Islamic finance

21
ISLAMIC FINANCE Bagi mahasiswa pelajar ekonomi terutama ekonomi syariah S ISTEM EKONOMI ISLAM Februari 17, 2012 Posted by khairoen in Akuntansi Syariah, Ekonomi islam. add a comment Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di Indonesia. Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segera mengimplementasikan sistem Ekonomi Islam dalam sistem Perekonomian Indonesia seiring dengan hancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme. Di Indonesia ekonomi syariah mulai dikenal sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991. Selanjutnya ekonomi berbasis syariah di Indonesia ini mulai menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Pada dasarnya, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sudah menjadi kewajiban bagi Umat Islam Indonesia untuk menerapkan ekonomi syariah sebagai bukti ketaatan dan ketundukan masyarakat pada Allah SWT dan Rasulnya. Penerapan hukum syariah bukan hanya terbatas pada bank-bank saja, tapi sudah menjalar ke bisnis asuransi, bisnis multilevel marketing, koperasi bahkan ke pasar modal. Ø Definisi Ekonomi Islam/Syariah menurut beberapa Ekonom Islam Muhammad Abdul Mannan “Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam”. M.M Metwally “Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al Quran,Hadits Nabi,Ijma dan Qiyas”. Hasanuzzaman “Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber daya material sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah Allah dan masyarakat”. Ø Sejarah tentang Sistem Ekonomi Islam/Syariah Dalam sejarah, lahirnya ekonomi Islam pada masa-masa sekarang ini lebih disebabkan oleh dua faktor. Pertama, faktor ajaran agama yang melarang riba dan menganjurkan sodaqoh. Kedua, timbulnya surplus dolar dari negara-negara penghasil dan pengekspor minyak dari Timur Tengah dan negara Islam di mana mereka pada akhirnya membutuhkan institusi keuangan Islam untuk ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/ 1 of 21 09/01/2013 10:46

description

about islamic finance

Transcript of Islamic finance

Page 1: Islamic finance

ISLAMIC FINANCE

Bagi mahasiswa pelajar ekonomi terutama ekonomi syariah

SISTEM EKONOMI ISLAM Februari 17, 2012

Posted by khairoen in Akuntansi Syariah, Ekonomi islam.add a commentSistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di Indonesia.Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar Pemerintah Indonesia segeramengimplementasikan sistem Ekonomi Islam dalam sistem Perekonomian Indonesia seiring denganhancurnya sistem Ekonomi Kapitalisme.

Di Indonesia ekonomi syariah mulai dikenal sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun1991. Selanjutnya ekonomi berbasis syariah di Indonesia ini mulai menunjukan perkembangan yangmenggembirakan. Pada dasarnya, sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam,sudah menjadi kewajiban bagi Umat Islam Indonesia untuk menerapkan ekonomi syariah sebagaibukti ketaatan dan ketundukan masyarakat pada Allah SWT dan Rasulnya. Penerapan hukumsyariah bukan hanya terbatas pada bank-bank saja, tapi sudah menjalar ke bisnis asuransi, bisnismultilevel marketing, koperasi bahkan ke pasar modal.

Ø Definisi Ekonomi Islam/Syariah menurut beberapa Ekonom Islam

Muhammad Abdul Mannan

“Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomirakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam”.

M.M Metwally

“Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman)dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti Al Quran,Hadits Nabi,Ijma dan Qiyas”.

Hasanuzzaman

“Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan aturan syariah yangmencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber daya material sehingga tercipta kepuasanmanusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah Allah dan masyarakat”.

Ø Sejarah tentang Sistem Ekonomi Islam/Syariah

Dalam sejarah, lahirnya ekonomi Islam pada masa-masa sekarang ini lebih disebabkan oleh duafaktor. Pertama, faktor ajaran agama yang melarang riba dan menganjurkan sodaqoh. Kedua,timbulnya surplus dolar dari negara-negara penghasil dan pengekspor minyak dari Timur Tengahdan negara Islam di mana mereka pada akhirnya membutuhkan institusi keuangan Islam untuk

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

1 of 21 09/01/2013 10:46

Page 2: Islamic finance

menyimpan dana mereka.

Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an membuat sistemkapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi ternyata, sistemekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena banyak negara miskinbertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.

Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stigli (2006) kegagalan ekonomi Amerika dekade90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari sistem-sistemekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai kelemahan ataukekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing. Kelemahan ataukekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya.

Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yangmenyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negara-negaramuslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem ekonomisyariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk mewujudkan suatusistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem ekonomi Syariah yangtelah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah meningkatkan perekonomian diZazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist tersebut, saat ini sedangdikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah di banyak negara Islam termasuk diIndonesia.

Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma Islam.Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi sistemekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistemekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari sistemekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk mengatur hidupmanusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhiratsebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim tetapi, seluruh umatyang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat memenuhi kebutuhan hidupsecara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi ketentraman jiwa sebagai bekal diakhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di dunia dengankebutuhan untuk akhirat.

Ø Tiga Prinsip Dasar Yang Menyangkut sistem ekonomi Syariah menurut Islam

1. Tauhid, Prinsip ini merefleksikan bahwa penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalahAllah SWT.

2. Khilafah, mempresentasikan bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di muka bumi inidengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta kelengkapan sumberdaya materiyang dapat digunakan untuk hidup dalam rangka menyebarkan misi hidupnya.

3. ‘Adalah, merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al-Syariah).Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya yangmerupakan amanah dari Allah harus digunakan untuk merefleksikan tujuan syariah antara lainyaitu; pemenuhan kebutuhan (needfullfillment), menghargai sumber pendapatan (recpectable source of earning), distribusi pendapatandan kesejah-teraan yang merata (equitable distribution of income and wealth) serta stabilitas danpertumbuhan (growth and stability).

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

2 of 21 09/01/2013 10:46

Page 3: Islamic finance

Ø Empat Ciri/Sifat Sistem Islam

1. Kesatuan (unity)

2. Keseimbangan (equilibrium)

3. Kebebasan (free will)

4. Tanggungjawab (responsibility)

Ø Prospek Ekonomi Syariah

Di sektor perbankan saja misalnya, sampai tahun 2010 nanti jumlah kantor bank-bank syariahdiperkirakan akan mencapai 586 cabang. Prospek perbankan syariah di masa depan diperkirakanjuga akan semakin cerah. Selain perbankan, sektor ekonomi syariah lainnya yang juga mulaiberkembang adalah asuransi syariah. Prinsip asuransi syariah pada intinya adalah kejelasan dana,tidak mengandung judi dan riba atau bunga. Sama halnya dengan perbankan syariah, melihatpotensi umat yang ada di Indonesia, prospek asuransi syariah sangat menjanjikan. Dalam sepuluhtahun ke depan diperkirakan Indonesia bisa menjadi negara yang pasar asuransinya paling besar didunia. Data dari Asosiasi Asuransi Syariah di Indonesia menyebutkan, tingkat pertumbuhanasuransi syariah selama 5 tahun terakhir mencapai 40 persen, sementara asuransi konvensionalhanya 22,7 persen. Perbankan dan asuransi, hanya salah satu dari industri keuangan syariah yangkini sedang berkembang pesat.

Ø Dukungan Pemerintah

Meski sudah menunjukan eksistensinya, masih banyak kendala yang dihadapi bagi pengembanganekonomi syariah di Indonesia. Soal pemahaman masyarakat selama ini yang masih kurang memadai.Kendala lainnya yang cukup berpengaruh adalah adanya dukungan penuh dari para pengambilkebijakan di negeri ini, terutama menteri-menteri dan lembaga pemerintahan yang memilikiwewenang dalam menentukan kebijakan ekonomi. Praktisi perbankan syariah,

Maka konsep ini akan mengangkat kembali wajah perekonomian kita, artinya memperkuat basisperekonomian kita, yang selama ini menganut sistem kapitalis. Dalam jangka panjang akan memberipengertian pada masyarakat bahwa harta bukan lagi kepemilikan pribadi, melainkan kepemilikansosial. Dari sisi inilah islam bisa mengangkat kembali perekonomian bangsa dengan sistem ta’awun.Sehingga milyarder bisa menolong orang-orang menengah ke bawah untuk mengangkat tarafekonomi mereka, ke jenjang yang lebih mapan. Andaikan mereka tahu betapa Islam sangatmemperhatian urusan sosial ekonomi, maka negeri ini ada harapan untuk bangkit dari keterpurukanekonomi.

