Fisiologi Dan Persarafan Pada Kandung Kemih Dr Bb II

12
1 A. FISIOLOGI DAN PERSARAFAN PADA KANDUNG KEMIH Vesika Urinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak 3 sampai 4 cm dibelakang simpisis pubis (tulang kemaluan). Vesica urinaria mempunyai fungsi : 1. Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh. 2. Dibantu uretra, vesica urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh. Didalam vesica urinaria mampu menampung urin antara 170-230 ml. Kandung kemih merupakan suatu ruang otot polos yang terdiri dari dua bagian utama, yaitu: a) Bagian korpus yang merupakan bagian utama kandung kemih dan tempat pengumpulan urin. b) Bagian leher berbentuk corong yang merupakan perluasan bagian korpus kandung kemih, berjalan ke bawah dan ke depan menuju segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian bawah leher kandung kemih disebut juga uretra posterior karena bagian ini berhungan dengan uretra.

description

pbl

Transcript of Fisiologi Dan Persarafan Pada Kandung Kemih Dr Bb II

4

A. FISIOLOGI DAN PERSARAFAN PADA KANDUNG KEMIHVesika Urinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak 3 sampai 4 cm dibelakang simpisis pubis (tulang kemaluan). Vesica urinaria mempunyai fungsi :

1. Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.2. Dibantu uretra, vesica urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh. Didalam vesica urinaria mampu menampung urin antara 170-230 ml. Kandung kemih merupakan suatu ruang otot polos yang terdiri dari dua bagian utama, yaitu:a) Bagian korpus yang merupakan bagian utama kandung kemih dan tempat pengumpulan urin.b) Bagian leher berbentuk corong yang merupakan perluasan bagian korpus kandung kemih, berjalan ke bawah dan ke depan menuju segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian bawah leher kandung kemih disebut juga uretra posterior karena bagian ini berhungan dengan uretra.

Gambar 1. Struktur Vesica UrinariaOtot polos kandung kemih di sebut otot detrusor. Serabut-serabut ototnya meluas ke segala arah dan ketika berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan di dalam kandung kemih hingga 40-60 mmHg. Jadi, kontraksi otot detrusor merupakan tahap utama pada proses pengosongan kandung kemih. Sel-sel otot polos pada otot detrusor bergabung satu sama lain sehingga terbentuk jalan elektrik bertahan rendah dari sel otot yang satu ke yang lain. Oleh karena itu, ptensial aksi dapat menyebar ke seluruh kandung kemih pada saat yang bersamaan.Pada dinding posterior kandung kemih, tepat diatas leher kandung kemih, terdapat aderah segitiga kecil yang disebut trigonum. Pada bagian dasar apekss trigonum, leher kandung kemih membuka kearah uretra posterior, dan kedua uretra memasuki kandung kemih pada sudut puncak trigonum. Trigonum dapta dikenali karena mukosanya (lapisan bagian dalam kandung kemih) yang halus, berbeda dengan mukosa dibagian lain kandung kemih yang berlipat-lipat membentuk rugae,. Setiap ureter, saat memasuki kandung kemih, berjalan miring melintasi otot detrusor dan kemudian berjalan lagi 1-2 cm dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan urin ke kandung kemih.Panjang leher kandung kemih (uretra posterior) adalah 2-3 cm, dan dindingnya tersusun atas otot detrusor yang membentuk jalinan dengan sejumlah besar jaringan elastik. Otot didaerah ini disebut sfingter interna. Tonus alamiahnya menahana leher kandung kemih dan uretra posterior untuk mengosongkan urin dan dengan demikian, mencegah pengosongan kandung kemih hingga tekanan pada bagian utama kandung kemih menigkat melampaui nilai ambang.Setelah melewati uretra posterior, uretra berjalan melalui diafragma uregenital, yang mengandung suatu lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini merupakan otot rangka yang volunter, berbeda dengan otot pada bagian korpus dan leher. Kandung kemih, yang seluruhnya merupakan otit polos. Otot sfingter eksterna berada di bawah kendali volunter oleh sistem saraf dan dapat digunakan untuk mencegah miksi secara sadar bahkan keika kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.B. PERSARAFAN KANDUNG KEMIHKandung kemih mendapat persarafan utama dari saraf-saraf pelvis, yang berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan segmen sakral 2 dan sakral 3 dari medulla spinalis perjalanan melalui saraf pelvis terdapat dalam 2 bentuk persarafan, yaitu serabut saraf sensorik dan serabut sarf motorik. Serabut saraf sensorik mendeteksi derajat regangan dalam kandung kemih. sinyal-sinyal regangan khususnya dari uretra posterior merupakan sinyal yang kuat dan terutama berperan untuk memicu refleks pengosongan kandung kemih.

