henti widowati

109
TESIS PEMBERIAN OZON MEDIS MAYOR ( MAJOR AUTO HAEMOTHERAPY ) MENURUNKAN KADAR TOTAL RADIKAL BEBAS DAN MDA PADA PEROKOK BERAT HENTI WIDOWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010

Transcript of henti widowati

TESIS

PEMBERIAN OZON MEDIS MAYOR ( MAJOR AUTO HAEMOTHERAPY ) MENURUNKAN KADAR TOTAL

RADIKAL BEBAS DAN MDA PADA PEROKOK BERAT

HENTI WIDOWATI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2010

TESIS

PEMBERIAN OZON MEDIS MAYOR ( MAJOR AUTO HAEMOTHERAPY ) MENURUNKAN KADAR TOTAL

RADIKAL BEBAS DAN MDA PADA PEROKOK BERAT

HENTI WIDOWATI NIM : 0790761032

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2010

TESIS

PEMBERIAN OZON MEDIS MAYOR ( MAJOR AUTO HAEMOTHERAPY ) MENURUNKAN KADAR TOTAL

RADIKAL BEBAS DAN MDA PADA PEROKOK BERAT

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik

Kekhususan Anti Aging Medicine

Program Pascasarjana Universitas Udayana

HENTI WIDOWATI

NIM : 0790761032

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2010

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 29 Oktober 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila, dr. S Winata, MSc

Sp.And.FAACS NIP : 130264497

NIP : 194612131971071001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Direktur Ilmu Biomedik Program Pasca sarjana Kekhususan Anti-Aging Medicine Universitas Udayana Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.And.FAACS Sp. S (K) NIP : 194612131971071001 NIP : 195902151985102001

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal 29 Oktober 2010

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No : 1753/H14.4/HK/2010

Ketua : Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS

Anggota :

1. Prof. Dr.dr.Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And.

2. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp. BIOK.

3. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH

4. dr. S Winata, MSc

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul “Pemberian Ozon

Medis Mayor (Major Auto Haemotherapy) Menurunkan Kadar Total Radikal Bebas

Dan MDA Pada Perokok Berat” dapat diselesaikan dalam rangka menyelesaikan

pendidikan di Program Pascasarjana pada Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik

Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku ketua Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana dan pembimbing I

yang telah memberikan banyak sekali masukan dan bimbingan kepada penulis

selama penyusunan tesis ini.

2. dr. S Winata, MSc, selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan

bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

3. Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And., selaku pembimbing

akademik dan penguji yang telah banyak memberikan dorongan, semangat,

bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

4. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp. BIOK. selaku penguji yang dengan sangat

bersemangat membimbing dan banyak member masukan kepada penulis

selama penyusunan tesis ini.

5. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH selaku penguji yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis

ini.

Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, semoga Tuhan Yang Maha

Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada mereka semua.

Denpasar, Oktober 2010

Penulis,

dr. Henti widowati

ABSTRAK

PEMBERIAN OZON MEDIS MAYOR ( MAJOR AUTO HAEMOTHERAPY) MENURUNKAN KADAR TOTAL RADIKAL BEBAS DAN MDA PADA

PEROKOK BERAT

Kebiasaan merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum di masyarakat. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti. Tingginya kadar radikal bebas dalam darah perokok berat dapat memicu timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh, seperti emfisema dan kanker paru-paru

Radikal bebas dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh sebagai signal messenger, namun bila jumlahnya berlebihan dapat memicu terjadinya stress oksidatif, dimana jumlah radikal bebas dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisirnya. Untuk menghindari berbagai penyakit yang timbul karena radikal bebas dibutuhkan asupan antioksidan dari luar tubuh yang dapat diperoleh dari makanan ataupun suplementasi vitamin. Dalam perkembangan ilmu kedokteran masa kini dikenal terapi yang berfungsi untuk mengaktifkan antioksidan endogen dalam tubuh. Terapi tersebut adalah terapi ozon medis yang menggunakan gas ozon yang di dapatkan dari pencampuran oksigen murni dan gas ozon dengan perbandingan 95% O2 dan 5% O3. Terapi ozon meningkatkan antioksidan internal dengan mengaktivasi Superoksid Dismutase, Glutathion peroksidase, serta Catalase.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat terapi ozon sebagai alternatif terapi dalam menurunkan kadar radikal bebas dan kerusakan oksidatif pada darah perokok berat, dengan cara mengaktifkan antioksidan endogen dalam tubuh.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental mengunakan rancangan pre-test post-test control group design yang dilakukan pada laki-laki perokok berat berusia 30 tahun sampai 50 tahun. Prosedur penelitian adalah subyek terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan dimana kelompok pertama berjumlah 8 orang mendapatkan terapi ozon sebanyak 10 kali dengan selang waktu 1 minggu, kelompok kedua berjumlah 8 orang merupakan kontrol yang mendapat terapi placebo injeksi 1 cc NaCl secara I.V., sebanyak 10 kali, dengan selang waktu 1 minggu. Pemilihan pemberian NaCl agar tidak mempengaruhi kenaikan kadar antioksidan dalam tubuh. Pemeriksaan kadar radikal bebas darah dilakukan pada kedua kelompok pada awal dan akhir penelitian dengan alat FORM untuk mendapatkan perbedaan kadar radikal bebas dalam darah sebelum dan setelah dilakukan penelitian. Pada kedua kelompok juga dilakukan pemeriksaan MDA.

Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan kadar radikal bebas dalam darah pada kelompok yang diberi terapi ozon selama 10 minggu. Hasil penelitian dengan menggunakan uji perbandingan sesudah diberikan perlakuan (post test) antara kedua kelompok dengan uji t-independent, didapatkan bahwa rerata kadar radikal bebas dalam darah dengan alat FORM, kelompok kontrol adalah 419,75113,47, rerata kelompok terapi ozon adalah 311,0039,17, dengan uji t-independent didapatkan bahwa terjadi penurunan rerata radikal bebas dalam darah kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 (P1) secara bermakna (p < 0,05). Disamping dengan menggunakan alat FORM untuk mengetahui radikal bebas dalam darah juga diukur kadar MDA. Pada akhir penelitian didapatkan rerata kadar MDA kelompok kontrol adalah 0,0460,006, rerata kelompok terapi ozon adalah 0,0380,005. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna. ( p <0,05). Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan terjadinya penurunan bermakna rerata radikal bebas dalam darah baik yang diukur dengan nilai FORT maupun kadar MDA pada kelompok P1 yang diberi terapi ozon selama 10 minggu. Hal ini disebabkan karena terapi ozon dapat mengaktifkan antioksidan endogen dalam tubuh.

Dari hasil penelitian didapatkan menurunnya kadar radikal bebas dalam darah perokok berat, yang di dukung oleh penurunan kadar MDA yang merupakan indikator penurunan kerusakan oksidatif pada sel tubuh sehingga akan mengurangi resiko terkena penyakit degeneratif seperti cardiovascular, cerebrovascular dan premature aging, sehingga akan didapatkan keadaan kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik.

Kata kunci : Terapi ozon, Perokok berat, radikal bebas, kerusakan oksidatif.

ABSTRACT

MAJOR AUTO HAEMOTHERAPY REDUCE TOTAL FREE RADICALS AND MDA IN HEAVY SMOKERS

Smoking is a common habit in the community. The harmful effect of smoking to health has been studied and proven by many researchers. High levels of free radicals in the blood of active smokers can lead to various diseases, such as emphysema and lung cancer

Free radicals in small amounts are needed by the body as a signal messenger, but in excessive amounts it leads to oxidative stress, where the amount of free radicals in the body exceeds the body's capacity to neutralize them. Therefore antioxidants intake from food or vitamin supplementation are required to prevent various diseases that arise because of free radicals. In recent development of medical science, there is therapy that is able to activate endogenous antioxidants in the body. This aforementioned therapy is medical ozone therapy that uses ozone gas by mixing pure oxygen and ozone gas with a ratio of 95% O 2 and 5% O 3. Ozone therapy enhances internal antioxidant by activating Superoxid Dismutase, Glutathione peroxidase, and Catalase.

This study aim to determine the benefits of ozone therapy as an alternative therapy in reducing the concentration of free radicals and oxidative damage in the blood of heavy smokers by activating endogenous antioxidants in the body.

This experimental study with pre-test post-test control group design was performed in male heavy smokers of 30 years to 50 years. This study used subjects divided into 2 groups where the first group was 8 people treated with 10 times ozone therapy once weekly, the second group was 8 people as control that received placebo therapy with IV 1 cc NaCl injection, performed 10 times once weekly. The use of NaCl is because it does not affect an increase of antioxidant concentration in the body. Blood concentration of free radicals in both groups were evaluated at the beginning and end of the study with FORM tool to look for differences. MDA concentration was also performed in both groups.

The results showed a decrease in blood levels of free radicals in the group given the major ozone 40 ug / ml for 10 weeks. Post-test comparison analysis by independent t-test found that the mean concentrations of free radicals in the control group was 419.75 113.47 and ozone therapy group was 311.00 39.17, with a significant decrease in the control group compared to group 1 (P1) (p <0.05). In addition to FORM tool used to evaluate free radicals concentration in blood, MDA concentration were also measured. At the end of the study it was found that the mean MDA concentrations of the control group was 0.046 0.006 and ozone therapy group was 0.038 0.005. Analysis by independent t-test showed there were significant differences (p <0.05). Based on the result of this research revealed a significant decrease in the mean value of free radicals in blood both measured by FORT tool and MDA concentration in P1 group ozone therapy. This is because ozone therapy can activate the endogenous antioxidants in the body.

The decrease of free radicals concentration in the blood of heavy smokers, result in a decrease of oxidative damage that will further reduce the risk of degenerative diseases such as cardiovascular, cerebrovascular and premature aging. Finally, a state of health and a better quality of life will be achieved.

Keywords: ozone therapy, heavy smoking, free radicals, oxidative damage.

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ..................................................................................................i

PRASYARAT GELAR ..........................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ......................................................................iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................................v

ABSTRAK ............................................................................................................vii

ABSTRACT ...........................................................................................................ix

DAFTAR ISI ..........................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................6

1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................6

1.3.2 Tujuan Khusus ...........................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................8

2.1 Rokok ....................................................................................................8

2.1.1 Definisi Rokok ............................................................................8

2.1.2 Efek Buruk Rokok ......................................................................8

2.1.3 Rokok Sebagai Sumber Radikal Bebas .......................................9

2.1.3.1 Kandungan Zat Beracun Dalam Rokok…………….......9

2.2 Radikal Bebas ……………………………………………………… 11

2.2.1 Definisi Radikal Bebas ………………………………….........11

2.2.2 Sumber Radikal Bebas ……………………………………….12

2.2.3 Tahapan Pembentukan Radikal Bebas ……………………….12

2.2.4 Sifat Radikal Bebas …………………………………………..13

2.2.4.1 Peroksidasi Lipid ……………………………………...14

2.2.5 Kerusakan Oksidatif oleh Oksidan Rokok Pada Molekul

Biologik ………………………………………………………16

2.2.6 Pengukuran Radikal Bebas ………………………………......17

2.3 Antioksidan ………………………………………………………….19

2.3.1 Definisi Antioksidan ………………………………………….19

2.3.2 Jenis Antioksidan ……………………………………………..19

2.3.2.1 Antioksidan Pencegah …………………………….......19

2.3.2.2 Antioksidan Pemutus Rantai ……………………….....19

2.4 Ozon ………………………………………………………………...20

2.4.1 Reaksi Ozon Dalam Tubuh …………………………………..21

2.4.2 Mekanisme Kerja Terapi Ozon dalam Bidang Kedokteran

Anti Penuaan …………………………………………………27

2.4.3 Proses Pembentukan Ozon Medis ……………………………29

2.4.4 Konsentrasi Ozon …………………………………………….30

2.4.5 Penghitungan Dosis Ozon ……………………………………30

2.4.6 Aplikasi Ozon dalam Bidang Kedokteran …………………...31

2.4.7 Indikasi Terapi Ozon …………………………………………33

2.4.8 Kontra Indikasi Terapi Ozon ………………………………...33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .............35

3.1 Kerangka Konsep ..............................................................................36

3.2 Hipotesis Penelitian............................................................................37

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................38

4.1 Rancangan Penelitian ........................................................................38

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................39

4.3 Populasi dan Sampel .........................................................................39

4.3.1 Kriteria Sampel Inklusi ………………………………….......40

4.3.2 Kriteria Sampel Eksklusi ……………………………………40

4.3.3 Kriteria Drop Out ………………………………………….. 40

4.4 Besar Sampel ………………………………………………………40

4.5 Variabel Penelitian ...........................................................................42

4.5.1 Identifikasi Variabel ...............................................................42

4.5.2 Klasifikasi Variabel ................................................................42

4.5.3 Definisi Operasional Variabel ................................................42

4.6 Bahan Penelitian ...............................................................................43

4.6.1 Alat yang Digunakan ……………………………………….43

4.6.2 Bahan Penelitian ……………………………………………44

4.7 Prosedur Penelitian ………………………………………………..44

4.7.1 Pengambilan Subyek ………………………………………..44

4.7.2 Prosedur Pemeriksaan Kadar Radikal Bebas Dalam Darah ...46

4.7.3 Prosedur Ozon Mayor Autohemoterapi ……………………..47

4.7.4 Prosedur Penyuntikan NaCl ………………………………....47

4.8 Alur Penelitian ………………………………………………..........48

4.9 Analisis Data ……………………………………………………...49

BAB V HASIL PENELITIAN .........................................................................50

5.1 Uji Normalitas Data ……………………………………………….50

5.2 Uji Homogenitas ..............................................................................51

5.3 Nilai Fort Unit ..................................................................................51

5.3.1 Uji Komparabilitas ...............................................................51

5.3.2 Analisis Efek Perlakuan .......................................................52

5.4 Kadar MDA …………………………………………………………….55

5.4.1 Uji Komparabilitas ………………………………………….….55

5.4.2 Analisis Efek Perlakuan …………………………………….…56

5.4.2.1 Analis Perlakuan antar Kelompok …………………....56

5.4.2.2 Analisis Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah

Perlakuan……………………………………………… 57

5.4 Hubungan antar Kadar MDA dengan Nilai FORT Unit …………..58

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................59

6.1 Subyek Penelitian ………………………………………………….59

6.2 Pengaruh Pemberian Ozon Mayor Terhadap Kadar Radikal Bebas

Dalam Darah ………………………………………………………60

6.3 Beberapa Manfaat Terapi Ozon Terhadap Kesehatan …………….63

6.5 ManfaatPenelitian……………………………………………….....61

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ..............................................................65

