Fito Terapi

55
1. Allii Sativi Bulbi (Umbi Bawang Putih) Simplisia allii sativi bulbi (umbi bawang putih) berupa umbi segar atau telah dikeringkan berasal dari tanaman Allium sativum L./Porvium sativum Rehb., suku Liliaceae. Deskripsi tanaman Berupa herba perennial, jika dihancurkan akan mengeluarkan bau khas menyengat, ukuran umbi bervariasi tergantung dari jenisnya. Daun tinggi bisa mencapai 40 cm bentuk agak melingkar pada bagian tengah dan pipih pada bagian atas. Memiliki batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Bunga majemuk bentuk payung warna putih, muncul di setiap anak umbi, memiliki 1-3 daun pelindung, seperti selaput. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak. Simplisia berupa umbi majemuk bentuk hampir bulat, terdiri dari 8-20 siung, dilapisi selaput tipis, tiap siung diselubungi 2 selaput, bagian luar agak putih bagian dalam kemerahan melekat pada bagian padat. Warna putih kekuningan, bau khas aromatik tajam, rasa agak pedas, lama- kelamaan menimbulkan rasa agak tebal di bibir. Kandungan kimia

Transcript of Fito Terapi

Page 1: Fito Terapi

1. Allii Sativi Bulbi (Umbi Bawang Putih)

Simplisia allii sativi bulbi (umbi bawang putih) berupa umbi segar atau telah

dikeringkan berasal dari tanaman Allium sativum L./Porvium sativum Rehb.,

suku Liliaceae.

Deskripsi tanaman

Berupa herba perennial, jika dihancurkan akan mengeluarkan bau

khas menyengat, ukuran umbi bervariasi tergantung dari jenisnya. Daun

tinggi bisa mencapai 40 cm bentuk agak melingkar pada bagian tengah dan

pipih pada bagian atas.

Memiliki batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun.

Bunga majemuk bentuk payung warna putih, muncul di setiap anak umbi,

memiliki 1-3 daun pelindung, seperti selaput. Akar bawang putih terdiri

dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak.

Simplisia berupa umbi majemuk bentuk hampir bulat, terdiri dari 8-

20 siung, dilapisi selaput tipis, tiap siung diselubungi 2 selaput, bagian luar

agak putih bagian dalam kemerahan melekat pada bagian padat. Warna

putih kekuningan, bau khas aromatik tajam, rasa agak pedas, lama-

kelamaan menimbulkan rasa agak tebal di bibir.

Kandungan kimia

Kandungan kimia dari Allium sativum L. yang memiliki aktivitas

biologi dan bermanfaat dalam pengobatan adalah senyawa organo-sulfur.

Kandungan senyawa organo-sulfur ini antara lain:

1) Senyawa S-alk(en)-il-L-sistein sulfoksida (ACSOs), contohnya aliin

dan -glutamilsistein, senyawa yang paling banyak terdapat dalam

bawang putih. Aliin suatu asam amino yang mengandung sulfur,

bertanggungjawab pada bau dan citarasa bawang. Aliin dan senyawa

sulfoksida yang lain, kecuali sikloaliin, segera berubah menjadi

senyawa tiosulfinat, seperti alisin, dengan bantuan enzim aliinase

ketika bawang putih segar dicincang, dipotong, maupun dikunyah

secara langsung.

Page 2: Fito Terapi

2) Senyawa sulfur yang volatil seperti alisin. Alisin merupakan senyawa

yang kurang stabil, adanya pengaruh air panas, oksigen udara, dan

lingkungan basa, mudah sekali terdekomposisi menjadi senyawa

sulfur yang lain seperti dialil sulfida.

3) Senyawa sulfur yang larut dalam lemak seperti dialil sulfida (DAS),

dialil disulfida (DADS).

4) Senyawa sulfur larut air yang nonvolatil seperti S-alil sistein (SAC),

yang terbentuk dari reaksi enzimatik -glutamilsistein ketika bawang

putih diekstraksi dengan air. SAC banyak terdapat dalam berbagai

macam sediaan bawang putih, merupakan senyawa yang memiliki

aktivitas biologis, sehingga adanya SAC dalam sediaan bawang putih

sering dijadikan standar bahwa sediaan bawang putih tersebut layak

atau tidak untuk dikonsumsi.

Komposisi kandungan kimia ekstrak bawang putih akan dipengaruhi

cara ekstraksi yang digunakan (lihat Gambar 2.6).

Gambar 2.4 Struktur kimia senyawa organo-sulfur dalam bawang putih.

Gambar 2.5 Perubahan enzimatis senyawa sulfidril dalam bawang putih.

Page 3: Fito Terapi

Farmakologi

Memiliki sifat sebagai antioksidan, menurunkan kadar gula darah,

antimikroba, hepatoprotektor terhadap kerusakan hati yang disebabkan

oleh parasetamol, aktivitas terhadap kardiovaskuler melalui beberapa efek,

antara lain efek aterosklerosis, antihiperlipidemia, agregasi platelet,

fibrinolitik, dan menurunkan tekanan darah.

Bawang putih memiliki 3 senyawa utama yang berperan sebagai

antioksidan, yaitu dialil sulfida, dialil disulfida, dan dialil trisulfida. Ketiga

senyawa ini efektif menekan oksidasi LDL secara in vitro. Beberapa studi

klinik menunjukkan bahwa pemberian bawang putih dapat meningkatkan

resistensi LDL terhadap oksidasi. Penekanan oksidasi LDL merupakan

faktor penting dalam pencegahan aterosklerosis.

Sebagai antihiperlipidemia, menurunkan kadar kolesterol,

trigliserida dan LDL, senyawa aktif alisin menghambat dan

menghilangkan lapisan lipida pada dinding pembuluh darah, menghambat

pembentukan kolesterol dan lipida, menghambat kerja enzim human

squalene monooxygenase dan HMG-CoA reduktase.

Kandungan bawang yang berfungsi sebagai antioksidan adalah

alisin, yang berasal dari aliin yang diuraikan oleh aliinase. Aktivitas

antioksidan adalah melalui penangkapan radikal peroksida dengan

mekanisme transfer elektron.

Telah dilaporkan bahwa senyawa S-alil sistein yang ada dalam

ekstrak air umbi bawang putih menghambat enzim yang berperan pada

biosintesis lemak (HMG CoA), dan juga berkontribusi pada reduksi

kolesterol. Senyawa-senyawa dalam bawang putih mampu berkombinasi

dengan gugus -SH yang penting dalam beberapa jalur metabolisme; antara

lain lemak. Dugaan lain adanya komponen dalam umbi yang memiliki

kontribusi terhadap aksi hipokolesterolemia dengan cara menghambat

epoksidase skualen, enzim yang berperan dalam jalur biosintesis

kolesterol. Senyawa S-alil sistein juga menghambat sintesis NF-kB dan

oksidasi lipoprotein densitas rendah yang berkaitan dengan aterosklerosis,

Page 4: Fito Terapi

sedangkan alisin bersifat antioksi dan dan melindungi sel endotelium dari

kerusakan LDL yang teroksidasi. Ajoene sebagai antitrombosit

dimanfaatkan pada pengobatan kardiovaskuler.

Mekanisme kerja ekstrak bawang putih sebagai kardioprotektif

dalam menurunkan tekanan darah diduga terkait dengan efek vasodilatasi

otot pembuluh darah menyebabkan tertutupnya kanal Ca2+ dan terbukanya

kanal K+ sehingga terjadi hiperpolarisasi, sehingga otot akan mengalami

relaksasi. Senyawa aktif umbi bawang putih yang diketahui memengaruhi

ketersediaan ion Ca2+ untuk kontraksi otot jantung dan otot polos

pembuluh darah adalah kelompok Ajoene. Konsentrasi ion Ca2+

intraseluler yang tinggi dapat menyebabkan vasokonstriksi yang

menyebabkan hipertensi. Senyawa dalam bawang diperkirakan dapat

menghambat masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, sehingga konsentrasi ion

Ca2+ -intraseluler menurun dan diikuti relaksasi otot yang menyebabkan

ruangan dalam pembuluh darah melebar, sehingga tekanan darah turun.

