II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jasa 2.1.1 Karakteristik jasa · 2.1.1 Karakteristik jasa . Barang dan...
Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jasa 2.1.1 Karakteristik jasa · 2.1.1 Karakteristik jasa . Barang dan...
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jasa
Rangkuti (2003) mendefinisikan jasa sebagai pemberian suatu
kinerja atau tindakan tak kasat mata dari suatu pihak kepada pihak lain.
Pada umumnya diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana
interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa
tersebut.
2.1.1 Karakteristik jasa
Barang dan jasa memiliki perbedaan yang jelas, apabila
ditinjau dari karakteristiknya. Menurut Kotler ada 4 (empat)
karakteristik pokok jasa uang membedakan dengan barang, yaitu :
a. Tidak berwujud (intangibility)
Jasa memiliki sifat intangible, artinya tidak dapat dilihat,
dirasa, diraba, didengar ataupun dicium sebelum dibeli.
b. Tidak terpisahkan (inseparability)
Umumnya jasa dijual terlebih dahulu, lalu diproduksi dan
dikonsumsi secara bersamaan.
c. Bervariasi (variability)
Jasa bersifat sangat bervariasi, karena merupakan
nonstandardize output yang berarti terdiri dari banyak variasi
bentuk, mutu dan jasa tergantung kepada siapa, kapan dan dimana
jasa tersebut dihasilkan.
d. Mudah lenyap (perishability)
Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak
dapat disimpan, sehingga bila tidak digunakan maka jasa tersebut
akan berlalu begitu saja.
2.1.2 Klasifikasi Jasa
Tawaran perusahaan ke pasar biasanya mencakup beberapa
jasa. Komponen jasa dapat merupakan bagian kecil atau bagian
utama dari total penawaran. Kotler (2003) membedakan penawaran
menjadi lima kategori :
6
a. Barang berwujud murni
b. Barang berwujud yang disertai jasa
c. Campuran
d. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan
e. Jasa murni
Menurut Booms dan Bitner dalam Kotler (2003), klasifikasi
jasa terdiri atas delapan kategori, yaitu :
a. Produk (product)
Produk yang dimaksud adalah jasa yang diberikan oleh
perusahaan.
b. Harga (price)
Harga ini merupakan tarif dari jasa yang diberikan oleh
sebuah perusahaan.
c. Tempat (place)
Dalam pemasaran jasa juga ditentukan oleh tempat dimana
perusahaan jasa itu berada.
d. Promosi (promotion)
Promosi juga merupakan salah satu hal yang penting dalam
pemasaran bidang jasa.
e. Proses (Process)
Perusahaan jasa dapat memilih dari berbagai proses yang
berbeda-beda dalam memberikan pelayanan.
f. Orang (people)
Karena sebagian besar jasa diberikan oleh orang, seleksi,
pelatihan dan motivasi pegawai dapat membuat perbedaan yang
besar dalam kepuasan pelanggan.
g. Bukti fisik (physical evidence)
Perusahaan-perusahaan juga mencoba mempertunjukkan
mutu jasa mereka melalui bukti fisik dan penyajian.
h. Produktivitas dan kualitas (productivity and quality)
Pada perusahaan jasa, bagaimana produktivitas dan kualitas
dari jasa yang diberikan dianggap penting oleh pelanggan.
7
2.1.3 Mutu Jasa
Menurut Kotler (2003), dengan upaya mendeferensiasikan
sebuah perusahaan jasa dengan perusahaan lain dengan
memberikan jasa bermutu tinggi dari pesaing secara konsisten dan
umumnya jasa lebih tinggi dalam mutu pengalaman dan
kepercayaan, maka konsumen merasa lebih banyak risiko dalam
pembeliannya.
Mutu jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan, kualitas
pelayanan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Kualitas
pelayanan perbankan diwujudkan pada lima dimensi yang sering
disebut RATER yaitu :
a. Keandalan (Realibility), yaitu kemampuan untuk melaksanakan
jasa yang disajikan dengan terpercaya dan akurat.
b. Kepastian (Assurance), yaitu pengetahuan dan kesopanan
karyawan dan kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan
dan keyakinan.
c. Berwujud (tangible), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan,
personal dan materi berkomunikasi.
d. Empati (emphaty), yaitu kesediaan untuk peduli, memberikan
perhatian pribadi bagi pelanggan.
e. Daya tangkap (responsiveness), yaitu kemampuan untuk
membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
2.2. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa
pelanggan yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap
kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapannya. Jika
kinerja tersebut berada di bawah harapan pelanggan, maka pelanggan
tersebut merasa dikecewakan. Jika memenuhi harapan, pelanggan tersebut
akan merasa puas (Kotler, 2003).
