Infeksi Mata

15
KERATITIS Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Keratitis biasanya diklasifikasikan dalam lapis yang terkena seperti keratitis superfisial bila mengenai lapisan epitel atau Bowman dan keratitis profunda atau keratitis interstisial (disebut juga keratitis parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma. Keratitis selain disebabkan oleh infeksi dapat juga diakibatkan oleh beberapa faktor lainnya, seperti mata yang kering, keracunan obat, alergi ataupun konjungtivitis kronis. Pengobatan umumnya ditujukan pada penyebabnya, disertai dengan pemberian atropin atau midriatika untuk mengistirahatkan mata selain mengurangi rasa sakit dan gejala peradangan. Mata dibebat untuk mencegah infeksi sekunder. Bila setelah 3 hari pengobatan tidak terjadi perbaikan, sebaiknya pasien dirujuk pada ahli mata. Keratitis Bakterial Infeksi pada kornea dapat disebabkan oleh berbagai macam bakteri, dimana organisme yang tersering adalah pseudomonas aeroginosa, stafilokokus dan streptokokus. Infeksi yang paling berbahaya yaitu yang disebabkan oleh pseudomonas, karena dapat menyebabkan kerusakan yang luas oleh karena ulkus kornea dalam waktu yang cepat. Manifestasi klinis keratitis bakterial antara lain adalah mata merah yang unilateral, yang terasa nyeri, berair dan silau (fotofobia), dan penglihatan menjadi kabur. Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah pada pengguna lensa kontak (terutama pada penggunaan lensa dalam jangka waktu yang lama dan tidak higienis), trauma kornea, dan pengguna imunosupresan. Studi bakteriologi merupakan hal yang essensial untuk menegakkan diagnosis dan menentukan terapi. Keratitis Viral Keratitis dendritik herpetik Keratitis akibat infeksi herpes simpleks terdapat dalam berbagai bentuk, seperti keratitis pungtata superfisial, keratitis dendritik, dan keratitis profunda. Keratitis dendritik yang disebabkan oleh virus herpes simpleks akan memberikan gambaran spesifik berupa infiltrat pada kornea dengan bentuk seperti ranting pohon yang bercabang-cabang, dengan memberi uji flouresein positif nyata pada tempat peradangan. Sensibilitas kornea nyata menurun diakibatkan karena ujung saraf ikut terkena infeksi virus herpes simpleks. Infeksi ini biasanya bersifat reinfeksi endogen. Infeksi primer berjalan tanpa gejala klinis atau subklinis. Virus pada infeksi

description

PDF Infeksi Mata

Transcript of Infeksi Mata

Page 1: Infeksi Mata

KERATITIS

Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan

kornea menjadi keruh. Keratitis biasanya diklasifikasikan dalam lapis yang terkena seperti keratitis superfisial

bila mengenai lapisan epitel atau Bowman dan keratitis profunda atau keratitis interstisial (disebut juga keratitis

parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.

Keratitis selain disebabkan oleh infeksi dapat juga diakibatkan oleh beberapa faktor lainnya, seperti mata yang

kering, keracunan obat, alergi ataupun konjungtivitis kronis.

Pengobatan umumnya ditujukan pada penyebabnya, disertai dengan pemberian atropin atau midriatika untuk

mengistirahatkan mata selain mengurangi rasa sakit dan gejala peradangan. Mata dibebat untuk mencegah

infeksi sekunder. Bila setelah 3 hari pengobatan tidak terjadi perbaikan, sebaiknya pasien dirujuk pada ahli

mata.

Keratitis Bakterial

Infeksi pada kornea dapat disebabkan oleh berbagai macam bakteri, dimana organisme yang tersering adalah

pseudomonas aeroginosa, stafilokokus dan streptokokus. Infeksi yang paling berbahaya yaitu yang disebabkan

oleh pseudomonas, karena dapat menyebabkan kerusakan yang luas oleh karena ulkus kornea dalam waktu

yang cepat. Manifestasi klinis keratitis bakterial antara lain adalah mata merah yang unilateral, yang terasa

nyeri, berair dan silau (fotofobia), dan penglihatan menjadi kabur. Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah

pada pengguna lensa kontak (terutama pada penggunaan lensa dalam jangka waktu yang lama dan tidak

higienis), trauma kornea, dan pengguna imunosupresan. Studi bakteriologi merupakan hal yang essensial untuk

menegakkan diagnosis dan menentukan terapi.

Keratitis Viral

Keratitis dendritik herpetik

Keratitis akibat infeksi herpes simpleks terdapat dalam berbagai bentuk, seperti keratitis pungtata

superfisial, keratitis dendritik, dan keratitis profunda. Keratitis dendritik yang disebabkan oleh virus herpes

simpleks akan memberikan gambaran spesifik berupa infiltrat pada kornea dengan bentuk seperti ranting pohon

yang bercabang-cabang, dengan memberi uji flouresein positif nyata pada tempat peradangan. Sensibilitas

kornea nyata menurun diakibatkan karena ujung saraf ikut terkena infeksi virus herpes simpleks. Infeksi ini

biasanya bersifat reinfeksi endogen. Infeksi primer berjalan tanpa gejala klinis atau subklinis. Virus pada infeksi

Page 2: Infeksi Mata

primer masuk melalui akson saraf menuju ganglion dan menetap dan menjadi laten. Bila penderita mengalami

penurunan daya tahan tubuh seperti demam, maka akan terjadi rekurensi.

