HEDONISME SEBAGAI IDENTITAS PENGGUNA MEDIA …digilib.unila.ac.id/31553/3/SKRIPSI TANPA BAB...

69
HEDONISME SEBAGAI IDENTITAS PENGGUNA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM (Studi Terhadap Pengguna Media Sosial Instagram di Bandarlampung) Oleh JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018 Mita Wijayanti

Transcript of HEDONISME SEBAGAI IDENTITAS PENGGUNA MEDIA …digilib.unila.ac.id/31553/3/SKRIPSI TANPA BAB...

HEDONISME SEBAGAI IDENTITAS PENGGUNA MEDIASOSIAL INSTAGRAM

(Studi Terhadap Pengguna Media Sosial Instagram di Bandarlampung)

Oleh

JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2018

Mita Wijayanti

ABSTRAK

HEDONISME SEBAGAI IDENTITAS PENGGUNA MEDIA SOSIALINSTAGRAM

(Studi terhadap Pengguna Media Sosial Instagram di Bandarlampung)

Oleh

Mita Wijayanti

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah tatanan dalam

kehidupan masyarakat. Di era digital, mayarakat modern kerap membangun

identitasnya di media sosial seperti Instagram. Dengan menggunakan teori

identitas sosial, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan

fenomena hedonisme sebagai identitas pengguna media sosial Instagram.

Merupakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan metode etnografi virtual.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Informan menganggap penting untuk

membangun identitas di media sosial Instagram karena dapat membantu mereka

untuk diterima dan dianggap ada oleh pengguna lainnya. Gaya hidup hedonisme

di media sosial Instagram yang kemudian menjadi identitas penggunanya

merupakan akibat dari rendahnya komitmen pada individu sehingga tingkah laku

mereka di Instagram mudah dipengaruhi oleh lingkungan.

Kata kunci: Hedonisme, Identitas , Instagram.

ABSTACT

HEDONISM AS AN IDENTITY OF INSTAGRAM SOCIAL MEDIA USERS(Study on Instagram Social Media Users in Bandarlampung City)

by

Mita Wijayanti

The development of science and technonology was change the society structure. In

digital era, the modern society built their identity on social media like Instagram.

With using social identity theory, this research aims to know and explain the

phenomenon of hedonism as identity of the Instagram users. The type of this

research was qualitatif descriptive with virtual etnograph as a metode. The result

of the research showed that informan assumed that there were the important thing

to built an identity on Istagram, because it can help them to be accepted and

considered to exist by other users. Hedonism life style that shown on Instagram

then becomes the identity of them. It was the impact of the low commitment of

each individual so that their behaviour were easily influenced by the social

environment where the individual is inside.

Key words: Hedonism, Identity, Instagram.

HEDONISME SEBAGAI IDENTITAS PENGGUNA MEDIASOSIAL INSTAGRAM

(Studi Terhadap Pengguna Media Sosial Instagram di Bandarlampung)

Oleh

Mita Wijayanti

SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA ILMU KOMUNIKASI

PadaJurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal

12 Februari 1994, sebagai anak ke-enam dari

sembilan bersaudara pasangan Bapak Chamami

dengan Ibu Sugiarti.Pendidikan formal yang pernah

ditempuh oleh penulis disaat Taman Kanak-kanak

adalah Taman Kanak-Kanak Radin Inten II Branti

Raya yang diselesaikan pada tahun 2000. Kemudian

meneruskan di Sekolah Dasar Negeri 2 Branti Raya yang diselesaikan pada tahun

2006. Melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Natar dan berhasil

tamat di tahun 2009. Masuk ke tahap berikutnya yaitu Sekolah Menengah Atas

Negeri 9 Bandar Lampung dan berhasil tamat di tahun 2012. Selanjutnya pada

tahun 2013, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi

melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Semasa menjadi mahasiswa, di tahun pertama penulis aktif sebagai anggota HMJ

Ilmu Komunikasi sebagai anggota bidang public relations periode 2014-2015 dan

menjadi sekretaris bidang public relations HMJ Ilmu Komunikasi di periode

2015-2016. Penulis juga sempat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT.

INDOSIAR di bagian reporter pada bulan Januari-Februari 2016.Kemudian

penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Sidomulyo, Lampung

Selatan pada bulan Juli-September 2016.

MOTTO

“Bermimpilah, Karena Tuhan Akan Memeluk Mimpi-mimpimu”

(Arai- Sang Pemimpi)

“Just do what you want to do, do what you love, and do whatyou believe in.”

بسم اللھ حمن الر حیم الرDengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang

KUPERSEMBAHKAN KARYA ILMIAH INI TERUNTUK :

“Ibundaku tersayang Sugiarti dan Ayahanda Chamami, terimakasih atas segala

iringan doa yang selalu disertai untukku, pengorbanan, kasih sayang, motivasi,

dan cinta yang begitu mendalam sehingga sungguh-sungguh memperjuangkan

keberhasilanku.”

“Seluruh saudara kandungku, terimakasih atas segala doa, semangat dan

dukungan yang selalu kalian berikan kepadaku”.

SANWANCANA

Alhamdulillahhirobbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat

Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “Hedonisme Sebagai Identitas Pengguna Media Sosial

Instagram (Studi Terhadap Pengguna Media Sosial Instagram yang

Berdomisili di Bandarlampung) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak semata hanya berbekal pengetahuan dan

kemampuan yang

penulis miliki. Tanpa adanya bantuan, dukungan, motivasi dan semangat dari

berbagai pihak,

tidak mungkin skripsi ini bisa terselesaikan. Maka dari itu, pada kesempatan ini

penulis ingin

mengungkapkan rasa syukur, hormat, dan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya hingga

akhirnya Skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

2. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan doa, dukungan dalam segala aspek

di dalam kehidupan, agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan men

jadi orang yang sukses dan berguna.

3. Kakak dan adik kandungku yang selalu memberikan semangat dan

dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Ibu Dhanik S, S.Sos, MComm&MediaSt selaku Ketua Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,

untuk segala kesabaran, keramahan serta membantu mahasiswa selama ini.

6. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom, M.Si Selaku Seketaris Jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,

Dosen Pembimbim Akademik, sekaligus Dosen Pembahas Skripsi

Terimakasih untuk segala kesabaran, keramahan serta membantu

mahasiswa selama ini.

7. Bapak Ahmad Rudy Fardiyan M,Si Sebagai Dosen Pembimbing Skripsi

yang memberikan banyak pengetahuan dan wawasan tidak hanya

mengenai skripsi tetapi juga dorongan semangat. Terimakasih atas waktu,

motivasi, saran serta kesabarannya dalam proses penulisan skripsi ini.

8. Seluruh dosen, staff, administrasi dan karyawan FISIP Universitas

Lampung, khususnya Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah membantu

penulis demi kelancaran skripsi ini.

9. Sahabat tersayang Dori dan Isti, terimakasih selalu memberikan semangat,

dukungan, canda tawa kepada penulis selama ini. Mari kita berjuang

bersama-sama sampai akhir.

10. Sahabat terbaikku dari semester pertama sampai sekarang Ambar, Upi,

dan Tantri, terimakasih selalu membantu, menemani dan memberikan

semangat serta nasihat kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Mari kita berjuang bersama-sama sampai akhir.

11. Seluruh Informan yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi

ini.

12. Teman-teman pengurus HMJ Ilmu Komunikasi 2015-2016, Rizky, Gagah,

Syaroh, Anang, Ridho, Shinta, Bang Pareza, Erika, Eno, Fany, Lady,

Astrid, Sigit, dan Sarah terimakasih untuk kerjasama,suka, dan duka

selama menjadi pengurus HMJ Ilmu Komunikasi.

13. Teman-Teman Ilmu Komunikasi Angkatan 2013 Azka, Roihan, Bayu,

Erig, Wiwing, Danu, Komang, Ulfah, Bibeh, pengurus HMJ dan lain-lain

yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu, terimakasih atas semangat dan

bantuan yang telah kalian berikan kepada penulis.

14. Kakak Tingkat Ilmu Komunikasi Angkatan 2012 Mbak Rika, Mbak Mbak

Fitria, Kak Nedy, dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu,

terimakasih atas bantuan yang telah kalian berikan kepada penulis.

15. Almamater Tercinta

16. Serta untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

terimakasih atas dukungannya.

Bandar Lampung, 7 Februari 2018Penulis,

Mita Wijayanti

ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1B. Rumusan Masalah .................................................................................... 8C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10

A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 10B. Tinjauan Tentang New Media................................................................ 17C. Tinjauan Tentang Media Sosial ............................................................. 18D. Tinjauan Tentang Media Sosial Instagram ............................................ 20E. Tinjauan Tentang Hedonisme di Media Sosial Instagram..................... 22F. Tinjauan Tentang Identitas..................................................................... 24G. Tinjauan Tentang Hedonisme Sebagai Identitas.................................... 27H. Hedonisme Sebagai Identitas Pengguna Media Sosial Instagram ......... 28I. Kerangka Pikir ....................................................................................... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 32

A. Paradigma Penelitian ............................................................................. 33B. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 33C. Metode Penelitian .................................................................................. 33D. Subjek Penelitian ................................................................................... 35E. Sumber Data........................................................................................... 36F. Fokus Penelitian..................................................................................... 38

iii

G. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 39H. Teknik Analisis Data.............................................................................. 40I. Teknik Keabsahan Data ......................................................................... 41

IV. GAMBARAN UMUM ............................................................................... 43A. Sejarah Singkat Instagram....................................................................... 43B. Pengguna Media Sosial Instagram .......................................................... 44C. Pengguna Media Sosial Instagram di Indonesia ..................................... 45

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 47A. Identitas Informan ................................................................................... 49B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 56C.Pembahasan .............................................................................................. 89

