hematotorak

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akumulasi darah dalam dada atau hematothorax adalah masalah yang relatif umum , paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada . Hematothorax tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang umum dan dapat disebabkan oleh berbagai penyebab. Identifikasi dan pengobatan traumatik gematothorax adalah bagian penting dari perawatan pasien yang terluka . Dalam kasus hematothorax tidak berhubungan dengan trauma , penyelidikan yang hati – hati untuk sumber yang mendasari harus dilakukan ketika perawatan terjadi . Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura . Walaupun beberapa penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 % diperlukan untuk mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian besar tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum adalah hematothorax tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan atau dapat terjadi secara spontan . Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan pada saat yang sama , menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap , luka harus ditutup dengan harapan bahwa ada tekanan intrathoracic akan menghentikan perdarahan jika efek yang diinginkan tercapai , menyarankan agar luka dibuka 1

description

hematotorak.doc

Transcript of hematotorak

Page 1: hematotorak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akumulasi darah dalam dada atau hematothorax adalah masalah yang relatif umum ,

paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada . Hematothorax

tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang umum dan dapat disebabkan oleh

berbagai penyebab. Identifikasi dan pengobatan traumatik gematothorax adalah bagian

penting dari perawatan pasien yang terluka . Dalam kasus hematothorax tidak

berhubungan dengan trauma , penyelidikan yang hati – hati untuk sumber yang mendasari

harus dilakukan ketika perawatan terjadi .

Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura . Walaupun beberapa

penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 % diperlukan untuk

mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian

besar tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum adalah

hematothorax tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat hasil dari sejumlah

nontraumatic menyebabkan atau dapat terjadi secara spontan .

Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan pada saat yang

sama , menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap , luka harus ditutup dengan

harapan bahwa ada tekanan intrathoracic akan menghentikan perdarahan jika efek yang

diinginkan tercapai , menyarankan agar luka dibuka kembali beberapa hari kemudian

untuk evakuasi tetap beku darah atau cairan serosa .

Mengukur frekuansi hematothorax dalam populasi umum sulit . Hematothorax yang

sangat kecil dapat dikaitkan dengan satu patah tulang rusuk dan mungkin tak terdeteksi

atau tidak memerlukan pengobatan . karena sebagian besar terkait dengan hematothorax

trauma , perkiraan kasar terjadinya mereka dapat dikumpulkan dari trauma statistik

1

Page 2: hematotorak

1.2Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hemathotorak?

2. Bagaimana etiologi dari hematothorak?

3. Apa saja klasifikasi dari hemathotorak?

4. Bagaimana derajat perdarahahan dari hematothorak?

5. Bagaimana tanda dan gejala dari hemathotorak?

6. Bagaimana patofisiologi dari hemathotorak?

7. Bagaimana manifestasi dari hemathotorak?

8. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari hemathotorak?

9. Bagaimana komplikasi dari hemathotorak?

10. Bagaimana pengobatan dari hemathotorak?

11. Bagaimana penatalaksanaan dari hemathotorak?

12. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien hemathotorak?

1.3Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui tentang definisi hematothorak

2. Untuk mengetahu tentang etiologi hematothorak

3. Untuk mengetahui tentang klsifikasi hematothorak

4. Untuk mengetahui derajat perdarahan hematothorak

5. Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala dari hematothorak

6. Untuk mengatahui tentang patofisiologi dari hematothorak

7. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis hematotohrak

8. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan diagnostica hematothorak

9. Untuk mengetahui tentang komplikasi hematothorak

10. Untuk mengetahui tentang pengobatan hematothorak

2

Page 3: hematotorak

11. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dari hematothorak

12. Untuk mengatahui tentang asuhan keperawatan dari hematothorak

3

Page 4: hematotorak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber mungkin darah dari

dinding dada, parenkim paru – paru, jantung atau pembuluh darah besar. kondisi diasanya

merupakan konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga mungkin merupakan

komplikasi dari beberapa penyakit.

Hemothorax adalah pengumpulan darah dalam rongga pleura. Hal ini diklasifikasikan

menurut jumlah darah yaitu 350 ml atau kurang dianggap minim,350-1500 ml moderat,

dan lebih dari 1500 ml dianggap besar.

