HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN...

28
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA GURU SD PEREMPUAN DI KELURAHAN KRATONAN KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA OLEH AJENG SISTA ANINDYA 802013146 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN

SUBJECTIVE WELL BEING PADA GURU SD PEREMPUAN DI

KELURAHAN KRATONAN KECAMATAN SERENGAN KOTA

SURAKARTA

OLEH

AJENG SISTA ANINDYA

802013146

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well
Page 3: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well
Page 4: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well
Page 5: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well
Page 6: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well
Page 7: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN

SUBJECTIVE WELL BEING PADA GURU SD PEREMPUAN DI

KELURAHAN KRATONAN KECAMATAN SERENGAN KOTA

SURAKARTA

Ajeng Sista Anindya

Christiana Hari Soetjiingsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif yang

signifikan antara kepuasan perkawinan dengan subjective well being pada guru SD

perempuan di Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta. Metode

penumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala yang diadaptasi oleh penulis

berdasarkan Marriage Satisfacton Scale yang dibuat oleh Olson & Fowers (1993) (α

=0,941) dan skala kedua yaitu skala SWB yang diadaptasi oleh penulis berdasarkan

Positive and Negative Affect Schedule (PANAS-SF) dan Satisfaction With Life

Scale (SWLS) yang dibuat oleh Diener (2000) (α =0,941). Partisipan dalam

penelitian ini adalah 59 guru SD perempuan di Kelurahan Kratonan Kecamatan

Serengan Kota Surakarta dan menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengujian

hipotesis dan korelasi antara kepuasan perkawinan dengan Subjective Well Being

pada guru SD perempuan di Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota

Surakarta menggunakan uji korelasi Pearson Correlation Product Moment. Hasil

penelitian ini menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara kepuasan

perkawinan dan SWB pada guru SD perempuan di Kelurahan Kratonan Kecamatan

Serengan Kota Surakarta (r = 0,970, p<0,05).

Kata kunci : Kepuasan Perkawinan, Subjective Well Being, Guru SD Perempuan.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

ii

Abstract

This study aims to determine whether there was a significance positive correlation

between marital satisfaction and subjective well being of elementary school female

teachers in Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Surakarta City. Psychology

scale was used as data collection method of this study. This scale was adapted by the

author based on marriage satisfaction scale created by Olson and Fowers (1993) (α

=0,941) and the next scale was adapted by the author based on Positive and

Negative Affect Schedule (PANAS-SF) and Satisfaction with Life Scale (SWLS)

created by Diener (2000) (α =0,941). About 59 elementary school female teachers in

Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Surakarta City have participated in this

research and been measured by a purposive sampling technique. Pearson

Correlation Product Moment was used to find out about the hypothesis and

correlation testing between marital satisfaction and subjective well being of

elementary school female teachers in Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan

Surakarta City. The results show that there is a positive correlation between marital

satisfaction and subjective well being of elementary school female teachers in

Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Surakarta City (r = 0,970, p<0,05).

Keywords: Marital Satisfaction, Subjective Well Being, Elementary School Female

Teacher.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

1

PENDAHULUAN

Setiap individu tentunya akan mengalami beragam peristiwa baik yang menyenangkan

maupun tidak menyenangkan selama perjalanan hidupnya. Cara mereka menyikapi

setiap peristiwa yang dialami juga berbeda-beda. Ada individu yang mampu mengatasi

peristiwa yang tidak menyenangkan tetapi ada juga yang tidak mampu mengatasinya.

Apabila individu mampu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, maka akan

menimbulkan perasaan bahagia. Sebaliknya, apabila individu tidak mampu mengatasi

masalah yang sedang dihadapinya maka akan timbul emosi yang tidak menyenangkan

dalam hidupnya, bahkan keadaan ini dapat menyebabkan individu yang bersangkutan

merasa tidak puas atau tidak bahagia dalam menjalani kehidupannya. Untuk itulah,

pemaknaan hidup yang positif merupakan hal yang sangat penting, agar manusia yang

dengan berbagai latar belakang dan juga dengan berbagai subjektivitas yang dimiliki,

bisa meraih kebahagiaan atau disebut dengan istilah Subjective Well Being (Arbiyah,

2008).

