Gambaran Faktor penyebab kepatuhan suntik KB

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidaktepatan Waktu Suntik Kembali Pada Akseptor KB Suntik 3 bulan di Desa Alasgung

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Laporan ini ditulis dan disusun saat

penulis melaksanakan Internsip di Puskesmas Sugihwaras pada tanggal 20 Oktober 2014 – 15

Februari 2015.

Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh sebelumnya dan

selama internsip ini, penulis mencoba menyusun laporan penelitian ilmiah mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik kembali pada akseptor KB suntik 3

bulan di Desa Alasgung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

- Pimpinan beserta staf Dinas Kesehatan Bojonegoro

- dr. Agus Gunawan, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro,

sekaligus sebagai dokter pembimbing internsip Bojonegoro

- Seluruh Staff Puskesmas Sugihwaras dan Puskesmas Pembantu Alasgung

- Semua teman sejawat dokter internship bojonegoro

- Dan semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung ataupun tidak,

sehingga penyusunan laporan ini dapat selesai pada waktunya

Mini Project Dokter Internsip BojonegoroUPTD Puskesmas Sugihwaras Periode 20 Oktober 2014 -15 Februari 2015 1


Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar di masa mendatang penulis dapat

menyusun laporan lebih baik lagi.

Penulis berharap penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan laporan penelitian ini

terdapat berbagai kekurangan dan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak.

Sugihwaras, Februari 2015

Penyusun

dr. Dessy Harlani



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 8

I.1. Latar belakang......................................................................................................... 8

I.2. Perumusan masalah................................................................................................. 9

I.3. Tujuan................................................................................................................... 10

I.3.1. Tujuan umum................................................................................ 10

I.3.2. Tujuan khusus............................................................................... 10

I.4. Manfaat penelitian................................................................................................ 10

I.4.1. Manfaat penelitian bagi responden............................................... 10

I.4.2. Manfaat penelitian bagi masyarakat............................................. 11

I.4.3. Manfaat penelitian bagi puskesmas.............................................. 11

I.4.4 Manfaat penelitian bagi peneliti………………………………….11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 12

II.1. Ketidaktepatan Waktu Suntik Kembali pada Akseptor KB Suntik 3 bulan



II.1.1 Faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan……………………… 12

II.1.2 Cara agar tercipta ketepatan……………………………………… 13

II.2. KB suntik 3 bulan………………………………………………………………. 13

II.2.1. Macam-macam KB suntik 3 bulan………………………………. 14

II.2.2 Cara Kerja KB suntik 3 bulan……………………………………. 14

II.2.3 Waktu Pemberian KB suntik 3 bulan…………………………….. 14

II.2.4 Keuntungan dan Kerugian KB suntik 3 bulan…………………… 15

II.2.5 Cara Pemakaian KB Suntik 3 bulan ……………………………... 16

II. 2.6 Indikasi Menggunakan KB suntik 3 bulan ……………………… 17

II.2.7 Kontra Indikasi KB suntik 3 bulan ………………………………. 17

II.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik kembali pada

akseptor KB suntik 3 bulan …………………………………………………….. 18

II. 3.1 Usia ibu …………………………………………………………. 18

II.3.2 Pengetahuan akseptor tentang KB suntik ………………………... 19

II.3.3 Lama menjadi akseptor…………………………………………... 21

II.3.4 Pengalaman menggunakan KB suntik 3 bulan sebelumnya……… 22

II.3.5 Kegiatan ibu pada jam kerja Puskesmas ………………………… 22



II.3.6 Status Ekonomi Keluarga ………………………………………... 23

II.3.7 Jarak Rumah ke Sarana pelayanan kesehatan …………………… 25

II.3.8 Biaya Setiap suntik Ulang KB 3 bulan …………………………... 26

II.3.9 Dukungan keluarga terhadap penggunaan kontrasepsi ………….. 27

II.3.10 Pelayanan kesehatan ……………………………………………. 28

II.4 Kerangka Teoritis ……………………………………………………………… 30

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

VARIABEL.................................................................................................................. 31

III.1. Kerangka konsep................................................................................................... 31

III.2. Definisi operasional variabel bebas...................................................................... 33

III.3. Definisi operasional variable tergantung ............................................................ 37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..................................................................................... 38

IV.1. Design penelitian dan Variabel............................................................................. 38

IV.2. Tempat dan waktu penelitian................................................................................ 38

IV.3. Populasi .......................................................................................................... 39

IV.4. Kriteria inklusi …………………………………………………………………. 39



IV.5 Sampel ………………………………………………………………………….. 39

IV.5.1. Perhitungan jumlah sampel……………………………………... 39

IV.5.2 Cara Pengambilan sampel ………………………………………. 40

IV.6 Instrumen Pengumpulan Data ………………………………………………...... 40

IV.7 Cara Pengumpulan Data………………………………………………………... 41

IV.8 Pengolahan Data ……………………………………………………………….. 41

IV.9 Alur Pengumpulan Data ………………………………………………………... 42

BAB V HASIL PENELITIAN..................................................................................................... 43

V.1. Data Geografis.......................................................................................................... 43

V.2. Data Demografis....................................................................................................... 46

V.3. Sumber Daya Kesehatan........................................................................................... 47

V.4. Hasil.......................................................................................................................... 47

V.5. Bivariat Deskriptif ………………………………………………………………... 51

BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................................... 54

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................... 57

VII.1. Kesimpulan........................................................................................................... 57

VII.2. Saran..................................................................................................................... 58



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 60

Lampiran....................................................................................................................................... 61



BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Populasi dunia telah meningkat 2 kali lipat dalam 40 tahun dari 1959 (3 miliar) sampai

1999 (6 miliar) dan diperkirakan akan mencapai 9 miliar tahun 2042. Asia merupakan benua

yang paling padat penduduknya, dengan 4,2 miliar penduduk mewakili lebih dari 60% populasi

dunia. Indonesia menempati urutan keempat di dunia setelah Republik Rakyat China, India dan

Amerika Serikat dalam hal jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia menurut sensus

penduduk 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia adalah 237.641.326 jiwa.

Berdasarkan sensus penduduk 2010, Pulau Jawa masih menjadi wilayah terpadat di

Indonesia, lebih dari separuh (54,7%) jumlah penduduk Indonesia menetap di pulau tersebut.

Populasi jawa timur sendiri pada tahun 2013 sebanyak 38,3 juta jiwa. Kabupaten bojonegoro

pada tahun 2012 memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.472.865 jiwa. Kabupaten bojonegoro ini

memiliki 27 kecamatan. Salah satunya adalah kecamatan sugihwaras yang memiliki 53.128 jiwa.

Kecamatan sugihwaras terdiri dari 17 kelurahan/desa. Desa Alasgung memiliki 2360 jiwa.

Untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah telah menetapkan program

Keluarga Berencana Nasional yang merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta

masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan

sejahtera. Hal ini dapat diwujudkan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi seperti kondom,

suntik hormon, pil, spiral, IUD dan sebagainya.



Keberhasilan program KB dalam menekan laju pertumbuhan penduduk ditentukan oleh

berbagai faktor, salah satunya adalah ketertiban akseptor. Pada program KB suntik 3 bulan,

keterlambatan dalam penyuntikan dapat menyebabkan kehamilan dan berpengaruh pada masa

subur akseptor.

Prevalensi ketidaktepatan untuk suntik kembali pada akseptor KB 3 bulan di Afrika

adalah sebesar 25% dari total akseptor. Di Amerika, sekitar 21% tidak datang tepat waktu pada

penyuntikan ulang KB suntik 3 bulan. Di Thailand, dari sekitar 100 akseptor yang melakukan

suntik ulang KB 3 bulan, sekitar 0,01 sampai 2,29% yang tidak datang tepat waktu.

Berdasarkan data awal di Puskesmas pembantu desa Alasgung, diketahui ada 50%

akseptor KB suntik 3 bulan yang tidak tepat waktu dalam penyuntikan kembali. Alasan

dilakukan penelitian ini adalah karena peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik kembali pada akseptor KB suntik 3 bulan di Desa

Alasgung.

I.2 Perumusan Masalah

I.2.1 Pernyataan Masalah

Banyaknya akseptor KB suntik 3 bulan di Desa Alasgung yang datang tidak tepat waktu

untuk suntik ulang pada periode 5 Januari 2015- 31 Januari 2015.

1.2.2 Pertanyaan Masalah

Pertanyaan- pertanyaan masalah dalam penelitian ini:



1. Berapa distribusi masing-masing faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan waktu

suntik kembali pada akseptor suntik KB 3 bulan di Desa Alasgung ?

2. Berapa distribusi masing – masing faktor resiko pada kelompok akseptor KB suntik

yang datang tidak tepat waktu?

