II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf ·...

16
4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jarak Pagar Jarak pagar (Jatropha curcas L.) diklasifikasikan dengan sistematika sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Jatropha Spesies : Jatropha curcas L. (Hambali et al, 2006). 2.1.2 Deskripsi Tanaman Jarak Pagar Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia: jarak kosta, jarak budeg (Sunda); jarak gundul, jarak pager (Jawa); kalekhe paghar (Madura); jarak pager (Bali); lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku). Habitus tanaman jarak pagar ini secara umum adalah berupa perdu atau pohon kecil, dengan tinggi antara 1 7 m, berdaun tunggal, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 5 7 tulang utama, daun berwarna hijau, panjang tangkai daun antara 4 15 cm. Bunga jantan dan betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan. Buah berbentuk bulat, diameter 2 - 4 cm berwarna hijau jika masih muda, kemudian hijau kekuningan, kuning, kuning kehitaman, dan hitam. Buah umumnya terbagi dalam 3 ruang yang masing-masing terisi oleh satu biji. Biji berbentuk lonjong, berwarna hitam jika sudah masak. Dalam pertumbuhannya, tanaman ini mempunyai waktu berbunga dan berbuah yang berbeda-beda. Satu tandan biasanya terdapat sekitar 10-20 buah yang memiliki tingkat kemasakan berbeda, yaitu hijau, hijau kekuningan, kuning, kuning kehitaman, dan hitam.

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf ·...

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L.)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jarak Pagar

Jarak pagar (Jatropha curcas L.) diklasifikasikan dengan sistematika

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Familia : Euphorbiaceae

Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas L. (Hambali et al, 2006).

2.1.2 Deskripsi Tanaman Jarak Pagar

Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia: jarak kosta, jarak

budeg (Sunda); jarak gundul, jarak pager (Jawa); kalekhe paghar (Madura); jarak

pager (Bali); lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema

(Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); ai

huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku).

Habitus tanaman jarak pagar ini secara umum adalah berupa perdu atau

pohon kecil, dengan tinggi antara 1 – 7 m, berdaun tunggal, bersudut 3 atau 5,

tulang daun menjari dengan 5 – 7 tulang utama, daun berwarna hijau, panjang

tangkai daun antara 4 – 15 cm. Bunga jantan dan betina tersusun dalam rangkaian

berbentuk cawan. Buah berbentuk bulat, diameter 2 - 4 cm berwarna hijau jika

masih muda, kemudian hijau kekuningan, kuning, kuning kehitaman, dan hitam.

Buah umumnya terbagi dalam 3 ruang yang masing-masing terisi oleh satu biji.

Biji berbentuk lonjong, berwarna hitam jika sudah masak. Dalam

pertumbuhannya, tanaman ini mempunyai waktu berbunga dan berbuah yang

berbeda-beda. Satu tandan biasanya terdapat sekitar 10-20 buah yang memiliki

tingkat kemasakan berbeda, yaitu hijau, hijau kekuningan, kuning, kuning

kehitaman, dan hitam.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

5

Tanaman jarak pagar yang diperbanyak dengan biji mempunyai akar

tunggang, sedangkan yang diperbanyak dengan stek hanya akar cabang dan akar

serabut. Batang dan cabangnya berkayu, bergetah dan terdapat buku atau

tempat/bekas daun melekat. Jarak antar bekas daun berkisar antara 1,5 cm sampai

5 cm (Mahmud, 2006). Pada daun yang sedang berkembang, terdapat sebongkah

sel meristem pada ketiak daun, antara daun dan batang. Bongkah ini merupakan

bagian rudiment kuncup ketiak, dan jika bagian ini berkembang penuh, maka akan

terjadi susunan yang sama dengan kuncup ujung (tunas). Perkembangan kuncup

ketiak ini akan mengalami dorman pada awal perkembangannya, atau mungkin

akan menjadi pucuk cabang (Loveless, 1991).

