Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

22
HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN SYARAT KERJA

Transcript of Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

Page 1: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

HUBUNGAN INDUSTRIAL

DAN

SYARAT KERJA

Page 2: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

Proses Penyelesaian Hubungan IndustrialPerselisihan hubungan industrial adalah Perbedaan pendapat yang mengakibatkan

pertentangan antara Pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja / buruh

atau serikat pekerja / serikat buruh karena adanya

perselisihan mengenai hak,

perselisihan kepentingan,

perselisihan pemutusan hubungan kerja dan

perselisihan antar serikat pekerja / serikat buruh dalam satu perusahaan.

Komunikasi Internal

Pengetahuan Teknis Komunikasi Eksternal

Pekerja : Hak Normatif terpenuhi

Ada reward

PHK

(UU No.4 Tahun 2000, Pasal 1)

Pasal 3 Ayat (1),(2) dan (3)

Ayat (1) Perselisihan Hubungan Industrial wajib diupayakan penyelesaiannya

terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk

mencapai mufakat

Ayat (2) Penyelesaian Perselisihan melalui bipartit sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus diselesaikan paling lama 30 hari kerja sejak tanggal

dimulainya perundingan.

Ayat (3) apabila dalam jangka waktu 30 hari sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) salah satu pihak menolak untuk berunding atau telah telah

dilakukanperundingan bipartit tetapi tidak mencapai kesepakatan maka

perundingan bipartit dianggap gagal.

Page 3: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

CONTOH RISALAH PERUNDINGAN BIPARTIT :

RISALAH PERUNDINGAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL SECARA BIPARTIT

1. Nama Perusahaan :2. Alamat Perusahaan :3. Nama Pekerja/ Buruh/ :

Serikat Pekerja/ Serikat Buruh4. Alamat Pekerja/ Buruh/ :

Serikat Pekerja/ Serikat Buruh5. Tanggal dan Tempat Perundingan :6. Pokok Masalah/ Alasan Perselisihan :7. Pendapat Pekerja/ Buruh/ :

Serikat Pekerja/ Serikat Buruh

8. Pendapat Pengusaha :

9. Kesimpulan atau Hasil Perundingan :

Mojokerto, 20

Pihak Pengusaha Pihak Pekerja/ Buruh/ Serikat Pekerja/

Serikat Buruh

Page 4: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

Pemutusan Hubungan Kerja

Adalah : Pengakhiran Hubungan Kerja karena suatu hal tertentu yang

mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja / buruh dan

pengusaha.

Pekerja / buruh yang masih dalam masa percobaan kerja;

Pekerja atau buruh mengajukan permintaan pengunduran diri ;

Pekerja / buruh mencapai usia pension ;

Pekerja atau buruh meninggal dunia ( UU nomor 13 Tahun 2003 pasal 154)

Pendapat Pekerja : Pasal 93 ayat (1), (2), (3), (4) dan (5)

Ayat (1) “Upah tidak dibayar apabila pekerja / buruh tidak melakukan

pekerjaan.

Ayat (2) “ Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku, dan

pengusaha wajib membayar upah apabila :”

a. Pekerja / buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan ;

b. Pekerja / buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua

masa haidnya sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan ;

c. Pekerja / buruh tidak masuk bekerja karena pekerja / buruh menikah,

menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, istri melahirkan

atau keguguran kandungan, suami atau istri atau anak atau menantu

atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah

meninggal dunia ;

d. Pekerja / buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena

menjalankan kewajiban terhadap Negara ;

e. Pekerja / buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena

menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya ;

f. Pekerja / buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah

dijanjikan tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena

kesalahan sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat

dihindari pengusaha;

g. Pekerja / buruh melaksanakan hak istirahat ;

h. Pekerja / buruh melaksanakan tugas serikat pekerja / buruh atas

persetujuan pemgusaha ; dan

i. Pekerja / buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan

Ayat (3) “Upah yang dibayarkan kepada pekerja / buruh yang sakit

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a sebagai berikut :

a. Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus) dari

upah ;

Page 5: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

b. Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima

perseratus) dari upah ;

c. Untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus) dari

upah ; dan

d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus) dari

upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh pengusaha.

