Islam Tentang Perang Dan Damai

37
Islam Tentang Perang dan Damai (Perspektif Pemikir Tradisional) Disusun untuk bahan kajian pada mata kuliah Filsafat Agama dan Perdamaian Yang diampu Prof. Dr. H. Amin Abdullah Disusun Oleh: ABAZ ZAHROTIEN 1320512095

description

Konflik Atas Nama Agama

Transcript of Islam Tentang Perang Dan Damai

Islam Tentang Perang dan Damai(Perspektif Pemikir Tradisional)

Disusun untuk bahan kajian pada mata kuliah Filsafat Agama dan PerdamaianYang diampu Prof. Dr. H. Amin Abdullah

Disusun Oleh:ABAZ ZAHROTIEN1320512095

STUDI AGAMA DAN RESOLUSI KONFLIKPRODI AGAMA DAN FILSAFATPASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Islam Tentang Perang dan Damai(Perspektif Pemikir Tradisional)

Western stereotypes of Islam as a bellicose ideology and Muslims as intractable aggressors arose largely during the period of the Crusades, although attitudes contributing to this view circulated much earlier in Christian Europe. The fact that many Christians, as well as Jews, lived peacefully and productively under Islamic law, as tributaries, across the Dar al-Islam, the Abode of Submission, was not a favorite theme of crusaders and their ecclesiastical and royal sponsors in the Christian West[footnoteRef:2] [2: Norman Daniels, Islam and the West: The Making of an Image, Edinburgh: Edinburgh University Press, 1960, hal 127.]

A. PENDAHULUANDalam mengkaji suatu tema, pemikir acapkali memiliki cara pandang yang berbeda. Cara pandang tersebut pada akhirnya membentuk suatu mainstream yang kemudian dijadikan landasan teori. Perbedaan cara pandang tersebut acapkali menyebabkan terjadinya benturan antara perspektif yang satu dengan yang lainnya.Demikian halnya terjadi dalam pemikiran keagamaan. Benturan antara satu teori tentang cara pandang persoalan keagamaan dengan yang lainnya hampir disetiap tema ditemui. Bahkan hingga tema terkecil mengenai ritus peribadatan.Corak perbedaan cara pandang tersebut menimbulkan banyak spekulasi pada turunannya. Para pengikutnya ada yang menyikapinya secara fanatik, sebagaian lainnya mendialogkan antar cara pandang itu, tentu dengan entitas-entitas yang melekat pada cara pandang itu sendiri.Kontroversi dalam cara pandang tersebut dalam kajian agama, khususnya Islam sangat kentara. Menyebut tema jihad misalnya, antara satu pemikir dengan pemikir lainnya belum tentu segaris dalam menafsirkannya. Takjarang, mereka berbenturan antar cara pandangnya terhadap jihad.Salah seorang pemikir asli Inggris yang kemudian menjadi imigran di Australia, Clinton Bennett[footnoteRef:3], membagi cara pikir dalam kelompok Islam dalam tiga kategori besar. Kategori tersebut cukup menarik untuk dijadikan bahan kerangka awal dalam memahami corak besar pemikiran keagamaan, khususnya dalam kajian keislaman. [3: Clinton Bennett, Muslims and Modernity, An Introduction to the Issues and Debates, Continuum, London (New York), 2005, hal. 199]

Pertama, Bennett menyebut kelompok Left (Kiri) dalam pembagiannya, ia mengistilahkan sebagai kelompok progresif. Kelompok ini olehnya diterangkan sebagai Islam is opposed to use of violence and is a pacifist faith. The original jihad was spiritual and social, not military. War in Islams classcial period was permitted due to histrocial circumstances but there is no permanent permission for war in Islam. There verses of the Quran that uphold peace, persuasion and reconciliation are eternally binding. The sword verses were temporary.Pengelompokan pertama ini oleh Bennett memiliki tujuan bahwa kelompok ini meyakini adanya kebersamaan sesama tanpa melihat agama dan kepercyaan yang dianutnya. Bahkan, Bennett mengatakan diantara beberapa keyakinan itu terjadi sharing dalam hal nilai moral dan spiritual masing-masing. Bennett menyebut nama M Taha, Farid Esack, M. Talibi dalam kelompok ini.Pada kelompok cara pandang dalam memahami perang dan damai yang kedua versi Bennett, ia sebut sebagai kelompok Centre. Islam permits only defensive war of war fought for a just cause, such as against oppression. Civilians must not be harmed, nor places of worship damaged. Islam aspires to be the religion and the political and social system of choice for the whole world but it expands by peaceful persuasion and the inner jihad of spiritual renewal.Nama seperti Chiragh Ali, M. Shaltut dan Yusuf Qardhawi dikategorikan dalam kelompok ini oleh Bennett. Kelompok ini menurut Bennett bertujuan untuk memenangkan argumen intelektual dan moral untuk menjadi pilihan sebagai jalan yang terbaik. Istilah yang dia sandangkan dalam kelmpok ini adalah kelompok moderat atau liberal.Dalam pembagian ketiga, Bennett menyebut nama Mawdudi, Sayyid Qutb, Osama bin Laden sebagai tokoh-tokoh utamanya. Kelompok ini berusaha untuk mendominasi dunia dalam berbagai bidang. Mereka mengklaim Islam harus mendominasi dunia dari semua sisi, termasuk dalam penerapan konsep syariah. Bennet menyebutnya sebagai revivalis atau tradisionalis.Lebih tegas, Bennett menjelaskan hal ini dengan Islam claims the whole earth. Territory not under Islamic rule is at war with the Muslim world. Temporary truces are permitted for pragmatif reasons but when opportunity and the means allow, jihad as military struggle is obligatory to bring the world under Gods rule. The westis engaged in a Crusade against Islam, therefore the military-civilian distinction is void and any target is legitimate.