Hemothorax atau haemothorax adalah suatu kondisi yang dihasilkan dari darah

terakumulasi di rongga pleura.

Hemothorax adalah pengumpulan darah dalam ruang potensial antara pleura visceral

dan parietal. (Arif Mansjoer,Kapita Selekta Kedokteran;297)

2.2 Etiologi

Ada jenis trauma yaitu :

1. Traumatik

Trauma tumpul.

4

Page 5: hematotorak

Trauma tembus (termasuk iatrogenik)

2. Nontraumatik / spontan

Neoplasma.

komplikasi antikoagulan.

emboli paru dengan infark

robekan adesi pleura yang berhubungan dengan pneumotoraks spontan.

Bullous emphysema.

Nekrosis akibat infeksi.

Tuberculosis.

fistula arteri atau vena pulmonal.

telangiectasia hemoragik herediter.

kelainan vaskular intratoraks nonpulmoner (aneurisma aorta pars thoraxica,

aneurisma arteri mamaria interna).

sekuestrasi intralobar dan ekstralobar.

patologi abdomen ( pancreatic pseudocyst, splenic artery aneurysm,

hemoperitoneum).

Catamenial

2.3Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala Hemotoraks

1. Denyut jantung yang cepat

2. Kecemasan

3. Kegelisahan

4. Kelelahan

5. Kulit yang dingin dan berkeringat

6. Kulit yang pucat

5

Page 6: hematotorak

7. Rasa sakit di dada

8. Sesak nafas

2.4 DERAJAT PENDARAHAN HEMOTHORAX

a.       Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)

         Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.

         Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi

pernapasan.

         Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan

darah sekitar 10%

b.      Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)

Gejala klinisnya:

         takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit),

         takipnea,

         penurunan tekanan nadi,

         kulit teraba dingin,

         perlambatan pengisian kapiler, dan

         anxietas ringan

c.       Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)

Gejalanya:

         Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah

sistolik, oliguria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti

kebingungan atau agitasi.

         Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah

jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan

darah sistolik.

         Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan

untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.

d.      Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)

Gejala-gejalanya berupa:

         takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,

         tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur),

6

Page 7: hematotorak

         berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar,

         penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan

         kulit dingin dan pucat.

2.5 Patofisiologi

Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,

menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru

menembus paru-paru mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau menutupi

thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam

rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.

Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler,

kolaps terjadi pendarahan akibat pecahnya arteri dan kapiler-kapiler kecil , sehingga tekanan

perifer pembuluh darah paru meningkat, dan aliran darah menurun yang mengakibakan kadar

Hb dalam darah menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak napas, tahipnea, sianosis,

tachikardia.

7

Page 8: hematotorak

pathway

8

Kecelakaan lalu lintas

Menyebabkan ruda paksa tumpul pada toraks dan abdoment. Diikuti dengan patah tulang tertutup.

Trauma torak (Hematotorak)

cedera jarinngan lunak, cedera/hilangnya

kontinuitas struktur tulang

Patah tulang

Pendarahan jaringan interstitium, Pendarahan Intra alviolar, kolaps arteri dan kapiler, kapiler kecil, hingga tahanan periver pembuluh darah paru naik , aliran darah menurun.

nyeri. adanya luka pasca trauma, pergerakan fragmen tulang

Terputusnya / hilangnya kontinuitas dari struktur tulang.

akumulasi darah di kantong pleura

gangguan ventilasi pengembangan paru tidak optimal, gangguan difusi, distribusi, dan transportasi oksigen

nyeri kerusakan intregritas jaringan, dan resiko tinggi infeksi

Nyeri gerak, deformitas, krepitase.

Gerakan abnormal di lokasi patah tulang

Pembersihan jalan nafas tidak efektif

terpasang bullow drainase/WSD

keluhan sistemis, mual, intake nutrisi tidak adekuat, malaise kelemahan dan keletihan fisik, kecemasan, serta ketidaktahuan prognosis

nyeri perubahan pemenuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan gangguan mobilitas fisik gangguan pemenuhan ADL kecemasan ketidaktahuan /pemenuhan informasi

Page 9: hematotorak

2.6 Manifestasi klinis

Blunt trauma – hematothorax dengan dinding dada cedera tumpul .Jarang

hematothorax sendirian menemukan dalam trauma tumpul. Associated dinding dada atau

cedera paru hampir selalu hadir .

