HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU PKn DENGAN...
-
Upload
trinhquynh -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU PKn DENGAN...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU PKn DENGAN MOTIVASI
BELAJAR PKn SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA NEGERI I
KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
INTAN KURNIA JATI
X 6406021
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGAJUAN
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU PKn DENGAN MOTIVASI
BELAJAR PKn SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA NEGERI I
KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
INTAN KURNIA JATI
X 6406021
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Intan Kurnia Jati. HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU PKn DENGAN MOTIVASI BELAJAR PKn SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA NEGERI I KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Februari. 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
yang positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri I Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif korelasional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura tahun ajaran 2010/2011, namun yang diajar oleh guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi guru. Populasi penelitian terdiri dari 3 kelas sebanyak 133 siswa. Sampel diambil dengan teknik Proporsional Random Sampling, dan diperoleh sampel sebanyak 33 siswa. Teknik pengumpulan data untuk variabel kompetensi guru PKn (X) dan variabel motivasi belajar PKn (Y), keduanya menggunakan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan yang positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura tahun ajaran 2010/2011 yang dapat dibuktikan dengan hasil analisa yaitu diperoleh harga r = 0,369 dan pada taraf
signifikansi 5% dengan N=33 diperoleh r = 0,344, karena r > r yaitu
0,369 > 0,344 , maka menunjukkan ada hubungan yang positif antara variabel X dengan variabel Y. Sedangkan harga thitung=2,211 dan pada taraf signifikansi 5% dengan N=33 diperoleh ttabel=2,03, karena thitung>ttabel yaitu 2,211 > 2,03 maka antara variabel X dengan variabel Y terdapat hubungan yang signifikan atau berarti. Adapun persamaan garis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y=67.7090+0.2204X, berdasarkan persamaan regresi menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka pada variabel kompetensi guru PKn maka diikuti kenaikan variabel motivasi belajar PKn sebesar kemiringan gradien garis regresi sebesar 0,2204.
xy
tabel xy tabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Intan Kurnia Jati. The Correlation between the Competence of the Civics Teacher and the Learning Motivation in Civics of the 11th-grade Students Majoring in Social Sciences of SMA Negeri 1 Kartasura of Sukoharjo Regency in the Academic Year of 2010/2011. Skripsi: the Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta. February, 2011.
The objective of this research is to investigate whether or not there is a
positive correlation between the competence of the Civics teacher and the learning motivation in Civics of the 11th-grade students majoring in Social Sciences of SMA Negeri 1 Kartasura in the academic year of 2010/2011.
This research used a descriptive quantitative correlational method. The population of this research was all of the 11th-grade students majoring in Social Sciences of SMA Negeri 1 Kartasura in the academic year of 2010/2011, who were taught by the certificate of teacher certification. The population of the research consisted of 3 classes as many as 133 students. The samples of the research consisted of 33 students, and were taken by using a proportional random sampling technique. The data of both variables, the competence of the Civics teacher (X) and the learning motivation in Civics (Y), were gathered through questionnaire. The data were then analyzed by using a simple correlational technique of analysis.
The result of this research shows that there is a positive correlation between the competence of the Civics teacher and the learning motivation in Civics among the 11th-grade students majoring in Social Sciences of SMA Negeri 1 Kartasura in the academic year of 2010/2011, indicated by the value of r xy = 0.369 at the significance level of 5%, and with N = 33 that that of r table = 0.344. Because r xy = 0.369 > r table = 0.344, this indicates that there is a positive correlation between the X variable and the Y variable. Meanwhile, the analysis also shows that the value of tcount is 2.211 at the significance level of 5%, and with N = 33 that of ttable is 2.03. Since tcount = 2.211 > ttable= 2.03, this indicates that there is a significant correlation between the X variable and the Y variable. The equation of the linear regression equation is Y = 67.7090 + 0.2204X. The regression equation signifies that if there is an increase in one unit or the rise of one number at the variable of the competence of the Civics teacher, it is followed by an increase in the variable of the learning motivation in Civics by the gradient declivity of regression line or as much as 0.2204.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Ing ngarso sung tulodho. Ing madya mangun karsa. Tut wuri handayani”.
(Di depan memberikan teladan. Di tengah menggerakan. Di belakang memberikan
dorongan).
Ki Hadjar Dewantara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk:
Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan
segalanya, semoga Allah SWT memberikan
kebaikan dan kemuliaan di dunia dan akhirat.
Adik Nur Rahma Akbarina dan Adik Aulia Sofa
yang selalu membantu kakak.
Didik Haryanto yang selalu memberiku doa dan
dorongan untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman dekat: Asih, Eka, Nana (Smart
Girl ).
Arum Dwi Lestari, Maya, Eliza, Rini, Tifany,
Erlina, Arif Che, Triji yang telah membantu
menyusun skripsi dari tahap awal sampai akhir.
Teman-teman PPKn angkatan 2006.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan berkah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk
bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
ijin penelitian guna menyusun skripsi ini
2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
ijin penelitian guna menyusun skripsi ini
3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun skripsi ini.
4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
5. Dr. Sri Haryati, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun
skripsi.
6. Dra. Rusnaini, M.Si, Pembimbing I yang telah sabar memberikan pengarahan,
bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Drs. Suyatno, M.Pd Pembimbing II yang telah sabar memberikan bimbingan,
pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi ini
8. Muh. Hendry N, S.Pd pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan serta pengarahan
9. Drs. Juari, M.M Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kartasura yang telah
memberikan ijin penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan juga dunia pragmatika.
Surakarta, Februari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACK..................................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 10
D. Perumusan Masalah .......................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 11
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 12
1. Tinjauan tentang Variabel Kompetensi Guru Pkn ...................... 12
a. Kompetensi Guru .................................................................. 12
1) Pengertian Kompetensi .................................................... 12
2) Pengertian Guru ................................................................ 13
3) Pengertian Profesi ............................................................ 16
4) Pengertian Kompetensi Guru ........................................... 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a) Kompetensi Pedagogik .............................................. 20
b) Kompetensi Profesional ............................................ 27
b. Definisi Konseptual Kompetensi Guru .................................. 33
c. Definisi Operasional Kompetensi Guru ................................ 33
2. Tinjauan tentang Variabel Motivasi Belajar Pkn ........................ 33
a. Pengertian Belajar .......................................................................... 33
b. Masalah-Masalah Belajar .............................................................. 34
c. Pengertian Motivasi Belajar .......................................................... 38
d. Fungsi Motivasi ............................................................................. 41
e. Tujuan Motivasi Belajar ................................................................ 42
f. Ciri-Ciri Siswa Yang Memiliki Motivasi ...................................... 42
g. Jenis-Jenis Motivasi ....................................................................... 44
h. Bentuk-Bentuk Motivasi Di Sekolah ............................................. 44
i. Nilai Motivasi Dalam Pembelajaran .............................................. 48
j. Definisi Konseptual Motivasi Belajar ........................................... 49
k. Definisi Operasional Motivasi Belajar .......................................... 49
3. Teori penghubung antara kompetensi guru PKn dengan
motivasi belajar PKn .................................................................. 49
4. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan .................................... 51
B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 58
C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 59
D. Perumusan Hipotesis ......................................................................... 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 64
B. Metode Penelitian ............................................................................. 65
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 66
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 68
E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 76
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ................................................................................... 80
1. Deskripsi Data Kompetensi Guru PKn.................. ..................... 80
2. Deskripsi Data Motivasi Belajar PKn ......................................... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
B. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................ 83
1. Uji Normalitas ........................................................................... 83
2. Uji Linieritas ............................................................................... 83
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 84
1. Pengujian Hasil Analis Data ....................................................... 84
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis ................................................. 85
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis ................................................ 86
4. Pembahasan Hasil Analisis data ................................................. 86
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 89
B. Implikasi ........................................................................................... 89
C. Saran ................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91
LAMPIRAN ..................................................................................................... 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Waktu kegiatan penelitian .................................................................................... 64
2. Sampel penelitian .................................................................................................. 68
3. Distribusi frekuensi data kompetensi guru PKn ................................................... 81
4. Distribusi frekuensi data motivasi belajar PKn .................................................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema kerangka berpikir ............................................................................. 62
2. Histogram kompetensi guru PKn ............................................................... 81
3. Histogram motivasi belajar PKn ................................................................ 82
4. Garis linier X terhadap Y ........................................................................... 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar nilai siswa yang remidi pada ulangan harian I dan II
............................................................................................. 94
Lampiran 2 Daftar nama sampel penelitian ........................................... 96
Lampiran 3 Daftar nama siswa uji coba ................................................. 97
Lampiran 4 Kisi-kisi angket uji coba kompetensi guru PKn (X) ........... 98
Lampiran 5 Lembar angket uji coba kompetensi guru PKn ................... 99
Lampiran 6 Kisi-kisi angket uji coba motivasi belajar PKn (Y) ............ 103
Lampiran 7 Lembar angket uji coba motivasi belajar PKn .................... 104
Lampiran 8 Data hasil uji validitas dan reliabilitas variabel kompetensi
guru PKn (X) ..................................................................... 108
Lampiran 9 Data hasil uji validitas dan reliabilitas motivasi belajar
PKn (Y) ............................................................................... 111
Lampiran 10 Contoh perhitungan uji validitas angket kompetensi guru
PKn (X) ................................................................................ 114
Lampiran 11 Contoh perhitungan uji validitas angket motivasi belajar
PKn (Y) ............................................................................... 117
Lampiran 12 Contoh perhitungan uji reliabilitas angket variabel
kompetensi guru PKn ........................................................ 120
Lampiran 13 Contoh perhitungan uji reliabilitas angket variabel
motivasi belajar PKn ........................................................... 121
Lampiran 14 Kisi-kisi angket penelitian kompetensi guru PKn (X) ......... 122
Lampiran 15 Lembar angket penelitian kompetensi guru PKn ................ 123
Lampiran 16 Kisi-kisi angket penelitian motivasi belajar PKn (Y) ......... 126
Lampiran 17 Angket penelitian motivasi belajar PKn ............................. 127
Lampiran 18 Rekapitulasi data penelitian ................................................ 131
Lampiran 19 Tabel uji normalitas kompetensi guru PKn ........................ 132
Lampiran 20 Tabel uji normalitas motivasi belajar PKn ......................... 135
Lampiran 21 Tabel distribusi z ................................................................. 138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 22 Tabel nilai kritik uji lilliefors .............................................. 140
Lampiran 23 Tabel uji linieritas dan independen kompetensi guru PKn
(X) terhadap motivasi belajar PKn (Y) ............................... 141
Lampiran 24 Penghitungan uji linieritas dan independen kompetensi
guru PKN (X) terhadap motivasi belajar PKN (Y) ............ 142
Lampiran 25 Tabel distribusi f ................................................................. 146
Lampiran 26 Koefisien korelasi sederhana antara kompetensi guru PKn
(X) dan motivasi belajar PKn (Y) ....................................... 148
Lampiran 27 Tabel nilai-nilai r product moment ..................................... 149
Lampiran 28 Uji keberartian koefisien korelasi ....................................... 150
Lampiran 29 Tabel distribusi t ................................................................. 151
Lampiran 30 Garis regresi sederhana motivasi belajar PKn (Y) atas
kompetensi guru PKn (X) ................................................... 152
Lampiran 31 Sertifikat Pendidik .............................................................. 153
Lampiran 32 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan
FKIP UNS ........................................................................... 154
Lampiran 33 Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Menyusun
Skripsi ................................................................................. 155
Lampiran 34 Surat Permohonan Ijin Researsch/Try Out Kepada Kepala
SMA Negeri 1 Kartasura .................................................... 156
Lampiran 35 Surat keterangan telah mengadakan research / try out dari
SMA Negeri 1 Kartasura .................................................... 157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan komponen utama yang paling menentukan dalam sistem
pendidikan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama.
Sehubungan dengan itu, guru akan menjadi sorotan yang strategis ketika
membicarakan masalah pendidikan karena guru selalu terkait dengan komponen
manapun dalam sistem pendidikan. Guru merupakan pemegang peran utama
dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal
di sekolah. Selain itu, guru merupakan faktor penentu keberhasilan peserta didik,
terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan
bahwa guru sangat berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan
yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang
signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.
Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan
mengadakan sertifikasi pendidik, hal tersebut wujud penerapan dari Undang-
Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Pasal 8 adalah “Guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
nasional” (Anonim, 2009: 5). Melalui Pasal 8 guru diminta untuk memiliki
kompetensi guru yang nantinya akan dijadikan bekal dalam mengajar anak
didiknya. Oleh karena itu, guru yang profesional harus mendapat pengakuan dari
pemerintah dengan diberikannya sertifikat sertifikasi atau sertifikat pendidik. Hal
ini dikuatkan oleh Pasal 1 ayat 11 dan 12 UU No. 14 Tahun 2005 bahwa
“Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan Dosen.
Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga profesional” (Anonim, 2009: 3). Sertifikat
sertifikasi merupakan bukti otentik yang diberikan oleh pemerintah kepada guru-
guru yang telah lulus sertifikasi. Guru yang lulus sertifikasi dianggap telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
memiliki kompetensi guru yang ditetapkan oleh pemerintah. Adapun arti
kompetensi itu sendiri menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 10 yang
mana “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan” (Anonim, 2009: 3). Pasal tersebut
menekankan bahwa dalam melaksanakan tugas mulianya guru harus memiliki
kompetensi atau kemampuan yang nantinya akan berperan dalam mendidik
siswanya kelak. Kompetensi yang dimiliki oleh guru haruslah rasional atau dapat
dikatakan harus memiliki arah dan tujuan sebab kompetensi guru tersebut akan
berdampak pada perilaku anak didiknya dalam situasi dan waktu yang lama.
Selanjutnya, kompetensi yang diterapkan oleh pemerintah dan harus
dimiliki oleh guru meliputi empat kompetensi. Hal ini telah dijelaskan dalam
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) pasal 28 ayat 3 bahwa:
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi sosial. (Anonim, 2006: 11)
Adapun yang perlu dilakukan guru dalam menerapkan kompetensi
pedagogik adalah guru dituntut untuk meningkatkan kualitasnya dalam proses
pengembangan peserta didik dengan cara mengawasi pelaksanaan programnya.
Menurut E. Mulyasa (2007, 77-78) mengenai pelaksanaan program guru adalah
“guru berperan dalam pembentukan kompetensi siswa dan cara pencapaian tujuan
yang diinginkan. Dalam membuat program sesorang guru harus menyesuaikan
dengan perkembangan kurikulum yang ada, sistem pembelajaran yang dibuat oleh
guru harus sesuai dengan silabus. Setelah itu silabus dikembangkan melalui RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dari RPP itulah seorang guru berperan
dalam melaksanakan program pembelajaran. Pengembangan RPP harus
disesuaikan dengan karakter masing-masing siswa. Menurut Dubrin (1990), jika
guru ingin sukses dalam mencapai rencana pembelajaran yang dibuatnya, maka
guru harus mengkondisikan siswanya dengan memberikan stimulus. Selanjutnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
stimulus yang diberikan oleh guru akan direspon oleh siswanya, kemudian
timbulah keinginan siswa untuk belajar atau yang disebut dengan motivasi
belajar”. Oleh karena itu, tugas guru sebagai pelaksana dalam proses
pembelajaran harus dapat menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi
belajar peserta didiknya untuk belajar supaya tercapai tujuan pembelajaran yang
ditargetkan oleh guru.
Kompetensi selanjutnya adalah kompetensi kepribadian yang mana
dalam kompetensi tersebut guru dapat membentuk kepribadian peserta didik.
Pembentukan kepribadian anak didik dilakukan guru dengan cara memberikan
contoh yang baik pada setiap anak didiknya karena sikap guru menjadi cermin
anak didiknya dalam bermasyarakat. Bertitik pada kemampuan dan daya pikir
tersebut, maka Syaiful Sagala (2009: 34) mengadopsi pendapat Usman (2004)
mengenai kompetensi pribadi yang meliputi “(1) kemampuan mengembangkan
kepribadian, (2) kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi, dan (3) kemampuan
melaksanakan bimbingan dan penyuluhan”. Berdasarkan pendapat Usman, Guru
merupakan manusia dewasa yang berperan mengarahkan peserta didiknya dalam
segala hal dengan cara berkomunikasi dengan siswanya. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk bertindak konsisten sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat, sikap guru yang arif dan bijaksana dapat ditunjukkan melalui
keterbukaan guru pada peserta didiknya. Hal ini menunjukkan bahwa peran pada
kompetensi kepribadian hanyalah mengarahkan dan memberi contoh sikap kepada
siswa supaya memiliki kepribadian yang tangguh, sehingga segala tingkah laku
siswa di masyarakat masih dalam batas norma yang telah ditentukan.
Selain kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian, guru juga
harus memiliki kompetensi profesional. Pada kompetensi ini guru dituntut dalam
pengembangan materi dengan berbagai cara penerapannya, setelah itu untuk
mengetahui apakah guru tersebut sudah berhasil atau belum dalam kegiatan
belajar mengajarnya guru harus dapat mengevaluasi hasil belajar peserta didik.
Selanjutnya, ketika pemberian materi pada siswa harus sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan peserta didiknya untuk kelancaran proses belajar pembelajaran.
Namun, dalam menentukan materi pembelajaran harus mencakup beberapa syarat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menurut Hasan (2004) dalam E. Mulyasa (2007: 139) yang sedikitnya mencakup
lima hal yaitu “validitas, keberartian, relevansi, kemenarikan, kepuasan”. Dari
kelima syarat materi pembelajaran tadi yang berhubungan dengan motivasi adalah
syarat kemenarikan. Menurut Hasan (2004) dalam E. Mulyasa (2007 : 139)
mengenai syarat kemenarikan sebagai berikut:
Kemenarikan (interes), pengertian menarik di sini bukan hanya sekedar menarik perhatian peserta didik pada saat mempelajari suatu materi pelajaran. Lebih dari itu materi yang diberikan hendaknya mampu memotivasi peserta didik sehingga peserta didik mempunyai minat untuk mengenali dan mengembangkan keterampilan lebih lanjut dan lebih mendalam dari apa yang diberikan melalui proses belajar mengajar di sekolah.
Berdasarkan uraian diatas pokok dari sebuah pembelajaran terletak pada
materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru. Sehubungan dengan itu, guru harus
memiliki cara bagaimana agar peserta didiknya dapat mengembangkan materi
melalui keterampilan dan merasa materi tersebut sangat berguna untuk masa
depannya kelak. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa peran dari kompetensi
profesional guru yaitu untuk mengembangkan motivasi belajar peserta didik pada
mata pelajaran yang ia pelajari sesuai dengan kompetensi peserta didik.
Kompetensi terakhir ini adalah kompetensi sosial. Guru merupakan
makhluk sosial yang setiap saat berinteraksi dalam kehidupannya, sehingga guru
dituntut untuk memahami masyarakat yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu,
nilai, norma, moral yang ada di masyarakat adalah hal yang paling utama dan
harus dipatuhi oleh guru sebab dalam kehidupan bermasyarakat guru harus
mempertanggungjawabkan atas apa yang dia perbuat. Menurut E. Mulyasa (2007:
173) kemampuan yang harus dimiliki oleh guru pada kompetensi sosial adalah
“a) berkomunikasi secara lisan, tulisan, isyarat; b) menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional; c) bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, peserta
didik; d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar”.
Selanjutnya, sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan, guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang luwes dengan siapa
saja dan harus mengenal nilai-nilai yang berkembang di masyarakat sekitarnya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Meskipun demikian, dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial tidak
berhubungan dengan motivasi belajar sebab kompetensi sosial lebih mengarah
kepada hubungan guru dengan masyarakat.
Keempat kompetensi guru tersebut dapat berpengaruh pada
tanggungjawab guru ketika mengajar. Dalam berbagai hal guru sebagai
pembimbing perjalanan pembelajaran siswanya, yang mana guru tidak hanya
menjalankan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual. Oleh karena itu
untuk menuju kelancaran, guru harus memberikan motivasi yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didiknya disetiap apa yang direncanakan dan dilaksanakannya.
Hal ini telah dijelaskan dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat 1 bahwa “Yang
dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) pada
ketentuan ini adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator,
pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik” (Anonim, 2006: 15).
Berbagai peran guru sebagai agen pembelajaran tersebut, terutama sebagai
motivator dapat diterapkan dalam kompetensi pedagogik dan profesional. Dalam
hal ini guru harus dapat membuat bagaimana seorang siswa menumbuhkan dan
memiliki semangat belajar atau yang lebih disebut dengan motivasi belajar.
