Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

download Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

of 52

Transcript of Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    1/52

    0

    RANCANGAN PROPOSAL PENELITIAN

    ANALISIS DETERMINAN BUDGETARY SLACK  DALAM PENYUSUNAN

    ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

    JOHAN SATRIAJAYA

    I2F015018

    PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

    PASCASARJANA UNIVERSITAS MATARAM

    2016

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    2/52

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Peraturan Presiden No. 2/2015 tentang RPJMN 2015-2019 menyebutkan

     bahwa pembangunan desa merupakan salahsatu prioritas dalam program

     pemerintahan Jokowi-JK. Dalam program tersebut dinyatakan  bahwa pemerintah

    membangun Indonesia dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam

    kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semangat dan tujuan pemerintah

    tersebut sejalan tujuan UU No. 6/2014 tentang Desa, yaitu untuk

    mengembangkan, melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju,

    mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam

    melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil,

    makmur, dan sejahtera. Implementasi UU No. 6/2014 memberikan berbagai

    dampak bagi desa, antara lain terdistribusinya dana dari berbagai sumber ke desa

    dalam jumlah yang besar untuk dikelola secara mandiri oleh pemerintah desa.

    Untuk menjamin pelaksanaan keuangan yang baik, pemerintah kemudian

    menetapkan Permendagri No. 113/2014 merupakan regulasi turunan dari UU No.

    6/2014 yang berfungsi sebagai regulasi pengendali.

    Pengelolaan keuangan desa harus mampu dikendalikan, karena sebagian

     besar biaya atau anggaran dalam desa merupakan discretionary cost. Keleluasaan

    dalam mengelola anggaran tersebut mengindikasikan perlunya sebuah

     pengendalian yang baik. Pengendalian diperlukan agar pengelolaan keuangan

    khususnya penganggaran yang dilakukan akan menghasilkan rencana

     penganggaran sektor publik yang efektif, efisien dan ekonomis (Mardiasmo,

    2009). Maka untuk mewujudkan pengelolaan keuangan desa yang efektif, efisien

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    3/52

    2

    dan ekonomis, diperlukan kesiapan dan pemahaman untuk bisa melaksanakan

     perubahan regulasi tersebut. Dalam teori implementasi kebijakan disebutkan

     bahwa keberhasilan implementasi kebijakan itu dipengaruhi oleh berbagai faktor.

    Terkait dengan implementasi UU No. 6/2014, Kurnia (2015) menyebutkan bahwa

    titik kritis pengelolaan keuangan desa, utamanya terdapat pada pemerintah desa

    itu sendiri. Adanya keterbatasan dan kelemahan pemerintahan desa disebutkan

    terletak pada sumberdaya aparatur desa yang ada saat ini. Hal tersebut akan

     berdampak ketika adanya pelimpahan kewenangan dari Kepala Desa kepada

     perangkat desa untuk menyusun perencanaan anggaran desa.

    Perencanaan dan pengendalian memiliki hubungan yang sangat erat,

    karena perencanaan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar

    dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu, apalagi penganggaran dalam sektor

     publik merupakan tahapan yang cukup rumit karena mengandung nuansa politik

    yang sangat tinggi (Hansen dan Mowen, 2006). Demikian juga dalam konteks

    desa, Peraturan Desa (Perdes) tentang APBDesa juga merupakan sebuah hasil dari

    komunikasi dan proses politik antara Pemerintah Desa dengan anggota BPD. UU

     No. 6/2014 mensyaratkan adanyanya pelibatan dan partisipasi anggota BPD

     bersama tim dari pemerintah desa dalam menyusun rancangan APBDesa.

    Berdasarkan mandat atau penugasan dari Kepala Desa, Sekretaris Desa memimpintim penyusun yang beranggotakan perangkat teknis desa (kepala seksi) dan

    anggota BPD.  Participative budgeting   approach  dalam penyusunan APBDesa,

    memungkinkan Sekretaris Desa, Perangkat Desa dan anggota BPD melakukan

    komunikasi intens serta mendorong tumbuhnya argumentasi serta kreativitas

    masing-masing individu. Maka terkadang tujuan anggaran yang tersusun akan

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    4/52

    3

    tampak lebih merupakan tujuan para penyusun anggaran itu sendiri (secara

     personal) daripada tujuan yang lebih umum (organisasi). Hal tersebut sesuai

    dengan pendapat Hansen dan Mowen (2006) yang menyebutkan bahwa anggaran

     partisipatif berpotensi menciptakan berbagai permasalahan, misalnya adanya

    budgetary slack . Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan  Budgetary slack  

    sebagai tindakan untuk membuat suatu kelonggaran dalam anggaran (sering

    disebut sebagai “menutupi”  anggaran).  Budgetary slack   terlihat saat penyusun

    anggaran menargetkan pendapatan yang tidak sesuai dengan potensi sebenarnya

    dan mengalokasikan belanja yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan standar

    sesungguhnya.

    Indikasi adanya budgetary slack   juga terjadi dalam proses penyusunan

    APBDesa di Kabupaten Sumbawa. Berdasarkan data pada Badan Pemberdayaan

    Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPM-PD) Kabupaten Sumbawa tahun 2015,

     jumlah dana transfer untuk masing-masing desa pada tahun 2014 (sebelum

    implementasi UU No. 6/2014) pada kisaran 120jt s/d 280jt. Dengan dana

    sejumlah tersebut, maka hanya sedikit kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh

    desa. Hal itu disebabkan karena dana transfer tersebut termasuk juga untuk

     belanja pegawai. Maka untuk “menutupi”  banyaknya kebutuhan desa, tiap

     pemerintah desa di Kabupaten Sumbawa berusaha meningkatkan danmengoptimalisasikan Pendapatan Asli Desa (PADesa)-nya masing-masing.

    Jumlah PADesa yang dilaporkan oleh masing-masing desa dalam laporan

     pertanggungjawaban Kepala Desa tahun 2014, jumlahnya berada pada angka 50jt

    s/d 250jt. Setelah ditetapkan UU No. 6/2014 tentang Desa, dengan kewenangan

    yang sangat besar bagi desa justru menunjukkan sebagian besar desa tidak

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    5/52

    4

    menargetkan PADesa (nol rupiah). Hal itu kontradiktif dengan laporan tentang

     pertanggungjawaban Kepala Desa pada tahun-tahun sebelum implementasi UU

     No. 6/2014. Pada sisi belanja juga terdapat fenomena yang cukup menarik.

    Berdasarkan data pada BPM-PD Kabupaten Sumbawa (2015), untuk jenis belanja

    kegiatan fisik misalnya, sebuah desa melaporkan bahwa untuk menyelesaikan

     pembangunan satu unit deuker  memerlukan biaya yang tidak lebih dari Rp. 2jt.

     Namun setelah dikeluarkannya UU No. 6/2014 pada desa yang sama terdapat

     peningkatan nilai belanja yang direncanakan untuk kegiatan yang sama yakni

    anggaran diatas Rp. 5jt. Fenomena diatas merupakan gambaran bagaimana para

     pengelola keuangan desa melakukan perencanaan anggaran sebelum dan setelah

    implementasi UU No. 6/2014.

    Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji hipotesis tentang

    determinan budgetary slack. Berbagai variabel yang diposisikan sebagai pemberi

     pengaruh maupun sebagai pemoderasi telah diuji pengaruhnya terhadap budgetary

     slack oleh berbagai peneliti.  Variabel tersebut antara lain:  Budget Emphasis,

     Budgetary Participation, Trust and Organisational Commitment on Job Related

    Tension and Propensity (Buckland, 1999); Reputasi, Etika, Self Esteem, Asimetri

    Informasi, Risiko (Nugrahani dan Sugiri, 2004);  Effects of Procedural Justice

     Perception, Budgetary Control Effectiveness and Ethical Work Climate (Özer danYılmaz, 2011);  Asimmetrical Information, Budget Planning   (Faria dan Silva,

    2013); Anggaran partisipatif, Asimetri informasi, komitmen organisasi, budaya

    organisasi, kapasitas individu (Dewi dan Yasa, 2013); Organization culture,

     Participation budgetary  (Ajibolade dan Akinniyi, 2013); penganggaran

     partisipatif, asimetri informasi, self esteem, budget emphasis (Ardhani dan Putra,

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    6/52

    5

    2014); partisipasi anggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi, asimetri

    informasi (Anggasta dan Murtini, 2014); Organisational factors, budget

     participation, budget emphasis, information asymmetry and power distance

    (Raudhiah, 2014);  Budgeting system, Psychological Contracts  (Gallani, et al.,

    2015);  Participatory budgeting system, budget Emphasies, Motivation  (Karsam,

    2015); dan penganggaran partisipatif, informasi asimetri, motivasi, dan budaya

    organisasi (Supanto, 2015).

    Berbagai penelitian diatas, menyatakan hasil dan kesimpulan yang

     berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain dinyatakan bahwa beberapa variabel

    independen tersebut berpengaruh signifikan positif, berpengaruh signifikan

    negatif dan bahkan ada yang menyatakan tidak berpengaruh (hasil penelitian

    selengkapnya terlampir). Namun, dari berbagai kesimpulan penelitian-penelitian

    diatas, Raudhiah (2014) secara tegas menyatakan bahwa dari berbagai pengujian

    determinan budgetary slack  yang sudah dilakukan (Lukka, 1988; Merchant, 1985,

    Young, 1985; Dunk, 1995; Hopwood, 1972; Otley, 1978; Fisher, 2002b; dan

    Lambert, 2001 dalam Raudhiah, 2014), disimpulkan tiga variabel yang konsisten

     berpengaruh signifikan positif terhadap budgetary slack,  yaitu: sistem anggaran

     partisipatif, budget emphasis dan asimetri informasi. Selain itu, Özer dan Yılmaz

    (2011) juga menguji bagaimana pengaruh regulasi terhadap budgetary slack .Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa regulasi berpengaruh signifikan negatif

     pada kecenderungan manajer untuk menciptakan  slack   anggaran di organisasi

     publik. Artinya semakin baik sebuah regulasi maka akan semakin kecil peluang

    terbentuknya slack  dalam penganggaran sektor publik.