Metodologi Ekonomi Islam Januari 18, 2012

Posted by khairoen in Akuntansi Syariah, Ekonomi islam, ISLAMIC FINANCE.Tags: ekonomi, finance, islam, ISLAMIC FINANCE, perbankan syariah, syariahadd a commentSelama ini kalau kita berbicara tentang muamalah, terutama ekonomi, kita akan berbicara tentangapa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Hal ini memang merupakan prinsip dasar dari muamalah

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

3 of 21 09/01/2013 10:46

Page 4: Islamic finance

itu sendiri, yang menyatakan: “Perhatikan apa yang dilarang, diluar itu maka boleh dikerjakan.”Tetapi pertanyaan kemudian mengemuka, seperti apakah ekonomi dalam sudut pandang Islam itusendiri? Bagaimana filosofi dan kerangkanya? Dan bagaimanakah ekonomi Islam yang ideal itu?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka sebenarnya kita perlu melihatbagaimanakah metodologi dari ekonomi Islam itu sendiri. Muhammad Anas Zarqa (1992),menjelaskan bahwa ekonomi Islam itu terdiri dari 3 kerangka metodologi. Pertama adalahpresumptions and ideas, atau yang disebut dengan ide dan prinsip dasar dari ekonomi Islam. Ide inibersumber dari Al Qur’an, Sunnah, dan Fiqih Al Maqasid. Ide ini nantinya harus dapat diturunkanmenjadi pendekatan yang ilmiah dalam membangun kerangka berpikir dari ekonomi Islam itusendiri. Kedua adalah nature of value judgement, atau pendekatan nilai dalam Islam terhadapkondisi ekonomi yang terjadi. Pendekatan ini berkaitan dengan konsep utilitas dalam Islam.Terakhir, yang disebut dengan positive part of economics science. Bagian ini menjelaskan tentangrealita ekonomi dan bagaimana konsep Islam bisa diturunkan dalam kondisi nyata dan riil. Melaluitiga pendekatan metodologi tersebut, maka ekonomi Islam dibangun.

Ahli ekonomi Islam lainnya, Masudul Alam Choudhury (1998), menjelaskan bahwa pendekatanekonomi Islam itu perlu menggunakan shuratic process, atau pendekatan syura. Syura itu bukandemokrasi. Shuratic process adalah metodologi individual digantikan oleh sebuah konsensus paraahli dan pelaku pasar dalam menciptakan keseimbangan ekonomi dan perilaku pasar.Individualisme yang merupakan ide dasar ekonomi konvensional tidak dapat lagi bertahan, karenatidak mengindahkan adanya distribusi yang tepat, sehingga terciptalah sebuah jurang pemisahantara yang kaya dan yang miskin.Pertanyaan kemudian muncul, apakah konsep Islam dalam ekonomi bisa diterapkan di suatunegara, misalnya di negara kita? Memang baru-baru ini muncul ide untuk menciptakan dualeconomic system di negara kita, dimana ekonomi konvensional diterapkan bersamaan denganekonomi Islam. Tapi mungkinkah Islam bisa diterapkan dalam kondisi ekonomi yang nyata?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Umar Chapra (2000) menjelaskan bahwa terdapat duaaliran dalam ekonomi, yaitu aliran normatif dan positif. Aliran normatif itu selalu memandangsesuatu permasalahan dari yang seharusnya terjadi, sehingga terkesan idealis dan perfeksionis.Sedangkan aliran positif memandang permasalahan dari realita dan fakta yang terjadi. Aliran positifini pun kemudian menghasilkan perilaku manusia yang rasional. Perilaku yang selalu melihatmasalah ekonomi dari sudut pandang rasio dan nalarnya. Kedua aliran ini merupakan ekstrimdiantara dua kutub yang berbeda.

Lalu apa hubungannya kedua aliran tersebut dengan pelaksanaan ekonomi Islam? Ternyatahubungannya adalah akan selalu ada orang-orang yang mempunyai pikiran dan ide yang bersumberdari dua aliran tersebut. Jadi atau tidak jadi ekonomi Islam akan diterapkan, akan ada yangmenentang dan mendukungnya. Oleh karena itu sebagai orang yang optimis, maka penulis akanmenyatakan ‘Ya’, Islam dapat diterapkan dalam sebuah sistem ekonomi.

Tetapi optimisme ini akan dapat terwujud manakala etika dan perilaku pasar sudah berubah. DalamIslam etika berperan penting dalam menciptakan utilitas atau kepuasan (Tag El Din, 2005). KonsepIslam menyatakan bahwa kepuasan optimal akan tercipta manakala pihak lain sudah mencapaikepuasan atau hasil optimal yang diinginkan, yang juga diikuti dengan kepuasan yang dialami olehkita. Islam sebenarnya memandang penting adanya distribusi, kemudian lahirlah zakat sebagaibentuk dari distribusi itu sendiri.

Maka, sesungguhnya kerangka dasar dari ekonomi Islam didasari oleh tiga metodolodi dariMuhammad Anas Zarqa, yang kemudian dikombinasikan dengan efektivitas distribusi zakat sertapenerapan konsep shuratic process (konsensus bersama) dalam setiap pelaksanaannya. Dari

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

4 of 21 09/01/2013 10:46

Page 5: Islamic finance

kerangka tersebut, insyaAllah ekonomi Islam dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Dan semuaitu harus dibungkus oleh etika dari para pelakunya serta peningkatan kualitas sumber dayamanusianya (Al Harran, 1996). Utilitas yang optimal akan lahir manakala distribusi dan adanya etikayang menjadi acuan dalam berperilaku ekonomi. Oleh karena itu semangat untuk memiliki etika danperilaku yang ihsan kini harus dikampanyekan kepada seluruh sumber daya insani dari ekonomiIslam. Agar ekonomi Islam dapat benar-benar diterapkan dalam kehidupan nyata, yang akanmenciptakan keadilan sosial, kemandirian, dan kesejahteraan masyarakatnya.

Wallahu ‘alamu bishowwab.

Keterangan:Penulis adalah Mahasiswa S2 Islamic Banking, Finance, and Management di Markfield Institute ofHigher Education (MIHE), Markfield, Leicestershire, Inggris.

MUSYAKARAH Juli 6, 2011

Posted by khairoen in Akuntansi Syariah, Ekonomi islam.add a commentPengertian MusyakarahMusyarakah secara bahasa diambil dari bahasa arab yang berarti mencampur. Dalam hal inimencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain.Kata syirkah dalam bahasa arab berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yashruku (fi’il mudhari’)syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar); ertinya menjadi sekutu atau syarikat (kamus alMunawar) Menurut erti asli bahasa arab, syirkah bererti mencampurkan dua bahagian atau lebihsehingga tidak boleh dibezakan lagi satu bahagian dengan bahagian lainnya, (An-Nabhani)

