histo - kelenjar epitel.doc
-
Upload
sitinurmayunita -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
Transcript of histo - kelenjar epitel.doc
II. Epitel Kelenjar
II. EPITEL KELENJAR/ EPITHELIUM GLANDULARE
Sel epitel yang mampu mengeluarkan sekret disebut sel kelenjar atau epitheliocytus
secretorius atau glandulocytus. Jika sel-sel ini membentuk epitel maka terjadilah
epithelium glandulare. Epitel ini bersama dengan jaringan lain dapat membentuk kelenjar
atau glandula.
KLASIFIKASI KELENJAR
Berdasarkan pemanfaatan hasil kelenjarnya secara garis besar dibedakan menjadi
kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Krin berasal dari kata krinos yang berarti
memisahkan atau menghasilkan. Kelenjar eksokrin dimaksudkan untuk kelenjar-kelenjar
yang biasanya mempunyai saluran keluar untuk mengangkut hasil kelenjarnya yang
selanjutnya bermuara pada permukaan dalam dan luar tubuh. Apabila hasilnya diangkut
oleh pembuluh darah atau pembuluh limfa, maka kelenjar demikian dimasukkan kedalam
kelenjar endokrin atau kelenjar hormon. Karena kelenjar hormon tidak memiliki saluran
keluar kadang-kadang dinamakan juga sebagai kelenjar buntu dan hasilnya dinamakan
hormon. Namun bagi beberapa kelenjar endokrin yang tidak mempunyai saluran keluar
tidak dapat dimasukkan sebagai kelenjar hormon.
Kedua jenis kelenjar yang disebutkan diatas kesemuanya berasal dari membran
epitel yang menutupi permukaan,yang pada suatu saat tumbuh masuk ke dalam jaringan
pengikat dibawahnya. Kelompok sel-sel epitel yang mengadakan invasi tersebut
selanjutnya memperbanyak diri dan berdiferensasi untuk membentuk kelenjar. Biasanya
dalam pembentukan kelenjar eksokrin masih tetap dipertahankan hubungannya dengan
epitel permukaannya, sedang untuk kelenjar endokrin sudah tidak lagi berhubungan.
Kelenjar eksokrin : kelenjar ini melepaskan sekret melalui saluran kelenjar (duktus
ekskretorius), misalnya kelenjar ludah atau langsung dalam rongga alat berdekatan,
misalnya pada kelenjar dinding usus. Sel penghasil sekret dinamakan eksokrinosit.
Kelenjar endokrin: kelenjar ini melepaskan sekret langsung ke dalam pembuluh
darah atau limfe, dan diangkut ke alat atau jaringan sasaran. Contoh pada kelenjar
thyroidea, kelenjar suprarenalis. Sel penghasil sekret atau hormon dinamakan
endokrinosit.
Berdasarkan jumlah sel, kelenjar digolongkan menjadi
Kelenjar uniseluler:
Kelenjar ini hanya tersusun oleh 1 sel. Kelenjar jenis ini tidak mempunyai saluran
keluar, karena biasanya terdapat pada epitel permukaan, misalnya pada epitel usus
sebagai sel piala atau sel cangkir atau “goblet cell”.
Kelenjar multiseluler:
Terdiri atas banyak sel, umumnya membentuk kelenjar.
Berdasarkan letak kelenjarnya terhadap epitel permukaan, maka jenis kelenjar ini
dibedakan menjadi:
Kelenjar intraepitelial, yaitu membentuk kelompok sel kelenjar pada epitel
permukaan tanpa saluran kelenjar (lihat gambara). Kelenjar jenis ini dapat dijumpai pada
epitel mukosa lambung dan rongga hidung.
Kelenjar ekstraepitelial; jenis kelenjar ini merupakan kelenjar yang terdapat dalam
jaringan pengikat. Pada kelenjar jenis ini, dapat dibedakan 2 bagian yaitu: Pars secretoria
adalah bagian yang menghasilkan sekrit dan Duktus ekskretorius adalah saluran yang
menampung sekrit dari pars sekretoria.
Berdasarkan bentuk Pars sekretorianya, dapat dibedakan menjadi: Kelenjar tubuler,
yang berbentuk pipa., Kelenjar alveoler yang berbentuk sebagai labu., dan Kelenjar asiner
yang bentuknya mirip kelenjar alveoler tetapi lebih bulat. Kelenjar tubuler masih dibedakan
menjadi : tubuler lurus, tubuler bergelung dan tubuler bercabang.
Berdasarkan jumlah lapisan sel epitel Pars sekretorianya, dibedakan menjadi:
Kelenjar monotyche, yang terdiri atas 1 lapis sel (misalnya pada kelenjar keringat) dan
Kelenjar polyotyche, yang terdiri atas beberapa lapis sel (misalnya kelenjar sebasea).
Berdasarkan bentuk duktus excretoriusnya, dapat dibedakan: Kelenjar sederhana,
karena duktus ekskretoriusnya tidak bercabang dan Kelenjar kompleks, karena duktus
ekskretoriusnya bercabang-cabang. Dengan memperhatikan bentuk Pars sekretoria dan
duktus exkretorius , dalam tubuh dikenal berbagai jenis kelenjar yaitu:
1. Kelenjar tubuler sederhana (Simple tubular gland):
a. Kelenjar tubuler lurus (misal: kelenjar usus besar)
b. Kelenjar tubuler bergelung (misal: kelenjar sudorifera)
c. Kelenjar tubuler bercabang (misal: kelenjar uterina)
2. Kelenjar tubuloalveoler sederhana (simple tubuloalveolar gland): kelenjar ini terdapat selalu
bercabang (misal: kelenjar sub-mandibularis, kelenjar duodenalis brunneri).