Ayat (4) “ Upah yang dibayarkan kepada pekerja / buruh yang tidak masuk

bekerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c sebagai berikut ; “

a. Pekerja / buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari ;

b. Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari ;

c. Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari ;

d. Membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari ;

e. Isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2

(dua) hari ;

f. Suami / isteri, orang tua / mertua atau anak atau menantu meninggal

dunia, dibayar untuk selama 2 (dua) hari ; dan

g. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk

selama 1 (satu) hari

Ayat (5) “Pengaturan pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau

perjanjian kerja bersama.

Jo Pasal 186 : “Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 35 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 93 ayat (2), Pasal 137 dan Pasal

138 ayat (1), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan

dan paling lama 4 (empat) tahun dan / atau denda paling sedikit

Rp.10.000.000.00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.400.000.000.00

(empat ratus juta rupiah).

Pendapat Pengusaha :

Pasal 151 Ayat (1), (2) dan (3)

Ayat (1), Pengusaha, pekerja / buruh, serikat pekerja / serikat buruh dan,

pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi

pemutusan hubungan kerja.

Ayat (2), Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan

kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib

dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja / serikat buruh atau dengan

pekerja / buruh apabila pekerja / buruh yang bersangkutan tidak menjadi

anggota serikat pekerja / serikat buruh.

Page 6: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

Ayat (3), Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

benar – benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat

memutuskan hubungan kerja dengan pekerja / buruh setelah memperoleh

penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Penjelasan Pasal 155 Ayat (1), (2) dan (3)

Ayat (1) Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 151 ayat (3) batal demi hukum.

Ayat (2) Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan

industrial belum ditetapkan, baik pengusaha maupun pekerja / buruh harus

tetap melaksanakan segala kewajibannya.

Ayat (3) Pengusaha dapat melakukan penyimpangan terhadap ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa tindakan skorsing kepada

pekerja / buruh yang sedang dalam proses pemutusan hubungan kerja

dengan tetap wajib membayar upah beserta hak – hak lainnya yang biasa

diterima pekerja / buruh.

Page 7: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

CONTOH SURAT SKORSING :

Mojokerto,………………………

Nomor :

Perihal : Pemberitahuan Skorsing

Kepada Yth : ………………………………….

Di _ M O J O K E R T O

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Sehubungan dengan adanya pelanggaran dan tindakan indisipliner yang telah

saudara lakukan terhadap PT……………………… di Mojokerto, tindakan mana telah

merugikan PT……………………………… . Maka dengan ini diberitahukan kepada

saudara bahwa :

PT……………………………. akan melakukan ijin Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

terhadap saudara kepada instansi pemerintah yang berwenang. Selama permohonan

ijin PHK dalam proses, maka terhitung sejak tanggal……………………………….

sampai adanya putusan hukum berkekuatan tetap dan mengikat (incracht van

gewijs), PT………………………. menskorsing saudara untuk tidak masuk kerja.

Pelaksanaan hak dan kewajiban akan dilaksanakan setelah adanya kesepakatan

bersama antara saudara dengan PT…………………………… atau berdasarkan

putusan hukum yang telah berkekuatan tetap dan mengikat dari instansi / lembaga

yang berwenang.

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya

disampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.

Hormat Kami

Page 8: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

CONTOH PENGAJUAN PENCATATAN MEDIASI :

(Kota)….………………….

Nomor :

Lamp :

Hal : Permohonan Pencatatan HI dan Mediasi

Kepada Yth : Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten

Mojokerto

Jl. RA. Basuni No.4

Di _ M O J O K E R T O

Sehubungan dengan gagalnya Perundingan Bipartit antara pihak Pengusaha PT

…………………………… dengan………………………….., maka dengan ini kami

mengajukan Permohonan Pencatatan Perselisihan Hubungan Industrial dan

Mediasi dihadapan Bapak mengenai Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja.

Adapun Kronologisnya dan secara berkas secara lengkap adalah sebagaimana

terlampir.

Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Hormat Kami

Page 9: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

Undang – undang Nomor 2 Tahun 2004. Tentang Penyelesaian Perselisihan

hubungan Industrial, Pasal 96 ayat (1),(2),(3) dan (4)

Ayat (1) Apabila dalam persidangan pertama, secara nyata – nyata pihak

pengusaha terbukti tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud

dalam pasal 155 ayat (3) Undang – undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, Hakim Ketua Sidang harus segera menjatuhkan putusan

sela berupa perintah kepada pengusaha untuk membayar upah beserta hak –

hak lainnya yang biasa diterima pekerja / buruh yang bersangkutan.

