Isi Makalah

56
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amalgam dikenal sebagai bahan restorasi selama lebih dari 170 tahun. Berdasarkan survei yang di lakukan pada tahun 2001, melaporkan bahwa 75% dokter gigi di Amerika serikat memakai amalgam sebagai bahan restorasi gigi. Pada tahun 1999, sekitar 60% amalgam seringkali dijadikan sebagai bahan restorasi kavitas klas I dan II. bahkan terdapat persentase penggunaan amalgam yang lebih tinggi dinegara berkembang (Uçar and Brantley, 2011). Berdasarkan American Dental Association (ADA) No.1 logam campur amalgam terdiri dari perak dan timah sebagai bahan utama serta campuran seperti tembaga dan seng. Selain itu serbuk campuran logam amalgam akan di campurkan dengan Hg atau merkuri. hal ini dilakukan agar memperoleh amalgam yang lebih bersifat plastis dan mudah dimanipulasi ketika di aplikasikan kedalam kavitas gigi. Namun, penggunaan Hg dalam restorasi amalgam sering kali dikhawatirkan dapat menimbulkan efek-efek yang merugikan bagi kesehatan. Baik kesehatan dalam rongga mulut maupun kesehatan secara sistemik. Sehingga penggunaan amalgam sebagai bahan restorasi mulai banyak ditinggalkan dan beralih

description

makalah isi

Transcript of Isi Makalah

Page 1: Isi Makalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amalgam dikenal sebagai bahan restorasi selama lebih dari 170 tahun.

Berdasarkan survei yang di lakukan pada tahun 2001, melaporkan bahwa 75% dokter

gigi di Amerika serikat memakai amalgam sebagai bahan restorasi gigi. Pada tahun

1999, sekitar 60% amalgam seringkali dijadikan sebagai bahan restorasi kavitas klas

I dan II. bahkan terdapat persentase penggunaan amalgam yang lebih tinggi dinegara

berkembang (Uçar and Brantley, 2011).

Berdasarkan American Dental Association (ADA) No.1 logam campur

amalgam terdiri dari perak dan timah sebagai bahan utama serta campuran seperti

tembaga dan seng. Selain itu serbuk campuran logam amalgam akan di campurkan

dengan Hg atau merkuri. hal ini dilakukan agar memperoleh amalgam yang lebih

bersifat plastis dan mudah dimanipulasi ketika di aplikasikan kedalam kavitas gigi.

Namun, penggunaan Hg dalam restorasi amalgam sering kali dikhawatirkan dapat

menimbulkan efek-efek yang merugikan bagi kesehatan. Baik kesehatan dalam

rongga mulut maupun kesehatan secara sistemik. Sehingga penggunaan amalgam

sebagai bahan restorasi mulai banyak ditinggalkan dan beralih menggunakan bahan

restorasi lain seperti SIK, resin komposit tanpa melihat sifat yang unggul dari

amalgam.

Amalgam memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh bahan

tumpatan lain. Seperti kekuatan terhadap tekanan mastikasi yang tinggi. Mudah

untuk diaplikasikan kedalam kavitas, perubahan dimensi yang minimal, ketahan

terhadap aus dan lain-lain. Maka dari itu dengan melihat keunggulan-keunggulan

yang ada dalam amalgam diharapkan akan menjadi pertimbangan untuk tetap

menggunakan amalgam sebagai bahan restorasi gigi.

Pada preparasi kavitas klas II, kekuatan dan keutuhan bagian tepi merupakan

dua kriteria penting untuk memutuskan apakah cusp akan dipertahankan atau

Page 2: Isi Makalah

2

dikorbankan dengan harapan tumpatan dapat menahan fraktur selama pengunyahan.

Beberapa contoh desain kavitas digambarkan dengan nomenklatur kavitas (Baum

dkk., 1997).

Kavitas Klas II dapat dibagi dalam dua kategori; (1) Klas II amalgam

insipient adalah sedikit banyak menutupi lubang yang dapat dimasuki mikroba yang

dapat menyerang gigi, dan (2) Klas II amalgam yang diperluas merupakan tambalan

yang mengembalikan bagian gigi yang hilang atau rusak. Konsep (1) ‘menambal”

dengan (2) “membangun”, adalah penting untuk dimengerti, karena bisa mengubah

perawatan atau tipe dari prosedur itu sendiri (Baum dkk., 1997).

1.1 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan amalgam?

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan restorasi amalgam?

3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi amalgam?

4. Bagaimana cara manipulasi dan reaksi pengerasan amalgam?

5. Bagaimana design, prinsip, dan teknik praparasi untuk tumpatan amalgam

klas II ?

6. Apa saja kesalahan dalam preparasi amalgam?

7. Apa saja kegagalan dalam restorasi amalgam?

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami tentang amalgam, restorasi dan preparasi

pada kavitas klas II amalgam.

1.3 Hipotesa

Design, preparasi, teknik preparasi, dan teknik restorasi yang tepat

mempengaruhi keberhasilan suatu restorasi amalgam.

Page 3: Isi Makalah

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Amalgam

2.1.1 Definisi Amalgam

Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya

adalah merkuri. Aloi amalgam terdiri atas tiga atau beberapa logam. Amalgam itu

sendiri merupakan kombinasi aloi dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut

amalgamasi atau triturasi. Campuran merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam

kavitasdan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi (Baum, 2012).

2.1.2 Komposisi Amalgam

Komposisi bahan restorasi dental amalgam terdiri dari perak, timah, tembaga,

merkuri, platinum, dan seng. Unsur – unsur kandungan bahan restorasi amalgam

tersebut memiliki fungsinya masing – masing, dimana sebagian diantaranya akan

saling mengatasi kelemahan yang ditimbulkan logam lain, jika logam tersebut

dikombinasikan dengan perbandingan yang tepat. Pada tabel 2.1 dapat dilihat

komposisi persentase berat kandungan alloy amalgam (Anusavice, 2004).

Alloy Presentase Berat (%)

Silver 65 (maksimum)

Tin 29 (maksimum)

Copper 6 (maksimum)

Zinc 2 (maksimum)

Mercury 3 (maksimum)

Palladium  0,5

Tabel 2.1

Komposisi Amalgam

Page 4: Isi Makalah

4

2.1.3 Fungsi Unsur dalam Alloy Amalgam

Amalgam itu sendiri merupakan kombinasi aloi dengan merkuri. Fungsi unsur-

unsur kandungan bahan restorasi tersebut adalah sebagai berikut (McCabe & Walls,

2008):

1. Perak

a) Meningkatkan strength

b) Meningkatkan setting expansion

2. Timah

a) Mengurangi strength dan hardness

b) Mengurangi ekspansi

c) Meningkatkan setting time

3. Tembaga

a) Meningkatkan strength dan hardness

b) Menghambat pembentukan fase gamma 2

c) Mengurangi tarnish dan korosi

d) Mengurangi terjadinya pengerutan dan kebocoran tepi

4. Zink

a) Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam proses

pembuatan, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur-unsur yang

penting seperti perak, tembaga, maupun timah.

b) Zink dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low copper

5. Palladium

a) Mengurangi korosi

6. Indium

a) Meningkatkan strength

b) Mengurangi jumlah pemakaian merkuri

c) Mengurangi terjadinya kerusakan marginal

Page 5: Isi Makalah

5

2.1.4 Klasifikasi Amalgam

Amalgam dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah metal alloy, berdasarkan

ukuran alloy, berdasarkan bentuk partikel alloy, berdasarkan kandungan tembaga, dan

berdasarkan kandungan zinc (Craig, 1993) yaitu :

1. Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu :

a. Alloy binary, contohnya : silver-tin

b. Alloy tertinary, contohnya : silver-tin-copper

c. Alloy quartenary, contohnya : silver-tin-copper-indium

2. Berdasarkan ukuran alloy, yaitu :

a. Microcut, dengan ukuran 10 - 30 µm.

b. Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 µm.

3. Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu :

a. Alloy lathe-cut

Alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur.

b. Alloy spherical

Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan

alloy diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil. Alloy

ini tidak berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi,

tergantung pada teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan.

c. Alloy spheroidal

Alloy spheroidal juga dibentuk melaui proses atomisasi.

4. Berdasarkan kandungan tembaga

Kandungan tembaga pada amalgam berguna untuk meningkatkan

kekuatan (strength), kekerasan (hardness), dan ekspansi saat pengerasan.

Pembagian amalgam berdasarkan kandungan tembaga yaitu:

a. Alloy rendah copper (low copper alloy)

Low copper alloy ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%),

copper (4-5%), zinc (0-1%).

b. Alloy tinggi copper (high copper alloy)

Page 6: Isi Makalah

6

High copper alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%), copper

(13-30%), zinc (0-1%). Alloy ini dapat diklasifikasikan sebagai:

a) Admixed/dispersi/blended alloys

Alloy ini merupakan campuran spherical alloy dengan lathe-cut

alloy dengan komposisi yang berbeda yaitu high copper spherical alloy

dengan low copper lathe-cut alloy. Komposisi seluruhnya terdiri atas

silver (69%), tin (17%), copper (13%), zinc (1%).

b) Single composisition atau unicomposition alloys

Tiap partikel dari alloy ini memiliki komposisi yang sama.

Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (40-60%), tin (22-30%), copper

(13-30%), zinc (0-4%).

5. Berdasarkan kandungan zinc

a. Alloy mengandung seng: mengandung lebih dari 0.01% zinc.

b. Alloy bebas seng: mengandung kurang dari 0.01% zinc.

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Amalgam

Menurut Anusavice (2003) Kelebihan dan kekurangan Amalgam dalam

kedokteran gigi adalah :

1. Kelebihan :

Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat

dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah,

sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di

dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga

lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap

penambalan sesuai dengan prosedur.

Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada

umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam

mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

Page 7: Isi Makalah

7

Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu

“technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana

sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi

ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.

Biayanya relatif lebih rendah

2. Kekurangan :

Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi,

sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana

pertimbangan estetis sangat diutamakan.

Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan

yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna

pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman.

Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam

yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu

setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif

terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak

berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.

Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri

yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu

ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai

bahan tambal.

Sering menyebabkan kebocoran mikro dan sekunder karies. Solusinya

enggunakan “cavity varnish” yang mengandung larutan resin alami atau

sintetis dalam pelarut yang menguap misalkan eter dan harus tahan air.

Mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis bersama dengan

tumpatan logam lain. Solusinya dengan melepas tumpatan logam lain sebelum

memakai tumpatan amalgam.

Page 8: Isi Makalah

8

2.1.6 Indikasi dan Kontra Indikasi Penggunaan Amalgam

Indikasi amalgam menurut Anusavice (2003) adalah :

1. Sebagai bahan restorasi permanen pada kavitas klas I, klas II, dan klas V dimana

faktor estetis bukanlah suatu hal yang penting.

2. Dapat dikombinasikan dengan pin retentif untuk menempatkan mahkota.

3. Dipergunakan dalam pembuatan die.

4. Sebagai bahan pengisian saluran akar retrograde.

5. Dilihat dari segi biokompatibilitasnya, amalgam memiliki adaptasi yang cukup

baik pada jaringan di rongga mulut terutama email dari gigi tersebut.

Kontra Indikasi amalgam adalah :

1.      Mengutamakan estetik untuk gigi posterior

2.      Restorasi kecil sampai sedang yang tidak dapat dilakukan isolasi dengan baik

3.      Restorasi kelas 6 yang kecil

2.1.7 Efek Samping Penggunaan Merkuri dalam Amalgam

Kandungan merkuri dalam bahan restorasi amalgam dalam beberapa peristiwa

memang dapat menyebabkan terjadinya reaksi hipersensitivitas atau alergi. Tetapi

peristiwa alergi yang terjadi pada pasien yang menggunakan restorasi amalgam

tidaklah signifikan, karena tidak setiap pasien yang melakukan treatment

menggunakan amalgam mengalami alergi.Beberapa penelitian menerangkan bahwa

penggunaan restorasi amalgam dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan

kesehatan secara sistemik seperti kerusakan pada ginjal, alergi atau hipersensitivitas

atau gangguan terhadap neurobehavior. Namun, apabila penggunaan alamgam

dilakukan secara benar, tidak akan terjadi masalah terhadap biokombatibilitas dari

restorasi amalgam (Craig, 1993).

Page 9: Isi Makalah

9

Seseorang dapat terpapar merkuri daridiet makanan, minuman, udara, dan

restorasi amalgam.Merkuri yang terlepas dari bahan restorasi amalgam biasanya

terjadi akibat adanya penguapan merkuri. Uap merkuri pada manusia dapat

ditemukan pada hembusan nafas, pada rongga mulut dengan keadaan mulut terbuka

atau teertutupmelalu kateter yang dipasang ditrakea melalu bronkoskop. Data dari

penelitian menjelaskan bahwa merkuri secara terus menerus terlepas dalam rongga

mulut dari bahan restorasi amalgam. Tingkat pelepasan merkuri pada seseorang

dipengaruhi oleh banyak factor yaitu area restorasi, usia, diet, komposisi amalgam,

dan kuantitas permukaan yang mengalami oksidasi. Uap merkuri dapat terlarut pada

udara intraoral ataupun oleh saliva, kemudian dapat penetrasi ke organisme melalui

banyak cara (Uçar and Brantley, 2011).

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa ditemukan kadar

merkuri dalam urin yang lebih tinggi yaitu sekitar 5 sampai 20 pada orang yang

mengkonsumsi seafood dengan frekuensi seminggu sekali jika dibandingkan dengan

kadar merkuri akibat pajanan restorasi amalgam yaitu sekitar 1 atau sekitar 1

mg/(Craig, 1993).

WHO merekomendasikan nilai batas paparan merkuri jangka panjang untuk

para pekerja atau operator adalah sebesar 25selain itu WHO merekomendasikan

paparan yang merkuri untuk wanita dalam masa subur harus lebih rendah dari nilai

standar yaitu sekitar 10 (Bindslev, 1991).

Penguapan merkuri dari bahan restorasi amalgam lebih kecil jika

dibandingkan dengan pengkonsumsian berbagai jenis ikan. Peningkatan kadar

amalgam dalam urin dan darah dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, tidak hanya

dipengaruhi oleh merkuri yang berasal dari bahan restorasi amalgam. Secara

keseluruhan merkuriyang berasal dari amalgam hanya memberikansedikit pengaruh

terhadap total kadar merkuri dalam tubuh .secara epidemiologi, kadar merkuri dalam

urin dan darah berkolerasi dengan jumlah paparan yang berasal dari lingkungan dan

diet (Craig, 1993).