Pada percobaan in vitro alisin menghambat agregasi platelet tanpa

memengaruhi aktivitas siklooksigenase, tromboksansintase atau jumlah

adenosin monofosfat (AMP), dan memiliki aktivitas vasodilatasi,

mengurangi jumlah trombosan B2 dan prostaglandin sehingga menurunkan

tekanan darah. Ekstrak bawang putih dilaporkan dapat meningkatkan

produksi oksida nitrat yang memberikan kontribusi kepada proses

disagregasi platelet. Ekstrak air bawang putih menghambat agregasi

platelet yang diinduksi oleh ADP, kolagen, asam arakidonat, epinefrin, dan

kalsium ionofor. Bawang putih mengurangi pembentukan tromboksan,

menghambat aktivitas fosfolipase dan produk lipoksigenase yang dibentuk

pada trombosit. Bawang putih juga efektif dalam menghambat agregasi

disebabkan oleh ionofor kalsium, kemungkinan bahwa efek antiagregasi

berhubungan dengan mobilisasi intraplatelet dari kalsium. Efek

antiagregasi dari Ajoene mungkin berkaitan dengan interaksi langsung

dengan reseptor fibrinogen (GPIIb/IIa). Ajoene juga berinteraksi dengan

hemoprotein yang terlibat dalam aktivasi platelet. Alisin menghambat

Page 5: Fito Terapi

agregasi in vitro platelet manusia tanpa memengaruhi siklooksigenase atau

aktivitas tromboksansintase atau tingkat adenosin siklik monofosfat

(AMP), dan tidak mengubah aktivitas vaskular prostasikliksintase. Jadi,

bawang putih memiliki komponen yang memungkinkan memberikan efek

pada berbagai tahap yang terlibat dalam proses agregasi platelet.

Ekstrak bawang putih bertindak secara sinergis dalam efek

penghambatan terhadap agregasi platelet. Mekanisme yang terlibat

tampaknya cukup banyak dan dapat melibatkan perubahan fluiditas

membran, penghambatan fosfolipase C, penghambatan mobilisasi kalsium,

peningkatan pada oksida nitrat dan produksi AMP, dan hambatan dari

TXA2, yang semuanya akan mengarah pada inhibisi agregasi platelet.

Sebagai antidiabetes, bawang putih meningkatkan sekresi pankreas

atau melepaskan ikatan insulin dengan gugus sulfhidril. Alisin dan hasil

urainya akan mengikat asam amino dan protein membran, yang

mengakibatkan gangguan pada metabolisme sel mikroba.

Data klinik

Pemberian tablet serbuk bawang putih selama 12 bulan kepada

pasien dapat menurunkan risiko terkena kardiovaskuler pada pria 1,5 dan

wanita 1,3 kali lipat, karena terjadi penurunan kadar kolestrol LDL, 9

mg/dl pada laki-laki, dan 27,3 mg/dl pada wanita. Data klinis yang

diperoleh dari 114 penderita hipertensi dan aterosklerosis, bawang putih

dapat mengurangi tekanan darah sistol 1,1 – 4,4 kPa dan diastol 0,5 – 2,7

kPa. Penggunaan serbuk bawang putih 900 mg sehari selama 4 tahun

menyebabkan penurunan signifikan pada volume plak aterosklerosis pada

pria dan wanita, apabila dibandingkan plasebo.

Pemberian hasil maserasi minyak bawang putih 80 mg sehari

selama 6 bulan pada sukarelawan sehat pria dan wanita dapat menurunkan

viskositas darah. Efek lebih lemah dibandingkan dengan ekstrak kering

Ginkgo biloba, namun lebih kuat dibandingkan dengan plasebo. Penurunan

viskositas memberikan efek menguntungkan, yaitu peningkatan aliran

Page 6: Fito Terapi

darah ke otak yang diduga berhubungan dengan efek mencegah penurunan

daya ingat.

Keamanan

Umbi bawang putih dikontraindikasikan pada pasien sensitif

terhadap bawang putih, dan alergi terhadap obat. Jika merujuk pada

penggunaannya sebagai bumbu masak, maka bawang putih relatif aman.

Namun, perlu perhatian kemungkinan terjadi perdarahan pascaoperasi

akibat konsumsi berlebih bawang putih. Bawang putih tidak menimbulkan

efek mutagenik secara in vitro.

Interaksi obat

Bawang putih dilaporkan memiliki aktivitas antipembekuan darah,

karena itu perlu perhatian pada pasien yang menggunakan warfarin.

Penggunaan bersamaan dapat meningkatkan waktu pembekuan darah.

Reaksi yang tidak diinginkan

Efek yang tidak diinginkan dari bawang putih yang paling umum

adalah menyebabkan bau mulut dan bau badan. Kadang terjadi reaksi

alergi pada kulit, dan serangan asma setelah menghirup serbuk bawang

putih. Makan bawang putih segar, ekstrak atau minyak bawang putih

dalam keadaan perut kosong dapat menyebabkan rasa terbakar, mual,

muntah, dan diare.

Dosis

Untuk bawang putih segar 2-5 g, serbuk bawang putih 0,4-1,2 g,

minyak bawang putih 2-5 mg, ekstrak kering 300-1000 mg. Sediaan lain

setara dengan 4-15 mg aliin atau 2-5 mg alisin. Penggunaan bawang putih

dianjurkan bersamaan dengan makanan lain, untuk mencegah rasa tidak

enak pada saluran pencernaan.

Page 7: Fito Terapi

2. Andrographidis Herba (Herba Sambiloto)

Simpfisia andrographidis herba (herba sambiloto) berupa herbal yang telah

dikeringkan berasal dari tanaman Andrographis paniculata (Burm. F.) Ness.,

suku Acanthaceae.

Deskripsi tanaman, kandungan kimia, keamanan, dan dosis dapat dilihat pada

halaman 253-256.

Farmakologi

Antiinflamasi ditunjukkan dengan hambatan terjadinya ikatan

dengan DNA yang mengakibatkan penghambatan siklooksigenase,

memengaruhi sekresi kelenjar adrenal, atau penghambatan neutrofil, serta

dapat memperpanjang waktu pembekuan darah dan menurunkan risiko

pembekuan dalam pembuluh darah.

Komponen dalam ekstrak sambiloto diuji terhadap oksida nitrit

endotelium, siklik guanosin monofosfat, peroksida lipida, dan super-oksida

dismutase, pada model kelinci percobaan yang memiliki aterosklerosis

dengan cara memberi diet tinggi kolesterol. Sambiloto memiliki efek

antioksidan, dengan menjaga fungsi endotelial, menurunkan peroksida

lipida dan mempertahankan keseimbangan oksida nitrit/endotelium. Efek

andrografolid pada gangguan kardiovaskuler, dapat meningkatkan lamanya

waktu pembentukan pembekuan darah (blood cloth) dan menurunkan

risiko stenosis pada pembuluh darah.

Ekstrak etanolik sambiloto dapat mencegah iskemia miokardium

pada tikus yang diinduksi dengan isopreterenol. Isopreterenol merupakan

katekolamin yang dapat meningkatkan kerusakan pada otot jantung karena

isopreterenol dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Kandungan

kimia diterpen lakton, andrografolid, dan neoandrografolid berefek

kardioprotektif karena memiliki aktivitas antioksidan, penangkap radikal

bebas (free radical scavenging) dan sifat peroksidasi antilipida, serta

terhadap perubahan oksidatif pada miokardium dan secara signifikan

memberikan aktivitas kardioprotektif dengan membantu dalam

mempertahankan fungsi jantung secara normal dan merelaksasi otot polos

Page 8: Fito Terapi

dinding pembuluh darah.

Senyawa golongan andrografolid mengurangi atau mencegah

terjadinya peroksidasi terhadap hemoglobin, lipida dan sel darah merah,

menghambat terjadinya ikatan yang bersifat toksik dengan DNA,

menghambat ekspresi oksida nitrit (NO) sintase, siklooksigenase, mRNA

serta dapat menjaga keseimbangan glutation, glutamat-piruvat transferase,

dan alkali fosfatase.

Selain memiliki efek kardioprotektif, ekstrak sambiloto juga

memiiki efek antihipertensi. Efek antihipertensi timbul karena sambiloto

dapat merelaksasi otot polos dinding pembuluh darah. Sebagai antimalaria

dapat menghambat multiplikasi plasmodium.

3. Apii Herba (Herba Seledri)

Simplisia apii herba (herba seledri) berupa seluruh bagian di atas tanah yang

telah dikeringkan berasal dari tanaman Apium graveolens L., suku Apiaceae.

Deskripsi tanaman

Herba seledri merupakan terna, tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm

dengan bau aromatik yang khas. Batang bersegi, beralur, beruas, tidak

berambut, bercabang anak daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai, panjang

1 – 2,7 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga

majemuk berbentuk payung, 8 – 12 buah, kecil-kecil, berwarna putih.

Buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1 – 1,5 mm, berwarna hijau

kekuningan. Seledri dipanen setelah berumur 6 minggu sejak ditanam.