Ayat (2) Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dijatuhkan

pada hari persidangan itu juga atau pada hari persidangan kedua.

Ayat (3) Dalam hal selama pemeriksaan sengketa masih berlangsung dan

Putusan sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak juga dilaksanakan

oleh pengusaha, Hakim Ketua Sidang memerintahkan Sita Jaminan dalam

sebuah Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial.

Ayat (4) Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan Penetapan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diajukan perlawanan dan /

atau tidak dapat digunakan upaya hukum.

Page 10: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

CONTOH PERJANJIAN BERSAMA :

PERJANJIAN BERSAMA

Pada hari ini …………. tanggal……… bulan……………….Tahun………, kami yang

bertanda tangan dibawah ini ;

1. Nama :

Jabatan :

Perusahaan :

Alamat :

Yang Selanjutnya disebut Pihak Ke-1 (Pengusaha)

2. Nama :

Jabatan :

Perusahaan :

Alamat :

Yang Selanjutnya disebut Pihak Ke-2 (Pekerja/ Buruh/ Serikat Pekerja/

Serikat Buruh)

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (1) antara

Pihak ke-1 dan Pihak ke-2 telah mengadakan perundingan secara bipartit dan telah

tercapai kesepakatan sebagai berikut :

1. …………………………………………………..

2. dst

Kesepakatan ini merupakan Perjanjian Bersama yang berlaku sejak ditandatangani

diatas materai cukup.

Demikian Perjanjian Bersama ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak

manapun, dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab yang didasari itikad baik.

Pihak Pengusaha

Ttd

(Nama Lengkap)

Pihak Pekerja/ Buruh/ Serikat Pekerja/

Serikat Buruh

Ttd

(Nama Lengkap)

Page 11: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

TERIMA KASIH

Page 12: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

PERJANJIAN BERSAMA

Pada hari ini …………. tanggal……… bulan……………….Tahun………, kami yang

bertanda tangan dibawah ini ;

3. Nama :

Jabatan :

Perusahaan :

Alamat :

Yang Selanjutnya disebut Pihak Ke-1 (Pengusaha)

4. Nama :

Jabatan :

Perusahaan :

Alamat :

Yang Selanjutnya disebut Pihak Ke-2 (Pekerja/ Buruh/ Serikat Pekerja/

Serikat Buruh)

Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (1) antara

Pihak ke-1 dan Pihak ke-2 telah mengadakan perundingan secara bipartit dan telah

tercapai kesepakatan sebagai berikut :

3. …………………………………………………..

4. dst

Kesepakatan ini merupakan Perjanjian Bersama yang berlaku sejak ditandatangani

diatas materai cukup.

Demikian Perjanjian Bersama ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari

pihak manapun, dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab yang didasari

itikad baik.

Pihak Pengusaha

Ttd

(Nama Lengkap)

Pihak Pekerja/ Buruh/ Serikat Pekerja/

Serikat Buruh

Ttd

(Nama Lengkap)

Page 13: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

(Kota)….………………….

Nomor :

Lamp :

Hal : Permohonan Pencatatan HI dan Mediasi

Kepada Yth : Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten

Mojokerto

Jl. RA. Basuni No.4

Di _ M O J O K E R T O

Sehubungan dengan gagalnya Perundingan Bipartit antara pihak Pengusaha PT

…………………………… dengan………………………….., maka dengan ini kami

mengajukan Permohonan Pencatatan Perselisihan Hubungan Industrial dan

Mediasi dihadapan Bapak mengenai Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja.

Adapun Kronologisnya dan secara berkas secara lengkap adalah sebagaimana

terlampir.

Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Hormat Kami

Page 14: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

Mojokerto,………………………

Nomor :

Perihal : Pemberitahuan Skorsing

Kepada Yth : ………………………………….