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 99A. Kesimpulan ............................................................................................. 99B. Saran...................................................................................................... 100

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Kajian Penelitian Terdahulu.................................................................. 13Tabel 2. Data Informan ....................................................................................... 49Tabel 3. Tabel Hasil Wawancara mengenai Aspek

Hedonisme kepada Informan ................................................................ 57Tabel 4. Tabel Hasil Wawancara mengenai Aspek

Identitas Diri di Media Sosial Instagran ............................................... 75

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.Penetrasi Pengguna Internet Indonesia ................................................ 3Gambar 2. Perilaku Pengguna Internet Indonesia................................................. 4Gambar 3.Bagan Kerangka Pikir ........................................................................ 31Gambar 4. Jumlah Pengguna Instagram.............................................................. 45Gambar 5. GrafikPengguna Media Sosial Instagram Berdasarkan Usia ............ 46Gambar 6. Foto-foto di dalam Instagram Informan 1......................................... 67Gambar 7. Foto-foto di dalam Instagram Informan 2 ......................................... 67Gambar 8. Foto-foto di dalam Instagram Informan 3 ......................................... 68Gambar 9. Foto-foto di dalam Instagram Informan 4 ......................................... 68Gambar 10. Foto-foto Instagram Informan 5...................................................... 69Gambar 11. FotoInstagram Informan 1............................................................... 71Gambar 12.Foto-foto barang mewah di akun Instagram Informan 5 ................. 72Gambar 13.Foto-foto barang mewah di akun Instagram Informan 5 ................. 73Gambar14. Foto Instagram Informan 4............................................................... 74Gambar 15. Foto-foto di Instagram Informan 2 dengan konsep OOTD............. 86

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi menyebabkan perubahan

sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Perkembangan tersebut kemudian

menumbuhan gaya yang disebabkan oleh adanya globalisasi ekonomi dan

kapitalisme konsumsi yang ditandai dengan menjamurnya pusat-pusat

perbelanjaan semacam Shoping Mall, industri mode atau fashion, industri

kecantikan, industri kuliner, industri gosip, apartemen kawasan huni mahal,

real estate, gencarnya iklan barang super mahal, liburan wisata ke luar

negeri, serta berdirinya sekolah-sekolah mahal yang menggambarkan

tingkat konsumerisme dalam masyarakat.

Sebagaimana globalisasi mempengaruhi gaya hidup, Steven Miles

mengatakan bahwa konsumerisme merupakan suatu pola pikir atau tindakan

di mana orang membeli barang bukan karena dia membutuhkan barang

melainkan karena tindakan membeli itu sendiri memberikan kepuasan

kepadanya. Dengan kata lain, konsumerisme sebagai wujud pemuasan

kebutuhan identitas dan makna, serta memiliki fungsi sosial dan ekonomis

2

(Soedjatmiko, 2008:9). Gaya hidup tersebut mempengaruhi ideologi dan

perilaku masyarakat yang dapat kita lihat dalam gaya hidup hedonisme.

K. Bertens menyebutkan hedonisme adalah gaya hidup yang bertujuan

untuk mencari kesenangan sebanyak-banyaknya dan sebaliknya

menghindari ketidaksenangan (Franz Magnis-Suseno, 1987:114). Mengenai

gambaran gaya hidup hedonism, Susianto menyebutkan pola hidup

hedonisme antara lain lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota,

senang membeli barang mahal yang disukai serta selalu ingin menjadi pusat

perhatian (etheses.uin-malang.ac.id/667/6/09410085%20Bab%202.pdf)).

Dengan demikian definisi hedonisme dapat dikembangkan sebagai sikap

mencari kesenangan melalui barang mahal atau suasana tempat

populer.Tempat populer adalah tempat yang banyak dikagumi dan biasa

dikunjungi oleh banyak orang.

Pada perkembangannya gaya hidup hedonisme dapat menyerang siapa saja

termasuk pada pengguna media sosial Instagram karena pada dasarnya

hasrat untuk mendapatkan kesenangan dimiliki oleh setiap manusia. Namun,

kemajuan teknologi membawa perubahan dalam sosial dan budaya di

tatanan masyarakat modern. Misalnya, masyarakat modern tidak hanya

mengaktualisasikan dan membangun identitasnya di kehidupan nyata namun

juga di media sosial yang sudah menjadi gaya hidup mereka. Gaya hidup

hedonisme yang tertampil di media sosial menjadi wujud identitas

pengguna media sosial Instagram. Tampilan hedonisme di media sosial

Instagram oleh pengguna media sosial ini dapat dilihat melalui unggahan

3

foto-foto, video yang dibagikan secara berkala. Melalaui foto, video, dan

komentar pemilik akun dan pengguna lainnya dapat mengetahui gaya hidup

dan pandangan-pandangan pengguna media Instagram. Gaya hidup dan

pandangan-pandangan yang dimiliki oleh pengguna media sosial Instagram

tersebut merupakan kesatuan yang dapat merepresentasikan identitas

seseorang.

Berdasarkan hasil survey internet Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (APJII) 2016,Indonesia terkoneksi pada internet global mulai

tahun 1994. Sejak saat itu pengguna internet Indonesia terus mengalami

pertumbuhan. Jumlah total pengguna internet Indonesia saat ini mencapai

132,7 juta pengguna. Angka ini naik cukup tinggi dibandingkan dengan

hasil survey pada tahun 2014 yang menunjukkan jumlah pengguna internet

Indonesia sebesar 88 juta pengguna. Angka 132,7 juta pengguna tersebut

berarti melewati 50% dari jumlah populasi atau penduduk Indonesia,

tepatnya penetrasinya sebesar 51,8%.

Gambar 1. Penetrasi Pengguna Internet Indonesia(Sumber: AsosiasiPenyelenggara Jasa Internet Indonesia)

4

Fakta lain yang ditemukan melalui survey APJII pada tahun 2016 adalah

sebanyak 24,4 juta atau 18,4% pengguna internet adalah berumur 10-24

tahun. Temuan survey tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar

pengguna internet Indonesia menggunakan internet untuk pertama media

sosial, disusul kemudian untuk mencari hiburan, baca berita, pendidikan,

komersil, dan layanan publik.

Gambar 2.Perilaku Pengguna Internet Indonesia (Sumber: AsosiasiPenyelenggala Jasa Internet Indonesia)

Media sosial adalah sebuah media online meliputi blog, jejaring sosial, wiki,

forum dan dunia virtual dimana para penggunanyabisa dengan mudah

berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi di dalamnya. Bentuk media

sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh duniaadalah

blog, jejaringsosial dan Wiki.Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (2010),

mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis

internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan

yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content

(Ayu Gustina, 2016: 26).

5

Media sosial yang menduduki peringkat atas paling banyak dimiliki dan

dikunjungi adalah Facebook dan kemudian Instagram dan Youtube.

Pengguna media sosial Facebook didominasi oleh kelompok usia 30 tahun

ke atas sementara media sosial Instagram di dominasi oleh kelompok usia

18-25 tahun (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia 2016).

Media sosial Instagram adalah jejaring sosial yang fokus pada kegiatan

berbagi foto, video dan komentar. Media sosial Instagram ini menerapkan

filter digital yang memungkinkan penggunanya untuk mengedit foto yang

akan dibagikan oleh pemilik. Media sosial Instagram juga memungkinkan

penggunanya untuk menautkan foto ke media sosial lain miliknya. Konten

yang ditawarkan media sosial Instagram adalah pengguna dapat

membagikan momen yang terekam dalam sebuah foto atau video, menulis

keterangan (caption), mencari dan membagikan lokasi, berkomentar,

mengirim pesan pribadi, mengedit foto dengan filter yang disediakan,

membuat penanda (bookmark), bahkan membagikan aktivitas harian

(stories/ daily aktivities) dalam bentuk foto dan video yang bisa terhapus

otomatis setelah 24 jam.

Pengguna media sosial Instagram dapat menambahkan orang yang akan

diikutinya (following) dan juga dapat menerima atau menolak orang yang

akan mengikutinya (follower). Selain itu, pengguna dapat menandai orang

lain dalam foto yang dibagikannya. Tidak hanya itu saja, pengguna

Instagram dapat saling memberikan suka (love) pada foto orang lain yang

6

ada di beranda Instagramnya.Hingga akhir Desember 2016 pengguna media

sosial Instagram mencapai lebih dari 600 juta pengguna aktif.

Media sosial Instagram memiliki pengaruh yang besar pada masyarakat saat

ini yang kehidupannya lekat dengan teknologi. Kecanggihan teknologi

komunikasi yang dapat diakses dimana saja menjadikan media sosial

Instagram sebagai sarana penggunanya untuk mengaktualisasikan diri.

Mereka mengaktualisasikan diri di Instagram pribadinya melalui foto-foto,

video dan komentar.

Dikutip dari (http: //tekno.kompas.com/read/2016/07/15/14520007/

BeginiPerilakuRemajadiInstagram. diakses pada 10 Noveber 2016 pukul

18.30 WIB). Profesor Dongwoon Lee selaku anggota peneliti dari

Pennsylvania State University, AS yang menjadikan Instagram sebagai

obyek penelitian untuk menganalisa perilaku seseorang berdasar usianya

mengatakan dari hasil penelitian tersebut, remaja sangat memperhatikan

citra di media sosial. Menurut Lee, hal ini tak lain dipicu oleh hasrat untuk

mendapat perhatian dari netizen luas. Perilaku mengaktualisasikan diri dan

menciptakan personal branding di media sosial tersebut dapat dikategorikan

sebagai upaya mengenalkan identitas seseorang kepada seseorang lainnya.

