Hermeneutika Fazlur Rahman

download Hermeneutika Fazlur Rahman

of 16

Transcript of Hermeneutika Fazlur Rahman

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    1/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 1

    HERMENEUTIKA AL-QURAN FAZLUR RAHMAN

    Oleh : Ichwan M. Anshori

    A. PENDAHULUAN

    Al-Quran merupakan petunjuk dan rahmat bagi sekalian alam, serta

    mampu membimbing umat Islam dimanapun dan kapanpun.1 Namun

    kenyataannya, untuk mendapatkan petunjuk dan rahmat alquran bukan

    pekerjaan mudah dan membutuhkan segala upaya intelektual dan metodologi

    penafsiran yang cocok. Dengan metodologi yang sesuai alquran baru dapat

    diajak berdialog dalam suasana bagaimanapun dan di manapun.

    Metodologi2adalah bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan

    langah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh

    memenuhi ciri-ciri ilmiah. Prinsip metodologi dalam hal ini bukan maksud

    sekedar langkah-langkah metodis, melainkan asumsi-asumsi yang

    melatarbelakangi munculnya sebuah metode.3 Dalam pembahasan

    epistemologi tafsir, hendaknya kita memahami mengenai konteks metodologi

    tafsir (metode penafsiran alquran).4

    Pada dasarnya metodologi penafsiran telah dibentuk oleh ulama-

    ulama salaf sebagai upaya mereka mendialogkan alquran dengan konteks

    mereka. Ketika metodologi itu dibawa ke konteks yang berbeda, maka tidak

    mampu lagi mendialogkan alquran sebagaimana kebutuhan konteks yang

    baru. Jadi untuk menjadikan alquran terus berbicara maka membutuhkan

    1Kurdi, dkk.Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 59

    2Metodologi berasal dari kata methoddan logos. Dalam bahasa indonesia, method, dikenal dengan

    metode yang artinya, cara yang teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai maksud (dalamilmu pengetahuan dsb); cara kerja yan bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

    guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam bahasa Arab istilah metode dikenal sebagai manhaj.

    Sedangkan logos diartikan sebagai ilmu pengetahuan. (lihat M. Alfatih Suryadilaga, dkk,

    Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2005) hlm. 373Muhammad Shahrur, al-Kitab wa al-Quran: Qiraah Muashirah/Prinsip dan Dasar

    Hermeneutika Al-Quran Kontemporer. Diterjemahkan oleh Sahiron Syamsuddin dan Burhanudin

    Dzikri (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2008) hlm. xvii4Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013) hlm. 379

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    2/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 2

    metodologi baru yang bisa mengakomodasi perkembangan zaman sehingga

    alquran menjadi elastis dan fleksibel.5

    Munculnya tafsir kontemporer dengan epistem yang berbeda dari

    tafsir-tafsir sebelumnya, merupakan keniscayaan sejarah. Kemunculannya

    tidak bisa dilepaskan dari perkembangan problem sosial keagamaan

    masyarakat kontemporer yang semakin kompleks dan juga perkembangan

    ilmu pengetahuan yang semakin pesat. Ia muncul untuk memberikan solusi

    alternatif bagi problem sosial keagamaan yang dihadapi masyarakat

    kontemporer.6

    Fazlur Rahman merupakan seorang intelektual muslim, ia

    menawarkan sebuah metodologi hermeneutika double movement, yakni upaya

    membaca al-quran sebagai teks masa lalu dengan memperhatikan konteks

    sosio-historis untuk mencari nilai-nilai ideal moral, dan kemudian kembali ke

    masa sekarang untuk melakukan kontekstualisasi terhadap pesan-pesan

    eternal-universal alquran yang hendak diaplikasikan di era kekinian.7Dengan

    metodologi tersebut alquran yang rasional, sistematis dan komprehensif

    sehingga bisa terwujud alquran shalih li kulli zaman wa makan. Metodologi

    tersebut bisa dikatakan sebagai upaya menjadikan alquran untuk mampu

    menjawab persoalan-persoalan kekinian dan mampu mengakomodasi

    perubahan dan perkembangan zaman.

    B. RUMUSAN MASALAH

    1.

    Bagaimana metodologi yang ditawarkan oleh Fazlur Rahman?

    2. Apakah metodologi tersebut original dari pemikiran Fazlur Rahman?

    C.

    PEMBAHASAN

    Sebelum melangkah pada ide-ide Rahman tentang metodologi

    penafsiran dalam model hermeneutika, pengertian tentang hermeneutika

    secara sederhana dirasa penting untuk dijelaskan. Bagi sebagian besar

    masyarakat Muslim, khususnya di Indonesia, istilah hermeneutika mungkin

    5Kurdi, dkk.Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 59

    6

    Abdul Mustaqim,Epistemologi Tafsir Kontemporer. (Yogyakarta: LkiS, 2010) hlm. ix7Ibid, hlm. xi

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    3/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 3

    masih asing. Hal itu disebabkan hermeneutika merupakan barang impor yang

    bukan milik asli keilmuan Islam.