Cedera tulang sederhana terdiri dari satu atau beberapa patah tulang rusak adalah yang

paling umum dada cedera tumpul . Hematothorax kecil dapat berhubungan dengan

bahkan satu patah tulang rusuk tetapi sering tetap diperhatikan selama pemeriksaan fisik

dan bahkan setelah dada radiography . Koleksi kecil seperti jarang membutuhkan

pengobatan .

Kompleks dinding dada cedera adalah mereka yang baik 4 / lebih secara berurutan

satu patah tulang rusuk hadir atau memukul dada ada . Jenis cedera ini terkait dengan

tingkat signifikan kerusakan dinding dada dan sering menghasilkan koleksi besar darah

dalam rongga pleura dan gangguan pernapasan substansial . Paru memar dan

pneumotorax yang umumnya terkait cedera . Mengakibatkan luka – luka lecet dari

internal interkostal / arteri mamae dapat menghasilkan ukuran hematothorax signifikan

dan hemodinamik signifikan kompromi . Kapal ini adalah yang paling umum perdarahan

terus menerus sumber dari dada setelah trauma

Delayed hematothorax can accur at some interval after blunt chest trauma . Dalam

kasus tersebut evaluasi awal , termasuk dada radiography  , mengngkapkan temuan dari

patah tulang rusuk yang menyertainya tanpa intrathoracic patologi , Namun jam untuk

hari kemudian , seorang hematothorax terlihat . Mekanisme diyakini baik pecah terkait

trauma dinding dada hematom ke dalam rongga pleura / perpindahan dari tulang rusuk

patah ujungnya dengan interkostalis akhirnya gangguan terhadap kapal – kapal selama

gerakan pernapasan atau batuk .

Trauma tumpul

Hematothorax besar biasanya berhubungan struktur vaskular cedera .

Gangguan atau robekan besar struktur arteri / vena di dalam dada dapat menyebebkan

perdarahan masif / exsanguinating .

9

Page 10: hematotorak

Trauma tembus

Hematothorax dari cedera penetrasi paling sering disebabkan oleh lecet

langsung dari pembuluh darah . Sementara arteri dinding dada paling sering , sumber

menembus hematothorax cedera , intrathoracic struktur  , termasuk jantung , juga

harus dipertimbangkan .

Parenkim paru cedera sangat umum dalam kasus – kasus cedera menembus

dan biasanya menghasilkan kombinasi hematothorax dan pneumothorax .

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat

menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).

GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan

mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang

meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya

menurun.

Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).

Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.

Hematokrit cairan pleura. Biasanya tidak diperlukan untuk pasien hemotoraks

traumatik. Diperlukan untuk analisis dari efusi yang mengandung darah dengan

penyebab nontraumatik. Dalam kasus ini, efusi pleura dengan hematokrit lebih

dari 50% dari hematokrit sirkulasi mengindikasikan kemungkinan kemotoraks.

USG

CT-scan

2.8 Komplikasi

Komplikasi dapat berupa  :

10

Page 11: hematotorak

1. Kegagalan pernafasan

2. Kematian

3. Fibrosis atau parut dari membran pleura

4. Syok

2.9 Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan pendarahan, dan

menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan pada hemotoraks :

1. Resusitasi cairan. Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume

darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai

dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian

pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura

dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi

bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ). 

2. Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks tersebut

dapat cepat keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Hemotoraks akut

yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan

chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga

pleura mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan

dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah /

cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan

terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang

menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan

negatif intrapleural / cavum pleura.

2.10 Penatalaksanaan

Kematian penderita hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang

dan terjadinya kegagalan pernapasan.

Kegagalan pernapasan disebabkan adanya sejumlah besar darah dalam rongga pleura

11

Page 12: hematotorak

menekan jaringan paru serta berkurangnya jaringan paru yang melakukan ventilasi.

