Inderaja dan Sistim Informasi Geografis Perairan (GMKB604)eprints.ulm.ac.id/19/1/Petunjuk Praktikum...

download Inderaja dan Sistim Informasi Geografis Perairan (GMKB604)eprints.ulm.ac.id/19/1/Petunjuk Praktikum Inderaja (Analisis Rawan... · Akhirnya semoga laporan ... statistik yang terdiri

If you can't read please download the document

Transcript of Inderaja dan Sistim Informasi Geografis Perairan (GMKB604)eprints.ulm.ac.id/19/1/Petunjuk Praktikum...

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    1

    PENUNTUN PRAKTIKUM

    Inderaja dan Sistim Informasi Geografis Perairan (GMKB604)

    Analisis Rawan Banjir (Studi Kasus di Kabupaten Barito Kuala)

    Disusun Oleh : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc

    FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    BANJARBARU 2011

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    2

    KATA PENGANTAR Alhamdulillah Penulis panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas berkah,

    rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Penuntun Praktikum ini dapat diselesaikan.

    Praktikum ANALISIS RAWAN BANJIR (STUDI KASUS DI

    KABUPATEN BARITO KUALA) merupakan Penuntun Praktikum yang

    dilaksanakan dalam rangka memenuhi SKS Mata Inderaja dan Sistim Informasi

    Geografis (SIG) Perairan (GMKB604). Pemahaman yang lebih mendalam terhadap

    konsep-konsep manajemen perairan dan konservasi sumberdaya air dan tanah

    diharapkan dapat meningkatkan seiring dengan peningkatan kemampuan analisis

    terhadap fenomena-fenomena dalam ruang lingkup Daerah Aliran Sungai (DAS).

    Penulis menyadari bahwa Penuntun Praktikum ini masih jauh dari sempurna,

    oleh karena itu kritik dan saran ke arah perbaikan sangat praktikan harapkan.

    Akhirnya semoga laporan Penuntun Praktikum ini dapat dijadikan pelengkap

    referensi dan bermanfaat bagi kita semua, Amiin.

    Banjarbaru, Januari 2011

    Penulis,

    ii

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    3

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

    BAB I. RAWAN BANJIR ............................................................................ 1

    BAB II. DIGITAL ELEVATION MODEL (DEM) ....................................... 2

    BAB III. TOPOGRAPHIC WETNESS INDEX (TWI) ............................... 5

    BAB IV. TIPE DATA SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS ..................... 6

    BAB V. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIKUM ............................... 9

    BAB VI. METODE PRAKTIKUM .............................................................. 10

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    4

    Rawan Banjir

    BAB

    1

    Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu sistem ekologi. Sebagai suatu sistim ekologi, dalam suatu DAS terdapat interaksi dan saling ketergantungan

    (interdependensi) antara jasad hidup dan lingkungannya, sehingga setiap ada masukan

    (input) ke dalam ekosistem tersebut dapat dievaluasi proses yang berlangsung dengan

    melihat keluaran dari ekosistem tersebut. Dalam ekosistem DAS komponen masukan

    terdiri atas curah hujan sedangkan komponen luaran terdiri dari debit aliran, muatan

    sedimen dan unsur-unsur hara di dalamnya (Asdak, 2004; Gunawan, 2007).

    Keberadaan dan kondisi ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) atau sering

    disebut cekungan sungai merupakan salah satu isu nasional dalam beberapa tahun

    terakhir. Hal ini dikarenakan salah satu variabel terjadinya banjir adalah kondisi DAS

    yang kritis, seperti terjadinya penyimpangan tata guna lahan. Fenomena tersebut

    merupakan indikasi rusaknya keseimbangan tata air (water balance) akibat

    berkurangnya kemampuan beberapa proses daur hidrologi (infiltrasi dan daya tampung)

    sehingga nilai limpasan permukaan pada daerah aliran sungai (DAS) menjadi lebih

    besar melewati kapasitas tampung sungai. Kondisi ini menyebabkan berkurang dan

    hilangnya daerah resapan sebagai penyangga terhadap beban banjir yang terlalu besar,

    akibat tingginya curah hujan yang terjadi (Bakornas, 2004 ; Yusuf dkk, 1985).

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    5

    Digital Elevation Model (DEM)

    BAB

    2

    Konsep tentang Digital Terrain Model (DTM) merupakan suatu hal yang relatif masih baru dan telah berkembang pesat. Istilah ini dikembangkan oleh dua orang

    Engineer Amerika Serikat (Miller dan La Flamme) yang bekerja di Laboratorium

    Fotogrametri MIT (Massachusetts Institute of Technology) di akhir tahun 1950-an.

