hematotorak
-
Upload
ingga-chiesheiyha-virovyy -
Category
Documents
-
view
69 -
download
1
description
Transcript of hematotorak
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akumulasi darah dalam dada atau hematothorax adalah masalah yang relatif umum ,
paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada . Hematothorax
tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang umum dan dapat disebabkan oleh
berbagai penyebab. Identifikasi dan pengobatan traumatik gematothorax adalah bagian
penting dari perawatan pasien yang terluka . Dalam kasus hematothorax tidak
berhubungan dengan trauma , penyelidikan yang hati – hati untuk sumber yang mendasari
harus dilakukan ketika perawatan terjadi .
Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura . Walaupun beberapa
penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 % diperlukan untuk
mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian
besar tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum adalah
hematothorax tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat hasil dari sejumlah
nontraumatic menyebabkan atau dapat terjadi secara spontan .
Pentingnya evakuasi awal darah melalui luka dada yang ada dan pada saat yang
sama , menyatakan bahwa jika perdarahan dari dada tetap , luka harus ditutup dengan
harapan bahwa ada tekanan intrathoracic akan menghentikan perdarahan jika efek yang
diinginkan tercapai , menyarankan agar luka dibuka kembali beberapa hari kemudian
untuk evakuasi tetap beku darah atau cairan serosa .
Mengukur frekuansi hematothorax dalam populasi umum sulit . Hematothorax yang
sangat kecil dapat dikaitkan dengan satu patah tulang rusuk dan mungkin tak terdeteksi
atau tidak memerlukan pengobatan . karena sebagian besar terkait dengan hematothorax
trauma , perkiraan kasar terjadinya mereka dapat dikumpulkan dari trauma statistik
1
1.2Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hemathotorak?
2. Bagaimana etiologi dari hematothorak?
3. Apa saja klasifikasi dari hemathotorak?
4. Bagaimana derajat perdarahahan dari hematothorak?
5. Bagaimana tanda dan gejala dari hemathotorak?
6. Bagaimana patofisiologi dari hemathotorak?
7. Bagaimana manifestasi dari hemathotorak?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari hemathotorak?
9. Bagaimana komplikasi dari hemathotorak?
10. Bagaimana pengobatan dari hemathotorak?
11. Bagaimana penatalaksanaan dari hemathotorak?
12. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien hemathotorak?
1.3Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tentang definisi hematothorak
2. Untuk mengetahu tentang etiologi hematothorak
3. Untuk mengetahui tentang klsifikasi hematothorak
4. Untuk mengetahui derajat perdarahan hematothorak
5. Untuk mengetahui tentang tanda dan gejala dari hematothorak
6. Untuk mengatahui tentang patofisiologi dari hematothorak
7. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis hematotohrak
8. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan diagnostica hematothorak
9. Untuk mengetahui tentang komplikasi hematothorak
10. Untuk mengetahui tentang pengobatan hematothorak
2
11. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dari hematothorak
12. Untuk mengatahui tentang asuhan keperawatan dari hematothorak
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber mungkin darah dari
dinding dada, parenkim paru – paru, jantung atau pembuluh darah besar. kondisi diasanya
merupakan konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga mungkin merupakan
komplikasi dari beberapa penyakit.
Hemothorax adalah pengumpulan darah dalam rongga pleura. Hal ini diklasifikasikan
menurut jumlah darah yaitu 350 ml atau kurang dianggap minim,350-1500 ml moderat,
dan lebih dari 1500 ml dianggap besar.
Hemothorax atau haemothorax adalah suatu kondisi yang dihasilkan dari darah
terakumulasi di rongga pleura.
Hemothorax adalah pengumpulan darah dalam ruang potensial antara pleura visceral
dan parietal. (Arif Mansjoer,Kapita Selekta Kedokteran;297)
2.2 Etiologi
Ada jenis trauma yaitu :
1. Traumatik
Trauma tumpul.
4
Trauma tembus (termasuk iatrogenik)
2. Nontraumatik / spontan
Neoplasma.
komplikasi antikoagulan.
emboli paru dengan infark
robekan adesi pleura yang berhubungan dengan pneumotoraks spontan.
Bullous emphysema.
Nekrosis akibat infeksi.