    1. Pengertian dan Sejarah Hermeneutika

    Kata hermeneutika (hermeneutic) berasal dari kata Yunani,

    hermeneuein, yang berarti menerjemahkan atau menafsirkan.8 Integrasi

    hermeneutika (hermeneutic) yang dalam arti luas mencakup hermeneuse

    (praktik penafsiran), hermeneutics (hermeneutika dalam arti sempit,

    yakni ilmu tentang metode-metode penafsiran).9 Pada awalnya

    hermeneutika digunakan oleh kalangan agamawan. Melihat hermeneutika

    dapat menyuguhkan makna dalam teks klasik, maka pada abad ke-17

    kalangan gereja menerapkan telaah hermeneutis untuk membongkar

    makna teks Injil. Ketika menemukan kesulitan dalam memahami bahasa

    dan pesan kitab suci iru, mereka berkesimpulan bahwa kesulitan itu akan

    terbantu pemecahannya oleh hermeneutika. Fakta ini dinisbatkan sebagai

    langkah awal pertumbuhan hermeneutika menjadi sebuah gerakan

    interpretasi atau eksegesis di awal perkembangannya.

    Memasuki abad ke-20, kajian hermeneutika semakin berkembang.

    Sebagai metode interpretasi, hermeneutika sangat besar artinya bagi

    keilmuan dan bisa diadopsi oleh semua kalangan. Selanjutnya hingga

    abad ke-20, paling tidak hermeneutika dapat dipilah dalam tiga kategori:

    sebagai filsafat, sebagai kritik, dan sebagai teori.10

    2. Hermeneutika, Ilmu Tafsir dan Alquran

    Hermeneutika tidak hanya berkembang di dunia Barat, ia meluas

    dan menembus sekat-sekat agama dan budaya. Islam yang selama ini

    memiliki cara penafsiran tersendiri, yang disebut ilmu tafsir, juga

    ditembus hermeneutika.11 Beberapa pakar Muslim modern melihat

    signifikansi hermeneutika, khususnya untuk memahami alquran. Mereka

    menilai bahwa ilmu tafsir yang selama ini dijadikan acuan dalam

    8Sibawaihi,Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman. (Yogyakarta: Jalasutra, 2007) hlm. 6

    9Kurdi, dkk.Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. i

    10

    Sibawaihi,Hermeneutika Al-QuranFazlur Rahman. (Yogyakarta: Jalasutra, 2007) hlm. 711Ibid, hlm 11

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    4/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 4

    memahami alquran ternyata memiliki berbagai keterbatasan.12 Akibat

    dari keterbatasan itu, implikasinya, teks akan diperlakukan hanya sebagai

    teks pasif yang semata-mata digunakan sebagai postulat bagi pembenaran

    ide-ide penafsir tanpa memperhatikan konteks. Aspek keutuhan dan

    integralitas pesan yang disampaikan menjadi sulit untuk dilihat, bahkan

    sering melahirkan distorsi. Ini terlihat jelas terutama dalam metode tafsir

    ijmali(global), tahlili(analitis), dan muqarin(komparatif), bahkan dalam

    metode mutakhirnya maudhui(tematis).13

    Para pemikir kontemporer kemudian melihat bahwa jika

    keterbatasan-keterbatasan ini dibiarkan terus-menerus, selamanya umat

    Islam tidak akan mampu menembus lautan makna yang dibentangkan di

    balik ayat-ayat alquran.14 Umat Islam akan selamanya terjebak dalam

    pagar intelektualitas tafsir dengan batas-batasnya yang sempit. Karena

    itu, harus diusahakan sebuah rekonstruksi atas metodologi penafsiran.

    Tidak heran, hermeneutika kemudian menjadi alternatif baru dalam

    upaya rekonstruksi keilmuan tafsir itu.

    Dengan asumsi bahwa teks apapun dapat ditafsirkan dalam

    hermeneutika, alquran diperlakukan sebagai sebuah teks yang bisa

    dipahami pesan-pesannya dengan cara menelusuri tidak hanya teks itu

    sendiri, tetapi menjelaskan secara rinci tentang proses penerimaan wahyu

    sejak dari tingkat perkataan sampai ke tingkat dunia.15 Hermeneutika

    merupakan suatu perangkat disiplin yang netral, elastis dan berkembang,

    dimana pemahaman orang terhadapnya tidak harus mengikuti alur yang

    dimiliki orang lain, tak heran jika semua disiplin ilmu merasa

    memerlukannya. Tak terkecuali keilmuan Islam. Kesadaran hermeneutis

    ini telah mengakar di benak pemikir-pemikir kontemporer, khususnya

    12Keterbatasan yang dimaksud bahwa penafsiran selama ini hanya menekankan pada pemahaman

    teks semata tanpa mau mendialogkannya dengan realitas yang tumbuh ketika teks itu dikeluarkan

    dan dipahami oleh pembacanya.13

    Abd al-Hayyi al-Farmawi,Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhuiy, (Dirasah Manhajiyyah

