Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan...

161
KAJIAN CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams UNTUK MENEKAN PERKEMBANGAN TELUR HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus linearis (F.) (HEMIPTERA: ALYDIDAE) YUSMANI PRAYOGO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Transcript of Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan...

Page 1: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

KAJIAN CENDAWAN ENTOMOPATOGEN

Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams UNTUK MENEKAN PERKEMBANGAN TELUR HAMA

PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus linearis (F.) (HEMIPTERA: ALYDIDAE)

YUSMANI PRAYOGO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 2: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams untuk Menekan Perkembangan Telur Hama Pengisap Polong Kedelai Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae)” adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan di dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir disertasi ini. Bogor, Mei 2009

Yusmani Prayogo

NIM A461060101

Page 3: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

ABSTRACT YUSMANI PRAYOGO. Study of Entomopathogenic Fungi Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams to Control Pod Sucking Bug Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) Egg. Under Supervision of TEGUH SANTOSO, UTOMO KARTOSUWONDO, and LISDAR I. SUDIRMAN. Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams is one of the most entopathogenic fungi that can be used to control pod sucking bug Riptortus linearis F. (Hemiptera: Alydidae) egg. The effectiveness of fungi were affected by intraspecies virulence, conidia density, host developmental stage, and environmental factors. The purposes of this research are: (1) to study the phisiological character of various L. lecanii isolates and their virulence to pod sucking bug R. linearis egg, (2) to obtain the maximal conidia density of L. lecanii to control different ages of R. linearis eggs, and (3) to study the effect of several vegetable oils as adjuvant to increase the effectiveness of fungi. Among 37 isolates tested, isolates Ll-JTM11, Ll-JTM12, Ll-JTM15, and Ll-TB2 were judged as the most virulent. The fungi that were virulent were isolated from insect cadaver killed by fungi in the field, while fungi isolated from the soil in general did not show high infectivity. The virulent isolates showed higher growth rate, formed wholly colony, produced more conidia than avirulent isolates, had large conidial size up to 6.5 x 2.5 µm. More than 95% germ tubes of virulent isolates were formed after 12 hours incubation in the water. The conidia density of 108/ml was found as an effective preparation against newly laid and less than one day old insect eggs. During in vitro experiment, peanut, soybean, and coconut oil increased the growth and development of the fungi. The persistence of fungal conidia on the soybean leaf surface could be maintained until seven days after application. Mixing the vegetable oil at concentration 10 ml/l fungal suspension, increased infectivity of the fungi and decreased hatchability of the egg until 20%. Therefore, damage intensity as indicated by sum of spots, empty pods, and weight of grains were reduced. Adding vegetable oil to the fungal preparation, yielded 40% more grain weight as compared to control. Among three vegetable oils tested, the effect of peanut oil was more pronounced than soybean and coconut oil. Key words: conidia, vegetable oils, persistent, soybean pod, virulence.

Page 4: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

RINGKASAN YUSMANI PRAYOGO. Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams untuk Menekan Perkembangan Telur Hama Pengisap Polong Kedelai Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae). Dibimbing oleh TEGUH SANTOSO, UTOMO KARTOSUWONDO, dan LISDAR I. SUDIRMAN.

Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) merupakan salah satu hama pengisap polong kedelai yang sangat penting karena dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 80% jika tidak dilakukan pengendalian. Lebih dari 98% usaha pengendalian yang dilakukan petani masih mengandalkan aplikasi insektisida kimia. Insektisida kimia hanya mampu membunuh stadia nimfa dan imago, sedangkan stadia telur masih bertahan dan berkembang menjadi serangga dewasa sehingga populasi di lapangan selalu menjadi tumpang tindih. Dengan demikian, pengendalian menggunakan insektisida kimia menjadi kurang berhasil. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif teknologi pengendalian yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan dengan cara memanfaatkan peran agens hayati. Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams (=Verticillium lecanii) merupakan salah satu jenis cendawan entomopatogen bersifat toksik terhadap telur R. linearis sehingga telur yang terinfeksi akhirnya tidak mampu menetas. Di Indonesia, informasi pemanfaatan cendawan L. lecanii sebagai agens untuk pengendalian hama pengisap polong kedelai belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mempelajari karakter fisiologi 37 isolat cendawan entomopatogen L. lecanii dan virulensinya terhadap telur R. linearis, (2) memperoleh kerapatan konidia maksimal cendawan L. lecanii untuk mengendalikan telur R. linearis pada berbagai umur, dan (3) memperoleh jenis maupun konsentrasi minyak nabati yang efektif serta efisien untuk mempertahankan persistensi dan keefektifan L. lecanii dalam mengendalikan telur R. linearis.

Penelitian dilakukan di laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) yang dimulai dari bulan Maret 2007 sampai dengan Agustus 2008. Penelitian di laboratorium menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), sedangkan penelitian di rumah kasa disusun menggunakan RAL faktorial. Setiap perlakuan diulang empat kali.

Dari percobaan diperoleh empat isolat L. lecanii yang virulen untuk mengendalikan telur R. linearis, yaitu Ll-JTM11, Ll-JTM12, Ll-JTM15 yang diperoleh dari Jawa Timur, dan Ll-TB2 diperoleh dari Lampung. Virulensi empat isolat mencapai di atas 70%, kecuali Ll-JTM15 (69%). Isolat yang diperoleh dari bangkai serangga (cadaver) Spodoptera litura memiliki virulensi lebih tinggi dibandingkan dengan isolat dari cadaver R. linearis maupun cadaver yang lain. Fenomena ini mengindikasikan bahwa cendawan tersebut bersifat tidak spesifik inang dan memiliki keragaman intraspesies yang cukup tinggi. Diperoleh informasi baru untuk mendapatkan isolat yang lebih virulen dapat diisolasi dari sumber inang lain. Pengamatan karakter fisiologi menunjukkan bahwa isolat yang lebih virulen mampu

Page 5: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

tumbuh dan mengkolonisasi telur lebih cepat dan lebih tebal, produksi konidia lebih banyak hingga di atas 7 x 106 pada tiap telur yang tidak menetas, ukuran konidia lebih besar mencapai 6.5 x 2.5 µm, dan daya kecambah konidia di atas 95% dalam rentang waktu hanya 12 jam setelah diinkubasi (JSI). Kemiripan karakter fisiologi pada isolat yang virulen mencapai 98%. Keempat isolat yang virulen mempunyai peluang yang besar dapat digunakan sebagai salah satu agens hayati dalam konsep pengelolaan hama terpadu (PHT) khususnya dalam mengendalikan telur R. linearis.

Hasil uji kerapatan konidia menunjukkan bahwa semakin tinggi kerapatan konidia L. lecanii yang diaplikasikan semakin efektif dalam menekan perkembangan telur R. linearis. Kerapatan konidia 108/ml sangat efektif untuk menekan perkembangan telur R. linearis dibandingkan dengan kerapatan konidia yang lebih rendah. Semakin muda umur telur R. linearis semakin rentan terhadap infeksi L. lecanii. Aplikasi cendawan L. lecanii pada telur yang berumur kurang satu hari sampai dengan satu hari lebih efektif dan lebih efisien dibandingkan telur yang berumur empat sampai dengan enam hari. Dengan demikian, peluang nimfa yang dapat berkembang menjadi serangga dewasa hanya sekitar 9%. Di lapangan, aplikasi pada umur tersebut umumnya terjadi pada tanaman yang berumur kurang lebih 35 hari setelah tanam (HST). Telur R. linearis yang terinfeksi L. lecanii pada umur kurang satu hari sampai dengan satu hari akan terlambat menetas hingga 4.5 hari dibandingkan kontrol. Pergeseran waktu penetasan telur R. linearis yang terjadi mengakibatkan perkembangan serangga menjadi terlambat dan tidak sesuai dengan perkembangan polong kedelai yang ada sehingga kejadian tersebut sangat menguntungkan bagi keselamatan polong dan biji kedelai. Setiap telur yang tidak menetas mampu memproduksi konidia di atas 7 x 106/ml. Semakin banyak jumlah telur yang diproduksi pada setiap telur yang tidak menetas semakin efektif cendawan tersebut sebagai agens hayati. Konidia yang terbentuk merupakan sumber inokulum sekunder yang cukup potensial dalam proses transmisi patogen sehingga cepat terjadi epizooti dan peledakan hama di lapangan diharapkan dapat dihindari.

Semua jenis minyak nabati yang ditambahkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan cendawan L. lecanii secara in vitro. Peningkatan pertumbuhan cendawan ditunjukkan dari hasil pertambahan diameter koloni lebih lebar pada media yang mengandung minyak nabati dibandingkan kontrol. Peningkatan diameter koloni tertinggi diperoleh dari penambahan minyak kacang tanah terutama pada konsentrasi 10 ml/l, yaitu mencapai 70%. Di duga penambahan minyak nabati mampu meningkatkan kualitas media tumbuh sehingga mempunyai korelasi positif terhadap produksi konidia yang dibentuk. Penambahan minyak kacang tanah, minyak kedelai, dan minyak kelapa pada konsentrasi 10/ml mampu meningkatkan produksi konidia 98-99%. Konidia yang dihasilkan dari media yang memiliki kualitas lebih baik mengakibatkan daya kecambah konidia juga lebih tinggi. Daya kecambah konidia merupakan syarat utama bagi keberhasilan proses infeksi cendawan entomopatogen pada serangga inang. Penambahan minyak nabati juga mampu meningkatkan persistensi cendawan di lapangan. Hasil uji menunjukkan bahwa penambahan minyak nabati dengan konsentrasi 10 ml/l mampu mempertahankan persistensi konidia di pertanaman kedelai hingga tujuh hari setelah aplikasi (HSA). Tanpa penambahan minyak, persistensi cendawan hanya mampu

Page 6: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

bertahan satu hari di lapangan. Hasil uji penambahan minyak nabati terutama pada konsentrasi 10 ml/l mampu menekan perkembangan telur sehingga peluang telur akan menetas hanya sekitar 20%. Dengan demikian, peluang nimfa yang berkembang menjadi serangga dewasa juga terbatas. Jumlah serangga yang terbatas mengakibatkan peluang polong yang dapat dirusak oleh serangga juga lebih rendah sehingga jumlah polong hampa yang terbentuk lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol. Penambahan minyak nabati mampu mempertahankan keefektifan L. lecanii dalam menyelamatkan hasil biji mencapai 40% dibandingkan kontrol. Minyak nabati yang berasal dari kacang tanah lebih baik digunakan sebagai adjuvant dibandingkan minyak kedelai maupun minyak kelapa. Minyak kedelai dan minyak kelapa dapat digunakan sebagai alternatif pengganti minyak kacang tanah.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengendalian R. linearis pada stadia telur merupakan cara yang efektif untuk menekan kehilangan hasil kedelai. Aplikasi cendawan L. lecanii dianjurkan menggunakan isolat yang paling virulen yaitu Ll-JTM11 dengan kerapatan konidia maksimal 108/ml. Aplikasi sebaiknya dilakukan pada telur yang berumur kurang satu hari sampai dengan satu hari atau pada tanaman yang berumur 35 HST. Untuk meningkatkan persistensi cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati terutama dari biji kacang tanah dengan konsentrasi 10 ml/l. Cendawan L. lecanii merupakan salah satu agens hayati yang mempunyai prospek baik untuk mengendalikan telur R. linearis dalam menekan kehilangan hasil kedelai.

Page 7: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 8: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

KAJIAN CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams

UNTUK MENEKAN PERKEMBANGAN TELUR HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus linearis (F.)

(HEMIPTERA: ALYDIDAE)

YUSMANI PRAYOGO

Disertasi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada Program Studi Entomologi - Fitopatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2009

Page 9: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. I. Wayan Winasa, M.Si. Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Dr. Suyamto Hardjosuwirjo Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si

Page 10: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

Judul Disertasi : Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii

(Zimm.) (Viegas) Zare & Gams untuk Menekan Perkembangan Telur Hama Pengisap Polong Kedelai Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae)

Nama : Yusmani Prayogo NIM : A 461060101

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Teguh Santoso, DEA Ketua

Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS. Dr. Ir. Lisdar I. Sudirman Anggota Anggota

Mengetahui Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Entomologi / Fitopatologi Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:

Page 11: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi yang berjudul “Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams untuk Menekan Perkembangan Telur Hama Pengisap Polong Kedelai Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae)”.

Sebagian dari disertasi ini telah diterbitkan di Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (PUSLITBANGTAN), Volume 27, No 2, tahun 2008 dengan judul “Efektivitas Beberapa Isolat Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) Viegas terhadap Telur Hama Pengisap Polong Kedelai”. Artikel dengan judul ”Uji Konsentrasi Konidia Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams pada Berbagai Umur Telur Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae)’ diterbitkan di Jurnal AGRITEK, Institut Pertanian Malang Vol 16, No 6 tahun 2008. Artikel lain yang masih dalam proses adalah; (1) Kerentanan Beberapa Isolat Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams terhadap Perbedaan Tingkat Temperatur yang diterbitkan di Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (PUSLITBANGTAN), (2) Pengaruh Minyak Nabati terhadap Pertumbuhan, Perkembangan, dan Persistensi Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams yang diterbitkan di Jurnal Hama Penyakit Tropika, Universitas Lampung, dan (3) Karakterisasi Fisiologi Beberapa Isolat Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams yang diterbitkan di Jurnal Plasma Nutfah, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Teguh Santoso, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS dan Ibu Dr. Ir. Lisdar I. Sudirman sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, saran, motivasi, dan bantuan sarana maupun prasarana yang sangat memadai kepada penulis mulai dari penyusunan proposal penelitian dan pelaksanaan penelitian hingga sampai penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Subandi selaku Kepala Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Prof. Dr. Marwoto, dan Prof. Dr. Nasir Saleh yang telah memberi rekomendasi kepada penulis untuk melanjutkan studi Program Doktor (S3) di Institut Pertanian Bogor. Kepada Bapak Kepala Badan Litbang Pertanian di Jakarta diucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat melanjutkan pendidikan Program Doktor. Terima kasih banyak disampaikan juga kepada Badan Litbang Pertanian yang telah memberi sponsor dana penelitian melalui Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi (KKP3T) dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM–IPB) sehingga penelitian disertasi ini dapat dilakukan dengan lancar.

Page 12: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB, Ketua Program Studi Entomologi-Fitopatologi (Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc.) serta seluruh staf pengajar di Departemen Proteksi Tanaman IPB terutama Prof. Dr. Syafrida Manuwoto, MSc. dan Dr. Damayanti Buchori atas motivasi dan dorongan sehingga penulis mampu menyelesaikan studi. Kepada Dr. Ir. Pudjianto, M.Si dan Dr. Ir. I. Wayan Winasa, M.Si diucapkan banyak terima kasih atas kesediaannya dalam menguji penulis mulai dari Ujian Komprehensif sampai dengan Ujian Tertutup dan saran maupun masukan yang sangat konstruktif. Ungkapan terima kasih yang sama juga disampaikan kepada Prof. Dr. Suyamto Hardjosuwirjo dan Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si yang telah menguji pada Sidang Terbuka dan memberi banyak saran yang sangat konstruktif sehingga akan menambah nilai bobot dari disertasi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Ir. Wedanimbi Tengkano, MS (APU) atas bimbingan, arahan, nasehat yang tulus, serta bantuan baik moril maupun materiil yang tidak ternilai selama ini sehingga penulis mampu menyelesaikan studi S3. Kepada Ir. Gatut Wahyu Anggoro Susanto, MP diucapkan terima kasih banyak atas bantuan analisis data dari disertasi ini, saudara Antoni yang telah banyak membantu penelitian di rumah kasa BALITKABI, serta Yunimar S.Si yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan studi.

Terima kasih setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada kedua orang tua (Piranata dan Jumiana), istri (Lenny Mas’Udah), dan kedua anak tercinta (Ajeng dan Pandhu), serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman di laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman IPB atas bantuan dan kerjasamanya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan amal baik kepada mereka semua dengan balasan kebaikan yang tak terhingga. Akhirnya semoga Karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2009 Yusmani Prayogo

Page 13: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tulungagung, Jawa Timur pada tanggal 3 Maret 1971 sebagai anak kelima dari pasangan Ir. Piranata dan Jumiana.

Pendidikan Sarjana Pertanian ditempuh di Program Studi Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang lulus pada tahun 1994. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai Staf Peneliti Hama dan Penyakit pada Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang hingga sekarang. Pada tahun 2002, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Program Magister Sains pada Program Studi Entomologi-Fitopatologi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2004. Tahun 2006, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Program Doktor di Program Studi dan perguruan tinggi yang sama.

Penulis menikah dengan drg. Lenny Mas’ Udah pada tahun 1997 dengan dikaruniai seorang putri yang bernama Shashabilla Ajeng Prayogo (1 April 1998) dan seorang putra yang bernama Muhammad Pandhu Prayogo (1 April 2006).

Page 14: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xii

xiii

xvi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….... Latar Belakang ……………………………………………….. Tujuan Penelitian ……………………………………………... Manfaat Penelitian …………………………………………….

1 1 3 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… Hama Pengisap Polong Kedelai Riptortus linearis (F.) ............. Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams ............................................................... Morfologi ............................................................................. Kisaran Inang dan Virulensi Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams ........................................... Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Virulensi Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams ......... Asal Isolat ........................................................................ Kerapatan Konidia ........................................................... Kerentanan Umur Stadia Inang ....................................... Faktor Lingkungan ........................................................... Peranan Minyak Nabati dalam Mempertahankan Viabilitas Cendawan Entomopatogen ........................................................

4 4 5 5 6 7 7 9 10 11

12

BAB III

KARAKTERISASI FISIOLOGI BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams DAN VIRULENSINYA TERHADAP TELUR HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) ................................................................................... Abstrak ……………………………………………………….. Abstract ………………………………………………………. Pendahuluan ………………………………………………….. Bahan dan Metode …………………………………………… Hasil dan Pembahasan ………………………………………... Kesimpulan …………………………………………………… Saran ………………………………………………………….. Daftar Pustaka …………………………………………………

14 14 15 15 17 22 46 47 47

Page 15: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

BAB IV BAB V BAB VI BAB VII

UJI KERAPATAN KONIDIA CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams PADA BERBAGAI UMUR TELUR Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) ........................................... Abstrak ……………………………………………………….. Abstract ………………………………………………………. Pendahuluan ………………………………………………….. Bahan dan Metode …………………………………………… Hasil dan Pembahasan ………………………………………... Kesimpulan ………….………………………………………... Daftar Pustaka ………………………………………………... PENAMBAHAN MINYAK NABATI UNTUK MEMPERTAHANKAN KEEFEKTIFAN CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams DALAM MENGENDALIKAN TELUR Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) ………………… Abstrak ……………………………………………………….. Abstract ………………………………………………………. Pendahuluan ………………………………………………….. Bahan dan Metode …………………………………………… Hasil dan Pembahasan ……………………………………….. Kesimpulan …………………………………………………... Daftar Pustaka ………………………………………………... PEMBAHASAN UMUM ...………………………………….. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………… Kesimpulan ............................................................................... Saran .........................................................................................

55 55 56 56 58 61 78 79

85 85 86 86 88 93 114 115

122

133 133 134

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 135

Page 16: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8

9

10

Isolat cendawan L. lecanii yang diperoleh dari empat sentra produksi kedelai di Indonesia ....................................................... Rata-rata persentase telur R. linearis yang tidak menetas setelah terinfeksi L. lecanii ....................................................................... Ukuran dan daya kecambah konidia L. lecanii setelah diinkubasi di dalam air selama 10 jam, serta periode waktu kecambah konidia hingga 95% ...................................................... Rata-rata diameter koloni 37 isolat L. lecanii pada berbagai tingkat suhu .................................................................................. Jumlah konidia yang diproduksi oleh 37 isolat L. lecanii pada berbagai tingkat suhu ..................................................................... Karakteristik tekstur koloni dari 37 isolat L. lecanii .................... Rata-rata diameter koloni L. lecanii pada media yang mengandung berbagai jenis minyak nabati .................................. Jumlah koloni L. lecanii yang tumbuh pada media PDA setelah konidia dipaparkan pada permukaan daun kedelai dengan penambahan minyak nabati .......................................................... Persentase telur R. linearis yang menetas setelah terinfeksi L. lecanii dengan penambahan minyak nabati ................................. Pengaruh jenis dan konsentrasi minyak nabati terhadap keefektifan L. lecanii dalam mempertahankan jumlah polong isi dan menekan terbentuknya polong hampa tiap tanaman ...............

19

25

33

37

39

41

94

101

103

111

Page 17: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1 2 3

4

5 6 7 8 9

10

11

Kolonisasi miselium isolat L. lecanii yang virulen (a) dan isolat yang kurang virulen (b) pada telur R. linearis tujuh hari setelah aplikasi (HSA) ................................................................................... Perbedaan jumlah konidia L. lecanii yang diproduksi oleh setiap tangkai konidiofor pada isolat yang virulen (a) dan isolat yang kurang virulen (b) .............................................................................. Nimfa I R. linearis yang gagal ganti kulit menjadi nimfa II (a) dan nimfa I R. linearis mati setelah terinfeksi L. lecanii pada isolat Ll-JTM11(b) ........................................................................................... Ukuran konidia dan tabung kecambah L. lecanii yang terbentuk pada isolat yang virulen (Ll-TB2) (a & b) serta isolat yang kurang virulen (Vl-NTB6) (c & d) ................................................................ Karakter koloni isolat L. lecanii yang berbentuk wholly (a), pellicular (b), cottony (c), farinaceous (d), plumose (e), dan velvety (f) ........................................................................................................ Pengelompokan 37 isolat L. lecanii berdasarkan kemiripan karakter fisiologi cendawan .............................................................. Rata-rata jumlah telur R. linearis yang menetas setelah terinfeksi L. lecanii pada berbagai tingkat kerapatan konidia ......................... Rata-rata jumlah telur R. linearis pada berbagai umur yang menetas setelah terinfeksi L. lecanii ............................................................... Konidia L. lecanii yang tidak berkecambah setelah 24 jam inokulasi pada permukaan korion telur R. linearis yang berumur 6 hari ..................................................................................................... Struktur telur R. linearis yang akan menetas pada umur enam hari setelah diletakkan imago tanpa aplikasi L. lecanii ........................... Perbedaan struktur korion telur R. linearis berdasarkan umur setelah diletakkan imago; (a) kurang satu hari, (b) satu hari, (c) dua hari, (d) tiga hari, (e) empat hari, (f) lima hari, dan (g) enam hari ....

26

27

29

31

42

45

62

64

65

66

68

Page 18: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

Apresorium L. lecanii yang terbentuk sebelum penetrasi ke dalam telur R. linearis pada 13 jam setelah aplikasi .................................... Miselium L. lecanii yang menembus keluar struktur korion telur R. linearis pada empat hari setelah aplikasi (HSA) ........................ Telur R. linearis yang tidak menetas setelah terkolonisasi miselium L. lecanii isolat Ll-JTM11 pada tujuh HSA (a) dan 10 HSA (b) ..... Periode waktu penetasan telur R. linearis setelah terinfeksi L. lecanii ................................................................................................ Produksi konidia L. lecanii pada tiap telur R. linearis yang tidak menetas …………………….................……………………………. Rata-rata persentase nimfa II R. linearis yang mampu hidup setelah terinfeksi L. lecanii pada stadia telur................................................. Nimfa I R. linearis yang gagal berkembang menjadi nimfa II setelah terkolonisasi L. lecanii (a) dan struktur abdomen nimfa I R. linearis yang mengalami lisis setelah terinfeksi L. lecanii (b) ..... Telur R. linearis berumur kurang satu hari yang diinfestasikan di permukaan daun kedelai pada umur 35 hari setelah tanam (HST) ... Tanaman kedelai yang disungkup kain kasa setelah diinfestasi telur R. linearis yang berumur kurang satu hari dan diaplikasi dengan suspensi konidia L. lecanii yang ditambah dengan minyak nabati ... Rata-rata jumlah konidia L. lecanii yang diproduksi pada media yang mengandung minyak nabati. KT2 (Kacang Tanah 2 ml/l), KT5 (Kacang Tanah 5 ml/l), KT10 (Kacang Tanah 10 ml/l), KD2 (Kedelai 2 ml/l), KD5 (Kedelai 5 ml/l), KD10 (Kedelai 10 ml/l), KP2 (Kelapa 2 ml/l), KP5 (Kelapa 5 ml/l), dan KP10 (Kelapa 10 ml/l) ................................................................................................... Rata-rata jumlah konidia L. lecanii yang berkecambah setelah diinkubasi selama 12 jam di dalam air. KT2 (Kacang Tanah 2 ml/l), KT5 (Kacang Tanah 5 ml/l), KT10 (Kacang Tanah 10 ml/l), KD2 (Kedelai 2 ml/l), KD5 (Kedelai 5 ml/l), KD10 (Kedelai 10 ml/l), KP2 (Kelapa 2 ml/l), KP5 (Kelapa 5 ml/l), dan KP10 (Kelapa 10 ml/l) .................................................................................................

69

70

71

72

74

76

77

91

92

96

98

Page 19: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

23

24

25

26

27

Konidia L. lecanii yang berkecambah pada permukaan korion telur R. linearis tanpa penambahan minyak nabati setelah satu hari aplikasi ........................................................................................ Konidia L. lecanii yang berkecambah dengan penambahan minyak kacang tanah pada konsentrasi 10 ml/l .............................................. Rata-rata jumlah luka tusukan stilet R. linearis pada tiap biji kedelai setelah diaplikasi dengan L. lecanii yang ditambah dengan minyak nabati ................................................................................................. Rata-rata jumlah luka tusukan stilet R. linearis pada tiap biji kedelai setelah diaplikasi dengan L. lecanii yang ditambah dengan minyak nabati pada berbagai tingkat konsentrasi ............................. Berat biji kedelai yang dihasilkan tiap tanaman setelah mendapat perlakuan aplikasi L. lecanii yang ditambah dengan minyak nabati pada berbagai tingkat konsentrasi. KT2 (Kacang Tanah 2 ml/l), KT5 (Kacang Tanah 5 ml/l), KT10 (Kacang Tanah 10 ml/l), KD2 (Kedelai 2 ml/l), KD5 (Kedelai 5 ml/l), KD10 (Kedelai 10 ml/l), KP2 (Kelapa 2 ml/l), KP5 (Kelapa 5 ml/l), dan KP10 (Kelapa 10 ml/l) ...................................................................................................

104

106

109

110

113

Page 20: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1 2 3 4 5 6

Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Juni 2006) ............................................. Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Juli 2006) .............................................. Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Agustus 2006) ....................................... Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Juni 2008) ............................................. Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Juli 2008) .............................................. Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Agustus 2008) ......................................

151

152

153

154

155

156

Page 21: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia, produktivitas kedelai masih tergolong rendah yaitu hanya 0,8

t/ha (PUSLITBANGTAN 2005). Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi

kedelai adalah adanya serangan hama. Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae)

merupakan salah satu hama pengisap polong kedelai yang sangat penting. Daerah

penyebaran hama tersebut meliputi hampir di seluruh sentra produksi kedelai di

Indonesia (Tengkano et al. 2003; 2005; 2006). Kehilangan hasil kedelai yang

diakibatkan oleh serangan R. linearis dapat mencapai 80% apabila tidak dilakukan

pengendalian (Arifin & Tengkano 2008).

Lebih dari 90% usaha pengendalian hama pengisap polong kedelai di tingkat

petani masih mengandalkan aplikasi insektisida kimia dengan volume semprot dan

konsentrasi yang tidak mengikuti dosis anjuran sehingga menyebabkan pengendalian

menjadi kurang berhasil (Marwoto 1992). Keadaan tersebut mendorong petani untuk

meningkatkan konsentrasi insektisida (Rauf et al. 1994). Walaupun konsentrasi dan

frekuensi aplikasi pestisida sudah ditingkatkan, namun kenyataan di lapangan

menunjukkan bahwa hama pengisap polong masih menjadi kendala utama dalam

usaha peningkatan produksi. Sementara itu, aplikasi insektisida kimia yang

berlebihan dan kurang bijaksana akan menimbulkan pengaruh negatif yang tidak

diinginkan seperti resistensi hama sasaran, resurjensi, terbunuhnya musuh alami dan

serangga berguna lainnya, serta pencemaran lingkungan (Michaud 2001; Michaud &

Grant 2003; Kannan et al. 2004; Badji et al. 2007). Oleh karena itu, perlu dicari

alternatif teknologi pengendalian hama yang lain untuk menekan penggunaan

insektisida kimia, yaitu dengan memanfaatkan peran agens hayati seperti cendawan

entomopatogen.

Lecanicillium lecanii (=Verticillium lecanii) (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams

merupakan salah satu jenis agens hayati yang sudah diketahui potensinya untuk

Page 22: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

2

mengendalikan berbagai jenis hama (Ahmadi et al. 2004; Zare & Gams 2008). Pada

tahun 2004, V. lecanii diketahui efektif untuk mengendalikan hama R. linearis

(Prayogo 2004). Keefektifan cendawan ditunjukkan dari kemampuan V. lecanii dalam

menginfeksi semua stadia R. linearis meliputi telur, nimfa, dan imago. Telur yang

terinfeksi V. lecanii akhirnya tidak menetas hingga mencapai 51%. Telur yang

berhasil menetas menjadi nimfa I selanjutnya tidak dapat berkembang menjadi nimfa

II, hal ini diduga cendawan sudah menginfeksi embrio di dalam telur. Oleh karena

itu, L. lecanii dapat digunakan untuk mengendalikan R. linearis pada stadia telur.

Pengendalian R. linearis pada stadia telur menggunakan V. lecanii memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan dengan insektisida kimia. Telur tidak bergerak

sehingga suspensi konidia cendawan yang diaplikasikan mudah mengenai sasaran, V.

lecanii bersifat ovisidal sehingga telur tidak mampu menetas, dan telur tidak

mampu menyebabkan kerusakan pada polong maupun biji.

Keberhasilan pengendalian hama menggunakan cendawan entomopatogen

dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu virulensi isolat, kerapatan konidia, kerentanan

stadia inang, dan faktor lingkungan (Gindin et al. 2000; Wang et al. 2004; Aiuchi et

al. 2007). Menurut Parker et al. (2003), untuk memperoleh isolat yang virulen dapat

dilakukan dengan cara eksplorasi dan uji virulensi. Hal ini disebabkan cendawan V.

lecanii mudah diperoleh di lapangan dan memiliki kisaran inang yang cukup luas

sehingga memiliki keragaman isolat yang cukup tinggi (Sugimoto et al. 2003a &

2003b; Anyala-Zermeno et al. 2005). Keragaman isolat yang tinggi dapat

mengakibatkan terjadinya keragaman virulensi cendawan. Menurut Fatiha et al.

(2007), virulensi isolat dipengaruhi oleh karakter genetis maupun karakter fisiologi.

Vu et al. (2007) mengemukakan ada beberapa karakter fisiologi cendawan yang

dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam pemilihan isolat yang virulen antara lain;

kemampuan mematikan inang, kecepatan pertumbuhan koloni, jumlah konidia yang

diproduksi, toleransi terhadap suhu, dan daya kecambah konidia. Selain virulensi

isolat, keberhasilan pengendalian hama juga ditentukan oleh kerapatan konidia yang

diaplikasikan dan aplikasi harus dilakukan pada stadia inang yang rentan (Wang et al.

2004; Shinya et al. 2008a & 2008b). Efikasi cendawan entomopatogen di lapangan

Page 23: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

3

juga dibatasi oleh faktor lingkungan terutama sinar matahari (Braga et al. 2002).

Sinar matahari, dalam hal ini berkas sinar UV dapat merusak struktur DNA konidia

(McCoy et al. 2004). Untuk meningkatkan persistensi konidia cendawan di lapangan

dianjurkan memakai bahan pelindung (Hirose et al. 2001; Hazzard et al. 2003; Luz et

al. 2004; Lee et al. 2006; Silva et al. 2006). Oleh karena itu, perlu dilakukan

serangkaian penelitian meliputi eksplorasi isolat untuk memperoleh L. lecanii yang

virulen, uji kerapatan konidia maksimal, uji kerentanan umur stadia inang, dan

pemilihan bahan pelindung (protectant) yang efektif dan efisien untuk menekan

perkembangan telur R. linearis. Dengan demikian, kehilangan hasil kedelai akibat R.

linearis dapat ditekan dan penggunaan insektisida kimia dapat dikurangi sehingga

pencemaran lingkungan dapat dihindari.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari karakter fisiologi 37 isolat cendawan L. lecanii dan virulensinya

terhadap telur R. linearis.

2. Memperoleh kerapatan konidia maksimal cendawan L. lecanii untuk

mengendalikan telur R. linearis pada berbagai umur.

3. Memperoleh jenis dan konsentrasi minyak nabati yang efektif dan efisien

untuk meningkatkan persistensi dan keefektifan L. lecanii dalam

mengendalikan telur R. linearis.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dasar untuk

penyusunan rekomendasi pengendalian R. linearis pada stadia telur dengan cendawan

entomopatogen L. lecanii.

Page 24: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hama Pengisap Polong Kedelai, Riptortus linearis (F.)

Hama pengisap polong kedelai yang dominan di lapangan ada tiga jenis, yaitu

Piezodorus hybneri (L.), Nezara viridula (L.), dan Riptortus linearis F.). Hasil survei

yang dilakukan Tengkano et al. (2003; 2005; 2006) di empat sentra produksi kedelai

di Indonesia meliputi provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan Nusa

Tenggara Barat menunjukkan bahwa R. linearis termasuk salah satu jenis hama yang

sangat penting. Hal ini ditunjukkan dari populasi hama tersebut tertinggi dan daerah

sebarannya terluas diantara jenis hama lainnya. Keadaan tersebut didukung oleh

adanya kelimpahan tanaman inang yang tersedia terus menerus di lapangan. Tanaman

inang R. linearis meliputi kedelai, kacang hijau, kacang panjang, kacang tunggak,

kacang gude, Crotalaria spp., Sesbania sp., Desmodium sp., dadap, Tephrosia sp.,

Acacia villosa, Solanaceae, dan Convolvulaceae (Tengkano & Suhardjan 1993).

Imago R. linearis pertama kali datang di pertanaman kedelai varietas Wilis,

yaitu pada waktu tanaman menjelang berbunga atau umur antara 35-42 hari setelah

tanam (HST). Pada waktu tersebut imago bertujuan untuk meletakkan telurnya pada

permukaan atas maupun bagian bawah daun (Tengkano et al. 1992). Telur yang baru

diletakkan berwarna hijau muda kemudian berubah secara bertahap menjadi hijau

gelap dan akhirnya menjadi coklat tua sebelum menetas. Telur berbentuk bulat dan di

bagian tengahnya agak cekung dengan diameter 1.2 mm. Telur yang diletakkan

imago akan menetas setelah tujuh hari untuk berkembang membentuk nimfa I. Nimfa

R. linearis terdiri dari lima stadia sebelum serangga berkembang menjadi imago. Baik

stadia nimfa maupun imago mempunyai peluang yang sama dalam merusak seluruh

fase pertumbuhan polong dan biji (Arifin & Tengkano 2008).

Tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh R. linearis bergantung pada

frekuensi serangan hama pada tahap pertumbuhan polong dan biji. Selain itu,

kerusakan dapat juga dipengaruhi oleh jumlah dan letak tusukan pada biji (Tengkano

Page 25: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

5

et al. 1992). Serangan R. linearis pada fase pembentukan polong akan menyebabkan

polong kering dan gugur. Serangan pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan

biji menyebabkan polong dan biji hampa. Serangan R. linearis yang terjadi pada fase

pengisian biji menyebabkan biji berwarna hitam dan busuk. Serangan pada fase

pemasakan polong menyebabkan biji berlubang dan akhirnya menyebabkan kuantitas

maupun kualitas hasil panen berkurang hingga 80% (Tengkano et al. 1992).

Cendawan Entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams

Morfologi

Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams merupakan cendawan

entomopatogen yang pertama kali ditemukan oleh Zimmermann pada tahun 1898

(Kouvelis et al. 1999) dengan nama Cephalosporium lecanii. Pada tahun 1939,

Viegas mengubah nama menjadi Verticillium lecanii berdasarkan studi kisaran inang

(Kouvelis et al. 1999). Didasarkan pada pengamatan lebih lanjut terhadap morfologi

dan analisis molekuler, cendawan tersebut mengalami perubahan nama menjadi L.

lecanii hingga sekarang (Zare & Gams 2001; Cortez-Madrigal et al. 2003; Roy et al.

2006; Zare & Gams 2008). Berdasarkan karakter morfologi dan molekulernya

cendawan L. lecanii dibedakan dari spesies L. muscarium, L. longisporum, L.

nodulosum, maupun L. psalliotae yang umumnya ditemukan di daerah subtropik

(Marshall et al. 2003; Koike et al. 2007; Kouvelis et al. 2008). Sedangkan spesies

Lecanicillium yang ditemukan di Indonesia adalah L. lecanii (Kouvelis et al. 2008).

Baik L. muscarium maupun L. longisporum sudah dikomersialkan dengan nama

produk masing-masing Mycotal dan Vertalec, sedangkan nama produk L. nodulosum

dan L. psalliotae belum ada laporan (Kouvelis et al. 2008).

Karakteristik L. lecanii adalah koloni cendawan berwarna putih pucat dengan

diameter berkisar dari 4.0-7.3 cm setelah 20 hari inokulasi pada media PDA (potato

dextrose agar) (Fatiha et al. 2007). Konidiofor berbentuk berupa fialid (whorls)

seperti huruf V, setiap konidiofor memproduksi 5-10 konidia yang terbungkus dalam

kantong lendir (Aiuchi et al. 2007). Bentuk konidia berupa silinder hingga elips,

Page 26: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

6

terdiri dari satu sel, tidak berwarna (hialin), berukuran 1.9-2.2 x 5.0-6.1 µm (Feng et

al. 2002). L. lecanii mudah tumbuh pada berbagai jenis media, terutama pada PDA

maupun beras. Cendawan tumbuh baik pada suhu 15–30 oC, namun pertumbuhan

optimum terjadi pada suhu 25 oC dan pertumbuhan mengalami penghambatan pada

suhu 35 oC (Yeo et al. 2003; Cuthbertson et al. 2005). Pada kelembaban lebih dari

90%, cendawan akan tumbuh optimal (Helyer et al. 2006). Kelembaban yang tinggi

berfungsi untuk perkecambahan konidia dan proses infeksi terhadap serangga inang

(Monteiro et al. 2004; Helyer et al. 2006). Konidia akan berkecambah lebih cepat

pada suhu 20-25 oC (Barbosa et al. 2002; Anyala-Zermeno et al. 2005).

Kisaran Inang dan Virulensi Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams

Cendawan Lecanicillium lecanii ditemukan pertama kali menginfeksi

serangga kutu sisik scale insect (Homoptera: Diaspididae) yang menyerang tanaman

kopi di pulau Jawa, yang oleh Zimmermann cendawan ini diberi nama

Cephalosporium lecanii (Zimmermann 1898 dalam Fatiha et al. 2007). L. lecanii

yang sebelumnya diberi nama V. lecanii dilaporkan juga mampu menginfeksi

beberapa jenis serangga inang meliputi ordo Orthoptera, Hemiptera, Lepidoptera,

Thysanoptera, Coleoptera, dan Lepidoptera dengan tingkat mortalitas yang sangat

bervariasi (Malsam et al. 1997; Alavo et al. 2004; Ahmadi et al. 2004;

Cuthbertson et al. 2005; Murakoshi et al. 2005; Quesada-Moraga et al. 2006).

Perbedaan tingkat mortalitas serangga akibat infeksi cendawan ini dipengaruhi oleh

asal isolat dan serangga inang (Sugimoto et al. 2003a & 2003b).

Menurut Kim et al. (2001), cendawan entomopatogen ini mampu menginfeksi

Aphis gossypii (Homoptera: Aphididae) dan menyebabkan mortalitas mencapai

50%. Gindin et al. (2000) melaporkan bahwa cendawan ini juga mampu menginfeksi

kutu kebul Bemisia argentifolii (Homoptera: Aleyrodidae) dengan kematian serangga

mencapai 52%. Hasil penelitian Cuthbertson et al. (2005) menunjukkan bahwa

aplikasi cendawan tersebut mampu menyebabkan mortalitas Thrips palmi

Page 27: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

7

(Thysanoptera: Thripidae) di atas 90%. Larva kumbang large elm bark beetle

Scolytus scolytus (Coleoptera: Scolytidae) juga dapat terinfeksi oleh cendawan itu

hingga menyebabkan mortalitas mencapai 100% (Barson 2008).

Olivares-Bernabeu dan Lopez-Llorca (2002) melaporkan bahwa V. lecanii

juga dapat menginfeksi telur nematoda parasit tanaman. Uziel dan Sikora (1992) juga

menginformasikan bahwa cendawan tersebut sangat efektif untuk mengendalikan

nematoda Globodera pallida Stone pada tanaman kentang. Selain itu dilaporkan juga

sangat efektif untuk mengendalikan telur dan juvenil nematoda Heterodera glycines

(Shinya et al. 2008a & 2008b). Bahkan V. lecanii dilaporkan mampu memarasit spora

penyakit embun tepung Sphaerotheca fuliginea dan busuk akar Phytium ultimum

pada mentimun, karat daun kedelai Phakopsora pachyrizi Syd., karat daun kopi

Hemileia vastatrix, serta kapang hijau Penicillium digitatum pada buah jeruk (Shaw

1987; Benhamou & Brodeur 2000 & 2001; Benhamou 2004; Saksirirat & Hoppe

2008). Oleh karena itu, Kim et al. (2007) menyatakan bahwa cendawan

entomopatogen ini dapat digunakan sebagai salah satu agens hayati yang dapat

dipadukan dengan cara pengendalian hama lainnya dalam program pengendalian

hama terpadu (PHT).

Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Virulensi Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams

Asal Isolat

Salah satu faktor yang mempengaruhi virulensi cendawan entomopatogen

dalam mengendalikan hama adalah tingkat virulensi isolat. Virulensi antar isolat

cendawan entomopatogen disebabkan karena adanya keragaman intraspesies

(Velasquez et al. 2007). Hal ini disebabkan isolat yang diperoleh dari lokasi yang

sama tetapi dari jenis serangga yang berbeda atau sebaliknya, yaitu isolat dari lokasi

yang berbeda tetapi dari jenis serangga yang sama dimungkinkan memiliki karakter

yang berbeda baik secara fisiologis maupun genetis (Varela & Morales 1996;

Page 28: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

8

Sugimoto et al. 2003b; Rangel et al. 2005; Xiang et al. 2007). Pada umumnya

keragaman spesies berhubungan dengan serangga inang dan daerah geografis asal

isolat cendawan diperoleh (Yoon et al. 1999; Bidochka et al. 2000; Kim et al. 2001;

Sugimoto et al. 2003b). Sementara itu, keragaman genetik dalam populasi dapat

terjadi karena adanya perubahan nukleotida penyusun DNA yang disebabkan oleh

adanya hibridisasi (reproduksi seksual), paraseksual, heterokariosis, heteroploidi,

mutasi, dan rekombinasi atau migrasi gen dari suatu tempat ke tempat lain

(McDonald & McDermott 1993; Xiang et al. 2007). Heteroploidi sering berpengaruh

terhadap kecepatan tumbuh, ukuran konidia, kecepatan produksi konidia, warna hifa,

aktivitas enzim, dan virulensi cendawan (Sugimoto et al. 2003b). Sedangkan

heterokariosis merupakan proses yang cukup penting bagi cendawan dalam

pembentukan strain atau ras baru yang mungkin akan menyebabkan perubahan

tingkat virulensi cendawan (Sugimoto et al. 2003b).

Altre dan Vandenberg (2001) melaporkan bahwa virulensi cendawan

entomopatogen sering berhubungan dengan laju perkecambahan konidia dan

pertumbuhan cendawan. Isolat cendawan yang virulen akan bersporulasi dan

berkecambah lebih cepat dibandingkan isolat yang kurang virulen. Fenomena ini juga

diperkuat oleh hasil penelitian Varela dan Morales (1996) bahwa isolat cendawan

Beauveria bassiana (Bals.) Vuillemin (Deuteromycotina: Hyphomycetes) yang

virulen akan menghasilkan jumlah konidia lebih banyak dan tumbuh lebih cepat

dibandingkan dengan isolat yang kurang virulen.

Hasil penelitian Prayogo (2004) menunjukkan bahwa isolat V. lecanii yang

diperoleh dari serangga Leptocorixa oratorius (Hemiptera: Alydidae) di Probolinggo

(Jawa Timur) ternyata lebih virulen jika diaplikasikan pada R. linearis dibandingkan

V. lecanii yang diperoleh dari serangga Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae)

dari Jember. Kim et al. (2001) melaporkan bahwa isolat V. lecanii strain CS-626 dari

Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae) lebih efektif untuk mengendalikan

Trialeurodes vaporariorum (Homoptera: Aleyrodidae) dengan mortalitas hingga

mencapai 100% dibandingkan isolat yang lainnya. Menurut Ahmadi et al. (2004), L.

lecanii isolat DAOM-198499 yang diperoleh dari B. tabaci paling efektif untuk

Page 29: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

9

mengendalikan B. tabaci dibandingkan isolat DAOM-198490 yang diperoleh dari

serangga lain. Demikian juga isolat V. lecanii (V24) yang diisolasi dari Myzus

persicae (Homoptera: Aphididae) menunjukkan virulensi yang sangat tinggi hingga

mencapai 100% apabila diaplikasikan pada spesies hama yang sama (Alavo et al.

2004).

Kerapatan Konidia

Kerapatan konidia tidak kalah pentingnya dalam menentukan tingkat

keefektifan cendawan terhadap serangga inang yang akan dikendalikan (Wang et al.

2004; Vu et al. 2007). Pada umumnya semakin tinggi tingkat kerapatan konidia yang

diaplikasikan pada serangga uji, semakin tinggi mortalitas serangga yang dicapai.

Hasil penelitian Kim et al. (2001) menunjukkan bahwa aplikasi L. lecanii pada B.

tabaci dan T. vaporariorum dengan kerapatan 104-107 konidia/ml mengakibatkan

mortalitas serangga hanya di bawah 40%. Apabila kerapatan konidianya ditingkatkan

menjadi 108/ml mampu menyebabkan mortalitas T. vaporariorum hingga mencapai

100% hanya dalam kurun waktu lima hari setelah aplikasi.

Ahmadi et al. (2004) melaporkan bahwa L. lecanii pada kerapatan konidia

106/ml mampu menyebabkan mortalitas B. tabaci di atas 50%. Sementara itu, hasil

penelitian Korolev dan Gindin (1999) menunjukkan bahwa aplikasi V. lecanii pada

kerapatan 107/ml mampu membunuh B. tabaci hingga 83%. Aplikasi L. lecanii

dengan kerapatan konidia 106/ml pada kutu daun Cinara atlantica (Homoptera:

Aphididae) pada tanaman pinus mampu membunuh serangga hingga mencapai 86%

(Loureiro et al. 2004). Pengujian V. lecanii pada kerapatan konidia 107/ml terhadap

imago B. argentifolii mampu menyebabkan kematian serangga mencapai 98%

(Gindin et al. 2000). Fenomena ini mengindikasikan bahwa keragaman mortalitas

serangga uji cukup bervariasi yang ditentukan oleh jenis dan stadia stadia, serta

kerapatan konidia yang diaplikasikan.

Page 30: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

10

Umur atau Stadia Perkembangan Inang

Agens hayati dapat bekerja secara optimal apabila hama sasaran yang akan

dikendalikan berada pada stadia yang rentan (Shinya et al. 2008b). Meskipun stadia

inang cukup rentan terhadap infeksi L. lecanii akan tetapi jika stadia serangga inang

tersebut dalam proses ganti kulit maka infektivitas cendawan juga sangat rendah.

Hal ini disebabkan konidia akan terlepas bersama kutikula sebelum menginfeksi

inang (Alavo et al. 2002). Menurut Alavo et al. (2002 & 2004), aplikasi V. lecanii

pada M. persicae instar II kurang berhasil meskipun pada stadia tersebut serangga

pada kondisi sangat rentan terhadap infeksi cendawan. Hal ini disebabkan stadia

tersebut hanya berlangsung pendek, kemudian serangga mengalami ganti kulit

sehingga konidia terlepas dan gagal menginfeksi inang. Oleh karena itu, Kim et al.

(2001) menganjurkan aplikasi V. lecanii pada kelompok kutu daun lebih baik

dilakukan pada stadia telur agar diperoleh hasil yang optimal.

Menurut Gindin et al. (2000), persentase telur B. argentifolii yang tidak

menetas akibat terinfeksi V. lecanii dipengaruhi oleh umur telur setelah diletakkan

oleh imago. Lebih lanjut dilaporkan Gindin et al. (2000) bahwa telur yang baru

diletakkan oleh imago lebih mudah terinfeksi dan dikolonisasi oleh cendawan

tersebut. Hal ini disebabkan struktur telur bagian terluar, yaitu korion masih lentur

belum mengalami pengerasan (melanisasi) sehingga tabung kecambah (germ tube)

yang baru terbentuk pada konidia selanjutnya lebih mudah untuk penetrasi masuk ke

dalam jaringan telur. Namun, hasil penelitian del-Prado et al. (2008) menunjukkan

hasil yang berbeda bahwa telur kutu kapuk kelapa Aleurodiscus cocois Curtis, 1846

(Homoptera: Aleyrodidae) yang berumur tujuh hari atau yang akan menetas, lebih

mudah terinfeksi oleh cendawan Paecilomyces fumosoroseus (Deuteromycotina:

Hyphomycetes) maupun L. lecanii dengan tingkat kematian mencapai 82%. Hal ini

disebabkan struktur korion mulai pecah sehingga konidia yang berkecambah

langsung penetrasi ke dalam telur dan menginfeksi nimfa yang terbentuk, meskipun

untuk menyebabkan kematian membutuhkan waktu yang lebih lama.

Page 31: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

11

Faktor Lingkungan

Cendawan L. lecanii merupakan salah satu jenis agens hayati yang

mempunyai potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai agens pengendali hama

(Goettel et al. 2007). Potensi cendawan di lapangan sangat bergantung pada beberapa

faktor lingkungan, antara lain suhu (Yeo et al. 2003; Shimazu 2004 ; Avery et al.

2004; Kope et al. 2007), kelembaban (Rangel et al. 2005 ; Drummond et al. 2007),

air hujan (Fransen 1995; Pell et al. 1997; Furlong & Pell 1997), dan pengaruh UV

oleh sinar matahari (Braga et al. 2001a ; 2001b ; 2001c ; 2001d). Tiga kelompok

sinar UV, yaitu UV-A dengan panjang gelombang 320-400 nm, UV-B dengan

panjang gelombang 280-320 nm, dan UV-C kurang dari 280 nm (Yuen et al. 2002).

Dari ketiga jenis panjang gelombang tersebut yang sangat berpengaruh secara biologi

maupun fisiologi cendawan entomopatogen adalah sinar UV-A dan UV-B.

Sedangkan sinar UV-C kurang penting karena panjang gelombang tersebut pada

umumnya sebagian besar sudah diabsorbsi oleh atmosfir bumi.

Hasil penelitian Braga et al. (2002) menunjukkan bahwa V. lecanii yang

terpapar pada sinar UV-B selama tiga jam mampu tumbuh namun pemaparan selama

empat jam akan menyebabkan cendawan mati. Menurut Yuen et al. (2002) dan

McCoy et al. (2004), dampak UV-A dan UV-B dari sinar matahari secara langsung

akan menyebabkan kematian sel dan mutasi akibat terjadi kerusakan susunan

kromosom pada DNA. Moore et al. (1993) menyatakan bahwa sinar UV-C

menyebabkan terjadinya penundaan dan penurunan perkecambahan konidia.

Penurunan daya kecambah konidia cendawan diakibatkan oleh meningkatnya

respirasi dan aktivitas metabolik di dalam konidia sehingga menurunkan cadangan

makanan di dalam konidia.

Hallsworth dan Magan (1996) melaporkan bahwa tingkat perkecambahan

konidia ditentukan oleh kandungan poliol dan trehalosa. Sementara itu, kedua

senyawa ini sangat berperan dalam pengaturan tekanan osmotik di dalam konidia dan

tekanan osmotik tersebut ditentukan oleh suhu lingkungan tumbuh konidia.

Sehubungan dengan hal tersebut maka isolat cendawan entomopatogen yang

Page 32: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

12

mempunyai toleransi terhadap suhu tinggi, berpeluang besar untuk digunakan sebagai

salah satu agens hayati khususnya pada lahan yang beriklim kering. Hal ini

disebabkan sebagian besar agens hayati kurang toleran terhadap faktor abiotik

khususnya sinar matahari (McCoy et al. 2004). Oleh karena itu, untuk mengurangi

kendala faktor tersebut maka pengendalian hama menggunakan agens cendawan

disarankan mengatur waktu aplikasi maupun menggunakan bahan pelindung (Verhaar

et al. 1999; Williams et al. 2000; Samodra & Ibrahim 2006).

Peranan Minyak Nabati dalam Mempertahankan Viabilitas Cendawan Entomopatogen

Menurut Leland (2001a), keefektifan cendawan entomopatogen akan menurun

hingga mencapai 70% apabila diaplikasikan di lahan terbuka tanpa menggunakan

bahan pelindung. Bahan pelindung mampu mempertahankan persistensi cendawan

dari pengaruh sinar matahari sehingga efikasi pengendalian di lapangan meningkat

(Shah et al. 1998; Inyang et al. 2000). Katatny (2003), Smith dan Sinoquet (2004)

menganjurkan pada waktu aplikasi sebaiknya ditambah larutan minyak untuk

meningkatkan persistensi dan proliferasi cendawan pada permukaan daun yang

hidrofobik. Sedangkan Williams et al. (2000) dalam mempertahankan keefektifan V.

lecanii dari pengaruh sinar UV menganjurkan memakai bahan pelindung dan bahan

perekat.

Beberapa jenis bahan pelindung yang dianjurkan antara lain minyak mineral

dan minyak nabati yang sudah dilaporkan mampu mempertahankan dan melindungi

kelembaban pada konidia sewaktu aplikasi di lapangan (Verhaar et al. 1999). Hal ini

disebabkan oleh senyawa gliserol yang terkandung di dalam minyak mampu

mengabsorpsi sinar matahari yang mendera. Menurut Leland (2001a), minyak nabati

yang ditambahkan pada suspensi konidia akan membentuk lapisan biofilm yang

berfungsi dapat melapisi konidia sehingga konidia terhindar dari pengaruh negatif

sinar UV.

Page 33: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

13

Penambahan minyak ke dalam suspensi cendawan mempunyai peluang yang

besar untuk diterapkan pada pengendalian hama terutama di lahan yang mempunyai

tipe iklim kering (Leland 2001a & 2001b). Kandungan minyak nabati, disamping

berfungsi sebagai pelindung dari kekeringan diduga juga berperan sebagai sumber

nutrisi bagi konidia cendawan. Dengan demikian, konidia yang diaplikasikan

mendapatkan sumber makanan yang cukup sebelum mampu menemukan inang.

Menurut Williams et al. (2000) dan Alavo et al. (2002), minyak nabati dari

biji kedelai, biji kacang tanah, dan biji sawi dapat diformulasikan dengan V. lecanii

sehingga mampu mempertahankan keefektifan cendawan dalam mengendalikan M.

persicae. Minyak kacang tanah dan kedelai, selain mengandung lemak juga memiliki

komposisi protein yang cukup tinggi. Bender (2005) dan Mercola (2008) melaporkan

bahwa minyak kacang tanah dan minyak kedelai mengandung asam lemak tidak

jenuh lebih tinggi dibandingkan asam lemak jenuh. Diduga kandungan asam lemak

tidak jenuh tersebut terhidrolisis dan segera dirombak oleh enzim lipase cendawan L.

lecanii. Dengan demikian, minyak nabati dapat digunakan sebagai sumber nutrisi

yang kaya energi bagi perkecambahan konidia dan perkembangan cendawan di

lapangan.

Page 34: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

BAB III

KARAKTERISASI FISIOLOGI BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii (Zimm.)

(Viegas) Zare & Gams DAN VIRULENSINYA TERHADAP TELUR HAMA PENGISAP POLONG KEDELAI

Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae)

[Physiological characterization of various entomopathogenic fungi (Lecanicillium lecanii) (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams isolates and Their

Virulence to pod sucking bug Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) egg]

Abstrak Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams merupakan salah satu jenis cendawan entomopatogen yang memiliki kisaran inang cukup luas. Virulensi cendawan dipengaruhi oleh keragaman intraspesies yang memiliki perbedaan karakter fisiologi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter fisiologi beberapa isolat L. lecanii dan virulensinya terhadap telur Riptortus linearis. Perlakuan adalah 37 isolat L. lecanii yang diperoleh dari beberapa lahan pertanaman kedelai di Indonesia. Dari penelitian telah diperoleh empat isolat L. lecanii yang virulen terhadap telur R. linearis. yaitu Ll-JTM11, Ll-JTM12, Ll-JTM15, dan Ll-TB2 dengan persentase telur yang tidak menetas masing-masing 75%, 72%, 69%, dan 73%. Isolat yang virulen tumbuh lebih cepat dengan membentuk karakter koloni wholly yang memiliki kemampuan memproduksi konidia lebih banyak, ukuran konidia lebih besar, serta memiliki daya kecambah konidia di atas 95% dalam waktu hanya 12 jam. Suhu untuk fase vegetatif semua isolat L. lecanii lebih luas yaitu 20-27 oC, sedangkan suhu untuk fase generatif lebih sempit pada 27 oC. Tiga puluh tujuh isolat yang diuji membentuk dua kelompok berdasarkan kesamaan karakter fisiologi cendawan. Empat isolat yang virulen memiliki kesamaan karakter fisiologi yang sangat dekat dengan derajat kemiripan 98%. Pengelompokan karakter fisiologi isolat tidak berkaitan dengan sumber inang maupun geografi isolat. Kata kunci: karakter fisiologi, konidia, isolat, suhu, telur.

Page 35: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

15

Abstract

Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams is one of the entomopathogenic fungi which has a broad host insect. The virulence of fungi is affected by intraspecies diversity having different physiological characters. The aim of the research is to study the physiological character and their virulence of various L. lecanii isolates to Riptortus linearis eggs. Thirty seven L. lecanii isolates as treatment were obtained from several soybean plantations in Indonesia. The result showed that four isolates. namely Vl-JTM11, Vl-JTM12, Vl-JTM15, and Vl-TB2 were considered virulent against insect eggs. These isolates could kill respectively 75%, 72%, 69%, and 73% eggs. The virulent isolates were physiologically characterized by greater growth rate than other isolates. thick and wholly colony which indicated higher conidia production, and more than 95% germ tubes were formed after 12 hours of incubation in the water. Vegetative stage of all L. lecanii isolates grew well in a wider range of temperature between 20-27 oC as compared with generative stage which was only 27 oC. None of the fungal isolates could tolerate temperature above 32 oC. All isolates tested based on physiological characters formed two groups. Four virulent isolates exhibited high similarity in physiological character equal to 98%. Clustering of isolates did not correlate with the host type nor the geographic origin. Key words: physiological character, conidia, isolate, temperature, egg.

Pendahuluan

Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) merupakan salah satu hama

pengisap polong kedelai yang sangat penting karena mampu menyebabkan

kehilangan hasil hingga mencapai 80% (Tengkano et al. 1988). Pengendalian R.

linearis hingga saat ini masih mengandalkan keampuhan pestisida kimia. hal ini

disebabkan hasilnya dapat diketahui dalam waktu singkat. Pengendalian R. linearis

menggunakan insektisida kimia hanya mampu membunuh stadia nimfa maupun

imago. Sedangkan stadia telur masih dapat bertahan dan berkembang menjadi stadia

lebih lanjut sehingga keberadaan hama tersebut di lapangan dapat berlangsung terus

menerus. Oleh karena itu, pengendalian R. linearis menggunakan insektisida kimia

menjadi kurang berhasil.

Prayogo (2004) melaporkan bahwa stadia telur R. linearis dapat diinfeksi oleh

cendawan entomopatogen Verticillium lecanii (=Lecanicillium lecanii) (Zimm.)

Page 36: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

16

(Viegas) Zare & Gams (Deuteromycotina: Hyphomycetes). Telur yang terinfeksi L.

lecanii akhirnya tidak mampu menetas hingga mencapai 51%, sedangkan telur yang

mampu menetas menjadi nimfa I akhirnya tidak dapat berkembang lebih lanjut. Hal

ini disebabkan cendawan sudah menginfeksi embrio di dalam telur. Laporan lain

menyebutkan bahwa V. lecanii juga mampu menginfeksi telur Bemisia tabaci. B.

argentifolii. dan Trialeurodes vaporariorum (Homoptera: Aleyrodidae) (Gindin et al.

2000; Aiuchi et al. 2008b). Shinya et al. (2007) melaporkan bahwa cendawan ini

sangat toksik terhadap telur nematoda Heterodera glycines. Kejadian tersebut

disebabkan cendawan mampu memproduksi toksin yang bersifat ovisidal (Soman et

al. 2000). Oleh karena itu. cendawan tersebut dapat digunakan sebagai salah satu

agens hayati dalam program pengendalian hama terpadu (PHT) (Koike et al. 2004).

Menurut Anyala-Zermeno et al. (2005) L. lecanii memiliki tingkat virulensi

yang sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya keragaman isolat yang cukup

tinggi yang banyak ditemukan di lapangan. baik daerah tropis maupun subtropis

(Jung et al. 2006; Aiuchi et al. 2008a). Untuk memperoleh isolat yang virulen maka

langkah awal yang dapat dilakukan adalah eksplorasi dari berbagai sumber inang dan

lokasi yang berbeda (Lee et al. 2002; Alavo et al. 2004; Aiuchi et al. 2007). Zhen-

Hiang et al. (2005) dan Fatiha et al. (2007) melaporkan bahwa virulensi cendawan

entomopatogen dipengaruhi oleh karakter fisiologi. Sementara itu. karakter fisiologi

cendawan berkaitan erat dengan kecepatan pertumbuhan koloni (Ibrahim et al. 2002;

Kope et al. 2007), sporulasi (Grajek 2008), daya kecambah konidia (Feng et al. 2002;

Yeo et al. 2003), dan toleransi terhadap perbedaan suhu (Davidson et al. 2003; Kope

et al. 2008).

Di Indonesia, pemanfaatan cendawan L. lecanii untuk digunakan sebagai

agens pengendalian hama belum banyak dilaporkan. Oleh karena itu. dengan

diperolehnya isolat L. lecanii yang virulen dari berbagai lokasi diharapkan

pengendalian R. linearis dapat diatasi sehingga kehilangan hasil kedelai dan biaya

pengendalian dapat ditekan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter

fisiologi beberapa isolat L. lecanii dan virulensinya terhadap telur R. linearis.

Page 37: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

17

Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan di Laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi

Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang dimulai dari bulan Maret

sampai dengan September 2007.

Eksplorasi Isolat L. lecanii L. lecanii diperoleh dengan cara mengumpulkan isolat dari empat sentra

produksi kedelai di Indonesia meliputi provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Jawa

Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Metode eksplorasi cendawan dilakukan dengan

tiga cara menurut Humber (1997 & 1998) dan Zimmermann (1998); yakni isolasi dari

bangkai serangga mati (cadaver), pengumpanan (insect bait methode), dan isolasi

dari dalam tanah.

Isolasi dari cadaver dilakukan dengan mengambil beberapa serangga hama

meliputi; R. linearis (F.), Nezara viridula (L.), Piezodorus hybneri (F.), Trialeurodes

sp., dan Spodoptera litura (F.) yang mati terinfeksi cendawan dari lapangan

kemudian dibawa ke laboratorium. Cadaver dipotong-potong sebesar ± 0.5 cm

kemudian direndam di dalam larutan hipoklorit 0.25% selama 30 detik untuk

mematikan mikrob kontaminan. Masing-masing potongan cadaver kemudian

direndam di dalam air steril selama 60 detik dan dikeringkan menggunakan kertas

saring sebelum ditumbuhkan pada media potato dextrose agar (PDA). Pada umur

tujuh hari setelah inokulasi (HSI), semua jenis koloni yang tumbuh diidentifikasi

berdasarkan karakter morfologi cendawan (Samson et al. 1988).

Metode pengumpanan diperoleh dengan cara memaparkan serangga hidup R.

linearis dan S. litura pada contoh tanah di dalam cawan Petri (Anderson et al. 2007).

Tanah diambil dari lahan pertanaman kedelai dari masing-masing lokasi yang

tersebut di atas. Setiap cawan Petri kemudian dimasukkan ke dalam inkubator sampai

serangga mati dan terkolonisasi cendawan. Cadaver dipotong-potong 0.5 cm

kemudian direndam di dalam larutan hipoklorit 0.25% selama 30 detik untuk

mematikan mikrob kontaminan. Potongan cadaver direndam di dalam air steril

Page 38: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

18

selama 60 detik kemudian dikeringkan dengan kertas saring terlebih dahulu sebelum

ditumbuhkan pada media PDA. Pada umur tujuh HSI. semua jenis koloni yang

tumbuh diamati secara mikroskopis dan diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi

cendawan (Samson et al. 1988).

Isolasi dari tanah dilakukan dengan cara mengambil contoh tanah dari sekitar

lahan pertanaman kedelai dengan kedalaman kurang lebih 10 cm beserta sisa-sisa

tanaman kemudian dicampur hingga homogen (Asensio et al. 2003). Contoh tanah

ditimbang 1 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah air steril 9

ml. Tabung reaksi dikocok menggunakan vortex selama 60 detik dan suspensi yang

terbentuk diambil 1 ml dengan mikro pipet kemudian dibuat seri pengenceran

bertingkat hingga 10-4. Dari masing-masing seri pengenceran diambil 1 ml yang

sebelumnya dikocok menggunakan vortex selama 30 detik kemudian diinkubasi di

dalam cawan Petri steril yang diisi media PDA 10 ml. Pada umur tujuh HSI, semua

jenis koloni yang tumbuh diamati secara mikroskopis dan diidentifikasi berdasarkan

karakter morfologi cendawan (Samson et al. 1988).

Uji Virulensi Berbagai Isolat L. lecanii terhadap Telur R. linearis Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang diulang

sebanyak empat kali. Perlakuan adalah 37 isolat L. lecanii yang sudah teridentifikasi

(Tabel 1).

Perbanyakan Isolat L. lecanii

Setiap isolat L. lecanii ditumbuhkan pada media PDA di dalam cawan Petri

yang berdiameter 9 cm. Pada umur 21 HSI, konidia cendawan yang terbentuk dikerok

dengan kuas halus yang dibasahi dengan air kemudian dimasukkan ke dalam tabung

reaksi yang berisi air steril. Suspensi konidia kemudian dikocok menggunakan vortex

selama 30 detik dan dihitung kerapatan konidianya dengan menggunakan

Page 39: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

19

haemocytometer merk Griffin & George (German) hingga diperoleh kerapatan

107/ml.

Tabel 1 Isolat cendawan L. lecanii yang diperoleh dari empat sentra produksi kedelai di Indonesia

Nomor

Isolat

Asal isolat

Lokasi 1 Ll-JTM1 Tanah Klabat1, Banyuwangi 2 Ll-JTM2 Tanah Klabat2, Banyuwangi 3 Ll-JTM3 Tanah Klabat3, Banyuwangi 4 Ll-JTM4 Tanah Tisnogambar1, Jember 5 Ll-JTM5 Tanah Tisnogambar2, Jember 6 Ll-JTM6 Tanah Jambirono1, Jember 7 Ll-JTM7 Tanah Jambirono2, Jember 8 Ll-JTM8 Spodoptera litura Jambirono3, Jember 9 Ll-JTM9 Spodoptera litura Jambirono4, Jember

10 Ll-JTM10 Nezara viridula Yosowilangun1, Lumajang 11 Ll-JTM11 Spodoptera litura Yosowilangun2, Lumajang 12 Ll-JTM12 Spodoptera litura Yosowilangun3, Lumajang 13 Ll-JTM13 Tanah Yosowilangun4, Lumajang 14 Ll-JTM14 Tanah Muneng1, Probolinggo 15 Ll-JTM15 Riptortus linearis Muneng2, Probolinggo 16 Ll-JTM16 Spodoptera litura Muneng3, Probolinggo 17 Ll-JTM17 Trialeurodes sp. Karangan, Trenggalek 18 Ll-ME1 Spodoptera litura Muara Enim1, Palembang 19 Ll-ME2 Nezara viridula Muara Enim2, Palembang 20 Ll-ME3 Piezodorus hybneri Muara Enim3, Palembang 21 Ll-OK1 Tanah OKU1, Palembang 22 Ll-OK2 Tanah OKU2, Palembang 23 Ll-LT1 Tanah Kalirejo1, Lampung Tengah 24 Ll-LT2 Tanah Kalirejo2, Lampung Tengah 25 Ll-LT3 Tanah Kalirejo3, Lampung Tengah 26 Ll-TB1 Spodoptera litura Tulang Bawang1, Lampung 27 Ll-TB2 Spodoptera litura Tulang Bawang2, Lampung 28 Ll-TB3 Tanah Tulang Bawang3, Lampung 29 Ll-TB4 Tanah Tulang Bawang4, Lampung 30 Ll-TB5 Tanah Tulang Bawang5, Lampung 31 Ll-TB6 Spodoptera litura Tulang Bawang6, Lampung 32 Ll-NTB1 Tanah Kediri1, Lombok Barat 33 Ll-NTB2 Tanah Kediri2, Lombok Barat 34 Ll-NTB3 Tanah Ampenan1, Mataram 35 Ll-NTB4 Tanah Ampenan2, Mataram 36 Ll-NTB5 Tanah Ampenan3, Mataram 37 Ll-NTB6 Tanah Ampenan4, Mataram

Page 40: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

20

Pembiakan Imago R. linearis untuk Mendapatkan Telur

Telur R. linearis diperoleh dengan cara mengembangbiakkan imago di dalam

laboratorium. Imago R. linearis diambil dengan jaring dari lahan pertanaman kedelai

di Probolinggo, Jawa Timur pada tahun 2006 kemudian dipelihara di dalam sangkar

kawat yang disungkup dengan kain trikot. Serangga diberi pakan kacang panjang

yang sudah terbentuk bijinya dan setiap dua hari pakan diganti dengan kacang yang

segar. Pada bagian dinding di dalam sangkar diselipkan benang-benang halus

berwarna kuning yang berfungsi sebagai tempat peletakkan telur oleh imago betina.

Inokulasi L. lecanii pada Telur R. linearis

Suspensi tiap isolat L. lecanii yang sudah dihitung kerapatan konidianya

kemudian diaplikasikan pada kelompok telur R. linearis yang berumur satu hari di

dalam cawan Petri berdiameter 18 cm. Dosis aplikasi 2 ml yang disemprotkan pada

100 butir telur sebagai perlakuan per ulangan. Di dalam cawan Petri diberi lapisan

kertas tissue yang dibasahi dengan air dan kelembaban dipertahankan di atas 80%

setiap hari. Variabel yang diamati adalah; (1) jumlah telur tidak menetas akibat

terinfeksi L. lecanii yang dihitung mulai sejak waktu aplikasi sampai dengan umur 6

hari setelah aplikasi (HSA), (2) jumlah nimfa II R. linearis hidup yang dihitung sejak

stadia telur, dan (3) jumlah konidia L. lecanii yang diproduksi pada tiap telur R.

linearis yang tidak menetas. Tiap butir telur yang tidak menetas dimasukkan ke

dalam tabung reaksi dan ditambah air 10 ml kemudian dikocok menggunakan vortex

selama 30 detik. Masing-masing suspensi pada tiap-tiap perlakuan dihitung jumlah

konidia yang terbentuk menggunakan haemocytometer.

Ukuran Konidia Konidia yang terbentuk pada tiap telur yang tidak menetas diambil

menggunakan kuas kemudian diletakkan di atas kaca obyek yang ditetesi dengan air

selanjutnya ditutup dengan gelas penutup (cover glass). Konidia tiap isolat diukur

Page 41: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

21

menggunakan mikrometer okuler dari mikroskup optik merk Zeiss, tipe 47.30159901

(German) yang sudah dikalibrasi dengan perbesaran 40x. Setiap isolat diukur

sebanyak 10 konidia sebagai ulangan.

Daya Kecambah dan Periode Waktu Kecambah Konidia L. lecanii

Konidia dari masing-masing isolat pada telur yang tidak menetas diinkubasi di

dalam air. Setelah 10 jam diinkubasi kemudian dilakukan pengamatan terhadap

jumlah konidia yang berkecambah dengan menggunakan mikroskup optik merk

Olympus, model CX 21FSI. Pengamatan periode waktu kecambah dimulai dari waktu

inkubasi konidia dan dihentikan setelah konidia yang berkecambah mencapai 95%

(Feng et al. 2002).

Toleransi Berbagai Isolat L. lecanii pada Berbagai Tingkat Suhu

Isolat L. lecanii ditumbuhkan pada media PDA di dalam cawan Petri yang

berdiameter 9 cm kemudian biakan cendawan disimpan pada suhu yang berbeda.

yaitu 20 oC, 25 oC, 27 oC, 30 oC, dan 32 oC. Pertumbuhan koloni diukur hingga umur

21 HSI. Jumlah konidia yang diproduksi dihitung dengan cara mengambil sebanyak 1

g dari masing-masing isolat beserta medianya dan dimasukkan ke dalam labu

Erlenmeyer kemudian ditambah air 100 ml. Labu dikocok menggunakan vortex

selama 30 detik kemudian jumlah konidia dihitung menggunakan haemocytometer.

Bentuk karakter koloni setiap isolat diamati berdasarkan metode yang dikembangkan

oleh Rayner dan Boddy (1988).

Analisis Data

Semua data yang diperoleh dianalisis menggunakan program MINITAB 14.

Apabila terdapat perbedaan di antara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji beda

nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata α = 0.05.

Page 42: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

22

Analisis Pengelompokan Isolat

Pengelompokan isolat L. lecanii didasarkan dari kemiripan karakter fisiologi

cendawan, meliputi; (1) virulensi, (2) jumlah konidia yang diproduksi pada tiap telur

yang tidak menetas, (3) ukuran konidia, (4) daya kecambah konidia, (5) periode

waktu kecambah, (6) toleransi terhadap suhu, dan (7) karakter koloni menggunakan

program MINITAB 14. Hasil analisis pengelompokan isolat adalah berupa

dendogram hubungan kemiripan antar isolat.

Hasil dan Pembahasan Virulensi Beberapa Isolat L. lecanii terhadap Telur R. linearis

Virulensi isolat diukur dari persentase telur R. linearis yang tidak menetas

hingga enam hari setelah aplikasi (HSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perbedaan asal isolat berpengaruh nyata terhadap virulensi cendawan. Virulensi

tertinggi dicapai pada isolat Ll-JTM11 dengan jumlah telur yang tidak menetas

mencapai 75% (Tabel 2). Sedangkan telur yang tidak menetas terendah hanya 12%.

yaitu pada isolat Ll-NTB4. Dari percobaan diperoleh empat isolat yang memiliki

virulensi tinggi, yaitu Ll-JTM11, Ll-JTM12, Ll-JTM15, dan Ll-TB2 dengan

persentase telur yang tidak menetas berturut-turut 75%, 72%, 69%, dan 73%.

Isolat L. lecanii yang virulen terhadap telur R. linearis semuanya diperoleh

dari cadaver Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae), kecuali isolat Ll-JTM15

yang diperoleh dari cadaver R. linearis. Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa

cendawan L. lecanii tidak spesifik inang. Isolat yang lebih virulen dapat diperoleh

dengan cara eksplorasi dari berbagai serangga lain. Hasil penelitian ini mendukung

Trizelia (2005) yang mendapatkan isolat Beauveria bassiana (Deuteromycotina:

Hyphomycetes) yang diperoleh dari serangga yang sama dengan serangga uji juga

tidak menunjukkan virulensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan isolat yang

diperoleh dari jenis serangga yang berbeda dengan serangga uji.

Page 43: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

23

Tabel 2 menunjukkan bahwa isolat L. lecanii yang diperoleh dari metode

pengumpanan maupun isolasi dari tanah mengindikasikan virulensi lebih rendah,

yaitu hanya di bawah 45% apabila dibandingkan dengan isolat yang diperoleh dari

bangkai serangga. Hal ini diduga karena isolat yang diperoleh dari tanah mengalami

fase saprob dan cendawan mengalami banyak cekaman, seperti aktivitas pestisida

kimia maupun senyawa metabolit bekas tanaman yang ada dipermukaan tanah. Oleh

karena itu, isolat L. lecanii yang diperoleh dari tanah maupun metode pengumpanan

sebaiknya diinfeksikan ke serangga inang terlebih dahulu sebelum diuji agar totalitas

fase patogenesis setiap isolat dapat diekspresikan. Menurut Ropek dan Para (2002),

pertumbuhan V. lecanii yang diperoleh dari tanah dipengaruhi oleh berbagai

kontaminan dari logam berat seperti cadmium (Cd) dan plumbum (Pb). Popowska-

Nowak et al. (2000) juga melaporkan bahwa pertumbuhan cendawan Paecilomyces

farinosus (Wize) Brown & Simth (Deuteromycotina: Hyphomycetes) dipengaruhi

oleh aktivitas logam berat. Sementara itu, Klingen et al. (2002) melaporkan bahwa

senyawa metabolit sekunder tanaman dapat menghambat pertumbuhan cendawan

Metarhizium anisopliae (Metsch.) (Deuteromycotina: Hyphomycetes) dalam

konsentrasi yang rendah, sedangkan pada konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan

toksik. Senyawa metabolit dari serasah berbagai tanaman khususnya dari kelompok

Brassicaceae sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

cendawan B. bassiana meskipun cendawan tersebut sudah dikulturkan beberapa kali

(Sudirman et al. 2008).

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa virulensi isolat sangat beragam

tergantung dari asal isolat, serangga inang, maupun kondisi ekologi setempat. Alavo

et al. (2004) menyatakan bahwa kisaran inang dan kondisi ekologi dapat

mempengaruhi keragaman genetik yang berpengaruh langsung terhadap tingkat

virulensi cendawan. Menurut Fatiha et al. (2007) perbedaan virulensi isolat V. lecanii

dipengaruhi oleh keragaman intraspesies. Sementara itu, keragaman intraspesies

dipengaruhi oleh keragaman genetik isolat V. lecanii (Sugimoto et al. 2003a &

2003b). Keragaman genetik dapat terjadi karena mutasi, rekombinasi gen, reproduksi

Page 44: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

24

seksual dan paraseksual, seleksi, heterokariosis, dan migrasi gen dari suatu tempat ke

tempat lain (McDonald & McDermott 1993; Dalzoto et al. 2003).

Isolat yang diperoleh dari serangga inang yang sama tetapi dari geografi yang

berbeda atau isolat yang diperoleh dari serangga yang berbeda namun dari geografi

yang sama kemungkinan memiliki virulensi yang berbeda (Fatiha et al. 2007). Hasil

penelitian Mor et al. (1996) menunjukkan bahwa virulensi V. lecanii yang diuji

berkisar dari 0-83% dan variasi ini dipengaruhi oleh serangga inang maupun geografi

isolat. Ekesi (2001) menyatakan bahwa perbedaan virulensi pada cendawan M.

anisopliae dan B. bassiana (Deuteromycotina: Hyphomycetes) juga dipengaruhi oleh

faktor intraspesies.

Jumlah Konidia pada Telur R. linearis yang Tidak Menetas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asal isolat berpengaruh terhadap jumlah

konidia yang terbentuk pada tiap telur R. linearis yang tidak menetas (Tabel 2).

Jumlah konidia L. lecanii yang terbanyak diperoleh pada isolat Ll-TB2, yaitu hingga

7.825 x 106 per telur. Jumlah konidia terbanyak diikuti oleh isolat Ll-JTM15, Ll-

JTM12, dan Ll-JTM11 masing-masing 7.373 x 106, 7.250 x 106, dan 7.150 x 106 per

telur. Isolat Ll-JTM13 juga mampu memproduksi konidia cukup tinggi hingga

mencapai 6.45 x 106 per telur dan isolat tersebut tidak berbeda nyata dengan isolat Ll-

JTM11 dan Ll-JTM12. Namun, jumlah konidia pada isolat Ll-JTM13 tidak

berkorelasi dengan tingkat virulensi jika dilihat dari jumlah telur yang tidak menetas

hanya di bawah 50%. Produksi konidia pada isolat yang kurang virulen sangat

rendah. yaitu hanya berkisar 1–5.1 x 106 per telur. Dari 37 isolat yang diuji, Ll-TB2

mampu memproduksi konidia terbanyak meskipun tidak berbeda nyata dengan

jumlah konidia yang terbentuk pada isolat Ll-JTM11, Ll-JTM12, maupun Ll-JTM15.

Page 45: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

25

Tabel 2 Rata-rata persentase telur R. linearis yang tidak menetas setelah terinfeksi L. lecanii

No.

Isolat Telur tidak

menetas (%)* Jumlah konidia tiap

telur (x106)* Persentase nimfa II

hidup (%)* 1 Ll-JTM1 25 ± 11.0 efghi 2.675 ± 1.342 hijk 53 ± 5.5 defgh 2 Ll-JTM2 23 ± 10.6 fghi 3.125 ± 1.142 ghijk 61 ± 12.6 cdef 3 Ll-JTM3 20 ± 13.0 hi 1.775 ± 0.231 lmn 71 ± 14.0 bc 4 Ll-JTM4 21 ± 7.4 hi 2.050 ± 0.410 jklmn 63 ± 7.1 bcdef 5 Ll-JTM5 35 ± 5.5 def 1.500 ± 0.392 n 46 ± 9.3 gh 6 Ll-JTM6 32 ± 5.2 defg 2.800 ± 0.744 hijklm 58 ± 3.7 cdefg 7 Ll-JTM7 27 ± 7.6 efgh 4.225 ± 0.673 cdefg 60 ± 7.4 cdefg 8 Ll-JTM8 37 ± 13.3 cd 3.925 ± 0.945 cdefgh 59 ± 10.6 cdefg 9 Ll-JTM9 24 ± 5.2 efghi 2.250 ± 0.547 jklmn 57 ± 7.6 cdefgh

10 Ll-JTM10 26 ± 3.7 efgh 2.150 ± 0.652 jklmn 52 ± 5.2 efgh 11 Ll-JTM11 75 ± 9.7 a 7.150 ± 1.125 ab 18 ± 6.4 i 12 Ll-JTM12 72 ± 11.7 a 7.250 ± 0.358 ab 21 ± 5.5 i 13 Ll-JTM13 44 ± 10.9 c 6.450 ± 0.469 b 53 ± 9.7 defgh 14 Ll-JTM14 44 ± 8.0 c 4.950 ± 1.157 cd 50 ± 7.7 fgh 15 Ll-JTM15 69 ± 12.2 a 7.375 ± 0.929 ab 21 ± 4.6 i 16 Ll-JTM16 32 ± 9.1 defg 4.425 ± 1.028 cdef 62 ± 8.8 bcdef 17 Ll-JTM17 30 ± 4.8 efgh 1.625 ± 0.819 mn 53 ± 6.3 defgh 18 Ll-ME1 49 ± 4.6 b 3.000 ± 0.818 ghijkl 43 ± 8.7 h 19 Ll-ME2 44 ± 6.0 c 4.550 ± 0.727 cdef 43 ± 1.8 h 20 Ll-ME3 37 ± 14.3 cd 1.775 ± 0.977 lmn 53 ± 8.0 efgh 21 Ll-OK1 35 ± 7.6 def 2.700 ± 0.855 hijklm 46 ± 13.7 gh 22 Ll-OK2 30 ± 7.7 efgh 4.550 ± 0.746 cdef 57 ± 10.6 cdefgh 23 Ll-LT1 22 ± 4.8 ghi 4.400 ± 0.495 cdef 69 ± 8.2 bc 24 Ll-LT2 21 ± 7.0 hi 3.600 ± 0.941 efghi 66 ± 6.4 bcde 25 Ll-LT3 26 ± 7.7 efgh 2.550 ± 0.410 ijklmn 66 ± 15.6 bcde 26 Ll-TB1 19 ± 6.7 hi 2.025 ± 0.681 klmn 71 ± 19.7 bc 27 Ll-TB2 73 ± 10.6 a 7.825 ± 0.681 a 22 ± 12.3 i 28 Ll-TB3 27 ± 3.5 efgh 3.775 ± 0.706 defghi 61 ± 7.1 cdef 29 Ll-TB4 28 ± 10.9 efgh 3.025 ± 0.086 ghijkl 65 ± 14.0 bcde 30 Ll-TB5 36 ± 4.3 cde 5.100 ± 2.338 c 50 ± 6.4 fgh 31 Ll-TB6 32 ± 11.7 defg 4.575 ± 0.706 cde 63 ± 6.3 bcdef 32 Ll-NTB1 26 ± 8.8 efgh 1.900 ± 0.627 klmn 57 ± 4.6 cdefgh 33 Ll-NTB2 29 ± 9.6 efgh 2.600 ± 0.434 ijklmn 57 ± 8.2 cdefgh 34 Ll-NTB3 25 ± 8.2 efghi 3.300 ± 1.302 fghij 60 ± 3.0 cdefg 35 Ll-NTB4 12 ± 5.2 j 1.400 ± 0.839 cdef 76 ± 10.0 b 36 Ll-NTB5 23 ± 6.4 fghi 2.525 ± 0.886 ijklmn 67 ± 9.2 bcd 37 Ll-NTB6 17 ± 6.3 i 2.175 ± 0.416 jklmn 59 ± 12.2 cdefg

LSD (0.05) 13.4 1.268 14.1 * Data ditransformasi ke arc sin √x sebelum sidik ragam. Rata-rata selajur yang

diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji BNT, α = 0.05).

