Issue Gender Di Pembangungan (Final)

27
Sekilas Isu Gender Sekilas Isu Gender dalam Pembangunan dalam Pembangunan Nasional Nasional Iwan Gunawan Rachman, Kementerian Pemberdayaan Perempuan

Transcript of Issue Gender Di Pembangungan (Final)

Sekilas Isu Gender Sekilas Isu Gender dalam dalam

Pembangunan Pembangunan NasionalNasional

Iwan Gunawan Rachman,

Kementerian Pemberdayaan Perempuan

Kondisi dan Permasalahan:

1. SDM Indonesia: HDI2. Kesenjangan gender: GDI dan

GEM

NEGARANEGARA INDEXINDEX RANKRANK

SingapuraSingapura

BruneiBrunei

MalaysiaMalaysia

ThailandThailand

PhilipinaPhilipina

IndonesiaIndonesia VietnamVietnam

CambodiaCambodia

MyanmarMyanmar

Laos PDRLaos PDR

0.9160.916

0.871`0.871`

0.8050.805

0.7840.784

0.7630.763

0.7110.711

0.7090.709

0.5830.583

0.5810.581

0.5530.553

2525

3434

6161

7474

8484

108108

109109

129129

130130

133133

HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) Indonesia Tahun 2006

Sumber: Human Development Report, UNDP 2006

NEGARANEGARA NILAINILAI RANKRANK

SingapuraSingapura

BruneiBrunei

MalaysiaMalaysia

ThailandThailand

PhilipinaPhilipina

IndonesiaIndonesia

VietnamVietnam

CambodiaCambodia

MyanmarMyanmar

Laos PDRLaos PDR

--

--

0.7950.795

0.7810.781

0.7610.761

0.7040.704

0.7080.708

0.5780.578

--

0.5450.545

--

--

5151

5858

6666

8181

8080

9797

--

100100

GENDER-RELATED

DEVELOPMENT INDEX (GDI) TAHUN 2006

Sumber: Human Development Report, UNDP 2006

BAGAIMANA POTRET BAGAIMANA POTRET

PEREMPUANPEREMPUAN HDI/IPM INDONESIA, PADA URUTAN 108 DARI 177 NEGARA (HDR 2006)

GDI/IPG INDONESIA, PADA URUTAN 81 DARI 136 NEGARA (HDR 2006)

GEM/IDG MENCAPAI NILAI 61,3 (2005)

BUTA AKSARA DI ATAS 15 TH PEREMPUAN 12,4%, LAKI-LAKI 5,6%

ANGKA KEMATIAN IBU 228/100.000 KELAHIRAN HIDUP, ANEMIA 51%, ANGKA HARAPAN HIDUP PEREMPUAN 71,1 th. TPAK PEREMPUAN 48,63%, LAKI-LAKI 84,74% (2006) MASIH ADA 21 UU dan PULUHAN PERDA YANG DISKRIMINATIF GENDER KETERWAKILAN PEREMPUAN DPR 11,6%, DPD 21,9%, DPRD PROPINSI 10%, DPRD KAB/KOTA 6 % PNS PEREMPUAN 40,6%, HANYA 12,3% DUDUK PADA ESELON 1-3 MENTERI 4, GUBERNUR 1, BUPATI 9, WKL.BUPATI 10, WALIKOTA KASUS-KASUS KEKERASAN, DISKRIMINASI, TRAFIKING, EKSPLOITASI

MASIH TINGGI PREVALENSI 3,4%).

SUMBER : HDR 2006, SUSENAS 2006,SDKI 2002-3

Jumlah perempuan yang menjadi anggota parlemen nasional (DPR RI) rata-rata berada pada kisaran 8 persen sampai 13 persen. Dari hasil Pemilu 2004, keterwakilan perempuan sebagai anggota DPR-RI, hanya mencapai 11,6% dari seluruh anggotanya yang berjumlah 550 orang, di DPD hanya 21%. Di DPRD Provinsi rata-rata sekitar 8%, dan di DPRD Kabupaten/Kota rata-rata sekitar 5%. Berdasarkan data keterwakilan perempuan di parlemen nasional sedunia, Indonesia menduduki tempat ke 89 dari 186 negara.Perempuan yang menduduki jabatan sebagai Ketua Partai Politik hanya 4 orang.

