuskan pekerja untuk membalik daun tembakau hingga
daun kering, pemindahan daun tembakau kering ke pabrik penampungan,
penyortiran daun tembakau, pelintingan cerutu atau rokok hingga packaging
(Trikunakornwong, et al., 2009)
Daun tembakau kering merupakan hasil dari pengeringan daun tembakau
segar yang dipetik dari tanaman tembakau. Tembakau merupakan salah satu
famili Solanaceae dari genus Nicotiana. (Basuki, et al., 1999) dengan tinggi
tanaman mencapai 1,8 m dan bentuk daun yang melebar, meruncing dan dapat
mencapai panjang 30 cm (Dinas Perkebunan, 2011).
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
32/108
12
Tabel 2.2 KlasifikasiNicotiana tobacum
KlasifikasiNicotiana tobacum
Kingdom Plantae
(tumbuhan)Subkingdom Tracheobionta/Tracheophyta
(Tumbuhan berpembuluh)
Superdivisi Spermatophyta
(Tumbuhan berbiji)
Divisi Magnoliiophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida
(berkeping dua/dikotil)
Subkelas Asteridae
Ordo Solanales
Famili Solanaceae
(Suku terung-terungan)
Genus Nicotiana
Spesies Nicotiana tobacum L.
Sumber : (Basuki, et al., 1999)
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
33/108
13
Gambar 2.1 Tanaman tembakau
Secara garis besar berdasarkan iklim, tembakau yang diproduksi di
Indonesia digolongkan dalam dua kelompok yakni (Dinas Perkebunan Prov. JawaTimur, 2012) :
a.
Tembakau musim kemarau (Voor-Oogst/VO), yaitu tembakau bahan
baku rokok putih dan rokok kretek.
b. Tembakau musim penghujan (Na-Oogst/NO), yaitu tembakau bahan
baku cerutu dan cigarillo, selain itu untuk tembakau hisap dan
kunyah (susur).
Daun tembakau merupakan bahan baku rokok, baik dengan pipa maupun
digulung dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyak
dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
34/108
14
Gambar 2.2 Daun Tembakau Kering
Gambar 2.3 Proses Produksi Daun Tembakau Kering
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
35/108
15
2.2.1
Kandungan Debu Tembakau
Kandungan terbesar debu tembakau di dalam ruangan adalah nikotin dan
atrazin. Rata-rata konsentrasi nikotin pada debu tembakau dalam ruangan berada
dalam range 0,047 0,154 mg/m3 (Trikunakornwong, et al., 2009). Debu
tembakau yang merupakan residu sampingan proses produksi dengan bahan baku
berupa daun tembakau (Widyawati, 2004).
Debu tembakau mengandung nitrogen (N) dalam jumlah yang cukup besar
sekitar 2,35% dan fosfor (P) yakni 937 g/g (Chaturvedi, et al., 2008). Debu
tembakau memiliki karbon organik tinggi (Adediran, et al.,2003).
Tabel 2.3 Komposisi Zat Kimia Debu Tembakau
Sumber : Sponza, 2002.
2.2.2 Nikotin
Nikotin merupakan alkaloid parasimpatomimetik poten dan reseptor
asetilkolin nikotinik (nAChR) agonis (IUPHAR Database, 2014). Selain itu,
nikotin adalah merupakan alkaloid utama tembakau dengan komposisi 1,5% dari
berat daun tembakau (Benowitz, et al., 2010) dan terakumulasi di akar dan
melimpah di daun tembakau (Haidar, et al., 2010). Sekitar 10 15 % nikotin
terabsorbsi ke sirkulasi sistemik (Benowitz, et al., 1987). Nikotin adalah zat
adiktif. Dalam dosis yang rendah (kurang dari 2 mg) bertindak sebagai stimulan
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
36/108
16
dan dalam dosis tinggi (50 100 mg) efek stimulan berubah menjadi sifat adiktif.
Sifat adiktif nikotik merupakan efek psikoaktif dan paparan tembakau terlalu lama
(California Department of Public Health, 2015).
Nikotin mendasari setiap perubahan patologis yang terjadi. Perubahan
patologis yang terjadi dipengaruhi oleh karakteristik absorbsi, distribusi dan
disposisi nikotin. Nikotin dimetabolisme di hati dengan enzim CYP2A6, UDP-
glucorunosyltransfease (UGT), dan flavin yang mengandung monooxygenase
(FMO). Selain itu, faktor genetik, diet dan makanan, usia, jenis kelamin dan
kerusakan fungsi ginjal. Biomarker nikotin yang paling banyak diaplikasikan
adalah cotinin yang merupakan metabolit nikotin. Cotinin dalam tubuh dapat
diukur dalam darah, urin, air liur, rambut dan kuku (Jacob, et al., 1999).
Gambar 2.4 Struktur Kimia Nikotin dan Metabolitnya (Cotinin)
2.2.2.1Absorbsi Nikotin
Nikotin merupakan senyawa alkoloid yang bersifat basa lemah denganpKa= 8,0. Nikotin akan masuk ke dalam saluran pernapasan dibawa oleh debu
tembakau sebagai particullated matter pada pekerja tembakau yang terpapar
langsung atau tar pada perokok aktif. Absorbsi nikotin terjadi Blood-Air-Barrier
di alveoli. Nikotin yang merupakan basa lemah akan terionisasi terlebih dahulu
sebelum melewati membran permukaan alveolus dikarenakan keadaan pH alveoli
yang cenderung netral (pH= 7,4) dan sebagian kecil nikotin akan terabsorbsi pada
membran buccalpada rongga mulut (Pankow, 2001).
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
37/108
17
Gambar 2.5Blood-Air Barrierdi Alveoli sebagai membran permukaan yang
dilewati oleh nikotin menuju ke sirkulasi.Sumber : rise.duke.edu, 2014.