Tangkai daun yang agak tua dipotong 1 cm di atas pangkal daun. Daun

muda dibiarkan tumbuh untuk dipanen kemudian. Tangkai daun yang

berdaging dan berair dapat dimakan mentah sebagai lalap, sedangkan daun

digunakan untuk penyedap masakan sayur.

Kandungan kimia

Herba seledri mengandung flavonoid: apigenin, apiin, isokuersitrin,

umbeliferon; apigrafin, apiumetin, apiumosida, bergapten, selerin,

Page 9: Fito Terapi

selereosida, isoimperatorin, isopimpinelin, ostenol, rutaretin, seselin, dan

8-hidroksi-5-metoksipsoralen. Kandungan minyak atsiri dalam herba (2-

3%) mengandung limonene (60-70%) dan selenine (10-15%), dan berbagai

seskuiterpene alkohol (1-3%), seperti -eudesmol dan -eudesmol,

santalol, 3-n-butil-ftalida, dan sedanenolida (memberi aroma yang khas).

Kandungan lain: koline askorbat, asam lemak (seperti asam: linoleat,

miristat, miristisat, miristoleat, oleat, palmitat, palmitoleat, petroselinat,

dan (stearat), vitamin A, B, dan C. Struktur kimia beberapa senyawa

tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Farmakologi

Meluruhkan air seni, memacu enzim pencernaan, antireumatik,

sedatif, antihipertensi, antihiperkolesterolemia. Secara in vivo, herba

seledri mempunyai efek hipotensif (menurunkan tekanan darah).

Percobaan perfusi pembuluh darah meyakinkan bahwa apigenin juga

mempunyai efek sebagai vasodilator perifer yang berhubungan dengan

efek hipotensifnya. Percobaan lain menunjukkan efek hipotensif herba

berkaitan dengan integritas sistem saraf simpatik. Tekanan darah

umumnya mulai turun setelah satu hari pengobatan, diikuti dengan

meningkatnya volume urine yang dikeluarkan.

Gambar 2.7. Struktur kimia beberapa senyawa dalam seledri.

Page 10: Fito Terapi

Herba seledri bermanfaat sebagai diuretik, stimulan produksi urine,

dan membantu kontrol tubuh terhadap cairan yang berlebihan.

Pemberian 3-n-butilftalida (BuPh) dengan dosis 2,0-4,0 mg sehari pada

tikus yang dibuat hipertensi menimbulkan efek hipotensif atau

menurunkan tekanan darah dan juga dapat mengurangi stres hormon yang

dapat menunjukkan adanya efek menurunkan kadar kolesterol dan lipida

pada tikus putih yang diberi diet tinggi kolesterol dan lemak.

Keamanan

Pada wanita hamil dan menyusui dapat mengganggu siklus

menstruasi; reaksi alergi, seperti wajah bengkak dan gatal-gatal,

peradangan kulit. Dosis besar dapat menyebabkan memperlambat sistem

saraf, mengakibatkan gejala seperti mengantuk. Pada penderita yang

sensitif terhadap tanaman Apiaceae kemungkinan, terjadi dermatitis dan

reaksi anafilaksis. Penggunaan herba seledri segar lebih dari 200 gram

sekali minum dapat menyebabkan penurunan darah secara tajam hingga

dapat terjadi syok.

Tanaman seledri dapat menyebabkan iritasi epitelial pada penderita

inflamasi ginjal. Kontak dengan batang seledri dapat menimbulkan

terjadinya fotosensitivitas. Interaksi herba seledri dengan obat

antikoagulan (contoh: warfarin, aspirin, dalteparin, enoxaparin) dapat

menambahkan efek antikoagulan yang berakibat peningkatan risiko

pendarahan. Herba seledri mengalami interaksi obat dengan klorpromazin

dan tetrasiklin yang dapat meningkatkan fotosensitivitas.

Dosis

Buah kering 0,5-2,0 g dibuat dekokta (1: 5) sehari tiga kali. Ekstrak

cair 0,3-1,2 ml (1:1 dalam 60% alkohol) sehari tiga kali.

Page 11: Fito Terapi

4. Averrhoa Bilimbi Folium (Daun Belimbing Wuluh)

Simplisia averrhoa bilimbi folium (daun belimbing wuluh); berupa daun yang

telah dikeringkan berasal dari tanaman Averrhoa bilimbi L., suku Oxalidaceae.

Deskripsi tanaman

Pohon kecil tinggi mencapai 10 m, batang tidak begitu besar,

biasanya ditanam sebagai pohon buah, batang kasar banyak tonjolan,

percabangan sedikit. Cabang muda berambut halus warna cokelat muda.

Daun bulat telur memanjang, warna hijau, bertangkai. Bunga berkelompok

kecil-kecil bentuk bintang, warna ungu kemerahan, keluar dari batang.

Buah buni bentuk bulat lonjong bersegi, warna hijau kekuningan,

mengandung banyak air rasa asam. Biji bulat telur gepeng.

Simplisia berupa daun majemuk, menyirip ganjil, bulat telur

memanjang, ujung meruncing, pangkal tumpul, warna hijau, permukaan

bawah warna lebih muda, tepi rata, bertangkai pendek.

Kandungan kimia

Fitol (senyawa diterpen alkohol asiklik), dietil-ftalat, flavonoid,

tanin, sulfur, asam format, asam sitrat, kalium sitrat.

Gambar 2.8 Struktur kimia senyawa dalam daun belimbing wuluh.

Farmakologi

Secara tradisional daun sering digunakan untuk hipertensi dan

sebagai peluruh air seni. Daun dapat menurunkan tekanan darah melalui

mekanisme diuretika pada hewan uji marmot, yaitu mengurangi jumlah air

dalam plasma darah dengan cara dikeluarkan sebagai urine. Pada

pengujian menggunakan kucing, ekstrak daun memiliki sifat hipotensif.

Page 12: Fito Terapi

Ekstrak dosis 25 mg/kg bb dapat menurunkan tekanan darah hingga 41,25

mm Hg, dan bila dimurnikan penurunan hingga 51,5 mm Hg.

Ekstrak etanolik buah dan daun dapat menurunkan kadar glukosa

darah pada tikus yang dibuat diabetes. Ekstrak kloroform daun yang

diketahui mengandung senyawa flavonoid, efektif membunuh

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, dan

Corynebacterium diphteria.

5. Centellae Herba (Herba Pegagan)

Simplisia centellae herba (herba pegagan) berupa seluruh bagian tanaman yang

telah dikeringkan berasal dari tanaman Centella asiatica (L.) Urban, (pegagan,

gotu kola), suku Apiaceae (Umbelliferae)

Deskripsi tanaman

Pegagan merupakan herba tahunan, tanpa batang, mempunyai

rimpang dengan stolen yang melata. Daun tunggal, bundar melebar dengan

garis tengah 1-7 cm, bentuk roset terdiri dari 2-10 daun, mempunyai

tangkai. Bunga menyerupai payung tunggal atau 3-5, berwarna merah

lembayung keluar dari ketiak daun, memiliki tangkai bunga. Buah pipih

berdinding agak tebal, berwarna kuning kecokelatan.

Daun tunggal, permukaan tidak rata, memiliki tangkai daun, bentuk

menyerupai ginjal agak melebar, warna hijau kelabu, tepi daun bergerigi,

tulang daun pada permukaan bawah agak menonjol, stolon dan tangkai

daun berambut halus, rimpang warna cokelat kelabu, umumnya pendek,

bunga warna merah lembayung, menyerupai payung, dan buah memiliki

kemokarp pipih, berlekuk 2, saling berhadapan, warna kuning kecokelatan.

Kandungan kimia

Asiatikosida, madekasosida, asam asiatat, asam madekasat

(senyawa triterpen), kuersetin, kamferol, asam betulat, hidrokotilina,

poliasetilen, valerin, asam kafeoilkuinat, asam klorogenat.

Page 13: Fito Terapi

Gambar 2.9 Struktur kimia senyawa dalam herba pegagan.

Farmakologi

Sering digunakan terhadap gangguan kognitif, jantung, tukak

lambung, tukak usus, dan luka bakar. Simplisia menunjukkan khasiat

kardioprotektif, pada tikus infark miokardial dengan mekanisme sebagai

antioksidan pada jaringan. Fraksi yang mengandung triterpena, dapat

memperbaiki, mencegah endotelium pembuluh darah pada kondisi

hipertensi, aktif memperbaiki dan meningkatkan sintesis kolagen dan

jaringan protein lain, serta menurunkan kadar asam uronat,

mukopolisakarida pada jaringan dinding pembuluh darah.

Data klinik

Percobaan pada manusia telah menunjukkan simplisia memiliki

efek positif terhadap gangguan pembuluh darah, memperkuat dinding

pembuluh.

Page 14: Fito Terapi

Keamanan.

