IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD...
Transcript of IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD...
IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT
ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI NEGERI
KELANTAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Syariah (SSY)
Oleh :
NUR SUHAIDA BINTI RAZALI NIM : 108045200021
KONSENTRASI SIYASAH SYARI’YYAH
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1431H / 2010 M
IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT
ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI
NEGERI KELANTAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah
Oleh :
NUR SUHAIDA BINTI RAZALI
NIM : 108045200021
Pembimbing :
Dr. Rumadi, M.Ag
NIP : 196903041997031012
K O N S E N T R A S I S I Y A S A H S Y A R I ’ Y Y A H
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT
ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH II (1993) DI NEGERI
KELANTAN telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2
Februari 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Syariah (SSY) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi
Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syar’iyyah).
Jakarta, 2 Februari 2010
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.
Nip: 195505051982031012
PANITIA UJIAN MUNAQASYAH
1. Ketua : Dr. Asmawi, M.Ag (..…....……………)
Nip: 197210101997031008
2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag.
(..…....……………) Nip: 197102151997032002
3. Pembimbing I : Dr. Rumadi, M.Ag.
(..…....……………) Nip: 196903041997031012
4. Penguji I : Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA.
(..…...….....………) Nip: 150169102
5. Penguji II : Dr. Asmawi, M.Ag
(..…....……………) Nip: 197210101997031008
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yaang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berada di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Februari 2010
Nur Suhaida
Razali.
��� ا ا���� ا�����
KATA PENGANTAR
Tiada seindah kata yang dapat penulis ukirkan dan tiada semanis ungkapan
yang dapat penulis bicarakan, hanya pujian dan kesyukuran yang tidak terhingga
kepada Allah SWT di atas nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya, memberi
peluang untuk penulis terus menyelesaikan skripsi ini. Bingkisan shalawat dan
salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad SAW, keluarga baginda, para
sahabat dan tabi’in serta para penerus perjuangan dalam menegakkan kalimah
Allah.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai memenuhi syarat guna memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (SSY), jurusan Siyasah Syari’yyah, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk memenuhi pensyaratan tersebut,
penulis telah menyusun sebuah skripsi yang berjudul : “IMPLEMENTASI
ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT ENAKMEN KANUN
JENAYAH SYARIAH II (1993) DI NEGERI KELANTAN”. Walaupun
pelbagai rintangan dan halangan yang dilalui terpaksa penulis menhadapinya
dengan sabar dan tabah dalam menyempurnakan penulisan skripsi ini, namun
berkat taufiq dan hidayat-Nya di samping doa dan restu keluarga tercinta,
dorongan, bantuan, bimbingan, dan suntikan semangat dari pelbagai pihak,
akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan ketebatasan kemampuan yang
penulis miliki. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya, terutama
kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan kewenangan yang
dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Asmawi, M. Ag. dan ibu Seri Hidayati, M. Ag. selaku PJS ketua,
dan seketaris jurusan Jinayah Siyasah yang telah banyak memberi motivasi
dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Rumadi, M. Ag. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberi tunjuk ajar, arahan, dan masukan kepada penulis hingga tuntas
skripsi ini. Hanya Allah SWT saja yang membalas jasa baik baiknya kepada
penulis.
4. Seluruh dosen-dosen Fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tidak lupa juga kepada staf perpustakaan, karyawan-karyawan yang
banyak membantu penulis memfasalitaskan dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
5. Terima kasih yang tak terhingga, yang dicintai Bonda serta Ayahandaku
Razali Bin Ismail dan Norasiah Binti Ariffin yang tak pernah jemu
mendoakan penulis dan sentiasa memberikan semangat, dorongan serta
bantuan dari sisi penulisan maupun keuangan dalam menyelesaikan proses
penulisan ini.
6. Kakandaku yang kusayangi, Nohaslina dan suami Mohd yusoff serta cahaya
mata mereka Nurul Shahirah dan Mohd Shafiq, Nor Mala dan suami Mohd
Noor dan cahaya mata mereka Iman Faris, Mohd Firdaus, tidak lupa juga
adindaku Nur Maizatul Ain, Mohd Syahidbullah, Mohd Taufiq dan Nur
Syafiqah selaku saudara-saudara kandungku yang banyak meluangkan banyak
masa bersama penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada bapa saudara, emak saudara dari pihak ayah maupun ibu yang telah
banyak memberikan pertolongan dan dorongan dalam menuntut ilmu di bumi
Indonesia ini dari berbagai aspek sehingga penulis dapat menyiapkan skripsi
ini.
8. Seluruh pihak kedutaan besar Malaysia di Indonesia yang banyak membantu
penulis hingga tuntasnya skripsi ini.
9. Ribuan terima kasih juga kepada Pengarah (penerbitan) Urusetia Penerangan
Kerajaan Negeri Kelantan, Tuan Haji Rosidi Ismail yang memberikan
kerjasama yang amat memuaskan kepada penulis.
10. Seluruh perhargaan dan penghormatan kepada Dato’ Tuan Guru Haji Harun
Bin Taib, Rektor Ustaz Mahmud Sulaiman, Ustaz, dan Ustazah di KUDQI,
dan seluruh warga KUDQI yang memberikan tunjuk ajar, dorongan,
semangat, kesabaran, dan bersama dalam pahit dan manis tidak akan
kulupakan kenangan-kenangan yang dilalui semasa di KUDQI.
11. Buat teman kosanku yang sangat ceria dalam mengharungi pahit manis
kehidupan dalam menuntut ilmu, Ummu Nurul Aiman Mat Jamil dan Siti
Aishah Mohd.
12. Tidak lupa juga sahabat-sahabat seperjuangan dalam menuntut ilmu, yang
dikasihi Zainab, hayati, Aisyah abdullah, Syazwani, Marina, Katijah, dan
Hafizah, teman-teman se-Malaysia dari Kolej universiti Darul Quran
Islamiyyah ( KUDQI), Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra (KIAS)
Nur Amirah Rasid, Aimuni Awangludin, dan Syahidah Abd. hamid dan
teman-teman dari Akedemik Pengajian Islam dan Dakwah (APID),
13. Teman-teman dekatku Wan Khadijah W. Khalid serta suami Hafizuddin Abu
Bakar, Nur Laili Rasid, Ahmad, Saedah, sa, yah dan suwie jutaan terima kasih
penulis ucapkan karena turut mendoakan kejayaan, memberi partisipasi, dan
semangat kepada penulis demi keberhasilan penulisan karya ilmiah ini. Tidak
lupa juga kepada Insan yang dicintai karena sentiasa memberi semangat dan
dukungan. Semoga doaku dan doamu dimakbulkan oleh Yang Maha Kuasa.
14. Teman-teman seangkatan 2008/2009 Program Studi Jinayah Siyasah,
Konsentrasi Siyasah Syari’yyah, terima kasih saya ucapkan. Teman-teman
dekatku dari Indonesia Wilda Azizah, Lisa Permata Sari, Ade Rohmi, Nara,
Irsyad, Mulki Sulaiman serta tidak lupa kepada semua teman-teman di seluruh
Jakarta yang tak mampu penulis sebutkan semuanya disini.
15. Terakhir, kepada semua pihak yang terlibat dan yang telah membantu penulis
dalam penulisan skripsi ini sehingga selesai, dan semua sahabat serta warga
yang berada di Malaysia dan Indonesia.
Demikian sudah penyelesaiannya penulis mengarangkan ucapan terima kasih
kepada semua pihak harapan penulis semoga Allah SWT Yang membalas Segala
jasa dan budi baik kalian. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan
manfaat kepada pihak-pihak yang berkaitan maupun para pembaca pada
umumnya.
Jakarta, 10 Februari 2010 M, 25 Safar 1431
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................5
C. Tujuan dan Manfaat penelitian....................................................7
D. Metode Penelitian........................................................................8
E. Review Studi terdahulu .............................................................10
F. Sistematika Penulisan.................................................................12
BAB II MURTAD MENURUT HUKUM ISLAM...................…….........14
A. Murtad dan Istilah Lain Yang Terkait.........................................14
B. Dalil-dalil Al-Quran Dan As-Sunnah tentang murtad..................18
C. Perkara-perkara Yang Menyebabkan Murtad...............................21
D. Tindakan Sahabat Nabi (Abu Bakar As-Siddiq) dalam mengatasi
golongan Murtad ...............................................................................24
E. Tindak pidana terhadap pelaku murtad Sebagai Jinayah
Hudud.................................................................................................28
BAB III LATAR BELAKANG ENAKMEN KANUN JENAYAH
SYARIAH (II) 1993 NEGERI KELANTAN..................................36
A. Demografi Negeri Kelantan..........................................................36
1. Keadaan Geografi.....................................................................36
2. Situasi Politik............................................................................38
B. Latar Belakang Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 di
Negeri Kelantan...........................................................................42
1. Proses Penyediaan Draf Hudud Di Kelantan...........................43
2. Jawatankuasa Hudud dan Qisas Negeri Kelantan....................44
C. Mendapatkan Persepakatan Ulama’ ............................................46
D. Isi kandungan Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) di Negeri
Kelantan.......................................................................................47
BAB IV IMPLEMENTASI ATURAN JINAYAH MURTAD MENURUT
ENAKMEN KANUN JINAYAH SYA RIAH II 1993 DI NEGERI
KELANTAN ....................................................................................54
A. Upaya perlaksanaan Syariat Islam di Negeri
kelantan.......................................................................................54
B. Halangan Perlaksanaan................................................................54
1. Halangan Perlembagaan dan Perundangan..............................55
2. Halangan Politik.......................................................................57
C. penyelesaian Masalah untuk melaksanakan enakmen kanun
jenayah syariah II 1993 di negeri kelantan
................................64
1. Perubahan Perlembagaan.........................................................65
2. Perubahan Struktur Politik.......................................................68
3. Penerangan Kepada Rakyat Malaysia amnya dan Rakyat
kelantan khasnya.......................................................................70
BAB V PENUTUP..................................................................................................74
A. Kesimpulan...................................................................................74
B. Saran-saran....................................................................................75
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam penelitian sejarah masuknya Islam di Malaysia1 (dahulu Melaka), para
sejarawan telah menyatakan bahwa Islam telah memasuki Semenanjung Melaka
pada abad ke-15 M. Pada abad ke-15 itu, agama Islam sudah menjadi agama yang
dianut oleh Kerajaan dan kebanyakkan rakyatnya. Penetapan ini didasarkan atas
bukti-bukti sejarah berupa pengalaman ajaran-ajaran Islam dikalangan masyarakat
Melayu dan non-Muslim yang kemudian memeluk agama Islam telah dianggap
sebagai orang Melayu. Semua ini berlangsung sejak abad ke-15 M. Tun Saleh
Abbas, sejarawan Melayu, (mantan Ketua Hakim Negara) menyebutkan bahwa
Islam telah menjadi agama orang-orang Melayu sejak 500 tahun yang lalu. 2
Menurut cacatan sejarah, agama Islam pertama sekali dibawa para pedagang
Arab ke India, dan disebarkan ke Tanah Melayu pada abad ke-15. Sejak saat itu
1 Negara ini memperoleh kemerdekaan dari Inggeris pada tanggal 30 Agustus 1957. Malaysia adalah negara federasi dari 13 negara bagian, terdiri dari Johor, Kedah, Kelantan, Negeri Sembilan, Pahang, Pulau Pinang, Perak, Perlis, Serawak, Selangor, dan Terengganu. Malaysia menggunakan sistem Demokrasi Berparlimen. Kepala Negara dijabat oleh seorang Raja dengan gelar Sultan Yang Dipertuan Agong. Kepala Pemerintahan dipegang oleh oleh Perdana Menteri sebagai pemegang Kekuasaan Eksekutif dan dibantu oleh anggota Kabinet atau para Menteri. Kekuasaan Legislatif berada di tangan parlimen, terdiri dari yang Dipertuan Agong, Dewan Negara dan Dewan Rakyat. Negara Kerajaan ini menganut banyak partai. Partai yang berhasil menempatkan wakil terbanyak di Parlimen, ketua partai otomatis menjadi Perdana Menteri. Raja Malaysia dipilih oleh para Sultan Negara bagian melalui Majelis Raja-raja. Raja yang dipilih adalah salah seorang diantara para Sultan 13 Negara bagian. Lihat Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) cet.5, h. 189 2 Tun Salleh Abbas, Traditional Elemen of Malaysian Constitutions dalam Mohamed Suffian, H. P. Lee & Trindade (Ed), the Constitution of Malaysia, Its Development 1957-1977, (Kuala Lumpur, Oxford University Press, 1978) h. 22.
telah banyak orang-orang Melayu yang memeluk agama Islam, dan berupaya
melakukan perlawanan terhadap kolonial penjajah di Tanah Melayu.
Pada tahun 1511 M, datang pelaut Portugis ke Melaka, kemudian disusul pelaut
bangsa Belanda pada 1641 M, dan pada tahun 1786 pelaut Inggeris tiba di Pulau
Pinang yang pada tahun 1874 menguasai Perak. Semenjak itu Inggeris menjajah
Malaysia sampai tahun 1957. Pada tahun itu 1957 Malaysia merdeka.
Pada tahun 1963, ketika Undang-Undang Dasar (Perlembagaan) Persekutuan
Malaya dibicarakan pada tahun 1956, menjelang kemerdekaan Malaysia, di dalam
draf rancangan undang-undang tersebut tidak dicantumkan bahwa agama Islam
adalah agama Persekutuan. Ketika itu, salah seorang anggota sidang, Hakim
Abdul Hamid dari Pakistan, mengajukan cadangan bahwa agama Islam perlu
ditetapkan menjadi agama negara. Akan tetapi, hasil akhir dari pembahasan
undang-undang tersebut tidak menyetujui usulan tersebut, tetapi juga tidak
disebutkan bahwa Persekutuan Malaya sebagai Negara Sekular.
Setelah dilakukan perubahan terhadap Undang-undang Perlembagaan Malaysia,
dalam perkara 3 (1), dinyatakan bahwa : “Agama Islam adalah agama bagi
Persekutuan, tetapi agama-agama lain boleh diamalkan dengan aman dan damai
di mana-mana bagian Persekutuan”.3
Perkara 3 (1) ini, menurut Ahmad Ibrahim, menunjukkan bahwa Agama Islam
bukan saja menyangkut persoalan formal atau identitas seseorang, tetapi juga
3 Lembaga Penyelidikan undang-undang, Perlembagaan Persekutuan (Constitution Of
Federal) , Kuala Lumpur: Internasional Law Book services, 1991) h 280
meliputi seluruh amalan dan aspek kehidupan. Masyarakat Melayu harus
menunjukkan sikap keislamannya dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena
itu, masyarakat melayu, yang hak-hak istimewa mereka dijamin oleh undang-
undang, berhak untuk mengatur hidup mereka sesuai dengan ajaran Islam, baik
yang berhubungan dengan masalah ibadah, dan muamalah, maupun jenayah, dan
hukum-hukum lainnya.4
Berdasarkan kenyataan ini, maka tidaklah mengherankan kalau setiap negara
bagian di Malaysia dalam menyusun undang-undang yang akan berlaku untuk
setiap negeri, dan menyesuaikan undang-undang tersebut dengan ajaran Islam.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang Perlembagaan
Malaysia, maka dalam merealisasikan keinginan rakyat dan pemerintah di tingkat
negara bagian, secara bertahap masing-masing negara bagian, secara bertahap
telah melakukan kondifikasi hukum dalam beberapa aspek kehidupan.
Negara Bagian Kelantan Darul Naim, yang menjadi wilayah kajian skripsi ini,
telah memiliki beberapa kodifikasi hukum, yaitu Undang-undang Pengadilan
Syariah 1327 H, Undang-undang Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu
1911, dan Undang-undang Perkawinan dan Perceraian Islam 1938. pada tahun
1938 itu juga diberlakukan Undang-undang Pelanggaran Agama dan Undang-
undang Masjid 1938.
4 Lembaga Penyelidikan undang-undang, Perlembagaan Persekutuan (Constitution Of
Federal) , Kuala Lumpur: Internasional Law Book services, 1991) h. 300
Pada pra dan awal kemerdekaan Malaysia, produk undang-undang yang
berkaitan dengan hukum Islam tidak banyak perubahan. Menurut Ahmad Ibrahim,
perubahan undang-undang pada awal kemerdekaan Malaysia lebih banyak
menyangkut pengadministrasian, yurisdiksi dan kekuasaan Pengadilan Syariah. 5
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menilai sajauh manakah Enakmen6 Kanun
Jenayah Syariah II 1993 di Negeri Kelantan yang telah diluluskan sebulat suara
oleh Dewan undangan Negeri (DUN) Kelantan7 pada 25 November 1993 itu
dapat dilaksanakan sepenuhnya di Negeri Kelantan Darul Naim khususnya dan di
Malaysia amnya. Kandungan enakmen tersebut memperuntukkan tentang
kesalahan dan sanksi pidana Islam (Hudud) sebagaimana yang disyariatkan oleh
Allah SWT dalam al-Quran dan bertetapan dengan Hadis Nabi SAW.
Kajian ini melibatkan satu enakmen yang telah diluluskan (tetapi belum dapat
dilaksanakan) di dalam sejarah Malaysia moden untuk melaksanakan undang-
undang yang disyariatkan oleh Allah yang selama ini hanya dipelajari secara
teoritas sahaja oleh rakyat Malaysia pada hari ini. Kejayaan di dalam pelaksanaan
enakmen ini akan memberi kesan yang besar kepada masyarakat, sistem politik
dan sistem perundangan negara Malaysia.
5 Ahmad Ibrahim, “Perkembangan Kodifikasi Hukum Islam Di Malaysia” Dalam Sudirman Tebba (Ed), Perkembangan Terakhir Hukum Islam Di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga
Dan Pengkodifikasiannya, (Bandung, Mizan, 1993) H 100 6 Enakmen adalah nama bagi undang-undang yang diluluskan oleh dewan legislatif di peringkat negara bagian (DPRP). Jika di dewan legislatif tingkat nasional (parlemen) dinamakan akta 7 Dewan legeslatif tingkat negara bagian.