Carr (2004) memberikan definisi yang sama antara happiness (kebahagiaan) dan

Subjective Well Being yaitu sebuah keadaan psikologi positif yang meliputi tingginya

tingkat kepuasan hidup dan emosi positif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Diener

(Ryan & Deci, 2001) memberikan definisi bahwa Subjective Well Being adalah istilah

untuk menjelaskan hal apa yang membuat kehidupan seseorang lebih baik sebagai

evaluasi individu terhadap kehidupan mengenai bagaimana dan mengapa individu

mengalami kehidupan dalam cara yang positif, sehingga pengalaman pribadi mereka

berkaitan dengan kualitas hidup yang dirasakan.

Menurut Diener dan Oishi (2005) terdapat dua komponen dasar Subjective Well

Being yaitu kepuasan hidup (life satisfaction) sebagai komponen kognitif dan

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

2

2

kebahagiaan (happiness) sebagai komponen afektif. Kepuasan hidup termasuk dalam

komponen kognitif karena keduanya didasarkan pada keyakinan tentang kehidupan

seseorang. Evaluasi kognitif dilakukan saat seseorang memberikan evaluasi secara sadar

dan menilai kepuasan mereka terhadap kehidupan secara keseluruhan atau penilaian

evaluatif mengenai aspek-aspek khusus dalam kehidupan, seperti kepuasan kerja, minat,

dan hubungan (Diener & Oishi, 2005). Kepuasan hidup merupakan penilaian individu

terhadap kualitas kehidupannya secara menyeluruh. Seorang individu yang dapat

menerima diri dan lingkungan secara positif akan merasa puas dengan hidupnya

(Hurlock, 1980).

Komponen yang kedua yaitu komponen afektif (kebahagiaan) didefinisikan

sebagai reaksi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup yang meliputi emosi

(afek) yang menyenangkan dan emosi (afek) yang tidak menyenangkan. Afek positif

atau emosi yang menyenangkan merupakan bagian dari Subjective Well Beingyang

dialami individu sebagai reaksi yang muncul pada diri individu karena hidupnya

berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan (Diener & Oishi, 2005). Menurut Seligman

(2005), emosi positif dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu emosi positif akan

masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Emosi positif masa depan meliputi

optimisme, harapan, keyakinan dan kepercayaan. Emosi positif masa sekarang

mencakup kebahagiaan, ketenangan, semangat. Emosi positif tentang masa lalu adalah

kepuasan, kelegaan, kesuksesan, kebanggaan dan kedamaian. Berbeda dengan afek

positif, maka afek negatif merupakan suasana hati dan emosi yang tidak menyenangkan

yang muncul sebagai reaksi negatif dari kejadian yang dialami oleh individu dalam

hidup mereka, kesehatan serta lingkungan mereka (Diener & Oishi, 2005). Emosi

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

3

3

negatif yang paling umum dirasakan adalah kesedihan, kemarahan, kecemasan,

kekhawatiran, stres, frustrasi, rasa malu dan bersalah serta iri hati.

Tercapainya kehidupan yang bahagia tentunya dambaan bagi semua individu tak

terkecuali bagi wanita karir yang berstatus menikah. Menurut Santrock (2016) pada saat

seorang wanita sudah menikah, mereka dihadapkan pada pertanyaan apakah harus

memilih salah satu diantara karir dan keluarga, atau mengembangkan antara keduanya.

Tidak cukup sampai disitu, seiring dengan perkembangan jaman dan tuntutan peran,

maka semakin banyak juga persoalan yang dialami oleh para wanita (ibu rumah tangga)

yang bekerja diluar rumah, seperti mengatur waktu dengan suami dan anak hingga

mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik.

Ketika perempuan memutuskan untuk menjadi wanita karir, mereka semua pasti

mengalami perasaan bahagia dan tidak bahagia dalam pekerjaan mereka. Perasaan

bahagia misalnya dapat terjadi ketika seorang wanita karir dinilai lebih mampu mandiri

dan memiliki lingkup sosial lebih luas, sehingga dengan hal tersebut seorang wanita

karir memiliki rasa percaya diri dan harga diri yang lebih baik (Abbort, 1992).

Berlawanan dengan hal tersebut, maka perasaan tidak bahagia dapat terjadi ketika

seorang wanita karir merasa tertekan, kurang mendapat dukungan dari suami,

mengalami konflik dengan pasangan, memiliki masalah dan tuntutan dalam pekerjaan,

memiliki hubungan yang kurang harmonis antar anggota keluarga, merasakan

kebutuhan finansial yang semakin tinggi dan tidak bisa mencapai aktualisasi diri

(Apollo & Andi, 2012).