B. BATASAN MASALAHHarold Coward dan Gordon S. Smith mengedit sebuah kumpulan tulisan menarik membahas terkait sejarah peperangan suci dalam agama-agama besar di dunia. Dalam pengantar buku itu, ada hal yang menarik yang dia ucapkan.We know that all religious traditions have been implicated in promoting violence over the centuries. Indeed, some people insist that including religious individuals in the process of conflict resolution is like inviting foxes into the hen house. Religion and Peacebuilding begs to differ. It argues that we need to pay attention to religion when trying to make sense of human activities, and recognize that religious traditions have the resources to help us promote peace[footnoteRef:4]. [4: Harlod Coward and Godon S. Smith (eds), Religion and Peacebuilding, State University of New York, 2004, hal. vii]

Kontribusi agama-agama pada peperangan dan jihad tidak terelakkan ketika meninjau sejarah seluruh agama-agama yang ada. Mereka memiliki peran penting dalam menciptakan peperangan atas nama agama, tentu juga dengan konsep perdamaian. Termasuk diantaranya Islam sebagai agama yang juga memiliki riwayat peperangan.Dalam menafsirkan sejarah perang, kembali kepada cara pemikiran Bennett diatas, perbedaan sangat menonjol. Masing-masing mengklaim kebenaran atas cara pandang mereka terkait perang dan perdamaian.Pembagian versi Bennett diatas merupakan peta dasar yang penulis akhirnya gunakan sebagai salah satu kerangka dasar. Namun, kajian Bennett yang terlalu luas atas itu akan penulis kerucutkan lebih spesifik membahas tentang perang dan damai dalam cara pandang kaum revivalis.Cara pandang ini menarik lantaran dalam praktiknya terlihat paling ekstrim. Peperangan bagi kelompok ini merupakan hal yang harus dilakukan untuk merebut klaim atas dunia dibawah dominasi Islam. Peperangan adalah sebuah kewajiban untuk menciptakan perdamaian dibawah panji-panji agama Muhammad.

C. TOKOH-TOKOH REVIVALISSebagaimana telah disebutkan dimuka, tokoh-tokoh kunci dalam cara pandang ini adalah Maududi, Sayyid Qutb dan Osama bin Laden. Nama kedua diklaim sebagai nama yang membangkitkan kembali cara pandang ini dan nama terakhir adalah eksekutor paling terkenal sejak bangkitnya terorisme diawal abad ini.1. Abdul Ala Al MaududiAbdul Ala Al Maududi, seorang jurnalis, teolog dan juga filsuf asal Pakistan ini adalah penganut Islam Sunni. Ia ada pada rentang 25 September 1903 hingga akhir hayatnya pada 22 September 1979. Merupakan pendiri partai Islam Jamaat Al Islami di negaranya.Maududi menjadi terkenal dengan upayanya menentang imperialisme yang dilakukan oleh India sebagai negara induknya. India sebagai negara lebih mementingkan Hindu ketimbang mengangap Islam ada di negara tersebut. Dari hal tersebut, Maududi menganjurkan adanya akasi Islam yang dianggap mampu melindungi kepentingan kaum muslimin. Ini merupakan tempat awal wacana kebangkitan yang digagas oleh Maududi.Salah satu pemimpin kebangkitan Hindu, Swami Sharnhnand, pada tahun 1925 dibunduh oleh seorang muslim. Dengan alasan, Swrmi memancing kemarahan kaum muslimin karena secara terang-terangan meremehkan keyakinan umat Islam. Kematian Swami menimbulkan kritik luas, terutama di media massa yang mengklaim Islam adalah agama kekerasan.Maududi yang masih muda akhirnya mengambil tindakan atas marakknya klaim Islam sebagai agama kekerasan. Ia menulis sebuah buku berjudul Al Jihad fi Al Islam. Buku ini memberikan penjelasan sistematis sikap muslim mengenai jihad berikut tanggapan kritik atas agamanya dari luar. Buku ini pula yang mengantarkan Maududi menjadi intelektual muslim di negaranya.Kondisi politik yang mengalami banyak gejolak di negaranya, terutama dalam hal diskriminasi terhadap kelompok Islam yang minoritas, membuat Maududi menggagas berdirinya Jamaat Islami (Partai Islam) pada Agustus 1941. Dengan dukungan dari aktivis dan ulama muda Islam, partai tersebut berdiri dengan juga memindahkan konsentrasinya ke Pathankot, yang akhirnya menjadi tempat pengembangan partai berikut rencana aksinya.Sejak itulah Maududi mengosentrasikan dirinya memimpin umat menuju keselamatan politik dan agama. Sejak itu pula banyak karyanya terlahir di tengah-tengah umat. Ketika India pecah, Jamaat juga terpecah. Maududi, bersama 385 anggota jamaat memilih Pakistan. Markasnya berpindah ke Lahore, dan Maududi sebagai pemimpinnya. Sejak itu karier politik dan intelektual Maududi erat kaitannya dengan perkembangan Jamaat. Dia telah "kembali" kepada Islam, dengan membawa pandangan baru yang religius[footnoteRef:5]. [5: Kate Zebiri, Review of Maududi and the making of Islamic fundamentalism, Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 61, No. 1.(1998), hal 167-168.]