Berdasarkan kajian dan penilaian yang dibuat, enakmen ini adalah
suatuenakmen yang amat penting untuk menjadi titik tolak kepada perlaksanaan
hukum Islam secara keseluruhannya (hudud, qisas, dan takzir) di Malaysia, yang
selama ini hanya tertumpu kepada hukum kekeluargaan, kewarisan, dan wakaf
(Ahwal Syakhsiyyah) sahaja, justeru itu semua pihak terutamanya yang beragama
Islam seharusnya memainkan peranan untuk menjayakannya.
Jika terdapat sedikit kelemahan maka ia tidak seharusnya menjadi satu alasan
untuk menolak keseluruhan hukum itu, akan tetapi usaha-usaha haruslah dicari
untuk mengatasi kelemahan itu. Perlembagaan Persekutuan Malaysia, dan akta
mahkamah Syariah (bidangkuasa Jenayah) 1965 (pindaan 1984) haruslah dinilai
semula untuk memberikan laluan kepada pelaksanaan enakmen ini di Kelantan.
Untuk itu di dalam skripsi ini, penulis akan membahaskan tentang Pelaksanaan
Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negara Bagian Kelantan, dari sudut
perlembagaan , dan perundangan serta politik, serta akan membahaskan cadangan
penyelesaian bagi membolehkan ia dilaksanakan berdasarkan pandangan pakar
politik, dan hukum di Malaysia. Dengan demikian penulis memilih judul
“IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT
ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH (II) 1993 DI NEGERI
KELANTAN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.
1. Pembatasan Masalah
Terdapat pelbagai permasalahan yang di bahas dalam Enakmen Kanun Jenayah
Syariah II 1993 Di Negeri Kelantan, antaranya adalah seperti berikut:
1. Jenis-jenis kesalahan hudud, kesalahan-kesalahan hudud adalah seperti
Sariqah (mencuri), hirabah (merompak), zina (melakukan persetubuhan
haram), qazaf (membuat tuduhan bahwa seseorang itu melakukan zina yang
mana tuduhan itu tidak dapat dibuktikan dengan empat orang saksi), syurb
(meminum arak atau minuman yang memabukan) dan murtad (keluar dari
agama Islam).
2. Qisas adalah kesalahan-kesalahan yang menyebabkan kematian manusia dan
menyebabkan kecederaan badan.
Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih terfokus, tersusun dengan sistematis
dan terarah, maka penulis membatasi lingkup permasalahan dengan pembatasan
masalah Jenayah Murtad.
2. Rumusan Masalah
Walaupun Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 telah diluluskan oleh
Dewan Undangan Neger Kelantan, tetapi ianya tidak dapat dijalankan karena
telah dihalang Kerajaan Persekutuan melalui satu arahan rasmi yang dikeluarkan
oleh perdana Menteri kepada Menteri besar Negeri kelantan.
Agar tidak adanya pembahasan yang melebar sehingga menimbulkan kerancuan
serta kesalah pahaman dalam penulisan ini, maka penulis merumuskan masalah
yang menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Apa itu Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan?
2. Apa Saja usaha-usaha yang dilakukan Kerajaan negeri Bagian Kelantan dalam
upaya pelaksanaan Syariat Islam, khususnya bagi melaksanakan Kanun
Jenayah syariah II 1993 negeri Kelantan?
3. Apa saja Halangan perlaksanaan oleh Undang-undang Perlembagaan
Malaysia, dan bagaimanakah cara penyelesaiannya?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Sehubungan dengan masalah-masalah yang telah dijelaskan di atas,maka
penelitian ini mempunyai tujuan untuk menyelesaikan dan mencari jawaban atas
masalah-masalah tersebut dengan upaya sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan Apa itu Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan.
2. Untuk mengetahui Usaha-usaha yang dilakukan oleh Kerajaan Negara Bagian
Kelantan dalam upaya perlaksanaan Syariat Islam, khususnya bagi
melaksanakan Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan.
3. Untuk mengukur sejauhmana tantangan dan halangan perlaksanaan Syariat
Islam oleh pemerintah Malaysia khusus di Negara bagian Kelantan Darul
Naim dan apakah jalan penyelesaian untuk mengatasi kendala yang
menghalang pelaksanaan Kanun Jenayah Syariah II 1993 di Negeri Kelantan.
Seterusnya, manfaat yang dapat dikutip dari penelitian ini antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Memberikan informasi kepada umum tentang murtad yang boleh
merosakkan aqidah umat Islam khususnya di Malaysia dan di Indonesia
umumnya.
b. Sumbangan kepada masyarakat dalam memberi pemahaman implementasi
aturan Jenayah Murtad menurut Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993
Di Negeri Kelantan.
c. Sebagai tambahan bagi khazanah wacana keilmuan di Malaysia
D. Metode Penelitian
Untuk memperolehi sesuatu hasil yang maksimal dari suatu karangan ilmiah,
maka penggunaan metode pengumpulan data yang diperlukan untuk penulisan
tersebut akan memegang peranan yang sangat penting. Hal ini yang sangat
mempengaruhi sampai tidaknya isi penulisan kepada tujuan yang ingin dicapai.
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah:
1. Teknik Pengumpulan Data.
Penulis menggunakan teknis pengumpulan data yaitu melalui Penelitian
Kepustakaan (Library Research), Penelitian Lapangan (field Research) dan
Wawancara.
a) Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penulis menggunakan kitab-kitab antaranya: Murtad: Punca-punca dan
cara mengatasinya menurut perspektif Islam karangan Basri bin Ibrahim
Al-Hasani Al-Azhari, 2002, Murtad Implikasi Hukum dan Fenomena
karangan Riduan Mohamad Nor tahun 2006 dan lainnya.
b) Penelitian Lapangan (field Research)
Dalam penelitian lapangan, penulis langsung ke lapangan atau lokasi
penelitian yaitu Mahkamah Tinggi Syariah Negeri Kelantan dan Pejabat
Setiusaha Kerajaan Negeri Kelantan untuk memperoleh data-data seperti:
Dasar-dasar Kerajaan Negeri Kelantan DarulNaim, Jilid 1, terbitan Pusat
Kajian Strategik serta Pindaan Perlembagaan Kelantan Antara Sensasi dan
Legitimasi pengarang Anual Bahri Haji Haron dan Kamarul Zaman Haji
Yusoff tahun 2001 dan lainnya.
c) Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab. Penulis menggunakan teknik tanya jawab secara
lisan yang berpedoman pada pertanyaan terbuka untuk mencari informasi
secara detail dan terperinci. Dengan demikian diperoleh jawaban secara
langsung yang sedalam-dalamnya tentang masalah yang dibahas. Di sini
Penulis mewawancarai Rosidi Ismail, Penolong Pengarah (Penerbitan)
Urusetia Penerangan Kerajaan Negeri Kelantan pada 30 Ogos 2009 antara
soalan yang di tanyakan apakah pendekatan yang dilakukan bagi
menghalang umat Islam daripada murtad? Antara soalan lainnya bilakah
isu hudud (pidana Islam) mula timbul dan dimana?
2. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan dan dianalisis apa adanya
(descriptive analysis) yaitu penulis menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan kajian di lapangan kemudian menggunakan teknik analis isi
(content analysis), yaitu menganalisis data menurut isinya.
Di samping itu, dalam penelitian ini juga dipergunakan analisis perbandingan
dari pakar-pakar hukum di Malaysia, yang membuat riset upaya pelaksanaan
syari’at Islam di Negara Bagian Kelantan dan kendala serta tantangan dari
Perlembagaan Persekutuan Malaysia. Analisis perbandingan ini berguna untuk
melihat secara menyeluruh apakah solusi terbaik agar syari’at Islam dapat
dipraktekkan secara formal di Malaysia.
3. Teknik Penulisan
Dalam penyusunan secara teknik penulisan sesuai berpedomen pada prinsip-
prinsip yang diatur dan dibukukan dalam Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah 2007.
E. Review Studi Terdahulu
No Nama/ Judul dan tahun Keterangan Perbedaan
1 Khairul Neza binti
Juaher/2009,
Pertukaran Agama
Penulis mengkaji
bagaimanakah status
hukum tentang
Perbedaan dengan
yang dibahas oleh
penulis amatlah
Menurut Undang-
undang Keluarga Islam
di Mahkamah Tinggi
Negeri Sembilan,
Malaysia.
pembubaran
perkawinan yang
salah satu pihak
keluar dari agama
Islam mengikut
Undang-undang
keluarga Islam
Negeri Sembilan. Ia
juga meneliti konsep
dan bentuk-bentuk
hukum Islam tentang
pertukaran agama
dan implikasi hukum
apa yang
ditimbulkan apabila
berlaku pertukaran
agama.
berbeda karena
penulis membahas
mengenai
implementasi
aturan Jenayah
murtad menurut
Enakmen undang-
undang Kanun
Jenayah Syariah II
1993 bagi Negeri
Kelantan.
2 Mohd Soleh Bin Haji
Mohd Hashim/2006,
Masalah Riddah
(Murtad) dalam
Penelitian apa
sebenarnya masalah
riddah secara
pengertian luas,
Manakala perbedaan
ini adalah penulis
tidak membahas
masalah riddah
Perspektif Perundang-
undangan Tahun 1957.
sempit dan
aplikasinya yang
berlaku akibat
masalah riddah dan
untuk mengetahui
apakah-apakah
perkara yang
menyebabkan riddah
dan hukuman yang
dikenakan terhadap
orang yang riddah.
Dan apakah Islam
Agama rasmi
persekutuan tanah
Melayu itu
dilaksanakan secara
menyeluruh atau
tidak dan aplikasinya
terhadap kasus-kasus
riddah yang berlaku.
secara luas dan
sempit dan
aplikasinya yang
berlaku akibat
masalah riddah
tetapi membahas
definisi murtad
dan istilah-istilah
lain yang terkait
seperti kafir, ahl
al-kitab dan
musyrik. Selain
itu, penulis
menguraikan
murtad sebagai
jenayah hudud.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai materi yang menjadi
pokok penulisan dan memudahkan para pembaca dalam memahami tata aturan
penulisan skripsi ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan seperti
berikut:
BAB I Pada permulaan bab ini penulis mengetengahkan gambaran
pendahuluan yang memuatkan latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode
penelitian, review studi terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II Pada bab ini penulis menguraikan tentang Murtad dan istilah-
istilah lain yang terkait, dalil-dalil al-Quran dan as-Sunnah,
perkara-perkara yang menyebabkan murtad, tindakan sahabat nabi
(Abu Bakar As-Siddiq) dalam mengatasi golongan murtad, dan
tindak pidana pelaku murtad sebagai Jenayah hudud.
BAB III Bab seterusnya, latar belakang enakmen kanun jenayah syariah (II)
1993 Negeri Kelantan, demografi Negeri Kelantan yang berisikan
sub bahasan keadaan geografi dan situasi politik, latar belakang
enakmen kanun jenayah syariah (II) 1993 negeri Kelantan,
mendapatkan persepakatan Ulama’ dan isi kandungan Enakmen
Kanun Jenayah Syariah II Di Negeri Kelantan.
BAB IV Adapun dalam bab ini penulis menguraikan tentang implementasi
aturan Jenayah Murtad menurut Enakmen Kanun Jenayah Syariah
II 1993 Negeri Kelantan, upaya perlaksanaan syariat Islam di
negeri Kelantan, Halangan perlaksanaan, dan penyelesaian
masalah untuk melaksanakan enakmen kanun jenayah syariah (II)
1993 di negeri Kelantan dalam implementasi undang-undang
murtad di Negeri Kelantan.
BAB V Adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
Dalam bab ini, penulis membuat kesimpulan atas masalah yang
telah dibahas dan mengemukakan saran-saran sebagai solusi dari
permasalahan-permasalahan.
BAB II
MURTAD MENURUT HUKUM ISLAM
A. Murtad dan Istilah-istilah Lain Yang Terkait.
1. Istilah Murtad
Murtad yaitu keluar dari agama Islam, baik pindah pada agama yang lain atau
menjadi tidak beragama.8
Murtad menurut bahasa arab berasal daripada perkataan riddah. Dari segi
bahasa, riddah bermakna kembali daripada sesuatu kepada yang selainnya. Oleh
itu dari sudut bahasa murtad bermakna orang yang kembali daripada sesuatu
kepada yang lainnya. 9
Dari segi istilah syara’ , murtad ditakrifkan dengan pelbagai takrifan.
Antaranya ialah:
1. Menurut Imam Al-Husni: “keluar daripada Islam dan kembali kepada kufur
serta membebaskan diri daripada Islam”10
2. Menurut Al-Shaykh ‘Abd Al-Qadir Awdah : “ Meninggalkan agama Islam dan
keluar daripada setelah menganutnya.” 11
8 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo, 2007), Cet. 40, h. 445. 9 Arieff Salleh Rosman, Murtad Menurut Perundangan Islam, (Kuala Lumpur: Pusat Pengajian Islam dan Pembangunan Sosial, universiti teknologi Malaysia, 2000), h.8 10 Ibid. h. 8 11 Ibid, h. 8
3. Menurut Dr. wahbah al- Zuhayli : “ Berpaling daripada Islam dan kembali
kepada kufur, sama ada dengan niat atau perbuatan yang mengkafirkan atau
perkataan, dan sama ada diucapkan dengan gurauan atau penentangan atau
I’tiqad.”12
4. Menurut Sayyid Sabiq: “Kembali orang Islam yang berakal dan dewasa
kepada kafir dengan kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain.
Baik yang kembali itu orang lelaki mahupun orang perempuan.” 13
5. Menurut Dr Abd al-karim Zaydan: “Keluar daripada Islam”
Kesimpulan daripada takrifan ini, orang murtad ialah seorang muslim mukallaf
yang keluar daripada agama Islam sama ada dengan kepercayaan, perkataan atau
perbuatan, dengan kehendaknya sendiri.14
Perkataan murtad membawa maksud keluar dari berpegang dengan agama Islam
dan kembali berpegang dengan agama bukan Islam tanpa mengira apa jenis
sekalipun agama bukan Islam itu. 15
12 Ibid, h. 9 13 Ibid, h.9 14 Ibid, h.10 15 Basri Bin Ibrahim Al-Hasani Al-Azhari, Murtad: Punca-Punca Dan Cara Mengatasinya
Menurut Perspektif Islam, (Kuala Terengganu: Kolej Ugama Sultan Zainal Abidin, 2002) H. 7.
2. Istilah Kafir
Di kalangan ahli fikih, dikenal beberapa macam jenis kafir:
Kafir Dzimmi : yaitu orang-orang kafir yang masih tetap dengan agama lamanya
akan tetapi ia tunduk dan patuh pada ketentuan Agama Islam dengan tidak
memerangi umat Islam. Terhadap orang kafir Dzimmi ini sikap Islam cukup jelas,
mereka harus dilindungi.16
Kafir Mu’ahad : adalah orang kafir yang melakukan kontrak kesepakatan dengan
umat Islam untuk tidak saling menyerang satu sama lain. Mereka membuat
kesepakatan perihal genjatan senjata dalam waktu tertentu. Kafir ini tak boleh
dibunuh.17
Kafir Musta’min : yaitu orang kafir yang minta jaminan keamanan kepada orang-
orang Islam dalam waktu tertentu18.
Kafir Harbi : yaitu orang kafir yang selalu memusuhi Islam dengan berbagai cara,
mungkin dengan jalan menghasut, memfitnah, bahkan dengan peperangan fisik
berupa penumpasan. Kafir jenis keempat ini dipandang sebagai orang-orang yang
membahayakan eksistensi Islam.19
16 Abd Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama Membangun Toleransi berbasis Al-
Qur’an, (Depok, KataKita ,2009) cetakan kedua.hal 307
17 Ibid, h. 307 18 Ibid, h. 308 19 Ibid, h. 308
3. Istilah al-Kitab
Golongan ahlul Kitab adalah golongan Yahudi yang berpegang kepada Kitab
Taurat, serta golongan Nasrani yang berpegang kepada Kitab Injil.20
4. Istilah Musyrik
Musyrik secara literal berarti menyekutukan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Namun kata syirk lebih sering dipahami sebagai upaya menyekutukan Allah
dengan benda-benda atau sesuatu yang lain. Orang melakukan perbuatan syirk
atau isyrak disebut musyrik.21
Secara historis, syirk menunjukkan pada perilaku orang-orang Mekah yang
menyembah obyek-obyek fisik, seperti patung atau benda-benda keramat sebagai
entitas yang sakral.22
Penerapan hukum terhadap golongan musyrikin dan golongan Ahlul Kitab
berbeda. Karena secara ketauhidan, kedua golongan ini memiliki perbedaan yang
sangat tajam. Golongan musyrikin tidak mengenal Allah SWT. Mereka
menyembah berhala, sedang ahlul kitab lebih dekat kepada fitrah tauhid. Mereka
menyembah Allah, mereka mengaku adanya Nabi. Mereka tidak mengakui
Muhammad SAW. Sebagai Rasul Allah SWT. 23
20 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum Antar Golongan Interaksi Fiqh Islam
Dengan Syariat Agama Lain, (Semarang: Pt. Pustaka Rizki Putra, 2001) cet. 1, h. 76 21 Abd Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, (Depok, KataKita, 2009) cetakan kedua.hal 317 22 Ibid, h 317 23 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Hukum Antar Golongan Interaksi Fiqh Islam
Dengan Syariat Agama Lain, (Semarang: Pt. Pustaka Rizki Putra, 2001) cet. 1, h. 76
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah bahwa antara kaum
musyrikin dan ahlul kitab terdapat perbedaan besar. Dan antara umat Islam
dengan ahlul Kitab hampir sama terkecuali dalam penerapan beberapa hukum
saja.24
B. Dalil-dalil al-Quran Dan as-Sunnah tentang murtad.
��� ��⌧��� ��� ���� ����� ��������☺��� ���� ���� �� �!�"#
$�&'()*+, �-./�☺�01� 2���☺�34��� �56�)7+, �8� ��+9�: �;�<6;7��� =>?��@A C�D;E�(��)' F(�F⌧G HI�J� �=
CKD)7+, LM=⌧N�1 FCE�O�1 )١٦ ⁄ ا���� : ١·٦(
Artinya: “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (Dia mendapat
kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya
tetap tenang dalam beriman (Dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang
melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah
menimpanya dan baginya azab yang besar.”