Page 10: Isi Makalah

10

Pencemaran merkuri terhadap lingkungan hidup dapat menimbulkan dampak

negatif pada kesehatan manusia. Pencemaran tersebut akan menyebabkan terjadinya

toksisitas atau keracunan tubuh manusia. Hal ini dapat terjadi pada lingkungan

pekerjaan seperti pertambangan, pertanian, industri, farmasi, kedokteran gigi dan aa

banyak pekerjaan lain dengan potensi paparan terhadap merkuri. Pencemaran merkuri

di lingkungan dokter dapat terjadi pada saat proses pembuatan amalgam sampai

pemakaian amalgam sebagai tumpatan gigi (Silalahi, 2002).

1. Toksik merkuri

Toksik merkuri berkaitan dengan afinitasnya untuk membentuk ikatn

kovalen dengan gugus sulfhidril yang akan menganggu sistem enzim dalam

organ. Keracunan merkuri terjadi karena terbentuknya senyawa yang mudah

di serap yaitu merkuri yang teroksidasi atau terikat dengan sulfida. Merkuri

dapat diabsorbsi oleh tubuh melalui tiga cara yaitu inhalasi, pencernaan, dan

permukaan kulit. Inhlasi adalah jalur utama absorbsi persenyawaan merkuri

yaitu sebesar 80% (Silalahi, 2002).

2. Toksisitas akut

Lemah,mual, muntah, diare disertai lendir dan darah, sakit kepala,

sukar berbicara dan menelan, kulit pucat dingin,iritasi membran mukosa

bronkus, pneumonitis yang diikuti demam dan dispena, rasa sakit dan terbakar

di kerongkongan dan perut, penyempitan lapangan pandang, serta

berkurangnya pengeluaran air seni sampai berhenti sama sekali (Silalahi,

2002).

3. Toksisitas kronis

Paparan yang terus menerus dengan merkuri akan menimbulkan tiga

gejala berupa eretisme (keadaan sangat mudah terangsang), tremor, dan

stomatitis. Gejala-gejala neurologis dan psikis merupakan gejala yang paling

karakteristik. Gejala dini nonspesifik berupa anoreksia, penurunan berat

badan, dan sakit kepala. Kemudian gejala ini diikuti gangguan-gangguan yang

lebih karakteristik seperti iritabilitas meningkat,gangguan tidur,mudah

Page 11: Isi Makalah

11

terangsang, kecemasan,depresi,gangguan daya ingat, dan kehilangan

kepercayaan diri. Keracunan berat sering berakibat kelainan bicara terutama

mengenai pengecapan (Silalahi, 2002).

2.1.8 Sifat – sifat Amalgam

1. Sifat Fisik Amalgam

a) Creep ( Tekanan )

Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi

secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk

tumpatan amalgam, tekanan menguyah yang berulang dapat menyebabkan

creep. ANSI-ADA specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%.

Amalgam dengan kandungan tembaga tinggi mempunyai nilai creep yang jauh

lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1% (Anusavice, 2004).

Tingkat creep terbukti mempunyai hubungan dengan kerusakan tepi dari

amalgam tradisional yang kandungan tembaganya rendah, yaitu makin tinggi

creep, semakin besar derajat kerusakan tepi. Tepi dari amalgam dengan tingkat

creep tinggi tampak tercungkil cukup parah (Anusavice, 2004).

b) Stabilitas Dimensional

Idealnya amalgam harus mengeras tanpa perubahan dimensinya dan

kemudian tetap stabil. Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada

cara manipulasinya, idealnya perubahan dimensi kecil saja. Perubahan

dimensional dari amalgam bergantung pada seberapa banyak amalgam tertekan

pada saat pengerasan dan kapan pengukuran dimulai. ADA menyebutkan

bahwa amalgam dapat berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20μm / cm,

diukur pada 30°C, 5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya triturasi dengan alat

yang keakuratanya tidak sampai 0,5μm. Ekspansi yang berlebihan juga dapat

menimbulkan tekanan pada pulpa dan kepekaan pascaoperatif (Anusavice,

2004).

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi perubahan dimensi adalah :

Page 12: Isi Makalah

12

Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan

lebih besar pula ekxpansi yang terjadi

Rasio mercury (alloy) : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat

ekspansinya.

Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel

menyusut, maka total area permukaan alloy akan meningkat.

Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin

lama waktu triturasi, maka ekspansi akan lebih kecil.

Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelh

triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak tergantung

difusi mercury ke alloy (Anusavice, 2004).

c) Difusi Termal

Difusi termal amalgam adalah 40 kali lebih besar dari dentin sedangkan

koefisien ekspansi termalnya 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan

mikroleakage dan sekunder karies (Anusavice, 2004).

d) Abrasi

Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada

hilangnya sebuah substansi / zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan

pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatakan kerusakan dan

terbentuknya pecahan / puing amalgam (Anusavice, 2004).

2. Sifat Kimia Amalgam

a) Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik

Korosi galvanik atau bimetalik terjadi ketika kedua atau lebih logam

berbeda atau alloy berkontak dengan larutan elektrolit, dalam hal ini adalah

saliva. Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama/usia restorasi, perbedaan

potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan (Craig, 2002).

Page 13: Isi Makalah

13

Jarak yang cukup lebar/besar dihasilkan dan berkontak elektrik dari

beberapa restorasi secara in vivo. Untuk restorasi amalgam-amalgam, perbedaan

potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi

besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan keluar adalah 24 V

(Craig, 2002).

Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanis berbanding terbalik,

artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya, semakin

kecil arus galvanis yang dihasilkan (Craig, 2002).

b) Korosi

Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi

struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits

dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta

memperpendek keawetan penggunaannya (Craig, 2002).

c) Tarnis

Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang

terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling

terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur

dalam makanan dan minuman (Craig, 2002).

3. Sifat Mekanik Amalgam

a). Kekuatan

Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan

struktur tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu

struktur dengan struktur yang lainnya (Anusavice, 2004).

Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. kekuatan tensile

amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. kekuatan komperesif ini

cukup baik untuk mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya

kekuatan tensile yang memperbesar kemungkinan terjadinya fraktur/retakan

(Anusavice, 2004).

Page 14: Isi Makalah

14

Faktor yang mempengaruhi kekuatan amalgam:

Rasio mercury (Alloy) : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka

partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian

restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan

lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh

Ukuran dan Bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran

partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.

Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi

kekuatan.

Efek triturasi : efek ini tergantung pada jenis lugam campur amalgam, waktu

triturasi, dan kecepatan amalgamator.

Efek laju pengerasan amalgam : spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan

kompresif minimal adalah 80 Mpa pada 1 jam dari amalgam komposisi

tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.

4. Sifat Biologi Amalgam

a). Alergi

Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi

yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitan bernapas,

pembengkakan, dan gejal lain (Craig, 2002).