2. Sayyid QutbSayyid Qutb diklaim sebagai orang yang membangkitkan kembali terorisme. Pemikir ini lahir di sebuah desa di Provinsi Asyut, Mesir pada 9 Oktober 1906. Ia merupakan putra dari seorang politisi sekaligus tuan tanah di daerahnya. Qutb kecil telah mulai belajar giat. Iamempelajari qari (membaca Quran dengan melodi) yang pada akhirnya membentuk sisi artistik karakternya. Qutb saat remaja sangat kritis terhadap institusi keagamaan yang ditemuinya. Ketidaksukaannya pada institusi tersebut digunakan olehnya untuk membentuk opini publik. Ia juga menganggap bahwa sekolah yang khusus mengajarkan studi agama, dan berusaha membuktikan bahwa sekolah lokal yang menggunakan kurikulum gabungan pendidikan umum dan agama lebih bermanfaat dibandingkan yang khusus kelas agama. Pada masa tersebut, Qutb mengembangkan ketidaksetujuannya terhadap para imam dan pemahaman tradisional mereka atas pendidikan, yang di kemudian hari akan menjadi standar konfrontasi pemikirannya sepanjang hidup[footnoteRef:6]. [6: Saleh Khalidy, Sayyid Qutb: From Birth to Martydom, Dar Al-Qalam 3rd edition, 1999, hal 4]

Dia pindah ke Kairo, di mana dia bisa mendapatkan pendidikan berbasis gaya pendidikan Inggris, antara tahun 1929 dan 1933, sebelum memulai karirnya sebagai seorang guru di Kementerian Instruksi Publik. Sepanjang karir awalnya tersebut, Qutb mendedikasikan dirinya terhadap seni sastra dengan menjadi penulis dan kritikus, dia menulis novel seperti Ashwak (Duri) dan bahkan membantu mempopulerkan novelis Mesir Naguib Mahfouz yang awalnya tak dikenal publik. Di tahun 1939, dia menjadi seorang fungsionaris Kementerian Pendidikan Mesir (wizarat al-ma'arif ).Dari tahun 1948 sampai 1950, dia pergi ke Amerika Serikat lewat beasiswa untuk mempelajari sistem pendidikan, menghabiskan beberapa bulan dia Colorado State College of Education (Sekarang University of Northern Colorado) di Greeley, Colorado. Karya teoritis pertama Qutb di bidang kritik sosial keagamaan, Al-'adala al-Ijtima'iyya fi-l-Islam (Keadilan Sosial Dalam Islam), diterbitkan pada tahun 1949, ketika dia masih tinggal di Barat.Qutb dikenal sebagai orang yang introvet, suka mengisolasi diri, ketidakpedulian dan depresi. Penampilannya digambarkan selalu pucat dengan mata berair dan terlihat mengantuk. Hal tersebut merupakan sebagia konsekuensinya dalam mendalami keagamaannya. Keseriusannya mengkaji agama juga membuatnya tidak pernah menikah selama ia hidup. Qutb pernah mengatakan, akibat latar belakang masyarakat Mesir yang sudah kebarat-baratan, membuatnya sulit untuk menemukan wanita, sebagai konsekuensinya ia harus berdamai dengan dirinya sendiri dalam keperjakaan[footnoteRef:7]. [7: Sayyid Qutb, Dan-bat al-tatawwur, Majallat al-Shu'un al-Ijtima`iyya fi al-Islam, 1940, hal 4346]

Qutb juga dikenal sebagai teoris sekaligus penyair. Ia juga tercatat sebagai anggota utama Ikhwanul Muslimin Mesir pada era 1950-1960. Pada 1966, Qutb harus menghadapi tiang gantungan atas tuduhan terlibat dalam rencana pembunuhan Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser.Ia menulis 24 buku sepanjang hidupnya. Terdiri dari buku fiksi dan non fiksi, termasuk buku pendidikan. Dia dikenal luas di dunia Muslim lewat karya-karyanya mengenai apa yang dia percaya sebagai peran sosial dan politik Islam, terutama bukunya Keadilan Sosial dan Ma'alim fi-l-Tariq. Karya magnum opus, Fi Zilal al-Qur'an (Dalam bayangan Qur'an), adalah 30 jilid komentar terhadap Qur'an.Meskipun sebagian besar observasi dan kritiknya mengenai dunia Muslim, Qutb juga dikenal atas ketidaksetujuannya terhadap masyarakat dan budaya Amerika Serikat, yang dipandangnya sangat terobsesi dengan materialisme, kekerasan, dan hasrat seksual. Terdapat beragam pendapat mengenai pandangan Qutb. Dia umum dideksripsikan oleh sebagian sebagai seorang seniman luar biasa dan martir untuk Islam, namun bagi banyak pengamat Barat dia dianggap sebagai salah seorang pembentuk ide Islamisme dan terutama kelompok seperti Al Qaeda. Sekarang, para pendukungnya diidentifikasian sebagai Qutbists atau Qutbi.