Page 46: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

26

Tabel 2 menunjukkan bahwa isolat yang mampu memproduksi konidia

terbanyak mempunyai korelasi positif dengan virulensi cendawan. Pengamatan secara

mikroskopis mengindikasikan bahwa karakter isolat yang virulen ditandai dengan

tingkat pertumbuhan dan kolonisasi miselium pada telur lebih cepat dan lebih tebal

(Gambar 1a) dibandingkan dengan isolat yang kurang virulen (Gambar 1b). Geden et

al. (1995) mengindikasikan bahwa isolat B. bassiana yang virulen terhadap Musca

domestica memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, struktur miselium lebih padat,

dan konidia yang dihasilkan lebih banyak. Sementara itu, isolat yang kurang virulen

tumbuh lebih lambat, miselium lebih tipis, dan jumlah konidia yang dihasilkan lebih

sedikit.

Gambar 1 Kolonisasi miselium isolat L. lecanii yang virulen (a) dan isolat yang

kurang virulen (b) pada telur R. linearis tujuh hari setelah aplikasi (HSA).

Pada tiap konidiofor isolat yang virulen mampu memproduksi konidia lebih

banyak dibandingkan dengan isolat yang kurang virulen (Gambar 2a & 2b). Hasil

penelitian Kamp dan Bidochka (2002) menunjukkan bahwa isolat yang virulen

memiliki karakter kolonisasi lebih cepat, miselium yang terbentuk lebih tebal dan

(a) Ll-TB2 (b) Ll-ME1

Page 47: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

27

padat. Karakter fisiologi isolat yang virulen berbeda dengan isolat yang kurang

virulen, yaitu ditandai dengan jumlah konidia lebih banyak. Namun, hasil penelitian

Drummond et al. (1987) tidak menampakkan adanya korelasi yang jelas antara

ukuran konidia terhadap virulensi V. lecanii pada Trialeurodes vaporariorum

(Homoptera: Aleyrodidae). Hal ini disebabkan karena jumlah isolat yang diuji lebih

sedikit sehingga akan mempengaruhi tingkat keragaman isolat.

Gambar 2 Perbedaan jumlah konidia L. lecanii yang diproduksi oleh setiap tangkai

konidiofor pada isolat yang virulen (a) dan isolat yang kurang virulen (b).

Monteiro et al. (2004) melaporkan bahwa setiap isolat V. lecanii akan

memproduksi konidia yang berbeda meskipun ditumbuhkan pada media yang sama.

Hasil serupa juga terjadi pada cendawan entomopatogen yang lain, yaitu B. bassiana

yang menginfeksi Lygus lineolaris (Hemiptera: Miridae) (Liu et al. 2003). Hassani et

al. (2001) juga melaporkan bahwa jumlah konidia Nomuraea rileyi

(Deuteromycotina: Hyphomycetes) yang terbentuk berbeda antar isolat. Kemampuan

cendawan entomopatogen untuk memproduksi konidia mempunyai arti yang sangat

penting karena konidia merupakan propagul infektif bagi cendawan tersebut yang

berperan utama sebagai organ untuk pemencaran dan proses infeksi untuk

a (Ll-TB2) b (Ll-ME1)

Page 48: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

28

menimbulkan epizooti (Chun & Mingguang 2004; Lerche et al. 2004). Isolat yang

mampu memproduksi konidia lebih banyak akan lebih cepat pemencarannya (Lerche

et al. 2004). Dengan demikian, akan lebih menguntungkan karena isolat tersebut

mampu menimbulkan epizooti dalam waktu yang lebih pendek sehingga lebih efektif

sebagai bioinsektisida dalam pengendalian hama (Ganga-Visalakshy et al. 2004).

Jumlah Nimfa II Hidup Infeksi telur R. linearis oleh L. lecanii secara tidak langsung berpengaruh juga

terhadap kelangsungan hidup nimfa II yang akan berkembang menjadi dewasa.

Jumlah nimfa II yang mampu hidup terendah terjadi pada aplikasi L. lecanii isolat Ll-

JTM11, yaitu hanya 18% kemudian diikuti oleh isolat Ll-JTM12 dan Ll-JTM15

masing-masing 21%, serta isolat Ll-TB2 sebesar 22% (Tabel 2). Ada tiga isolat yang

mampu menekan jumlah nimfa II yang hidup di bawah 50%, yaitu isolat Ll-ME1, Ll-

ME2, dan Ll-JTM5 masing-masing jumlah nimfa hidup 43%, 43%, dan 46%. Selain

isolat-isolat yang disebut di atas. persentase nimfa II yang hidup masih relatif tinggi

hingga di atas 50%. Jumlah nimfa II yang hidup terbanyak mencapai di atas 70%

yang terjadi pada isolat Ll-JTM3 dan Ll-TB1 masing-masing 71%, serta Ll-NTB4

yaitu hingga 76%. Nimfa II yang mampu bertahan memiliki peluang hidup yang

tinggi untuk berkembang menjadi serangga dewasa.

Keberadaan serangga yang bertahan hingga dewasa sangat merugikan

terhadap keselamatan polong dan biji kedelai di lapangan. Hal ini disebabkan baik

nimfa maupun imago mempunyai peluang yang sama besarnya dalam merusak

polong dan biji. Isolat L. lecanii yang kurang mampu menekan perkembangan nimfa

II maka isolat-isolat tersebut kurang efektif dalam mengendalikan R. linearis. Hasil

penelitian Prayogo et al. (2005) menunjukkan bahwa nimfa II yang terbentuk

mempunyai peluang hidup menjadi imago hingga 100%. Oleh karena itu, pengamatan

kelangsungan hidup pada penelitian ini hanya dibatasi setelah serangga berkembang

menjadi nimfa II.

Page 49: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

29

Nimfa yang berkembang dari telur yang sudah terinfeksi L. lecanii, tidak

dapat melangsungkan hidupnya menjadi nimfa II karena serangga tidak berhasil

berganti kulit dan akhirnya serangga mati (Gambar 3a & 3b). Dengan demikian,

pengendalian R. linearis pada stadia telur lebih menguntungkan karena

perkembangan serangga tertekan lebih awal sehingga peluang serangga yang akan

hidup menjadi terbatas. Hoddle (1999) melaporkan bahwa L. lecanii mampu

menginfeksi semua stadia Bemisia argentifolii Bellows & Perring (Homoptera:

Aleyrodidae) yaitu stadia telur, nimfa, maupun imago. Peluang telur untuk menetas

dan berkembang menjadi nimfa I sangat kecil jika sudah terinfeksi V. lecanii. Bahkan

nimfa I yang mampu terbentuk akhirnya tidak dapat melangsungkan hidupnya

menjadi nimfa instar II.

Gambar 3 Nimfa I R. linearis yang gagal berganti kulit menjadi nimfa II (a) dan

nimfa I mati setelah terinfeksi L. lecanii pada isolat Ll-JTM11 (b).

Gindin et al. (2000) juga melaporkan bahwa V. lecanii yang mengkolonisasi

telur B. tabaci sebenarnya sudah menginfeksi jaringan embrio yang ada di dalam

telur sehingga nimfa yang terbentuk akan mati. Hasil penelitian del-Prado et al.

(2008) mengindikasikan bahwa telur kutu kapuk kelapa Aleurodicus cocois Curtis.

1864 (Homoptera: Aleyrodidae) yang terinfeksi L. lecanii akhirnya tidak menetas

(a) (b)

Page 50: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

30

mencapai 83%. Meskipun telur berhasil menetas akan tetapi tidak mempunyai

peluang berkembang menjadi serangga dewasa karena nimfa yang terbentuk sudah

terinfeksi cendawan.

Ukuran Konidia L. lecanii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran konidia L. lecanii cukup

bervariasi mulai dari (3.5 x 1.2) – (6.5 x 2.5) µm (Tabel 3). Isolat L. lecanii yang

memiliki ukuran konidia lebih besar mencapai 6.5 x 2.5 µm adalah Ll-JTM11, Ll-

JTM12, Ll-JTM13, Ll-JTM14, Ll-JTM15, Ll-JTM16, Ll-ME2, dan Ll-TB2 (Gambar

4a). Delapan isolat yang tersebut di atas, umumnya lebih virulen dibandingkan

dengan isolat lainnya. kecuali isolat Ll-JTM16. Rendahnya virulensi isolat Ll-JTM16

diduga disebabkan oleh periode waktu kecambah konidia relatif lebih lambat hingga

mencapai 18 jam setelah inkubasi (JSI). Selain itu, isolat tersebut juga diperoleh dari

metode isolasi pengumpanan serangga. Hasil uji virulensi mengindikasikan bahwa

isolat yang memiliki virulensi tinggi hanya diperoleh dari metode isolasi cadaver.

Isolat yang memiliki ukuran konidia lebih kecil, yaitu Ll-NTB6 (Gambar 4b),

Ll-NTB5, Ll-NTB4, Ll-NTB3, Ll-NTB2, Ll-NTB1, Ll-TB6, Ll-TB5, Ll-TB4. Ll-

TB3, Ll-TB1, Ll-LT1, Ll-LT2, Ll-LT3, Ll-JTM1, Ll-JTM2, Ll-JTM3, Ll-JTM4, dan

Ll-JTM7 bersifat kurang virulen. Sedangkan isolat Ll-JTM5, Ll-JTM6, Ll-JTM8, Ll-

JTM9, Ll-JTM10, Ll-JTM17, Ll-JTM18, Ll-ME3, Ll-OK1, Ll-OK2, dan Ll-TB1

meskipun ukuran konidianya lebih besar dari 3.5 x 1.3 µm, namun virulensinya relatif

rendah hanya di bawah 50%. Hal ini disebabkan sebagian besar isolat tersebut

mempunyai periode waktu kecambah lebih lambat hingga mencapai 20 JSI. Menurut

Humber (1998) ukuran konidia L. lecanii cukup bervariasi mulai 2.5-10 x 1-2.5 µm,

sedangkan Olivares-Bernabeu & Lopez Llorca (2002) menyatakan bahwa ukuran

konidia L. lecanii adalah 1.6 x 4.8 µm. Hasil penelitian Vu et al. (2007)

mengindikasikan bahwa ukuran konidia L. lecanii berhubungan dengan tingkat

perkecambahan dan virulensi cendawan. Tingkat virulensi L. lecanii berkaitan dengan

kandungan dan aktivitas enzim amilase dan kitinase yang tinggi. Diduga semakin

Page 51: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

31

besar ukuran konidia semakin banyak kandungan enzim yang terdapat pada konidia

tersebut.

Tabung kecambah yang terbentuk pada isolat-isolat yang virulen juga lebih

besar dan lebih panjang dibandingkan dengan isolat yang berindikasi kurang virulen

(Gambar 4c & 4d). Tabung kecambah yang terbentuk akan berkembang membentuk

apresorium yang berfungsi untuk menempelkan organ infektif pada permukaan inang.

Semakin cepat tabung kecambah terbentuk dan semakin besar ukurannya diduga akan

semakin besar pula peluang inang dapat dipenetrasi oleh cendawan karena permukaan

inang lebih cepat dihidrolisis oleh enzim yang dihasilkan oleh cendawan.

Gambar 4 Ukuran konidia dan tabung kecambah L. lecanii yang terbentuk pada

isolat yang virulen (Ll-TB2) (a & b), serta isolat yang kurang virulen (Ll-NTB6) (c & d).

a b

dc

6 µm

Page 52: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

32

Daya Kecambah dan Periode Waktu Kecambah Konidia L. lecanii

Daya kecambah konidia semua isolat di atas 80% setelah diinkubasi di dalam

air selama 10 jam dan diantara 37 isolat yang diuji tidak berbeda (Tabel 3). Daya

kecambah tertinggi dicapai oleh isolat Ll-JTM11 (86%) kemudian diikuti oleh Ll-

JTM12 (85.5%), Ll-JTM15 (84.8%), dan Ll-TB2 (84.6%). Daya kecambah terendah

terjadi pada isolat Ll-JTM8, yaitu hanya 80.1%. Daya kecambah mengekspresikan

kemampuan konidia yang dapat tumbuh dan berkembang apabila faktor lingkungan

mendukung. Daya kecambah konidia mempunyai peran yang cukup besar bagi

keberhasilan konidia dalam proses penetrasi dan infeksi ke serangga inang (Sitch &

Jackson 1997; Alavo et al. 2002). Semakin tinggi daya kecambah konidia maka

semakin besar pula peluang agens hayati tersebut dapat menginfeksi serangga inang

sehingga kolonisasi dan proses epizooti di lapangan cepat terjadi (Wagner & Lewis

2000; Lewis et al. 2000). Oleh karena itu, daya kecambah konidia sebagai karakter

fisiologi cendawan perlu diprioritaskan sebagai salah satu kriteria dalam pemilihan

agens hayati (Fatiha et al. 2007).

Menurut Kassa (2003), Luz dan Fargues (2004) daya kecambah konidia

cendawan entomopatogen yang digunakan sebagai agens hayati minimal harus 80%.

Liu et al. (2003) menyarankan bahwa daya kecambah konidia cendawan yang akan

digunakan sebagai agens hayati harus di atas 90%. Lebih lanjut, Samuels dan

Coracini (2004) menegaskan bahwa proses infeksi akan mencapai optimal apabila

daya kecambah konidia isolat yang digunakan mencapai 99%. Namun demikian,

periode waktu yang dibutuhkan konidia untuk berkecambah pada beberapa hasil

penelitian tersebut di atas lebih dari 18 jam setelah diinkubasi di dalam air. Bahkan

hasil penelitian Trizelia (2005) menunjukkan bahwa daya kecambah cendawan B.

bassiana hingga mencapai 24 jam. Daya kecambah diduga dipengaruhi oleh strain

isolat dan jenis cendawan, hal ini disebabkan setiap isolat memiliki kebutuhan nutrisi

yang berbeda. Selain itu, ukuran konidia juga ada pengaruhnya terhadap kecepatan

perkecambahan, semakin besar ukuran konidia semakin cepat waktu yang dibutuhkan

konidia untuk berkecambah.

Page 53: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

33

Tabel 3 Ukuran dan daya kecambah konidia L. lecanii setelah diinkubasi di dalam air selama 10 jam, serta periode waktu kecambah konidia hingga 95%

No. Isolat Ukuran konidia

(µm) Konidia yang

berkecambah setelah 10 jam diinkubasi (%)

Periode waktu kecambah konidia 95% (JSI)*

1 Ll-JTM1 3.5 x 1.3 82.3 ± 0.1 tn 19.3 ± 0.3 abc 2 Ll-JTM2 3.5 x 1.3 83.5 ± 1.2 tn 19.3 ± 0.5 abc 3 Ll-JTM3 3.5 x 1.3 80.1 ± 0.8 tn 15.3 ± 0.8 l 4 Ll-JTM4 3.5 x 1.3 83.3 ± 0.3 tn 16.3 ± 0.8 ijk 5 Ll-JTM5 5.3 x 2.0 80.5 ± 1.1 tn 18.0 ± 0.3 efg 6 Ll-JTM6 5.3 x 2.0 84.8 ± 1.3 tn 19.0 ± 0.6 bcd 7 Ll-JTM7 3.5 x 1.3 83.8 ± 1.4 tn 19.3 ± 0.5 ab 8 Ll-JTM8 5.3 x 2.0 80.1 ± 2.2 tn 17.3 ± 0.5 ghi 9 Ll-JTM9 5.3 x 2.0 80.3 ± 2.0 tn 19.0 ± 0.3 bcd

10 Ll-JTM10 5.3 x 2.0 80.7 ± 0.9 tn 19.0 ± 0.3 bcd 11 Ll-JTM11 6.5 x 2.5 86.0 ± 1.7 tn 12.3 ± 0.0 m 12 Ll-JTM12 6.5 x 2.5 85.5 ± 0.3 tn 12.3 ± 0.3 m 13 Ll-JTM13 6.5 x 2.5 80.5 ± 2.1 tn 13.3 ± 1.1 m 14 Ll-JTM14 6.5 x 2.5 81.1 ± 1.6 tn 13.3 ± 0.5 m 15 Ll-JTM15 6.5 x 2.5 84.8 ± 0.9 tn 13.0 ± 0.3 m 16 Ll-JTM16 6.5 x 2.5 81.9 ± 0.5 tn 18.0 ± 0.3 efg 17 Ll-JTM17 5.3 x 2.0 81.9 ± 2.0 tn 18.0 ± 0.3 efg 18 Ll-ME1 5.3 x 2.0 80.9 ± 4.3 tn 13.3 ± 0.3 m 19 Ll-ME2 6.5 x 2.5 81.3 ± 1.3 tn 17.0 ± 0.0 hij 20 Ll-ME3 5.3 x 2.0 81.4 ± 3.0 tn 17.3 ± 0.6 fgh 21 Ll-OK1 5.3 x 2.0 82.7 ± 1.6 tn 18.0 ± 0.3 efg 22 Ll-OK2 5.3 x 2.0 81.9 ± 2.2 tn 19.0 ± 0.3 bcd 23 Ll-LT1 3.5 x 1.2 80.9 ± 2.2 tn 18.3 ± 0.9 def 24 Ll-LT2 3.5 x 1.3 81.1 ± 1.9 tn 19.3 ± 0.9 abc 25 Ll-LT3 3.5 x 1.3 80.8 ± 2.8 tn 19.0 ± 0.6 bcd 26 Ll-TB1 5.3 x 2.0 82.3 ± 1.6 tn 20.0 ± 0.3 a 27 Ll-TB2 6.5 x 2.5 84.6 ± 0.4 tn 12.3 ± 0.0 m 28 Ll-TB3 3.5 x 1.3 81.8 ± 1.2 tn 19.0 ± 0.6 bcd 29 Ll-TB4 3.5 x 1.3 81.4 ± 2.6 tn 18.3 ± 0.6 cde 30 Ll-TB5 3.5 x 1.3 80.2 ± 1.9 tn 17.3 ± 0.6 fgh 31 Ll-TB6 3.5 x 1.3 81.7 ± 2.3 tn 18.0 ± 0.6 efg 32 Ll-NTB1 3.5 x 1.2 80.9 ± 1.5 tn 19.0 ± 0.3 bcd 33 Ll-NTB2 3.5 x 1.2 83.5 ± 0.7 tn 19.0 ± 0.3 bcd 34 Ll-NTB3 3.5 x 1.2 81.3 ± 2.3 tn 19.0 ± 0.6 bcd 35 Ll-NTB4 3.5 x 1.3 82.2 ± 1.4 tn 20.0 ± 0.3 a 36 Ll-NTB5 3.5 x 1.3 82.2 ± 2.8 tn 18.3 ± 0.6 cde 37 Ll-NTB6 3.5 x 1.2 81.7 ± 3.1 tn 20.0 ± 0.3 a

LSD (0.05) 0.2 6.0 Keterangan: JSI (jam setelah inkubasi), tn (tidak nyata antar perlakuan). *Rata-rata selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji BNT, α = 0.05).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa periode waktu yang dibutuhkan

untuk berkecambah di atas 95% pada semua isolat yang diuji hanya di bawah 20 jam

(Tabel 3). Diperoleh 7 isolat yang memiliki periode waktu terpendek di bawah 15

Page 54: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

34

jam. yaitu Ll-JTM11 (12.30 jam), Ll-JTM12 (12.30 jam), Ll-TB2 (12.30 jam), Ll-

JTM15 (13 jam), Ll-ME1 (13.30 jam), Ll-JTM13 (13.30 jam), dan Ll-JTM14 (13.30

jam). Akan tetapi tidak semua isolat yang membutuhkan waktu kecambah lebih

pendek memiliki virulensi lebih tinggi. Fenomena tersebut terjadi pada isolat Ll-

JTM13, Ll-JTM14, dan Ll-ME1 yang ketiganya hanya membutuhkan waktu 13.30

jam. Jumlah telur yang tidak menetas pada isolat tersebut masing-masing 44-49%

(Tabel 2). Persentase telur yang tidak menetas pada ketiga isolat tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan keempat isolat Ll-JTM11, Ll-JTM12, Ll-JTM15, dan Ll-TB2.

Namun demikian, persentase pada ketiga isolat tersebut masih lebih unggul

dibandingkan dengan isolat lain yang termasuk kurang virulen.

Semakin lama periode waktu berkecambah maka semakin rendah peluang

agens hayati tersebut untuk dapat menginfeksi serangga inang. Hal ini disebabkan

konidia sebagai inokulum akan terpapar di alam terbuka lebih lama. Sementara itu,

apabila kondisi suhu dan kelembaban kurang mendukung maka konidia akan

mengalami kekeringan sehingga akhirnya mati sebelum menemukan inang (Barbosa

et al. 2002; Lazzarini et al. 2006). Menurut Helen et al. (2003) dan Devi et al. (2005)

perkecambahan konidia sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, nutrisi, dan jenis

isolat. Hal ini disebabkan setiap jenis isolat cendawan entomopatogen membutuhkan

kebutuhan nutrisi yang berbeda-beda (Safavi et al. 2007). Dengan demikian.

persentase daya kecambah dan periode waktu berkecambah sangat berperan dalam

menentukan virulensi cendawan.

Toleransi Berbagai Isolat L. lecanii terhadap Berbagai Tingkat Suhu Diameter Koloni Berbagai Isolat L. lecanii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua isolat L. lecanii mampu tumbuh

pada suhu antara 20 oC sampai dengan 30 oC (Tabel 4). Pada suhu 20 oC, isolat yang

menunjukkan rata-rata diameter koloni terlebar hingga mencapai 60 mm dicapai oleh

empat isolat. yaitu Ll-JTM11, Ll-JTM17, Ll-ME3, dan Ll-TB5. Sedangkan diameter

Page 55: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

35

koloni terendah hanya 42. 47, dan 48 mm yang terjadi pada isolat Ll-TB4, Ll-JTM13,

dan Ll-NTB1. Sementara itu, isolat lainnya menunjukkan diameter koloni di atas 50

mm. Pada suhu tersebut semua isolat tumbuh dengan baik meskipun ada tiga isolat

yang menunjukkan tingkat pertumbuhan lebih rendah.

Pada suhu 25 oC, hampir semua isolat menunjukkan peningkatan

pertumbuhan. Hal ini dapat diketahui dari total diameter koloni, meskipun ada

beberapa isolat yang diameter koloninya sama dengan pada suhu 20 oC. Diameter

koloni terlebar yaitu isolat Ll-JTM11 (62.7 mm), Ll-JTM12 (60.3 mm), Ll-JTM17

(60 mm), Ll-ME3 (60 mm), dan Ll-TB5 (60 mm). Diameter koloni empat isolat yang

disebut di atas pada suhu 20 oC juga lebih lebar. Peningkatan diameter koloni terus

terjadi dengan meningkatnya suhu hingga 27 oC. Pada suhu 27 oC, isolat yang

memiliki diameter koloni terlebar yaitu Ll-JTM4 (60 mm), Ll-JTM11 (63 mm), Ll-

JTM12 (63.7 mm), Ll-JTM15 (61.3 mm), Ll-JTM17 (63.7 mm), Ll-ME3 (61 mm),

dan Ll-TB2 (64.3 mm). Di antara tujuh isolat tersebut yang menunjukkan diameter

koloni terlebar adalah isolat Ll-TB2 dengan rata-rata diameter 64.3 mm.

Pertumbuhan cendawan umumnya mengalami penghambatan apabila suhu

naik hingga 30 oC. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata diameter tiap-tiap koloni lebih

sempit dibandingkan dengan diameter koloni pada suhu 27 oC dan 25 oC, maupun 20 oC. Penghambatan pertumbuhan cendawan terus terjadi apabila kondisi suhu naik

hingga menjadi 32 oC, hal ini ditandai dengan diameter koloni hanya bertambah

kurang lebih 1-2 mm dalam waktu 21 hari.

Diameter koloni terlebar pada suhu 32 oC dicapai pada isolat Ll-TB5 (13.7

mm). Namun demikian, diameter isolat tersebut tidak berbeda nyata dengan isolat Ll-

JTM3 (12.7 mm), Ll-JTM4 (13.3 mm), Ll-JTM5 (13.3 mm), Ll-JTM6 (12.7 mm),

Ll-JTM8 (12.7 mm), Ll-JTM11 (13 mm), Ll-JTM12 (13 mm), Ll-ME2 (12.7 mm),

Ll-OK1 (12.3 mm), Ll-TB2 (12. 7 mm), Ll-TB6 (13 mm), Ll-NTB3 (12.3 mm), dan

Ll-NTB6 (13 mm). Dilihat dari diameter koloni yang terbentuk maka diperoleh 13

isolat yang agak toleran terhadap suhu 32 oC meskipun pertumbuhannya sangat

terhambat. Lima isolat diantaranya berasal dari lahan pertanaman kedelai yang

mempunyai kondisi iklim kering, yaitu Ll-TB2, Ll-TB5, Ll-TB6 dari Lampung,

Page 56: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

36

sedangkan Ll-NTB3 dan Ll-TB6 dari Nusa Tenggara Barat. Kedua lokasi tersebut

mempunyai rata-rata suhu harian yang cukup tinggi pada bulan-bulan tertentu.

bahkan pada waktu pengambilan contoh suhu hingga mencapai 32 oC. Hasil

penelitian ini mendukung Vu et al. (2007), lebih dari 40 isolat L. lecanii yang diuji

tidak diperoleh satu isolat yang benar-benar mampu bertahan pada suhu 32 oC. Lee et

al. (2006) juga melaporkan bahwa untuk mendapatkan isolat L. lecanii yang toleran

terhadap suhu tinggi dan lebih virulen sulit diperoleh sehingga untuk aplikasi pada

tipe lahan kering, dianjurkan memakai bahan pelindung (UV protectant).

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa toleransi isolat L. lecanii terhadap

suhu mungkin juga dipengaruhi oleh asal isolat cendawan. Yeo et al. (2003)

menjelaskan bahwa kerentanan isolat cendawan terhadap suhu sangat ditentukan oleh

strain isolat. Begitu juga Lopez-Llorca & Carbonell (1999) menegaskan bahwa

kerentanan V. lecanii terhadap suhu ditentukan oleh karakter isolat cendawan.

Karakter isolat yang toleran terhadap suhu tinggi mengindikasikan terbentuknya

struktur dinding konidia yang lebih tebal dibandingkan dengan isolat yang kurang

toleran (Parker et al. 2003; Sugimoto et al. 2003b).

Perbedaan toleransi terhadap suhu hasil penelitian ini dengan kondisi suhu

pada lingkungan asal isolat disebabkan suhu pada perlakuan dipertahankan sesuai

masing-masing perlakuan selama penelitian berlangsung. Sementara itu, kondisi suhu

di lapangan asal isolat hanya berlangsung beberapa jam pada siang hari kemudian

suhu turun menjelang sore hari hingga pagi. Dengan demikian, cendawan tidak

mengalami cekaman suhu tinggi terus menerus. Dilihat dari kondisi yang demikian

maka isolat-isolat yang menunjukkan tingkat pertumbuhan koloni yang cepat pada

kondisi suhu yang tinggi diduga akan mempunyai peluang yang sangat besar untuk

diadopsi sebagai agens hayati yang adaptif pada iklim kering. Pengamatan secara

mikroskopis menunjukkan bahwa dinding miselium maupun konidia yang terbentuk

mengalami penebalan dibandingkan miselium yang tumbuh pada suhu yang lebih

rendah. Penebalan dinding tersebut berfungsi untuk mempertahankan diri pada

kondisi lingkungan yang kurang mendukung bagi pertumbuhan cendawan (Hegedus

et al. 1992).

Page 57: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

37

Tabel 4 Rata-rata diameter koloni 37 isolat L. lecanii pada berbagai tingkat suhu

Rata-rata diameter koloni berbagai isolat L. lecanii pada umur 21 HSI (mm)* No.

Isolat 20 oC 25 oC 27 oC 30 oC 32 oC

1 Ll-JTM1 56.7 abcde 58.0 abcdef 58.7 abcdefgh 19.3 defghi 12.0 bcde 2 Ll-JTM2 55.0 abcdefg 55.7 bcdefgh 56.0 cdefghij 18.0 fghi 11.7 cde 3 Ll-JTM3 53.3 cdefgh 54.7 bcdefghij 54.7 fghijkl 17.3 ghi 12.7 abcd 4 Ll-JTM4 59.0 abcd 59.3 abcd 60.0 abcde 19.7 cdefgh 13.3 ab 5 Ll-JTM5 55.7 abcdefg 56.7 abcdefgh 57.3 bcdefghi 18.0 fghi 13.3 ab 6 Ll-JTM6 50.0 fghi 50.7 hij 52.0 jklm 17.0 hi 12.7 abcd 7 Ll-JTM7 53.7 bcdefgh 54.3 cdefghij 54.7 fghijkl 17.3 ghi 11.3 de 8 Ll-JTM8 56.3 abcdef 56.7 abcdefgh 58.0 abcdefghi 20.3 bcdef 12.7 abcd 9 Ll-JTM9 51.7 efghi 52.3 efghij 53.7 hijkl 16.7 i 12.0 bcde 10 Ll-JTM10 51.7 efghi 52.0 fghij 53.3 ijkl 21.0 bcde 12.0 bcde 11 Ll-JTM11 61.3 a 62.7 a 63.0 a 22.0 bcd 13.0 abc 12 Ll-JTM12 57.3 abcde 60.3 abc 63.7 a 21.3 bcd 13.0 abc 13 Ll-JTM13 47.0 ij 49.0 jk 50.7 klmn 19.3 defghi 11.7 cde 14 Ll-JTM14 52.7 defghi 54.0 defghij 54.5 ghijkl 21.3 bcd 11.3 de 15 Ll-JTM15 54.3 bcdefgh 59.7 abcd 61.3 ab 21.3 bcd 12.0 bcde 16 Ll-JTM16 53.7 bcdefgh 54.7 cdefghi 55.7 defghijk 20.0 bcdefg 11.3 de 17 Ll-JTM17 60.0 ab 60.0 abc 63.7 a 21.0 bcde 11.3 de 18 Ll-ME1 54.7 bcdefgh 55.3 bcdefghi 56.0 cdefghij 22.7 ab 11.3 de 19 Ll-ME2 53.7 bcdefgh 54.3 cdefghij 56.3 bcdefghij 20.3 bcdef 12.7 abcd 20 Ll-ME3 60.0 ab 60.0 abc 61.0 abc 20.3 bcdef 11.3 de 21 Ll-OK1 57.0 abcde 57.3 abcdef 59.0 abcdefg 21.7 bcd 12.3 abcde 22 Ll-OK2 58.3 abcd 59.0 abcd 59.3 abcdef 22.0 bcd 11.3 de 23 Ll-LT1 54.3 bcdefgh 55.0 bcdefghij 57.7 bcdefghi 21.7 bcd 11.3 de 24 Ll-LT2 56.0 abcdefg 56.7 abcdefgh 56.0 cdefghij 21.7 bcd 11.0 e 25 Ll-LT3 56.7 abcde 57.0 abcdefg 56.7 bcdefghij 21.0 bcde 11.0 e 26 Ll-TB1 54.7 bcdefgh 55.3 bcdefghi 55.7 defghijk 20.7 bcdef 11.0 e 27 Ll-TB2 57.7 abcde 59.3 abcd 64.3 a 22.3 abc 12.7 abcd 28 Ll-TB3 55.3 abcdefg 55.7 bcdefgh 56.7 bcdefghij 21.7 bcd 12.0 bcde 29 Ll-TB4 42.0 j 45.0 k 45.0 n 24.7 a 11.0 e 30 Ll-TB5 60.0 ab 60.0 abc 55.3 efghijkl 19.3 defghi 13.7 a 31 Ll-TB6 57.7 abcde 58.7 abcd 50.3 klm 20.0 bcdefg 13.0 abc 32 Ll-NTB1 48.3 hi 49.3 ijk 50.0 klm 18.3 efghi 11.7 cde 33 Ll-NTB2 59.7 abc 51.0 ghij 50.7 klm 20.7 bcdef 12.0 bcde 34 Ll-NTB3 54.0 bcdefgh 54.3 cdefghij 55.0 efghijkl 20.7 bcdef 12.3 abcde 35 Ll-NTB4 55.0 abcdefg 56.3 bcdefgh 57.0 bcdefghij 20.3 bcdef 12.0 bcde 36 Ll-NTB5 53.7 bcdefgh 54.3 cdefghij 55.3 defghijk 20.3 bcdef 11.3 de 37 Ll-NTB6 55.0 abcdefg 56.7 abcdefgh 58.0 abcdefghi 21.3 bcd 13.0 abc

LSD 0.05 5.3 5.1 5.2 2.3 1.1 KK (%) 6.4 5.6 5.7 6.9 5.8 * Data ditransformasi ke arc sin √x sebelum sidik ragam. Rata-rata selajur yang diikuti oleh huruf yang

sama tidak berbeda nyata (uji BNT, α = 0.05).

Jumlah Konidia Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah konidia yang dihasilkan dari

setiap isolat berhubungan dengan laju pertumbuhan cendawan meskipun tidak terjadi

pada semua isolat. Pada suhu 20 oC, jumlah konidia terbanyak dihasilkan oleh isolat

Ll-JTM11, Ll-TB2, dan Ll-JTM12 yaitu masing-masing 27 x 106, 25.6 x 106, dan

Page 58: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

38

24.7 x 106 (Tabel 5). Jumlah konidia terbanyak diikuti oleh isolat Ll-ME1 (19.2 x

106), Ll-JTM15 (17.2 x 106), dan Ll-JTM14 (16 x 106). Jumlah konidia terendah

terjadi pada isolat Ll-JTM1 yaitu hanya 4 x 106. Semakin tinggi suhu maka jumlah

konidia yang dihasilkan juga semakin bertambah banyak. Isolat-isolat yang

menunjukkan jumlah konidia terbanyak pada temperatur 20 oC juga meningkat

produksi konidianya pada suhu 25 oC. Keadaan ini terjadi pada isolat Ll-JTM11 (28.9

x 106), Ll-JTM12 (28.5 x 106), Ll-TB2 (27.7 x 106), Ll-JTM15 (22.5 x 106), Ll-ME1

(19.3 x 106), dan Ll-JTM14 (17 x 106). Begitu juga terjadi pada suhu 27 oC, jumlah

konidia yang dihasilkan oleh isolat yang disebut di atas tetap konsisten memproduksi

konidia lebih banyak dibandingkan pada suhu 20 oC maupun 25 oC. Diperoleh empat

isolat L. lecanii yang memproduksi jumlah konidia lebih banyak yaitu Ll-JTM15

(256.1 x 106), Ll-TB2 (234.7 x 106), Ll-JTM12 (213.3 x 106), dan isolat Ll-JTM11

(192.2 x 106).

Pada suhu 30 oC, selain menyebabkan pertumbuhan cendawan terhambat juga

berpengaruh nyata terhadap produksi konidia yang dihasilkan. Jumlah konidia yang

dihasilkan dari semua isolat yang diuji pada suhu tersebut menurun, bahkan jumlah

konidia lebih rendah dibandingkan pada suhu 20 oC. Jumlah konidia terbanyak pada

suhu 30 oC sama dengan pada suhu 20-27 oC. Isolat Ll-TB2 tetap konsisten

menghasilkan jumlah konidia terbanyak hingga mencapai 19.25 x 106 dan secara

statistik berbeda nyata dengan isolat lainnya. Jumlah konidia terbanyak selanjutnya

diikuti oleh isolat Ll-JTM11, yaitu hingga mencapai 14.11 x 106 akan tetapi tidak

berbeda nyata dengan isolat Ll-JTM17 (12.4 x 106), Ll-JTM15 (12.3 x 106), Ll-ME1

(11.5 x 106), Ll-JTM12 (10.6 x 106), Ll-TB6 (10.1 x 106), dan Ll-TB4 (10 x 106).

Pada suhu 32 oC, jumlah konidia yang terbanyak dicapai oleh lima isolat,

yaitu Ll-JTM12 dan Ll-TB2 masing-masing (0.04400 x 106), Ll-TB5 (0.04133 x 106),

Ll-TB4 (0.03730 x 106), dan Ll-JTM8 (0.03400 x 106). Hasil penelitian ini

menginformasikan bahwa pada suhu 30-32 oC produksi konidia L. lecanii lebih

rendah dibandingkan dengan suhu 27 oC, meskipun delapan isolat yang disebut di

atas masih menunjukkan potensi produksi konidia lebih banyak dibandingkan dengan

Page 59: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

39

isolat lainnya. Aiuchi et al. (2008b) melaporkan bahwa suhu cukup berperan

terhadap produksi konidia L. lecanii.

Tabel 5 Jumlah konidia yang diproduksi oleh 37 isolat L. lecanii pada berbagai tingkat suhu

Rata-rata jumlah konidia tiap g biakan isolat L. lecanii (x106/ml)* No.

Isolat 20 oC 25 oC 27 oC 30 oC 32 oC

1 Ll-JTM1 4.0 k 5.4 m 42.7 cd 2.2 i 0.00134 e 2 Ll-JTM2 12.5 def 13.2 ef 33.3 cd 6.9 efghi 0.00267 de 3 Ll-JTM3 8.7 fghij 10.4 fghijkl 31.3 cd 5.8 fghi 0.00534 cde 4 Ll-JTM4 8.8 fghij 10.3 fghijkl 20.7 cd 6.4 efghi 0.01070 bcde 5 Ll-JTM5 9.5 efghij 10.8 fghijkl 33.3 cd 7.1 efghi 0.01600 bc 6 Ll-JTM6 6.8 ghijk 7.8 jklm 21.3 cd 4.8 ghi 0.02000 bc 7 Ll-JTM7 8.1 fghijk 9.6 fghijkl 14.0 cd 7.2 defghi 0.00134 e 8 Ll-JTM8 10.4 efgh 10.7 fghijkl 37.3 cd 7.5 cdefgh 0.03400 a 9 Ll-JTM9 10.9 efgh 11.7 efghijk 42.7 cd 6.8 efghi 0.00540 cde

10 Ll-JTM10 6.4 hijk 8.1 ijklm 21.3 cd 7.4 cdefgh 0.00400 de 11 Ll-JTM11 27.0 a 28.9 a 192.2 b 14.1 b 0.01600 bc 12 Ll-JTM12 24.7 a 28.5 a 213.3 ab 10.6 bcdef 0.04400 a 13 Ll-JTM13 9.2 fghij 11.0 fghijkl 64.0 c 8.8 cdefgh 0.00200 de 14 Ll-JTM14 16.0 bcd 17.0 cd 42.7 cd 9.2 bcdefg 0.00670 cde 15 Ll-JTM15 17.2 bc 22.5 b 256.1 a 12.3 bcd 0.01600 bc 16 Ll-JTM16 10.6 efgh 12.0 efghijk 33.3 cd 9.9 bcdef 0.00670 cde 17 Ll-JTM17 12.5 def 14.0 def 42.7 cd 12.4 bc 0.00130 e 18 Ll-ME1 19.2 b 19.9 bc 42.7 cd 11.5 bcde 0.00400 de 19 Ll-ME2 5.1 jk 6.7 lm 17.3 cd 6.2 fghi 0.00400 de 20 Ll-ME3 11.0 efgh 11.8 efghijk 13.3 cd 4.4 ghi 0.00400 de 21 Ll-OK1 10.9 efg 12.3 efghi 17.3 cd 7.4 cdefgh 0.00267 de 22 Ll-OK2 6.9 ghijk 10.4 fghijkl 14.7 cd 5.8 fghi 0.00670 de 23 Ll-LT1 13.8 cde 15.4 de 21.3 cd 8.6 cdefgh 0.00267 de 24 Ll-LT2 10.5 efgh 13.0 ef 9.3 cd 8.5 cdefgh 0.00267 de 25 Ll-LT3 7.1 ghijk 9.7 fghijkl 14.1 cd 5.6 fghi 0.00134 e 26 Ll-TB1 10.7 efgh 12.6 efgh 21.3 cd 8.1 cdefgh 0.00200 e 27 Ll-TB2 25.6 a 27.7 a 234.7 ab 19.2 a 0.04400 a 28 Ll-TB3 9.6 efghi 11.5 efghijk 21.3 cd 8.4 cdefgh 0.00267 de 29 Ll-TB4 10.7 efgh 12.1 efghij 21.3 cd 10.0 bcdef 0.03730 a 30 Ll-TB5 9.0 fghij 10.1 fghijkl 50.7 cd 6.5 efghi 0.04133 a 31 Ll-TB6 11.2 efg 13.0 efg 21.3 cd 10.1 bcdef 0.00400 de 32 Ll-NTB1 7.1ghijk 8.6 hijklm 14.7 cd 5.9 fghi 0.00400 de 33 Ll-NTB2 5.5 ijk 7.7 klm 12.1 cd 4.2 ghi 0.00400 de 34 Ll-NTB3 10.5 efgh 11.2 efghijk 29.3 cd 6.3 fghi 0.00134 e 35 Ll-NTB4 7.2 ghijk 8.6 ghijklm 21.3 cd 6.1 fghi 0.00400 de 36 Ll-NTB5 7.6 ghijk 8.3 hijklm 14.1 d 3.7 hi 0.01600 bc 37 Ll-NTB6 9.6 efghi 11.3 efghijk 25.3 cd 7.3 defgh 0.01070 bcde

LSD 0.05 3.6 3.5 47.6 5.1 0.00943 KK (%) 20.1 17.0 31.8 29.4 24.89 * Data ditransformasi ke arc sin √x sebelum sidik ragam. Rata-rata selajur yang diikuti oleh huruf

yang sama tidak berbeda nyata (uji BNT, α = 0.05).