Pada perjalanannya sebagai seorang pendidik, guru berperan sebagai
motivator peserta didiknya yang mana tugas guru disini adalah membangkitkan
belajar siswanya. Motivasi yang diberikan oleh guru dipercaya akan
meningkatkan antusiasme dari peserta didik saat mengikuti pelajaran sehingga
akan menumbuhkan rasa keingintahuan siswa pada apa yang sedang dipelajarinya.
Menurut E. Mulyasa (2007: 58) bahwa “pembangkitan nafsu atau selera belajar
sering disebut motivasi belajar”. Oleh sebab itu guru yang profesional harus dapat
menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik untuk melakukan sesuatu yang
bertujuan dalam pencapaian hasil belajar yang maksimal. Peserta didik yang
termotivasi akan memiliki perubahan energi sehingga dalam melaksanakan
sesuatu lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh, sehingga dapat
meningkatkan keingintahuan peserta didik terhadap apa yang sedang ia pelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Pada dasarnya motivasi merupakan kekuatan yang menjadi pendorong
kegiatan individu, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang
mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai
suatu tujuan. Selanjutnya, motivasi dapat bersifat internal (intrinsik) dan eksternal
(ekstrinsik). Menurut Aunurrahman (2009: 115), motivasi internal adalah
“motivasi internal atau motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu
untuk melakukan suatu aktivitas”. Seseorang yang memiliki motivasi dalam
dirinya akan melakukan dengan semangat dan mampu mewujudkan cita-citanya
melalui rasa ingin tahu mengenai sesuatu yang sedang ia pelajari. Motivasi dalam
diri seseorang pun tidak cukup jika tidak ada motivasi dari pihak lain.
Aunurrahman menambahkan kembali mengenai motivasi eksternal, “motivasi
eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu”. Motivasi eksternal
dapat berupa pujian, hadiah, nilai, dan penghargaan. Peserta didik yang telah
termotivasi memiliki keinginan untuk mendapatkan hadiah atau pujian, melalui
hadiah dan pujian tersebut mereka berlomba-lomba mendapatkan nilai terbaik
dengan belajar giat. Motivasi eksternalpun dapat berubah menjadi motivasi
internal sebab dengan adanya dorongan dari luar, seorang siswa akan terbiasa
untuk memperoleh hasil yang biasanya ia peroleh ketika ia mendapat hadiah.
Berdasarkan uraian diatas guru yang sudah mengikuti sertifikasi guru dan
lulus sertifikasi, dinilai guru tersebut sudah menjadi guru yang profesional, dalam
arti telah menguasai empat kompetensi. Keempat kompetensi tersebut antara lain
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan
kompetensi sosial, dengan keempat kompetensi tersebut diyakini guru dapat
menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa terutama dengan kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional. Kedua kompetensi tersebut sangat
berpengaruh dalam meningkatkan semangat belajar dalam diri siswa sebab kedua
kompetensi tersebut bertitik pada cara penyampaian materi yang dilakukan oleh
guru pada siswa sehingga membuat siswa menyukai pelajaran yang diajarkan oleh
guru tersebut. Namun, pada kenyataannya tidak sejalan dengan apa yang
seharusnya terjadi, penulis menemukan masih banyak siswa yang remidi pada
ulangan yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat dikaji melalui hasil perolehan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
nilai dari 133 populasi di SMA Negeri 1 Kartasura kelas XI IPS Tahun Ajaran
2010/2011, yang memiliki nilai rendah ulangan harian PKN 1 dan 2 pada
semester 1 dari 3 kelas jurusan IPS sebagaimana nilai yang standar yang telah
ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Kelas IPS 1 yang nilainya di bawah standar dari
45 siswa ada 14 anak (31.11%), kelas IPS 2 tidak ada yang remidi semua
memenuhi kriteria, kelas IPS 3 dari 44 siswa ada 1 siswa (2,27%). Kemudian,
pada ulangan harian PKn yang ke 2 kelas IPS 1 sebanyak 8 siswa (17,78%), kelas
IPS 2 sebanyak 18 siswa (40,91%), dan kelas IPS 3 sebanyak 4 siswa (9,09%).
(Daftar nilai siswa yang remidi pada ulangan harian I dan II, lihat pada lampiran
1).
Seharusnya, guru yang telah lulus uji sertifikasi memiliki kompetensi
profesional dan kompetensi pedagogik. Hal ini telah dibenarkan oleh David
Wijaya (2009: 74), dalam jurnal pendidikannya yang berjudul “Manajemen
Sumber Daya Manusia Pendidikan Berbasis Kompetensi Guru Dalam Rangka
Membangun Keunggulan Bersaing Sekolah”, dari hasil penelitian yang dilakukan
setelah pemerintah mengadakan sertifikasi adalah nilai yang diperoleh guru dalam
pengelolaan pembelajaran (dalam penyusunan RPP, pelaksanaan interaksi
pembelajaran, pengelolaan kelas, pemahaman potensi peserta didik, penggunaan
alat bantu pembelajaran, penilaian prestasi belajar peserta didik, dan pelaksanaan
tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik) sebagian besar
mendapatkan kategori baik. Sehingga, dari pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan guru yang telah lulus sertifikasi dianggap telah memiliki kompetensi
guru terutama kompetensi yang berhubungan dengan kompetensi pedagogik
dengan kompetensi profesional. Sebab kedua kompetensi tersebut berhubungan
dengan pengelolaan pembelajaran.
Selanjutnya, berkaitan dengan cara guru untuk meningkatkan motivasi
belajar siswanya, seperti yang ada dalam “Teori Belajar Asosiasi” yang telah
dikemukakan oleh Herman Ebinghaus dalam Thoifuri (2008: 101-102) bahwa
“pada teori ini guru dapat meningkatkan hasil belajar dengan memberikan
stimulus yang menarik pada siswanya dengan cara memberikan hadiah atau
reward, karena dengan begitu siswa akan merespon dengan baik stimulant-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
stimulant itu dengan cara belajar dengan giat dan rajin mencari informasi
mengenai hal-hal yang sedang dipelajarinya sekarang”.
Motivasi belajar merupakan masalah penting ketika siswa belajar dan
berusaha untuk meningkatkan hasil belajarnya. Motivasi belajar siswa yang
menurun dapat berdampak pada hasil belajar, oleh karena itu guru yang telah lulus
sertifikasi dipercaya oleh pemerintah untuk meningkatkan hasil belajar siswanya
dengan menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya, dengan kompetensi yang
dimilikinya terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi professional
Alasan dipilihnya guru SMA karena pada jenjang pendidikan SMA,
peserta didik mulai belajar untuk berpikir kritis tentang masalah-masalah
kewarganegaraan dan belajar menganalisa tentang masalah-masalah
kewarganegaraan. Oleh karena itu diperlukan guru yang memiliki kompetensi
profesional dan kompetensi pedagogik dengan ditunjang kelulusan uji sertifikasi
untuk meningkatkan hasil belajar siswanya. Adapun dipilihnya sekolah negeri
karena guru-guru di sekolah negeri lebih berkompeten sehingga menarik untuk
diteliti. Kemudian, alasan dipilihnya siswa IPS karena siswa IPS yang lebih
membutuhkan perhatian dari guru karena selama ini siswa IPS adalah siswa yang
kurang memperhatikan pelajaran di sekolah. Pelanggaran-pelanggaranpun sering
dilakukan oleh anak IPS. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan
menghasilkan sumber daya yang berkualitas siswa selalu diarahkan dan dibimbing
oleh guru dengan kompetensi yang dimilikinya sebagaimana yang telah
diterapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
penerapan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru PKN sebagai
agen pembelajaran dalam menumbuhkan motivasi belajar PKN di sekolah. Oleh
karena itu, peneliti mengambil judul “Hubungan Antara Kompetensi Guru
PKN Dengan Motivasi Belajar PKN Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA
Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, muncul berbagai permasalahan yang perlu
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kompetensi guru PKN berhubungan dengan motivasi belajar PKN.
2. Kompetensi yang berhubungan dengan motivasi belajar adalah kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional.
3. Dengan kompetensi yang dimiliki oleh guru, maka guru PKN dapat
meningkatkan motivasi belajar PKN.
4. Motivasi belajar PKN yang diberikan oleh guru dapat mempengaruhi hasil
belajar PKN.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang terkait dengan judul di atas sangat luas sehingga
tidak mungkin di lapangan permasalahan yang ada itu dapat terjangkau dan
terselesaikan semua. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah sehingga
persoalan yang akan diteliti menjadi jelas. Adapun masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah
“Hubungan Antara Kompetensi Guru PKn Dengan Motivasi Belajar PKn
Siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo
Tahun Ajaran 2010 / 2011”.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
pembatasan masalah yang penulis sebutkan diatas, maka dalam penelitian ini
dapat dirumuskan permasalahan “Adakah hubungan positif antara kompetensi
guru PKN (kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional) dengan motivasi
belajar PKN siswa Kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Kabupaten
Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011?”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
E. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui:
Hubungan antara kompetensi guru PKN dengan motivasi belajar PKN siswa
Kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun
Ajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitian seperti tersebut pada perumusan masalah
dan tujuan penelitian, diharapkan akan memperoleh manfaat penelitian sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang pendidikan dan pengajaran, khususnya
pendidikan Kewarganegraan yang berkaitan dengan kompetensi guru PKn dan
motivasi belajar PKn sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
PKn.
b. Menambah pengetahuan bagi guru khususnya mengenai kompetensi guru dan
motivasi belajar.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang relevan di masa yang akan
datang.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan kepada guru untuk memberikan motivasi belajar
kepada siswa secara menarik sehingga menumbuhkan semangat belajar siswa
terutama pada pelajaran PKn.
b. Sebagai bahan untuk memecahkan berbagai masalah bagi guru PKn dalam
proses belajar mengajar.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi penulis sebagai calon pendidik sehingga
menjadi bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Variabel Kompetensi Guru PKn
a. Kompetensi Guru
1) Pengertian Kompetensi
Menurut E. Mulyasa (2007: 26) bahwa kompetensi diartikan dan
dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan
eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta
memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang
menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan
efisien.
Hal ini telah sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam
Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 10 Tentang Guru
dan Dosen yang menyatakan bahwa “kompetensi adalah seperangkat
sepengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan” (Anonim, 2009: 3).
Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa kompetensi
mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh
melalui pendidikan sebab seseorang yang benar-benar memiliki
kompetensi mampu menguasai pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang mampu direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak ketika melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Sehubungan
dengan itu, dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan
dan kecakapan yang harus dimiliki guru berupa ketrampilan,
pengetahuan, sikap, kecerdasan, kepemimpinan untuk mencapai
tujuan organisasi. Menurut Spencer and Spencer dalam (Hamzah B,
2008: 63) seseorang yang berkompeten dalam suatu bidang memiliki
lima karakteristik kompetensi yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a) Motif, yaitu sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu.
b) Sifat, yaitu karakteristik fisik tanggapan konsistensi terhadap situasi atau informasi.
c) Konsep diri, yaitu sikap, nilai, dan image diri seseorang. d) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu. e) Keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang
berkaitan dengan fisik dan mental.
Kaitannya dengan guru adalah guru tersebut dikatakan memiliki kompetensi
jika sudah memenuhi lima karakteristik kompetensi di atas. Guru yang berkompeten
selalu memberikan hal yang terbaru dengan bereksplorasi, dan selalu mencari informasi
agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Setiap guru harus
memiliki kompetensi yang telah ditetapkan oleh organisasi guru yaitu PGRI sebab guru di
bawah naungan PGRI, jadi untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan dari PGRI, guru harus
berkompeten dalam bidangnya.
2) Pengertian Guru
Menurut Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon
dalam Hamzah B. Uno (2008: 15), “Teacher is professional person
who conducts classes. Selanjutnya Hamzah B. Uno (2008: 15)
berpendapat bahwa “Guru adalah orang dewasa yang secara sadar
bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing
peserta didik”. Berdasarkan dua pengertian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa guru adalah seseorang yang telah matang dalam
segala hal sehingga dapat mengatur kelas dan dapat memberikan
pengetahuan yang luas untuk bekal dikemudian hari. Selain itu,
seorang guru juga harus bisa mengarahkan anak didiknya kearah yang
benar dan baik dengan pengetahuan dan kompetensi yang ia miliki.
Selain dua pendapat di atas, kita dapat menambahkan
kembali pengertian guru yang terdapat pada Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada Pasal 1 ayat 1 sebagai
berikut: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”
(Anonim, 2009: 2). Berdasarkan dari beberapa pengertian guru tadi
kita dapat menarik kesimpulan bahwa guru adalah seseorang yang
profesional dalam mendidik, mengajar, membimbing siswa dalam
segala hal dengan memberikan pengetahuan yang ia miliki
berdasarkan perkembangan zaman. Pengetahuan dan ilmu yang
dimiliki oleh guru dapat digunakan sewaktu-waktu untuk merubah
zaman, sehingga akan tercipta penemuan, pengetahuan dan teknologi
yang baru dan bermanfaat untuk masyarakat luas.
Adapun tugas guru yang lebih utama dalam pendidikan
adalah mendidik anak didiknya untuk menghadapi perkembangan
jaman. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hamzah B. Uno (2008:
20) mengenai tugas guru adalah “Tugas guru sebagai suatu profesi
meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai
hidup”. Berdasarkan pendapat tersebut guru haruslah memberikan
contoh yang baik, serta memberikan keterampilan yang dibutuhkan
untuk siswanya. Sehingga, siswa akan merasa bahwa dirinya mampu
bersaing di zaman modern terutama di era globalisasi ini yang semua
hal dilakukan dengan tekhnologi yang canggih. Kemudian, Hamzah
B. Uno menambahkan kembali bahwa tugas guru tidak hanya itu saja,
“guru berkewajiban mencerdaskan bangsa Indonesia seutuhnya
berdasarkan Pancasila”. Sehubungan dengan peran guru dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka guru Indonesia harus
berpegang teguh pada Pancasila agar pengetahuan yang guru berikan
pada siswa tidak menyimpang nilai-nilai yang tertera di Pancasila.
Peran guru pun tidak hanya berhenti di sekolah saja, akan tetapi guru
juga berperan dalam kegiatan masyarakat. Menurut E. Mulyasa (2007: 19)
kaitannya peran guru dalam kehidupan masyarakat adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Sebagai anggota masyarakat: bahwa setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan bekerjasama dalam kelompok, dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.
Profesi guru di mata masyarakat adalah suatu pekerjaan yang mulia,
karena guru adalah pahlawan bangsa yang berperan dalam mencerdaskan anak
bangsa. Guru sangat dihormati oleh masyarakat sehingga guru dituntut untuk bisa
membawa diri dimanapun dia berada dan dapat dikatakan guru adalah cermin
masyarakat. Oleh sebab itu, guru harus menguasai psikologi sosial dengan
harapan guru mampu menelaah apa saja yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat
sebab untuk saat ini masyarakat haus akan pegangan hidup, masyarakat
membutuhkan penuntun hidup dan panutan hidup.
Menurut Adams dan Dickey dalam Oemar Hamalik (2003: 123),
sesungguhnya peranan guru itu luas, meliputi: “1) guru sebagai pengajar (teacher
as instructor), 2) guru sebagai pembimbing (teacher as counsellor), 3) guru
sebagai ilmuwan (teacher as scientist), 4) guru sebagai pribadi (teacher as
person)”. Peranan guru jika ditinjau satu persatu yaitu:
a) Guru sebagai pengajar
Tugas guru adalah memberikan pengajaran di sekolah. Guru
menyampaikan pelajaran di depan kelas agar murid memahami atas apa yang
telah disampaikannya. Untuk mempermudah tugas guru, maka guru harus
menguasai metode dan teknik mengajar yang tepat dan sesuai dengan kondisi
muridnya.
b) Guru sebagai pembimbing
Guru wajib mengarahkan siswa jika menemui masalah dan wajib
memberikan bantuan dalam pemecahan masalah. Sehingga siswa akan mandiri
dalam pemecahan masalah berikutnya, dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c) Guru sebagai ilmuwan
Siswa memandang guru sebagai orang yang pandai, berpengetahuan luas.
Oleh karena itu guru harus mengembangkan keterampilan yang dimilikinya dan
mengembangkan pengetahuannya. Pengembangan itu dapat melalui: kursus,
mengarang buku, mengadakan penelitian-penelitian, membuat tulisan-tulisan
ilmiah.
d) Guru sebagai pribadi
Sebagai seorang pribadi yang yang selalu diperhatikan bahkan ditiru oleh
masyarakat, guru harus memiliki sifat yang disenangi oleh murid, rekan kerjanya,
masyarakat.
3) Pengertian Profesi
Setelah melihat tugas dan peran dari seorang guru, dapat disimpulkan
bahwa pekerjaan guru merupakan suatu profesi. Kata “Profesi” dalam Syaiful
Sagala (2009: 2), “kata profesi berasal dari bahasa Yunani “pbropbaino” yang
berarti menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin “professio” yang
digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh seseorang
yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik”.
Namun, menurut Piet A. Sahertian (1994: 26) “profesi merupakan suatu
pernyataan janji terbuka, yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan
dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil
untuk menjabat pekerjaan itu”.
Mengenai makna profesi Everet Hughes dalam Piet A. Sahertian, (1994:
26) berpendapat bahwa “profesi merupakan symbol dari suatu pekerjaan dan
selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri”. Sebagai simpulan, pengertian profesi
itu adalah seseorang yang mengabdikan dirinya pada suatu jabatan sesuai dengan
keahliannya karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu
dan melakukannya dengan sepenuh hatinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Guru merupakan suatu profesi sebab memiliki beberapa ciri-ciri menurut
para ahli. Ciri-ciri profesi menurut Chandler dalam Syaiful Sagala, (2009: 4)
adalah
a) Lebih meningkatkan layanan kemanusiaan melebihi dari kepentingan pribadi;
b) Masyarakat mengakui bahwa profesi itu punya status yang tinggi; c) Praktek profesi itu didasarkan suatu penguasaan pengetahuan yang
khusus; d) Profesi ditantang untuk memiliki keaktifan intelektual; e) Hak untuk memiliki standar kualifikasi professional ditetapkan dan
dijamin oleh kelompok organisasi profesi.
Ciri-ciri profesi menurut More yang dikutip Syaiful Sagala (2009: 4)
yaitu sebagai berikut:
a) Seorang profesional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaanya;
b) Ia terikat oleh suatu panggilan hidup, dalam hal ini ia memperlakukan pekerjaannya sebagai seperangkat norma kepatuhan dan perilaku;
c) Ia anggota organisasi profesional yang formal; d) Ia menguasai pengetahuan yang berguna dan atas dasar latihan
spesialisasi atau pendidikan yang amat khusus; e) Ia terkait oleh syarat-syarat kompetensi khusus; f) Ia memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi.
Berdasarkan ciri-ciri profesi menurut para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pekerjaan guru dapat disebut sebagai profesi diantaranya:
a) Lebih mementingkan kepentingan umum atau kepentingan sosial dari pada
kepentingan pribadi, dengan meluangkan waktu untuk memberikan
pengetahuan pada orang lain guru dapat disebut makhluk sosial;
b) Guru memberikan keterampilan dan pengetahuan yang dia miliki untuk
masyarakat, agar masyarakat mempunyai pegangan hidup berupa ketrampilan
untuk hari depan;
c) Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus yang sesuai
dengan bidangnya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
d) Keterampilan/keahlian yang khusus yang dimiliki dari pemecahan masalah
dengan menggunakan teori dan metode ilmiah;
e) Keahlian tersebut diperoleh dari perguruan tinggi dengan waktu yang cukup
lama;
f) Proses menempuh pendidikan tersebut berasal dari aplikasi dan sosialisasi
nilai-nilai professional itu;
g) Seorang guru harus berpegang teguh pada kode etik keguruan yang mengatur
keanggotaan guru dan penerapan kode etik tersebut diawasi langsung oleh
organisasi yang menaunginya yaitu PGRI;
h) Memperoleh otonomi baik untuk menyelesaikan terhadap permasalahan
profesi, maupun ketika praktek melayani masyarakat;
i) Guru anggota organisasi profesional yang formal dan dianggap mempunyai
prestise yang tinggi dalam masyarakat maka guru berhak memperoleh
imbalan yang tinggi.