Di lembaga eksekutif, perempuan yang menjabat Menteri pada Kabinet Bersatu hanya 4 orang; Gubernur perempuan hanya 1 orang dari 33 Provinsi; Wakil Gubernur Perempuan hanya 1 orang dari 33 Provinsi ; Bupati/Walikota perempuan tidak sampai 10 orang.

Pejabat (Eselon V,IV,III,II dan I) berjumlah 245.993 yang menduduki struktural hanya ada 52.873 orang perempuan.

Di lembaga yudikatif, perempuan di Mahkamah Agung hanya 8 orang dari 49; Jabatan di Pengadilan Tinggi, hanya 98 dari 490; di Pengadilan Negeri, perempuan hanya 446 dari 2510, di Pengadilan Tinggi Tata Negara, perempuan hanya 3 orang dari 33; di Mahkamah Konstitusi hanya 1 perempuan dari 8; di Pengadilan Tata Usaha Negara, perempuan 37 dari 177 orang; Pengadilan Militer perempuan 6 dari 66 orang (Sumber Mahkamah Agung, 2005).

Hanya ada 1 orang perempuan yang menjabat sebagai Direktur Utama pada BUMN, yaitu di Pertamina.

MASALAH PEREMPUAN, MASALAH PEREMPUAN,

MASALAH BERSAMAMASALAH BERSAMA

49,1% PENDUDUK INDONESIA ADALAH PEREMPUAN

25% KEPALA KELUARGA ADALAH PEREMPUAN DAN SEBAGIAN BESAR MISKIN

KEBANYAKAN PADA PERAN DOMESTIK SEDANGKAN PERAN PUBLIK KEBANYAKAN DIPEGANG OLEH LAKI-LAKI TIDAK SEBAGAI PEMBUAT KEBIJAKAN PUBLIK, KALAUPUN ADA JUMLAHNYA KECIL, KUALITAS SEADANYA DAN TIDAK SENSITIF GENDER PRIORITAS PEMBANGUNAN MASIH ORIENTASI FISIK SEDANGKAN PEMBANGUNAN SDM (NON FISIK) MASIH DIANGGAP KURANG PRIORITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN BELUM RESPONSIF GENDER BEGITU PULA PENGANGGARANNYA ADA KORELASI KUAT ANTARA RENDAHNYA ALOKASI ANGGARAN DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PEREMPUAN

Indeks Pembangunan Manusia 2006

  Angka Harapan Rata-rata Lama Angka Melek Pengeluaran Riil/        

Propinsi Hidup Sekolah Huruf Kapita

disesuaikan IPM Peringkat

Kabupaten/Kota (tahun) (tahun) (persen) (Rp. 000 )        

  2005 2006 2005 2006 2005 2006 2005 2006 2005 2006 2005 2006

61. Kalimantan Barat 65.2 66.0 6.6 6.7 89.0 89.0 609.6 613.9 66.2 67.1 28 28

                     

01. Sambas 60.1 60.3 5.9 5.9 89.5 89.5 596.2 597.0 61.9 62.1 410 434

02. Bengkayang 68.0 68.3 5.2 6.0 85.9 86.8 591.5 592.2 64.6 65.7 375 385

03. Landak 64.0 64.5 6.3 6.9 89.2 91.5 594.2 603.1 64.2 66.1 387 375

04. Pontianak 66.6 67.0 6.4 6.4 89.4 89.4 609.3 609.9 66.9 67.2 300 329

05. Sanggau 67.0 67.5 6.4 6.4 89.1 89.1 597.4 604.4 66.2 67.0 330 340

06. Ketapang 66.5 66.6 5.7 5.7 88.4 88.7 596.9 598.2 65.2 65.4 360 392

07. Sintang 67.4 67.5 5.7 6.2 86.2 86.2 595.8 597.2 65.1 65.7 366 386

08. Kapuas Hulu 65.9 66.2 7.1 7.1 90.2 90.2 621.9 626.3 68.2 68.7 246 263

09. Sekadau 67.0 67.2 6.0 6.1 87.0 89.0 585.8 588.2 64.5 65.3 380 397

10. Melawai 67.2 67.5 5.7 6.3 84.9 90.6 583.7 588.4 63.8 66.0 392 377

11. Kayong Utara   65.0   5.6   88.2   596.1   64.2   415

12. Kota Pontianak 66.1 66.5 8.6 9.1 91.0 93.6 620.7 625.2 69.5 71.0 186 158

13. Kota Singkawang 66.4 66.7 6.2 6.7 86.7 86.9 590.8 594.0 64.7 65.5 374 390

Indeks Pembangunan Gender 2006

  Angka Angka Rata-rata %    

Propinsi/ Harapan melek lama

sekolah angkatan IPG Peringkat

Kabupaten/Kota hidup huruf     kerja    

  L P L P L P L P    

61. Kalimantan Barat 64.1 68.0 93.3 83.4 7.3 6.1 61.63 38.37 61.0 19

                     

01. Sambas 58.5 62.2 95.0 83.4 6.5 5.3 56.75 43.25 57.1 335

02. Bengkayang 66.4 70.3 92.1 84.0 6.4 5.7 66.86 33.14 61.2 213

03. Landak 62.6 66.5 91.5 83.7 7.2 6.5 65.65 34.35 62.9 172

04. Pontianak 65.1 69.0 93.0 81.2 7.0 5.9 63.90 36.10 60.2 238

05. Sanggau 65.6 69.5 92.3 77.5 7.0 5.7 59.80 40.20 61.9 196

06. Ketapang 64.7 68.6 91.2 81.4 6.4 5.1 64.58 35.42 55.7 356

07. Sintang 65.6 69.5 90.9 81.9 7.7 6.3 60.09 39.91 60.2 237

08. Kapuas Hulu 64.3 68.2 95.3 81.8 7.9 6.3 53.88 46.12 66.5 84

09. Sekadau 65.3 69.2 91.2 86.0 6.5 5.8 58.15 41.85 61.2 211

10. Melawai 65.6 69.5 93.9 87.3 7.0 6.3 60.32 39.68 61.9 198

11. Kayong Utara 63.1 67.0 90.7 80.9 6.2 5.1 63.53 36.47 55.6 361

12. Kota Pontianak 64.6 68.5 97.6 90.8 9.6 8.7 64.40 35.60 63.5 155

13. Kota Singkawang 64.8 68.7 91.6 81.9 7.3 6.7 64.04 35.96 56.3 350

Indeks Pemberdayaan Gender 2005-2006

  Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan        

Propinsi/ di parlemen pekerjadalam

angkatan Upah pekerja IDG Peringkat

Kabupaten/Kota (%) profesional (%) kerja (%) non pertanian (Rp. 000)        

  2005 2006 2005 2006 2005 2006 2005 2006 2005 2006 2005 2006

                         

61. Kalimantan Barat 5.5 5.5 34.6 35.54 37.3 38.4 555.1 814.8 49.4 51.3 26 26

                         

01. Sambas 7.5 7.5 48.8 50.38 41.9 43.3 361.1 734.9 49.8 55.9 202 156

02. Bengkayang 4.0 4.0 38.5 41.83 36.0 33.1 1094.1 1095.0 49.2 51.1 215 245

03. Landak 8.6 8.6 22.2 23.98 37.1 34.3 718.5 849.1 48.3 51.9 235 225

04. Pontianak 2.2 2.2 32.8 33.32 35.5 36.1 543.0 635.7 45.1 45.6 300 370

05. Sanggau 3.0 3.0 42.8 50.45 34.1 40.2 783.4 945.2 47.4 52.1 248 219

06. Ketapang 2.5 2.5 23.5 25.90 32.1 35.4 562.3 485.3 36.7 38.6 409 439

07. Sintang 5.7 5.7 33.9 35.11 38.5 39.9 624.9 814.5 48.7 50.3 225 265

08. Kapuas Hulu 8.0 8.0 31.8 36.20 40.6 46.1 691.0 949.3 53.3 59.3 147 91

09. Sekadau 4.0 4.0 26.6 29.16 33.6 41.8 360.2 817.7 36.8 46.0 406 357

10. Melawai 8.3 8.3 26.3 28.87 36.2 39.7 594.7 1224.8 43.8 50.6 321 258

11. Kayong Utara       24.62   36.5   774.6   35.0   448

12. Kota Pontianak     38.6 43.48 31.6 35.6 672.6 959.6 41.8 45.6 363 373

13. Kota Singkawang 16.0 16.0 38.1 51.51 26.6 36.0 650.3 715.2 55.3 60.2 109 78

1. Pertumbuhan ekonomi lambat karena kualitas sumberdaya manusia rendah dan tidak produktif.

2. Kemiskinan struktural secara regeneratif karena yang berpenghasilan rendah tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya yang lebih sehingga sulit meningkatkan kualtias hidupnya.