Tuberculosis.
fistula arteri atau vena pulmonal.
telangiectasia hemoragik herediter.
kelainan vaskular intratoraks nonpulmoner (aneurisma aorta pars thoraxica,
aneurisma arteri mamaria interna).
sekuestrasi intralobar dan ekstralobar.
patologi abdomen ( pancreatic pseudocyst, splenic artery aneurysm,
hemoperitoneum).
Catamenial
2.3Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Hemotoraks
1. Denyut jantung yang cepat
2. Kecemasan
3. Kegelisahan
4. Kelelahan
5. Kulit yang dingin dan berkeringat
6. Kulit yang pucat
5
7. Rasa sakit di dada
8. Sesak nafas
2.4 DERAJAT PENDARAHAN HEMOTHORAX
a. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi
pernapasan.
Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan
darah sekitar 10%
b. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
Gejala klinisnya:
takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit),
takipnea,
penurunan tekanan nadi,
kulit teraba dingin,
perlambatan pengisian kapiler, dan
anxietas ringan
c. Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
Gejalanya:
Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah
sistolik, oliguria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti
kebingungan atau agitasi.
Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah
jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan
darah sistolik.
Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan
untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.
d. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
Gejala-gejalanya berupa:
takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,
tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur),
6
berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar,
penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan
kulit dingin dan pucat.
2.5 Patofisiologi
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru
menembus paru-paru mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau menutupi
thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam
rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler,
kolaps terjadi pendarahan akibat pecahnya arteri dan kapiler-kapiler kecil , sehingga tekanan
perifer pembuluh darah paru meningkat, dan aliran darah menurun yang mengakibakan kadar
Hb dalam darah menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak napas, tahipnea, sianosis,
tachikardia.
7
pathway
8
Kecelakaan lalu lintas
Menyebabkan ruda paksa tumpul pada toraks dan abdoment. Diikuti dengan patah tulang tertutup.
Trauma torak (Hematotorak)
cedera jarinngan lunak, cedera/hilangnya
kontinuitas struktur tulang
Patah tulang
Pendarahan jaringan interstitium, Pendarahan Intra alviolar, kolaps arteri dan kapiler, kapiler kecil, hingga tahanan periver pembuluh darah paru naik , aliran darah menurun.
nyeri. adanya luka pasca trauma, pergerakan fragmen tulang
Terputusnya / hilangnya kontinuitas dari struktur tulang.
akumulasi darah di kantong pleura
gangguan ventilasi pengembangan paru tidak optimal, gangguan difusi, distribusi, dan transportasi oksigen
nyeri kerusakan intregritas jaringan, dan resiko tinggi infeksi
Nyeri gerak, deformitas, krepitase.
Gerakan abnormal di lokasi patah tulang
Pembersihan jalan nafas tidak efektif
terpasang bullow drainase/WSD
keluhan sistemis, mual, intake nutrisi tidak adekuat, malaise kelemahan dan keletihan fisik, kecemasan, serta ketidaktahuan prognosis
nyeri perubahan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan gangguan mobilitas fisik gangguan pemenuhan ADL kecemasan ketidaktahuan /pemenuhan informasi
2.6 Manifestasi klinis
Blunt trauma – hematothorax dengan dinding dada cedera tumpul .Jarang
hematothorax sendirian menemukan dalam trauma tumpul. Associated dinding dada atau
cedera paru hampir selalu hadir .
Cedera tulang sederhana terdiri dari satu atau beberapa patah tulang rusak adalah yang
paling umum dada cedera tumpul . Hematothorax kecil dapat berhubungan dengan
bahkan satu patah tulang rusuk tetapi sering tetap diperhatikan selama pemeriksaan fisik
dan bahkan setelah dada radiography . Koleksi kecil seperti jarang membutuhkan
pengobatan .
