II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Kayueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1100/2/BAB II.pdfunit glukosa...
Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Kayueprints.mercubuana-yogya.ac.id/1100/2/BAB II.pdfunit glukosa...
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ubi Kayu
Ubi kayu (Manihot utilisima Pohl) merupakan salah satu makanan pokok
yang ada di Indonesia penghasil energi setelah padi. Tanaman ubi kayu berasal dari
negara Brazil. Ubi kayu banyak ditanam di daerah-daerah berlahan kering dengan
sistem pengairan yang relatif kurang (Soetanto, 2001). Morfologi tanaman ubi kayu
mempunyai batang tegak dengan tinggi 1,5 - 4 meter, bentuk batang bulat, berkayu,
dan bergabus sedangkan daun bertipe majemuk menjari.
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman ubi kayu
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl
Umur simpan ubi kayu segar relatif pendek, ubi kayu diolah menjadi gaplek,
tepung tapioka, oyek, tape, peuyeum, keripik singkong dan lain-lain agar umur
simpannya lebih lama (Koswara, 2013). Bagian dalam ubi kayu berwarna putih atau
kekuning-kuningan. Ubi kayu tidak tahan simpan meskipun di lemari pendingin.
Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya
asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Sumber protein yang bagus justru
5
terdapat pada daun ubi kayu karena mengandung asam amino metionina (Purwono
dan Purnawati, 2007).
Tanaman ubi kayu mulai menghasilkan umbi pada umur 6 bulan
(Prihatman, 2000). Umbi yang dihasilkan banyak digunakan untuk bahan baku
produk olahan seperti tapioka dan produk tanaman lainnya. Tanaman ubi kayu
(Manihot esculenta) merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai strategis,
selain sebagai bahan pangan dan pakan juga sebagai bahan baku industri dan
termasuk sebagai bahan bakar nabati, seperti etanol.
Ubi kayu sebagian besar komponennya adalah karbohidrat, hal ini
menyebabkan ubi kayu disebut pengganti beras karena mempunyai manfaat yang
hampir sama yaitu sumber energi. Komponen kimia pada singkong dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia ubi kayu (dalam 100 g bahan)
Komposisi Kandungan gizi
Air 62,50 g
Protein 1,2 g
Lemak 0,30 g
Karbohidrat 34,00 g
Kalsium 33,00 mg
Fosfor 40,00 mg
Vitamin B1 0,06 mg
Besi 0,70 mg
Vitamin C 30,00 mg
Kalori 146,00 kcal
Sumber : Salim (2011)
Menurut Salim (2011) ubi kayu memiliki kandungan senyawa-senyawa
yang bermanfaat bagi tubuh jika dari komponen kimianya, akan tetapi singkong
juga memiliki senyawa glukosida yang bersifat racun dan membentuk asam sianida.
Berdasarkan kadar asam sianida, ubi kayu digolongkan menjadi ubi kayu manis dan
6
ubi kayu pahit. Ubi kayu manis memiliki kadar asam sianida 40 mg/kg umbi yang
masih segar. Beberapa jenis ubi kayu manis antara lain gading, mangi, mentega,
meni, dan kaporo. Jenis ubi kayu pahit memiliki kadar asam sianida di atas 0 mg/kg
umbi segar. Beberapa jenis ubi kayu pahit antara lain adira II, adira IV, muara, dan
tapikuru.
Ubi kayu diketahui memiliki racun yang disebut asam sianida (HCN). Jenis
yang tinggi kadar racunnya disebut singkong pahit, sedangkan yang rendah kadar
racunnya disebut singkong manis (Sediaoetama, 1999). Berdasarkan kandungan
asam sianidanya ubi kayu digolongkan menjadi 4 yaitu :
a. Golongan tidak beracun mengandung HCN 50 mg per kg umbi segar
yang telah diparut.
b. Golongan beracun sedikit mengandung HCN 50-80 mg per kg.
c. Beracun mengandung HCN antar 80-100 mg per kg.
d. Sangat beracun mengandung HCN > 100 mg per kg .