Page 60: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

40

Hasil penelitian Yeo et al. (2003) menunjukkan bahwa pertumbuhan dan

pembentukan konidia L. lecanii yang optimal terjadi pada suhu 25-27 oC

dibandingkan dengan suhu yang lebih rendah antara 10-15 oC maupun suhu yang

lebih tinggi (30-32 oC). Kope et al. (2008) juga melaporkan bahwa pertumbuhan dan

pembentukan konidia L. lecanii optimal juga terjadi pada suhu antara 25-27oC.

Selain faktor suhu, pembentukan konidia berkaitan dengan kandungan C/N ratio yang

terdapat pada media tumbuh (Sun & Liu 2006). Kamp dan Bidochka (2002)

menambahkan bahwa ketebalan media tumbuh yang digunakan untuk seleksi juga

mempunyai peran yang cukup penting dalam menentukan jumlah konidia yang

dihasilkan selain faktor suhu. Suhu untuk fase generatif L. lecanii lebih sempit, yaitu

terjadi pada 27 oC sedangkan suhu untuk fase vegetatif lebih luas berkisar dari 20-27 oC. Oleh karena itu, waktu aplikasi cendawan di lapangan harus mendapat perhatian

khusus karena yang diaplikasikan adalah konidia agar kinerja agens hayati tersebut

tetap optimal.

Karakter Koloni Berbagai Isolat L. lecanii

Dari 37 isolat yang diuji menunjukkan bahwa koloni L. lecanii memiliki enam

karakter yaitu; (1) cottony (hifa agak panjang dan menyebar ke segala arah), (2)

velvety (hifa pendek, lurus, dan tebal), (3) wholly (hifa atau kelompok hifa agak

panjang, koloni tumbuh menebal, merata, dan berbentuk seperti wol), (4) plumose

(tumpukan miselium dengan hifa panjang dan kelompok hifa muncul dari tengah

berbentuk kipas), (5) farinaceous (bentuk koloni seperti tepung), dan (6) pellicular

(koloni tipis saling berhubungan dengan garis konsentris) (Tabel 6).

Dari 37 isolat yang mengindikasikan karakter koloni cottony ada enam, yaitu

Ll-JTM1, Ll-JTM2, Ll-JTM3, Ll-JTM4, Ll-JTM5, dan Ll-JTM8 (Gambar 5c). Isolat

yang membentuk karakter wholly ada 13 isolat, yaitu Ll-JTM11, Ll-JTM12, Ll-

JTM13, Ll-JTM15, Ll-JTM16, Ll-JTM17, Ll-ME1, Ll-LT1, Ll-LT2, Ll-TB2, Ll-

TB3, Ll-TB4, Ll-TB5, dan Ll-TB6 (Gambar 5a). Sementara itu, isolat yang

Page 61: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

41

membentuk karakter velvety, yaitu Ll-JTM6, Ll-JTM7, Ll-JTM9, Ll-JTM10, Ll-

JTM14, Ll-LT3, Ll-TB1, Ll-NTB1, dan Ll-NTB2 (Gambar 5f).

Tabel 6 Karakteristik tekstur koloni dari 37 isolat L. lecanii No. Isolat Karakteristik

koloni Diskripsi

1 Ll-JTM1 Cottony Hifa agak panjang dan menyebar ke segala arah 2 Ll-JTM2 Cottony Hifa agak panjang dan menyebar ke segala arah 3 Ll-JTM3 Cottony Hifa agak panjang dan menyebar ke segala arah 4 Ll-JTM4 Cottony Hifa agak panjang dan menyebar ke segala arah 5 Ll-JTM5 Cottony Hifa agak panjang dan menyebar ke segala arah 6 Ll-JTM6 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal 7 Ll-JTM7 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal 8 Ll-JTM8 Cottony Hifa agak panjang dan menyebar ke segala arah 9 Ll-JTM9 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal 10 Ll-JTM10 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal 11 Ll-JTM11 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 12 Ll-JTM12 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 13 Ll-JTM13 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 14 Ll-JTM14 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal 15 Ll-JTM15 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 16 Ll-JTM16 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 17 Ll-JTM17 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 18 Ll-ME1 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 19 Ll-ME2 Plumose Tumpukan miselium dengan hifa yang panjang, kelompok hifa muncul

dari tengah berbentuk kipas 20 Ll-ME3 Plumose Tumpukan miselium dengan hifa yang panjang, kelompok hifa muncul

dari tengah berbentuk kipas 21 Ll-OK1 Farinaceous Koloni seperti tepung 22 Ll-OK2 Farinaceous Koloni seperti tepung 23 Ll-LT1 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 24 Ll-LT2 Farinaceous Koloni seperti tepung 25 Ll-LT3 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal 26 Ll-TB1 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal 27 Ll-TB2 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 28 Ll-TB3 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 29 Ll-TB4 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 30 Ll-TB5 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 31 Ll-TB6 Wholly Hifa atau kelompok hifa agak panjang, menebal, berbentuk seperti wol 32 Ll-NTB1 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal 33 Ll-NTB2 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal 34 Ll-NTB3 Pellicular Koloni tipis, hifa saling berhubungan dengan garis konsentris 35 Ll-NTB4 Pellicular Koloni tipis, hifa saling berhubungan dengan garis konsentris 36 Ll-NTB5 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal 37 Ll-NTB6 Velvety Hifa pendek, lurus, dan tebal

Karakter koloni plumose hanya ditunjukkan oleh dua isolat, yaitu Ll-ME2

dan Ll-ME3 yang masing-masing diperoleh dari Muara Enim (Gambar 5e). Ada dua

isolat L. lecanii yang membentuk karakter pelicullar yaitu Ll-NTB3 dan Ll-NTB4

Page 62: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

42

(Gambar 5b). Sedangkan isolat L. lecanii yang membentuk karakter koloni

farinaceous adalah isolat Ll-OK1 dan Ll-OK2 (Gambar 5d).

Gambar 5 Karakter koloni isolat L. lecanii yang berbentuk wholly (a), pellicular

(b), cottony (c), farinaceous (d), plumose (e), dan velvety (f).

Karakter koloni berhubungan dengan karakter fisiologi yang lain seperti

virulensi. produksi konidia, dan periode waktu kecambah konidia. Isolat L. lecanii

yang mempunyai karakter koloni wholly terutama pada Ll-JTM11, Ll-JTM12, Ll-

JTM15, dan Ll-TB2 umumnya memiliki virulensi lebih tinggi, mampu memproduksi

konidia lebih banyak, dan daya kecambah konidia hanya membutuhkan waktu yang

relatif lebih singkat. Isolat yang memiliki karakter koloni wholly tidak semuanya

virulen dan periode waktu kecambahnya juga relatif lebih lama. Namun demikian,

jumlah konidia yang dihasilkan pada isolat yang memiliki karakter wholly relatif

a b c

d e f

Page 63: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

43

lebih banyak dibandingkan dengan isolat yang kurang virulen. Isolat L. lecanii yang

memiliki karakter koloni wholly akan tetapi kurang virulen diduga disebabkan

periode waktu kecambah konidia membutuhkan rentang waktu yang relatif lama,

yaitu hingga 18 jam (Ll-JTM16, Ll-JTM17, Ll-LT1, Ll-TB3, Ll-TB4, Ll-TB5, dan

Ll-TB6). Dengan demikian, konidia yang menempel pada korion telur berpeluang

besar mengalami kekeringan akibat kelembaban yang kurang mendukung sehingga

konidia gagal melakukan infeksi.

Karakter koloni farinaceous mengindikasikan produksi konidia lebih sedikit,

yaitu hanya 9.33 x 106 (Ll-LT2), kecuali isolat Ll-OK1 dan Ll-OK2 dengan jumlah

konidia berturut-turut 17.33 x 106 dan 14.67 x 106. Sedangkan karakter koloni

cottony, velvety, plumose, dan pelicullar juga hampir serupa dengan karakter

farinaceous yang ditandai dengan produksi konidia lebih sedikit dibandingkan

dengan karakter wholly. Dengan demikian, karakter koloni dapat digunakan sebagai

salah satu tolok ukur potensi dari agens hayati dalam skrening isolat cendawan

entomopatogen. Menurut Feng et al. (2000) isolat V. lecanii yang mempunyai tekstur

koloni tebal, padat, dan kompak yang membentuk wol maka konidia yang diproduksi

lebih mudah dipanen dari permukaan media dengan jumlah inokulum yang lebih

banyak sehingga waktu yang dibutuhkan untuk perbanyakan hanya sedikit. Selain itu,

cendawan tersebut lebih mampu bersaing dengan mikroorganisme lainnya dan di

lapangan isolat tersebut lebih cepat dalam proses transmisi ke serangga inang sehat

sehingga epizooti lebih mudah tercipta (Atkinson & Durshner-Pelz 1995).

Analisis Pengelompokan Isolat

Pengelompokan isolat berdasarkan kemiripan pada karakter fisiologi

cendawan, meliputi virulensi, jumlah konidia yang diproduksi pada tiap telur yang

tidak menetas, ukuran konidia, daya kecambah konidia, periode waktu kecambah,

toleransi terhadap suhu, dan karakter koloni. Pengelompokan karakter fisiologi

cendawan pada jarak ketidaksamaan 25, menunjukkan bahwa dari 37 isolat yang diuji

membentuk dua kelompok (Gambar 6). Kelompok pertama dengan koefisien

Page 64: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

44

ketidaksamaan 2 membentuk dua sub kelompok. Sub kelompok pertama terdiri dari

25 isolat, yaitu Ll-JTM10, Ll-TB1, Ll-NTB5, Ll-TB3, Ll-LT1, Ll-JTM4, Ll-JTM2,

Ll-NTB6, Ll-JTM3, Ll-JTM1, Ll-JTM9, Ll-NTB4, Ll-ME1, Ll-ME2, Ll-TB4, Ll-

NTB1, Ll-LT2, Ll-NTB3, Ll-LT3, Ll-ME3, Ll-OK1, Ll-OK2, Ll-JTM7, Ll-NTB2,

dan Ll-JTM6. Sub kelompok kedua terdiri dari 8 isolat meliputi Ll-JTM17, Ll-TB6,

Ll-TB5, Ll-JTM5, Ll-JTM8, Ll-JTM16, Ll-JTM14, dan Ll-JTM13. Semua isolat

yang termasuk ke dalam kelompok pertama mengindikasikan isolat-isolat yang

memiliki virulensi lebih rendah di bawah 50%.

Pada kelompok kedua dengan jarak ketidaksamaan 2% membentuk dua sub

kelompok dengan masing-masing sub terdiri dari dua isolat. Sub kelompok pertama

dengan kemiripan 99% terdiri dari isolat Ll-JTM11 dan Ll-JTM12. Sedangkan sub

kelompok kedua pada jarak kemiripan yang sama ada dua isolat, yaitu Ll-JTM15 dan

Ll-TB2. Empat isolat yang virulen Ll-JTM11, Ll-JTM12, Ll-JTM15, dan Ll-TB2

membentuk satu kelompok dengan kemiripan karakter fisiologi mencapai 98%.

Keempat isolat yang tergabung dalam kelompok ini memiliki peluang yang sama

besarnya untuk dapat digunakan sebagai salah satu agens hayati untuk mengendalikan

telur R. linearis.

Menurut Fatiha et al. (2007). karakter morfologi dan fisiologi berkaitan

dengan virulensi cendawan sehingga isolat yang memiliki kesamaan karakter fisiologi

mempunyai peluang yang sama besarnya untuk digunakan sebagai agens hayati.

Meskipun Varela dan Morales (1996) mengindikasikan bahwa karakter fisiologi dan

morfologi belum tentu digunakan sebagai salah satu tolok ukur dalam menyeleksi

cendawan entomopatogen sebagai agens biokontrol pengendalian hama.

Page 65: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

45

Rescaled Distance Cluster Combine C A S E 0 5 10 15 20 25Label Num +----------------+-----------------+----------------+-----------------+------------------+

L1-JTM10 10 L1-TB1 26 L1-NTB5 36 L1-TB3 28 L1-LT1 23 L1-JTM4 4 L1-JTM2 2 L1-NTB6 37 L1-JTM3 3 L1-JTM1 1 L1-JTM9 9 L1-NTB4 35 L1-ME1 18 L1-ME2 19 L1-TB4 29 L1-NTB1 32 L1-LT2 24 L1-NTB3 34 L1-LT3 25 L1-ME3 20 L1-OK1 21 L1-OK2 22 L1-JTM7 7 L1-NTB2 33 L1-JTM6 6 L1-JTM17 17 L1-TB6 31 L1-TB5 30 L1-JTM5 5 L1-JTM8 8 L1-JTM16 16 L1-JTM14 14 L1-JTM13 13 L1-JTM11 11 L1-JTM12 12 L1-JTM15 15 L1-TB2 27

Gambar 6 Pengelompokan 37 isolat L. lecanii berdasarkan kemiripan karakter

fisiologi cendawan.

I

II

Page 66: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

46

Pengelompokan karakter fisiologi cendawan pada penelitian ini tidak

berkaitan dengan sumber inang maupun geografi isolat. Hasil penelitian Mor et al.

(1996) mengindikasikan bahwa sumber isolat maupun lokasi geografi juga tidak

berkaitan dengan pengelompokan karakter fisiologi cendawan. Kenyataan itu terbukti

dari isolat yang diperoleh dari serangga B. tabaci dari lokasi yang sama. yaitu di

Israel tidak membentuk dalam satu kelompok. Satu isolat termasuk ke dalam

kelompok 10, sementara satu isolat lainnya dalam kelompok 11. Lebih lanjut

dilaporkan juga bahwa tiga isolat L. lecanii yang diperoleh dari sumber isolat yang

sama, yaitu pada spora penyakit karat Puccinia graminis dari Rusia mengindikasikan

tidak membentuk dalam satu kelompok. Masing-masing isolat berada dalam

kelompok yang berjauhan, satu isolat dalam kelompok 2, sementara satu isolat berada

dalam kelompok 8 dan satu isolat lagi terdapat dalam kelompok 9. Hal ini disebabkan

karakter fisiologi merupakan ekspresi total karakter yang sangat dipengaruhi oleh

interaksi dari faktor genetis dan lingkungan (Hegedus & Khachatourians 1993; Farsi

et al. 2005; Trizelia 2005).

Kesimpulan Dari percobaan diperoleh empat isolat L. lecanii yang virulen untuk menekan

perkembangan telur R. linearis, yaitu Ll-JTM11, Ll-JTM12, Ll-JTM15, dan Ll-TB2

dengan persentase telur yang tidak menetas berturut-turut 75%, 72%, 69%, dan 73%.

Isolat yang virulen mampu memproduksi konidia hingga di atas 7 x 106 per telur R.

linearis yang tidak menetas. Isolat yang virulen mampu menekan jumlah nimfa yang

akan berkembang menjadi imago hingga di bawah 20%.

Karakter koloni 37 isolat L. lecanii ada enam macam yaitu; (1) wholly, (2)

pellicular, (3) cottony, (4) farinaceous, (5) plumose, dan (6) velvety. Empat isolat

yang virulen memiliki karakter koloni wholly dengan ciri-ciri hifa atau kelompok hifa

agak panjang, tumbuh merata dan tebal, berbentuk seperti wol yang mampu

memproduksi konidia lebih banyak dengan kemampuan daya kecambah di atas 95%

setelah 12 jam diinkubasi di dalam air. Kisaran suhu untuk fase vegetatif L. lecanii

Page 67: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

47

lebih luas mulai dari 20-27 oC, sedangkan untuk fase generatif lebih sempit pada 27 oC.

Pengelompokan 37 isolat L. lecanii berdasarkan kemiripan karakter fisiologi

membentuk dua kelompok dengan derajat ketidaksamaan sebesar 25%. Empat isolat

yang virulen memiliki kemiripan karakter fisiologi yang sangat dekat, yaitu 98%.

Pengelompokan karakter fisiologi isolat tidak berkaitan dengan sumber inang

maupun geografi isolat, akan tetapi karakter fisiologi merupakan ekspresi total

karakter yang sangat dipengaruhi oleh faktor genetis dan lingkungan.

Saran

1. Isolat L. lecanii di lapangan cukup berlimpah sehingga dianjurkan eksplorasi

dalam jumlah lebih banyak yang dapat diperoleh dari berbagai sumber.

2. Isolat L. lecanii yang baru diperoleh dari lapangan sebaiknya diinfeksikan

pada serangga inang terlebih dahulu sebelum diuji untuk menghilangkan

cekaman lingkungan dari lapangan.

3. Semua isolat L. lecanii perlu diuji lebih lanjut terhadap hama pengisap

polong lain maupun ke hama kedelai yang lain.

Daftar Pustaka Aiuchi D et al. 2007. Screening of Verticillium lecanii (=Lecanicillium lecanii)

hybrid strains based on evaluation of pathogenicity against cotton aphid and greenhouse whitefly and viability on the leaf surface. J Appl Entomol and Zool 51:205-212.

Aiuchi D et al. 2008a. A new method for producing hybrid strains of

entomopathogenic fungus Verticillium lecanii (=Lecanicillium lecanii) through protoplast fusion by using nitrate non-utilizing (Nit) mutants. Mycol Aplicada International 20;1:1-16.

Page 68: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

48

Aiuchi D et al. 2008b. Variation in growth at different temperatures and production and size of conidia in hybrid strains of Verticillium lecanii (=Lecanicillium lecanii) (Deuteromycotina: Hyphomycetes). J Appl Entomol 43;3:427-436.

Alavo TBC, Sermann H, Bochow H. 2002. Biocontrol of aphid using Verticillium

lecanii in greenhouse: Factor reducing the effectiveness of the entomopathogenic fungus. J Arch Phytopathol and Plant Protect 34;6:407-424.

Alavo TBC, Sermann H, Bochow H. 2004. Virulence of strains of the

entomopathogenic fungus Verticillium lecanii to Aphids: Strain improvement. J Arch of Phytopathol and Plant Protect 34;6:379-398.

Anderson CMT, McGee PA, Nehl DB, Mensah RK. 2007. The fungus Lecanicillium

lecanii colonies the plant Gossypium hirsutum and the aphid Aphis gossypii. Australasian Mycol 26;2:65-70.

Anyala-Zermeno MA, Mier T, Robles JB, Toriello C. 2005. Intraspecific variability

of Lecanicillium lecanii (=Verticillium lecanii): Effect of temperature on growth. Revista Mexiana De Micol 20:93-97.

Asensio L, Carbonell T, Lopez-Jimenez JA, Lopez-Llorca LV. 2003.

Entomopathogenic fungi in soils from Alicante province. Spanish J Agric Res 1;3:37-45.

Atkinson HJ, Durshner-Pelz U. 1995. Spore transmission and epidemiology of

Verticillium chlamydosporium. an endozoic fungal parasite of nematodes in soil. J Invertebr Pathol 65:237-242.

Barbosa CC, Monteiro AC, Correia AdoCB. 2002. Growth and sporulation of

Verticillium lecanii isolates under different nutritional conditions. Pesq Agropec Bras 37;6:821-829.

Chun C, Mingguang F. 2004. Observation on the initial inoculum source and

dissemination of entomophthorales caused epizootics in populations of cereal aphids. Sci China C Life Sci 47;1:38-43.

Dalzoto PR, Glienke-Blanco C, Kava-Cordeiro V, Araujo WL, Azevedo JL. 2003.

RAPD analyses of recombinantion processes in the entomopathogenic fungus Beauveria bassiana. Mycol Res 107;9:1069-1074.

Davidson G et al. 2003. Study of temperature-growth interactions of

entomopathogenic fungi with potential for control of Varroa destructor (Acari: Mesostigmata) using nonlinear model of poikilotherm development. J Appl Microbiol 94;5:816-825.

Page 69: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

49

del-Prado EN, Lannacone J, Gomez H. 2008. Effect of two entomopathogenic fungi in controlling Aleurodicus cocois (CURTIS. 1846) (Homoptera: Aleyrodidae). Chilean J Agric Res 68;1:21-30.

Devi KU, Sridevi V, Mohan CM, Padmavathi J. 2005. Effect of high temperature and

water stress on invitro germination and growth in isolates of the entomopathogenic fungus Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin. J Invertebr Pathol 88:181-189.

Drummond J, Heale JB, Gillespie AT. 1987. Germination and effects of reduced

humidity on expression of pathogenicity in Verticillium lecanii against the glasshouse whitefly Trialeurodes vaporariorum. Ann Appl Biol 111;1:193-201.

Ekesi S. 2001. Pathogenicity and antifeedant activity of entomopathogenic

hyphomycetes to the cowpea leaf beetle Ootheca mutabilis Shalberg. Insect Sci Applic 21;1:55-60.

Farsi MJ, Askary H, Jahromi KT, Pakdel AK. 2005. Effect of important ecological

factors on blastospore production of Verticillium lecanii DAOM 198499 in liquid medium. Iran J Agric Sci 36;1:109-119.

Fatiha L, Ali S, Ren S, Afzal M. 2007. Biological characteristics and pathogenicity of

Verticillium lecanii against Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae) on eggplant. J Pak Entomol 29;2:63-72.

Feng KC, Liu BL, Tzeng YM. 2000. Verticillium lecanii spore production in solid-

state fermentations. Bioproc Engine 23;1:25-29. Feng KC, Liu BL, Tzeng YM. 2002. Morphological characterization and germination

of aerial and submerged spores of the entomopathogenic fungus Verticillium lecanii. World J Microbiol and Biotechnol 18;3:217-224.

Ganga Visalakshy PN, Manoj Kumar A, Krishnamoorthy A. 2004. Epizootics of

fungal pathogen Verticillium lecanii Zimmermann on Thrips palmi Karny. Insect Environ 10;3:134-135.

Geden CJ, Rutz DA, Steinkraus DC. 1995. Virulence of different isolates and

formulations of Beauveria bassiana for house flies and the parasitoid Musci difurax raptor. Biocontr 5:615-621.

Gindin G, Geschtovt NU, Raccah B, Barash I. 2000. Pathogenicity of Verticillium

lecanii to different developmental stages of the silverleaf whitefly Bemisia argentifolii. Phytopar 28;3:231-242.

Page 70: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

50

Grajek W. 2008. Sporogenesis of the entomopathogenic fungus Verticillium lecanii in solid-state cultures. Folia Microbiol 39;1:29-32.

Hassani M, Keller S, Deshpande MV, Tour U. 2001. Effect of various liquid culture

media on growth. propagule production. and morphology of the entomopathogenic mitosporic fungus Nomuraea rileyi. 8th European Meeting of The OBC/WPRS Working Group “ Insect Pathogens and Parasitic Nematodes. 29 May-2 Jun 2001. Athens. Greece.

Hegedus DD, Bidochka MJ, Miranpuri GS, Khachatourians GG. 1992. Comparison

of the virulence. stability. and cell-wall-surface characteristic of three spore type produced by the entomopathogenic fungus Beauveria bassiana. J Appl Microbiol and Biotechnol 36;6:785-789.

Hegedus DD, Khachatourians GG. 1993. Identification of molecular variants in

mitochondrial DNAs of members of the genera Beauveria. Verticillium. Paecilomyces. Tolypocladium. and Metarhizium. Appl and Environ Microbiol 59;12:4283-4288.

Helen Y, Pell JK, Anderson PG, Clark SJ, Pye BJ. 2003. Laboratory evaluation of

temperature effects on the germination and growth of entomopathogenic fungi and on their pathogenicity to two aphid species. Pest Manag Sci 59:156-165.

Hoddle MS. 1999. The Biology and management of Silverleaf Whitefly Bemisia

argentifolii Bellows and Perring (Homoptera: Aleyrodidae) on greenhouse grown ornamentals. http://www.biocontrol.ucr.edu/ bemisia.html# verticillium [5 Jan 2008].

Humber RA. 1997. Fungi: Identification. Di dalam: Lacey LA, editor. Manual of

Techniques in Insect Pathology. Academic Press, London. hlm 153-185. Humber RA. 1998. Entomopathogenic fungal identification. APS/ESA Workshop.

APS/ESA Joint Annual Meeting. 8-12 November 1998. Las Vegas. NV. http://www.ppru.cornell.edu/mycology/insect_mycology.html [23 Nop 2008].

Ibrahim L, Butt TM, Jenkinson P. 2002. Effect of artificial culture media on

germination. growth. virulence. and surface properties of the entomopathogenic hyphomycete Metarhizium anisopliae. Mycol Res 106:705-715.

Jung HS, Lee HB, Kim K, Lee EY. 2006. Selection of Lecanicillium lecanii

(=Verticillium lecanii) strains for aphid (Myzus persicae) control. Korean J Mycol 34:112-118.

Kamp AM, Bidochka MJ. 2002. Conidium production by insect pathogenic fungi on

commercially available agars. Appl Microbiol 35;1:74-77.

Page 71: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

51

Kassa A. 2003. Development and testing of mycoinsecticides based on submerged spores and aerial conidia of the entomopathogenic fungi Beauveria bassiana and Metarhizium anisopliae (Deuteromycotina: Hyphomycetes) for control of locusts. grasshoppers. and storage pests. [disertation]. Gotingen: http://wcbdoc.sub.gwdg.de/diss/2003/kassa/kassa.pdf. [5 Mar 2007].

Klingen I, Hajek A, Meadow R, Renwick JAA. 2002. Effect of brassicaceous plants

on the survival and infectivity of insect pathogenic fungi. Biol Contr 47:411-425.

Koike M et al. 2004. Verticillium lecanii (=Lecanicillium lecanii) as epiphyte and

their application to biological control of pest and disease in a glasshouse and a field. IOBC/WPRS Bull 27:41-44.

Kope HH, Alfaro RI, Lavallee R. 2007. Effects of temperature and water activity on

Lecanicillium spp. conidia germination and growth and mycosis of Pisodes strobe. Biol Contr 53:489-500.

Kope HH, Alfaro RI, Lavallee R. 2008. Effects of temperature and water activity on

Lecanicillium spp. conidia germination and growth. and mycosis of Pissodes strobi. Pest Manag Sci 53;3:489-500.

Lazzarini GMJ, Rocha LFN, Luz C. 2006. Impact of moisture on in vitro germination

of Metarhizium anisopliae. Beauveria bassiana. and their activity on Triatoma infestans. Mycol Res 110;4:485-492.

Lee MH, Yoon YS, Yun T, Kim HS, Yoo JK. 2002. Selection of a highly virulent

Verticillium lecanii strain against Trialeurodes vaporariorum at various temperatures. J Microbiol Biotechnol 12:145-148.

Lee MH et al. 2006. Verticillium lecanii spore formulation using UV protectant and

wetting agent and the biocontrol of cotton aphids. Biotechnol Letters 28;13:1041-1045.

Lerche S, Meyer U, Sermann H, Buettner C. 2004. Dissemination of the

entomopathogenic fungus Verticillium lecanii (Zimmermann) Viegas (Deuteromycotina: Hyphomyecetes) in population of Frankliniella occidentalis (Thysanoptera: Thripidae). Commun Agric Appl Biol Sci 69;3:195-200.

Lewis LC, Bruck DJ, Gunnarson RD, Bidne KG. 2000. Colonization of

entomopathogenic fungus Beauveria bassiana (Deuteromycotina: Hyphomycetes) on Bt transgenic corn (Zea maize Still) and their genetic isolines and assesement of possible plant pathogenicity. Crop Sci 39:191-200.

Page 72: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

52

Liu H, Skinner M, Brownbridge M, Parker BL. 2003. Characterization of Beauveria bassiana and Metarhizium anisopliae isolates for management of tarnished plant bug Lygus lineolaris (Hemiptera: Miridae). J Invertebr Pathol 82;3:139-147.

Lopez-Llorca LV, Carbonell T. 1999. Characterization of Spanish strains of

Verticillium lecanii. Rev Iberoam Micol 16:136-142. Luz C, Farques J. 2004. Temperature and moisture requirements for conidial

germination of an isolate of Beauveria bassiana. pathogenic to Rhodnius prolixus. Mycopathol 138;3:117-125.

McDonald BM, McDermott JM. 1993. Population genetic of plant pathogenic fungi.

electrophoretic markers given unprecedented precision to analysis of genetic structure of population. Bio Sci 43: 311-319.

Monteiro AC, Barbosa CC, Correia ACB. 2004. Growth and sporulation of

Verticillium lecanii isolates under different enviromental conditions. Pesq Agroprec Bras 39;6:561-565.

Mor H et al. 1996. Diversity among isolates of Verticillium lecanii as expressed by

DNA polymorphism and virulence towards Bemisia tabaci. Phytopar 24;2:111-118.

Olivares-Bernabeu CM, Lopez-Llorca LV. 2002. Fungal egg-parasites of plant-

parasitic nematodes from Spanish soils. Rev Iberoam Micol 19:104-110. Parker BL et al. 2003. Entomopathogenic fungi of Eurygaster integriceps Puton

(Hemiptera: Scutelleridae): Collection and characterization for development. Biol Contr 27;3:260-272.

Popowska-Nowak E, Bienkowski P, Bajan C, Tyrawaska D. 2000. Influence of some

heavy metal ions on biological activity of two strains of entomopathogenic fungus Paecilomyces farinosus. Chem Ins Ekol 7;11:1121-1128.

Prayogo Y. 2004. Keefektifan lima jenis cendawan entomopatogen terhadap hama

pengisap polong kedelai Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) dan dampaknya terhadap predator Oxyopes javanus Thorell (Araneida: Oxyopidae). [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Prayogo Y, Santoso T, Widodo. 2005. Kerentanan stadia nimfa hama pengisap

polong kedelai Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) terhadap jamur entomopatogen Verticillium lecanii. Bandung: Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran Bandung. J Agrikultura 16;2:125-132

Page 73: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

53

Rayner ADM, Boddy L. 1988. Fungal Decomposition of Wood. New York: John Wiley & Sons.

Ropek D, Para A. 2002. The effect of heavy metal ions and their complexons upon

the growth. sporulation. and pathogenicity of the entomopathogenic fungus Verticillium lecanii. J Invertebr Pathol 79:123-125.

Safavi SA et al. 2007. Effect of nutrition on growth and virulence of the

entomopathogenic fungus Beauveria bassiana. FEM Microbiol Letters 270;1:116-123.

Samson RA, Evans HC, Latge JP. 1988. Atlas of entomopatogenic fungi.

Prinejerverlag Berlin Heodelberg New York. London. Tokyo. Samuels RI, Coracini DLA. 2004. Selection of Beauveria bassiana and Metarhizium

anisopliae isolates for the control of Blissus antillus (Hemiptera: Lygaenidae). Sci Agric 61;3:271-275.

Shinya R et al. 2007. Effects of fungal culture filtrates of Verticillium lecanii

(=Lecanicillium lecanii) hybrid strains on Heterodera glycines eggs and juveniles. J Invertebr Pathol 72:181-183.

Sitch JC, Jackson CW. 1997. Pre-penetration events affecting host specificity of

Verticillium lecanii. Mycol Res 101:535-541. Soman AG, Gloer JB, Angawi RF, Wicklow DT, Dowd PK. 2000. Vertilecanins:

New phenopicolinic acid analoques from Verticillium lecanii. J Nat Prod 64;2:189-192.

Sudirman LI, Prayogo Y, Yunimar, Ginting S. 2008. Effect of leaf litters and soils on

viability of entomopathogenic fungi Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. Hayati J Biosci 15;3:93-98.

Sugimoto M, Koike M, Nagao H, Okumura K, Tani M. 2003a. Genetic diversity of

the entomopathogen Verticillium lecanii on the basis of vegetative compatibility. Phytopar 31:450-457.

Sugimoto M, Koike M, Hiyana N, Nagao H. 2003b. Genetic. morphological. and

virulence characterization of the entomopathogenic fungus Verticillium lecanii. J Invertebr Pathol 82:176-187.

Sun MH, Liu XZ. 2006. Carbon requirements of some nematophagous.

entomopathogenic. and mycoparasitic Hyphomycetes as fungal biocontrol agents. Mycopathol 161;5:295-305.

Page 74: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

54

Tengkano W, Okada T, Tohir AM. 1988. Pengaruh serangan pengisap polong terhadap daya kecambah benih kedelai. Seminar Hasil Penelitian Hama Kedelai. Bogor. 6 Des 1988. Balittan Bogor.

Trizelia. 2005. Cendawan entomopatogen Beauveria bassiana (Bals.) Vuill.

(Deuteromycotina: Hyphomycetes): Keragaman genetik. karakterisasi fisiologi. dan virulensinya terhadap Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae). [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Varela A, Morales E. 1996. Characterization of some Beauveria bassiana isolates and

their virulence toward the coffee berry Hypothenemus hampei. J Invertebr Pathol 67:147-152.

Vu VH, Hong SII, Kim K. 2007. Selection of entomopathogenic fungi for aphid

control. J Bio Sci and Bio Engine 104;6:498-505. Wagner BL, Lewis LC. 2000. Colonization of corn. Zea maize L.. by endophytic

fungus Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin. Environ Microbiol 66:3468-3473.

Yeo H, Pell HK, Alderson PG, Clark SJ, Pye BJ. 2003. Laboratory evaluation of

temperature effects on the germination and growth of entomopathogenic fungi and their pathogenicity to two aphid species. Pest Manag Sci 59;2:156-165.

Zhen-Hiang L, Andre L, Huang HC. 2005. Isolation and characterization of chitinases

from Verticillium lecanii. Can J Microbiol 51;12:1045-155. Zimmermann. 1998. Suggestion for a standardized methode for reisolation of

entomopathogenic fungi from soil using the bait method. Insect pathogen and insect parasitic nematodes. IOBC Bull 21;4:289-298.

Page 75: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

BAB IV UJI KERAPATAN KONIDIA CENDAWAN ENTOMOPATOGEN

Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams PADA BERBAGAI UMUR TELUR Riptortus linearis (F.)

(Hemiptera: Alydidae)

[The effect of conidia density of entomopatogenic fungi Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams in controlling different ages

Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) egg]

Abstrak

Riptortus linearis merupakan salah satu hama pengisap polong kedelai yang sangat penting karena mampu menyebabkan kehilangan hasil mencapai 80%. Pada stadia telur, hama tersebut dapat terinfeksi oleh cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mempelajari kerapatan konidia maksimal cendawan L. lecanii untuk mengendalikan telur R. linearis dan (2) mempelajari kerentanan perbedaan umur telur R. linearis terhadap infeksi L. lecanii. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan konidia L. lecanii berpengaruh nyata dalam mengendalikan telur R. linearis. Kerapatan konidia L. lecanii 108/ml mampu menyebabkan telur R. linearis tidak menetas hingga mencapai 91%. Semakin tua umur telur semakin toleran terhadap infeksi L. lecanii, sedangkan telur yang baru diletakkan sampai dengan umur kurang satu hari sangat rentan. Telur yang berumur empat, lima, dan enam hari sangat toleran terhadap infeksi cendawan. Telur yang tidak menetas akibat infeksi L. lecanii mampu memproduksi konidia di atas 7.25 x 106/ml. Pengendalian R. linearis dengan cendawan L. lecanii dianjurkan menggunakan kerapatan konidia 108/ml yang diaplikasikan pada telur yang baru diletakkan sampai dengan umur satu hari. Kata kunci: konidia, menetas, kerentanan, nimfa, toleran.

Page 76: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

56

Abstract Riptortus linearis is one of the most important pod sucking bugs that could cause crop losses up to 80%. The egg of this pest can be infected by entomopatogenic fungi Lecanicillium lecanii. The purposes of this research are: (1) to study the maximal conidia density of L. lecanii to control of R. linearis egg, and (2) to study the susceptibility of different ages of R. linearis egg to be infected by L. lecanii. The result showed that conidia densities were signifficantly different in controlling insect eggs. Conidia density of 108/ml could kill insect egg up to 91%. The older insect eggs are more tolerant to the infection than the younger ones. The newly laid (one day or less) were most susceptible by infection. The fungi could not kill the eggs of four days old and afterwards. Conidia production above 7.25 x 106/ml could be harvested in one egg infected by fungi. The pest control using L. lecanii could be suggested with 108/ml conidia density against newly laid until one day old insect egg. Key words: conidia, hatch, susceptibility, nymph, tolerant.

Pendahuluan

Riptortus linearis F. (Hemiptera: Alydidae) merupakan salah satu hama

pengisap polong kedelai yang sangat penting di Indonesia (Tengkano et al. 1992).

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Tengkano et al. (2003; 2005; 2006) di

beberapa sentra produksi kedelai di Indonesia menunjukkan bahwa R. linearis

mempunyai daerah sebaran yang sangat luas dan populasinya lebih tinggi

dibandingkan dengan hama pengisap polong kedelai yang lain. Di lapangan,

keberadaan R. linearis perlu mendapat perhatian lebih, karena siklus hidupnya yang

relatif pendek yaitu hanya 29 hari sehingga perkembangan populasinya sangat cepat.

Seekor imago betina R. linearis mampu memproduksi telur hingga mencapai 70 butir

(Tengkano et al. 1992).

Hama R. linearis datang pertama kali di lahan kedelai, yaitu pada waktu

tanaman mulai membentuk bunga pada umur 35-42 hari setelah tanam (HST). Pada

waktu tersebut, imago datang dengan tujuan untuk meletakkan telurnya. Telur

diletakkan satu persatu pada permukaan bagian atas dan bawah daun maupun organ

tanaman lainnya (Tengkano et al. 1992). Telur yang baru diletakkan berwarna hijau

Page 77: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

57

dengan struktur kulit telur masih lentur, setelah beberapa jam berubah menjadi hijau

gelap kemudian berangsur-angsur berubah warna menjadi coklat dengan lapisan

korion mengeras. Telur berbentuk bulat dengan diameter 1.2 mm. Pada bagian ujung

telur terdapat lubang yang berbentuk cekung, yaitu mikropil yang berfungsi sebagai

tempat masuknya sperma dari kantong spermateka pada waktu pembuahan sebelum

telur diletakkan oleh imago.

Tujuh hari setelah telur diletakkan oleh imago, telur menetas membentuk

nimfa I. Stadia nimfa I berlangsung selama tiga hari kemudian berganti kulit

membentuk nimfa II. Nimfa II juga berlangsung selama tiga hari sebelum

berkembang menjadi nimfa III. Baik stadia nimfa III maupun nimfa IV masing-

masing berlangsung selama enam hari. Sedangkan nimfa V berlangsung delapan hari

sebelum berkembang menjadi imago. Baik stadia nimfa maupun imago mempunyai

peluang yang sama besarnya untuk merusak seluruh fase pertumbuhan polong dan

biji.

Hingga saat ini pengendalian hama pengisap polong kedelai masih

mengandalkan aplikasi insektisida kimia (Marwoto 1992). Pengendalian R. linearis

menggunakan insektisida kimia hanya mampu membunuh stadia nimfa dan imago.

Sementara itu, struktur populasi R. linearis di lapangan selalu tumpang tindih, yaitu

ada telur, nimfa, dan imago. Hal ini disebabkan stadia telur tidak dapat dikendalikan

dengan insektisida kimia sehingga perkembangan hama akan berlangsung terus

menerus. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif pengendalian lain yang mampu

membunuh stadia telur sehingga populasi hama dapat ditekan. Hasil penelitian

Prayogo (2004) menunjukkan bahwa pengendalian hama R. linearis menggunakan

agens hayati cendawan entomopatogen Verticillium lecanii (=Lecanicillium lecanii)

(Zimm.) (Viegas) Zare & Gams memberi harapan yang cukup besar. Hal ini

disebabkan karena cendawan tersebut mampu menginfeksi semua stadia serangga

baik nimfa, imago, maupun telur. Menurut Lacey et al. (1999), Gindin et al. (2000),

dan Aiuchi et al. (2008a) telur yang terinfeksi cendawan entomopatogen umumnya

tidak mampu menetas karena cendawan tersebut dapat bersifat ovisidal.

Page 78: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

58

Efikasi L. lecanii tergantung dari kerapatan konidia yang diaplikasikan dan

kerentanan stadia serangga inang (Ashouri et al. 2004; del-Prado et al. 2008; Aiuchi

et al. 2008b; Shinya et al. 2008b). Informasi efikasi L. lecanii terhadap beberapa

jenis telur pada ordo Homoptera dan telur nematoda parasit tanaman sudah pernah

dilaporkan meskipun masih relatif sedikit. Sementara itu, informasi kerentanan umur

telur R. linearis terhadap aplikasi L. lecanii belum ada. Penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari pengaruh kerapatan konidia L. lecanii untuk mengendalikan telur R.

linearis dan mempelajari kerentanan berbagai umur telur R. linearis terhadap infeksi

L. lecanii.

Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan di laboratorium Patologi Serangga, Departemen Proteksi

Tanaman, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang dimulai dari bulan Juli sampai dengan

September 2007.

Uji Kerapatan Konidia L. lecanii pada Telur R. linearis

Pembiakan Imago R. linearis untuk Mendapatkan Telur

Telur R. linearis diperoleh dengan cara mengembangbiakkan imago di dalam

laboratorium. Imago R. linearis diambil dengan jaring dari lahan pertanaman kedelai

di Probolinggo, Jawa Timur pada tahun 2006 kemudian dipelihara di dalam sangkar

yang disungkup dengan kain kasa. Serangga diberi pakan kacang panjang yang sudah

membentuk biji dan setiap dua hari pakan diganti dengan kacang yang segar. Pada

bagian dinding di dalam sangkar diselipkan benang-benang halus berwarna kuning

yang berfungsi sebagai penempelan telur yang diletakkan oleh imago betina.

Perbanyakan Cendawan L. lecanii

Cendawan yang dipakai dalam penelitian ini adalah isolat Ll-JTM11 yang

memiliki virulensi tertinggi hasil penelitian tahap I. Isolat cendawan ditumbuhkan

Page 79: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

59

pada media PDA (potato dextrose agar) di dalam cawan Petri yang berdiameter 9 cm.

Pada umur 21 hari setelah inokulasi (HSI), biakan cendawan ditambah air 10 ml

kemudian koloni dikerok dengan kuas halus untuk mengambil konidia yang

terbentuk. Suspensi konidia dikocok menggunakan vortex selama 60 detik kemudian

kerapatan konidia dihitung menggunakan haemocytometer untuk menentukan

kerapatan konidia 105, 106, 107, 108, dan 0 (kontrol) sebagai perlakuan. Masing-

masing perlakuan diulang sebanyak empat kali. Penelitian disusun menggunakan

rancangan acak lengkap (RAL).

