formulasi suspensi

43
MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI “FORMULASI SUSPENSI Al(OH) 3 1. ANISSA NURUL AZZAHRA (1111102000029) 2. KARIMAH YULIANTI (1111102000033) 3. RIAN DESTIANI PUTRI (1111102000035) 4. FARADHILA NUR S. (1111102000038) 5. MUHAMMAD SAIFUL AMIN (1111102000043) 6. EUIS CHADIDJAH (1111102000046) 7. MERYZA SONIA (1111102000052) 8. MOHAMMAD AL FATTAH (1111102000053) 9. HAPPY RAHMA YULIN (1111102000055) 10. ANI KURNIAWATI (1111102000127) 11. RIFDA NAILIL MUNA (1111102000130) KELOMPOK : 1 PRODI/KELAS : FARMASI / IV B FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

description

teknologo sediaan farmasi formulasi suspensi

Transcript of formulasi suspensi

Page 1: formulasi suspensi

MAKALAH TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI

“FORMULASI SUSPENSI Al(OH)3”

1. ANISSA NURUL AZZAHRA (1111102000029)

2. KARIMAH YULIANTI (1111102000033)

3. RIAN DESTIANI PUTRI (1111102000035)

4. FARADHILA NUR S. (1111102000038)

5. MUHAMMAD SAIFUL AMIN (1111102000043)

6. EUIS CHADIDJAH (1111102000046)

7. MERYZA SONIA (1111102000052)

8. MOHAMMAD AL FATTAH (1111102000053)

9. HAPPY RAHMA YULIN (1111102000055)

10. ANI KURNIAWATI (1111102000127)

11. RIFDA NAILIL MUNA (1111102000130)

KELOMPOK : 1

PRODI/KELAS : FARMASI / IV B

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2013

Page 2: formulasi suspensi

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi

dalam fase cair. (FI Ed. IV, 1995, hlm 18)

Umumnya pemilihan sediaan suspensi ditujukan untuk pasien yang sukar mengkonsumsi

tablet atau kapsul, membuat sediaan dengan homogenitas tinggi, menutupi rasa tidak enak zat

aktif, sediaan dengan tingkat adsorbsi lebih tinggi (dari pada tablet dan kapsul), dan untuk

mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air. Maka dari itu suspensi harus

memiliki syarat dan sifat-sifat tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai suspensi yang baik.

(Pharmaceutics, The science of Dosage Form Design 2nd Edition)

A. SIFAT FISIK SEDIAAN SUSPENSI

Sifat fisik sediaan suspensi yang baik :

1. Mudah dikelola. Misal: mudah dituangkan dari botol, mudah dikeluarkan dari alat

suntik

2. Tingkat sedimentasi rendah. Dan jika terjadi sedimentasi sediaan dapat

didispersikan/dihomogenkan kembali dengan mudah sehingga setiap titik memiliki

kadar zat aktif yang sama

3. Mempunyai penampilan menarik. Karena umumnya sediaan emulsi (khususnya

oral) ditujukan untuk anak-anak yang kesulitan mengkonsumsi sediaan

tablet/kapsul

(Pharmaceutics, The science of Dosage Form Design 2nd Edition)

Syarat-syarat suspensi

Menurut FI IV,  1995

1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal

2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus mengandung

zat antimikroba.

3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan

4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Page 3: formulasi suspensi

Menurut  FI III, 1979

1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

2. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali

3. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi

4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan

dituang.

5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari

suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.

Menurur Fornas Edisi 2, 1978

Pada pembuatan suspensi, untuk mencegah pertumbuhan cendawan, ragi dan jasad

renik lainnya, dapat ditambahkan zat pengawet yang cocok terutama untuk suspensi yang

akan diwadahkan dalam wadah satuan ganda atau wadah dosis ganda

B. APLIKASI SUSPENSI DALAM BIDANG FARMASI

Suspensi dapat digunakan sebagai bentuk sediaan oral, dioleskan pada kulit atau selaput

membrane mukosa, atau diberikan secara parenteral dengan suntikan. (Pharmaceutics : the

science of dosage form design. 2nd edition)

1. Suspensi sebagai sistem pemberian obat oral

Banyak orang mengalami kesulitan dalam menelan obat dalam dosis bentuk padat

karenanya memerlukan obat yang dapat terdispersi dalam cairan. (Pharmaceutics : the science

of dosage form design. 2nd edition)

Beberapa zat dibutuhkan untuk ada dalam saluran pencernaan dalam bentuk halus terbagi,

dan formulasi sebagai suspense akan memberikan luas permukaan yang diinginkan tinggi.

Padatan seperti kaolin, magnesium karbonat dan magnesium trisilikat, sebagai contohnya,

digunakan untuk adsorpsi racun, atau menetralisir kelebihan keasaman. Sebuah dispersi halus

terbagi dari silika dalam dimethicone 1000 digunakan dalam praktek pengobatan hewan

untuk mengobati penyakit ‘frothy bloat’, yaitu sebuah penyakit diaman hewan tersebut

Page 4: formulasi suspensi

mengalami perut kembung sehingga tidak mau makan, mencret berat, dan dehidrasi.

(Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition)

Rasa dari beberapa obat lebih terlihat jika dalam bentuk larutan bukan dalam bentuk tidak

terlarut. Parasetamol tersedia baik dalam larutan sebagai larutan parasetamol oral pediatrik

dan juga sebagai suspensi. Selanjutnya adalah lebih enak, dan karena itu sangat cocok untuk

anak-anak. Sebagai alasan yang sama campuran kloramfenikol dapat dirumuskan sebagai

suspense karena mengandung kloramfenikol palmitat yang tidak larut. (Pharmaceutics : the

science of dosage form design. 2nd edition)

2. Suspensi untuk pemberian topikal

Suspensi juga dapat dirumuskan untuk aplikasi topikal. Seperti Lotion Calamine, yang

dirancang untuk meninggalkan deposit cahaya dari agen aktif pada kulit setelah penguapan

cepat dari medium pendispersi. Beberapa suspensi, seperti pasta, yang dalam bentuk semi

padat dan mengandung konsentrasi bubuk tinggi yang terdispersi biasannya dalam basis

paraffin juga mungkin untuk mensuspensikan bubuk obat dalam basis emulsi, seperti dalam

krim zink. (Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition)

3. Suspensi untuk penggunaan parenteral dan terapi inhalasi

Suspensi juga dapat dirumuskan untuk pemberian parenteral untuk mengendalikan laju

penyerapan obat. Dengan memvariasikan ukuran partikel terdispersi dari agen aktif, durasi

dari aktivitas dapat dikendalikan. Tingkat penyerapan obat ke dalam aliran darah tergantung

hanya pada laju disolusi. (Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition)

Jika obat ini di suspensikan pada minyak seperti arachis atau wijen, produk akan

meninggalkan sisa setelah injeksi, dalam bentuk minyak globul, sehingga membawakannya

ke dalam cairan tubuh yang ada didalam jaringan dengan luas permukaan kecil dimana

pemisahan obat dapat terjadi. (Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd

edition)

Pelepasan pada suspense dalam air akan lebih cepat, karena beberapa difusi dari produk

akan terjadi sepanjang serabut otot dan menjadi larut dengan cairan yang terdapat didalam

jaringan. Hal tesrsebut terjadi pada area permukaan yang lebih besar dari mana obat dapat di

lepaskan. (Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition)

Page 5: formulasi suspensi

Vaksin untuk kekebalan sering dirumuskan sebagai dispersi mikroorganisme yang mati,

seperti dalam Vaksin Kolera, atau dari konstituen toksoid teradsorpsi pada substrat

aluminium hidroksida atau fosfat, seperti dalam Adsorbed Diphtheria dan vaksin tetanus. Jadi

disediakan antigen stimulus berkepanjangan, yang akan menghasilkan titer antibodi yang

tinggi. (Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition)

Beberapa media kontras sinar x juga dirumuskan dalam cara ini. Barium sulfat, untuk

pemeriksaan saluran pencernaan, tersedia dalam suspensi baik untuk pemberian oral maupun

rektal, dan propyliodone didispersikan dalam air atau minyak arachis untuk pemeriksaan

saluran bronchial. (Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition)

Daya serap dari serbuk halus juga digunakan dalam perumusan beberapa inhalasi.