Gambar 2.6Blood Air Barrier Components.Sumber :Kelly, 2014.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
38/108
18
Inhalasi debu tembakau melalui saluran pernapasan dan membran
permukaan alveoli terabsorbsi ke sirkulasi sistemik. Selain itu, nikotin juga dapat
terabsorbsi melalui kulit. Absorbsi melalui kulit merupakan salah satu resiko
terjadinya keracunan tembakau pada pekerja tembakau. Absorbsi nikotin melalui
kulit bergantung pada permeabilitas kulit. Absorbsi melalui kulit atau transdermal
dapat melalui pori-pori kulit muara dari kelenjar keringat dan pori-pori dari folikel
rambut (Fant, et al., 2000).
Gambar 2.7 Skematis jaringan kulit dan pori-pori kulit secara transdermal.Sumber: Fant, et al.,2000
2.2.2.2Distribusi Nikotin dalam Jaringan Tubuh
Setelah absorbsi, nikotin memasuki aliran darah yang derajat keasamannya
cenderung netral yakni pH=7,4 mengakibatkan 69% nikotin yang terinhalasi
mengalami ionisasi dan 31% lainnya tidak terionisasi. Nikotin terionisasi akan
berikatan dengan protein plasma (Benowitz, et al., 2010). Berdasarkan otopsi
manusia yang terpapar nikotin, organ dengan afinitas tertinggi terhadap nikotin
adalah hati, ginjal, limpa, paru-paru dan afinitas terendah terdapat pada jaringan
adiposa. Pada otot rangka, konsentrasi nikotin dan kotinin terdapat pada otot
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
39/108
19
rangka yang dekat pada pembuluh darah arteri. Nikotin dapat berikatan dengan
jaringan otak dengan afinitas yang lebih tinggi pada seorang yang terpapar nikotin
(Benowitz, et al., 2010). Selain itu, akumulasi nikotin juga terdapat di asam
lambung, plasma darah dan air liut. Akumulasi ini disebabkan oleh ion-trapping
yang terjadi di asam lambung dan air liur. Ion-trappingnikotin juga terjadi pada
air susu ibu. Nikotin juga dapat melintasiplacental-barrierdengan mudah, hal ini
terbukti dengan ditemukannya akumulasi nikotin dalam serum janin dan cairan
amnion dalam konsentrasi yang lebih tinggi dari pada serum ibu (Dempsey dan
Benowitz, 2001).
2.2.2.3Metabolisme Nikotin
Nikotin secara keseluruhan dimetabolisme oleh hepar dan menghasilkan
sejumlah metabolit. Lima metabolit utama dari nikotin yakni Kotinin, Kotinin-N-
Glukuronida, Nikotine-N-Glukuronida, Trans-3-Hidroksikotinin, dan Trans-3-
Hidroksikotinin-O-Glukuronida (Hukkanen, et al., 2005). Dalam tubuh manusia,
sekitar 7080 % nikotin dikonversi menjadi Kotinin. Konversi ini terjadi dalam
dua tahapan, tahap pertama menggunakan CYP2A6 sebagai mediatornya untuk
menghasilkan 2-Hidroksikotinin dan tahap keduanya dikatalisis oleh aldehida
oksidase sitoplasma (Benowitz, et al., 2010).
Gambar 2.8 Rute Utama Metabolisme Nikotin. Sumber : Hukkanen, et al., 2005.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
40/108
20
Gambar 2.9 Metabolisme Nikotin dengan Persentasenya beredar di Sirkulasi dan yangdiekresikan. Sumber : Helsinski, 2002
2.2.2.4Ekskresi Nikotin oleh Ginjal
Nikotin diekskresikan oleh filtrasi glomerulus dan sekresi tubular.
Ekskresi nikotin bergantung pada pH urin. Peningkatan ekskresi nikotin terjadi
pada urin asam dengan derajat keasaman pH=4,4 dan penurunan ekskresi nikotin
terjadi pada urin alkali dengan derajat keasaman pH=7,0 (Benowitz, et al., 2010).
2.3 Tobakosis
2.3.1 Definisi Tobakosis
Tobakosis adalah semua penyakit yang dihasilkan akibat dari paparan
nikotin melalui merokok, mengunyah, terinhalasi debu tembakau, dan mensusur
tembakau (Atula, 2002). Penyakit tersebut adalah kanker mulut, kanker
nasofaring, kanker laring, kanker trakea, kanker bronkus, kanker paru-paru,
kanker kerongkongan, kanker lambung, kanker hati, kanker pankreas, kanker
ginjal, kanker kandung kemih, kanker prostat dan kanker serviks serta leukemia.
Selain itu juga termasuk aterosklerosis dari sistem kardiovaskular, penyakit
jantung koroner (disertai iskemik dan infark miokard), kardiomiopati, aneurisma
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
41/108
21
aorta, perdarahan serebrovaskular dan penyumbatan; gagal ginjal dan penyakit
pembuluh darah perifer; emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik; ulkus
peptikum dan sirosis hati; dan kegagalan endokrin dan disfungsi metabolisme; dan
penyakit janin serta cacat kongenital (Ravenholt, 2008).
Tobakosis merupakan wabah yang terjadi dikarenakan ulah manusia
sendiri dan lebih berbahaya dari Black Death, cacar, malaria, hepatitis, koleran
dan TBC. Tobakosis berbeda dengan wabah mikrobiologis lainnya, seorang yang
mengalami tobakosis akan terjadi perubahan patologis dalam beberapa hari atau
minggu pemaparan, tobakosis adalah sebuah entitas penyakit yang sangat
berbahaya. Masa latennya panjang akibat paparan tembakau selama bertahun-
tahun atau puluhan tahun dan ditunjukan oleh terjadinya peningkatan salah satu
dari spektrum yang luas penyakit neoplastik dan degeneratif yang biasanya
dikaitkan dengan usia lanjut (Ravenholt, 1990).