7.1 Simpulan …………………………………………………………....65

7.2 Saran ………………………………………………………………..65

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….....66

LAMPIRAN …………………………………………………………………...70

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar tabel…………………………..………………………………….69

Lampiran 2. Penelitian yang Menggunakan alat FORM ……………………………77

Lampiran 3. Inform Consent …………………………………………………………79

Lampiran 4. Gambar Alat Generator Ozon Medis ….……………………...….........80

Lampiran 5. Gambar Proses Pengerjaan Ozon Mayor Autohaemotherapy ………..81

Lampiran 6. Gambar Alat pemeriksa kadar radikal bebas darah FORM ……..….83

Lampiran 7. Ethical Clearance……………………………………………………………… .85

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Oksidasi oleh O3 pada Membran sel Mengandung PUFA …24

Gambar 2.2 Proses Peroksidasi Lemak pada Membran Sel ……………………..25

Gambar 2.3 Proses Induksi antioksidan endogen oleh ozon …………………….28

Gambar 2.4 Metabolisme Sel Darah Merah yang Dipengaruhi oleh Peroxide ….29

Bagan 3.1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian ....................................................38

Bagan 4.1. Rancangan Penelitian ..........................................................................39

Bagan 4.2 Tabel Nilai Kadar Radikal Bebas pada Alat FORM ………………...47

Bagan 4.7 Alur Penelitian ……………………………………………………….49

DAFTAR SINGKATAN

ATP : Adenosine triphosphate

ATPase : Adenosine triphosphatase

CAT : Catalase

Cl : Chlorine

CO : Carbon Monoxide

CO2 : Carbon Dioxide

COPD : Chronic obstructive pulmonary disease

COS : Chronic Oxidative Stress

EBOO : Extracorporeal blood circulation against O2-O3

FDA : Food and Drug Administration

Fe2+Fe3+ : Iron

G-6P : Glucose-6 phosphate

G-6PD : Glucose-6 phosphate dehydrogenase

GSH : Glutathione reduced form

GSH-Px : Glutathione peroxidase

GSH-T : Glutathione transferase

GSSG : Glutathione disulfide

GSSGR : Glutathione reductase

H2O2 : Hydrogen peroxide

Hb : Haemoglobin

HbCO : Carboxyhaemoglobin

HO-1 : Haeme-oxygenase I (HSP 32)

HO2 : Hydroperoxy radical

IL : Interleukin

IU : International Unit

IV : Intravenous

LOPs : Lipid Oxidation products

MDA : Malonyldialdehyde

N2 : Nitrogen

N2O : Nitrous oxide

NAD : Nicotinamide adenine dinucleotide, oxidized form

NADH : Nicotinamide adenine dinucleotide, reduced form

NADP : Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate, oxidized form

NADPH : Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate, reduced form

NaHCO3 : Sodium bicarbonate

NO. : Nitrogen Oxide

NO.2 : Nitrogen Dioxide

NOs : Nitric oxide synthase

O2 : Oxygen

O2- : Anion Superoxide

O3 : Ozone

1O2 : Singlet Oxygen

OH : Hydroxyl radical

ONOO- : Peroxynitrite

RO. : Alkoxyl radical

ROO. : Alkoperoxyl radical

ROOH : Hydroperoxide

ROS : Reactive oxygen species

SD : Standard deviation

SODs : Superoxide dismutases

WHO : World Health Organisation

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rokok merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Merokok sudah

menjadi kebiasaan yang sangat umum di masyarakat. Bahaya merokok terhadap

kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak peneliti. Kebiasaan

merokok meningkatkan resiko timbulnya berbagai macam penyakit seperti penyakit

jantung, gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker

laring, kanker esofagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan

kehamilan dan cacat pada janin. Hal ini disebabkan karena banyaknya kandungan

radikal bebas pada rokok yang akan merusak biomolekul penting dalam tubuh seperti

DNA.

Data dari Depkes tahun 2000 terungkap bahwa sebanyak 70% laki-laki

dewasa di Indonesia (141,44 juta jiwa) merupakan perokok aktif dan 60% di

antaranya (84,84 juta jiwa) berasal dari masyarakat ekonomi lemah. Pada

kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang diakui orang

sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk mengalihkan diri

dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan diri dari kebiasaan ini

dibandingkan perokok yang tidak memiliki latar belakang depresi (KPAI, 2009).

Dari hasil survei sosial ekonomi nasional pada tahun 2001, didapatkan juga

adanya bahaya dari second hand smoke yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-

orang bukan perokok karena berada disekitar perokok atau bisa disebut juga sebagai

perokok pasif. Dalam sebatang rokok terkandung tidak kurang dari 4000 zat kimia

beracun diantaranya adalah arsen, karbon monoksida, amoniak, formalin, kadmium,

aseton, metana, urea dan masih banyak kandungan beracun lainnya. Zat kimia yang

dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85%) dan partikel (WHO, 2002).

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam

hidrosianat, nitrogen oksida dan formalin. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin,

karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas, menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek antioksidan (Eiserich, 1995). Tingginya

kadar radikal bebas dalam darah perokok aktif dapat memicu timbulnya berbagai

penyakit yang berbahaya bagi tubuh sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya

berbagai penyakit pada seorang perokok, seperti emfisema dan kanker paru-paru

(KPAI, 2009).

Sebenarnya radikal bebas ini penting artinya bagi kesehatan dan fungsi tubuh

jika jumlahnya tidak berlebihan atau dalam keadaan seimbang. Saat tubuh kita

dipenuhi radikal bebas yang berlebihan maka molekul yang tidak stabil yang berada

di dalam tubuh kita berubah bentuk menjadi molekul pemangsa. Molekul-molekul ini

mulai bergerak menyerang bagian tubuh yang sehat maupun yang tidak sehat

sehingga terjadi penyakit (Devlin, 1982).

Secara alami tubuh dapat menghasilkan antioksidan. Namun sejalan dengan

bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk memproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya stres oksidatif,

yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas

tubuh untuk menetralisirnya. Akibatnya intensitas proses oksidasi sel-sel tubuh

normal menjadi semakin tinggi dan menimbulkan kerusakan yang lebih banyak. Stres

oksidatif adalah penyebab utama penuaan dini dan timbulnya penyakit kronis seperti

kanker, penyakit jantung, Alzheimer, dan lain-lain (Bagiada, 2005). Untuk

menghambat proses penuaan dan mengurangi stres oksidatif, diperlukan asupan

antioksidan yang cukup dan optimal ke dalam tubuh ( Pangkahila, 2007) , dimana

antioksidan bekerja dengan cara menghambat oksidasi dan bereaksi dengan radikal

bebas reaktif membentuk radikal bebas tidak reaktif yang relatif stabil (Ginger,

2008).

Di dalam tubuh kita terdapat dua macam antioksidan, yaitu antioksidan

endogen yang terdiri dari enzim-enzim dan berbagai senyawa yang dapat diproduksi

oleh tubuh seperti Super Oxide Dismutase (SOD), Gluthation Peroxidase (GPx),

dan Catalase (Cat) . serta antioksidan eksogen yang tidak dihasilkan oleh tubuh

tetapi berasal dari makanan atau melalui food supplement seperti Vitamin A, beta

carotene, Vitamin C, Vitamin E, Selenium(Se), Zinc (Zn), dan Flavonoid (Bagchi

and Puri,1998).

Dalam perkembangan ilmu kedokteran masa kini dikenal terapi yang berfungsi

untuk mengaktifkan antioksidan endogen dalam tubuh. Terapi tersebut adalah terapi

ozon medis yang menggunakan gas ozon yang di dapatkan dari pencampuran oksigen

murni dan gas ozon dengan perbandingan 95% O2 dan 5% O3. Terapi ozon

mengaktifkan metabolisme dari sel darah merah (RBC) dengan meningkatkan 2,3

DPG (2,3 DiPhospo Glycerate) dan ATP (Adenosin Tri Phosphate) yang

menghasilkan peningkatan pelepasan O2, meningkatkan kemampuan sel-sel imun

dengan melepaskan cytokine seperti interferon dan interleukin, menguatkan sistem

imun dengan meningkatkan IFN β (Interferon β), TGF β 1 (Transformin Growth

Factor β 1) dan meningkatkan antioksidan internal dengan mengaktivasi Superoksid

Dismutase, Glutathion peroksidase, serta Catalase (Bocci, 2005).

Walaupun terapi ozon sudah lama digunakan dan memiliki banyak manfaat,

namun sampai saat ini masih banyak keraguan dari praktisi kesehatan mengenai

terapi ozon, dikarenakan masih adanya anggapan bahwa gas ozon merupakan radikal

bebas dan bersifat toksik. Anggapan ini harus diluruskan dengan membedakan gas

ozon yang digunakan untuk industri dan gas ozon untuk terapi. Gas ozon yang

digunakan untuk industri menggunakan udara bebas sebagai sumber oksigennya

dimana oksigen dalam udara bebas bercampur dengan gas lain yang sangat toksik

seperti nitrogen oksida sehingga gas ozon yang dihasilkan akan bersifat toksik

(Viebahn and Hansler, 2002). Gas ozon yang digunakan untuk terapi ozon

menggunakan oksigen murni sebagai sumber oksigen, sehingga hanya akan

dihasilkan oksigen murni dan ozon dengan perbandingan 95% O2 dan 5% O3. Ozon

dalam jumlah kecil tidak akan menimbulkan stress oxidative acut, namun justru akan

berfungsi sebagai transduksi signal pada beberapa proses biologis dalam tubuh

(Bocci, 2006).

Terapi ozon adalah terapi yang murah, mudah dikerjakan namun memiliki

banyak manfaat, karena alasan ini, terapi ozon digunakan secara luas di Negara

Jerman dan Rusia, namun di Negara Amerika sampai saat ini terapi ozon belum

mendapatkan pengakuan dari FDA (Food and Drug Administration) dengan alasan

ozon merupakan gas yang toksik bagi tubuh (Daniel, 2001). Walaupun FDA

melarang penggunaan terapi ozon, namun beberapa Negara bagian Amerika

menggunakan terapi ini, di antaranya adalah Georgia, Texas, Nevada, New York,

New Mexico, Colorado, Washington, Alaska, Florida, Minesota dan California

(Daniel, 2001).

Terdapat beberapa metode pemberian terapi ozon di antaranya terapi ozon

minor, injeksi intravena larutan salin yang diozonisasi, rectal insufflation, injeksi

intramuscular, penggunaan minyak yang di ozonisasi, penggunaan air yang di

ozonisasi dan terapi ozon mayor (Autohaemotheraphy). Terapi ozon mayor ( AHT)

yang selanjutnya akan disebut terapi ozon adalah terapi dengan cara mengalirkan

darah vena dari tubuh ke dalam kantung darah ( blood bag ) kemudian diberikan gas

ozon sesuai dosis terapi dan dialirkan kembali ke tubuh (Bocci, 2005). Terapi ini akan

mengaktifkan kerja antioksidan endogen, meningkatkan pelepasan O2 ke jaringan,

juga terjadi peningkatan sistem imun, dimana hal ini sangat dibutuhkan oleh tubuh

untuk menghambat proses penuaan ( Pangkahila, 2007 ). Oleh karena itu, terapi ozon

dapat digunakan dalam bidang kedokteran anti penuaan (antiaging medicine).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka

dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah pemberian terapi ozon menurunkan kadar total radikal bebas

perokok berat?

2. Apakah pemberian terapi ozon menurunkan kerusakan oksidatif akibat

radikal bebas pada perokok berat?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bahwa terapi ozon merupakan salah satu terapi untuk

mengaktifkan antioksidan endogen yang dapat membantu menurunkan kadar radikal

bebas dalam darah.

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan khusus penelitian adalah

untuk mengetahui :

1. Pengaruh pemberian terapi ozon terhadap penurunan kadar radikal bebas

pada perokok berat.

2. Pengaruh pemberian terapi ozon terhadap penurunan kerusakan oksidatif

pada perokok berat yang ditandai dengan penurunan MDA.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta kontribusi bagi

berbagai pihak sebagai berikut:

1. Dalam Bidang Ilmiah

Dapat menambah wawasan ilmiah tentang terapi ozon di bidang

kedokteran.

2. Dalam Bidang Kedokteran

Ozon medis dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk

mengaktifkan anti oksidan endogen.

3. Dalam Bidang Sosial

Menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat terapi ozon

sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan terapi.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Memberikan kontribusi bagi penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rokok

2.1.1. Definisi merokok

Merokok adalah kegiatan menghirup asap dari pembakaran tembakau pada

rokok. Yang disebut perokok sesaat adalah seseorang yang merokok pada saat-saat

tertentu, biasanya dilakukan pada saat sedang bersosialisasi dengan lingkungannya

ataupun untuk mengurangi stres. Perokok berat adalah bila sudah terjadi

ketergantungan secara fisik pada rokok (WHO, 2002).

