Gerontik-Depresi

23
“MAKALAH LANSIA YANG MENDERITA DEPRESI” (Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik II) Disusun Oleh :PSIK 7A/Kelompok 4 Sony Andrianto 201010420311008 Nur Dewi Masyithoh 201010420311009 Wenny Rusyanti 201010420311013 Toriq Aziz 201010420311025 Siti Alfiah 201010420311028 Cindi Lailia Saputri 201010420311030 Mulyani Septia Rini 201010420311043 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

description

-0--

Transcript of Gerontik-Depresi

Page 1: Gerontik-Depresi

“MAKALAH LANSIA YANG MENDERITA DEPRESI”

(Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik II)

Disusun Oleh :PSIK 7A/Kelompok 4

Sony Andrianto 201010420311008Nur Dewi Masyithoh 201010420311009Wenny Rusyanti 201010420311013Toriq Aziz 201010420311025Siti Alfiah 201010420311028Cindi Lailia Saputri 201010420311030Mulyani Septia Rini 201010420311043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Page 2: Gerontik-Depresi

I. DEFINISI DEPRESSI PADA LANSIA

Dadang Hawari (2001) menyebutkan Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga menyebabkan hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA masih baik), kepribadian yang utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/spliting of personality, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas-batas normal.

Jusni (2003) menyatakan Depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap, perasaan berat sedemikian beratnya sehingga tidak bisa melaksanakan fungsi sehari-hari sebagai orang tua, pegawai, pasangan hidup, dan pelajar.

Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.

Depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma) (Kusumanto,1981).

Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi.

Maslim berpendapat bahwa depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP (terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2002).

Sedangkan pengertian dari lanjut usia (lansia) itu sendiri orang yang berusia 50 tahun atau lebih (Ernawati).

Page 3: Gerontik-Depresi

Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,dewasa, dan akhirnya menjadi tua (Pujianti, 2003)

Sehingga dapat disimpulkan arti dari depresi pada lansia adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang, muncul perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan¸yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan berkurangnya aktivitas yang terjadi pada orang yang berusia diatas

II. KLASIFIKASI

Penggolongan Depresi Klasifikasi depresi menurut DSM IV (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorders) yaitu  :

1. Gangguan depresi mayor unipolar dan bipolar2. Gangguan mood spesifik lainnya

Gangguan distimik depresi minor Gangguan siklotimik depresi dan hipomanik saat ini atau baru

saja berlalu

(secara terus-menerus selama 2 tahun).

Gangguan depresi atipik

Depresi postpartum

Depresi menurut musim

3. Gangguan depresi akibat kondisi medik umum dan gangguan depresi akibat zat.

4.Gangguan penyesuaian dengan mood : depresi disebabkan oleh stresor psikososial (Amir, 2005).

Menurut DSM IV Gangguan depresi terbagi dalam 3 kategori (Wenar & Kerig, 2000), yaitu:1. Gangguan depresi berat (Mayor depressive disorder).

Mensyaratkan kehadiran 5 atau lebih simptom depresi menurut kriteria DSM-IV selama 2 minggu. Kriteria terebut adalah:a. Suasana perasaan depresif hampir sepanjang hari yang diakui

sendiri oleh subjek ataupun observasi orang lain. Pada anak-

Page 4: Gerontik-Depresi

anak dan remaja perilaku yang biasa muncul adalah mudah terpancing amarahnya.

b. Kehilangan interes atau perasaan senang yang sangat signifikan dalam menjalani sebagian besar aktivitas sehari-hari.

c. Berat badan turun secara siginifkan tanpa ada progran diet atau justru da kenaikan berat badan yang drastis.