Identitas adalah sebuah kondisi psikologi secara keseluruhan yang membuat

individu menerima dirinya, memiliki orientasi dan tujuan dalam

mengarahkan hidup serta keyakinan internal dalam mempertimbangkan

beberapa hal.Sedangkan Marcia menyebutkan bahwa membentuk identitas

7

pada awalnya salah satunya dipicu oleh ketertarikan (attachment) (Ashari,

2013: 22).

Retno Riani M.,Psimengungkapkan bahwa sejalan dengan era globalisasi

saat ini, sedikit banyak memengaruhi kehidupan remaja yang menjadi

semakin hedonis, gaya hidup hedonisme yang dimiliki oleh seseorang

seperti lebih mementingkan materi atau kebendaan. Misalnya, remaja

banyak yang memiliki gadget (gawai) mahal, nongkrong di kafe-kafe

mahal, dugem, berpakaian bagus, ke salon untuk perbaikan penampilan, dan

lain-lain didapatkan dari keluarga, lingkungan dan pergaulan, kepribadian,

pandangan diri mengenai materi, ataupun media massa seperti televisi,

majalah, dan internet (http://lampung.tribunnews.com/2016/01/13/orangtua-

perlu-waspada-ini-penyebab-remaja-menjadi-hedonis diakses pada 10

November 2016 pukul 19.03 WIB).

Dengan kata lain gaya hidup hedonimse dapat menjadi identitas pengguna

media sosial Instagram yang paling banyak digunakan oleh mereka yanng

berusia 16-24 tahun pada tahun 2016 karena melalui jejaring sosial ini

mereka dapat membentuk dan mengenalkan identitas dirinya. Selain itu,

gaya hidup hedonisme cenderung dapat membentuk prilaku negatif bagi

pengguna media sosial Instagram.

Berdasarkan fenomena yang ada maka subjek dalam penelitian ini adalah

pengguna media sosial Instagram yang berdomisili di Bandarlampung.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pada mulai menjamurnya

Shoping mall, Kafe, dan tempat wisata di Lampung yang menjadi awal

8

tumbuhnya gaya hidup hedonisme. Ketersediaan fasilitas yang terus

dikembangkan oleh berbagai industri dapat menjadi pemicu meningkatnya

kebutuhan akan gaya hidup masyarakat. Hal tersebut juga didukung oleh

meratanya jaringan internet di Bandarlampung yang ditandai dengan

banyaknya menara sinyal jaringan telepon, fasilitas hotspot di kawasan

Mall, kafe-kafe, tempat wisata, kampus, dan sekolah-sekolah menengah atas

sehingga peneliti sering menjumpai gaya hedonisme di media sosial

Instagram sebagai identitas pengguna media sosial Instagram yang

berdomisili di Bandarlampung. Mereka yang kehidupannya lekat dengan

teknologi ini biasanya mengunjungi Mall, kafe-kafe, atau tempat wisata

popular yang mereka tahu dari pengguna Instagram lainnya untuk kemudian

di unggah ke dalam Instagram pribadinya. Mereka mengunjungi bukan

karena kebutuhan sesungguhnya namun ingin menampilkan konteks-

konteks lain yang memberikan nilai tertentu pada individu salah satunya

identitas diri. Mereka membeli dan mengunjungi bukan karena nilai manfaat

sesungguhnya melaikan untuk menampilkan gaya hidup.yang disampaikan

melalui media. Barang dan tempat yang dikunjungi bukan lagi tentang

dibutuhkan atau tidak namun lebih kepada identitas dan kesenangan yang

dapat melekat pada diri saat dapat membeli barang mahal dan mengunjungi

tempat-tempat populer.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah fenomena

9

hedonisme sebagai identitas pengguna media sosial Instagram berdasarkan

studi terhadap pengguna media sosial Instagram di Bandarlampung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan

fenomena hedonisme sebagai identitas pengguna media sosial Instagram

berdasarkan studi terhadap pengguna media sosial Instagram di

Bandarlampung.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan

referensi, bahan penelitian, serta sumber bacaan di lingkungan FISIP

Universitas Lampung terutama mengenai gaya hidup hedonisme,

identitas diri, dan media sosial Instagram.

b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperluas wawasan

dan mengembangkan pengetahuan mengenai kajian etnografi virtual.

2. Kegunaan praktis :

Mengetahui fenomena hedonisme di media sosial Instagram sebagai

identitas penggunanya sehingga mereka dapat memanfaatkan sarana

teknologi dan ilmu pengetahuan dengan tepat guna.

10

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa penelitian terdahulu

sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Penelitian terdahulu yang

menjadi perbandingan dan tolak ukur memiliki keterkaitan dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan.

Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Arisai Olga

Hakase Pasaribu (2014), yang berjudul “Konstruksi Identitas Diri Remaja

Pengguna Media Instagram di kota Medan”.Penelitian ini terfokus pada

bagaimana media sosial Instagram membantu remaja mengonstruksikan

identitasnya. Temuan dalam penelitian ini adalah Instagram digunakan

remaja setiap waktu luang, media sosial Instagram digunakan remaja untuk

mengabadikan foto terbaik, citra informan sesuai dengan identitas aslinya,

media sosial Instagram dapat memenuhi kebutuhan remaja tahap awal,

remaja tahap pertengahan, dan remaja tahap akhir. Dari segi pengetahuan,

Instagram sebagai media sosial membuat remaja ingin tahu informasi

terbaru. Dari segi hiburan, media sosial Instagram digunakan informan

untuk melihat gaya hidup orang lain dan dapat memperkuat hubungan sosial

11

dengan orang lain. Salah satu indikator eksistensi informan dapat dilihat dari

jumlah suka (likes) dan pengikut (followers).

Penelitian lain yang serupa dilakukan oleh Primada Qurota Ayun (2015)

berjudul “Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam

Membentuk Identitas”. Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana media

sosial digunakan remaja sebagai sebuah media untuk membentuk identitas.

Dari penelitian ini ditemukan fakta bahwa:

1. Remaja menunjukkan identitas diri yang berbeda beda dalam ketiga akun

media sosial tersebut.

2. Secara orientasi personal, remaja menggunakan media sosial dikarenakan

mereka ingin menjalin komunikasi oleh teman-teman mereka. Sehingga

mereka memutuskan untuk memiliki media sosial lebih dari satu.

3. Nilai individu yang ditampilkan dalam media sosial, para remaja

berusaha untuk menciptakan citra positif tentang diri mereka di media

sosial.

4. Para remaja cukup terbuka dalam menunjukkan identitas mereka di

media sosial.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Almira Rizki Pontania (2016) dengan

judul penelitian “Hubungan antara Konsep diri dengan Gaya Hidup Hedonis

Pada Siswa Negeri 4 Surakarta”. Penelitian ini berfokus pada hubungan

negatif antara konsep diri dengan gaya hidup hedonisme dimana semakin

tinggi (positif) konsep diri seseorang maka semakin rendah gaya hidup

hedonis seseorang. Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa:

12

1. Adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri

dengan gaya hidup hedonisme.

2. Tingkat konsep diri termasuk kedalam kategori tinggi.

3. Tingkat gaya hedonisme termasuk kategori rendah.

4. Sumbangan efektif konsep diri terhadap gaya hidup hedonisadalah

22%, artinya ada 78% dari faktor yang lain yang mempengaruhi gaya

hidup hedonis yang diantaranya adalah sikap, pengalaman dan

pengamatan, kepribadian, motif, persepsi, kelompok referensi, kelas

sosial, keluarga, dan kebudayaan.

Berikut ini merupakan tabel berisi penjelasan mengenai penelitian-

penelitian terdahulu yang digunakan peneliti sebagai bahan acuan penelitian

yang akan dilakukan.

13

Tabel 1. Kajian Penelitian Terdahulu

No Tinjauan Judul Fokus Teori Metode Simpulan Perbedaan Kontribusi

1 ArisaiOlgaHakasePasaribu

KonstruksiIdentitas DiriRemajaPenggunaMediaInstagram dikota Medan

Penelitian initerfokus padabagaimana mediasosial Instagrammembantu remajamengonstruksikanidentitasnya.

Teori NewMedia,TeoriKonstruksiIdentitas,TeoriIdentitasDiri

DeskripitifKualitatif

Temuan dalampenelitian ini adalahInstagram digunakanremaja setiap waktuluang, media sosialInstagram digunakanremaja untukmengabadikan fototerbaik, citra informansesuai dengan identitasaslinya, media sosialInstagram dapatmemenuhi kebutuhanremaja tahap awal,remaja tahappertengahan, danremaja tahap akhir.

Perbedaan penelitianArisai Olga denganpenelitian ini adalahpada teori utamayang digunakan.Arisai Olgamenggunakan teorikonstruks iidentitasdalam penelitiannya.

Kontribusiyangdiberikanoleh Arisal OPasaribuadalahlitelaturmengenaimedia sosialInstagram.

2 PrimadaQurotaAyun

FenomenaRemajaMenggunakan MediaSosial dalamMembentukIdentitas

Fokus dalampenelitian iniadalah bagaimanamedia sosialdigunakan remajasebagai sebuahmedia untukmembentukidentitas

TeoriInteraksiSimbolik,TeoriIdentitasDiri.

Kualitatif 1. Remajamenunjukkanidentitas diri yangberbeda-bedadalamketigaakun mediasosial tersebut.

2. Secara orientasipersonal, remajamenggunakan

Perbedaan penelitianPrimada Q Ayundengan penelitian iniadalah media sosialyang digunakandalam penelitiannyayaitu facebook,twitter, dan pathsedangkan padapenelitian ini

Kontribusiyangdilakukanoleh PrimadaQ Ayun iniadalah kajianteorimengenai

14

media sosialdikarenakanmereka inginmenjalinkomunikasi olehteman-temanmereka. Sehinggamerekamemutuskan untukmemiliki mediasosial lebih darisatu.

