Fungsi Kawasan

23
Fungsi Kawasan 1/05/2013 M HANIF 1 COMMENT EVALUASI FUNGSI KAWASAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Sumber Daya Lahan PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 TUGAS MATAKULIAH EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN 1. Apa yang dimaksud dengan Fungsi Kawasan ? 2. Jelaskan macam-macam Fungsi Kawasan ? 3. Jelaskan dasar pembagian Fungsi Kawasan? 4. Berikan contoh perhitungan Fungsi Kawasan?(minimal 4 satuan lahan yang menunjukan hasil akhir fungsi kawasan yang berbeda) EVALUASI FUNGSI KAWASAN A. Pengertian Fungsi Kawasan Kawasan merupakan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 point 20, 21, dan 22). Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Selain kawasan lindung dan kawasan budidaya terdapat pula kawasan penyangga. Kawasan penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga. (Nugraha, dkk 2006: 62). Kawasan penyangga ini merupakan batas antara kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penggunaan lahan yang diperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun dengan sistem wanatani (agroforestry) dengan pengolahan lahan sangat mi nim (minimum tillage). Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi kawasan merupakan pengklasifikasian lahan berdasarkan karakteristik fisiknya berupa lereng, jenis tanah dan curah hujan harian rata-rata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik. B. Macam- macam fungsi kawasan

description

hjjjjvhccccccccj

Transcript of Fungsi Kawasan

Fungsi Kawasan1/05/2013M HANIF1 COMMENT

EVALUASI FUNGSI KAWASANDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Sumber Daya Lahan

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2012TUGAS MATAKULIAH EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN

1. Apa yang dimaksud dengan Fungsi Kawasan ?2. Jelaskan macam-macam Fungsi Kawasan ?3. Jelaskan dasar pembagian Fungsi Kawasan?4. Berikan contoh perhitungan Fungsi Kawasan?(minimal 4 satuan lahan yang menunjukan hasil akhir fungsi kawasan yang berbeda)

EVALUASI FUNGSI KAWASAN

A. Pengertian Fungsi KawasanKawasan merupakan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya (UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 point 20, 21, dan 22). Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Selain kawasan lindung dan kawasan budidaya terdapat pula kawasan penyangga. Kawasan penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga.(Nugraha, dkk 2006: 62). Kawasan penyangga ini merupakan batas antara kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penggunaan lahan yang diperbolehkan hutan tanaman rakyat atau kebun dengan sistem wanatani (agroforestry) dengan pengolahan lahan sangat minim (minimum tillage).Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi kawasan merupakan pengklasifikasian lahan berdasarkan karakteristik fisiknya berupa lereng, jenis tanah dan curah hujan harian rata-rata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik.

B. Macam- macam fungsi kawasanMacam Fungsi Kawasan ditetapkan berdasarkan besarnya nilai skor kemampuan lahan dan kriteria khusus lainnya, sebagaimana kriteria dan tata cara yang ditetapkan dalam Buku Petunjuk Penyusunan Pola RLKT (Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah). Berikut ini fungsi Kawasan berdasarkan kriteria tersebut:- Kawasan Lindung (Kode A)- Kawasan Penyangga (Kode B)- Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan (Kode C)- Kawasab Budidaya Tanaman Semusim (Kode D)Sumber: (SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi )

Berikut ini penjabarannya :1. Kawasan Fungsi Lindung (A)Kawasan fungsi lindung adalah suatu wilayah yang keadaan sumberdaya alam air, flora dan fauna seperti hutan lindung, hutan suaka, hutan wisata, daerah sekitar sumber mata air, alur sungai, dan kawasan lindung lainnya sebagimana diatur dalam Kepres 32 Tahun 1990.Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi lindung, apabila besarnya skor kemampuan lahannya 175, atau memenuhi salah satu/beberapa syarat berikut :a. Mempunyai kemiringan lahan lebih dari 40 %b. Jenis tanahnya sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, organosol, dan renzina) dengan kemiringan lapangan lebih dari 15 %c. Merupakan jalur pengaman aliran air/sungai yaitu sekurang-kurangnya 100 meter di kiri-kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan anak sungai.d. Merupakan perlindungan mata air, yaitu sekurang-kurangnya radius 200 meter di sekeliling mata air.e. Merupakan perlindungan danau/waduk, yaitu 50-100 meter sekeliling danau/waduk.f. Mempunyai ketinggian 2.000 meter atau lebih di atasa permukaan laut.g. Merupakan kawasan Taman Nasional yang lokasinya telah ditetapkan oleh pemerintah.h. Guna keperluan/kepentingan khusus dan ditetapkan sebagai kawasan lindung. Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan lindung. Dalam menetapkan kawasan lindung selain ditetapkan berdasarkan karakteristik lahannya, dapat juga ditetapkan berdasarkan nilai kepentingan obyek, dimana setiap orang dilarang melakukan penebangan hutan dan mengganggu serta merubah fungsinya sampai pada radius atau jarak yangtelah ditentukan. Kawasan lindung yang ditetapkan berdasarkan keadaan tersebut di atas disebut sebagai kawasan lindung setempat. Kawasan lindung setempat yang dimaksud adalah :1) Sempadan Sungai yaitu kawasan sepanjang kanan kiri sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 ditetapkan bahwa sempadan sungai sekurang-kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.2) Kawasan sekitar mataair yaitu kawasan disekeliling mataair yangmempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi utama air. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/1980 ditetapkan bahwa pelindung mataair ditetapkan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mataair.3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai nilai tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. (Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990). Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi budaya kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeolog dan monumen nasional dan keanekaragaman bentukan geologi yang berguma untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.

2. Kawasan Fungsi Penyangga (B)Kawasan fungsi penyangga adalah suatu wilayah yang dapat berfungsi lindung dan berfungsi budidaya, letaknya diantara kawasan fungsi lindung dan kawasan fungsi budidaya seperti hutan produksi terbatas, perkebunan (tanaman keras), kebun campur dan lainnya yang sejenis.Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan fungsi penyangga apabila besarnya nilai skor kemampuan lahannya sebesar 125 -174 dan atau memenuhi kriteria umum sebagai berikut :a. Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara ekonomis.b. Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga.c. Tidak merugikan dilihat dari segi ekologi/lingkungan hidup bila dikembangkan sebagai kawasan penyangga

3. Kawasan fungsi Budidaya Tanaman Tahunan (C)Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan adalah kawasan budidaya yang diusahakan dengan tanaman tahunan seperti Hutan Produksi Tetap, Hutan Tanaman Industri, Hutan Rakyat, Perkebunan (tanaman keras), dan tanaman buah - buahan.Suatu satuan lahan ditetapkan sebagai kawasan dengan fungsi budidaya tanaman tahunan apabila besarnya nilai skor kemampuan lahannya 124 serta mempunyai tingkat kemiringan lahan 15 - 40% dan memenuhi kriteria umum seperti pada kawasan fungsi penyangga.

4. Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim (D)Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim adalah kawasan yang mempunyai fungsi budidaya dan diusahakan dengan tanaman semusim terutama tanaman pangan atau untuk pemukiman. Untuk memelihara kelestarian kawasan fungsi budidaya tanaman semusim, pemilihan jenis komoditi harus mempertimbangkan kesesuaian fisik terhadap komoditi yang akan dikembangkan. Untuk kawasan pemukiman, selain memiliki nilai kemampuan lahan maksimal 124 dan memenuhi kriteria tersebut diatas, secara mikro lahannya mempunyai kemiringan tidak lebih dari 8%.

C. Dasar Pembagian Fungsi KawasanPenetapan mengenai pembagian fungsi kawasan menjadi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya tercantum dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Didalamnya diterangkan mengenai pengertian dari kawasan, kawasan lindung dan kawasan budidaya. Secara lebih lanjut, untuk dasar pembagian kriteria fungsi kawasan diatur dalam SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi. Berikut ini pembagian kriteria penetapan fungsi kawasan:Tiga faktor yang dinilai sebagai penentu kemampuan lahan, yaitu :1. Kelerengan lapangan2. Jenis tanah menurut kepekaan terhadap erosi3. Intensitas hujan harian rata - rataInformasi tersebut didapatkan dari hasil pengolahan peta topografi, peta tanah, dan data hujan. Klasifikasi dan nilai skor dari ketiga faktor di atas berturut turut adalah seperti Tabel 1, Tabel 2 , Tabel 3, dan Tabel 4:Tabel 1Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Kelerengan LapanganKelas Kelerengan (%) Klasifikasi Nilai SkorI 0-8 Datar 20II 8-15 Landai 40III 15-25 Agak Curam 60IV 25-40 Curam 80V >40 Sangat Curam 100

