Fito Terapi
-
Upload
indah-almajid-utama -
Category
Documents
-
view
694 -
download
7
Transcript of Fito Terapi
1. Allii Sativi Bulbi (Umbi Bawang Putih)
Simplisia allii sativi bulbi (umbi bawang putih) berupa umbi segar atau telah
dikeringkan berasal dari tanaman Allium sativum L./Porvium sativum Rehb.,
suku Liliaceae.
Deskripsi tanaman
Berupa herba perennial, jika dihancurkan akan mengeluarkan bau
khas menyengat, ukuran umbi bervariasi tergantung dari jenisnya. Daun
tinggi bisa mencapai 40 cm bentuk agak melingkar pada bagian tengah dan
pipih pada bagian atas.
Memiliki batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun.
Bunga majemuk bentuk payung warna putih, muncul di setiap anak umbi,
memiliki 1-3 daun pelindung, seperti selaput. Akar bawang putih terdiri
dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak.
Simplisia berupa umbi majemuk bentuk hampir bulat, terdiri dari 8-
20 siung, dilapisi selaput tipis, tiap siung diselubungi 2 selaput, bagian luar
agak putih bagian dalam kemerahan melekat pada bagian padat. Warna
putih kekuningan, bau khas aromatik tajam, rasa agak pedas, lama-
kelamaan menimbulkan rasa agak tebal di bibir.
Kandungan kimia
Kandungan kimia dari Allium sativum L. yang memiliki aktivitas
biologi dan bermanfaat dalam pengobatan adalah senyawa organo-sulfur.
Kandungan senyawa organo-sulfur ini antara lain:
1) Senyawa S-alk(en)-il-L-sistein sulfoksida (ACSOs), contohnya aliin
dan -glutamilsistein, senyawa yang paling banyak terdapat dalam
bawang putih. Aliin suatu asam amino yang mengandung sulfur,
bertanggungjawab pada bau dan citarasa bawang. Aliin dan senyawa
sulfoksida yang lain, kecuali sikloaliin, segera berubah menjadi
senyawa tiosulfinat, seperti alisin, dengan bantuan enzim aliinase
ketika bawang putih segar dicincang, dipotong, maupun dikunyah
secara langsung.
2) Senyawa sulfur yang volatil seperti alisin. Alisin merupakan senyawa
yang kurang stabil, adanya pengaruh air panas, oksigen udara, dan
lingkungan basa, mudah sekali terdekomposisi menjadi senyawa
sulfur yang lain seperti dialil sulfida.
3) Senyawa sulfur yang larut dalam lemak seperti dialil sulfida (DAS),
dialil disulfida (DADS).
4) Senyawa sulfur larut air yang nonvolatil seperti S-alil sistein (SAC),
yang terbentuk dari reaksi enzimatik -glutamilsistein ketika bawang
putih diekstraksi dengan air. SAC banyak terdapat dalam berbagai
macam sediaan bawang putih, merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas biologis, sehingga adanya SAC dalam sediaan bawang putih
sering dijadikan standar bahwa sediaan bawang putih tersebut layak
atau tidak untuk dikonsumsi.
Komposisi kandungan kimia ekstrak bawang putih akan dipengaruhi
cara ekstraksi yang digunakan (lihat Gambar 2.6).
Gambar 2.4 Struktur kimia senyawa organo-sulfur dalam bawang putih.
Gambar 2.5 Perubahan enzimatis senyawa sulfidril dalam bawang putih.
Farmakologi
Memiliki sifat sebagai antioksidan, menurunkan kadar gula darah,
antimikroba, hepatoprotektor terhadap kerusakan hati yang disebabkan
oleh parasetamol, aktivitas terhadap kardiovaskuler melalui beberapa efek,
antara lain efek aterosklerosis, antihiperlipidemia, agregasi platelet,
fibrinolitik, dan menurunkan tekanan darah.
Bawang putih memiliki 3 senyawa utama yang berperan sebagai
antioksidan, yaitu dialil sulfida, dialil disulfida, dan dialil trisulfida. Ketiga
senyawa ini efektif menekan oksidasi LDL secara in vitro. Beberapa studi
klinik menunjukkan bahwa pemberian bawang putih dapat meningkatkan
resistensi LDL terhadap oksidasi. Penekanan oksidasi LDL merupakan
faktor penting dalam pencegahan aterosklerosis.
Sebagai antihiperlipidemia, menurunkan kadar kolesterol,
trigliserida dan LDL, senyawa aktif alisin menghambat dan
menghilangkan lapisan lipida pada dinding pembuluh darah, menghambat
pembentukan kolesterol dan lipida, menghambat kerja enzim human
squalene monooxygenase dan HMG-CoA reduktase.
Kandungan bawang yang berfungsi sebagai antioksidan adalah
alisin, yang berasal dari aliin yang diuraikan oleh aliinase. Aktivitas
antioksidan adalah melalui penangkapan radikal peroksida dengan
mekanisme transfer elektron.
Telah dilaporkan bahwa senyawa S-alil sistein yang ada dalam
ekstrak air umbi bawang putih menghambat enzim yang berperan pada
biosintesis lemak (HMG CoA), dan juga berkontribusi pada reduksi
kolesterol. Senyawa-senyawa dalam bawang putih mampu berkombinasi
dengan gugus -SH yang penting dalam beberapa jalur metabolisme; antara
lain lemak. Dugaan lain adanya komponen dalam umbi yang memiliki
kontribusi terhadap aksi hipokolesterolemia dengan cara menghambat
epoksidase skualen, enzim yang berperan dalam jalur biosintesis
kolesterol. Senyawa S-alil sistein juga menghambat sintesis NF-kB dan
oksidasi lipoprotein densitas rendah yang berkaitan dengan aterosklerosis,
sedangkan alisin bersifat antioksi dan dan melindungi sel endotelium dari
kerusakan LDL yang teroksidasi. Ajoene sebagai antitrombosit
dimanfaatkan pada pengobatan kardiovaskuler.
Mekanisme kerja ekstrak bawang putih sebagai kardioprotektif
dalam menurunkan tekanan darah diduga terkait dengan efek vasodilatasi
otot pembuluh darah menyebabkan tertutupnya kanal Ca2+ dan terbukanya
kanal K+ sehingga terjadi hiperpolarisasi, sehingga otot akan mengalami
relaksasi. Senyawa aktif umbi bawang putih yang diketahui memengaruhi
ketersediaan ion Ca2+ untuk kontraksi otot jantung dan otot polos
pembuluh darah adalah kelompok Ajoene. Konsentrasi ion Ca2+
intraseluler yang tinggi dapat menyebabkan vasokonstriksi yang
menyebabkan hipertensi. Senyawa dalam bawang diperkirakan dapat
menghambat masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, sehingga konsentrasi ion
Ca2+ -intraseluler menurun dan diikuti relaksasi otot yang menyebabkan
ruangan dalam pembuluh darah melebar, sehingga tekanan darah turun.
Pada percobaan in vitro alisin menghambat agregasi platelet tanpa
memengaruhi aktivitas siklooksigenase, tromboksansintase atau jumlah
adenosin monofosfat (AMP), dan memiliki aktivitas vasodilatasi,
mengurangi jumlah trombosan B2 dan prostaglandin sehingga menurunkan
tekanan darah. Ekstrak bawang putih dilaporkan dapat meningkatkan
produksi oksida nitrat yang memberikan kontribusi kepada proses
disagregasi platelet. Ekstrak air bawang putih menghambat agregasi
platelet yang diinduksi oleh ADP, kolagen, asam arakidonat, epinefrin, dan
kalsium ionofor. Bawang putih mengurangi pembentukan tromboksan,
menghambat aktivitas fosfolipase dan produk lipoksigenase yang dibentuk
pada trombosit. Bawang putih juga efektif dalam menghambat agregasi
disebabkan oleh ionofor kalsium, kemungkinan bahwa efek antiagregasi
berhubungan dengan mobilisasi intraplatelet dari kalsium. Efek
antiagregasi dari Ajoene mungkin berkaitan dengan interaksi langsung
dengan reseptor fibrinogen (GPIIb/IIa). Ajoene juga berinteraksi dengan
hemoprotein yang terlibat dalam aktivasi platelet. Alisin menghambat
agregasi in vitro platelet manusia tanpa memengaruhi siklooksigenase atau
aktivitas tromboksansintase atau tingkat adenosin siklik monofosfat
(AMP), dan tidak mengubah aktivitas vaskular prostasikliksintase. Jadi,
bawang putih memiliki komponen yang memungkinkan memberikan efek
pada berbagai tahap yang terlibat dalam proses agregasi platelet.