Pemberian serbuk pegagan hingga dosis 7 mg/kg bb tikus, dan 2 ml

jus segar tidak menimbulkan efek kematian. Sebaiknya tidak diberikan

pada penderita yang alergi terhadap suku Apiaceae.

Dosis

Simplisia 0,33-0,68 g dibuat infusa, sehari tiga kali atau sediaan

lain dengan dosis setara.

6. Curcuma Domesticae Rhizoma

Simplisia curcuma domesticae rhizoma (rimpang kunyit berupa rimpang yang

telah dikeringkan berasal dari tanaman Curcuma domestica Valenton. (sinonim:

C. longa L.), suku Zingiberaceae.

Deskripsi tanaman, kandungan kimia, keamanan, dan dosis dapat dilihat pada

halaman 85-89.

Farmakologi

Ekstrak kunyit dan senyawa yang dikandungnya ar-turmeron

memiliki efek antiagregasi platelet. Dari penelitian yang dilakukan dengan

penginduksi kolagen dan asam arakidonat, aktivitas antiagregasi platelet

turmeron lebih baik dibandingkan dengan aspirin.

Penelitian pada hewan maupun manusia, kurkumin yang diisolasi dari

kunyit dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Studi acak, tersamar

ganda pada 36 sukarelawan baik pria dan wanita manula diberikan 4 g

sehari, 1 g sehari atau plasebo selama 6 bulan. Profil lipida serum dilihat

pada awal, bulan pertama dan keenam. Konsumsi kurkumin tidak

memberikan perbedaan nyata terhadap kadar trigliserida, LDL, HDL

ataupun total kolesterol dan terlihat hubungan nyata antara peningkatan

kadar kurkumin dalam serum dengan kolesterol serum.

Page 15: Fito Terapi

7. Ginseng Radix (Akar Ginseng)

Simplisia ginseng radix (akar ginseng) berupa akar utuh atau potongan akar yang

telah dikeringkan berasal dari tanaman Panax ginseng C.A. Meyer. (sinonim P.

schinseng Nees.), suku Araliaceae.

Kandungan kimia dapat dilihat pada halaman 334-338.

Farmakologi

Aktivitas kardiovaskular

Berdasarkan studi in vitro dan pada binatang, ginseng memberikan

manfaat pada sistem kardiovaskular melalui mekanisme yang berbeda,

termasuk antioksidan, modifikasi fungsi vasomotor, menurunkan adesi

platelet, memengaruhi kanal ion, mengubah pelepasan neurotransmiter

otonom, meningkatkan profil lemak, dan kontrol glikemia.

Antihipertensif

Ginseng merah telah digunakan sebagai agen antihipertensif di Korea,

tetapi efek secara kliniknya masih belum jelas walaupun beberapa

percobaan secara in vitro dan in vivo telah dilakukan. Data awal terbaru

memperkirakan (efek antihipertensif mungkin ditunjukkan oleh adanya

efek penghambatan angiotensin converting enzyme (ACE) yang

ditunjukkan ekstrak pada uji secara in vitro.

Efek ini aditif terhadap ACE inhibitor tradisional enalapril.

Antiplatelet

Meskipun laporan dari beberapa studi in vitro dan in vivo menyatakan

bahwa Panax ginseng adalah herba yang tidak menunjukan efek

antiplatelet dari kombinasi formula dari Korea yang dikenal sebagai Dae-

Jo-Hwan, sejumlah studi telah menemukan bahwa beberapa ginsenosida

menghambat agregasi platelet. Panaksinol telah menunjukkan

penghambatan agregasi platelet yang diinduksi oleh adenosine difosfat

(ADP), kolagen, dan asam arakhidonat. Panaksinol dan ginsenosida Ro,

Rg, dan Rg2 menghambat platelet kelinci sementara panaksinol mencegah

agregasi platelet dan pembentukan tromboksan.

Page 16: Fito Terapi

Antihiperlipidemik

Ginsenosida Rb1 telah menunjukkan dapat menurunkan tingkat trigliserida

dan kolesterol melalui produksi c-AMP pada hati tikus. Ekstrak Panax

ginseng (6 g/hari) selama 8 minggu menghasilkan reduksi pada total serum

kolesterol, trigliserida, LDL, dan tingkat malondialdehida plasma dan

meningkatkan HDL pada 8 pria. Ginseng juga telah dilaporkan

menurunkan kolesterol hepatik dan tingkat trigliserida pada tikus, hal ini

mengindikasikan potensi penggunaan ginseng pada pengobatan lemak hati.

Efek lain

Ginsenosida Rb2 telah menunjukkan peningkatan aktivitas fibrinolitik dari

sel bovine aortic endothelial. Studi pada binatang, ginseng menghambat

apoptosis kardiomikosite diinduksi iskemia dan reperfusi dan saponin telah

menunjukkan dapat menurunkan berat badan, ambilan makanan, dan

lemak pada tikus pada diet tinggi lemak.

Selain itu, ginseng juga banyak memiliki aktivitas farmakologi lain, yaitu:

aktivitas mirip kortikosteroid, efek pada neurotransmiter, aktivitas

hepatoprotektif, aktivitas sitotoksik, antitumor, antikanker, antiviral,

adaptogen, antiulseratif, efek pada peristaltik, anti inflamasi,

imunomodulator, analgesia, neuroproteksi, fungsi kognitif, antikonvulsan,

aktivitas reseptor steroid, promoter hemo poesis, pencegah kerusakkan

toksin, antioksidan, pertumbuhan lambut, aktivitas antialergi, efek

ansiolitik, penyembuhan luka, dan aktivitas lain.

Pada penelitian preliminer diduga bahwa ginseng dapat menurunkan

tekanan darah sistol dan diastol. Salah satu uji klinis dengan 140 subjek

dinilai efeknya dari pemberian dua dosis Panax ginseng pada pasien

memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Selama tiga minggu,

subjek menerima 4,5 g ginseng setiap hari, 3 g P. ginseng setiap hari, atau

plasebo. Hasilnya, tidak ditemukan efek yang signifikan antara pemberian

3 dan 4,5 g ginseng. Oleh karena itu, hasil dari subjek yang menerima

ginseng pada dosis lain dikombinasi dalam sebuah analisis. Jumlah total

Page 17: Fito Terapi

adalah 103 subjek baik yang menerima ginseng maupun yang diberi

plasebo. Penurunan tekanan darah oleh ginseng dapat ditandai. Rata-rata

pembacaan sistol menurun dengan rata-rata 7 poin, dan pembacaan diastol

menurun dengan rata-rata 10 poin.

Mekanisme aksi

Efek hipotensi ginseng pada manusia dan hewan disebabkan oleh efek

relaksasi otot polos yang diinduksi saponin ginseng tertentu, dikenal

sebagai ginsenosida. Hal ini dapat dijelaskan dengan terlihatnya perbaikan

pada gejala-gejala penyakit arteri koroner, meliputi perubahan

elektrokardiograf (EKG), seperti disturbansi repolarisasi. Kalsium dapat

berperan dalam pengaruh efek kardiovaskuler ginseng. Ginsenosida Rb1

dan Rg1 mempunyai efek vasodilator, mungkin dimediasi oleh pelepasan

asam nitrit secara proporsi, di mana peningkatan sintesis nitrit oksida dari

endotelium pada paru-paru, jantung, ginjal, dan korpus kavernosum

memicu vasodilatasi.

Farmakokinetik

Ginsenosida yang ditemukan terkandung di dalam ginseng sulit diserap

secara oral. Senyawa K merupakan metabolit utama dari ginseng.

Metabolisme dan ekskresi dari unsur pokok ginseng belum dipelajari

secara luas. Terbukti bahwa kandungan ginsenosida yang terekskresi

melalui urine hanyalah sejumlah kecil.

Efek samping

Uji klinis mengindikasikan Panax ginseng dan ginseng Amerika tidak

digunakan dalam jangka pendek dengan dosis yang direkomendasikan

karena memiliki efek samping yang serius. Berdasarkan bukti yang

terbatas, penggunaan jangka panjang dapat berefek pada ruam atau bintik

kulit, gatal-gatal, diare, sakit tenggorokan, kehilangan nafsu makan,

kemampuan rangsangan, gelisah, depresi, atau insomnia. Efek samping

yang jarang ditemui mencakup: sakit kepala, demam, pusing/ vertigo,

Page 18: Fito Terapi

abnormalitas tekanan darah (naik/turun), sakit dada, gangguan menstruasi,

kenaikan detak jantung, kaki bengkak, mual/muntah, dan tekanan batin

pada pasien dengan gangguan bipolar. Sindrom Steven-Jhonson terjadi

pada salah satu pasien dan mungkin diakibatkan oleh kontaminasi pada

produk ginseng. Konsumsi ginseng Amerika yang berlebih dapat berefek

pada hipokalsemia baik pada penderita penyakit kencing manis ataupun

bukan.

