Isi Makalah Polio

62
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit polio merupakan penyakit infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini merupakan virus yang dinamakan poliovirus (PV) dan masuk ke tubuh melalui mulut dan menginfeksi usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat yang menyebabkan melemahnya otot dan terkadang kelumpuhan ( Chin, 2006 : 482 ). Polio termasuk penyakit menular melalui kontak antar manusia, dapat menyebar luas secara diam-diam karena sebagian penderita yang terinfeksi polio virus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit (Cahyono.2010). Penyakit polio pertama kali terjadi di Eropa pada abad ke 18 dan menyebar ke Amerika Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan bumi utara yang bermusim panas. Kejadian terjangkit penyakit polio terus meningkat dengan jumlah kematian yang juga meningkat akibat penyakit ini. Penyakit polio terus menyebar luas di Amerika Serikat pada tahun 1952 dengan penderita 20.000 orang ( Miller,N.Z,2004). Sampai tahun 1988, rata-rata 8-10 kasus yang ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 1

Transcript of Isi Makalah Polio

Page 1: Isi Makalah Polio

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit polio merupakan penyakit infeksi paralisis yang disebabkan

oleh virus. Agen pembawa penyakit ini merupakan virus yang dinamakan

poliovirus (PV) dan masuk ke tubuh melalui mulut dan menginfeksi usus.

Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat

yang menyebabkan melemahnya otot dan terkadang kelumpuhan ( Chin,

2006 : 482 ). Polio termasuk penyakit menular melalui kontak antar

manusia, dapat menyebar luas secara diam-diam karena sebagian penderita

yang terinfeksi polio virus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau

mereka sendiri sedang terjangkit (Cahyono.2010).

Penyakit polio pertama kali terjadi di Eropa pada abad ke 18 dan

menyebar ke Amerika Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio

juga menyebar ke negara maju belahan bumi utara yang bermusim panas.

Kejadian terjangkit penyakit polio terus meningkat dengan jumlah kematian

yang juga meningkat akibat penyakit ini. Penyakit polio terus menyebar luas

di Amerika Serikat pada tahun 1952 dengan penderita 20.000 orang

( Miller,N.Z,2004). Sampai tahun 1988, rata-rata 8-10 kasus yang terkait

dengan virus polio dilaporkan setiap tahun. Empat kasus dengan vaksin

berasal dari polio virus diidentifikasi pada kalangan anak anak di sebuah

masyarakat Amish yang tidak bervaksin di Minnessota. Semenjak tahun

2004, hanya ada 5 negara dimana transmisi virus polio tidak pernah putus,

diantaranya adalah India, Mesir,Pakistan,Nigeria dan Afghanistan.

Meskipun kemajuan signifikan telah dibuat dalam pemberantasan penyakit

infeksi ini di negara-negara tersebut, peningkatan jumlah kasus pada tahun

2006 tetap ada dan terlapor. ( L.heymann,2004).

Sejak tahun 1923-1953, vaksin polio telah diperkenalkan dan

diberikan tetapi angka kematian penyakit polio di Amerika Serikat dan

Inggris masih tinggi, sekitar 47 % sampai 55%. Sedangkan pada data

statistik, kejadian yang berbeda terjadi di Eropa yang menunjukkan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 1

Page 2: Isi Makalah Polio

penurunan angka kematian. Ketika vaksin polo tersedia di Eropa, banyak

orang bertanya tentang manfaat dan efektifitas vaksin polio karena banyak

warga Eropa yang menggunakan vaksin polio namun masih terserang polio.

(L. Heymann,2004).

Di tahun 1995 Indonesia melancarkan kampanye besar-besaran lewat

Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk memerangi penyakit infeksi virus ini.

Setelah l.k 10 tahun Indonesia dinyatakan bebas polio, namun pada awal

tahun 2005 di Indonesia kembali timbul epidemi polio dengan l.k 15 kasus

di Sukabumi, Jawa Barat, sehingga DepKes menganggap perlu untuk di

bulan Agustus 2006 melakukan vaksinasi masal dengan vaksin polio oral

(OPV,Sabin). Dalam rangka membebaskan Indonesia dari virus polio,

imunisasi terpadu terus digalakkan. Sejak tahun 2005 sudah 5 kali

dilaksanakan PIN dan terakhir di tahun 2006 dengan target Indonesia harus

bebas polio pada tahun 2008. Virus polio yang timbul kembali di Indonesia

pada tahun 2005 diperkirakan berasal dari negara Afrika-Asia dimana

penyakit ini masih endemik, seperti Sudan , Nigeria, Pakistan, India dan

Afganistan.

Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, namun

kelompok umur yang paling rentan adalah 1-15 tahun dari semua kasus

polio ( Surya, 2007 ). Penelitian Soemiatno dalam Apriyatmoko (1999)

menyebutkan bahwa 33,3 % dari kasus polio adalah anak-anak di bawah 5

tahun. Infeksi oleh golongan enterovirus lebih banyak terjadi pada laki-laki

daripada wanita dengan perbandingan 1,5-2,5 : 1. Risiko kelumpuhan

meningkat pada usia yang lebih tinggi,terutama bila menyerang individu

lebih dari 15 tahun (Sardjito,1997). WHO memperkirakan adanya 140.000

kasus baru dari kelumpuhan yang diakibatkan oleh poliomyelitis sejak tahun

1992 dengan jumlah keseluruhan penderita anak yang menderita lumpuh

akibat polio diperkirakan 10 sampai 20 juta orang.

Masalah keperawatan yang muncul meliputi nyeri, nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh, ansietas serta gangguan mobilitas fisik, dimana hal

tersebut menjadi perhatian utama dalam penanganan dan pencegahan

penyakit polio. Pencegahan paling efektif menanggulangi penyakit polio

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 2

Page 3: Isi Makalah Polio

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya adalah dengan pemberian vaksin.

Pada saat ini terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu OVP ( Oral Polio

Vaccine) dan IPV (Inactivted Polio Vaccine). Namun kurangnya kesadaran

masyarakat tentang pentingnya vaksin inilah yang menjadikan penyakit

polio menjadi penyakit endemik di beberapa negara. Dengan begitu,

diharapkan tersusunnya makalah ini mampu menjawab berbagai pertanyaan

yang muncul di masyarakat tentang polio dan penanggulangannya.

1.2 RumusanMasalah

1.2.1 Apa definisi dari polio?

1.2.2 Apa etiologi dari penyakit polio ?

1.2.3 Bagaimana patofisiologi penyakit polio?

1.2.4 Apa manifestasi klinik dari polio?

1.2.5 Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari polio?

1.2.6 Bagaimana pelaksanaan dari polio?

1.2.7 Apa komplikasi dari polio?

1.2.8 Bagaiman prognosis polio?

1.2.9 Bagaimana WOC dari polio?

1.2.10 Apa definisi imunisasi polio?

1.2.11 Bagaimana cara dan waktu pemberian imunisasi polio?

1.2.12 Apa indikasi, kontra indikasi dan efek samping dari imunisasi

polio?

1.2.13 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan polio?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan memberikan asuhan

keperawatan klien dengan polio yang dihubungkan dengan imunisasi

polio

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami polio.

1.3.2.2 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami

imunisasipolio.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 3

Page 4: Isi Makalah Polio

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 POLIO

2.1.1 Definisi

Penyakit polio adalah penyakit infeksi paralisis yang disebabkan

oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan

poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus.

Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke system saraf pusat

menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (QQ_Scarlet,

2008). Infeksi virus polio terjadi di dalam saluran pencernaan yang

menyebar ke kelenjar limfe regional sebagian kecil menyebar ke system

syaraf (Chin, 2006:482).

Penyakit polio dapat menyerang semua kelompok umur, namun

kelompok umur yang paling rentan adalah 1-15 tahun dari semua kasus

polio (Surya, 2007). Penelitian Soemiano dalam Apriyatmoko (1999)

menyebutkan bahwa 33,3% dari kasus polio adalah anak di bawah 5 tahun.