2.1.1. Efek buruk rokok

Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan yang sangat merugikan, karena

secara sengaja memasukkan berbagai racun kimiawi yang bersifat radikal bebas ke

dalam tubuh. Tubuh manusia di desain untuk menerima asupan yang bersifat alamiah,

sehingga bila menerima masukan seperti asap rokok, secara otomatis tubuh akan

berusaha untuk mengeluarkan berbagai racun kimiawi ini dari tubuh melalui proses

metabolisme, tetapi proses metabolisme ini pun sebenarnya menghasilkan racun bagi

tubuh. Kadar radikal bebas yang tinggi dalam darah perokok aktif dapat memicu

timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya bagi tubuh. Dalam sebatang rokok

terkandung zat-zat beracun diantaranya adalah arsenik, karbon monoksida, amonia,

formalin, kadmium, aseton, methane, urea dan masih banyak kandungan beracun

lainnya (WHO, 2002). Dalam 1 kali hisapan rokok, akan terhisap banyak radikal

bebas sehingga hal ini berhubungan dengan timbulnya berbagai penyakit pada

seorang perokok, seperti emphysema dan kanker paru-paru (Siswono, 2005).

Dalam asap rokok terkandung 2 jenis radikal bebas yang berbeda. Radikal

bebas yang bertahan lama dalam darah yaitu tar dan yang hanya bertahan sebentar

yaitu fase gas. Walaupun demikian fase gas mengandung radikal bebas dalam jumlah

tinggi seperti nitrit oksida yang akan mengoksidasi bentuk nitrogen dioksida bereaksi

dengan superoksid menjadi peroksinitrit yang merupakan oksidan kuat (Eiserich,

1995).

2.1.3. Rokok sebagai sumber radikal bebas

Asap rokok mengandung berbagai macam radikal bebas, yang beberapa di

antaranya telah dibuktikan bersifat mutagen dan karsinogen (WHO, 2002).

2.1.3.1. Kandungan zat beracun dalam rokok

Dalam sebatang rokok terkandung zat-zat beracun seperti :

(1) Nikotin adalah zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, karena

nikotin dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan

penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan

pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari

sudah bisa membuat seseorang ketagihan untuk merokok.

(2) Timah hitam (Pb) yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 µg. Sebungkus

rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari menghasilkan 10 µg Pb

Sementara ambang batas timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 µg per

hari (WHO, 2002). Bisa dibayangkan bila seorang perokok berat menghisap rata-rata

2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke dalam tubuh.

(3) Gas karbonmonoksida (CO) memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan

dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini berikatan

dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena

afinitas gas CO terhadap hemoglobin lebih kuat dari pada O2 sehingga akan terbentuk

hemoglobin CO lebih banyak.

(4) Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap

rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga

mulut sebagai uap. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan

berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengedapan

ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok

berkisar 24-45 mg.

Paru-paru sebagai organ pernapasan pada manusia berfungsi sebagai

pertukaran gas antara jaringan tubuh dan lingkungan luar, sehingga paru-paru terus

menerus terpapar dengan radikal bebas tanpa bisa dihindari. Paru-paru selalu terpapar

oleh asap rokok, pembuangan asap kendaraan bermotor, asap pabrik, herbisida dan

partikel debu, yang akan menghasilkan Reactive Oksigen Species (ROS) dalam paru-

paru. Untuk mencegah atau mengurangi penyakit kronis karena radikal bebas maka

diperlukan antioksidan (Dina Sofia, 2005).

Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir

radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap

sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan

melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat

terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan

stres oksidatif (Murray, 2009).

2.2. Radikal Bebas

2.2.1. Definisi radikal bebas

Adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak

berpasangan. Elektron yang tidak berpasangan berputar sendiri di orbitnya, dan dapat

bertahan dalam waktu yang sangat singkat (waktu paruh 10-14 sampai 10-13 detik).

Elektron yang tidak berpasangan ini, akan berusaha untuk menarik elektron dari

molekul lainnya untuk mendapatkan kembali konfigurasi pasangan elektron, oleh

karena itu radikal bebas sangat reaktif. Sebuah radikal bebas yang berhasil

mengambil elektron dari sesuatu molekul lain yang stabil, akan menyebabkan

molekul tersebut kehilangan satu elektron dan berubah menjadi radikal bebas baru.

Proses berantai ini dapat menyebabkan perubahan struktur pada molekul lainnya

(Ginger, 2008).

2.2.2. Sumber radikal bebas

Radikal bebas khususnya senyawa oksigen yang reaktif (reactive oxygen

species) yang dapat merusak sel berasal dari proses metabolisme normal dalam tubuh

dan dari luar tubuh. Pembentukan radikal bebas dalam tubuh terjadi terus menerus

dalam sel sebagai reaksi enzimatik maupun reaksi non enzimatik. Sumber radikal

bebas (Bagchi and Puri, 1998):

1. Sumber radikal bebas dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari reaksi

enzimatik adalah pada proses pernapasan, proses phagositosis, proses

pembentukan prostaglandin, dan proses pembentukan sitokrom P450.

2. Yang merupakan hasil dari reaksi non enzimatik merupakan reaksi

oksigen dengan senyawa organik dengan cara ionisasi dan radiasi

contohnya adalah proses pada proses inflamasi dan iskemia.

3. Sumber radikal bebas dari luar tubuh yaitu asap rokok, polusi dari

lingkungan, radiasi, obat-obatan, sinar UV dan limbah industri.

2.2.3. Tahapan Pembentukan Radikal Bebas

Reaksi radikal bebas dapat dibagi menjadi tiga tahap (Setiati, 2003), yaitu :

1. Tahap Inisiasi, yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas.

RH + O2 R˙ + HO2˙

2. Tahap Propagasi, yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah

banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lain.

R˙ + O2 RO2˙

3. Tahap Terminasi, yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan

radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi

radikal (scavenger).

R˙ + R˙ R : R

Reaksi rantai ini dapat diakhiri dengan adanya reaksi antara satu radikal dengan

radikal lainnya atau dengan adanya antioksidan. Apabila tidak terjadi proses terminasi

maka akan terjadi proses berantai yang sangat merusak.

2.2.4. Sifat Radikal Bebas

Radikal bebas memiliki dua sifat, yaitu:

1. Reaktivitas tinggi, karena kecenderungannya menarik elektron.

2. Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal bebas baru sehingga

terbentuk reaksi rantai yang memporak-porandakan membran lemak.

Sifat radikal bebas yang mirip dengan oksidan terletak pada kecenderungannya

untuk menarik elektron. Jadi sama halnya dengan oksidan, radikal bebas adalah

penerima elektron. Itulah sebabnya dalam kepustakaan kedokteran, radikal bebas

digolongkan dalam oksidan. Namun perlu diingat bahwa radikal bebas adalah

oksidan, tetapi tidak setiap oksidan adalah radikal bebas. Radikal bebas lebih

berbahaya dibanding dengan oksidan yang bukan radikal. Hal ini disebabkan oleh

kedua sifat radikal bebas di atas, yaitu reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan

membentuk radikal baru (Widjaja, 2009), yang pada gilirannya nanti apabila

menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru lagi, sehingga terjadilah reaksi

rantai (chain reaction). Di antara senyawa-senyawa oksigen reaktif, radikal hidroksil

merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktivitasnya sangat tinggi

(Katleen, 2006).

2.2.4.1. Peroksidasi Lipid

Komponen terpenting membran sel adalah fosfolipid, glikolipid dan

kolesterol. Dua komponen pertama mengandung asam lemak tak jenuh yaitu linoleat,

linolenat, dan arakidonat yang sangat rentan terhadap serangan radikal bebas,

terutama radikal hidroksil (˙OH). Radikal hidroksil (˙OH) dapat menimbulkan reaksi

rantai yang disebut peroksidasi lemak, dengan adanya reaksi rantai ini maka akan

terbentuk radikal bebas lain, sehingga akan menyebabkan peroksidasi lebih lanjut

(Suryohusodo, 2000). Reaksi rantai peroksidasi lemak( lipid peroxidation) tersebut

adalah :

a. Inisiasi :

LH + ˙OH → L ˙ + H2O

Asam lemak radikal lemak

Peroksidasi lemak membran sel di inisiasi oleh radikal bebas, seperti

radikal hidroksil (˙OH) yang menarik hidrogen dari polyunsaturated lipid

(LH), sehingga menghasilkan radikal lipid (L˙).

b. Propagasi :

L˙ + O2 → LOO˙

Radikal peroksilipid

LOO˙ + LH → L˙ + LOOH

dan seterusnya.

Reaksi rantai radikal bebas dipropagasi dengan penambahan O2, sehingga

terbentuk radikal peroksi lipid (LOO˙), radikal lipid (L˙) lain dan

peroksida lipid (LOOH), dengan demikian reaksi rantai peroksidasi lemak

akan terus berlanjut.

c. Degradasi :

Hasil degradasi lemak membran sel tersebut antara lain MDA, bersifat

larut dalam air, dan terdapat dalam darah dan urin. MDA hanya dibentuk

dari asam lemak dengan 3 atau lebih ikatan rangkap dan pengukuran

kadarnya dalam serum.

dapat digunakan sebagai indikator dari lipid peroxidation.

d. Terminasi :

LOO˙ + L˙ → LOOH + LH

Reaksi rantai ini dapat diakhiri dengan adanya reaksi antara satu radikal

dengan radikal lainnya atau dengan adanya antioksidan. Apabila tidak

terjadi proses terminasi, maka akan terjadi proses degradasi seperti

tersebut di atas, dan akibat akhir dari reaksi rantai yang tidak mencapai

tahap terminasi adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi berbagai

senyawa yang bersifat toksik terhadap sel, antara lain berbagai macam

aldehida, seperti malondialdehide (MDA), 9 hidroksi-nonenal (Devlin,

1982).

2.2.5. Kerusakan oksidatif oleh oksidan rokok pada molekul biologik

Asap rokok mengandung radikal bebas oksigen dan karbon yang cukup

reaktif yang mempunyai waktu paruh dalam hitungan menit (WHO,2008). Pryor dan

Stone melaporkan bahwa komponen gas dari asap rokok mengandung banyak radikal

bebas pada setiap kali hisapan. Nitrogen monoksida ( NO) terdapat pada asap rokok

dalam jumlah 500-1000 ppm, dan mungkin merupakan salah satu sumber ˙NO

eksogen yang terbesar. Nitrogen monoksida bereaksi sangat cepat dengan radikal

superoksida (O2.) untuk membentuk peroksi nitrit (ONOO) dan dengan radikal

peroksil (dari asap rokok), membentuk alkilperoksinitrit (ROONO). Nitrogen reaktif

˙NO, ONOO dan ROONO, merupakan mediator penting untuk terjadinya kerusakan

dalam sistem biologik. Senyawa-senyawa ini terdapat atau dibentuk di asap rokok,

dan memberikan kontribusi pada modifikasi biologik karena asap rokok. Jumlah

radikal bebas ini dan radikal lainnya yang terdapat dalam jumlah besar pada asap

rokok, dapat menurunkan kadar antioksidan dan menyebabkan peroksidasi dari asam

lemak tidak jenuh .

Menurut Stratton dkk, asap rokok menghasilkan singlet oksigen (1O2)

melalui reaksi dari NO dengan H2O2 yang terdapat pada asap rokok. Peroksinitrit

yang merupakan komponen dari asap rokok, yang dibentuk melalui reaksi antara ˙NO

dengan O2˙, juga bereaksi dengan H2O2 dan menghasilkan 1O2. Aktivasi makrofag

alveoli paru (pulmonary alveolar macrophage/PAM) oleh asap rokok dapat

menghasilkan hipoklorid dan H2O2, kemudian H2O2 bereaksi dengan NO2

menghasilkan 1O2. Perokok dapat terus terpapar oleh 1O2 karena asap rokok, yang

dapat menimbulkan kerusakan biomolekuler (Eiserich, 1995).

2.2.6. Pengukuran radikal bebas

Ada beberapa metode pengukuran radikal bebas, dimana salah satunya

menggunakan alat FORM (Free Oxygen Radicals Monitor). Pengukuran kadar

radikal bebas pada alat FORM, menggunakan kit FORT (Free Oxygen Radicals

Testing) dimana cara kerjanya adalah dengan pemeriksaan skala warna yang berdasar

pada transisi metal seperti kemampuan besi dalam mengkatalisis dengan adanya

ROOH sebagai radikal bebas yang kemudian diikat oleh derivat amin (Hehrer, 2000).

CrNH2 Ikatan amin ini bereaksi dengan radikal bebas membentuk warna, membentuk

radikal kation yang kuat terdeteksi pada 5,05 nm sebagai hasil dengan reaksi linear

kinetic.

Intensitas warna berhubungan dengan jumlah dari ikatan radikal bebas dan

konsentrasi dari hidroperokside dan itu menunjukkan contoh status oksidatif (verde,

2002) :

1. R-OOH + Fe2+ → RO˙ + OH- +Fe3+

2. R-OOH + Fe2+ → ROO˙ + H+ +Fe2+

3. RO˙ + ROO˙ + 2 CrNH2 → ROO- + RO- + [CrNH2˙]

Pembacaan FORT berdasar pada reaksi linear kinetik dan ini ditunjukan dalam 3

menit pertama dan 3 menit berikutnya. Hasil didapatkan dari 2 proses pembacaan

yang berbeda. Nilai proses penyerapan kemudian dikonversi secara otomatis kedalam

nilai konvensional yang disebut FORT unit atau dalam konsentrasi yang sama dengan

H2O2 yang berdasar pada instrumen mikroprosesor. FORT unit sebanding dengan 7,6

µmol/l (0,26 mg/l) H2O2. 310 FORT unit sesuai dengan 2,35 mmol/l H2O2. Semakin

tinggi hasil yang didapat menunjukan semakin tinggi tingkat hidroperoksida dan akan

didapatkan kerusakan yang tinggi karena proses oksidasi oleh radikal bebas (FORT

Assay, 2008).

Untuk melakukan perbandingan contoh darah, tes harus dilakukan pada kondisi

yang sama. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, disarankan pada saat akan

melakukan tes menghindari makan besar, selama masa pengobatan suatu penyakit,

setelah olahraga berat, dan lain-lain yang dapat memicu kenaikan radikal bebas dalam

tubuh (Bagchi and Puri, 1998).

