Isi Stoma

30
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan individu selama tahap embrionik,disebut embriologi.Ilmu ini tidak hanya mempelajari mengenai siklus kehidupan,tetapi juga sesudahnya.Pertumbuhan dan perkembangan embriologi menjadi faktor penentu keadaan suatu manusia nantinya saat dilahirkan.Embriologi itu sendiri sangat kompleks,salah satu yang dipelajari adalah embriologi kraniofasial. Embriologi kraniofasial didefinisikan sebagai bagian dari embriologi yang dikhususkan untuk mambahas bagian kraniofasial manusia.Kraniofasial manusia meliputi : Kranium : kalvaria,pertumbuhan kepala,dasar cranial. Wajah : rangka wajah, sinus, paranasal, mandibula, sendi temporomandibula, dan organ- organ indera khusus. Kavitas mulut : palatum, lidah dan tonsil, kelenjar air ludah, dan gigi. Leher Dalam pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial terjadi berbagai macam proses interaksi dan tahap-tahap 1

description

Stoma 1

Transcript of Isi Stoma

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu yang mempelajari tentang perkembangan individu selama tahap

embrionik,disebut embriologi.Ilmu ini tidak hanya mempelajari mengenai siklus

kehidupan,tetapi juga sesudahnya.Pertumbuhan dan perkembangan embriologi

menjadi faktor penentu keadaan suatu manusia nantinya saat

dilahirkan.Embriologi itu sendiri sangat kompleks,salah satu yang dipelajari

adalah embriologi kraniofasial.

Embriologi kraniofasial didefinisikan sebagai bagian dari embriologi yang

dikhususkan untuk mambahas bagian kraniofasial manusia.Kraniofasial manusia

meliputi :

Kranium : kalvaria,pertumbuhan kepala,dasar cranial.

Wajah : rangka wajah, sinus, paranasal, mandibula, sendi

temporomandibula, dan organ- organ indera khusus.

Kavitas mulut : palatum, lidah dan tonsil, kelenjar air ludah, dan

gigi.

Leher

Dalam pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial terjadi berbagai macam

proses interaksi dan tahap-tahap kejadian yang rumit,serta menghasilkan

pemahaman-pemahaman tentang morfogenesis dan dismorfogenesisnya.

Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan janin ini penting karena membantu

kita untuk mengerti hubungan yang normal dari struktur tubuh dan penyebab

malformasi congenital.Untuk memudahkan pemahaman tentang pertumbuhan dan

perkembangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya akan dilihat

berdasarkan waktu dalam minggu. Ini bertujuan untuk menyegarkan kembali

pengetahuan kita tentang pertumbuhan dan perkembangan janin serta beberapa

faktor yang mempengaruhinya, dengan demikian kita dapat mengantisipasi

timbulnya kelainan yang terjadi dan melakukan pencegahan.

1

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial pada masa

kehamilan?

1.3 Tujuan

1 Memahami dan menjelaskan pertubuhan dan perkembangan kraniofasial pada

masa kehamilan

2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan General Embriology

Pertemuan antara gamet pria dan wanita pada saluran urine wanita

menghasilkan pembentukan zygot. Semua sifat keturunan darn jenis kelamin,

ditentukan pada saat penggabungan gamet tersebut. Tahap perkembangan yang

dikenal sebagai epigenesis akan terjadi dan tergantung pada determinasi yang

membatasi kemampuan pembelahan deferensiasi dari sel poliferasi. Tahap

perkembangan ini berasal dari aksi antar sel dan lingkungannya. Mekanisme yang

terjadi pada proses ini meliputi aktivasi dan inaktivasi gen, mekanisme

perpindahan protein, seleksi berbagai sel membran, adhesi interseluler dan

penarikan serta perpindahan sel, yang menghasilkan posisi sel yang tepat. Semua

tahap ini terjadi pada saat tertentu dan dibawah pengaruh hormon, metabolisme

dan nutrisi.

Tahap-tahap perkembangan zigot meliputi :

1. Periode implantasi.

Selama 2-3 hari pertama pasca-pembuahan, zygot berkembang dari satu sel

menjadi kelompok 16 sel, morula. Plastomer totipotensial awal ini dapat

berkembang menjadi jaringan, tetapi nantinya akan berdiferensiasi membentuk

100 sel blastosit yang terisi cairan. Bagian luar sel membentuk tropoblast dan

masa sel dalam bentuk embrio. Selama periode ini, hasil pembuahan berjalan

sepanjang saluran uterus, masuk ke uterus, serta tertanam dalam endometrium

uterin, pada hari ke 7 pasca-pembuahan. Tropoblast berubah menjadi korion

dengan mengeluarkan vili. Penanaman korionik menghasilkan plasenta, organ

perpindahan nutrisi dan pembuangan produk sisa fetomaternal.