Komponen volatil dari mentol dan minyak kayu putih akan hilang sangat cepat dari larutan

saat digunakan, sedangkan pelepasan yang lebih lama diperoleh jika dua agen aktif

teradsorpsi oleh magnesium karbonat pada pembuatan suspensi. (Pharmaceutics : the science

of dosage form design. 2nd edition)

4. Pertimbangan kelarutan dan stabilitas

Jika obat tidak larut atau kurang larut dalam pelarut yang sesuai, maka formulasi sebagai

suspensi biasanya dibutuhkan. Beberapa tetes mata, terutama Hidrokortison Asetat dan tetes

mata Neomycin, dirumuskan sebagai suspensi karena kelarutan hidrokortison yang buruk dari

dalam pelarut yang sesuai. (Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition)

Degradasi obat dalam air juga dapat menghalangi penggunaannya sebagai larutan berair.

Hal ini dimungkinkan untuk mensintesis suatu derivatif yang tidak larut, dapat dirumuskan

sebagai suspensi. Misalnya, oxytetracycline hidroklorida digunakan dalam bentuk sediaan

padat, tetapi dalam larutan akan menghidrolisis cepat. Sebuah bentuk dosis cair yang stabil

telah dibuat dengan mensuspensikan garam kalsium yang tidak larut dalam cairan yang

sesuai. (Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition)

Kontak antara partikel obat padat dan media pendispersi bisa jauh dikurangi dengan

dibuat sediaan suspense, namun harus segera diberikan pada pasien. Amoxicillin, sebagai

contoh, disediakan oleh produsen sebagai garam trihidrat dicampur dengan bubuk lainnya

Page 6: formulasi suspensi

atau bahan granul. Apoteker kemudian membuat produk hingga volume dengan air segera

sebelum diberikan kepada pasien, tahan dalam penyimpanan selama 14 hari pada suhu pada

atau di bawah 25 ° C. (Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition)

Sebuah obat yang tergedradasi dengan adanya air dapat dibuat suspense dalam pelarut

tidak berair. Minyak kelapa difraksinasi digunakan sebagai pelarut untuk beberapa formulasi

dari antibiotik untuk penggunaan oral, dan di beberapa negara hidroklorida tetrasiklin di

dispersikan dalam basis yang mirip untuk penggunaan tetes mata. (Pharmaceutics : the

science of dosage form design. 2nd edition)

C. STABILITAS SEDIAAN SUSPENSI

Stabilitas fisik suspensi biasanya dinilai oleh pengukuran laju sedimentasi, volume akhir

atau ketinggian sedimentasi, dan kemudahan sediaan untuk terdispersi kembali. Untuk

mengetahui laju sedimentasi dan volume akhir sedimentasi dapat diketahui dngan cara :

1. Melihat volume sedimentasi

Volume sedimentasi merupakan perbandingan volume akhir endapan (Vu) terhadap

volume awal suspense (Vo), dengan rumus :

Jika

F < 1 : volume akhir endapan < volume awal suspensi (terjadi pengendapan)

F = 1 : volume endapan akhir = volume awal suspensi, hal ini menunjukkan dalam

keseimbangan flokulasi (tidak mengendap, dapat diterima secara farmasetis)

F > 1 : volume akhir endapan > volume awal suspensi (flokulat yang terbentuk

longgar dan kuat)

Volume sedimentasi dari suspensi yang mengalami deflokulasi dilambangan dengan F

F ∞=¿V ∞/Vo

F = Vu/Vo

Page 7: formulasi suspensi

2. Melihat derajat flokulasi dari system yang mengalami deflokulasi

Derajat flokulasi dari system yang mengalami deflokulasi dapat dihitung dengan

rumus :

β = volume akhir endapan dari suspensi yang mengalami flokulasi

Volume akhir endapan dari suspensi yang mengalami deflokulasi

3. Menggunakan elektroforesis

Untuk menyamakan zeta potensial partikel yang tersuspensi dengan stabilitas fisik,

khususnya derjat flokulasi. Zeta potensial mengatur derajat tolakan antara partikel terdispersi

dengan muatan yang sama yang berdekatan. Jika zeta potensial diturunkan sampai nilai

tertentu, maka gaya tarik menarik akan melebihi gaya tolak menolak sehingga partikel

bergabung membentuk system flokulasi. (Aulton, M.E. Pharmaceutics the Science of

Dossage Form Design 2nd Edition. Churchill Livingstone)

Suspensi terflokulasi memiliki zeta potensial antara -20 hingga +20 mV. Fenomena flokulasi

dan deflokulasi tergantung pada zeta potensial partikel terdispersi. Untuk melihat

kemampuan sediaan untuk terdispersi kembali dapat diketahui secara kualitatif yaitu dengan

mengguncangkan sediaan dalam wadah. Jika sediaan mudah untuk terdispersi kembali

menandakan bahwa sediaan mengalami flokulasi, sedangkan jika sediaan sulit untuk

terdispersi kembali menandakan bahwa sediaan mengalami deflokulasi. (Aulton, M.E.

Pharmaceutics the Science of Dossage Form Design 2nd Edition. Churchill Livingstone)

Page 8: formulasi suspensi

D. RHEOLOGI SEDIAAN SUSPENSI

Viskositas, rheologi, dan aliran suatu cairan

Viskositas fluida dapat digambarkan secara sederhana sebagai resistensi terhadap

aliran atau gerakan. Secara historis pentingnya reologi (istilahnya diciptakan oleh Bingham

dan secara resmi diadopsi pada tahun 1929), yang dapat didefinisikan sebagai studi tentang

aliran dan deformasi sifat materi. Selanjutnya, kemajuan dalam metode evaluasi sifat

viskoelastik dari semisolids dan bahan biologi telah menghasilkan kegunaan korelasi dengan

bioavailabilitas dan fungsi. Sebuah pemahaman yang tepat tentang sifat reologi bahan farmasi

sangat penting untuk persiapan, pengembangan, evaluasi dan kinerja bentuk sediaan farmasi.

(Aulton, 2002)

o CAIRAN NEWTON

Koefisien viskositas untuk viskositas cairan Newton dinamis. Definisi viskosit

mengenakan kuantitatif dasar oleh Newton, merupkan orang pertama yang menyadari bahwa

laju aliran (y) langsung berhubungan dengan terapan stres (cr): konstanta proporsionalitas

adalah koefisien viskositas dinamis, lebih sering disebut hanya sebagai viskositas. Cairan

sederhana yang mentaati hubungan tersebut disebut sebagai cairan Newtonian dan cairan

yang tidak dikenal disebut sebagai non-Newtonian. Fenomena viskositas paling baik

dipahami oleh pertimbangan hipotesis cairan yang terdiri dari lapisan tipis jauh (lamina) yang

mampu meluncur di atas satu sama lain seperti bermain kartu (gambar a).