    Maudhuiyyah: Mathbaah al-Hadarah al-Arabiyyah, 1997), hlm 21 14

    Sibawaihi,Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman. (Yogyakarta: Jalasutra, 2007) hlm. 1315Ibid, hlm. 14

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    5/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 5

    Fazlur Rahman dari Pakistan yang menerapkan hermeneutika dalam

    kerangka interpretasi sistematis dan sintetis-logis. Teori hermeneutika

    alquran inilah yang ingin diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.

    3. Biografi Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman lahir di Hazara -kini menjadi bagian dari Pakistan-

    pada 21 September 1919. Situasi ketika ia dilahirkan memberi pengaruh

    bagi perkembangan pemikirannya di kemudian hari. Perdebatan publik16

    di antara berbagai golongan Muslim yang terjadi sebelum kelahirannya

    mewarnai kehidupan sosial negerinya. Perdebatan ini mulai menanjak

    ketika Pakistan dinyatakan berpisah dari India dan menjadi sebuah

    negara yang berdaulat dan merdeka pada tanggal 14 Agustus 1947. 17Di

    tengah perdebatan inilah yang menjadi pemicu baginya untuk mendalami

    seluk-beluk keilmuan Islam dan menguasai berbagai arus metodologi

    pemikiran.

    Rahman lahir dan dibesarkan dari keluarga yang mementingkan

    pendidikan. Ayahnya, Maulana Syahab al-Din adalah seorang ulama

    tradisional yang bermazhab Hanafi.18 Meskipun ayahnya seorang

    tradisionalis, namun ia tak seperti kebanyakan ulama di zamannya yang

    menentang dan menganggap pendidikan modern dapat meracuni

    keimanan dan moral. Menurutnya, Islam harus menghadapi realitas

    kehidupan modern, tidak hanya sebagai sebuah tantangan (challenge)

    tetapi juga merupakan kesempatan (opportunity).19Keyakinan sang ayah

    inilah yang kelak dipatrikan pada Fazlur Rahman.

    Sekolah modern dimasukinya di Lahore tahun 1933. Pendidikan

    tingginya ditempuh di Punjab University jurusan Bahasa Arab, dan

    16Ada tiga kubu yang berseteru: kaum modernis, kaum tradisionalis, dan kaum funamentalis.

    Kaum modernis merumuskan konsep kenegaraan Islam dalam bingkai term ideologi modern,

    kaum tradisionalis menawarkan konsep kenegaraan yang didasarkan atas teori-teori politik

    tradisionalis Islam: khalifah dan imamah, sedangkan kaum fundamentais mengusulkan konsep

    kenegaraan kerajaan Tuhan.17

    Sibawaihi,Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman. (Yogyakarta: Jalasutra, 2007) hlm. 1718

    Sebuah mazhab Sunni yang lebih rasionalis dibanding mazhab lain (Syafii, Maliki, dan

    Hanbali).19Kurdi, dkk.Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 61

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    6/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 6

    selesai dengan gelar BA tahun 1940. Gelar Master untuk jurusan

    ketimuran juga diraihnya di universitas yang sama tahun 1942.20

    Menyadari bahwa mutu pendidikan di India saat itu masih rendah,

    Rahman memutuskan untuk memperdalam ilmunya di Inggris.21 Pada

    tahun 1946, ia masuk Oxford University dan kemudian menyandang

    gelar doktor di bidang sastra pada tahun 1950.

    Setamat dari Oxford University, Rahman tidak langsung pulang ke

    Pakistan, selama beberapa tahun, ia memilih mengajar di Eropa. Hingga

    tiga tahun kemudian, semangat patriotik kenegaraannya mengalahkan

    segalanya. Hal itu karena, setelah pemerintahan Pakistan bergulir di

    tangan Ayyub Khan yang berpikiran modern, Rahman terpanggil untuk

    membenahi negeri asalnya dan rela meninggalkan karier akademiknya

    demi sebuah tantangan yang menghadang di negeri sendiri. Ia lalu

    ditunjuk menjadi direktur Pusat Lembaga Riset Islam selama satu periode

    (1961-1968).22Di masa ini, ia tercatat memprakarsai terbitnyaJournal of

    Islamic Studies, tempat ia menampungkan gagasan-gagasannya.