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    7/52

    6

    UU No. 6/2014 sebagai sebuah bentuk regulasi, mengatur berbagai

     perubahan aspek terkait pelaksanaan pemerintahan desa itu sendiri termasuk

    masalah pengelolaan keuangan desa.  Policy implementation theory  akan

    digunakan dalam penelitian ini terkait dengan implementasi kebijakan pemerintah

    terkait dengan desa tersebut. Berdasarkan Permendagri No. 113/2014 sebagai

    regulasi teknis yang terkait pengelolaan keuangan, Kepala Desa akan

    melimpahkan tugas untuk melaksanakan perencanakan penganggaran

    (penyusunan APBDesa) kepada para perangkat desa bersama-sama dengan

    anggota BPD. Sejalan dengan prinsip dari  Agency theory,  yang menyatakan

     bahwa dalam konteks ini ada pihak yang memberikan mandat/kewenangan

    ( principal ) dan ada pihak yang menerima mandat/kewenangan (agent ). Hubungan

    antara  principal   dan agent   ini juga akan muncul informasi yang asimetri yang

    disebabkan adanya perbedaan kualitas dan atau kuantitas informasi antara

     principal   dan agent . Perbedaan tersebut dapat menimbulkan perilaku oportunis

    akibat kepentingannya masing-masing atau dapat juga disebutkan bahwa adanya

    informasi yang asimetri ditimbulkan oleh konflik kepentingan antara agent   dan

     principal . Berdasarkan fenomena, teori serta penelitian empiris diatas, peneliti

    mengajukan judul penelitian ”Analisis  Determinan Budgetary Slack   dalam

    Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa”.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan  grand theory, riset empiris serta regulasi terkait dengan

    fenomena diatas, maka peneliti ingin menguji kembali bagaimana pengaruh

    determinan budgetary slack  khususnya dalam penyusunan APBDesa. Penggunaan

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    8/52

    7

     beberapa variabel dalam penelitian ini, menjadi pilihan peneliti karena walaupun

    telah dinyatakan dalam banyak penelitian bahwa sistem penganggaran partisipatif,

    asimetri informasi dan budget emphasis selalu konsisten disimpulkan berpengaruh

    signifikan positif terhadap budgetary slack , namun ditemukan juga kesimpulan

    dari peneliti-peneliti lain menyatakan hasil yang berbeda (misalnya: signifikan

    negatif dan atau tidak berpengaruh). Maka, peneliti ingin menguji kembali dalam

    konteks keuangan desa dan menambahkan perubahan regulasi sebagai variabel

    yang mempengaruhi sekaligus menjadi pemoderasi terhadap hubungan variabel-

    variabel tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada

     penelitian ini adalah :

    1.  Apakah sistem penganggaran partisipatif, asimetri informasi dan budget

    emphasis berpengaruh terhadap budgetary slack ?

    2.  Apakah perubahan regulasi dapat memperlemah atau memperkuat hubungan

    antara sistem penganggaran partisipatif, asimetri informasi dan budget

    emphasis dengan budgetary slack ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

    1. 

    Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh sistem penganggaran partisipatif, asimetri informasi dan budget emphasis  terhadap budgetary

     slack. 

    2.  Untuk memperoleh bukti empiris mengenai bagaimana perubahan regulasi

    memoderasi hubungan sistem penganggaran partisipatif, asimetri informasi

    dan budget emphasis dengan budgetary slack .

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    9/52

    8

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1.  Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat menjustifikasi fenomena dengan teori-teori

    yang dipergunakan. Penggunaan  Agency Theory  dan  Policy Implementation

    Theory  dalam penelitian ini kami harapkan akan memberikan kontribusi terkait

    aplikasi kedua teori tersebut khususnya dalam pelaksanaan pemerintahan skala

    desa. Sebagai sebuah entitas publik, Pemerintah Desa dalam menyusun anggaran

    akan berlaku konsep dimana ada pemberi mandat dalam menyusun anggaran

    kepada yang menerima mandat. Berdasarkan Permendagri No. 113/2014,

    menyebutkan bahwa Kepala Desa menunjuk tim penyusun anggaran desa yang

    diketua Sekretaris Desa, beranggotakan Perangkat Desa dan Anggota BPD. Dalam

    agency theory  akan bisa di tentukan siapa yang memberi mandat dan siapa

     penerima mandat dan apakah dalam pemberian mandat dtersebut juga akan

    menimbulkan informasi yang asimetri. Selain itu, penggunaan  policy

    implementation theory  juga akan bisa dilakukan analisa apakah UU No. 6/2014

    sebagai bentuk kebijakan pemerintah tersebut dapat terimplementasi dengan baik,

    dapat diterima, dipahami serta dilaksanakan oleh pemerintah desa. Dengan

     penelitian ini juga diharapkan bahwa dari berbagai variabel yang disebutkan

    mempengaruhi keberhasilan dari implementasi sebuah kebijakan akan ditemukan bukti empiris bahwa dalam implementasi UU No. 6/2014 memperkuat variabel-

    variabel sebagaimana dikemukakan Van Horn dan Van Meter (1975); Grindle

    (1980) dan Mazmanian dan Sabatier (1983).

    Manfaat teoritis lainnya yang diharapkan peneliti adalah dapat

    memperkuat hasil penelitian Raudhiah (2014) dan Özer dan Yılmaz (2011) bahwa

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    10/52

    9

    sistem penganggaran partisipatif, budget emphasis dan asimetri informasi, selalu

    konsisten memberikan pengaruh signifikan positif budgetary slack   dan menguji

    kembali apakah regulasi dapat memoderasi hubungan determinan budgetary slack

    tersebut.

    1.4.2.  Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat praktis bagi

     stakeholder  terkait dalam pengelolaan keuangan desa, antara lain :

    a.  Pemerintah Desa di Kabupaten Sumbawa: sebagai masukan dan

    kritikan, agar pemerintah desa dalam menyusun perencanaan dan

     penganggaran keuangan desa, khususnya penentuan target pendapatan

    dan pengalokasian rencana belanja dilakukan sesuai dengan potensi

    dan kebutuhan yang realistis dan memiliki standar.

     b.  Pemerintah Kecamatan di Kabupaten Sumbawa: sebagai masukan,

    agar pelaksanaan evaluasi terhadap rancangan APBDesa dapat lebih

    selektif dan jeli agar berbagai rencana yang tidak rasional dapat

    terdeteksi dan dilakukan perbaikan agar pengeloaan keuangan desa

    lebih optimal.

    1.4.3.  Manfaat Kebijakan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan bagi:

    a.  Pemerintah, agar melakukan penyesuaian terkait regulasi teknis terkait

     pengelolaan keuangan desa untuk meminimalisir terjadinya budgetary

     slack   sehingga anggaran desa dapat dipertanggungjawabkan dan dana

     publik yang dikelola oleh pemerintah desa tersebut akan dipergunakan

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    11/52

    10

    sesuai dengan peruntukan dan ketentuannya. Regulasi yang diharapkan

    dapat dilakukan perubahan adalah Permendagri No. 113/2014 tentang

    Pengelolaan Keuangan Desa, agar regulasi tersebut dapat disebutkan

    lebih tegas tentang tata cara penentuan target pendapatan dan tata cara

     pengalokasian rencana belanja sehingga budgetary slack   tidak

    terbentuk lagi dalam penyusunan APBDesa.

     b.  Pemerintah Propinsi NTB: sebagai masukan, agar dalam melakukan

     pembinaan dan pengawasan tidak hanya pada tingkat pelaksanaan saja

    atau pasca pelaksanaan tetapi juga pada tahap perencanaan dan

     penyusunan anggaran desa.

    c.  Pemerintah Kabupaten Sumbawa: sebagai masukan, agar dapat

    melakukan penyesuaian maupun penegasan terhadap berbagai regulasi

    yang masih belum jelas melalui pembinaan dan sosialisasi yang

     berkelanjutan. Regulasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten

    Sumbawa terkait dengan pengelolaan keuangan desa adalah Peraturan

    Bupati Sumbawa No. 12/2015 tentang Pedoman Pengelolaan

    Keuangan Desa, karena penjelasan yang masih normatif dalam regulasi

    tersebut mengakibatkan multipersepsi pengelola keuangan desa di

    Kabupaten Sumbawa.

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    12/52

    11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. 

    Telaah Riset Terdahulu

    Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh sistem

     penganggaran partisipatif, budget emphasis, dan asymmetrical information 

    terhadap budgetary slack . Berbagai penelitian tersebut kemudian juga

    memberikan hasil kesimpulan yang berbeda-beda pula (Lampiran II). Perbedaan

    hasil penelitian tersebut, seperti ditunjukan penelitian Nugrahani dan Sugiri

    (2004); Dewi dan Yasa (2013); Ajibolade dan Akinniyi (2013); Anggasta dan

    Murtini (2014); Raudhiah (2014); dan Gallani, et al.  (2015) yang menyatakan

     bahwa sistem penganggaran partisipatif berpengaruh signifikan positif terhadap

    budgetary slack. Sedangkan peneliti lain yang menyimpulkan bahwa pengaruhnya

    signifikan negatif terhadap budgetary slack   dinyatakan oleh Buckland (1999);

    Ardanari dan Putra (2014); dan Supanto (2015). Hasil berbeda lainnya dinyatakan

    Asak (2014) yang menyimpulkan bahwa sistem partisipasi anggaran tidak

     berpengaruh pada budgetary slack . Variabel asimetri informasi dinyatakan

     berpengaruh signifikan positif terhadap budgetary slack   (Faria dan Silva, 2013;

    Ardanari dan Putra, 2014; dan Raudhiah, 2014). Namun, dinyatakan juga

     berpengaruh signifikan negatif (Anggasta dan Murtini, 2014). Hasil berbedalainnya dinyatakan oleh Asak (2014) yang menyimpulkan bahwa asimetri

    informasi tidak berpengaruh terhadap budgetary slack . Hubungan antara budget

    emphasis  terhadap budgetary slack   dinyatakan berpengaruh signifikan positif

    (Anggasta dan Murtini, 2014; Raudhiah, 2014; dan Karsam, 2015). Sementara itu,

     pengaruh yang signifikan negatif dinyatakan oleh Ardanari dan Putra (2014); dan

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    13/52

    12

    Buckland (1999). Namun Asak (2014), menyatakan bahwa budget emphasis tidak

     berpengaruh terhadap budgetary slack .

    Berbagai penggunaan variabel dalam penelitian yang sudah dilakukan,

    hanya penganggaran partisipatif, asimetri informasi dan budget emphasis  yang

    selalu konsisiten disimpulkan berpengaruh signifikan positif (Raudhiah, 2014).

    Terkait dengan regulasi sebagai variabel yang mempengaruhi budgetary slack ,

     penelitian Özer dan Yılmaz (2011) menyimpulkan bahwa regulasi cukup efektif

    dalam mengendalikan anggaran dan dinyatakan berpengaruh signifikan negatif

     pada kecenderungan manajer untuk menciptakan  slack   anggaran di organisasi

     publik.

    2.2. Landasan Teori

    2.2.1.  Teori keagenan (Agency theory )

    Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa prinsip utama teori ini

    menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang

    (pemilik/ principal ) dengan pihak yang menerima wewenang (manajer/agency).

    Dalam agency theory, hubungan keagenan muncul ketika  principal  

    “memperkerjakan” agent   untuk memberikan suatu jasa dan kemudian

    mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan kepada agent  tersebut.

    Menurut teori ini, hubungan “baik” antara pemilik (pemberi mandat) dan manajer(yang diberi mandat) pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan

    yang saling bertentangan. Hubungan antara  principal   dan agent  dapat mengarah

     pada kondisi ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena

    agent   berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang

    organisasi dibandingkan dengan  principal . Dengan asumsi bahwa agent   sebagai

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    14/52

    13

    individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka

    dengan asimetri informasi yang ada akan mendorong agent   untuk

    menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal .

    Dalam kondisi tersebut, agent  dapat mempengaruhi angka-angka maupun

    data-data yang disajikan yang mengarah pada upaya untuk melakukan earning

    management . Adanya informasi yang asimetri tersebut akan menyebabkan

    kemungkinan munculnya konflik antara principal   dan agent . Dalam  Agency

    theory, Jensen dan Meckling (1976) mendeskripsikan bahwa unit analisis dalam

    teori keagenan adalah kontrak yang melandasi hubungan antara  principal   dan

    agent , maka salahsatu fokus dari teori ini adalah pada penentuan kontrak atau

    kesepakatan kerja yang menjadi dasar hubungan antara  principal   dan agent .

    Untuk memotivasi agent   maka  principal   merancang suatu kontrak yang

    mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak keagenan.

    Kontrak yang efisien menurut Jensen dan Meckling (1976) adalah menempatkan

    agent   dan  principal   memiliki informasi dalam jumlah dan kualitas yang sama

    sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi (kesenjangan informasi) yang akan

    dapat digunakan untuk keuntungan secara sepihak. Selain itu, kotrak yang efisien

    akan memperhitungkan risiko yang dipikul agent  sepadan dengan imbal jasa yang

    diterimanya.Pada kenyataannya informasi yang simetris itu jarang/sulit terjadi, karena

    manajer berada didalam organisasi sehingga manajer mempunyai lebih banyak

    informasi, sedangkan  principal   jarang berinteraksi dengan organisasi sehingga

    informasi yang diperoleh terbatas. Dengan demikian, membuka peluang agent  

    untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    15/52

    14

    tidak semestinya (disfunctional behaviour), dimana tindakan ini dapat merugikan

     principal . Implementasinya dalam kegiatan organisasi dapat disebabkan karena

     pihak agent   memiliki beberapa kelebihan dan keunggulan, antara lain adanya

    informasi lebih tentang organisasi daripada pihak  principal   (keunggulan

    informasi). Selain itu, adanya discretionary accounting, discretionary budgeting

     system, juga dapat membuat agent  berperilaku oportunis.

    2.2.2.  Teori Implementasi Kebijakan (Policy Implementation Theory)  

    Secara etimologis, implementasi dapat dimaksudkan sebagai sebuah

    aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan

     berbagai sarana (alat) tertentu untuk memperoleh hasil yang telah ditetapkan

    seblumnya. Terkait dengan kebijakan publik, maka implementasi kebijakan publik

    dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan

     publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk

    mencapai tujuan kebijakan. Anderson (2003) mengemukakan bahwa

    implementasi kebijakan publik merupakan proses kegiatan administratif yang

    dilakukan setelah kebijakan ditetapkan/disetujui. Kegiatan ini terletak di antara

     perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan

    mengandung logika yang top-down, maksudnya menurunkan/ menafsirkan

    alternatif yang masih abstrak atau makro menjadi alternatif yang bersifat konkritatau mikro.

    Van Meter dan Van Horn (1975) dalam Ewalt (2001), menyebutkan

     beberapa variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni: standar dan

    sasaran kebijakan, sumberdaya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen

     pelaksana, disposisi implementor, kondisi lingkungan sosial, politik dan ekonomi.

    https://arpansiregar.wordpress.com/2013/01/17/model-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-implementasi-kebijakan/https://arpansiregar.wordpress.com/2013/01/17/model-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-implementasi-kebijakan/

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    16/52

    15

    Pendapatan lain disampaikan oleh Grindle (1999), yang menyatakan bahwa

    keberhasilan implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu:

    isi kebijakan; dan lingkungan kebijakan. Sedangkan Mazmanian dan Sabatier

    (1983) dalam Ewalt (2001), menyebutkan tiga variabel yang mempengaruhi

    keberhasilan implementasi, yakni: karakteristik masalah; karakteristik kebijakan;

    dan lingkungan kebijakan.

    2.2.3.  Konsep Budgetary Slack  

    Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa penganggaran dalam tiap rencana

     pendapatan dan belanja terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana

    untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran

    dimulai ketika perumusan rencana atau target perolehan pendapatan dan rencana

     belanja dalam satuan moneter. Sehingga dalam sektor publik, mardiasmo (2009)

    menyebutkan bahwa anggaran publik merupakan sebuah rencana finansial yang

    menyatakan berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran /

     belanja); berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang (pendapatan)

    untuk mendanai rencana pengeluaran/belanja tersebut.

    Terkait dengan sistem penganggaran yang dipergunakan dalam sektor

     publik, Hansen dan Mowen (2006) menyebutkan bahwa sistem penganggaran

     partisipatif memiliki tiga potensi masalah, yaitu : (1) penetapan standar yangterlalu tinggi atau terlalu rendah; (2) membuat kelonggaran dalam anggaran

    (sering disebut sebagai menutupi anggaran) atau lebih lazim disebut dengan istilah

    budgetary slack ; dan (3) adanya partipasi semu ( pseudo-participation).

    Berdasarkan potensi masalah tersebut, lebih lanjut disebutkan bahwa beberapa

    manajer mungkin cenderung untuk mempersiapkan anggaran terlalu tinggi atau

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    17/52

    16

    terlalu ketat. Dalam sistem penganggaran partisipatif, juga akan menjadi

    kesempatan bagi para manajer untuk membuat kelonggaran dalam anggaran.

    Kelonggaran anggaran (budgetary slack ) atau menutup anggaran, muncul ketika

    seorang manajer dengan sengaja memperkirakan pendapatan rendah dan atau

    menaikan biaya. Pendekatan yang manapun akan meningkatkan kemungkinan

    manajer akan mencapai anggaran dan tentunya akan menurunkan risiko yang akan

    dihadapi manajer. Sehingga Hansen dan Mowen (2006) mengingatkan manajemen

     puncak untuk berhati-hati dalam meninjau anggaran yang diajukan oleh manajer

    tingkat bawah dan menyediakan masukan (data dan informasi pendukung) jika

    dibutuhkan, dengan tujuan untuk menurunkan kemungkinan adanya kelonggaran

    ( slack ) dalam anggaran. Dengan sistem penganggaran partisipatif juga akan

    membuat memunculkan upaya manajemen puncak menerapkan pengendalian total

    atas proses penganggaran sehingga hanya mencari partisipasi palsu dari para

    manajer tingkat bawah. Hal itu terjadi atau dilakukan ketika majemen level bawah

    tidak mampu terlibat secara aktif memberikan partisipasi dalam penyusunan

     penganggaran. Selanjutnya manajemen puncak hanya mendapatkan persetujuan

    formal anggaran dari para manajer tingkat bawah, bukan untuk mencari input

    sebenarnya. Akibatnya tidak satupun manfaat keperilakuan dari partisipasi dalam

     penganggaran itu didapatkan.

    2.2.4.  Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis

    2.2.4.1.  Rerangka Konseptual

    Penganggaran partisipatif selalu dikaitkan dengan adanya asimetri

    informasi sehingga memunculkan konflik kepentingan antara agent   dengan

     principal . Penganggaran partisipatif juga merupakan beberapa hal yang

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    18/52

    17

    diamanatkan oleh UU No. 6/2014. Dalam regulasi tersebut, sesuai dengan konsep

     Agency theory akan menempatkan Kepala Desa merupakan agent  dan masyarakat

    desa menjadi  principal . Dalam struktur pemerintahan Desa, Kepala Desa

    merupakan top manager   dan perangkat desa merupakan manajer level bawah.

    Sedangkan Anggota BPD, sebagai bagian penting dalam sistem pemerintahan

    desa menjalankan fungsi lain yaitu fungsi legislasi, pengawasan dan fungsi

     penganggaran. Berdasarkan sistem rekrutmen anggota BPD tersebut, hubungan

    antara masyarakat desa dengan anggota BPD juga dapat dilihat sebagai sebuah

    hubungan antara  principal   dan agent   dalam konteks teori keagenan, dimana

    masyarakat desa memilih Anggota BPD secara langsung dan demokratis. dari

     berbagai hal yang diatur dalam materi UU No. 6/2014 tersebut, tidak menjadi

     jaminan bahwa segala yang diatur akan mampu dilaksanakan oleh implementor.

    Masih diperlukan penetapan berbagai regulasi pendukung/turunan sehingga

     pemerintah daerah dan pemerintah desa dapat mengimplementasikan kebijakan

     pemerintah tersebut sesuai dengan harapan dan tujuan sebenarnya. Keberhasilan

    implementasi sebuah kebijakan tentunya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor,

    sebagaimana disebutkan oleh Van Meter dan Van Horn (1975); Grindle (1980);

    dan Mazmanian dan Sabatier (1983).

    Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji hipotesis tentangdeterminan budgetary slack.  Sistem penganggaran partisipatif dinyatakan

     berpengaruh signifikan positif terhadap budgetary slack   (Nugrahani dan Sugiri,

    2004; Dewi dan Yasa, 2013; Ajibolade dan Akinniyi, 2013; Anggasta dan

    Murtini, 2014; Raudhiah, 2014; dan Gallani, et al.,  2015). Sementara itu,

    Buckland (1999); Ardanari dan Putra (2014); dan Supanto (2015) menyimpulkan

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    19/52

    18

     bahwa sistem anggaran partisipatif berpengaruh signifikan negatif terhadap

    budgetary slack. Hasil berbeda lainnya dinyatakan Asak (2014) yang

    menyimpulkan bahwa sistem partisipasi anggaran tidak berpengaruh pada

    budgetary slack .

    Asimetri informasi dinyatakan berpengaruh signifikan positif terhadap

    budgetary slack  (Faria dan Silva, 2013; Ardanari dan Putra, 2014; dan Raudhiah,

    2014). Sedangkan Anggasta dan Murtini (2014), menyatakan bahwa asimetri

    informasi berpengaruh signifikan negatif. Hasil berbeda lainnya dinyatakan oleh

    Asak (2014) yang menyimpulkan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh

    terhadap budgetary slack . Hubungan antara budget emphasis terhadap budgetary

     slack  dinyatakan berpengaruh signifikan positif (Buckland, 1999; Anggasta dan

    Murtini, 2014); Raudhiah, 2014; dan Karsam, 2015). Sementara itu, pengaruh

    yang signifikan negatif dinyatakan oleh Ardanari dan Putra (2014). Sedangkan

    Asak (2014) menyatakan bahwa budget emphasis  tidak berpengaruh terhadap

    budgetary slack .