Dermaititis kontak atau reaksi hipersnsitif tipe 4 dari commbs

mewakili efek samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam

gigi, tetapi reaksi ini terjadi kurang dari 1% dari populasi yang dirawat (Craig,

2002).

b). Toksisitas

sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa

sudah mulai dipertanyakan. kadang - kadang masi ada dugaan bahwa keracunan

air raksa dari tambalan gigi adalah penyebab dari penyakit - penyakit tertentu

yang diagnosisnya tidak jelas dan ada bahaya bagi dokter gigi atau pasiennya.

Page 15: Isi Makalah

15

Ketika uap air raksa terhirup selama pengadukan, penempatan dan

pembuangan. suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam

mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna

gigi (Craig, 2002).

Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetapi

kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi

terhadap garam -garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam jarang

tejadi (Craig, 2002).

2.1.9 Reaksi Pengerasan Amalgam

Reaksi pengerasan amalgam dimulai setelah alloy dan merkuri dicampur.

Pencampuran ini menyebabkan lapisan luar partikel alloy larut dalam merkuri dan

membentuk dua fase baru yang solid pada temperatur kamar. Reaksinya adalah

sebagai berikut (Craig, 2002):

Ag3Sn + Hg Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn(7-8)Hg

γ + merkuri γ + γ1 + γ 2

powder liquid alloy yang matriks

tidak bereaksi

Tidak semua partikel alloy akan larut dalam merkuri. Struktur bahan setelah

reaksi pengerasan berupa struktur inti (γ yang tidak bereaksi), γ1 dan γ2 yang secara

mikroskopis membentuk suatu susunan jala yang tidak terputus-putus (Craig, 2002).

Menurut ANSI/ADA specificatin no.1, kekerasan maksimal amalgam dicapai

setelah 24 jam pengerasan. Reaksi pengerasan yang baik dengan pemampatan yang

cukup akan mencegah terjadinya ekspansi maupun kontraksi yang tidak diinginkan.

Ekspansi maupun kontraksi tersebut merupakan manifestasi dari perubahan dimensi.

Pada high-copper amalgam, tembaga akan terdisitribusi secara merata. Peningkatan

kandungan tembaga dalam alloy akan mempengaruhi reaksi pengerasan. Sehingga

Page 16: Isi Makalah

16

untuk amalgam tipe high copper terdapat reaksi sekunder yang berlangsung setelah

reaksi pertama. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut (Craig, 2002):

γ 2 + Ag-Cu Cu6Sn5 + γ1

Setelah reaksi sekunder ini terjadi, amalgam tidak mengandung atau sedikit

mengandung fase γ2. Modifikasi reaksi pengerasan yang terjadi pada amalgam tipe

high copper menghasilkan beberapa kelebihan, yaitu (Craig, 2002):

a. Compressive strength lebih tinggi

b. Final strength terjadi lebih cepat

c. Meminimalisasi creep

d. Meminimalisasi korosi

e. Hardness yang lebih tinggi

2.1.10 Manipulasi Amalgam

Amalgam merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses

yang disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan bahan plastis

dimasukkan ke dalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi.

Triturasi amalgam dapat dilakukan dengan cara manual dan masinal. Cara

manual dilakukan dengan menggunakan alu dan mortal. Homogenitas amalgam

tergantung dari tekanan yang terjadi antara alu dan lumpang. Tekanan yang berbeda-

beda dari operator menyebabkan kekuatan amalgam yang berbeda homogenitasnya

sehingga hasilnya kurang baik. Lain halnya dengan cara masinal yang tekanannya

selalu sama sehingga menghasilkan amalgam yang homogen.

Manipulasi amalgam dapat melalui proses (Craig, 2002) :

1. Proportioning

Perbandingan antara alloy dan merkuri harus sesuai. Menggunakan perbandingan

alloy dan mercury 5:7 atau 5:8. Kelebihan mercury mempermudah triturasi dan

dapat diperoleh hasil campuran yang plastis Jika mercury yang digunakan terlalu

Page 17: Isi Makalah

17

sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian

restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal

porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh.

2. Triturasi

Pencapuran amalgam alloy dan merkuri dengan menggunakan amalgamator

selama waktu yang telah ditentukan. Proses triturasi dapat dilakukan dengan cara

manual dan mekanis.

3. Kondensasi

Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan

fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi

diperlukan untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe- cut.

Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan

mempunyai kekuatan yang baik.

4. Trimming dan Carving

Amalgam yang dibuat dari serbuk alloy yang kasar lebih sukar mengukirnya karena

kepingan alloy yang agak besar dapat tertarik oleh instrument dari permukaan. Apabila

dikehendaki pengukiran yang mudah, dapat menggunakan alloy spheris.

5. Polishing.

Amalgam konvensional baru dapat dipoles palng cepat 24 jam

setelah penambalan, yaitu setelah tambalan cukup kuat. Amalgam yang terbuat

dari alloy kaya kuprum lebih cepat mendapatkan kekuatannya, disebutkan bahwa

bahan ini dipoles tidak lama setelah penambalan.

2.2 Preparasi Kavitas

2.2.1 Prinsip Preparasi Kavitas

a. Outline Form

Outline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi kavitas

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan outline form antara

Page 18: Isi Makalah

18

lain:Tempat atau permukaan yang mudah diserang karies harus dimasukkan dalam

outline form (Abu Bakar, 2012).

Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies harus

dimasukkan dalam outline form

Tonjol – tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form.

Harus diusahakan jangan samapi ada dinding enamel yang tipis.

Extention for prevention dari Black menyatakan bahwa tepi – tepi kavitas

harus ditempatkan pada daerah – daerah gigi yang imun terhadap karies,

yaitu pada tempat – tempat di mana kemungkinan terjadinya karies kecil.

b. Removal Of Caries (Membuang jaringan karies)

Membuang jaringan karies atau yang diduga akan karies digunakan

ekskavator atau bur bulat kecepatan rendah. Pada kvitas yang dangkal dilakukan

serentak karena jaringan karies sudah terambil ketika membentuk resistance dan

retention form. Karies tidak boleh ditinggalkan dalam kavitas karena bila terjadi

kebocoran tumpatan, bakteri yang tinggal di kavitas akan menjadi aktif.

c. Resistance Form (Membuat bentuk resistensi)

Resistance form bertujuan membentuk preparasi kavitas sedemikian rupa

sehingga gigi dan tumpatan cukup kuat menerima tekanan serta menahan daya

kunyah (Abu Bakar, 2012). Berikut adalah hal – hal yang perlu diperhatikan :

Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat dibuang. Bila pada kavitas

Klas II overhanging enamel sedemikian besar, enamel yang tidak disonkong

dentin sehat perlu dihilangkan. Dengan demikian akan menyebabkan sisa

jaringan gigi menjadi tipis. Dalam hal ini perlu diisi terlebih dahulu bagian

undermine (dasarnya) dengan semen Zn fosfat.

Dengan kedalaman kavitas 0,5 mm ke dalam dentin, kekuatan akan bertambah

dua kali jika isthmus didalamkan.

Isthmus harus dibuat 1/3 – ¼ jarak antar tonjol.

Page 19: Isi Makalah

19

Line angle harus dibulatkan dan enamel harus didukung dentin yang sehat.