Kompleks dinding dada cedera adalah mereka yang baik 4 / lebih secara berurutan
satu patah tulang rusuk hadir atau memukul dada ada . Jenis cedera ini terkait dengan
tingkat signifikan kerusakan dinding dada dan sering menghasilkan koleksi besar darah
dalam rongga pleura dan gangguan pernapasan substansial . Paru memar dan
pneumotorax yang umumnya terkait cedera . Mengakibatkan luka – luka lecet dari
internal interkostal / arteri mamae dapat menghasilkan ukuran hematothorax signifikan
dan hemodinamik signifikan kompromi . Kapal ini adalah yang paling umum perdarahan
terus menerus sumber dari dada setelah trauma
Delayed hematothorax can accur at some interval after blunt chest trauma . Dalam
kasus tersebut evaluasi awal , termasuk dada radiography , mengngkapkan temuan dari
patah tulang rusuk yang menyertainya tanpa intrathoracic patologi , Namun jam untuk
hari kemudian , seorang hematothorax terlihat . Mekanisme diyakini baik pecah terkait
trauma dinding dada hematom ke dalam rongga pleura / perpindahan dari tulang rusuk
patah ujungnya dengan interkostalis akhirnya gangguan terhadap kapal – kapal selama
gerakan pernapasan atau batuk .
Trauma tumpul
Hematothorax besar biasanya berhubungan struktur vaskular cedera .
Gangguan atau robekan besar struktur arteri / vena di dalam dada dapat menyebebkan
perdarahan masif / exsanguinating .
9
Trauma tembus
Hematothorax dari cedera penetrasi paling sering disebabkan oleh lecet
langsung dari pembuluh darah . Sementara arteri dinding dada paling sering , sumber
menembus hematothorax cedera , intrathoracic struktur , termasuk jantung , juga
harus dipertimbangkan .
Parenkim paru cedera sangat umum dalam kasus – kasus cedera menembus
dan biasanya menghasilkan kombinasi hematothorax dan pneumothorax .
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang
meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya
menurun.
Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemothorak).
Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah.
Hematokrit cairan pleura. Biasanya tidak diperlukan untuk pasien hemotoraks
traumatik. Diperlukan untuk analisis dari efusi yang mengandung darah dengan
penyebab nontraumatik. Dalam kasus ini, efusi pleura dengan hematokrit lebih
dari 50% dari hematokrit sirkulasi mengindikasikan kemungkinan kemotoraks.
USG
CT-scan
2.8 Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
10
1. Kegagalan pernafasan
2. Kematian
3. Fibrosis atau parut dari membran pleura
4. Syok
2.9 Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk menstabilkan pasien, menghentikan pendarahan, dan
menghilangkan darah dan udara dalam rongga pleura. Penanganan pada hemotoraks :
1. Resusitasi cairan. Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume
darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai
dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian
pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura
dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi
bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ).
2. Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks tersebut
dapat cepat keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Hemotoraks akut
yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan
chest tube kaliber besar. Chest tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga
pleura mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan
dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah /
cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap kemungkinan
terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang
menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan
negatif intrapleural / cavum pleura.
2.10 Penatalaksanaan
Kematian penderita hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang
dan terjadinya kegagalan pernapasan.
Kegagalan pernapasan disebabkan adanya sejumlah besar darah dalam rongga pleura
11
menekan jaringan paru serta berkurangnya jaringan paru yang melakukan ventilasi.
Maka pengobatan hemothorax sebagai berikut :
1. Pengosongan rongga pleura dari darah.
2. Menghentikan perdarahan.
3. Memperbaiki keadaan umum.
4. Lain-lain.
1. Dipasang “Chest tube” dan dihubungkan dengan system WSD, hal ini dapat
mempercepat paru mengembang.
2. Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak behenti maka dipertimbangkan
untuk thorakotomi.
3. Pemberian oksigen 2 – 4 liter/menit, lamanya disesuaikan dengan perubahan klinis,
lebih baik lagi apabila dimonitor dengan analisa gas darah. Usahakan sampai gas
darah penderita normal kembali.
4. Pemberian tranfusi darah : dilihat dari adanya penurunan Hb. Sebagai patokan dapat
dipakai perhitungan sebagai berikut, setiap 250 cc darah (dari penderita dengan Hb 15
g %) dapat menaikkan ¾ g % Hb. Diberikan dengan tetesan normal kira-kira 20 –30
tetes / menit dan dijaga jangan sampai terjadi gangguan pada fungsi jantung atau
menimbulkan gangguan pada jantung.
5. Pemberian antibiotika, dilakukan apabila ada infeksi sekunder.
Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan kultur.
Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan penyakit
gawat, maka penderita dapat diberi “broad spectrum antibiotic”, misalnya
Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.