Ekstrak bawang putih bertindak secara sinergis dalam efek
penghambatan terhadap agregasi platelet. Mekanisme yang terlibat
tampaknya cukup banyak dan dapat melibatkan perubahan fluiditas
membran, penghambatan fosfolipase C, penghambatan mobilisasi kalsium,
peningkatan pada oksida nitrat dan produksi AMP, dan hambatan dari
TXA2, yang semuanya akan mengarah pada inhibisi agregasi platelet.
Sebagai antidiabetes, bawang putih meningkatkan sekresi pankreas
atau melepaskan ikatan insulin dengan gugus sulfhidril. Alisin dan hasil
urainya akan mengikat asam amino dan protein membran, yang
mengakibatkan gangguan pada metabolisme sel mikroba.
Data klinik
Pemberian tablet serbuk bawang putih selama 12 bulan kepada
pasien dapat menurunkan risiko terkena kardiovaskuler pada pria 1,5 dan
wanita 1,3 kali lipat, karena terjadi penurunan kadar kolestrol LDL, 9
mg/dl pada laki-laki, dan 27,3 mg/dl pada wanita. Data klinis yang
diperoleh dari 114 penderita hipertensi dan aterosklerosis, bawang putih
dapat mengurangi tekanan darah sistol 1,1 – 4,4 kPa dan diastol 0,5 – 2,7
kPa. Penggunaan serbuk bawang putih 900 mg sehari selama 4 tahun
menyebabkan penurunan signifikan pada volume plak aterosklerosis pada
pria dan wanita, apabila dibandingkan plasebo.
Pemberian hasil maserasi minyak bawang putih 80 mg sehari
selama 6 bulan pada sukarelawan sehat pria dan wanita dapat menurunkan
viskositas darah. Efek lebih lemah dibandingkan dengan ekstrak kering
Ginkgo biloba, namun lebih kuat dibandingkan dengan plasebo. Penurunan
viskositas memberikan efek menguntungkan, yaitu peningkatan aliran
darah ke otak yang diduga berhubungan dengan efek mencegah penurunan
daya ingat.
Keamanan
Umbi bawang putih dikontraindikasikan pada pasien sensitif
terhadap bawang putih, dan alergi terhadap obat. Jika merujuk pada
penggunaannya sebagai bumbu masak, maka bawang putih relatif aman.
Namun, perlu perhatian kemungkinan terjadi perdarahan pascaoperasi
akibat konsumsi berlebih bawang putih. Bawang putih tidak menimbulkan
efek mutagenik secara in vitro.
Interaksi obat
Bawang putih dilaporkan memiliki aktivitas antipembekuan darah,
karena itu perlu perhatian pada pasien yang menggunakan warfarin.
Penggunaan bersamaan dapat meningkatkan waktu pembekuan darah.
Reaksi yang tidak diinginkan
Efek yang tidak diinginkan dari bawang putih yang paling umum
adalah menyebabkan bau mulut dan bau badan. Kadang terjadi reaksi
alergi pada kulit, dan serangan asma setelah menghirup serbuk bawang
putih. Makan bawang putih segar, ekstrak atau minyak bawang putih
dalam keadaan perut kosong dapat menyebabkan rasa terbakar, mual,
muntah, dan diare.
Dosis
Untuk bawang putih segar 2-5 g, serbuk bawang putih 0,4-1,2 g,
minyak bawang putih 2-5 mg, ekstrak kering 300-1000 mg. Sediaan lain
setara dengan 4-15 mg aliin atau 2-5 mg alisin. Penggunaan bawang putih
dianjurkan bersamaan dengan makanan lain, untuk mencegah rasa tidak
enak pada saluran pencernaan.
2. Andrographidis Herba (Herba Sambiloto)
Simpfisia andrographidis herba (herba sambiloto) berupa herbal yang telah
dikeringkan berasal dari tanaman Andrographis paniculata (Burm. F.) Ness.,
suku Acanthaceae.
Deskripsi tanaman, kandungan kimia, keamanan, dan dosis dapat dilihat pada
halaman 253-256.
Farmakologi
Antiinflamasi ditunjukkan dengan hambatan terjadinya ikatan
dengan DNA yang mengakibatkan penghambatan siklooksigenase,
memengaruhi sekresi kelenjar adrenal, atau penghambatan neutrofil, serta
dapat memperpanjang waktu pembekuan darah dan menurunkan risiko
pembekuan dalam pembuluh darah.
Komponen dalam ekstrak sambiloto diuji terhadap oksida nitrit
endotelium, siklik guanosin monofosfat, peroksida lipida, dan super-oksida
dismutase, pada model kelinci percobaan yang memiliki aterosklerosis
dengan cara memberi diet tinggi kolesterol. Sambiloto memiliki efek
antioksidan, dengan menjaga fungsi endotelial, menurunkan peroksida
lipida dan mempertahankan keseimbangan oksida nitrit/endotelium. Efek
andrografolid pada gangguan kardiovaskuler, dapat meningkatkan lamanya
waktu pembentukan pembekuan darah (blood cloth) dan menurunkan
risiko stenosis pada pembuluh darah.
Ekstrak etanolik sambiloto dapat mencegah iskemia miokardium
pada tikus yang diinduksi dengan isopreterenol. Isopreterenol merupakan
katekolamin yang dapat meningkatkan kerusakan pada otot jantung karena
isopreterenol dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Kandungan
kimia diterpen lakton, andrografolid, dan neoandrografolid berefek
kardioprotektif karena memiliki aktivitas antioksidan, penangkap radikal
bebas (free radical scavenging) dan sifat peroksidasi antilipida, serta
terhadap perubahan oksidatif pada miokardium dan secara signifikan
memberikan aktivitas kardioprotektif dengan membantu dalam
mempertahankan fungsi jantung secara normal dan merelaksasi otot polos
dinding pembuluh darah.
Senyawa golongan andrografolid mengurangi atau mencegah
terjadinya peroksidasi terhadap hemoglobin, lipida dan sel darah merah,
menghambat terjadinya ikatan yang bersifat toksik dengan DNA,
menghambat ekspresi oksida nitrit (NO) sintase, siklooksigenase, mRNA
serta dapat menjaga keseimbangan glutation, glutamat-piruvat transferase,
dan alkali fosfatase.
Selain memiliki efek kardioprotektif, ekstrak sambiloto juga
memiiki efek antihipertensi. Efek antihipertensi timbul karena sambiloto
dapat merelaksasi otot polos dinding pembuluh darah. Sebagai antimalaria
dapat menghambat multiplikasi plasmodium.
3. Apii Herba (Herba Seledri)
Simplisia apii herba (herba seledri) berupa seluruh bagian di atas tanah yang
telah dikeringkan berasal dari tanaman Apium graveolens L., suku Apiaceae.
Deskripsi tanaman
Herba seledri merupakan terna, tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm
dengan bau aromatik yang khas. Batang bersegi, beralur, beruas, tidak
berambut, bercabang anak daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai, panjang
1 – 2,7 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga
majemuk berbentuk payung, 8 – 12 buah, kecil-kecil, berwarna putih.
Buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1 – 1,5 mm, berwarna hijau
kekuningan. Seledri dipanen setelah berumur 6 minggu sejak ditanam.
Tangkai daun yang agak tua dipotong 1 cm di atas pangkal daun. Daun
muda dibiarkan tumbuh untuk dipanen kemudian. Tangkai daun yang
berdaging dan berair dapat dimakan mentah sebagai lalap, sedangkan daun
digunakan untuk penyedap masakan sayur.
Kandungan kimia
Herba seledri mengandung flavonoid: apigenin, apiin, isokuersitrin,
umbeliferon; apigrafin, apiumetin, apiumosida, bergapten, selerin,
selereosida, isoimperatorin, isopimpinelin, ostenol, rutaretin, seselin, dan
8-hidroksi-5-metoksipsoralen. Kandungan minyak atsiri dalam herba (2-
3%) mengandung limonene (60-70%) dan selenine (10-15%), dan berbagai
seskuiterpene alkohol (1-3%), seperti -eudesmol dan -eudesmol,
santalol, 3-n-butil-ftalida, dan sedanenolida (memberi aroma yang khas).
