Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

38
HISTORIOGRAFI ISLAM (Tinjauan Kritis Terhadap “Muqoddimah” Ibnu Khaldun) Oleh : Agus Jaya Pendahuluan Bangsa Arab sebagai sebuah bangsa yang terkenal dengan kemampuan yang luar biasa dalam menggubah sya’ir, dan sya’ir- sya’ir mereka diperlombakan, kemudian pemenang dari perlombaan tersebut akan mendapatkan penghormatan dengan digantungnya karya yang telah dihasilkan pada dinding Ka’bah. Melalui tradisi sastra inilah diketahui beberapa peristiwa- peristiwa besar yang pernah terjadi. dan nilai-nilai yang meyertai peristiwa penting itu juga mereka abadikan melalui kisah, dongeng, nasab, nyanyian, sya’ir dan sebagainya. Demikian juga dengan para sejarawannya, mereka berusaha merekam setiap peristiwa penting 1 yang terjadi, dan mereka senantiasa eksis dengan masalah-masalah relevan untuk dikaji yang mereka suguhkan. Karena itu mempelajari, menelaah dan merenungkan masalah-masalah yang mereka kemukakan tetap urgen terutama dalam rangka menanggulangi problem nyata yang kita hadapi. Ide-ide para sejarawan dan pemikir muslim, seperti, Ibnu Ishaq, at-Thobari, al Mas’udi, al-Biruni dan Ibnu Khaldun, serta para sejarawan lainnya. Pemikiran mereka 1 Paling tidak penting baginya, walau bagis sejarawan lain dianggap tidak penting. 1

Transcript of Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Page 1: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

HISTORIOGRAFI ISLAM

(Tinjauan Kritis Terhadap “Muqoddimah” Ibnu Khaldun)

Oleh : Agus Jaya

Pendahuluan

Bangsa Arab sebagai sebuah bangsa yang terkenal dengan kemampuan yang luar

biasa dalam menggubah sya’ir, dan sya’ir-sya’ir mereka diperlombakan, kemudian

pemenang dari perlombaan tersebut akan mendapatkan penghormatan dengan

digantungnya karya yang telah dihasilkan pada dinding Ka’bah. Melalui tradisi sastra inilah

diketahui beberapa peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi. dan nilai-nilai yang

meyertai peristiwa penting itu juga mereka abadikan melalui kisah, dongeng, nasab,

nyanyian, sya’ir dan sebagainya.

Demikian juga dengan para sejarawannya, mereka berusaha merekam setiap

peristiwa penting1 yang terjadi, dan mereka senantiasa eksis dengan masalah-masalah

relevan untuk dikaji yang mereka suguhkan. Karena itu mempelajari, menelaah dan

merenungkan masalah-masalah yang mereka kemukakan tetap urgen terutama dalam

rangka menanggulangi problem nyata yang kita hadapi. Ide-ide para sejarawan dan pemikir

muslim, seperti, Ibnu Ishaq, at-Thobari, al Mas’udi, al-Biruni dan Ibnu Khaldun, serta para

sejarawan lainnya. Pemikiran mereka dengan konpleksitasnya telah berusia berabad-abad,

namun tetap saja eksis untuk dikaji dan diteliti, maka dalam makalah ini, penulis akan

fokus membahas historiografi Islam dan Muqoddimah sebagai sebuah buku sejarah

monumental yang menjadi bagian dari historiografi Islam itu sendiri yang telah dilahirkan

dari seorang sejarawan muslim abad abad pertengahan.2

Pengertian Historiografi

Kata ”historiografi”merupakan gabungan dari dua kata, yaitu history yang berarti

sejarah dan grafi yang berarti deskripsi/penulisan3.

1 Paling tidak penting baginya, walau bagis sejarawan lain dianggap tidak penting.2 Ibnu Khaldun hidup dari 733-808 H /1332-1406 M.3 Badri Yatim, Historiografi Islam, Jakarta : Logos. 1997. hal. 1

1

Page 2: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

History berasal dari kata benda Yunani ”istoria” yang berarti ilmu. Yang pada

perkembangan selanjutnya lebih banyak diguunakan ntuk pemaparan mengenai gejala-

gejala, terutamam tentang keadaan manusia, dalam urutan kronologis.4 Sedang ”History”

berarti arti masa ;ampau umat manusia.

Sejarah memiliki dua pengertian, yaitu sebagai kejadian yang terjadi pada masa

lampau dan sejarah sebagai ilmu, pada defenisi diatas sejarah hanya dipahami sebagai

kejadian yang terjadi pada masa lampau sehingga untuk mewakili pemahaman bahwa

sejarah sebagai sebuah disiplim ilmu, Taufik Abdllah meletakkan beberapa batasan tertentu

tentang peristiwa masa lampau tersebut,5 yaitu :

1. pembatasan menyangkut waktu. Konsensus sejarah menetapkan bahwa

sejarah bermula ketika bukti-bukti sejarah tertulis telah ditemukan. Sedang

sebelum adanya bukti tersebut masuk dalam kategori ”prasejarah”.

2. pembatasan tentang peristiwa. Hanya peristiwa yang menyangkut

manusia yang menjadi objek sejarah

3. pembatasan tempat. Agar menjadi ilmu maka tempat kejadian sebuah

peristiwa menjadi bagian yang tidak terpisah sehingga bisa menjadi objek

penelitian.

4. seleksi. Tidak semua peristiwa yang terjadi pada manusia termasuk dalam

kategori sejarah, semua kejadian tersebut bisa dianggap sejarah jika bisa

digabung sehingga membentuk bagian-bagian dari suatu proses, atau

dinamika yang menjadi perhatian sejarawan.

Dari uraian diatas bisa dipahami bahwa penulisan sejarah adalah usaha

merekonstruksi peristiwa yang terjadi dimasa lampau. Dan penulisan tersebut baru bisa

dikerjakan setelah melalui penelitian, karena tanpa penelitian terlebih dahulu maka

penulisan yang dilaksanakan hanya akan menjadi sebuah catatan tanpa adanya pembuktian.

Historiografi Arab Pra Islam

4 Louis Gottshalk, Mengerti Sejarah, Jakarta : UI Press, 1986. hal. 275 Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomiharjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arab dan

Perspektif, Jakarta : PT Gramedia, 1985, hal. x-xii

2

Page 3: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Orang Arab sebelum Islam dan pada awal kebangkitan Islam tidak menulis sejarah.

Ada dua faktor yang menyebabkan mereka tidak menulis sejarah tersebut. pertama, karena

mayoritas mereka adalah orang-orang yang buta aksara. Kedua, anggapan mereka bahwa

kekuatan mengingat lebih terhormat daripada menulis. Sehingga semua peristiwa hanya

diingat dan diceritakan berulang-ulang.

Adapun sejarah Arab pra Islam yang dapat dipercaya adalah peninggalan-

peninggalan arkeologis yang masih dapat ditemukan didaerah Yaman, Hadhramaut,

sebelah utara Hijaz dan sebelah selatan Syiria.

Untuk mengetahui secara mendalam sejarah perjalanan dan warisan asli penduduk

Jazirah Arab pada masa Jahiliyah, maka hanya tradisi lisan yang bisa ditelusuri, karena

orang-orang Arab pra Islam telah mengenal tradisi yang menyerupai bentuk sejarah lisan

tersebut, baik yang dikenal dengan al Ayyam maupun al Ansab.