I.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum

Diturunkannya jumlah akseptor KB 3 bulan yang datang tidak tepat waktu untuk suntik

ulang di Desa Alasgung.

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ketidaktepatan waktu

suntik KB 3 bulan di Desa Alasgung

2. Diketahuinya berapa distribusi masing-masing faktor yang mempengaruhi

ketidaktepatan waktu suntik kembali pada akseptor suntik KB 3 bulan di Desa

Alasgung

3. Diketahuinya berapa distribusi masing – masing faktor resiko pada kelompok

akseptor KB suntik yang datang tidak tepat waktu

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Penelitian Bagi Responden



Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penyuluhan secara singkat bagi

responden mengenai KB suntik 3 bulan dan pentingnya ketepatan waktu suntik sehingga

diharapkan responden dapat mengatasi masalah tersebut.

I.4.2 Manfaat Penelitian Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai

faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik kembali pada akseptor KB suntik

3 bulan.

I.4.3 Manfaat Penelitian Bagi Puskesmas

Memberikan tambahan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

ketidaktepatan waktu suntik kembali, sehingga dapat menjadi masukan dalam

meningkatkan pengetahuan dan ketepatan waktu untuk suntik ulang bagi para akseptor

KB suntik 3 bulan di Desa Alasgung.

I.4.4 Manfaat penelitian bagi peneliti

o Mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian.

o Memperkaya wawasan dalam bidang kesehatan masyarakat pada umumnya,

terutama berkaitan dengan bidang yang diteliti.

o Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang akan meneliti

tentang hal yang sama, agar mengetahui kekurangan dari penelitian ini serta dapat

memberikan masukan yang dapat berguna bagi peneliti.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1. Ketidaktepatan Waktu Suntik Kembali pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan

Tidak adalah sesuatu untuk menyatakan penolakan, pengingkaran, penyangkalan

bentuk. Tepat berarti betul, lurus, tidak ada selisih sedikitpun. Waktu adalah ukuran

rentetan saat yang ditentukan. Suntikan kembali adalah suntikan ulang yang dilakukan

oleh akseptor KB suntik. Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

ketidaktepatan waktu untuk suntik kembali adalah ukuran pengingkaran rentetan saat

tertentu untuk suntik ulang yang dilakukan oleh akseptor KB suntik.

II. 1.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ketidaktepatan

Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat ketepatan antara lain :

Faktor demografi : usia, status sosial ekonomi, dan pendidikan

Faktor psikososial : pengetahuan, lama menjadi akseptor KB suntik 3 bulan,

pengalaman menjadi akseptor KB suntik 3 bulan, dukungan keluarga terhadap

penggunaan KB, ketersedian informasi tentang KB suntik 3 bulan, ketersediaan

KB suntik 3 bulan di sarana pelayanan kesehatan, pelayanan petugas kesehatan,

jarak rumah – sarana pelayanan kesehatan, biaya setiap suntik ulang KB 3 bulan,

dan kegiatan ibu pada jam kerja puskesmas.



II. 1.2 Cara Agar Terciptanya Ketepatan

Cara yang dapat digunakan untuk terciptanya ketepatan antara lain :

Dukungan profesional kesehatan

Dukungan petugas kesehatan sangat diperlukan untuk menciptakan ketepatan bagi

akseptor KB suntik 3 bulan. Komunikasi memengang peranan penting karena

komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik dokter / bidan /

perawat dapat menanamkan ketaatan bagi akseptor.

Dukungan sosial

Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Petugas kesehatan dapat

meyakinkan keluarga akseptor untuk menunjang peningkatan kesehatan akseptor

sehingga ketidaktepatan dapat dikurangi.

Perilaku sehat

Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan untuk menyadari pentingnya

kesehatan

Pemberian informasi

Memberi informasi yang akurat kepada orang yang bersangkutan.

II. 2. KB Suntik 3 Bulan

Kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah kehamilan dengan melalui suntikan

hormonal yaitu Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA). Kontrasepsi suntik adalah alat

kontrasepsi yang disuntikan kedalam tubuh dalam jangka waktu tertentu kemudian masuk



kepembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah

kemungkinan timbulnya kehamilan.

II. 2.1 Macam – macam KB Suntik 3 Bulan

1. Golongan progestin

Tersedia 2 jenis kontrasepsi yang hanya mengandung progestin, yaitu :

Depo provera (Depo Medroksi Progesteron Asetat) mengandung 150 mg Depo

Medroksi Progesteron Asetat

Depo noristerat (Depo Noretisteron Enantat) mengandung 200 mg Noretindron

Enantat

II. 2.2 Cara Kerja KB Suntik 3 Bulan

KB suntik 3 bulan bekerja dengan cara yaitu : (1) mencegah terjadinya ovulasi dengan

jalan menekan pembentukan Releasing Factor dari hipotalamus, (2) lendir serviks bertambah

kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri, (3) implantasi ovum dalam

endometrium dihalangi, dan (4) kecepatan transpor ovum melalui tuba berubah.

II. 2.3 Waktu Pemberian KB Suntik 3 Bulan

1. Pasca persalinan

Dapat diberikan suntikan KB pada hari ke 3 – 5 post partum atau sesudah Air Susu

Ibu berproduksi

Sebelum ibu pulang dari rumah sakit



6 – 8 minggu pasca bersalin, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau belum

melakukan koitus

2. Pasca keguguran

Dapat diberikan segera setelah selesai kuretase atau sewaktu ibu hendak pulang dari

rumah sakit

30 hari pasca keguguran, asal ibu belum hamil lagi

3. Saat menstruasi, pada hari pertama sampai hari ke-5

II. 2.4. Keuntungan dan Kerugian KB Suntik 3 Bulan

Kontrasepsi suntik memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1) Sangat efektif

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang

3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami - istri

4) Tidak memiliki pengaruh terhadap Air Susu Ibu (ASI)

5) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit

jantung

6) Sedikit efek samping

7) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik

9) Mencegah beberapa penyebab radang panggul



Kontrasepsi suntik memiliki beberapa kerugian yang sering ditemukan yaitu :

1) Siklus haid yang memendek atau memanjang

2) Menstruasi tidak teratur seperti, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan

tidak teratur atau perdarahan bercak, tidak haid sama sekali

3) Klien sangat tergantung pada jadwal pelayanan kesehatan/KB untuk kembali

melakukan penyuntikan kembali

4) Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan selanjutnya

5) Terjadi peningkatan berat badan.

II. 2.5. Cara Pemakain KB Suntik 3 Bulan

Kontasepsi suntik DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan

intramuscular di daerah bokong. Apabila suntikan terlalu dangkal, penyerapan

kontrasepsi suntik akan lambat dan tidak bekerja segera secara efektif. Periode tenggang

waktu atau waktu kelonggaran (grace period) selama 2 minggu untuk akseptor DMPA

yang disuntik ulang setiap 3 bulan. Bila akseptor tidak dapat kembali pada jadwal yang

telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Suntikan juga dapat

diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan.

Tenaga kesehatan sebaiknya memberikan instruksi pada akseptor suntik 3 bulan untuk

kembali setiap 12 minggu untuk DMPA.



II. 2.6. Indikasi Menggunakan KB Suntik 3 Bulan

1. Usia reproduksi

2. Nulipara dan yang telah memiliki anak

3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi

4. Wanita menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui

6. Setelah abortus atau keguguran

7. Telah banyak anak tapi belum menghendaki tubektomi

8. Wanita yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi estrogen

9. Saring lupa menggunakan pil kontrasepsi

10. Wanita yang menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat

tuberkulosis (rifampisin)

II. 2.7. Kontra Indikasi KB Suntik 3 Bulan

1) Kehamilan

2) Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis

3) Penyakit arteri berat di masa lalu atau saat ini

4) Efek samping serius yang terjadi pada kontrasepsi oral kombinasi yang bukan

disebabkan oleh estrogen

5) Adanya penyakit hati (kanker hati)



6) Penyakit sistemik kronik, misalnya kanker ganas dan TBC (Kanker bergantung

steroid seks, misal kanker payudara)

II. 3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ketidaktepatan Waktu Suntik Kembali pada

Akseptor Kb Suntik 3 Bulan

Penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan mengharuskan seorang akseptor datang

pada waktu yang telah ditentukan untuk suntik kembali setiap 3 bulan. Namun, terkadang

akseptor tidak dapat kembali sesuai dengan jadwal karena berbagai hal. Faktor-faktor yang

mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik kembali pada akseptor KB suntik 3 bulan

adalah usia ibu, pengetahuan akseptor tentang KB suntik, lama menjadi akseptor KB

suntik 3 bulan, pengalaman menjadi akseptor KB suntik 3 bulan sebelumnya, status

ekonomi keluarga, dukungan keluarga terhadap penggunaan kontrasepsi, pelayanan

kesehatan, jarak dari rumah ke puskesmas, biaya setiap suntik ulang KB 3 bulan dan

kegiatan ibu saat jam kerja puskesmas.

