GGK

16
ANAMNESA I. KETERANGAN UMUM Nama : Ibu P Kelamin : Perempuan Umur : 50 tahun Alamat : Sukahurip Tempat asal : Subang Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status perkawinan : sudah menikah Agama : Islam Bangsa : Indonesia Tanggal masuk RS : 18 februari 2012 Tanggal pemeriksaan : 18 februari 2012 II. KELUHAN UTAMA Sesak Nafas III. ANAMNESIS KHUSUS OS mengeluhkan Sesak napas timbul secara mendadak, sejak 2 minggu SMRS saat sedang tidak dalam beraktivitas berat (dalam posisi duduk). Sesak dirasakan terus menerus, bertambah berat dan tidak disertai mengi atau batuk , Keluhan disertai mual & muntah. Keluhan mual & muntah dirasakan pasien. Os pernah dirawat di RSHS 2 bulan yg lalu, dengan KU sesak napas, Os didiagnosa menderita sakit ginjal, dan dirawat selama 4 hari. Dan diharuskan melakukan cuci darah seminggu 2x. Os juga sering mengeluh gatal pada badannya. Dan rambutnya yang terus berkurang sampai sekarang sehingga os menjadi botak. Riwayat. sesak napas disertai demam (-), batuk-batuk (-) ,Riw. batuk lama (-), keringat malam (-), pengobatan

description

IKIKIKI

Transcript of GGK

Page 1: GGK

ANAMNESA

I. KETERANGAN UMUM

Nama : Ibu P Kelamin : Perempuan Umur : 50 tahun Alamat : Sukahurip Tempat asal : Subang Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status perkawinan : sudah menikah Agama : Islam Bangsa : Indonesia Tanggal masuk RS : 18 februari 2012 Tanggal pemeriksaan : 18 februari 2012

II. KELUHAN UTAMA

Sesak Nafas

III. ANAMNESIS KHUSUS

OS mengeluhkan Sesak napas timbul secara mendadak, sejak 2 minggu SMRS saat sedang tidak dalam beraktivitas berat (dalam posisi duduk). Sesak dirasakan terus menerus, bertambah berat dan tidak disertai mengi atau batuk , Keluhan disertai mual & muntah.

Keluhan mual & muntah dirasakan pasien. Os pernah dirawat di RSHS 2 bulan yg lalu, dengan KU sesak napas, Os didiagnosa menderita sakit ginjal, dan dirawat selama 4 hari. Dan diharuskan melakukan cuci darah seminggu 2x. Os juga sering mengeluh gatal pada badannya. Dan rambutnya yang terus berkurang sampai sekarang sehingga os menjadi botak.

Riwayat. sesak napas disertai demam (-), batuk-batuk (-) ,Riw. batuk lama (-), keringat malam (-), pengobatan lama sehingga BAK berwarna merah (-), kontak dengan penderita batuk lama (-), berhenti sejak 4 bulan yang lalu , Riw. asma pada Penderita dan keluarga (-) Riw. bersin-bersin saat pagi hari pada pdrt dan keluarga (-), Riwayat sesak saat beraktivitas (-),Riwayat penyakit Diabetes (-), Riwayat penyakit Jantung pada keluarga (-).Riwayat penyakit Hipertensi (+).

Page 2: GGK

IV. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit berat.

Kesadaran : Kompos mentis.

Status Gizi

Berat badan : 60 kg Tinggi badan : 158 cm

Tanda Vital

Tekanan darah : 200/120 mmHg Nadi = Heart Rate : 124x/menit, regular, equal, isi cukup Respirasi : 34 x/menit, torakoabdominal Suhu : 36oC

Kepala

Rambut : warna hitam, mudah rontok Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/- Hidung : pernafasan cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada,tidak ada deviasi

septum Telinga : tidak ada sekret, pendengaran baik, tidak ada nyeri tekan mastoid Mulut : sianosis perioral tidak ada, mukosa mulut dan lidah basah, papil lidah

tidak atrofi

Leher

Inspeksi : jugular venous pressure tidak meningkat Palpasi : kelenjar getah bening tidak teraba membesar, deviasi trakea tidak ada Kulit : turgor kulit baik, tidak ada sianosis, petekhie,dan ikterik

Thoraks

Pulmo Inspeksi : bentuk dan gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri Palpasi : fremitus taktil dan fremitus vokal simetris kanan dan kiri Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru Auskultasi : vesikuler pada seluruh lapang paru, wheezing -/-, ronki -/-

Cor

Page 3: GGK

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavikula sinistra

Perkusi : dalam batas normal

Auskultasi : bunyi jantung reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada

Abdomen

Datar lembut , nyeri tekan (+)

– Hepar : tidak teraba

– Lien : tidak teraba

– Ginjal : ballotement (-)