    Penelitian Özer dan Yılmaz (2011) menyimpulkan bahwa regulasi cukup

    efektif dalam mengendalikan anggaran dan memiliki pengaruh signifikan negatif

     pada kecenderungan manajer untuk menciptakan  slack   anggaran di organisasi

     publik. Pengendalian anggaran dan iklim kerja yang etis tersebut mempengaruhi persepsi manajer tersebut. Pemilihan variabel dalam penelitian ini termotivasi dari

     penelitian Özer dan Yılmaz (2011) dan Raudhiah (2014). Raudhiah (2014),

    menyatakan bahwa dari berbagai determinan budgetary slack   yang sering

    digunakan dalam banyak penelitian terkait budgetary slack (Lukka, 1988;

    Merchant, 1985, Young, 1985; Dunk, 1995; Hopwood, 1972; Otley, 1978; Fisher,

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    20/52

    19

    2002b; dan Lambert, 2001 dalam Raudhiah, 2014), ada tiga variabel yang

    konsisten dinyatakan berpengaruh signifikan positif terhadap budgetary slack, 

    yaitu: sistem anggaran partisipatif, budget emphasis  dan asimetri informasi.

    Diperkuat lagi oleh penelitian Nugrahani dan Sugiri (2004); Dewi dan Yasa

    (2013); Ajibolade dan Akinniyi (2013); Anggasta dan Murtini (2014); Raudhiah

    (2014); dan Gallani, et al. (2015. 

    Pengujian terkait dengan variabel lainnya, asimetri informasi dan budget

    emphasis disimpulkan berpengaruh signifikan positif. Sebagaimana penelitian

    yang dilakukan oleh Faria dan Silva (2013); Ardanari dan Putra (2014); Raudhiah

    (2014); Anggasta dan Murtini (2014); dan Karsam (2015). Sedangkan Özer dan

    Yılmaz (2011), menyatakan kesimpulan penelitiannya bahwa efektivitas

     pengendalian anggaran melalui regulasi memiliki dampak yang signifikan negatif

     pada kecenderungan manajer untuk menciptakan  slack   anggaran di organisasi

     publik. Hasil penelitian terdahulu diatas sesuai dengan pendapat Raudhiah

    (2014), bahwa tiga variabel independen (sistem penganggaran partisipatif,

    asimetri informasi, budget emphasis) selalu konsisiten mempengaruhi budgetary

     slack   secara signifikan positif, termasuk juga regulasi sebagai pengendali

    angggaran (Özer dan Yılmaz, 2011). Maka  peneliti akan menguji kembali

    konsistensi pengaruh variabel independen tersebut terhadap budgetary slack , sertamenguji kembali regulasi sebagai variabel independen sekaligus sebagai

     pemoderasi. Rerangka konseptual yang diajukan peneliti sebagaimana pada

    gambar dibawah ini:

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    21/52

    20

    2.2.4.2.  Pengaruh penganggaran partisipatif terhadap budgetary slack  

    Salahsatu potensi masalah dalam penganggaran partisipatif adalah

    terjadinya  slack   (Hansen dan Mowen, 2006). Slack   dilakukan oleh penyusun

    anggaran yang merupakan manajer level bawah yang mendapatkan mandat dari

    top manager, dimana hal tersebut merupakan aplikasi dari Agency theory. Sejalan

    dengan  Agency theory,  bahwa adanya pelimpahan kewenangan untuk menyusun

    angggaran dari Kepala Desa kepada Perangkat Desa (penganggaran partisipatif)

    akan memunculkan berbagai masalah. Tim yang dilibatkan untuk berpartisipasi

    dalam penyusunan anggaran akan menyusun perencanaan penganggaran, baikdalam rangka penentuan target pendapatan maupun rencana alokasi belanja.

    Pendapatan yang ditargetkan kecenderungannya lebih rendah dari potensi

    sebenarnya yang dimiliki yang dimaksudkan untuk memudahkan manajer

    mencapai taget tersebut. Sedangkan dari sisi alokasi belanja, para manajer justru

    melebihkan biaya atau jumlah dana tertentu pada tiap-tiap rincian belanja dengan

    Penganggaran

    Partispatif

    Informasi

    Asimetri

     Budget

    emphasis

    Perubahan

    Regulasi

     Budgetary

    Slack

     Agency Theory, Policy Implementationtheory.  Nugrahani dan Sugiri (2004); Dewi danYasa (2013); Ajibolade dan Akinniyi(2013); Anggasta dan Murtini (2014);Raudhiah 2014 ; dan Gallani, et al.,  2015 .

     Agency Theory, Policy Implementation theory.Faria dan Silva (2013); Ardanari dan Putra

    (2014); dan Raudhiah (2014)

     Agency Theory, Policy Implementation theory.

    Buckland (1999), Anggasta dan Murtini (2014),Raudhiah (2014) dan Karsam (2015)

     Agency Theory, Policy Implementation theory. UU No. 6/2014.Özer dan Yılmaz (2011) 

    Gambar 2.1: Rerangka Konseptual Penelitian 

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    22/52

    21

    maksud untuk keuntungan pribadi pada saat pelaksanaan kegiatan tersebut.

    Dengan demikian penyusunan anggaran dengan pendekatan partisipatif

     berpengaruh terhadap terbentuknya budgetary slack . Pernyataan diatas didukung

    oleh Gallani, et al . (2015), Anggasta dan Murtini (2014), Ajibolade dan Akinniyi

    (2013), Buckland (1999), Raudhiah (2014). Tetapi hasil berbeda dinyatakan oleh

    Asak (2014), Ardanari dan Putra (2014) yang menyimpulkan bahwa anggaran

     partisipatif berpengaruh negatif terhadap budgetary slack. Hasil  penelitian diatas

    menunjukan ketidakkonsistenan antara penelitian yang satu dengan yang lain,

    maka hipotesis yang diusulkan sebagai berikut :

    H1 : Penganggaran Partipasipatif berpengaruh positif terhadap budgetary slack

    2.2.4.3.  Pengaruh asimetri informasi terhadap budgetary slack  

    Tingginya asimetri informasi akan memberikan kesempatan bagi

    karyawan untuk melakukan slack  tanpa terdeteksi oleh manajer. Dalam situasi ini,

    manajer kesulitan mendeteksi adanya  slack  dalam penganggaran. Faria dan Silva

    (2013) menyatakan bahwa konsekuensi langsung dari asimetri informasi adalah

     bahwa dalam transaksi tertentu, pihak yang memiliki informasi lebih banyak

    akan memiliki manfaat yang lebih besar dari yang lain. Jadi asimetri informasi

    sebagian besar terjadi ketika ada perbedaan dalam tingkat informasi antara dua

    atau lebih subyek kontrak. Dalam hubungan antara Kepala Desa, Perangkat Desa,dan Anggota BPD misalnya, terjadi informasi yang asimetri ketika beberapa

    informasi yang tersedia untuk Perangkat Desa tetapi tidak untuk Kepala Desa

    maupun Anggota BPD. Hal ini terjadi karena perangkat desa bermaksud untuk

    menggunakan informasi rahasia untuk kepentingan diri bahkan ketika itu berarti

    menyebabkan kerugian kepada organisasi (Desa). Dalam konteks ini, teori

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    23/52

    22

    keagenan adalah sangat terkait dengan itu karena itu memprediksi konflik

    kepentingan antara principal dan agen, yang sebagian besar dipromosikan oleh

    adanya asimetri informasi antara mereka. Pernyataan diatas didukung oleh

     Nugrahani dan Sugiri (2004), Dewi dan Yasa (2013), Faria dan Silva (2013),

    Ardanari dan Putra (2014) dan Supanto (2015) yang menyatakan bahwa Asimetri

    informasi berpengaruh secara positif terhadap budgetary slack.  Kesimpulan

     penelitian Nugrahani dan Sugiri (2004), Dewi dan Yasa (2013), Faria dan Silva

    (2013), Ardanari dan Putra (2014) dan Supanto (2015) tersebut mengarah pada

    hipotesis kedua, yaitu:

    H2: Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap budgetary slack  

    2.2.4.4.  Pengaruh budget emphasis terhadap budgetary slack  

    Hopwood (1972) dalam Raudhiah (2014) menyatakan bahwa penekanan

     pada memenuhi target anggaran sebagai kriteria untuk evaluasi kinerja bawahan

    (tinggi anggaran penekanan) dapat dikaitkan dengan tekanan yang tinggi pada

     pekerjaan. Dalam situasi penekanan anggaran yang tinggi, karyawan akan

    menemukan cara untuk melindungi diri dari risiko tidak tercapainya target

    anggaran (Lukka,1988 dalam Raudhiah, 2014). Maka membentuk slack  anggaran

    adalah salah satu solusi untuk situasi ini. Onsi (1973) dalam Raudhiah (2014)

    menyimpulkan bahwa terjadi hubungan positif antara kebutuhan karyawan untukmembuat  slack   dan emphasis  pada anggaran. Camman (1976) dalam Raudhiah

    (2014) menyebutkan hasilnya juga konsisten dengan Onsi (1973) menunjukkan

     bahwa ketika manajer menggunakan budget emphasis, akan mendapat tanggapan

    defensif  dari karyawan mereka.

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    24/52

    23

    Berdasarkan hal diatas, Sujana (2010) dalam Anggasta dan Murtini

    (2014) juga menyatakan bahwa ketika anggaran menjadi satu-satunya tolok ukur

     penilaian kinerja karyawan/bawahan dalam sebuah instansi, maka

    karyawan/bawahan akan cenderung melakukan berbagai hal dalam meningkatkan

    kinerjanya agar terlihat baik dan terus mendapat kepercayaan. Penekanan

    anggaran ini akan menjadi tekanan bagi bawahan untuk memberikan yang terbaik

    dengan mencari peluang-peluang tertentu yang menguntungkan. Peluang inilah

    yang akan menyebabkan suatu  slack   khususnya dalam kegiatan penganggaran.

    Hal tersebut mengarah ke hipotesis ketiga:

    H3: Budget emphasis berpengaruh positif terhadap budgetary slack

    2.2.4.5.  Perubahan regulasi memoderasi hubungan penganggaran

    partisipatif dengan budgetary slack .

    Menurut Merchant (1985) dalam Özer & Yılmaz (2011), kecenderungan

    manajer untuk menciptakan  slack   anggaran dipengaruhi dari pembentukan dan

     penerapan metode sistem anggaran. Metode dan sistem anggaran sektor publik

    tentunya dituangkan dalam berbagai regulasi (UU, PP, Permen, dll.) Dalam

     perkembangannya, pengelolaan keuangan desa-pun mengalami perubahan secara

    mendasar terhadap berbagai regulasi yang mengaturnya termasuk tentang

     pengelolaan keuangan. UU No. 6/2014 merupakan pembaruan dari UU No.5/1974. Demikian juga Permendagri No. 113/2014 tentang Pedoman Pengelolaan

    Keuangan Desa (turunan dari UU No. 6/2014) merupakan penggantian dari

    regulasi sebelumnya (Permendagri No. 37/2007). Dalam UU No. 6/2014

    disebutkan bahwa dalam perencanaan penganggaran desa menganut prinsip

     partisipatif, artinya melibatkan berbagai pihak termasuk pihak yang akan

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    25/52

    24

    melaksanakan kegiatan yang anggarannya direncanakan tersebut. Artinya isi UU

     No. 6/2014 selain mengatur bagaimana proses perencanaan dilakukan juga

    mengatur pemerintahan desa itu sendiri sebagai organisasi induk yang

    merupakan lingkungan dari implementasi kebijakan itu sendiri.