Dalam al-Quran, kufr memiliki beragam arti, diantaranya pertama, kufr berarti
sebagai lawan dari syukur. Dengan demikian, orang yang tidak mensyukuri
nikmat atau karunia Allah juga disebut sebagai kafir. Kedua, kufr sebagai lawan
dari iman. Ketiga, kafir diindentikkan dengan orang yang melakukan kezaliman.25
Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan
24 Ibid, h. 80 25 Abd Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama, (Depok, KataKita, 2009) cetakan kedua.h. 296
kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni dosa mereka dan tidak pula
akan menunjukkan jalan kepada mereka.”26
Adapun arti murtad dalam syariah
tradisional, murtad berarti berpaling seseorang yang sudah menganut Islam
menjadi kufur karena sengaja.27
���+, �E��)PQ��� QR<6��� ��1 �������E �3K☺+E)' +S�T+, ⌦��'*��
�VXY�)7Z,"Z)' �3)0�V�� CKD�(��☺�1,# [�- �+N�\?�7�= ���5]^��=+, _ �VXY�)7Z,"#+,
0(��)�A,# ?�8�7�= _ QR�T ��DE�' H`,O��=��] )٢١٧ : ١ ⁄ ا����ة(
Artinya: “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia
dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.”
Dalil-dalil as-Sunnah tentang murtad
� ا�� ��ل ����� ����� �� ان� آ�2 1� *�0ل �,�س ا%� ذ�- *,�+ *(ح��'& %$ن�د�� ��! ا ر
&��6! ا 5�� ا ر14ل ��'� اح��'& *� &� ا ر14ل 10�ل 0�=�='& ا %;:اب �;:9%1ا 8 و4
�>��6! ا 5� &��A1 دی�! %?<ل �� و4=��*) Aرى روا�C,28)ا�
Artinya: “Dari Abu Nukman Muhammad Ibnu Fadhil telah menceritakan kepada
kami dari Hammad ibnu Zaid daripada Abu Ayub daripada Ikrimah, ia
berkata: Ali ra pernah membawa beberapa orang yang murtad (kafir
zindiq29
), lalu semuanya dibakar. Maka setelah berita itu sampai kepada
26 QS al-Nisa’ (4) : 168. Ibid, h. 300 27 Ahmad Suaedy, Dkk, Islam, Konstitusi dan Hak Asasi Manusia, (Jakarta: The Wahid Institute, 2009) Cet. I, H. 87
28 Imam Abdullah Ibnu Muhammad al Bukhari, Sohih Abi Abdullah al Bukhari, (Beirut:
Darul Fikr, t.th) Juzu’ 12, Hadis ke 6508, h.45.
Ibnu Abbas, ia berkata: kalau aku tidak membakarnya, karena Rasulullah
saw. Pernah melarang: tetapi aku akan membunuhnya, karena Rasulullah
saw pernah bersabda “Barangsiapa yang menukar agamanya (dari Islam
ke agama lain) maka bunuhlah ia” (HR Bukhari).
*L(�! , �?م ��� D�� %� ا�IC<�ب رH� �� �,� أ%� D�� �� "�41�<? %� �,? ا ا��0رى ��ل
A�,��ل, �� ا��<�س *(خ >&N : خ,� ؟ ��ل �%�Q� �� �ه :!�S4إ ?;% �Hر �U��ل ��<%��: ن;&، آ A
�D� 0��!، *�0ل ��%�W* : ی=1ب !>�;� A1D,=4وا �U6Yآ� ی1م ر A1=D;Zو أ �NSN A1D=L,ح >Sه
��Q� أ��ا��! ؟ ا��'& إن\ �& أحW� و�& أرض إذا % Hا�_�*;�(وی�ا Aروا(30
Artinya: “Dan dari Muhammad bin Abdullah bin Abdullah al-qari, ia berkata: Ada
seorang laki-laki dari tawanan Abu Musa, lalu Umar bertanya kepada Abu
Musa tentang (pendapat) orang banyak ( sahabat lainnya), kemudian Abu
musa memberitahukannya: kemudian Umar bertanya lagi : apa ada berita
yang baru ? Abu Musa menjawab : ya, ada. Yaitu berita seorang laki-laki
yang kufur sesudah islam. Umar bertanya: lalu apa yang kamu perbuat
terhadap dia? Abu Musa menjawab: kutarik dia, lalu kupukul lehernya.
Umar berkata : mengapa tidak kamu tahan dia selama tiga hari dan kamu
beri makan setiap hari dengan sepotong roti, lalu kamu suruh supaya dia
supaya taubat, barangkali dia mau taubat, dan mau menarik kembali
urusan Allah itu. Demi Allah! Sungguh aku tidak akan hadir dan tidak rela,
karena (begitulah) yang telah sampai kepadaku.” ( R. Syafi’i)
Syafi’i berkata, kafir zindiq itu harus disuruh taubat sebagaimana lainnya, Ia
beralasan bahwa riwayat yang menerangkan kafir zindiq harus dibunuh tanpa
meminta taubat adalah lanjutan dari sebagian riwayat, bahwa Ali bin Abi Thalib
ra. Pernah menyuruh mereka itu supaya taubat. Begitu seperti yang disebut dalam
29 Zindiq: mereka yang melahirkan Imam, dan menyembunyikan kekufuran, menyelundup ke
dalam Islam dengan berpura-pura menganut agama Islam. Lihat Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadis-hadis Hukum, (Jakarta: Pt Pustaka Rizki Putra) Jilid 9, H. 244 30Syekh Faisal bin Abdul Aziz al-Mubarak, Terjemahan Nailul Authar, (Surabaya: Pt. Bina Ilmu, Jilid 6, 1993), h. 2694.
Fath al-Bari dari riwayat Abdullah bin Syarik dari ayahnya, ia berkata: kepada
Ali bin Abi Thalib pernah dikatakan, bahwa disana ada satu kaum di pintu Masjid
yang menganggap, bahwa engkau Tuhan mereka. Lalu mereka itu dipanggil oleh
Ali, seraya berkata : Apa yang kamu katakan itu? Mereka menjawab: engkau
adalah Tuhan kami, pencipta kami, dan pemberi makan kami. Ali menjawab :
celaka kamu, aku adalah seorang hamba seperti kamu, aku makan seperti kamu
makan, dan aku minum seperti kamu minum, jika aku taat kepada Allah. Ia akan
memberiku ganjaran kalau ia mau, dan jika aku durhaka kepada-Nya aku
khawatir aku akan disiksa-Nya. Oleh itu, takutlah kamu kepada Allah dan
kembalilah ke jalan yang benar. Namun mereka menolaknya. Kemudian pada
pagi harinya, mereka datang kepada Ali dan datang pula Qunbar sambil
melaporkan, bahwa mereka itu telah menarik omongannya itu. Ali kemudian
berkata: bawalah masuk mereka itu, maka mereka pun berkata seperti itu. Maka
ketika hari ketiga, Ali berkata: kalau kamu tetap masih berkata seperti itu (yaitu
Ali adalah Tuhan), maka kamu akan kubunuh dengan sadis sekali. Namun mereka
tetap membandel, dan tetap pada pendiriannya. Akhirnya Ali menyuruh dibuatkan
beberapa lubang di antara pintu masjid dan istana dan menyuruh diambilkan kayu
bakar untuk dimasukkan ke dalam lubang-lubang itu dan kemudian dinyalakan
api. Kemudian Ali tetap berkata kepada mereka seperti itu: sesungguhnya aku
akan melaksanakan hukuman itu atau kamu mau taubat. Namun mereka masih
tetap membangkang akhirnya mereka dibakar hingga terbakar hangus.31
C. Perkara-Perkara Yang Menyebabkan Murtad.
Keluar dari Islam berarti tidak mempercayai lagi Islam, ini bisa berlaku dengan
tiga cara:
1. Murtad melalui perbuatan.
Murtad menurut perbuatan adalah seperti melakukan perbuatan diharamkan
oleh Islam secara menolak pengharaman itu dengan sengaja atau dengan tujuan
menghina Islam atau mempersendakannya, atau secara degil atau takbur32. Seperti
:
a. Sujud menyembah berhala, matahari, bulan dan pada makhluk-mahkluk lain,
seperti pada manusia, haiwan, kayu dan batu.
b. Membuang al-Quran atau Hadis Nabi SAW.
c. Melakukan sesuatu perkara yang diharamkan oleh Islam dengan
menghalalkannya seperti berzina, minum arak, membunuh manusia, dan
sebagainya dengan menolak pengharamnya.33
2. Murtad dengan perkataan atau ucapan.
31 Syekh Faisal bin Abdul Aziz al-Mubarak, Terjemahan Nailul Authar, (Surabaya: Pt. Bina
Ilmu, Jilid 6, 1993),, h. 2697 32 Mohd Sukki Othman, DKK, Mengapa Perlu Kepada Undang-Undang Jinayah Islam,
(Kuala Lumpur: Pustaka Yamien Sdn. Bhd, 2008) Cetakan Pertama, h.79. 33 Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Minhaju al-Muslim Kitab Aqaid’ wa Adab Wa Akhlak wa Ibadat
wa Muamalat, (Kaherah: Maktab al-Saqafi, t.th), h. 458.
Murtad dengan perkataan adalah seperti mengeluarkan kata-kata yang dapat
menunjukkan atau membawa kepada kekufuran. Seperti:
a. Mengatakan Allah SWT bersekutu dan berbilang-bilang, syari’at Islam
diturunkan Allah bukan untuk mengatur perhubungan di antara individu
dengan masyarakat dan Negara, hukum-hukum Islam tidak wajib
dilaksanakan pada masa sekarang, karena tidak sesuai dengan kehidupan
masyarakat hari ini.34
b. Mendakwa menjadi Nabi atau membenarkan orang yang mendakwa menjadi
Nabi.35
3. Murtad dengan Iktikad.
a. Tidak mengakui bahwa Allah SWT ialah Tuhan yang berhak disembah, tidak
mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalah utusan Allah SWT, Atau
menginkari salah seorang rasul-rasul yang telah terdahulu dari Nabi
Muhammad SAW, dan juga tidak mengakui bahwa al-Quran itu diturunkan
kepada Nabi dengan perantaraan Malaikat Jibril dan sebagainya, menginkari
hari akhirat, menginkari dan menafikan Islam atau mengistiharkan diri keluar
dari Islam.36
34 Ibid, h. 21 35 Ibid, h.21 36 Said bin Ibrahim, Jinayah Murtad Dari Segi Hukum Syara’ Dan Perundangan Islam, (Kuala Lumpur: Darul Ma’rifah, 1998) cet. 1, h. 18
b. Tidak mempercayai dan meragui hukum-hukum Allah, qadha dan qadar, dan
yang berkaitan dengan hari qiamat seperti Surga, Neraka, dan lain-lainya.
c. Menghalalkan perkara-perkara yang telah diharamkan Allah dengan dalil-dalil
qat’ie seperti menghalalkan zina, minum arak, makan riba’ dan sebagainya37
Perlu diingat bahwa dengan adanya iktikad semata-mata di dalam hati seseorang
itu belum bisa dianggap sebagai murtad selagi belum ada kata-kata atau perbuatan
yang mencerminkan iktikad itu. Oleh karena itu, tidak bisa dikenakan apa-apa
hukuman, dan malah masih dianggap sebagai seorang muslim pada lahirnya dan
dalam segala urusan keduniaannya, adapun hukumannya nanti terserah kepada
Allah SWT.38
D. Tindakan Sahabat Nabi (Abu Bakar As-Siddiq Dalam mengatasi Golongan
Murtad)
1. Pembenterasan pembangkang zakat.
Pada masa Abu Bakar RA menggantikan jabatan Rasulullah SAW selepas
kewafatannnya, muncul pemberontakan di Yaman. Musailamah dari Banu
Hanifah dan Tulaihah dari Banu Asad mendakwa dirinya sebagai nabi dan
mengajak orang supaya mempercayai kenabian mereka. Ajakan Musailamah
berhasil sehingga pengikutnya mengatakan “ Nabi dari persekutuan lebih kami
37 Ibid , h. 19. 38 Ibid, h. 20
sukai dari nabi kaum Quraisy Muhammad SAW sudah meninggal, sedangkan
Tulaihah masih hidup.”39
2. Tanda-tanda pembangkangan.
Kekacauan yang menimpa kawasan arab berkesudahan dengan berbaliknya
mereka dari Islam. Sementara yang lain tetap tidak mau menunaikan zakat kepada
Abu Bakar. Keengganan mereka membayar zakat disebabkan kikir atau karena
anggapan mereka pembayaran itu upeti yang sudah tidak berlaku setelah
Rasulullah SAW wafat, dan bisa dibayar kepada siapa saja yang mereka pilih.
Mereka tidak mahu membayar zakat menyatakan keengganan mereka tidak
tunduk kepada pemerintah khalifah Abu Bakar. Sementara dipihak Abu Bakar ia
mengadakan rapat dengan para sahabat lain untuk membincangkan permasalahan
yang berlaku di tanah Arab. Seorang ahli rapat menyarankan supaya tidak
memerangi mereka. Manakala Abu Bakar tetap dengan pendiriannya mengatakan
“ Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat kepada ku yang dahulunya
mereka melakukan kepada Rasulullah SAW, akan kuperangi”40
Kabilah Abs dan Zubyan serta Banu Kananah, Gatatan dan Fazarah bergabung
dan mengirim utusan kerumah Abu Bakar RA dan meminta kepercayaan kepada
beliau bahwa mereka akan menjalankan sholat tetapi tidak menunaikan zakat.
Lalu Abu Bakar RA “ Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat
39 Muhamad Husain Haekal, Abu Bakar As-Siddiq, (Jakarta: Citera Nusantara, 2005) cet.kelima, h. 88. 40 Ibid, h. 89.
kepada ku yang dahulunya mereka melakukan kepada Rasulullah SAW, akan
kuperangi” 41
3. Pertempuran pertama memerangi kaum yang enggan membayar zakat.
Perkiraan Abu Bakar RA tidak melesit bahwa penyerangan Madinah dari kaum
yang enggan menunaikan zakat. Selang 3 hari dari perjumpaan utusan kepada
Abu Bakar RA. Mereka menyerang Madinah di waktu malam bertujuan
melemahkan pasukan Muslim, akan tetapi Abu Bakar RA telah bersiap sedia
dengan pasukannya sehingga ke markaz pasukan lawan dan dapat
memporakperandakan markaz lawan.42
Walaupun pada ketika itu pasukan lawan yang bergabung dari beberapa kabilah
lebih ramai dari pasukan muslim, tetapi dengan keimanan dan para sahabat yang
kental ia dapat mematahkan pasukan lawan. Ini mengingatkan kepada kaum
muslimin mengenai peperangan Badr yang jumlah musuh lebih besar dari
pasukan muslimin. Dalam kasus ini kekaguman umat Islam kepada Abu Bakar
RA memang pada tempatnya. Sejak mula memang ia bertekad tidak
meninggalkan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW. Tidak heran jika tawaran
yang menyalahi ketentuan dari Allah dalam al-Quran ditolaknya. Ini
mengingatkan kita kepada sabda Nabi SAW “ Demi Allah, kalaupun mereka
meletakkan Matahari ditangan kananku dan Bulan ditangan kiriku, dengan
41 Ibid, h. 90 42 Ibid, h. 91
maksud supaya meninggalkan tugasan ini (menyebarkan Islam), sungguh tidak
akan ku tinggalkan, biar nanti Allah yang membuktikan kemenangan itu
ditanganku, atau aku binasa karenanya”43
4. Persiapan peperangan riddah.
Kabilah-kabilah Abs, Zubyzn, Banu Bakr dan yang bersekutu dengan mereka
telah dikeluarkan oleh Abu Bakar RA dari Abraq, mereka bergabung dengan
Tulaihah di Buzkhah. Sementara itu Abu Bakar RA kembali ke Madinah sambil
berfikir mencari jalan untuk membasmi mereka yang telah murtad sampai tuntas.
Ia tidak akan berdamai atau berkompromi dengan mereka sebelum mereka
kembali kepada Allah dan Rasulnya.44
Adakah Abu Bakar RA menggerakkan pasukannya yang telah siap sedia maju
ke medan perang? Sebelum itu ia mengutus utusan untuk perdamaian dengan
sebaik-baiknya. Surat Abu Bakar RA kepada kaum murtad dengan menyebut
Firman Allah bertujuan menyangkal fitnah dan kekecewaan yang mereka katakan
“kalau Muhammad SAW benar-benar Rasul tentu ia tidak akan mati” kemudian
setelah mengingatkan supaya orang bertaqwa kepada Allah dan Rasul-Nya ia
berkata dalam suratnya:
“ kepada saya diberitahu ada yang meninggalkan agama Islam setelah ia berikrar
dalam Islam dan menjalankan segala syariatnya berbalik dan tidak
mengindahkan Allah SWT dan perintahnya tetapi sebaliknya mengikut kehendak
setan. Saya sudah mengeluarkan perintah kepada pemimpin pasukan bersenjata
43 Muhamad Husain Haekal, Abu Bakar As-Siddiq, (Jakarta: Citera Nusantara, 2005)
cet.kelima, h. 92 44 Ibid, 95
yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Ansar, dan saya perintahkan untuk tidak
memerangi dan membunuh sesiapapun sebelum di ajak mematuhi ajaran Allah.
Barangsiapa yang memenuhi ajakan itu, mengakui dan meninggalkan
kemusyrikan, lalu mengerjakan pekerjaan yang baik harus diterima dan dibantu.
Tetapi jika ada yang membangkang harus diperangi dan jangan ada yang
ditinggalkan. Mereka harus dihujani dengan anak panah dan dibakar dengan api,
dibunuh, perempuan dan anak-anak ditawan, dan tiada sesiapapun yang diterima
kecuali di dalam Islam” 45
Setelah mengadakan persiapan menghadapi kaum murtad, kini Abu Bakar RA
melancarkan perang riddah yang sangat menentukan dalam sejarah Islam. Jika
perang ini tidak dimenangkan oleh pasukan muslimin pasti merupakan ancaman
kembalinya orang-orang Arab ke dalam kehidupan jahiliah. Tetapi Allah SWT
menghendaki agama-Nya mengalahkan semua agama. Pasukan muslim
memenangkan dalam peperangan riddah dan dari situlah awal tersebarnya Islam
di timur dan Barat.46
E. Tindak Pidana Terhadap Pelaku Murtad Sebagai Jenayah Hudud.
Murtad merupakan bagian dari perbuatan dosa yang sangat besar. Perbuatan itu
dapat menggugurkan semua nilai kebaikan yang pernah dimilikinya sebelum
keluar dari Islam. Dia juga layak untuk mendapatkan siksa yang pedih di akhirat.
���+, �E��)PQ��� QR<6��� ��1 �������E �3K☺+E)' +S�T+, ⌦��'*��
�VXY�)7Z,"Z)' �3)0�V�� CKD�(��☺�1,# [�- �+N�\?�7�=
45 Muhamad Husain Haekal, Abu Bakar As-Siddiq, (Jakarta: Citera Nusantara, 2005)
cet.kelima, h. 104. 46 Ibid, h. 105
���5]^��=+, _ �VXY�)7Z,"#+, 0(��)�A,# ?�8�7�= _ QR�T ��DE�'
H`,O��=��] )٢١٧: ٢ ⁄ ا�,�0ة (
Artinya: “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan
di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang muslim mana pun yang keluar dari
agama Islam dan dia tetap berada pada kekafirannya sampai meninggal dunia,
maka seluruh kebaikan yang pernah dilakukannya akan sia-sia dan buah
kebaikannya juga tidak dapat dirasakan dunia. Karena itu, dia tidak lagi memiliki
hak seperti yang dimiliki oleh kaum Muslimin lainnya. Selain itu, dia juga tidak
berhak mendapatkan kenikmatan akhirat yang seharusnya dapar diraih oleh
seorang Muslim. Dia akan terus mendapatkan siksa yang pedih. Allah SWT. Juga
telah menetapkan hukuman bagi orang-orang yang murtad yang harus
disegerakan selama di dunia sementara siksa di akhirat sudah menanti, yaitu
hukuman mati.47
Sanksi terhadap orang yang murtad adalah hukuman mati. Hal dimaksud,
disepakati oleh pakar hukum Islam klasik bagi kaum pria; sedangkan sanksi
terhadap perempuan yang murtad ada perbedaan pendapat. Menurut Abu Hanifah
sanksinya yaitu penjara, sedangkan jumhur fuhaqa (mayoritas ahli fiqh ), menolak
47 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, ( Jakarta, Cp Cakramala Publishing,2009) Cet. Pertama, H. 308.
pendapat Abu Hanifah dan sepakat bahwa hukum mati terahadap orang murtad
baik laki-laki maupun wanita.48
Perbuatan murtad (riddah) tergolong salah satu tindak pidana yang
menghanguskan segala perbuatan baik (amal saleh) yang pernah dilakukan
sebelumnya49.
Jenayah Murtad merupakan satu fenomena yang amat berbahaya, maka terdapat
peruntukkan dalam sistem perundangan untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena
masalah ini melibatkan semua pihak sama ada individu, keluarga, masyarakat dan
pihak berkuasa, sudah tentu timbul desakan untuk mencari penyelesaian secara
tuntas bagi mengatasi masalah ini. 50
Mengikut jumhur ulama, kesalahan murtad boleh dikategorikan dalam sistem
perundangan Islam sebagai kesalahan yang dikenakan hukuman hudud.51
Seseorang yang melakukan Jenayah Murtad akan dijatuhkan hukuman hudud.
Bagaimanapun hukuman itu masih lagi tertakluk kepada tiga hukuman utama.
Wujudnya kepelbagaian hukuman-hukuman itu adalah tertakluk kepada
48 Zainuddin Ali, M.A. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam Di Indonesia, (Sinar Grafika) h. 123. 49 Amin Suma, M.A, Sh, Dkk, Pidana Islam Di Indonesia Peluang, Prospek, Dan Tantangan,
(Jakarta:Pustaka Firdaus, 2001) cet. 1, h. 66 50 Ibid, h. 67 51 kata “hudud” adalah jamak bahasa Arab “had” yang berarti pencegah, pengekangan atau larangan dan karenanya ia merupakan suatu peraturan yang bersifat membatasi atau mencegah atau undang-undang dari Allah berkenaan dengan hal-hal boleh (halal) dan terlarang (haram). Hudud Allah ini terbagi pada dua kategori. Pertama peraturan yang menjelaskan kepada manusia berhubung dengan makanan, minuman, perkawinan, penceraian, dan lain-lain yang diperbolehkan dan yang dilarang. Kedua hukuman-hukuman yang ditetapkan atau diputuskan agar dikenakan kepada seseorang yang melakukan hal yang terlarang untuk dikerjakan. Lihat I. doi Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam
Syariat Islam, (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 1992) cet. 1, h. 6
keputusan hakim dengan melihat sebab-sebab dan latar belakang kasus murtad
tersebut.52
1. Sanksi Utama
Para ulama sepakat bahwa pelaku murtad (riddah) wajib dikenakan hukum
bunuh (al-qatl), sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
�6! ا 5�� ا��,\ ��ل � &��A1 دی�! %?ل �� :و4=��*) . Aرى روا�C,53)ا�
Artinya: Rasulullah SAW bersabda: barangsiapa yang berganti agama (murtad),
maka bunuhlah dia. (HR. Bukhari)
Juga Hadis Mu’adz bin Jabal berikut:
�e ح=<� ی0=� H1<د 8 أ'� >&N &��W�ء ا ور�14! , �� �;�ذ %� H,� ر�� ا ��! *\ رH� أ4
h6�5(54 ا�,�Cري(*(�� *0=�
Artinya: Dari Mu’adz ibn Jabal RA (ia menceritakan) tentang adanya seorang laki-
laki yang telah masuk Islam, kemudian dia kembali ke agama yahudi ,(Mu’adz
ibn jabal berkata):aku tidak akan duduk sampai dia (orang murtad tersebut)
dihukum bunuh, itulah ketetapan Allah dan rasulNya. Lalu orang tersebut
diperintahkan untuk dihukum bunuh. (HR. Buhkari Muslim) Dan juga Hadis Ibnu Abbas sebagai berikut:
�� ا%� �,�س ر�� ا ��'�D أن< أ�D� آ�ن2 �! أم< و�? �_=& ا��,�< 5�� ا ��6! و4�& و0�
�'�� S* 6! *6�'�ه�* , �'�=0* !6��! *\ %I�'� وا��( �;j* 1ل;Dأخ: ا� ����D آ�ن ذات �6* , +�,*
55أ8 اش'? *lن د�'� ه?ر: ��6! و4�& ذ�- ا��,� 5�� ا
52 I. doi Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam, (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 1992) cet. 1, h. 7 53 Riwayat Bukhari 54 Shohih Bukhari 55 Riwayat Abu Daud.
Artinya: Dari Ibnu Abbas Ra. Ia menceritakan tentang seorang buta. Ibu kandungnya
adalah seorang wanita hamba sahaya yang melakukan penghinaan terhadap
Rasulullah SAW. Meskipun telah dilarang, wanita tersebut tidak menghentikan
perbuatannya. Dan pada suatu malam, anaknya yang buta itu mengambil
semacam benda pegangan lalu diletakkannya pada perut wanita itu, dan sambil
bertelekan pada benda itu bunuh wanita tersebut. Sementara itu, Rasulullah
datang (menyaksikannya) lalu beliau bersabda: lihatlah wanita itu halal
darahnya. ( HR. Abu Dawud). Sementara itu, para ulama berbeda pendapat apabila pelaku Murtad itu seorang
wanita. Abu Hanifah berpendapat, tidak dikenakan hukum bunuh apabila pelaku
murtad seorang wanita, dia hanya wajib dikurung dan disuruh bertaubat sampai
dia kembali beragama Islam, karena Rasulullah SAW melarang membunuh
wanita.56
Dalam salah satu Hadis disebutkan:
Artinya: Dan terdapat keterangan dari Rasulullah SAW, tentang larangan membunuh
wanita, tatkala beliau melihat seorang wanita yang terbunuh, beliau bersabda:
kenapa wanita ini dibunuh?
Di samping itu, Abu Hanifah beralasan bahwa diwajibkan hukum bunuh
terhadap pelaku murtad bukan disebabkan kekufurannya, melainkan untuk
menghindarkan kejahatan atau perlawanannya terhadap kaum muslimin.57
Sementara itu, jumhur ulama berpendapat bahwa Hadis di atas merupakan
larangan membunuh wanita kafir asli, dan juga dalam kondisi peperangan,
dikarenakan wanita bersifat lemah dan tidak memilik kekuatan untuk berperang.
56 Muhammad Amin Suma, DKK, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan
Tantangan, ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet. 1, h. 67. 57 Ibid, h. 67
Oleh karena itu, jumhur ulama berpendapat bahwa pelaku murtad wanita juga
wajib dihukum bunuh. Alasannya, dampak madlarat riddah dari seorang wanita
sama dengan dampak madlarat riddah dari seorang pria.58
a) Anjuran bertaubat sebelum dihukum bunuh.
Ulama Hanafiyah berpendapat, pelaku murtad dianjurkan untuk diberi
kesempatan bertaubat sebelum dilakukan hukuman bunuh. Sementara jumhur
ulama menyatakan, wajib hukumnya memberi kesempatan bertaubat kepada
pelaku murtad.59
Mengenai tenggang waktunya, sebagian ulama memberi tempoh selama tiga
hari. Sementara sebagian ulama lainnya tidak membatasinya, hanya secara
berulang-ulang menyuruh pelaku murtad untuk bertaubat sampai ada dugaan kuat
bahwa pelaku tetap teguh dalam kemurtadannya, dan pada saat itulah hukum
bunuh dilaksanakan.60
2. Hukuman ganti.
Hukuman ganti berlaku apabila hukuman asal (bunuh) ke atas orang yang
melakukan Jinayah murtad tidak boleh dijalankan. Hukuman ganti boleh
dilaksanakan mengikut sebab-sebab tertentu seperti berikut:
a. Sanksi utama (bunuh) digugurkan dari orang yang murtad disebabkan dia
telah bertaubat dan kembali semula kepada Islam. Dalam kasus ini, hakim
58 Ibid, h. 67. 59 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Juz VII, h. 187 60 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz II, h. 458
boleh menggantikan hukum asal itu dengan hukum takzir yang berpatutan
sebagai pengajaran kepadanya agar tidak mengulangi perbuatan itu lagi.
Hukuman takzir itu sama ada memenjarakan ataupun menyebat si pelaku
dengan kadar yang tertentu.61
b. Sanksi utama yaitu bunuh digugurkan karena didapati ada kesamaran. Hal
seperti itu pernah dijalankan oleh Imam Abu Hanifah apabila beliau
menggugurkan hukuman bunuh ke atas perempuan dan kanak-kanak yang
telah murtad. Sebagai ganti kepada hukuman asal, maka perempuan dan
kanak-kanak itu dijatuhkan hukuman penjara selama masa yang tidak
dihadkan sehingga masa yang tidak dihadkan sehingga mereka bertaubat
dan kembali menganut agama Islam. 62
3. Sanksi tambahan.
Adapun sanksi tambahan terhadap pelaku murtad (riddah) adalah hilangnya
kepemilikan terhadap hartanya.63
Para ulama telah bersepakat bahwa apabila pelaku murtad kembali memeluk
Islam, status kepemilikan hartanya berlaku seperti semula (ketika dia muslim).
Demikian pula, para ulama juga bersepakat bahwa apabila pelaku murtad
61 Ann Wang Seng, Murtad Jangan Pandang Sebelah Mata, ( Kuala Lumpur: Mustread Sdn.Bhd, 2009) Cet. 1, H. 70. 62Ann Wang Seng, Murtad Jangan Pandang Sebelah Mata, ( Kuala Lumpur: Mustread Sdn.Bhd, 2009) Cet. 1, H. 70.
63Muhammad Amin Suma, DKK, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek, dan
Tantangan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001) cet. 1, h. 71
meninggal dunia, atau telah dihukum bunuh, atau bergabung dengan pihak musuh
(orang-orang Kafir), hilanglah hak kepemilikan atas hartanya.64
Namun demikian, para ulama berbeda pendapat tentang apakah hilangnya hak
kepemilikan harta tersebut terhitung sejak yang bersangkutan murtad ( melakukan
dah riddah). Atau terhitung sejak pelaku meninggal dunia, dihukum bunuh, atau
bergabung dengan pihak musuh.65
Abu Hanifah, Malik, dan al-Syafi’I berpendapat bahwa hilangnya kepemilikan
terhadap hartanya terhitung sejak pelaku berbuat riddah. oleh karena itu, begitu ia
murtad, hartanya wajib ditahan (yuhjaru’ alaih). Tetapi apabila ia kembali masuk
Islam, kepemilikan terhadap hartanya kembali seperti semula, dan apabila ia
meninggal dunia atau dihukum bunuh atau bergabung dengan musuh, hilanglah
kepemilikan terhadap hartanya semata-mata dikarenakan riddahnya, dan
karenanya menjadi hilang pula keterpeliharaan (ishmah) akan hartanya.66
Dalam pada itu, Malik dan al-Syafi’i berpendapat, hilangnya kepemilikan
pelaku murtad terhadap hartanya berlaku terhadap seluruh hartanya (baik yang
diperoleh sebelum murtad maupun sesudahnya). Sementara pendapat Abu
Hanifah Hanifah adalah bahwa hilangnya kepemilikan harta tersebut hanya
64 Ibid, h. 71 65 Ibid, h. 71 66 Ibid, h. 72
berlaku terhadap harta yang diperolehnya setelah dia murtad. Adapun harta yang
diperoleh sebelum dia murtad merupakan hak ahli warisnya.67
Berdasarkan pada penjelasan tersebut, jelas menunjukkan bahwa murtad
merupakan suatu kesalahan yang amat besar di sisi Islam. Ini dibuktikan dengan
hukuman berat yaitu sanksi utama ialah hukuman bunuh yang dijatuhkan kepada
orang yang murtad. Kejadian murtad merupakan satu fenomena yang telah
berlaku sepanjang zaman dan hukuman yang berat diperlukan untuk
membendungnya terus menjadi berleluasa pada masa kini dan akan datang.68
67Ibid, h. 71
68 Ann Wang Seng, Murtad Jangan Pandang Sebelah Mata, ( Kuala Lumpur: Mustread Sdn.Bhd, 2009) Cet. 1, H. 70.
BAB III
LATAR BELAKANG ENAKMEN KANUN JENAYAH SYARIAH (II) 1993 DI
NEGERI KELANTAN
A. Demografi Negeri Kelantan
1. Keadaan Geografi
Negara Malaysia terbagi menjadi 15 negeri bagian, yaitu: Putrajaya, Wilayah
Persekutuan, Melaka, Negeri Sembilan, Selangor, Terengganu, Pahang, Johor,
Kelantan, Kedah, Perak, Perlis, Pulau Pinang, Sabah dan Sarawak. Negeri
Kelantan ini merupakan salah satu dari negeri bagian yang ada di Malaysia.
Adapun mengenai batas-batas negeri kelantan adalah:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Negara Thailand.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan negeri Pahang.
c. Sebelah barat berbatasan dengan negeri Perak.
d. Sebelah timur berbatasan dengan laut China Selatan. 69
Kelantan mempunyai keluasan 5,750 km. Persegi, dengan 118 km. Jarak dari
Utara ke Selantan, dan 88 km. Jarak dari Timur ke Barat. Negeri Kelantan berada
di garis 4˚ 32’ dan 60˚ 15’ dari Utara dan 101˚ 19’ dan 102˚ 37’ di Timur.
Mengikut bancian terbaru penduduk negeri Kelantan sebanyak 1,181,699 orang.70
69 Jabatan Penerangan dan Ukur, Negeri Kelantan, Tahun 1999.
Negeri Kelantan di bagi menjadi 10 jajahan (Kabupaten) dan tiap-tiap
kabupaten dibagi pula menjadi beberapa daerah. Kabupaten yang terdapat di
negeri Kelantan yaitu: Kota Bharu, Pasir Mas, Tanah Merah, Kuala Krai, Pasir
Putih, Machang, Bachok, Tumpat, Gua Musang, dan Jeli.71
Pada Kabupaten inilah letaknya daerah-daerah atau kampung-kampung sebagai
unit terkecil dari sebuah provinsi atau negeri.
Kota Bahru merupakan ibukota kepada Negeri Kelantan sekaligus ia adalah
kota terbesar dengan kepadatan penduduk seramai 376,900 orang. Kota ini juga
menjadi pusat pentadbiran (pemerintahan), perdagangan, kebudayaan Negri
Kelantan.72
Jumlah penduduk negeri Kelantan menurut penganut agama secara keseluruhan
dapat terlihat pada tabel di bawah ini.
No Bangsa Jumlah Persentasi
1 2 3 4 5 6
Islam Kristen Hindu Buddha Compius Agama suku Kaum/ folk
1.240.798 1.626 1.626 59.086 1.131 6.565
94.5% 0.2% 0.2% 4.5% 0.1% 0.5%
Jumlah 1.313.014 100.00%
Sumber data: Jabatan Perangkaan Negeri Kelantan, tahun 2000
70 Mohd Sayuti Omar, Tuanku Ismail Petra Idealisme dan Keprihatinan Kepada Agama
Bangsa dan Negara ( Kelantan: Perbadanan Muzium Negeri Kelantan, 1995) cet. 1, h. 5 71 Ibid, h. 5 72 Ibid, h. 6
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perbandingan Penganut Agama
Negeri Kelantan yang terbanyak adalah penganut agama Islam yakni sebanyak
1.240.789 (94,5%), penganut agama lain (Kristen, Hindu, Buddha) hanya
sebanyak 4,9% dan Kompius dan agama Suku Kaum/Folk sebanyak 0,6%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penduduk yang beragama Islam
adalah golongan mayoritas di Negeri kelantan, dan umumnya mereka adalah
orang-orang Melayu.