2. Periode embrionik.

Tahap ini dimulai dari akhir minggu pertama sampai minggu ke 8, serta

dapat dibagi menjadi 3 periode :

3

a. Prasomit (8-21 hari pasca-pembuahan).

Lapisan primer embrio dan adnexa embrionik (membran fetus)

terbentuk dalam masa sel dalam. Cakram benih embrionik primordial terdiri

dari dua lapis benih primer, yakni: Ektodermal yang membentuk dasar

amniotik dan Endodermal yang membentuk atap kantung telur. Sedangkan

lapisan benih mesodermal muncul pada awal minggu ke-3. Lapisan ini

merupakan hasil proliferasi sel ektodermal dan diferensiasi pada kaudal cairan

embrionik. Tonjolan terbentuk mempunyai groove kranial membentuk garis

primitif. Kemudian ujung kranial poliferasi dan diferensiasi membentuk

notokord sebagai sumbu rangka embrio dan merangsang pembentukan bidang

neural pada ektodermal neural atasnya dan mesodermal lateral merangsang

perkembangan epidermal (ektodermal kutaneus).

Ektodermal: Pada permulaan perkembangan minggu ketiga, lapisan ektoderm

berbentuk cakram datar yang lebih luas di daerah kepala daripada daerah

kaudal. Dengan terbentuknya notokord dan pengaruh induktifnya, ektoderm

menebal membentuk lempeng saraf (ini merupakan awal dari neurulasi,

peristiwa pembentukan sistem saraf). Akhir minggu ketiga, tepi-tepi lateral

lempeng saraf menjadi semakin menebal hingga bertemu satu sama lain dan

menyatu. Penyatuan ini pertama kali terjadi di daerah leher (setinggi somit

keempat) sehingga menyisakan ujung kaudal dan kranial yang terbuka

(neurospor kranial dan kaudal). Pada hari ke-25 (tingkat 18-20 somit) barulah

neurospor kranial menutup, disusul neurospor kaudal pada hari ke-27. Proses

ini menghasilkan sebuah struktur menyerupai tabung tertutup yang luas di

daerah kepala (disebabkan oleh dilatasi vesikel-vesikel otak) dan sempit di

bagian kaudal (sumsum tulang belakang). Menjelang penutupan tabung saraf

(sekitar hari ke-22), di daerah kepala juga mulai tampak dua penebalan

ektoderm: lempeng telinga dan lempeng lensa mata. Lempeng telinga akan

membentuk gelembung telinga, sedangkan lempeng lensa mata akan

membentuk lensa mata.Pada saat pelipatan lempeng saraf juga dihasilkan sel

krista neural. Sel krista neural ini nantinya akan membentuk ganglia sensorik,

ganglia otonom, sel Schwann, selaput otak, medula suprarenal, tulang dan

4

jaringan penyambung untuk struktur kraniofasial, serta sel bantalan

konotrunkal untuk jantung.

Mesodermal: Pada awal minggu ketiga, mesoderm paraksial akan tersusun

menjadi somitomter yang pembentukannya berjalan secara sefalokaudal.

Somitomer ini turut membentuk neuromer dan sebagian besar mesenkim

kepala. Pada hari ke-20, somitomer akan terorganisasi lagi menjadi somit.

Somit pertama kali muncul di daerah servikal, dan pembentukannya berjalan

secara sefalokaudal (dengan kecepatan kira-kira 3 somit/hari, sampai akhir

minggu kelima). Seiring pembentukannya, pada awal minggu keempat sel

dinding ventral somit yang terbentuk akan kehilangan organisasinya dan

menjadi sklerotom, sedangkan sel dinding dorsalnya (dermomiotom) akan

membentuk lapisan sel baru yaitu miotom. Sklerotom merupakan komponen

tulang rawan dan tulang, dermomiotom merupakan pembentuk dermis,

sedangkan miotom merupakan komponen pembentuk otot. Pada akhir minggu

kelima akan terbentuk sekitar 42-44 somit, di mana kemudian satu somit

oksipital pertama serta 5-7 somit koksigeal akan menghilang. Mesoderm lateral

(lempeng lateral) akan membentuk kelompok sel bersegmen yang menjadi

nefrotom pada daerah servikal dan torakal atas, sedangkan pada daerah kaudal

akan membentuk kelompok sel tak bersegmen yang dikenal sebagai korda

nefrogenik. Kelak, nefrotom dan korda nefrogenik ini akan berkembang unit-

unit ekskresi kemih. Mesoderm somatik, bersama ektoderm di atasnya akan

membentuk dinding lateral dan ventral tubuh, sedangkan mesoderm splanknik

akan membentuk dinding usus, sel darah primitif dan endotel. Sel-sel yang

menghadap ke rongga selom akan membentuk selaput mesotel (selaput serosa)

yang akan melapisi rongga perut, rongga pleura, dan kantung jantung.