Aplikasi L. lecanii pada Telur R. linearis

Masing-masing kerapatan konidia sebagai perlakuan diaplikasikan pada telur

R. linearis yang berumur satu hari sebanyak 100 butir per perlakuan per ulangan yang

diletakkan di dalam cawan Petri dengan diameter 18 cm. Dosis aplikasi L. lecanii

adalah 2 ml per 100 butir telur. Perlakuan dilakukan dengan cara disemprotkan pada

seluruh permukaan telur. Pada bagian dasar di dalam cawan dilapisi kertas tissue

yang dilembabkan dengan air steril dan kelembaban kertas dipertahankan kurang

lebih di atas 80% setiap hari. Kacang panjang segar yang sudah membentuk polong

dipotong-potong berukuran 5 cm kemudian dimasukan ke dalam cawan Petri sebagai

sumber makanan yang disediakan bagi telur yang mampu menetas. Setiap cawan diisi

dua potong kacang panjang kemudian diganti setiap dua hari sekali dengan ukuran

yang sama. Variabel yang diamati adalah jumlah telur yang tidak menetas setelah

terinfeksi L. lecanii.

Uji Kerentanan Berbagai Umur Telur R. linearis terhadap Infeksi L. lecanii

Sebagai perlakuan adalah perbedaan umur telur R. linearis yang sudah

diletakkan oleh imago, yaitu; (1) kurang satu hari, (2) satu hari, (3) dua hari, (4) tiga

hari, (5) empat hari, (6) lima hari, dan (7) enam hari. Setiap kelompok telur yang

berumur sama dari hasil pembiakkan serangga uji kemudian dimasukkan ke dalam

cawan Petri berdiameter 18 cm. Pada bagian dasar cawan Petri dilapisi dengan kertas

Page 80: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

60

tissue yang dilembabkan dengan air steril dan kelembaban dipertahankan setiap hari

kurang lebih di atas 80%. Setiap cawan Petri diisi telur R. linearis sebanyak 100

butir sebagai perlakuan.

Isolat cendawan L. lecanii yang digunakan adalah Ll-JTM11 hasil penelitian

tahap pertama. Cendawan diperbanyak pada media PDA di dalam cawan Petri. Pada

umur 21 HSI, biakan cendawan ditambah air steril 10 ml kemudian diambil

konidianya dengan cara dikerok menggunakan kuas halus. Suspensi konidia

dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dikocok menggunakan vortex selama

60 detik. Suspensi konidia dihitung menggunakan haemocytometer hingga diperoleh

kerapatan konidia yang optimal sesuai hasil uji pada penelitian kerapatan konidia.

Suspensi konidia kemudian diaplikasikan pada kelompok telur R. linearis yang ada di

dalam cawan Petri sesuai dengan perlakuan. Dosis aplikasi adalah 2 ml per 100 butir

telur. Perlakuan dilakukan dengan cara disemprotkan pada seluruh bagian permukaan

telur.

Variabel yang diamati adalah; (1) jumlah telur yang tidak menetas setelah

terinfeksi L. lecanii yang dihitung mulai dari waktu aplikasi sampai dengan umur 6

hari setelah aplikasi (HSA), (2) periode waktu penetasan telur yang dihitung sejak

waktu aplikasi L. lecanii sampai dengan telur menetas, (3) jumlah konidia yang

diproduksi pada setiap telur yang tidak menetas. Jumlah konidia dihitung dengan cara

tiap telur yang terkolonisasi L. lecanii dan tidak menetas dimasukkan ke dalam

tabung reaksi. Telur tersebut ditambah air 10 ml dan dikocok menggunakan vortex

selama 60 detik kemudian suspensi konidia pada masing-masing perlakuan dihitung

menggunakan haemocytometer. (4) jumlah nimfa II yang mampu bertahan hidup

dihitung sejak dari stadia telur. Jumlah konidia L. lecanii dihitung menggunakan

haemocytometer dan mikroskup optik merk Olypmus, model CX21FSI. Pengamatan

perkecambahan konidia dan proses infeksi L. lecanii pada struktur telur R. linearis

dilakukan dengan mikroskup elektron, merk JEOL (JAPAN) tipe JSM-5310LV.

Page 81: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

61

Analisis Data

Semua data yang diperoleh dianalisis menggunakan program MINITAB 14.

Apabila terdapat perbedaan di antara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak

berganda (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf nyata α = 0.05.

Hasil dan Pembahasan

Uji Berbagai Kerapatan Konidia L. lecanii pada Telur R. linearis Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kerapatan konidia L.

lecanii yang diaplikasikan berpengaruh nyata terhadap tingkat infeksi pada telur R.

linearis sehingga mempengaruhi jumlah telur yang menetas. Semakin tinggi

kerapatan konidia yang diaplikasikan semakin banyak jumlah telur yang terinfeksi

cendawan dan akhirnya telur yang akan menetas menjadi terbatas (Gambar 7).

Aplikasi pada kerapatan konidia terendah, yaitu 2.25 x 105/ml mengakibatkan jumlah

telur R. linearis yang menetas hingga mencapai 91%. Pada kerapatan konidia tersebut

hanya 9% telur R. linearis yang tidak menetas dan persentase tersebut tidak berbeda

nyata dengan kontrol (air). Pada kerapatan konidia tersebut dapat dikatakan tidak

efektif karena jumlah telur yang menetas hampir sama dengan kontrol.

Peningkatan kerapatan konidia dari 2.25 x 105 menjadi 2.25 x 106/ml

mengakibatkan jumlah telur yang mampu menetas menjadi berkurang sebanyak 32%,

yaitu dari 91% menjadi 59%. Walaupun jumlah telur yang menetas sudah mengalami

penurunan, namun peluang telur yang mampu berkembang menjadi nimfa II masih

mencapai 41%. Keberadaan populasi serangga tersebut di lapangan diduga masih

akan membahayakan tanaman. Jika kerapatan konidia ditingkatkan lagi menjadi 2.25

x 107/ml maka jumlah telur yang menetas menjadi lebih rendah, yaitu 31.5%.

Peningkatan kerapatan konidia hingga 2.25 x 108/ml mengakibatkan penetasan telur

R. linearis hanya 9%.

Page 82: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

62

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa untuk mencapai hasil yang

maksimal dalam mengendalikan telur R. linearis disarankan menggunakan kerapatan

konidia minimum 2.25 x 108/ml. Dengan demikian, peluang nimfa yang mampu

hidup lebih lanjut hanya sedikit sehingga diduga peledakan hama menjadi sangat

rendah. Menurut Loureiro et al. (2004) untuk mengendalikan stadia nimfa kutu daun

Cinara atlantica (Homoptera: Aphididae) maka kerapatan konidia V. lecanii yang

digunakan harus 108/ml. Ashouri et al. (2004) juga melaporkan bahwa kerapatan 107-

108/ml mampu membunuh nimfa instar III Myzus persicae (Homoptera: Aphididae)

hingga 100%. Kim et al. (2001) mengindikasikan bahwa pengendalian Aphis gosypii

(Homoptera: Aphididae) pada stadia nimfa dengan V. lecanii harus menggunakan

kerapatan konidia di atas 108/ml agar mampu menyebabkan mortalitas hingga 100%.

Gambar 7 Rata-rata jumlah telur R. linearis yang menetas setelah terinfeksi L. lecanii

pada berbagai tingkat kerapatan konidia.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5

Kerapatan konidia L. lecanii /ml

Pers

enta

se te

lur

R. li

near

is y

ang

men

etas

(%)

Kontrol (air) 2.25 x 105 2.25 x 106 2.25 x 107 2.25 x 108

a a

b

c

d

Page 83: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

63

Menurut Wang et al. (2004), tingkat mortalitas serangga yang akan

dikendalikan dipengaruhi oleh virulensi isolat yang digunakan, selain pengaruh dari

faktor kerapatan konidia maupun stadia serangga. Lee et al. (2002) untuk

mengendalikan Trialeurodes vaporariorum (Homoptera: Aleyrodidae) harus

menggunakan kerapatan konidia 108/ml supaya mampu membunuh serangga di atas

80% jika menggunakan isolat L. lecanii yang kurang virulen. Sedangkan untuk isolat

yang virulen hanya membutuhkan kerapatan konidia 106/ml. Aiuchi et al. (2008b)

melaporkan bahwa virulensi L. lecanii berkaitan erat dengan karakter fisiologi

cendawan yang meliputi ukuran dan daya kecambah konidia selain kerapatan konidia

yang diaplikasikan. Hal ini disebabkan isolat yang memiliki daya kecambah konidia

dalam waktu lebih singkat maka isolat tersebut memiliki aktivitas enzim amilase,

protease, dan kitinase dalam jumlah yang berlebih. Isaka et al. (2005) juga

mengindikasikan pernyataan yang sama bahwa tingkat virulensi isolat L. lecanii

tergantung adanya kandungan senyawa bioaktif (bioactive substances).

Senyawa yang terkandung pada L. lecanii bersifat toksik terhadap telur dan

stadia juvenil nematoda Heterodera glycines (Shinya et al. 2008a & 2008b) dan

terhadap telur nematoda Globodera pallida (Stone) sehingga telur tidak mampu

menetas (Goettel et al. 2008). Vey et al. (2001) dan Murakoshi et al. (2005)

mengemukakan bahwa V. lecanii memproduksi beberapa jenis toksin, yaitu

dipicolinic acid, hydroxycarboxylic acid, dan cyclosporin dengan kadar yang

berbeda.

Uji Kerentanan Berbagai Umur Telur R. linearis terhadap Infeksi L. lecanii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan umur telur R. linearis setelah

diletakkan imago mempunyai kerentanan yang berbeda terhadap infeksi L. lecanii.

Semakin tua umur telur semakin toleran terhadap infeksi L. lecanii. Telur R. linearis

yang terinfeksi L. lecanii pada umur empat, lima, dan enam hari setelah diletakkan

imago mempunyai peluang menetas hingga mencapai 100% (Gambar 8). Kejadian ini

menginformasikan bahwa telur R. linearis pada umur tersebut kurang efisien apabila

Page 84: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

64

dilakukan pengendalian dengan aplikasi L. lecanii jika dibandingkan dengan umur

kurang satu hari maupun satu hari. Hal ini disebabkan pada umur tersebut struktur

jaringan kulit telur (chorion) sudah mengalami melanisasi, sehingga konidia yang

sudah menempel pada lapisan tersebut sulit untuk berkecambah.

Menurut Wilson et al. (2008), melanisasi merupakan faktor yang sangat

berperan dalam meningkatkan ketahanan serangga terhadap serangan patogen. Lebih

lanjut dilaporkan Wilson et al. (2008), pengaruh melanisasi pada struktur telur

Spodoptera exempta F. (Lepidoptera: Noctuidae) lebih besar perannya terhadap

pertahanan diri dari infeksi Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. (Deuteromycotina:

Hyphomycetes) dibandingkan dengan melanisasi pada stadia larva.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7

Umur telur R. linearis setelah diletakkan imago (hari)

Pers

enta

se te

lur

R. li

near

is y

ang

men

etas

(%

)

Gambar 8 Rata-rata jumlah telur R. linearis pada berbagai umur yang menetas setelah

terinfeksi L. lecanii.

Di permukaan korion telur yang berumur enam hari, belum tampak adanya

konidia yang berkecambah hingga 24 jam setelah inokulasi (JSI) (Gambar 9).

Walaupun telur R. linearis yang terinfeksi L. lecanii pada umur empat, lima, dan

enam hari masih ada konidia yang mampu berkecambah, tetapi karena struktur korion

sudah keras maka tabung kecambah yang terbentuk sulit melakukan penetrasi masuk

a a a ab b

c

d

< 1 1 2 3 4 5 6

Page 85: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

65

ke dalam. Dengan demikian, tabung kecambah yang berkembang membentuk

apresorium akhirnya tidak mampu bertahan untuk berkembang lebih lanjut. Pada

kondisi demikian apabila suspensi konidia ditambah dengan bahan pembawa sebelum

aplikasi maka cendawan masih mampu bertahan untuk melangsungkan hidupnya

(Shi et al. 2006; Sahayaraj & Namasivayam 2008).

Gambar 9 Konidia L. lecanii yang tidak berkecambah setelah 24 jam inokulasi pada

permukaan korion telur R. linearis yang berumur 6 hari.

Telur yang berumur enam hari kurang rentan terhadap aplikasi cendawan, hal

ini disebabkan telur sudah mendekati waktu penetasan, bahkan struktur ujung telur

sudah pecah (Gambar 10). Meskipun demikian, cendawan masih berpeluang besar

untuk menginfeksi nimfa yang sudah terbentuk. Hal ini disebabkan L. lecanii mampu

menginfeksi stadia nimfa maupun imago selain stadia telur (Prayogo 2004; Prayogo

et al. 2005). Akan tetapi jika kondisi lingkungan kurang mendukung maka konidia

yang sudah berkecambah dan berkembang membentuk apresorium akan mengalami

plasmolisis kemudian mengering dan akhirnya mati sebelum menginfeksi inang. Oleh

karena itu, untuk mendukung keberhasilan pemanfaatan cendawan entomopatogen

dalam pengendalian hayati maka sangat diperlukan bahan pelindung apalagi

SEM MERK JEOL JAPAN TYPE JSM-5000 MAG X10.000

Page 86: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

66

diaplikasikan di daerah kering (Williams et al. 2000; Verhaar et al. 2004; Lee et al.

2006).

Gambar 10 Struktur telur R. linearis yang akan menetas pada umur 6 hari setelah diletakkan imago tanpa aplikasi L. lecanii.

Hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilaporkan del-Prado et al. (2008),

yang mendapatkan telur kutu kapuk kelapa Aleurodicus cocois (Curtis, 1846)

(Homoptera: Aleyrodidae) yang berumur tujuh hari lebih rentan terhadap infeksi L.

lecanii. Hal ini ditandai dengan nimfa I yang mati hingga mencapai 82%, sedangkan

telur yang berumur kurang satu hari sampai dengan dua hari lebih toleran karena

jumlah telur yang menetas dan berkembang menjadi nimfa II di atas 90%. Struktur

telur A. cocois pada umur tujuh hari mulai pecah meskipun belum sepenuhnya dan

konidia yang diaplikasikan pada waktu tersebut tidak hanya menempel pada bagian

korion terluar akan tetapi ada yang menempel pada embrio di dalam telur. Oleh

SEM MERK JEOL JAPAN TYPE JSM-5000 MAG X50

SEM MERK JEOL JAPAN TYPE JSM-5000 MAG X50

Page 87: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

67

karena itu, proses penetrasi dan infeksi dari cendawan lebih mudah terjadi karena

embrio pada saat itu dalam kondisi yang masih sangat rentan (del-Prado et al. 2008).

Persentase telur yang menetas terendah terjadi pada perlakuan telur yang

berumur kurang satu hari (baru diletakkan imago), yaitu hanya 15%. Dengan kata lain

bahwa efikasi L. lecanii dalam mengendalikan telur R. linearis hingga mencapai

85%. Persentase telur yang tidak menetas pada umur kurang satu hari lebih rendah

dibandingkan dengan hasil uji kerapatan konidia meskipun kerapatan yang digunakan

sama. Hal ini diduga isolat L. lecanii yang digunakan sudah mengalami perbanyakan

berulangkali sehingga virulensi isolat menurun. Menurut Nahar et al. (2008),

perbanyakan cendawan Metarhizium anisopliae (Sorokin) (Deuteromycotina:

Hyphomycetes) secara berulang-ulang sebanyak 20 kali akan mengakibatkan

penurunan virulensi hingga 20%. Pada kondisi tersebut apresorium dan produksi

enzim pendegradasi kutikula, yaitu chitinase, chitin deacetylase, amylase,

chitosanase, dan protease akan menurun drastis. Oleh karena itu, Bradley et al.

(1992) menganjurkan infeksi ulang ke serangga inang untuk meningkatkan kembali

virulensi cendawan sebelum agens hayati tersebut diproduksi secara masal.

Aplikasi L. lecanii pada telur R. linearis yang berumur satu hari

mengakibatkan telur yang menetas hanya 31.2% (Gambar 8). Tingginya persentase

telur yang tidak menetas pada perlakuan telur umur kurang dari satu hari hingga satu

hari disebabkan struktur lapisan korion masih sangat lentur sehingga tabung

kecambah yang terbentuk lebih mudah penetrasi ke dalam telur. Pada umur tersebut

telur berwarna hijau dengan struktur korion yang sangat lentur (Gambar 11a & 11b).

Dengan pertambahan umur maka kondisi struktur kulit telur mulai mengeras dan

mengalami perubahan warna menjadi hijau gelap (Gambar 11c & 11d) bahkan

cenderung berwarna coklat setelah empat hari (Gambar 11e, 11f, dan 11g).

Page 88: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

68

Gambar 11 Perbedaan struktur korion telur R. linearis berdasarkan umur setelah

diletakkan imago. (a) kurang satu hari, (b) satu hari, (c) dua hari, (d) tiga hari, (e) empat hari, (f) lima hari, dan (g) enam hari.

Telur yang baru diletakkan hingga berumur satu hari memperlihatkan struktur

kulit telur yang masih lentur sehingga akan mempermudah konidia L. lecanii yang

menempel pada korion. Konidia yang menempel kemudian berkecambah dan

berkembang membentuk apresorium (Gambar 12) untuk melakukan penetrasi secara

aktif mendegradasi korion dengan perangkat enzim yang dimiliki oleh cendawan atau

melalui lubang mikropil. Bagian di sekitar mikropil dilengkapi oleh lapisan gel yang

diproduksi dari kelenjar asesori imago betina yang berfungsi sebagai sarana untuk

melekatkan telur pada subtrat. Pada kondisi di lapangan, gel tersebut berfungsi untuk

melekatkan telur pada organ tanaman yang umumnya pada permukaan daun di sekitar

sumber makanan yang tersedia, yaitu polong kedelai.

Gel tersebut diduga sangat menguntungkan bagi proses pertumbuhan tabung

kecambah karena kondisi di sekitar mikropil menjadi lebih lembab sehingga sangat

kondusif bagi cendawan dalam proses penetrasi ke dalam telur, meskipun fenomena

a b c

d e f

g

Page 89: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

69

tersebut belum banyak dilaporkan. Menurut Sahlen (2000) dan Gaino et al. (2008),

telur yang baru diletakkan dibekali senyawa berbentuk gel yang dihasilkan dari

kelenjar asesori imago betina yang berfungsi untuk melekatkan telur pada suatu

tempat di dekat sumber makanan yang tersedia bagi turunan yang akan terbentuk. Gel

tersusun dari gliserol yang mengandung gula sehingga merupakan senyawa yang

dibutuhkan oleh perkembangan cendawan.

Telur serangga terdiri dari tiga lapisan, yaitu (1) eksokorion yang

mengandung karbohidrat, (2) endokorion tersusun dari protein, dan (3) lapisan

kristalin paling dalam mengandung protein (dos-Santos & Gregorio 2003). Beberapa

senyawa yang terkandung pada lapisan korion tersebut merupakan senyawa yang

dibutuhkan oleh konidia meskipun harus melalui perombakan terlebih dahulu.

Cendawan L. lecanii menghasilkan beberapa jenis enzim meliputi protease, lipase,

amilase, dan kitinase yang berfungsi sebagai perombak struktur dinding sel yang

tersusun dari protein, lemak, karbohidrat, dan kitin (Fenice et al. 1998; Liu et al.

2003; Lu et al. 2005 ; Wang et al. 2005).

Gambar 12 Apresorium L. lecanii yang terbentuk sebelum penetrasi ke dalam telur

R. linearis pada 13 jam setelah aplikasi.

SEM MERK JEOL JAPAN TYPE JSM-5000 MAG X7.500

Page 90: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

70

Karbohidrat dan protein merupakan sumber nutrisi utama yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan cendawan entomopatogen (Barbosa et al. 2002; Gao et al. 2006).

Setelah miselium terbentuk, cendawan dapat mengeksploitasi sumber nutrisi yang ada

di dalam telur. Pada kondisi tersebut telur sudah tidak normal atau embrio yang

terbentuk di dalam telur sudah mati sehingga cendawan dalam fase saprogenesa. Fase

selanjutnya, miselium tumbuh keluar menembus korion telur (Gambar 13), kemudian

miselium mengkolonisasi seluruh permukaan telur dan bersporulasi (Gambar 14)

yang berfungsi untuk transmisi patogen ke inang yang sehat. Hasil penelitian Behnke

dan Yendol (2006) mengindikasikan bahwa semua telur Galleria mellonella yang ada

baik telur sehat maupun yang sudah rusak dapat diinfeksi oleh cendawan Aspergillus

flavus. Keadaan tersebut menginformasikan bahwa telur merupakan sumber inang

yang potensial bagi perkembangan cendawan di lapangan. Oleh karena itu, jika stadia

telur dapat dikendalikan dengan cendawan entomopatogen maka peluang

perkembangan hama dapat ditekan lebih awal sehingga peledakan hama dapat

ditekan.

Gambar 13 Miselium L. lecanii yang menembus keluar struktur korion telur R.

linearis pada empat hari setelah aplikasi (HSA).

SEM MERK JEOL JAPAN TYPE JSM-500 MAG X7.500

Page 91: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

71

Gambar 14 Telur R. linearis yang tidak menetas setelah terkolonisasi miselium L. lecanii isolat Ll-JTM11 pada tujuh HSA (a) dan 10 HSA (b).

Periode Waktu Penetasan Telur R. linearis setelah Terinfeksi L. lecanii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi cendawan L. lecanii

berpengaruh nyata terhadap periode waktu penetasan telur R. linearis. Telur yang

baru diletakkan (kurang satu hari) apabila terinfeksi L. lecanii akan menetas pada

hari ke 11.5 (Gambar 15), sedangkan pada telur normal (tanpa infeksi) akan menetas

tujuh hari setelah diletakkan imago. Dengan kata lain bahwa telur akan terlambat

menetas selama 4.5 hari jika dibandingkan dengan telur normal (tanpa infeksi).

Keterlambatan periode penetasan telur yang sama juga terjadi pada telur R. linearis

yang terinfeksi L. lecanii pada umur satu, dua, dan tiga hari yaitu masing-masing

pada hari ke 11.5. Telur R. linearis yang berumur empat dan lima hari apabila

terinfeksi L. lecanii mengakibatkan telur akan menetas pada hari ke 8.7 yang artinya

terlambat berkisar selama 1.7 hari. Walaupun sebenarnya pada umur tersebut telur

lebih toleran terhadap infeksi cendawan. Hal ini terlihat dari hasil uji kerentanan telur

yang menunjukkan bahwa telur yang menetas hingga mencapai 100%. Telur yang

a b

Page 92: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

72

berumur enam hari setelah diletakkan imago apabila diaplikasi dengan L. lecanii

maka telur akan menetas satu hari setelah aplikasi.

Gambar 15 Periode waktu penetasan telur R. linearis setelah terinfeksi L. lecanii.

Menurut Hoddle (1999), aplikasi cendawan V. lecanii pada telur Bemisia

tabaci dan Trialeurodes vaporariorum (Homoptera: Aleyrodidae) menyebabkan

penetasan telur akan terlambat dan peluang telur untuk menetas hanya 1%. Wang et

al. (2007) juga melaporkan bahwa telur B. tabaci yang terinfeksi V. lecanii akan

terlambat menetas, bahkan dapat menggagalkan penetasan telur hingga 100%. Lebih

lanjut dilaporkan bahwa telur yang tidak menetas ditandai dengan perubahan warna,

yaitu kusam dan tidak berkilau. Hal ini disebabkan cendawan entomopatogen

menghasilkan toksin yang dapat bersifat ovisidal (Lacey et al. 1999; Lu et al. 2005;

Watts 2006). Liande et al. (2007) juga menyebutkan bahwa ekstrak kasar miselium V.

0 1 2 3 4 5 6 0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

1 2 3 4 5 6 7

Umur telur setelah diletakkan oleh imago (hari)

Perio

de w

aktu

pen

etas

an te

lur (

hari)

b b b b a

a

a

< 1 1 2 3 4 5 6

Page 93: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

73

lecanii mengandung dua jenis toksin dengan kode V3450 dan VP28 yang bersifat

ovisidal dan larvisidal.

Cendawan B. bassiana dan M. anisopliae yang menginfeksi telur Nezara

viridula (Hemiptera: Alydidae) juga mengakibatkan waktu penetasan telur menjadi

terlambat dan jumlah telur yang menetas sangat terbatas (Soesanto & Darsam 1993).

Hal ini disebabkan telur yang terinfeksi cendawan tersebut akan mengalami

penghambatan dalam proses metabolismenya sehingga proses pematangan embrio

menjadi terhambat. Selain itu, serangga yang keluar dari telur akhirnya mati karena

secara fisiologis tumbuh tidak normal akibat infeksi cendawan dari fase embrio.

Hoddle (1999) juga mengindikasikan bahwa telur Rhipicephalus appendiculatus dan

Amblyoma variegatum (Acari: Ixodidae) yang terinfeksi cendawan B. bassiana dan

M. anisopliae akan mengalami penghambatan waktu penetasan. Lebih lanjut

dilaporkan bahwa telur R. appendiculatus dan A. variegatum yang terinfeksi

cendawan akhirnya tidak menetas hingga 100%. Samuels et al. (2002) menguji

cendawan M. anisopliae dan B. bassiana yang diaplikasikan pada telur Blisus antillus

(Hemiptera: Lygaeidae), akhirnya telur yang terinfeksi juga tidak menetas hingga

100%.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa semakin muda umur telur R.

linearis terinfeksi cendawan L. lecanii, semakin lama periode penetasan telur

maupun persentase penetasan telur semakin rendah. Keterlambatan periode penetasan

telur akan mengakibatkan bergesernya perkembangan stadia R. linearis yang

terbentuk. Di lapangan, kondisi tersebut akan sangat menguntungkan bagi

keselamatan polong dan biji kedelai yang terbentuk karena perkembangan stadia

serangga tidak sesuai dengan perkembangan polong kedelai. Hal ini terjadi karena

nimfa yang masih bertahan hidup akan kesulitan mendapatkan polong yang masih

muda karena polong yang ada sudah mengalami proses pemasakan biji sehingga

struktur polong dalam keadaan keras akhirnya stilet serangga tidak berhasil

mengksploitasi biji di dalam polong.

Page 94: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

74

Produksi Konidia L. lecanii pada Telur R. linearis yang Tidak Menetas

Telur R. linearis yang dikolonisasi L. lecanii dan tidak menetas, masing-

masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah air 10 ml kemudian

dikocok dengan vortex selama 60 detik. Suspensi konidia kemudian dihitung

menggunakan haemocytometer dan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

rata-rata jumlah konidia yang terbanyak terjadi pada telur R. linearis yang terinfeksi

L. lecanii pada umur kurang satu hari dan dua hari, kedua perlakuan tersebut

mencapai 7.255 x 106/ml (Gambar 16). Jumlah konidia terbanyak diikuti dengan

perlakuan telur yang terinfeksi L. lecanii pada umur satu hari, yaitu 7.251 x 106/ml.

Akan tetapi, jumlah konidia pada ketiga perlakuan tersebut tidak berbeda nyata.

Jumlah konidia L. lecanii terendah terjadi pada telur yang terinfeksi pada umur 3 hari,

yaitu hanya 1.650 x 106/ml. Telur yang berumur empat, lima, dan enam hari tidak

ditemukan adanya kolonisasi oleh cendawan L. lecanii.

012

34

567

89

10

11

1 2 3 4 5 6 7

Umur telur R. linearis setelah diletakkan oleh imago (hari)

Jum

lah

koni

dia

L. l

ecan

ii pa

da ti

ap te

lur

yang

tida

k m

enet

as (x

106 )

Gambar 16 Produksi konidia L. lecanii pada tiap telur R. linearis yang tidak menetas.

a a

a

b

c c c

< 1 1 2 3 4 5 6

Page 95: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

75

Jumlah konidia yang diproduksi pada tiap telur yang tidak menetas akan

sangat berperan di lapangan sebagai sumber inokulum sekunder bagi perkembangan

patogen di lapangan (Samuels & Coracini 2004). Semakin banyak jumlah konidia

yang terbentuk pada tiap telur yang tidak menetas mengakibatkan semakin efektif

agens hayati tersebut dalam menyebabkan epizooti yang akan terjadi pada hama

inang di lapangan (Purlong & Pell 2001; Ganga-Visalakshy et al. 2004). Hal ini

disebabkan konidia merupakan salah satu organ infektif cendawan entomopatogen

yang berperan utama untuk pemencaran dan proses infeksi (Wraight et al. 2001;

Lerche et al. 2004). Menurut Fatiha et al. (2007) cendawan entomopatogen yang

mampu bersporulasi dengan baik akan lebih menguntungkan karena isolat tersebut

mampu menimbulkan epizooti dalam waktu yang lebih pendek. Selain itu, untuk

perbanyakan dengan tujuan produksi massal maka bioinsektisida tersebut

membutuhkan jumlah inokulum yang lebih sedikit sehingga lebih efisien. Di

lapangan, umumnya sistem transmisi cendawan entomopatogen terjadi secara

horizontal artinya pindah dari serangga yang mati ke serangga inang sehat dengan

bantuan angin, air, serangga, maupun aktivitas manusia (Wagner & Lewis 2000;

Chun & Mingguang 2004).

Jumlah Nimfa II R. linearis yang Mampu Hidup

Pengamatan peluang hidup nimfa R. linearis untuk berkembang menjadi

serangga dewasa hanya dibatasi pada stadia nimfa II. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa nimfa II yang berhasil hidup akan berpeluang besar berkembang

menjadi imago. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nimfa II yang mampu hidup

terendah terjadi pada perlakuan telur umur kurang satu hari, yaitu hanya 9% (Gambar

17). Pada perlakuan tersebut jumlah nimfa I yang hidup awalnya sebanyak 15%,

setelah tiga hari sebagian serangga tidak dapat berganti kulit karena tubuh serangga

dikolonisasi miselium L. lecanii (Gambar 18a). Hal ini diduga karena embrio di

dalam telur sebenarnya sudah terinfeksi cendawan sebelum telur menetas sehingga

Page 96: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

76

perkembangan embrio terganggu dan tidak dapat melanjutkan menjadi serangga

dewasa.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7

Umur telur R. linearis setelah diletakkan oleh imago (hari)

Pers

enta

se n

imfa

II

R. li

near

is y

ang

hidu

p (%

)

Gambar 17 Rata-rata persentase nimfa II R. linearis yang mampu hidup setelah

terinfeksi L. lecanii pada stadia telur.

Infeksi L. lecanii pada telur mengakibatkan banyak nimfa I yang tidak dapat

berkembang menjadi nimfa II, meskipun pada tubuh serangga tidak tampak adanya

kolonisasi miselium. Kematian serangga ditandai pembengkaan dan rusaknya organ

tubuh serangga khususnya pada bagian abdomen yang terlihat perubahan warna

cenderung menjadi hitam (Gambar 18b). Kejadian ini disebabkan serangga

mengalami lisis pada struktur abdomen bagian dalam. Diduga penyebab kerusakan

struktur organ tersebut sebagai akibat dari reaksi toksin yang dihasilkan oleh L.

lecanii. Cendawan L. lecanii menghasilkan toksin beauvericin, dipicolinic acid,

hydroxycarboxylic acid, dan cyclosporin yang mampu mendegradasi dinding kutikula

serangga (Charnley 2003a & 2003b; Murakoshi et al. 2005). Paralisis yang terjadi

pada tubuh serangga muda yang diakibatkan oleh toksin dari cendawan

entomopatogen juga sudah banyak dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya

(Soman et al. 2001; Asaff et al. 2005; Liande et al. 2007).

d

c

< 1 1 2 3 4 5 6

b b

a a a

Page 97: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

77

Gambar 18 Nimfa I R. linearis yang gagal berkembang menjadi nimfa II setelah

terkolonisasi L. lecanii (a) dan struktur abdomen nimfa I R. linearis yang mengalami lisis setelah terinfeksi L. lecanii (b).

Hasil penelitian Gindin et al. (2000) menunjukkan bahwa peluang untuk

menetas telur B. tabaci yang terinfeksi V. lecanii sangat kecil. Meskipun telur masih

mampu menetas namun akhirnya nimfa yang terbentuk juga gagal melangsungkan

hidupnya karena tubuh serangga diduga sudah terinfeksi cendawan. Cendawan V.

lecanii mempunyai kelebihan, yaitu mampu menginfeksi stadia telur, nimfa, maupun

imago pada banyak jenis serangga, khususnya B. argentifolii Bellows & Perring

(Homoptera: Aleyrodidae) (Hoddle 1999). Olivares-Bernabeu dan Lopez-Llorca

(2002) juga melaporkan bahwa V. lecanii mampu menginfeksi telur nematoda parasit

tanaman Meloidogyne spp. dan Heterodera spp. Pengamatan dengan mikroskop

elektron menunjukkan bahwa hifa V. lecanii yang terbentuk mampu melakukan

penetrasi ke dalam telur nematoda Globodera pallida (Stone) hanya dalam waktu 24

jam (Aviva & Sikora 1992). Selanjutnya, telur yang terinfeksi V. lecanii tidak dapat

melangsungkan hidupnya berkembang menjadi stadia juvenil.

Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa telur yang baru diletakkan oleh

imago (<1–1 hari) sangat rentan terhadap infeksi L. lecanii. Oleh karena itu, untuk

(a) (b)

Page 98: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

78

menekan perkembangan R. linearis di lapangan sebaiknya dianjurkan aplikasi L.

lecanii yang dilakukan pada tanaman berumur kurang lebih 35 hari setelah tanam

(HST). Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan Tengkano et al. (1992), di

lapangan pada umur tersebut imago R. linearis datang pertama kali di pertanaman

kedelai untuk meletakkan telurnya. Meskipun aplikasi L. lecanii pada telur R.

linearis yang berumur lebih tua kurang efektif dibandingkan telur yang berumur lebih

muda, namun telur-telur tersebut yang berhasil dikolonisasi oleh cendawan dapat

berperan sebagai sumber inokulum sekunder yang potensial bagi penyebaran patogen

di lapangan. Dengan demikian, sumber inokulum tersebut juga memberi kontribusi

yang cukup besar dalam proses epizooti sehingga keberadaannya perlu

diperhitungkan dalam mempertahankan populasi hama di lapangan.

Kesimpulan

Semakin tinggi kerapatan konidia L. lecanii yang diaplikasikan semakin

efektif untuk menekan perkembangan telur R. linearis. Kerapatan konidia L. lecanii

yang maksimal untuk menekan perkembangan telur R. linearis adalah 108/ml.

Semakin tua umur telur akan semakin toleran terhadap infeksi L. lecanii. Telur R.

linearis yang baru diletakkan imago (<1–1 hari) sangat rentan terhadap infeksi L.

lecanii. Telur yang berumur 2 dan 3 hari agak toleran, sedangkan telur yang berumur

empat, lima, dan enam hari sangat toleran terhadap infeksi L. lecanii. Telur R.

linearis yang terinfeksi L. lecanii akan terlambat waktu menetasnya sehingga

perkembangan serangga yang ada menjadi tidak sesuai dengan perkembamgan

polong dan biji kedelai. Setiap telur yang tidak menetas setelah terinfeksi L. lecanii

mampu memproduksi konidia hingga mencapai 7.2 x 106/ml. Semakin banyak

konidia yang diproduksi dari tiap telur yang tidak menetas semakin potensial

cendawan tersebut sebagai sumber inokulum sekunder yang berfungsi sebagai sistem

transmisi patogen.

Page 99: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

79

Daftar Pustaka

Aiuchi D, Horie S, Koike M. 2008a. Lecanicillium lecanii (=Verticillium lecanii)

penetrate into Trialeurodes vaporariorum egg. 41st Annual Meeting of the Society for Invertebrate Pathology and 9th International Conference on Balcillus thuringiensis. 3-7 Aug 2008. University of Warwick, Coventry, United Kingdom.

Aiuchi D et al. 2008b. Variation in growth at different temperatures and production

and size of conidia in hybrid strains of Verticillium lecanii (=Lecanicillium lecanii) (Deuteromycotina: Hyphomycetes). J Appl Entomol Zool 43;3:427-436.

Asaff A, Cerda-Gracia-Rojas C, Torre MdeLa. 2005. Isolation of dipicolinic acid as a

insecticidal toxin from Paecilomyces fumosoroseus. Appl Microbiol and Biotechnol 68;4:542-547.

Ashouri A, Arzanian N, Askary H, Rasoulian GR. 2004. Pathogenicity of the fungus

Verticillium lecanii to the green peach aphid Myzus persicae (Homoptera: Aphididae). Commun Agric Appl Biol Sci 69;3:205-209.

Aviva U, Sikora RA. 1992. Use of non-target isolates of the entomopathogenic

Verticillium lecanii (Zimm.) Viegas to control the potato cyst nematode Globodera pallida (Stone). Nematol 38;4:123-130.

Barbosa CC, Monteiro AC, Correia Ado-CB. 2002. Growth and sporulation of

Verticillium lecanii isolates under different nutritional conditions. Pesq Agropec Braz 37;6:821-829.

Behnke CN, Yendol WG. 2006. Pathogenesis of an Aspergillus flavus infection of

Galleria mellonella eggs. Biol Contr 14;2:177-184. Bradley CA, Black WE, Kearns R, Wood P. 1992. Role of production technology in

mycoinsecticide development. Di dalam: Leatham GF, editor. Frontiers in Industrial Mycol. Chapman & Hall, New York, hlm 160-173.

Charnley AK. 2003a. Fungal pathogens of insects from mechanisms of pathogenicity

to host defense. Department of Biology & Biochemistry University of Bath. http://www.bath.ac.uk/expertice/showperson.php?employeenumber=573 [12 Sep 2008].

Charnley AK. 2003b. Fungal pathogens of insects: Cuticle degrading enzymes and

toxins. Advances in Botanical Res 40:241-321.

Page 100: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

80

Chun C, Mingguang F. 2004. Observation on the initial inoculum source and dissemination of entomophthorales-caused epizootics in populations of cereal aphids. Sci China C Life Sci 47;1:38-43.

del-Prado EN, Lannacone J, Gomez H. 2008. Effect of two entomopathogenic fungi

in controlling Aleurodicus cocois (CURTIS, 1846) (Homoptera: Aleyrodidae). Chilean J Agric Res 68;1:21-30.

dos-Santos DC, Gregorio EA. 2003. Deposition of the eggshell layers in the sugar

cane borer (Leipdoptera: Pyralidae): ultrastructure aspects. Acta Micros 12;1: 37-41.

Fatiha L, Ali S, Ren S, Afzal M. 2007. Biological characteristics and pathogenicity of

Verticillium lecanii against Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae) on eggplant. Pak Entomol 29;2:63-72.

Fenice M, Selbmann L, di-Giambattistar R, Federici F. 1998. Chitinolytic activity at

low temperature of an antartic strain (A3) of Verticillium lecanii. Res in Microbiol 149;4:289-300.

Ganga-Visalakshy PN, Manoj-Kumar A, Krisnamoorthy A. 2004. Epizootics of

fungal pathogen Verticillium lecanii Zimmermann on Thrips palmi Karny. Insect Environ 10;3:134-135.

Gaino E, Piersanti S, Rebora M. 2008. Egg envelop synthesis and chorion

modification after oviposition in the dragonfly Libellula depressa (Odonata: Libellulidae). Tissue and Cell 40;5:317-324.

Gao L, Sun MH, Liu XZ, Che S. 2006. Effect of carbon concentration and carbon to

nitrogen ratio on the growth and sporulation of several biocontrol fungi. Mycol Res 111;1:87-92.

Gindin G, Geschtovt NU, Raccah B, Barash I. 2000. Pathogenicity of Verticillium

lecanii to different developmental stages of the silverleaf whitefly Bemisia argentifolii. Phytopar 28;3:231-242.

Goettel MS et al. 2008. Potential of Lecanicillium spp. for management of insects,

nematodes, and plant disease. J Invertebr Pathol 98;3:256-261. Hoddle MS. 1999. The biology and management of Silverleaf Whitefly Bemisia

argentifolii Bellows and Perring (Homoptera: Aleyrodidae) on greenhouse grown ornamentals. http://www.biocontrol.urc.edu/bemisia.html#verticillium [5 Sep 2008].

Page 101: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

81

Isaka M, Kittakoop P, Kirtikara K, Hywel-Jones NL, Thebtaranonth Y. 2005. Bioactive substances from insect pathogenic fungi. Acc Chem Res 38:813-823.

Kim JJ et al. 2001. Control of cotton aphid and greenhouse whitefly with a fungal

pathogen. http://www. agnet. org/ library/article/eb502b.html. [17 Sep 2006]. Lacey LA, Kirk AA, Millar L, Mercadier G, Vidal C. 1999. Ovicidal and larvicidal

activity of conidia and blastospores of Paecilomyces fumosoroseus (Deuteromycotina: Hyphomycetes) against Bemisia argentifolii (Homoptera: Aleyrodidae) with a description of a bioassay system allowing prolonged survival of control insects. Biol Contr Sci and Technol 9:9-18.

Lee MH, Yoon YS, Yun T, Kim HS, Yoo JK. 2002. Selection of a highly virulent

Verticillium lecanii strain against Trialeurodes vaporariorum at various temperatures. J Microbiol and Biotechnol 12;1:145-148.

Lee J, Kang S, Yoon C, Kim J, Chei D. 2006. Verticillium lecanii spore formulation

using UV protectant and wetting agent and the biocontrol of cotton aphids. Mycopathol 161;2:1041-1045.

Lerche S, Meyer U, Sermann H, Buetther S. 2004. Dissemination of the

entomopathogenic fungus Verticillium lecanii (Zimmermann) Viegas (Deuteromycotina: Hyphomycetes) in a population of Frankliniella occidentalis Pergande, 1895 (Thysanoptera: Thripidae). Commun Agric Appl Biol Sci 69;3: 195-200.

Liande W, Jian H, Minsheng Y, Xiong G, Bo L. 2007. Toxicity and feeding deterence

of crude toxin extracts of Lecanicillium lecanii (=Verticillium lecanii) (Deuteromycotina: Hyphomycetes) against sweet potato whitefly, Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae). Pest Manag Sci 63;4:381-387.

Liu BL, Kao PM, Tzeng YM, Feng KC. 2003. Production of chitinase from

Verticillium lecanii F091 using submerged fermentation. Enzym and Microbiol and Technol 33;4:410-415.

Loureiro E de S, de-Oliveira NC, Wilcken CF, Filho AB. 2004. Pathogenicity of

Verticillium lecanii to pine aphid. Soc de Inves Flor 28;5:765-770. Lu ZX, Laroche A, Huang HC. 2005. Isolation and characterization of chitinases

from Verticillium lecanii. Can J Microbiol 51;12:1045-1055. Marwoto. 1992. Masalah pengendalian hama kedelai di tingkat petani. Di dalam:

Marwoto, Saleh N, Sunardi, Winarto A, editor. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Malang, 8-10 Agu 1991. Balittan Malang: hlm 37-43.