3. Produk nasional rendah karena rendahnya inovasi produk-produk yang berkualitas sehingga tidak berdaya saing.

4. Ketidakadilan secara regeneratif karena para penentu kebijakan tidak sensitif gender.

5. Kesejahteraan rendah karena terjadi ketidakadilan dalam memperoleh manfaat sumberdaya pembangunan.

6. Demokrasi tidak sehat karena aktor dan elit politik tidak menghargai hak-hak politik yang setara antara laki-laki dan perempuan.

AKIBAT KETIDAKADILAN GENDER

11

MENGAPA PEREMPUAN TERTINGGAL DAN TERDISKRIMINASI

1. NILAI-NILAI DAN BUDAYA PATRIARKI 2. ADANYA PANDANGAN STEREOTYPE3. RENDAHNYA KAPASITAS PEREMPUAN4. HUKUM DAN PERATURAN YANG

DISKRIMINATIF5. KEBIJAKAN DAN PROGRAM YANG

DISKRIMINATIF

1. NILAI-NILAI DAN BUDAYA PATRIARKI 2. ADANYA PANDANGAN STEREOTYPE3. RENDAHNYA KAPASITAS PEREMPUAN4. HUKUM DAN PERATURAN YANG

DISKRIMINATIF5. KEBIJAKAN DAN PROGRAM YANG

DISKRIMINATIF

Isu staregis Pemberdayaan Perempuan

Bidang Pendidikan Bidang Kesehatan Bidang Ekonomi Bidang Politik Bidang Hukum Bidang Sosial budaya

11. STRATEGI PEMBANGUNAN KITA SELAMA . STRATEGI PEMBANGUNAN KITA SELAMA INI INI

BERASUMSI : BERASUMSI :

• Ditujukan untuk kemaslahatan semua;Ditujukan untuk kemaslahatan semua;• Bersifat netralBersifat netral• Tidak ada maksud diskriminasi untuk Tidak ada maksud diskriminasi untuk

salah satusalah satu jenis kelamin jenis kelamin

2.2.TETAPI CAPAIAN DARI PEMBANGUNAN TETAPI CAPAIAN DARI PEMBANGUNAN MEMPERLIHATKAN HAMPIR SEMUA MEMPERLIHATKAN HAMPIR SEMUA

BIDANG PEREMPUAN TERTINGGAL BIDANG PEREMPUAN TERTINGGAL DIBANDINGKAN DENGAN LAKI-LAKI DIBANDINGKAN DENGAN LAKI-LAKI

APA MASALAHNYAAPA MASALAHNYA

1. Program pembangunan yang bersifat netral, dan tidak ada maksud diskriminatif itu, seringkali mengabaikan kenyataan bahwa peran dan status antara perempuan dan laki-laki itu berbeda; demikian juga hubungan mereka yang timpang sehingga dapat mempengaruhi keduanya kedalam memperoleh :

akses, manfaat serta ikut berpartisipasi dalam pembangunan maupun dalam penguasaan sumber-sumber (informasi, pengetahuan, dana, kredit dll)

ADA BEBERAPAADA BEBERAPA SEBABSEBAB::

2. Seringkali siklus perencanaan pembangunan dirancang atas dasar stereotype gender, tidak berdasarkan atas kebutuhan, kepentingan atau pengalaman perempuan dan laki-laki yang berbeda itu.

3. Dalam menentukan kebijakan/program/kegiatan biasanya dilakukan analisis SWOT; analisis gender (analisis untuk mengidentifikasikan bagaimana dampak perencanaan pembangunan terhadap laki-laki dan perempuan belum banyak dipakai.

LANJUTAN

4. Budaya kerja dilembaga tempat kita bekerja maupun di masyarakat dimana kita berada, juga masih sarat dengan stereotype gender

LANJUTAN LANJUTAN

Pembangunan Berwawasan Gender: Mengapa diperlukan ?

Nilai HDI Indonesia yang relatif rendah antara lain disebabkan karena rendahnya nilai GDI Indonesia, yaitu kesenjangan kualitas hidup laki-laki dan perempuan yang masih lebar.

Upaya mempersempit kesenjangan kualitas hidup laki-laki dengan perempuan akan secara otomatis mendongkrak kemajuan peningkatan kualitas hidup manusia, yang terutama tercermin dari nilai HDI.