    Rahman bekerja sangat serius, langkah yang diambilnya adalah

    strategi ganda, yakni mengangkat orang tamatan madrasah yang memiliki

    pengetahuan bahasa inggris dan memberikan pelatihan teknik-teknik riset

    modern juga mengirim beberapa orang ke luar negeri untuk memperoleh

    pelatihan dan gelar dalam kajian-kajian Islam. Akan tetapi, usaha ini

    tidak berlangsung lama. Penunjukan dirinya sebagai direktur sebenarnya

    tidak direstui oleh kalangan ulama tradisionalis.23Karenanya, wajar bila

    selama kepemimpinannya lembaga riset kerap menuai kecaman dan

    serangan dari kaum tradisionalis dan fundamentalis. Puncaknya meletus

    ketika dua bab pertama dari bukunya,Islam, dipublikasikanFikr-u-Nazr.

    Masalah sentralnya adalah seputar hakikat wahyu alquran. Rahman

    20Sibawaihi,Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman. (Yogyakarta: Jalasutra, 2007) hlm. 18

    21Keputusan yang dinilai berani, sebab terdapat anggapan bahwa sangat aneh jika seorang Muslim

    belajar Islam di Eropa. Kalaupun berhasil, orang tersebut sangat sulit diterima kembali oleh

    masyarakatnya, tak jarang juga mereka mengalami penindasan.22

    Sibawaihi,Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman. (Yogyakarta: Jalasutra, 2007) hlm. 1923Ibid, hlm. 20

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    7/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 7

    menulis bahwa Alquran secara keseluruhannya adalah Kalam Allah, dan

    dalam pengertian biasa, juga seluruhnya adalah perkataan Muhammad.24

    Fenomena tersebut memaksa Rahman untuk kembali meninggalkan

    tanah kelahirannya. Ia melihat negaranya belum siap menyediakan

    lingkungan akademik yang bebas dan bertanggung jawab. Pada tahun

    1970 Rahman berangkat ke Chicago, dan langsung dinobatkan menjadi

    guru besar untuk pemikiran Islam di Universitas Chicago. Universitas

    tersebut merupakan tempatnya menelurkan banyak karyanya. Tempat ini

    pula yang menjadi tempat persinggahan terakhirnya, hingga wafatnya

    pada 26 Juli 1988. Selama 8 tahun terakhirnya, selain mengajar di

    Universitas Chicago, ia kerap diminta memberikan kuliah di universitas

    lain. Rahman menjadi Muslim pertama penerima medali Giorgio Levi

    della Vida, yang melambangkan puncak prestasidalam bidang studi

    peradaban Islam dari UCLA.25

    4. Respon Rahman terhadap Gerakan-gerakan Pembaharuan

    Kepindahan Rahman ke Chicago adalah akibat dari fakta bahwa

    negaranya belum siap menampung ide-ide pembaharuannya. Sekalipun

    di India atau Pakistan telah terjadi pembaharuan, namun sifatnya masih

    dalam lingkup yang sangat terbatas. Seperti pembaharuan yang

    berkembang pada abad pertengahan, mereka mendesakkan pembebasan

    ijtihad (kebebasan berpikir) dan menyingkirkan segala bentuk taqlid

    kepada ulama-ulama abad pertengahan dengan mengambil posisi dari

    yang keras sejauh mereka menerima alquran dan hadis sebagai sumber

    materi agama. Bahkan menolak qiyas, metode alasan analogis, untuk

    menafsirkan alquran dan sunnah. Implikasinya mereka terjebak dalam

    penafsiran menurut yang tertulis dalam alquran dan sunnah.26 Rahman

    belum melihat perkembangan signifikan yang benar-benar selaras dengan

    harapannya. Fenomena tersebut sebagai salah satu alasan yang membuat

    kegelisahan Rahman untuk mendefinisikan kembali Islam dalam konteks

    24Ibid, hlm. 20

    25

    Kurdi, dkk.Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 6426Fazlur Rahman,Islam, terj. Sinoaji Saleh (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 315

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    8/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 8

    modernitas dalam gerakan neo-modernis.27 Pembaharuan ini memiliki

    tingkatan dan perkembangan. Rahman membagi sifat pembaharuan ini

    secara umum menjadi empat kelompok gerakan, yaitu: pertama,

    revivalisme pramodernis; kedua, modernisme klasik; ketiga, neo-

    revivalisme; dan keempat, neo-modernisme.28

    Kelompok neo-modernisme. Pada posisi inilah Rahman berdiri,

    bahkan mengklaim dirinya sebagai juru bicaranya.29 Karenanya, dalam

    konteks ini, Rahman mencanangkan suatu penyusunan metodologi yang

    tepat dan logis untuk mengkaji alquran, yaitu -hermeneutika alquran-

    sebuah metode yang mengkaji alquran secara komprehensif dan mampu

    menjawab persoalan-persoalan umat di zaman sekarang.30Metodologi ini

    diharapkan dapat melakukan rekonstruksi sistematis atas Islam namun

    tetap berpegang pada akar-akar spiritualnya.