Ketika gaya tangensial diterapkan untuk lapisan paling atas diasumsikan bahwa setiap

lapisan berikutnya akan bergerak saat kecepatan menurun bertahap dan lapisan bawahnya

akan menjadi stasioner (Gambar b).

Page 9: formulasi suspensi

hasil gradiennya, menunjukan keefektifan dari tingkat alir tetapi biasanya lebih

mengarah sebagai tingkat geser (y), memiliki satuan detik yang sebanding (s "1). Tegangan,

yang dikenal sebagai tegangan geser (cr), berasal dengan membagi gaya yang diterapkan oleh

daerah lapisan atas dan akan memiliki unit N m-2.

Hukum Newton dapat dinyatakan sebagai: =

o CAIRAN NON-NEWTON

Karakteristik yang dijelaskan dalam bagian sebelumnya hanya berlaku untuk cairan

yang mematuhi hukum Newton dan akibatnya disebut sebagai Newtonian. Namun, cairan

yang paling farmasi tidak mengikuti kriteria ini karena viskositas fluida bervariasi dengan

tingkat geser. Alasan untuk ini adalah penyimpangan bahwa cairan yang bersangkutan

bukanlah cairan sederhana seperti air dan sirup, tetapi dispersi atau system koloid, termasuk

emulsi, suspensi dan gel. Bahan-bahan ini dikenal sebagai non-Newtonian, dan dengan

meningkatnya penggunaan berbasis polimer dengan sistem pengiriman canggih lebih banyak

contoh seperti perilaku ditemukan di apotek. (Aulton, 2002)

Jenis perilaku non-Newtonian

Lebih dari satu jenis penyimpangan dari hukum Newton dapat diakui, dan jenis

penyimpangan yang terjadi dapat digunakan untuk mengklasifikasikan material tertentu. Jika

cairan Newtonian terkena peningkatan laju geser (y) dan tegangan geser yang sesuai,

kemudian sebidang y terhadap akan menghasilkan hubungan linear ditunjukkan pada Gambar

(a). Seperti Plot biasanya disebut sebagai kurva aliran atau rheogram. Kemiringan plot ini

akan memberikan viskositas cairan dan timbal balik fluiditas yang menyiratkan bahwa garis

ini akan melewati titik asal. (Aulton, 2002)

Aliran Plastik (atau Bingham)

Gambar (b) menunjukkan contoh dari plastik atau aliran Bingham, ketika rheogram

tidak lulus melalui titik asal, tetapi memotong dengan tegangan sumbu geser pada titik

biasanya disebut sebagai nilai hasil. Hal ini menunjukan bahwa material plastik tidak

mengalir sampai nilai seperti tegangan geser telah terlampaui, dan pada tegangan rendah

Page 10: formulasi suspensi

substansi berperilaku sebagai material padatan (elastis). Material plastik sering disebut

sebagai badan Bingham untuk menghormati pekerja yang melakukan banyak studi seperti

material asli. Persamaan yang diturunkan dapat diberikan sebagaimana RJP adalah viskositas

plastik dan menangis Bingham menghasilkan nilai stres atau nilai persamaan menyiratkan

bahwa rheogram adalah garis lurus berpotongan sumbu tegangan geser pada nilai hasil

menangis. Dalam prakteknya, aliran terjadi pada tegangan geser rendah daripada menangis

dan aliran kurva secara bertahap mendekati ekstrapolasi bagian linier dari garis ditunjukkan

pada Gambar (b). Ekstrapolasi juga akan memberikan Bingham atau jelas

menghasilkan nilai kemiringan adalah viskositas plastik. Aliran plastis yang dipamerkan oleh

suspensi terkonsentrasi, terutama jika fase kontinu adalah tinggi viskositas atau jika partikel

terflokulasi. (Aulton, 2002)

Aliran Pseudoplastik

Rheogram yang ditunjukkan pada Gambar (c) muncul seperti aslinya, karena tidak

ada nilai yield, ketika bahan digunakan. Sedangkan disolusi obat diperlukan sebelum

penyerapan setelah pemberian, partikel halus dengan area permukaan besar disajikan untuk

melarutkan cairan, yang memfasilitasi disolusi dalam saluran pencernaan, penyerapan, dan

karena timbulnya kerja obat. Tidak semua suspensi oral dirumuskan untuk efek sistemik

namun, ada beberapa, untuk contoh kaolin dan campuran morfin, dirancang untuk efek lokal

pada saluran pencernaan. Di sisi lain, solusi, termasuk formulasi tersebut sebagai sirup dan

linctuses, diserap lebih cepat dibandingkan bentuk sediaan padat atau suspensi, seperti

disolusi obat tidak diperlukan. (Aulton, 2002)

Aliran Dilatan

Lawan dari aliran pseudoplastik yang digambarkan oleh kurva pada Gambar (d),

dalam viskositas hal ini meningkat dengan peningkatan laju geser. Bahan peningkatan

volume selama shearing disebut sebagai dilatant dan menunjukkan pengentalan shearing.

Persamaan serupa dengan aliran pseudoplastik dapat digunakan untuk menggambarkan

perilaku dilatant, tetapi nilai eksponen n akan lebih besar dari 1 dan akan meningkat seiring

dilatancy meningkat. (Aulton, 2002)

Jenis perilaku kurang umum daripada plastik atau aliran pseudoplastik tetapi dapat

ditunjukkan oleh dispersi mengandung konsentrasi tinggi (= 50%) dari kecil, partikel

Page 11: formulasi suspensi

deflocculated. Dalam kondisi shering yang nol partikel akan saling bertumpukan dan rongga

antarpartikel menjadi dalam kondisi yang minimal, yang terisi oleh senyawa yang bergerak

saling bertumpukan. Akibatnya, pada laju geser rendah seperti yang diciptakan selama

menuangkan cairan ini cukup dapat melumasi gerakan relatif dari partikel-partikel. Sebagai

laju geser meningkat partikel menjadi berpindah dari distribusi mereka dan gumpalan yang

diproduksi menghasilkan terciptanya rongga yang lebih besar, sehingga resistensi terhadap

aliran meningkat dan viskositas meningkat. Efeknya adalah progresif atau kemajuan

terhadap peningkatan dalam laju geser sampai akhirnya materi mungkin muncul pasta-seperti

aliran berhenti. Untungnya, efeknya reversibel dan pelepasan hasil tegangan geser dalam

pembentukan kembali sifat fluida. Dilatancy bisa menjadi masalah selama pemrosesan

dispersi dan granulasi massa tablet ketika kecepatan tinggi blender dan pabrik bekerja.

Mengubah batch atau pemasok material yang digunakan dapat menyebabkan masalah

pengolahan, yang hanya dapat dihindari dengan reologi evaluasi dispersi sebelum mereka

pengantar dalam proses produksi. (Aulton, 2002)

Suspensi

Sifat reologi suspensi yang sangat dipengaruhi oleh tingkat flokulasi. Alasan untuk ini

adalah bahwa jumlah fasa kontinyu bebas berkurang, karena menjadi terperangkap dalam

floccules difus. Akibatnya, viskositas suspensi jadi bergumpal-gumpal. Selain itu, ketika

membubarkan sistem sangat flocculated maka kemungkinan interaksi antara floccules terjadi

dan sistem terstruktur terjadi. Jika kekuatan ikatan floccules bersama-sama mampu menahan

kelemahannya kemudian menegaskan akan menghasilkan nilai produksi (yield value), dan di

bawah nilai ini suspensi akan berperilaku seperti padat. Setelah nilai hasil telah melebihi

jumlah kerusakan, struktural meningkat dengan peningkatan tegangan geser. Oleh karena itu,

suspensi bergumpal-gumpal akan menunjukkan plastik atau biasanya, perilaku pseudoplastik.

