Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 -...

159
Islam, Perdamaian & Toleransi Menepis Kesalahpahaman Barat Tentang Islam dalam isu-isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan Zahid Aziz Zahid Aziz Zahid Aziz Zahid Aziz Zahid Aziz Penerbit Darul Kutubil Islamiyah

Transcript of Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 -...

Page 1: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 1

Islam,Perdamaian& Toleransi

Menepis Kesalahpahaman Barat Tentang Islamdalam isu-isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Zahid AzizZahid AzizZahid AzizZahid AzizZahid Aziz

PenerbitDarul Kutubil Islamiyah

Page 2: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,
Page 3: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

2 |

Islam,Perdamaian& Toleransi

Menepis Kesalahpahaman Barat Tentang Islamdalam isu-isu Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

OlehDr. Zahid Aziz, M.Sc., Ph.D

Diterjemahkan dariIslam, Peace and Tolerance

PenerbitAhmadiyya Anjuman Lahore Publications, U.K.

Second Revised Edition, 2017

PenerjemahYatimin AS

EditorMulyono & Asgor Ali

PenerbitDarul Kutubil Islamiyah

YogyakartaJl Kemuning No. 14 Baciro Yogyakarta

Telp. (0274) 565695

Cetakan I, 2018

Page 4: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 3

BUKU INI DISUSUN dalam rangka meluruskan kesalah-fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,brutal dan intoleran, dan menyuruh pengikutnya untuk melakukanjihad, dalam arti berperang, melawan non-Muslim. Islam jugadituduh melarang adanya kebebasan beragama, menyebarkanajarannya dengan paksa, dan mengancam pengikutnya yang mur-tad dengan hukuman mati. Islam juga disebut-sebut sebagai agamayang anti kritik, dan memerintahkan membunuh siapa pun yangmengkritiknya.

Di dunia Barat khususnya, kesalahfahaman ini telah membang-kitkan sikap permusuhan terhadap Islam. Bahkan Islam dianggapsebagai ancaman yang serius bagi peradaban modern. Sayangnya,sebagian kalangan Muslim yang berpaham ekstrim memperkuatcitra buruk itu melalui ucapan dan tindakan yang sejatinya berten-tangan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Mayoritas umat sesungguhnya menolak pemahaman yangekstrim dari sebagian kalangan muslim itu. Tetapi pada umum-

***

Kata PengantarEdisi Kedua

Page 5: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

4 |

nya mereka tidak tahu apa yang musti dilakukan untuk menghen-tikan ekspresi keagamaan yang justru merendahkan Islam danNabi Suci Muhammad saw. itu.

Risalah kecil ini adalah salah satu upaya klarifikasi atas ber-bagai kesalahfahaman seperti tersebut di atas. Argumen dankesimpulan buku ini didasarkan pada Qur’an Suci dan Haditsyang shahih. Saya mencantumkan sumber referensi yang di-gunakan di buku ini secara lengkap, dan memeriksa semua kutipanyang ada di buku ini langsung ke buku aslinya. Terjemah darikutipan yang bersumber dari referensi berbahasa Arab sebenarnyasudah ada dan cukup membantu saya. Tetapi kadangkala sayamerasa perlu menggubah sendiri terjemahan itu untuk mendapatkejelasan atau akurasi yang lebih baik.

Dalam buku ini, saya berusaha menjawab secara langsung danjujur persoalan dan keberatan atas Islam, dan berupaya untukmenjawab berbagai pertanyaan dan perdebatan yang seringkalidijadikan propaganda murahan dalam menyerang Islam.

Perspektif Islam yang disajikan dalam buku kecil ini didasar-kan pada berbagai karya dua ulama Islam terkemuka dan penulisyang paling produktif pada paroh pertama abad ke-20. Yang per-tama adalah Maulana Muhammad Ali (w. 1951), penulis terjemahdan tafsir Qur’an dalam bahasa Inggris dan beberapa buku popu-ler lainnya tentang Islam. Kedua Khawaja Kamaluddin (w. 1932),pelopor tabligh Islam ke Barat, pendiri masjid pertama dan orga-nisasi tabligh Islam pertama di Woking, Inggris (Woking MuslimMissionary). Kedua intelektual muslim ini terinspirasi oleh tokohagung pembela Islam, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (w. 1908).Meskipun demikian, persoalan yang dibahas dalam risalah kecilini harus dinilai atas dasar kelayakannya, diselaraskan denganQur’an Suci dan Hadits Nabi.

Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 2007. Beberapa tulisanyang ada di dalam buku ini merupakan hasil revisi dari sejumlah

Kata Pengantar

Page 6: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 5

artikel yang sudah saya publikasikan sebelumnya. Di edisi revisiini, saya menambahkan beberapa poin penting pada berbagaitulisan yang ada, dan kemudian menambahkan satu bab lagi, yaknibab kesebelas.

Beberapa perubahan juga saya lakukan di beberapa tulisanuntuk memperjelas uraian. Saya juga menambahkan indeks topikdan indeks referensi Qur’an di edisi kedua ini. Penulisan referensiuntuk Kitab Hadits juga disajikan dengan cara yang lebih baik.Lihat halaman penjelasan atas referensi yang ada di bagian akhirbuku ini.

Edisi pertama buku ini diterbitkan sebagai respon atas ber-bagai “malapetaka” yang terjadi di berbagai belahan dunia (khu-susnya di dunia Islam --ed.), yang menyisakan dampak yang amattragis. Sepuluh tahun berlalu, malapetaka itu berlanjut semakinparah, dan sekarang ini tak terbayangkan keadaannya. Malapetakaitu tak hanya menyebabkan hilangnya nyawa manusia tak berdosadari berbagai negara dan agama, tetapi juga memperparah ke-getiran dan memperburuk relasi antara kaum Muslim dan non-Muslim.

Risalah kecil ini diterbitkan dengan harapan dapat menjadiperekat kembali hubungan antara kaum Muslim dan non-Muslimyang merenggang, dengan cara menunjukkan ajaran Islam yangsesungguhnya, yang bersumber dari Qur’an Suci dan Hadits NabiMuhammad saw.

Zahid Aziz, Dr.Desember 2016

Page 7: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 7

***

Kata PengantarEdisi Bahasa Indonesia

ALHAMDULILLAH wa syukrulillah. Atas perkenan Allahsemata, Bapak Yatimin A.S. dapat mengupayakan penerjemahanke dalam bahasa Indonesia, karya Dr. Zahid Aziz yang saat iniberada di tangan pembaca. Kepadanya diucapkan terima kasihyang sebesar-besarnya.

Dalam semangat tawashau bil haq, buku ini mengkompilasi ayat-ayat Qur’an, disertai tinjauan yang mendalam dari penulisnya,untuk menunjukkan fakta bahwa Qur’an sesungguhnya merupa-kan kekuatan yang tidak ada taranya dalam membangun harmonikehidupan di tengah seribu satu perbedaan, yang dengan itumemungkinkan bangkitnya peradaban baru yang belum pernahada contohnya.

Keampuhan Qur’an mula-mula diterapkan untuk bangsa Arabyang tidak henti-hentinya terlibat dalam pertikaian antar kelompoksedemikian rupa, sehingga kalau bukan karena kekuatan dari atas,mustahil bisa dipersatukan. Sejarah menjadi saksi bahwa Qur’anbukan saja mampu mempersatukan mereka, bahkan mempersatu-

Page 8: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

8 |

kan berbagai bangsa dengan beragam agama, bahasa dan adatistiadat, dalam satu keluarga besar di bawah satu pemerintahan.Dan itu berlangsung selama berabad-abad.

Kedigdayaan Qur’an sesungguhnya tidak akan pernah meng-alami degradasi, karena Allah sendiri yang menjaganya (QS 15:9).Tetapi sebagaimana diisyaratkan dalam QS 25:30, bahwa suatukali umat Islam memperlakukannya sebagai barang yang ditinggal-kan. Akibatnya umat Islam ibarat bumi yang mati karena tidaktersirami oleh air hujan, sehingga tidak mampu berkontribusidalam membangun kemajuan dunia. Bahkan ada segelintir orangdari padanya yang melakukan tindakan yang bertentangan denganajaran Qur’an, yang memicu munculnya kesalahpahaman terha-dap ajaran Qur’an.

Akhirnya, kami berharap buku ini ada manfaatnya bagi parapembaca. Hanya kepada Allah Ta’ala kami berserah diri.

Yogyakarta, Oktober 2018

Editor

Kata Pengantar

Page 9: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 9

***

Daftar Isi

Kata Pengantar Edisi Kedua ............................................ 3Kata Pengantar Edisi Bahasa Indonesia ......................... 6

1. Misi Suci Nabi Muhammad saw.Untuk Persatuan dan Perdamaian Dunia ............... 13

2. Kebebasan beragama dalam Islam ......................... 23Tak ada paksaan dalam Islam ............................................... 23Kaum Kristen beribadah di Masjid Nabawi ............................ 28Ayat Qur’an tentang dakwah ................................................. 29Orang murtad tak dihukum ................................................... 34Orang murtad dalam situasi perang ......................................... 37Orang murtad dalam Hadits dan Fikih .................................. 38Semua agama bebas berdakwah ............................................... 40

3. Menanggapi Hinaan dan Cemoohan ..................... 43Bersikap sabar ........................................................................ 44Tinggalkan para pencemooh .................................................... 47Teladan Rasulullah saw. ......................................................... 48

Page 10: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

10 |

4. Bilamana Perang Diizinkan? .................................. 55Perang untuk membela diri ..................................................... 55Perdamaian diutamakan ......................................................... 60Melindungi musuh yang mau belajar Islam .............................. 61Ayat-ayat toleransi tak berubah .............................................. 62Persahabatan dengan Non-Muslim.......................................... 67

5. Miskonsepsi Jihad ................................................... 77Jihad untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan ..................... 78Jihad dalam kesabaran dan ketabahan .................................... 79Jihad dalam arti berdakwah .................................................... 80Jihad dalam arti berperang ...................................................... 82Syarat-syarat berjihad mengangkat senjata ............................... 85

6. Ihwal Mati Syahid ................................................... 87Siapa saja yang berhak disebut mati syahid ............................. 88Bunuh diri adalah perbuatan dosa ........................................... 90Bidadari sorga ........................................................................ 93

7. Ekspresi Kemarahan Kaum Muslim ..................... 101Perintah menahan amarah .................................................... 101Keadilan di atas kebencian .................................................... 104Hadits tentang perlunya menahan amarah ............................. 105

8. Topik Perang dalam Alkitab ................................. 107Tuhan perang dalam Alkitab ............................................... 108Hukum perang dalam Alkitab ............................................. 109Perilaku Perang dalam Alkitab ............................................ 110Yesus membawa misi damai? ................................................. 113Kisah Samson dan Tragedi 9/11 .......................................... 114

9. Relasi Sosial Islam ................................................. 117Landasan Filosofis ................................................................ 117

Daftar Isi

Page 11: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 11

Landasan Hukum ............................................................... 123Landasan Moral .................................................................. 126

10. Pandangan Para Cendekia .................................... 129Abdullah Yusuf Ali ............................................................ 130Muhammad Marmaduke Pickthall ....................................... 131Muhammad Asad ................................................................ 133Thomas B. Irving .................................................................. 135Maulvi Chiragh Ali .............................................................. 135Sir Muhammad Iqbal ........................................................... 137Syaikh Abdur Rahman ........................................................ 138Gotlieb Wilhelm Leitner ....................................................... 140Sir Thomas W. Arnold ........................................................ 142

11. Mengapa intoleransi meningkat di kalangan Umat Islam? ...................................... 147Perbedaan antara Sirah dan Hadits ...................................... 148Qur’an dan Sirah Nabawiyah .............................................. 149Pendirian Qur’an .................................................................. 149Respon Nabi Suci ................................................................. 151Mispersepsi yang merusak citra Islam ..................................... 151Menanggapi Hinaan ............................................................. 152

Keterangan Referensi .............................................................. 155Indeks ......................................................................................... 157

***

Page 12: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 13

1Misi Suci

Nabi Muhammad saw.Untuk Persatuan dan Perdamaian Dunia

UNTUK MEMAHAMI secara tepat perkara yang akan di-bahas dalam risalah kecil ini, perlu kiranya disajikan terlebih dahulupoin-poin penting yang berkaitan dengan kehidupan dan misisuci Rasulullah Muhammad saw.

Muhammad saw. (571-632 M) lahir di tengah masyarakat tanpaagama yang mapan. Mereka terpecah belah oleh sistem kesukuanyang kuat. Tiap-tiap suku memiliki berhala dan sesembahannyasendiri. Meskipun, mereka juga meyakini adanya Tuhan yang ke-kuasaannya jauh melampaui berhala-berhala itu.

Tingkat pendidikan mereka boleh dibilang rendah. Tak adasistem hukum, keadilan, dan hak-hak sipil di negeri itu. Yang adahanyalah adat-istiadat dan etika moral yang berbasis kesukuan.Nilai hukum dan moraliltas yang berlaku di dalam kehidupansosial mereka mengalami degradasi. Eksploitasi kaum marjinal,budak belian dan perempuan menjadi salah satu ciri bangsa ini.Umumnya Tanah Arabia kala itu belum tersentuh oleh budayadan peradaban agung yang melintas di bagian utara wilayah ini.

Page 13: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

14 |

Di sana bermukim juga beberapa suku Yahudi dan Kristenyang mengklaim sudah memiliki peradaban, budaya, dan morali-tas tinggi, tetapi hingga datangnya Rasulullah saw., peradabanmereka juga tidak lebih baik, dan tak memiliki pengaruh yangberarti bagi bangsa Arab.

Muhammad lahir di Mekah, dari kalangan suku Arab Quraisyyang terkemuka. Hingga usia 40 tahun, hidupnya biasa saja layak-nya yang lain, dan memiliki bisnis sendiri. Beliau dikenal karenakejujuran, integritas, amanah, dan keberpihakannya pada kaummarginal. Dalam suasana batin yang duka karena melihat degra-dasi moral bangsanya, beliau mulai mengasingkan diri di sebuahgua yang terletak beberapa mil di luar kota Mekah. Dalam peng-asingan diri itu, beliau berdo’a, berpuasa, dan berkontemplasi,merenungkan arti kehidupan yang ia hadapi dan bagaimana caramemperbaikinya.

Dan akhirnya, melalui kontemplasi panjang itu, beliau mene-rima pencerahan dan mendapat wahyu dari Tuhan, yang sekaligusmemberinya mandat sebagai Nabi. Ini terjadi pada tahun 609 M.Hal serupa dialami para pendiri agama besar sebelumnya, sepertiMusa, Isa dan Sidharta, yang juga melewati kondisi keras dansulit sebelum menerima pencerahan dari Tuhan. Sejak saat itu, Allahterus berwawan sabda dengan Rasullah saw. hingga akhir hayatbeliau, dalam berbagai ragam keadaan hidup yang beliau lalui.

Beliau diberitahu bahwa Tuhan Yang Maha Esa telah mem-bangkitkan para Rasul dan mengutus mereka ke berbagai bangsadi dunia untuk menyampaikan petunjuk-Nya. Dan sebagaimanahalnya para utusan itu, ia juga kini diangkat oleh Tuhan, denganmisi yang sama dengan para utusan sebelumnya.

Misi Rasulullah saw. adalah menyampaikan pokok ajaran yangsama seperti yang telah disampaikan oleh para nabi sebelumnya.Hanya saja, jika para nabi sebelumnya diutus hanya kepada suatubangsa tertentu, maka Rasulullah saw. diutus untuk segala bangsa,

Misi Suci Nabi Muhammad saw.

Page 14: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 15

untuk seluruh umat manusia. Oleh karenanya, di awal sekali Qur-’an menggambarkan Tuhan sebagai “Tuhannya seluruh alam”(1:1), bukan Tuhan untuk suatu bangsa tertentu saja.

Sebagai Tuhan bagi seluruh alam, tentu saja Allah mengirimkanpetunjuk-Nya kepada semua bangsa. Karena itu, kaum muslimwajib mengimani para nabi dan kitab suci yang datang lebih dulusebagai nabi dan kitab suci yang diturunkan oleh Tuhan yangsama, yakni Allah SWT.

Seorang muslim harus mengimani Ibrahim, Musa, Daud,Sulaiman, Isa, dan banyak lagi nabi lainnya, sebagai para nabiUtusan Allah. Begitu juga dengan tokoh-tokoh suci pendiri agamabesar lainnya, seperti Krishna, Buddha dan Zoroaster, mestiditempatkan dalam kategori yang sama dengan para nabi itu.Seburuk apa pun pandangan orang Islam terhadap Negara Israelhari ini, mereka tetap menghormati dan memuliakan Nabi Yakub,figur suci yang juga disebut sebagai Israel. Kaum muslimin jugamenerima kerajaan Daud dan Sulaiman sebagai kerajaannya paraNabi Allah.

Hal lain yang menunjukkan bahwa wahyu kepada Rasulullahsaw. itu berlaku universal adalah pernyataan Qur’an bahwa “manu-sia adalah umat yang satu” (2:213). Karena itu, dalam ajaran Islam,semua bangsa, ras dan agama harus diperlakukan adil dan setara.Qur’an dengan jelas menyatakan:

“Wahai manusia, sesungguhnya Kamimenciptakan kamu dari pria dan wanita,dan membuat kamu suku-suku dan bang-sa-bangsa, agar kamu saling mengenal.Sesungguhnya yang paling mulia di an-tara kamu di sisi Allah ialah yang palingtakwa di antara kamu.” (49:13)

Page 15: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

16 |

Keunggulan suatu bangsa tidak didasarkan pada ras, keturun-an, warna kulit, bahasa atau bahkan label agama, melainkan di-dasarkan pada ketaqwaan. Keselamatan juga bukan milik satubangsa pilihan, atau juga berdasarkan pada sebuah keyakinan yangdogmatis, atau atas dasar agama apa yang kita anut.

Kaum Yahudi dan Kristen, misalnya, dinyatakan dalam Qur’anmengklaim bahwa yang bisa masuk Sorga tak ada lain kecualimereka (2:111). Qur’an menyebut klaim semacam itu sebagai“hayalan” belaka. Tetapi Qur’an tidak lantas menyatakan, “UmatIslam-lah yang bisa masuk Surga, bukan mereka!” Akan tetapiQur’an justru menyatakan:

“Ya. Barang siapa berserah diri sepenuh-nya kepada Allah dan berbuat baik kepa-da orang lain, dialah yang akan memper-oleh ganjaran dari Tuhannya.” (2:112)

Artinya, siapa pun yang melakukan dua syarat yang tercantumdi dalam ayat di atas, yakni berserah diri kepada Allah dan berbuatbaik kepada orang lain, maka apa pun latar belakangnya, pastilahdia akan mendapatkan keselamatan dan sorga. Di ayat lain, Quranmenjelaskan:

“Untuk tiap-tiap orang di antaramu,Kami tetapkan undang-undang danjalan. Dan jika Allah menghendaki,niscaya Dia akan membuat kamusatu umat. Tetapi Dia menguji kamudengan apa yang telah Dia berikankepadamu. Maka berlomba-lomba-lah dalam perbuatan baik. KepadaAllah-lah kamu semua akan kembali,dan Dia akan memberitahukan ke-

Misi Suci Nabi Muhammad saw.

Page 16: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 17

padamu apa yang kamu berselisih didalamnya.” (5:48)

Atas dasar ayat ini, persaingan yang seharusnya dilakukan diantara para pemeluk agama yang berbeda adalah persaingan dalamhal melakukan kebaikan, bukan berperang satu sama lain. Tuhanmengajarkan bahwa segala sesuatu seharusnya didasarkan padaprinsip benar dan salah, tanpa pandang bulu. Jangan hanya karenaberbeda agama, lantas kita pilih kasih dan berbuat tak adil. Qur’anmenjelaskan:

“Tolong menolonglah dalam kebaikandan taqwa, dan jangan tolong-menolongdalam dosa dan permusuhan.” (5:2)

Karena itu, kaum Muslimin harus bergabung dengan sesamamuslim dalam perkara yang baik, tidak dalam perkara yang salahdan menimbulkan ketidakadilan. Ayat di atas menjunjung tingginilai luhur yang menjadi pedoman untuk mengoreksi suatu umatatau bangsa apabila mereka tersesat.

Kaum Muslimin juga wajib berpihak kepada orang-orang yangbenar, dan tidak mendukung orang-orang yang tak jujur, terlepasdari agama mereka Islam ataukah bukan.

“Dan sertailah orang-orang yang benar.”(9:119)“Janganlah engkau membela perkaraorang yang tak jujur.” (4:105)

Rasulullah saw. memulai misinya dengan berdakwah kepadasanak keluarga beliau di Mekah dan sekitarnya. Beberapa orangmenerimanya, tetapi sebagian besar dari mereka menolak. Beliaudan para pengikutnya bahkan kemudian dianiaya. Penganiayaan

Page 17: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

18 |

semakin meningkat dan menjadi lebih intens seiring berjalannyawaktu. Sebagian kaum muslimin disiksa dan dibunuh. Rasulullahsaw. sendiri diserang dan dilempari batu di berbagai kesempatan.Sebagian kaum muslimin bahkan harus mengungsi ke Abyssinia,Afrika Timur. Di periode Mekah ini, Rasulullah saw. mirip sekalidengan Isa Al-Masih, sebagai nabi yang teraniaya.

Tak lama kemudian, sebagian masyarakat Madinah, sebuahkota yang terletak lebih dari 200 mil atau 360 km di utara Mekah,mulai menerima Islam. Kaum muslimin Mekah yang teraniayapun mulai berbondong-bondong hijrah ke Madinah. Rasulullahsaw. sendiri menunggu giliran, sampai secara berangsur-angsursebagian besar kaum Muslimin meninggalkan Mekah.

Hingga tiba saatnya, ketika para musuh tengah mematangkanrencana pembunuhan atas dirinya, Rasulullah saw. pun mening-galkan Mekah, ditemani Abu Bakar. Untuk mengecoh kaumQuraisy yang mengejar, mereka bersembunyi tiga hari tiga malamdi sebuah gua di bukit Tsur, beberapa mil di luar Mekah. Titikkrusial dalam sejarah Islam terjadi kala para pengejar itu tiba dipintu masuk gua. Tapi untunglah mereka berputar haluan, karenamendapati jaring laba-laba yang bersarang di mulut gua, yangdiyakini menjadi tanda bahwa tak ada orang yang mungkin masukke dalamnya. Lolosnya Nabi Suci dari ancaman kematian di guaitu menjadi “tanda kebangkitan” beliau, serupa tanda kebangkitanYunus, yang dinubuatkan oleh Isa Al-Masih, “(Anak manusia)berada di jantung bumi selama tiga hari tiga malam.” (Mat 12:39-40)

Rasulullah saw. hijrah ke Madinah pada tahun 622 M. Setelahtiga belas tahun menjalankan misi dakwah di Mekah, Rasulullahsaw. memulai fase kehidupan yang sama sekali baru di Madinah.Di sini, Rasulullah saw. menjadi kepala daerah dan pemimpinmasyarakat. Selama sepuluh tahun di Madinah, ajaran Islam yangberkaitan dengan praktek keagamaan, yang berbeda karakteristik-

Misi Suci Nabi Muhammad saw.

Page 18: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 19

nya dengan perkara aqidah, diselenggarakan. Baik praktek keaga-maan dalam perkara ritual agama semata (mahdlah), seperti shalatdan puasa, maupun praktek keagamaan dalam semua aspek ke-hidupan (muamalah), seperti urusan sosial, ekonomi, urusanpeperangan dan perdamaian, dan juga kepemerintahan. LayaknyaMusa a.s., Rasulullah saw. membawa syariat atau tata aturan hukumbaru di kalangan umatnya.

Pada periode ini pula kaum Muslimin terpaksa mengangkatsenjata untuk pertama kalinya. Musuh mereka dari Mekah, yangtak lain adalah sanak famili Rasulullah saw. sendiri, mengirim se-pasukan tentara menyerang Madinah. Saat itulah Rasulullah saw.menerima wahyu yang mengizinkan kaum Muslimin berperang,sebagai upaya membela diri. Karena itulah, perang di dalam Islamhanya boleh dilakukan dalam upaya untuk mempertahankan diridan menegakkan kemerdekaan umat dalam beragama dan ber-keyakinan. Bunyi wahyu Allah tentang izin perang itu dinyatakandengan jelas dalam Qur’an sebagai berikut:

“Izin (berperang) diberikan kepada o-rang-orang yang diperangi, karena me-reka didzalimi. Dan sungguh Allah itukuasa untuk menolong mereka. Yakniorang-orang yang diusir dari rumah me-reka tanpa alasan yang benar, kecuali ka-rena mereka berkata: Tuhan kami ialahAllah. Dan sekira-nya tak ada pembelaanAllah atas sebagian manusia dari seba-gian yang lain, niscaya akan tumbanglahbiara-biara, gereja-gereja, sinagog-sina-gog, dan masjid-masjid, yang di dalam-nya banyak diingat nama Allah.” (22:39-40)

Page 19: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

20 |

Hal ini menunjukkan bahwa perang yang dilakukan kaumMuslimin adalah dalam rangka untuk memperjuangkan tegaknyakebebasan beragama dan berkeyakinan, dan melaksanakankewajiban yang diperintahkan di dalam Qur’an untuk melindungitempat ibadah semua keyakinan.

Dalam tiga peperangan besar yang terjadi di medan perang didekat Madinah, dan terakhir terjadi pengepungan di Madinah,kaum Muslimin kalah jumlah dalam segala hal. Ini jelas menunjuk-kan bahwa kaum Muslimin berperang semata untuk membeladiri. Kendati demikian, pihak musuh selalu gagal dan pada akhir-nya menyerah kalah. Seperti halnya Daud a.s., Rasulullah saw.pun ikut bertempur dalam peperangan.

Hingga suatu ketika, perjanjian damai pun disepakati. Dalammasa itu, Islam tersebar dengan sangat cepat di Arabia. Dua ta-hun kemudian Rasulullah saw. menyerbu Mekah, karena orang-orang Mekah melanggar perjanjian damai. Musuh pun tak punyapilihan selain menyerah. Yang harus menjadi catatan, bahwa se-sudah genap delapan tahun Rasulullah saw. terpaksa harus me-ninggalkan Mekah, beliau kembali ke sana dan merebut Mekahtetapi tanpa menumpahkan darah sama sekali.

Dalam kemenangan gilang gemilang itu, Rasulullah saw. me-wartakan pesan dan tawaran kepada para pemimpin Quraisy, yangpernah memusuhi, menyiksa dan menganiaya beliau, “Perlakuanapa yang kalian harapkan dariku?” Mengetahui bahwa Nabi Sucitak menaruh dendam sama sekali dan justu malah mem-berikanampunan, mereka serentak menjawab, “Engkau adalah saudarakami yang mulia, anak dari saudara kami yang mulia.” KemudianNabi Suci pun menyampaikan maklumat: “Aku katakan kepadakalian, sebagaimana Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya:Pada hari ini tak ada lagi cercaan atas kalian. Allah mengampunikalian. Kalian telah dibebaskan!”

Misi Suci Nabi Muhammad saw.

Page 20: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 21

Tak ada tuntutan, pengadilan atau bahkan hukuman apa punbagi mereka, yang pernah menganiaya kaum Muslimin dengancara yang kejam, sadis dan brutal itu. Rasulullah saw. memaafkansemua orang yang pernah menganiaya beliau dan para pengikut-nya. Dan bahkan, mereka juga diberikan kebebasan untuk mene-rima ataukah menolak Islam.

Rasulullah saw. mengajari umatnya untuk membangkitkan ke-sadaran moral, spiritual, dan intelektual, hingga mencapai puncakkeluhuran budi dan peradaban tinggi kala itu. Itulah kenapa,belum seabad sepeninggal Nabi Suci, Islam sudah tersebar luasdi sebagian besar dunia yang dikenal saat itu, membangun renaisandan peradaban intelektual yang luar biasa. Peradaban itu ber-langsung selama ribuan tahun, sampai akhirnya kemudian lahirlahperadaban modern di Barat.

Dalam Qur’an Suci, Allah menggambarkan peran Nabi Suciitu dengan kalimat singkat berikut ini:

“Dan tiada Kami mengutus engkau ke-cuali sebagai rahmat bagi segala bangsa.”(21:107)

Jadi, bagi segala bangsa, ras, umat dan agama apa pun di belah-an bumi mana pun itulah, rahmat kasih sayang Rasulullah saw.,Nabi yang suci itu, diperuntukkan.

***

Page 21: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 23

2Kebebasan Beragama

dalam Islam

BAB INI DISAJIKAN untuk menunjukkan bahwa Islamsungguh-sungguh memberi kebebasan kepada setiap orang untukmemeluk agama sesuai dengan keyakinannya. Selaras dengan prin-sip ini, Islam tak menetapkan hukuman apa pun bagi siapa punyang menanggalkan keyakinannya terhadap Islam dan berpindahkeyakinan ke agama lain.*

Tak ada paksaan dalam Islam

Islam sama sekali menolak adanya cara-cara paksa dalam halagama dan keyakinan. Qur’an Suci menetapkan perkara ini dengankalimat yang sangat jelas:

“Tak ada paksaan dalam agama, sesung-guhnya kebenaran itu nyata jelas beda-nya dengan kesesatan.” (2:256)

* Bab 2 ini dan bab 4 adalah nukilan yang diperluas dari beberapa karya tulisMaulana Muhammad Ali dari sumber-sumber berikut ini: (i) English Translation of the

Page 22: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

24 |

Di berbagai ayat di dalam Qur’an Suci, banyak dinyatakanbahwa keyakinan seseorang terhadap agama ini atau itu adalahurusan pribadi orang itu sendiri. Setiap orang diberi kebebasanuntuk memilih jalan yang diyakininya benar. Jika yang ia pilihadalah jalan kebenaran, maka kebaikan dari jalan itu semata-matauntuknya sendiri, dan jika dia memilih jalan yang sesat, maka ke-rugian yang didapatnya semata-mata juga untuk dirinya sendiri.

Berikut ini beberapa pernyataan di dalam Qur’an Suci yangrelevan dengan uraian di atas:

“Kebenaran datang dari Tuhanmu, maka barangsiapa menghen-daki ia boleh beriman, dan barangsiapa menghendaki ia bolehkafir.” (18:29)

“Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan kepadanya. Iaboleh berterima kasih atau tak berterima kasih.” (76:3)

“Sungguh telah datang kepadamu tanda bukti yang terang dariTuhanmu. Maka barang siapa melihatnya, itu adalah untuk ke-baikannya sendiri; dan barangsiapa buta, itu adalah untuk kerugi-annya sendiri. Dan Aku bukanlah pelindungmu.” (6:104)

“Jika kamu berbuat baik, sungguh kamu berbuat baik untukjiwamu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, itu (juga) untuk(jiwamu) sendiri.” (17:7)

Tugas Rasulullah saw. dan kaum Muslimin tak lebih hanyamenyampaikan risalah kebenaran dari Tuhan. Hal ini dinyatakandalam berbagai ayat Qur’an Suci antara lain sebagai berikut:

Holy Quran with Commentary (1951), khususnya sub bab Liberal View of Other Religionsdalam Mukadimah; (ii) The Religion of Islam (1936), bab Jihad; dan (iii) Bayan-ul-Quran,Tafsir Quran Suci dalam Bahasa Urdu (1922-1924).

Kebebasan Beragama dalam Islam

Page 23: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 25

“Jika mereka berserah diri, maka sungguh mereka mengikutijalan yang benar; dan jika mereka berpaling, sungguh kewajiban-mu hanyalah menyampaikan risalah.” (3:20; lihat juga 42:8)

“Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Utusan; tetapi jikakamu berpaling, maka sungguh tugas Utusan Kami itu hanyalahmenyampaikan risalah dengan terang.” (64:12; lihat juga 5:92)

“Katakanlah: Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul.Tetapi jika kamu berpaling, dia hanya bertanggung jawab ataskewajiban yang dibebankan kepadanya, dan kamu pun bertang-gung jawab atas kewajiban yang dibebankan kepadamu. Dansekiranya kamu taat kepadanya, sungguh kamu berada di jalanyang benar. Dan tugas seorang Utusan hanyalah menyampaikanrisalah dengan terang.” (24:54)

“Wahai manusia, sesungguhnya kebenaran telah datang kepada-mu dari Tuhanmu; maka barangsiapa mengikuti jalan kebenaranitu, maka kebaikan dari jalan kebenaran itu hanya untuk jiwanyasendiri; dan barangsiapa tersesat, dia tersesat hanya untuk kerugi-annya sendiri. Dan aku bukanlah pelindungmu.” (10: 108)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu Kitab de-ngan kebenaran untuk manusia. Maka barangsiapa berjalanbenar, itu untuk kebaikan jiwanya sendiri, dan barangsiapa ter-sesat, kesesatan itu hanya untuk kerugiannya sendiri. Dan kamubukanlah pelindung mereka.” (39:41)

“Kami tiada mengangkatmu sebagai pelindung mereka, dankamu tiada diutus untuk bertanggung jawab atas mereka.” (6:107;lihat juga 42:48)

“Kewajibanmu hanyalah menyampaikan risalah, dan kewajibanKami adalah memanggil mereka untuk mempertanggungjawab-kan (pilihan mereka).” (13:40)

Page 24: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

26 |

“Dan umatmu mendustakan risalah, padahal itu adalah perkarakebenaran. Katakanlah: Aku tak ditugaskan untuk bertanggungjawab atas (pilihan) kamu.” (6:66)

“Dan orang-orang yang bertakwa tiada akan bertanggung jawabatas mereka dalam hal apapun, tetapi kewajiban mereka hanya-lah mengingatkan agar mereka menjadi taat.” (6:69)

“Dan kamu bukanlah orang yang harus memaksa mereka. Beri-lah semata-mata peringatan dengan Qur’an ini kepada merekayang takut akan ancaman-Ku.” (50:45)

Qur’an menerangkan kepada kita bahwa sikap menerima danmenolak kebenaran dari setiap orang adalah perkara lumrah danalamiah belaka. Karena itu tiada seorang pun diperkenankanmemaksakan kebenaran yang diyakininya kepada orang lain. AllahTa’ala memberi petunjuk yang tegas tentang perkara ini:

“Sekiranya Tuhan dikau menghendaki,niscaya akan beriman semua orang dimuka bumi semuanya. Apa lantas kamuhendak memaksa manusia hingga me-reka menjadi orang-orang yang beri-man?” (10:99)

Ayat di atas berkenaan dengan kegelisahan yang teramat dalamyang dirasakan oleh Rasulullah saw. karena menghendaki semuaorang menerima risalah beliau. Di ayat lain duka cita beliaudiungkapkan sebagai berikut:

“Lalu barangkali engkau akan bunuh diriakibat kesedihanmu, berduka karenamereka, kalau-kalau mereka tak berimanpada risalah ini.” (18:6)

Kebebasan Beragama dalam Islam

Page 25: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 27

“Boleh jadi engkau akan bunuh diri aki-bat duka cita, sebab mereka tak mau ber-iman.” (26:3)

Rasulullah saw. merasa gelisah, sedih dan berduka, karenakaum kafir menolak risalahnya. Siang malam beliau berdo’a, agarsupaya Allah Ta’ala berkenan memberikan mereka petunjuk yangbenar. Ini dilakukan karena pasti beliau tak pernah berfikir untukmenggunakan cara-cara paksa agar kaum kafir menerima risalah-nya.