Keadilan dan kesetaraan gender merupakan salah satu agenda pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, dan didukung oleh amanat UUD 1945 bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan Indonesia adalah sama.

Komitmen Pemerintah

Di Tingkat Nasional:

UUD 1945 UU No 39 tahun 1999 tentang HAM Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

dalam Pembangunan Nasional RPJMN 2004-2009 (Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005)

peningkatan kualitas hidup perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan anak merupakan salah satu dari agenda menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis.

Di Tingkat Internasional: Convention on the Elimination of All Forms of

Discriminations Against Women (CEDAW) Beijing Platform for Actions 1995 Millenium Development Goals 2000 dll

Convention on the Elimination of All Forms of Discriminations Against Women (CEDAW) diratifikasi dengan UU 7/84 untuk menghilangkan diskriminasi terhadap perempuan, terutama pada bidang-bidang:

- pendidikan- ekonomi dan ketenagakerjaan- kesehatan- hukum

Beijing Platform for Actions (tahun 1995) 12 area kritis:

- perempuan dan kemiskinan- pendidikan dan pelatihan untuk

perempuan- perempuan dan kesehatan- kekerasan terhadap perempuan- perempuan dan konflik bersenjata- perempuan dan ekonomi- perempuan dan pengambilan keputusan- mekanisme kelembagaan- hak-hak azasi perempuan- perempuan dan media- perempuan dan lingkungan hidup- anak-anak perempuan

Millenium Development Goals (tahun 2015):

penghapusan kemiskinan dan kelaparan

pencapaian wajib belajar pendidikan dasar untuk anak laki-laki dan perempuan

peningkatan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan

penurunan angka kamatian bayi peningkatan kesehatan ibu penangangan HIV/Aids, malaria dan

penyakit lainnya pembangunan lingkungan berkelanjutan

Konsep Dasar

Didasarkan pada konsep gender Penduduk laki-laki dan perempuan harus dilihat dalam

konteks:1. Sebagai subyek dan obyek pembangunan.2. Life cycle: dari dalam kandungan hingga akhir hayat.3. 4 aspek pembangunan: akses, kontrol, partisipasi dan manfaat

Didasarkan pada konsep perencanaan pembangunan yang responsif gender Perlunya perubahan pendekatan pembangunan dari

Women in Development (WID) menjadi Gender and Development (GAD).

Upaya peningkatan kualitas dan peran perempuan perlu diintegrasikan (mainstreamed) ke dalam seluruh program pembangunan, bukan hanya dilakukan melalui program-program khusus perempuan (P2W).

Keadilan dan kesetaraan gender merupakan salah satu tujuan pembangunan SDM Indonesia.

Tantangan

1. Meningkatkan kualitas SDM IndonesiaUkuran kinerja: Human Development Index (HDI) Indonesia

2. Meningkatkan kualitas dan peran perempuan dalam pembangunan, serta mempersempit kesenjangan antara perempuan dan laki-laki dalam akses, kontrol, partisipasi, serta penerimaan manfaat dalam pembangunan.Ukuran Kinerja:1. Gender-related Development Index (GDI) Indonesia2. Gender Empowerment Measurement (GEM) Indonesia

Upaya yang Perlu Dilakukan

1. Meningkatkan HDI Indonesia• Meningkatkan tingkat lama hidup penduduk (umur harapan

hidup).• Meningkatkan tingkat pendidikan (angka melek huruf dan

rata-rata lama sekolah SD hingga PT).• Meningkatkan standar hidup layak dan daya beli (PPP).

2. Meningkatkan GDI Indonesia• Menurunkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan

dalam 3 aspek penilaian HDI tersebut di atas.

3. Meningkatkan GEM Indonesia• Meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik (%

perempuan dalam Parlemen)• Meningkatkan partisipasi perempuan dalam ekonomi (%

pekerja perempuan profesional/manajerial dan meningkatkan rasio upah perempuan dan laki-laki untuk jenis pekerjaan yang sama – equal pay for equal job).

CARA MENGATASI KESENJANGAN GENDER

Pendekatan secara sruktural terkait dengan diterbitkannya sejumlah perangkat hukum atau kebijakan yang dapat mencegah dan atau mengeliminir terjadinya kesenjangan gender.

Strategi PUG merupakan salah satu pendekatan dari aspek struktural, yang mana strategi PUG merupakan salah satu bentuk kebijakan dalam konteks pemberdayaan perempuan dan laki-laki.