Rumusan Oliver dalam Marknesis (2009) menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang didapatkan
seseorang dari membandingkan antara kinerja atau hasil produk yang
8
dipersepsikan dengan ekspektasinya. Dengan demikian, apakah seorang
konsumen puas atau tidak sangat tergantung pada kinerja produk
(perceived performance) dibandingkan ekspektasi konsumen yang
bersangkutan dan apakah sang konsumen menginterpretasikan adanya
deviasi atau gap diantara kinerja dan ekspektasi tersebut (lihat Gambar 1).
Apabila kinerja lebih rendah dari ekspektasi, maka konsumen
bersangkutan akan merasa tidak puas. Apabila kinerja sama dengan
ekspektasi, maka ia akan puas. Sedangkan jika kinerja melampaui kinerja,
maka konsumen itu akan merasa sangat puas atau bahkan bahagia
(delighted).
Gambar 1. Kepuasan atau Ketidakpuasan Pelanggan (Marknesis, 2009)
2.2.1 Faktor-faktor Pendorong Kepuasan Pelanggan
Terdapat lima faktor yang menetukan tingkat kepuasaan
pelanggan (Irawan, 2003), yaitu :
a. Mutu produk
Dimensi yang berpengaruh dalam membentuk mutu produk
adalah performance, reliability, conformance, durability, feature
dan lain-lain
b. Mutu pelayanan
Dimensi mutu pelayanan ini sudah banyak dikenal seperti
yang dikonsepkan oleh ServQual meliputi 5 dimensi seperti
P > E P = E P < E
Kinerja Produk
Ekpspektasi (E)
Diskonfirmasi negatif
Konfirmasi Diskonfirmasi Positif
Proses Perbandingan
Ketidakpuasan Kepuasan Bahagia
9
reliability, responsiveness, assurance, emphaty dan tangible.
c. Faktor emosional
Kepuasannya bukan karena mutu dari produk tersebut
tetapi self-esteem atau social value yang membuat pelanggan
menjadi puas terhadap merek produk tertentu.
d. Harga
Produk yang mempunyai mutu sama tetapi menetapkan
harga yang relatif murah akan memberikan nilai lebih tinggi
kepada pelanggannya.
e. Biaya dan kemudahan
Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau
tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk
atau jasa tersebut.
2.2.2 Pengukuran Kepuasaan Pelanggan
Pengukuran kepuasaan pelanggan adalah mutlak diperlukan
untuk dua hal. Pertama, agar perusahaan tidak membuang uang
percuma. Tanpa pengukuran, perusahaan tidak akan mampu untuk
menentukan prioritas perbaikan mutu produk atau pelayan yang
diharapkan oleh pelanggannya, Kedua, agar perusahaan dapat
menggalang komitmen dari semua lapisan karyawan untuk terlibat
dalam proses peningkatan kepuasaan pelanggan (Irawan, 2003).
Menurut Kotler (2003), terdapat empat perangkat untuk
melacak dan mengukur kepuasaan pelanggan, yaitu :
a. Studi komplain atas keluhan pelanggan yang disampaikan
lewat kartu saran/keluhan, saluran telepon bebas pulsa, website,
email, blog, fax, newsletter, dan seterusnya. Manfaat pokok
mendengarkan 'suara' pelanggan semacam ini bisa bermacam-
macam. Setiap masalah yang muncul bisa diatasi dengan cepat,
sebelum merambat kemana-mana. Studi komplain juga bisa
dilakukan dengan mengamati surat pembaca di media massa.
Selain mendeteksi komplain yang ditujukan bagi perusahaan
bersangkutan, cara ini juga berguna untuk melakukan
10
benchmarking terhadap produk dan layanan perusahaan lain, baik
dalam industri sejenis maupun industri berbeda.
b. Ghost shopping (mystery shopping), yakni menggunakan
peneliti yang bertindak sebagaimana konsumen biasa tanpa
menyebutkan identitas dan maksud sebagai pelanggan. Seorang
ghost shopper akan berinteraksi dengan staf perusahaan yang
diteliti seperti layaknya pelanggan biasa. Selama proses interaksi,
ia mengobservasi sejumlah aspek esensial berkenaan dengan
kepuasan pelanggan dan kualitas layanan secara keseluruhan.
c. Metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur
kepuasaan pelanggan adalah survei, baik lewat tatap muka
langsung, melalui pos, telepon, email, website, maupun cara lain.
Ukuran yang dugunakan bisa single-item maupun multiple-item.