Selain itu perlu dibuat bevel atau dibulatkan pada axio-pulpa line angle

sehingga didapatkan “Bulk of Amalgam“. Hal ini penting untuk

menghindarkan pecahnya amalgam pada daerah tersebut terhadap daya

kunyah. Dengan adanya bevel, maka amalgam di daerah tersebut akan lebih

tebal dan daya kunyah dapat dibagi rata.

Cavo surface angle harus tegak lurus untuk mengurangi fraktur pinggir

restorasi dan memudahkan carving.

d. Retention Form

Retention form bertujuan membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga

tumpatan tersebut memperoleh pegangan yang kuat dan tidak mudah bergeser

terhadap daya kunyah (Abu Bakar, 2012). Tumpatan tidak lepas ketika gigi berfungsi.

e. Convenience Form

Convenience form adalah upaya membentuk kavitas sedemikian rupa

sehingga memudahkan untuk bekerja dengan alat – alat, baik dalam hal preparasi

maupun memasukkan bahan tumpatan ke dalam kavitas. Pembuatan conviniece form

untuk preparasi tumpatan amalgam diperlukan juga sehingga meluaskan lapangan

penglihatan pada waktu preparasi (Abu Bakar, 2012). Misalnya :

Pada kavitas pit dan fisur, di permukaan luar hanya terdapat kavitas yang kecil

dan sempit. Tetapi bagian dalam kavitas sudah meluas. Sehubungan dengan

ini maka kavitas perlu dilebarkan pada permukaan luar sebelum kavitas

sebelah dalam dipreparasi.

Pada kavitas aproksimal, di mana masih ada kontak dengan gigi tetangga yang

letaknya tersembunyi dan tidak terlihat dari luarnya. Untuk preparasi kavitas

tersebut sebelumnya harus dipreparasi dahulu jaringan gigi sebelah oklusal,

bukal, lingual / palatal sekitar aproksimal kavitas yang baik.

Memilih alat – alat yang kecil ukurannya.

Page 20: Isi Makalah

20

f. Finishing The Enamel Margin (Menghaluskan dinding / tepi kavitas)

Finishing the enamel margin adlah tindakan untuk membuat dinding yang

halus dan rata dengan tujuan mendapatkan kontak marginal yang baik.

g. Toilet Of The Cavity (Membersihkan kavitas debris / sisa – sisa

preparasi)

Toilet of cavity yaitu bertujuan membersihkan kavitas dari debris / sisa – sisa

preparasi (Abu Bakar, 2012). Tingkatan pekerjaan preparasi kavitas yang terakhir ini

ialah :

Kavitas dibersihkan dari debris dengan air.

Kavitas diperiksa lagi pada kavitas, mungkin masih terdapat jaringan karies

yang harus segera dikeluarkan.

Kemudian dinding – dinding kavitas, diulas dengan alkohol atau stelirizing

agent lain, dan dikeringkan dengan semprotan udara.

Kavitas yang telah memenuhi syarat tersebut di atas harus tetap dijaga

terhadap semua kotoran – kotoran, kuman – kuman dan saliva dengan

memblokir kelenjar ludah dengan cotton roll sebelum pemberian basis dan

mengisi tumpatan.

2.2.2 Preparasi Klas II Amalgam

Menurut definisi restorasi klas II adalah bila telah mengenai permukaan

mesial atau disyal gigi posterior alasan mengapa lesi proksimal mempunyai

klasivikasi tersendiri adalah karena lesi terjadi pada gigi – gigi molar dan premolar

yang saling berdekatan, yang sulit untuk menjaga kebersihan daerah di bawah kontak

lesi klas II terjadi pada proksimal umunnya dianggap kavitas campuran yaitu kavitas

yang mengenai dua permukaan sdalah satunya adalah permukaan oklusal begitu

sering terjadi sehingga dibagi menjadi mesial oklusal (MO), disto oklusal (DO), atau

Page 21: Isi Makalah

21

oklusal mesial distal (MOD) akses ke lesi proksimal dapat langsung tetai keadaan

seperti ini jarang terjadi (Baum, dkk., 1997).

2.2.2.1 Design Kavitas

Karena mayoritas kavitas klasII adalah kavitas campuran bagai mana desain

kavitas jika seluruh mahkota ditambal(empat permukaan aksial ditambah oklusal

semua tonjol). Mengandung lima prinsip yang akan mempengaruhi restorasi klas II

baik yang kecil atau retorasi campuran yang besar (Baum, dkk., 1997).

1. Dinding aksial, pulpa dan dasar gingiva bertemu satu sama lain ada sudut

tegak lurus dengan kata lain semua dinding dibikinm vertikal atau horizontal

2. Dingding aksial tidak mengikuti kontur lonceng dari mahkota tetapi sejajar

dengan panjang sumbu gigi

3. Preparasi subtansi gigi dengan ketebalan tepi yang merata sehingga dinding

luar amalgam tidak tipis pada beberapa tempat dan begitu tebal pada tempatm

yang lain. Dari arah aksial dan oklusal, prearasi dibuat dangkal untuk

membatasi banyaknya logam yang dipajkai untuk menjaga jarak ke arah

pulpa.

4. Lantai pulpa dan gingiva rata serta sejajar dengan bidang oklusal (sudut tegak

lurus terhadap tekanan mastikasi).

5. Tepi cavo survace pada dasar gingiva adalah tegak lurus terhadap permukaan

email atau sementum .

Kekuatan dan keutuhan bagian tepi adalah dua kriteria penting untuk memutuskan

apakah tonjol yang lemah akan dipertahankan atau dikorbankan. Empat tipe

pertlekatan dapat dilakukan untuk retensi restorasi, yaitu (Baum, dkk., 1997):

1. Undercut pada oklusal atau gingiva

2. Interlock aksial (alur fasial dan lingual).

3. Parit

4. Dowel atu pin

Page 22: Isi Makalah

22

Suatu parit adalah lubang yang dibuat, tempat kedalamanya amalgam akan

dimampatkan. Setelah mengeras amalgam menjadi kuat dengan retensi yang besar

panjangnya bervariasi dari 2-4mm dan lebarnya kira-kira 1mm perit tidak di

tempatkan terlalu jauh ke arah pulpa tetapi juga tidak terlalu dekat ke permukaan agar

bagian tepi gigi tidak patah. Lubang parit harus cukup besar untuk tempat pemampat

yang kecil dan dalamnya 1-2mm. Parit di buat pertama – tama dengan bur bulat

no.1/2 karena bur ini bisa membuat alur penuntun(pilot) tanpa tergelincir. Kemudian

digunakan bur visur lurus yang kecil misalnya no.56, untuk membuat parit yang rapi

dan retentif . alur retentif parit ini harus dibuat dengan bur dengan kecepatan rendah

(Baum, dkk., 1997).

Preparasi kavitas pada gigi – gigi didesain kurang lebih untuk memenuhi

kebutuhan dari amalgam, dengan kavitas bentuk boks, tepi dengan hubungan but

joints, dan underkut untuk menahan tambalan di dalam kavitas. Karena amalgam

merupakan logam pengantar panas yang baik, perparasi kavitas harus dangkal. Tapi

restorasi yang terlalu dangkal akan cenderung patah, karena amalgam amat rapuh

(Baum, dkk., 1997).