4) Pengertian Kompetensi Guru
Ketika menjalankan tugasnya guru dituntut memiliki kemampuan yang
lebih berguna untuk pengembangan kariernya, pengembangan pengetahuan
dengan cara menjelajahi atau menyelidiki penemuan baru. Oleh sebab itu, dengan
kompetensi yang dimiliki seorang guru dalam mengembangkan kariernya dinilai
layak untuk menjadi guru profesional. Kewajiban seorang guru untuk memiliki
kompetensi sesuai dengan UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
pada Pasal 8 yaitu “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional” (Anonim, 2009: 5). Arti kompetensi itu
sendiri menurut E. Mulyasa (2007: 26) yaitu:
Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan analisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, pengertian kompetensi menurut UU RI No. 14
Tahun 2005 Pasal 1 ayat 10 bahwa “Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan” (Anonim: 2009: 3). Sejalan dengan beberapa
pengertian tadi, dalam makalahnya yang telah disampaikan dalam
Seminar Nasional Pendidikan Dewan Pendidikan Kabupaten
Wonogiri, Ravik Karsidi berpendapat bahwa :
Profesionalisme guru harus didukung oleh kompetensi yang standar
yang harus dikuasai oleh para guru profesional. Kompetensi tersebut adalah
pemilikan kemampuan atau keahlian yang bersifat khusus, tingkat
pendidikan minimal, dan sertifikasi keahlian haruslah dipandang perlu
sebagai prasyarat untuk menjadi guru profesional. (Ravik Karsidi, 2005: 11)
Berdasarkan dari beberapa pernyataan di atas maka, dapat
diambil kesimpulan bahwa kompetensi guru itu sangat diperlukan
dalam prakteknya. Kompetensi yang dimiliki oleh guru bukan hanya
dari orang lain saja, namun dari penemuannya sendiri bahkan guru
bisa menggabungkan antara penemuan yang didapatkannya dengan
pengetahuan yang dipelajarinya. Setelah itu, guru akan menerapkan di
depan kelas yang pada akhirnya menjadi pengetahuan untuk
muridnya. Menurut Hamzah B. Uno (2008: 64) bahwa “Kompetensi
guru adalah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru
tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang
pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar”. Oleh
sebab itu, kompetensi guru dapat dijadikan sebagai alat seleksi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
penerimaan calon guru dan dapat digunakan sebagai alat untuk
mengembangkan kompetensi guru.
Dalam UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat 1
menjelaskan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi” (Anonim,
2009: 5). Guru adalah pendidik formal yang tugasnya memberi pelajaran pada
siswanya, memberi keterampilan, serta mendewasakan siswanya agar menjadi
pribadi yang siap untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, seorang guru
wajib memiliki kompetensi yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai bekal
untuk mendidik siswanya. Menurut Hamzah B. Uno (2008: 69) sepuluh
kemampuan dasar yang sebagai syarat untuk menjadi seorang guru adalah:
a) Menguasai bahan, b) Mengelola program belajar mengajar, c) Mengelola kelas, d) Menguasai media atau sumber belajar, e) Menguasai landasan kependidikan, f) Mengelola interaksi belajar mengajar, g) Menilai prestasi siswa, h) Mengenal fungsi dan program bimbingan penyuluhan, i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian untuk
keperluan pendidikan dan pengajaran.
10 kemampuan dasar di atas harus dimiliki oleh seorang guru
dalam mengembangkan keempat kompetensi guru yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1.
Peran guru yang sebagai pendidik dan sebagai agen pembelajaran
tidak akan lepas dari caranya dalam menerapkan kompetensi yang
diatur juga dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan pada Pasal 28 ayat 3, sebagai berikut:
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi pedagogik;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi profesional; d. Kompetensi sosial. (Anonim, 2006: 21)
Berdasarkan uraian di atas kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru sebagai agen pembelajaran yaitu ada empat,
sedangkan makna dari agen pembelajaran menurut Penjelasan
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat 1 yaitu “Yang
dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learning
agent) pada ketentuan ini adalah peran pendidik antara lain sebagai
fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi
peserta didik” (Anonim, 2006: 81). Sejalan dengan makna agen
pembelajaran, pada penelitian ini hanya akan membahas antara
kompetensi guru yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa.
Adapun kompetensi yang berhubungan dengan motivasi belajar yaitu
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional berikut penjelasan
mengenai masing-masing kompetensi tersebut:
a) Kompetensi Pedagogik
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pada Penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a bahwa:
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Anonim, 2006: 81)
Sedangkan menurut Penjelasan UU RI No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 ayat
1, menjelaskan bahwa: “Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik” (Anonim, 2009: 32).
Hal ini menunjukkan kompetensi pedagogik sangat perlu untuk dikuasai
oleh guru sebab kemampuan yang sering diabaikan oleh guru adalah kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Seorang guru terkadang hanya
fokus pada bagaimana dia dapat menyampaikan materi dengan baik dan
bagaimana materi yang diberikan dapat selesai tepat waktu. Sebagian besar guru
hanya beranggapan bahwa peserta didik diibaratkan sebagai bejana yang akan
diisi dengan air (ilmu) oleh gurunya, guru cenderung menyampaikan materi
dengan metode ceramah dan menguasai kelas. Hal ini yang menyebabkan siswa
menjadi pribadi pasif yang hanya mampu menerima apa yang disampaikan oleh
guru tanpa memiliki kemampuan untuk menyampaikan sesuatu. Agar proses
pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil
yang maksimal maka diperlukan manajemen sistem pembelajaran yang terfokus
pada siswa.
Selanjutnya, untuk mewujudkan pelaksanaan pembelajaran yang efektif
dan efisien, pada kompetensi ini guru diharapkan membimbing dan mengarahkan
pengembangan kurikulum dan pembelajaran efektif, serta melakukan pengawasan
dalam pelaksanaannya. Kaitannya dengan pengembangan program yang telah
dibuat oleh guru dalam pembelajaran, guru harus memperhatikan tiga fungsi
manajerial karena guru adalah seorang manajer dalam pendidikan. Ketiga fungsi
tersebut adalah “perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian”. (E. Mulyasa 2007:
77).
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan sebagai berikut:
(1) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi serta
memperkirakan cara mencapainya. Dalam hal ini, guru sebagai manajer
pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
mengelola berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber
belajar untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan
pembelajaran;
(2) Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang
memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber
daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan. E. Mulyasa
juga menambahkan pendapat Dubrin (1990), bahwa fungsi pelaksanaan
merupakan fungsi manajerial yang mempengaruhi pihak lain dalam upaya
mencapai tujuan, yang akan melibatkan berbagai proses antarpribadi,
misalnya bagaimana memotivasi dan memberikan ilustrasi kepada peserta
didik agar mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran dan membentuk
kompetensi pribadinya secara optimal;
(3) Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian,
bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana dan tujuan
yang telah ditetapkan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mengambil
langkah-langkah atau tindakan perbaikan apabila terdapat perbedaan yang
signifikan atau adanya kesenjangan antara proses pembelajaran aktual di
dalam kelas dengan yang telah direncanakan.
Berdasarkan uraian di atas bahwa motivasi belajar yang dilakukan guru
pada siswa terletak pada fungsi pelaksanaan atau fungsi manajerial sebab guru
sebagai manajer pendidikan dituntut untuk memotivasi peserta didiknya dalam
meningkatkan hasil belajar atau tujuan lain yang ingin dicapainya. Dalam hal ini
tugas guru adalah sebagai pengembang kurikulum, sehingga yang melaksanakan
kurikulum adalah guru. Pengembangan kurikulum tidak akan berjalan lancar jika
peserta didiknya tidak memiliki minat dan semangat untuk menggali pelajaran
yang diberikan oleh gurunya. Oleh karena itu, maju dan tidaknya pembelajaran
berada ditangan guru.
Sehingga, dalam penerapannya guru dituntut untuk memiliki kompetensi
yang memadai yaitu kompetensi pedagogik, dalam mengelola pembelajaran dan
mengubah paradigma pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan peserta
didik sebab dalam proses pencapaian hasil yang maksimum, diperlukan kegiatan
manajemen sistem pembelajaran sebagai keseluruhan proses untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif dan efisien. Pengelolaan sistem pembelajaran akan berhasil
jika guru dapat membangkitkan motivasi belajar dalam diri siswa. Motivasi akan
meningkat jika ada tekad yang kuat dan keuletan untuk bereksplorasi mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pengetahuan yang menyangkut tentang apa yang ia pelajari saat ini, dengan begitu
tanpa mereka sadari, mereka dapat membuat keterampilan sesuai dengan
kemampuannya dan pengalaman mereka masing-masing.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pada Penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a Kemampuan
mengelola pembelajaran atau kompetensi pedagogik meliputi:
(1) Kemampuan Guru Memahami Peserta Didik
Kemampuan memahami peserta didik merupakan salah satu kompetensi
pedagogik yang harus dimiliki oleh guru. Pemahaman terhadap peserta didik
merupakan hal yang perlu dilakukan oleh setiap guru untuk mendapatkan
keberhasilan saat proses belajar mengajar. Seorang guru tentunya harus
menangani berbagai sifat dan sikap, serta kemampuan yang dimiliki oleh setiap
individu. Menurut E. Mulyasa (2007: 86) ada beberapa cara untuk mengatasi
perbedaan tersebut yaitu “Guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang
memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreatifitasnya, antara
lain dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan
proyek”, dengan begitu dalam pengembangan bakat maupun kreativitas setiap
siswa akan berjalan sesuai dengan pengalaman belajar yang ia miliki sendiri.
Akan tetapi, guru harus senantiasa memberikan arahan pada setiap siswa yang
mengalami kesulitan. Bukan hanya perbedaan kemampuan otak saja yang harus
guru pahami dalam proses pembelajaran, keterbatasan fisik juga merupakan hal
yang perlu disoroti oleh seorang guru. Sehubungan dengan peserta didik yang
mengalami hambatan ini, Ornstein dan Levine (1986) membuat pernyataan
berikut :
(a) Orang-orang yang mengalami hambatan, bagaimanapun hebatnya ketidakmampuan mereka, harus diberi kebebasan dan pendidikan yang cocok;
(b) Penilaian terhadap mereka harus adil dan menyeluruh; (c) Orang tua atau wali harus adil dan boleh memprotes keputusan yang
dibuat oleh kepala sekolah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
(d) Rencana pendidikan individual, yang meliputi pendidikan jangka panjang dan jangka pendek harus diberikan. Harus pula diadakan tinjauan ulang terhadap tujuan dan metode yang dipilih;
(e) Layanan pendidikan diberikan dalam lingkungan yang agak terbatas; untuk memberikan layanan yang tepat, pada saat tertentu anak-anak bisa ditempatkan di kelas khusus atau terpisah. (E. Mulyasa, 2007: 95)
Adapun yang harus dilakukan guru berkaitan dengan perbedaan fisik
yaitu memberikan kenyamanan serta keadilan yang bisa dirasakan oleh siswanya,
karena siswa yang memiliki perbedaan fisik dengan temannya mungkin akan
merasa minder. Dari sinilah peran guru sangat diperlukan untuk membantu proses
kelancaran belajar siswanya. Dengan begitu akan terwujud suasana kelas yang
kondusif dan menyenangkan untuk proses pembelajaran.
(2) Kemampuan Merancang dan Pelaksanaan Pembelajaran
Perancangan pembelajaran yang terdiri dari identifikasi kebutuhan,
perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran. Mengenai
muara dari perancangan pembelajaran yaitu:
(a) Identifikasi kebutuhan
Menurut E. Mulyasa (2007: 100) “Identifikasi kebutuhan bertujuan
antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan
belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa
memilikinya”. Berdasarkan pendapat di atas peserta didik didorong untuk
menyadari bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan untuk memenuhi
kebutuhan belajarnya siswa didorong untuk mengenali lingkungan.
(b) Identifikasi Kompetensi
Kompetensi adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh peserta didik
dan bagian yang pertama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran sebab
kompetensi memiliki peran penting dalam menentukan pembelajaran. Masih
dalam E. Mulyasa pembentukan kompetensi melibatkan intelegensi question
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(IQ), emosional inteligensi (EI), creativity inteligensi (CI), yang secara
keseluruhan harus tertuju pada pembentukan spiritual inteligensi (SI).
Dengan demikian ada hubungan antara tugas-tugas yang harus diemban oleh
peserta didik dengan kemampuan yang diperlukannya kelak untuk hidup di
masyarakat.
(c) Penyusunan Program Pembelajaran
Penyusunan program pembelajaran bermuara pada pelaksanaan
pembelajaran yang ada dalam RPP. Dalam RPP telah mencakup komponen
program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program.
Menurut Joni dalam Sugeng Hamka (2010: 17) bahwa Kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran; (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar; (3) merencanakan pengelolaan kelas; (4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, merencanakan program belajar mengajar
merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama
pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan
deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai
media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.
Pada kemampuan merancang dan pelaksanaan pembelajaran, Venti Dano
Karsa (2009: 5) berpendapat bahwa :
Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan
PBM tersebut dengan memerhatikan berbagai komponen dalam sistem
pembelajaran yang meliputi : membuat dan merumuskan bahan ajar;
menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas,
perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa,
komprehensif,sistematis, dan fungsional efektif; merancang metode yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa; menyediakan sumbeer
belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran;
media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan
memerhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif, efisien, kesesuaian
dengan metode, serta pertimbangan praktis.
Jadi dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut, guru dapat
merancang dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif
dan efisien. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai
tentang prinsip-prinsip belajar, sebagai landasan dari perencanaan.
(3) Kemampuan Evaluasi Hasil Belajar
Menurut Join Commite dalam Wirawan sebagaimana yang telah
dikutip oleh Sugeng Hamka (2010: 21) bahwa “Tujuan utama melaksanakan
evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi
yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa,
sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan”.
Sejalan dengan pendapat yang diambil oleh Sugeng Hamka, Venti Dano
Karsa (2009: 5) juga berpendapat bahwa “Tujuan utama penilaian adalah untuk
melihat tingkat keberhasilan, efektifitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran.
Selain itu untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya”.
Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar
merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan
pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut
hasil belajar siswa. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru
hendaknya secara terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai
siswanya dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan
menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Selanjutnya, umpan balik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
yang ada akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan terus
menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal
(4) Kemampuan Pengembangan Peserta Didik
Pengembangan peserta didik dilakukan untuk mengaktualisasikan potensi
atau bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Pengembangan peserta didik dapat
dilakukan dengan cara diberi arahan dalam bimbingan dan konseling pendidikan,
namun untuk mengasah langsung potensi tersebut siswa diarahkan untuk
mengikuti ekstra kurikuler sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-
masing siswa.
Menurut uraian di atas kompetensi guru dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa. Banyak cara yang dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa antara lain dengan cara pengembangan peserta didik, evaluasi hasil
belajar, dan pemahaman peserta didik. Guru yang dapat memahami peserta didik
tentu dapat memberikan motivasi belajar siswa sebab guru tersebut mengetahui
seberapa besar tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa. Cara guru dengan
melakukan Evaluasi belajar dapat dilakukan untuk membangkitkan motivasi
belajar siswa sebab siswa akan berlomba-lomba untuk meraih hasil belajar yang
terbaik.
b) Kompetensi Profesional
Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan pada Penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c, sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan” (Anonim, 2006: 82). Sedangkan dalam Penjelasan
UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat 1, menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
bahwa: “Yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan
materi pelajaran secara luas dan mendalam” (Anonim, 2009: 32).
Kompetensi ini mutlak untuk dipenuhi oleh seorang guru sebab
kompetensi ini menyangkut penyampaian materi. Pada kompetensi profesional,
guru harus mampu menentukan secara tepat materi yang relevan dan menarik
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Selain itu, penguasaan
materi yang akan disampaikan dapat diuraikan dengan urut dan jelas karena sesuai
dengan ketepatan metode saat menyampaikan materi. Ketepatan metode yang
dipakai oleh guru, merupakan kunci utama untuk memfokuskan perhatian siswa
serta dapat menghilangkan kejenuhan saat mengikuti pelajaran. Selanjutnya, yang
tidak dapat dilupakan oleh guru adalah pengalokasian waktu dalam penyampaian
materi. Hal ini ditujukan agar materi dapat selesai tepat waktu dan mampu
mencapai hasil yang memuaskan. Selain pengalokasian waktu dengan benar
penguasaan bahan ajar pokok, bahan ajar pengayaan, dan bahan ajar penunjang
dengan baik untuk keperluan pengajarannya juga tidak kalah pentingnya.
Penerapan teori belajar harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa
agar terjadi keseimbangan.
Menurut Sugeng Hamka (2010: 17), konsep kompetensi
profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dasar melaksanakan
tugas keguruan yang dapat dilihat dari kemampuan merencanakan
program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan atau mengelola
proses belajar mengajar, dan kemampuan menilai proses belajar
mengajar.
Adapun maksud dari masing-masing pendapat Sugeng
Hamka yaitu
(1) Kemampuan guru dalam merencanakan program belajar mengajar
Proses belajar mengajar perlu direncanakan agar dalam
pelaksanaannya pembelajaran berlangsung dengan baik dan dapat
mencapai hasil yang diharapkan. Setiap perencanan selalu berkenaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dengan pemikiran tentang apa yang akan dilakukan. Perencanaan
program belajar mengajar memperkirakan mengenai tindakan apa
yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran. Sugeng
Hamka (2010: 18) menambahkan kembali pendapatnya bahwa “Isi
perencanaan yaitu mengatur dan menetapkan unsur-unsur
pembelajaran, seperti tujuan, bahan atau isi, metode, alat dan sumber,
serta penilaian”.
Guru yang profesional, dalam pengembangan bahan ajarnya
harus dapat menggunakan alat, media dan fasilitas lain yang
menunjang. Selain itu dalam pengolahan bahan pembelajaran, guru
harus memperhatikan kriteria-kriteria apa saja yang perlu
dipertimbangkan.
Sejalan dengan pendapat Sugeng Hamka, Hasan (2004),
dalam E. Mulyasa (2007: 139-140) berpendapat mengenai kriteria-
kriteria tersebut mencakup sedikitnya 5 macam yaitu: “validitas,
keberartian, relevansi, kemenarikan, kepuasan”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
(a) Validitas (validity) atau tingkat ketepatan materi. Materi yang akan diberikan
kepada siswa, sebelumnya harus dipastikan oleh guru bahwa materi tersebut
memang benar dan sudah teruji kebenarannya. Pengujian materi dapat
menghindarkan siswa dari salah konsep, salah tafsir dan salah pemakaian;
(b) Keberartian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Kebermanfaatan materi dapat
dilihat melalui terpakainya dalam mengembangkan kemampuan akademis
baik disegala bidang. Oleh karena itu materi harus relevan dengan keadaan
dan kebutuhan siswa;
(c) Relevansi (relevance) artinya materi yang diberikan kepada siswa tidak
terlalu sulit dan disesuakan dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Sehingga, siswa dapat menggunakannya dikemudian hari;
(d) Kemenarikan (interest), pengertian menarik di sini adalah siswa merasa
termotivasi atau mempunyai minat untuk mempelajari pelajaran lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mendalam. Sehingga, siswa dapat mengembangkan pelajaran melalui
keterampilan yang dimilikinya;
(e) Kepuasan (satisfacation) artinya hasil pembelajaran dapat dirasakan secara
langsung manfaatnya. Sehingga, siswa dapat bekerja atau mengembangkan
keterampilan melalui materi yang telah diberikan oleh gurunya.
Materi pembelajaran sangat penting dalam proses
pembelajaran, sebab materi pembelajaran merupakan akses untuk
mencapai tujuan dalam pembentukan kompetensi peserta didik. Oleh
karena itu, dalam pemberian materi pembelajarn guru harus
memasukkan lima kriteria yang harus ada dalam materi pembelajaran.
Dari kelima kriteria tersebut yang berhubungan dengan peningkatan
motivasi belajar peserta didik adalah kemenarikan (interest). Materi
belajar harus dikemas sedemikian rupa untuk mengambil alih
perhatian peserta didik, sehingga menimbulkan antusiasme yang
tinggi saat memperhatikan guru mengajar. Peserta didik yang
memiliki motivasi belajar tinggi akan mengalami perubahan yaitu
dengan cara memperhatikan guru, penggalian materi yang diajarkan
oleh guru melalui berbagai sumber, dan rasa ingin tahu siswa pada apa
yang telah diajarkan oleh gurunya.