II. 3.1. Usia Ibu

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau

makhluk, baik yang hidup maupun yang mati, lama waktu hidup individu yang terhitung

sejak dilahirkan sampai saat ini.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia membagi beberapa katagori usia

sesorang yaitu balita 0 - 5 tahun, kanak-kanak 5 - 11 tahun, remaja awal 12 - 1 6 tahun,



remaja akhir 17 - 25 tahun, dewasa awal 26- 35 tahun, dewasa akhir 36- 45 tahun, lansia

awal 46- 55 tahun, lansia akhir 56 - 65 tahun, dan manula di atas 65 tahun. Semakin

matang usia seseorang, maka akan semakin baik pula pola pikirnya. Usia yang matang

akan membawa sesorang untuk berpikir rasional dan bijaksana dalam mengambil

keputusan maupun dalam mengatur perencanaan-perencanaan dalam hidupnya, seperti

berkeluarga, memiliki keturunan, pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Termasuk juga di

dalamnya adalah perencaan keluarga yaitu mengatur kehamilan dan jumlah anak.

Keputusan untuk ber-KB membutuhkan pemikiran yang matang agar tercipta sebuah

keluarga sejahtera. Seseorang yang memilih KB suntik 3 bulan sebagai alat kontrasepsi,

maka ia harus memiliki pemikiran yang matang pula mengenai ketepatan waktu suntik

kembali untuk mengatur kehamilannya. Namun ketika seorang ibu belum matang usia

dan pemikirannya, maka hal ini mempengaruhi keputusannya, sehingga dapat datang

terlambat untuk suntik kembali.

II. 3.2. Pengetahuan Akseptor tentang KB suntik

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

mengapilkasikan penginderaannya terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan

seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalah yang dihadapi.

Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari

informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa

dan elektronik.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :



1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya

dengan yang lain.

5) Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi / objek.

Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau menolak

inovasi. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, dalam dirinya terjadi proses



berurutan. Proses ini dimulai dengan kesadaran, yaitu mengetahui terlebih dulu stimulus

(objek); merasa tertarik, yaitu sikap subjek yang mulai timbul karena stimulus tersebut;

menimbang, yaitu mulai memikirkan baik tidaknya stimulus itu bagi dirinya; mencoba,

yaitu subjek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus;

mengadopsi, yaitu subjek mulai berperilaku baru sesuai pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan dibutuhkan untuk memilih alat kontrasepsi apa yang akan

digunakan. Pada para ibu yang telah memilih KB suntik 3 bulan sebagai alat kontrasepsi,

maka dibutuhkan pengetahuan yang baik mengenai pengertian, manfaat dan efek

sampingnya. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada

yang tidak didasari pengetahuan. Dengan ini, diharapkan akseptor memahami pentingnya

ketepatan waktu suntik kembali pada penggunaan KB suntik 3 bulan. Namun ketika

seorang ibu tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang KB suntik 3 bulan, maka ia

dapat datang terlambat untuk suntik kembali, karena pengetahuan yang kurang baik

mempengaruhi perilakunya untuk datang suntik tidak tepat waktu.

II. 3.3. Lama menjadi Akseptor

Lama adalah waktu atau masa berlangsungnya suatu proses atau keadaan.

Seorang ibu yang menggunakan KB suntik 3 bulan harus rutin datang suntik setiap 3

bulan sekali sesuai jadwal yang ditentukan. Hal ini tentu membutuhkan tingkat ketaatan

yang tinggi untuk mencapai hasil yang diharapkan.Suatu tindakan yang dilakukan

berulang-ulang dapat menimbulkan perasaan jenuh, malas, ataupun bosan, sehingga apa



yang ia lakukan tidak semaksimal tindakan awal. Dalam hal ini, pada pengguna KB

suntik 3 bulan yang telah lama menjadi akseptor, maka dapat timbul suatu rasa malas

untuk pergi suntik kembali, sehingga ia dapat datang terlambat untuk suntik kembali.

II. 3.4. Pengalaman menggunakan KB Suntik 3 bulan Sebelumnya

Pengalaman di sini diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani,

ditempuh, digunakan, maupun dirasakan; riwayat suatu keadaan. Pengalaman

menentukan sikap. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi / reaksi terhadap suatu obyek,

memihak / tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu

aspek di lingkungan sekitarnya. Pengalaman ibu yang berhasil dalam melaksanakan

program KB suntik 3 bulan membuat ibu bersikap pro-aktif dan kooperatif, sehingga

ketepatan suntik KB ulang pun dapat dilaksanakan tepat waktu sesuai jadwal. Dengan

demikian, pengalaman ibu yang kurang dalam menggunakan KB suntik 3 bulan

sebelumnya, dapat menurunkan motivasi ibu untuk datang tepat waktu suntik kembali

karena ibu yang kurang berpengalaman maka ia belum mengetahui bahwa keterlambatan

waktu suntik kembali dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan.

II. 3.5. Kegiatan Ibu pada Jam Kerja Puskesmas

Kegiatan atau aktivitas seseorang merupakan hal yang dilakukan dalam suatu

waktu tertentu. Kegiatan tersebut meliputi aktivitas di luar dan di dalam rumah. Menjadi



ibu rumah tangga, mengurus anak dan rumah merupakan salah satu kesibukan ibu di

rumah. Kesibukan ibu lainnya adalah ketika ibu harus bekerja di luar rumah.

KB suntik 3 bulan mengharuskan ibu untuk datang kembali setiap 3 bulan. Hal ini

tentu membuat ibu harus meluangkan waktunya di tengah kesibukan sehari-hari, baik

untuk mengurus rumah tangga, ataupun dalam bekerja. Jam kerja puskesmas adalah

pukul 08.00-14.00. Pelayanan KB suntik dilakukan pada jam kerja puskesmas tersebut.

Ibu pengguna KB suntik 3 bulan yang sibuk bekerja di jam kerja puskesmas itu dapat

menyebabkan keterlambatan datang suntik kembali. Selain itu, itu yang sibuk mengurus

rumah tangganya di jam kerja puskesmas, maka hal ini juga dapat menyebabkan ibu

datang tidak sesuai jadwal yang ditentukan.

Karena kesibukan-kesibukan itulah, ibu tidak sempat datang ke puskesmas, atau

bahkan lupa jadwal suntik kembali karena kesibukannya tersebut. Dengan demikian,

kegiatan / aktivitas ibu merupakan salah satu hal yang menjadi alasan keterlambatan

waktu waktu suntik kembali.

II. 3.6. Status Ekonomi Keluarga

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan

perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkanoleh masyarakat. Rata-rata keluarga

dengan sosial ekonomiyang cukup baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana

kesehatan yang bermutu.



Pendapatan atau penghasilan adalah seluruh hasil kegiatan / kerja, baik itu uang

atau materi lainnya. Tingkat penghasilan adalah ukuran kelayakan seseorang dalam

memperoleh penghargaan dari hasil kerjanya yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Makin tinggi pendapatan seseorang dapat diasumsikan bahwa

derajat kesehatannya akan semakin baik, karena akses untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan akan semakin mudah.

Dengan penghasilan yang memadai masyarakat lebih cenderung untuk

memperhatikan penggunaan alat kontrasepsi yang lebih baik dan ekonomis. Masyarakat

akan menggunakan alat kontrasepsi dengan adanya uang. Tanpa uang, mereka tidak akan

mengadakan dan menggunakan alat kontrasepsi yang diinginkan.

Setiap 3 bulan, akseptor KB suntik 3 bulan harus datang kembali untuk suntik,

maka diperlukan juga biaya untuk suntik tersebut. Keluarga dengan penghasilan cukup

dapat menyisihkan penghasilannya untuk biaya suntik. Namun, jika ibu belum memiliki

cukup uang, maka ia dapat menunda jadwal suntik, sehingga terjadi keterlambatan waktu

suntik kembali. Dengan demikian pendapatan merupakan faktor penting yang paling

menentukan keberhasilan program keluarga berencana.

Jumlah anggota keluarga yang ditanggung biaya hidupnya juga merupakan salah

satu bagian dari status ekonomi keluarga. Semakin banyak jumlah orang yang menjadi

tanggungan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan tiap bulannya. Hal

ini dapat menjadi salah satu pertimbangan ibu dan keluarga untuk menyisihkan

penghasilannya untuk alat KB yang akan digunakan, sehingga semakin banyak jumlah



anggota keluarga yang ditanggung, maka semakin mungkin ibu datang terlambat untuk

suntik kembali.