Jelas, jika kerusakan dan reformasi ikatan antara floccules tergantung waktu kemudian

perilaku thixotropic juga akan diamati. Pembentukan struktur tidak terjadi dalam suspensi

Page 12: formulasi suspensi

deflocculated dan sebagainya, sifat alir mereka ditentukan oleh fase yang kontinyu bersama

dengan efek distorsi garis aliran di sekitar partikel. Suspensi menjadi lebih terkonsentrasi dan

partikel melakukan kontak atau bersentuhan, maka dilatancy akan terjadi. (Aulton, 2002)

Sifat ini harus disesuaikan sehingga:

1. produk mudah diberikan (mis. Mudah dituangkan dari botol atau dipaksa melalui

jarum suntik jarum);

2. sedimentasi baik di cegah atau terbelakang, jika hal itu terjadi, redispersi mudah;

3. produk tersebut memiliki penampilan yang elegan.

(Aulton, 2002)

Partikel Deflokulasi dalam Aliran Newtonian

Laju sedimentasi dapat dikurangi dengan meningkatkan viskositas terus menerus,

yang akan tetap Newtonian. Namun, ada batas untuk viskositas yang dapat ditingkatkan

karena akan mengalami kesulitan, misalnya dalam menuangkan suspensi dari botol.

Selanjutnya, jika sedimentasi tidak terjadi, maka redispersi berikutnya mungkin bahkan lebih

sulit. (Aulton, 2002)

Partikel Deflokulasi Aliran non-Newtonian

Hanya pseudoplastik atau media plastik dispersi yang dapat digunakan dalam

formulasi suspensi dan keduanya menghambat sedimentasi partikel kecil, viskositasnya akan

menjadi tinggi ketika diberikan sedikit tekanan yang menghubungkan dengan proses

sedimentasi. Selain itu, partikel besar akan mengalami kerusakan struktural di bawah

tekanan tinggi termasuk diantaranya adalah pengocokan dan penuangan,kedua proses ini juga

akan diujikan. (Aulton, 2002)

Hydrocolloids digunakan sebagai agen suspensi, seperti akasia, tragakan,

metilselulosa, gelatin dan natrium karboksimetilselulosa, semua menyampaikan sifat non-

Newtonian biasanya pseudoplastik dengan suspensi. Jaringan gel tiga dimensi perangkap

partikel deflocculated saat istirahat dan sedimentasi mereka terhambat dan dapat sepenuhnya

dicegah. Jaringan gel hancur saat gemetar sehingga administrasi yang difasilitasi. Hal ini

Page 13: formulasi suspensi

diinginkan bahwa jaringan gel direformasi cepat sehingga dispersi

dari partikel dipertahankan. (Aulton, 2002)

Flokulasi Partikel dalam Aliran Newtonian

Partikel seperti masih akan mengendap, tetapi karena agregat meredakan volume

sedimen yang besar diproduksi dan dengan demikian, lebih mudah untuk mendispersikan.

Sistem ini jarang ditingkatkan dengan peningkatan viskositas fase kontinyu karena hal ini

hanya akan mempengaruhi tingkat sedimentasi. Masalah utamanya adalah salah satu sifat

dalam sedimen tidak mengisi seluruh volume cairan. (Aulton, 2002)

Partikel Berflokulasi dalam Aliran non-Newtonian

Sistem ini menggabungkan keunggulan dari kedua metode. Selanjutnya, variasi dalam

sifat dari bahan baku yang akan disuspensikan tidak mungkin untuk mempengaruhi kinerja

produk yang dibuat diskala produksi. Akibatnya, kurang variasi yang dibuat antara batch

yang sama, juga dalam metode dan tanaman yang sama. (Aulton, 2002)

E. Bahan tambahan lainnya pada sediaan suspensi

1. Buffer

Zat zat ini ketika terlarut pada pelarut akan memungkinkan larutan untuk

mempertahankan pH nya walaupun ketika ditambahkan asam ataupun basa. Pemilihan buffer

yang cocok tergantung pada kapasitas buffer yang dibutuhkan. Buffer juga harus kompatibel

terhadap eksipien lain dan memiliki toksisitas yang rendah. Beberapa buffer yang diterima

secara pharmaceutical berbasis karbonat, glukonat, laktat, phosphate, dan tartarat, sedangkan

borat digunakan untuk aplikasi eksternal. (Aulton, 2002)

Penambahan buffer dibutuhkan untuk menjaga kestabilan kimia nya, mengontrol

toksisitas atau menjamin kompatibilitas fisik nya ketika ditambahkan dengan zat-zat lain.

Harus diingat pula bahwa bagaimanapun penambahan elektrolit mungkin bisa memberikan

efek terhadap kestabilan fisik dari suspensi dan emulsi. Contoh dari zat buffer yang

Page 14: formulasi suspensi

ditambahkan adalah kalsium karbonat, kalsium phospat tribasic, asam sitrat monohidrat,

natrium asetat dan lain lain. (Aulton, 2002)

2. Density modifier

Menurut pengujian kualitatif dari hukum stokes bisa dilihat bahwa apabila fase

disperse dan fase pembawa pada sediaan suspensi keduanya memiliki densitas yang sama

maka kemudian proses sedimentasi atau creaming tidak akan terbentuk. Contoh dari zat zat

ini adalah dektrosa, sukrosa, gliserol atau propilenglikol. (Aulton, 2002)

3. Humectants

Glyserol, polietilenglikol dan propilenglikol adalah contoh humectant yang cocok

yang bisa digunakan pada konsentrasi 5% kedalam suspensi eksternal. Humectants digunakan

untuk mengurangi produk dari pengeringan setelah diaplikasikan pada kulit. (Aulton, 2002)

4. Anti oksidan

Dekomposisi dari sediaan farmasi bisa disebabkan karena peristiwa oksidasi dan hal

ini bisa dikontrol dengan penambahan antioksidan. Sebelum menambahkan antioksidan pada

formulasi, perlu untuk menjamin bahwa penggunaannya tidak dilarang pada Negara dimana

produk akan dijual. Di Inggris, butylated hydroxyanisole (BHA) digunakan secara luas untuk

proteksi pada minyak dan lemak pada konsentrasi hingga 0,02% dan untuk beberapa minyak

esensial hingga 0,1%. Antioksidan yang mirip yaitu butylated hydroxytoluene (BHT), yang

direkomendasikan sebagai alternative dari tokopherol pada konsentrasi 10 ppm untuk

menstabilkan paraffin cair. (Aulton, 2002)

Efisiensi dari penggunaan antioksidan pada produk akan tergantung oleh beberapa

factor termasuk kompatibilitas dari zat zatnya. Hal yang perlu diperhatikan pula yaitu

antioksidan efektif dalam konsentrasi rendah, tidak toksik dan tidak merangsang zat lain

untuk menjadi toksik, segera alrut atau terdispersi pada medium, tidak menimbulkan warna,

baud an rasa yang tidak dikehendaki, dapat becampur dengan konstituen lain pada sediaan.

Beberapa contoh antioksidan antara lain adalah alpha tocopherol, asam askorbat, karbon

dioksida, butylated hydroxyanisole, butilated hydroxytoluene dan lain lain. (Aulton, 2002)

5. Sweetening agent

Page 15: formulasi suspensi

Karbohidrat berbobot molekul rendah dan sukrosa banyak digunakan sebagai pemanis.

Sukrosa memiliki keuntungan diantaranya tidak berwarna, sangat larut air, dan stabil pada pH

antara 4-8 dan dapat meningkatkan viskositas sediaan. Zat ini akan menutupi rasa dari obat

yang kurang menyenangkan dan memiliki efek menenangkan pada membrane kerongkongan.