Ayyam al Arab

Adapun yang dimaksud dengan ayyam al Arab perang-perang antar kabilah

Arab. Dikalangan kabilah Arab Jahiliyah sangat sering terjadi perang antar kabilah

baik disebabkan perselisihan untuk memilih pemimpin, perebutan sumber air dan

perebutan padang rumput untuk pengembalaan binatang ternak. Ayyam al Arab

sendiri secara etimologi memiliki arti hari-hari penting bangsa Arab. Disebut

demikian karena peperangan tersebut hanya tejadi disiang hari sementara pada

malam harinya mereka berhenti berperang dan beristiharat untuk menanti hari esok

dan melanjutkan perang kembali.6

Adapun isi dari ayyam al Arab ini adalah perang-perang dan kemenangan-

kemenangan, ntuk tjuan membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah yang lain.

Informasi ini diabadikan dalam bentuk syair mapun prosa-prosa yang diselingi

syair-syair. Syair inilah yang kemudian melestariakn perpindahan dan

mendiseminasikan berita tersebut. apabila syair itu terlupakan maka riwayat-riwayat

kuno juga terlupakan. Hal inilah yang memngkinkan sejarawan masa Islam

mengetahui masa tentang Arab. Meskipun demikian tidak seluruhnya

menggambarkan kenyataan, berita itu tentu bertolak dari realitas.

6 Badri Yatim, Op.cit, hal. 30

3

Page 4: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Meskipun al Ayyam merupakan karya sastra yang mengandung informasi

sejarah namun peristiwa-peristiwa yang direkamnyatidak sistematis, terputus-putua

dan setiap informasi yang disampaikannya berdiri sendiri-sendiri dan tidak

memperhatikan wakt dan kronologinya serta tidak mempertimbangkan kausalitas

sejarah dan teori-teori sejarah tertentu.7

Ciri-ciri umum ayyam al Arab

1. perhatian dicuarahkan pada kabilah Arab. Dan kisah peperangan disampaikan

secara lisan dalam bentuk prosa yang diselingi syair

2. riwayat atau kisah kabilah diturunkan secara lisan, sehingga menjadi milik

bersama kabilah yang bersangkutan

3. tidak teraturnya kronologi dan waktu

4. objectifitasnya diragukan karena mengagungkan satu kabilah dan merendahkan

kabilah alin

5. disamping sebagian informasinya tidak faktual, masih tetap bisa ditemukan

fakta-fakta yang menunjukan kebenaran sejarah.

Al Ansab

Yang dimaksud dari al Ansab adalah silsilah. Orang-orang Arab sangat menjaga

dan memperhatikan silsilah (geneology), ketika itu pengetahuan tentang silsilah

merupakan satu cabang pengethauan yang dianggap sangat penting sehingga setiap

kabilah menghafal seilsilahnya agar silsilah tersebut teta murni dan menjadi

kebanggaan terhadap kabilah lain. Meskipun didalam al Ansab ada petuunjuk

sejarah, namun tidak bisa dikatan bahwa ini adalah ekspresi kesadaran bangsa Arab

terhadap sejarah, karena :

1. pada masa pra Islam perhatian terhadap silsalah belum mengambil tradisi tulis

baru sebatas hafalan.

2. pengetahuan tentang silsilah akan lenyap jika tidak ada yang menghafalnya

3. hafalan mereka tentang nasab-nasab bercampur dengan mitos

4. tradisi ini tidak menyebar pada sejarah ”umum” yang \meliputi setiap kabilah,

karena mereka memang belum mengenal tanah air.

7 Ibid, hal. 35

4

Page 5: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Perhatian orang-orang Arab terhadap nasab semakin berlanjut, walaupun Rsulllah

saw telah melarang umatnya untuk berbangga-bangga dengan kabilah.

Aliran-aliran Penulisan Sejarah Masa Awal Islam

Menurut Husain Nashshar, penulisan sejarah di awal kebangkitan Islam bisa dibagi

menjadi tiga aliran yaitu : aliran Yaman, Aliran Madinah dan aliran Irak.8

A. Aliran Yaman

Riwayat-riwayat tentang Yaman di masa silam kebanyakan dalam bentuk

hikayat (cerita). Isinya adalah cerita-cerita khayal dan dongeng-dongeng kesukuan.

Aliran ini merupakan kelanjutan dari corak sejarah sebelum Islam. Penulis pada

aliran ini bisa dijuluki tukang hikayat sementara hasilnya bisa disebut sebagai novel

sejarah. Karenanya para sejarawan tidak menilai hikayat-hikayatnya memiliki nilai

sejarah.9

Diantara penulis yang termasuk pada golongan ini adalah Ka’ab al Akhbar

(wafat 32 H), Wahb ibn Munabbih (wafat 114 H) dan Abid Ibn Syariyyah al

Jurhumi.

B. Aliran Madinah

Ilmu pengetahuan keagamaan Islam yang pertama kali berkembang adalah ilmu

hadits. Karena melalui ilmu hadits inilah kaum muslimin pertama-tama mengetahui

hukum-hukum Islam, penafsiran al Qur’an, sunnah Rasulullah, keteladanan

Rasulullah, dan lain sebagainya. Perkembangan ilmu hadits ini berlangsung melalui

periwayatan. Dari penulisan hadits-hadits nabilah para sejarawan mengembangkan

cakupannya sehingga membentuk satu tema sejarah tersendiri, yaitu al maghazy

(perang-perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah), dan sirah an Nabawiyah

(riwayat hidp nabi Mhammad saw). Aliran yang muncul ini kemudian disebut

dengan aliran Madinah, yait alirah sejarah ilmiah yang mendalam yang banyak

8 Husein Nashshar, Nas’ah at tadwin at tarikh inda al Arab, Kairo : Maktabah an Nahdoh al Misriyah, tt. Hal.73

9 Muhammad Ahmad Tarhini, al Muarrikhun wa at tarikh inda al Arab, Beirut : Dar al Kutb al Ilmiyah, 1991, hal. 14

5

Page 6: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

memfokuskan pada al maghazi dan biografi Rasulullah saw. Dengan penekanan sisi

sanad sebagaimana pola ilmu hadits yang berkembang.

Sejalan dengan riwayat perkembangannya, para sejarawan dalam aliran ini

terdiri dari para ahli hadits dan hukum fiqih. Perkembangan dan orientasi aliran

Madinah ini sangat ditentukan oleh usaha-usaha dari dua ulama dalam bidang ilmu

fiqh dan hadits yaitu ; Urwan bin az Zubair dan az Zuhri muridnya. Ditangan az

Zuhri aliran Madinah semakin berkembang. Murid-murid az |Zhri seperti Musa ibn

Uqbah dan Ibnu Ishaq melanjutkan langkahnya, tetapi sangat disayangkan bahwa

Ibnu Ishak banyak mengambil bahan sejarahnya dari isroiliyat10 sehingga nilai

sejarah menjadi merosot kembali.

Sangat jelas bahwa penulisan sejarah bermula dan sangat erat hubungannya

dengan ilmu hadits, bahkan dapat dikatan bahwa sejarah merupakan cabang dari

ilmu hadits itu sendiri. Langgamnya juga menggunakan langgam hadits. Dimana

pemaparan sejarahnya berkaitan tentang keadaan, peristiwa-peristiwa penting

sejarah dalam kehidupan Nabi dan kaum muslimin pertama. Dalam hal ini ada

gagasan tentang pentingnya pengetahuan tentang sirah an nabawiyah dan

pengalaman umat Islam.