Tabel 2Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Jenis Tanah Menurut Kepekaannya Terhadap ErosiKelas Jenis Tanah Klasifikasi Nilai SkorI Aluvial, Gleisol, Planosol, Hidromorf Kelabu, Latrik Tanah Tidak Peka 15II Latosol Kurang Peka 30III Brown Forest Soil, Non Calcic Brown, Mediteran Agak Peka 45IV Andosol, Laterit, Grumusol, Podsolik Peka 60V Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat Peka 75

Tabel 3Klasifikasi dan Nilai Skor Faktor Intensitas Hujan Harian Rata - RataJenis Tanah Menurut Kepekaannya Terhadap ErosiKelas Intensitas Hujan(mm/hari) Klasifikasi Nilai SkorI 0- 13,6 Sangat Rendah 10II 13,6-20,7 Redah 20III 20,7-27,7 Sedang 30IV 27,7-34,8 Tinggi 40V >34,8 Sangat Tinggi 50

Tabel 4Nilai Skor Arahan Klasifikasi Fungsi KawasanNo Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan Nilai skorI Kawasan fungsi lindung >175II Kawasan fungsi penyangga 125-174III Kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan 75-124IV Kawasan fungsi budidaya tanaman semusim&permukiman 15 %4. Merupakan jalur pengamanan aliran sungai/air, sekurang-kurangnya 100 meter di kiri dan kanan sungai/aliran air5. Merupakan pelindung mata air, sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mata air6. Tanah bergambut dengan ketebalan 3 m atau lebih yang terdapat di bagianhulusungai dan rawa7. Daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantaiminimal100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat8. Memenuhi kriteria sebagai kawasan hutan konservasi, seperti TamanNasional, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, dll.9. Guna keperluan/kepentingan khusus, ditetapkan oleh Menteri sebagai hutan lindung.Berkenaan pengecualian tersebut maka area-area yang memenuhi syarat-syarat di atas secara otomatis memenuhi kriteria kawasan lindung dan tidak memerlukan sistem skoring untuk rekomendasi fungsi kawasan hutan. Langkah-langkah penentuan fungsi kawasan hutan secara umum dapat digambarkan oleh bagan alir berikut ini :

Adapun nilai skor masing-masing fungsi kawasan hutan (hutan lindung, hutan produksi dan hutan produksi terbatas) adalah sebagai berikut :1. Skor >= 175, maka dicadangkan sebagai hutan lindung.2. Skor 125-174, maka dicadangkan sebagai hutan produksi terbatas.3. Skor 40 %. Sejauh mana regulasi kawasan lindung mengakomodir argumentasi-argumentasi tersebut, ini masih menjadi polemik. Tentunya harapan banyak pihak, kriteria-kriteria yang ada akan semakin baik seiring dengan kebutuhan untuk mempertahankan fungsi-fungsi ekologis disamping fungsi ekonomi dan sosial.Sumber : http://tnrawku.wordpress.com/2013/06/26/kawasan-lindung-dan-metode-skoring-kelerengan-tanah-hujan-fungsi-kawasan-hutan/

PENENTUAN FUNGSI KAWASAN LAHAN DAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN DAS GROMPOL BAGIAN HULU DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2010

1.LahanLahan adalah Bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik (iklim, topografi, hidrologi, bahkan keadaan fegetasi alami) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Malingreau (1977) dalam Muryono (2005:6) mengemukakan bahwa Lahanmerupakansuatu daerah di permukaan bumi yang ciri -cirinya mencakup semua pengenal yang bersifat cukup mantab dan dapat diduga berdasarkan daur dari biosfer, tanah,air, populasi manusia pada masa lampau dan masa kini sepanjang berpengaruh atas penggunaan lahan pada masa kini dan masa yang akan datang.Lahanmemilikisifat atau karakteristik yang spesifik. Sifat-sifat lahan(land characteristics)adalah atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, kedalaman tanah, jumlah curah hujan, distribusi hujan, temperatur, drainase tanah, jenis vegetasi dan sebagainya. (Djaenudin, dkk 1993) dalam Muryono (2008: 6).Lahan menurutAldrich(1981) dalam Rita(2007 :16) lahan merupakan material dasar dari suatu lingkungan yang diartikan berkaitan dengan sejumlah karakteristik alami yaitu iklim, geologi, tanah, topografi, hidrologi dan biologi.Penggunaan Lahan: Semua jenis penggunaan atas lahan oleh manusia yang meliputi pertanian, lapangan olah raga, rumah mukim, rumah sakit hingga kuburan Lendgreen (1985) dalam Rita (2008 : 18).