Infeksi oleh golongan enterovirus lebih banyak terjadi pada laki-laki dari

pada wanita (1,5-2,5:1). Risiko kelumpuhan meningkat pada usia yang lebih

tinggi, terutama bila menyerang individu lebih dari 15 tahun (Sardjito, 1997

dalam Utami 2006). WHO memperkirakan adanya 140.000 kasus baru dari

kelumpuhan yang di akibatkan oleh poliomyelitis sejak tahun 1992 dengan

jumlah keseluruhan penderita anak yang menderita lumpuh akibat polio di

perkirakan 10 sampai 20 juta orang (Biofarma, 2007).

Pemenuhan criteria telah di tetapkan WHO dan berhubungan dengan

persyaratan specimen tinja untuk di uji di laboratorium. Hal yang

berhubungan dengan specimen tinja surveilans AFP antara lain ketepatan

waktu pengamiblan stempel yang optimum yaitu tidak lebih dari 14 hari

terjadinya paralysis, jumlah specimen yang di ambil dengan jumlah yang

cukup sebanyak 2 kali, dengan selang waktu 24 jam, menggunakan wadah

khusus untuk diuji di laboratorium, penanganan dan pengiriman specimen

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 4

Page 5: Isi Makalah Polio

harus dilakukan sedemikian rupa sehingga suhunya terjaga 2-8 derajar dan

tetap dalam keadaan segar (Ditjen PP & PL, 2006)

2.1.2 Etiologi

Polio ini disebabkan oleh virus polio. Virus polio merupakan virus

yang termasuk kedalam genus enterovirus. Virus polio memiliki tiga tipe,

yaitu tipe 1,2, dan 3. Ketiga virus tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan.

Di alam bebas, irus polio dapat bertahan selama 48 jam pada musim

kemarau dan dua minggu pada musim hujan. Di alam usus manusia, virus

dapat bertahan hidup sampai dua bulan. Virus polio tahan terhadap

sabun,detergen, alkohol, eter, dan kloroform, tetapi virus ini akan mati

dengan pemberian formaldelhida 0,3 %, klorin, pemanasan, dan snar

ultraviolet (Widoyono, 2011).

Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel.

Dapat diidolasi 3 strain virus tersebut yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2

(lansing), dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe

tersebut, yaitu dapat dibuktikan dengan ditemukannya 3 macam zat anti

dalam serum seorang penderita. Epidemi yang luas dan ganas biasanya

disebabkan oleh virus tipe 1, epidemi yang ringan oleh tipe 3 sedangkan tipe

2 kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik (Ngastiyah,1997).

Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-

tahun dalam deep freeze. Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia

termasuk sulfonamida, antibiotika (streptomisin, penisilin, kloromisetin),

eter, fenol dan gliserin. Virus dapat dimusnahkan dengan cara pengeringan

atau dengan pemberian zat oksidator yang kuat seperti peroksida atau

kalium permanganat. Resrvoir alamiah satu-satunya ialah manusia,

walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat.Masa inkubasi

biasanya anatara 7-10 hari, tetapi kadang-kadang terdapat kasus dengan

inkubasi antara 3-35 hari(Ngastiyah,1997).

Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain

berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan

kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 5

Page 6: Isi Makalah Polio

mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3

hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3

hingga 35 hari.

Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit

peradaban. Polio menular melalui kontak antarmanusia. Polio dapat

menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi

poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri

sedang terjangkit.

Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang

memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Setelah

seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa

minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus. Virus polio adalah

virus yang termasuk dalam famili Picornaviridae dan merupakan penyebab

penyakit poliomielitis. Virus ini memiliki diameter ~30 nm, tahan pada

keadaan asam (pH 3 atau lebih rendah), dan berbentuk ekosahedral. Virion

(partikel penyusun) virus polio terdiri dari empat protein kapsid yang

berbeda, disebut VP1, VP2, VP3, dan VP4. Genom (materi genetik) dari

virus polio terdiri dari RNA utas tunggal positif (+) yang berukuran 7441

nukleotida.

Virus polio diklasifikasikan menjadi tiga golongan berdasarkan sifat

antigenik dari struktur protein penyusunnya. Virus ini menyebar melalui

kontaminasi tinja pada makanan ataupun pasokan air. Untuk bereplikasi,

genom virus akan masuk ke dalam sel inang melalui endositosis sementara

partikel virus lainnya dibuang. Reseptor untuk pengikatan virus ini terletak

pada epitelium usus manusia. Apabila virus ini telah berhasil menginfeksi

usus maka dapat terjadi kerusakan jaringan dan mengakibatkan diare.

2.1.3 Patofisiologi

Poliovirus merupakan RNA virus yang di transmisikan melalui

infeksi droplet dari oral -faring (mulut dan tenggorokan) atau feses

penderita yang terinfeksi. Penularan terutama terjadi langsung dari manusia

ke manusia melalui fekal-oral (dari feses ke mulut) atau yang agak jarang

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 6

Page 7: Isi Makalah Polio

melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Melalui rute oral-fekal, yaitu dari

konsumsi dari air yang terkontaminasi feses (kotoran manusia). Sementara

itu, oral-oral adalah penyebaran dari air liur penderita yang masuk ke mulut

manusia sehat lainnya.

Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka

terhadap formaldehide dan larutan chlor. Suhu tinggi cepat mematikan

virus, tetapi pada keadaan beku dapat bertahan bertahun-tahun. Terdapat

tiga jenis (tipe 1 Brunhilde, tipe 2 Lansing, tipe 3 Leon) yang dapat

menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi dapat terjadi oleh satu atau

lebih dari tipe virus tersebut, namun epidemic yang luas dan ganas biasanya

disebabkan oleh virus polio tipe 1. Masa inkubasi membutuhkan waktu 5 –

35 hari.

Apabila virus polio masuk kedalam tubuh melalui jalur makan

(mulut) dan hidung, berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran

pencernaan, diserap dan disebarkan melalui system pembuluh getah bening

nasofaring atau usus, dan kemudian menyebar melalui darah ke seluruh

tubuh. Setelah virus masuk kedalam jaringan tubuh, virus akan

mengeluarkan neurotropik yang akan merusak akhiran saraf pada otot, yang

menyebabkan kelumpuhan dari organ gerak bahkan sampai otot mata.

Bila tertelan virus yang virulen, kira-kira 7-10 hari setelah tertelan

virus, kemudian terjadi penyebaran termasuk ke susunan syaraf pusat.

Penyakit yang ringan (minor illness) terjadi pada saat viremia, yaitu kira-

kira hari ketujuh, sedangkan major illness ditemukan bila konsentrasi virus

disusunan syaraf pusat mencapai puncaknya yaitu pada hari ke 12 – 14.

Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah:

1. Medula spinalis terutama kornu anterior.

2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial

serta formasio retikularis yang mengandung pusat vital.

3. Sereblum terutama inti-inti virmis.

4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan

kadang-kadang nucleus rubra.

5. Talamus dan hipotalamus.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 7

Page 8: Isi Makalah Polio

6. Palidum.

7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.

Ketahanan virus di tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan

suhu dan mikroba lainnya. Virus itu dapat bertahan lama pada air limbah

dan air permukaan, bahkan hingga berkilo-kilometer dari sumber penularan.

Meski penularan terutama akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio

dari penderita yang infeksius, virus itu hidup di lingkungan terbatas.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Penyakit polio terbagi 3 jenis sebagai berikut (Suharjo, 2010):

1. Polio non-paralisis yang menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu,

kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. Hal

ini berlangsung2-10 hari dan akan sembuh sempurna.

2. Polio paralisis spinal , yang menyerang saraf tulang belakang dan

menghancurkan sel pengontrol pergerakan tubuh. Kelumpuhan paling

sering ditemukan pada kaki. Namun, pada penderita yang tidak memliki

kekebalan atau belum di vaksinasi virus ini biasanya akan menyerang

seluruh bagian saraf tulanng belakang dan batanng otak yang

mengakibatkan kelumpuhan seluruh anggota gerak badan. Kelumpuhan

pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas-kondisi ini disebut accute

flaccid paralysis (AFP). Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris (salah

satu sisi) sehingga menimbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh)

yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan

itu berjaan bertahap dan memakan dua hari hingga dua bulan. Sekitar

50%-70% fungsi otot pulih dalam waktu 609 bulan. Kemudian setelah

dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi perbaikan kekuatan otott.

Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami

gejala tambahan di masa depan seperti layu otot, gejala ini disebut

sindrom post-polio. Bagi penderita dengan tanda klinik paralitik 30%

akan sembuh 30% menunjukkan kelumpuhan ringan, 30% menunjukkan

kelumpuhan berat dan 10% menimbulkan kematian.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 8

Page 9: Isi Makalah Polio

3. Polio bulbar , yang disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami

sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandunng sel

pengatur pernapasan dan saraf yang mengirim sinyal ke berbagai otot

yang mengontrol pergerakan bola mata, muka, pendengaran, proses

menelan dan berbagai fungsi dikerongkongan, pergerakan lidah dan rasa,

saraf yang mengirim sinyal ke jatung, usus, paru-paru dan saraf

tambahan pengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio

bulbar dapat menyebabkan kematian.

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

Seperti infeksi virus pada umumnya, pada fase awal penyakit infeksi

virus polio sulit didiagnosis jika hanya dari melihat gejala klinisnya saja.

Selain itu, infeksi virus polio sendiri pada fase awal juga dapat tanpa disertai

gejala klinis apapun atau bersifat asimptom. Oleh karena itu, untuk

membantu diagnose penyakit polio dapat dilakukan beberapa pemeriksaan

diagnostik, diantaranya:

1. Viral Isolation

Virus polio ini paling mudah diisolasi di faring atau pada feses

penderita. Di daerah yang sedang mengalami atau baru saja terjadi

endemi polio, jika ada laporan kasus lumpuh layuh (paralisis flaksid)

akut, maka dua spesimen feses harus dikumpulkan dalam waktu 14

hari sejak awal terjadi paralisis, dan harus dilakukan isolasi virus. Itu

artinya, pada kasus-kasus yang pertama muncul, infeksi virus polio ini

sering tidak terdiagnosis dengan baik, terlambat, sehingga terjadi

kematian atau sembuh dengan gejala sisa.

Pengisolasian virus yang diambil dari cairan cerebrospinal adalah

tindakan diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat.Jika

poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut,

maka orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji

oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah

virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 9

Page 10: Isi Makalah Polio

2. Uji Serology atau diagnostic moleculer (dengan PCR)

Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari

penderita.Jika pada darah ditemukan zat antibody polio maka

diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar.Akan tetapi

zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat

pasien tersebut sakit.

3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)

Pemeriksaan polio dengan CSF ini menunjukkan hasil bahwa di

dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan jumlah

sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel

limfositnya.Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul,

2004 ). Sementara itu, pada kasus yang disertai invasi pada sistem

syaraf pusat, pemeriksaan cairan serebrospinal ini dapat membantu

diagnosis.

Selain ketiga pemeriksaan diagnostic di atas, perlu dilakukan juga

diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain. Hal ini dikarenakan

gejala yang timbul pada polio hampir mirip dengan beberapa penyakit yang

ada. Adapun diagnose banding dari penyakit ini adalah infeksi virus non-

polio (enterovirus 71, coxsackievirus A7, Japanese encephalitis virus, West

nile virus, tick borne encephalitis virus, virus rabies, dll), infeksi Borrelia,

Mikoplasma, Difteri, Botulismus, tetanus, neuropati (polineuropati

inflamasi akut, neuropati aksonal motor akut, keracunan logam berat),

gangguan syaraf tulang belakang (mielitis transversal akut, kompresi syaraf

tulang belakang akut, trauma, infark), miastenia gravis, dan gangguan otot

(miositis).

2.1.6 Penatalaksanaan

2.1.6.1. Upaya Pencegahan

Cara pencegahan yang utama adalah dengan memberikan

imunisasii polio, meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan

keluarga, serta kebersihan alat dan bahan makanan serta minuman.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 10

Page 11: Isi Makalah Polio

Ada beberapa langkah upaya pencegahan penyakit polio ini, di

antaranya:

1. Eradikasi Polio

Dalam World Health Assembly tahun 1988 yang diikuti oleh

sebagian besar negara di seluruh penjuru dunia dibuat

kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (ERAPO) tahun

2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program ERAPO

yang pertama dilakukan adalah dengan melakukan cakupan

imunisasi yang memyeluruh.

2. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)

Selanjutnya, pemerintah mengadakan PIN pada tahun 1995,

1996, dan 1997. Imunsasi polio yang harus diberikan sesuai

dengan rekomendasi WHO yaitu diberikan sejak lahir sebanyak 4

kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang pada saat usia

1,5tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun.

Upaya imunisasi yang berulang ini tentu takkan

menimbulkan dampak negatif. Bahkan merupakan satu-satunya

program yang efisien dan efektif dalam pencegahan penyakit

polio.

3. Survailance Acute Flaccidd Paralysis

Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada

usia di bawah usia 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya

untuk memastikan apakah karena polio atau bukan. Berbagai

kasus yang diduga polio harus benar-benar diperiksa di

laboratorium karena bisa saja kelumpuhan yang terjadi bukan

karena polio.

4. Mopping Up

Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di

bawah 5 tahun di daerah ditemukannya penderita polio tanpa

melihat status imunisasi polio sebelumnya.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 11

Page 12: Isi Makalah Polio

Tampaknya di era globalisasi di mana mobilitas penduduk

antarnegara sangat tinggi dan cepat muncul kesulitan dalam

mengendalikan penyebaran virus ini. Selain pencegahan dengan

vaksinasi polio, tentu harus disertai dengan peningkatan sanitasi

lingkungan dan sanitasi perorangan. Penggunaan jamban keluarga, air

bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, serta memelihara

kebersihan makanan merupakan upaya pencegahan dan mengurangi

resiko penularan virus polio yang kembali mengkhawatirkan.

Menjadi salah satu keprihatinan dunia bahwa kecacatan akibat

polio menetap tak bisa disembuhkan. Penyembuhan yang bisa

dilakukan sedikit sekali alias tidak ada obat untuk menyembuhkan

polio. Namun sebenarnya orangtua tidak perlu panik jika bayi dan

anaknya telah memperoleh vaksinasi polio lengkap.

Kebutuhan rehabilitasi bagi anak polio diarahkan untuk:

1. Menumbuh kembangkan kemampuan agar dapat mengatasi akibat

kelumpuhan

2. Menjaga agar kelainan tidak menjadi parah.

Diantara kebutuhan rehabilitasi bagi anak yang lumpuh karena

polio, adalah :

a. Mengurangi kondisi kontraktur sendi, melenturkan urat yangkaku

maupun memendek, mengatasi otot fleksid, meningkatkan

ruanggerak sendi, melatih fungsi koordinasi dan lain-lain melalui

berbagai bentuk terapi.

b. Pemberian alat bantu khusus sesuai kebutuhan seperti brace

pendek, brace panjang, skoliosisi, flat foot, sepatu koreksi,

splint/bidai.

c. Bimbingan ADL baik dengan ataupun tanpa alat bantu

d. Bimbingan mobilitas, mulaidari posisi tubuh sampai berjalan

e. Bimbingan sosial psikologis untuk menghilangkan dampak

negatif kelainan

f. Pendidikan anak dengan orang tua

g. Bimbingan ekonomi produktif

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 12

Page 13: Isi Makalah Polio

Selain dengan melakukan vaksinasi Polio dan rehabilitasi, cara

lain untuk mencegah penyakit polio adalah dengan selalu melakukan

cuci tangan bila akan melakukan sesuatu pekerjaan seperti makan juga

memperhatikan personal hygiene dan cuci tangan yang baik.