Adapun orang yang pertama kali membuat keangka jelas bagi penulisan as

sirah adalah al Zuhri. Ia telah menggariskan dengan jelas sehingga para sejarawan

yang datang setelahnya tinggal menyempurnakan kerangka tersebut dengan rinci.

Dalam penulisannya ini al Zuhri sangat memperhatikan kerangka kronologis

sehingga ia menjelaskan semenjak pra kenabian, priode Mekkah dan Madinah,

selanjutnya ia juga melengkapi karyanya dengan tahun kejadian sehingga

mempermudah ntuk merekonstruksi kembali kerangka karang buku al Zuhri.

10 Isroiliyat adalah kata jama’ yang berarti penisbatan kepada Bani Isroil, Isroil itu sendiri adalah nabi Ya’kub as, dan Bani Isroil adalah keturunan beliau. Keturunan beliau ini selanjutnya ada yang beriman kepada nabi Musa as, disebut Yahudi, dan ada yang beriman kepada nabi Isa as, disebut Nasrani dan ada yang beriman kepada nabi Muhammad saw, yang selanjutnya dikenal dengan Muslim Ahlul Kitab sumber-sumber utama Isroiliyat itu sendiri adalah kitab-kitab orang Yahudi kitab seperti Taurat, Asfar, Tilmuz dan dongeng-dongeng serta hayalan yang mereka karang. Kita tidak menafikan ada unsur kebenaran pada sebagian sumber mereka, namun pada kenyataannya kebatilan lebih menguasai sumber-sumber tersebut. Pada perkembangan selanjutnya Isroiliyat tidak hanya pada sumber-sumber Yahudi, tapi meluas pada budaya-budaya dan pengetahuan Nasrani yang bersumber dari Injil, lihat Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, al-Isroiliyat wa al-Maudhuat fi Kutubi at-Tafsir 1408, (kairo, Maktabah as Sunnah) cet. 4, hal 12.

6

Page 7: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Kajian sejarah al Zuhri tidak terbatas pada al Maghazi, akan tetapi juga merambah

al Ansab (nasab, garis keturunan). Ia juga menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa

apda masa khulafa ar rasidin. Dalam kajian-kajiannya, al Zuhri selalu bersikap

netral dan obyektif. Meskipun ia telah lama bekerja di Istana Bani Umayyah di

Damaskus, akan tetapi pandangan-pandangan sejarahnya tidak terpengaruh oleh

perkembangan politk pada masa itu. Ia tetap merupakan seorang cendikiawan yang

kritis.11

C. Aliran Irak

Aliran ini lahir sesudah dua aliran sebelumnya dengan bahasan yang lebih luas

karena mencakup arus sejarah pra Islam dan masa Islam. Dalam karya-karya

sejarawan aliran ini, sejarah Irak biasanya diuraikan lebih terperinci dan panjang,

sedangkan yang berkenaan dengna kota-kota lain hanya dibahasa sepintas.

Kelahiaran aliran sjarah ini sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek politik, sosial dan

budaya Islam yang sedang tmbuh di kota-kota dan komunitas-komunitas baru.

Langkah pertama yang sangat menetukan perkembangan penulisan sejarah di Irak

dilakkan oleh bangsa Arab adalah pembukuan tradisi lisan sebagaimana yang

dilakukan oleh Ubaidullah ibn Abi Rifa’i.

Karena cakupan informasi dan subyek kajiannya lebih luas daripada dua

aliran sebelumnya, aliran Irak ini dapat diaktakan sebagai kebangkitan sebenarnya

penulisan sejarah sebagai ilmu.sejarah pada masa ini mulai melepaskan diri dari

pengaruh ilmu hadits dan bersamaan dengna itu terlihat adanya uaya meninggalkan

pengaruh pra Islam yang mengandung banyak ketidak benaran, sepeti dongeng dan

cerita khayal. Aliran ini selanjutnaya melahirkan sejarawan-sejarawan besar dan

diikuti oleh hampir seluruh sejarawan yang datang kemudian. Diantara para

sejarawan yang berasal dari aliran ini adalah Awanah bin al Hakam (wafat 147 H),

Sayf bin Umar al Asadi at Tamimi (wafat 180 H) dan Abu Mikhnaf (wafat 157 H).

Corak Penulisan Sejarah Islam Klasik Dan Pertengahan

11 Op.cit. Badri Yatim. Hal. 68

7

Page 8: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Corak penulisan sejarah para sejarawan semenjak masa klasik hingga munculnya

sejarawan sejarawan besar dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu :

1. Khabar

Beberapa ciri yang berkenaan dengan riwayat antara lain : pertama, antara

satu riwayat dengan riwayat lain tidak ada hubungan. Kedua, riwayat ditulis dalam

bentuk cerita dan terkadang dalam bentuk dialog. ketiga, riwayat-riwayat tersebut

kadang diselingi dengan syair untuk memperkuat isi khabar tersebut.

Setengah abad setelah wafatnya Rasulullah saw kaum muslimin belum

melahirkan tradisi menulis. Pada masa itu riwayat berpindah dari satu orang

keorang lain atau dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui tradisi lisan.

Pada masa ini para sejarawan tidak lebih dari sekedar menjadi perawi dan

menuliskannya dalam tulisan. Riwayat yang berdiri sendiri itulah yang dikenal

dalam ilmu sejarah sebagai khabar.

Al Mas’udi memuji at Thobary yang mengkritik metode ini, ia berkata12 :

Karya sejarah Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir al Thobari, sebuah karya cemerlang melebihi karya-karya sejarah yang lain, telah menghimpun beberapa macam khabar, meliputi berbagai peninggalan, berisi beragam ilmu. Kitab ini adalah sebuah buku yang mempunyai faidah besar dan sangat bermanfaat.

2. Hauliyat (kronologi berdasar tahun)

Priode sebelumnya, para sejarawan muslim menuliskan sejarah dengan acak

dan beratur (tidak kronoligis), maka pada perkembangan selanjutnya para sejarawan

menggunakan metode penulisan : hauliyat (pelukisan sejarah berdasarkan tahun

kejadian). Adapun yang dimaksud dengan metode ini adalah penulisan sejarah yang

menggunakan pendekatan tahundemi tahun. Dalam metode ini bermaca macam

peristiwa dihimpun sesuai tahun kejadian peristiwa tersebut. apabila peristiwa yang

terjadi dalam tahun tersebut telah selesai dipaparkan maka akan beralih ketahu

berikutnya.at tobari adalah salah satu tokoh besar dalam kategori ini, oleh banyak

pemerhati sejarah ia dipandang sebagai sejawaran muslim pertama yang

menghasilkan metode hauliyat, yang terkenal dengan karyanya ”tarikh al umam wa

al mulk”.

12 Al Mas’udi, Muruzu az Zahab, Beirut : darl Fikr, 1973. hal. 15.

8

Page 9: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Walaupn metode penulisan ini telah mengalami kemajuan dari metode

sebelunya namun tetap memiliki kelemahan yaitu, terputusnya komunitas sejarah

yang panjang dan memiliki hubungan yang berkelanjutna dalam beberapa tahun.

Sehingga sejarah tersebut menjadi terpisah-pisah dan sulit untuk diadakan

rekonstruksi kembali.