3. Nilai individu yangditampilkandalammedia sosial, pararemaja berusahauntuk menciptakancitra positif tentangdiri mereka dimedia sosial.

4. Para remajacukupterbuka dalammenunjukkanidentitas mereka dimedia sosial.

menggunakan mediasosial Instagram

identitas.

3 AlmiraRizki

Hubunganantara

Penelitian iniberfokus pada

TeoriKonsep

MetodeAnalisis

Dari penelitian inididapatkan kesimpulan

Perbedaan penelitianAlmira R Pontiana

Kontribusiyang

15

Pontiana Konsep diridengan GayaHidupHedonisPada SiswaSMA Negeri4 Surakarta

hubungan negatifantara konsep diridengan gaya hiduphedonisme dimanasemakin tinggi(positif) konsep diriseseorang makasemakin rendahgaya hidup hedonisseseorang.

Diri ProductMoment

bahwa:

1. Adanya hubungannegatif yang sangatsignifikan antarakonsep diri dengangaya hiduphedonisme.

2. Tingkat konsep diritermasuk kedalamkategori tinggi.

3. Tingkat gayahedonism termasukkategori rendah.

4. Sumbangan efektifkonsep diriterhadap gayahidup hedonisadalah 22%,artinya ada 78%dari factor yanglain yangmempengaruhigaya hidup hedonisyang diantaranyaadalah sikap,pengalaman danpengamatan,kepribadian, motif,persepsi, kelompok

dengan penelitian iniadalah penelitiannyaberfokus padahubungan konsep diridan gaya hiduphedonismesedangkan padapenelitian iniberfokus padahedonisme sebagaiidentitas diri.Perbedaan lainnyaadalah penelitiannyamenggunakanmetode kuantitatifsedangkan penelitianini menggunakanmetode penelitiankualitatif

dilakukanoleh AlmiraR Pontianaadalah studiliteraturemengenaigaya hiduphedonis.

16

referensi, kelassosial, keluarga,dan kebudayaan.

Sumber: Studi Pustaka Peneliti

17

B. Tinjauan Tentang New Media

Pada tahun 1990, Mark Poster meluncurkan buku besarnya, The Second

Age yang menandai periode baru di mana teknologi interaktif dan

komunikasi jaringan, khususnya dunia maya akan mengubah masyarakat.

Gagasan tentang era media ke-dua yang sebenarnya telah dikembangkan

sejak tahun 1980-an hingga saat ini menandai perubahan yang penting

dalam teori media. (Littlejohn, 2009: 413)

Era media yang pertama digambarkan oleh: (1) sentralisasi produksi, (2)

komunikasi satu arah, (3) kendali situasi, untuk sebagian besar, (4)

reproduksi stratifikasi sosial dan perbedaan melalui media, (5) audiens

massa yang terpecah, dan (6) pembentukan kesadaran sosial. era media

kedua, sebaliknya, dapat digambarkan sebagai: (1) desentralisasi, (2)

komunikasi dua arah, (3) di luar kendali situasi, (4) demokratisasi, (5)

mengangkat kesadaran individu, dan (6) orientasi individu. (Littlejohn,

2009: 413)

(Littlejohn, 2009: 413) Levy memandang World Wide Web sebagai sebuah

lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel, dan dinamis, yang

memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru

dan juga terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian mutual dan

pemberian kuasa yang lebih interaktif dan berdasarkan pada masyarakat.

Dunia maya memberikan tempat pertemuan semu yang memperluas dunia

sosial, menciptakan peluang pengetahuan baru, dan menyediakan tempat

untuk berbagi pandangan secara luas. Media baru tidak seperti interaksi

tatap muka, tapi memberi interaksi bentuk baru yang membawa kita kembali

18

dalam hubungan pribadi dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh media

sebelumnya.

Di era media baru ini, media digunakan sebagai seseorang semacam ritual

bersama yang membuat seseorang merasa sebagai bagian dari sesuatu yang

lebih besar dari diri orang itu sendiri.Media diritualkan karena media

menjadi kebiasaan, sesuatu yang formal, dan memiliki nilai yang lebih besar

dari penggunaan media itu sendiri. Media membuat seseorang merasa ia

merupakan bagian dari komunitas sosial pengguna media tersebut.

(Littlejohn, 2009: 415)

C. Tinjauan Tentang Media Sosial

Secara sederhana istilah media bisa dijelaskan sebagai alat komunikasi

sebagaimana definisi yang selama ini diketahui (Laughey, 2003). Terkadang

pengertian media ini cenderung lebih dekat terhadap sifatnya yang massa

karena terlihat dari berbagai teori yang muncul dari komunikasi massa.

Namun, semua definisi yang ada memiliki kecenderungan yang sama bahwa

ketika disebutkan kata “media”, yang muncul bersamaan dengan itu adalah

sarana disertai dengan teknologinya. (Nasrullah, 2015: 3)

Meyrowitz (Nasrullah, 2015: 6) memandang mendium tidak hanya bisa

dilihat dari persoalan teknis atau teknologi namun medium bisa

mengandung nilai-nilai yang tidak hanya sekedar menjadi sarana

penyampaian pesan, tetapi memberikan pengaruh pada segi sosial, budaya,

politik, bahkan ekonomi.Melihat media tidak hanya sebatas dalam makna

perangkat teknologi tetapi juga dimaknai secara historis, teknologi, sosial,

19

budaya, hingga politik. (Nasrullah, 2015: 6). Sedangkan kata sosial dalam

media sosial secara teori semestinya didekatkan oleh ranah sosiologi.

Menurut Durkheim, sosial merujuk pada kenyataan sosial (as social effect)

bahwa setiap individu melakukan aksi yang memberikan kontribusi pada

masyarakat.

Oleh karena itu, berikut beberapa definisi mengenai media sosial yang

berasal dari berbagai literatur penelitian (Nasrullah, 2015: 11):

1. Menurut Mandiberg (2012), media sosial adalah media yang mewadahi

kerjasama diantara pengguna yang menghasilkan konten.

2. Menurut Shirky (2008), media sosial dan perangkat lunak sosial

merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk

berbagi atau bekerja sama, diantara pengguna dan melakukan tindakan

secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka institusional atau

organisasi.

3. Boyd (2009) menjelaskan media sosial sebagai kumpulan perangkat

lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling

berkolaborasi atau bermain. Media sosial memiliki kekuatan pada user

generated content di mana konten dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh

editor sebagaimana di institusi media sosial.

4. Menurut Van Djik (2013), media sosial adalah platform media yang

memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka

dalam beraktifitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat

20

dilihat sebagai meduim (fasilitator) online yang menguatkan hubungan

antar pengguna sebagai ikatan sosial.

5. Mike & Young (2012), mengartikan kata media sosial sebagai

konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi

diantara individu.

D. Tinjauan Tentang Media Sosial Instagram

Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain.

Melalui media sosial interaksi dilakukan secara online. Interaksi seperti itu

memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan

waktu (http://www.unpas.ac.id/apa-itu-sosial-media/ diakses pada 21

Desember 2016 pukul 17:01 WIB).

Salah satu media sosial yang populer akhir-akhir ini adalah media sosial

Instagram. Media sosial Instagram adalah media sosial berbasis foto dan

video yang didirikan sejak tahun 2010 di bawah perusahaan Burbn, Inc.

Perusahaan Burbn, Inc adalah perusahaan yang berfokus pada

pengembangan aplikasi untuk telepon genggam. Setelah lepas dari banyak

fokus di dalam HTML5 peranti bergerak, kedua CEO perusahaan ini Kevin

Systrom dan Mike Krieger memutuskan untuk berfokus pada satu hal saja

hingga akhirnya mereka berhasil membuat media sosial Instagram versi

pertama yang berfokus pada foto, komentar, dan menyukai foto.

Nama Instagram berasal dari kata ‘insta’ dari kata ‘instan’, seperti kamera

polaroid yang pada masanya dapat mengambil foto dengan instan. Kalimat

‘gram’ sendiri diambil dari kata ‘telegram’ yang bemakna dapat

21

menyampaikan informasi secara cepat. Dengan demikian, penamaan

Instagram sendiri berkaitan dengan fungsi keseluruhan aplikasi ini yaitu

dapat membagikan foto dan informasi secara instan dan cepat menggunakan

jaringan internet.

Pada tahun 2012, Mark Zuckerberg pemilik Facebook menyatakan telah

membeli Instagram.Seiring dengan perkembangannya, media sosial yang

berbasis pada foto dan video ini terus memperbaiki fitur yang ada.Media

sosial Instagram berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan penggunanya.

Popularitas pengguaan media sosial Instagram yang semula hanya dapat

diakses melalui Iphone ini semakin tinggi setelah dapat diunduh di Google

Play. Hanya dalam waktu 12 jam sejak tersedia di Google Play, pengguna

media sosial Instagram mencapai 1 juta pengguna.

Sejak didirikan hingga akhir Desember 2016, pengguna media sosial

Instagram sudah menembus angka 600 juta pengguna.Popularitas media

sosial Instagram tidak terlepas dari kepuasan pengguna terhadap fitur-fitur

yang tersedia dan terus diperbaiki oleh pengelola media sosial Instagram.

Hingga akhir Desember 2016 ini, fitur-fitur baru seperti stories dan filter

pada komentar berdampak signifikan terhadap tingginya penggunaan media

sosial ini.

Hingga Desember 2016 media sosial Instagram menerapkan filter digital

yang memungkinkan penggunanya untuk mengedit foto yang akan

dibagikan oleh pemilik. Media sosial Instagram juga memungkinkan

penggunanya untuk mengintegrasikan foto ke media sosial lain miliknya

22

atau menandai foto bersama pengguna lainnya. Sistem pertemanan di media

sosial ini adalah dengan mengikuti (following) dan pengikut (followers).

Pengguna dapat memberikan dan menerima suka (love) pada foto atau

komentar yang dibagikan.Pengguna juga dapat membagikan momen yang

terekam dalam sebuah foto atau video dilengkapi dengan menulis

keterangan (caption).

Pembaruan yang terus dilakukan oleh pengelola media sosial Instagram juga

memungkinkan pengguna untuk menyaring komentar sehingga dapat

menghindari tindakan-tindakan buruk yang tidak diinginkan. Sedangkan

untuk memenuhi ruang privasi, pengguna dapat menggunakan fitur pesan

pribadi atau membuat akun media sosial Instagramnya terkunci sehingga

tidak dapat dikunjungi oleh sembarang orang. Tidak hanya itu, fitur terbaru

yang ditawarkan oleh Instagram di tahun 2016 yaitu stories dapat digunakan

pengguna untuk membagikan daily activities-nya dalam bentuk foto dan

video yang otomatis terhapus dalam kurun waktu 24 jam.

E. Tinjauan Tentang Hedonisme di Media Sosial Instagram

Hedonisme berasal dari bahasa Greek: Hedone, yang berarti kesenangan,

pleasure. Istilah ini mula-mula digunakan oleh Jeremy Bentham pada tahun

1781 (Salam, 2000: 222). Prinsip dari aliran ini menganggap bahwa sesuatu

itu dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Namun

hedonisme tidak sekedar menetapkan kenyataan kejiwaan melainkan juga

berpendapat bahwa kenikmatan benar-benar kebaikan yang paling berharga

atau tertinggi bagi manusia, sehingga dengan demikian adalah baik baginya

untuk mengusahakan kenikmatan (De Vos, 2002:161).

23

Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau

kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. (Lorens, 2000:

282). Orang-orang yang berperilaku sedemikian dapat disebut bergaya

hidup hedonis. Mereka yang bergaya hidup hedonis akan cenderung

menghindari kesulitan dan mencari kesenangan. Untuk mencapai tujuan

hidupnya, seorang hedonis tidak memperhatikan halal atau haram

perbuatannnya.Bagi mereka, kesenangan adalah hal yang baik yang harus

dicapai.

Gaya hidup hedonis menjadi ekspresi atau perilaku sesorang untuk

mendapatkan perhatian dari orang lain. Selain itu, gaya hidup hedonis

seseorang dapat telihat dari bagaimana ia berpenampilan, berperilaku, dan

bersikap. Penampilan, perilaku, dan sikap penganut hedonisme pada

akhirnya akan berkorelasi dengan tujuan akhir yaitu kesenangan.

K. Bertens menyebutkan hedonisme adalah gaya hidup yang bertujuan

untuk mencari kesenangan sebanyak-banyaknya dan sebaliknya

menghindari ketidaksenangan. Mengenai gambaran gaya hidup hedonisme

Susianto menyebutkan pola hidup hedonisme antara lain lebih banyak

bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang

disukai serta selalu ingin menjadi pusat perhatian (etheses.uin-

malang.ac.id/667/6/09410085%20Bab%202.pdf). Dengan demikian definisi

hedonisme di media sosial Instagram dapat dikembangkan sebagai sikap

mencari kesenangan melalui barang mahal atau suasana tempat populer

yang dikunjungi serta ingin menjadi pusat perhatian yang terlihat di

postingan di media sosial Instagram. Gaya hidup hedonisme di media sosial

24

Instagram dapat dilihat dari perilaku yang tertampilkan di akun pribadi

pemiliknya melalui foto-foto, video dan yang dibagikan.

F. Tinjauan Tentang Identitas

a. Identitas

Dalam mayarakat modern, semua manusia adalah pemeran. Semua

orang diminta untuk dapat memainkan dan mengontrol peranan mereka

sendiri. Gaya pakaian, mode rambut, segala macam aksesoris yang

digunakan, selera musik, atau pilihan-pilihan yang digunakan adalah

bagian dari pertunjukkan kepribadian dan identitas. Kita dapat memilih

tipe-tipe kepribadian dari contoh-contoh yang banyak beredar di sebuah

film, media sosial, dan iklan atau kita dapat menciptakannya sendiri.

Giddens (1991, 53) menyatakan bahwa identitas bukanlah sifat

distingtif atau bahkan kumpulan sifat-sifat yang dimiliki seseorang. Ini

adalah diri yang dipahami secara refleksif oleh orang dalam konteks

biografi. Giddens juga menyebut identitas sebagai proyek, maksudnya

adalah bahwa identitas adalah suatu yang kita ciptakan, sesuatu yang

selalu dalam proses, suatu gerak maju, ketimbang sesuatu yang datang

kemudian.

Identitas dapat digunakan seseorang untuk diposisikan atau

memposisikan diri di dalam sebuah kelompok atau bagian kehidupan.

Seperti contoh seseorang dengan identitas kolektor mobil antik

merupakan bentuk pengaturan diri untuk dapat diterima

(reconfiguration of self) dan dapat mengungkapkan identitas dirinya

(Morissan, 2013:86).

25

Definisi mengenai identitas juga dikemukakan oleh Erikson.

Menurutnya, identitas sebagai persatuan yang terbentuk dari azas-azas,

cara hidup, pandangan-pandangan yang menentukan cara hidup

selanjutnya. Persatuan ini merupakan inti pada seseorang diri sendiri

dalam pergaulan dan tinjauannya keluar dirinya (Nafi’ul, 2014: 13).

Identitas merupakan sesuatu yang didapatkan dari lingkungan dan

proses sosial. Identitas dapat berkembang dengan dipengaruhi oleh

masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang serta eksperimen

kepribadian dan peran. Oleh karena itu, identitas diri bukan merupakan

sesuatu yang hal yang tetap namun aspek identitas diri menjadi elemen

yang penting bagi seseorang.

Pembentukan identitas dapat digambarkan melalui status identitas

berdasarkan ada atau tidaknya eksplorasi dan komitmen (Marcia, 1993).

Eksplorasi adalah periode di mana individuakan aktif bertanya

mengidentifikasi, mencari tau, menggali dan menyelidiki berbagai

alternatif yang ada untuk mencapai suatu keputusan mengenai tujuan-

tujuan, nilai-nilai, dan keyakinan yang akan diambil. Sementara

komitmen adalah kesetiaan, ketangguhan pendirian, prinsip, dan tekat

yang dimiliki untuk melakukan berbagai kemungkinan atau alternatif

yang dipilih (http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-

content/uploads/2014/08/JURNAL%20UPLOAD%20(08-31-14-11-04-

03).pdf hlm 3 diakses pada 7 April 2017 pukul 09:00 WIB).

26

b. Teori Identitas Sosial

Teori mengenai identitas sosial dicetuskan oleh tokoh psikologi Tajfel

yang menyatakan bahwa kelompok dimana kita menjadi anggota

merupakan bagian itegral dari konsep diri. Adanya kelompok

memungkinkan kita mengelola konsep diri dengan cara mengelola

keanggotaan kita di dalam kelompok itu (Widya Rini, 2009: 11). Teori

ini menyebutkan bahwa identitas sosial seseorang turut membentuk

konsep diri dan memungkinkan orang tersebut menempatkan diri di

dalam jaringan hubungan sosial yang rumit. Social Identity Theory

(SIT) menurut Tajfel dan Turner bertujuan bahwa individu memiliki

tujuan dalam dirinya sendiri dalam bersosialisasi dan

mengidentifikasikan dirinya sendiri. Identitas personal melihat bahwa

individu adalah sebuah mahluk yang unik, memiliki budaya, dan hidup

di dalam grup. Indentitas sosial mengacu pada pengetahuan dalam

kelompok anggota budaya dan berkomunikasi dengan budaya lain.

Karakteristik individu yang dipengaruhi kolektivistik dalam komunikasi

individu (Widya Rini, 2009: 11):

a. Personality Orientations (Orientasi Personal), menggambarkan

bagaimana orientasi personal dalam berkomunikasi dengan orang

lain.

b. Individual Values (Nilai-nilai Individu), yaitu nilai-nilai personaliti

yang dimiliki individu untuk mempertahankan dan menjaga

kepercayaan diri seseorang ketika melakukan komunikasi.

27

c. Self Contractuals (penyingkapan diri/ekspresi diri), mengambarkan

bagaimana individu mengekspresikan dirinya kepada individu lain

ketika berkomunikasi.

Fokus utama dalam teori ini adalah bagaimana identitas merupakan

suatu hal yang diproduksi oleh kategori sosial.Individu berada dalam

kategori sosial dan pada dasarnya adalah anggota di dalamnya. Identitas

berhubungan antara individu dengan masyarakat melalui anggota suatu

kelompok yang mempengaruhi kepercayaan individu, perilaku, dan

pengetahuan dalam hubungan mereka dengan anggota kelompok sosial

lain. Dalam perspektif komunikasi identitas tidak diperoleh secara

sendiri, melainkan melalui proses komunikasi dengan yang lain.

Identitas dapat dinegosiasikan, diperkuat, dan dirubah melalui proses

komunikasi.

G. Tinjauan Tentang Hedonisme Sebagai Identitas

Gaya hidup Hedonisme sangat erat kaitannya dengan konsumerisme pada

masyarakat.Halini terkait dengan konsumerisme yang dicerminkan oleh

pengunaan IPTEK, trend fashion dari media massa, transportasi serta alat

telekomunikasi yang kemudian membawa informasi kepada masyarakat.

Steven Miles mengatakan bahwa konsumerisme merupakan suatu pola pikir

atau tindakan di mana orang membeli barang bukan karena dia

membutuhkan barang melainkan karena tindakan membeli itu sendiri

memberikan kepuasan kepadanya. Dengan kata lain, konsumerisme sebagai

28

wujud pemuasan kebutuhan identitas dan makna, serta memiliki fungsi

sosial dan ekonomis (Soedjatmiko, 2008:9).