Kandungan lain: koline askorbat, asam lemak (seperti asam: linoleat,
miristat, miristisat, miristoleat, oleat, palmitat, palmitoleat, petroselinat,
dan (stearat), vitamin A, B, dan C. Struktur kimia beberapa senyawa
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Farmakologi
Meluruhkan air seni, memacu enzim pencernaan, antireumatik,
sedatif, antihipertensi, antihiperkolesterolemia. Secara in vivo, herba
seledri mempunyai efek hipotensif (menurunkan tekanan darah).
Percobaan perfusi pembuluh darah meyakinkan bahwa apigenin juga
mempunyai efek sebagai vasodilator perifer yang berhubungan dengan
efek hipotensifnya. Percobaan lain menunjukkan efek hipotensif herba
berkaitan dengan integritas sistem saraf simpatik. Tekanan darah
umumnya mulai turun setelah satu hari pengobatan, diikuti dengan
meningkatnya volume urine yang dikeluarkan.
Gambar 2.7. Struktur kimia beberapa senyawa dalam seledri.
Herba seledri bermanfaat sebagai diuretik, stimulan produksi urine,
dan membantu kontrol tubuh terhadap cairan yang berlebihan.
Pemberian 3-n-butilftalida (BuPh) dengan dosis 2,0-4,0 mg sehari pada
tikus yang dibuat hipertensi menimbulkan efek hipotensif atau
menurunkan tekanan darah dan juga dapat mengurangi stres hormon yang
dapat menunjukkan adanya efek menurunkan kadar kolesterol dan lipida
pada tikus putih yang diberi diet tinggi kolesterol dan lemak.
Keamanan
Pada wanita hamil dan menyusui dapat mengganggu siklus
menstruasi; reaksi alergi, seperti wajah bengkak dan gatal-gatal,
peradangan kulit. Dosis besar dapat menyebabkan memperlambat sistem
saraf, mengakibatkan gejala seperti mengantuk. Pada penderita yang
sensitif terhadap tanaman Apiaceae kemungkinan, terjadi dermatitis dan
reaksi anafilaksis. Penggunaan herba seledri segar lebih dari 200 gram
sekali minum dapat menyebabkan penurunan darah secara tajam hingga
dapat terjadi syok.
Tanaman seledri dapat menyebabkan iritasi epitelial pada penderita
inflamasi ginjal. Kontak dengan batang seledri dapat menimbulkan
terjadinya fotosensitivitas. Interaksi herba seledri dengan obat
antikoagulan (contoh: warfarin, aspirin, dalteparin, enoxaparin) dapat
menambahkan efek antikoagulan yang berakibat peningkatan risiko
pendarahan. Herba seledri mengalami interaksi obat dengan klorpromazin
dan tetrasiklin yang dapat meningkatkan fotosensitivitas.
Dosis
Buah kering 0,5-2,0 g dibuat dekokta (1: 5) sehari tiga kali. Ekstrak
cair 0,3-1,2 ml (1:1 dalam 60% alkohol) sehari tiga kali.
4. Averrhoa Bilimbi Folium (Daun Belimbing Wuluh)
Simplisia averrhoa bilimbi folium (daun belimbing wuluh); berupa daun yang
telah dikeringkan berasal dari tanaman Averrhoa bilimbi L., suku Oxalidaceae.
Deskripsi tanaman
Pohon kecil tinggi mencapai 10 m, batang tidak begitu besar,
biasanya ditanam sebagai pohon buah, batang kasar banyak tonjolan,
percabangan sedikit. Cabang muda berambut halus warna cokelat muda.
Daun bulat telur memanjang, warna hijau, bertangkai. Bunga berkelompok
kecil-kecil bentuk bintang, warna ungu kemerahan, keluar dari batang.
Buah buni bentuk bulat lonjong bersegi, warna hijau kekuningan,
mengandung banyak air rasa asam. Biji bulat telur gepeng.
Simplisia berupa daun majemuk, menyirip ganjil, bulat telur
memanjang, ujung meruncing, pangkal tumpul, warna hijau, permukaan
bawah warna lebih muda, tepi rata, bertangkai pendek.
Kandungan kimia
Fitol (senyawa diterpen alkohol asiklik), dietil-ftalat, flavonoid,
tanin, sulfur, asam format, asam sitrat, kalium sitrat.
Gambar 2.8 Struktur kimia senyawa dalam daun belimbing wuluh.
Farmakologi
Secara tradisional daun sering digunakan untuk hipertensi dan
sebagai peluruh air seni. Daun dapat menurunkan tekanan darah melalui
mekanisme diuretika pada hewan uji marmot, yaitu mengurangi jumlah air
dalam plasma darah dengan cara dikeluarkan sebagai urine. Pada
pengujian menggunakan kucing, ekstrak daun memiliki sifat hipotensif.
Ekstrak dosis 25 mg/kg bb dapat menurunkan tekanan darah hingga 41,25
mm Hg, dan bila dimurnikan penurunan hingga 51,5 mm Hg.
Ekstrak etanolik buah dan daun dapat menurunkan kadar glukosa
darah pada tikus yang dibuat diabetes. Ekstrak kloroform daun yang
diketahui mengandung senyawa flavonoid, efektif membunuh
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, dan
Corynebacterium diphteria.
5. Centellae Herba (Herba Pegagan)
Simplisia centellae herba (herba pegagan) berupa seluruh bagian tanaman yang
telah dikeringkan berasal dari tanaman Centella asiatica (L.) Urban, (pegagan,
gotu kola), suku Apiaceae (Umbelliferae)
Deskripsi tanaman
Pegagan merupakan herba tahunan, tanpa batang, mempunyai
rimpang dengan stolen yang melata. Daun tunggal, bundar melebar dengan
garis tengah 1-7 cm, bentuk roset terdiri dari 2-10 daun, mempunyai
tangkai. Bunga menyerupai payung tunggal atau 3-5, berwarna merah
lembayung keluar dari ketiak daun, memiliki tangkai bunga. Buah pipih
berdinding agak tebal, berwarna kuning kecokelatan.
Daun tunggal, permukaan tidak rata, memiliki tangkai daun, bentuk
menyerupai ginjal agak melebar, warna hijau kelabu, tepi daun bergerigi,
tulang daun pada permukaan bawah agak menonjol, stolon dan tangkai
daun berambut halus, rimpang warna cokelat kelabu, umumnya pendek,
bunga warna merah lembayung, menyerupai payung, dan buah memiliki
kemokarp pipih, berlekuk 2, saling berhadapan, warna kuning kecokelatan.
Kandungan kimia
Asiatikosida, madekasosida, asam asiatat, asam madekasat
(senyawa triterpen), kuersetin, kamferol, asam betulat, hidrokotilina,
poliasetilen, valerin, asam kafeoilkuinat, asam klorogenat.
Gambar 2.9 Struktur kimia senyawa dalam herba pegagan.
Farmakologi
Sering digunakan terhadap gangguan kognitif, jantung, tukak
lambung, tukak usus, dan luka bakar. Simplisia menunjukkan khasiat
kardioprotektif, pada tikus infark miokardial dengan mekanisme sebagai
antioksidan pada jaringan. Fraksi yang mengandung triterpena, dapat
memperbaiki, mencegah endotelium pembuluh darah pada kondisi
hipertensi, aktif memperbaiki dan meningkatkan sintesis kolagen dan
jaringan protein lain, serta menurunkan kadar asam uronat,
mukopolisakarida pada jaringan dinding pembuluh darah.
Data klinik
Percobaan pada manusia telah menunjukkan simplisia memiliki
efek positif terhadap gangguan pembuluh darah, memperkuat dinding
pembuluh.
Keamanan.
Pemberian serbuk pegagan hingga dosis 7 mg/kg bb tikus, dan 2 ml
jus segar tidak menimbulkan efek kematian. Sebaiknya tidak diberikan
pada penderita yang alergi terhadap suku Apiaceae.
Dosis
Simplisia 0,33-0,68 g dibuat infusa, sehari tiga kali atau sediaan
lain dengan dosis setara.