Gambar 1. Jarak Pagar. (dokumentasi pribadi)

2.1.3 Jenis-jenis Hama Tanaman Jarak Pagar

Menurut Hambali et al. (2006) serangga hama yang menyerang pada

tanaman jarak adalah ulat tanah Agrotis ipsilon Hufnagel. (Lepidoptera:

Noctuidae), Locusta migratoria Linnaeus. (Orthoptera: Acrididae), Spodoptera

litura Fabricius. (Lepidoptera: Noctuidae), Achaea janata Linnaeus. (Lepidoptera:

Ceometridae), Empoasca sp. (Hemiptera: Cicadelidae), dan Nezara viridula

Linnaeus. (Hemiptera: Pentatomidae).

a. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufnagel.)

Agrotis ipsilon (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan serangga hama yang

terkenal dapat menyerang banyak genus tanaman (polifag). Larva serangga hidup

di dalam tanah. Larva pada siang hari bersembunyi di dalam tanah dan pada

malam hari serangga ini merusak tanaman terutama pada tanaman di pembibitan

dan pada tanaman muda. Telur berwarna putih dan berbentuk bulat. Imago

biasanya bertelur pada tanaman atau bagian tanaman yang dekat dengan tanah.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

6

Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat

menghasilkan telur yang mencapai 1800 telur/serangga. Serangga ini dilaporkan

dapat menyerang tanaman perkebunan teh dan tembakau. Tanaman budidaya lain

yang dapat diserang oleh hama ini adalah bawang merah, kacang tanah, dan jeruk

di pembibitan (Kalshoven 1981). Pada tanaman jarak pagar, hama ini menyerang

pada pembibitan dan tanaman muda yang baru muncul di permukaan tanah.

Gejala pada tanaman terlihat adanya batang terpotong di dekat permukaan tanah

atau tanaman menjadi layu. Pengendalian hama ini dapat dilakukan melalui cara

mekanis yaitu dengan mengumpulkan larva serangga pada sekitar tanaman,

penggunaan umpan beracun dengan pestisida atau dengan pemakaian insektisida

yang bersifat sistemik (Hambali et al. 2006)

Gambar 2. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon) (Carrilo, 2013)

b. Belalang (Locusta migratoria Linnaeus.)

Locusta migratoria (Orthoptera: Acrididae) merupakan serangga hama yang

tersebar di Asia Tenggara (Kalshoven 1981). Serangga ini dapat bertahan hidup

dengan mendapat makanan dari tumbuhan monokotil terutama rumput-rumputan,

termasuk tanaman budidaya seperti padi, jagung, tebu, palem-paleman, pisang dan

bambu. Serangga ini dilaporkan dapat menyerang tanaman sereh, tebu, nanas, dan

sisal. Menurut Hambali et al (2006) L. Migratoria dapat menyerang tanaman

jarak pagar. Serangga ini biasanya menyerang tanaman pada fase pembibitan, fase

vegetatif, fase pembungaan dan fase pembuahan (CAB International 2003).

Bagian tanaman yang dapat diserang adalah daun, batang, bagian-bagian bunga,

dan buah. Telur serangga ini biasanya terdapat di dalam tanah. Pada satu

kumpulan telur dapat mencapai 12-42 telur/satu lubang (Kalshoven 1981) secara

total imago dapat menghasilkan 200-270 butir telur. Serangga ini menyerang

tanaman secara sporadis. Pengendalian hama ini dengan menggunakan insektisida

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

7

berbahan aktif sipermetrin, tiodikarb, MIPC, fipfronil, dan betasiflutrin (Hambali

et al 2006).

Gambar 3. Belalang (Locusta migratoria) (Sugiarto, 2018)

c. Ulat grayak (S. litura F.)

Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan salah satu hama

daun yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai,

kacang tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain. Spodoptera litura

menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif yaitu memakan daun tanaman

yang muda sehingga tinggal tulang daun saja (Laoh et al. 2003).

Hama ini menyerang tanaman jarak pagar dengan cara memakan daun.

Gejala serangan berat hama ini mengakibatkan tanaman menjadi gundul. Larva

dapat menyerang tanaman muda maupun tanaman dewasa. Imago meletakkan

telur selama 2-6 hari dan dapat menghasilkan 2000-3000 telur/individu serangga.

Telur S. Litura biasanya berkelompok dan dapat mencapai 350 telur/kelompok.

Pengendalian serangan hama ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan

kelompok telur dan larva instar awal lalu dimusnahkan, apabila serangan berat

dikendalikan dengan mengaplikasikan insektisida berbahan aktif bakteri Bacillus

thuringiensis atau patogen virus Spodoptera litura-NPV (S1-NPV) (Hambali et al.

2006)

Gambar 4. Ulat Grayak (Spodoptera litura). Photo M. Vd Straten NPPO, The

Netherlands

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

8

d. Ulat Jengkal (Achaea janata Linnaeus.)

Achaea janata (Lepidoptera: Geometridae) merupakan salah satu serangga

hama yang dapat menyerang pada tanaman jarak pagar. Penyebaran serangga ini

meliputi Asia, Afrika, dan Australia. Hama ini biasanya ditemukan pada gulma

Euporbia hirta dan menyerang tanaman Ricinus communis (Jarak Kepyar) dan

tanaman famili Euphorbiaceae. Tanaman inang lain yang dapat diserang oleh

hama ini adalah kakao, curcubita, dan Albizia (Kalshoven 1981). Telur biasanya

diletakkan secara menyebar pada semua bagian tanaman baik diletakkan satu

persatu atau berkelompok. Telur memerlukan waktu 3-4 hari untuk menetas. Satu

imago A. Janata dapat menghasilkan 600-700 telur (CAB International 2003).

Pengendalian serangga ini dapat dilakukan dengan cara mengambil larva serangga

dan memusnahkannya, membersihkan daun-daun pada sekitar tanaman membuat

jarak tanam yang lebih lebar. Pengendalian dengan kimiawi dapat dilakukan

dengan aplikasi insektisida botani yang mengandung ekstrak mimba dan

insektisida sintetik berbahan aktif alfametrin (Hambali et al 2006).

Gambar 5. Ulat Jengkal (Achaea janata) (Leong, 2010)

e. Wereng daun (Empoasca sp.)

Empoasca sp. (hemiptera: Cicadelidae) merupakan hama utama pada

tanaman kapas di Indonesia. Menurut Kalshoven (1981) serangga ini dapat

menyerang tanaman leguminosae dan Ricinus communis. Imago berwarna hijau

kekuning-kuningan dengan titik-titik hitam kecoklatan pada bagian sayap. Telur

baisanya diletakkan di dalam mesofil pada tanaman muda. Nimfa dan imago

menghisap cairan daun sehingga daun berubah warna menjadi merah dan coklat

(Hambali et al. 2006). Serangga ini merusak tanaman karena mengeluarkan toksin

pada saat serangga ini makan. Daun tanaman menjadi menggulung atau

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

9

mengeriting. Serangga ini berpotensi merusak tanaman jarak di pembibitan. Selain

tanaman budidaya, hama ini mempunyai inang alternatif pada tanaman gulma

seperti Hibiscus sp. Dan Ochroma. Pengendalian serangga ini dengan

mengaplikasikan insektisida sistemik dan pada pembibitan dapat diaplikasikan

insektisida dengan bahan aktif imidaklorpid, betasiflutrin, atau karbosulfan

(Hambali et al. 2006).

Gambar 6. Wereng Daun (Empoasca sp.). Sumber: https://en.wikipedia.org

/wiki/Empoasca

f. Kepik Hijau (Nezara viridula Linnaeus.)