2.3.2 Epidemiologi Tobakosis
Sejak tahun 1950, paparan tembakau telah terbukti jelas memiliki sifat
karsinogenitas. Di akhir 1950, terbukti adanya kaitan antara paparan tembakau
dengan munculnya kanker seperti kanker paru yang dianalisis dengan Case
Control-Cohort Study, karsinogen yang diidentifikasi dalam tembakau terbuksi
menyebabkan pertumbuhan pro-onkogen pada kulit tikus (Doll, 1998). Sejak itu,
peningkatan angka mortalitas pada seorang yang terpapar tembakau membuktikan
bahwa paparan tembakau bertanggung jawab sekitar 30 % dari semua kematian
akibat kanker yang terjadi terlebih di negara berkembang (Peto & Lopez, 2001).
Selain itu, paparan tembakau menyebabkan kerusakan pembuluh darah, gangguan
sistem respirasi dan mencetuskan pertumbuhan kanker, secara akumulatif paparan
tembakau menyebabkan kematian sekitar 4 -5 juta kematian per tahun di seluruh
dunia. Akumulasi ini diproyeksikan meningkat sekitar 10 juta kematian per tahun
pada 2030. Sehingga, jika paparan tembakau tetap berlanjut akan ada lebih dari 1
milyar kematian pertahun disebabkan tobakosis pada abad XXI (Vineis, et al.,
2004).
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
42/108
22
2.3.3 Faktor Resiko Tobakosis
Pekerjaan sebagai pekerja pabrik tembakau yang terpapar tembakau
melalui debu residu produksi merupakan faktor resiko terjadinya tobakosis.
Paparan debu mengandung nikotin akan menyebabkan perubahan fisiologis pada
keadaan tubuh pekerjanya. Jalur masuk debu yang paling banyak terjadi dan
paling banyak menimbun nikotin adalah jalur melalui inhalasi. Pekerja yang
terpapar debu tembakau secara kontinyu pada usia 15 - 25 tahun akan terjadi
penurunan kemampuan kerja, usia 25-35 tahun timbul batuk produktif, usia 45-55
tahun terjadi sesak hipoksemia, usia 55-65 tahun terjadi cor pulmonal sampai
kegagalan napas dan kematian (Widyawati, 2004). Sedimentasi debu yang
mengakibatkan gangguan fungsi pada pernapasan akan mempengaruhi perubahan
parameter hematologi akibat difusi nikotin kedalam sirkulasi tubuh (Asif, et al.,
2013).
Lama kerja yang mengindikasikan lamanya paparan debu tembakau pada
pekerja menunjukkan bahwa semakin lama seseorang terpajan debu, akan
semakin besar risiko terjadinya tobakosis. Pada pekerja yang berada di lingkungan
dengan kadar debu tinggi dalam waktu lama memiliki resiko yang semakin tinggi.
Masa kerja mempunyai kecenderungan sebagai faktor resiko terjadinya tobakosis
pada pekerja di industri yang berdebu lebih dari 1520 tahun ( INCHEM, 2015),
tapi perubahan hematologi sudah dapat terjadi saat 3 5 tahun terpapar nikotin
melalui aktifitas merokok (Asif et al, 2013).
2.3.4 Patogenesis dan Patofisiologi Tobakosis
a. Efek Tembakau terhadap Sistem Saraf
Terinhalasinya tembakau bernikotin dalam paru dan terabsorbsi ke
sirkulasi. Dalam tujuh detik, nikotin segera merangsang nAChR dan secara tidak
langsung merangsang pelepasan chemical messenger seperti asetilkolin,
norepinefrin, epinefrin, arginin, vasopresin, serotonin, dopamin dan beta-
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
43/108
23
endorphin di otak. Nikotin juga akan memperpanjang durasi efek positif dari
dopamin (Easton, 2002).
b.
Efek Tembakau terhadap Kardiovaskular
Tembakau yang mengandung nikotin berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular (Surgeon General of The United States, 2014). Nikotin dapat
meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung. Nikotin juga menginduksi
terjadinya aterogenesis pada sel endotel arteri koroner diakibatkan efek
simpatomimetik yang meningkat sehingga terjadi peningkatan denyut jantung,
kontraktilitas miokard, meningkatkan resistensi pembuluh darah koroner dan
mengurangi sensitivitas insulin, sehingga meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis dan lain
sebagainya (Lee & Cooke, 2012).
Aterosklerosis juga terjadi karena aktifitas nAChR (Reseptor Asetilkolin
Nikotinik). nAChR adalah protein reseptor neuron yang sinyalnya memberikan
stimulus kimia terhadap kontraksi otot. nAChR adalah reseptor kolinergik yang
membentuk saluran ion-ligand-gated dalam membran plasma neuron dan disisi
presynapticdan postsynaptic dari sambungan neuromuskuler. nAChR ditemukan
di sel saraf, sel otot, sel imun dan sel endotel (Purves, et al., 2004). Aktifasi dari
nAChR mengakibatkan induksi proliferasi sel otot polos vaskular dan migrasinya
menuju lapisan endotel (Lee & Cooke, 2012).
Dilain sisi, nikotin yang pada metabolismenya menghasilkan enam
metabolit yang juga bersifat toksik. Toksik lain tersebut menyebabkan inflamasi
sehingga terjadi induksi sitokin dan stress oksidatif yang terjadi juga merangsang
resistensi insulin (sensitifitas insulin berkurang) sehingga terjadi disfungsi
endotel. Resistensi insulin yang terjadi menyebabkan kadar glukosa meningkat
dan proses anabolisme kolesterol meningkat. Peningkatan kolesterol serum
mengakibat resiko pembentukan trombus dan terjadinya aterosklerosis meningkat
(Nancy, et al., 2013).
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
44/108
24
Gambar 2.10 Patofisiologi Gangguan Kardiovaskular akibat Paparan Tembakau
Sumber : (Nancy, et al., 2013)
c.