Qur’an juga membimbing kaum Muslimin untuk lebih berkon-sentrasi pada perbaikan diri mereka sendiri ketimbang berfikirsoal apakah orang lain berada di jalan yang benar atau tidak, se-bab Allah akan menjadi Hakim Tertinggi untuk mereka semua.

“Wahai orang-orang yang beriman, jaga-lah dirimu sendiri, sebab orang yang ter-sesat tak dapat membahayakanmu jikakamu berada di jalan yang benar. Kepa-da Allah-lah kamu semua akan kembali,dan Dia akan memberitahukanmu atassegala apa yang kamu lakukan.” (5:105)

Ada satu ayat yang menyatakan bahwa setiap orang akan meng-ikuti agama atau keyakinan yang berbeda satu sama lain. Ayat ituditujukan kepada seluruh umat manusia:

“Untuk setiap orang di antara kamu, Ka-mi tetapkan undang-undang dan jalan.Dan jika Allah menghendaki, niscaya Diaakan membuat kamu satu umat. TetapiDia ingin menguji kamu dengan apayang telah Dia berikan kepada kamu.

Page 26: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

28 |

1. The Life of Muhammad, Ibn Ishaq, ditulis sekitar abad ke-8 atau ke-9 M.Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Alfred Guillaume, Oxford UniversityPress, 1955, hlm. 271.

Maka berlomba-lombalah dalam kebaik-an. Kepada Allah-lah kamu semua akankembali, dan Dia akan memberitahukan-mu tentang apa yang kamu berselisih didalamnya.” (5:48)

Kaum Kristen beribadah di Masjid Nabawi

Peristiwa yang amat terkenal ini berlangsung sekitar satu tahunatau lebih sebelum wafatnya Rasulullah saw. Peristiwa ini meng-gambarkan komitmen yang kuat dari Rasululah saw. terhadapkebebasan beragama dan berkeyakinan.

Suatu ketika, datanglah serombongan delegasi Kristen dariNajran, sebuah kota di dekat Yaman, yang dipimpin oleh seorangpendeta. Mereka menemui Rasulullah saw. untuk mendiskusikantentang beberapa perbedaan ajaran antara Islam dan Kristen.Mereka lantas ditempatkan di beberapa kamar yang terhubungdengan Masjid Nabawi.

Tepat sebelum dialog dimulai, waktu sembahyang bagi orang-orang Kristen datang. Seketika itu pula Nabi Suci memberi izinkepada mereka untuk menyelenggarakan kebaktian di dalammasjid. Mereka pun bersembahyang menurut cara dan keyakinanmereka, yang tentu berbeda dengan Islam, di dalam masjid yangmenjadi tempat ibadah yang disucikan oleh kaum Muslimin.

Riwayat ini ditulis dalam berbagai karya sejarah Islam klasik,Sirah Nabawiyah, dan tafsir Qur’an.

“Setibanya di Madinah, mereka datang ke Masjid Nabawi saatRasulullah saw. tengah shalat Ashar… Sampai tibalah waktusembahyang mereka, maka mereka pun berdiri dan beribadah

Kebebasan Beragama dalam Islam

Page 27: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 29

di Masjid Nabawi, dan Nabi bersabda agar mereka dibiarkanmelakukannya. Mereka beribadah menghadap ke arah timur.”1

Ayat Qur’an tentang dakwah

Salah satu ayat Qur’an yang menggambarkan bagaimana se-harusnya umat Islam berdakwah adalah sebagai berikut:

“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan ke-bijaksanaan dan nasihat yang baik, danberbantahlah dengan mereka dengancara yang paling baik. SesungguhnyaTuhanmu Yang paling mengetahuiorang yang tersesat dari jalan-Nya, danDia paling mengetahui orang yang ber-jalan benar.” (16:125)

“Kebijaksanaan” berarti sesuatu yang masuk akal dan ilmiah,bukan eksploitasi prasangka atau ketidaktahuan. “Nasihat yangbaik” adalah nasihat yang dapat membuat orang menjadi lebihbaik. Berbantah dengan “cara yang terbaik” adalah menyajikanargumen dan bukti-bukti yang baik, melakukannya dengan sikapyang juga baik, santun, dan simpatik.

Di ayat lain di dalam Qur’an, dengan indahnya dinyatakan:

“Dan siapakah yang lebih baik dalamucapan daripada orang yang menyerukepada Allah dan berbuat baik dan ber-kata: Sesungguhnya aku golongan orangyang berserah diri? Dan tidaklah samakebaikan dan keburukan. Tangkislah itudengan apa yang paling baik, maka tiba-tiba apa yang antara engkau dan dia ter-dapat permusuhan akan menjadi sepertikawan yang akrab. Dan tak seorang pun

Page 28: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

30 |

diberi itu kecuali orang yang mempu-nyai keberuntungan yang besar.” (41:33-35)

Menurut ayat di atas, dakwah Islam harus dilakukan dengancara sebagai berikut:

a. berdialog, tanpa unsur paksaan.b. memberi contoh bagaimana melakukan perbuatan baik itu

ketimbang sekedar berkata-kata.c. membalas perbuatan jahat yang ditimpakan kepada kita de-

ngan perbuatan baik, hingga pelaku kejahatan itu berbalikhatinya menjadi kawan karib kita.

d. melatih kesabaran, yang merupakan satu-satunya jalan untukmencapai kesuksesan dakwah melalui cara-cara di atas.

Tentang bagaimana cara kita berdialog dengan orang lain,dinyatakan dalam Qur’an:

“Dan janganlah kamu berbantah de-ngan kaum Ahli Kitab kecuali dengancara yang paling baik, terkecuali kepadaorang-orang yang zalim di antara me-reka. Dan katakanlah: Kami berimankepada apa yang telah diturunkan ke-pada kami dan yang diturunkan kepada-mu, dan Tuhan kami dan Tuhan kamuadalah satu, dan kepada-Nya kami ber-serah diri.” (29:46)

Bertindak zalim (tak adil) artinya bersikap keras kepala menolakkebenaran argumen orang lain sekalipun ia sadar bahwa argumenitu benar, atau menggunakan siasat culas dan dusta untuk meme-nangkan argumennya sendiri, dan sebagainya. Sebab itu, berdebatdengan orang semacam itu tak ada gunanya.

Kebebasan Beragama dalam Islam

Page 29: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 31

Di ayat ini, kaum muslimin dianjurkan untuk memulai dialogdengan membangun landasan berfikir yang sama, yakni bahwamereka dapat menerima Kitab Suci agama lain sebagai wahyu,dari Tuhan yang sama dengan Tuhan yang menurunkan Qur’an.

Dakwah seharusnya tidak mungkin menimbulkan perselisihanatau pertengkaran, jika saja kaum Muslimin bisa bersikap adil.

“Maka untuk (kebenaran) ini, teruslahberdakwah, dan tetaplah seperti apayang diperintahkan kepada engkau, danjanganlah mengikuti keinginan rendahmereka, dan katakanlah: Aku berimankepada apa yang telah Allah turunkantentang Kitab, dan aku diperintahkanuntuk berlaku adil di antara kamu. Allahadalah Tuhan kami dan Tuhan kamu.Bagi kami amal kami, dan bagi kamuamal kamu. Tidak ada pertikaian antarakami dan kamu. Allah akan mengumpul-kan kita bersama, dan kepada-Nya tem-pat kembali.” (42:15)

Disebut “mengikuti keinginan rendah dan berlaku tak adil”itu bermula di ranah fikiran dan keyakinan. Contohnya, berfikirbahwa Tuhan akan mengampuni kita dan tak akan mengampuniorang lain untuk suatu kesalahan yang sama, hanya karena dianon-muslim. Atau sebaliknya, Tuhan memberi ganjaran atas ke-baikan yang kita perbuat, tapi tak melakukan hal yang sama kepadanon-muslim yang berbuat baik.

Di dalam ayat ini, sekali lagi umat Islam harus menyatakankepada pemeluk agama lain bahwa Tuhan kita dan Tuhan merekaadalah sama. Tuhan menghakimi secara adil setiap perbuatan.Karena itu, ketimbang berdebat dan berbantah satu sama lain,lebih baik masing-masing menunjukkan apa yang diyakininya

Page 30: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

32 |

sebagai kebenaran melalui perbuatan-perbuatan baik yang dilaku-kan. Itulan makna kalimat, “bagi kami amal kami, dan bagi kamupula amal kamu.”

Qur’an juga melarang keras kaum Muslimin mencaci makiatau menghina sesembahan pemeluk agama lain.

“Janganlah mencaci maki apa yang me-reka seru selain Allah, agar mereka takmencaci maki Allah di luar batas karenaketidaktahuan.” (6:108)

Ayat lain yang relevan dengan perkara ini, sebagai berikut:

“Dan jika kamu ajak mereka kepada pe-tunjuk, mereka tidak mendengar, dankamu melihat mereka memandang kearah kamu, namun mereka tidak melihat.Berpegang teguhlah pada pengampunandan perintahkan kebaikan, dan berpa-linglah dari orang bodoh.” (7:198-199)

Ayat ini menerangkan bahwa ketika kita harus berurusandengan orang-orang bebal, yang dengan membabi buta mem-buruk-burukkan Islam, dan karena itu mereka gagal memahamikebenaran, maka kita tidak boleh marah, murka, apalagi berbuataniaya terhadap mereka. Kita seharusnya mengampuni mereka,tetap berbuat baik kepada mereka, dan kemudian berpalinglahdari mereka sembari bertawakkal kepada Allah.

Ada dua ayat lagi yang menjadi nasihat bagi kaum muslimintentang bagaimana cara menghadapi orang bebal, yang tak perlulagi mendapat penafsiran, sebagai berikut:

Kebebasan Beragama dalam Islam

Page 31: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 33

“Dan hamba Tuhan Yang Maha-pemu-rah adalah mereka yang berjalan di atasbumi dengan rendah hati, dan apabilaorang bodoh menegur mereka, merekaberkata: Damai!” (25:63)

“Dan apabila mereka mendengar o-mong kosong, mereka berpaling darinyadan berkata: Bagi kami perbuatan kamidan bagi kamu perbuatan kamu. Damaiatasmu! Kami tak mau jadi orang bo-doh.” (28:55)

Sebagai pelengkap, ada sebuah riwayat yang menunjukkan ke-pada kita, bagaimana seseorang bisa menerima Islam hanya karenakagum akan akhlak Rasulullah saw.

Suatu hari, seorang ulama Yahudi datang menemuiRasulullah saw. untuk menagih utang.

Rasulullah saw. berkata, “Aku tak punya uang sekarang.”“Baiklah Muhammad, aku tak akan meninggalkanmu

sampai kamu membayar hutangmu!” kata Yahudi itu.“Baiklah, kalau begitu aku akan duduk denganmu,” ja-

wab Rasulullah saw.Maka Rasulullah saw. pun kembali duduk ditemani

Yahudi itu, sambil berdoa sepanjang hari hingga larutmalam, dan shalat Subuh di keesokan harinya.

Para sahabat yang jengkel mengancam akan mengusirYahudi itu, tetapi Rasulullah saw. melarang mereka. Merekaberkata: “Ya Rasul, bukankah orang Yahudi itu menahanengkau?”

Rasulullah saw. menjawab, “Tuhanku melarang akubertindak tak adil kepada siapa pun yang berada di bawahperjanjian damai, begitu juga dengan dia.”1

Page 32: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

34 |

Menjelang siang, orang Yahudi itu tiba-tiba menyatakandiri masuk Islam dan mengucapkan Kalimah Syahadat, laluberkata, “Demi Allah, aku melakukan apa yang aku lakukan,semata untuk melihat apakah ciri-ciri yang termaktub dalamTaurat tentang Nabi yang Dijanjikan itu terdapat dalamdiri engkau atau tidak. Sebab dalam Taurat dikatakan: ‘NabiYang Dijanjikan itu tak kasar dalam bicara dan tak juga iakeras hati; tak akan juga dia berkoar-koar di jalanan, jugatak akan melakukan cakap kotor dan omong kosong’ …Inilah hartaku. Engkau boleh melakukan apa saja denganitu.”2

Orang murtad tak dihukum

Ada anggapan keliru bahwa Islam memberlakukan hukumanmati bagi orang murtad. Tetapi sungguh, jika kita membaca Qur-’an dengan seksama, maka kita akan tahu bahwa tak ada alasansedikit pun untuk membenarkan anggapan tersebut.

Di banyak ayat, Qur’an membahas tentang orang-orang yangmurtad, tetapi tak satu ayat pun yang menyatakan bahwa merekaharus dihukum atau bahkan dibunuh. Dalam salah satu ayat Qur-’an yang membahas kegigihan kaum kafir Quraisy dalam meme-rangi kaum Muslimin, dinyatakan:

“Mereka tak akan berhenti memerangi-mu sampai mereka membalikkan kamudari agamamu, jika mereka dapat. Danbarangsiapa di antara kamu berbalik dari

1. Di Madinah kala itu, non-Muslim hidup di bawah perlindungan Nabi Suci, dibawah perjanjian damai yang menjamin keamanan, keadilan dan kebebasan beragama.

2. Mishkatul-Masabih, bab: ‘Kesengsaraan’, sub bab ‘Moral dan Kebiasaan Nabi’(lihat jld. 3, hlm. 155 dalam terjemah Bahasa Urdu oleh Maulana Abdur-RahmanKandhalvi; atau jld. 3, hlm. 141-142 dalam terjemah Bahasa Urdu oleh MaulanaAbdul Hakim Khan Akhtar Shahjahanpuri).

Kebebasan Beragama dalam Islam

Page 33: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 35

agamanya, lalu dia mati selagi dia kafir,ini adalah orang yang pekerjaannya sia-sia belaka di dunia ini dan akhirat.”(2:217)

Ayat ini dengan jelas berbicara tentang seseorang yang tetapdibiarkan hidup setelah dia murtad, hingga ia mati dengan sendiri-nya dalam keadaan kafir. Ayat ini juga menunjukkan bahwa kaumkafirlah, melalui jalan perang, yang memaksa kaum Musliminmenanggalkan agamanya. Sebaliknya, Islam sendiri tak pernahmemaksa umatnya untuk tetap menganut Islam ataukah tidak.Qur’an juga menyatakan:

“Wahai orang-orang yang beriman,barangsiapa di antara kamu murtad dariagama, maka Allah akan mendatangkankaum yang Dia cintai dan yang mencin-tai Dia.” (5:54)

“Orang-orang yang kafir sesudah mere-ka beriman, kemudian bertambah dalamkekafiran, tobat mereka tidak diterima,dan mereka adalah orang yang sesat.”(3:90)

“Orang-orang yang beriman lalu kafir,beriman lagi dan kafir lagi, lalu bertam-bah dalam kekafiran, Allah tidak akanpernah mengampuni mereka dan tak a-kan membimbing mereka ke jalan (yangbenar).” (4:137)

Ayat terakhir berbicara tentang orang-orang tertentu yangbolak-balik beralih antara iman dan kafir. Atas kehendak sendirimereka memeluk Islam, lalu murtad, kemudian kembali lagi, dan

Page 34: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

36 |

akhirnya murtad kembali dan tetap dalam kekafiran hingga akhirhayatnya. Kendati demikian, mereka sama sekali tak dikenai hu-kuman, dan tak ada penghakiman apa pun dari kaum Musliminatas tindakan mereka. Sebab, dalam keyakinan kaum Muslimin,berdasar ayat ini, hanya Tuhan sajalah yang berhak menghakimimereka.

Qur’an juga meriwayatkan sekelompok orang Yahudi di Madi-nah, yang berencana memeluk Islam dan kemudian meninggal-kannya, supaya menimbulkan kesan bahwa Islam adalah agamayang tak berharga.

“Dan sekelompok kaum Ahli Kitabberkata: Berimanlah kepada apa yangtelah diturunkan kepada orang-orangyang beriman pada bagian permulaanhari, dan kafirlah pada bagian akhir(hari) itu, agar mereka kembali (padakekafiran).” (3:72)

Rencana semacam itu tak mungkin terfikirkan oleh merekayang tinggal di Madinah, yang notabene berada di bawah kekua-saan umat Islam, jika seandainya Qur’an menetapkan hukumanmati bagi orang yang murtad.

Hal ini sebenarnya diakui juga oleh sejumlah orientalis Barat.Dalam Encyclopaedia of Islam, misalnya, sebuah karya besar darisejumlah orientalis Barat, di bawah artikel yang ditulis oleh WilliHeffening bertajuk Murtad, tertulis: “Dalam Qur’an, orang mur-tad hanya diancam dengan hukuman di akhirat saja.”3

3. The Encyclopaedia of Islam, Edisi kedua, E.J. Brill, jld. vii (1993), hlm. 635,kolom 1 (di edisi pertama lihat jld. 3, hlm. 736).

Kebebasan Beragama dalam Islam

Page 35: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 37

Orang murtad dalam situasi perang

Kesalahfahaman mengenai keharusan orang murtad dihukummati tampaknya muncul dari beberapa peristiwa khusus di masahidup Rasulullah saw. Ada riwayat mengenai sekelompok orangmurtad, yang kala itu bergabung dengan pasukan musuh, yangdiperlakukan sebagai musuh yang harus dibunuh. Ada pula riwayatseorang murtad yang merenggut nyawa seorang Muslim, dankarena itu lantas dia dihukum mati. Jadi, orang murtad itu dihu-kum bukan karena kemurtadannya, melainkan karena pembunuh-an yang dilakukannya.

Qur’an Suci meriwayatkan sejumlah kasus orang yang murtadselama perang (4:88-91), dan memberi petunjuk kepada umatMuslim bagaimana menanganinya. Orang yang secara terbukabergabung dengan musuh dan ikut serta dalam memerangi kaumMuslimin, tentu saja harus diperlakukan sebagai musuh. Tetapiterdapat pengecualian sebagaimana disebutkan dalam QS 4:90sebagai berikut:

“Terkecuali orang-orang yang berga-bung dengan suatu kaum yang antarakamu dengan mereka ada ikatan per-janjian, atau orang-orang yang datangkepadamu, karena mereka takut meme-rangimu, atau memerangi orang-orangmereka sendiri… Maka jika mereka me-narik diri darimu dan tidak memerangikamu, dan menawarkan perdamaiankepadamu, maka Allah tak memberi ja-lan kepadamu untuk melawan mereka.”

Jadi bahkan dalam situasi perang sekalipun, orang-orangmurtad yang bergabung dengan kaum kafir, tapi ia berdamaidengan kaum muslim dan tak ikut memerangi kaum muslim, takboleh disakiti dengan cara apapun.

Page 36: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

38 |

Orang murtad dalam Hadits dan fiqih

Pendapat yang menyatakan bahwa orang murtad harus dihu-kum mati disandarkan kepada kitab-kitab fiqih klasik, yangmemang merujuk pada berbagai riwayat hadits. Tetapi hendaklahdiingat bahwa fatwa-fatwa yang tertuang di dalam kitab fiqih ituadalah pendapat para ulama ahli fiqih, yang dipengaruhi olehsituasi dan kondisi zamannya. Oleh sebab itu, pendapat itu tidakbisa dianggap sebagai perkara hukum yang mutlak.

Sebab, jika kita kaji berbagai riwayat Hadits tentang perkaramurtad ini secara lebih cermat, maka akan diperoleh kesimpulanbahwa orang murtad itu tak bisa dihukumi apa pun, kecuali jikaterkait dengan kasus lain yang menuntut diberlakukannya hu-kuman, misalnya karena mereka bergabung dengan pasukanmusuh dan memerangi kaum Muslimin.

Lagipula, Hadits tidak bisa dijadikan dalil untuk menghukumiperkara yang bertentangan dengan prinsip yang secara eksplisitsudah dijelaskan di dalam Qur’an. Karena itu, riwayat haditsseperti, “Barangsiapa murtad, bunuhlah dia”, harus difahami dandiperlakukan menyesuaikan dengan prinsip Qur’an, bahwa pe-rintah membunuh atau menghukum mati orang yang murtad itudilakukan karena kemurtadan mereka disertai suatu tindakkejahatan melawan kaum muslim.

Tampaknya, kitab fiqih klasik juga mengakui bahwa perkaramurtadnya seseorang itu tak bisa dikenai hukuman. Tetapi de-ngan asumsi bahwa karena orang yang murtad itu bergabungdengan pasukan musuh, yang secara otomatis ikut memerangikaum Muslimin, maka dari itu mereka boleh dibunuh.

Karena alasan inilah, salah satu kitab fiqih yang cukup populer,Hidayah, menyatakan bahwa seorang wanita murtad tidak dihu-kum mati, karena ia tak bisa berperang melawan kaum Muslimin.Di dalam Kitab itu juga dinyatakan, “Hukuman mati bagi orang

Kebebasan Beragama dalam Islam

Page 37: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 39

murtad dilakukan untuk mencegah terjadinya kekacauan dalamperang, dan hukuman itu diberlakukan bukan karena kekafiran-nya, ... kekafiran semata tidak mengabsahkan pembunuhan atasseorang manusia.”

Jelasnya, kesalahan para ahli fiqih, yang itu bertentangandengan Qur’an Suci, adalah karena mereka mengasumsikan bah-wa seorang yang murtad itu pasti memerangi kaum Musliminkarena mereka bergabung dengan pihak musuh.

Jika Qur’an Suci dan Sunnah Nabi dianggap sebagai otoritastertinggi dalam ajaran dan hukum Islam, maka tak bisa dipungkirilagi bahwa Islam memberikan kebebasan penuh kepada setiaporang untuk menganut agama apa pun yang mereka kehendaki,dan melarang kaum Muslim untuk memberi hukuman apa punkepada mereka yang murtad.

Dan akhirnya, sangat penting untuk dijelaskan bahwa sese-orang hanya bisa meninggalkan Islam dengan keputusan danpilihannya sendiri, bukan dengan ketentuan atau keputusan yangdibuat oleh Muslim lainnya. Seseorang yang menyatakan diri se-bagai Muslim, dan mengikrarkan kalimat syahadatain, tidak bolehdan tidak bisa dikeluarkan dari Islam oleh seorang Muslim lain-nya, atau oleh lembaga Islam mana pun, bahkan oleh pengadilanatau negara sekalipun.

Islam secara tegas melarang umatnya secara serampanganmelabeli seseorang sebagai kafir atau murtad. Nabi Muhammadsaw. menyatakan bahwa syahadatain itu adalah dasar dari iman.Jika seseorang sudah menyatakan kalimah itu, maka “kamu tidakboleh menyebut dia kafir karena dosa yang ia perbuat, atau me-ngeluarkan dia dari Islam karena kejahatannya.”4

Karena itu, keputusan atau fatwa apa pun yang menyatakanseseorang atau sekelompok orang telah kafir atau murtad, tidak

4. Abu Dawud, bab: ‘Jihad’, hadits 2532.

Page 38: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

40 |

mendapatkan legitimasinya di dalam Islam, atau tak berlaku, se-panjang pihak yang dituduh tetap mengaku sebagai Muslim.

Semua agama bebas berdakwah

Sebagian muslim beranggapan bahwa pemeluk agama lainyang hidup di bawah pemerintahan kaum Muslimin memangberhak mengamalkan ajaran agamanya dan mengajarkannyakepada komunitas mereka sendiri, tetapi mereka dilarang men-dakwahkan ajaran mereka kepada umat Islam. Pandangan ini jelasbertentangan dengan Qur’an.

Ketika Qur’an dalam banyak ayat, misalnya, menyalahkankeyakinan segolongan umat, ada ayat lain yang meminta merekauntuk menunjukkan bukti atau argumentasi yang mendukungkeyakinan mereka itu.

“Katakan: Bawalah tanda buktimu jikakamu orang yang tulus.” (2:111, lihatjuga 21:24, 27:64)

“Katakan: Apakah kamu mempunyaipengetahuan sehingga kamu akan me-ngemukakannya kepada kami?” (6:148)

“Maka bawalah Kitabmu, jika kamuorang yang benar.” (37:157, lihat juga46:4)

Jadi kita tidak boleh melarang umat agama lain untuk menge-mukakan argumentasi atau membuktikan keyakinan mereka,sebab Qur’an saja mengharuskan mereka untuk mengajukanbukti, argumen dan “Kitab” mereka untuk mendukung keyakinanmereka. Qur’an juga bahkan menantang orang-orang yang men-

Kebebasan Beragama dalam Islam

Page 39: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 41

dustakannya untuk membuat tulisan yang dianggap bisa menan-dingi Kitab Suci dalam hal kekuatan, kebenaran dan kefahihan-nya (2:23, 10:38, 11:13, 17:88).

Jelasnya, Islam tidak melarang umat agama lain untuk me-nyampaikan argumennya kepada kaum Muslim, berupa tulisanatau apa pun, yang mereka anggap dapat menyamai atau meng-ungguli tulisan atau argumen Qur’an. Jika tidak diperbolehkan,lantas dengan cara apa mereka menanggapi tantangan Qur’anitu?

***

Page 40: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 43

ISLAM MENGAJARKAN kaum Muslimin cara-cara yangelegan di dalam menanggapi ujaran kebencian, berupa cacian,ejekan serta hinaan terhadap Islam dan Rasulullah Muhammadsaw.

Kecaman atau tuduhan apapun terhadap Islam, yang dijadikandasar atau alasan untuk mencaci maki, harus disangkal dan dijawabdengan kata-kata dan ucapan yang bijaksana. Di samping itu,segala upaya mesti dilakukan untuk memberikan gambaran yangbenar tentang Islam. Dengan semakin pedulinya kita di dalammemberikan penjelasan dan penerangan, maka kesalahfahamanyang berujung pada ujaran kebencian terhadap Islam dan Rasu-lullah saw. semakin lama akan semakin sirna.

Akan halnya sakit hati yang pasti secara alamiah dirasakanakibat ujaran tersebut, kaum Muslimin diajari antara lain untukmenghadapinya dengan sikap sabar, tak mengindahkannya, meng-hindarkan diri sementara waktu dari para penebar kebencian itusampai mereka berhenti, dan memberikan ampunan dan per-maafan atas ketidakfahaman mereka.

3Menanggapi

Hinaan dan Cemoohan

Page 41: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

44 |

Semua ini dinyatakan dengan jelas dan tegas dalam Qur’anSuci dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. Islam melarang umat-nya menanggapi caci maki dan cemoohan secara emosional, pe-nuh amarah, mengancam, meminta hukuman dan ganti rugi, ataubahkan melakukan kekerasan. Sangat salah dan sama sekali takberdasar, jika dikatakan bahwa Islam mengajarkan umatnya untukmembunuh siapa pun yang melakukan ujaran kebencian terhadapIslam, atau mengejek dan menyinggung perasaan kaum Musliminakibat keyakinan mereka.

Secara umum perlu digaris bawahi bahwa Qur’an Suci sendirimencatat banyak sekali ujaran kebencian kaum kafir yang ditim-pakan kepada Nabi Suci Muhammad saw., seperti disebut oranggila atau tukang sihir misalnya. Tetapi Qur’an menjawab tuduhan-tuduhan itu tanpa disertai satu ayat pun yang menganjurkan ataubahkan memerintahkan kaum Muslim untuk memberikan hu-kuman apapun kepada para pelaku tuduhan itu.

Lagipula, jika sekiranya setiap cacian atau kecaman itu harusdibungkam dengan paksa, lantas kenapa Qur’an mengabadikanbegitu banyak contoh umpatan, caci maki atau cemoohan yangkeluar dari mulut kaum kafir itu?

Bersikap Sabar

Dalam menghadapi ujaran kebencian, Qur’an Suci mengajar-kan kaum muslim untuk bersikap sabar.

“Sesungguhnya kamu akan diuji denganhartamu dan dirimu sendiri. Dan sung-guh kamu akan mendengar banyak cacimaki dari kaum Ahli Kitab dan kaummusyrik. Dan jika kamu bersabar danbertaqwa, maka sungguh ini adalah per-kara ketetapan hati ysng besar.” (3:186)

Menanggapi Hinaan dan Cemoohan

Page 42: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 45

“Banyak kaum Ahli Kitab menghendakiagar mereka dapat mengembalikan ka-mu menjadi kafir setelah kamu beriman,karena iri atas diri mereka sendiri setelahkebenaran menjadi nyata bagi mereka.Akan tetapi maafkanlah dan ampunilah,sampai Allah melaksanakan perintah-Nya” (2:109)*

Sehubungan dengan ayat ini, Imam Bukhari meriwayatkansebuah hadits:

“Rasulullah dan para sahabat biasa memaafkan kaum musyrikdan kaum Ahli Kitab, seperti yang telah Allah perintahkan ke-pada mereka, dan mereka biasa menunjukkan kesabaran saatmendengar kata-kata yang menyakitkan.”1

Terdapat setidaknya tiga lagi sabda Nabi Suci Muhammad saw.yang menghargai sikap sabar dalam menghadapi ujaran kebencian.

“Seorang muslim yang bergaul dengan orang lain dan bersikapsabar atas kata-kata mereka yang menyakitkan, lebih baik dari-pada orang yang tak bergaul dan tak bersikap sabar atas cacimaki itu.”2

“Tak ada yang lebih besar kesabarannya daripada Allah saat men-dengar kata-kata yang menyakitkan. Banyak orang menyebutDia memiliki anak laki-laki, tapi Dia tetap saja memberi merekarezeki dan keselamatan.”3

* Untuk penjelasan lebih lanjut ayat 2:109 ini, lihatlah Bab 4.1. Bukhari, bab: ‘Tafsir tentang Quran’, h. 4566 (MK: b. 60, n. 89)2. Tirmidhi, bab: ‘Gambaran Hari Kiamat’, h. 2696 (MDR: h. 2507). Ibn Majah,

bab: ‘Kesengsaraan’, h. 4032.3. Bukhari, bab: ‘Kesopanan’ (Adab), h. 6099 (MK: b. 73, n. 121).

Page 43: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

46 |

“Suatu ketika Rasulullah membagikan harta rampasan perangkepada para sahabat. Seorang Anshor berkata, ‘Demi Allah!Karena pembagian ini, Muhammad tak menyenangkan Allah’.Aku pun datang menemui Rasulullah saw. dan memberitahukan-nya perihal ini. Wajah beliau langsung memerah dan lantas ber-sabda, “Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Musa,karena dia terluka lebih dari ini, namun dia tetap sabar.”4

Sungguh mulia dan eloknya jika tuntunan hadits pertama diatas diterapkan di era modern sekarang ini, di mana masyarakatyang beragam keyakinan harus bercampur baur, bergaul dan ber-interaksi satu sama lain secara intens.

Hadits kedua menerangkan bahwa bahkan Tuhan pun mem-beri contoh mulia tentang bagaimana bersikap sabar saat mende-ngar sesuatu yang tak menyenangkan bagiNya. Tak hanya sabar,tetapi bahkan Dia tetap terus saja menganugerahkan kasih sayangdan kemurahan hatiNya kepada mereka yang mengucapkan kata-kata yang tidak Ia sukai itu.

Di dalam Qur’an Suci juga terdapat ayat-ayat lain yang meng-anjurkan kaum muslim bersikap sabar atas ujaran kebencian, cacimaki, celaan dan ejekan dari pihak lain. Qur’an Suci mengajarkankaum Muslim untuk bisa melipur lara hati dan meredam kemarah-an mereka seraya bersikap sabar dan tak mempedulikan ujarankebencian yang ditimpakan kepada mereka.

“Dan bersabarlah terhadap apa yangmereka katakan, dan tinggalkanlah me-

4. Bukhari, bab ‘Kesopanan’, h. 6059 (MK: b. 73, n. 85). (Hadits ini meriwa-yatkan soal pembagian harta rampasan perang (ghanimah) pasca Perang Hunain, yangdigugat oleh salah seorang sahabat Anshar, karena dianggap tak adil. Sebab, Rasulullahkala itu memberikan ghanimah lebih besar kepada para muallaf (orang-orang yangbaru masuk Islam). Sesudah Rasulullah mem-beri penjelasan bahwa hal itu dilakukanuntuk memperkokoh iman para muallaf itu, para sahabat bisa menerimanya. -- editor).