Nezara viridula (Hemiptera: Pentatomidae) merupakan hama yang

menyerang pada tanah pertanian di seluruh dunia. Serangga ini termasuk serangga

polifag dan makan pada banyak tanaman budidaya, tetapi serangga ini lebih

memilih makan pada gulma (Kalshoven 1981). Di Indonesia serangga ini

dilaporkan dapat menyerang tanaman padi, jagung, tembakau, kentang, lombok.

Kapas dan tanamn leguminosae. Serangga ini merusak tanaman karena toksin

yang dikeluarkan serangga ini dapat menimbulkan kelayuan, kematian daun, dan

pucuk tanaman (Hambali et al. 2006). Telur serangga ini biasanya diletakkan pada

batang secara berkelompok. Pada tiap kelompok telur dapat mencapai 10-90 telur.

Serangga betina dapat bertelur mencapai 1100 butir. Pengendalian serangga ini

dapat dilakukan dengan cara pengumpulan telur dan serangga kemudian

dimusnahkan atau dengan aplikasi insektisida dengan bahan aktif klorfluazuron,

diflubenzuron, alfametrin, lamda sihalotrin, dan fosalon (Hambali et al. 2006).

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

10

Gambar 7. Kepik Hijau (Nezara viridula) (Carrilo, 2013)

2.2 Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

2.2.1 Klasifikasi Ulat Grayak

Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Noctuidae

Genus : Spodoptera

2.2.2 Siklus Hidup Ulat Grayak

Gambar 8. Daur Hidup Ulat Grayak (Arifin, 2011)

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

11

a. Telur

Umur telur mulai dari peletakkan oleh imago sampai menetas menjadi larva

sekitar 3-4 hari. Serangga dewasa meletakkan telur dalam bentuk kluster yang

mengandung sekitar 350 butir dan ditutupi bulu-bulu yang halus (Gambar 9.a).

Total telur yang diletakkan oleh satu ekor serangga betina dalam satu siklus hidup

sekitar 2000-3000 telur (Kalshoven, 1981). Sedangkan menurut Schreiner (2000),

telur ulat grayak diletakkan secara berkelompok yang jumlahnya sekitar 200-300

di bawah daun dan ditutupi dengan bulu-bulu coklat dari tubuh betinanya.

Selanjutnya dikatakan bahwa total telur yang diletakkan oleh satu ekor serangga

betina dalam satu siklus hidup sekitar 2.000 butir.

Gambar 9. Telur ulat grayak ket: (a) telur yang berkelompok ditutupi bulu-bulu

dari imago betina (b) telur yang siap menetas (c) larva yang baru

menetas (Fattah, 2016)

Telur yang hampir menetas, warnanya berubah menjadi coklat dan

membesar seperti telur ikan (Gambar 9.b). Telur menetas menjadi larva 3-5 hari

(Kalshoven, 1981). Sedangkan Ahmad et al. (2013) telur menetas setelah 3 hari

diletakkan oleh betina serangga dewasa. Menurut Kranz et al.(1978), telur

diletakkan secara berkelompok 50-300 butir di bawah permukaan daun dan

menetas 3-4 hari. Satu serangga dewasa dapat menghasilkan telur 1.500-2.500

butir.

b. Larva S. Litura

Umur larva mulai dari instar-1 sampai instar-6 sekitar 12-15 hari. Larva

yang baru menetas makanannya dari daun yang ditempati telur dalam bentuk

berkelompok, kemudian menyebar dengan menggunakan benang yang keluar dari

mulutnya dan pindah dari tanaman ke tanaman lain.