Jean P Baudillard mengungkapkan bahwa terdapat sistem objek atau

kategori barang-barang konsumsi terstruktur yang berbanding lurus dengan

sistem kebutuhan dan pembagian sosial serupa. Dengan demikian, barang-

barang konsumsi selalu membawa makna beragam relasi sosial dan relasi-

relasi itu adalah artikulasi dari pembagian dan struktur sosial yang ada

(Martyn, 2006: 49). Gaya hidup tersebut mempengaruhi ideologi dan

perilaku masyarakat yang dapat kita lihat dalam gaya hidup hedonisme.

Masyarakat membeli suatu barang dan mengunjungi tempat-tempat tertentu

bukan lagi karena manfaat dan kebutuhan namun konteks-konteks yang

melekat di dalamnya terkait identitas. Membeli barang atau mengunjungi

tempat-tempat tertentu bukan lagi persoalan kebutuhan namun kepuasan dan

kesenangan yang dapat dicapai dengan nilai yang melekat, pendangan

seseorang, dan identitas yang dapat ditampilkan ketika dapat membeli

barang mewah dan mengunjungi tempat-tempat populer.

H. Hedonisme Sebagai Identitas Pengguna Media Sosial Instagram

Definisi hedonisme di media sosial Instagram dalam penelitian ini

merupakan sikap mencari kesenangan melalui barang mewah atau suasana

tempat populer serta ingin menjadi pusat perhatian. Gaya hidup hedonisme

di media sosial Instagram dapat dilihat dari perilaku yang tertampil di akun

Instagram pemiliknya melalui foto atau video yang dibagikan.

29

Di era yang serba teknologi, kini masyarakat lebih banyak menghabiskan

waktunya di internet. Mereka belajar, mencari informasi, dan berinteraksi

melalui internet. Oleh karena itu, masyarakat saat ini tidak hanya

membangun identitas dirinya di kehidupan nyata namun juga di dunia maya,

salah satunya melalui media sosial Instagram. Melalui media sosial

Instagram mereka berinteraksi dan membangun identitasnya melalui foto

atau video yang diunggah.

Sikap yang mencerminkan hedonisme di media sosial Instagram sebagai

identitas penggunanya akan terlihat melalui foto dan video yang diunggah

secara berkala oleh mereka seperti seringnya mengunjungi tempat populer,

membeli barang mewah, dan senang menjadi pusat perhatian.

I. Kerangka Pikir

Di era digital, teknologi dapat mempengaruhi proses sosial dalam

masyarakat. Sebagian besar dari masyarakat hampir menghabiskan

waktunya dengan internet. Masyarakat modern menggunakan teknologi

seperti media sosial Instagram dalam setiap proses sosialnya. Proses sosial

yang terjadi di media sosial Instagram kemudian akan menciptakan identitas

sosial yang sangat mempengaruhi pembentukan identitas diri para pengguna

media sosial Instagram.

Pada dasarnya hedonisme adalah paham atau pandangan bahwa kesenangan

atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Pola gaya

hidup hedonisme dapat ditujukkan dari aktivitas-aktivitas sehari-hari yang

30

lebih suka banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli

barang mewah, dan mengunjungi tempat-tempat populer.

Gaya hidup hedonisme sangat erat hubungannnya dengan identitas. Gaya

hidup hedonism seseorang dapat terlihat baik di kehidupan nyata maupun

melalui akun media sosial Instagram pribadinya. Pada penelitian ini, gaya

hidup hedonisme pengguna media sosial Instagram ditunjukkan dari prilaku

membeli suatu barang dan mengunjungi tempat-tempat tertentu bukan lagi

karena manfaat dan kebutuhan namun konteks-konteks yang melekat di

dalamnya terkait kesenangan dan identitas yang dapat ditampilkan ketika

dapat membeli barang mewah dan mengunjungi tempat-tempat populer.

Identitas merupakan hal yang penting karena menjadi pembeda seseorang

dengan seseorang yang lainnya. Bagaimana seseorang ingin menampilkan

dirinya dihadapannya dan dihadapan orang lain baik itu dikehidupan nyata

maupun melalui media sosial merupakan salah satu konsep identitas.

Untuk mendukung penelitian ini peneliti menggunakan teori identitas sosial.

Teori tersebut membantu peneliti dalam menemukan bentuk hedonisme di

media sosial Instagram sebagai identitas pengguna media sosial Instagram

yang ditampilkan di media sosial Instagram miliknya. Subjek dalam

penelitian ini adalah pengguna media sosial Instagram di Bandarlampung.

31

Gambar 4. Bagan kerangka pikir

Media SosialInstagram

Hedonisme

IdentitasPengguna Instgram

Pengguna MediaSosial Instagram

Teori IdentitasSosial

32

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia

nyata. Paradigma menunjukkan apa yang penting, absah, dan masuk akal.

Paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis karena bagi

peneliti fenomena hedonisme di media sosial Instagram sebagai identitas

penggunanya memiliki makna dan realitas. Mengenai pendekatan

konstruktivis Berger mengatakan bahwa realitas tidak dibentuk secara

alamiah, namun tidak juga turun karena campur tangan Tuhan tapi realitas

dibentuk dan dikonstruksi. Dengan demikian realitas hedonisme di media

sosial Instagram sebagai identitas penggunanya dapat dibentuk, dipahami,

dan terkonstruksi atas campur tangan pengguna media sosial Instagram, dan

bukan sekedar fenomena yang hadir secara alamiah. Fenomena tersebut

dapat terjadi karena setiap orang memiliki pengalaman, preferensi, dan

tingkat pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu, di

mana kesemuan itu suatu saat akan digunakan untuk menafsirkan realitas

sosial yang ada di sekelilingnya dengan konstruksinya masing-masing

(Bungin, 2003: 141).

33

Selain itu, penulis melihat bahwa realitas merupakan bentukan secara

simbolik melalui interaksi sosial. Keberadaan simbol dan bahasa menjadi

sangat penting dalam membentuk realitas. Berbagai kelompok dengan

identitas, pemaknaan, pengalaman, kepentingan, dan sebagainya mencoba

mengungkapkan diri dan selanjutnya akan memberi sumbangan dalam

membentuk realitas secara simbolik. Interaksi simbolik menjadi sangat

penting dalam proses penelitian ini. Realitas secara simbolik merupakan

hasil bersama secara sosial (Bungin, 2003: 141).

B. Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode yang

bermaksud memahami suatu fenomena tentang apa yang dialami subjek

penelitian misalnya saja perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain

secara utuh dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah yang ada (Moleong, 2009:33)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian etnografi virtual karena

subjek dalam penelitian ini adalah pengguna siber. Etnografi virtual adalah

metode etnografi yang dilakukan untuk melihat fenomena sosial atau kultur

pengguna di ruang siber (Nasrullah, 2014:171).

Hine mengungkapkan dalam etnografi virtual fenomena yang diangkat

merupakan kepingan semata, tidak menggambarkan bagaimana

34

sesungguhnya kehidupan di internet itu berlangsung (Hine, 2000: 63-65).

Secara aplikatif, metode etnografi virtual tidak begitu berbeda jauh dengan

penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan atau metode etnografi

pada umumnya. Mulai dari teknik pengumpulan data hingga analisis yang

digunakan, semuanya bergantung pada kebutuhan dan persoalan yang

menjadi ketertarikan peneliti, namun ada yang membedakan terutama pada

beberapa hal (Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol 2. No 2, Oktober 2012, ISSN:

2088-981x), yaitu:

a. Teknik wawancara dilakukan dengan dua tahap yaitu online dan offliine.

b. Teknik observasi partisipan dilakukan dengan dua tahap yaitu online

dan offline.

c. Focus group discussion,

d. Sejarah hidup merupakan catatan penjang dari riset sejarah hidup subjek

penelitian.

e. Analisis Dokumen, dilakukan untuk menjawab pertanyaan lebih terarah,

disamping menambah pemahaman dan informasi penelitian.

(Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol 2. No 2, Oktober 2012, ISSN: 2088-981x)

Alur Penelitian Etnografi virtual dapat memanfaatkan pola yang

dikembangkan oleh spradley yang dikenal dengan nama siklus penelitian

etnografi, yaitu:

1. Pemilihan proyek etnografi

2. Pengajuan pertanyaan etnografi

3. Pengumpulan data etnografi

35

4. Pembuatan rekaman etnografi

5. Analisis data etnografi

6. Penilaian sebuah etnografi

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pengguna aktif media sosial Instagram

yang berdomisili di Bandarlampung. Berdasarkan data Aliansi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, pengguna aktif Instagram adalah

didominasi oleh mereka yang berusia 18-24 tahun pada 2016, maka subjek

dalam penelitian ini adalah pengguna media sosial yang termasuk dalam

generasi Z. Generasi Z di Indonesia adalah mereka yang lahir pada tahun

1994 hingga awal tahun 2000-an.

Penelitian kualitatif menempatkan informan sebagai bagian yang penting

karena berhubungan dengan data dan kevalidan data tersebut, sehingga

dibutuhkan ketepatan dalam pemilihan informan. Kriteria informan kunci

menurut Sugiyono (1997:471) ada lima yaitu:

1. Subjek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan suatu

kegiatan atau medan aktif.

2. Subjek yang masih terlibat secara penuh atau aktif pada lingkungan atau

kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian.

3. Subjek yang mempunyai banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai

informasi.

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dikemas terlebih dahulu.