Efek Tembakau terhadap Sistem Gastrointestinal
Paparan tembakau dapat menyebabkan ulkus peptikum dan timbulnya
kanker di saluran pencernaan (Wu dan Cho, 2004). Beberapa faktor menyebabkan
tercetusnya proses ulserogenesis tetapi sekresi asam lambung masih dianggap
salah satu faktor utama yang agresif dalam pembentukan ulkus. Pada paparan
tembakau kronis ditemukan peningkatan asam lambung. Hal ini disebabkan oleh
sensitifitas reseptor muskarinik meningkat dan manifestasi akhirnya adalah
peningkatan sekresi asam lambung dan menyebabkan dispepsia bagi
penderitanya.
Selain ulserogenesis pada lambung, paparan tembakau juga menyebabkan
peningkatan perkembang-biakan Helicobacter pyloridi lambung. Dalam hal ini,
nikotin dibuktikan memiliki kemampuan untuk mempotensisasi aktivitas
vacuolating toksinH. pilory. Pada akhirnya, paparan nikotin dapat menyebabkan
perkembangan gastritis atrofi dan metaplasia usus pada infeksiH. pilory (Wu dan
Cho, 2004).
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
45/108
25
d. Efek Tembakau terhadap Sistem Respirasi
Inhalasi tembakau pada non-perokok dapat menyebabkan inisiasi
rangsangan untuk batuk dan bronkokontriksi saluran pernapasan. Sehingga,
paparan tembakau pada akhirnya akan menyebabkan batuk dan obstruksi jalan
napas. Obstruksi ini disebabkan oleh bronkokontriksi yang terjadi akibat stimulai
ujung saraf aferen pada mukosa bronkus dan dimediasi melalu jalur kolinergik
parasimpatis (Hanssons, et al., 1994).
e.
Efek Tembakau terhadap Sistem Reproduksi dan Janin
Paparan tembakau pada wanita juga dapat menyebabkan gangguan pada
sistem reproduksi, berkontribusi pada abortus, premature delivery, low birth
weight, sudden infant death dan attention hyperactivity deficit disorders. Selain
itu, paparan tembakau juga menyebabkan ketidak-teraturan siklus menstruasi,
komplikasi kehamilan, penurunan kesuburan dan berefek anti-estrogenik pada
wanita (Weisberg, 1985).
Paparan tembakau pada pria dapat menyebabkan kelambatan
spermatogenesis dan penurunan steroidogenesis. Steroidogenesis pada pria
merupakan hal penting, dikarenakan relasinya dengan sindroma metabolik dan
penyakit jantung koroner. Selain itu, dampak paparan tembakau pada pria adalah
ejakulasi dini dan mengurangi ereksi penis; namun hal ini tergantung pada
sensitifitas dan kerentanan individu (Oyeyipo, et al., 2011).
f.
Efek Tembakau terhadap Pertumbuhan Sel kanker
Inhalasi kronis tembakau pada jaringan dan sel yang terpapar akan
merangsang kuat menculnya mutagen dan carcinogen (Ravenholt, 1990). Paparan
tembakau yang mengandung nikotin dan dalam metabolismenya menghasilkan
enam metabolit mayor. Metabolit mayor inilah yang menyebabkan efek
genotoksik dengan cara DNA adduction. DNA adduction menyebabkan mutasi
pada gen vital seperti K-Ras dan p53. Selain itu, nikotin mengaktivasi reseptor
asetilkolin nikotinik (nAChR) dan -Adrenergik reseptor (-ARS) yang
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
46/108
26
bermanifestasi sebagai proliferasi sel. Pada kelanjutannya, akan menyebabkan
progresi siklus sel, angiogenesis, metastasis sel kanker dan pertumbuhan sel
kanker. Hal ini terjadi karena nAChR dan -ARS adalah reseptor faktor
pertumbuhan epidermal (Epidermal Growing Factor/EGFR). Berbagai kaskade
sinyal yang disebabkan oleh nikotin melalui nAChR, termasuk jalur MAPK/ERK,
PI3K/AKT dan sinyal JAK/STAT. Selain itu, aktivasi nAChR juga menginduksi
Src-Kinase dengan cara 1--arrestin yang mengarah ke inaktivasi protein Rb dan
mengakibatkan ekspresi gen proliferasi E2F1(gen regulator proliferasi sel) yang
menyebabkan peningkatan proliferasi sel dan resisten terhadap apoptosis (Schaal
dan Chellappan, 2014).
Gambar 2.11 Patogenesis Kanker pada Tobakosis (Sumber : Ravenholt, 2008)
g.
Efek Tembakau terhadap Perubahan Hematologi
Perubahan parameter hematologi yang diakibatkan oleh paparan tembakau
dapat menginisiasi berbagai gangguan vaskular (Sharif, et al., 2014). Perubahan
parameter hematologi terjadi karena gangguan pada proses proliferasi, diferensiasi
dan self-renewal dari sel sumsum tulang hemopoiesis yang prosesnya diatur
dengan sangat terstruktur. Pengaturan ini diperankan oleh sitokin, interleukin dan
kemokin, serta oleh matriks ekstraselular (ECM) dan molekul adhesi.
Kompartemen selular dari sumsum tulang terdiri dari populasi heterogen sel
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
47/108
27
matang, termasuk sel-sel progenitor hemopoietik pada berbagai tahap diferensiasi
dan stroma sel. Sel stroma merupakan bagian integral dari jaringan regulasi dalam
lingkungan mikro sumsum tulang dan berperan penting dalam hemopoiesis. Sel
stroma berkontribusi dalam pembentukan stem cell niches. Stem cell niches
mengatur proliferasi, diferensiasi, dan self-renewal dari induk hemopoietik sel
stroma. Beberapa sumsum tulang berasal dari sel stroma primer. Sel stroma
primer menimbulkan bendungan sinyal regulasi sel melalui produksi sitokin,
ECM dan ekspresi molekul adhesi (Siggins, et al., 2014).
Sel stroma sensitif terhadap faktor regulasi ekstrinsik. Misalnya, hormon
steroid dan sitokin dapat mengubah produksi ECM dan sitokin oleh sel-sel stroma.