    5. Alquran dalam Perspektif Rahman

    Sebelum membicarakan tentang hermeneutika alquran Fazlur

    Rahman, menarik untuk dieksplorasi konsep Rahman tentang alquran.

    Konsep Rahman tentang alquran, sebagaimana yang dapat disimpulkan

    dalam bukunyaIslam, adalah:

    Alquran secara keseluruhan adalah kata-kata (kalam) Allah, dan

    dalam pengertian biasa, juga keseluruhannya merupakan kata-kata

    Muhammad. Jadi, alquran murni kata-kata Ilahi, namun tentu saja,

    ia sama-sama secara intim berkaitan dengan personalitas paling

    dalam Nabi Muhammad yang hubungannya dengan kata-kata

    (kalam) Ilahi itu tidak dapat dipahami secara mekanis seperti

    hubungan sebuah rekaman. Kata-kata (kalam) Ilahi mengalir

    melalui hati Nabi.

    31

    27Neomodernis adalah penamaan aliran/gerakan. Istilah ini secara sederhana dapat diartikan

    dengan paham modernisme baru, Neomodernisme digunakan untuk memberi identitas pada

    kecenderungan pemikir Islam yang muncul dalam dekade terakhir yang berusaha menjembatani

    bahkan mengatasi pemikiran tradisionalisme dan modernisme. Artinya, jika modernisme sangat

    perhatian terhadap rasionalisme, modernisme mencoba mengambil apa yang ditinggal oleh

    gerakan modernisme. di samping kemunculan Neomodernis karena tuntutan zaman yang kurang

    mendapat antisipasi oleh pemikiran keislaman yang sudah mapan secara historis. Lihat AhmadAmir Aziz, Neo-Modernisme Islam di Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 1999) hlm. 15-1628

    Sibawaihi,Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman. (Yogyakarta: Jalasutra, 2007) hlm. 2529Ibid, hlm. 25

    30

    Kurdi, dkk.Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 6831Fazlur Rahman,Islam. hlm. 32-35

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    9/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 9

    Definisi Rahman di atas, mengasumsikan bahwa pola hubungan

    atau model pewahyuan yang dibangun antara alquran (sebagai sebuah

    teks; The Text), Allah adalah pengarang (The Author) dan Muhammad

    (The Reader and the author). Pengasumsian Muhammad sebagai

    penerima sekaligus pembicara ini menegaskan bahwa secara psikologi

    Muhammad berpartisipasi baik mental maupun intelektual dalam

    penerimaan wahyu itu.32Oleh karena itu, alquran harus dipahami dalam

    konteks yang tepat yakni perjuangan Nabi dan latar belakang dari

    perjuangan tersebut.33

    6. Gagasan Hermeneutika dalam Menginterpretasikan al-Quran

    Gagasan untuk menjadikan alquran universalitas dan fleksibilitas,

    alquran tidak bisa dipahami secara atomistik, melainkan harus sebagai

    kesatupaduan yang terjalin sehingga menghasilkan suatu weltanschauung

    yang pasti.34 Pemahaman seperti ini yang tidak didapatkan dalam

    penafsiran-penafsiran klasik, mereka terlalu asyik bermain dengan kata-

    kata yang menyebabkan mereka terjebak dalam penafsiran literal-

    tekstual. Bagi Rahman fenomena ini terjadi dikarenakan ketidaktepatan

    dan ketidaksempurnaan alat-alat yang disebabkan kegersangan metode

    penafsiran.

    Untuk mengantisipasi persoalan tersebut, Rahman menawarkan

    suatu metode yang logis, kritis, dan komprehensif, yaitu hermeneutika

    doble movement (gerak ganda interpretasi).35 Metode ini memberikan

    pemahaman yang sistematis dan kontekstualis, sehingga menghasilkan

    suatu penafsiran yang tidak atomistik, literalis dan tekstualis, melainkan

    penafsiran yang mampu menjawab persoalan-persoalan kekinian.

    Persoalan mengapa harus mengetahui masa alquran diturunkan,

    sedangkan masa dahulu dengan masa sekarang tidak mempunyai

    32Ibid, hlm. 32-33

    33Fazlur Rahman,Interpreting the al-Quran, Inquiri, May (1998), hlm. 46

    34Kurdi, dkk.Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 70

    35Adapun yang dimaksud gerakan ganda adalah: dimulai dari situasi sekarang ke masa alquran

    diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. Lihat Fazlur Rahman, Islam and Modernitas;Transformation of an Intellectual Tradition(Chicago and London: University Press, 1982), hlm. 6

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    10/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 10

    kesamaan, Rahman mengatakan: alquran adalah respon Ilahi melalui

    pikiran dan ingatan Nabi, kepada situasi moral-sosial masyarakat Arab

    pada masa Nabi.36Artinya, signifikansi pemahaman setting-socialArab

    pada masa alquran diturunkan disebabkan adanya proses dialektika

    antara alquran dengan realitas, baik itu dalam bentuk tahmil (menerima

    dan melanjutkan), tahrim (melarang keberadaannya), dan taghiyyur

    (menerima dan merekonstruksi tradisi).37

    Adapun mekanisme hermeneutika doble movement yang

    ditawarkan Fazlur Rahman dalam menginterpretasi alquran adalah:

    a.