Oleh karena itu, preparasi gigi dibuat mempunyai ketebalan minimal 2 mm. Bila

karies dentin menembus lebih dalam daripada 2 mm, pelapik atau basis semen harus

ditempatkan. Untuk mengimbangi sifat rapuh dari bahan ini, seluruh kavitas dibentuk

ke dalam gigi. Dinding – dinding rata sejajar atau tegak dengan permukaan gigi,

menyusun bentuk preparasi seperti boks. Retensi dari bahan dicapai dengan

kesejajaran dari dinding yang berlawanan atau dengan sedikit underkut pada dentin

(Baum, dkk., 1997).

2.2.2.2 Kategori Kavitas Klas II Amalgam

A. Amalgam Klas II Insipien

Lesi insipien biasanya kecil dan terletak dibawah titik kontak anatomik dari

gigi. Urutan preparasinya pada dasarnya menggunakan bur, karena tidak meluas

makan tidak ada karies dentin yang perlu diekskavasi dengan instrumen genggam,

Page 23: Isi Makalah

23

sebab bur secara otomatis sudah menghilangkannya selama selama preparasi. Urutan

preparasi sebagai berikut (Baum, dkk., 1997):

a. Preparasi melibatkan alur oklusi dan ceruk, seperti dilakukan untuk

amalgam oklusi klas I. Dilakukan dengan bur bulat No. 1 atau 2

b. Operator harus memutuskan seberapa luas (fasio-lingual) “pemotongan”

yang dilakukan untuk mendapatkan akses ke lesi proksimal. Kemudian

membuat tarikan dengan bur bulat no 1 atau 2 menembus linggir tepi

untuk membuat pertautan dento-email

c. Setelah orifis dari “parit terbalik” dibuat, preparasi dentin dengan bur

bulat atau bur bentuk pir dan potong sebuah alur sempit fasio-lingual

dibawah lapisan proksimal dari email. Gerakan berlahan-lahan dengan

satu arah untuk memperpanjang alur ke bawah ke arah gingiva, gerakan

ini juga membentuk bagian dalam (aksial) dari preparasi

Page 24: Isi Makalah

24

d. Lapisan email ditembus dengan alur vertikal. Tindakan ini harus

dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengenai permukaan email gigi

sebelahnya

e. Lapisan email menjadi lemah karena pembuatan alur bidsa dipatahkan

dengan bilah instrumen, yang digunakan untuk mengungkitnya seperti

hatcet, pahat atau eksavator. Bila pengambilan dilakukan dengan tepat

email rod dapat dipatahkan dengan rapi

f. Penyempurnaan tepi dilakukan dengan pahat dan hatchet.

g. Gunakan bur no. 330 untuk memperdalam dinding aksial bila diperlukan,

untuk membentuk kembali alur aksial dan untuk melakukan

penyempurnaan tepi sepanjang oklusal

B. Amalgam Klas II yang Diperluas

Hal ini dilakukan karena daerah-daerah dalam kavitas atau karies rekuren

disekitar tambalan lama. Ukuran dari restorasi tergantung keadaan gigi. Semisal

karies merunyak dibawah email sepanjang pinggir gingiva, berarti dasar gingiva

harus diperluas kearah akar untuk menghilangkan email yang terkena karies (Baum,

dkk., 1997).

Page 25: Isi Makalah

25

Biasanya untuk gigi premolar diperluas 1,2 mm, dan untuk molar 1,8 mm

yang dipengaruhi juga oleh anatomi gigi yang akan direparasi.

Urutan preparasi sebagai berikut (Baum, dkk., 1997):

a. Operator membayangkan regangan akhir dari reparasi gigi sebelum

pemotongan dilakukan

b. Dilakukan pemeriksaan radiografi bagaimana ukuran restorasi lama dan

bentuk akhir

c. Dilakukan pembongkaran pada restorasi lama dan bagian oklusal dari

kavitas yang akan dipreparasi dengan bur kecepatan rendah

Page 26: Isi Makalah

26

d. Dentine dibawah email proksimal dibuang diikuti dengan mencungkil sisa

email dan membuat bagian tepi, dibutuhkan ketelitian dan ketepatan

operator

e. Yang perlu dipertimbangkan, apakah sudut-sudut tajam dan tegas, apakah

parit cukup diperluas ke arah fasial dan lingual, apakah dasar gingiva dari

alur rata dan halus, dan apakah semua dentin telah dihilangkan dari bawah

email (khususnya sepanjang dasar gingiva), karena bila terjadi

kecerobohan dan tidak memperhatikan pertimbangan-pertimbangan itu

email akan susah dipatahkan dan dicongkel dengan instrumen genggam.

f. Bila pengerjaan sudah tepat dan parit serta email sudah dipatahkan bagian

tepi dibuat dengan instrumen genggam. Instrumen genggamnya adalah

pahat besudut dua dengan pengerjaan menggunakan sudut 45 derajat

terhadap peganggannya.

Page 27: Isi Makalah

27

g. Potonglah tepi gingiva miring menjauhi operator untuk arah tepi gingiva

distal dan, miring ke arah operator digunakan untuk tepi gingiva mesial.

h. Bersihkan bagian dalam dari kavitas dengan rutin meliputi pemeriksaan

daerah-daerah yang terlewatkan seperti basis semen yang diperdalam

sehingga menyebabkan amalgam tinggi dalam oklusi.

i. Apabila ada kerutan di daerah fasial dapat dipreparasi ulang dengan

instrumen yang tajam.

j. Perencanaan tepi adalah langkah terakhir sebelun pemasangan pita matriks

dan pemampatan amalgam

Page 28: Isi Makalah

28

2.2.3 Kesalahan dalam Preparasi Amalgam

Dalam Taqwa & Yati (1986), terdapat beberapa kesalahan yang dapat terjadi

dalam preparasi amalgam, yaitu:

1. Pengambilan jaringan yang berlebihan

Salah satu syarat preparasi kavitas adalah semua pit dan fisure yang

terkena karies harus dimasukkan dalam outline foam. Tetapi ini bukan berarti

outline foamm dapat dibuat selebar mungkin, karena pengambilan yang

berlebihan akan melemahkan sisa jaringan dan akan melemahkan

amalgamnya sendiri. Pelebaran ke arah bukolingual kavitas proximal box di

daerah oklusal yang berlebihan mengakibatkan tidak baiknya dukungan bagi

dinding proksimal dan akhirnya akan mengakibatkan kerusakan pada bagian

marginal (marginal deterioration). Hal ini terjadi jika dinding kavitas proximal

box sejajar dengan permukaan luar gigi, ternyata posisi bur tidak tepat yaitu

tegak lurus terhadap gingivaa. Sehingga operator berusaha membetulkan

kesalahan ini dengan melakukan pelebaran kavitas.

Kesalahan lain yang bisa terjadi adalah jika adanya dinding proximal

box dan kunci retensi di oklusal dilihat dari pandangan oklusal. Berhubung

sempitnya permukaan oklusal, sempitnya lebar isthimus, dan ekstensi box

yang minimal pada aspek oklusal, dinding-dinding proximal box jangan

terlalu lebar membuka ke arah emberasur. Sebaiknya dinding proximal box

Page 29: Isi Makalah

29

harus bertemu di dinding oklusal dalam garis lurus sehingga tidak terdapat

titik-titik lemah dalam preparasi tersebut.