Menanggapi Hinaan dan Cemoohan

Page 44: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 47

reka dengan penarikan diri yang baik.”(73:10, lihat juga 20:130; 50:39)

“Janganlah mengikuti kaum kafir dankaum munafik, dan abaikanlah tutur ka-ta mereka yang menyakitkan (hati), danbertawakallah kepada Allah.” (33:48)

Tinggalkan para pencemooh

Berkenaan dengan ejekan dan cemoohan atas agama, yangtentu berbeda dengan kritik, kaum Muslimin diberitahu:

“Apabila kamu mendengar ayat Allah di-ingkari dan ditertawakan, janganlahduduk bersama mereka sampai merekamembicarakan perihal lain.” (4:140; lihatjuga 6:68)

Dalam ayat di atas, seorang Muslim dianjurkan tiada lain ke-cuali untuk meninggalkan kumpulan orang yang tengah mem-bicarakan agama sebagai bahan cemoohan, bahkan itu pun jikacemoohan itu berkepanjangan. Dan mereka diminta untuk berga-bung kembali dengan kumpulan itu jika mereka telah mengubahtopik pembicaraan. Jauh sekali dari perintah agar kaum Muslimmembunuh mereka!

Kaum Muslimin diperintahkan agar memisahkan diri dari parapencemooh selama mereka masih melakukan cemoohannya.Tetapi mereka dianjurkan untuk tetap menjalin relasi baik denganpara pencemooh itu. Setiap kritikan yang menjadi dasar dari sua-tu cemoohan harus dijawab. Tetapi untuk menanggapi cemoohan,ejekan atau olok-olok, kaum muslimin hanya diminta untukmenarik diri dari mereka yang melakukan hal sedemikian. Adakahajaran yang lebih mulia dan lebih inspiratif daripada ini?

Page 45: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

48 |

Ayat berikut, ditujukan kepada Rasulullah saw., seperti jugatelah dikutip di atas:

“Dan bersabarlah terhadap apa yangmereka katakan, dan tinggalkanlah me-reka dengan penarikan diri yang pantas.”(73:10)

Kata jamiilan yang digunakan di ayat ini secara harfiah artinyaindah. Karena itu, ‘penarikan diri’ kaum muslimin dari para pelakuujaran kebencian itu harus dilakukan dengan cara yang elegan danpenuh etika, bukan malah justru meladeni cemoohan dan ejekandengan perilaku yang sama.

Teladan Rasulullah saw.

Dalam hal menanggapi ujaran kebencian berupa caci maki,celaan, cemoohan dan sejenisnya, ada banyak riwayat dari kisahkehidupan Nabi Suci Muhammad saw. yang patut kita teladani.Berikut adalah beberapa kisahnya.

Kisah pertama, tersebutlah Suhayl bin Amr, salah seorangpemuka Quraisy yang ahli dalam berorasi. Suhayl biasa berorasiuntuk menghina Nabi Suci. Dalam Perang Badar, Suhayl berhasilditawan oleh kaum Muslim, lantas dibawa ke hadapan Nabi Suciuntuk disidang. Dalam persidangan itu, Sayyidina Umar berkata,“Wahai Nabi, izinkan aku mencabut seluruh gigi depan Suhayl,supaya dia tak bisa lagi berorasi menghina engkau.”

Tanpa ragu, Rasulullah saw. menjawab, “Jangan! Aku tak maumelakukannya, karena aku tak ingin Tuhan melakukannya jugakepadaku, meskipun aku adalah UtusanNya.” Lantas, Rasulullahsaw. bernubuat, “Boleh jadi suatu hari nanti Suhayl akan mem-beritakan sesuatu yang akan membuatmu senang.”

Menanggapi Hinaan dan Cemoohan

Page 46: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 49

Enam tahun pasca peristiwa itu, Mekah berhasil direbut olehkaum Muslimin. Nabi Suci lantas mengampuni semua musuhbeliau tanpa kecuali, termasuk juga Suhayl. Terharu atas sikapRasulullah saw. yang penuh cinta kasih itu, Suhayl pun akhirnyamemeluk Islam.

Dua tahun kemudian, Rasululullah saw. wafat. Mendengarkabar wafatnya Nabi Suci, Kaum Muslimin terombang-ambingdalam duka cita dan ketidakpastian. Di Madinah, Abu Bakartampil berorasi di tengah kaum Muslimin, menenangkan suasanadan meyakinkan kaum Muslimin atas benarnya kabar tersebut.Sementara itu, di Mekah, Suhayl melakukan orasi yang sama, danmemperkuat keyakinan umat Islam di kota itu, bahwa Islam akanterus ada dan berjaya meski Nabi Suci telah wafat.

Maka tergenapilah nubuat Rasulullah saw. bahwa Suhayl, yangsebelumnya selalu berorasi menyerang Islam, suatu hari nantiakan melakukan orasi yang membawa kegembiraan besar bagiumat Islam.5

Kisah kedua, suatu ketika Rasulullah saw. membagikan ghani-mah (harta rampasan perang). Tiba-tiba seorang sahabat yangmerasa bahwa pembagian itu tak adil menuding muka Nabi Sucisambil berteriak: “Takutlah pada Allah, wahai Muhammad.”Lantas ia pun pergi tanpa permisi.

Tak terima atas perlakuan itu, seorang sahabat lainnya memintaizin kepada Rasulullah saw. untuk pergi dan membunuh orangyang dianggapnya menghina Nabi itu. Tapi Nabi Suci melarang-nya, dan seolah ingin melihat sisi baik dari orang itu, lantas ber-sabda, “Mungkin dia sedang memanjatkan do’a.”

5. (i) Muhammad Husein Haykal, The Life of Muhammad, bab Pertempuran BesarBadr, hlm. 239 dari terjemahan edisi ke-8, 1983.

(ii) Ibnu Ishaq, The Life of Muhammad, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggrisoleh Alfred Guillaume, hlm. 312 dan 794-795.

(iii) Biografi Suhayl di: www.sunnah.org/history/Sahaba/suhayl.html

Page 47: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

50 |

Sahabat itu berkata, “Memang ada banyak orang yang berdo’a,tapi apa yang mereka ucapkan dengan lisan mereka bukanlahapa yang ada di dalam hati mereka.” Rasulullah saw. menjawab,“Aku tak diperintahkan Allah untuk membelah dada mereka danmelihat isi hatinya.”6

Kisah ketiga, suatu ketika beberapa orang Yahudi menyapaRasulullah saw. dengan mengganti ucapan assalaamu ‘alaikum(semoga damai atasmu) dengan ucapan assaamu ‘alaikum, yangartinya “semoga kematian menimpamu”. Aisyah sontak menim-pali, “semoga kutukan dan kematian atasmu”.

Tetapi Rasulullah saw. menegur ‘Aisyah dan bersabda, “Te-nanglah, Aisyah! Allah menyukai orang yang baik hati dan lemahlembut dalam segala hal.” Dalam riwayat lain, beliau bersabda:“Tenanglah, Aisyah! Bersikaplah yang baik dan lemah lembut,dan jagalah diri dari berkata yang kasar dan buruk.”7

Lantas Nabi Suci bersabda lagi bahwa beliau telah mendengarsalam mereka dan menjawabnya dengan kalimat singkat, “wa‘alaikum” (dan demikian juga atasmu). Demikianlah balasan mak-simal yang dilakukan Rasulullah saw. Sama sekali tak menyerangmereka secara fisik, bahkan juga tidak melakukan kutukan sepertiapa yang mereka lakukan. Rasulullah saw. hanya membalas do’amereka dengan do’a yang sama dan sebanding.

Kisah keempat, suatu ketika ada empat orang yang menuduhSiti ‘Aisyah, istri Nabi suci, berbuat mesum. Pada akhirnya, tuduh-an mereka terbukti salah. Salah seorang dari mereka bernamaMistah, seorang miskin, yang biasa menerima sedekah dari AbuBakar, ayah Aisyah. Setelah kejadian itu, Abu Bakar bersumpahuntuk tidak akan lagi membantu Mistah. Atas peristiwa itu, turun-lah ayat berikut ini kepada Nabi Suci:

6. Bukhari, bab ‘Ekspedisi’, h. 4351 (MK: b. 59, n. 638); lihat juga bab ‘Nabi’, h.3344 (MK: b. 55, n. 558, hadis kedua)

7. Bukhari, bab ‘Kesopanan’, h. 6030, h. 6024 (MK: b. 73, n. 57, n. 53).

Menanggapi Hinaan dan Cemoohan

Page 48: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 51

“Janganlah orang-orang yang memilikikarunia dan kekayaan di antara kamubersumpah untuk tidak memberi bantu-an pada kerabat dekat dan orang-orangmiskin dan orang-orang yang berhijrahdi jalan Allah, dan hendaklah merekamemaafkan dan melupakan (kesalahan).Apakah kamu tidak suka bahwa Allahakan mengampunimu? Dan Allah ituYang Maha Pengampun, Yang MahaPengasih” (24:22)

Mendengar ayat ini, Abu Bakar pun lantas berseru, “Sungguh,aku lebih suka jika Allah mengampuniku!” Kemudian ia pun kem-bali memberi sedekah kepada Mistah, seperti yang sudah-sudah.8

Fitnah ini tak ditujukan kepada seorang wanita biasa, melain-kan kepada seorang istri Nabi, yang berarti juga menyerang ke-sucian sebuah keluarga yang menjadi model teladan bagi umat.Maka dari itu, pengampunan yang diajarkan dalam ayat di atas,yang kemudian dipraktekkan oleh Abu Bakar, seorang tokohMuslim yang dimuliakan sesudah Rasulullah saw., adalah sung-guh wujud kemurahan hati yang sangat luar biasa.

Dalam riwayat pertama dan kedua, Rasulullah saw. “terlin-dungi” dari berbuat jahat pada orang-orang yang telah menghinadan memaki beliau. Dalam riwayat ketiga, beliau bahkan tak ber-pikiran buruk sama sekali terhadap orang yang menghina beliau.Dan pada riwayat keempat, beliau menerima wahyu dari Allah,yang meminta kaum Muslimin untuk tidak hanya memaafkanorang yang telah memfitnah istrinya berbuat asusila, tetapi bahkanuntuk tetap memberikan sedekah kepadanya.

8. Bukhari, bab ‘Saksi’, h. 2661 (MK: b. 48, n. 829).

Page 49: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

52 |

Karena patuh pada perintah ayat ini, Abu Bakar tetap memberisedekah kepada seseorang yang telah mencemarkan nama baikanak perempuannya. Rasa-rasanya, sulit bagi kita untuk memba-yangkan berada pada situasi semacam itu. Kita difitnah oleh orangyang sering kita bantu, tetapi kita diminta untuk memaafkan dia,dan diminta untuk tetap dan tak berhenti membantunya.

Kisah berikutnya, suatu ketika terjadi pertengkaran antaraseorang Yahudi dan seorang Muslim. Pertengkaran itu bermulakala orang Yahudi itu mengucap sumpah, “Demi Allah, yangmemberi Musa keunggulan di atas semua manusia!” SeorangMuslim sontak menampar wajah orang Yahudi itu sambil mem-bentak: “Apa kau bilang! ‘Demi Allah, Yang memberi Musa ke-unggulan di atas semua manusia?’ padahal Rasulullah saw. hadirdi tengah-tengah kita!”

Tak terima diperlakukan seperti itu, orang Yahudi itu punmengadu kepada Rasulullah saw., “Wahai Abul Qasim! Aku ber-ada di bawah akad dan jaminan keamanan, lantas atas dasar apasi fulan menamparku?” Ia pun lantas menceritakan peristiwa yangmenimpanya.

Mendengar itu, Rasulullah saw. marah, dan tampak sekaliwajahnya menahan kemarahan itu, lantas beliau bersabda, “Janganmengunggulkan seorang Nabi di atas para Nabi Allah yang lain-nya.”9 Dalam riwayat lain sabda Rasulullah saw. itu ditujukankepada si Muslim, “Jangan memuji-muji aku melebihi Musa.”10

Jadi, Rasulullah saw. tak suka jika kaum Muslimin bertengkardengan penganut agama lain sambil menyebut-nyebut keunggulandirinya dibanding Nabi mereka.

Patut dicatat, seorang Yahudi berani mengadukan seorangMuslim kepada Rasulullah saw., meskipun dalam pertengkaran

9. Bukhari, bab ‘Nabi’, h. 3414-3415 (MK: b. 55, n. 626).10.Bukhari, bab ‘Pertengkaran’, h. 2411 (MK: b. 41, n. 594).

Menanggapi Hinaan dan Cemoohan

Page 50: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 53

itu sang Muslim sesungguhnya tengah membela kehormatan Ra-sulullah saw. sendiri. Orang Yahudi, yang merasa aman di bawahakta perlindungan itu yakin bahwa Rasulullah saw. akan bertindakadil.

Dan memang, nyatanya Rasulullah saw. tak bertepuk tanganatas tindakan impulsif si Muslim. Beliau juga tak memuji Muslimitu karena telah membelanya. Sebaliknya, beliau malah menyuruhMuslim itu menahan diri dari usaha membuktikan keunggulanbeliau di atas Musa a.s.

***

Page 51: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 55

PARA PEMERHATI sejarah Islam sudah pasti tahu bahwadi masa awal ketika Islam baru bertumbuh kembang di Mekah,Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya terus menerusdianiaya. Lebih dari seratus orang mengungsi ke Abyssinia, tetapipersekusi tak berhenti dan malah semakin menjadi, tanpa ampundan tanpa belas kasihan. Hingga akhirnya, Nabi Suci dan parapengikutnya terpaksa hijrah ke Madinah.

Perang untuk membela diri

Di Madinah, mereka tak dibiarkan begitu saja, tetapi bahkankemudian diperangi. Para musuh mengangkat pedang merekauntuk menghancurkan Islam dan umatnya. Dalam situasi sema-cam itulah ayat Qur’an tentang izin perang diturunkan.

“Izin (berperang) diberikan kepadaorang-orang yang diperangi, karena

4Bilamana

Perang Diizinkan?

Page 52: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

56 |

mereka ditindas. Dan Allah kuasa untukmenolong mereka yang diusir dari ru-mah mereka tanpa alasan yang benar,kecuali bahwa mereka berkata: Tuhankami adalah Allah.” (22:39-40)

Atas dasar ayat ini, teranglah bahwa izin perang yang diberikanpada kaum Muslimin bukan bertujuan untuk memaksa orang-orang kafir supaya masuk Islam. Sama sekali tidak. Tapi izin itudiberikan dalam rangka menegakkan kebebasan beragama, meng-hentikan semua bentuk persekusi atas nama agama, dan bahkanjuga melindungi rumah ibadah semua agama. Sebab, di ayatberikutnya dinyatakan,

“Dan sekiranya Allah tak membela seba-gian manusia atas sebagian yang lain, nis-caya akan tumbanglah biara-biara, ge-reja-gereja, sinagog-sinagog, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak diingat-ingat nama Allah.” (22:40)

Jadi, selain berperang untuk membela diri atas penganiayaanyang mereka alami, dan menyelamatkan tempat ibadah merekasendiri, kaum Muslimin juga diizinkan berperang demi melindungidan menyelamatkan umat agama lain dan tempat ibadah mereka.Artinya, perang itu dilakukan demi tegak sempurnanya kebebasanberagama.

Kaum muslimin diizinkan berperang hanya melawan orang-orang yang memerangi mereka:

“Dan berperanglah di jalan Allah me-lawan orang-orang yang memerangikamu, tetapi janganlah melanggar batas.Sesungguhnya Allah tidak menyukai o-

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 53: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 57

rang-orang yang melanggar batas.”(2:190)

George Sale dan J. M. Rodwell adalah dua orang intelektualKristen terkemuka di Inggris pada abad 18 dan 19. Mereka banyakmenulis karangan tentang Islam yang bersifat bias, bahkan menu-duh Islam sebagai agama yang disiarkan dengan pedang. Tapidalam karya terjemah Qur’an mereka yang cukup populer di Ing-gris, dengan tak sangsi mereka menerjemahkan ayat di atas sebagaiberikut:

“Dan berperanglah untuk agama Tuhan melawan orang-orangyang memerangimu, tetapi jangan melanggar dengan menyerangmereka terlebih dahulu, karena Tuhan tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Sale)

“Dan berperanglah untuk perkara Tuhan melawan orang-orangyang memerangi kamu, tetapi jangan melakukan ketidakadilanuntuk menyerang mereka terlebih dahulu. Tuhan tidak menyukaiketidakadilan semacam itu.” (Rodwell)

Kaum Muslimin juga diperintahkan untuk menghentikanpeperangan jika musuh berhenti melakukan persekusi.

“Akan tetapi jika mereka berhenti, makasesungguhnya Allah Yang Maha-peng-ampun, Yang Maha-pengasih. Dan pe-rangilah mereka sampai tak ada lagi yangteraniaya, dan agama hanyalah bagiAllah. Tetapi jika mereka berhenti, makatiada permusuhan kecuali terhadap parapenindas.” (2: 192-193)

“Katakanlah pada orang-orang kafir,jika mereka berhenti, maka dosa mereka

Page 54: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

58 |

sebelumnya akan diampuni; … Danperangilah mereka sampai tidak ada lagipenganiayaan, dan semua agama bagiAllah. Tetapi jika mereka berhenti, makasesungguhnya Allah Maha-melihat apayang mereka lakukan.” (8:38-39)

Karena itu, tak boleh ada persekusi atas nama agama, karenasetiap orang memiliki kebebasan untuk memeluk keyakinannyamasing-masing. Kalimat “agama hanya bagi Allah” atau “semuaagama adalah bagi Allah” dalam ayat-ayat di atas mengandungarti bahwa agama adalah perkara antara seorang anak manusiadengan Tuhannya secara pribadi. Agama adalah urusan hati setiaporang yang tak boleh dicampuri oleh siapa pun.

Perhatikanlah dua ayat di atas! Kalimat ‘jika mereka berhenti’,yang menjadi syarat bagi kaum muslimin untuk tak lagi berperangdengan musuh, mendapat penekanan dengan cara diulang duakali, sebelum dan sesudah perintah “perangilah mereka”. KaumMuslimin sendiri pada kenyataannya enggan, tidak tertarik dantidak antusias untuk berperang. Hal ini diisyaratkan dalam ayatberikut ini:

“Perang diwajibkan untukmu, walaupun itu tak kamu sukai; dan mungkinsaja kamu tak menyukai sesuatu, sedang-kan itu baik bagimu, dan mungkin sajakamu menyukai sesuatu sedangkan ituburuk bagimu.” (2:216)

Jadi, perang adalah perkara yang tak disukai oleh kaum mus-limin, tapi terpaksa dilakukan karena tak bisa dihindari. Keadaan-lah yang menyebabkan kaum Muslimin harus menjalani perangdan masuk dalam medan pertempuran.

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 55: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 59

Kaum muslimin terpaksa mengungsi karena diusir dari rumahmereka, setelah sebelumnya dianiaya karena iman mereka. Takberhenti di situ, kesengsaraan mereka berlanjut karena harus ber-tempur dalam peperangan untuk membela diri. Banyak nyawayang hilang dalam pertempuran itu. Ini diisyaratkan dalam janjiTuhan kepada mereka, sebagai berikut:

“Oleh karena itu orang-orang yang ber-hijrah, diusir dari rumah mereka, di-aniaya di jalan-Ku, dan bertempur dandibunuh, sungguh akan Kuhapus kebu-rukan mereka dan akan Kumasukkanmereka ke dalam Surga yang di dalam-nya mengalir sungai-sungai, suatu gan-jaran dari Allah.” (3:195)

Kaum muslimin tak bisa menghindari perang, juga karenapihak musuh diisyaratkan dalam ayat di bawah ini sudah meren-canakan membunuh dan mengusir Nabi Suci.

“Dan tatkala orang-orang kafir meran-cang rencana terhadap engkau (Nabi),dan hendak mengurung engkau, mem-bunuh engkau atau mengusir engkau…”(8:30)

Di ayat lain yang ditujukan kepada kaum muslimin, terdapatpenjelasan tentang makna perang di jalan Allah, dan alasan me-ngapa mereka harus berperang.

“Dan mengapakah kamu tak berperangdi jalan Allah, padahal orang-orang yanglemah di antara laki-laki, perempuan,dan anak-anak berkata: Tuhan kami,

Page 56: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

60 |

keluarkanlah kami dari kota yang pen-duduknya lalim ini, dan berilah kamidariMu seorang pelindung, dan berilahkami dariMu seorang penolong!” (4:75)

Jadi, peperangan kaum muslimin, yang disebut perang di jalanAllah (jihad fi sabilillah), adalah perang yang terpaksa harus dilaku-kan demi membela orang-orang lemah dan tak berdaya, baik laki-laki, perempuan, dan apalagi anak-anak, yang kala itu memohonkepada Tuhan agar mereka diselamatkan dari para penindas yangada di kota Mekah.

Perdamaian diutamakan

Jika musuh menawarkan perdamaian, kaum Muslimin harusmenerimanya. Bahkan meskipun tawaran itu hanya bersifat bualansaja, dimaksudkan untuk menipu, mereka tetap harus mendahulu-kan perdamaian sembari bertawakal kepada Allah.

“Dan apabila mereka condong kepadaperdamaian, engkau juga harus condongke sana, dan bertawakallah kepada Allah.Sungguh Allah yang Maha Mendengardan Maha Tahu. Dan apabila merekabermaksud menipu engkau, maka se-sungguhnya Allah cukup bagi engkau.”(8:61-62)

Salah satu perjanjian damai antara Nabi dan kaum kafir adalahPerjanjian Hudaibiyah. Syarat-syarat di dalam perjanjian itu padadasarnya tidak adil dan tak menguntungkan kaum Muslimin.Tetapi Nabi tetap menyetujuinya. Salah satu syarat dalam perjanji-an ini berbunyi, “Jika seorang kafir masuk Islam dan menyeberangke pihak kaum Muslim, maka ia harus dikembalikan. Sebaliknya,

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 57: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 61

jika seorang muslim menyeberang ke pihak kaum kafir, maka iatak harus dikembalikan ke pihak kaum Muslim.”

Klausul perjanjian ini secara praktis harusnya bisa memangkasdasar tuduhan bahwa Nabi Suci menggunakan cara paksa dalammelaksanakan misi dakwahnya.

Melindungi musuh yang mau belajar Islam

Dalam masa perang dengan kaum musyrik Arab, Qur’an Sucimemberi petunjuk kepada umat Islam, sebagai berikut:

“Jika salah seorang dari kaum musyrikmeminta perlindungan kepadamu, lin-dungilah dia sampai dia mendengarfirman Allah, kemudian antarlah dia ketempat yang aman baginya. Ini disebab-kan mereka adalah orang-orang yangtidak memiliki pengetahuan.” (9:6)

Ayat ini dijelaskan oleh Ibnu Jarir, dalam kitab tafsirnya yangberbahasa Arab, dan ditulis lebih dari seribu tahun yang lalu,sebagai berikut:

“Kalimat ‘Kemudian antarlah dia ke tempat amannya’ berartikembalikan dia, setelah dia mendengar firman Allah, bila diamenolak untuk menerima Islam dan tidak tersadarkan olehfirman Tuhan yang dibacakan kepadanya. ‘Ke tempat amannya’berarti ke tempat di mana dia aman dari kamu dan para pengi-kutmu, sampai dia mencapai tempat tinggalnya dan bergabungdengan masyarakatnya, kaum musyrik.” (Tafsir Ibn Jarir)

George Sale, seorang kritikus Islam abad ke-18 yang berhasilmenerjemahkan Qur’an untuk pertama kalinya dari bahasa Arab

Page 58: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

62 |

ke bahasa Inggris, seperti disinggung di atas, memberi penjelasanayat ini sebagai berikut:

“Kamu (Nabi) harus memberi dia (kaum musyrik) perlindungansehingga ia kembali ke rumahnya dengan aman, seandainya diatidak merasa cocok untuk memeluk agama Muhammad.”

Adakah sikap toleran yang lebih mulia daripada ini? Seorangprajurit musuh, atas permintaannya, diberi perlindungan saat diahendak belajar tentang Islam. Dan jika ternyata ia memilih untuktak menerima Islam sekali pun, kaum Muslimin wajib mengantar-kannya dengan aman hingga ke tempat asalnya, di tempat dimanadia merasa aman, dan bergabung kembali dengan pasukan musuhyang sedang memerangi mereka.

Ayat-ayat toleransi tak berubah

Sebagian kalangan menyatakan bahwa ayat-ayat Qur’an yangmengizinkan perang hanya untuk membela diri, seperti diuraikandi atas, dihapus dan digantikan oleh ayat yang turun belakangan,yang memerintahkan kaum Muslimin untuk melakukan perangsecara agresif melawan semua orang yang menolak Islam.

Tapi ada fakta historis yang tak bisa diabaikan, tatkala NabiSuci Muhammad saw. memberikan amnesti atau pengampunanpenuh kepada musuh-musuh beliau dalam peristiwa penaklukanMekah (futuhul-makkah) yang terkenal itu. Peristiwa penaklukanyang terjadi tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada insidenpemaksaan bagi para musuh untuk menerima Islam, ini terjadipada tahun terakhir dari masa dakwah Nabi Suci.

Peristiwa futuhul makkah ini menunjukkan bahwa ajaran Islamtentang izin perang, yang hanya boleh dilakukan terhadap orang-orang yang terlebih dulu memerangi kaum Muslimin, dan demiuntuk menegakkan kebebasan beragama, tak berubah sedikit pun.

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 59: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 63

Ayat Qur’an yang sering sekali dijadikan dalil atau argumententang terjadinya perubahan dalam ajaran Islam tentang perka-ra ini, antara lain sebagai berikut:

“Bunuhlah kaum musyrik di mana punkamu menemukan mereka.” (9:5)

Tetapi, jika diperhatikan sekilas saja konteks ayat ini, makaakan tampak jelas bahwa pikiran yang menganggap ayat ini meme-rintahkan kaum Muslimin untuk membunuh non-Muslim di manapun saja ia berada, adalah jelas suatu distorsi atau peyimpangan.

Ayat-ayat awal surat ke-9 (surat Al-Bara’ah) ini memberikanperingatan kepada beberapa suku tertentu dari kaum musyrikin,bahwa kaum Muslimin tidak lagi terikat oleh perjanjian damaidengan mereka, karena mereka telah berkali-kali melanggar per-janjian itu. Dua ayat sebelum ayat kelima di atas menyatakan:

“Allah bebas dari tanggung jawab terha-dap kaum musyrik, begitu pula Utusan-Nya. ... Kecuali kaum musyrik yangmembuat perjanjian dengan kamu, ke-mudian mereka tak melalaikan kamudalam hal apapun dan tak mendukungsiapapun yang melawan kamu; maka pe-nuhilah perjanjian mereka sampai akhirbatas waktu mereka. Sesungguhnya Al-lah mencintai orang-orang yang mene-tapi kewajibannya.” (9:3-4)

Menilik ayat di atas, jelas sekali bahwa yang dimaksud kaummusyrik pada ayat kelima adalah mereka yang tidak memenuhiakta perdamaian yang sudah dibuat antara mereka dan kaummuslimin. Bahkan dalam ayat-ayat berikutnya, disebutkan secaraeksplisit pelanggaran mereka.

Page 60: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

64 |

“Mereka tak menghormati ikatan hubu-ngan maupun perjanjian dalam perkaraorang mukmin … Apabila mereka me-langgar sumpah mereka setelah perjan-jian mereka dan mencaci agama kamu,maka perangilah para pemimpin orangkafir, sesungguhnya sumpah mereka bu-kanlah apa-apa, agar mereka berhenti.Apakah kamu tidak akan memerangiorang-orang yang melanggar sumpahmereka dan bermaksud mengusir Utus-an, dan mereka menyerangmu lebihdulu?” (9:10, 12, 13)

Sebelumnya kaum musyrikin itu menyerang kaum Muslimin.Karena kalah, lantas mereka membuat perjanjian untuk tak me-nyerang lagi. Tapi ternyata mereka melanggar perjanjian itu. Halini terjadi berulang kali. Dan inilah satu-satunya alasan kenapaQur’an kemudian menyatakan bahwa kaum Muslimin tak lagiterikat oleh perjanjian itu dan mengeluarkan perintah perang mela-wan mereka. Dan selang beberapa ayat sesudah ayat di atas dijelas-kan bahwa perang itu dilakukan demi mempertahankan diri.

“Dan perangilah semua kaum musyrik,seperti mereka memerangimu semua.”(9:36)

Lalu, dalam QS 9:40 kaum Muslimin diberitahu bahwa andai-kata mereka tak membantu Nabi Suci dalam perkara ini, makaAllah-lah yang akan membantunya, persis seperti yang Ia lakukanketika Nabi Suci hijrah dari Mekah ke Madinah, ditemani AbuBakar seorang, dan dikejar oleh musuh yang menghunuskanpedang. Ini mengisyaratkan keyakinan Nabi Suci bahwa beliausesungguhnya tak membutuhkan angkatan perang untuk meraih

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 61: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 65

kemenangan, seperti saat beliau tak membutuhkannya tatkalabeliau sendirian hijrah dalam kejaran musuh.

Kembali ke QS 9:5. Bagian awal ayat ini selengkapnya tertulisdemikian:

“Maka apabila bulan-bulan suci telahberlalu, bunuhlah orang-orang musyrikdi mana saja kamu jumpai mereka, ta-wanlah mereka, kepunglah mereka danhadanglah mereka di setiap tempat meng-hadang.” (9:5)

Ayat ini jelas berupa maklumat perang melawan kaum musyrikyang melanggar janji seperti dijelaskan sebelumnya. Ayat iniberbicara tentang tindakan yang diperlukan terhadap tentaramusuh dalam situasi perang. Beberapa dari mereka terbunuhdalam medan perang, sementara yang lainnya berhasil ditawan.Karena itu, pendapat yang menyatakan bahwa ayat ini adalahperintah umum untuk membunuh kaum non-Muslim dengan se-wenang-wenang, atau untuk memerangi mereka tanpa alasan, ada-lah pendapat yang didasarkan pada logika yang keliru.

Pernyataan “bunuhlah mereka di mana pun kamu jumpai me-reka” di dalam ayat ini, juga digunakan dalam QS 2:190-191, ayatyang turun lebih dulu sebelum QS 9:5, yang secara khusus me-nekankan bolehnya berperang untuk mempertahankan diri.

“Dan berperanglah di jalan Allah me-lawan orang-orang yang memerangikamu, tetapi janganlah melanggar batas.Sesungguhnya Allah tak menyukai o-rang yang melanggar batas. Dan bunuh-lah mereka di mana saja kamu jumpai

Page 62: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

66 |

mereka, dan usirlah mereka dari manamereka mengusir kamu…” (2:190-191)

Dari ayat ini, tak diragukan lagi bahwa pernyataan “di manasaja kamu jumpai mereka” berarti di manapun kamu menemukan“mereka yang telah memulai peperangan terhadapmu.”

Hal lain yang menunjukkan bahwa tak ada perubahan prinsipajaran dalam perkara ini, adalah dekatnya susunan ayat-ayatQur’an yang membicarakan perkara ini, dan dekatnya jarak waktuditurunkannya masing-masing ayat tersebut.

Ayat Quran yang dianggap turun belakangan, yakni QS 9:5yang berisi kalimat “bunuhlah orang-orang musyrik itu di manapun engkau jumpai mereka,” hanya berjarak selisih sembilan be-las ayat dengan QS 8:61, yang diturunkan sebelumnya, yangberbunyi “dan apabila mereka condong pada perdamaian, makaengkau pun harus condong kepada itu”. Bahkan sebenarnya Su-rat 9 ini pada umumnya dianggap tergabung dengan surat ke-8karena ia tidak dimulai dengan ayat pembuka yang lazim ada diawal setiap surat, yakni ayat “Bismillaahir-rahmaanir-rahiim”.

Para kritikus Islam yang berpendapat bahwa ayat yang kemu-dian menggantikan ayat yang belakangan, seolah menyiratkanbahwa Qur’an mengajarkan hal yang bertentangan satu sama lainhanya dalam jarak selisih 19 ayat, di dalam pokok bahasan atausurat yang hampir sama. Rasa-rasanya tak ada seorang muslim punyang bisa menerima pemahaman semacam ini. Apalagi, Qur’ansendiri menyatakan demikian:

“Apakah mereka tak merenungkan Qur-’an? Dan sekiranya ini dari selain Allah,niscaya akan mereka temukan di dalam-nya banyak pertentangan.” (4:82)

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 63: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 67

Pada paruh kedua QS 9:5 dinyatakan:

“Tetapi jika mereka bertobat, lantas me-negakkan shalat dan membayar zakat,maka bebaskanlah jalan mereka. Sesung-guhnya Allah Maha-pengampun, Maha-pengasih.”

Dalam ayat ini Allah memerintahkan bahwa jika mereka yangberperang melawan kaum Muslimin bertaubat dan kemudianmemeluk Islam, maka segala bentuk permusuhan dengan merekaharus diakhiri. Dan mereka tidak boleh dihukum atas kejahatanyang sudah mereka lakukan sebelumnya.

Inilah momentum ketika Islam diterima secara bebas merdekaoleh masyarakat Arabia pada umumnya. Oleh karena itu, barangsiapa dari antara para tentara musuh itu bertaubat, dia tak lagidiperlakukan sebagai musuh, dan tindakannya yang sudah berlaluharus diampuni.

Di ayat berikutnya, QS 9:6, sebagaimana yang sudah dikutipsebelumnya, dinyatakan bahwa kaum Muslimin harus memberi-kan perlindungan keamanan kepada musuh yang ingin belajartentang Islam, dan harus mengembalikan mereka ke kelompok-nya dengan aman pula, jika mereka memilih untuk tetap menolakIslam. Ini jelas menunjukkan bahwa Islam tak disebarkan denganancaman kematian, tetapi bahkan menjamin keselamatan bagisiapa pun yang hendak mempelajarinya.