2.1.6.2. Pengobatan

Seorang penderita polio akan sulit diobati.Salah satu

pengobatannya adalah dengan pemberian imunisasi sejak

balita.Penderita polio dapatmenular melalui air liur / feses.Virus polio

dapat tahan dengan alkohol dan lisol,tetapi peka terhadap

fermoldehida dan larutan klorin.Suhu yg tinggi dapat mematikan virus

tersebut.Namun,suhu yg rendah dapat membuat virus ini bertahan

hingga bertahun-tahun.Pemberian imunisasi polio saat balita sangat

membantu pencegahan polio di masa depan.Penyakit polio akan lebih

berbahaya jika menyerang orang dewasa yg belum diimunisasi sama

sekali.Tidak ada pengobatan untuk orang yang terinfeksi hanya

pengobatan suportif.Seperti :

1. Analgesik untuk nyeri

2. Bed rest untuk penyembuhan

3. Diet bernutrisi

4. Minimalkan excersice

5. Kompres hangat pada nyeri otot

6. Perawatan di rumah sakit untuk paralitik

7. Komplikasi polio pada kelemahan lengan dan kaki

2.1.7 Komplikasi

Beberapa pasien pengidap poliomyelitis, selama 10-40 tahun

kemudian akanmenampakkan puncak dari gejala seperti kelemahan otot,

penurunan kemampuan beraktifitassehari-hari, dan/ atrofi otot. Gejala ini

didefinisikan sebagai atrofi otot post-polio yang berlanjut.Manifestasi lain

dari post-polio sindrom termasuk nyeri otot, deformitas tulang, kelelahan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 13

Page 14: Isi Makalah Polio

dan kram. Perkembangan kemunduran otot pada post-polio sindrom

umumnya lambat dan pada beberapa kasus tidak bisa dilihat hanya dalam 1-

2 tahun. (Berlin,2012)

Beberapa komplikasi lain yang mungkin terjadi, diantaranya:

1. Melenacukup berat sehingga memerlukan transfusi mungkin akibat

dari satu atau banyak erosi usus superficial; perforasi usus jarang.

2. Dilatasi lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut

atau konvalesen, menyebabkan ganguan respirasi lebih lanjut;

merupakan indikasi aspirasi lambung segera dan pemakaian kantong

eksternal.

3. Hipertensi ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu

biasa pada stadium akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator

dalam medulla dan terutama akibat kurang ventilasi.

4. Pada stadium lebih lanjut, karena imobilisasi, hipertensi dapat terjadi

bersama hiperkalsemia, nefrokalsinosis, dan lesi vaskuler.

5. Penglihatan kurang terang, nyeri kepala, dan rasa agak pusing yang

bersama dengan hipertensi harus dipandang sebagai peringatan

konvulsi yang nyata.

6. Ketidakteraturan jantung tidak biasa, tetapi kelainan

elektrokardiografi yang memberi kesan miokarditis sering.

7. Kadang – kadang terjadi edema paru akut, terutama pada penderita

dengan hipertensi arterial. Emboli paru tidak biasa meskipun ada

immobilisasi.

8. Abnormalitas Neurologis

Saraf yang terjepit mungkin terjadi pada pasien pengidap polio dan

menyebabkan eksaserbasi atropi otot dan kelemahan.

9. Dekalsifikasi skelet mulai segera sesudah immobilisasi dan

menyebabkan hiperkalsiuria, yang selanjutnya memberi

kecenderungan terhadap kalkuli, terutama bila ada stasis urin dan

infeksi. Masukan cairan yang banyak merupakan satu-satunya cara

profilaksis yang efektif. Penderita harus dimobilisasi sebanyak dan

seawall mungkin.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 14

Page 15: Isi Makalah Polio

2.1.8 Prognosis

Prognosis Poliomyelitis tergantung pada jenis polio (sub-klinis, non

paralitik arau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena. Jika tidak

menyerang oak dan korda spinalis, kemungkinan akan terjadi pemulihan

total. Jika menyerang otal atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan

gawat darurat yang mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian

(biasanya akibat gangguan pernafasan). (Behrman et al, 1999)

Pada bentuk paralitik bergantung pada bagian mana yang

terkena.Bentuk spinal dengan paralisis pernafasan dapat ditolong dengan

bantuan pernafasan mekanik.Tipe bulber prognosis buruk, kematian

biasanya karena kegagalan fungsi pusat pernafasan atau infeksi sekunder

pada jalan nafas. Otot – otot yang lumpuh dan tidak pulih kembali

menunjukan paralisis tipe flasid dengan atonia , arefleksi dan degenerasi.

Komplikasi residural tersebut ialah kontraktur terutama sendi,

subluksasi bila otot yang terkena sekitar sendi, perubahan trofik oleh

sirkulasi yang kurang sempurna hingga mudah terjadi ulserasi.Pada keadaan

ini diberikan pengobatan secara ortopedik. (Widoyono, 2008)

Masalah prognosis yang paling utama adalah seberapa rusaknya sel

induk besar bagian anterior di spinal cord.Otot-otot terserang polio yang

telah menunjukkan awal dan kembalinya kekuatan yang berkembang

dengan pesat mungkin dapat sembuh total. Hal itu dapat terjadi,namun

pasien yang hanya memiliki sedikit kekuatan otot pada akhir periode ini

mungkin tidak akan pernah membuat pemulihan lengkap. Otot yang lumpuh

pada akhir periode ini mungkin akan selalu tetap demikian. Dengan kata

lain, pada akhir periode ini, sel-sel motorik tulang belakang telah atau belum

pulih aktivitas fisiologis mereka dan tidak ada perubahan di dalamnya yang

dapat diharapkan lebih lanjut. (Shell,2009)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 15

Page 16: Isi Makalah Polio

Poliovirus (PV):tipe 1 Brunhilde, tipe 2 Lansing,

tipe 3 Leon

Penularan oral oral Penularan fekal oral

Konsumsi makanan atau minuman yang

terkontaminasi feses penderita

Percikan air ludah penderita masuk ke dalam

mulut

Berkembang biak di dalam tenggorokan

dan saluran pencernaan

Diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh

getah bening nasofaring atau usus

Masuk kedalam jaringan tubuh

Infeksi mengeluarkan neurotropik yang akan merusak saraf paralisis

Menyebar melalui darah ke seluruh

tubuh

POLIO(Poliomyelitis)

Daerah yang biasanya terkena:Medula spinalis terutama kornu anterior

Batang otak nucleus vestibularis& inti saraf kranialSereblum terutama inti vermis

Midbrain terutama masa kelabu substansia nigraTalamus dan hipotalamus

Korteks serebri daerah motorik

MK: Nyeri akut

Kurang pengetahuan tentang proses & kondisi penyakit

MK: Ansietas

2.1.9 Web of Caution

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 16

Page 17: Isi Makalah Polio

Polio paralisis spinal

Polio non-paralisis

Polio bulbar

Mual, muntah

Lesu, kram otot leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh

Menyerang saraf tulang belakang dan menghancurkan sel pengontrol pergerakan tubuhKelumpuhan bersifat asimetris (salah satu sisi) deformitas

Kelumpuhan (paralisis) sering pada kaki

Tungkai menjadi lemasaccute flaccid paralysis (AFP)

Infeksi pada hipotalamus

Suhu tubuh

Infeksi pada kornu anterior dan talamus

Tidak ada kekebalan alami batang otak ikut terserang

Gangguan saraf pada proses menelan dan berbagai fungsi dikerongkongan, pergerakan lidah dan rasa

Paralisis otot sistem pernapasanMK: Resiko ketidakefektifan pola napas

MK: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

MK: Hipertermi

MK: Gangguan mobilitas fisik

2.2 IMUNISASI POLIO

2.2.1 Definisi

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan

kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit

(DepKes, 2000).

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 17

Page 18: Isi Makalah Polio

Istilah Imunisasi atau kekebalan biasanya dihubungkan dengan

perlindungan terhadap suatu penyakit tertentu. Pentingnya imunisasi

didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya

terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak. Imunisasi merupakan usaha

memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke

dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap

penyakit tertentu (A. Aziz Alimul, 2008).

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan

kelumpuhan pada anak, dan kandungan vaksin ini adalah virus yang

dilemahkan (A. Aziz alimul, 2008).