3. Osama bin LadenPeristiwa pengeboman World Trade Centre (WTC) pada 11 September 2001, merupakan momen nama Osama bin Laden mendunia. Pria ini bernama lengkap Osama bin Muhammad bin Awwad bin Laden. Ia lahir di Jeddah, Arab Saudi pada 10 Maret 1957 dan meninggal di Abbotabad, Pakistan pada 2 Mei 2011.Osama bin Laden[footnoteRef:8] adalah pendiri Al Qaeda, sebuah gerakan Islam revival yang paling menonjol. Pengeboman WTC menggunakan pesawat udara diklaim oleh Barat dilakukan oleh kelompok ini. Juga peperangan yang terjadi di Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir. [8: David Johnson, Osama bin Laden Infoplease, (diakses dari http://web.archive.org/web/20080120224312/http://www.infoplease.com/spot/osamabinladen.html) pada 6 Desember pukul 19.49 WIB.]

Dilahirkan di Jeddah, Arab Saudi, kawasan pantai Laut Merah. Osama adalah anak ke-17 dari 52 bersaudara. Ayahandanya yang bernama Muhammad bin Laden, adalah seorang petani miskin dari Yaman yang kemudian bermigrasi ke Arab Saudi setelah Perang Dunia II. Di tempat yang baru ini Muhammad bin Laden memulai dengan usahanya yang baru bergerak dalam bidang bisnis pembangunan. Pada akhirnya ia memenangkan banyak kontrak bagi pembangunan masjid-masjid dan istana-istana yang sangat bernilai dari pemerintah Arab Saudi. Oleh karena itu ia telah mengembangkan tali persahabatan yang sangat akrab dengan keluarga Kerajaan Saudi. Muhammad bin Laden kemudian telah menjadi salah seorang yang paling kaya di Arab Saudi, yang diperkirakan memiliki keuntungan miliaran dolar Amerika Serikat. Dari keuntungannya ini diperkirakan Muhammad bin Laden memiliki saham sebesar hampir 300 miliar dolar Amerika.Pada tahun 1994, Pemerintah Saudi mencabut hak kewarganegaraan Osama dan membekukan seluruh aset dan kekayaannya di seluruh negeri. Osama bin Laden diyakini berbagai pihak sebagai tokoh pusat dan kunci dari suatu koalisi internasional dari kaum radikal Islam. Menurut Pemerintah Amerika Serikat, Al Qaeda telah meniru gerakan-gerakan aliansi dengan pola pikir kelompok-kelompok fundamentalis, seperti misalnya kelompok Al-Jihad di Mesir, Gerakan Hizbullah di Iran, Front Islam Nasional di Sudan, dan kelompok-kelompok jihad lainnya di Yaman, Arab Saudi, dan Somalia. Organisasi Osama bin Laden juga memiliki ikatan-ikatan dengan "Kelompok Islam" yang pada suatu ketika dibawah pimpinan Syaikh Omar Abdel Rahman, seorang ulama Mesir yang menjalani hukuman seumur hidup sejak pengakuannya pada tahun 1995 menggagalkan persekongkolan peledakan beberapa tempat di kawasan kota New York. Pada akhir tahun 1990-an dua orang anak Sheik Rahman bergabung bersama kekuatan tentara dan perjuangan Osama bin Laden.Sejak tahun 1992, Pemerintah Amerika Serikat memberi kesan bahwa Osama bin Laden dan anggota-anggota lainnya dari gerakan Al Qaeda menjadi target sasaran militer Amerika yang bertugas di Arab Saudi, dan di Yaman, dan satuan militer yang ditugaskan di Tanduk Afrika, termasuk di Somalia. Pada bulan Oktober 1993, diberitakan ada 18 orang anggota militer berkebangsaan Amerika Serikat yang bekerja untuk bantuan kemanusiaan dan penanggulangan penderitaan di Somalia, mati dibunuh disana ketika menjalankan karya sosial mereka. Mayat tentara pekerja sosial itu diseret dan dianiaya di sepanjang jalan-jalan raya. Pada tahun 1996 Osama bin Laden dikenai hukuman atas tuduhan melatih orang-orang yang terlibat dalam penyerangan pembunuhan tentara pekerja sosial di atas dan ia mengatakan bahwa para pengikutnya bersama kaum Muslim setempat telah membunuh tentara-tentara itu. Penegak hukum Amerika Serikat juga menuduh bahwa Osama bin Laden memiliki jaringan dengan serangan-serangan yang gagal ke atas dua hotel di Yaman di mana para tentara Amerika Serikat bermalam dalam perjalanan mereka ke Somalia.Pada tanggal 7 Agustus 1998, delapan tahun setelah penugasan operasional militer, Amerika Serikat membuat sebuah jebakan di Arab Saudi dengan meledakkan dua truk bermuatan bom di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Nairobi dan membuat alur cerita se akan akan otak peledakan adalah Osama bin laden, Kenya; dan di Dares Salaam, Tanzania. Osama bin Laden menolak bertanggungjawab, tetapi para hakim menegaskan keterlibatan dan kesalahannya itu terbukti dengan adanya surat-surat faksimili yang dikirimkan oleh kelompok Sel Osama di London setidaknya kepada tiga agen penjualan media internasional. Para Hakim juga menunjukkan pengakuan para pelaku tindak kriminal tertuduh pelaku pengeboman Kedutaan-Kedutaan Besar, yang mengaku mereka adalah anggota gerakan Al Qaeda.Empat belas hari kemudian, pada tanggal 20 Agustus 1998, Presiden Bill Clinton memerintahkan armada kapal perang Amerika Serikat menggempur kamp-kamp di Afganistan yang menjadi target untuk melumpuhkan Osama binladen dengan memberikan cap sebagai sarang pelatihan teroris, dan penggempuran terhadap pabrik reaktor kimia di kota Khartoum, Sudan. Osama bin Laden bisa selamat dari serangan itu dan dijatuhi hukuman oleh Amerika Serikat dengan tuduhan sebagai perancang atau otak di balik serangan-serangan bulan November 1998.Banyak pengamat Islam Internasional mengatakan bahwa perlawanan Osama bin Laden dan Al Qaeda-nya akan tetap berlanjut selama dunia barat khususnya Amerika Serikat tidak mengubah kebijakan yang dianggap tidak adil terhadap negara-negara dunia Islam. Kasus Palestina dan keberpihakannya terhadap Israel diantaranya, serta serangan dan pendudukan terhadap Irak membuat masalah yang dikatakan dunia Barat sebagai terorisme tidak akan selesai[footnoteRef:9]. [9: http://news.bbc.co.uk/2/hi/south_asia/155236.stm, Who is Osama Bin Laden?, BBC News, diakses pada 6 Desember 2013 pukul 21.01 WIB.]