Maka pengobatan hemothorax sebagai berikut :

1. Pengosongan rongga pleura dari darah.

2. Menghentikan perdarahan.

3. Memperbaiki keadaan umum.

4. Lain-lain.

1. Dipasang “Chest tube” dan dihubungkan dengan system WSD, hal ini dapat

mempercepat paru mengembang.

2. Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak behenti maka dipertimbangkan

untuk thorakotomi.

3. Pemberian oksigen 2 – 4 liter/menit, lamanya disesuaikan dengan perubahan klinis,

lebih baik lagi apabila dimonitor dengan analisa gas darah. Usahakan sampai gas

darah penderita normal kembali.

4. Pemberian tranfusi darah : dilihat dari adanya penurunan Hb. Sebagai patokan dapat

dipakai perhitungan sebagai berikut, setiap 250 cc darah (dari penderita dengan Hb 15

g %) dapat menaikkan ¾ g % Hb. Diberikan dengan tetesan normal kira-kira 20 –30

tetes / menit dan dijaga jangan sampai terjadi gangguan pada fungsi jantung atau

menimbulkan gangguan pada jantung.

5. Pemberian antibiotika, dilakukan apabila ada infeksi sekunder.

Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan kultur.

Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan penyakit

gawat, maka penderita dapat diberi “broad spectrum antibiotic”, misalnya

Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.

Juga dipertimbangkan dekortikasi apabila terjadi penebalan pleura.

12

Page 13: hematotorak

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1    Pengkajian

A.  Identitas

nama, umur, jenis kelamin, dokter yang merujuk, pemberi informasi (misalnya

pasien, keluarga,dll), dan kendalan pemberi informasi.

B. Riwayat penyakit saat ini

Keluhan sesak mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan

pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada pernafasan. Kaji

apakah ada riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang

menembus dada dan peluru , ledakan yang menyebabkan peningkatan tekanan udara

dan terjadi tekanan pada dada yang mendadak menyebabkan tekanan pada di dalam

paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasnyua menyebabkan trauma tumpul pada

dada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.

C. Riwayat penyakit dahulu

13

Page 14: hematotorak

Perlu ditanyakan pada klien pernah merokot, terpapar polusi udara yang berat. Perlu

ditanyakan apakah ada riwayat alergim pada keluarga.

D. Pengkajian psikososial

Kecemasan dank koping tidak efektif sering didapatkan pada klien, dengan

hematothoraks.Pengkajian status ekonomi yang bertampak pada asuransi kesehatan

dan perubahan mekanisme peran dalam keluarga.

E. Personal Hygiene

Kelemahan selama aktivitas perawatan diri.

F. Pengkajian Spiritual

Ansietas, gelisah, bingung, pingsan

G. Pengkajian AVPU (Kesadaran)

Untuk menentukan tingkat kesadaran klien dapat digunakan perhitungan Glassglow

Coma Scale (GCS). Untuk klien dengan gangguan tension pneumothoraks, biasanya

kesadaranya menurun.

Dapat juga dinilai melalui cara berikut :

1. A = Alert

Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.

2. V = Verbal

Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.

3. P = Pain

Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh

penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.

4. U = Unrespon

Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh

penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama

sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.

H. Triage

14

Page 15: hematotorak

Mengancam jiwa, akan mati tanpa tindakan dan evaluasi segera. Harus didahulukan

à langsung ditangani. Area resusitasi. Waktu tunggu 0 menit. Maka dapat

digolongkan P1 (Emergency)

I. Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunakan PQRST, yaitu sebagai berikut :

P: Provokativ. Penyebab terjadinya nyeri

Q: Quality.

Kualitas nyeri yang dirasakan oleh klien. Untuk menentukan kualitas nyeri dapat

digunakan skala numerik ataupun melihat raut wajah klien.

R: Region.

Dari bagian mana nyeri mulai dirasakan dan sampai batas mana nyeri doarasakan.

S: Skala.

Nyeri yang digunakan ditentukan dengan menggunakan skala numerik ataupun

menilai raut wajah klien. Dari skala dapat ditentukan intensitas atau kualitas nyeri.