Gejala yang terlihat berupa rasa silau, rasa kelilipan, tajam penglihatan menurun dan hipestesia kornea.

Semua gejala ini sangant ringan sehingga pasien sering terlambat untuk berkonsultasi pada dokter. Pengobatan

dapat diberikan virustatika seperti IDU trifluorotimidin dan acyclovir. Pemberian steroid pada penderita sangan

berbahaya, karena gejala akan sangat berkurang tetapi destruksi akan terus berjalan karena daya tahan tubuh

yang menurun.

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah keratitis disiformis atau terjadinya perforasi akibat

infeksi sekunder. Keratitis disiformis yang terletak didalam diduga terjadi akibat reaksi alergi jaringan kornea

terhadap virus herpes.

Keratitis herpes zoster

Keratitis herpes zoster merupakan manifestasi infeksi virus herpes zoster pada cabang pertama saraf

trigeminus, termasuk puncak hidung dan demikian pula kornea dan konjungtiva. Bila terjadi kelainan saraf

trigeminus ini, maka akan memberikan keluhan pada daerah yang dipersarafinya, yang pada herpes zoster akan

mengakibatkan timbulnya vesikel pada kulit. Pada mata akan terasa sakit dengan rasa yang berkurang (anastesia

dolorosa).

Pengobatan untuk penyakit ini lebih bersifat simtomatik seperti pemberian analgetika, vitamin, dan

antibiotik topikal atau umum untuk mencegah infeksi sekunder.

Komplikasi yang dapat timbul berupa uveitis, glaukoma, dan ulkus kornea. Biasanya rasa sakit

(neuralgia pascaherpes) akan memakan waktu yang berbulan-bulan untuk hilang.

Keratitis lagoftalmos

Keratitis lagotalmos terjadi akibat mata tidak menutup sempurna yang dapat terjadi pada ektropion,

protusiao bola mata, atau pada penderita koma, dimana tidak terdapat reflek mengedip, maka mata tidak

tertutup oleh kelopak. Biasanya keratitis yang terjadi pada mata yang tidak tertutup yaitu pada celah kelopak.

Pengobatan pada pasien yang menderita peyakit ini adalah dengan melakukan penetesan mata agar mata

tidak menjadi kering, dan bila perlu dapat dilakuakn tarsorafi atau blefarorafi.

Komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit ini adalah infeksi sekunder pada defek kornea sehingga

timbul tukak pada kornea.

Page 3: Infeksi Mata

Keratitis neuroparalitik

Keratitis ini terjadi akibat gangguan pada saraf trgeminus yang mengakibatkan gangguan sensibilitas

dan metabolisme kornea. Biasanya kelainan dimulai dengan terkelupasnya epitel kornea kemudian disusun

dengan terbentuknya vesikel pada kornea dan akan menjadi lebih berat bila terjadi infeksi sekunder. Pada

keadaan ini sensibilitas kornea berkurang atau hilang, mata menjadi merah tanpa rasa sakit.

Pengobatan yang dapat dilakukan adalah tarsorafi atau blefarorafi atau melakukan kauterisasi pada

pungtum lakrimal.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah tukak kornea dengan hipopion dan bahkan bila terjadi perforasi

pada kornea dapat terjadi endoftalmitis atau panoftalmitis.

JENIS-JENIS KERATITIS

Keratitis pungtata epitelial

Keratitis pungtata adalah keratitis dengan infiltrat halus pada kornea yang dapat terletak superfisial dan

subepitelial. Selain disebabkan oleh virus, keratitis pungtata epitelial juga dapat disebabkan oleh karena obat,

seperti neomisin dan gentamisin. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan tampakan keratitis ini antara lain:

o Infeksi virus

- Herpes simpleks

- Epidemik keratokonjungtivitis

- Moluskum kontagiosum

o Gangguan air mata

- Lagoftalmus

- Keratokonjungtivitis sika

- Lensa kontak

- Alergi-vernal

Page 4: Infeksi Mata

- Radiasi sinar ultraviolet

Untuk menegakkan diagnosis keratitis pungtata ini sedikit sulit dan terkadang bila terletak superfisial,

maka akan terdapat uji fluoresein yang positif. Biasanya pada uji plasido bila terletak superfisial akan

memberikan gambaran yang irreguler.

Keratitis disiformis

Keratitis ini merupakan dengan bentuk seperti cakram di dalam stroma permukaan kornea. Keratitis ini

disebabkan oleh infeksi virus herpes simpleks. Kornea akan terlihat menebal dengan lipatan membran

descernet. Bila letak kelainan di sentral akan mengakibatkan berkurangnya tajam penglihatan. Sensibilitas

kornea menurun dengan uji plasido yang positif.