Pada 2 Mei 2011 Usamah bin Laden tewas dalam serangan yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat di Abbottbad, Pakistan, tempat persembunyiannya selama ini. Kemudian 2 Mei 2011 Pasukan Amerika Serikat melakukan tes DNA untuk memastikan kematian Usamah. Muncul juga teori konspirasi yang menyatakan bahwa bin Laden sebenarnya sudah mati pada Desember 2001, dan klaim pembunuhan pada 2011 merupakan bagian dari kampanye Barack Obama untuk pemilu.

D. KONSEP PERANG DAN DAMAISebelum membincangkan lebih jauh tentang teori perang dan damai, penulis akan memberikan batasan dari awal tentang kajian ini. Fokus kajian yang akan penulis angkat lebih menekankan dari cara pandang dua ilmuwan yang termasuk dalam kategori revivalis, yakni Al Maududi dan Sayyid Qutb. Penulis juga akan mengkutip beberapa contoh dari tindakan yang dilakukan oleh Osama bin Laden dalam merealisasikan cara pandang revivalisnya.Al Maududi dan Sayyid Qutb dapat dikatakan sebagai orang pertama yang menerapkan konsepsi manusia sebagai khalifatu fi al ardl sebagai dasar teori kenegaraan. Keduanya merupakan tokoh yang menentang sistem demokrasi dimana kedaulatan rakyat ditempatkan sebagai titik dasar sistem kenegaraan. Hal tersebut bersumber dari alasan keduanya yang sangat menentang pemikiran-pemikiran ala Barat, yang dimana dalam anggapan keduanya, demokrasi berasal dari hasil pemikiran orang-orang Barat.Mereka meyakini bahwa hukum tuhan harus ditempatkan setinggi-tingginya pada sistem sosial dan politik. Manusia hanyalah pelaksana kedaulatan dan hukum Tuhan yang sebab itu, manusia tidak boleh membuat kebijakan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Konsep politik Islam ini oleh al-Maududi disebut sebagai Theo-Demokrasi. Istilah Theo-Demokrasi berasal dari dua kata, theokrsasi dan demokrasi.Dua kata yang disatukan dalam istilah ini dijelaskan Maududi bahwa kewenangan untuk menegakkan pemerintahan yang diberikan Tuhan kepada manusia dibatasi oleh undang-undang teologis yakni syariat. Manusia diberikan kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan pejabat yang melanggar aturan Tuhan. Hal-hal yang tidak jelas diatur secara jelas dalam syariat diselesaikan berdasarkan musyawarah dan konsensus kaum muslimin. Mukmin yang memiliki persyaratan dan kemampuan berijtihad diberi kesempatan untuk menafsirkan undang-undang Tuhan jika diperlukan. Undang-undang yang sudah jelas terdapat dalam nash tidak boleh seorang pun mengubah atau membantahnya. Penafsiran terhadap undang-undang yang belum jelas pengertiannya tidak boleh kontradiktif dengan ketentuan umum undang-undang Tuhan.Pemikiran pembaruan politik al-Maududi tentang teori politik pemerintahan didasari oleh tiga prinsip. Menurutnya, sistem politik Islam didasari oleh tiga prinsip tersebut, yaitu Unity of God (tauhid), Prophethood (risalah) dan Caliphate (khilafah).Untuk mencapai hingga membentuk negara Islam, Al Maududi menggunakan istilah Revolusi Islam. Penggunaan istilah ini dengan dasar bahwa hal tersebut merupakan proses pengembalian kedaulatan Allah dalam bentuk Negara Islam bermula dari gerakan yang anggota-anggotanya komitmen dengan ideologi Islam. Negara Islam sebagai negara ideologis murni direkonstruksi oleh gerakan atau partai yang memiliki pandangan hidup, idealisme, standar moralitas, karakter dan spirit Islam yang fundamental. Hal inilah yang kemudian juga menginspirasi Qutb yang mengatakan Mesir menjalankan pemerintahan negara tanpa syariat Islam sama dengan jahiliyah, sehingga Qutb digantung karena melawan penguasa Gamal Abdul Naser atas pemikirannya itu.Tampak dia sini kesamaan ide antara Qutb dan Al-Maududi mengenai kebutuhan kelompok pelopor (harakah, jamaah, partai) yang menjadi basis rekonstruksi negara Islam. Demikian pula mengenai pentingnya standar moral yang tinggi bagi anggota gerakan itu, pemimpin maupun anggota biasa. Juga konsentrasi gerakan untuk senantiasa menekankan nilai tauhid, hakimiyah Allah. Tendensi gerakan elitis juga tampak dalam pemikiran Al-Maududi. Walaupun demikian, tendensi Al-Maududi untuk memberikan prioritas bagi pembinaan masyarakat hingga memiliki standar ideologi Islam juga muncul.