Ginseng abuse syndrome (hipertensi, insomnia, nervousness, morning

diarrhoe, tidak dapat konsentrasi, dan reaksi kulit) telah dilaporkan, dan

ada laporan wanita 28 tahun yang terkena sakit kepala, setelah

mengonsumsi sejumlah besar ekstrak etanolik ginseng, cerebral

angiogram menunjukkan “beading” pada anterior dan posterior serebral

superior dan serebral arteri, konsisten dengan serebral arteritis. Dosis

tinggi (15 g sehari) telah diasosiasikan dengan kebingungan, depresi, dan

depersonalisasi pada empat pasien.

Bagaimanapun kebanyakan data ilmiah memperkirakan ginseng jarang

dilaporkan dengan efek yang tidak diinginkan atau interaksi obat.

Beberapa review menemukan bahwa efek yang tidak diinginkan paling

banyak terjadi adalah sakit kepala, susah tidur, dan kelainan

gastrointestinal. Data dari percobaan klinik memperkirakan bahwa efek

yang tidak diinginkan ginseng sama dengan plasebo. Efek yang

terdokumentasi biasanya ringan dan temporer.

Kasus alergi ginseng telah dilaporkan pada literatur ilmiah. Kasusnya

melibatkan laki-laki umur 20 tahun yang terkena urtikaria dan hipotensi

setelah meminum sirup ginseng. Orang tersebut sembuh total setelah 24

jam.

Sementara itu, penggunaan ginseng diasosiasikan dengan hipertensi, pada

beberapa studi ginseng digunakan untuk menurunkan tekanan darah.

Ginseng memiliki toksisitas yang sangat rendah. Dosis sub-akut 1,5-15

mg/kg dari 5:1 ekstrak ginseng tidak menghasilkan efek negatif pada berat

badan, konsumsi makanan, parameter hematologi atau biokimia atau

Page 19: Fito Terapi

penemuan histologik pada anjing, dan tidak ada efek yang telah diamati

dari pemberian dosis yang sama pada dua generasi dari keturunan tikus.

Secara tradisional, ginseng tidak direkomendasikan dengan stimulan lain

seperti kafein dan nikotin, dan ada laporan kasus wanita 39 tahun terkena

menometrorrhagia, aritmia, dan takikardia setelah menggunakan ginseng

secara oral dan topikal bersamaan dengan kafein dan rokok.

Interaksi obat

Ginseng mungkin mempunyai potensiasi kerja sebagai antiplatelet, seperti

aspirin. Berdasarkan percobaan in vitro, fraksi lipofilik menghambat

agregasi platelet yang diinduksi trombin (0,1 unit/ml). Ginseng

mengurangi sifat adhesif platelet pada uji menggunakan tikus. Kerja

ginseng ketika digunakan bersama antikoagulan/ antiplatelet belum jelas,

mungkin saja ginseng meningkatkan risiko perdarahan atau pembekuan.

Oleh karena itu, pemberian harus disertai perhatian.

Beberapa kasus diidentifikasi berpotensi terjadi interaksi klinis bermakna

antara ginseng dan agen antidiabetik. Konsumsi ginseng Amerika dalam

jumlah besar terbukti menurunkan kadar glukosa darah.

Kontroversi seputar keamanan penggunaan ginseng bersama kafein dan

stimulan lain masih diperdebatkan. Beberapa ahli memercayai bahwa

ginseng Asia aman apabila digunakan pada dosis yang direkomendasikan,

sementara yang lain tidak sependapat. Ginseng dapat menyebabkan

insomnia dan sakit kepala, serta meningkatkan efek dari kafein.

Kontraindikasi

Penggunaan berlebih dapat mengakibatkan sakit kepala, insomnia dan

palpitasi. Ginseng sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan stimulan

lain termasuk kafein dan sebaiknya tidak dilanjutkan 1 minggu sebelum

pembedahan utama. Penggunaan pada hipertensi harus diawasi,

bagaimanapun ini terbukti menguntungkan untuk indikasi ini.

Page 20: Fito Terapi

Penggunaan pada kehamilan

Ginseng secara tradisional digunakan di Korea sebagai tonik pada

kehamilan. Namun, potensi teratogenisitas dari beberapa senyawa

pasenosida Rb1) yang diamati di bawah kondisi percobaan, ginseng

sebaiknya digunakan secara hati-hati selama semester pertama kehamilan.

Studi dua generasi pada tikus, pemberian ekstrak ginseng pada dosis 15

mg/kg sehari tidak menghasilkan efek yang tidak dikehendaki pada sistem

reproduksi termasuk perkembangan embrio dan laktasi.

Dosis

Dosis ginseng untuk hipertensi belum dapat ditentukan. Pada uji klinik,

digunakan dua dosis (3 dan 4,5 g) ginseng selama 2 minggu tetap tidak

dihasilkan efek yang signifikan terhadap plasebo.

8. Perseae Americanae Folium (Daun Alpokat)

Simplisia perseae americanae folium (daun alpokat) berupa daun yang telah

dikeringkan berasal dari tanaman Persea americana Mill., suku Lauraceae.

Deskripsi tanaman

Tanaman buah, berupa pohon, tinggi mencapai 10 m, berakar tunggang,

batang berkayu, bulat, warna cokelat kotor, bercabang banyak, ranting

berambut halus. Daun tunggal, bentuk bundar telur memanjang, warna

hijau. Bunga majemuk, tersusun dalam malai yang keluar dekat ujung

ranting, warna putih kekuningan, berambut halus. Buah berbentuk bola

lampu atau bulat telur, warna hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik

ungu, berbiji satu, daging buah jika sudah masak lunak, warna kekuningan,

sering dikonsumsi. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji

putih kemerahan. Dikenal 3 tipe pohon alpokat, yaitu: 1) Hindia Barat, 2)

Guatemala, dan 3) Meksiko, ketiganya dapat dibedakan berdasarkan

bentuk dan sifat buah, kadar minyak daging buah dan aromanya. Selain itu,

terdapat beberapa tipe yang diduga merupakan hasil persilangan yang

masih tampak sifat-sifat antara kedua atau ketiga tipe tersebut.

Page 21: Fito Terapi

Simplisia daun, mempunyai tangkai, panjang hingga 5 cm, letak di ujung

ranting, berbentuk bundar telur memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan

pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak menggulung ke atas,

bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm, daun muda

berwarna kemerahan dan berambut daun tua warna hijau dan gundul.

Kandungan kimia

Kuersetin, luteolin, apigenin, astragalin, tanin, prosianidin, skopoletin,

minyak atsiri (-cubeben, -felandren, -pinen, -pinen, -terpinen,

-mirsen, -osimen), kalium.

Gambar 2.12 Struktur kimia senyawa dalam daun alpokat

Farmakologi

Secara tradisional daun alpokat dapat digunakan untuk mengatasi

hipertensi, hiperkolesterolemia, serta sebagai antiinflamasi dan analgetik.

Sari air daun memiliki efek antihipertensi pada tikus yang diinduksi

dengan nikotin dan norepinefrin. Ekstrak etanolik 95% daun dan batang

serta sari air menunjukkan aktivitas relaksasi terhadap uterus tikus.

Simplisia mempunyai aktivitas antibakteri dan menghambat pertumbuhan

Staphylococcus aureus strain A dan B, Staphylococcus albus,

Pseudomonas sp; Proteus sp; Escherichea coli dan Bacillus subtilis.

Efek kardiovaskular ekstrak air daun alpokat diteliti pada kelinci,

menunjukkan bahwa ekstrak air daun alpokat memiliki efek

kardiodepresan, vasorelaksan dan efek antihipertensi, serta merelaksasi

Page 22: Fito Terapi

endotelium melalui pelepasan nitrit oksida (NO) dan pelepasan cGMP di

endotelium pembuluh darah.

Sari air dan metanolik (10 mg/kg bb) menurunkan kadar glukosa, kadar

total kolesterol dan LDL (low-density lipoprotein), serta kenaikkan HDL

(high-density lipoprotein) pada hewan coba tikus yang diinduksi dengan

campuran minyak kacang, kolesterol dan asam kholat, serta tidak

menyebabkan penurunan berat badan, actapi memengaruhi berat bagian

hati tikus.

Sari air daun alpokat memiliki efek analgetik dan antiinflamasi

menggunakan metode uji formalin, geliat (induksi dengan asam usetat),

lempeng panas dan karagenan, menggunakan pembanding antara lain:

asam asetil-salisilat, morfin, dan indometasin. Efek nya adalah efek

hipoglikemik pada tikus yang diinduksi aloksan aamggunakan pembanding

klorpropamid.