Hukum Syirkah

Syirkah hukumnya mubah. Ini berdasarkan dalil hadith nabi saw berupa taqrir terhadap syirkah.Pada saat baginda diutuskan oleh Allah sebagai nabi, orang-orang pada masa itu telah bermuamalatdengan cara ber-syirkah dan Nabi Muhammad saw membenarkannya. Sabda baginda sebagaimanadiriwayatkan oleh Abu Hurairah ra: Allah ‘Azza wa jalla telah berfirman; Aku adalah pihak ketigadari 2 pihak yang bersyirkah selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salahsatunya khianat, aku keluar dari keduanya. (Hr Abu dawud, alBaihaqi dan adDaruquthni) ImamBukhari meriwayatkan bahawa Aba Manhal pernah mengatakan , “aku dan rakan kongsiku telahmembeli sesuatu dengan cara tunai dan hutang.” Lalu kami didatangi oleh Al Barra’bin azib. Kamilalu bertanya kepadanya. Dia menjawab, “ Aku dan rakan kongsiku, Zaiq bin Arqam, telahmengadakan perkongsian. Kemudian kami bertanya kepada nabi s.a.w tentang tindakan kami.Baginda menjawab: “barang yang (diperoleh) dengan cara tunai silalah kalian ambil. Sedangkanyang (diperoleh) secara hutang, silalah kalian bayar” Hukum melakukan syirkah dengan kafir ZimmiHukum melakukan syirkah dengan kafir zimmi juga adalah mubah. Imam Muslim pernahmeriwayatkan dari Abdullah bin Umar yang mengatakan: “Rasulullah saw pernah memperkerjakanpenduduk khaibar(penduduk Yahudi) dengan mendapat bahagian dari hasil tuaian buah dantanaman”

Rukun Syirkah

Rukun syirkah yang asas ada 3 perkara iaitu: a) akad (ijab-kabul) juga disebut sighah b) dua pihak

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

5 of 21 09/01/2013 10:46

Page 6: Islamic finance

yang berakad (‘aqidani), mesti memiliki kecekapan melakukan pengelolaan harta c) objekaqad(mahal) juga disebut ma’qud alaihi, samada modal atau pekerjaan

Manakala syarat sah perkara yang boleh disyirkahkan adalah adalah objek tersebut boleh dikelolabersama atau boleh diwakilkan.

Pandangan Mazhab Fiqih tentang Syirkah Mazhab Hanafi berpandangan ada empat jenis syirkahyang syari’e iaitu syirkah inan, abdan, mudharabah dan wujuh. ( Wahbah Az Zuhaili, Al Fiqh alIslami wa Adillatuhu) Mazhab Maliki hanya 3 jenis syirkah yang sah iaitu syirkah inan, abdan danmudharabah. Menurut mazhab syafi’e, zahiriah dan Imamiah hanya 2 syirkah yang sah iaitu inandan mudharabah. Mazhab hanafi dan zaidiah berpandangan ada 5 jenis syirkah yang sah iaitusyirkah inan, abdan, mudharabah, wujuh dan mufawadhah.

Ada pun perkongsian boleh samada berkongsi hak milik (syirkatul amlak) atau/dan perkongsianaqad Syeikh Taqiuddin AnNabhani dalam kitabnya Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islamberijtihad terdapat 5 jenis syirkah yang syari’e sama seperti pandangan mazhab hanafi dan zaidiah.

1) Syirkah Inan

Syirkah inan adalah syirkah yang mana 2 pihak atau lebih, setiap pihak menyumbangkan modal danmenjalankan kerja. Contoh bagi syirkah inan: Khalid dan Faizal berkongsi menjalankan perniagaanburger bersama-sama dan masing-masing mengeluarkan modal RM500 setiap seorang. Perkongsianini diperbolehkan berdasarkan As-Sunnah dan ijma’sahabah. Disyaratkan bahawa modal yangdikongsi adalah berupa wang. Modal dalam bentuk harta benda seperti kereta mestilah diakadkanpada awal transaksi. Perkongsian ini dibangunkan oleh konsep perwakilan(wakalah) dankepercayaan(amanah). Sebab masing-masing pihak, dengan memberi/berkongsi modal kepadarakan kongsinya bererti telah memberikan kepercayaan dan mewakilkan kepada rakan kongsinyauntuk mengelolakan perniagaan. Keuntungan adalah berdasarkan kesepakatan semua pihak yangberkongsi manakala kerugian berdasarkan peratusan modal yang dikeluarkan. Abdurrazzak dalamkitab Al-Jami’ meriwayatkan dari Ali r.a yang mengatakan: “kerugian bergantung kepada modal,sedangkan keuntungan bergantung kepada apa yang mereka sepakati”

2) Syirkah Abdan

Perkongsian abdan adalah perkongsian 2 orang atau lebih yang hanya melibat tenaga(badan)mereka tanpa melibatkan perkongsian modal. Sebagai contoh: Jalal adalah tukang buat rumah danRafi adalah juruelektrik yang berkongsi menyiapkan projek sebuah rumah. Perkongsian merekatidak melibatkan perkongsian kos. Keuntungan adalah berdasarkan persetujuan mereka. Syirkahabdan hukumnya mubah berdasarkan dalil As-sunnah. Ibnu mas’ud pernah berkata” aku berkongsidengan Ammar bin Yasir dan Saad bin Abi Waqqash mengenai harta rampasan perang badar. Sa’admembawa dua orang tawanan sementara aku dan Ammar tidak membawa apa pun” (HR AbuDawud dan Atsram). Hadith ini diketahui Rasulullah saw dan baginda membenarkannya.

3) Syirkah Mudharabah

Syirkah Mudharabah adalah syirkah dua pihak atau lebih dengan ketentuan, satu pihakmenjalankan kerja (amal) sedangkan pihak lain mengeluarkan modal (mal). (An-Nabhani, 1990:152). Istilah mudharabah dipakai oleh ulama Iraq, sedangkan ulama Hijaz menyebutnya qiradh.(Al-Jaziri, 1996: 42; Az-Zuhaili, 1984: 836). Sebagai contoh: Khairi sebagai pemodal memberikanmodalnya sebanyak RM 100 ribu kepada Abu Abas yang bertindak sebagai pengelola modal dalampasaraya ikan.

Ada 2 bentuk lain sebagai variasi syirkah mudharabah. Pertama, 2 pihak (misalnya A dan B)

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

6 of 21 09/01/2013 10:46

Page 7: Islamic finance

sama-sama memberikan mengeluarkan modal sementara pihak ketiga (katakanlah C) memberikanmenjalankan kerja sahaja. Kedua, pihak pertama (misalnya A) memberikan konstribusi modal dankerja sekaligus, sedangkan pihak kedua (misalnya B) hanya memberikan konstribusi modal tanpakonstribusi kerja. Kedua-dua bentuk syirkah ini masih tergolong dalam syirkah mudharabah(An-Nabhani, 1990:152). Dalam syirkah mudharabah, hak melakukan tasharruf hanyalah menjadihak pengelola. Pemodal tidak berhak turut campur dalam tasharruf. Namun demikian, pengelolaterikat dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemodal. Jika ada keuntungan, ia dibagi sesuaikesepakatan di antara pemodal dan pengelola, sedangkan kerugian ditanggung hanya olehpemodal. Sebab, dalam mudharabah berlaku wakalah (perwakilan), sementara seorang wakil tidakmenanggung kerosakan harta atau kerugian dana yang diwakilkan kepadanya (An-Nabhani, 1990:152). Namun demikian, pengelola turut menanggung kerugian jika kerugian itu terjadi keranamelanggar syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemodal.