d. Insomnia atau hipersomnia berkelanjutan.e. Agitasi atau retadasi psikomotorik.f. Letih atau kehilangan energi.g. Perasaan tak berharga atau perasaan bersalah yang eksesif.h. Kemampuan berpikir atau konsentrasi yang menurun.i. Pikiran-pikiran mengenai mati, bunuh diri, atau usaha bunuh

diri yang muncul berulang kali.j. Distres dan hendaya yang signifikan secara klinis.k. Tidak berhubugan dengan belasungkawa karena kehilangan

seseorang.2. Gangguan distimik (Dysthymic disorder) Suatu bentuk depresi

yang lebih kronis tanpa ada bukti suatu episode depresi berat. Dahulu disebut depresi neurosis. Kriteria DSM-IV untuk gangguan distimik:a. Perasaan depresi seama beberapa hari, paling sedikit selama 2

tahun (atau 1 tahun pada anak-anak dan remaja).b. Selama depresi, paling tidak ada dua hal berikut yang hadir:

tidak nafsu makan atau makan berlebihan, insomnia atau hipersomnia, lemah atau keletihan, self esteem rendah, daya konsentrasi rendah, atau sulit membuat keputusan, perasaan putus asa.

c. Selama 2 tahun atau lebih mengalami gangguan, orang itu tanpa gejala-gejala selama 2 bulan.

d. Tidak ada episode manik yang terjadi dan kriteria gangguan siklotimia tidak ditemukan.

e. Gejala-gejala ini tidak disebabkan oleh efek psikologis langsung darib kondisi obat atau medis.

f. Signifikansi klinis distress (hendaya) atau ketidaksempurnaan dalam fungsi.

3. Gangguan afektif bipolar atau siklotimik (Bipolar affective illness or cyclothymic disorder). Kriteria menurut DSM-IV:

a. Kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami) sebuah sebuah episode depresi berat atau lebih.

b. Kemunculan (atau memiliki riwayat pernah mengalami) paling tidak satu episode hipomania.

Page 5: Gerontik-Depresi

c. Tidak ada riwayat episode manik penuh atau episode campuran.

d. Gejala-gejala suasan perasaan bukan karena skizofrenia atau menjadi gejala yang menutupi gangguan lain seprti skizofrenia.

e. Gejala-gejalanya tidak disebabkan oleh efek-efek fisiologis dari substansi tertentu atau kondisi medis secara umum.

f. Distres atau hendaya dalam fungsi yang signifikan secara klinis.

Menurut PPDGJ klasifikasi depresi adalah sebagai berikut:1. Episode depresif ringan

Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama depresi seperti kriteria PPDGJ

Ditambah sekurang- kurangnya dua gejala sampingan (yang tidak boleh ada gejala berat diantaranya)

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

2. episode depresif sedang minimal harus ada dua dari 3 gejala utama ditambah sekurang- kurangnya 3 (dan sebaiknya empat)

dari gejala lainnya seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan

sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. Tanpa gejala somatik atau dengan gejala somatik.

3. episode depresif berat tanpa gejala psikotik semua gejala utama harus ada ditambah minimal 4 dari gejala lainnya dan beberapa

diantaranya harus berintensitas berat episode depresi terjadi minimal 2 minggu, namun

dibenarkan dalam kurung waktu yang lebih singkat apabila gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

Sangat tidak mungkin pasien untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

4. episode depresif berat dengan gejala psikotik memenuhi seluruh kriteria episode depresif berat tanpa

gejala psikotik disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif

Page 6: Gerontik-Depresi

III. ETIOLOGI

Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial.

a. Faktor biologi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).

Disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti (Landefeld et al, 2004). Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limpik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010). Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan

Page 7: Gerontik-Depresi

dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld, 2004). Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin seperti MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan antioksidan juga merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002).

Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter. Sistem saraf pusat mengalami kehilangan secara selektif pada sel – sel saraf selama proses menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius (Lesler, 2001). Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang penurunan aktivitas dari noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999).

b. Faktor Genetik

Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Davies, 1999).

Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.

c. Faktor Psikososial

Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya

Page 8: Gerontik-Depresi

berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010) Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999).

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010).

Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (hardywinoto, 1999).

Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010).

Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010). Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi

Page 9: Gerontik-Depresi

mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.

Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010).

Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010).