– BU (+) à normal

 Ekstremitas

Akral hangat, sianosis -/- , edema +/+

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

– Tanggal Pemeriksaan : 01 Januari 2012 – GDS = 114 mg/dl – Ureum = 217 mg/dl – Creatinin = 3,1 mg/dl – WBC = 5,9x 103 uL – Lymph = 2,0 x 103 uL – HGB = 6,1 g/dL – RBC = 2,22 – HCT = 10,4 % – PLT = 98x 103 uL

Urinalisis

Page 4: GGK

– Berat Jenis Urin : 1.020– Protein Urin : +2 mg/dl– Glukosa Urin : normal– Bilirubin Urin : Negatif– Urobilinogen Urin : Normal– Blood Urin : +3– Keton Urin : Negatif– Nitrit Urin : Negatif– pH : 6,5– Leukosit urin : 0-1 /LP– Eritrosit urin : banyak /LP

VI. RESUME

OS mengeluhkan Sesak napas timbul secara mendadak, sejak 2 minggu SMRS saat sedang tidak dalam beraktivitas berat, disertai mual dan muntah .

Os pernah dirawat di RSHS 2 bulan yg lalu, dengan KU sesak napas, Os didiagnosa menderita sakit ginjal, dan dirawat selama 4 hari. Dan diharuskan melakukan cuci darah seminggu 2x. Os juga sering mengeluh gatal pada badannya. Dan rambutnya yang terus berkurang sampai sekarang sehingga os menjadi botak. Riwayat penyakit Hipertensi (+).

VII. DIAGNOSIS BANDING- Gagal ginjal kronik

- Gagal ginjal akut

VIII. DIAGNOSIS KERJA

Gagal Ginjal Kronik

IX. USUL PEMERIKSAAN

Page 5: GGK

Darah rutin Ureum, keatinin, As. Urat AGD Urine rutin Elektrolit : Na, K GFR EKG Foto thoraks

X. PENATALAKSANAAN

PENGOBATAN

Non medikametosa

Tirah baring

Diet 1620 kkal, tinggi protein rendah lemak

Diet rendah garam 2-3 gram/hari

M edikametosa

Kidmin 250 cc

Clonidin 3x 0,2mg p.o

Amlodipin 1x10mg p.o

Bisoprolol 1x5 mg p.o

Bicnat 3x 2 mg p.o

FA 1x5 mg p.o

PEMBAHASAN

Page 6: GGK

DEFINISI

Penyakit Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu saat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal4

National Kidney Foundation – Kidney / Disease Outcomes Quality Initiative (NKF-K/DOQI) merumuskan Penyakit Ginjal Kronik (PGK = Chronic Kidney Disease) sebagai kerusakan ginjal atau penurunan faal ginjal lebih atau sama dengan 3 bulan, dengan atau tanpa penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) dengan manifestasi:

– kelainan struktur histopatologi ginjal

– petanda kerusakan ginjal meliputi, kelainan komposisi darah atau urin, atau uji pencitraan ginjal

– Ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan dan integritas tubuh, yang muncul secara bertahap sebelum terjun ke fase penurunan faal ginjal tahap akhir;

– Penurunan semua faal ginjal secara bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan elektrolit

- Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m² selama 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan dan LFG sama atau lebih dari 60 ml/menit/1,73m², tidak termasuk kriteria penyakit ginjal kronik.2

Klasifikasi4

Page 7: GGK

Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage) penyakit dan dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus

Kockcorft-Gault sebagai berikut:

LFG (ml/menit/1,73m²) = (140-umur)x berat badan / 72x kreatinin plasma (mg/dl)*)*) pada perempuan dikalikan 0,85

Klasifikasi tersebut tampak pada tabel 1

Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit

Derajat Penjelasan LFG(ml/mnt/1,73m²)1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ > 902 Kerusakan ginjal dengan LFG↓ ringan 60-893 Kerusakan ginjal dengan LFG↓ sedang 30-594 Kerusakan ginjal dengan LFG↓ berat 15- 295 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

EPIDEMIOLOGI

• Di negara-negara berkembang, insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun PGK dapat mengenai semua ras, terutama ras kulit hitam. Laporan juga menyebutkan USDR 2004 dari Laporan Data Tahunan menyatakan bahwa insidensi ESRD lebih tinggi pada pria dibanding wanita. PGK dapat menimpa semua umur, lebih sering berusia 65 tahun ke-atas.

PATOFISIOLOGI

Page 8: GGK

Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal menyebabkan hipertrofi sisa nefron secara struktural dan fungsional sebagai upaya kompensasi. Hipertrofi “kompensatori” ini akibat hiperfiltrasi adaptif yang diperantarai oleh penambahan tekanan kapiler dan aliran glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensinaldosteron intrarenal ikut memberikan konstribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progesifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin-angiotensinaldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming growth factor ß. Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia.4

Terdapat variabilitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus maupun tubulointerstitial. Pada stadium yang paling dini penyakit ginjal kronik terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.