Peran guru pada motivasi belajar dalam memilih dan
menentukan materi pembelajaran, dapat menjadikan peserta didik
menggantungkan pada guru. Ada enam faktor yang perlu diperhatikan
guru dalam menentukan materi pembelajaran dan memilih materi
pembelajaran. Menurut E. Mulyasa (2007: 168) faktor-faktor tersebut
adalah : “1) lingkungan pembelajaran, 2) tingkat ketergantungan pada
guru, 3) ketersediaan materi, 4) cakupan pembelajaran, 5) individual
atau kelompok, 6) besarnya kelompok sasaran”. Dari keenam faktor
tersebut yang berhubungan pada peran guru dalam mengembangkan
motivasi belajar siswa adalah tingkat ketergantungan pada guru.
Materi pembelajaran akan membawa tingkat ketergantungan kepada guru yang berbeda-beda. Materi dapat bebas sama sekali dari ketergantungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kepada guru jika mencakup semua komponen strategi pembelajaran dan petunjuk bagi peserta didik. Seringkali ada topik yang memerlukan motivasi lisan, ceramah atau latihan, sehingga menyebabkan kombinasi ketergantungan kepada guru dan materi merupakan jalan terbaik. Kombinasi yang paling umum adalah: petunjuk satuan pembelajaran oleh guru, motivasi oleh guru, ceramah dengan rekaman, latihan dengan buku, penilaian oleh guru, dan tindak lanjut direncanakan oleh guru. (E. Mulyasa, 2007: 168)
Dalam pengembangan materi ada materi yang guru perlu mencontohkan
pada peserta didik. Contoh guru yang menarik dapat memberikan inspirasi pada
peserta didik, sehingga secara tidak langsung guru telah menjalankan perannya
sebagai motivator. Terjunnya guru dalam proses pembelajaran menandakan
bahwa tingkat ketergantungan siswa pada guru tinggi.
(2) Melaksanakan proses belajar mengajar
Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap
pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini
kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru menciptakan dan
menumbuhkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan rencana yang
telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar
penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan,
apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang,
manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar,
pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan
keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar,
penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan
keterampilan menilai hasil belajar siswa. Sri Jutmini (1992) dalam
Sugeng Hamka (2010: 20) mengemukakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Persyaratan kemampuan yang harus di miliki guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: (a)
menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang
sesuai dengan tujuan pelajaran; (b) mendemonstrasikan penguasaan mata
pelajaran dan perlengkapan pengajaran; (c) berkomunikasi dengan siswa;
(d) mendemonstrasikan berbagai metode mengajar, dan (e) melaksanakan
evaluasi proses belajar mengajar.
Sugeng Hamka (2010: 20) menambahkan kembali dengan hal
serupa yang dikemukakan oleh Baharuddin Harahap (1983), yang
menyatakan bahwa:
Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan
program mengajar adalah mencakup kemampuan: (a) memotivasi siswa
belajar sejak saat membuka sampai menutup pelajaran; (b) mengarahkan
tujuan pengajaran; (c) menyajikan bahan pelajaran dengan metode yang
relevan dengan tujuan pengajaran; (d) melakukan pemantapan belajar;
(e) menggunakan alat-alat bantu pengajaran dengan baik dan benar;
(f) melaksanakan layanan bimbingan penyuluhan; (g) memperbaiki
program belajar mengajar; dan (h) melaksanakan hasil penilaian belajar.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan
pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara
terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa
secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi
karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan
merespon setiap perubahan perilaku siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan sesuatu kegiatan dimana
berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan
dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan
suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.
(3) Melaksanakan penilaian proses belajar mengajar
Penilaian proses belajar mengajar dilaksanakan untuk
mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang
telah disusun dan dilaksanakan.
Menurut Oteng Sutisna (1985) dalam Sugeng Hamka (2010:
21) bahwa, “Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan
betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan”. Selanjutnya
Sugeng Hamka menambahkan kembali pendapatnya Joint Commite
dalam Wirawan, bahwa “evaluasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan
menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan
evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan”.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
mengenai tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar
mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai
tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak
lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan
demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan
bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan
pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat
diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa. Dari uraian tentang
kompetensi profesional guru di atas, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar seorang
guru yang memiliki keahlian khusus mengenai bidang keguruan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya baik sebagai pengajar
maupun pendidik dengan penuh rasa tanggung jawab dan layak.
Masih dalam Sugeng Hamka (2010: 22) menurut
pendapatnya bahwa
Kompetensi profesional guru dikelompokkan ke dalam dua
bagian yaitu kompetensi substantif dan non substantif. Kompetensi
substantif diartikan sebagai kemampuan dalam melaksanakan tugas
keguruan yang dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program
belajar mengajar, mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar,
dan melakukan evaluasi hasil proses belajar mengajar. Kompetensi non
substantif diartikan sebagai kemampuan dalam hal landasan dan
wawasan pendidikan, serta kepribadian, profesi dan pengembangan dari
guru yang bersangkutan.
Kompetensi profesional guru sangat diperlukan guna
mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan dalam hal
ini guru. Guru merupakan faktor penentu mutu pendidikan dan
keberhasilan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, tingkat
kompetensi profesional guru di suatu sekolah dapat dijadikan
barometer bagi mutu dan keberhasilan pendidikan di sekolah.
b. Definisi Konseptual Kompetensi Guru
Kompetensi Guru PKN adalah kemampuan guru PKN membelajarkan
siswa dengan kegiatan di kelas dengan cara mengelola pembelajaran agar
terarah, melalui penguasaan materi pembelajaran yang akan diberikan pada
siswa dengan didukung pemahaman karakteristik peserta didik, perancangan
program pembelajaran dengan metode dan strategi pembelajaran yang tepat,
serta kecakapan guru menilai kemampuan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
c. Definisi Operasional Kompetensi Guru
1) Kemampuan penguasaan bidang studi atau bahan ajar;
2) Kemampuan memahami karakteristik peserta didik;
3) Kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran;
4) Kemampuan penguasaan metode dan strategi pembelajaran;
5) Kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar siswa.
2. Variabel Motivasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (1995: 2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Selanjutnya, menurut pendapat Davies (1991) dalam Aunurrahman
(2009: 113-114), mengenai penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses
pembelajaran, yaitu : “1) segala sesuatu yang diperoleh oleh murid, tidak
seorangpun mengetahui hal apa yang dibutuhkan dalam pembelajarannya. Sebab
setiap orang memiliki kebutuhan untuk belajar yang berbeda; 2) Oleh sebab itu,
dibutuhkan waktu belajar yang berbeda sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
siswa; 3) Penguatan (reinforcement) sangat diperlukan dalam pembelajaran, sebab
siswa akan lebih memahami suatu materi yang diberikan oleh guru jika ada
penguatan; 4) Siswa harus memahaminya secara penuh dan mendalam, setiap
langkah-langkah pembelajaran yang diberikan oleh guru; 5) Setiap pembelajaran
yang dilakukan oleh kehendak siswa sendiri asal bertanggungjawab atas apa yang
telah dipelajarinya, maka ia akan merasa lebih termotivasi sebab siswa diberi
keleluasaan untuk bereksplorasi. Sehingga, pelajaran yang telah dipelajarinya
sendiri lebih mudah diingatnya, karena siswa melakukan pembelajaran menurut
caranya sendiri”.
Atas dasar prinsip-prinsip belajar di atas, maka seseorang yang belajar
harus mengerti dan memahami lebih dahulu prinsip-prinsip belajar demi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
keberhasilan belajarnya. Selain itu seseorang akan belajar giat jika ia memiliki
motivasi belajar untuk maju dalam dirinya. Dalam hal ini peran guru sangat
dibutuhkan dalam menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Dengan
demikian yang dimaksud dengan belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan
setiap individu yang melalui usaha untuk memperoleh perubahan pada dirinya
yang dipengaruhi oleh fisik dan psikis.
b. Masalah-masalah Belajar
Masalah dalam belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Masalah belajar dapat terjadi sebelum proses belajar berlangsung,
maupun ketika proses belajar terjadi.
Menurut Aunurrahman (2009: 178-187) faktor internal masalah belajar
adalah “1) Ciri khas/karakteristik siswa; 2) Sikap terhadap belajar; 3) Motivasi
belajar; 4) Konsentrasi belajar; 5) Mengolah bahan belajar; 6) Menggali hasil
belajar; 7) Rasa percaya diri; 8) Kebiasaan belajar”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Ciri khas/karakteristik siswa.
Dalam persoalan ini siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap
mata pelajaran yang berkaitan akan mempersiapkan segala sesuatunya sebelum
pelajaran dimulai, bahkan mereka akan mencatat segala sesuatu yang
diterangkan oleh gurunya jika dirasa penting untuk dicatat. Pengalaman yang
dimiliki oleh masing-masing siswa juga menentukan munculnya masalah
belajar sebelum kegiatan belajar dimulai. Selain itu siswa yang memiliki
pengalaman yang mendukung materi pelajaran yang bersangkutan akan lebih
antusias untuk mengikuti pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2) Sikap terhadap belajar
Sikap ini berhubungan dengan emosional siswa terhadap mata pelajaran
yang akan dihadapinya. Seorang siswa merespon pelajaran tersebut dengan
cara berusaha mengikuti pelajaran dengan sebaik mungkin.
3) Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan dorongan dalam diri siswa untuk mengikuti
pelajaran. Oleh karena itu, motivasi belajar merupakan hal yang sangat
penting, sebab untuk mencapai tujuan pembelajaran siswa yang telah memiliki
motivasi belajar tinggi akan menunjukkan sikap belajar yang tekun, ulet,
kesungguhan dalam menyimak pelajaran, serta ketelatenan dalam mengerjakan
tugas. Hal itu tidak lepas dari peran seorang guru untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa, sebab mereka yang mengawasi pola belajar siswa. Oleh
sebab itu motivasi adalah hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
4) Konsentrasi belajar
Konsentrasi saat mengikuti pelajaran merupakan hal pokok yang perlu
dilakukan oleh siswa saat mengikuti pelajaran. Kesulitan konsentrasi
merupakan masalah yang sering dihadapai siswa. Oleh karena itu untuk
membantu hambatan dalam mencapai hasil belajar, dibutuhkan ketelatenan dari
guru dalam membimbing siswanya, dengan cara memfokuskan perhatian siswa
pada pelajaran yang sedang diajarkannya.
5) Mengolah bahan belajar
Jika seorang siswa mengalami kesulitan dalam mengolah pesan dari
gurunya, maka berarti ada kendala dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Dalam hal ini bantuan guru dibutuhkan untuk mendorong
siswanya agar memiliki kemampuan yang berupa keterampilan tersendiri
dalam mengolah bahan belajar.
6) Menggali hasil belajar
Kesulitan seorang siswa dalam hal memahami pelajaran yang telah
diajarkan oleh guru, memiliki keterkaitan dengan proses penerimaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pengolahan bahan yang telah diajarkan oleh guru, dan proses penyimpanan hal
yang telah ia pelajari. Oleh sebab itu, untuk menggali keaktifan siswa maka
dapat dilakukan melalui pemberian tugas, latihan-latihan yang dikerjakan di
rumah, serta rumus singkat yang dapat memudahkan siswa dalam memahami
soal.
7) Rasa percaya diri
Rasa percaya diri akan timbul jika ada pengakuan dari pihak lain dan dari
lingkungannya. Oleh sebab itu dalam proses pendidikan dan pembelajaran,
seorang guru dan orang tua harus menggunakan prinsip pedagogis secara tepat.
Menumbuhkan rasa percaya diri dapat dilakukan dengan memberikan hadiah
atau pujian. Namun lain halnya dalam mendidik dengan cemoohan atau celaan,
seorang anak akan merasa minder, bahkan anak akan berpikir bahwa semua
yang akan ia lakukan dianggap salah oleh lingkungannya.
8) Kebiasaan belajar
Ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik
dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti : a) Belajar
tidak teratur; b) Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa); c)
Belajar bilamana menjelang ulangan atau pujian; d) Tidak memiliki catatan
pelajaran yang lengkap; e) Tidak terbiasa membuat ringkasan; f) Tidak
memiliki motivasi untuk memperkaya materi pelajaran; g) Senang menjiplak
pekerjaan teman, termasuk kurang percaya diri di dalam menyelesaikan tugas;
h) Sering datang terlambat; i) Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya
merokok).
Adapun faktor eksternal masalah belajar menurut Aunurrahman (2009:
188-196) adalah : “1) Faktor guru; 2) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya);
3) Kurikulum sekolah; 4) Sarana Sekolah”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Faktor guru
Peran guru dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan oleh siswa,
walaupun kemajuan teknologi telah pesat. Dalam hal ini ada beberapa faktor
yang terkait dengan pentingnya tugas guru terhadap keterampilan yang harus ia
kuasai dan harus dimiliki oleh guru antara lain yaitu:
a) Faktor pertama
Seorang guru harus dapat memilah materi, topik, dan aktivitas yang sesuai
dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu pengembangan strategi
pembelajaran yang dikemas semenarik mungkin oleh guru dapat mendorong
para siswa untuk lebih giat belajar.
b) Faktor kedua
Adanya perubahan pandangan di dalam masyarakat yang memiliki
penerapan pada upaya-upaya pengembangan pendekatan terhadap siswa.
Dalam hal ini keterampilan sebagai seorang guru untuk memotivasi
siswanya agar belajar dengan giat dengan memberi bekal keterampilan dan
pengetahuan para siswanya.
c) Faktor ketiga
Perkembangan teknologi baru yang mampu menyajikan berbagai informasi
lebih cepat dan menarik. Perkembangan teknologi dapat membantu guru
dalam penguasaan sejumlah keterampilan para siswanya, serta dapat meraih
perhatian dari siswa untuk meningkatkan proses pembelajaran. Seharusnya
dengan adanya perkembangan teknologi, guru dapat mengembangkan
aspek-aspek afektif (sikap) yang tugasnya sebagai seorang guru sebagai
model para siswa.
Menurut Shulman dan Socket dalam Aunurrahman (2009: 190)
menjelaskan bahwa “guru yang baik harus menggunakan penilaian terhadap
tindakan situasi kelas secara khusus. Penilaian dan tindakan-tindakan guru
terhadap situasi harus mencakup tindakan-tindakan siswa sebagai sumber-sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
(agen) moral”. Sehingga secara tidak langsung pengembangan pembelajaran yang
baik adalah pengembangan afektif (sikap) dengan diiringi pengembangan moral.
2) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya)
Sebagai makhluk sosial setiap siswa berinteraksi dengan lingkungan dan
teman-teman sebayanya. Lingkungan sosial yang baik dapat mempengaruhi
sikap positif siswa yang ditunjukkan ketika ia belajar. Banyak siswa
mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebayanya yang
mampu memberikan motivasi dalam dirinya untuk berusaha lebih baik dengan
cara belajar atau mengubah tingkah lakunya.
3) Kurikulum sekolah
Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai acuan untuk
mengembangkan proses pembelajaran. Kurikulum yang baik disusun
berdasarkan perkembangan masyarakat, namun perubahan pada sisi lain
kurikulum juga menimbulkan masalah. Menurut Dimyati dan Mujiono dalam
Aunurrahman (2009: 195) masalah-masalah itu adalah
a) Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah; bila pokok bahasan, kegiatan belajar mengajar juga berubah.
b) Isi pendidikan berubah; sehingga akan ada perubahan buku acuan yang digunakan dan berdampak pada anggaran yang dikeluarkan oleh orang tua siswa.
c) Kegiatan belajar mengajar berubah; sehingga guru dituntut untuk memilih strategi, metode, teknik dan pendekatan mengajar yang baru. Hal ini menuntut siswa untuk beradaptasi kembali dengan kebiasaan-kebiasaan yang baru.
d) Evaluasi berubah; guru harus menggunakan metode dan teknik evaluasi belajar yang baru. Sehingga siswa harus mempelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan tuntutan tersebut.
4) Sarana dan Prasarana
Ketersedian sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran akan
memberikan dampak pada terciptanya pembelajaran yang lebih kondusif.
Selain itu siswa akan merasa diberi kemudahan dalam mendapatkan informasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sehingga mendorong siswa berkembangnya motivasi dalam diri untuk
mencapai hasil yang lebih baik dengan fasilitas yang ada.
c. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald sebagaimana yang telah dikutip oleh Martinis
Yamin (2006: 172) “motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan”. Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2007: 1), “motivasi adalah
dorongan dasar merupakan perubahan yang ada dalam diri seseorang setelah ia
mendapat dorongan dari orang lain”. Dorongan tersebut dapat berupa tindakan,
yang mana tindakan itu dapat mempengaruhi tingkah laku orang yang mendapat
motivasi, sehingga mentalnya akan terbentuk suatu keyakinan bahwa ia sanggup
atau bisa untuk melaksanakan sesuatu yang dimotivasikan kepadanya.
Motivasi berasal dari kata “motif”, yang berarti kekuatan yang terdapat
dalam diri individu, yang menyebakan individu tersebut bertindak atau berbuat.
Menurut Hamzah B. Uno (2007: 3) arti kata motif yang telah ia kutip dari W. S.
Winkel, “Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu”. Hamzah B. Uno (2007: 3)
menambahkan kembali bahwa motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1) Motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya. Misal lapar, haus, istirahat.
2) Motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang-orang tersebut berada. Misal, keinginan mendengarkan musik.
3) Motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya. Misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Daya penggerak dapat berupa biologis, sosiologis, dan
teologis yang jika terbentuk dengan baik maka akan tercapai tujuan
hidup seseorang. Dengan demikian motivasi adalah suatu dorongan
dalam diri seseorang untuk mengubah tingkah laku yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan arti motivasi menurut
Zahera (2000: 26) adalah “suatu proses untuk menggiatkan motif-
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan”.
Menurut Jere Brophy (1998: 3) bahwa “Motivation refers to
students’ subjective experiences, especially their willingness to
engage in lessons and learning activities and their reasons for doing
so”. Arti dari pendapat Jere Brophy adalah motivasi mengacu pada
pengalaman subyektif siswa, khususnya keinginan mereka untuk
terlibat dalam kegiatan belajar dan pembelajaran serta alasan mereka
untuk melakukannya. Sehingga, dari pendapat Jere Brophy tersebut,
pengalaman subyektif siswa merupakan titik awal timbulnya
keinginan dan alasan mereka untuk terlibat dan melakukan proses
pembelajaran.
Berdasarkan pengertian-pengertian motivasi di atas, tersirat
tiga elemen penting, yaitu:
1) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu
manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang.
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto
1995: 2). Setelah seseorang belajar maka akan memperoleh perubahan dari
dirinya, dimana perubahan itu bersifat internal seperti pemahaman dan sikap, serta
mencakup hal-hal yang bersifat eksternal seperti keterampilan motorik atau
keterampilan berbicara. Perubahan eksternal seseorang dapat langsung diamati,
sedangkan perubahan internalnya tidak dapat langsung diamati. Sebab, yang
mengetahui orang telah berubah setelah belajar adalah dirinya sendiri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dari pengertian belajar dan motivasi dapat digabungkan sehingga
menjadi pengertian motivasi belajar. Motivasi belajar adalah suatu dorongan baik
dari dalam diri seseorang maupun dari faktor eksternal dan hasil dari dorongan
tersebut adalah tercapainya suatu tujuan dengan ditandai perubahan baik
perubahan kogntif maupun afeksi.
Motivasi mengacu pada pengalaman siswa subjektif, terutama keinginan
mereka untuk terlibat dalam pelajaran dan kegiatan pembelajaran dan alasan
mereka untuk melakukannya. Jadi dengan motivasi belajar yang diberikan oleh
guru kepada siswanya, maka siswa akan seperti yang diinginkan oleh gurunya.
Motivasi belajar dapat diberikan dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa akan
mudah menangkap atas apa yang digambarkan oleh gurunya.
d. Fungsi Motivasi
Menurut Oemar Hamalik (2003: 161) ada tiga fungsi motivasi yaitu:
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Pendapat Oemar Hamalik menegaskan bahwa suatu perbuatan akan
timbul jika mendapat motivasi dari orang yang dipercaya. Sebab guru tahu apa
yang dibutuhkan oleh siswanya dan siswa akan menuruti apa yang dikatakan oleh
gurunya karena guru telah memiliki banyak pengalaman. Selain itu dengan
motivasi belajar, siswa lebih giat untuk mencari pengetahuan karena guru telah
mengarahkan bahwa mereka butuh wawasan dari luar selain wawasan yang
dimiliki oleh guru meraka. Dengan begitu siswa akan bergerak seperti apa yang
diinginkan gurunya, dan sesuai hasil akhir dari apa yang diharapkan oleh guru
yaitu pencapaian prestasi yang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Sedangkan Jere Brophy (1998:7) berpendapat bahwa “when people are
motivated, they intend to accomplish something and undertake goal-oriented
action to do so”. Artinya bahwa motivasi membuat seseorang akan cenderung
merampungkan suatu garapan dan mengambil langkah-langkah yang berorientasi
pada tujuan dari garapan tersebut. Dari pendapat Jere Brophy tersebut, keberadaan
motivasi jika diterapkan dalam pembelajaran, berfungsi sebagai pendorong agar
siswa mau melakukan langkah-langkah dalam proses pembelajaran sehingga
proses pembelajaran tersebut rampung dan siswa mampu mencapai tujuan dari
proses pembelajaran.