Persahabatan dengan non-Muslim

Seringkali, Qur’an dituduh melarang kaum muslimin bersaha-bat dengan umat agama lain. Faktanya, di ayat-ayat yang terdapatlarangan itu, adalah larangan berteman dengan mereka yang

Page 64: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

68 |

memerangi kaum Muslimin. Hal ini dengan sangat jelas dinyata-kan dalam Qur’an:

“Boleh jadi Allah menjadikan antara ka-mu dan orang-orang yang memusuhimusebagai sahabat … Allah tak melarangkamu tentang orang-orang yang tak me-merangimu karena agama, dan tak me-ngusir kamu dari rumahmu, bahwa kamumenunjukkan kebaikan hati pada mere-ka dan memperlakukan mereka denganadil. Sesungguhnya Allah mencintaiorang-orang yang berlaku adil. Allahmelarang kamu hanya berkenaan de-ngan orang-orang yang memerangi ka-mu karena agama, dan mengusir kamudari rumahmu atau menolong mereka.Barangsiapa bersahabat dengan mereka,sungguh mereka adalah orang-orangyang zalim.” (60:7-9)

Ayat ini menetapkan prinsip umum bahwa kaum Muslimindilarang bersahabat hanya dengan orang-orang yang memerangimereka. Lagipula, kalimat pembuka ayat di atas memberikanharapan bahwa di masa yang akan datang boleh jadi akan terjalinpersahabatan antara kaum Muslimin dengan mereka yang saatitu menjadi musuh.

Para kritikus Islam seringkali mengutip ayat Qur’an di bawahini juga sebagai dalil bahwa Islam melarang umatnya bersahabatdengan penganut agama lain.

“Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu jadikan kaum Yahudidan Kristen sebagai teman (sekutu).”(5:51)

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 65: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 69

Apa yang dimaksud di ayat ini, akan menjadi jelas jika dilihatkonteksnya. Kalimat berikutnya dari ayat di atas adalah sebagaiberikut:

“Sebagian mereka adalah teman (sekutu)bagi sebagian yang lain.” (5:51)

Di sini, kaum Yahudi dan Kristen disebut bersekutu satu samalain dengan kaum musyrik Arab dalam perang melawan kaumMuslimin. Karena itulah, di kalimat sebelumnya mereka dinyata-kan sebagai bukan sekutu kaum Muslimin. Ayat selanjutnya men-jelaskan lebih jauh maksud dari ayat ini.

“Tetapi kamu melihat orang-orang yanghatinya lemah, cepat-cepat ke arah me-reka, seraya berkata: Kami takut kalau-kalau bencana akan menimpa kami.”(5:52)

Ayat ini mengisyaratkan adanya sebagian kaum Musliminmeminta bantuan kepada kaum Yahudi dan Kristen, karena takutkalah perang melawan kaum musyrik Arab. Padahal, Allah telahmenjanjikan kemenangan kepada mereka. Ini dikarenakan lemah-nya iman mereka. Persekutuan atau persahabatan semacam inilahyang tidak diperbolehkan dalam Islam. Persekutuan yang hanyadidasarkan pada upaya menggalang dukungan dari orang-orangyang tak terlalu memusuhi, karena takut pada mereka yang sangatmemusuhi, karena itu berarti menunjukkan kelemahan imanmereka.

Selang enam ayat berikutnya, dijelaskan orang Yahudi danKristen macam apa yang tak boleh dijadikan sekutu oleh kaumMuslimin.

Page 66: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

70 |

“Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu jadikan orang-orangyang menjadikan agamamu sebagaibahan olok-olok dan main-main, dariantara orang-orang yang diberi Kitabsebelum kamu dan orang-orang kafir,sebagai teman (sekutu).” (5:57)

Ayat-ayat lainnya yang tersusun sebelum maupun sesudah QS5:51, meyakinkan kita bahwa ayat ini sama sekali tak mengajarkanpada kaum Muslim untuk memperlihatkan sikap tak bersahabatdengan orang Yahudi dan orang Kristen.

Para kritikus Islam hanya perlu melihat tiga ayat sebelumnya,yakni QS 5:48, yang juga telah kami kutip di bagian-bagian lainbuku ini. Di ayat tersebut mereka akan membaca pesan Qur’anbagi seluruh umat beragama.

“Untuk tiap-tiap orang di antaramu, Ka-mi tetapkan undang-undang dan jalan.Dan jika Allah menghendaki, niscayaDia akan membuatmu satu umat, tetapiDia ingin menguji kamu dengan apayang telah Dia berikan kepadamu. Makaberlomba-lombalah dalam kebaikan.Kepada Allah kamu semua akan kemba-li, dan Dia akan memberitahukan kepa-damu tentang apa yang kamu berselisihdi dalamnya.” (5:48)

Ayat ini ditujukan kepada semua umat beragama, termasukkaum Muslimin, untuk hanya berusaha mengungguli dan menga-lahkan umat beragama lainnya dalam hal perbuatan baik, karenatujuan sebenarnya setiap agama adalah agar supaya para penganut-nya berbuat baik. Karena itu, pendapat yang menyatakan bahwa

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 67: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 71

kaum Muslimin tidak boleh bersahabat dengan penganut agamalain, jelas bertentangan dengan perintah Allah di dalam ayat diatas.

Di dalam QS 5:69, sebagai kelanjutan QS 5:51, kita bisa bacademikian:

“Sesungguhnya siapa pun saja dari an-tara orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Sabi’ah dan Kristen, yangberiman kepada Allah dan Hari Akhir,dan berbuat baik, maka mereka tidakakan takut dan tidak akan bersedih hati.”(5:69)

Ayat ini menempatkan orang Islam, Yahudi, Sabi’ah dan Kris-ten dalam posisi yang sama dalam hal iman, karena mereka sama-sama beriman kepada Tuhan dan Hari Kiamat. Dan ayat ini men-janjikan bahwa iman mereka akan menjadi jalan keselamatan bagimereka.

Di QS 5:82, setelah disebutkan bahwa orang-orang yang mem-perlihatkan permusuhan paling keras terhadap kaum Musliminadalah orang-orang Yahudi dan kaum musyrik Arab, lantas ditam-bahkan keterangan demikian:

“Engkau akan menemukan yang palingdekat dalam persahabatan dengan o-rang-orang yang beriman adalah orang-orang yang berkata: Kami adalah Kris-ten. Itu karena ada pendeta dan rahibdi antara mereka, dan karena merekatidak sombong.” (5:82)

Page 68: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

72 |

Karena di sini kaum Kristen disebut sebagai “yang terdekatdalam persahabatan” dengan kaum muslimin, maka QS 5:51 tidakbisa digeneralisasi artinya dengan kalimat, “kaum muslimin tidakboleh mengambil kaum Kristen sebagai sahabat.”

Lantas, bagaimana dengan kaum Yahudi? Ayat-ayat permulaansurat 5 (Al-Maidah) menceritakan lika liku sejarah kaum Yahudi.Diriwayatkan, Allah telah membuat perjanjian dengan mereka,tapi mereka melanggar perjanjian itu dengan cara mengabaikanTaurat (5:12), yang diturunkan sebagai “petunjuk dan pelita” bagimereka (5:44). Kendati demikian, meski mereka menentangTuhan, tetapi Allah menyatakan:

“Kamu akan selalu menemukan peng-khianatan di kalangan mereka, kecualidari sebagian kecil mereka, maka maaf-kanlah dan ampunilah mereka. Sesung-guhnya Allah mencintai orang-orangyang berbuat baik pada orang lain.”(5:13)

Tidaklah mungkin Qur’an mengajarkan pada kaum Musliminuntuk tidak bersahabat dengan orang-orang Yahudi, sementarapada kesempatan yang sama, di dalam surat yang sama, memerin-tahkan mereka untuk memaafkan dan mengampuni kaum Yahudiseandainya melakukan pengkhianatan.

Ayat di atas bukanlah satu-satunya ayat yang menyuruh kaumMuslimin untuk memaafkan kaum Yahudi, dan juga kaum Kris-ten. Di ayat yang lain kita bisa baca:

“Banyak kaum Ahli Kitab menghen-daki agar mereka dapat mengembalikankamu menjadi kafir setelah kamu ber-iman, karena rasa dengki dalam diri me-

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 69: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 73

reka, setelah kebenaran menjadi nyatabagi mereka. Tetapi maafkanlah danampunilah, sampai Allah melaksanakanperintah-Nya.” (2:109)

Kata “sampai Allah melaksanakan perintah-Nya” di akhir ayatini menubuatkan bahwa kemenangan Islam akan tercapai padamasa dimana kaum Ahli Kitab itu masih berusaha keras untukmengembalikan kaum muslimin pada kekafiran. Sehingga merekaakan berhenti dengan sendirinya melakukan usaha itu karenamenganggapnya sebagai usaha yang sia-sia belaka.

Di banyak ayat lainnya lagi, Qur’an berbicara tentang adanyaorang-orang baik di antara kaum Yahudi dan Kristen, antara lain:

“Mereka tak semuanya sama. Dari an-tara kaum Ahli Kitab terdapat orang-orang tulus yang membaca ayat-ayat Al-lah di malam hari, dan bersujud kepada-Nya. Mereka beriman kepada Allah danHari Akhir, menyeru pada kebaikan danmencegah kejahatan, dan berlomba-lomba dalam berbuat baik. Dan merekatermasuk orang-orang yang saleh. Dankebaikan apa saja yang mereka kerjakan,tak akan dipungkiri.” (3:113-115)

“Dan di antara kaum Ahli Kitab ada o-rang yang jika kamu percayakan kepada-nya tumpukan harta, dia akan mengem-balikannya kepadamu; dan di antara me-reka ada orang yang jika kamu percaya-kan kepadanya satu dinar, dia tidak akanmengembalikannya kepadamu, kecualijika kamu terus menagihnya.” (3:75)

Page 70: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

74 |

“Dan di antara umat Musa ada segolo-ngan yang terbimbing dalam kebenaran,dan dengan itu mereka melakukan ke-adilan.” (7:159)

“Dan Kami membagi mereka di bumimenjadi beberapa golongan, beberapadari mereka adalah orang saleh dan be-berapa dari mereka sebaliknya.” (7:168)

Karena itu, kaum Muslimin harus memuji, menghargai danmenghormati kaum Yahudi dan kaum Kristen yang baik sepertiitu, dan bersahabat dengan mereka.

Dalam satu kesempatan, Qur’an mengundang kaum Yahudidan Kristen berbicara tentang hal yang mendasar, yakni soal imanatas keesaan Allah dan menjadikan iman itu sebagai landasandalam perbuatannya.

“Katakanlah: Wahai Ahli Kitab, marimenuju kepada kalimat yang sama an-tara kami dan kamu, bahwa kita tak akanmengabdi kepada siapa pun kecuali Al-lah, dan bahwa kita tak akan menyekutu-kan Dia dengan apa pun. Dan bahwasebagian kita tidak akan mengambilsebagian yang lain sebagai Tuhan selainAllah. Tetapi jika mereka berpaling,katakanlah: Saksikanlah, kami Muslim.”(3:64)

Ayat ini sudah barang tentu adalah sebuah ajakan persahabat-an, mengundang kaum Yahudi dan Kristen untuk lebih mengenalIslam, meskipun mereka tengah menganut keyakinan merekasendiri. Karena itu, jika mereka menolaknya, kaum Muslimin ha-nya perlu berkata, “Kami ini Muslim”.

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 71: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 75

Penting juga untuk disampaikan bahwa Qur’an dengan jelasmembolehkan kaum Muslimin berinteraksi sosial dengan parapemeluk agama sebelum Islam, khususnya Yahudi dan Kristen.Perkenan ini diberikan dalam ayat kelima, dari surat yang sama,yakni Al-Maidah, yang salah satu ayatnya, yakni QS 5:51, banyakdisalahfahami seperti diuraikan di atas.

“Dan makanan kaum Ahli Kitab halalbagi kamu, dan makanan kamu halalbagi mereka. Dan begitu juga wanita sucidari antara wanita-wanita yang beriman,dan wanita suci dari antara kaum AhliKitab sebelum kamu, jika kamu berikanmahar kepada mereka dan menikahi me-reka, bukan dengan berzina atau denganmenjadikan mereka sebagai gundik.”(5:5)

Bagian pertama, berkenaan dengan makanan, sebagai saranainteraksi sosial. Beberapa agama melarang umat mereka makandengan umat agama lain. Sementara itu, ayat ini dengan jelasmembolehkan kaum Muslim makan makanan yang disiapkan dandisajikan oleh umat agama lainnya, khususnya Yahudi dan Kristen,jika makanan itu halal untuk mereka konsumsi. Demikian pulasebaliknya, kaum Muslimin bisa menyiapkan dan menyajikanmakanan bagi umat agama lain, seperti yang mereka kehendaki.Dengan demikian, kaum Muslimin bisa menjadi tamu atau tuanrumah bagi umat Yahudi, umat Kristen dan umat agama lainnya.Karena itu, bagaimana mungkin Qur’an melarang umatnya ber-sahabat dengan umat agama lain?

Bagian kedua dengan cukup jelas menyatakan bahwa sebagai-mana halnya seorang Muslim dapat menikahi Muslimah yang suci,maka dia bisa juga menikahi wanita dari agama lain, Yahudi danKristen khususnya, yang memenuhi standar moralitas dan

Page 72: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

76 |

kesucian yang sama seperti yang diharapkan dijunjung tinggi olehseorang Muslimah.

Tak ada relasi antar manusia di dunia ini yang lebih intim danpenuh kasih sayang selain hubungan suami istri. Dan hubunganitu, karena jelas secara eksplisit diperbolehkan dalam Qur’an, bisaterjadi di antara seorang pria muslim dengan wanita Yahudi atauKristen. Secara khusus, ayat ini menegaskan bahwa di antara umatYahudi dan Kristen, terdapat juga wanita yang memenuhi standarmoral kesucian yang sama dengan wanita Muslimah.

Dengan demikian, nyata jelas bahwa kaum muslimin tidakdilarang sama sekali untuk bersahabat dengan kaum Yahudi danKristen, atau umat agama lain. Justru sesungguhnya Qur’an-lahyang menghapus ajaran yang menghalang-halangi hubungan per-sahabatan antar umat beragama.

***

Bilamana Perang Diizinkan?

Page 73: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 77

KATA JIHAD mengandung arti “berjuang atau berusaha se-kuat tenaga melawan sesuatu”. Jihad tidak identik dengan perangatau berjuang mengangkat senjata. Memang, kata jihad juga bisadiasosiasikan dengan peperangan. Tetapi dalam konteks perang,kata jihad dalam bahasa Arab identik dengan kata struggle dalambahasa Inggris, artinya bertahan.

Untuk memahami konsep jihad di dalam ajaran Islam, kitaperlu mengkaji penggunaan kata ini di berbagai ayat di dalamQur’an. Dalam arti luas, kata jihad digunakan dalam Qur’an untukmenyebut usaha para penentang Islam mengajak kaum Muslimuntuk menyembah makhluk dan benda lain ketimbang TuhanYang Maha Esa.

“Dan Kami perintahkan manusia supa-ya berbuat baik pada kedua orang tua-nya. Tetapi jika mereka berusaha keras(jaahadaa) agar supaya kamu menduakanAku, atas apa yang kamu tak mempunyaipengetahuan tentang itu, maka jangan-

5Miskonsepsi Jihad

Page 74: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

78 |

lah kamu menaati mereka.” (29:8; lihatjuga 31:14-15)

Kata jaahadaa yang di sini diterjemahkan ‘berusaha keras’,menunjukkan sikap atau perbuatan jihad. Penggunaan kata itu diayat ini menunjukkan bahwa: Pertama, jihad tidak berarti perang,karena dalam ayat tersebut tidak disebutkan adanya situasi perang.Kedua, para penentang Islam pun di sini disebut melakukan jihadterhadap kaum Muslim.

Dalam Qur’an kita bisa temukan bahwa kata jihad, dalam artiperjuangan yang wajib dilakukan oleh kaum Muslim, bermacambentuknya, antara lain sebagai berikut:

1. Berusaha sekuat tenaga untuk mencapai kedekatan denganAllah, dengan cara meningkatkan moralitas dan spiritualitasdiri, dan mengatasi keinginan rendah atau hawa nafsu.

2. Berpegang teguh pada Islam dalam keadaan sesulit apapun,misalnya dalam menghadapi persekusi, dengan menunjukkanketeguhan dan kesabaran dalam menghadapi penderitaan.

3. Berusaha sekuat tenaga menyebarkan risalah Islam (dakwah),dengan mencurahkan waktu, tenaga dan harta benda untukperkara ini.

4. Berjuang atau membantu perjuangan kaum Muslim, dalamupaya perang mempertahankan diri, sesudah terpenuhinyasyarat diizinkannya perang.

Jihad untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan

Jihad semacam ini dinyatakan dalam Qur’an sebagai berikut:

“Dan orang-orang yang berjuang untukKami, Kami pasti akan memimpin me-reka di jalan Kami. Dan sesungguhnyaAllah menyertai orang yang berbuat ba-ik.” (29:69)

Miskonsepsi Jihad

Page 75: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 79

Kata jaahaduu yang diterjemahkan “berjuang” di ayat ini mak-nanya jelas berjuang untuk mewujudkan perbaikan moral danspiritual. Karena itu, sinonim kata jihad, yakni mujaahadah, sering-kali digunakan untuk menyebut suatu aktivitas spiritual keagama-an, misalnya berpuasa.

Dua ayat di bawah ini menunjukkan kata jihad dalam arti yangsama dengan di atas:

“Dan berjuanglah demi Allah denganperjuangan yang benar. Dia telah memi-lih kamu dan tak membuat kesukarankepadamu dalam perkara agama. …Maka tegakkanlah shalat, tunaikanlahzakat dan bersetialah kepada Allah.”(22:78)

“Dan barangsiapa berjuang, maka sung-guh ia berjuang untuk dirinya sendiri.Sesungguhnya Allah itu Yang Maha-mencukupi diri sendiri, tak butuh padamakhluk-Nya (alam semesta).” (29:6)

Ayat-ayat ini diwahyukan kepada Rasulullah saw. saat sedangmengalami penganiayaan selama di Mekah. Oleh karena itu,perintah untuk melakukan jihad di sini tidak bisa (dan tak mung-kin) dipahami sebagai perang. Di ayat pertama, bentuk jihad itubahkan ditunjukkan secara eksplisit berupa shalat, zakat, dankesetiaan pada Tuhan.

Jihad dalam kesabaran dan ketabahan

Jihad dalam bentuk ini ditunjukkan dalam ayat berikut:

Page 76: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

80 |

“Kemudian sungguh Tuhanmu (melin-dungi) orang-orang yang berhijrah sete-lah mereka dianiaya, kemudian berjuangdan sabar. Seungguhnya Tuhanmu ituMaha-pengampun, Maha-pengasih.”(16:110)

Ayat ini diturunkan sewaktu Rasulullah saw. masih tinggal diMekah. Jauh sebelum kaum Muslimin diperintahkan untukberperang sesudah hijrah ke Madinah. Karena itu, jihad merekakala itu adalah sudah pasti dengan cara menanggung semua pen-deritaan di Mekah dengan sabar, tidak dalam arti berperang.

Jihad semacam ini juga ditunjukkan dalam sebuah riwayatHadits. Rasulullah saw. bersabda:

“Jihad yang paling agung adalah menga-takan kebenaran di hadapan penguasayang zalim.” 1

Dalam hadits ini Rasulullah menyatakan bahwa keberanianuntuk berbicara perkara yang benar demi sebuah tujuan yangmulia adalah termasuk jihad, bahkan jihad yang paling utama.

Jihad dalam arti berdakwah

Dalam QS 16:110 yang dikutip sebelumnya, jihad yang dimak-sud adalah juga dalam arti berdakwah, karena dalam upaya dak-wah itulah umat Islam dianiaya. Ayat ini mengharuskan merekauntuk tekun atau gigih dalam berdakwah dan bersabar mengenaihasilnya. Rasulullah saw. diperintahkan:

1. Abu Dawud, bab ‘Pertempuran’ (Malahim), h. 4344. Ibn Majah, bab ‘Kesengsara-an’, h. 4011. Nasa’i, bab ‘Bai’at’, h. 4209 (MDR): h. 4214.

جهاد كلمة عدل عند فضل اأ

سلطان جاىفر

Miskonsepsi Jihad

Page 77: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 81

“Maka janganlah menaati orang-o-rangkafir, dan berjuanglah melawan merekadengan ini (Qur’an), dengan perjuanganyang hebat.” (25:52)

Perjuangan yang hebat atau besar (jihaad kabiir) yang dimaksudayat ini adalah misi dakwah Rasulullah untuk menyiarkan kebenar-an dengan Qur’an, yang dalam ayat ini memakai frasa bihii (denganini). Inilah jihad kabir yang juga menjadi kewajiban bagi setiapMuslim. Ayat ini, lagi-lagi diturunkan pada fase Makkiyah kehi-dupan dakwah Rasulullah. Oleh karena itu, perintah “berjuanglahdengan perjuangan yang hebat”, dengan dua kali mengulang katajihad, tidak mungkin dimaksudkan dalam arti mengangkat senjata.

Ada pula ayat-ayat yang diturunkan jauh kemudian di Madinah,yang dalam ayat-ayat itu kata jihad juga tak bisa diartikan berpe-rang, misalnya:

“Wahai Nabi, berjuanglah melawanorang-orang kafir dan orang-orangmunafik dan bersikap tegaslah terhadapmereka.” (9:73; 66:9)

Kaum munafik adalah sekelompok orang yang secara lahiriahmerupakan bagian dari komunitas Muslim, tapi pada saat-saatkritis mereka mengkhianatinya dan memperlihatkan ketidaktulus-an iman mereka. Tidak ada satu pun perang yang pernah dilakukanterhadap mereka. Jihad kepada mereka adalah usaha keras untukmeyakinkan mereka tentang kebenaran Islam.

Bentuk jihad yang sama juga berlaku bagi kaum kafir yangdisebutkan di ayat ini. Lebih dari sepuluh terjemahan Qur’andalam bahasa Inggris yang kami temui memaknai kata jihad dalamayat ini juga sebagai berjuang, bukan berperang atau melancarkanpeperangan.

Page 78: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

82 |

Contoh lain ayat yang diwahyukan di Madinah, yang dalamayat itu kata jihad digunakan tidak dalam arti berperang, adalahQS 61:11 berikut ini:

“Berimanlah kepada Allah dan Utusan-Nya, dan berjuang di jalan Allah denganharta dan jiwamu. Itu lebih baik bagimu,jika kamu tahu.” (61:11)

Selang tiga ayat berikutnya, ada keterangan berikut ini:

“Wahai orang-orang yang beriman, jadi-lah penolong (perkara) Allah, sebagai-mana ‘Isa bin Maryam berkata kepadapara muridnya: Siapakah penolongkudalam perkara Allah? Para murid ber-kata: Kamilah penolong (perkara) Al-lah.” (61:14)

Kata jihaad fii sabiilillaah di ayat 11 dijelaskan dalam ayat 14,yakni berjuang sebagai penolong perkara Allah seperti yang di-lakukan oleh murid-murid Nabiyullah Isa a.s. Berdasarkan khaza-nah Islam maupun Kristen, para murid Isa a.s. tidak pernah sekali-pun berperang atau bertempur dan mengangkat senjata. Sebalik-nya, mereka berdakwah dan menyiarkan risalah Isa a.s. dalamsituasi yang penuh kesulitan dan bahkan penganiayaan.

Jihad dalam arti berperang

Qur’an memang juga berbicara tentang jihad dalam arti ber-perang, misalnya:

Miskonsepsi Jihad

Page 79: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 83

“Berangkatlah, baik ringan maupunberat, dan berjuanglah di jalan Allah de-ngan harta kamu dan jiwa kamu.” (9:41)

“Dan tatkala sebuah maklumat diturun-kan, “Berimanlah kepada Allah dan ber-juanglah bersama Utusan-Nya,” kaumkaya di antara mereka berpamitan ke-padamu seraya berkata: Biarkan kamitinggal bersama mereka yang tinggal. ...Sementara Rasul dan orang-orang ber-iman yang bersama dia, berjuang denganharta mereka dan jiwa mereka.” (9:86,88)

Tetapi ada beberapa contoh yang diriwayatkan dalam Hadits,ketika beberapa kaum muslimin mengungkapkan keinginan untukbergabung dalam jihad di medan perang, Nabi Suci malah menga-takan bahwa jihad mereka adalah melakukan tugas-tugas lain yangsama sekali tak berkaitan dengan pertempuran. Misalnya haditsberikut ini:

“Aisyah bertanya: Ya Rasulullah, kami menganggap jihad sebagaiyang paling baik dari semua perbuatan. Bukankah seharusnyakami terlibat dalam jihad? Rasulullah bersabda: Jihad yang palingbaik adalah haji yang dilakukan dengan benar (ke Mekah).” 2

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan meminta izinuntuk berjihad. Beliau bertanya: Apakah orang tuamu masihhidup? Laki-laki itu berkata, ya. Beliau bersabda: Kalau begitu,lakukanlah jihad di jalan mereka.” 3

2. Bukhari, bab: ‘Naik Haji’, h. 1520 (MK: b. 26, n. 595).3. Bukhari, bab: Jihad, h. 3304 (MK: b. 52, n. 248).

Page 80: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

84 |

Kata “lakukanlah jihad di jalan mereka,” hanya bisa berarti,dan dipahami semua orang dalam arti “melayani orang tua”.Rasulullah dalam hadits di atas tidak menyebut ibadah haji ataupelayanan pada orang tua sebagai alternatif yang bersifat kiasanatau alternatif yang lebih rendah untuk orang-orang yang tidakdapat ikut serta dalam jihad yang di medan perang. Beliau menya-takan dengan jelas bahwa kedua perkara itu adalah jihad yangsebenarnya.

Sebuah peristiwa yang sangat mencekam tercatat dalam suaturiwayat Hadits. Kira-kira enam puluh tahun pasca wafatnya Rasu-lullah saw., terjadi pemberontakan atau upaya kudeta terhadappemerintahan kala itu oleh sebagian kaum Muslim yang dipimpinoleh Ibn Zubair. Abdullah ibn Umar, salah seorang ahli Qur’andan salah satu putra Khalifah kedua, Umar ibn Khaththab, didesakbeberapa orang untuk ikut bergabung dalam pemberontakan,yang mereka sebut sebagai jihad itu. Diriwayatkan:

“Seorang laki-laki mendatangi Ibn Umar dan berkata, ‘Mengapaengkau pergi haji setahun sekali dan umrah setahun sekali, tetapiengkau mengesampingkan jihad di jalan Tuhan? Tahukah kau,betapa seringnya Tuhan menyuruh kita jihad?’ Ibn Umar berkata,‘Duhai ponakan, Islam itu didasarkan pada lima perkara: Imankepada Allah dan Rasul-Nya, shalat lima waktu, puasa Rama-dhan, menunaikan zakat, dan berhaji ke baitullah.’ Laki-laki itumenimpali, ‘Apakah kau tak mendengar apa yang telah Tuhanfirmankan di dalam Kitab-Nya, ‘... dan perangilah mereka sampaikezaliman berakhir.’ Ibn Umar berkata, ‘Kita melakukan hal itupada masa Rasulullah. Pada masa itu, kaum Muslim sedikit, danmereka menghadapi penganiayaan dikarenakan agamanya, me-reka dibunuh atau dihukum lainnya. Sesudah itu pemeluk Islamberlipat ganda jumlahnya, dan kezaliman itu tak ada lagi.” 4

4. Bukhari, bab: ‘Tafsir tentang Quran’, h. 4513 (MK: b. 60, n. 40).

Miskonsepsi Jihad

Page 81: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 85

Ibn Umar menolak untuk mengakui bahwa pemberontakan,yang kala itu dianggap sebagai jihad oleh sebagian kalangan, se-penuhnya sebagai jihad yang harus diikuti setiap Muslim. Walaupun, secara umum anggapan itu hanya sebagai alasan untuk me-lawan khalifah yang dianggap merampas kedudukan khalifah se-belumnya. Dengan mengungkapkan lima rukun Islam, Ibn Umaringin menunjukkan bahwa pemberontakan yang mereka sebutjihad itu bukanlah sebuah kewajiban yang harus dilakukan olehsetiap muslim.

Syarat-syarat berjihad mengangkat senjata

Jihad dalam arti perang dalam terminologi Islam harus meme-nuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan dalam Qur’an. Di bab4 buku ini, ‘Bilamana perang diizinkan?’, sudah diuraikan dengancukup panjang mengenai kondisi dan keadaan yang memungkin-kan diizinkannya kaum muslimin berperang.

Perang dalam Islam bisa dilakukan hanya dalam rangka untukmembela dan melindungi kaum Muslimin yang dianiaya sematakarena agamanya. Dan hanya pemerintah suatu negeri atau pim-pinan masyarakat tertentu yang dapat memanggil umat Islamuntuk terlibat dalam jihad semacam itu. Jika mungkin, negosiasidan diplomasi harus diupayakan terlebih dulu untuk menghindariperang dan membangun perdamaian.

Dalam peperangan, perintah yang nyata jelas dari Rasulullahsaw. harus diikuti. Rasulullah saw. secara tegas melarang pasukan-nya membunuh orang yang tak terlibat dalam perang dan orang-orang yang tak berdaya di antara kelompok musuh seperti wanita,anak-anak, lanjut usia, bahkan orang yang hanya bekerja sebagaiburuh bagi tentara musuh sekalipun.5

5. Bukhari, bab Jihad, h. 3014, h. 3015 (MK: b. 52, n. 257, 258). Muslim, bab Jihad,

Page 82: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

86 |

Teladan Rasulullah yang juga harus diikuti adalah ketika beliaumemperlakukan tawanan perang dengan manusiawi, bahkanakhirnya dibebaskan untuk bergabung kembali dengan kelompokmusuh. Qur’an menyatakan:

“kemudian, apabila kamu telah menga-lahkan mereka, jadikan (mereka) tawan-an, dan sesudah itu (bebaskan mereka)sebagai karunia atau karena tebusansampai perang meletakkan bebannya(berhenti).” (47:4)

Oleh karena itu, Islam sama sekali tak memberi legitimasi bagikelompok ekstrim, para teroris, atau kaum ‘muslim gadungan’,yang mengatasnamakan perang mereka sebagai jihad dalam Islam.Jihad yang mereka selenggarakan dengan cara melakukanserangkaian tindakan kekerasan di tengah masyarakat, menerorpublik, menculik dan menahan orang sebagai sandera, dan sejenis-nya, adalah tindakan yang mencemari apa yang sejatinya diajarkanoleh Qur’an Suci dan Nabi Suci Muhammad saw.

***

h. 1744a, 1744b (AHS: b. 19, n. 4319, 4320). Abu Dawud, bab Jihad, h. 2668, h. 2669,h. 2672. Tirmidhi, bab ‘Ekaspedisi Militer Rasulullah’, h. 1569.

Miskonsepsi Jihad

Page 83: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 87

KATA SYAHIID (Indonesia: syahid) dalam literatur Islamumumnya digunakan untuk menyebut istilah ‘martir’ (mati dalamkemuliaan). Namun sebenarnya Qur’an Suci secara umum meng-gunakan kata ini dalam arti “saksi atas suatu perkara.”

Tuhan, misalnya, dalam Qur’an Suci berulang kali disebut seba-gai Syahid. Contohnya di 3:98, “Allah adalah saksi (syahiidan) atasapa yang kamu lakukan,” dan di 10:29, “Allah cukup sebagai saksi(syahiidan) antara kami dan kamu”. Rasulullah saw. juga disebutsebagai saksi (syahiid) atas para pengikutnya, sebagaimana umatIslam disebut sebagai para saksi (syuhadaa’) bagi seluruh umatmanusia (2:143), dalam arti saksi kebenaran risalah Nabi Suci.

Para Nabi lainnya pun, termasuk Isa a.s., disebut sebagai saksiatas umatnya (4:41, 5:117). Bahkan lebih luas dari itu, istilah syahiddigunakan juga untuk menyebut saksi dalam urusan perjanjiandi bidang perdata (2:282, 4:135).

Demikian pula dengan kata syahaadah (Indonesia: syahadah),dalam Qur’an Suci hanya digunakan dalam arti “kesaksian atas

6Ihwal Mati Syahid

Page 84: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

88 |

perkara yang tampak jelas terlihat”. Misalnya dalam 2:283, “ja-nganlah kamu menyembunyikan kesaksian (syahadah)”, dan juga5:107, “kesaksian (syahaadah) kami lebih benar daripada kesaksiankedua orang ini.” Juga dalam beberapa kali pernyataan tentangTuhan, “Dia Yang Maha-tahu akan (sesuatu) yang tak kelihatandan yang kelihatan (syahaadah)” (6:73).

Kata syahadah juga biasa digunakan untuk menyebut maklu-mat kesaksian seseorang saat akan menjadi Muslim. Dalam bahasaInggris, ungkapan “making the shahadah” terdengar sangat biasamengacu pada tindakan ini (Indonesia: ‘bersyahadat’ --ed.). Katasyahid dan syahadah di kemudian hari digunakan untuk menyebutseorang martir boleh jadi dengan asumsi bahwa hidup dan matiseorang martir itu berada dalam kesaksian akan kebenaran Islam.

Siapa saja yang berhak disebut mati syahid?

Karena jihad tidak identik dengan perang, maka seorangMuslim bisa menjadi syahid tanpa harus mati di medan perang.Diriwayatkan dalam sebuah Hadits demikian:

“Rasulullah saw. bertanya: ‘Siapakah yang kalian anggap matisyahid di antaramu?’ Sahabat berkata: ‘Orang yang terbunuh dijalan Allah adalah syahid, ya Rasul.’ Beliau bersabda: ‘Jika demi-kian, syuhada dari umatku amatlah sedikit jumlahnya.’ Merekabertanya: ‘Lantas siapa sajakah mereka, ya Rasul?’ Beliau ber-sabda: ‘Orang yang terbunuh di jalan Allah adalah syahid, yangmati di jalan Allah adalah syahid, yang mati karena wabah adalahsyahid, yang mati karena kolera adalah syahid.” 1

Jelasnya, siapapun yang mati saat bekerja dengan tulus dalampelayanan Islam, dan dengan cara apapun kematian itu datangkepadanya, adalah syahid.