    Gerak Pertama

    Gerakan pertama, yakni dari situasi sekarang ke masa alquran

    diturunkan, terdiri dari dua langkah:

    Langkah Pertama, merupakan tahap pemahaman arti atau makna dari

    suatu pernyataan dengan mengkaji situasi atau problem historis

    dimana pernyataan alquran tersebut merupakan jawabannya. Tentu

    saja, sebelum mengkaji ayat-ayat spesifik dalam sinaran situasi-situasi

    spesifiknya, suatu kajian mengenai situasi makro dalam batasan-

    batasan masyarakat agama, adat-istiadat, lembaga-lembaga bahkan

    mengenai kehidupan secara menyeluruh di Arabia pada saat turunnya

    Islam dan khususnya di Makkah akan dilakukan. Jadi, langkah

    pertama dari gerakan yang pertama adalah memahami makna alquran

    sebagai suatu keseluruhan di samping dalam batas-batas ajaran yang

    khusus yang merupakan respon terhadap situasi-situasi khusus.38

    Langkah Kedua, menggeneralisasikan jawaban-jawaban spesifik itu

    dan menyatakan sebagai pernyataan-pernyataan yang memiliki tujuan-

    tujuan moral-sosial umum yang dapat disaring dari teks-teks

    spesifik dalam sinaran latarbelakang sosio-historis dan ratio-legis

    (illat hokum) yang sering dinyatakan. Sesungguhnya langkah pertama

    36Ibid, hlm. 6

    37Ali Shodiqin,Antropologi al-Quran; Model Dialektika Wahyu dan Realitas(Yogyakarta: ar-

    Ruzz Media, 2008), hlm. 116-11738Fazlur Rahman,Islam and Modernitas, hlm. 7

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    11/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 11

    itu -pemahaman teks spesifik- sendiri mengimplikasikan langkah

    kedua dan akan mengantar ke arah itu.39

    b. Gerak Kedua

    Gerakan kedua merupakan proses yang berangkat dari pandangan

    umum ke pandangan khusus yang harus dirumuskan dan

    direalisasikan sekarang, yakni yang umum harus diwujudkan dalam

    konteks sosio-historis konkret sekarang. Dengan demikian,

    metodologi yang diintrodusir oleh Rahman adalah metode berpikir

    yang bersifat reflektif, mondar-mandir antara deduksi dan induksi

    secara timbal balik.40

    Jika dicermati teori doble movement Fazlur Rahman, tampaknya

    mencoba mendialektikakan text, author, dan reader.41Sebagai author,

    Rahman tidak memaksa teks berbicara sesuai dengan keinginan

    author, melainkan membiarkan teks berbicara sendiri. Untuk

    mengajak teks berbicara, Rahman menelaah historisitas teks. Historis

    yang dimaksudkan disini bukanlah semata-mata asbab al-nuzul

    sebagaimana yang dipahami oleh ulama konvensional, yaitu peristiwa

    yang menyebabkan alquran diturunkan,42 melainkan lebih luas dari

    itu, yaitu setting-sosial masyarakat Arab dimana alquran diturunkan

    atau lebih tepat disebut qiraah al-tarikhiyyah.

    Di samping itu, menurut Birt sebagaimana yang dikutip Abd Ala,

    historisisme Rahman terdiri dari tiga tahap yang saling berhubungan.

    Pertama, pemahaman terhadap proses sejarah yang dengan itu Islam

    mengambil bentuknya.Kedua, analisis terhadap proses tersebut untuk

    membedakan prinsip-prinsipnya yang esensial dari formasi-formasi

    umat Islam yang bersifat partikular sebagai hasil kebutuhan mereka

    yang bersifat khusus.Ketiga, pertimbangan terhadap cara yang terbaik

    39Ibid, hlm. 7

    40Kurdi, dkk.Hermeneutika Al-Quran dan Hadis. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 72

    41Ibid

    42

    Muhammad Abdul Azimal-Zarqani,Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2003), hlm. 63

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    12/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 12

    untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip esensial tersebut.43 Berkaitan

    dengan ketiga tahapan historisisme Rahman, penulis berasumsi bahwa

    itulah yang disebut dengan origin, change, dan development.

    Selain teori doble movement, Rahman juga menggunakan teori lain

    dalam menginterpretasikan alquran, khususnya ayat-ayat metafisika.

    Metode tersebut adalah metode sintetis-logis. Hal ini sebagaimana

    disebutkan oleh Rahman sendiri:

    Kecuali dalam penggarapan beberapa tema penting semisal aneka

    ragam komunitas agama, kemungkinan dan aktualitas mujizat, serta

    jihad, yang kesemuanya menunjukkan evolusi melalui alquran,prosedur yang digunakan dalam mensintetis-kan tema-tema, lebih

    bersifat logis ketimbang kronologis.44

    7. Melacak Akar Teori Double Movement

    Sebagai sebuah teori dan sistem interpretasi, hermeneutika jelas

    sangat diperlukan dalam memahami alquran, yakni dalam rangka

    memberi makna dan memproduksi makna sehingga teks menjadi hidup

    dalam konteks apa pun. Terkait dengan hermeneutika ini, paling tidak

    ada dua aliran utama, yakni aliran objektivis dan aliran subjektivis.Dalam hal ini, Rahman dapat dikategorikan sebagai pemikir aliran

    objektivis. Ia tampaknya terpengaruh oleh hermeneutika model Emelio

    Betti yang masih mengakui original meaning(makna otentik), ketimbang

    hermeneutika Hans-Georg Gadamer (penganut aliran subjektivis) yang

    sudah tidak percaya lagi pada original meaning.45

    Meskipun Fazlur Rahman sealiran dengan Betti yang masih

    percaya pada makna objektif dan juga masih mengakui adanya original

    meaning, namun ada perbedaan mengenai konsep the original meaning

    antara Betti dan Rahman. Jika Betti berkeyakinan bahwa makna asli

    suatu teks terletak pada akal pengarang, di mana dalam proses

    43Abd Ala,Dari Neomodernisme ke Islam Liberal(Jakarta: Paramadina, 2003), hlm. 71

    44Fazlur Rahman,Major Themes of The al-Quran(Chicago: Minneapolis-Bibliotheca Islamica,

    1980), hlm. xi45Abdul Mustaqim,Epistemologi Tafsir Kontemporer. (Yogyakarta: LkiS, 2010), hlm. 175

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    13/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 13

    interpretasinya, teks harus dibawa kepada pikiran pengarang,46 maka

    tidak demikian halnya dengan Rahman yang menganggap makna asli

    teks dapat dipahami melalui konteks sejarah ketika teks itu ditulis atau

    diturunkan.47

    Menurut Rahman, alquran adalah respon Tuhan terhadap realitas

    yang muncul sehingga setiap ayat yang turun bukanlah kalimat yang

    berdiri sendiri, melainkan ia terkait dengan konteks sosio-historis,

    budaya, dan problem yang dihadapi saat itu. Dengan kata lain, alquran

    dan asal-usul komunitas Islam muncul dalam sinaran sejarah dan

    berhadapan dengan latar belakang sosio-historis.48

    Langkah pertama dari gerakan ganda adalah upaya sungguh-

    sungguh memahami konteks mikro dan makro di saat alquran diturunkan.

    Setelah itu, mufassir mencoba menangkap makna asli (original meaning)

    dari ayat alquran dalam konteks sosio-historis era kenabian. Dari situ

    maka akan ditemukan ajaran universal alquran yang melandasi berbagai

    perintah normatif alquran. Kedua, melakukan generalisasi jawaban-

    jawaban spesifik tersebut dan menyatakannya sebagai pernyataan-

    pernyataan yang memiliki tujuan moral-sosial yang disaring dari ayat-

    ayat spesifik dalam sinaran latar belakang sosio-historis dan ratio legis

    yang sering dinyatakan.49

    Struktur hermeneutika double movement secara skematis dapat

    diilustrasikan sebagai berikut:

    46Hans-Georg Gadamer, Truth and Method, hlm. 465

    47Fazlur Rahman,Islam and Modernity, hlm. 8-9

    48

    Abdul Mustaqim,Epistemologi Tafsir Kontemporer. (Yogyakarta: LkiS, 2010), hlm. 17949Ibid, hlm. 181

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    14/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 14

    Gambar 1. Struktur hermeneutikaDouble Movement

    8. Hermeneutika al-Quran dan Persoalan Kontemporer

    Gagasan hermeneutika alquran Rahman merupakan suatu tawaran

    yang menarik, ketika kita mencoba mencermati dan mengaitkannya

    dengan persoalan kontemporer. Sebagai contohnya adalah ayat yang

    membicarakan tentang poligami.

    QS. An-Nisa(4): 3

    Ayat tersebut turun sebagai respon terhadap perilaku para wali dari

    anak-anak yatim, baik laki-laki maupun perempuan yang sering

    menyelewengkan harta kekayaan mereka.50 Kemudian alquran

    menyerukan agar mereka (para wali) tidak menyelewengkan harta itu,

    dan mereka boleh mengawini (perempuan yatim) sampai empat orang

    50

    Abdul Fatah Abdul Ghani al-Qadhi, Asbab al-Nuzul an al Shahabah wa al-Mufassirin(Mesir:Dar al-Salam, 2005), hlm. 64

    Situasi Historis Respon al-Quran

    Generalisasi jawaban-jawaban spesifik

    Menentukan tujuan moral-sosial al-Quran

    Situasi kontemporer Nilai-nilai al-Quran

    Masyarakat Islam

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    15/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 15

    diantara mereka, asalkan mereka dapat berlaku adil. Seruan ini juga

    didukung oleh QS. An-Nisa (4): 127.51

    Pernyataan diatas dengan melihat asbab al-nuzul-nya menunjukkan

    bahwa masalah ini muncul dalam konteks perempuanperempuan yatim.

    Tapi kemudian alquran memperingatkan bahwa betapapun mereka (para

    wali) itu berupaya (berkeinginan mengawini sampai empat), namun

    kalian, kata Allah, tidak akan dapat berlaku adil kepada perempuan-

    perempuan tersebut. (QS. An-Nisa (4): 129).

    Pandangan-pandangan alquran diatas, menurut Fazlur Rahman

    terdapat distingsi (antara aspek legal dan ajaran moral alquran), yaitu:

    izin untuk beristri empat orang, dan keharusan untuk berlaku adil kepada

    mereka. Berdasarkan atas distingsi ini, Rahman kemudian berkesimpulan

    bahwa:

    Yang benar nampaknya bahwa diizinkan poligami adalah pada

    taraf legal, sementara sanksi-sanksi yang diberikan kepadanya

    pada hakekatnya adalah sebuah cita-cita moral yang mana

    masyarakat diharapkan bergerak kearahnya, karena tidak mungkin

    untuk menghapuskan poligami secara legal sekaligus.52

    Dari alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, kebolehan

    berpoligami pada dasarnya lahir sebagai jawaban bagi wali yang tidak

    berlaku adil bagi anak yatim, baik laki-laki maupun perempuan. Dan

    alquran membolehkan mereka (para wali) mengawini perempuan yatim

    itu dijadikan istri sampai batas empat orang. Tujuan alquran disini adalah

    untuk menguatkan bagian-bagian masyarakat yang lemah (seperti orang-

    orang miskin, anak yatim kaum wanita, budak-budak, dan orang yangterjerat hutang)53 sehingga tercipta sebuah tatanan masyarakat yang etis

    dan legaliter. Karena sebab turunnya ayat ini berkaitan dengan

    51 Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah: Allah memberi fatwa

    kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam al-Quran (juga

    memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang

    ditetapkan untk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka dan tentang anak-anak yang masih

    dipandah lemah. Dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara

    adil, dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan. Maka sesungguhnya Allah maha Mengetahuinya.

    (QS. An-Nisa (4): 129)52

    Fazlur Rahman,Major Themes of The Quran, hlm. 7053Ibid, hlm. 68

  • 7/26/2019 Hermeneutika Fazlur Rahman

    16/16

    Hermeneutika Al-Quran Fazlur Rahman| 16

    perempuan yatim, dan kebutuhan berpoligami dengan syarat berleku adil

    tidak mungkin (mustahil), maka proses poligami ke monogami ini

    membutuhkan pentahapan-pentahapn perubahan legislasi Islam seperti

    fenomena yang sama terjadi dalam kasus perbudakan. Jadi monogami

    lebih kontekstual dalam legislasi Islam.54

    D. PENUTUP

    Teori double movementFazlur Rahman merupakan teori yang terdiri

    dari dua gerakan. Pertama, dari yang khusus (partikular) kepada yang umum

    (general). Artinya, sebelum seorang mufassir mengambil kesimpulan hukum,

    ia harus mengetahui terlebih dahulu arti yang dikehendaki secara tekstual

    dalam suatu ayat dengan meneliti alasan-alasan hukumnya (ratio legis-illat),

    baik yang disebutkan secara eksplisit maupun implisit. Gambaran setting

    sosial masyarakat Arab baik yang berkenaan dengan adat kebiasaan, pranata

    sosial, maupun kehidupan keagamaan saat alquran diturunkan, juga harus

    diperhatikan secara serius oleh seorang mufassir. Baru setelah itu, dilakukan

    generalisasi terhadap pesan yang ingin disampaikan oleh alquran.

    Adapun mengenai ayat-ayat telogis-metafisis, Rahman menawarkan

    pendekatan sintetis logis, yaitu pendekatan dengan cara mengevaluasi ayat-

    ayat yang berhubungan dengan tema yang akan dibahas dan yang

    berhubungan tidak harus berbicara tentang tema yang sama.

    54Ibid, hlm. 71