    Dalam teori implementasi kebijakan, Van Meter dan Van Horn (1975);

    Mazmanian dan Sabatier (1983) dalam Ewalt (2001), Grindle (1999)

    menyebutkan bahwa keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh berbagai

    faktor. Dengan demikian kami menyimpulkan bahwa perubahan regulasi desa

    melalui UU No. 6/2014 tersebut mampu memoderasi hubungan antara sistem

    anggaran partisipasi dengan budgetary slack   dan hal tersebut mengarah ke

    hipotesis keempat, yaitu:

    H4: Perubahan regulasi memperlemah hubungan sistem anggaran partisipatif

    dengan budgetary slack

    2.2.4.6.  Perubahan regulasi memoderasi hubungan asimetri informasi

    dengan budgetary slack .

    Berdasarkan pendapat Jensen dan Meckling (1976), yang menyatakan

     bahwa agent  dan  principal  harus memiliki informasi dalam jumlah dan kualitas

    yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi (kesenjangan

    informasi) yang dapat digunakan untuk keuntungan secara sepihak; dan risiko

    yang dipikul agen sepadan dengan imbal jasa yang diterimanya. Namun dalam

    teori keagenan, asimetri informasi tersebut sangat berpeluang untuk terjadi.

    Demikian pula ketika dikaitkan dengan bentuk struktur organisasi pemerintahan

    desa yang diatur dalam UU No. 6/2014, dimana setiap Perangkat Desa memiliki

    tugas dan fungsi yang jelas terkait bidang teknisnya masing-masing. Garis

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    26/52

    25

    kooordinasi serta interpretasi masing-masing individu yang terlibat dalam jabatan

    tersebut dalam implementasinya tentu akan mempengaruhi bagaimana sebuah

    informasi akan dimiliki (secara kuantitas dan kualitas) akan berbeda. Dari materi

    UU No. 6/2014, amanat yang mampu dimaknai oleh peneliti adalah adanya

    desain organisasi melalui Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Pemerintah

    Desa (Permendari No. 84/2015) yang bertujuan mengeliminir terjadinya

    informasi yang asimetri. Pengaturan SOTK tersebut merupakan bentuk

     pengendalian anggaran yang dilaksanakan oleh pengelola keuangan di desa.

    Kesimpulan penelitian Yücel dan Günlük (2007) dan Callahan dan

    Waymire (2007) dalam Özer & Yılmaz (2011) menyatakan bahwa dalam

     pengendalian anggaran yang ketat melalui regulasi, akan memberikan dampak

    negatif bagi kinerja dan kontrol anggaran yang ketat tidak efektif pada kinerja;

     Namun Özer & Yılmaz (2011), menyatakan bahwa optimalisasi pengendalian

    anggaran yang ketat melalui regulasi akan lebih menguntungkan. Karena

    memberikan informasi lebih lanjut kepada manajer dan informasi yang ada akan

    meningkatkan kemampuan manajer untuk mendeteksi  slack . Sejalan dengan

     penelitian Özer & Yılmaz (2011) tersebut, Van Meter dan Van Horn (1975)

    dalam Ewalt (2001) menyebutkan bahwa hubungan antar organisasi

    mempengaruhi kinerja implementasi. Mazmanian dan Sabatier (1983) dalamEwalt (2001) juga menyebutkan bahwa salahsatu variabel yang mempengaruhi

    keberhasilan implementasi adalah karakteristik kebijakan/undang-undang itu

    sendiri. Artinya ketika regulasi sudah melakukan redesign  terhadap sistem dan

     bentuk hubungan dalam organisasi pelaksana implementasi kebijakan maka

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    27/52

    26

    informasi yang asimetri dapat dikurangi. Hal tersebut mengarah ke hipotesis

    kelima yaitu:

    H5: Perubahan regulasi memperlemah hubungan asimetri informasi denganbudgetary slack

    2.2.4.7.  Perubahan regulasi memoderasi hubungan budget emphasis   dengan

    budgetary slack .

    Onsi (1973) dalam Özer & Yılmaz (2011) menyatakan bahwa budgetary

     slack   timbul dari budget   emphasis  dan memanfaatkan tingkat mencapai nilai

    dianggarkan sebagai prinsip utama untuk penilaian kinerja. Özer & Yılmaz

    (2011) menegaskan bahwa optimalisasi pengendalian anggaran melalui regulasi

    akan lebih menguntungkan, karena memberikan informasi lebih banyak pada

    manajer yang akan meningkatkan kemampuan manajer untuk mendeteksi  slack .

    Dalam teori implementasi kebijakan, Van Meter dan Van Horn (1975) dalam

    Ewalt (2001) menyebutkan bahwa keberhasilannya dipengaruhi oleh standar dan

    sasaran kebijakan; sumberdaya; karakteristik agen pelaksana; disposisi

    implementor; dan kondisi lingkungan sosial, politik dan ekonomi. Pendapat lain

    dinyatakan oleh Grindle (1980) yang menyatakan bahwa keberhasilan

    implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh dua variabel yang fundamental,

    yaitu isi kebijakan dan lingkungan kebijakan. Mazmanian dan Sabatier (1983)

    dalam Ewalt (2001) juga menyebutkan ada tiga kelompok variabel yang

    mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni: karakteristik dari masalah;

    karakteristik kebijakan/undang-undang; dan variabel lingkungan.

    Berdasarkan materi batang tubuh dan penjelasan dari UU No. 6/2014,

    disebutkan berbagai aturan, batasan serta mekanisme yang jelas terkait dengan

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    28/52

    27

     pengelolaan keuangan desa khususnya sebagaimana yang diatur dalam

    Permendagri No. 113/2014 tentang pengelolaan keuangan desa. Dengan

    demikian, regulasi tersebut dapat mempengaruhi tingkat dan jenis tekanan dalam

     proses penganggaran desa. Pengaturan tersebut terkait dengan jadual, format,

     pihak yang terlibat, dan bagaimana alur serta proses dari perencanaan dan

     penganggaran itu dilakukan. Maka para pengelolaan keuangan desa akan

    dilaksanakan dengan tekanan yang lebih kecil. Dengan demikian, maka hal

    tersebut mengarah ke hipotesis keenam, yaitu:

    H6: Perubahan regulasi memperlemah hubungan budget emphasis  dengan

    budgetary slack  

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    29/52

    28

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori atau eksplanatif yang

     bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel.

    Penelitian Eksplanatori menurut Nachmias dan Nachmias (1987) adalah penelitian

    yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau

     bahkan menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya.

    Sedangkan menurut Leedy dan Ormrod (2005), penelitian eksplanatori ini

     bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel.

    Pemilihan jenis penelitian ini, karena peneliti ingin mengetahui bagaimana

    korelasi antara variabel-variabel dalam penelitian ini baik pola, arah, sifat, bentuk,

    maupun kekuatan hubungannya. Dari dua tipe utama penelitian eksplanasi, tipe

    yang digunakan adalah penelitian kausal unuk menjelaskan sebab-akibat. Baik

    dalam penelitian koresional maupun kausal, perhatian utama peneliti adalah

    menentukan arah, besar atau kekuatan hubungan, dan bentuk-bentuk hubungan-

    hubungan yang di observasi. Jadi, penelitian korelasional dan kausal ini meliputi

    obeservasi nilai-nilai dari variabel-variabel dan menentukan apakah terdapat

    hubungan di antara mereka.

    3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian cross sectional , karena merupakan

     penelitian yang dilakukan dengan mengambil waktu tertentu yang relatif pendek

    dan tempat tertentu (Sugiyono, 2014:6). Penelitian ini dilaksanakan pada tahun

    2016 dengan obyek penelitiannya adalah desa-desa di Kabupaten Sumbawa.

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    30/52

    29

    Penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan pada fenomena yang diamati peneliti,

     bahwa desa-desa di Kabupaten Sumbawa terindikasi terdapat budgetary slack  

    dalam proses penyusunan APBDesa-nya. Hal tersebut menjadi menarik bagi

     peneliti, karena disatu sisi pemerintah telah menyiapkan regulasi teknis terkait

     pengelolaan keuangan desa. sementara itu, Pemerintah Kabupaten Sumbawa juga

    telah menindaklanjuti implementasi UU No. 6/2014 dengan menetapkan berbagai

    regulasi turunan sebagai amanat UU No. 6/2014.

    3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengelola keuangan

    desa di Kabupaten Sumbawa yang berjumlah 6 orang x 157 desa. Teknik

     sampling   yang digunakan peneliti adalah  proportionate stratified random

     sampling . Teknik ini menjadi pilihan peneliti karena tugas dan fungsi aparatur

    Pemerintahan Desa berbeda dan memiliki karakteristik masing-masing

    (Permendagri No. 84/2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah

    Desa). Demikian pula keterlibatan anggota BPD, sebagaimana diatur dalam PP

     No. 43/2014 jo. PP 47/2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan UU No. 6/2014,

    disebutkan bahwa ada tiga tugas yang dimiliki dan fungsi yang dijalankan, yaitu:

    fungsi controlling , legislation  dan budgeting . Penentuan sampel dengan

    menggunakan  proportionate stratified random sampling dimaksudkan oleh peneliti untuk menjamin keterwakilan setiap kelompok/strata dalam penelitian ini

     proporsional.

    Dengan merujuk pada Sugiyono (2014) dalam menentukan ukuran sampel,

    dengan jumlah populasi 942 orang, dengan tingkat taraf keyakinan 10%, maka

     jumlah koefisien sampelnya adalah 211. Karena populasi berstrata, maka

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    31/52

    30

    sampelnya juga berstrata. Maka tiap sampel untuk tiap jabatan akan proporsional

    sesuai dengan populasinya. Merujuk pada teori Isaac dan Michael (Sugiyono,

    2014:124), dengan menggunakan Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi

    Tertentu. Dengan taraf kesalahan 10%, maka jumlah perhitungan sampel

     penelitian ini sebagai berikut :

    Kepala Desa = 157/942 x 211 = 35.17 = 36Sekretaris Desa = 157/942 x 211 = 35.17 = 36Kepala Seksi = 471/942 x 211 = 105.5 = 106Ketua BPD = 157/942 x 211 = 35.17 = 36Jumlah = 214

    3.4. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

    3.4.1. Definisi Konseptual Variabel

    1.  Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan

    atau mempengaruhi variabel yang lain. Sugiyono (2014: 59) menyebutkan

     bahwa variabel independen disebut pula variabel yang diduga sebagai sebab

    ( presumed cause variable). Variabel independen juga dapat disebut sebagai

    variabel yang mendahului (antecedent variable). Variabel independen dalam

     penelitian ini adalah sistem penganggaran partisipatif, asimetri informasi dan

    budget emphasis. 