Ekstrak air biji alpokat dosis 500 mg/kg bb tikus menurunkan tekanan

darah, total kolesterol, triasilgliserol dan LDL secara bermakna, pada tikus

yang diinduksi dengan natrium klorida. Kadar kalium yang terdapat dalam

ekstrak dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan membantu

meregulasi konsentrasi natrium dan tekanan darah, sehingga timbul efek

antihipertensi. Intake (asupan) kalium yang adekuat dapat menurunkan

risiko penyakit kardiovaskular. Biji alpokat mengandung asam lemak tidak

jenuh, beta sitosterol, karotenoid (zeaxantin, alfa karoten, beta karoten, dan

tokoferol/vitamin E) tinggi, yang dapat menurunkan kadar kolesterol,

LDL, dan liserol. Beta sitosterol dan tokoferol (steroid dan antioksidan

alami dalam tumbuhan), dapat menghambat absorpsi kolesterol dan

melindungi jaringan dari peroksidasi lipid akibat oksidasi radikal bebas,

sehingga kadar kolesterol dan LDL berkurang.

Keamanan

Penggunaan ekstrak air hingga 1 g/kg (intraperitonial) dan 10 g/kg (secara

oral) tidak menimbulkan efek toksik.

Page 23: Fito Terapi

9. Piperis Longi Fructus (Buah Cabe Jawa)

Simplisia piperis longi fructus (buah cabe jawa) berupa buah yang belum masak

dan telah dikeringkan berasal dari tanaman Piper longum (L.) B1, suku

Piperaceae.

Deskripsi tanaman

Tumbuhan menahun, banyak cabang, tumbuh melilit atau melata dengan

akar lekat. Daun tunggal bertangkai, bentuk bulat telur agak memanjang,

pangkal membulat, ujung meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip,

permukaan atas licin, bawah berbintik-bintik. Bunga bulir, tumbuh tegak.

Buah majemuk, bulat panjang, tangkai pendek, waktu muda berwarna

hijau, kemudian kuning, dan waktu masak merah. Biji bulat pipih, keras,

warna cokelat hitam.

Jenis buah lada antara lain P. retrofractum Vahl. (P. officinarum Mig.), P.

nigrum L. (lada hitam), P. cubeba (kemukus, banyak ditanam di

Indonesia), P. methysticum G. Forst. (kawa-kawa, yang digunakan bagian

rimpang).

Simplisia berupa buah bentuk bulir, bulat panjang hingga silindris, ujung

agak mengecil, permukaan tidak rata, panjang 2-7 cm, diameter buah 4-6

mm, tangkai pendek, ketika muda keras berwarna hijau, kemudian berubah

kuning, dan saat masak

Kandungan kimia

Piperin, piperitin, piperanin, piperilin, kavisin (isomer piperin), asarinin,

pellitorin, piperlongumin, minyak atsiri dengan komponen antara lain

piperonal, eugenol, kariofelen, bisabolen, pentadekana, safrol. Piperin

dapat meningkatkan ketersediaan hayati (absorpsi) sejumlah obat.

Page 24: Fito Terapi

Gambar 2.13 Struktur kimia beberapa senyawa dalam buah cabe jawa.

Farmakologi

Mempunyai banyak aktivitas antara lain kardiovaskuler, antiamuba

(Entamoeba histolytica), antimikroba (beberapa bakteri patogen seperti

S. thypi, E. coli, P. aeroginosa), antiulser, antidiabetes, analgesik (induksi

asam asetat), antiinflamasi (induksi karagenan), efek terhadap saluran

pernapasan dan preventif terhadap hati.

Piperlongumin (hasil isolasi dari buah cabe jawa) memiliki efek

menghambat agregasi platelet pada kelinci yang diinduksi dengan kolagen,

asam arakidonat dan faktor aktivasi platelet (Platelet-activating factor).

Aktivitas piperlongumin lebih kuat dari asidamida lainnya (piperin,

pipernonalin, piperoktadekalidin). Mekanisme kerja aspirin adalah

menghambat kerja enzim siklooksigenase, sedangkan piperlongumin

diperkirakan karena adanya senyawa piridon dan piridin sebagai hasil urai

dari piperlongumin.

Page 25: Fito Terapi

Keamanan

Penggunaan simplisia relatif cukup aman, tetapi sebaiknya tidak digunakan

selama masa kehamilan dan menyusui.

10. Rauwolfiae Radix (Akar Pule Pandak)

Simplisia rauwolfia radix (akar pule pandak, akar tikus) berupa akar yang telah

dikeringkan berasal dari tanaman Rauvolfia serpentinaI (L.) Benth. Ex Kurz.,

suku Apocynaceae.

Deskripsi tanaman

Perdu menahun, tegak tinggi hingga 1 m, bergetah, batang bentuk silindris,

mempunyai banyak percabangan, warna cokelat keabuan, bila dipatahkan

mengeluarkan cairan jernih. Daun tunggal bertangkai pendek, bentuk bulat

telur memanjang, berhadapan bersilang, tepi rata. Bunga majemuk bentuk

payung, mahkota warna kemerahan. Buah batu, waktu muda warna hijau,

bila masak, menjadi hitam. Akar panjang.

Di Indonesia dikenal beberapa jenis Rauvolfia antara lain:

R. javanica, R. amsoniifolia, R. reflexa, R. serpentine, dan R. sumatrana.

Spesies lain adalah : R. micranta, R. densiflora, R. perakensis, R.

vomitoria, R. natalensis, R. canescens, R. obscura, R.volkensii, dan

sebagainya. Kadang-kadang tanaman ini dibedakan berdasarkan Negara

asal misalnya:

1. Asia, umumnya banyak ditemukan di Negara India, Burma, Pakistan,

Thailand, dan Indonesia, yang dikenal dengan nama R. serpentina

dengan nama daerah pule pandak.

2. Afrika, paling dikenal adalah R. vomitoria, tumbuh tersebar di Afrika

yang beriklim tropis.

3. Amerika, yang banyak adalah R. canescens yang tumbuh di Amerika

bagian selatan dan R. nitida di bagian barat. Penyebaran rauwolfia

jenis ini amat luas sampai di Australia.

Simplisia berupa radix (akar) berwarna putih kekuningan, tidak berbau dan

berasa pahit, bentuk berliku-liku, jarang bercabang, bagian luar berwarna

Page 26: Fito Terapi

cokelat muda keabu-abuan, bagian dalam warna kuning muda.

Kandungan kimia

Alkaloid indol (sekitar 60 alkaloida) dengan kadar total berkisar 0,7

sampai 2,4 %, antara lain reserpin, ajmalin, ajmalisin ketiganya banyak

digunakan dalam pengobatan), reserpinin, alstonin, yohimbin, resinamin

Kandungan lain adalah fitosterol, asam lemak, alkohol tak jenuh, serta

gula. Kebasaan alkaloid alkaloida dalam tanaman ini berbeda-beda, dan

yang bersifat basa lemah sampal pada basa kuat.

Gambar 2.14 Struktur kimia beberapa senyawa dalam akar pule pandak.

Farmakologi

Ajmalin terdapat pada R. serpentine dan R. vomitoria, banyak digunakan

untuk penyakit jantung aritmia, sedangkan ajmalisin hasil hidrogenasi dari

serpentin. Alkaloida kelompok reserpin resinamin banyak digunakan

sebagai antihipertensi, tetapi juga mempunyai efek trangulizer (penenang),

dan pada dosis tinggi menyebabkan depresi. Serpentin digunakan untuk

hipertensi dan menaikkan aliran darah pada otak dan pembuluh darah

perifer pada tubuh.

Sediaan rauwolfia dan alkaloid reserpin telah banyak digunakan untuk

pengobatan hipertensi dan kelainan neuropsikiatrik. Efek farmakologinya

adalah menurunkan tekanan darah dan sedatif. Alkaloid rauwolfia

Page 27: Fito Terapi

memiliki afinitas tinggi terhadap membran vesikel tempat penimbunan

katekolamin pada ujung-ujung saraf adrenal dan dopamin serta

menghambat berfungsinya kembali neurotransmiter tersebut, sehingga

terdapat pengurangan kadar noradrenalin pada saraf perifer maupun saraf

pusat, dan selanjutnya terjadi pengurangan tekanan darah. Daya kerja

deserpidin mirip dengan reserpin. Serpentin mempunyai daya kerja

terhadap penurunan tekanan darah yang serupa dengan reserpin. Ajmalin

mempunyai daya kerja terhadap jantung yang mirip dengan kuinidin maka

ajmalin digunakan juga untuk mengobati angina pektoris dan aritmia

jantung. Alkaloid dari tanaman rauwolfia mempunya potensi besar untuk

pengobatan penyakit kardiovaskuler, hipertensi, aritmia, dan beberapa

penyakit psikiatrik.