Depresi pada usia lanjut bukan merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh patologi tunggal, tetapi biasanya bersifat multifaktorial. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan depresi antara lain:

1. Susunan kimia otak dan tubuh

Beberapa bahan kimia didalam otak dan tubuh tampaknya memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi. Pada orang depresi ditemukan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormon noradrenalin yang memegang peranan utama dalam mengendalikan otak dan aktifitas tubuh tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada wanita perubahan hormon dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi.

2. Kepribadian depresif

Orang yang mempunyai kepribadian depresif (terus-menerus bersikap sedih dan putus asa) membuat mereka terasing dalam masyarakat dan akibatnya mengakibatkan terjadinya depresi.

3. Stress

Page 10: Gerontik-Depresi

Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah rumah atau stress yang berat dianggap dapat menyebabkan depresi. Reaksi terhadap stress seringkali ditangguhkan dan depresi dapat terjadi beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi.

4. Penyakit fisik

Lansia yang menderita fisik atau kondisi kelumpuhan yang lama seperti arthritis rematoid dapat berakhir dengan depresi

IV. MANIFESTASI KLINIS

Depresi pada lansia adalah proses patoligis, bukan merupakan proses normal dalam kehidupan. Umumnya orang-orang akan menanggulanginya dengan mencari dan memenuhi rasa kebahagiaan. Bagaimanapun, lansia cenderung menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi. Gejala umumnya, banyak diantara mereka muncul dengan menunjukkan sikap rendah diri, dan biasanya sulit untuk didiagnosa (Evans, 2000).

Perubahan Fisik

Penurunan nafsu makan. Gangguan tidur. Kelelahan dan kurang energy Agitasi. Nyeri, sakit kepala, otot keran dan nyeri, tanpa penyebab fisik.

Perubahan Pikiran

Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengungat informasi. Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar. Kurang percaya diri. Merasa bersalah dan tidak mau dikritik. Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi. Adanya pikiran untuk bunuh diri.

Perubahan Perasaan

Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri. Merasa bersalah, tak berdaya. Tidak adanya perasaan.

Page 11: Gerontik-Depresi

Merasa sedih. Sering menangis tanpa alas an yang jelas. Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.

Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari

Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan. Menghindari membuat keputusan. Menunda pekerjaan rumah. Penurunan aktivitas fisik dan latihan. Penurunan perhatian terhadap diri sendiri. Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.

V. PATOFISIOLOGI

Menurut Kaplan faktor penyebab depresi dapat secara langsung dibagi menjadi biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial. Pada faktor biologi Kandel mengungkapkan bahwa setiap perilaku manusia melibatkan tiga sistem utama yaitu sensorik, motorik dan motivasi. Motivasi pada manusia diperankan oleh sistem limbik, didalamnya meliputi, pengendalian saat mengawali suatu gerakan, integrasi suatu gerakan secara keseluruhan dan mempertahankan ekspresi motorik. Terjadinya suatu aktifitas motorik dan fungsi kontrolnya, diperankan oleh lobus frontalis, dan dalam menjalankan fungsinya sebagai kontrol motivasi tidak terlepas dari peranan sistem limbik dan struktur subkortikal Motivasi pada manusia akan terjadi karena adanya impuls dari sistem otonom dan sistem somatik sensorimotor. Stimulus yang diterima melalui penglihatan (visual), pendengaran (auditori) dan sensorik perifer (kulit, otot, vestibuler) akan diterima oleh sistem sensorik dan diteruskan ke korteks yang sesuai. Selanjutnya impuls sampai ke pusat motivasi pada sistem limbik, diteruskan ke hipotalamus dan batang otak. Melalui jaras kortikospinalis terjadilah suatu gerakan. Hipotalamus terletak di diensefalon tepat diatas kelenjarhipofise, menghasilkan menghasilkan hormon polipeptida yaitu corticotropin releasing hormone (CRH). Pada penderita depresi terjadi peningkatan kadar CRH dan terjadi penurunan serotonin.

Pada faktor genetik, Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Jika terdapat keluarga yang mengalami depresi itu akan menurun pada keturunannya.