Penggunaan lahan(land use)diartikan sebagai setiap bentukintervensi(campurtangan)manusiaterhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual Arsyad (1989) dalam Muryono (2008: 6). Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian.

Penelitian mengenai lahan biasanya menggunakan satuan analisis dan satuan pemetaan berupa satuan lahan. Menurut FAO, (1977) dalam R.A. van Zuidam and F.I. van Zuidam-Cancelado (1979) dalam Muryono (2008 : 7) satuan lahan adalah satuan bentang alam yang digambarkan serta di petakan atas dasar sifat fisik atau karakteristik lahan tertentu. Satuan lahan merupakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan bentuklahan dan timbulan, bahan induk dan penggunaan lahan atau penutup lahan pada saat sekarang. Satuan lahan dapat dibuat dari hasil tumpangsusun peta geologi, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Dengan demikian satuan lahan tersebut akan mencerminkan adanya pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng serta penggunaan lahan pada suatu wilayah.Adanya variasi penyusun lahan yang berupa batuan, tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan menyebabkan terjadinya perbedaan sifat dan karakteristik lahan. Perbedaan ini mengakibatkan pada setiap lahan mempunyai daya dukung dan daya tampung yang berbeda. Artinya, setiap lahan mempunyai fungsi kawasan tersendiri dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. (Nugraha, dkk 2006: 62).Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. (Gistut 1994 dalam Prahasta, 2002: 55). Berdasarkan definisi di atas, SIG sangat tepat digunakan sebagai alat analisis dalam menentukan arahan fungsi pemanfaatan lahan di DAS Samin.2.SatuanLahanPenelitian mengenai lahan biasanya menggunakan satuan analisis dan satuan pemetaan berupa satuan lahan. Menurut FAO, (1977) dalam R.A. van Zuidam and F.I. van Zuidam-Cancelado (1979: 3) satuan lahan adalah satuan bentang alam yang digambarkan serta di petakan atas dasar sifat fisik atau karakteristik lahan tertentu. Satuan lahan merupakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan bentuklahan dan timbulan, bahan induk dan penggunaan lahan atau penutup lahan pada saat sekarang. Satuan lahan dapat dibuat dari hasil tumpangsusun peta geologi, peta tanah, peta kemiringan lereng dan peta penggunaan lahan. Dengan demikian satuan lahan tersebut akan mencerminkan adanya pengaruh sifat batuan, tanah, relief dan lereng serta penggunaan lahan pada suatu wilayah.3.Fungsi KawasanFungsi kawasan terbagi menjadi tiga yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga, dan kawasan budidaya.UU RI No. 26 2007 dalam Muryono (2008 : 8) menyebutkan bahwa Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.Fungsi utama kawasan lindung adalah sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. (Nugraha, dkk 2006) dalam Muryono (2008: 8). Berdasarkan fungsinya tersebut maka penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah pengolahan lahan dengan tanpa pengolahan tanah(zero tillage)dan dilarang melakukan penebangan vegetasi hutan. (Nugraha, dkk 2006) dalam Muryono (2008 :8).Kawasan penyangga adalah kawasan yang ditetapkan untuk menopang keberadaan kawasan lindung sehingga fungsi lindungnya tetap terjaga. (Nugraha, dkk 2006) dalam Muryono (2008 : 8). Kawasan penyangga ini merupakan batas antara kawasan lindung dan kawasan budidaya.Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. (Nugraha, dkk 2006) dalam Muryono (2008 : 9). Kawasan budidaya dibedakan menjadi kawasan budidaya tanaman tahunan dan kawasan budidaya tanaman semusim.Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi kawasan merupakan pemintakatan lahan berdasarkan karakteristik fisiknya berupa lereng, jenis tanah dan curah hujan harian rata-rata menjadi kawasan lindung, penyangga, budidaya tanaman tahunan dan budidaya tanaman semusim, dimana setiap kawasan mempunyai fungsi utama yang spesifik. Berikut ini adalah kriteria yang digunakan Balai Rehabilitasi Lahan danKonservasi Tanah (BRLKT), Departemen Kehutanan untuk menentukan status kawasan berdasarkan fungsinya :a.Kawasan Fungsi LindungSatuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya sama dengan atau lebih besar dari 175, atau memenuhi salah satu atau beberapa kriteria sebagai berikut :1)Mempunyai kemiringan lereng lebih > 45 %2)Merupakan kawasan yang mempunyai jenis tanah sangat peka terhadap erosi (regosol, litosol, organosol,dan renzina) dan mempunyai kemiringan lereng > 15%3)Merupakan jalur pengaman aliran sungai sekurang-kurangnya 100 meter di kanan kiri alur sungai4)Merupakan pelindung mataair, yaitu 200 meter dari pusat mataair.5)Berada pada ketinggian lebih atau sama dengan 2.000 meter diatas permukaan laut.Guna kepentingan khusus dan ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan lindung. Dalam menetapkan kawasan lindung selain ditetapkan berdasarkan karakteristik lahannya, dapat juga ditetapkan berdasarkan nilai kepentingan obyek, dimana setiap orang dilarang melakukan penebangan hutan dan mengganggu serta merubah fungsinya sampai pada radius atau jarak yangtelah ditentukan. Kawasan lindung yang ditetapkan berdasarkan keadaan tersebut di atas disebut sebagai kawasan lindung setempat. Kawasan lindung setempat yang dimaksud adalah :1)Sempadan Sungai yaitu kawasan sepanjang kanan kiri sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 ditetapkan bahwa sempadan sungai sekurang-kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15 meter.2)Kawasan sekitar mataair yaitu kawasan disekeliling mataair yangmempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi utama air. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomo 837/Kpts/Um/1980 ditetapkan bahwa pelindung mataair ditetapkan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mataair.3)Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yaitu tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai nilai tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. (Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990). Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk melindungi budaya kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan sejarah, bangunan arkeolog dan monumen nasional dan keanekaragaman bentukan geologi yang berguma untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.b.KawasanFungsi PenyanggaSatuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya antara 125-174 serta memenuhi kriteria umum sebagai berikut:1)Keadaan fisik satuan lahan memungkinkan untuk dilakukan budidaya.2)Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan penyangga.3)Tidak merugikan segi-segi ekologi atau lingkungan hidup apabila dikembangkan sebagai kawasan penyangga.c.KawasanFungsi Budidaya Tanaman TahunanSatuan lahan dengan jumlah skor ketiga karakteristik fisiknya < 124 serta sesuai untuk dikembangkan usaha tani tanaman tahunan. Selain itu areal tersebut harus memenuhi kriteria umum untuk kawasan penyangga.d.Kawasan Fungsi Budidaya Tanaman Semusim dan Permukiman Satuan lahan dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya tanaman tahunan serta terletak di tanah milik, tanah adat dan tanah negara yang seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman semusim. Selain memenuhi kreteria tersebut diatas, untuk kawasan permukiman harus berada pada lahan yang memiliki lereng mikro tidak lebih dari 8%.4.Arahan Fungsi Pemanfaatan LahanLuntungan (1998: 12) menjelaskan bahwa arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan kajian potensi lahan untuk peruntukan suatu kegiatan ke dalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya.Arahan fungsi pemanfaatan lahan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk menata pemanfaatan lahan pada suatu kawasan sesuai dengan kemampuannya Dalam hal ini tujuan dari arahan fungsi pemanfaatan lahan adalah untuk mencapai keseimbangan antara kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi yang digunakan sebagai upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat sumberdaya alam di suatu DAS. Artinya apabila penggunaan lahan pada masing-masing kawasan tidak sesuai dengan fungsi utamanya maka perlu dilakukan tindakan arahan fungsi pemanfaatan lahan dengan menerapkan tindakan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah secara vegetatif dan mekanik yang bertujuan untuk mengembalikan dan menjaga fungsi utama kawasannya.Utomo (1994: 66) memberikan definisi konservasi dan rehabilitasi tanah sebagai berikut :Konservasi tanah adalah menggunakan tanah sesuai dengan daya guna dan kemampuan kemudian jika kita sudah memanfaatkannya kita harus memelihara/mempertahankan produktifitasnya dengan jalan memperlakukan dengan syarat yang diperlukan. Dan jika menghadapi tanah yang telah telanjur rusak, kita bertugas untuk memperbaiki produktifitasnya. Kegiatan yang terkhir ini juga dikenal dengan istilah reklamasi tanah atau rehabilitasi tanah.Konservasi tanah tidak berarti penundaan pemanfaatan tanah, tetapi menyesuaikan macam penggunaannya dengan sifat-sifat atau kemampuan tanah dan memberikan perlakuan dengan syarat-syarat yang diperlukan. Secara garis besar metode konservasi tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan utama, yaitu : (1) secara agronomis atau vegetatif, (2) secara mekanik dan (3) secara kimia. (Suripin, 2004: 101). Konservasi tanah secara vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi dengan cara mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran permukaan. Konservasi tanah secara mekanik adalah konsevasi yang berkonsentrasi pada penyiapan tanah supaya dapat ditumbuhi vegetasi yang lebat, dan cara mamanipulasi topografi mikro untuk mengendalikan aliran air dan angin. (Suripin, 2004: 101).Arahan fungsi pemanfaatan lahan merupakan bagian dari Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah yang biasanya menggunakan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai unit perencanaan sekaligus sebagai unit wilayah kerja kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah.Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Departemen Kehutanan menetapkan arahan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah untuk masing-masing fungai kawasan lahan sebagai berikut :