Fenomena wanita bekerja sebenarnya bukanlah hal baru di tengah masyarakat kita.

Memilih dan menjalankan peran sebagai wanita karir bukan lagi menjadi hal baru di

kalangan masyarakat. Saat ini wanita tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

4

4

saja, tetapi mempunyai peran lain di luar rumah yaitu sebagai wanita karir. Tujuan

wanita memutuskan berkarir, menurut Suryani (2008) diantaranya adalah untuk

membantu memenuhi kebutuhan finansial keluarga, mendapatkan kesempatan

mengaktualisasikan diri, berkreasi, dan produktif untuk dirinya maupun orang lain.

Bekerja menjadi guru SD merupakan salah satu dari bermacam-macam pekerjaan

yang menjadi pilihan dari seorang wanita karir. Secara umum permasalahan yang

dialami oleh guru SD adalah memahami karakter siswa yang sangat beragam,mendidik

siswa sehingga mereka memiliki kualitas yang baik dalam segi psikis, mental, maupun

spiritual, menyelesaikan masalah atau konflik antar siswa, dan menemukan metode

mengajar yang sesuai untuk anak SD supaya bisa mengerti pelajaran yang disampaikan.

Dewasa ini hampir semua Sekolah Dasar menerapkan Kurikulum 2013 dalam

pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru

SD perempuan di Kelurahan Kratonan pada tanggal 12 Oktober 2016,penulis dapat

mengetahui bahwa dengan adanya perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) menjadi Kurikulum 2013, mereka membutuhkan penyesuaian diri dengan

bahan dan waktu mengajar. Mereka dituntut untuk memberikan pengajaran yang lebih

mengarah kepada diskusi dan eksperimen, dibutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi

dalam menghadapi masalah ini karena mereka merasa memiliki kewajiban untuk

membuat suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi murid-murid. Selama

ini mereka tetap merasa bahagia, meskipun ada saja masalah yang muncul dalam

pekerjaan namun masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Bradbury, Fincham, & Beach (2000) menyatakan

bahwa kebahagiaan wanita karir dipengaruhi oleh tingginya tingkat kepuasan

pernikahan. Pendapat tersebut didukung oleh Olson (2000) yang mengungkapkan

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

5

5

bahwa kepuasan pernikahan berpengaruh positif terhadap kebahagiaan hidup

kebanyakan orang. Beberapa partisipan mengatakan bahwa walaupun mengalami

permasalahan dalam hal pekerjaan, namun mereka selalu mendapatkan dukungan dari

keluarga dan pasangan untuk terus bekerja dan melakukan yang terbaik. Dukungan dari

keluarga dan pasangan ini yang membuat partisipan merasa puas dengan kehidupan

perkawinan mereka. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa faktor lain

yang mempengaruhi kebahagiaan mereka yaitu kepuasan dalam menjalani kehidupan

perkawinan.

Menurut Fowers dan Olson (1993) kepuasan perkawinan (marital satisfaction)

adalah perasaan subyektif yang dirasakan pasangan suami istri berkaitan dengan aspek

yang ada dalam suatu perkawinan, seperti rasa bahagia, puas, serta pengalaman-

pengalaman yang menyenangkan bersama pasangannya (Fowers & Olson,

1993).Kepuasan perkawinan merupakan tingkat keberhasilan suami istri dalam

menyesuaikan diri dan menghadapi setiap permasalahan dalam rumah tangga (Hurlock,

1980). Menurut Fowers dan Olson (1993) seberapa tinggi tingkat kepuasan perkawinan

seseorang dapat dilihat dari 10 komponen yaitu :

a) Kepribadian. Setiap individu yang sudah menikah pasti memiliki persepsi terhadap

sikap atau kepribadian yang dimiliki oleh pasangannya.

b) Komunikasi. Individu yang memiliki sikap dan penilaian positif terhadap

komunikasi dalam hubungannya dan merasa dimengerti oleh pasangannya dapat

menyatakan perasaan dan keyakinan-keyakinannya secara terbuka.

c) Resolusi konflik. Ketika pasangan suami istri sedang menghadapi konflik, mereka

memiliki strategi dan proses dalam menyelesaikan masalah atau konflik tersebut.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