Pola ekspresi molekul adhesi dan aktivitas ligand-binding dapat mempengaruhi
paparan kimia dan sitokin. Selain itu, Platelet Derived Growing Factor(PDGF),
Fibroblast Growing Factor (FGF), Macrophage Colony-Stimulating Factor (M-
CSF) mengatur fungsi sel stroma oleh mekanisme autokrin. Disfungsi sel stroma
yang berperan dalam perubahan hematologi (Siggins, et al., 2014).
Paparan tembakau menyebabkan ketidakseimbangan dalam hemopoiesis.
Paparan ini menyebabkan pengurangan sel imunokompeten fungsional aktif. Studi
terbaru mengungkapkan bahwa sistem hematopoietik adalah salah satu sasaran
nikotin dari tembakau. Sejumlah konstituen dari nikotin yang didistribusikan ke
sirkulasi sistemik dan secara langsung mempengaruhi sel target seperti CD44
pada sumsum tulang. Proliferasi sel stroma dipengaruhi oleh sitokin, interleukin
dan kemokin. Sitokin dan kemokin induksinya dirangsang oleh CD44. CD44
merupakan target dari nikotin. Nikotin mampu merubah permukaan CD44
sehingga produksi sel stroma terinhibisi dan mempengaruhi proses hemopoiesis
(Khaldoyanidi, et al., 2001).
Selain itu, nikotin terbukti menyebabkan peningkatan hemopoiesis
ekstramedular yang menunjukkan gangguan funsi fisiologis microenvironmental
dari bone marrow niche (Siggins, et al., 2014).
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
48/108
28
2.4 Darah dan Sel Darah Merah
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, mulai dari binatang
sampai manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah sesalu berada dalam pembuluh
darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai : (a) pembawa oksigen
(oxygen carrier); (b) mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi; dan (c)
mekanisme hemostasis. Darah terdiri atas dua komponen utama :
1. Plasma darah adalah bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas
air, elektrolit, dan protein darah.
2.
Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas :
a. Eritrosit (Red Blood CellRBC)
b. Leukosit (White Blood CellWBC)
c.
Trombosit (Platelet)
(Bakta, 2006)
2.4.1 Sel Darah Merah atau Eritrosit (Red Blood CellRBC)
Sel darah merah, yang juga dikenal sebagai eritrosit, adalah sarana
pengangkutan hemoglobin, yang selanjutnya mengikat oksigen dan diedarkan ke
jaringan (oxygen carrier) (Guyton dan Hall, 2007).
2.4.2 Bentuk dan Ukuran Sel-sel Darah Merah
Sel darah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter 7,8 m
dan dengan ketebalan 2,5 m pada bagian yang paling tebal serta 1 m dibagian
tengahnya. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90 95 m3. Bentuk sel
darah merah seperti kantung elastis mengikuti lebar kapiler yang dilalui dan tidak
mudah mengalami ruptur (Guyton dan Hall, 2007).
2.4.3 Konsentrasi Sel-sel Darah Merah
Pada pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per milimeter kubik
adalah 5.200.000 ( 300.000); pada wanita normal, 4.700.000 ( 300.000)
(Guyton dan Hall, 2007).
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
49/108
29
2.4.4 Jumlah Hemoglobin dalam Sel
Sel-sel darah merah mampu mengonsentrasikan hemoglobin dalam cairan
sel 34 gram per 100 mililiter sel. Kandungan hemoglobin dalam sel darah merah
mempengaruhi kadar hematokritnya. Kadar normal hematokrit 40 45 % dengan
kandungan hemoglobin pada pria normal 15 gram hemoglobin per 100 mililiter
sel; pada wanita normal 14 gram per 100 mililiter sel. Dalam hubungannya
sebagai oxigen carrier, setiap gram hemoglobin murni mampu berikatan dengan
1,34 mililiter oksigen (Guyton dan Hall, 2007).
Gambar 2.12 Sel Darah Merah Normal (under microscope)
2.5 Hematopoiesis
2.5.1
Definisi
Hematopoiesis atau hemopoesis adalah proses pembentukan darah.
Tempat hemopoesis pada manusia berpindah-pindah sesuai dengan usianya :
a. Yolk sac : umur 03 bulan intrauterin
b. Hati dan spleen : umur 36 bulan intrauterin
c. Sumsum tulang : umur 4 bulan intrauterin hingga dewasa.
(Bakta, 2006)
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
50/108
30
Gambar 2.13 Perkembangan Hemopoesis menurut umur (Sumber :Bakta, 2006)
2.5.2 Sel Punca Hemopoietik (Hemapoietic Stem Cell)
Sel Punca hemopoietik adalah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-
sel darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan juga beberapa
sel dalam susmsum tulang seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif di
sebut sebagai Pluripotent (Totipotent) Stem Cell. Sel punca (induk) pluripoten
mempunyai sifat :
a. Self renewal adalah kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga
tidak akan pernah habis meskipun terus membelah;
b.
Proliferatif adalah kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
c. Diferensiatif adalah kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-
sel dengan fungsi tertentu.
(Bakta, 2006)
Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik
dapat dibagi menjadi :
a.
Pluripotent (Totipotent) stem cell : sel induk yang mempunyai
kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.
b. Committed stem cell : sel induk yang mempunyai kemampuan untuk
berdifensiasi melalui salah satu garis turunan sel (cell line). Sel induk
yang termasuk golongan ini ialah sel induk mieloid dan sel induk
limfoid.
Yolk Sac
Bone Mar row (distal long bone)
Hepar & Spleen
Bone Mar row (axial skeleton)
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
51/108
31
c.
Oligopotent stem cell : sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi
hanya beberapa jenis sel. Misalnya, CFU-GM (Colony Forming Unit-
Granulocyte/Monocyte) yang dapat berkembang hanya menjadi sel-sel
granulosit dan sel-sel monosit.
d. Unipotent stem cell : sel induk yang hanya mampu berkembang
menjadi satu jenis sel saja. Contoh : CFU-E (Colony Forming Unit
Erythrocyte) hanya dapat menjadi eritorosit.