4) Syirkah Wujuh

Disebut syirkah wujuh kerana didasarkan pada kedudukan, ketokohan atau keahlian (wujuh)seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah syirkah antara 2 pihak (misalnya A dan B)yang sama-sama melakukan kerja (amal), dengan pihak ketiga (misalnya C) yang mengeluarkanmodal (mal). Dalam hal ini, pihak A dan B adalah tokoh masyarakat. Syirkah semacam inihakikatnya termasuk dalam syirkah mudharabah sehingga berlaku ketentuan-ketentuan syirkahmudharabah padanya. (An-Nabhani, 1990:154) Bentuk kedua syirkah wujuh adalah syirkah antara 2pihak atau lebih yang bersyirkah dalam barangan yang mereka beli secara kredit, atas dasarkepercayaan pedagang kepada keduanya tanpa sumbangan modal dari masing-masing pihak.Misalnya A dan B tokoh yang dipercayai pedagang. Lalu A dan B bersyirkah wujuh dengan caramembeli barang dari seorang pedagang C secara kredit. A dan B bersepakat masing-masing memiliki50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagidua, sedangkan harga pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang). Dalam syirkah kedua ini,keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan nisbah barang dagangan yangdimiliki. Sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing pengusaha wujuh usaha berdasarkankesepakatan. Syirkah wujuh kedua ini hakikatnya termasuk dalam syirkah ‘abdan (An-Nabhani,1990:154). Namun demikian, An-Nabhani mengingatkan bahawa ketokohan (wujuh) yang dimaksuddalam syirkah wujuh adalah kepercayaan kewangan (tsiqah maliyah), bukan semata-mataketokohan di masyarakat. Maka dari itu, tidak sah syirkah yang dilakukan seorang tokoh (katakanlahseorang menteri atau pedagang besar), yang dikenal tidak jujur atau suka memungkiri janji dalamurusan kewangan. Sebaliknya sah syirkah wujuh yang dilakukan oleh seorang biasa-biasa saja, tetapioleh para pedagang dia dianggap memiliki kepercayaan kewangan (tsiqah maliyah) yang tinggimisalnya dikenal jujur dan tepat janji dalam urusan kewangan.

5) Syirkah Mufawadhah

Syirkah mufawadhah adalah syirkah antara 2 pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenissyirkah di atas (syirkah inan, ‘abdan, mudharabah dan wujuh). Syirkah mufawadhah dalampengertian ini, menurut An-Nabhani adalah boleh. Sebab, setiap jenis syirkah yang sah berdirisendiri maka sah pula ketika digabungkan dengan jenis syirkah lainnya. Keuntungan yang diperolehdibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkahnya;iaitu ditanggung oleh pemodal sesuai dengan nisbah modal (jika berupa syirkah inan) atauditanggung pemodal sahaja (jika berupa syirkah mudharabah) atau ditanggung pengusaha usahaberdasarkan peratusan barang dagangan yang dimiliki (jika berupa syirkah wujuh). Contoh: Aadalah pemodal, menyumbang modal kepada B dan C, dua jurutera awam yang sebelumnya sepakatbahawa masing-masing melakukan kerja. Kemudian B dan C juga sepakat untuk menyumbangmodal untuk membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada B dan C.Dalam hal ini, pada awalnya yang ada adalah syirkah ‘abdan iaitu B dan C sepakat masing-masing

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

7 of 21 09/01/2013 10:46

Page 8: Islamic finance

bersyirkah dengan memberikan konstribusi kerja sahaja. Lalu, ketika A memberikan modal kepada Bdan C, bererti di antara mereka bertiga wujud syirkah mudharabah. Di sini A sebagai pemodal,sedangkan B dan C sebagai pengelola. Ketika B dan C sepakat bahawa masing-masing memberikansuntikan modal di samping melakukan kerja, bererti terwujud syirkah inan di antara B dan C. KetikaB dan C membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya berertiterwujud syirkah wujuh antara B dan C. Dengan demikian, bentuk syirkah seperti ini telahmenggabungkan semua jenis syirkah yang ada yang disebut syirkah mufawadhah. 6) syirkah al milk1. Syirkah Al Milk mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberadaannyamuncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership) atausuatu kekayaan (aset). Misalnya, dua orang atau lebih menerima warisan/hibah/wasiat sebidangtanah atau harta kekayaan atau perusahaan baik yang dapat dibagi atau tidak dapat dibagi-bagi.Contoh lain, berupa kepemilikan suatu jenis barang (misalnya, rumah) yang dibeli bersama. Dalamhal ini, para mitra harus berbagi atas harta kekayaan tersebut berikut pendapatan yang dapatdihasilkannya sesuai dengan porsi masing-masing sampai mereka memutuskan untuk membagi ataumenjualnya. Untuk tetap menjaga kelangsungan kerja sama, pengambilan keputusan yangmenyangkut harta bersama harus mendapat persetujuan semua mitra. Dengan kata lain, seorangmitra tidak dapat bertindak dalam penggunaan harta bersama kecuali atas izin mitra yangbersangkutan. Syirkah al milk kadang bersifat ikhtiyariyyah (ikhtiari/sukarela/voluntary) ataujabariyyah (jabari/tidak sukarela/involuntary). Apabila harta bersama (warisan/hibah/wasiat) dapatdibagi, namun para mitra memutuskan untuk tetap memilikinya bersama, maka syirkah al milktersebut bersifat ikhtiyari (sukarela/voluntary). Contoh lain dari syirkah jenis ini adalah kepemilikansuatu jenis barang (misalnya rumah) yang dibeli secara bersama. Namun, apabila barang tersebuttidak dapat dibagi-bagi dan mereka terpaksa harus memilikinya bersama, maka syirkah al milkbersifat jabari (tidak sukarela/involuntary atau terpaksa). Misalnya, syirkah di antara ahli waristerhadap harta warisan tertentu, sebelum dilakukan pembagian.

Perbankan Islam – Peluang atau Ancaman? Juli 6,2011

Posted by khairoen in Uncategorized.add a commentoleh Rodney Wilson

Durham, Inggris – Perbankan Islam, yang mengisyaratkan penolakan terhadap bunga, telah menjadisebuah industri penting dalam empat dekade terakhir. Satu pertanyaan tak terelakkan adalahapakah kehadirannya semakin menjauhkan kaum Muslim dari berbagai nilai dan norma Barat,menciptakan sebuah perkampungan keuangan tersendiri. Sebuah pandangan alternatif menyatakanbahwa dengan semakin meningkatnya jumlah orang di Barat yang tidak puas atau skeptis tentanglayanan-layanan perbankan yang mereka terima, dan melihat bank-bank tersebut sebagai pemerasatau bahkan tidak etis, kemunculan perbankan Islam dengan moralitas yang berbeda menghasilkanIslam dengan cerminan wajah yang lebih positif.

Banyak bankir Barat memandang keuangan Islam sebagai sebentuk rasa keingintahuan, dan bahkanmungkin sebuah peluang bisnis, tetapi jarang yang melihatnya sebagai sebuah ancaman yang dapatdibandingkan dengan ekstremisme Muslim. Kenyataannya, perbankan dan keungan Islam dapatdianggap sebagai sisi lembut Islam, dan sebuah aspek yang meminjamkan dirinya sendiri bagi

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

8 of 21 09/01/2013 10:46

Page 9: Islamic finance

sebuah dialog antara orang Barat dan Muslim.

Lembaga-lembaga keuangan retel Islam, termasuk Islamic Bank of Britain, , the European IslamicInvestment Bank dan Lariba Bank di Kalifornia, saat ini telah tegak berdiri di sejumlah negara Barat.Lebih jauh, bank-bank pemberi pinjaman internasional, termasuk Citibank, HSBC Amanah,Deutsche Bank, dan UBS of Swi erland, semua menawarkan deposito Islam dan fasilitas-fasilitaskeuangan yang memenuhi ketentuan syariah.

Ada banyak dialog terjadi antara para bankir Barat yang bekerja pada lembaga-lembaga ini dan paraahli syariah yang menyarankan apa yang boleh, dan apa yang tidak, dilakukan. Dialog ini meluashingga asuransi, di mana perusahaan-perusahaan takaful Islam semakin lama semakin aktif, ciri-cirimereka yang khas adalah bahwa mereka tidak menganut bunga yang dihasilkan surat-surat obligasikonvensional, dan bahwa dana para pemegang saham dan premi yang dibayar para pemegang polistersebut tidak dapat dijadikan satu, yang dapat menyebabkan pihak pertama mengeksploitasikemalangan pihak kedua.

Karena syariah merupakan hal yang universial, prinsip-prinsip ilahiah, bukan hukum nasional,kantor-kantor hukum internasional terkemuka juga ikut melibatkan diri dalam urusan perbankandan keuangan Islam, hanya saja kontrak-kontrak yang ada perlu dirancang di bawah payung hukumInggris atau Amerika dengan tetap memelihara kesesuaian dengan syariah. Memang, pekerjaanutama para anggota komite syariah yang melayani dewan direksi bank-bank Islam dan konvensionalyang menawarkan produk-produk Islam adalah untuk memastikan bahwa kontrak-kontrak barutersebut sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan, jika tidak, melakukan dialog dengan parapengacara berkaitan dengan amandemen dan perancangan ulang.