3. Madhuiyat (tematik)

Melihat kesulitan yang dihadapi dalam metode hauliyat maka Ibnu Atsir

melontakan kritikan terhadap metode tersebut dan mangajukan corak tematik

sebagai alternatif. Walau demikian, ia tidak termasuk sejarawan yang pertama

menggunakan metode tematik dalam karyanya, karena sebelumnya telah ada al

Ya’qubi (wafat 284 H)

Sejarawan Muslim Era Klasik dan Pertengahan

a. Al Thabari

Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir At Thobari. Kahir

di Amul, Tharabaristan tahun 224 H/839 M dan wafat di Baghdad tahun 310 H/923

M.13

Ia adalah seorang sejarawan besar, ensiklopedis, ahli tafsir, ahli Qiroat, ahli

hadits dan ahli fiqih. Pada usia tujuh tahun ia telah hafal al Qur’an.

Metode Sejarah At Thabari

1. informasi yang disampaikannya senantias abersandar pada riwayat.

2. menyebtkan sanad hingga sampai pada tangan pertama

3. sistematika penulisan sejarahnya sesuai kronologisnya (menggunakan metode

hauliyat)

4. informasi sejarah yang tidak diketahui tahunnya ditulisnya dengan menggunakan

maudhui (tematik)

5. menyajikan teks-teks sastra seperti syait dan pidato

13 Muhammad Husain az Zahabi, at tafsir wa al muFassirun, Kairo : Maktabah Wahbah, 1992. jil. 1. hal 202

9

Page 10: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

b. Al Mas’udi

Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali Ibn Husayn Ibn Ali. Ia adalah

sejarawan dan ahli geografi, ahli geologi, ahli zoologi, ilmu kalam dan sebagainya.

Dalam penulisan sejarah14 dimasanya yang mayoritas menggunakan

pendekatan tahun, justru al Mas’udi telah menggunakan pendekatan tematik. Tema-

temanya bertolak dari :

1. bangsa-bangsa

2. raja-raja

3. dinasti-dinasti.

Dalam pemaparan sejarah ia menyajikannya dengan sangat menarik, diramu

dengan peristiwa-peristiwa politik, peperangan dan informasi tentang masyarakat dan

adat istiadanya. Disamping pembahasan geografis yang bernilai tinggi. Dalam hal

geografis ini banyak sejarawan yang mengikuti langkahnya termasuk Ibnu Khaldun.

c. Al Biruni

Nama lengkapnya adalah Abu Rayhan Muhammad bin Ahmad al Biruni al

Khawarizmi. Lahir di Khawarizm, turkmenia pada tahun 363 H dan wafat di Ghazna

pada tahun 448 H. Pada masanya ia termasuk ulam besar yang menguasai ilmu-ilmu

sejarah, matematika, fisika, ilmu falak, kedokteran, ilmu-ilmu bahasa, geologi,

geografi dan filsafat.

Dalam penulisan sejarah15, ia memulainya dengan :

1. wawancara terhadap ahlul kitab, penganut sekte-sektenya dan orang-orang yang

memiliki pengetahuan tentang masalah yang diteliti.

2. jawaban dari wawancara yang diadakan dijadikan sebagai dasar pertama

3. hasil wawancara dibandingkan antara satu dengan wawancara yang lain

14 Diantara karya-karyanya adalah : (1) Dzakhair Al Ulum Wa Ma Kana Fi Sair Ad Duhur, (2) Al Istidzkar Lima Marra Fi Salaf Al Amar, (3) Tarikh Fi Akhbar Al Umam Min Al Arab Wa Al Ajam, (4) Akhbar Al Zaman Wa Man Abadahu Al Hadsan Min Al Mam Al Madhiyah Wa Ajyal Al Haliyah Wa Al Mamalik Al Dairah. (5) Al Wasith (6) Muruj Az Zahab Wa Al Maadin (7) At Tanbih Wa Al Isyraf (8) Al Shofwah Fi Al Imamah (9) Al Istinshar, Dll

15 Diantara karya-karyanya yang bisa dikategorikan sebagai buku sejarah adalah : (1) Al Atsar Al Baqiyah An Al Qurun Al Kholiyah (2) Tahqiq Maali Al Hind Min Maqulah Maqbulah Fi Al Aqli Al Ma’zulah.

10

Page 11: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

4. lalu dengan kekuatan rasio maka diadakanlah kritik sehingga dapat diketahui yang

mana yang benar dan yang mana yang diragukan kebenarannya.

Cara ini diakui oleh al Biruni adalah jalan yang sulit, apalagi jika yang

diteliti berkenaan dengan zaman yang sudah lama berlalu. Ia berkata ”jalan yang saya

tempuh dalam penelitian untuk ini bukanlah dekat dari sumbernya, sehingga karena

demikian jauh dan sulitnya, bisa jadi tidak mencapai sasaran. Apalagi informasi yang

saya terima sdah bercampur dengan kebathilan yang sangat banyak. Namun, sejauh

yang dapat dikerjakan adalah menganggap informasi tertentu sebagai informasi yang

benar, apabila tidak ada bukti langsung (syawahid) ata tidak langsung (Qorinah)

bahwa informasi itu salah.

d. Ibnu Khaldun

Nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Abi

Bakr Muhammad ibn al-Hasan Ibn Khaldun. Lahir pada 27 Mei 1332 di Tunisia dan

meninggal 17 Maret 1406 di Kairo, Mesir.

Kondisi Masyarakat Islam Masa Ibnu Khaldun

Era Ibnu Khaldun hidup dipandang dari segi sejarah Islam adalah era kemunduran

dan perpecahan. Beberapa abad sebelumnya semenjak abad ke-8 sampai sekitar abad 12

dan 13, Arab pernah dijuluki ”mukjizat Arab”16. Tokoh Ibnu Khaldun digambarkan sebagai

tokoh budaya Arab-Islam yang paling kuat dimasa kemundurannya.17

Dimasa hidup Ibnu Khaldun, di Afrika Utara bagian Barat tepatnya Maghrib

tempat Beliau lahir dan malang melintang dalam bidang politik aktif terdapat tiga buah

negara yang selalu berperang antar sesamanya.masing-masing berusaha menghancurkan

pihak lain. Ketika itu perpindahan loyalitas dari negara Islam yang satu kepada negara

Islam yang lain tidak diangggap sebagai hal yang luar biasa. Hal yang demikian

16 A. Rahman Zainuddin, Kekuasaan dan Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1992 . hal. 24, Mengutip dari Yves Lacoste, “la Grande Oeuvre d’Ibn Khaldoun,” La Pensee (Paris) LXIX (1956), 11

17 M. Talbi, Encyclopedia Of Islam, dalam bab Ibnu Khaldun Maroko

11

Page 12: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

menimbulkan penafsiran pada sebagian pemerhati politik Ibnu Khaldun bahwa ia tidak

mengenal loyalitas dan bersifat sangat oportunis.18

Sementara itu Di Eropa telah tanpak tanda-tanda perubahan dan kebangkitan, suatu

suasana yang bisa langsung dirasakan oleh Ibnu Khaldun sendiri. Abad ke-13 di Eropa

didominasi para pemikir konstruktif positif, masa para ahli teologi dan filosof spekulatif.

Saling kritik dalam sebuah masalah menjadi sebuah fenomena baru yang

membangun, meskipun demikian mereka tetap menerima prinsip-prinsip metafisis yang

mendasar. Mereka juga mempercaya bahwa otak manusia memiliki kemampuan untuk

melampaui dunia fenomena ini dan mencapai kebenaran metafisis. Karena itu abad ke-13

itu juga merupakan abad yang sangat menonjol dibidang intelektual, karena di waktu itu

disadari adanya sintesa antara rasio dan keyakinan atau antara filsafat dan teologi.19

Pada abad ke-14, di Barat terjadi kecendrungan kuat kalangan penguasa sipil untuk

menegaskan kemandiriannya dari Gereja. Dari abad inilah dimulainya sejarah timbulnya

negara-negara nasional yang kuat yang kemudian menjadi ciri yang sangat penting dari

bentuk negara di Eropa setelah masa abad pertengahan. Proses sentralisasi kekuasaan itu

dipercepat juga oleh peristiwa pengasingan para Paus yang berasa di Avignon antara tahun

1305-1377.