II. 3.7. Jarak Rumah ke Sarana Pelayanan Kesehatan

Jarak adalah ruang atau sela yang dilihat dari panjang atau jauh antara benda yang

satu dengan yang lainnya atau tempat yang satu dengan yang lainnya. Sarana transportasi

merupakan sebuah keperluan vital yang dapat membantu seseorang menempuh sebuah

jarak. Untuk menempuh jarak yang jauh, dibutuhkan alat transportasi yang dapat

mempermudah sesoerang dalam mencapai tempat tujuannya. Seorang akseptor KB suntik

3 bulan harus datang ke sarana pelayanan kesehatan untuk suntik kembali tepat waktu.

Ketika jarak rumah dengan sarana pelayanan terlampau jauh, maka ini menjadi

pertimbangan untuk datang suntik kembali. Namun jika ada alat transportasi yang dapat

digunakan untuk menuju ke sarana kesehatan, baik kendaraan umum maupun kendaraan

pribadi, maka hal ini dapat membantu ibu menjangkau sarana kesehatan, sehingga ia

dapat datang sesuai jadwalnya.

Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika suatu proses, perbuatan, atau keadaan

berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah

keadaan / kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian.Jarak yang

harus ditempuh ibu pergi ke puskesmas akan memakan waktu. Lamanya waktu yang

dihabiskan ibu dalam perjalanan, maka akan menjadi pertimbangan bagi ibu untuk

meluangkan waktunya pergi ke sarana kesehatan, sehingga ia dapat saja datang terlambat

untuk suntik kembali.



II. 3.8. Biaya Setiap Suntik Ulang KB 3 Bulan

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses

produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku.

Seorang ibu yang menggunakan KB suntik 3 bulan harus rutin suntik kembali tiga bulan

berikutnya. Berarti, ibu harus mengeluarkan biaya untuk menggunakan KB tersebut.

Biaya ini meliputi biaya transport dan biaya suntik.

Biaya transport adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai

transportasi sampai ke tempat tujuan. Untuk menempuh perjalanan ke sarana pelayanan

kesehatan, ibu dapat berjalan kaki atau menggunakan sarana transportasi, baik

transportasi umum maupun pribadi.Transportasi ini membutuhkan biaya. Semakin tinggi

biaya yang dikeluarkan, maka akan menjadi pertimbangan ibu untuk menyisihkan

uangnya untuk biaya transportasi tersebut.

Selain itu, ibu harus mengeluarkan biaya suntik itu sendiri di sarana pelayanan

kesehatan. Secara tidak langsung daya beli individu ini juga dipengaruhi oleh ada

tidaknya subsidi dari pemerintah, seperti di Jakarta yang diberlakukan Kartu Jakarta

Sehat (KJS). Untuk keluarga kurang mampu, tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk

membeli alat kontrasepsi memberatkan selain mereka juga harus membiayai kebutuhan

sehari-hari. Maka KJS yang menggratiskan alat KB sangat membantu para akseptor

dalam membantu meringankan pengeluaran biaya.



Maka dari itu, semakin tinggi biaya setiap kali suntik, maka ibu juga akan

mempertimbangkan untuk mengeluarkan biaya ini, sehingga ia dapat datang terlambat

dari jadwal yang seharusnya.

II. 3.9. Dukungan Keluarga terhadap Penggunaan Kontrasepsi

Keputusan mencari pelayanan kesehatan merupakan hasil jaringan interaksi yang

kompleks. Menemukan proses pengambilan keputusan dan pola komunikasi yang relevan

bukanlah masalah yang sederhana. Keputusan mencari pelayanan kesehatan dapat dibuat

oleh wanita itu sendiri, oleh suaminya, ataupun peran dari keluarganya.

Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihak-pihak

tertentu. Ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi

masalah karena suami / isteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya.Hal itu

disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan

itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya

baik. Masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan, yang berperan sebagai penentu

dalam pengambilan keputusan adalah suami, sedangkan isteri hanya bersifat pemberi

sumbang saran. Metode kontrasepsi tidak dapat digunakan isteri tanpa kerjasama suami

dan rasa saling percaya.

Selain itu, dukungan keluarga juga penting dalam penggunaan kontrasepsi

tersebut. Keadaan yang ideal adalah pasangan suami isteri yang didukung oleh keluarga

dalam memilih alat kontrasepsi terbaik berdasarkan keputusan bersama, adanya kerja



sama dalam pembiayaan alat kontrasepsi, memperhatikan tanda bahaya pemakaiannya,

serta keaktifan keluarga untuk memberi motivasi pada pasangan.

Setiap 3 bulan sekali, akseptor KB suntik 3 bulan harus kembali untuk suntik.Hal

ini membutuhkan peran serta suami dan keluarga. Keluarga diharapkan untuk

mengingatkan agar akseptor tepat waktu untuk suntik kembali. Selain itu, bentuk

dukungan lain dari suami maupun keluarga adalah dengan mengantar ibu ke sarana

kesehatan karena hal ini dapat memotivasi ibu untuk tepat waktu suntik kembali.

Sehingga, ketika seorang ibu tidak didukung suami dan keluarganya dalam berKB, maka

ibu dapat datang terlambat untuk suntik kembali.

II. 3.10. Pelayanan Kesehatan

Informasi merupakan stimulus bagi pembentukan sikap seseorang dalam

kehidupannya.Informasi mengenai KB didapatkan dari berbagai sumber pelayanan

kesehatan seperti keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan KB melalui

penyuluhan-penyuluhan atau pojok kesehatan ibu dan anak. Penyelenggaran kegiatan

yang berdampak positif ini akan memberi kejelasan informasi bagi para akseptor KB

suntik. Pesan yang diterima ibu melalui informasi tersebut, dapat merangsang ibu yang

menggunakan KB suntik 3 bulan untuk datang tepat waktu sesuai jadwal suntik kembali.

Namun ketika ibu kurang mendapatkan informasi tentang KB suntik, maka hal ini dapat

membuat ibu datang terlambat suntik kembali karena ia tidak tahu bahwa jika datang

tidak tepat waktu, maka dapat terjadi kehamilan.



Ketersediaan alat kontrasepsi yang terwujud dalam bentuk fisik keberadaan alat

KB suntik 3 bulan di sarana pelayanan kesehatan merupakan hal yang utama dan pertama

kali harus tersedia dan mudah didapat dalam suatu metode kontrasepsi. Ketika ibu telah

datang tepat ke sarana kesehatan untuk suntik kembali, namun ternyata di sana tidak

tersedia alat KB yang diinginkan, maka hal ini akan mengecewakan ibu sehingga ia

mempertimbangkan kembali untuk datang suntik sesuai jadwal.

Untuk mengubah, mendidik, maupun meningkatkan kepatuhan masyarakat

seringkali diperlukan pengaruh dan dukungan dari para professional

kesehatan.Masyarakat tentu membutuhkan pelayanan yang baik dari petugas kedehatan

yang mampu memotivasi dirinya untuk ber-KB.Terdapat hubungan antara sikap petugas

dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi.Para petugas kesehatan dalam mengemban

tugasnya perlu lebih interest dalam memberikan pelayanan kesehatan tersebut. Contoh

yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik

komunikasi yang baik. Sikap petugas yang ramah dan jelas dalam memberikan informasi

tentang KB memegang peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh

profesional kesehatan, baik dokter/ perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.

Dengan demikian, tentu ibu akan merasa lebih nyaman dan lebih termotivasi, sehingga

para akseptor KB suntik 3 bulan akan datang tepat waktu sesuai jadwal yang akan

ditentukan. Namun ketika petugas kesehatan tidak melayani para akseptor KB dengan

baik, maka ia dapat menjadi malas ke puskesmas, sehingga datang terlambat suntik

kembali.



II. 4. Kerangka Teoritis


Ketidaktepatan Waktu

untuk

Suntik Kembali

Pengetahuan akseptor tentang KB suntik 3 bulan

Lama menjadi akseptor KB

suntik 3 bulan

Klasifikasi usia

Jarak rumah – pelayanan kesehatan

Dukungan keluarga terhadap penggunaan

KB

Pengalaman menjadi akseptor KB suntik 3 bulan sebelumnya

Status ekonomi keluarga

Pelayanan kesehatan

Biaya setiap suntik ulang KB 3 bulan

Kesanggupan meluangkan waktu

suntik ulang

Pekerjaan Ibu


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

III.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, variabel bebas (independent) terdiri usia, pengetahuan akseptor

tentang KB suntik 3 bulan, lama menjadi akseptor KB suntik 3 bulan, pengalaman menjadi

akseptor KB suntik 3 bulan sebelumnya, status ekonomi keluarga, dukungan keluarga terhadap

penggunaan KB, pelayanan kesehatan, jarak dari rumah ke sarana pelayanan kesehatan, biaya

setiap suntik KB 3 bulan, dan kesanggupan ibu meluangkan waktu untuk suntik kembali.