1. Perang dalam Perspektif RevivalisFredrick M. Denny, dalam Islam and Peacebuilding memaparkan tentang konsepsi jihad dan upaya dominasi Islam atas seluruh aspek kehidupan dunia. Dia juga menyebut tentang pembagian wilayah berdasarkan konsepsi jihad klasik[footnoteRef:10]. [10: Fredrick M. Denny, Islam and Peacebuilding, dalam Harlod Coward and Godon S. Smith (eds), Religion and Peacebuilding, State University of New York, 2004, hal. 135]

The traditional community of caliphal times viewed its purpose as to be in continual jihad until the world submits to God and becomes Muslim. The lands under Islamic authority were known as Dar al-Islam, The Abode of Submission, whereas the non-Islamic world was known as Dar al-Harb, the Abode of Warfare, to be combated, conditions permitting, at every opportunity. The Quran declares that there is to be no compulsion in religion, but classical jihad doctrine clearly intended compulsion with respect to the spread and consolidation of Islamic political authority and territorial sovereignty. Idolaters, according to late Quranic passages, are to embrace Islam or be killed, whereas Christians and Jews could become protected peoples, dhimms, so long as they submitted to Muslim authority. When the forbidden months are past. when Muslims could not engage in warfare], then fight and slay the idolaters wherever you find them. And seize them, beleaguer them, and lie in wait for them in every stratagem; but if they repent, and establish regular prayers, and practice regular charity, then open the way for them: for God is Oft-Forgiving, Most Merciful (Surah 9:5). This passage, and similar ones, continue to receive considerable exegetical attention by Muslims, particularly concerning whether they are to be understood as applying only to their immediate space and time contexts or generally. Muslim modernist liberals tend toward the former, fundamentalists the latter.Kaum revival yang diwakili Qutb dan Maududi sebagai teoritisnya menganggap perang sebagai jihad. Qutb dalam buku Fi Dzilali al Quran dan Maalim fi Thariq secara tegas menentang keras pendapat ulama yang menyatakan bahwa jihad bersifat defensive. Ia menekankan adanya jihad fisik apabila dalam kegiatan dakwah Islam dirintangi. Bila dakwah atau jihad dengan lisan tidak dirintangi, maka jihad dengan lisan itulah yang dilakukan. Jihad dengan lisan dan penjelasan akan mudah dilakukan jika saja antara manusia dan dakwah ini tidak ada aral yang merintanginya, kebebasan dakwah terjamin dan merekapun terlepas dari tekanan eksternal.Lebih dalam tentang teori jihad versi Qutb, sebenarnya apa yang disampaikan oleh Qutb tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Sayyid Sabiq. Mereka sepakat untuk berperang menegakkan Agama Allah di dunia. Dari sisi kajian tafsir, keduanya juga berkiblat pada ayat yang sama, yakni Surat Al Anfal ayat 72. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungiLatar belakang keduanya setidaknya melahirkan sedikit perbedaan. Sayyid Sabiq ialah ilmuwan yang lebih banyak cenderung dalam bidang fiqh sedangkan Sayyid Qutb, sosok pemikir Muslim yang aktivitasnya lebih berkecimpung dalam bidang harakah islamiyah (pergerakan Islam).Qutb melukiskan dalam kitab Fi Zilalil Qur an, bahwa jihad bersifat ofensif bukan defensif. Karena watak ajaran Islam sendiri adalah ofensif dalam menyebarkan misi Islam ke seluruh jagat raya, tanpa memandang batas warna kulit dan geografis. Qutb mengkritik keras pandangan para pemikir Barat yang telah mendefenisikan jihad dengan makna yang salah, yaitu pasukan Islam yang beringas dan membunuh dengan membabi-buta.Tidak hanya melawan pemikir Barat tentang cara pandangnya mengenai jihad, Qutb juga mengkritik ulama dan pemikir Islam yang menyatakan bahwa jihad bersifat defensif. Apalagi yang menyatakan bahwa perang fisik sudah tidak lagi ada dalam Islam, meskipun untuk pembelaan apabila diperangi.Qutb mengatakan dalam Maalim fith Thariq, Bayangkan seandainya saja Abu Bakar, Umar dan Utsman, setelah mampu mengamankan Jazirah Arab dari serangan pasukan Romawi dan Persia, mereka duduk berpangku tangan dan tidak lagi melakukan penyebaran Islam, akankah Islam tersebar ke seluruh dunia?Sebagaimana umumnya kaum revival, Qutb juga memegang Surat Al Anfal sebagai salah satu dasar untuk mengklasifikasi tingkat kekafiran dan kelompok manusia. Kaum kafir ketika itu terbagi menjadi tiga: orang-orang yang berdamai dengan Rasulullah, orang-orang yang memeranginya, dan orang-orang yang tunduk di bawah pemerintahannya. Allah SWT memerintahkan Rasulullah untuk memenuhi kesepakatan perjanjian dan perdamaian dengan mereka yang berdamai selama mereka tetap konsisten dengan kesepakatan tersebut. Jika dikhawatirkan mereka akan berkhianat, maka perjanjian itu dibatalkan. Namun Rasulullah tidak diizinkan untuk memerangi mereka sehingga diketahui dengan jelas bahwa mereka merusak perdamaian.Dari surat itu pula, Qutb berambisi untuk mewujudkan penegakkan kepemimpinan Islam mendunia. Hal ini terlihat ketika Qutb mengaitkan jihad dengan perjuangan untuk menegakkan kepemimpinan Islam. Karena dalam pandangan Qutb, sekarang dunia telah kembali kepada jahiliyah. Hukum Allah telah dihapuskan dari kehidupan manusia, dan manusia kembali menyembah kepada sesama manusia setelah dulu dibebaskan oleh Islam.Dalam tafsir Fi Zilal Qurannya, Sayyid Qutb menuliskan, bahwa Rasulullah diperintahkan untuk memerangi musuh beliau dari kalangan ahlul kitab sehingga mereka membayar jizyah (pajak) atau memeluk Islam.Dan beliau diperintahkan untuk memerangi kaum kafir dan munafik dengan bertindak keras terhadap mereka. Oleh karena itu, Rasulullah memerangi orang-orng kafir dengan pedang dan panah. Dan beliau memerangi orang munafik dengan lisan dan argumentasi. Di samping itu, Rasulullah diperintahkan supaya melepaskan perjanjian dengan kaum kuffar dan mengembalikan janji itu kepada mereka.Sedangkan dalam buku Ma alim fit-Thariq, Qutb melanjutkan pemikirannya tersebut dengan periode sejarah. Dalam periode Mekah dan awal hijrah ke Madinah, kaum Muslimin tidak diperintahkan untuk berperang. Mereka hanya diperintahkan, Tahanlah tangan kamu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikan zakat (QS. an-Nisa : 77).Tidak diizinkannya berperang pada periode Mekkah ini, menurut Qutb, ada beberapa kemungkinan sebab: Diantaranya adalah telah terjaminnya kebebasan berdakwah di Mekah. Fase Mekah adalah fase pendidikan dan persiapan serta untuk menghindari peperangan dalam setiap rumah penduduk (karena pada saat itu masih banyak keluarga umat Islam yang belum se-akidah).Kemudian Allah mengizinkan perang dengan kalam-Nya, Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, Tuhan kami hanyalah Allah (QS. al-Hajj: 39-40).Kemudian, Allah mewajibkan peperangan terhadap orang-orang yang memerangi mereka saja, Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kami (QS. al-Baqarah: 190).Setelah itu, Allah memerintahkan untuk memerangi orang-orang Musyrik semuanya, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya ( QS. at-Taubah: 36).Mengutip pendangan Ibnu Qayyim dalam kitab Zaadul Maaad, Qutb mengatakan bahwa peperangan dalam Islam (jihad) mengalami perkembangan yang menarik: Pertama diharamkan, lalu kemudian diizinkan. Berikutnya diperintahkan hanya untuk orang-orang yang memulai peperangan, kemudian terakhir diperintahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrik yang ada.Oleh kerana itu, membantah kelompok yang memandang jihad bersifat defensif, Qutb mencoba mengajak mereka untuk menelaah kalam ilahi yang tercatat dalam surat an-Nisa: 74-76, al-Anfal: 38-40 dan surat at-Taubah: 29-32. ayat-ayat tersebut, menurut Qutb, cukup untuk menjadi dasar disyariatkannya berjihad, dengan diiringi konsep, Tidak ada paksaan dalam agama.Jadi, jihad yang bersifat opensif, menurut Qutb, merupakan landasan bagi pemuliaan manusia di muka bumi ini. Untuk mengeluarkan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia dan kembali menuju kepada penghambaan kepada Allah.