Aspirasi dari banyak pihak Islamis adalah memiliki hukum syariah yang ilahiah menggantikanhukum buatan manusia, bahkan mungkin pendirian suatu khalifah dunia yang di bawahkekuasaannya semua orang, Muslim dan non-Muslim, hidup. Tidak mengherankan, aspirasi sepertiitu tidak dapat diterima oleh kebanyakan non-Muslim, dan bahkan juga banyak umat Muslim,karena ia tidak memberikan pilihan.

Perbankan dan keuangan Islam dapat menentukan arah masa depan: ia memberikan pilihan yangluas, bukannya terbatas. Sementara setiap lembaga memiliki dewan syariahnya masing-masing,kesesuaian dengan syariah pada kenyataannya merupakan urusan pihak swasta, bukan urusanhukum nasional. Bahkan, setiap dewan syariah memiliki fatwa-fatwanya sendiri, yang akibatnyasemakin memperluas pilihan dalam pasar gagasan keagamaan. Agama, pasti, berkembang dalamkondisi penuh persaingan dan Islam bukan sebuah pengecualian, sementara jika ia dinasionalisasi,para penganutnya tidak lama akan menjadi terasingkan.

Republik Islam Iran dapat dilihat sebagai sebuah contoh yang tidak mendorong perkembanganperbankan dan keuangan Islam. Di sana, semua perbankan telah memenuhi ketentuan syariah sejakundang-undang mengenai Perbankan Bebas Riba diundangkan pada 1983. Para nasabah bankkarenanya tidak memiliki pilihan kecuali menggunakan sistem syariah. Namun bank-bank tersebutdimiliki oleh negara dan memiliki otonomi yang kecil, bahkan dalam pengambilan keputusantentang produk-produk deposito dan keuangan yang hendak ditawarkan. Mereka juga tidakmemiliki komite-komite syariah, alasannya hal ini tidak diperlukan karena undang-undangmemastikan kepatuhan terhadap syariah dalam keadaan apapun.

Hasilnya adalah perkembangan perbankan berjalan lambat, sedikitnya terobosan keuangan yangada, dan kebanyakan rakyat Iran tidak memiliki rekening bank. Sebaliknya, di wilayah Teluk Arabdan di Malaysia, di mana bank-bank Islam dan konvensional bersaing, bank-bank Islam memilikiproduk-produk yang menarik untuk ditawarkan dan jumlah nasabah yang terus tumbuh. Bank Al

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

9 of 21 09/01/2013 10:46

Page 10: Islamic finance

Rajhi Arab Saudi telah menjadi bank retel Islam terbesar, dan jangkauan layanan dan saluranpengirimannya dapat disejajarkan dengan penawaran terbaik yang dapat diberikan oleh bank-bankBarat.

Perbankan Islam tidak akan kemana-mana, ia merupakan sebuah peluang daripada sebuahancaman, dan memiliki masa depan yang menggairahkan. Kesenjangan tetap ada – tidak ada bankIslam di Israel, misalnya, untuk melayani penduduk Muslim di sana. Tetapi jika Bank Sentral Israelmemberi izin bagi pendiriannya, ia dapat membawa banyak kebaikan. Ia mungkin mendorongpenduduk Yahudi yang hidup di sana mempertanyakan apakah pengoperasian bank-bank merekasendiri telah sesuai dengan ajaran keagamaan dalam Leviticus dan Deuteronomy.

Akhirnya perbankan dan keuangan Islam berkaitan dengan kemunculan sebuah bentuk kapitalismeyang khas Islam yang mungkin hidup berdampingan dan berinteraksi dengan Barat, Cina, Rusiaatau kapitalisme lainnya. Perkembangan seperti ini seharusnya disambut hangat dan diberi peluang,dan bukannya dihambat atau ditekan.

###

* Rodney Wilson adalah direktur pascasarajana Institute for Middle Eastern and Islamic Studies,Durham University. Ia adalah salah seorang editor buku The Politics of Islamic Finance andco-author of Islamic Economics: A Short History. Artikel ini disebarluaskan oleh Common GroundNews Service (CGNews) dan dapat dibaca di h p://www.commongroundnews.org.

Pengertian, Tujuan dan Prinsip-Prinsip Ekonomi IslamJanuari 9, 2011

Posted by khairoen in Akuntansi Syariah, Ekonomi islam, ISLAMIC FINANCE.Tags: akuntansi syariah, ekonomi islam, ISLAMIC FINANCE, pengertian, perbaankan syariah, prinsip,tujuanadd a commentIslam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusiadan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsipillahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan hanya titipandari Allah swt agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang padaakhirnya semua akan kembali kepada Allah swt untuk dipertanggungjawabkan.

Pengertian Ekonomi IslamEkonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunyadiatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalamrukun iman dan rukun Islam.Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya, sebagaimana firman-Nyadalam surat At Taubah ayat 105:Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang berimanakan melihat pekerjaan itu.Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada Rasulullah Muhammad saw:Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu iamendapat ampunan.

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

10 of 21 09/01/2013 10:46

Page 11: Islamic finance

(HR.Thabrani dan Baihaqi)

Tujuan Ekonomi IslamSegala aturan yang diturunkan Allah swt dalam system Islam mengarah pada tercapainya kebaikan,kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian padaseluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusiamencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaranhukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umatmanusia, yaitu:

1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat danlingkungannya.

2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan dibidang hukum dan muamalah.

3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa maslahah yangmenjad puncak sasaran di atas mencaku p lima jaminan dasar:

· keselamatan keyakinan agama ( al din)

· kesalamatan jiwa (al nafs)

· keselamatan akal (al aql)

· keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)

· keselamatan harta benda (al mal)

Prinsip-Prinsip Ekonomi IslamSecara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada manusia.

2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.

3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.

4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja.

5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untukkepentingan banyak orang.

6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.

7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)

8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Sumber: Buku Saku Lembaga Bisnis Syariah yang diterbitkan oleh Pusat Komunikasi EkonomiSyariah.

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

11 of 21 09/01/2013 10:46

Page 12: Islamic finance

Prospek Perbankan Syariah 2010 Oktober 11, 2010

Posted by khairoen in Akuntansi Syariah, Ekonomi islam, ISLAMIC FINANCE.Tags: perbankan syariahadd a commentTahun 2010 membuka peluang besar bagi peningkatan volume usaha dan kinerja perbankan syariah.Pasalnya, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia setahun ke depan diyakini masih relatif tinggi,seiring dengan credit rating yang mengalami peningkatan. Belum lagi pendirian bank-bank syariahbaru, beberapa di antaranya mulai beroperasi di akhir tahun 2009 lalu, yang dipastikan akanmelebarkan ceruk pasar. Gencarnya program edukasi dan diseminasi perbankan syariah oleh BankIndonesia (BI), perbankan syariah maupun pihak-pihak terkait lainnya makin menciptakan situasiyang kondusif bagi industri padat modal ini.Bahkan, faktor regulasi yang selama ini menjadi hambatan utama telah teratasi. Pada tanggal 16September 2009 lalu, DPR mengesahkan UU No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai(PPN), yang antara lain mengatur perpajakan yang lebih kondusif bagi perbankan syariah. Undang-undang ini mulai efektif berlaku 1 April 2010.