Endodermal: Pelipatan sefalokaudal dari embrio yang disebabkan oleh

pemanjangan saraf pusat akan mengakibatkan pencakupan sebagian kantung

kuning telur ke dalam rongga tubuh. Pada bagian anterior, endoderm

membentuk usus depan dan pada bagian kaudal membentuk usus belakang.

Pada ujung kepala, usus depan dibatasi oleh membran bukofaringeal sedangkan

pada usus belakang dibatasi oleh membran kloaka. Bagian antara usus depan

5

dan usus belakang disebut usus tengah, dimana untuk sementara usus tengah

berhubungan dengan kantung kuning telur melalui duktus vitellinus. Kemudian

terjadi pelipatan secara lateral, mengakibatkan menyempitnya duktus vitellinus

dan pertambahan panjang sehingga kedudukan usus tengah menjadi bebas di

dalam rongga perut. Akibat lain dari pelipatan ini adalah pencakupan tangkai

penghubung (allantois), sehingga pada akhir minggu kelima tangkai kuning

telur dan tangkai penghubung bersatu membentuk tali pusar. Dalam

perkembangan selanjugnya, lapisan endoderm (bersama dengan mesoderm

splankinik) membentuk epitel yang melapisi usus primitif. Selain itu endoderm

juga menghasilkan lapisan epitel saluran pernapasan, parenkim tiroid, kelenjar

paratiroid, hati, pankreas, stroma retikuler tonsil dan timus, lapisan epitel

kandung kemih dan uretram serta lapisan epitel kavum timpani dan tuba

Eustachii. Bentuk luar dari tahap somit akhir dari embrio, menunjukkan adanya

otak yang besar yang membentuk bagian yang besar, dengan wajah dan leher

yang dibentuk oleh lengkung brankial, serta melentur pada jantung yang

terbentuk terlalu cepat. Mata, hidung dan telinga dipishkan oleh plakode,

sedang pembengkakan ventrolateral menunjukkan memulainya pembentukan

lengan. Dinding perut bagian bawahakan tampak menonjol dalam

hubungannya dengan plasenta, melalui batang tubuh dan ekor tampak berakhir

pada ujung kaudal embrio.

b. Somit (21-31 hari pasca-pembuahan).

Ditandai dengan munculnya segmen metamerik dorsal yang prominen,

pola dasar sistem tubuh dan bagian utama, ditentukan. Perubahan pertama

pembentukan bidang neural membentuk otak dan spinal kord. Kemudian

mesodermal membentuk : Lateral mesodermal membentuk dinding kolom

embrionik, Intermediet mesodermal membentuk gonad, ginjal, korteks adrenal,

Paradoksial mesodermal dan notokord terbagi menjadi beberapa segmen yang

disebut somit. Somit menentukan pola suatu daerah empat osipital, delapan

servikal, dua belas torak, lima lumbar, lima sakral, dan delapan sampai sepuluh

koksigeal.

6

c. Pasca-somit (32-56 haripasca pembuahan).

Ditandai dengan pembentukan bagian-bagian luar tubuh. Kepala mendominasi

(wajah-telinga-hidung-mata jelas/normal seperti manusia). Lengan

berdiferensiasi menjadi jari-jari. Toraks mengalami pembengkakan dan jatung

membesar. Hati tumbuh cepat mendominasi organ perut. Batang tubuh akan

terkondensasi menjadi umbilical kord. Ekor yang panjang akan memeendek disertai

dengan perkembangan paha. Embrio pada akhir periode ini disebut fetus.

3. Periode Fetus.

Dari minggu ke 8 sampai saat ini, ditandai dengan munculnya pusat

ossifikasi dan pergerakan pertama dari fetus. Terdapat sedikit diferensiasi atau

organogenesis jaringan baru, tetapi juga sudah ada pertumbuhan yang cepat dan

pembesaran struktur dasar yang terbentuk. Pada bulan ke-3 jenis kelamin

eksternal terlihat. Bulan ke-5 kulit yang keriput tertutup oleh rambut (lanugo).