(Aulton, 2002)

Polihidric alcohol seperti sorbitol, mannitol dan gliserol juga bisa digunakan sebagai

pemanis dan bisa dimasukkan untuk sediaan yang ditujukan bagi penderita diabetes dimana

adnya suksrosa dihindari. (Aulton, 2002)

Pemanis buatan bisa digunakan dan dikombinasikan dengan gula atau alcohol untuk

menaikan tingkat rasa manisnya atau untuk formulasi yang ditujukan untuk pasien yang harus

menghindari asupan gula. (Aulton, 2002)

Hanya sekitar enam pemanis buatan yang diizinkan untuk penggunaan oral di dalam

European Union, penggunaan yang paling sering adalah garam sodium atau kalsium dari

saccharin, keduanya sangat larut air dan stabil secara kimia atau fisik pada rentan pH yang

luas. Yang tidak terlalu sering digunakan adalah aspartame (E951), accesulfame potassium

(E950), thaumatindine DC (E959). (Aulton, 2002)

6. Flavours and perfumes

Penggunaan pemanis yang sederhana mungkin tidak cukup untuk menutupi rasa dari

sediaan yang kurang enak. Pada beberapa kasus agent perasa bisa digunakan. Hal ini sangat

penting untuk sediaan yang ditujukan bagi anak anak. Pemberian flavor agent juga befungsi

untuk memberikan identitas bagi suatu produk. (Aulton, 2002)

Flavor dan perfume agent bisa diperoleh baik dari sintetik ataupun dari alam. Yang

dari alam diantaranya adalah berupa jus buah, minyak aromatic, seperti peppermint, lemon.

Flavor dan perfume yang sintetik tidak memiliki kandungan alam, baisanya lebih murah,

banyak tersedia, komposisi kimia nya lebih stabil daripada bahan alam. Biasanya dalam

bentuk alcohol, larutan atau serbuk. (Aulton, 2002)

Pemilihan flavor yang cocok sangat disesuaikan dengan kenyamanan terhadap

konsumen dan kesesuaian dari warna sediaan. Ada hubungan yang sangat erat antara flavor

atau perfume yang kita gunakan dengan produk yang kita hasilkan, misalnya apabila sediaan

Page 16: formulasi suspensi

yang kita buat adalah sediaan untuk saluran pencernaan, yang sering digunakan adalah raasa

mint karena selama bertahun tahun mint telah digunakan untuk produk produk yang

menghasilkan efek karminative. (Aulton, 2002)

7. Colours

Ketika rasa yang sesuai telah ditentukan, setelah itu sering ditambahkan warna yang

berhubungan erat dengan rasa yang telah digunakan untuk meningkatkan daya tarik dari

sediaan. Alasan lain untuk pemberian zat warna adalah kemudahan produk untuk

diidentifikasi. (Aulton, 2002)

Kandungan dari produk yang secara kuat mengalami degradasi warna maka bisa

ditutupi dengan agen perwarna asalkan tidak mempengaruhi kestabilan produk. Dan perlu

diperhatikan bahwa pemilihan zat perwarna harus diizinkan di Negara yang tempat produk

kita akan dipasarkan, karena suatu zat warna yang diterima disuatu Negara belum tentu dapat

diterima di Negara lain. Contoh dari agen agen perwarna diantaranya adalah iron oxide,

indigo carmine, sunset yellow, beta carotene dan tartarazine (Aulton, 2002).

Harus perlu disadari bahwa penyertaan zat zat seperti perfume, flavor dan color mungkin

akan mempengaruhi karakterisitik fisik dari sediaan suspensi. (Aulton, 2002)

8. Preservatif

Preservative digunakan biasanya apabila terdapat kandungan alam di dalam sediaan.

Tujuan nya adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroba yang mungkin tumbuh pada

sediaan selama penyimpanan atau selama digunakan. Beberapa bahan alam apabila

diaplikasikan pada luka yang tebuka perlu disterilkan sebelum digunakan, misalnya bentonite

yang mengandung Clostridium tetani tapi bisa disterilkan dengan pemanasan pada suhu

1600C selama satu jam. (Aulton, 2002)

Perlu juga dipertimbangkan interaksi nya dengan zat zat lain di dalam sediaan.

Solubilisasi dengan agen pembasah, interaksinya dengan polimer. Kaolin atau magnesium

trisilikat bis menurunkan avabilitas dari preserpatif. (Aulton, 2002)

F. Pengatur viskositas sediaan farmasi

Page 17: formulasi suspensi

Viskositas/ kekentalan adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.

Viskositas sangat penting dalam sediaan farmasi contohnya suspense, emulsi dan sediaan

setengah padat lainnya. Pada sediaan suspensi viskositas sangat penting untuk diperhatikan

karena, viskositas yang tinggi umumnya tidak diinginkan dalam sediaan suspense karena

sukar untuk dituangkan dan diratakan kembali (redispersi). Suspense yang baik mempunyai

kekentalan yang sedang dan [partikel yang terlindungi dari gumpalan atau aglomerasi.

Viskositas dapat dinaikan dengan beberapa cara yaitu:

1. Menurunkan ukuran partikel dari fasa terdispers

Dengan menurunkan ukuran partikel sehingga laju turunnya lebih lambat dari partikel

tersebut. Juga semakin besar kerpatan partikel, makin besar laju turunnya, asalkan kerapatan

pembawa tidak diubah. Karena umumnya digunakan pembawa air dalam susupensi farmasi

untuk pemberian oral, kerapatan partikel umumnya lebih besar daripada kerapatan pembawa.

Bila partikel-partikel lebih ringan dari pembawa, partikel-partikel cenderung untuk

mengambang dan partikel-partikrl ini sangat sukar didistribusikan dengan seragam dalam

pembawa.

2. Suspending agent

Selain menurunkan ukuran partikel, peningkatan viskositas juga dapat dilakukan dengan

penambahan suspending agent. Telah kita ketahui bahwa Suspending agent adalah suatu zat

yang prinsip kerjanya dapat memperlambat pengendapan, mencegah penggumpalan resin dan

bahan berlemak serta dapat meningkatkan viskositas.

-

- Faktor- faktor dalam menentukan suspending agent :

1. Komposisi kimianya

2. Penggunaan bahan untuk sediaan oral atau topikal

3. Stabilitas pembawa dan shelf life

4. Produk, sumber, dan inkompatibilitas dari suspending agent.

- Jenis- jeinis suspending agent :

a. Golongan polisakarida alami

1. Gom Akasia = Gom Arab

Gom akasia adalah eksudat gom arab yang diperoleh dari batang dan dahan pohon

Acacia senegal wild, dan beberapa spesies. Akasia termasuk suspending agent yang berasal

Page 18: formulasi suspensi

dari alam dan mengandung enzim pengoksidasi, sehingga akasia kurang cocok untuk

digunakan dalam sediaan farmasi yang mengandung zat aktif yang mudah teroksidasi. Enzim

ini dapat diinaktivasi dengan pemanasan pada suhu 100oC. Sebagai suspending agent yang

baik, sering dikombinasi dengan bahan pengental yang lain seperti campuran serbuk

Tragakan BP yang mengandung akasia 20 %, trgakan 15%, starch 20% dan sukrosa. Karena

kekentalannya, akasia jarang dgunakan dalam sediaan eksternal. (Martindale 28th ed., 948;

Excipients 02, 1; FI III 279).

Musilago akasia memiki viskositas yang paling baik pada range pH 5-9. Dibawah pH

5 dan diatas pH 9, viskositas akan menurun dengan tajam. Misilago akasia 35% mempunyai

viskositas yang kurang lebih sama dengan gliserin. (Martindale 28th ed., 948; Excipients 02,

1; FI III 279).

2. Tragakan

Tragakan adalah eksudat gom kering yang diperoleh dengan penorehan batang

Asragalus gummifer Labill dan spesies Astragalus lain. Tragakan memiliki kemampuan

membentuk gel, maka tragakan lebih baik daripada akasia sebagai pengental. Digunakan

dalam bentuk serbuk atau mucilago atau campuran serbuk. Jumlah yang cocok untuk 100 ml

suspensi adalah 0,2 g serbuk tragakan, 2-4 serbuk campuran atau kira-kira 25 ml musilago.

Bila digunakan tragakan dikombinasi dengan akasia, sehingga pembawanya hanya boleh air

atau air kloroform.

Tragakan lebih cocok untuk penggunaan obat luar karena mucilago yang dihasilkan

kurang lengket dibandingkan dengan akasia. Tragakan yang tidak larut terhidratasi agak

lambat, oleh karena itu lebih baik jika didiamkan dahulu selama beberapa hari sebelum

digunakan untuk meningkatkan viskositasnya. Untuk mempercepat hidratasi, maka bentuk

granul tragakan harus dititrasi dalam mortir.

3. Na-alginat (Sodium alginat/sodium salt/sodium polymannuronate)

Na-alginat cocok untuk penggunaan internal (garam alginat dengan pelarut organik

tidak digunakan). Kegunaan utama dalam bidang farmasi adalah sebagai zat pengental dan

stabilisator suspense.

Page 19: formulasi suspensi

4. Karagen (Chondrus extract)

Karagen merupakan ekstrak dari chondrus yang merupakan senyawa anionik.

Dispersi cairannya mempunyai pH 7-9, tetapi pH stabilitasnya antara 4,5-10. Panas dapat

merusak carrageen, walaupun pemanasan singkat pada pH diatas 6 dapat diabaikan. Ekstrak

chondrus hampir larut sempurna dalam 100 bagian air pada 85oC membentuk suatu larutan

koloidal viskous yang mudak mengalir pada suhu tersebut. Carrageen tidak larut dalam

alkohol, tapi dapat bercampur dengan alkohol sampai kosentrasi 20%. Makin banyak alkohol

yang ditambahkan, viskositas cairan terdispersi makin meningkat. (Martin Disp. Of

Medication, 543-544; RPP, 255)

Ekstrak chondrus banyak digunakan dalam makanan seperti : puding, es krim, eggnog

dan jelly sebagai pengental dan pensuspensi. Juga sering digunakan dalam obat dan

kosmetik.Contoh sediaan yang mengandung ekstrak chondrus diantaranya : lotion keriting

rambut, maskara, pasta gigi, suspensi kalamin, suspensi sulfonamida, suspensi titanium

dioksida.(Martin Disp. Of Medication, 543-544; RPP, 255)

5. Guar Gum (Guar Flour)

Guar Gum merupakan dispersi koloidal yang viokous (larutan) yang terhidrasi dalam

air dingin. Kecepatan hidrasi optimum pada pH 7,5-9. Viskositas larutan 1% ialah 2000-2500

cps dan merupakan aliran tiksotropik. Serbuk halus lebih sukar didispersikan. Untuk

mengembangkan viskositas yang maksimum diperlukan waktu 2-4 jam dalam air pada suhu

kamar. (Martindale 28th, 945-955; Excipients, 228)

Viskositas Guar Gum akan berkurang pada Ph 3,5-4,5 dan memiliki viskositas

maksimum pada pH 7,5-9. Biasanya guar gum dipakai sebagai pengental dan sebagai

stabilistaor dalam emulsi. Emulsi yang dibuat dengan akasia dapat distabilkan dengan baik

dengan menambahkan gom guar 1%. Gom guar merupakan suspending agent yang kurang

baik untuk serbuk yang tidak larut. Guar Gum dapat di campurkan penggunaannya dengan

tanaman hydrokoloid lain seperti tragakan. (Martindale 28th, 945-955; Excipients, 228)

6. (Amylum)

Amylum kadang-kadang digunakan sebagai suspending agent yang lain karena

viskositas musilagonya yang tinggi. Amylum merupakan komponen dari campuran serbuk

tragakan BP. Dapat digunakan dengan CMC-Na. Na starch glikolat (eksplotab, primogel)

Page 20: formulasi suspensi

merupakan turunan pati kentang ynag telah dievaluasi untuk digunakan pada suspensi.

Musilago yang terdiri dari 2,5% starch dalam air menghasilkan produk yang kental. Amilum

biasanya digunakan sebagai pengisi, pengikat, penghancur atau desintegran.

7. Xanthan Gum (Polysaccharide B-1459 / Corn Sugar Gum)

Polisakarida semisintetik, terdiri dari garam natrium, kalium atau kalisum dari

polisakarida dengan BM tinggi yang diasetilase secara parsial.

Penggunaan farmasetik xanthan Gum biasanya sebagai campuran suspending agent

non organic tertentu, seperti magnesium alumunium silikat. Umumnya perbandingan

campuran antara xanthan gum dengan magnesium alumunium silica (1:2 - 1:9). Efek sinergis

yang optimum juga diperoleh melalui perbndingan xanthan dengan guar gum (3:7 dan 1:9).

8. Agar

Penggunaan agar dalam sediaan farmasi yaitu sebagai Agen pengemulsi, zat penstabil,

dasar supositoria; menangguhkan agen; agen berkelanjutan-release, tablet pengikat, agen

penebalan; meningkatkan agen viskositas. Agar paling stabil pada pH 4-10. Agar harus

disimpan di tempat sejuk dan kering, Agar tidak kompatibel dengan oksidator kuat.

b. Polisakarida semisintetis (selulosa)

1. Hidroksi Etil Selulosa

Viskositas hidroksietil selulosa ditandai oleh suatu angka (dalam cps) dari larutan 2 %.

Seperti hidrokoloid nonionik lainnya, hidroksietil selulosa membentuk dispersi yang kental

dalam air yang tidak dipengaruhi pH 4 – 10. Dengan makin besarnya BM hidrokoloid, makin

sensitif dispersi terhadap pH. Pada pH diatas 10, viskositas menurun drastis tapi reversibel.

Semakin asam larutan, viskositas menurun perlahan tapi irreversible. Efek garam pada sifat

aliran hidroksietil selulosa dapat diabaikan. Tidak seperti metil selulosa, hidroksietil selulosa

tidak mengendap dalam air bila suhu dinaikkan.

Kegunaannya menyerupai CMC Na karena merupakan eter selulosa, perbedaannya

ialah nonionik dan larutan ini tidak dipengaruhi pada beberapa kasus. Digunakan dalam

bidang farmasi sebagai pengental, koloid pelindung, pengikat, penstabil, dan suspending

Page 21: formulasi suspensi

agent dalam emulsi, jelly dan ointmen, lotion, ophtalmic, solution, suppositoria, tablet,

shampoo, hair sprays, penetralisir, krim, lotion.

2. Metilselulosa

Merupakan polimer selulosa rantai panjang yang rata-rata memiliki dua gugus

hidroksik pada setiap unit heksosa yang termetilasi. Selulosa yang umum yaitu : MC 20

BPC, 425 BPC, 2500 BPC, dan 4500 BPC. Nomor-nomor tersebut menandakan perkiraan

kekentalannya dalam senti stokes dari 2 % musilago. Kelas yang viskositasnya tinggi (2500,

4500) digunakan sebagai pengental dan pendispersi. Dipasaran dikenal dengan nama

metosel, yaitu : Metosel MC (metil eter), dan Metosel HG (campuran metil dan hidroksi

propil eter selulosa)

Dalam farmaseutik, metilselulosa digunakan sebagai zat pendispersi dan pengental,

emulgator dan pembasah. Hal ini terutama digunakan dalam obat tetes mata, tetes hidung,

kosmetik, pasta gigi dan sediaan cair lain, misalnya suspensi dan emulsi. Dalam terapeutik,

MC sebagai laksatif pada konstipasi kronik. MC dapat digunakan untuk sediaan internal atau

eksternal.

3. Na- CMC

Viskositas musilago Na- CMC menurun drastis pada pH < 5 atau pH > 10. Musilago

lebih peka terhadap perubahan pH daripada metilselulosa. Na- CMC dapat disterilisasi dalam

keadaan kering dengan mempertahankan suhu pada 160oC selama 1 jam, tetapi akan terjadi

penurunan viskositas secara perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan yang dibuat dari bahan

yang telah disterilkan memburuk.

Na-CMC digunakan untuk suspending agent dalam sediaan cair (pelarut air) yang

ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral atau parenteral. Untuk tujuan-tujuan ini 0,25 % –

1 % atau 0,5 % – 2 % CMC Na dengan derajat viskositas medium umumnya mencukupi.\

4. Avicel

Ada dua bentuk avicel yang digunakan dalam bidang farmasi, yaitu yang dapat

membentuk dispersi koloid dalam air dan yang tidak terdispersi dalam air. Bentuk yang

pertama digunakan sebagai suspending agent, sedang bentuk yang kedua digunakan sebagai

pengikat, pengisi, penghancur dan pelincir pada sediaan padat (tablet). Sifat aliran dari

dispersi avicel dapat diperbaiki dengan menambahkan hidrokoloid seperti : CMC, metil

Page 22: formulasi suspensi

selulosa, hidroksi propil selulosa yang dapat menstabilisasi dispersi untuk melawan efek

flokulasi karena penambahan elektrolit. Avicel disunakan sebagai pengikat tablet, pengisi

(granulasi basah 5 – 20 %), penghancur tablet 5 – 15 %, glidan tablet 5 – 15 %, antiadheren 5

– 20 %. Pengisi kapsul 10 – 30 %, tidak digunakan sebagai adsorben.

c. Clay

o Bersumber dari alam antara lain :

1. Bentonite

Untuk mencapai viskositas 800 cps (20o C) yaitu viskositas yang baik untuk suspensi

konsentrasi bentonit yang diperlukan 6,3 % b/v.

Bentonit sering digunakan sebagai sediaan eksternal. Untuk tujuan pemakaian luka,

serbuk bentonit harus disterilisasi dulu sebab bentonit kemungkinan mengandung sesepora

bakteri tetanus. Digunakan pula sebagai suspending agent pada lotion calamine dan mixtura

chalk.

2. Alumunium-Magnesium Silikat (Veegum)

Dispersi 5% veegum lebih kental daripada 5 % bentonit dan dispersinya bersifat basa.

Dispersi 4% dalam air memiliki pH kira-kira 9. Viskositas dapat dinaikkan dengan cara

pemanasan, penambahan elektrolit, peningkatan konsentrasi, pengadukan. Disamping itu,

untuk mempertinggi viskositas, mempertahankan sifat aliran, dan mencegah terjadinya

flokulasi, veegum biasa dikombinasikan dengan bahan pengental organik lain seperti CMC-

Na atau xanthan gum. Veegum digunakan sebagai suspending agent pada sediaan topical

dengan konsentrasi 1- 10%, suspending agent oral 0,5-2,5% dan viskositas modifier 2-10%.

3. Hectocrite

Hectocrite adalah salah satu senyawa mineral berbentuk tanah liat. Hectocrite

mengandung karbonat yang harus dinetralisasikan dulu dengan HCl sehingga diperoleh

suspensi yan baik. Sebagai bahan pembuat gel, pensuspensi dan pengemulsi untuk sediaan

luas. Sebagai pensuspensi untuk sulfur, seng oksida dan calamin, campuran kalamin dengan

seng oksida, bismuth karbonat, kaolin, dan suatu campuran yang sama banyak daripada

sulfadiazin, sulfadimidin, dan sulfamerazin. Sebagai bahan pensuspensi, hectocrite lebih

efisien dari bentonit dan pembuatan suspensi dengan hectocrite memberi sedimentasi yang

lebih sedikit daripada dengan bentonit.

Page 23: formulasi suspensi

d. Polimer sintetik

1. Carbomer

Penggunaan carbomer yaitu sebagai emulsifying agent dengan konsentrasi 0,1 – 0,5%,

Gelling agent dengan konsentrasi 0,5 – 2 %, Suspending agent dengan konsentrasi 0,5 -1,

dan Tablet binder 5 – 10 %. Viskositas akan berkurang pada pH < 3 atau > 12. Viskositas

akan berkurang dengan adanya elektrolit kuat. Gel akan hilang viskositasnya dengan cepat

bila terpapar oleh sinar matahari, tetapi reaksi ini dapat diminimalkan dengan penambahan

antioksidan.

2. Polivinil alcohol

Polivinil alkohol merupakan polimer sintetik yang larut dalam air. Polivinil alkohol

digunakan sebagai meningkatkkan agen viskositas untuk formulasi kental seperti produk tetes

mata. Polivinil alkohol stabil bila disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk

dan kering. Pilivinil alcohol terurai di asam kuat, dan melembutkan atau larut dalam asam

lemah dan basa. Sekarang kompatibel pada konsentrasi tinggi dengan garam anorganik,

terutama sulfat dan fosfat, pengendapan polivinil alkohol 5% b / v dapat disebabkan oleh

fosfat

G. EVALUASI

1. Penetapan Bobot Jenis

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis

digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada perbandingan

bobot zat di udara pada suhu 25° terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila

suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada

suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada

suhu 25° zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-

masing monografi, dan mengacu pada air pada suhu 25°. Prosedur. Gunakan piknometer

bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang

baru dididihkan, pada suhu 25°. Atur hingga suhu zat uji lebih kurang 20°, masukkan ke

dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25°, buang kelebihan

zat uji dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah

Page 24: formulasi suspensi

diisi. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan

bobot air dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan

pada suhu 25°. (Farmakope Indonesia IV, 1995)

2. Penetapan Bobot per Mililiter

Bobot per milliliter suatu cairan adalah bobot dalam g per ml cairan yang ditimbang di

udara pada suhu 200C,kecuali dinyatakan lain dalam monografi. (Farmakope Indonesia IV,

1995)

Bobot per ml zat cair ditetapkan dengan membagi bobot zat cair di udara yang

dinyatakan dalam g, dari sejumlah cairan yang mengisi piknometer pada suhu yang telah

ditetapkan dengan kapasitas piknometer yang dinyatakan dalam ml, pada suhu yang sama.