Pada penelitian ini dilakukan perbandingan hasil pada sampel darah yaitu dengan

menggunakan pemeriksaan MDA ( Malondialdehid ) yang merupakan hasil

kerusakan dari peroksidasi lemak pada membran sel dimana bila didapatkan

penurunan kadar radikal bebas maka akan didapatkan penurunan perusakan akibat

radikal bebas dalam darah dan terjadi penurunan MDA (Halliwel, 1999).

2.3. Antioksidan

2.3.1. Definisi antioksidan

Antioksidan dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memperlambat

atau mencegah proses oksidasi. Oksidasi adalah suatu reaksi kimia dimana terjadi

pengurangan elektron dari atom atau grup atom. Dalam pengertian kimia, antioksidan

adalah senyawa-senyawa pemberi elektron, tetapi dalam arti biologis pengertian

antioksidan lebih luas lagi, yaitu semua senyawa yang dapat meredam dampak

negatif oksidan, termasuk enzim-enzim dan protein-protein pengikat logam (Katleen,

2006).

2.3.2. Jenis Antioksidan

Berdasarkan mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan, antioksidan dapat

dibagi menjadi 2 golongan (Murray, 2009), yaitu :

2.3.2.1. Antioksidan pencegah

Adalah antioksidan yang berfungsi mencegah terbentuknya radikal hidroksil,

yaitu radikal yang paling berbahaya bagi tubuh. Yang termasuk kedalam

antioksidan pencegah adalah :

1. Super Oxide Dismutase (SOD) yang ada di dalam tubuh manusia, yaitu

yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di sitoplasma (Cu Zn SOD)

2. Katalase (Catalase) dalam sitoplasma, dapat mengkatalisir H2O2 menjadi

H2O dan O2. Komponen katalase adalah Fe.

3. Bermacam-macam enzim peroksidase, seperti glutation peroksidase yang

dapat meredam H2O2 menjadi H2O melalui system siklus redoks glutation.

4. Senyawa yang mengandung gugusan sulfhidril (glutation, sistein,

kaptopril) dapat mencegah timbunan radikal hidroksil dengan

mengkatalisir menjadi H2O.

2.3.2.2. Antioksidan pemutus rantai ( Chain Breaking )

Antioksidan pemutus rantai adalah zat yang dapat memutuskan rantai

reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak pada membran sel untuk mencegah

peroksidasi lemak (Sulistyowati, 2000). Antioksidan pemecah rantai dapat

digolongkan menjadi :

1. Golongan antioksidan eksogen

Contohnya adalah vitamin C, vitamin E dan betakaroten.

2. Golongan antioksidan endogen

Contohnya adalah glutation dan sistein.

2.4. Ozon

Ozon (O3) adalah komponen udara segar yang terjadi secara alami, terbentuk

sebagai hasil reaksi antara sinar ultraviolet dari matahari dengan lapisan atas atmosfir

bumi, dan membentuk lapisan pelindung yang menyelimuti bumi. Ozon sendiri

adalah jenis gas yang sangat reaktif dan tidak stabil, dengan masa hidup yang sangat

pendek (20-30 menit) sebelum kembali menjadi Oksigen (Bocci, 2005).

Ozon yang digunakan dalam bidang kedokteran (O3), sangat berbeda dengan

lapisan ozon pada atmosfir, maupun ozon untuk industri, dimana pada ozon industri,

gas yang dihasilkan sangat beracun karena mengandung nitrogen oksida, nitrit, asam

nitrat, sulfur dioksida.

Gas ozon ditemukan pertama kali oleh seorang ilmuwan jerman, pada tahun

1840, Christian Friedrich Schonbein. Dalam ilmu kedokteran, ozon (O3) telah

banyak dipergunakan dalam pengobatan penyakit. Ozon mempunyai kemampuan

membunuh bakteri, virus dan jamur, memperbaiki sirkulasi jaringan, mempercepat

epitelisasi jaringan dan merangsang regenerasi sel (Novgorod, 2006).

Untuk pengobatan, ozon medis diperoleh dari suatu proses oksigen murni yang

dialirkan melalui tabung generator ozon (Corona Electrical Discharge). Oksigen

yang melalui tabung ozon mendapatkan aliran listrik bertegangan tinggi. Dalam

proses ini akan terbangkit gas ozon yang tercampur dengan gas oksigen medis dengan

suatu konsentrasi yang sangat tergantung pada pengaturan regulator gas dan besarnya

tegangan listrik yang diberikan. Sisa gas ozon yang tidak terpakai harus dinetralisir

kembali menjadi oksigen dengan proses reaksi kimia di dalam tabung catalizer

(Ozonosan, 1996) .

2.4.1. Reaksi ozon dalam tubuh :

Seperti gas yang lain, ozon larut dalam cairan mengikuti hukum Henry’s,

dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan konsentrasi ozon. Ozon cepat larut dalam

cairan tubuh, dan bereaksi dengan cepat dengan antioksidan, protein, karbohidrat,

dalam tubuh dan asam lemak tak jenuh ( PUFA) pada membran sel.

Mekanisme dasar penyerapan ozon dalam tubuh :

1. Reaksi terpenting adalah bahwa ozon digunakan dalam proses oksidasi

dari vitamin C, asam urat, gugus sulfhidril (SH) dari protein dan

glikoprotein. Proses ini sekaligus meredam efek radikal dari ozon, dan

ini merupakan efek terpenting karena reaksi ini menimbulkan Reactive

oxygen Spesies (ROS) yang akan mengaktifkan beberapa proses biokimia

penting dalam tubuh (Bocci, 1998). ROS akan dinetralisir dalam 0,5-1

menit oleh sistem antioksidan tubuh (Katleen, 2006).

2. Reaksi peroksidasi lemak (lipid peroxidation)

Dalam plasma hidropilik, satu molekul olefin (bagian dari asam

arakhidonat yang terdapat pada trigliserida dan kilomikron) dengan 1

molekul ozon membentuk dua molekul aldehida dan satu molekul H2O2

(Bocci and Puri, 1998).

Kedua reaksi ini terbentuk dalam hitungan detik menggunakan seluruh ozon

yang ada dan menghasilkan H2O2 sebagai oksidan namun bukan dalam bentuk

radikal dan beberapa bentuk aldehida yaitu Lipid Oxidation Products (LOPs).

Ozon yang bereaksi dengan Poly Unsaturated Fatty Acids (PUFA) akan langsung

bereaksi dengan antioksidan seperti asam askorbat, asam urat, gabungan thiol

dengan SH group seperti systein, reduced glutation (GSH) dan albumin, semua zat

ini berlaku sebagai donor elektron dan mengalami oksidasi.

O3 + Biomolecules → O2 +O-

Reaksi utama ozon dalam tubuh (Bocci, 2005) adalah:

R - CH = CH - R˙ + O3 + H2O → R – CH = O + R˙ – CH = O + H2O2

Reaksi ini menunjukkan pada waktu yang bersamaan terbentuk satu molekul

Hidrogen peroksida yang merupakan oksidan kuat dan dua molekul Lipid

Oxidation Products (LOPS). H2O2 merupakan sumber dari pada ROS bukan

radikal dan berperan sebagai ozon messenger, bertanggung jawab merangsang

terjadinya beberapa efek biologis dan terapi. Konsep bahwa ROS selalu berbahaya

tidaklah selalu benar, karena ROS memiliki sejumlah efek fisiologis yang berperan

dalam transduksi signal dan berperanan penting sebagai mediator dalam

pertahanan tubuh dan respon kekebalan tubuh. Didapatkan juga pembentukan

Nitrogen Monoxide (NO-) pada endotel sel manusia yang terekspos oleh serum

yang telah di ozon. Namun kita juga harus berhati-hati, karena ROS yang

berlebihan akan memicu terbentuknya zat beracun Peroxy Nitrite (O = NOO-) dan

Anion Hipochloride (ClO-).

Peroksidasi dari PUFA menghasilkan LOPS (Lester and Enrique, 2002) pada

plasma yang terdapat banyak macam yang digolongkan sebagai Lipo Peroxides

(LOO-), Alcoxyl Radicals (LO-), Lipohydro Peroxides (LOOH), Iso Prostanes

dan Alkenals, diantaranya adalah 4 – Hydroxy – 2,3 Transnonenal (HNE) dan

malondialdehide (MDA). Kesimpulan dari proses ini diterangkan dalam bagan

2.1.

PUFA Oksidasi O3 LOPS

Lipoperoxides (LOO) Alkoxil Radikal (LO) Lipohidroperoxides (LOOH) Isoprostanes &Alkenal

Malonil Dialdahide (MDA) 4 hydroxi 2,3 transnonenal (4HNE)

Bagan 2.1. Bagan proses oksidasi oleh O3 pada membrane sel yang mengandung PUFA

Bentuk radikal dari Aldehida adalah toksik dan hanya boleh terbentuk dalam

konsentrasi kecil. Pada saat terapi, ketika darah kembali masuk ke tubuh, LOPS

mengalami dilusi pada cairan tubuh kemudian diekskresi melalui urine dan empedu,

dan dimetabolisme oleh Glutathion transferase (GSPX) dan Aldehyde

Dehydrogenase dengan begitu hanya dalam dosis submicro molar yang dapat

mencapai semua organ, khususnya pada sum-sum tulang, hati, susunan syaraf pusat

(CNS), kelenjar endokrin, berperan sebagai molekul signal selama terjadinya stres

oksidatif akut yang ringan, yang mampu membangkitkan efek biologis tanpa

menimbulkan efek toksik (Viebahn, 2007).

Gambar 2.2. Skema proses peroksidasi lemak pada membran sel (lipid peroxidation)

Keterangan gambar:

Setelah pemaparan ozon pada darah, akan terjadi peroksidasi lemak pada

membran sel dan akan terjadi reaksi yang melibatkan sistem antioksidan endogen

melalui jalur Glutation, dimana Glutation Reduktase oleh adanya gugus aldehid

hasil dari peroksidasi lemak pada membrane sel berubah menjadi glutation

teroksidasi, 15 menit setelah terapi dimana hal ini akan merubah NADPH menjadi

NADP melalui jalur Glucose 6 Phosphat sehingga menyebabkan perubahan

kembali NADP menjadi NADPH yang akan mengaktifkan 2,3 DPG yang akan

mempengaruhi sel darah merah untuk melepaskan oksigen ke jaringan tubuh. Hal

ini juga akan meningkatkan pembentukan ATP (Viebahn and Haensler, 2002).

Proses ozon yang dilakukan pada darah, pada otot maupun intra diskal

menimbulkan stress oksidatif akut. Dengan dosis ozon yang tepat, tidak akan

menimbulkan efek yang merugikan, tetapi mampu membangkitkan beberapa

respon biologis yang menguntungkan bagi tubuh, salah satunya adalah dengan

mengaktifkan anti oksidan enzimatik yang terlibat dalam reaksi peroksidasi yang

secara bersamaan mempunyai fungsi melindungi terhadap proses degenerasi yang

terjadi pada saat kadar radikal bebas dalam tubuh meningkat. SOD bertanggung

jawab dalam memecah kelebihan dari radikal superoksida, CAT berfungsi

memecah hydrogen peroksida dan GSH-Px berfungsi memecah peroksida organik

seperti peroksida yang dihasilkan oleh ozon, seperti H2O2 (Bocci, 1999).

Rangkaian proses ini dapat mengurangi stres oksidatif kronik yang hubungan

dengan proses penuaan, infeksi kronis, diabetes, atherosclerosis, proses

degeneratif dan kanker (Novgorod, 2006).

2.4.2. Mekanisme kerja terapi ozon dalam bidang bidang Kedokteran Anti

Penuaan

Dengan terjadinya proses penuaan, maka kemampuan tubuh dalam

memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi karena pengaruh buruk lingkungan

maupun proses dalam tubuh sendiri akan menurun. Oleh karena itulah diperlukan

adanya tindakan ataupun pengobatan pencegahan untuk merangsang kemampuan

tubuh untuk melakukan perbaikan dari kerusakan yang timbul. Terapi ozon

merupakan salah satu terapi tambahan (komplementer) yang dapat membantu

tubuh dalam memperlambat proses penuaan (Viebahn, 2007) dengan cara :

1. Ozon menstimulasi peningkatan pengambilan dan pemakaian dari oksigen

dengan menstimulasi peningkatan pembentukan dari antioksidan enzimatik

(antioksidan endogen) dimana antioksidan enzimatik ini bertanggung jawab

untuk melepasan oksigen pada tingkat sel. Penurunan dari fungsi enzim ini

akan menjadi penyebab utama dari semua penyakit kronis, dan berkurangnya

enzim ini dikarenakan proses penuaan. Terapi ozon adalah salah satu terapi

yang sangat potensial dalam menginduksi pembentukan antioksidan

enzimatik.

Bagan 2.3. Proses induksi antioksidan endogen oleh ozon

2. Ozon meningkatkan sirkulasi, dengan cara meningkatkan apa yang disebut

sebagai sifat reologi darah yaitu karakteristik dari darah, dalam bentuk

kelenturan dari eritrosit. Dengan meningkatnya reologi darah ini, maka

transportasi oksigen ke jaringan juga meningkat.

3. Ozon meningkatkan enzim 2,3 DPG (2,3 Difosfogliserad) yang akan

meningkatkan pelepasan oksigen oleh sel darah merah. Sehingga

memperbaiki oksigenasi jaringan.

Glucose PPW

k+ Glucose-6-Phosphate

Na+

ADP 1.3 NADPH GSH R-O-O-R

ATP DPG

NADPH GSSG ROH

2,3DPG

lactate HbO2 Hb + O2

Bagan 2.4. Metabolisme dalam sel darah merah yang dipengaruhi oleh peroxide.

4. Dengan bertambahnya usia, maka sistem imunitas pun mengalami penurunan,

dimana penurunan imunitas merupakan salah satu penyebab internal dari

proses penuaan (Goldman and Klatz, 2007). Ozon penginduksi imun sistem

yang potensial dengan mengaktifkan sitokin yang sudah menurun yaitu IFN α,

IFN β, IFN γ, interleukin 1b, 2,4,6,8 dan 10, tumor nekrosis factor (TNF-α),

granulocyte macrophage colony-stimulating factor (GMCSF) dan growth

factor TGF-β1.