Glandula sebasea sangat aktif pada bulan ke-7 dan 8 sehingga fetus dikelilingi

sekresi lemak yang disebut vernik kaseosa. Lemak muncul pertama di wajah

(bukal, pipi, subkutis dagu). Dua bulan terkhir lemak terdeposit subkutaneus

sehingga mengisi kulit keriput. Hampir setengah berat badan bayi lahir diperoleh

dari ini..

7

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniofasial

Mesenkim untuk pembentukan daerah kepala berasal dari :

1. Mesoderm lempeng yang terdiri dari :

Lempeng paraksial (somit dan somitomer) yang membentuk lantai kranium

dan sebagian kecil daerah oksipital, semua otot volunter di daerah kraniofasial,

dermis, dan jaringan penyambung di daerah dorsal kepala dan selaput otak di

sebelah kaudal prosensefalon.

Lempeng lateral membentuk kartilago-kartilago laring (aritenoid dan krikoid)

dan jaringan penyambung di daerah ini.

2. Sel krista neuralis / Neural Crest berasal dari neuroektoderm otak

(depan,tengah,belakang) dan kemudian akan bermigrasi ke arah ventral menuju

ke lengkung brankial / Brankial arches dan ke arah rostral menuju ke sekitar

otak depan dan piala mata, masuk ke daerah wajah. Kemudian di tempat ini

sel-sel akan membentuk struktur midfasial dan lengkung brankial, tulang

dentin, tendo, dermis, piamater dan arakhnoid, neuron sensorik dan stroma

kelenjar.

3. Plakoda ektoderm (ektoderm yang menebal) bersamaan dengan neural crest

akan membentuk neuron ganglia sensorik kranial ke-5,7,9,10.

Ciri khas dari perkembangan kepala dan leher ialah:

a) Lengkung brankial

Lengkung brankial / brankial arches mengalami perkembangan pada minggu

ke-4 dan ke-5, dimana pada awalnya merupakan jaringan mesenkim yang

dipisahkan oleh celah brankial. Setiap lengkung brankial terdiri atas sebuah inti

jaringan mesenkim yang di luarnya dibungkus oleh ektoderm permukaan dan di

sebelah dalam oleh epitel yang berasal dari endoderm. Selain mesenkim yang

berasal dari mesoderm lempeng paraksial dan lateral, inti tiap-tiap lengkung

brankial menerima banyak sekali sel krista neuralis yang bermigrasi untuk

8

kemudian membentuk unsur-unsur rangka. Selain itu setiap lengkung terdiri dari

tulang rawan,saraf, arteri dan serabut otot.

b) Celah faring

Celah pharingeal / pharingeal clafte mengalami

perkembangan pada minggu ke 5 yang ditandai

dengan adanya 4 celah pharingeal, tetapi hanya satu

yang dapat mempengaruhi bentuk definitif

mudigah. Bagian dorsal dari celah yang pertama

akan menembus mesenkim dan menghasilnya

meatus acusticus externus. Sedangkan lapisan

epitelnya akan membentuk gendang telinga. Untuk

celah ke 2,3 dan 4 akan terputus dengan dunia luar

akibat adanya proliferasi aktif jaringan mesenkim dalam lengkung ke 2, yang

kemudian menyatu dengan rigi epikardium. Untuk sementara, celah-celah ini

membentuk sebuah rongga yang dilapisi oleh epitel ektoderm pada sinus

cervikalis, namun pada perkembangan selanjutnya sinus ini menghilang.

c) Kantung faring

Kantung pharingeal / Pharingeal pouch mengalami perkembangan pada

minggu ke-5, sama halnya dengan lengkung dan celah faring. Kantung faring ini

tampak disepanjang dinding lateral faring, kantong ini menembus mesenkim

tetapi tidak berhubungan langsung dengan celah luar.