Sejumlah peneliti menggunakan single-item measure untuk
meneliti kepuasan pelanggan. Keunggulan single-item pada
umumnya terletak pada kesederhanaannya, yang berkontribusi
pada kepraktisan dalam pengumpulan dan penganalisisan data.
Sedangkan, multiple-item, hinggak kini banyak paling banyak
dipakai dalam riset kepuasan pelanggan. Sejumlah riset
menyimpulkan bahwa multiple-item lebih reliabel dibandingkan
single-item.
d. Analisis pelanggan yang hilang. Sedapat mungkin
perusahaan menghubungi para pelanggan yang berhenti membeli
atau berpindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu
terjadi dan upaya untuk dapat mengambil kebijakan perbaikan atau
penyempurnaan selanjutnya.
2.3. Bank
2.3.1 Definisi Bank
Definisi bank menurut Undang-undang Pokok Perbankan
1967 pasal 1 a adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang dan menurut Undang-undang Nomor 7 tentang
11
perbankan tahun 1992 dapat didefinisikan bahwa Bank adalah
suatu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan
kredit dan jasa-jasa (Simorangkir, 2004).
2.3.2 Sistem Operasional Bank
Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
keuangan yang meliputi tiga kegiatan utama yaitu, menghimpun
dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan
kegiatan pokok perbankan. Kegiatan memberikan jasa bank
lainnya merupakan pendukung dari kegiatan menghimpun dan
menyalurkan dana (Kasmir, 2003).
2.3.3 Institusi Perbankan di Indonesia
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya
berasaskan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan
Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
(Sumber : www.bi.go.id).
Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di
Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank
umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR
tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan
kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan
usahanya dianut dual bank sistem, yaitu bank umum dapat
melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR
dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah (Lihat Gambar 2).
12
Gambar 2. Institusi Perbankan di Indonesia
(Sumber : www.bi.go.id)
2.3.4 Nasabah
Kasmir dalam Ayu (2007) menyatakan bahwa nasabah
adalah pihak yang menggunakan jasa bank, baik itu untuk
keperluaannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan
pihak lain. Nasabah dibagi dalam tiga kelompok berikut :
1. Nasabah baru, artinya nasabah jenis ini baru pertama kali datang
ke perusahaan perbankan dengan tujuan sekedar untuk
memperoleh informasi atau sudah melakukan transaksi.
2. Nasabah biasa (sekunder), artinya nasabah yang sudah pernah
berhubungan dengan pihak bank namun tidak rutin.
3. Nasabah utama (primer), artinya nasabah yang sudah sering
berhubungan dengan pihak bank.
2.4. Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sample adalah
nonprobability sampling dengan metode yang digunakan adalah
insidental sampling.
Jumlah responden dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus
Slovin (Umar, 2003) yaitu :
Bank Perkreditan Rakyat
BPR Konvensional BPR Syariah
Bank Umum
Bank Pemerintah Bank Swasta
Bank Pemerintah
Unit Usaha Syariah
Bank Pembangunan
Daerah Bank Umum
Swasta Bank Umum
Swasta Syariah
BPD Umum Swasta
Unit Usaha Syariah BPD Unit Usaha
Syariah
13
n = ……………………………………………………….(1)
di mana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan yang
masih dapat ditolerir 10%.
2.5. Uji Validitas
Uji validitas akan dilakukan dengan metode Pearson atau metode
Product Moment, yaitu dengan mengkorelasikan skor butir pada kuesioner
dengan skor totalnya. Jika nilai koefisien korelasinya lebih dari 0,3 maka
butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Adapun rumus Pearson
product moment yaitu:
...................................(2)
Di mana:
r = korelasi product moment
N = cacah subjek uji coba
∑x = jumlah skor butir (x)
∑y = jumlah skor variabel (y)
∑x2 = jumlah skor butir kuadrat (x)
∑y2 = jumlah skor variabel (y)
∑xy = jumlah perkalian butir (x) dan skor variabel (y)
Pengujian validitas dilakukan kepada 30 responden dari nasabah
Bank OCBC NISP Cabang Citra Grand Cibubur. Uji validitas dilakukan
untuk menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor
total. Uji validitas menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson
dan diolah dengan menggunakan software SPSS 17.0 for Windows.
2.6. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas sangat penting dalam suatu penelitian. Menurut
Supranto (2001), ada dua manfaat dalam memiliki skala dengan keandalan
tinggi (high reliability); yaitu :
14
1. Dapat membedakan antara berbagai tingkatan kepuasan
lebih baik daripada skala dengan keandalan rendah.