SKLERITIS

Epidemiologi

Di Indonesia cukup sering dijumpai skleritis, terutama skleritis noduler dan skleritis difus, sedangkan meskipun jarang,

skleritis nekrotik juga dapat dijumpai. Skleritis sering ditemukan pada orang dewasa dan lebih sering ditemukan pada

wanita. Dapat mengenai satu atau dua mata, yaitu pada skleritis difus lebih seriing mengenai dua mata, sedangkan

skleritis noduler lebih sering mengenai satu mata

Etiologi

Penyebab utama skleritis sering tidak ditemukan. Terkadang penyakit ini ditemukan bersamaan dengan penyakit

kolagen, seperti artritis reumatoid, sedangkan pada beberapa kasus lainnya sering ditemukan bersama-sama dengan

penyakit tuberkulosa.

Manifestasi Klinis

Keluhan penderita terutama adalah rasa sakit dan nyeri tekan, disamping matanya yang merah. Rasa sakit dapat

terbatas pada mata, tetapi dapat pula menjalar ke sekitar mata sampai ke pelipis. Pada skleromalasia perforans tidak

terdapat rasa sakit, atau jarang menyertainya. Sebaliknya pada skleritis nekrotik rasa sakit ini hebat sekali dan

menggangu sehingga penderita tidak bisa tidur.

Radang sklera disertai dengan kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya mengenai sebagian sklera

anterior. Beberapa kasus menunjukkan peradangan sklera yang difus, berwarna merah dadu. Nodul pada skleritis

Page 5: Infeksi Mata

noduler tidak dapat digerakkan pada dasarnya, berwarna merah, berbeda dengan nodul pada episkleritis yang dapat

digerakkan.

Pada skleritis difus peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul. Meskipun tampaknya lebih luas, tetapi perjalanan

penyakitnya lebih ringan. Sebaliknya skleritis nekrotik adalah jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang

lebih berat. Pada skleromalasia perforans, tidak terdapat tanda-tanda radang yang jelas, tetapi terdapat lisis sklera berat

yang berakibat pada perforasi sklera.

Tatalaksana

Pengobatan dimulai dengan pemberian steroid tetas mata seperti pada episkleritis, namun perlu juga diberikan obat

anti inflamasi per oral. Pemberian steroid oral memberikan hasil yang memuaskan, namun bila peradangan sudah

menghilang, maka pemberian steroid diturunkan sampai didapatkann dosis minimal yang mengontrol peradangan sklera

agar jangan sering kambuh. Apabila ada penyakit yang mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati. Bila ada

perforasi sklera, dilakuakan pembedahan untuk menutup perforasi sklera tersebut.

Komplikasi

Dibandingkan dengan episkleritis, komplikasi akibat skleritis jauh lebihh sering dan lebih berat. Komplikasi yang dapat

terjadi antara lain yaitu keratitis sklerotik, uveitis, yang dapat berakibat katarak, glaukoma dan komplikasi pada sklera

sendiri, yaitu penipisan sampai perforasi. Kesemua komplikasi ini menyebabkan gangguan penglihatan yang cukup berat.

EPISKLERITIS

Etiologi dan Epidemiologi

Penyebabnya sering tidak diketahui, umumnya didapatkan dasar alergi. Sebagian kecil diantara penderita episkleritis

menderita arthritis rheumatoid. Angka kejadian antara wanita dan laki-laki sama besar, sedangkan pada anak-anak

jarang terjadi (tidak pernah). Keluhan biasanya terjadi hanya pada satu mata, meskipun juga dapat terjadi pada kedua

mata.

Manifestasi klinis

Keluhan utama dari penderita penyakit ini adalah mata yang merah, hilan timbul, sedikit sakit, dan disertai dengan

keluhan silau. Pada mata dapat ditemukan kemerahan setempat, yang menunjukkan pelebaran pembuluh darah

episklera, namun dapat pula terjadi peradangan yang mengenai seluruh mata.

Page 6: Infeksi Mata

Pada episkleritis noduler, dapat dijumpai nodul, dimana nodul ini bebas dari dasarnya. Biasanya nodul hanya sebuah,

tetapi pada beberapa kasus dapat dijumpai lebih dari satu nodul. Pada pasien dengan episkleritis tidak dijumpai adanya

gangguan penglihatan.

Pada episkleritis yang luas, gambarannya mirip dengan konjungtivitis, namun secara klinis tidak sulit untuk

dibedakan, yaitu bedanya pada episkleritis tidak terdapat hiperemi konjungtivitis tarsal, tidak didapatkan sekret, serta

nyeri pada penekanan ringan bola mata.

PERBEDAAN EPISKLERITIS DAN KONJUNGTIVITIS

Episkleritis Konjungtivitis

Sakit Ditekan sangan sakit Perasaan panas

Visus Normal Normal

Merah Dalam di permukaan Dipermukaan

Sekret Tidak ada Ada

Pupil Normal/ kecil Normal

Tatalaksana

Pengobatan pada pasien dengan episkleritis adalah dengan pemberian kortikosteroid, yang diberikan 4 kali

sehari. Dengan pengobatan ini episkleritis sembuh dalam satu minggu, sedangkan pada episkleritis nodular

penyembuhan lebih lama, yaitu dalam beberapa minggu.