Ketika berusia 4,5 minggu, dapat dikenali 5 buah tonjolan mesenkim :

Sepasang tonjolan maksila

Sepasang tonjolan mandibula

Tonjolan frontonasal

Derivat-derivat dari lengkung brankial :

1. Lengkung brankial 1

Lengkung brankial 1 terdiri dari bagian dorsal (Prominensia maksilaris)

yang selanjutnya akan membentuk premaksila, maksila, Os zygomaticus dan

9

bagian Os temporalis melalui penulangan membranosa. Sedangkan bagian ventral

(Prominensia mandibuolaris / Tulang Rawan Meckel) yang dalam

perkembangannya akan menghilang, kecuali dua bagiaan pada ujung dorsal yang

masing-masing akan membentuk inkus dan malleus. Dan pada jaringan mesenkim

yang mengelilingi tulang rawan Meckel akan mengalami penulangan membranosa

yang disebut mandibula. Susunan otot dari lengkung brankial 1 dibentuk oleh

otot pengunyahan (M.masseter, m.temporalis, m.pterygoideus lateralis dan

medialis), venter anterioir m.digastricus, m. Mylohyoideus, m.tensor tympani

serta persarafannya oleh cabang mandibula nervus trigeminus, nervus maxilaris

dan nervus opthalmicus untuk persarafan wajah.

2. Lengkung brankial 2

Lengkung brankial 2 / lengkung hyoid (tulang rawan Reichert) akan

membentuk stapes, proc.styloideus Os temporalis, ligamentum stylohyoideus,

cornu minus dan bagian atas corpus Os hyoid. Sedangkan susunan otot lengkung

ini adalah m.stapedius, m.styloideus, venter posterior m.digastricus, m.auricularis,

dan otot ekspresi wajah. Untuk persyarafan lengkung kedua ini disarafi oleh

nervus facialis.

3. Lengkung brankial 3

Lengkung brankial 3 akan membentuk bagian bawah corpus dan cornu

majus os hyoid dengan susunan otot lhanya terbatas pada m. Stylopharyngeus

serta disyarafi oleh nervus glossopharyngeus.

4. Lengkung brankial ke 4 dan 6

Lengkung brankial ke 4 dan 6 mengalami fusi membentuk tulang rawan

thyroid,cricoid, arythenoid, corniculata dan cuneiforme dari laring. Susunan otot

pada lengkung ke 4 yaitu m.cricothyroideus, m.levator veli palatini dan

mm.constrictores pharyngei serta disyarafi oleh ramus laryngeus superior nervus

vagus. Sedangkan untuk lengkung ke 6 mendapatkan persyarafan dari ramus

laryngeus recurrens nervus vagus.

5. Lengkung brankial ke 5

Lengkung brankial ke 5 ini mengalami rudimeter / tidak membentuk

organ.

10

11

Kantung faring pada mudigah manusia terdapat 5 pasang :

1. Kantong faring 1

Kantong faring 1 membentuk divertikulum yang menyerupai tangkai

(recessus tubotympanicus) yang akan membentuk meatus acusticus externus

setelah berdampingan dengan epitel celah faring 1. Bagian distal dari divertikulum

mengalami pelebaran yang membentuk cavum tympani primitif. Sedangkan

bagian proksimal tetap sempit dan membentuk tuba eustachii dan epitel dari

cavum tympani akan membentuk membaran tympanii / gendang telinga.

2. Kantong faring 2

Lapisan epitel kantung ini akan mengalami proliferasi dan membentuk

tunas-tunas yang menembus mesenkim. Dan kemudian disusupi oleh jaringan

mesoderm hingga terbentuk primordium tonsilla palatina. Pada bulan ke 3 hingga

ke 5, tonsil ini diinfiltrasi jaringan getah bening, sehingga sebagian dari kantung

ini ada yang disebut fossa tonsillaris.

3. Kantung faring 3

Ciri khas dari kantung ini adalah adanya sayap dorsal sayap ventral pada

ujung distalnya. Dalam minggu ke 5, epitel sayap dorsal berdiferensiasi menjadi

glandula parathyroid inferior dan sayap ventral membentuk timus. Jaringan

paratiroid dari kantong ketiga akhirnya terletak di permukaan dorsal kelenjar

tiroid dan membentuk glandula parathyroid inferior.

4. Kantung faring 4

Epitel dari sayap dorsal membentuk glandula parathyroid superior.

5. Kantung faring 5

Kantung faring ke-5 ini biasanya dianggap sebagai bagian dari kantung

faring ke-4. Kantung ini menghasilkan corpus timobranchiale yang kelak menyatu

dengan glandula thyroid. Pada orang dewasa, corpus timobranchiale ini,

menghasilkan sel parafolikuler / sel C dari glandula thyroide. Yang mana sel C ini

akan mensekresikan kalsitonin yang merupakan hormon pengatur kadar kalsium

darah.