Jadi, apabila abad ke-13 digambarkan sebagai abad pemikir kreatif dan orisinal,

maka abad ke-14 adalah abad timbulnya berbagai mazhab yang saling berbeda pendapat.20

Sedangkan dipandang dari segi kehidupan universitas, terutama di Paris merupakan abad

berkembangnya sains.21

Ibnu Khaldun sendiri telah menyadari fenomena ini, dalam al-Muqoddimah, Beliau

menulis22 :

Demikianlah dimasa sekarang ini telah sampai berita-berita kepada kami bahwa ilmu-ilmu filsafat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di negeri Franka (Ifranjah), di tanah Roma dan daerah-daerah bagian utara yang berdekatan

18 Muhammad Abdullah Enan, Ibnu Khaldun : His Life and Work, Lahore : M. Asraf, 1973 hal. 1941

19 Frederik Copleston, A History Of Fhilosophy, Volume III: Ockham To Suarez The Bellarmine Series XIV, London : Search Press Limited, 1953. Hal. 1

20 Copleston, 10.21 Copleston, 1522 Abdurrahman Ibn Kholdun, Tarikh Ibnu Khaldun (Diwan al-Mubtada’I wa al-Khobar fi Tarikh

al-Arab wa al-Barbar wa Man A’shorohum min Zawi as-Syakni al-Akbar), Libanon : Dar al-Fikr, 1996, hal. 117-118

12

Page 13: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

dengannya. Teori-teoraninya telah diperbaharui kembali, tempat-tempat mempelajarinya banyak sekali, buku-buku serba mencakup dan dan terdapat dalam jumlah yang memadai, sedangkan orang-orang yang mempelajarinya juga sangat banyak jumlahnya. Hanya Tuhanlah yang lebih tahu tentang apa sebenarnya yang sedang terjadi. Ia menciptakan dan memilih apa saja yang dikehendaki-Nya.

Sementara Di Afrika Utara kampung halaman Ibnu Khaldun dibesarkan, terjadi

perkembangan politik yang sangat pesat. Ketika itu Imperium al-Muwahhidun baru saja

pecah dan berdirilah sejumlah negara-negara kecil, Di Tunis terdapat Emirat Bani Hafs

(1228-1574). Di Tlemsen dan Di Barbaria Tengah berdiri Emirat Bani Wad. Di Maroko

terdapat kerajaan Bani Marin (1269-1420). Di Mesir Mamluk tengah berkuasa (1250-

1517), pada masa itu juga terdapat Imperium Timurlane yang usianya dan masa hidupnya

hampir sama dengan Ibnu Khaldun. Mereka sempat bertemu pada tahun 1401 di luar

dinding kota Damaskus. Suatu pertemuan yang sangat bersejarah.23

Di Iran masa Ibnu Khaldun adalah sama dengan seorang penyair dari Syiraz (1320-

1389), demikian juga seorang ahli sejarah yang bernama Nizamuddin Syami, yang pernah

menulis tentang sejarah pemerintahan Timurlane pada tahun 1401. selain mereka, Ibnu

Khaldun menulis beberapa nama penulis Arab diantaranya : Ibnu Battuta yang tak pernah

bertemu (1304-1369), demikian juga seorang ahli Ilmu Bumi, Umary (1349)- Mesir dari

Suriah, dan al-Maqrizi mendapatkan kesempatan duduk dalam kelas yang diajar oleh Ibnu

Khaldun di al Azahar.24

Sebagai perbandingan dengan dunia yang dihadapi Ibnu Khaldun di Afrika Utara

dan di Andalusia, di belahan dunia yang lain bisa kita temukan Premiers Valois (1328-

1498) di Prancis, dan seorang ahli kebudayaan Jean Froissart.25

Al-Jazair Sekarang23 Ibnu Khaldun, Discours sur I’historie Universelle (al-Muqoddimah) Tradction novella, preface

et notes par Vincent monteil; Beirut : Bommisiopn internationale pour la traduction des chefs d’oevres, 1967, Jil. I, Hal. Vii.

24 Monteil, Jil. I, Hal. vii25 Monteil, Jil I hal. viii

13

Page 14: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Riwayat Hidup Ibnu Khaldun

Keluarga Ibn Khaldun merupakan orang berada yang memberikan pendidikan

terbaik kepadanya. Ibn Khaldun merupakan salah seorang pakar sejarah Arab teragung,

Paris, klngn Universitas

terjadi perkemba-ngan sains

Barat, abad 14, upaya

kemandirian Negara dari

Gereja

Eropa, sejak abad 13 terjadi

kebangkitan intelektual

Semasa dgn : Timurlane,

Nizamuddin, Ibnu Batuta, Umary, dll

Afrika Utara, Terjadi cekcok Politik

sesama Islam

Masa hidup Ibnu

KhaldunAbad 14

14

Page 15: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

juga dikenali sebagai bapak sejarah kebudayaan dan sains sosial modern. Ibn Khaldun turut

mengembangkan falsafah tidak berasaskan keagamaan paling awal, terkandung dalam

karyanya Muqaddimah (“Pengenalan”). Ibn Khaldun juga menulis sejarah Muslim di

Afrika Utara yang terulung.

Dari riwayat hidup Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqoddimah, dapat diketahui

bahwa asal usul keluarga Ibnu Khaldun adalah dari Hadramaut, Yaman Selatan. Nenek

moyangnya pindah ke Hijaz sebelum datangnya Islam, ada diantara nenek moyangnya

yang menjadi sahabat Rasulullah saw yang terkenal bernama Wa’il bin Hujr. Beliau pernah

meriwayatkan sejumlah hadits, serta pernah pula dikirim Nabi ke daerah-daerah untuk

mengajarkan agama Islam kepada penduduk daerah itu.26

Di Andalusia keluarga Khaldun ini memainkan peranan yang sangat menonjol, baik

dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi politik. Mula-mula mereka menetap di kota

Carmona, dan kemudian pindah kekota Sevilla. Kemudian situasi di Andalusia sudah mulai

kacau. Adapun faktor munculnya kekacauan tersebut adalah :

- perpecahan yang terjadi diantara kaum muslimin sendiri

- serangan pihak Kristen dari utara semakin lama semakin meningkat sehingga

akhirnya seluruh semenanjung itu jatuh ketangan mereka.

Disaat terjadi gejolak di Sevilla itu, tokoh-tokoh dari keluarga Khaldun juga ikut

memainkan peranan aktif.27 Ketika situasi semakin gawat di Andalusia, kelurga khaldun

pindah ke Tunis. Di tempat baru ini, mereka juga memainkan peranan penting, baik di

bidang politik maupun di bidang ilmu pengetahuan, kecuali bapaknya Ibnu Khaldun yang

memahami demikian berbahanya bergerak dibidang politik sehingga ia memutuskan untuk

menjauh dari bidang politik dan lebih fokus di bidang ilmu pengetahuan. Ibnu Khaldun

adalah lima orang bersaudara, akan tetapi yang cukup dikenal dalam sejarah hanya dia dan

saudaranya yang bernama Yahya.28

Dari latar belakang ini dapat disimpulkan bahwa keluarga Ibnu Khaldun banyak

bergerak dibidang politik dan ilmu pengetahuan, karenanya adalah hal yang sangat logis

jika Ibnu Khaldun mampu menyatukan kedua hal ini dalam dirinya.