Juga dipertimbangkan dekortikasi apabila terjadi penebalan pleura.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas
nama, umur, jenis kelamin, dokter yang merujuk, pemberi informasi (misalnya
pasien, keluarga,dll), dan kendalan pemberi informasi.
B. Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak mendadak dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan
pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada pernafasan. Kaji
apakah ada riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang
menembus dada dan peluru , ledakan yang menyebabkan peningkatan tekanan udara
dan terjadi tekanan pada dada yang mendadak menyebabkan tekanan pada di dalam
paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasnyua menyebabkan trauma tumpul pada
dada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
C. Riwayat penyakit dahulu
13
Perlu ditanyakan pada klien pernah merokot, terpapar polusi udara yang berat. Perlu
ditanyakan apakah ada riwayat alergim pada keluarga.
D. Pengkajian psikososial
Kecemasan dank koping tidak efektif sering didapatkan pada klien, dengan
hematothoraks.Pengkajian status ekonomi yang bertampak pada asuransi kesehatan
dan perubahan mekanisme peran dalam keluarga.
E. Personal Hygiene
Kelemahan selama aktivitas perawatan diri.
F. Pengkajian Spiritual
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan
G. Pengkajian AVPU (Kesadaran)
Untuk menentukan tingkat kesadaran klien dapat digunakan perhitungan Glassglow
Coma Scale (GCS). Untuk klien dengan gangguan tension pneumothoraks, biasanya
kesadaranya menurun.
Dapat juga dinilai melalui cara berikut :
1. A = Alert
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
2. V = Verbal
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
3. P = Pain
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh
penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
4. U = Unrespon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh
penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama
sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.
H. Triage
14
Mengancam jiwa, akan mati tanpa tindakan dan evaluasi segera. Harus didahulukan
à langsung ditangani. Area resusitasi. Waktu tunggu 0 menit. Maka dapat
digolongkan P1 (Emergency)
I. Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunakan PQRST, yaitu sebagai berikut :
P: Provokativ. Penyebab terjadinya nyeri
Q: Quality.
Kualitas nyeri yang dirasakan oleh klien. Untuk menentukan kualitas nyeri dapat
digunakan skala numerik ataupun melihat raut wajah klien.
R: Region.
Dari bagian mana nyeri mulai dirasakan dan sampai batas mana nyeri doarasakan.
S: Skala.
Nyeri yang digunakan ditentukan dengan menggunakan skala numerik ataupun
menilai raut wajah klien. Dari skala dapat ditentukan intensitas atau kualitas nyeri.
T: Time.Waktu nyeri yang dirasakan klien. Apakah nyeri yang dirasakan terus
menerus, timbul-hilang, atau sewaktu-waktu.
3.2 Pemeriksaan fisik
A. Primary Survey
1. Airway
a. Assessment :
1. Perhatikan patensi airway.
2. Dengar suara napas
3. Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada
b. Management
1. Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan
jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
2. Re-posisi kepala, pasang collar-neck
3. Lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral /
nasal)
2. Breathing
a. Assesment
15
1. Periksa frekwensi napas
2. Perhatikan gerakan respirasi
3. Palpasi toraks
4. Auskultasi dan dengarkan bunyi napas
b. Management:
1. Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
2. Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks
3. Circulation
c. Assesment
1. Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
2. Periksa tekanan darah
3. Pemeriksaan pulse oxymetri
4. Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)
d. Management
1. Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines
2. Torakotomi emergency bila diperlukan
3. Operasi Eksplorasi vaskular emergency
4. Pemasangan WSD
3. Circulation
1. kaji heart rate dan rhytem
2. catat tekanan darah
3. lakukan pemeriksaan EKG
4. lakukan pemasangan IV akses
5. lakukan pemeriksaan darah vena untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit.
4. Disability
a. lakukan pengkajian tingkat kesadaran dengan menggnakan pendekatan
AVPU
b. penurunan kesadaran merupakan tanda pertama pasien dalam perburukan
dan membutuhkan pertolongan di ICU
5. Exposure
pada saat pasien stabil kaji riwayat kesehatan scara detail dan lakukan
pemeriksaan fisik lainnya
16
Pada pneumothoraks ventil/ tension pneumothoraks, penderita sering sesak
napas berat dan keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan
tindakan perbaikan. Tekanan intrapleura tinggi, bisa terjadi kolaps paru dan ada
penekanan pada mediastinum dan jantung. Himpitan pada jantung menyebabkan
kontraksi terganggu dan “venous return” juga terganggu. Jadi selain menimbulkan
gangguan pada pernapasan, juga menimbulkan gangguan pada sirkulasi darah
(hemodinamik).