1. Muslim, bab: ‘Pemerintah’, h. 1915a (AHS: b. 20, n. 4706).

Ihwal Mati Syahid

Page 85: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 89

Sementara itu, menurut salah satu riwayat hadits, tidak setiapmuslim yang terbunuh di medan perang bisa menjadi syahid. Ra-sululullah saw. menceritakan seseorang yang mengaku dirinya matisyahid, ia lantas ditanyai Allah di Hari Kiamat:

“Allah berfirman: ‘Apa yang sudah kamu lakukan?’ Dia berkata:‘Aku berperang untuk-Mu hingga aku mati syahid.’ Allah berfir-man: ‘Kamu bohong! Kamu berperang hanya agar kamu disebutpejuang pemberani. Dan demikianlah kamu disebut.’ Perintahakan disampaikan baginya, dan dia akan diseret dengan wajahtersungkur dan dilemparkan ke dalam Api Neraka.”2

Jadi jelas, seorang Muslim boleh saja menganggap bahwa apayang ia lakukan akan membuatnya meraih kesyahidan, tapi bolehjadi di akhirat dia akan mendapati dirinya dikutuk oleh Tuhankarena telah membuat klaim palsu, dan diadzab karenanya.

Dalam riwayat lain, seorang sahabat bertanya kepada Rasulul-lah saw., “Jika saya terbunuh di jalan Allah, apakah menurut eng-kau dosa-dosa saya akan diampuni? Semula, Nabi Suci menjawabbahwa dosa-dosanya akan diampuni asalkan dia sabar dan ikhlas,dan berperang menghadapi musuh tanpa menyerah. Tapi lantasRasulullah bersabda, ‘kecuali (dosa) karena meninggalkan hu-tang.”3 Karena sahabat itu berhutang, Rasulullah mengingatkanbahwa jika dia pergi berperang, dan mengabaikan kewajibannyamembayar hutang, lantas andaikata ia terbunuh, maka kelalaiannyaterhadap kewajiban itu tak akan diampuni oleh Allah.

Kesyahidan, karena itu, adalah capaian posisi spiritual di kehi-dupan akhirat. Tak seorang pun bisa memastikan, andaipun diamati di tengah kegiatan dakwah, bahwa Tuhan akan menganuge-rahkan posisi itu kepadanya. Yang bisa kita pastikan adalah bahwa

2. Muslim, bab: ‘Pemerintah’, h. 1905a (AHS: b. 20, n. 4688).3. Muslim, bab: ‘Pemerintah’, h. 1885a (AHS: b. 20, n. 4646).

Page 86: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

90 |

posisi itu tak bisa diraih oleh siapa pun yang melakukan perkarayang bertentangan dengan ajaran Islam, meskipun perbuatan itudilakukan atas nama Islam.

Lebih jauh lagi, perlu ditekankan bahwa kata syahid diterapkanbagi orang yang mati akibat tindakan orang lain yang berusahakeras dia lawan, atau mati karena keadaan yang sepenuhnya diluar kendalinya. Seperti contoh yang dinyatakan dalam Hadits diatas, seorang Muslim yang meninggal karena kolera atau wabahpun bisa disebut juga sebagai syahid. Akan tetapi, orang yang de-ngan sengaja berusaha tertular penyakit kolera, tidak bisa disebutsyahid. Sebab hal itu bertentangan dengan ajaran Islam. SeorangMuslim bahkan harus mengambil segala upaya untuk tidak men-derita sakit. Tetapi andaikata dia harus menderita sakit dan matioleh karenanya, maka ia akan mendapat tempat yang mulia diakhirat nanti.

Demikian halnya juga, untuk menjadi seorang syahid di medanperang, seorang Muslim harus mati terbunuh oleh musuh dalamupayanya melakukan perlawanan, atau karena mati disebabkankondisi lain yang di luar kendalinya. (Maksudnya, bukan sengajamencari mati karena ingin mendapat gelar syahid -- ed.)

Bunuh diri adalah perbuatan dosa

Menurut ajaran Islam, perbuatan bunuh diri adalah dosa yangsangat besar. Qur’an Suci menyatakan:

“Janganlah kamu menjatuhkan diri da-lam kebinasaan dengan tanganmu sen-diri.” (2:195; lihat juga 4:29)

Dalam suatu riwayat Hadits, Rasulullah saw. mengutuk orangyang melakukan bunuh diri:

Ihwal Mati Syahid

Page 87: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 91

“Barangsiapa bunuh diri dengan sua-tucara, maka ia akan diadzab dengan caraitu di neraka jahanam.”4

Dalam Sahih Muslim, pada bab bertajuk, “larangan menyalat-kan jenazah orang yang bunuh diri”, diriwayatkan bahwa Rasulul-lah saw. menolak melakukan shalat jenazah untuk orang yangmati bunuh diri.5 Di negara-negara Islam, upaya bunuh diri bahkandianggap sebagai tindak pidana, dan yang melakukan upaya ituakan dihukum.

Sementara itu, melindungi diri dan menyelamatkan kehidupanadalah naluri dasar setiap manusia. Dalam Qur’an Suci, perbuatanmenyelamatkan nyawa seseorang dianggap sebagai prioritasutama. Seorang Muslim bahkan boleh mengesampingkan perkarahalal dan haram demi keselamatan dirinya. Di bawah ini beberapacontoh kasus terkait hal ini.

Pertama, Qur’an melarang seorang Muslim makan makananyang diharamkan, termasuk daging babi. Tetapi dalam situasidarurat, karena demi menyelamatkan hidup seseorang, makananharam itu boleh dikonsumsi. Di bagian akhir dari dua ayat yangberbicara tentang perkara ini dinyatakan:

“Tetapi barangsiapa terpaksa, bukan ka-rena sengaja hendak berbuat dosa, makasesungguhnya Allah Maha-pengampun,Maha-pengasih.” (5:3)

“Tetapi barangsiapa terpaksa, bukan ka-rena keinginan dan tak pula melampauibatas, maka sesungguhnya TuhanmuMaha-pengampun, Maha-pengasih.”(6:145)

4. Bukhari, bab: ‘Sumpah dan Janji’, h. 6652 (MK: b. 78, n. 647).5. Muslim, bab: ‘Salat Jenazah’, h. 978 (AHS: b. 4, bab 205, n. 2133).

Page 88: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

92 |

Tak ada satu ayat pun dari Qur’an Suci yang menyatakan bahwaseorang Muslim yang membiarkan dirinya mati kelaparan, dantak menyelamatkan nyawanya dengan memanfaatkan makananyang ada, meskipun hukumnya haram, sebagai seorang yang matisyahid.

Kedua, di dalam salah satu ayat Qur’an dinyatakan, bahwaseorang Muslim yang mengingkari imannya di bawah ancamankematian demi menyelamatkan nyawanya, tetapi hatinya sesung-guhnya tetap beriman, dikecualikan dari hukuman.

“Barangsiapa kafir kepada Allah sesu-dah dia beriman, kecuali yang dipaksa(kafir) sementara hatinya penuh denganiman, tetapi orang yang membuka hati-nya untuk kekafiran, murka Allah atasmereka, dan bagi mereka ada siksaanyang pedih (di Akhirat).” (16:106)

Jadi, jika seorang Muslim terancam akan dibunuh bila tak me-nanggalkan Islam, atau menghadapi ancaman mengerikan lainnya,menurut Qur’an dia boleh menyelamatkan hidupnya denganmembuat pengingkaran secara lahiriah. Akan tetapi menjadi dosabesar bila pengingkaran itu dilakukan tanpa paksaan apalagi an-caman.

Ketiga, seorang Muslim, baik pria ataupun wanita, muda atau-pun tua, dapat menangguhkan puasa di bulan Ramadhan, jikakarena suatu alasan kewajiban itu dapat membahayakan nyawanya.Jadi, membuat diri sendiri sakit atau menanggung derita karenamemaksakan diri melaksanakan kewajiban puasa, bukanlahperbuatan baik atau berfaedah menurut Islam.

Keempat, sudah dimaklumi oleh semua kaum muslim bahwakewajiban ibadah haji tidak berlaku bagi siapa pun, jika karenasuatu alasan ibadah itu membahayakan nyawanya.

Ihwal Mati Syahid

Page 89: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 93

Akhirnya, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, seorangmuslim dapat mempertaruhkan nyawanya dalam perang semata-mata untuk menyelamatkan dan mempertahankan hidup, untukmenghindari lebih banyak kematian dan kehancuran.

Dalam 22:39-40, yang telah dikutip sebelumnya di Bab 4, umatIslam diizinkan berperang jika mereka diserang, dan perang harusmereka lakukan demi mengusir musuh supaya kehidupan masya-rakat, termasuk juga tempat ibadah, bisa selamat dari kehancuran.Dengan mengusir musuh, kaum Muslim tengah berusaha menye-lamatkan dirinya, bukan malah bunuh diri.

Bidadari Sorga

Ajaran keliru yang menyatakan bahwa kaum Muslim yang matisebagai syuhada akan diganjar di akhirat dengan tujuh puluh duabidadari, telah menjerumuskan Islam ke dalam lubang kehinaandan olok-olok, dan terbukti menjadi bahan celaan dan cemoohanorang yang tidak memahami ajaran Islam tentang akhirat.

Di sini kita tidak akan membahas secara rinci konsep Islamtentang Sorga. Tetapi beberapa poin penting di bawah ini perludikemukakan.

Pertama, ganjaran akhirat bukanlah hal-hal material sebagai-mana yang dapat kita nikmati di dunia ini. Alam akhirat adalahalam yang tak bisa dipahami oleh pikiran manusia yang hidup didunia ini. Kehidupan manusia di sana akan berbeda sama sekalidengan kehidupan dunia yang selama ini kita tahu. Qur’an Sucimenyatakan:

“Kami telah menentukan kematian diantara kamu, dan Kami tidak bisa dika-lahkan. Agar Kami mengubah keadaan-mu dan menumbuhkan kamu menjadiapa yang kamu tak tahu.” (56:60-61)

Page 90: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

94 |

Dalam beberapa karya terjemah Qur’an lainnya, ayat keduadi atas diterjemahkan antara lain, “agar Kami mengubah keadaanasalmu dan menciptakanmu dalam bentuk baru yang kamu belumdapat ketahui” (Muhammad Asad), “agar kami menciptakanmulagi dalam bentuk yang kamu tak tahu” (Rodwell), dan “agar Kamimengubah bentukmu dan menjadikanmu sesuatu yang kamu tidaktahu” (Pickthall).

Karena itu, bentuk kenikmatan Sorga di akhirat kelak sifatnyatak bisa disamakan dengan apa yang ada di dunia ini. Qur’an me-negaskan:

“Tak ada jiwa yang tahu penyegar matamacam apakah yang tersembunyi bagimereka; ganjaran untuk apa yang merekalakukan.” (32:17)

Itulah sebabnya mengapa deskripsi atau gambaran surga itudisebut sebagai perumpamaan, seperti dalam 13:35, “Perumpama-an Sorga, yang dijanjikan kepada orang yang bertakwa.” (lihatjuga 47:15).

Kedua, lebih dari delapan kali Qur’an menjelaskan bahwa priadan wanita sama-sama berhak atas ganjaran kehidupan Sorgawi.

“Barangsiapa melakukan perbuatan baik, baik pria maupunwanita, dan dia beriman, mereka akan masuk Sorga.” (4:124)

“Allah telah menjanjikan kepada kaum mukmin pria dan kaummukmin wanita sebuah Taman yang di dalamnya mengalirsungai-sungai untuk menetap di sana, dan tempat tinggal yangbaik di Taman abadi. Dan yang paling besar adalah perkenanAllah. Itulah kesuksesan yang besar.” (9:72)

Ihwal Mati Syahid

Page 91: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 95

“Taman abadi, yang mereka masuki bersama orang yang berbuatbaik dari antara ayah-ayah mereka dan istri-istri mereka dan ke-turunan mereka…” (13:23)

“Wahai hamba-hamba-Ku, … Orang-orang yang berimankepada ayat-ayat Kami dan berserah diri. Masuklah Sorga, kamudan istri kamu, dibuat bahagia… di sana terdapat sesuatu yangdirindukan oleh jiwa mereka dan apa yang menyegarkan mata,dan kamu akan menetap di sana” (43:68-71)

“Pada hari itu kamu akan melihat kaum mukmin pria dan kaummukmin wanita, cahaya mereka memancar di hadapan merekadan di sebelah kanan mereka. Kabar baik bagimu hari ini! Tamanyang di dalamnya mengalir sungai-sungai, dan mereka menetapdi sana.” (57:12)

Jadi, kaum mukmin wanita sama-sama akan mendapatkanganjaran dan kenikmatan yang sama dengan kaum mukmin priadalam kehidupan sorgawinya.

Ketiga, semua ganjaran di Sorga adalah manifestasi belakadari sifat baik yang ditunjukkan dan perbuatan baik yang dilakukanoleh setiap orang di kehidupan ini. Contohnya, “cahaya yang me-mancar di hadapan mereka dan di sebelah kanan mereka” dalam57:12, tidak bisa diartikan lampu fisik seperti di dunia ini, tetapigambaran belaka dari cahaya iman mereka. Di satu ayat dalamQur’an kita bisa baca:

“Dan orang-orang yang beriman dan berbuat baik dimasukkandalam Taman, yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, merekamenetap di dalamnya dengan izin Tuhan mereka. Ucapan peng-hormatan mereka di dalamnya adalah, Salam (Damai)! Apakahkamu tak melihat bagaimana Allah mengajukan sebuah perum-pamaan tentang kata-kata yang baik bagaikan pohon yang baik,yang akarnya kuat dan yang cabang-cabangnya (menjulang) kelangit, yang menghasilkan buahnya pada tiap-tiap musim dengan

Page 92: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

96 |

seizin Tuhannya? … Dan perumpamaan kata-kata yang burukadalah bagaikan pohon yang buruk, yang tercerabut dari permu-kaan bumi, mudah sekali digoyahkan.” (14:23-26)

Setelah berbicara perihal Sorga, dinyatakan bahwa kata-katayang baik adalah ibarat pohon yang baik, yang berbuah. Olehsebab itu, pohon-pohon di Sorga adalah manifestasi belaka dariperbuatan baik seseorang yang dilakukan dalam kehidupan didunia ini, yang tampak seperti pohon-pohon yang berbuah, seba-gaimana perbuatan baik menghasilkan buah kebaikan.

Karena itu, istilah “bidadari sorga” tidak bisa dibayangkanseperti wanita dunia ini, yang dengannya seorang pria bisa berhu-bungan seks. Bidadari Sorga adalah manifestasi belaka dari sifat-sifat baik yang ada dalam kehidupan ini, seperti kejujuran, ketu-lusan, kemurahan, integritas dan iman manusia. “Bidadari sorga”itu dalam Qur’an disebut sebagai azwajum muthahharah, “temanyang suci” (2:25, 3:15, 4:57) karena mereka adalah manifestasisifat-sifat baik yang senantiasa menemani setiap orang di dalamkehidupannya.

Bahkan, dalam 3:15 sifat hasrat kepada “teman yang suci” itudibedakan secara tegas dengan sifat hasrat seksual kepada wanita.Hasrat seksual kepada wanita, di ayat sebelumnya, yakni 3:14,disejajarkan dengan hasrat kepada kekayaan material di dunia ini.Lebih jelasnya, perhatikan kedua ayat tersebut di bawah ini.

“Ditampakkan indah kepada manu-sia akan kecintaan pada barang-ba-rang yang menarik, yaitu wanita,anak, timbunan harta berupa emasdan perak, kuda yang indah, ternakdan ladang. Itulah perlengkapan ke-hidupan dunia. Dan Allah, di sisi-

Ihwal Mati Syahid

Page 93: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 97

Nya-lah adalah tujuan hidup yangbaik.” (3:14)

“Katakanlah: Maukah kuberitahukankepadamu apa yang lebih baik dari itusemua? Bagi orang yang menjaga diridari kejahatan, adalah Taman di sisiTuhan mereka, yang di dalamnya me-ngalir sungai-sungai, mereka menetapdi sana, dan (mereka memperoleh)teman yang suci dan perkenan Allah.”(3:15)

Dari kedua ayat di atas nyata jelas bahwa meski hasrat seksualitu adalah keinginan dan kebutuhan di dunia yang serba materialini, tetapi ada hal yang lebih baik dan lebih utama dari itu, yakniberusaha keras untuk meningkatkan akhlak yang akan menjadi“teman suci” kita di akhirat. Ini sekaligus menolak ide bahwakita bisa mengharap ganjaran berupa terpuaskannya hasrat dunia-wiah kita di akhirat kelak.

Belakangan ini, muncul banyak artikel yang dipublikasikan dibanyak situs internet dan media lainnya, yang mengutip sebuahhadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidhi, dan menjadi bahanolokan dan ejekan. Menurut kutipan hadits itu, di Sorga, seorangpria bisa memiliki tujuh puluh dua ‘istri’ (yang di artikel-artikelitu ditulis ‘perawan’).6

Tetapi dalam kitab yang sama, kita bisa membaca hadits berikutini:

“Iman mempunyai kira-kira tujuh puluh pintu, pintu yang palingkecil adalah menyingkirkan sesuatu yang berbahaya dari jalan,

6. Tirmidhi, bab: ‘Gambaran Surga’, h. 2760 (MDR: h. 2562).

Page 94: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

98 |

dan yang paling besar adalah mengatakan ‘Laa ilaaha illallaah’(tiada Tuhan kecuali Allah).” 7

“Tujuh puluh pintu” yang menjadi unsur pokok iman itu, selainyang paling besar dan paling kecil yang disebutkan di sini, dalamriwayat lain termasuk juga sifat rendah hati. Artinya, barangsiapamemiliki unsur-unsur iman itu dalam kehidupannya, maka unsur-unsur itu akan menjelma “perawan-perawan” yang akan menjadi“teman sucinya” kelak di Akhirat.

Ada juga penjelasan lain tentang konsep “perawan” di akhirat,yang berkenaan dengan beberapa ganjaran yang bisa ditemukandi sana, berdasarkan ayat-ayat Qur’an berikut:

“Sesungguhnya Kami jadikan mereka(sebagai) ciptaan (baru), maka Kamijadikan mereka perawan, yang penuhcinta, sebaya umurnya.” (56:35-37)

Kata ganti “mereka” (hunna), yang diulang dua kali di sini,menggunakan kata ganti feminin. Kata hunna umumnya diartikanberkenaan dengan kaum mukmin wanita. Mereka akan dibang-kitkan di akhirat dalam bentuk ciptaan baru, sesuai dengan karak-ter kesucian mereka di dunia ini. Karena itu dikatakan, “Kami ja-dikan mereka perawan.” Penafsiran ini didukung oleh penjelasanRasulullah terhadap ayat ini, yang diriwayatkan dalam Kitab HaditsTirmidhi, Kitab Shama’il, sebagai berikut:

“Seorang wanita tua menghadap Rasulullah saw. dan berkata:‘Ya Rasulullah, mohonlah kepada Allah agar saya masuk Sorga.’Dalam nada canda, Rasulullah menjawab, ‘Wahai Ibu fulan, takada wanita tua yang akan masuk Sorga.’ Wanita tua itu pun pergi

7. Tirmidhi, bab: ‘Iman’, h. 2614.

Ihwal Mati Syahid

Page 95: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 99

sambil menangis. Maka Rasulullah pun bersabda, ‘Katakankepada wanita tua itu, bahwa dia tak akan masuk Sorga sebagaiseorang wanita tua, karena Allah berfirman: ‘SesungguhnyaKami menjadikan mereka (sebagai) ciptaan (baru), maka Kamijadikan mereka perawan.” 8

Dibangkitkannya kaum mukmin wanita sebagai “perawan”,hanyalah gambaran dari manifestasi kesucian rohani, yang denganitu mereka menjalani kehidupan di dunia ini. Tidak ada hubunganseksual di kehidupan akhirat, karena kehidupan di sana bukanlahkehidupan fisik yang tak memerlukan hubungan seperti itu.Karena itu, frasa “sebaya umurnya” dalam ayat di atas bisa berartikesamaan kualitas antara kaum mukmin wanita dengan kaummukmin pria.

Perlu dicatat bahwa kata ‘gadis’ atau ‘perawan’ digunakan didalam Alkitab (Bibel) juga sebagai simbol. Dalam PerjanjianLama, Bani Israil misalnya, di banyak ayat disebut sebagai “gadis”(Yeremia 31:4, Amos 5:2). Dalam Injil Matius, ada perumpamaantentang gadis yang bijaksana dan gadis yang bodoh, yang dikaitkandengan pernyataan Yesus: “Waktu itu Kerajaan Surga akan sepertisepuluh gadis” (Matius 25:1).

Jadi jelas, tak ada gadis atau perawan di Sorga yang disediakansebagai pemuas birahi kaum pria, yang mengaku mati sebagaisyuhada!

***

8. Shama’il Tirmidhi, bab: ‘Canda Rasulullah’, riwayat 230 (edisi MaulanaMuhammad Zakariyya)

Page 96: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 101

7Ekspresi Kemarahan

Kaum Muslimin

EKSPRESI KEMARAHAN kaum Muslimin atas ketidakadil-an yang diderita oleh sesama Muslim di belahan dunia lainnya,seringkali menjadi trending topik dan berita paling hangat dimedia. Kemarahan itu dituding telah menggerakkan kelompokekstrimis melampiaskan rasa frustrasi dan amarah mereka denganmelakukan tindak kekerasan secara serampangan dan membunuhiorang-orang yang tak bersalah.

Jika benar demikian, maka pertanyaan penting yang harusdijawab adalah, bagaimanakah ajaran Qur’an Suci dan Nabi Sucisaw. tentang bagaimana sikap yang seharusnya diambil ketikaseseorang dalam keadaan marah?

Perintah menahan amarah

Dalam Qur’an Suci, orang-orang yang beriman diberi perintahsebagai berikut:

Page 97: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

102 |

“Dan bersegeralah menuju ampunanTuhanmu, dan Taman seluas langit danbumi, yang disiapkan bagi orang-orangyang menetapi kewajibannya. Yangmemberikan sedekah baik dalam keada-an lapang maupun sempit, yang mere-dam amarahnya, dan yang memaafkanmanusia lain. Dan Allah mencintai o-rang yang berbuat baik kepada oranglain.” (3:133-134).

Kalimat “al-kaazhimiinal ghaizha wal ‘aafiina ‘aninnaasi” secaraharfiah berarti “yang menindas nafsu amarahnya dan yang me-maafkan manusia”. Kata nas (orang) di sini berarti manusia padaumumnya. Inilah yang seharusnya ditampilkan oleh umat Islamdi dunia ini, menjadi orang yang mampu menindas nafsu amarah-nya sendiri dan menjadi orang yang pemaaf bagi semua manusia.

Di permulaan ayat, umat Islam disuruh ‘bergegas menuju am-punan Allah.’ Kalimat ini mengisyaratkan bahwa untuk memper-oleh ampunan Allah, kita harus mampu meredam amarah kitakepada orang lain, lalu memaafkan mereka, dan bahkan berbuatbaik kepada mereka.

Bukankah andaikata kita melakukan perkara yang membuatTuhan marah, kita pun tak mau Dia menunjukkan kemarahan-Nya kepada kita? Karena itu, kita seharusnya juga bisa menahandiri untuk tak gampang marah kepada orang yang telah menzalimikita.

Ayat ini mengajarkan tiga tahapan cara dalam kita meresponsorang yang telah menganiaya kita. Kita tentu harus bisa naik ketingkat yang paling utama dari tahapan ini.

Pertama, dan ini tahap yang paling rendah, adalah meredamamarah. Ini cara paling minimal yang harus kita lakukan. Sebab,

Ekspresi Kemarahan Kaum Muslimin

Page 98: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 103

reaksi apapun yang kita lakukan, jika didasari kemarahan pastiakan cenderung berlebihan dan tak adil, bahkan bisa merugikanbanyak orang. Karena itu, amarah harus kita redam, sehinggarespon kita bisa menjadi lebih proporsional dan rasional.

Tahap berikutnya, ada baiknya kita memaafkan orang-orangyang menganiaya kita, ketimbang sibuk mencari hukuman bagimereka, kecuali hukuman itu bisa membuat mereka sadar atasperbuatan zalim mereka dan memperbaiki tingkah laku mereka.

Tahap terkhir, tetaplah berbuat baik kepada mereka, dan ba-laslah perbuatan buruk mereka dengan kebaikan, sekali lagi dalamrangka menyadarkan mereka atas perbuatan mereka.

Menurut ayat di atas, jalan ke Sorga hanya bisa dilalui dengancara “meredam amarah dan memaafkan orang lain”. Di tempatlain, Qur’an menggambarkan sifat-sifat baik yang seharusnyadiperjuangkan oleh orang beriman:

“Manakala mereka marah, mereka me-maafkan. Dan orang-orang yang apabilakezaliman menimpa mereka, merekamembela diri. Dan pembalasan atas sua-tu kejahatan adalah hukuman yang se-timpal dengan itu. Tetapi barangsiapamemaafkan dan memperbaiki diri, gan-jarannya ada pada Allah... Dan barang-siapa sabar dan memaafkan, sesungguh-nya itu adalah perkara ketetapan hatiyang besar.” (42:37, 39, 40, 43)

Ayat di atas mengajarkan bahwa kaum muslim tak boleh samasekali melakukan balas dendam, yang sudah pasti dilandasi ama-rah, dalam menghadapi kezaliman sekalipun. Tindakan maksimalyang boleh dilakukan hanyalah berupa perlakuan yang sama atausebanding dengan kejahatan itu. Tetapi, sikap memaafkan di sini

Page 99: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

104 |

dianjurkan sebanyak tiga kali berturut-turut, sebagai cara untukmeredam kemarahan.

Kata ashlaha dalam ayat di atas, yang di sini diterjemahkan“memperbaiki diri”, dalam banyak kitab terjemah Qur’an laindi-terjemahkan juga dengan kata-kata rekonsiliasi, memperbaikisesuatu, mendamaikan atau terdamaikan.

Keadilan di atas kebencian

Qur’an Suci memberi pelajaran kepada umat Islam:

“Jangan biarkan kebencianmu terhadapsuatu kaum, karena mereka menghalangikamu dari Masjid Suci, mendorong ka-mu untuk melanggar batas.” (5:2)

“Wahai orang-orang yang beriman,jadilah kamu orang yang jujur karenaAllah, (jadilah) saksi yang adil; dan ja-ngan biarkan kebencian terhadap suatukaum mendorong kamu untuk berlakutidak adil. Berlaku adillah; itu lebih dekatkepada takwa. Dan bertakwalah kepadaAllah. Sesungguhnya Allah Maha-was-pada terhadap apa yang kamu lakukan.”(5:8)

Boleh jadi ada alasan yang bisa dipahami, kenapa seseorangbisa marah dan benci kepada orang lain. Tetapi dua ayat di atasdengan jelas mengajarkan umat Islam agar tidak membiarkanamarah dan kebencian itu memancing mereka melakukan tindak-an yang berlebihan dan melanggar batas-batas moral dan hukum.

Kaum muslim tak hanya harus bisa menahan diri dari mela-kukan pelanggaran, tapi lebih dari itu mereka harus benar-benar

Ekspresi Kemarahan Kaum Muslimin

Page 100: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 105

patuh dan memperlakukan mereka yang dibenci itu secara wajardan adil. Di ayat ini, hal itu ditekankan sebagai bagian dari ke-wajiban kaum Muslim kepada Tuhan, yang maha mengetahuiapa yang kita lakukan.

Hadits tentang perlunya menahan amarah

Ada banyak hadits yang tercatat dalam berbagai Kitab Haditsterkemuka, yang meriwayatkan Rasulullah saw. menasehati kaummuslimin agar pandai mengendalikan amarah, antara lain dalamhadits-hadits berikut ini:

“Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah saw., ‘Berilah akubeberapa nasihat.’ Beliau bersabda, ‘Jangan marah dan geram’.Sahabat itu meminta lagi nasihat lain berulang kali, dan setiapkali itu pula Rasulullah bersabda, ‘Jangan marah dan geram’.”1

“Seorang hakim tak seharusnya mengadili antara dua orang yangtengah berselisih, selagi hatinya dalam suasana marah.”2

“Orang kuat bukanlah orang yang dapat bergulat dengan baik,tapi orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan diri saatdia sedang marah.” 3

“Kemarahan berasal dari setan. Setan diciptakan dari api. Danhanya airlah yang dapat memadamkan api. Maka pabila ada diantara kalian seorang yang marah, hendaklah ia berwudhu.”4

“Barangsiapa menahan amarahnya, Allah akan menahan hukum-an-Nya dari dia di Hari Kiamat.”5

1. Bukhari, bab: ’Sopan Santun’, h.6116 (MK: b. 73, n. 137).2. Bukhari, bab: ‘Keputusan’, h.7158 (MK: b. 89, n. 272).3. Muslim, bab: ‘Kebajikan …’, (al-Birr…), h. 2609a (AHS: b. 32, n. 6313).4. Abu Dawud, bab: ‘Sopan Santun’, h. 4784.5. Misykat-ul-Masabih, bab: ‘Sopan Santun’, sub-bab ‘Marah dan Kesombongan’

(lihat jld. 2, hlm. 551, terjemahan bahasa Urdu oleh Maulana Abd-ur-Rahman

Page 101: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

106 |

Dalam suasana perang, Rasulullah saw. diriwayatkan juga me-minta para sahabat untuk bisa mengendalikan amarah.

“Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasul,perang macam apakah yang disebut perang di jalan Allah itu?Sebab, sebagian dari antara kami berperang karena dendam danmarah, dan sebagian lagi berperang dalam kesombongan.” Ra-sulullah bersabda: “Dia yang menjadikan firman Allah di atassegalanya, sungguh dialah yang tengah berperang di jalan Allah.”6

Dalam riwayat di atas, Rasulullah saw. dengan sangat jelasmenyatakan bahwa perang yang dilakukan atas dasar doronganamarah bukanlah perang di jalan Allah.

Patut dicatat, Islam hanya mengizinkan perang dalam rangkamembela diri. Karena itu, yang dimaksud “agar firman Allah adadi atas segalanya” dalam hadits di atas adalah berperang dalamrangka mengusir musuh yang secara agresif hendak menghancur-kan Islam dan umatnya, dan dalam rangka menjadikan perkaraIslam menang di atas tujuan mereka itu.

***

Kandhalvi, atau jld. 2, hlm. 481, terjemahan bahasa Urdu oleh Maulana Abdul HakimKhan Akhtar Shahjahanpuri).

6. Bukhari, buku: ‘Ilmu’, h. 123 (MK: b. 3, n. 125).

Ekspresi Kemarahan Kaum Muslimin

Page 102: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 107

PADA BAB-BAB SEBELUMNYA, telah disampaikan ber-bagai klarifikasi dan penjelasan untuk menyanggah berbagaituduhan, meluruskan gambaran keliru dan pemutarbalikan faktaatas ajar-an Islam. Sekarang mari kita tengok ajaran Kristen.

Bab ini merujuk pada ayat-ayat Alkitab,* yang mestinya menjadiperhatian kaum orientalis, yang tak henti-hentinya mengkritikIslam, karena banyak dari mereka menganggapnya sebagai KitabSuci mereka. Atau andai pun mereka tak menerima otoritasAlkitab, tapi mereka harus mengakui bahwa Alkitab memegangposisi penting dalam peradaban Yudeo-Kristen Barat, dan belumada Kitab Suci lain yang mampu menandinginya.

Bab ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menyerang ataumemutarbalikkan Alkitab atau Bibel, Kitab Suci kaum Yahudidan Kristen. Bab ini dimunculkan semata untuk mengajak parakritikus Islam yang kerap menyudutkan Islam dengan tema-tema

8Topik Perang dalam Alkitab

* Kutipan Alkitab yang ditampilkan di sini diambil dari Alkitab versi New KingJames, Hak cipta C 1982 oleh Thomas Nelson, Inc. (versi Indonesia meng-gunakanAlkitab Terjemahan Baru (TB) LAI 1974 -- Ed.)

Page 103: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

108 |

perang dan kekerasan, untuk melihat kembali ajaran agamamereka dari Kitab Suci mereka sendiri.

Tuhan Perang dalam Alkitab

Dalam Kitab Keluaran, Musa dan Bani Israel bersenandung:

“Aku akan bernyanyi bagi Tuhan, sebab Ia menang dalam ke-muliaan! … Tuhan itu penguasa perang; Tuhan, itulah nama-Nya.” (Kel 15:1, 3)

Tampaknya kecintaan akan perang adalah sifat Tuhan palingutama, karena disebutkan di samping namaNya. Bisa dibayang-kan, andaikata istilah ‘Penguasa Perang’ ini muncul di dalam Qur-’an, para orientalis mungkin akan mengungkitnya terus menerus,berulang-ulang.

Alkitab beberapa kali menyatakan janji Tuhan bahwa Ia sendiriakan berperang untuk para pengikut Alkitab:

“Janganlah takut kepada mereka (bangsa-bangsa lain), sebabTuhan, Allahmu, ia sendiri akan berperang untukmu.” (Ul 3:22)

“Dengarlah, hai orang Israel: Kamu sekarang di ambang pertem-puran melawan musuhmu. Janganlah lemah hatimu, janganlahtakut, dan janganlah gentar atau ketakutan karena mereka; sebabTuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertaimu, untuk ber-perang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberi-kan kemenangan kepadamu.” (Ul 20:3-4)

“Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang,sebab TUHAN Allahmu, Dialah yang berperang bagi kamu,seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu.” (Yos 23:10)

Topik Perang dalam Alkitab

Page 104: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 109

Hukum perang dalam Alkitab

Tuhan memberitahu Bani Israel tentang bagaimana cara meng-hadapi musuh yang kalah, sebagai berikut:

“Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang me-lawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian ke-padanya.

Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan di-bukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orangyang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan men-jadi hamba kepadamu.

Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai dengan engkau,melainkan mengadakan pertempuran melawan engkau, makaharuslah engkau mengepungnya;

dan setelah TUHAN, Allahmu, menyerahkannya ke dalamtanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh pendu-duknya yang laki-laki dengan mata pedang.

Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada dikota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas bagimusendiri, dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan ke-padamu oleh TUHAN, Allahmu, boleh kaupergunakan.