Gejala awal pada poliomyelitis tidak jelas, dapat timbul gejala

demam ringan dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kemudian timbul

gejala paralisis yang bersifat flaksid yang mengenai sekelompok serabut

otot sehingga timbul kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota

badan, saluran napas, dan otot menelan. Penularan penyakit ini adalah

melalui droplet atau fekal. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi

menggunakan vaksin polio, bahkan dapat eradikasi dengan cakupan polio

100% (Yupi Supartini, 2002).

Imunisasi polio adalah tindakan imunisasi dengan memberikan

vaksin polio (dalam bentuk oral) atau dikenal dengan sebutan oral polio

vaccine (OPV) yang bertujuan untuk memberi kekebalan dari penyakit

poliomelitis, dapat diberikan empat kali dengan interval 4-6 minggu (A.

Aziz Alimul Hidayat, 2007).

2.2.2 Waktu Pemberian

Saat ini ada dua jenis vaksin polio, yaitu OPV (oral polio vaccine)

dan IPV (Inactivated polio vaccine). OPV diberikan 2 tetes melalui mulut,

sedangkan IPV diberikan melalui suntikan (dalam kemasan sendiri atau

kombinasi DpaT) (Cahyono, 2010).

Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir (0 bulan) kemudian

dilanjutkan dengan imunisasi dasar. Imunisasi dasar diberikan pada umur 2,

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 18

Page 19: Isi Makalah Polio

4, dan 6 bulan. Pada Pekan Imunisasi Nasional semua balita harus mendapat

imunisasi tanpa memandang status imunisasi kecuali pada penyakit dengan

daya tahan tubuh menurun (imunokompromais). Bila pemberiannya

terlambat tidak dianjurkan mengulang pemberiannya dari awal tetapi

melanjutkan dan melengkapi imunisasi sesuai dengan jadwal. Pemberian

imunisasi polio pada remaja dan dewasa yang belum pernah imunisasi dan

pekerjaan kontak penderita polio atau anak yang diberi OVP. Bagi ibu yang

anaknya diberikan OPV, diberikan 2 tetes dengan jadwal seperti imunisasi

dasar.

Imunisasi polio ulangan (penguat) diberikan saat masuk sekolah (5-6

tahun) dan dosis berikutnya diberikan saat usia 15-19 tahun (Suharjo, 2010).

2.2.3 Cara Pemberian

Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir kemudian

dilanjutkan dengan imunisasi dasar. Untuk imunisasi dasar diberikan pada

umur 2,4, dan 6 bulan. Bila pemberiannya terlambat maka vaksin tidak

boleh diberikan dari awal lagi tetapi dilanjutkan dan lengkapi imunisasi

sesuai dengan jadwal. Pemberian imunisasi polio pada remaja dan dewasa

yang belum pernah imunisasi dan pekerjaan kontak dengan penderita polio

atau anak yang diberi OPV. Bagi ibu yang anaknya diberikan OPV,

diberikan 2 tetes dengan jadwal seperti imunisasi dasar. Pemberian air susu

ibu tidak berpengaruh dengan respon pembentuk daya tahan tubuh terhadap

polio, jadi saat pemberian vaksin anak masih dapat meminum ASI (Suharjo

dkk, 2010: 79).

Imunisasi polio ulang atau penguat diberikan saat masuk sekolah (5-

6 tahun) dan dosis berikunya diberikan saat usia 15-19 tahun. Sejak 2007,

semua calon jemaah haji dan umroh dibawah 15 tahun harus mendapatkan 2

tetes OPV (Suharjo dkk, 2010: 79).

A. Dosis dan jadwal:

OPV : 2 tetes kemulut

IPV : 0,5 ml denga suntikan di lengan

Imunisasi dasar pada usia 2,4,6 bulan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 19

Page 20: Isi Makalah Polio

Untuk Remaja dan dewasa diberikan 3 dosis dengan jarak 4-8 minggu.

B. Alat dan bahan

1. Vaksin polio dalam tremos es/flakon berisi vaksin polio

2. Pipet plastik

C. Prosedur

1. Cuci tangan

2. Jelaskan kepada orang tua prosedur yan akan dilaksanakan

3. Ambil vaksin polio dalam termos es

4. Atur posisi bayi dalam posisi terlentang di atas pangkuan ibunya

dan pegang dengan erat

5. Teteskan vaksin ke mulut sesuai jumlah dosis yang diprogramkan

atau yang dianjurkan, yakni 2 tetes.

6. Cuci tangan

7. Catat reaksi yang terjadi.

2.2.4 Efek Sampinng

Poliomielitis pernah dilaporkan sebagai dampak setelah diberikan

vaksin polio. Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan

gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot. Selain itu OPV tidak diberikan

pada bayi uyang masih di rumah sakit karena OPV berii virus polio yang

dilemahkan dan vaksin jenis ini bisa disekresikan (dibuang) melalui tinja

selama 6 minggu, sehingga bisa membahayakan bayi lain. Untuk bai yang

dirawat di rumah sakit disarankan pemberian IPV (Suharjo dkk,2010:79).

2.2.5 Indikasi

Adapun indikasi dari pemberian imunisasi polio (dr. J.B. Suharjo,

2010):

1. Imunisasi rutin

2. Remaja dan dewasa yang belum pernah imunisasi polio

3. Orang tua yang anaknya di imunisasi polio

Untuk imunisasi terhadap polio, vaksin inaktif diindikasikan jika

orang yang akan divaksin atau salah satu orang serumah mengalami

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 20

Page 21: Isi Makalah Polio

imunodefisiensi; pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya belum

divaksinasi, maka orang tersebut sebaiknya mendapat vaksin karena anak

tersebut beresiko lebih besar mengalami risiko paralisis akibat vaksin

(William Schwartz, 2005).

2.2.6 Kontraindikasi

Terdapat dua jenis vaksin polio yaitu OPV (Oral polio vaccine) dan

IPV (Inactivated polio vaccine). Kontraindikasi pada pemberian OPV dan

IPV yaitu (Suharjo dkk, 2010:80):

a. Demam

b. Muntah

c. Diare

d. Pengguna obat imunosupresif

e. Keganasan

f. HIV

g. Alergi

Menurut Schwartz (2004) pemberian OPV tidak dapat diberikan

pada pasien dengan imunodefisiensi, termasuk pada psien yang menerima

terapi imunosupresan atau pasien yang memiliki anggota keluarga penderita

imunodefisiensi. Pada saat keadaan ini harus diberikan IPV

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 21

Page 22: Isi Makalah Polio

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1..1 Anamnesis

1. Identitas Klien

2. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan utama

Demam, muntah, sakit perut, lesu, kram otot pada leher dan

punggung, otot terasa lembek jika disentuh

b. Riwayat kesehatan saat ini

Paralisis ekstremitas bawah atau paralisis seluruh tubuh.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat pengobatan, riwayat imunisasi, apakah klien pernah

terpajan zat zat kimia tertentu, penyakit yang pernah diderita

d. Riwayat Keluarga

Keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama

3. Riwayat Psikososial dan Spiritual

Cemas, perubahan  tingkah laku atau kepribadian, mudah

tersinggung, bingung.

4. Riwayat Perkembangan

Keterbatasan dalam hobi dan dan latihan,

3.1..2 Pemeriksaan Fisik

1. B1 (Pernafasan)

Kesulitan bernafas, irama napas meningkat, dispnea, potensial

obstruksi.

2. B2 (Kardiovaskuler)

Perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi

jantung.

3. B3 (Persarafan)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 22

Page 23: Isi Makalah Polio

Nyeri kepala, Paralisis, Refleks tendon berkurang, Kaku kuduk,

Brudzinky, perubahan status mental,

4. B4 (Perkemihan)

Inkontinensia kandung kemih.

5. B5 (Pencernaan)

Sembelit, Berat badan menurun, Mual dan muntah, Kesulitan

menelan

6. B6 (Muskuloskeletal)

7. Kelemahan, Kelelahan, Kelumpuhan, kaku, hilang keseimbangan.

Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi,

ataksia, masalah dalam keseimbangan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 23

Page 24: Isi Makalah Polio

3.2 Analisa Data

No.

Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DO: Suhu tubuh 380C

DS: Klien mengatakan suhu tubuhnya meningkat, demam, berkeringat

Virus masuk kedalam tubuh

Infeksi

Inflamasi

Suhu tubuh meningkat

Hipertermi

2. DO: BB sekarang 15 kg, idealnya 20 kg, wajah pucat, tampak lemas,muntah, porsi makan tidak habis

DS: Pasien merasa mual, tidak nafsu makan

Virus masuk kedalam tubuh

Virus menyerang batang otak

Gangguan saraf pada proses menelan

Intake nutrisi berkurang

Perubahan Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh

3. DO: P: Nyeri timbul akibat adanya infeksi pada sistem sarafQ: Nyeri seperti rasa terbakar dan tertusuk-tusukR: Nyeri otot pada daerah tungkai kaki dan daerah kepala.S: Skala Nyeri 7 (dari angka 1-10)T: Nyeri terasa saat berjalan

DS: Pasien mengeluh nyeri

Virus masuk kedalam tubuh

Infeksi

Gaangguan saraf

Paralisis

Nyeri Akut

4. DO: Lemah, Sulit berjalan

DS: Pasien merasa tidak kuat untuk bergerak dan melakukan aktifitas

Virus masuk kedalam tubuh

Infeksi

Gaangguan saraf

Gangguan Mobilitas Fisik

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 24

Page 25: Isi Makalah Polio

Paralisis (kram otot)

5. DO: Gelisah, tidak tenang

DS: Pasien merasa cemas dengan kondisi yang dialaminya dan pasien mengatakan sulit tidur

Polio

Kurang pengetahuan tentang proses & kondisi penyakit

Ansietas

6. DO: Sesak napas, RR 40x/menit, bernapas menggunakan otot bantu pernapasan

DS: Pasien merasa kesulitan untuk bernapas

Virus masuk kedalam tubuh

Infeksi

Gaangguan saraf

Paralisis (otot pernapasan)

Risiko Ketidakefektifan

Pola Napas

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi b.d proses infeksi dan inflamasi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang

tidak adekuat

3. Nyeri akut b.d proses infeksi dan inflamasi

4. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan, paralisis

5. Ansietas b.d kurangnya informasi dan prognosis penyakit

6. Resiko ketidakefektifan pola nafas b.d kelemahan pada otot pernafasan

3.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi b.d proses infeksi dan inflamasi.

Hipertermi b.d proses infeksi dan inflamasi.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam nilai suhu, denyut nadi,

frekuensi pernafasan, dan tekanan darah dalam rentang

normal.

Kriteria hasil: pasien akan menunjukan termoregulasi

Intervensi Rasional

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 25

Page 26: Isi Makalah Polio

Pantau tanda-tanda vital Mengetahui perubahan dan

perkembangan fisik

pasien

Lepaskan pakaian yang

berlebihan dan tutupi

pasien dengan selimut

saja

Mengurangi suhu

panas/pengap

Gunakan waslap dingin di

aksila, kening, tengkuk,

dan lipat dada.

Mengurangi suhu pasien

Anjurkan kepada orang tua

pasien agar memberi

asupan cairan oral,

sedikitnya

2000ml/sehari.

Mengganti cairan yang

menguap saat demam

dan cairan yang keluar

melalui keringat agar

mencegah dehidrasi

Beri tahu orang tua pasien

agar anak tidak

dimandikan dengan air

biasa

Bisa menyebabkan pasien

menggigil

Jelaskan pada orang tua

bahwa demam adalah

tindakan perlindungan

dan tidak

berbahayakecuali

demam >41 derajat C

Agar orang tua pasien tidak

cemas

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang

tidak adekuat

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi

yang tidak adekuat

Tujuan: setelah 2x24 jam pasien memperlihatkan status gizi

baik asupan cairan maupun makanan baik

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 26

Page 27: Isi Makalah Polio

Kriteria hasil: Mendemonstrasikan berat badan stabil atau

penambahan berat badan progresif ke arah tujuan dengan

normalisasi nilai laboraturium dan bebas dari tanda

malnutrisi.

Intervensi Rasional

Kaji status nutrisi secara

kontinu, selama perawatan

setiap hari, perhatikan tingkat

energi: kondisi kulit, kuku,

rambut, rongga mulut,

keinginan untuk makan/

anoreksia

Memberikan kesempatan untuk

mengobservasi penyimpangan

dari normal/ dasar pasien dan

mempengaruhi pilihan

intervensi

Timbang berat badan setiap

hari dan bandingkan dengan

berat badan saat penerimaan.

Membuat data dasar, membantu

dalam memantau keefektifan

aturan teraupetik, dan

menyadarkan perawat terhadap

ketidaktepatan cara.

Dokumentasikan, masukan oral

selama 24 jam, riwayat

makanan, dan jumlah kalori

yang tepat

Mengidentifikasikan

ketidakseimbangan antara

perkiraan kebutuhan nutrisi dan

masukan aktual

Beri suasana makan yang

nyaman

Untuk mengurangi gangguan

nafsu makan

Kaji fungsi GI dan toleransi

pada pemberian makanan

enteral: catat bising usus,

keluhan mual/ muntah,

ketidaknyamanan abdomen:

adanya diare/ konstipasi;

terjadinya kelemahan, sakit

kepala diaforesis, takikardi,

kram abdomen

Saluran GI berisiko tinggi pada

disfungsi dini dan atrofi dari

penyakit dan malnutrisi

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 27

Page 28: Isi Makalah Polio

Berikan porsi makan sedikit

tetapi dengan frekuensi sering

Bila dijumlah maka masukan

kalori per hari akan sama

dengan porsi dan frekuensi biasa

Kolaborasi rujuk pada tim

nutrisi/ ahli gizi

Membantu dalam identifikasi

defisit nutrien dan kebutuhan

terhadap intervensi nutrisi

parenteral/ enteral

3. Nyeri akut b.d proses infeksi dan inflamasi

Nyeri akut b.d proses infeksi dan inflamasi

Tujuan: memperlihatkan pengendalian nyeri

Kriteria hasil:

Intervensi Rasional

Mengkaji nilai nyeri dengan

skala Oucher lima wajah dari

sangat senang (1) sampai

menangis (5)

Mengetahui tingkat nyeri

Minta anak untuk menunjukkan

area yang sakit

Mengetahui lokasi nyeri

Ajarkan metode distraksi pada

pasien dewasa

Mengalihakn perhatian agar

tidak mengingat nyeri

Kolaborasi pemberian analgesik Mengurangi rasa nyeri

4. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan, paralisis

Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan, paralisis

Tujuan: Memperlihatkan mobilitas yang baik

Intervensi Rasional

Fasilitasi penggunaan postur

dan pergerakan dalam aktivitas

sehari-hari

Mencegah keletihan dan

ketegangan atau cedera

muskuloskeletal

Health Education pada orang Mempertahankan atau

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 28

Page 29: Isi Makalah Polio

tua agar membimbing pasien

untuk Latihan Rentang Gerak

Aktif pada Anggota Gerak

yang sehat minimal empat kali

sehari

meningkatkan kekuatan otot

Ambulasi dengan cara

meningkatkan dan membantu

dalam berjalan

Mmempertahankan atau

mengembalikan fungsi tubuh

autonom dan volunter selama

pengobtan dan pemulihan dari

kondisi sakit

Mobilitas sendi menggunakan

gerakan tubuh aktif dan pasif

Mempertahankan atau

mengembalikan fleksibilitas

sendi

Pengaturan posisi secara hati-

hati

Meningkatkan kesejahteraan

fisiologis dan psikologis

Bantu perawatan diri untuk

berpindah posisi untuk pasien

Mengubah posisi tubuh

5. Ansietas b.d kurangnya informasi dan prognosis penyakit

Ansietas b.d kurangnya informasi dan prognosis penyakit

Tujuan: ansietas berkurang, menunjukan pengendalian diri

terhadap ansietas

Intervensi Rasional

Kaji tingkat ansietas Mengetahui tingkat ansietas

Beri kenyamanan dan

ketentraman hati

Memberi rasa nyaman dan

mengurangi ansietas

Singkirkan stimulassi yang

berlebihan, batasi kontak

dengan orang lain (keluarga

atau klien ) yang juga

mengalami cemas

Mengurangi pemicu

penyebab ansietas

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 29

Page 30: Isi Makalah Polio

Memberikan dukungan

emosi

Memberikan penenangan,

penerimaan, bantuan dan

dukungan selama massa

stres

Memberikan informasi

secara tepat supaya dapat

diterima pasien dengan baik

Agar pasien memahami

sehingga tidak ansietas dan

bukan sebaliknya

Yakinkan kembali pasien

melalui sentuhan, dan sikap

empatik secara verbal dan

nonverbal secara bergantian

Membuat pasien meraa

nyaman, merasa dihargai

dan mengurangi ansietas

6. Resiko ketidakefektifan pola nafas b.d kelemahan pada otot pernafasan

Resiko ke tidakefektifan pola nafas b.d kelemahan pada otot

pernafasan

Tujuan:

Intervensi Rasional

Informasikan kepada klien

dan keluarga tentang teknik

nafas dalam

Memperbaiki pola

pernapasan

Informasikan pada keluarga

bahwa tidak boleh merokok

di dalam ruangan

Agar tidak ada asap rokok

yang memicu gangguan pola

napas

Observasi dan

dokumentasikan ekspansi

dada bilateral pada pasien

yang terpasang ventilator

Mengecek adakah tanda

ketidakefektifan pola napas

Mengintruksikan kepada

keluarga bahwa mereka

harus memberitahu

perawat pada saat

Agar perawat lebih cepat

menangani apabila terjadi

gangguan pola napas tiba-

tiba

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 30

Page 31: Isi Makalah Polio

terjadi ketidakefektifan

pola napas

Bila anak cenderung

bronkospasme

kolaborasi pemberian

obat-obatan

Mengurangi bronkospasme

BAB 4

KASUS

An.A (laki-laki, 4 tahun) datang ke Puskesmas bersama ibunya. Ibu An.A

mengatakan anaknya demam, berat badan menurun dan tampak lemas sejak

seminggu yang lalu. An.A juga mengeluh sakit perut, mual, dan sulit menelan

makanan. Ibu An.A merasa cemas setelah anaknya didiagnosa terkena polio

karena beliau kurang mengerti tentang penyakit tersebut. (suhu = 38°C; BB = 12

kg; TB = 90 cm)

4.1 Pengkajian

4.1.1 Anamnesis

1. Identitas Klien

Nama : An.A

Umur : 4 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

2. Riwayat Keperawatan

a. Keluhan utama

lemas, otot terasa lembek jika disentuh

b. Riwayat kesehatan saat ini

Paralisis ekstremitas bawah atau paralisis seluruh tubuh.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat pengobatan, riwayat imunisasi

d. Riwayat Keluarga

Keluarga ada yang pernah menderita penyakit yang sama

3. Riwayat Psikososial dan Spiritual

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 31

Page 32: Isi Makalah Polio

Cemas, perubahan  tingkah laku, bingung.

4. Riwayat Perkembangan

Keterbatasan dalam hobi dan latihan

4.1.2 Pemeriksaan Fisik

B1 (Pernafasan) : -

B2 (Kardiovaskuler) : Perubahan pada tekanan darah atau normal

B3 (Persarafan) : -

B4 (Perkemihan) :

B5 (Pencernaan) : Berat badan menurun, Mual dan muntah,

Kesulitan menelan

B6 (Muskuloskeletal) : Kelemahan, Kelelahan, kaku.

4.2 Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DO:Suhu tubuh 380C Virus masuk kedalam tubuh Hipertermi

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 32

Page 33: Isi Makalah Polio

DS:Klien mengatakan anaknya demam, berkeringat

Infeksi

Inflamasi

Suhu tubuh meningkat2. DO:BB sekarang 12

kg, tampak lemas,muntah, porsi makan tidak habis

DS:Pasien merasa mual, sulit menelan, tidak nafsu makan

Virus masuk kedalam tubuh

Virus menyerang batang otak

Gangguan saraf pada proses menelan

Intake nutrisi berkurang

Perubahan Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh

3. DO: Lemah, Sulit berjalan

DS: Pasien merasa tidak kuat untuk bergerak dan melakukan aktivitas

Virus masuk kedalam tubuh

Infeksi

Gaangguan saraf

Paralisis (kram otot)

Gangguan Mobilitas Fisik

4. DO: Gelisah, tidak tenang

DS: klien merasa cemas dengan kondisi yang dialami anaknya

Polio

Kurang pengetahuan tentang proses & kondisi

penyakit

Ansietas

Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DO:Suhu tubuh 380C

DS:Klien mengatakan anaknya demam, berkeringat

Virus masuk kedalam tubuh

Infeksi

Inflamasi

Suhu tubuh meningkat

Hipertermi

2. DO:BB sekarang 12 kg, tampak lemas,muntah, porsi makan tidak habis

DS:Pasien merasa mual, sulit

Virus masuk kedalam tubuh

Virus menyerang batang otak

Gangguan saraf pada proses menelan

Perubahan Nutrisi Kurang dari

Kebutuhan Tubuh

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 33

Page 34: Isi Makalah Polio

menelan, tidak nafsu makan

Intake nutrisi berkurang

3. DO: Lemah, Sulit berjalan

DS: Pasien merasa tidak kuat untuk bergerak dan melakukan aktivitas

Virus masuk kedalam tubuh

Infeksi

Gaangguan saraf

Paralisis (kram otot)

Gangguan Mobilitas Fisik

4. DO: Gelisah, tidak tenang

DS: klien merasa cemas dengan kondisi yang dialami anaknya

Polio

Kurang pengetahuan tentang proses & kondisi

penyakit

Ansietas

4.3 Diagnosa Keperawatan:

1. Hipertermi b.d. proses infeksi dan inflamasi

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 34

Page 35: Isi Makalah Polio

2. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d. intake nutrisi yang

tidak adekuat.

3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d. kelemahan, paralisis

4. Ansietas b.d. kurangnya informasi dan prognosis penyakit

4.4 Intervensi Keperawatan

1. Hipertermi b.d proses infeksi dan inflamasi.

Hipertermi b.d proses infeksi dan inflamasi.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam nilai suhu, denyut nadi, frekuensi

pernafasan, dan tekanan darah dalam rentang normal.

Kriteria hasil: pasien akan menunjukan termoregulasi

Intervensi Rasional

Pantau tanda-tanda vital Mengetahui perubahan dan

perkembangan fisik pasien

Lepaskan pakaian yang berlebihan dan

tutupi pasien dengan selimut saja

Mengurangi suhu panas/pengap

Gunakan waslap dingin di aksila,

kening, tengkuk, dan lipat dada.

Mengurangi suhu pasien

Anjurkan kepada orang tua pasien agar

memberi asupan cairan oral,

sedikitnya 2000ml/sehari.

Mengganti cairan yang menguap

saat demam dan cairan yang keluar

melalui keringat agar mencegah

dehidrasi

Beri tahu orang tua pasien agar anak

tidak dimandikan dengan air biasa

Bisa menyebabkan pasien

menggigil

Jelaskan pada orang tua bahwa demam

adalah tindakan perlindungan dan

tidak berbahayakecuali demam >41

derajat C

Agar orang tua pasien tidak cemas

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang

tidak adekuat

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 35

Page 36: Isi Makalah Polio

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak

adekuat

Tujuan: setelah 2x24 jam pasien memperlihatkan status gizi baik asupan

cairan maupun makanan baik

Kriteria hasil: Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan berat

badan progresif ke arah tujuan dengan normalisasi nilai laboraturium dan

bebas dari tanda malnutrisi.