Berdasarkan fungsi-fungsi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang
yang belajar akan mendapat prestasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang
sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar.
Ketiga fungsi di atas guna mengukur indikator dari motivasi belajar yaitu
sebagai berikut, mendorong untuk berbuat, menentukan arah perbuatan dan
menyeleksi perbuatan. Selanjutnya, dengan melihat fungsi motivasi di atas dapat
diketahui bahwa motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas
belajar sehingga tercapai tujuan belajar yang diharapkan. Motivasi juga
menentukan arah perbuatan yaitu kearah perwujudan suatu tujuan dan cita-cita.
Seorang siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan berjuang keras untuk
dapat mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Selain itu, motivasi yang ada
dalam diri seseorang dapat menyeleksi perbuatannya, yang artinya menentukan
perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan guna mencapai tujuan itu dengan
mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
e. Tujuan Motivasi Belajar
Menurut Ngalim Purwanto (2003: 73) “Dapat dikatakan bahwa tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu”.
Bagi seorang guru tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan siswa
agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan hasil belajarnya
sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan
ditetapkan di dalam kurikulum.
f. Ciri -Ciri Siswa yang Memiliki Motivasi
Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas pututs asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya.
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa” (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).
4) Lebih senang bekerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu). 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. (Sardiman A. M,
2010: 83)
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2007: 27-28) bahwa “seseorang
yang telah memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam dirinya dengan ditandai
rasa ingin tahu yang tinggi, dapat dipahami bahwa terjadi penguatan belajar pada
sesesorang. Selanjutnya, seseorang yang memiliki motivasi belajar akan tertarik
untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui
atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Seorang anak yang telah termotivasi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
belajar sesuatu, berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan
memperoleh hasil yang baik.”
Menurut pendapat di atas siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
akan selalu berusaha untuk mencari hal-hal baru yang dapat menambah khasanah
pengetahuannya. Sikap ingin mencoba hal-hal yang baru atau bereksperimen
dibutuhkan keuletan, kegigihan dan rasa percaya diri, serta tidak mudah putus asa.
Keyakinannya dalam mempertahankan pendapatnya adalah kunci utama dalam
eksperimennya tersebut, sebab ia memiliki satu prinsip yang kuat dalam
pemecahan persoalan. Pemecahan persoalan dapat dilakukan dengan cara
membaca buku dan peran guru dalam hal ini adalah membimbing dan
mengarahkan siswanya dalam pemecahan persoalan. Sehingga, dapat ditarik
kesimpulan motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar
maka dia tidak tahan untuk belajar.
g. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Oemar Hamalik (2003: 162) mengemukakan bahwa motivasi
dibedakan menjadi dua yaitu: “1) Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang
tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan
murid; 2) Motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor
dari luar situasi belajar”.
Menurut Woodworth dan Marquis dalam Sardiman A. M (2010: 134)
menyebutkan bahwa jenis motivasi ada tiga, yaitu:
1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi: makan, minum, bernapas, seksual, beristirahat.
2) Motif-motif darurat, meliputi: untuk berusaha, untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk belajar. Motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.
3) Motif-motif obyektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, menaruh minat, melakukan manipulasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Motivasi muncul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar secara efektif, muncul dari dalam.
Bila peserta didik sebelum mempelajari sesuatu telah mempunyai
motivasi intrinsik pada dirinya maka ia secara sadar akan melakukan sesuatu
kegiatan yang diminatinya. Peserta didik yang mempunyai motivasi intrinsik
selalu ingin maju dan berprestasi dalam belajar. Keinginan tersebut dilatar
belakangi oleh pemikiran yang positif bahwa materi pelajaran yang dipelajarinya
karena kebutuhannya.
h. Bentuk-bentuk Motivasi di Sekolah
Peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan oleh
pelajar, sebab seorang pelajar yang memiliki motivasi untuk belajar akan lebih
memelihara ketekunannya dalam belajar serta lebih mengembangkan kegiatan
yang menunjang proses belajarnya. Dalam mengembangkan motivasi belajar
dalam diri siswa, guru harus memberikan motivasi dalam bentuk dan cara yang
sesuai dalam kegiatan belajar di sekolah.
Menurut Sardiman A. M (2010: 92-95) ada beberapa bentuk dalam
memberikan motivasi terhadap siswa yaitu “1) Memberi angka; 2) Hadiah; 3)
Saingan kompetensi; 4) Ego-involvement; 5) Memberi ulangan; 6) Mengetahui
hasil; 7) Pujian; 8) Hukuman; 9) Hasrat untuk belajar; 10) Minat; 11) tujuan yang
diakui”.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Memberi angka
Angka merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Dengan angka
seorang siswa akan termotivasi untuk lebih giat belajar demi mendapatkan nilai
yang lebih bagus dari teman-temannya. Selain memiliki segi positif, nilai juga
memiliki pengaruh yang negatif untuk siswa. Bisa saja seorang siswa
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang baik, sebab ia merasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
malu dengan teman-temannya jika mendapatkan nilai yang jelek atau di bawah
rata-rata. Sehingga boleh dikatakan hasil belajar atau nilai yang diperoleh
siswa belum menunjukkan hasil yang sebenarnya diperoleh siswa.
2) Hadiah
Hadiah mungkin bisa digunakan sebagai alat untuk menumbuhkan motivasi
dalam diri seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan agar sesuai tujuan yang
diinginkan. Namun pemberian hadiah tidak selalu menarik untuk seseorang
yang tidak menyukai bakat tersebut.
3) Saingan/kompetisi
Persaingan yang sehat dalam proses belajar sangat membantu siswa untuk
meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga saingan atau kompetisi dapat
digunakan sebagai alat untuk memotivasi belajar siswa. Menurut Erly F. P,
Jenny L. S, dan Wiriana (2008: 151) sebagaimana telah mengutip dari
pendapat Slameto dan Sardiman bahwa :
Teman dapat menjadi faktor yang mempengaruhi belajar siswa. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik bagi diri siswa, sebaiknya teman yang jelek pasti akan mempengaruhi sifat buruk pula.
Kompetisi atau persaingan dengan teman sekelas juga dapat menumbuhkan motivasi untuk membangkitkan minat belajar siswa. Dalam hal ini teman ikut mempengaruhi motivasi untuk belajar.
Oleh sebab itu, tugas guru dalam kelas harus membangkitkan semangat belajar
siswanya dengan meningkatkan persaingan nilai. Persaingan nilai dapat
dilakukan dengan cara guru memberikan pertanyaan bonus. Sehingga, siswa
yang belum bisa menjawab pertanyaan bonus akan berusaha untuk belajar agar
dikemudian hari bisa mendapat nilai tambahan dari pertanyaan bonus tadi.
4) Ego-involvement
Dapat diartikan sebagai penumbuhan kesadaran dengan cara memberikan
tanggungjawab yang kuat pada siswa. Sehingga mereka akan merasa harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mempertahankan harga dirinya dari tanggungjawab tersebut dengan cara
meningkatkan hasil belajar.
5) Memberi ulangan
Pemberian ulangan merupakan sarana motivasi, sebab siswa akan
mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan dengan giat belajar. Namun
ulangan juga harus diberi waktu dengan maksud ulangan tidak dilakukan setiap
hari agar siswa tidak merasa jenuh dan tidak merasa ulangan adalah suatu
rutinitas. Keterbukaan seorang guru pada siswanya ketika akan melaksanakan
ulangan sangat membantu siswa dalam mempersiapkan ulangan.
6) Mengetahui hasil
Motivasi dalam diri siswa dapat dibantu dengan memberikan hasil ulangan
atau nilai. Sebab dengan mengetahui kemajuan perolehan hasil ulangan dapat
membantu siswa untuk lebih giat belajar, bahkan dapat meningkatkan belajar
mereka dengan suatu harapan hasil belajar yang akan datang lebih bagus dari
pada hasil belajar yang telah diperolehnya saat ini.
7) Pujian
Selain hadiah, pujian juga dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan
motivasi dalam diri siswa. Pujian harus dilakukan dengan tepat untuk
menumbuhkan suasana yang menyenangkan, selain itu pujian dapat
membangkitkan harga diri seseorang dan kepercayaan diri di muka umum.
8) Hukuman
Prinsip-prinsip pemberian hukuman yang tepat dapat membantu siswa untuk
menumbuhkan motivasi dalam dirinya. Motivasi dapat menumbuhkan dampak
negatif bagi siswa, sebab bisa jadi siswa akan kecewa dengan pemberian
hukuman yang diberikan oleh guru. Sehingga, siswa akan menghalalkan
berbagai cara agar selamat dari hukuman. Selain itu, dari kekecewaan yang
dimiliki oleh siswa dapat menghambat tujuan guru untuk memberikan motivasi
pada siswanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
9) Hasrat untuk belajar
Keinginan belajar dalam diri siswa merupakan suatu kesengajaan untuk
belajar. Sehingga siswa yang memiliki hasrat belajar yang tinggi, maka dalam
diri mereka ada motivasi belajar yang tinggi pula.
10) Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan dari pihak yang terkait (siswa). Siswa
yang memiliki minat belajar yang tinggi otomatis dalam dirinya terdapat
motivasi untuk belajar yang kuat.
Menurut Sardiman A. M (2010: 95) minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara
sebagai berikut: “a) membangkitkan adanya suatu kebutuhan; b)
menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau; c) memberi
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik; d) Menggunakan berbagai
macam bentuk mengajar”.
11) Tujuan yang diakui
Tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh siswa, merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai, yang dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul
semangat dalam dirinya untuk belajar terus.
Sedangkan menurut Zahera (2000: 26) ada beberapa cara yang dapat
dilakukan guru untuk memotivasi siswa antara lain:
a) Guru harus memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai; guru harus menggunakan metode belajar yang bervariasi; membuat situasi persaingan; mengadakan evaluasi yang berkesinambungan; guru harus membuat contoh yang baik.
b) Kompetisi, pace moking, tujuan yang jelas, kesempatan untuk sukses, minat yang besar, dan mengadakan penilaian antar tes.
c) Cara yang dipakai untuk memotivasi adalah dengan pendekatan cemeti dan pendekatan pemikat.
Dari cara-cara di atas yang mempunyai kewajiban untuk menumbuhkan
motivasi belajar siswa adalah seorang guru atau pendidik. Dengan melakukannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
diharapkan seorang siswa dapat termotivasi untuk giat belajar sehingga hasil
belajar yang dicapai dapat meningkat.
i. Nilai Motivasi dalam Pembelajaran
Seorang pendidik sangat bertanggungjawab dalam melaksanakan sistem
pembelajaran, agar berhasil dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
membangkitkan motivasi belajar.
Menurut Oemar Hamalik (1992: 52), motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut: 1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal; 2) Pembelajaran yang termotivasi pada hakekatnya adalah pembelajarn yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa; 3) Pembelajaran yang bermotivasi menurut kreativitas dan imajinasi guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi, guru membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa; 4) Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas; 5) Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang essensial dalam proses belajar dan pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan di atas motivasi belajar merupakan salah satu
faktor penting dalam mencapai prestasi belajar. Dalam hal ini yang dimaksud
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan
belajar, demi mencapai tujuan. Motivasi belajar ini mempunyai peran khas dalam
membangkitkan gairah, rasa senang, dan semangat untuk belajar.
Dalam penelitian ini motivasi belajar dilihat dari kegiatan belajar, usaha
untuk belajar, kemauan untuk belajar, menyukai tantangan, dan harapan untuk
berhasil yang dalam diri siswa, namun tidak lepas dorongan dari seorang guru.
Sebab guru memiliki dua kompetensi yaitu kompetensi profesional dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kompetensi pedagogik, yang keduanya berperan dalam membangkitkan motivasi
belajar dalam diri siswa.
j. Definisi Konseptual Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah suatu dorongan baik dari dalam diri
seseorang maupun dari faktor eksternal dan hasil dari dorongan
tersebut adalah tercapainya suatu tujuan dengan ditandai perubahan
baik perubahan perasaan dan sikap.
k. Definisi Operasional Motivasi Belajar
1) Memberi angka
2) Memberi hadiah
3) Membuat situasi persaingan
4) Ego-envolvement
5) Memberi ulangan
6) Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai
7) Memberikan penghargaan pujian
8) Memberikan hukuman
9) Membuat hasrat untuk belajar
10) Menumbuhkan minat untuk belajar
11) Menjelaskan tujuan yang hendak dicapai.
3. Teori Penghubung Antara Kompetensi Guru Dengan Motivasi Belajar
Berdasarkan uraian antara kompetensi guru dan motivasi belajar, teori
yang sesuai adalah “Teori Belajar Asosiasi”
Penggagas teori ini adalah Hermann Ebinghaus. Menurut Thoifuri (2008:
102) dalam teori menekankan tiga hal yaitu:
a) Siswa adalah respons dan guru sebagai stimulannya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
b) Pengajaran hendaknya memuaskan pada siswa dengan seperangkat stimulant yang ditampilkan guru;
c) Pengajaran dianjurkan untuk lebih memberikan reward (ganjaran/hadiah), dari pada punishment (hukuman), karena hukuman dapat menjadi salah satu sebab siswa tidak mau memberikan suatu respons.
Teori ini menitik beratkan pada stimulant dan respon, sesuatu yang
dilakukan guru harus dapat merangsang siswanya untuk lebih mengembangkan
keterampilan yang ia miliki dengan cara memberikan hadiah pada siswanya.
Hadiah merupakan suatu penguat untuk hubungan antara S-R sebab dengan
diberikannya hadiah, siswa akan merasa puas terhadap hasil yang ia peroleh. Cara
yang dilakukan guru dengan memberikan hadiah dapat didahului dengan
mengadakan evaluasi pembelajaran atau ulangan, ulangan juga dapat dijadikan
sebagai cara alternatif untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Siswa akan
merasa memiliki kewajiban untuk belajar agar tidak mendapat hukuman selain itu
ada motivasi lain yang mungkin berupa ingin mendapatkan pujian, hadiah dari
gurunya atau bahkan ingin bersaing dengan temannya.
Selain hadiah atau reward pengajaran yang dinilai siswa sangat menarik
atau memuaskan dapat menumbuhkan sikap ingin belajar dan ingin mengetahui
tentang apa yang telah diterangkan oleh guru tersebut. Dalam hal ini guru harus
pandai-pandai menerapkan model pembelajaran dan penggunaan media serta
sumber belajar. Kreatifitas guru ketika memberikan materi pada siswa sangat
diperlukan oleh karena itu guru harus menerapkan kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional. Penerapan kreatifitas yang dimiliki oleh guru harus
disesuaikan dengan kemampuan serta kondisi siswanya.
Sehingga sebagai simpulan kreatifitas merupakan alat yang digunakan
oleh guru untuk mengambil respon dari siswa. Selain kreatifitas penggunaan
sumber belajar dan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dapat
menumbuhkan semangat belajar dalam dirinya. Kemudian ulangan yang diberikan
oleh guru adalah salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar dalam diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
siswa, dengan motivasi siswa akan mendapatkan tujuan yang ingin diraihnya atau
siswa akan belajar karena dia takut akan hukuman yang diberikan oleh gurunya
jika mendapat nilai yang jelek.
4. Tinjauan Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan merupakan salah satu alat untuk membangun
bangsa Indonesia melalui generasi mudanya, karena pendidikan
memberikan arti penting dalam masa perkembangan generasi muda.
Khususnya dalam perkembangan sikap dan perilaku guna memberikan
arah dan penentuan pandangan hidupnya. Pendidikan memiliki
hakikat mengajarkan manusia untuk menjunjung etika, moral, akhlak,
budi pekerti serta perilaku manusia yang dapat menciptakan suatu
kehidupan yang baik. Salah satu mata pelajaran yang berperan dalam
pembentukan moral, akhlak, budi pekerti, dan etika adalah Pendidikan
Kewarganegaraan.
Menurut Nils Rosemann (2006: 73) mengatakan bahwa,” Education was
designed in order to make those educated able to act in accordance with their
knowledge either to restrain from violations or to claim human right for their
protection”. Pendidikan dirancang untuk membuat orang-orang berpendidikan dan
mampu bertindak sesuai dengan pengetahuan mereka baik untuk menahan dari
pelanggaran atau untuk mengklaim hak-hak manusia untuk perlindungan mereka.
Sedangkan menurut Numan Sumantri (2001) dalam Winarno dan
Wijianto (2010: 4) pengertian pendidikan kewarganegaraan untuk konteks
Indonesia yaitu :
Pendidikan Kewarganegaraan yang kiranya cocok dengan Indonesia adalah sebagai program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua yang kesemua itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasar Pancasila dan UUD 1945.
Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan kewarganegaraan
adalah suatu pendidikan yang mengembangkan semangat kebangsaan dan
kesadaran bernegara untuk bela Negara sebab dengan pelajaran PKN siswa akan
diajarkan mencintai tanah air yang berdasarkan atas Pancasila. Rasa cinta tanah
air sangat dibutuhkan untuk tetap tegaknya NKRI. Kewarganegaraan (citizenship)
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang
beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa, untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya, Winarno dan Wijianto
(2010: 7) menambahkan kembali pendapatnya mengenai tujuan PKn sekarang ini
adalah membentuk peserta didik agar memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan;
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi;
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
Dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan dipersiapkan untuk masa
depan generasi muda agar menjadi warga negara yang terdidik dengan etika dan
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Selain itu dengan Pendidikan
Kewarganegaraan generasi muda akan memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
air, sehingga mereka akan menyumbangkan pikirannya dalam dunia pendidikan
yang maju dan modern.
Menurut pendapat Rusnaini (2009: 59) yang mengatakan bahwa
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir 1, sejalan dengan pemikiran “civic education” tentang pendidikan untuk kewarganegaraan atau pendidikan membangun jati diri kewarganegaraan berimplikasi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pendidikan yang bukan hanya menekankan pada pengetahuan kewarganegaraan, tetapi pada pengembangan nilai, keterampilan dan pengertian.
Oleh karena itu, di dalam pendidikan yang ada di Indonesia harus
berimplikasi pada pendidikan kewarganegaraan sebab di Indonesia memiliki
beragam kebudayaan dan beragam nilai-nilai yang terkandung di masyarakat.
Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang ada di sekolah dimaksudkan
untuk memanfaatkan kebudayaan yang ada di lingkungan sekitar, agar mereka
dapat menghargai hasil jerih payah pengorbanan para leluhurnya dalam
mempertahankan kebudayaan Indonesia.
Sedangkan, menurut Peraturan menteri Pendidikan Nasional No. 16
Tahun 2007 mengenai Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru
bahwa kompetensi guru mata pelajaran PKn pada SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK yaitu
a. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan;
b. Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic skills);
c. Menunjukkan manfaat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (Anonim, 2009: 169).
Berawal dari penjelasan di atas, pendidikan kewarganegaraan dapat
memberikan dampak yang positif pada kehidupan siswa. Menurut Kokom
Komalasari dan Dasim Budimansyah (2008: 77) bahwa “Globalisasi menuntut
Pendidikan kewarganegaraan mengembangkan civic competence yang meliputi
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan
(civic skills), dan watak kewarganegaraan (civic disposition) yang
multidimensional”. Adapun yang dimaksud dalam komponen-komponen civic
competence adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
a. Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge)
Pengetahuan kewarganegaraan pada prinsipnya pengetahuan yang harus
diketahui oleh warga Negara dan berhubungan dengan hak dan kewajiban sebagai
warga negara. Dalam kurikulum 2006 konsep-konsep kunci yang harus
dikembangkan melalui Pendidikan Kewarganegaraan meliputi persatuan dan
kesatuan, norma, hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga
negara, konstitusi negara, kekuasaan dan politik, demokrasi dan sistem politik,
Pancasila, dan globalisasi. Menurut Branson (1990) berdasarkan National
Standards And Civics Framework For The 1988 National Assesmenst Of
Educational Progress (NAEP), komponen pengetahuan kewarganegaraan ini
diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting yaitu:
1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik dan pemerintahan?; 2) Apa fondasi-fondasi sistem politik?; 3) Bagaimana pemerintah yang dibentuk oleh konstitusi
mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan prinsip demokrasi?; 4) Hubungan antara suatu negara dan negara lain dan posisinya dalam
masalah internasional; 5) Apa peran warga negara dalam demokrasi? (Kokom Komalasari dan
Dasim Budimansyah, 2008: 84).