3. Kelenjar alveoler sederhana (simple alveolar gland): contohnya pada kelenjar sebasea
yang terdapat pada kulit dan kelenjar meibomi pada kelopak mata.
4. Kelenjar tubuler kompleks (compound tubular gland) : Kelenjar ini mempunyai pars
skretoria yang berbentuk tubuler dengan saluran keluarnya yang bercabang yang akhirnya
bermuara dalam satu saluran utama. Contoh pada testis.
5. Kelenjar tubulo-alveoler kompleks (Compound tubulo-alveolar gland): Kelenjar ini
mempunyai pars sekretoria berbentuk alveoler dan beberapa saluran keluar yang
bermuara dalam saluran keluar utama. Contoh pada kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis.
Berdasarkan cara pembentukan dan pelepasan sekret dikenal:
Kelenjar Merokrin: Isi lain sel kelenjar tidak diikutsertakan dalam sekret, sehingga
sel sama sekali tidak rusak.Contoh pada Pars exocrin Pancreatis, kelenjar sudorifera.
Kelenjar Holokrin: Semua isi sel diikutsertakan dalam sekret. Contoh pada kelenjar
sebasea (kelenjar minyak), Sel-sel gamet jantan dan betina.
Kelenjar Apokrin: Pada sekret diikutsertakan isi bagian puncak sel, yang menjadi
rusak. Contoh pada kelenjar axillaris, kelenjar sirkumanale.
Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi:
Kelenjar Sitogen yaitu kelenjar yang menghasilkan sel-sel sebagai sekretnya.
Contoh pada testis dan ovarium.
Kelenjar Nonsitogen, yaitu kelenjar yang hasilnya tidak mengandung sel-sel. Dari
jenis kelenjar ini , dibedakan menjadi: Kelenjar Mukosa, kelenjar Serosa dan kelenjar
Seromukosa (campuran).
Kelenjar Mukosa.
Sekret kelenjar mukosa bersifat kental. Bentuk sel kelenjarnya piramidal dengan bagian
puncahnya berisi tetes-tetes bahan musinogen atau premusin sebagai bahan pembentuk
lendir. Inti sel berbentuk gepeng terdesak di daerah basal. Apabila premusin telah
dilepaskan oleh sel kelenjar, maka bahan tersebut berubah menjadi mukus lendir. Diantara
kelenjar-kelenjar yang termasuk jenis ini , ada yang berbentuk uniseluler yaitu sel Piala.
Kelenjar Serosa:
Kelenjar ini menghasilkan sekretnya yang encer jernih yang berbentuk sebagai albumin,
kadang-kadang mengandung enzim. Sel-sel Serosa juga berbentuk piramidal dengan inti
berbentuk bulat yang terletak agak di tengah. Butir-butir sekretoris bersifat asidofil. Di
bagian basal sel terdapat granular endoplasmis reticulum sehingga pada pengamatan
dengan mikroskop cahaya, tampak gambaran yang bergaris-garis. Contoh pada kelenjar
pankreas, kelenjar parotis.
Kelenjar Campuran:
Kelenjar yang merupakan campuran dari sel-sel kelenjar Mukosa dan Serosa. Kadang-
kadang sel-sel mukosa terdesak oleh sel serosa sehingga membentuk gambaran sebagai
bulan sabit yang dinamakan Demiluna Gianuzzi. Contoh pada kelenjar Submandibularis,
kelenjar sublingualis.
Gambar : (A) Kelenjar Serosa ; (B) Kelenjar Mukosa;(C) Kelenjar Seromukosa
(campuran);(D) Kelenjar Demiluna.
Fungsi Jaringan epitel:
1. Sebagai penutup dan perlindungan (proteksi), karena epitel melapisi permukaan dalam
dan luar tubuh.
2. Sebagai alat absorbsi, misalnya epitel membatasi permukaan dalam usus selain
berfungsi perlindungan juga berperan dalam proses penyerapan hasil-hasil pencernaan
makanan yang bekerja secara selektif.
3. Sebagai lubrikasi, sebagian besar saluran-saluran dalam tubuh permukaannya harus
tetap basah, sehingga epitel yang menutupi harus mampu menghasilkan cairan tertentu,
misalnya epitel yang melapisi vagina yang tidak memiliki kelenjar.
4. Sebagai alat sekresi, dalam hal ini epitel tersebut bertindak sebagai kelenjar.
5. Sebagai alat indera, misalnya epitelium sensorium.
DAFTAR PUSTAKA
Bloom W., and W. Fawcett, 1976. Tex Book of Histology ed. B. Saunders Company Philadelphia London.
Dellmann H.D and E.M Brown, 1976. Tex Book of Histology. Lea and Febiger Phladelphia.
Mariono SH di Fiore, 1981. Atlas of Human Histology. Lea and Febiger, Philadelphia.
Subowo, 1992. Histologi Umum . Pusat Antar Universitas-Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung