hubungan Islamic Parenting Skill : pola asuh Islam dengan kecerdasan spiritual anak kelas 5 SD

109
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah karunia Allah kepada manusia. Hati akan gembira di kala memandang mereka, hati akan terasa sejuk sewaktu melihat mereka dan jiwa akan tentram ketika berbicara dengan mereka. Mereka adalah bunga kehidupan dunia dan dibaratkan oleh Imam al-Ghazali sebagai mutiara yang masih mentah, belum dipahat maupun dibentuk. Mutiara ini bisa dipahat sedemikian rupa, dalam bentuk apapun dan mudah condong kepada segala sesuatu. Kesalehan kedua orang tua si anak inilah yang akan memiliki dampak yang besar untuk membentuk pahatan dalam jiwa anak tersebut. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dalam kebaikan itu. Namun apabila dibiasakan dengan keburukan dan dilalaikan pasti si anak akan celaka 1

description

islamic parenting, parenting in islam, kecerdasan spiritual. pola asuh islam. metode mendidik anak ala rasulullah

Transcript of hubungan Islamic Parenting Skill : pola asuh Islam dengan kecerdasan spiritual anak kelas 5 SD

BAB IPENDAHULUAN1. Latar Belakang MasalahAnak adalah karunia Allah kepada manusia. Hati akan gembira di kala memandang mereka, hati akan terasa sejuk sewaktu melihat mereka dan jiwa akan tentram ketika berbicara dengan mereka. Mereka adalah bunga kehidupan dunia dan dibaratkan oleh Imam al-Ghazali sebagai mutiara yang masih mentah, belum dipahat maupun dibentuk. Mutiara ini bisa dipahat sedemikian rupa, dalam bentuk apapun dan mudah condong kepada segala sesuatu. Kesalehan kedua orang tua si anak inilah yang akan memiliki dampak yang besar untuk membentuk pahatan dalam jiwa anak tersebut. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dalam kebaikan itu. Namun apabila dibiasakan dengan keburukan dan dilalaikan pasti si anak akan celaka dan dosanya akan melilit leher orang tuanya (Suwaid, 2010).Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang paling dapat memberi kasih sayang. Didalam keluargalah kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini secara langsung dan dapat digunakan sebagai pembelajaran (Efobi & Nwamaka, 2014). Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama yang berpengaruh terhadap perkembangan anak, baik fisik, mental maupun spiritual yang akan diwujudkan dalam tingkah laku. Pola hidup keluarga termasuk pola asuh orang tua dapat dipakai sebagai faktor untuk memprediksi penyebab perilaku menyimpang (Hadi, 2008 cit in Kumalasari, 2009).Dewasa ini banyak sekali kita temukan perbuatan melanggar hukum maupun perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak baik dilakukan oleh individu maupun secara berkelompok. Pada tahun 2013, Komisi Nasional Perlindungan Anak sering sekali menemukan perilaku kekerasan yang terjadi dilingkungan sekolah dan melibatkan anak didik. Pada bulan September 2014 lalu, muncul video rekaman aksi bullying anak-anak siswa sekolah dasar di Bukit Tinggi. Aksi kekerasan ini dilakukan oleh anak-anak saat ditinggal guru saat mengajar. Video ini memperlihatkan seorang anak berkerudung dijadikan objek pemukulan oleh teman laki-laki dan perempuanya di dalam kelas. Meski korban menangis namun pelaku tidak menghentikan pemukulan yang dilakukan (Komisi Nasional Perlindungan Anak, 2013). Contoh lainnya seperti yang terjadi di Kabupaten Bima pada 14 Januari 2013 lalu, 10 orang siswi Sekolah Dasar (SD) ditemukan sedang berpesta minuman keras (Miras). Seluruh siswa tersebut berasal dari SDN 7 Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Usai mengikuti pelajaran olahraga pada Senin pagi, para pelajar tersebut dipergoki oleh seorang satpam sedang menikmati minuman keras sejenis sofi di samping sekolah mereka (Kompas, .2013). Selain itu, di Riau, berdasarkan data dari Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Riau, sebanyak 125 siswa SD diketahui menjadi pengguna dan pengedar narkotika serta obat-obatan terlarang (narkoba). Data tersebut diambil dari periode Januari - September 2013. Data lain menyebutkan bahwa sebanyak 284 siswa - siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Riau positif narkoba. Dan sebanyak 605 siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) juga diketahui memakai narkoba (Riau Post, 2013).Orang tua sebagai orang dewasa yang paling dekat dengan anak-anak perlu menerapkan cara-cara atau pola asuh yang tepat untuk mendidik anak-anak. Pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak (Hong, 2012). Terdapat 3 klasifikasi pola asuh yang umum digunakan dalam masyarakat yaitu pertama; pola asuh demokratis dimana orangtua berusaha mengarahkan anak agar dapat bertingkah laku secara rasional, dengan memberikan penjelasan terlebih dahulu pada anak. Kedua; pola asuh otoriter dimana orang tua yang berusaha untuk membentuk, mengendalikan dengan mengevaluasi sikap serta tingkah laku anak berdasarkan standar yang mereka buat, dan pengontrolan terhadap tingkah laku anak melalui pemberian hukuman. Ketiga; pola asuh permisif dimana orang tua yang berusaha untuk menerima, memberikan respon yang positif terhadap keinginan (Maccoby cit in Yusuf, 2010) Hampir semua klasifikasi maupun jenis pola asuh yang berkembang sekarang merupakan pola asuh yang di dapat dari penelitian yang dilakukan dalam dunia Barat. Menurut Efobi & Nwukolo (2014), kebanyakan pola asuh yang diterapkan oleh para orangtua adalah pola asuh demokratis, kemudian diikuti dengan pola asuh otoriter dan permisif. Hal ini juga dibenarkan oleh Ghani, Lin, & Kamal (2013) bahwa pola asuh yang banyak digunakan saat ini adalah pola asuh demokratis. Namun, perlu untuk diketahui bahwa kondisi masyarakat Indonesia berbeda dengan kondisi masyarakat luar negeri. Bangsa Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai bangsa yang religius. Agama telah memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, baik secara formal kenegaraan maupun kehidupan pribadi. Nilai-nilai keagamaan harus dijadikan perhatian utama dalam membentuk imunitas keluarga dalam menghadapi arus globalisasi. Lebih jauh lagi keagamaan juga membentuk pemikiran dan cara pandang dengan perspektif ketuhanan. Anak harus dibiasakan dan dilatih untuk mentaati hukum dan aturan dari Allah, agar kehidupan yang terbangun dapat berada dalam jalan yang benar (Takariawan, 2012). Untuk itu diperlukan pola asuh yang mengedepankan nilai-nilai keIslaman guna membangun sumber daya manusia yang memiliki komitmen, integritas tinggi dan ketaqwaan.Islamic Parenting Skill adalah pola asuh yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam, Al-quran, dan As-sunah, bersifat menyeluruh, yang berlangsung terus menerus sehingga syaksiyah islamiyah akan terbentuk (Syifaa & Munawaroh, 2007). Islamic Parenting Skill mengajarkan kepada orangtua untuk mendidik anak-anaknya secara terus menerus, memperbaiki kesalahan mereka, dan membiasakan mereka mengerjakan kebaikan yang sesuai dengan nilai - nilai Islam selama hidupnya. Islam menetapkan Nabi Shallallahu alayhi wa Sallam sebagai panduan utama pendidikan akhlak dan perilaku anak di semua jenjang kehidupan (Suwaid, 2010). Islamic Parenting Skill yang dilakukan oleh Muhammad Shallallahu alyhi wa Sallam di mulai sejak anak dalam proses dilahirkan hingga dia remaja. Berbagai cara yang di lakukan oleh Muhammad Shallallahu alayhi wa Sallam dalam mendidik anaknya seperti menampilkan suri tauladan yang baik, mempengaruhi akal anak dengan menceritakan kisah - kisah Nabi terdahulu, menanamkan kegembiraan pada anak, mengajarkan anak berbakti pada orang tua, membentuk dan membiasakn aktivitas ibadah anak sampai dengan pendidikan seksualitas diusia dini (Syamsi, 2014). Hasil dari Islamic Parenting Skill harus mampu membentuk karakter peserta didik yang memiliki multiple intelligence, baik yang berkaitan dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual sehingga mereka mampu menghadapi problema hidup dan kehidupannya (Ginanjar, 2010).Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita secara profesional dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan spiritual dapat juga dijadikan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual dan emosional (Rahayu, 2005). Saat seseorang dihadapkan dalam suatu masalah, kecerdasan spiritual akan secara naluri memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, sehingga menghindarkan terjadinya perilaku maladaptif maupun kenakalan pada anak.Pada anak-anak kecerdasan spiritual ini bisa ditanamkan dan diukur dimulai dari usia 6 tahun hingga anak menginjak masa remaja. Pada masa ini, perkembangan spiritual mulai memasuki fase realita. Pada fase ini anak sudah mencerminkan konsep ketuhanan yang didasarkan dari kenyataan. Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran dari orang dewasa. Anak - anak mulai tertarik dan senang pada lembaga - lembaga keagamaan yang mereka lihat dan dikelola orang dewasa (Jalaludin, 2003).Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan peneliti di tiap sekolah, diantara rentang umur 6-11 tahun, anak yang berumur 11 tahun atau sedang duduk di kelas 5 Sekolah Dasar merupakan rentang umur yang paling memungkinkan untuk diteliti. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa anak kelas 5 SD sudah memiliki kecakapan dalam membaca dan menulis dan lebih mandiri dalam hal berpendapat dibandingkan dengan kelompok kelas 1,2,3, dan 4.Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada pada tanggal 18 Oktober 2014 di SD Islam Terpadu Abu Bakar (SD IT Abu Bakar) menunjukan terdapat 140 anak yang ada di kelas 5 SD. Peneliti melakukan wawancara dengan 3 orang guru yang bertugas mengajar di SD IT Abu Bakar. Guru menjelaskan bahwa di SD tersebut menetapkan pola pengajaran yang di laksanakan berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Hampir setengah dari isi kurikulum yang digunakan di sekolah ini mengandung ajaran-ajaran Islam. Terdapat mata ajar khusus untuk belajar Al-Quran secara mendalam yang dinamakan Baca Tulis Huruf Quran (BTHQ) dan setiap semesternya di ujikan untuk menilai seberapa jauh kemampuan anak didik dalam mempelajari serta menghafal Al-Quran. Di sekolah ini juga sangat menekankan pentingnya mengajarkan anak didik tentang perbedaan gender. SD IT Abu Bakar melakukan pemisahan kelas bagi anak didik muslim dan muslimah sejak menduduki kelas 3 SD. Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan 3 orang wali murid yang sudah diundang oleh peneliti di SD IT Abu Bakar. Wali murid mengatakan memilih SD IT sebagai tempat anaknya bersekolah karena menginginkan anak-anak mereka tumbuh dengan nilai - nilai Islam yang kuat. Hal ini bertujuan untuk mencegah anak-anak berperilaku menyimpang saat sudah dewasa nanti. Wali murid juga mengatakan bahwa anak-anak mereka sudah bisa menerapkan ajaran-ajaran yang mereka dapatkan disekolah dalam kehidupan sehari. Dalam pandangan mereka Islamic Parenting Skill berarti cara mendidik anak yang sesuai dengan tuntunan Islam dan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alayhi wa Sallam. Dimulai dari anak-anak lahir dengan mengumandangkan adzan sampai dengan cara-cara menghukum anak seperti yang di praktekan oleh Muhammad Shallallahu alayhi wa Sallam.Penulis juga melakukan studi pendahuluan di SD Ngerukeman, SD Kasihan, dan SD Ngebel. Pada ketiga SD rata-rata memiliki 55 siswa di kelas 5. Peneliti melakukan wawancara dengan guru-guru yang bertugas di sekolah tersebut sesuai dengan janji yang sudah dibuat sebelumnya. Guru menjelaskan pelajaran yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual lebih banyak didapatkan dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang sudah ditentukan isinya oleh kurikulum dari pemerintah pusat. Namun, dari pihak sekolah juga tetap diadakan pengajian bersama setiap hari jumat pagi. Setelah mewawancarai pihak sekolah, peneliti kemudian mewawancarai beberapa wali murid yang anak-anaknya bersekolah di salah satu dari ketiga sekolah tersebut. Para wali murid mengatakan mereka lebih suka untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Hal ini didasarkan pada pertimbangan biaya sekolah yang lebih murah serta jarak antara sekolah dengan rumah yang lebih dekat. Menurut pandangan wali murid Islamic Parenting Skill berarti mendidik anak dengan cara-cara yang diajarkan oleh Islam. Cara-caranya seperti dengan mengajarkan anak sholat, mengaji, dan berbuat baik terhadap sesama.Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan Islamic Parenting Skill pada kecerdasan spiritual anak.

A. Rumusan MasalahBerdasarkan dari latar belakang diatas, sehingga didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara Islamic Parenting Skill pada kecerdasan spiritual anak?

B. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum :Mengetahui adanya hubungan antara Islamic Parenting Skill pada kecerdasan spiritual anak.2. Tujuan Khususa. Mengetahui gambaran Islamic Parenting Skill pada orang tuab. Mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada anak

C. Manfaat Penelitian1. Bagi ilmu pengetahuan : Sebagai masukan kepada ilmu pengetahuan khususnya tentang hubungan Islamic Parenting Skill pada kecerdasan spiritual anak2. Bagi penulis : untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis karya tulis ilmiah (KTI)3. Bagi keluarga/ orang tua : dapat memperoleh informasi terkait cara memberikan pola asuh yang baik dan didasarkan dari nilai-nilai Islam terhadap anak-anak mereka.4. Bagi peneliti lain : hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai landasan teori bagi penelitian selanjutnya.D. Keaslian PenelitianSepengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan Islamic Parenting Skill pada kecerdasan spiritual anak belum pernah dilakukan. Namun ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan Islamic Parenting Skill dan kecerdasan spiritual yang sudah dilakukan :1. Oweis, Gharaibeh,M., Maaitah, Gharaibeh, H., Obelsat (2012) dengan judul penelitian Overview Islamic Parenting from a Jordanian Perspective. Penelitian tersebut menggunakan metode peneliti qualitative descriptive, pengumpulan data dengan menggunakan semi-structured-one-on-one interview dengan pertanyaan terbuka. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola asuh Islam dalam perspektif para orangtua adalah hak anak untuk diberikan nama yang baik, pendidikan terbaik, keadilan dalam keluarga, dan hak untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah pada metode penelitian yang digunakan, instrumen, sampel, dan cara pengolahan data.2. Mukhoyyaroh (2011) dengan judul penelitian Hubungan Tingkat Kecerdasan Spiritual (SQ) dengan Kesadaran Siswa Menjauhi Perilaku Menyimpang Pada Siswa Kelas VIII MTS Al-Uswah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2011. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, pengambilan sample menggunakan propotional random sampling dan pengumpulan data menggunakan kuisioner, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada pengaruh atau hubungan antara kecerdasan spiritual terhadap kesadaran kesadaran siswa menjauhi perilaku menyimbang. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah pada hal variabel yang diteliti serta sample yang digunakan.3. Anggoro (2009) dengan judul penelitian Hubungan Kecerdasan Spiritual Dengan Kenakalan Remaja Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Angakatan 2007. Jenis penelitian ini adalah analitik observational dengan pendekatan cross sectional dan pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan kecendrungan perilaku delinkuen. Artinya semakin tinggi tingkat kecerdasan spiritual seseorang maka semakin rendah tingkat kenakalan remaja yang dimiliki. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah pada hal variabelnya, populasi, dan teknik pengambilan sample.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Teori1. Islamic Parenting Skilla. Pengertian Islamic Parenting SkillIslamic Parenting Skill adalah pola asuh yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam, Al-quran, dan As-sunah, bersifat menyeluruh, yang berlangsung terus menerus sehingga syaksiyah islamiyah akan terbentuk (Syifaa & Munawaroh, 2007).b. Tahapan serta Metode Mendidik Anak dalam Islamic Parenting Skill Menurut Suwaid (2010), terdapat beberapa tahapan dan metode mendidik anak dalam Islamic Parenting Skill. Tahapan dan metode tersebut adalah : 1) Metode mendidik anak saat anak didalam kandungan hingga menginjak usia 2 tahun :Pada saat ini t.erdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh orangtua yang dimulai dari doa saat proses kelahiran hingga dengan kewajiban ibu untuk menyapih anak-anaknya selama 2 tahun. Pada saat proses melahirkan, ada dzikir-dzikir yang disunnahkan untuk dibaca sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu alyhi wa Sallam ketika putrinya Fatimah, menjalani proses tersebut. Ibnus Sunni meriwayatkan dengan Sanad Dhaif bahwasanya Fatimah ketika sudah mendekati masa melahirkan, Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam memerintahkan Ummu Salanah dan Zainab binti Jahsy untuk datang membacakan Ayat Kursi, Surat al-Araf ayat 54, surat Yunus ayat 10, surat al-Falaq dan surat An-Nas. Setelah bayi lahir, kumandangkan adzan ditelinga kanan dan iqamat di telinga kiri. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan ad-Tirmidzi bahwasanya Rasullulah Shallallahu alyhi wa Sallam membaca adzan ditelinga al-Hasan bin Ali sesaat setelah Fatimah melahirkannya dengan adzan untuk shalat. Hikmah dari adzan ini adalah untuk menyiarkan syiar Islam dan pemberitahuan tentang agama Muhammad. Diusahakan agara ucapan pertama yang masuk ke dalam telinga manusia adalah kata-kata yang mengungkapkan sifat-sifat kebesaran Allah, keagungan-Nya, dan syahadat yang menjadi syarat sah masuk Islam.Kemuliaan dan kebaikan pertama yang diberikan kepada anak adalah memberikan nama dan julukan yang baik untuk anak. Nama yang baik memiliki dampak yang positif pada jiwa dari pertama kali mendengarnya. Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam bersabda, Nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman. Selain itu, dianjurkan juga uintuk memberi nama pada anak dengan meniru nama para sahabat yang mati syahid. Beberapa nama yang dilarang adalah Yasar (kiri), Rabah (untung), Najih (berhasil), Aflah (bahagia), Rafi (tinggi), dan Barkah (Berkah).Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam juga bersabda untuk mencukur habis rambut bayi sebagai pertanda dimulainya masa bayi. Kemudian lakukan proses aqiqah dengan meneyembelih dua ekor kambinng untuk anak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan. Aqiqah ini juga berfungsi sebagai pemberitahuan kepada masyarakat mengenai kelahiran seorang bayi di tengah keluarga. Pada anak laki-laki disunnahkan untuk dilakukanya khitan dimana proses ini bisa dilakukan sejak hari ketujuh bayi itu dilahirkan. Namun, menurut sebagian ulama khitan hukumnya wajib karena ibadah ini termasuk dalam syiar agama dan sebagai pembeda antara Muslim dan kafir.Islam sudah menggariskan kewajiban dan hak Ayah dan Ibu dalam mengasuh anak mereka. Ayah wajib untuk memberi nafkah sedangkan seorang ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya selama 2 tahun sebagaimana yang sudah difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Taala dalam Surat al-Baqarah: 223. Bimbingan dan pemeliharaan anak dimasa kecilnya juga lebih diutamakan dilakukan oleh ibunya atau keluarga dari pihak Ibu. Hal ini dilakukan karena wanita diciptakn dengan segala kelebihan kelembutan, kasih sayang, dan kesabaran yang ada pada mereka.2) Metode mendidik anak ala Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam :Orang tua harus mampu menjadi suri tauladan yang baik bagi anaknya. Anak adalah individu yang bisa dengan mudah meniru perilaku orang dewasa, bahkan bisa dipastikan pengaruh paling dominan berasal dari kedua orang tuanya. Apabila mereka melihat kedua orang tua berperilaku jujur, merekapun akan tumbuh dalam kejujuran.Kedua orang tua juga harus menyempatkan diri untuk memberikan pengarahan serta nasihat. Orang tua harus memahami bahwa memilih waktu yang tepat untuk memberikan nasihat juga berpengaruh kepada penerimaan anak akan nasihat serta hasil dari nasihat itu sendiri. Hal ini dikarenakan sewaktu-waktu anak bisa menerima nasehatnya, namun terkadang juga pada waktu lainnya dia menolak keras. Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam memberikan kita 3 waktu mendasar dalam memberikan pengarahan pada anak yaitu dalam perjalanan, waktu makan, dan waktu anak sakit. Jika orang tua memiliki anak lebih dari satu, orang tua harus bersikap adil dan menyamakan pemberian untuk anak. Hal ini untuk menghindari keliaran serta timbulnya perasaan dengki yang muncul dalam hati anak. Pemberian hadiah dan mainan untuk anak juga penting dan dipraktekan oleh Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam. Pilihkan mainan yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak, serta hindari mainan yang sulit untuk dirangkai atau dimainkan.Orang tua disunnahkan untuk selalu memanjatkan doa bagi kesejahteraan anaknya dan dilarang untuk mendoakan keburukan untuk anaknya. Bagaimanapun juga, doa kedua orang tua adalah doa yang selalu dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Taala. Orangtua juga memiliki tanggung jawab besar dalam membantu anak mereka untuk berbakti dan menaati perintah Allah Subhanahu wa Taala. Ciptakan suasana yang nyaman dan mampu mendorong si anak untuk berinisiatif menjalankan ibadah serta persiapkan segala macam saran dan prasarana yang mendukung keperluan ibadah.3) Metode mempengaruhi akal anakMenceritakan kisah - kisah inspiratif menempati peringkat pertama sebagai landasan metode pemikiran yang memberikan dampak positif pada akal anak. Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam seringkali berkisah tentang kejadian masa lampau kepada anak kecil bahkan para sahabat beliau. Ceritakan kisah-kisah tauladan dari riwayat Nabi terdahulu kepada anak-anak dirumah sesering mungkin. Sesekali lakukan dialog atau tanya jawab untuk merangsang pertumbuhan akal anak, membuka pikiran dan memperluas wawasannya. Gunakan bahasa yang sesuai dengan tingkatan umur anak serta hindari menggunakan bahasa yang ambigu dan kalimat kiasan.4) Metode mempengaruhi jiwa anakPertemanan memainkan peran penting dalam memberikan pengaruh terhadap jiwa anak. Seseorang adalah cerminan dari temannya karena mereka akan saling belajar satu sama lain. Luangkanlah waktu untuk menemani anak bermain seperti halnya yang dilakukan Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam bersama anak-anaknya dan Umar bersama anaknya Ibnu Abbas. Selalu tanamkan kegembiraan pada anak dan jangan lupa untuk memberikan pujian disetiap keberhasilan anak dalam melakukan sesuatu.Salah satu metode yang banyak berhasil di berbagai kesempatan adalah mengabulkan keinginan serta mengarahkan bakat anak. Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam bersabda untuk memberikan sesuatu kepada anak agar anak selalu merasa senang dan gembira. Dengan tumbuhnya rasa senang ini akan membuat anak semakin mencintai kita dan menuruti semua yang kita ajarkan. Arahkan kegiatan anak sesuai dengan bakat dan minatnya. Biasakan anak untuk selalu berhasil dalam setiap kegiatannya untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Tumbuhkan rasa kompetitif dalam diri anak dengan mengikut sertakan anak ada pada perlombaan sederhana namun menggerakkan semangat. Seperti contoh Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam sering mengadakan perlombaan lari untuk anak-anak agar anggota tubuh mereka tumbuh sempurna dan badan mereka menjadi kuat.Salah satu metode yang juga cukup berhasil dalam membentuk kejiwaan anak adalah janji dan ancaman. Metode ini cukup sering disebutkan dalam Al-Quran dan diterapkan oleh Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam. Beliau menggunakannya dalam banyak kesempatan, antara lain dalam masalah berbakti kepada orangtua. Beliau menganjurkan untuk berbuat baik kepada kedua orangtua dan memberikan ancaman atas perbuatan durhaka.5) Metode menghukum anak yang mendidikHukuman bukanlah pembalasan dendam kepada si anak. Tujuan sebenarnya adalah dari hukuman adaalah sebagai pendidikan dan merupakan salah satu metode pendidikan. Sebelum menghukum, terlebih dahulu para orangtua harus efektif dalam mengoreksi kesalahan anak atau menemukan inti dari setiap kesalahan yang dilakukan anak (Syamsi, 2014). Dalam menerapkan hukuman pada anak juga harus dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dimulai dari menunjukan cambuk atau alat hukuman lainnya. Diriwayatkan dari Bukhari bahwasanya Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam memerintahkan untuk menggantung cambuk di dalam rumah. Tahap kedua adalah menjewer daun telinga sebagai hukuman fisik pertama untuk anak. Pada tahap ini anak sudah mulai merasakan kepedihan akibat melakukan kesalahan. Tahap selanjutnya adalah menghukum anak dengan cara memukul. Terdapat kaidah-kaidah yang harus diikuti apabila orang tua ingin menghukum anaknya dengan cara ini. Kaidah tersebut adalah memukul anak dimulai dari usia sepuluh tahun, pukulan tidak boleh lebih dari 10 kali, tidak boleh memukul pada satu tempat saja, antara pukulan harus ada jeda waktu, tidak boleh memukul dengan amarah, dan terakhir harus berhenti memukul bila anak menyebut nama Allah. 6) Metode membentuk aktivitas ibadah anakIbadah kepada Allah memainkan peran yang penting bagi diri seorang anak. Ibadah akan meredam pemberontakan jiwa dan amarah dalam diri seorang anak. Ibadah juga menjadikan anak memiliki ikatan dengan Allah Subhanahu wa Taala. Dalam berbagai pengarahan Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam beliau selalu memfokuskan pada lima dasar. Dasar yang pertama adalah dengan mengajarkan shalat kepada anak. Tahap selanjutnya ajaklah anak ke masjid terutama bagi anak laki-laki. Kemudian mulailah untuk melatih anak untuk berpuasa sekaligus melatih kesabaran hati pada anak. Tahap keempat ajarkan ibadah haji kepada anak. Apabila anak sudah mencapai usia baligh, maka mereka wajib melaksanakan ibadah haji. Tahap berikutnya adalah melatih anak untuk membayar zakat. Beritahukan anak bahwa membayar zakat hukumnya wajib karena sebagian dari harta kita terdapat hak orang - orang lain yang lebih membutuhkan.7) Metode membentuk jasmani anak dan menjaga kesehatan anakPembangunan jasmani bagi anak harus dilakukan pada masa perumbuhannya untuk memaksimalkan pertumbuhan organ tubuh. Diriwayatkan dari Umar bin Khatab, bahwasanya anak - anak sebaiknya diajarkan berenang, memanah, dan tetap duduk di punggung kuda yang sedang melompat. Berikan anak kesempatan untuk bermain bersama teman-teman sebayanya. Bermain penting untuk perkembangan jasmani anak. Bermain juga memberi kesempatan pada anak untuk mempelajari banyak hal termasuk bagaimana caranya membina hubungan sosial dengan orang lain. Dalam Islam, terdapat banyak sekali anjuran untuk menjaga kesehatan dan segera berobat jika sakit. Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam menerapkan beberapa dasar dalam menjadi kesehatan anak. Selain dibiasakan untuk menggosok gigi, biasakan anak untuk menyikat gigi secara teratur. Ajarkan juga anak untuk memotong kuku minimal seminggu sekali. Latihlah anak untuk tidur dengan posisi miring ke kanan serta tidur setelah isya dan bangun untuk sholat subuh. Segeralah berobat jika anak jatuh sakit. Dalam Islam, terdapat beberapa cara alternative yang disunnahkan untuk mengobati anak seperti pijat, urut, pengobatan dengan doa dan ruqyah, serta menggunakan ranting Hindi sebagai obat.8) Metode mengarahkan kecendrungan seksual anakSaat anak beranjak remaja, anak mengalami perubahan organ secara cepat dan berkesinambungan. Organ-organ tubuh akan berkembang demikian cepatnya termasuk orag reproduksi. Kecendrungan seksual diciptakan Allah Subhanahu wa Taala agar menjadi media kelangsungan reproduksi bagi seluruh manusia. Langkah-langkah yang dipraktekan oleh Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam dalam mengarahkan kecendrungan seksual anak adalah dengan membiasakan anak untuk menundukan pandangan dan menutup aurat. Pada usia 7 tahun mulai pisahkan kamar tidur anak antara anak perempuan dan laki - laki, membiasakan anak untuk tidur miring ke kanan tidak telentang atau menulungkup. Kemudian, jauhkan anak dari Ikhtilat bersama lawan jenis serta ajarkan kewajiban mandi janabah ketika anak mendekati baligh.c. Faktor- faktor yang mempengaruhi pola asuh Menurut Hurlock (2010) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua. Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua adalah: 1) Jenis pola asuh yang diterima orangtua sebelumnyaJika orang tua merasa bahwa pola asuh yang mereka terima sebelumnya dapat membentuk individu yang baik, maka mereka akan menerapkan kembali jenis pola asuh yang sama kepada anaknya. Sebaliknya, jika mereka merasa kurang sesuai dengan pola asuh yang diterima sebelumnya, orangtua akan meneraokan pola asuh yang berbeda kepada anaknya.2) Usia orang tuaPasangan yang lebih muda biasanya cenderung lebih bebas dan demokratis dalam mengasuh anaknya. Hal ini dikarenakan pasangan orang tua yang lebih muda lebih bisa terbuka dan berdialog dengan baik pada anak-anaknya. Sedangkan orangtua dengan usia yang lebih tua cenderung keras karena merasa diri lebih berpengalaman dan lebih dominan dalam pengambilan keputusan.3) Status sosial ekonomiOrang tua dari kalangan menengah kebawah cenderung lebih keras dan memaksa dibandingkan dengan orangtua dari kelas ekonomi menengah ke atas. 4) Dominasi orang tuaApabil seorang ibu lebih dominan di dalam keluarga, lebih mampu mengerti keinginan dan kebutuhan anaknya. Hal ini dikarenakan wanita lebih memiliki ikatan batin yang kuat dengan anak mereka dibandingkan dengan para laki-laki. 5) Jenis kelamin anak dan kondisi anakOrangtua biasanya akan bersikap lebih protektif kepada anak perempuan dibandingkan anak laki - laki. Hal ini dikarenakan anak perempuan lebih rentan terhadap pengaruh buruk lingkungan, terutama anak perempuan dalam usia remaja. Kondisi anak juga akan sangat menetukan bagaimana prang tua mendidik anaknya. Cara mendidik anak yang normal akan berbeda dengan mendidik anak yang memiliki cacat atau penyakit berat.6) Jumlah anakOrang tua yang memiliki lebih sedikit anak cenderung lebih intensif pengasuhannya dimana perkembangan pribadi dan kerja sama antar anggota keluarga lebih diperhatikan. Sedangkan orang tua yang memiliki anak berjumlah lebih dari lima orang kurang bisa memperoleh kesempatan untuk mengontrol secara intensif perkembangan anaknya.

2. Kecerdasan Spirituala. Pengertian Kecerdasan SpiritualGinanjar (2010) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah - langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta prinsip hanya karena Allah Subhanahu wa Taala. Hal ini berarti segala yang berkaitan dengan ketuhanan, ahlak, dan kejiwaan merupakan bagian dari kehidupan spiritual.Kecerdasan spiritual adalah sebuah paradigma berfikir yang menjadikan diri seseorang merasa kecil disbanding keluasan alam semesta (yang dikendalikan oleh Sang Pencipta). Sebuah keniscayaan bagi orang yang cerdas spiritual untuk tunduk dan menyelaraskan dirinya pada kehendak Sang Pencipta. Hal ini akan menghantarkan orang pada pencarian tentang bagaiman sebenarnya kehendak Sang Pencipta yang telah menciptakan dirinya dan alam semesta yang dikaguminya. Salah satu sumber referensi yang sering menjadi rujukan bagi kalangan cerdas spiritual adalah kitab suci (Supriyono, 2006).b. Konsep-konsep dalam kecerdasan spiritualSupriyono (2006) mengkalsifikasikan 10 konsep dasar yang menjadi kunci tingginya kecerdasan spiritual. 10 konsep tersebut adalah :1. Mendapatkan gambaran menyeluruhPemahaman akan apa yang dan bagaimana dirinya sendiri sebagai individu manusia sudah cukup untuk mengantarkan seseorang akan kecerdasan spiritual yang mendasar. Dengan memperhatikan dirinya sendiri, seseorang akan menyadari tentang berbagai fakta yang sungguh menakjubkan. Keajaiban pada diri setiap orang menjadi sumber kesadaran bahwa dirinya dan juga orang lain hadir ke dunia ini dengan kualitas luar biasa. Manusia yang mampu merenungi tentang keberadaan dirinya akan sampai pada kesadaran keluarbiasaan dan keajaiban dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan orang lain pun memiliki keajaiban yang serupa. Dengan demikian, penghargaan terhadap orang lain adalah bagian dari kesadaran spiritual yang akan melatarbelakangi setiap sisi hubungannya dengan orang lain dia akan menempatkan orang lain pada posisi yang tinggi sebagaimana ia juga menempatkan dirinya pada posisi yang tinggi. Kecerdasan spiritual yang akan menjadikan seseorang mampu berhubungan baik dan harmonis dengan orang lain.1. Menggali nilai-nilai Nilai-nilai moral akan menjadi panduan untuk bertindak atau bersikap tentang bagaimana kita menjalani hidup dan mengambil keputusan serta menghindarkan umat manusia dari kekacauan dan anarki. Kesadaran akan nilai luhur akan semakin sempurna manakala manusia menjadikan kitab suci sebagai referensi yang mana di dalamnya terdapat aturan kehidupan umat manusia baik dalam berhubungan sesama manusia, alam semesta maupun Tuhan Yang Maha Esa sebagai penguasa dan pencipta manusia dan seluruh alam semesta.1. Visi dan panggilan hidupBila dihibungkan dengan panggilan hidup, visi adalah kemampuan berfikir yang merencanakan masa depan dengan bijak dan imajinatif, menggunakan gambaran mental tentang situasasi yang dapat datang dan mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Visi akan menjadi cahaya pembimbing hidup seseorang.1. Belas kasih (memahami diri sendiri dan orang lain)Konsep ini menjelaskan tentang ungkapan simpati dan kepedulian kepada orang lain melalui niat dan perbuatan. Belas kasih berarti berhubungan dengan orang lain melalui rasa sayang dan hormat serta menjadikan seseorang memiliki komitmen kepada orang lain dan akan ikut bertanggung jawab dalam menolong mereka.1. Memberi dan menerima, kemurahan hati dan rasa syukurMurah hati (Charity) adalam cermin dari rasa syukur. Charity berasal dari bahasa latin carus yang berarti dihargai atau dicintai. Prinsip ini mengantarkan seseorang untuk selalu menunjukkan sikap hangat, jujur, murah hati, mengalah kepada orang yang dicintai atau disayangi.1. Kekuatan tawaSelera humor merupakan salah satu kualitas utama kecerdasan spiritual. Tawa akan mengurangi rasa stress, meningkatkan kesejahteraan secara umum dan menambah jumlah teman. Tawa dapat menciptakan kehidupan yang lebih bahagia.1. Menjadi kanak-kanak kembaliKonsep ini bukanlah berarti bertingkah laku kekanak-kanakan, melainkan seseorang harus mempunyai pandangan polos seperti anak kecil yaitu energi dan semangat tanpa batas, cinta tak bersyarat, kegembiraan, spontanitas dan keceriaan, semangat petualangan, keterusterangan dan kepercayaan, kebenaran, kemurahan hati, keingintahuan dan penasaran, serta keheranan dan kekaguman. Kembali kepada masa kanak - kanak juga dapat diartikan sebagai kembali pada kesucian dengan upaya untuk mensucikan diri dari kesalahan dan dosa sebagaimana yang terjadi pada masa kanak - kanak.1. Kekuatan ritualIbadah rutin yang dijalankan seseorang akan menjadi pintu pembuka dari kepekaan hati nurani menuju kepada kebaikan. Seseorang yang ingin meningkatkan kecerdasan spiritual haruslah secara disiplin melakukan ibadah ritual rutin baik yang bersifat harian, mingguan, bulanan, atau tahunan, sesuai dengan keyakinan yang dianutnya.1. Ketentraman Kondisi dimana seseorang bebas dari kecemasan, kekacauan, atau kesedihan. Ketentraman diibaratkan sebagai danau yang tenang tanpa riak atau angin kencang yang mangacaukan permukaannya. Ketentraman adalah salah satu bentuk respon seseorang yang menang. Ketentramanlah yang memungkinkan seseorang untuk berfikir lebih jernih dan kreatif dalam merespon peristiwa apapun dalam kehidupannya, seberat apapun peristiwa yang mendera.1. Cinta Cinta terhadap diri sendiri, sesama, dan jagad raya dapat dianggap sebagai tujuan hidup dan spiritual yang paling akhir. Hidup adalah cinta dan cinta adalah hidup. Cinta kepada diri sendiri, sesama dan jagad raya akan sempurna apabila kemudian mengarahkan seseorang pada cinta kepada Sang Maha Pencipta yang telah berkarya menciptakan dan mengasuh alam semesta beserta seluruh isinya. c. Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggiMenurut Tasmara (2001), ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi adalah sebagai berikut :1. Memiliki visiMereka menyadari bahwa hidup yang dijalaninya bukanlah sebuah kebetulan tetapi kesempatan yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab (takwa). Visi merupakan perwujudan imajinasi kreatif dan merupakan motifasi utama dari tindakan manusia. Menetapkan visi berarti menetapkan arah kiblat yang benar-benar diyakini. Sehingga seluruh sumber daya yang dimilikinya diarahkan dan diluangkan dalam bentuk tindakan yang membutuhkan perencanaan.1. Merasakan kehadiran Allah Subhanahu wa TaalaManusia yang bertanggung jawab dan cerdas secara ruhaniah dan merasakan kehadiran Allah Subhanahu wa Taala dimana saja mereka berada. Kesadaran bahwa Allah Subhanahu wa Taala selalu bersamanya, merupakan bentuk fitrah manusia. Siapapun yang meyakini merasakan kehadiran Allah Subhanahu wa Taala, selalu menjalankan agamanya secara rutin dan penuh rasa cinta akan memperoleh sandaran yang sangat kuat.1. Berdzikir dan berdoaZikir memberikan makna kesadaran diri cognizance, aku dihadapan Tuhanku, yang kemudian mendorong dirinya secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk melanjutkan visi hidupnya yang dinamis yaitu memberi makna melalui amal - amal saleh. Zikir bukan hanya sekedar ritual tetapi sebuah awal dari perjalanan hidup yang aktual. Doa bukanlah sekedar hafalan melainkan ungkapan jiwa.1. Memiliki kualitas sabarDalam kandungan kualitas sabar, terdapat sikap yang istiqomah. Orang yang sabar dapat bertoleransi dengan waktu, mereka memiliki ketabahan dan daya sangat kuat untuk menerima beban, ujian atau tantangan tanpa sedikitpun mengubah harapan menuai hasil yang ditanamnya.1. Cenderung kepada kebaikanOrang yang bertakwa adalah orang yang cenderung kepada kebaikan dan kebenaran (hanif). Orang yang bertakwa sudah tentu terpacu untuk menggali potensi diri agar menduduki tempat terbaik atau saleh.1. Memiliki empatiEmpati adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain sehingga dapat merasakan kondisi batiniah orang lain. Empati sosial sendiri telah dipatrikan kepada jiwa Agung Rasulullah SAW dan dipraktekkan oleh beliau dikehidupan sehar-harinya.1. Berjiwa besarBerjiwa besar yaitu suatu keberanian untuk memaafkan dan sekaligus melupakan perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Orang yang cerdas secara ruhaniah adalah mereka yang mampu memaafkan, betapapun pedihnya kesalahan yang diperbuat orang lain pada dirinya.1. Bahagia melayaniBudaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang muslim. Melayani atau menolong seseorang merupakan bentuk kesadaran dan kepeduliannya terhadap nilai kemanusiaan. Memberi pelayanan dan pertolongan merupakan investasi yang kelak akan dipetik keuntungannya, tidak hanya diakhirat melainkan diduniapun kita sudah bisa merasakannya.d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritualAda beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan spiritual seseorang (Taylor dalam Dwidiyanti, 2008). Faktor-faktor tersebut adalah :1. Pertimbangan terhadap perkembanganSetiap masa perkembangan akan memiliki kecerdasan spiritual yang berbeda-beda. Ini didasarkan pada kemampuan setiap rentang umur menerima pembelajaran dan cara memahami yang berbeda-beda.1. Keluarga Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan spiritual anak, oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan menjadi tempat pengalaman pertama anak dalam mengekspresikan kehidupan di dunia. Pandangan anak diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan keluarga.1. Latar belakang etnik dan budayaSikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarganya. Meskipun demikian, pengalaman spiritual tetap unik bagi setiap individu.1. Pengalaman hidup sebelumnyaPengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi tingkat spiritual seseorang. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai ujian kekuatan iman bagi manusia sehingga kebutuhan spiritual akan meningkat dan memerlukan kedalaman tingkat spiritual sebagai mekanisme koping memenuhinya.1. Krisis dan perubahanKrisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian. Bila klien dihadapkan dengan kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang dan berdoa akan lebih meningkat diandingkan pasien berpenyakit terminal.1. Terpisah dari ikatan spiritualKadang kala kita mengalami masa atau kejadian yang membuat kita merasa terpisah dari ikatan spiritual. Contohnya, menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu terpisah atau kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari - harinya termasuk kegiatan spiritual dapat mengalami perubahan. Terpisahnya individu dari ikatan spiritual beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritual.e. Cara menilai kecerdasan spiritualTidak seperti IQ yang bersifat linier, logis, dan rasional, kecerdasan spiritual tidak bisa dihitung. Pertanyaan - pertanyaan yang diberikan untuk menguji kecerdasan spiritual semata - mata merupakan latihan perenungan. Menurut Marshal & Zohar (2007) terdapat 6 klasifikasi pertanyaan untuk menilai kecerdasan spiritual seseorang. 6 klasifikasi tersebut adalah :1. Tugasa) Kelompok apa yang akan membuat Anda senang menjadi bagiannya dalam hidup anda? Keluarga? Pekerjaan? Tetangga? Bangsa? Suku bangsa? Tidak ada?b) Mana diantara kelompok tersebut (jika ada) yang kini Anda jauhi ? Mengapa? Apakah Anda menyimpan ganjalan? perselisihan? Kejadian traumatik? Rasa bersalah? Apakah Anda masih terikat oleh aturan atau adat-istiadat kelompok itu? Jika demikian, mengapa?c) Adakah kelompok yang ingin Anda lebih terlihat didalamnya? Apakah ini praktis?d) Apakah aturan moral yang anda ikuti saat ini? Apakah sumbernya? Sejauh mana anda mengikutinya? Pernahkah anda memikirkan perubahan yang mungkin dapat meningkatkan salah satu kelompok anda untuk setiap orang (atau hamper setiap orang) yang terkait? Sudahkah anda membuat niat penting pada tahun ini dan tetap menjalankannya?2. Pengasuhana) Apakah kini (atau dimasa lalu) ada orang yang dengan senang hati Anda memberi kepadanya lebih daripada yang anda terima? Apakah ada oraang (sekarang atau dulu) yang dengan senang hati Anda menerima darinya melebihi yang Anda berikan?b) Adakah orang yang belakangan ini Anda abaikan, Anda sakiti, atau Anda taruh dendam? Mengapa? Sudahkah anda membuat keputusan positif atau negatif mengenai ini?c) Adakah orang (sekarang atau dahulu) yang ingin Anda bantu tetapi tidak bisa? Bagaimana perasaan Anda dalam hal itu? Dapatkah Anda mempunyai kawan dekat jika mereka tidak membutuhkan bantuan atau melihat Anda? Dapatkah Anda, dalam hubungan yang sangat erat, bersikap terbuka dan jujur menyangkut masalah sulit?d) Apakah yang menganggap Anda mudah diajak bicara? Apakah Anda kadang-kadang membantu seseorang yang membutuhkan dan mendekati Anda meskipun mereka tidak termasuk dalam lingkungan sosial Anda?3. Pemahamana) Apakah Anda menaruh minat secara aktif pada gaya hidup orang disekeleiling Anda? Keluarga? Pekerjaan? Apakah akhir-akhir ini Anda membaca atau membahas hal-hal yang berkaitan dengan psikologi, filosofi, etika, atau topik semacam itu?b) Jika Anda merasa mentok saat menghadapi suatu masalah, apakah biasanya Anda menyingkirkannya, atau apakah Anda mencoba pendekatan yang lain? Apakah anda menyimpan keputusan yang belum dibuat, bingung mengenai suatu hal atau masalh praktis jangka panjang? Apa yang akan terjadi jika Anda mengalami kemajuan dalam hal-hal tersebut?c) Apakah Anda biasanya bias melihat kebaikan pada dua sisi pada suatu argumen? Jika demikian apa yang terjadi? Dapatkah Anda melangkah maju melampaui ini? Apakah orang-orang sering mengejutkan Anda, atau apakah intuisi Anda mengenai mereka lebih sering benar daripada tidak?d) Apakah Anda sedang mencari sesuatu secara intelektual? Cobalah gambarkan tepatnya apa yang ingin Anda pahami secara lebih baik. Apa yang mungkin membantu dalam hal ini? Apa yang menghalangi Anda? Seberapa penting hal ini bagi Anda? Dapatkah Anda menerima ketidakpahaman Anda sekarang tanpa menyerah?4. Perubahan Pribadia) Kita tidak pernah memiliki apapun kecuali jika kau memilikinya dahulu dengan penuh gairah. Seberapa jauh kebenaran pernyataan ini dalam kehidupan Anda (hubungan, tujuan, kesenian, pekerjaan)?b) Ingatlah seseorang, sebuah mimpi, lampiran atau cerita yang mengisi hati Anda dengan kerinduan yang penuh hasrat atau romantik tetapi yang tidak sampai pada akhir yang bahagia sepenuhnya. Adakah sesuatu yang hilang atau tidak lengkap dalam hidup Anda pada waktu ini? Apakah Anda berusaha mewujudkan mimpi Anda? Jika demikian, apa yang terjadi? Apakah Anda menyerah karena rasa sakit, penghinaan, atau sikap sinis? Jika tidak, apa yang menahan Andaa (ajaran moral, sikap berhati-hati yang dapat dibenarkan, rasa malu, atau ketiga-tiganya)? Temukanlah cara mengungkapkan sebagian dari emosi atau tema ini sekarang, barangkali dengan puisi, menulis, menari, mendengarkan musik, berbicara dengan seseorang yang Anda percayai. (Bakat disini tidak sepenting bersikap autentik). Dalam situasi emosional tertentu, pakah Anda biasa melihat berbagai gaya yang mungkin digunakan untuk mengungkapkan perasaan Anda?c) Dapatkah Anda memahami bahwa emosi dan kerinduan Anda berawal dari sumber yang sama seperti yang dirasakan oleh penulis, seniman atau musisi yang Anda hormati? Ambillah satu karya seni yang menggugah hati Anda. Temukanlah sesuatu mengenai penciptaannya dan bandingkanlah kehidupan pencipta ini dengan kehidupan Anda. Apakah Anda mengerti bahwa rasa sakit pun dapat memberi sumbangan kepada orang lain jika ditempatkan dalam konteks dan diubah?d) Ambillah sembarang contoh dari perilaku pribadi yang sangaat menggugah hati Anda. Apakah segi-segi positif dan negatifnya? Sekarang cobalah temukan contoh pelengkap atau penyeimbang dari perilaku tersebut. Adakah contoh pemberontak atau penjahat yang Anda kenali atau merasa bersimpati? Apa yang dapat Anda pelajari mengenai diri Anda sendiri dari situ?5. Persaudaraana) Idealnya, apakah Anda ingin bisa menjalin percakapan dengan siapa saja? Ambil contoh sembarang pertemuan dengan orang lain yang menarik minat Anda. Dapatkah Anda membayangkan diri Anda bertukar peran dengan salah satu atau semua orang lain disana? Apakah Anda menaruh minat aktif pada isu-isu lokal atau kemasyarakatan?b) Adakah orang yang membuat Anda merasa tidak nyaman jika sedang bersama? Mengapa? Bagaimana emosi Anda? (Bosan? Takut? Marah? Merasa bersaing? Sesuatu yang lain?) Apakah menurut Anda, Anda akan berperilaku berbeda dengan orang tersebut jika Anda diberi latar belakang dan situasi mereka?c) Apakah keadilan penting bagi Anda? Untuk semua orang, atau hanya untuk beberapa kelompok yang dekat dengan hati Anda? Jika Anda hanya peduli dengan keadilan beberapa kelompok, apakah yang Anda miliki yang sama dengan mereka? d) Apakah Anda terganggu atau malu dengan topik kematian? Apakah Anda percaya adanya kehidupan apapun sesudah kematian? Surga? Reinkarnasi? Kelangsungan gagasan Anda atau keluarga Anda? Pernahkan Anda mempunyai pengalaman mencintai atau menyatu dengan semua makhluk? Pernahkah Anda merasa bahwa Anda dapat mempertahankan nyawa demi orang tertentu atau cita-cita tertentu?

6. Kepemimpinan penuh pengabdiana) Pernahkah anda diterima sebagai pemimpin suatu kelompok? Bagaimana pengaruh hal itu pada perasaan Anda? Pernahkan Anda mempunyai visi atau atau kerinduan akan cara ideal bagi jalan hidup suatu kelompok atau masyarakat? Apakah Anda bertindak dalam hal itu, sekecil apapun? Pernahkah Anda meninggalkan usaha itu? Mengapa? Dapatkah Anda membuat kemajuan lebih jauh dengan visi Anda? Apakah visi tersebut perlu di sempurnakan?b) Pernahkah Anda mewarisi sebagian pendapat Anda mengenai masyarakat dan/atau peranan Anda di dalamnya? Maksudnya, pernahkah Anda mengadopsi, tanpa merenungkan, gagasan dan pandangan dari orang-orang sebelumnya dalam hidup Anda? Pernahkah Anda menerima apa yang diinginkan orangtua, kawan, rekan kerja, ata pasangan Anda untuk Anda lakukan? Pernahkah Anda membuta keputusan secara tergesa-gesa ketika Anda sedang bingung atau tertekan? Berapa banyak di antaranya yang telah Anda atasi? Apaka ada bentuk yang telah berubah dari tujuan warisan semacam itu yang masih menarik minat Anda?c) Dapatkan Anda selalu menemukan meskipun sulit, energi mendalam yang dibutuhkan untuk mengatasi keadaan darurat? Jika visi Anda yang mendalam ditantang, apakah Anda menyerah? Menjadi asertif karena Anda yang paling tahu? Membahas isu tersebut secara demokratis?d) Apakah Anda rela membela dan bertanggung jawab atas apa yang paling berarti bagi Anda meskipun hal itu mungkin tidak bisa diterima oleh orang lain dalam waktu singkat? Pernahkah Anda mengalami sesuatu yang suci, sakral, suatu sumber energi yang cerdas dari diri luar Anda sendiri? Pernahkah Anda berusaha mengungkapkanya enga suatu cara, sampai tahap tertentu? Dapatkah Anda membayangkan struktur praktis yang dapat mengungkapkannya.

B. Kerangka TeoriFaktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual(Taylor dalam Dwidiyanti, 2008):1. Pertimbangan terhadap perkembangan2. Keluarga3. Latar belakang etnik dan budaya4. Pengelaman hidup sebelumnya5. Krisi dan perubahan6. Terpisah dari ikatan spiritual

Faktor yang mempengaruhi pola asuh (Horlock, 2010) : jenis pola asuh yang diterima orangtua sebelumnya, usia orangtua, status sosial ekonomi, dominasi orangtua,serta jenis kelamin dan kondisi anak

Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi (Tasmara, 2001):1. Memiliki visi2. Merasakan kehadiran Allah3. Berdzikir dan berdoa4. Memiliki kualitas sabar5. Cenderung kepada kebaikan6. Memiliki empati7. Berjiwa besar8. Bahagia melayani

Islamic Parenting Skill (Suwaid, 2010) 1. Metode mendidik anak saat anak didalam kandungan hingga menginjak usia 2 tahun2. Metode mendidik anak ala Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam3. Metode mempengaruhi akal anak4. Metode mempengaruhi jiwa anak5. Metode menghukum anak yang mendidik6. Metide membentuk aktivitas ibadah anak7. Metode membentuk jasmani anak dan menjaga kesehatan anak8. Metode mengarahkan kecenderungan seksual anak

Kecerdasan Spiritual

Konsep dalam kecerdasan spiritual (Supriyono, 2006) : Mendapatkan gambar secara menyeluruh, menggali nilai-nilai, visi dan panggilan hidup, belas kasih, memberi dan menerima, kemurahan hati & rasa syukur, kekuatan tawa, menjadi kanak-kanak kembali, kekuatan ritual, ketentraman, serta cinta

C. Kerangka KonsepIslamic Parenting Skill 1. Metode mendidik anak saat anak didalam kandungan hingga menginjak usia 2 tahun2. Metode mendidik anak ala Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam3. Metode mempengaruhi akal anak4. Metode mempengaruhi jiwa anak5. Metode menghukum anak yang mendidik6. Metode membentuk aktivitas ibadah anak7. Metode membentuk jasmani anak dan menjaga kesehatan anak

Kecerdasan Spiritual :1. Memiliki visi2. Merasakan kehadiran Allah SWT3. Berdzikir dan berdoa4. Memiliki kekuatan sabar5. Cenderung kepada kebaikan6. Memiliki empati7. Berjiwa besar8. Bahagia melayani

Keterangan :

= Diteliti= Arah hubunganD. HipotesaHo : Tidak ada hubungan antara Islamic Parenting Skill dengan kecerdasan spiritual pada anak kelas 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Tamantirto

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross sectional correlation. Penelitian cross-sectional correlation adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat untuk mengetahui hubungan korelatif antara variabel (Nursalam, 2013).Pemilihan metode ini didasarkan dari tujuan penelitian yang ingin mengetahui taraf hubungan antara Islamic Parenting Skill dengan kecerdasan spiritual pada anak kelas 5 SD. Pengukuran dari tiap variabel akan dilakukan secara serentak dan dalam satu waktu saja.B. Populasi dan Sampel.1. PopulasiPopulasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas 5 SD di Kelurahan Tamantirto. Jumlah populasi adalah sebanyak 221 orang.1. SampelSampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada. Metode sampling pada penelitian ini adalah proportionate stratified random sampling, yaitu suatu cara pemilihan sampel diantara populasi apabila anggota dari populasi tersebut adalah heterogen (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini setiap SD akan diurutkan dari SD yang memiliki jumlah siswa kelas 5 yang paling banyak sampai dengan SD dengan jumlah siswa kelas 5 yang terkecil. Kemudian akan dihitung jumlah sampel yang diambil dari tiap SD sesuai dengan proporsinya masing masing. Setiap anak akan diberikan kode dan dituliskan pada secarik kertas. Kertas kemudian dikumpulkan dan dilakukan pengambilan secara acak sampai dengan jumlah nama yang diambil sesuai dengan jumlah sampe ideal yang telah di hitung.Besar sample dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : n = N. z2 p . q d2 (N-1) + z2. P. qKeterangan :n =perkiraan besar sampelN =perkiraan besar populasiz =nilai standar normal untuk = 0.05 (1,96)p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%q =1 p (100% - p)d =Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas di dapatkan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 141 anak. Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut :1. Kriteria inklusi untuk responden anak1. Bersedia menjadi responden1. Hadir saat pembagian kuisioner1. Bisa membaca dan menulis1. Beragama Islam1. Tinggal bersama dengan orangtua (ayah dan ibu)1. Kriteria inklusi untuk responden orangtua1. Beragama Islam1. Bersedia menjadi responden

C. Lokasi dan Waktu Penelitian1. Lokasi penelitianLokasi penelitian ini adalah seluruh Sekolah Dasar di Kelurahan Tamantirto. SD tersebut adalah SD Ngebel, SD Tlogo, SD Karang Jati, SD Kasihan, dan SD Ngerukeman. 1. Waktu penelitianWaktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015.

D. Variabel PenelitianVariabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2, yaitu :1. Variabel bebas (independent variable)Variabel bebas pada penelitian ini adalah Islamic Parenting Skill2. Variabel terikat (dependent variable)Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecerdasan spiritual. E. Definisi OperasionalDefinisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari :Tabel. 3.1. Definisi OperasionalVaVariabelDefinisi OperasionalAlat UkurHasil UkurSkala

Islamic Parenting SkillIslamic Parenting Skill adalah pola asuh yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam, al-Quran, dan As-sunah, serta berdasarkan pedoman-pedoman yang disampaikan oleh Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam. Pola asuh ini bersifat menyeluruh dan berlangsung terus menerus sehingga akidah Islamiyah akan terbentukKuisioner closed ended question dengan Guttman scaleBaik76% - 100%

a. Cukupb. 56% - 75%)c. d. Kurange. 40% - 55%)f. g. Tidak baikh. 0,05 maka distribusi data dianggap normal. Jika nilai Sig.10tahun?

32Saya pernah memukul anak saya sebanyak >10x?

33Saya akan berhenti memukul anak saya apabila anak saya menyebut nama Allah

34Saya memukul anak saya saat saya dalam kondisi marah

35Saya mengajarkan anak saya tatacara sholat yang baik dan benar

36Saya mulai mengajarkan anak saya untuk belajar al-Quran sejak anak saya berumur 3 tahun

37Saya mendorong anak-anak saya untuk mulai menghafalkan al-Quran sesuai dengan kemampuan masing-masing

38Saya selalu mengajak anak saya menunaikan sholat di masjid

39Saya melatih anak saya untuk berpuasa sesuai dengan kemampuannya

40Saya memberitahukan anak saya bahwa selain sholat dan mengaji, ibadah haji juga penting untuk dilakukan

41Saya melatih anak saya untuk membayar zakat

42Selain membayar zakat, saya juga mengajarkan anak saya untuk rutin bersedeqah/infaq kepada orang yang lebih membutuhkan

43Saya mengikutkan anak Anda di kegiatan keolahragaan

44Saya mengikutkan anak saya di salah satu olahraga yang di anjurkan Rasullullah Shallallahu alyhi wa Sallam(berolahraga renang, memanah, atau berkuda)

45Saya tidak memberikan anak saya kesempatan untuk bermain dengan teman-teman sebayanya

46Saya akan segera mengunjungi pusat pengobatan terdekat apabila anak saya sakit

47Saya selalu membiasakan anak saya untuk menyikat gigi dan memotong kukunya secara teratur

48Saya juga membiasakan anak saya untuk tidur setelah isya dan bangun untuk sholat Subuh

KUISIONER II (Dijawab oleh anak)Petunjuk Pengisian:A. Bacalah dengan teliti pertanyaan terlebih dahuluB. Jawablah semua dan beri tanda centang pada kolom pilihan jawabanData Demografi:a. Nama :b. Jenis Kelamin : c. Sekolah (Diisi lengkap dengan nama sekolah/Jurusan): d. Kelas :

NoPernyataanJawaban

YaTidak

1Saat dewasa nanti saya ingin menjadi orang sukses dan hebat

2Saat dewasa nanti saya ingin membahagiakan kedua orang tua yang sudah merawat saya selama ini

3Allah Subhanahu wa Taala adalah pencipta alam semesta dan segala mahluk yang hidup didalamnya

4Saya selalu berusaha untuk melaksanakan sholat wajib secara rutin setiap hari

5Saya hanya mengaji saat saya ingat saja, tidak setiap hari

6Saya selalu berdoa sebelum mengerjakan sesuatu (contoh : sebelum belajar, sebelum berpergian)

7Saya tidak pernah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Taala jika ada masalah atau mempunyai keinginan (contoh : ingin memilik boneka, nilai ulangan jelek)

8Saat nilai ulanganku rendah, saya selalu bersabar dan belajar lebih baik lagi dikemudian hari lagi

9Saya sering marah apabila telat dijemput pulang dari sekolah oleh orangtua saya

10Saya tidak pernah membalas apabila ada teman yang mengejek saya di sekolah

11Saya selalu berkata jujur kepada orang tua dan teman-teman

12Saya selalu menghormati kedua orangtuaku dan orang yang lebih dewasa daripada saya (kakak, bibi, nenek,)

13Saya sering membantah perkataan kedua orangtua saya apabila sedang dinasehati

14Saya tidak pernah membantu teman yang sedang kesusahan

15Saya selalu mendengarkan keluh kesah teman yang sedang bersedih

16Saya selalu memaafkan kesalahan teman-teman saya yang pernah menyakiti hati saya

17Saya selalu iri apabila ada teman yang mendapatkan nilai ulangan lebih bagus daripada saya

18Saya selalu mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah dan mengumpulkannya tempat waktu

19Saya sering membantu ibu untuk mengerjakan pekerjaan rumah

20Saya sering bersedekah untuk orang-orang yang kurang mampu

61