2. Perdamaian Perspektif RevivalisKembali pada pemikiran Fredrick M. Denny, dalam Islam and Peacebuilding, ia memaparkan tentang konsepsi perdamaian dalam pandangan kaum revivalis yang cukup menarik.The simple division of the world into Dar al-Islam and Dar al-Harb was eventually augmented by a third realm, called Dar al-Sulh, which may be translated House of Peacemaking/Truce. That status depended on non-Muslims of such a land paying tribute to the Muslimsin exchange for peace and nonaggression. Muhammad himself concluded such an arrangement with the Christians of Najran in Arabia, thus establishing a precedent for the development of the Dar al-Sulh. Sometimes, a contested region was inhabited and controlled by nonMuslims that Muslim forces were essentially unable to subdue. For example, the Nubians were able to defend themselves against Muslim invasion in the early caliphate through their superior archery. The Sultan of Egypt, Abdallah ibn Sad (d. 656658), imposed a tribute in the form of slaves, and distinguished it from the poll-tax (jizya) that nonMuslims in the Dar al-Islam were required to pay. It was a good arrangement for the Nubians, for they maintained their independence. Muslim governments sometimes considered an adjoining region, with no Dar al-Harb in between, where Muslims lived but did not rule, as part of the Dar al-Islam, if the non-Muslim rulers were considered to be rebels.Varying legists and schools developed somewhat differing, even conflicting views of the matter, but the arrangements themselves usually exhibit a certain pragmatism and civility. An additional category of a land that is not Muslim nor an enemy of Muslims was sometimes referred to as dar al-hiyad, the world of neutrality, as Khadduri translates it[footnoteRef:11]. [11: Fredrick M. Denny, Islam and Peacebuilding, dalam Harlod Coward and Godon S. Smith (eds), Religion and Peacebuilding, State University of New York, 2004, hal. 137]