26 Ibnu Kholdun, Muqoddimat Ibni Kholdun, ed. Abdul Wahid Wafi, Kairo : Lajnah al-Bayan al-Araby, 1958. hal. 28

27 wafi, 28-2928 wafi, 31-32

15

Page 16: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Masa hidup Ibnu Khaldun secara garis besar bisa dibagi menjadi tiga tahapan29

yaitu :

1. masa di Tunis yang merupakan masa pendidikan dan permulaan karir di bidang

pemerintahan (1332-1350)30 pendidikan pertama diperolehnya dari orang tuanya

sendiri dan berbentuk suatu pendidikan tradisional. Mata pelajaran yang

dipelajarinya adalah Bahasa Arab dan sastra, al-Qur’an dan tafsir, hadits dan ilmu-

ilmu hadits, kemudian ia mendapat pelajaran lain seperti logika dan filsafat.

2. masa ketika berada di Fez di Maroko (1351-1382), ditandai oleh keterlibatan Ibnu

Khaldun dalam politik praktis.31 Ketika itu bakat Ibnu Khaldun yang sangat luar

biasa telah tampak. Melalui persekongkolannya dengan berbagai tokoh dan

kelompok, Ibnu Khaldun berhasil memegang berbagai jabatan yang tinggi tanpa

meninggalkan perkembangan ilmu pengetahuan. Keterlibatannya dalam politik

praktis menyebabkannya mendekam dalam penjara selama kira-kira dua tahun.

Petualangan Ibnu Khaldun di bidang politik ini tidak memberikannya ketenangan

dan ketentraman sehinga ia melarikan diri ke Andalusia dan berbakti kepada raja

Muhammad yang sedang berkuasa di Andalusia saat itu. Di Andalusia Ibnu

Khaldun bertemu Ibnu al Khatib seorang pemikir dan budayawan yang juga

menjadi perdana menteri. Ketika berada di Andalusia inilah Ibnu Khaldun

mendapatkan tugas untuk mengadakan perundingan dengan Pedro yang kejam,

penguasa kristiani yang telah menjadikan Sevilla sebagai ibu kotanya. Keberhasilan

Ibnu Khaldun dalam perundingan ini menyebabkan raja semakin percaya dan

memberinya kedudukan penting. Keberhasilan yang diraih oleh Ibnu Khaldun ini

menimbulkan rasa isi pada sahabatnya Ibnu al Khatib, menyadari gelagat ini Ibnu

Khaldun memutuskan kembali ke Afrika Utara. Namun kembali lagi ketika ia

berada di Afrika utara ia terlibat kembali dalam politik praktis yang ditandai dengan

pertempuran dan persaingan yang tidak habis-habisnya antara berbagai dinasti kecil

yang ada. Hal ini membuktikan bahwa Ibnu Khaldun sangat terkenal dan harapkan

29 Menurut Badri Yatim, merujuk kepada al Muqoddimah, bahwa kehidupan Ibnu Khaldun dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu fase kelahiran (1332-1350 M), fase bertugas dipemerintahan dan terjun kednia politik (1350-1374 M), fase kepengarangan ketika ia berada di Benteng Ibn Salamah milik Banu Arif (1374-1382 M), fase mengajar dan bertugas sebagai hakim negeri di Mesir hingga wafat (1382-1406 M)

30 wafi, 3731 wafi, 40

16

Page 17: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

oleh setiap penguasa untuk senantiasa berada dibarisannya, karena perananya yang

demikian besar dalam setiap pertepuran. Menyadari demikian berbahanya politik

praktis maka Ibnu Khaldun memutuskan untuk bergerak dibidang ilmu

pengetahuan. Karenanya Ibnu Khaldun mengasingkan diri di tengah padang pasir di

Qol’at Bani Salamah di daerah Aljazair. Disanalah lahirnya Muqoddimah yang

membuat namanya terkenal. Setalah empat tahun terpencil di Qol’at Bani Salamah

ia kembali ke Tunis untuk menyempurnakan tulisannya dengan menggunakan

fasilitas perpustakaan yang terdapat di Tunis Namun karena adanya dua hal yaitu :

- penguasa di Tunis ingin melibatkannya dalam politik praktis

- para ahli ilmu pengetahuan tidak menerimanya dengan baik bahkan

menjadikannya sebagai saingan.

maka Ibnu Khaldun meninggalkan Afrika Utara belahan Barat dan pergi ke Timur

dengan alasan menunaikan ibadah haji.

3. Kehidupannya di Mesir hingga wafat (1382-1406), tahap terakhir dalam

kehidupannya ini dilaluinya dengan menjadi guru dan hakim. Sesampainya di

Mesir, ia sangat cepat menarik perhatian penguasa dan memberikannya kesempatan

untuk memberikan perkuliahan diberbagai perguruan tinggi termasuk juga al Azhar,

disamping itu ia juga diangkat menjadi mufti mazhab Maliki oleh Sultan Abul

Abbas raja Mesir kala itu. Setelah merasa mantap tentram menetap di Mesir iapun

membawa keluarganya Ke Mesir setelah mendapat dukungan dari pemerintah Mesir

saat itu, ketika kapal yang mereka tumpangi tiba di Iskandariah terjadilah angin

topan yang sangat dahsyat hingga menenggelamkan kapal dan seluruh

penumpangnya hingga Ibnu Khaldun berkata ”habislah seluruh harta dan keluarga”.

Tahapan Masa Hidup Ibnu Khaldun

Masa Di Tunis(1332-1350)

Masa Di Maroko(1351-1382)

Masa Di Mesir(1382-1406)

17

Page 18: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Karya Ibnu Khaldun

Diantara karya monumental Ibnu Khaldun adalah Muqoddimah yang merupakan

sebuah pendahuluan dengan konsentrasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat serta

aspek-aspek yang akan ditimbulkan sebagai akibat dari kehidupan bermasyarakat baik dari

bidang budaya, sejarah negara, pembangunan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Dengan kandungan yang sangat bervariasi maka buku ini bisa dikategorikan sebagai buku

ensiklopedi. Luasnya bidang keilmuan yang dijelajahi Ibnu Khaldun dalam Muqoddimah

sehingga menimbulkan perbedaan pendapat tentang kategori buku tersebut pada saat ini.

Akan tetapi setelah menelaah secara keseluruhan maka orang akan merasa pasti bahwa

buku ini adalah sebuah buku tentang ilmu-ilmu sosial dan merupakan sumbangan yang

sangat besar terhadap khazanah ilmu pengetahuan manusia. Buku Muqoddimah adalah

sebuah buku yang berdiri sendiri, meskipun pada mulanya merupakan bagian dari sebuah

karya yang lebih besar yaitu buku ’Ibar (suri tauladan)32 yang terdiri dari tiga jilid.

Pendahuluan dan jilid pertama dari buku ’Ibar inilah yang kemudian menjadi buku

”Muqaddimah”. Sedang jilid kedua khusus tentang sejarah bangsa Arab serta bangsa-

bangsa lain yang semasa dengannya sedang jilid ketiga khusus membahas tentang bagsa

Berber yang berada di Afrika Utara.