2. Situasi Politik
Masyarakat Kelantan menilai perkembangan politik negeri mereka dari satu
masa ke satu masa. Mereka sungguh komited dengan politik. Bagi mereka politik
seperti permainan tradisional seperti rebana, kertuk, dikir barat dan lain-lain. Bagi
ahli piskologis mengaitkan sikap ini sebagai matang dan menunjukkan jiwa
masyarakat Kelantan tidak boleh dibekukan dan pemikirannya tidak boleh
dijajah.73
Realitas ini sangat nyata dimana dalam masa setengah abad ini umum
menyaksikan rakyat Kelantan telah menukarkan pemerintahnya sebanyak lapan
kali. Meskipun yang mengambil alih pemerintahan itu terdiri dari dua partai
73 Mohd Sayuti Omar, Tuanku Ismail Petra Idealisme dan Keprihatinan Kepada Agama
Bangsa dan Negara ( Kelantan: Perbadanan Muzium Negeri Kelantan, 1995) cet. 1, h. 10
Melayu (UMNO74 dan PAS75), namun hakikatnya rakyat Kelantan tidak kolot
menerima dogma pemerintahan sesuatu partai politik saja.
Perubahan pertama dilakukan pada tahun 1959, dalam pilihan raya (pemilu)
umum pertama selepas Merdeka, dimana kerajaan UMNO yang memerintah
sebelum itu dikalahkan oleh PAS. Perubahan kedua dilakukan pada tahun 1978,
dimana UMNO diberi kepercayaan pula untuk memerintah Kelantan. Dan
perubahan terbaru (ketiga) berlaku pada tahun 1990 lalu apabila UMNO
dikalahkan dan kuasa memerintah Kelantan diberikan kepada PAS. Perubahan ini
tidak mustahil akan berlaku dan terus berlaku pada masa-masa akan datang.76
Pilihanraya (pemilu) pertama, Pada tahun 1955, sebelum merdeka, UMNO
memenangi pilihanraya di seluruh negara dan sekaligus menguasai Kelantan.
Politik Kelantan berubah selepas Malaysia mencapai kemerdekaan. Dalam
pemilu kedua (pertama selepas merdeka) 1959, Kelantan berjaya dikuasai oleh
Partai PAS. Partai PAS memenangi 28 kerusi dari 30 kerusi yang
dipertandingkan. UMNO hanya menang dua kerusi sahaja.77
Almarhum Ishak Lotfi Omar telah dilantik menjadi Menteri Besar (Gubernur)
Kelantan dari PAS yang pertama. Dengan kemenangan itu PAS berjaya
memerintah Kelantan selama 18 tahun. Pada tahun 1978, berlaku problema
74 United Malaya Nasional Organization.(Partai Nasionalis) 75 Partai Islam Semalaysia (Partai Oposisi). 76 Mohd Sayuti Omar, Tuanku Ismail Petra Idealisme dan Keprihatinan Kepada Agama
Bangsa dan Negara ( Kelantan: Perbadanan Muzium Negeri Kelantan, 1995) cet. 1, h. 10 77 Ibid, h. 11
dalaman dalam partai sehingga tertubuhnya Partai lebihan dari PAS, BERJASA
dipimpin oleh Datuk Haji Muhammad bin Nasir, akhirnya partai PAS berjaya
dikalahkan.78
Kekalahan PAS pada tahun 1978 sama nasib yang menimpa UMNO pada
pemilu 1959, PAS hanya memenangi dua kerusi sahaja dari 36 kerusi yang
dipertandingkan. Selebihnya dimenangi oleh Partai UMNO. Dua kerusi yang
dimenangi oleh PAS itu ialah Manik Urai dan Sering.79
Bermula pada 11 Mac 1978, UMNO mula mengambil alih dan memerintah
Kelantan untuk kali kedua. Tan Seri Muhammad Yaacob, telah dilantik menjadi
Menteri Besar.80
Rakyat melayu Kelantan tidak seperti rakyat negeri lain yang hanya
mempercayai kepada sesuatu dogma Partai politik saja. Apabila didapati ada
berlaku problema merugikan negeri dan rakyat, mereka akan bertindak menukar
kerajaan, tanpa memperdulikan tawaran wang, tekanan dan sebagainya.
Hakikat ini terbukti apabila pada tahun 1990 sekali lagi rakyat Kelantan
menukar pemerintahannya. Penukaran pemerintahan bukan bermakna rakyat
Kelantan menidakkan pembangunan material yang dibawa UMNO, tetapi rakyat
Kelantan tidak suka melihat problema sesama sendiri yang akhirnya merugikan
rakyat Kelantan.81
78
Ibid, h. 11 79 Ibid, h. 13 80 Ibid, h.14 81 Ibid, h. 14
Problema dalaman UMNO adalah karena perebutan jawatan Presiden UMNO
antara Dr. Mahathir Mohamad82 dan Tengku Razaleigh Hamzah tahun 1987,
menjadi punca kepada perpecahan UMNO di Kelantan yang akhirnya menjadi
sebab UMNO kalah di Kelantan. Tengku Razaleigh terpaksa keluar dari UMNO,
apabila pemimpin UMNO yang baru, Dr. Mahathir Mohamad bertindak tidak
membenarkan Tengku Razaleigh menyertai partai itu. Setelah itu Tengku
Razaleigh bersama pemimpin UMNO yang menyokongnya, menubuhkan Partai
semangat 46 sebagai landasan untuk meneruskan perjuangan.83
Penubuhan Semangat 46, dan kesediaan berkerjasama dengan PAS menjelang
Pemilu 1990 itulah menjadi punca kekalahan UMNO di Kelantan. Dari 52 kerusi
Dewan Undangan Negeri (DPRP) dan Parlemen (DPR) yang dipertandingkan,
UMNO tidak memenangi satu pun kerusi.84
Negeri Kelantan merupakan satu-satunya negeri yang tidak dikuasai oleh partai
pemerintah Barisan Nasional. Partai PAS memenangkan pemilu DUN pada 1990
di negara bagian ini, dan berhasil bertahan hingga kini. Sultan Kelantan sejak
1979 ialah Sultan Ismail Petra manakala Menteri Besarnya ialah Mursyidul Am
PAS, Dato' Haji Nik Abdul Aziz Bin Nik Mat.85
82
Mahathir bin Haji Mohamad (juga Mahathir bin Mohammad; lahir di Alor Star, Kedah, Malaysia, 20 Desember 1925; umur 83 tahun) adalah seorang politikus Malaysia. Ia adalah Perdana Menteri Malaysia keempat, menjabat dari dari 16 Juli 1981 hingga 31 Oktober 2003. Di bawah kepemimpinannya Malaysia mengalami modernisasi yang pesat dan menikmati kemakmuran di segala lapisan masyarakat. Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Mahathir_Mohammad pada 19/11/2009 pada jam 13.28 WIB.
83 Mohd Sayuti Omar, Tuanku Ismail Petra Idealisme dan Keprihatinan Kepada Agama
Bangsa dan Negara ( Kelantan: Perbadanan Muzium Negeri Kelantan, 1995) cet. 1, h. 16 84 Ibid, h. 16
B. Latar Belakang Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 di Negeri
Kelantan.
Dalam keputusan pilihanraya umum (Pemilu) pada tahun 1990, tampuk
pemerintahan Kerajaan Negeri Kelantan Darul Naim yang lebih terkenal dengan
Serambi Mekah telah berjaya diperintah oleh Angkatan Perpaduan Ummah
(APU)86 yang dipimpin partai Islam se-Malaysia (PAS)87 dengan mengalahkan
Barisan Nasional (BN)88 yang dipimpin oleh United Malay Nation Organization
(UMNO).
Dengan ini terbentuklah Kerajaan Angkatan Perpaduan Ummah (APU) yang
dipimpin Partai Islam se-Malaysia (PAS) yang berkoalisi bersama Partai Melayu
Semangat 46 (S46), dan partai barisan jemaah islamiah (BERJASA). Kesemua
kawasan dan kerusi dalam pemilu 1990 di Dewan Undangan Negeri Kelantan
85 'Nik Abdul Aziz Nik Mat, PAS Mursyidul Am (Penasehat Spiritual)YAB Tuan Guru Dato'
Haji Nik Abdul Aziz Bin Nik Mat adalah seorang tokoh agama dan tokoh politik oposisi di Malaysia. Saat ini ia menjabat sebagai Menteri Besar negara bagian Kelantan. (Jabatan ini dapat dibandingkan dengan Gubernur provinsi di Indonesia.) Selain itu, ia juga merupakan penasihat spiritual PAS, salah satu partai oposisi di Malaysia. Lihat http:// id.wikipedia.org/wiki/Nik Abdul
Aziz Bin Nik Mat diakses pada 19/ 11 /2009 pada jam 13.17WIB. 86 Gabungan tahalluf Siayasi (Koalisi) antara Partai Islam Semalaysia (PAS), Partai Melayu Semangat 46 (S46) dan Partai Barisan Jemaah Islamiah (BERJASA). 87 Ejaan Arab-Melayu (di Malasysia dikenali sebagai tulisan Jawi) yaitu gabungan huruf-huruf hijaiyyah: Faa (ف ) :\ر��* , Alif (ا): مS4إ dan S(II)n (س) :�6L6�D4 menjadi (س�* ) : �6L6�D4 مS4ر�\ إ�* 88 Koalisi utama partai pemerintah Malaysia antara UMNO, MCA, & MIC.
Darul Naim.89 Dan semua kerusi parlemen 100% dikuasai oleh Angkatan
Perpaduan Ummah (APU).
Setelah Kerajaan dibentuk di Kelantan, Partai PAS mempunyai kerusi
mayoritas di DUN, dan Ketua Dewan Ulama’ PAS, Tuan Guru Datuk Haji Nik
Abdul Aziz Bin Nik Mat telah terpilih menjabat jabatan Menteri Besar.90 Dasar,
dan matlamat perjuangan partai PAS yang memerintah Negeri Kelantan ialah
meletakkan Islam sebagai asas perjuangan, maka kerajaan yang dipimpin oleh
Partai PAS menuju ke arah memartabatkan Islam.91
Perlembagaan PAS di dalam fasal 3 dengan jelas meletakkan dasar partai itu
ialah memperjuangkan Islam. Tujuan utama PAS ialah memperjuangkan
wujudnya di dalam negara Malaysia sebuah masyarakat, dan pemerintahan yang
terlaksana di dalamnya nilai-nilai hidup Islam, dan hukum-hukamnya untuk
mengapai keredhaan Allah. Rujukan tertinggi dalam partai PAS ialah al-Quran,
Hadis, Ijma’ Ulama’, dan Qias yang terang, dan nyata. Malahan di dalam
Manifesto PEMILU Partai PAS di Negeri Kelantan dengan jelas menggariskan
hasrat untuk melaksanakan sistem perundangan, dan kehakiman Islam yang
berteraskan Al-Quran, Hadis, Ijma’ Ulama’, dan Qias sebagai sumbernya.92 Oleh
89 Badan legislatif Negeri Kelantan. 90 Jabatan Eksekutif di Negeri Kelantan. 91 Tim. Penyelidik, Program PAS Negeri Kelantan 1990, (Kota Bahru: Badan Perhubungan PAS Negeri Kelantan, 2000) h. 7 92 Ibid, h. 8
karena PAS mendominasi kerajaan negeri Kelantan, dan sememangnya hasrat
kesemua partai gabungan Angkatan Perpaduan Ummah (APU) adalah ingin
menegakkan Islam di dalam pemerintahan, maka usaha-usaha untuk
melaksanakan undang-undang Islam pun dilakukan. 93
1. Proses Penyediaan Draf Hudud Di Kelantan.
Pada 26 April 1992, di dalam satu mesyuarat Jawatankuasa Kajian Undang-
undang Mahkamah Syariah, dan Hal Ehwal Perkawinan Islam (undang-undang
1/66) yang dipengerusikan oleh Yang Berhormat, H. Abdul Halim Abdul
Rahman, Wakil Menteri Besar I, Kerajaan Negeri Kelantan, maka satu cadangan
telah dibuat untuk menubuhkan Jawatankuasa Hudud & Qisas yang bertujuan
untuk melakukan usaha mewujudkan undang-undang Islam di Kelantan.94
Cadangan ini telah dipersetujui dengan melantik senarai jawatankuasa seperti
berikut:
2. Jawatankuasa Hudud & Qisas Negeri Kelantan95
Ketua : YB. Hj. Abd Halim Abd. Rahman
(Wakil Menteri Besar I)
Sekretaris : Ustaz Abu Bakar Abdullah Kutty
93 Ibid, h. 10 94 Tim. Penyelidik, Program PAS Negeri Kelantan 1990, (Kota Bahru: Badan Perhubungan PAS Negeri Kelantan, 2000), h 9 95 Tim. Penyelidik, Program PAS Negeri Kelantan 1990, (Kota Bahru: Badan Perhubungan PAS Negeri Kelantan, 2000), h 12
(Pegawai Pendakwa Jabatan Agama Islam Kelantan)
Anggota : YB. Tuan Guru Hj. Abdul Hadi Awang (Wakil Pres. PAS)
Tun Salleh Abbas (mantan Ketua Hakim Negara)
Wan Mutalib Embong (Penasihat UU PAS)
Jawatankuasa ini terdiri dari beberapa orang yang terdiri dari anggota bagi
jawatankuasa UU 1/66, dan beberapa lagi anggota yang dilantik. Asas-asas
penggubalan dan cara-cara yang harus dilakukan untuk menyiapkan undang-
undang Islam ke bahasa perundang-undangan kontemporer ialah:
1. Hukum Hudud secara keseluruhan
2. Qisas secara keseluruhan
3. Hukuman-hukuman lain seperti Diyat & Ta’zir.96
Jawatankuasa UU 1/66 telah menggariskan sebab-sebab kenapa undang-undang
Islam yang dilaksanakan di Kelantan ketika itu harus digubal semula. Di antara
sebabnya ialah, undang-undang jenayah yang dilaksanakan di Malaysia
umumnya, dan Kelantan khasnya adalah undang-undang ciptaan manusia (Ahkam
al-Wad’iyyah), dan merupakan warisan penjajah, sedangkan sebelum dijajah,
Tanah Melayu diperintah, dan terlaksana di dalamnya Undang-undang Islam
secara keseluruhan. Usaha itu harus dilakukan untuk mengembalikan semula
undang-undang Islam undang-undang Islam agar dapat dilaksanakan di Kelantan
yang mendapat jolokan Serambi Mekah. Pihak jawatankuasa UU 1/66
96 Ibid, h. 12
berpendapat bahwa terdapat dua perkara penting di dalam pelaksanaan undang-
undang Islam yaitu:
a. Untuk melaksanakan perintah Allah secar total di dalam kehidupan manusia
bermula dari aspek ibadah khusus sehinggalah melaksanakan hukuman
kepada pesalah97
b. Untuk mendapat rahmat, dan perlindungan dari Allah SWT terhadap negeri
Kelantan yang melaksanakan undang-undang Islam sepenuhnya.98
C. Mendapatkan Persepakatan Ulama’
Jawatankuasa Hudud & Qisas menyiapkan rangka (draf) pertama undang-
undang Islam ini setelah dihalusi dan dikaji oleh jawatankuasa UU 1/66 untuk
menentukan keabsahan berdasarkan al-Quran, Hadis, dan Ijma’ Ulama’. Setelah
dipastikan keabsahannya, beberapa salinan telah dibuat untuk dihantar kepada
beberapa pihak yang terdiri dari ahli-ahli akademik, dan tokoh-tokoh agama untuk
dikenalpasti jika terdapat sebarang kesilapan, dan kesalahan dalam draf undang-
undang tersebut. Setelah menerima teguran, beberapa pindaan telah dibuat untuk
memastikan undang-undang tersebut sempurna dan mengikut kehendak hukum
syara’ sepenuhnya, dan pandangan ulama’ fiqih yang muktabar. Draf undang-
undang yang telah dipinda itu telah dihantar sekali lagi kepada pakar untuk
disahkan, dan dipersetujui.99
97 Ibid, h. 12 98 Ibid, h. 13
Setelah dipersetujui oleh jawatankuasa Hudud & Qisas dan disiapkan
sepenuhnya pada akhir tahun 1992, ia telah dihantar kepada Mufti Kerajaan
Negeri Kelantan untuk disemak oleh Jemaah Ulama’, Majelis Agama Islam &
Adat Istiadat Melayu Negeri Kelantan. Setelah disemak, Mufti Kerajaan negeri
Kelantan telah membuat pengesahan dalam salah satu surat perakuan pada
tanggal 17 januari 1993 kepada Jawatankuasa Hudud & Qisas bahwa peruntukkan
di dalamnya adalah selaras, dan tidak bercanggah dengan hukum Syara’.100
Setelah perbincangan terakhir di peringkat Jawatankuasa UU 1/66 dipersetujui,
draf undang-undang ini telah dipersetujui untuk dimajukan ke peringkat Ahli
Majlis Mesyuarat Negeri (EXCO) Kerajaan Negeri Kelantan untuk
mengajukannya ke Dewan Undangan Negeri Kelantan bagi tujuan untuk dibahas,
dan diluluskan.101
Draf undang-undang yang disiapkan ini telah dinamakan Enakmen Kanun
Jenayah Syariah (II) 1993. Ia adalah amandeman dari Enakmen Kanun Jenayah
Syariah (I) 1985 yang hanya mengandung perkara yang berkaitan Ahwal
Syakhsiah seperti nikah, cerai, rujuk, hukum kewarisan, dan perwakafan sahaja.102
99 Anual Bakri Haron, Dkk, Pindaan Perlembagaan Kelantan Antara Sensasi dan Legitimasi,
(Kelantan: Pustaka Qamar, 2001) Cet. 1, H, 55 100 Ibid, h. 55 101 Ibid , h. 61
102
Ibid, h. 63
D. Isi Kandungan Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II)103
Di Negeri Kelantan.
Undang-undang adalah suatu bentuk peraturan dan kawalan yang dilaksanakan
dalam kehidupan manusia untuk menjamin kebaikan dan kesejahteraan bersama.
Ianya sama ada undang-undang yang dicipta oleh manusia dan undang-undang
yang diturunkan untuk manusia. Undang-undang syariah adalah undang-undang
yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada manusia, dan menjadi kewajiban pada
semua umat manusia yang beragama Islam untuk mendaulatkanya.
1. Matlamat enakmen kanun jenayah syariah (II).
Adalah menjadi matlamat tertinggi kerajaan Negeri Kelantan dengan slogan
membangun bersama Islam untuk memerintah negeri dengan menggunakan
undang-undang syariah sepenuhnya.104
2. Strategi enakmen kanun jenayah syariah (II).
Bagi mencapai matlamat tersebut satu enakmen undang-undang kanun
jenayah syariah (II) 1993 (hukum hudud) bagi Negeri Kelantan telah dibentang
dan diluluskan oleh Dewan Undangan Negeri Kelantan.105
103 Kanun Jenayah syariah (II) yang telah diluluskan oleh Dewan Undangan Negeri (DUN) Kelantan pada 25 november 1993. Dinamakan Kanun Jenayah syariah (II) adalah karena di Negeri Kelantan sudah ada kanun Jenayah syariah 1985 yang boleh dianggap sebagai Jenayah syariah I yang mengenakan hukuman takzir saja. Adapun kanun Jenayah syariah (II) mengandungi hukuman hudud. Lihat Johari bin Mat, DKK, Jurnal Kias(Kolej Islam Angtarabangsa Sultan Ismail Petra), (Kelantan: Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra, 2004) bil.1, h. 65. 104 Dasar-Dasar Kerajaan Negeri Kelantan Darul Naim, (Kelantan: Pusat Kajian Strategik) Jilid 1, H.19.
105Ibid, h. 19
Antara usaha yang telah diambil oleh kerajaan Negeri Kelantan kearah
merealisasikan matlamat tersebut adalah:
i) Meneruskan sistem perundangan dan kehakiman yang bersumberkan al-
Quran , al- Sunnah, Ijmak Ulama’ dan Qias.106
ii) Sentiasa berusaha kearah melaksanakan sistem perundangan dan
kehakiman berteraskan Islam.107
iii)Terus menkaji, meneliti dan membuat pindaan serta menyesuaikan
enakmen yang sedang dipakai disamping mengkaji, meneliti dan
membuat pindaan serta menyesuaikan secara menyeluruh fasal-fasal
dalam perlembagaan Negeri Kelantan supaya tidak bercanggah dengan
kehendak Islam.108
iv) Terus berusaha kearah memastikan setiap pindaan terhadap perlembagaan
Negeri Kelantan adalah benar-benar memenuhi prinsip keadilan,
keharmonian dan saling hormat menghormati pihak-pihak berkenaan.109
Kerajaan negeri juga melalui Dewan Undangan Negeri (DUN) telah
membentang dan meluluskan Enakmen Undaang-Undang Kanun Jenayah Syariah
(II) (hukum hudud) pada tahun 1993, sebagai usaha dan komitmen kearah
menjalankan hukum Allah di bumi kelantan ini.110
106 Ibid, h. 19 107 Ibid, h. 19 108 Ibid, h. 19 109 Ibid, h. 19 110 Ibid, h. 19
3. Masalah tidak melaksanakan enakmen kanun jenayah syariah (II).
Walaupun enakmen tersebut telah diluluskan oleh Dewan Undangan Negeri
Kelantan, tetapi ianya tidak dapat dijalankan kerana telah karena telah dihalang
Kerajaan persekutuan111 melalui satu arahan rasmi yang dikeluarkan oleh Perdana
Menteri kepada YAB. Menteri Besar.
Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 ini mempunyai 72 pasal, 5 Jadwal,
dan dibagi kepada 6 Bagian dengan susunan seperti berikut112:
1. Permulaan : (seksyen 1-3)
2. Bagian I : Kesalahan-kesalahan Hudud
(seksyen 4-23)
3. Bagian II : Qisas (seksyen 24 -38)
4. Bagian III : Keterangan (Seksyen 39 – 47)
5. Bagian IV : Hukum Dilaksanakan (Seksyen 48 – 55)
6. Bagian V : Peruntukkan Umum (seksyen 56 – 62)
7. Bagian VI : Mahkamah (seksyen 63- 72)
8. Jadual : (Jadwal I – V)
111 Berdasarkan 74 dan 80 berserta Jadual Kesembilan dalam Perlembagaan Persekutuan. Perkara 74 (1) menyatakan bahwa Parlimen, badan perundangan kerajaan persekutuan, hanya boleh menggubal undang-undang tentang apa-apa perkara. Perkara 74 (2) badan perundangan sesebuah negeri, yang dikenali sebagai Dewan Undangan Negeri, hanya boleh membuat undang-undang tentang apa-apa perkara. Saterusnya perkara 80 mengatakan bahwa kerajaan persekutuan adalah badan kekuasaan Eksekutif. Lihat Mahamad Arifin, Pentadbiran Undang-undang Islam di Malaysia, (Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007), cet. 1, h. 18. 112 Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993 di Negeri Kelantan dalam warta Kerajaan Kelantan 1993
4. Lampiran Enakmen Undang-undang Kanun Jenayah syariah (II) 1993 (hukum
hudud).113
4.1 Enakmen undang-undang kanun jenayah syariah (II) 1993 (hukum hudud) Negeri
Kelantan.
4.2 Rancangan undang-undang kanun jenayah syariah (II) 1993.
4.3 Susunan fasal-fasal
4.3.1 Fasal
Fasal
1. tajuk ringkas dan mula berkuatkuasa
2. tafsiran
3. jenis-jenis kesalahan
BAHAGIAN I
Kesalahan- kesalahan hudud.
4. Jenis-jenis kesalahan hudud.
5. Sariqah.
6. Hukuman karena melakukan sariqah.
7. Bilakah hukuman Hudud tidak boleh dikenakan.
8. hirabah
9. Hukuman hirabah.
113 Dasar-Dasar Kerajaan Negeri Kelantan Darul Naim, (Kelantan: Pusat Kajian Strategik) Jilid 1, H. 20
10. Zina.
Fasal
11. Hukuman zina.
12. Qazaf.
13. Hukuman qazaf.
14. Al-li’an.
15. Akibat Li’an
16. Liwat.
17. hukuman liwat.
18. Membuktikan liwat.
19. Musahaqah.
20. Ittiyan almaitah.
21. Ittiyan albahimah.
22. Syurb.
23. Irtidad atau murtad.
23. (1) Irtidad ialah apa-apa perbuatan yang dilakukan atau perkataan yang
disebutkan oleh seorang Islam yang mukallaf yang mana perbuatan atau
perkataan itu mengikut hukum syarak adalah menjejaskan atau berlawanan
dengan aqidah Islam:
Dengan syarat bahwa perbuatan yang dilakukan atau perkataan itu disebutkan dengan
niat dengan sukarela dengan pengetahuan dan tanpa apa-apa paksaan oleh sesiapa
atau oleh keadaan.
(2) Perbuatan-perbuatan atau perkataan-perkataan yang menjejaskan aqidah
itu adalah perbuatan-perbuatan atau perkataan-perkataan mengenai atau bersabit
dengan perkara-perkara asas yang dianggap mesti diketahui dan dipercayai oleh
tiap-tiap orang-orang islam seperti perkara-perkara mengenai rukun Islam, rukun
iman dan perkara-perkara halal dan haram
(3) Sesiapa yang disabitkan irtidad, hendaklah sebelum dijatuhkan hukuman
keatasnya dikehendaki oleh mahkamah supaya bertaubat dalam tempoh yang
tidak kurang dari tiga hari setelah dia didapati bersalah.
(4) Sekiranya dia enggan bertaubat dan masih berterusan dengan pendiriannya
terhadap perbuatan yang dilakukan atau perkataan yang disebutkan itu, maka
mahkamah adalah mengisytiharkan hukuman bunuh ke atasnya dan
memerintahkan supaya hartanya samada diperolehi sebelum atau selepas dia
melakukan kesalahan itu dirampas untuk dipegang bagi baitul mal:
Dengan syarat bahwa sekiranya dia bertaubat samada sebelum dijatuhkan
hukuman bunuh ke atasnya atau selepas dijatuhkan hukuman itu, maka hendaklah
dia terlepas dari hukuman bunuh dan hartanya yang dihukum rampas hendaklah
dipulangkan kepadanya, dan dia hendaklah dikenakan sanksi penjara selama
tempoh yang tidak melebihi lima tahun. 114
Perlaksanaan Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 ini hanyalah
melibatkan masyarakat muslim sahaja. Masyarakat non-Muslim akan diberikan
114 Dasar-Dasar Kerajaan Negeri Kelantan Darul Naim, (Kelantan: Pusat Kajian Strategik) Jilid 1, H.19.
pilihan untuk memilih Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 ini ataupun
undang-undang sivil yang sedia ada.
Bagi kasus yang melibatkan non-muslim melakukan kekerasan dan
penganiayaan kepada masyarakat muslim seperti ini akan diserahkan kepada
pihak mangsa untuk memilih undang-undang mana yang akan dipakai kepada
mangsa bagi dikenakan sanksi pidana kepada pelaku. Ini karena dengan
terlaksananya Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 ini, maka konsep
dualisme undang-undang akan berlaku di negeri Kelantan.115
115 Abdul Hadi Awang, Islam Yang Memerintah Berbeza Dengan Islam Yang Diperintah
Majalah I, bil 15, (Januari 2004) h. 26
BAB IV
IMPLEMENTASI ATURAN JENAYAH MURTAD MENURUT ENAKMEN
KANUN JENAYAH SYARIAH (II) 1993 NEGERI KELANTAN
A Upaya Perlaksanaan Syariat Islam Di Negeri Kelantan.
Upaya perlaksanaan syariat Islam di Kelantan bermula sejak awal pemerintahan
partai PAS yang memenangi mayoritas kerusi pemilihan legislatif di Dewan
Undangan Negeri Kelantan. Kemuncak dari usaha PAS untuk memartabatkan
syariat Islam ialah dengan terhasilnya Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993
yang telah diluluskan sebulat suara oleh Dewan Undangan Negeri Kelantan pada
25 November 1993, setelah itu telah diperkenankan oleh Duli Yang Maha Mulia
Sultan Kelantan Darul Naim. Sehingga kini, undang-undang ini masih belum
dapat dilaksanakan dalam pentadbiran negeri Kelantan disebabkan
pelaksanaannya bertentangan dengan Perlembagaan Persekutuan (Constitution of
Federal).116
B. Halangan Perlaksanaan.
Undang-undang Enakmen Jenayah Syariah (II) Kelantan (Hudud & Qisas)
telah diluluskan oleh DUN Kelantan berbelas tahun yang lalu tetapi ironisnya
116 Anual Bakri Haron, Dkk, Pindaan Perlembagaan Kelantan Antara sensasi dan Legitimasi, (kelantan: Pustaka Qamar, 2001) cet. 1, h. 91.
pemerintah pusat tidak meluluskan perlaksanaan undang-undang ini karena
terdapat beberapa masalah yang terkait di dalam proses perlaksanaannya.117
Secara singkatnya akan dibicarakan beberapa masalah-masalah yang
menghalang Kerajaan Negeri untuk melaksanakan undang-undang Enakmen
Kanun Jenayah Syariah II 1993 di Negeri Kelantan karena masalah-masalah
tersebut:
1. Halangan Perlembagaan dan Perundangan.
Dalam struktur perundang-undangan di Malaysia, Perlembagaan Persekutuan
yang menjadi konstitusi nasional adalah merupakan undang-undang dasar yang
menjadi rujukan tertinggi. Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993, yang
dibentuk dengan menggunakan wewenang pemerintah negara bagian, ternyata
bertentangan dengan perkara 4 (1) Perlembagaan Persekutuan yang jelas
meletakkan Perlembagaan Persekutuan adalah undang-undang tertinggi negara,
dan apa-apa yang bertentangan dengannya adalah terbatal setakat mana ia
bertentangan itu. Perkara 75 Perlembagaan pula memperuntukkan bahwa undang-
undang negara bagian yang bertentangan dengan undang-undang persekutuan
adalah terbatal setakat mana bertentangan, dan undang-undang persekutuan
terpakai di atas pertentangan itu.118
117 Ibid, h. 7 118Lembaga Penyelidikan Undang-undang, Perlembagaan Persekutuan (Constitution of
Federal), (Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 1991) h. 313
Pertentangan dan percanggahan undang-undang negara bagian, dan persekutuan
berhubung dengan Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 ini ialah:
a. Seksyen 56 (2), enakmen memperuntukkan bahwa orang bukan Islam boleh
membuat pilihan untuk dibicarakan kesalahan mereka dengan memperuntukkan
di dalam enakmen ini di mana Mahkamah Bicara Khas dan Mahkamah Rayuan
Syariah Khas akan mempunyai wewenang keatasnya apabila mereka memilih
untuk berbuat demikian. 119 Peruntukkan ini bertentangan dengan undang-undang
persekutuan karena Dewan Undangan Negeri hanya mempunyai wewenang untuk
mengadakan undang-undang syara’ tertentu yang sebatas hanya boleh
dikuatkuasakan ke atas orang-orang Islam sahaja. 120
b. Hukuman yang boleh dijalankan oleh Mahkamah Syariah di bawah Enakmen
Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 juga bertentangan dengan undang-undang sivil
nasional. Hukuman rejam (cambuk) sampai mati untuk kesalahan zina, hukuman
mati untuk pesalah murtad,121hukuman potong tangan untuk pesalah mencuri,
hukuman potong tangan, dan kaki untuk kesalahan hirabah, hukuman sebat dari
empat puluh kali hingga seratus kali untuk kesalahan minum khamar, zina dan
119 Lembaga Penyelidikan Undang-undang, Perlembagaan Persekutuan (Constitution of
Federal), (Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 1991) h. 315 120 Senarai 2, Senarai Negeri, jadual Kesembilan, Perlembagaan Persekutuan. Seksyen 2, Akta Mahkamah Syariah (Bidangkuasa Jenayah) 1965 (Pindaan 1984) juga menyatakan Mahkamah Syariah hanya mempunyai bidangkuasa ke atas orang-orang Islam sahaja. 121 Enakmen hanya menyatakan hukuman bunuh bagi kesalahan murtad.
qazaf zinaan, rampasan harta untuk pesalah murtad adalah bertentangan sama
sekali dengan wewenang yang ada pada Mahkamah Syariah menurut Akta
Mahkamah Syariah (Bidangkuasa Jenayah) 1965 (Pindaan 1984). Bidangkuasa
Mahkamah Syariah (Bidangkuasa Jenayah) 1965 (Pindaan 1984). Menurut
seksyen 2, Akta Mahkamah Syariah (Bidangkuasa Jenayah) 1965 (Pindaan 1984),
wewenang Mahkamah Syariah menurut undang-undang negara hanya boleh
mengenakan hukuman tidak melebihi 3 tahun penjara atau denda tidak melebihi
RM 5,000 atau sebatan tidak melebihi 6 kali mana-mana campuran di antaranya.
122
2. Halangan Politik.
Sebagaimana telah dinyatakan, Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993
Negeri kelantan yang pemerintahnya diterajui oleh Partai Islam se-Malaysia
(PAS) sedangkan pemerintah Malaysia diterajui oleh kelompok gabungan
Barisan Nasional (BN) yang diketuai UMNO. 123
Perbezaan ideologi, dan pertentangan pendapat serta sejarah persaingan di
dalam pemilihan umum sejak sekian lama menyebabkan perlaksanaan Enakmen
Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 ini dikaitkan dengan politik.124
122Lembaga penyelidikan undang-undang¸ akta mahkamah syariah, (Kuala Lumpur: Internasional Law Book Services, 1991) h. 89 123 Wan Nik Wan Yusuf, Kelantan Dalam Pelbagai Isu Hudud, (Kota Bahru: Urusetia Penerangan Kerajaan Negeri Kelantan (UPKNK), 1995), h. 33 124 Ibid, h. 34
Sejak merdeka partai utama yang memerintah Malaysia adalah UMNO (United
Malays Nation Organization). Gabungan UMNO, MCA, dan MIC dari
pembentukkan Perikatan kepada Barisan Nasional telah menerajui pemerintah
Malaysia sejak 1957 hingga sekarang.125
Penulis menfokuskan di dalam kajian ini kepada partai UMNO sahaja karena
ia merupakan sebuah partai yang dianggotai oleh bumiputera dan pemimpinnya
dari dahulul hingga kini adalah orang Islam.126
Setiap dasar, dan keputusan yang dibuat oleh UMNO akan memberi kesan
kepada pemerintah Kerajaan Malaysia dalam segala perkara termasuk dalam hal
perlaksanaan undang-undang Islam. Dalam kajian penulis, kenyataan pemimpin
utama UMNO di dalam perkara yang berkaitan dengan undang-undang Islam
sering berdolak dalik.127
Pendirian Perdana Menteri Malaysia yang juga Presiden UMNO ketika itu
(1993) jelas telah menolak Enakmen ini sebagai satu undang-undang Islam
sebagaimana yang dikehendaki Syara’ dan mengklaim enakmen ini sebagai
“Hudud PAS”. Di antara alasan penolakan ini ialah berprinsipkan siasah
Syari’yyah, persoalan HAM, dan keadilan ditimbulkan karena hukuman
125 Ibid, h. 35 126 Ibid, h. 36 127 Ibid, h. 36
dibezakan di antara orang Muslim dan non muslim, menzalimi wanita di dalam
kasus rogol, dan sebagainya128
Undang-undang itu bukan undang-undang hudud tetapi undang-undang hudud
PAS. Maka tidak mengiktiraf itu sebagai undang-undang hudud dan tidak terima
ia sebagai undang-undang Islam.129
UMNO menerima hukum hudud dalam Islam, tetapi tidak menerima hukum
(hudud) PAS di Kelantan. Karena berpendapat bahwa undang-undang PAS
cenderung kepada ketidakadilan,130karena hukum hudud dalam Islam bertujuan
untuk memberi keadilan kepada semua pihak, dan bukan bertujuan untuk
melakukan kezaliman dan ketidakadilan. Undang-undang PAS jelas menunjukkan
ketidakadilan dan kezaliman ketara akan berlaku. Justeru itu undang-undang yang
disediakan PAS bukanlah undang-undang yang menepati ajaran Islam. Ia
hanyalah undang-undang ciptaan PAS yang bertentangan dengan penekanan oleh
agama yang menuntut supaya menghukum secara adil dan menolak kezaliman.
Jika undang-undang PAS yang jelas mengandungi unsur-unsur ketidakadilan
dilaksanakan di negara ini, dan mengatakan itu adalah hukum hudud Islam maka
128 ibid, h. 36
129 kenyataan Mahathir Mohammad di Kuala Lumpur, Berita Harian, 17 Mei 1994, Kerajaan
tolak Kanun Jenayah Syariah II. 130 Kenyataan Mahathir Mohammad di Jitra. Berita Harian, 10 september 1994, Kerajaan
bertindak jika hudud PAS zalim. Lihat Annual Bakhri Haron, Umno Tolak Hudud (Kelantan: Pustaka Qamar, 2002) Cet. 1, h. 7
umat Islam dan juga anggota masyarakat bukan Islam akan hilang kepercayaan
bahwa Islam membawa keadilan untuk penganutnya.131
Kerajaan pusat tidak mahu bersubahat dengan PAS bagi melaksanakan
ketidakadilan semata-mata untuk kepentingan politik. Kerajaan Malaysia akan
terus mempertahankan ajaran, nilai-nilai Islam dan tidak membenarkan Kerajaan
PAS melaksanakan suatu perkara yang bertentangan dengan prinsip keadilan.
Kerajaan pusat akan mengenakan sanksi terhadap PAS jika mencoba untuk
melaksanakan undang-undang yang bertentangan dengan prinsip keadilan dalam
Islam. 132
Pihak Kerajaan negeri sentiasa menjalankan sistem pemerintahan secara Islam
mengikut prinsip tindakan pemerintah adalah sentiasa bergantung kepada
kepentingan umum (maslahat umum) selagi ia tidak bertentangan dengan hukum
Allah SWT yang diterapkan di dalam al-Quran, Hadis, Ijma’ Ulama, dan qias.
Hukum hudud merupakan satu undang-undang yang boleh memberi keadilan
yang sebenarnya. Dengan terlaksananya hukuman hudud akan terhasillah
kepentingan umum karena Islam memandang maslahat umum lebih utama
(dijaga) dari maslahat khusus (individu) 133
131 Annual Bakhri Haron, Umno Tolak Hudud (Kelantan: Pustaka Qamar, 2002) Cet. 1, h. 7 132 Surat Daripada Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad Kepada Menteri Besar (Gubernur) Kelantan, Nik Abdul Aziz NIk Mat pada 15 Julai 1994. Lihat Wan Nik Wan Yussof, Keadilan asas Pelaksanaan Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan, (Kelantan: Pustaka Aman Press Sdn. Bhd, 1995) h. 7 133 Wan Nik Wan Yussof, Keadilan asas Pelaksanaan Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri
Kelantan, (Kelantan: Pustaka Aman Press Sdn. Bhd, 1995) h. 7
Oleh karena itu, maka terhindarlah kerosakan dan terciptalah kemuliaan.
Menjaga kepentingan yaitu menjaga agama, keturunan, harta dan nyawa.134
Keabsahan Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan dari segi
hukum Syara’ adalah nyata seperti berikut:
1. Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan adalah berlandaskan
Hukum Allah, yaitu al-Quran dan Hadis. Oleh itu undang-undang
tersebut tidak boleh ditafsirkan dan didakwa suatu undang-undang
yang tidak adil dan menzalimi orang-orang Islam Kelantan dan
bercanggah dengan ajaran Islam. 135
2. Jika mereka mengatakan dan mendakwa bahwa Kanun Jenayah
Syariah II 1993 Negeri Kelantan suatu undang-undang yang tidak adil,
zalim dan bercanggah dengan ajaran Islam adalah bermakna Allah
Ta’ala juga tidak adil dan zalim, karena undang-undang tersebut
adalah berlandaskan hukum Allah SWT, yaitu al-Quran dan Hadis
yang tidak boleh dipertikaikan keadilannya.136
3. Diwujudkan Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan adalah
untuk melaksanakan undang-undang Allah SWT137, bukan untuk
134 Jawaban daripada Gubernur Kelantan NIk abdul Aziz Nik Mat kepada Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad, Tanggal 17 November 1994. Lihat Ibid, h. 11 135 Annual Bakhri Haron, Umno Tolak Hudud (Kelantan: Pustaka Qamar, 2002) Cet. 1, h. 10 136 Ibid, h. 10
membuat undang-undang baru, karena undang-undang Allah SWT itu
telah tersedia ada di dalam al-Quran dan Hadis yang tidak boleh
diubah dan tidak boleh dipinda mengikut keadaan masa dan tempat.
Dengan sebab itulah kezaliman tidak timbul dalam undang-undang
Allah, tidak seperti undang-undang yang dicipta oleh manusia yang
boleh diubah dan dipinda mengikut keperluan dan kepentingan sesuatu
pihak yang tertentu.138
4. Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan adalah selaras dengan
kehendak syarak, yaitu menjaga agama, nyawa, akal, keturunan dan
harta benda. Ini telah ditegaskan oleh Imam Ghazali, maksudnya:
“sesungguhnya tujuan syarak (mensyariatkan agama Islam) kepada
umat manusia adalah mengandungi lima tujuan, yaitu menjaga agama,
nyawa, akal keturunan dan harta benda.” ( minhaj Salihin : 607)
5. Kanun Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan tidak boleh
ditafsirkan dan didakwa suatu undang-undang yang bertentangan
dengan ajaran Islam karena undang-undang tersebut adalah
berdasarkan al-Quran dan Hadis, di mana al-Quran dan Hadis itu
adalah juga menjadi dasar ajaran Islam.139
137 Undang-undang yang telah tersedia ada di dalam al-Quran dan Hadis, yang tidak boleh diubah dan tidak boleh dipinda mengikut keadaan masa dan tempat. 138 Ibid, h. 10 139 Ibid, h. 11
6. Jika undang-undang tersebut ditafsirkan dan didakwa oleh mereka
suatu undang-undang yang bercanggah dengan ajaran Islam adalah
bermakna ajaran Islam itu juga bercanggah dengan al-Quran dan
Hadis, karena ajaran Islam itu berdasarkan al-Quran dan Hadis juga.140
7. Dengan sebab itulah tidak boleh ditafsirkan dan didakwa Kanun
Jenayah Syariah II 1993 Negeri Kelantan bercanggah dengan ajaran
Islam karena undang-undang tersebut dan ajaran agama Islam
keduanya berdasarkan sumber yang sama, yaitu al-Quran dan Hadis.
141Oleh itu tidak timbul pertentangan di antara undang-undang tersebut
dengan ajaran Islam.142
Jawatankuasa Undang-undang syariah dan hudud majlis peguam telah
mengesahkan undang-undang hudud yang diluluskan oleh kerajaan kelantan
pimpinan PAS pada November. Ketua, Sulaiman Abdullah, menyatakan hari ini
jawatankuasa yang mengkaji Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993
merumuskan bahawa ia adalah selaras dengan undang-undang Islam.”143
140 Ibid, h. 11 141 Ibid, h. 12 142 Kenyataan Menteri Besar (Gubernur) Kelantan kepada Perdana Menteri Malaysia pada 17 november 1994, berjudul “ Penguatkuasaan Kanun Jenayah Syariah II 1993 Di Negeri Kelantan Darul Naim”. Lihat Anuar Bakhri Haron, Umno Tolak Hudud, (kelantan: pustaka Qamar, 2002) cet. 1, h. 10.
143 kenyataan Sulaiman Abdullah di Kuala Lumpur, The New Sunday Times, 2 Oktober 1994,
Undang- undang hudud versi PAS dapat persetujuan.
Isu hudud mula timbul sekitar Oktober 1992, saat berlangsung kempen
pilihanraya kecil DUN Bukit Payung, Terengganu. Kenyataan Perdana Menteri
Malaysia, Dato’ Seri Dr. Mahathir seolah-olah membenarkan Kerajaan Negeri
Kelantan melaksanakan Hudud (Pidana Islam). Bertitik tolak dari kenyataan
Perdana Menteri itu, pemerintah Kelantan bersungguh-sungguh untuk
melaksanakannya, dan menyiapkan draf, dan disahkan oleh dewan Undangan
Negeri kelantan. Hasil kesungguhan pemerintah Kelantan, maka perdana menteri
selaku presiden UMNO telah menghantar surat amaran kepada pemerintah
kelantan supaya tidak melaksanakan undang-undang Islam di Kelantan, yaitu
enakmen Kanun Jenayah syariah (II) 1993 di Negeri Kelantan, dengan dakwaan
sebagai Hudud PAS. 144
Inilah kendala yang menjadi faktor besar sebab, dan kenapa perlaksanaan Islam
di Malaysia khususnya di negeri Kelantan masih tidak dilaksanakan. Halangan di
atas merupakan tantangan yang perlu dielakkan jika mahu Islam dilaksanakan
sebagai Undang-undang yang terlaksana secara formal di negara Malaysia.
C. Penyelesaian Masalah untuk melaksanakan enakmen kanun syariah II 1993
di negeri kelantan .
144 Rosidi Ismail, Penolong Pengarah (Penerbitan) Urusetia Penerangan Kerajaan Negeri
Kelantan, Wawancara Peribadi, 30 Ogos 2009.
Berdasarkan hasil penilitian di atas, masalah yang menjadi kendala
perlaksanaan Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993, maka penulis
memberikan saranan penyelesaian bagi mengatasi masalah yang berlaku
1. Perubahan Perlembagaan
Jika dilihat kepada peruntukkan Perkara 4, Perkara 75, dan jadwal kesembilan
maka nyatalah bahwa Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 Negeri
Kelantan ini adalah bertentangan dengan Perlembagaan Persekutuan, dan tidak
sah untuk dilaksanakan akibat pertentangan ini. Inilah yang menyebabkan
penguatkuasaan Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 ini ditangguhkan
sehingga ke hari ini. Bagi menjamin perlaksanaannya, maka pindaan kepada
Perlembagaan Malaysia, dan Akta Mahkamah Syariah (Bidangkuasa Syariah)
1965 (Pindaan 1984) perlu dibuat.145
Perkara 11, perkara 13, senarai 2, jadual kesembilan, Perlembagaan
Persekutuan, dan seksyen 2, akta Mahkamah Syariah (Bidangkuasa syariah) 1965
(pindaan 1984) perlu dipinda agar selaras dengan Enakmen Kanun Jenayah
Syariah (II) 1993. Perkara 4, dan perkara 75 Perlembagaan adalah tidak perlu
dipinda jika peruntukkan di atas telahpun dipinda.146
145 Pelaksanaan Hukum Hudud Di Kelantan, (Petikan Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993), (Kelantan: Telda Corporation Sdn. Bhd, 1994) cet. 1, h. 15 146 Ibid, h. 16
Jika Perlembagaan Persekutuan tidak mahu pinda, Enakmen Kanun Jenayah
Syariah (II) 1993 tetap boleh dilaksanakan dengan peruntukkan perkara 76 atau
76A, Perlembagaan Persekutuan. 147
Perkara 76 (1) (C) membenarkan Parlemen Malaysia membuat apa-apa perkara
yang dinyatakan di dalam Senarai Negeri dengan permintaan mana-mana Dewan
Undangan Negeri. Perkara 76A pula memperuntukkan bahwa parlemen boleh
memberi wewenang kepada Dewan Undangan Negeri untuk membuat undang-
undang yang biasanya hanya boleh dibuat oleh parlemen tetapi setakat mana yang
dihadkan oleh parlemen (khas untuk enakmen hudud). Undang-undang yang
diperbuat melalui kuasa yang diberi oleh perkara 76A ini tidak akan terjejas
walaupun ia bertentangan dengan undang-undang negara Malaysia. Undang-
undang negeri itu akan terpakai walaupun ia bertentangan dengan undang-undang
negara Malaysia. Undang-undang negeri itu akan terpakai walaupun ia
bertentangan dengan undang-undang negara. Untuk itu peruntukkan di dalam
perkara 75, Perlembagaan Persekutuan adalah tidak berlaku, begitu juga
pertentangan dengan seksyen 2, akta Mahkamah syariah (Bidangkuasa jenayah)
1965 (pindaan 1984) adalah tidak memberi kesan.148
Justeru itu peruntukkan di dalam Perkara 76A adalah jalan yang terbaik jika
dibandingkan dengan peruntukkan di dalam Perkara 76 Perlembagaan
Persekutuan. Jika peruntukkan di dalam perkara 76A digunakan, ia masih sukar
dilaksanakan karena ia memerlukan kepada penafsiran semula senarai 2, jadwal
147 Ibid, h. 20 148 Ibid, h. 22
kesembilan, dan pindaan kepada perkara 11, dan perkara 13, Perlembagaan
Persekutuan serta Akta Mahkamah Syariah (Bidangkuasa jenayah) 1965 (pindaan
1984). Perkataan ‘termasuklah’ di dalam ayat “...........termasuklah hukum Syarak
berhubung mewarisi harta......”149
di dalam senarai 2, Jadual Kesembilan,
Perlembagaan Persekutuan perlulah dibezakan dengan perkataan ‘hendaklah
artinya. 150 Perkataan ‘termasuk’ adalah ungkapan yang meluaskan, sedangkan
perkataan ‘hendaklah artinya’ adalah ungkapan yang menyempitkan makna
sesuatu perkataan. Perkara 74 (4) menjelaskan lagi persoalan ini dengan
mengatakan, jika perbahasan awal itu adalah dengan tujuan meluaskan (umum)
maka penyempitan makna terkemudian itu tidak akan membatalkan perluasan
makna asal itu. Justeru itu, jika definisi ini diterima pakai, maka peruntukkan di
Senarai 2, Jadual Kesembilam yang menspesifikasikan Hukum Syarak boleh
dibuat oleh Dewan Undangan Negeri adalah tidak menyempitkan perkataan
‘termasuklah’ tersebut. Oleh itu, enakmen adalah menepati kehendak Jadual
Kesembilan. Namun begitu peruntukkan di perkara 11, 13, dan Akta Mahkamah
Syariah (Bidangkuasa Jenayah) 1965 (Pindaan 1984) tetap perlu dipinda karena
masih bertentangan dengan Perlembagaan Persekutuan. 151
149 Lembaga Penyelidikan Undang-undang, Akta Mahkamah Syariah, Loc. Cit.
150 Ahmad Ibrahim, Perlaksanaan Undang-Undang Islam Di Malaysia Dalam Bengkel Eksklusif Penjelasan Kanun Jenayah Syariah, Kuala Lumpur, 25 Januari 1994
151 Ahmad Ibrahim, Perlaksanaan Undang-Undang Islam Di Malaysia Dalam Bengkel
Eksklusif Penjelasan Kanun Jenayah Syariah, Kuala Lumpur, 25 Januari 1994
Perkara 76A, Perlembagaan Persekutuan memperuntukkan ruang terbaik untuk
menguatkuasakan enakmen ini. Justeru itu, kelulusan, dan sokongan majoriti 2/3
dari jumlah anggota parlemen diperlukan untuk membenarkan Dewan Undangan
Negeri Kelantan mempunyai kuasa yang akan ditetapkan oleh parlemen, yang
mana kuasa tersebut hanya dimiliki oleh parlemen Malaysia. Setelah itu, enakmen
itu hendaklah diluluskan semula oleh Dewan Undangan Negeri dengan kuasa
yang telah diberikan itu untuk dilaksanakan.
2. Perubahan Struktur Politik
Partai yang memerintah negara Malaysia sekarang adalah partai UMNO. Dasar
UMNO adalah Kebangsaan Melayu (Nasionalisme). Perkara ini dirujuk pada
Pasal 3 Perlembagaan Umno: “UMNO adalah partai proresif yang berjuang
menurut lunas-lunas demokrasi dengan tujuan menghasilkan cita-cita
kebangsaan.” 152
Menurut penganalisis politik Malaysia, John Funston : “boleh dikatakan UMNO
hanya mempunyai satu ideologi yang jelas mengenai satu isu sahaja yaitu
mengenai semangat kebangsaan Melayu.”153
Perjuangan UMNO adalah bermatlamatkan bangsa dan jelas menunjukkan
bahwa hasrat ke arah menegakkan syariat Islam tidak ada di dalam perlembagaan
UMNO. Walaupun ada dakwaan daripada Ketua Biro Agama UMNO yaitu Dato’
152 Marwan Hakim, Ideologi Politik di Malaysia,(Kuala Lumpur: Antara Press, 1996), h. 18
153
Ibid, h. 21
Hamid Osman, bahwa UMNO bercita-cita menegakkan Islam dengan
melaksanakan syiar Islam seperti Masjid, Bank Islam, Tabung Haji, dan lain-lain.
Dakwaan seumpama ini hanya sabagai gimik polititk semata-mata karena selagi
perubahan dasar tidak di buat di dalam perlembagaan UMNO selagi itulah syariat
Islam tidak dapat ditegakkan oleh UMNO. UMNO mengakui bahwa proses
Islamisasi merupakan perlaksanaan yang besar telah dilakukan sepanjang
pemerintah UMNO. Penulis merujuk kepada pandangan para-para fuqaha’
khususnya maksud menegakkan Islam di dalam masyarakat umat Islam sebagai
sebuah Negara ialah dengan terlaksananya syariat Islam secara menyeluruh.154
Satu-satunya cara dapat melaksanakan syariat Islam di Malaysia ialah apabila
berlakunya perubahan struktur politik di malaysia, yaitu:
a. PAS harus memenangi pemilihan umum dan menumbangkan pemerintah yang
ada sekarang dari Barisan Nasional (BN) yang didominasi oleh UMNO. PAS
akan memenangi pemilihan umum apabila syariat Islam amnya, dan hukum
hudud, qisas, takzir khasnya dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan
sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi pada semua lembaga pendidikan
dan menjadi program materi penataran yang diadakan untuk para khatib,
mubaligh, guru, dosen, da’i, politisi, wartawan media tulis, media cetak, dan
sebagainya.155
154 Ibid, h. 23
b. PAS perlu melakukan koalisi (at-tahalluf as-Siyasi) dengan BN untuk
membentuk pemerintah campuran BN-PAS, tetapi haruslah koalisi tersebut
didasari penerimaan BN untuk melaksanakan Syariat Islam (Enakmen Kanun
Jenayah Syariah) dengan melakukan amandeman terhadap Perlembagaan
Persekutuan di bawah Perkara 76A.156
c. Pemerintah Negeri Kelantan memohon untuk mendapatkan otonomi Daerah
daripada pemerintah Malaysia di tingkat nasional. Dengan ini, pemerintah
Kelantan bisa melaksanakan syariat Islam tanpa kendala dan tantangan dari
pihak lain. 157
3. Penerangan Kepada Rakyat Malaysia umumnya dan rakyat Kelantan
khasnya.
Masyarakat Malaysia amnya, dan Kelantan khasnya adalah masyarakat
majemuk yang terdiri dari pelbagai kaum, dan bangsa yang menganut agama yang
berbagai-bagai. Menyedari hakikat ini, maka perlaksanaan undang-undang Islam
bukanlah suatu pemaksaan ke atas penganut agama lain untuk menganut agama
Islam. Bahkan kebebasan untuk menganut agama selain tetap terjamin. Siri
penerangan perlu dilakukan bagi menjelaskan kepada rakyat, bahwa perlaksanaan
undang-undang Islam adalah satu alternatif untuk menjamin keamanan dan
ketenteraman masyarakat dalam negara.
155 Nik Abdul Aziz Nik Mat, Kelantan Universiti Politik Terbuka, (Kelantan: Maahad Ad-Dakwah Wal- Imamah, 1995) h. 57 156 Ibid, h. 57 157 Ibid, h. 58
Selain itu, juga bertujuan menjelaskan kepada masyarakat bahwa tidak cara
lain untuk menyelesaikan masalah jenayah, kehancuran akhlak, penyelewengan
dan sebagainya kecuali dengan hanya dengan kembali kepada cara Islam yang
syumul. 158
Walau apa sekalipun penerimaan kita terhadap isu murtad ini, sewajarnya
diwujudkan satu peruntukkan yang boleh memberikan peringatan dan pengajaran
kepada mereka yang berniat untuk melakukan perbuatan keluar daripada Islam.
Negeri Pahang adalah satu-satunya negeri yang menyatakan bahwa keluar
daripada Islam adalah satu kesalahan Jenayah. Undang- undang tersebut
menyatakan: “ Mana-mana orang Islam yang menyatakan bahwa ia sudah keluar
daripada agama Islam, sama ada secara lisan, bertulis atau apa-apa jua cara lain,
dengan apa-apa jua boleh dikenakan hukuman denda tidak lebih daripada lima
ribu ringgit atau penjara tidak lebih dari tiga tahun atau kedua-duanya dan sebat
tidak lebih daripada enam kali sebatan.”159
Walaupun peruntukkan ini diletakkan di bawah Enakmen Pentadbiran Agama
Islam dan Adat Istiadat Melayu Pahang, tetapi maksud dan roh Seksyen 185 ini
memberikan definisi perbuatan keluar Islam adalah salah satu perbuatan Jenayah
syariah. Istimewanya peruntukkan ini ialah memperuntukkan sebatan sebagai
hukuman jika sabit kesalahan. Hukuman tersebut walaupun masih belum
158 Rosidi Ismail, Penolong Pengarah (Penerbitan) Urusetia Penerangan Kerajaan Negeri Kelantan, Wawancara Peribadi, 30 Ogos 2009. 159 Ann Wan Seng, Murtad Jangan Pandang Sebelah Mata, ( Kuala Lumpur: Mustread Sdn Bhd, 2009,) Cet.Pertama, h. 118.
menepati kehendak Syarak, tetapi sekurang-kurangnya ia dapat menggambarkan
pendirian pihak penggubal dalam meletakkan kategori pelaku murtad sama ada
dalam kes mal atau Jenayah Syariah. Adalah wajar diperuntukkan undang-undang
sepertinya atau yang lebih baik daripada itu sebagai langkah peringatan dan
pengajaran kepada orang Islam mahupun orang yang berpotensi memeluk
Islam.160
Jika diibaratkan Islam sebagai manusia, maka murtad boleh dianggap sebagai
toksik dalam tubuh badan. Toksik yang berkumpul di dalam badan sekiranya
dibiarkan akan menjadi sel kanker yang berkembang biak seterusnya menjadi
barah dan akhirnya akan menjadi penyebab manusia. Demikianlah murtad yang
bermula daripada kasus-kasus terpencil yang dibiarkan umat islam hari ini, tidak
mustahil pada masa akan datang ia akan mengancam umat Islam di Malaysia
keseluruhannya. Oleh itu, sebagai rakyat yang masih menganggap murtad sebagai
perkara kecil, maka satu anjakan paradigma wajar dimulakan daripada
sekarang.161
Oleh yang demikian, satu pendekatan yang sistematik dan bersepadu yang perlu
diambil bagi menghalang umat Islam daripada murtad. 162
160 Ibid, h. 121
161 Ann Wan Seng, Murtad Jangan Pandang Sebelah Mata, ( Kuala Lumpur: Mustread Sdn
Bhd, 2009,) Cet.Pertama, h. 118. 162 Ibid h.124
Umat Islam perlu memainkan peranan dengan meningkatkan daya ketahanan
dalam masyarakat bagi membendung kejadian murtad daripada terus merebak
sehingga ke peringkat akar umbi. Umat Islam juga perlu meningkatkan amalan
dan ilmu Islam supaya dapat dijadikan sebagai benteng untuk menghadapi
ancaman murtad dan apa sahaja bentuk gerakan untuk merosakkan akidah orang
Islam. Program-program dahwah perlu digiatkan dan pada masa yang sama
usaha- usaha untuk menimbulkan kesedaran tentang bahaya murtad ini perlu
dilaksanakan secara menyeluruh. 163
Keberhasilan pentadbiran yang baik dari perlaksanaan undang-undang Islam
telah dibuktikan semasa periode pemerintahan Rasulullah SAW di Madinah
sehingga masyarakat telah berada di dalam keadaan aman, dan tenteram walaupun
penduduk Madinah ketika itu tidak semuanya beragama Islam, Bahkan terdiri dari
agama Yahudi, Nasrani, (Kristen), Majusi, dan lain kepercayaan animisme.
Enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 di Negeri Kelantan adalah substansi
dari kandungan syariat Islam yang digali dari sumber al-Quran, Hadis serta
interpretasi ulama dan fuqaha’ muktabar yang mempunyai otoritas berijtihad.
Setelah itu kandungan hukum-hukum fiqih tersebut khusunya yang berkaitan
hukum pidana (ahkam jinayat) yang terdiri dari hukum hudud, qisas, dan takzir
163 Ibid, h. 132
disusun semula dalam bentuk konstitusionalisme modern untuk dilaksanakan
sebagai hukum publik.164
Oleh itu penerangan yang agresif tentang kandungan syariat Islam perlu
dilakukan dengan memanfaatkan sarana mimbar juma’at, majlis ta’alim, majalah,
koran dan televisi serta dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasa, menengah,
dan perguruan tinggi pada semua lembaga pendidikan, agar masyarakat dapat
memahami urgensi perlaksanaan syaria Islam. Penjelasan tentang keadilan, dan
jaminan hak asasi manusia perlu diberikan kepada masyarakat non-muslim
sementara masyarakat muslim perlu diingatkan tentang kewajiban perlaksanaan
syariat Islam dalam negara lewat penataran, khatib, mubaligh, da’i, guru,
wartawan, dan lain-lainnya.
164 Ibid, h. 140
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hukum hudud di dalam Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993 Di Negeri
Kelantan, telah dibuat dengan penuh teliti. Pihak panitia pembuat undang-
undang ini telah membuat kajian dan penelitian kepada semua mazhab, dan
adakalanya pendapat mazhab tertentu diketepikan demi untuk
menyesuaikannya dengan suasana persekitaran masyarakat Malaysia. Namun
enakmen ini haruslah dilaksanakan, dan dikuatkuasakan demi tertegaknya
syariat Allah di muka bumi ini.
2. Pemerintah negeri Kelantan telah berusaha semaksimal mungkin untuk
melaksanakan, dan mempraktekkan Enakmen Kanun Jenayah Syariah II 1993
di Negeri Kelantan. Antara usaha yang dilakukan ialah melaksanakan proses
sosialisasi kepada rakyat di negeri Kelantan sejak sebelum draf itu diluluskan.
3. Parlimen seharusnya tidak menghalang hasrat perlaksanaan ini, jika ia
dipohon melalui peruntukkan Perkara 76A, Perlembagaan Persekutuan.
Perlembagaan Persekutuan yang menjadi konstitusi nasional perlu
diamendeman secepatnya jika kita ingin melihat Enakmen Kanun Jenayah
Syariah II 1993 di Negeri Kelantan dapat dilaksanakan di negeri Kelantan
sebelum terlaksana menyeluruh di seluruh Malaysia.
B. Saran-saran
1. Kajian syariat Islam amnya, dan hukum hudud, qisas, takzir khususnya
dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan sekolah dasar, menengah
dan perguruan tinggi pada semua lembaga pendidikan
2. Kajian syariat Islam amnya, dan hukum hudud, qisas, takzir khususnya
dijadikan program materi penataran yang diadakan untuk para khatib,
mubaligh, guru, dosen, da’i, politisi, wartawan media tulis, media cetak
dan sebagainya.
3. Setiap golongan ulama’ dan pemerintah harus peduli akan kewajiban
untuk memastikan syariat Islam secara syumul dapat dilaksanakan di
wilayah formal dalam negara Malaysia. Hanya ini satu-satunya cara
penyelesaian kepada permasalahan kebejatan akhlak dan kriminal yang
semakin berleluasa meningkat dalam kehidupan masyarakat, dan negara
Muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim Abas, Mohd Salleh, Traditional Elemen Of Malaysian dalam Mohamed Suffian, H.P.
Lee & Trindade (Ed), The Constitution of Malaysia, Its Development 1957-
1977, Kuala Lumpur, Oxford University Press, 1978. Abd Rahman, Mad Saad, Undang-Undang Jinayah Islam Jinayah Hudud, Kelantan,
Hizbi Shah Alam, 1993. Abdul Aziz al-Mubarak, Syekh Faisal, Terjemahan Nailul Authar, Surabaya, Pt. Bina
Ilmu, Jilid 6 Abdullah, Haji Abu Bakar, Undang-Undang Islam Dan Malaysia Suatu Kajian
Perbandingan, Negeri Terengganu, Urusetia Penerangan Kerajaan Negeri Terengganu,
Ali, Zainuddin, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia,Jakarta,
Sinar Grafika, 2006, Cet. I Al-Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, Juz VII Ahmad Suaedy, Dkk, Islam, Konstitusi dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, The Wahid
Institute, 2009, Cet. I Ariffin, Mahamad, Pentadbiran Undang-undang Islam di Malaysia, Kuala Lumpur,
Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007, Cet. I -------------, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia, Kuala Lumpur,
Dewan Pustaka dan Bahasa Kuala Lumpur, 2006 Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Hukum Antar Golongan Interaksi Fiqh
Islam Dengan Syariat Agama Lain, Semarang, Pt. Pustaka Rizki Putra, 2001, Cet. I
------------------, Koleksi Hadis-hadis Hukum, Jakarta, Pt. Pustaka Rizki Putra, Jilid 9.
Awang, Abdul Hadi, Islam Yang Memerintah Berbeza Dengan Islam Yang
Diperintah Majalah I, 2004, Bil. 15
Dasar-dasar Utama Kerajaan Negeri Kelantan Darul Naim, Kelantan, Pusat Kajian Strategik, Jilid I
Ghazali, Abd Moqsith, Argumen Pluralisme Agama Membangun Tolenransi Berbasis
al-Quran, Depok, Kata Kita, 2009, Cet. II Haekal, Muhammad Husain, Abu Bakar as-Siddiq, Jakarta, Citera Nusantara, 2005,
Cet. V Hakim, Marwan, Ideologi Politik di Malaysia, Kuala Lumpur, Antara Press, 1996 Haron, Anuar Bakhri, Umno Tolak Hudud, Kelantan, Pustaka Qamar, 2002, Cet. I --------------, Pindaan Perlembagaan Kelantan Antara sensasi & legitimasi, Kelantan,
Pustaka Qamar, 2001, Cet. I hasan, Mohamed fadzli, DKK, Kelantan Menerajui Perubahan, Kota Bahru, Puncak
Barisan Sdn. Bhd, 2008 Cet. ketiga I. Doi, Abdur Rahman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam, Jakarta, Pt Rineka Cipta,
1992, Cet. Pertama. Ibrahim Al-Hasani Al-Azhari, Basri, Murtad, Punca-punca dan Cara Mengatasinya
Menurut Perspektif Islam, Kuala Terengganu, Kolej Ugama sultan Zainal Abidin, 2002.
Ibrahim, Ahmad, Perlaksanaan Undang-undang Islam di Malaysia, Kuala Lumpur,
1994. Ibrahim, Said, Jinayah Murtad Dari Segi Hukum Syara’ dan Perundangan Islam,
Kuala Lumpur, Darul Ma’rifah, 1998, Cet. I Jabatan Penerangan dan Ukur, Negeri Kelantan, 1999. Jabir al-Jazairi, Abu Bakar, Minhaju al-Muslim Kitab Aqaid wa Adab wa Akhlak wa
Ibadat wa Muamalat, Kaherah, Maktab al-Saqafi. Lembaga Penyelidikan Undang-undang, Perlembagaan Persekutuan (Constitution Of
Federal), Kuala Lumpur, Internasional Law Book Services, 1991. ------------------------, Akta Mahkamah Syariah, Kuala Lumpur, Internasional Law
Book Services, 1991. Mat, Johari, Dkk, Jurnal Kias (Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra),
Kelantan, Kolej Islam Sultan Ismail Petra, 2004, Bil. I
Muhammad al-Bukhari, Abdullah, Sohih Abi Abdullah al Bukhari, Beirut, Darul Fikr, Juzu’ 12.
Mohammad Nor, Riduan, Murtad Implikasi Hukum Dan Fenomena, Selangor, MHI
Publication, 2006, Cet. I Omar, Mohd Suyuti, Tuanku Ismail Petra Idealisme dan Keprihatinan Kepada
Agama Bangsa dan Negara, Kelantan, Perbadanan Muzium Negeri Kelantan, 1995, Cet. I
Othman, Mohd Sukki, Dkk, Mengapa Perlu Kepada Undang-undang Jinayah Islam,
Kuala Lumpur, Pustaka Yamien Sdn. Bhd, 2008, Cet. I Pulungan, Suyuti, Fiqh Siyasah Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, Jakarta, Pt. Raja
Grafindo Persada, 2002, Cet. V Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung, Penerbit Sinar Baru algensindo, 2007, Cet 40 Rosman, Arieff Salleh, Murtad Menurut Perundangan Islam, Kuala Lumpur, Pusat
Pengajian Islam dan Pembangunan Sosial, Universiti Teknologi Malaysia, 2000, Cet. 8
Ruzian, Markom, Apa Itu Undang-undang Islam? Pahang , PTS Publication &
Distributor Sdn. Bhd., 2003, Cet. 1 Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Jakarta, Cp Cakrawala Publishing, 2009, Cet. I --------------, Fikih Sunnah, Juz II Salleh, Mohd Zain, Keluarga Diraja Kelantan Darul Naim
Suma, Muhammad Amin, dkk, Pidana Islam di Indonesia Peluang, Prospek dan
Tantangan, Pustaka Firdaus, 2001, Cet. I Tim. Penyelidik, Program PAS Negeri Kelantan 1990, Kota Bharu, Badan
Perhubungan PAS Negeri Kelantan, 2000. Wan Yussof, Wan Nik, Keadilan Asas Pelaksanaan Kanun Jenayah Syariah (II)1993
Negeri Kelantan, Negeri Kelantan, Pustaka Aman Press Sdn. Bhd, 1995, Cet. I
----------------, Kelantan Dalam Pelbagai Isu Hudud, Kota Bahru, Urusetia
Penerangan Kerajaan Negeri Kelantan, 1995.
Wang Seng, Ann, Murtad Jangan Pandang Sebelah Mata, Kuala Lumpur, Mustread Sdn. Bhd, 2009, Cet I.
Hadis,
. 4,� ا�SLم ا���151D إ8 %�1غ ا��Dام, h6�5 ا�,�Cري
-------- ,��Lم %��=�ب وا��p=�8ا .
Website,
Http,// id. Wikipedia. Org/wiki/Mahathir_Mohammad Http,// id. Wikipedia. Org/wiki/Nik Abdul Aziz bin Nik Mat.
Wawancara penulis dengan Pengarah (Penerbitan) Urusetia Penerangan
Kerajaan Negeri Kelantan, Tuan Haji Rosidi Ismail, secara lisan yang
dilaksanakan pada 30 Ogos 2009, jam 11.00 pagi bertempat di Pejabat
Setiusaha Kelantan.
Nama : Nur Suhaida Binti Razali.
NIM : 108045200021
Konsentrasi : Jinayah Siyasah Syari’yyah
Fakultas : Syariah dan Hukum
Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Assalamualaikum. Warahmatullahi wabarakatuh
Soalan:
1. Bilakah isu Hudud (pidana Islam) mula timbul dan dimana?
Jawapan :
Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh
Isu Hudud mula timbul sekitar Oktober 1992, saat berlangsung kempen
pilihanraya kecil DUN (DPRD) Bukit Payung, Terengganu. Kenyataan
Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Seri Dr. Mahathir seolah-olah membenarkan
Kerajaan Negeri Kelantan melaksanakan Hudud (pidana Islam). Bertitik tolak
dari kenyataan Perdana Menteri itu, Pemerintah Kelantan bersungguh-
sungguh untuk melaksanakannya, dan menyiapkan draf, dan disahkan oleh
Dewan Undangan Negeri Kelantan. Hasil kesungguhan pemerintah Kelantan,
maka Perdana Menteri selaku Presiden UMNO telah menghantar surat amaran
kepada pemerintah Kelantan supaya tidak melaksanakan undang-undang Islan
di Kelantan, yaitu enakmen Kanun Jenayah Syariah (II) 1993 di Negeri
Kelantan, dengan dakwaan Hudud PAS.
2. Salah satu pendekatan yang dilakukan bagi menghalang umat Islam daripada
murtad?
Siri penerangan perlu dilakukan bagi menjelaskan kepada rakyat, bahwa
perlaksanaan undang-undang Islam adalah satu alternatif untuk menjamin
keamanan dan ketenteraman masyarakat dalam Negara. Selain itu,
menjelaskan kepada masyarakat bahwa tidak ada cara untuk menyelesaikan
masalah jenayah, kehancuran akhlak, penyelewengan dan sebagainya kecuali
dengan hanya kembali kepada cara Islam yang syumul.