6

6

d) Pengaturan keuangan. Sikap dan kepedulian seseorang tentang cara pengaturan

masalah keuangan dan kepuasannya dengan keadaan ekonomi mereka.

e) Aktivitas waktu luang. Pengaturan aktivitas di waktu luang dilakukan oleh pasangan

suami istri supaya mereka mendapatkan waktu yang berkualitas.

f) Hubungan seksual. Komponen hubungan seksual ini meliputi sejauh mana pasangan

puas dengan ekspresi kasih sayang satu sama lain, sikap terhadap perilaku seksual,

kenyamanan dalam mendiskusikan isu-isu seksual, kepuasan mengenai kelahiran anak

dan kesetiaan pasangan dalam hal seksual.

g) Anak dan Pengasuhan. Selama menjalani kehidupan perkawinan, pasangan suami

istri memiliki penilaian pasangan tentang bagaimana peran dan tanggungjawab sebagai

orang tua, kesepakatan tentang mendisiplinkan anak dan kesesuaian tujuan serta nilai-

nilai yang diinginkan untuk anak.

h) Keluarga dan Teman. Setiap individu yang sudah menikah memiliki penilaian

mengenai hubungannya dengan saudara, orang tua, teman, mertua, ipar serta teman dari

pasangan.

i) Kesetaraan peran. Tugas utama dari pasangan suami istri adalah memahami dan

menghargai mengenai mengenai fungsi dan keberadaannya dalam menjalankan

tanggungjawab dalam rumah misalnya pembagian pekerjaan rumah, peran sebagai

orang tua, dan peran mencari nafkah.

j) Agama. Dalam komponen ini, setiap individu memiliki sikap dan kepedulian dalam

hal keyakinan dan praktek keagamaan dalam sebuah keluarga.

Dengan demikian salah satu faktor yang mempengaruhi Subjective Well Being

adalah kepuasan perkawinan karena kepuasan perkawinan mengandung penilaian

subyektif terhadap beberapa hal mengenai persepsi dalam perkawinan seperti bahagia,

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

7

7

puas, dan pengalaman yang menyenangkan bersama pasangan. Hasil penelitian yang

berkaitan dengan Subjective Well Being ditinjau dari kepuasan perkawinan belum

banyak ditemui. Dari uraian yang telah dipaparkan maka penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kepuasan Perkawinan dengan Subjective

Well Being pada Guru SD Perempuan di Kelurahan Kratonan Surakarta”.

HIPOTESIS

Ada hubungan positif yang signifikan antara Kepuasan perkawinan dan Subjective Well

Beingpada guru SD perempuan di Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota

Surakarta.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

2

METODE PENELITIAN

Variabel – variable yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel terikat (Y) :Subjective Well Being

2.Variabel bebas (X) : Kepuasan Perkawinan

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah 59 guru SD perempuan, bekerja di SD Negeri

Kemasan 1, SD Negeri Kemasan 2, dan SD Negeri Kratonan Kelurahan Kratonan

Kecamatan Serengan Kota Surakarta, berumur 24-59 tahun, sudah menikah dan

memiliki anak. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, artinya adalah

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2001).

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala Subjective

Well Being dan skala kepuasan perkawinan. Skala merupakan suatu metode

pengumpulan data yang berisi beberapa pertanyaan atau pernyataan (aitem) yang secara

tidak langsung dapat mengungkap atribut yang hendak diukur (Azwar, 2012).

1. Skala Kepuasan Perkawinan

Skala ini diadaptasi oleh penulis berdasarkan Marriage Satisfacton Scale yang

dibuat oleh Olson & Fowers (1993). Skala kepuasan perkawinan tersebut menggunakan

skala Likert yang terdiri dari 25 item dan menyediakan 4 pilihan jawaban, antara lain :

SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

Berdasarkan perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala kepuasan

perkawinan sebanyak dua kali putaran, yang terdiri dari 25 item, diperoleh item yang

gugur sebanyak 3 item sehingga menyisahkan 22 item yang valid dengan koefisien

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

3

korelasi item totalnya bergerak antara -0,025-0,891. Penelitian ini menghasilkan

koefisien alpha pada skala kepuasan perkawinan sebesar 0.941. Hal ini menunjukkan

bahwa skala kepuasan perkawinan reliabel karena suatu alat ukur dikatakan reliabel

apabila nilai alpha cronbach > 0,5 (Azwar, 2001).