12

Perkembangan dan pertumbuhan wajah dan palatum

Wajah dapat secara acak dibagi menjadi 3 (atas, tengah, bawah). Ketiga

bagian ini berhubungan terhadap tonjolan frontonasal, maksila, dan mandibula

embrionik. Sepertiga atas wajah terdiri dari neurokranial dengan tulang frontal

kalvaria yang berperan pada pembentukan dahi. Sepertiga tengah terdiri dari dasar

kranial dan perluasan nasal dari sepertiga atas serta sebagian dari alat kunyah.

Sepertiga bawah melengkapi alat kunyah, terdiri dari mandibula dan gigi geligi.

Sepertiga bagian atas bertumbuh sangat cepat untuk mempertahankan hubungan

neurokranialnya dan merupakan permulaan dari perkembangan lobus frontal otak.

Berhenti tumbuh setelah umur 12 tahun. Pusat osifikasi untuk sepertiga atas wajah

adalah tulang frontal.

Penggabungan tonjolan nasal medial dan maksila membentuk hubungan

dengan rahang atas dan bibir serta memisahkan celah nasal dari stomodeum.

Penyatuan garis tengah tonjolan nasal medial membentuk tuberkulum medial dan

philtrum bibir atas, ujung hidung dan palatum primer. Segmen intermaksilaris

(premaksila), untuk tempat perkembangan ke 4 gigi insisivus, berasal dari bagian

tengah palatum primer, yang pada mulanya berupa pasangan pembengkakan dari

penyatuan tonjolan nasal medial yang terpisah jauh. Rahang bawah dan bibir

terbentuk oleh penyatuan di garis tengah dari sepasang tonjolan mandibula dan

bagian pertama wajah akan terbentuk. Penyatuan lateral dari tonjolan maksila dan

mandibula membentuk comisura (sudut) mulut.

13

Ada tiga elemen yang membentuk elemen sekunder – dua lereng palatum

rahang atas lateral dan palatim primer dari tonjolan frontonasal – yang mula-mula

terpisah jauh. Karena orientasi vertikal dari lereng lateral pada setiap sisi lidah.

Selama minggu ke 8, terjadi perubahan letak lereng lateral, dari vertikal ke

horizontal, sebagai permulaan dari penggabungan dan pemisahan ruang oronasal.

Tonjolan yang telah menjadi horizontal ini kemudian saling mendekat satu sama

lain. Diawali dari daerah depan (palatum keras) kemudian berlanjut ke belakang

(palatum lunak). Epithelium yang menutupi tepi-tepi lereng palatal, menebal dan

menggabung. Kegagalan penggabungan epithelium ini dapat menyebabkan cacat

14

celah palatum ketika lahir. Pada perkembangan selanjutnya, palatum depan

mengalami ossifikasi menjadi keras, sedangkan bagian belakang tidak, sehingga

tetap lunak.

Perkembangan dan pertumbuhan hidung dan rongga hidung

Prominensia frontonasalis, yang dibentuk oleh proliferasi mesenkim

disebelah ventral vesikel otak, merupakan tepi atas stomodeum. Di sisi kanan dan

kiri prominensia frontonasalis, muncul penebalan-penebalan setempat dari

ektoderm permukaan, yaitu plakoda nasal (olfaktorius), di bawah pengaruh

induksi bagian ventral otak depan.

15

Selama minggu ke-5, plakoda-plakoda hidung tersebut mengalami

invaginasi membentuk lobang hidung. Dalam hal ini, plakoda hidung ini

membentuk suatu rigi jaringan yang mengelilingi masing-masing lobang dan

membentuk tonjol hidung. Tonjol-tonjol yang terletak di tepi luar lobang adalah

tonjol hidung lateral; dan yang berada di tepi dalam adalah tonjol hidung medial.

Selama 2 minggu selanjutnya, tonjol maksila terus bertambah besar

ukurannya. Serentak dengan itu, tonjol ini tumbuh ke arah medial, sehingga

mendesak tonjol hidung medial ke arah garis tengah. Selanjutnya, celah antara

tonjol hidung medial dan tonjol maksila hilang, dan keduanya bersatu. Oleh

karena itu, bibir atas dibentuk oleh kedua tonjol hidung medial dan kedua tonjol

maksila itu. Tonjol hidung lateral tidak ikut dalam pembentukan bibir atas. Bibir

bawah dan rahang bawah dibentuk dari tonjol mandibula yang menyatu di garis

tengah.

Hidung terbentuk dari tonjol-tonjol wajah kelima; tonjol frontal

membentuk jembatannya; gabungan tonjol-tonjol hidung medial membentuk

lengkung cuping dan ujung hidung; dan tonjol hidung lateral membentuk sisi-

sisinya.