6. Curcuma Domesticae Rhizoma
Simplisia curcuma domesticae rhizoma (rimpang kunyit berupa rimpang yang
telah dikeringkan berasal dari tanaman Curcuma domestica Valenton. (sinonim:
C. longa L.), suku Zingiberaceae.
Deskripsi tanaman, kandungan kimia, keamanan, dan dosis dapat dilihat pada
halaman 85-89.
Farmakologi
Ekstrak kunyit dan senyawa yang dikandungnya ar-turmeron
memiliki efek antiagregasi platelet. Dari penelitian yang dilakukan dengan
penginduksi kolagen dan asam arakidonat, aktivitas antiagregasi platelet
turmeron lebih baik dibandingkan dengan aspirin.
Penelitian pada hewan maupun manusia, kurkumin yang diisolasi dari
kunyit dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Studi acak, tersamar
ganda pada 36 sukarelawan baik pria dan wanita manula diberikan 4 g
sehari, 1 g sehari atau plasebo selama 6 bulan. Profil lipida serum dilihat
pada awal, bulan pertama dan keenam. Konsumsi kurkumin tidak
memberikan perbedaan nyata terhadap kadar trigliserida, LDL, HDL
ataupun total kolesterol dan terlihat hubungan nyata antara peningkatan
kadar kurkumin dalam serum dengan kolesterol serum.
7. Ginseng Radix (Akar Ginseng)
Simplisia ginseng radix (akar ginseng) berupa akar utuh atau potongan akar yang
telah dikeringkan berasal dari tanaman Panax ginseng C.A. Meyer. (sinonim P.
schinseng Nees.), suku Araliaceae.
Kandungan kimia dapat dilihat pada halaman 334-338.
Farmakologi
Aktivitas kardiovaskular
Berdasarkan studi in vitro dan pada binatang, ginseng memberikan
manfaat pada sistem kardiovaskular melalui mekanisme yang berbeda,
termasuk antioksidan, modifikasi fungsi vasomotor, menurunkan adesi
platelet, memengaruhi kanal ion, mengubah pelepasan neurotransmiter
otonom, meningkatkan profil lemak, dan kontrol glikemia.
Antihipertensif
Ginseng merah telah digunakan sebagai agen antihipertensif di Korea,
tetapi efek secara kliniknya masih belum jelas walaupun beberapa
percobaan secara in vitro dan in vivo telah dilakukan. Data awal terbaru
memperkirakan (efek antihipertensif mungkin ditunjukkan oleh adanya
efek penghambatan angiotensin converting enzyme (ACE) yang
ditunjukkan ekstrak pada uji secara in vitro.
Efek ini aditif terhadap ACE inhibitor tradisional enalapril.
Antiplatelet
Meskipun laporan dari beberapa studi in vitro dan in vivo menyatakan
bahwa Panax ginseng adalah herba yang tidak menunjukan efek
antiplatelet dari kombinasi formula dari Korea yang dikenal sebagai Dae-
Jo-Hwan, sejumlah studi telah menemukan bahwa beberapa ginsenosida
menghambat agregasi platelet. Panaksinol telah menunjukkan
penghambatan agregasi platelet yang diinduksi oleh adenosine difosfat
(ADP), kolagen, dan asam arakhidonat. Panaksinol dan ginsenosida Ro,
Rg, dan Rg2 menghambat platelet kelinci sementara panaksinol mencegah
agregasi platelet dan pembentukan tromboksan.
Antihiperlipidemik
Ginsenosida Rb1 telah menunjukkan dapat menurunkan tingkat trigliserida
dan kolesterol melalui produksi c-AMP pada hati tikus. Ekstrak Panax
ginseng (6 g/hari) selama 8 minggu menghasilkan reduksi pada total serum
kolesterol, trigliserida, LDL, dan tingkat malondialdehida plasma dan
meningkatkan HDL pada 8 pria. Ginseng juga telah dilaporkan
menurunkan kolesterol hepatik dan tingkat trigliserida pada tikus, hal ini
mengindikasikan potensi penggunaan ginseng pada pengobatan lemak hati.
Efek lain
Ginsenosida Rb2 telah menunjukkan peningkatan aktivitas fibrinolitik dari
sel bovine aortic endothelial. Studi pada binatang, ginseng menghambat
apoptosis kardiomikosite diinduksi iskemia dan reperfusi dan saponin telah
menunjukkan dapat menurunkan berat badan, ambilan makanan, dan
lemak pada tikus pada diet tinggi lemak.
Selain itu, ginseng juga banyak memiliki aktivitas farmakologi lain, yaitu:
aktivitas mirip kortikosteroid, efek pada neurotransmiter, aktivitas
hepatoprotektif, aktivitas sitotoksik, antitumor, antikanker, antiviral,
adaptogen, antiulseratif, efek pada peristaltik, anti inflamasi,
imunomodulator, analgesia, neuroproteksi, fungsi kognitif, antikonvulsan,
aktivitas reseptor steroid, promoter hemo poesis, pencegah kerusakkan
toksin, antioksidan, pertumbuhan lambut, aktivitas antialergi, efek
ansiolitik, penyembuhan luka, dan aktivitas lain.
Pada penelitian preliminer diduga bahwa ginseng dapat menurunkan
tekanan darah sistol dan diastol. Salah satu uji klinis dengan 140 subjek
dinilai efeknya dari pemberian dua dosis Panax ginseng pada pasien
memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Selama tiga minggu,
subjek menerima 4,5 g ginseng setiap hari, 3 g P. ginseng setiap hari, atau
plasebo. Hasilnya, tidak ditemukan efek yang signifikan antara pemberian
3 dan 4,5 g ginseng. Oleh karena itu, hasil dari subjek yang menerima
ginseng pada dosis lain dikombinasi dalam sebuah analisis. Jumlah total
adalah 103 subjek baik yang menerima ginseng maupun yang diberi
plasebo. Penurunan tekanan darah oleh ginseng dapat ditandai. Rata-rata
pembacaan sistol menurun dengan rata-rata 7 poin, dan pembacaan diastol
menurun dengan rata-rata 10 poin.
Mekanisme aksi
Efek hipotensi ginseng pada manusia dan hewan disebabkan oleh efek
relaksasi otot polos yang diinduksi saponin ginseng tertentu, dikenal
sebagai ginsenosida. Hal ini dapat dijelaskan dengan terlihatnya perbaikan
pada gejala-gejala penyakit arteri koroner, meliputi perubahan
elektrokardiograf (EKG), seperti disturbansi repolarisasi. Kalsium dapat
berperan dalam pengaruh efek kardiovaskuler ginseng. Ginsenosida Rb1
dan Rg1 mempunyai efek vasodilator, mungkin dimediasi oleh pelepasan
asam nitrit secara proporsi, di mana peningkatan sintesis nitrit oksida dari
endotelium pada paru-paru, jantung, ginjal, dan korpus kavernosum
memicu vasodilatasi.
Farmakokinetik
Ginsenosida yang ditemukan terkandung di dalam ginseng sulit diserap
secara oral. Senyawa K merupakan metabolit utama dari ginseng.
Metabolisme dan ekskresi dari unsur pokok ginseng belum dipelajari
secara luas. Terbukti bahwa kandungan ginsenosida yang terekskresi
melalui urine hanyalah sejumlah kecil.
Efek samping
Uji klinis mengindikasikan Panax ginseng dan ginseng Amerika tidak
digunakan dalam jangka pendek dengan dosis yang direkomendasikan
karena memiliki efek samping yang serius. Berdasarkan bukti yang
terbatas, penggunaan jangka panjang dapat berefek pada ruam atau bintik
kulit, gatal-gatal, diare, sakit tenggorokan, kehilangan nafsu makan,
kemampuan rangsangan, gelisah, depresi, atau insomnia. Efek samping
yang jarang ditemui mencakup: sakit kepala, demam, pusing/ vertigo,
abnormalitas tekanan darah (naik/turun), sakit dada, gangguan menstruasi,
kenaikan detak jantung, kaki bengkak, mual/muntah, dan tekanan batin
pada pasien dengan gangguan bipolar. Sindrom Steven-Jhonson terjadi
pada salah satu pasien dan mungkin diakibatkan oleh kontaminasi pada
produk ginseng. Konsumsi ginseng Amerika yang berlebih dapat berefek
pada hipokalsemia baik pada penderita penyakit kencing manis ataupun
bukan.