    Mereka mendefenisikan DTM adakah gambaran permukaan bumi yang disajikan secara

    statistik yang terdiri dari himpunan titik-titik koordinat X,Y,Z hasil pengukuran

    lapangan (Prahasta, 2008). Sejak saat itu muncul beberapa terminologi lain seperti

    Digital Elevation Model (DEM), Digital Height Model (DHM), Digital Ground Model

    (DGM), dan Digital Terrain Elevation Data (DTED) atau Digital Surface Model

    (DSM).

    Walaupun secara umum hampir semua literatur, DTM dan DEM dianggap

    memiliki pengertian yang sama, tetapi ada beberapa literatur yang menyebutkan

    perbedaan keduanya. Menurut InfoTerra05 dalam Prahasta (2008) menyebutkan bahwa

    DEM memperhitungkan (mengukur) titik-titik (unsur-unsur) tertinggi yang terletak di

    bawah tinggi nominal pengamat (contoh sensor satelit) yang melayang-layang di atas

    permukaan bumi dengan liputan data-data berupa ketinggian (bagian paling atasnya),

    unsur-unsur bangunan, pucuk vegetasi, beserta obyek-obyek lain yang menonjol dari

    permukaan bumi dan dapat dikenali oleh sensor (pengamat) seperti data-data DEM yang

    diturunkan langsung dari sensor-sensor satelit SPOT, RadarSat, Ikonos, Aster, dan lain-

    lain. Menurut TerraWeb05 Digital Elevation Model (DEM) merupakan representasi

    topografi atau elevasi dari suatu area atau wilayah dengan basis piksel demi piksel dalam

    format raster. Sementara bilangan dijital (DN) yang terdapat dalam setiap piksel DEM

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    6

    adalah sama dengan nilai ketinggian pada seluruh wilayah atau area individu piksel yang

    bersangkutan.

    Digital Terrain Model (DTM) adalah data digital yang menggambarkan geometri

    dari bentuk permukaan bumi (atau bagiannya) yang terdiri dari himpunan titik-titik

    koordinat hasil sampling daripermukaan dan dari algoritma yang mendefenisikan

    permukaan tersebut dengan menggunakan himpunan koordinat (Tempfli, 1991). Variasi

    dari permukaan bumi, seperti relief dapat disajikan secara matematis sebagai fungsi dari

    posisi, dan posisi dapat didefenisikan sebagai koordinat geografi (,) atau koordinat

    empat persegi panjang (X,Y) pada peta proyeksi misalnya UTM (Universal Transvers

    Mercator). Data DTM hanya memperhitungkan ketinggian di permukaan bumi, seperti

    garis kontur yang mengacu pada datum mean sea level.

    Orthorectified Digital Surface Model Digital Terrain Model Gambar 2.1. Perbedaan Digital Terrain Model dan Digital Surface Model

    Ada beberapa struktur data yang dapat dipakai untuk menyajikan topografi

    permukaan bumu yaitu ; struktur data grid (lattice), TIN (Trianguler Irreguler Network)

    dan Kontur (Contours).

    a. Grid (Lattice)

    Struktur matriks yang digunakan untuk merekam relasi-relasi topologi yang

    terdapat diantara titik-titik data secara implisit, algoritma-algoritma yang terkait dengan

    permodelan DTM berbasis grid cenderung bersifat straight-forward. Struktur grids

    menggunakan sebuah bidang segitiga teratur, segiempat, atau bujursangkar atau bentuk

    siku yang teratur (Prahasta, 2008; Moore et al., dalam Purwanto, 2002).

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    7

    Gambar 2.2. Struktur Model Grid (Lattice) b. TIN (Trianguler Irreguler Network)

    TIN adalah serangkaiansegitiga yang tidak tumpang tindih dihitung dari titik

    ruang yangtak beraturan dengan koordinat x,y,dan nilai z yang menyajikan data elevasi.

    Data disimpan dalam suatu himpunan atau topologi yang berhubungan antara segitiga

    dengan segitiga didekatnya yang digabungkan dengan tiga titik segitiga yang dikenal

    dengan facet (Laurini and Thompson, 1992 dalam El-Sheimy, 1999).

    Gambar 2.3. Struktur Model TIN

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    8

    c. Kontur (Contours)

    Struktur data yang diperoleh dari digitasi kontur dalam format seperti Digital

    Line Graps (DLGs) membuat pasangan-pasangan koordinat x,y sepanjang tiap garis

    kontur yang menunjukan elevasi khusus.