2.4.3. Proses pembentukan ozon medis

Karena sifat radikal bebas yang tidak stabil dari gas ozon, maka gas ozon

yang akan digunakan untuk terapi dibentuk pada saat akan digunakan. Ozon therapist

harus mempunyai generator ozon yang aman, tidak toksis, dan bisa mendegradasi

sisa ozon yang tidak terpakai. Ozon yang tidak terpakai tidak bisa terurai dalam

lingkungan dan harus di uraikan menjadi oksigen oleh reaksi katalisis di dalam ruang

penghancur yang sangat dibutuhkan yang mengandung oksida besi pada suhu 70C

oleh termostat listrik (Vallachi, 2000).

Generator ozon medis terdiri dari 2-4 tabung bervoltase tinggi yang

tersambung dalam program elektronik berseri yasng mampu membentuk perbedaan

voltase di antara 4000 dan 13000 volt. Dalam system ini ozon terbentuk ketika

oksigen melewati celah antara tegangan tinggi dan elektroda. Energi dari pelepasan

elektrik mengakibatkan pecahnya molekul oksigen menjadi atom oksigen di mana

dari kelebihan molekul oksigen ini membentuk 3 atom molekul ozon. Pada generator

di lewati oksigen medis murni dan pada selang supply terbentuk pencampuran gas

yang tidak lebih dari 5% ozon dan 95% oksigen, hal ini dapat terjadi dengan adanya

tekanan positif. Ozon untuk tujuan medis tidak bisa menggunakan udara bebas

sebagai sumber oksigen karena mengandung 78% nitrogen ,dan hasil akhir

pencampuran gas akan mengandung nitrogen oksida yang sangat beracun selain

oksigen dan ozon (Bocci., 2006).

2.4.4. Konsentrasi ozon

Konsentrasi ozon ditentukan oleh 3 parameter (Ozonosan, 1996), yaitu:

1. Voltase

Hasil akhir konsentrasi ozon semakin besar bila voltase semakin besar.

2. Jarak antara 2 elektroda

Akan menentukan peningkatan konsentrasi ozon secara bertahap.

3. Aliran oksigen

Ditunjukan dari volume aliran oksigen dalam liter/menit , biasanya

dapat diatur dari 1 sampai 10 l/mnt. Hasil akhir ozon yang terbentuk

berbanding terbalik secara proporsional dengan aliran oksigen, oleh karena itu

unit per satuan waktu semakin tinggi aliran oksigen semakin rendah

konsentrasi ozon, begitu pula sebaliknya.

2.4.5. Penghitungan dosis ozon

1. Total volume dari pencampuran gas terdiri dari oksigen dan ozon

2. Konsentrasi ozon ditunjukan dalam satuan microgram / milliliter

3. Barometer tekanan (mmHg) apabila berbeda dari keadaan normal, untuk alasan

keamanan kita harus menghindari tekanan hiperbarik.

Total dosis ozon sama dengan volume gas (ml) dikalikan dengan konsentrasi

ozon (mcg/ml). Sebagai contoh, apabila kita menggunakan volume gas sebanyak

100ml dan konsentrasi ozon sebesar 40 mcg/ml total dosis ozon adalah 100 x 40 =

4000 mcg atau 4.0 mg (Bocci, 2005).

Generator ozon harus di cek secara konsentrasi berkala termasuk mengontrol

titrasi iodometrik dari photometer untuk memastikan ketepatan konsentrasi ozon.

Ozon harus diproduksi menggunakan ozon medis dengan generator tidak beracun

yang dapat diandalkan yang dapat mengukur konsentrasi ozon yang tepat (1-100

mcg/ml) melalui photometer yang sering kali dikontrol oleh titrasi iodometrik

(Ozonosan, 1996) .

2.4.6. Aplikasi ozon dalam bidang kedokteran

Ozon merupakan oksidan sangat kuat, namun bila kita dapat mengetahui

dengan tepat penggunaannya dalam dosis terapi, maka kita dapat menghindari efek

buruk dari ozon dan mendapatkan efek terapi yang sangat bermanfaat (Bocci dkk,

2005). Dalam bidang kedokteran terdapat beberapa cara aplikasi ozon, dimana cara

pemilihan ini tergantung dari kebutuhan terapi yang disesuaikan dengan kondisi

penyakit pasien.

Aplikasi terapi ozon dalam bidang medis antara lain ( Altman, 2001):

1. Mayor Auto Haemotherapy (Extra Corporeal Blood Therapy)

MAH adalah cara aplikasi ozone sistemik dengan cara mengalirkan darah dari

tubuh pasien sebanyak 50-100cc kedalam blood bag, kemudian dicampurkan

dengan ozon sesuai dosis, dan dialirkan kembali ke tubuh pasien dengan

kecepatan tetesan 60-90 tetes/menit

2. Intra muscular Autohaemotherapy

Terapi ozon dengan cara mengambil 2-5ml darah pasien dengan spuit

disposable, kemudian dicampur dengan 20 µg/ml ozon, kemudian disuntikan

ke pasien dengan cara IM.

3. Direct intramuscular

10 cc gas ozon diinjeksikan langsung intramuscular.

4. Insuflasi ozon Rectal

Terapi ini dilakukan dengan cara memasukkan campuran ozon oksigen yang

telah disediakan di dalam ozone spuit, kemudian dimasukkan melalui anus

dengan menggunakan kateter sekali pakai (disposable chateter).

5. Topical Bagging

adalah suatu metode ozonisasi untuk menyembuhkan luka-luka pada kaki

akibat diabetes. Pada ulkus diabetes (gangren), terlebih dahulu dilakukan

debridement, kemudian luka dibungkus dengan plastik khusus, dan dialiri gas

ozon ( Bocci, 2005).

2.4.7. Indikasi terapi ozon

Ozon sangat efektif dalam mengaktifkan sistem imunitas tubuh dengan

mengaktifkan antioksidan endogen, ozon juga sangat efektif digunakan untuk

membunuh virus, bakteri, dan jamur, abses, alergi, gangguan sirkulasi arteri,

gangren, ulkus kruris, sirosis hepatis, polyneuritis, poliartritis, tromboplebitis,

gangguan penyembuhan luka , penyakit Parkinson, hepatitis, ginggivitis,

paradontosis (Bocci, 2005).

2.4.8. Kontra indikasi terapi ozon

Terapi ozon sebaiknya tidak dilakukan pada keadaan, intoksikasi alkohol akut,

infark jantung baru, hipertiroid, alergi ozon. renjatan, edem paru, hipokalsemia

(Bocci, 2005). Penggunaan campuran O3 melebihi 3000ug/ kali dapat menyebabkan

hemolisis butir darah merah. Emboli udara, hal yang diduga akan dapat terjadi pada

penggunaan ozon secara intraarteri/ intravena, tidak perlu terjadi apabila oksigen

yang digunakan benar-benar murni (100%). Sebab yang membuat emboli udara

terjadi ialah adanya gas tidak larut yaitu komponen nitrogen (Viebahn, 2007).

Tindakan pengamanan segera perlu dilakukan bila pada saat terapi ozon

dilakukan, terdapat gejala awal shock pada pasien yang ditandai dengan adanya sesak

nafas, dada terasa tertekan, akral teraba dingin, denyut jantung cepat, hipotensi,

penurunan kesadaran. Bila ditemukan salah satu atau beberapa tanda ini maka

tindakan yang harus kita lakukan segera adalah menghentikan terapi ozon yang

sedang dilakukan dan segera lakukan penanganan berikut (Viebahn and Renate,

2007) :

1. Segera baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari

bagian tubuh yang lain.

2. Bebaskan jalan nafas.

3. Lakukan resusitasi jantung paru.

4. Infus NaCl.

5. Berikan pilihan terapi, lidocain 2%, adrenalin, atropine, sodium

bicarbonate, cortisone, alupent, medigoxin, lasix, theophiline,

aminophiline, dimana pilihan terapinya disesuai dengan kondisi

pasien.

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan

banyak peneliti. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko timbulnya berbagai

penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru,

kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah

tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.

Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak, asam

hidrosianat, nitrogen oksida dan formalin. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin,

karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun, karena menimbulkan efek inflamasi dan

radikal bebas, menyebabkan proliferasi dan aktivasi dari fagosit pada paru dan

seluruh tubuh yang dapat menurunkan efek dari oksidan.

Untuk mencegah dan mengurangi dampak buruk dari radikal bebas yang

terkandung dalam rokok, diperlukan antioksidan.

Tubuh manusia mempunyai beberapa mekanisme untuk bertahan terhadap

radikal bebas dan ROS lainnya. Pertahanan yang bervariasi saling melengkapi satu

dengan yang lain karena bekerja pada oksidan yang berbeda atau dalam bagian

seluler yang berbeda. Suatu garis pertahanan yang penting adalah sistem enzim,

termasuk superoxide dismutase (SOD), catalase, dan glutathion peroksidase.

Pada umumnya semua sel jaringan organ tubuh dapat menangkal serangan

radikal bebas , tetapi seiring peningkatan usia maka sistem pertahanan tubuh 35

mengalami degradasi atau kemunduran, akibatnya pemunahan radikal bebas tidak

dapat terpenuhi dengan baik, maka kerusakan jaringan terjadi secara perlahan-lahan.

Dalam perkembangan ilmu kedokteran masa kini dikenal terapi ozon medis,

yang menggunakan ozon untuk mengaktifkan antioksidan endogen dalam tubuh

dengan mengaktivasi Superoksid Dismutase, Glutathion peroksidase, Catalase,

sehingga dapat membantu menurunkan kadar radikal bebas dalam tubuh.

Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun

kerangka konsep sebagai berikut :

FAKTOR INTERNAL

- Gen - Radikal bebas - Kerusakan DNA - Penurunan

TERAPI OZON

Bagan 3.1. Kerangka dan Konsep

3.2 Hipotesis Penelitian

1. Pemberian terapi ozon menurunkan kadar radikal bebas total pada

perokok berat.

2. Pemberian terapi ozon menurunkan kerusakan oksidatif akibat radikal

bebas pada perokok berat.

BAB IV

METODE PENELITIAN

FAKTOR EKSTERNAL

- Polusi lingkungan - Gaya hidup tidak

sehat - Stress - Penyakit

- Aging proses - Meningkatkan

total radikal bebas

- Meningkatkan MDA

me

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan

rancangan pre-test post-test control group design (Pocock, 2008). Skema rancangan

penelitian adalah sebagai berikut :

P0

O1 O2

P R S

P1

O3 O4

Bagan 4.1. Rancangan Penelitian

Keterangan :

P = Populasi

38

S = Sampel

R = Random

O1 = kondisi sebelum pemberian Nacl 1cc

03 = kondisi sebelum pemberian terapi ozon

P0 = Perlakuan dengan pemberian NaCl 1 cc, selama 10 minggu

P1 = Perlakuan dengan pemberian terapi ozon selama 10 minggu

O2 = Kondisi setelah pemberian NaCl 1 cc, selama 10 minggu

O4 = Kondisi setelah pemberian ozon mayor dengan dosis

40µg/ml darah selama 10 minggu

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di klinik Bianca, Jakarta, bulan April sampai Juli

2010.

4.3 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini digunakan para perokok berat dengan kriteria sebagai

berikut :

4.3.1. Kriteria Sampel Inklusi:

1. Bersedia menjadi subyek penelitian dan menandatangani inform consent

2. Pria usia 30-50 tahun.

3. Perokok 10-15 batang/hari atau sudah mengalami ketergantungan fisik

terhadap rokok.

4. Lama merokok di atas 10 tahun.

4.3.2. Kriteria Sampel Eksklusi :

1. Batuk kronis.

2. Sedang menjalani terapi hormon atau obat-obatan lain.

4.3.3. Kriteria drop out :

1. Bila dalam periode penelitian meminum obat-obatan.

2. Tidak menjalani terapi lebih dari 10 hari.

4.4. Besar sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus Pocock (2008)

2 σ2

n = ----------------- X ƒ (α,β )

(µ2 - µ1)2

Keterangan :

n = Besar sampel

µ2 = Rerata hasil radikal bebas total sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan

µ1 = Rerata hasil radikal bebas total sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan

α = Simpangan baku kontrol

ƒ (α,β) = Besarnya dilihat pada Tabel Pocock

Berdasarkan uji terhadap 3 sampel pada setiap kelompok perlakuan dengan

terapi ozon diperoleh rerata kelompok sebelum perlakuan = 400,67 dan SD = 64,79

rerata kelompok seasudah perlakuan P2 = 285. Perhitungan besar sampel dalam

penelitian ini menggunakan α = 0,05 dan β = 0,1 sehingga diperoleh :

2( 64,79 )2

n = ___________ X 10,5

( 400,67 – 285 )2

= 6,59 + 15%

= 7,5

= 8 Orang

Berdasarkan hasil tersebut, jumlah subyek dalam penelitian ini menjadi 2 x 8

= 16 orang. Pada penelitian awal digunakan 3 orang subyek, sehingga jumlah subyek

adalah 19 orang.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian yang akan diukur adalah :

4.4.2 Klasifikasi Variabel

a. Variabel bebas : Ozon autohaemoterapi dengan dosis 40 µg/ml

darah.

b.Variabel tergantung : Kadar radikal bebas dalam darah.