Demikianlah harus kaulakukan terhadap segala kota yangsangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota-kota bangsa-bangsa di sini.

Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TU-HAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlahkaubiarkan hidup apapun yang bernafas,

melainkan kautumpas sama sekali, yakni orang Het, orangAmori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orangYebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN,Allahmu.” (Ul 20:10-17)

Jadi jika sebuah kota ‘yang sangat jauh darimu’ tetap melawandan tak menyerah, maka setelah kekalahannya, kaum laki-lakinyaharus dieksekusi mati, kaum wanita dan anak-anak dijadikan

Page 105: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

110 |

budak. Akan halnya bagi kota yang ‘Tuhan berikan kepadamusebagai warisan’ hukumannya lebih berat, sebab setiap orang ‘yangbernafas’ harus dibunuh.

Perilaku perang dalam Alkitab

Dalam perang Bani Israel melawan kaum Midian, Alkitabmemberi gambaran demikian:

“Lalu berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Baiklah sejumlahorang dari antaramu mempersenjatai diri untuk berperang, su-paya mereka melawan Midian untuk menjalankan pembalasanTUHAN terhadap Midian. ...

Kemudian berperanglah mereka melawan Midian, seperti yangdiperintahkan TUHAN kepada Musa, lalu membunuh semualaki-laki mereka. ...

Kemudian Israel menawan perempuan-perempuan Midiandan anak-anak mereka; juga segala hewan, segala ternak dansegenap kekayaan mereka dijarah,

dan segala kota kediaman serta segala tempat perkemahanmereka dibakar.

Kemudian diambillah seluruh jarahan dan seluruh rampasanberupa manusia dan hewan itu. (Bil 31:3, 7, 9-11)

Ketika mereka membawa pulang para tawanan dan hartarampasan, Musa merasa tak senang, karena mereka membiarkanperempuan dan anak-anak itu hidup:

“Dan Musa berkata kepada mereka: "Kamu biarkankah semuaperempuan hidup? ...

Maka sekarang bunuhlah semua laki-laki di antara anak-anakmereka, dan juga semua perempuan yang pernah bersetubuhdengan laki-laki haruslah kamu bunuh.

Topik Perang dalam Alkitab

Page 106: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 111

Tetapi semua orang muda di antara perempuan yang belumpernah bersetubuh dengan laki-laki haruslah kamu biarkan hidupbagimu.” (Bil 31:15, 17-18)

Kitab Yosua mencatat beberapa peristiwa, bahwa di bawahpimpinan jenderal agung ini, tentara Israel membunuh semuatawanan dari penduduk berbagai negeri. Setelah robohnya tembokYerikho yang terkenal, pasukan Yosua melakukan tindakan berikutini:

“Mereka menumpas dengan mata pedang segala sesuatu yangdi dalam kota itu, baik laki-laki maupun perempuan, baik tuamaupun muda, sampai kepada lembu, domba dan keledai.” (Yos6:21)

Dari Yerikho, pasukan Yosua bergerak ke Ai:

“Segera sesudah orang Israel selesai membunuh seluruh pen-duduk kota Ai di padang terbuka ke mana orang Israel mengejarmereka, dan orang-orang ini semuanya tewas oleh mata pedangsampai orang yang penghabisan, maka seluruh Israel kembalike Ai dan memukul kota itu dengan mata pedang.

Jumlah semua orang yang tewas pada hari itu, baik laki-lakimaupun perempuan, ada dua belas ribu orang, semuanya orangAi.

Dan Yosua tidak menarik tangannya yang mengacungkanlembing itu, sebelum seluruh penduduk kota Ai ditumpasnya.

Hanya ternak dan barang-barang kota itu dijarah oleh orangIsrael, sesuai dengan firman TUHAN, yang diperintahkan-Nyakepada Yosua.

Yosua membakar Ai dan membuatnya menjadi timbunanpuing untuk selama-lamanya, menjadi tempat yang tandus sam-pai sekarang.” (Yos 8:24-28)

Page 107: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

112 |

Di dalam Kitab Yosua 10:28-39, disebutkan daftar tujuh kotayang ditaklukkan Yosua. Untuk menggambarkan nasib kota-kotaitu, digunakan ungkapan berikut ini, “kota itu dan semua makhlukyang ada di dalamnya ditumpasnya, tidak ada seorangpun yangdibiarkannya lolos (ayat 28), dan “semua makhluk yang ada didalamnya ditumpas mereka, tidak seorangpun yang dibiarkannyalolos” (ayat 39). Di ujung ayat-ayat itu, lantas dinyatakan:

“Tidak seorangpun yang dibiarkannya lolos, tetapi ditumpasnyasemua yang bernafas, seperti yang diperintahkan TUHAN, AllahIsrael.” (Yos 10:40).

Selanjutnya, di pasal 11 Kitab Yosua, ada tertulis tentang kota-kota lain:

“Segala barang dari kota-kota itu serta ternaknya telah dijarahorang Israel. Tetapi manusia semuanya dibunuh mereka denganmata pedang, sehingga orang-orang itu dipunahkan mereka.Tidak ada yang ditinggalkan hidup dari semua yang bernafas.

Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, hamba-Nya itu, demikianlah diperintahkan Musa kepada Yosua danseperti itulah dilakukan Yosua: tidak ada sesuatu yang diabai-kannya dari segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”(Yos 11:14-15)

Lagi, Nabi Samuel berkata pada Saul, yang telah ia tunjuksebagai Raja Israel:

“Berkatalah Samuel kepada Saul: “Aku telah diutus TUHANuntuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya;oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman TUHAN.

Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslahsegala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepa-danya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-

Topik Perang dalam Alkitab

Page 108: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 113

kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba,unta maupun keledai.” (I Sam 15:1,3)

Tentang Raja Daud Yang Agung, Alkitab mencatat:

“Apabila Daud memusnahkan negeri itu, seorangpun tidak di-biarkannya hidup, baik laki-laki maupun perempuan; ia meram-pas kambing domba, lembu, keledai, unta dan pakaian, ...”(I Sam 27:9)

Semua pembunuhan besar-besaran yang diceritakan di dalamayat-ayat Alkitab di atas, katanya dilakukan atas perintah Tuhan!?Astaghfirullah!

Yesus membawa misi damai?

Betapa mengejutkan, dalam perkara ini, Yesus berkata:

“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk mem-bawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawadamai, melainkan pedang.” (Mat 10:34)

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakahAku harapkan, api itu telah menyala! ...

Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damaidi atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai,melainkan pertentangan.” (Luk 12:49, 51)

Pernyataan Yesus ini sudah pasti tak bisa ditafsirkan lain kecualisebagai ancaman perang. Andaikata pernyataan semacam ini ter-dapat di dalam Qur’an, para kritikus Islam sangat mungkin akanmenjadikannya bukti bahwa Islam menyukai peperangan.

Page 109: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

114 |

Kisah Samson dan Tragedi 9/11

Samson, Alkitab menyebutnya Simson, adalah superhero da-lam kisah kolosal bangsa Israel, yang diriwayatkan dalam KitabHakim-Hakim. Kisahnya menjadi populer sejak film Hollywoodyang memenangkan penghargaan, Samson and Delilah, dirilis tahun1949.

Menurut Alkitab, Samson mampu mempertontonkan ber-bagai kekuatan ajaibnya saat melawan kaum Filistin, musuh BaniIsrael, setelah “Kuasa Roh Tuhan merasukinya” (Hak 14:6, 19;15:14). Artinya, Samson bertindak atas dasar dukungan dan inspi-rasi Tuhan.

Tapi akhirnya dia berhasil ditangkap juga oleh orang Filistin,yang memenjarakan dan membutakan matanya. Samson punditawan dan dijadikan badut hiburan dalam pertunjukan umum.Babak terakhir dalam kisah Samson digambarkan demikian:

“Sesudah itu berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untukmengadakan perayaan korban sembelihan yang besar kepadaDagon, allah mereka, dan untuk bersukaria; kata mereka: “Telahdiserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita Simson, musuhkita.”

Dan ketika orang banyak melihat Simson, mereka memujiallah mereka, sambil berseru: “Telah diserahkan oleh allah kitake dalam tangan kita musuh kita, perusak tanah kita, dan yangmembunuh banyak teman kita.”

Ketika hati mereka riang gembira, berkatalah mereka: “Pang-gillah Simson untuk melawak bagi kita.” Simson dipanggil daripenjara, lalu ia melawak di depan mereka, kemudian merekamenyuruh dia berdiri di antara tiang-tiang.

Berkatalah Simson kepada anak yang menuntun dia: “Lepas-kan aku dan biarkanlah aku meraba-raba tiang-tiang penyanggarumah ini, supaya aku dapat bersandar padanya.”

Adapun gedung itu penuh dengan laki-laki dan perempuan;segala raja kota orang Filistin ada di sana, dan di atas sotoh ada

Topik Perang dalam Alkitab

Page 110: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 115

kira-kira tiga ribu orang laki-laki dan perempuan, yang menontonlawak Simson itu.

Berserulah Simson kepada TUHAN, katanya: “Ya TuhanALLAH, ingatlah kiranya kepadaku dan buatlah aku kuat, sekaliini saja, ya Allah, supaya dengan satu pembalasan juga kubalaskankedua mataku itu kepada orang Filistin.”

Kemudian Simson merangkul kedua tiang yang paling tengah,penyangga rumah itu, lalu bertopang kepada tiang yang satudengan tangan kanannya dan kepada tiang yang lain dengantangan kirinya.

Berkatalah Simson: “Biarlah kiranya aku mati bersama-samaorang Filistin ini.” Lalu membungkuklah ia sekuat-kuatnya, makarubuhlah rumah itu menimpa raja-raja kota itu dan seluruh orangbanyak yang ada di dalamnya. Yang mati dibunuhnya pada waktumatinya itu lebih banyak dari pada yang dibunuhnya pada waktuhidupnya.” (Hak 16:23-30)

Kisah Samson di atas menjadi analog yang sangat cocok de-ngan tragedi 11 September 2001 di New York.** Samson berenca-na menjatuhkan sebuah gedung tinggi dengan maksud hendakmenghancurkannya, dan membunuh orang-orang yang berkum-pul di dalam dan sekitarnya. Dia tahu bahwa tindakannya itubisa membuat dirinya sendiri mati. Dia melakukannya atas namaTuhan, dan karena itu ia percaya bahwa Tuhan memberikannyakekuatan untuk melakukan hal itu.

Jumlah ‘sekitar tiga ribu’ yang terbunuh dalam Kisah Samsondi atas juga hampir sama dengan jumlah korban tragedi 9/11.Dan jika dilihat dari jumlah populasi pada masa itu, tindakanSamson termasuk aksi pembunuhan massal.

Andaikata di era ini tindakan model Samson itu dilakukanoleh seorang Muslim yang kebetulan kalap, apalagi jika dilakukandi tempat ibadah agama lain, pastilah akan langsung dikutuk habis-habisan. Tindakan yang tidak Islami dan tidak manusiawi seka-ligus!

Page 111: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

116 |

Lain halnya dengan Samson. Dia adalah seorang superherodalam Alkitab. Seorang “hakim bijak bestari” yang diriwayatkandalam Kitab Hakim-Hakim, kitabnya orang-orang bijak. Samsonjustru disanjung puja dan disanjung puji oleh masyarakat Baratyang sudah menonton filmnya yang meraih Piala Oscar itu.

***

Topik Perang dalam Alkitab

Page 112: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 117

ISLAM MEMBERIKAN tiga landasan, yakni filosofis, hukumdan moral, sebagai modal sosial agar umatnya bisa hidup damaidan harmonis dengan sesama, baik dengan umat seagama maupunumat agama lain, di level individu, komunitas, maupun dalamskala bangsa dan negara.

Landasan Filosofis

Dari sudut pandang filosofis atau ideologis, di awal sekali Qur-’an menyatakan, tepatnya di ayat pertama Surat Al-Fatihah, yangmenjadi pembuka Qur’an, bahwa Allah adalah Rabbul ‘ala-min,Tuhan semesta alam.

Kata Rabb merujuk pada entitas yang menyediakan semuakebutuhan kehidupan manusia. Allah bukanlah Tuhan untuk suatubangsa, ras atau agama tertentu belaka. Allah adalah Tuhan yangmemberi rejeki kepada semua manusia, apa pun bangsa danagamanya. Dialah juga yang mengutus Utusan-Nya ke berbagaibangsa di dunia. Dia adalah Tuhannya segala umat, baik muslim

9Relasi Sosial Islam

Page 113: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

118 |

maupun non muslim. Dan bahkan dia adalah Tuhannya merekayang memusuhi Islam juga.

Dan lantas di bagian akhir Qur’an, di surat An-Nas, dinyatakandengan sangat jelas:

“Katakanlah: Aku berlindung kepadaTuhannya manusia, Raja manusia, Se-sembahan manusia.” (114:1-3)

Selain itu, kepada seluruh umat manusia, Qur’an menyatakanbahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai umat yang satu, ber-asal dari sumber yang sama, yang tinggal di atas bumi yang sama,dan di bawah langit yang sama pula.

“Wahai manusia, mengabdilah kepadaTuhanmu, Yang menciptakan kamu danorang-orang sebelum kamu, agar kamubertakwa. Dia yang menjadikan bumisebagai tempat tinggal bagimu, dan la-ngit sebagai bangunannya, dan menu-runkan hujan dari awan, yang denganitu tumbuhlah buah-buahan sebagai ka-runia rejeki buatmu.” (2:21-22)

Semua manusia, yang hidup saat sekarang ini maupun sebe-lumnya, adalah makhluk ciptaan Allah, yang memberi merekaruang, atmosfir, dan sumber daya yang sama dalam kehidupanini. Karena itu, semua manusia dari segala bangsa seharusnyamengabdi kepada Allah, dan tak sepatutnya suatu bangsa meng-hamba kepada bangsa yang lainnya.

Di ayat yang lain, yang juga ditujukan bukan hanya kepadakaum muslimin, melainkan kepada umat manusia seluruhnya,dinyatakan:

Relasi Sosial Islam

Page 114: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 119

“Wahai manusia, bertakwalah (tetapilahkewajibanmu) kepada Tuhanmu, Yangmenciptakanmu dari jiwa yang satu, danmenciptakan baginya pasangannya, danmembangkitkan dari keduanya banyaklaki-laki dan perempuan. Dan bertakwa-lah kepada Allah yang kepadanya kamuminta pertolongan, dan eratkanlah hu-bunganmu denganNya.” (4:1)

Diciptakannya manusia “dari jiwa yang satu” dalam ayat initidak dalam arti dari satu pasangan manusia pertama, Adam danHawa --seperti yang digambarkan dalam Alkitab (ed.). Tetapi yangdimaksud adalah bahwa semua manusia, baik laki-laki maupunperempuan, berasal dari satu sumber yang sama, yakni sepasanglaki-laki dan perempuan. Dan dari pasangan itulah tersebar umatmanusia di berbagai belahan bumi.

Kata terakhir dari ayat ini menekankan kewajiban manusiauntuk mengeratkan ikatan di antara mereka, tidak terbatas hanyadi lingkungan keluarga, suku atau bangsa tertentu saja, tetapi de-ngan seluruh umat manusia, yang berasal dari sumber yang satudan sama.

Qur’an juga dengan sangat gamblang menyatakan bahwamanusia adalah umat yang satu:

“Manusia adalah umat yang satu. MakaAllah membangkitkan para Nabi sebagaipembawa kabar baik dan juru ingat. DanDia turunkan bersama mereka Kitabdengan benar, agar menjadi hakim diantara manusia, dalam perkara yangmereka perselisihkan.” (2:213)

Page 115: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

120 |

“Dan manusia tiada lain adalah satuumat, akan tetapi mereka berseli-sih.”(10:19)

Manusia adalah satu umat, meski bisa berbeda dan berselisihpandangan. Tetapi perbedaan itu harus bisa dimanfaatkan untukkebaikan.

“Untuk tiap-tiap orang di antara kamu,Kami tetapkan undang-undang dan ja-lan. Dan jika Allah menghendaki, nis-caya Dia akan membuat kamu satuumat, tetapi Dia ingin menguji kamudengan apa yang telah Dia berikan ke-pada kamu. Maka berlomba-lombalahdalam perbuatan baik. Kepada Allahkamu semua akan kembali, dan Dia akanmemberitahukan kepadamu apa yangkamu berselisih di dalamnya.” (5:48)

Dalam ayat ini, kita diberitahu bahwa karena semua agamapada dasarnya mengajarkan kebaikan, maka sudah seharusnyapara penganutnya saling berlomba dalam perbuatan baik. Akanselalu ada perbedaan dalam hal doktrin dari setiap agama. Dansampai mati pun kita tak akan pernah tahu yang mana yang sung-guh-sungguh benar. Karena itu, pertengkaran yang disebabkankarena perbedaan keyakinan agama itu seharusnya tak diperlu-kan. Cukuplah kaum muslimin menyatakan:

“Allah adalah Tuhan kami dan Tuhankamu. Bagi kami amal kami dan bagikamu amal kamu. Tak ada perselisihanantara kami dan kamu. Allah akan me-ngumpulkan kita semua, dan kepada-Nya tempat kembali.” (42:15)

Relasi Sosial Islam

Page 116: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 121

“Apakah kamu berselisih dengan kamitentang Allah, padahal Dia itu Tuhankami dan Tuhan kamu. Dan bagi kamiperbuatan kami dan bagi kamu perbuat-an kamu; dan kami tulus (mengabdi)kepada-Nya.” (2:139)

Semua manusia pada fitrahnya sama dan tak berubah, sepertiyang dinyatakan Qur’an:

“fitrah buatan Allah, yang dengan fitrahitu Dia menciptakan manusia. Tak adaperubahan dalam ciptaan Allah.” (30:30)

Perbedaan fitrah bangsa-bangsa dan golongan umat tidaklahmenunjukkan superioritas atau inferioritas yang satu atas yanglainnya, melainkan fenomena yang harus dikaji untuk meningkat-kan pengetahuan dan pemahaman bersama:

“Dan di antara tanda buktiNya ialah ter-ciptanya langit dan bumi, dan berbeda-bedanya bahasa dan warna kulitmu.Sesungguhnya dalam itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berilmu.” (30:22)

“Wahai manusia, Sungguh Kami cipta-kan kamu dari pria dan wanita, dan Ka-mi jadikan kamu bersuku-suku dan ber-bangsa-bangsa, agar kamu saling menge-nal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang pa-ling bertakwa di antara kamu.” (49:13)

Jadi, ajaran Qur’an Suci bahwa Allah adalah Tuhan semuaumat manusia, bahwa manusia adalah satu umat, bahwa para Utus-

Page 117: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

122 |

an Allah dibangkitkan di antara semua bangsa, yang harus diimanisemuanya sebagaimana beriman kepada Nabi Suci Muhammadsaw., itu menjadi landasan filosofis dan ideologis bagi umat Islamuntuk hidup dengan damai dan harmonis dengan yang lain.

Praktek aplikatif dari landasan nilai ini tergambarkan daribeberapa peristiwa dalam kehidupan Rasulullah saw., antara lainsebagaimana diriwayatkan berikut ini:

“Suatu kali, Rasulullah saw. tiba-tiba berdiri manakala sebuahprosesi pemakaman melewati kami. Maka kami pun ikut berdiri.Sesudah berlalu, kami berkata, ‘Ya Rasul, tadi itu adalah prosesipemakaman seorang Yahudi.’ Beliau bersabda, ‘Sudah selayak-nya kamu berdiri, kapan pun kamu melihat prosesi pemakaman.”

“Suatu waktu, Sahl ibn Hunaif dan Qais ibn Sad sedang duduk-duduk di tengah kota Al-Qadisiyya. Sebuah prosesi pemakamanlewat di depan mereka dan mereka pun sontak berdiri. Lantasada yang memberitahu, bahwa itu adalah prosesi pemakamansalah satu penduduk kota, seorang kafir yang hidup di bawahpemerintahan Muslim. Mereka berkata, ‘Suatu kali Rasulullahsaw. berdiri manakala sebuah prosesi pemakaman lewat di hadap-an beliau. Ketika diberitahu bahwa peti itu berisi jenazah seorangYahudi, beliau bersabda, ‘Memangnya dia bukan manusia?”1

Contoh lain, Rasulullah saw. mempunyai istri seorang Yahudibernama Safiyyah. Suatu ketika, istri beliau yang lain, Hafsah,mengejeknya dengan sebutan “anak perempuan Yahudi.” Men-dengar itu, Rasulullah saw. menyuruh Safiyyah menjawab ejekanitu dengan perkataan, ‘Adakah engkau lebih baik dariku, semen-tara suamiku Muhammad, ayahku Harun, dan pamanku Musa.”Lalu Rasulullah menegur Hafsah, “Takutlah kepada Allah.”2

1. Bukhari, bab: ‘Pemakaman’, h. 1311-1313 (MK: b. 23, n. 398, n. 399).2. Tirmidhi, bab: ‘Keutamaan’ (Manaqib), h. 4268 (MDR: h. 3894).

Relasi Sosial Islam

Page 118: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 123

Hafsah adalah putri Umar ibn Khathab, seorang tokoh yangdihormati, pengikut Rasulullah yang paling senior sesudah AbuBakar. Hafsah juga berasal dari suku Quraisy, satu suku denganRasulullah saw. Kendati demikian, Rasulullah menyatakan bahwaHafsah tidak lebih terhormat ketimbang Safiyyah, karena ia hanyaterhubung dengan satu nabi saja, yakni dirinya. Sementara Safiy-yah, selain dengan dirinya, terhubung juga dengan Harun danMusa, para nabi keturunan Yahudi.

Peringatan Rasulullah saw. kepada Hafsah ini dilakukan, karenaHafsah merepresentasikan keangkuhan masyarakat Arab umum-nya, yang suka merendahkan kaum Yahudi, sembari membangga-banggakan diri mereka sendiri karena merasa berasal dari kalangankerabat Nabi.

Landasan Hukum

Landasan hukum di dalam Islam, agar supaya umatnya dapathidup dengan damai dan harmonis dengan sesama, disampaikandengan perintah yang sederhana tapi penting berikut ini:

“Wahai orang-orang yang beriman,penuhilah janji-janjimu.” (5:1)

Kata ‘uquud (bentuk tunggalnya ‘aqd, diindonesiakan menjadiakad) yang diterjemahkan janji-janji, maknanya mencakup semuajenis perjanjian, kontrak, permufakatan, atau sebutan lainnya.Umat Islam yang tinggal di negara-negara non-Muslim, misalnya,yang menjamin kebebasan beribadah mereka dan mengakui me-reka sebagai muslim, terikat dalam perjanjian dengan pemerintahnegeri itu, dan harus mematuhi undang-undang yang berlaku disana.

Page 119: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

124 |

Di dalam Qur’an, kepatuhan pada semua jenis perjanjian itudianggap sebagai ciri fundamental kemusliman seseorang, samafundamentalnya dengan keyakinan pada Tuhan dan kewajibanshalat. Ciri-ciri utama seorang muslim disebutkan antara lain se-bagai berikut:

“Yang memenuhi amanat dan janjinya,dan yang menjaga shalatnya.” (23:8-9)

“Yang memenuhi janji tatkala merekamembuat perjanjian.” (2:177)

Sebab, Allah akan meminta pertanggungjawaban atas apa yangmereka janjikan:

“Penuhilah janji; karena sesungguhnyasetiap perjanjian akan ditanyakan.” (17:34)

Sekiranya umat Islam hendak memilih pemimpin yang akandipercaya mengurusi urusan pemerintahan, baik di negara Islamataupun bukan, Qur’an memberi petunjuk sebagai berikut:

“Sesungguhnya Allah memerintah-kanmu untuk menyerahkan amanahkepada orang yang layak untuk itu.dan jika kamu mengadili antara ma-nusia, kamu harus mengadili denganadil.” (4:58)

Kapasitas dan kemampuan untuk memegang amanah, harusmenjadi kriteria dalam menentukan siapa yang layak dipilih untukmemegang jabatan atas amanah itu. Pemerintah harus seperti

Relasi Sosial Islam

Page 120: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 125

hakim yang bisa berlaku adil kepada semua orang. Jika sekiranyaseorang Muslim terpilih menduduki suatu jabatan, ia juga samaharus bersikap adil di hadapan semua orang.

Surat ke-12 dalam susunan Qur’an Suci berjudul Yusuf, berisihampir sepenuhnya kisah tentang Nabi dari kalangan Bani Israelitu, yang juga dikisahkan dalam Alkitab atau Bibel. Riwayat paranabi terdahulu, termasuk Yusuf a.s., dikisahkan kembali di dalamQur’an Suci agar umat Islam dapat mengambil hikmah teladandari kehidupan mereka.

Yusuf mengikuti dan mengajarkan agama monoteistik, mene-ruskan misi kakek buyutnya, Ibrahim a.s. Ia hidup di Mesir padamasa kekuasaan Fir’aun, yang tak menganut agama yang samadengannya. Karena itu, Yusuf ibarat seorang Muslim yang tinggaldi negara yang didominasi non-Muslim dewasa ini.

Dikisahkan, Yusuf berhasil menafsirkan mimpi Raja Mesir,dan menubuatkan keadaan Negeri Mesir yang akan menghadapikelimpahan selama tujuh tahun, tetapi disusul dengan masa pacek-lik selama tujuh tahun berikutnya juga. Atas dasar itu, Yusuf ke-mudian diangkat sebagai Bendahara Kerajaan. Dia dianggapbermartabat dan terpercaya, serta dipandang cakap mengurusikekayaan negara (12:54-55).

Dari surat Yusuf kita tahu bahwa kerajaan yang dipimpin kaumkafir itu memiliki standar hukum dan keadilan yang tinggi. Tatkalasaudara-saudaranya mengunjungi Mesir untuk mendapatkan jatahgandum, Yusuf ingin menahan Benjamin, adik laki-lakinya, se-mentara yang lain kembali ke tanah air mereka. Tetapi, Qur’anmenyatakan, “Ia tidak dapat menahan saudaranya menurut un-dang-undang raja, kecuali jika Allah menghendaki.” (12:76)

Undang-undang imigrasi negeri Mesir kala itu tak memungkin-kan Yusuf menahan Benyamin di Mesir. Yusuf mematuhi dantak melanggar undang-undang itu, dan tak mau menggunakan

Page 121: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

126 |

posisi dan jabatannya supaya mendapatkan perlakuan khusus.Kalimat “kecuali jika Allah menghendaki” merujuk pada situasidi mana secara kebetulan mangkuk kerajaan yang hilang ditemu-kan di dalam tas Benjamin, dan karena diduga terlibat dalam pen-curian, jadilah ia ditahan dan tinggal di Mesir.

Hikmah pelajaran yang dapat diambil dari Surat ini adalahbahwa seorang Muslim sejati, apabila ia menjadi pegawai ataupejabat pemerintahan di negara non-Muslim, harus setia berkon-tribusi demi kesejahteraan ekonomi dan moral negara itu, melibat-kan diri dalam organisasi negara sampai pada level tertinggi, dansecara seksama mematuhi undang-undangnya.

Kisah Nabi Yusuf ini juga menggambarkan bahwa Negaranon-Muslim pun dapat juga memiliki standar hukum dan keadilanyang patut diapresiasi dan dijadikan contoh bagi umat Islam.

Landasan Moral

Landasan moral dalam ajaran Islam agar supaya umat Islambisa hidup dengan damai, harmonis, dan penuh persahabatandengan non-Muslim, dinyatakan dalam ayat yang mencantumkantugas-tugas pokok seorang Muslim berikut ini:

“Mengabdilah kepada Allah, danjanganlah menyekutukan sesuatu de-ngan Dia. Dan berbuatlah baik ke-pada orang tua, kerabat, anak yatim,orang miskin, tetangga dekat (yangada hubungan famili) atau tetanggajauh (yang tak ada hubungan famili),kawan perjalanan, musafir, dan orangyang berada di bawah pemeliharaan-mu.” (4:36)

Relasi Sosial Islam

Page 122: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 127

Ayat ini dengan jelas memasukkan “tetangga jauh” di antaraorang-orang yang harus kita perlakukan dengan baik, dan me-nempatkan mereka dalam daftar yang sama dengan orangtua,saudara dan tetangga dari keluarga sendiri. “Tetangga jauh” yangdimaksud di sini bisa berarti orang dari ras, negara atau agamalain.

Dan bisa jadi semua orang yang disebutkan di sini, yakni orangtua, kerabat, anak yatim, dan lainnya, adalah non-Muslim, yangkepadanya seorang Muslim harus berbuat baik. Berbuat baik bagiseseorang adalah tindakan yang positif, dengan kata lain tidakmerugikan atau menyakiti mereka.

Di antara orang-orang yang kepadanya seorang Muslim harusberbuat baik, terdapat “kawan perjalanan dan musafir.” Karenaitu, mencelakakan sesama penumpang, misalnya, apa lagi menye-babkan kematian mereka dengan menggunakan bom atau me-nabrakkan pesawat terbang, jelas-jelas bertentangan sekaligus me-langgar prinsip fundamental ajaran Islam.

Terdapat beberapa sabda Rasulullah saw. yang menekankankewajiban terhadap tetangga:

“Jibril tak henti-hentinya menasihatiku tentang (perlakuan baik)tetangga, sedemikian rupa sehingga aku mengira bahwa dia akanmenjadikannya ahli warisku.”

“Rasulullah saw. bersabda, ‘Demi Allah, dia tidak beriman! DemiAllah, dia tidak beriman! Demi Allah, dia tidak beriman!’ Parasahabat bertanya, ‘Siapa dia itu, ya Rasulullah?’ Beliau bersabda,‘Orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya.”

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, tidak bolehmerugikan tetangganya…”

Page 123: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

128 |

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, harusmenghormati tetangganya…” 3

Dalam kumpulan Hadits Sahih Muslim, sabda Rasulullah saw.tentang hubungan dengan tetangga masuk di dalam Bab Iman,yang berisi Hadis-hadis tentang dasar-dasar ajaran yang harus di-praktekkan seseorang agar ia bisa menjadi seorang Muslim, salahsatunya sebagai berikut:

“Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidaklah beriman salah seorang diantara kamu sampai dia mencintai saudaranya, dan juga te-tangganya, seperti ia mencintai dirinya sendiri.” 4

Seperti tertera dalam QS 4:36 sebagaimana dikutip di atas,dalam hal ini tak ada perbedaan perlakuan terhadap tetangga daribangsa, ras atau agama yang sama dengan tetangga dari bangsa,ras atau agama yang berbeda.

Dengan mengikuti ajaran yang jelas dan tegas ini, orang Islambaik sebagai individu, masyarakat atau bangsa, dapat hidup dengandamai dan penuh keharmonisan dengan tetangga non-Muslim.Selain sebagai tetangga, umat non-muslim adalah juga, meminjamistilah dalam 4:36, “teman dalam perjalanan,” perjalanan hidupdi atas bumi yang sama, dan di bawah langit yang sama, yang kitadiami bersama ini.

***

3. Empat Hadis ini ada dalam Bukhari, bab: ‘Kesopanan’, h. 6014-6016, 6018,6019 (MK: b. 73, nomer 43-45, 47, 48).

4. Muslim, bab: ‘Iman’, h. 45a, 45b (AHS: b. 1, n. 72, 73).

Relasi Sosial Islam

Page 124: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 129

APAKAH POIN-POIN penting yang sudah diuraikan dibeberapa bab di depan* hanya diterima komunitas kecil Muslimtertentu saja, ataukah mendapat pengakuan yang lebih luas dikalangan umat Islam pada umumnya?

Kita harus bisa membedakan antara ulama yang secara seriusmengkaji Islam secara objektif dan independen, dengan ‘ulamapopulis’, sebutlah demikian, yang menjebak umat dalam dogma-tisme dan fanatisme, sehingga dia tetap bisa menguasai mereka.Jenis ulama yang berpikiran terbuka pasti akan cenderung memi-liki pandangan yang tak jauh berbeda dengan apa yang dibahasdalam buku kecil ini.

Di bawah ini kami kutipkan beberapa tulisan dari sembilanulama atau cendekiawan muslim yang cukup populer di era mo-dern ini, termasuk empat orang penerjemah Qur’an Suci ke dalam

10Pandangan Para Cendekia

* Poin-poin penting yang dimaksud antara lain bahwa Islam memberikan kebebas-an penuh kepada setiap orang untuk menganut agama atau keyakinan apa pun yangmereka kehendaki, dan bahwa jihad tidak berarti ‘perang suci’ dan hanya peranguntuk membela diri, bukan agresi yang diizinkan dalam Islam.

Page 125: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

130 |

bahasa Inggris yang terkenal, dan dua orang non-Muslim sebagaipelengkap.

Abdullah Yusuf Ali

Terjemah dan Tafsir Qur’an dalam bahasa Inggris karya Abdul-lah Yusuf Ali, yang terbit pertama kali tahun 1934, adalah terje-mah Qur’an yang boleh jadi paling terkenal. Di bawah ini kamikutipkan1 beberapa catatan dari tafsir beliau:

“Paksaan tidak sesuai dengan agama, karena agama tergantungpada iman dan kehendak, dan ini akan menjadi tidak berartijika distimulasi dengan paksaan.” (tafsir no. 300 atas QS 2:256)

“Orang beriman harus bersabar dan tidak emosional saat meng-hadapi kaum kafir. Dan yang terpenting, mereka harus menahangodaan untuk memaksakan agama atau keyakinannya kepadaorang lain secara fisik, atau dengan bentuk paksaan lainnya, se-perti tekanan sosial, atau membujuk dengan harta, jabatan, atauiming-iming lainnya. Sebab, iman yang dipaksakan itu bukanlahiman.” (tafsir no. 1480 atas QS 10:99)

“Perang secara brutal itu bertentangan dengan semangat jihadsecara keseluruhan, sedangkan pena kaum cendekiawan, suaraseorang juru dakwah yang tulus, atau sedekah seorang kaya ada-lah bentuk jihad yang paling berharga.” (tafsir no. 1270 atas QS9:20)

“Perang hanya diperbolehkan dalam rangka untuk membela diri,dan dalam batas-batas yang sudah ditentukan. Ketika dilakukan,maka harus dilakukan dengan penuh semangat, pantang menye-rah, tetapi dengan maksud untuk memulihkan perdamaian dan

1. Kutipan diambil dari karya Terjemah dan Tafsir Quran oleh Abdullah YusufAli, Penerbit the Amana Corp., Amerika Serikat, 1983.