Variabel tergantung (dependent) adalah ketidaktepatan waktu untuk suntik ulang KB 3 bulan.

Alasan dilakukan penelitian ini karena belum diketahuinya faktor – faktor yang

mempengaruhi ketidaktepatan waktu kembali suntik KB 3 bulan di Desa Alasgung.




Ketidaktepatan Waktu

untuk

Suntik Ulang KB 3 bulan

Variabel Tergantung

Variabel Bebas

Usia ibu

Pengetahuan akseptor tentang

KB suntik

Lama menjadi akseptor KB

suntik 3 bulan

Pengalaman menjadi akseptor

KB suntik 3 bulan sebelumnya


Dukungan keluarga terhadap

penggunaan KB

Pelayanan kesehatan

Jarak rumah – sarana

pelayanan kesehatan

Biaya setiap suntik ulang KB 3

bulan

Kesanggupan akseptor

meluangkan waktu untuk

suntik kembali


III.2. Definisi Operasional Variabel Bebas

III.2.1. Usia

Definisi : Usia ibu saat dilakukan penelitian (dalam tahun)

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuesioner

Hasil ukur : Berupa nilai rerata

Skala ukur : Data numerik

III.2.2. Pengetahuan Akseptor tentang KB Suntik

Definisi : Pengetahuan akseptor dinilai berdasarkan 10 pertanyaan mengenai pengertian

KB, jenis KB, manfaat KB suntik 3 bulan, dan efek samping KB suntik 3 bulan.

Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan salah skor 0. Nilai tertinggi 10, nilai

terendah 0, dengan cut off point 3 jawaban benar.



Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1 : “Berpengetahuan kurang (jawaban benar <3)” dan 2 :

“Berpengetahuan baik (jawaban benar ≥3)”.

Skala ukur : Data numerik yang diolah menjadi data kategorik berskala nominal.

III.2.3. Lama Menjadi Akseptor KB Suntik 3 Bulan



Definisi : Lama menjadi akseptor KB yang masih menggunakan KB suntik 3 bulan

(dalam tahun) dengan tolok ukur rerata lama para responden menggunakan KB.



Hasil ukur : 1 : “Lama” (≥ rata – rata kelompok ), 2 : “Baru” (< rata – rata kelompok)

Skala ukur : Data numerik

III.2.4. Pengalaman Menjadi Akseptor KB Suntik 3 Bulan Sebelumnya

Definisi : Riwayat penggunaan KB suntik 3 bulan oleh Ibu sebelum periode penggunaan

KB suntik 3 bulan saat ini.



Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1 : “Tidak” dan 2 : “Iya”.

Skala ukur : Data kategorik berskala nominal

III.2.5.Status Ekonomi Keluarga

Definisi : Keadaan ekonomi keluarga dinilai dari dua hal, yaitu : jumlah penghasilan

keluarga (dalam rupiah per bulan) dan jumlah anggota keluarga yang menjadi

tanggungan.

Status ekonomi keluarga dinilai berdasarkan ratio perbandingan jumlah

penghasilan dibagi jumlah tanggungan keluarga, dengan cut off point

Rp750.000,00





Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1 : “Status Ekonomi Kurang” (<Rp750.000,00) dan 2 :

“Status Ekonomi Cukup” (≥Rp750.000,00).

Skala ukur : Data numerik yang diolah menjadi data kategorik berskala nominal

III.2.6. Dukungan Keluarga terhadap Penggunaan KB

Definisi : Persetujuan yang didapatkan Ibu dari suami dan keluarga terdekat dalam

mengikuti program KB.



Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1 : “Tidak Didukung” dan 2 : “Didukung”.


III.2.7. Pelayanan kesehatan

Definisi : Pelayanan kesehatan dinilai dari 3 pertanyaan : ketersediaan informasi tentang

KB suntik 3 bulan, ketersediaan KB suntik 3 bulan dipuskesmas, dan pelayanan

petugas kesehatan. Masing- masing pertanyaan bernilai 0 jika jawaban “Cukup/

Menyenangkan” dan 1 jika jawaban “Kurang/ Tidak Menyenangkan. Hasil

penjumlahan ketiga jawaban dikategorikan menjadi Kurang (jumlah 1-3) dan

Cukup (jumlah 0)



Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1 : “Kurang” dan 2 : “Cukup”.




III.2.8. Jarak Rumah – Sarana Pelayanan Kesehatan

Definisi : Jarak dari rumah akseptor ke sarana kesehatan (puskesmas atau bidan) dinilai

dari dua hal, yaitu cara akseptor menjangkau sarana pelayanan kesehatan dari

rumah dan waktu tempuh. Pilihan jawaban cara akseptor menjangkau sarana

pelayanan kesehatan dari rumah berupa jalan kaki (nilai 0) atau kendaraan

umum/ pribadi (nilai 1). Pilihan jawaban waktu tempuh berupa ≤10 menit (nilai

0) dan >10 menit (nilai 1). Hasil penjumlahan kedua jawaban dikategorikan

menjadi Jauh (nilai 1-2) dan Dekat (nilai 0).



Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1 : “Jauh” dan 2 : “Dekat”

Skala ukur : Data numerik yang diolah menjadi data kategorik berskala nominal

III.2.9. Biaya Setiap Suntik Ulang KB 3 Bulan

Definisi : Biaya yang dikeluarkan Ibu setiap suntik ulang KB 3 bulan terdiri dari ongkos

perjalanan pulang pergi dari rumah ke sarana pelayanan kesehatan ditambah

harga pembayaran satu kali suntik KB, dengan cut off point Rp12.000,00.



Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1 : “Biaya Besar”( ≥Rp12.000,00) dan 2 : “Biaya Kecil”

(<Rp12.000,00)

Skala ukur : Data numerik yang diolah menjadi data kategorik berskala nominal.



III.2.10. Kesanggupan Akseptor Meluangkan Waktu Untuk Suntik ulang

Definisi : Kesanggupan akseptor meluangkan waktu dinilai dari 2 pertanyaan, yaitu

pekerjaan yang dilakukan Ibu pada jam kerja puskesmas (08.00-14.00 WIB) dan

kesanggupan ibu untuk pergi sarana pelayanan kesehatan. Jawaban “pekerjaan

rumah” dan “sanggup” bernilai 0, jawaban “pekerjaan kantor/ luar rumah” dan

“tidak sanggup” bernilai 1. Hasil penjumlahan jawaban dikategorikan menjadi

Sanggup (nilai 0) dan Tidak Sanggup (nilai 1-2).



Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1 : “Tidak Sanggup” dan 2 : “Sanggup”


III.3. Definisi Operasional Variabel Tergantung

Variabel : Ketidaktepatan Waktu Suntik Kembali pada Akseptor KB Suntik 3 Bulan

Definisi : Suntik ulang DMPA (>1 kali) yang dilakukan tidak sesuai jadwal, yaitu lebih

dari 14 hari toleransi dari tanggal yang tertulis di kartu akseptor.

Cara ukur : Wawancara dan cek rekam medis

Alat ukur : Kuesioner dan rekam medis

Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1 : “Tidak Tepat Waktu” dan 2 : “Tepat Waktu”.




BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1. Desain Penelitian dan Variabel

Penelitian yang dilakukan dengan bersifat deskriptif dengan desain studi cross

sectional survey. Variabel tergantung (dependent) adalah faktor- faktor yang

mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik kembali pada akseptor KB suntik 3 bulan dan

sebagai variabel bebas (independent) adalah usia ibu, pengetahuan akseptor tentang KB

suntik, lama menjadi akseptor suntik 3 bulan, pengalaman menjadi akseptor KB suntik 3

bulan sebelumnya, status ekonomi keluarga, dukungan keluarga terhadap penggunaan KB,

pelayanan kesehatan, jarak dari rumah ke sarana pelayanan kesehatan, biaya setiap suntik

ulang KB 3 bulan, dan kesanggupan akseptor meluangkan waktu untuk suntik ulang.

IV.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 5 Januari – 31 Januari 2015 di

Puskesmas Pembantu dan Posyandu Desa Alasgung, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten

Bojonegoro .



IV.3. Populasi

Semua akseptor KB suntik 3 bulan yang telah melakukan suntik KB ulang di

Puskesmas Pembantu dan Posyandu Desa Alasgung, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten

Bojonegoro.

IV.4. Kriteria Inklusi

Akseptor KB suntik 3 bulan yang telah melakukan suntik ulang >1 kali.

IV.5. Sampel

Akseptor yang memenuhi kriteria inklusi selama kurun waktu 5 Januari – 5

Februari 2015 yang bersedia untuk diwawancarai.