Intervensi Rasional

Kaji status nutrisi secara kontinu,

selama perawatan setiap hari,

perhatikan tingkat energi: kondisi

kulit, kuku, rambut, rongga mulut,

keinginan untuk makan/ anoreksia

Memberikan kesempatan untuk

mengobservasi penyimpangan dari

normal/ dasar pasien dan

mempengaruhi pilihan intervensi

Timbang berat badan setiap hari dan

bandingkan dengan berat badan saat

penerimaan.

Membuat data dasar, membantu

dalam memantau keefektifan

aturan teraupetik, dan

menyadarkan perawat terhadap

ketidaktepatan cara.

Dokumentasikan, masukan oral

selama 24 jam, riwayat makanan, dan

jumlah kalori yang tepat

Mengidentifikasikan

ketidakseimbangan antara

perkiraan kebutuhan nutrisi dan

masukan aktual

Beri suasana makan yang nyaman Untuk mengurangi gangguan nafsu

makan

Kaji fungsi GI dan toleransi pada

pemberian makanan enteral: catat

bising usus, keluhan mual/ muntah,

ketidaknyamanan abdomen: adanya

diare/ konstipasi; terjadinya

kelemahan, sakit kepala diaforesis,

takikardi, kram abdomen

Saluran GI berisiko tinggi pada

disfungsi dini dan atrofi dari

penyakit dan malnutrisi

Berikan porsi makan sedikit tetapi Bila dijumlah maka masukan kalori

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 36

Page 37: Isi Makalah Polio

dengan frekuensi sering per hari akan sama dengan porsi

dan frekuensi biasa

Kolaborasi rujuk pada tim nutrisi/ ahli

gizi

Membantu dalam identifikasi

defisit nutrien dan kebutuhan

terhadap intervensi nutrisi

parenteral/ enteral

3. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan, paralisis

Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan, paralisis

Tujuan: Memperlihatkan mobilitas yang baik

Intervensi Rasional

Fasilitasi penggunaan postur dan

pergerakan dalam aktivitas sehari-hari

Mencegah keletihan dan

ketegangan atau cedera

muskuloskeletal

Health Education pada orang tua agar

membimbing pasien untuk Latihan

Rentang Gerak Aktif pada Anggota

Gerak yang sehat minimal empat kali

sehari

Mempertahankan atau

meningkatkan kekuatan otot

Ambulasi dengan cara meningkatkan

dan membantu dalam berjalan

Mmempertahankan atau

mengembalikan fungsi tubuh

autonom dan volunter selama

pengobtan dan pemulihan dari

kondisi sakit

Mobilitas sendi menggunakan gerakan

tubuh aktif dan pasif

Mempertahankan atau

mengembalikan fleksibilitas sendi

Pengaturan posisi secara hati-hati Meningkatkan kesejahteraan

fisiologis dan psikologis

Bantu perawatan diri untuk berpindah

posisi untuk pasien

Mengubah posisi tubuh

4. Ansietas b.d kurangnya informasi dan prognosis penyakit

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 37

Page 38: Isi Makalah Polio

Ansietas b.d kurangnya informasi dan prognosis penyakit

Tujuan: ansietas berkurang, menunjukan pengendalian diri terhadap ansietas

Intervensi Rasional

Kaji tingkat ansietas Mengetahui tingkat ansietas

Beri kenyamanan dan ketentraman

hati

Memberi rasa nyaman dan

mengurangi ansietas

Singkirkan stimulassi yang berlebihan,

batasi kontak dengan orang lain

(keluarga atau klien ) yang juga

mengalami cemas

Mengurangi pemicu penyebab

ansietas

Memberikan dukungan emosi Memberikan penenangan,

penerimaan, bantuan dan dukungan

selama massa stres

Memberikan informasi secara tepat

supaya dapat diterima pasien dengan

baik

Agar pasien memahami sehingga

tidak ansietas dan bukan

sebaliknya

Yakinkan kembali pasien melalui

sentuhan, dan sikap empatik secara

verbal dan nonverbal secara

bergantian

Membuat pasien meraa nyaman,

merasa dihargai dan mengurangi

ansietas

Kaji tingkat ansietas Mengetahui tingkat ansietas

Beri kenyamanan dan ketentraman

hati

Memberi rasa nyaman dan

mengurangi ansietas

BAB 5

PENUTUP

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 38

Page 39: Isi Makalah Polio

5.1 Kesimpulan

Penyakit polio merupakan penyakit infeksi paralisis yang disebabkan

oleh virus. Agen pembawa penyakit ini merupakan virus yang dinamakan

poliovirus (PV) dan masuk ke tubuh melalui mulut dan menginfeksi usus.

Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat yang

menyebabkan melemahnya otot dan terkadang kelumpuhan (Chin, 2006 : 482).

Polio termasuk penyakit menular melalui kontak antar manusia, dapat

menyebar luas secara diam-diam karena sebagian penderita yang terinfeksi

polio virus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri

sedang terjangkit (Cahyono.2010).

Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel. Dapat

diidolasi 3 strain virus tersebut yaitu tipe 1 (Brunhilde), tipe 2 (lansing), dan

tipe 3 (Leon). (Ngastiyah,1997).

Prognosis Poliomyelitis tergantung pada jenis polio (sub-klinis, non

paralitik arau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena. Jika tidak menyerang

oak dan korda spinalis, kemungkinan akan terjadi pemulihan total. Jika

menyerang otal atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan gawat darurat

yang mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian (biasanya akibat

gangguan pernafasan). (Behrman et al, 1999)

5.2 Saran

Sebagai seorang perawat sebaiknya kita mengetahui asuhan

keperawatan pada klien dengan polio dengan jelas agar dapat menunjang

keahlian perawat dalam dalam melaksanakan praktik keperawatan, mampu

menegakkan daignosis dan intervensi secara cepat dan tepat, sehingga dapat

memperpendek masa patologis penyakit pada tubuh klien.

DAFTAR PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 39

Page 40: Isi Makalah Polio

Behman, Richard E et al. 1999. Ilmu Kesehatan Nelson Vol. 2. Jakarta : EGC

Behrman, et al. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Hal 632-634. Jakarta: FKUI

Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 2.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Cahyono, Suharjo B. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.

Yogyakarta: Penerbit KANISIUS

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10.

Jakarta: EGC

Crol, j. 1996. Poliomielitis dan dasar-dasar pembedahan rehabilitasi. Jakarta :

egc

Doenges dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan edisi3. Jakarta: EGC

Dr. J.B. Suharjo B. Cahyono, Sp.PD, dkk. 2010. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah

Penyakit infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Elizabeth J. Corwin, 2009. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta. EGC

e-USU Repository. 2005 Universitas Sumatra Utara

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita: Buku

Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak.

Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak.

Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk

pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

L. Heymann, David dan R. Bruce Aylward. 2004. Poliomyelitis. Switzerland :

Geneva 12116

M.D, Paul E. Peach. 2004. Poliomyelitis. Warm Springs : GA 31830.

N.Z, Miller. 2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane history,

efficacy, and long-term health-related consequences. USA: Thinktwice

Global Vaccine Institute.

Ngastiyah. 1997.Perawatan anak sakit hal 331. Jakarta : egc

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 40

Page 41: Isi Makalah Polio

Pemeriksaan diagnostic pada polio diakses melalui

http://afie.staff.uns.ac.id/2009/02/24/diagnosis-infeksi-virus-polio/ pada

18 september 2013

Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC

Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Shell, Marc. 2009. “Polio and Its Aftermath: The Paralysis of Culture”. Diakses

dari google books 18 September 2013

Springer, Berlin. 2012. Textbook of Clinical Pediatrics, Volume 1. New York:

Springer.

Suharjo B Cahyono, J.B. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi.

Yogyakarta: Kanisius.

Supartini, Yupi. 2002. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Widoyono, (2011). Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberantasannya, Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga

Widoyono. 2008. “Penyakit Tropik Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberatasannya”. Jakarta : Penerbit Airlangga

Wilkinson, Judith dkk. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 9. Jakarta:

EGC

Wilson, Walter R. 2001. Current Diagnosisand Treatment in Infectious Disease.

USA : McGraw-Hill Companies, Inc

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN POLIO Page 41