    2.  Variabel Dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau

    dipengaruhi oleh variabel independen. Sugiyono (2014: 59) menyebutkan bahwa variabel dependen disebut juga variabel yang diduga sebagai akibat

    ( presumed effect variable). Variabel dependen juga dapat disebut sebagai

    variabel konsekuensi (consequent variable). Variabel dependen dalam

     penelitian ini adalah budgetary slack .

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    32/52

    31

    3.  Variabel Moderasi  adalah variabel yang bersifat memperkuat atau

    memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

    (Solimun, 2016). Salah satu cir i yang penting adalah bahwa variabel ini tidak

    dipengaruhi variabel penjelas. Variabel ini bisa bersifat moderasi murni ( pure

    moderation) atau moderasi semu (quasi moderation). Variabel moderasi

    dalam penelitian ini adalah perubahan regulasi.

    3.4.2. Definisi Konseptual Variabel

    Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sistem

     pengangggaran partisipatif, asimetri informasi dan budget emphasis. Variabel

    dependen yang digunakan adalah budgetary slack   dan variabel moderasinya

    adalah perubahan regulasi.

    1.  Sistem penganggaran partisipatif menurut Mulyadi (2001:513) adalah suatu

     pendekatan dalam sistem penyusunan anggaran, yang menunjukkan adanya

     partisipasi manajer level bawah, termasuk dalam memutuskan secara bersama

    dengan tim anggaran mengenai rangkaian kegiatan di masa yang akan

    ditempuh atau dilaksanakan oleh manager level bawah tersebut dalam

     pencapaian tujuan dan sasaran anggaran. Variabel ini diukur dengan

    instrument yang dikembangkan oleh Milani (1975) kemudian dimodifikasi

    dari model penelitian Anggasta dan Murtini (2014) dan Asak (2014).Partisipasi dalam penganggaran diukur dengan 6 indikator yaitu: (1)

    Konstribusi dan partisipasi TAPDesa dalam penyusunan RAPBDesa, (2)

    Kontribusi dan keterlibatan Kepala Desa dalam penyusunan RAPBDesa, (3)

    Kontribusi dan keterlibatan pihak lain dalam penyusunan RAPBDesa, (4)

    Konstribusi dan partisipasi TAPDesa dalam finalisasi RAPBDesa, (5)

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    33/52

    32

    Kontribusi dan keterlibatan Kepala Desa dalam finalisasi RAPBDesa, (6)

    Kontribusi dan keterlibatan pihak lain dalam penetapan RAPBDesa. Variabel

    ini diukur dengan skala likert 5 poin, menggunakan data interval dengan skor:

    Tidak Pernah (TP) dengan skor 1; Jarang (J) dengan skor 2; Pernah (P) dengan

    skor 3; Sering (S) dengan skor 4; Sangat Sering/Selalu (SSS) dengan skor 5.

    2.  Asimetri infomasi menurut Jensen dan Meckling (1976) adalah suatu keadaan

    dimana manajer (agent ) memiliki akses informasi atas prospek organisasi yang

    tidak dimiliki oleh pemilik ( principal ) atau suatu kondisi dimana principal  dan

    agent   memiliki data atau informasi yang berbeda kuantitas dan kualitasnya

    terkait dengan organisasi atau lembaga mereka. Variabel ini diukur dengan

    instrument yang dikembangkan oleh Anggasta dan Murtini (2014) dan Asak

    (2014) kemudian dimodifikasi sesuai kebutuhan peneliti. Asimetri informasi

    diukur dengan 6 indikator yaitu: (1) Kecukupan informasi, (2) Kesesuaian

    informasi, (3) Kualitas informasi, (4) Kuantitas informasi, (5) Pemahaman

    informasi, dan (6) Perubahan Informasi. Pengukurannya menggunakan skala

    likert 5 poin, menggunakan data interval dengan skor: Sangat Rendah (SR)

    dengan skor 1; Rendah (R) dengan skor 2; Sedang (S) dengan skor 3; Tinggi

    (T) dengan skor 4; Sangat Tinggi (ST) dengan skor 5.

    3. 

     Budget emphasis  adalah desakan dari atasan pada bawahan untukmelaksanakan perencanaan anggaran, dimana hal tersebut dianggap sebagai

    tolok ukur kinerja dan alat pengendalian (Hansen & Mowen, 2006). Variabel

    ini diukur dengan instrument yang dikembangkan oleh Anggasta dan Murtini

    (2014) dan Asak (2014) kemudian dimodifikasi sesuai kebutuhan peneliti.

     Budget emphasis  diukur dengan 6 indikator yaitu: (1) Jumlah insentif

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    34/52

    33

    TAPDesa, (2) Batasan waktu dalam penyusunan APBDesa, (3) Sangsi

    terhadap TAPDesa, (4) Pemahaman terhadap ketentuan tujuan item

     penganggaran dalam APBDesa, (5) Teknik dan mekanisme penyusunan

    APBDesa, dan (6) Proses komunikasi dan konsultasi penyusunan APBDesa.

    Pengukurannya menggunakan skala likert 5 poin, menggunakan data interval

    dengan skor: Sangat Rendah (SR) dengan skor 1; Rendah (R) dengan skor 2;

    Sedang (S) dengan skor 3; Tinggi (T) dengan skor 4; Sangat Tinggi (ST)

    dengan skor 5.

    4.  Budgetary slack adalah perbedaan estimasi dari anggaran yang disusun dengan

    estimasi anggaran terbaik yang secara jujur dapat diprediksikan. Estimasi

    tersebut terkait dengan penentuan target pendapatan dan alokasi belanja

    (Mardiasmo, 2006). Variabel ini diukur dengan instrument yang

    dikembangkan oleh Anggasta dan Murtini (2014) dan Asak (2014) kemudian

    dimodifikasi sesuai kebutuhan peneliti.  Budgetary Slack   diukur dengan 3

    indikator yaitu: (1) Standar dalam penyusunan rencana anggaran, (2) Jumlah

    target pendapatan yang dibuat lebih rendah dari seharusnya, (3) Jumlah alokasi

     belanja dibuat lebih tinggi dari yang seharusnya. Variabel ini diukur dengan

    skala likert 5 poin, menggunakan data interval dengan skor: Tidak Pernah (TP)

    dengan skor 1; Jarang (J) dengan skor 2; Pernah (P) dengan skor 3; Sering (S)dengan skor 4; Sangat Sering/Selalu (SSS) dengan skor 5.

    5.  Perubahan regulasi merupakan perubahan/penggantian dari sebuah regulasi

    dengan regulasi yang baru terkait dengan obyek yang sama. Perubahan

    ditujukan untuk memperbarui dan mempertegas tujuan pemerintah terkait

    dengan kebijakan yang ditetapkan. Variabel ini diukur dengan instrument

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    35/52

    34

     berdasarkan materi UU No. 6/2014 beserta regulasi turunannya kemudian

    dimodifikasi sesuai maksud penelitian ini. Perubahan Regulasi diukur dengan

    8 indikator yaitu: (1) Perubahan mengenai partisipasi TAPDesa dalam

     penyusunan dan penetapan RAPBDesa, (2) Perubahan mekanisme dan proses

     penyusunan dan penetapan RAPBDesa, (3) Perubahan jumlah insentif

    TAPDesa, (4) Perubahan sangsi TAPDesa, (5) Perubahan tentang syarat,

    teknik dan mekanisme penyusunan RAPBDesa, (6) Perubahan tentang standar

    dalam penyusunan RAPBDesa, (7) Perubahan penentuan jumlah target

     pendapatan yang dibuat lebih rendah dari seharusnya, (8) Perubahan

     penentuan Jumlah alokasi belanja dibuat lebih tinggi dari yang seharusnya.

    Variabel ini diukur dengan skala likert 5 poin, menggunakan data interval

    dengan skor: Tidak Ada (TA) dengan skor 1; Ada Sedikit (AS) dengan skor 2;

    Cukup (C) dengan skor 3; Banyak (B) dengan skor 4; Sangat Banyak (SB)

    dengan skor 5.

    Berdasarkan uraian diatas, secara ringkas mengenai definisi konseptual dan

    operasional variabel dapat dilihat pada Lampiran III.

    3.5. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini mengumpulkan data dengan penggunaan kuesioner(angket). Teknik ini menurut Sugiyono (2014: 398) merupakan teknik

     pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

    atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Selain itu, peneliti

     juga melakukan studi kepustakaan, dengan cara mengumpulkan data yang

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    36/52

    35

     bersumber dari penalaahan kepustakaan, laporan-laporan serta refrensi lainnya

    yang relevan dengan penelitian ini.

    3.6. Prosedur Analisis Data

    Sebelum dilakukan uji asumsi, langkah pendahuluannya adalah

    melakukan pengujian terhadap instrumen dilakukan sebagai syarat agar teknik

    analisis data dapat berjalan dengan baik dan semestinya, yaitu:

    1) Uji Validitas, digunakan untuk mengukur valid atau tidak suatu alat ukur,

    dalam hal ini kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau

     pernyataan dalam kuesioner tersebut mengungkapkan sesuatu yang akan

    diukur oleh kuesioner tersebut (Sugiyono, 2014: 229). Uji validitas dilakukan

    dengan menghitung korelasi antar skor total. Jika koefisien korelasinya positif

    dan >0,3 maka indikator yang bersangkutan dianggap valid (validitas

    kriteria).

    2) Uji Reliabilitas, akan menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat

    diandalkan atau dipercaya untuk mengukur suatu objek yang akan diukur, dan

    untuk melihat konsistensi alat ukur dalam mengukur gejala yang sama

    (Sugiyono, 2014:229). Item pertanyaan dinyatakan reliabel   jika nilai

    Cronbach Alpha lebih besar atau sama dengan 0,6. Semakin besar nilai α 

    (alpha), maka semakin besar pula reliabilitasnya. 

    3.6.1. Uji asumsi klasik

    Uji asumsi klasik merupakan syarat yang harus dipenuhi pada analisis

    regresi. Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji

    kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian supaya hasilnya

    BLUE atau Best Linear Unbiased Estimator (Ghozali, 2006). Uji pada penelitian

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    37/52

    36

    ini hanya uji normalitas dan heterokedastisitas. Uji multikolinearitas tidak

    dilakukan pada model regresi yang akan digunakan karena menggunakan

     Moderated Regression Analysis (MRA) yang akan selalu menimbulkan masalah

    multikolinearitas (Liana, 2009). Demikian juga dengan uji autokorelasi tidak

    dilakukan pada model ini karena data pada penelitian ini berupa data cross

     section seperti kuesioner. Pada penelitian ini pengujian asumsi klasik dilakukan

    untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang digunakan tidak

    terdapat heterokedastisitas dan nilai residual data yang dihasilkan berdistribusi

    normal. Tahapan yang dilakukan dalam uji asumsi klasik, yaitu :

    1) Uji Normalitas, yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah

    dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

    normal (Gozali, 2013).  Residual model regresi yang baik adalah memiliki

    distribusi residual yang normal atau mendekati normal. Umumnya regresi

    dengan residual yang berdistribusi normal diperoleh dari variabel terikat dan

    variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Jika

    tidak normal, maka prediksi yang dilakukan dengan data tersebut akan tidak

     baik, atau dapat memberikan hasil prediksi yang menyimpang. Pengujian

    normalitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan statistik

     Kolmogrov – Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika koefisienAsymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari Alfa = 0,05.