Page 12: Gerontik-Depresi

Faktor usia, semakin tua umur seseorang semakin besar juga resiko seseorang akan menderita depresi. Karena terjadi proses alami pada seseorang dimana semakin tua akan membuat produksi semua hormon akan berkurang dari normalnya. Hormon yang paling beperan adalah hormon estrogen (hormon yang paling banyak terdapat pada wanita) yang apabila berkurang akan mengakibatkan sistem dopaminergik akan mengalami gangguan yang akan mengakibatkan produksi dopamin pun menurun.

Seseorang yang memiliki penyakit kronis yang tidak kunjung sembuh merupakan salah satu dari penyebab depresi karena seseorang akan selalu berpikir tentang yang dialami pada dirinya.

Pada faktor psikologis, Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010). Dari kehilangan seseorang yang dicintai sehingga menyebabkan lansia tidak punya teman untuk berbagi masalah yang dihadapinya. Karena tidak ada seseorang yang bisa diajak bercerita itu masalah yang dihadapi oleh lansia akan tidak terselesaikan.

Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999). Harga diri rendah akan mengakibatkan harapan negatif tentang masa depan dan juga akan berpikir negatif tentang dirinya dendiri sehingga mengakibatkan harga diri rendah pada diri sendiri.

Dari gejala dari depresi itu sendiri akan mengakibatkan gangguan pada afektif, fisiologik, kognitif dan perilaku. Karena tertekan akan tidak adanya dukungan keluarga, teman dan atau karena masalah yang dihadapi, lansia akan mengalami kehilangan semangat dan murung yang paling parah lansia akan menyendiri dan terjadilah harga diri rendah pada dirinya, jika berkelanjutan akan menyebabkan lansia merasa asing di kehidupan luar sehingga dia menarik diri dari lingkungan dia tinggal. Disaat lansia sudah tidak memikirkan dirinya sendiri akan menyebabkan lansia tidak akan peduli lagi dengan perawatan pada dirinya sendiri, terutama pada mandi dan makan. Penurunan nafsu memang sering terjadi pada lansia. Sehingga akan mengakibatkan lansia tidak memiliki energi untuk

Page 13: Gerontik-Depresi

melakukan aktivitas. Energi yang tidak tersimpan dalam tubuh secara cukup akan mengakibatkan nutrisi ke otak mengalami gangguan. Sirkulasi udara dalam otak akan terganggua dan seseorang akan mengalami pusing, jika berkelanjut pusing itu terus dialami sampai kronis. Ketidakadanya nutrisi juga bisa mengakibatkan seseorang mengalami anemia.

Dari segi kognitif seseorang yang mengalami depresi akan mengalami permasalahan pada konsentrasi yang tidak fokus karena kebingungan terhadap masalah yang tidak terselesaikan. Sehingga lansia tidak mendapatkan jalan dari permasalahannya sendiri yang dapat mengakibatkan lansia kurang percaya diri pada dirinya. Karena merasa bersalah terhadap sesuau lansia bisa saja melakukan percobaan bunuh diri.

Pada aspek perilaku seseorang yang mengalami depresi akan mengakibatkan emosi meningkat. Diwaktu seseorang yang mengalami emosi yang tidak labil maka orang itu akan cepat tersinggung dan cepat marah. Karena emosi marah yang meluap tidak akan ada masalah yang dapat diselesaikan.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosa depresi pada dewasa maupun lansia tidak sejelas seperti pada penyakit lain. Tidak ada tes khusus yang dapat membantu menentukan bahwa seseorang individu menderita depresi, dan sangat sedikit yang dapat ditentukan penyebabnya. Faktor neuroendokrin dapat mempengaruhi kejadian depresi, sehingga dapat dilakukan deksametason supression test (DST) berupa sekresi berlebihan kortisol, kadar hormon pertumbuhan menurun jika disuntik insulin-induced hypoglicemia, kadar tiroksin total lebih rendah, peningkatan sekresi kortisol pada malam hari.