Page 102: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

82

Murakoshi S et al. 2005. Presence of toxic substance in fungus bodies of the entomopathogenic fungi, Beauveria bassiana and Verticillium lecanii. Appl Entomol and Zool 13;2:97-102.

Nahar PB et al. 2008. Effect of repeated in vitro subculturing on the virulence of

Metarhizium anisopliae against Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae). Biol Contr Sci and Technol 18;4:337-355.

Olivares-Bernabeu CM, Lopez-Llorca LV. 2002. Fungal egg-parasites of plant-

parasitic nematodes from Spanish soils. Rev Iberoam Micol 19:104-110. Purlong MJ, Pell JK. 2001. Horizontal transmission of entomopathogenic fungi by

the diamondback moth. Biol Contr 22:288-299. Prayogo Y. 2004. Keefektifan lima jenis cendawan entomopatogen terhadap hama

pengisap polong kedelai Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) dan dampaknya terhadap predator Oxyopes javanus Thorell (Araneida: Oxyopidae). [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Prayogo Y, Santoso T, Widodo. 2005. Kerentanan stadia nimfa hama pengisap

polong kedelai Riptortus linearis (F.) (Hemiptera; Alydidae) terhadap jamur entomopatogen Verticillium lecanii. J Agrikultura, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung 16;2:125-132.

Sahayaraj K, Namasivayam SKR. 2008. Mass production of entomopathogenic fungi

using agricultural products and by products. African J Biotechnol 7;12:1907-1910.

Sahlen G. 2000. Eggshell ultrastructure in Onychogomphus forcipatus (Odonata:

Gomphidae). International J Insect Morphol and Embryol 24;3:281-286.

Shi Z, Li M, Zang L. 2006. Effects of nutrients on germination of Verticillium lecanii (=Lecanicillium lecanii) conidia and infection of greenhouse whitefly (Trialeurodes vaporariorum). Biol Contr Sci and Technol 16;6:599-606.

Shinya R et al. 2008a. Effect of fungal culture filtrates of Verticillium lecanii

(=Lecanicillium lecanii) hybrid strain on Heterodera glycines eggs and juveniles. Biol Contr 16;5:245-251.

Shinya R et al. 2008b. Pathogenicity and its mode of action in different sedentary

stages of Heterodera glycines (Tylenchida: Heteroderidae) by Verticillium lecanii (=Lecanicillium lecanii) hybrid strains. J Appl Entomol Zool 43;2:227-233.

Page 103: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

83

Samuels RI, Coracini DLA. 2004. Selection of Beauveria bassiana and Metarhizium anisopliae isolates for the control of Blissus antillus (Hemiptera: Lygaenidae). Sci Agric Piracicaba Braz 61;3:271-275.

Soman AG, Gloer JB, Angawi RF, Wicklow DT, Dowd PF. 2001. Vertilecanins: A

new phenopicolinic acid analoques from Verticillium lecanii. J Nat Prod 64;2:189-192.

Soesanto L, Darsam. 1993. Mikroba entomopatogenik: patogenisitasnya terhadap

telur Nezara viridula L. Di dalam: Martono E, Mahrub E, Putra NS, Trisetyawati Y, editor. Simposium Patologi Serangga I. Yogyakarta, 12-13 Okt 1993.

Tengkano W, Arifin M, Tohir AM. 1992. Biokeologi, Serangan dan Pengendalian

Hama Pengisap dan Penggerek Polong Kedelai. Di dalam: Marwoto, Saleh N, Sunardi, Winarto A, editor. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kedelai. Malang, 8-10 Agu 1991. Balittan Malang. hlm 117-153.

Tengkano W et al. 2003. Status hama penyakit kedelai dan musuh alami di lahan

kering masam. Laporan Hasil Penelitian Tahun 2003. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang.

Tengkano W et al. 2005. Status hama kedelai dan musuh alaminya di lahan kering

masam Propinsi Lampung. Lokakarya dan Seminar Nasional Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Malang, 26-27 Juli 2005.

Tengkano W et al. 2006. Evaluasi status hama penyakit kedelai dan musuh alami

sebagai agens hayati untuk pengendalian OPT pada kedelai. Laporan Hasil Penelitian Tahun 2006 C-1. Balikabi Malang.

Verhaar MA, Hijwegen T, Zadoks JC. 2004. Improvement of the efficacy of

Verticillium lecanii used in biocontrol of Sphaerotheca fuliginea by addition of oil formulation. Biol Contr 44;1: 73-87.

Vey A, Hoagland RE, Butt TM. 2001. Toxic metabolites of fungal biocontrol agents.

Di dalam: Butt TM, Jackson CW, Magan N, editor. Fungi as Biocontrol Agents : Progress, Problem, and Potential. CABI Publishing; CABI International Wallingford, Oxon. hlm 311-346.

Wang L, Huang J, You M, Liu B. 2004. Time-dose-mortality modelling and

virulence indices for six strains of Verticillium lecanii against sweet potato whitefly Bemisia tabaci (Genadius). J Appl Entomol 128;7:294-500.

Page 104: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

84

Wang L, Huang J, You M, Guan X, Liu B. 2005. Effects of toxins from two strains of Verticillium lecanii (Deuteromycotina: Hyphomycetes) on bioattributes of a predatory ladybeetle Delphastus catalinae (Coleoptera: Coccinellidae). J Appl Entomol 129;1:32-38.

Wang L, Huang J, You M, Guan X, Liu B. 2007. Toxicity and feeding deterence of

crude toxin extracts of Lecanicillium lecanii (=Verticillium lecanii) (Deuteromycotina: Hyphomycetes) against sweet potato whitefly Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae). Pest Manag Sci 63;4:381-387.

Wagner BL, Lewis LC. 2000. Colonization of corn Zea maize by the

entomopathogenic fungus Beauveria bassiana. Appl Environ Microbiol 66;8: 3468-3473.

Williams MDC, Edmondson RN, Gill. 2000. The potential of some adjuvants in

promoting infection with Verticillium lecanii : laboratory bioassays with Myzus persicae. Ann of App Biol 137;3:337. http://www.blackwell-synergy.com/doi/abs/10.1111/j.1744-7348.2000.tb00075X [26 Jul 2006].

Wilson K, Cotter SC, Reeson AF, Pell JK. 2008. Melanism and disease resistance in

insects. Ecol Letters 4;6:637-649. Wraight SP, Jackson MA, de-Kock SL. 2001. Production, stabilization, and

formulation of fungal biocontrol agents. Di dalam: But TM, Jackson C, Magan N, editor. Fungi as Biocontrol Agents. United Kingdom: CABI Publishing. hlm 253-287.

Page 105: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

BAB V

PENAMBAHAN MINYAK NABATI UNTUK MEMPERTAHANKAN KEEFEKTIFAN CENDAWAN

ENTOMOPATOGEN Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams DALAM MENGENDALIKAN TELUR

Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae)

[Addition of vegetable oils to increase the effectiveness of Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams in controlling Riptortus linearis (F.)

(Hemiptera: Alydidae) eggs]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan minyak nabati terhadap keefektifan Lecanicillium lecanii untuk mengendalikan telur Riptortus linearis. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah jenis minyak nabati, yaitu; (1) kacang tanah, (2) kedelai, dan (3) kelapa. Faktor kedua adalah konsentrasi minyak, yaitu; (1) 2 ml/l, (2) 5 ml/l, (3) 10 ml/l, dan kontrol (hanya L. lecanii). Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang, dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak nabati sebagai bahan pembawa berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan L. lecanii pada uji in vitro. Minyak nabati dengan konsentrasi 10 ml/l mampu mempertahankan persistensi konidia L. lecanii di pertanaman kedelai hingga tujuh hari setelah aplikasi. Minyak kacang tanah mampu meningkatkan keefektifan L. lecanii sehingga telur R. linearis yang menetas hanya 20%. Telur yang menetas tidak semuanya mampu berkembang menjadi serangga dewasa. Penambahan minyak nabati mampu mempertahankan keefektifan L. lecanii di lapangan mencapai 40% dibandingkan dengan kontrol. Di antara tiga jenis minyak yang diuji, minyak kacang tanah lebih baik dibandingkan dengan minyak kedelai maupun minyak kelapa. Kata kunci: minyak kacang tanah, minyak kedelai, minyak kelapa, konidia, polong

hampa.

Page 106: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

86

Abstract

The aim of this research was to study the effect of the addition of vegetable oils to the effectiveness of Lecanicillium lecanii in controlling R. linearis egg. Randomized complete design with two factor was set. The first factor is three vegetable oils i.e; (1) peanut, (2) soybean, and (3) coconut. The second factor is oil concentration i.e; (1) 2 ml/l, (2) 5 ml/l, (3) 10 ml/l, and (4) control (only L. lecanii). The research was conducted from March to August 2008 in the screen house of The Research Institute of Legume and Tuber Crops, Malang. The result showed that the addition of vegetable oils as adjuvant signifficantly increased the growth and development of fungi. Both colony diameter and conidia of L. lecanii increased during experiment invitro. The fungal conidia on the soybean plantation persisted until seven days after application by adding 10 ml/l adjuvant. Only 20% of R. linearis eggs hatched after treatment by fungal preparation mixed with peanut oil. Not all of the eggs that hatched could develop to adult, therefore the number of insects causing damage on soybean pod was limited. In general, the addition of vegetable oil could increase the fungal effectiveness up to 40%. Among three vegetable oils tested, peanut oil was the best adjuvant as compared with soybean and coconut oils.

Key words: peanut oil, soybean oil, coconut oil, conidia, empty pod.

Pendahuluan Cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii (=Verticillium lecanii)

(Zimm.) (Viegas) Zare & Gams (Deuteromycotina: Hyphomycetes) sudah diakui

sebagai agens hayati yang cukup potensial untuk mengendalikan berbagai jenis hama

maupun penyakit (Benhamou & Brodeur 2000; Benhamou & Brodeur 2001;

Olivares-Bernabeu & Lopez-Llorca 2002; Benhamou 2004). Hasil penelitian Wang et

al. (2007) menunjukkan bahwa aplikasi cendawan L. lecanii mampu menekan jumlah

telur Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae) yang tidak menetas hingga mencapai

100%. Cendawan V. lecanii juga efektif untuk mengendalikan Myzus persicae

(Homoptera: Aphididae) (Williams et al. 2000). V. lecanii dapat digunakan juga

sebagai agens hayati pada pengendalian penyakit embun tepung Sphaerotheca

fuliginea pada buah mentimun (Verhaar et al. 1997). Salah satu penghambat yang

mempengaruhi keefektifan cendawan di lapangan adalah faktor abiotik, khususnya

aktivitas sinar matahari (Braga et al. 2002). Sinar matahari selain menghasilkan

Page 107: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

87

panas juga mengandung sinar UV yang akan merusak konidia sehingga keefektifan

cendawan menjadi rendah.

Tingkat kerusakan konidia akibat pengaruh sinar UV sangat tergantung dari

berapa lama waktu konidia terpapar pada sinar tersebut. Hasil penelitian Braga et al.

(2002) menunjukkan bahwa cendawan V. lecanii yang terpapar pada sinar UV-B

selama tiga jam masih mampu tumbuh namun pemaparan selama empat jam

menyebabkan cendawan mati. Menurut Yuen et al. (2002) dan McCoy et al. (2004),

dampak UV-A dan UV-B dari sinar matahari secara langsung akan menyebabkan

kematian sel dan mutasi akibat dari kerusakan susunan kromosom pada DNA.

Sedangkan menurut Moore et al. (1993) UV-C menyebabkan terjadinya penundaan

dan penurunan perkecambahan konidia.

Penurunan daya kecambah konidia cendawan diakibatkan oleh meningkatnya

respirasi dan aktivitas metabolik di dalam konidia sehingga dapat menurunkan

cadangan makanan di dalam konidia. Hasil penelitian Hallsworth dan Magan (1996)

menunjukkan bahwa tingkat perkecambahan konidia ditentukan oleh kandungan

poliol dan trehalosa. Sementara itu, kedua senyawa ini sangat berperan dalam

pengaturan tekanan osmotik di dalam konidia dan tekanan osmotik ditentukan oleh

suhu lingkungan tumbuh konidia. Oleh karena itu disarankan dalam aplikasi di

lapangan perlu dihindarkan dari pengaruh sinar matahari secara langsung, yaitu

dengan mengatur waktu aplikasi maupun menggunakan bahan pelindung (Williams et

al. 2000; Samodra & Ibrahim 2006; Verhaar et al. 2004).

Menurut Leland (2001), ada beberapa strategi untuk melindungi biopestisida

yang mengandung mikroorganisme dari pengaruh degradasi sinar UV, yaitu; (1)

penggunaan bahan pelindung (UV protectant) yang dapat terlarut dalam minyak, (2)

penggunaan emulsi antara minyak dan air, (3) penggunaan suspensi penyerap, dan (4)

metode enkapsulasi. Ganga-Visalakshy et al. (2005) melaporkan bahwa minyak

nabati mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan V. lecanii sehingga

keefektifan cendawan menjadi meningkat. Hasil penelitian Silva et al. (2006)

menunjukkan bahwa minyak nabati yang berasal dari biji sayuran mampu

meningkatkan perkecambahan konidia cendawan Paecilomyces fumosoroseus,

Page 108: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

88

Metarhizium anisopliae, dan Beauveria bassiana (Deuteromycotina: Hyphomycetes)

hampir mencapai 100% dalam waktu yang relatif lebih singkat. Hasil Penelitian

Prayogo (2004) menunjukkan bahwa beberapa jenis cendawan yang disebut di atas

dapat digunakan sebagai agens hayati untuk mengendalikan hama pengisap polong

kedelai Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae). Menurut Arifin dan Tengkano

(2008), R. linearis merupakan salah satu kendala utama dalam peningkatan produksi

kedelai. Kajian penambahan minyak nabati untuk mempertahankan keefektifan L.

lecanii sebagai satu teknologi pengendalian R. linearis di Indonesia belum pernah

dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan minyak

nabati dalam mempertahankan keefektifan L. lecanii untuk mengendalikan telur

Riptortus linearis.

Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan di rumah kasa Balai Penelitian Tanaman Kacang-

kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI) Malang yang dimulai dari bulan Maret

sampai dengan Agustus 2008. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak

lengkap (RAL) dan disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah jenis minyak

nabati, yaitu; (1) kacang tanah, (2) kedelai, dan (3) kelapa. Sedangkan faktor kedua

adalah konsentrasi minyak nabati, yaitu; (1) 2 ml/l, (2) 5 ml/l, (3) 10 ml/l, dan (4)

tanpa minyak (hanya L. lecanii). Setiap perlakuan diulang empat kali.

Uji In Vitro Pertumbuhan dan Perkembangan L. lecanii pada Media Minyak Nabati Masing-masing jenis minyak nabati sesuai konsentrasi (0, 2, 5, dan 10 ml/l)

ditambahkan pada media WA (water agar) kemudian disterilisasi di dalam autoclave

selama 15 menit pada suhu 121 oC. Media WA kemudian dituang ke dalam cawan

Petri 10 ml per cawan. L. lecanii yang digunakan pada penelitian ini adalah isolat Ll-

JTM11, sebelumnya isolat tersebut ditumbuhkan pada media PDA. Pada umur 14

Page 109: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

89

hari setelah inokulasi (HSI), biakan L. lecanii dilubangi dengan bor yang berdiameter

1 cm kemudian diinokulasikan pada media yang mengandung minyak nabati sebagai

perlakuan. Pada perlakuan kontrol, L. lecanii hanya ditumbuhkan pada media WA.

Variabel yang diamati adalah; (1) diameter koloni yang diukur setiap 24 jam setelah

inokulasi sampai dengan umur 21 HSI dengan cara mengukur jari-jari koloni, (2)

jumlah konidia yang diproduksi setiap 1 g biakan cendawan yang dicampur dengan

air 100 ml kemudian dikocok menggunakan vortex selama 60 detik selanjutnya

dihitung menggunakan haemocytometer, dan (3) daya kecambah konidia yang sudah

diinkubasi di dalam air selama 12 jam. Pengamatan pada semua variabel dilakukan

dengan mikroskup optik merk Zeiss tipe 47.30159901 (German).

Uji Persistensi L. lecanii di Pertanaman Kedelai Penanaman Kedelai

Kedelai varietas Wilis ditanam di dalam kantong plastik yang berisi tanah

sebanyak 5 Kg. Setiap kantong plastik berisi dua tanaman yang dipelihara

(pemupukan, pengairan, dan penyiangan) sesuai dengan rekomendasi bertanam

kedelai. Tanaman ditempatkan di rumah kasa BALITKABI. Tanaman dibebaskan

dari aplikasi insektisida kimia untuk menghindari pengaruh negatif terhadap L.

lecanii yang akan diaplikasikan.

Perbanyakan dan Aplikasi L. lecanii

Cendawan L. lecanii yang digunakan adalah isolat Ll-JTM11 yang

ditumbuhkan pada media PDA di dalam cawan Petri dengan diameter 9 cm. Pada

umur 21 HSI, biakan cendawan ditambah air 10 ml kemudian koloni dikerok

menggunakan kuas halus untuk diambil konidianya. Suspensi konidia dikocok

menggunakan vortex selama 60 detik kemudian dihitung kerapatan konidianya hingga

memperoleh konsentrasi 108/ml. Suspeni konidia dimasukkan ke dalam labu

Erlenmeyer 250 ml kemudian ditambah dengan minyak nabati sesuai dengan

Page 110: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

90

masing-masing perlakuan. Suspensi konidia di dalam labu Erlenmeyer kemudian

dikocok menggunakan shaker selama 30 menit dengan harapan suspensi konidia

dapat bercampur homogen dengan minyak nabati. Suspensi konidia yang terbentuk

diaplikasikan pada seluruh permukaan daun kedelai. Aplikasi dilakukan pada pagi

hari pukul 07.00 WIB di permukaan bagian atas daun yang terpapar pada sinar

matahari secara langsung. Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan dengan dosis

2 ml per tanaman. Suhu dan kelembaban di sekitar tanaman diukur menggunakan

Thermohygrograph merk Lambercht (Gottingen) selama penelitian berlangsung.

Isolasi Ulang L. lecanii dari Daun Kedelai

Isolasi ulang dari daun kedelai yang sudah diaplikasi L. lecanii dilakukan

setiap hari untuk mengetahui tingkat persistensi cendawan setelah penambahan

minyak nabati. Daun kedelai yang sudah diaplikasi suspensi konidia L. lecanii dipetik

setiap hari, pengambilan daun dilakukan pada bagian atas dengan harapan yang

memperoleh sinar matahari secara penuh. Tiap perlakuan diambil 1 g kemudian

ditambah air 9 ml dan digerus di dalam mortar hingga halus. Hasil gerusan daun

dikocok menggunakan vortex selama 60 detik kemudian diambil 1 ml dengan

mikropipet dan dimasukkan ke dalam cawan Petri. Media PDA sebanyak 9 ml

ditambahkan ke dalam cawan Petri dan dicampur hingga homogen. Setelah tiga hari

dilakukan pengamatan jumlah koloni L. lecanii yang tumbuh. Pengambilan contoh

daun dihentikan apabila sudah tidak ditemukan adanya koloni L. lecanii yang tumbuh

pada media di masing-masing perlakuan.

Pengaruh Penambahan Minyak Nabati untuk Mempertahankan Keefektifan L. lecanii dalam Mengendalikan Telur R. linearis

Penanaman Kedelai

Penanaman kedelai dilakukan seperti pada kegiatan uji persistensi L. lecanii.

Pada awal pertumbuhan tanaman dipertahankan agar tidak diserang hama. Aplikasi

Page 111: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

91

insektisida kimia diperlukan apabila tanaman diserang hama, tetapi aplikasi

dihentikan tujuh hari sebelum perlakuan untuk menghindari pengaruh negatif

terhadap L. lecanii yang akan diaplikasikan.

Infestasi Telur R. linearis pada Tanaman Kedelai

Telur R. linearis diperoleh dengan cara pembiakkan imago di laboratorium.

Imago dipelihara di dalam sangkar dan setiap hari diberi pakan kacang panjang yang

sudah membentuk polong. Setiap dua hari, pakan diganti dengan kacang panjang

yang masih segar. Pada bagian dinding sangkar diselipkan benang-benang dengan

tujuan sebagai tempat untuk peletakan telur oleh imago. Pada umur 35 HST, tanaman

kedelai diinfestasi telur R. linearis yang berumur kurang satu hari atau yang baru

diletakkan imago. Jumlah telur R. linearis yang diinfestasi adalah 25 butir per

tanaman yang ditempelkan menggunakan gom arab pada satu helai daun permukaan

bagian atas dengan harapan terpapar pada sinar matahari (Gambar 19).

Gambar 19 Telur R. linearis berumur kurang satu hari yang diinfestasikan di

permukaan daun kedelai pada umur 35 hari setelah tanam (HST).

Page 112: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

92

Aplikasi L. lecanii

Cendawan L. lecanii yang digunakan adalah isolat Ll-JTM11, sebelumnya

ditumbuhkan pada media PDA di dalam cawan Petri berdiameter 9 cm. Pada umur

21 HSI, biakan cendawan ditambah 10 ml air kemudian konidia dikerok dengan kuas

halus. Konidia dicampur dengan air dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer

kemudian dikocok dengan vortex selama 60 detik dan dihitung hingga memperoleh

kerapatan konidia 108/ml. Suspensi konidia dicampur dengan minyak nabati sesuai

dengan konsentrasi pada masing-masing perlakuan. Suspensi konidia dikocok

menggunakan shaker selama 30 menit kemudian diaplikasikan pada telur yang sudah

diinfestasi di permukaan daun kedelai. Aplikasi suspensi konidia dengan dosis 2 ml

per tanaman yang disemprotkan pada permukaan daun dengan harapan mengenai

seluruh permukaan telur. Tanaman selanjutnya disungkup menggunakan sangkar

kawat dan ditutup dengan kain trikot yang tembus sinar matahari (Gambar 20).

Gambar 20 Tanaman kedelai yang disungkup kain kasa setelah diinfestasi telur R.

linearis yang berumur kurang satu hari dan diaplikasi dengan suspensi konidia L. lecanii yang ditambah dengan minyak nabati.

Page 113: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

93

Variabel yang diamati adalah; (1) jumlah telur yang tidak menetas setelah

terinfeksi L. lecanii, (2) jumlah nimfa II yang mampu bertahan hidup menjadi imago,

(3) jumlah tusukan pada biji kedelai akibat tusukan stilet R. linearis yang diambil

secara acak dari 20 biji kemudian direndam ke dalam larutan asam fushin 0.25%, (4)

jumlah polong hampa dan polong isi yang terbentuk per tanaman, dan (5) berat kering

biji per tanaman. Pengamatan perkecambahan konidia L. lecanii setelah penambahan

minyak nabati pada korion telur R. linearis menggunakan mikroskup elektron, merk

JEOL (JAPAN) tipe JSM-5310LV.

Analisis Data

Semua data yang diperoleh dianalisis menggunakan program MINITAB 14.

Apabila terdapat perbedaan di antara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak

berganda (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf nyata α = 0.05.

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Penambahan Minyak Nabati terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan L. lecanii Diameter Koloni L. lecanii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis dan konsentrasi minyak nabati yang

diuji mampu meningkatkan pertumbuhan L. lecanii (Tabel 7). Semakin tinggi

konsentrasi minyak nabati semakin bertambah lebar diameter koloni L. lecanii yang

terbentuk. Pada umur 48 jam setelah inokulasi (JSI), rata-rata diameter koloni sudah

mencapai di atas 20 mm. Diameter koloni terlebar terjadi pada perlakuan minyak

kacang tanah dengan konsentrasi 10 ml, yaitu hingga mencapai 27.2 mm. Pada

konsentrasi 10 ml/l pada minyak kedelai juga menghasilkan diameter koloni L.

lecanii lebih lebar dibanding dengan konsentrasi di bawahnya. Diameter koloni

tersebut mencapai 27 mm dan tidak berbeda nyata dengan diameter koloni pada

Page 114: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

94

perlakuan minyak kacang tanah dengan konsentrasi 10 ml. Sedangkan diameter

koloni terendah terjadi pada perlakuan minyak kelapa dengan konsentrasi 2 ml/l,

yaitu hanya 22.7 mm.

Tabel 7 Rata-rata diameter koloni L. lecanii pada media yang mengandung berbagai

jenis minyak nabati

Rata-rata diameter koloni L. lecanii pada ke ..n JSI (mm) ± SD* Jenis minyak nabati

Konsentrasi (ml/l) 48 72 90 120

Kacang Tanah

0

18.2 ± 1.9 e

21.9 ± 2.4 d

22.5 ± 2.1 d

24.7 ± 2.1 f

2 24.7 ± 1.1 c 32.8 ± 3.1 c 54.3 ± 1.3 bc 82.0 ± 3.4 b 5 25.5 ± 2.8 bc 32.9 ± 3.1 c 54.5 ± 2.2 bc 83.4 ± 1.6 a 10 27.2 ± 1.6 a 36.6 ± 2.3 a 64.4 ± 2.1 a 83.9 ± 2.2 a Kedelai

0

18.1 ± 1.9 e

21.8 ± 0.6 d

22.3 ± 1.2 d

24.1 ± 2.4 f

2 25.3 ± 1.7 bc 34.5 ± 1.0 b 50.9 ± 2.4 c 81.0 ± 1.5 c 5 25.8 ± 3.0 b 34.8 ± 0.9 b 50.7 ± 1.3 c 82.0 ± 1.6 b 10 27.0 ± 1.9 a 36.6 ± 1.3 a 59.6 ± 1.7 ab 82.2 ± 1.2 b Kelapa

0

18.3 ± 2.4 e

21.2 ± 2.1 d

22.7 ± 2.9 d

24.9 ± 1.9 f

2 22.7 ± 3.0 d 32.3 ± 1.5 c 50.8 ± 2.2 c 68.0 ± 0.6 e 5 25.0 ± 0.9 bc 32.8 ± 1.3 c 50.7 ± 1.7 c 79.1 ± 1.3 d 10 25.8 ± 1.4 b 34.3 ± 2.1 b 57.4 ± 1.0 abc 79.1 ± 1.2 d

DMRT (0.05) 0.9 0.8 6.8 0.7 KK (%) 2.0 1.3 7.1 2.5 * Keterangan: JSI (jam setelah inokulasi). Rata-rata selajur yang diikuti oleh huruf

yang sama tidak berbeda nyata (uji DMRT, α = 0.05).

Pada umur 72 JSI, diameter koloni bertambah lebar dari masing-masing

perlakuan terutama pada perlakuan minyak kacang tanah dan kedelai pada

konsentrasi 10 ml, yaitu di atas 36 mm kecuali perlakuan minyak kelapa.

Pertambahan diamater koloni terus terjadi seiring bertambahnya umur. Pada umur

120 JSI, koloni pada perlakuan media minyak kacang tanah tetap menunjukkan

diameter lebih lebar dibandingkan kedua jenis minyak yang diuji. Perlakuan minyak

kacang tanah pada konsentrasi 5 dan 10 ml/l mengindikasikan diameter koloni

terlebar, yaitu di atas 83 mm. Diameter koloni terlebar diikuti oleh perlakuan minyak

kedelai dengan konsentrasi 10 dan 5 ml/l berturut-turut 82.2 mm dan 82 mm.

Perlakuan minyak kelapa mulai konsentrasi 2-10 ml/l mengindikasikan pertumbuhan

Page 115: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

95

diameter koloni lebih rendah dibandingkan dengan minyak kacang tanah maupun

kedelai pada konsentrasi yang sama.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penambahan minyak kacang tanah

dan kedelai pada media biakan dapat meningkatkan pertumbuhan koloni L. lecanii

terutama jika menggunakan konsentrasi 10 ml/l. Hal ini diduga karena kandungan

asam lemak tidak jenuh yang terdapat pada kedua jenis minyak nabati tersebut lebih

tinggi dibandingkan minyak kelapa. Asam lemak tidak jenuh yang terkandung pada

minyak kacang tanah dan kedelai masing-masing 82% dan 80%, sedangkan minyak

kelapa hanya 10% (Adsule et al. 1989; Mercola 2008; Luthana 2008). Namun,

minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi hingga mencapai

90%. Asam lemak jenuh yang tinggi mengakibatkan minyak menjadi lebih stabil

sehingga sulit terhidrolisis (Luthana 2008). Asam lemak merupakan sumber nitrogen

yang baik bagi pertumbuhan mikrob. Perombakan asam lemak biasanya dilakukan

oleh enzim lipase dari cendawan entomopatogen (Kerwin 1984; Kerwin & Washino

1986a & 1986b). Tahapan perombakan ini dimulai dengan dekomposisi gliserida

menjadi gliserol dan asam lemak. Perombakan gliserol dapat menghasilkan lebih

kurang 20 macam senyawa yang termasuk golongan aldehida, asam organik, dan

senyawa lainnya (Ketaren 2005). Baik gliserol maupun asam lemak merupakan

sumber energi yang baik bagi mikrob untuk pertumbuhan maupun perkembangan.

Jumlah Konidia L. lecanii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi dan jenis minyak nabati

selain berpengaruh terhadap pertumbuhan juga berpengaruh pada perkembangan L.

lecanii. Hal ini tampak dari jumlah konidia yang terbentuk lebih banyak pada

masing-masing konsentrasi dan masing-masing jenis minyak nabati jika

dibandingkan dengan kontrol (tanpa minyak). Penambahan minyak kacang tanah

dengan konsentrasi 10 ml/l mampu memproduksi konidia terbanyak, yaitu hingga

mencapai 10.6 x 107/ml (Gambar 21). Pada konsentrasi 10 ml minyak kedelai dan

minyak kelapa tidak berbeda nyata dengan perlakuan minyak kacang tanah meskipun

Page 116: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

96

jumlah konidia yang dihasilkan pada kedua jenis minyak nabati tersebut cenderung

lebih sedikit. Hasil ini mengindikasikan bahwa kedua jenis minyak nabati tersebut

pada konsentrasi 10 ml/l mempunyai peluang yang sama dengan minyak kacang

tanah.

0

2

4

6

8

10

12

14

KT2 KT5 KT10 KD2 KD5 KD10 KP2 KP5 KP10 Kontrol

Jenis dan konsentrasi minyak nabati

Jum

lah

koni

dia

L. l

ecan

ii (x

107 /m

l)

Gambar 21 Rata-rata jumlah konidia L. lecanii yang diproduksi pada media yang

mengandung minyak nabati. KT2 (Kacang Tanah 2 ml/l), KT5 (Kacang Tanah 5 ml/l), KT10 (Kacang Tanah 10 ml/l), KD2 (Kedelai 2 ml/l), KD5 (Kedelai 5 ml/l), KD10 (Kedelai 10 ml/l), KP2 (Kelapa 2 ml/l), KP5 (Kelapa 5 ml/l), dan KP10 (Kelapa 10 ml/l).

Pada konsentrasi 2 dan 5 ml/l masih memungkinkan untuk digunakan sebagai

bahan pelindung untuk aplikasi L. lecanii di lapangan meskipun kontribusinya tidak

sebesar jika dibandingkan pada konsentrasi 10 ml/l. Hal ini ditunjukkan dari jumlah

konidia yang diproduksi dari hasil penelitian ini di atas 1 x 107/ml. Jumlah konidia

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan L. lecanii yang hanya ditumbuhkan pada

media WA, yaitu hanya 0.1 x 107 konidia/ml. Hasil penelitian ini mengindikasikan

2.7 cd

4.5 c

10.6 a

1.4 d 2.6 cd

8.8 ab

1.0 d

2.5 cd

8.1 ab

0.1 e

Page 117: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

97

bahwa penambahan minyak nabati selain mampu melindungi konidia dari faktor

abiotik, khususnya sinar matahari ternyata berfungsi lain yaitu sebagai sumber energi

yang baik untuk pembentukan konidia.

Penambahan minyak ke dalam media tumbuh akan meningkatkan kandungan

nutrisi pada media tersebut. Nutrisi yang optimal pada media tumbuh akan

meningkatkan kuantitas maupun kualitas konidia yang diproduksi (Jakson 1997;

Magan 2001). Kualitas konidia yang baik akan meningkatkan virulensi cendawan

tersebut dalam membunuh serangga inang (Amiri-Besheli et al. 1999; Amiri-Besheli

et al. 2000). Semakin banyak jumlah konidia yang diproduksi semakin efektif

cendawan tersebut sebagai agens hayati dalam proses diseminasi sehingga epizooti

cepat terjadi (Vega et al. 2000). Hal ini disebabkan konidia merupakan organ infektif

yang digunakan untuk membunuh inang (Vandenberg et al. 1998). Selain itu, konidia

merupakan organ penyebaran patogen ke serangga inang baru.

Daya Kecambah Konidia L. lecanii

Daya kecambah konidia dapat digunakan sebagai tolok ukur potensi dari

cendawan entomopatogen sebagai agens hayati. Semakin tinggi daya kecambah

konidia dalam waktu yang singkat, semakin besar peluang konidia akan menginfeksi

serangga inang apabila faktor lingkungan sangat mendukung. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penambahan minyak nabati ke dalam media tumbuh

mempengaruhi daya kecambah konidia L. lecanii. Daya kecambah terbanyak terjadi

pada perlakuan media minyak kacang tanah dan minyak kedelai pada konsentrasi 10

ml/l, yaitu masing-masing 97.3% dan 97.2% meskipun kedua perlakuan tersebut

tidak berbeda nyata dengan daya kecambah pada perlakuan lainnya (Gambar 22).

Perlakuan media yang mengandung minyak kacang tanah cenderung menghasilkan

daya kecambah konidia lebih tinggi dibandingkan dengan jenis minyak lainnya,

kecuali pada konsentrasi 2 ml/l. Sementara itu, perlakuan media yang mengandung

minyak kelapa menunjukkan daya kecambah cenderung lebih rendah dibandingkan

Page 118: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

98

dengan minyak kacang tanah maupun minyak kedelai meskipun tidak berbeda nyata

di antara perlakuan tersebut.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

KT2 KT5 KT10 KD2 KD5 KD10 KP2 KP5 KP10 Kontrol

Jenis dan konsentrasi minyak nabati

Day

a ke

cam

bah

koni

dia

L. le

cani

i (%

)

Gambar 22 Rata-rata jumlah konidia L. lecanii yang berkecambah setelah diinkubasi

selama 12 jam di dalam air. KT2 (Kacang Tanah 2 ml/l), KT5 (Kacang Tanah 5 ml/l), KT10 (Kacang Tanah 10 ml/l), KD2 (Kedelai 2 ml/l), KD5 (Kedelai 5 ml/l), KD10 (Kedelai 10 ml/l), KP2 (Kelapa 2 ml/l), KP5 (Kelapa 5 ml/l), dan KP10 (Kelapa 10 ml/l).

Daya kecambah konidia pada kontrol (L. lecanii) rata-rata di atas 95%. Pada

perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, dengan kata lain

konidia tersebut memiliki kemampuan berkecambah yang cukup tinggi. Namun

demikian, apabila diaplikasikan di lapangan belum menjamin daya kecambah yang

sebesar itu dapat berhasil menginfeksi inang. Hal ini disebabkan suspensi konidia

belum dibekali dengan bahan pelindung sehingga masih memungkinkan terjadi

dehidrasi akibat cekaman abiotik. Isolat yang digunakan pada penelitian ini adalah

Ll-JTM11, yang memiliki kriteria virulensi tertinggi di antara isolat lainnya. Dengan

demikian, secara fisiologis isolat tersebut memang memiliki karakter yang lebih baik

dibandingkan isolat lainnya. Menurut Altre et al. (1999) ada korelasi antara tingkat

96.3ab 97.0ab 97.3a 97.0ab 97.0ab 97.2a 96.4ab 96.3ab 97.0ab 96.0ab

Page 119: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

99

kecepatan kecambah konidia terhadap infektivitas cendawan dalam membunuh larva

ulat kubis Plutella xylostella (Lepidoptera: Yponomeutidae).

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa semua jenis minyak nabati pada

semua konsentrasi menunjukkan daya kecambah di atas 95% setelah konidia

diinkubasi di dalam air selama 12 jam. Kandungan nutrisi yang terdapat di dalam

minyak menyebabkan kualitas media semakin baik sehingga konidia yang dihasilkan

memiliki figor yang baik pula. Hal serupa juga dilaporkan oleh Ibrahim et al. (1999),

daya kecambah konidia cendawan Metarhizium anisopliae (Deuteromycotina:

Hyphomycetes) meningkat lebih tinggi jika diformulasikan dengan minyak. Magan

(2001) mengindikasikan bahwa perkecambahan konidia M. anisopliae dan

Paecilomyces fumosoroseus (Deuteromycotina: Hyphomycetes) lebih tinggi pada

media yang dimodifikasi dengan penambahan gliserol dibandingkan dengan kontrol.

Lebih lanjut dilaporkan, bahwa tingkat perkecambahan konidia meningkat hingga

mencapai 92% sedangkan tanpa gliserol hanya 47% setelah diinkubasi selama 14

jam.

Minyak tersusun dari trigliserida, gliserol, dan senyawa asam lemak yang di

dalamnya banyak mengandung sumber karbon dan nitrogen. Karbon merupakan

sumber utama untuk pembentukan konidia dan perkecambahan (Hallsworth & Magan

1994a & 1994b; Hallsworth & Magan 1995; Barbosa et al. 2002). Menurut Smith dan

Grula (1982), tingkat perkecambahan konidia dipacu oleh adanya senyawa asam

lemak tidak jenuh, terutama asam linoleat. Kandungan asam linoleat yang terdapat

pada minyak kacang tanah, kedelai, dan kelapa berturut-turut 21.8%, 12%, dan 2.5%

(Christie 2002; Ketaren 2005). Sementara itu, gliserol dapat digunakan sebagai salah

satu sumber energi bagi pertumbuhan dan perkembangan konidia yang mengalami

cekaman lingkungan terutama pada daerah kering (Pascual et al. 1998). Hal ini

disebabkan gliserol tersusun dari gula dan karbohidrat (Sutanto 2008). Selain itu,

gliserol mampu mempertahankan kelembaban konidia karena mampu mengabsorpsi

sinar matahari yang mendera sehingga konidia terlindung dari kekeringan

(Hallsworth & Magan 1995).

Page 120: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

100

Pengaruh Penambahan Minyak Nabati terhadap Persistensi Konidia L. lecanii di Pertanaman Kedelai Jumlah Koloni L. lecanii Persistensi konidia cendawan di pertanaman diuji untuk mengetahui tingkat

eksistensi konidia di pertanaman kedelai akibat pengaruh sinar matahari. Dengan

diketahuinya persistensi konidia maka frekuensi aplikasi dapat ditetapkan sehingga

pengendalian menjadi lebih efektif dan efisien. Pengamatan dilakukan dengan cara

menghitung jumlah koloni L. lecanii yang tumbuh setelah diisolasi ulang dari daun

yang sudah diaplikasi dengan suspensi konidia berdasarkan waktu yang sudah

ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konidia L. lecanii di pertanaman

kedelai mampu bertahan lebih lama dengan penambahan minyak nabati (Tabel 8).

Sementara itu, tanpa penambahan minyak nabati mengakibatkan cendawan di

tanaman hanya mampu bertahan satu hari saja dengan persentase yang sangat rendah.

Pada 1 HSA, persistensi L. lecanii tertinggi terjadi pada perlakuan dengan

penambahan minyak kedelai pada konsentrasi 10 ml/l (135.7 koloni). Penambahan

minyak kedelai dengan konsentrasi 5 ml/l pada hari pertama, persistensi cendawan di

tanaman masih tinggi karena setara dengan konsentrasi 10 ml/l, yaitu 111.7 koloni.

Jumlah koloni terbanyak hingga mencapai 119.3 yang terjadi pada perlakuan minyak

kacang tanah dengan konsentrasi yang sama. Perlakuan minyak kelapa pada

konsentrasi 10 ml/l juga mampu mempertahankan persistensi L. lecanii yang setara

dengan penambahan minyak kedelai maupun kacang tanah pada konsentrasi yang

sama. Sedangkan persistensi L. lecanii yang terendah pada hari pertama terjadi pada

perlakuan minyak kelapa pada konsentrasi 2 ml/l (76 koloni). Pada konsentrasi 2 ml/l,

peran minyak nabati terhadap persistensi cendawan sangat lemah jika dibandingkan

dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

Pada 2 HSA, jumlah L. lecanii terbanyak mencapai 74.3 koloni yang terjadi

pada perlakuan minyak kacang tanah 10 ml/l. Jumlah koloni tersebut tidak berbeda

nyata dengan perlakuan penambahan minyak kedelai dan kelapa pada konsentrasi 5

maupun 10 ml/l. Sementara itu, tanpa penambahan minyak nabati (hanya L. lecanii)

Page 121: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

101

sudah tidak ditemukan konidia yang mampu tumbuh. Dengan kata lain bahwa L.

lecanii tidak mampu bertahan lebih dari satu hari tanpa bahan pelindung. Pada

pemaparan lebih lanjut, meskipun persistensi L. lecanii di pertanaman semakin

menurun namun penambahan minyak nabati masih menguntungkan. Akan tetapi

penambahan konsentrasi 2 ml/l minyak kacang tanah dan kelapa nampaknya kurang

menguntungkan karena pada 4 HSA perlakuan tersebut sudah tidak mampu

melindungi konidia di lapangan.