    2) Uji Heteroskedastisitas, Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model

    regresi terjadi ketidaksamaan varians  dan residual satu pengamatan ke

     pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Model regresi yang memenuhi

     persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    38/52

    37

     pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada penelitian ini, metode statistik

    yang digunakan untuk menentukan model terbebas dari dari masalah

    heterokedastisitas yaitu uji Glejser . Uji Glejser dilakukan dengan

    meregresikan variabel bebas terhadap nilai residual mutlaknya dengan

     probabilitas signifikansinya 5%. Suatu model regresi dikatakan tidak

    mengandung adanya heterokedastisitas jika tidak ada satupun variabel

    independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen.

    3.6.2. Analisis regresi moderasi (moderated regression analysis ) 

    Salah satu metode untuk menganalisis variabel moderasi adalah regresi

    moderasi. Menurut Solimun (2016), analisis regresi moderasi merupakan analisis

    regresi yang melibatkan variabel moderasi dalam membangun model

    hubungannya. Variabel moderasi berperanan sebagai variabel yang dapat

    memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dengan

    variabel dependen. Apabila variabel moderasi tidak ada dalam model hubungan

    yang dibentuk maka disebut sebagai analisis regresi saja, sehingga tanpa adanya

    variabel moderasi, analisis hubungan antara variabel prediktor dengan variabel

    tergantung masih tetap dapat dilakukan. Dalam analisis regresi moderasi, semua

    asumsi analisis regresi berlaku, artinya asumsi-asumsi dalam analisis regresi

    moderasi sama dengan asumsi-asumsi dalam analisis regresi. Sejalan dengan haltersebut, Gujarati (1995) dalam Nugrahani dan Sugiri (2004) juga menyatakan

     bahwa analisis regresi digunakan untuk melihat ketergantungan variabel

    dependen dengan satu atau lebih variabel dependen, dengan tujuan untuk

    mengestimasi nilai rata-rata variabel berdasarkan nilai variabel independen yang

    diketahui.

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    39/52

    38

    Variabel Moderasi dapat diketahui dari pengaruh interaksi dua arah antara

    variabel prediktor dengan variabel moderasi dalam memprediksi variabel

    tergantung. Berdasarkan pendapat Solimun (2016), maka dalam penelitian ini

    dinyatakan bahwa Sistem penganggaran partisipatif (X1), Asimetri Informasi

    (X2), Budget Emphasis (X3) sebagai variabel independen, dan Perubahan regulasi

    (X4) sebagai variabel moderasi (X4=M) dengan Budgetary slack  sebagai variabel

    dependen (Y) maka dalam model regresinya, variabel X1, X2, X3  dan X4=M

    disebut pengaruh utama dan dalam model regresi moderasi, pengaruh utama akan

    ditambahkan pengaruh interaksi antara X1, X2, X3  dan X4=M (X1.X2.X3.X4=

    X123.M). Pengaruh interaksi inilah yang membedakan apakah variabel X4=M

    sebagai variabel moderasi atau bukan. Model persamaan hubungan dalam analisis

    regresi moderasi adalah sebagai berikut :

    Ȳ=  β 0 + β 1 X 1,2,3 + β 2 M 1,2,3 + β 3 X 1,2,3.M 1,2,3 

    Dalam bentuk gambar, hubungan tersebut sebagai berikut:

    Gambar 3.1: Model Analisis Variabel Moderasi (diadopsi dari Solimun, 2016)Sebagaimana dalam gambar tersebut, apabila  jalur c signifikan, maka

    dapat dikatakan bahwa variabel X4=M memoderasi pengaruh antara X1,  X2,  X3 

    terhadap Y. Solimun (2016) menyatakan bahwa dalam memilih variabel moderasi

    dalam suatu model hubungan harus didasarkan pada hasil pemikiran dan

     pertimbangan teoretis atau rasional, apakah suatu variabel memungkinkan untuk

    Variabel Interaksi

    (X1.M1), (X2.M2), (X3.M3)

    Variabel Independen

    (X1, X2, X3)

    Variabel Moderasi (X4=M)Variabel

    Dependen (Y)

    c

    a

     b

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    40/52

    39

    dijadikan variabel moderasi atau tidak. Manfaat pemberian variabel moderasi

    dalam suatu hubungan adalah dapat menspesifikasi untuk siapa dan pada kondisi

    apa model hubungan tersebut dapat diberlakukan. Selain itu, manfaat pemberian

    variabel moderasi adalah untuk menjelaskan pengaruh diferensial dari variabel

     prediktor. Variabel moderasi tidak berkorelasi dengan variabel prediktor tetapi

    variabel moderasi berinteraksi dengan variabel prediktor. Solimun (2016)

    mengklasifikasikan variabel moderasi dapat menjadi 4 jenis yaitu:  pure moderasi

    (moderasi murni), quasi moderasi  (moderasi semu), homologiser   moderasi

    (moderasi potensial) dan Predictor  moderasi (moderasi sebagai predictor). Dalam

     penelitian ini, jenis pemoderasi yang digunakan sebagai hipotesis adalah variabel

    moderasi semu (quasi moderarator ).  Quasi moderasi  adalah jenis variabel

    moderasi yang dapat diidentifikasi melalui koefisien  β 2 dan  β 3 dalam persamaan

    diatas yaitu jika koefisien  β 2  dinyatakan signifikan dan koefisien  β 3  signifikan

    secara statistika. Quasi moderasi merupakan variabel yang memoderasi hubungan

    antara variabel independen dan variabel dependen di mana variabel moderasi

    semu berinteraksi dengan variabel independen sekaligus menjadi variabel

    independen. Model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini

    diasumsikan linear dan diuji dengan tingkat signifikansi 5%.

    3.6.3. Uji Kelayakan Model Uji kelayakan model (model fit) dilakukan dengan uji F (F test ). Uji ini

    dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu sistem penganggaran

     partisipatif, asimetri informasi dan budget emphasis  mempengaruhi budgetary

     slack  sebagai variabel terikat. Apabila hasil dari uji F adalah signifikan (P value

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    41/52

    40

    ≤0,05) maka hubungan antar variabel bebas adalah signifikan mempengaruhi

    variabel terikat dan model regresi yang digunakan dianggap layak uji.

    3.6.4. Uji Koefisien Determinasi 

    Koefisien determinasi (R 2) mengukur seberapa jauh kemampuan model

    dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah

    diantara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-

    variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas,

    namun apabila nilai R 2 mendekati satu berarti variabel-variabel independen

    memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

    variabel independen.

    4.6.5. Uji Statistik t (Uji Parsial)

    Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh

    masing-masing variabel bebas secara individual pada variabel terikat. Untuk

    menguji hipotesis yang diajukan apakah diterima atau ditolak dengan cara

    membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%).

    Apabila signifikansinya dibawah atau sama dengan 0,05 maka hipotesis diterima.

    Untuk uji interaksi apabila koefisien variabel interaksi dibawah atau sama

    dengan 0,05 (5%) maka hipotesis diterima.

    Pengidentifikasian koefisien regresi menandakan adanya hubungan antara

    variabel bebas yaitu sistem penganggaran partisipatif, asimetri informasi dan

    budget emphasis dan variabel terikat yaitu budgetary slack . Hubungan variabel

     bebas dan variabel terikat searah apabila koefisien regresi bertanda positif, namun

     jika terdapat hubungan berlawanan antara variabel bebas dan variabel terikat

    maka akan ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang bertanda negatif. Pada

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    42/52

    41

     pengujian interaksi, apabila koefisien regresi sistem penganggaran partisipatif,

    asimetri informasi dan budget emphasis  tidak signifikan, namun variabel

    moderasi signifikan, ini berarti bahwa variabel moderasi yang dalam hal ini

    adalah perubahan regulasi merupakan variabel  pure moderator . Namun jika

    hasil menunjukkan bahwa variabel bebas serta variabel moderasi sama-sama

    signifikan yang berarti bahwa variabel sistem penganggaran partisipatif, asimetri

    informasi dan budget emphasis  dapat digunakan sebagai variabel independen

    sekaligus sebagai variabel moderasi.

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    43/52

    42

    DAFTAR PUSTAKA

    Ajibolade, Solabomi Omobola dan Akinniyi, Opeyemi Kehinde. 2013. Theinfluence of organisational culture and budgetary participation on

     propensity to create budgetary slack in public sector organisations.  British Journal of Arts and Social Sciences. ISSN: 2046-9578, Vol.13 No. I (2013)

    http://www.bjournal.co.uk/BJASS.aspxAnwar, Misbahul dan Jatmiko, Bambang. 2013. Kontribusi dan peran pengelolaan

    keuangan desa untuk mewujudkan anggaran pendapatan dan belanja desayang transparan dan akuntabel (Survey pada perangkat desa di Kecamatan

     Ngaglik, Sleman, Yogyakarta).  Penelitian tidak dipublikasikan.Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah.

    Anggasta, Elisa Giovani dan Murtini, Henny. 2014. Determinan SenjanganAnggaran dengan Asimetri Informasi sebagai Pemoderasi (Studi padaSKPD Kota Semarang).  AAJ 3 (4) (2014) Accounting Analysis Journal

    513. ISSN 2252-6765. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aa. Ardanari, I GAA Surya Cinitya dan Putra, I Nyoman Wijana Asmara. 2014.

    Pengaruh partisipasi penganggaran, asimetri informasi, self esteem & budget emphasis pada budgetary slack.  E-Jurnal Akuntansi UniversitasUdayana 7.3 (2014): 700-715. ISSN: 2302-8556  

    Asak, Putu Rani Adnyani. 2014. Tesis: Kemampuan asimetri informasi,ketidakpastian lingkungan, budget emphasis, dan kapasitas individusebagai pemoderasi terhadap Partispasi Anggaran pada Budgetary Slack(Studi pada SKPD Kabupaten Badung). Denpasar: FE. UniversitasUdayana.

    Anderson, J. E. 2003.  Public policymaking: An introduction. Boston: HoughtonMifflin Company, eBook Chapter 1. pp.1-34.