2. Letak dasar dinding proximal

Kesalahan kedua pada waktu preparasi adalah dalam meletakkan dasar

dari dinding proximal. Letak dasar dari dinding proximal yang ideal adalah

pada daerah self cleansing atau dibawah gingiva bebas.

Jika kedalaman lesi memerlukan diletakkannya dinding gingiva lebih

jauh lagi, maka preparasi harus hati-hati agar tidak membuka pulpa. Secara

klinis kadang-kadang ada kecenderungan untuk memperdalam dasar dari

dinding proximal terutama pada lesi yang dalam, tetapi hal ini sangat

berbahaya karena dapat mengenai pulpa. Hal ini disebabkan karena bentuk

piulpanya juga demikian.

3. Isthimus

Lampshire (1955) menganjurkan pembuatan isthimus harus lebar agar

diperoleh badan tumpatan nyang kuat pada titik lemah preparasi, sehingga

akan mencegah terjadinya fraktur pada tumpatan.

Law dkk (1996) dan mc. Donald (1966) menjelaskan bahwa

pembuatan isthmus harus sempit sedangkan badan tumpatan yang cukup kuat

dapat diperoleh dengan jalan mendalamkan kavitas. Idealnya lebar isthmus

tidak lebih dari 1/3 jarak tonjol molar sulung (cups bukal dan lingual).

Merle dan raymon brependapat bahwa fraktur pada amalgam biasanya

terjadi di daerah ishtmus. Penyebab fraktur pada isthimus adalah trauma gigi

antagonis dan pemakaian reatorasi selama 24 jam.

4. Terbukanya pulpa

Jarak antara tanduk pulpa dan permukaan enamel demikian dekatnya

yaitu lebih kurang 2 mm. Oleh karena itu pergerakan sedikit saja dari

Page 30: Isi Makalah

30

kesalahan preparasi dapat menyebabkan terkenanya pulpa, untuk ini dituntut

keterampilan yang tinggi dari operator dan hendaknya dijalin kerjasama yang

baik dengan pasien. Kegagalan membulatkan dinding axial juga dapat

menyebabkan terbukanya pulpa.

2.3 Restorasi Amalgam

2.3.1 Teknik Restorasi Amalgam

Setelah gigi dipreparasi, gigi disiapkan untuk penumpatan amalgam. Jika

bukan amalgam yang perlu di-bonded, sealer diperlukan untuk meutup dentin yang

dipreparasi. Sealer bisa berupa coating material atau polymerized resin adhesive.

Tahap ini bisa dilakukan sebelum atau setelah aplikasi matrix. Pada amalgam yang

perlu di-bonded dan menggunakan matrix, dibutuhkan etsa, priming, dan penempatan

bahan adesif setelah matrix diaplikasikan (Roberson, dkk., 2006).

1. Penempatan matrix

Matrix secara utama digunakan pada restorasi permukaan proksimal. Menurut

Roberson, dkk., tujuan penggunaan matrix adalah untuk: menyediakan kontak yang

baik, kontur yang baik, pembatas material restoratif, dan mengurangi penggunaan

material yang berlebih. Matrix yang efektif memiliki ciri: mudah diaplikasikan

maupun diambil, memanjang ke bawah margin gingival, memanjang sampai ke atas

marginal ridge, dan mempertahankan terhadap deformasi selama penempatan

material. Aplikasi matrix pada preparasi gigi dapat melindungi gigi tetangga dari

kerusakan (Roberson, dkk., 2006).

2. Penempatan (kondensasi) amalgam

Kondensasi lateral pada bagian proximal box dari preparasi penting untuk

konfluensi amalgam dengan margin. Spherical amalgam lebih mudah dikondensasi

daripada admixed amalgam, tapi penempatan keduanya mudah. Secara umum,

digunakan amalgam condenser yang lebih kecil dahulu, agar amalgam terkondensasi

Page 31: Isi Makalah

31

dengan baik pada sudut internal dan bagian retensi sekunder. Setelah itu, digunakan

condenser yang lebih besar (Roberson, dkk., 2006).

Jika amalgam perlu di-bonded, aplikasi adesif dan kondensasi amalgam

dilakukan secara simultan agar resin dapat melekat dengan baik dengan partikel

amalgam. Kondensasi amalgam harus dilakukan sebelum adesif berpolimerisasi. Jika

amalgam yang ditempatkan sedikit berlebih, perlu dilakukan precarve burnished

dengan egg-shaped burnisher yang besar untuk kondensasi final, menghilangkan

kelebihan merkuri, dan mengawali proses carving (Roberson, dkk., 2006).

3. Carving restorasi amalgam

Penempatan (kondensasi) dan carving amalgam harus dilakukan sebelum

amalgam menjadi terlalu keras untuk di-carving. Bonded amalgam lebih sulit di-

carving daripada nonbonded amalgam karena ekses polymerized adhesive resin

terakumulasi pada margin dan sulit dihilangkan. Carving pada area oklusal reatorasi

amalgam menggunakan instrumen discoid-cleoid, pada area facial dan lingual dengan

Hollenbeck carver, dan pada area embrasure proksimal dengan pisau amalgam atau

amalgam scaler (Roberson, dkk., 2006).

4. Finishing restorasi amalgam

Setelah carving selesai, restorasi dilihat dari berbagai sudut dan kedalaman

carving dievaluasi. Jika menggunakan rubber dam, maka harus dilepas dan kontak

oklusi rstorasi dievaluasi. Pasien diinstruksikan untuk mengatupkan gigi perlahan dan

berhenti ketika kontak dicapai. Jika terlihat ada celah antara gigi tetangga dengan gigi

lawannya, harus diidentifikasi dan diperbaiki. Articulating paper bisa digunakan

untuk mengatur kontak dengan lebih akurat hingga kontak oklusi yang tepat dicapai.

Setelah oklusi diatur, discoid-cleoid bisa digunakan untuk smoothing amalgam.

Cotton pellet yang sudah dibasahi dan dijepit dengan pinset bisa digunakan untuk

membantu smoothing amalgam. Jika carving dan smoothing dilakukan dengan tepat,

Page 32: Isi Makalah

32

tidak perlu dilakukan pemulasan tambahan, dan hasilnya akan tetap baik dalam waktu

yang lama (Roberson, dkk., 2006).

5. Reparasi restorasi amalgam

Jika restorasi amalgam mengalami fraktur pada saat penempatan, area defektif

tersebut harus direparasi seperti aplikasi restorasi kecil. Kedalaman dan bentuk

retensi yang sesuai perlu diperhatikan. Matrix dapat digunakan jika diperlukan. Mix

amalgam yang baru dapat dikondensasikan secara langsung pada defek dan melekat

pada amalgam yang sudah ditempatkan sebelumnya jika tidak diberi bahan

intermedier di antara kedua amalgam. Bahan sealer dapat ditempatkan pada dentin

yang terbuka, tapi tidak boleh ditempatkan pada dinding preparasi amalgam. Jika

amalgam perlu di-bonded, aplikasi bahan adesif pada struktur gigi yang terbuka harus

lebih hati-hati (Roberson, dkk., 2006).