(Bakta, 2006)
Semula sel induk hemopoetik hanya berada dalam sumsum tulang, setelah
berdifensiasi menjadi sel matang kemudian dilepaskan ke darah tepi. (Hoffbrand
dan Moss, 2013)
Gambar 2.14 Diagram Sel Punca Pluripoten Sumsum Tulang dan Galur-galur SelKeturunannya (Sumber : Leyley, 2014)
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
52/108
32
2.5.3
Lingkungan Mikro (Microenvirontment) Sumsum Tulang
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan
sel induk tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :
a.
Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang
b. Sel-sel stroma : sel endotel, sel lemak, fibrolast, dan sel retikulum
(blanket cell)
c. Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemanektin, laminin, kolagen,
dan proteoglikan.
Lingkungan mikro dalam hematopoiesis memiliki fungsi sebagai berikut :
a.
Penyedia nutrisi dan bahan hematopoiesis yang dibawa oleh peredaran
darah mikro dalam sumsum tulang.
b. Penyalur komunikasi antarsel (cell to cell communication), terutama
ditentukan oleh adanya adhesion molecule.
c. Penghasil zat yang mengatur hematopoiesis seperti hematopoiesis
growth factor, cytokine; dan lain-lain.
(Bakta, 2006)
Hubungan antara semua komponen tersebut membentuk suatu struktur
yang sangat komplek dan digambarkan secara skematis seperti gambar 2.6.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
53/108
33
Gambar 2.15 Skema lingkungan mikro sumsum tulang (Sumber : Hoffbrand dan Moss,2013)
2.5.4 Bahan-bahan Pembentuk Darah
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembentukan darah adalah (Bakta,
2006) :
a. Asam folat dan vitamin B12, merupakan bahan pokok pembentuk
inti sel.
b. Besi, sangat diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, cobalt,
magnesium, cuprum, zink.
c. Asam amino
d.
Vitamin lain : vitamin C, vitamin B kompleks dan lain-lain.
Sumsum tulang yang normal merupakan bagian esensial dari
hematopoiesis. Apabila struktur atau fungsi sumsum tulang terganggu maka dapat
menimbulkan kelainan. Gangguan sumsum tulan dapat terjadi oleh karena :
a. Kegagalan produksi sel, dijumpai pada anemia aplastik.
b.
Kegagalan maturasi sel, dijumpai pada sindroma mielodisplastik.
c. Produksi sel-sel yang tidak normal, misalnya pada thalasemia,
hemoglobinopati dan lain-lain.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
54/108
34
d.
Hilangnya mekanisme regulasi normal, seperti pada leukemia akut,
penyakit mieloproliferatif, penyakit limfoproliferatif
Gangguan sumsum tulang meninmbulkan berbagai jenis penyakit.
Penyakit-penyakit yang mengenai sel induk hematopoietik antara lain :
a. Leukemia mieoloid akut
b. Leukemia mieloid kronik
c. Sindroma preleukemia (myelodysplastic syndrome)
d. Polisitemia vera
e. Myelofibrosis with myeloid metaplasia
f.
Anemia aplastik
g. Cyclic neutropenia
2.5.5 Proses Hemopoiesis
Sel darah memulai kehidupannya di sumsum tulang dari suatu tipe sel
yang disebutsel stem hematopoietik pluripotent (Hematopoietic Stem CellHSC),
yang merupakan asal dari semua sel dalam darah sirkulasi. Gambar 2.14
memperlihatkan urutan pembelahan sel-sel pluripoten untuk membentuk berbagai
sel darah sirkulasi. Sewaktu sel-sel darah ini bereproduksi, ada sebagian kecil dari
sel-sel ini yang bertahan persis seperti sel-sel pluripoten asalnya dan disimpan
dalam sumsum tulang guna mempertahankan suplai sel-sel darah tersebut,
walaupun jumlahnya berkurang seiring dengan pertambahan usia. Sebagian besar
sel-sel yang bereproduksi akan berdiferensiasi untuk membentuk sel-sel tipe lain.
Sel yang berada pada tahap pertengahan sangat mirip dengan sel stem pluripoten,
walaupun sel-sel ini telah membentuk suatu jalur khusus pembelahan sel dan
disebut commited stem cells (Guyton dan Hall, 2007).
Berbagai commited stem cells, bial ditumbukan dalam biakan, akan
menghasilkan koloni tipe sel darah yang spesifik. Suatu commited stem cellsyang
menghasilkan ertirosit disebut unit pembentuk koloni eritrosit (Colony-Forming
Units- Erythrocyte) digunakan untuk menandai jenis sel stem ini (Guyton dan
Hall, 2007).
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
55/108
35
Pertumbuhan dan reproduksi berbagai sel stem diatur oleh bermacam-
macam protein yang disebut penginduksi pertumbuhan. Salah satu penginduksi
pertumbuhan adalah interleukin-3 (IL-3), yang memulai pertumbuhan dan
reproduksi hampir semua jenis commited stem cells yang berbeda-beda,
sedangkan yang lain hanya menginduksi pertumbuhan pada tipe-tipe sel yang
spesifik (Guyton dan Hall, 2007).
Penginduksi pertumbuhan akan memicu pertumbuhan dan bukan memicu
diferensiasi sel-sel. Diferensiasi sel adalah fungsi dari rangkaian protein yang lain,
yang disebut penginduksi diferensiasi. Masing-masing protein ini akan
menghasilkan satu tipe commited stem cellsuntuk berdiferensiasi sebanyak satu
langkah atau lebih menuju ke sel darah dewasa bentuk akhir (Guyton dan Hall,
2007).