(a) (b) (c)

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

12

Gambar 10. Larva S. litura instar 1-5 ket: (a), Larva S. litura instar 1 (b), Larva S.

litura instar 2 (c), Larva S. litura instar 3 (d), dan Larva S. litura

instar 4 dan (e) Larva S. Litura instar 5. Photo M. Vd Straten ©

NPPO, The Netherlands

Larva S. litura mempunyai warna yang berbeda-beda. Larva yang baru

menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan

larva instar terakhir terdapat kalung (bulan sabut) warna hitam gelap pada segmen

abdomen ke empat dan sepuluh. Pada sisi lateral dorsal terdapat garis kuning.

Stadium larva terdiri 5 instar yang berlangsung selama 20-46 hari.

Larva instar I yang ditandai dengan tubuh larva yang berwarna kuning

dengan terdapat bulu-bulu halus, kepala berwarna hitam dengan lebar 0,2-0,3 mm,

lama instar 1 adalah 3 hari. Dilanjutkan dengan larva instar II yang ditandai

dengan tubuh berwarna hijau dengan panjang 3,75-10 mm, bulu-bulu halusnya

tidak terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam meningkat

pada bagian dorsal terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua, instar II ini

berlangsung selama 3 hari. Larva instar III memiliki panjang tubuh 8-15 mm

dengan lebar kepala 0,5-0,6 mm. Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat

garis berwarna putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh, instar III ini berlangsung

selama 4 hari. Mulai instar IV warna bervariasi yaitu hitam, hijau, keputihan,

hijau kekuningan atau hijau keunguan, panjang tubuh 13-20 mm, instar IV

berlangsung selama 4 hari (Utami et al., 2010)

(a) (b) (c)

(d) (e)

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

13

c. Pupa

Larva instar terakhir masuk ke dalam tanah, kemudian akan menjadi larva

yang tidak aktif (Pra pupa). Pupa berada dalam tanah dengan ke dalaman 0-3 cm

(Zheng et al., 2011) dan warna coklat kemerahan yang beratnya berkisar 0,341 g

per pupa (Javar et al., 2013). Menurut Marwoto dan Suharsono (2008), bahwa

stadium pupa berkisar 8 -11 hari.

Gambar 11. (a) Pra-pupa dan (b) pupa S. Litura (Fattah, 2016)

d. Imago

Stadium imago berkisar 5-6 hari. Pupa yang ada dalam tanah akan berubah

ke fase berikutnya menjadi serangga kupu-kupu (Imago). Siklus hidup S. litura

mulai dari telur sampai imago sekitar 30-60 hari (Marwoto dan Suharsono, 2008).

Sedangkan Javar et al. (2013), siklus hidup S. litura sekitar 29-35 hari.

2.2.3 Deskripsi Hama Ulat Grayak

Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) merupakan serangga yang hidup

kosmopolitan. Serangga ini banyak ditemukan di Asia, Pasifik, dan Australia. Di

Indonesia, serangga ini merupakan hama utama pada tanaman tembakau,

disamping itu hama ini hidup sebagai polifag pada beberapa tanaman., seperti

kacang tanah, kentang, lombok, bawang merah, jarak kepyar (Ricinus communis)

dan kubis. Serangga ini juga banyak ditemukan pada gulma Passiflora foetida,

Ageratum, Cleome, Clibadium, dan Trema (Kalshoven, 1981).

2.2.4 Gejala Serangan Ulat Grayak

Hama ini menyerang tanaman jarak pagar dengan cara memakan daun.

Gejala serangan berat hama ini mengakibatkan tanaman menjadi gundul. Larva

dapat menyerang tanaman muda maupun tanaman dewasa. Imago meletakkan

telur selama 2-6 hari dan dapat menghasilkan 2000-3000 telur/individu serangga.

(a) (b)

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

14

Telur S. Litura biasanya berkelompok dan dapat mencapai 350 telur/kelompok

(Hambali et al 2006)

Menurut Golani dkk (2007), kerusakan yang ditimbulkan oleh ulat ini

biasanya menyerang daun dan menyebabkan kerusakan yang berbeda jenis dan

levelnya, sebagian aktif pada malam hari, sebagian besar ulat bersifat polifagus

dan umumnya ulat ini bersifat sporadis dan musiman dan sebagian lain menyerang

dalam jangka waktu yang lama.