Ginseng abuse syndrome (hipertensi, insomnia, nervousness, morning
diarrhoe, tidak dapat konsentrasi, dan reaksi kulit) telah dilaporkan, dan
ada laporan wanita 28 tahun yang terkena sakit kepala, setelah
mengonsumsi sejumlah besar ekstrak etanolik ginseng, cerebral
angiogram menunjukkan “beading” pada anterior dan posterior serebral
superior dan serebral arteri, konsisten dengan serebral arteritis. Dosis
tinggi (15 g sehari) telah diasosiasikan dengan kebingungan, depresi, dan
depersonalisasi pada empat pasien.
Bagaimanapun kebanyakan data ilmiah memperkirakan ginseng jarang
dilaporkan dengan efek yang tidak diinginkan atau interaksi obat.
Beberapa review menemukan bahwa efek yang tidak diinginkan paling
banyak terjadi adalah sakit kepala, susah tidur, dan kelainan
gastrointestinal. Data dari percobaan klinik memperkirakan bahwa efek
yang tidak diinginkan ginseng sama dengan plasebo. Efek yang
terdokumentasi biasanya ringan dan temporer.
Kasus alergi ginseng telah dilaporkan pada literatur ilmiah. Kasusnya
melibatkan laki-laki umur 20 tahun yang terkena urtikaria dan hipotensi
setelah meminum sirup ginseng. Orang tersebut sembuh total setelah 24
jam.
Sementara itu, penggunaan ginseng diasosiasikan dengan hipertensi, pada
beberapa studi ginseng digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
Ginseng memiliki toksisitas yang sangat rendah. Dosis sub-akut 1,5-15
mg/kg dari 5:1 ekstrak ginseng tidak menghasilkan efek negatif pada berat
badan, konsumsi makanan, parameter hematologi atau biokimia atau
penemuan histologik pada anjing, dan tidak ada efek yang telah diamati
dari pemberian dosis yang sama pada dua generasi dari keturunan tikus.
Secara tradisional, ginseng tidak direkomendasikan dengan stimulan lain
seperti kafein dan nikotin, dan ada laporan kasus wanita 39 tahun terkena
menometrorrhagia, aritmia, dan takikardia setelah menggunakan ginseng
secara oral dan topikal bersamaan dengan kafein dan rokok.
Interaksi obat
Ginseng mungkin mempunyai potensiasi kerja sebagai antiplatelet, seperti
aspirin. Berdasarkan percobaan in vitro, fraksi lipofilik menghambat
agregasi platelet yang diinduksi trombin (0,1 unit/ml). Ginseng
mengurangi sifat adhesif platelet pada uji menggunakan tikus. Kerja
ginseng ketika digunakan bersama antikoagulan/ antiplatelet belum jelas,
mungkin saja ginseng meningkatkan risiko perdarahan atau pembekuan.
Oleh karena itu, pemberian harus disertai perhatian.
Beberapa kasus diidentifikasi berpotensi terjadi interaksi klinis bermakna
antara ginseng dan agen antidiabetik. Konsumsi ginseng Amerika dalam
jumlah besar terbukti menurunkan kadar glukosa darah.
Kontroversi seputar keamanan penggunaan ginseng bersama kafein dan
stimulan lain masih diperdebatkan. Beberapa ahli memercayai bahwa
ginseng Asia aman apabila digunakan pada dosis yang direkomendasikan,
sementara yang lain tidak sependapat. Ginseng dapat menyebabkan
insomnia dan sakit kepala, serta meningkatkan efek dari kafein.
Kontraindikasi
Penggunaan berlebih dapat mengakibatkan sakit kepala, insomnia dan
palpitasi. Ginseng sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan stimulan
lain termasuk kafein dan sebaiknya tidak dilanjutkan 1 minggu sebelum
pembedahan utama. Penggunaan pada hipertensi harus diawasi,
bagaimanapun ini terbukti menguntungkan untuk indikasi ini.
Penggunaan pada kehamilan
Ginseng secara tradisional digunakan di Korea sebagai tonik pada
kehamilan. Namun, potensi teratogenisitas dari beberapa senyawa
pasenosida Rb1) yang diamati di bawah kondisi percobaan, ginseng
sebaiknya digunakan secara hati-hati selama semester pertama kehamilan.
Studi dua generasi pada tikus, pemberian ekstrak ginseng pada dosis 15
mg/kg sehari tidak menghasilkan efek yang tidak dikehendaki pada sistem
reproduksi termasuk perkembangan embrio dan laktasi.
Dosis
Dosis ginseng untuk hipertensi belum dapat ditentukan. Pada uji klinik,
digunakan dua dosis (3 dan 4,5 g) ginseng selama 2 minggu tetap tidak
dihasilkan efek yang signifikan terhadap plasebo.
8. Perseae Americanae Folium (Daun Alpokat)
Simplisia perseae americanae folium (daun alpokat) berupa daun yang telah
dikeringkan berasal dari tanaman Persea americana Mill., suku Lauraceae.
Deskripsi tanaman
Tanaman buah, berupa pohon, tinggi mencapai 10 m, berakar tunggang,
batang berkayu, bulat, warna cokelat kotor, bercabang banyak, ranting
berambut halus. Daun tunggal, bentuk bundar telur memanjang, warna
hijau. Bunga majemuk, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung
ranting, warna putih kekuningan, berambut halus. Buah berbentuk bola
lampu atau bulat telur, warna hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik
ungu, berbiji satu, daging buah jika sudah masak lunak, warna kekuningan,
sering dikonsumsi. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji
putih kemerahan. Dikenal 3 tipe pohon alpokat, yaitu: 1) Hindia Barat, 2)
Guatemala, dan 3) Meksiko, ketiganya dapat dibedakan berdasarkan
bentuk dan sifat buah, kadar minyak daging buah dan aromanya. Selain itu,
terdapat beberapa tipe yang diduga merupakan hasil persilangan yang
masih tampak sifat-sifat antara kedua atau ketiga tipe tersebut.
Simplisia daun, mempunyai tangkai, panjang hingga 5 cm, letak di ujung
ranting, berbentuk bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan
pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak menggulung ke atas,
bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda
berwarna kemerahan dan berambut daun tua warna hijau dan gundul.
Kandungan kimia
Kuersetin, luteolin, apigenin, astragalin, tanin, prosianidin, skopoletin,
minyak atsiri (-cubeben, -felandren, -pinen, -pinen, -terpinen,
-mirsen, -osimen), kalium.
Gambar 2.12 Struktur kimia senyawa dalam daun alpokat
Farmakologi
Secara tradisional daun alpokat dapat digunakan untuk mengatasi
hipertensi, hiperkolesterolemia, serta sebagai antiinflamasi dan analgetik.
Sari air daun memiliki efek antihipertensi pada tikus yang diinduksi
dengan nikotin dan norepinefrin. Ekstrak etanolik 95% daun dan batang
serta sari air menunjukkan aktivitas relaksasi terhadap uterus tikus.
Simplisia mempunyai aktivitas antibakteri dan menghambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus strain A dan B, Staphylococcus albus,
Pseudomonas sp; Proteus sp; Escherichea coli dan Bacillus subtilis.
Efek kardiovaskular ekstrak air daun alpokat diteliti pada kelinci,
menunjukkan bahwa ekstrak air daun alpokat memiliki efek
kardiodepresan, vasorelaksan dan efek antihipertensi, serta merelaksasi
endotelium melalui pelepasan nitrit oksida (NO) dan pelepasan cGMP di
endotelium pembuluh darah.
Sari air dan metanolik (10 mg/kg bb) menurunkan kadar glukosa, kadar
total kolesterol dan LDL (low-density lipoprotein), serta kenaikkan HDL
(high-density lipoprotein) pada hewan coba tikus yang diinduksi dengan
campuran minyak kacang, kolesterol dan asam kholat, serta tidak
menyebabkan penurunan berat badan, actapi memengaruhi berat bagian
hati tikus.
Sari air daun alpokat memiliki efek analgetik dan antiinflamasi
menggunakan metode uji formalin, geliat (induksi dengan asam usetat),
lempeng panas dan karagenan, menggunakan pembanding antara lain:
asam asetil-salisilat, morfin, dan indometasin. Efek nya adalah efek
hipoglikemik pada tikus yang diinduksi aloksan aamggunakan pembanding
klorpropamid.