T: Time.Waktu nyeri yang dirasakan klien. Apakah nyeri yang dirasakan terus

menerus, timbul-hilang, atau sewaktu-waktu.

3.2 Pemeriksaan fisik

A. Primary Survey

1. Airway

a. Assessment :

1. Perhatikan patensi airway.

2. Dengar suara napas

3. Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada

b. Management

1. Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan

jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas

2. Re-posisi kepala, pasang collar-neck

3. Lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral /

nasal)

2. Breathing

a. Assesment

15

Page 16: hematotorak

1. Periksa frekwensi napas

2. Perhatikan gerakan respirasi

3. Palpasi toraks

4. Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

b. Management:

1. Lakukan bantuan ventilasi bila perlu

2. Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks

3. Circulation

c. Assesment

1. Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi

2. Periksa tekanan darah

3. Pemeriksaan pulse oxymetri

4. Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)

d. Management

1. Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines

2. Torakotomi emergency bila diperlukan

3. Operasi Eksplorasi vaskular emergency

4. Pemasangan WSD

3. Circulation

1. kaji heart rate dan rhytem

2. catat tekanan darah

3. lakukan pemeriksaan EKG

4. lakukan pemasangan IV akses

5. lakukan pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan

elektrolit.

4. Disability

a. lakukan pengkajian tingkat kesadaran dengan menggnakan pendekatan

AVPU

b. penurunan kesadaran merupakan tanda pertama pasien dalam perburukan

dan membutuhkan pertolongan di ICU

5. Exposure

pada saat pasien stabil kaji riwayat kesehatan scara detail dan lakukan

pemeriksaan fisik lainnya

16

Page 17: hematotorak

Pada pneumothoraks ventil/ tension pneumothoraks, penderita sering sesak

napas berat dan keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan

tindakan perbaikan. Tekanan intrapleura tinggi, bisa terjadi kolaps paru dan ada

penekanan pada mediastinum dan jantung. Himpitan pada jantung menyebabkan

kontraksi terganggu dan “venous return” juga terganggu. Jadi selain menimbulkan

gangguan pada pernapasan, juga menimbulkan gangguan pada sirkulasi darah

(hemodinamik).

Penanganan segera terhadap kondisi yang mengancam kehidupan meliputi

dekompresi pada hemitoraks yang sakit dengan menggunakan needle thoracostomy

(ukuran 14 – 16 G) ditusukkan pada ruang interkostal kedua sejajar dengan

midclavicular line. Selanjutnya dapat dipasang tube thoracostomy diiringi dengan

control nyeri dan pulmonary toilet (pemasangan selang dada) diantara anterior dan

mid-axillaris. Penanganan Diit dengan tinggi kalori tinggi protein 2300 kkal + ekstra

putih telur 3 x 2 butir / hari.

B. Secondary Survey

Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu

sebagai berikut :

S: Sign and Symptom.

Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada jejas pada

thorak, Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi, Pembengkakan

lokal dan krepitasi pada saat palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas

pendek, Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, Penurunan

tekanan darah.

A: Allergies

Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi

obat-obatan ataupun kebutuhan akan makan/minum.

M: Medications

(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications especially).

Pengobatan yang diberikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan keadaan

klien dan tidak menimbulka reaksi alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai

dengan riwayat pengobatan klien.

17

Page 18: hematotorak

P: Previous medical/surgical history.

Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.

L: Last meal (Time)

Waktu klien terakhir makan atau minum.

E: Events /Environment surrounding the injury; ie. Exactly what happened.

Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji data dasar

klien yang kemudian digolongkan dalam SAMPLE.

a. Aktivitas / istirahat

Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

b. Sirkulasi

Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung

gallop, nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal,

tanda homman (bunyi rendah sehubungan dengan denyutan jantung,

menunjukkan udara dalam mediastinum).

c. Psikososial

Ketakutan, gelisah.

d. Makanan / cairan

Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.

e. Nyeri / kenyamanan

Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada unilateral

meningkat karena batuk, timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau

regangan, tajam atau nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam.

f. Pernapasan

Pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan

otot aksesori pernapasan pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas

menurun/ hilang (auskultasi à mengindikasikan bahwa paru tidak

mengembang dalam rongga pleura), fremitus menurun, perkusi dada :

hipersonor diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak

sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis, berkeringat, mental: ansietas, gelisah,

bingung, pingsan. Kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada / trauma :

penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), keganasan

(mis. Obstruksi tumor).

g. Keamanan

18

Page 19: hematotorak

Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.