Komplikasi

Komplikasi pada episkleritis sangat jarang dijumpai dan apabila ada biasanya hanya ringan, seperti keratitis superfisial.

UVEITIS (Iritis)

Radang uvea dapat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau selaput pelangi (iris) dan keadaan ini disebut

sebagai iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini disebut sebagai siklitis. Biasanya iritis akan disertai

dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis anterior.

Iritis dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan

uvea anterior. Pada kekambuhan atau rekuren terjadi reaksi imunologik humoral. Bakteriemia ataupun viremia dapat

menimbulkan iritis ringan, yang bila kemudian terdapat antigen yang sama dalam tubuh akan dapat timbul kekambuhan.

Uveitis dapat terjadi mendadak atau akut berupa mata merah dan sakit, ataupun datang perlahan dengan mata merah

dan sakit ringan dengan penglihatan turun perlahan-lahan.

Perjalanan penyakit iritis adalah sangat khas yaitu penyakit berlangsung hanya antara 2-4 minggu. Kadang-kadang

penyakit ini memperlihatkan gejala-gejala kekambuhan atau penyakit menahun.

Page 7: Infeksi Mata

Glaukoma sekunder sering terjadi pada uveitis akibat tertutupnya trabekulum oleh sel radang atau sisa sel radang.

Kelainan sudut dapat dilihat dengan pemeriksaan gonioskopi.

UVEITIS ANTERIOR (Iridosiklitis)

Uveitis anterior disebut juga sebagai iridosiklitis. Iridosiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologik

terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior. Pada kekambuhan atau rekuren terjadi reaksi

imunologik humoral.

Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior.

Pada mata akan terlihat mata merah, akibat adanya darah di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil

yang mengecil dengan tajam penglihatan menurun. Pupil mengecil akibat rangsangan proses peradangan pada otot

sfingter pupil dan terdapatnya edem iris. Pada proses radang akut dapat terjadi miopisasi akibat rangsangan badan siliar

dan edema lensa. Pada nongranulomatosa terdapat presipitat halus pada dataran belakang kornea. Pada iridosiklitis

granulomatosa terdapat presipitat besar atau “mutton fat deposit”, benjolan Koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil

atau benjolan Busacca (penimbunan sel pada permukaan iris). Iridosiklits kronis merupakan episode rekuren dengan

gejala akut yang ringan atau sedikit.

Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair,

dan mata merah. Keluhan sukar melihat dekat pada pasien akibat ikut meradangnya otot-otot akomodasi.

Pada uveitis anterior diberikan tetes mata midriatik dan steroid topical. Bila terlihat tanda radang berat maka dapat

diberikan steroid sistemik.

Sebaiknya pada mata ini diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan midriatika.

DAKRIOSISTITIS

Definisi

Dakriosistitis merupakan peradangan sakus lakrimal. Biasanya peradangan ini dimulai oleh terdapatnya obstruksi duktus

nasolakrimal. Obstruksi ini pada anak-anak biasanya akibat tidak terbukanya membrane nasolakrimal sedang pada orang

dewasa akibat tertekan salurannya misalnya akibat adanya polip hidung.

Epidemiologi

Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa berumur di atas 40 tahun, terutama perempuan.

Jarang ditemukan pada orang dewasa usia pertengahan, kecuali apabila didahului oleh infeksi jamur.

Perjalanan Penyakit

Perjalanan penyakit dapat kronik ataupun akut. Kuman yang dapat merupakan penyebab adalah stafilokok, pneumokok,

dan streptokok, Neiseria catarrkalis dan pseudomonas. Pneumokok merupakan penyebab yang paling berbahaya,

peradangan akut ini dapat berlanjut menjadi peradangan menahun. Pada yang menahun biasanya disebabkan oleh

tuberculosis, lepra, trakoma, dan infeksi jamur. Dakriosistitis menahun dapat merupakan lanjutan dari dakriosistitis akut,

dan bersifat rekuren.

Pada keadaan akut terdapat epifora, sakit yang hebat di daerah kantung air mata dan demam. Terlihat pembengkakan

kantung air mata dan merah di daerah sakus lakrimal, dan nyeri tekan di daerah sakus, disertai secret mukopurulen yang

akan memancar bila kantung air mata ditekan. Daerah kantung air mata berwarna merah meradang.

Pada keadaan menahun tak terdapat rasa nyeri, tanda-tanda radang ringan, biasanya gejala berupa mata yang sering

berair, yang bertambah bila mata kena angin. Bila kantung air mata ditekan dapat keluar secret yang mukoid dengan

Page 8: Infeksi Mata

nanah di daerah pungtum lakrimal, mata berair, dan kelopak melekat satu dengan lainnya.

Tatalaksana

Pengobatan dakriosistitis adalah dengan melakukan pengurutan daerah sakus sehingga nanah bersih dari dalam kantung

dan kemudian diberi antibiotic local dan sistemik. Bila terlihat fluktuasi dengan abses pada sakus lakrimal maka

dilakukan insisi. Bila kantung lakrimal telah tenang dan bersih maka dilakukan pemasokan pelebaran duktus

nasolakrimal. Bila sakus tetap meradang dengan adanya obstruksi duktus nasolakrimal maka dilakukan tindakan

pembedahan dakriosistorinostomi atau operasi Toti.