2. Besar kemungkinan bahwa kita akan menemukan hubungan
yang signifikan antara variabel yang sebenarnya memang
terkait satu sama lain (berkorelasi).
Pengujian reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan alpha cronbach. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
………………………………………….(3)
Di mana :
K = jumlah komponen
= varian dari komponen i untuk sampel
= jumlah varian total
Rumus untuk varians total dan varians item adalah :
2
ts= …………………………………………..………(4)
Di mana :
n = Jumlah responden
x = Nilai skor yang dipilih.
2.7 Analisis Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja
Important Performance Analysis (IPA) adalah suatu teknik yang
digunakan untuk mengukur atribut-atribut dari tingkat kepentingan dan
dengan tingkat pelaksanaan yang diharapkan konsumen dan sangat
berguna bagi pengembangan program strategi pemasaran yang efektif
(Simamora, 2004). Metode ini menentukan apakah suatu atribut dianggap
penting atau tidak oleh konsumen, sehingga dapat diperoleh prioritas
peninbgkatan kinerja untuk masing-masing atribut.
2.8. Analisis Tingkat Kepuasan
Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen
secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat
kepentingan dengan tingkat kepuasan dari atribut-atribut yang diukur.
n
) x (
n
x 2
2 t
2 t
15
Menurut Irawan (2003), pengukuran terhadap Costumer Satisfaction Index
(CSI) diperlukan karena hasil dari pengukurasn dapat digunakan sebagai
acuan untuk menentukan sasaran-sasaran terhadap peningkatan pelayanan
kepada pelanggan dan indeks diperlukan sebagai hal yang kontinu.
2.9. Uji Chi Square
Uji chi square merupakan salah satu uji statistik non parametik,
maka uji chi square dapat diterapkan untuk pengujian data nominal atau
kategorik. Menurut Kountur (2005), chi square digunakan untuk
menganalisis frekuensi dari dua variable dengan banyak kategori untuk
menentukan apakah ada hubungan antara kedua variable. Uji chi square
digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara variable satu
dengan variable lain, khusunya untuk data nominal. Pengujian chi square
biasa digunakan untuk mengetahui frekuensi dua data observasi terhadap
frekuensi data observasi yang diharapkan. Berdasarkan sebaran data
tersebut dapat diketahui besarnya pengaruh suatu observasi terhadap
onservasi lainnya (Santoso, 1999).
2.10. Hasil Penelitian Terdahulu
Ayu (2007) melakukan penelitian mengenai analisis kepuasan
nasabah terhadap mutu pelayanan Bank Tabungan Negara Cabang Solo.
Alat analisis yang digunakan adalah IPA dan CSI, dimana atribut mutu
pelayanan yang dianggap penting dalam menentukan kepuasaan nasabah
Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Solo adalah sebanyak Sembilan
atribut. Berdasarkan hasil IPA, kinerja yang dilakukan oleh BTN Cabang
Solo sudah baik, dapat dilihat dari diagram kartesius yang sebagian besar
atribut berada pada kuadran B, dimana kepentingan nasabah tinggi dan
kinerja BTN Cabang Solo juga tinggi. Berdasarkan hasil CSI, kepuasan
nasabah BTN Cabang Solo secara keseluruhan terhadap atribut mutu
pelananan sudah merasa puas dengan skor CSI 79,80 persen.
Joni (2009) melakukan penelitian mengenai analisis kepuasan
nasabah terhadap mutu pelayanan Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Cabang Bogor. Hasil analisis CSI menunjukkan bahwa tingkat kepuasan
16
nasabah secara keseluruhan terhadap atribut mutu pelayanan BMI Cabang
bogor sudah tinggi. Hal ini dapat dilihat dari nilai CSI 76,07 persen,
dimana tingkat kepuasan terletak diantara 0,71-0,81, berarti nasabah telah
merasa puas terhadap kinerja atribut mutu pelayanan BMI Cabang Bogor.
Pada penelitian ini dalam menentukan atribut produk dan
karakteristik nasabah digunakan metode importance performance analysis
(IPA), sedangkan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen secara
keseluruhan dengan menggunakan Costumer Satsfaction Index (CSI),
sehingga dapat mengetahui seberapa besar kepuasan konsumen.
Kemudian, penelitian ini digunakan pula uji chi square untuk mengetahui
hubungan antara karakteristik pelanggan terhadap kepuasan pelanggan.
Dan perbedaan lainnya adalah lokasi penelitian yang dilakukan di Bank
OCBC NISP Cabang Citra Grand,Cibubur dimana belum pernah
dilakukan penelitian di lokasi cabang tersebut.