Menurut Dasim Budimansyah dan Udin S. Winataputra (2007: 186-188)
yang membahas mengenai lima pertanyaan tentang komponen pengetahuan
kewarganegaraan, yaitu “1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik dan
pemahaman; 2) Apa fondasi-fondasi sistem politik; 3) Bagaimana pemerintahan
yang dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan–tujuan, nilai–nilai dan
prinsip-prinsip demokrasi Indonesia?; 4) Bagaimana hubungan antara Indonesia
dengan negara-negara lain di dunia?; 5) Apa peran warga negara dalam demokrasi
Indonesia?”.
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan sebagai berikut :
1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, pemerintahan?.
Berdasarkan pertanyaan di atas, hendaknya mengembangkan pemahaman lebih
besar akan hakikat pentingnya civil society atau jaringan kompleks dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
asosiasi-asosiasi politik, sosial dan ekonomi yang dibentuk dengan bebas dan
sukarela yang merupakan komponen essensial dari demokrasi konstitusional.
Civil society yang telah maju dapat membantu pemerintah untuk mengentaskan
penyelewengan kekuasaan yang berlebihan. Organisasi-organisasi civil society
pun dapat digunakan sebagai laboratorium publik, yang warga negara dapat
belajar sambil praktek.
2) Apa fondasi-fondasi sistem politik?.
Inti dari pertanyaan di atas yang dibahas adalah mengenai nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang ditegaskan dalam Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945.
Adapun nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam demokrasi dikenal
sebagai kesepuluh pilar demokrasi, yang mana isi dari sepuluh pilar tersebut
adalah (a) Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa; (b) Demokrasi
dengan kecerdasan; (c) Demokrasi yang berkedaulatan rakyat; (d) Demokrasi
dengan rule of law; (e) Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan dan system
saling mengawasi dan mengimbangi (checks and ballances); (f) Demokrasi
dengan hak asasi manusia; (g) Demokrasi dengan pengadilan yang bebas; (h)
demokrasi dengan otonomi daerah; (i) Demokrasi dengan kemakmuran; dan (j)
Demokrasi yang berkeadilan sosial. Pendidikan di sekolah haruslah berakar
pada semangat cita-cita sebagaimana yang telah terkandung dalam pembukaan
pasal-pasal UUD 1945. Segala yang ada dalam UUD 1945 dapat dijadikan
sebagai alat ukur untuk cara dan tujuan pemerintah atau kelompok-kelompok
yang merupakan bagian dari civil society.
3) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan
tujuan–tujuan, nilai–nilai dan prinsip-prinsip demokrasi Indonesia?.
Pertanyaan ini membantu warganegara untuk memahami dan mengevaluasi
pemerintahan yang meliputi pembagian kekuasaan dan penyebaran yang
dilakukan oleh pemerintah. Maksud dari pembatasan, penyebaran dan
pembagian kekuasaan adalah dengan memahami tujuan tersebut maka setiap
warganegara akan mengetahui akan hak dan kewajiban warganegara baik di
tingkat lokal, daerah maupun nasional. Sehingga, mereka bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
mengembangkannya melalui partisipasi dan pengembangan hukum dalam
sistem politik Indonesia.
4) Bagaimana hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia?.
Dengan memahami pertanyaan di atas masyarakat dapat mengukur peran
Indonesia saat ini di mata Internasional karena perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi. Masyarakat pun dapat mengukur peran Indonesia
ke arah mana kebijakan politik luar negeri yang harus diarahkan dan elemen-
elemen penting hubungan internasional.
5) Apa peran warga negara dalam demokrasi Indonesia?.
Setiap warganegara merupakan anggota yang setara dari suatu komunitas
otonom dan memiliki hak-hak fundamental dan tanggung jawab. Keterlibatan
wraganegara dalam kehidupan politik dan civil society dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup di lingkungan sekitar mereka.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berkaitan dengan
pengetahuan yang harus dikuasai warga negara seperti pengetahuan
tentang system politik, pemerintahan, konstitusi, undang-undang, hak
dan kewajiban sebagai warga negara, dan sebagainya. Artinya, guru
harus mengembangkan pengetahuan siswa melalui pelajaran yang
diterangkannya.
b. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)
Civic skills merupakan implementasi yang dikembangkan dari
pengetahuan kewarganegaraan agar siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan The National Standards For Civics and Government Dan
The Civics Framework For 1988 National Assessment Of Educational Progress
(NAEP), Kokom Komalasari dan Dasim Budimansyah (2008: 84-85) menegaskan
bahwa “keterampilan berpikir kritis meliputi keterampilan mengidentifikasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
mengagambarkan/mendeskrisikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi,
menentukan, dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah-
masalah publik”.
Sedangkan menurut Rusnaini (2009: 63) bahwa “kecakapan
kewarganegaraan yang dikembangkan dari pengetahuan
kewarganegaraan, meliputi kecakapan-kecakapan intelektual
(intellectual skills) dan kecakapan partisipasi (participation skills)”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecakapan-kecakapan
intelektual penting untuk terbentuknya warga negara yang
berperpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab. Dalam
pembelajaran PKN, siswa diajak untuk pandai dalam menyelesaikan
masalah-masalah publik yang akan mereka dihadapi dalam negara,
agar mereka dapat berpikir kritis. Kemudian dari situlah akan tumbuh
kesadaran dalam diri siswa untuk cinta tanah air.
c. Watak-watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)
Menurut Quigley, dkk (1991) dalam Kokom Komalasari dan Dasim
Budimansyah (2008: 85) merumuskan mengenai civic disposition adalah
Sikap dan kebiasaan berpikir warga negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi. Secara konseptual civic disposition meliputi sejumlah karakteristik kepribadian, yakni: “civility (respect and civil discourse), individual responsibility, self-discipline, civic mindedness, open-mindedness (openness, skepticism, recognition of ambiguity), compromise (conflict of principles, compassion, generosity, and loyalty to the nation and its principles”. Artinya kesopanan yang mencakup penghormatan dan interaksi manusiawi tanggung jawab, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisimisme, pengenalan terhadap kemenduaan, sikap kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keagamaan, kesabaran dan keajekan, keharuan, kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan segala prinsipnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Karakter privat yang mana seseorang wajib menjaga nama baiknya
masing-masing dimanapun ia berada, sedangkan karakter publik yaitu seorang
warga negara harus tanggap dengan keadaan sekitar dan peduli dengan masakah
yang sedang dihadapi negara. Watak-watak kewarganegaraan yang dibentuk
dalam PKN haruslah dapat dikembangkan oleh siswa melalui materi yang
diajarkan oleh guru.
Berdasarkan Civic Center Education (CCE) dalam Winarno dan Wijianto
(2010: 11) karakter kewarganegaraan (civic disposition) diantaranya yaitu :
1) Menjadi anggota masyarakat yang independen (mandiri). 2) Memenuhi tanggungjawab personal kewarganegaraan di bidang
ekonomi dan politik. 3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu. 4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana
dan efektif. 5) Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat.
Berangkat dari pendapat di atas, sehingga dapat dikembangkan dalam
pembelajaran PKN untuk membentuk watak-watak kewarganegaraan dalam diri
siswa. Pada dasarnya bangsa ini membutuhkan warga negara yang mampu
berpartisipasi dalam urusan kewarganegaraan sebab hasil dari pikiran merekalah
Indonesia dapat berkembang seperti saat ini. Warga negara yang mandiri dan
memiliki tanggung jawab penuh di bidang politik dan ekonomi, dinilai dapat
membantu bangsa kita dalam mengentaskan masalah yang ada. Selain itu, setiap
warga negara wajib menjaga harga diri mereka dimanapun berada dan wajib
menjaga nama baik NKRI di muka Internasional. Pengembangan watak
kewarganegaraan tidak hanya berhenti disitu saja, namun dalam hal demokrasi
konstitusional juga perlu untuk dikembangkan yang artinya bahwa setiap warga
negara wajib mentaati peraturan yang ada.
Berdasarkan uraian di atas civic education yang ada di sekolah perlu
dikembangkan melalui motivasi belajar, sebab dalam menumbuhkan watak-watak
kewarganegaraan seorang guru perlu memberikan contoh dengan masalah yang
ada di sekitarnya. Kemudian, dalam menumbuhkan civic skills dalam diri siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
seorang guru dituntut untuk aktif dengan menyisipkan masalah yang ada ketika
menyusun bahan ajar. Selanjutnya, dalam mempertahankan pendapatnya pada
soal yang diberikan oleh guru, siswa perlu mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan masalah kewarganegaraan. Oleh sebab itu, dalam meningkatkan kualitas
civic education di sekolah tidak pernah lepas dari peran guru yang selalu
memberikan motivasi belajar dalam diri siswa dan tidak lepas dari kompetensi
yang berhubungan dengan motivasi belajar yaitu kompetensi pedagogik dan
kompetensi professional. Kedua kompetensi tersebut dinilai dapat meningkat hasil
belajar dari civic education sebab berhubungan dengan cara guru menyampaikan
materi atau dengan kata lain berhubungan dengan pengelolaan pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam bagian ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang
mempunyai relevansi dengan penelitian ini:
1. Erna Wahyuni (2009) yang berjudul Kompetensi Guru Pasca Sertifikasi (Studi
Kasus Guru Bersertifikat Pendidik Profesional di SMPN Kota Blitar), dari
analisis datanya dapat disimpulkan: (1) Terjadi peningkatan kompetensi
pedagogik pada guru-guru bersertifikat pendidik di Kota Blitar, (2) Terjadi
peningkatan kompetensi profesional pada guru yang sudah bersertifikat
pendidik yang ditunjukkan dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban.
2. Dian Winanti (2007) yang berjudul “Kompetensi Guru Dan Kesiapan Siswa
Dalam Pembelajaran Berbasis Kompetensi Pada Mata Diklat Akuntansi
Program Keahlian Khusus Akuntansi Di SMK Batik 1 Surakarta Tahun Diklat
2006/2007”. Berdasarkan penelitiannya disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik dan kompetensi professional dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa. Motivasi dari seseorang guru sangat diperlukan oleh siswa, sebab
motivasi dapat menimbulkan semangat dalam diri siswa sehingga mereka akan
berantusias untuk belajar mengenai apa yang diterangkan oleh gurunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3. Afif Susanto yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Siswa Dan
Kompetensi Pedagogik Guru Dengan Kualitas Pembelajaran Sosiologi Di
Kelas X SMA N 1 Sleman Tahun Ajaran 2007/2008”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
motivasi berprestasi siswa dan kompetensi pedagogik guru sosiologi dengan
kualitas pembelajaran sosiologi. Yang dikatakan dapat semakin tinggi motivasi
siswa untuk berprestasi dan semakin tinggi kompetensi pedagogik yang
dikuasai guru maka akan semakin tinggi pula kualitas pembelajaran sosiologi
yang dilaksanakan.
4. Eko Putro Widoyoko yang berjudul “Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap
Motivasi Belajar Siswa”. Berdasarkan hasil tabulasi silang (crosstabs)
menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai motivasi belajar yang sangat
tinggi pada umumnya berasal dari kelas yang gurunya mempunyai kinerja
sangat baik (8,7%) dibandingkan dengan kelas yang gurunya mempunyai
kinerja yang cukup (3,7%). Menurut hasil tersebut menunjukkan bahwa kinerja
guru mempunyai pengaruh yang positif terhadap motivasi belajar. Adapun
kinerja guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetensi pedagogik
dan kompetensi professional, sebab kedua kompetensi tersebut berpengaruh
terhadap motivasi belajar.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada dasarnya merupakan penalaran untuk dapat
sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan,
mengacu pada permasalahan dan kajian teori di atas, maka kerangka pemikiran
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Hubungan kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) dengan motivasi belajar.
Guru sebagai pemegang peranan utama dalam proses belajar mengajar
yang mempunyai tugas yaitu mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa
agar menjadi sumber daya yang berkualitas dan mampu mengembangkan potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
diri dan juga kemampuan-kemampuan yang diperoleh dari hasil belajar.
Berdasarkan UU RI No. 14 tahun 2005 Tentang guru dan Dosen ada empat
kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik
yaitu kompetensi yang berperan dalam pemahaman peserta didik, evaluasi belajar,
perancangan pembelajaran dan pengembangan peserta didik. Kompetensi
pedagogik berhubungan dengan motivasi belajar sebab dalam kompetensi tersebut
guru berperan sebagai manajer dalam pendidikan yang melaksanakan dan
mengelola materi pembelajaran. Dalam pelaksanaannya untuk mencapai hasil
belajar yang optimal, guru harus memberikan motivasi belajar.
Selain kompetensi pedagogik, yang dapat meningkatkan motivasi belajar
peserta didik adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Pada
dasarnya kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional. Pada kompetensi ini penguasaan materi guru dituntut untuk tidak asal-
asalan namun harus mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan peserta didiknya.
Karena setiap siswa memiliki tingkat IQ dan kreatifitas yang berbeda-beda. Untuk
menyamakan hasil peserta didik yang memiliki tingkat kreatifitas yang tinggi dan
yang rendah maka guru harus mengemas bahan materi pembelajaran dengan
menarik. Karena dengan kemenarikan itulah seluruh peserta didik dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka sendiri-sendiri.
Untuk mewujudkan tujuan dari pembelajaran seorang guru harus
meningkatkan motivasi belajar siswa baik motivasi intrinsik maupun motivasi
ekstrinsik dengan cara memiliki kedua kompetensi tersebut. Berdasarkan uraian
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional yang telah dihubungkan
dengan teorinya Herman Ebinghauss yang mana meliputi 1) guru sebagai stimulus
dan siswa sebagai respon; 2) pengajaran hendaknya memuaskan siswa dengan
seperangkat stimulant yang diberikan oleh guru; 3) pengajaran sebaiknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
menggunakan reward (penghargaan) bukan menggunakan punishment (hukuman)
maka dapat disimpulkan bahwa kedua kompetensi tersebut berhubungan dengan
motivasi belajar. Hal ini dapat ditunjukan dengan pemberian materi yang menarik
dapat memberikan motivasi pada siswa dengan cara pemberian evaluasi belajar
yang diadakan oleh guru, pemanfaatan media pembelajaran, pengolahan materi
yang sesuai dengan keadaan siswa. Semua itu berhubungan dengan kompetensi
pedagogik dan kompetensi professional.
Selain meningkatkan hasil belajar, pengembangan kompetensi guru
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) juga berperan dalam pengembangan sikap
peserta didik di masyarakat. Pengembangan sikap siswa di masyarakat
dimasukkan dalam civic skills sebab komponen civic skills dapat membuat siswa
untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah kewarganegaraan. Civic skills
yang ada dapat mengembangkan watak-watak kewarganegaraan (civic
disposition) sehingga siswa akan berbuat sesuai dengan yang diamanatkan dalam
Pancasila. Kedua komponen civic education tidak lepas dari peran civic
knowledge, sebab dengan civic knowledge siswa akan mengetahui untuk apa ia
berbuat sesuai dengan Pancasila dan bersikap disiplin. Oleh sebab itu, motivasi
sangat penting perananannya dalam menentukan segala tindakan manusia,
demikian juga dalam belajar PKn. Jika guru mampu menguasai kompetensi guru
yang dapat meningkatkan mata pelajaran PKn maka guru dapat meningkatkan
hasil belajar siswanya. Untuk memperjelas kerangka pemikiran ini data
digambarkan dengan skema sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir
Keterangan: Garis Hubungan
Kompetensi profesional
Kompetensi Sosial
M
O
T
I
V
A
S
I
B
E
L
A
J
A
Kompetensi
Kepribadian
Berdasarkan UU
No.14 Tahun 2005
Penerapan
Kompetensi Guru
(X)
Kompetensi Pedagogik
Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005
Tentang Standar
Nasional Pendidikan
Yaitu kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
D. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang sebenarnya masih akan diuji secara empiris dengan melalui berbagai
pengujian. Atas dasar pengertian di atas maka peneliti merumuskan hipotesis
sebagai berikut:
“Ada hubungan yang positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar
PKn siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo
tahun ajaran 2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kartasura. Pemilihan tempat penelitian tersebut
dilakukan karena di sekolah tersebut terdapat permasalahan serta tujuan penelitian
yang dilakukan.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2010 sampai
dengan Maret 2011, yang selanjutnya dapat diperlihatkan pada perincian berikut:
Tabel 1. Waktu Kegiatan Penelitian
Keterangan 2010 2011
Feb Mar Apr Mei Juni Des Jan Feb
Pengajuan
judul
Penyusunan
proposal
Perijinan
Penyusunan
instrumen
Pengumpulan
data
Analisis data
Penyusunan
laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
B. Metode Penelitian
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 52) “Metode penelitian
merupakan rangkuman cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari
oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis,
pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”.
Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian adalah “Studi yang
dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap
suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat”. (Winarno Surakhmad,
1998: 131)
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam suatu studi melalui
penyelidikan terhadap suatu masalah sehingga mendapat pemecahan masalah
yang tepat.
Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
kuantitatif bersifat korelasional. Adapun alasan peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif kuantitatif karena peneliti memusatkan diri pada pemecahan
masalah yang ada pada masa sekarang yang bersifat aktual dan data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini disusun, dijalankan, kemudian dianalisis untuk
disimpulkan. Bersifat korelasional maksudnya adalah untuk menentukan tingkat
hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Disini, peneliti
berusaha meneliti hubungan antara dua variabel.
Penelitian ini bermaksud untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi
pada suatu faktor, berhubungan dengan satu variasi atau lebih faktor lain
berdasarkan koefisien korelasinya. Dengan kata lain penelitian ini bermaksud
mengungkapkan bentuk hubungan timbal balik antara variabel yang diselidiki
yaitu hubungan antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
C. Populasi dan Sampel
Pelaksanaan penelitian tidak terlepas dari populasi dan sampel karena
merupakan subjek dalam penelitian. Agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan
baik, maka populasi dan sampel diambil secara tepat. Sampel yang diambil harus
representatif, yakni mewakili populasi.
1. Populasi Penelitian
Sebelum menetapkan populasi, kiranya terlebih dahulu dikemukakan
tentang pengertian populasi. Pengertian populasi menurut Sugiyono (2010: 117)
bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas
XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura tahun ajaran 2010/2011 yang diajar oleh
guru yang telah memiliki sertifikat sertifikasi yang berjumlah 133 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sugiyono (2010: 118) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Mengingat
jumlah populasi ada 133 orang, maka peneliti hanya akan mengambil sebagian
dari jumlah populasi yang menggunakan sampel. Penentuan besarnya sampel
yang akan diambil dalam penelitian ini, akan menggunakan acuan pendapatnya
Suharsimi Arikunto (2006: 134) sebagai berikut:
Untuk sekedar ancer-ancer, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil semuanya, sehingga penelitinya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subjek besarnya telah lebih dari 100 maka diambil antara
10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan data;
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data;
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang
resikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar hasilnya akan lebih
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan pada pendapat di atas, maka peneliti menentukan besar
sampel sebanyak 33 orang yang diperoleh 25% dari seluruh kelas XI jurusan IPS
SMA Negeri 1 Kartasura tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 133 siswa.
Kemudian teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik
proporsional random sampling.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Sutrisno Hadi (2004: 83) menyatakan, ”Pada dasarnya teknik sampling
dapat dibagi menjadi dua yaitu teknik random sampling dan teknik non-random
sampling”
Adapun macam dari teknik sampling seperti penjelasan di atas adalah :
1) Teknik Random Sampling Prosedur random sampling meliputi:
a) Cara Undian, yaitu pengambilan sampel secara undian. b) Cara Ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan
tertentu. c) Cara Randomisasi dari tabel bilangan random.