Ekstrak air biji alpokat dosis 500 mg/kg bb tikus menurunkan tekanan
darah, total kolesterol, triasilgliserol dan LDL secara bermakna, pada tikus
yang diinduksi dengan natrium klorida. Kadar kalium yang terdapat dalam
ekstrak dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan membantu
meregulasi konsentrasi natrium dan tekanan darah, sehingga timbul efek
antihipertensi. Intake (asupan) kalium yang adekuat dapat menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular. Biji alpokat mengandung asam lemak tidak
jenuh, beta sitosterol, karotenoid (zeaxantin, alfa karoten, beta karoten, dan
tokoferol/vitamin E) tinggi, yang dapat menurunkan kadar kolesterol,
LDL, dan liserol. Beta sitosterol dan tokoferol (steroid dan antioksidan
alami dalam tumbuhan), dapat menghambat absorpsi kolesterol dan
melindungi jaringan dari peroksidasi lipid akibat oksidasi radikal bebas,
sehingga kadar kolesterol dan LDL berkurang.
Keamanan
Penggunaan ekstrak air hingga 1 g/kg (intraperitonial) dan 10 g/kg (secara
oral) tidak menimbulkan efek toksik.
9. Piperis Longi Fructus (Buah Cabe Jawa)
Simplisia piperis longi fructus (buah cabe jawa) berupa buah yang belum masak
dan telah dikeringkan berasal dari tanaman Piper longum (L.) B1, suku
Piperaceae.
Deskripsi tanaman
Tumbuhan menahun, banyak cabang, tumbuh melilit atau melata dengan
akar lekat. Daun tunggal bertangkai, bentuk bulat telur agak memanjang,
pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip,
permukaan atas licin, bawah berbintik-bintik. Bunga bulir, tumbuh tegak.
Buah majemuk, bulat panjang, tangkai pendek, waktu muda berwarna
hijau, kemudian kuning, dan waktu masak merah. Biji bulat pipih, keras,
warna cokelat hitam.
Jenis buah lada antara lain P. retrofractum Vahl. (P. officinarum Mig.), P.
nigrum L. (lada hitam), P. cubeba (kemukus, banyak ditanam di
Indonesia), P. methysticum G. Forst. (kawa-kawa, yang digunakan bagian
rimpang).
Simplisia berupa buah bentuk bulir, bulat panjang hingga silindris, ujung
agak mengecil, permukaan tidak rata, panjang 2-7 cm, diameter buah 4-6
mm, tangkai pendek, ketika muda keras berwarna hijau, kemudian berubah
kuning, dan saat masak
Kandungan kimia
Piperin, piperitin, piperanin, piperilin, kavisin (isomer piperin), asarinin,
pellitorin, piperlongumin, minyak atsiri dengan komponen antara lain
piperonal, eugenol, kariofelen, bisabolen, pentadekana, safrol. Piperin
dapat meningkatkan ketersediaan hayati (absorpsi) sejumlah obat.
Gambar 2.13 Struktur kimia beberapa senyawa dalam buah cabe jawa.
Farmakologi
Mempunyai banyak aktivitas antara lain kardiovaskuler, antiamuba
(Entamoeba histolytica), antimikroba (beberapa bakteri patogen seperti
S. thypi, E. coli, P. aeroginosa), antiulser, antidiabetes, analgesik (induksi
asam asetat), antiinflamasi (induksi karagenan), efek terhadap saluran
pernapasan dan preventif terhadap hati.
Piperlongumin (hasil isolasi dari buah cabe jawa) memiliki efek
menghambat agregasi platelet pada kelinci yang diinduksi dengan kolagen,
asam arakidonat dan faktor aktivasi platelet (Platelet-activating factor).
Aktivitas piperlongumin lebih kuat dari asidamida lainnya (piperin,
pipernonalin, piperoktadekalidin). Mekanisme kerja aspirin adalah
menghambat kerja enzim siklooksigenase, sedangkan piperlongumin
diperkirakan karena adanya senyawa piridon dan piridin sebagai hasil urai
dari piperlongumin.
Keamanan
Penggunaan simplisia relatif cukup aman, tetapi sebaiknya tidak digunakan
selama masa kehamilan dan menyusui.
10. Rauwolfiae Radix (Akar Pule Pandak)
Simplisia rauwolfia radix (akar pule pandak, akar tikus) berupa akar yang telah
dikeringkan berasal dari tanaman Rauvolfia serpentinaI (L.) Benth. Ex Kurz.,
suku Apocynaceae.
Deskripsi tanaman
Perdu menahun, tegak tinggi hingga 1 m, bergetah, batang bentuk silindris,
mempunyai banyak percabangan, warna cokelat keabuan, bila dipatahkan
mengeluarkan cairan jernih. Daun tunggal bertangkai pendek, bentuk bulat
telur memanjang, berhadapan bersilang, tepi rata. Bunga majemuk bentuk
payung, mahkota warna kemerahan. Buah batu, waktu muda warna hijau,
bila masak, menjadi hitam. Akar panjang.
Di Indonesia dikenal beberapa jenis Rauvolfia antara lain:
R. javanica, R. amsoniifolia, R. reflexa, R. serpentine, dan R. sumatrana.
Spesies lain adalah : R. micranta, R. densiflora, R. perakensis, R.
vomitoria, R. natalensis, R. canescens, R. obscura, R.volkensii, dan
sebagainya. Kadang-kadang tanaman ini dibedakan berdasarkan Negara
asal misalnya:
1. Asia, umumnya banyak ditemukan di Negara India, Burma, Pakistan,
Thailand, dan Indonesia, yang dikenal dengan nama R. serpentina
dengan nama daerah pule pandak.
2. Afrika, paling dikenal adalah R. vomitoria, tumbuh tersebar di Afrika
yang beriklim tropis.
3. Amerika, yang banyak adalah R. canescens yang tumbuh di Amerika
bagian selatan dan R. nitida di bagian barat. Penyebaran rauwolfia
jenis ini amat luas sampai di Australia.
Simplisia berupa radix (akar) berwarna putih kekuningan, tidak berbau dan
berasa pahit, bentuk berliku-liku, jarang bercabang, bagian luar berwarna
cokelat muda keabu-abuan, bagian dalam warna kuning muda.
Kandungan kimia
Alkaloid indol (sekitar 60 alkaloida) dengan kadar total berkisar 0,7
sampai 2,4 %, antara lain reserpin, ajmalin, ajmalisin ketiganya banyak
digunakan dalam pengobatan), reserpinin, alstonin, yohimbin, resinamin
Kandungan lain adalah fitosterol, asam lemak, alkohol tak jenuh, serta
gula. Kebasaan alkaloid alkaloida dalam tanaman ini berbeda-beda, dan
yang bersifat basa lemah sampal pada basa kuat.
Gambar 2.14 Struktur kimia beberapa senyawa dalam akar pule pandak.
Farmakologi
Ajmalin terdapat pada R. serpentine dan R. vomitoria, banyak digunakan
untuk penyakit jantung aritmia, sedangkan ajmalisin hasil hidrogenasi dari
serpentin. Alkaloida kelompok reserpin resinamin banyak digunakan
sebagai antihipertensi, tetapi juga mempunyai efek trangulizer (penenang),
dan pada dosis tinggi menyebabkan depresi. Serpentin digunakan untuk
hipertensi dan menaikkan aliran darah pada otak dan pembuluh darah
perifer pada tubuh.
Sediaan rauwolfia dan alkaloid reserpin telah banyak digunakan untuk
pengobatan hipertensi dan kelainan neuropsikiatrik. Efek farmakologinya
adalah menurunkan tekanan darah dan sedatif. Alkaloid rauwolfia
memiliki afinitas tinggi terhadap membran vesikel tempat penimbunan
katekolamin pada ujung-ujung saraf adrenal dan dopamin serta
menghambat berfungsinya kembali neurotransmiter tersebut, sehingga
terdapat pengurangan kadar noradrenalin pada saraf perifer maupun saraf
pusat, dan selanjutnya terjadi pengurangan tekanan darah. Daya kerja
deserpidin mirip dengan reserpin. Serpentin mempunyai daya kerja
terhadap penurunan tekanan darah yang serupa dengan reserpin. Ajmalin
mempunyai daya kerja terhadap jantung yang mirip dengan kuinidin maka
ajmalin digunakan juga untuk mengobati angina pektoris dan aritmia
jantung. Alkaloid dari tanaman rauwolfia mempunya potensi besar untuk
pengobatan penyakit kardiovaskuler, hipertensi, aritmia, dan beberapa
penyakit psikiatrik.