1. Skala Depresi Geriatrik (SDG)

Suatu kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan yang harus dijawab “Ya” atau “Tidak”

2. Skala Depresi Rentang-Mandiri Zung

Terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif yang dijawab dengan waktu yang sudah ditentukan.

3. Kuesioner Kesehatan Umum (KKU)

Instrumen penggunaan mandiri yang terdiri dari enam perubahan deteksi ada tidaknya distres psikiatri.

4. Inventaris Depresi Back (IDB)

Page 14: Gerontik-Depresi

Terdiri dari pertanyaan yang berkenaan dengan 21 karakteristik depresi.

5. Pusat untuk Studi Epidemologis Skala Depresi (PSE-D), Instrumen ini terdiri dari 20 pokok pernyataan

6. Instrumen yang lain adalah Jadwal Wawancara Diagnostik (JWD), Campuran Wawancara Diagnostik Internasional, CAMDEX ( Cambridge Mental Disorders of The Elderly Examination), Canbera Interview for the Elderly (CIE), dll

VII. PENATALAKSANAAN

Yang utama pada depresi adalah sebagai berikut:1. Obat antidepresan

Jenisnya:a. Antidepresan trisiklik- Bersifat sedatif: amitriptilin, dotipin- Sedikit bersifat sedatif: imipramin, nortriptilin, protriptilinb. Antidepresan yang lebih baru- Bersifat sedatif: trasodon, mianserin- Kurang sedatif: maproptilin, lofepramin, flukoksamin.Obat antidepresan berfungsi meningkatkan tingkat transmitter tertentu (monoamin) di otak yang biasanya ada pada penderita depresi.

2. Terapi Elektroconfulsif (ECT).Terutama untuk merawat penderita penyakit depresi yang berat dan yang mengancam jiwanya. ECT merupakan pemberian arus listrik kecil yang dialirkan ke otak melalui kedua pelipis (ECT bilateral) dan satu pelipis (ECT unilateral). ECT cukup aman bagi para lansia yang renta, yang menderita tekanan darah tinggi, penyakit Parkinson, jantung, serangan otak.

Penatalaksanaan terdiri atas penatalaksanaan psikologik, penatalaksanaan dan pencegahan sosial dan penatalaksanaan farmakologik.Rujukan ke psikiater dianjurkan apabila penderita menunjukan gejala (Van der Cammen,1991).

- Masalah diagnostik yang serius

- Risiko bunuh diri tinggi

- Pengabaian diri (self neglect) yang serius

- agitasi,delusi atau halusinasi berat

Page 15: Gerontik-Depresi

- Tidak memberikan tanggapan atau tak patuh terhadap pengobatan yang diberikan

- Memerlukan tindakan/rawat inap di institusi atau pelayanan psikiatrik lain.

VIII. KOMPLIKASISuatu penelitian mengatakan 15% depresi yang tidak tertangani akan

mengakibatkan lansia atau penderita melakukan tindakan bunuh diri, dimana 30 kali lebih sering dari pada pasien yang non depresi. Pasien juga mengalami gangguan pola tidur.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Kaplan HI, dkk. 1997. Kaplan dan sadock sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis edisi ketujuh jilid satu. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Santoso Hana, Hana Ismail. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia.

Soejono CH, Probosuseno, Sari NK. 2009. Depresi pada pasien usia lanjut Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V, Jilid 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Noorkasiani, S. Tamher. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/05/klasifikasi-depresi.html (diakses pada tanggal 19 oktober 2013 10:35)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21410/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 19 oktober 2013 10:38)

http://kusnadijaya.wordpress.com/category/psikologi/depresi/ (diakses pada tanggal 19 oktober 2013 10:29)

http://razimaulana.wordpress.com/2011/03/08/depresi-pada-lansia-2/ (diakses pada tanggal 19 oktober 2013 10:45)

http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/05/klasifikasi-depresi.html (diakses pada tanggal 19 oktober 2013 10:40)

http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/depression.pdf (diakses pada tanggal 19 oktober 2013 10:50)