IV.5.1 Perhitungan Jumlah Sampel

Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus.

n = Zα2 PQ

d2

Dengan:



α tingkat kemaknaan ditetapkan 0,5 sehingga didapatkan Zα= 1,96

P proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari, ditetapkan 0,5 untuk

menghasilkan sampel terbesar

Q= 1-P= 1-0,5= 0,5

d= tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan 10%) = 0,10

Perhitungan

n =1,962 x 0,5 x 0,5 = 3,84 x 0,25 = 97

0,102 0,01

Diperoleh besar sampel minimal yang diperlukan adalah 97 sampel

IV.5.2. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, yaitu peneliti mengambil

sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Responden adalah semua akseptor KB

suntik 3 bulan yang datang ke Puskesmas Pembantu dan posyandu Desa Alasgung . Data

diambil dari Laporan pasangan usia subur yang menggunakan KB suntik desa Alasgung

dengan ekspektasi jumlah responden sebanyak 417 orang.

IV.6. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis dan kuesioner.



IV.7. Cara Pengumpulan Data

IV.1.7.1 Data primer

Data dikumpulkan dari masing-masing akseptor KB suntik 3 bulan yang

telah melakukan penyuntikan lebih dari 1 kali yang datang ke Puskesmas

Pembantu dan Posyandu Desa Alasgung periode 5 Januari- 31 Januari 2015.

Akseptor ditanyakan kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian oleh peneliti.

Apabila akseptor menolak, maka akseptor tidak dimasukkan ke dalam

sampel.Apabila akseptor bersedia, maka akseptor akan diwawancara dan diperiksa

berdasarkan kuesioner yang telah dibuat. Akseptor akan diberi pertanyaan yang

menyangkut faktor-faktor resiko yang mempengaruhi ketepatan waktu suntik

kembali KB 3 bulan dan tentang ketepatan waktu suntik itu sendiri. Hasil

wawancara akan dicatat dalam kuesioner.

IV.1.7.2 Data sekunder

Di kumpulkan dari data instansi yang ada hubungannya dengan penelitian

ini yaitu Laporan jumlah pasangan usia subur Desa Alasgung, kecamatan

Sugihwaras. Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, disajikan dalam

bentuk tekstular dan tabular.

IV.8 Pengolahan data



Pengolahan data dalam desain penelitian deskriptif menggunakan perangkat lunak

SPSS Versi 18.0. Kemudian data disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

IV.9. Alur Pengumpulan Data


Akseptor KB suntik 3 bulan yang datang ke Puskesmas Pembantu dan Posyandu Desa Alasgung dalam kurun waktu 5 Januari 2015 – 31 Januari 2015

Menolak

Kriteria inklusi:

Akseptor KB suntik 3 bulan yang telah melakukan penyuntikan >1 kali

Tidak dimasukan dalam sampel

Akseptor diwawancarai dan diperiksa berdasarkan kuesioner yang telah di buat

Bersedia

Akseptor ditanyakan kesediannya untuk ikut serta dalam penelitian oleh peneliti

Pengetahuan akseptor tentang KB suntik

Faktor-faktor resiko

Ketepatan waktu suntik

Tepat Tidak tepat


BAB V

HASIL PENELITIAN

V.1 Data Geografis

Secara geografis, Desa alasgung terletak di bagian timur kota Bojonegoro dan berada

di dataran tinggi. Untuk menuju desa alasgung diperlukan waktu kurang lebih 4 jam dari

kota Surabaya. Jarak desa ini adalah 24 km dari kota Bojonegoro, yang memerlukan waktu

kurang lebih 1 jam untuk mencapainya. Desa ini terletak di kecamatan Sugihwaras yang

berbatasan dengan kecamatan kedungdalem. Untuk menuju tempat ini tidak sulit karena

jalannya sudah beraspal. Namun, jalan menuju beberapa dusun sendiri lumayan sulit karena

jalanan yang licin dan tak rata terutama disaat musim hujan.

Gambar Keadaan alam Desa Alasgung

Tata Guna Lahan Pemukiman & Pekarangan Sawah Sungai

Kondisi tanah Kering, warna coklat,

cukup subur

Kering, warna coklat,

subur

Lempung

Jumlah vegetasi

tanaman

Belimbing, papaya,

nangka, mangga, srikaya,

jambu biji

Padi, jagung, cabai

merah, tembakau

-

Manfaat Mendirikan bangunan Hasil tanaman untuk

keperluan rumah dan

untuk dijual

Air untuk irigasi



Tabel kondisi geografis

No. Uraian Keterangan

1. Luas Wilayah :

2. Jumlah Dusun :

a. Dusun Jatenan

b. Dusun Sendangrejo

c. Dusun Bayong

d. Dusun Krajan

e. Dusun Bronto

f. Dusun Pencolan

3. Batas Wilayah :

a. Utara : Desa Siwalan dan Desa Bulu

b. Selatan : Desa Bareng

c. Barat : Desa Siwalan

d. Timur : Desa Bulu dan Desa Panunggalan

4. Luas Lahan Pertanian

a. Sawah : 117,388 ha



Peta Desa Alasgung



V.2. Data Demografis

Kondisi Sosial Budaya Desa Alasgung

No. Uraian Jumlah

1. Kependudukan

a. Jumlah penduduk (jiwa) 3417

- Jumlah laki-laki 1678

- Jumlah perempuan 1737

- Usia 0-6 tahun 316




- Usia ≥ 25 tahun 2213

b. Jumlah rumah 819

2. Sarana Pendidikan

a. Sekolah TK 2

b. Sekolah SD 2

3. Kesejahteraan Sosial

a. Jumlah penduduk miskin 1778

b. Jumlah tempat ibadah 3

c. Jumlah tempat kerja 0



V.3 Sumber Daya Kesehatan

Sumber daya kesehatan Desa Alasgung

No. Uraian Jumlah

1. Puskesmas Pembantu 1

2. Jumlah Posyandu 6

3. Jumlah Kader Posyandu 30

4. Jumlah Bidan 1

V.4. Hasil

Telah dilakukan penelitian terhadap 37 responden yang terdiri dari 21 responden tidak

tepat waktu untuk suntik kembali dan 16 responden tepat waktu untuk suntik kembali KB

terhadap faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik kembali pada akseptor KB

suntik 3 bulan, yang terdiri dari usia, pengetahuan akseptor tentang KB suntik 3 bulan, lama

menjadi akseptor KB suntik 3 bulan, pengalaman menjadi akseptor KB suntik 3 bulan,

status ekonomi keluarga, dukungan keluarga terhadap penggunaan KB, pelayanan

kesehatan, jarak rumah- sarana pelayanan kesehatan, biaya yang dikeluarkan setiap suntik

KB 3 bulan, dan kesanggupan akseptor meluangkan waktu untuk suntik kembali.

Berdasarkan ketidaktepatan suntik ulang KB 3 bulan pada 37 responden didapatkan

dari 16 orang (43,24%) tidak tepat suntik ulang KB 3 bulan dan 21 orang (56,75 %) tepat

untuk suntik ulang KB 3 bulan. Berdasarkan usia didapatkan rata-rata usia adalah 25,21

tahun ± SD 5,525 dengan usia minimum 20 tahun dan usia maksimum 35 tahun. Responden



yang memiliki pengetahuan kurang 14 orang (37,8%) dan yang memiliki pengetahuan baik

terdapat 23 orang (62,2%).

Dari 37 responden, didapatkan rata-rata lama menjadi akseptor adalah 1,95 tahun ± SD

0,930 dengan lama minimum 0,5 tahun dan lama maksimum 7 tahun. Berdasarkan

pengalaman menggunakan KB suntik 3 bulan sebelumnya didapatkan 29 orang (78,3%)

tidak berpengalaman dan 8 orang (21,6%) berpengalaman. Berdasarkan status ekonomi,

didapatkan 13 orang (35,2%) berstatus ekonomi kurang dan 24 orang (64,8%) berstatus

ekonomi cukup. Berdasarkan adanya dukungan dari keluarga terhadap penggunaan KB, 2

orang (5,4%) tidak didukung oleh keluarga dan 35 orang (94,6%) didukung oleh keluarga .

Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas pada 37 responden

didapatkan dari 1 orang (2,7%) menilai kurang dalam tingkat pelayanan kesehatan serta

pada 36 orang (97,3%) menilai cukup dalam tingkat pelayanan kesehatan. Berdasarkan jarak

rumah ke Sarana Pelayanan Kesehatan, didapatkan 19 orang (51,34%) yang jarak rumah ke

pelayanan kesehatan jauh dan 18 orang (48,6%) yang jarak rumah ke pelayanan kesehatan

dekat.

Berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk setiap suntik KB pada 37 responden

didapatkan 25 (67,5%) responden yang mengeluarkan biaya besar setiap kali suntik, dan 12

(32,43%) responden yang mengeluarkan biaya kecil setiap kali suntik. Berdasarkan

kesanggupan ibu meluangkan waktu untuk suntik kembali, didapatkan 11 (29,7%)

responden yang tidak sanggup meluangkan waktu suntik kembali dan terdapat 26 (70,3%)

responden yang sanggup meluangkan waktu untuk suntik kembali.



Tabel Distribusi Karakteristik pada 37 Responden Akseptor KB Suntik 3 Bulan di Desa Alasgung, Kecamatan Sugihwaras

Karakteristik Jumlah (%) Mean ± SD Median (Min, Max)

Usia (dalam tahun) 25,21 ± 5,525 30 (21,35)

Lama menjadi akseptor (dalam

tahun) 1,95 ± 0,930 2 (0,5;7)

Pengetahuan akseptor tentang KB suntik 3 bulan

Kurang 14 (37,8%)

Baik 23 (62,2%)

Pengalaman menjadi akseptor

Tidak berpengalaman 29 (78,3%)

Berpengalaman 8 (21,6%)

Kesanggupan ibu meluangkan waktu untuk suntik kembali

Tidak sanggup 11 (29,7%)

Sanggup 26 (70,3%)


Kurang 13 (35,2%)

Cukup 24 (64,8%)



Jarak rumah- sarana pelayanan kesehatan

Jauh 19 (51,3%)

Dekat 18 (48,6%)

Total biaya setiap suntik ulang KB

Besar 25 (67.5%)

Kecil 12 (32,4%)

Pelayanan kesehatan

Kurang 1 (2,7%)

Cukup 36 (97,3%)

Dukungan keluarga terhadap penggunaan KB

Tidak 2 (5,4%)

Ya 35 (94,6%)

Ketepatan akseptor suntik kembali KB 3 bulan

Tidak tepat 21 (56,7%)

Tepat 16 (43,2%)



V.5. Bivariat Deskriptif

Ada 16 responden yang tidak tepat waktu dengan rerata usia 23,70 tahun ± SD 4,830,

nilai tengah 24 tahun, nilai minimum 20 tahun dan nilai maksimum 30 tahun.

Ada 16 responden yang tidak tepat waktu dengan rerata lama menjadi akseptor 1,70

tahun ± 0,810, nilai tengah 1 tahun, nilai minimum 0,5 tahun dan nilai maksimum 4 tahun.

Diantara 14 responden yang berpengetahuan kurang, 9 responden (56,3%) tidak tepat

waktu dan diantara 23 responden yang berpengetahuan baik, 7 responden (43,7%) tidak

tepat waktu. Diantara 29 responden yang tidak berpengalaman menjadi akseptor KB suntik

3 bulan, 11 responden (68,7%) tidak tepat waktu dan diantara 8 responden yang

berpengalaman menjadi akseptor KB suntik 3 bulan, 5 responden (31,3%) tidak tepat waktu.

Diantara 11 responden yang tidak sanggup meluangkan waktu untuk suntik kembali, 6

responden (37,5%) tidak tepat waktu dan diantara 26 responden yang sanggup meluangkan

waktu untuk suntik kembali, 10 responden (62,5%) tidak tepat waktu.

Diantara 13 responden yang berstatus ekonomi keluarga kurang, 7 responden (43,7%)

tidak tepat waktu dan diantara 24 responden yang berstatus keluarga ekonomi cukup, 9

responden (56,3%) tidak tepat waktu. Diantara 19 responden yang memiliki jarak rumah

yang jauh dari sarana pelayanan kesehatan 10 responden (62,5%) tidak tepat waktu dan

diantara 18 responden yang memiliki jarak rumah yang dekat dari sarana pelayanan

kesehatan 6 responden (37,5%) tidak tepat waktu.

Diantara 25 responden yang mengeluarkan biaya besar, 12 responden (75,0%) tidak

tepat waktu dan diantara 12 responden yang mengeluarkan biaya kecil, 4 responden



(25,0%) tidak tepat waktu. Diantara 2 responden yang tidak didukung oleh keluarga, 2

responden (12,5%) tidak tepat waktu, dan diantara 35 responden yang didukung oleh

keluarga, 14 responden (87,5%) tidak tepat waktu. Satu orang responden memberikan

penilaian pelayanan kesehatan kurang, tidak tepat waktu dan diantara 36 responden

memberikan penilaian pelayanan kesehatan cukup, 15 responden (93,7%) tidak tepat waktu.

Tabel V.2. Distribusi karakteristik masing- masing faktor resiko pada 37 responden yang datang tidak tepat waktu dan tepat waktu untuk suntik KB 3 bulan kembali di

Desa Alasgung

Karakteristik

Tidak Tepat Waktu Tepat Waktu

ORJumlah

(%) n=16

Mean

+ SD

Median

(min,max)

Jumlah (%)

n=21

Mean

+ SD

Median

(min,max)

Usia akseptor

(dalam

tahun)

23,70 +

4,830

24 (20,30) 25,10 +

6,280

30 (22,35)

Lama

menjadi

akseptor

(dalam

tahun)

1,70 +

0,810

1,00

(0,5;4)

2,14 +

0,979

1,25

(0,5;7)

Pengetahuan ibu tentang KB 4,11

Kurang 9 (56,3%) 5 (23,8%)

Baik 7 (43,7%) 16 (76,2%)

Pengalaman menjadi akseptor 0,36

TIdak 11 (68,7%) 18 (85, 7%)

Iya 5 (31,3%) 3 (14,3%)

Kesanggupan ibu meluangkan waktu untuk suntik kembali 1,92

Tidak 6 (37,5%) 5 (23,8%)



Sanggup 10 (62,5%) 16 (76,2%)

Status Ekonomi Keluarga 1,94

Kurang 7 (43,7%) 6 ( 28,5%)

Cukup 9 (56,3%) 15 (71,4%)

Jarak rumah- sarana pelayanan kesehatan 2,22

Jauh 10 (62,5%) 9 (42,9%)

Dekat 6 (37,5%) 12 (57,1%)

Biaya yang dikeluarkan setiap suntik ulang 1,84

Besar 12 (75,0%) 13 (61,2%)

Kecil 4 (25,0%) 8 (38,1%)

Dukungan keluarga terhadap penggunaan KB -

Tidak 2 (12,5%) 0 (0,0%)

Iya 14 (87,5%) 21 (100,0%)

Pelayanan kesehatan -

Kurang 1 (6,3%) 0 (0,0%)

Cukup 15 (93,7%) 21 (100,0%)



BAB VI

PEMBAHASAN

VI.1. Pembahasan

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa usia yang muda cenderung tidak tepat untuk

datang suntik kembali. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyebutkan bahwa

kematangan usia ibu mempengaruhi perilakunya mengambil keputusan, dalam hal ini

adalah ketepatan waktu suntik. Kurang matangnya usia ibu menyebabkan keterlambatan

waktu suntik kembali.

Dari hasil penelitian, didapatkan akseptor yang tidak tepat waktu lebih banyak

ditemukan pada responden yang berpengetahuan kurang tentang KB. Hal ini sesuai dengan

tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan akseptor tentang KB

menyebabkan kurangnya pemahaman akseptor tentang pentingnya ketepatan waktu suntik

kembali pada penggunaan KB suntik 3 bulan. Beberapa responden memiliki pengetahuan

yang salah mengenai efek samping DMPA sehingga tidak benar- benar antusias

menggunakan DMPA.

Akseptor yang tidak sanggup meluangkan waktu lebih banyak ditemukan pada

responden yang tidak tepat waktu melakukan suntik KB . Hal ini sesuai dengan tinjauan

pustaka yang menyatakan bahwa pekerjaan dan kesibukan akseptor yang menyita waktu



mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik KB 3 bulan kembali karena akseptor

cenderung mengutamakan pekerjaan.

Ditinjau dari status ekonomi keluarga, didapatkan lebih banyak responden yang

memiliki status ekonomi kurang pada responden yang tidak tepat waktu,. Hal ini sesuai

dengan tinjauan pustaka yang mengatakan bahwa status ekonomi yang rendah

mengakibatkan kesulitan untuk mendapatkan akses kesehatan, sehingga cenderung tidak

tepat waktu. Hal ini terjadi karena akseptor harus mengumpulkan biaya dulu agar cukup

untuk melakukan penyuntikan.

Dari responden yang tidak tepat waktu, didapatkan lebih banyak yang memiliki jarak

rumah yang jauh dari sarana pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka

yang menyatakan bahwa jarak yang harus ditempuh ibu pergi ke sarana pelayanan

kesehatan akan memakan waktu. Lamanya waktu yang dihabiskan ibu dalam perjalanan,

maka akan menjadi pertimbangan bagi ibu untuk meluangkan waktunya pergi ke sarana

pelayanan kesehatan, sehingga ia dapat saja datang terlambat untuk suntik kembali.