Tabel 8 Jumlah koloni L. lecanii yang tumbuh pada media PDA setelah konidia

dipaparkan pada permukaan daun kedelai dengan penambahan minyak nabati

Jumlah koloni L. lecanii yang tumbuh setelah dipaparkan di pertanaman kedelai

pada ke..n (HSA)*

Perlakuan 0 1 2 3 4 5 6 7

KT0 315.0 a 21.2 e 1.0 e 0.0 de 0.0 e 0.0 d 0.0 c 0.0 c

KT2 315.0 a 90.7 bcd 35.3 d 19.7 cd 0.0 e 0.0 d 0.0 c 0.0 c

KT5 314.0 a 104.0 bcd 41.0 cd 28.0 bc 14.7 cd 0.0 d 0.0 c 0.0 c

KT10 315.0 a 119.3 ab 74.3 a 56.7 a 43.0 b 41.0 b 37.0 a 15.0 a

KD0 316.0 a 26.0 e 0.0 e 0.0 de 0.0 e 0.0 d 0.0 c 0.0 c

KD2 315.0 a 80.3 cd 31.3 d 20.3 cd 8.0 d 3.0 d 0.0 c 0.0 c

KD5 317.0 a 111.7 abc 67.7 ab 39.0 b 16.0 c 5.7 d 0.0 c 0.0 c

KD10 316.0 a 135.7 a 67.7 ab 64.7 a 57.3 a 53.0 a 44.0 a 18.0 a

KP0 316.0 a 25.0 e 0.0 e 0.0 de 0.0 e 0.0 d 0.0 c 0.0 c

KP2 314.0 a 76.0 d 54.7 bc 10.7 d 0.0 e 0.0 d 0.0 c 0.0 c

KP5 316.0 a 98.7 bcd 63.7 ab 37.3 b 11.0 cd 0.0 d 0.0 c 0.0 c

KP10 315.0 a 106.0 abcd 65.7 ab 54.0 a 41.7 b 29.3 c 15.0 b 8.0 b

DMRT (0.05) 5.8 28.6 13.7 14.7 6.9 11.0 19.2 7.5

KK (%) 0.3 16.1 14.4 23.7 18.9 23.5 30.6 29.7

* Data ditransformasi ke arc sin √x sebelum uji sidik ragam. Rerata selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji DMRT, α = 0.05). HSA (Hari setelah aplikasi). KT2 (Kacang Tanah 2 ml/l), KT5 (Kacang Tanah 5 ml/l), KT10 (Kacang Tanah 10 ml/l), KD2 (Kedelai 2 ml/l), KD5 (Kedelai 5 ml/l), KD10 (Kedelai 10 ml/l), KP2 (Kelapa 2 ml/l), KP5 (Kelapa 5 ml/l), dan KP10 (10 ml/l).

Page 122: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

102

Daya tahan konidia L. lecanii hingga 5 HSA semakin rendah, koloni L.

lecanii hanya ditemukan pada penambahan minyak dengan konsentrasi 10 ml/l.

Meskipun penambahan minyak kedelai pada konsentrasi 2 dan 5 ml masih

ditemukan koloni yang tumbuh namun jumlahnya sangat rendah dan tidak berbeda

nyata dengan perlakuan kontrol. Dengan bertambahnya hari, jumlah koloni yang

tumbuh semakin menurun bahkan setelah lima hari hanya pada konsentrasi 10 ml/l

saja yang mampu melindungi konidia di pertanaman. Pada konsentrasi 10 ml/l,

minyak kacang tanah dan kedelai lebih baik dalam mempertahankan persistensi L.

lecanii di pertanaman dibandingkan dengan minyak kelapa.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penambahan minyak nabati

kacang tanah, kedelai, dan kelapa dengan konsentrasi 10 ml/l menambah daya

persistensi konidia L. lecanii di pertanaman kedelai hingga tujuh hari. Oleh karena

itu, aplikasi berikutnya dianjurkan setelah tujuh hari. Sementara itu, stadia telur R.

linearis berlangsung selama tujuh hari baru akan menetas membentuk nimfa I.

Namun, aplikasi secara berulang-ulang tidak menunggu sampai hingga tujuh hari juga

diperlukan apabila populasi serangga hama yang ada di lapangan sangat tinggi

dengan struktur populasi yang tumpang tindih. Dengan demikian, kinerja cendawan

entomopatogen tersebut dapat optimal sehingga keampuhannya diharapkan mampu

setara dengan insektisida kimia.

Widayat dan Rayati (1993) menganjurkan aplikasi cendawan P. fumosoroseus

sebanyak tiga kali secara berturut-turut selama tiga hari untuk menekan populasi

hama ulat jengkal Ectropis bhurmitra (Lepidoptera: Geometridae). Hal ini

disebabkan struktur populasi serangga kurang seragam dan larva yang diaplikasi

banyak yang mengalami ganti kulit. Selain itu, persistensi cendawan sangat rendah

karena tidak mampu bertahan lama akibat tanpa memakai bahan pelindung. Meskipun

penambahan minyak nabati dengan konsentrasi tinggi semakin efektif dalam

mempertahankan persistensi konidia di pertanaman, namun perlu diuji lebih lanjut

batasan maksimal konsentrasi yang dibutuhkan. Hal ini dikawatirkan dengan

konsentrasi yang lebih tinggi akan meninggalkan residu yang berdampak buruk

seperti fitotoksisitas terhadap organ tanaman, meskipun dampak negatif aplikasi

Page 123: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

103

minyak nabati terhadap tanaman belum dilaporkan (Bateman et al. 1993; Burges

1998; Inyang et al. 2000).

Pengaruh Penambahan Minyak Nabati terhadap Keefektifan Cendawan L. lecanii dalam Mengendalikan Telur R. linearis Jumlah Telur R. linearis yang Menetas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah telur R. linearis yang mampu

menetas dipengaruhi oleh jenis maupun konsentrasi minyak nabati yang digunakan

sebagai bahan pelindung. Semakin tinggi konsentrasi minyak nabati mengakibatkan

semakin sedikit jumlah telur yang menetas, sehingga semakin efektif dalam

mempertahankan keefektifan cendawan. Pada konsentrasi yang terendah yaitu 2 ml/l,

semua perlakuan menunjukkan persentase telur yang menetas lebih banyak jika

dibandingkan dengan konsentrasi 5 maupun 10 ml/l. Jumlah telur yang menetas

terbanyak hingga mencapai 28.7% yang terjadi pada konsentrasi 2 ml/l dengan

penambahan minyak kelapa (Tabel 9). Namun perlakuan tersebut tidak berbeda nyata

dengan minyak kedelai maupun minyak kacang tanah pada konsentrasi yang sama.

Tabel 9 Persentase telur R. linearis yang menetas setelah terinfeksi L. lecanii dengan

penambahan minyak nabati

Konsentrasi minyak nabati (ml/l) Jenis minyak nabati 0 (kontrol) 2 5 10

Rata-rata persentase telur R. linearis yang menetas (%) Kacang Tanah

63.0 ± 7.1 d

25.5 ± 3.8 ab

25.1 ± 4.5 ab

20.7 ± 4.4 c

Kedelai 61.7 ± 11.9 d 26.1 ± 6.9 ab 25.4 ± 5.2 ab 22.3 ± 6.5 bc Kelapa 64.7 ± 9.4 d 28.7 ± 9.4 a 25.1 ± 9.8 abc 23.3 ± 5.1 bc

KK (%) 8.9 DMRT (0.05) 4.2

* Rata-rata selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji DMRT, α = 0.05).

Page 124: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

104

Pada konsentrasi 5 ml/l, jumlah telur yang menetas pada ketiga jenis minyak

nabati lebih rendah dibandingkan konsentrasi 2 ml/l. Sedangkan pada konsentrasi 10

ml jumlah telur yang menetas terendah terjadi pada perlakuan penambahan minyak

kacang tanah, yaitu hanya sekitar 20%. Sementara itu pada perlakuan kontrol (hanya

L. lecanii), jumlah telur yang menetas hingga mencapai 64%. Hal ini disebabkan

konidia yang diaplikasikan pada telur kurang memperoleh bahan pelindung sehingga

konidia banyak yang tidak mampu berkecambah, dengan demikian peluang konidia

untuk menginfeksi telur juga rendah. Minyak yang ditambahkan pada suspensi

konidia akan membentuk lapisan biofilm sehingga konidia terhindar dari cekaman

lingkungan khususnya sinar matahari yang mendera. Hal ini disebabkan sinar akan

diabsorpsi oleh lapisan biofilm pada konidia (Leland et al. 2001). Pengamatan secara

mikroskopis mengindikasikan bahwa suspensi konidia yang diaplikasikan pada telur

tanpa bahan pelindung minyak, jumlah konidia yang berkecambah hanya sedikit

setelah satu hari dipaparkan di alam terbuka (Gambar 23).

Gambar 23 Konidia L. lecanii yang berkecambah pada permukaan korion telur R.

linearis tanpa penambahan minyak nabati setelah satu hari aplikasi.

SEM MERK JEOL JAPAN TYPE JSM-5000 MAG X5.000

Page 125: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

105

Jumlah telur menetas yang terendah terjadi pada perlakuan minyak kacang

tanah konsentrasi 10 ml/l. Hal ini diduga karena kandungan protein yang terdapat

pada minyak tersebut lebih tinggi dibandingkan minyak kedelai maupun kelapa

sehingga mempengaruhi daya emulsi antara suspensi konidia dengan minyak

tersebut. Biji kacang-kacangan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi

dibandingkan minyak kelapa (Sutanto 2008). Di dalam protein pada minyak kacang-

kacangan terkandung senyawa lesitin dan kasein yang keduanya merupakan bahan

pengemulsi yang baik (Daniel 2004; Lawhon 2008). Semakin tinggi kandungan

protein pada minyak nabati maka semakin besar peluang konidia yang dapat

teremulsi dengan minyak. Dengan demikian, konidia yang dapat dilindungi oleh

minyak sebagai bahan pelindung semakin meningkat sehingga apabila konidia

terpapar di alam terbuka lebih toleran. Batta (2003) melaporkan bahwa minyak nabati

yang berasal dari kacang-kacangan, khususnya kedelai lebih baik daya emulsi dan

viskositasnya dibandingkan dengan minyak kelapa.

Menurut Bender (2005), di dalam minyak kacang tanah terkandung asam

lemak sekitar 46-52% dan protein 25-30%. Sementara itu, minyak kedelai dan kelapa

mengandung lemak masing-masing 19% dan 34%. Di dalam lemak (trigliserida),

setelah terhidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak yang berantai panjang

dan 1 molekul gliserol. Gliserol merupakan salah satu senyawa yang mampu

mengabsorpsi sinar matahari yang mendera. Dengan demikian keadaan kelembaban

konidia dapat dipertahankan akibat penambahan gliserol, sehingga konidia menjadi

lebih cepat berkecambah dalam jumlah yang lebih banyak (Gambar 24).

Di dalam gliserol terkandung senyawa gula (Khomsan 2005; Sutanto 2008).

Hasil penelitian Shi et al. (2006) menunjukkan bahwa penambahan larutan gula 2%

akan meningkatkan pembentukan kecambah L. lecanii hingga 99% dalam waktu

singkat hanya 10 jam. Selain mempercepat waktu pembentukan tabung kecambah,

gliserol juga meningkatkan ukuran tabung kecambah yang terbentuk. Ukuran

kecambah cendawan Piptocephalis unispora mencapai 45 µm pada suspensi gliserol,

sedangkan pada air tanpa gliserol hanya 4 µm (Jeffries & Young 1994). Peningkatan

pembentukan kecambah akan mempercepat proses penetrasi dan infeksi pada

Page 126: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

106

serangga inang sehingga epizooti patogen lebih cepat terjadi (Schreiter et al. 1994;

Vega et al. 2000; Hajek & Eastburn 2003).

Gambar 24 Konidia L. lecanii yang berkecambah dengan penambahan minyak

kacang tanah pada konsentrasi 10 ml/l.

Hasil penelitian ini mendukung William et al. (2000) yang menyatakan bahwa

bahan pelindung dari minyak nabati yang mengandung gliserol mampu

mempertahankan keefektifan cendawan V. lecanii dalam mengendalikan Myzus

persicae. Alavo et al. (2002) juga mengindikasikan bahwa bahan pelindung dari

minyak kacang-kacangan lebih baik dalam meningkatkan keefektifan V. lecanii untuk

mengendalikan aphid. Fenomena tersebut ditandai dengan jumlah anak yang

terbentuk menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol. Peranan gliserol

biasanya juga digunakan pada berbagai bahan utama sebagai pelindung yang sudah

diperdagangkan di pasar. Trigliserida dan asam lemak yang dikandung oleh minyak

dari kacang-kacangan merupakan sumber utama karbon dan nitrogen bagi

mikroorganisme yang memiliki perangkat enzim lipase. Karbon dan nitrogen

merupakan salah satu sumber nutrisi yang dibutuhkan bagi cendawan untuk

SEM MERK JEOL JAPAN TYPE JSM-500 MAG X1.000

Page 127: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

107

memproduksi konidia dan meningkatkan virulensi (Sun & Liu 2006; Gao et al. 2006;

Adejoye et al. 2006).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minyak kacang tanah lebih baik

dibandingkan minyak kedelai maupun minyak kelapa. Minyak dari biji kacang-

kacangan, khususnya kacang tanah banyak mengandung kasein selain lesitin yang

keduanya berfungsi dalam mempersatukan dua senyawa yang berbeda sifat

polaritasnya yaitu minyak (non-polar) dan air (polar). Semakin banyak kandungan

kasein maka semakin besar pula peluang konidia yang dapat terlapisi oleh senyawa

minyak. Kasein adalah asam amino yang dapat dirombak oleh mikroorganisme

sebagai sumber karbon dan energi (Lay 1994). Berbeda dengan yang dilaporkan

Ganga-Visalakshy et al. (2005), bahwa minyak dari bunga matahari dan minyak biji

mimba sangat efektif dalam mempertahankan keefektifan V. lecanii dibandingkan

dengan minyak kacang tanah maupun kelapa. Perbedaan yang terjadi diduga karena

varietas kacang tanah yang digunakan berbeda sehingga kandungan lemak yang

terdapat pada minyak tersebut juga berbeda. Menurut Branch et al. (1990), Bansal et

al. (1993), dan Young et al. (2007), kandungan minyak maupun asam lemak dari biji

kacang tanah sangat ditentukan oleh varietas, lokasi, musim tanam, dan kelembaban

tanah (sistem irigasi).

Jumlah Luka Akibat Tusukan Stilet R. linearis pada Biji Kedelai

Luka pada biji akibat tusukan stilet R. linearis merupakan indikasi bahwa

serangga masih hidup sehingga masih mampu mengeksploitasi sumber makanan

yaitu biji kedelai. Penambahan minyak nabati bertujuan untuk melindungi konidia

pada waktu aplikasi agar terhindar dari faktor abiotik sehingga proses penetrasi dan

infeksi cendawan berjalan dengan baik. Akibatnya telur R. linearis yang terinfeksi

cendawan menjadi lebih sedikit yang menetas sehingga peluang nimfa yang

berkembang menjadi dewasa juga terbatas. Dengan demikian, kerusakan pada biji

sebagai satu-satunya sumber pakan yang ada diharapkan dapat ditekan. Hasil sidik

ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara jenis dan konsentrasi

Page 128: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

108

minyak nabati terhadap keefektifan L. lecanii dalam menekan jumlah luka akibat

tusukan stilet R. linearis pada tiap biji. Namun jenis minyak dan konsentrasi yang

diaplikasikan berpengaruh nyata terhadap kerusakan biji akibat R. linearis.

Penambahan minyak kacang tanah mampu menekan jumlah luka pada biji

sebesar 53.9% jika dibandingkan dengan tanpa penggunaan minyak (Gambar 25).

Sedangkan perlakuan minyak kedelai dan minyak kelapa tidak berbeda nyata dalam

menekan jumlah luka pada biji, yaitu masing-masing 38.6% dan 38.4%. Pada

perlakuan tanpa penambahan minyak nabati (hanya V. lecanii), jumlah luka pada tiap

biji mencapai 16.2 tusukan. Jumlah luka pada tiap biji pada perlakuan minyak kacang

tanah dari hasil penelitian ini lebih banyak dibandingkan dengan uji pendahuluan

yang dilakukan Prayogo (2006), yaitu hanya 3.3 tusukan. Perbedaan jumlah luka

tersebut diduga karena perbedaan suhu yang terlihat jelas pada kedua musim tersebut

(Lampiran 1 - 6). Pada tahun 2006, rata-rata suhu terendah 17.7 oC dan tertinggi

mencapai 30.4 oC, sedangkan pada tahun 2008 suhu terendah 19.6 oC dan tertinggi

mencapai 32 oC. Selain itu, kelembaban pada kedua musim tersebut juga berbeda

meskipun tidak mencolok.

Peningkatan suhu sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim mikro bagi

konidia cendawan entomopatogen, hal ini mengakibatkan kandungan poliol dan

trehalosa di dalam konidia akan menurun (Hallsworth & Magan 1996). Poliol dan

trehalosa merupakan senyawa yang terdapat di dalam konidia yang berfungsi sebagai

pengatur tekanan osmotik dan stimulus dalam percepatan perkecambahan konidia.

Dengan demikian, secara langsung akan mempengaruhi kondisi iklim mikro bagi

perkembangan konidia sehingga eksistensi konidia di lapangan terganggu (Galaini-

Wraight et al. 1991; Ferron 1997; Farques & Luz 2000). Peningkatan suhu yang

terjadi akan menyebabkan kerusakan sebagian besar konidia, sehingga kinerja L.

lecanii menurun (Cuthbertson et al. 2005).

Page 129: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

109

0

5

10

15

20

25

K. Tanah Kedelai Kelapa Kontrol

Jenis minyak nabati

Jum

lah

luka

tusu

kan

R. l

inea

ris p

ada

tiap

biji

Gambar 25 Rata-rata jumlah luka tusukan stilet R. linearis pada tiap biji kedelai setelah diaplikasi dengan L. lecanii dan ditambah dengan minyak nabati.

Uji karakter fisiologi (BAB III) menunjukkan bahwa peningkatan suhu di atas

27 oC menyebabkan pertumbuhan semua isolat L. lecanii menurun bahkan cendawan

akan mengalami stagnasi pada suhu 32 oC. Kejadian ini mengindikasikan bahwa

peningkatan suhu menjadi faktor pembatas untuk pengembangan agens hayati.

Lazzarini et al. (2006) menambahkan bahwa selain suhu, faktor kelembaban juga

menjadi syarat utama bagi keberhasilan pengendalian hama Triatoma infestan

(Hemiptera: Reduviidae) dengan menggunakan cendawan M. anisopliae dan B.

bassiana. Oleh karena itu, untuk mempertahankan keefektifan cendawan L. lecani

maka konidia yang akan diaplikasikan harus diformulasikan dengan bahan pelindung

yang toleran terhadap sinar UV (Lee et al. 2006).

Semakin tinggi konsentrasi minyak nabati yang ditambahkan ke dalam

suspensi konidia L. lecanii mengakibatkan semakin efektif dalam menekan jumlah

luka tusukan R. linearis. Meskipun pada konsentrasi 5 ml/l tidak menampakkan

perbedaan yang nyata apabila konsentrasi dinaikkan menjadi 10 ml/l (Gambar 26).

7.4 a

9.9 b 9.9 b

16.2 c

Page 130: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

110

Namun, jumlah luka tusukan pada tiap biji lebih rendah pada perlakuan penambahan

minyak nabati dengan konsentrasi tertinggi. Dengan demikian, konsentrasi minyak

nabati 10 ml/l memberikan hasil yang lebih baik untuk menekan jumlah luka tusukan

R. linearis pada biji kedelai. Semakin banyak jumlah luka tusukan pada biji akan

menyebabkan tingkat kerusakan semakin tinggi sehingga kualitas maupun kuantitas

biji menjadi rendah.

Kerusakan biji akibat luka tusukan stilet R. linearis apabila mencapai bagian

dalam biji akan menyebabkan daya tumbuh biji tersebut menurun. Bahkan luka yang

disebabkan R. linearis pada waktu pengisian biji akan menyebabkan tidak

terbentuknya biji sehingga polong menjadi hampa. Oleh karena itu, keberadaan hama

tersebut harus dikendalikan karena jika dibiarkan maka akan menyebabkan

kehilangan hasil dapat mencapai 80%. Hasil penelitian ini memberikan informasi

baru bahwa pengendalian hama menggunakan agens hayati dengan cendawan

entomopatogen masih diperlukan berbagai penelitian pendukung untuk

mempertahankan keefektifan cendawan di lapangan.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Kontrol 2 5 10

Konsentrasi minyak nabati (ml/l suspensi konidia)

Jum

lah

luka

tusu

kan

R. li

near

is p

ada

tiap

biji

Gambar 26 Rata-rata jumlah luka tusukan stilet R. linearis pada tiap biji kedelai

setelah diaplikasi dengan L. lecanii yang ditambah dengan minyak nabati pada berbagai tingkat konsentrasi.

12.0 a

5.8 b

2.0 c 1.7 c

Page 131: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

111

Jumlah Polong Isi dan Polong Hampa tiap Tanaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah polong isi dan polong hampa

yang terbentuk dipengaruhi oleh interaksi antara jenis dan konsentrasi minyak nabati

yang ditambahkan (Tabel 10). Penambahan ketiga jenis minyak nabati pada suspensi

konidia L. lecanii dengan konsentrasi tertinggi menunjukkan jumlah polong isi yang

terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan penambahan pada konsentrasi yang

lebih rendah. Rata-rata jumlah polong isi terbanyak yaitu hingga mencapai 65.7

polong tiap tanaman terjadi pada perlakuan minyak kacang tanah dengan konsentrasi

10 ml/l. Meskipun sebetulnya jumlah polong isi yang terbentuk tersebut tidak

berbeda nyata dengan konsentrasi 2 maupun 5 ml/l. Sedangkan pada perlakuan

kontrol (hanya L. lecanii), jumlah polong isi yang terbentuk hanya 31.1 buah.

Tabel 10 Pengaruh jenis dan konsentrasi minyak nabati terhadap keefektifan L.

lecanii dalam mempertahankan jumlah polong isi dan menekan terbentuknya polong hampa per tanaman

Jenis minyak

nabati Konsentrasi

(ml/l) Jumlah polong isi

per tanaman (± SD) Jumlah polong hampa per tanaman (± SD)

Kacang tanah

0

31.1 ± 9.2 c

11.3 ± 3.2 a

2 55.0 ± 5.8 ab 5.2 ± 0.1 bc 5 60.3 ± 11.1 a 5.3 ± 1.1 bc 10 65.7 ± 10.9 a 2.3 ± 0.6 c

Kedelai 0 33.8 ± 10.4 c 14.7 ± 3.9 a 2 57.0 ± 9.9 ab 5.0 ± 3.9 bc 5 61.3 ± 10.8 a 5.8 ± 2.7 bc 10 57.3 ± 4.8 ab 7.0 ± 2.45 b

Kelapa 0 29.1 ± 9.1 c 12.1 ± 4.6 a 2 53.3 ± 7.8 ab 5.8 ± 4.5 bc 5 44.7 ± 4.9 b 6.5 ± 4.3 bc 10 59.7 ± 11.1 a 4.7 ± 3.9 bc KK (%) 10.2 29.6 DMRT (0.05) 14.7 4.5 * Rata-rata selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (uji DMRT, α =

0.05).

Page 132: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

112

Setiap penambahan konsentrasi minyak kelapa juga menyebabkan

peningkatan jumlah polong isi. Hal ini disebabkan karena jumlah R. linearis yang

berkembang menjadi serangga dewasa juga semakin terbatas sehingga peluang

serangga yang dapat menyebabkan kerusakan polong menjadi rendah. Pada perlakuan

minyak kedelai, kenaikan konsentrasi dari 5 ml/l sampai 10 ml/l justru menurunkan

jumlah polong isi yang terbentuk, yaitu dari 61.3 buah menjadi 57.3 buah meskipun

kedua perlakuan tersebut tidak berbeda nyata.

Pada Tabel 10 juga terlihat bahwa setiap kenaikan konsentrasi minyak nabati

menunjukkan kecenderungan yang positif dalam menekan jumlah polong hampa yang

terbentuk. Kejadian tersebut terlihat pada perlakuan minyak kacang tanah maupun

minyak kelapa. Namun demikian, hal ini pada perlakuan minyak kedelai tidak terjadi

dan jumlah polong hampa semakin bertambah. Konsentrasi minyak kedelai 10 ml/l

mengakibatkan kenaikan jumlah polong hampa menjadi 7 buah polong tiap tanaman.

Sementara itu, rata-rata jumlah polong hampa terendah terjadi pada perlakuan minyak

nabati kacang tanah dengan konsentrasi 10 ml/l yaitu hanya 2.3 buah. Rendahnya

jumlah polong hampa yang terjadi pada penambahan minyak kacang tanah pada

konsentrasi tertinggi disebabkan pada perlakuan tersebut jumlah telur yang mampu

menetas juga lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dengan demikian,

jumlah imago yang terbentuk juga lebih sedikit sehingga peluang polong akan

terserang oleh serangga akibat tusukan stiletnya juga lebih rendah.

Berat Kering Biji Kedelai tiap Tanaman

Rata-rata berat kering biji kedelai dipengaruhi oleh interaksi antara jenis dan

konsentrasi minyak nabati yang ditambahkan pada suspensi konidia L. lecanii

(Gambar 27). Semakin tinggi konsentrasi minyak nabati mengakibatkan semakin

meningkat berat kering biji tiap tanaman. Perlakuan konsentrasi minyak kacang tanah

dari 2 ml/l menjadi 5 ml/l mampu meningkatkan berat biji tiap tanaman mencapai

6.4%. Jika konsentrasi minyak tersebut ditingkatkan hingga 10 ml/l menyebabkan

berat biji yang dapat diselamatkan mencapai 13.6%. Perlakuan minyak kelapa juga

Page 133: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

113

mengindikasikan hal yang serupa, namun perlakuan minyak kedelai justru

menyebabkan penurunan berat biji. Penambahan konsentrasi dari 2 ml/l hingga 5

ml/l akan menurunkan berat biji sekitar 5.9%.

0

5

10

15

20

25

KT2 KT5 KT10 KD2 KD5 KD10 KP2 KP5 KP10 Kontrol

Jenis dan konsentrasi minyak nabati

Bera

t biji

tiap

tana

man

(g)

Gambar 27 Berat biji kedelai yang dihasilkan tiap tanaman setelah mendapat

perlakuan aplikasi L. lecanii yang ditambah dengan minyak nabati pada berbagai tingkat konsentrasi. KT2 (Kacang Tanah 2 ml/l), KT5 (Kacang Tanah 5 ml/l), KT10 (Kacang Tanah 10 ml/l), KD2 (Kedelai 2 ml/l), KD5 (Kedelai 5 ml/l), KD10 (Kedelai 10 ml/l), KP2 (Kelapa 2 ml/l), KP5 (Kelapa 5 ml/l), dan KP10 (Kelapa 10 ml/l).

Peningkatan konsentrasi dari 5 ml/l menjadi 10 ml/l akan menurunkan berat

biji sebesar 5.5% meskipun di antara ketiga jenis konsentrasi tersebut tidak berbeda

nyata. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa pada konsentrasi 2 ml/l diduga

sudah mampu mempertahankan keefektifan cendawan dalam menekan kerusakan

akibat R. linearis. Hal ini dilihat dari jumlah polong isi yang terbentuk lebih sedikit

dan jumlah polong hampa lebih banyak sehingga secara langsung berpengaruh

terhadap hasil yang diperoleh. Fakta lain menunjukkan bahwa pada pengamatan

terhadap persistensi konidia di lapangan, pada konsentrasi tersebut cendawan masih

mampu bertahan hingga 4 hari setelah aplikasi, meskipun jumlah telur yang menetas

12.1 b 12.9 ab 15.0 a

13.4 ab

12.6 ab 11.9 b

11.8b 11.8 b

13.1 ab

8.9 c

Page 134: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

114

pada perlakuan tersebut masih lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi yang

lebih tinggi. Namun demikian, masih diperlukan pembuktian dengan penelitian lebih

lanjut.

Pada Gambar 27, tampak bahwa berat biji tiap tanaman yang terbanyak

dicapai pada perlakuan penambahan minyak kacang tanah dengan konsentrasi 10

ml/l, yaitu mencapai 15 g. Sementara itu, berat biji terendah dicapai pada perlakuan

kontrol (hanya L. lecanii), yaitu hanya 8.9 g. Dengan demikian, penambahan minyak

kacang tanah mampu mempertahankan keefektifan cendawan sebesar 40.5%.

Sedangkan minyak kelapa mampu mempertahankan keefektifan cendawan sebesar

32.2%. Dilihat dari potensinya maka minyak nabati mempunyai peluang yang besar

dapat digunakan sebagai bahan pelindung cendawan entomopatogen untuk

pengendalian hama. Dengan demikian, salah satu faktor kelemahan penurunan

infektivitas cendawan entomopatogen akibat faktor abiotik, khususnya sinar matahari

dapat diatasi. Verhaar et al. (2004) melaporkan bahwa minyak nabati kacang tanah

cukup efektif untuk mempertahankan kelembaban konidia V. lecanii dari pengaruh

negatif sinar matahari yang akan merusak. Meskipun pemakaian bahan pelindung

sangat dianjurkan dalam mempertahankan persistensi cendawan dari pengaruh sinar

UV (Alves et al. 2000; Silva et al. 2006), akan tetapi pemilihan strain yang memiliki

toleransi tinggi masih tetap perlu dikedepankan untuk meningkatkan kinerja agens

hayati tersebut (Mathews 2001).

Kesimpulan

Penambahan minyak nabati pada media tumbuh mampu meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan L. lecanii secara in vitro. Semakin tinggi konsentrasi

minyak nabati sebagai bahan pelindung yang ditambahkan ke dalam suspensi konidia

maka semakin lama persistensi konidia di pertanaman. Penambahan minyak nabati 10

ml/l ke dalam suspensi konidia L. lecanii mampu mempertahankan persistensi

konidia hingga tujuh HSA. Persistensi L. lecanii tanpa penambahan minyak nabati

hanya bertahan satu hari.

Page 135: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

115

Penambahan minyak nabati 10 ml/l menyebabkan telur R. linearis yang tidak

menetas mencapai 80%. Oleh karena itu, biji yang dapat diselamatkan akibat

serangan R. linearis menjadi meningkat dibandingkan tanpa penambahan minyak.

Penambahan minyak nabati mampu mempertahankan keefektifan L. lecanii dalam

mengendalikan telur R. linearis hingga mencapai 40.5%. Minyak nabati dari kacang

tanah lebih baik dibandingkan minyak kedelai maupun minyak kelapa dalam

melindungi persistensi konidia L. lecanii. Minyak nabati kedelai dan kelapa dapat

digunakan sebagai alternatif pengganti apabila minyak kacang tanah sulit diperoleh.

Daftar Pustaka Adsule RN, Kadam SS, Salunkhe DK. 1989. Peanut CRC Handbook of world food

legumes: Nutritional chemistry, processing technology, and utilization. Vol II. Di dalam: Salunkhe DK, Kadam SS, editor. p:193-214. CRC. Press, In. Boca Raton, Florida.

Adejoye OD, Adebayo-Tayo BC, Ogunjobi AA, Olaoye OA, Fadahunsi FI. 2006.

Effect of carbon, nitrogen, and mineral sources on growth of Pleurotus florida, a Nigeria edible mushroom. Afric J Biotechnol 5;14:1355-1359.

Alavo TBC, Sermann H, Bochow H. 2002. Biocontrol of aphid using Verticillium

lecanii in green house: factor reducing the effectiveness of the entomopathogenic fungus. Arch Phytopathol and Plant Protect 34;6:407-424.

Altre JA, Vandenberg JD, Cantone FA. 1999. Pathogenicity of Paecilomyces

fumosoroseus isolates to the diamondback moth Plutella xylostella: correlation with spore size, germination speed, and attachment to cuticle. J Invertebr Pathol 73:332-338.

Alves RT, Bateman RP, Prior C, Leather SR. 2000. Evaluation of application

techniques of emulsifiable adjuvant fungal formulation. International Congress of Entomology 21. Brazilian Congress of Entomology 18 Foz de Iguassu. Abstract. Londrina Embrapa Soja. hlm 512.

Amiri B, Ibrahim L, Butt TM. 1999. Antifeedant properties of destruxins and their

use with the entomogenous fungus Metarhizium anisopliae for the improved control of crucifer pests. Biol Contr Sci and Technol 9:487-498.

Page 136: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

116

Amiri-Besheli B, Khambay B, Cameron S, Deadman ML, Butt TM. 2000. Inter and intraspecific variation in destruxin production by the insect pathogenic Metarhizium anisopliae and its significance to pathogenesis. Mycol Res 104:447-452.

Arifin M, Tengkano W. 2008. Tingkat kerusakan ekonomi hama kepik coklat pada

kedelai. J Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27;1:47-54. Bansal UK, Satija DR, Anula KL. 1993. Oil composition of diverse groundnut

Arachis hypogea L. genotype relation to different enviroment. J Sci Food Agric 63:17-19.

Barbosa CC, Monteiro AC, Correia AdoCB. 2002. Growth and sporulation of

Verticillium lecanii isolates under different nutritional conditions. Pesq Agropec Bras 37;6:821-829.

Bateman RP, Carey M, Moore D, Prior C. 1993. The enhanced infectivity of

Metarhizium flavoviride in oil formulations to desert locusts at low humidities. Ann Appl Biol 122:145-152.

Batta YA. 2003. Production and testing of novel formulations of the

entomopathogenic fungus Metarhizium anisopliae (Metschnikoff) Sorokin (Deuteromycotina: Hyphomycetes). Crop Protect 22;2:415-422.

Bender DA. 2005. Arachis oil: A dictionary of food and nutrition. Oxford University

Press. http://www.encyclopedia.com/doc/1039-arachisoil.html [24 Mar 2008]. Benhamou N, Brodeur J. 2000. Evidence for antibiosis and induced hosts defense

reactions in the interaction between Verticillium lecanii and Penicillium digitatum, the causal agent of green mold. Phytopathol 90:932-943.

Benhamou N, Brodeur J. 2001. Pre-inoculation of Ri-T-DNA transformed cucumber

roots with the mycoparasite, Verticillium lecanii induces host defense reactions against Phytium ultimum infection. Physiol Mol Plant Pathol 58:133-146.

Benhamou N. 2004. Potential of the mycoparasite Verticillium lecanii to protect

citrus fruit against Penicillium digigatum, the causal agent of green mold: A comparison with the effect of citosan. Biochem and Biol 94;7:693-705.

Braga GUL et al. 2002. Damage and recovery from UV-B exposure in conidia of the

entomopathogens Verticillium lecanii and Aphanocladium album. Mycol 94;6:912-920.

Branch WD, Nakayama T, Chinnan MS. 1990. Fatty acid variation among US

runner-type peanut cultivars. J Am Oil Chem Soc 67:591-593.

Page 137: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

117

Burges HD. 1998. Formulation of mycoinsecticides. Di dalam: Burges HD, editor. Formulation of Microbiol Biopesticides: Beneficial Microorganisms, Nematodes, and Seed Treatments. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht. hlm 131-185.

Christie WW. 2002. The analysis of conjugated linoleic acid. Lipid Technol 12:64-66. Cuthbertson AGS, North JP, Walters KFA. 2005. Effect of temperature and host plant

leaf morphology on the efficacy of two entomopathogen biocontrol agents of Thrips palmi (Thysanoptera: Thripidae). Bull Entomol Res 95:321-327.

Daniel KT. 2004. Soy lecithin from sludge to profit. Wise traditions in food, farming

and the healing arts. http://.Lecithin/Lecithin-growth.html [2 Des 2008]. Farques J, Luz C. 2000. Effects of fluctuating moisture and temperature regimes on

sporulation of Beauveria bassiana on cadavers of Rhodnius prolixus. Biol Contr Sci and Technol 8:323-334.

Ferron P. 1997. Influence of relative humidity on the development of fungal infection

caused by Beauveria bassiana (Deuteromycotina: Hyphomycetes) in imagines of Acanthoscelides obtectus (Coleoptera: Bruchidae). Entomophag 22:393-396.

Galaini-Wraight S, Wraight SP, Carruthers RI, Magalhaes BP, Roberts DW. 1991.

Description of a Zoophthora radicans (Zygomycetes: Entomophthoraceae) epizootic in a population of Empoasca kraemeri (Homoptera: Cicadellidae) in central Brazil. J Invertebr Pathol 58:311-326.

Ganga-Visalakshy PN, Krishnamoorthy A, Manoj-Kumar A. 2005. Effect of plant

oils and adhesive stickers on the mycelia growth and condition of Verticillium lecanii, a potential entomopathogen. Phytopar 33;4:367-369.

Gao L, Sun MH, Liu XZ, Che YS. 2006. Effects of carbon concentration and carbon

to nitrogen ratio on the growth and sporulation of several biocontrol fungi. Mycol Res 111;1:87-92.

Hajek AE, Eastburn CC. 2003. Attachment and germination of Entomophaga

maimaiga conidia on host and non-host larval cuticle. J Invertebr Pathol 16:203-254.

Hallsworth JE, Magan N. 1994a. Improved biological control by changing

polyols/trehalose in conidia of entomopathogens. Di dalam: Brighton Crop Protection Conferencce-Pests and Disease 1994. Proceedings 3. British Crop Protection Council, Farnham, UK. hlm 1091-1096.

Page 138: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

118

Hallsworth JE, Magan N. 1994b. Effects carbohydrate tupe and concentration on polyhydroxyalcohols and trehalose in conidia of three entomopathogenic fungi. Letters Appl Microbiol 18:8-11.

Hallsworth JE, Magan N. 1995. Manipulation of intracellular glycerol and erythritol

enhances germination of conidia at low water availability. Microbiol 141:1109-1115.

Hallsworth JE, Magan N. 1996. Culture age, temperature, and pH affect the polyol

and trehalose contents of fungal propagule. Appl and Environ Microbiol 67;7:2435-2442.

Ibrahim L, Butt TM, Beckett A, Clark SJ. 1999. Germination of oil formulated

conidia of the insect-pathogen Metarhizium anisopliae. Mycol Res 103:901-907. Inyang EN et al. 2000. Effect of formulation, application, and rain on the persistence

of the entomopathogenous fungus Metarhizium anisopliae on rape oils. Mycol Res 104:653-661.

Jakson MA. 1997. Optimizing nutritional conditional for the liquid culture production

of effective fungal biological control agents. J Industrial Microbiol Biotechnol 19;3:180-187.

Jeffries P, Young TWK. 1994. Physiological aspects of mycoparasitism. Di dalam:

Interfungal Parasitic Relationships. CABI International. hlm 123-146. Kerwin JL. 1984. Fatty acid regulation of the germination of Erynia variabilis

conidia on adults and puparia of the lesser housefly Fannia canicularis. Can J Microbiol 30:158-161.

Kerwin JL, Washino RK. 1986a. Oosporogenesis by Lagenidium giganteum:

Induction and maturation are regulated by calcium and calmodulin. Can J Microbiol 32;8: 663-672.

Kerwin JL, Washino RK. 1986b. Regulation of oosporogenesis by Lagenidium

giganteum: Promotion of sexual reproduction by unsaturated fatty acid and sterol availability. Can J Microbiol 32:294-300.

Ketaren S. 2005. Minyak dan lemak pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Ed.1.

316 hlm. Khomsan A. 2005. Dibalik gurihnya minyak goreng. Department of Food Science

and Technology, Faculty of Agricultural Technology and Enginering, Bogor Agricultural University. http://www.pikiran-rakyat+com /cetak/1002 /20/ 1001 .htm.

Page 139: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

119

Lawhon C. 2008. Lecithin supplements effectiveness in weight loss. The health

psychology home page. http://www.Lecithin/LECITHIN_SUPPLEMENT.html [2 Des 2008].

Lay BW. 1994. Analisis mikroba di laboratorium. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Ed

1. Lazzarini GMJ, Rocha LFN, Luz C. 2006. Impact of moisture on invitro germination

of Metarhizium anisopliae, Beauveria bassiana, and their activity on Triatoma infestans. Mycol Res 110;4:485-492.

Lee J et al. 2006. Verticillium lecanii spore formulation using UV protectan and

wetting agent and the biocontrol of cotton Aphids. Mycopathol 161;2:1041-1045.

Leland JE. 2001. Enviromental-stress tolerant formulations of Metarhizium

anisopliae var. Acridum for control of African Desert Locust (Schistocerca gregaria). [dissertation]. Virginia: Faculty of Virginia Polytechnic. http:// scholar .lib.vt.edu/theses/available/etd_12052001_115455/unrestrictited/Jleland [disertation]. PDF (21 Jul 2007).

Luthana YK. 2008. Minyak kelapa: Komposisi asam lemak. http://www.

food%20entertaining.html [28 Mar 2009] Magan N. 2001. Physiological approaches to improving the ecological fitness of

fungal biocontrol agents. Di dalam: Butt TM, Jackson C, Magan N, editor. Fungi as Biocontrol Agents “Progress, Problems, and Potential. London: CABI Publishing. hlm 239-251.

Mathews G. 2001. Can biological agenst be sprayed like chemical pesticides?

http://pubs.nrc-cnrc.gc.ca/cgi-bin/rp/rp2abste?cjw99-08545nsnfcjm [2 Des 2008].

McCoy C, Quintela ED, de-Faria M. 2004. Enviromental persistance of

entomopathogenic fungi. University of Florida. http://www.agctr. Isu.edu. /S265/mccoy.htm [ 27 Mar 2008].

Mercola J. 2008. Virgin coconut oil – Certified organic from tropical tradition.

http://www.coconutoil-online.com/ [14 Mar 2008]. Moore D, Bridge PD, Higgins PM, Bateman RP, Prior C. 1993. Ultra-violet radiation

damage to Metarhizium flavoviride conidia and the protection given by vegetable and mineral oils and chemical sunscreens. Ann Appl Biol 122:605-616.

Page 140: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

120

Olivares-Bernabeu CM, Lopez-Llorcha LV. 2002. Fungal egg-parasites of plant-

parasitic nematodes from Spanis soils. Rev Iberoam Micol 19:104-110. Pascual S, Magan N, Melgarejo P. 1998. Improvement of growth and biocontrol

ability of Epicoccum nigrum under water stress. Di dalam: Proceeding of 7th International Congree of Plant Pathology, Edinburgh. British Crop Protection Council, Farnham, UK. hlm 6-52.

Prayogo Y. 2004. Keefektifan lima jenis cendawan entomopatogen terhadap hama

pengisap polong kedelai Riptortus linearis (F.) (Hemiptera: Alydidae) dan dampaknya terhadap predator Oxyopes javanus Thorell (Araneida: Oxyopidae). [tesis]. Bogor. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Prayogo Y. 2006. Pertumbuhan dan perkembangan cendawan V. lecanii pada

berbagai jenis media alami. Laporan Penelitian Tahun 2006. [siap terbit]. Samodra H, Ibrahim Y. 2006. Effects of dust formulations of three entomophatogenic

fungal isolates against Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae) in Rice grain. J Bios 17;1:1-7.

Schreiter G, Butt TM, Beckett A, Vestergard S, Moritz G. 1994. Invasion and

development of Verticillium lecanii in the western flower thrips Frankliniella occidentalis. Mycol Res 98:1025-1034.

Shi Z, Li M, Zang L. 2006. Effects of nutrients of germination of Verticillium lecanii

(=Lecanicillium lecanii) conidia and infection of greenhouse whitefly (Trialeurodes vaporariorum). Biol Contr Sci and Technol 16;6:599-606.