2.2.5 Cara Pengendalian Hama Ulat Grayak

Berbagai upayan ditempuh untuk mengendalikan S. Litura antara lain

dengan menggunakan varietas tahan, pergiliran tanaman, penanaman serempak

serta penggunaan pestisida (Cahyono, 2002). Pengendalian serangga hama ini

dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur dan larva instar awal lalu

dimusnahkan, apabila serangan berat dikendalikan dengan mengaplikasikan

insektisida berbahan aktif bakteri Bacillus thuringiensis atau patogen virus

Spodoptera litura-NPV (S1-NPV) (Hambali et al 2006)

Untuk mengendalikan hama tersebut umumnya digunakan insektisida

kimiawi. Penggunaan insektisida kimiawi secara luas dan terus menerus memang

dapat menekan kerusakan akibat serangan hama, selain itu timbul masalah

pencemaran lingkungan, residu kimia, dan timbulnya resistensi serangga yang

memungkinkan terjadinya resurgensi (Untung, 1996).

Penggunaan pestisida sintetik dapat menekan populasi hama S. litura dan

intensitas kerusakan yang ditimbulkan berkembang luas dan dianggap paling

cepat dan ampuh tetapi berdampak negatif bagi lingkungan. Dengan demikian

penggunaan tanaman aromatik atau tanaman yang mengandung metabolik

sekunder dapat dipakai untuk mengendalikan hama tersebut. Penggunaan tanaman

penghasil pestisida nabati sebenarnya tidak selalu diekstraksi dan diolah menjadi

cairan atau serbuk yang diaplikasikan pada tanaman. Beberapa jenis tanaman yang

dikenal memiliki metabolik sekunder pengendali hama dapat ditanam bersamaan

dengan tanaman utama dengan tujuan melindungi tanaman utama dari serangan

hama (Novizan, 2002).

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

15

2.3 Jamur Entomopatogen

Jamur entomopatogen merupakan salah satu kelompok jamur yang dapat

digunakan sebagai agen hayati. Penelitian yang dilakukan terdapat lebih dari 750

spesies jamur penyebab penyakit pada serangga. Spesies jamur yang dapat

dipertimbangkan menjadi insektisida biologis sebagai produk komersial adalah

Beauveria bassiana, Metharhizium. anisopliae, Verticillium lecanii, dan Hirsutella

thompsonii. Jamur tersebut bersifat patogenik terhadap berbagai jenis serangga

dengan kisaran inang yang luas (Trizelia, 2008).

Tanah merupakan salah satu tempat untuk melihat keberadaan jamur

entomopatogen di alam. Menurut Sapieha Waszkiewicz et al (2005),

keberadaan cendawan entomopatogen di dalam tanah tergantung pada habitat.

Selanjutnya Sosa Gomez et al (2001) mengemukakan bahwa keanekaragaman

cendawan entomopatogen dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu kandungan air tanah, kandungan bahan organik, dan temperatur.

Jamur entomopatogen lebih mudah didapatkan pada daerah rizosfer.

Carlile et al. (2001) mengemukakan bahwa populasi mikroorganisme di

rizosfer biasanya lebih banyak dan beragam dibandingkan pada tanah

bukan rizosfer. Salah satu dari faktor-faktor terpenting yang

bertanggung jawab atas terjadinya efek rizosfer adalah variasi yang besar

dalam hal senyawa organik yang tersedia di daerah perakaran berupa getah

yang dikeluarkan oleh akar, baik secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi kualitas dan kuantititas mikroorganisme di daerah

perakaran. Ciri dan jumlah senyawa yang dikeluarkan tergantung pada

spesies tanaman, umur, dan kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman (Rao

1994).