Penanganan segera terhadap kondisi yang mengancam kehidupan meliputi
dekompresi pada hemitoraks yang sakit dengan menggunakan needle thoracostomy
(ukuran 14 – 16 G) ditusukkan pada ruang interkostal kedua sejajar dengan
midclavicular line. Selanjutnya dapat dipasang tube thoracostomy diiringi dengan
control nyeri dan pulmonary toilet (pemasangan selang dada) diantara anterior dan
mid-axillaris. Penanganan Diit dengan tinggi kalori tinggi protein 2300 kkal + ekstra
putih telur 3 x 2 butir / hari.
B. Secondary Survey
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu
sebagai berikut :
S: Sign and Symptom.
Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada jejas pada
thorak, Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi, Pembengkakan
lokal dan krepitasi pada saat palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas
pendek, Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, Penurunan
tekanan darah.
A: Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi
obat-obatan ataupun kebutuhan akan makan/minum.
M: Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications especially).
Pengobatan yang diberikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan keadaan
klien dan tidak menimbulka reaksi alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai
dengan riwayat pengobatan klien.
17
P: Previous medical/surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
L: Last meal (Time)
Waktu klien terakhir makan atau minum.
E: Events /Environment surrounding the injury; ie. Exactly what happened.
Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji data dasar
klien yang kemudian digolongkan dalam SAMPLE.
a. Aktivitas / istirahat
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung
gallop, nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal,
tanda homman (bunyi rendah sehubungan dengan denyutan jantung,
menunjukkan udara dalam mediastinum).
c. Psikososial
Ketakutan, gelisah.
d. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.
e. Nyeri / kenyamanan
Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada unilateral
meningkat karena batuk, timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau
regangan, tajam atau nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam.
f. Pernapasan
Pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan
otot aksesori pernapasan pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas
menurun/ hilang (auskultasi à mengindikasikan bahwa paru tidak
mengembang dalam rongga pleura), fremitus menurun, perkusi dada :
hipersonor diatas terisi udara, observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak
sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis, berkeringat, mental: ansietas, gelisah,
bingung, pingsan. Kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada / trauma :
penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), keganasan
(mis. Obstruksi tumor).
g. Keamanan
18
Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.
3.3 Diagnosis
1. bersihan jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret di
jalan nafas.
2. gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan terjadinya peningkatan metabolisme tubuh, nafsu makan
terganggu akibat sesak nafas sekunder yang menekan struktur abdomen.
3. cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan klien
(ketidakmampuan untuk bernafas).
4. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
3.4 Intervensi
NO Diagnosa
keperawatan
NOC NIC
19
1. Bersihan jalan napas
yang tidak efektif
yang berhubungan
dengan adanya
akumulasi sekret di
jalan napas
respiratory Status :
Ventilation
respiratory status :
airway patency
aspiration control
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan
dispneu ( mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan mudah )
Menunjukan jalan
nafas yang paten
( klien tidak merasa
tercekik , irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal )
Mampu
mengidentifikasi dan
mencegah faktor yang
menghambat jakan
nafas
Airway suction
Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
suctioning
Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
minta klien nafas
dalam sebelum suction
dilakukan
gunakan alat yang
steril setiap melakukan
tindakan
anjurkan pasien untuk
istirahat dan nafas
dalam setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal
monitor status oksigen
pasien
ajarkan keluarga
bagaimana cara
mengeluarkan suction
Airway management
Posisikan pasien untuk
memakimalkan
ventilasi
identifikasikan pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
pasang mayo bila perlu
lakukan fisioterapi
20
dada jia perlu
keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
lakukan suction mayo
kolaborasikan
pemberian
bronkodilator bila
perlu
atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
kesimbangan
monitor respirasi dan
status O2
2. gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh yang
berhubungan dengan
terjadinya
peningkatan
metabolisme tubuh,
nafsu makan
terganggu akibat
sesak nafas sekunder
yang menekan
Nutritional status :
food and fluid intake
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan
berat badan sesuai
dengan tujuan.