3.3 Diagnosis

1. bersihan jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret di

jalan nafas.

2. gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan terjadinya peningkatan metabolisme tubuh, nafsu makan

terganggu akibat sesak nafas sekunder yang menekan struktur abdomen.

3. cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan klien

(ketidakmampuan untuk bernafas).

4. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.

3.4 Intervensi

NO Diagnosa

keperawatan

NOC NIC

19

Page 20: hematotorak

1. Bersihan jalan napas

yang tidak efektif

yang berhubungan

dengan adanya

akumulasi sekret di

jalan napas

respiratory Status :

Ventilation

respiratory status :

airway patency

aspiration control

Kriteria hasil :

Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara

nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan

dispneu ( mampu

mengeluarkan sputum,

mampu bernafas

dengan mudah )

Menunjukan jalan

nafas yang paten

( klien tidak merasa

tercekik , irama nafas,

frekuensi pernafasan

dalam rentang normal,

tidak ada suara nafas

abnormal )

Mampu

mengidentifikasi dan

mencegah faktor yang

menghambat jakan

nafas

Airway suction

Auskultasi suara nafas

sebelum dan sesudah

suctioning

Informasikan pada

klien dan keluarga

tentang suctioning

minta klien nafas

dalam sebelum suction

dilakukan

gunakan alat yang

steril setiap melakukan

tindakan

anjurkan pasien untuk

istirahat dan nafas

dalam setelah kateter

dikeluarkan dari

nasotrakeal

monitor status oksigen

pasien

ajarkan keluarga

bagaimana cara

mengeluarkan suction

Airway management

Posisikan pasien untuk

memakimalkan

ventilasi

identifikasikan pasien

perlunya pemasangan

alat jalan nafas buatan

pasang mayo bila perlu

lakukan fisioterapi

20

Page 21: hematotorak

dada jia perlu

keluarkan secret

dengan batuk atau

suction

auskultasi suara nafas,

catat adanya suara

tambahan

lakukan suction mayo

kolaborasikan

pemberian

bronkodilator bila

perlu

atur intake untuk

cairan mengoptimalkan

kesimbangan

monitor respirasi dan

status O2

2. gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh yang

berhubungan dengan

terjadinya

peningkatan

metabolisme tubuh,

nafsu makan

terganggu akibat

sesak nafas sekunder

yang menekan

Nutritional status :

food and fluid intake

Kriteria Hasil :

Adanya peningkatan

berat badan sesuai

dengan tujuan.

Berat badan idea

sesuai dengan tinggi

badan.

Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi.

Nutrition

Management

Kaji adanya alergi

makanan

Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan

nutrisi yang di

butuhkan pasien.

Anjurkan pasien untuk

meningkatkan intake

Fe

Anjurkan pasien untuk

21

Page 22: hematotorak

struktur abdomen meningkatkan protein

dan vitamin C

Berikan substansi gula

Yakinkan diet yang

dimakan mengandung

tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

Ajarkan pasien

bagaimana membiat

catatan makanan

harian

Monitor jumlah nutrisi

dan kandungan kalori

Berikan kalori tentang

kebutuhan nutrisi

Nutrition Monitoring

BB pasien dalam batas

normal

Monitor adanya

penurunan berat badan

Monitor lingkungan

selama makan

Monitor turgor kulit

Monitor mual muntah

Monitor kadar

albumin, total

protein,Hb, dan kadar

Ht

Monitor makanan

kesukaan

Monitor pertumbuhan

dan perkembangan.