Faktor yang mendorong Ibnu Khaldun untuk menulis buku al ’Ibar karena

persepsinya bahwa sejarah adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang sangat mulia. Dan

Ibnu Khaldn menjadikan kebenaran sebagai tujuan akhir yang ingin dicapainya. Bagi Ibnu

Khaldun sejarah dibagi menjadi dua, yaitu :

pertama : lahir, sebagai sejarah yang dipandang luarnya yang tidak lebih dari kisah masa-

masa dan bangsa-bangsa lalu yang selalu diagung-agungkan atau dihinadinakan.

kedua : batin, yaitu aspek dalam dan makna dari sebuah sejarah yang menjadi suatu

renungan dan penelitian. Memunculkan teori sebab akibat dan latar belakang

dari perkembangan yang terjadi.

Pengaruh Ibnu khaldun tidak hanya dalam bidang ilmu sosial tapi juga merambah

bidang-bidang lain. Misalnya bahasa, secara ilmiah ungkapan-ungkapan bahasa yang

32 Buku “Ibar memiliki nama lengkap : Kitab al-’Ibar wa-Diwan al-Mubtada’wa al-Khobar fi Ayyam al- a’rab wa al-ajam wa al-Barbar wa Man ‘Asharahummin Dzawi as-Sulthan al-Akbar.

18

Page 19: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

digunakannya belum lumrah bagi masanya.33 Keistimewaan Ibnu Khaldun dalam

mengungkapkan bahasa ini menyebabkan para pakar Khalduni menyebutnya sebagai pakar

perintis dibidang Bahasa Arab. Hanya saja karena dimasanya belum dikenal foot note maka

terkesan terjadi beberapa pengulangan dalam menyajikan gagasan, seandainya pengulangan

tersebut bisa dihindari niscaya buku Muqaddimah tidak setebal saat ini. Walaupun

demikian pengulangan yang dikemukakannya tidaklah ”kering” karena pengulangan

tersebut selalu dihubungkan dengan hal yang baru dan mengemukakan segi baru yang tidak

dikemukakan pada kesempatan sebelumnya. Jika kita telaah muqoddimah, maka bahasa

yang digunakan Ibnu Khaldun adalah bahasa komunikasi dalam perkuliahan dan bukan

bahasa kitab sehingga sangat mudah untuk dicerna.

Kerangka Penulisan Sejarah ”Muqoddimah” Ibnu Khaldun

Kandungan buku Muqoddimah dari awal sampai akhir tersusun rapih dengan sangat

logis. Ibnu Khaldun memulai bukunya dengan satu pendahuluan ringkas tentang sejarah

dan tentang penyalah gunaan sejarah dalam masyarakat baik dikalangan masyarakat awam

maupun kalangan elit. Menurutnya, sejarah pada hakikatnya adalah suatu ilmu pengetahuan

yang sangat mulia dan seharusnya menghantarkan orang menuju kebenaran.34 Walaupun

demikian karena berbagai kekurangan yang terdapat dalam kehidupan manusia, terutama

dari aspek kejiwaannya, seperti sikap oportunis terhadap penguasa dan lain sebagainya

sejarah telah disalah gunakan sehingga cabang ilmu pengetahuan ini tidak dapat

menunaikan tugasnya dengan maksimal sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang

menghantarkan dan menjelaskan kebenaran.

Salah satu kaidah pokok yang dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang mendasari

kaidah-kaidah yang ada dalam bukunya, adalah bahwa segala sesuatu yang ada dialam

semesta ini selalu bergerak dari keadaan yang sederhana menuju keadaan yang lebih

canggih. Demikian juga dengan perkembangan manusia. Karena peradaban manusia

senantiasa berkembang dari keadaan yang sangat sederhana menuju keadaan yang lebih

maju dan lebih canggih hingga pada akhirnya akan sampai pada titik yang paling maju dan

canggih. Karenanya dalam Muqoddimah, Ibnu Khaldun memulai membahas tentang

33 Mengenai sosoknya yang menjadi perintis bahasa, Franz Rosenthal menulis : Another factor to make for prolicity was Ibn Khaldun’s use of a terminology that was largely his own.” Ibn Khaldun I, Ixix

34 Ibn Khaldun, 1.15

19

Page 20: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

peradaban yang terbelakang. Dalam pendapatnya jenis tersebut terwakili oleh kelompok

Badui yang hidup ditengah padang pasir tandus, dari peradaban inilah bergerak melaju

hingga masuk pada peradaban sebuah kota metropolitan yang serba maju. Dan dikota yang

paling maju inilah akan terdapat peradaban yang paling maju juga.

Dalam bab-bab berikutnya, ia berbicara tentang peradaban yang lebih maju, tentang

kota dan permasalahannya, tentang ekonomi dan problemanya, tentang Ilmu Pengetahuan

dan tekhnologi serta segala cabang dan permasalahannya. Dalam temanya inilah Ibnu

Khaldun menjelaskan tentang konsep kekuasaan dan konsep negara yang merupakan hal

sentral dalam pemikirannya.

Bagi Ibnu Khaldun manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki

peranan terpenting dalam alam semesta karena telah mendapatkan penghargaan langsung

dari Tuhan dengan dijadikan khalifah, karena topik pembahasan adalah manusia sebagai

pelaku sejarah, maka susunan bab-bab selanjutnya diatur dengan sangat rapih. Manusia

dalam perhatiannya tidak saja hanya dipandang sebagai suatu unit dalam alam semesta tapi

posisinya sebagai unit terpenting dari segala hal yang ada di alam semesta ini yang unsur-

unsur pokoknya terdiri dari tanah, air, udara dan api.35

Setelah menjelaskan tentang hal ini, iapun menjelaskan tentang makhluk yang ada

di muka bumi seperti benda mati, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia sebagai

makhluk terlengkap yang dapat disaksikan oleh panca indera. Demikian juga ia

menjelaskan tentang makhluk yang tidak dapat dijangkau oleh pancaindera seperti

malaikat, kenabian dan kerasualan dan proses tibanya wahyu yang menggunakan sisi alam

malaikat.

Dalam kajian Ibnu Khaldun, manusia lebih banyak dipandang sebagai makhluk

bermasyarakat dan bukan makhluk individu. Karena masyarakat manusia itu hidup diatas

dunia. Seementara dunia ini sendiri dibagi-bagi menjadi beberapa kawasan sesuai iklim dan

35 Ungkapan Ibnu Khaldun ini sangatlah bijak, karena empat unsur tersebut adalah unsur-unsur yang sangat penting dalam mengisi alam semesta. Manusia sendiri diciptakan dari saripati tanah, lihat, QS : al An’am : 2, QS : al Mukminun : 12, QS : as Sajadah : 7, QS : as Shofat : 11, QS : Shod : 71,76. demikian juga dengan air yang menjadi sumber kehidupan segala sesuatu, lihat, QS : al Anbiya’ : 30. demikian juga udara memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan semakain terbuka udara maka semakin membuka peluang ntuk bernafas dengan baik, semakin sedikit udara maka semakin penyesakkan pernafasan. Lihat : QS : al An’am 125. demikian juga dengan api yang menjadi hal yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan Iblis memandang api sebagai satu hal yang sangat mulia sehingga menjadi argumennya ketika membantah perintah Tuhan-nya. QS : al A’raf : 12, QS : Shod : 76.