Pengobatan dakriosistitis pada anak (neonates).

Pengurutan kantong air mata ke arah pangkal hidung. Dapat diberikan antibiotic atau tetes mata, sulfonamide 4-5 kali

sehari. Bila perlu dapat dilakukan probing ulangan.

Pengobatan dakriosistitis akut dewasa.

Dilakukan irigasi dengan antibiotic, bila penyumbatan menetap perbaiki sumbatan duktus nasolakrimal dengan cara

dakriosistorinostomi bila keadaan radang sudah tenang.

Penyulit

Penyulit dakriosistitis dapat berbentuk pecahnya pus yang mengakibatkan fistel sakus lakrimal, abses kelopak, ulkus, dan

selulitis orbita. Dakriosistitis dapat menjadi kronik sehingga sukar diobati. Adanya dakriosistitis merupakan

kontraindikasi untuk melakukan tindakan bedah membuka bola mata seperti operasi katarak, glaucoma karena dapat

menimbulkan infeksi intraocular seperti endoftalmitis ataupun panoftalmitis.

Diagnosis banding

Diagnosis banding dakriosistitis adalah selulitis orbita, sinusitis moidal dan sinutisitis frontal.

ENDOFTALMITIS

Merupakan peradangan berat bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.

Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata

akan memberikan abses di dalam badan kaca.

Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik

melalui peredaran darah (endogen). Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder

pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur,

ataupun parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh.

Bakteri yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah stafilokok, streptokok, pneumokok, pseudomonas, dan basil

sublitis. Sedang jamur yang sering menyebabkan endoftalmitis supuratif adalah aktinomises, aspergilus, fitomikosis

sportrikum dan kokidioides.

Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gejala klinik rasa sakit yang sangat, kelopak merah dan bengkak,

kelopak sukar dibuka, konjungtiva kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh yang kadang-kadang

disertai dengan hipopion. Kekeruhan ataupun abses di dalam badan kaca, akan memberikan refleks pupil berwarna

putih sehingga gambaran seperti retinoblastoma atau pseudoretinoblastoma.

Bila hipopion sudah terlihat, maka prognosisnya buruk. Karena itu diagnosa yang dini dan cepat harus dibuat untuk

mencegah kebutaan pada mata.

Endoftalmitis akibat kuman kurang virulen tidak terlihat seminggu atau beberapa minggu sesudah trauma atau

pembedahan. Demikian juga infeksi jamur dapat tidak terlihat sesudah beberapa hari atau minggu.

Endoftalmitis yang disebabkan jamur masa inkubasi lambat kadang-kadang sampai 14 hari setelah infeksi dengan gejala

mata merah dan sakit. Di dalam badan kaca ditemukan masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di

Page 9: Infeksi Mata

dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar yang baik.

Endoftalmitis diobati dengan antibiotik melalui periolular atau subkonjungtiva.

Antibiotik topikal dan sistemik Ampisilin 2 gram/hari dan Kloramfenikol 3 gr/hari. Antibiotik yang sesuai untuk kausa bila

kuman adalah stafilokok, basitrasin (topikal), metisilin (subkonjungtiva dan IV). Sedang bila pnemokok, streptokok dan

stafilokok – Penisilin G (top, subkonj dan IV). Neisiria – Penisilin G (top. Subkonj. dan IV).

Sikloplegik diberikan 3x sehari tetes mata. Kortikosteroid dapat diberikan dengan hati-hati. Apabila pengobatan gagal

dilakukan eviserasi. Enukleasi dilakukan bila mata telah tenang dan ftisis bulbi. Penyebabnya jamur diberi Amfoterisin

B150 mikrogram sub-konjungtiva.

Penyulit endoftalmitis adalah bila proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata (retina koroid dan sklera) dan badan

kaca maka akan mengakibatkan panoftalmitis. Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila

disebabkan jamur atau parasit.

KONJUNGTIVITIS DRY EYES

(Keratokonjungtivitis Sicca)

Keratokonjungtivitis sicca adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva yang diakibatkan oleh

berkurangnya fungsi air mata.

Kelainan-kelainan ini terjadi pada penyakit yang mengakibatkan :

1. Defisiensi komponen lemak air mata. Misalnya : Blefaritis menahun, Distikiasis dan akibat pembedahan kelopak mata.

2. Defisiensi kelenjar air mata. Misalnya : Sindrom Syogren, Sindrom Riley Day, Alakrimia kongenital, Aplasi kongenital

saraf trigeminus, Sarkoidosis, Limfoma kelenjar air mata, obat-obat diuretik, atropin dan usia tua.

