IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI...

178
IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN UKM RI NO : 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 TENTANG NOTARIS SEBAGAI PEMBUAT AKTA KOPERASI DI DINAS PELAYANAN KOPERASI DAN UKM PROVINSI JAWA TENGAH TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Hukum Minat Utama : Hukum dan Kebijakan Publik Oleh : ENI PURBOWATI N I M : S. 310306006 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI...

Page 1: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN UKM RI NO :

98/KEP/M.KUKM/IX/2004 TENTANG NOTARIS SEBAGAI PEMBUAT AKTA KOPERASI

DI DINAS PELAYANAN KOPERASI DAN UKM PROVINSI JAWA TENGAH

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister

Program Studi Ilmu Hukum

Minat Utama : Hukum dan Kebijakan Publik

Oleh :

ENI PURBOWATI

N I M : S. 310306006

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2009

Page 2: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

ii

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERINEGARA KOPERASI DAN UKM RI NO :

98/KEP/M.KUKM/IX/2004 TENTANG NOTARIS SEBAGAI PEMBUAT AKTA KOPERASI

DI DINAS PELAYANAN KOPERASI DAN UKM PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh :

ENI PURBOWATI

N I M : S. 310306006

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

Pembimbing I DR. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum . . . . . . . . . . . . . . . . . . NIP. 131 658 560

Pembimbing II Joko Poerwono, SH, MS . . . . . . . . . . . . . . . . . . NIP. 130 794 453

Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum

Prof. Dr. H. Setiono, S.H., M.SNIP. 130 345 735

Page 3: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

iii

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN UKM RI NO :

98/KEP/M.KUKM/IX/2004 TENTANG NOTARIS SEBAGAI PEMBUAT AKTA KOPERASI

DI DINAS PELAYANAN KOPERASI DAN UKM PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh :

ENI PURBOWATI

N I M : S. 310306006

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Setiono, SH, MS. ……………... …………..

Sekertaris ……………... …………..

Anggota Penguji 1. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum

2. Joko Poerwono, SH, MS

……………..

………………

…………..

…………..

Mengetahui

Ketua Program

Studi Ilmu Hukum

Prof. Dr. H. Setiono, SH, MS.

NIP. 130 345 735

…………….. ………….

Direktur Program

Pascasarjana

Prof. Drs. Suranto, MSc. Ph.D

NIP. 130 472 192

…………….. …………..

Page 4: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

iv

PERNYATAAN

Nama : ENI PURBOWATI

NIM : S. 310306006

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul :

“Implementasi Kepmennegkop dan UKM RI nomor : 98/Kep/M.KUKM/IX/2004

Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi Pada Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah “ adalah betul-betul karya sendiri. Hal-

hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan

ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan

saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa

pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Pebruari 2009

Yang membuat pernyataan,

Eni Purbowati

Page 5: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

baik dan lancar.

Penulisan tesis dengan judul “Implementasi Kepmengkop dan UKM RI

Nomor : 98/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi Pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah” merupakan

salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh semua mahasiswa Program Studi Ilmu

Hukum pada Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar pertimbangan oleh Pemerintah

dan Masyarakat pemohon akta koperasi untuk melakukan evaluasi kebijakan

yang telah dilakukan khususnya dalam hal Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi..

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat selesai berkat bantuan serta

dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. dr. Much. Syamsulhadi, SpKJ, Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Drs, Suranto, MSc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Page 6: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

vi

3. Prof. Dr. H. Setiono, SH, MS, Ketua Program Studi Ilmu Hukum Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

dorongan dan kemudahan untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Dr. Hartiwingsih, SH, M, Hum Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum

Program Pasacasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberi kelancaran untuk menyelesaikan tesis ini.

5. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum, selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan

penulis, sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan.

6. Joko Poerwono, SH, MS, selaku pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

7. Para Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Seluruh staf Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret yang telah memberikan bantuan serta pelayanan selama penulis

menempuh kuliah di Pascasarjana.

9. Drs. Abdul Sulhadi, MSi selaku Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi

Jawa Tengah yang telah memberi ijin untuk menempuh pendidikan pasca

sarjana dan memberikan ijin penelitian.

10. Para Notaris yang telah bersedia menjadi responden dan memberi informasi

dalam pengumpulan data untuk penulisan tesis.

Page 7: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

vii

11. Rekan-rekan kerja di Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah yang

telah memberi semangat, motivasi serta dukungan untuk melanjutkan studi

S2.

12. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Angkatan 2006 , konsentrasi Hukum dan

Kebijakan Publik atas kerja samanya, dan kebersamaannya selama

menempuh kuliah di Pascasarjana

13. Suami, Anak, Orang Tuaku dan Saudara-saudaraku , sahabat-sahabatku

yang dengan sabar telah memberi dorongan, semangat dan motivasi serta

selalu mendoakan, sehingga penelitian ini dapat selesai dan penulis dapat

menyelesaikan studi di Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah

memberikan dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini dan studi di Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, karena

masih terbatasnya kemampuan penulis, oleh karena itu saran dan kritik yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat

bagi siapa saja dan bermanfaat pada disiplin Ilmu Hukum, khususnya dalam

masalah Hukum dan Kebijakan Publik.

Surakarta, Pebruari 2009

Penulis

Eni Purbowati

Page 8: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ....................................................................................................... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................... ii

PENGESAHAN PENGUJI TESIS ............................................................. iii

PERNYATAAN ........................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

ABSTRAK ................................................................................................ xv

ABSTRACK ................................................................................................ xvi

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................ 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5

1. Tujuan Umum ................................................................ 5

2. Tujuan Khusus ................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6

1. Manfaat Teoritis............................................................... 6

2. Manfaat Praktis ............................................................... . 6

Page 9: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

ix

E. Penelitian Yang Relevan ....................................................... 7

BAB II. KERANGKA TEORITIK ............................................................ 8

A. Landasan Teori ................................................................... 8

1. Teori Bekerjanya Hukum ............................................... 8

2. Teori Kebijakan Publik .................................................. 14

3. Implementasi Kebijakan Publik........................................ 26

4. Hubungan Hukum dengan Kebijakan Publik .................. 31

5. Notaris .......................................................................... 34

6. Keputusn Menegkop dan UKM RI No :

98/Kep/M.KUKM/IX/2004 ............................................. 37

7. Koperasi ……….. .......................................................... 41

B. Kerangka Berpikir ................................................................ 49

BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 52

A. Jenis Penelitian ................................................................... 53

B. Lokasi Penelitian ................................................................ 54

C. Jenis Dan Sumber Data ....................................................... 55

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 58

E. Tehnik Sampling .................................................................. 60

F. Teknik Analisa Data ........................................................... 61

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 64

A. Hasil Penelitian ................................................................ ....... 64

1. Deskripsi Lokasi ........................................................... 64

Page 10: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

x

2. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah ....................... 65

3. Implementasikan Keputusan Menteri Negara Koperasi

dan UKM RI Nomor 98 / Kep / M.KUKM/ IX / 2004

tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi . pada

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa

Tengah ............................................................................. 74

a. Implementasi yang dilakukan oleh masyarakat

pemohon akta koperasi. ............................................ 74

b. Implementasi yang dilakukan oleh Notaris Pembuat

Akta Koperasi. ........................................................... 83

c. Implementasi yang dilakukan oleh Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Tengah ................. 102

d. Permasalahan yang dihadapi dan solusinya ................ 128

B. Pembahasan .......................................................................... 132

1) Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam implementasi

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI ........... 132

2) Keputusan menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor

: 98/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi ..................................................... 137

3) Permasalahan dan solusinya. ............................................ 147

Page 11: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

xi

BAB V. PENUTUP .................................................................................... 149

A. Kesimpulan ........................................................................... 149

B. Implikasi ............................................................................... 155

C. Saran .................................................................................. 157

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Data permohonan dan pengesahan badan hukum koperasi ............ 103

Page 13: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir Penyelesaian Masalah ........................ 51

Bagan 2. Proses Analisis Data (Interactive Model of Analysis) Menurut

Miles dan Huberman ................................................................. 63

Bagan 3. Struktur Organisasi Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM

Provinsi Jawa Tengah ................................................................ 67

Page 14: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

2. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep /

M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi.

3. Contoh Materi Akta Pendirian Koperasi

Page 15: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

xv

ABSTRAK

Eni Purbowati, S 31030606, Implementasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX /2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi di Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah . Thesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi, penyebab kurang efektifnya Keputusan Menteri dimaksud, serta permasalahan dan solusi yang dihadapi dalam pengesahan badan hukum koperasi.Penelitian ini adalah penelitian sosiologis ( non doktrinal ) dengan pendekatan kualitatif . Lokasi penelitian di Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, sedangkan tehnik pengumpulan data melalui wawancara , quesiner, observasi dan studi kepustakaan. Analisa data menggunakan analisa data kualitatif dengan model interaktif yang terdiri dari reduksi data dan penyajian data dan ditarik suatau kesimpulan. Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa implementasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris Sebagai Pembeuat Akta Koperasi yang telah dilakukan 1.langkah-langkah oleh masyarakat : mengikuti sosialisasi, mengadakan rapat pembentukan koperasi, menghadap notaris untuk membuat akta autentik, mengajukan permohonan pengesahan akta badan hukum koperasi, langkah-langkah yang dilakukan notaris adalah mengikuti pembekalan perkoperasian, mengajukan permohonan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi, membuat akta koperasi, menyimpan minit akta koperasi, membacakan akta koperasi, mengirimkan laporan tahunan, mengeluarkan salinan akta, mengajukan pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi, sedang oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah adalah sosialisasi melalui berbagai media, verifikasi persyaratan dan materi, survey lokasi koperasi, , mengesahkan akta pendirian badan hukum koperasi, mencatat dalam buku daftar umum koperasi, menyempaikan surat pengesahan kepada pendiri koperasi dan mengumumkan dalam Berita Negara RI. 2.Penyebab kurang efektifnya Keputusan Menteri dimaksud dapat dianlisa dari faktor substansi hukum, struktur hukum dan kultur hukum .3. Permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya akta autentik pendirian badan hukum koperasi, biaya Notaris yang relatif tinggi dan tidak adanya keseragaman tarif, akta Notaris banyak yang salah dan banyaknya Notaris yang tidak berwenang membuat akta koperasi yang disebabkan yang bersangkutan belum mengajukan permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dilakukan sosialisasi terus menerus terhadap masyarakat, dibuatnya kesepakatan tarif pembuatan akta koperasi antar Notaris, dilakukan pelatihan perkoperasian bagi Notaris dan dibuat himbauan kepada Notaris unutk segera mengajukan permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi.

Page 16: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

xvi

ABSTRACT

Eni Purbowati, S. 31030606, Decree Implementation of Co-operation and UKM State Minister RI Number : 98 / Kep / MKUKM / IX /2004 about Notary as Cooperation Act Maker in Cooperation and UKM Serving Department of Central Java Province. Thesis : Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.

This research purposes to know Decree Implementation of Co-operation and UKM State Minister RI Number : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 about Notary as Cooperation Act Maker, cause of less effectively Ministerial Decree intended, and also problems and solution which faced in authentication of body corporate cooperation. This research is sociology research (non doctrinal) with qualitative approach. Research location in Cooperation and UKM Serving Department of Central Java Province. Data type which used are primary and secondary data, while data collecting technique through interview, questionnaire, observation and bibliography study. Data analysis applies qualitative data analysis with interactive model which consisted of data reduction and data presentation and then pulled conclusion.

According to research result and discussion can be concluded that Decree Implementation of Co-operation and UKM State Minister RI Number : 98/Kep/M.KUKM/IX/2004 about Notary as Cooperation Act Maker which have done are : 1. Steps which have done by society : following socialization, hold meeting cooperation forming, faces notary to make authentic act, propose authentication cooperation body corporate act, steps which have to done by notary are following cooperation stock purchasing, propose application as Notary of Cooperation Act Maker, make cooperation act, keeping minit of cooperation act, reads cooperation act, sends annual report, releases act copies, submit authentication of bill establishment of body corporate corporation, while Cooperation and UKM Serving Department of Central Java Province are socialization through various media verification of clauses and material, cooperation location survey, authenticates bill of establishment of body corporate cooperation, register in time table book cooperation, submit authentication letter to cooperation founder and announcer in Official Gazette RI. 2. Causes of less effectively of Ministerial Decree above analyzable from law substance factor, law structure and law culture. 3. Problems which faced are lack of knowledge and awareness of public about importance of establishment act authentic of body corporate cooperation, notary cost which relative high and inexistence of tariff uniformity, there are much fault in notary act and many Notary which have no authority to make cooperation act which caused he has not applied to become cooperation act maker Notary. Solution from that problems have done continuous socialization to public, create of agreement about cooperation act making tariff between notaries, conducted cooperation training for notaries and made advice to notaries for applies to be specified to become Cooperation Act Maker Notary as soon as possible.

Page 17: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

1

BAB I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

Setelah pemerintah mengikutsertakan profesi hukum, khususnya

notaris, dalam proses pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar,

hingga pembubaran koperasi, implementasinya hingga kini masih

mengundang banyak pertanyaan. Ada anggapan upaya itu mempersulit

pendirian koperasi. Disisi lain langkah ini diharapkan dapat membendung

lahirnya koperasi jadi-jadian alias yang tidak berbasis anggota.

Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan

UKM RI Nomor : 98 / Kep / M. KUKM / IX / 2004, Tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi dan ditandatanganinya Nota Kesepahaman

(Memorandum of understanding) antara Kementrian Negara Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah dengan Ikatan Notaries Indonesia (INI) pada tanggal 4

Mei 2004, maka sejak itu dimulai era baru dalam kelembagaan koperasi di

Tanah Air.

Pendirian koperasi tidak sekedar cukup hanya ditandatangani oleh 20

orang saja (sesuai dengan pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun

1992 tentang Perkopersian) dan mendapat pengesahan dari Dinas yang

membidangi koperasi setempat, tetapi juga harus dicatat dalam sebuah akta

resmi yakni akta notariat.

Page 18: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

2

Sampai saat inipun publik masih bertanya – tanya, apa sebenarnya

yang melatar belakangi dikeluarkanya Keputusan Menteri Negara Koperasi

dan UKM Nomor : 98 / Kep / M. KUKM / IX / 2004 tersebut dan kebijakan

seperti apa yang akan diambil lebih lanjut.

Otentisasi akta – akta perkoperasian, seperti akta pendirian yang

memuat anggaran dasar , akta berita acara rapat anggota, dan akta keputusan

rapat anggota kiranya akan lebih memberikan kepastian hukum kepada semua

pihak yang terkait dengan keberadaan suatu koperasi (Yuyun Kartasasmita.

2004 : 14).

Namun kita melihat undang-undang koperasi belum mengatur tentang

siapa yang berwenang untuk membuat akta otentik yang berkaitan dengan

bidang perkoperasian. Keadaan ini mengakibatkan bahwa akta-akta koperasi

yang disahkan pejabat pemerintah dalam proses pengesahan akta pendirian,

perubahan anggaran dasar dan pembubaran koperasi , pada umumnya masih

dibuat sendiri oleh pendiri koperasi dengan akta-akta dibawah tangan yang

kurang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti yang kuat terhadap

pihak ketiga dan relasi bisnis dari koperasi. Pada beberapa kasus, sebenarnya

ada pula diantara akta pendirian koperasi tersebut yang dibuat oleh para

pendiri dengan bantuan dan bimbingan dari pegawai instansi pemerintah yang

membidangi koperasi, sebelum akta itu disahkan oleh pejabat yang berwenang

(Sumber : Safitri Handayani, Kasubag Hukum dan Kelembagaan Dinas

Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah).

Page 19: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

3

Keadaan ini menunjukkan bahwa pemantapan kedudukan koperasi dari

aspek hukum perusahaan belum dilaksanakan secara efektif (Rai Widjaya.

2000 : 19). Pegawai yang selama ini memberikan bantuan dalam penyusunan

akta pendirian koperasipun belum dibekali keahlian yang dibutuhkan, dan

pada umumnya tidak mempunyai latar belakang pengetahuan tentang dasar-

dasar teknis pembuatan akta , masalah hukum perusahaan, masalah perjanjian,

masalah perpajakan koperasi dan masalah penerapan prinsip-prinsip koperasi

dalam organisasi koperasi dan berbagai aspek hukum yang terkait dengan

keberadaan badan hukum koperasi dalam lalu lintas bisnis. Bahkan keikut

sertaan pegawai pemerintah dalam masalah internal koperasi selama ini

mengakibatkan kerugian dari dua aspek. Pertama, munculnya tudingan yang

menyatakan pegawai pemerintah telah ikut campur dalam urusan internal

koperasi. Kedua, kehadiran pegawai pemerintah tersebut dalam masalah

internal koperasi mengakibatkan keengganan dan kesungkanan dunia profesi

dalam masyarakat dan masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam

pengembangan koperasi.

Kenyataan yang terjadi , bahwa upaya Menteri Negara Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah dengan menerbitkan Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep/ M. KUKM/ IX / 2004 tentang

Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi sebagai upaya untuk memperkokoh

landasan hukum Koperasi belum sepenuhnya dikatakan berhasil. Hal ini

terlihat dari jumlah pengesahan akta pendirian koperasi , yang mana sejak

dikeluarkannya Kepmen dimaksud komulatif dari September 2004 sampai

Page 20: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

4

dengan tahun 2007 Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa

Tengah hanya mengesahkan 35 akta badan hukum koperasi , sangat sedikit

apabila dibandingkan dengan pengesahan tahun sebelum dikeluarkannya

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM dimaksud yang rata-rata setiap

tahun mencapai 301 sampai dengan 319 akta badan hukum koperasi (Sumber :

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah).

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis berkeinginan untuk mengkaji

implementasi dari Keputusan Menteri dimaksud , khususnya faktor-faktor

yang mempengaruhi efektifitas berlakunya Keputusan Menteri tersebut .

Berdasarkan hal-hal yang telah penulis sebutkan di atas, maka penulis

berkeinginan untuk menulis tesis dengan judul : IMPLEMENTASI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL

DAN MENENGAH RI NO: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 TENTANG

NOTARIS SEBAGAI PEMBUAT AKTA KOPERASI DI DINAS

PELAYANAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka

menurut penulis perlu dirumuskan suatu permasalahan yang disusun scara

sistimatis, sehingga sasaran yang hendak dicapai menjadi jelas, tegas, terarah

dan memudahkan pemahaman terhadap masalah yang akan diteliti sehingga

Page 21: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

5

penelitian akan mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Langkah – langkah apakah yang dilakukan oleh Dinas Pelayanan Koperasi

dan Usaha Kecil Menengah, Notaris dan Masyarakat pemohon akta

koperasi dalam mengimplementasikan Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 Tentang

Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi ?.

2. Apakah Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor

98/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi dimaksud efektif dalam diimplementasinya ?

3. Permasalahan apakah yang dihadapi dalam mengimplementasikan

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep /

M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi

dan bagaimanakah solusinya ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

a. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan oleh Dinas

Pelayanan koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, Notaris dan

masayarakat pemohon akta pendirian Koperasi dalam

mengimplementasikan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM

RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi.

Page 22: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

6

b. Untuk mengetahui apakah Keputusan Menteri Negara Koperasi dan

UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris

Sebagai Pembuat Akta Koperasi efektif untuk diimplementasikan

c. Untuk mengetahui permasalahan dan solusi berkaitan dengan

dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI

Nomor : 98 / Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi.

2. Tujuan khusus

a. Untuk memenuhi syarat akademik guna memperoleh gelar Magister

Ilmu Hukum dalam bidang Ilmu Hukum pada Program Pasca Sarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk menambah wawasan dalam memperluas pamahaman mengenai

Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi beserta pengesahannya.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian seperti tersebut diatas maka hasil

penelitian diharapkan dapat bermanfaat antara lain :

1. Secara teoritis memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan

ilmu hukum khususnya bidang hukum dan kebijakan publik.

2. Secara praktek sebagai suatu bahan pertimbangan dalam upaya

penyempurnaan fungsi dan peranan notaris sebagai pembuat akta koperasi.

Page 23: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

7

3. Untuk penulis secara pribadi adalah sebagai tugas akhir dan syarat dalam

menyelesaikan studi magister ilmu hukum di Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

E. Penelitian yang relevan

Penelitian tentang Implementasi Keputusan Menteri Negara Koperasi

dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris

Sebagai Pembuat Akta Koperasi sepengetahuan penulis belum ada penelitian

tentang judul seperti diatas.

Page 24: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

8

BAB II

KERANGKA TEORITIK

A. Landasan Teori

1. Teori Bekerjanya Hukum.

Kehidupan dalam masyarakat sebenarnya berpedoman pada suatu

aturan yang oleh sebagian terbesar masyarakat tersebut dipatuhi dan ditaati

oleh karena merupakan pegangan baginya. Hubungan-hubungan antar

manusia serta antara manusia dengan masyarakat atau kelompoknya,

diatur oleh serangkaian nilai-nilai dan kaidah-kaidah, dan peri

kelakuannya semakin lama melembaga menjadi pola-pola. Kaidah-kaidah

dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat

adalah beragam macamnya, dan kaidah yang penting adalah kaidah-kaidah

hukum, selain kaidah agama, kesusilaan dan kesopanan.

Sebagaimana dikatakan oleh Satjipto Rahardjo (dalam OK

Khairiddin. 1991 : 141) bahwa hukum dalam perkembangannya tidak

hanya dipergunakan untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah

laku yang terdapat di dalam masyarakat, melainkan juga untuk

mengarahkannya kepada tujuan-tujuan yang dikehendaki, menghapuskan

kebiasaan-kebiasaan yang dipandangnya tidak sesuai lagi, menciptakan

pola-pola kelakuan baru dan sebagainya.

Hal itu dikarenakan hukum merupakan suatu kebutuhan

masyarakat sehingga ia bekerja dengan cara memberikan petunjuk tingkah

laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Ia merupakan pencerminan

Page 25: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

9

kehendak manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Ia merupakan

pencerminan kehendak manusia tentang bagaimana seharusnya

masyarakat itu dibina dan kemana harus diarahkan.

Hukum diciptakan untuk mengatur pola hubungan tingkah laku

masyarakat atau kelompok dalam proses interaksi antara satu dengan

lainnya dalam masyarakatpun yang dapat hidup atau bertahan tanpa

hukum yang mengaturnya. Bagaimanapun bentuk ataupun susunan

masyarakatnya ( baik pada masyarakat modern maupun pada masyarakat

sederhana ) hukum itu tetap ada ( OK Khairuddin, 1991 : V ).

Pada hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep yang

abstrak, sekalipun abstrak tapi ia dibuat untuk mengimplementasikan

dalam kehidupan sosial sehari-hari. Oleh karena itu, perlu adanya suatu

kegiatan untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan

merupakan suatu penegakan hukum ( Esmi Warassih, 2005 : 78 ).

Pada penegakan hukum bersinggungan dengan banyak aspek yang

lain yang melingkupinya. Suatu hal yang pasti, bahwanusaha mewujudkan

ide atau nilai selalu melibatkan lingkungan serta berbagai pengaruh factor

lainnya, oleh karena itu penegakan hukum hendaknya tidak dilihat sebagai

suatu yang berdiri sendiri, melainkan selalu berada diantara berbagai

factor.

Menurut E. Utrecht ( dalam Chainur Arrasyid, 2004 : 21 ), hukum

adalah himpunan petunjuk hidup ( perintah dan larangan ) yang mnegatur

tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota

Page 26: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

10

masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan pemerintah

dan masyarakat itu sendiri.

Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan

atau kepentingan-kepentingan yang hendak dipenuhinya. Namun tidak

semua masyarakat mempunyai kebutuhan atau kepentingan yang sama,

dan bahkan tidak jarang pula bertentangan satu sama lain. Dilain pihak

didasari pula bahwa terpenuhinya suatu kebutuhan manusia dapat

diselenggarakan di dalam masyarakat yang tertib dan aman.

Hukum juga mempunyai kemampuan untuk menjalankan fungsi

pengawasan (mekanisme control). Mekanisme kontrol ini bermaksud

untuk menjaga kestabilan dalam masyarakat agar orang tetap patuh

kepadaaturan-aturan yang sudah ditentukan (OK. Khairuddin, 1991 : 86).

Sedangkan orang patuh pada hukum dikarenakan bermacam sebab

sebagaimana dikatakan Utrecht (dalam R. Soeroso, 2002 : 65) antara lain:

a. Orang merasakan bahwa peraturan-peraturan itu dirasakan sebagai

hukum, mereka berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut.

b. Karena mereka harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman

c. Karena masyarakat menghendakinya

d. Karena adanya paksaan (sanksi sosial).

Pola-pola dan kaidah hukum dapat dijumpai disetiap kehidupan

masyarakat baik masyarakat tradisionil maupun masyarakat modern.

Kaidah dan pola hukum tersebut mengatur hampir seluruh segi kehidupan

warga masyarakat .

Page 27: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

11

Satjipto Raharjo (2000 : 13), berpendapat bahwa masyarakat dan

ketertibannya merupakan dua hal yang berhubungan sangat erat, bahkan

bisa juga dikatakan sebagai dua sisi dari mata uang, susah untuk

mengatakan adanya masyarakat tanpa adanya ketertiban, bagaimanapun

kualitasnya. Ketertiban dalam masyarakat diciptakan bersama-sama oleh

berbagai lembaga secara bersama-sama seperti hukum dan tradisi. Oleh

karena itu di dalam masyarakat juga dijumpai berbagai macam norma

yang masing-masing memberikan sahamnya dalam menciptakan

ketertiban itu.

Hukum memiliki hubungan timbal balik dengan masyarakatnya,

karena hukum itu sendiri merupakan sarana pengatur masyarakat dan

bekerja di dalam masyarakat. Hukum tidak terlepas dari gagasan maupun

pendapat yang hidup di kalangan anggota masyarakat. Struktur masyarakat

bisa menjadi penghambat sekaligus dapat memberikan sarana-sarana

sosial, sehingga hukum bisa diterapkan dengan sebaik-baiknya (Esmi

Warassih, 2005 : 85).

Berbagai pengertian hukum sebagai suatu sistim hukum

dikemukakan antara lain oleh Lawrence M Friedman (dalam Esmi

Warassih, 2005 : 30) mengatakan bahwa hukum itu merupakan gabungan

komponen struktur, substansi dan kultur yakni :

a. Komponen struktur, yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh sistim

hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam mendukung

bekerjanya sistim tersebut. Komponen ini dimungkinkan untuk

Page 28: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

12

melihat bagaimana sistim hukum itu memberikan pelayanan terhadap

penggarapan bahan-bahan hukum secara teratur.

b. Komponen substantif, yaitu sebagai output dari sistim hukum berupa

peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh

pihak yang mengatur maupun pihak yang diatur.

c. Komponen kultur, yakni terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang

mempengaruhi bekerjanya hukum atau oleh Laurence M. Friedman

disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi

sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum

dengan tingkah laku hukum seluruh warga masyarakat.

Bertolak dari rangkaian pembahasan tersebut dapat disimpulkan

bahwa pada dasarnya hukum mempunyai banyak fungsi dalam usahanya

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dalam

perumusannya sebagai hukum positif harus dipahami suatu sistim norma.

Pemahaman ini penting artinya untuk menghindari terjadinya kontradiksi

atau pertentangan antara norma hukum yang lebih tinggi dengan norma

hukum yang lebih rendah kedudukannya. Pemahaman ini semakin penting

artinya apabila kita tetap berkeinginan agar keberadaan ( eksistensi )

hukum sebagai suatu sistim norma mempunyai daya guna dalam

menjalankan tugasnya di masyarakat.

Dalam setiap usaha untuk merealisasikan tujuan pembangunan

maka sistim hukum itu dapat memainkan peranan sebagai pendukung dan

penunjangnya. Suatu sistim hukum yang tidak efektif tentunya akan

Page 29: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

13

menghambat terealisasikannya tujuan yang ingin dicapai. Sistim hukum

dapat dikatakan efektif bila perilaku-perilaku manusia di dalam

masyarakat sesuai dengan apa yang telah ditentukan di dalam aturan-

aturan hukum yang berlaku. Paul dan Dias ( dalam Esmi Warassih, 2005

: 105 – 106 ) mengajukan 5 ( lima ) syarat yang harus dipenuhi untuk

mengefektifkan sistim hukum, yaitu :

a. Mudah tidaknya makna aturan-aturan hukum itu untuk ditangkap dan

dipahami.

b. Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi

aturan-aturan hukum yang bersangkutan.

c. Efisien dan efektif tidaknya mobilitas aturan-aturan hukum

d. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya mudah

dijangkau dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat, melainkan juga

harus cukup efektif dalam menyelesaikan sengketa-sengketa

e. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan warga

masyarakat bahwa aturan-aturan dan pranata-pranata hukum itu

memang sesungguhnya berdaya kemempuan yang efektif.

Pada penulisan tesis ini akan dilihat efektifitas bekerjanya hukum

dalam hal ini Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor :

Page 30: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

14

98 / Kep / M.KUKM /IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi dengan menggunakan teori bekerjanya hukum dari Lawrence M.

Friedman.

2. Kebijakan Publik

a. Pengertian Kebijakan Publik.

Kata kebijakan publik berasal dari kata asing yaitu “public

policy”. Di Indonesia istilah public policy masih berlum mendapatkan

terjemahan yang pasti. Ada beberapa sebutan seperti : kebijaksanaan

publik, kebijaksanaan pemerintah, kebijaksanaan negara dan lain

sebagainya.

Kebijakan dari segi istilah menunjukkan pengertian yang

sifatnya tetap, serta melekat pada seseorang yang tidak berubah kecuali

adanya sebab untuk perkembangan. Oleh karena itu kebijakan yang

merupakan pengertian yang statis.

Public policy yang diterjemahkan secara bebas sebagai

kebijakan publik, dalam khasanah ilmu administrasi dimaknai secara

beragam. Thomas R Dye (dalam Budi Winarno, 2002 : 15)

mendefenisikan kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh

pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Sedangkan Harold

Lasswell (dalam Irfan Islamy, 2004 : 15 dan 17) mengartikan

kebijakan publik sebagai serangkaian program terencana yang meliputi

tujuan , nilai dan praktek . Sedangkan Austin Ranney (dalam Irfan

Page 31: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

15

Islamy, 2002 : 17) mengartikannya sebagai tindakan tertentu yang

telah ditentukan atau pernyataan mengenai sebuah kehendak.

Dalam bahasan yang lebih luas, Lester (dalam Budi Winarno.

2002 : 25) memberikan usulan definisi kebijakan publik, yaitu proses

atau serangkaian keputusan pemerintah yang didesain untuk mengatasi

masalah publik. Dalam konseptualisasi tersebut, kebijakan publik

mempunyai karakteristik dimana kebijakan akan diformulasikan,

diimplementasikan, dan dievaluasi oleh kewenangan atau otoritas yang

berada dalam suatu sistem politik. Satu hal yang harus dicatat adalah

kenyataan bahwa kebijakan publik selalu menjadi subyek yang akan

diubah berdasarkan informasi yang lebih baru dan lebih baik yang

diperoleh berkaitan dengan efek yang timbul dari kebijakan tersebut.

Menurut Carl J Friedrich (dalam Irfan Islamy, 2004 : 17 dan

18) kebijaksanaan negara adalah suatu arah tindakan yang mengarah

pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, sekelompok atau

pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya

hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang

mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan (Solichin

Abdul Wahab, 2004 : 13).

Menurut Heinz Eulau dan Kenneth (dalam Sarjiyati, 2006 ; 15)

Kebijakan public adalah keputusan tetap yang dicirikan oleh konsisten

dan pengulangan (repetitiveness) tingkah laku dari mereka yang

membuat dan dari merekan yang mematuhi keputusan tersebut.

Page 32: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

16

Istilah public policy yang disamakan dengan istilah kebijakan

public, kebijaksanaan pemerintah, kebijaksanaan negara atau yang

lainnya, John Lock dan juga Soenarko berpendirian yaitu apabila

sesuatu yang dimaksud itu sudah mengerti bersama maka soal nama itu

tergantung pada masing-masing perseorangan.

Dari definisi-definisi itu didapatkan pengetahuan pokok yang

dapat dikembangkan lebih lanjut, sehingga mempunyai pengetahuan

yang lebih cukup tentang public policy tersebut. Dengan definisi-

definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat ditangkap

makna dan hakekat public policy atau kebijaksanaan pemerintah yaitu

merupakan suatu keputusan oleh pejabat pemerintah yang berwenang

untuk kepentingan rakyat (public interest) sebagaimana kepentingan

rakyat tersebut merupakan keseluruhan yang utuh dari perpaduan dan

kristalisasi dari pendapat-pendapat, keinginan-keinginan, dan tuntutan-

tuntutan (demand) dari rakyat.

Dengan mempelajari beberapa pengertian dan konsepsi tentang

kebijakan publik, maka semakin bertambah pula pemahaman

mengenai kebijakan publik. Pengertian-pengertian diatas memberikan

gambaran dimensi yang dimiliki kebijakan publik, sehingga diperlukan

langkah mengidentifikasi dari kebijakan publik itu sendiri.

Kebijakan publik menurut Raksasatya (dalam Irfan Islamy,

2004 : 17-18) pada dasarnya memiliki 3 (tiga) elemen yaitu :

1) Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai

Page 33: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

17

2) Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan

yang diinginkan

3) Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan

secara nyata dari taktik meupun strategi diatas.

Menurut Solikhin Abdul Wahab (2001;5), karakteristik

kebijakan publik dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1) Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai yaitu pemecahan

masalah publik

2) Adanya tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan

3) Merupakan fungsi pemerintahan sebagai pelayan publik

Adakalanya berbentuk ketetapan pemerintah yang bersifat

negatif yaitu ketetapan untuk tidak melakukan tindakan apa-apa.

Implikasi pengertian kebijakan publik tersebut menurut James

E Anderson (dalam Budi Winarno, 2002 : 15) dinyatakan bahwa :

1) Kebijakan publik tersebut mempunyai tujuan tertentu atau

merupakan tindakan yang berorentasi pada tujuan

2) Tindakan-tindakan tersebut berisi pola-pola tindakan pejabat

pemerintah

3) Kebijakan tersebut adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh

pemerintah, jadi bukan apa yang masih menjadi maksud dari

pemerintah yang akan melakukan atau menyatakan sesuatu.

4) Tindakan publik tersebut bisa bersifat positif, dalam arti

merupakan bentuk tindakan pmerintah mengenai suatu masalah

Page 34: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

18

tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan

pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu

5) Kebijakan pemerintah dalam arti positif, didasarkan pada peraturan

perundang-undangan yang bersifat memaksa.

b. Proses Kebijakan Publik

Kebijakan publik lahir dengan melalui tahapan atau proses

yang panjang . Proses pembuatan Kebujakan merupakan proses yang

kompleks. Karena melibatkan banyak sekali proses maupun variabel

yang harus dikaji. Menurut William M Dunn (2000 : 24) bahwa proses

penyusunan kebijakan publik melalui tahap –tahap :

1) Tahap Penyusunan Agenda.

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan

masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini

sudah berkompetisi untuk masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada

tahap ini dimungkinkan suatu masalah tidak tersentuh sama sekali,

dan beberapa pembahasan untuk beberapa masalah ditunda untuk

waktu yang lama.

2) Tahap Formulasi Kebijakan.

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan,

kemudian dibahas oleh pembuat kebijakan. Masalah-masalah

tersebut di definisikan untuk kemudian dicarai pemecahan masalah

yang terbaik.

Page 35: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

19

Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif

yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk

masuk ke dalam agenda kebijakan. Dalam tahap perumusan

kebijakan, masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih

sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada

tahap ini masing-masing aktor akan ” bermain ” untuk

mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

3) Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan

oleh perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif

kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas

legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan

peradilan.

4) Tahap Implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-

catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh

karena itu program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif

pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan

oleh badan-badan administrasi negara maupun agen- agen

pemerintah di tingkat bawah.

5) Tahap Penilaian Kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai

atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana suatu kebijakan yang

Page 36: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

20

telah dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan pada

dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal

ini, memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena

itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria – kriteria yang menjadi

dasar untuk menilai apakah suatu kebijakan telah meraih dampak

yang diinginkan.

c. Model Perumusan Kebijakan Publik.

Proses pembuatan kebijakan publik sangat rumit. Untuk

menyederhanakan proses perumusan kebijakan publik, maka dibuat

model perumusan kebijakan publik. Menurut Budi Winarno (2002 : 70

– 81) , model perumusan kebijakan publik terdiri dari :

1) Model Institusional

Model ini merupakan model yang tradisional dalam proses

pembuatan kebijaksanaan negara. Fokus atau pusat perhatian

model terletak pada strukrur organisasi pemerintah. Hal ini

disebabkan karena kegiatan-kegiatan politik berpusat pada

lembaga-lembaga pemerintah seperti misalnya lembaga legislatif,

eksekutif,yudikatif pada pemerintahan pusat (nasional), regional

dan lokal. Sehubungan dengan itu maka kebijaksanaan negara

secara otoritatif dirumuskan dan dilaksanakan pada lembaga-

lembaga pemerintahan tersebut terdapat hubungan yang kuat sekali

antara kebijaksanaan negara dan lembaga-lembaga pemerintah, hal

ini disebabkan karena sesuatu kebijaksanaan tidak dapat menjadi

Page 37: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

21

kebijaksanaan negara kalau ia tidak dirumuskan, disyahkan dan

dilaksanakan oleh lembaga pemerintahan.

2) Model Elit- Massa

Model ini memandang administrator negara bukan sebagai

“abdi rakyat” (servan of the people) tetapi lebih sebagai”

kelompok-kelompok yang telah mapan”. Kelompok elit yang

bertugas membuat dan melaksanakan kebijakan digambarkan

dalam model ini sebagai mampu bertindak/berbuat dalam suatu

lingkungan yang ditandai dengan sikap massa yang apatis,

kerancuan informasi, sehinnga massa menjadi pasif. Kebijaksanaan

negara mengalir dari atas ke bawah, yaitu dari golongan elit ke

golongan massa. Kelompok elit yang mempunyai kekuatan dan

nilai-nilai elit berbeda dengan massa. Dengan demikian

kebijaksanaan negara adalah merupakan perwujudan keinginan-

keinginan utama dari nilai-nilai golongan elit yang berkuasa.

Seringkali dikatakan bahwa kebijaksanaan itu adalah

kebijaksanaan yang menggambarkan kepentingan / tuntutan rakyat,

tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Menurut teori elit-

massa ini, sebagaimana dikatakan tadi, rakyat bersifat apatis, dan

buta terhadap informasi tentang kebijaksanaan negara, sedangkan

kelompok elit mampu membentuk dan mempengaruhi masalah-

masalah kebijaksanaan negara. Karena kebijaksanaan negara itu

ditentukan semata-mata oleh kelompok elit, maka pejabat

Page 38: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

22

pemerintah hanyalah sekedar pelaksana-pelaksana dari

kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh elit tadi. Dan karena

kebijaksanaan negara itu dibuat sesuai dengan kepentingan

kelompok elit, maka tuntutan dan keinginan (non-elit) tidak

diperhatikan.

3) Model Kelompok

Model ini menganut paham teori kelompoknya David B.

Truman yang menyatakan bahwa interaksi di antara kelompok-

kelompok adalah merupakan kenyataan politik. Individu-individu

yang memiliki kepentingan yang sama mengikatkan baik secara

formal maupun informal ke dalam kelompok kepentingan (interest

group) yang dapat mengajukan dan memaksakan kepentingan-

kepentingannya kepada pemerintah.

4) Model Sistem-Politik

Model sitem-politik ini diangkat dari uaraian sarjana politik

David Easton dalam “ The Political System”. Model ini didasarkan

pada konsep-konsep teori informasi (input, withinput, outputs dan

feedback) dan memandang kebijaksanaan negara sebagai respons

suatu sistem politik terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan (sosial

politik, ekonomi, kebudayaan, geografis dan sebagainya) yang ada

di sekitarnya. Sehingga dengan demikian, kebijaksanaan negara

dipandang oleh model ini sebagai hasil (output) dari sistem politik.

Page 39: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

23

Konsep “sistem politik” mempunyai arti sejumlah lembaga-

lembaga dan aktivitas-aktivitas politik dalam masyarakat yang

berfungsi mengubah tuntutan-tuntutan (demands), dukungan-

dukungan (support) dan sember-sumber (resources), semuanya ini

adalah masukan-masukan (inputs) menjadi keputusan-keputusan

atau kebijaksanaan –kebijaksanaan yang otoritatif bagi seluruh

anggota masyarakat (outputs). Dengan singkat dikatakan bahwa

sitem politik berfungsi mengubah inputs menjadi outputs.

5) Model Rational-Comprehensive

Model rational-comprehensive ini didasarkan atas teori

ekonomi atau konsep manusia ekonomi (concept of an economic

man). Para ahli filosofi utilitarian seperti Jeremy Bentham dan

John Stuart mill berasumsi bahwa semua tingkah laku manusia

bertujuan untuk “mencari kesenangan dan menghindari

kesusahan”. Nilai utilitas (kemanfaatan) sesuatu benda atau

tindakan (perbuatan) itu harus dinilai berdasarkan pada perbedaan

antar kesenangan yang akan diperolehnya dan biaya (kesulitan)

yang dikeluarkannya. Menurut konsep ini, pembuat – keputusan

(the sastisficer) hanya mempertimbangkan beberapa alternative

yang mungkin tersedia kemudian memilih satu alternative yang

“lebih cocok” untuk mengatasi masalahnya. Model ini menekankan

pada “pembuatan keputusan yang rasional dengan bermodalkan

Page 40: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

24

pada komprehensivitas informasi dan keahlian pembuat

keputusan”.

6) Model Incremental

Model incremental memandang kebijaksanaan negara

sebagai suatu kelanjutan kegiatan-kegiatan pemerintah di masa lalu

dengan hanya mengubahnya (modifikasinya) sedikit-sedikit. Model

incremental ini adalah merupakan kritik dan perbaikan terhadap

model rasional komprehensif. Karakteristik yang terdapat pada

model incremental jelas berbeda dengan model rasional

komprehensif.

7) Model Mixed- Scanning

Seorang ahli sosilogi yang bernama Amitai Etzioni setelah

memperlajari dengan seksama kedua model pembuatan keputusan

sebelumnya, kemudian mencetuskan suatu model pembuatan

keputusan hibrida (gabungan unsur-unsur kebaikan yang ada pada

model rasional comprehensif dan incremental yang disebut dengan

Model Mixed - Scanning).

Dari bermacam-macam model untuk pembuatan kebijakan

publik tersebut di atas, maka produk hukum mengenai Keputusan

Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep

/M.KUKM/ IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi ini dalam pembuatannya menganut pada Model

Kelompok seperti yang dikemukakan oleh David Truman,

Page 41: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

25

mengartikan kelompok kepentingan sebagai suatu kelompok yang

memiliki sikap yang sama yang mengajukan tuntutan-tuntutan

kepada kelompok yang lain di dalam masyarakat dan kelompok

kepentingan yaitu akan mempunyai arti politis kalau kelompok

kepentingan itu mengajukan tuntutan terhadap suatu lembaga

pemerintahan. Kelompok kepentingan semakin mempunyai arti

yang penting dalam proses dan kegiatan politik. Dan seharusnya

politik itu adalah merupakan perjuangan iantara kelompok-

kelompok untuk mempengaruhi kebijaksanaan negara.

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor :

98/ Kep / M.KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat

Akta Koperasi ini dalam pembuatannya menganut model

kelompok, karena Keputusan Menteri dimaksud ini lahir dari

desakan masyarakat terutama gerakan kelompok masyarakat

anggota koperasi yang menghendaki adanya suatu peraturan yang

mengatur mengenai pendirian badan hukum koperasi melalui akta

autentik atau akta Notaris . Desakan ini muncul setelah melihat

pengalaman dilapangan dimana terjadi penolakan kerjasama

dengan koperasi oleh pihak lain sehubungan kopersi adalah suatu

badan usaha yang aktanya masih merupakan akta bawah tangan

atau bukan akta autentik sehingga dianggap lawan bisnis tidak

cukup kuat dari sisi perlindungan hukumnya ketika bersinggungan

dengan sistem hukum yang ada. Oleh karena itu dilakukan

Page 42: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

26

beberapa kegiatan untuk mengadakan advokasi, yaitu salah satunya

adalah menyusun legaldrafting kebijakan tentang penguatan

landasan hukum koperasi dan berperan aktif sampai terbentuknya

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor :

98/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat

Akta Koperasi.

3. Implementasi Kebijakan Publik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 379), Implementasi

berarti : 1. Penerapan, 2. Pelaksanaan. Sedangkan dalam Kamus Bahasa

Inggris diperoleh bahwa implementasi berasal dari kata implement yang

berarti melaksanakan. Dalam Kamus Webster dirumuskan to implement

(mengimplementasikan) yang mengandung makna to provide the means

for carryng out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu).

Dari pengertian di atas, maka dapat kita katakan bahwa

implementasi merupakan bentuk pelaksanaan sesuatu melalui penggunaan

sarana. Menurut Mazmanian dan Sobatier dalam Joko Widodo (2001 :

190) menjelaskan makna implementasi adalah memahami apa yang

sebenarnya terjadi sesudah suatu program berlaku atau dirumuskan yang

mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk

menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Lebih lanjut dijelaskan, bahwa proses implementasi adalah

keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk peraturan (undang-

undang), dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan

Page 43: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

27

eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Pada umumnya,

keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi dengan

menyebutkan secara tegas tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan

berbagai cara untuk menstruktur serta mengatur proses implementasinya.

Proses ini berlangsung setelah melalui tahapan tertentu yang biasanya

diawali dengan pengesahan undang-undang kemudian out put kebijakan

dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan pelaksanaannya.

Edward III mengajukan beberapa faktor yang berpengaruh dalam

implementasi kebijakan publik (dalam Budi Winarno , 2001: 95), meliputi:

a. Faktor Komunikasi

Informasi kebijakan harus disampaikan kepada pelaku

kebijakan agar mereka dapat mengetahui dan memahami apa yang

menjadi isi, tujuan, arah kelompok sasaran kebijakan, agar pelaku

kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar apa yang harus

dipersiapkan supaya pelaksanaan kebijakan publik dapat sesuai dengan

yang diharapkan

b. Sumber daya

Betapa bagusnya suatu kebijakan, konsistennya ketentuan serta

akuratnya penyampaian aturan terebut jika tidak ditunjang oleh

pelaksana kebijakan yang mempunyai sumber daya untuk melakukan

pekerjaan secara efektif, maka kebijakan tersebut juga tidak berjalan

dengan efektif. Sumber daya meliputi sumber daya manusia, sumber

Page 44: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

28

daya keuangan, serta sumber daya sarana dan prasarana yang

diperlukan untuk melaksanakan kebijakan.

c. Disposisi

Keberhasilan pelaksanan kebijakan tidak hanya ditentukan oleh

sejauh mana para pelaku kebijakan mengetahui apa yang harus

dilakukan dan mampu untuk melaksanakannya, tetapi juga dipengaruhi

oleh pelaku kebijakan yang memiliki disposisi yang kuat terhadap

kebijakan yang sedang diimplementasikannya.

Disposisi ini merupakan kemauan, keinginan, kecenderungan

para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan tadi secara

sungguh-sungguh, sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakanm dapat

diwujudkan.

d. Struktur Birokrasi

Meski sumber-sumber guna melaksanakan suatu kebijakan

cukup dan para pelaksana mengetahui apa dan bagaimana cara

melakukannya, namun implementasi kebijakan belum tentu efektif

karena tidak adanya keefesienan struktur birokrasi. Struktur birokrasi

meliputi struktur organisasi, pembagian wewenang, hubungan antar

unit organisasi dan hubungan organisasi dengan organisasi lainnya.

Memperhatikan pendapat tersebut, maka diambil suatu

kesimpulan bahwa pengertian implementasi adalah suatu proses yang

melibatkan sejumlah sumber daya yang ada termasuk manusia, dana,

kemampuan organisasional baik oleh pemerintah atau swasta

Page 45: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

29

(individu-individu atau kelompok) untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan (Joko Widodo, 2001 :

193). Agar implementasi suatu kebijakan dapat tercapai tujuannya

serta dapat diwujudkan, harus dipersiapkan dengan baik.

Sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan

implementasi kebijakan, namun kalau tidak dirumuskan dengan baik,

maka apa yang menjadi tujuan kebijakan tidak akan terwujud. Jadi,

apabila menghendaki suatu kebijakan dapat diimplementasikan dengan

baik, harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik sejak tahap

perumusannya atau pembuatan kebijakan publik sampai kepada

antisipasi terhadap kebijakan tersebut diimplementasikan.

Bila dikaitkan hubungan hukum dengan kebijakan publik,

dapat dikatakan bahwa setiap produk hukum pada dasarnya adalah

hasil dan proses kebijakan publik. Hal ini dapat dilihat pada proses

pembentukan hukum. Dimana pada proses pembentukan hukum

sebagai alur dan tahap dilalui sampai pada terciptanya sebuah

peraturan hukum.

Menurut Bilhelm Auber (dalam Budi Winarno. 2002: 47)

dalam rangka pencapaian tujuan kebijakan diperlukan adanya sarana

berupa hukum, karena secara teknis hukum dapat memberikan /

melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Hukum merupakan suatu sarana untuk menjamin kepastian dan

memberikan krediktabilitas di dalam kehidupan masyarakat;

Page 46: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

30

b. Hukum merupakan sarana pemerintah untuk menerapkan sanksi;

c. Hukum sering dipakai oleh pemerintah sebagai sarana untuk

melindungi melawan kritik;

d. Hukum dapat digunakan sebagai sarana untuk mendistribusikan

sumber daya yang ada.

Hukum adalah produk dari politik, sedangkan hukum itu

sendiri merupakan indikasi adanya kebijakan agar dapat

diimplementasikan, maka semakin nampak keterkaitan antara hukum

dan kebijakan sebagaimana disebutkan oleh sigler (dalam Esmi

Warassih. 2005: 133), bahwa “Constitutions, statues, administrative

orders and executive orders are indicators of policy”.

Hubungan antara kebijakan dengan hukum semakin jelas,

sebagaimana disebutkan oleh R Dye, bahwa “Government lends

legitimacy to policies. Governmental policies are generally regarded

as legal obligations which command the loyalty of citizens”.

Selanjutnya dikatakan oleh Sigler bahwa hukum merupakan

suatu bagian yang integral dari kebijakan. Keadaan seperti itu

menyebabkan hukum menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan hukum

dipandang sebagai elemen penting bagi perkembangan politik.

Pada dasarnya hukum merupakan perlengkapan masyarakat

untuk menjamin agar kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat dapat

dipenuhi secara teratur. Hukum harus mampu menjadi sarana agar

tujuan kebijakan pemerintah dapat terwujud dalam masyarakat.

Page 47: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

31

4. Hubungan Hukum dan Kebijakan Publik

Hukum dan Kebijakan public merupakan variabel yang memiliki

keterkaitan sangat erat, sehingga telaah tentang Kebijakan Pemerintah

semakin dibutuhkan untuk dapat memahami peranan hukum saat ini.

Kebutuhan tersebut semakin dirasakan seiring dengan semakin meluasnya

peranan pemerintah memasuki bidang kehidupan manusia, dan semakin

kompleksnya persoalan-persoalan ekonomi, sosial, dan politik.

Hukum memiliki hubungan timbal balik dengan masyarakatnya,

karena hukum itu sendiri merupakan sarana pengatur masyarakat dan

bekerja dalam masyarakat. Itulah sebabnya hukum tidak terlepas dari

gagasan maupun pendapat yang hidup dalam masyarakat. Struktur

masyarakat bisa menjadi penghambat sekaligus sebagai dapat memberikan

sarana-sarana sosial, sehingga memungkinkan hukum dapat diterapkan

dengan sebaik-baiknya. (Esmi Warassih, 2005 : 85).

Disamping itu hukum yang berperan membantu pemerintah dalam

usaha menemukan alternatif kebijakan yang baik dan bermanfaat bagi

masyarakat. Hukum memberikan legitimasi bagi pelaksanaan kebijakan

public, dan sebagai peraturan perundangan ia telah menampilkan sosoknya

sebagai salah satu alat untuk melaksanakan kebijakan. Dalam rangka

merealisasikan kebijakan, penggunaan peraturan perundang – undangan

yang dibuat untuk mempengaruhi aktivitas pemegang peran, dalam hal ini

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI

Page 48: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

32

Nomor 98/Kep/M. KUKM/IX/2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat

Akta Koperasi yang perlu untuk diimplementasikan.

Proses implementasi kebanyakan diserahkan kepada lembaga

pemerintah dalam berbagai jenjang/ tingkat, baik propinsi maupun tingkat

kabupaten. Setiap jenjang pelaksanaannyapun masih membutuhkan

pembentukan kebijakan lebih lanjut dalam berbagai bentuk peraturan lain

untuk menjabarkan lebih lanjut. (Esmi Warassih, 2005 : 136).

Sedangkan hubungan hukum dan kebijakan publik dapat dilihat

dari berbagai variabel, sebagaimana disebutkan oleh Friedman (dalam

Setiono, 2004: 2) yaitu :

a. Formulasi hukum.

Hubungan pembentukan hukum dan kebijakan publik saling

memperkuat satu sama lain. Sebuah produk hukum tanpa ada proses

kebijakan public di dalamnya, produk hukum itu akan kehilangan

makna substansinya, sebaliknya sebuah proses kebijakan publik tanpa

legitimasi hukum, maka akan lemah pada tatanan operasionalnya.

b. Implementasi / penerapan.

Yaitu berkaitan dengan penerapan hukum dan implementasi

kebijakan publik dapat saling membantu memperlancar jalannya hasil-

hasil hukum dan kebijakan publik di lapangan. Pada dasarnya di dalam

penerapan hukum tergantung pada 4 unsur :

1) Unsur hukum.

Page 49: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

33

Yaitu produk atau kalimat, aturan-aturan hukum, kalimat

hukum harus ditata sedemikian rupa hingga maksud yang

diinginkan oleh pembentuk hukum terealisasi di lapangan.

2) Unsur Struktural

Yaitu yang berkaitan dengan lembaga-lembaga atau

organisasi yang diperlukan dalam penerapan hukum.

3) Unsur masyarakat

Yaitu yang berkaitan dengan kondisi sosial politik dan

ekonomi masyarakat yang akan terkena dampak dari diterapkannya

aturan hukum..

4) Unsur budaya.

Diharapkan produk hukum yang dibuat dapat sesuai dengan

budaya yang ada dalam masyarakat, sebaiknya apbila produk

hukum yang tidak sesuai dengan bidang masyarakat tidak dapat

diterima.

c. Evaluasi Kebijakan

Adalah suatu evaluasi yang akan menilai apakah kebijakan public

sudah sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum, dengan

demikian akan menentukan gagal atau suksesnya suatu kebijakan

untuk mencapai tujuan. Evaluasi kebijakan dapat dibedakan dalam 3

macam :

1) Evaluasi administrative, yang dilakukan di dalam lingkup

pemerintahan atau instansi

Page 50: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

34

2) Evaluasi Yudicial, yang berkaitan dengan obyek hukum, apakah

ada pelanggaran atau tidak dari kebijakan yang dievaluasi tersebut

3) Evaluasi politik, yang dilakukan oleh lembaga-lembaga politik ,

baik parlemen ataupun parpol.

5. Notaris

Tentang notaris di Indonesia semula diatur oleh Reglement op het

notariesamht in Nederlads Indie atau peraturan jabatan notaris di

Indonesia yang mulai berlaku sejak tahun 1860 (Stb. 1860 No. 3) yang

kemudian jabatan notaris diatur dalam :

a. Ordonantie tanggal 16 September 1931 tentang honorarium Notaris.

b. Undang-Undang No 33 tahun 1954 tentang wakil Notaris dan wakil

notaris sementara.

Dalam perkembangannnya banyak ketentuan-ketentuan yang

terkandung dalam peraturan jabatan notaris yang sudah tidak sesuai lagi

dengan kebutuhan perkembangan masyarakat Indonesia sehingga pada

tanggal 16 oktober 2004 diundangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 tentang jabatan notaris dalam lembaran negara Republik Indonesia

tahun 2004 Nomor 117 yang terdiri dari XIII bab dan 92 pasal.

Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 memberikan pengertian

notaris sebagai Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta

otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-

undang.

Page 51: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

35

Notaris diberi wewenang oleh undang-undang untuk menciptakan

alat pembuktian yang sempurna yaitu akta otentik. Akta notaris adalah

akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut bentuk dan

tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang, maksudnya adalah suatu

akta yang isinya pada pokokonya dianggap benar, hal tersebut sangat

penting untuk mereka yang membutuhkan alat pembuktian untuk suatu

keperluan, baik untuk pribadi maupun kepentingan suatu usaha.

Perlu ada dan terciptanya akta otentik jika dilihat dari asas manfaat

adalah karena kebutuhan masyarakat akan pentingnya alat bukti tertulis

yang mempunyai kedudukan istimewa, khususnya dalam bidang hukum

perdata. Hal ini erat kaitannya dengan kekuatan pembuktian (khusus

dalam sengketa dan perkara menurut Hukum Acara Perdata).

Notaris sebagai pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah

termasuk unsur penegak hukum yang memberikan pelayanan hukum

kepada masyarakat dan berstatus profesi swasta yang berwenang untuk

membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

Notaris memiliki kewenangan antara lain membuat akta mengenai

semua perbuatan, perjanjian dan penetapan, sepanjang pembuatan akta itu

oleh suatu peraturan umum tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada

pejabat atau orang lain. Dengan perkataan lain, wewenang notaris bersifat

umum (regel) sedang wewenang pejabat lain adalah pengecualian.

Page 52: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

36

Hal ini yang menyebabkan apabila di dalam suatu perundang-

undangan untuk suatu perbuatan hukum diharuskan adanya akte otentik

terkecuali oleh undang-undang tersebut dinyatakan secara tegas bahwa

selain dari notaris, pejabat umum lainnya juga turut berwenang untuk

pembuatan suatu akta tertentu.

Kewenangan Notaris diatur oleh pasal 15 Undang-undang nomor

30 tahun 2004 sebagai berikut ;

a. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,

perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-

undangan dan / atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk

dinyatakan dalam akta otentik itu. Menjamin kepastian tanggal

pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan

kutipan akta. Semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak

juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain

yang ditetapkan oleh undang-undang.

b. Notaris berwenang pula mengesahkan tanda tangan dan menetapkan

kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku

khusus.

c. Membubuhkan surat-surat dibawah tangan dengan mendaftar di buku

khusus.

d. Membuat copy dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan

yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat

yang bersangkutan.

Page 53: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

37

e. Melakukan pengesahan kecocokan foto copy dengan surat aslinya.

f. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta.

g. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan dan

h. Membuat akta risalah lelang.

6. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Ri Nomor : 98 / Kep /

M.KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi

Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi diatur dalam Surat

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Republik Indonesia Nomor : 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris

Sebagai Pembuat Akta Koperasi.

Pengertian Notaris Pembuat Akta Koperasi sebagaimana diatur

dalam pasal 1 ayat (4) SK Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia nomor: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 adalah

Pejabat Umum yang diangkat berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris yang

diberi kewenangan antara lain untuk membuat akta pendirian., akta

perubahan anggaran dasar dan akta-akta lainnya yang terkait dengan

kegiatan koperasi.

Menurut Abul Wahab Wajo, SH (dalam H. Budi Untung .2005 :

25) ada perbedaan pengertian antara “Notaris sebagai pembuat Akta

Koperasi” dengan “Notaris Pembuat Akta Koperasi’, dimana “Notaris

sebagai Pembuat Akta Koperasi” berarti yang menjadi pejabat umum

Page 54: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

38

adalah notaris. Sedangkan “Notaris Pembuat Akta Koperasi” adalah nama

jabatan itu sendiri.

Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi bertugas membuat akta

otentik sebagai bukti dilakukannya suatu perbuatan hukum tertentu dalam

proses pendirian. Perubahan anggaran dasar serta akta-akta lainnya yang

terkait dengan kegiatan koperasi untuk dimohonkan kepada pejabat yang

berwenang (Pasal 3 ayat (1) SK Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah RI No: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004).

a. Syarat-syarat Notaris Pembuat Akta Koperasi

Untuk dapat ditetapkan sebagai Notaris Pembuat Akta

Koperasi, menurut Pasal 4 SK Menteri Negara Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor :

98/KEP/M.KUKM/IX/2004 harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1) Notaris yang telah berwenang menjalankan jabatan sesuai

Peraturan jabatan Notaris;

2) Memiliki sertifikat tanda bukti telah mengikuti pembekalan di

bidang perkoperasian yang ditanda tangani oleh Menteri.

Notaris yang telah memenuhi syarat mengajukan permohonan

tertulis kepada menteri, melalui kepala Dinas/instansi yang

membidangi koperasi tingkat kabupaten/kota pada tempat kedudukan

notaris yang bersangkutan untuk ditetapkan sebagai notaris pembuat

akta koperasi, dengan melampirkan :

Page 55: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

39

1) Surat keputusan pengangkatan notaris.

2) Sertifikat tanda bukti telah mengikuti pembekalan di bidang

perkoperasian.

3) Alamat kantor beserta contoh tanda tangan, paraf dan stempel

notaris.

b. Jenis-jenis Akta yang dapat dibuat Notaris Pembuat Akta koperasi

Menurut Pasal 3 ayat (2) SK Menteri Negara Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah RI Nomor : 98/KEP/M.KUKM/IX/2004,

Notaris sebagai pembuat akta koperasi mempunyai tugas membuat

akta otentik yang terkait dengan kegiatan koperasi meliputi :

1) Akta Pendirian Koperasi

Adalah akta perjanjian yang dibuat oleh para pendiri dalam

rangka pembentukan koperasi dan memuat anggaran dasar

koperasi. (Pasal 1 ayat (1) SK Menteri Negara Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah RI No: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004).

2) Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi

Adalah akta perjanjian yang dibuat oleh anggota koperasi

dalam rangka perubahan anggaran dasar suatu Koperasi yang berisi

pernyataan dari para anggota koperasi atau kuasanya yang ditunjuk

dan diberi kuasa dalam suatu rapat anggota perubahan anggaran

dasar untuk menandatangani perubahan anggaran dasar. (Pasal 1

ayat (2) SK Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah RI No : 98/KEP/M.KUKM/IX/2004).

Page 56: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

40

3) Akta-akta lainnya yang terkait dengan kegiatan koperasi

c. Prosedur Pembuatan dan Pengesahan Akta Koperasi

1) Bentuk Akta Pendirian, Perubahan dan akta lain yang terkait

dengan kegiatan koperasi.

Akta Pendirian, Perubahan dan akta lain yang terkait

dengan kegiatan koperasi dibuat dengan bentuk dan isi sesuai

dengan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 7 SK Menteri

Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI No:

98/KEP/M.KUKM/IX/2004).

2) Tata cara pembuatan akta koperasi oleh notaris diatur dalam Pasal

9 SK Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI

No: 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 sebagai berikut :

a) Pembuatan akta pendirian perubahan anggaran dasar koperasi

untuk koperasi primer dan sekunder di tingkat Kabupaten /

Kota, Propinsi maupun Nasional, adalah kewenangan Notaris

sesuai dengan kedudukan kantor koperasi tersebut berada.

b) Khusus untuk koperasi yang berkedududkan di Daerah Khusus

Ibukota Jakarta, Pembuatan akta pendirian dan perubahan

anggaran dasar koperasi adalah kewenangan yang

berkedudukan di daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Page 57: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

41

3) Pengesahan

Menurut pasal 10 Surat Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI No:

98/KEP/M.KUKM/IX/2004 sebagai berikut:

a) Akta Pendirian dan Akta PerubahanAnggaran Dasar Koperasi

yang telah dibuat oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi

disampaikan kepada Menteri atau pejabat yang berwenang

untuk dimintakan pengesahannya, sesuai peraturan yang

berlaku.

b) Persyaratan dan tata cara pengesahan atau persetujuan akta

pendirian dan akta perubahan anggaran dasar koperasi serta

akta-akta yang terkait dengan kegiatan koperasi dilaksanakan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Koperasi

Mengenai Koperasi di Indonesia semula diatur oleh Undang-

Undang Nomor : 12 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian yang

berlaku sampai tahun 1992. Dalam rangka melakukan pembangunan

koperasi, maka pada tanggal 21 Oktober 1992 di undangkan Undang-

Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116.

Koperasi berasal dari kata co-operation, yang maknanya ; Co,

bersama dan Operation : bekerja. Jadi koperasi artinya bekerja sama

(Wisnu Wardana, 2000 : 6). Adanya bekerja sama diharapkan tercapai

Page 58: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

42

tujuan yang semula sulit dicapai oleh orang perseorangan. Tetapi

akan mudah dicapai bila dilakukan kerjasama antara beberapa

orang. Misalnya pengumpulan sejumlah uang tunai secara kolektif

yang bisa dipinjamkan kepada anggota-anggota koperasi dengan

bunga yang lebih ringan dari pada meminjam uang di bank atau

pembelian barang-barang konsumsi secara bersama-sama dengan

harga yang lebih murah dari pada membeli barang tersebut secara

sendiri-sendiri.

Koperasi memiliki definisi dari para sarjana, antara lain:

Menurut Ewell Paul Roy (Mohammad Hatta, 1961 : 9)

A cooperative is devined as a busines voluntarity organized operating at cost , which is owned capitalized by members patrons as a users sharing risk and benefits. Propotional ti their participation.

Menurut Muhammad Hatta (Margono Djoyohadikusuma , 1992 : 4)

Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong.

Selanjutnya menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 25 tahun 1992,

koperasi adalah :

Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas kekeluargaan.

Landasan asas koperasi Indonesia adalah pancasila dan berasaskan

kekeluargaan (pasal 2), serta bertujuan untuk memajukan kesejahteraan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut

Page 59: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

43

membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan

masyarakat yang adil, makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-

undang Dasar 1945 (pasal 33).

Sedangkan fungsi dan peran koperasi adalah membangun dan

mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya dengan berperan aktif mempertinggi

kualitas kehidupan manusia dan masyarakat untuk memperkokoh

perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekomian

nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya serta berusaha

mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang

merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi

ekonomi (Kartasaputra . 2001 : 45).

Asas kekeluargaan sebagai sendi dasar dalam membangun sistim

perekonomian nasional bangsa kemudian diwujudkan dalam bentuk

koperasi yang juga sebagai gerakan ekonomi rakyat untuk mewujudkan

masyarakat yang maju, adil dan makmur (Mohammad Hatta.1964 : 12).

Prinsip Koperasi yang merupakan esensi dari dasar kerja koperasi

sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas jati diri koperasi yang

membedakan dengan badan usaha lain (Ibnoe Soedjono. 2001 : 23) adalah

sebagai berikut :

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka maksudnya adalah orang

yang menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun.

Page 60: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

44

Demikian juga apabila ada seseorang yang akan mengundurkan diri

dari anggota tidak dilarang asalkan sesuai dengan syarat-syarat yang

ditentukan dalam anggaran dasarnya.

b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis maksudnya adalah bahwa

pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para

anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan

kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota maksudnya

pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-

semata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi,

tetapi berdasarkan perimbangan jasa usaha terhadap koperasi.

Ketentuan ini merupakan perwujudan dari nilai kekluargaan dari

keadilan.

d. Pembagian balas jasa yang terbatas terhadap modal maksudnya modal

dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan

anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu

balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga

terbatas dan semata-mata tidak didasarkan atas besarnya modal yang

diberikan. Sedangkan yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar

dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku di pasar.

e. Kemandirian maksudnya adalah dapat berdiri sendiri tanpa tergantung

pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan,

Page 61: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

45

keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Selain itu terkandung pula

pengertian pada arti kebebasan yang bertanggung jawab, otonomi,

swadaya, berani mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri dan

adanya kehendak untuk mengelola diri sendiri.

f. Pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar koperasi maksudnya

adalah untuk mengembangakan diri koperasi itu sendiri melalui

penyelenggaraan pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar

koperasi dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan

anggota dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan

koperasi.

Sukses tidaknya sebuah koperasi harus dilihat dari keberhasilannya

dalam mempromosikan anggotanya (to promote the members) melalui

kegiatan untuk memperbaiki keadaan ekonomi dan kesejahteran

anggotanya dengan bentuk kegiatan koperasi yang bermacam-macam

tergantung kepentingan ekonomi anggotanya (Sutantyo Hadikusuma. 2000

: 47)

Koperasi sebagai badan usaha harus bekerja secara rasional.

Anggota koperasi harus mampu menjalankan usaha bersama yang

diharapkan dapat menolong diri sendiri. Dalam arti percaya atas

kemampuan sendiri (self reliance), mampu mengorganisir diri dalam

kelompok swadaya (self organization, mampu mengambil keptusan sendiri

(self decision) dan mampu menjalankan administrasi sendiri (self

administration) (Koermen . 2004 : 64)

Page 62: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

46

Dalam kegiatan pendirian suatu badan hukum koperasi harus

melalui 2 proses sebagai berikut :

a. Proses Pendirian Koperasi

1) Fase Pembentukan / Pendirian

Koperasi umumnya didirikan oleh orang-orang yang

mempunyai alat dan kemampuan yang sangat terbatas, yang

mempunyai keinginan untuk memperbaki taraf hidup dengan cara

bergotong royong, oleh karena itu prosedur atau persyaratan

pendiriannya bersifat sederhana, tidak berbelit-belit, dengan

persyaratan modal yang relative kecil, dan tanpa dipungut biaya

yang tinggi (Kartasaputra .2001 : 165)

Persyaratan untuk mendirikan koperasi yang umumnya

telah tertuang dalam Undang-Undang ataupun Peraturan Koperasi

antara lain sebagai berikut :

a) Orang-orang yang akan mendirikan koperasi harus mempunyai

kepentingan ekonomi yang sama.

b) Orang-orang yang akan mendirikan koperasi harus mempunyai

tujuan yang sama.

c) Harus memenuhi syarat jumlah minimum anggota, seperti telah

ditentukan oleh pemerintah.

d) Harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti yang telah

ditentukan pemerintah.

e) Harus telah dibuat konsep anggaran dasar koperasi

Page 63: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

47

Jika persyaratan tersebut telah ada, maka orang-orang yang

memprakarsai pembentukan koperasi tersebut mengundang untuk

rapat pertama, sebagai rapat pendirian koperasi.

Dalam rapat pendirian ini selain disahkan anggaran dasar

koperasi, juga dibentuk pengurus dan pengawas.

Setelah perangkat organisasi koperasi terbentuk dalam rapat

pendirian tersebut, maka untuk selanjutnya pengurus koperasi

(yang juga pendiri) mempunyai kewajiban mengajukan

permohonan pengesahan kepada pejabat yang berwenang secara

tertulis disertai Akta Pendirian Koperasi dan Berita Acara Rapat

Pendirian.

2) Fase Pengesahan

Atas dasar permohonan pengesahan yang disampaikan oleh

pengurus koperasi (juga merupakan pendiri) secara tertulis, maka

dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya

permohonan pengesahan. Pejabat yang bersangkutan harus

memberikan putusan apakah permohonan tersebut diterima atau

tidak.

Pejabat yang berwenang untuk mengesahkan akta

pendirian. Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi

diatur oleh Surat Kepmenneg Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia Nomor :

123/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Penugasan Pejabat Yang

Page 64: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

48

Berwenang Untuk Memberikan Pengesahan Akta pendirian.

Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi Pada

Propinsi dan Kabupaten / Kota yaitu :

a) Deputi Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Bidang Kelembagaan Koperasidan Usaha Kecil dan Menengah

sebagai pejabat yang berwenang untuk dan atas nama Menteri

Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah memberikan

pengesahan Akta pendirian, perubahan anggaran dasar dan

pembubaran koperasi printer dan sekunder yang anggotanya

berdomisili lebih dari satu Propinsi / Daerah Istimewa.

b) Gubernur sebagai pejabat yang berwenang untuk dan atas nama

Menteri Negara Koperasi dan usaha Kecil dan Menengah

sebagai penyelenggara tugas pembantuan dalam rangka

pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar dan

pembubaran koperasi primer dan sekunder yang anggotanya

berdomisili lebih dari satu Kabupaten / Kota dalam wilayah

Propinsi / Daerah Istimewa yang bersangkutan.

c) Bupati / Walikota sebagai pejabat yangb berwenang untuk dan

atas nama Menteri Negara Koperasi dan usaha Kecil dan

Menengah sebagai penyelenggara tugas pembantuan dalam

rangka pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar

dan pembubaran koperasi primer dan sekunder yang

Page 65: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

49

anggotanya berdomisili di wilayah Kabupaten / Kota yang

bersangkutan.

Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesadaran dan

kehendak secara bebas dari para calon anggota tanpa adanya

paksaan dari dan oleh siapapun (Winanto Wiryomartani. 2004 : 19)

Dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor

25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dinyatakan bahwa yang

dapat menjadi anggota koperasi Indonesia adalah setiap warga

Negara Indonesia yang mampu melaksanakan tindakan hukum dan

Koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan

dalam Anggaran Dasar.

B. Kerangka Berpikir

Alur berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat, mengacu pada pasal 33

ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa perekonomian

Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Selanjutnya penjelasan pasal 33 antara lain menyatakan bahwa kemakmuran

masyarakatlah yang diutamakan bukan kemakmuran orang seorang dan

bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi, dimana koperasi

ditempatkan sebagai soko guru perekonomian nasional (penjelasan pasal 33

UUD 1945) maupun bagian integral tata perekonomian nasional yang

Page 66: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

50

pengaturannya termuat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian.

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat

Akta Koperasi merupakan kebijakan pemerintah dalam rangka untuk

memperkuat landasan hukum koperasi.

Dengan adanya akta autentik yang dibuat oleh Notaris dan disahkan

oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah diharapakan

koperasi mampu bersaing dengan badan usaha lain untuk membangun

perekonomian bangsa (Pieter Latumatea .2004 : 12).

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004, Tentang Notaris Sebagai Pembuat

Akta Koperasi perlu diimplementasikan oleh masyarakat pemohon akta badan

hukum koperasi, Notaris Pembuat Akta Koperasi maupun oleh pemerintah,

yang dalam hal ini adalah Dinas Pelayanan Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah Propinsi Jawa Tengah mempunyai kewajiban untuk

mengimplementasikannya.

Implementasi akan dilaksanakan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan

UKM Provinsi Jawa Tengah selaku wakil Pemerintah, Notaris sebagai

Pembuat Akta Koperasi dan Masyarakat pemohon Akta Badan Hukum

Koperasi.

Page 67: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

51

Dalam kenyataan implementasi Keputusan Menteri kurang efektif

dalam mencapai tujuan diterbitkannya peraturan tersebut karena dipengaruhi

oleh berbagai faktor yakni substansi hukum, budaya/kultur hukum, struktur.

Alur pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai

berikut :

`

Bagan II : Alur pikir penyelesaian masalah

Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

Pasal 33 UUD 1945

UU No. 25 / 1992Tentang Perkoperasian

Budaya / Kultur Hukum

Masyarakat Pemohon Akta Koperasi

Substansi Hukum Struktur Hukum

Kepmenegkop. dan UKM RI No. 98/Kep/M.KUKM/IX/2004

tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi

(Dinas Pelayanan Kop. dan UKM Prov. Jateng)

Notaris

Kurang efektif

Page 68: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

52

BAB III

METODE PENELITIAN

Agar dapat memperoleh hasil penelitian yang memiliki bobot nilai yang

tinggi serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka diperlukan metode

penelitian yang dapat, memberikan arah dan pedoman dalam memahami objek

yang diteliti sehingga penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai

dengan rencana yang ditetapkan.

Metode dalam arti umum berarti suatu studi yang logis dan sistematis

tentang prinsip-prinsip yang mengarah pada suatu penelitian. Metodologi juga

berarti secara ilmiah mencari kebenaran. (Setiono, 2005 : 3).

Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan

konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis berarti

berdasarkan suatu sistem, dan konsisten berarti tidak ada hal-hal yang

bertentangan dengan kerangka tertentu (Soerjono Soekanto, 1986 : 42). Penelitian

hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisanya

(Bambang Sunggono, 2003 : 39).

Berdasarkan pengertian metode dan penelitian tersebut untuk menghasilkan

suatu karya ilmiah seperti yang diharapkan maka diperlukan berbagai macam data

yang akurat dan dapat dipercaya kebenarannya.

Page 69: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

53

Beberapa hal yang menyangkut metode penelitian dalam tesis ini adalah

sebagai berikut :

A. Jenis penelitian

Dalam penelitian hukum, metode yang digunakan tergantung pada

konsep apa yang dimaksud tentang hukum. Setiono mengikuti pendapat

Sutandyo Wignyosubroto menyatakan ada lima konsep hukum (Setiono, 2005

: 20) masing-masing :

1. Hukum adalah asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan

berlaku universal.

2. Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan

hukum nasional.

3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim incrocreto dan

tersistematisasi sebagai judge made law.

4. Hukum adalah pola-pola prilaku sosial yang terlembagakan eksis sebagai

variable sosial yang empirik.

5. Hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial

sebagai tampak dalam interaksi antar mereka.

Berdasarkan pada penjelasan konsep hukum menurut Soetandyo

Wignyosoebroto tersebut, maka penelitian ini mendasarkan pada konsep

hukum yang ke 5 (lima) yaitu Hukum adalah manifestasi makna-makna

simbolik para prilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar mereka.

Hukum disini bukan dikonsepkan sebagai rules, tetapi sebagai regularities

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Disini hukum adalah tingkah laku

Page 70: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

54

atau aksi-aksi dan interaksi manusia yang secara aktual dan potensial akan

terpola (Burhan Ashshofa, 2004 : 34).

Penelitian dalam penulisan tesis ini termasuk jenis penelitian hukum

sosiologis atau non doctrinal, yakni penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan

hukumnya, karena dengan penelitian ini akan dapat diketahui sebab-sebab

suatu permasalahan terjadi dibalik pelaksanaan dan penegakan hukum.

Dilihat dari bentuknya , penelitian ini adalah termasuk dalam bentuk

penelitian evaluatif yakni penelitian yang bertujuan untuk menilai suatu

program yang dijalankan yang dilanjutkan dengan penelitian diagnostik dan

perskriptif yakni mengevaluasi dan memberi saran dan solusinya.

Sedang dilihat dari sifatnya termasuk penelitian yang bersifat

diskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan mendiskripsikan implementasi

dari SK Menteri Negara Koperasi dan Usaha kecil Menengah RI No.

98/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa

Tengah, beberapa kantor Notaris antara lain Kantor Notaris Tri Isdiyanti SH di

Semarang mewakili notaris yang selalu mengkoordinasikan terlebih dahulu

draft akta koperasi dengan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah

sebelum akta dimintakan pengesahan, Kantor Notaris Sunarto, SH di

Surakarta mewakili notaris yang sudah mendapatkan pembekalan

Page 71: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

55

perkoperasian tetapi tidak mengajukan permohonan untuk menjadi Notaris

Pembuat Akta Koperasi, Kantor Notaris Elizabeth Estiningsih di Blora

mewakili Notaris yang keliru dalam membuat akta koperasi, Perpustakaan

Pasca Sarjana UNDIP, perpustakaan Wilayah Prov. Jateng.

C. Jenis dan Sumber Data

Data adalah gejala-gejala yang dihadapi yang ingin diungkapkan

kebenarannya beserta hasil-hasilnya (Soerjono Soekanto, 1986 : 7). Data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah yang relevan dan menunjang dengan

maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis Data.

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang

sosiologis/non doctrinal (socio legal research). Penelitian hukum

sosiologis (non doctrinal) membutuhkan data-data yang lengkap untuk

mengidentifikasi suatu hal secara empiris data sekunder sebagai dasar

kekuatan mengikat ke dalam. Sumber data dapat berupa manusia,

peristiwa, tingkah laku, dokumen dan arsip, serta berbagai benda lain (HB.

Soetopo, 1992 : 2). Jenis data yang digunakan ada 2 (dua) yaitu data

primer yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian atau

masyarakat melalui wawancara dan data sekunder yaitu keterangan atau

pengetahuan yang secara atau tidak langsung diperoleh melalui studi

kepustakaan, tulisan ilmiah dan sumber-sumber tertulis lainnya.

Page 72: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

56

2. Sumber Data.

Dalam penelitian ini sumber data yang dipergunakan adalah mencakup :

a. Sumber Data Primer .

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden melalui hasil wawancara mendalam, dan kuesioner dilokasi

penelitian. Sumber data primer didapatkan melalui wawancara dan

kuesioner yang merupakan cara untuk memperoleh keterangan lisan

dan tertulis, serta bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang

kehidupan manusia serta pendapat-pendapat mereka yang terkait

dengan program-program, kegiatan-kegiatan dalam implementasi

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98/ Kep /

M.KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi antara lain :

1) Data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengesahan badan

hukum koperasi bersumber dari Dinas Pelayanan Koperasi dan

UKM Provinsi Jawa Tengah.

2) Data yang berkaitan dengan pembuatan akta koperasi dari 3

Notaris yang yang sudah mengimplementasikan Kepmenegkop dan

UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 maupun yang

belum mengimplementasikan dari Notaris Tri Isdiyanti, SH,

Notaris Elizabeth Estiningsih, SH dan Notaris Sunarto, SH.

3) Data yang bersumber dari masyarakat mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan pembentukan koperasi

Page 73: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

57

b. Sumber Data Sekunder.

Data Sekunder merupakan data yang secara tidak langsung,

memberi keterangan yang sifatnya mendukung data primer. Menurut

Abdulkadir Muhammad, (2004 : 85) bahwa data sekunder terdiri dari 3

bahan hukum, yaitu :

1) Bahan Hukum Primer.

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai

kekuatan mengikat secara umum (perundang-undangan) atau

mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak berkepentingan

(kontrak, konvensi, dokumen hukum, dan keputusan hakim).

Bahan Hukum Primer terkait dalam penelitian ini adalah :

a) Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945

b) Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian.

c) Undang-Undang Nomor : 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris.

d) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98

/ Kep / M.KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi.

e) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor :

123 / Kep / M.KUKM / X / 2004 Tentang Penugasan Pejabat

Yang Berwenang Untuk Memberikan Pengesahan Akta

Pendirian Koperasi.

Page 74: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

58

f) Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1994 Persyaratan Dan Tata

Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran

Dasar Koperasi.

2) Bahan Hukum Sekunder.

Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang memberi

penjelasan terhadap bahan hukum primer, mencakup : bahan-bahan

kepustakaan, buku- buku hasil karya para sarjana dan tulisan-

tulisan yang berkaitan dengan masalah yang terjadi, antara lain :

a) Buku Metodologi Penelitian Hukum.

b) Buku Sosiologi Hukum

c) Buku mengenai Notaris

d) Buku mengenai Koperasi.

e) Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Koperasi

3). Bahan Hukum Tersier.

Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang memberi

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti :

a) Kamus Besar Bahasa Indonesia.

b) Kamus Bahasa Inggris.

D. Teknik pengumpulan data

1. Pengamatan (Observasi)

Page 75: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

59

Menurut W. Gulo (dalam Lexi J Moleong, 2000 : 116) pengamatan

adalah metode pengumpulan data dimana peneliti dan kolaboratornya

mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian .

Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa itu bisa dengan melihat,

mendengarkan, merasakan yang kemudian dicatat seobyektif mungkin.

Dalam penelitian ini penulis berperan sebagai partisipan pengamat dimana

masing-masing pihak baik pengamat maupun yang diamati menyadari

perannya. Peneliti sebagai pengamat membatasi diri dalam berpartisipasi

dan mempunyai jarak dengan responden yang diamatinya. Dalam

penelitian ini penulis akan mengadakan observasi tentang upaya-upaya

yang dilakukan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan Notaris Pembuat Akta

Koperasi dalam mengatasi permasalahan dalam pembuatan dan

pengesahan badan hukum koperasi.

2. Wawancara

Wawancara yaitu suatu cara yang digunakan untuk memperoleh

keterangan secara lisan guna mencapai tujuan tertentu (Burhan Ashshofa,

1996 : 95).

Dalam Penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara

tidak terstruktur atau wawancara mendalam , karena penelitian ini bersifat

lentur , tidak tersruktur ketat dan tidak dalam suasana formal (Patton,

dalam HB Sutopo, 2002 : 184). Wawancara dilakukan dengan, pejabat

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, selaku pihak

yang mengesahkan badan hukum koperasi, Notaris Elizabeth Estiningsih,

Page 76: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

60

SH, Notaris Sunarto, SH dan Notaris Tri Isdiyanti, SH, dan Sdr Lasiman

selaku wakil masyarakat pemohon akta koperasi.

3. Studi Dokumen

Dokumen adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau

peristiwa pada waktu lalu (W. Gulo dalam Lexi J Moleong, 2002 : 123).

Jurnal dalam bidang keilmuan tentu termasuk dalam dokumen penting

yang merupakan acuan bagi peneliti dalam memahami objek

penelitiannya. Bahkan literatur-literatur yang relevan dimasukkan pula

dalam kategori dokumen yang mendukung penelitian. Semua dokumen

yang berhubungan dengan penelitian yang bersangkutan perlu dicatat

sebagai sumber informasi

4. Kuesioner

Merupakan daftar pertanyaan bagi pengumpulan data dalam

penelitian (HB Sutopo, 2002 : 70). Tehnik Pengumpulan datanya atau cara

mengajukan pertanyaan kepada informan bisa dilakukan baik secara lisan

atau tertulis. Dalam pelaksanaan secara lisan, pertanyaan tersebut

dibacakan dan kepada responden secara tepat sesuai dengan yang tertulis,

dan jawaban ditulis oleh pengumpul data dalam kuesioner tersebut sesuai

pilihan jawaban yang tersedia.

E. Tehnik Sampling

Tehnik sampling dari sumber data orang ditentukan dengan

menggunakan cara Purposive Sampling yaitu sample yang dipilih berdasarkan

Page 77: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

61

pertimbangan / penelitian subyektif dari peneliti sesuai dengan kemampuan

memberikan informasi yang diperlukan peneliti , dimana peneliti menentukan

sendiri responden mana yang dianggap dapat mewakili populasi. (Burhan

Ashshofa, 2004 : 91). Dalam penelitian ini yang penulis anggap dapat

memberi informasi yang teliti adalah, pejabat Dinas Pelayanan Koperasi dan

UKM Provinsi Jawa Tengah atas nama Safitri Handayani , SH (1 orang), Sdr

Lasiman selaku wakil masyarakat Pelaku Koperasi (1 orang), Notaris Pembuat

Akta Koperasi (3 Orang) yakni Tri Isdiyanti, SH, Elizabeth Estingsih, SH dan

Sunarto, SH.

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini pada dasarnya dilakukan secara logis

dengan mengkaji data-data yang diperoleh melalui prinsip-prinsip logika,

sistimatis dimana data yang diperoleh tidak berdiri sendiri tetapi ada hubungan

saling mengkait dengan berbagai hal dengan masalah yang diteliti dan yuridis

yang artinya data dan kesimpulan yang didapat dikaitkan dengan ketentuan

yang berlaku. Sedangkan model analisa yang dipergunakan dalam penelitian

adalah model interaktif yalitu data dikumpulkan dalam berbagai macam cara

(Observasi, Wawancara dan studi dokumen) kemudian diproses dalam tiga

alur kegiatan yaitu : (Setiono, 2005 : 30)

1. Data Reduction (Mereduksi data) berupa membuat singkatan, coding,

memusatkan tema, membuat batasan-batasan permasalahan, menulis

Page 78: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

62

memo guna mempertegas membuat fokus sehingga kesimpulan akhir

dapat diambil.

2. Data display (Menyajikan data). Dengan melihat penyajian data, peneliti

akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan

sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

3. Conclusion Data (Menarik kesimpulan) dari awal pengumpulan data,

peneliti sudah harus mengerti apa arti dari hal-hal yang ia temui dan

melakukan pencatatan peraturan-peraturan pola-pola, pernyataan-

pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin arahan sebab akibat

dan proposisi-proposisi peneliti yang berkompeten memegang berbagai

hal tersebut tidak secara kuat, artinya tetap bersifat terbuka.

Tiga komponen analisis berlaku saling menjalin, baik sebelum, pada

waktu dan sesudah pelaksanaan pengumpulan data secara parallel. Setelah

analisis data selesai, maka hasilnya akan disajikan scara diskriptif yaitu

dengan jalan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan

permasalahan yang diteliti dan data yang diperoleh, sehingga didapatkan

saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah

maupun menilai program-program yang dijalankan.

Analisa data dengan model interaktif tersebut tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut :

Page 79: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

63

Bagan 3 : Proses Analisa Data (Interactive Model of Analysis)

Pengumpulan data

Penyajian Data

Reduksi Data Kesimpulan – kesimpulan / Verifikasi

Page 80: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penulis mengadakan penelitian pada Dinas Pelayanan Koperasi dan

usaha Kecil Menengah Provinsi Jawa Tengah. Permasalahan yang penulis

angkat adalah Implementasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM

RI Nomor : 98/ Kep / M. KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi. Topik yang akan diuraikan adalah : Diskripsi

Lokasi, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pelayanan Koperasi dan

UKM Provinsi Jawa Tengah, Implementasi Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004, tentang

Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi oleh masyarakat, notaries maupun

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan

hasil penelitian penulis dapatkan dari mulai wawancara mendalam dengan

narasumber, penyebaran questioner, dokumentasi dan observasi akan

diuraikan dibawah ini.

1. Diskripsi Lokasi

Pengesahan Akta Pendirian Koperasi merupakan tanggung

jawab Pemerintah yang dalam hal pelaksanaannya dilimpahkan kepada

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Untuk efektivitas

dan efisiensi maka pemberian pelayanan Pengesahan Akta Pendirian

Koperasi dilimpahkan pada Gubernur Jawa Tengah melalui Keputusan

Page 81: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

65

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Nomor : 123 / Kep

/ M. KUKM / X / 2004 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan

dalam Rangka Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar

dan Pembubaran Koperasi. Selanjutnya oleh Gubernur Jawa Tengah

ditidak lanjuti dengan menetapkan Keputusan Gubernur Nomor : 518 /

03657 Tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Pengesahan

Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi

dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah Kepada Kepala Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Tengah. Dengan mendasarkan pada

hal – hal tersebut diatas maka penulis membatasi masalah hanya pada

pengesahan Akta Pendirian Koperasi di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pelayanan Koperasi

dan UKM Provinsi Jawa Tengah.

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah

dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7

tahun 2001, tentang pembentukan Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan

Susunan Organisasi Dinas Pelayanan Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah Provinsi Jawa Tengah, dan Peraturan Daerah No 2 Tahun

2002 tentang Unit Pelaksana Teknis Dinas, Balai Pelatihan Koperasi dan

UKM.

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah

berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 38 Tahun 2002

tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kinerja Dinas

Page 82: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

66

Pelayanan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Pravinsi Jawa Tengah,

merupaka unsur pelaksana Pemerintah Daerah dibidang pelayanan

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang dipimpin oleh seorang

Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada

Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

Adapun pola hubungan organisasi Dinas Pelayanan dan UKM

Provinsi Jawa Tengah tampak pada bagan dibawah ini :

Page 83: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

67

GAMBAR 1

Bagan Struktur Organisasi

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM

Provinsi Jawa Tengah

Bagan 4 : Struktur Organisasi Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM

Provinsi Jawa Tengah

KEPALA DINAS

UPTDBALATKOP UKM

SUB BAGIANTATA USAHA

SEKSI PENYELENGGARA

SEKSI KAJI BANG

PERDA UPTD PROP JATENG NOMOR 2 TAHUN 2002 Tanggal : 2 APRIL 2002

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 38 TAHUN 2002 Tanggal : 5 Mei 2002

SUB BAGIANKEPEGAWAIAN

SUB BAGIANKEUANGAN

SUB BAGIAN UMUM

SUB BAGIAN HUKUM DAN

KELEMBAGAAN

BAGIAN TATA USAHA

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SUB DINAS PROGRAM

SUB DINAS FASILITAS PEMBIAYAAN

DAN SIMPAN PINJAM

SUB DINAS PELAYANAN

UKM

SUB DINAS PELAYANAN USAHA

KOPERASI

SEKSI D & I

SEKSI P E & P

SEKSI P P & HMS

SEKSI D & I

SEKSI D & I

SEKSI D & I

SEKSI U P & J

SEKSI U TAN

SEKSI U NON TAN

SEKSI KOPTAN

SEKSI NONTAN

Page 84: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

68

Untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan

dibidang Pelayanan Koperasi dan UKM Kepala Dinas Pelayanan dan

UKM Provinsi Jawa Tengah mempunyai tugas pokok :

a. Melaksanakan kewenangan desentralisasi dibidang pelayanan

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang diserahkan kepada

Pemerintah Daerah.

b. Melaksanakan kewenangan dibidang pelayanan Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah yang bersifat lintas Kabupaten/Kota.

c. Melaksanakan kewenangan Kabupaten/Kota dibidang pelayanan

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang dikerjasamakan dengan

atau diserahkan kepada Provinsi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

d. Melaksanakan kewenangan dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada

Gubernur dan tugas pembantuan dibidang pelayanan Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah sesuai denga peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut diatas Kepala

Dinas Pelayanan Kopetasi dan UKM mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan

Koperasi dan UKM sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur.

Page 85: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

69

b. Pelaksanaan penyusunan rencana dan program, pelaksanaan fasilitas,

monitoring, evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan Koperasi dan

UKM.

c. Pelaksanaan pengumpulan, pengelolaan, analisis data, informasi,

promosi dan kehumasan dibidang pelayanan Koperasi dan UKM.

d. Pelaksanaan perumusan penetapan kebijakan pembangunan dan

pengembangan Koperasi dan UKM.

e. Pelaksanaan fasilitas penyelenggaraan Pelayanan Koperasi Sekunder

dan Primer lintas Kabupaten/Kota dibidang pembiayaan dan

investasi.

f. Pelaksanaan pemberian dukungan kerja sama antar KUKM dengan

pelaku ekonomi.

g. Pelaksanaan perumusan, pemberian dan pencabutan Badan Hukum

Koperasi skala Provinsi.

h. Pelaksanaan pengawasan dan penilaian kesehatan Koperasi Simpan

Pinjam dan Unit Simpan Pinjam.

i. Pelaksanaan fasilitas pembentukan dan pengembangan jaringan

ekonomi Koperasi dan UKM.

j. Pelaksanaan pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, hukum,

kelembagaan koperasi, organisasi dan tata laksana, serta umum dan

perlengkapan.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut diatas Kepala

Dinas membawahkan/dibantu oleh :

Page 86: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

70

a. Kepala Bagian Tata Usaha

b. Kepala Subdinas Program

c. Kepala Subdinas Fasilitasi Pembiayaan dan Simpan Pinjam

d. Kepala Subdinas Pelayanan Usaha Kecil Menengah

e. Kepala Subdinas Pelayanan Usaha Koperasi

f. Kepala Unit Pelaksana Teknis daerah Balai Pelatihan Koperasi dan

UKM

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Selanjutnya sesuai dengan bagan sruktur organisasi Dinas

Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dan Unit Pelaksana

Teknis Daerah Balai Pelatihan Koperasi dan UKM ( balatkop-UKM )

maka :

a. Kepala Bagian Tata Usaha, membawahkan :

1) Sub Bagian Kepegawaian

2) Sub Bagian Keuangan

3) Sub Bagian Hukum dan Kelembagaan

4) Sub Bagian Umum

b. Sub Dinas Program, membawahkan :

1) Seksi Data dan Informasi

2) Seksi Program Evaluasi dan Pelaporan

3) Seksi Penyuluhan, Promosi dan Hubungan masyarakat

c. Sub Dinas Fasilitas Pembiayaan dan Simpan Pinjam, membawahkan

1) Seksi Fasilitas Pembiayaan

Page 87: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

71

2) Seksi Simpan Pinjam

3) Seksi Kemitraan dan Jaringan Ekonomi

d. Sub Pelayanan Usaha Kecil Menengah, membawahkan :

1) Seksi Usaha Perdagangan dan Jasa

2) Seksi Usaha Pertanian

3) Seksi Usaha Non Pertanian

e. Sub Pelayanan Usaha Koperasi, membawahkan :

1) Seksi Koperasi Pertanian

2) Seksi Koperasi Non Pertanian

f. Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan KUKM (UPTD ) Balai

Pelatihan Koperasi dan UKM, membawahkan :

1) Sub Bagian Tata Usaha

2) Seksi Penyelenggara

3) Seksi Pengkajian dan Pengembangan

Kepala Sub Bagian dan Seksi-Seksi masing-masing dipimpin

oleh seorang kepala Sub Bagian dan Kepala seksi yang berada dan

bertanggung jawab langsung kepada Kepala Bagian, Kepala Sub Dinas

dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pelayanan Koperasi dan UKm

Balai Pelatihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.

Balai Pelatihan Koperasi dan UKM adalah Unit Pelaksana

Teknis Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM, merupakan unsur

Page 88: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

72

pelaksana operasional Dinas yang dipimpin oleh seorang Kepala Balai,

yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala dinas.

Balai Pelatihan KUKM mempunyai tugas pokok :

a. Melaksanakan sebagian tugas teknis dinas Pelayanan KUKM

b. Melaksanakan kebijakan teknis operasional pelatihan masyarakat

koperasi dan usaha kecil menengah

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Balai Pelatihan

KUKM mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana teknis operasional pelatihan masyarakat KUKM

b. Pengkajian dan analisis teknis operasional pelatihan masyarakat

KUKM

c. Pelaksanaan kebijakan teknis pelatihan masyarakat KUKM

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelatihan

masyarakat KUKM

e. Pelatihan masyarakat KUKM

f. Pelaksanaan fasilitas dan pengembangan pelatihan masyarakat

KUKM di kabupaten / kota serta lembaga lain

g. Pelayanan penunjang penyelenggaraan tugas dinas

h. Pengelolaan ketatausahaan

Dalam pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah didukung dengan kekuatan

Sumber Daya Manusia sebanyak 162 orang terdiri 135 orang pada Dinas

Pelayanan Koperasi dan UKM dan 27 orang pada UPTD Balai Pelatihan

Page 89: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

73

Koperasi dan UKM dengan tingkat pendidikan SD 10 orang, SLTP 11

orang, SLTA 53 orang, Sarjana Muda 15 orang, Sarjana Strata satu

sebanyak 59 orang dan Sarjana Strata dua sebanyak 14 orang yang

dirinci menurut golongan yaitu golongan satu tidak ada, golongan dua 41

orang, golongan tiga 105 orang dan golongan empat 16 orang.

Selanjutnya dalam penyelenggaraan pemerintahan berpedoman

pada asas umum penyelenggaraan Negara yang terdiri atas : asas

kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan Negara, asas kepentingan

umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, asas

akuntabilitas, asas efisiensi dan asas efektifitas.

Visi dari Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa

Tengah adalah “ KOPERASI DAN UKM SEBAGAI TULANG

PUNGGUNG PEREKONOMIAN JAWA TENGAH “.

Sedangkan Misi Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi

Jawa Tengah adalah :

a. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi perkembangan KUKM.

b. Mengembangkan lembaga keuangan alternative melalui KSP / USP

dan lembaga pendukung lainnya bagi pengembangan KUKM.

c. Membangun dan mengembangkan distribusi dan networking

ekonomi KUKM.

d. Membangun SDM pengelola KUKM yang professional dan

mempunyai daya saing global

Page 90: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

74

e. Membangun dan mengembangkan distribusi dan networking

ekonomi KUKM

f. Mengembangkan KUKM berorientasi agribisnis dan produk

unggulan daerah.

g. Mengembangkan pola kemitraan KUKM dan Usaha Besar.

Salah satu tugas dari Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM

Provinsi Jawa Tengah adalah mengesahkan permohonan akta badan

hukum koperasi yang menjadi tugas dari Bagian Tata Usaha yang secara

teknis dilaksanakan oleh Sub Bagian Kelembagaan dan Hukum Di Dinas

Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.

3. Implementasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI

Nomor : 98/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

a. Implementasi oleh masyarakat pemohon akta pendirian koperasi

Dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor : 25 tahun

1992 tentang Perkoperasian menyebutkan bahwa Koperasi adalah

badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum

koperasi dengan mendasarkan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berasaskan

kekeluargaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa :

1) Koperasi adalah badan Usaha bukan organisasi masa

Page 91: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

75

2) Pemilik atau pendiri adalah orang-orang atau badan hukum

koperasi

3) Bekerja berdasarkan prinsip-prinsip koperasi dan asas

kekeluargaan

4) Sebagai gerakan ekonomi rakyat

Sehingga orang-orang yang akan mendirikan koperasi wajib

untuk memahami pengertian, nilai maupun prinsip-prinsip koperasi.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dibawah ini akan dijelaskan

tahapan dalam permohonan akta pendirian koperasi adalah sebagai

berikut :

1) Dasar Pembentukan Koperasi

Orang atau masyarakat yang akan mendirikan koperasi harus

mengerti maksud dan tujuan koperasi serta kegiatan usaha yang

akan dilaksanakan oleh koperasi yaitu untuk meningkatkan

pendapatan dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi anggota

khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan

koperasi oleh masyarakat sebagai pemohon akat pendirian

koperasi :

a) Orang-orang yang mendirikan dan yang nantinya akan

menjadi anggota koperasi harus mempunyai kegiatan dan

atau kepentingan ekonomi yang sama.

Page 92: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

76

b) Usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi harus layak

secara ekonomi, artinya usaha yang akan dikelola mampu

menghasilkan keunyungan usaha dan dapat dikembangkan

bagi kesejahteraan anggota.

c) Modal sendiri harus cukup tersedia untuk memulai kegiatan

usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi. Hal ini

dimaksudkan agar kegiatan usaha koperasi dapat segera

dilaksanakan dengan tanpa menutup kemungkinan untuk

memperoleh bantuan, fasilitas dan pinjaman dari pihak luar.

d) Kepengurusan dan manajemen yang akan dilaksanakan, agar

tercapai efektifitas danefisien dalam pengelolaan koperasi

perlu diperhatikan bahwa orang yang ditunjuk / dipilih

menjadi pengurus haruslah orang yang memiliki kejujuran ,

kemampuan dan kepemimpinan, agar koperasi yang didirikan

tersebut sejak dini telah memiliki kepengurusan yang handal.

2) Persiapan Pembentukan Koperasi

a) Pembentukan koperasi harus dipersiapkan dengan matang

oleh para pemrakarsa. Persiapan tersebut antara lain meliputi

kegiatan penyuluhan, penerangan maupun latihan bagi para

pemrakarsa dan calon anggota untuk memperoleh pengertian

dan kejelasan mengenai perkoperasian.

Page 93: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

77

b) Para pemrakarsa mempersiapkan rapat pembentukan dengan

cara antara lain penyusunan rancangan Anggaran Dasar,

Anggaran Rumah Tangga dan rencana awal kegiatan usaha

3) Rapat Pembentukan Koperasi

a) Para pendiri wajib mengadakan rapat persiapan pembentukan

koperasi yang membahas semua hal yang berkaitan dengan

rencana pembentukan koperasi meliputi antara lain

penyusunan rancangan anggaran dasar / materi muatan

anggaran dasar , anggaran rumah tangga dan lain-lain yang

diperlukan untuk pembentukan koperasi.

b) Dalam rapat persiapan pembentukan koperasi dilakukan

penyuluhan koperasi terlebih dahulu oleh pejabat dari instansi

yang membidangi koperasi kepada para pendiri.

c) Rapat pembentukan koperasi yang dihadiri sekurang-

kurangnya 20 orang anggota pendiri, sedangkan untuk

koperasi sekunder dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga)

koperasi yang telah berbadan hukum, yang diwakili oleh

kuasa pendirinya, yang mempunyai kegiatan dan kepentingan

ekonomi yang sama.

d) Rapat pendirian dipimpin oleh seorang atau beberapa orang

dari pendiri atau kuasa pendiri. Yang dimaksud kuasa pendiri

adalah beberapa orang dari pendiri yang diberi kuasa dan

sekaligus ditunjuk oleh pendiri untuk pertama kalinya

Page 94: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

78

bertindak sebagai pengurus koperasi yang berkewajiban

memproses pengajuan permintaan pengesahan akta pendirian

koperasi dan menandatangani Anggaran dasar Koperasi

e) Megundang Pejabat dari Dinas Pelayanan Koperasi dan

UKM Propinsi Jawa Tengah yang bertujuan untuk :

(1) memberi arahan berkenaan dengan pembentukan koperasi

(2) melihat proses pelaksanaan rapat pembentukan koperasi

(3) sebagai narasumber apabila ada pertanyaan berkaitan

dengan perkoperasian dan untuk meneliti isi konsep

anggaran dasar yang dibuat oleh para pendiri sebelum

dibuat aktanya oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi.

f) Mengundang Notaris Pembuat Akta Koperasi

g) Dalam rapat pembentukan dibahas mengenai Anggaran Dasar

Koperasi dengan memperhatikan antara lain :

(1) Rancangan anggaran dasar disusun oleh orang-orang

yang akan mendirikan koperasi atau , dan dibahas dalam

Rapat Pembnetukan Koperasi .

(2) Isi atau materi yang dituangkan dalam Anggaran Dasar

harus sesuai dengan tujuan dan kepentingan ekonomi

anggota

(3) Setiap ketentuan yang dituangkan dalam anggaran dasar

harus mudah dimengerti dan dapat dilaksanakan oleh para

anggota, peragkat organisasi dan pengelola koperasi, dan

Page 95: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

79

tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang

berlaku. Sedangkan Anggaran dasar itu sendiri harus

memuat antara lain :

(a) daftar nama pendiri

(b) nama dan dan tempat kedudukan

(c) jenis koperasi

(d) maksud dan tujuan

(e) Bidang Usaha

(f) Keanggotaan

(g) ketentuan rapat Anggota

(h) Pengurus dan Pengawas

(i) Sisa Hasil Usaha

(j) permodalan

(k) jangka waktu berdirinya

(l) ketentuan pembubaran koperasi

(m)sanksi

h) Pembuatan atau penyusunan akta pendirian koperasi tersebut

dibuat dihadapan dan atau Notaris Pembuat Akta Koperasi

yang hadir dan dituangkan dalam

(1) berita acara rapat pendirian koperasi

(2) notulen rapat pendiriran koperasi

(3) Pengajuan Persetujuan Badan Hukum Koperasi.

Page 96: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

80

Pengajuan Pesetujuan Badan Hukum Koperasi dilakukan oleh

Notaris atau kuasa pendiri secara tertulis kepada pejabat yang

berwenang dalam hal ini Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan

UKM pRovinsi Jawa Tengah dengan melampirkan :

a) 1 (satu) salinan akta pendirian koperasi bermeterai cukup

b) Data akta pendirian koperasi yang dibuat dan ditandatangai

Notaris

c) Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya sekurang-

kurangnya sebesar simpanan pokok dan simpanan wajib

yang wajib dilunasi oleh para pendiri.

d) Rencana kegiatan koperasi minimal 3 tahun kedepan dan

rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi .

Adapun hasil wawancara yang dilakukan kepada wakil

masyarakat pemohon akta badan hukum pendirian koperasi atas

nama Sdr Lasiman yang dilakukan pada tanggal 12 Pebruari

2007 bertempat di Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM

Propinsi Jawa Tengah setelah yang bersangkutan mengikuti

sosialisasi pendirian koperasi, yang diselenggarakan oleh Dinas

pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dengan

hasil sebagai berikut :

Page 97: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

81

1. Ybs adalah Ketua Paguyuban Pedagang Bakso Kota

Semarang yang berkeinginan untuk mendirikan koperasi

pedagang bakso

2. Ybs sudah melaksanakan tugasnya sebagai Ketua

Paguyuban selama 5 tahun.

3. Ybs tidak dapat mengakses fasilitas permodalan dari

Pemerintah maupun perbankan yang disebabkan lembaga

yang menaungi yakni Paguyuban bukan merupakan

lembaga bisnis yang mempunyai kekuatan hukum yang

kuat yang mengakibatkan kurang kepercayaan dari pihak

perbankan maupun kalangan bisnis yang lain untuk

mengadakan transaksi bisnis.

4. Sebagian besar anggota paguyuban mempunyai problem

yang sama dengan yang bersangkutan.

5. Ybs berharap bahwa dengan mendirikan koperasi

diharapkan kesejahteraan anggota dapat ditingkatkan.

6. Ybs selaku Ketua Paguyuban sebelum mengikuti sosialisasi

tidak paham terhadap proses pendirian koperasi.

7. Setelah mengikuti sosialisasi yang bersangkutan merasa

berkeberatan dengan proses-proses yang harus dilalui

terutama masalah yang berkaitan dengan Notaris karena

Page 98: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

82

yang bersangkutan merasa enggan berurusan dengan

masalah-masalah hukum yang dianggapnya berbelit-belit

dan sulit dipahami.

8. Berkaitan dengan akta koperasi yang harus dibuat oleh

Notaris dengan kisaran biaya yang tidak seragam dan

relative dianggap besar, yang bersangkutan merasa

berkeberatan karena sebelumnya mendapatkan informasi

dari masyarakat yang sudah mendirikan koperasi bahwa

pendirian koperasi tidak dipungut biaya apapun.

9. Berkaitan dengan pasal 12 Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX /

2004 bahwa kepada mereka yang menyatakan diri tidak

mampu, yang dibuktikan dengan surat keterangan tidak

mampu yang dikeluarkan oleh Lurah / Kepala Desa tempat

kedudukan koperasi dan diketahui oleh Kepala Dinas yang

membidangi Koperasi dan UKM Kabupaten / Kota

setempat diberikan kemudahan dengan tidak memberikan

jasa kepada Notaris, yang bersangkutan pesimis dapat

dilakukan dengan mengatakan hal tersebut hanya berlaku

diatas kertas saja, atau hanya impian manis saja, sehingga

sama sekali tidak terpikir oleh yang bersangkutan mengenai

dispensasi tersebut.

Page 99: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

83

b. Implementasi oleh Notaris.

Hasil wawancara langsung yang dilakukan dengan Notaris

diwakili oleh 3 (tiga ) orang Notaris dengan kondisi yang berbeda-

beda yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Notaris Tri Isdiyanti, SH, Notaris Kota Semarang , wawancara

dilakukan pada tanggal 3 Januari 2008 bertempat di kantor

Notaris yang bersangkutan di jalan Sultan Agung 15 A Semarang

dan didapat informasi sebagai berikut :

a) Yang bersangkutan sudah mengikuti pelatihan pembekalan

perkoperasian yang diselenggarakan oleh Kementrian Negara

Koperasi dan UKM RI selama 1 (satu) hari pada tanggal 9

Pebruari 2005, bertempat di Hotel Ibis Jakarta.

b) Sesuai dengan ketentuan pasal 5 Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX /

2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi , yang

bersangkutan sudah ditetapkan menjadi Notaris Pembuat

Akta Koperasi sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas

Pelayanan Kopersi dan UKM RI Nomor 573 / 122 / X / 2005,

tanggal 16 Oktober 2005 dengan cara mengajukan

permohonan tertulis kepada Menteri Negara Koperasi dan

UKM RI melalui Kepala Dinas Pelayanan Koperasi dan

UKM Provinsi Jawa Tengah, yang mana permohonan

tersebut dilampiri dengan :

Page 100: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

84

(1) Surat Pengangkatan sebagai Notaris

(2) Sertifikat tanda bukti telah mengikuti pembekalan

perkoperasian yang ditanda tangani oleh Menteri

Negara Koperasi dan UKM RI .

(3) Alamat kantor beserta contoh tanda tangan , contoh

paraf dan cap stempel notaris.

c) Berkaitan dengan ketentuan pasal pasal 12 Keputusan

Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep /

M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi yang bersangkutan tidak bersedia memberikan jasa

pembuatan akta tanpa memungut biaya kepada pemohon akta

yang dinyatakan tidak mampu oleh Lurah setempat.

d) Sejak yang bersangkutan ditetapkan sebagai Notaris pembuat

Akta Koperasi sebagaimana butir b) sampai dengan akhir

tahun 2007 atau selama 26 bulan telah membuat akta

pendirian badan hukum koperasi atas permintaan masyarakat

yang akan mendirikan koperasi berjumlah 4 ( empat ) akta

pendirian badan hukum koperasi, dan sesuai dengan

ketentuan pasal 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

pasal 7 ayat (1), bahwa akta pendirian badan hukum koperasi

akan mempunyai kekuatan hukum apabila disahkan oleh

pejabat yang berwenang, dalam hal ini Kepala Dinas

Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah. Dari ke

Page 101: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

85

4 (empat) akta pendirian koperasi yang dibuat oleh Notaris

Tri Isdiyanti, SH dalam kurun waktu 26 bulan tersebut

semuanya sudah mendapatkan pengesahan dari Kepala Dinas

Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.

e) Bahwa dalam pembuatan akta pendirian badan hukum

koperasi , masih dalam bentuk draft yang bersangkutan selalu

berusaha untuk mengkoordinasikan terlebih dahulu materi

akta agar tidak salah atau sesuai dengan ketentuan Undang-

Undang nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

sehingga dapat disahkan oleh Kepala Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.

f) Dalam membuat akta pendirian koperasi maka yang

bersangkutan akan mempersiapkan syarat syarat untuk

membuat akta pendirian badan hukum koperasi antara lain :

(1) Identitas dari para penghadap yang akan membuat akta

pendirian koperasi, Kartu Tanda Penduduk yang masih

berlaku.

(2) Berita acara rapat pembentukan koperasi yang bermaterai

cukup dan ditandatangani para anggota koperasi.

(3) Susunan badan pendiri dan susunan pengurus koperasi

dan masa kerjanya.

Page 102: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

86

(4) Nama dan tempat kedudukan koperasi secara lengkap di

jalan mana, Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kabupaten dan

Propinsi.

(5) Tujuan pembentukan koperasi dan bidang usaha kerja

(6) Landasan dan asas.

(7) Ketentuan tentang jangka waktu berdirinya koperasi.

(8) Ketentuan besarnya simpanan pokok/wajib bagi para

anggota.

(9) Besar modal dasar yang disetor pada saat pendirian

koperasi yang berasal dari simpanan pokok, simpanan

wajib dan modal penyetoran dari para anggota.

g) Sedangkan dalam penyususnan akte pendirian badan hukum

koperasi yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui dan

memahami hal-hal yang berkaitan dengan perkoperasian

sesuai dengan materi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian antara lain :

(1) Anggaran dasar yang memuat ketentuan-ketentuan pokok

yang merupakan dasar bagi tata kehidupan koperasi,

sehingga di dalamnya dibuat hal-hal yang harus disusun

secara ringkas, singkat, jelas dan mudah dimengerti oleh

siapapun.

(2) Ketentuan pokok yang harus dimuat dalam anggaran

dasar meliputi :

Page 103: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

87

(a) Struktur organisasi

(b) Kegiatan usaha

(c) Modal dan keuangan

(d) Manajemen

(3) Pengaturan struktur organisasi koperasi, mengenai :

(a) Nama dan tempat kedudukan

(b) Maksud dan tujuan

(c) Landasan dan asas

(d) Keanggotaan

(e) Perangkat oranisasi

(f) Rapat-rapat termasuk rapat anggota

(g) Jangka waktu berdirinya koperasi

(h) Daftar nama pendiri koperasi

(i) Ketentuan mengenai sanksi

(4) Pengaturan kegiatan usaha, meliputi :

(a) Kegiatan usaha yang diajukan koperasi

(b) Pendapatan koperasi, Sisa Hasil Usaha (SHU) dan

pembagiannya

(5) Pengaturan modal dan keuangan, meliputi

(a) Modal sendiri

(b) Modal pinjaman, dan

(c) Modal penyertaan

(6) Pengaturan manajemen meliputi :

Page 104: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

88

(a) Wewenang, hak, tugas, kewajiban dan tanggung

jawab dari perangkat organisasi dan pengelola

koperasi

(b) Hubungan kerja antar perangkat organisasi dan antara

perangkat organisasi dengan pengelolaan usaha

koperasi

(c) Laporan keuangan dan neraca

h) Proses Penyimpanan Minit Akta Koperasi

Yang bersangkutan selaku Notaris wajib membuat

minit dari semua akta yang dibuat dihadapannya termasuk

akta koperasi, dimana jika tidak dilakukan demikian akta

tersebut tidak mempunyai kekuatan otentik dan notaris wajib

mengganti biaya, kerugian dan bunga kepada yang

berkepentingan apabila ada pihak yang dirugikan karena hal

tersebut.

Penyimpanan minit akta koperasi oleh notaris tidak

berbeda dengan penyimpanan minit-minit akta lain yang telah

dibuat oleh dan/atau dihadapan notaris, karena setiap notaris

berkewajiban untuk menyimpan tidak hanya minit-minit akta

yang dibuat oleh dan/atau dihadapan notaris itu sendiri, akan

tetapi juga berlaku untuk minit-minit yang diambil alih dari

notaris lain. Selain minit juga daftar-daftar, repertorium-

Page 105: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

89

repertorium dan klaper-klaper harus diperlakukan dengan

cara yang sama seperti yang ditentukan bagi minit-minit.

Notaris Pembuat Akta Koperasi berkewajiban

membuat akta dalam bentuk minit akta dan menyimpannya

sebagian dari protokol notaris yang merupakan dokumen

Negara. Hal tersebut telah disebutkan pada pasal 16 ayat (1)

huruf b Undang-Undang Jabatan Notaris yang berbunyi

sebagai berikut :

Notaris berkewajiban membuat akta dalam bentuk minit akta

dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol Notaris.

Undang-undang tidak hanya mengatur cara

penyimpanannya, akan tetapi juga mengatur tempat

penyimpanannya. Tempat penyimpanannya itu harus mudah

dicapai dan aman serta tempatnya harus dapat dikunci.

Minit-minit akta termasuk minit akta koperasi,

repertorium dan lain-lainnya itu harus diamankan oleh notaris

dari kerusakan yang disebabkan kebakaran dan pengaruh-

pengaruh dari luar, seperti misalnya kelembaban dan

binatang-binatang yang dapat merusaknya serta dari bahaya

pencurian.

Seorang klien yang membuat akta yang berkaitan

dengan koperasi pada waktu membayar honorarium notaris,

klien yang bersangkutan dengan sendirinya mengharapkan

Page 106: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

90

dari notaris sekalipun tidak secara tegas dinyatakan bahwa

akta-akta akan memperoleh pengamanan dari pihak notaris

yang bersangkutan.

i) Proses Membacakan Akta Koperasi Oleh Notaris

Akta pendirian koperasi, perubahan anggaran dasar

koperasi dan pembubaran koperasi sebelum ditandatangani

oleh para penghadap dan saksi serta notaris, aktanya harus

dibacakan oleh notaris sendiri tidak diperkenankan dibacakan

oleh orang lain.

Pembacaan akta tersebut merupakan bagian dari yang

dinamakan “verlijden” (pembacaan dan penandatanganan)

dari akta.

Pembacaan akta oleh seorang Notaris di hadapan para

penghadap sebelum aktanya ditandatangani oleh para

penghadap adalah wajib dilakukan, hal tersebut disebutkan

pada Pasal 16 ayat (1) huruf 1 Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang berbunyi sebagai

berikut :

Membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri

oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani

pada saat itu juga oleh penghadap saksi dan notaris.

Mengenai pembacaan akta koperasi yang dibuat oleh-

dan/atau dihadapan notaris harus diberitahukan pada penutup

Page 107: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

91

akta. Sebaliknya apabila penghadap menghendaki agar akta

tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri,

mengetahui dan memahami isinya. Hal tersebut juga harus

dinyatakan pada penutup akta serta pada setiap halaman minit

akta diparaf oleh penghadap, saksi dan notaris.

j) Proses Pengiriman Laporan Tahunan Ke Menteri Dan Cara

Mengisi Repertoriumnya.

Notaris pembuat akta koperasi berkewajiban untuk

mengirimkan laporan tahunan mengenai akta-akta yang

dibuatnya kepada menteri dengan tembusan kepada pejabat

yang berwenang di wilayah kerjanya paling lambat pada

bulan Pebruari, setelah berakhirnya tahun yang telah berjalan.

Hal tersebut berdasarkan pasal 14 Keputusan Menteri Negara

Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik

Indonesia Nomor : 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 Tentang

Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi.

Berdasarkan ketentuan tersebut menimbulkan polemik

dikalangan notaris karena di satu sisi harus melaporkan akta-

akta yang dibuatnya kepada yang berwenang untuk itu

berdasarkan undang-undang jabatan notaris dan dilain pihak

notaris pembuat akta koperasi harus melaporkan akta-akta

yang dibuatnya kepada menteri dalam hal ini kepada menteri

Page 108: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

92

yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi urusan

perkoperasian.

Cara pengisian repertorium dalam hal pembuatan akta

koperasi tidak berbeda dengan cara pengisian dengan

pembuatan akta notariil lainnya yaitu setiap pembuatan akta

yang berkaitan dengan koperasi harus menuliskan data-data

yang tersedia pada kolom repertorium yaitu nomor urut,

nomor bulanan, tanggal akta, sifat akta dan nama-nama dari

para penghadap.

Perbedaan repertorium untuk akta-akta yang dibuat

dihadapan notaris adalah untuk memberikan keyakinan

tentang adanya akta yang telah dibuat oleh notaris dan

tanggal dari akta itu sendiri serta untuk memudahkan

pencarian akta.

k) Proses mengeluarkan Salinan Akta Koperasi

Kewajiban notaris yang lainnya adalah mengeluarkan

salinan akta koperasi, hal tersebut berdasarkan Pasal 16 ayat

(1) huruf c Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris.

Salinan akta koperasi adalah salinan dari akta yang

dikeluarkan oleh notaris setelah minit akta koperasi

ditandatangani oleh para penghadap kemudian dikeluarkan

salinan yang sama bunyinya dengan minit tersebut yang

Page 109: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

93

hanya ditandatangani oleh notaris di atas materai dan di cap

dengan jabatan notaris.

Salinan akta dikeluarkan oleh notaris adalah untuk

kepentingan para penghadap sebagai bukti telah dilakukan

suatu perbuatan hukum yang berkaitan dengan koperasi dan

sebagai salah satu syarat untuk pendirian koperasi.

Koperasi memperoleh status sebagai badan hukum

setelah mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang

untuk itu. Hal tersebut berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian.

Koperasi diakui sebagai badan hukum adalah suatu

badan yang ada karena hukum dan memang diperlukan

keberadaannya sehingga disebut legal entity, oleh karena itu

disebut antificial person/rechts person.

Pengesahan akta pendirian Koperasi ditetapkan

dengan keputusan Menteri dalam jangka waktu paling lama

tiga bulan terhitung sejak diterimanya permintaan pengesahan

secara lengkap.

Surat keputusan pengesahan dan akta pendirian

koperasi yang telah mendapat pernyataan pengesahan

disampaikan kepada pendiri atau kuasanya dengan surat

Page 110: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

94

tercatat dalam jangka waktu paling lama tujuh hari terhitung

sejak keputusan pengesahan ditetapkan.

Menurut doktrin pengakuan sebagai badan hukum

pada umumnya berlaku ex runct yang berarti segala tindakan

hukum yang dilakukan atas nama badan hukum tersebut

sebelum pengakuan sebagai badan hukum beralih kepada

badan hukum tersebut kecuali undang-undang menentukan

lain.

l) Proses pengajuan pengesahan akta pendirian koperasi kepada

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.

Persyaratan yang harus dilampirkan untuk pengesahan

akta pendirian badan hukum koperasi adalah :

(a) Rancangan akta pendirian koperasi rangkap dua, satu

diantaranya bermaterai.

(b) Berita Acara Rapat pembentukan koperasi termasuk

pemberian kuasa untuk mengajukan permintaan

pengesahan apabila ada.

(c) Rencana awal kegiatan usaha koperasi yang didukung

dengan studi kelayakan usaha yang layak secara

ekonomi.

(d) Surat bukti penyetoran modal dari setiap pendiri kepada

koperasinya dengan jumlah sekurang-kurangnya sebesar

Page 111: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

95

simpanan pokok untuk memulai kegiatan usaha yang

akan dilakukannya.

m) Hal yang harus dipersiapkan Notaris supaya akta koperasi yang

dibuatnya dapat disahkan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan

UKM Provinsi Jawa Tengah..

Supaya akta koperasi yang dibuat Notaris dapat disahkan oleh

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah

maka akta koperasi yang dibuat harus memuat hal-hal sebagai

berikut :

(1) Anggaran dasar yang memuat ketentuan-ketentuan pokok

yang merupakan dasar bagi tata kehidupan koperasi,

sehingga didalamnya dibuat hal-hal yang harus disusun

secara ringkas, singkat, jelas dan mudah dimengerti oleh

siapapun.

(2) Ketentuan pokok yang harus dimuat dalam anggaran

dasar meliputi:

(a) Struktur organisai

(b) Kegiatan usaha

(c) Modal dan keuangan

(d) Manajemen

(3) Pengaturan struktur organisasi koperasi, mengenai :

(a) Nama dan tempat kedudukan

(b) Maksud dan tujuan

Page 112: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

96

(c) Landasan dan asas

(d) Keanggotaan

(e) Perangkat organisasi

(f) Rapat-rapat termasuk rapat anggota

(g) Jangka waktu berdirinya koperasi

(h) Daftar nama pendiri koperasi

(i) Sanksi

(4) Pengaturan kegiatan usaha, meliputi :

(a) Kegiatan usaha yang dijalankan koperasi

(b) Pendapatan koperasi. Sisa Hasil Usaha (SHU) dan

pembagiannya

(c) Tanggungan

(d) Tahun buku koperasi

(5) Pengaturan modal dan keuangan yang meliputi :

(a) Modal sendiri

(b) Modal pinjaman, dan

(c) Modal penyertaan

(6) Pengaturan manajemen, mengenai :

(a) Wewenang, hak, tugas, kewajiban dari perangkat

organisasi dan pengelolaan koperasi

(b) Hubungan kerja antar perangkat organisasi dan antara

perangkat organisasi dengan pengelolaan usaha

koperasi

Page 113: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

97

(c) Laporan keuangan dan neraca

n) Akta koperasi yang dibuat oleh Notaris dinyatakan tidak

lengkap atau keliru

Akta koperasi yang dibuat oleh notaris dinyatakan

tidak lengkap atau keliru apabila dibuat tidak sesuai dengan

ketentuan yang ditentukan oleh undang-undang, apabila

terjadi hal yang demikian maka para pendiri atau kuasanya

diberi kesempatan untuk mengajukan pengesahan lagi dengan

ketentuan sebagai berikut :

(1) Dalam hal permintaan pendirian koperasi ditolak,

keputusan penolakan serta alasannya berikut berkas

permintaannya disampaikan secara tertulis kepada para

pendiri atau kuasanya dengan surat tercatat dalam jangka

waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak diterimanya

pengesahan secara lengkap.

(2) Terhadap penolakan pengesahan tersebut, para pendiri

atau kuasanya dapat mengajukan permintaan ulang

pengesahan atas akta pendirian koperasi. Dalam jangka

waktu paling lama satu bulan terhitung sejak diterimanya

pemberitahuan penolakan dengan melampirkan berkas

sebagai berikut :

(a) Dua rangkap akta pendirian koperasi, satu diantaranya

bermaterai cukup

Page 114: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

98

(b) Berita acara rapat pembentukan koperasi

(c) Surat kuasa

(d) Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya

sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok yang

wajib dilunasi oleh para pendiri

(e) Rancangan kegiatan usaha koperasi minimal tiga

tahun kedepan

(f) Susunan pengurus dan pengawas

(g) Daftar hadir rapat pembentukan

(h) Untuk koperasi primer melampirkan fotokopi Kartu

Tanda Penduduk dari para pendiri

(i) Untuk koperasi sekunder melampirkan keputusan

rapat anggota masing-masing koperasi pendiri tentang

persetujuan pembentukan koperasi sekunder dan foto

kopi akta pendirian serta anggaran dasar masing-

masing koperasi pendiri

(3) Terhadap pengajuan permintaan ulang yang telah

memenuhi ketentuan sebagaimana tersebut di atas Dinas

Pelayanan Koperasi akan memberikan tanda terima

kepada pendiri dan kuasanya.

Dinas Pelayanan Koperasi memberikan keputusan

terhadap permintaan ulang sebagaimana angka 2 di atas

dalam jangka waktu paling lama satu bulan terhitung

Page 115: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

99

sejak diterimanya permintaan ulang pengesahan secara

lengkap

Dalam hal pengesahan atas akta pendirian

koperasi diberikan, Dinas Pelayanan Koperasi

menyampaikan surat keputusan pengesahan dan akta

pendirian koperasi yang telah mendapatkan pernyataan

pengesahan kepada pendiri dan kuasanya dengan surat

tercatat dalam jangka waktu paling lama tujuh hari

terhitung sejak keputusan pengesahan ditetapkan.

2) Notaris Elizabeth Estiningsih SH, Notaris di Kabupaten Blora,

wawancara dilakukan pada tanggal 17 Januari 2007 bertempat

di Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah

setelah yang bersangkutan mengikuti Sosialisasi Pemantapan

Peran Notaris Sebagai Pembuat Akte Koperasi didapat

informasi sebagai berikut :

a) Yang bersangkutan sudah mengikuti pelatihan

pembekalan perkoperasian yang diselenggarakan oleh

Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI selama 1 (satu)

hari pada tanggal 9 Pebruari 2005, bertempat di Hotel Ibis

Jakarta.

b) Sesuai dengan ketentuan pasal 5 Keputusan Menteri

Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep /

M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat

Page 116: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

100

Akta Koperasi , yang bersangkutan sudah ditetapkan

menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi sesuai dengan

Surat Keputusan Kepala Dinas Pelayanan Kopersi dan

UKM Provinsi Jawa Tengah Nomor : 573 / 575 / III /

2006, tanggal 19 Maret 2006.

c) Selama kurun waktu bulan Maret 2006 sampai dengan

akhir Desember 2007 atau dalam kurun waktu 18 (

delapan belas bulan ) bulan , yang bersangkutan sudah

membuat 17 ( tujuh belas ) Akta Pendirian Badan Hukum

Koperasi . Dari 17 ( tujuh belas ) akta yang dibuat,

semuanya tidak ada yang memenuhi syarat untuk dapat

disahkan oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM

Provinsi Jawa Tengah yang dikarenakan materi yang

terdapat dalam akta pendirian badan hukum koperasi tidak

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor : 25

Tahun: 1992 tentang Perkoperasian . Dengan kondisi

demikian yang akta yang sudah ditandatangani oleh

Notaris sesuai dengan pasal 9 Undang-Undang Nomor :

25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyatakan

bahwa Koperasi memperoleh status badan hukum setelah

akte pendiriannya disahkan oleh Pemerintah. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa akta yang sudah dibuat oleh

Page 117: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

101

Notaris tidak secara otomatis merupakan dasar hukum

berdirinya suatu koperasi.

3) Notaris Sunarto, SH, Notaris di Kota Surakarta, wawancara

langsung dilakukan pada tanggal dilakukan pada tanggal 17

Januari 2007 bertempat di Dinas Pelayanan Koperasi dan

UKM Provinsi Jawa Tengah setelah yang bersangkutan

mengikuti Sosialisasi Pemantapan Peran Notaris Sebagai

Pembuat Akte Koperasi didapat informasi sebagai berikut :

a) Yang bersangkutan sudah mengikuti pelatihan

pembekalan perkoperasian yang diselenggarakan oleh

Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI selama 1

(satu) hari pada tanggal 9 Pebruari 2005, bertempat di

Hotel Ibis Jakarta.

b) Sampai dengan wawancara dilakukan yang

bersangkutan belum mengimplementasikan pasal 4, 5

dan 6 Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM

RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 tentang

Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi sehingga yang

bersangkutan tidak berhak membuat akta – akta yang

berkaitan dengan perkoperasian.

c) Alasan yang disampaikan oleh yang bersangkutan

adalah karena sampai saat wawancara dilakukan yang

bersangkutan belum memahami materi yang berkaitan

Page 118: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

102

dengan perkoperasian , yang dalam hal ini terdapat

dalam Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian.

c. Implementasi oleh Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Propinsi

Jawa Tengah sebagai wakil dari Pemerintah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 3 ( tiga ) hari dari

tanggal 3 s/d 5 januari 2007 di Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM

Provinsi Jawa Tengah dibawah ini hasil wawancara dan pengisian

kuesioner yang penulis lakukan dengan informna atas nama Safitri

Handayani, SH.MH, selaku Kepala Sub Bagian Hukum dan

Kelembagaan pada Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi

Jawa Tengah, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Januari 2007 di

Kantor Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah

didapatkan informasi sebagai berikut :

Diperoleh data bahwa permohonan pengesahan akta badan hukum

koperasi setelah diterbitkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi

dan UKM RI Nomor : 98/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris

Sebagai Pembuat Akta Koperasi mengalami penurunan yang

signifikan yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Page 119: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

103

Tabel : 1. Pengajuan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi

Tahun Pengajuan Pengesahan Keterangan200220032004200520062007

301319113

-2829

301319113

-1718

s/d akhir Sep. 04

Tidak sesuai UU No. 25 / 1992

Sumber : Subag Hukum dan Kelembagaan Disyankop dan UKM Prov. Jateng

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum

diterbitkannya keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI

Nomor : 98 / Kep / M.KUKM /IX / 2004 tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi, pengesahan akta pendirian badan

hukum koperasi rata-rata dalam 1 ( satu ) tahun mencapai antara

301 sampai dengan 319.

Setelah diterbitkan Keputusan Menteri dimaksud terjadi

penurunan yang cukup tajam terhadap pengesahan akta pendirian

badan hukum koperasi yakni rata-rata dalam kurun waktu 1

(satu) tahun hanya mencapai 17 s/d 18 akta saja.

Sedangkan mengenai Notaris didapat informasi

bahwa jumlah Notaris se Jawa Tengah adalah 723 orang,

dari jumlah tersebut 152 orang belum pernah mengikuti

pembekalan perkoperasian dari Kementrian Negara Koperasi

dan UKM RI, sedangkan dari 571 Notaris yang pernah

mengikuti pembekalan perkoperasian hanya 118 orang

Notaris yang mempunyai kewenangan untuk membuat akta –

Page 120: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

104

akta Koperasi. Sisanya sejumlah 453 orang belum berhak dan tidak

berwenang untuk membuat akta-akta koperasi sehubungan belum

mengimplementasikan pasal 5 dan 6 Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004

tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi yakni :

1) Sesuai dengan pasal 5, mereka belum mengajukan permohonan

tertulis kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM RI untuk

ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi.

2) Sesuai dengan pasal 6, secara otomatis tidak bisa dilaksanakan

karena berkaitan dengan persyaratan pada butir 1).

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah berkaitan dengan

kewajiban Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa

Tengah dalam mengimplementasikan Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M. KUKM/IX/ 2004

tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi , didapat informasi

sebagai berikut :

1) Melakukan sosialisasi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan

UKM RI Nomor 98 / Kep / M. KUKM / IX / 2004 tentang

Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi kepada masyarakat

melalui diklat dengan sasaran 5000 ( lima ribu ) yang

dilaksanakan melalui Anggaran APBD Provinsi Jawa Tengah,

diklat pembekalan perkoperasian kepada Notaris Pembuat Akta

Page 121: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

105

Koperasi sebanyak 723 orang, pembuatan leaflet tentang

standart operasional permohonan pengesahan badan hukum

koperasi serta melalui media televisi melalui dialog interaktif,

yang semuanya dibiayai oleh APBD Provinsi Jawa Tengah.

2) Dalam proses pengesahan badan hukum koperasi, Dinas

Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah selaku

pihak yang berwenang mengesahkan badan hukum koperasi

akan memproses permohonan badan hukum koperasi dengan

melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Verifikasi persyaratan bagi pemohon akta pendirian koperasi

yang meliputi :

(1) Permohonan pengesahan akta pendirian koperasi

diajukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.

(2) Permintaan pengesahan badan hukum koperasi harus

melampirkan :

(a) 1 (satu) salinan akta pendirian koperasi bermeterai

cukup.

(b) Data akta pendirian koperasi yang dibuat

ditandatangani oleh notaries pembuat akta koperasi.

(c) Surat bukti tersedianya modal yang jumlahnya

sekurang-kurangnya sebesar simpanan pokok dan

wajib yang harus dilunasi oleh pendiri koperasi (

Page 122: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

106

untuk unit simpan pinjam minimal sebesar Rp.

15.000.000,-, sedangkan untuk Koperai Simpan

Pinjam senilai Rp 50.000.000,- )

(d) Rencana kegiatan usaha koperasi minimal 3 ( tiga )

tahun kedepan dan Rencana Anggaran Belanja dan

Pendapatan Koperasi.

(e) Materi anggaran dasar yang dimohonkan

pengesahannya yang memuat antara lain :

1. Daftar nama pendiri yang memuat nama,

pekerjaan, alamat, yang ditulis secara lengkap

dan jelas dari orang-orang yang hadir pada rapat

pertama pembentukan koperasi dengan ketentuan

bahwa orang-orang dimaksud adalah orang-orang

yang :

- memenuhi persyaratan menjadi anggota

koperasi sesuai dengan jenis koperasi atau

kegiatan usaha koperasi yang akan dijalankan.

- mempunyai keinginan yang sungguh-sungguh

untuk mendirikan dan menjalankan organisasi

dan usaha koperasi sesuai dengan

kepentingan seluruh anggota koperasi

tersebut.

Page 123: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

107

- menyatakan kesediaannya untuk menjadi

anggota koperasi yang aktif

- menyatakan kesediaannya secara tertulis

untuk membayar tunai simpanan pokok, dan

simpanan wajib yang telah ditetapkan atas

kesepakatan bersama.

2. Nama dan tempat kedudukan ditulis jelas, legkap

dam mudah dibaca dengan syarat bahwa nama

koperasi tidak menggunakan nama yang

bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan

atau bertentangan dengan perundangan yang

berlaku, ataupun mempunyai nama yang sama

dengan nama suatu organisasi massa, organisasi

politik, agama, suku dan ras . Sedangkan tempat

kedudukan koperasi harus disebutkan lengkap

dan jelas sebagai alamat kantor tetap koperasi.

3. Landasan, asas dan prinsip koperasi

4. Maksud dan tujuan serta bidang usaha koperasi

yang akan dilaksanakan perlu diperhatikan hal-

hal sebagai berikut :

- usaha yang akan dijalankan oleh koperasi

harus berkaitan langsung dengan kepentingan

ekonomi dan usaha para anggotanya atau

Page 124: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

108

usaha yang mendukung kemajuan usaha dan

kepentingan anggota.

- Koperasi harus memiliki usaha pokok dan

dapat melaksanakan usaha lain sebagai usaha

penunjang, berkaitan dengan usaha pokok

koperasinya

5. Ketentuan mengenai keanggotaan,

Bahwa anggota adalah pendukung,

pemilik dan pengguna jasa kopersi. Dalam

ketentuan keanggotaan diatur persyaratan

keanggotaan, hak, kewajiban, tanggungan dan

sanksi bagi anggota yang melakukan pelanggaran

a. Anggota koperasi harus memenuhi

persyaratan sekurang-kurangnya sebagai

warga Negara Indonesia yang mampu

melakukan perbuatan hukum, memiliki

kesamaan kepentingan ekonomi, membayar

lunas simpanan pokok dan wajib dan sanggup

melaksanakan dan mentaati seluruh ketentuan

yang telah ditetapkan koperasi.

b. Koperasi dapat juga mempunyai anggota luar

biasa yang persyaratan, hak dan kewajibannya

antara lain :

Page 125: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

109

1) Warga Negara Indonesia atau Warga

Negara Asing yang mempunyai Kartu Izin

Menentap.

2) tidak memiliki hak suara dalam anggota

akan tetapidapat mengajukan usul, saran

maupun pendapat.

3) tidak memiliki hak memilih maupun

dipilih menjadi anggota, pengurus ataupun

pengawas

4) membayar lunas simpanan pokok maupun

simpanan wajib

5) berhak mendapat pelayanan dari koperasi.

c. Koperasi dapat menerima calon anggota

dengan persayaratan, hak dan kewajiban

antara lain sebagai berikut :

1) warga Negara Indonesia

2) mampu melakukan perbuatan hukum

3) mempunyai kepentingan ekonomi yang

terkait dengan usaha koperasi

4) telah membayar simpanan pokok

maupun wajib tetapi secara

administrative belum memenuhi syarat

sebagai anggota

Page 126: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

110

5) tidak memiliki hak suara, hak pilih dan

dipilih menjadi pengurus atau pengawas

6) dapat memberikan saran dan pendapat

7) dapat memperoleh pelayanan usaha dari

koperasi

d. Keanggotaan koperasi dicatat dalam Buku

Daftar Anggota dan diberikan Kartu Tanda

Anggota.

e. Dalam pengaturan mengenai kewajiban

anggota , ditentukan antara lain :

1) mematuhi anggaran dasar koperasi dan

anggaran rumah tangga serta keputusan

lain yang telah disepakati dalam rapat

anggota

2) berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang

diselenggarakan oleh koperasi

3) mengembangkan dan memelihara

kebersamaan dalam pelaksanaan

organisasi dan usaha koperasi berdasarkan

asas kekeluargaan

4) menanggung kerugian secara terbatas pada

waktu terjadi pembubaran yaitu sebatas

simpanan pokok, simpanan wajib ataupun

Page 127: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

111

modal penyertaan yang dimiliki atau

mungkin juga tidak terbatas sesuai dengan

keputusan rapat anggota.

f. Dalam pengaturan mengenai hak suara bagi

anggota dapat pula ditentukan antara lain hak

untuk:

1) menghadiri, menyatakan pendapat dan

menggunakan hak suara dalam Rapat

Anggota.

2) memilih atau dipilih menjadi anggota

pengurus dan pengawas

3) meminta diadakan rapat anggota luar

biasa, yang sekurang-kurangnya disetujui

oleh 10 % jumlah anggota koperasi primer

( yang bukan anggota luar biasa atau calon

anggota ). Bagi koperasi sekunder rapat

anggota luar biasa dapat diadakan atas

permintaan sekurang-kurangnya 50 % dari

jumlah anggota.

4) mengemukakan pendapat, atau saran

kepada pengurus diluar rapat anggota baik

diminta maupun tidak diminta.

Page 128: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

112

5) memanfaatkan koperasi dan mendapatkan

pelayanan

6) memperoleh pembagian sisa hasil usaha

sesuai jasa atau transaksi

7) mendapatkan keterangan mengenai

perkembangan koperasi

g. Pengaturan tentang berakhirnya keanggotaan

koperasi dapat ditetapkan berdasarkan alasan :

1) Meninggal dunia, atau

2) Berhenti atas permintaan sendiri, atau

3) Diberhentikan pengurus karena :

- Melanggar ketentuan atau

- Tidak memenuhi kewajiban

- Melanggar peraturan perundang-

undangan dan keputusan rapat

anggota

- Melakukan tindak pidana

- Mencemarkan nama baik koperasi

4) Anggota yang berhenti sesuai angka 3

dicoret dari Buku Daftar Anggota dan

keanggotaannya hapus sejak tanggal

pencoretan.

Page 129: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

113

5) Anggota yang berhenti, wajib segera

menyelesaikan hutang piutangnya dan

tidak dibenarkan lagi hadir atau

memberikan suaranya dalam Rapat

Anggota

h. Ketentuan mengenai rapat anggota

Hal-hal yang harus diatur dalam ketentuan

mengenai Rapat Anggota adalah hal-hal

sebagai berikut :

1) Rapat Anggota merupakan pemegang

kekuasaan tertinggi dalam organisasi

Koperasi

2) Dalam Rapat Anggota setiap anggota

mempunyai hak suara yang sama yaitu

satu anggota satu suara.

3) Rapat Anggota diadakan sekurang-

kurangnya satu kali dalam satu tahun.

4) Sahnya Rapat Anggota dan sahnya

keputusan Rapat Anggota ditentukan oleh

quorum yang ditentukan oleh Rapat

Anggota. Besarnya jumlah quorum

tersebut harus dicantumkan dalam

Anggaran Dasar Koperasi yang

Page 130: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

114

bersangkutan, sesuai dengan ketentuan

perundangan yang berlaku.

5) Dalam hal Rapat Anggota tidak dapat

dilaksanakan karena tidak memenuhi

quorum yang ditetapkan, maka dapat

ditetapkan bahwa Rapat Anggota tersebut

ditunda yang batas waktunya juga

ditetapkan oleh Rapat Anggota.

6) Keputusan dalam Rapat Anggota diambil

berdasarkan musyawarah untuk mencapai

mufakat. Dalam hal mufakat tidak dapat

tercapai, maka keputusan diambil berdasar

suara terbanyak dari jumlah anggota yang

hadir.

7) Pengaturan Rapat Anggota antara lain

mengenai tugas, fungsi dan wewenang

Rapat Anggota tahunan antara lain

menetapkan :

a). rencana kerja rencana pendapatan

dan belanja koperasi, serta

pengesahan laporan keuangan.

b) kewenangan pengesahan

pertanggung jawaban pengurus dan

Page 131: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

115

pengawas dalam pelaksanaan

tugasnya.

c). kewenangan pembagian SHU

8) Semua keputusan Rapat Anggota harus

dibuat dalam Berita Acara Keputusan

Rapat Anggota dan disahkan oleh Rapat

Anggota.

i. Ketentuan mengenai pengurus

Pengurus mempunyai peran yang strategis

dalam manajemen koperasi dan tanggung

jawab dalam menjalankan organisasi dan

usaha koperasi sesuai mandat yang diberikan

oleh Rapat Anggota, dengan pengaturan :

1) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota

dalam rapat anggota

2) Cara pemilihan pengurus dilakukan secara

demokratis.

3) Persayaratan menjadi pengurus ditentukan

oleh kemampuan, kejujuran, pengalaman

kerja, dan berdedikasi tinggi.

4) Perlu ditetapkan tentang jangka waktu

jabatan kepengurusan.

Page 132: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

116

5) Perlu ditentukan jumlah dan susunan

pengurus

6) Susunan anggota pengurus dicantumkan

dalam buku daftar pengurus dan

ditandatangani oleh masing-masing

pengurus.

7) Tugas pengurus adalah mengorganisasikan

koperasi dan usahanya

8) Wewenang pengurus antara lain :

- Mewakili koperasi didalam dan diluar

pengadilan

- Melakukan kegiatan usaha dalam upaya

peningkatan dan pemanfaatan koperasi

9) Pengurus dapat mengangkat pengelola

untuk kemajuan koperasinya

j. Ketentuan mengenai pengawas

1) Persyaratan untuk menjadi pengawas

antara lain menyebutkan mengenai

kemampuan, kejujuran, pengalaman kerja,

dedikasi tinggi dan telah menjadi anggota

koperasi paling sedikit beberapa tahun dan

sebagainya;

Page 133: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

117

2) Masa jabatan pengawas diatur agar masa

jabatan seluruh anggota pengawas tidak

berakhir pada waktu yang bersamaan;

3) Perlu ditentukan pula penetapan periode

jabatan pengawas untuk dapat dipilih

kembali;

4) Perlu ditentukan pula mengenai pengisian

jabatan pengawas yang lowong karena

diberhentikan, meninggal dunia atau

mengundurkan diri sebelum masa

jabatannya berakhir;

5) Susunan anggota pengawas dicantumkan

dalam, buku daftar pengawas dan ditanda

tangani oleh masing – masing anggota

pengawas;

6) Tugas dan kewajiban anggota pengawas

harus jelas dicantumkan, sehingga

kewenangan dan tanggung jawabnya dapat

dilaksanakan dengan jelas;

7) Tugas pengawas antara lain :

a) Mengelola pengawasan terhadap

pelaksanaan kebijaksanaan dan

pengelolaan koperasi;

Page 134: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

118

b) Membuat laporan tertulis tentang hasil

pengawasan.

8) Pengawas berwenang :

a) Meneliti catatan yang ada pada

koperasi;

b) Mendapatkan segala keterangan yang

diperlukan.

9) Pengawas wajib merahasiakan hasil

pengawasan pada pihak ketiga;

10) Apabila diperlukan dan sesuai dengan

tingkat perkembangan koperasi dapat

ditetapkan adanya kewajiban audit yang

dapat dilakukan dengan jasa akuntan

publik untuk keperluan laporan keuangan

koperasi;

11) Dalam hal koperasi tidak mengangkat

pengawas, maka fungsi pengawas

dilakukan oleh pengurus.

k. Ketentuan mengenai permodalan

Modal koperasi mempunyai

kedudukan yang sangat menentukan dalam

menjalankan organisasi dan usahanya. Oleh

karena itu sebagai badan usaha, status modal

Page 135: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

119

koperasi harus jelas yaitu adanya equiti yang

merupakan modal sendiri dan modal

pinjaman.

Dalam pengaturan permodalan perlu

ditetapkan hal – hal antara lain sebagai

berikut:

1) Sesuai dengan kegiatan usaha yang akan

dijalankan oleh koperasi, maka besarnya

simpanan pokok dan simpanan wajib

ditetapkan berdasarkan keputusan Rapat

Anggota;

2) Cara pembayaran simpanan pokok dan

simpanan wajib;

3) Setelah simpanan pokok dan simpanan

wajib dapat ditetapkan pula adanya

ketentuan mengenai modal penyertaan dan

obligasi oleh koperasi;

4) Ketentuan mengenai batas pinjaman yang

dilakukan oleh Pengurus atau pengelola

atau Rapat Anggota;

5) Setiap unit usaha harus memiliki modal

kerja tersendiri, apabila terdapat kelebihan

kapasitas modal dapat dialokasikan pada

Page 136: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

120

kegiatan-kegiatan usaha produktif lainnya

sesuai dengan kebutuhan anggota dan non

anggota.

l. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya

koperasi

1) Pada dasarnya jangka waktu berdirinya

koperasi tidak ditentukan batas waktunya,

namun penetapan jangka waktu dalam

Anggaran Dasar diperlukan dalam rangka

menunjukan keberadaan koperasi dalam

kehidupan ekonomi sehari-hari, oleh

karena itu perlu dicantumkan ketentuan

“tidak terbatas” atau terbatas yang

merupakan jangka waktunya;

2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana

ditetapkan telah berakhir maka pengurus

wajib mengajukan permohonan

perpanjangan atau pembubaran diri atas

nama Rapat Anggota.

m. Ketentuan mengenai Sisa Hasil Usaha

1) Sebagai badan usaha, pendapatan hasil

usaha sangat menentukan besar kecilnya

sisa hasil usaha;

Page 137: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

121

2) Pembagian dan penggunaan sisa hasil

usaha diatur berdasarkan keputusan Rapat

Anggota;

3) Bagian sisa hasil usaha yang diperuntukan

kepada anggota dapat disimpan dalam

bentuk simpanan anggota yang

bersangkutan atau dapat diberikan

langsung kepada anggota.

n. Ketentuan mengenai sanksi

1) Pengaturan mengenai sanksi diperlukan

untuk menegakkan disiplin organisasi dan

menjamin kepastian pelaksanaan

organisasi dan usaha koperasi;

2) Pengaturan sanksi sebagaimana dimaksud

angka 14 huruf a antara lain berupa :

a) Sanksi terhadap tidak dipenuhinya

kewajiban oleh anggota, pengurus,

pengawas, dan pengelola;

b) Sanksi terhadap pelanggaran atas

penyalahgunaan wewenang dan tugas

yang telah dibebankan kepada

Pengurus, Pengawas dan Pengelola

Koperasi;

Page 138: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

122

c) Sanksi terhadap kesengajaan dan atau

kelalaian yang dilakukan oleh

Pengurus, Pengawas dan Pengelola

Koperasi yang menimbulkan kerugian

Koperasi.

d) Pelaksanaan sanksi antara lain, berupa

teguran baik lesan maupun tertulis,

pemberhentian sementara, pemecatan,

ganti rugi yang diajukan dimuka

pengadilan baik didalam perkara

pidana maupun perdata.

o. Ketentuan mengenai pembubaran

1) Pengaturan mengenai pembubaran dapat

dilakukan atas keputusan Rapat Anggota

atau Pemerintah berdasarkan alasan yang

sah;

2) Ketentuan pembubaran oleh Rapat

Anggota Koperasi, diatur antara lain :

a) Alasan pembubaran dengan

memperhatikan kepentingan pihak

lain, agar haknya tidak dirugikan;

b) Alasan sehubungan dengan jangka

waktu berdirinya telah berakhir;

Page 139: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

123

c) Ketentuan penyelesaian pembubaran

oleh suatu Tim Penyelesaian yang

dibentuk oleh Rapat Anggota;

d) Ketentuan mengenai hak, wewenang

dan kewajiban Tim Penyelesai yaitu :

(1) melakukan segala perbuatan

hukum untuk dan atas nama

“Koperasi dalam penyelesaian”;

(2) mengumpulkan segala keterangan

yang diperlukan;

(3) memanggil pengurus, anggota dan

bekas anggota tertentu yang

diperlukan baik sendiri-sendiri

maupun bersama-sama;

(4) memperoleh, memeriksa dan

menggunakan segala catatan dan

arsip koperasi;

(5) menetapkan dan melaksanakan

segala kewajiban pembayaran yang

didahulukan dari pembayaran

hutang lainnya;

Page 140: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

124

(6) menggunakan sisa kekayaan

koperasi untuk penyelesaian sisa

kewajiban koperasi;

(7) membagikan sisa hasil

penyelesaian kepada anggota;

(8) membuat Berita Acara

Penyelesaian.

e) Ketentuan mengenai kewajiban

Pengurus untuk menyampaikan

pembubaran kepada Pemerintah;

f) Ketentuan mengenai tanggungan

anggota, apabila koperasi menanggung

kerugian maka koperasi tersebut

dibubarkan, mengenai penyelesaian

hutang piutang menjadi tanggungan

anggota.

p. Ketentuan mengenai perubahan anggaran

dasar

1) Perubahan Anggaran Dasar dilaksanakan

apabila diperlukan sesuai dengan

perkembangan koperasi yang

bersangkutan;

Page 141: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

125

2) Ketentuan mengenai perubahan Anggaran

Dasar antara lain, memuat :

a) alasan diadakan perubahan anggaan

dasar;

b) quorum sahnya Rapat Anggota dan

quorum sahnya keputusan Rapat

Perubahan Anggaran Dasar.

q. Ketentuan mengenai Anggaran Rumah

Tangga dan Peraturan khusus

1) Anggaran Dasar Koperasi pada dasarnya

hanya memuat ketentuan pokok,

sedangkan penjelasan atau penjabaran

lebih lanjut dapat diatur dalam Anggaran

Rumah Tangga (ART) dan atau peraturan

khusus;

2) Ketentuan tentang ART dan peraturan

khusus antara lain memuat:

a) Penjabaran lebih lanjut ketentuan

dalam anggaan dasar koperasi;

b) Pengaturan lebih lanjut hal-hal yang

telah ditetapkan dalam Anggaan Dasar

Koperasi

Page 142: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

126

3) Pengaturan lain yang dianggap lebih

perlu dan belum cukup diatur dalam

Anggaran Dasar.

r. Ketentuan mengenai pengelolaan usaha

1) Pada dasarnya pengelolaan usaha

koperasi dilakukan oleh Pengurus

sebagai eksekutif tetapi berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan

profesionalisme, efisiensi, efektivitas,

dan pengembangan koperasi yang

bersangkutan, maka tugas pengelolaan

tersebut dapat didelegasikan Pengurus

kepada pengelola usaha yang diangkat

oleh pengurus;

2) Dalam mengatur mengenai

pengelolaan usaha koperasi, baik yang

dilaksanakan oleh Pengurus, maupun

oleh Pengelola ditetapkan ketentuan-

ketentuan antara lain tentang

penyusunan rencana operasional usaha,

maupun anggaran biaya usaha yang

bersangkutan, mencarikan dana atau

pinjaman yang dibebankan kepadanya,

Page 143: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

127

pengangkatan dan pemberhentian

tersebut secara tehnis diatur dalam

Anggaran Rumah Tangga atau peraturan

khusus untuk itu.

3) Melakukan pengecekan terhadap koperasi yang akan didirikan

terutama yang berkaitan dengan domisili / alamat,

kepengurusan, usaha yang dijalankan dan keanggotaannya

4) Melakukan penilaian terhadap kelayakan koperasi

5) Mengesahkan akta pendirian koperasi oleh Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah bila dari hasil

penilaian koperasi tersebut layak untuk disahkan dalam jangka

waktu selambat-lambatnya tiga bulan terhitung sejak

diterimanya permintaan pengesahan secara lengkap.

6) Mencatat dalam Buku Daftar Umum Koperasi

7) Menyampaikan Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian

Koperasi secara langsung kepada pendiri atau kuasa pendiri.

8) Mengirimkan tembusan Surat Keputusan Pengesahan Akta

Pendirian Koperasi kepada Menteri Negara Koperasi dan

UKM.

9) Mengumumkan Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian

Koperasi dalam Berita Negara Republik Indonesia melalui

Kementrian Negara Koperasi dan UKM.

Page 144: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

128

10) Menolak secara tertulis permintaan pengesahan Akta Pendirian

Koperasi yang tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan

perundangan dengan menyampaikan alasan penolakan kepada

pendiri atau kuasa pendiri dengan surat tercatat dalam jangka

waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak diterimanya

permintaan pengesahan secara lengkap.

d. Permasalahan yang dihadapi Dinas Pelayanan Koperasi dan

UKM Provinsi Jawa Tengah dan solusinya

Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi Keputusan

Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 /

Kep.M/KUKM/2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi adalah :

1. Dari sisi masyarakat pemohon akta pendirian badan hukum

koperasi , permasalahan yang dihadapi adalah :

a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal-hal yang

berhubungan dengan perkoperasian menyebabkan lambatnya

proses pendirian koperasi, solusi yang dapat dilakukan atas

permasalahan tersebut adalah diadakannya sosialisasi secara

terus-menerus melalui kegiatan – kegiatan di tingkat RT,

RW, maupun melalui pelatihan perkoperasian di UPTD Balai

Latihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dengan

dukungan dana APBD Propinsi maupun kabupaten / kota.

Page 145: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

129

b. Biaya Notaris yang relatif tinggi dan tidak ada keseragaman

tarif menyebabkan masyarakat enggan untuk membuat akta

dihadapan Notaris, solusi yang sudah dilakukan adalah

dikeluarkannya surat Kepala Dinas Pelayanan Koperasi

Nomor : 518/190/2006, tanggal 20 Mei 2006 perihal

himbauan kepada para Notaris Pembuat Akta Koperasi

tentang biaya maksimal pembuatan akta-akta koperasi paling

tinggi Rp 1.500.000,-, yang mana jumlah tersebut masih

dianggap mahal oleh masyarakat.

c. Adanya anggapan di masyarakat bahwa berhubungan dengan

hal-hal yang berbau hukum akan selalu menyulitkan mereka,

sehingga masyarakat yang akan mendirikan koperasi yang

mayoritas dari kalangan menengah kebawah enggan untuk

memproses badan hukum yang mengakibatkan kelompok

mereka tidak mempunyai landasan hukum yang pasti. Solusi

yang selama ini telah dilakukan oleh Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah adalah dengan

diadakannya pelatihan perkoperasian melalui UPTD Balai

Latihan Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Tengah.

2. Akta yang dibuat Notaris salah

Berdasarkan hasil wawancara dengan Notaris Elizabeth

Estiningsih SH., Notaris di Kota Semarang pada tanggal 10

Desember 2008 menyatakan bahwa Notaris belum mendapatkan

Page 146: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

130

pembekalan mengenai perkoperasian secara mendalam, sehingga

belum memahami jati diri dan aspek-aspek perkoperasian ,

pembekalan yang pernah diberikan oleh Kementrian Negara

Koperasi dan UKM RI hanya 1 (satu) kali dan memakan waktu

hanya satu hari sehingga hanya sedikit pengetahuan

perkoperasian yang dapat dipahami. Solusi yang selama ini

dilakukan oleh yang bersangkutan adalah dengan

mengkoordinasikan dan mengirim terlebih dahulu draft atau

konsep akta notaris yang dibuat atas permintaan masyarakat

pemohon akta koperasi sehingga dapat dilakukan penyesuaian-

penyesuaian terhadap konsep sebelum akta ditanda tangani oleh

Notaris dan dimintakan pengesahan kepada Pejabat Dinas

Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah untuk

memastikan apakah isi akta yang dibuat tidak bertentangan

dengan isi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum

dan kesusilaan . Dengan dikoordinasikan terlebih dahulu dapat

meminimalkan kesalahan Notaris dalam penyususnan akta

perkoperasian. Dalam hal koordinasi Dinas Koperasi dan UKM

Provinsi Jawa Tengah memberikan kesempatan seluas-luasnya

kepada Notaris untuk mengadakan koordinasi dan tukar pendapat

sehingga tercapai kesepahaman. Sedangkan menurut Kasubag

Hukum dan Kelembagaan Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM

Page 147: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

131

Provinsi Jawa Tengah untuk meningkatkan pengetahuan Notaris

dalam bidang perkoperasian, pada Tahun Anggaran 2007

diadakan pembekalan tambahan selama 2 hari dengan

narasumber Deputy Bidang Kelembagaan Kementrian Negara

Koperasi dan UKM RI kepada 732 Notaris yang tersebar di

seluruh Jawa Tengah dengan sumber dana dari APBN Tahun

Anggaran 2007. Sedangkan dalam rangka menjalin koordinasi

dengan para Notaris pada Tahun Anggaaran 2007 dilakukan rapat

berkala setahun 2 ( dua ) kali dengan dukungan dana APBD

untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi di

lapangan.

2. Banyak Notaris yang telah mengikuti pembekalan

perkopersian dari Kementrian Koperasi yang tidak

berwenang dan berhak untuk membuat akta- akta

koperasi karena yang bersangkutan belum mengajukan

permohonan untuk ditetapkan sebagai Notaris Pembuat

Akta Koperasi.Solusi yang sudah dilakukan adalah

dengan diadakannya sosialisasi tentang peran Notaris

dalam pembuatan akta-akta koperasi sekaligus himbauan

untuk segera mengajukan permohonan penetapan sebagai

Notaris Pembuat Akta Koperasi. Sedangkan informasi

yang didapat dari Notaris Sunarto, SH bahwa yang

bersangkutan tidak mau memproses akta pendirian

Page 148: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

132

koperasi, dengan alasan bahwa Notaris yang

bersangkutan belum memahami benar apa materi

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian sehingga takut salah dalam menyusun akta

autentik. Solusi yang telah dilakukan oleh Dinas

Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah

selama ini adalah dengan memberikan kesempatan seluas-

luasnya kepada para Notaris untuk mengadakan

koordinasi dan tukar pendapat dengan Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Propinsi Jawa tengah dalam hal

penyususnan akta Notaris sesuai dengan ketentuan

perundangan yang berlaku.

e.

B. Pembahasan

Upaya Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia untuk

memperkuat landasan hukum koperasi dengan melibatkan Notaris sebagai

pembuat akta koperasi , yakni dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri

Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor : 98 / Kep /

M.KUKM/IX/2004, tanggal 24 September 2004 Tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi dengan harapan bahwa kelembagaan koperasi dapat

tumbuh dan berkembang dengan kuat dan mandiri serta tangguh dalam

Page 149: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

133

menghadapi perkembangan tata ekonomi nasional dan global semakin

dinamis dan penuh tantangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan pada Dinas

Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, sebagaimana

diuraikan diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Langkah – langkah dalam mengimplementasi Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98/ Kep / M.KUKM / IX / 2004 tentang

Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi oleh :

a. Masayarakat pemohon akta badan hukum koperasi

Langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh masyarakat selaku

pemohon akta pendirian badan hukum koperasi meliputi :

1) Mengikuti sosialisasi tata cara pendirian koperasi

2) Mempersiapkan pembentukan koperasi

3) Melaksanakan Rapat Pembentukan Koperasi

4) Mengundang / menghadap Notaris untuk membuat akta pendirian

Koperasi

5) Mengajukan permohonan pengesahan badan hukum koperasi.

Bahwa ternyata permohonan pengesahan akta pendirian

koperasi oleh masyarakat setelah dikeluarkannya kepmenegkop

dan UKM RI Nomor 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 tentang

Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi , mengalami penurunan

yang cukup tajam . Hal ini terlihat dari jumlah permohonan

pengesahan akta pendirian koperasi yang masuk pada Dinas

Page 150: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

134

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, dimana sebelum

dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM

RI, permohonan pegesahan akta pendirian koperasi dalam kurun

waktu 1 (satu) tahun rata-rata mencapai kisaran 301 sampai

dengan 319 akta. Sedangkan setelah diterbitkannya Keputusan

Menteri dimaksud sempat mengalami kevakuman permohonan

pengesahan badan hukum koperasi selama 15 ( lima belas ) bulan

terhitung sejak bulan Oktober 2004 sampai dengan akhir tahun

2005. Sedangkan untuk tahun 2006 ada permohonan pengesahan

sejumlah 28 akta dan tahun 2007 sejumlah 29 akta. Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat belum efektif

mengimplementasikan Keputusan Menteri dimaksud.

b. Notaris Pembuat Akta Koperasi.

1) Mengikuti pembekalan perkoperasian ( 571 Notaris )

2) Mengajukan permohonan kepada Menteri Negara Koperasi dan

UKM RI untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta

Koperasi ( 118 Notaris )

3) Membuat akta koperasi sesuai dengan materi yang terdapat

dalam Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian.

4) Menyimpan minit akta koperasi

5) Membacakan akta koperasi dihadapan para pihak

Page 151: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

135

6) Mengirimkan laporan tahunan kepada Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI.

7) Mengeluarkan salinan akta koperasi.

8) Mengajukan pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi

kepada Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa

Tengah.

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan , sampai dengan

penelitian dilakukan terdapat sejumlah 571 Notaris yang sudah

mengikuti pembekalan perkoperasian yang diselenggarakan oleh

Kementrian Negara Koperasi dan UKM RI. Sedangkan dari jumlah

tersebut sejumlah 118 Notaris yang sudah mempunyai kewenangan

untuk membuat akta –akta koperasi karena sudah mendapatakan

penetapan dari Menteri Negara Koperasi dan UKM RI sebagai

Notaris Pembuat Akta Koperasi.

Sedangkan pada kurun waktu 1 tahun ( 2006 ) setelah

diterbitkannya keputusan Menteri dimaksud terdapat 28 akta

koperasi yang dibuat oleh notaris. Sedangkan untuk tahun 2007

hanya berjumlah 29 akta koperasi.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa para Notaris yang

sudah mendapatkan pembekalan perkoperasian kurang efektif untuk

mengimplementasikan Keputusan Menteri dimaksud.

c. Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah yang

mengesahkan akta pendirian badan hukum koperasi :

Page 152: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

136

1) Melakukan sosialisasi tentang tata cara pendirian koperasi

melalui Anggaran APBD maupun APBN sejak tahun 2005, 2006

dan 2007.

2) Menyelenggarakan diklat penyusunan akta koperasi yang diikuti

oleh 723 Notaris diwilayah Jawa Tengah dalam

3) Pembuatan dan penyebaran informasi melalui leaflet yang

memuat standart operasional pengajuan badan hukum koperasi,

serta dialog interaktif melalui televisi lokal.

4) Melakukan verifikasi persyaratan permohonan akta pendirian

badan hukum koperasi.

5) Melakukan pengecekan terhadap domisili / alamat, kepengurusan

dan usaha yang dijalankan serta keanggotaan koperasi.

6) Mengesahkan akta badan hukum koperasi.

7) Mencatat dalam buku daftar umum koperasi.

8) Menyampaikan surat keputusan pengesahan akta pendirian badan

hukum koperasi kepada pendiri / pemohon.

9) Mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Dari data yang diperoleh dilapangan , setelah diterbitkannya

Keputusan Menteri dimaksud sejak bulan Nopember 2004 sampai

dengan akhir 2005 ( 15 bulan )terjadi kevacuman permohonan

pengesahan akta pendirian koperasi, sedangkan pada tahun 2006

terdapat 28 permohonan pengesahan badan hukum koperasi, yang

permohonannya ditolak berjumlah 11 akta dan yang disahkan

Page 153: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

137

berjumlah 17 akta , dan tahun 2007 terdapat 29 permohonan

pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi , dan yang

disahkan berjumlah 18 akta.

Menurut keterangan dari staf Subag Kelembagaan dan

Hukum Yulia Nur Marzuki, SE didapat informasi bahwa dari 22

permohonan pengesahan badan hukum koperasi yang ditolak dalam

kurun waktu 2 tahun tersebut semuanya disebabkan karena materi

dalam akta yang disusun oleh Notaris tidak sesuai dengan ketentuan

dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Dari uaraian diatas menunjukan bahwa Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah telah

mengimplementasikan Keputusan Menteri dimaksud sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian.

2. Apakah Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 /

Kep /M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi efektif ?

Dari data yang diperoleh selama penelitian di lapangan terjadi

penurunan permohonan pengesahan akta pendirian koperasi di Provinsi

Jawa Tengah, penulis mengambil teori dari Lawrence M Friedman yang

menyatakan bahwa hukum adalah gabungan dari komponen substansi,

struktur dan kultur hukum . Sebagaimana diuraikan dimuka , dimana

Page 154: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

138

untuk dapat bekerja secara effektif , suatu peraturan perundangan

dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yakni :

a. Substansi Hukum

b. Struktur Hukum

c. Budaya Hukum

Dari ketiga faktor tersebut penulis akan menganalisis apakah

dalam implementasinya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM

RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi efektif yang dikaji dari :

a. Substansi Hukum

Dalam penulisan tesis ini yang dimaksud sebagai pembuat

kebijakan adalah Menteri Negara Koperasi dan UKM RI yang

menerbitkan Kepmenegkop dan UKM RI Nomor : 98 / Kep /

M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi. Kepmenegkop tersebut merupakan hal yang akan dikaji

apakah Keputusan Menteri tersebut merupakan faktor yang

menyebabkan menurunnya permintaan pengesahan akta pendirian

koperasi.

Bahwa maksud dibuatnya Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2005

tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi adalah untuk

memperkuat kedudukan hukum Koperasi di masyarakat. Untuk

menganalisis Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI

Page 155: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

139

Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2005 tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi , peneliti berpedoman pada pendapat

Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum ( 1983 : 12-13 ), yang

menyebutkan ada beberapa asas agar suatu undang-undang dapat

berjalan efektif. Asas-asas tersebut adalah :

1) Undang-undang tidak berlaku surut, artinya undang-undang

hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang di sebut di dalam

undang-undang tersebut serta terjadi setelah undang-undang itu

dinyatakan berlaku.

2) Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi

mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.

3) Undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan undang-

undang yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama. Artinya

terhadap peristiwa khusus wajib diperlakukan undang-undang

yang menyebutkan peristiwa itu, walaupun begi peristiwa yang

lebih luas ataupun lebih umum, yang juga dapat mencakup

peristiwa khusus tersebut.

4) Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan undang-

undang yang berlaku terdahulu

5) Undang-undang tidak dapat diganggu gugat

Page 156: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

140

6) Undang-undang merupakan sarana untuk mencapai kesejahteraan

spiritual dan materiil bagi masyarakat maupun pribadi melalui

pelestarian maupun pembaharuan.

Penerbitan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI

Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris sebagai

Pembuat Akta Koperasi apabila dihubungkan dengan asas-asas

seperti terurai diatas adalah sudah sesuai yaitu :

1) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 98 /

Kep / M. KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat

Akta Koperasi ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan yakni :

24 September 2004.

2) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 /

Kep / M.KUKM / IX / 2004 dibuat oleh Menteri Negara

Koperasi yang merupakan pejabat tertinggi dibidang

perkoperasian di Indonesia.

3) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 /

Kep / M.KUKM / IX / 2004 termasuk lex spesialis ( khusus )

yaitu mengatur tentang pembuatan akta koperai oleh Notaris

dalam rangka memperkuat landasan hukum bagi koperasi dimana

belum diatur secara khusus oleh Undang-Undang Nomor : 25

tahun 1992 tentang Perkoperasian.

4) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 /

Kep / M. KUKM / IX / 2004 tidak membatalkan undang-undang

Page 157: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

141

yang manapun karena untuk pembuatan akta koperasi oleh

Notaris belum pernah ada pengaturannya.

5) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 /

Kep / M.KUKM / IX / 2004 tidak dapat diganggu gugat oleh para

pihak baik yang membentuk kebijakan dalam hal ini Menteri

Negara Koperasi dan UKM RI maupun yang melaksanan hukum

yakni Dinas Pelayanan Koperasi, Notaris pembuat Akta Koperasi

maupun masyarakat yang mengajukan pengesahan badan hukum

Koperasi.

6) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 /

Kep / M.KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat

Akta Koperasi merupakan sarana untuk memperkuat landasan

hukum bagi koperasi , karena dengan dibuatnya akta Koperasi

dengan akta autentik oleh Notaris akan memperkokoh kedudukan

Koperasi di dunia bisnis.

Dari analisis terhadap Keputusan Menteri dimaksud , jelas

bahwa berkurangnya jumlah pengesahan akta badan hukum koperasi

bukan karena peraturannya yang tidak baik, dalam arti bahwa faktor

undang-undang atau peraturan sebagaimana dimaksud oleh Seidman

sudah baik dan benar , karena tujuan diterbitkannya peraturan

tersebut adalah untuk memperkuat landasan hukum koperasi.

Jika dikaji dari substansi hukum, maka penerbitan Keputusan

Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep /

Page 158: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

142

M.KUKM /IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi dapat diuaraikan sebagai berikut :

1) Berkaitan dengan pasal 4, 5 dan 6 Keputusan Menteri dimaksud,

masih terdapat 453 orang Notaris yang sudah mengikuti

pembekalan perkoperasian akan tetapi belum mengajukan

permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta

Koperasi sehingga tidak berhak dan tidak mempunyai

kewenangan untuk membuat akta – akta koperasi.

2) Bahwa meskipun dalam pasal 12 Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004

tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi memberikan

keringanan bagi masyarakat yang tidak mampu yang dibuktikan

dengan surat keterangan tidak mampu dari Lurah setempat, akan

tetapi pada kenyataannya aturan tersebut tidak dapat

diimplementasikan yang dikarenakan Notaris tidak bersedia

memberikan jasa tanpa memungut biaya.

3) Berkaitan dengan point a, dan b didalam Keputusan Menteri

dimaksud, juga tidak mengatur besaran biaya yang diberikan

kepada Notaris berkaitan dengan jasa yang diberikan.

4) Pada ketentuan pasal 4, 5, 6 dan 12, Keputusan Menteri

dimaksud tentang pembuatan akta koperasi oleh Notaris dimana

Notaris wajib memberikan jasa tanpa memungut biaya tidak

dapat dilaksanakan , karena Notaris adalah pejabat yang ditunjuk

Page 159: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

143

oleh Pemerintah untuk membuat akta autentik yang terikat oleh

kode etik Notaris.

b. Struktur Hukum / Penegak Hukum

Dalam kaitannya dengan penulisan tesis ini , yang dimaksud

Struktur Hukum / Penegak Hukum adalah :

1) Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM sebagai pihak yang

mengesahkan akta badan hukum koperasi.

Dari hasil wawancara dengan Safitri Handayani, SH,CN,

Kasubag Hukum dan Kelembagaan pada Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah sebagai pihak yang

mengesahkan badan hukum koperasi , ternyata sudah

melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana telah ditentukan

dalam Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor

: 98 / Kep / M.KUKM /IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi.

2) Sedangkan bagi Notaris selaku pihak yang membuat akta badan

hukum koperasi mengalami berbagai kesulitan antara lain :

a) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Notaris

Elisabeth Estiningsih, SH , yang bersangkutan menyatakan

bahwa para notaris ini seringkali salah dalam menyusun akta

badan hukum pendirian koperasi yang disebabkan karena

para Notaris ini belum menguasai aturan-aturan tentang

perkoperasian yang merupakan badan hukum yang spesifik

Page 160: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

144

dan berbeda dengan badan hukum CV maupun PT.

Sedangkan pembekalan untuk para Notaris Pembuat akta

Koperasi yang diprakarsai oleh Kementrian Negara Koperasi

dan UKM RI relatif singkat untuk materi yang tergolong

rumit dari Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian.

Sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi yang sudah

ditetapkan oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM RI

sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi yang bersangkutan

sudah memproses 17 akta pendirian badan hukum koperasi,

akan tetapi yang berhasil disahkan sebagai badan hukum

koperasi hanya 2 akta saja.

b) Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Notaris

Sunarto, SH, Notaris di Kota Surakarta, menyatakan bahkan

yang bersangkutan sampai saat wawancara dilakukan belum

mengajukan permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris

Pembuat Akta Koperasi. Sedangkan menurut informasi yang

didapat dari narasumber Safitri Handayani, SH,CN selaku

Kasubag Hukum dan Kelembagaan mangatakan bahwa dari

571 Notaris yang mengikuti pembekalan perkoperasian hanya

118 yang mengajukan permohonan penetapan sebagai

Notaris Pembuat Akta Koperasi. Sisanya sejumlah 453 sama

kondisinya dengan Notaris Sunarto, SH, belum mengajukan

Page 161: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

145

permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta

Koperasi, sehingga secara otomatis Notaris yang

bersangkutan tidak berhak dan berwenang untuk membuat

akta koperasi.

c. Budaya Hukum

Peraturan perundangan dapat berlaku efektif apabila tingkat

kesadaran masyarakat terhadap peraturan tersebut cukup tinggi.

Dalam arti masyarakat tahu bahwa memperkuat landasan hukum bagi

Koperasi yang bertujuan untuk memperkokoh kedudukan koperasi di

dunia bisnis perlu segera ditangani, maka melalui keputusan Menteri

Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M. KUKM / IX /

2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi masyarakat

pemohon akta badan hukum koperasi harus mentaatinya.

Dari hasil penelitian kepada masyarakat diperoleh informasi :

1) Bahwa ternyata kebanyakan masyarakat yang akan mendirikan

koperasi enggan berhadapan dengan hal-hal yang berkaitan dengan

masalah hukum, karena menurut hasil wawancara dengan salah satu

masyarakat yang akan mendirikan koperasi berhubungan dengan

masalah hukum akan makan waktu panjang dan bertele-tele dan

terutama akan menguras keuangan mereka.

2) Sudah membudaya dikalangan masyarakat untuk mendirikan

koperasi tanpa dipungut biaya, sedangkan dengan adanya ketentua

Page 162: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

146

baru bahwa akta pendirian badan hukum koperasi harus memakai

akta otentik yang dibuat oleh Notaris harus membayar jasa kepada

Notaris menjadi kendala bagi usaha koperasi yang masih

dikategorikan usaha mikro.

3) Krisis kepercayaan dalam masyarakat berkaitan dengan pasal 12

Keputusan Menteri dimaksud, dimana untuk surat keterangan tidak

mampu yang dikeluarkan oleh Lurah dapat dipakai untuk dispensasi

biaya Notaris. Hal tersebut karena pendapat yang tumbuh subur di

masyrakat bahwa yang berkaitan dengan dispensasi biaya untuk

apapun pasti prosesnya sulit dan belum tentu lembaga terkait mau

menerima. Solusi untuk membuka pandangan masyarakat yang

enggan untuk berhadapan dengan notaris serta mengeluarkan biaya

untuk membuat akta dihadapan notaris , maka perlu dilakukan

sosialisasi tentang arti pentingnya akta notaris sebagai akta autentik

dalam rangka untuk memperkokoh kedudukan hukum koperasi

dalam dunia bisnis. Sosialisasi dilakukan untuk memfungsikan

hukum sebagai alat rekayasa sosial yang merupakan cara untuk

mengajak masyarakat akan peduli terhadap kedudukan hukum

koperasi.

Proses sosialisasi tentang Keputusan Menteri Negara Koperasi dan

UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX /2004 tersebut

dilakukan dengan tujuan menurut Achmat Ali ( dalam Budi Winarno

2002 : 195 – 196 ) untuk :

Page 163: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

147

a. Agar warga masyarakat tahu kehadiran suatu undang-undang

b. Agar warga masyarakat dapat mengetahui isi suatu undang -

undang

c. Agar warga masyarakat dapat menyesuaikan diri ( pola pikir dan

tingkah laku) dengan tujuan yang dikehendaki dalam undang-

undang atau peraturan.

3. Masalah yang dihadapi dan solusinya

a. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang hal-hal

yang berhubungan dengan perkoperasian serta arti pentingnya akta

autentik dalam rangka memperkuat landasan hukum bagi koperasi

menyebabkan lambatnya proses pendirian koperasi, solusi yang

dapat dilakukan atas permasalahan tersebut adalah diadakannya

sosialisasi secara terus-menerus melalui kegiatan – kegiatan di

tingkat RT, RW, maupun melalui pelatihan perkoperasian di UPTD

Balai Latihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dengan

dukungan dana APBD Propinsi maupun kabupaten / kota, sehingga

diharapkan koperasi mampu bersaing dengan pelaku usaha lain.

b. Biaya Notaris yang relatif tinggi dan tidak ada keseragaman tarif

menyebabkan masyarakat enggan untuk membuat akta dihadapan

Notaris, solusi yang sudah dilakukan adalah dikeluarkannya surat

Kepala Dinas Pelayanan Koperasi Nomor : 518/190/2006, tanggal 20

Mei 2006 perihal himbauan kepada para Notaris Pembuat Akta

Page 164: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

148

Koperasi tentang biaya maksimal pembuatan akta-akta koperasi

paling tinggi Rp 1.500.000,-

c. Akta koperasi yang dibuat Notaris salah yang disebabkan karena

Notaris belum mendapatkan pembekalan mengenai perkoperasian

secara mendalam, sehingga belum memahami jati diri dan aspek-

aspek perkoperasian sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 25

Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Solusi dari permasalahan

tersebut adalah dengan pelatihan perkoperasian bagi Notaris serta

memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada Notaris untuk

mengadakan koordinasi dan tukar pendapat sehingga akta yang

dibuat memenuhi syarat untuk disahkan.

d. Sejumlah 453 Notaris yang sudah mengikuti pembekalan

perkoperasian belum mengajukan permohonan untuk ditetapkan

menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi, sehingga belum

mempunyai kewenangan membuat akta koperasi, solusi terhadap

masalah tersebut dengan himbauan tertulis kepada para Notaris

dimaksud untuk segera mengajukan permohonan untuk ditetapkan

sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi oleh Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI.

Page 165: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

149

BAB V

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti terurai dalam

analisis hasil penelitian tersebut , maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengimplementasi Keputusan

Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM /

IX / 2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi :

a. Masyarakat pemohon akta koperasi

1) Mengikuti sosialisasi tata cara pendirian koperasi

2) Mempersiapkan pembentukan koperasi

3) Melaksanakan Rapat Pembentukan Koperasi

4) Mengundang / menghadap Notaris untuk membuat akta pendirian

Koperasi

5) Mengajukan permohonan pengesahan badan hukum koperasi.

b. Notaris Pembuat Akta Koperasi.

1) Mengikuti pembekalan perkoperasian ( 571 Notaris )

2) Mengajukan permohonan kepada Menteri Negara Koperasi dan

UKM RI untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta

Koperasi ( 118 Notaris )

Page 166: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

150

3) Membuat akta koperasi sesuai dengan materi yang terdapat

dalam Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian.

4) Menyimpan minit akta koperasi

5) Membacakan akta koperasi dihadapan para pihak

6) ). Mengirimkan laporan tahunan kepada Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI.

7) Mengeluarkan salinan akta koperasi.

8) Mengajukan pengesahan akta pendirian badan hukum koperasi

kepada Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa

Tengah.

c. Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah yang

mengesahkan akta pendirian badan hukum koperasi :

1) Melakukan sosialisasi tentang tata cara pendirian koperasi

melalui Anggaran APBD maupun APBN.

2) Menyelenggarakan diklat penyusunan akta koperasi yang diikuti

oleh 723 Notaris diwilayah Jawa Tengah.

3) Pembuatan dan penyebaran informasi melalui leaflet yang

memuat standart operasional pengajuan badan hukum koperasi,

serta dialog interaktif melalui televisi lokal

4) Melakukan verifikasi persyaratan permohonan akta pendirian

badan hukum koperasi.

Page 167: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

151

5) Melakukan pengecekan terhadap domisili / alamat, kepengurusan

dan usaha yang dijalankan serta keanggotaan koperasi.

6) Mengesahkan akta badan hukum koperasi.

7) Mencatat dalam buku daftar umum koperasi.

8) Menyampaikan surat keputusan pengesahan akta pendirian badan

hukum koperasi kepada pendiri / pemohon.

9) Mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

2. Penyebab dari kurang efektifnya Keputusan Menteri Negara Koperasi

dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 Tentang Notaris

Sebagai Pembuat Akta Koperasi adalah :

a. Dari segi substansi hukum

1) Berkaitan dengan pasal 4, 5 dan 6 Keputusan Menteri dimaksud,

masih terdapat 453 orang Notaris yang sudah mengikuti

pembekalan perkoperasian akan tetapi belum mengajukan

permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta

Koperasi sehingga tidak berhak dan tidak mempunyai

kewenangan untuk membuat akta – akta koperasi.

2) Bahwa meskipun dalam pasal 12 Keputusan Menteri Negara

Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004

tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi memberikan

keringanan bagi masyarakat yang tidak mampu yang dibuktikan

dengan surat keterangan tidak mampu dari Lurah setempat, akan

tetapi pada kenyataannya aturan tersebut tidak dapat

Page 168: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

152

diimplementasikan yang dikarenakan Notaris tidak bersedia

memberikan jasa tanpa memungut biaya.

3) Berkaitan dengan point a, dan b didalam Keputusan Menteri

dimaksud, juga tidak mengatur besaran biaya yang diberikan

kepada Notaris berkaitan dengan jasa yang diberikan.

4) Pada ketentuan pasal 4, 5, 6 dan 12, Keputusan Menteri

dimaksud tentang pembuatan akta koperasi oleh Notaris dimana

Notaris wajib memberikan jasa tanpa memungut biaya tidak

dapat dilaksanakan , karena Notaris adalah pihak swasta bukan

suatu lembaga berbasis sosial .

b. Struktur Hukum

Yang dimaksud dengan struktur hukum disini ada 2 yakni :

1) Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah.

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa

Tengah selaku Dinas yang berwenang untuk mengesahkan Badan

Hukum Koperasi sudah melaksanakan sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1992 Tentang Perkopersian

dan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor :

98 / Kep / M.KUKM / IX/2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat

Akta Koperasi.

2) Notaris

Struktur hukum yang berkaitan dengan Notaris dari hasil

penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :

Page 169: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

153

a) Notaris belum memahami materi yang berkaitan dengan

perkoperasian, sehingga seringkali salah dalam membuat akte

pendirian badan hukum koperasi.

b) Sejumlah 453 Notaris yang sudah mengikuti pembekalan

perkoperasian tidak mengajukan permohonan untuk

ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi, sehingga

tidak berhak dan berwenang untuk membuat akta-akta

koperasi.

c) Notaris tidak bersedia memberikan jasa membuat akta

pendirian badan hukum koperasi atas permohonan

masyarakat yang tidak mampu yang membawa surat

keterangan tidak mampu oleh Lurah tanpa memungut biaya

karena Notaris terikat oleh kode etik.

c. Dari segi budaya hukum / masyarakat

Dari segi budaya hukum dapat disimpulkan :

1) Pendapat yang sudah tumbuh subur di masyarakat bahwa bahwa

dalam mengajuan pengesahan badan hukum koperasi tidak

dipungut biaya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor

: 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian . Dengan

diberlakukannya keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM

RI Nomor : 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris

Sebagai Pembuat Akta Koperasi , maka dalam pembuatan akta

pendirian koperasi disyaratkan memakai akta autentik yakni akta

Page 170: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

154

notaris. Dalam kenyataan bahwa pembuatan akta oleh Notaris ini

disertai dengan pembayaran jasa notaris yang besaran biayanya

tidak seragam.

2) Anggapan pada masyarakat bahwa berurusan dengan Notaris

sama saja berurusan dengan masalah hukum, yang rumit, lama

dan bertelel-tele. Pendapat yang demikian sudah menjadi budaya

dalam masyarakat Indonesia.

3) Mengenai ketentuan pasal 12 Keputusan Menteri dimaksud ,

dimana disebutkan bahwa terhadap masyarakat yang dinyatakan

tidak mampu yang dibuktikan dengan surat keterangan tidak

mampu yang ditandatangani Lurah, belum pernah

diimplementasikan dikarenakan masyarakat yakin Notaris tidak

akan membuat akta koperasi tanpa memungut imbalan jasa.

3. Masalah yang dihadapi dan solusinya

a. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang hal-hal

yang berhubungan dengan perkoperasian serta arti pentingnya akta

autentik dalam rangka memperkuat landasan hukum bagi koperasi

menyebabkan lambatnya proses pendirian koperasi, solusi yang

dapat dilakukan atas permasalahan tersebut adalah diadakannya

sosialisasi secara terus-menerus.

b. Biaya Notaris yang relatif tinggi dan tidak ada keseragaman tarif

menyebabkan masyarakat enggan untuk membuat akta dihadapan

Notaris, solusi yang dilakukan adalah dibuatnya kesepakatan dengan

Page 171: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

155

Ikatan Notaris Indonesia tentang maksimal biaya jasa pembuatan

akta koperasi oleh Notaris.

c. Akta yang dibuat Notaris salah

Akta koperasi yang dibuat Notaris salah yang disebabkan

bahwa Notaris belum mendapatkan pembekalan mengenai

perkoperasian secara mendalam, sehingga belum memahami jati diri

dan aspek-aspek perkoperasian sesuai dengan Undang-Undang

Nomor : 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Solusi dari

permasalahan tersebut adalah dengan dilaksanakannya pelatihan

perkoperasian bagi Notaris serta memberikan kesempatan seluas-

luasnya kepada Notaris untuk mengadakan koordinasi dan tukar

pendapat sehingga akta yang dibuat memenuhi syarat untuk disahkan

d. Sejumlah 453 Notaris yang sudah mengikuti pembekalan

perkoperasian belum mengajukan permohonan untuk ditetapkan

menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi, sehingga belum

mempunyai kewenangan membuat akta koperasi, solusi terhadap

masalah tersebut dengan himbauan tertulis kepada para Notaris

dimaksud untuk segera mengajukan permohonan penetapan sebagai

Notaris Pembuat Akta Koperasi.

B. Implikasi.

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep

/ M. KUKM / IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi

Page 172: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

156

menjadi penyebab menurunnya jumlah pengesahan akta badan hukum

Koperasi di Provinsi Jawa Tengah memberikan implikasi pada :

a) Dengan diberlakukannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM

RI Nomor : 98 / Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Notaris Sebagai

Pembuat Akta Koperasi maka Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM

Provinsi Jawa Tengah harus terus-menerus melakukan koordinasi

dengan para Notaris Pembuat Akta Koperasi dalam rangka memacu

pertumbuhan Koperasi di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

b) Berkaitan dengan banyaknya Notaris yang belum mengajukan

permohonan untuk ditetapkan menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi

maka Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah harus

segera melakukan himbauan dan sosialisasi kepada para Notaris untuk

segera mengajukan permohonan penetapan sebagai Notaris Pembuat

Akta Koperasi. Mengenai biaya pembuatan akta yang tidak seragam ,

Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah dapat

segera memfasilitasi pertemuan dengan Notaris untuk membahas

besaran biaya pembuatan akta koperasi. Sedangkan berkaitan dengan

banyaknya akta yang dibuat Notaris salah, maka Notaris perlu untuk

mengikuti pelatihan perkoperasian melalui Balai Latihan Koperasi yang

dibiayai melalui dana APBD Provinsi Jawa Tengah dan Dana

Dekonsentrasi.

c) Berkaitan dengan kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya

akta autentik maka Dinas Pelayanan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa

Page 173: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

157

Tengah maka perlu melakukan sosialisasi terus-menerus kepada

masyarakat akan pentingnya akta autentik dalam dunia bisnis yang

dianggarkan melalui dana APBD maupun Dana Dekonsentrasi.

C. Saran – saran

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana tersebut diatas, demi untuk

lebih memperkokoh landasan hukum koperasi sebagaimana menjadi tujuan

dari dikeluarkannya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor

: 98 / Kep / M.KUKM / IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta

Koperasi dapat tercapai, maka peneliti memberi saran :

1. Berkaitan dengan substansi hukum

a. Kedudukan Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi perlu dikuatkan /

diatur dalam Undang – Undang Perkoperasaian.

b. Adanya aturan yang mengatur tentang besaran biaya pembuatan akta

badan hukum koperasi oleh Notaris dengan batasan terjangkau oleh

masyarakat

c. Adanya sanksi hukum bagi para pihak yang tidak melaksaksanakan

Keputusan Menteri Negara Koperai dan UKM RI Nomor : 98 / Kep /

M.KUKM / IX/ 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi.

d. Berkaitan dengan pasal 12 Keputusan Menteri dimaksud mengenai

surat keterangan tidak mampu dari lurah setempat perlu dihilangkan

karena tidak mungkin dapat diimplementasikan,

Page 174: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

158

e. Perlu adanya pengaturan yang jelas terhadap dua tahapan proses yang

terjadi, yakni tahapan pembuatan akta di notaris dan tahapan

pengesahan akta oleh pemerintah . Pertama harus ada kejelasan

mengenai persyaratan dan tata cara pembuatan akta perkoperasian di

tingkat Notaris. Kedua harus ada kejelasan persyaratan dan tata cara

pengesahan akta perkoperasian sampai dengan pengumumannya di

Berita Negara RI pada tingkat pejabat pemerintah.

2. Berkaitan dengan struktur hukum

a. Notaris agar konsekwen terhadap tugas dan tanggung jawabnya

sebagai Pembuat Akta Koperasi untuk segera mengajukan permohonan

penetapan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi kepada Menteri

Negara Koperasi dan UKM RI sehingga mempunyai hak dan

berwenang untuk membuat akta-akta koperasi

b. Dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat yang

akan mendirikan koperasi maka Notaris perlu mendalami pengetahuan

perkoperasian sehingga menjadi paham dan tidak melakukan kesalahan

dalam membuat akta badan hukum koperasi.

3. Berkaitan dengan budaya hukum

a. Memberikan pengertian dan pemahaman akan arti pentingnya akta

notaris sebagai akta autentik sehingga kedudukan koperasi menjadi

kokoh dan kuat dalam melakukan kegiatan di dunia bisnis.

b. Memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat dalam rangka

pelibatan Notaris sebagai Pembuat Akta Koperai , sehingga mampu

Page 175: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

159

menggambarkan keberadaan pejabat tersebut dalam satu sistim dan

proses pendaftaran badan hukum koperasi.

c. Mengikut sertakan masyarakat dalam program-program pelatihan

perkoperasian melalui Balai Latihan Koperasi dan UKM yang telah

ada di tingkat provinsi.

Page 176: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

160

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung : PT.

Citra Aditya Bakti.

Bambang Sunggono. 1994. Hukum dan Kebijakan Publik. Jakarta : Sinar Grafika.

Budi Untung. 2005. Hukum Koperasi dan Peran Notaris Indonesia. Jogyakarta :

CV Andi.

Burhan Ashshofa. 2004. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jogyarakta : Media

Pressindo.

Esmi Warassih. 2005. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis. Semarang: PT.

Suryandaru.

Irfan Islamy. 2004. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Iskandar Soesilo. 2006. Koperasi Berkualitas. Jakarta : Depkop RI

Ibnoe Soedjono. 2001. Jati Diri Koperasi. Jakarta : Lembaga Study Pembangunan

Perkoperasian Indonesia ( LSP2 I )

-------------------, 2001. Manajemen Profesional Berdasarkan Nilai-Nilai Dalam

Koperasi. Jakarta : Lembaga Study Pembangunan Perkoperasian

Indonesia ( LSP2 I )

Joko Widodo. 2007 Analisis Kebijakan Publik, Konsep dan Aplikasi Analisis

Kebijakan Publik. Malang : Bayu Media Publishing..

------------------, 2001. Good Governance : Telaa dari Dimensi Akuntanbilitas dan

Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

Surabaya : Insan Cendikia.

Kartasaputra. 2001. Koperasi Indonesia. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Koermen. 2004. Manajemen Koperasi Terapan. Jakarta : Prestasi Pustaka Raya.

Lexi J Moleong. 2000. Metode Penelitian Hukum. Jakarta : PT Remaja

Rosdakarya.

Mohammad Hatta. 1961. Meninjau masalah Koperasi. Jakarta : PT

Pembangunan..

Page 177: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

161

___________. 1961. Ekonomi Berencana. Jakarta : PT Gunung Agung.

Muchsin dan Fadillah Putra. 2002. Hukum Kebijakan Publik. Surabaya:

Universitas Sunan Giri.

Margono Djoyohadikusumo. 1972. Refleksi Koperasi. Jakarta. PT Gunung Agung

Otje Salman dan Anthon F Susanto. 2004. Beberapa ASPEC Sosiologi Hukum.

Bandung. Alumni.

OK Khairuddin. 1991. Sosiologi Hukum. Jakarta : Sinar Grafika.

Pieter Latumatea. 2004. Mencari Dasar Hukum Bagi Notaris Koperasi

Indonesia. Jakarta : Renvoi.

Rai Widjaya. 2000. Hukum Perusahaan. Jakarta : Mega Point.

R Soeroso. 2002. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Sinar Grafika.

Satjipto Rahardjo. Hukum Dan Masyarakat Bandung: Angkasa.

____________. 2000. Ilmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

____________. 2002. Sosiologi Hukum : Perkembangan, Metode, dan Pilihan

Masalah Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Setiono. 2002. Silabi Filasafat Hukum. Surakarta

___________. 2005. Pemahaman Terhadap Metode Penelitian Hukum. Program

Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Soerjono Seokanto. 1986. Pokok-Pokok Sosilogi Hukum. Jakarta: CV Raja Wali.

____________. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Sutantyo Hadikusuma. 2000. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Solichin Abdul Wahab. 2004. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Wisnu Wardana. 2000. Koperasi Membangun Paradigma Baru. Jakarta. :

Yayasan Media Wacana.

Winanto Wiryomartani. 2004. Aspek Hukum Undang-Undang Nomor 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian. Jakarta : Media Notariat.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang-Undanmg No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

Page 178: IMPLEMENTASI KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KOPERASI …eprints.uns.ac.id/8993/1/80542107200907281.pdfimplementasi keputusan menteri negara koperasi dan ukm ri no : 98/kep/m.kukm/ix/2004

162

UU N0. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 4 Tahun 1994 tentang

Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian Koperasi

Peraturan Menteri Negara koperasi dan UKM RI Nomor : 01 / Per / M.KUKM / I

/ 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan

Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran dasar Koperasi.

Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor : 98 / Kep / M .KUKM

/ IX / 2004 tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta Koperasi.

Majalah Info Koperasi, Edisi Januari , April , Oktober 2005

Majalah Mitra Koperasi, Edisi Maret 2007.

Majalah Gema koperasi, Edisi September 2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.