Pandangan Para Cendekia

Page 126: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 131

kebebasan beragama. Dan bagaimana pun juga, tidak boleh me-langgar batas yang ditentukan, antara lain jangan menganiayaperempuan, anak-anak, orang tua dan orang tak berdaya, janganmembabat pohon dan tanaman, dan jangan menolak atau me-nangguhkan perdamaian saat musuh datang untuk berdamai.”(tafsir no. 204 atas QS 2:190)

“Secara umum, boleh dikata Islam adalah agama damai, cintakasih, saling pengertian, dan iktikad baik. Tetapi Islam tidakbisa menoleransi pelanggaran. Para pemeluknya pasti siap me-ngorbankan hidup mereka untuk mempertahankan kehormatan,ke-adilan, dan agama yang mereka sucikan itu. Idealisme merekaadalah heroisme yang dikombinasikan dengan kelembutan dankehalusan budi…” (tafsir no. 205 atas QS 2:191)

“Di saat yang sama, umat Islam diperintahkan untuk lebih seringmenahan diri. Menyerang itu berbahaya. Tapi boleh jadi itu harusdilakukan untuk mempertahankan diri atau menyelamatkan diri.Tetapi harus diingat bahwa Allah lebih senang kepada orang-orang yang bisa menahan diri. Dan andaikata kita harus berpe-rang, itu dilakukan semata untuk sebuah prinsip, bukan karenanafsu.” (tafsir no. 210 atas QS 2:194)

Muhammad Marmaduke Pickthall

Marmaduke Pickthall adalah seorang novelis Inggris yang me-meluk Islam pada tahun 1917. Beliau banyak memberi ceramahdan khotbah tentang Islam, dan menerbitkan terjemah Qur’anpada Desember 1930. Terjemahannya juga termasuk yang palingterkenal.

Di awal tahun 1919, Pickthall menyampaikan khotbah diLondon, yang kemudian dterbitkan dengan judul Toleransi.2 Dalamkhotbah itu beliau menyatakan antara lain sebagai berikut:

2. The Islamic Review, Maret 1919, hlm. 90-95.

Page 127: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

132 |

“Toleransi beragama adalah esensi Islam. Qur’an memerintah-kannya, dan Rasulullah saw. dalam hidupnya, baik sebagai nabimaupun sebagai penguasa, menunjukkan bagaimana hal itu seha-rusnya dipraktekkan, dalam situasi damai maupun perang.

Beliaulah yang pertama kali menyatakan dengan sangat jelasbahwa Allah akan mengganjar kebaikan setiap kredo dan bangsa,bukan atas dasar keyakinan mereka, … melainkan menurut apayang mereka lakukan, usaha yang mereka lakukan untuk mem-bantu umat manusia.

Ya Allah, ampunilah kami! Kami orang Islam, yang mempu-nyai firman suci tentang belas kasihan dan toleransi yang selaluada di hadapan kami, tapi dalam perjalanan waktu seringkalikami jatuh ke dalam jurang intoleransi. Tetapi jangan biarkanorang mengira bahwa ketika kami melakukannya, kami sedangmengikuti teladan baik Muhammad saw., atau ajaran agama kami.Tidak! Kami melakukannya justru karena kami lupa pada teladanitu. Tidak! Kami melakukannya justru karena kami mendustakaniman kami.

Sekarang bebaskan pikiran kalian dari kesan, … bahwa Mu-hammad saw. adalah seorang fanatik atau berlaku kejam dalamperang, atau selama hidup pernah menjadi seorang agresor.Selama dua belas tahun beliau sabar di bawah penganiayaan,padahal setiap saat bisa saja beliau bangkitkan satu fraksi untukmelindungi beliau dari kaum musyrik. Beliau mengajak parapengikutnya hijrah dari Mekah ke suatu tempat dimana merekabisa diterima, karena menginginkan kedamaian. Tapi terpaksabeliau memaklumatkan perang, sebab musuh tetap saja mengu-sik mereka, dan membawa pasukan berjumlah besar denganniat menghancurkan umat Islam. ...

Kaum musuh telah memerangi dan berusaha menghancurkanIslam, melakukan pembunuhan, penganiayaan, dan pengkhianat-an. Meski demikian, Saat menaklukkan Mekah, Muhammad saw.mengampuni mereka. Sungguh dunia tak pernah menyaksikanwujud kemurahan hati semacam itu sebelumnya …

Kaum Yahudi, kaum Kristen, dan semua orang yang menyem-bah Tuhan Yang Esa dan beriman kepada Hari Akhir, yang dika-

Pandangan Para Cendekia

Page 128: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 133

burkan pernglihatannya atas kebenaran oleh para pendeta me-reka dengan imajinasi yang sia-sia, adalah Muslim yang tersesat.Mereka yang berlaku baik dan tak ikut-ikutan melakukan penga-niayaan, mereka dianggap setara dengan kaum Muslim. Rasulul-lah saw. memberikan toleransi yang paling sempurna kepadakaum Yahudi dan Kristen, sebab mereka diperkenankan untuktetap hidup damai di bawah kekuasaannya. Rasulullah saw. ha-nya menghukum Kaum Yahudi dan Kristen yang berkhianatdan memerangi kaum Muslim, tetapi itu tidak mengurangi rasatoleransi beliau akan agama mereka …

Rasululullah saw. dan para sahabat tak pernah goyah dalamhal toleransi, meskipun diancam, diserang, dan berusaha dihan-curkan dari segala arah. Dalam perang melawan kaum Kristen,mereka tetap menghormati gereja, biara dan para pendeta, dantak pernah memaksa orang-orang yang ditaklukkan itu meng-ubah iman mereka. Hal ini telah menjadi prinsip Islam selamaberabad-abad, meksipun kadangkala kaum muslimin gagal me-menuhinya.”

Muhammad Asad

Awalnya bernama Leopold Weiss, keturunan Yahudi yangdibesarkan di Austria. Setelah masuk Islam pada tahun 1926, ber-ganti nama menjadi Muhammad Asad (1900-1992). Karya beliau,The Message of the Quran, terbit tahun 1980, adalah karya terjemahdan tafsir Qur’an dalam bahasa Inggris yang cukup populer.Berikut ini kami kutipkan beberapa tafsir beliau:

“Atas dasar larangan melakukan paksaan dalam bentuk apapunberkenaan dengan perkara iman atau agama, maka semua ahlifikih, tanpa kecuali, berpendapat bahwa berganti iman dalamkeadaan terpaksa semacam itu adalah batal demi hukum (tidaksah), dan upaya dalam bentuk apapun untuk memaksa orangkafir menerima Islam adalah dosa besar. Suatu keputusan yangmenepis kekeliruan yang menyebar luas bahwa Islam meng-

Page 129: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

134 |

hadapkan kaum kafir hanya pada dua alternatif pilihan: ‘berimanatau pedang’.” (tafsir no. 249 atas QS 2:256)

“Alhasil, jihad berarti ‘berjuang di jalan Tuhan’ dalam arti yangluas, tak hanya berlaku untuk perang fisik saja, tapi juga untuksetiap perjuangan yang benar secara moral. Karena itu, sebagaicontoh, Nabi Suci menjelaskan perjuangan manusia melawanhawa nafsu dan kelemahannya sendiri sebagai jihad terbesar.”(tafsir no. 122 atas QS 4:95)

“Ayat ini dan ayat-ayat berikutnya menyatakan dengan tegasbahwa perang diizinkan bagi kaum muslimin demi untuk mem-bela diri (dalam arti yang luas). … Perang membela diri ‘di jalanTuhan’ … hal ini diperjelas dengan kalimat ‘orang-orang yangmemerangi kamu’, dan dijelaskan lebih lanjut dalam 22:39, ‘izin(berperang) diberikan kepada orang-orang yang diperangi, ka-rena mereka dianiaya’ … prinsip dasar bahwa satu-satunya alasankaum muslimin berperang adalah dalam upaya membela diri,terjaga di seluruh Qur’an, bisa dilihat misalnya di 60:8 dan jugadari kalimat penutup 4:91, yang keduanya diturunkan belakang-an, jauh sesudah ayat ini.” (tafsir no. 167 atas QS 2:190)

“Jadi, meskipun kaum muslimin diperintahkan untuk melawanjika mereka diserang, tetapi kalimat penutup ayat ini menjelaskanbahwa saat berperang, mereka dilarang berlaku kejam, termasukmembunuh orang-orang yang tidak ikut perang.” (tafsir no. 172atas QS 2:194)

“Sesuai dengan perintah, ‘jika mereka condong ke perdamaian,condonglah engkau ke arah itu juga’ (8:61), dan ‘jika merekaberhenti (dari pertempuran) maka semua permusuhan harusdi-hentikan’ (2:193), kaum muslimin wajib berdamai denganmusuh yang jelas ingin juga berdamai. Demikian pula, merekaharus menunjukkan sikap yang sama kepada orang-orang dariantara golongan musuh yang tidak memusuhi mereka.” (tafsirno. 105 atas QS 4:86)

Pandangan Para Cendekia

Page 130: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 135

Thomas B. Irving

Dr. Thomas Irving (wafat tahun 2002) adalah seorang penulisdan akademisi asal Kanada, yang menerima Islam tahun 1950-an. Beliau membuat karya terjemah Qur’an yang disebut ‘terje-mah versi Amerika yang pertama’, dan terbit pertama kali tahun1985. Dalam satu makalah tentang karya terjemah Qur’an itu,beliau menulis:

“Satu hal lagi perlu disampaikan: Jihad atau ‘perjuangan’ atau‘usaha keras’ di bidang spiritual, bukanlah salah satu dari limaRukun Islam. Terjemahan yang tepat dari kata jihad ini bukanlah‘perang suci’, kecuali dengan perluasan makna. Tetapi kata jihadtelah terdegradasi hanya dalam arti ini, karena terlanjur diguna-kan oleh kaum jurnalis dalam arti itu.” 3

Maulvi Chiragh Ali

Pada tahun 1885, Maulvi Chiragh Ali dari Hyderabad Deccan,India, menerbitkan sebuah karya komprehensif berbahasa Ing-gris berjudul A Critical Exposition of the Popular Jihad.4 Di bagianawal tulisannya, beliau menyatakan:

“Tujuan utama saya menerbitkan karya ini adalah untuk meng-hapus persepsi umum dan kesalahpahaman para penulis Eropadan Kristen mengenai Islam, bahwa Muhammad saw. mengobar-kan perang untuk penaklukan, pemusnahan, dan juga untuk dak-wah terhadap kaum Quraisy serta suku-suku Arab lainnya, danjuga kaum Yahudi dan Kristen; bahwa beliau memegang Qur’andi tangan yang satu dan pedang di tangan yang lain, dan memaksaorang-orang untuk percaya pada dakwah beliau.

3. Islamic Perspectives, diterbitkan oleh the Islamic Foundation, Inggris, 1979, hlm.132.

4. A Critical Exposition of the Popular Jihad, dicetak ulang oleh Karimsons, Karachi,Pakistan, 1977. Nama penulis di buku aslinya dieja Moulvi Cheragh Ali.

Page 131: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

136 |

Melalui karya ini saya berusaha, dengan berbagai argumen,untuk menunjukkan bahwa perang yang dilakukan Muhammadsaw. tidaklah bersifat ofensif, dan beliau juga tak menggunakankekuatan pasukannya untuk memaksa dengan berbagai cara agarorang-orang menerima keyakinannya. Semua perang yang dilaku-kan Muhammad saw. bersifat defensif, demi untuk membeladiri.” (hlm. 1)

Chiragh Ali kemudian menyebut seorang penulis Inggris yangtanpa disertai argumen menulis, “salah satu tugas yang diberikankepada kaum mukmin adalah menjadi agen balas dendam Tuhanatas kaum kafir”. Lantas beliau menuliskan jawaban:

“Muhammad saw. tidak memerangi kaum Quraisy dan Yahudikarena mereka tidak beriman, tidak juga karena beliau hendakmembalaskan dendam Tuhan kepada mereka. Malahan sebalik-nya, Muhammad saw. menyatakan, ‘Kebenaran berasal dariTuhanmu, maka biarlah setiap orang memilih, apakah ia hendakberiman, ataukah menjadi orang kafir’ (18:29); ‘tak ada paksaandalam perkara agama’ (2:256). … Bahkan dalam masa peperang-an sekalipun, kaum kafir diizinkan datang untuk mempelajariIslam, dan dijamin keamanannya hingga pulang kembali ke ke-lompok mereka (9:6).” (hlm. 42)

“Muhammad saw. terpaksa mengangkat senjata untuk mem-bela diri. Sebab jika itu tak dilakukan, niscaya serangan terus-menerus kaum Quraisy dan sekutunya itu ke Madinah bolehjadi akan memusnahkan beliau dan para pengikutnya. Merekaberperang untuk mempertahankan hidup, dan juga untuk me-negakkan kebebasan beragama.

Dalam arti inilah perjuangan mereka disebut sebagai ‘perangagama’, sebab mereka diperangi karena alasan agama. KaumQuraisy menganiaya dan mengusir kaum muslimin denganalasan bahwa mereka telah meninggalkan agama nenek moyang,para penyembah berhala, lantas memeluk Islam dan mengabdipada Tuhan Yang Esa. Jadi, ‘perang agama’ yang mereka lakukan

Pandangan Para Cendekia

Page 132: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 137

sama sekali tidak dalam arti untuk secara agresif memaksa orang-orang kafir memeluk agama yang mereka yakini.” (hlm. 43)

Dalam bukunya, Chiragh Ali melampirkan sebanyak 30 halam-an berisi kajian mengenai arti kata jihad yang biasa digunakan da-lam Qur’an, merujuk pada berbagai kamus standar bahasa Arabklasik, dan membantah para penulis Barat yang keliru mengartikanjihad sebagai perang. Beliau menulis:

“Perubahan arti kata jihad secara teknis menjadi perang mela-wan musuh, terjadi pasca periode klasik.” (hlm. 164)

“Semua ahli bahasa, para mufasir dan para fuqaha mengakuibahwa kata jihad dalam bahasa Arab klasik berarti bekerja atauberusaha dengan sungguh-sungguh. Dan secara teknis kata iniberubah artinya pasca periode klasik, jauh sesudah Qur’an diter-bitkan.” (hlm. 170)

“Jihad tidak berarti mengobarkan perang. … Dengan jelas sayatunjukkan, melalui studi banding yang cermat antara beberapapenerjemah dan mufasir, dan ayat-ayat asli dalam Qur’an, bahwakata Jahd atau Jihad dalam bahasa Arab klasik, sebagaimanadigunakan dalam Qur’an, artinya bukan mengobarkan perangatau bertempur, tetapi hanya berarti berusaha dan bekerja se-baik-baiknya, atau bekerja keras. … Saya tidak membantahbahwa Qur’an juga memuat perintah untuk berperang. Tetapidi banyak ayat perintah itu meminta para pengikut Nabi untukmelaksanakan perang yang bersifat defensif, bukan perang yangbersifat agresif.” (hlm. 192)

Sir Muhammad Iqbal

Muhammad Iqbal adalah tokoh pahlawan nasional Pakistan,seorang penyair dan filosof Islam yang terkenal di dunia. Dalam

Page 133: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

138 |

sepucuk surat yang ditulisnya dalam bahasa Urdu, Iqbal menyata-kan:

“Salah seorang kritikus secara keliru mengatakan bahwa ‘Iqbalmendukung perang di zaman modern ini’. Saya tidak mendukungperang, setiap orang Islam juga tak bisa melakukannya (saat ini)karena ada batas dan ketentuan yang jelas, yang ditetapkan olehsyariat. Menurut Qur’an, hanya ada dua bentuk jihad atau perangyang bisa dilakukan: defensif (bersifat membela/bertahan) dankorektif (bersifat memperbaiki). Dalam kasus pertama, ketikaumat Islam dianiaya dan diusir dari rumah mereka, merekadiizin-kan, bukan diperintahkan, untuk mengangkat pedang. ...

Dalam kasus kedua, ketika jihad diwajibkan, kita mesti mem-baca QS 49:9. Jika ayat ini dibaca dengan seksama, kita akanmemahami apa yang disebut oleh Sir Samuel Hoare, dalam perte-muan Liga Bangsa-Bangsa, sebagai ‘keamanan kolektif ’ itu,karena Qur’an telah menjelaskan prinsip yang sama dengan itusecara fasih dan sederhana. …

Selain dua jenis perang ini, tak ada jenis perang lainnya. Berpe-rang hanya untuk meluaskan teritori kekuasaan dilarang dalamIslam. Dan dengan alasan yang sama, umat Islam dilarang pulamengangkat pedang untuk menyiarkan agama.” 5

Syaikh Abdur Rahman

Dr. Syaikh Abdur Rahman, Ketua Mahkamah Agung Pakistantahun 1960-an, menulis sebuah buku berjudul Punishment of Apos-tasy in Islam (hukuman bagi kaum murtad dalam Islam), yang baru-baru ini dicetak ulang.6 Karya setebal 140 halaman ini berisi bahas-an komprehensif mengenai persoalan kemurtadan, seperti yangtertera dalam Qur’an dan Hadits, melalui terjemah dan tafsir baik

5. Iqbal Nama, Bagian I, Surat-surat yang Dikumpulkan dari Dr. Sir MuhammadIqbal, Lahore, 1945, hlm. 203-204.

6. Punishment of Apostasy in Islam oleh Justice S.A. Rahman, dicetak ulang olehKitab Bhavan, New Delhi, India, 2006.

Pandangan Para Cendekia

Page 134: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 139

klasik maupun modern atas keduanya, serta tulisan-tulisan laintentang Islam yang lama maupun baru, dan karya dari para ahlifikih yang paling awal. Dan berikut ini kami kutipkan beberapapernyataan dan kesimpulan beliau dalam buku itu:

“Dalam hal-hal yang menyangkut pilihan nurani setiap orang,Qur’an memberikan mereka kebebasan penuh.” (hlm. 13)

“Cara-cara paksa atau kekerasan dalam hal keyakinan tidak ma-suk dalam kerangka sistem sosial yang dicita-citakan oleh Qur’an.Petunjuk yang jelas mengenai toleransi dalam spirit humanismeyang sejati diberikan kepada umat Islam dalam perkara ini, dibeberapa ayat yang berbicara tentang pluralitas…” (hlm. 15)

“Petunjuk tentang kehidupan yang baik disediakan (oleh Qur-’an), tapi tidak dengan cara menindas martabat manusia. Cita-cita tentang akhirat, dimana buah dari perbuatan di kehidupansekarang ini akan dipanen, ditampilkan ke hadapan setiap orangyang berpikir, sehingga pilihannya diserahkan kepada merekasendiri. Tak ada pahala yang bisa diraih melalui perbuatan yangdidorong atas dasar paksaan … Islam harus benar-benar diteri-ma dengan sukarela oleh orang yang merdeka.” (hlm. 31)

“Suatu prinsip yang menonjol secara mencolok dalam dispensasisosial-politik Kitab Suci diwujudkan dalam kalimat agung: ‘Takada paksaan dalam agama!’ Prinsip ini didukung oleh ayat-ayatlainnya di dalam Qur’an, yang secara nyata menoleransi, meski-pun tak menyetujui, berbagai perkara yang menyimpang darijalan yang lurus. … Manusia bebas memilih antara kebenarandan kepalsuan. Seorang Nabi hanya berfungsi menyampaikanrisalah, memberikan contoh melalui kehidupannya, danmenyerahkan sisanya kepada Tuhan. Dia bukan mandor yangberfungsi meng-awasi dan memaksa seseorang mengambilkeyakinan tertentu. Kemerdekaan nurani adalah nilai kehidupanbaik itu sendiri, dan harus menjadi prinsip dalam mempelajariperistiwa dan kejadian yang diriwayatkan dalam Hadits, praktek

Page 135: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

140 |

di masa Khulafaur-Rasyidin, atau pendapat para Pakar Hukum,yang tak boleh menyimpang dari spirit essensial Firman Tuhanitu.” (hlm. 130)

“Kajian kami atas ayat-ayat Qur’an yang relevan membuktikanbahwa hukuman untuk orang murtad ditunda hingga Akhirat,sebagaimana diberlakukan kepada kaum kafir. Tak disebutkansama sekali dalam Qur’an adanya hukuman duniawi untuk parapembelot iman itu. Setiap orang sudah seharusnya bebas meng-ekspresikan dan menyiarkan pilihan agamanya, selama beradadalam batas-batas hukum dan moralitas, dan bebas untuk menik-mati hak-hak lainnya sebagai warga negara yang damai, bersamadengan warga Negara Muslim-nya.” (hlm. 130-131)

Gottlieb Wilhelm Leitner

Meski bukan seorang Muslim, Dr. G. W. Leitner (wafat 1899)adalah akademisi, ahli bahasa, dan sarjana dalam bahasa Arabdan Islam. Dikenal sebagai orang yang membangun masjid diWoking, Surrey, Inggris, pada tahun 1889.

Dalam sebuah makalah tentang Jihad, yang diterbitkan di dalammajalah Asiatic Quarterly Review edisi Oktober 1886, beliau meng-ungkapkan pandangan yang serupa dengan pandangan tokoh-tokoh sebelumnya.7

Supaya tak terkesan mengulang-ulang topik yang sama, kamitampilkan beberapa pandangan beliau lainnya yang menarik:

“… ketika orang-orang berkata bahwa jihad adalah kewajibankaum muslim untuk berperang melawan pemerintahan atau ne-gara non-muslim, dan menyebutnya sebagai jihad (meskipunmungkin dalam keadaan tertentu istilah ini bisa saja digunakan),

7. Seluruh makalah Jihad oleh Dr. G.W. Leitner dapat dibaca di link situs berikut:www.wokingmuslim.org/pers/leitner/jihad.htm

Pandangan Para Cendekia

Page 136: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 141

sungguh mereka berkata dusta, dan melemparkan fitnah yangtak layak pada agama yang mereka tak kenal.”

“Suatu ketika, beberapa orang mohon izin kepada Muhammaduntuk bergabung dalam perang suci melawan orang-orang yangmenindas mereka, Nabi berkata, “Jihad sejatimu adalah berjuangkeras melayani orang tuamu!” Kata jihad tampaknya lebih seringdigunakan oleh Qur’an dalam konteks perang terhadap dosa:“Barangsiapa melancarkan jihad dalam moralitas, Kami akanmenunjukkan kepadanya jalan yang benar.” Di ayat lain (25:52),Qur’an mendesak kita memerangi kekafiran dengan ‘jihad akbar’,dengan ‘pedang semangat’ dan dalil Kitab Suci.

Dalam sebuah riwayat Hadits, sekelompok pasukan kembalidengan gembira, karena menang dalam perang melawan kaumkafir demi kedamaian hidup dan ketenangan iman. Saat melintasiNabi, mereka berseru: ‘Kami kembali dari jihad kecil, melawanpara penyerang Islam, menuju ke jihad besar, perang terhadapdosa.”

“Tak ada kekerasan dalam perkara agama, meski kesan ini popu-ler dianggap sebagai esensi Islam. Di surat kedua Qur’an denganjelas dinyatakan, “tak ada kekerasan dalam agama” (2:256). Ayatini terutama ditujukan kepada kaum muslimin permulaan, yangmemiliki anak laki-laki yang telah dibesarkan dalam kemusyrikanatau agama Yahudi, yang berusaha memaksa mereka untuk me-meluk Islam. Nyatanya, ketika para ibu dari anak-anak non-muslim ini ingin menarik mereka dari kerabat mereka yangberiman, Muhammad melarang pengikutnya mempertahankanmereka.”

“Dinyatakan dengan jelas dalam surat bertajuk Al-Hajj bahwatujuan jihad adalah untuk melindungi masjid, gereja, sinagog danbiara dari kehancuran (22:40). Sebaliknya kami belum pernahmendengar bahwa tentara salib Kristen bertujuan melindungimasjid atau sinagoge. Akan tetapi, ketika orang-orang Arab, yangtelah membawa teknologi dan pengetahuan bagi Spanyol, diusir

Page 137: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

142 |

oleh Ferdinand dan Isabela, dan digiring menjadi oposisi kaumKristen, makna baru tentang jihad sebagai permusuhan terhadapkaum Kristen secara alamiah semakin menjadi.

Sungguh, jihad pada hakekatnya adalah usaha kaum musliminmempertahankan diri dari serangan musuh. Para jenderal muslimjelas diperintahkan untuk tidak menyerang tempat dimana azanboleh dikumandangkan, atau tempat dimana kaum muslimindapat hidup sebagai orang beriman tanpa gangguan.”

Sir Thomas W. Arnold

Seorang orientalis Kristen berkebangsaan Inggris, Sir ThomasW. Arnold, menerbitkan hasil penelitiannya di bidang sejarah, se-buah karya ilmiah setebal 460 halaman bertajuk “The Preaching ofIslam, A History of the Propagation of the Muslim Faith.”.8 DalamMukadimah karyanya itu, beliau menulis:

“Di masa-masa akhir degradasi politiknya, Islam justru melaku-kan penaklukan spiritualnya yang paling brilian: dalam dua peris-tiwa besar bersejarah, kaum kafir barbar berhasil membuat umatIslam bertekuk lutut -- Turki Saljuk di abad 11 dan Mongol diabad 13. Tapi tak dinyana, kedua bangsa penakluk itu justrumalah menjadi pemeluk Islam, agama bangsa yang ditaklukkan-nya. Tanpa perlu bantuan kekuatan duniawi, para mubaligh Islammembawa agama mereka ke Afrika Tengah, Cina, dan Ke-pulauan India Timur.” (hlm. 2)

Jadi, sebagaimana diakui Arnold, penyebaran Islam dilakukantanpa paksaan atau kekuatan pasukan. Bangsa-bangsa kafir yang

8. Setelah belajar di Cambridge, Sir Thomas Walker Arnold (1864-1930) menjabatsebagai dosen dan profesor filsafat di perguruan tinggi terkenal di India. Sejak tahun1921 sampai dengan wafatnya menjadi Professor Bahasa Arab dan Studi Islam diSchool of Oriental and African Studies, London. Beliau adalah sarjana Kristen populeryang ahli Bahasa Arab dan Persia, dan ahli sejarah peradaban Islam.

Kutipan-kutipan di sini berasal dari edisi kedua buku ini, yang diterbitkan olehConstable & Co., London 1913.

Pandangan Para Cendekia

Page 138: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 143

dalam sejarah kemunduran dinasti atau kerajaan Islam menakluk-an dan kemudian menguasai umat Islam, akhirnya justru malahmemeluk Islam.

Kemudian, setelah mengutip ayat-ayat Makkiyah yang meme-rintahkan umat Islam untuk menyiarkan Islam dengan dalil atauargumen (QS 16:125 --pent.), Arnold menulis:

“Perintah serupa juga ditemukan pada surat Madaniyah (3:104,pent.), yang disampaikan pada waktu Muhammad menjadi pang-lima tentara yang besar jumlahnya di puncak kekuasaannya.”(hlm. 3-4)

Jadi, jika kita cermati ayat-ayat Makkiyah maupun Madaniyah,tak ada perubahan ajaran dalam hal berdakwah melalui jalandamai, dengan mengedepankan argumentasi. Arnold kemudianmenulis:

“Muhammad sendiri berdiri di barisan terdepan syiar Islam,yang telah membukakan jalan untuk memasukkan iman ke dalamhati kaum kafir. Lebih dari itu, semangat syiar Islam tidak bisakita temukan dalam kekejaman kaum aniaya atau kemarahankaum fanatik, juga bukan dari eksploitasi tokoh mitologi, seorangpejuang yang digambarkan menggenggam Qur’an di tangan yangsatu dan pedang di tangan lainnya. Semangat itu kita temukandalam kerja sunyi para mubaligh dan saudagar yang rendah hati,yang membawa agama mereka ke setiap penjuru dunia. Jalandakwah persuasif semacam ini terpaksa tak digunakan, karenabeberapa akan membuat kita percaya, hanya bila situasi politikdan jalan kekerasan tak terhindarkan. Tapi jalan damai adalahperintah tegas di dalam banyak ayat Qur’an, seperti contoh ayatdi bawah ini.” (hlm. 4-5)

Arnold menjelaskan hal di atas dengan mengutip sepuluh ayatQur’an dari surat-surat Makkiyah. Lantas ia menulis:

Page 139: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

144 |

“Peraturan semacam itu tak terbatas pada ayat-ayat Makkiyahsaja, tetapi juga banyak ditemukan dalam ayat-ayat yang diturun-kan di Madinah.” (hlm. 6)

Lalu Arnold mengutip tujuh ayat dari surat-surat Madaniyah,misalnya “tak ada paksaan dalam agama” (2:256) dan “taatlahkepada Tuhan dan taatlah kepada Utusan; tetapi jika kamu berpa-ling, tugas Utusan Kami hanyalah menyampaikan risalah denganterang” (64:12). Jadi, Arnold membantah pendapat yang kelirubahwa ayat-ayat yang diwahyukan di Madinah mengajarkan into-leransi dan penggunaan kekerasan untuk menyebarkan Islam.

Mengenai massifnya pemeluk Islam pasca peristiwa penak-lukan Mekah, Arnold menulis:

“Di antara orang-orang yang memeluk Islam pasca jatuhnyaMekah, terdapat para persekutor yang getol menganiaya Mu-hammad dan pengikutnya di masa-masa awal dakwah beliau.Kepada mereka, Muhammad memberikan ampunan besar dantempat mulia dalam persaudaraan Islam.” (hlm. 38)

“Lalu, kabilah-kabilah Arab didorong untuk menyerah dan tun-duk kepada Nabi, bukan sebagai panglima militer terkuat diArabia kala itu, tetapi lebih sebagai eksponen teori kehidupansosial yang membuat semua orang lain tampak lemah dan takberguna. Muhammad telah berhasil mengenalkan sentimen na-sionalisme di tengah masyarakat yang anarkis pada masanya,dan memberikan kesadaran akan hak dan kewajiban antar satusama lain, yang belum pernah dirasakan masyarakat Arab sebe-lumnya.” (hlm. 40-41)

Arnold kemudian menyampaikan alasan kenapa bukunyaditerbitkan:

“Jadi, sejak mula pertama, Islam menyandang cap sebagai agamadakwah yang berusaha memenangkan hati manusia, mengajak

Pandangan Para Cendekia

Page 140: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 145

mereka berubah, dan membujuk mereka memasuki persaudara-an umat beriman. Dan hal itu tak berubah dan terus berlanjuthingga hari ini, sebagaimana yang akan ditunjukkan di halaman-halaman berikutnya di buku ini.” (hlm. 44)

Lalu tentang masuk Islamnya suku-suku Kristen pada masahidup Nabi dan tak lama sesudah wafatnya, Arnold mengutarakanpandangan sebagai berikut:

“Fakta bahwa kekuatan pasukan bukanlah faktor yang menentu-kan dalam terjadinya konversi para suku Kristen ke dalam Islam,dapat dilihat dari hubungan damai yang terjadi antara kaum Kris-ten dan Muslim Arab. Muhammad sudah membuat pakta perjan-jian dengan beberapa suku Kristen, berjanji melindungi mereka,memberikan jaminan kebebasan beribadah bagi mereka, dantidak mengganggu dan campur tangan atas hak dan kewenanganpara pendeta mereka. Ikatan persaudaraan yang mempersatukankaum muslimin dengan saudara sebangsa mereka yang menganutkeyakinan lain, membuat banyak dari antara mereka dengan sukarela maju membantu kaum muslimin dalam ekspedisi militermereka…” (hlm. 47-48)

“Dari berbagai contoh praktek toleransi terhadap kaum KristenArab yang dilakukan kaum Muslimin di era kemenangan Islampada abad pertama Hijriah, dan dilanjutkan oleh generasi beri-kutnya, kita tentu bisa menyimpulkan bahwa suku-suku Kristenitu memeluk Islam karena pilihan dan kemauan bebas merekasendiri.” (hlm. 51-52)

Arnold pun kemudian menuliskan kesimpulan di dalam buku-nya sebagai berikut:

“... Secara umum, kaum kafir telah menikmati perlakuan tole-ran di bawah pemerintahan Muhammad, hal yang tak mungkinditemukan di Eropa hingga memasuki abad modern. Konversiagama secara paksa dilarang, begitulah petunjuk Qur’an. …

Page 141: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

146 |

Adanya begitu banyak sekte dan komunitas Kristen di berbagainegara, yang selama berabad-abad berada di bawah pemerintah-an Muhammad, adalah saksi abadi atas toleransi yang telah me-reka nikmati. Hal ini menunjukkan bahwa persekusi yang merekaterima dari waktu ke waktu, yang disebut “menderita di tangankaum fanatik”, didorong oleh keadaan khusus dan lokal ketim-bang terinspirasi oleh prinsip intoleransi yang mapan.* …

Akan tetapi penindasan itu sepenuhnya tanpa dukungan hu-kum Islam, baik (hukum) agama maupun sipil. Ayat-ayat dalamQur’an yang melarang memaksakan keyakinan dan memerintah-kan berdakwah sebagai satu-satunya metode yang sah untukmenyiarkan agama telah dikutip di atas … dan doktrin yang samadibenarkan oleh fatwa para doktor Muhammad (sarjana Islam).”(hlm. 420-421)

“… akan sangat mudah sekali bagi para penguasa Islam untukbenar-benar menyapu bersih bangsa Kristen atau mengusirnyadari wilayah kekuasaan mereka, seperti halnya yang dilakukanpenguasa Spanyol terhadap bangsa Moor atau penguasa Inggristerhadap bangsa Yahudi selama hampir empat abad. …

Para mufti (sarjana Islam)-lah yang mengubah pikiran parapenguasa dari cara-cara biadab semacam itu, demikian pula yangdilakukan oleh para ahli fiqih dan para tokoh Muslim moderat.”(hlm. 422-423)

***

* Yang dimaksud di sini tampaknya adalah persekusi yang dilakukan umat IslamArab terhadap Bangsa Kristen yang terjadi di masa Dinasti Abbasiyah, yang ini terjadiberabad-abad sesudah era Nabi Suci. Tapi Arnold memastikan bahwa hal itu terjadibukan didasari oleh prinsip ajaran Islam, melainkan karena situasi sosial politik belaka.