    Gambar 2.4. DEM dari garis kontur

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    9

    Topographic Wetness Index

    (TWI)

    BAB

    3

    Metode Index Kebasahan TWI (Topographic Wetness Index) adalah metode

    untuk memodelkan zona rawan banjir dengan menggunakan data Digital Elevation

    Model (DEM). Model data raster yang digunakan lebih sesuai untuk memodelkan zona

    rawan banjir, terutama dalam memahami pola aliran dari data topografis yang ada.

    Model ini menggunakan DEM yang diturunkan menjadi akumulasi aliran (flow

    accumulation), batas DAS (Watershed), arah aliran (flow direction) dan tipe/ordo sungai

    (stream), dengan menggunakan Watershed Delineation Tools (WDT) pada Analyst

    Tools program Arc. GIS dapat dihitung zona banjir dengan menggunakan rumus sebagai

    berikut :

    TWI = ln (As/tan B) ............................................................................. (1)

    Dimana ; As adalah akumulasi aliran dan B adalah kemiringan (Putra, 2007).

    Dengan menggunakan fasilitas Spatial Analyst data DEM juga dapat diturunkan

    peta lereng (slope) sebagai parameter masukan untuk menentukan TWI. Perhitungan

    dilakukan dengan menggunakan Extention Math pada software Arc.GIS 9.2.

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    10

    Tipe Data Sistim Informasi

    Geografis

    BAB

    4

    GIS singkatan dari Geographic Information System atau Sistem Informasi Geografis. GIS merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input,

    manajemen, proses dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis. Setiap

    data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial

    bereferensi geografis. Misalnya, data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan

    jalan suatu kota, data distribusi lokasi pengambilan sampel dan sebagainya.

    4.1. Macam-Macam Data pada GIS Data GIS dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu data grafis dan data attribut

    atau tabular. Data grafis adalah data yagn menggambarkan bentuk atau kenampakan

    objek di permukaan bumi. Sedangkan data tabular adalah data deskriptif yang

    menyatakan nilai dari data grafis tersebut.

    4.2. Macam-Macam Data pada GIS Secara garis besar, data grafis dibedakan menjadi tiga macam yaitu data titik

    (point), garis (polyline, line) dan area (region/poligon). Data grafis titik biasanya

    digunakan untuk mewakili objek kota, stasiun curah hujan, alamt customer dan lain-lain.

    Data Garis dapat dipakai untuk menggambarkan jalan, sungai, jaringan listrik dan lain-

    lain. Sementara data Area digunakan untuk mewakili batas administrasi, penggunaan

    lahan, kemiringan lereng dan lain-lain.

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    11

    Sementara struktur data GIS ada dua macam, yaitu vektor dan raster. Pada struktur data

    vektor, posisi objek dicatat padas sistem koordinat. Di sisi lain, objek pada struktur data

    raster disimpan pada grid 2 dimensi, yaitu baris dan kolom. Untuk memperjelas

    pemahaman tentang data struktur data GIS, perhatikan gambar berikut ini.

    (a) titik (b) garis (c) area

    b

    Gambar 4.1. Contoh struktur data GIS, (a) struktur data vektor dan (b) raster

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    12

    Tujuan dan Manfaat

    Praktikum

    BAB

    5

    5.1. Tujuan Praktikum

    Praktikum ini bertujuan meningkatkan kemampuan analisis mahasiswa dengan

    pemahaman terhadap materi praktikum dan studi kasus, melalui fasilitas Sistim

    Informasi Geografi dalam memahami konsep Data Digital Penginderaan Jauh yang

    berhubungan dengan Banjir.

    6.3. Manfaat Praktikum

    Praktikum ini mempunyai manfaat antara lain :

    1. Mengetahui dan memahami dasar-dasar teori pengolahan citra digital dengan

    menggunakan software Arc Gis 9.2.

    2. Memberikan informasi yang cepat berupa data kebumian mengenai Zona

    Rawan Banjir, dengan menggunakan Formula Indeks Kebasahan

    (Topographic Wetness Index/TWI) Daerah Kabupaten Barito Kuala dan

    Sekitarnya Propinsi Kalimantan Selatan.

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    13

    Metode Praktikum

    BAB

    6

    6.1. Waktu dan Tempat

    Praktikum Pengolahan dan Analisis Citra Digital ini dilaksanakan di Studi

    Komputasi dan Penginderaan Jauh Terapan Program Studi Manajemen Sumberdaya

    Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

    6.3. Metode Pengumpulan Data

    Data Praktikum terdiri : Citra Radar SRTM Daerah Kabupaten Barito dan

    sekitarnya, Digital Elevation Model (DEM) Kabupaten Marabahan dan sekitarnya,

    Watershed Delineation Tools (WDT), Data Raster akumulasi aliran (Flow

    Accumulation) dan peta lereng (slope) darah Marabahan dan sekitarnya.