Gambar 2. Persarafan Kandung KemihPersarafan motorik yang dibawa dalam saraf-saraf pelvis merupakan serabut parasimpatis. Saraf ini berakhir di sel ganglion yang terletak di dalam dinding kandung kemih. Kemudian sarf-saraf postganglionik yang pendek akan mempersarafi otot detrusor. Selain saraf pelvis, terdapat dua jenis persarafan lain yang penting untuk mengatur fungsi kandung kemih. Yang paling penting adalah serabut motorik skeletal yang di bawa melalui saraf pudendus ke sfingter eksterna kandung kemih. Saraf ini merupakan serabut saraf somatic yang mempersarafi dan mengatur otot rangka volunteer pada sfingter tersebut. Kandung kemih juga mendapatkan persarafan simpatis dari rangkaian simpatis melalui saraf-saraf hipogastrik, yang terutama berhubungan dengan segmen lumbal 2 dari medulla spinalis. Serabut simpatis ini terutama merangsang pembuluh darah dan member sedikit efek terhadap proses kontraksi kandung kemih. Beberapa serabut saraf sensorik juga berjalan melalui persarafan simpatis dan mungkin penting untuk sensai rasa penuh dan nyeri (pada beberapa kasus) (Guyton, 2012).Bertambahnya perubahan tekanan tonus selama pengisian kandung kemih merupakan peningkatan tekanan akut periodik yang terjadi selama beberapa detik hingga lebih dari semenit. Puncak tekanan dapat meningkat hanya beberapa sentimeter air atau mungkin meningkat hingga lebih dari 100 sentimeter air. Puncak tekanan ini disebut sebagai refleks mikturisi, dan refleks mikturisi ini dapat dibantu oleh kontraksi volunter untuk mengeluarkan urin. Pada proses pengeluaran urin terdapat 2 mekanisme, yaitu:a. Refleks BerkemihMiksi atau berkemih adalah proses pengosongan kandung kemih yang diatur oleh dua mekanisme: refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih terpicu ketika reseptor regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga 250 sampai 400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya mulai cukup meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke medula spinalis dan akhirnya, melalui antar neuron merangsang saraf parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi. Tidak ada mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internus, perubahan bentuk kandung kemih selama kontraksi akan secara mekanis menarik terbuka sfingter internus. Secara bersamaan, sfingter eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urin terdorong melalui uretra oleh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. b. Kontrol Volume BerkemihSelain memicu refleks berkemih, pengisian kandung kemih juga menyadarkan yang bersangkutan akan keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih rnuncul sebelum sfingter eksternus secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan segera terjadi. Akibatnya, kontrol volunter berkemih, yang dipelajari selama toilet training pada masa anak-anak dini, dapat mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kandung kemih dapat berlangsung sesuai keinginan yang bersangkutan dan bukan ketika pengisian kandung kemih pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika waktu refleks miksi tersebut dimulai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan kandung kemih dengan mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relatif PPE dan PPI) sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang keluar.Berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus terisi maka sinyal refleks dari reseptor regang meningkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter eksternus menjadi sedemikian kuat sehingga tidak lagi dapat diatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga sfingter melemas dan kandung kemih secara tak terkontrol mengosongkan isinya.Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, meskipun kandung kemih tidak teregang, dengan secara sengaja melemaskan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun, yang secara simultan menarik terbuka sfingter uretra internus dan meregangkan dinding kandung kemih. Pengaktifan reseptor regang yang kemudian terjadi akan menyebabkan kontraksi kandung kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara sengaja dapat dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Peningkatan tekanan intraabdomen yang ditimbulkannya menekan kandung kemih ke bawah untuk mempermudah pengosongan.

C. Mikturisi (berkemih)Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih stelah terisi oleh urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:1) Kandung kemih terisis secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas, keadaan ini akan mencetuskan tahap selanjutnya2) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih atau jika gagal, setidaknya akan menyebabkan keinginan berkemih yang di sadari. Meskipun refleks mikturisi adalah refleks medulla spinali yang bersifat autonom, refleks ini dapat di hambat atau di fasilitasi oleh pusat-pusat di korteks cerebri atau batang otak.Lapisan otot vesica urinaria terdiri dari otot polos, yang menebal pada bagian leher untuk membentuk spincter vesicae. Inervasi otot polos berasal dari pleksus nervosus hypogastricus. Serabut postganglionic simpatis berasal dari ganglia lumbalis I dan II. Truncus simpaticus, dan berjalan ke pleksus nervosus hypogastricus.Serabut praganglionik parasimpatis muncul sebagai nervus splanchnici pelvic nervus sakralis II, III, dan IV. Saraf-saraf tersebut berjalan melalui pleksus nervosus hypogastricus untuk mencapai dinding vesicae lalu bersinaps dengan neuron-neuron post ganglionik. Saraf simpatis muskulus detrusor tidak atau sedikit bekerja pada otot polos di vesica dan pembuluh-pembuluh darahSaraf simpatis muskulus spingter vesicae hanya sedikit menmbulkan kontraksi muskulus spingter untuk mempertahankan kontinensia urin.Pada laki-laki menimbulkan kontraksi aktif leher vesica selama ejakulasi sehingga mencegah cairan seminalis masuk ke vesica urinariaSerabut parasimpatis merangsang kontraksi otot polos dinding vesica dan menghambat kontraksi muskulus spingter vesicae. Daftar Pustaka

Guyton, Arthur C dan Hall John. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC.Snell, Richard S. 2013. Neuroanatomi Kilinik Edisi 6 untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC.