hipoglikemia

18
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Hipoglikemia Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar glukosa darah (kedia, 2011). Hipoglikemia di definisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa plasma lebih rendah dari 45 mg/dl – 50 mg/dl.jadi, disimpulkan bahwa hipoglikemia merupakan kadar glukosa darah yang dibawah normal <60 mg/dl. B. Klasifikasi Hipoglikemia menurut (setyohadi 2011 dan Thompson 2011) diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Hipoglikemia Ringan 2. Hipoglikemia sedang 3. Hipoglikemia berat C. Faktor risiko Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada penderita diabetes menurut (kedi, 2011): Batas konsentrasi glukoa darah berkaktan erat dengan system hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer.Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan konsentrasi glukosa darah.

description

hipoglikemi

Transcript of hipoglikemia

Page 1: hipoglikemia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas

normal kadar glukosa darah (kedia, 2011). Hipoglikemia di definisikan

sebagai keadaan di mana kadar glukosa plasma lebih rendah dari 45 mg/dl

– 50 mg/dl.jadi, disimpulkan bahwa hipoglikemia merupakan kadar

glukosa darah yang dibawah normal <60 mg/dl.

B. Klasifikasi

Hipoglikemia menurut (setyohadi 2011 dan Thompson 2011)

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Hipoglikemia Ringan

2. Hipoglikemia sedang

3. Hipoglikemia berat

C. Faktor risiko

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko

hipoglikemia pada penderita diabetes menurut (kedi, 2011):

Batas konsentrasi glukoa darah berkaktan erat dengan system

hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta

penggunaan glukosa oleh organ perifer.Insulin memegang peranan utama

dalam pengaturan konsentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa

darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormone-

hormon konstraregulasi akan melepas. Dalam hal ini, glucagon yang

diproduksi oleh sel α pankres berperan penting sebagai pertahanan utama

terhadap hipoglikemia.Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormone

pertumbuhan juga berperan meningkatkan produksi dan mengurangi

penggunaan glukosa.Glucagon dan epinefrin merupakan dua hormone

yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut.Glucagon hanya bekerja

dalam hati. Glucagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis dan

kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energy dan akan

Page 2: hipoglikemia

menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah (herdman, 2010).

Penurunan kadar glukosa darah juga mnyebabkan terjadinya penurunan

perfusi jaringan perifer, ehingga epinefrin juga merangsang lipolisis di

jaringan lemak serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan

berkeringat, mgemeteran, akral dingin, klien pinsan dan lemah (setyohadi,

2011).

Pelepasan epinefrin yang cenderung menyebabkan rasa lapar Karen

rendahnya kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai oksigen

kejaringan menurun sehina masalah dapat diberikan oleh subkutan (SC)

atau intramuscular (IM). Hal ini dapat mencegah keterlambatan dalam

memulai pengobatan yang dapat dilakukan secara darurat.

D. Etiologi

1. Dosis pemberian insulin yang kurang tepat

2. Kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan

makan

3. Konsumsi alcohol

4. Peningkatan penafaatn karbohidrat karena latihan atau penurunan berat

badan (kedia, 2011)

E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2011) antara

lain:

1. Adrenergikseperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar,

cemas, gelisah, sakit kepala, mengantuk.

2. Neuroglikopeniaseperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap

perilaku, lemah, disorientasi, penurunan kesadaran, kejang, penurunan

terhadap stimulus bahaya.

F. Patofisiologi

Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin

relative ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu

penurunan plasma glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat

menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita diabetes

Page 3: hipoglikemia

tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan

bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak.Efek hipoglikemia

terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan

sistem peredaran darah(Kedia, 2011).

Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk

otak.Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan

cadangan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat

sedikit.Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada

konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.Gangguan pasokan glukosa dapat

menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan

suplay glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplay glukosa ke otak

dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke otak sehingga

akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).

Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL.

Penurunan kosentrasi glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu

penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya

kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin

sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah

batas normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan

penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal

(Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan

pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif

(Carpenito, 2007).

Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system

hormonal, persyarafan dan pengaturan produksi glukosa endogen serta

penggunaan glukosa oleh organ perifer.Insulin memegang peranan utama

dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila konsentrasi glukosa

darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal, hormon-hormon

konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang diproduksi

oleh sel αpankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap

hipoglikemia.Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan

Page 4: hipoglikemia

juga berperan meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan

glukosa.Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormon yang disekresi

pada kejadian hipoglikemia akut.Glukagon hanya bekerja dalam hati.

Glukagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian

glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi akan menyebabkan

ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010). Penurunan kadar

glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan

perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak

serta proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat,

gemetaran, akral dingin, klien pingsan dan lemah(Setyohadi, 2011).

G. Komplikasi

Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran

yang berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu

hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut.

Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan

neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neuropsikologis berat

karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat yang

biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon,

2010) dan menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama

bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga

dapat menyebabkan koma sampai kematian

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Gula Darah puasa

Untuk mengetahui kadar gula puasa (sebelum diberikan glukosa 75

gram oral) dan nilai normalnya antara 70-110 mg/dl

2. Gula darah 2 jam post prandial

Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal <140 mg/dl/2

jam

3. HBA1c

Page 5: hipoglikemia

Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh

kadar gula darah karena pasien tidak dapat mengontrol hasil dalam

waktu 2-6 %. Semakin tinggi maka akan menunjukan bahwa orang

tersebut menderita DM beresiko terjadinya komplikasi

4. Elektrolit terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya terganggu

5. Leukosit terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

I. Penatalaksanaan

Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada

keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah di obati

dengana supan karbohidrat seperti minuman yang mengandung glukosa,

tablet glukosa, atau mengkonsumsi makanan rigan.Dalam Setyohadi

(2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan larutan

glukosa murni 20-30 gram (1 ½ -2 sendok makan). Padahipoglikemia

berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011) :

1. Dekstrosa

Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan,

kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat

pemberian dekstrosadalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis

biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkan konsentrasi 25%

biasanya diberikan kepada anak-anak.

2. Glukagon Sebagai hormone kontra-regulasi utama terhadap insulin,

glucagon adalah pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk

hipoglikemia berat. Tidak sepertidekstrosa, yang harus diberikan

secara intravena dengan perawatan kesehatan yang berkualitas

profesional, glucagon dapat diberikan olehs Subkutan (SC) atau

intramuscular (IM) injeksi oleh orang tua atau pengasuh terlatih. Hal

ini dapat mencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan yang

dapat dilakukan secara darurat.

Page 6: hipoglikemia

J. Pengkajian Keperawatan

1. Keluhan Utama

Biasanya simptomatis dan lebih sering hipoglikemi yang

menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang sepsis

2. Riwayat :

ANC

Perinatal

Post Natal

Imunisasi

Diabetes mellitus pada orangtua/keluarga

Pemakaian parenteral nutrition

3. Data fokus

Data Subyektif

a. Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas

b. Keluarga mengeluh bayinya keluar banyak keringat dingin

c. Rasa lapar (bayi sering nangis)

d. Nyeri kepala

e. Sering menguap

f. Irritabel

Data obyektif

a. Parestisia pada bibir dan jari gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku

b. Hight – pitched cry, lemes, apatis, bingung, cyianosis, apnea,

nafas cepat irregular, keringat dingin, mata berputar-putar,

menolak makan dan koma

c. Plasma glukosa <50 gr

4. Status metabolic

Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori infeksi atau

penyakit-penyakit akut lain. Stres yang berhubungan dengan faktor-

faktor psikologis dan sosial, obat-obatan atau terapi lain yang

mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat

antihiperglikemik oral.

Page 7: hipoglikemia

5. Aktivitas/istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot tonus

menurun, gangguan istirahat/tidur

Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktivitas

Letargi/disorientasi, koma.

6. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, kesemutan pada

ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia

Tanda : perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi

menurun/tidak, disritmia, krekel, distensi vena jugularis, kulit panas,

kering, dan kemerahan, bola mata cekung

7. Integritas/Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial

berhubungan dengan kondisi ekonomi

Tanda : Ansietas, peka rangsangan

8. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (polyuria), nokturia, rasa

nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri

tekan abdomen, diare

Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang

menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipoglikemia berat), urin

berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya ansietas, bising

usus lemah dan menurun hiperaktif (diare)

9. Nurisi/Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, peningkatan masukan

glukosa/karbohidrat, bb menurun, dehidrasi, penggunaan diuretic

Tanda : Kulit kering/bersisik, kekakuan/distensi abdomen, muntah,

pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan

peningkatan gula darah), bau (halisitosis)

10. Neurosensori

Page 8: hipoglikemia

Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kelemahan ada otot,

parestesi, gangguan penglihatan

Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma, gangguan

memori dan mental, tendon menurun, aktivitas kejang

11. Pernafasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum

purulent

Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat

12. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Abdomen tegang/nyeri (sedang maupun berat)

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati

13. Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : Demam, kulit rusak, paralisis otot

14. Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria,

kesulitan organisme pada wanita.

15. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor resiko, keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi,

penyembuhan yang lambat, penggunaan obat seperti diuretk, dilantin

dan fenobarbital. Rencana pemulangan, pengaturan diet, pengobatan,

perawatan diri, pemantauan terhdap glukosa darah.

K. Diagnosa Keperawatan

1. pola napas tidak efektif b/d adanya depresan pusat pernapasan, obesitas,

penurunan energi/kelelahan

2. Gangguan perfusi jaringan b/d hipoksia jaringan. Ditandai dengan

peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, depresi

SSP dan oedema

3. Resiko tinggi injuri b/d penurunan kesadaran.

Page 9: hipoglikemia

L. Intervensi keperawatan

No DX

keperawatan

Tujuan NIC

1. 1. Pola napas

tidak efektif

b/d adanya

depresan

pusat

pernapasan,

obesitas,

penurunan

energi/kelela

han

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

3x24 jam

diharapkan klien

Pola nafas

efektif dengan

Kriteria hasil:

• RR 16-24 x

permenit

• Ekspansi dada

normal

• Sesak nafas

hilang /

berkurang

• Tidak suara

nafas abnormal

1. Observasi

tanda-tanda

vital

2. Posisikan

pasien untuk

memaksimalk

an ventilasi

3. Pertahakan

jalan napas

yang paten

4. Pasang mayo

bila perlu

5. Observasi

adanya tanda-

tanda

hipoventilasi

6. Auskultasi

suara napas,

catat adanya

suara

tambahan

2. Gangguan

perfusi jaringan

b/d hipoksia

setelah

dilakukan

tindakan

1. Catat status

neurologi

secara teratur,

Page 10: hipoglikemia

jaringan.

Ditandai dengan

peningkatan

TIK, nekrosis

jaringan,

pembengkakan

jaringan otak,

depresi SSP dan

oedema

keperawatan

selama 3x24 jam

perfusi jaringan

berkurang/hilang

dengan criteria

Hasil: • tidak ada

tanda – tanda

peningkatan TIK

• Tanda – tanda

vital dalam batas

normal

• Tidak adanya

penurunan

kesadaran

bandingkan

dengan nilai

standart.

2.  Catat ada atau

tidaknya

refleks-refleks

tertentu

seperti refleks

menelan,

batuk dan

Babinski.

3. Pantau

tekanan darah

4. Perhatikan

adanya gelisah

meningkat,

tingkah laku

yang tidak

sesuai.

5. Tin ggikan

kepala tempat

tidur sekitar

15-45 derajat

sesuai

toleransi atau

indikasi. Jaga

kepala pasien

tetap berada

pada posis

netral.

6. Berikan

Page 11: hipoglikemia

oksigen sesuai

indikasi

3. Resiko tinggi

injuri b/d

penurunan

kesadaran

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3x24

jam

diharapkan

klien

mencegah

terjadinya

resiko injury

sehubungan

dengan

penurunan

kesadaran.

Dengan

criteria

Hasil:

Pasien tidak

mengalami

injury.

1. Berikan posisi

dengan kepala

lebih tinggi.

2. Kaji tanda-

tanda

penurunan

kesadaran.

3. Observasi

TTV

4. Atur posisi

pasien untuk

menghindari

kerusakan

karena

tekanan.

5. Beri

bantuan untuk

melakukan

latihan gerak.