Pendekatan Diagnostik

Page 9: GGK

Gambaran Klinis

Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi:

a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes malitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, Lupus Eritomatosus Sistemik (LES),dll.

b. Sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual,muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma.5

c. Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, khlorida).

Gambaran Laboratorium

Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi:

a. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinyab. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan

penurunan LFG yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft-Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.

c. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalemia, asidosis metabolic

d. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, leukosuria

Gambaran Radiologis

Pemeriksaan radiologis penyakit GGK meliputi:

a. Foto polos abdomen, bisa tampak batu radio-opakb. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras sering tidak biasa melewati

filter glomerulus, di samping kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan

c. Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan sesuai indikasid. Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang

menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal, kista, massa, kalsifikasie. Pemeriksaan pemindaian ginjal atau renografi dikerjakan bila ada indikasi.

VI. Penatalaksanaan

Page 10: GGK

Perencanaan tatalaksana (action plan) penyakit GGK sesuai dengan derajatnya, dapat dilihat pada tabel 34.

Tabel 3. Rencana Tatalaksanaan Penyakit GGK sesuai dengan derajatnya

Derajat LFG(ml/mnt/1,73m²) Rencana tatalaksana

1 > 90 terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi pemburukan (progession) fungsi ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler2 60-89 menghambat pemburukan (progession) fungsi ginjal3 30-59 evaluasi dan terapi komplikasi4 15-29 persiapan untuk terapi pengganti ginjal5 <15 terapi pengganti ginja

Terapi Nonfarmakologis:

A.Pengaturan asupan protein:

Tabel 4. Pembatasan Asupan Protein pada Penyakit GGK

LFG ml/menit Asupan protein g/kg/hari>60 tidak dianjurkan25-60 0,6-0,8/kg/hari5-25 0,6-0,8/kg/hari atau tambahan 0,3 g asam amino esensial atau asam keton<60 0,8/kg/hari(=1 gr protein /g proteinuria atau 0,3 g/kg tambahan asam amino esensial atau asam keton. (sindrom nefrotik)

B. Pengaturan asupan kalori: 35 kal/kgBB ideal/hariC. Pengaturan asupan lemak: 30-40% dari kalori total dan mengandung jumlah yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuhD. Pengaturan asupan karbohidrat: 50-60% dari kalori totalE. Garam (NaCl): 2-3 gram/hariF. Kalium: 40-70 mEq/kgBB/hariG. Fosfor:5-10 mg/kgBB/hari. Pasien HD :17 mg/hariH. Kalsium: 1400-1600 mg/hariI. Besi: 10-18mg/hariJ. Magnesium: 200-300 mg/hariK. Asam folat pasien HD: 5mgL. Air: jumlah urin 24 jam + 500ml (insensible water loss)

Terapi Farmakologis:

Page 11: GGK

A. Kontrol tekanan darah

1. Penghambat EKA atau antagonis reseptor Angiotensin II → evaluasi kreatinin dan kalium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin > 35 atau timbul hiperkalemia harus dihentikan.

2. Penghambat kalsium3. Diuretik

B. Pada pasien DM, kontrol gula darah → hindari pemakaian metformin danobat-obat sulfonilurea dengan masa kerja panjang. Target HbA1C untuk DM tipe 1 0,2 diatas nilai normal tertinggi, untuk DM tipe 2 adalah 6%

C. Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/dl D. Kontrol hiperfosfatemia: polimer kationik (Renagel), Kalsitrol E. Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20-22 mEq/l F. Koreksi hiperkalemia G. Kontrol dislipidemia dengan target LDL,100 mg/dl dianjurkan golonga statin H. Terapi ginjal pengganti.

DAFTAR PUSTAKA1. Brenner BM, Lazarus JM. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 3 Edisi13. Jakarta: EGC, 2000.1435-1443.2. Mansjoer A, et al.Gagal ginjal Kronik. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi 3.Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 2002.3. Suhardjono, Lydia A, Kapojos EJ, Sidabutar RP. Gagal Ginjal Kronik. Buku AjarIlmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta: FKUI, 2001.427-434.4. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I EdisiIV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.581-584.5. Tierney LM, et al. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi KedokteranPenyakit Dalam Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.2003.6. Adamson JW (ed). Iron Deficiency and Another Hipoproliferative Anemias inHarrison’s Principles of Internal Medicine 16 th edition vol 1. McGraw-HillCompanies : 2005;586-92© Files of DrsMed – FK UR (http://www.Files-of-DrsMed.tk

CASE REPORT

Page 12: GGK

“GAGAL GINJAL KRONIK”

DISUSUN OLEH

ADHITYA SAKTI N

SEPTLENDY IQBAL

PEMBIMBING

Dr. BUDOWIN, Sp.PD

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD SUBANG

UNIVERSITAS YARSI