3. Defisiensi komponen musin. Misalnya : Benign ocular pempigoid.

4. Akibat penguapan yang berlebihan seperti pada keratitis neuroparalitik, hidup di gurun pasir, keratitis logoftalmus.

5. Kerena parut pada kornea atau menghilangnya mikrovili kornea.

Pasien akan mengeluh gatal, mata seperti berpasir, silau dan penglihatan kabur. Mata akan memberikan gejala sekresi

mukus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering dan terdapat erosi kornea. Konjungtiva

bulbi edema, hiperemik menebal dan kusam. Kadang-kadang terdapat benang mukus kekuning-kuningan pada forniks

konjungtiva bagian bawah.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain seperti pemeriksaan uji Scheimer dimana bila resapan air mata pada

kertas Scheimer kurang dari 5 menit dianggap abnormal.

Pengobatan tergantung pada penyebabnya dan air mata buatan yang diberikan selamanya. Penyulit yang dapat terjadi

adalah ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, dan parut kornea dan neovaskularisasi kornea.

PTERIGIUM

Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif.

Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke

daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea.Pterigium mudah

meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata.

Page 10: Infeksi Mata

Etiologi

Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi. Diduga

disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya matahari (sunar UV), dan udara yang panas.

Gejala Klinis

Pterigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan mata iritatif, gatal, merah, sensasi benda

asing dan mungkin menimbulkan astigmat atau obstruksi aksis visual yang akan memberikan keluhan gangguan

penglihatan.

Pterigium dapat disertai dengan keratitis pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering), dan garis penimbunan

besi dekat puncak (Stocker’s line) yang terletak di ujung ptrigium.

Berdasarkan luas perkembangannya diklasifikasikan menjadi:

Stadium I : pterigium belum mencapai limbus

Stadium II : sudah mencapai atau melewati limbus tapi belum mencapai

daerah pupil

Stadium III : sudah mencapai daerah pupil

Berdasarkan progresifitas tumbuhnya :

1.Stasioner : relatif tidak berkembang lagi (tipis, pucat, atrofi)

2.Progresif : berkembang lebih besar dalam waktu singkat

Tatalaksana

Pengobatan tidak diperlukan karena sering bersifat rekuren terutama pada pasien muda. Bila pterigium meradang dapat

diberi steroid atau tetes mata dekongestan.

Lindungi mata dengan pterigium dari sinar matahari, debu, dan udara kering dengan kacamata pelindung. Bila terdapat

tandaradang beri air mata buatan bila perlu steroid. Bila terdapat dellen, beri air mata buatan dalam bentuk salep. Bila

diberi vasokonstriktor maka perlu kontrol dalam 2 minggu dan bila terdapat perbaikan pengobatan dihentikan.

Terapi pterigium adalah dengan konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat

terjadinya astigmatisme ireguler atau pterigium yang telah menutupi media penglihatan.

Hordeolum

Merupakan peradangan supuratif kelenjar yang terdapat pada kelopak mata.

Etiologi : stafilokokus

Jenis :

• Hordeolum interna / radang kelenjar Meibom dengan penonjolan terutama kea rah konjungtiva tarsal

• Hordeolum eksterna atau radang kelenjar Zeis atau Moll, dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak atau

keluar

Manifestasi Klinis :

• Gejala radang : bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah & nyeri bila ditekan

• Adanya pseudoptosis atau ptosis akibat bertambah beratnya kelopak mata sehingga sukar diangkat

• Pembesaran kelenjar preaurikel

• Seperti abses

Terapi :

• Antibiotic local & sistemik

• Insisi di daerah abses

Page 11: Infeksi Mata

• Untuk mempercepat sembuhnya proses radang dapat diberikan kompres hangat 3x sehari selama 10 menit sampai

nanah keluar

Penyulit :

• Seluliitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita

• Abses palpebra

BLEFARITIS

Merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi.

Etiologi : kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis

Klasifikasi :

Blefaritis anterior : jika menyebabkan debris skuamosa, inflamasi tepi kelopak mata, kulit & folikel bola mata

Blefaritis posterior : jika mengenai kelenjar Meibom

Gejala :

• Mata lelah & nyeri, memburuk pada pagi hari

• Krusta pada tepi kelopak mata

Tanda, mungkin terdapat :

• Skuama di tepi kelopak mata

• Debris dalam bentuk roset di sekitar bulu mata, dasarnya dapat mengalami ulserasi, merupakan tanda dari infeksi

stafilokokus

• Jumlah bulu mata berkurang

• Obstruksi & sumbatan duktus Meibom

• Sekresi Meibom keruh

• Injeksi pada tepi kelopak

• Abnormalitas film air mata

• Injeksi konjungtiva

Terapi

• Sulit & harus diberikan jangka panjang

• Blefaritis anterior : pembersihan kelopak dengan larutan bikarbonat atau sampo bayi yang diencerkan u/

menghilangkan debris skuamosa

• Blefaritis posterior : dapat dihubungkan dengan mata kering yang membutuhkan terapi dengan air mata buatan

• Karena penyebabnya stafilokokus : diberi antibiotic topical (gel asam fusidat) atau antibiotic sistemik

Prognosis :

Meski gejala dapat hilang dengan terapi, blefaritis dapat tetap menjadi masalah kronis

Page 12: Infeksi Mata

Konjungtivitis

Klasifikasi Konjungtivitis

Konjungtivitis dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, a.l :

1. Konjungtivitis bakteri

2. Konjungtivitis virus

3. Konjungtivitis jamur

4. Konjungtivitis alergi

5. Konjungtivitis karena penyebab yang lain.

KONJUNGTIVITIS BAKTERI

Konjungtivitis bajteri merupakan suatu peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang

menyebabkan bisa oleh infeksi gonokokus, meningokokus, staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia,

Haemophilus influenza, dan Eschericia coli.