Di _ M O J O K E R T O

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Sehubungan dengan adanya pelanggaran dan tindakan indisipliner yang telah

saudara lakukan terhadap PT……………………… di Mojokerto, tindakan mana telah

merugikan PT……………………………… . Maka dengan ini diberitahukan kepada

saudara bahwa :

PT……………………………. akan melakukan ijin Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

terhadap saudara kepada instansi pemerintah yang berwenang. Selama permohonan

ijin PHK dalam proses, maka terhitung sejak tanggal……………………………….

sampai adanya putusan hukum berkekuatan tetap dan mengikat (incracht van

gewijs), PT………………………. menskorsing saudara untuk tidak masuk kerja.

Pelaksanaan hak dan kewajiban akan dilaksanakan setelah adanya kesepakatan

bersama antara saudara dengan PT…………………………… atau berdasarkan

putusan hukum yang telah berkekuatan tetap dan mengikat dari instansi / lembaga

yang berwenang.

Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya

disampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.

Hormat Kami

Page 15: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

USIA PENSIUN

Dasar Hukum :

1. UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

2. UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun

3. UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek

4. Permennaker Nomor 2/ Men/ 1995 tentang Batas Pensiun Normal dan Batas

Maksimal Bagi Peserta Program Dana Pensiun.

Penjelasan :

1. UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

Pasal 154 huruf C yang berbunyi : “pekerja/buruh mencapai usia

pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian kerja, Peraturan

Perusahaan, Perjanjian Kerja Bersama atau Peraturan perundang –

undangan”.

Jo pasal 167 ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6)

Ayat (1) “ Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja

terhadap pekerja/ buruh karena memasuki usia pensiun dan apabila

pengusaha telah mengikutkan pekerja/ buruh pada program pensiun

yang iurannya dibayar penuh oleh pengusaha, maka pekerja/ buruh

tidak berhak mendapatkan uang pesangon sesuai ketentuan pasal

156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan pasal

156 ayat (3), tetapi tetap berhak atas uang penggantian hak sesuai

ketentuan pasal 156 ayat (4)”

Ayat (2) “Dalam hal besarnya jaminan atau manfaat pensiun yang

diterima sekaligus dalam program pensiun sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) ternyata lebih kecil daripada jumlah uang pesangon 2

(dua) kali ketentuan pasal 156 ayat (2) dan uang penghargaan masa

kerja 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian

hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4), maka selisihnya dibayar oleh

pengusaha”

Ayat (3) “Dalam hal pengusaha telah mengikutsertakan pekerja/ buruh

dalam program pensiun yang iurannya/ preminya dibayar oleh

pengusaha dan pekerja/ buruh, maka yang diperhitungkan dengan uang

pesangon yaitu uang pensiun yang premi/ iurannya dibayar oleh

pengusaha”

Page 16: Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja

Ayat (4) “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat

(2), dan ayat (3) dapat diatur lain dalam perjanjian kerja, peraturan

perusahaan atau perjanjian kerja bersama”

Ayat (5) “Dalam hal pengusaha tidak mengikutsertakan pekerja/ buruh

yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena usia pensiun pada

program pensiun maka pengusaha wajib memberikan kepada pekerja/

buruh uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan pasal 156 ayat

(2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan pasal 156

ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4)”

Ayat (6) “Hak atas manfaat pensiun sebagaimana yang dimaksud

dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tidak menghilangkan hak

pekerja/ buruh atas jaminan hari tua yang bersifat wajib sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku”

2. UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun

3. UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek

Pasal 14 ayat (1) huruf a : “Jaminan hari tua (JHT) dibayarkan secara

sekaligus, atau berkala, atau sebagian dan berkala, kepada tenaga

kerja karena telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun”.

Jo PP Nomor 14 tahun 1993 tentang penyelenggaraan Program

Jamsostek. Pasal 30 yang berbunyi : “ Badan Penyelenggara

menetapkan besarnya Jaminan Hari Tua paling lambat 30 (tiga puluh)

hari sebelum tenaga kerja mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun dan

memberitahukan kepada tenaga kerja yang bersangkutan”.

4. Permennaker Nomor 2/Men/1995 tentang Batas Pensiun Normal dan

Batas Maksimal Bagi Peserta Program Dana Pensiun, Pasal 2 :

(1) Usia Pensiun normal bagi peserta ditetapkan 55 (lima puluh lima) tahun.

(2) Dalam hal pekerja tetap diperkerjakan oleh pengusaha setelah mencapai

usia 55 (lima puluh lima) tahun, maka batas usia pensiun maksimum

ditetapkan 60 (enam puluh) tahun.