Berat badan idea
sesuai dengan tinggi
badan.
Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi.
Nutrition
Management
Kaji adanya alergi
makanan
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang di
butuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
Fe
Anjurkan pasien untuk
21
struktur abdomen meningkatkan protein
dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien
bagaimana membiat
catatan makanan
harian
Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
Berikan kalori tentang
kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas
normal
Monitor adanya
penurunan berat badan
Monitor lingkungan
selama makan
Monitor turgor kulit
Monitor mual muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein,Hb, dan kadar
Ht
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan.
22
3. cemas berhubungan
dengan adanya
ancaman kematian
yang dibayangkan
klien
(ketidakmampuan
untuk bernafas)
Anxiety control
Coping
Impulse control
Criteria Hasil
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasikan,
mengungkapkan dan
menunjukan teknik
untuk mengontrol
cemas
Vital sign dalam batas
normal
Posur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukan
berkurangnya
kecemasan
Anxiety reduction
(penurunan
kecemasan)
Gunakan pendekatan
yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap
perilaku pasien
Jelaskan semua
prosedur dan apa yang
dirasakan selama
prosedur
Pahami situasi stress
Temani pasien untuk
memberikan keamanan
dan mengurangi taku
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan ketakutan
Berikan obat utuk
mengurangi kecemasan
4. gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan kerusakan
neuromuskuler
Join movement active
Mobility level
Self care/ADLs
Transfer performance
Exercise theraphy :
ambulation
Monitoring vital sign
sebelum/sesudah
latihan dan lihat respon
23
Criteria Hasil
Klien meningkat dalam
aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan
perasaaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan berpindah
Memperagakan
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi
(walker)
pasien saat latihan
Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulasi
sesuai dengan
kebutuhan
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cidera
Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
Kaji kemampuan klien
dalam mobilisasi
Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika perlu
3.5 IMPLEMENTASI
Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mempermudah
proses keperawatan
Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien tentang penyakitnya
Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya
Mengobservasi TTV
Mengkaji pasien
24
3.6 EVALUASI
S : Pasien mengatakan keluhan-keluhan yang dirasakan saat pengkajian
O : Pemeriksaan TTV
A : Masalah teratasi, belum teratasi, atau teratasi sebagian
P : Planing selanjutnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Akumulasi darah dalam dada , atau hematothorax adalah masalah yang relatif umum ,
paling sering akibat cedera untuk intrathoracic struktur atau dinding dada . hematothorax
tidak berhubungan dengan trauma adalah kurang umum dan dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab . Identifikasi dan pengobatan traumatik gematothorax adalah bagian penting dari
perawatan pasien yang terluka . Dalam kasus hematothorax tidak berhubungan dengan
trauma , penyelidikan yang hati – hati untuk sumber yang mendasari harus dilakukan ketika
perawatan terjadi .
Hematothorax mengacu pada koleksi darah dalam rongga pleura . Walaupun beberapa
penulis menyatakan bahwa nilai hematokrit setidaknya 50 % diperlukan untuk
25
mendefinisikan hematothorax ( dibandingkan dengan berdarah efusi pleura ) . Sebagian besar
tidak setuju pada perbedaan tertentu . Meskipun etiologi paling umum adalah hematothorax
tumpul atau trauma tembus , itu juga dapat hasil dari sejumlah nontraumatic menyebabkan
atau dapat terjadi secara spontan
4.2 SARAN
Dengan adanya makalah sederhana ini, penyusun mengharapkan agar para pembaca
dapat memahami materi tentang Hemothorak. Saran dari penyusun agar para pembaca dapat
menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik, kemudian pembaca dapat
mengetahui cara pencegahan dari penyakit hemothorak dan mengetahui cara mengobatinya.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Poppy et all. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC,1998.
2. Slamet Suyono, (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, FKUL : Jakarta
3. Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
4. Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system pernapasan. Jakarta:Salemba Medika.
5. http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-pasien-dengan hematotorak24.html
6. http://septianhardiansya.blogspot.com/2012/11/asuhan-keperawatan-pasien-hemothorak.html
7. http://indobeta.com/hemothorax
8. http://wikidoc.org/index.php/Hemothorax
9. http://ardiartana.wordpress.com/2013/02/22/makalah-tentang-penyakit-hemothorax/ Kumala,
27