Secara umum, gejala yang terjadi adalah adanya secret mukopurulen atau purulen, kemosis konjungtiva, edema

kelopak, dan kadang dapat disertai dengan keratitis dan blepharitis. Terdapat papil pada konjungtiva dan mata merah.

Selain itu, konjungtivitis bakteri ini mudah menular.

Konjungtivitis bakteri dapat muncul dalam 3 bentuk yaitu :

1. Hiperakut konjungtivitis hiperakut merupakan konjungtivitis yang berat, dan merupakan infeksi ocular yang dapat

membahayakan penglihatan. Onsetnya mendadak dengan karakteristik sejumlah sekret kuning-hijau. Gejalanya

progresif, terdapat hiperemi konjungtiva dan kemosis, pembengkakan kelopak, nyeri, bengkak pada kelenjar limfe

preaurikular. Penyebab utama dari konjungtivitis purulen hiperakut adalah Neisseria gonorrhoeae (paling sering) dan

Neisseria meningitidis. Infeksi gonokokus yang dibiarkan tidak terobati dapat menyebabkan ulserasi kornea dengan

perforasi, dan kadang hilangnya penglihatan permanen. Diagnosis dapat dilakukan dengan pewarnaan gram dari

specimen ocular dan kultur untuk spesies Neisseria. Pengobatan termasuk pemberian antibiotic sistemik dan dengan

antibiotic ocular. Karena prevalensi N. gonorrhoeae yang resisten penicillin semakin meningkat, pemilihan antibiotic

harus ditentukan dengan informasi terbaru terkait sensitivitas antibiotic.

2. Akut konjungtivitis bakteri akut memiliki karakteristik gejala rasa terbakar, berair, dan dengan sekret mukopurulen

atau purulen. Biasanya disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, S. aureus, dan Haemophilus influenza.

Kelopak mata menjadi lengket, dengan kemungkinan ekskoriasi pada margin kelopak mata. Pengobatan selain menjaga

higienitas adalah dengan local antibiotic.

3. Kronis paling sering disebabkan oleh spesies Staphylococcus, meskipun bakteri lain mungkin juga terlibat. Sering

berhubungan dengan blefaritis dan kolonisasi bacterial pada margin kelopak mata. Gejalanya bervariasi dan dapat

termasuk di dalamnya adalah rasa gatal, terbakar, sensasi benda asing, dan krusta bulu mata di pagi hari. Gejala-gejala

lain seperti adanya debris kecil (flaky debris) dan eritema sepanjang margin kelopak mata, hilangnya bulu mata, dan

hiperemi mata. Beberapa orang dengan konjungtivitis bacterial akut juga memiliki styes dan kalazia pada margin kelopak

mata. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah menjaga higienitas mata dan pemberian antibiotic topical.

Oftalmia neonatorum

Merupakan bentuk konjungtivitis yang terjadi pada bayi baru lahir berusia kurang dari 1 bulan. Penyebabnya bisa karena

N. gonorrhoeae, Pseudomonas, dan C. trachomatis. Pemberian tetes eritromisin 0,5% atau silver nitrate 1 % adalah obat

yang diberikan untuk pencegahan gonore, dan silver nitrate dapat menyebabkan konjungtivitas ringan dan self-limited.

Page 13: Infeksi Mata

Tanda-tanda dari oftalmia neonatorum adalah kemerahan dan bengkak pada konjungtiva, bengkak pada kelopak mata,

dan adanya discharge yang dapat purulen.

Konjungtivitis yang disebabkan silver nitrate terjadi 6-12 jam setelah lahir atau 24 jam setelah penetesan dan

menghilang dalam 24-48 jam. Masa inkubasi N. gonorrhoeae adalah 2-5 hari dan untuk C. trachomatis adalah 5-14 hari.

Infeksi haris dicurigai terjadi apabila konjungtivitis berkembang dalam 48 jam setelah lahir.

Oftalmia neonatorum merupakan kondisi yang potensial menyebabkan kebutaan, dan berpotensial menyebabkan

manifestasi sistemik yang serius. Penyakit ini membutuhkan diagnosis dan pengobatan segera.

KONJUNGTIVITIS JAMUR

Infeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala. Jamur yang dapat

memberikan infeksi pada konjungtivitis jamur adalah candida albicans dan actinomyces.

KONJUNGTIVITIS VIRAL

Radang konjuntiva akibat berbagai agen virus. Biasanya disebabkan adenovirus atau suatu infeksi herpes simpleks.

Infeksi virus ini biasanya terjadi bersama-sama dengan infeksi saluran pernapasan atas. Akibat sangat mudah menular,

maka virus akan mengenai kedua mata.

Konjungtivitis virus dapat memberikan gambaran sebagai keratokonjuntivitis epidemic, demam faringokonjungtiva,

konjungtivitis herpetic, konjungtivitis New Castle, konjungtivitis hemoragik epidemic akut.