Efek samping

Bila menggunakan simplisia terlalu lama kemungkinan terjadi gangguan

pencernaan, gelisah, dan depresi.

Reaksi yang tidak dikehendaki

Beberapa reaksi yang tidak dikehendaki bersifat reversibel, sehingga akan

hilang apabila penggunaan simplisia dihentikan. Menimbulkan gangguan

pada sistem kardiovaskuler umpama bradikardia, aritmia apabila

digunakan bersama-sama dengan digitalis atau kuinidin. Gangguan lain

adalah timbulnya kegelisahan, merasa panas, sulit tidur, udema

(pemakaian sering dikombinasi dengan diuretika), diare, mual, muntah.

Penggunaan dalam dosis tinggi dan waktu lama dapat menimbulkan tremor

seperti penderita Parkinson.

Keamanan

Tidak diberikan pada penderita yang hipersensitif terhadap tanaman ini

dan kandungan alkaloidanya, juga pada penderita yang memiliki riwayat

depresi mental, dalam waktu singkat setelah menggunakan terapi dengan

inhibitor oksidase monoamine, ulser lambung, epilepsi, dan pasien dengan

Page 28: Fito Terapi

fungsi hati terganggu, serta tidak digunakan pada masa kehamilan dan

menyusui, dan tidak pada anak-anak. Tidak menimbulkan karsihogenik

pada hewan mencit dan tikus.

Dosis

Serbuk sejumlah 200 mg sehari, selama 1-3 minggu, kemudian diikuti

dengan dosis 50-300 mg setiap hari. Dosis disesuaikan dengan kandungan

alkaloid, pada penderita kelompok umur lansia digunakan dosis lebih

rendah, dan umumnya dibagi menjadi sehari dua kali.

Page 29: Fito Terapi

ACUAN

Adeyemi, et al. 2002. Analgesic and anti-inflammatory effects of the aqueous extract of leaves of Persea americana Mill. (Lauraceae), Fitoter, (73):375-80.

Adjimi, et al. 1996. Penelitian antidiare infus Eugenia polyantha Wight (daun salam) pada tikus putih, Pokjanas Tumbuhan Obat Indonesia XI, Surabaya.

Agus Sumono dan Agustin Wulan SD. 2009. Kemampuan air rebusan daun salam (Eugenia polyantha W) dalam menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus sp., Majalah Farmasi Indonesia, 20(3):112-7.

Akindahunsi AA and Olaleye MT. 2003. Toxicological investigation (of aqueous-methanolic extract of the calyces of Hibiscus sabdariffa L., J. Ethnopharm, 89(1):161-4.

Alarcon-Aguilar, et al. 2007. Effect of Hibiscus sabdariffa on obesity in MSG mice. J. Ethnopharm, 114(1):66-71.

Allison, et.al. 2000. Aged garlic extract and its constituents inhibit platelet aggregation through multiple mechanisms, J. Nutrit, 782S-788S.

Angela SH, 2008. Pengaruh pemberian ekstrak daun salam (Eugenia Polyantha) terhadap kadar trigliserida serum tikus jantan galur Wistar Hiperlipidemia, Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Antia, et al. 2005. Hypoglycemic activity of aqueous leaf extract of Persea americana Mill., Indian J. Pharmacol, 37(5):325-6.

Banerjee SK and Maulik SK. 2002. Effect of garlic on cardiovascular disorders: a review, Nutr J, 1(4):1-14.

Bathaei FS and Akhondzadeh S. 2008. Cardiovascular effects of Allium sativum L. (garlic) : An evidence-based review, J. Teheran Univ Heart Center, 3(1):5-10.

Baum, et al. 2007. Curcumin effects on blood lipid profile in a 6-month human study, Pharmacol Res, 56(6):509-5l.

Bipat, et al. 2008. Effects of plants populary used against hypertension on nomephineprine-stimulated guinea pig atria, Pharmacog, 4(13):12-9.

Brai, et al. 2007. Effects of Persea americana leaf extracts on body weight and liver lipids in rats fed hyperlipidaemic diet, African J. Biotech, 6(8):1007-11.

Brai, et al. 2007. Hypoglycemic and hypocholesterolemic potential of Persea americana leaf extracts, J. Med Food, 10(2):356-60.

Page 30: Fito Terapi

Corzo-Martinez, et al. 2007. Biological properties of onions and garlic, Trend Food Sci Tech,(18):609-25.

Dey A, De JN, 2010. Rauvolfia serpentine (L.) Benth. Ex Kurz. A review, Asian J.Plant Sci, 9(6):285-9.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dirjen POM, 1977. Materia Medika Indonesia, jilid I, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dirjen POM, 1978. Materia Medika Indonesia, jilid II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dirjen POM, 1980. Materia Medika Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dirjen POM, 1989. Materia Medika Indonesia, jilid V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dirjen POM, 1995. Materia Medika Indonesia, jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Ebadi M, 2002. Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine, CRC Press, New York.

Ekor, et al. 2006. Protective effect of the methanolic leaf extract of Persea americana (Avocado) against Paracetamol-induced acute hepatotoxicity in rats, Intern J. Pharmacol, 2(4):416-20.

Elin, et al. 2008. Efek antiagregasi platelet ekstrak air bulbus bawang putih (Allium sativum L.), ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dan kombinasinya pada mencit jantan galur Swiss Webster, Majalah Farmasi Indonesia, 19(1),1-11.

Evans WC, 2002. Trease and Evans Pharmacognosy, 15th Ed., Saunders WB, New York.

Fernandez-Arroyo, et al. 2011. Quantification of the polyphenolic fraction and in vitro antioxidant and in vivo anti-hyperlipemic activities of Hibiscus sabdariffa aqueous extract, Food Res Internal, in proof.

Ferry M, 2011. Analisa fitokimia dan kandungan bahan aktif dari lima aksesi tanaman handeuleum (Graptophyllum pictum (L.) Griff.,Jurnal Penelitian

Page 31: Fito Terapi

Pertanian Terapan, 11(1).

Galduro, et al. 2007. Gender- and age-related variations in blood viscosity in normal volunteers: A .Study of the effects of extract of Allium sativum and Ginkgo biloba Phytomed, (14):447-51.

Ghoshal, et al. 1996. Antiamoebic activity of Piper longum fruits against entamoeba histolytica in vitro and in vivo, J. Ethnopharmacol, 50(3):167-70.

Guevarra, et al, 1998. Anti-inflamatory principles of the leaves of Persea Americana Mill., Philipp J. Sci. 127(2):81-91.

Gurrola-Diaz, et al. 2010. Effects of Hibiscus sabdariffa extract powder and preventive treatment (diet) on the lipid profiles of patients with metabolic syndrome (MeSy), Phytomed, 17(7):500-05.

Helen, et al. 2000. Antioxidant effect of onion oil (Allium cepa. Linn) on the damages induced by nicotine in rats as compared to alpha-tocopherol, Toxicol Lett, (116) :61-8

Herra S dan Mulja HS. 2005. Uji aktivitas penurun kadar glukosa darah ekstrak daun Eugenia polyantha pada mencit yang diinduksi aloksan, Media Kedokteran Hewan, 21(2):62-5.

Hernani, et al. 2009. Pengaruh pemberian ekstrak daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada hewan uji, J. Pascapanen, 6(1):54-61.

Herrera-Arellano, et al. 2004. Effectiveness and tolerability of a standardized extract from Hibiscus sabdariffa in patients with mild to moderate hypertension: a controlled and randomized clinical trial, Phytomed, (1):475-82.

Hirunpanich, et al. 2006. Hypocholesterolemic and antioxidant effects of aqueous extracts from the dried calyx of Hibiscus sabdariffa L. in hypercholesterolemic rats,. J.Ethnopharm, 103(2):225-26.

Imafidon, KE and Amaechina FC, 2010. Effect of aqueous seed extract of Persea americana Mill (avocado) on blood pressure and lipid profile in hypertensive rats, Advan Biol Res, 4(2):116-21.

Incandela, et al. 2001. Total triterpenic fraction of Centella asiatica in the treatment of venous hypertension: a clinical, prospective, randomized trial using a combined microcirculatory model, Angiology, 52(2):861-7.

Ingriani MD, 2008. Pengaruh pemberian daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) terhadap pertumbuhan Candida albicans pada anak-anak penderita angular chelitis, Abstrak Hasil penelitian di Laboratorium Mikrobiologi.