2.3.2 Matriks dan Baji

2.3.2.1 Matriks

Tujuan penambalan amalgam ialah memugar daerah kontak dan linger tepi,

dan pada saat yang sama memperoleh pertautan halus antara restorasi dan gigi. Akan

tetapi karena dinding kavitas tidak lengkap, maka dinding tambalan harus dibuat agar

amalgam dapat diisikan dan dikondensasikan secara leluasa, hal itu dapat diatasi

dengan penggunaan lempeng matriks (Baum, dkk., 1997).

Fungsi :

- Membantu kondensasi amalgam di kavitas.

- Memungkinkan adaptasi amalgam terhadap tepi servikal dan oklusal dengan

rapat dan baik.

- Membantu memugar daerah kontak dan eksternal mahkota.

Page 33: Isi Makalah

33

2.3.2.2 Baji/Wedge

Bahan terbuat dari kayu, plastik atatu logam, tebal di satu ujing kemudian

meruncing keujung lain. Digunakan untuk memisahkan atau mencegah gerakan

bebas, memegang pita matriks agar terletak dengan baik dan erat di daerah tepi

servikal suatu kavitas yang baru dipreparasi, dan untuk memisahkan gigi (Baum,

dkk., 1997).

Fungsi wedge/ baji:

- Merapatkan pita matriks dengan dinding kavitas agar posisinya stabil dan kuat

sehingga tak adaamalgam yang lolos melalui matriks saat kondensasi.

- Untuk sedikit memisahkan gigi, sehingga saat baji dan matriks dibuka, gigi

akan kembali ke posisi semula dan menutup ruang kecil yang disebabkan

ketebalan pita matriks (Baum, dkk., 1997).

2.3.3 Kegagalan Dalam Restorasi Klas II Amalgam

Kegagalan dalam restorasi klas II Amalgam adalah sebagai berikut (Roberson,

dkk., 2006):

1.      Fraktur marginal ridge (lingir tepi)

Penyebab:

a. Axiopulpal line angle tidak dibulatkan saat preparasi

b. Marginal ridge terlalu tinggi

c. Embrasur oklusal  tidak benar

Solusi:

a. Axiopulpal line angle dibulatkan saat preparasi

b. Tinggi marginal ridge disesuaikan dengan gigi sebelahnya dan dengan oklusi

c. Menciptakan embrasur oklusal yang bersesuaian dengan gigi sebelahnya

2.      Tumpatan overhanging sehingga mengiritasi gingiva

Penyebab:

a. Kesalahan peletakan wedge yang terlalu ke gingival saat insersi amalgam

Solusi:

Page 34: Isi Makalah

34

a. Posisi wedge diletakkan secara benar

3.      Tepi amalgam lemah

Penyebab:

a. Kertidaksesuaian antara tumpatan amalgam dengan arah dinding mesiolingual

dan mesiofasial

Solusi:

a. Perhatian khusus pada arah prisma email dan sifat amalgam saat preparasi dan

insersi amalgam.

Page 35: Isi Makalah

35

BAB III

PETA KONSEP

INDIKASIKONTRA INDIKASI

SIFATKOMPOSISI

AMALGAM

KEGAGALANBERHASIL

RESTORASI KAVITAS

PREPARASI KAVITAS

DIPERLUASINSIPIEN

KAVITAS KELAS II

Page 36: Isi Makalah

36

BAB IV

PEMBAHASAN

Amalgam dikenal sebagai bahan restorasi selama lebih dari 170 tahun.

Bahkan, amalgam merupakan satu-satunya bahan restorasi yang sifatnya sangat

kuat dan tahan lama didalam rongga mulut. Berdasarkan American Dental

Association (ADA) No.1 logam campur amalgam terdiri dari perak dan timah

sebagai bahan utama dan unsur-unsur lain seperti tembaga, seng, merkuri, emas,

sebagai bahan tambahan dengan konsentrasi yang kurang dari besar konsentrasi

timah dan perak. Penambahan material tersebut kedalam bahan campur amalgam

bertujuan untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik dari restorasi amalgam.

Selain itu serbuk campuran logam amalgam akan di campurkan dengan Hg atau

merkuri. Hal ini dilakukan agar memperoleh amalgam yang lebih bersifat plastis

dan mudah dimanipulasi ketika di aplikasikan kedalam kavitas gigi.

Amalgam adalah alloy yang berisi merkuri yang menjadi pasta keperak-

perakan yang lunak ketika dicampur dan kemudian akan mengeras. Amalgam

merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan ini dapat bertahan

lama sebagai bahan tumpatan. Kerusakan tambalan seringkali disebabkan oleh

dokter gigi, perawat gigi atau pasien dan bukan karena bahan tambalannya,

meskipun amalgam sendiri bersifat rapuh. Preparasi kavitas harus dirancang

dengan benar, dan amalgam harus diaduk dengan benar sehingga tidak ada bagian

tambalan yang berada di bawah tekanan tarik yang besar. Teknik manipulasi

amalgam akan berpengaruh terhadap sifat fisik dan keberhasilan klinis dari

restorasi itu sendiri. Penentuan desain preparasi dan teknik preparasi pun harus

tepat dan sesuai dengan 7 prinsip preparasi, agar tidak terjadi kesalahan dalam

preparasi yang nantinya akan berpengaruh terhadap keawetan bahan, seperti

dalam hal pengambilan jaringan yang berlebihan saat membuat akses atau jalan

masuk. Salah satu syarat preparasi kavitas adalah semua pit dan fisure yang

terkena karies harus dimasukkan dalam outline foam. Tetapi ini bukan berarti

Page 37: Isi Makalah

37

outline foam dapat dibuat selebar mungkin, karena pengambilan yang berlebihan

akan melemahkan sisa jaringan dan akan melemahkan amalgamnya sendiri.

Pergerakan sedikit saja dari kesalahan preparasi juga dapat menyebabkan

terkenanya pulpa, untuk ini dituntut keterampilan yang tinggi dari operator dan

hendaknya dijalin kerjasama yang baik dengan pasien. Faktor operator

berpengaruh besar bagi daya tahan restorasi.

Selain dalam penentuan desain dan teknik preparasi, teknik restorasi juga

harus dilakukan dengan tepat agar restorasi amalagam dapat bertahan lama. Jadi

penentuan desain preparasi, teknik preparasi dan teknik restorasi yang tepat akan

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perawatan lesi karies dengan

menggunakan tumpatan amalagam.

Page 38: Isi Makalah

38

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Amalgam adalah alloy yang berisi merkuri yang menjadi pasta keperak-

perakan yang lunak ketika dicampur dan kemudian akan mengeras. Penentuan

desain preparasi dan teknik preparasi pun harus tepat dan sesuai dengan 7 prinsip

preparasi, agar tidak terjadi kesalahan dalam preparasi yang nantinya akan

berpengaruh terhadap keawetan bahan, seperti dalam hal pengambilan jaringan

yang berlebihan saat membuat akses atau jalan masuk. Selain dalam penentuan

desain dan teknik preparasi, teknik restorasi juga harus dilakukan dengan tepat

agar restorasi amalagam dapat bertahan lama.

5.2 Saran

Sebaiknya kekurangan dan kelebihan termasuk indikasi dan kontraindikasi

dari penggunaan amalgam gigi perlu diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan. Teknik dalam preparasi dan restorasi juga perlu diperhatikan agar

tidak terjadi kesalahan dan kegagalan dalam pengaplikasiannya.