    Data pendukung yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah Koordinat

    Lapang Daerah Marabahan dan sekitarnya Perangkat lunak pengolahan data yang

    digunakan adalah ; Arc.GIS 9.2, dan, MS. Excel.

    6.3. Analisis Data Pengolahan data pada Praktikum ini dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu :

    1. Citra Radar SRTM resolusi spasial 50 meter diturunkan menjadi Citra DEM

    menggunakan software Global Mapper ver 10.

    2. Digital Elevation Model (DEM) akan diturunkan menjadi peta lereng, peta

    akumlasi aliran dengan menggunakan fasilitas Watershed Delineation Tools

    (WDT) .

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    14

    3. Peta lereng dan flow accumulation yang diperoleh akan dianalisis menggunakan

    formula Topographic Wetness Index (TWI) untuk menentukan Zona Rawan

    Banjir.

    4. Menentukan tingkat rawan banjir berdasarkan rawan banjir sesuai dengan Tabel

    Kerawanan TWI.

    Keterangan : = Proses = Hasil

    Gambar 6.1. Skema Prosedur Praktikum

    START

    Citra SRTM

    DEM

    Watershed Delineation Tools

    Slope Flow Accumulation

    Topographic Wetness Index (TWI)

    Analisis

    Zona Rawan Banjir Kabupaten Barito Kuala

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    15

    Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Rawan Banjir Berdasarkan TWI

    Nilai Indeks Kebasahan

    Tingkat Kerawanan Banjir

    Keterangan

    < 1,1 Tidak Rawan Wilayah tidak rawan banjir, kemiringan lereng > 40%

    1,1 3,58 Potensial Wiayah berpotensi banjir, kemiringan lereng 25 40 %

    3,58 6,05 Agak Rawan Wilayah agak rawan banjir, kemiringan lereng 15-25 %

    6,05 8,82 Rawan Wilayah rawan banjir secara periodik, kemiringan lereng 8 15 %

    8,82 23,22 Sangat Rawan Wilayah rutin terjadi banjir secara periodik, kemiringanlereng 0 8%

    Sumber : Putra (2007)

    Tabel 2. Klasifikasi Lereng

    Kelas Kemiringan Lereng (%)

    Kriteria Kerawanan

    Banjir

    Kriteria Kerawanan

    I 0 - 8 Sangat Rawan Wilayah rutin terjadi banjir secara periodik

    II 8 15 Rawan Wilayah rawan banjir secara periodik III 15 25 Agak Rawan Wilayah agak rawan banjir IV 25 40 Potensial Wilayah berpotensi banjir V > 40 Tidak Rawan Wilayah tidak rawan banjir

    Sumber : US. Forest dan USDA

  • Penuntun Praktikum Analisis Zona Rawan Banjir

    Dosen : Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Fak.Perikanan & Kelautan-UNLAM

    16

    DAFTAR PUSTAKA Asdak, 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gadjah Mada

    University Press. 618 halaman. Gunawan, T. 2007. Pendekatan Ekosistem Bentang Lahan Sebagai Dasar Pembangunan

    Wilayah Berbasis Lingkungan Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Makalah. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta.

    Yusuf, G, dkk., 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Penerbit PT. Pradnya

    Paramita. Jakarta. 355 halaman. Prahasta, E. 2008. Model Permukaan Dijital. Pengolahan Data DTM (Digital Terrain

    Model) & DEM (Digital Elevation Model) Dengan Perangkat Lunak : Surfer, Global Mapper dan Quickgrid. Penerbit Informatika Bandung. 537 halaman.

    El-Sheimy, N. 1999. Digital Terrain Model. Department of Geomatics Engineering.

    The University of Calgary. Purwanto, T. 2002. Pengembangan Perhitungan Paralaks Dengan Digitizer, PC

    ArcInfo, dan TIN PC ArcInfo Untuk Pembentukan Model Medan Digital. Tesis, Penginderaan Jauh Program Pascasasarjana Universitas Gadjah Mada. (Tidak Diterbitkan).

    Putra, E.H., 2007. Menentukan Lokasi Daerah Rawan Banjir (Studi Kasus propinsi

    Sulawesi Utara) Menggunakan Metode TWI. Pengendali Ekosistem Hutan.