Hasil tonjolan frontal, penyatuan tonjolan nasal medial (ridge dan ujung

bagian tengah hidung), tonjolan nasal lateral (ala), dan kapsul tulang rawan nasal.

Selama minggu ke-6, lubang hidung makin bertambah dalam, sebagian karena

tumbuhnya tonjol-tonjol hidung yang ada di sekitarnya dan sebagian lagi karena

lubang ini menembus ke dalam mesenkim di bawahnya. Mula-mula, membrana

oronosalis memisahkan kedua lubang hidung tadi dari rongga mulut primitif,

mlalui foramina yang baru terentuk, yakni koana primitif. Koana ini terletak di

sisi kanan dan kiri garis tengah dan tepat di belakang palatum primer.

Perkembangan dan pertumbuhan mata

Mata mulai berkembang sebagai sepasang kantong keluar mata yang

kemudian berkembang menjadi gelembung mata pada tiap sisi otak depan yang

terjadi pada minggu ke 4. Kemudian gelembung mata ini akan menempel pada

ektoderm permukaan dan menginduksi pembentukan lensa. Ketika gelembung

16

mata mulai melakukan invaginasi untuk pembentukan lapisan pigmen dan saraf

retina, plakoda lensa juga melakukan invaginasi membentuk gelembung lensa.

Melalui suatu alur pada gelembung mata bagian bawah yaitu fissura koroidea,

arteri hyaloidea akan masuk ke mata. Dimana serabut saraf juga menempati alur

ini untuk mencapai ke mata dari otak. Sedangkan kornea dibentuk oleh selapis

ektoderm, stroma yang bersambung dengan sklera dan selapis sel epitel yang

membatasi bilik mata depan.

Perkembangan dan pertumbuhan telinga

Bagian dalam termanifestasi sebagi induksi hindbrain dari sel ektodermal

permukaan memanjang menjadi penebalan plakoda optik. Plakoda ini

berinvaginasi ke celah serata menutup vesikel. Bagian luar terbentuk pada leher

sebagai enam tonjolan aurikular yang mengelilingi groove brankial pertama

sehingga membentuk meatus acusticus eksternus. Bagian tengan terbentuk dari

kantung faringeal pertama.

Perkembangan dan pertumbuhan gigi

Interaksi induksi antara jaringan neural crest dan endodermal faringeal,

dan dengan ektodermal mulut, diikuti oleh proliferasi ektodermal mulut

menghasilkan manifestasi morpologi pertama dari perkembangan gigi, lamina

gigi. Nantinya, sel-sel neural crest akan membentuk papilla gigi individual yang

menentukan jumlah gigi-gigi.

Jaringan odontogenik dapat dilihat seawal mungkin, pada hari

perkembangan ke 28 (umur fertilisasi), sebagai daerah penebalan epithelial

ektodermal pada tepi stomodeum, bersamaan dengan disintegrasi membrane

orofaringeal. Epitelium mulut menebal pada tepi inferolateral tonjolan maksila

dan pada tepi superolateral lengkung mandibula, dimana keduanya bergabung

membentuk tepi lateral stomodeum. Selain itu, epithelium odontogenik yang

mulanya terpisah akan muncul pada hari perkembangan ke 35, di tepi inferolateral

tonjolan frontonasal, membentuk empat daerah asal epithelium odontogenik untuk

gigi geligi atas. Jadi gigi geligi depan atas tampaknya berasal dari tonjolan

17

maksila. Gigi geligi bawah juga berkembang dari keempat daerah odontogenik di

lengkung mandibula, dua pada tiap sisi.

Perkembangan dan pertumbuhan kelenjar ludah

Ada tiga kelenjar ludah utama yaitu kelenjar parotid, kelenjar

submandibula dan kelenjar sublingua. Ketiganya berasal dari benih epitel mulut

yang meluas ke mesensim di bawahnya. Semua jaringan parensimal(sekretoris)

dari kelenjar berasal dari pooliferasi epiltelium mulut yang berasal dari

ektodermal(untuk kelenjar major) dan endodermal (untuk kelenjar lingual).

Stroma (kapsul dan septum) dari kelenjar berasal dari mesensim yang dapat

bersifsat mesodermal atau dari neural crest.

Benih kelenjar parotid merupakan kelenjar pertama yang muncul pada

minggu ke 6, pada bagian dalam pipi di dekat sudut mulut dan kemudian

bertumbuh ke belakang, ke arah telinga. Tonjolan maksila dan mandibula

bergabung, menggeser lubang duktus pada bagian dalam pipi ke dorsal dari sudut

mulut. Pada daerah parotid atau telinga, tali epitelial dari cabang-cabang sel

diantara saraf wajah, terkanalisasi untuk membentuk asini dan duktus kelenjar.