Beberapa bentuk kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :a.Reboisasi dapat diartikan sebagai usaha untuk memulihkan dan menghutankan kembali tanah yang mengalami kerusakan fisik, kimia maupun biologi baik secara alami maupun oleh ulah manusia. Reboisasi merupakan cara yang cocok untuk menurunkan erosi aliran permukaan, terutama jika dilakukan pada bagian hulu daerah tangkapan air untuk mengatur banjir. Tanaman yang digunakan biasanya tanaman yang bisa mencegah erosi, baik secara habitus maupun umur, juga diutamakan tanaman keras yang bernilai ekonomis, baik kayunya maupun hasil samping lainnya, misalnya getah, akar dan minyak. Dalam kaitannya dengan usaha konservasi, tanaman yang dipilih hendaknya mempunyai persyaratan sebagai berikut:1)Mempunyai sistem perakaran yang kuat, dalam dan luas, sehingga membentuk jaringan akar rapat.2)Pertumbuhannya cepat, sehingga mampu menutup tanah dalam waktu singkat.3)Mempunyai nilai ekonomis, baik kayunya maupun hasil sampingnya.4)Dapat memperbaiki kualitas/kesuburan tanah.(Suripin, 2004: 113-114)b.Perlindungan sungai yaitu penanaman tanaman secara tetap berbentuk jalur hijau di sepanjang tepi kanan kiri sungai dengan memilih jenis tanaman yang memenuhi syarat untuk tujuan perlindungan, yaitu tanaman yang mempunyai perakaran yang banyak dan kuat. Penanaman tanaman perlindungan ini dapat juga diterapkan untuk perlindungan mataair, danau, waduk, tebing jurang, lahan gambut dan daerah resapan air.c.Hutan rakyat yaitu hutan yang tumbuh atau dikembangkan pada lahan milik rakyat/adat/ulayat atau lahan-lahan lainnya yang berada di luar kawasan hutan. (Departemen Kehutanan, 1997: 230)d.Wanatani (agroforestry) yaitu manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit pengolahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat berperanserta (Departemen Kehutanan, 1997: 232). Arsyad (1989: 197) menerjemahkan agroforestry dengan istilah pertanian hutan. Bentuk usahatani yang dapat dikategorikan sebagai pertanian hutan meliputi: kebun pekarangan, talun kebun, perladangan, tumpangsari, rumput hutan, perikanan hutan dan pertanaman lorong.e.Perkebunan yaitu lahan yang ditanamai berbagai jenis tanaman tahunan dan tanaman keras lainnya yang menghasilkan buah-buahan.f.Dam pengendali adalah bangunan pengawetan tanah dan air berupa bendungan kecil dan berfungsi sebagai penampung air dan sedimen. Ada dua tipe dam pengendali, yaitu tipe kedap air dan tipe urugan tanah homogen (UTH). Tipe kedap air yaitu dam pengendali dengan badan bendungan yang terbuat dari konstruksi batu bata/beton sedangkan tipe urugan tanah homogen. yaitu badan bendungnya terbuat dari konstruksi urugan tanah yang dipadatkan. (Departemen Kehutanan, 1997: 230).g.Sumbat jurang (gully plug) adalah bangunan pengawet tanah dan air berupa bendungan kecil, dengan konstruksi terbuat dari urugan tanah dan gebalan rumput, batu bronjong atau kayu/bambu yang berfungsi untuk menahan sedimen yang berasal dari erosi parit. (Departemen Kehutanan, 1997: 230-231).h.Bronjong batu adalah bangunan pengawet tanah berupa kawat bronjong yang diisi dengan batu atau beton yang dipasang pada tebing sungai terutama pada alur yang berbentuk kelokan. Bangunan ini berfungsi sebagai penahan tebing sungai dari daya gerus aliran air sungai.i.Saluran pembuangan air adalah bangunan pengawet tanah berupa saluran air yang pada dinding dan dasar salurannya ditanami rumput yang merayap. Saluran ini berfungsi untuk mengalirkan aliran permukaan secara aman tanpa menimbulkan erosi. (Departemen Kehutanan, 1997: 267).j.Saluran pengelak adalah suatu cara konservasi tanah dengan membuat semacam parit atau saluran memotong arah lereng dengan kemiringan yang kecil sehingga kecepatan air tidak lebih dari 0,5 m/detik. Saluran pengelak biasanya dibuat pada tanah yang berlereng panjang dan seragam yang permeabilitasnya rendah. (Arsyad, 1989: 121). Dalam Bahasa Inggris saluran pengelak disebut diversion ditch, diversion channels, atau diversion terrace.k.Teras bangku atau tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga terbentuk suatu deretan anak tangga atau bangku yang dipisahkan oleh talud. (Suripin, 2004: 118). Talud (riser) harus ditanami rumput-rumputan atau tanaman penutup lain agar terlindungi dari erosi percikan ataupun erosi permukaan, begitu pula pada bibir teras (lip) perlu diperkuat dengan tanaman penguat teras. Agar bidang olah cukup lebar dan agar tidak mudah longsor, teras bangku dibuat pada lahan kering untuk tanaman semusim dengan kemiringan kurang dari 40%. (Departemen Kehutanan, 1997: 267).l.Teras guludan adalah bentuk konservasi tanah dengan membuat guludan yaitu tumpukan tanah (galengan) yang dibuat memanjang memotong kemiringan lahan. Fungsi guludan ini adalah untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air di bagian atasnya dan untuk memotong panjang lereng. Tinggi tumpukan tanah berkisar antara 25-30 cm dengan lebar dasar 25-30cm. (Suripin, 2004: 116). Pada lahan yang berlereng curam atau lahan yang peka terhadap erosi dapat digunakan guludan bersaluran. Pada sistem guludan bersaluran, di sebelah atas guludan dibuat saluran memanjang mengikuti guludan.Departemen Kehutanan RI melalui Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan (1998) menyebutkan bahwa pemilihan bentuk teras selain didasarkan pada kemiringan lereng juga harus mempertimbangkan kedalaman tanah, yaitu pembuatan teras dapat diterapkan pada lahan yang memiliki kedalaman tanah minimal >30 cm.Pelaksanaan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah untuk masing-masing kawasan harus mampertimbangkan persyaratan karakteristik fisik pada masing-masing satuan lahan yang berupa kemiringan lereng dan kedalaman tanah. Persyaratan pelaksanaan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah yang dimaksud adalah seperti yang terangkum dalam tabel 2 dan 3 berikut ini