2.Skala Subjective Well Being

Skala Skala Subjective Well Beingdiadaptasi oleh penulis berdasarkan Positive and

Negative Affect Schedule (PANAS-SF) yang dibuat oleh Diener (2000). Skala yang kedua

diadaptasi oleh penulis berdasarkan Satisfaction With Life Scale (SWLS). Skala

Subjective Well Being tersebut menggunakan skala Likert yang terdiri dari 28 item dan

menyediakan 4 pilihan jawaban, antara lain : SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak

Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).

Berdasarkan perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala Subjective Well Being

sebanyak duakali putaran, yang terdiri dari 28 item, diperoleh item yang gugur sebanyak

4 item sehingga menyisahkan 24 item yang valid dengan koefisien korelasi item totalnya

bergerak antara 0,021-0,766. Penelitian ini menghasilkan koefisien alpha pada skala

Subjective Well Beingsebesar 0.929. Hal ini menunjukkan bahwa skala Subjective Well

Being reliabel karena suatu alat ukur di katakan reliabel apabila nilai alpha cronbach >

0,5 (Azwar, 2001).

Teknik Analisis Data

Penghitungan penelitian ini menggunakan bantuan program statistik SPSS versi 20.00.

Validitas item pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan Pearson (Azwar,

2010). Pada penelitian ini, Cronbach Alpha digunakan untuk menguji reliabilitas.

Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Uji

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

4

linearitas dalam penelitian ini dihitung dengan ANOVA table of linearity. Pengujian

hipotesis dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation Product Moment.

HASIL PENELITIAN

Uji Deskriptif Statistika

Tabel 1. Dekriptif Statistika

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kepuasan Perkawinan

59 48.00 80.00 61.6441 8.01241

Subjective Well Being 59 47.00 81.00 61.1695 8.14132

Valid N (listwise) 59

Berdasarkan tabel 1, skor empirik yang diperoleh pada skala kepuasan

perkawinanyang paling rendah adalah 48 dan paling tinggi adalah 80, rata-ratanya

adalah 61,64 dengan standar deviasi 8,01. Pada skalaSubjective Well Being diperoleh

skor paling tinggi sebesar 81 dan paling rendah sebesar 47 dengan standar deviasi 8,14.

Untuk kategorisasinya menggunakan data hipotetik. Skala kepuasan perkawinan

mempunyai aitem 22 dan Subjective Well Being mempunyai 24 aitem maka

kategorisasinya sebagai berikut :

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

5

Tabel 2. Kategorisasi Pengukuran Skala Kepuasan Perkawinan

No Interval Kategori Mean F

Presentase

(%)

1 22 ≤ x < 35,2 Sangat Rendah 0 0%

2 35,2 ≤ x ≤ 48,4 Rendah 1 1,7%

3 48,4 ≤ x ≤ 61,6 Sedang 61,64 32 54,2%

4 61,6 ≤ x ≤ 74,8 Tinggi 22 37,3%

5 74,8 ≤ x ≤ 88 Sangat Tinggi 4 6,8%

Jumlah 59 100%

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada partisipan yang

memiliki skor sangat rendah, 4 partisipan (6,8%) yang memiliki skor sangat sangat

tinggi, 22 partisipan (37,3%) berada pada kategori tinggi, 32 partisipan (54,2%) berada

pada kategori sedang, 1 partisipan (1,7%) berada pada kategori rendah.

Tabel 2.1 Kategorisasi Pengukuran Skala Subjective Well Being

No Interval Kategori Mean F Presentase (%)

1 24 ≤ x < 38,4 Sangat Rendah 0 0%

2 38,4 ≤ x ≤ 52,8 Rendah 7 11,9%

3 52,8 ≤ x ≤ 67,2 Sedang 61,17 38 64,4%

4 67,2 ≤ x ≤81,6 Tinggi 14 23,7%

5 811,6 ≤ x ≤ 96 Sangat Tinggi 0 0%

Jumlah 59 100%

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

6

Berdasarkan tabel 2.1 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada partisipan yang

memiliki skor sangat tinggi dan sangat rendah, 14 partisipan (23,7%) berada pada

kategori tinggi dengan persentase 23,7%, 38 partisipan (64,4%) berada pada kategori

sedang, 7 partisipan (11,9%) berada pada kategori rendah.