Duktus dan sisitem asinar tertanam dalam stroma mesensim yang tersusun

menjadi lobulus-lobulus dan seluruh kelenjar akan terbungkus oleh jaringan ikat

fibrosa. Duktus kelenjar parotid, tereposisi ke atas, mengikuti arah tali epitelial

embrionik pada orang dewasa. Duktus parotid terkanalisasi pada minggu ke 10,

sedang benih terminal pada minggu ke 16 dan sekresi mulai terbentuk pada

minggu ke 18.

Benih kelenjar ludah submandibula muncul pada akhir minggu ke 6

ssebagai seri kelompok yang membentuk pertumbuhan epitelial berlebihan pada

kedua sisi garis tengah di groove linguogingival dasar mulut, pada daerah bakal

papila. Tali epitelial berproliferasi ke dorsal ke mesensim di balik otot milohioid

sedang berkembang, membelok ke ventral ketika membentuk percabangan dan

terkanalisasi, membentuk asini dan duktus kelenjar submandibula. Deferensiasi

asini dimulai pada minggu ke 12; aktivitas sekresi serus dimulai pada minggu ke

16, bertambah sampai minggu ke 28, dan kemudian terhenti. Sekresi serus sampai

18

minggu ke 16-28 ikut berperan dalam membentuk cairan amniotik dan

mengandung amilase dan mungkin juga faktor pertumbuhan epidermal dan saraf.

Pertumbuhan kelenjar submandibula terus berlangsung postnatal, disertai

pembentukan asini mukos. Stroma mesensimal memisahkan lobulus-lobulus

parensimal dan membentuk kapsul kelenjar.

Kelenjar sublingual muncul pada minggu ke 8, sebagai seri yang terdiri

dari 10 benih epitelial, tepat di lateral analagen analagen kelenjar submandibula.

Percabangan dan kanalisasi inii menghasilkan sejumlah duktus yang membuuka

secara terpisah dibalik lidah.

19

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gambaran yang paling khas dalam perkembangan kepala dan leher adalah

terbentuknya lengkung brankialis atau lengkung faring. Lengkung-lengkung ini

ikut menentukan tampilan luar yang khas dari janin. Lengkung-lengkung ini

mulanya berupa batang jaringan mesenkim yang dipisahkan oleh celah brankial.

Bersamaan dengan perkembangan lengkung dan celah tersebut, tampak juga

sejumlah kantung faring di sepanjang dinding lateral faring.

Proses pertumbuhan dan perkembangan dari craniofasial terjadi melalui dua

tahap yaitu tahap gastrulasi dan tahap neurolasi. Pada tahap gastrulasi terjadi

fertilisasi setelah terjadi fertillisai akan terbentuk zigot dalam rahim. Setelah zigot

terbentuk maka zigot akan terjadi perkembangan secara mitosis berkembang

menjadi morula dan selanjutnya menjadi blastula. Setelah blastula terbentuk maka

blastula akan berubah menjadi blastokista. Blastokista akan membentuk

trophoblast dan embrioblast. Trophoblast akan membentuk plasenta yang nantinya

akan menempel pada dinding endometrium. Sedangkan embrioblast akan berubah

membentuk embrio. Setelah embrio terbentuk, embrio akan berubah menjadi

cakram blaminer membentuk lapisan ectoderm dan endoderm. Setelah terbenuk

cakram bilaminer akan berkembang menjadi cakram trilaminer sehingga akan

terbentuk primitive streak yang nantinya akan membentuk prenotochord setelah

itu akan terbentuk notochord. Pada tahap neurolasi, notochord menginduksi

ektodermal yang terletak di atasnya. Proliferasi menjadi lempeng syaraf (neural

plate) sehingga menyebabkan neural plate melipat yang disebut lipatan saraf

(neural fold) yang nantinya menjadi alur saraf (neural groove). Neural fold terus

menerus berproliferasi, akhirnya tepi-tepinya menjadi tinggi dan menyatu di

sepanjang garis tengah sehingga terbentuk tabung syaraf (neural tube).

20

DAFTAR PUSTAKA

Sperber, G.H. 1991. Embriologi Kraniofasial Edisi 4. Alih bahasa : Lilian

Yuwono. Jakarta : Hipokrates

Sadler, T.W. 1997. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 7. Alih bahasa: Joko

Suyono. Jakarta: EGC

21