Ubi kayu yang dipilih dalam pembuatan tepung oyek memiliki kulit dalam
berwarna merah, berdaging putih, dan memiliki ukuran diameter 4-10 cm.
Singkong yang dipilih merupakan singkong dengan kadar HCN relatif rendah.
B. Kacang Hijau
Kacang hijau (Phaseolus vulgaris) termasuk kacang-kacangan yang penting
di masa yang akan datang, khususnya di kawasan tropis. Hal ini didasarkan pada
sifat tanaman kacang hijau yang cepat masak (55-85 hari), mempunyai kemampuan
untuk beradaptasi terhadap kisaran kondisi suhu yang lebar, serta dapat diterima
dan di konsumsi secara luas bagi masyarakat.
7
Kacang hijau di Indonesia memiliki beberapa nama daerah, seperti artak
(Madura), kacang wilis (Bali), buwe (Flores), tibowang candi (Makassar)
(Astawan, 2009). Kacang hijau (Phaseolus Radiatus L) merupakan tanaman yang
mudah beradaptasi terhadap suhu lingkungan sekitarnya (Rahman dan Triyono,
2011). Produksi kacang hijau Indonesia yang mencapai 297.189 ton/tahun
(Anonim, 2008).
Produksi tanaman kacang hijau di Indonesia termasuk yang cukup pesat.
Produksinya meningkat lebih kurang 300% dari 63.000 ton pada tahun 1975
menjadi 192.000 ton pada tahun 1985 (Brotonegoro, dkk., 1987). Lahan budidaya
untuk kacang hijau makin meningkat dan mencapai 89.600 ha pada tahun 1991 dari
1.700 ha pada tahun 1974. Produksi kacang hijau pada tahun 1996 diperkirakan
sebesar 369.000 ton. Di antara kacang-kacangan di Indonesia, produksi kacang
hijau menempati urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah.
Struktur biji kacang hijau yang sudah tua mempunyai 3 komponen utama
yaitu : kulit biji, kotiledon, dan lembaga. Rata-rata jumlah kulit biji, kotiledon, dan
lembaga berturut-turut sebesar 7,4-11,4%; 88%; dan 2% (Ehive dan Reichert, 1987
dalam Setiati, 1990). Kotiledon pada kacangan adalah bagian dari embrio, sehingga
tidak sama dengan endosperma pada serealia.
Menurut Barus, dkk., (2014) Kacang hijau mempunyai keunggulan dari segi
agronomi dan ekonomis, seperti lebih tahan kekeringan, serangan hama dan
penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur 55-60 hari, dapat ditanam pada
tanah yang kurang subur dan cara budidaya yang mudah. Biji kacang hijau sendiri
berwarna hijau pada kulit biji, dan kuning pada daging bijinya. Daging biji kacang
8
hijau merupakan bagian yang sering digunakan untuk membuat tepung. Kacang
hijau di pasaran beredar dalam 2 macam bentuk berupa bentuk biji kacang hijau
utuh dan biji kacang hijau lepas kulit. Bentuk digunakan sesuai dengan
kegunaannya. Tanaman kacang hijau termasuk multiguna, yakni sebagai bahan
pangan (biji), pakan ternak (limbah), dan pupuk hijau (limbah). Dalam tatanan
makanan sehari-hari, kacang hijau dikonsumsi sebagai bubur, sayur (taoge), dan
kue-kue. Kacang hijau merupakan sumber makronutrien terutama protein nabati
atau sumber protein, kalori dan vitamin B kompleks, disamping sebagai sumber
mineral seperti Ca, Fe, dan P. Komposisi kimia kacang hijau tanpa kulit dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi kimia kacang hijau tanpa kulit dalam 100 g
Komponen Jumlah per 100 g Bahan
Air (g) 10,1
Protein (g) 24,5
Lemak (g) 1,2
Mineral (g) 3,5
Serat (g) 0,8
Karbohidrat (g) 59,9
Energi (kcal) 348,0
Kalsium (mg) 75,0
Phospor (mg) 405,0
Karoten (mg) 49,0
Besi (mg) 8,5
Tiamin (mg) 0,72
Ribovlavin (mg) 0,15
Niasin (mg) 2,40
Sumber : Thirumaran dan Seralathan, 1987 dalam Kanetro dan Hastuti, 2006.