    Buckland, Christin S. 1999. Thesis: The Effects of Budget Emphasis, BudgetaryParticipation, Trust and Organisational Commitment on Job RelatedTension and Propensity to Create Slack: Empirical Evidence from

     Norway. Faculty of Business-Edith Cowan University. Norway.Dewi, Niluh Putu Sandrya dan Yasa, Gerianta Wirawan. 2013. Tesis: Analisis

    Pengaruh Angaran Partisipatif pada Budgetary Slack dengan AsimetriInformasi, Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi dan KapasitasIndividu sebagai Variabel Moderasi (Studi kasus Pada SKPD diKabupaten Badung, Bali). Denpasar: FE. Universitas Udayana.

    Eisenhardt , Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assessment. The Academy of Management Review, Vol. 14, No 1 (Januari 1989), hlm. 57-74.Ewalt, Jo Ann G. 2001. Theories of Governance and New Public Management:

    Links to Understanding Welfare Policy Implementation.  Presentation atthe Annual conference of the American Society for Public Administration.

     Newark, NJ. March 12, 2001. Faria, Juliano Almeida de & Silva, Sônia Maria Gomes da. 2013. The effects of

    information asymmetry on budget slack : An experimental research. Academic Journals, Vo. 7(13). pp.1086-1086-1099, 7 April 2013. African

     Journal og Business Management. 

    http://www.bjournal.co.uk/BJASS.aspxhttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aahttp://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aahttp://www.bjournal.co.uk/BJASS.aspx

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    44/52

    43

    Gallani, Susanna. Marinich, Eric J. Krishnan, Ranjani and Shields, Michael D.2015.  Budgeting, Psychological contracts, and Budgetary Slack . HarvardBusiness School: Working Paper 16-017.

    Ghozali, Imam. 2006.  Aplikasi Multivariate dengan program SPSS. Semarang:

    Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Grindle, Merilee S. 1999.  In Quest of the Political: The Political Economy of Development Policy Making . Working Paper No. 17, June 1999. Center forInternational Development at Harvard University

    Hansen, Don. R dan Mowen, Maryanne M. 2006.  Akuntansi Manajemen. EdisiKetujuh. Jakarta: Salemba Empat.

    https://www.academia.edu/8314503/Solimun_Program_Studi_Statistika_FMIPA_ UB_31_V_Analisis_Variabel_Moderasi_Dan_Mediasi diakses tanggal 8 Maret 2016, pukul 8.29 PM.

    Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior,agency cost, and ownership structure. Journal of Financial Economics,

    Vol. 76, pp. 305-360 Kurnia, Dadang. 2015.  Pengawalan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa.

    BPKP: Materi Sosialisasi Pelaksanaan UU No. 6/2014 di Jakarta, 28 April2015.

    Karsam. 2015. Effect of Budget Emphasis and Motivation on the Relationship between Participative Budgeting and Budgetary Slack and the Impact onthe Managerial Performance (A Study on Yayasan Pendidikan DanKoperasi in the Banten Province).  Research Journal of Finance and

     Accounting. ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online) Vol.6,

     No.1, 2015. www.iiste.org. Liana, Lie. 2009. Penggunaan MRA dengan SPSS untuk menguji pengaruh

    variabel moderating terhadap hubungan antara variabel independen danvariabel dependen.  Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XIV,

     No.2, Juli 2009 : 90-97 ISSN : 0854-9524. Leedy, Paul. D. dan Ormrod, Jeanne. E. 2005.  Practical Research: Planning and

     Design Research Edisi 8. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall. Page 145-187.

    Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik . Edisi Empat. Jogjakarta: Andi.Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Tiga. Jakarta: Salemba Empat.Milani, Kenneth W. 1975. The Relationship of Participation in Budget-Setting on

    Industrial Supervisor Perfomance and Attitudes: A Field Study. The

     Accounting Review 50. April. Pp.104-123.  Nugrahani, Tri Siwi dan Sugiri, Slamet. 2004. Pengaruh Reputasi, Etika, dan SelfEsteem Pada Budgeting Slack. SNA VII Denpasar-Bali, 2-3 Desember2004.

     Nachmias, David dan Nachmias, Chava. 1987.  Research Methods in the SocialSciences, Third Edition, New York: St. Martin’s Press, page. 10-15

    Özer, Gökhan dan Yılmaz, Emine. 2011. Effects of Procedural Justice Perception,Budgetary Control Effectiveness and Ethical Work Climate on Propensityto Create a Budgetary Slack.  Business and Economics Research Journal.Volume 2 Number 4-2011. pp. 1-18. ISSN: 1309-2448. www.berjournal.com

    Republik Indonesia. Undang-undang No. 6/2014 tentang Desa 

    https://www.academia.edu/8314503/Solimun_Program_Studi_Statistika_FMIPA_UB_31_V_Analisis_Variabel_Moderasi_Dan_Mediasihttps://www.academia.edu/8314503/Solimun_Program_Studi_Statistika_FMIPA_UB_31_V_Analisis_Variabel_Moderasi_Dan_Mediasihttps://www.academia.edu/8314503/Solimun_Program_Studi_Statistika_FMIPA_UB_31_V_Analisis_Variabel_Moderasi_Dan_Mediasihttp://www.iiste.org/http://www.berjournal.com/http://www.berjournal.com/http://www.iiste.org/https://www.academia.edu/8314503/Solimun_Program_Studi_Statistika_FMIPA_UB_31_V_Analisis_Variabel_Moderasi_Dan_Mediasihttps://www.academia.edu/8314503/Solimun_Program_Studi_Statistika_FMIPA_UB_31_V_Analisis_Variabel_Moderasi_Dan_Mediasi

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    45/52

    44

     _____. Peraturan Presiden No. 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019. 

     _____.  Peraturan Pemerintah No. 47/2015 tentang perubahan PP No. 43/2014tentang Petunjuk Pelaksanaan UU No. 6/2014 tentang Desa. 

     _____. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113/2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

     _____. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.84/2015 tentang Susunan organisasi

    dan Tata Kerja Pemerintah Desa

    Raudhiah, Noor binti Abu Bakar. 2014. Impact Of Organisational Factors OnBudgetary Slack.  E-proceedings of the Conference on Management and

     Muamalah (CoMM 2014), 26-27 May 2014. Synergizing Knowledge on

     Management and Muamalah (E-ISBN: 978-983-3048-92-2). Setiadi, Doddy. 2015.  Pedoman Asistensi Akuntansi Dana Desa. Jakarta: IAI-

    KSAP.Sugiyono. 2014.  Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

    dan R&D). Bandung: Alfabeta.Supanto. 2015. Tesis: Analisis pengaruh partisipasi penganggaran terhadap

     budgetary slack dengan informasi asimetri, motivasi, budaya organisasisebagai pemoderasi. Semarang: FE. Universitas Diponegoro.

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    46/52

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    47/52

    46

    5. Dewi & Yasa (2013) 

    Independen:Anggaran

    partisipatif,

    Pemoderasi: Asimetri informasi,

    komitmen

    organisasi, budaya

    organisasi,

    kapasitas individu,

    Dependen:Budgetary Slack 

    Moderated

    Regression

    Analysis/MRA

    Penganggaran partisipatif berpengaruh

    Signifikan positif terhadap budgetary slack,

    karena mengindikasikan agen dan prinsipal

    termotivasi untuk mengutamakan kepentingan

    pribadi demi keuntungan di masa mendatang.

    Hal inilah diduga memicu terjadinya asimetri

    informasi yang terbukti memperkuat pengaruh

    anggaran partisipatif pada budgetary slack.

    Sebaliknya, komitmen organisasi dan budaya

    organisasi ternyata memperlemah hubungan

    anggaran partisipatif dengan budgetary slack.

    Selain itu, tinggi atau rendahnya kapasitas

    individu tidak mampu memoderasi hubungan

    tersebut.

    6. Ajibolade & Akinniyi 

    (2013) 

    Independen:Organization

    culture,participation

    budgetary,

    Dependen: Budgetary Slack 

    Analisis Regresi

    Mediasi

    Menunjukkan pengaruh mediasi parsial yang

    signifikan positif dari partisipasi anggaran pada

    hubungan antara budaya organisasi dankecenderungan untuk menciptakan senjangan

    anggaran. Bahwa partisipasi anggaran memiliki

    pengaruh signifikan positif terhadap slack

    anggaran. Studi ini menyimpulkan bahwa

    strategi reformasi berfokus pada menggunakan

    partisipasi untuk

    mengurangi slack anggaran mungkin tidak sesuai

    dalam organisasi sektor publik.

    7. Ardanari & IPutra (2014) 

    Independen: Partisipasi

    penganggaran,asimetri informasi,

    self esteem,

    Dependen: budgetary slack

    pemoderasi:budget emphasis 

    Moderated

    Regression

    Analysis/MRA

    Partisipasi penganggaran dan self esteem

    berpengaruh negatif terhadap budgetary slack,

    sedangkan asimetri informasi berpengaruhSignifikan positif terhadap budgetary slack.

    Selain itu, budget emphasis juga mampu

    memoderasi hubungan partisipasi

    penganggaran, asimetri informasi, dan self

    esteem terhadap budgetary slack, dimana

    budget emphasis memperlemah pengaruh

    partisipasi penganggaran, asimetri informasi,

    dan self esteem terhadap budgetary slack.

    8. Anggasta & Murtini 

    (2014) 

    Independen : pengaruh

    partisipasianggaran,

    penekanan

    anggaran,

    komitmen

    organisasi,

    Dependen: senjangan

    anggaran,

    Pemoderasi: asimetri informasi

    Analisis Regresi

    Linier Berganda

    Penekanan anggaran berpengaruh Signifikan

    positif terhadap senjangan anggaran dan tidak

    bisa membuktikan adanya pengaruh negatifpartisipasi anggaran dan komitmen organisasi

    terhadap senjangan anggaran. Asimetri

    informasi bukan menjadi faktor yang dapat

    memperkuat pengaruh partisipasi anggaran,

    penekanan anggaran, dan komitmen organisasi

    dalam menciptakan senjangan anggaran.

  • 8/17/2019 Johan Satriajaya - Pengujian Determinan Budgetary Slack Dalam Penyusunan APBDesa

    48/52

    47

    9. Asak (2014)  Independen: partisipasi

    anggaran,

    Pemoderasi:Asimetri informasi,

    ketidakpastian

    lingkungan, budget

    emphasis, kapasitas

    individu,

    Dependen: budgetary slack.

    Moderated

    Regression

    Analysis/MRA

    Partisipasi anggaran tidak berpegaruh terhadap

    budgetary slack. Kemampuan dari variabel

    ketidakpastian lingkungan memoderasi

    (memperlemah) pengaruh partisipasi anggaran

    pada budgetary slack. 

    10. Raudhiah (2014) 

    Independen: Organisational

    factors

    (management

    style), budget

    participation,

    budget emphasis,information

    asymmetry and

    power distance

    Dependen: Budgetary slack

    Analisis faktor

    dan Regresi

    dengan

    pemoderasi

    Menunjukkan adanya hubungan signifikan

    negati