Silva RZD, Neves PMOJ, Santoro PH, Cavaguchi ESA. 2006. Effect of

agrochemicals based on vegetable and mineral oil on the viability of entomopathogenic fungi Beauveria bassiana (Bals.) Vuillemin, Metarhizium anisopliae (Metsch.) Sorokin, and Paecilomyces sp. Bainer. Bioassay 1;1:667-674.

Smith RJ, Grula EA. 1982. Toxic components on the larval surface of the Corn

Earworm Heliothis zea and their effects on germination and growth of Beauveria bassiana. J Invertebr Pathol 39:15-22.

Sun MH, Liu XZ. 2006. Carbon requirements of some nematophagous,

entomopathogenic, and mycoparasitic Hyphomycetes as fungal biocontrol agents. Mycopathol 161;5:295-305.

Page 141: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

121

Sutanto A. 2008. Minyak: Jenis dan komposisi. NTUST Indonesian Student Association. http://www/NTUST%20Indonesian%20Association20-%20 minyak %20Goreng.html [15 Jan 2008].

Vandenberg JD, Jackson MA, Lacey LA. 1998. Relative efficacy of blastospores and

aerial conidia of Paecilomyces fumosoroseus against the Russian wheat aphid. J Invertebr Pathol 72:181-183.

Vega FE, Jackson MA, McGuire MR. 2000. Germination of conidia and blastospores

of Paecilomyces fumosoroseus on the cuticle silverleaf whitefly Bemisia argentifolii. Mycopathol 147:33-35.

Verhaar MA, Ostergaard KK, Hijwegen T, Zadocks JC. 1997. Preventative and

curative applications of Verticillium lecanii for biological control of cucumber powdery mildew. Biol Contr Sci and Technol 7;4:543-552.

Verhaar MA, Hijwegen T, Zadoks JC. 2004. Improvement of the efficacy of

Verticillium lecanii used in biocontrol of Sphaerotheca fuliginea by addition of oil formulation. Biol Contr 44;1:73-87.

Wang L, Huang J, You M, Guan X, Liu B. 2007. Toxicity and feeding deterence of

crude toxin extracts of Lecanicillium lecanii (=Verticillium lecanii) (Deuteromycotina: Hyphomycetes) agaisnt sweet potato whitefly, Bemisia tabaci (Homoptera: Aleyrodidae). Pest Manag Sci 63;4:381-387.

Widayat W, Rayati DJ. 1993. Pengaruh Frekuensi Penyemprotan Jamur

Entomopatogenik terhadap Ulat Jengkal (Ectropis bhurmitra) di Perkebunan Teh. hlm. 91-103 Di dalam: Martono E, Mahrub E, Putra NS, Trisetyawati Y, editor. Simposium Patologi Serangga I. Yogyakarta, 12-13 Oktober 1993.

Williams MDC, Edmondson RN, Gill. 2000. The potential of some adjuvants in

promoting infection with Verticillium lecanii : laboratory bioassays with Myzus persicae. Ann of App Biol 137;3:337. http://www.blackwell-synergy.com/doi/ abs /10.1111/j.1744-7348.2000.tb00075X [26 Mar 2008].

Young CT et al. 2007. Fatty acid composition of Spanish peanut oils as influenced by

planting location, soil moisture conditions, variety, and season. J The American Oil Chemists Society 51;7:312-315.

Yuen GY et al. 2002. UV-B biodosimetry in turfgrass canopies. Crop Sci 42:859-

868.

Page 142: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

BAB VI

PEMBAHASAN UMUM

Lecanicillium lecanii (=Verticillium lecanii) (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams

merupakan salah satu cendawan entomopatogen yang bersifat kosmopolit sehingga

mudah ditemukan di berbagai tempat, baik di daerah tropik maupun subtropik. L.

lecanii mempunyai kisaran inang yang cukup luas sehingga cendawan tersebut

memiliki keragaman intraspesies yang cukup besar di lapangan (Sugimoto et al.

2003a; Koike et al. 2007; Leal et al. 2008). Menurut Kope et al. (2006) dan Kouvelis

et al. (2008) keragaman isolat yang tinggi pada L. lecanii mengakibatkan perbedaan

tingkat virulensi cendawan. Hasil penelitian Mor et al. (1996) menunjukkan bahwa

dari 35 isolat V. lecanii yang diuji memiliki virulensi yang bervariasi mulai dari 0-

83%. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Meade dan Byrne (1991) dan

Gindin et al. (2000) bahwa isolat yang diperoleh dari sumber inang yang sama tetapi

berbeda lokasi maupun isolat yang diperoleh dari lokasi yang sama tetapi inang yang

berbeda mengakibatkan perbedaan tingkat virulensi. Oleh karena itu, eksplorasi dari

berbagai macam inang maupun lokasi yang berbeda merupakan langkah awal yang

dapat ditempuh untuk mendapatkan sumber inokulum yang lebih potensial (Milner et

al. 1998; Hatting et al. 1999; Butt & Goettel 2000; Vega et al. 2000; Jung et al.

2006).

Indonesia merupakan daerah agraris yang memiliki keanekaragaman hayati

yang cukup tinggi sehingga peluang untuk memperoleh isolat L. lecanii yang lebih

potensial sangat besar. Hal ini tampak dari hasil eksplorasi di empat sentra produksi

kedelai di Indonesia mengindikasikan adanya kelimpahan agens hayati tersebut di

lapangan. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa L. lecanii dapat diperoleh dari

berbagai sumber, baik dari dalam tanah, pengumpanan, maupun cadaver. Meskipun

demikian, tidak menutup kemungkinan untuk memperoleh isolat dari sumber lain.

Hal ini disebabkan Kouvelis et al. (1999) dapat mengisolasi L. lecanii dari cadaver

kutu tempurung Coccus viridis (Homoptera: Coccidae) pada tanaman kopi dan

Icerya purchasi (Homoptera: Coccidae) pada tanaman jeruk. Meyer dan Meyer

Page 143: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

123

(1996) dan Gan et al. (2007) juga berhasil mengisolasi L. lecanii yang berasal dari

telur nematoda Heterodera glycines dan Meloidogyne incognita. Bahkan Spencer dan

Atkey (1981) maupun Allen (1982) memperoleh isolat V. lecanii yang sedang

memarasit penyakit karat.

Hasil uji virulensi mengindikasikan bahwa virulensi L. lecanii yang diperoleh

dari cadaver Riptortus linearis lebih rendah dibandingkan dengan isolat yang berasal

dari cadaver Spodoptera litura. Fakta ini menginformasikan bahwa virulensi L.

lecanii dipengaruhi oleh keragaman intraspesies yang cukup tinggi di lapangan dan

cendawan tersebut tidak bersifat spesifik inang. Oleh karena itu, terbuka peluang

yang besar untuk mendapatkan isolat L. lecanii dengan cara eksplorasi dari sumber

inang yang berbeda. Hasil penelitian Trizelia (2005) menunjukkan bahwa isolat

Beauveria bassiana (Deuteromycotina: Hyphomycetes) yang diperoleh dari sumber

inang yang sama dengan serangga uji juga tidak memiliki virulensi lebih tinggi jika

dibandingkan dengan isolat yang diperoleh dari inang yang berbeda. Meskipun

beberapa peneliti sebelumnya mengindikasikan bahwa isolat yang diperoleh dari

sumber inang yang sama dengan serangga uji memiliki virulensi lebih tinggi jika

dibandingkan dengan isolat yang diperoleh dari inang yang berbeda (Jackson et al.

1989; Poprawski & Jones 2000).

Menurut Fatiha et al. (2007) dan Aiuchi et al. (2008a & 2008b), isolat L.

lecanii yang lebih virulen memiliki karakter fisiologi yang berbeda dengan isolat

yang kurang virulen. Tingkat pertumbuhan isolat yang lebih virulen lebih cepat,

produksi konidia yang dihasilkan lebih banyak, daya kecambah lebih tinggi dalam

waktu yang lebih singkat, dan kemampuan membunuh inang lebih besar

dibandingkan isolat yang kurang virulen (Devi et al. 2003). Altre et al. (1999)

melaporkan bahwa virulensi cendawan entomopatogen berkaitan erat dengan ukuran

konidia, kecepatan perkecambahan konidia, dan produksi enzim yang berfungsi

sebagai pendegradasi kutikula inang. Beberapa karakter fisiologi yang disebut di atas

memiliki peran yang cukup besar bagi cendawan entomopatogen sebagai agens

hayati, baik pada kondisi di laboratorium untuk perbanyakan masal maupun

pertumbuhan cendawan di lapangan. Perbanyakan di laboratorium, cendawan akan

Page 144: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

124

tumbuh lebih cepat untuk menguasai seluruh permukaan media sehingga peluang

mikrob sebagai kontaminan dapat tumbuh sangat kecil. Sedangkan di lapangan, isolat

yang tumbuh lebih cepat mengakibatkan kolonisasai dan transmisi patogen

berlangsung lebih optimal sehingga diduga peledakan hama mungkin sulit terjadi

(Kaakeh et al. 1996; Authurs & Thomas 1999; Wagner & Lewis 2000).

Efikasi cendawan entomopatogen di lapangan juga dipengaruhi oleh

kerapatan konidia cendawan yang diaplikasikan (Ashouri et al. 2004; Wang et al.

2004). Semakin tinggi kerapatan konidia L. lecanii yang diaplikasikan semakin

efektif pengendalian yang diperoleh. Pengendalian telur R. linearis juga

mengindikasikan hasil yang serupa, pada kerapatan konidia L. lecanii 105/ml hanya

mampu menekan perkembangan telur sebesar 9%, sedangkan aplikasi dengan

kerapatan konidia 108/ml mampu menekan jumlah telur yang tidak menetas hingga

mencapai 91%. Oleh karena itu, kerapatan konidia memegang peranan sangat penting

dalam usaha pengendalian hama menggunakan agens hayati L. lecanii.

Selain faktor kerapatan konidia, efikasi cendawan entomopatogen masih dapat

ditingkatkan lagi dengan cara memperbaiki formulasi cendawan, hal ini disebabkan

oleh daya persistensi cendawan yang rendah akibat faktor lingkungan (Wraight et al.

2001). Menurut Inglis et al. (1995a & 2000) dan Katatny (2003) bentuk formulasi

konidia sangat mempengaruhi daya persistensi konidia di lapangan. Selain itu metode

aplikasi juga mampu meningkatkan efikasi cendawan di lapangan (Krueger et al.

1992; Devi 1995). Namun, metode aplikasi cendawan entomopatogen di lapangan

berkaitan dengan perilaku serangga hama yang akan dikendalikan. Pengendalian R.

linearis pada stadia telur dapat diaplikasikan pada permukaan daun atau organ

tanaman lainnya. Hal ini disebabkan imago R. linearis meletakkan telurnya di bagian

organ tanaman terutama daun. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan telur

yang diletakkan imago akan jatuh ke permukaan tanah akibat faktor angin maupun

hujan. Aplikasi L. lecanii di permukaan tanah juga memungkinkan meskipun belum

dapat dianjurkan. Hal ini disebabkan cendawan tersebut merupakan organisme

penghuni tanah yang mampu bertahan pada bahan-bahan organik maupun serasah

tanaman (Nielsen et al. 1998; Asensio et al. 2003). Oleh karena itu, kajian berbagai

Page 145: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

125

metode aplikasi L. lecanii untuk menekan perkembangan telur R. linearis di lapangan

masih sangat diperlukan.

Jenis serangga yang akan dikendalikan juga mempengaruhi terhadap tingkat

keberhasilan pengendalian, terutama stadia perkembangan serangga. Hal ini

disebabkan setiap perkembangan serangga memiliki kerentanan yang berbeda (Glare

1994; Gindin et al. 2000; Shinya et al. 2008a & 2008b). Pada umumnya stadia awal

merupakan umur yang cukup rentan terhadap aplikasi cendawan. Penelitian Kulkarni

et al. (2003) dan del-Prado (2008) menunjukkan hasil yang berbeda, pada stadia

dewasa lebih rentan terhadap infeksi cendawan dibandingkan stadia muda. Menurut

Gindin et al. (2006) stadia larva kumbang sagu Rhynchophorus ferrugineus

(Coleoptera: Curculionidae) lebih toleran terhadap aplikasi Metarhizium anisopliae

dan B. bassiana (Deuteromycotina: Hyphomycetes) dibandingkan dengan stadia

telur maupun imago. Penelitian Prayogo (2004) mengindikasikan bahwa efikasi V.

lecanii terhadap R. linearis lebih tinggi jika diaplikasikan pada stadia nimfa II

maupun imago dengan tingkat mortalitas mencapai 82%. Akan tetapi pada stadia

tersebut mobilitas serangga sangat aktif sehingga pada waktu aplikasi di lapangan

efikasi cendawan menjadi rendah. Oleh karena itu, pengendalian R. linearis pada

stadia telur menggunakan cendawan L. lecanii mempunyai peluang yang sangat besar

tingkat keberhasilannya dalam menekan perkembangan populasi hama di lapangan.

Stadia telur R. linearis berlangsung tujuh hari setelah diletakkan imago

kemudian menetas membentuk nimfa I. Hasil uji kerentanan berbagai umur telur

terhadap infeksi L. lecanii menunjukkan bahwa telur yang baru diletakkan imago (<1-

1 hari) sangat rentan dibandingkan dengan telur yang berumur empat sampai dengan

enam hari. Sehubungan dengan hal tersebut, aplikasi L. lecanii sebaiknya dilakukan

pada telur yang baru diletakkan imago yang umumnya di lapangan terjadi pada umur

tanaman 35 hari setelah tanam (HST). Keadaan tersebut didukung oleh hasil

monitoring yang dilakukan Tengkano et al. (1992), peletakan telur R. linearis

pertama kali di pertanaman kedelai varietas Wilis terjadi pada waktu menjelang

berbunga, yaitu umur 35 HST.

Page 146: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

126

Menurut Tengkano et al. (1992) waktu peletakan telur R. linearis dimulai

pada siang hari di atas pukul 13.00 WIB sampai dengan tengah malam. Telur-telur

yang baru diletakkan oleh imago tersebut apabila pada sore harinya langsung

diaplikasi dengan suspensi cendawan maka peluang telur yang dapat terinfeksi

cendawan sangat besar. Suhu mikrolimat di sekitar tanaman pada waktu sore hari

sudah mulai rendah dan perubahan waktu ke malam hari membuat kelembaban

meningkat sehingga memicu perkecambahan konidia. Periode waktu kecambah

konidia berlangsung selama 12 jam (hasil uji karakterisasi fisiologi) sehingga pada

pagi hari telur-telur yang diaplikasi sudah terinfeksi cendawan L. lecanii. Dengan

demikian, eksistensi cendawan yang diaplikasikan dapat terhindar dari deraan sinar

matahari. Oleh karena itu, aplikasi cendawan entomopatogen dianjurkan pada sore

hari dan tindakan tersebut merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan efikasi

cendawan entomopatogen (Wang et al. 2004). Waktu aplikasi perlu mendapat

perhatian khusus karena sebagian besar agens hayati kurang toleran terhadap suhu

tinggi. Keadaan tersebut terjadi pada semua isolat L. lecanii yang diuji tidak toleran

pada suhu di atas 32 oC.

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi cukup

penting bagi terjadinya infeksi pada inang oleh patogen (Hajek & St-Leger 1994;

Hong et al. 1997; Ferron 1997). Suhu dan kelembaban merupakan syarat utama yang

diperlukan untuk perkecambahan V. lecanii (Hsiao et al. 1992; Kope et al. 2007).

Oleh karena itu, jika aplikasi dilakukan di daerah kering dianjurkan memakai bahan

pelindung agar kinerja agens hayati tersebut stabil (Hedgecock et al. 1995; Inyang et

al. 2000; Sabbour & El-Aziz 2002; Williams et al. 2000). Pemakaian bahan

pelindung juga mampu mempertahankan persistensi cendawan dari pengaruh air

hujan, angin, bahkan sinar UV (Inglish et al. 1995b; McCoy et al. 2004).

Menurut Batta (2003) bahan pelindung yang baik untuk mempertahankan

keefektifan V. lecanii di lapangan adalah minyak nabati terutama yang berasal dari

jenis kacang-kacangan. Hasil uji penambahan minyak nabati menunjukkan semakin

tinggi konsentrasi minyak semakin lama persistensi L. lecanii. Konsentrasi tertinggi

10 ml/l mampu meningkatkan persistensi konidia pada tanaman kedelai hingga 7 hari

Page 147: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

127

setelah aplikasi (HSA) sehingga frekuensi aplikasi cendawan berikutnya dapat

dilakukan pada umur 42 HST jika aplikasi pertama kali dilakukan pada umur 35

HST. Penentuan frekuensi aplikasi sangat diperlukan untuk menghindari aplikasi

yang berlebihan sehingga pengendalian menjadi kurang efisien, meskipun

pengendalian menggunakan agens hayati relatif lebih murah dan tidak berdampak

negatif terhadap lingkungan (Saik et al. 1990; Vinson 1990; Goettel & Johnson

1992).

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja agens hayati ini adalah sistem

budidaya yang diterapkan termasuk penggunaan pestisida kimia, baik insektisida

maupun fungisida yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit.

Fungisida akan menghambat perkecambahan konidia sehingga secara langsung

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan cendawan entomopatogen

(Gopalkrishnan & Mohan 2000; Filho et al. 2001; Rachappa et al. 2007; Kouassi et

al. 2008). Tkaczuk et al. (2004) juga melaporkan bahwa beberapa jenis insektisida

yang berbahan aktif amitraz endosulfan, fosalone, dan pendimethalin sangat toksik

terhadap cendawan Hirsutella nodulosa. Kecenderungan yang sama juga disebutkan

bahwa insektisida yang berbahan aktif endosulfan, monokrotophos, dan deltametrin

akan menghambat perkecambahan konidia cendawan B. bassiana, M. anisopliae,

Nomuraea rileyi, dan Paecilomyces farinosus (Deuteromycotina: Hyphomycetes)

(Filho et al. 2001). de-Oliveira et al. (2003) menyatakan bahwa B. bassiana

kompatibel dengan beberapa jenis insektisida kimia yang diaplikasikan untuk

mengendalikan hama bubuk buah kopi. Informasi jenis mikroorganisme dan senyawa

pestisida kimia yang mempengaruhi kinerja L. lecanii sebagai bioinsektisida di

Indonesia belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, waktu aplikasi pestisida perlu

mendapat perhatian khusus agar residu yang ditinggalkan tidak berdampak buruk

terhadap kinerja agens hayati ini.

Page 148: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

128

Prospek dan Potensi Pemanfaatan L. Lecanii

Cendawan L. lecanii mempunyai keragaman intraspesies yang cukup tinggi

dan bersifat kosmopolit sehingga keberadaannya dapat dijumpai hampir di seluruh

sentra produksi kedelai di Indonesia. Kenyataan ini terbukti dari hasil eksplorasi yang

diperoleh sebanyak 37 isolat dari bangkai serangga maupun isolasi dari dalam tanah

di pertanaman kedelai di provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan Nusa

Tenggara Barat. Keberadaan L. lecanii di berbagai lokasi pertanaman kedelai

mengindikasikan bahwa cendawan tersebut dalam keadaan berlimpah. Akan tetapi

eksistensi cendawan belum berkerja secara optimal di lapangan meskipun keberadaan

inang (R. linearis) juga berlimpah. Hal ini diduga karena tindakan agronomis yang

dilakukan oleh petani dapat menggangu unjuk kerja agens hayati ini. Salah satu

tindakan agronomis yang dapat mengganggu kinerja cendawan entomopatogen

adalah penggunaan pestisida kimia (Quintela & McCoy 1998; Delgado et al. 1999).

Oleh karena itu, cara untuk meningkatkan kinerja agens hayati tersebut dapat

dilakukan dengan menekan penggunaan insektisida kimia atau dikenal dalam

pengendalian hayati sebagai konservasi.

Keberadaan isolat L. lecanii yang berlimpah di lapangan memberi peluang

yang besar untuk dapat dieksplorasi guna memperoleh isolat yang memiliki karakter

lebih virulen. Isolat yang sudah diperoleh mempunyai peluang yang besar untuk

diperbanyak di laboratorium untuk mendapatkan inokulum dalam jumlah yang besar.

Hal ini disebabkan cendawan entomopatogen umumnya mudah diperbanyak pada

media sederhana yang murah dan mudah didapat sehingga dapat dilakukan oleh

setiap pengguna (Miller 1995; Dorta & Arcas 1998). Oleh karena agens hayati

tersebut lebih murah maka dapat diaplikasikan beberapa kali dalam jumlah yang

berlimpah agar mampu menekan perkembangan populasi hama seperti aksi pestisida

kimia sehingga pengendalian lebih optimal dan peledakan hama dapat ditekan.

Pengendalian R. linearis melalui penekanan pada stadia telur lebih mudah

dilakukan karena keberadaan telur di lahan pertanaman kedelai dapat diketahui

dengan mudah. Hasil monitoring yang dilakukan Tengkano et al. (1992)

Page 149: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

129

menunjukkan bahwa pertama kali imago R. linearis datang di pertanaman kedelai

pada tanaman menjelang berbunga atau kurang lebih umur 35 HST. Pada umur

tersebut imago sedang meletakkan telurnya pada organ tanaman, yaitu daun atau

organ lainnya. Hasil uji kerentanan menunjukkan bahwa telur yang baru diletakkan

imago (<1-1 hari) merupakan umur yang sangat rentan terhadap infeksi L. lecanii.

Oleh karena itu, waktu tersebut merupakan saat yang paling tepat aplikasi L. lecanii

di lahan kedelai agar perkembangan populasi serangga lebih lanjut akan tertekan

sehingga tidak terjadi peledakan populasi. Peluang tersebut kemungkinan besar dapat

terjadi karena L. lecanii memiliki kemampuan menginfeksi semua stadia R. linearis,

yaitu telur, nimfa maupun imago. Dengan demikian, telur yang masih mampu

berkembang menjadi nimfa dan masih bertahan di lahan akhirnya juga akan terinfeksi

oleh cendawan.

L. lecanii juga berpotensi tinggi untuk diaplikasikan bersama-sama dengan

agens hayati lainnya. Hal ini disebabkan karena L. lecanii kompatibel dengan

sebagian predator maupun parasitoid (Koike et al. 2005; Kim et al. 2005). Pada

penelitian ini tidak dilakukan pengujian dampak aplikasi L. lecanii atau uji

kompatibilitas L. lecanii dengan agens hayati yang lain, khususnya predator yang

umumnya juga sangat potensial dalam menekan populasi hama kedelai (Powprawski

et al. 1998; Taulu 2001; Tengkano & Bedjo 2002). Namun demikian, hasil penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa aplikasi V. lecanii tidak mempengaruhi eksistensi

kinerja predator penghuni tajuk kedelai Oxyopes javanus Thorell (Prayogo 2004). Hal

ini ditandai dengan mortalitas predator hanya sekitar 2% atau setara dengan kontrol

(aplikasi air) hingga pengamatan sampai dengan 30 hari setelah aplikasi. Koike et al.

(2005) juga melaporkan bahwa V. lecanii dapat diaplikasikan bersama-sama dengan

predator Phytoseiulus persimilis (Acarina: Phytoseiidae) untuk mengendalikan hama

tungau (Tetranichus urticae) (Acarina: Tetranychidae). Lebih lanjut dilaporkan

Koike et al. (2005) bahwa dampak aplikasi V. lecanii terhadap kematian predator

hanya di bawah 5%.

Wang et al. (2005) melaporkan bahwa V. lecanii dapat diaplikasikan dengan

imago predator Delphastus catalinae (Coleoptera: Coccinellidae) yang biasa

Page 150: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

130

memangsa kutu kebul T. vaporariorum. Namun tidak dianjurkan aplikasi bersama-

sama dengan predator tersebut pada stadia larvanya karena sangat rentan terhadap

infeksi V. lecanii. Hasil penelitian Kim et al. (2005) menunjukkan bahwa dampak

aplikasi V. lecanii hanya menyebabkan kematian parasitoid Aphidius colemani

(Hymenoptera: Braconidae) sekitar 2%. Dilihat dari kompatibilitas L. lecanii dengan

beberapa jenis agens hayati lainnya maka L. lecanii berpeluang besar untuk dapat

dipadukan dengan agens hayati lainnya dalam konsep pengelolaan hama terpadu

(PHT) tanaman kedelai.

Implikasi untuk PHT Kedelai

Salah satu pendekatan dalam konsep pengendalian hayati adalah augmentasi

yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu inokulasi dan inundasi. Inokulasi yaitu

pelepasan agens hayati dalam jumlah sedikit dengan harapan dapat berkembang

banyak untuk menekan populasi hama dalam kurun waktu yang lama. Sedangkan

inundasi adalah pelepasan agens hayati dalam jumlah yang berlimpah dengan harapan

dapat menekan populasi hama hingga di bawah ambang ekonomi dalam waktu yang

singkat. Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang setiap tiga bulan sudah

dipanen kemudian diganti dengan jenis tanaman yang lain atau tanaman serupa.

Sehubungan dengan keadaan tersebut maka cara inokulasi kurang sesuai dan hasilnya

tidak akan memuaskan karena proses kolonisasi agens hayati tersebut akan berjalan

lambat. Sementara itu, perkembangan populasi R. linearis sangat cepat sehingga

perlakuan cendawan kurang mampu menekan struktur populasi di lapangan. Oleh

karena itu, pada kondisi demikian yang lebih sesuai dan adaptif adalah cara inundasi.

Kegiatan inundasi dilakukan dengan tujuan untuk menekan populasi hama

dalam waktu yang singkat agar populasi hama hanya berada di bawah posisi ambang

ekonomi. Inundasi dapat dilakukan berulangkali untuk menekan populasi hama

dengan cepat karena struktur populasi hama yang ada di lapangan dalam keadaan

tumpang tindih. Kegiatan tersebut sangat memungkinkan karena cendawan

Page 151: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

131

entomopatogen lebih murah, mudah diperbanyak, dan tidak mengakibatkan efek

negatif terhadap lingkungan (Cook et al. 1996; Goettel et al. 2001).

Aplikasi L. lecanii dalam jumlah besar untuk menekan R. linearis dapat

dilakukan secara preventif, yaitu sebelum hama datang dan mengkolonisasi tanaman

kedelai. Tindakan ini dilakukan pada saat umur tanaman kurang lebih 35 HST.

Aplikasi ini bertujuan untuk melindungi tanaman apabila terdapat imago yang datang

meletakkan telurnya pada waktu menjelang berbunga. Pengendalian pada waktu

tersebut diduga akan berhasil sangat memuaskan, hal ini disebabkan telur-telur yang

baru diletakkan akan langsung terinfeksi cendawan. Hasil penelitian pada BAB IV

menunjukkan bahwa aplikasi L. lecanii mampu menekan populasi telur yang menetas

hanya di bawah 20%. Sementara itu, tidak semua nimfa yang terbentuk dapat

melangsungkan hidupnya menjadi serangga dewasa. Cendawan L. lecanii

mempunyai kelebihan yaitu mampu menginfeksi semua stadia R. linearis (Prayogo et

al. 2004). Dengan demikian, imago yang datang dan sedang meletakkan telur juga

berpeluang besar dapat terinfeksi L. lecanii. Oleh karena itu, perkembangan populasi

hama di lapangan dapat tertekan sehingga peledakan hama diharapkan tidak akan

terjadi.

Menurut Shah et al. (1998) peledakan hama sulit terjadi apabila persistensi

cendawan yang diaplikasikan di lapangan mampu bertahan lama (Shah et al. 1998).

Untuk meningkatkan persistensi V. lecanii di lapangan diperlukan bahan tambahan

atau pelindung (Bateman et al. 1993; Inglis et al. 1995a; Boyette et al. 1996; Ibrahim

et al. 1999). Hasil uji penambahan minyak nabati dengan konsentrasi 10 ml/l mampu

mempertahankan persistensi L. lecanii di pertanaman kedelai hingga tujuh hari

setelah aplikasi. Jika aplikasi L. lecanii dilakukan pada umur kurang lebih 35 HST,

maka konidia yang diaplikasikan masih bertahan di tanaman kedelai hingga umur 42

HST. Dalam rentang waktu tujuh hari, apabila ada telur yang baru diletakkan oleh

imago diharapkan dapat diinfeksi oleh konidia yang masih bertahan di lapangan.

Aplikasi berulang-ulang sebelum tujuh hari masih dianjurkan apabila masih

diperlukan, meskipun Wraight dan Ramos (2002) mengindikasikan bahwa aplikasi B.

bassiana secara inundatif yang dilakukan dalam selang waktu tujuh hari masih

Page 152: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

132

dinilai cukup efektif untuk mengendalikan hama Leptinotarsa decemlineata Say.

(Coleoptera: Chrysomelidae).

Pada umur 35 HST, apabila dilakukan aplikasi dengan L. lecanii dengan

dosis yang tepat maka perkembangan populasi R. linearis dapat diatasi. Hal ini

terbukti dari hasil penambahan minyak nabati dari kacang tanah mampu menekan

populasi hama sehingga kerusakan polong yang terjadi sangat rendah dibandingkan

minyak kedelai maupun minyak kelapa. Oleh karena itu, L. lecanii merupakan agens

hayati yang sangat prospektif dan perlu diprioritaskan dalam pengendalian hama R.

linearis untuk mengurangi ketergantungan terhadap pestisida kimia sehingga akan

tercipta sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Menurut

Rauf (1999), pemanfaatan agens hayati harus dikedepankan dalam upaya

pengendalian hama sebagai subtitusi pestisida kimia pada tanaman kedelai.

Page 153: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Cendawan Lecanicillium lecanii (Zimm.) (Viegas) Zare & Gams memiliki

virulensi yang bervariasi dalam menekan perkembangan telur R. linearis. Isolat yang

diperoleh dari bangkai serangga lebih virulen dibandingkan dengan isolat yang

berasal dari tanah maupun pengumpanan serangga. Isolat yang virulen memiliki

karakter fisiologi antara lain; kolonisasi lebih cepat, koloni tebal dan merata

berbentuk wholly, produksi konidia lebih banyak, ukuran konidia lebih besar, daya

kecambah lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Isolat yang virulen memiliki

kemiripan karakter fisiologi yang sangat dekat yaitu hingga mencapai 98%.

Kerapatan konidia L. lecanii optimal untuk menekan perkembangan telur R.

linearis adalah 2.25 x 108/ml. Umur telur R. linearis yang paling rentan terhadap

infeksi L. lecanii adalah yang baru diletakkan oleh imago (<1-1 hari). Pada kondisi di

lapangan keadaan tersebut umumnya terjadi pada tanaman yang berumur kurang

lebih 35 hari setelah tanam (HST). Telur yang terinfeksi L. lecanii akan terlambat

menetas sehingga menyebabkan perkembangan serangga tidak sesuai dengan

perkembangan polong kedelai. Telur R. linearis yang terinfeksi cendawan dan tidak

menetas merupakan sumber inokulum sekunder bagi transmisi patogen ke inang yang

sehat untuk proses epizooti.

Penambahan minyak nabati mampu meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan L. lecanii secara in vitro. Penambahan minyak nabati 10 ml/l sebagai

bahan pelindung mampu mempertahankan persistensi cendawan di pertanaman

hingga tujuh hari setelah aplikasi. Peningkatan persistensi cendawan menyebabkan

peluang telur yang terinfeksi L. lecanii semakin meningkat dan telur yang mampu

menetas hanya di bawah 20%. Perkembangan nimfa yang terbatas menjadi serangga

dewasa mengakibatkan peluang polong yang dapat dirusak oleh serangga juga

terbatas. Oleh karena itu, jumlah polong hampa yang terbentuk lebih sedikit dan

Page 154: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

134

jumlah polong isi yang dapat dipertahankan lebih banyak. Penambahan minyak

nabati mampu mempertahankan keefektifan cendawan L. lecanii untuk

mengendalikan telur R. linearis. Minyak kacang tanah lebih baik dibandingkan

minyak kedelai maupun minyak kelapa. Minyak kedelai dan minyak kelapa dapat

digunakan sebagai alternatif pengganti minyak kacang tanah.

Saran

Eksplorasi L. lecanii masih perlu dilakukan terus menerus untuk memperoleh

isolat yang lebih virulen. Tiga puluh tujuh isolat yang sudah diperoleh perlu diuji

virulensinya terhadap hama pengisap polong kedelai yang lain maupun hama utama

kedelai lainnya. Persistensi konidia L. lecanii di dalam tanah perlu dikaji lebih lanjut

untuk mencari metode aplikasi yang sesuai karena cendawan tersebut mampu

bertahan di dalam tanah sebagai saprob. Uji di lapangan masih perlu dikaji lebih

lanjut untuk mendukung optimasi pengendalian R. linearis dengan penambahan

minyak nabati kacang tanah.

Page 155: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

151

Lampiran 1 Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Juni 2006)

Suhu udara

(oC) 0.7.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB

Tanggal pengamatan Min. Max. CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

17.5 17.5 17.5 17.5 17.5 18.0 18.5 18.5 17.5 18.0 17.5 17.5 17.5 17.0 17.0 18.0 17.5 17.5 18.0 17.5 21.0 20.5 19.5 20.0 21.0 19.0 18.5 18.0 18.0 18.0

32.0 32.0 31.5 31.5 32.5 32.0 32.0 32.5 31.0 32.0 31.5 32.0 31.5 32.0 32.0 32.0 31.5 31.5 32.0 32.0 32.0 32.0 30.5 30.0 32.0 31.5 32.0 32.0 32.0 32.0

8.8 6.5 0

2.5 1.8

19.2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

36.0 0

90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 89.0 90.0 98.0 89.0 89.0 88.0 88.0 90.0 90.0 90.0 89.0 88.0 89.0 88.0 89.0 89.0 90.0 89.0 90.0 90.0 90.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

78.0 75.0 78.0 77.0 77.0 76.0 75.0 80.0 81.0 78.0 78.0 80.0 80.0 80.0 78.0 78.0 78.0 78.0 78.0 75.0 78.0 80.0 80.0 78.0 78.0 80.0 78.0 80.0 78.0 81.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0

Rata-rata 18.2 31.8 2.5 89.7 0 78.3 0 90.0 Keterangan: CH (curah hujan), KB (Kelembaban) Sumber: Klimatologi, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Page 156: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

152

Lampiran 2 Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Juli 2006)

Suhu udara

(oC) 0.7.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB

Tanggal pengamatan Min. Max. CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

19.0 18.0 18.5 18.0 18.0 18.0 19.0 18.0 18.0 18.0 17.5 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.0 17.5 17.0 17.5 17.0 17.0 18.0 18.0 17.5 17.0 17.0 17.0

30.5 31.5 31.5 32.0 31.0 32.0 32.0 32.0 32.0 31.5 32.0 30.0 29.0 29.5 30.0 30.0 29.5 30.0 31.0 30.0 30.0 31.0 30.5 30.0 30.0 31.5 32.0 30.0 30.5 30.0 30.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

32.0 20.0 29.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

90.0 90.0 90.0 90.0 91.0 89.0 90.0 90.0 90.0 89.0 90.0 98.0 89.0 89.0 88.0 88.0 90.0 90.0 90.0 89.0 88.0 89.0 88.0 89.0 89.0 90.0 89.0 90.0 90.0 90.0 90.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

80.0 80.0 80.0 79.0 78.0 79.0 79.0 80.0 80.0 79.0 79.0 81.0 81.0 80.0 80.0 80.0 80.0 79.0 79.0 78.0 79.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 78.0 81.0 80.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 89.0 89.0 89.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 90.0 89.0 89.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0

Rata-rata 17.5 30.7 2.6 89.7 0 79.6 0 89.0 Keterangan: CH (curah hujan), KB (Kelembaban) Sumber: Klimatologi, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Page 157: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

153

Lampiran 3 Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Agustus 2006)

Suhu udara

(oC) 0.7.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB

Tanggal pengamatan Min. Max. CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

17.0 17.0 17.5 17.5 17.5 17.5 17.0 17.0 17.5 17.5 17.0 17.0 17.5 17.5 17.0 16.5 16.0 17.5 16.0 16.5 17.5 17.0 17.0 16.5 17.0 18.0 18.5 17.0 18.5 20.5 20.5

29.0 29.0 28.5 28.0 28.0 28.0 27.5 27.5 27.0 27.0 27.5 28.0 27.5 28.0 30.0 30.5 29.5 30.0 28.5 28.5 28.5 28.0 30.0 28.5 28.5 30.0 29.0 29.0 30.0 28.5 29.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

89.0 90.0 90.0 90.0 98.0 89.0 90.0 90.0 89.0 89.0 90.0 98.0 89.0 89.0 88.0 88.0 90.0 90.0 90.0 89.0 88.0 89.0 88.0 89.0 89.0 90.0 89.0 90.0 90.0 90.0 90.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

80.0 78.0 80.0 78.0 78.0 80.0 80.0 80.0 81.0 80.0 80.0 80.0 80.0 78.0 80.0 81.0 80.0 81.0 81.0 80.0 78.0 78.0 78.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 80.0 81.0 81.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 89.0 89.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 89.0 90.0 90.0 90.0 89.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 90.0 90.0 90.0

Rata-rata 17.4 28.6 0 89.9 0 79.7 0 89.8 Keterangan: CH (curah hujan), KB (Kelembaban) Sumber: Klimatologi, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Page 158: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

154

Lampiran 4 Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Juni 2008)

Suhu udara

(oC) 0.7.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB

Tanggal pengamatan Max. Min. CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

18.0 18.0 18.5 18.5 18.5 21.5 21.0 21.0 21.5 21.5 21.0 20.0 20.5 21.5 21.0 20.5 21.0 20.5 20.0 21.5 21.5 20.0 20.0 20.5 21.0 20.0 20.5 20.0 20.0 19.5

32.5 32.5 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 31.5 31.5 32.0 32.5 32.5 31.5 31.5 31.5 31.5 31.5 32.5 32.5 32.5 32.0 32.0 32.5 32.5 32.5 31.5 32.5 32.5 32.5 32.5

0 0 0 0 0 0

5.2 0 0 0 0 0 0

2.3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

90.0 90.0 89.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 89.0 90.0 90.0 89.0 89.0 88.0 88.0 90.0 90.0 90.0 89.0 88.0 89.0 88.0 89.0 89.0 90.0 89.0 90.0 90.0 90.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

81.0 84.0 81.0 81.0 77.0 76.0 75.0 81.0 84.0 78.0 78.0 81.0 84.0 81.0 77.0 78.0 78.0 77.0 77.0 77.0 78.0 80.0 81.0 78.0 78.0 80.0 78.0 80.0 78.0 81.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

89.0 89.0 89.0 90.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0 90.0 89.0 89.0 90.0 90.0 90.0 89.0 89.0 90.0 90.0 89.0 90.0 89.0 90.0 89.0 90.0

Rata-rata 20.3 32.1 0 89.4 0 79.3 0 89.5

Keterangan: CH (curah hujan), KB (Kelembaban) Sumber: Klimatologi, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Page 159: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

155

Lampiran 5 Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Juli 2008)

Suhu udara

(oC) 0.7.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB

Tanggal pengamatan Max. Min. CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

20.0 21.0 20.5 21.5 21.5 21.5 20.0 20.0 21.5 20.5 20.0 20.0 20.5 20.5 21.0 20.5 21.0 20.5 20.0 21.5 21.5 20.0 20.0 20.5 21.0 20.0 20.5 20.0 21.5 19.0 19.0

31.5 31.5 31.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.0 32.5 31.5 31.5 32.5 31.0 31.5 32.0 32.5 32.0 32.0 31.0 31.5 31.5 32.0 32.5 32.0 32.0 32.0 32.5 32.5 32.5 32.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

89.0 90.0 90.0 89.0 90.0 89.0 90.0 90.0 89.0 89.0 88.0 90.0 89.0 89.0 88.0 88.0 89.0 89.0 89.0 89.0 88.0 89.0 88.0 89.0 89.0 90.0 89.0 90.0 90.0 89.0 90.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

80.0 81.0 80.0 81.0 77.0 76.0 75.0 81.0 80.0 78.0 78.0 79.0 80.0 80.0 77.0 78.0 78.0 77.0 77.0 77.0 78.0 80.0 79.0 78.0 78.0 80.0 78.0 79.0 78.0 78.0 79.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

90 89 90 90 90 90 89 90 90 90 89 90 90 90 90 90 90 89 90 89 90 89 89 90 89 90 90 89 90 90 89

Rata-rata 20.5 31.9 0 89.2 0 78.5 0 89.7 Keterangan: CH (curah hujan), KB (Kelembaban) Sumber: Klimatologi, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Page 160: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

156

Lampiran 6 Rata-rata suhu udara, curah hujan, dan kelembaban di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang (Agustus 2008)

Suhu udara

(oC) 0.7.00 WIB 13.00 WIB 17.00 WIB

Tanggal pengamatan Max. Min. CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%) CH (mm) KB (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

18.5 18.5 18.5 18.0 17.0 17.0 18.0 18.0 18.5 18.5 18.0 18.0 18.5 18.5 18.0 18.0 18.0 17.0 17.0 17.5 17.5 17.0 17.0 18.0 18.0 18.5 18.5 18.0 18.0 19.0 19.0

32.5 32.5 32.0 32.5 32.5 32.5 32.0 32.5 32.5 32.0 31.0 31.5 31.5 31.5 32.0 32.5 32.0 32.0 32.5 32.5 32.5 32.0 32.0 32.0 32.0 32.5 32.0 31.5 31.5 32.0 32.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0 88.0 88.0 89.0 89.0 90.0 89.0 88.0 89.0 88.0 89.0 89.0 90.0 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

78.0 78.0 80.0 80.0 75.0 78.0 78.0 80.0 80.0 78.0 78.0 80.0 80.0 80.0 77.0 80.0 80.0 75.0 75.0 75.0 78.0 78.0 80.0 78.0 78.0 75.0 78.0 78.0 78.0 78.0 78.0

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

89.0 90.0 90.0 89.0 89.0 89.0 90.0 89.0 90.0 89.0 90.0 89.0 90.0 89.0 90.0 90.0 89.0 89.0 89.0 89.0 89.0 90.0 89.0 89.0 90.0 90.0 90.0 90.0 89.0 89.0 89.0

Rata-rata 18.0 32.1 0 89.1 0 78.1 0 89.4 Keterangan: CH (curah hujan), KB (Kelembaban) Sumber: Klimatologi, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Page 161: Kajian Cendawan Entomopatogen Lecanicillium Lecanii (Zimm ... · cendawan L. lecanii di lapangan agar pengendalian lebih efektif dan efisien maka dianjurkan menambahkan minyak nabati

UCAPAN TERIMAKASIH Assallam Wr, Wb. Alhamdullilah Wasyukurillah Alloh SWA pada hari