36

5. Subjek yang sebelumnya masih tergolong asing dengan penelitian.

Berdasarkan kriteria penentuan informan di atas, peliti telah menentukan 5

informan yang dianggap relevan dan dapat memberikan informasi yang

diperlukan dalam penelitian.pemilihan 5 informan ini berdasarkan pada

krtieria seperti:

a. Merupakan bagian dari generasi Z yang memiliki dan aktif menggunakan

media sosial Instagram, sekurangnya sejak tahun 2015.

b. Informan sering mengunggah foto dan video barang mewah dan tempat

populer, setidaknya 5 foto atau video.

c. Jumlah followers di atas 1000 pengikut.

d. Informan berdomisili di Bandarlampung.

e. Informan bersedia untuk dimintai informasi.

Berdasarkan kriteria di atas, 5 informan yang sudah dipilih oleh peneliti

adalah:

1. Informan 1

2. Informan 2

3. Informan 3

4. Informan 4

5. Informan 5

E. Sumber Data

Moleong menyebutkan bahwa sumber data dari penelitian kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokemen

37

dan lain-lain (Moleong, 2002: 14). Dalam penelitian ini sumber data

didapatkan melalui:

a. Data primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerak, atau prilaku-prilaku yang

dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitian

atau informan yang berkenan dengan variabel yang diteliti atau data

yang diperoleh dari responden secara langsung (Arikunto, 2010: 22).

Dalam penelitian ini data primer yang saya gunakan diperoleh langsung

dari hasil wawancara dan observasi pada informan yang merupakan

pengguna aktif media sosial Instagram yang berdomisili di

Bandarlampung. atau informan yang dianggap berpotensi dalam

memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung data primer yang didapatkan dari

literatur dan dokumen serta data yang diambil dari narasumber yang

berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini data

sekunder didapatkan dari dokumentasi foto di Instagram milik informan

yang diunggah periode tahun 2016. Pemilihan periode tahun 2016

berdasarkan pada hasil survey Aliansi Penyelenggara Jasa Internet 2016

dimana pada tahun 2016 pengguna media sosial Instagram menduduki

peringkat ketiga yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.

38

F. Fokus Penelitian

Topik atau fokus Menurut Cresswell adalah konsep utama yang dibahas

dalam suatu penelitian ilmiah. Dalam penelitan kualitatif fokus penelitian

sangat penting karena akan menjadi batasan masalah pada penelitian. Fokus

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fenomena

hedonisme di media sosial Instagram sebagai identitas penggunanya.

Hedonisme di media sosial Instagram yang ingin diteliti adalah bagaimana

pengguna media sosial Instagram melalui media sosial Instagramnya

menunjukkan karakteristik hedonisme seperti suka membeli dan

menggunakan barang mewah, menyenangi mengunjungi tempat-tempat

populer, dan senang mendapatkan perhatian. Barang mewah adalah barang

yang sukar diperoleh dan barang dapat meningkatkan status sosial

seseorang, sedangkan tempat popular adalah tempat yang banyak dikagumi

dan biasa dikunjungi oleh banyak orang.

Prosedur penentuan subjek dalam penelitian kualitatif menurut Spradley

memiliki karakteristik yaitu: pertama, tidak ditentukan secara kaku sejak

awal tetapi dapat berubah, baik dalam jumlah maupun karakteristik subjek

sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.

Kedua, tidak diarahkan pada keterwakilan melainkan kepada kecocokan

konteks. Ketiga, subjek tidak diarahkan pada jumlah yang besar, melainkan

pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian (Moloeng,

2002: 35).

39

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sepenuhnya dari lapangan, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpulan data yang digunakan dalam

komunikasi langsung yang terbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang

diajukan oleh pengumpul data (interview) sebagai pencari informasi

yang dijawab secara lisan oleh informan (intervieweer) sebagai

pemberi informasi.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam. Wawancara mendalam yaitu teknik

pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan

informasi secara lisan melalui tanya jawab, yang berhadapan

langsung dengan sejumlah informan yang dapat memberikan

keterangan-keterangan yang berkaitan permasalahan penelitian.

Dalam rangka pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara

terstruktur maupun tidak terstruktur untuk mendapatkan keterangan-

keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang informan.

2. Observasi

Observasi adalah teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data

penelitian dengan cara memperhatikan dan mengamati dengan teliti

dan sistematis sasaran perilaku yang dituju (Banister, et al, 1994).

40

Observasi dapat memaksimalkan informasi yang berkaitan dengan

masalah penelitian.

Dalam penelitian ini, penelitian melakukan observasi sistematik.

Observasi sistematik dilakukan melalui pengkategorian kemungkinan

bentuk dan atau jenis data amatan secara terstruktur. Oleh karena itu,

untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, peneliti

melakukan observasi pada Instagram milik informan. Data yang

digunakan adalah foto-foto yang diunggah oleh informan periode

tahun 2016.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Miles dan

Huberman mengatakan bahwa teknik analisis data terdiri atas empat tahapan

yang harus dilakukan. Tahapan pertama adalah tahap pengumpulan data,

tahapan kedua adalah tahapan reduksi data, selanjutnya adalah tahapan

display data, dan terakhir tahapan penarikan kesimpulan dan/atau tahapan

verifikasi data (Basrowi, 2008: 209).

1. Pengumpulan data

Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat

penelitian, bahkan diakhir penelitian. Idealnya, proses pengumpulan

data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau draft.

41

2. Reduksi data

Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala

bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang

akan dianalisis.

3. Display data

Setelah semua data sudah diformat berdasarkan instrumen

pengumpulan data dan telah berbentuk tulisan, maka langkah

selanjutnya adalah display data. Display data adalah mengolah data

setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah

memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matrik kategorisasi sesuai

tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan

memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih kongkret dan

sederhana yang disebut dengan subtema yang diakhiri dengan

memberikan kode dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim

wawancara yang sebelumnya telah dilakukan.

4. Kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan/verifikasi merupakan tahap terakhir dalam rangkaian

analisis data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan oleh

Miles dan Huberman (1984). Kesimpulan dalam rangkaian analisis data

kualitatif menurut model ini secara esensial berisi tentang uraian dari

seluruh subkategori dan pengkodean yang sudah selesai disertai dengan

quote verbatim wawancaranya.

42

I. Teknik Keabsahan Data

Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Penelitian

ini menggunakan teknik tringulasi untuk mengecek keabsahan data.

Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

suatu yang lain dalam membandingkan hasil-hasil wawancara terhadap

objek penelitian (Moloeng, 2007: 33). Tringulasi dapat dilakukan dengan

menggunakan teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi, dan

dokumen. Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini digunakan

tringulasi dengan sumber yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil

wawancara dengan dokumen hasil observasi yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian.

43

BAB IVGAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat Instagram

Instagram adalah media sosial berbasis foto dan video yang memungkinkan

penggunanya untuk mengambil gambar dan mengaplikasikan filter digital

pada gambar sebelum kemudian membagikannya. Nama Istagram berasal

dari kata “insta” dari kata “instan”dan “gram” yang berasal dari kata

“telegram” yang dapat dimaknakan sebagai aplikasi yang dapat

membagikan foto secara instan dan cepat. Pada mulanya, media sosial

Instagram memiliki ciri khas dimana gambar yang dibagikan berbentuk

persegi yang berbeda dengan kamera lainnya yang biasanya berasio 4:3.

Pendiri media sosial Instagram, Kevin Systrom dan Mike Krieger

merupakan dua sarjana dari Stanford University di Amerika Serikat.

Keduanya meluncurkan media sosial Instagram sejak Oktober 2010 d bawah

perusahaan Burbn, inc. Pada saat itu, Instagram dibuat dengan fitur

unggulan yang berfokus pada foto, video, dan komentar saja.

Pada tahun 2012, Mark Zurkerberg pendiri Facebook menyatakan telah

mengakuisisi Instagram. Kesepakatan untuk membeli Instagram beserta 12

44

karyawan itu bernilai 1 Milyar US dollar dengan tetap mengizinkan media

sosial ini dapat dikelola secara independen.

Seiring dengan perkembangannya media sosial ini terus memperbaharui dan

menambah fitur-fiturnya untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Tidak

hanya itu saja, semejak media sosial Instagram diakuisisi oleh perusahaan

Facebook, popularitas media sosial yang semula hanya bisa diakses melalui

Iphone ini semakin meningkat dengan aksesnya yang juga dapat diunduh

melalui Google Play.

Sejak didirikan hingga April 2017 pengguna Instagram telah menyentuh 700

juta pengguna. Peningkatan angka jumlah pengguna tidak terlepas dari fitur-

fitur yang terus diperbaharui oleh media sosial yang berbasis pada gambar

ini. Fitur-fitur baru seperti Instagram stories berperan penting dalam

peningkatan jumlah pengguna media sosial Instagram. Tempo.co

menuliskan bahwa kehadiran Instagram stories mengalahkan posisi aplikasi

Snapchat yang merupakan aplikasi serupa yaitu aplikasi yang menawarkan

berbagi foto atau video yang secara otomatis terhapus dalam waktu 24 jam.