Karena itu, Arnold menambahkan catatan kaki atas paragraf ini, “Penganiayaan(atas bangsa Kristen) di sekitar akhir abad ketiga belas, di bawah al-Mutawakkil (Khalifahkesepeluh Bani Abbasiyah), adalah reaksi kaum ortodoks atas semua bentuk penyim-pangan dari kredo umum, Persia dan sebagian Asia, sebagai balasan atas kelakuankaum Kristen yang arogan dan suka menghina, di masa-masa kemajuan dan kekuatanmereka di bawah bangsa Mongol awal.” -- editor. (lihat halaman yang sama dalamsumber dari kutipan ini).

Pandangan Para Cendekia

Page 142: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 147

BAGAIMANA BISA gagasan intoleransi, yang sebenarnyabertentangan dengan Qur’an dan teladan Nabi Muhammad saw.menyebar di kalangan umat Islam? Bagaimana mungkin keya-kinan-keyakinan semacam itu -- seperti barangsiapa menghinaNabi Suci harus dihukum mati, kaum murtad harus menanggunghukuman mati, dan kaum non-Muslim yang hidup di bawahpemerintahan Muslim tidak memiliki kebebasan beragama-- bisabertahan di tengah-tengah umat Islam?

Pertanyaan ini sudah disinggung sejak tahun 1929 oleh Mau-lana Muhammad Ali dalam khotbah Jumat beliau di Masjid PusatAhmadiyah Lahore.1 Beliau memulai khotbahnya sebagai berikut:

“Seseorang telah menulis buku tentang penyebaran Islam.Di akhir buku itu, dia menulis lima atau enam poin yang

11Mengapa Intoleransi Meningkat

di Kalangan Umat Islam?

1 Khotbah disampaikan pada 22 Maret 1929. Diterbitkan dalam jurnal berbahasaUrdu Ahmadiyah Lahore, Paigham Sulh edisi 24 Maret 1929. Lihat kumpulan khotbah,Khutbaat Muhammad Ali, jld. 7, hlm. 159-162.

Page 143: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

148 |

dibuat untuk memberi kesan bahwa Nabi Suci Muhammadsaw. adalah seorang yang kejam dan bengis, yang dengangampang memerintah orang untuk membunuh siapa sajayang berani melecehkan atau menghina beliau. Dia me-ngutip beberapa peristiwa, untuk mendukung dugaannyaitu, yang bersumber dari sirah nabawiyah (biografi NabiSuci).”

Buku yang dimaksud oleh Maulana Muhammad Ali adalahThe Expansion of Islam karya W. Wilson Cash, terbit tahun 1928.Beliau lantas membuat tulisan bantahan, dengan melampirkanempat halaman lampiran buku Cash, dan menerbitkannya di ta-hun yang sama dalam bentuk buklet bertajuk Alleged Atrocities ofthe Prophet (Tuduhan atas Kekejaman Nabi). Tulisan itu kemudianbeliau masukkan sebagai salah satu bab dalam edisi kedua bukubeliau bertajuk Muhammad The Prophet.

Di bawah ini kami terjemahkan beberapa bagian dari naskahberbahasa Urdu itu, yang kami anggap relevan dengan topikbahasan di buku ini.

Perbedaan antara Sirah dengan Hadits

Dalam kitab Sirah, semua riwayat tentang Nabi dikumpulkantanpa banyak diselidiki terlebih dulu. Informasi apapun yang di-temukan penulis terkait riwayat nabi akan langsung dimasukkandalam kitabnya tanpa ragu. Perbedaan besar antara kitab Haditsdengan kitab Sirah adalah bahwa para penyusun Hadits menerimainformasi terkait riwayat Nabi dengan sangat hati-hati. Meskipun,tetap saja ada beberapa Hadits yang isinya bertentangan denganQur’an Suci luput dari penyelidikan itu.

Sebaliknya, di kitab Sirah proses penyelidikan atas riwayat ituseringkali terabaikan. Oleh karena itu, patut diduga bahwa dalam

Kenapa Intoleransi Meningkat

Page 144: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 149

kitab Sirah akan ditemukan banyak hal yang bertentangan de-ngan Qur’an Suci. Tetapi, Nabi Suci sudah mengingatkan bahwakita harus menolak dalil apapun yang bertentangan denganQur’an. Karena itu kita harus mengkaji berbagai riwayat tentangNabi dengan sangat hati-hati.

Qur’an dan Sirah Nabawiyah

Sesudah merenungkan dan mengkajinya, saya sampai padakesimpulan bahwa tindakan semacam itu tidak bisa dikaitkan samasekali dengan Nabi Suci. (yang dimaksud adalah tudingan Wilsontentang kekejaman Nabi dalam buku yang disinggung di atas --ed.). Jika kita kaji Qur’an Suci, kita akan dapati secara jelas bahwakarakter Nabi Suci sangat jauh dari perilaku semacam itu.

Hanya Qur’an sajalah yang bisa membuat kita tetap beradadalam sudut pandang yang benar. Sebab, sebagian riwayat nabisudah dipengaruhi oleh opini dan dugaan para perawi itu sendiri.Peristiwa apapun yang diketahui oleh seseorang, pasti akan dibe-ritakan menurut interpretasinya sendiri. Hal ini terutama sekaliberlaku dalam riwayat peperangan pada masa Nabi, yang telahbanyak disalahpahami.

Riwayat tentang peperangan di era Nabi disusun pada zamanketika Dinasti Islam sudah mapan, dan mentalitas umat Islamsudah menjadi sama dengan mentalitas bangsa-bangsa yang ber-kuasa, yang merasa tidak bersalah sama sekali ketika memper-lakukan bangsa lain dengan tidak adil. Dalam mentalitas semacamitu, riwayat peperangan itu mendapatkan momentumnya.

Pendirian Qur’an

Semua itu dibantah oleh Qur’an. Qur’an menyatakan, “Ja-nganlah kamu berkata raa’inaa dan katakan unzhurnaa” (2:104).

Page 145: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

150 |

Apa maksudnya? Di ayat yang lain, Qur’an menjelaskan, “Dariantara kaum Yahudi ada yang mengubah firman dari tempatnya,dan berkata, ‘kami mendengar tapi kami tak taat’, dan (berkata),‘dengarlah’, tanpa dibuat mendengar, dan (berkata), raa’inaa,mereka bersilat lidah dan memburuk-burukkan agama.” (4:46).

Kaum Yahudi memelesetkan kata raa’inaa, artinya “dengarkankami”, dengan mengatakan ra’ina, artinya “dia bodoh atau tolol”.2

Dan itu sengaja mereka ucapkan di hadapan Nabi Suci. Menurutbeberapa riwayat Hadits, mereka menghina Nabi Suci denganmengubah kalimat as-salaamu ‘alaikum (damai bagimu) denganas-saamu ‘alaikum (kematian bagimu).3 Mereka juga berkata, “Allahitu miskin dan kami kaya” (3:181).

Ejekan dan hinaan kaum Yahudi, serta umpatan mereka dalamberbagai bentuknya, dinyatakan dalam ayat Qur’an di atas seba-gai sikap “memburuk-burukkan agama”. Namun demikian, NabiSuci tidak pernah sekalipun menghukum mereka karena ucapan-ucapan mereka yang hina itu.

Qur’an menyatakan, “Dan sungguh kamu akan mendengarbanyak caci maki dari orang-orang yang diberi Kitab sebelumkamu, dan dari kaum musyrik.” (3:186). Di sini dinyatakan denganjelas bahwa umat Islam akan mendapat banyak hinaan. Namununtuk menyikapi hal ini Qur’an memerintahkan, “Dan jika kamubersabar dan bertakwa, sesungguhnya ini adalah perkara kete-tapan hati yang besar.” (3:186).

Bersamaan dengan perintah untuk bersabar, ada perintahuntuk meneguhkan ketakwaan. Ini berarti bahwa kita tak hanyadiminta untuk bersikap sabar dan tak membalas hinaan yang kitaterima, tapi juga meresponnya dengan cara menunjukkan tingkah

2 Kaum Muslimin diberitahu dalam QS 2:104 untuk mengatakan unzhurnaa, artinya“tunggu kami”, yang tak bisa diplesetkan seperti kata raa’inaa.

3 Riwayat lengkap hadits ini lihatlah di bab 3.

Kenapa Intoleransi Meningkat

Page 146: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 151

laku dan sikap moral yang baik. Hal ini disebut di sini sebagai“ketetapan hati yang besar”.

Respon Nabi Suci

Ada opini yang beredar secara luas di kalangan umat Islambahwa siapapun yang menghina Nabi Suci Muhammad saw. harusdibunuh. Opini semacam ini, berdasarkan kajian kami, berten-tangan dengan Qur’an Suci. Sebab, Qur’an dengan jelas meme-rintahkan agar setiap orang bersabar dan tetap berlaku adil saatmenghadapi hinaan dan cemoohan.

Ada peristiwa di masa hidup Nabi Suci yang menunjukkanbahwa beliau tidak pernah melakukan tindakan yang dituduhkankepada beliau. Diriwayatkan, dalam suatu perjalanan Abdullah ibnUbayy berkata kepada umat Islam, “Mari kita kembali ke Madinahdan melihat bagaimana orang-orang terhormat mengusir orang-orang yang terhina dari sana.” Kendati demikian, Nabi Suci tidakmenghukum Abdullah bin Ubayy karena fitnahnya itu.3

Mispersepsi yang merusak citra Islam

Secara sepintas lalu, tampaknya menarik sekali gagasan bah-wa karena begitu kuatnya rasa cinta kita kepada Nabi, sehinggakita bersedia membunuh siapa saja yang menghina beliau. Tetapipercayalah, ada banyak gagasan yang lebih mendasar yang perlukita baca berulang-ulang dari Qur’an Suci. Terkadang kita perlumembaca langsung Qur’an sendiri ketimbang penafsirannya.

3 Tirmidhi, bab: ‘Tafsir Quran’, h. 3631 (MDR: h. 3315). Catatan Penerjemah:Dengan (kata) “orang-orang yang terhina” dia maksudkan orang-orang Islam yangtelah berhijrah ke Madinah. Riwayat berlanjut: “Umar berkata: Izinkan aku untukmemukul leher orang munafik ini, wahai Rasulullah! Nabi bersabda: Biarkan dia;agar orang-orang tidak akan mengatakan “Muhammad membunuh para sahabatnya’.”

Page 147: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

152 |

Tapi sadarilah, apa kesan yang akan kita berikan kepada oranglain dengan mempertahankan gagasan semacam itu? Di satu sisi,tampaknya membunuh para penghina nabi itu adalah wujudpenghormatan yang luar biasa kepada beliau. Namun, di sisi yanglain, hal itu membuat kaum non-Muslim semakin benci dan me-mendam dendam kepada Islam. Bukannya kagum, mereka bisamalah menganggap Islam sebagai agama yang biadab.

Renungkanlah hal ini. Jika seorang tokoh besar dihadapkanpada suatu tuduhan, atau mendengar seseorang menghina mar-tabatnya yang luhur, apakah kita mengharapkan dia menampilkanbudi baiknya dan menanggapi itu semua dengan kelembutan,atau sebaliknya mengangkat senjata dan membunuh para penghi-na itu?

Sungguh, Qur’an Suci mengajarkan bahwa ketika kita disakitioleh lawan, maka justru kita harus memperlihatkan kesabarandan toleransi. Islam tidak pernah sama sekali mengajarkan umat-nya untuk memenggal kepala siapa pun yang menghina merekaatau agama mereka.

Menanggapi Hinaan

Apa yang hilang dari umat Islam sekarang adalah kekuatantoleransinya. Pertengkaran dalam soal-soal sepele yang selamaini muncul di tengah umat Islam, terjadi karena mereka telah ke-hilangan kemampuan untuk menerima perbedaan pendapat.

Sungguh, seorang muslim seharusnya terbuka pada pendapatyang berbeda, dan bersabar atas luka dan kesakitan yang ia rasakan.Sebab Inilah kualitas seorang yang mulia dan terpuji. Seorangyang mulia tak akan memberi balasan yang sama atas hinaan yangia terima. Kebesaran seseorang terletak pada kesabarannya.

Karena itulah, sudah selayaknya kita bersikap toleran atas per-bedaan pendapat yang ada, dan bersabar dalam menerima ce-

Kenapa Intoleransi Meningkat

Page 148: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 153

moohan dan rasa sakit hati. Inilah yang akan membuat kita men-jadi seorang yang besar dan hebat, bukan menjadi pemarah dansuka membalas caci maki dengan kata-kata yang serupa.”

*****

Page 149: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 155

Di dalam buku ini, penulisan referensi yang bersumber padaQur’an Suci dituliskan dengan dua angka yang dipisahkan olehtitik dua. Contohnya 2:30. Ini merujuk pada surat 2, yakni SuratAl-Baqarah, ayat ke 30.

Sementara itu, Kitab Hadits yang digunakan sebagai referensidi dalam buku ini adalah Kutub al-Sittah (enam kitab Hadits sahih:Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidhi, Ibn Majah dan Nasa’i)dari sumber online www.sunnah.com. Huruf “h.” yang diikutidigit angka merujuk pada nomor hadits, yang di sumber onlinetersebut ditulis “referensi”.

Khusus untuk sahih Bukhari dan Muslim, kami tambahkandalam tanda kurung referensi dari terjemahan Muhsin Khan (di-singkat MK untuk sahih Bukhari) dan A. H. Siddiqui (disingkatAHS untuk sahih Muslim), yang diikuti nomor buku (b) dannomor hadits (n) dalam terjemahan tersebut.

Kutub al-Sittah ini dapat juga ditemukan dalam edisi terjemahbahasa Inggris versi cetak, yang diterbitkan oleh Maktaba Dar-us-Salam, Riyadh. Jika nomor hadits di sumber online sebagai-

***Keterangan Referensi

Page 150: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

156 |

mana disebutkan di poin 1 tak tersedia, kami tambahkan dalamkurung nomor yang digunakan dalam versi cetak ini, dan ditulisdengan MDR.

Terjemahan hadits dalam buku ini boleh jadi berbeda denganterjemahan dalam sumber-sumber yang disebutkan di atas.

***

Keterangan Referensi

Page 151: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 157

***Indeks

Abdullah ibn Ubayy, 153.

Abyssinia, 18, 55.

Abu Bakar, 18, 49, 50-51.

Abu Dawud, 39, 50, 105.

Adam dan Hawa, 119.

Adil, Kaum Muslimin harus bersikap__, 31, 33, 52, 104, 125.

Agama, kebebasan __, 23-42; berpe-rang demi kebebasan __, 19, 55-57; menyikapi perbedaan __, 16,28, 119-121; kebebasan dakwahnon-Muslim di bawah Islam, 40.

Aisyah, menjawab hinaan orang Ya-hudi, 50, difitnah, 50-51.

Alkitab, Injil; perihal “gadis pera-wan”, 99; perihal perang, 107-116,perihal membantai musuh, 110-113

Allah, Tuhan bagi segala bangsa, 117,120; Tuhan bagi non-Muslim ju-ga, 31, 120; makna perang di ja-lan-Nya, 59-60; lihat juga ‘Tuhan’.

Arab, bangsa Arab pra Islam, 13, 69

Arabia, 13, 20, 67, 144

Arnold, Sir Tomas W., The Preachingof Islam, 142-147

Asad, Muhammad, 94; The Message ofthe Quran, 133-134

Barat, salahpaham terhadap Islam, 3,135-136.

Benyamin, saudara laki-laki Yusuf,125.

Bilangan, 110-111.

Bukhari, 45, 46, 83-85, 91, 105, 122.

Bunuh diri, perbuatan dosa, 90-91pentingnya mempertahankan ke-hidupan, 91-92.

Cash, W. Wilson, The Expansion ofIslam, 150

Chiragh Ali, Maulvi, A Critical Expo-sition of the Popular Jihad, 135

Daud, 15, 20; perilaku perang __dalam Alkitab, 113

Page 152: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

158 |

Encyclopaedia of Islam, 36

Fikih, kitab, 38

Firaun, 125

Ghulam Ahmad, Hazrat Mirza , 4

Guillaume, Alfred, The Life of Mu-hammad, 28

Hadits, perihal murtad, 38; perihaljihad, 83-84; perihal bunuh diri,91; perihal menahan marah, 105-106; bedanya dengan Qur’an danSirah Nabawiyah, 147-148

Hafsah, istri Nabi Suci, 122

Haji, 84, 92

Hakim-hakim, 114-115

Harun, 122

Haykal, M. Husein, The Life of Mu-hammad, 49

Hudaibiyah, 60

Hukum, kaum Muslim harus mema-tuhi hukum negara non-Muslim,123-126

Ibnu Majah, 45, 80

Ibnu Umar, perihal jihad, 84-85

Ibn Jarir, Kitab Tafsir, 61

Ibnu Zubair, 84

Ibrahim, 125

Iqbal, Sir Muhammad, perihal perangdan jihad, 137-138

Irving, Thomas B., perihal jihad, 135

Isa, Yesus, 15, 87; dan “tanda Yunus”,18; para murid, 82; perumpama-an tentang perawan, 99; bicaraperang, 113

Islam, dakwah, 23-, 29-34; disiarkandengan damai, 142-146; menja-

min kebebasan beragama, 23-42,136, 139, 140; dicaci maki, 43-;syiar Islam sebagai jihad, 80-82;kritikus __, 68, 107, 113; meng-ajarkan hidup damai dengan sesa-ma, 117-; toleransi __ , 132, 145

Islamic Review, 131

Israel, 15; perang __ dalam Alkitab,108-113

Jihad, 77-86; artinya yang luas, 78,134, 137; bermacam jenisnya, 78,130, 134, 140-141; dalam arti upa-ya spiritual, 78-79; dalam arti sa-bar, 79; dalam arti berkata benar,80; dalam arti syi’ar Islam, 80;dalam arti perang, 82; dalam artitugas keagamaan lainnya, 83, 141;Ibnu Umar menolak bergabungdalam perang, 84-85; syarat pe-rang, 85; tidak sama dengan teror-isme, 86

Kamalud-Din, Khawaja, 4

Keluaran, 108

Kemurtadan, 34-37, 138

Keselamatan, bukan hak eksklusifsatu agama, 16

Kristen, kaum; 14, 16, 141; sembah-yang di masjid Nabi, 28; kaummuslimin wajib berperang demimenyelamatkan tempat ibadah__, 56; persahabatan dengan __,67; orang-orang baik di antara __,73; toleransi Nabi Suci kepada __,132-133; tentara salib, 141; masukIslam dengan damai, 145.

Leitner, Dr. G.W., tentang jihad, 140

Lukas, 113

Indeks

Page 153: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 159

Madinah, 18, 36, 49, 151; hijrah ke__, 18, 55, 80; jihad di __ tidakselalu dalam arti perang, 80-82

Manusia, satu umat, 15,118-123

Matius, 99, 113

Mekah, 14, 17, 18, 49, 80; persekusiatas kaum Muslim di __, 18, 55,60, 81; penaklukan __, 20-21, 49,132, 144

Mesir, 125; lihat juga ‘Fir’aun’.

Mistah, 50

Misykatul Masabih, 34, 105

Muhammad Ali, Maulana, 4, 23;khotbah tentang intoleransi, 147-153; buku Muhammad The Prophet,147

Muhammad, arti penting kedatang-annya, 13; memulai misi sepertipara nabi sebelumnya, 14-15; di-aniaya, 17, 55, 79, 132; hijrah, 18,55, 80, 132; membawa syariat, 19;mengampuni musuh pada waktupenaklukan Mekah, 20, 62, 132;menciptakan peradaban, 21; seba-gai rahmatan lil ‘alamin, 21; mem-bawa risalah Islam, 24-26, 142;melindungi dan memperlakukannon-Muslim dengan adil, 34, 48;tak berkenan dipuji-puji melebihiMusa, 52; dicaci maki, 48-53;membuat perjanjian damai, 60;menghormati jenazah orang Ya-hudi, 122; mengecam penghinaankepada orang Yahudi, 50, 122;fakta yang keliru dalam SirahNabawiyah, 148, 149; tak mem-bunuh para penghina, 150,151.

Munafik, kaum munafik dalam ko-munitas Muslim, 46.

Musa, 15, 52, 74, 122; kesabarannya,46; riwayat peperangannya dalamAlkitab, 108, 110

Musafir, harus dijamin keselamatan-nya, 127

Muslim, Kitab Hadis, 85, 91, 105, 128

Muslim, kaum; beriman kepada se-mua Nabi, 15; berlaku adil terha-dap non-Muslim, 17; berperang,19, 55; dilarang mencaci oranglain, 32; menghadapi orang bebal,32; tak boleh saling mengafirkan,39; merespon caci maki, 43-, 150,152; dianiaya, 55, 59, 136; engganberperang, 58; melindungi pihakmusuh, 61; berperang demi untukmelindungi tempat ibadah semuaagama, 56, 93, 141; tak diperintahmembunuh non-Muslim, 62-67;bersahabat dengan non-Muslim,67; memaafkan kesalahan orangYahudi dan Kristen, 72; dialogiman dengan orang Yahudi danKristen, 74; bersosialisasi denganorang Yahudi dan Kristen, 75;diperintahkan untuk jihad dalambentuk kesabaran, 79; boleh me-nyangkal imannya di bawah peng-aniayaan, 92; wajib meredam ama-rah dan memaafkan, 102-103;wajib berlaku adil, 104; berdamaidengan sesama, 117; wajib meng-hormati jenazah non-Muslim,122; wajib memenuhi janji, 123;wajib memerintah dengan adil ,124; hidup di bawah pemerintahnon-Muslim, 126; mematuhi

Page 154: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

160 | Indeks

hukum negara non-Muslim, 126;berbuat baik kepada tetangganon-Muslim, 127; berbuat baikkepada musafir, 127; bangkitnyaintoleransi di kalangan __, 147

Nabi, dibangkitkan di antara semuabangsa, 117

Najran, 28

Nasa’i, Kitab Hadits, 80

New York, Tragedi 9/11, 114

Paigham Sulh, 147

Perang, diizinkan untuk membela di-ri, 19, 55, 85, 130, 136; untuk me-lindungi semua tempat ibadah, 93,141; murtad selama __, 37; yangtak boleh dibunuh selama __, 85;perlakuan terhadap tawanan __,86; kapan harus dihentikan, 57;arti __ “di jalan Allah”, 59; untukperdamaian, 60; sebagai bentukjihad, 78, 82; __ dalam Alkitab,107

Perawan, sebagai ganjaran di Surga,lihat di indeks ‘Surga’; istilah “pe-rawan” dalam Alkitab, 99

Perdamaian, dengan musuh, 60; lihat‘Perang’.

Pickthall, Marmaduke, 131

Quraisy, 48, 135, 136

Quran, mengajarkan kesatuan umatmanusia, 15; mengizinkan peranguntuk membela diri, 19, 55; mem-berikan kebebasan beragama, 23;mengajarkan metode dakwah, 30;tak ada hukuman bagi pelaku mur-tad dalam __, 34; membolehkanagama lain berdakwah, 40; meng-ajarkan kesabaran, 44, 149; tak ada

perubahan dalam __, 62; tuduhanbahwa __ menyuruh kaum Mus-limin membunuh non-Muslim,63; macam-macam jihad dalam__, 77; jihad dengan __, 80; ajarantentang pentingnya memperta-hankan hidup, 93; membetulkankesalahpahaman yang timbul daririwayat Hadis dan Sirah Nabawi-yah, 149

Raa’inaa, 149

Rahman, Syaikh Abdur, 138

Rodwell, 57, 94

Safiyyah, istri Nabi, 122

Sale, George, 57, 61

Samuel, 112

Saul, 112

Sekuler, Pemerintahan, 125

Siirah Nabawiyah, biografi Nabi Suci,148

Samson and Delilah, 114

Spanyol, 141, 146

Suhayl ibn Amr, 48

Sulaiman, kerajaan, 15

Surga, soal “perawan” dalam __, 93;tak bersifat material, 93; pria danwanita punya hak sama atas __,94; sebagai manifestasi kualitasmoral, 95; “teman suci” di __, 96;tak ada hasrat seksual di __, 97

Syahid, kematian, 87; tak selalu da-lam arti mati dalam pertempuran,88; seorang yang mati dalam per-tempuran belum tentu syahid, 90;sebagai capaian spiritual, 89;seseorang tak bisa disebut syahidjika melanggar ajaran Islam, 89;

Page 155: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 161

“perawan” sebagai ganjaran un-tuk __, 93

Taurat, 72

Tetangga, cara memperlakukan te-tangga Muslim maupun non-Muslim, 127

Tirmidzi, Kitab Hadits, 46, 86, 97,98, 99, 122, 151

Tuhan, ‘Tuhan semesta alam’, 15,117; Yang Maha Sabar dan MahaKasih, 45; Hakim Yang Adil, 27,31, 36; perjanjian dengan orangYahudi, 72; Tuhan Perang dalamAlkitab, 108

Ulangan, 108, 109

Umar bin Khaththab, 48, 84, 123, 151

Umat, kesatuan umat manusia, 118

Wanita, memiliki hak yang sama atasganjaran Surga, 94; “teman suci”di Surga, 96

Yaqub, 15

Yahudi,kaum; 13, 16, 33, 36, 136;menghina Nabi, 50, 150; berteng-kar dengan seorang Muslim, 52;hidup di bawah perlindunganNabi, 36, 52; kaum Muslim wajibberperang untuk menyelamatkantempat ibadah __, 56; bersahabatdengan __, 67; perjanjian Tuhandengan __, 72; orang baik darikalangan __, 73; menghormatijenazah __, 122; Nabi mengecampenghinaan terhadap __, 50, 122;sikap toleran Nabi Suci, 133

Yosua, 108, 111, 112

Yunus, tanda __, 18

Yusuf Ali, Abdullah, tentang kebe-basan beragama dan jihad, 130

Yusuf, seorang nabi dan perdanamenteri, contoh bagi umat Islam,125

***

Page 156: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 163

ZAHID AZIZ lahir di Lahore, Pakistan, pada November1951. Beliau adalah anak dari pasangan Aziz Ahmad dan JabeenAziz. Beliau juga cucu dari Maulana Abdul Haq Vidyarthi dancicit dari Maulana Aziz Bakhsh.

Zahid menempuh pendidikan dasar di Muslim Model JuniorSchool dan Central Model School, Lahore. Sejak 1963, iamengikuti orangtuanya hijrah ke Inggris. Tahun 1964 Zahidmasuk Taunton’s Grammar School, sekolah menengah bergengsidi Southampton, Inggris. Lantas kuliah di Imperial CollegeLondon, Jurusan Matematika, dan lulus tahun 1973. Kemudianmeneruskan kuliah di Manchester University hingga memperolehgelar M.Sc., dan kemudian mendapat gelar Ph.D di universitasyang sama melalui penelitian tentang teknik pemrogramanmatematika berbasis digital.

Tahun 1975 beliau menikah dengan Fauqia Ali, cucu Dr. MirzaYaqub Beg. Tahun 1978, Zahid dan istri pindah ke Nottingham,dan menjadi konsultan komputer dalam hal penggunaan tekniknumerik di Universitas Nottingham. Dan akhirnya pensiun darijabatan itu pada Mei 2013 silam.

Zahid Aziz, M.Sc., Ph.D.

Page 157: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

164 |

Sejak muda, Zahid belajar secara otodidak tentang Islam danGerakan Ahmadiyah dari berbagai buku terbitan AhmadiyahLahore, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Urdu. Zahidbanyak menerjemahkan dan mengoreksi buku-buku tersebut, dankarena itu ia berkontribusi besar dalam studi intensif tentangIslam dan Gerakan Ahmadiyah.

Buku yang ia revisi antara lain jilid pertama buku Muhammadin World Scriptures karya Maulana Abdul Haq Vidyarthi dan TheHoly Qur’an karya Maulana Muhammad Ali. Khusus untuk yangkedua, Zahid bukan hanya melakukan koreksi, tapi juga memper-luas indeksnya. Bahkan ia mengenalkan metode penomoran tafsiryang baru, yang di kemudian hari mempermudah proses rekamanalih suara kitab ini.

Selama bertahun-tahun Zahid bekerja untuk Ahmadiyya Anju-man Isha’at-i Islam (AAII) Ohio, Amerika Serikat dan mengerja-kan tugas merevisi dan memformat banyak penerbitan sejak tahun1990 hingga 2005. Beliau adalah juga editor majalah bulanan ‘TheLight’ dan ‘Islamic Review’ yang diterbitkan AAII Ohio sejakawal, yakni tahun 1991 hingga 2003. Dan juga menjadi editor‘The Light’ terbitan AAII Inggris, dari tahun 2006 hingga 2010.

Di antara tahun 1984-1985, Zahid membantu Maulana HafizSher Muhammad, seorang penerjemah di Cape Town, AfrikaSelatan, dalam pengadilan atas kasus pengafiran AAII AfrikaSelatan oleh lembaga atau organisasi Islam lainnya di AfrikaSelatan. Setelah AAII Afrika Selatan memenangkan kasus ini,beliau segera menyusun sebuah buku ‘The Ahmadiyya Case’ yangberisi latar belakang kasus tersebut, putusan pengadilan, dan buktiyang diajukan pada pengadilan.

Karya Zahid Aziz yang paling fenomenal adalah situs onlinewww.muslim.org, situs Gerakan Ahmadiyah Lahore yang palingmutakhir dan terkelola dengan baik, yang beliau kerjakan sejakawal hingga sekarang. Situs ini memuat bermacam bahasan ten-

Profil Zaid Aziz

Page 158: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

Islam, Perdamaian dan Toleransi | 165

tang Islam dan Gerakan Ahmadiyah Lahore, antara lain dakwahIslam di Woking, Inggris, dan di Berlin, Jerman. Selain itu, beliaujuga membuat dan mengelola situs online www.abdulhaq.infoyang memuat biografi dan berbagai karya Maulana Abdul HaqVidyarthi.

Situs-situs yang beliau kelola menjadi ajang diskusi yang popu-ler dan secara bertahap menjadi sumber referensi untuk meng-hadapi atau menanggapi beberapa kritikan umum terhadap Islamdan Gerakan Ahmadiyah. Situs-situs itu juga sering dikunjungioleh para peneliti, karena tata kelolanya yang baik dan kontennyayang bernilai.

Saat ini beliau, dibantu oleh sebuah tim, tengah menerjemah-kan Fazlul Bari, terjemah dan tafsir Sahih al-Bukhari dalam bahasaUrdu karya Maulana Muhammad Ali. Jilid pertama yang terdiridari tujuh bagian pertama dari karya ini diperkirakan terbit padaakhir April 2019. Penerjemahan karya itu ke dalam bahasa Inggrissudah dimulai oleh Maulana Muhammad Ali sendiri, tetapi men-jelang akhir hayatnya beliau mempercayakan pekerjaan itu kepadaMaulana Aftabuddin Ahmad, dan baru bisa menyelesaikan empatbagian pertama menjelang wafatnya.

Zahid juga menerjemahkan beberapa karya tulis Hazrat MirzaGhulam Ahmad ke dalam bahasa Inggris, dan menghasilkanbanyak referensi pustaka yang menunjukkan bahwa keyakinanAhmadiyah Lahore tentang pernyataan-pernyataan PendiriGerakan Ahmadiyah adalah benar dan tepat.

Beliau menyumbang banyak karya dalam bentuk selebaran,artikel, buklet, dan buku-buku tentang Islam dan Gerakan Ahma-diyah. Beliau juga berkunjung ke berbagai negara, antara lainBelanda dan Suriname, untuk menyelenggarakan kursus dankajian tentang Islam dan Gerakan Ahmadiyah.

Page 159: Islam, Perdamaian dan Toleransi -- v.2 - ahmadiyah.orgahmadiyah.org/wp-content/uploads/2019/01/Islam-Perdamaian-Toler...fahaman tentang Islam, yang dituding sebagai agama yang kejam,

166 |

Zahid mungkin satu-satunya penulis yang tidak hanya dapatmenulis dan merevisi buku, tetapi juga memformat dan menyu-sunnya dalam naskah final yang siap untuk dicetak. Beliau jugaselalu memberi indeks dan melengkapi semua hal penting lainnyadi dalam berbagai bukunya.

Belakangan, beliau memproduksi versi digital dari buku-bukukarya beliau sendiri, karya terjemahan atau pun buku yang beliauedit, sehingga orang-orang dapat membacanya di komputer, tab-let, dan ponsel mereka.

Beberapa karya tulis orisinal Zahid antara lain The AhmadiyyaCase, Introduction to Islam, dan buku yang ada di hadapan pembacasekarang ini, Islam, Peace and Tolerance. Buku ini telah diterjemahkanke dalam beberapa bahasa, antara lain Urdu dan Belanda. Dansaat pengantar ini dibuat, sedang dalam proses diterjemahkan kedalam bahasa Jerman.

Sejak 2008 hingga sekarang, beliau secara konsisten merilisKajian Quran sebanyak dua halaman per hari selama bulan rama-dhan, yang diedarkan melalui surat elektronik ke sejumlah besarorang di seluruh dunia.

Tampaknya, kedekatan Zahid dengan Maulana Abdul HaqVidyarthi, Saeed Ahmad Khan, dan Maulana Hafiz Sher Muham-mad menginspirasi beliau untuk melayani Islam dan GerakanAhmadiyah Lahore secara sungguh-sungguh.[]