5.Daerah Aliran Sungaia.Pengertian Daerah Aliran Sungaib.Pembagian Daerah Aliran Sungaic.Karakteristik dan Kondisi DASd.Pengelolaan Daerah Aliran Sungai6.Sistem Infromasi GeografisSistem Informasi Geografis adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, dan menganalisa dan menyebarkan informasi-informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi. (Damers dalam Prahasta, 2002: 55). Menurut ESRI (1990) dalam Prahasta (2002: 55), Sistem Informasi Geografis didefinisikan sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi.Secara umum, terdapat dua jenis fungsi analisis di dalam SIG yaitu fungsi analisis spasial dan fungsi analisis atribut, yang termasuk ke dalam fungsi analisis spasial diantaranya adalah overlay dan buffering.Overlayadalah salah satu dari fungsi analisis spasial yang menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi masukannya. Sebagai contoh, bila untuk menghasilkan wilayah-wilayah yang sesuai untuk budidaya tanaman tertentu (misalnya padi) diperlukan data ketinggian permukaan bumi, kadar air tanah, dan jenis tanah, maka fungsi analisis spasial overlay akan dikenakan terhadap ketiga data spasial (dan atribut) tersebut.Bufferingadalah salah satu dari fungsi analisis spasial yang menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon atau zone dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran-lingkaran yang mengelilingi titik-titik pusatnya. Untuk data spasial garis akan menghasilkan poligon yang melingkupi garis-garis. Demikian pula untuk data spasial poligon, akan menghasilkan data spasial baru yang berupa poligon-poligon yang lebih besar dan konsentris.(Prahasta, 2002: 74)Sistem Informasi Geografis dapat diaplikasikan untuk berbagai bidang kajian keilmuan. Prahasta (2002: 4) menyatakan bahwa :Banyak sekali aplikasi-aplikasi yang dapat ditangani oleh Sistem Informasi Geografis, salah satunya adalah aplikasi di bidang sumberdaya alam yang meliputi (inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan, untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, analisis daerah rawan bencana alam, dan sebagainya).Prahasta (2002: 6-8) menyatakan bahwa banyak alasan mengapa dalam berbagai kajian keilmuan sering memanfatkan SIG , diantaranya adalah :1)SIG dapat menurunkan data-data secara otomatis tanpa keharusan untuk melakukan interpretasi secara manual (terutama interpretasi secara visual dengan menggunakan mata manusia). Dengan demikian, SIG dengan mudah dapat menghasilkan peta-peta tematik yang merupakan peta turunan dari peta-peta yang lain dengan hanya memanipulasi atribut-atributnya.2)SIG sangat membantu pekerjaan-pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang-bidang spasial dan geo-informasi. Dengan demikian SIG juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan integrasi antar disiplin ilmu (terutama disiplin ilmu yang memerlukan informasi-informasi mengenai bumi ataugeosciences)