22

Page 23: hematotorak

3. cemas berhubungan

dengan adanya

ancaman kematian

yang dibayangkan

klien

(ketidakmampuan

untuk bernafas)

Anxiety control

Coping

Impulse control

Criteria Hasil

Klien mampu

mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala

cemas

Mengidentifikasikan,

mengungkapkan dan

menunjukan teknik

untuk mengontrol

cemas

Vital sign dalam batas

normal

Posur tubuh, ekspresi

wajah, bahasa tubuh

dan tingkat aktivitas

menunjukan

berkurangnya

kecemasan

Anxiety reduction

(penurunan

kecemasan)

Gunakan pendekatan

yang menenangkan

Nyatakan dengan jelas

harapan terhadap

perilaku pasien

Jelaskan semua

prosedur dan apa yang

dirasakan selama

prosedur

Pahami situasi stress

Temani pasien untuk

memberikan keamanan

dan mengurangi taku

Identifikasi tingkat

kecemasan

Bantu pasien mengenal

situasi yang

menimbulkan

kecemasan

Dorong pasien untuk

mengungkapkan

perasaan ketakutan

Berikan obat utuk

mengurangi kecemasan

4. gangguan mobilitas

fisik berhubungan

dengan kerusakan

neuromuskuler

Join movement active

Mobility level

Self care/ADLs

Transfer performance

Exercise theraphy :

ambulation

Monitoring vital sign

sebelum/sesudah

latihan dan lihat respon

23

Page 24: hematotorak

Criteria Hasil

Klien meningkat dalam

aktivitas fisik

Mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas

Memverbalisasikan

perasaaan dalam

meningkatkan

kekuatan dan

kemampuan berpindah

Memperagakan

penggunaan alat bantu

untuk mobilisasi

(walker)

pasien saat latihan

Konsultasikan dengan

terapi fisik tentang

rencana ambulasi

sesuai dengan

kebutuhan

Bantu klien untuk

menggunakan tongkat

saat berjalan dan cegah

terhadap cidera

Ajarkan pasien atau

tenaga kesehatan lain

tentang teknik

ambulasi

Kaji kemampuan klien

dalam mobilisasi

Latih pasien dalam

pemenuhan kebutuhan

ADLs secara mandiri

Ajarkan pasien

bagaimana merubah

posisi dan berikan

bantuan jika perlu

3.5 IMPLEMENTASI

Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mempermudah

proses keperawatan

Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien tentang penyakitnya

Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya

Mengobservasi TTV

Mengkaji pasien

24

Page 25: hematotorak

3.6 EVALUASI

S : Pasien mengatakan keluhan-keluhan yang dirasakan saat pengkajian

O : Pemeriksaan TTV

A : Masalah teratasi, belum teratasi, atau teratasi sebagian

P : Planing selanjutnya.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Akumulasi darah dalam dada , atau hematothorax adalah masalah yang relatif umum ,

paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada . hematothorax

tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang umum dan dapat disebabkan oleh berbagai

penyebab . Identifikasi dan pengobatan traumatik gematothorax adalah bagian penting dari

perawatan pasien yang terluka . Dalam kasus hematothorax tidak berhubungan dengan

trauma , penyelidikan yang hati – hati untuk sumber yang mendasari harus dilakukan ketika

perawatan terjadi .

Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura . Walaupun beberapa

penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 % diperlukan untuk

25

Page 26: hematotorak

mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian besar

tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum adalah hematothorax

tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan

atau dapat terjadi secara spontan

4.2 SARAN

Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca

dapat memahami materi tentang Hemothorak. Saran dari penyusun agar para pembaca dapat

menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik, kemudian pembaca dapat

mengetahui cara pencegahan dari penyakit hemothorak dan mengetahui cara mengobatinya.

26

Page 27: hematotorak

DAFTAR PUSTAKA

1. Poppy et all. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC,1998.

2. Slamet Suyono, (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, FKUL : Jakarta

3. Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

4. Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system pernapasan. Jakarta:Salemba Medika.

5. http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-pasien-dengan hematotorak24.html

6. http://septianhardiansya.blogspot.com/2012/11/asuhan-keperawatan-pasien-hemothorak.html

7. http://indobeta.com/hemothorax

8. http://wikidoc.org/index.php/Hemothorax

9. http://ardiartana.wordpress.com/2013/02/22/makalah-tentang-penyakit-hemothorax/ Kumala,

 

27