2) Teknik Non-Random Sampling meliputi: a) Teknik proportional sampling yaitu cara pengambilan sampel dari
tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan sub-sub populasi. b) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila
populasi terdiri dari susunan kelompok-kelompok yang bertingkat. c) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan
ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
d) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan pada quantum.
e) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar.
f) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada pembagian area.
g) Teknik cluster sampling yaitu pembagian sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi.
Untuk teknik pengambilan sampel penulis melakukan secara
proporsional random sampling yang artinya tehnik pengambilan sampel ini
dilakukan dengan mendasarkan pada sub-sub atau bagian-bagian yang ada dalam
populasi tersebut. Dalam pengambilan sampel secara random sebesar 25% dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
jumlah siswa, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 33 siswa. Adapun
pengambilan sampel dengan perhitungan sebagai berikut :
Jumlah siswa setiap kelas x jumlah sampel
Jumlah populasi
44 x 33 = 10, 917 = 11
133
Karena hasilnya tidak bulat maka pembagian sampel tiap kelas adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Sampel penelitian
NO KELAS JUMLAH SISWA
SAMPEL
1. XI IPS 1 17,1133
133
45 =× 11
2. XI IPS 2 92,1033
133
44 =× 11
3. XI IPS 3 92,1033
133
44 =× 11
TOTAL 33,01 33
Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 33 siswa.
Nama subyek penelitian dapat dilihat pada lampiran 2.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Data yang akan dikumpulkan adalah data dari variabel bebas dan variabel
terikat yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
a. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu kompetensi guru PKN.
1) Definisi Variabel
Kompetensi Guru PKN adalah kemampuan guru PKN membelajarkan
siswa dengan kegiatan di kelas dengan cara mengelola pembelajaran agar
terarah, melalui penguasaan materi pembelajaran yang akan diberikan
pada siswa dengan didukung pemahaman karakteristik peserta didik,
perancangan program pembelajaran dengan metode dan strategi
pembelajaran yang tepat, serta kecakapan guru menilai kemampuan siswa.
2) Indikator dari kompetensi guru PKN antara lain:
a) Kemampuan penguasaan bidang studi atau bahan ajar;
b) Kemampuan memahami karakteristik peserta didik;
c) Kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran;
d) Kemampuan penguasaan metode dan strategi pembelajaran;
e) Kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar siswa.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah motivasi belajar PKN.
1) Definisi Variabel
Motivasi belajar adalah suatu dorongan baik dari dalam diri
seseorang maupun dari faktor eksternal dan hasil dari dorongan tersebut
adalah tercapainya suatu tujuan dengan ditandai perubahan baik perubahan
perasaan dan sikap.
2) Indikator motivasi belajar PKN antara lain:
a) Memberi angka; b) Memberi hadiah; c) Membuat situasi
persaingan; d) Ego-envolvement; e) Memberi ulangan; f) Memberitahukan
hasil kerja yang telah dicapai; g) Memberikan penghargaan pujian; h)
Memberikan hukuman; i) Membuat hasrat untuk belajar; j)Menumbuhkan
minat untuk belajar; k) Menjelaskan tujuan yang hendak dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik
pengumpulan data berupa teknik komunikasi tak langsung. Untuk menjaring data
kompetensi guru PKN dan motivasi belajar PKN maka menggunakan instrumen
angket.
2. Metode Angket
Menurut Riduwan (2009: 52) “Angket (questionnaire) adalah daftar
pertanyaan yang diberikan kepada orang lain, bersedia memberikan respons
(responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Menurut Suharsimi Arikunto
(2006: 151) “Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui”.
Sedangkan Sonny Sumarsono (2004: 81) menyatakan “Daftar pertanyaan
atau kuesioner diartikan sebagai suatu daftar tertulis yang berisikan rangkaian
pertanyaan mengenai suatu hal tertentu untuk dijawab secara tertulis.”
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa angket/kuesioner
adalah suatu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain mengenai suatu
hal tertentu untuk dijawab. Peneliti menggunakan teknik angket untuk
mendapatkan data variabel bebas yaitu sikap integrasi nasional.
a. Macam-macam Angket/Kuesioner
Tentang macam kuisioner (angket), dapat ditinjau dari berbagai segi,
yaitu:
“Dipandang dari cara menjawab terdiri dari Kuisioner terbuka dan
kuisioner tertutup, dipandang dari jawaban yang diberikan ada kuisioner
langsung dan kuisioner tidak langsung, dipandang dari bentuknya terdiri dari
kuisioner pilihan ganda,kuisioner isian, check list dan rating scale” (Suharsimi
Arikunto, 2006: 152).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
1) Dipandang dari cara menjawab, maka ada:
a) Kuisioner terbuka, yaitu memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
b) Kuisioner tertutup, yaitu kuisioner yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih.
2) Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:
a) Kuisioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
b) Kuisioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang
lain.
3) Dipandang dari bentuknya maka ada:
a) Kuisioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuisioner
tertutup.
b) Kuisioner isian, yang dimaksud adalah kuisoner terbuka.
c) Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda
check (�) pada kolom yang sesuai.
d) Rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai
dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup,
yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden
diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya
dengan cara memberikan tanda check (�). Adapun langkah-langkah
penyusunan angket adalah sebagai berikut:
1) Melakukan spesifikasi data-data sumber
Spesifikasi data dan sumbernya merupakan langkah awal dan
utama sebelum penyusunan angket. Hal ini dilakukan agar dapat
mengetahui aspek-aspek yang akan diukur dan siapa-siapa yang akan
dijadikan responden. Adapun yang akan diukur adalah :
a) Kompetensi guru PKN sebagai variabel X
b) Motivasi belajar PKN sebagai variabel Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2) Menyusun angket
Cara-cara yang ditempuh dalam penyusunan angket adalah sebagai
berikut:
a) Membuat item-item pertanyaan berdasarkan pada aspek yang akan
diukur
b) Penentuan bobot nilai
Penilaian alternatif jawaban menggunakan angka 1 – 5, dilanjutkan
dengan pemberian skor positif dan negatif.
Adapun kategori alternatif jawaban, sesuai dengan pendapat Nana
Syaodih Sukmadinata (2006 : 226) adalah “ Sangat setuju, setuju, ragu-
ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju”.
Adapun pedoman penilaian dalam angket ini adalah
Pemberian bobot pernyataan positif adalah :
1) Jawaban SS (Sangat Setuju) diberi nilai 5
2) Jawaban S (Setuju) diberi nilai 4
3) Jawaban R (Ragu-ragu) diberi nilai 3
4) Jawaban TS (Tidak Setuju) diberi nilai 2
5) Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi nilai 1
Sedangkan bobot pernyataan negatif adalah :
1) Jawaban SS (Sangat Setuju) diberi nilai 1
2) Jawaban S (Setuju) diberi nilai 2
3) Jawaban R (Ragu-ragu) diberi nilai 3
4) Jawaban TS (Tidak Setuju) diberi nilai 4
5) Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi nilai 5
b. Mengadakan Uji coba angket
Adapun instrumen yang akan diujicobakan dalam penelitian ini adalah
instrumen angket kompetensi guru PKn dan angket motivasi belajar PKn.
Ujicoba atau tryout dilaksanakan tanggal 10 Januari 2011. Uji coba instrumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
ini diberikan kepada siswa di luar sampel yaitu siswa kelas XI jurusan IPS
SMA Negeri I Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011, yang
mana telah ditentukan sebanyak 30 siswa dengan maksud untuk mengetahui
apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat validitas dan
reabilitas. Adapun daftar siswa yang digunakan dalam ujicoba atau tryout dapat
dilihat pada lampiran 3.
1) Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2010: 176) ”Instrumen yang nontest yang
digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi
(construct validity)”. Riduwan menambahkan kembali pendapatnya dari
Sutrisno Hadi (1986) bahwa :
Instrumen yang mempunyai validitas konstruksi, jika
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai
dengan yang didefinisikan. Untuk melahirkan definisi, maka
diperlukan teori-teori. Bila bangunan teorinya sudah benar, maka
hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada
teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis validitas
konstruksi karena menggunakan angket yang terdiri dari beberapa indikator
untuk mengukur setiap aspek berfikir seperti yang tersebut dalam konsep
yaitu kompetensi guru PKN dan motivasi belajar PKN pada siswa kelas XI
jurusan IPS SMA Negeri I Kartasura.
Dari indikator tersebut kemudian disusun butir angket berdasarkan
kisi-kisi uji coba angket kompetensi guru PKn (lihat lampiran 4) dan lembar
uji coba angket kompetensi guru PKn (lihat lampiran 5). Sedangkan kisi-
kisi Uji coba angket motivasi belajar PKn (lihat lampiran 6) dan lembar uji
coba angket motivasi belajar PKn (lihat lampiran 7).
Untuk mengetahui valid tidaknya butir angket maka diuji dengan
rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
(Suharsimi Arikunto, 2006: 170)
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
∑X : Skor masing-masing item
∑Y : Skor total
∑XY : Jumlah penelitian X dan Y
∑X2 : Jumlah kuadrat dari X
∑Y2 : Jumlah kuadrat dari Y
N : Jumlah subjek
Hasil validitas nilai korelasi item kemudian dikonsultasikan dengan
tabel tabelr dalam taraf signifikansinya 5%. Item dinyatakan valid apabila
rr tabelhitung> , sebaliknya item dinyatakan tidak valid apabila tabelhitung rr < .
Berdasarkan hasil uji coba angket untuk variabel kompetensi guru
PKn dapat dilihat pada lampiran 8, diperoleh butir pernyataan yang valid
sebanyak 27 butir, yaitu butir no: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 20, 23, 24, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33. Demikian juga untuk hasil
uji coba angket variabel motivasi belajar PKn dapat dilihat pada lampiran 9,
diketahui dari 40 butir yang diujicobakan diperoleh butir pernyataan yang
valid sebanyak 35 butir, yaitu butir no: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14,
15, 16, 18, 19, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38,
39, 40. Adapun contoh hasil perhitungan validitas salah satu item angket
kompetensi guru PKn dapat dilihat pada lampiran 10, sedangkan contoh
hasil perhitungan validitas salah satu item angket motivasi belajar PKn
dapat dilihat pada lampiran 11.
2) Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2010: 173) ”Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang
})(.}{)(.{
))((.2222 YYNXXN
YXYXNrxy
∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sama, akan menghasilkan data yang sama”. Adapun mencari reliabilitas
menurut Suharsimi Arikunto (2006: 180) adalah ”(1) rumus Spearman
Brown, (2) rumus Fl
K-R21, (6) rumus Hoyt, (7) dan rumus Alpha”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur reliabilitas angket. Teknik
korelasi yang digunakan adalah Korelasi
dengan menggunakan ru
Suharsimi Arikunto (2006: 196) dengan rumus :
Keterangan:
r11
k
Setelah diperoleh harga
pengkategorian harga r dalam Suharsimi Arikunto (2006: 276) sebagai
berikut:
a) Antara 0,8 sampai 1,0b) Antara 0,6 sampai 0,8 dikategorikan tinggi.c) Antara 0,4 sampai 0,6 d) Antara 0,2 sampai 0,4 dikategorikan rendah.e) Antara 0,0 sampai 0,2 dikategorikan sangat rendah/tidak
berkorelasi.
Apabila dilihat dengan ketentuan koefisien korelasi maka angket
tersebut dikatakan reliabilitasnya
reliabilitas angket tentang kompetensi guru PKn diperoleh nilai r
dapat dilihat pada lampiran 12. sedangkan pada motivasi belajar PKn
diperoleh nilai r
δ 2
t
sama, akan menghasilkan data yang sama”. Adapun mencari reliabilitas
menurut Suharsimi Arikunto (2006: 180) adalah ”(1) rumus Spearman
Brown, (2) rumus Flanagan, (3) rumus Rulon, (4) rumus K-
R21, (6) rumus Hoyt, (7) dan rumus Alpha”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur reliabilitas angket. Teknik
korelasi yang digunakan adalah Korelasi Product Moment
dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dikemukakan oleh
Suharsimi Arikunto (2006: 196) dengan rumus :
r11 =
Keterangan:
= reliabilitas instrumen
= banyaknya butir soal
= jumlah varians butir
= jumlah varians total
Setelah diperoleh harga 11r , kemudian dikonsultasikan dengan
pengkategorian harga r dalam Suharsimi Arikunto (2006: 276) sebagai
Antara 0,8 sampai 1,0 dikategorikan sangat tinggi.Antara 0,6 sampai 0,8 dikategorikan tinggi. Antara 0,4 sampai 0,6 dikategorikan cukup. Antara 0,2 sampai 0,4 dikategorikan rendah. Antara 0,0 sampai 0,2 dikategorikan sangat rendah/tidak berkorelasi.
Apabila dilihat dengan ketentuan koefisien korelasi maka angket
tersebut dikatakan reliabilitasnya sangat tinggi. Hasil perhitungan dari uji
reliabilitas angket tentang kompetensi guru PKn diperoleh nilai r
dapat dilihat pada lampiran 12. sedangkan pada motivasi belajar PKn
diperoleh nilai r11 = 0,908 lihat pada lampiran 13.
−−
−∑δδ
2
2
11
t
b
k
k
79
sama, akan menghasilkan data yang sama”. Adapun mencari reliabilitas
menurut Suharsimi Arikunto (2006: 180) adalah ”(1) rumus Spearman
-R.20, (5) rumus
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur reliabilitas angket. Teknik
Product Moment, dilanjutkan
yang dikemukakan oleh
, kemudian dikonsultasikan dengan
pengkategorian harga r dalam Suharsimi Arikunto (2006: 276) sebagai
Antara 0,0 sampai 0,2 dikategorikan sangat rendah/tidak
Apabila dilihat dengan ketentuan koefisien korelasi maka angket
sangat tinggi. Hasil perhitungan dari uji
reliabilitas angket tentang kompetensi guru PKn diperoleh nilai r11 = 0,906
dapat dilihat pada lampiran 12. sedangkan pada motivasi belajar PKn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
c. Revisi Angket
Dari hasil uji coba angket dijadikan dasar untuk merevisi angket yang
akan digunakan sebagai angket penelitian. Revisi angket ini dilakukan dengan
jalan menghilangkan item-item yang tidak valid. Adapun mengenai kisi-kisi
angket penelitian kompetensi guru PKn dapat dilihat pada lampiran 14 dan
lembar angket penelitian dapat dilihat pada lampiran 15. Sedangkan kisi-kisi
angket penelitian data motivasi belajar PKn dapat dilihat pada lampiran 16 dan
lembar angket penelitian dapat dilihat pada lampiran 17.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
mengolah data hasil penelitian. Ada dua teknik analisis data dalam suatu
penelitian, yaitu teknik statistik dan non statistik. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik statistik karena data diambil merupakan data kuantitatif.
Adapun prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel diambil
dari distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji Lilliefors
dengan cara menggunakan penafsir rata-rata (X) dan simpangan baku. Adapun
langkah-langkah dalam uji Lilliefors adalah sebagai berikut:
1)
zi = Angka baku
X = Rata-rata
S = Simpangan baku
( )S
XXizi
−=
N
Xi∑
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2) Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
hitung peluang:
3)
4) Hitung selisih tentukan harga mutlaknya
5) Cari nilai yang terbesar dari selisih jadikan Lhitung atau
Lhit
6) Kesimpulannya:
a) Jika Lhit ≥ Ltabel atau Lkritis tolak hipotesis statistik, jadi tidak
normal.
b) Jika Lhit < Ltabel, terima hipotesis statistik, jadi normal.
(Hassan Suryono, 2005:79)
b. Uji Linieritas
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
dengan varibel terikat terdapat hubungan yang linier atau tidak. Jika
Fhitung<Ftabel maka terima Ho berarti korelasinya linier, tetapi apabila
Fhitung>Ftabel maka tolak Ho berarti korelasinya tidak linier. Pengujian linieritas
menggunakan SPSS 14 dan rumus menurut Sudjana (2001:15) dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
( )( )( )1
22
−−
= ∑ ∑NN
XiXN i
)()( zizPziF ≤=
N
ziyangzzBanyaknyazziS ni ≤= ,....,
)( 2
( ) ( )ziSziF −
( ) ( )ziSziF −
∑= 2)( YTJK
( )n
YaJK
2
)( ∑=
( )( )
−= ∑ ∑∑n
YXXYbabJK )/(
( )( )( )∑ ∑
∑ ∑∑−
−= 22 XXn
YXXYn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Keterangan:
JK : Jumlah kuadrat-kuadrat
JK(T) : Jumlah kuadrat total
JK(a) : Jumlah kuadrat koefisien
JK(b/a) : Jumlah kuadrat regresi
JK(S) : Jumlah kuadrat siswa
JK(TC) : Jumlah kuadrat tuna cocok
JK(G) : Jumlah kuadrat galat
c. Uji Independen
Uji ini memberi informasi apakah kriterium benar-benar tergantung
pada predictor atau tidak. Hasil pengujian meyakinkan jika Y dependen pada
X, demikian sebaliknya.
Maka langkah-langkah yang harus dikerjakan antara lain :
1) Menghitung
a) ∑= 2YJKT
b) JKreg (a) = ( )N
Y∑ 2
c) JKreg(b/a) ( )( )
−= ∑ ∑∑
N
YXXYb
d) JKres = JK(T) - JKreg(a) - JKreg(b/a)
Catatan : ( )( )
( )∑ ∑∑ ∑∑
−
−=
2XXN
YXXYNb
)/()()()( abJKaJKTJKSJK −−=
( )∑ ∑ ∑
−=iX in
YYGJK
2
2)(
)()()( GJKSJKTCJK −=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
2) Menghitung
a) dFreg (a) = banyak prediktor = 1
b) dFreg (b/a) = banyak prediktor = 1
c) dFres = N – (dFreg (a) + dFreg (b/a))
3) Menghitung
a) RJKreg (a) = )(
)(
adFreg
aJKreg
b) RJKreg (b/a) = ( )( )abdFreg
abJKreg
/
/
c) RJKreg = dFreg
aJKreg )(
d) RJKreg = ( )
RJKreg
abRJKreg /
4) Ftabel (1-α) (1.N-2)
a) Jika Fhit ≥ Ftabel Ho ditolak.
Berarti Y tidak independen atau dependen pada X.
Jadi X dapat memprediksi Y.
b) Jika Fhit ≤ Ftabel Ho diterima.
Berarti yang independen pada X.
Jadi X tidak dapat memprediksi Y.
(Hasan Suryono, 2005: 83)
2. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat telah dipenuhi maka dapat dilakukan pengujian
hipotesis yang telah diajukan. Untuk membuktikan hipotesis yang telah
dikemukakan maka diperlukan adanya pengolahan data selama penelitian, dalam
penelitian ini digunakan teknik analisis korelasi sederhana, dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Mencari koefisien korelasi sederhana antara X dan Y, menggunakan rumus
Product Moment dari Pearson sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
r =
( Suharsimi Arikunto, 2006: 274)
Keterangan:
r : Koefisien korelasi antara X dan Y
: Jumlah perkalian X dan Y
: Jumlah perkalian X dan Y
: Skor masing-masing item
: Skor total
: Jumlah kuadrat dari X
: Jumlah kuadrat dari Y
N : Jumlah responden
Apabila rhitung > rtabel maka terdapat hubugan antara X dan Y (H0
ditolak dan Ha diterima), sebaliknya jika rhitung ≤ rtabel maka tidak terdapat
hubungan antara X dan Y (Ho diterima dan Ha ditolak).
b. Uji Keberartian Koefisiensi Korelasi
(Suharsimi Arikunto, 2006: 294)
Keterangan:
t : uji keberartian
r : koefisien korelasi
N : jumlah sampel
Jika maka koefisien korelasinya berarti, sebaliknya jika
maka koefisien korelasinya tidak berarti.
xy
∑ ∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−2222 )(}{)({
))((
YYNXXN
YXXYN
xy
∑XY
∑XY
X
Y
2X
2Y
( )2
2
1
1
r
rt
−−Ν=
tabelhitung tt >
tabelhitung tt ≤
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
c. Persamaan garis regresi (y= a + bX) dengan harga a dan b diperoleh melalui:
( )( ) ( )( )( ) ( )22
2
∑∑∑∑∑∑
−
−=
XXN
XYXXYa
∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
=22 )(
))(()(
XXN
YXXYNb
Apabila harga b positif, maka variabel motivasi belajar PKn (Y) akan mengalami
kenaikan atau pertambahan, sehingga hubungan fungsionalnya menjadi positif,
sebaliknya apabila harga b negative, maka variabel motivasi belajar PKn (Y) akan
mengalami penurunan sehingga hubungan fungsionalnya menjadi negatif.