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas.Uji

normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.Uji Normalitas

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kepuasan

Perkawinan

Subjective Well Being

N 59 59

Normal Parameters

a,bMean 61.6441 61.1695

Std.Deviation 8.01241 8.14132

Most Extreme

Differences

Absolute .124 .130

Positive .124 .130

Negative -.073 -.072

Kolmogorov-Smirnov Z .950 1.002

Asymp. Sig. (2-tailed) .328 .268

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan skala

kepuasan perkawinan (K-S-Z = 0,950, p = 0,328, p > 0,05) dan skala Subjective Well

Being(K-S-Z = 1,002, p = 0,268, p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa variabel kepuasan

perkawinan dan Subjective Well Being memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

7

Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Uji linearitas

Oneway

ANOVA

Subjective Well Being

Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Between

Groups

(Combined) 3717.416 25 148.697 38.672 .000

Linear

Term

Weighted 3618.347 1 3618.347 941.024 .000

Deviation 99.070 24 4.128 1.074 .418

Within Groups 126.889 33 3.845

Total 3844.305 58

Hasil uji linearitas menunjukan adanya hubungan yang linear antara Subjective Well

Beingdan Kepuasan Perkawinan dengan Deviation from LinearityF beda = 1,074

dengan signifikansi sebesar 0,418 (p>0,05).

Uji Korelasi

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan, di ketahui bahwa data berdistribusi

normal. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson. Tabel

5 menunjukan hasil dari uji korelasi

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

8

Tabel 5. Tabel Korelasi

Hasil Analisa Korelasi

Correlations

Correlations

Kepuasan

Perkawinan

Subjective Well

Being

Kepuasan Perkawinan

Pearson Correlation 1 .970**

Sig. (1-tailed) .000

N 59 59

Subjective Well Being

Pearson Correlation .970** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 59 59

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa

data berdistribusi normal dengan nilai sig. (p> 0,05) dan kedua variabel penelitian linier

(p>0,05), maka uji korelasi yang dilakukan menggunakan Pearson Correlation Product

Moment. Berdasarkan hasil uji korelasi antar kedua variabel dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepuasan perkawinan dengan

Subjective Well Being, yang berarti makin tinggi kepuasan perkawinan makin tinggi

Subjective Well Being pada guru SD perempuan di Kelurahan Kratonan. Ditemukan

pula bahwa kepuasan perkawinan memberikan sumbangan sebesar 94,09% , artinya

5,91% Subjective Well Being pada guru SD perempuan di Kelurahan Kratonan masih

dipengaruhi oleh faktor lain.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

9

PEMBAHASAN

Hasil uji korelasi mengenai hubungan antara kepuasan perkawinan & Subjective

Well Being menunjukkan angka korelasi antara Subjective Well Being dengan kepusan

perkawinan adalah 0,970 dan sig = 0 (p<0,05). Hal ini berarti ada hubungan positif

yang signifikan antara kepuasan perkawinan dan Subjective Well Being. Adapun

sumbangan efektif yang diberikan olehkepuasan perkawinan terhadap Subjective Well

Being adalah sebesar 94,09%. Kepuasan perkawinan memiliki kontribusi 94,09%

terhadap Subjective Well Being dan 5,91% Subjective Well Being pada guru SD di

Kelurahan Kratonan dipengaruhi oleh faktor lain.

Menurut Arbiyah (2008), apabila individu mampu mengatasi masalah yang sedang

dihadapinya, maka akan menimbulkan perasaan bahagia. Hasil penelitian terdahulu

tersebut sesuai dengan pernyataan beberapa partisipan yang mengatakanbahwa dengan

adanya perubahan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum

2013, mereka membutuhkan penyesuaian diri dengan bahan dan waktu mengajar.

Mereka dituntut untuk memberikan pengajaran yang lebih mengarah kepada diskusi dan

eksperimen, dibutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi dalam menghadapi masalah ini

karena mereka merasa memiliki kewajiban untuk membuat suasana belajar yang

kondusif dan menyenangkan bagi murid-murid. Selama ini mereka tetap merasa

bahagia, meskipun ada saja masalah yang muncul dalam pekerjaan namun masalah-

masalah tersebut dapat diatasi dengan baik.