Dari responden yang tidak tepat waktu, didapatkan lebih banyak yang mengeluarkan

biaya besar untuk sekali suntik. Hal ini berdasarkan teori bahwa semakin tinggi biaya

setiap kali suntik, maka ibu juga akan mempertimbangkan yang lebih prioritas daripada

pengeluarkan biaya untuk KB. Maka dari itu, besarnya biaya tiap kali suntik akan

mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik ulang KB 3 bulan.



Sedangkan dari faktor dukungan keluarga dan kualitas pelayanan kesehatan belum

dapat dibuktikan hubungannya dengan ketidak tepatan waktu suntik kembali pada akseptor

KB suntik 3 bulanan dalam penelitian ini.

VI.2 Keterbatasan Penelitian

V1.2.1 Bias Seleksi

Pada penelitian ini, bias seleksi tidak dapat disingkirkan karena sampel yang diambil

tidak random (non random purposive sampling), dimana tiap subyek dalam populasi

terjangkau tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau tidak terpilih

sebagai sampel penelitian sehingga sampel yang diambil tidak dapat mewakili populasi.

VI.2.2 Bias Informasi

Pada penelitian ini, bias informasi pada peneliti tidak dapat disingkirkan karena seluruh

penelitian hanya dilakukan oleh 1 orang peneliti yang menilai ketidaktepatan waktu

suntik KB kembali, menilai wawancara, serta menilai faktor resiko dengan kuestioner



BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 37 responden yang datang

ke Puskesmas pembantu dan posyandu desa Alasgung pada periode 5 Januari-31 Januari

2015 , dapat disimpulkan :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik kembali pada

akseptor KB suntik 3 bulan di Desa Alasgung yaitu jarak rumah ke sarana

pelayanan kesehatan, kesanggupan akseptor meluangkan waktu untuk suntik

kembali, pengetahuan akseptor tentang KB suntik 3 bulan, status ekonomi

keluarga, dan biaya setiap suntik ulang KB 3 bulan. Sedangkan pengalaman

menjadi akseptor KB 3 bulanan sebelumnya bukan merupakan faktor yang

mempengaruhi ketidaktepatan suntik KB 3 bulan di Desa Alasgung.

2. Faktor Dukungan keluarga dan kualitas pelayanan kesehatan belum dapat

dibuktikan pengaruhnya terhadap ketidaktepatan suntik KB 3 bulan di desa

Alasgung dalam penelitian ini.

3. Distribusi masing-masing faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik

kembali KB 3 bulan adalah 19 responden berjarak rumah jauh dari sarana

pelayanan kesehatan, 11 responden tidak sanggup meluangkan waktu untuk suntik

kembali, 23 responden berpengetahuan kurang, 25 responden dengan biaya besar

dan 13 responden dengan status ekonomi keluarga kurang.



4. Distribusi dari faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan waktu suntik

kembali KB 3 bulan di Desa alasgung dari 16 responden yang datang tidak tepat

waktu, didapatkan:

i. 10 orang (62,5%) berjarak rumah jauh dari sarana pelayanan

kesehatan

ii. 6 orang (37,5%) tidak sanggup meluangkan waktu untuk suntik

kembali

iii. 12 orang (75,0%) berpengetahuan kurang tentang KB

iv. 12 orang (75,0%) mengeluarkan biaya besar setiap suntik ulang

KB

v. 7 orang (43,7%) memiliki status ekonomi keluarga kurang

VII.2. Saran

VII.2.1 Bagi Responden

Hendaknya akseptor KB suntik 3 bulan yang mengeluarkan biaya besar untuk suntik

ulang KB membuat Kartu Jaminan Kesehatan agar dapat meminimalisasi biaya suntik.

VII.2.2 Bagi Puskesmas Pembantu Desa Alasgung

Puskesmas hendaknya meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang KB dan pentingnya

ketepatan waktu suntik kembali jika menggunakan KB suntik 3 bulan. Hal ini dilakukan

guna meningkatkan pemahaman ibu tentang KB sehingga dapat menurunkan angka

ketidaktepatan waktu kontrol KB suntik 3 bulan di Desa Alasgung.



VII.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Memenuhi jumlah sampel berdasarkan perhitungan besar sampel minimal. Melakukan

penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih besar dan memberikan pertanyaan

yang lebih mendalam. Mencari faktor yang dominan dalam mempengaruhi

ketidaktepatan waktu suntik kembali pada akseptor KB suntik 3 bulan.



DAFTAR PUSTAKA

Berkeley (2001). Metode KB hormonal. http://www.situs kerepro.info/kb/referensi4.htm

BKKBN (2001). Materi program KB nasional. FK UGM, Yogyakarta

BKKBN (2002). Informasi pelayanan kontrasepsi, edisi keenam

Depkes (2003). Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi, Depkes RI, Jakarta

Hartanto, H (2003). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka sinar harapan.

Kantor Desa Alasgung. Buku profil Desa Alasgung

Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmorro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan Besar

Sampel. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto.

2011:355.

Notoatmodjo (2002). Metodologi Penelitian Masyarakat. Jakarta: Rineka cipta

Notoatmodjo (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka cipta

Puskesmas Pembantu Desa Alasgung (2014). Data Pasangan Usia Subur Desa Alasgung 2014.

Puskesmas Pembantu Desa Alasgung (2014). Data Desa Siaga

Saiffudin, ed (2003). Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.



LAMPIRAN 1: Kuestioner

Kuesioner KB suntik

Nama:

Umur:

I. Pengetahuan tentang KB suntik

1. Apakah ibu tahu apa itu KB?

2. Apa manfaat penggunaan KB?

3. Apa saja macam-macam jenis KB yang ibu ketahui?

4. Apa saja jenis KB suntik yang ibu ketahui?

5. Bagaimana cara kerja KB suntik?

6. Kapan waktu pemberian KB suntik yang tepat ?

7. Siapa yang tidak boleh diberikan KB suntik ?

8. Apa keuntungan KB suntik dibandingkan KB jenis lain?

9. Apa efek samping KB suntik?

10. Kapan harus kembali melakukan suntik KB?

II. Berapa lama ibu menggunakan KB suntik 3 bulan?

III. Apakah ibu sudah pernah menggunakan KB suntik 3 bulan sebelum periode KB suntik

ini?

IV. Ekonomi

1. Berapa jumlah penghasilan keluarga dalam 1 bulan?

2. Berapa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan?

3. Berapa jumlah pengeluaran keluarga dalam 1 bulan?



V. Apakah suami mendukung penggunaan KB suntik 3 bulan?

VI. Pelayanan Kesehatan

1. Apakah puskesmas memberikan informasi mengenai KB suntik 3 bulan pada saat

ibu memilih KB?

2. Apakah KB suntik 3 bulan selalu tersedia di puskesmas?

3. Apakah pelayanan petugas KB memuaskan?

VII. Jarak

1. Transportasi apa yg digunakan untuk pergi ke sarana kesehatan untuk KB?

2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan (<10 menit atau >10 menit)?

VIII. Biaya

1. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk pulang pergi dari sarana kesehatan ke rumah?

2. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan KB suntik 3 bulan?

IX. Ketersediaan waktu

1. Apakah pekerjaan ibu?

2. Apa yang biasa ibu lakukan sekitar pk. 08.00-14.00 ?

3. Apakah ibu sanggup datang ke sarana kesehatan setiap 3 bulan untuk suntik KB?



LAMPIRAN 2: TABEL DATA RESPONDEN

NO NAMA UMUR RT

1 RITMA 22 1

2 ROKMAH 28 1

3 IDA 24 1

4 WATINI 20 1

5 RUKINI 34 1

6 RAMINAH 26 2

7 SRI WULAN 25 2

8 SUSMIATI 23 2

9 RINI 29 4

10 SAMIASIH 24 6

11 NYAMINI 35 6

12 CACIK ERNAWATI 21 6

13 HARTINI 27 6

14 ISAROH 35 6

15 SUBIANTI 29 6

16 ENDANG 26 7

17 ANA S 27 7

18 MEIKE 22 7

19 NURUL 20 7

20 KHOTIM 27 7

21 JUMILH 33 7

22 IS NURAINI 27 7

23 SRIATUN 32 7

24 ROFIAH 21 7

25 DARSIH 29 7

26 TITIH 34 7

27 NURJANAH 22 8

28 HIDAYAH 29 9

29 IZA 33 9



30 ROTUL 23 9

31 LILIK 34 12

32 WIWID 30 12

33 RATNA 25 12

34 TINA 21 14

35 MURNI 33 17

36 NURUL 21 17

37 NINGSIH 23 18


Gambaran Faktor penyebab kepatuhan suntik KB

Documents

Transcript of Gambaran Faktor penyebab kepatuhan suntik KB