Page 32: Fito Terapi

Iwashita, et al. 2007. Inhibitory effect of ethanol extract of Piper longum on rabbit platelet aggregation through antagonizing thromboxane A2 reseptor, Biol Pharm Bull, 30(7): 1221-25.

Jamil, et al. 2007. Centella asiatica (Linn.) Urban, a riview, Nat Prod Radiance, 6 (2): 158-70.

Jantan, etal. 2008. Inhibitory effect of compounds from Zingiberaceae species on human platelet agregation, Phytomed, (15):306-9.

Jarukamjorn K, Nemoto N, 2008. Pharmacological aspects of Andrographis paniculata on health and its major diterpenoid constituent andrographolide, J. Health Sci, 54(4):370-81.

Koscielny, et al. 1999. The antiatherosclerotic effect of Allium sativum atherosclerotic, (144):237-49

Khan M, Saddiqui M, 2007. Antibicrobial activity of fruits of Piper longum, Nat. Prod, (6):111-3.

Kitajima et al. 2003. Polar constituents of celery seed. Phytochemistry, (64):1003-11.

Kristina NN dan Mardiningsih TL, 2008. Keragaman tanaman handeuleum (Graptophyllum pictum (L.) Griff., Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, 14(2): 11-3.

Kumari K and Augusti KT, 2007. Lipid lowering effect of S-methyl cysteine sulfoxide from Allium cepa Linn. in high cholesterol diet fed rats, J. Ethnopharm, (109):367-71.

Lee HS. 2006. Antiplatelet property of Curcuma longa L. rhizome-derived ar-turmerone, Bioresource Technol, (97):1372-6.

Lee, et al. 2010. Proteomic evaluation on antiplatelet activity of piperlongumine derived from Piper longum, Mol Cell Toxicol, (6):295-303.

Lenny S dan Zuhra FC, 2005. Isolasi dan uji bioaktivitas kandungan kimia utama puding merah (Grapthophyllum pictum L. (Griff.) dengan metode uji brine shrimp,. J. Komuniksi Penelitian,17(5)

Lin, et al. 2007. Hibiscus sabdariffa extract reduces serum cholesterol in men and women, Nutr Res, 27(3): 140-5.

Luh Tut MUP, 2008. Pengaruh pemberian ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) terhadap kadar LDL kolesterol serum tikus jantan galur Wistar hiperlipidemia, Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Page 33: Fito Terapi

Malhora, et al. 1961. Chemical and pharmacological studies on Hydrocotyle asiatica Linn., Indian J.Pharm, (23):106.

Niranjan, et al. 2010. Biological activities of kalmegh (Andrographis paniculata Ness.) and its active principles-A review, Indian J. Nat Prod Resour, 1(2):125-35.

Odigie, et al. 2003. Chronic administration of aqueous extract of Hibiscus sabdariffa attenuates hypertension and reverses cardiac hypertrophy in 2K-1C hypertensive rats,. J.Ethnopharmacol, (86):181-5.

Oelrichs, et al. 1995. Isolation and identification of a compound from avocado (Persea americana) leaves which causes necrosis of the acinar epithelium of the lactating mammary gland and the myocardium. Natural toxin 3(5):344-9.

Ojeda, et al. 2010. Inhibition of angiotensin convertin enzyme (ACE) activity by the anthocyanins delphinidin- and cyanidin-3-O-sambubiosides from Hibiscus sabdariffa. J. Ethnopharmacol, (127):7-10.

Ojewole, et al. 2007. Cardiovasculer effects of Persea americana Mill (Lauraceae) (avocado) aqueous leaf extract in experimental animals, Cardiovasculer J. South Africa 18(2):69-76.

Ojha, et al. 2009. Antioxidant activity of Andrographis paniculata in ischemic myocardium of rats, Global J.Pharmacol, 3(3):154-7.

Olagbende-Dada, et al. 2009. Oxytocic and anti-implantation activities of the leaf extracts of Graptophyllum pictum (Linn.) Griff. (Acanthaceae), African J. Biotechn, 8(21):5979-84.

Olagbende-Dada, et al. 2011, Blood glucose lowering effect of aqueous extract of Graptophyllum pictum (Linn.) Griff, on alloxan-induced diabetic rats and its acute toxicity in mice Afican J Biotech, 10(6):1039-43.

Ovodova, et al. 2009. Chemical composition and anti-inflammatory activity of pectic polysaccharide isolated from celery stalks, Food Chem, (114):610-15.

Ozaki, et al. 1989. Antiinflammatory effect of Graptophylum pictum L (Griff). Chem Pharm Bull, 37(10):2799-802.

Park, et al. 2007. Antiplatelet effects of acidamides isolated from the fruits of Piper longum L., Phytomed, (14):853-5.

Pragada, et al. 2004. Cardioprotective activity of Hydrocotyle asiatica L. in ischemia-reperfusion induced myocardial infarction in rats, J. Ethnopfarmacol, 93(1):105-8. Prakash, et al. 2007. Antioxidant and free radical scavenging

Page 34: Fito Terapi

activities of phenols from onion {Allium cepa). Food Chem, (102):1389-93.

Pushpuraj, et al. 2001. The mechanism of hypoglycemic of the semi-purified fractions of Averrhoa bilimbi in streptozotosin-diabetic rats, Life Scies,{70):535-47.

Rahman K. and Lowe GM, 2006. Garlic and cardiovascular disease: A critical review, Am Soc Nutr Suppl, 736S-40S.

Ross IA, 2001. Medicinal-Plants of the World Chemical Constituents Traditional and Modern Medicinal Uses I (2), Humana Press, Totowa, New Jersey. Samuelsson G, 1999. Drug of natural origin, Swedish Pharmaceutical Press.Swiss

Shah, et al. 2011. A Review on medical plant as a source of anti-inflammatory agents, Research}, of Medicinal Plant, 5(2):101-l5.

Singh VK, Singh DK. 2008. Pharmacological effects of garlic {Allium | sativum L.),ARBSAnnu Rev Biomed Sci, (10):6-26.

van Steenis CGGJ. 1975. Flora, Jakarta. PT Pradnya Paramita.

Sobenin, et al. 2010. The effects of time-released garlic powder tablets on multifunctional cardiovascular risk in patients with coronary artery disease, Lip Health Disease, 9(19):1- 6

Suhargo L, 2005. Efek estrogenik ekstrak daun handeleum {Graptophyllum pictum (L.) Griff.) pada histologi uterus mencit betina ovariektomi. Berk. Penel.Hayati, (10): 107-10.

Suhargo, L, 2008. Pemanfaatan ekstrak daun wungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) untuk penurunan kadar kolesterol serum darah mencit betina yang diovariektomi, Berk. Penel. Hayati, (13):97-100.

Suwarni E, 1993. Pemeriksaan asam fenolat dan triterpenoid / steroid dalam daun handeleum {Graptophyllum pictum L. (Griff.), Skripsi. Program Studi Farmasi FMIP ITB, Bandung

Udhi EH dan Ahmad DS, 2003. Review : Senyawa organosulfur bawang putih {Allium sativum L.) dan aktivitas biologinya, Biofarmdsi, l, Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.

Ulbricht, etal. 2010. An Evidence based review of garlic and its hypolipidemic properties by the natural standard research collaboration, Nat Med J., 2(4),1-6.

Ulbrich C and Seamon E. 2010. Natural standard Herbal Pharmacotherapy: An

Page 35: Fito Terapi

evidence-based approach, Mosby.

Umeyama, et al. 2006. Dehydropipemonaline an amide possessing coronary vasodilating activity isolated from Piper longum, J. Pharm Sci, 75(12):1188-89.

Wahabi, et al. 2010. The effectiveness of Hibiscus sabdariffa in thetreatment of hypertension: a systematic review, Phytomed, (17):83-6.

Weisenberger, etal. 1972. Isolation and identification of the platelet aggregation I inhibitor present in the onion, Allium cepa, FEES Lett, 26(1): 105-8.

WHO, 1999. WHO monographs on Selected Medicinal Plants, vol 1, World Health Ogranization, Geneva.

WHO, 2002. WHO monographs on selected medicinal plants, vol 2,World Health Ogranization, Genewa

Winda GE. 2009. Uji efek anridiare etanol kulit batang salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp) terhadap mencit jantan, Penelitian di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Zakaria, et al. 2007. In vitro antibacterial activity of Averrhoa bilimbi L. leaves and fruits extracts, IntJ. Tropic Med,2(3):96-100.

Zaveri, et al. 2010. Chemistry and pharmacology of Piper longum L., Inter J. Pharmaceutical Sci Rev Res, (5):67-76.