Efek samping
Bila menggunakan simplisia terlalu lama kemungkinan terjadi gangguan
pencernaan, gelisah, dan depresi.
Reaksi yang tidak dikehendaki
Beberapa reaksi yang tidak dikehendaki bersifat reversibel, sehingga akan
hilang apabila penggunaan simplisia dihentikan. Menimbulkan gangguan
pada sistem kardiovaskuler umpama bradikardia, aritmia apabila
digunakan bersama-sama dengan digitalis atau kuinidin. Gangguan lain
adalah timbulnya kegelisahan, merasa panas, sulit tidur, udema
(pemakaian sering dikombinasi dengan diuretika), diare, mual, muntah.
Penggunaan dalam dosis tinggi dan waktu lama dapat menimbulkan tremor
seperti penderita Parkinson.
Keamanan
Tidak diberikan pada penderita yang hipersensitif terhadap tanaman ini
dan kandungan alkaloidanya, juga pada penderita yang memiliki riwayat
depresi mental, dalam waktu singkat setelah menggunakan terapi dengan
inhibitor oksidase monoamine, ulser lambung, epilepsi, dan pasien dengan
fungsi hati terganggu, serta tidak digunakan pada masa kehamilan dan
menyusui, dan tidak pada anak-anak. Tidak menimbulkan karsihogenik
pada hewan mencit dan tikus.
Dosis
Serbuk sejumlah 200 mg sehari, selama 1-3 minggu, kemudian diikuti
dengan dosis 50-300 mg setiap hari. Dosis disesuaikan dengan kandungan
alkaloid, pada penderita kelompok umur lansia digunakan dosis lebih
rendah, dan umumnya dibagi menjadi sehari dua kali.
ACUAN
Adeyemi, et al. 2002. Analgesic and anti-inflammatory effects of the aqueous extract of leaves of Persea americana Mill. (Lauraceae), Fitoter, (73):375-80.
Adjimi, et al. 1996. Penelitian antidiare infus Eugenia polyantha Wight (daun salam) pada tikus putih, Pokjanas Tumbuhan Obat Indonesia XI, Surabaya.
Agus Sumono dan Agustin Wulan SD. 2009. Kemampuan air rebusan daun salam (Eugenia polyantha W) dalam menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp., Majalah Farmasi Indonesia, 20(3):112-7.
Akindahunsi AA and Olaleye MT. 2003. Toxicological investigation (of aqueous-methanolic extract of the calyces of Hibiscus sabdariffa L., J. Ethnopharm, 89(1):161-4.
Alarcon-Aguilar, et al. 2007. Effect of Hibiscus sabdariffa on obesity in MSG mice. J. Ethnopharm, 114(1):66-71.
Allison, et.al. 2000. Aged garlic extract and its constituents inhibit platelet aggregation through multiple mechanisms, J. Nutrit, 782S-788S.
Angela SH, 2008. Pengaruh pemberian ekstrak daun salam (Eugenia Polyantha) terhadap kadar trigliserida serum tikus jantan galur Wistar Hiperlipidemia, Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Antia, et al. 2005. Hypoglycemic activity of aqueous leaf extract of Persea americana Mill., Indian J. Pharmacol, 37(5):325-6.
Banerjee SK and Maulik SK. 2002. Effect of garlic on cardiovascular disorders: a review, Nutr J, 1(4):1-14.
Bathaei FS and Akhondzadeh S. 2008. Cardiovascular effects of Allium sativum L. (garlic) : An evidence-based review, J. Teheran Univ Heart Center, 3(1):5-10.
Baum, et al. 2007. Curcumin effects on blood lipid profile in a 6-month human study, Pharmacol Res, 56(6):509-5l.
Bipat, et al. 2008. Effects of plants populary used against hypertension on nomephineprine-stimulated guinea pig atria, Pharmacog, 4(13):12-9.
Brai, et al. 2007. Effects of Persea americana leaf extracts on body weight and liver lipids in rats fed hyperlipidaemic diet, African J. Biotech, 6(8):1007-11.
Brai, et al. 2007. Hypoglycemic and hypocholesterolemic potential of Persea americana leaf extracts, J. Med Food, 10(2):356-60.
Corzo-Martinez, et al. 2007. Biological properties of onions and garlic, Trend Food Sci Tech,(18):609-25.
Dey A, De JN, 2010. Rauvolfia serpentine (L.) Benth. Ex Kurz. A review, Asian J.Plant Sci, 9(6):285-9.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1977. Materia Medika Indonesia, jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1978. Materia Medika Indonesia, jilid II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1980. Materia Medika Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1989. Materia Medika Indonesia, jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1995. Materia Medika Indonesia, jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Ebadi M, 2002. Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine, CRC Press, New York.
Ekor, et al. 2006. Protective effect of the methanolic leaf extract of Persea americana (Avocado) against Paracetamol-induced acute hepatotoxicity in rats, Intern J. Pharmacol, 2(4):416-20.
Elin, et al. 2008. Efek antiagregasi platelet ekstrak air bulbus bawang putih (Allium sativum L.), ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dan kombinasinya pada mencit jantan galur Swiss Webster, Majalah Farmasi Indonesia, 19(1),1-11.
Evans WC, 2002. Trease and Evans Pharmacognosy, 15th Ed., Saunders WB, New York.
Fernandez-Arroyo, et al. 2011. Quantification of the polyphenolic fraction and in vitro antioxidant and in vivo anti-hyperlipemic activities of Hibiscus sabdariffa aqueous extract, Food Res Internal, in proof.
Ferry M, 2011. Analisa fitokimia dan kandungan bahan aktif dari lima aksesi tanaman handeuleum (Graptophyllum pictum (L.) Griff.,Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan, 11(1).
Galduro, et al. 2007. Gender- and age-related variations in blood viscosity in normal volunteers: A .Study of the effects of extract of Allium sativum and Ginkgo biloba Phytomed, (14):447-51.
Ghoshal, et al. 1996. Antiamoebic activity of Piper longum fruits against entamoeba histolytica in vitro and in vivo, J. Ethnopharmacol, 50(3):167-70.
Guevarra, et al, 1998. Anti-inflamatory principles of the leaves of Persea Americana Mill., Philipp J. Sci. 127(2):81-91.
Gurrola-Diaz, et al. 2010. Effects of Hibiscus sabdariffa extract powder and preventive treatment (diet) on the lipid profiles of patients with metabolic syndrome (MeSy), Phytomed, 17(7):500-05.
Helen, et al. 2000. Antioxidant effect of onion oil (Allium cepa. Linn) on the damages induced by nicotine in rats as compared to alpha-tocopherol, Toxicol Lett, (116) :61-8
Herra S dan Mulja HS. 2005. Uji aktivitas penurun kadar glukosa darah ekstrak daun Eugenia polyantha pada mencit yang diinduksi aloksan, Media Kedokteran Hewan, 21(2):62-5.
Hernani, et al. 2009. Pengaruh pemberian ekstrak daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada hewan uji, J. Pascapanen, 6(1):54-61.
Herrera-Arellano, et al. 2004. Effectiveness and tolerability of a standardized extract from Hibiscus sabdariffa in patients with mild to moderate hypertension: a controlled and randomized clinical trial, Phytomed, (1):475-82.
Hirunpanich, et al. 2006. Hypocholesterolemic and antioxidant effects of aqueous extracts from the dried calyx of Hibiscus sabdariffa L. in hypercholesterolemic rats,. J.Ethnopharm, 103(2):225-26.
Imafidon, KE and Amaechina FC, 2010. Effect of aqueous seed extract of Persea americana Mill (avocado) on blood pressure and lipid profile in hypertensive rats, Advan Biol Res, 4(2):116-21.
Incandela, et al. 2001. Total triterpenic fraction of Centella asiatica in the treatment of venous hypertension: a clinical, prospective, randomized trial using a combined microcirculatory model, Angiology, 52(2):861-7.
Ingriani MD, 2008. Pengaruh pemberian daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) terhadap pertumbuhan Candida albicans pada anak-anak penderita angular chelitis, Abstrak Hasil penelitian di Laboratorium Mikrobiologi.
Iwashita, et al. 2007. Inhibitory effect of ethanol extract of Piper longum on rabbit platelet aggregation through antagonizing thromboxane A2 reseptor, Biol Pharm Bull, 30(7): 1221-25.