(Husaini Usman dan Purnomo Setyadi Akbar (2003: 216).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu kompetensi guru PKn
sebagai variabel bebas (X) dan motivasi belajar PKn sebagai variabel terikat (Y).
Adapun tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data variabel kompetensi
guru PKn dan variabel motivasi belajar PKn menggunakan metode angket yang
skala pengukurannya menggunakan skala likert.
Sebelum mengumpulkan data dengan menggunakan angket, terlebih
dahulu dilakukan try out angket terhadap 33 siswa diluar sampel yang
dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2011. Try out digunakan untuk menguji
validitas dan reabilitas angket sebagai instrumen pengumpulan data. Setelah
dilakukan try out terdapat enam item angket kompetensi guru PKn dan lima item
angket motivasi belajar PKn yang tidak memenuhi syarat validitas maupun
reabilitas. Peneliti kemudian membuang item-item tersebut karena masing-masing
indikator sudah terwakili dengan item-item yang lain.
Setelah data dari kedua variabel dikumpulkan, ditentukan tabulasinya
serta dilakukan analisis, maka peneliti dapat memberikan gambaran atau deskripsi
data mengenai kompetensi guru PKn (X) dan motivasi belajar PKn (Y) sebagai
berikut:
1. Deskripsi Data Kompetensi Guru PKn
Data kompetensi guru PKn diperoleh melalui angket. Berdasarkan
rekapitulasi data diketahui jumlah responden (N) = 33, Nilai tertinggi = 96, Nilai
terendah = 46, Mean= 71,30 dan didapat standar deviasi (SD) = 11,68. Untuk
lebih jelas dapat dilihat dalam lampiran 18. Untuk mendapatkan kelas interval,
terlebih dahulu dicari interval (R) diperoleh dari perhitungan R= data max – data
min yaitu 96-46 hasilnya adalah 50. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat
diperoleh dengan rumus K= 1+3,3 x log N (33) hasilnya 6,011 dapat dibulatkan
menjadi 6. Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I=R : K hasilnya
adalah 8,3. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Data Kompetensi Guru Pkn
Interval
46.00 54.40 62.80 71.20 79.60 88.00
Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
nilai yang terbanyak
dengan frekuensi 10 dan nilai terendah terdapat pada interval 46.00
61.70 dan 88.00-95.30 dengan frekuensi 3. Selengkapnya mengenai hasil dari
pengumpulan data tentang kompetensi guru PK
grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 2. Histogram Kompetensi Guru PKn
2. Deskripsi
Data motivasi belajar PKn diperoleh melalui angket. Berdasarkan data
hasil penelitian dapat diketahu
Nilai terendah = 69, Mean= 83,42 dan didapat standar deviasi (SD) = 6,98. Untuk
lebih jelas dapat dilihat dalam lampiran 18. Untuk mendapatkan kelas interval,
terlebih dahulu dicari interval (R) diperoleh d
min yaitu 100-69 hasilnya adalah 31. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat
50.15
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Data Kompetensi Guru Pkn
Interval Nilai Tengah Fmutlak Fkomu
54.30 50.15 3 3 62.70 58.55 3 6 71.10 66.95 10 16 79.50 75.35 10 26 87.90 83.75 4 30 96.30 92.15 3 33
Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
nilai yang terbanyak muncul adalah pada interval 62.80-70.10 dan 71.20
dengan frekuensi 10 dan nilai terendah terdapat pada interval 46.00
95.30 dengan frekuensi 3. Selengkapnya mengenai hasil dari
pengumpulan data tentang kompetensi guru PKn dapat disajikan dalam bentuk
grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 2. Histogram Kompetensi Guru PKn
Deskripsi Data Tentang Motivasi Belajar PKn
Data motivasi belajar PKn diperoleh melalui angket. Berdasarkan data
hasil penelitian dapat diketahui jumlah responden (N)=33, Nilai tertinggi= 100,
Nilai terendah = 69, Mean= 83,42 dan didapat standar deviasi (SD) = 6,98. Untuk
lebih jelas dapat dilihat dalam lampiran 18. Untuk mendapatkan kelas interval,
terlebih dahulu dicari interval (R) diperoleh dari perhitungan R= data max
69 hasilnya adalah 31. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat
50.15 58.55 66.95 75.35 83.75 92.15
3 3
10 10
4
87
komulatif
Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
70.10 dan 71.20-78.50
dengan frekuensi 10 dan nilai terendah terdapat pada interval 46.00-53.30; 54.40-
95.30 dengan frekuensi 3. Selengkapnya mengenai hasil dari
n dapat disajikan dalam bentuk
Gambar 2. Histogram Kompetensi Guru PKn
Data motivasi belajar PKn diperoleh melalui angket. Berdasarkan data
i jumlah responden (N)=33, Nilai tertinggi= 100,
Nilai terendah = 69, Mean= 83,42 dan didapat standar deviasi (SD) = 6,98. Untuk
lebih jelas dapat dilihat dalam lampiran 18. Untuk mendapatkan kelas interval,
ari perhitungan R= data max – data
69 hasilnya adalah 31. Untuk menghitung banyaknya kelas dapat
92.15
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diperoleh dengan rumus K= 1+3,3 x log N (33) hasilnya 6,011 dapat dibulatkan
menjadi 6. Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I=R : K h
adalah 5,1. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Data Motivasi Belajar PKn
Interval
69.074.279.484.689.895.0
Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
nilai yang terbanyak muncul adalah pada interval 84,60
12 dan nilai terendah terdapat pada interval 89,80
Selengkapnya mengenai hasil dari pengumpulan data tentang motivasi belajar
PKn dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 3. Histogram Motivasi Belajar PKn
71.6
3
diperoleh dengan rumus K= 1+3,3 x log N (33) hasilnya 6,011 dapat dibulatkan
menjadi 6. Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I=R : K h
Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Data Motivasi Belajar PKn
Interval Nilai
Tengah Fmutlak Fkomulatif
69.0 74.1 71.6 3 3 74.2 79.3 76.8 8 11 79.4 84.5 82.0 7 18 84.6 89.7 87.2 12 30 89.8 94.9 92.4 1 31 95.0 100.1 97.6 2 33
Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
nilai yang terbanyak muncul adalah pada interval 84,60-89,70 dengan frekuensi
12 dan nilai terendah terdapat pada interval 89,80-94,90 dengan frekuensi 1.
Selengkapnya mengenai hasil dari pengumpulan data tentang motivasi belajar
PKn dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 3. Histogram Motivasi Belajar PKn
76.8 82.0 87.2 92.4 97.6
87
12
12
88
diperoleh dengan rumus K= 1+3,3 x log N (33) hasilnya 6,011 dapat dibulatkan
menjadi 6. Keputusan interval kelas diperoleh dengan rumus I=R : K hasilnya
komulatif
Dari hasil distribusi frekuensi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa
89,70 dengan frekuensi
dengan frekuensi 1.
Selengkapnya mengenai hasil dari pengumpulan data tentang motivasi belajar
PKn dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:
97.6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
B. Pengujian Prasyarat Analisis
Pengujian persyaratan analisis meliputi dua hal yaitu pengujian
normalitas data dan pengujian linieritas data. Rincian pelaksanaan kedua
pengujian tersebut adalah seperti di bawah ini.
1. Pengujian Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari
distribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan uji Lilliefors. Apabila Lhit < Ltabel maka sampel diambil dari
distribusi normal, sedangkan apabila Lhit > Ltabel maka sampel diambil dari
distribusi tidak normal.
a. Uji Normalitas Kompetensi Guru PKn
Dari uji normalitas data tentang kompetensi guru PKn yang telah
dilakukan diperoleh Lhitung =0,1210 dan pada taraf signifikasi 5%,
Ltabel=0,1542 . Karena harga Lhitung lebih kecil dari Ltabel atau 0,1210 < 0,1542
maka dapat disimpulkan bahwa nilai kompetensi guru PKn adalah normal.
Perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada lampiran 19.
b. Uji Normalitas Motivasi Belajar PKn
Dari uji normalitas data tentang motivasi belajar PKn yang telah
dilakukan diperoleh Lhitung=0,1060 dan pada taraf signifikasi 5%,
Ltabel=0,1542. Karena Lhitung lebih kecil dari Ltabel atau 0,1060 < 0,1542 maka
dapat disimpulkan bahwa nilai motivasi belajar PKn adalah normal.
Perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada lampiran 20.
Sebelum mendapatkan nilai Ltabel, pada penghitungan uji liliefors
dibutuhkan tabel nilai Z. Tabel nilai Z dapat dilihat pada lampiran 21,
sedangkan tabel nilai kritik uji liliefors dapat dilihat pada lampiran 22.
Adapun ketentuan untuk menentukan Ltabel adalah taraf signifikansi 5% dan
jika n > 30 maka dalam menentukannya menggunakan cara sebagai berikut
1542,033886,0886,0 =÷=÷ n . Sehingga, diperoleh Ltabel sebesar 0,1542.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
2. Pengujian Linieritas
Uji linieritas diperlukan untuk mengetahui adanya hubungan linier antara
variabel X terhadap variabel Y. Uji linieritas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan uji regresi linier. Jika Fhitung < Ftabel maka terima Ho berarti linier,
namun apabila Fhitung > Ftabel maka tolak Ho berarti tidak linier. Adapun uji
linieritas antara data kompetensi guru PKn terhadap motivasi belajar PKn adalah
dengan membuat tabel kerja linieritas yang terlampir pada lampiran 23.
Berdasarkan hasil perhitungan uji linieritas variabel kompetensi guru
PKn terhadap motivasi belajar PKn diperoleh harga-harga sebagai berikut:
JK(T) = 231225 JK(a) = 229666,94
JK(b/a) = 212,19 JK(S) = 1345,87
JK(G) = 794,00 JK(TC ) = 551,87
dk(TC) = 23 dk(G) = 8
RJK(TC) = 23,99 Fhit = 0,24
Penghitungan uji linieritas variabel kompetensi guru PKn terhadap
motivasi belajar PKn, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24. Setelah
dilakukan penghitungan, menunjukkan bahwa pada taraf signifikasi 5% dengan dk
pembilang 23 dan dk penyebut 8 diperoleh Ftabel 3,12). Karena Fhitung lebih kecil
dari Ftabel atau 0,24 < 3,12 maka dinyatakan kompetensi guru PKn linier terhadap
motivasi belajar PKn.
3. Uji Independen
Uji Independen dilakukan untuk membuktikan, bahwa antar variabel
bebas tidak berhubungan atau independen.berdasarkan hasil perhitungan yang
telah dilakukan dapat diketahui bahwa nilai Fhitung = 4,89 (penghitungan dapat
dilihat pada lampiran 24). Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai
Ftabel dengan N = 33 dan taraf signifikansi sebesar 5% diperoleh nilai Ftabel sebesar
3,12 (tabel distribusi F dapat dilihat pada lampiran 25). Karena Fhitung > Ftabel atau
4,89 > 3,12 maka dapat dikatakan bahwa X dependen terhadap Y, jadi X dapat
memprediksi Y.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pada dasarnya merupakan langkah untuk mengkaji
apakah persyaratan yang akan dikemukakan dalam perumusan hipotesis bisa
diterima kebenarannya atau ditolak kebenarannya. Hipotesis diterima apabila data
yang didapat mendukung persyaratan dalam hipotesis yang diajukan. Dan
sebaliknya ditolak apabila fakta-fakta empiris yang ada tidak dapat mendukung
persyaratan dalam hipotesis yang diajukan.
1. Pengujian Hasil Analis Data
Setelah dilakukan uji nomalitas dan linieritas hasilnya menunjukkan
normal dan linier, kemudian langkah selanjutnya mengadakan uji hipotesis yaitu
dengan analisis regresi melalui korelasi dari pearson. Perhitungannya secara rinci
dapat dilihat pada lampiran 26.
Dari hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisiensi korelasi antara X
dan Y dengan nilai rxy=0,369. Hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai r tabel
dengan N=33 dan db=N-2= 31 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,344 (tabel
nilai r product moment dapat dilihat pada lampiran 27). Karena rhitung > rtabel atau
0,369 > 0,344 maka Ho ditolak dengan kata lain Ha diterima berarti ada hubungan
antara kompetensi guru PKn (X) dengan motivasi belajar PKn (Y).
Untuk menentukan apakah hubungan itu berarti atau tidak maka perlu
diadakan uji keberartian atau signifikansi terhadap koefisiensi korelasi yang
telah diperoleh dengan menggunakan rumus t. Dari hasil perhitungan diperoleh t
hitung sebesar 2,211 (penghitungan dapat dilihat pada lampiran 28) dan
dikonsultasikan dengan nilai ttabel pada taraf signifikasi 5% dengan N=33 dan
db=N-2= 31 sebesar 2,03 (tabel dapat dilihat pada lampiran 29). Jadi, dari
perhitungan yang dilakukan maka thitung > ttabel atau 2,211 > 2,03 maka Ho
ditolak dengan kata lain Ha diterima sehingga koefisien korelasi antara X dan Y
berarti atau signifikan.
Persamaan garis regresi antara kompetensi guru PKn (X) dengan
motivasi belajar PKn (Y) ialah Y = a+bx dan dari hasil perhitungan diperoleh Y =
67,7090+0,2204X (Penghitungan dapat dilihat pada lampiran 30). Karena harga b
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
positif, maka hubungan antara kompetensi guru PKn (X) dengan motivasi belajar
PKn (Y) adalah positif. Ini berarti hipotesis ini menyatakan ada hubungan yang
positif antara kompetensi guru PKn (X) dan motivasi belajar PKn (Y).
2. Penafsiran Pengujian Hipotesis
Langkah selanjutnya setelah melakukan analisis data adalah melakukan
penafsiran pengujian hipotesis untuk semua variabel yang telah dianalisis yaitu
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh r xy = 0,369 dengan sampel 33
siswa dan db=31 pada taraf signifikasi 5 % diperoleh r tabel = 0,344. Selanjutnya
dengan demikian rhitung > r tabel atau 0,369 > 0,344 sehingga dapat ditafsirkan
ada hubungan antara kompetensi guru PKn (X) dengan motivasi belajar PKn (Y)
siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2010-2011.
Untuk uji keberartian koefisiensi korelasi sederhana dengan uji t diperoleh thitung >
ttabel atau 2,211 > 2,03 sehingga hubungan antara kompetensi guru PKn (X) dan
motivasi belajar PKn (Y) adalah berarti atau signifikan.
Persamaan garis regresi linier sederhana diperoleh persamaan Y=a+bx
atau Y=67,7090+0,2204X. Jadi dari persamaan regresi yang didapat
menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu unit atau adanya kenaikan satu angka
pada variabel kompetensi guru PKn (X) maka diikuti kenaikan motivasi belajar
PKn (Y) sebesar kemiringan gradien garis regresi yaitu 0,2204.
y = 0.2204x + 67.7090
50556065707580859095
100
40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
Mot
ivas
i Bel
ajar
PK
N (
Y)
Kompetensi Guru PKN (X)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Gambar 4. Garis Linier X terhadap Y
3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan analisis data dan penafsiran terhadap pengujian
hipotesis selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dari pengujian hipotesis tersebut,
yaitu adanya hubungan yang positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi
belajar PKn siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran
2010-2011.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Berdasarkan analisa dan interprestasi hasil analisa data antara variabel
kompetensi guru PKn (X) dengan motivasi belajar PKn (Y), maka dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Hipotesis yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif antara
kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn Siswa Kelas XI Jurusan IPS
SMA Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011”, dinyatakan diterima. Hal ini
disebabkan karena rhitung > rtabel, yaitu 0,369 > 0,344, selanjutnya dengan uji t
diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,211 > 2,03. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kompetensi guru PKn dengan
variabel motivasi belajar PKn Siswa Kelas XI jurusan IPS Sekolah Menegah Atas
Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011
Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa
kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn mempunyai hubungan yang
erat. Dimana kompetensi guru PKn menjadi tolak ukur yang penting dalam rangka
membangun motivasi belajar PKn pada siswa.
Kompetensi guru PKn sangat diperlukan untuk membangun serta
meningkatkan motivasi belajar PKn. Motivasi sangat diperlukan dalam proses
belajar mengajar, hal ini dikarenakan dengan adanya motivasi belajar maka
antusias belajar siswa akan semakin meningkat sehingga pencapaian dalam
penguasaan maupun pemahaman terhadap materi pembelajaran dapat optimal.
Salah satu faktor terpenting kaitannya dengan motivasi belajar adalah
kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru, khususnya kompetensi pedagogik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
dan professional. Dimana, kompetensi pedagogik dan kompetensi professional ini
merupakan kemampuan seorang guru dalam memahami dan membimbing peserta
didik untuk dapat menguasai suatu materi serta mengembangkan kemampuan
yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini sejalan dengan teori belajar asosiasi dari
Herman Ebinghaus. Teori ini menitik beratkan pada stimulant dan respon, yang
mana siswa sebagai respon dan guru sebagai stimulan. Dalam memberikan
stimulan kepada siswa seorang guru harus memperhatikan keadaan dan kebutuhan
siswa. Selain itu, sesuatu yang dilakukan guru harus dapat merangsang siswanya
untuk lebih mengembangkan keterampilan atau potensi yang dimilikinya. Dengan
demikian, pendekatan serta strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru
sangat berperan dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data mengenai hubungan antara
kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn Siswa Kelas XI Jurusan IPS
Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran
2010/2011diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn Siswa SMA Negeri 1
Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011.
Adanya kesimpulan tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang
selanjutnya diperoleh r sebesar 0,369, dimana hasil ini menunjukkan r lebih
besar dari r atau rhitung > rtabel yaitu 0,369 > 0,344 pada taraf signifikasi sebesar
5%. Besaranya hubungan menunjukkan keterangan bahwa variabel kompetensi
guru PKn mempunyai hubungan yang positif atau kuat terhadap variabel motivasi
guru PKn. Sedangkan signifikansi atau keberartian hubungan kedua variabel
dibuktikan dengan harga thitung lebih besar dari ttabel atau thitung > ttabel yaitu 2,211 >
2,03. Selanjutnya naik turunnya atau besar kecilnya motivasi belajar PKn siswa,
dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y=67,7090+0,2204X.
B. Implikasi
Berdasarkan landasan teori serta kesimpulan penelitian dapat
disampaikan implikasi sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Motivasi belajar PKn siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri I
Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011 dapat dipengaruhi oleh kompetensi guru PKn
di SMA tersebut dengan didukung kompetensi yang dimilikinya, yaitu
kompetensi pedagogik dan kompetensi professional. Hal ini dapat diketahui dari
hasil penelitian bahwa ada hubungan positif antara kompetensi guru PKn dengan
motivasi belajar PKn. Dengan adanya hubungan tersebut, maka implikasi
xy xy
The image part with relationship ID rId97
was not found in the file.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
teoritisnya adalah semakin tinggi kompetensi guru PKn yang dimiliki seorang
guru berarti semakin tinggi pula motivasi belajar PKn yang dimiliki seorang
siswa. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan siswa yang diajar oleh guru yang
tidak melaksanakan kompetensi guru yang berhubungan dengan motivasi belajar.
2. Implikasi Praktis
Melihat dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ada
hubungan positif antara kompetensi guru PKn dengan motivasi belajar PKn.
Ternyata kompetensi guru PKn mempunyai peranan dalam menumbuhkan
motivasi belajar PKn siswa. Maka diharapkan guru mampu mengembangkan
kompetensinya terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional yang
sangat berperan dalam mengembangkan motivasi belajar siswa..
C. Saran
Sesuai dengan hasil kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan di
atas, maka dalam rangka memberikan sumbangan pemikiran penulis
menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat merespon setiap stimulus / rangsangan yang
diberikan oleh guru dalam membangun motivasi belajarnya sehingga siswa dapat
meningkatkan motivasi belajar dalam dirinya.
2. Bagi Guru
Setiap pendidik atau guru hendaknya lebih mengembangkan
kompetensinya dengan menunjukkan kreativitas dalam mengajar serta dapat
membangun dan mengembangkan motivasi belajar siswa sehingga siswa dapat
menunjukkan partisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.
3. Bagi Sekolah
Lingkungan sekolah memberikan nilai yang besar bagi guru dan siswa dalam
mengawasi proses belajar-mengajar. Oleh sebab itu disarankan kepada pihak
sekolah untuk dapat meningkatkan kompetensi guru serta mampu menumbuhkan
motivasi belajar siswa melalui program pelaksanaan pengajaran yang baik.