Beberapa SkenarioIndustri perbankan syariah 2010 diperkirakan mengalami pertumbuhan yang lebih baikdibandingkan 2009. Hal ini merujuk pada hasil analisis terhadap kondisi fundamentalmakroekonomi dalam situasi perekonomian dunia yang cenderung pulih, serta dinamika internalindustri perbankan syariah.BI telah menyusun beberapa skenario pertumbuhan perbankan syariah, yakni skenario pesimis,moderat dan optimis. Perkembangan perbankan syariah 2009 menunjukkan pertumbuhan volumeusaha cukup tinggi, yaitu 26,55%, masih relatif tinggi dibandingkan perbankan konvensional yangsebesar 12,53%. Pencapaian target aset 2010 diharapkan sebesar Rp 97 triliun, dengan angkapertumbuhan industri sebesar 43%. Skenario proyeksi tersebut menggunakan asumsi ketersediaanfaktor-faktor pendukung industri perbankan syariah.Faktor-faktor tersebut antara lain mencakup pertumbuhan secara un-organic akibat penambahanpemain barudalam industri; baik bank umum, Unit Usaha Syariah (UUS) maupun BPR Syariah.Konversi bank umum konvensional yang diakuisisi oleh bank menjadi Bank Umum Syariah dandiikuti dengan spin off UUS menjadi trend pertumbuhan tahun ini. Pada tahun 2009, jumlah bankumum syariah yang beroperasi bertambah dengan adanya konversi usaha 3 bank, yaitu Bank JasaArtha, Bank Persyarikatan dan Bank Harfa yang masing-masing diakuisisi oleh BRI, Bukopin danPanin menjadi Bank Umum Syariah.Pertumbuhan secara un-organic tersebut juga didukung dengan pertumbuhan organic melaluipertumbuhan volume usaha yang didukung oleh peningkatan jumlah jaringan kantor bank syariah.Per awal November 2009 silam, masyarakat dapat menikmati layanan jasa perbankan syariah melalui1.101 kantor bank syariah yang dioperasikan oleh 6 Bank Umum Syariah dan 25 UUS dan 138 BPRSyariah.Pulihnya perekonomian global dan domestik menjadi faktor pendorong lainnya. Kinerja ekonominasional 2010 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Pertumbuhan konsumsi swastayang masih kuat, kinerja ekspor yang membaik dan adanya stimulus fiskal turut berpengaruh.Jangan diabaikan pula peran vital regulasi. Penetapan UU No. 42 tahun 2009 tentang AmandemenUU PPN dan PPnBM yang efektif berlaku mulai 1 April 2010, yang melengkapi UU PerbankanSyariah setahun sebelumnya.Peraturan perundang-undangan pajak yang lama mengandung ketidakpastian dan menjadi arena

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

12 of 21 09/01/2013 10:46

Page 13: Islamic finance

perseteruan sengit antara pelaku bank syariah dan otoritas pajak. Acapkali bank syariah dalamposisi yang sulit dan dipaksa menanggung biaya dari tagihan pajak kurang bayar karena pembiayaanmurabahah (jual beli) dipandang layaknya transaksi jual beli usaha dagang pada umumnya yangharus dikutip PPN, bukan pembiayaan perbankan. Dalam ketentuan PPN yang lama, manakalaterjadi PPN kurang bayar maka bank harus membayar PPN 10% ditambah denda 48%, dan denda2% dari dasar pengenaan PPN. Namun dengan tax neutrality mulai April, setiap pembiayaan diperbankan syariah sudah diperlakukan sama dengan bank konvensional dalam hal pengenaanpajaknya.Dalam hal nasabah bertransaksi dengan bank syariah, maka nasabah juga akan mendapatkanbarang modal yang diperlukan langsung dari bank, pajak atas pembiayaan berbasis jual beli(murabahah) yang tujuannya untuk membeli barang modal pun – yang sebelumnya dibayar dua kali– cukup dibayar satu kali. Di bawah naungan payung hukum baru ini, industri perbankan syariahseharusnya dapat lebih leluasa untuk melakukan akselerasi kinerja.Faktor yang juga berpengaruh ke depannya yakn, insentif kebijakan dan regulasi pada sisi moneterdan fiskal dari BI dan instansi terkait kepada industri perbankan syariah agar bisa berkembang lebihoptimal. Misalnya saja, pengelolaan dana haji oleh bank syariah, BPD Syariah holding atau konversibank. Tantangan penting dalam pengembangan industri keuangan syariah dalam jangka pendek iniadalah sumber daya manusia (SDM), baik kuantitas maupun kualitas, di tingkat pelaku/praktisimaupun institusi penunjang termasuk pengawas bank. Bentuk kerjasama dengan institusipendidikan dapat dilakukan, misalnya berupa pelatihan ekonomi/keuangan/perbankan syariah bagipara dosen, rekomendasi kurikulum dan penyediaan literatur seperti buku teks ekonomi/keuangan/perbankan syariah.Sementara itu, kecukupan modal menjadi faktor tak terbantahkan. Prospek masuknya pelaku barudiperkirakan akan pula mendorong bank-bank syariah untuk menambah kapasitas usahanya melaluipenambahan modal seiring dengan upaya perluasan jaringan kantor. Peningkatan modaldiharapkan dapat mendorong perbankan syariah untuk menjaga kecukupan CAR-nya mengingatperluasan jaringan kantor, yang diharapkan akan berkorelasi positif pada peningkatan dana pihakketiga, membuat perbankan syariah tetap memliki financial buffer yang tinggi. Upaya penguatanpermodalan ini secara internal dapat dilakukan melalui devident policy, di samping penambahanmodal baru oleh pemilik atau investor baru.Ke depannya, amat dibutuhkan peningkatan efisiensi untuk menjaga daya saing dan kinerja industriperbankan syariah. Hal ini antara lain bisa dilakukan melalui financial deepening denganmemperkaya variasi produk dan jasa yang ditawarkan. Tentu saja dengan tetap mengedepankanaspek kesesuaian prinsip syariah. Efisiensi dapat pula ditingkatkan lewat pembiayaan secara crosssector dengan subsistem keuangan syariah lainnya, misalnya kolaborasi dengan sistem zakat. Intinya,kreativitas diperlukan meskipun dengan kehati-hatian.Penuntasan segenap pekerjaan rumah itulah yang bisa membawa perbankan syariah untukbermetamorfosis secara utuh menjadi “lebih dari sekadar bank”.

id.shvoong.com

SEKILAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAOktober 11, 2010

Posted by khairoen in Akuntansi Syariah, Ekonomi islam, ISLAMIC FINANCE.Tags: indonesia, perbankan syariah

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

13 of 21 09/01/2013 10:46

Page 14: Islamic finance

add a commentPengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-bankingsystem atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untukmenghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia.Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergismendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuanpembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikanalternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, sertamenonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilaikebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalambertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yangberagam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistemperbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpaterkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk daninstrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengansektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnyapenggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan danbisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehinggamendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikankontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.

Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yangterbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakinmemiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepatlagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan asetlebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankansyariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di IndonesiaUntuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan posisi serta carapandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, selanjutnya BankIndonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah diIndonesia”. Dalam penyusunannya, berbagai aspek telah dipertimbangkan secara komprehensif,antara lain kondisi aktual industri perbankan syariah nasional beserta perangkat-perangkat terkait,trend perkembangan industri perbankan syariah di dunia internasional dan perkembangan sistemkeuangan syariah nasional yang mulai mewujud, serta tak terlepas dari kerangka sistem keuanganyang bersifat lebih makro seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Arsitektur SistemKeuangan Indonesia (ASKI) maupun international best practices yang dirumuskan lembaga-lembaga keuangan syariah internasional, seperti IFSB (Islamic Financial Services Board), AAOIFIdan IIFM.

Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagimasyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, makaarah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategislainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia(ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya pengembanganperbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

14 of 21 09/01/2013 10:46

Page 15: Islamic finance

dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional.

“Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi, misi dan sasaranpengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis dengan prioritas yang jelasuntuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke depan,yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan melalui pendalaman peranperbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional, regional dan internasional, dalam kondisimulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan syariah lainnya.

Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar domestikyang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah nasional harus sanggupuntuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertarafinternasional.

Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalahperbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesiatanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsepekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian permasalahan yangsedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural didalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, makaupaya pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenapmasyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri.

Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan SyariahSebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka BankIndonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah,sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu:Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citrabaru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebihakurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasibaru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.

Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai tahap implementasi darigrand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah, antara lain adalah sebagaiberikut:

Pertama, menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I tahun 2008membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking, dengan pencapaian targetasset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II tahun 2009 menjadikanperbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, denganpencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75%. Fase III tahun2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN,dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.

Kedua, program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation,dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan keduabelah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yangberagam, transparans, kompeten dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selaluup-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkanpada aspek branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”.

Ketiga, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

15 of 21 09/01/2013 10:46

Page 16: Islamic finance

secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagisemua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.

Keempat, program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragamyang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukunganjaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.

Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten danpenyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah sertamampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas,dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan

Keenam, program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagaisarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site),yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankansyariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

bi.go.id

Prinsip Dasar Produk Perbankan Syariah September22, 2010

Posted by khairoen in Akuntansi Syariah, Ekonomi islam, ISLAMIC FINANCE.Tags: perbankan syariah2 comments

Walau Indonesia sebagai sebuah Negara dengan pemeluk agama Islam terbesar, produk keuanganberprinsip syariah baru dikenal beberapa tahun yang lalu dan masih sangat terbatas. Dimulai darisektor perbankan, dengan berdirinya Bank Muamalat pada November 1991. Prinsip syariah tidakhanya terbatas pada konteks perbankan, melainkan juga meliputi berbagai kegiatan ekonomi daninvestasi, termasuk di pasar modal dan asuransi.

Anda tentu pernah mendengar istilah bank syariah, atau, lebih luas lagi ekonomi berbasis syariah.Bahkan boleh jadi, banyak di antara Anda yang sudah menggunakan jasa lembaga keuangansyariah. Sebagian dari Anda ada yang menganggap bank syariah hanya untuk komunitas muslim.Apakah benar demikian, bank syariah hanya diperuntukan bagi kaum muslim saja?

Maaf, Anda salah besar bila beranggapan seperti itu.

Bank Syariah sebenarnya berlaku untuk semua orang atau Universal. Syariah itu sendiri hanyalahsebuah prinsip atau sistem yang sesuai dengan aturan atau ajaran Islam. Siapa saja dapatmemanfaatkan jasa keuangan bank syariah.

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

16 of 21 09/01/2013 10:46

Page 17: Islamic finance

Ketika krisis moneter melanda Indonesia, medio 1997, sistem syariah telah memberikan manfaatbagi banyak kalangan. Tentunya Anda ingat, pada saat itu, suku bunga pinjaman melambung tinggihingga puluhan persen. Akibatnya, banyak dari kalangan usaha yang tidak mampu membayar. Tapi,fenomena ini tidak berlaku bagi pelaku usaha yang menggunakan dana dari bank syariah. Parapengusaha tersebut tidak perlu membayar bunga sampai puluhan persen, mereka cukup berbagihasil dengan bank syariah. Penentuan persentasi bagi hasil dilakukan di awal pengambilanpinjaman.

Prinsip-prinsip Dasar

Prinsip titipan atau simpanan Al-wadi’ah

Al-wadia’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individumaupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.

Aplikasinya dalam produk perbankan, di mana bank sebagai penerima simpanan dapatmemanfaatkan prinsip ini yang dalam bank konvensional dikenal dengan produk giro. Sebagaikonsekuensi, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank(demikian pula sebaliknya). Sebagai imbalan, si penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadaphartanya, dan juga fasilitas-fasilitas giro lain.

Dalam dunia perbankan yang semakin kompetitif, insentif atau bonus dapat diberikan dan hal inimenjadi kebijakan dari bank bersangkutan. Hal ini dilakukan dalam upaya merangsang semangatmasyarakat dalam menabung dan sekaligus sebagai indikator kesehatan bank.

Pemberian bonus tidak dilarang dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidakditetapkan dalam nominal atau persentasi secara advance, tetapi betul-betul merupakan kebijakanbank.

Prinsip bagi hasil (Profit-sharing)

Al-Mudharabah

Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak,di mana pihakpertama menyediakan seluruh (100 persen) modal, sedangkan pihak lain menjadi pengelola.Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalamkontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukanakibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelaliansi pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Pola transaksi mudharabah, biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan.Pada sisi penghimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada: tabungan dan deposito. Sedangkanpada sisi pembiayaan, al-mudharabah, diterapkan untuk: pembiayaan modal kerja.

Dengan menempatkan dana dalam prinsip al-mudharabah, pemilik dana tidak mendapatkan bungaseperti halnya di bank konvensional, melainkan nisbah bagian keuntungan. Dalam praktiknya,nisbah untuk tabungan berkisar 55 –56 persen dari hasil investasi yang dilakukan oleh bank.Dalam hal bank konvensional, angka tersebut kira-kira setara dengan 11-12 persen.

Sedangkan dalam sisi pembiayaan, bila seorang pedagang membutuhkan modal untuk berdagangmaka dapat mengajukan permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti al-mudharabah. Caranyadengan menghitung terlebih dahulu perkiraan pendapatan yang akan diperoleh oleh nasabah dariproyek tersebut. Misalkan, dari modal Rp.30 juta diperoleh pendapatan Rp.5 juta/bulan. Dari

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

17 of 21 09/01/2013 10:46

Page 18: Islamic finance

pendapatan tersebut harus disisihkan terlebih dahulu untuk tabungan pengembalian modal, sebutsaja Rp.2 juta. selebihnya dibagi antara bank dengan nasabah dengan kesepakatan di muka,misalnya 60 persen untuk nasabah dan 40 persen untuk bank.

Al-Musyarakah

Dalam sistem ini terjadi kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu. Parapihak yang bekerja sama memberikan kontribusi modal. Keuntungan ataupun risiko usaha tersebutakan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Dalam sistem ini, terkandung apa yang biasa disebut di bank konvensional sebagai saranapembiayaan. Secara konkret, bila Anda memiliki usaha dan ingin mendapatkan tambahan modal,Anda bisa menggunakan produk al-musyarakah ini. Inti dari pola ini adalah, bank syariah dan Andasecara bersama-sama memberikan kontribusi modal yang kemudian digunakan untuk menjalankanusaha. Porsi bank syariah akan diberlakukan sebagai penyertaan dengan pembagian keuntunganyang disepakati bersama. Dalam bank konvensional, pembiayaan seperti ini mirip dengan kreditmodal kerja.

Prinsip Al-Murabahah

Dalam skim ini, terjadi jual beli suatu barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yangnilainya disepakati kedua belah pihak. Penjual dalam hal ini harus memberi tahu harga produk yangia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan. Misalkan Anda membutuhkankredit untuk pembelian mobil. Dalam bank konvensional Anda akan dikenakan bunga dan Andadiharuskan membayar cicilan bulanan selama waktu tertentu. Di sektor perbankan, suku bungayang berlaku mungkin saja berubah.

Dalam sistem bank syariah, tentu saja produk seperti ini juga tersedia. Namun bentuknya bukankredit, melainkan menggunakan prinsip jual-beli, yang diistilahkan dengan Murabahah. Dalam halini, bank syariah akan membeli mobil yang Anda inginkan terlebih dahulu, kemudian menjualnyalagi kepada Anda. Tapi, karena bank syariah menalanginya dulu, maka pada saat menjual kepadaAnda, harganya sedikit lebih mahal, sebagai bentuk keuntungan buat bank syariah. Karena bentukkeuntungan bank syariah sudah disepakati di depan, maka nilai cicilan yang harus Anda bayarkanrelatif lebih tetap.

Tentunya masih banyak lagi prinsip-prinsip perbankan syariah, yang kami uraikan di atasmerupakan prinsip-prinsip dasar yang umum dikenal di perbankan syariah.

Perbedaan Bank Syariah

Sepintas bila dilihat secara teknis, menabung di bank syariah dengan yang belaku di bankkonvensional hampir tidak ada perbedaan. Hal ini karena, baik di bank syariah maupun bankkonvensional diharuskan mengikuti aturan teknis perbankan secara umum. Akan tetapi bila diamatilebih dalam, terdapat beberapa perbedaan mendasar di antara keduanya.