2.3.1 Jenis-jenis Jamur Entomopatogen

Ada beberapa jenis spesies jamur yang layak dapat dipertimbangkan

menjadi insektisida biologis sebagai produk komersial. Diantaranya adalah

Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, verticillium, dan Hirsutella

thompsonii. (Mahr, 2003).

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

16

a. Beauveria bassiana, menghasilkan racun (toksin) yang dapat

mengakibatkan paralis secara agresif pada larva dan imago serangga. Bebrapa

jenis racun yang telah berhasil diisolasi dari B. bassiana antara lain beauvericine,

beauverolide, isorolide dan zat warna serta asam oksalat (Mahr, 2003). Wahyudi

(2002) yang menyatakan bahwa toksin yang dihasilkan B. bassiana diantaranya

beauverizin yang dapat menghancurkan lapisan lemak dan meningkatkan

permeabilitas sel yang dapat menghancurkan ion spesifik sehingga dapat

menyebabkan terjadinya transport ion yang abnormal kemudian merusak fungsi

sel atau organel sel larva. Menurut Bari (2006) menyatakan bahwa ciri-ciri yang

paling mencolok pada serangga yang terinfeksi jamur B. bassiana adalah adanya

miselia berwarna putih. Pertumbuhan jamur terjadi di dalam tubuh serangga dan

serangga mati mengeras seperti mumi. Miselia jamur yang berwarna putih mulai

menembus kutikula keluar dari tubuh serangga pada bagian yang paling mudah

terserang yaitu pada bagian ruas-ruas tubuh dan alat mulut dan akhirnya menutupi

tubuh serangga.

Gambar 12. Jamur Beauveria bassiana ket: (a) secara makroskopis

(Vivekanandhan et all. 2018) (b) secara mikroskopis (Nuraida,

2009)

a. Metarhizium sp., juga dikenal sebagai cendawan muskardin hijau, telah

lama diketahui karena potensi pengontrolan biologis mereka terhadap artropoda.

Spesies Metarhizium yang paling banyak diteliti ialah M. Anisopliae (Shelton,

2009). Jamur M. anisopliae memiliki spektrum yang sangat luas dan dapat

menginfeksi lebih dari 100 spesies dari beberapa ordo serangga seperti

Scapteriscus sp, semut api, Salenopsis invicta, larva kumbang seperti Oryctes

rhinoceros, Phylophaga sp dan Cetina nitida (Prayogo, 2005). Menurut Simbolon

(a) (b)

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

17

(2010) awal pertumbuhan, koloni jamur M. Anisopliae berwarna putih, kemudian

berubah menjadi hijau gelap dengan bertambahnya umur koloni.

Gambar 13. Jamur Metharizium sp. Ket: (a) secara makroskopis dan (b) secara

mikroskopis (Soewarno et al. 2013)

b. Penicillium sp. tidak hanya mempunyai suatu struktur konidiogenus khusus

dan unik, tetapi juga mempunyai suatu keragaman karakter fisiologis yang

berdampak signifikan baik yang merusak atau menguntungkan bagi makhluk

hidup. Aktivitas enzimatik yang kuat dari spesies Penicillium membantu

mendegradasi sisa-sisa tumbuhan, hewan dan residu-residu organik, dan mendaur

ulang sumberdaya-sumberdaya alami. Beberapa enzim yang diproduksi cendawan

ini seperti β-glucanase, dekstranase, pektinase dan protease. Sekitar 50 spesies

Penicillium memproduksi mikotoksin. Beberapa mikotoksin seperti asam

penicillic dan asam cyclopiazonic merupakan senyawa-senyawa tremorgenic

toksik, sementara yang lain seperti patulin merupakan toksin pada kelinci, tikus,

unggas dan hewan lainnya. Asam-asam penicillic dan patulin juga merupakan

karsinogen pada hean-hewan uji di laboratorium (Chang 2007).

Gambar 14. Jamur Penicillium sp ket: (a) secara makroskopis (Purwantisari,

2009) dan (b) secara mikroskopis (Soewarno et all. 2013)

(a) (b)

(a) (b)

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

18

c. Fusarium sp. biasanya ditemukan di tanah, tumbuhan hidup atau mati, biji-

bijian dan hewan. Sejumlah besar Fusarium sp. merupakan entomopatogenik,

beberapa diantaranya sebagai patogen lemah dan fakultatif terutama pada ordo

Lepidopera dan Coleoptera (Teetor-Barsch dan Roberts 1983). Beberapa spesies

Fusarium memproduksi asam fusaric untuk menghambat enzim-enzim defensif

dari serangga. Metabolit-metabolit cendawan siklik yang dapat berperan sebagai

chelator dan ionophore dari beberapa spesies Fusarium berpotensi menyerang

artropoda (Abdul-Wahid dan Elbanna 2012).

Gambar 15. Jamur Fusarium sp ket: (a) secara makroskopis (All rights reserved ©

2013) dan (b) secara mikroskopis (Nuraida, 2009)

d. Spesies-spesies Aspergillus tersebar luas di seluruh dunia. Meskipun

demikian, cendawan ini sering lebih banyak di wilayah-wilayah lebih panas. Di

zone sejuk mereka terdapat lebih sering dari pada di wilayah-wilayah lebih panas.

Cendawan ini dapat ditemukan di tanah, tumbuhan dan residu hewan; beberapa

diantaranya merupakan patogen pada manusia dan hewan (Chang 2007).

Alexopoulos dan Mims (1979) mendeskripsikan Aspergillus sebagai berikut :

konidiofor-konidiofor panjang, berdiri, dan ujung-ujung konidiofor nampak

seperti pentolan yang disebut vesicle, dan vesicle ini terbungkus oleh rantai-rantai

konidia.

(a) (b)

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jarak pagar (Jatropha ...eprints.umm.ac.id/51679/3/bab 2.pdf · Larva biasanya hidup berkelompok, tetapi imago hidup soliter. Imago dapat menghasilkan

19

Gambar 16. Jamur Aspergillus sp ket: (a) secara makroskopis (Ward J, 2018) dan

(b) secara mikroskopis (Soewarno et all. 2013)

2.3.2 Kegunaan Jamur Entomopatogen

Penggunaan insektisida yang kurang bijaksana dapat menyebabkan

resistensi, resurjensi, dan musnahnya musuh alami. Kelebihan pemanfaatan jamur

entomopatogen sebagai pengendali hayati populasi serangga hama adalah

memiliki spektrum yang luas dan berpotensial untuk mengendalikan berbagai

ordo serangan, mempunyai kapasitas produksi yang tinggi, siklus hidup

relatif pendek dan mampu membentuk spora yang tahan terhadap pengaruh

lingkungan (Prayogo et al., 2005)

Pengendalian hayati yang merupakan komponen utama pengendalian hama

terpadu (PHT) menjadi salah satu alternatif pengendaian hama yang baik dan

ramah lingkungan, seperti dengan menggunakan B. thuringiensis. Bacillus

thuringiensis merupakan 90-95% dari bioinsektisida yang dikomersialkan untuk

dipakai oleh petani diberbagai Negara (Bahagiawati, 2002).

Ada beberapa jenis spesies jamur yang layak dapat dipertimbangkan

menjadi insektisida biologis sebagai produk komersial. Diantaranya adalah

Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, verticillium, dan Hirsutella

thompsonii. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa Beauveria bassiana

menghasilkan racun (toksin) yang dapat mengakibatkan paralis secara agresif

pada larva dan imago serangga. Bebrapa jenis racun yang telah berhasil diisolasi

dari B. bassiana antara lain beauvericine, beauverolide, isorolide dan zat warna

serta asam oksalat (Mahr, 2003).

(a) (b)