4.4.3 Definisi Operasional Variabel

a. Ozon adalah gas berwarna biru yang berbau sangat spesifik, dan sangat

reaktif, merupakan allotropi dari oksigen, dimana satu molekul ozon

terdiri dari 3 atom oksigen. Ozon medis yang digunakan untuk terapi ozon

dibuat dari oksigen murni yang dialirkan melalui generator ozon, sehingga

dihasilkan oksigen dan ozon dengan perbandingan 95 % : 5 %.

b. Terapi ozon autohaemoterapi (AHT) adalah salah satu terapi ozon dengan

cara memasukkan gas ozon dalam konsentrasi kecil 4 µg/ml darah ke

dalam 50ml darah vena yang sudah dikeluarkan dari dalam tubuh

kemudian di alirkan kembali kedalam tubuh yang diberikan satu minggu

sekali selama 10 minggu.

c. Radikal bebas adalah suatu molekul yang memiliki satu atau lebih

elektron yang tidak berpasangan pada orbit luarnya, bersifat sangat

reaktif terhadap sel atau komponen di sekitarnya, dimana radikal bebas

dalam darah dapat diketahui konsentrasinya dengan menggunakan alat

FORM. Alat ini sudah digunakan berdasarkan banyak penelitian yang

tercantum pada lampiran 2.

d. Antioksidan adalah suatu zat yang dapat memperlambat atau mencegah

proses oksidasi. Oksidasi pada penelitian ini adalah suatu reaksi kimia

dalam darah, dimana terjadi pengurangan elektron dari atom atau grup

atom.

e. Perokok berat adalah orang yang sudah mengalami ketergantungan

secara fisik pada rokok. Ketergantungan fisik terjadi bila mengkonsumsi

rokok di atas 5 batang sehari.

4.5 Alat dan Bahan

4.5.1. Alat yang digunakan adalah

1. Generator ozon

2. Tabung oksigen

3. Tensimeter

4. Alat pengukur kadar radikal bebas darah FORM

5. Centrifuge

6. Cuvet

7. Tabung reagen

8. Blood lancet

9. Bloodbag, abocath no.27

10. Spuit 50cc

11. Klem selang infus

12. Boks plastik

13. Tiang infus

14. Kamera

4.5.2. Bahan penelitian :

1. 50 cc darah

2. Ozon 40 µg/ml darah

4.6 Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan sebagai berikut :

4.6.1. Pengambilan subyek

Penelitian dilakukan pada laki-laki perokok usia 30 tahun sampai 50 tahun

karena pada usia 30 tahun biasanya sudah didapatkan penurunan fungsi metabolism

tubuh dikarenakan mulai menurunnya kadar hormon-hormon dalam tubuh dan sudah

mulai terjadi proses degeneratif (Pangkahila, 2007). Dengan kebiasaan merokok

akan semakin memperburuk kondisi ini. Batas atas usia di tentukan 50 tahun, karena

pada usia ini diharapkan belum terjadi kerusakan-kerusakan yang lebih memperburuk

kondisi stress oksidatif.

Subyek terbagi menjadi 2 kelompok perlakuan dimana kelompok pertama

sebanyak 8 orang mendapatkan terapi ozon medis sebanyak 10 kali yang dilakukan

dengan selang waktu 1 minggu, sementara kelompok kedua yang juga berjumlah 8

orang merupakan kontrol yang mendapat terapi placebo injeksi 1 CC NaCl secara

I.V., yang dilakukan sebanyak 10 kali, dengan selang waktu 1 minggu. Pemilihan

pemberian NaCl agar tidak mempengaruhi kenaikan kadar antioksidan dalam tubuh.

Pemeriksaan kadar radikal bebas darah dilakukan pada kedua kelompok, yaitu

pada awal dilakukannya penelitian dan pada akhir penelitian untuk mendapatkan

perbedaan kadar radikal bebas dalam darah sebelum dan setelah dilakukan penelitian.

Untuk membandingkan hasil dari pemeriksaan kadar radikal bebas darah

dengan alat FORM, maka pada kelompok perlakuaan juga dilakukan pemeriksaan

dengan MDA, dimana bila ditemukan penurunan kadar radikal bebas darah, maka

akan terjadi penurunan dari kerusakan oksidatif pada sel sehingga akan didapatkan

penurunan dari hasil MDA.

4.6.2. Prosedur pemeriksaan kadar radikal bebas dalam darah

Pada awal penelitian dilakukan pengukuran kadar radikal bebas darah,

dengan menggunakan alat pengukur kadar radikal darah FORM dengan cara: darah

diambil dari ujung jari tangan menggunakan lancet sebanyak 0.5 cc, kemudian di

alirkan kedalam pipa kapiler berukuran 20µl, dimasukkan dalam tabung reagen,

kocok perlahan, hingga darah dalam pipa kapiler tercampur reagen R2, tuang larutan

ini kedalam tabung reagen R1, kemudian di pusingkan selama 1 menit, setelah itu

tabung ini diletakkan dalam alat diagnostik radikal bebas, dan ditunggu selama 6

menit hingga didapatkan hasilnya.

Penentuan kadar radikal bebas dalam darah:

Table nilai FORT tes :

FORT units Mmol/l, H2O2 eq

<300-310 <2.28-2.35 Normal

300-330 2.28-2.50 Batas atas

>330 >2.50 Oxidative Stress

Tabel 4.2. Tabel nilai kadar radikal bebas pada alat FORM

4.6.3. Prosedur terapi ozon (major autohaemotherapy)

Darah dialirkan ke blood bag sebanyak 50cc, kemudian diberikan ozone

40µg/ml darah, kemudian, darah dalam blood bag yang sudah diberikan ozon,

dicampur perlahan dengan cara blood bag

diletakkan pada telapak tangan, kemudian

telapak tangan diputar perlahan membentuk

angka 8, sehingga darah dan ozon dapat

tercampur sempurna, hal ini dilakukan lebih kurang 30 detik, kemudian darah

dimasukkan kembali ke tubuh pasien dengan kecepatan tetesan 60-80 tts/mnt.

4.6.4. Prosedur penyuntikan NaCl

Disuntikan NaCl sebanyak 1 cc pada vena cubiti lengan kanan atau lengan

kiri.

4.7. ALUR PENELITIAN

PEROKOK BERAT Pria usia 30-50 tahun Merokok 10-15 batang/hari Lama merokok lebih dari 10 tahun

PEROKOK B

Bagan 4.3. Alur Penelitian

4.8. Analisis Data

Kadar radikal bebas darah, MDA

Kadar radikal bebas darah, MDA

Kelompok 2

Perlakuan

Terapi ozon 40µg/ml, 1x/minggu

Selama 10 minggu

Kelompok 1

Kontrol

Injeksi NaCl 1 cc, IV, 1x/minggu

Selama 10 minggu

Analisis data

Laporan

Pre Test

Post Test

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Analisis deskriptif

- Frekuensi

- Distribusi

2. Analisis normalitas (Shapiro-Wilk) dan homogenitas (Levene Test)

3. Analisis perbandingan sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan uji

t-paired karena data menyebar normal.

4. Analisis perbandingan 2 kelompok menggunakan uji t-independent karena

data menyebar normal.

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 16 orang sebagai sampel, 8 orang di

antaranya sebagai kelompok kontrol dan 8 orang sebagai kelompok perlakuan. Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji

komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.1 Uji Normalitas Data

Data kadar radikal bebas dalam darah dengan nilai FORT unit diuji

normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data

berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Hasil Uji Normalitas Kadar radikal bebas dalam darah dengan nilai FORT unit kelompok Sebelum dan Sesudah perlakuan

Kelompok Subjek n p Keterangan

Kontrol pre Ozon pre Kontrol post Ozon post

8 8 8 8

0,511 0,888 0,269 0,167

Normal Normal Normal Normal

5.2 Uji Homogenitas

Data kadar radikal bebas dalam darah dengan nilai FORT unit diuji 50

homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data

homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Rerata Kadar radikal bebas dalam darah dengan nilai FORT unit radikal bebas

dalam darah dengan nilai FORT unit antar kelompok sesudah diberikan perlakuan

Kelompok Subjek F P Keterangan

Sebelum Perlakuan (pre) Sesudah Perlakuan (post)

3,645

3,539

0,077

0,078

Homogen

Homogen

5.3 Nilai FORT unit

5.3.1 Uji Komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar radikal

bebas dalam darah dengan nilai FORT unit antar kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa terapi ozon 40 µg/ml. Hasil analisis kemaknaan dengan uji

t-independent test disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Rerata Kadar kadar radikal bebas dalam darah dengan nilai FORT unit antar

Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek n

Rerata Kadar kadar radikal bebas dalam darah dengan nilai

FORT unit

SB t P

Kontrol (NaCl 1 cc) Perlakuan (Terapi ozon 40 µg/ml)

8 8

400,75

428,12

109,48

45,26

-0,654 0,524

Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar radikal bebas dalam darah

dengan nilai FORT unit kelompok kontrol adalah 400,75109,48, rerata kelompok

terapi ozon 40 µg/ml adalah 428,1245,26. Analisis kemaknaan dengan uji t-

independent test menunjukkan bahwa nilai t = -0,654 dan nilai p = 0,524. Hal ini

berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata kadar radikal

bebas dalam darah dengan nilai FORT unit tidak berbeda secara bermakna (p >

0,05).

5.3.2 Analisis efek perlakuan

5.3.2.1 Analisis efek Perlakuan antar Kelompok

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar radikal bebas dalam

darah dengan nilai FORT unit antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa

Terapi ozon 40 µg/ml. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan

pada Tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4 Rerata Kadar kadar radikal bebas dalam darah dengan nilai FORT unit antar

kelompok sesudah diberikan perlakuan

Kelompok Subjek n

Rerata Kadar kadar radikal bebas dalam darah dengan nilai

FORT unit

SB T P

Kontrol (NaCl 1 cc) Perlakuan (terapi Ozon 40 µg/ml)

8 8

419,75

311,00

113,47

39,17 2,562 0,023

Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar radikal bebas dalam darah

dengan nilai FORT unit kelompok kontrol adalah 419,75113,47, rerata kelompok

terapi adalah 311,0039,17. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test

menunjukkan bahwa nilai t = 2,562 dan nilai p = 0,023 (Widowati, 2010). Hal ini

berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan, rerata kadar radikal

bebas dalam darah dengan nilai FORT unit berbeda secara bermakna (p < 0,05).

0

100

200

300

400

500

Sebelum Perlakuan

Sesudah Perlakuan

400.75 419.75428.12

311

Kontrol

Ozon Mayor 40 ug/ml

Gambar 5.1 Grafik Penurunan Kadar radikal bebas dalam darah dengan nilai FORT unit

5.3.2.2 Analisis efek Perlakuan antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar radikal bebas dalam

darah dengan nilai FORT unit antara kelompok sebelum dengan sesudah diberikan

perlakuan berupa terapi ozon. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan

pada Tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5 Analisis Komparasi Kadar radikal bebas dalam darah dengan nilai FORT unit

antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok Beda

Rerata P Interpretasi

Kontrol pre – Kontrol post 19,00 0,407 Tidak Berbeda

Terapi ozon pre – Terapi ozon post 117,13 0,000 Berbeda

Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa dengan uji t-paired rerata kadar radikal

bebas dalam darah dengan nilai FORT unit antara kelompok kontrol pre dengan

kelompok kontrol post tidak berbeda (p > 0,05), sedangkan kelompok terapi pre

dengan terapi post berbeda secara bermakna (p < 0,05).

5.4. Kadar MDA

5.4.1 Uji Komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA antar

kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa Terapi ozon. Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-independent test disajikan pada Tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6 Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek N Rerata Kadar kadar Kadar MDA SB t P

Kontrol (NaCl 1 cc) Perlakuan (Terapi ozon)

8 8

0,044

0,047

0,005

0,006

-0,759 0,460

Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol

adalah 0,0440,005, rerata kelompok terapi ozon adalah 0,0470,006. Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = -0,759 dan

nilai p = 0,460 (Widowati, 2010). Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum

diberikan perlakuan, rerata kadar MDA tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).

5.4.2 Analisis efek perlakuan

5.4.2.1 Analisis efek Perlakuan antar Kelompok

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa terapi ozon. Hasil analisis kemaknaan dengan uji

t-independent disajikan pada Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7 Rerata Kadar MDA antar kelompok sesudah diberikan perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata Kadar MDA SB T P

Kontrol (NaCl 1 cc) Perlakuan (Terapi ozon)

8 8

0,046

0,038

0,006

0,005 2,873 0,012

Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol

adalah 0,0460,006, rerata kelompok terapi ozon adalah 0,0380,005. Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = 2,873 dan

nilai p = 0,012 (Widowati, 2010). Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah

diberikan perlakuan, rerata kadar MDA berbeda secara bermakna (p < 0,05).

Gambar 5.2 Grafik Penurunan Kadar MDA

5.4.2.2.Analisis efek Perlakuan antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara kelompok

0

0.01

0.02

0.03

0.04

0.05

Pre Post

0.04425 0.0458750.0465

0.038

Kontrol

Ozon Mayor

sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berupa Terapi ozon. Hasil analisis

kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.8 berikut.

Tabel 5.8 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Kelompok Beda Rerata P Interpretasi

Kontrol pre – Kontrol post 0,002 0,573

Tidak Berbeda

bermakna

Terapi ozon pre – terapi ozon post 0,009 0,000 Berbeda

bermakna

Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa dengan uji t-paired rerata kadar MDA antara

kelompok kontrol pre dengan kelompok kontrol post tidak berbeda (p > 0,05),

sedangkan kelompok terapi ozon 40 µg/ml pre dengan terapi ozon 40 µg/ml post

berbeda secara bermakna (p < 0,05).

5.5. Hubungan antara Kadar MDA dengan Nilai FORT unit

Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan linier antara

kadar MDA dengan nilai FORT unit. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa

terdapat korelasi yang kuat (r = 0,626; p = 0,009) antara penrunan kadar MDA

dengan penurunan kadar radikal bebas dalam darah yang dinilai dengan FORT unit.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai FORT unit dapat dipakai sebagai pengganti untuk

mengukur kadar MDA dalam darah atau kadar radikal bebas dalam darah

(Widowati, 2010). Dengan menurunnya kadar radikal bebas dalam darah yang di

dapat diketahui dengan alat FORM, maka terdapat penurunan kerusakan oksidatif

pada sel, dan akan didapatkan penurunan kadar MDA dalam darah.

