Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

16
ISLAMISASI dan SILANG BUDAYA di INDONESIA

description

Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Transcript of Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Page 1: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

ISLAMISASI dan SILANG BUDAYA di INDONESIA

Page 2: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Kedatangan Islam ke Nusantara

• Diawali dari Khalifah Utsman ibn Affan RA yang mengirim utusan ke Cina untuk memperkenalkan Islam yang belum lama berdiri.

• Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka berdagang di Nusantara sambil menyebarkan Agama Islam.

Page 3: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Agama Islam masuk ke Nusantara sejak abad 7, tetapi berkembang dsan resminya pada abad ke 13. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa bukti sejarah yang ditemukan seperti:• Abad 7

Sudah ada hubungan dagang antara Arab dengan Sriwijaya

Julukan Sriwijaya oleh Arab: Sribuza yang artinya kawasan daerah yang kaya akan hasil alam.

Julukan Arab oleh Sriwijaya : Tasih• Abad 10

Ditemukannya perkampungan orang Arab di Leran (Gresik)

Memberi nama Jawa menjadi Jawi yang menyerupai nama sebuah daerah di Persia

Adanya Nissan Fatimah binti Maimun di Leran yang dikelilingi huruf Arab

Page 4: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

• Abad 12-13- Berita Marco Polo pedangang Venesia yang singgah di Perlak- Nissan Sultan Malik As Saleh dari kerajaan Samudra Pasai- Berita dari ibnu Batutah yang menyatakan

kunjungannya dari Samudra pasai- Nissan situs troloyo- Adanya kerajaan Samudra pasai

Page 5: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Ada beberapa teori yang menyatakan masuknya agama Islam dibawa oleh siapa, yaitu:

1. Teori Gujarat (India)– Beberapa sarjana belanda mengemukakan teori ini.

Yang pertama adalah Pijnapel yang mengatakan bahwa yang membawa agama Islam ke Indonesia bukanlah orang Arab langsung, melainkan orang Gujarat.

– teori Pijnapel ini disebarkan oleh Snouck Hurgronje. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab.

Page 6: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Dalam pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan namanya.

Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta yang memberikan argumentasi bahwa batu nisan batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mahzab Syafei yang di anut masyarakat muslim di Gujarat dan Indonesia.

Page 7: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

2. Teori Mekah• Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji

Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab.

• Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.

Page 8: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

3. Teori Persia

• Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat.

• Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.

Page 9: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Islam dan jaringan perdagangan antar pulau

• Indonesia memiliki wilayah laut yang luas dan bisa dilayari.

• Hal ini menyebabkan perdagangan kepulauan nusantara oleh para pedagang dari berbagai penjuru dunia.

• Dari sinilah aga Islam juga sekaligus disebarluaskan. • Jaringan perdagangan dan pelayaran antarpulau di

Nusantara terbentuk karena antarpulau saling membutuhkan barang-barang yang tidak ada di tempatnya.

• Untuk menunjang terjadinya hubungan itu, para pedagang harus melengkapi diri dengan pengetahuan tentang angin, navigasi, pembuatan kapal, dan kemampuan diplomasi dagang.

Page 10: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

• Wilayah Nusantara menyimpan berbagai kekayaan di darat dan di laut. Sumber daya alam ini sejak dulu telah dimanfaatkan untuk keperluan sendiri dan diperdagangkan antarpulau atau antarnegara.

• Pusat perdagangan islam berpust di Samudera Pasai. • Barang dagangan utama yang mendapat prioritas dalam

perdagangan antarpulau, yaitu: a.lada, emas, kapur barus, kemenyan, sutera, damar

madu, bawang putih, rotan, besi, katun (Sumatera);b.beras, gula, kayu jati (Jawa);c.emas, intan, kayu-kayuan (Kalimantan);d.kayu cendana, kapur barus, beras, ternak, belerang

(Nusa Tenggara);e.emas, kelapa (Sulawesi)f. perak, sagu, pala, cengkih, burung cenderawasih,

perahu Kei (Maluku dan Papua).

Page 11: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Pusat-pusat perdagangan Nusantara yang terkenal sampai abad ke-17 antara lain sebagai berikut:

1. Sriwijaya pada abad ke-7 sampai abad ke-14.2. Pajajaran pada abad ke-8 sampai abad ke-16.3. Majapahit pada abad ke-13 sampai abad ke-15.4. Samudera Pasai abad ke-13.5. Gowa-Tallo pada abad ke-16.6. Ternate dan Tidore pada abad ke-17.

Page 12: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Kerajaan Islam Masuk Istana Raja1. Kerajaan islam di Sumatera

Beberapa Islam kerajaan terkenal di Sumatera yaitu:

• PerlakLokasi dan berdiri: Kerajaan ini

terletak di wilayah Perlak, Aceh Timur. Di Indonesia kerajaan ini kurang begitu dikenal, namun di Eropa, kerajaan perlak terkenal karena Marcopolo yang sempat singgah.

Page 13: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Samudra Pasai

• Berdirinya Kerajaan

Kerajaan ini berdiir sekitar abad ke 13 M. Pusat kerajaan berada di lhoksumawe provinsi NAD. • Sumber Sejarah

- Berita Marcopolo yang singgah di samudra Pasai tahun 1292.

- Berita Tome Pires dalam karyanya Summa oriental

- Ibnu Batutah yang singgah di samudra Pasai

- Makam Sultan Malik As Saleh tahun 696 H atau 1297 M

- Hikayat raja-Raja Pasai karangan Hamzah Fansuri pada abad ke 15

- Mata uang logam emas dirham yang mulai dibuat pada masa pemerintahan Sultan Muhammad

(1297-1326)

Page 14: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Kehidupan Politik

Raja yang pernah memerintah:

1. Malik As Saleh : Nama aslinya adalah Marah Silu. Merupakan raja pertama, saat pemerintahannya sudah ada hubungan dagang dengan cina (berita Dinasti yuan)2. Sultan Muhammad Al Zahir : mata uang koin emas mulai diperkenalkan di Samudera Pasai3. Mahmud al Zahir: menurut Ibnu batutah, hubungan dagang antara samudera Pasai dengan Timur tengah terjalin dengan erat. Setelah kekuasaannya berakhir, yang mengantkan beliau adalah Sultan Zainal Abidin malik al Zahir dan Abu Zaid al Zahir. Pada masa pemerintahannya, samudera Psai mengalami masa

keemasan dan kerap kali mengadakan hubungan dengan Malaka.

Page 15: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Aceh Darussalam- Lokasi dan berdirinyaKerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528. Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang).Sumber sejarahKitab Bustanussalatin yang ditulis Nurrudin Ar raniri tahun 1637Genta perunggu Cakra Donya yang merupakan hadiah Kaisar Cina untuk sultan AcehGunongan di bekas Taman Ghairah Kesultanan Aceh di banda AcehMakam Sultan-Sultan Aceh di Banda AcehMasjid Raya Baiturrahman yang dibangun S. Iskandar Muda.

Page 16: Islamisasi dan Silang Budaya di Indonesia

Kehidupan Politik Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.

Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah sal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904.