DAFTAR PUSTAKAAlfandi, Widoyo. 2001.Epistemologi Geografi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Arsyad, Sitanala. 1989.Konservasi Tanah dan Air. Bandung : Penerbit ITB.Asdak, Chay. 1995.Hidrologi dan Pengelolaan Daerah AliranSungai.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.Darmawijaya, Isa. 1990.Klasifikasi Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.Departemen Kehutanan RI.1997.Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan. Jakarta : Pusat Penyuluhan Kehutanan.Handoko. 1995.Klimatologi Dasar Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya.Kartasapoetra A.G, G Kartasapoetra, Mulyani Sutedja. 1987.Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : Rineka Cipta.Masfu, T. M. 2005.Penentuan Arahan Fungsi Pemanfaatan Lahan di KecamatanBaturaden Kabupaten Banyumas Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.Muryono. 2008.Arahan fungsi pemanfaatan lahan Daerah aliran sungai samin Kabupaten karanganyar dan kabupaten sukoharjo Tahun 2007.Skripsi.Surakarta : Universitas SebelasMaretNugraha, Setya. 1997.Studi Morfokonservasi DAS Nagung KabupatenKulonprogo DIY. Tesis. Yoyakarta : Program Pasca Sarjana UGM.Pannekoek, A.J. 1989.Garis Besar Geomorfologi Pulau Jawa. Terjemahan Budio Basri. Jakarta : FM-IPA UIPrahasta, Eddy. 2002.Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Informatika.Sunardi. 1985.Dasar-Dasar Pemikiran Klasifikasi Bentuklahan. Yogyakarta : FakultasGeografi UGMSuripin. 2004.Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta : ANDI Offset.

Sumber : http://geoenviron.blogspot.com/2011/04/penentuan-fungsi-kawasan-lahan-dan.html