Perbedaan pertama terletak pada akadnya. Pada bank syariah, semua transaksi harus berdasarkanakad yang dibenarkan oleh syariah. Dengan demikian, semua transaksi itu harus mengikuti kaidahdan aturan yang berlaku pada akad-akad muamalah syariah. Pada bank konvensional, transaksipembukaan rekening, baik giro, tabungan maupun deposito, berdasarkan perjanjian titipan, namunprinsip titipan ini tidak sesuai dengan aturan syariah, misalnya wadi’ah, karena dalam produkgiro, tabungan maupun deposito, menjanjikan imbalan dengan tingkat bunga tetap terhadap uangyang disetor.

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

18 of 21 09/01/2013 10:46

Page 19: Islamic finance

Perbedaan kedua terdapat pada imbalan yang diberikan. Bank konvensional menggunakan konsepbiaya (cost concept) untuk menghitung keuntungan. Artinya, bunga yang dijanjikan di muka kepadanasabah penabung merupakan ongkos atau biaya yang harus dibayar oleh bank. Oleh karena itubank harus “menjual†kepada nasabah lain (peminjam) dengan biaya bunga yang lebih tinggi.Perbedaan antara keduanya disebut spread yang menandakan apakah perusahaan tersebut untungatau rugi. Bila spread-nya positif, di mana beban bunga yang dibebankan kepada peminjam lebihtinggi dari bunga yang diberikan kepada penabung, maka dapat dikatakan bahwa bankmendapatkan keuntungan. Sebaliknya juga benar.

Sedangkan bank syariah menggunakan pendekatan profit sharing, artinya dana yang diterima bankdisalurkan kepada pembiayaan. Keuntungan yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua,untuk bank dan untuk nasabah, berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan di muka.

Perbedaan ketiga adalah sasaran kredit/ pembiayaan. Para penabung di bank konvensional tidaksadar uang yang ditabung dipinjamkan untuk berbagai bisnis, tanpa memandang halal-haram bisnistersebut.

Sedangkan di bank syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi oleh prinsip dasar,yaitu prinsip syariah Artinya bahwa pemberian pinjaman tidak boleh ke bisnis yang haram seperti,perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan bisnis lain yang tidak sesuai dengan syariah.

Demikianlah ulasan kami kali ini seputar produk perbanak syariah. Semoga ulasan ini dapatmenambah pengetahuan dan alternatif sarana investasi.n

Diambil dari Harian Umum Sore Sinar Harapan Rubrik PERENCANAAN KEUANGAN. Rubrik inidiasuh oleh Tim Indonesia School of Life (ISOL) yakni Andrias Harefa, Roy Sembel, M. Ichsan, HeruWibawa, dan Parpudi Lubis.

blog.keuanganpribadi.com (with editing)

Grand Strategy Pengembangan PasarPerbankan Syariah September 20, 2010

Posted by khairoen in Akuntansi Syariah, Ekonomi islam, ISLAMIC FINANCE.Tags: ISLAMIC FINANCE, perbankan syariahadd a commentSebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka BankIndonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah,sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu:Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citrabaru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebihakurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasibaru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.

Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai tahap implementasi darigrand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah, antara lain adalah sebagaiberikut:

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

19 of 21 09/01/2013 10:46

Page 20: Islamic finance

Pertama, menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I tahun 2008membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking, dengan pencapaian targetasset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II tahun 2009 menjadikanperbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, denganpencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75%. Fase III tahun2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN,dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.

Kedua, program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation,dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan keduabelah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yangberagam, transparans, kompeten dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selaluup-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkanpada aspek branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”.

Ketiga, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yangsecara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagisemua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.

Keempat, program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragamyang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukunganjaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.

Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten danpenyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah sertamampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas,dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan

Keenam, program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagaisarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site),yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankansyariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

sumber: bi.go.id

Bunga-bebas perbankan sebagai ide Agustus 30,2010

Posted by khairoen in Akuntansi Syariah, Ekonomi islam, ISLAMIC FINANCE.add a comment

Interest-free banking seems to be of very recent origin. Bebas bunga perbankan tampaknya sangatbaru-baru asal. The earliest references to the reorganisation of banking on the basis of profit sharingrather than interest are found in Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948) and Mahmud Ahmad(1952) in the late forties, followed by a more elaborate exposition by Mawdudi in 1950 (1961). 2

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

20 of 21 09/01/2013 10:46

Page 21: Islamic finance

Muhammad Hamidullah’s 1944, 1955, 1957 and 1962 writings too should be included in thiscategory. Paling awal referensi ke reorganisasi perbankan atas dasar bagi hasil bukan bunga yangditemukan Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi (1948) dan Mahmud Ahmad (1952) di akhir tahunempat puluhan, diikuti dengan penjelasan yang lebih rumit oleh Maududi di 1950 (1961) tulisan-tulisan. Muhammad Hamidullah’s 1944, 1955, 1957 dan 1962 2 juga harus dimasukkan dalamkategori ini. They have all recognised the need for commercial banks and the evil of interest in thatenterprise, and have proposed a banking system based on the concept of Mudarabha – profit andloss sharing. Mereka semua mengakui perlunya bank-bank komersial dan kejahatan yang menarik diperusahaan itu, dan telah mengusulkan sistem perbankan yang didasarkan pada konsep Mudarabha– laba dan berbagi rugi.

In the next two decades interest-free banking a racted more a ention, partly because of thepolitical interest it created in Pakistan and partly because of the emergence of young Muslimeconomists. Dalam dua dekade-bunga bebas perbankan berikutnya lebih menarik perhatian,sebagian karena kepentingan politik itu dibuat di Pakistan dan sebagian lagi karena munculnyaekonom Muslim muda. Works specifically devoted to this subject began to appear in this period.Bekerja secara khusus ditujukan untuk subjek ini mulai muncul pada periode ini. The first suchwork is that of Muhammad Uzair (1955). Karya tersebut pertama adalah bahwa Muhammad Uzair(1955). Another set of works emerged in the late sixties and early seventies. Satu set karya munculdi tahun enam puluhan dan awal tujuh puluhan. Abdullah al-Araby (1967), Nejatullah Siddiqi(1961, 1969), al-Najjar (1971) and Baqir al-Sadr (1961, 1974) were the main contributors. 3 Abdullahal-Araby (1967), Nejatullah Shiddiqi (1961, 1969), al-Najjar (1971) dan Baqir al-Sadr (1961, 1974)adalah kontributor utama. 3

Early seventies saw the institutional involvement. Awal tahun tujuh puluhan melihat keterlibataninstitusional. Conference of the Finance Ministers of the Islamic Countries held in Karachi in 1970,the Egyptian study in 1972, First International Conference on Islamic Economics in Mecca in 1976,International Economic Conference in London in 1977 were the result of such involvement.Konferensi Para Menteri Keuangan Negara-negara Islam diselenggarakan di Karachi pada tahun1970, studi Mesir pada tahun 1972, Pertama Konferensi Internasional Ekonomi Islam di Mekah padatahun 1976, Konferensi Ekonomi Internasional di London pada tahun 1977 adalah hasil dariketerlibatan tersebut. The involvement of institutions and governments led to the application oftheory to practice and resulted in the establishment of the first interest-free banks. The IslamicDevelopment Bank, an inter-governmental bank established in 1975, was born of this process.Keterlibatan lembaga dan pemerintah menyebabkan penerapan teori ke praktek dan mengakibatkanpendirian bank bebas bunga pertama. The Islamic Development Bank, sebuah bank antar-pemerintah yang didirikan pada tahun 1975, lahir dari proses ini.

« older posts

Tema: Regulus oleh Binary Moon.Blog pada WordPress.com.

ISLAMIC FINANCE http://edwardthevampire.wordpress.com/

21 of 21 09/01/2013 10:46