Kapasitas piknometer ditetapkan dari bobot di udara dari sejumlah air yang dinyatakan dalam

g, yang mengisi piknometer pada suhu tersebut. Bobot 1 liter air pada suhu yang telah

ditetapkan bila ditimbang terhadap bobot kuningan di udara dengan kerapatan 0,0012 g/ml

seperti tertera dalam tabel berikut. Penyimpangan kerapatan udara dari harga tersebut di atas,

yang diambil sebagai harga rata-rata, tidak mempengaruhi hasil penetapan yang dinyatakan

dalam Farmakope Indonesia. (Farmakope Indonesia IV, 1995)

Suhu Bobot per liter air

G

20 997,18

25 996,02

30 994,62

(Farmakope Indonesia IV, 1995)

3. Homogenitas

Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupu distribusi ukuran

partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat (ditentukan menggunakan

mikroskop untuk hasil yang lebih akurat). Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang

lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual. (Farmakope Indonesia IV, 1995)

Page 25: formulasi suspensi

Pengambilan sampel dapat dilakukan pada bagian atas, tengah, atau bawah. Sampel

diteteskan pada kaca objek kemudian diratakan dengan kaca objek lain sehingga terbentuk

lapisan tipis . (Farmakope Indonesia IV, 1995)

Suspensi yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau distribusi ukuran partikel

yang relative hampir sama pada berbagai tempat pengambilan sampel (suspense dikocok

terlebih dahulu). (Farmakope Indonesia IV, 1995)

4. Volume Terpindahkan

Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspense yang dikemas

dalam wadah dosis ganda, dengan olume yang tertera pada etiket tidak lebih dari 250 ml,

yang tersedia dalam bentuk sediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat

dengan volume yang ditentukan, jika dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume

sediaan seperti yang tertera pada etiket. Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak

kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut.

Larutan oral, suspensi oral, dan sirup dalam wadah dosis ganda, kocok isi 10 wadah satu

persatu. (Farmakope Indonesia IV, 1995)

Serbuk dalam wadah dosis ganda yang mencantumkan penandaan volume untuk larutan

oral atau suspensi oral yang dihasilkan bila serbuk dikonstisusi dengan sejumlah pembawa

seperti tertera pada etiket, konstitusi 10 wadah dengan volume pembawa seperti tertera pada

etiket diukur secara saksama, dan campur. (Farmakope Indonesia IV, 1995)

Prosedur : Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah

dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah

dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara pada waktu

penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari gelembung

udara, ukur volume dari tiap campuran: volume rata-rata larutan, suspensi, atau sirup yang

diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan tidak satupun volume wadah yang

kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata

kurang dari 100% tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang

dari 95% dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume

kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan

pengujin terhadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan, suspensi, atau sirup yang

diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, dan

Page 26: formulasi suspensi

tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak kurang dari 90%

seperti yang tertera pada etiket. (Farmakope Indonesia IV, 1995)

5. Penetapan Kekentalan

Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk

mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara

berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi

mapan tertentu bila ruang di antara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan

ditentukan kekentalannya. Kekentalan adalah tekanan geser dibagi laju tegangan geser.

Satuan dasarnya yaitu poise; namun oleh karena kekentalan yang diukur umunya merupakan

harga pecahan poise, maka lebih mudah digunakan satuan dasar sentipoise (1 poise = 100

sentipoise). (Farmakope Indonesia IV, 1995)

Penentuan suhu penting karena kekentalan berubah sesuai suhu; secara umum

kekentalan menurun dengan menaiknya suhu. Kekentalan mutlak dapat diukur secara

langsung jika dimensi alat pengukur diketahui dengan tepat, tetapi pengukuran umumnya

lebih praktis dilakukan dengan mengkalibrasi alat menggunakan cairan yang diketahui

kekentalannya, kemudian kekentalan cairan uji ditetapkan dengan membandingkan terhadap

kekentalan cairan yang telah diketahui. (Farmakope Indonesia IV, 1995)

Metode yang umum digunakan untuk pengukuran kekentalan meliputi penetapan waktu

yang dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan untuk mengalir melalui kapiler.

Banyak jenis viskosimeter tabung kapiler telah dirancang, tetapi viskosimetet Ostwald dan

Ubbelohde adalah yang paling sering digunakan. Untuk mengukur kekentalan, suhu zat uji

yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat

menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti. Untuk pengukuran sediaan farmasi, suhu

dipertahankan dalam batas lebih kurang 0,1. (Farmakope Indonesia IV, 1995)

6. Volume Sedimentasi dan Kemampuan Redispersi

Karena kemampuan meredispersi kembali merupakan salah satu pertimbangan utama

dalam menaksir penerimaan pasien terhadap suatu suspensi dan karena endapan yang

terbentuk harus dengan mudah didispersikan kembali dengan pengocokan sedang agar

menghasilkan sistem yang homogen, maka pengukuran volume endapan dan mudahnya

mendispersikan kembali membentuk dua prosedur yang paling umum.

Page 27: formulasi suspensi

7. Penetapan Kapasitas Penetralan Asam

Seluruh pengujian dilakukan pada suhu 37˚±3˚C)

Standardisasi pH meter Lakukan kalibrasi pH meter dengan menggunakan Larutan dapar

baku kalium biftalat 0,05 M dan kalium tetraoksalat 0,05 M seperti yang tertera pada

penetapan pH <1071>.

Pengaduk magnetik Masukkan 100 mL air ke dalam gelas piala 250 mL yang berisi batang

pengaduk magnetic 40 mm x 10 mm yang dilapisi perfluoro karbon padat dan mempunyai

cincin putaran pada pusatnya. Atur daya pengaduk magnetic hingga menghasilkan kecepatan

pengadukan rata-rata 300±30 putaran per menit, bila batang pengaduk terpusat dalam gelas

piala, seperti yang ditetapkan oleh takometer optik yang sesuai.

Larutan uji

wadah sisinya homogen dan tetapkan bobot jenisnya.

Timbang seksama sejumlah campuran tersebut yang setara dengan dosis terkecil dari

yang tertera pada etiket. Masukkan ke dalam gelas piala 250 mL, tambahkan air hingga

jumlah volume lebih kurang 70 mL dan campur menggunakan Pengaduk magnetik selama 1

menit.

Prosedur

1. Pipet 30 mL asam klorida 1 N LV ke dalam Larutan uji sambil diaduk terus

menggunakan Pengaduk magnetik. (Catatan Bila kapasitas penetralan asam zat uji

lebih besar dari 25mEq, gunakan 60 mL asam klorida 1 N LV)

2. Setelah penambahan asam, aduk selama 15 menit tepat, segera titrasi.

3. Titrasi kelebihan asam klorida dengan natrium hidroksida 0,5 N LV dalam waktu tidak

lebih dari 4 menit sampai dicapai pH 3,5 yang stabil (selama 10 detik samapai 15 detik).

4. Hitung jumlah mEq asam yang digunakan tiap g zat uji. Tiap mL asam klorida 1 N

setara dengan 1 mEq asam yang digunakan.

8. Uji Batas Mikroba

Uji batas mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel di

dalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi, dan

Page 28: formulasi suspensi

untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu.

Otomatisasi dapat digunakan sebagai pengganti uji yang akan disajikan, dengan

ketentuan bahwa cara tersebut sudah divalidasi sedemikia rupa sehingga

menunjukkan hasil yang sama atau lebih baik. Selama menyiapkan dan melaksanakan

pengujian, spesimen harus ditangani secara aseptik. Jika tidak dinyatakan lain, jika

disebut “inkubasi”, maka yang dimaksud adalah menempatkan wadah di dalam

ruangan terkendali secara termostatik pada suhu antara 300 dan 350selama 24 jam

sampai 48 jam. Istilah “tumbuh” ditujukan untuk pengertian adanya dan kemungkinan

adanya perkembangan mikroba viabel.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1978. Formularium Nasiona,l Edisi ke-2, Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta : Depertemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Aulton. M. E. 2002. Pharmaceutics : the science of dosage form design. 2nd edition.

Churchil livingstone.

Rowe, Raymond C et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical excipient. 6th edition. Italy :

L.E.G.O. S.p.A.