Keratokonjungtivitis epidemic Demam faringokonjungtiva Konjungtivitis herepetic Konjungtivitis New Castle

Konjungtivitis hemoragik epidemic akut

Adenovirus tipe 3, 7,8,dan 19. Penularan melalui kolam renang Adenovirus tipe 2,4,dan 7. Melalui droplet atau kolam

renang Herpes simplex tipe 1. Biasanya pada anak usia <2 tahun yang disertai seudomembrane is. Pada dewasa

merupakan tipe rekuren infeksi ganglion trigeminus Virus New Castle. Pada peternak unggas. Virus picorna atau

enterovirus 70

Masa inkubasi 8-9 hari, masa infeksios 14 hari Masa inkubasi 5-12 hari, menularkan selama 12 hari. Masa inkubasi 1-2

hari Masa inkubasi 24-48 jam

Demam dengan mata kelilipan, mata berair berat, terdapat infiltrate subepitel kornea atau keratitis setalh terjadinya

konjuntivitis, kelenjar Pseudomembran membesar. Dalam secret ditemukan neutrofil.

Gejala menurun dalam 7-15 hari, perjalanan penyakit selama 3 minggu. Berjalan akut dengan gejala penyakit hiperemia

konjungtiva, mata seperti kemasukan pasir, folikel pada konjungtiva, secret seros, fotofobia, kelopak bengkak dengan

pseudomembrane.

Histopatologik : badan inklusi intranulear

Gambaran konjungtivitis berat dengan tepi kelopak dengan lesi vesikuler, hipertrofi papil pada konjuntiva. Kadang

ditemukan dendrite pada kornea. Terdapat limfadenopati preaurikuler.

Perasaan adanya benda asing, silau dan berai pada mata. Kelopak mata bengkak, konjuntiva tarsal hiperemis dengan

terdapatnya folikel dan kadang-kadang disertai perdarahan kecil. Rasa sakit pada mata, gatal, mata berair, penglihatan

kabur dan fotofobia. Kedua mata iritatif seperti kelilipan,dan sakit periorbita. Edema kelopak, kemosis konjungtiva,

secret seromukus, fotofobia disertai lakrimasi. Adanya perdarahan konjungtiva yan dimulai dengan ptekie.

Pengobatan

Topical sulfa

Page 14: Infeksi Mata

Steroid bila terlihat adanya membran

Antibiotika untuk cegah infeksi sekunder

Astringen untuk mengurangi gejala dan hiperemia.

Anti virus dan alfa interferon Pengobatan

Kompres

Astringen

Lubrikasi

Kasus berat : antibiotika dan steroid topikal Pengobatan

Anti virus

Kontra indikasi mutlak : steroid Pengobatan khas tidak ada. Dapat sembuh dalam jangka waktu kurang dari 1 minggu.

Antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder dengan obat simptomatik. Pengobatan :

Simptomatik

Antbiotik spectrum luas sulfasetamid untuk mencegah infeksi sekunder.

Mengatur kebersihan untuk mencegah penularan

Komplikasi :

Kekeruhan kornea yang menetap Pada kornea dapat terjadi keratitis superficial, dan atau subepitel dengan pembesaran

kelenjar limfe preaurikuler. Jaringan parut yang besar pada kornea Pada kornea terdapat keratitis epitelial atau keratitis

subepitel. Pembesaran kel. Getah bening preaurikuler yang tidak nyeri tekan. Umumnya tidak memberikan penyulit

akan tetapi kadang-kadang terjadi uveitis.

KONJUNGTIVITIS ALERGI

Ialah radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap non infeksi, dapat berupa reaksi cepat / lambat

Etiologi : obat, bakteri, toksin

Manifestasi Klinis :

• Mata gatal, panas, berair, merah

• Papil besar pada konjungtiva

• Datang bermusim

• Anak : disertai riwayat atopi (rhinitis, eksema, asma)

Diagnosa : pada pulasan secret biasanya ditemukan banyak sel eosinofil, sel plasma, limfosit, dan basofil

Terapi :

• Antihistamin (bahan vasokonstriktor)

• Hindari penyebab

• Astringen / steroid topical dosis rendah + kompres dingin untuk menghilangkan edema

• Jika berat : dapat diberikan antihistamin + steroid sistemik

Jenis – jenisnya :

Konjungtivitis Flikten

Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe 4 terhadap TB, Stafilokokus, Ascariasis, dan basil Koch Weeks

Manifestasi Klinis :

• Biasanya sering terjadi di limbus, konjungtiva bulbi & tarsal, kornea

• Gangguan penglihatan, lakrimasi terus – menerus, silau, rasa seperti berpasir

• Sering kambuh

Terapi : obati penyebab primer, kortikosteroid topical

Page 15: Infeksi Mata

Konjungtivitis Vernal

Sering di usia 5 – 25 tahun, sering kambuh di musim panas

Manifetasi Klinis :

• Gatal di mata, terutama saat terik

• Cobble stone di konjungtiva tarsal superior

• Secret mukoid (mukopurulen bila ada infeksi sekunder)