Faktor yang lain yang mempengaruhi kebahagiaan guru SD perempuan di

Kelurahan Kratonan yaitu merasa puas dalam menjalani kehidupan rumah tangga

karena mendapatkan dukungan dari keluarga dan pasangan untuk terus bekerja dan

melakukan yang terbaik. Hal ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

10

Apollo dan Andi (2012) yang menyatakan bahwa ketidakbahagiaan wanita karir

disebabkan oleh adanya rasa tertekan, kurangnya dukungan suami, konflik kehadiran

anak, tingginya tuntutan dan masalah dalam pekerjaan, hubungan antar anggota

keluarga yang kurang harmonis, tingginya kebutuhan finansial dan tidak tercapainya

aktualisasi diri.

Dengan demikian salah satu faktor yang mempengaruhi Subjective Well Being

adalah kepuasan perkawinan. Karena kepuasan perkawinan mengandung penilaian

subyektif terhadap beberapa hal mengenai persepsi dalam perkawinan seperti bahagia,

puas, dan pengalaman yang menyenangkan bersama pasangan.Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kepuasan perkawinanguru

SD perempuan di Kelurahan maka semakin tinggi pula Subjective Well Being yang

mereka miliki. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bradbury, Fincham, &

Beach (2000) yang menyatakan bahwa kebahagiaan wanita karir juga dipengaruhi oleh

tingginya tingkat kepuasan pernikahan.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

11

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil uji korelasi, menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan

antara Kepuasan perkawinan dan Subjective Well Being pada guru SD perempuan

di Kelurahan Kratonan Kecamatan Serengan Kota Surakarta.

2. Sebanyak 32 partisipan (54,2%) memiki kepuasan perkawinan pada kategori sedang

dan sebanyak 38 partisipan (64,4%) juga memiliki Subjective Well Beingpada

kategori sedang.

3. Adapun sumbangan efektif yang diberikan oleh kepuasan perkawinan terhadap

Subjective Well Beingadalah sebesar 94,09% . Hal ini berarti kepuasan perkawinan

memiliki kontribusi 94,09% terhadap Subjective Well Being dan 5,91% SWB pada

guru SD di Kelurahan Kratonan dipengaruhi oleh faktor lain.

SARAN

1) Bagi Guru SD Perempuan

Pada wanita karir yang berstatus sudah menikah disarankan dapat mempertahankan

kepuasan pernikahannya dengan cara menjaga komunikasi dan meluangkan waktu

bersama pasangan.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

12

2) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan variabel lain dalam

mengetahui kebahagiaan seperti self esteem, religiusitas, hubungan sosial, potensi

diri.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN PERKAWINAN DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13200/1/T1_802013146_Full... · hubungan antara . kepuasan perkawinan dengan . subjective well

13

DAFTAR PUSTAKA

Abbort, M.R. (1992). Masculine and Feminine (6th

ed.). New York : McGraw-Hill, Inc.

Apollo & Cahyadi, A. (2012). Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah Yang Bekerja

Ditinjau Dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Skripsi. (Tidak

Diterbitkan). Madiun: Fakultas Psikologi. Universitas Katolik Widya Mandala

Arbiyah, N. Nurwianti, F. Oriza, I. (2008). Hubungan Bersyukur dan Subjective Well-

Being Pada Penduduk Miskin, Jurnal Psikologi Sosial, 14(1). Jakarta: Universitas

Indonesia.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakatra: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Carr, A. (2004). Positive Psychology: The Science of Happiness and Human

Strengths.Philosophy of Education Journal, 38, (55-73).

Diener, E., Suh, E.& Oishi, S. (1997). Recent findings on Subjective Well Being. Indian

Journal of Clinical Psychology, 24 (25–41).

Diener, E., Lucas, R.E. & Oishi, S. (2002). Subjective Well Being: The science of

happiness and life satisfaction. New York: Oxford University Press.

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Rentang Kehidupan. Jakarta :

Erlangga.

Olson, D. F., DeFrain J, & Skogrand L. (2011). Marriages Families: Intimacy,

Diversity, and Strengths. New York: McGraw-Hill.

Santrock, J.W. (2002). Life Span Development. Jakarta : Erlangga.

Seligman, Martin E.P. Chirtoper, Peterson. (2005). Menciptakan Kebahagiaan dengan

Psikologi Positif. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suryani, I. (2008). Perbedaan Kepuasan Perkawinan Antara Wanita Bekerja dan Wanita

Tidak Bekerja. Skripsi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.