Pembentukan penginduksi pertumbuhan dan penginduksi diferensiasi yang
dikendalikan oleh faktor-faktor diluar sumsum tulang. Contohnya, pada eritrosit,
paparan darah dengan oksigen yang rendah dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan induksi pertumbuhan, diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam
jumlah yang sangat banyak (Guyton dan Hall, 2007).
2.5.6 Tahap-tahap Diferensiasi Sel Darah Merah
Sel pertama yang dapat dikenali sebagai bagian dari rangkaian sel darah
merah adalah proeritroblas. Dengan perangsangan dari eritropoietin, proeritroblas
dibentuk dari sel-sel stem CFU-E. Begitu proeritroblas terbentuk, akan membelah
beberapa kali, sampai akhirnya membentuk banyak sel darah merah yang matur.
Sel-sel generasi pertama ini disebut basofil eritroblas sebab dapat dipulas dengan
zat warna basa; sel yang terdapat pada tahap ini mengumpulkan sedikit sekali
hemoglobin. Pada generasi setelah basofil eritroblas, sel sudah dipenuhi oleh
hemoglobin dengan konsentrasi sekitar 34%, nukleus memadat menjadi kecil, dan
sisa akhirnya diabsorbsi atau didorong keluar dari sel. Pada saat yang sama,
retikulum endoplasma direabsorbsi. Sel pada tahap ini disebut retikulosit karena
masih mengadung sejumlah kecil materi basofilik, yaitu terdiri dari sisa-sisa
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
56/108
36
aparatus golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasma lainnya. Selama tahap
retikulosit ini, sel sel berjalan dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler darah
dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran kapiler) (Guyton dan
Hall, 2007). Materi basofilik yang tersisa dalam retikulosit normalnya akan
menghilang dalam 1 2 hari, dan sel kemudia menjadi eritrosit matur, karena
waktu hidup retikulosit ini pendek, maka konsentrasinya diantara semua sel darah
merah normalnya sedikit kurang dari 1% (Guyton dan Hall, 2007).
Gambar 2.16 Pembentukan Sel Darah Merah (Sumber : Guyton dan Hall, 2007)
2.5.7 Mekanisme Regulasi Hemopoiesis
Mekanisme regulasi dilakukan untuk mengatur arah dan kuantitas
pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke
darah tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon kebutuhan tubuh yang tepat.
Produksi komponen darah yang berlebihan atau kekurangan akan menimbulkan
penyakit. Zat-zat yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi hematopoiesis
adalah :
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
57/108
37
a.
Faktor pertumbuhan hematapoiesis ( Hematopoietic Growth
Factor), yakni : GM-CSF, G-CSF, M-CSF, Thrombopoietin, BPA,
danKit Ligand.
b.
Sitokin (Cytokine) seperti : IL-3, IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9, IL-
10, dan IL-11. Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk
oleh sel-sel darah seperti limfosit, monosit atau makrofad dan
sebagian sel-sel penunjang seperti fibroblas dan endoterl. Sitokin
ada yang merangsang pertumbuhan sel induk (stimulatory
cytokine) sebagian lagi menekan pertumbuhan sel indul (inhibitory
cytokine). Kesetimbangan kedua jenis sitokin ini sangat
menentukan proses hematopoiesis normal.
c. Hormon hematopoietik spesifik seperti eritropoietin yakni hormon
yang dibentuk di ginjal khusus untuk merangsang pertumbuhan
prekursor eritroid.
d. Hormon nonspesifik, yakni beberapa jenis hormon yang diperlukan
dalam jumlah kecil untuk hematopoiesis, seperti :
Androgen, yang berfungsi menstimulasi eritropoiesis
Estrogen, yang menimbulkan inhibisi eritropoiesis
Glukokortikoid
Growth hormone
Hormon tiroid
Dalam regulasi hematopoiesis normal terdapatfeedback mechanism, yakni
suatu mekanisme umpan balik yang dapat merangsang hemopoesis jika tubuh
kekurangan komponen darah (positive loop) atau menekan hematopoiesis jika
tubuh kelebihan komponen darah tertentu (negative loop).
(Bakta, 2006)
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
58/108
38
2.6 Erithropoiesis
2.6.1 Definisi
Eritropoiesis adalah proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum
tulang hingga terbentuk eritrosit matang dalam darah tepi yang dipengaruhi dan
dirangsang oleh hormon eritropoietin. Eritropoietin adalah hormon glikoprotein
yang terutama dihasilkan oleh sel-sel interstisium peritubulus ginjal, dalam respon
terhadap kekurangan oksigen atas bahan globulin plasma, untuk digunakan oleh
sel-sel induk sumsum tulang. Eritropoietin mempercepat produksi eritrosit pada
semua stadium terutama saat sel induk membelah diri dan proses pematangan sel
menjadi eritrosit. Di samping mempercepat pembelahan sel, eritropoietin juga
memudahkan pengambilan besi, mempercepat pematangan sel dan
memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk masuk dalam sirkulasi
(Bakta, 2006).
2.6.2 Proses Eritropoiesis
Proses eritropoiesis diatur oleh glikoprotein bernama eritropoietin yang
diproduksi ginjal (85%) dan hati (15%). Pada janin dan neonatus pembentukan
eritropoietin berpusat pada hati sebelum diambil alih oleh ginjal (Ganong, 2008).
Eritropoietin bersirkulasi di darah dan menunjukkan peningkatan menetap pada
penderita anemia, regulasi kadar eritropoietin ini berhubungan eksklusif dengan
keadaan hipoksia. Sistem regulasi ini berkaitan erat dengan faktor transkripsi yang
dinamai hypoxia induced factor-1 (HIF-1) yang berkaitan dengan proses aktivasi
transkripsi gen eritropoeitin. HIF-1 termasuk dalam sistem detektor kadar oksigen
yang tersebar luas di tubuh dengan efek relatif luas (contoh: vasculogenesis,
meningkatkan reuptake glukosa, dan lain sebagainya), namun perannya dalam
regulasi eritropoiesis hanya ditemui pada ginjal dan hati (Rankin, et al., 2007).