20

Page 21: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

cuaca. Walaupun demikian, pengetahuan Ibnu Khaldun tentang ilmu bumi yang dicapainya

kala itu tidak bisa dibandingkan dengan kemajuan yang telah dicapai saat ini.

Selanjutnya dalam pembahasannya ia menjelaskan jenis perbedaan manusia, baik

dari segi warna kulit, bahasa watak dan pembawaan.36 Perbedaan jenis ini sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sehingga ia menjelaskan interaksi manusia dengan lingkungan

dalam satu bab khusus.37

Pada bab selanjutnya ia menjelaskan kehidupan golongan primitif yang hidup

dalam kesederhanaannya. Ibnu Khaldun melihat potensi-potensi positif yang terdapat

dalam diri golongan primitif tersebut diantaranya : kemurnian keturunan, sifat kebaikan

yang murni, keberanian dalam menghadapi bahaya, percaya diri dan solidaritas yang tinggi.

Pada bab selanjutnya Ibnu Khaldun menjelaskan manusia sebagai makhluk

berkuasa. Dalam pandangan Ibnu Khaldun, kehidupan berpolitik dan bernegara hanya

milik manusia semata. Sehingga dengan panjang lebar ia menjelaskan tentang kehidupan

bernegara dan perkembangannya. Dari awal sebuah Ashobiyah (solidaritas) tumbuh

menjadi penggerak sehingga melahirkan gerakan untuk menciptakan sebuah negara hingga

pada saat negara telah kokoh dan mantap Ashobiyah (solidaritas) tidak dubutuhkan lagi.

Demikian juga sebuah negara yang berasal dari negara kecil akan berkembang menjadi

negara yang sangat besar dan mencapai kejayaannya lalu kemudian akan memudar yang

hancur. Hal ini sejalan dengna sunnatullah bahwa tidak ada yang kekal dimuka bumi ini

kecuali Allah swt.38

Di dalam karya sejarahnya ini, Ibnu Khaldun tidak menggunakan ungkapan filsafat

sejarah sebagai sebutan kajiannya, tetapi menyebtnya dengan nama al Umran al basyary

yang secara harfiah berarti masyarakat manusia. Namun menurut Zaynab al Khdhary,

banyak para peneliti yang berpendapat bahwa yang dimaksud Ibnu Khaldun dengan al

Umran al basyary adalah kebudayaan.39

36 Perbedaan kafilah dan negara/daerah telah dijelaskan dalam al Qur’an. Lihat al Hujarat : 13, demikian juga perbedaan warna kulit dan bahasa. QS : ar Rum : 22

37 Dalam hal hbungan manusia dan lingkungan ini, para pakar berpendapat bahwa asal usul pemikiran Montesquie ”pengarh iklim terhadap kelompok manusia” berasal dari Ibnu Khaldun. Lihat : Warren E. Gates, ” the Spread of Ibn Khaldun’s Ideas on Climate and Culture,” Journal Of History of Ideas, 28 (1967), hal. 415-422.

38 QS; Ar Rahman : 27, dan QS : al Ahzab : 6239 Op.cit, Badri Yatim, hal. 154

21

Page 22: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Metode Sejarah Ibnu Khaldun

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan dan sebab-sebab

kesalahan dalam penulisan sejarah.

A. Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Seorang Sejarawan

1. memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip politik, watak segala yang ada,

perbedaan bangsa-bangsa, tempat-tempat dan priode-priode dalam hubungannya

dengan sistem kehidupan, nilai-nilai akhlak, kebiasaan, sekte-sekte, mazhab-

mazhab, dan segala ihwal lainnya. Selanjutnya iapun perlu memiliki

pengetahuan tentang situasi-situasi dan kondisi mendatang dalam semua

aspeknya.

2. harus mampu mmbandingkan kesamaan dan perbedaan kini dengan masa lalu.

3. harus mampu mengetahui keadaan dan sejarah orangorang yang mendukung

suatu peristiwa.

B. Sebab-Sebab Kesalahan Dalam Penulisan Sejarah

1. keberpihakan terhadap suatu pihak atau kepercayaan

2. terlalu percaya kepada penutur tanpa dilakukan ta’dil dan tarjih

3. tidak sanggup memahami hakikat dari sebuah peristiwa (maksud sebenarnya

dari sebuah informasi)

4. memutlakkan sebuah kebenaran

5. tidak mampu menempatkan sebuah peristiwa dalam hubungannya dengan

peristiwa-perostiwa yang sebenarnya

6. adanya latar belakang kepentingan

7. tidak memahami hukum-hukum, watak dan perubahan masyarakat

8. kesalahan dalam memahami sebuah berita/informasi

9. Menganalogikan secara mutlak masa lalu dengan masa kini.40

40 Op.cit, Badri Yatim, hal. 144-151

22

Page 23: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Penutup

Buku Muqoddimah merupakan sebuah buku yang membicarakan sejarah dan

interaksi sosial baik secara individu maupun dalam ruang lingkup yang lebih besar yang

berbentuk negara. Kandungan buku ini sangat perlu untuk ditelaah dan dikaji lanjut

sehingga bisa memberikan inspirasi dan mampu ditarik sebuah manfaat untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi manusia era globalisasi saat ini.

Daftar Pustaka

Abdullah, Taufik dan Abdurrachman Surjomiharjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arab

dan Perspektif, Jakarta : PT Gramedia, 1985

23

Page 24: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Abu Syuhbah, Muhammad bin Muhammad, al-Isroiliyat wa al-Maudhuat fi Kutubi at-

Tafsir 1408, kairo, Maktabah as Sunnah

Ibnu Khaldun, Discours sur I’historie Universelle (al-Muqoddimah) Tradction novella,

preface et notes par Vincent monteil; Beirut : Bommisiopn internationale pour la

traduction des chefs d’oevres, 1967

Ibn Kholdun, Abdurrahman, Tarikh Ibnu Khaldun (Diwan al-Mubtada’I wa al-Khobar fi

Tarikh al-Arab wa al-Barbar wa Man A’shorohum min Zawi as-Syakni al-Akbar),

Libanon : Dar al-Fikr, 1996

Ibnu Kholdun, Muqoddimat Ibni Kholdun, ed. Abdul Wahid Wafi, Kairo : Lajnah al-Bayan

al-Araby, 1958

Copleston, Frederik, A History Of Fhilosophy, Volume III: Ockham To Suarez The

Bellarmine Series XIV, London : Search Press Limited, 1953.

Enan, Muhammad, Abdullah, Ibnu Khaldun : His Life and Work, Lahore : M. Asraf, 1973

Al Mas’udi, Muruzu az Zahab, Beirut : darl Fikr, 1973.

Nashshar, Husein , Nas’ah at tadwin at tarikh inda al Arab, Kairo : Maktabah an Nahdoh

al Misriyah, tt.

Talbi, M, Encyclopedia Of Islam, dalam bab Ibnu Khaldun

Tarhini, Muhammad Ahmad , al Muarrikhun wa at tarikh inda al Arab, Beirut : Dar al

Kutb al Ilmiyah, 1991, Muhammad Husain az Zahabi, at tafsir wa al muFassirun,

Kairo : Maktabah Wahbah, 1992.

Zainuddin, A. Rahman, Kekuasaan dan Negara, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1992.

Mengutip dari Yves Lacoste, “la Grande Oeuvre d’Ibn Khaldoun,” La Pensee

(Paris) LXIX (1956),

24

Page 25: Historiografi Islam (Muqaddimah Ibn Khaldun)

Yatim, Badri,Historiografi Islam, Jakarta : Logos. 1997

25