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Subyek Penelitian

Untuk menguji pemberian terapi ozon terhadap penurunan kadar radikal bebas

pada darah, maka dilakukan penelitian pada perokok berat.

Sebagai sampel digunakan pria usia 30-50 tahun, tidak menderita

hipertensi, perokok berat 10-15 batang/hari, dan lama merokok di atas 10 tahun. Pada

penelitian ini digunakan pria berusia 30-50 tahun karena pada usia ini belum terjadi

kerusakan oksidatif lebih lanjut oleh karena efek radikal bebas maupun karena

penurunan fungsi hormonal (Pangkahila, 2007). Subyek pada penelitian ini

menggunakan perokok berat karena pada perokok berat ditemukan kadar radikal

bebas yang tinggi dikarenakan paparan zat toksik yang terkandung dalam rokok

(WHO, 2008). Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 16 orang,

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol P0 (injeksi Nacl 1 cc), kelompok

P1 (terapi ozon). Penelitian dilakukan selama 10 minggu. Pemeriksaan kadar radikal

bebas darah dilakukan pada kedua kelompok kontrol pada awal dilakukannya

penelitian dan pada akhir penelitian untuk mendapatkan perbedaan kadar radikal

bebas dalam darah sebelum dan setelah dilakukan penelitian.

6.2. Pengaruh Pemberian terapi ozon terhadap kadar radikal bebas dalam

darah

Hasil penelitian dan analisis data kadar radikal bebas dalam darah yang diukur

dengan nilai FORT pada kelompok kontrol dan kelompok P1 menunjukkan bahwa uji

normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levene test) untuk kelompok pre dan

post-test (Pocock, 2008) masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen

(p > 0,05). Uji perbandingan sebelum diberikan perlakuan (pre test) antara kedua

kelompok digunakan uji t-independent, didapatkan bahwa rerata kadar radikal bebas

dalam darah dengan nilai FORT unit kelompok kontrol adalah 400,75109,48, rerata

kelompok terapi adalah 428,1245,26, dengan uji t-independent didapatkan bahwa

59

tidak terdapat perbedaan bermakna rerata radikal bebas dalam darah yang diukur

dengan nilai FORT antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 (P1) (p >

0,05). Uji perbandingan sesudah diberikan perlakuan (post test) antara kedua

kelompok digunakan uji t-independent, didapatkan bahwa rerata kadar radikal bebas

dalam darah dengan nilai FORT unit kelompok kontrol adalah 419,75113,47, rerata

kelompok terapi adalah 311,0039,17, dengan uji t-independent didapatkan bahwa

terjadi penurunan rerata radikal bebas dalam darah yang diukur dengan nilai FORT

antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 1 (P1) secara bermakna (p <

0,05). Uji perbandingan antara sebelum perlakuan (pre) dan sesudah perlakuan (post)

dengan Uji t-paired pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan rerata radikal

bebas dalam darah yang diukur dengan nilai FORT ( p > 0,05), sedangkan pada

kelompok perlakuan 1 (P1) terdapat perbedaan rerata radikal bebas dalam darah yang

diukur dengan nilai FORT secara bermakna (p < 0,05).

Di samping dengan menggunakan nilai FORT unit untuk mengetahui radikal

bebas dalam darah juga diukur kadar MDAnya. Hasil analisis dengan uji t-

independen didapatkan bahwa rerata kadar MDA sebelum perlakuan pada kelompok

kontrol adalah 0,0440,005, rerata kelompok terapi adalah 0,0470,006. Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan ( p > 0,05).

Sedangkan sesudah perlakuan rerata kadar MDA kelompok kontrol adalah

0,0460,006, rerata kelompok terapi adalah 0,0380,005. Analisis kemaknaan

dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna ( p

<0,05) (Widowati, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan terjadinya penurunan

bermakna rerata radikal bebas dalam darah baik yang diukur dengan nilai FORT

maupun kadar MDA pada kelompok P1 yang diberi terapi selama 10 minggu. Hal

ini disebabkan karena terapi ozon dapat mengaktifkan antioksidan endogen dalam

tubuh yaitu Superoksid Dismutase, Glutathion peroksidase, Catalase (Bocci dan

Luzzi, 2005).

Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan linier

antara kadar MDA dengan nilai FORT unit. Hasil analisis korelasi menunjukkan

bahwa terdapat korelasi yang kuat (r = 0,626; p = 0,009) antara penrunan kadar

MDA dengan penurunan kadar radikal bebas dalam darah yang dinilai dengan

FORT unit. Hal ini menunjukkan bahwa nilai FORT unit dapat dipakai sebagai

pengganti untuk mengukur kadar MDA dalam darah atau kadar radikal bebas

dalam darah.

Terapi ozon dengan dosis yang tepat, tidak akan menimbulkan efek yang

merugikan, tetapi mampu membangkitkan beberapa respon biologis yang

menguntungkan bagi tubuh, salah satunya adalah dengan mengaktifkan anti

oksidan enzimatik yang terlibat dalam reaksi peroksidasi yang secara bersamaan

mempunyai fungsi melindungi terhadap proses degenerasi yang terjadi pada saat

kadar radikal bebas dalam tubuh meningkat (Novgorod, 2006). Pada penelitian

yang dilakukan oleh Marshall, 2001 pada subyek yang menderita penyakit infeksi

dan dilakukan terapi ozon secara rectal insufflations satu kali seminggu selama 3

minggu, juga didapatkan penurunan kadar radikal bebas darah, dari penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa terapi ozon walaupun dilakukan pada subyek yang

menderita penyakit dan dengan cara terapi ozon minor (rectal insufflations) dan

hanya dilakukan 3 kali terapi tetap didapatkan penurunan kadar radikal bebas pada

darah.

6.3. Beberapa Manfaat Terapi Ozon terhadap Kesehatan

Selain meningkatkan antioksidan endogen, ozon juga memiliki beberapa

manfaat lainnya (Viebahn, 1994) di antaranya adalah, terapi ozon mengaktifkan

metabolisme dari sel darah merah (RBC) dengan meningkatkan 2,3 DPG (Di

Phospo Glycerate) dan ATP (Adenosin Tri Phosphate) yang menghasilkan

peningkatan pelepasan O2, sehingga dapat memperbaiki oksigenasi jaringan di

seluruh tubuh, meningkatkan kemampuan sel-sel imun dengan melepaskan

cytokine seperti interferon dan interleukin, menguatkan sistem imun dengan

meningkatkan IFN β (Interferon β), TGF β 1 (Transformin Growth Factor β 1).

Ozon sangat efektif dalam mengaktifkan sistem imunitas tubuh dengan

mengaktifkan antioksidan endogen, ozon juga sangat efektif digunakan untuk

membunuh virus, bakteri, dan jamur, abses, alergi, gangguan sirkulasi arteri,

gangren, ulkus kruris, sirosis hepatis, polyneuritis, poliartritis, tromboplebitis,

gangguan penyembuhan luka, penyakit Parkinson, hepatitis, ginggivitis,

paradontosis (Valacchi, 2000).

Terapi ozon sebaiknya tidak dilakukan pada keadaan, intoksikasi alkohol akut,

infark jantung baru, hipertiroid, alergi ozon. Renjatan, edem paru, hipokalsemia.

Penggunaan campuran O3 melebihi 3000ug/ kali dapat menyebabkan hemolisis butir

darah merah. Emboli udara, hal yang diduga akan dapat terjadi pada penggunaan

ozon secara intraarteri/ intravena, tidak perlu terjadi apabila oksigen yang digunakan

benar-benar murni (100%). Sebab yang membuat emboli udara terjadi ialah adanya

gas tidak larut yaitu komponen nitrogen (Viebahn, 1985).

6.5. Manfaat penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa pemberian terapi ozon

dengan dosis 40 µg/ml yang dilakukan 1x/minggu selama 10 minggu pada perokok

berat dapat menurunkan kadar radikal bebas total dan MDA yang merupakan

petunjuk adanya kerusakan oksidatif pada tubuh (Widowati, 2010). Dengan

menurunnya kadar radikal bebas pada tubuh maka akan terjadi penurunan kerusakan

oksidatif pada sel , diketahui dengan menurunnya kadar MDA pada darah (Enrique

and Packer, 2002). Sehingga penyakit degeneratif seperti gangguan cardiovascular,

cerebrovascular, premature aging dapat dihindari. Dengan demikian diharapkan akan

didapatkan keadaan kesehatan yang semakin baik dan kualitas hidup yang lebih baik.

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemberian terapi ozon pada perokok berat

dengan dosis 40 µg/ml didapatkan simpulan sebagai berikut:

Pemberian terapi ozon (AHT) menurunkan kadar radikal bebas dalam darah perokok

aktif sebesar 23,16%.

7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:

1. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan, untuk mengetahui

manfaat lain penggunaan terapi ozon.

2. Bagi perokok yang belum bisa menghentikan kebiasaan merokoknya,

disarankan untuk melakukan terapi ozon mayor (AHT) sedikitnya 10 kali

terapi dengan jangka waktu seminggu sekali untuk menurunkan kadar

radikal bebas dalam darah.

DAFTAR PUSTAKA

Altman, N.2001, Oxygen Healing Therapies. Rochester. Vermont: 21-37

Anonim, 2009. Antioksidan, Jenis Antioksidan dan Manfaat Antioksidan. [cited 2010 April, 6]. Available from URL; http://netsains.com/2009/antioksidan-apa-yang-kitaperlu-ketahui-tentangnya/

Bagiada, A., Arcana. 2005. Peran Antioksidan Untuk Mencegah Beberapa Kelainan Jaringan Tubuh. Majalah Kedokteran Indonesia, vol55(6), 455-458.

Bagchi, K. Puri, S. 1998. Free Radicals and Antioxidants in Health and Disease. [cited 2009 August. 5]. Available from:URL: http//www.emro.who.int/publication/EMHJ/0402/2/htm.

Bocci, V., Valacchi, G., Corradeschi, F., Aldinucci, C., Silvestri, S., Paccagnini, E. 1998. Studies on The Biological Effects of Ozone: 7. Generation of Reactive Oxygen Species (ROS) After Exposure of Human Blood to Ozone. Germany. J Biol Regulat Homeost Agent ;12:67-75.

Bocci, V., 2005. Ozone; A New Medical Drug. The Netherlands: Springer, 9-21

65

Bocci, V., Aldinucci, C., Bianchi, L. 2005. The use of hydrogen peroxide as a medical drug. Germany. Riv Ital Ossigeno Ozonoterapia ;4:30-39

Bocci, V., Luzzi, E. 2005. Studies on Biological Effect of Ozone, Germany. 4: 30-39

Bocci, V. 2005. Scientific and Medical Aspects of Ozone Therapy. State of the Art, Medical Research 37. Siena. Italy. Elsevier:425-435.

Bocci, V. 1999, Biological and Clinical Effects of Ozone. Has Ozone Therapy a Future in Medicine?. Siena, Italy. British Journal of Biomedical Science 1999; 56; 270-279.

Bocci, V.2006, Is it true that ozone is always toxic? The end of the dogma, Toxicology appl. Pharmacol. 2006, 493-504

Enrique, C and Packer, L, 2002. Handbook of antioxidants, second edition. Newyork.

Daniel haley,2001, politic in healing, from: http://www.politicsinhealing.com/townsend.htm-top-of-page

Dina, S. 2005, Antioksidan, Radikal Bebas, [cited 2010 April, 6]. Available from URL:http://www.ehem-is try.org/artikel_kimia/berita/antioksida_dan_radikal_bebas

Devlin, T.M. 1982. Text Book of Biochemistry Correlations.,Philadelphia, Willey Medical Publication: 408-413

Eiserich, 1995. Dietary Antioxidants and Cigarette Smoke-induced Biomolekuler Damage, California,USA,62:1490-1500

FORT Assay Kit, 2010. Technical Manual ( Mei 23 ). Available at www.callegari1930.com/catellani_eng/hom.html

Ginger, L., 2008. Text Book of Oxidative Stress and Inflammatory Mechanisms in Obesity, Diabetes, and the Metabolic Syndrome. USA. Brokensound Parkway SW,38-39.

Goldman,R. and Klatz, 2007. The New Anti Aging Revolution. Malaysia Edition: 19-39

Halliwel B., 1999, Free Radicals in Biology and medicine, 3th edition, New York: oxfort university press

Hoffman and Nehbahn, 1992. The influence of ozone an 2,3-diphosphogly cerate synthesis in red blood cell concentrates, research centre of medical Technology and Biotechnology bad Langensalza.

Katleen, M. B. and Peter A. M. 2006. Biokimia Harper, Edisi 27. Jakarta. EGC:101.

Kehrer, JP. 2000. The Haber Weiss Reaction and Mechanism of Toxicology. Germany. 149: 43-50

KPAI. 2009. Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok Pada Anak. , [cited 2009 Oktober. 12]. Available from: URL: http//www.kpai.go.id-Perlindungan dan Pencegahan Bahaya Merokok pada anak.htm

Murray, R.K.2009. Harper’s Illustrated Biochemistry. USA. Mac Graw Hill Company 28: 101, 2009

Novgorod, N. 2006. Physician’s Manual For Ozone Theraphy, Rusian Association of Ozone Theraphy, 22-37.

Ozonosan, 1996. Precision and Safety Ozonosan Photonik, available at www.ozonetherapy.de/english/photonik.html.

Pangkahila, W. 2007. Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Anti Aging Medicine, cetakan ke-1, Jakarta, penerbit buku Kompas, 13-23.

Pertozi. 1997. Pengaruh Ozon Terhadap Berbagai Aspek Mekanisme Metabolisme Tubuh. Naskah Temu Ilmiah Perhimpunan Dokter Seminat Terapi Ozon Indonesia (PERTOZI). Jakarta 9 Agustus.

Pocock, S.J. 2008, The size of a Clinical Trial, Clinical Trials, A Practical Approach, 123-127.

Simanjuntak, D.H., Sudaryati, E. 1998. Aspek Pencegahan Radikal Bebas Melalui Antioksidan. Majalah Kedokteran Indonesia, vol 48:1: 50-54.

Siswono. 2005. Berhentilah Merokok, [cited 2010 April, 5]. Available from: URL: http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1118034832.

Sulistyowati, T. 2000, Radikal Bebas dan Anti Oksidan, Cermin Dunia Kedokteran, 128, 49-51

Setiati, S, 2003, Radikal Bebas, Antioksidan dan Proses Menua, Jakarta,Medika 6: 366

Valacchi, G.,2000. Studies on The Biological Effects of Ozone: 11. Release of Factors from Human Endothelial Cells. Germany. Mediat Inflamm 2000;9:271-276

Valacchi, G., 2008, Oxidants in biology, Springer, 2008, 155-165

Verde, V., 2002. Use of N,N Dietyl P Phenilendiamine to Evaluate the Oxidative Status of Human Plasma. Free Rad Test, 36(8) : 869-873,2002

Viebahn, R. 1994. The Use of Ozone in Medicine, Vol. 2. Heidelberg. Karl F Haug Publishers.

WHO. 2002. Prevalence of Current Tobacco Use Among Adults Aged ≥ 15 year. [cited 2010 April, 5]. Available from URL: http://www.who.int/whosis/indicators/compendium/2008/2ptu/en/index.html

WHO, 2008. WHO Report on tobacco epidemic, available at : http://www.int/entity/tobacco

Wikipedia. 2010. Rokok. [cited 2010 April,6]. Available from URL:http://id.wikipedia.org/wiki/Rokok,

Widjaja, S. 2009. Antioksidan: Pertahanan Tubuh Terhadap Efek Oksidan dan Radikal Bebas. Majalah Ilmiah Fakultas Kedokteran Trisakti 16(1): 1659-1666.

Wirahadikusumah, M. 2001. Biokimia Protein, Enzim, dan Asam Nukleat. Bandung. Penerbit ITB Bandung. 53-54

LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Normalitas Data

Tests of Normality

kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Fortpre Kontrol (NaCl 1 cc) .187 8 .200* .929 8 .511

ozon mayor 40µg/ml .141 8 .200* .969 8 .888

fortpost Kontrol (NaCl 1 cc) .298 8 .036 .897 8 .269 ozon mayor 40µg/ml .281 8 .063 .875 8 .167

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MDApre Kontrol (NaCl 1 cc)

.248 8 .157 .838 8 .071

ozon mayor 40µg/ml

.158 8 .200* .907 8 .332

MDApost Kontrol (NaCl 1 cc)

.247 8 .162 .887 8 .221

ozon mayor 40µg/ml

.223 8 .200* .906 8 .327

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Group Statistics

kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error

Mean fortpre Kontrol (NaCl 1 cc) 8 4.0075E2 109.47635 38.70574

ozon mayor 40µg/ml 8 4.2812E2 45.25937 16.00160 fortpost Kontrol (NaCl 1 cc) 8 4.1975E2 113.47089 40.11802

ozon mayor 40µg/ml 8 3.1100E2 39.17361 13.84996

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-

tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper fortpre Equal

variances assumed

3.645 .077 -.654 14 .524 -27.3750 41.88299 -117.205 62.45509

Equal variances not assumed

-.654 9.325 .529 -27.3750 41.88299 -121.620 66.87012

kelompok = Kontrol (NaCl 1 cc)

Paired Samples Statisticsa

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean Pair 1 fortpre 4.0075E2 8 109.47635 38.70574

fortpost 4.1975E2 8 113.47089 40.11802 a. kelompok = Kontrol (NaCl 1 cc)

Paired Samples Correlationsa N Correlation Sig. Pair 1 fortpre & fortpost 8 .851 .007 a. kelompok = Kontrol (NaCl 1 cc)

Paired Samples Testa

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1

fortpre - fortpost

-1.90000E1 60.96369 21.55392 -

69.96692 31.96692 -.882 7 .407

a. kelompok = Kontrol (NaCl 1 cc)

fortpost Equal variances assumed

3.539 .078 2.562 14 .023 108.7500 42.44145 17.72214 199.7778

Equal variances not assumed

2.562 8.645 .032 108.7500 42.44145 12.13678 205.3632

kelompok = ozon mayor 40µg/ml

Paired Samples Statisticsa

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean Pair 1 fortpre 4.2812E2 8 45.25937 16.00160

fortpost 3.1100E2 8 39.17361 13.84996 a. kelompok = ozon mayor 40µg/ml

Paired Samples Correlationsa N Correlation Sig. Pair 1 fortpre & fortpost 8 .341 .408 a. kelompok = ozon mayor 40µg/ml

Paired Samples Testa Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair 1

fortpre - fortpost 1.17125E2 48.70447 17.21963 76.40705 157.84295 6.802 7 .000

a. kelompok = ozon mayor 40µg/ml

Group Statistics

kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error

Mean

MDApre Kontrol (NaCl 1 cc) 8 .044250 .0054182 .0019156

ozon mayor 40µg/ml 8 .046500 .0063920 .0022599

MDApost Kontrol (NaCl 1 cc) 8 .045875 .0058172 .0020567

ozon mayor 40µg/ml 8 .038000 .0051270 .0018127

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality

of Variance

s t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-

tailed)

Mean Differenc

e

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

MDApre Equal variances assumed

.278 .607 -.759 14 .460 -.0022500 .0029626 -

.0086041

.0041041

Equal variances not assumed

-.759 13.63

4 .460 -.0022500 .0029626

-.008620

1

.0041201

MDApost

Equal variances assumed

.798 .387 2.87

3 14 .012 .0078750 .0027415

.0019951

.0137549

Paired Samples Statisticsa

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean

Pair 1 MDApre .044250 8 .0054182 .0019156

MDApost .045875 8 .0058172 .0020567

a. kelompok = Kontrol (NaCl 1 cc)

Paired Samples Correlationsa N Correlation Sig.

Pair 1 MDApre & MDApost

8 .042 .921

a. kelompok = Kontrol (NaCl 1 cc)

Paired Samples Testa Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper

Equal variances not assumed

2.873

13.782

.012 .0078750 .0027415 .001986

4 .013763

6

Pair 1

MDApre - MDApost

-1.6250000E-

3 .0077816 .0027512

-.0081306

.0048806 -.591 7 .573

a. kelompok = Kontrol (NaCl 1 cc)

Paired Samples Statisticsa

Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean

Pair 1 MDApre .046500 8 .0063920 .0022599

MDApost .038000 8 .0051270 .0018127

a. kelompok = ozon mayor 40µg/ml

Paired Samples Correlationsa N Correlation Sig.

Pair 1 MDApre & MDApost

8 .854 .007

a. kelompok = ozon mayor 40µg/ml

Paired Samples Testa Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

tailed)

Lower Upper

Pair 1

MDApre - MDApost

.0085000 .0033381 .0011802 .0057093 .0112907 7.202 7 .000

a. kelompok = ozon mayor 40µg/ml

Correlations selfort selMDA

selfort Pearson Correlation 1 .626**

Sig. (2-tailed) .009

N 16 16

selMDA Pearson Correlation .626** 1

Sig. (2-tailed) .009

N 16 16

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

LAMPIRAN 2

Penelitian yang menggunakan alat Form

1. Mahdi O., Garelnabi W., Virgil Brown, Ngoc-Anh Le, 2008. Evaluation of a novel colorimetric assay for free oxygen radicals as marker of oxidative stress, Division of Cardiothoracic Surgery, Ohio State University Medical Centre, 460 W 12 th Avenue, Room 350C, Columbus, OH 43210, USA. Division of Endocrinology, Emory University School of Medicine, Atlanta, GA, USA. Atlanta Veterans Affairs Medical Centre, Decatur, GA, USA. Accepted 18 July 2008

2. Harris MT., Davis WW., Le NA., Eggleston B, Austin GE., Moussa M., Brown WV., 2007. Free oxygen radicals in whole blood correlate strongly with high-sensitivity C- reactive protein.. Journal of Clinical Lipidology, 1: 593-598.

3. Maria G., Pavlatou, Maria Papastamataki, Filia Apostolakou, Ioannis Papassotiriou, Nicholas Tentouris, 2009. FORT and FORD : 2 simple and rapid assays in the evaluation of oxidative stress in patients with type 2 diabetes mellitus.. a Department of Clinical Biochemistry, “ Aghia Sophia “ Children’s Hospital, 11527 Athens, Greece. b First Department of Propaedeutic Medicine, “ Laiko “ General Hospital, University of Athens, Medical School, Athens, Greece. Received 14 February 2009.

4. Palmieri B., lannitti T., Sblendorio V., 2009. Oxidative stress : how to detect it, cope with and treat basing on evidence?. The Internet Journal of Aesthetic and Antiaging Medicine Volume 2 Number 1.

5. Palmieri B., Sblendorio V., 2010. Current Status of Measuring Oxidative Stress. Advanced Protocols in Oxidative Stress II, Methods in Molecular Biology, Volume 594, pp. 3-17.

6. Dal Negro R W., Visconti M., Micheletto C., Pomari C., Squaranti M., Turati C., Trevisan F., Tognella S., 2003. Normal Values and Reproducibility of the Major Oxidative Stress obtained thanks to FORM System. GIMT, Italian Journal of Chest Diseases, 57 (3): 199-209.

7. Torri C., 2003. Oxidative Stress, Human Diseases and Biomarkers.. Clinical Laboratory International, 27(5): 28-29.

8. Riccioni G., Sblendorio V, Mancini B., Paolino I., Palumbo N., Guerra PA., Palmieri B., 2007. Relationship between Oxidative Stress parameters and Atherosclerotic Carotid plaque. World Conference of Stress. 23-26 August, Budapest, Hungary.

9. Lundstrom P., Fritz T., Krook A., Wandell P., Ostensson CG., Zierath J., Caidahl K., 2007. Oxidative Stress Related to Body Fat in women. ACC.07, American College of Cardiology, 56 th Annual Scientific Session, New Orleans, March 24-27.

10. Agnati L.F. and Leo G., 2002. Form and Obesity. Sect. of Physiology, Dept. of Biochemical Sciences, University of Modena and Reggio Emilia, Italy.

11. Papastamataki M., Apostolakou F., Lazaropulou C., Matsiouri C., Ladis V., Kanavakis E., Kattamis A., 2007. FORT and FORD two novel assays for the assessment of oxidative stress in patients with thalassemia intermedia and sickle cell disease. Haematologica, 92, Supplement no. 1, Abstract 0806 pp. 301-302.

12. Sblendorio V., Palmieri B., Tesini EMC.; Vandelli C., 2007. Oxidative status in chronic Liver Disease. World Conference of Stress. 23-26 August, Budapest, Hungary.

13. Parmigiani S., Grassi L., Solari E., Torri C., Bacchi-Modena A., Bevilacqua G. J Perinat., 2003. Determination of Reactive Oxygen Species: Evaluation of a Simple Colorimetric Method. Med 31 ( Suppl 1): pp-264, 6 th World Congress of Perinatal Medicine.

14. Dal Negro RW., Visconti M., Trevisan F., Bertacco S., Micheletto C., Tognella S., 2008. Erdosteine enhances airway response to salbutamol in

patients with mild-to-moderate COPD.. Therapeutic Advances in Respiratory Disease, 2(5): 271-277.

15. Dal Negro RW., Visconti M., Micheletto C., Tognella S. Changes in Blood ROS, e-NO, and some pro-inflammatory mediators in bronchial secretions following erdosteine or placebo: A controlled study in current smokers with mild COPD. Pulmonary Pharmacology & Therapeutics, 21: 304-308.

16. Visconti, M. Micheletto, Tognella, S., Trevisan, C. Pomari, RW. Dal Negro, 2008. Blood measures of Oxidative stress assessed in capillary blood: range of measures in normals and asymptomatic current smokers. European Respiratory Journal 22 ( Suppl 45): pp. 101S, 13 th ERS Annual Congress, 2003.

17. Verduri A., Del Donno M., Chetta A., Olivieri D., 2002. Oxygen Free Radicals Measurement in Capillary Blood in Healthy Subjects, Smokers and COPD Patients. Dip. Malattie Respiratorie, Universita degli Studi di Parma. Proceeding from 98 th International Conference, American Thoracic Society, May 17-22, Atlanta, Georgia, USA.

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN PENGOBATAN OZON

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Jenis kelamin : Alamat : No. KTP :

Telah memahami penjelasan yang diberikan oleh Dokter bahwa Pengobatan Ozon dapat digunakan untuk :

1. Mengobati penyakit Infeksi 2. Meningkatkan sistem imunitas tubuh 3. Memperbaiki sirkulasi darah Oleh karena itu dapat pula digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan atau pengobatan tambahan terhadap penyakit jantung koroner, dan penyakit pembuluh darah nadi dan vena.

Kepada saya Dokter menerangkan bahwa Pengobatan Ozon dapat menimbulkan efek samping seperti pusing dan kadang-kadang ada reaksi. Namun hal tersebut jarang terjadi. Namun bila timbul efek samping akan diberikan pertolongan sebaik-baiknya.

Dengan menyadari manfaat dan kemungkinan terjadinya efek samping pada diri saya, maka risiko ini akan menjadi tanggung jawab saya sendiri, dan saya tidak akan menuntut.

Sepenuhnya saya mengerti dan dengan sadar menyatakan persetujuan dengan menandatangani formulir ini tanpa tekanan dari pihak manapun.

Jakarta,

Dokter, Pasien,

Tanda tangan & nama jelas Tanda tangan & nama jelas

Perawat, Keluarga Pasien,

Tanda tangan & nama jelas Tanda tangan & nama jelas

LAMPIRAN 4

Alat generator Ozon medis

LAMPIRAN 5

Proses Pengerjaan Ozon Major Autohaemotherapy

LAMPIRAN 6

Alat dan Bahan Pemeriksaan Radikal Bebas FORM

Lampiran 7. Ethical Clearance