Kacang hijau lepas kulit jika diolah mempunyai keuntungan yaitu warna
yang dihasilkan adalah warna kuning, mempunyai tekstur yang lebih halus
dibanding dengan kacang hijau utuh sehingga dapat mempermudah pencampuran
atau pembentukan adonan. Kacang hijau mempunyai komposisi asam amino yang
9
lengkap, sehingga dapat digunakan sebagai komplementasi makanan yang diolah
dari serealia. Komplementasi antara kacang hijau dan serealia akan meningkatkan
kualitas proteinnya (skor asam aminonya). Kandunagn lisin pada kacang hijau
tinggi, sedangkan metionin dan sistin merupakan asam amino pembatas. Komposisi
asam amino kacang hijau dalam bentuk tepung dibandingkan dengan standar
FAO/WHO 1972 disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi asam amino kacang hijau dalam bentuk tepung
dibandingkan dengan Standar FAO/WHO 1972
C. Pati
Pati merupakan karbohidrat yang berfungsi sebagai penyimpan energi pada
tanaman. Sumber pati utama di Indonesia adalah beras, disamping itu dijumpai
beberapa sumber pati lainnya yaitu jagung, kentang, tapioka, sagu, gandum, dan
lain-lain. Pati tersusun dari unit-unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan1,4 α-
glikosidik. Hidrolisis parsial pada pati menghasilkan maltosa (Nur, dkk., 2002). Pati
dapat dipisahkan dengan berbagai pelarut dan teknik pengendapan terbagi menjadi
dua bagian yaitu amilosa dan amilopektin.
Amilosa umumnya merupakan penyusun dari 20% bagian pati dengan unit-
unit glukosa (50-100) yang membentuk rantai lurus yang berkaitan ikatan 1,4 α-
Asam Amino (mg/g
protein)
Tepung Kacang
Hijau
Standar FAO/ WHO
Isoleusin 35 40
Leusin 73 70
Lisin 58 58
Metionin/ sisin 17 35
Fenilalanin 60 60
Teroin 36 40
Triptofan 11 10
Valin 41 50
Sumber: Prabhavat, 1987 dalam Kanetro dan Hastuti, 2006.
10
glikosidik. Adanya ikatan 1,4 α-glikosidik menyebabkan bentuk amilosa bila
dilarutkan berbentuk heliks (spiral). Bentuk tabung ini dengan perputaran heliks
enam unit glukosa menyebabkan amilosa dapat membentuk komplek dengan
macam-macam molekul kecil yang dapat masuk ke dalam kumparannya (Nur, dkk.,
2002).
Amilopektin mempunyai karakteristik bercabang banyak karena unit-unit
glukosa berikatan dengan dua macam ikatan. Secara struktural, amilopektin
terbentuk dari rantai glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4 α-glikosidik, sama
dengan amilosa. Amilopektin terbentuk cabang-cabang (sekitar tiap 20 mata rantai
glukosa) dengan ikatan 1,6 α-glikosidik (Nur, dkk., 2002). Amilopektin tidak larut
dalam air.
Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan atau
mengentalkan makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati
digunakan sebagai komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada
industri kosmetika. Dalam produk makanan amilopektin bersifat merangsang
terjadinya proses mekar (puffing), produk makanan yang berasal dari pati yang
kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, porus, garing dan renyah.
Kebalikannya pati dengan kandungan amilosa tinggi, cenderung menghasilkan
produk yang keras karena proses mekarnya terjadi secara terbatas. Struktur
amilopektin dan amilosa dapat dilihat pada Gambar 1.
11
Gambar 1. Struktur (a) Amilopektin dan (b) Amilosa
D. Tepung Maizena
Maizena merupakan nama pasaran dari pati jagung atau corn starch. Tepung
yang dibuat dari hasil penggilingan basah (wet milling) dengan cara pemisahan
komponen-komponen non pati seperti serat kasar, lemak, dan protein (Merdiyanti,
2008). Tepung ini biasanya digunakan sebagai pengental pada sup atau saus,
memberi tekstur halus dan lembut pada sponge cake dan puding, dan memberi efek
renyah pada kue kering. Pati jagung mempunyai ukuran granula yang cukup besar
dan tidak homogen yaitu 1-7 µm untuk ukuran kecil dan 15-20 µm untuk ukuran
yang besar (Richana dan Suarni, 2006). Semakin kecil ukuran, semakin rendah suhu
gelatinisasi (Singh, dkk., 2005 dalam Richana dan Suarni, 2006), suhu puncak
granula pecah pati jagung adalah 95°C.
Pati jagung tidak mudah mengalami gelatinisasi dibandingkan dengan pati
kentang atau pati tapioka tetapi lebih tahan dan stabil terhadap tekanan dan gaya
tarik. Pati jagung dapat digunakan sebagai bahan pengisi (filler) karena sifat-sifat
gelatinisasinya yang menyebabkan adonan yang kokoh dan padat saat pencampuran
(Tranggono, dkk., 2000 dalam Wardana, 2012). Komposisi kimia maizena di
pasaran dapat dilihat pada Tabel 4.
(b) (a)
12
Tabel 4. Komposisi kimia maizena
Kandungan Jumlah (%)
Kadar air 12,60
Kadar abu 0,30
Kadar protein 0,54
Kadar lemak 0,77
Karbohidrat 85, 79
Sumber : Merdiyanti, 2008.
E. Oyek dan Growol
Growol merupakan makanan fermentasi tradisional yang terbuat dari
singkong dan mempunyai rasa asam. Jenis makanan ini hanya dibuat di daerah
Yogyakarta, khususnya Kulon Progo dan daerah sekitarnya, yang digunakan
sebagai pengganti nasi. Makanan ini tergolong makanan semi basah dengan kadar
air 35,52% (Maryanto, 2000).
Oyek merupakan produk growol yang dikeringkan. Oyek merupakan salah
satu makanan pokok masyarakat daerah Kebumen, Jawa Tengah. Oyek pada
umumnya kaya akan kandungan karbohidrat, hal ini dilihat dari bahan baku yang
digunakan yaitu singkong. Oyek dapat diolah menjadi pangan fungsional dengan
penambahan kacang-kacangan sebagai sumber protein pada oyek.
Oyek merupakan salah satu makanan khas Indonesia terutama daerah Kulon
Progo yang berasal dari singkong yang difermentasi. Singkong yang digunakan
untuk pembuatan oyek adalah singkong varietas putih yang mengandung HCN
yang rendah dan racun tersebut dihilangkan dengan proses pengolahan oyek
terutama proses perendaman. Fermentasi ubi kayu dilakukan dengan merendam ubi
kayu dalam air selama 3-5 hari. Akibat dari proses fermentasi adalah melembutnya
ubi dan akan hancur jika digenggam. Proses fermentasi dimulai sebagai hasil reaksi
13
mikroorganisme dari lingkungan. Menurut Rascana dan Wibowo (1987), beberapa
mikroba yang tumbuh dalam fermentasi ini adalah kelompok Coryneform,
Streptococcus sp., Lactobacillus sp., yeast, Streptobacteriaceae, Bacillus sp.,
Acinetobacter sp., dan Moracella yang umunya membentuk asam, menurunkan pH,
dan memecah pati menjadi komponen gula sederhana. Adanya mikroorganisme
yang tidak diketahui dapat mengganggu pengontrolan proses fermentasi dan
mengakibatkan timbulnya bau yang tidak diinginkan (Achi dan Akomas, 2006).
Oyek termasuk produk gluten-free, produk gluten-free merupakan produk yang
tidak memiliki gluten dan baik untuk penderita Celiac semacam gangguan
kesehatan Gluten-intolerance (Anonim, 2012). Hal ini membuktikan bahwa oyek
dapat berfungsi sebagai pangan fungsional. Komposisi kimia oyek singkong dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi kimia oyek singkong
Komponen Jumlah (%)
Kadar air b/b 6,70
Kadar abu 0,21
Protein 2,93
Pati 84,50
Serat kasar 21,02
Sumber: Rahmawati, 2014.
F. Beras Analog / Artificial Rice
Beras analog atau artificial rice adalah beras yang dibuat dari bahan non
padi dengan kandungan karbohidrat yang mendekati atau melebihi beras dengan
bentuk menyerupai beras dan dapat berasal dari kombinasi tepung lokal atau padi
(Samad, 2013). Penggunaan bahan-bahan lokal dalam pembuatan beras analog
14
pernah dikemukakan adalah sebagai berikut beras analog dari campuran jagung dan
sagu oleh Budijanto, dkk., (2011), beras analog dari sorgum, jagung dan sagu oleh
Slamet (2012), beras analog dari umbi dalagu oleh Lumba (2012), dan beras analog
dari tepung uwi ungu oleh Wardaningsih (2014), dan beras ubi kayu oleh
Pambayun, dkk., (1997). Beras analog dapat dibuat menggunakan bahan baku
tepung tapioka, tepung terigu, tepung singkong, tepung jagung dan lain sebagainya.
Beras sintesis atau sering disebut juga beras analog yang berbahan baku tepung
jagung dapat berpeluang besar karena dapat dijadikan sebagai makanan pokok.
Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung umbi-umbian
dan serealia yang bentuk dan komposisi gizinya hampir mirip dengan beras. Beras
analog berbahan dasar tepung singkong diharapkan dapat menjadi sumber
karbohidrat pengganti beras yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Pengembangan produk pangan melalui aneka bentuk olahan merupakan salah satu
cara untuk menambah nilai ekonomi produk pangan (Lumba, dkk., 2012). Beras
analog merupakan produk beras dari bahan non padi dan memiliki bentuk
menyerupai beras pada umumnya. Pembuatan beras analog dilakukan melalui
tahapan formulasi, prekondisi, kemudian dilanjutkan dengan pengeringan
menggunakan oven atau cabinet dryer untuk mendapatkan produk akhir dengan
kadar air di bawah 15% agar memiliki umur simpan yang cukup panjang (Budi,
dkk., 2013). Dalam proses pembuatannya, beras analog dapat diformulasikan dari
beberapa jenis bahan pangan untuk mendapatkan komposisi nutrisi serta bentuk
fisik dan sensoris yang diinginkan.
15
Proses penelitian yang telah dilakukan Trisnawati (2016) tentang pembuatan
beras analog dari oyek ubi kayu kacang hijau ditunjukkan pada Gambar 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Luwihana (2011) menunjukkan growol
dibuat dengan ubi jalar dan kimpul memiliki kandungan protein yang rendah. Beras
analog dibuat dengan cara sederhana untuk memperbaiki komponen gizi terutama
protein yaitu mengkombinasikan tepung oyek dengan kacang hijau sebagai sumber
protein. Keunggulan kacang hijau selain kandungan proteinnya relatif tinggi setelah
kedelai dari pada kacang-kacangan yang lain, kacang hijau memiliki rasa dan aroma
langu yang relatif tidak menyengat serta sangat familiar dengan selera masyarakat.
Kacang hijau juga mempunyai banyak asam amino yang penting dalam
pertumbungan sel, asam amino tersebut antara lain adalah Isoleusin, Leusin, Lisin,
Pencampuran bahan
Tepung oyek 350 g dan tepung kacang hijau 150 g
Pati (maizena, tapioka dan
sagu) masing-masing 5 g, 10 g,
15 g dan air matang 310 ml
Pencetakan pasta machine
Pengirisan manual
Pengeringan Cabinet Dryer 50°C
± 2,5 jam
Pengemasan
Beras Analog Oyek Kacang Hijau
Analisis kimia :
Kadar air
Kadar protein
Kadar lemak
Kadar abu
Pati
Gambar 2. Diagram alir penelitian
16
Metionin, Fenilalanin, Teronin, Triptofan, Valin (Prabhavat, 1987 dalam Kanetro,
2006).
Menurut Purnomo (1995) menyatakan bahwa sifat tekstur adalah
sekelompok sifat fisik yang ditimbulkan oleh elemen-elemen struktural bahan
pangan yang dapat dirasakan oleh perabaan. Sifat tekstur sangat diperlukan dalam
penilaian mutu bahan pangan olahan. Salah satu cara untuk mendapatkan produk
yang mempunyai karakteristik fisik yang hampir sama dengan nasi beras adalah
dengan menambahkan bahan lain. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk
mengembangkan produk dari Rastello++. Rastelo++ merupakan nama dari beras
analog yang terbuat dari telo yang berasal dari Bahasa Jawa yang berarti Singkong,
(+) berarti beras analog dari singkong mengandung nilai tambah yaitu memiliki
kandungan protein yang berasal dari kacang-kacangan yang digunakan. Protein
memiliki manfaat untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak serta dapat
membantu dalam fungsi metabolisme tubuh. Adanya kandungan protein dalam
beras diharapkan mampu mengurangi defisiensi protein bagi konsumen.
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa banyak cara untuk membuat
beras tiruan, metode yang pernah dilakukan diantaranya adalah granulasi (Herawati
dan Widowati, 2009) dan proses ekstruksi (Dewi, 2012). Penelitian yang dikatakan
berhasil adalah penelitian yang dilakukan oleh Budijanto, dkk., (2011) yang
membuat beras analog dengan campuran tepung jagung dan sagu yang
menghasilkan bentuk yang serupa dengan beras. Secara umum pembuatan beras
analog relatif sederhana, cara pembuatan beras analog yang dikemukakan oleh
Budijanto, dkk., (2011) terdiri dari pencampuran, pengukusan, pencetakan, dan
17
pengeringan. Pengembangan dan produksi beras analog di Indonesia beraneka
ragam tergantung daerah yang memproduksinya, contoh daerah yang memproduksi
beras analog adalah Maluku, Jember (Kusumastuti, 2014), Banjarnegara,
Kebumen, Wonogiri, Gunung kidul, Banyumas. Bahan yang digunakan pada beras
analog dari campuran tepung growol dan tepung kacang hijau ini adalah tepung
growol mentah, air, tepung kacang hijau lepas kulit, pati-patian (maizena, sagu, dan
tapioka). Dalam pembuatan beras analog harus diperhatikan pula aturan
karakteristik yang menyerupai beras asli. Aturan yang membakukan syarat mutu
beras adalah SNI 6128:2008. Penjelasan aturan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Spesifikasi Persyaratan Mutu Beras
Sumber : Anonim, 2008
G. Beras Instan
Beras instan adalah beras giling yang dihasilkan melalui beberapa tahapan
proses. Langkah pertama adalah menurunkan kadar air beras giling sebagai bahan
baku menjadi 15%, kemudian didinginkan selama satu malam. Lantas beras yang
telah didinginkan tersebut dipanaskan pada suhu 200 – 250oC agar beras menjadi
Komponen mutu Satuan mutu Mutu I Mutu II Mutu III Mutu IV Mutu V
1 Derajat sosoh (min) % 100 100 95 95 85
2 Kadar air (maks) % 14 14 14 14 15
3 Butir kepala (min) % 95 89 78 73 60
4 Butir patah (maks) % 5 10 20 25 35
5 Butir menir (maks) % 0 1 2 2 5
6 Butir merah (maks) % 0 1 2 3 3
7 Butir kuning/rusak
(maks)
% 0 1 2 3 5
8 Butir mengapur
(maks)
% 0 1 2 3 5
9 Benda asing (maks) % 0 0,02 0,02 0,05 0,02
10 Butir gabah (maks) (butir/100g) 0 1 1 2 3
18
putih mengapur layaknya beras ketan. Langkah terakhir adalah beras dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan sebelum diputihkan (whitening) melalui proses
penyosohan (Anonim, 2005). Proses pengolahan beras instan terutama bertujuan
untuk memperoleh struktur (berpori-pori) sehingga mempermudah rehidrasi, yaitu
kemampuan dalam penetrasi dari air mendidih yang diberikan kepada beras
menjadi lebih cepat sehingga penyiapan kembali menjadi nasi berlangsung dalam
waktu pendek. Perbedaan kadar air, waktu dan suhu pengolahan, kondisi
pengeringan, serta tahap proses yang lain dapat menghasilkan tipe beras instan yang
berbeda (Luth, 1980).
Beras instan adalah beras yang secara cepat dan mudah diubah menjadi nasi.
Beras masak (nasi atau beras setengah masak) dapat dikeringkan dengan beberapa
cara. Beras instan yang baik yaitu dengan mendapatkan butiran beras yang keropos
dan kondisi strukturnya terbuka. Produk akhir yang dihasilkan akan bersifat kering,
berbutir-butir, tidak menggumpal dan mempunyai volume kira-kira 1,5 - 3 kali dari
volume beras awal yang digunakan. Beras instan yang dihasilkan diharapkan dapat
siap dihidangkan dalam waktu 5 - 15 menit setelah ditambah dengan air mendidih.
Karakteristik kimia beras instan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik Kimia Beras Instan
Parameter Beras Instan Nasi Instan
Karbohidrat 77,39% 26,90%
Lemak 0,52% 0,48%
Protein 6,12% 2,18%
Kadar air 11,73% 49,12%
Sumber : Anonim, 2011
19
H. Pengembangan Produk dan Pemasaran
Mengembangkan produk baru merupakan sesuatu hal yang penting, terlebih
dahulu kita harus mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan produk baru itu
sendiri. Pengembangan produk baru atau menciptakan produk baru merupakan
tugas yang sering terlupakan. Pada saat salah satu ataupun beberapa produk yang
sedang dipasarkan itu berada pada tahap “kedewasaan”, maka perusahaan haruslah
mulai memanfaatkan keuntungan yang diperolehnya dari produk yang berada pada
tahap tersebut untuk mengembangkan ide penciptaan produk baru.
Menurut Kotler (2008) “Pengembangan produk merupakan pengembangan
dari produk yang sudah ada atau menciptakan produk yang sama sekali baru melalui
riset dan penelitian yang dilakukan oleh para manajer pemasaran maupun melalui
departemen penelitian dan pengembangan”. Tujuan pokok dari sebagian besar
upaya pengembangan produk baru adalah mengamankan volume dan pertumbuhan
laba, mempertahankan posisi perusahaan saat ini sebagai inovator dan
mempertahankan pangsa pasar yang ada pada saat sekarang.
Beras analog oyek dengan penambahan kacang hijau atau Rastello++ yang
diproduksi ini kemudian dipasarkan atau dijual kepada semua kalangan yang ingin
mengkonsumsi beras analog tersebut dengan cara memesan terlebih dahulu. Namun
kebanyakan orang yang mengkonsumsi beras analog oyek dengan penambahan
kacang hijau ini yang menderita diabetes atau memiliki kadar gula darah yang
tinggi. Indeks Glisemik dari beras analog oyek dengan penambahan kacang hijau
yaitu rendah sekitar 53,83%. Beras analog oyek dengan penambahan kacang hijau
sampai saat ini dapat diterima oleh masyarakat karena dapat diolah lebih lanjut
20
menjadi sushi, lemper, dan nasi kuning. Selain itu, beras analog oyek dengan
penambahan kacang hijau ini dilakukan pengembangan produk yaitu beras analog
instan dari oyek dengan penambahan kacang hijau dan penambahan bumbu
masakan sehingga memiliki rasa serta warna yang berbeda dari beras analog oyek
dengan penambahan kacang hijau. Beras analog instan ini cara pengolahannya
hampir sama dengan Rastello++ hanya saja yang membedakan ditambahkan bumbu
masakan (kuning dan merah) serta pengukusan dilakukan dua kali, sehingga dengan
adanya pengembangan produk nasi goreng instan ini harapannya masyarakat dapat
menerima dan menyukai produk tersebut sehingga dapat dipasarkan.
I. Hipotesis
Penambahan bumbu masakan dan waktu pengukusan diduga memberi
pengaruh terhadap sifat fisik (tekstur dan warna) dan tingkat kesukaan beras analog
instan dari oyek dengan penambahan kacang hijau dan nasi yang terbaik.