Jamil, et al. 2007. Centella asiatica (Linn.) Urban, a riview, Nat Prod Radiance, 6 (2): 158-70.
Jantan, etal. 2008. Inhibitory effect of compounds from Zingiberaceae species on human platelet agregation, Phytomed, (15):306-9.
Jarukamjorn K, Nemoto N, 2008. Pharmacological aspects of Andrographis paniculata on health and its major diterpenoid constituent andrographolide, J. Health Sci, 54(4):370-81.
Koscielny, et al. 1999. The antiatherosclerotic effect of Allium sativum atherosclerotic, (144):237-49
Khan M, Saddiqui M, 2007. Antibicrobial activity of fruits of Piper longum, Nat. Prod, (6):111-3.
Kitajima et al. 2003. Polar constituents of celery seed. Phytochemistry, (64):1003-11.
Kristina NN dan Mardiningsih TL, 2008. Keragaman tanaman handeuleum (Graptophyllum pictum (L.) Griff., Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, 14(2): 11-3.
Kumari K and Augusti KT, 2007. Lipid lowering effect of S-methyl cysteine sulfoxide from Allium cepa Linn. in high cholesterol diet fed rats, J. Ethnopharm, (109):367-71.
Lee HS. 2006. Antiplatelet property of Curcuma longa L. rhizome-derived ar-turmerone, Bioresource Technol, (97):1372-6.
Lee, et al. 2010. Proteomic evaluation on antiplatelet activity of piperlongumine derived from Piper longum, Mol Cell Toxicol, (6):295-303.
Lenny S dan Zuhra FC, 2005. Isolasi dan uji bioaktivitas kandungan kimia utama puding merah (Grapthophyllum pictum L. (Griff.) dengan metode uji brine shrimp,. J. Komuniksi Penelitian,17(5)
Lin, et al. 2007. Hibiscus sabdariffa extract reduces serum cholesterol in men and women, Nutr Res, 27(3): 140-5.
Luh Tut MUP, 2008. Pengaruh pemberian ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) terhadap kadar LDL kolesterol serum tikus jantan galur Wistar hiperlipidemia, Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
Malhora, et al. 1961. Chemical and pharmacological studies on Hydrocotyle asiatica Linn., Indian J.Pharm, (23):106.
Niranjan, et al. 2010. Biological activities of kalmegh (Andrographis paniculata Ness.) and its active principles-A review, Indian J. Nat Prod Resour, 1(2):125-35.
Odigie, et al. 2003. Chronic administration of aqueous extract of Hibiscus sabdariffa attenuates hypertension and reverses cardiac hypertrophy in 2K-1C hypertensive rats,. J.Ethnopharmacol, (86):181-5.
Oelrichs, et al. 1995. Isolation and identification of a compound from avocado (Persea americana) leaves which causes necrosis of the acinar epithelium of the lactating mammary gland and the myocardium. Natural toxin 3(5):344-9.
Ojeda, et al. 2010. Inhibition of angiotensin convertin enzyme (ACE) activity by the anthocyanins delphinidin- and cyanidin-3-O-sambubiosides from Hibiscus sabdariffa. J. Ethnopharmacol, (127):7-10.
Ojewole, et al. 2007. Cardiovasculer effects of Persea americana Mill (Lauraceae) (avocado) aqueous leaf extract in experimental animals, Cardiovasculer J. South Africa 18(2):69-76.
Ojha, et al. 2009. Antioxidant activity of Andrographis paniculata in ischemic myocardium of rats, Global J.Pharmacol, 3(3):154-7.
Olagbende-Dada, et al. 2009. Oxytocic and anti-implantation activities of the leaf extracts of Graptophyllum pictum (Linn.) Griff. (Acanthaceae), African J. Biotechn, 8(21):5979-84.
Olagbende-Dada, et al. 2011, Blood glucose lowering effect of aqueous extract of Graptophyllum pictum (Linn.) Griff, on alloxan-induced diabetic rats and its acute toxicity in mice Afican J Biotech, 10(6):1039-43.
Ovodova, et al. 2009. Chemical composition and anti-inflammatory activity of pectic polysaccharide isolated from celery stalks, Food Chem, (114):610-15.
Ozaki, et al. 1989. Antiinflammatory effect of Graptophylum pictum L (Griff). Chem Pharm Bull, 37(10):2799-802.
Park, et al. 2007. Antiplatelet effects of acidamides isolated from the fruits of Piper longum L., Phytomed, (14):853-5.
Pragada, et al. 2004. Cardioprotective activity of Hydrocotyle asiatica L. in ischemia-reperfusion induced myocardial infarction in rats, J. Ethnopfarmacol, 93(1):105-8. Prakash, et al. 2007. Antioxidant and free radical scavenging
activities of phenols from onion {Allium cepa). Food Chem, (102):1389-93.
Pushpuraj, et al. 2001. The mechanism of hypoglycemic of the semi-purified fractions of Averrhoa bilimbi in streptozotosin-diabetic rats, Life Scies,{70):535-47.
Rahman K. and Lowe GM, 2006. Garlic and cardiovascular disease: A critical review, Am Soc Nutr Suppl, 736S-40S.
Ross IA, 2001. Medicinal-Plants of the World Chemical Constituents Traditional and Modern Medicinal Uses I (2), Humana Press, Totowa, New Jersey. Samuelsson G, 1999. Drug of natural origin, Swedish Pharmaceutical Press.Swiss
Shah, et al. 2011. A Review on medical plant as a source of anti-inflammatory agents, Research}, of Medicinal Plant, 5(2):101-l5.
Singh VK, Singh DK. 2008. Pharmacological effects of garlic {Allium | sativum L.),ARBSAnnu Rev Biomed Sci, (10):6-26.
van Steenis CGGJ. 1975. Flora, Jakarta. PT Pradnya Paramita.
Sobenin, et al. 2010. The effects of time-released garlic powder tablets on multifunctional cardiovascular risk in patients with coronary artery disease, Lip Health Disease, 9(19):1- 6
Suhargo L, 2005. Efek estrogenik ekstrak daun handeleum {Graptophyllum pictum (L.) Griff.) pada histologi uterus mencit betina ovariektomi. Berk. Penel.Hayati, (10): 107-10.
Suhargo, L, 2008. Pemanfaatan ekstrak daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) untuk penurunan kadar kolesterol serum darah mencit betina yang diovariektomi, Berk. Penel. Hayati, (13):97-100.
Suwarni E, 1993. Pemeriksaan asam fenolat dan triterpenoid / steroid dalam daun handeleum {Graptophyllum pictum L. (Griff.), Skripsi. Program Studi Farmasi FMIP ITB, Bandung
Udhi EH dan Ahmad DS, 2003. Review : Senyawa organosulfur bawang putih {Allium sativum L.) dan aktivitas biologinya, Biofarmdsi, l, Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.
Ulbricht, etal. 2010. An Evidence based review of garlic and its hypolipidemic properties by the natural standard research collaboration, Nat Med J., 2(4),1-6.
Ulbrich C and Seamon E. 2010. Natural standard Herbal Pharmacotherapy: An
evidence-based approach, Mosby.
Umeyama, et al. 2006. Dehydropipemonaline an amide possessing coronary vasodilating activity isolated from Piper longum, J. Pharm Sci, 75(12):1188-89.
Wahabi, et al. 2010. The effectiveness of Hibiscus sabdariffa in thetreatment of hypertension: a systematic review, Phytomed, (17):83-6.
Weisenberger, etal. 1972. Isolation and identification of the platelet aggregation I inhibitor present in the onion, Allium cepa, FEES Lett, 26(1): 105-8.
WHO, 1999. WHO monographs on Selected Medicinal Plants, vol 1, World Health Ogranization, Geneva.
WHO, 2002. WHO monographs on selected medicinal plants, vol 2,World Health Ogranization, Genewa
Winda GE. 2009. Uji efek anridiare etanol kulit batang salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp) terhadap mencit jantan, Penelitian di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Zakaria, et al. 2007. In vitro antibacterial activity of Averrhoa bilimbi L. leaves and fruits extracts, IntJ. Tropic Med,2(3):96-100.
Zaveri, et al. 2010. Chemistry and pharmacology of Piper longum L., Inter J. Pharmaceutical Sci Rev Res, (5):67-76.