(https://tekno.tempo.co/read/news/2017/04/27/072869993/sentuh-700-juta-

pengguna-pertumbuhan-Instagram-makin-cepat)

B. Pengguna media sosial Instagram

Hingga saat ini pengguna media sosial Instagram terus meningkat. Survey

yang dilakukan oleh Aliansi Pengguna Jasa Internet Indonesia

memperlihatkan bahwa hingga tahun 2016 pengguna media sosial Instagram

telah mencapai 600 juta pengguna. Sedangkan, dilansir dari tempo.co

45

pengguna media sosial Instagram telah mencapai 700 juta pengguna di

seluruh dunia. Dari 700 juta pengguna aktif bulanan media sosial Instagram,

45 juta pengguna berasal dari Indonesia dengan jumlah 22 juta pengguna

aktif setiap harinya. (http://lampung.tribunnews.com/2017/07/27/jumlah-

pengguna-Instagram-di-indonesia-terbesar-se-asia-pasifik)

Berikut merupakan grafik pertumbuhan pengguna media sosial Instagram

Gambar 5. Jumlah Pengguna Instagram (Dalam Jutaan). Sumber:http://lampung.tribunnews.com/2017/07/27/jumlah-pengguna-Instagram-di-indonesia-terbesar-se-asia-pasifik

C. Pengguna Media Sosial Instagram di Indonesia

Pada tahun 2016 survey Aliansi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia

(APJII) mengumumkan bahwa 132 juta masyarakat Indonesia menggunakan

internet dengan presentasi 97,4 % atau 192,2 juta masyarakat indonesia

menggunakan internet untuk mengakses media sosial. Dari data pribadi

Instagram yang dikutip oleh beritagar.id, Rata-rata pengguna media sosial

Instagram di Indonesia memposting 150 foto dalam sebulan, dengan lebih

0

200

400

600

800

201020132014201520162017

Jumlah PenggunaInstagram (Dalam Jutaan)

JumlahPenggunaInstagram(Dalam Jutaan)

46

dari 80 juta foto dan video dibagikan secara global setiap hari, dan

menghasilkan 3.5 milyar likes perhari.

(https://www.google.co.id/amp/s/beritagar.id/artikel-amp/sains-

tekno/Instagram-beberkan-fakta-fakta-pengguna-di-indonesia).

Kelompok pengguna media sosial Instagram di Indonesia berdasarkan usia:

Gambar 6. Grafik pengguna media sosial Instagram berdasarkanusia. (Sumber: Napoleoncat.com)

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa presentasi pengguna media

sosial Instagram terbesar adalah oleh kelompok usia 18-24 tahun yang

merupakan bagian dari generasi Z.

98

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan

mengenai hedonisme sebagai identitas pengguna media sosial Instagram, sebagai

berikut:

1. Gaya hidup hedonisme yang sering ditampilkan di media sosial

Instagram misalnya seperti sering mengunjungi tempat wisata populer,

membeli barang mewah, dan senang menjadi pusat perhatian, serta tidak

menunjukkan kesulitan ataupun kesedihan di media sosial Instagram.

Gaya hidup hedonis tersebut ditunjukkan oleh foto-foto atau video yang

diunggahnya.

2. Para pengguna media sosial Instagram yang menjadi informan dalam

penelitian ini memiliki orientasi personal hedonisme. Gaya hidup

hedonisme sebagai identitas pengguna media sosial Instagram

disebabkan oleh kolektivitas dalam komunikasi individu. Pengguna

media sosial Instagram yang bergaya hedonis di media sosial

Instagramnya dipengaruhi oleh akun atau pengguna lainnya yang ia ikuti

dan ia perhatikan yang berada di dalam lingkungan virtualnya.

99

3. Pembentukan identitas di Instagram dianggap penting karena dapat

mempengaruhi seberapa besar informan dapat diterima dan dipandang di

lingkungan virtual media sosial Instagram. Hal tersebut yang membuat

para pengguna media sosial Instagram yang menjadi informan dalam

penelitian ini membangun identitas yang menyukai kesenangan, suka

mengunjungi tempat populer, menyukai membeli barang mewah, dan

menyukai mendapatkan perhatian dari orang lain agar dapat diterima di

dalam lingkungan tersebut.

4. Hedonisme sebagai identitas merupakan sebab dari rendahnya nilai-nilai

diri (komitmen) pada individu sehingga mudah dipengaruhi oleh orang

lain ketika informan bereksplorasi (mencari tahu apa yang akan menjadi

tujuan mereka).

5. Pandangan pengguna lain di ruang virtual mempengaruhi pembetukan

identitas pengguna media sosial Instagram.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis ingin menyampaikan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Disarankan kepada pengguna media sosial Instagram di manapun berada,

kehadiran teknologi memudahkan akses seperti informasi, hiburan,

interaksi dan sebagainya bahkan kehadiran media sosial seperti

Instagram menciptakan ruang baru untuk mengekspresikan diri,

mengaktualisasikan diri dan membangun identitas. Sebagai generasi yang

hidup di era serba digital disarankan untuk dapat memanfaatkan

100

teknologi dengan bijaksana untuk membantu membangun identitas yang

baik.

2. Disarankan kepada mahasiswa atau mahasiswi yang ingin melanjutkan

penelitian mengenai hedonisme sebagai identitas dapat membandingkan

identitas pengguna Instagram pada media sosial miliknya dengan

kehidupan nyata karena pada penelitian ini hanya membahas hedonisme

sebagai identias generasi di media sosial Instagram. Apakah sisi

kesamaan atau perbedaan identitas yang dibangun di media sosial

Instagram dengan identitas yang mereka bangun di kehidupan nyata,

maka diperlukan penelitian lanjutan untuk melengkapi kajian fenomena

ini.

3. Disarankan kepada mahasiswa atau mahasiswi yang ingin melanjutkan

penelitian mengenai hedonisme sebagai identitas untuk mencari tahu

faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pengguna media sosial

Instagram memiliki gaya hidup hidup hedonisme.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia; EdisiKetiga. Jakarta: Balai Pustaka.

De Vos, Dr. 2002. Pengantar Etika. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Franz Magnis-Suseno. 1987. Masalah-masalah Pokok Fissafat Moral.Yogyakarta: Kanisius.

Giddens. 1991. Modernity and Self Identity. California: Stanford University Press.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-ilmu Sosial.Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Little John, Foss. 2008. Teori Komunikasi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Lorens, Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.

Moleong, L. J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.

Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitiatif. Cetakan ketujuhbelas.Bandung: Remaja Rosdakarya

Morissan. 2013. Teori Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Nasrullah. 2015. Media Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nilam Widya Rini, Dra. 2009. Seri Psikologi Populer: Kunci PengembanganDiri. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies Atas MatinyaMakna. Bandung: Jalasutra.

Richard West, Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis danAplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Ritzer, George Dougles J Goodman. 2009. Teori Sosiologi: Dari Teori SosiologiKlasik sampai Perkembangan Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta:Kreasi Wacana.

Salam, Burhanuddin. 2000. Etika Individual; Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta:PT Bineka Cipta.

Soejatmiko. 2008. Saya Berbelanja Maka Saya Ada: Ketika Konsumsi dan DesainMenjadi Gaya Hidup Konsumeris. Bandung: Jalasutra.

Sofar Silean, Widiyono. Metode Penelitian Sosial Untuk Penulisan Skripsi danTesis. Jakarta: IN Media.

Sugiono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suryani, Tatik. 2013. Perilaku Konsumen di Era Internet. Yogyakart: Graha Ilmu.

Tapscott. 2009. Growing Up Digital. Jakarta: PT Gramedia.

B. Internet

http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/08/JURNAL%20UPLOAD%20(08-31-14-11-04-03).pdf hlm 3 diakses pada 7 April 2017 pukul 09:00 Wib

http://etheses.uin-malang.ac.id/667/6/09410085%20Bab%202.pdf di akses pada 1Februari 2018 pukul 09.30 WIB http://excellent-mgt.com/2016/07/22/teori-generasi-theory-of-generations/ diakses pada21 Desember 2016, pukul 10:31 WIB

http://lampung.tribunnews.com/2016/01/13/orangtua-perlu-waspada-ini-penyebab-remaja-menjadi-hedonis, diakses pada 10 November 2016pukul 19.03 WIB

http://news.metrotvnews.com/peristiwa/ybJy8X4N-berkenalan-dengan-generasi-z,diakses pada 10 November 2016 pukul 16.43 WIB.

http://tekno.kompas.com/read/2016/07/15/14520007/Begini.Perilaku.Remaja.di.Instagram diakses pada 10 November 2016 pukul 18.30 WIB

http://www.radarjogja.co.id/fenomena-awkarin-bukti-semakin-banyak-remaja-hedonis/ diakses pada 10 November 2016 pukul 17.00 WIB

http://www.unpas.ac.id/apa-itu-sosial-media/ diakses pada 21 Desember 2016pukul 17:01 WIB

C. Jurnal

Primada Qurotta Ayun. 2015. Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosialdalam Membentuk Identitas. Universitas Ahmad Dahlan.

Rina Mardiana. 2011. Potensi Digital Natives Dalam Representasi LiterasiInformasi Multimedia Berbasis Web di Perguruan Tinggi. JurnalPustakawan Indonesia Volume 11 No. 1.

Syafaati, Arieffi, dkk. 2008. Dugem: Gaya Hidup Hedonis di Kalangan AnakMuda. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 10 (2) : pp 1-112

D. Skripsi

Almira Rizki Pontania. 2016. Hubungan antara Konsep diri dengan Gaya HidupHedonis Pada Siswa Negeri 4 Surakarta. Naskah Publikasi Skripsi;Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi.

Arisai Olga Hakase Pasaribu. 2014. Konstruksi Identitas Diri Remaja PenggunaMedia Instagram di kota Medan. Skripsi Hubungan Masyarakat,Universitas Sumatra Utara.

Ayu Gustina. 2016. Analisis Etika Dalam Penggunaan Media Sosial Path (StudiKasus Pada Mahasiswa STMIK Perguruan Tinggi Teknokrat Lampung.Skripsi Ilmu Komunikasi, Universitas Lampung.

Nafi’ul Ikhwan. 2014. Skripsi Identitas Diri Reggae Mania di Gresik. SkripsiProgram Studi Psikologi. Universitas Islam Negeri Sunan AmpelSurabaya.

Rima Hardiyanti. 2012. Skripsi Komunitas Jilbab Kontemporer “Hijabers” diKota Makassar. Skripsi Program Studi. Universitas Hasanudin Makassar.

E. Tesis

Ashari, Fariz Faisal. 2013. Self-Identity Waria. Tesis Megister, UIN Sunan AmpelSurabaya.