Eritropoeitin ini dibentuk oleh sel-sel endotel peritubulus di korteks ginjal,
sedangkan pada hati hormon ini diproduksi sel Kupffer dan hepatosit. Selain
keadaan hipoksia beberapa zat yang dapat merangsang eritropoiesis adalah garam-
garam kobalt, androgen, adenosin dan katekolamin melalui sistem -adrenergik.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
59/108
39
Namun perangsangannya relatif singkat dan tidak signifikan dibandingkan
keadaan hipoksia (Hoffbrand, 2013).
a. Selama perkembangan intrauterus, eritrosit mula-mula dibentuk oleh
yolk sac dan kemudian oleh hati dan limpa sampai sumsum tulang
terbentuk dan mengambil alih produksi eritrosit secara ekslusif.
b. Pada anak, sebagian tulang terisi oleh sumsum tulang merah yang
mampu memproduksi sel darah. Namun, seiring dengan pertambahan
usia, sumsum kuning tulang yang tidak mampu melakukan eritropoiesis
secara perlahan menggantikan sumsum merah, yang tersisa hanya di
beberapa tempat, misalnya sternum, iga dan ujung-ujungg atas tulang
oanjang ekstremitas. Pada periode stress hematopoietik tubuh dapat
melakukan reaktivasi pada limpa, hepar dan sumsum berisi lemak untuk
memproduksi sel darah, keadaan ini disebut sebagai hematopoiesis
ekstramedular.
c. Sumsum tulang tidak hanya memproduksi sel darah merah tetapi juga
merupakan sumber leukosit dan trombosit. Di sumsum tulang terdapat
sel punca pluripoten tak berdiferensiasi yang secara terus menerus
membelah diri dan berdiferensiasi untuk menghasilkan semua jenis sel
darah.
d. Ginjal mendeteksi penurunan kapasitas darah yang mengangkut oksigen.
Jika O2yang disalurkan ke ginjal berkurang, maka ginjal mengeluarkan
hormone eritropoietin dalam darah yang berfungsi merangsang
eritropoiesis (produksi eritrosit) dalam sumsum tulang. Tambahan
eritrosit di sirkulasi meningkatkan kemampuan darah mrngangkut O2.
Peningkatan kemampuan darah mengangkut O2 menghilangkan
rangsangan awal yang memicu sekresi eritropoietin.
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
60/108
40
2.6.3
Pengaturan Produksi Sel Darah Merah melalui Peran Eritropoietin
Jumlah total sel darah merah dalam sistem sirkulasi diatur dalam kisaran
batas yang kecil, sehingga sejumlah sel-sel darah merah yang adekuat selalu
tersedia untuk mengangkut oksigen yang cukup dari paru-paru ke jaringan, namun
sel-sel tersebut tidak menjadi berlimpah sehingga aliran darah tidak terhambat.
Gambar 2.17 Fungsi mekanisme eritropoietin untuk meningkatkan produksi sel darah
merah ketika oksigenasi jaringan berkurang (Sumber : Guyton dan Hall,2007)
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
61/108
41
2.7 Hematokrit Darah
2.7.1 Definisi Hematokrit Darah
Hematokrit darah (Ht atau Hct), juga disebut sebagai Packed Cell Volume
(PCV) atau Erytrocyte Volume Fraction (EVF), adalah persentase volume (%)
dari sel darah merah dalam darah (Purves, 2004). Hematokrit merupakan bagian
integral dari pemeriksaan darah yang bertujuan untuk mengetahui persentase sel
darah merah yang berfungsi sebagai transporter oksigen dari paru ke jaringan
tubuh. Jadi, persentase hematokrit dapat menjadi acuan kemampuan transportasi
oksigen oleh sel darah merah (UCIrvine, 2006).
Secara etimologis, hematokrit berasal dari Bahasa Yunani Kuno yakni
Haema yang berarti darah dan Krites yang berarti memisahkan sehingga
Hematokrit dapat berarti memisahkan darah atau to separate blood (Sather, et al.,
2015).
Gambar 2.18 Komponen Darah (Sumber : MedlinePlus, 2015)
2.7.2 Prinsip Hematokrit Darah
Persentase volume (%) dari sel darah merah dalam darah yang dipisahkan
dari plasma dengan cara me-sentrifugasinya dengan kecepatan 11.500 15.000
rpm selama 5 menit menggunakan tabung kapiler yang berukuran tinggi 7 cm dan
-
7/26/2019 Firsty Demy C-122010101040-4
62/108
42
diameter 1 mm. Kadar hematokrit yang diperoleh menggunakan metode
mikrohematokrit.
2.7.3
Cara menentukan Hematokrit Darah
Ada dua cara menentukan nilai hematokrit, yakni makrohematokrit dengan
tabung wintrobe dan mikrohematokrit dengan tabung kapiler dengan atau tanpa
antikoagulan (Gandasoebrata, 2007).
Hematokrit dapat diukur dengan darah vena atau darah kapiler dengan
teknik makro maupun mikro. Dengan cara Wintrobe (Makrohematokrit), darah
vena yang telah dicampur antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung yang
panjangnya 100 mm, kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan 2.260 rpm
selama 30 menit. Volume eritrosit dan plasma dapat dibaca langsung pada tada
milimeter pada dinding tabung. Pada cara Mikrohematokrit, pada tabung kapiler
yang panjangnya 7 cm dan diameter 1 mm diisi dengan darah vena atau darah
kapiler. Lalu, tabung ini di sentrifugasi dengan kecepatan 11.500 15.000 rpm
selama 5 menit dan perbandingan plasma dan eritrosit diukur dengan
menggunakan alat baca berskala khusus. Cara mikrohematokrit ini cepat dan
mudah tetapi daya sentrifugal sentrifus harus dikontrol dan posisi tabung pada
saat membaca dengan skala harus tepat.
2.7.4 Nilai Normal Hematokrit
Anak : 3338 %