Dunia yang dibagi sebelumnya dalam dua kategori, yakni Dar al-Islam dan Dar al-Harb, kemudian ditambah dunia ketiga yang disebut sebagai Dar al-Sulh. Ini dianggap menjadi solusi karena merupakan hawa segar bagi kaum non-Islam. Dar al-Sulh diterjemahkan sebagai House of Peacefull yang merupakan tempat dimana senjata harus diturunkan untuk berjihad.Namun, untuk menjadi Dar al-Sulh itu tidaklah mudah, terdapat perjanjian khusus antara penghuni tempat tersebut dengan pemerintah (dalam hal ini kaum muslim revival yang berkuasa). Perjanjian tersebut meliputi pembayaran upeti kepada kaum muslimin, pertukaran untuk perdamaian dan non-agresi. Dalam hal ini, mereka mendasarkan pada contoh yang dilakukan Muhammad kepada orang-orang Kristen di Najran, Arab Saudi, pada zaman dahulu. Selain itu, mereka juga mencontoh Sultan Mesir, Abdullah ibn Saad (656-658) yang memberlakukan upeti dalam bentuk budak dan dibedakan dalam setiap jizyah (jajak pendapat) dimana kaum non-muslim yang tinggal di kawasan Dar al-Islam harus membayar. Numbia, salah satu wilayah adalah contoh daerah yang saat itu tidak bisa ditaklukkan, dan atas kemerdekaan itu, mereka diharuskan untuk membayar.Kembali kepada pemikiran Sayyid Qutb, pada buku Fi Zhilal al-Quran, Qutb menginginkan tercapainya persatuan Islam. Qutb meyakini adanya persatuan Islam akan mewujudkan dunia yang lebih baik dibanding dengan dominasi Barat atas kehidupan. Dia meyakini bahwa Islam mampu menjadi tatanan yang tepat mengatasi problem-problem yang muncul.Untuk mencapai hal itu, Qutb menginginkan pula adanya penyeragaman akidah Islam, yang mengarahkan pada persatuan, persaudaraan dan solidaritas serta kasih sayang. Hal tersebut dapat menjadi pondasi untuk membangkitkan umat mewujudkan kehidupan tatanan dunia yang lebih baik dibawah dominasi Islam.Qutb menolak metode gagal yang dipakai oleh para filsuf dan para teolog diterapkan dalam studi akidah. Menurutnya, metode tersebut hanya akan memecah belah umat dan menjadikan akidah rentan terhadap penyebab penyimpangan dan kerusakan. Maka itu, dia selalu menekankan perlunya mengambil cara al-Quran dalam studi akidah. Cara al-Quran merupakan kombinasi pikiran dan perasaan, karena manusia tidak murni akal, dan tidak pula murni perasaan. Menyapa manusia sesuai dengan fitrah yang diciptakan Allah untuknya merupakan jalan paling tepat untuk menyehatkan iman dan menyelamatkan keyakinan.Ia menyerukan menolak pendekatan filsafat karena menurutnya pendekatan tersebut asing bagi pemikiran Islam. Menjaga orisinalitas dan kemurnian pemikiran Islam dalam mengkaji akidah menuntut kembali kepada pendekatan al-Quran, sehingga akidah senantiasa hidup dan bersih dari berbagai kotoran. Qutb juga berusaha untuk mengembalikan kejayaan lama yang disebut sebagai masa gemilang. Pada abad awal Islam dan abad pertengahan, Islam mampu menciptakan tatanan dunia, khususnya di Timur Tengah dengan system yang tepat. Islam mendominasi dan non-Islam tertata dengan baik berdasarkan konsepsi yang telah ada diatas.Qutb menjelaskan konsekuensi dari konflik dan pertentangan merupakan perangkap Iblis untuk menggoda mangsanya, yang dikuasai oleh motif-motif kesukuan dan teritorial, yang mengakibatkan anggotanya berkelahi karena alasan sepele dan bertempur dengan lidah dan gigiadalah mangsa yang empuk bagi para musuhnya. Umat Islam bakal kehilangan semua karakteristik yang menjadikannya sebagai umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.

E. PENUTUPDemikian bahan kajian ini penulis susun. Semoga dapat dijadkan rujukan untuk mendiskusikan lebih jauh mengenai tema yang disajikan. Terima kasih atas perhatiannya dan mohon koreksi apabila ditemukan kesalahan-kesalahan pada tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Bennett, Clinton, 2005, Muslims and Modernity, An Introduction to the Issues and Debates, Continuum, London (New York)Coward, Harlod and Godon S. Smith (eds), 2004, Religion and Peacebuilding, State University of New YorkZebiri, Kate, 1998, Review of Maududi and the making of Islamic fundamentalism, Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London, Vol. 61, No. 1.Daniels, Norman,1960, Islam and the West: The Making of an Image, Edinburgh: Edinburgh University PressKhalidy, Saleh, 1999, Sayyid Qutb: From Birth to Martydom, Dar Al-Qalam 3rd editionQutb, Sayyid, 1940, Dan-bat al-tatawwur, Majallat al-Shu'un al-Ijtima`iyya fi al-IslamDenny,Fredrick M., 2004, Islam and Peacebuilding, dalam Harlod Coward and Godon S. Smith (eds), Religion and Peacebuilding, State University of New YorkJohnson, David, Osama bin Laden Infoplease, (diakses dari http://web.archive.org/web/20080120224312/http://www.infoplease.com/spot/osamabinladen.html) pada 6 Desember pukul 19.49 WIB.http://news.bbc.co.uk/2/hi/south_asia/155236.stm, Who is Osama Bin Laden?, BBC News, diakses pada 6 Desember 2013 pukul 21.01 WIB.